KITAB KEDUABELAS NABI
PENDAHULUAN
Dalam sastera kenabian dari kanon Hibrani dan Junani terdapat sedjumlah naskah
ketjilan, jang besarnja toh agak berlainan djuga. Naskah2 itu sudah sedjak
sediakala dikumpulkan mendjadi satu kitab. Naskah2 jang keduabelas djumlahnja
itu lazimnja dinamakan "Kitab Keduabelas Nabi" atau, "Keduabelas Nabi Ketjil".
Kata "ketjil" dalam djudul itu samasekali tidak mempunjai arti mengetjilkan atau
meremehkan se-olah2 nabi2 itu tokoh2 jang tak begitu penting seperti "Nabi2
besar", jakni Jesaja, Jeremia, Jeheskiel (dan Daniel). Kata "ketjil" tidaklah
begitu besar adanja. Mengenai pentingnja menurut kenjataan, maka beberapa dari
nabi2 ketjil itu tidak kalah dengan rekan2nja jang besar, baik pengaruhnja
maupun isi tulisannja. Rupa2nja terutama karena alasan2 praktislah, naskah2
mereka itu sudah ada sedjak abad kedua sebelim Masehi dikumpulkan mendjadi satu
kitab, satu djilid, jang dalam bahasa Junani diberi nama "Dodekapropheton".
Urutan nabi2 dalam satu djilid itu tidak seluruhnja sama dalam kanon Hibrani dan
kanon Junani. Kenjataan ini menundjukkan, bahwa naskah2 itu baru sesudah
terdjadinja terdjemahan Junani (sekitar th. 250) mendapat tempatnja jang tetap
dalam kanon Hibrani dan bahwa oleh karenanja tempat itu lama belum ditetapkan.
Dalam Kanon Hibrani tempatnja ditetapkan sbb.: Hosea, Joel, Amos, Obadja, Jona,
Micha, Nahum, Habakuk, Sefanja, Hagai, Zakarja, Maleachi. Dalam Kanon Junani
keenam nabi terachir itu sama tempatnja, tapi urutan keenam nabi pertama adalah
sbb.: Hosea, Amos, Micha, Joel, Obadja, Jona. Asas apa jang dipergunakan dalam
menetapkan urutan itu tidaklah selalu sama djelasnja. Namun demikian; dalam
kanon Hibrani dapat ditentukan sematjam urutan menurut waktu, sedjauh Hosea dan
Amos itu nabi2 dari abad kedelapan,disusul Micha pada achir abad itu djuga.
Nahum Sefabha dab Habakuk tampil pada runtuhnja keradjaan besar Asjur dan pada
permulaan keradjaan besar Babel (sekitar th. 500) Joel, Obadja dan Jona jang
waktu tampilnja tidak diketahui lagi, mendapat tempatnja jang tetap di-tengah2
keduabelas itu karena alasan2 lain. Urutran chronologis memang sedikit banjak
ada, tetapi tidak selalu dikukuhi, dan malahan dimanapun itu terdjadi, urutan
dua nabi dalam kitab itu belumlah berarti, bahwa mereka susul-menjusul djuga
menurut waktu. Demikian pastilah kiranja, bahwa kegiatan Amos mendahului
kegiatan Hosea jang toh ditempatkan didepan, mungkinlah karena bukunja lebih
besar dan djuga karena pada Hosea sesungguhnja sudah terdapat segala thema para
nabi, jang diulang lagi dalam buku2 berikutnja.
Djadi, kitab jang agak ketjil itu melingkupi suatu masa lama kegiatan para nabi,
jang berlangsung dari abad kedelapan sebelim Masehi sampai dengan djaman sesudah
pembuangan. lk. th. 400. Oleh karenanja kitab tersebut merupakan sebangsa
ichtisar dari seluruh kegiatan para nabi di Israil, sebagaimana jang tersimpan
dalam bentuk tulisan. Sebelum mereka tidak dapat sudah ada nabi2, tetapi tidak
menuliskan sesuatupun dan orang2 lainpun hampir2 tidak mentjatat sedikitpun dari
pengadjaran mereka. Pada jang pertama dari antara nabi2 ketjil itu charisma
(kurnia) nubuat dipertalikan dengan inspirasi, hal mana amat sangat penting bagi
pengetahuan perihal gedjala itu. Dalam kitab ini terdapat pula segala bentuk
sastera, jang digunakan para nabi, mulai dari firman dan amanat sampai ke
simbolik jang musjkil dari penglihatan2 apokaliptis. Dalam pelbagai bentuk
sastera itu oleh para nabi dikemukakan segala thema, jang pada nabi2 besar
diperbintjangkan dalam bentuk jang lebih pandjang lebar. Membatja dan
mempeladjri kitab Nabi2 ketjil itu oleh karenanja djuga merupakan persiapan jang
terbaik untuk membatja dan mempeladjari kitab Nabi2 besar. Kiranja amat tidak
wadjarlah, kalau orang memandang kitab tsb. kurang penting dan kurang bernilai
daripada karya Jesaja atau Jeremia. Djuga dilihat dari kesusasteraan belaka,
beberapa bagian dari kitab Nabi2 ketjil itu tidak kalah sedikitpun dengan titik-
puntjak jang dapat ditjapai Jesaja. Tanpa rugi besar dalam pelbagai segi tidak
dapatlah kitab Nabi2 ketjil itu ditjoret begitu sadja dari daftar kitab2 sutji
Perdjandjian Lama.
Untuk pengertian jang tepat tentang nabi2 ketjil itu, haruslah diperhatikan,
bahwa karya mereka - tidak lain dari karya nabi2 lainnya, - mempunjai tjorak
jang agak kabur. Inilah berkat ber-bagai2 faktor. Boleh djadi jang terpenting
ialah tjar buku2 itu dususun. Kebanjakan buku2 itu adalah kumpulan utjapan2,
jang disusun dengan tjara jang agak sembarangan. Bagian2, jang sering sukar lagi
dibedakan dan dipisahkan ditempatkan jang satu dibelakang jang lain tanpa banjak
gandingannja mengenai waktu atau djalan pikirannja. Oleh karenanja buku2 itu
memberikesan katjau, hal mana mengurangkan djelasnja. Karena itu bagian2 masing2
haruslah sedapat2nja diartikansendiri2; dan bila di-tjari2 atau diletakkan
gandingan2, dimana itu tidak ada, maka tafsirnja dibelokkaankedjalan jang sesat.
Tidak selalu nabi2 itu sendirilah jang menjusun buku, seperti jang kita kenal
sekarang. Tidak djaranglah buku itu pekerdjaan orang lain, jang entah
bersandarkan tulisan nabi entah bersandarkan ingatannja sendiri atau ingatan
orang lain. Dengan demikian kadang2 utjapannabi tertentu ditjampur-adukkan
dengan utjapan2 nabi lain atau disana-sini dibubuhi dengan perluasan2 ketjil
atau keterangan2. Kesemuanja itu tidak menambah djelasnja nubuat, jang karena
tjoraknja jang chas toh sudah mempunjai sesuatu kekaburan. Faktor lain jang
tidak sedikit mempersulit pengartiannja ialah bahwasanja para nabi seringkali
menjindir atau berpangkal pada peristiwa2tertentu didjaman mereka, jang tidak
lagi djelas bagi kita. Amat seringlah tidak diketahui apa jang dimaksudkan
dengan perkataan nabi itu, karena tidak diketahui apa jang tepatnja dipikirkan.
Achirnja teks para nabi, sebagaimana kini adanja, tidak djaranglah dalam keadaan
jang agak buruk, chususnja Hosea, Micha, Habakuk dan Zakarja, sehingga sukarlah
diterdjemahkan dan terlalu banjak di-kira2kan sadja. Tambahan pula para nabi
menggunakan (gaja) bahasanja sendiri jang tidak djarang sangat singkat, jang
kekuatannja jang njata tidak selalu dapat ditetapkan lagi. Karena itu dapatlah
terdjadi, bahwa orang mengira sesuatu teks buruk, padahal sungguh2 aseli adanja,
tetapi tak dapat ditangkap maknanja, karena orang kurang memahami bahasanja.
Meskipun terdjemahan Nabi2 ketjil jang kami sadjikan ini urutannja mengikuti
kanon Hibrani, namun dalam pendahuluan dipilihlah urutan jang lebih chronologis.
Demikian dapatlah tokoh masing2 ditempakan didalam lingkungan historisnja, hal
mana dapat menolong untuk memahaminja. Nabi2 dalam urutan historisnja tidak
hanja mentjerminkan perkembangan pofetisme sendiri, tetapi djuga perkembangan
politik serta keigamaan dari seluruh bangsa itu, dari Perdjandjia Lama itu
sendiri. Mereka itu kan tokoh2 keigamaan jang besar, jang besar pengaruhnja atas
hidup keigamaan Israil, dan mereka berdjasa bagi berkembang serta mekarnja
wahju. Betul mesti diakui, bahwa tentang beberapa tokoh tidak dapat ditentukan
dengan pasti, bila mereka itiu menunaikan tugasnja, dan harus diingat pula,
bahwa kepada seorang nabi tertentu dipertalikan apa jang baru terdjadi kemudian
dan jang berasal dari tokoh jang lain. Oleh karenanja selalu tetap ada sebangsa
kekaburan dan ketidak-pastian.
Jang per-tama2 dari antara nabi2 pengarang itu ialah Amos. Sesungguhnja ia
berasal dari Juda (Amo 1:1; 7:12) namun ia mendjalankan kegiatannja
didalam keradjaan Israil. Menurut djudul kitab (Amo 1:1) jang
dibubuhkan oleh para penjususn, ia tampil didalam pemerintahan Jerobe'am II
(783-743), dua tahun sebelum gempa bumi (1,1), jang ruoanja meninggalkan kesan
jang dalam, tetapi bagi kita tidak dapat ditanggalkan lagi. Amos termasuk
golongan tani di Tekoa' (Amo 7:4) dan setjara langsung serta tak
terelakkan telah dipanggil oleh Jahwe sendiri untuk mewartakan kepada umatnja di
Israil hukuman atas dosa2nja (Amo 7:15; 3:8). Sedjenak sadja ia dapat
menunaikan tugasnja. Segera ia dibungkam mulutnja (Amo 7:10-17) dan
dibuang dari negeri itu. Boleh djadi ia kemudian kembali kedaerah asal-usulnja.
Dalam pemerintahan Jerobe'am II keradjaan Israil mengalami kemadjuan kenegaraan
dan ekonomis. Keradjaan itu berpengaruh pula di Juda, hal mana menerangkan,
bahwa seirang Juda dapaat mendjalankan tugas kenabiannja di Israil, tanpa
ditolak dari permulaan. Israil dapat membebaskan diri dari genggaman Asjur, jang
telah melenjapkan setjara definitif bahaja Aram, karena keradjaan besar itu
mengalami masa kemerosotan pilitik Tetapi kemadjuan itu membawa keruntuhan jang
besar dalam bidang sosial dan keigamaan. Kesedjahteraan itu hanja menguntungkan
segelintir penggaruk keuntungan dikalanagan lapisan atas, jang setjara menjolok
mata hidup dalam kemewahan dengan mengisap lapisan2 bawah dari rakjat. Ibadah
resmi didalam tempat2 sutji keradjaan di Betel dan Dan dan didalam tempat2 sutji
lainnja, tidak hanja menundjukkan ketjenderungan2 synkretisme, tetapi djuga
memburuk mendjadi formalisme lahiriah belaka. Upatjara2 keigamaan diadakan
setjara besar2an, tetapi tidak disertai dengan hidup kesusilaan jang serasi.
Pemudjaan dewa2 dan dewi2 kesuburan tidak lenjap seluruhnja, kendati tindakan
radikal Jehu, jang lebih beralasan politik daripada keigamaan. Keadaan2 buruk
dalam bidang dodial dan keigamaan itu diterima dengan enaknja sadja karena
kejakinan jang palsu tetapi menenangkan ini, bahwasannja Jahwe puas dengan
formalitas2 jang meriah itu.
Suara hati keigamaan rakjat dibangunkan oleh Jahwe dari ketiduran dengan
perantaraan Amos, orang asing itu. Dengan alasan2 keigamaan nabi tsb. menjerang
keadaan2 sosial jang buruk. Ia tampil sebagai pembela kaum tertundas. Dengan tak
kenal ampun ia mengetjam habis2an kemewahan lapisan2 atas di Sjomron (#/ENDE
Amo 2:6-8; 4:1-3; 5:10-13; 6:1-7). Dalam pada itu ditandaskanja kebenaran
mendalam dari agama Israil, bahwasannja ibadah formalitas itu bukan pengganti
hidup kesusilaan dan bahwasanja ibadah sadja tidak memberikan perlindungan
terhadap keadilan penghukum dari Allah (Amo 4:4-5; 5:21-26).
Dimaklumkannja "Hari Jahwe" (Amo 5:18; 8:9-10) - ungkapan buatan Amos
sendiri - jaitu hari penghukuman atas Israil. Keruntuhan keradjaan tak
terelakkan lagi (Amo 3:9-15; 6:8-14; 7:8; 8:2), ketjuali kalau
terdjadi pertobatan jang radikal (Amo 5:4-7; 14-15). Meskipun tidak
disebutkan dengan tegas, namun bagi Amos tangan Jahwe jang menghukum
dikonkretisir dalam kekuasaan Asjur jang mengantjam.
Ketjaman Amos bertumpu pada keigamaan. Ia tampil atas nama Jahwe, Pentjipta
semesta alam jang mahakuasa (Amo 5:8-9; 9:5-6; 4:13), jang mampu
melaksanakan antjaman2Nja. Jahwe telah memilih Israil di-tengah2 bangsa2
(Amo 9:7-10). Tetapi anggapan salahlah, kalau hal itu akan berarti
suatu kelonggaran untuk melanggar perintah2-Nja. Sebaliknja kepilihan itu
mengandung pula suatu tuntutan akan keadilan dan kedjudjuran dalam tingkah-laku
(Amo 3:1-2), jang mengindahkan keselamatan semua manusia, orang jang
miskin dan papa. Kepilihan oleh Allah dan pemeliharanna chas jang berpautan
dengannja, adalah sungguh kepilihan dan bukannja hak dari Israil. Jahwe mau
dihormat dalam ketulusan hari dan diabdi dengan tingkah-laku jang djudjur
(Amo 5:24). Tetapi sebaliknjapun Jahwe tidak membatalkan kepilihanNja
itu. Asal bertobat, umatnja tidak akan ditinggalkan oleh Jahwe, dan sesudah
keruntuhan pada Hari Jahwe, Ia toh akan memulihkan nasib umatNja (Amo 9:11-15).
Kendati antjaman2 jang pedas, Amos toh bukan nabi dari pesimisme. Ia membukakan
pemandangan kearah haru depan jang bahagia bagi sisa sutji dari umat Jahwe.
Seperti ungkapan "Hari Jahwe", demikianpun istilah "sisa" pertama2 digunakan
oleh Amos dalam kesusasteraan kenabian (Amo 5:15).
Kitab Amos terdiri atas suatu kumpulan firman dan penglihatan, jang sebagian
terbesar ditulis oleh nabi sendiri. Dorongan untuk menuliskan pengadjarannja
boleh djadi ialah kenjataan bahwa ia dipaksa menghentikan pengadjaran lisannja
dan meninggalkan negeri itu. Setjara tulisannja ia hendak terus mengulang
peringatan2nja. Mungkinlah dengan itu ia hendak memperingatkan kaum senegerinja
di Juda, supaya djangan mengikuti tjontoh Israil (Amo 1:4-5; 6:1),
sehingga mereka tidak mengalami nasib jang sama. Djelaslah dari tangan nabi itu
sendiri bagian2 dalam mana ia tampil kedepan sambil berbitjara (Amo
7:1-9; 8:1-3; 9:1-4), dan djuga keterangan2 riwajat hidupnja dalam Amo 7:10-17
kiranja berasal langsung dari dia sendiri, walaupun dapat diterima bahwa ajat2
itu dituliskan oleh orang lain dan dibubuhkan pada tulisan2nja sendiri. Ada
beberapa ahli jang berpendapat, bahwa beberapa bagian kitab itu
(Amo 1:4-5; 4:13; 5:8-9; 9:5-6; 9:8-15) tidak berasal dari Amos;
tetapi alasan2 jang dikemukakan mereka tidak seluruhnja mejakinkan. Doksologi2
(Amo 4:13; 5:8-9; 9:5-6) mungkinlah tambahan2 liturgi, tetapi tjotjok
sekali dengan nnubuatnja sebagai suatu seruan kepada kemahakuasaan llah, jang
tidak membuat hampa belaka antjaman2Nja. Antjaman lawan Juda (Amo 1:4-5)
memang sukar diartikan selama tampilnja di Israil, tetapi dapat dimengerti
sebagai suatu tambahan kemudian oleh nabi itu; dengan itu ia hendak membuat
peringatannja kepada Israil berlaku pula bagi Juda. Demikian pula nubuat2
keselamatan dalam Amo 9:8b-15 Amo 9:8-15 mungkin ditambahkan kepada
pengadjaran aselinja sebagai perluasan dari pengharapan, jang sudah diutjapkan
bagi sisa Israil jang bertobat. Bahwasannja pemulihan itu dipertalikan dengan
wangsa Dawud (Amo 9:11) tidaklah begitu mengherankan pada seorang
nabi jang berasal dari Juda, jang sudah barang tentu tidak lupa akan djandji
jang telah diberikan kepada Dawud. Petjahnja keradjaan mendjadi dua bagian tidak
pernah diterima sebagai kenjataan jang tak terelakkan. Bahwasanja Amo 7:10-17
dan Amo 8:4-14 memutuskan gandingannja didalam kitab itu, adalah
djelas; dan oleh karenaja ada tjukup alasan untuk memandang ajat2 tsb. tidak ada
pada tempatnja. Mengapa ajat2 itu oleh para penjusun kitab atau kemudian
ditempatkan disitu, tidaklah djelas.
Kitab itu - dengan mengingat perpindahan tsb. diatas -, tjukup terang
susunannja. Sesudah djudulnja (Amo 1:1-2a) berikutlah serentetan
nubuat2 pengadilan Allah tentang bangsa2 kafir disekitarnja serta Juda sebagai
suatu pendahuluan akan pengadilan tentang Israil (Amo 1:3-2:16). Lalu
chususnja Israil diantjam karena kalalimannja; kedurdjanaannja tidak dapat tidak
mendatangkan keadilan penghukum dari Allah (Amo 3:1-6:14). Hukuman
jang dimaklumkan itu dilukiskan lagi dengan serentetan penglihatan2
(Amo 7:1-9; 8:1-3; 9:1-4), akan dikuntji dengan suatu doksologi dan
dua antjaman, jang membatasi hukuman itu sampai kepada para pendisa di Israil
sadja (Amo 9:5-10). Bagian terachir menutup kitab dengan antjaman2
jang keras itu denan pandangan penuh harapan akan kebahagiaan kelak.
Setelah Amos terpaksa meninggalkan Israil, lalu tugas kenabiannja dilandjutkan
oleh seorang penduduk negeri itu sendiri (Amo 7:5), jakni HOSEA.
Hosea memulai kegiatannja dalam pemerintahan Jerobe'am II (783-743). Nabi itu
menjaksikan anarki politik dan pembunuhan radja2 sesudah kematian Jerobe'am
(Hos 7:3-7; 8:10), padjak jang dibajarkan Menahem kepada Asjur
(Hos 8:8-9; 10:5-6) akan ganti bantuan jang diberikan pada perebutan
tachta (738) dan djuga perang Israil (ber-sama2 dengan Aram) lawan Juda untuk
memaksa negeri itu ikut-serta dalam pemberintakan lawan Asjur (735-734),
sekiranja benarlah Hos 5:10-12 menjindir perang tsb. Tetapi agaknja
ia tidak menjaksikan keruntuhan Israil, jang dinubuatkannja, dalam tahun 721.
Djadi nabi itu tampil antara tahun 745-721.
Dalam permulaan tampilnja Hosea keadaan sosial dan politik di Israil masih sama
dengan jang mendjadi latarbelakang kitab Amos. Tetapi segera terdjadilah
perubahan jang besar. Dari luar Asjur makin lama makin berat tekanannja,
sedangkan dari dalam ada perang terus-menerus untuk memperebutkan tachta.
Pengganti Menahem (743-738) tidak lebih baik nasibnja daripada kedua pendahulu
radja tsb. Pemberintakaan lawan Asjur, dalam mana Pekah (737-732) turut-serta,
digagalkan dan Aram dimusnahkan dari muka bumi (732). Israil sendiri mendjadi
taklukan Asjur jang tak berdaja. Dalam pemberintakan lawan Asjur itu dengan
sendirinja diminta bantuan dari Mesir jang kuat. Di Israil ada dua golongan jang
berebut kuasa: golongan jang lain mau melemparkan kuk dari atas pundaknja dengan
bantuan Mesir (Hos 5:13; 7:11; 8:9; 12:2). Pemberontakan jang tak ada
harapannja dari radja Israil jang terachir, jang sama namanja dengan nabi itu,
berachir dengan keruntuhan definitif keradjaan itu (721). Kekatjauan2 politik
jang disertai dengan kemerosotan ekonomis, membawa sertanja kemerosotan
kesusilaan dan keigamaan jang lebih besar. Hal ini ternjata dari timbulnja
kembali pemudjaan dewa2 dan dewi2 asing dengan ibadahnja jang tak susila dan
dengan merembesnja adat-kebiasaan kafir kedalam ibadah Jahwe jang toh sudah
tidak sah itu, berupa lembu djantan di Betel dan Dan. Tambahan pula pemudjaan
Jahwe itu tidak kurang formalistis daripada hang sudah ada didjaman Jerobe'am
II.
Keadaan jang menjedihkan dari rakjat dalam bidang keigamaan terpantul dalam
hidup pribadi nabi itu. Ia sudah kawin, tetapi perkawinannja mendjadi suatu
lakon sedih. Ia mentjintai isterinja dengan amat sangat, tetapi isterinja tak-
setia kepadanja. Anak2 jang dilahirkannja bukan dari Hosea sendiri, melainkan
dari orang laki2 lain, dengan siapa ia berbuat djinag. Kenjataan menjedihkan
jang kemudian diketahuinja itu membuat nabi memutuskan untuk mentjeraikan
isterinja, jang segera djuga dilepaskannja. Isterinja kawin lagi. Tetapi nabi
itu tak dapat tjedera kepada tjintanja jang pertama. Diambilnja kembali
isterinja dna dibajarkannja ganti kerugian jang dituntut. Isterinja diudjinja
agak lama, untuk menjembuhkannja dari ketjenderungan2nja jang djahat. Tetapi ia
bersedia melupakan jang sudah2 dan mentjintainja lagi dengan segenap hatinja.
Kemudian diinsjafi nabi itu, bahwa hal-ihwal pribadinja anehnja banjak kesamaan
dengan apa jang terdjadi antara Jahwe dan umat pilihanNja. Nabi itu mengerti,
bahwa pengalaman2nja jang sedih itu ditentukan oleh Jahwe sendiri, untuk dengan
itu mengandjurkan kepada umatNja akan bertobat. Karena itu dengan berpangkal
pada hal-ihwalnja sendiri dan dengan memberikan nama2 simbolis kepada anak2,
dinjatakan oleh nabi itu kepada rakjat ketidaksetiaannja kepada Jahwe,
Mempelainja. Begitulah kami artikan kisah biografis dalam pasal 1(Hos 1)
dan 3(Hos 3). Kisah itu mengenai perkawinan jang njata tapi tak-
bahagia dari nabi itu, hal mana baginja mendjadi perlambang ketidak-setiaan
Israil terhadap Jahwe. Dahulu dan sekarang masih ada sadja beberapa ahli, jang
tidak mau mengartikan sebagai kenjataan, melainkan sebagai suatu perlambang atau
alegori buatan nabi itu atau djuga sebagai penglihatan. Tetapi djika teksnja
dibatja baik2, maka kiranja sungguh hal itu mengenai suatu kenjataan. Seperti
isteri Hosea sungguh tak-setia kepada suaminja, demikianpun Israil sungguh
murtad dari Jahwe, Mempelainja. Pengalaman2 serupa itu jang diartikan sebagai
perlambang oleh nabi tsb., terdapat pula pada nabi2 lainnja
(Yes 7:3; 8:3; Yes 16:2; Yeh 24:15-17).
Menurut Hosea ketidak-setiaan Israil kepada Jahwe lebih2 terdiri atas pemudjaan
berhala dan ibadah jang tidak sah serta tjarut di-tempat2 sutji Betel dan Dan
(Hos 2:4-15; 4:11-13; 5:6; 8:5-6; 8:11-13; 13:1-3). Ketidak-setiaan
ini memainkan peranan utama dalam kitab tsb. dan demikianlah seluruhnja
dipengaruhi oleh pengalaman2 simbolik perkawinan itu tidak hanja terdapat dalam
kitab Hosea sadja. Banjak nabi, chususnja Jesaja, Jeremia dan Jeheskiel
mengambil-alih simbolik itu dan ber-ulang2 diterapkan kepada hubungan Jahwe
dengan Israil. Makanja tidak meninggalkan tjintanja, demikianpun Jahwe tidak
akan meninggalkan mempelaiNja, tetapi tetap mentjintainja. Ia manghadjarnja
lebih untuk menjembuhkan daripada untuk menghukum; dan sesudah bertobat, Israil
pasti diterima lagi dalam tjintaNja. Thema in mentjapai puntjaknja dalam Madah
Agung, djika madah itu diartikan sebagai suatu alegori dan bukannja sebagai
lukisan tjinta perkawinan insani.
Kitab Hosea terdiri atas dua bagian besar, jang djelas dapat dibedakan satu sama
lain. Bagian pertama (Hos 1-3) mendjandjikan hal-ihwal hidup
perkawinan nabi itu dengan tafsirnja jang diberikan olehnja atas ilham Allah.
Hanja Hos 2:1-3 rupa2nja tidak tidak ada pada tempatnja. Bagian kedua
94-14) adalah kumpulan firman2 Allah, jang sedikit gandingannja satu sama lain,
ketjuali dalam hal thema umumnja, dan lagi penuh ulangan2. Tidak dapat tidak
firman2 itu diutjapkan pada waktu2 jang berlainan dan pada klesempatan2 jang
berlainan dan urutan chronologisnja pastilah tidak terpelihara dalam susunannja
jang definitif. Walaupun seirng sukarlah membedakan bagian2 ketjilanj sendiri2
dan setiap pembagian oleh karenanja djuga agak sesenaknja sadja, namun bagian
kedua itu dapatlah dibagi atas firman2 jang sedikit-banjak ada gandingannja.
Dalam Hos 4:1-14:1 diketjamlah pelbagai kedjahatan Israil dan
lapisan2 atas dan diantjam dengan hukuman jang tak terelakkan. Namun demikian,
ber-ulang2 muntjul djuga bagian2 jang mengandung harapan (Hos 5:15; 6:11-7:1; 11:8-11).
Bagian jang terachir (Hos 14:2-9) melukiskan penjelamatan jang
terachir dan definitif dari bangsa itu sesudah bertobat.
Lepas dari tambahan2 jang tak penting dalam Hos 1:7 dan Hos 14:10
Hos 14:9, tidak ada alasan untuk menjangsikan keaselian kitab itu
seluruhnja atau sebagian daripadanja. Berpangkal pada anggapan, pernahlah orang
mau mentjoret semuanja, jang berkenaan dengan Juda atau dengan kebahagiaan hari
depan (Hos 4:1-7; 5:5,13-14; 6:11; 12:1; 14:2-9), tetapi tanpa
prasangka tidak dapatlah dikemukakan argumen2 untuk itu. Soal lain jang tidak
begitu penting ialah, apa nabi itu sendiri menulis dan menjusun kitabnja.
Dapatla diterima begitu sadja, bahwa nabi itu menuliskan sendiri se-tidak2nja
bagian2 tertentu. Riwajat hidupnja tak dapat tidak berasal daripadanja, meskipun
bagian kedua digubah oleh orang lain, sehingga bukan Hosea sendiri jang
berbitjara, melainkan orang lain tentang dia. Firman2 untuk sebagian tak dapat
tidak ditulisnja sendiri. Sebab rupa2nja djaranglah ia dapat tampil didepan umum
(Hos 9:7-9), sehingga ia harus membatasi dirinja sampai kekalangan
jang terbatas sadja. Untuk mentjapai rakjat, ia mesti menjerahkan
penfadjaran2nja setjara tertulis kepada pembantu2nja. Tulisan2 ketjil, jang
kiranja ditambah djuga dengan hafalan2 murid2nja, kemudian dikumpulkan
dandisusun. Tetapi hal itu dilakukan dengan agak bebas, sebagaimana ternjata
dari kesan kekaburan, jang diberikan kitab tsb. Mungkin djuga kemudian, ketika
kumpulan itu diterima di Juda, diadakan beberapa perubahan dan tambahan2
seperlunja.
Pesan Hosea amat kaja isinja. Pada pokoknja terdapatlah padanja hampir semuanja,
jang kemudian diperluas oleh nabi2 sesudah dia. Ia melemparkan ketjaman pedas
bukan hanja atas kelaliman sosial (Hos 8:14; 4:2; 10:4; 12:8-9), jang
ditjela habis-habisan oleh Amos, tetapi terutama pula atas keruntuhan susila,
pemudjaan berhala dan ibadah jang tidak sah kepada Jahwe sendiri. Sebab-
musababnja ialah pemimpin2 rakjat, istana dan kaum bangsawan Hos 5:1
dengan keimaman radjawi (Hos 4:4-5). Sebab jang terdalam maka Israil
sampai pada keruntuhan dan tak dapat tidak menudju ke kebinasaannja, jang harus
dilaksanakan oleh Asjur, ialah kekurangan "pengetahuan perihal Jahwe"
(Hos 4:1-6; 6:6). Jaitu tidak adanja rasa keigamaan jang sedjati, hal
mana berarti pasrah bulat kepada Jahwe, mengakui dan menerima Dia sebagaimana Ia
adanja, dalam kekuasaanNja dan kebaikanNja memilih, dalam tuntutan2Nja dan
perintah2Nja, Allah jang tidak membiarkan jang lain disampingNja. Agama jang
sedjati berarti: sjukur, tjintakasih kepada Allah dan manusia, ketaatan jang tak
bersjarat. Walaupun Hosea mempermaklumkan pengadilan kepada Israil, namun ia
terutama adalah nabi tjintkasih. Ia sendiri mempunjai tabiat jang hangat, jang
dapat mentjintai dan mau ditjintai. Ini ternjat dari kesetiaannja kepada
isterinja jang tjedera. Iapun mentjintai bangsanja dengan segenap hatinja; dan
kekerasannja diilhami oleh sebab ia prihatin dan penuh tjinta. Dalam hal ini
nabi itu hanjalah pemantulan dari Allah, seperti jang diadjarkannja tentang Dia.
Dipudjinja tjintakasih Allah jang tak terputuskan kepada umatNja jang tak setia
(Hos 2:16-22), jang kendati segala2nja tidak ditinggalkan
(Hos 11:1-4,8-9). Jahwe menolaknja hanja untuk sementara, tetapi
melulu untuk mengambil kembali dengan tjina kasihNja jang tak berkurang
mempelaiNja, jang sudah dimurnikan dan ditahirkan. Apabila Hosea menutup
kitabnja dengan nubuat kebahagiaan, maka tak lain dan tak bukanlah itu
konsekwensi dari pandangannja tentang Jahwe jang penuh tjintakasih, jang
dibentangkannja dalam seluruh kitabnja.
Thema chas lainnja, jang mengambil tempat jang penting pada Hosea, ialah gagasan
bahwa dosa2 leluhur tetap berada terus dalam diri keturunan2 mereka
(Hos 6:7-7:2; 9:10-17; 10:9; 12:4-7,13-14). Keadaan jang menjedihkan
dari Israil pada saat itu sebetulnja tak lain dan tak bukan adalah kelandjutan
seta akibat dari ketidak-setiaan jang lampau. Sedjak permulaan Israil atau
sebagian daripadanja telah bersalah dengan dosa dan ketidaksetiaan; dan hal itu
berbalik kepada waktu sekarang dan dibalaskan kepada angkatan sekarang. Rakjata
menanggung beban pusaka, jang achirnja akan membawanja ke kebinasaan. Tentulah
ber-lebih2an mengatakan, bahwa Hosea sudah mengemukakan adjaran tentang dosa
asal, tetapi gagasannja merupakan persiapan dan langkah kearah adjaran tsb.
Imbangan Juda dari Amos di Israil ialah MICHA. Menurut djudul kitab
(Mik 1:1) ia tampil dalam pemerintahan Jotam, Ahaz, dan Hizkia, djadi
tahun 738-693. Tidak ada alasan untuk menjangsikan benarnja berita itu, dari
siapapun djua asalnja. Djadi, nabi itu memulai kegiatannja sebelum djatuhnja
Sjomron (721) dan menurut Yer 26:18 ia memang tampul didjaman Hizkia
dan ternjata meninggalkan kesan jang dalam. Nabi Micha, jang berasal dari daerah
pedalaman Juda disebelah selatan, memperdengarkan suaranja selama waktu jang
pandjang dan adalah semasa dengan rakannja, Jesaja. Walaupun berasal dari daerah
pedalaman, ia toh mungkin tampil diibukota itu sendiri (Mik 3:10-12; 6:9; 7:11).
Waktu nabi itu hidup, negeri berada dalam keadaan jang sangat gawat, karena
dibajangi oleh Asjir jang makin lama makin mendesak. Pula atas permintaan radja
Ahaz maka Damsjik direbut dalam th. 732. Tetapi bantuan itu diberikan bukannja
dengan tjuma2 oleh Asjur, sehibngga Juda dalam keadaan tepergantung dan harus
membajar padjak jang berat kepada tuannja di Ninive. Dalam th. 721 Sjomron
djatuh, sehingga sahabat jang besar tapi tadinja djauh itu sekarang berada
diperbatasan Jusa sendiri. Pemberontakan negeri2 taklik dalam 721 itu ditumpas
dengan pumpahan darah dan dalam tahun 711 djuga pemberontakan dinegeri Felesjet,
pada kesem[atan mana Asjdod dibasmi. Radja Hizkia tetap tidak ikut dalam koalisi
anti-Asjur, hal mana menjelamatkan dia. Setelah Sargon, jang merebut Asjdod,
meninggal, terdjadi lagi pemberontakan2, jang didalamnja Hizkia turut-serta
pula. Dalam tahun 701 Sanherib muntjul di Palestina untuk menghadjar takluk2nja
jang memberontak. Ia mengepung djuga Jerusjalem, setelah sebagian besar dari
negeri itu direbutnja; tetapi kemerdejaan serta tachta dapat ditebus dengan
padjak jang sangat menekan, karena Sanherib terpaksa menghentikan pengepungan
itu. Disamping itu Hizkia harus menjerahkan sebagian dari wilajahnja kepada
taklik2 jang dapat dipertjaja. Hal-ihwal politik ini seperti lazimnja djuga
membawa sertanja kemerosotan dalam bidang sosial dan keigamaan. Radja Jotam,
jang pemerintahannja (740-736) hanja ketahuan sedikit sadja, rupa2nja adalah
seorang radja jang mursjid; tetapi didjaman Ahaz kekafiran mengalami masa subur,
karena radja itu dengan alasan2 politik mengandjurkan pemudjaan dewa2 asing.
Karena alasan2 anati-Asjur, Hizkia memadjukan kebangkitan nasional dan
keigamaan, dalam hal sosial di Juda chususnja di Jerusjalem, dalam masa
kemerosotan keigamaan itu, sangat tidak memuaskakn. Hal itu bergandingan pula
dengan perubahan susunan masjarakat. Perdagangan dan industri, hubungan2 dengan
luarnegeri, mentjiptakan lapisan baru orang2 jang kaja-raya, jang memperkaja
diri dengan menghisap rakjat djelata, termasuk pula Micha.
Berlainan pula dengan Jesaja, nabi tsb. tidak menaruh perhatian langsung kepada
segi politik, melainkan lebih2 kepada segi sosial kehidupan masjarakat dari
djamanna. Baginja Asjur hanjalah tjambuk penghadjar didalam tangan Jahwe untuk
menghukum dosa2 para penghisap. Dikemukakan djatuhnja Sjomron (Mik 1:5-7; 6:1-5),
karena hal itu harus mendjadi suatu peringatan bagi kaum senegerinja, untuk
tidak melandjutkan dosa2 bangsa sesaudara dan dengan demikian mengalamu nasib
jang sama. Dosa2, jang terutama menarik perhatian nabi itu, ialah sama dengan
jang diketjam Amos di Israil, jaitu ketidak-adilan sosial dan penghisapan
(Mik 2:1-2,8-9; 3:1-4,9-11; 6:9-14; 7:1-6). Jang mendjadi sebab
kepapaan itu ialah seperti dalam kitab Amos, lapisan2 atas, jang dengan tak
bertanggungdjawab menghisap lapisan2 bawah (Mik 3:1-4,9-12; 6:12).
Micha menambahkan suatu kelompok lain lagi, jakni nabi2 palsu (Mik 3:5-6)
jang didjaman itu ternjata merupakan golingan kuasa.
Protes sosial dari Micha itu berdasarkan keigamaan. Ia bukan hanja seorang
pembaharu sosial atau pengandjur revoluso sadja. Dituntutnja pertobatan
keigamaan (Mik 6:8), jang dengan sendirinja djuga membawa sertanja
perbaikan sosial jang perlu. Lapisan2 atas merasa aman terhadap segala bahaja,
aman terhadap tangan penghukum dari Jahwe, karena mereka pertjaja pada upatjara2
mereka jang meriah (Mik 6:6-7; 2:6-7; 3:4,11), disertai dengan alat2
kekuasaan militer (Mik 5:9-10). Tetapi ibadah bukanlah basis bagi
kepertjajaan, dan kekuatan2 militer (Mik 5:9-10). Tetapi ibadah
bukanlah basis bagi kepertjajaan, dan kekuatan2 militer se-mata2 bukanlah suatu
perlindungan. Ini diadjarkan nabi tsb. Selama mereka menindas kaum sebangsanja,
liturgi tidak ada artinja. Semua kan anggota dari satu bangsa, jakni umat Jahwe
dan semua mempunjai hak2 serta kewadjiban2 jang sama. Dengan menghisap seorang
saudara, orang melanggar hukumAllah jang diberikan demi untukumatNja. Masing2
sama haknja atas tanah Jahwe; dan merampas tanah itu dari seseorang adalah
perkosaan jang dilakukan pada milik Jahwe sendiri. Apa jang diminta Allah dari
manusia bukanlah se-mata2 dan terutama ibadah, melainkan tjintakasih dan
kedjudjuran dibarengi dengan kepatuhan jang rendah hati kepada Allah jang adik
dan maharahim (Mik 6:8).
Kepada para pendosa dari antara bangsanja Micha memaklumkan pengadilan Jahwe
jang keras, jang akan muntjul dalam rupa Asjur. Sjomron djatuh binasa, akan
tjontoh dan eringatan bagi Juda. Pembasmian daerah selatan Juda, asal-usul nabi
itu, oleh Sanherib dalam tahun 701 (Mik 1:8-16) adalah djuga suatu
peringatan bagi Jerusjalem, jang djatuhnja dilukiskan sebelumnja (Mik 3:12; 6:13-16).
Tetapi Micha tidak hanja menubuatkan malapetaka sadja. Ia mengenal pengharapan
djuga. Bagi "sisa" (Mik 4:7; 5:6,7) dari bangsanja, jakni sisa jang
mursjid (Mik 5:2; 4:13) dinubuatkannja hari depan jang gemilang
sesudah pelaksanaan pengadilan itu. Radja keturunan Dawud (Mik 5:1-5),
al-Masih, akan memerintah disana dan mendatangkan perdamaian kepada umat Jahwe
jang sudah disutjikan (Mik 5:11-14), setelah musuh dibasmi
(Mik 4:9-14; 5:6-8; 7:8-10) (Mik 4:9-5:1; 5:6-8; 7:8-10). Namun
demikian keradjaan itu bukanlah keradjaan nasional Jahudi belaka, karena orang2
kafirpun akan bertobat kepada Jahwe dan naik ke Sion (Mik 4:1-5).
Dengan pemandangan2 luas ini Micha toh mengakui iman dan kepertjajaannja pada
Jahwe (Mik 7:7), kendati kebedjatan jang dikonstatirnja pada kaum
semasanja dan jang hanja meninggalkan harapan jang ketjil sadja. Achirnja Jahwe
toh tidak akan menolak umatNja setjara definitif. Betapapun djua esuramnja hari
depan itu, namun nabi itu berkepastian atasnja, se-tidak2nja untuk sebagian dari
bangsanja.
Kitab Micha terdiri atas sekumpulan firman, jang dikemukakan nabi itu selama
masa djabatannja jang pandjang. Bahwasanja tidak semuanja dituliskan dalam dalam
kitabnja, bolehlah dipastikan. Makanja tidaklah mungkin djuga bahwa nabi itu
sendiri menjusun kitabnja sebagaimana sekarang ini adanja. Sampai sedjauh mana
tjatatan2nja dituliskan atas suruhan nabi itu sendiri, pada hakikatnja tidaklah
dapat ditentukan lagi.
Kitab itu, sebagaimana sekarang ini adanja, manundjukan susunan jang gandjil.
Kitab itu terdiri atas dua bagian besar, jang menundjukkan kesamaan jang besar
satu sama lain dalam hal susunan umumnja. Bagian pertama (Mik 1-5)
adalah sekumpulan antjaman2 (Mik 1-3) diikuti dengan djandji
keselamatan (Mik 4-5). Bagian kedua (Mik 6-7) adalah djuga
suatu seri permakluman hukuman (Mik 6:1-7:7) diikuti dengan bagian,
jang mengatakan lagi pemulihan dihari depan (Mik 7:8-20).
Bagian pertama mudah dimengerti. Antjaman2 itu bertanggal dari masa sebelum
djatuhnja Sjomron dan pembagaruan agama oleh Hizkia kemudian. Hal itu harus
mendjadi peringatan bagi Juda. Sama pula gunanja ialah penjerbuan Sanherib
(701), hal mana menundjukkan sekali lagi, bahwa Juda akan mengalami nasib jang
sama seperti Israil, apabila Juda tidak bertobat. Djandji2 (Mik 4-5)
itu dapatlah dimengerti se-baik2nja sesudah pembaharuan oleh Hizkia. Pembahaeuan
memberi nabi itu harapan lagi bahwa bahaja masih dapat ditangkis; dan dengan
berbitjara tentang hari depan jang bahagia, ia memberikan sumbangannja untuk
memperkuat djatahan nasional terhadap Asjur. Djandji2 dalam Mik 2:12-13
di-tengah2 antjaman hukuman agak gandjil bunjinja. Kiranja tidak ada pada
tempatnja disitu, tetapi toh dari Micha djuga asalnja.
Sebaliknja bagian kedua djauh lebih sukar dipahami. Antjaman2 dibagian kedua
sedjadjar dengan antjaman2 bagian pertama. Dan ditudjukan pula kepada Israil.
Ada beberapa ahli, jang hendak memindahkan firman2 itu kedjaman pemerintah
Menasje (687-642), dan menurut pendapat mereka nabi itu membajangkan kembali
masa lampau jakni keruntuhan keradjaan utara, untuk menambah kuatnja peringatan
jang diberikannja. Tetapi tidak dapat dibuktikan dengan mudah, bahwa Micha masih
tampil didjaman pemerintahan Menasje. Ini ditentang dengan tegasnja oleh djudul
kitab. Karena kiranja lebih dapat diterima, bahwa antjaman2 itu memang sedjadjar
dengan antjaman2 bagian pertama (Mik 1:2-3:12), djadi harus
ditanggalkan pada waktu jang sama. Demikian djadinja ada dua kumpulan nubuat2
tersendiri, jang kemudian didjadikan satu kitab. Sisa dari bagian kedua kitab
itu terdiri pelbagai petilan. Rakjat berbitjara kepada musuhnja dan mengakui
kesalahannja, jang mendjadi sebab murka Allah, tetapi menjatakan pula harapannja
akan hari depan (Mik 7:8-10). Kemudian nabi itu sendiri angkat
bitjara dan mendjandjikan pembangunan kembali tembok2 Jerusjalem dan pulangnja
kaum buangan (Mik 7:11-13). Bagian berikutnja adalah doa rakjat untuk
kembali dan pemulihannja sendiri dan untuk perendahan musuhnja (Mik 7:14-17).
Seluruhnja ditutup dengan seruan akan belaskasihan Allah dan kesetianNja kepada
perdjandjian (Mik 7:18-20). Teks2 itu rupa2nja mengandaikan
keruntuhan Jerusjalem dan pembuangan. Djadi sukarlah dikatakan berasal dari
Mica\ha. Oleh karena itu kebanjakan ahli berpendapat, bahwa teks2 itu terdjadi
didjaman pembuangan dan kemudian ditambahkan kepada kitab itu, agar seluruhnja
djangan berachir dengan nubuat tentang eruntuhan, melainkan dengan perluasan
lebih landjut dari harapan nabi itu (Mik 7:7).
Dengan itu dikemukakan persoalan mengenai keaselian kitab tsb. Ketjuali mengenai
bagian terachir, jang sungguh tidak berasal dari nabi itu, dikemukakan persoalan
jang sama djuga berkenaan dengan Mik 2:12-13. Tetapi dengan
memindahkan ajat2tsb. ke Mik 4:7-9 tidak ada alasan jang kuat lagi
untuk menjangkal keaseliannja. Djandji tsb. dapat djuga diartikan bukannja
tentang Juda melainkan tentang Israil; dan karena nubuat2 keselamatan itu (fasal 4)
(Mik 4) mengenai Juda, maka nubuat2 itu mendapat tempat lain jang
kurang serasi. Teks kedua, jang keaseliannja disangsikan ialah Mik 4:1-3.
Sebab ajat2 ini terdapat pula hampir2 menurut huruf pada Yes 2:2- 4.
Djadi, siapakah jang menuliskannja? Mungkinkah Micha mengutipnja dari Jesaja
atau djuga sebaliknja; kedua nabi itu mungkin mengambil teks tsb. dari sumber
jang sama, jang tidak kita ketahui lagi; mungkun djuga para penjususn kitab
Jesaja dan Micha telah menjisipkan sebuah teks, jang tidak ketahuan asalnja,
kedalam kedua kumpulan itu. Sesungguhnja tidak ada argumen2 jang kuat, untuk
menerima keterangan jang satu atau jang lain. Oleh karena itu djuga tidak dapat
diputuskan tentang keaselian ajat2 tsb. Namun demikian, kebanjakan ahli
berpendapat bahwa ajat2 tsb. tidak berasal dari Micha. Apa Mik 4:10b
jang menjebutkan Babel sebagai tempat pembuangan bagi Jerusjalem, berasal dari
Micha, masih diperbantahkan. Sebab didjaman Micha Babel belum meruoakan bahaja
bagi Juda. Tetapi ahlu2 mengemukakan, bahwa tejs tsb. boleh djadi tidak mengenal
keradjaan Babel, melaunkan mengenai Babel sebagai propinsi Asjur.
Nabi Micha dan nabi Jesaja beberapa waktu kemudian mendapatkan seorang pengganti
dalam tugas kenabian mereka dalam diri SEFANJA. Dalam djudul kitabnja
(Zef 1:1) diberikan silsilah jang agak pandjang, jang menjebutkan dia
tjitjit dari seorang jang bernama Hizkia. Samasekali tidak pasti, bahwa Hixkia
tsb. adalah radja Juda jang bernama demikian dan oleh karenanja tidak pasti
djuga, bahwa nai tiu keturunan radja. Menurut djudul itu djuga Sefanja tampil
dikeradjaan Juda dalam pemerintahan Josjijahu (640-609). Karena nabi itu
melantjarkan kerjaman jang pedas terhadap keadaan keigamaan negerinja, jang
diratjuni oleh kekafuran, maka tudak mungkinlah ia tampil sesudah pembaharuan
Josjijahu, jang menumpas kekafuran itu. Djadi ia mengadakan kegiatannja selama
radja itu masih belum dewasa, jaitu sebelum tahun 628. Maka kegiatannja dapat
ditanggalkan dengan agak teliti antara tahun 640 dan 630, dan demikian ia
mendjadi pendahulu langsung dari Jeremia.
Didjaman itu nabi tsb. mempunjai alasan penuh untuk mengetjam Juda, terutama
Jerusjalem, karena negeri itu keadaannja menjedihkan dalam bidang politik dan
keigamaan. Pada waktu itu kekuasaan Asjur mentjapai puntjaknja, untuk kemudian
menurun dengan tjepatnja. Asarhadon (680-669) dan asubanupal (667-621)
memaksakan kehendak mereka kepada Mesir dan meletakkan bebannja diatas pundak
saingannja jang besar itu. Sedjak penjerbuan Sanherib (701) Juda mendjadi negeri
takluk jang setia tetapi tak berarti. Walaupun Sanherib terpasa menghentikan
pengepungan Jerusjalem, namun negeri djatuh kedfalam kepapaan jang hebat karena
padjak berat dan karena terkudung wilajahnja. Pengganti2 Hizkia, jaitu Menasje
(687-642) dan Amon (642-640) tidak dapat berbuat apa2 selain mendjadi hamba2
jang tunduk. Ketundukan mereka sampai begitu rupa, sehingga mereka setjara resmi
memudja dewa2 bintang Asjur, hal mana didasarjab oyka atas abggapan bahwa dewa2
itu agaknja lebih kuasa daripada Jahwe. Hal itu menjebabkan synkretisme jang
masih latent dan ketjenderunagan2 kafir muntjul lagi di-mana2.Para mangkkubumi
Josjijahu jang kurang umur menempuh djalan jang sama. Kekuasaan Asjur sementara
itu mulai surut. Sedjak tahun 653 Mesir berdaulaat lagi. Radja Babel, Sjammasj
Sjumuhin memberontak dalam tahun 652 dan penindasan pemberontakan itu makan
banjak waktu (652-648) dan lebih banjak tenaga. Disebelah timur orang Media dan
Parsi mulai merongrong keradjaan dan daru utara bangsa Skutos mengadakan
penjerbuan2. Dapatlah dikirakan, bahwa keruntuhannja tidak begitu djauh lagi.
Dalam keadaan2 demikian itu bangsa2 jang ditaklukkan mulai menaruh harapan lagi
dan mulai bergolak. Pula Juda dapat menghela nafas dengan lebih leluasa dan hal
itu membangkitkan pembaharuan nasional serta keigamaan, chususnja didaerah
pedalaman; kebangkitan itu mentjapai puntjaknja dalam pembaharuan2 jang
dilantjaarkan oleh Josjijahu jang sudah dewasa.
Didalam situasi itu tampillah Sefanja. Didalam pergolakan pilitik jang ada di-
mana2 itu ia hendak menjelamatkan bangsanja dan membawanja kekebesaran jang
baru. Dosa adalah sebab-musababnja segala kepapaan, dan karena dosa2nja Juda
akan terseret pula kedalam bentjana besar, jang sudah diambang pintu. Karena itu
Sefanja memaklumkan dalam rangka bentjana sedunia itu (Zef 1:2-3,8; 3:8)
"Hari Jahwe" jakni hari pengadilan atas Jerusjalem (Zef 1:4-13; 3:1-5).
Hari pengadilan itu akan melingkupi segala bangsa, dan Asjur tidak
terketjualikan (Zef 2:4-15). Kesemuanja itu harus mendjadi lem
(Zef 3:6-8), untuk tidak sampai turut diadailiPengadilan itu harus
mendjadi suatu proses pemurnian, baik kaum kafir (Zef 3:9-10) maupun
bagi orang2 Juda (Zef 3:9-11); hanja suatu sisa jang ketjil dan hina-
dina, para mursjid (Zef 3:12-13), orang2 pedalaman (Zef 2:3),
akan diselamatkan, jaitu sisa sutji bagi masa depan (Zef 3:14- 20).
Sefanja memandang sebagai dasar segala dosa, jang terutama berwujud dalam
kekafiran jang dimasukkan dan dilindungi lapisan2 atasan itu, keangkuhan
(Zef 3:1; 2:10,15) jang merupakan kebalikan dari keutamaan2 pokok:
kerendahan hai, pasrah dengan penuh kepertjajaan kepada Jahwe dan iman akan
Allah Israil (Zef 3:16-17). Karena itu orang angkuh, siapapun djua
orangnja, entah bangsa kafir entah penduduk Jerusjalem, pastilah akan binasa,
sedangkan orang jang renfah hati akan diselamatkan.
Kitab Sefanja tersusun agak sekematis atas empat bagian. Bagian pertama
(Zef 1; 2-2:3) memuat suatu prakata, jang melukiskan bentjana kosmis
(Zef 1:2-3), sedjumlah firman lawan para pendosa di Jerusjalem dengan
gambaran hari Jahwe, jang dikuntji dengan seruan untuk bertobat (Zef 1:4-2:3).
Dalam bagian kedua (Zef 2:4-13) dikumpulkan sedjumlah firman lawan
bangsa2 kafir harus mendjadi peringatan bagi penduduk ibukota Juda Kitab
ditutup, sebagaimana halnja dengan kitab Amos, Hosea, dan Joel, dengan nubuat
keselamatan (Zef 3:9-20).
Kitab dalam bentuknja jang sekarang sudah pastilah tidak disusun oleh Sefanja
sendiri. Tetapi para penjusun sungguh kembali kepada utjapan2 nabi itu, entah
dituliskan oleh dia sendiri entah tidak. Berkat para penjusun ada beberapa
tambahan ketjil2, seperti ketika pengantar jang pendek2 dalam Zef 1:1,8,10,12; 3:11-16
dan keterangan2 singkat dalam Zef 1:4,17; 3:8,10, jang mungkin
berasal dari orang lain lagi. Tetapi kesangsian2 dikemukakan pula mengenai
petilan2 jang lebih besar. Orang mau menjangkal, bahwa Zef 1:2-3; 2:8-11; 3:1-13
dan Zef 3:14-20 itu berasal dari Sefanja, djadi praktis separoh dari
kitab itu. Tetapi argumen2 jang sikemukakan ternjata tidak kuat untuk
membuktikan pendapat itu. Hanja mengenai Zef 2:11 dan Zef 3:9-10,
jang bergantung dari Yes 2 dan Yes 40:1- 55:13, dan djuga
Zef 3:18-20, jang mengandaikan pembuangan, kesangsian2 itu begitu
rupa, sehingga sukarlah dapat diterima, bahwa ajat2 itu berasal Sefanja. Ajat2
tsb. djuga tidak dapat disesuaikan dengan apa jang dikatakan nabi itu tentang
"sisa" jang diselamatkan dalam Zef 2:3 dan Zef 3:11-13.
Dalam Zef 3:18-20 seluruh bangsa ambil bagian dalam keselamatan; dan
Zef 3:19 djuga bergantung dari (Mik 4:6).
Djika Sefanja sudah melihat mendekatnja kebinasaan Asjur, maka NAHUM
menjaksikan dengan mata kepala sendiri, setelah ia dalam kebanggaan nasionalnja
meramalkan kedjatuhan Asjur jang sudah diambang pintu. Sebab nabi itu tampil
antara tahun 663 dan 612. Ia menjindir perebutan Tebes (Nah 3:8-10)
oleh Asurbanipal; dan keruntuhan Ninive (612) dinubuatkan begitu rupa, se-akan2
ia sendiri melihat itu terdjadi didepan matanja. Dengan itu Nahum djuga adalah
semasa dengan Jeremia.
Sesudah kematian Asurbanipal (626), keradjaan Asjir menudju dengan tjepatnja ke
keruntuhannja. Babel memperoleh kedaulatannja kembali dibawah pimpinan
Nabopalasar (625-605) dan melawan Ninive dalam tahun 616-619. Mesir mentjoba
selamatkan Asjur, musuhnja jang lama, tetapi sia2 sadja; sedangkan Babel
mendapatkan sekutu dalam diri radja Media, Cyaxares. Dalam tahun 614 bangsa
Media merebut kota Asjur disebelah selatan Ninive. Nabopalasar mengikat
perdjandjian dengan mereka dan ber-sama2 mereka merebut dan membasmi Ninive
dalam tahun 612. Keruntuhan metropol (kota-pusat) jang dibentji mendatangkan
kegembiraan jang besar diantara bangsa2 jang tertindas dan menderita, jag tidak
sadar, bahwa hal itu achirnja tidak banjak untungnja, karena Babel memandang
semuanjan sebagai milik pusakanja jang sjah. Juda turut serta dalam kegembiraan
itu. Didalam pemerintahan Josjijahu negeri itu praktis berdaulat lagi. Ketika
Mesir datang menolibg Asjur, Josjijahu menentang hal itu; tetapi hal itu
berachir dengan kekalahan di Megido (609) dan mangkatnja radja jang mursjid itu.
Untuk sementara Mesir mengambilalih kekuasaan sampai Babel tjukup kuat untuk
menjingkirkan musuh itu.
Nahum melantjarkan nubuatnja tepat ketika pasukan Babel dan Media madju ke
Ninive dan sudah djelaslah, bahwa serangan itu tidak dapat ditanggulangi. Ada
jang mau menganggap, bahwa nubuat itu adalah suatu telah sesudah terdadinja
peristiwa, tetapi anggapan ini dapat ditolak dengan tjukup alasan. Sebagian
besar dari kitab itu (Nah 1:12-13,14; 2:13,3,5-7; 1:9-10,11; 2:1,3; 3:1,3; 3:1-4,11,15)
tiada maknanja lagi sesudah djatuhnja Ninive dan Nah 3:12-15a
haruslah ditanggalkan sebelum tahun 615, ketika Babel dan Media sudah merebut
sebagian besar dari negeri itu, sedangkan Ninive masih utuh. Tetapi bolehlah di
terima, bahwa gambaran jang sangat konkrit dari keruntuhan Ninive (Nah 2:2,4-13; 3:2-11)
itu kemudian dikerdjakan lagi oleh nabi itu menurut kenjataan. Tetapis aduran
itu dilakukan pada nubuat jang njata. Djuga anggapan bahwa kitab itu memuat
perajaan liturgis, sebangsa kebaktian sjukur sesudah djatuhnya Ninive, tidaklah
dapat diterima. Kitab itu adalah kumpulan firman2 jang diutjapkan Nahum ketika
keruntuhan Ninive tak terelakkan lagi. Bahwasannya Nah 1:9-14
mengenai radja Menasje, kiranja tidaklah mungkin.
Dalam nubuatnja Nahum menjimpang banjak dari nabi2 lainnya. Nabi2 lain itu
melawan bukan hanja bangsa2 lain jang bermusuhan, jang keruntuhannja dinubuatkan
mereka, tetapi sering djuga umat Allah itu sendiri, jang karena dosa2nja
mendatangkan kebinasaan atas dirinja sendiri dan oleh karenanja harus didesak
untuk bertobat. Dari kesemuanja itu sedikitpun tidak terdapat pada Nahum. Ia
melulu melawan Ninive dan dengan sukatjita besar ia melihat kebinasaan adikara
itu mendekat. Apa jang berbitjara padanja bukanlah kesadaran akan kesalahan
sendiri, melainkan rasa keadilan jang terlanggar, jang tersinggung oleh penindas
lalim begitu banjak bangsa. Hal itu tidak dapat dibiarkan oleh Jahwe jang adil.
Nabi2 lainnja seperti Jeremia (Yer 50:21-32) dan Jesaja (Yes 10:5-19)
mengenal hal itu djuga, tetapi dalam tulisan singkat, jang masih tersimpan dari
Nahum, aspek tsb. terlalu ditandaskan, tanpa dikemukakannja pula segi jang lain.
Berlebih2anlah mengatakan, bahwa Nahum itu melulu seorang nasionalis jang
menaruh dendam. Tjelaannja terhadap Ninive sungguh beralasan keigamaan (Nah 1:2-8).
Pada hakikatnja adalah Allah jang membimbing sedjarah; tidak membiarkan
kedjahatan luput dari hukuman. Untuk memahami Nahum sepenuhnja, tidak bolehlah
dilupakan, bahwa kaki langit pandangannja terbatas sampai dunia ini sadja dan
bahwa ia belum dapat membanjangkan pembalasan diachirat. Iapun berpikir, setjara
kolektif dan tidak mempersoalkan, bagaimana suatu bangsa seluruhnja, serta
anggota2nja dapt dihukum karena kedjahatan beberapa orang, chususnja kedjahatan
radja.
Kitab Nahum terdiri atas dua bagian besar. Bagian pertama (Nah 1:2-1:3),
jang merupakan prakata bagi bagian pokok, terdiri atas sebuah mazmur menurut
abjad (Nah 1:2-8), dalam mana keadilan pembalas dari Jahwe dilukiskan
dengan gambaran2 jang lazim, sebagai tampilnja Jahwe untuk mengadili. Mazmur itu
diikuti sedjumlah firman (Nah 1:9-2:1,3), jang setjara bergiliran
mengenai Juda dan Asjur, dan dalam mana dipermaklumkan keruntuhan Ninive akan
pelipur bagi umat Allah. Bagian kedua jang terutama (Nah 2:4-3:19)
adalah suatu permakluman serta lukisan pembasmian Ninive.
Pada umumnja diterima, bahwa bagian terbesar dari kitab itu berasal dari Nahum
sendiri. Hanja mengenai mazmur pengantar, jang luasnja ditentukan setjara
berlainan, dikemukakan kesangsian2. Mazmur itu katanja sangat kurang
gandingannja dengan kitab; dan memang hanja merupakan sekumpulan ungkapan dan
gambaran, jang sudah lazim tanpa banja keaselian. Tambahan pula katanja sandjak2
menurut abdjad baru muntjul kemudian. Namun demikian ada banjak ahli, jang tidak
menerima argumen2 tsbt. dan tetap membela keaselian mazmur itu. Sukarlah dalam
persoalan ini memperoleh kepastian jang memadai.
Amat berlainanlah pendapat2 mengenai waktu tampilnja HABAKUK. Ini
bergandingan dengan tafsir jang diberikan orang kepada kitab itu. Diluar kitab
itu sendiri tidak ada petundjuk2 lebih landjut. Betul dalam Dan 14:33-39
disebutkan seorang nabi jang bernama Habakuk, jang hidup di djaman pembuangan,
tetapi semua ahli sependapat, bahwa Habakuk tsb. tidak ada sangkut-pautnja
dengan pengarang nubuat, jang tetap tersimpan dalam Perdjandjian Lama. Bagi
mereka, jang berpendapat bahwa Habakuk berbitjara tentang orang2 Asjur dengan
nama Chaldai, tampilnja Habakuk ditanggalkan sebelum tahun 621. Ahli2 lainnja
berpendapat, bahwa dalam bagian pertama ia membajangkan radja Menasje, djadi ia
tampil antara tahun 687-642. Ahli2 lainnja lagi mengirakan radja Jojakim (609-
598); dan lainnja pula berpendapat, bahwa dalam nama Chaldai itu bersenbunji
orang2 Junaninja Iskandar Agung, sehingga Habakuk itu mendjadi nabi antara tahun
336-323. Tetapi pendapat jang paling beralasan ialah bahwasannja orang2 Chaldai
itu memang adalah orang[2] Babel, sehingga Habakuk tampil pada permulaan
pemerintahan Nebukadnezar, jang mulai mendjalankan kekuasaan Babel setjara
efektif di Palestina, jaitu sebelum Jerusalem direbut (597), karena peristiwa
tsb. tidak disinggung sedikitpun dalam kitab itu. Djadi Habakuk mendjadi nabi
antara tahun 605-598.
Djadi nabi itu hidup pada waktu kegembiraan sedjenak atas terbasminja Ninive,
jang dinjatakan Nahum dengan amat hangatnja itu, sudah lentjap. Sebab orang2
Babel bertingkah-laku sebagai pengganti2 Asjur. Nebukadnezar II mulai meluaskan
kekuasaan jang sudah ditanamnja itu kearah Laut Tengah. Fare'o Mesir, jang
hendak menolong Asjur, dipunahkan setjara definitif dalam pertempuran di
Karkemisj (605). Dengan sendirinja Juda djatuh kedalam tangan si pemenang. Betul
Nebukadnezar terpaksa kembali ke Babel, untuk menertibkan keadaan disana; tetapi
apabila Jojakim, setelah tunduk tiga tahun lamanja, memberontak, bertindaklah
Nebukadnezar pula. Mula2 dikiriminja pasukan pendudukan Babel jang diperkuat
dengan balabantuan negeri2 takluk disekitarnnja [599], tetapi kemudian ia
sendiri tampak dinegeri itu [598] dan merebut Jerusjalem [597]. Jojakim, jang
mangkat waktu pengepungan, digantikan oleh Jojakin, jang harus menanggung
akibat2 pemberontakan. bersama dengan bagian terbesar penduduk ia dibuang ke
Babel dand igantikan sebagai radja oleh Sedekia. Habakuk menulis nubuatnja tepat
pada permulaan aksi Nebukadnezar, sebelum ia sendiri muntjul tapi toh sudah
mentjengkau Juda dalam kekuasaannja.
Kitab Habakuk, jang pastilah disusun oleh dia sendiri, adalah amat harmonis
susunannja. Malahan susunannja begitu rupa, sehingga tiada dapatlah itu disusun
oleh orang lain dengan berpegangan pada pengadjaran Habakuk. Bahkan boleh
ditanjakan, apa ia pernah mengemukakannja setjara lisan. Kitab itu dimulai
dengan dwitjakap antara nabi itu dengan Jahwe (Hab 1:2-2:4). Lalu
berikutlah dalam bagian kedua (Hab 2:5-20) lima kutukan atas Babel.
Bagian ketiga (Hab 3:1-15) adalah dia hangat nabi itu. Seluruhnja
ditutup dengan pernjataan iman dan kepertjajaan, jang disokong oleh kepastian
dari pihak Jahwe sendiri (Hab 3:16-19).
Struktur keseluruhan sangat teratur. Nabi itu berkelukesah tentang penindasan
oleh Babel (Hab 1:2-4). Dalam bentuk nubuat Jahwe mendjawab, bahwa
penindasan itu dikirim oleh Dia sendiri (Hab 1:5-11). habakuk lalu
mengemukakan lagi persoalan bagaimana Jahwe dapat membiarkan kelaliman (Hab 1:12-17),
jang dilakukan oleh pendosa dan pemudja berhala itu. Ia menunggu djawaban Jahwe
(Hab 2:1) dan mendapat djandji, bahwa kelaliman itu akan dibalas pada
waktunja (Hab 2:2-4). Dengan membentangkan djawaban itu lebih landjut
nabi itu melontarkan kutuk2nja, jang merumuskan alasan hukuman itu dengan
menjebutkan kedjahatan2 babel (Hab 2:4-18). Itu ditutup dengan sekali
lagi menjatakan kepertjajaannja kepada Jahwe sambil menantikan tjampurtanganNja
(Hab 2:19-20). Tjampurtangan itu dilukiskan dalam suatu lagu
(Hab 3:2-15), jang merupakan pemantulan dari penglihatan jang
diterimanja. Achirnja digambarkan kesan penglihatan itu bagi dirinja, jaitu
mendjadi sumber sukatjita dan kepertjajaan (Hab 3:16-19).
Dalam kesemuanja itu djelaslah, persoalan mana sesungguhnja menggelisahkan nabi
itu, jakni persoalan tentang jangdjahat. Djika nabi2 lainnja melihat penindasan
oleh musuh sebagai hukuman atas dosa2,- gagasan mana diandaikan dalam Hab 1:5-11
tapi tidak pernah dinjatakan dengan djelasnja - maka Habakuk melihat segi lain
dari jangdjahat. Israil pada hakikatnja kan lebih baik dari kaum kafir, karena
pengetahuannja tentang Jahwe. Penindasan itu adalah kelalilam jang mendjerit
kelangit dan bagaimana Allah masih dapat membiarkan hal itu. Itu kan: membalas
kedjahatan dengan kedjahatan jang lebih besar. pemetjahan persoalan itu ialah:
kedjahatan2 itupun akan dihukum kemudian si mursjid (Juda). Persoalan jang sama
telah menggelisahkan tokoh2 lainnja, terutama dalam suasana individu, seperti
jeremia, pengarang kitab Ijob dan si Pengchotbah disamping beberapa mazmur.
Habakuk memperbitjangkan persoalan itu dalam tingkatan bangsa2 serta kaum2.
Pemetjahan jang diberikannjapun tidaklah sepenuhnja memuaskan. Ini barulah
demikian, bilamana kemudian wahju sudah memastikan adanja kehidupan terus
dialam sana.
Tentang keaselian kitab tsb. tidak ada kesangsian2 lagi jang sungguh2.
Keberatan2 lebih2 dikemukakan terhadap mazmur penutup (3). Bahwasanja djudulnja
(Hab 3:1) dan ajat terachir (Hab 3:19) itu adalah tambahan
seperti djuga tjatatan musikal "Selah" halnja, tidaklah dipungkiri oleh siapapun
djuga. Tetapi hal itu hanja membuktikan, bahwa mazmur tsb. dipakai dalam
liturgi, tetapi bukanlah bahwa mazmur tsb. tidak berasal dari Habakuk. Nabi itu
kiranja menggunakan teks2 jang sudah ada dan menjesuaikannja dengan keadaan pada
waktu itu, tetapi sungguh nabi itu sendirilah jang menjusun teks itu dan
memuatnja dalam kitabnja. Sebab ini suatu kesatuan jang teramat kuat
sususnannja, untuk begitu sadja dipungkiri keaselian sebagian daripadanja.
Kitab jang terketjil dari seluruh perdjandjian lama ialah OBADJA, tetapi
bagi para ahli kitab itu bukanlah jang termudah. Tentang oknum nabi itu tidak
diketahui sedikit djuapun, dan segala-galanja harus disimpulkan dari ke-21 ajat
kitabnja itu. Se-kali2 tidak bolehlah ia dipersamakan dengan Obadja, jang
didjaman Elia memberikan perlindungan kepada nabi2 Jahwe (2Ra 8:20-22).
Soal pertama ialah: Bilamana nabi itu tampil? Pendapat para ahli sangat
berlainan. Ada jang memandang dia, atau se-tidak2nja sebagian dari kitabnja itu,
sebagai jang pertama kesusasteraan nabi2. Kata mereka, ia tampil didjaman radja
Joram (lk. th. 847). Bagi ahli2 lainnja ia adalah kira2 nabi terachir, jang
tampil sesudah pembuangan sekitar th. 45. Kelompok ketiga berpendapat, bahwa ia
bekerdja didjaman pembuangan (sekitar th. 540). Walaupun sekarang kebanjakan
ahli berpendapat, bahwa kitab itu tertinggal sesudah pembuangan, namun pendapat
ketiga tadi kiranja adalah jang paling mungkin. Semua sependapat, bahwa Hab 10-14
memuat suatu sindiran atas tingkah-laku orang2 Edom pada waktu perombakan
Jerusjalem, jaitu menurut pendapat kebanjakan alhi peromabakan dalam th. 586.
Djadi,kitab itu pastilah ditulis sesudahnja. Ahli2 jang hendak menangagalkan
kitab itu sesudah pembuangan sekitar th. 450, berpendapat bahwa ajat 4-7
berkenaan dengan pengusiran orang2 dari wilajah sendiri. Menurut jang sedikit
sadja jang diketahui tentangnja, maka orang2 Arab memasuki negeri itu dan
mengusir orang2 Edom, jang ketika itu menetap di Palestina (Idumea). Sekitar th.
450 Edom dibasmi menurut Mal 1:3-4, meskipun Petra, ibukotanja, baru
diduduki dalam th. 312 oleh orang2 Arab. Katanja peristiwa itulah jang disindir
Obadja. Bagian kedua katanja mengandaikan kembalinja dari pembuangan, jaitu
ketika Juda sadjalah jang dikuasai orang2 Jahudi. Djuga bagian ini katanja harus
ditanggalkan sekitar th. 450. Tetapi semua argumen itu tidaklah mejakinkan.
Nubuat itu tidaklah kurang serasi didjalam pembuangan. Jeheskiel, nabi djalam
pembuangan, menjebutkan pula pelaksanaan hukuman atas Moab dan 'Amon oleh Arab,
dan dalam konteks itu disinggung pula Edom (Yeh 25:1-11,12- 14; 35:1-
15). Jeremia djuga (Yer 49:28-33) mengenai orang2 Arab jang makin
mendesak. Sudah pasti pula, orang2 Edom, segera setelah penduduk daerah selatan
diangkut kepembuangan, memasukinja (Yeh 35:10; 36:5). Mungkin hal itu
merupakan dorongan bagi Obadja untuk merumuskan nubuatnja. Oba 4-7
dapat djuga diartikan begini, bahwasanja orang2 Edom tidak diusir dari
wilayahnja sendiri, tetapi bahwasanja mereka (jakni utusan mereka) diusir dari
wilajah bangsa2 tetangga, dimana Edom mentjari bantuan terhadap orang2 Arab jang
makin mendesak. ajat 16 melihat kemasa lampau, bukan kemasa nabi sendiri,
sehingga belum diperbintjangkan tentang dimilikinja Juda se-mata2 oleh orang2
Jahudi sekembalinja dari pembuangan. Bahwasanja "Hari Jahwe" pada Obatja itu
adalah suatu pengertian dari masa sesudah pembuangan, lebih mudahlah dikemukakan
daripada dibuktikan. Gagasan sematjam itu sudah terdapat dalam kitab Jeremia,
Jesaja dan Jeheskiel. Sukarlah dimengerti, bagaimana seorang nabi, jang mengenal
keadaan sesudah kembalinja dari pembuangan, masih dapat melukiskan pemulihan
umat Allah dikemudian hari dengan ungkapan2 jang konkrit seperti jang terdapat
dalam Oba 19-20. Tetapi hal itu sesuai benar dengan suasana dari masa
sebelum pemulihan.
Kesulitan lain lebih bertjorak sastera. Per-tama2 kesamaan besar antara Oba 1-6
dengan Yer 49:7-14. Tetapi kesamaan itu dibarengi dengan perbedaan
jang lain. Tambahan pula kitab Obadja tersusun dari ber-bagai2 unsur jang
berlainan, jang sukarlah dituliskan atau diutjapkan aselinja oleh satu oknum
sadja. Bagaimana sangkut-pautnja antara Jeremia dan Obadja, sukarlah ditentukan.
Mungkin Jeremia bergantung daripada Obadja ataupun sebaliknja. Mungkin djuga
kedua2nja bersumber pada naskah aseli jang sama. Inilah agaknja dugaan jang
paling memuaskan. Djika memang demikian halnja, maka disinipun tidak usah
dipersoalkan apa Yer 49:7-14 itu sungguh2 aseli.
Suatu hipotese, jang sungguhpun tidak memetjahkan segala kesulitan tapi toh
dapat memetjahkan banjak kesulitan, ialah jang berikut; Seorang nabi, jang
tampil di Juda sendiri dan bernama Obadja, masih segar ingatannja akan tingkah-
laku jang ketji dari orang2 Edom pada waktu pengrusakan kota Jerusjalem.
Dikenalnja pelbagai nubuta tentang hukuman, jang harus dirasakan Edom karena
permusuhannja jang ber-abad2 lamanja itu. diketahuinja, bahwa Edom terantjam dan
berada dalam kesukaran karena tekanan orang2 Arab. Dilihatnja pula orang2 Edom
memasuki Juda sambil mendjarah-radjahnja. Lalu dikumpulkannja pelbagai
pernjataan dalam bentuk nubuat-nubuat untuk menetapkan hati rakjat, karena
firman2 tsb, sudah mulai dipenuhi, djadi suatu djaminan bahwa itu akan
dilaksanakan lebih landjut. Dan pemenuhan itupun merupakan djaminan pula bagi
kembalinja dari pembuangan dan bagi pemulihan. Maka nubuatnja lawan Edom
dikuntjinja dengan djandji akan kembalinja dari pembuangan. Keruntuhan Edom tak
lain dan tak bukan adalah suatu pendahuluan dan anak-bagian dari "Hari Jahwe"
jang besar itu, jang akan membasmi semua bangsa jang memusuhinja; ini
pengharapan jang sudah hidup pula di-tengah2 rakjat. Didalam penghukuman
definitif dari Edom itu Israil akan ditugaskan untuk memainkan peranan aktif
sebagai alat Jahwe, seperti kaum kafir memainkan peranan aktif dalam penghukuman
sementara atas musuh tsb.
Pembagian kitab jang ketjil ini sangat kerangkanja. Bagian pertama (1-15) adalah
antjaman lawan Edom karena tingkah-lakunja jang djahat terhadap Jerusjalem.
Keangkuhannja dan kepertjajaannja kepada diri sendiri akan runtuh. Bagian ini
sangat mengingatkan nubuat Nahum lawam Asjur. Bagian kedua (16-21) mengenai hari
depan: jakni pengadilan atas bangsa2, dalam mana Edom djuga akan mendapat
pembalasannja, dan penjelamatan dan pemulihan Juda, dengan mana keradjaan Allah
akan didirikan setjara definitif.
pengadilan Obatja berpokok pada keadilan Allah; dengan itu ia termasuk dalam
arus besar profetisme. Sebab senantiasa profetisme. Sebab senantiasa profetisme
menandaskan keadilan tsb. Betul, kitab itu memberikan kesan kebentjian
nasioalistis kepada musuh-tentang dosa2 bangsa itu sendiri tidak disinggung
sedikit djuapun - jang hendak melakukan balas dendam seturut dalil: mata ganti
mata, gigi ganti gigi. Tetapi ajat penutupnja jang pendek: "Keradjaan akan ada
pada Jahwe", memberikan warna keigamaan kepada keseluruhanja. Bangsa2, chususnja
Edom, bangsa sesaudara, tidaklah memberontak lawan sesuatu bangsa, melainkan
lawan Jahwe sendiri serta keradjaanNja. Kepada Edom ('Esou) telah didjandjikan
pesertaan dalam djandji (Kej 25:23), tetapi Edom sendiri menolak
djandji itu dan membuat dirinja tidak patut terhadapnja. Siapa jang tidak mau
termasuk kedalam keradjaan Jahwe serta umatNja, hanja dapat binasa sadja. Itulah
makna tetap kitab jang terketjil dari Kitab Sutji Perdjandjian Lama.
Ketiga nabi ketjil berkutnja, jakni Hagai, Zakarja dan Maleachi, tampil didalam
iklim jang sudah samasekali. Israil telah melintasi tungku pembuangan dan paling
tidak sebagian telah pulang kenegeri nenek-mojang. Masjarakat baru harus
dibangun kembali; dan dalam pembuangan kembali it djustru nabi2 tadi harus
menunaikan tugasnja. Djaman pembuangan bagi Israil adalah waktu berpikir,
menjesal, bertapa dan memurnikan diri. Keinsjafan telah berbuat dosa makin kuat.
nabi2 djaman pembuangan, jakni bagian kedua kitab Jesaja dan Jeheskiel, meng-
hidup2kan pengharapan akan pemulihan. Tetapi pengharapan itu telah mendapat
tjorak jang lebih rohani. Banjak dari aspirasi nabionalnja telah dilepaskan oleh
Israil; dan pemulhan itu tidak lagi terikat begitu mutlak pada pemulihan
potilik. Pengharapan akan hari depan belum lagi dimurnikan selurunja, tapi
langkah pertama kearah itu sudah diambil. Sesudah Cyrus menguasai Babel dalam
tahun 539, ia memberikan idjin kepada orang2 Jahudi, jang menghendakinja, untuk
pulang ketanahnja. Ini belum lagi kedaulatan nasional dan politik, tetapi Cyrus
mengidjinkan mereka memelihara susunan nasionalnja sendiri, teranglah membangun
itu kembali. Karena Israil itu senantiasa bangsa jang berkeigamaan dan karena
kedaulatan politik sekarang tidak dituntut begitu mutlak lagi, maka perhatian
terutama ditundjukan kepada pembangunan keigamaan, konkret dalam pemulihan
ibadah lama didalam baitullah jang dibangun kembali. Kaum buangan jang per-tama2
pulang dibawah pimpinan Sjesjbasar, wakil keradjaan Parsi jang tampil sebagai
Komisaris Tinggi, memulai dengan penuh kegiatan perajaan ibadah; dan dalam tahun
537 diletakkanlah pondamen baitullah jang baru. Tetapi karena pengaruh pelbagai
faktor segera padamlah kegiatan bagi Jahwe dan dihentikan pekerdjaan pada
baitullah itu. Kegiatan tsb. dinjalakan kembali dan pekerdjaan dimulai kembali
berkat pengaruh Zerubabel, gubernur Parsi asal Jahudi dan keturunan radja, jang
dalam usahanja didukung oleh nabi2 Hagai dan Zakarja.
Mengenai nabi HAGAI, kitabnja jang ketjil itu memberitahukan dengan
tepatnja, bilamana ia menjampaikan (Hag 1:1; 2:10-20). Djadi, ia
mulai tampil kedepan dalam bulan keenam, dalam tahun kedua pemerintahan radja
Parsi Darios I, jaitu dalam bulan Agustus-September tahun 520 sebelum Masehi.
Darios adalah pengganti kedua Cyrus, dalam pemerintahan siapa pembangunan
baitulah dihentikan karena persekongkolan orang2 Sjomron, jang berhasil
mempengaruhi pedjabat2 Parsi (Ezr 4:1-5). Rupa2nja dalam pemerintahan
Darios ada kelompok baru orang buangan pulang dibawah pimpinan zerubabel dan
imam Jesjua'. hagai (dan tak lama kemudian djuga Zakarja) mengadjak penduduk
untuk mengerdjakan baitullah lagi. Ketawalah hati bertambah hebat, karena negeri
itu baru sadja mengalami panen buruk dan lalunlinhtaspun tidak bagitu aman
(Hag 1:6; 2:16-18; Zak 8:10). Keadaan sulit dikemukakan sebagai dalih
untuk mengundurkan diri dari pembangunan baitullah, padahal orang tahu mengurus
dirinja sendiri. Itulah tanda jang menjedihkan, tanda lunturnja semangat
keigamaan. Dan itulah diketjam Hagai.
Kitab itu terdiri atas sedjumlah ketjil wedjangan2 nabi Hagai, jaitu: seruan
untuk membangun kembali baitullah, dengan disebutkan pula hasil dari adjakan itu
(Hag 1:1-14); chotbah pada permulaan pekerdjaan itu, dalam mana Hagai
menundjuk akan kemuliaan baitullah itu kelak (Hag 1:15; 2:1-9);
amanat didepan para imam waktu pembangunan baitullah, dalam mana kerdjasama
bangsa Sjomron jang "nadjis" itu ditolak (Hag 2:10-14); djandji akan
adanja panen jang ber-limpah2 lawan panen buruk dimana lampu, sebagai upah bagi
kesediaan mereka pada pembangunan baitullah (Hag 2:15-19) (bagian ini
oleh banjak ahli dipertalikan dengan Hag 2:1-14, jang sungguh ada
pada tempatnja); djandji kepada Zerubabel (Hag 2:20-23).
Apa kitab jang ketil itu disusun oleh nabi itu sendiri, dapatlah disangsikan
Kitab itu lebih berbentuk laporan historis tentang kegiatannja berkenaan dengan
pembangunan baitullah, jang dituliskan oleh orang lain. Karena pentjatatan
kesemuanja itu tiada artinja lagi sesudah baitullah selesai dibangun, mestilah
itu dituliska kira2 waktunja dengan tampilannja nabi itu, untuk djuga setjara
tulisan membangkitkan dan mengharapkan semangat. Tetapi ada pula ahli, jang
mengukuhi bukan tanpa alasan, bahwa nabi itu sendiri telah menjusun kitabnja.
Tetapi bangaimanapun, keaseliannja tidaklah disangsikan.
Arti Hagai ialah bahwasanja ia meletakkan pertalian antara umat Allah di djaman
sebelum pembuangan dan umat Allah didjaman sesudah pembuangan "Sisa" jang
tertinggal itu adalah landjutan jang sah dari umat Allah. Baitullah merupakan
lambangnja, karena didalam baitullah itu hadirlah Allah nenek-mojang untuk
melaksanakan perdjandjianNja, jang tidak diputuskan oleh dosa dan pembuangan,
sebagaimana telah dinjatakan oleh Jeremia. Tokoh Zerubabel, keturunan Dawud,
jang dipandang Hagai sebagai suatu perlambang al-Masih (Hag 2:22),
mempertalikan pula djandji, jang diberikan kepada Dawud, dengan masa baru
didalam sedjarah umat Allah itu. Baitullah, jang diselesaikan dengan dukungan
Hagai, menjaksikan pemenuhan defisitif perdjandjian itu, jakni Jesus Kristus,
hal mana telah difirasatkan nabi itu sendiri setjara samar2 (Hag 2:9).
ZAKARJA adalah semasa dengan Hagai. Ia memulai kegiatannja dua bulan sesudah
Hagai menjampaikan amanatnja jang pertama (Zak 1:1)dan terus bekerdja
paling tidak sampai tahun 518/517, mungkin lebih lama lagi. Zakarja bukanlah
orang, jang disindir indjil Mateus (Mat 25:15). Menurut Neh 12,
Ezr 5:1 dan Zak 1:1 ia termasuk kalangan dan keluarga
imam. Dari itu dapat dimengertilah perhatian chususnja kepada baitullah dan
ibadah. Bersama dengan Hagai ia mengusahakan diri bagi pemulihannja. penglihatan
simbolisnja jang banjak tapi kabur dalam kitabnja, jang diterangkan oleh
malaekat dan diuraikan dengan pandjang lebar, membuat kitab itu mendjadi
sematjam kesusasteraan kenabian, jang mulai berkembang dalam pembuangan dan
kemudian sangat meluas, jaitu apokalips, djenis kesusasteraan jang amat kabur.
Dalam Kitab Sutji tjontohnja jang djaitu ialah Daniel dan kitab Wahju Johannes.
Kitab itu terdiri atas dua bagian besar. Bagian pertama (Zak 1-8)
muat tiga nubuat, jang waktunja disampaikan, disebutkan dengan teliti. Nubuat
jang pertama adalah andjuran untuk bertobat, mengingat pengalaman2 masa lampau
(Zak 1:1-6). Berikutlah suatu seri penglihatan (Zak 1:7-6:8)
dalam mana disisipkan beberapa hal lainnja (Zak 1:16-17; 2:10- 13; 3:8-10; 4:6-10)
dan jang ditambahkan dengan tindakan kenabian (Zak 6:9- 14). Achirnja
persoalan puasa (Zak 7:1-3; 8:18-19), dalam mana terdjalin
sebuahchotbah tentang dosa2 Israil dimasa lampau dan tentang kedegilan mereka,
jang mengakibatkan keruntuhan bangsa (Zak 7:4-14) dan beberapa nubuat
tentang kebahagiaan masehi dihari depan (Zak 8:1- 23). Bagian kedua
(Zak 9:1-17) seluruhnja memperbitjangkan hari depan itu. Nubuat jang
pertama melukiskan kedatangan keradjaan Jahwe maupun pembasmian kekuatan2 musuh
dan pemulihan Jerusjalem dengan kembalinja dari pembuangan. Nubuat jang kedua
(Zak 11:4-17:13:7-9) memperbitjangkan setjara alegoris perihal
gembala jang baik dan gembala jang djahat, jang menjiksa kawanan, karena kawanan
itu telah menolak gembala jang baik. Nubuat jang ketiga dan terachir (Zak 12:1-14:21)
melukiskan dua serangan musuh atas Jerusjalem dengan penjelamat, pemurnia dan
pemulihan kota sutji itu, hukuman atas musuh kafir dan takluknja sisanja di Juda
dan Jerusjalem jang sutji itu, tempat keradjaan Jahwe.
Kitab Zakarja adalah satu kitab jang paling kabur dan sulit dari Perdjandjian
Lama. Para penafsir dihadapkan kepada sedjumlah persoalan, jang belum lagi
terpetjahkan dengan tjara jang memuaskan samasekali. Kiranja akan terlalau
pandjanglah dalam pendahuluan ini memperbintjangkan segala kesulitan itu dengan
mengichtisarkan usaha banjak jang telah dilakukan untuk mentjapi pemetjahan.
Agak mustahillah menjelidiki dan menguasai segala soal. Kami hanja mengutarakan
beberapa kesulitan sadja. Persoalan pertama ialah: Siapakah jang menulis kitab
ini? Semua penafsir kiranja sependapat, bahwa bagian pertama (Zak 1:8)
berasal dari nabi Zakarja. Tetapi redaksinja jang aseli, boleh djadi oleh nabi
itu sendiri, kemuliaan ditambahkan dengan ungkapan2 lain dari nabi itu. Walaupun
masih ada djuga pelbagai ahli jang mengangap bagian kedua berasal dari nabi itu
djuga, namun kebanjakan ahli sependapat, bahwa pasal 9-14(Zak 9-14)
berasal dari nabi lain. Sebabnja ialah bahwa kedua bagian amat berbeda satu sama
lain, baik mengenai bentuknja maupun isinja. Siapa gerangan pengarang bagian
kedua itu, masih diperbantahkan dan sesungguhnja belum ada hipotese memuaskan.
Pasal 12-14(Zak 12-14) menurut beberapa ahli berasal dari orang lain
lagi, jakni jang dinamakan "Zakarja jang ketiga". Djuga tentang waktu
tersusunnja bagian kedua itu, ahli2 tidak sama pendapatnja. Ada jang mengirakan-
se-tidak2nja sebagian dari kitab Zakarja-dari tangan seorang nabi didjaman
sebelum pembuangan. ahli2 lain menanggalkannja (sebagian daripadanja) djauh
sesudah pembuangan, malahan sampai djalam Junaninja Iskandar Agung. Untuk
menerangkan bagaimana Zak 9-14 digabungkan dengan kitab itu,
dikemukakan pula banjak kemungkinan. Mungkinlah, demikian kata beberapa ahli
pasal2 itu tadinja dan tidak disebutkan nama pengarangnja dan mungkin tertulis
atas gulungan tersendiri. Zak 9-11; 12-14 dan Mal 1-3 sama
anak djudulnja jaitu: amanat. Pasal2 dari pengarang2 jang tidak dikenal itu
ditempatnja kedalam kitab2 sesudah tulisan2 nabi2 jang namanja dikenal. Sesudah
ajat terachir (Mal 1-3) dihubungkan dengan orang tertentu, jaitu
Maleachi, maka ajat2 jang terdahulu ditaruh dibawah nama nabi jang terachir,
jakni Zakarja. Persoalan2 lain bergandingan dengantafsir ber-bagai2 nubuat.
Dalam terdjemahan kami disana-sini kami tundjukkan beberapa kesulitan, tapi
belum semuanja. Tak banjak gunanja menjebutkan semuanja disini. Hanjalah si
pembatja diminta perhatiannja, bahwa dalam kitab ini ia berhadapan dengan teks2
jang sulit, jang maknanja jang sesungguhnja tidak djarang tak tertangkap djuga
oleh para ahli sekalipun.
Seperti Hagai maka bagian pertama Zakarjapun merupakan adjaran kepada kaum
buangan jang pulang untuk membangun kembali baitullah. Dengan baitullah itu
datanglah keradjaan al-Masih. Dalam keradjaan itu ada dua tokoh jang sepadan
jakni: Imam-agung Jesjua' dan keturunan Dawud Zerubabel. Sebagai sjarat bagi
keradjaan al-Masih itu dikemukakan oleh Zakarja pembersihan dari dosa dan
pertobatan susila. Dengan itu ia bersesuaian dengan nabi2 jang dahulu. Djuga
kaum kafir akan ambil bagian dalam keradjaan al-Masih itu (Zak 2:13; 6:15; 8:20-23).
Selaku imam Zakarja menitikberatkan tugas imam-agung. Djarak antara Allah dengan
manusia bagi Zakarja adalah sedemikian rupa, hingga ia tidak lagi setjara
langsung berkontak dengan Jahwe. Djika nabi2 dahulu menerima sabda setjara
langsung dari Jahwe, maka Zakarja menerima penglihatan2 jang kabur, jang
diterangkan oleh Malaekat. Karena ia tidak setjara langsung berhubungan dengan
Jahwe, maka Zakarja suka memetik pendahulu2nja. Kurnia nubuat mulai padam.
Bagian kedua kitab itu merupakan kelengkapan dan malahan sebangsa koreksi atas
bagian pertama. Sebab orang mengira, bahwa keradjaan al-Masih karena pembangunan
baitullah itu sudah mendjadi kenjataan penuh dan bahwa kerdjaan tsb.
diperintahkan oleh al-Masih jang bernama Zerubabel dalam persesuaian penuh
dengan Jesjua', dengan keimaman. Nah, bagian kedua itu membawa pemandangan hari
depan kedalam keradjaan al-Masih, jang oleh karenanja belum diwudjudkan oleh
masjarakat Jahudi didjaman sesudah pembuangan, tetapi barula kelak mendjadi
kenjataan jang penuh. Tokoh Zerubabel dan Jesjua' dalam bagian kedua itu tidak
lagi memainkan peranan, dan pembangunan baitullah tidak. Dalam bagian kedua itu
bangsa Jahudi memainkan peranan utama dan djuga radja perdamaian dihari depan,
jang akan meradjai keradjaan Jahwe (Zak 9:9-10) Dosa akan lenjao dari
tengah2 bangsa, tetapi djuga kurnia nubuat (Zak 13:1-6). Keradjaan
tsb. kuat tjorak nasionalnja, walaupun disediakan tempat jang sederhana pula
bagi kaum kafir, lebih sebagai hamba daripada sebagian warga jang penuh.
Keradjaan tsb. adalah pemerintahan Jahwe atas dunia dan bangsa2.
Walaupun kitab Zakarja itu bukan jang terdalam dan terkaja isinja, namun dalam
Perdjandjian Baru banjak dikutip. Zak 9:9 dikutip dalam
Mat 26:31; Yoh 19:37 mengutip Zak 12:14 jang rupa2nja
djuga disindir Wah 1:7. Pasal2 terachir kitab Wahju johannes diilhami
dengan leluasanja oleh Zak 12:1-9 dan Zak 14:1-20.
Antara tampilnja Hagai dan Zakarja dengan hasilnja jang gemilang berupa
selesainja pembangunan baitullah dalam tahun 515, dan oraganisasi masjarakat
Jahudi oleh Esra-Nehemia (tahun 445) hendaklah ditempatkan kitab MALEACHI. Bahwa
sedemikian rupa, hingga nabi tsb. lebih dekat pada Esra-Nehemia dari pada
Zakarja. Ternjatalah ia seorang tokoh, jang telah mempersiapkan pembaharuan2
Esra-Nehemia, djika tidak turut-serta mengerdjakannja. Sebab iapun memerangi
keadaan2 buruk jang sama seperti jang diperangi Esra-Nehemia. Masjarakat Jahudi,
jang mendjadi bagian dari keradjaan Parsi, sesudah pembangunan baitullah
mengorganisir dirinja disekitar ibadah jang dirajakan disana. Tetapi disanapun
dimulai pula kemerosotannja. Para imam dan levita mulai melalaikan ibadah dan
menjalahgunakannja untuk kepentingan diri sendiri (Mal 1:6-14).
Rakjatpun melalaikan sumbangannja kepada ibadah jang berupa bagian sepersepuluh
(Mal 3:8-10). Salah-adat lainnja jang hebat ialah banjak perkawinan
orang2 Israil dengan wanita2 kafir (Mal 2:10-12), hal mana
membahajakan kemurnian masjarakat. Imam2pun tidak terluput daripadanja.
Bergandingan dengan perkawinan tjampuran ialah diputuskannja ikatan perkawinan
dengan seenaknja sadja (Mal 2:13) dan wanitalah jang mendjadi korban.
Itu bukan satu2nja kelaliman sosial. Lunturnja semangat umum itu agaknja
bergantungan pula dengan kemasabodohan jang menulari orang2 jang terbaik
sekalipun (Mal 2:17; 3:8-14). Keradjaan al-Masih, jang dinubuatkan
para nabi, dengan hukumannja bagi para durdjana dan berkahnja bagi para musdjid,
belum djuga datang dan oleh karena itu orang lalu melepaskan pengaharapan itu
dan menjangsikan keadilan Allah.
Segala gedjala jang sehat itu ditentang kitab Maleachi. Ternjatalah nama tsb.
adalah nama samaran dan diambil dari Mal 3:1 dimana disebutkan
seorang "Utusan" !!(=Maleachi). Kata itu dianggap sebagai nama orang dan
ditempatkan dalam djudul kitabg itu. Djadi tentang pribadi nabi itu tidak
ketahuan sesuatu djua, bahkan namanjapun tidak.
Menginggat keadaan2 waktu ia tampil kedeoan, nabi tsb. adakah seorang pengandjur
pertobatan dan perihal pengadjarannja lebih mirip nabi2 didjaman sebelum
pembuangan daripada Zakarja dan Hagai. Orang2 Jahudi sendiri bersalah, bahwa
djaman kebahagiaan itu tidak datang. Mereka melalaikan kewadjiban2 mereka
terhadap Jahwe, chususnja kewadjiban beribadah. Dengan bertjampur baur dengan
kaum kafir mereka berchianat kepada umat Jahwe dan dengan itu djuga kepada
perdjandjian. Umat tsb. adalah umat bersaudara, karena Jahwe adalah Bapa mereka
sekalian. Setiap kelaliman, jang dilakukan kepada orang sebangsa, oleh sebab itu
adalah djuga kelaliman terhadapa Bapa mereka bersama. Chususnja pertjeraian
merupakan kelaliman sedemikian, djustru karena perkawinan adalah suatu
perdjadjian jang sutji. Terhadap kelaliman itu dan terhadap ketjabaran hati
serta kesangsian mengenai kedjudjuran dan keadilan Jahwe maka nabi
mempermaklumkan "Hari Jahwe", jaitu hari pengadilan atas para pendosa dan orang2
jang tidak bersesal hati, djuga hari penggandjaran bagi kaum mursjid. Anehnja,
nabi tsb. tidak memberikan gambaran tentang kebahagiaan dihari depan itu dan
tidak pula mempertimbangkan tentang al-Masih. Itu melulu mengenai pembalasan
atas orang djahat dan orang baik dan mengenai kemenangan keadilan Allah. Djuga
hukuman atas kaum kafir tidak diperbitjangkan, tetapi nabi melihat terdjadinja
ibadah jang diperbaharui akan gantinja ibadah jang dilalaikan didjamannja (Zak 1:11).
Itu mengenai ibadah jang universil, jang didalamnja orang2 kafirnja akan ambil
bagian. Dalam hal pengharapan akan hari depan pada nabi tsb. hanja tinggallah
unsur2 jang dapat diwudjudkan dalam bentuk apapun.
Kitab, jang sederhana bahasa dan gaja-bahasanja dan susunan dalam bentuk soal-
djawab itu, terdiri atas enam bagian, jakni: pernjataan tjintakasih Jahwe kepada
Israil (Mal 1:2-5), jang tidak ditanggapi oleh Israil. Para imam
dituduh melalaikan kewadjibannja dan hukuman untuk itu dipermaklumkan (Mal 1:6-2:9).
Perkawinan tjampuran dan pertjeraian dipersalahkan pada bangsa itu (Mal 2:10-16).
Hari Jahwe akan datang menghukum dosa (Mal 2:17-3:5). Apabila rakjat
menepati kewadjiban ibadahnja, maka bentjana kekeringan dan belalang akan
dihentikan (Mal 3:6-18). Kemudian dipermaklumkan lagi hari Jahwe
sebagai suatu pembalasan bagi mursjid (Mal 3:13- 21 Mal 3:13-4:3).
Ajat penutup memperbintjangkan pula penepatan Taurat Musa (Mal 3:22 Mal 4:4)
dan perihal seorang perintis hari Jahwe, jang akan memulihkan kerukunan ditengah
rakjat guna menghindarkan keruntuhan negeri itu (Mal 3:23-24 Mal 4:5-6).
Tentang keaselian kitab itu tidak ada kesangsian jang sungguh2 berkenaan dengan
keseluruhannja. Tanpa alasan tjukup pernahlah Mal 2:11-12 disangsikan
keaseliannja; dengan alasan lebih besar tapi toh tidak menjakinkan seluruhnja
djuga, Mal 1:11-14; dengan alasan banjak dan malahan mejakinkan
disangsikanlah Mal 3:22-24 Mal 4:4-6, sehingga paling tidak ajat2 Mal
3:23-24 Mal 4:5-6 harus dipandang sebagai tambahan belakangan.
Tentang nabi JOEL tidak ketahuan sesuatupun namanja dan kitabnja jang agak
pendek. Daripadanja ternjatalah bahwa ia berasal dari Juda (Yoe 2:1,15,23;
2:32; 3:1,6,8,17,19) dan bahwa ia menaruh perhatian chas kepada ibadah di
Jerusjalem, djadi mungkinlah ia tampil didalam kota tsb. Tidak djelaslah, apa
dia itu seorang imam, tetapi teranglah ia mempunjai hubungan chas dengan ibadah.
Kitab2nja kadang2 mempunjai tjorak ibadah. Maka ada ahli pula, jang menamakan
Joel seorang "nabi ibadah". Lain kata, seorang nabi jang mempunjai fungsi
tersendiri dalam liturgi. Atas nama Jahwe ia mendaras firman2 tertentu, jang
sudah dikenal tapi diulang dalam liturgi. Sajangnja, tentangadanja nabi2 matjam
itu, dalam mana orang mau memasukkan pula. Nahum dan habakuk, tidak ketahuan
sedikit djuapun, sehingga masih tetaplah pertanjaan terbuka sepenuhnja apa
mereka itu sungguh pernah ada dan apa Joel itu nabi jang sedemikian itu.
Djaman tampilan Joel hanja dapat disimpulkan dari kitabnja sadja. Karena itu ada
pendapat2 jang amat berlainan pada para ahli. Ada jang menamakan dia jang tertua
dari antara nabi2 pengarang, tetapi djuga jang termuda. Ahli2, jang menamakan
dia jang tertua, terutama mendasarkan pendapat mereka pada tempat kitab itu
dalam daftar kitab2 sutji, jaitu sesudah Hosea. Tetapi hal itu rupa2nja tidak
berdasarkan chronologi melainkan kesusasteraan belaka. Pada achir kitabnja Joel
mempermaklumkan pengadilan atas kaum kafir dan dengan itulah dimulai kitab Amos.
Djakni kita Amos dipandang dari segi kesusasteraan merupakan kelandjutan dari
kita Joel. Tetapi dewasa ini Joel umumnja digolongkan kedalam nabi-nabi didjalam
sesudah pembuangan. Dan ini dapat diterima sebagai pasti. Sebab ia mengenal
banjak dari antara pendahulu2nja, jang digunakannja. Bandingkan sadja:
Amo 1:2; Yoe 3:16; Amo 9:2; Yoe 3:18; Mik 4:10; Yoe 3:10; Yer 6:4; Yoe 3:9;
Nah 2:11; Yoe 2:6; Zef 1:14-15; Yoe 2:1-2; Yes 2:4; Yoe 3:10; Yeh 27:13; Yoe 3:4;
Yeh 29:2; Yoe 3:19; Mal 3:2; 4:5; Yoe 2:11; 3:4. Joel tidak mengenal radja,
sedangkan ia menjebutkan pelbagai lapisan rakjat (Yoe 2:13-14; 2:16).
Ia sendiri berseru kepada rakjat untuk melangsungkan liturgi tobat, hal mana
dahulu dilakukan oleh radja (1Ra 8:2; 2Ra 10:20; 2Ta 5:2; 7:8-10;
29:20). Didjamannja ada baitullah dan ibadahnja dirajakan, tetapi terantjam
oleh belalang dan kekeringan, karena bentjana2 itu membasmi segala makanan
(Yoe 1:9,13,14,16; 2:17; 3:16; 3:17,18,21). Maka anehlah, kitab
Tawarich jang menaruh perhatian amat besar kepada hal-ichwal ibadah itu, tidak
menjebutkan sedikitpun sedikitpun tentang malapetaka serupa itu, sekiranja itu
sungguh terdjadi didjaman jang dilukiskan kitab tawarich. Maka kitab Joel
haruslah ditanggalkan kemudian, didjaman baitullah sudah dibangun kembali dan
ibadah berlangsung sepenuhnja, djadi didjaman sesudah pembuangan. Karena ia
tergantung dari nabi2 lainnja, meskipun ia nabi jang terachir dan oleh karenanja
harus ditanggalkan sekitar tahun 350.
Djelaslah kitab itu terdiri atas dua bagian besar. Dalam bagian pertama
(Yoe 1-2) dilukiskan bentjana2 jang menimpa negeri itu jakni:
belalang, kekeringan dan kelaparan. Mula2 daerah pedalaman jang tertimpa
(Yoe 1:2-12) dan kemudian Jerusjalem (Yoe 2:1-11). Karena
itu nabi berseru untuk melangsungkan liturgi tobat (Yoe 1:13-20; 2:12-17).
Jahwe memberi djawaban dan nabi berdjandji, bahwa malapetaka itu akan berubah
mendjadi berkah (Yoe 2:18-27). Bagian kedua (Yoe 3-4 Yoe 2:28-3:21)
menggambarkan dari depan, "hari jahwe" atas kaum kafir akan hukuman dan atas
Jerusjalem akan kebahagiaan (Yoe 4:1-8,9-21 Yoe 3:1-8,9-21). Hari
Jahwe itu didahului sedjumlah gedjala untuk mempermaklumkannja (Yoe 3:1-5).
Orang mempersoalkan apa kedua bagian itu dituliskan oleh pengarang jang satu dan
sama djua. Untuk menerima adanja dua pengarang jang berlainan, dikemukakan
perbedaan jang rupa-rupanja tidak dapat didjembatani antara kedua bagian itu.
Dalam bagian pertama diperbintjangkan peristiwa2 jang njata, jang mendjadi
sebabnja ibadah harus dihentikan. Dalam bagian kedua diperbintjangkan perihal
sesuatu dihari depan jang djauh, perihal perang dan pengadilan, sedangkan ibadah
tidak di-singgung2 lagi. Banjak ahli, jang menerima adanja dua pengarang,
perbendapat bahwa Yoe 1:15; 2:1,10,11 disisipkan oleh pengarang
bagian kedua, ketika ia menjatuhkan karjanja sendiri dengan karja seorang
pendahulu. Tapi pendapat jang sangat umum dan jang djuga paling tepat ialah
bahwasanja seluruh kitab itu berasal dari pengarang jang sama. Antara bagian
pertama dan kedua ada terlalu banjak kesamaan dan terlalu bergantung satu sama
lain, untuk dapat dikata berasal dari kedua pengarang jang berlainan. Bagian
kedua se-akan2 adalah pemindahan eschatologis dari bagian pertama.
Dalam bagian pertama memang kitab itu melukiskan bentjana belalang jang benar2
terdjadi, jang dibarengi dengan kekeringan dan kelaparan. Bahwa kesemuanja itu
hanjalah "lambang" sadja "Hari Jahwe", kiranja tidak dapat diterima. Tetapi nabi
memandang kedjadian-kedjadian itu sebagai perintis dari kedjadian2 besar pada
achir djaman. hari pengadilan atas bangsa2 dan penjelamatan Israil. Bentjana
belalang oleh nabi itu ditafsirkan sebagai pengadilan dari pihak Jahwe atas
umatNja, hal mana dapat dielakkan dengan tapa dan doa. Tetapi pandangannja djauh
lebih luas. Pengadilan tsb. bukanlah jang terachir dan definitif, melainkan
lebih merupakan pendahuluan dan perlambang dari pengadilan terachir dan
penjelamatan. Seperti belalang menjiksa umat, tetapi dihalaukan dengan tapa dan
doa, sehingga berkah dan kemakmuran mendjadi mungkin lagi, demikianlah kelak
kaum kafir akan menjerang Sion, tetapi akan dipunahkan oleh Jahwe. Sesudah itu
akan tibalah masa kesedjahteraan dan kebahagiaan jang definitif bagi Sion.
Itupun adalah wedjangan Joel. Jahwe memimpin sedjarah dan menguasai peristiwa2,
jang melajaniNja. Pengadilan Allah pastilah akan datang dan tidak dapat tidak
akan menimpa musuh2 Sion, musuh2 Jahwe sendiri karena kedurdjanaan jang
dilakukan mereka. Tetapi dalam pengadilan itu umat Jahwe akan dibenarkan dan
akan diselamatkan sesudah pengubahan total oleh roh Jahwe, karena umat menjebut
nama Jahwe dengan penuh kepertjajaan. Dalam kitab Joel kaum kafir tidak mendapat
bagian dalam pentjurahan roh, tetapi ditolak seluruhnja. Bagi Perdjadjian Baru
Joel adalah teramat penting karena ia melihat djauh sebelumnja pentjurahan roh
Allah jang chas itu, pentjurahan mana mendjadi kenjataan jang tak terduga pada
hari Pentekosta, dengan mana nubuat jang masih bertjorak partikularistis dari
Joel dipenuhi dan sekaligus di tembusi setjara Perdjandjian Baru.
Kitab ketjil jang samasekali menjimpang dari kitab2 nabi ketjil lainnja ialah
JONA. Sebab kitab ini tidak mengenai pengadjaran seorang nabi jang
dikumpulkan dalam tulisannja, melainkan mengenai tjerita tentang seorang nabi
jang bernama Jona. Dalam Perjandjian Lama memang ada nabi jang bernama demikian
(1Ra 14:25), tetapi kitab tsb. pastilah tidak berasal dari tokoh itu.
Memang si pengarang dengan Jonanja membanjangkan nabi itu. Apa kitab itu sungguh
mengisahkan hal-ichwal nabi itu, akan ternjata kemudian.
Tjerita itu amat baik susunanja dan sungguh tegang. Babak pertama (Yun 1:1-2:3)
mengisahkan tugas jang diberikan Jahwe kepada Jona untuk pergi mengadjar Ninive.
Tugas itu dielakkan oleh nabi. Dilemparkan kedalam laut, acirnja Jona
diselamatkan setjara adjaib. Bapak kedua (Yun 3-4) mengisahkan
bagaimana nabi itu mau tak mau mesti menunaikan tugas, jang diulang lagi oleh
Jahwe dan malahan dengan hasil jang mengagumkan. Prostes Jona terhadap
tersajangnja Ninive, dengan djalan mukdjidjat pula ditolak. Demikianlah nabi itu
mendapat hadjaran terasa. Antara kedua bagian terdapat sebuah mazmur sjukur
(Yun 2:2-10), jang diletakkan dalam mulut nabi setelah ia
diselamatkan setjara adjaib.
Dahulu orang berpendapat, bahwa kitab Jona itu sesungguhnja adalah sekumpulan
beberapa tjerita jang berdiri sendiri2. Tetapi pendapat ini sekarang tidak
diterima lagi. Tidaklah dapat dipungkiri, bahwa didalam kisah itu ada beberapa
inkonsekwensi dan kedjanggalan2 lainja, tetapi kesemuanja itu tidaklah tjukup
untuk meretakkankesatuan jang tegas itu. Itu hanja menundjukkan, bahwa si
pentjerita tidak banjak menghiraukan hal2 tsb. karena dianggapnja tidak penting.
Hanja tentang mazmurnja dapatlah dikatakan, bahwa mazmur itu adalah tambahan.
Djika itu ditjoret, kisahnja tidak berubah sedikitpun. Si pendoa tidak berada
didalam perut ikan, melainkan didalam pratala. Keadaan darurat jang dilukiskan
dalam mazmur itu begitu tjoraknja, sehingga dapat diterapkan kepada apa sadja.
Djadi bolehlah diterima, bahwa lagu tsb. kemudian disisipkan kedalam kisah itu
dan agak disesuaikan dengan situasinja.
Persoalan jang lebih penting ialah jang berikut ini: Adakah peritiwa2 jang
dikisahkan sungguh2 terdjadi ataukah seluruhnja adalah tjerita chajalan dengan
isi adjaran tertentu? Tidaklah dapat dipungkiri, bahwa dahulu kisah itu dianggap
sebagai sedjarah benar. Dewasa ini masih djuga ada ahli, jang mengukuhi inti
historisnja. Orang suka mengemukakan indjil (Mat 12:39-42), dalam
mana Jesus menundjuk akan kisah tsb. Tetapi itu buka bukti bagi sifat
historisnja. Sabda Jesus hanja mengenai kisah itu sadja dan tidak mengatakan
sedikitpun tentang tjorak historisnja. Dewasa ini banjaklah dan malahan
kebanjakan ahli berpendapat, bahwa kisah itu adalah tjerita chajalan, sebangsa
parabel dalam indjil. Bahwasanja dalam kisah itu terdapat amat banjak mudjidjat,
pada dirinja, bukanlah bagi umat. Tetapi ada begitu banjak hal lainnja, jang
merupakan petundjuk2 jang tjukup untuk mengenai tjorak chas kitab itu. Banjaknja
mukdjidjat tidaklah sebanding dengan maksudnja, dan orang boleh bertanja:
mengapa disini mukdjidjat ini? Tentang pertobatan Ninive - dalam Kitab Sutji
selalu dipandang sebagai kota durdjana - dan malahan denga tjara jang begitu
adjaib, tidak ketahuan sedikitpun; dan hal ini sungguh aneh, mengingat setjara
psikologis dan wadjar tidak mungkinnja kenjataan itu, bahwasanja kota kafir
bertobat berkat pengadjaran seorang nabi Jahudi. Tambahan pula, apabila kitab
itu dibatja dengan pengetahuan jang besar tentang Kitab Sutji, maka ternjatalah,
bahwa si pengarang hampir selalu membajangkan sesuatu dari Perdjadjian Lama.
Pasal 3(Yun 3) kitab ini banjaklah kesamaannja dengan kitab Jeremia,
tidak hanja mengenai logatnja tapi djuga mengenai susunan kisah seluruhnja
(Yer 36). Tokoh Jona, jang mentjoba elakkan dari tugasnja dan oleh
karenannja "lari dari hadapan wadjah Jahwe" dan lalu terpaksa dilemparkan
kedalam laut oleh orang2 kafir jang mursjid, menundjukkan kesamaan jang tidak
ketjil, meskipun agak karikaturil, dengan Jeremia, nabi bagi kaum kafir, jang
djuga tegar hati tetapi kendati demikian toh harus tampil kedepan dan
diterdjunkan kedalam perigi oleh orang2 Jahudi jang djahat, jang hendak
melenjapkan dia. Thema tentang nabi jang ogah2an itu adalah bahan jang agak
banjak terdapat dalam Kitab Sutji. Musa memprotes (Kel 3:11), Bile'am
tidak mau memberikan berkah, tetapi dipaksa dengan keras; (Bil 24:22-
25) nabi jang melanggar perintah Allah (1Ra 13:11-32), dikerkah
singa. Djuga Amos dipaksa mengadjar (Amo 3:7-8; 7:14-15). Larinja
Jona lewat laut dilukiskan dengan tjara jang mengingatkan kita kepada teks2
tertentu kitab Jeheskiel (Yun 1:3-7; Yeh 27:8-9,26-29). Pasal
4(Yun 4) kitab Jona mengingatkan kita kepada kisah Elija (#/ENDE
1Ra 19). Kesemuanja itu, jang toh bukan kebetulan sadja, membenarkan dugaan,
bahwa si pengarang tidak diilhami oleh kedjadian2,melainkan oleh apa jang
diketahuinja dari Kitab Sutji tentang nabi2. Dengan pertolongan itu ia menjusun
kitabnja untuk menjebarkan gagasan tertentu.
Gagasan atau adjaran tjerita itu ialah ini, bahwasanja si pengarang hendak
menandaskan belaskasihan Jahwe bagi segala manusia, bagi segala pendosa,
siapapun djua orangnja. Kaum kafir, bahkan jang paling djahat sekalipun, seperti
orang2 Ninive terhadap orang2 Jahudi, tidaklah diketjualikan. Dalam pada itu ia
mengetjam pandangan sempit jang laku pada orang2 Jahudi didjamannja, jakni:
bahwasanja Jahwe hanja baik sadja bagi orang2 Jahudi, sedangkan orang2 kafir
harus dibasmi semua. Jona adalah pendjelmaan dari mentalitas tsb., Jona jang
sedih atas diberikannja belaskasihan kepada kaum kafir. Allah sendiri mengadjar
dia tentang salah-pengertiannja, jang menjimpang sama-sekali dari pandangan
Jahwe sendiri. Demikianlah si pengarang hendak mengadjak orang2 Jahudi untuk
lebih menjesuaikan pandangan2 mereka dengan sifat Allahnja. Parabel tsb. tak
djanggal pula dalam mulut Jesus, karena Iapun mengetjam sikap jang sedemikian
itu pada orang2 semasanja. Gagasan penghargaan kepada kaum kafir itu dikemukakan
si pengarang pula dengan mengatakan dalam tjeritanja bahwa orang2 kafir, seperti
kelasi2 itu (Yun 1:4-6,10,13-14) sesungguhnja djauh lebih baik dan
saleh daripada Jona sendiri.
Dengan tepatnja kita bileh bertanja, mengenai si pengarang djustru memiliki
seorang nabi sebagai pengemban gagasan2 jang hendak diperanginja. Bagi seorang
Jahudi jang beriman hal itu paling tidak djanggal rasanja. Mungkinlah dapat
diterangkan sbb: Banjak nabi melantjarkan kutuk2 jang hebat lawan kaum kafir
pada umumnja, dan pada chususnja kaum kafir jang mendjadi musuh seperti Ninive.
Itu amat kuatnja pada beberapa nabi didjaman sesudah keruntuhan Jerusjalem.
Namun demikian, pada hampir semua nabi sedikit banjak ada pula sebangsa
tenggang-menenggang terhadap kaum kafir, jang dengan satu danlain tjara dapat
djuga ambil bagian dalam keselamatan orang2 Jahudi. Tafsir jang laku didjaman
pengarang kitab Jona melulu menitikberatkan kutuk2 itu, hal mana harus
membenarkan sikap orang2 Jahudi. tafsir tsb., jang membuat nabi2 mendjadi
karikatur, hendak diperangi si pengarang dengan mentjiptakan karikatur seorang
nabi sebagai pendjelmaan tafsir tadi. Dengan itu ia sekaligus memberikan suatu
koreksi jang amat berharga kepada nabi2, jang kadang2 memang agak berat sebelah
itu, djustru dengan menjoroti segi lain dari pengadjaran mereka.
Melihat ketjenderungan kitab Jona itu dan gagasan2 jang hendak diperangi, maka
tidak boleh tidak kitab itu ditulis diwaktu belakangan dan adalah salah satu
kitab terachir dari Perdjandjian Lama. Orang tahu, bahwa masjarakat Jahudi
sesudah pembuangan makin lama makin mementjilkan diri daripada kaum kafir dan
makin lama mendjadi makin partikularistis, disertai dengan ketjenderunangan
berat untuk mengetjualikan kaum kafir samasekali dari belaskasihan dan
keselamatan dari pihak Allah. Didalam suasana tadi amat sangat serasilah kitab
Jona itu sebagai protes. Bahasa kitab itupun adalah pula bahasa dari waktu
belakangan. Karena itu Kitab tsb. dikarang didalam masa gagasan2 tsb. sudah
mendjadi umum dan bahasa rakjat sudah mendapat banjak pengaruh bahasa Aram.
Sebaliknja kitab itu pastilah sebelum tahun 200, sebab pada waktu itu Putera
Sirah sudah mengenal kitab keduabelas nabi dalam mana termasuk pula kitab Jona.
Dilihat setjara demikian, maka kitab Jona mentjerminkan perkembangan terachir
dari wahju Perdjandjian Lama. Dengan universalismenja serta penghagaannja kepada
kaum kitab itu dekat pada Perdjadjian Baru, dekat pada Jesus, jang dalam hal-
ichwal Jona telah melihat perlambang hal-ichwalNja sendiri, djustru untuk
mendjamin keselamatan bagi kaum kafir.