Teks -- Matius 17:18-27 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 17:20
Full Life: Mat 17:20 - IMAN ... TAKKAN ADA YANG MUSTAHIL.
Nas : Mat 17:20
Yesus sering mempercakapkan sifat dari iman yang sejati. Ia
berbicara tentang iman yang sanggup memindahkan gunung, mengadakan mukj...
Nas : Mat 17:20
Yesus sering mempercakapkan sifat dari iman yang sejati. Ia berbicara tentang iman yang sanggup memindahkan gunung, mengadakan mukjizat dan penyembuhan serta melakukan hal-hal besar untuk Allah. Apakah sebenarnya iman ini yang disebut oleh Yesus?
- 1) Iman yang sejati adalah iman efektif yang memberikan hasil: akan "memindahkan gunung".
- 2) Iman yang sejati bukanlah percaya kepada "iman" sebagai suatu kekuatan atau kuasa, tetapi "percaya kepada Allah" (Mr 11:22).
- 3) Iman yang sejati adalah karya Allah di dalam hati orang percaya
(Mr 9:24; Fili 2:13). Iman meliputi kesadaran yang diberikan oleh
Allah ke dalam hati kita bahwa doa-doa kita dikabulkan (Mr 11:23).
Iman itu diciptakan oleh Roh Kudus di dalam diri kita; kita tidak dapat
menghasilkannya dalam pikiran kita (Rom 12:3; 1Kor 12:9;
lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).
- 4) Karena iman yang sejati adalah suatu karunia yang dianugerahkan kepada kita oleh Kristus, sangat penting untuk mendekat kepada Kristus dan Firman-Nya serta memperdalam penyerahan dan keyakinan kita kepada-Nya (Rom 10:17; Fili 3:8-15). Kita bergantung pada-Nya dalam segala hal; "di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yoh 15:5; juga lih. Yoh 3:27; Ibr 4:16; 7:25). Dengan kata lain, kita harus mencari Kristus sebagai pencipta dan penyempurna iman kita (Ibr 12:2). Kehadiran-Nya yang dekat dan ketaatan kita kepada Firman-Nya merupakan sumber dan rahasia iman (Mat 9:21; Yoh 15:7).
- 5) Iman yang sejati berada di bawah pengawasan Allah. Iman dianugerahkan berdasarkan kasih, hikmat, kasih karunia, dan maksud Kerajaan Allah. Iman itu dianugerahkan untuk melaksanakan kehendak-Nya dan untuk mengungkapkan kasih-Nya kepada kita. Itu tidak boleh dipergunakan untuk kepentingan diri kita sendiri (Yak 4:3).
Var: tidak percaya.
Jerusalem: Mat 17:21 - -- Ayat ini tidak asli dalam Matius, tetapi diambil dari Mar 9:29 dengan ditambah: dan berpuasa.
Ayat ini tidak asli dalam Matius, tetapi diambil dari Mar 9:29 dengan ditambah: dan berpuasa.
Jerusalem: Mat 17:24 - bea dua dirham itu Ini pajak pribadi yang setiap tahun ditarik buat keperluan-keperluan Bait Allah.
Ini pajak pribadi yang setiap tahun ditarik buat keperluan-keperluan Bait Allah.
Jerusalem: Mat 17:25 - rakyatnya Harafiah: anak-anaknya, tetapi artinya: bawahan atau rakyatnya, bdk Mat 13:38. Tetapi Yesus menggunakan istilah Ibrani "anak" itu untuk menunjuk diriN...
Harafiah: anak-anaknya, tetapi artinya: bawahan atau rakyatnya, bdk Mat 13:38. Tetapi Yesus menggunakan istilah Ibrani "anak" itu untuk menunjuk diriNya sebagai "Anak" (Mat 17:26: rakyatnya=anaknya), bdk Mat 3:17; Mat 17:5 dan Mat 10:32 dst., Mat 11:25-27, dll. Sekaligus Yesus menunjuk murid-muridNya sebagai saudara-saudaraNya, Mat 12:50 dan anak Bapa yang sama, Mat 5:45 dll. Bdk Mat 4:3+.
Ende -> Mat 17:22
Ende: Mat 17:22 - -- "Dwidrachma". Itulah mata-uang setengah stater, harganja kira-kira 9 gr. perak,
jang harus dibajar tiap tahun oleh setiap orang laki-laki jang berumur...
"Dwidrachma". Itulah mata-uang setengah stater, harganja kira-kira 9 gr. perak, jang harus dibajar tiap tahun oleh setiap orang laki-laki jang berumur 20 tahun atau lebih, sebagai sumbangan bagi kenisah.
Ref. Silang FULL: Mat 17:20 - mempunyai iman // biji sesawi // akan pindah · mempunyai iman: Mat 21:21; Mat 21:21
· biji sesawi: Mat 13:31; Luk 17:6
· akan pindah: 1Kor 13:2
Ref. Silang FULL: Mat 17:23 - membunuh Dia // hari ketiga // akan dibangkitkan · membunuh Dia: Kis 2:23; 3:13
· hari ketiga: Mat 16:21; Mat 16:21
· akan dibangkitkan: Mat 16:21; Mat 16:21
· membunuh Dia: Kis 2:23; 3:13
· dan pajak: Mat 22:17-21; Rom 13:7
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: Mat 17:14-21 - Pengusiran Setan Pengusiran Setan (17:14-21)
Di sini diceritakan tentang mujizat kesembuhan atas diri seorang anak yang sakit ayan dan sangat menderita karena digan...
Pengusiran Setan (17:14-21)
- Di sini diceritakan tentang mujizat kesembuhan atas diri seorang anak yang sakit ayan dan sangat menderita karena diganggu setan.
- Perhatikanlah:
- I. Suatu gambaran yang menyedihkan tentang keadaan anak ini, yang disampaikan kepada Kristus oleh ayahnya yang menderita. Peristiwa ini terjadi begitu Ia baru saja turun dari gunung tempat Ia berubah rupa. Perhatikanlah, kemuliaan-kemuliaan Kristus tidaklah membuat-Nya tidak acuh terhadap kita dan terhadap segala kebutuhan serta penderitaan kita. Kristus, ketika turun dari gunung tempat Dia telah bercakap-cakap dengan Musa dan Elia, tidaklah menjaga jarak, tetapi tetap mudah didekati, siap menerima pemohon-mohon yang malang, dan tetap akrab dengan orang banyak, sama seperti sebelumnya. Permohonan orang yang malang ini sangat mendesak. Ia datang dan menyembah Kristus. Perhatikanlah, rasa sengsara akan membuat orang sujud bertelut. Orang-orang yang menyadari kebutuhan mereka terhadap Kristus pasti akan bersungguh-sungguh, sangat bersungguh-sungguh, dalam permohonan-permohonan mereka terhadap-Nya. Dan Dia senang jika orang bergumul dengan-Nya seperti itu.
- Dua hal yang dikeluhkan oleh ayah anak itu:
- . Kesengsaraan anaknya (ay. 15), Tuhan kasihanilah anakku.
- Penderitaan yang dirasakan anak-anak pasti akan memengaruhi hati orangtua yang lembut, sebab anak-anak adalah darah daging mereka sendiri. Dan penderitaan yang dirasakan anak-anak haruslah dibawa kepada Allah dengan doa yang diimani dan sungguh-sungguh. Penyakit anak ini mungkin membuatnya tidak mampu berdoa bagi dirinya sendiri. Perhatikanlah, orangtua mempunyai kepedulian yang berlipat ganda untuk mendoakan anak-anak mereka, bukan hanya bagi anak-anak yang lemah dan tidak dapat berdoa sendiri, melainkan terutama juga bagi anak-anak yang jahat dan tidak mau berdoa sendiri.
- (1) Jenis penyakit yang diderita anak ini sangatlah menyedihkan; Ia sakit ayan dan sangat menderita. Orang yang sakit ayan adalah orang yang penyakitnya terletak pada otaknya, dan akan kumat setiap pergantian bulan. Iblis, dengan izin ilahi, menyebabkan penyakit ini, atau setidak-tidaknya terlibat di dalamnya, untuk membuatnya semakin parah dan berat. Anak itu menderita sakit ayan dan tangan Iblis ada di dalamnya. Dengan penyakit itu ia menyiksa anak ini dan membuatnya jauh lebih menyakitkan daripada biasanya. Jika Iblis merasuki orang, biasanya ia menyiksa orang itu dengan penyakit-penyakit tubuh yang paling memengaruhi pikiran, sebab jiwalah yang ingin diserangnya. Ayah anak itu, dalam keluhannya, mengatakan bahwa anaknya sakit ayan, dengan menambahkan akibat-akibanya yang ditimbulkannya. Tetapi Kristus, ketika menyembuhkan anak itu, menegor Iblis, dan dengan demikian langsung menyerang penyebabnya. Demikianlah yang dilakukan-Nya dalam penyembuhan-penyembuhan rohani.
- (2) Akibat-akibat penyakit ini sungguh menyedihkan; Ia sering jatuh ke dalam api, dan juga sering ke dalam air. Jika kekuatan penyakit itu membuatnya jatuh, maka kebencian Iblis membuatnya jatuh ke dalam api atau ke dalam air. Begitu jahatnya Iblis itu bila ia sampai merasuki dan menguasai jiwa manusia. Ia mencari orang yang dapat ditelannya (1Ptr. 5:8).
- . Kekecewaan yang dialami ayah anak itu terhadap para murid (ay. 16); Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya. Kristus memberikan kuasa kepada para murid-Nya untuk mengusir setan (10:1, 8), dan dalam hal itu mereka telah berhasil (Luk. 10:17). Akan tetapi, kali ini mereka gagal melakukannya, meskipun mereka semua ada sembilan orang, dan mereka melakukannya di hadapan orang banyak. Kristus mengizinkan hal ini terjadi:
- (1) Untuk menjaga mereka agar tetap rendah hati, dan untuk menunjukkan kebergantungan mereka pada-Nya, bahwa tanpa-Nya, mereka tidak dapat berbuat apa-apa.
- (2) Untuk memuliakan diri-Nya dan kuasa-Nya sendiri. Untuk kehormatan Kristuslah, Dia datang menolong pada saat kita menemui jalan buntu, ketika orang-orang lain tidak dapat menolong. Tongkat Elisa di tangan Gehazi tidak akan membangkitkan anak yang mati, Elisa sendirilah yang harus melakukannya. Perhatikanlah, ada karunia-karunia khusus yang ditahan Kristus untuk tidak dikaruniakan kepada kita, karena ada maksud-maksud khusus bagi diri-Nya sendiri, dan karena itu kadang-kadang Ia membiarkan tempat penampungan air menjadi kosong, supaya Dia bisa membawa kita kepada diri-Nya sendiri, Sang Sumber Air. Kegagalan orang-orang yang dipakai sebagai alat-Nya tidak akan menghalangi pekerjaan anugerah-Nya, karena karya anugerah-Nya akan tetap berlangsung, melalui murid-murid, ataupun tanpa mereka.
- II. Teguran yang diberikan Kristus kepada orang banyak, dan kemudian kepada Iblis.
- . Ia mencela orang banyak yang ada di sekeliling-Nya (ay. 17), Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat! Perkataan ini tidak ditujukan kepada murid-murid-Nya, tetapi kepada orang banyak, dan mungkin secara khusus kepada ahli-ahli Taurat, yang disebutkan dalam Markus 9:14, yang tampaknya menghina murid-murid yang kini ada dalam masalah pelik. Kristus sendiri tidak dapat mengadakan banyak pekerjaan besar di antara orang-orang yang tidak mau percaya. Di sini, karena ketidakpercayaan angkatan inilah sehingga mereka tidak dapat memperoleh berkat-berkat dari Allah, yang seharusnya menjadi bagian mereka. Hal ini berlaku juga bagi para murid, yang karena kelemahan imanlah mereka tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan besar itu bagi Allah, padahal seharusnya mereka bisa seandainya iman mereka kuat. Mereka tidak beriman dan sesat. Perhatikanlah, orang-orang yang tidak percaya akan menjadi sesat, dan rupa-rupa kesesatan itu sungguh mendatangkan dosa. Iman adalah persetujuan dengan Allah, tetapi ketidakpercayaan adalah perlawanan dan pertentangan terhadap Allah. Israel pada zaman dulu sesat, karena mereka tidak percaya (Mzm. 95:9), dan bengkok hati, karena di dalam diri mereka tidak ada kesetiaan (Ul. 32:20).
- Kristus mencela mereka terkait dengan dua hal.
- (1) Keberadaan-Nya bersama mereka sudah berlangsung begitu lama, "Berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Akankah kamu selalu membutuhkan kehadiran-Ku secara lahiriah dan tidak pernah bisa menjadi dewasa supaya siap ditinggalkan? Ditinggalkan sebagai umat ke dalam tuntunan murid-murid? Ditinggalkan sebagai murid-murid ke dalam tuntunan Roh dan tugas pengutusan kalian? Haruskah anak selalu digendong dan tidak pernah bisa belajar berjalan sendiri?"
- (2) Kesabaran-Nya terhadap mereka sudah begitu panjang, Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?
- Perhatikanlah:
- [1] Ketidakpercayaan dan kesesatan orang-orang yang telah menikmati sarana anugerah sangatlah mendukakan Tuhan Yesus. Demikianlah Ia telah bersabar terhadap kelakuan bangsa Israel pada zaman dulu (Kis. 13:18).
- [2] Semakin lama Kristus bersabar terhadap angkatan yang sesat dan tidak percaya, semakin tidak senang Dia dengan kesesatan dan ketidakpercayaan mereka. Beruntunglah Dia adalah Allah, bukan manusia, kalau tidak, Dia tidak akan bersabar sedemikian lama, atau menahan begitu banyak perkara sebagaimana yang telah diperbuat-Nya.
- . Ia menyembuhkan anak itu dan menyadarkannya kembali. Ia berkata, "Bawalah anak itu ke mari." Walaupun orang banyak itu sesat, dan Kristus dibuat marah karenanya, ada perhatian yang tetap diberikan kepada anak itu. Perhatikanlah, meskipun Kristus bisa marah, Ia tidak pernah berlaku tidak baik, dan Dia juga tidak pernah, dalam ketidaksenangan-Nya yang sangat mendalam, menutup bejana belas kasihan-Nya dari orang-orang yang menderita. Bawalah anak itu kepada-Ku. Perhatikanlah, ketika semua pertolongan dan bantuan lain gagal, kita dipersilakan untuk datang kepada Kristus, dan kita boleh yakin kepada-Nya, akan kuasa dan kebaikan hati-Nya.
- Lihatlah di sini suatu lambang dari tindakan Kristus sebagai Penebus kita.
- (1) Ia mematahkan kuasa Iblis (ay. 18). Sebagai orang yang berwenang dan dapat menyokong perintah-Nya dengan kuasa, Yesus menegor Iblis. Perhatikanlah, kemenangan-kemenangan Kristus atas Iblis diperoleh dengan kuasa firman-Nya, yang adalah pedang yang keluar dari mulut-Nya (Why. 19:21). Iblis tidak dapat tahan menghadapi teguran dan hardikan Kristus, sekalipun ia sudah begitu lama merasuki seseorang. Sungguh menghibur bagi orang-orang yang berperang melawan pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, bahwa Kristus telah melucuti mereka (Kol. 2:15). Singa dari Suku Yehuda akan didapati terlalu tangguh bagi singa yang mengaum-aum dan mencari-cari orang yang dapat ditelannya.
- (2) Ia memulihkan penderitaan anak-anak manusia, Anak itu pun sembuh seketika itu juga. Penyembuhan itu terjadi secara langsung dan sempurna. Hal ini dapat menjadi pendorong bagi para orangtua agar membawa anak-anak mereka kepada Kristus, apabila jiwa mereka sedang dikuasai Iblis. Ia sanggup menyembuhkan mereka dan juga bersedia melakukannya. Para orangtua jangan hanya membawa mereka kepada Kristus di dalam doa, tetapi juga membawa mereka kepada firman Kristus. Dengan cara-cara inilah benteng-benteng pertahanan Iblis dihancurkan di dalam jiwa. Hardikan-hardikan Kristus, yang langsung menembus hati, akan meruntuhkan kuasa Iblis di sana.
- III. Pembicaraan Kristus dengan para murid-Nya setelah peristiwa itu.
- . Para murid menanyakan alasan mengapa mereka tidak mampu mengusir setan pada saat itu (ay. 19), Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka. Perhatikanlah, hamba-hamba Tuhan, yang harus memberitakan Kristus di depan orang banyak, perlu tetap bersekutu secara pribadi dengan Dia, agar mereka, secara rahasia, ketika tidak ada yang melihat, dapat meratapi kelemahan dan kepicikan mereka, kebodohan dan kelemahan mereka dalam penampilan mereka di depan umum, dan menanyakan penyebab dari semuanya itu. Kita harus memanfaatkan kebebasan kita untuk menghampiri Kristus ketika sedang sendirian, supaya kita dapat bebas dan berbicara tentang hal-hal yang bersifat pribadi dengan-Nya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para murid kepada Kristus itu haruslah kita ajukan kepada diri kita sendiri, ketika kita sedang berbicara dengan hati kita sendiri di atas pembaringan kita. Mengapa kita begitu bodoh dan teledor pada waktu itu? Mengapa kita gagal melakukan kewajiban itu? Apa yang salah, jika diketahui, bisa diperbaiki.
- . Kristus memberi mereka dua alasan mengapa mereka gagal.
- (1) Hal itu terjadi karena mereka kurang percaya (ay. 20). Sewaktu Kristus berbicara kepada ayah si anak dan kepada orang banyak, Dia mempersalahkan orang banyak atas ketidakpercayaan mereka, namun ketika Ia berbicara kepada para murid-Nya, Ia mempersalahkan mereka juga atas ketidakpercayaan mereka, sebab sebenarnya kedua belah pihak sama-sama bersalah. Namun demikian, biasanya kita lebih merasa berat mendengarkan kesalahan-kesalahan kita sendiri daripada kesalahan-kesalahan orang lain, dan mempersalahkan diri kita sendiri atas suatu hal daripada mempersalahkan orang lain. Apabila pemberitaan firman tampak tidak begitu berhasil, seperti yang kadang-kadang terjadi, orang-orang cenderung mempersalahkan hamba-hamba Tuhan atas semua kegagalan itu, dan selanjutnya hamba-hamba Tuhan mempersalahkan orang banyak, padahal lebih baik bila setiap pihak mengakui kesalahan masing-masing dan berkata, "Akulah yang bersalah." Dengan demikian, ketika hamba-hamba Tuhan menegur orang, mereka harus belajar memberikan kepada setiap orang apa yang pantas diberikan kepadanya, dan mendorong orang untuk tidak menghakimi orang lain, dengan mengajar semua orang untuk menghakimi diri mereka sendiri. Ini karena kamu kurang percaya. Meskipun mereka memiliki iman, iman itu lemah dan tidak berdampak apa-apa.
- Perhatikanlah:
- [1] Selama iman tidak mencapai kekuatan, kesungguhan, dan tindakan yang seharusnya ada padanya, maka sesungguhnya dapat dikatakan bahwa di situ "ada ketidakpercayaan." Banyak orang bisa dinilai tidak percaya atau kurang beriman, namun mereka tidak bisa disebut sebagai orang-orang yang tidak percaya Tuhan.
- [2] Karena kita tidak percaya, kita hanya berbuat begitu sedikit dalam hidup beragama, begitu sering gagal dalam berbuat baik.
- Yesus Tuhan kita memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan kepada mereka kuasa iman, agar mereka tidak lagi berkekurangan dalam iman di lain waktu, seperti yang terjadi sekarang; Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, maka kamu akan melakukan hal-hal yang menakjubkan (ay. 20). Sebagian orang memandang bahwa perbandingan iman dengan biji sesawi ini merujuk kepada sifat biji sesawi itu, yang, ketika diremukkan, menjadi tajam dan menembus ke dalam. "Jika kamu mempunyai iman yang bekerja dan bertumbuh, yang tidak mati atau datar atau hambar, maka kamu tidak akan tersandung seperti ini." Namun, perbandingan itu mungkin lebih tepat merujuk kepada ukuran biji sesawi. "Jika sekiranya kamu memiliki sebiji iman yang benar saja, meskipun begitu kecil dan tampak seperti biji yang terkecil dari semua biji yang ada, maka kamu akan melakukan hal-hal yang menakjubkan." Iman pada umumnya merupakan suatu persetujuan yang teguh, kesediaan yang penuh, dan keyakinan yang kuat akan semua penyataan ilahi. Iman yang diharuskan di sini adalah iman yang sasarannya adalah penyataan khusus yang melaluinya Kristus memberikan kuasa kepada murid-murid-Nya untuk mengadakan mujizat-mujizat dalam nama-Nya, dengan maksud untuk meneguhkan ajaran yang mereka beritakan. Iman akan penyataan itulah yang kurang di dalam diri para murid. Mungkin mereka meragukan keabsahan tugas perutusan mereka, atau takut kalau-kalau tugas itu sudah tidak berlaku lagi setelah mereka menjalankan tugas yang pertama dan tidak akan terus berlanjut ketika mereka kembali kepada Guru mereka. Atau, mereka takut kalau-kalau tugas itu akan dibatalkan atau dicabut kembali. Mungkin ketidakhadiran Guru mereka bersama ketiga murid-Nya yang utama, dengan perintah kepada murid-murid yang lain untuk tidak mengikuti mereka, menimbulkan sedikit banyak keraguan mengenai kuasa mereka, atau lebih tepatnya mengenai kuasa Tuhan yang ada pada mereka, untuk mengadakan penyembuhan itu. Bagaimanapun juga, pada waktu itu tidak ada ketergantungan yang kuat serta nyata dan keyakinan yang penuh pada janji-janji kehadiran Kristus bersama mereka, seperti yang seharusnya terjadi. Memang baik bagi kita jika kita tidak terlalu yakin dengan diri kita dan kekuatan kita sendiri, namun juga sangat tidak menyenangkan Kristus jika kita tidak memercayai kuasa apa pun yang berasal dari-Nya atau yang dikaruniakan oleh-Nya.
- Jika kamu sungguh memiliki iman yang tulus seperti ini sedikit saja, jika kamu sungguh-sungguh bersandar pada segala kuasa yang dipercayakan kepadamu, kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindahlah dari tempat ini ke sana. Ungkapan ini adalah suatu peribahasa yang menunjuk kepada apa yang dikatakan Kristus selanjutnya, yaitu takkan ada yang mustahil bagimu. Itu saja. Para murid diberi amanat penuh, antara lain, untuk mengusir setan-setan tanpa kecuali. Akan tetapi, karena setan ini lebih jahat dan lebih berurat akar daripada biasanya, mereka menjadi tidak percaya akan kuasa yang telah mereka terima, dan dengan demikian menjadi gagal. Untuk meyakinkan mereka akan hal ini, Kristus menunjukkan kepada mereka apa yang bisa mereka lakukan pada waktu itu. Perhatikanlah, iman yang bekerja dapat memindahkan gunung, tetapi bukan dengan iman itu sendiri, melainkan dengan kekuatan kuasa ilahi yang dijanjikan dalam suatu janji ilahi. Iman harus bersandar dalam kuasa dan janji tersebut.
- (2) Karena ada sesuatu di dalam jenis penyakit itu, yang membuat penyembuhan lebih sulit dilakukan daripada biasanya (ay. 21), "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa. Kerasukan ini, yang bekerja melalui penyakit ayan, atau setan-setan jenis ini yang sedemikian geram itu, tidak dapat diusir dengan cara biasa tetapi dengan perbuatan-perbuatan ibadah yang luar biasa, dan di dalam hal itu kalian kurang."
- Perhatikanlah:
- [1] Kita semua berperang melawan musuh, baik itu pemerintah maupun penguasa. Namun, di antara mereka ini, sebagian lebih kuat daripada yang lain, dan kuasa mereka lebih sulit dipatahkan.
- [2] Kuasa Iblis yang luar biasa janganlah sampai melemahkan iman kita, tetapi seharusnya justru harus membuat kita jauh lebih giat lagi mewujudkan iman itu, dan lebih sungguh-sungguh lagi dalam berdoa kepada Allah untuk menambahkan iman kita. Demikianlah sebagian orang memahaminya di sini. "Iman semacam ini (yang dapat memindahkan gunung) tidak dapat diberikan dan didapatkan dari Allah kalau tidak disertai dengan doa yang sungguh-sungguh. Dengan cara inilah iman itu akan bekerja dan mencapai kekuatannya yang penuh."
- [3] Berpuasa dan berdoa merupakan cara yang cocok untuk menaklukkan kuasa Iblis atas diri kita, dan untuk memperoleh kuasa ilahi yang akan membantu kita. Berpuasa itu sangat berguna untuk membantu kita menjadi bersungguh-sungguh di dalam berdoa. Berpuasa merupakan bukti dan contoh kerendahan hati, yang sangat diperlukan di dalam doa, dan merupakan suatu sarana untuk mematikan kebiasaan-kebiasaan buruk dalam diri kita. Ia mencondongkan tubuh untuk melayani jiwa di dalam doa. Apabila kepentingan Iblis di dalam jiwa dikuatkan oleh kelakuan dan keadaan tubuh, maka berpuasa harus dibarengi dengan doa, untuk mengendalikan tubuh itu.
Matthew Henry: Mat 17:22-23 - Penderitaan-penderitaan Kristus Dinubuatkan Penderitaan-penderitaan Kristus Dinubuatkan (17:22-23)
Di sini Kristus menubuatkan penderitaan-penderitaan-Nya sendiri. Ia sudah mulai menyampaikan...
Penderitaan-penderitaan Kristus Dinubuatkan (17:22-23)
- Di sini Kristus menubuatkan penderitaan-penderitaan-Nya sendiri. Ia sudah mulai menyampaikan nubuat-Nya ini sebelumnya (16:21), dan, karena mendapati bahwa perkataan-Nya itu keras bagi para murid-Nya, Ia memandang penting untuk mengulanginya lagi. Ada beberapa hal yang difirmankan Allah dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya.
- Perhatikanlah di sini:
- . Apa yang dinubuatkan-Nya mengenai diri-Nya sendiri, yaitu bahwa Ia akan dikhianati dan dibunuh. Ia sudah mengetahui dengan sempurna segala sesuatu yang akan menimpa-Nya, namun Ia tetap mengerjakan pekerjaan bagi penebusan kita, yang menunjukkan betapa besar kasih-Nya. Bahkan, pandangan-Nya yang jelas tentang penderitaan-penderitaan itu bisa menjadi suatu penderitaan tersendiri bagi-Nya sebelum waktunya tiba, kalau bukan karena kasih-Nya kepada manusia yang membuat segala-galanya menjadi ringan bagi-Nya.
- (1) Kristus memberi tahu mereka bahwa Ia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Ia akan diserahkan (demikianlah kalimat ini dapat dibaca dan dimengerti sebagai tindakan Bapa-Nya yang menyerahkan Dia menurut maksud dan rencana-Nya (Kis. 2:23; Rm. 8:32). Akan tetapi, dalam pemahaman kita, pernyataan itu mengacu kepada Yudas yang mengkhianati-Nya dan menyerahkan-Nya ke tangan imam-imam, dan mereka ini mengkhianati-Nya dan menyerahkan-Nya ke tangan bangsa Romawi. Ia diserahkan ke tangan manusia, manusia yang mempunyai sifat yang sama dengan-Nya, dan yang karena itu darinya Dia dapat mengharapkan belas kasihan dan kelemahlembutan; manusia yang ingin diselamatkan-Nya, dan yang karena itu darinya Dia dapat mengharapkan penghormatan dan ucapan syukur. Akan tetapi, sebaliknya, mereka ini justru menjadi para penganiaya dan pembunuh-Nya.
- (2) Bahwa mereka akan membunuh Dia. Apa yang kurang dari ini tidak akan dapat memuaskan kegeraman mereka. Darah-Nyalah, darah-Nya yang berharga, yang menjadi sasaran dahaga mereka. Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia. Apa yang kurang dari itu tidak akan memuaskan keadilan Allah, dan memenuhi rancangan-Nya. Jika Kristus menjadi Korban penebusan, Ia haruslah dibunuh. Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.
- (3) Bahwa pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan. Tetap saja, saat Ia membicarakan kematian-Nya, Ia memberikan isyarat akan kebangkitan-Nya, yaitu sukacita yang disediakan bagi Dia, yang membuat-Nya tekun memikul salib dan mengabaikan kehinaan. Hal ini merupakan suatu dorongan, bukan hanya bagi Dia, melainkan juga bagi para murid-Nya. Pada hari ketiga Ia akan bangkit, jadi ketidakhadiran-Nya bersama mereka untuk sementara waktu itu tidaklah berlangsung lama, dan terlebih lagi, ketika Ia kembali kepada mereka setelah kebangkitan itu, Ia akan membawa serta banyak kemuliaan.
- . Bagaimana para murid menanggapinya, Hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali. Dalam hal ini tampaklah kasih mereka terhadap Guru mereka, namun bercampur dengan segala ketidaktahuan dan kekeliruan mereka mengenai rancangan-Nya. Petrus memang tidak berani berkata apa pun untuk menentangnya, sebagaimana yang sudah dilakukannya sebelumnya (16:22), setelah ia ditegur keras pada waktu itu. Tetapi ia, dan murid-murid yang lain, sangat bersedih karenanya, sebab hal ini merupakan kehilangan bagi mereka sendiri, kedukaan bagi Guru mereka, dan dosa serta kehancuran bagi orang-orang yang melakukannya.
Matthew Henry: Mat 17:24-27 - Tuhan Kita Membayar Bea untuk Bait Allah Tuhan Kita Membayar Bea untuk Bait Allah (17:24-27)
Di sini diceritakan tentang Kristus yang membayar bea untuk Bait Allah.
I. Perhatikanlah ba...
Tuhan Kita Membayar Bea untuk Bait Allah (17:24-27)
- Di sini diceritakan tentang Kristus yang membayar bea untuk Bait Allah.
- I. Perhatikanlah bagaimana bea ini diminta (ay. 24). Kristus pada waktu itu sedang berada di Kapernaum, markas besar-Nya, tempat Ia paling sering menetap. Ia tidak menghindar dari situ supaya dapat menghindari kewajiban membayar bea, sebaliknya Ia datang ke sana, siap untuk membayar.
- . Bea yang dituntut ini bukanlah bayaran rakyat kepada pemerintah Romawi, yang dengan ketat dituntut oleh para pemungut cukai, melainkan pajak bagi Bait Allah, yang banyaknya setengah syikal, atau dua dirham, yang dituntut dari setiap orang atau setiap ibadah di dalam Bait Allah, dan itulah biaya yang dikeluarkan untuk ibadah di sana. Uang itu disebut uang pendamaian karena nyawa (Kel. 30:12, dst.). Bea ini tidak terlalu dituntut dengan ketat pada waktu itu seperti pada waktu sebelum-sebelumnya, terutama di daerah Galilea.
- . Tuntutan itu diajukan dengan sangat sopan. Para pemungut bea berdiri di hadapan Kristus dengan penuh hormat, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang besar, sehingga mereka tidak berani berbicara kepada-Nya mengenai hal ini, tetapi langsung berbicara kepada Petrus, yang rumahnya berada di Kapernaum, dan mungkin pada waktu itu Kristus sedang menginap di rumahnya. Oleh karena itu, dialah orang yang tepat untuk diajak bicara, sebab dialah tuan rumahnya, dan mereka menganggap bahwa Petrus mengetahui pikiran Gurunya. Pertanyaan mereka adalah, "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" Sebagian orang berpendapat bahwa mereka ini mencari-cari kesempatan untuk menentang Dia. Seandainya Dia menolak membayar, mereka akan mengatakan Dia sebagai orang yang tidak menghargai ibadah di Bait Allah, dan para pengikut-Nya adalah orang-orang yang tidak taat hukum, yang tidak lagi membayar pajak, upeti atau bea (Ezr. 4:13). Tetapi kelihatannya mereka menanyakan ini dengan rasa hormat, dengan menunjukkan bahwa jika Kristus mendapatkan hak istimewa untuk tidak membayar bea itu, maka mereka pun tidak akan memaksakannya.
- Petrus menjawab untuk Gurunya, "Ya, tentu saja. Guruku memang membayar bea itu. Membayar bea adalah prinsip-Nya dan Dia selalu melaksanakannya. Kalian tidak perlu takut meminta dari-Nya."
- (1) Ia takluk kepada hukum Taurat (Gal. 4:4), dan karena itulah, di bawah hukum Taurat ini Ia dibayarkan bea pada usia empat puluh hari (Luk. 2:22), dan sekarang Ia membayarnya bagi diri-Nya sendiri, sebagai orang yang dalam keadaan merendahkan diri telah mengambil rupa seorang hamba (Flp. 2:7-8).
- (2) Dia dijadikan dosa bagi kita, dan dijadikan serupa dengan daging yang dikuasai dosa (Rm. 8:3). Nah, pajak yang dibayarkan untuk Bait Allah ini disebut sebagai uang pendamaian bagi nyawa (Kel. 30:15). Supaya di dalam segala hal Kristus tampak serupa dengan orang-orang berdosa, Dia membayar bea itu meskipun Dia tidak mempunyai dosa apa pun yang harus ditebus.
- (3) Demikianlah Ia selalu berusaha menggenapkan seluruh kehendak Allah (3:15). Ia melakukan hal ini untuk memberikan contoh:
- [1] Mengenai hal membayar semua yang harus dibayarkan kepada pihak yang berhak menerimanya (Rm. 13:7). Karena Kerajaan Kristus bukanlah dari dunia ini, para pengikut dan para petugasnya tidaklah diberi kuasa untuk menarik pajak dari pundi-pundi orang lain, sehingga mereka sendiri pun tunduk pada kekuasaan-kekuasaan yang ada.
- [2] Mengenai hal menyumbang bagi tempat ibadah umum di tempat kita berada. Jika kita menuai hal-hal rohani, maka pantas jika kita juga membalasnya dengan hal-hal jasmani. Bait Allah pada saat itu telah menjadi sarang penyamun, dan penyembahan di Bait Allah dimanfaatkan sebagai dalih bagi imam-imam kepala dalam menentang Kristus dan ajaran-Nya. Namun demikian, Kristus membayar bea untuk Bait Allah ini. Perhatikanlah, kewajiban-kewajiban gereja, yang dituntut secara sah, haruslah dibayar, kendati ada kejahatan-kejahatan yang terjadi di dalam gereja itu. Kita harus berhati-hati untuk tidak menyalahgunakan kemerdekaan kita untuk menyelubungi kejahatan atau ketamakan (1Ptr. 2:16). Jika Kristus saja membayar bea, siapa yang berani mengaku dibebaskan darinya?
- II. Bagaimana masalah pembayaran bea itu dibahas (ay. 25), bukan dengan para pemungut bea itu sendiri, supaya jangan mereka marah, melainkan dengan Petrus, supaya ia puas dan memahami alasan mengapa Kristus membayar bea, dan tidak memandangnya dengan keliru. Petrus membawa para pemungut bea itu ke dalam rumah, tetapi Kristus mendahului dia, untuk memberinya bukti akan kemahatahuan-Nya, dan bahwa tidak ada satu pemikiran pun yang dapat disembunyikan dari-Nya. Murid-murid Kristus tidak pernah diserang tanpa sepengetahuan-Nya.
- Sekarang:
- . Kristus memberikan contoh mengenai raja-raja di bumi yang menarik bea dari orang-orang asing, dari kerajaan-kerajaan yang takluk di bawah mereka, atau dari orang-orang asing yang berurusan dengan mereka, tetapi tidak dari anak-anak dan keluarga mereka sendiri. Di antara orangtua dan anak-anak mereka, barang-barang dipakai bersama, sehingga tidak masuk akal bila orangtua menarik pajak dari anak-anak mereka sendiri, atau menuntut sesuatu dari mereka. Ini sama seperti tangan kanan menagih pajak dari tangan kiri.
- . Kristus menerapkan hal ini pada diri-Nya sendiri; Jadi bebaslah rakyatnya (KJV: "Jadi bebaslah anak-anaknya"). Kristus adalah Anak Allah, dan Ahli Waris atas segala sesuatu. Bait Allah adalah Bait-Nya (Mal. 3:1), Rumah Bapa-Nya (Yoh. 2:16), di dalamnya Dia setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya (Ibr. 3:6), dan oleh sebab itu Dia tidak berkewajiban membayar bea ini untuk ibadah di Bait Allah. Demikianlah Kristus menegaskan hak-Nya, supaya jangan sampai pembayaran bea yang dilakukan-Nya ini disalahartikan untuk memperlemah gelar-Nya sebagai Anak Allah dan Raja Israel, dan supaya tidak disalahpahami bahwa Dia sendiri mengingkari gelar itu. Kekebalan-kekebalan hukum yang menjadi hak anak seperti ini hanya diberikan kepada Yesus Tuhan kita dan tidak bisa diperluas kepada orang lain. Oleh anugerah dan Roh yang mengangkat mereka menjadi anak-anak Allah, anak-anak ini dibebaskan dari perbudakan dosa dan Iblis, tetapi tidak dari berbagai kewajiban terhadap pemerintah-pemerintah sipil dalam hal-hal kemasyarakatan. Di sini hukum Kristus diungkapkan, Tiap-tiap orang (tidak terkecuali orang-orang kudus) harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya. Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib diberikan kepada Kaisar.
- III. Bagaimana bea itu dibayar, kendati dengan semuanya itu (ay. 27).
- . Untuk alasan apa Kristus melepaskan hak istimewa-Nya, dan membayar bea ini, meskipun Ia berhak dibebaskan darinya -- supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka. Hanya sedikit orang, seperti Petrus, yang mengetahui, bahwa Ia adalah Anak Allah. Dan kehormatan dari kebenaran agung itu, yang pada waktu itu masih rahasia, akan berkurang jika kebenaran itu dinyatakan saat itu hanya untuk memenuhi tujuan sepele seperti itu. Oleh karena itu, Kristus mempertimbangkan bahwa jika Dia menolak membayar, maka prasangka orang banyak akan semakin bertambah melawan Dia dan ajaran-Nya, dan menghilangkan kasih mereka terhadap-Nya, dan oleh sebab itu Ia berkeputusan untuk membayarnya. Perhatikanlah, kebijaksanaan dan kerendahan hati Kekristenan mengajar kita, dalam banyak hal, untuk menyerahkan hak kita daripada menjadi batu sandungan jika kita menuntutnya. Kita tidak boleh satu kali pun mundur dari kewajiban kita hanya karena takut menjadi batu sandungan (pengajaran dan mujizat-mujizat Kristus menjadi batu sandungan bagi mereka, namun Ia tetap melakukannya [15:12, 13], karena lebih baik menjadi batu sandungan bagi manusia daripada bagi Allah). Namun demikian, kadang-kadang kita harus menyangkal diri dalam hal kepentingan duniawi, daripada harus menjadi batu sandungan, sebagaimana yang diperbuat Rasul Paulus (1Kor. 8:13; Rm. 14:13).
- . Jalan apa yang diambil oleh Kristus untuk membayar bea ini.
- Ia memperoleh uang bagi diri-Nya untuk membayar bea itu dari mulut seekor ikan (ay. 27), yang dalam hal ini tampaklah:
- (1) Kemiskinan Kristus. Ia tidak memiliki setengah syikal pun di kantong-Nya untuk membayar bea, sekalipun Ia telah menyembuhkan begitu banyak orang sakit. Tampaknya Dia mengadakan penyembuhan itu secara cuma-cuma. Oleh karena kita Dia menjadi miskin (2Kor. 8:9). Untuk biaya hidup sehari-hari, Ia mengandalkan pemberian-pemberian orang lain (Luk. 8:3), dan untuk biaya-biaya khusus, Ia mengandalkan mujizat-mujizat. Ia tidak memerintahkan Yudas untuk membayar bea ini dari uang di dalam tas yang dibawanya. Uang itu untuk penghidupan sehari-hari, dan Ia tidak akan memberikan perintah untuk menggunakan uang demi kepentingan pribadi-Nya, karena uang itu sudah dikhususkan untuk kepentingan bersama.
- (2) Kuasa Kristus, dengan mengambil uang dari dalam mulut ikan untuk memenuhi tujuan ini. Entah kemahakuasaan-Nya yang menempatkan uang itu di sana, atau kemahatahuan-Nya yang mengetahui bahwa uang itu ada di sana, semuanya mengarah kepada hal yang sama. Hal ini merupakan bukti keilahian-Nya, dan bahwa Dia adalah Tuhan semesta alam. Makhluk-makhluk ciptaan yang paling jauh dari kehidupan manusia berada di bawah perintah Kristus, bahkan ikan-ikan di laut diletakkan di bawah kaki-Nya (Mzm. 8:7); dan untuk membuktikan kekuasaan-Nya di dunia bawah ini, dan untuk menyesuaikan diri-Nya dengan keadaan-Nya sekarang yang sedang merendah, Ia memilih mendapatkan uang itu dari mulut ikan, meskipun Dia bisa saja memperolehnya dari tangan malaikat.
- Sekarang perhatikanlah:
- [1] Petrus harus menangkap ikan itu dengan memancing.
- Bahkan dalam mengadakan mujizat Ia menggunakan sarana untuk mendorong ketekunan dan usaha manusia. Petrus harus melakukan sesuatu, dan yang harus dilakukannya itu termasuk panggilannya juga. Hal ini untuk mengajar kita agar kita rajin dalam melakukan apa yang menjadi panggilan kita. Apakah kita berharap agar Kristus memberikan sesuatu kepada kita? Kalau begitu, marilah kita bersiap-siap bekerja bagi-Nya.
- [2] Ikan itu muncul, dengan uang di dalam mulutnya, yang menggambarkan kepada kita mengenai upah ketaatan bila kita taat. Suatu pekerjaan yang kita kerjakan atas perintah Kristus dengan sendirinya akan memberikan upah bagi kita. Baik di dalam memelihara perintah-perintah Allah maupun setelah menjalankannya, ada upah yang besar (Mzm. 19:12). Petrus dengan demikian dijadikan penjala manusia, dan orang-orang yang ditangkapnya pun akan muncul. Apabila hati terbuka untuk menyambut perkataan Kristus, maka tangan pun akan ikut terbuka untuk menyokong para hamba-Nya.
- [3] Sekeping uang itu hanya cukup untuk membayar bea bagi Kristus dan Petrus. Engkau akan menemukan uang sebanyak satu syikal, yang dapat membayar bea untuk dua orang, karena satu orang dikenai bea setengah syikal (Kel. 30:13). Kristus bisa saja dengan mudah mendatangkan sekantong uang, seperti halnya sekeping uang, tetapi Dia ingin mengajar kita untuk tidak tamak dengan hal-hal yang berlebihan, dan merasa cukup dengan hanya memiliki yang sesuai dengan kebutuhan kita pada saat ini. Kita harus puas dengan apa yang ada, dan tidak meragukan Allah, sekalipun kita hidup hanya sekadar untuk menyambung nyawa. Kalau ikan saja dapat dipakai Kristus sebagai pemegang uang-Nya, mengapa kita tidak bisa menjadikan tindakan pemeliharaan Allah sebagai lumbung dan tempat harta karun kita? Jika kita sanggup menjalani hari ini, biarlah hari esok memikirkan kesusahannya sendiri (Mat. 6:34, KJV). Kristus membayar bea bagi diri-Nya dan Petrus, karena mungkin saat itu hanya Dia yang ditagih, dan memang sudah tiba waktunya bagi Dia untuk membayarnya, sedangkan murid-murid lainnya barangkali sudah membayar bea mereka sendiri atau harus membayar di tempat lain. Sebagian orang memandang Kristus yang membayar bea untuk Petrus di sini sebagai suatu rahasia agung, seolah-olah hal ini membuat Petrus menjadi kepala dan wakil seluruh gereja, padahal pembayaran bea yang dilakukan Kristus bagi Petrus lebih merupakan suatu tanda kerendahan hati untuk menaati perintah daripada merasa diri lebih tinggi. Petruslah yang memancing untuk memperoleh uang ini, dan oleh sebab itu sebagian dari uang itu wajarlah kalau dipakai untuk kepentingannya sendiri. Orang-orang yang merupakan teman sekerja Kristus dalam memenangkan jiwa-jiwa akan bersinar bersama-Nya. Bayarkanlah uang ini, bagi-Ku dan bagimu juga. Yang dibayarkan Kristus bagi diri-Nya sendiri dianggap sebagai utang, sedangkan apa yang dibayarkan-Nya bagi Petrus merupakan suatu kebaikan baginya. Perhatikanlah, sungguh menyenangkan untuk melihat bahwa Allah berkenan menggunakan harta duniawi ini, bukan hanya untuk berlaku adil, melainkan juga untuk berbuat baik, bukan hanya untuk bermurah hati terhadap kaum miskin, melainkan juga untuk membantu sahabat-sahabat kita. Apa gunanya harta yang banyak, kecuali bahwa harta itu memampukan orang untuk semakin banyak berbuat kebaikan? Pada akhirnya, perhatikanlah, penulis Injil ini di sini mencatat perintah-perintah yang diberikan Kristus kepada Petrus, yaitu apa yang disuruhkan-Nya kepadanya. Hasil apa yang akan diperoleh dari perintah itu tidak disebutkan. Walaupun begitu, kita tetap harus menerima perintah-Nya apa adanya dan dengan semestinya. Karena, bagi Kristus, berkata-kata sama dengan bertindak.
SH: Mat 17:14-23 - Hidup dalam iman. (Selasa, 17 Maret 1998) Hidup dalam iman.
Sekian lama bersama Yesus dalam tugas pelayanan, ternyata bukanlah jaminan bahwa para murid memiliki iman yang bertumbuh. Bahkan, s...
Hidup dalam iman.
Sekian lama bersama Yesus dalam tugas pelayanan, ternyata bukanlah jaminan bahwa para murid memiliki iman yang bertumbuh. Bahkan, sekalipun sudah sekian lama mereka mendengar khotbah Tuhan. Sekalipun acapkali menyaksikan tanda mukjizat-Nya. Saat diperhadapkan pada tantangan untuk menyembuhkan seorang yang sakit ayan, mereka tidak dapat mengidentifikasikan diri pada iman bahwa Tuhan pasti menyembuhkan anak tersebut melalui mereka. Tuhan menegur kekerdilan imannya dan mendorong mereka untuk belajar dari prinsip tumbuhan sesawi. Iman kecil yang bergantung pada Yang Maha besar mampu membuat hal-hal besar.
Melangkah dalam iman. Masa akhir bersama Tuhan hampir tiba. Mesias yang dijanjikan akan mengalami penderitaaan. Karena itu Tuhan mempersiapkan mereka untuk bertumbuh dalam iman. Untuk kedua kalinya Ia menyampaikan berita bahwa Dia akan diserahkan dan dibunuh. Ia harus mengakhiri masa pelayanan-Nya. Namun para murid tidak akan ditinggalkan sendiri. Roh Kudus akan membantu mereka mengayunkan langkah melanjutkan misi pelayanan-Nya.
Renungkan: Jangan menanggapi kematian Yesus dengan sedih, dan bermuram, sebab kematian Yesus merupakan puncak kasih-Nya dan menyebabkan kita dapat bersekutu kekal dengan-Nya.
SH: Mat 17:14-21 - Bukan besar atau kecil, tapi ada atau tidak ada (Minggu, 18 Februari 2001) Bukan besar atau kecil, tapi ada atau tidak ada
Yesus
memakai ilustrasi biji sesawi untuk menggambarkan
iman, karena biji sesawi adalah biji yang p...
Bukan besar atau kecil, tapi ada atau tidak ada
Yesus memakai ilustrasi biji sesawi untuk menggambarkan iman, karena biji sesawi adalah biji yang paling kecil di antara biji-biji lainnya. Dapat dikatakan bahwa Yesus tidak sedang membicarakan besar atau kecilnya iman, tetapi ada atau tidak adanya iman.
Pada saat Yesus kembali ke kerumunan orang banyak, datanglah seorang bapak menemui-Nya dengan sikap menyembah. Ia memohon belas kasihan Yesus atas anaknya yang sangat menderita karena sakit ayan. Ia mengadukan bahwa murid-murid-Nya tidak dapat menyembuhkan anaknya. Yesus menegur keras semua orang: murid-murid, orang banyak, dan semua angkatan yang tidak percaya dan sesat. Kepada mereka semua, Yesus mengajukan 2 pertanyaan: (ayat 1) berapa lama lagi Ia harus tinggal di antara mereka, dan (ayat 2) berapa lama lagi Ia harus sabar terhadap mereka. Ia tidak selamanya ada bersama mereka, tetapi selama Ia ada bersama mereka, mereka dapat mendengar pengajaran-Nya, melihat perbuatan-Nya, dan mengenal-Nya, tetapi mereka tetap tidak percaya kepada Mesias sejati. Hal ini menegaskan bahwa waktu-Nya di dunia terbatas. Setelah mengajukan pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, Ia meminta anak yang sakit itu dibawa kepada-Nya. Ia mengusir setan dan anak itu sembuh. Kemesiasan-Nya mengalahkan segala kuasa.
Kemudian murid-murid menanyakan mengapa mereka gagal mengusir setan. Hanya satu alasannya karena mereka tidak memiliki iman. Mereka mengandalkan kekuasaan manusia dan bukan kekuasaan Allah.
Renungkan: Seringkali kegagalan kita bukan saja akibat tantangan dan ancaman dari luar tetapi ketiadaan iman yang membiarkan kita mengandalkan kemampuan, potensi, dan kebiasaan kita. Masalahnya bukan besar atau kecilnya iman, tetapi ada atau tidak ada iman.
Bacaan untuk Minggu Epifania 7
Lagu: Kidung Jemaat 309
PA 7 Matius 16:21-28
Komitmen mengikut Kristus bukanlah pilihan yang mudah, justru penuh risiko dan pergumulan. Mengapa? Karena menjadi pengikut-Nya berarti bersedia untuk dimusuhi dunia. Seringkali Kristen salah memahami arti menjadi pengikut Kristus: bahagia dan hidup bebas hambatan, sehingga ketika badai kehidupan datang bertubi-tubi menerpa hidupnya, Kristen `protes' kepada Allah. Kristen mulai goncang, putus asa, dan kehilangan pengharapan karena tidak pernah membayangkan bahwa jalannya memang tidak mudah.
Bagaimanakah sesungguhnya menjadi pengikut Kristus seperti yang Yesus teladankan? Prinsip-prinsip apa saja yang harus kita terapkan? Kita akan mempelajarinya melalui perikop ini!
Pertanyaan-pertanyaan pengarah:
1. Apa yang ingin dijelaskan Matius dengan penunjuk waktu: "Sejak waktu itu.."? Mengapa Yesus baru menyatakan penderitaan-Nya setelah murid-murid-Nya mengenal-Nya sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup (ayat 12-20)? Dari pihak siapa sajakah penderitaan itu? Apakah mereka adalah orang-orang yang mengerti arti Mesias yang dijanjikan? Mengapa justru mereka yang membuat-Nya menderita?
2. Apakah fokus pernyataan Yesus hanya penderitaan-Nya saja (ayat 21)? Jika demikian mengapa Petrus menegur Yesus (ayat 22)? Apakah yang sedang dipikirkan Petrus saat itu? Apakah hal ini bertentangan dengan rencana Allah bagi keselamatan manusia? Jelaskan! Mengapa Iblis selalu berusaha merintangi bahkan menggagalkan rencana Allah?
3. Apakah arti perkataan Yesus di ayat 24? Apakah setiap orang yang mengikut-Nya harus memiliki komitmen demikian? Bagaimana kaitannya dengan pernyataan selanjutnya (ayat 25)? Perhatikan kata `mau' (ayat 24, 25) dan jelaskan maknanya? Manakah yang merupakan pilihan dan manakah yang merupakan konsekuensi (ayat 25)? Apakah dampak pilihan ini bernilai kekal? Mengapa demikian?
4. Bagaimana pemahaman Anda tentang Mesias yang mati dan bangkit, dan sejauh mana pengaruhnya dalam hidup Anda? Bagaimanakah pilihan hidup Anda sebagai pengikut-Nya dan apa konsekuensi konkritnya? Apakah Anda tetap meyakini bahwa pilihan Anda tidak salah? Mengapa demikian?
SH: Mat 17:14-21 - Iman bukan sekadar pengetahuan (Minggu, 13 Februari 2005) Iman bukan sekadar pengetahuan
Pernah mengalami pengalaman yang memalukan? Seseorang datang
minta didoakan Anda karena Anda orang Kristen. Namun...
Iman bukan sekadar pengetahuan
Pernah mengalami pengalaman yang memalukan? Seseorang datang minta didoakan Anda karena Anda orang Kristen. Namun, ternyata doa Anda tidak menghasilkan kesembuhan untuk menolong dia. Wah, apakah doa orang Kristen tidak ampuh lagi?
Kondisi seperti itu yang dihadapi para murid yang ditinggal Yesus naik ke bukit. Mereka tidak mampu menyembuhkan seorang anak yang menderita penyakit ayan (ayat 15-16). Yesus menegur mereka dengan keras. Teguran Yesus ini menunjukkan bahwa Yesus kecewa terhadap mereka. Kekecewaan-Nya ini disebabkan Yesus telah memperlengkapi mereka dengan kuasa untuk mengusir setan dan menyembuhkan penyakit, tetapi mereka tidak menggunakannya. Selain itu, bukankah Yesus sudah mengutus mereka untuk memberitakan kabar baik? Mengapa mereka gagal dalam hal doa?
Masalahnya terletak pada iman para murid yang terbatas pada kehadiran Yesus saja (ayat 17). Meski mereka sudah lama mengikut Yesus, mereka belum memiliki iman yang bersandar kepada Allah sepenuhnya. Iman ini digambarkan sebesar biji sesawi yang dapat memerintahkan gunung untuk berpindah (ayat 20). Namun, bukan masalah besar kecilnya ukuran iman, tetapi kepada siapa iman itu didasarkan!
Zaman ini banyak orang Kristen yang memiliki berbagai rupa doktrin cara penyembuhan. Umumnya menekankan kesembuhan secara spektakuler, ilahi dan mukjizat. Hal ini mulai menggeser iman yang seharusnya ditujukan kepada Allah menjadi kepada teknik-teknik penyembuhan. Orang mengkultuskan pribadi hamba Tuhan, pendeta, majelis yang telah menyembuhkan, tetapi melupakan Tuhan, Sang Penyembuh sejati. Yang diperlukan adalah iman yang benar dari kita kepada Allah. Doa, puasa, karunia, manusia, dll. adalah sarana iman yang dianugerahkan Allah bagi umat-Nya.
Camkan: Siapakah sumber kesembuhan yang Anda harapkan dan imani? Tuhan ataukah manusia yang ia pakai menjadi alat-Nya?
SH: Mat 17:14-27 - Mempersiapkan murid Tuhan (Jumat, 19 Februari 2010) Mempersiapkan murid Tuhan
Ada saat untuk menikmati persekutuan yang indah dengan Yesus, dan
waktu seperti itu memang kita butuhkan. Namun ada sa...
Mempersiapkan murid Tuhan
Ada saat untuk menikmati persekutuan yang indah dengan Yesus, dan waktu seperti itu memang kita butuhkan. Namun ada saat untuk kembali pada tugas dan tanggung jawab kita sebagai utusan Allah di dalam dunia ini. Yesus pun demikian. Dalam transfigurasi, Ia sedemikian dekat dengan para hamba Tuhan PL dan dengan Bapa. Namun masih ada tugas yang harus Ia selesaikan di dunia ini. Tugas mempersiapkan para murid untuk meneruskan pelayanan-Nya.
Para murid ternyata memiliki iman yang sangat kecil. Ternyata mereka tidak sanggup menyatakan otoritas Allah yang sudah diberikan kepada mereka (lih. 10:1) untuk menyembuhkan seorang muda yang sakit ayan. Padahal iman sekecil biji sesawi sudah cukup bagi mereka untuk dapat melakukan perkara besar (ayat 20). Ternyata memang ada hal-hal khusus yang harus dipelajari dalam rangka mendemonstrasikan kuasa Kristus dalam dunia ini (ayat 21).
Para murid belum mengerti akan misi Guru mereka untuk mati demi
menebus manusia berdosa. Juga bahwa kematian-Nya itu bersifat
sementara, kemudian Ia akan bangkit dalam kemuliaan dan
kemenangan oleh kuasa Bapa dan Diri-Nya sendiri (bdk.
Sebenarnya secara prinsip Yesus tidak perlu membayar pajak Bait Allah (ayat 26) karena bukankah Dia Sang Bait Allah sesungguhnya? Namun sebagai warga Yahudi, Yesus memberikan teladan kepada para murid dan juga kita dengan tunduk pada aturan hukum Taurat (Kel. 30:13). Prinsipnya jangan sampai kita menjadi batu sandungan hanya karena mempertahankan hak. Para murid dan juga kita dapat belajar bahwa dalam pelayanan kita, menyangkal diri termasuk menyangkal hak-hak kita perlu dilakukan dalam kerangka yang lebih luas, yaitu pengembangan Kerajaan Sorga.
Mari berguru pada Sang Guru Agung dan menjadi murid yang meneladani Dia sehingga pelayanan kita pun menjadi berkat untuk sesama.
SH: Mat 17:14-21 - Berkarya dengan iman (Senin, 18 Februari 2013) Berkarya dengan iman
Pernahkan kita merasa gagal beriman? Pernahkah kita kecewa karena iman kita tumpul dan tidak mampu melihat ke depan? Apalagi saa...
Berkarya dengan iman
Pernahkan kita merasa gagal beriman? Pernahkah kita kecewa karena iman kita tumpul dan tidak mampu melihat ke depan? Apalagi saat seseorang membutuhkan kita, sementara iman kita tidak mampu memberi jawaban!
Itu yang dialami oleh sembilan murid yang ditinggal Yesus ke atas gunung. Mereka tidak mampu menolong seorang anak yang sakit yang dibawa oleh ayahnya (15). Anak itu menderita ayan sehingga sering jatuh ke dalam api dan air. Nyawa si anak terancam setiap saat. Satu-satunya harapan bagi si ayah hanyalah Yesus. Maka, ketika Yesus turun gunung, si ayah segera membawa anaknya kepada Yesus. Lalu Yesus segera menghardik setan yang menguasai anak itu, sehingga seketika itu juga setan itu keluar dan sembuhlah anak itu. Apa yang gagal dilakukan oleh murid-murid, dengan mudah dan cepat dilakukan oleh Yesus karena Yesus berkuasa menyembuhkan segala penyakit.
Bagaimana Yesus menyikapi kegagalan para murid? Yesus marah terhadap mereka karena mereka sudah diberikan kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan penyakit (Mat. 10:1, 8). Bila demikian, apa yang menjadi masalah? Mereka kurang beriman! Padahal jika mereka memiliki iman sebesar biji sesawi saja mereka dapat memindahkan gunung. Dengan iman, mereka dapat melakukan karya yang sama seperti Yesus lakukan. Bila mereka percaya, maka kuasa Yesus akan mengalir melalui mereka.
Iman adalah modal kita melakukan karya seperti yang Yesus telah lakukan saat Ia berada di dunia. Yesus meninggalkan kita dengan curahan kuasa Roh Kudus untuk melakukan karya Allah di antara sesama manusia. Tugas pelayanan itu Yesus percayakan kepada gereja. Sebagai gereja, banyak hal yang dapat kita lakukan untuk melayani sesama. Mulai dari mengajar, menyembuhkan, mendoakan, menasihati, dll. Semua itu dapat kita lakukan sesuai dengan panggilan pelayanan kita masing-masing. Namun, kita harus melakukannya dengan iman yang bersandar penuh pada Roh Kudus. Tanpa iman kepada Kristus, pelayanan kita tidak bermakna dan tidak berkuasa.
SH: Mat 17:14-23 - Iman dan Keraguan (Senin, 27 Februari 2017) Iman dan Keraguan
Saat seseorang percaya kepada Kristus, Allah mengaruniakan Roh Kudus kepada orang-orang percaya. Artinya, umat Allah memiliki kuasa...
Iman dan Keraguan
Saat seseorang percaya kepada Kristus, Allah mengaruniakan Roh Kudus kepada orang-orang percaya. Artinya, umat Allah memiliki kuasa Allah dalam dirinya. Dengan kuasa Roh Kudus, umat Allah dapat melakukan perkara yang ajaib, seperti mengusir roh jahat, dan sebagainya. Kenyataannya, umat Allah lebih memilih menghindar daripada menghadapi kuasa kegelapan. Itu disebabkan oleh keraguan dalam hati.
Pascapemuliaan Yesus di gunung, Ia berhadapan dengan kasus seorang anak kecil yang sakit ayan yang mengalami kegilaan akibat kerasukan kuasa jahat (14-15). Orangtua Si Anak telah frustasi dan hilang akal bagaimana menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa anaknya. Ia telah membawanya kepada para murid Yesus, namun murid-murid-Nya tidak mampu menyembuhkan penyakit anak tersebut (16). Dengan keras Yesus menegur murid-murid-Nya yang kurang yakin akan kuasa Allah (17). Teguran Yesus sangat beralasan sebab waktu-Nya di dunia semakin pendek dan Ia tidak selamanya ada bersama mereka (22-23).
Setiap hari mereka bersama Yesus dan melihat akan kuasa-Nya. Kenyataanya, mereka hanya percaya, tetapi tidak mengimaninya. Jika keraguan iman seperti ini terus berlangsung bagaimana kuasa Allah dapat dinyatakan melalui mereka. Untuk melakukan apa pun dibutuhkan iman yang teguh kepada Yesus, kalau tidak mustahil kuasa Allah dapat bekerja. Yesus tidak menuntut iman yang besar. Ia hanya meminta para murid-Nya memercayai kuasa Allah dengan sepenuh hati tanpa keraguan (19-20).
Roh Allah yang ada dalam diri orang-orang percaya lebih besar dari roh yang ada dalam dunia (1Yoh. 4:4). Dengan Roh-Nya, Ia ingin memakai umat-Nya melakukan perkara yang lebih besar dan ajaib agar nama-Nya dimuliakan di bumi. Allah ingin menjadikan setiap orang yang ada dalam Kristus menjadi orang yang mengubah dunia.
Untuk menang atas kuasa jahat dibutuhkan kemurnian iman. Berdoalah kepada Allah agar Ia memurnikan iman Anda sehingga Anda dapat menjadi alat kemuliaan-Nya! [TG]
SH: Mat 17:14-21 - Iman Sebesar Biji Sesawi (Selasa, 7 September 2021) Iman Sebesar Biji Sesawi
Seorang ayah akan berusaha melakukan apa pun yang terbaik demi kesembuhan anaknya yang sedang menderita karena sakit. Itu se...
Iman Sebesar Biji Sesawi
Seorang ayah akan berusaha melakukan apa pun yang terbaik demi kesembuhan anaknya yang sedang menderita karena sakit. Itu sebabnya, dalam nas hari ini, seorang ayah datang kepada Yesus dan menyembah-Nya, serta meminta belas kasihan Tuhan agar anaknya disembuhkan.
Anak yang sakit ayan itu menderita selain karena penyakit itu sendiri, juga oleh dampaknya yang membuatnya sering jatuh ke dalam api atau ke dalam air. Orang-orang pada masa itu tentu berpikir bahwa jika Yesus sanggup melakukan mukjizat, maka murid-murid-Nya pun tentu mampu melakukannya. Tetapi, ketika anak itu dibawa kepada murid-murid Yesus, mereka tidak dapat menyembuhkannya (16). Karena itu, Yesus mengecam keras murid-murid-Nya sebagai generasi yang sesat dan tidak percaya. Padahal, Yesus sudah memberi mereka kuasa (lih. Mat. 10:1).
Anak itu bukan menderita penyakit yang bersifat medis semata, melainkan juga karena kuasa setan yang ada di dalam tubuhnya. Yesus mengusir setan itu dan seketika itu juga sembuhlah anak itu (18).
Masalah utama yang menyebabkan para murid tidak dapat mengusir setan adalah karena mereka kurang percaya, baik kepada Yesus, maupun atas kuasa yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Yesus berkata bahwa jika mereka mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, mereka dapat memerintahkan agar gunung pindah. Dengan iman yang demikian, tidak ada lagi yang mustahil bagi mereka.
Sikap kurang percaya kepada kuasa Allah sering kali juga menjadi masalah utama dalam hidup kita sehingga kita tidak mampu menghadapi pergumulan-pergumulan hidup. Hanya dibutuhkan iman sebesar biji sesawi, yaitu benih terkecil untuk dapat menghadirkan kuasa Allah yang sangat besar di dalam hidup orang percaya. Tanpa iman yang penuh, kita tidak akan berdaya sama sekali menghadapi kuasa iblis dan pergumulan hidup. Allah menghendaki kita percaya dan mengandalkan Dia sepenuhnya agar kuasa-Nya menjadi nyata dalam hidup kita. Teruslah bertumbuh dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus setiap hari. [RBS]
SH: Mat 17:22-27 - Teladan Seorang Guru (Senin, 19 Februari 2001) Teladan Seorang Guru
Penderitaan seorang guru yang
disegani, dihormati, dan diteladani, adalah
kesedihan bagi murid-muridnya. Guru yang telah
menj...
Teladan Seorang Guru
Penderitaan seorang guru yang disegani, dihormati, dan diteladani, adalah kesedihan bagi murid-muridnya. Guru yang telah menjadikan dirinya dan hidupnya sebagai panutan dan bagian hidup murid-muridnya, akan menerima pengabdian diri murid-muridnya. Yesus telah menjadikan diri-Nya sebagai bagian dari kehidupan murid-murid-Nya, bahkan Ia memberikan nyawa-Nya bagi kehidupan mereka. Dialah Guru Agung sepanjang sejarah manusia.
Di Galilea, untuk kedua kalinya Yesus memberitahukan penderitaan yang akan dialami-Nya. Ia menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia, karena Ia akan mengalami penderitaan sebagai Manusia yang lemah, tak berdaya, dapat merasakan sakit, tidak mampu membela diri, dan akan berhadapan dengan maut atau kematian. Namun Ia akan mengalami semua ini bukan karena kuasa manusia, melainkan diserahkan oleh Allah Bapa, yang kemudian akan membangkitkan-Nya dari kematian (ayat 23). Di sini nampak jelas bahwa Allah Bapa yang telah mengutus-Nya yang mengizinkan semuanya ini terjadi di dalam kedaulatan-Nya, demi keselamatan manusia. Mengingat kembali bahwa Gurunya akan menderita membuat hati murid-murid sangat sedih, karena mereka masih belum mengerti arti penderitaan Yesus Sang Mesias.
Sebagai Yahudi yang setia, Yesus pun memberikan teladan dalam membayar pajak untuk Bait Allah. Kewajiban membayar pajak sudah ditetapkan sejak zaman Musa (Kel.30:13), guna perbekalan rumah Tuhan. Analogi kewajiban orang asing membayar pajak bagi pemerintahan Roma dipakai Yesus untuk menunjukkan bahwa Anak Allah seharusnya tidak berkewajiban membayar pajak Bait Allah, demikian pula Petrus. Namun Yesus mengajarkan sekaligus memberikan teladan bagaimana Ia pun tetap melakukan kewajiban ini. Setiap Yahudi harus membayar 2 dirham/orang, tetapi mata uang yang beredar adalah 4 dirham, maka mereka harus membayar 4 dirham untuk 2 orang. Yesus menyuruh Petrus untuk memancing dan membuka mulut ikan yang pertama kali ditangkapnya, maka ia akan menemukan mata uang 4 dirham di dalam mulutnya. Dengan uang itulah Yesus dan Petrus membayar pajak.
Renungkan: Melalui sikap sederhana, Yesus pun menyatakan Keallahan-Nya sekaligus kerendahhatian- Nya dalam memenuhi kewajiban keagamaan. Inilah teladan Sang Guru Agung.
SH: Mat 17:22-27 - Kewajiban bayar pajak! (Senin, 14 Februari 2005) Kewajiban bayar pajak!
Membayar pajak adalah kewajiban setiap warga negara. Pajak
digunakan untuk pembangunan dan menjalankan roda pemerintahan....
Kewajiban bayar pajak!
Membayar pajak adalah kewajiban setiap warga negara. Pajak digunakan untuk pembangunan dan menjalankan roda pemerintahan. Namun, kalau pajak itu diselewengkan untuk kekayaan pribadi oknum pejabat, bolehkah kita tidak membayar pajak?
Yesus memberikan teladan yang sangat baik. Pelayanan-Nya memang mengkonfrontasikan diri-Nya dengan para pemimpin agama, yang pada akhirnya akan menyalibkan Dia (ayat 22-23). Namun, ketika diperhadapkan pada kewajiban sebagai orang Yahudi untuk membayar pajak bait Allah, Ia tidak menghindar walaupun kewajiban membayar pajak Bait Allah tidak tercantum dalam Hukum Taurat. Peraturan itu diciptakan oleh para pemimpin agama. Yesus tetap membayarnya karena tidak ingin menjadi batu sandungan bagi para pemimpin agama (ayat 27). Ia tidak menjadikan pertentangan dengan para pemimpin agama sebagai alasan untuk tidak menaati peraturan.
Dengan memperlihatkan sikap Yesus di nas ini, Matius menampilkan teladan Yesus supaya para pengikut-Nya tahu bersikap dengan tepat. Pada waktu Matius menulis Injilnya, pemerintah Roma memaksa penduduk Yahudi untuk juga membayar pajak kuil dewa-dewi Romawi. Orang-orang Yahudi menolak dengan keras dan menimbulkan huru-hara. Sikap inilah yang Yesus tidak inginkan ada dalam diri para pengikut-Nya. Jadi, meski mereka tidak setuju dengan keputusan pemerintah, rakyat harus menaati peraturan yang dibuat.
Orang Kristen masa kini memang harus bersikap kritis terhadap kinerja pemerintah, khususnya kalau mereka tidak menjalankan tugasnya dengan jujur. Namun demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak membayar pajak. Sebagaimana teladan Yesus maka membayar pajak adalah tanggung jawab setiap orang Kristen sebagai warga negara yang baik.
Tekadku: Bersaksi bagi Kristus dengan meneladani Dia dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara!
SH: Mat 17:22-27 - Membayar kewajiban (Selasa, 19 Februari 2013) Membayar kewajiban
Menjelang hari-hari penderitaan Anak Manusia sampai pada kematian-Nya, Yesus tetap melaksanakan tanggungjawab-Nya. Ia menunjukkan ...
Membayar kewajiban
Menjelang hari-hari penderitaan Anak Manusia sampai pada kematian-Nya, Yesus tetap melaksanakan tanggungjawab-Nya. Ia menunjukkan kepatuhan pada peraturan yang berlaku, yaitu membayar bea bait Allah. Pajak ini dipungut setahun sekali terhadap lelaki berumur di atas dua puluh tahun untuk digunakan sebagai biaya pemeliharaan Bait Allah. Pada masa Musa, bea ini disebut uang pendamaian karena nyawa umat terhindar dari tulah (Kel. 30:12). Pada masa raja Yoas, pajak ini dikumpulkan untuk membangun kembali rumah Allah (2 Taw. 24:9). Di zaman Yesus, bea ini menjadi wajib bagi semua orang Yahudi yang sudah dewasa.
Bagi orang Yahudi, membayar bea Bait Allah adalah kebanggaan hidup sebagai anggota umat Allah (sosial), daripada membayar pajak bagi pemerintah Roma sebagai tanda bahwa mereka adalah rakyat jajahan. Meski Yesus membayar bea bait Allah setiap tahun, tetapi Ia menolak untuk mencampuradukkan masalah sosial dan politik dengan mengajukan pertanyaan tentang siapa yang berkewajiban membayar pajak kepada penguasa. Sebagai Anak Allah, pemilik dan penguasa Bait Allah, Yesus tidak perlu membayar pajak. Meski demikian, agar tidak menjadi batu sandungan Yesus tetap membayar pajak.
Kisah ini memperlihatkan teladan Yesus yang dapat memisahkan antara kepentingan sosial, politik, dan lainnya. Ia menempatkan diri pada kepentingan yang tidak saling berbenturan yang dapat menyebabkan batu sandungan. Yesus mengajar kita untuk hidup bijaksana dalam mengambil keputusan dan menjalani keputusan yang diambil itu. Tanpa benturan kepentingan, kita dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas di tempat kerja. Maka di saat kita harus membayar pajak kepada pemerintah atau melakukan kewajiban yang diatur undang-undang, kita harus melakukan dengan benar. Untuk sumbangan bagi gereja, kiranya kita juga dapat rela hati memberi. Untuk orang yang membutuhkan, kita mengulurkan tangan. Kita dipanggil menjadi saksi Kristus di tengah-tengah pekerjaan kita. Teladani Yesus dengan penuh tanggung jawab.
SH: Mat 17:22-27 - Tidak Menjadi Batu Sandungan (Rabu, 8 September 2021) Tidak Menjadi Batu Sandungan
Siapa pun yang mengakui dirinya sebagai orang Kristen harus menunjukkan sikap yang dapat menjadi contoh dan teladan yang...
Tidak Menjadi Batu Sandungan
Siapa pun yang mengakui dirinya sebagai orang Kristen harus menunjukkan sikap yang dapat menjadi contoh dan teladan yang baik bagi semua orang dalam segala bidang kehidupan.
Dalam pembacaan kita hari ini Yesus menunjukkan sikapnya yang menaati kehendak Bapa serta menaati peraturan hukum agamawi. Para murid sangat sedih ketika Yesus memberitahukan untuk kedua kalinya akan penderitaan, kematian, dan juga kebangkitan-Nya kelak. Ia akan mengalami kematian oleh tangan manusia demi melakukan kehendak Allah Bapa.
Ketika berada di Kapernaum, pemungut bea Bait Allah menanyakan tentang bea yang seharusnya dibayarkan setiap tahun oleh orang-orang Yahudi (lih. Kel. 30:11-16; bdk. Neh. 10:32). Peraturan seperti itu diteruskan oleh umat Yahudi hingga pada zaman Yesus. Yesus adalah pemilik Bait Allah dan seharusnya Ia tidak perlu membayar pajak. Namun, supaya tidak menjadi batu sandungan, maka Yesus pun membayar pajak itu dengan cara yang ajaib (26).
Apa yang Yesus lakukan menunjukkan ketaatan-Nya terhadap otoritas. Pertama otoritas Allah. Yesus dengan taat menyerahkan diri-Nya, mati di tangan orang berdosa. Kedua, otoritas dunia. Yesus tetap taat membayar bea. Ketika Ia hadir ke dalam dunia, maka Ia juga berada di "bawah" hukum yang ada di dalam dunia; dalam hal ini peraturan agama Yahudi. Yesus mengajarkan bagaimana bersikap taat agar tidak menjadi batu sandungan demi kebaikan semua orang.
Hidup kita selalu berada di bawah otoritas, baik di bawah otoritas Allah, manusia, peraturan agama, undang-undang negara, maupun otoritas lainnya. Yesus memberikan keteladanan bagi kita tentang bagaimana menaati peraturan yang ada, sekalipun Yesus sendiri jauh lebih tinggi dari semua hukum agama dan peraturan manusia, sebab Dia adalah Allah. Marilah kita menjadi saksi Kristus dengan menjadi pribadi yang taat sehingga hidup kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, melainkan menjadi teladan dan mencerminkan Kristus di dalam kita. [RBS]
SH: Mat 17:24--18:5 - Mengikuti aturan. (Rabu, 18 Maret 1998) Mengikuti aturan.
Untuk pemeliharaan Bait Allah, diatur pemungutan bea: dua dirham tiap orang. Sebenarnya sebagai Putra Allah, Dialah pemilik sah Bai...
Mengikuti aturan.
Untuk pemeliharaan Bait Allah, diatur pemungutan bea: dua dirham tiap orang. Sebenarnya sebagai Putra Allah, Dialah pemilik sah Bait Allah. Ia tidak perlu membayar bea. Namun agar tidak menjadi batu sandungan, melalui mukjizat, Yesus membayar bea. Sebenarnya tak ada keharusan di pihak Yesus untuk berkorban bagi manusia, namun Ia melakukan itu juga demi kepentingan orang-orang yang dikasihi-Nya.
Besar menurut Yesus. Rupanya para murid mengikut Yesus tidak dengan motivasi murni. Mereka menduga bahwa suatu saat kelak, Yesus akan menjadi Mesias politis yang menjanjikan kekuasaan. Ambisi menjadi besar begitu menguasai pikiran mereka. Menurut Yesus menjadi besar dalam Kerajaan-Nya berarti bersedia menjadi kecil, mengakui ketakberdayaan, bertobat dari dosa dan hidup yang bersumber dari ambisi dan keinginan pribadi. Semua orang percaya adalah yang menjalani panggilan hidup menjadi kecil, menjadi hamba, dan menyangkal diri.
Renungkan: Menjadi anggota Kerajaan Allah adalah sukacita besar bagi setiap umat Tuhan. Hanya mereka yang sadar akan kekecilan dirinya, namun percaya dan mengandalkan Allah yang akan menjadi besar dalam kerajaan-Nya!
SH: Mat 17:24-27 - Memberi Teladan yang Baik (Selasa, 28 Februari 2017) Memberi Teladan yang Baik
Setiap orang percaya memiliki dua kewarganegaraan, yaitu warga Kerajaan Allah dan warga negara. Sebagai warga Kerajaan Alla...
Memberi Teladan yang Baik
Setiap orang percaya memiliki dua kewarganegaraan, yaitu warga Kerajaan Allah dan warga negara. Sebagai warga Kerajaan Allah, setiap orang percaya wajib memberikan perpuluhan di rumah Allah. Sebagai warga negara, orang-orang percaya harus membayar pajak penghasilan. Sebab pemerintah adalah wakil Allah di dunia.
Dalam Keluaran 30:11-16 tercatat bahwa setiap orang Israel wajib memberikan persembahan setengah syikal (2 dirham) kepada TUHAN. Uang itu dipakai untuk membeli kurban, anggur, tepung, minyak, kemenyan yang akan digunakan dalam Bait Allah. Tetapi, hal itu tidak berlaku bagi Yesus sebab Ia adalah anak Allah (24-26; bdk. Luk. 2:49). Meskipun demikian, Yesus tidak ingin menimbulkan masalah baru yang akan menyebabkan pertikaian dan perdebatan. Ia menyadari bahwa diri-Nya selalu diawasi oleh para rohaniwan Yahudi. Jika Ia tidak membayar pajak untuk Bait Allah, maka para rohaniwan Yahudi akan menjerat-Nya dengan dalil tindakan membangkang. Demi tercapainya misi Agung Allah dan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, Yesus memilih untuk membayar pajak tersebut (27a). Di sini, Yesus tidak mempertahankan hak-Nya sebagai anak Allah demi kepentingan orang lain. Tindakan Yesus ini memberi contoh konkret kepada para murid-Nya kapan saatnya mereka harus bersikap toleran dan kapan saatnya harus bersikap tegas.
Allah melarang umat-Nya melakukan tindakan tidak terpuji dalam hal membayar pajak, baik kepada Allah maupun pemerintah. Karena setiap orang percaya harus memberikan teladan kepada orang lain agar nama Allah tidak ternodai. Apakah uang tersebut dipakai untuk kebaikan atau pun kejahatan bukan menjadi urusan kita. Tugas dan tanggung jawab umat Allah adalah menjadi saksi-saksi Kristus di tengah-tengah orang berdosa agar lebih banyak orang diselamatkan dalam Kristus.
Sudahkah Anda menjalankan kewajiban Anda? Jika selama ini Anda mengabaikannya, akuilah segala pelanggaran yang dilakukan agar Allah dimuliakan dalam hidup Anda. [TG]
Topik Teologia: Mat 17:18 - -- Makhluk-makhluk Supranatural
Iblis-iblis
Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Beriman kepada Allah
Percaya kepada Allah ...
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Iblis-iblis
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
- Nasihat Terhadap Ketidakpercayaan
- Bimbang yang Ditegur
Topik Teologia: Mat 17:19 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Beriman kepada Allah
Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
Nasihat Terhadap Keti...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
- Nasihat Terhadap Ketidakpercayaan
- Bimbang yang Ditegur
Topik Teologia: Mat 17:20 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Maim Yesus alas Keilahian
Klaim yang Berkaitan dengan Allah
Yesus Mengklaim Otoritas All...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Maim Yesus alas Keilahian
- Klaim yang Berkaitan dengan Allah
- Yesus Mengklaim Otoritas Allah
- Penyataan Khusus
- Mat 5:18-20 Mat 5:21-22 Mat 5:26 Mat 5:27-28 Mat 5:31-32 Mat 5:33-35 Mat 5:38-39 Mat 5:43-44 Mat 6:2 Mat 6:25 Mat 6:29 Mat 7:22-23 Mat 8:11-12 Mat 10:15 Mat 10:23 Mat 10:42 Mat 12:6 Mat 12:36 Mat 13:17 Mat 17:12 Mat 17:20 Mat 18:3 Mat 18:13 Mat 18:18-20 Mat 19:9 Mat 19:23-24 Mat 21:31 Mat 21:43 Mat 23:36 Mat 24:2-3,34-35 Mat 25:12 Mat 25:40 Mar 3:28-29 Mar 5:41 Mar 8:12 Mar 9:1 Mar 9:41 Mar 10:15 Mar 10:29-31 Mar 11:23-25 Mar 12:43 Mar 13:30-32,37 Mar 14:9 Mar 14:18 Mar 14:25 Mar 14:30 Luk 4:24-27 Luk 6:27-28 Luk 7:28 Luk 7:47 Luk 10:24 Luk 1:19 Luk 12:4-5 Luk 12:8 Luk 12:37 Luk 12:43 Luk 13:23-24 Luk 13:35 Luk 16:9 Luk 23:43 Yoh 1:51 Yoh 3:3,5 Yoh 3:11 Yoh 5:19,24-25 Yoh 6:26 Yoh 6:32 Yoh 6:47 Yoh 6:53 Yoh 8:34 Yoh 8:51 Yoh 8:58 Yoh 10:1,7 Yoh 12:24-25 Yoh 13:16 Yoh 13:20 Yoh 13:21 Yoh 13:38 Yoh 14:12 Yoh 16:20,23 Yoh 21:18
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
Topik Teologia: Mat 17:22 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Anak Manusia
Dan 7:13 Mat 8:20 Mat 10:23 Mat 11:19 Mat 13:37,41 Mat 16:1...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Anak Manusia
- Dan 7:13 Mat 8:20 Mat 10:23 Mat 11:19 Mat 13:37,41 Mat 16:13 Mat 17:9 Mat 17:22 Mat 24:27,30 Mat 25:31 Mat 26:2 Mat 26:24 Mat 26:45 Mar 2:28 Mar 8:38 Mar 9:12 Luk 5:24 Luk 6:22 Luk 11:30 Luk 12:8 Luk 17:22 Luk 19:10 Luk 21:36 Yoh 1:51 Yoh 3:13 Yoh 5:27 Yoh 6:27 Yoh 6:53 Yoh 6:62 Yoh 8:28 Yoh 9:35 Yoh 12:23 Yoh 13:31 Kis 7:56 Wah 1:13
- Keselamatan
- Kebangkitan Kristus sebagai Peristiwa Keselamatan
- Fakta Kebangkitan Kristus
- Yesus Memberitahukan Sebelumnya tentang Kebangkitan-Nya
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
TFTWMS: Mat 17:14-18 - Yesus Menyembuhkan Anak Laki-laki Yesus Menyembuhkan Anak Laki-Laki (Matius 17:14-18)
14 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatka...
Yesus Menyembuhkan Anak Laki-Laki (Matius 17:14-18)
14 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, 15 katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. 16 Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya." 17 Maka kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" 18 Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga.
Adegan beralih dari puncak gunung kemuliaan ke lembah putus asa. Injil Markus memberikan beberapa rincian tambahan yang membantu pembaca membayangkan adegan ini dengan lebih penuh. Ketika Yesus dan tiga rasul itu turun dari gunung, mereka menemukan kerumunan orang yang kacau. Kesembilan rasul yang ditinggalkan berada tepat di tengah-tengah keributan itu (Mrk. 9:14-16). Seorang ayah yang kalut mencoba membawa anaknya yang kerasukan roh jahat kepada Yesus, dengan harapan Ia dapat menyembuhkan anak itu. Karena Yesus tidak ada di tempat, orang itu mempercayakan penyembuhan anaknya kepada rasul-rasul yang ada di situ. Ia mungkin pernah mendengar keberhasilan mereka dalam usaha itu (Mrk. 6:13). Terlepas dari apapun hasil sebelumnya, kali ini para rasul itu gagal total.
Kesembilan rasul itu dikelilingi oleh kerumunan orang, dan para ahli Taurat sedang mendebat mereka (Mrk. 9:14). Sudah tentu mereka menegur rasul-rasul itu atas kegagalan mereka mengusir roh jahat itu. Kerumunan orang itu tercengang ketika Yesus tiba-tiba datang, dan mereka berlari dan berkumpul di sekeliling Dia (Mrk. 9:15). Mengapakah mereka sangat tercengang? Apakah beberapa pemuliaan yang Ia alami di gunung itu masih melekat pada-Nya, sebagaimana wajah Musa yang bercahaya ketika ia turun dari Gunung Sinai (Kel. 34:29-35)? Meski hal ini bisa diperdebatkan, memang ada kesamaan antara turun gunung Yesus dan turun gunung Musa sebelumnya. Pemberi Taurat itu turun dari Gunung Sinai, di mana ia masuk ke dalam cahaya kemuliaan Allah, menuju kekacauan di lembah bawah. Seperti sembilan murid itu, mereka yang Musa tinggalkan untuk bertugas (Harun dan Hur) telah tersandung dalam kaitannya dengan iman mereka (Kel. 24:12-18; 32:1-35).
Ayat 14, 15. Begitu tiba, Yesus bertanya kepada para ahli Taurat apa yang mereka sedang diskusikan dengan murid-murid-Nya (Mrk. 9:16). Pada titik ini, ayah dari anak yang kerasukan roh jahat datang dan berlutut di hadapan Yesus, meminta belas kasihan bagi anaknya. Orang itu sebenarnya berseru keras dari kerumunan orang untuk merespon pertanyaan Yesus kepada para ahli Taurat itu (Mrk. 9:17; Luk. 9:38). Ia memohon Yesus, "Tolonglah kami dan kasihanilah kami" (Mrk. 9:22).
Ayah itu menjelaskan kondisi anaknya kepada Yesus: "Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air." Kata Yunani di balik "ayan," (selhniazomai, selēniazomai) terkait dengan kata untuk "bulan" ((selh÷nh, selēnē).1Dalam beberapa budaya kuno ada kepercayaan bahwa gangguan mental dan fisik disebabkan oleh fase-fase tertentu bulan. Selain tuli dan bisu, bocah laki-laki ini tampaknya menderita serangan epilepsi (Mrk. 9:17, 18, 25; Luk. 9:39, 42). Kejang-kejang ini membahayakan nyawanya, sebab hal itu membuat ia jatuh ke dalam api dan air (Mrk. 9:18, 22). Kondisi ini akan sudah membuat dia mustahil hidup normal. Meski beberapa keadaan anak ini dapat dijelaskan oleh sebab-sebab alamiah, teks itu membuat jelas bahwa ia berada di bawah kendali roh jahat yang telah menyiksa dia sejak kecil (Mrk. 9:21, 25).
Ayat 16. Tentunya, ayah itu merasa frustrasi oleh ketidakmampuan murid-murid Yesus dalam mengusir roh jahat yang merasuki anaknya. Ia menyebut mereka murid-murid Mu, untuk membedakan mereka dari para siswa rabi lain yang juga mengaku punya kemampuan mengusir roh-roh jahat (lihat komentar tentang 12:27). Keseriusan kondisi anak itu membuat seluruh penderitaan ayahnya itu lebih bisa dipahami.
Tidak diragukan lagi, oleh karena apa yang ia telah dengar tentang Yesus, ayah ini datang dengan harapan tinggi bahwa Tuhan akan menyembuhkan anaknya dan akhirnya memampukan keluarganya untuk menjalani kehidupan normal. Sekarang, karena murid-murid itu telah gagal, ia mungkin takut bahwa Yesus juga tidak akan mampu membantu dia. Catatan Markus tentang percakapan antara ayah itu dan Yesus menunjukkan kasusnya seperti itu. Ayah itu memohon bantuan Yesus, dengan mengatakan, "Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami." Yesus menjawab dengan mengatakan kepadanya, "Semua hal adalah mungkin bagi [dia] yang percaya" (Mrk. 9:23). Ayah itu "Segera … berteriak: 'Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!'" (Mrk. 9:24).
Ayat 17. Bahasa keras Yesus itu tidak diragukan lagi dimaksudkan untuk seluruh kelompok itu, termasuk murid-murid-Nya. Dengan jiwa yang menderita, Ia mengeluh keras, "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" Kurangnya keyakinan dan kerohanian mereka adalah beban besar bagi Yesus untuk Ia tanggung. Ungkapan "angkatan yang tidak percaya dan yang sesat" mirip dengan bahasa yang digunakan dalam Ulangan 32:5, 20 untuk menggambarkan Israel yang memberontak (lihat Mat. 12:39; 16:4; Kisah 2:40; Flp. 2:15).
Ayat 18. Markus dan Lukas sama-sama menunjukkan bahwa, selagi anak itu dibawa kepada Yesus, roh jahat itu membuat dia kejang-kejang dan melemparkan dia ke tanah (Mrk. 9:26; Luk. 9:42). Catatan dalam Matius hanya mengatakan, dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga. Markus mengatakan bahwa, atas perintah Yesus, roh jahat itu segera keluar dari anak itu dan meninggalkan dia tanpa nafas. Mereka yang mengamati adegan ini menganggap anak itu sudah mati (Mrk. 9:26). Saat itulah Yesus memegang tangan anak itu, membangunkannya, lalu memulangkan dia kepada ayahnya (Mrk. 9:27; Luk. 9:42). Akibatnya, "takjublah semua orang itu karena kebesaran Allah" (Luk. 9:43).
TFTWMS: Mat 17:19-21 - Penjelasa Yesus Tentang Kegagalan Murid-murid Itu Penjelasa Yesus Tentang Kegagalan Murid-Murid Itu (Matius 17:19-21)
19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bert...
Penjelasa Yesus Tentang Kegagalan Murid-Murid Itu (Matius 17:19-21)
19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" 20Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. 21(Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.)"
Ayat 19. Setelah roh jahat itu diusir dari anak itu, murid-murid Yesus datang … ketika mereka sendirian. Markus 9:28 mengungkapkan bahwa bagian dari episode ini terjadi di rumah. Murid-murid itu bertanya kepada Tuhan, "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" Dalam bahasa Yunani, kata "kami" bersifat tegas. Rupanya, setelah mereka menerima kuasa mujizatiah dari Yesus, mereka selalu berhasil mengusir roh-roh jahat (Mrk. 6:7, 13).
Ayat 20. Menanggapi pertanyaan mereka, Yesus pertama kali memberitahu mereka bahwa mereka tidak dapat mengusir roh jahat itu karena [mereka] kurang percaya. Tentu saja, Yesus menegor mereka karena kecilnya iman mereka (6:30; 8:26; 14:31; 16:8). Ia menambahkan bahwa, jika mereka memiliki iman sebesar biji sesawi, maka mereka bisa memindahkan gunung. Benih sesawi adalah pepatah mengenai hal yang sangat kecil (lihat komentar tentang 13:31, 32), sedangkan gunung dikenal karena ukuran dan stabilitasnya. Sekali lagi, perumpamaan Yesus membedakan benda yang sangat kecil dengan benda yang sangat besar (lihat 7:3, 4; 19:24; 23:24).
Yesus tidak sedang mengajar murid-murid-Nya tentang bagaimana benar-benar memindahkan gunung. Tidak ada bukti yang mendukung gagasan bahwa Ia atau salah satu dari murid-murid-Nya pernah mencoba upaya itu. Mengatakan bahwa seseorang bisa "memindahkan gunung" adalah cara umum untuk mengekspresikan kemampuan seseorang untuk mengatasi hambatan yang tampaknya tak dapat diatasi (21:21;1 Kor 13:2). William Barclay menulis, Seorang guru yang hebat, yang benar-benar bisa menguraikan dan menafsirkan kitab suci, dan yang bisa menjelaskan dan mengatasi kesulitan, sering dikenal sebagai pencabut atau, bahkan penghancur, gunung. Merobek, mencabut, menghancurkan gunung semuanya adalah ungkapan rutin untuk melenyapkan kesulitan. Yesus tidak pernah memaksudkan ini harus diartikan secara lahiriah dan harfiah.… Apa yang Ia maksudkan adalah: "Jika engkau punya cukup iman, semua kesulitan dapat diatasi, dan bahkan tugas yang paling sulit dapat diselesaikan." Iman kepada Allah adalah alat yang memampukan manusia melenyapkan bukit-bukit kesulitan yang menghalangi jalan mereka.2
Pemahaman ini atas teks itu didukung oleh kata-kata meyakinkan Yesus "takkan ada yang mustahil bagimu." Mungkin, murid-murid itu mengandalkan kekuatan mereka sendiri, lupa bahwa kekuatan mereka datang dari Allah.
Ayat 21. Penjelasan kedua yang Yesus berikan untuk kegagalan mereka adalah bahwa jenis roh jahat tertentu ini sulit ditangani dan dibutuhkan banyak doa dan puasa untuk mengusir dia. Bahasanya menunjukkan bahwa roh-roh jahat itu memiliki kelas yang berbeda dengan tingkat kekuatan yang beragam.
Sebuah pertanyaan telah diajukan mengenai, apakah ayat 21 seharusnya dimasukkan ke dalam teks itu, karena teks itu tidak ditemukan di dalam beberapa naskah kuno. Alkitab NASB menyertakan ayat itu tapi menempatkannya dalam tanda kurung. Bruce M. Metzger menduga bahwa penyalin menyisipkan ayat itu, dengan meminjam dari Markus 9:29. Dalam teks itu, Yesus berkata, "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa." Namun begitu, beberapa naskah kuno Markus menyertakan kata "puasa" (lihat KJV).3
TFTWMS: Mat 17:22-23 - Pemberitahun Yesus Yang Kedua Tentang Kematian-nya Yang Mendekat PEMBERITAHUN YESUS YANG KEDUA TENTANG KEMATIAN-NYA YANG MENDEKAT (Matius 17:22, 23)
22 Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, ...
PEMBERITAHUN YESUS YANG KEDUA TENTANG KEMATIAN-NYA YANG MENDEKAT (Matius 17:22, 23)
22 Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia 23 dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali.
Ayat 22, 23. Yesus menghabiskan sedikit waktu dengan orang banyak itu dan lebih banyak waktu dengan para rasul-Nya dalam sisa hari-hari kehidupan duniawi-Nya. Selama waktu ini, Ia sering mengingatkan mereka tentang kematian-Nya yang mendekat. Ayat-ayat ini menceritakan tentang kedua kalinya Ia secara jelas membicarakan peristiwa ini dengan mereka (lihat komentar tentang 16:21).
Ramalan penderitaan ini lebih ringkas daripada sebelumnya. Yerusalem, tempat kematian Yesus, dihilangkan. Selain itu, para tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat—mereka yang bertanggung jawab atas penderitaan dan kematian-Nya—tidak dicantumkan. Yesus memang memberikan rincian baru dengan mengatakan bahwa Ia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Kemungkinan besar Tuhan berbicara tentang pengkhianatan-Nya oleh Yudas, meski Ia tidak menyebut nama rasul itu.4Ia pertama-tama akan diserahkan kepada para pemimpin Yahudi. Mereka adalah orang-orang yang akan bersekongkol dengan Yudas untuk mengkhianati Dia (26:47, 48). Para penjaga bait suci, yang di bawah kendali Sanhedrin ("imam-imam kepala dan orang-orang Farisi; Yoh. 18:3) akan menahan Yesus di taman itu.5Orang-orang Yahudilah yang akan menyeret Dia kepada beberapa pengadilan rekayasa, pelecehan, dan memfitnah Dia (26:57-68; Yoh. 18:12-14), dan kemudian menyerahkan Dia kepada Pilatus, dengan menuntut agar Dia disalibkan (27:1, 2, 19-23).
Yesus menubuatkan bahwa Ia [akan] dibangkitkan pada hari ketiga (lihat komentar tentang 16:21). Ini tergenapi ketika Ia bangkit dari antara orang mati pada pagi hari ketiga setelah penyaliban-Nya. Yesus disalibkan pada hari Jumat dan diturunkan dari salib sebelum jam 6:00 sore sehingga Ia bisa dengan cepat dimakamkan sebelum Sabat dimulai (27:57-61; Mrk. 15:42-47; Luk. 23:50-55; Yoh. 19:31-42). Tubuh-Nya terbaring di makam sepanjang Sabat itu (27:62-66; Luk. 23:56). Lalu Ia bangkit pada fajar hari pertama minggu itu (28:1-7; Mrk. 16:1-8; Luk. 24:1-7; Yoh. 20:1-9).
Para rasul itu tidak memahami ramalan Yesus itu, terutama bagian tentang kebangkitan-Nya (Mrk. 9:32). Mereka berfokus pada ramalan-Nya bahwa orang-orang akan membunuh Dia, dan yang menyebabkan hati mereka sangat sedih.
TFTWMS: Mat 17:24-27 - Membayar Pajak MEMBAYAR PAJAK (Matius 17:24-27)
24 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: &...
MEMBAYAR PAJAK (Matius 17:24-27)
24 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" 25 Jawabnya: "Memang membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?" 26 Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya. 27 Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga."
Ayat 24. Setelah melakukan perjalanan ke Kaisarea Filipi (16:13) dan berada di Gunung Perubahan Wujud (17:1), Yesus dan para rasul itu kembali ke Galilea (17:22) dan akhirnya tiba di Kapernaum. Ini akan menjadi kunjungan terakhir Tuhan ke kota ini—yang selama ini menjadi basis operasi pelayanan-Nya—sebelum pergi ke Yerusalem untuk mati (lihat 19:1; 21:1).
Pajak dua dirham6adalah pajak bait suci. Awalnya, itu adalah pajak wajib (setengah syikal) yang dituntut oleh Taurat, yang digunakan untuk biaya operasi dan pemeliharaan kemah suci (Kel. 30:11-16). Apakah pajak ini dimaksudkan sebagai pajak tahunan atau bukan adalah pertanyaan yang diperdebatkan. Dalam praktiknya, pajak itu tampaknya bersifat sementara. Namun begitu, pajak itu dihidupkan kembali pada pelbagai kesempatan ketika situasinya mengharuskan itu (2 Taw 24:6, 9; Neh. 10:32).7
Di zaman Kristus, pajak itu dipungut setiap tahun dari semua laki-laki yang berusia dua puluh tahun dan lebih.
Mereka yang memungut pajak adalah para petugas bait suci dari Yerusalem. Pada bulan Adar, sesaat sebelum Paskah (di bulan Nisan), para petugas itu dikirim ke seluruh Israel untuk mengumpulkan pajak. Pajak itu juga dipungut di luar negeri dalam lingkungan Yahudi diaspora.8Bangsa Romawi membolehkan para pemimpin Yahudi meneruskan pemungutan pajak ini. Setelah bait suci dihancurkan pada 70 Masehi, Vespasianus menuntut bahwa dua dirham ini digunakan untuk kuil Yupiter Kapitolinus di Roma.9Alih-alih menjadi simbol patriotisme, pajak tersebut malah menjadi pengingat tentang ketundukan orang Yahudi kepada Roma.
Sekali lagi, Petrus memainkan peran penting dalam adegan itu (lihat 14:28-32; 15:15; 16:16-19, 22, 23; 17:4). Para pemungut cukai menanya dia, "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" Konstruksi pertanyaan ini dalam bahasa Yunani, yang menggunakan partikel negatif ouj (ou), menunjukkan antisipasi jawaban afirmatif. Leon Morris berpikir bahwa para pemungut pajak ini memberi Petrus peringatan halus bahwa waktu untuk membayar pajak sudah tiba.10Sebaliknya, Michael J. Wilkins mengatakan bahwa pertanyaan mereka adalah upaya terselubung untuk menjebak Petrus (dan Yesus). Bagaimanapun, orang-orang Yahudi itu memperdebatkan siapakah yang bertanggung jawab untuk membayar pajak.11Bisa jadi para petugas ini sedang berusaha membuktikan tuduhan bahwa Yesus tidak loyal terhadap bait suci.12
Ayat 25. Ketika ditanya apakah Yesus membayar pajak bait suci, Petrus menjawab, "Ya." Karena Petrus telah bersama Yesus selama tiga tahun, ia kemungkinan sudah melihat Yesus membayar pajak tahunan pada beberapa kesempatan sebelumnya.
Ketika Petrus masuk ke rumah, Yesus mendahuluinya; Ia mulai berbicara sebelum Petrus punya kesempatan. Kemungkinan Tuhan tanpa sengaja mendengar percakapan mereka di luar atau punya pengetahuan mujizatiah tentang hal itu (lihat 9:4, 12:25). Yesus memulai dengan pertanyaan "Apakah pendapatmu, Simon?" Ia biasa menggunakan pertanyaan semacam ini untuk merangsang pemikiran para pendengar-Nya tentang suatu hal (18:12; 21:28; 22:42). Ia melanjutkan, "Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?" Analogi ini didasarkan pada praktik "raja-raja di bumi," atau para penguasa kafir (1 Raja 4:34; Maz. 2:2). Berbagai jenis pajak disebutkan. "Rumah cukai" (te÷loß, telos) mengacu kepada pajak yang dikenakan atas barang (9:9), sedangkan "pajak perorangan" (khvnsoß, kēnsos) mengacu kepada pembayaran upeti berdasarkan jumlah penduduk (22:17 ). Hal ini berasal dari kata Latin sensus.
Ayat 26. Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya." Rakyat milik penguasa di dalam kerajaannya adalah bebas dari pajak. Karena Yesus adalah Anak Allah (16:16; 17:5) dan bait suci adalah "rumah Bapa"-Nya (Luk. 2:49; Yoh. 2:16; lihat 12:6), maka Ia seharusnya dibebaskan dari membayar pajak bait suci. Bagaimanapun, Allah tidak akan memajaki Anak-Nya sendiri. Ia juga tidak akan memajaki orang-orang yang telah diadopsi ke dalam keluarga-Nya sebagai anak-anak-Nya, yaitu, murid-murid Yesus.
Ayat 27. Yesus menyarankan mereka membayar pajak agar jangan menjadi batu sandungan para pejabat bait suci. Meski Ia mengajar murid-muridNya untuk jangan menyinggung perasaan orang tanpa sebab (18:5-7), kadang-kadang Yesus—dalam masalah iman—menganggap perlu menyinggung orang lain (13:57; 15:12-14).
Uang untuk membayar pajak ini diperoleh dengan cara yang sangat tidak biasa. Tuhan memerintahkan Petrus untuk pergi memancing ke danau. Meski kitab-kitab Injil berisi beberapa acuan kepada penangkapan ikan di Danau Galilea dengan berbagai jenis jaring, ini adalah satu-satunya acuan kepada pengunaan kail. Ikan pertama yang ia tangkap harus dibuka mulutnya, dan di sana ia akan menemukan (satu syikal; NASB) di dalamnya yang dapat digunakan untuk membayar pajak bagi dirinya dan bagi Tuhan.13
Satu "syikal," yang harfiahnya "stater" (stath÷r, statēr), adalah setara dengan empat dirham.14Uang itu sudah cukup untuk membayar pajak dua dirham (setengah syikal) untuk dua orang. Karna dirham adalah koin yang jarang dicetak di zaman Yesus, maka uang itu dapat diterima untuk membayar tetradrachma, atau statēr15bagi dua orang bersama-sama.
Mujizat Tuhan itu memiliki beberapa ciri yang unik. Ini adalah satu-satunya mujizat-Nya yang tercatat yang (1) melibatkan uang, (2) memiliki keuntungan pribadi bagi diri-Nya, (3) hanya melibatkan seekor ikan, dan (4) memiliki hasil yang tidak dicatat, seperti penangkapan sebenarnya ikan itu. Meski hasilnya tidak dicatat, mujizat itu pastinya terjadi, karena Yesus mengatakan itu akan terjadi.
Mujizat ini menggarisbawahi penyediaan Allah bagi anak-anakNya. Seperti pohon ara yang layu (21:19), mujizat ini memberikan "tanda" mengenai satu kebenaran utama.16Kebenaran itu adalah ini: Allah menyediakan kebutuhan milik-Nya sendiri.
Craig S. Keener mengatakannya seperti ini: "Anak-anak raja bisa membayar pajak karena raja itu memberi mereka uang untuk membayar pajak."17
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Pelayanan SANG RAJA 17:14-27
Di Lembah Bawah
Seraya pasal 17 diungkapkan, adegan itu berubah dari gunung yang tinggi ke lembah di bawah. Mur...
Matius: Pelayanan SANG RAJA 17:14-27
Di Lembah Bawah
Seraya pasal 17 diungkapkan, adegan itu berubah dari gunung yang tinggi ke lembah di bawah. Murid-murid yang berada di belakang masih tidak mampu mengusir roh jahat dari seorang bocah laki-laki (17:14-21). Tampaknya, mereka gagal karena mereka percaya kepada kekuatan mereka sendiri, bukan kepada kuasa Allah. Kurangnya iman mereka mewakili iman generasi itu, dan kasus itu menimbulkan teguran keras Yesus. Tidak seperti mereka, Yesus langsung menyembuhkan anak itu.
Setelah adegan dengan orang banyak ini, sewaktu Ia masih di Galilea, Yesus lalu meramalkan kematian-Nya yang sudah di depan mata (17:22, 23). Ia memilih waktu dan tempat ini untuk mempersiapkan murid-murid itu bagi masa depan yang akan mereka hadapi.
Pada akhir pasal ini, ketika mereka berada di Kapernaum, masalah membayar pajak dibahas (17:24-27). Allah digambarkan sebagai penyedia kebutuhan Yesus dan murid-murid-Nya, seperti yang Ia telah lakukan di masa lalu.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Istilah bahasa Inggris "lunatic" berasal dari kata Latin lunaticus, yang juga berhubungan dengan kata Latin untuk "...
Catatan Akhir:
- 1 Istilah bahasa Inggris "lunatic" berasal dari kata Latin lunaticus, yang juga berhubungan dengan kata Latin untuk "bulan" (luna).
- 2 William Barclay, The Gospel of Matthew, vol. 2, 2d ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1958), 184-85. Lihat Talmud Sanhedrin 24a; Baba Bathra 3b; Berakoth 64a.
- 3 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 35, 85.
- 4 Kata Yunani untuk "diserahkan" (paradi÷dwmi, paradidōmi) sering digunakan dalam kitab-kitab Injil bagi pengkhianatan Yudas. Namun begitu, istilah ini muncul dalam konteks lain yang menyatakan kedaulatan pemilihan Allah untuk membolehkan Anak-Nya menderita dan mati (Yes 53:6, 12 [LXX];. Rom 4:25; 8:32).
- 5 Para pejabat Yahudi ini disertai oleh para tentara Romawi ketika mereka pergi untuk menangkap Yesus (Yoh 18:03, 12).
- 6 Pada abad pertama Masehi, koin dua dirham (didrachma) adalah setara dengan setengah syikal. (Josephus Antiquities 3.8.2.)
- 7 Mishnah Shekalim 2.4.
- 8 Ibid., 1.1, 3; Josephus Antiquities 16.2.3; 16.6.2-5; 18.9.1.
- 9 Josephus Wars 7.6.6; Dio Cassius Roman History 65.7.2; Suetonius Lives of the Caesars: Domitian 12.2.
- 10 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 452.
- 11 Menurut Mishnah, kaum Lewi, orang Israel, mualaf Yudaisme, dan budak bebas diwajibkan membayar pajak. Kaum perempuan, para budak, dan anak-anak tidak diwajibkan, tapi uang mereka diterima. Tetap ada pertanyaan, apakah para imam dibolehkan membayar pajak. Uang dari orang kafir dan orang-orang Samaria tidak bisa diterima. (Mishnah Shekalim 1,3-5.) Menurut Gulungan Laut Mati, penganut sekte yang hidup di Qumran hanya akan membayar pajak bait suci sekali dalam seumur hidup bukan setiap tahun. (Ordinances on Biblical Laws.)
- 12 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 110.
- 13 Contoh lain penemuan barang-barang berharga di dalam ikan-mencakup cincin meterai dan batu berharga- juga muncul dalam sastra kuno. (Herodotus 3.41, 42; Talmud Shabbath 119a.)
- 14 Josephus Antiquities 3.8.2.
- 15 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 271-72.
- 16 Lihat Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 512.
- 17 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 446.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PELAYANAN KITA KEPADA ALLAH (Matius 17)
1. Pelayanan kita kepada Allah kadang-kadang melibatkan bidang sorgawi (17:1-13). Pemuliaan Yesus d...
PELAYANAN KITA KEPADA ALLAH (Matius 17)
- 1. Pelayanan kita kepada Allah kadang-kadang melibatkan bidang sorgawi (17:1-13). Pemuliaan Yesus di atas gunung adalah peristiwa sorgawi. Meski kita tidak akan mengalami adegan seperti itu, namun perenungan atas Firman Allah seharusnya menimbulkan pemikiran bidang sorgawi kepada kita. Pikiran kita harus diisi dengan pikiran tentang kehidupan kekal di sorga (2 Kor. 4:16; 5:1-7; 2 Pet. 3:13).
- 2. Pelayanan kita kepada Allah melibatkan bidang lahiriah, duniawi (17:14-23). Ketiga rasul itu tidak bisa tetap berada di gunung itu. Mereka harus meninggalkan sukacita besar di gunung itu dan kembali ke bumi yang membosankan. Kita juga harus mengurus kebutuhan sehari-hari kita di dunia. Sebuah tanda pada beberapa pintu auditorium gereja berbunyi, "Masuk untuk beribadah. Pulang untuk melayani."
- 3. Pelayanan Kita kepada Allah meliputi bidang hukum, politik (17:24-27). Ajaran Yesus yang mencakup pembayaran pajak adalah konsisten dengan ajaran-Nya yang lain dan teladan-Nya (22:21). Paulus mengajarkan prinsip kepatuhan yang sama kepada kuasa pemerintahan (Roma 13:1-7). Orang Kristen wajib menjadi warga negara yang baik, terlepas dari sistem politik di bawah mana ia hidup. Paulus menghargai kewarganegaraannya dan menggunakannya untuk memperoleh hak-hak sah miliknya (Kisah 25:11).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Prinsip Biji Sesawi (Matius 17:20)
Ketika kita memikirkan hal-hal yang kuat, kita paling sering memikirkan hal-hal yang besar. Namun begitu, Yesus bi...
Prinsip Biji Sesawi (Matius 17:20)
Ketika kita memikirkan hal-hal yang kuat, kita paling sering memikirkan hal-hal yang besar. Namun begitu, Yesus bicara kepada para rasul-Nya tentang kekuatan hal-hal yang kecil. Meskipun, dalam kata-kata Yesus, benda itu adalah benih yang sangat kecil, biji sesawi memiliki kekuatan dan potensi (13:31, 32; Luk. 17:6). Agar benih kecil ini memenuhi takdirnya, benih itu harus terlebih dahulu ditanam.
Dalam pernyataan singkat Tuhan kita dalam 17:20, kita mengenali beberapa prinsip biji sesawi. Praktik prinsip-prinsip ini membutuhkan iman (17:14-21). Mari kita memeriksa beberapa dari mereka.
- 1. Hanya diperlukan sedikit untuk kita melakukan banyak hal.
- 2. Untuk menerima panen yang baik, kita harus gigih dalam persiapan dan praktik penanaman kita.
- 3. Kita menaman "biji sesawi" dengan mempelajari dan mengajarkan Firman Allah, berdoa, berbagi injil dengan orang lain, memberikan harta kita dan diri kita sendiri, membantu mereka yang membutuhkan, dan bersyukur atas berkat-berkat kita.
- 4. Penanaman biji sesawi kita mencakup pembicaraan dan bukan hanya pemikiran. Itu melibatkan perbuatan dan tidak hanya perkataan. Itu membutuhkan penanaman ketika kondisinya menguntungkan.
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi