Teks -- Markus 7:23-37 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mrk 7:20-23; Mrk 7:27
Full Life: Mrk 7:20-23 - HATI ORANG.
Nas : Mr 7:20-23
Dalam bagian ini, "menajiskan" (ayat Mr 7:20) artinya terpisah
dari hidup, keselamatan, dan persekutuan dengan Kristus karena dosa...
Nas : Mr 7:20-23
Dalam bagian ini, "menajiskan" (ayat Mr 7:20) artinya terpisah dari hidup, keselamatan, dan persekutuan dengan Kristus karena dosa yang timbul dari hati. "Hati" dalam Alkitab adalah keseluruhan intelek, emosi, keinginan, dan kemauan
(lihat art. HATI).
Hati yang kotor akan menajiskan semua pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan (Ams 4:23; Mat 12:34; 15:19). Yang diperlukan adalah hati yang baru dan diubah, hati yang diciptakan kembali menurut rupa Kristus (lih. Luk 6:45;
lihat art. PEMBAHARUAN).
Full Life: Mrk 7:27 - ROTI ... BAGI ANAK-ANAK.
Nas : Mr 7:27
Kata "anak-anak" menunjuk kepada Israel. Yesus menyatakan bahwa
Injil harus diberitakan kepada bangsa Israel dahulu. Wanita itu menya...
Nas : Mr 7:27
Kata "anak-anak" menunjuk kepada Israel. Yesus menyatakan bahwa Injil harus diberitakan kepada bangsa Israel dahulu. Wanita itu menyadari hal ini, namun ia menanggapi pernyataan Kristus ini dengan kebijaksanaan, ketekunan, dan iman. Ia mengemukakan bahwa maksud Allah ialah agar bangsa lain secara tidak langsung memperoleh berkat ketika Allah memberkati Israel. Kristus membalas iman wanita tersebut dengan menyembuhkan putrinya (ayat Mr 7:28-30). Orang percaya ketika berdoa, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, harus bertekun dalam doa, dan kadang-kadang bahkan berbincang-bincang dengan Allah
(lihat cat. --> Mat 15:28).
[atau ref. Mat 15:28]
Sejumlah naskah menambah: dan Sidon, bdk Mat 15:21.
Jerusalem: Mrk 7:26 - seorang Yunani Bukan berkebangsaan Yunani (karena perempuan itu berkebangsaan Siro-Fenisia), tetapi berkebudayaan Yunani.
Bukan berkebangsaan Yunani (karena perempuan itu berkebangsaan Siro-Fenisia), tetapi berkebudayaan Yunani.
Ende -> Mrk 7:31
Ref. Silang FULL: Mrk 7:31 - daerah Tirus // danau Galilea // daerah Dekapolis · daerah Tirus: Mr 7:24; Mat 11:21; Mat 11:21
· danau Galilea: Mat 4:18; Mat 4:18
· daerah Dekapolis: Mat 4:25; Mr 5:20
Ref. Silang FULL: Mrk 7:32 - yang gagap // meletakkan tangan-Nya · yang gagap: Mat 9:32; Luk 11:14
· meletakkan tangan-Nya: Mr 5:23; Mr 5:23
Ref. Silang FULL: Mrk 7:34 - ke langit // menarik nafas · ke langit: Mr 6:41; Yoh 11:41
· menarik nafas: Mr 8:12
· dengan baik: Yes 35:5,6
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: Mrk 7:1-23 - Adat Istiadat Nenek Moyang; Yang Tercemar Berasal dari Dalam
Dalam pasal ini diceritakan tentang:
I. Perdebatan Kristus dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengenai makan dengan tangan yang ti...
- Dalam pasal ini diceritakan tentang:
- I. Perdebatan Kristus dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengenai makan dengan tangan yang tidak dibasuh (ay. 1-13); dan perintah-perintah yang perlu Ia berikan kepada orang banyak dalam kesempatan itu, yang kemudian Ia jelaskan lebih lanjut kepada para murid-Nya (ay. 14-23).
- II. Penyembuhan yang diadakan Kristus terhadap seorang anak perempuan Kanaan yang kerasukan (ay. 24-30).
- III. Kesembuhan seorang yang tuli dan gagap (ay. 31-37).
Adat Istiadat Nenek Moyang; Yang Tercemar Berasal dari Dalam (7:1-23)
- Salah satu rancangan agung dari kedatangan Kristus adalah untuk mengesampingkan hukum seremonial yang sudah dibuat oleh Allah serta mengakhirinya. Untuk membuka jalan ke arah itu, Ia memulai dengan hukum seremonial yang telah dibuat oleh manusia, yang kemudian ditambahkan pada hukum yang dibuat oleh Allah, dan membebaskan murid-murid-Nya dari kewajiban menjalankan hukum itu. Kita bisa melihat Dia melakukan hal ini sepenuh-penuhnya ketika orang Farisi menuduh murid-murid-Nya melakukan pelanggaran terhadap hukum itu. Para ahli Taurat dan orang Farisi yang berdebat dengan-Nya itu disebutkan turun dari Yerusalem ke Galilea, sekitar 150 km jauhnya, untuk berdebat dengan Penyelamat kita di sana, yang dalam pandangan mereka merupakan tempat di mana Kristus sangat termasyhur dan banyak melakukan urusan-Nya. Seandainya mereka datang dari tempat yang begitu jauh dengan tujuan untuk diajar oleh-Nya, semangat dan kegigihan mereka itu patut dipuji; tetapi jika datang dari jauh-jauh hanya untuk melawan-Nya dan memeriksa perkembangan pengajaran Injil-Nya, itu merupakan suatu perbuatan yang sangat jahat. Tampaknya para ahli Taurat dan orang Farisi di Yerusalem bukan hanya menunjukkan bahwa kedudukan mereka lebih tinggi daripada para rabi di daerah, tetapi juga bahwa mereka mempunyai wewenang atas rabi tersebut, dan oleh sebab itu mereka biasa melakukan kunjungan dan mengirim para inkuisitor (pemeriksa keabsahan suatu ajaran agama), seperti yang mereka lakukan terhadap Yohanes Pembaptis sewaktu dia muncul di hadapan publik (Yoh. 1:19).
- Dalam perikop ini diceritakan tentang:
- I. Adat istiadat nenek moyang yang dipersoalkan, yaitu yang memerintahkan orang untuk membasuh tangan mereka sebelum makan. Ini merupakan suatu adat kebiasan yang menyangkut masalah kebersihan dan pada dirinya sendiri tidak berbahaya, tetapi jika diperlakukan dengan terlalu berlebihan, maka orang hanya akan memerhatikan masalah tubuh, yang cuma diciptakan dari tanah. Orang-orang memperlakukan adat ini sebagai suatu upacara agama, bukan sesuatu yang sifatnya biasa-biasa saja, di mana setiap orang bebas memilih untuk melakukannya atau tidak. Mereka menggunakan wewenang mereka untuk memerintahkan agar semua orang harus melakukannya; kalau tidak, mereka diancam akan dikucilkan dari masyarakat, dan peraturan ini dijaga oleh orang Farisi sebagai sebuah adat istiadat nenek moyang. Sebagaimana ada gereja yang mengklaim bahwa mereka mempunyai keaslian gereja mula-mula beserta segala ketetapannya padahal hal yang sering dilakukan adalah mencari kekuasaan mereka sendiri, seperti itulah orang-orang Farisi ini.
- Di sini kita bisa melihat penjelasan mengenai praktik orang-orang Farisi dan orang-orang Yahudi lainnya (ay. 3-4).
- . Mereka sering membasuh tangan; mereka membasuh tangan mereka, pygmē. Para kritikus memberikan banyak arti mengenai kata ini, sebagian mengartikannya sebagai menunjukkan banyaknya pembasuhan (seperti terjemahan kita), sebagian lagi menduga kata tersebut menandakan segala upaya yang dilakukan orang Yahudi dalam membasuh tangan mereka. Mereka membasuhnya dengan hati-hati, mereka membasuh sampai ke pergelangan tangan, mereka mengangkat tangan mereka ketika tangan itu masih basah supaya airnya dapat mengalir sampai ke siku.
- . Mereka membasuh tangan khususnya sebelum makan roti, artinya sebelum mereka duduk makan dengan khidmat. Karena memang begitulah peraturannya, mereka harus membasuh tangan sebelum memakan roti yang ke atasnya mereka mintakan berkat. "Barangsiapa memakan roti yang ke atasnya dia mengucapkan berkat ‘Terpujilah Dia yang menciptakan roti’ maka ia harus membasuh tangan sebelum dan sesudah memakannya," kalau tidak, orang itu dipandang najis.
- . Ketika orang Yahudi kembali dari pasar, mereka sangat memastikan untuk membasuh tangan mereka, atau ketika datang dari tempat penghakiman menurut sebagian orang. Tempat ini melambangkan tempat apa saja yang di dalamnya segala macam orang datang berkumpul, dan bisa diduga di situ juga terdapat orang kafir atau orang Yahudi yang dianggap najis menurut hukum Taurat. Mereka menganggap bahwa mereka akan menjadi najis kalau mendekati orang-orang semacam ini. Mereka berkata, Menjauhlah, jangan mendekatiku, aku lebih kudus daripadamu (Yes. 65:5, KJV). Mereka berkata, menurut peraturan para rabi, jika hal yang pertama-tama mereka lakukan di pagi hari adalah membasuh tangan dengan benar, maka itu sudah cukup untuk menjaga kekudusan mereka untuk seluruh hari itu, asalkan mereka tetap sendirian. Akan tetapi, jika mereka pergi menemui orang lain, maka pada saat kembali mereka tidak boleh makan ataupun berdoa sebelum membasuh tangan. Oleh sebab itu, para tetua sangat dikenal sebagai orang yang bersih dan kudus, dan dengan demikian mereka merasa berhak untuk mengawasi hati nurani orang lain.
- . Dalam adat ini mereka juga melakukan kegiatan membasuh cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga, yang mereka curigai telah digunakan oleh orang kafir atau orang najis, dan bahkan meja yang mereka gunakan untuk makan. Memang menurut hukum Musa, ada banyak kasus yang menuntut dilakukannya pembasuhan, tetapi mereka menambahkan lagi hal-hal lain ke dalam hukum itu dan memaksa agar orang melaksanakannya seperti melakukan perintah Allah.
- II. Apa yang dipraktikkan oleh murid-murid Kristus; mereka tahu hukum itu dan bagaimana orang biasa melakukannya. Akan tetapi, mereka sudah mengerti keadaan diri mereka sendiri dengan begitu baik sehingga mereka tidak ingin terikat oleh hukum itu, mereka makan roti dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh (ay. 2). Makan dengan tangan yang tidak dibasuh disebut orang Farisi dengan makan dengan tangan najis. Begitulah kebiasaan manusia dalam memelihara hal-hal yang sia-sia melalui kepercayaan takhayul dengan memberikan nama yang jahat kepada segala hal yang berlawanan dengan kepercayaan mereka itu. Para murid (mungkin) mengetahui bahwa orang-orang Farisi mengawasi mereka, tetapi mereka tidak mau berusaha menyenangkan hati orang-orang Farisi itu dengan mematuhi adat-istiadat mereka, melainkan bersikap bebas seperti yang biasa mereka lakukan, dan makan roti dengan tangan yang tidak dibasuh. Dalam hal inilah hidup keagamaan murid-murid itu, seberapa pun kurang kelihatannya, sesungguhnya lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Mat. 5:20).
- III. Tuduhan orang Farisi atas pelanggaran terhadap adat-istiadat ini.
- Menurut mereka, itu salah (ay. 2); mereka menegur murid-murid itu sebagai orang yang tidak saleh dan yang kurang ajar, atau lebih tepat lagi, sebagai orang yang tidak mau tunduk kepada kekuasaan gereja, kepada perintah untuk mengadakan ritus dan upacara keagamaan, dan oleh sebab itu merupakan pemberontak, suka memihak, dan pemecah-belah. Orang-orang Farisi menyampaikan keluhan mereka kepada Tuan dari murid-murid itu, dengan berharap bahwa Dia akan menegur murid-murid-Nya dan menyuruh mereka untuk menuruti kebiasaan mereka. Begitulah, orang yang senang dengan temuan-temuan dan peraturan-peraturan mereka sendiri umumnya suka memohon, menggunakan nama Kristus, seolah-olah Dia harus setuju dengan mereka dan mengenakan wewenang-Nya itu untuk meneguhkan temuan dan peraturan mereka itu serta menegur orang-orang yang tidak mematuhinya. Mereka tidak bertanya, "Mengapa murid-murid-Mu tidak melakukan apa yang kami lakukan?" (Walaupun itu yang mereka maksudkan, karena mereka begitu ingin membuat diri mereka menjadi patokan.) Sebaliknya, yang mereka tanyakan adalah "Mengapa mereka tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita?" (ay. 5). Pertanyaan ini mudah dijawab, yaitu bahwa dengan menerima ajaran Kristus, murid-murid lebih berakal budi daripada semua pengajar mereka, ya, lebih daripada orang-orang tua (Mzm. 119:99-100).
- IV. Pembenaran Kristus terhadap murid-murid-Nya, yakni:
- . Dia berdebat dengan orang Farisi mengenai siapa yang berwenang dalam menetapkan upacara adat ini, dan merekalah orang yang paling cocok untuk diajak berbicara mengenai hal tersebut, karena mereka sangat ketat dan giat melakukannya. Akan tetapi, hal ini tidak dibicarakan-Nya di depan umum (seperti yang tampak dari ayat Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka, ay. 14); kalau tidak, Dia bisa terlihat seperti menghasut orang banyak untuk memecah-belah dan untuk merasa tidak puas terhadap pemimpin-pemimpin mereka. Sebaliknya, Ia mengatakannya sebagai teguran terhadap orang-orang yang bersangkutan, karena aturannya adalah Suum cuique -- Biarlah setiap orang mendapatkan apa yang menjadi bagiannya.
- (1) Dia menegur orang-orang Farisi karena kemunafikan mereka dalam berpura-pura memuliakan Allah, padahal sebenarnya mereka tidak mempunyai niat seperti itu dalam menjalankan ibadah mereka (ay. 6-7), Mereka memuliakan Aku dengan bibirnya, mereka pikir mereka menetapkan adat istiadat itu untuk kemuliaan Allah, untuk membedakan mereka dari orang kafir, tetapi sesungguhnya hati mereka jauh dari Allah dan hanya dikuasai oleh ambisi dan kedengkian. Dengan keharusan adat istiadat ini mereka menyangka orang lain melihat mereka sebagai orang-orang yang hidup kudus bagi Tuhan Allah, padahal sama sekali tidak ada hal yang demikian dalam pikiran mereka. Mereka bersandar pada hal-hal luar saja dalam melakukan ibadah mereka, dalam melakukannya hati mereka tidak benar di hadapan Allah, dan ini merupakan penyembahan yang sia-sia kepada Allah, karena Allah tidak senang dengan ibadah palsu seperti ini, dan mereka juga tidak bisa mendapatkan keuntungan apa-apa darinya.
- (2) Kristus menegur mereka karena mereka memasukkan pengaruh agama ke dalam temuan-temuan dan perintah-perintah dari para tetua dan pemimpin mereka; Mereka mengajarkan adat istiadat nenek moyang sebagai ajaran-ajaran agama. Ketika mereka seharusnya menekankan prinsip-prinsip yang agung dari agama kepada orang banyak, mereka malah menjalankan ketetapan-ketetapan dari sinagoge dan menghakimi orang apakah mereka Yahudi atau bukan berdasarkan apakah mereka melakukan semua ketetapan itu atau tidak, dan bukannya mempertimbangkan apakah orang hidup menurut perintah Allah atau tidak. Memang benar bahwa ada pelbagai macam pembasuhan yang diperintahkan oleh hukum Musa (Ibr. 9:10) yang dimaksudkan untuk melambangkan penyucian hati terhadap hawa nafsu duniawi, yang dikehendaki oleh Allah sebagai syarat mutlak untuk bisa bersekutu dengan-Nya. Akan tetapi, bukannya menunjukkan tujuan inti dari pembasuhan itu, mereka malah dengan lancang menambahkan hal lain ke dalam upacara ini, dan dengan giat mencuci kendi dan cawan; dan perhatikanlah, Kristus meneruskan dengan ucapan ini, "Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan" (ay. 13). Perhatikanlah, takhayul itu merupakan suatu hal yang tidak ada habis-habisnya. Jika satu temuan dan peraturan manusia diakui, walaupun tampaknya tidak ada cacat celanya, seperti pembasuhan tangan ini, maka lihatlah, sekumpulan aturan lainnya datang, pintu terbuka bagi banyak hal lain seperti itu.
- (3) Kristus menegur mereka karena mereka mengesampingkan perintah Allah dan tidak memedulikannya dan tidak menegaskannya dalam pengajaran. Dalam ketaatan itu, mereka tidak mau tahu kalau mereka sudah melanggarnya, seolah perintah Allah itu sudah tidak berlaku lagi (ay. 8). Perhatikanlah, sifat jahat dari pemaksaan suatu aturan adalah bahwa orang yang bergairah melakukannya sering kali mempunyai sedikit semangat saja untuk menjalankan kewajiban-kewajiban agama yang mendasar dan penting, dan bisa mengesampingkannya begitu saja. Sungguh, mereka menolak perintah Allah (ay. 9). Kristus membatalkan dan menghapuskan perintah Allah dengan adil dan benar, tetapi dengan adat istiadatnya orang Farisi membuat firman Allah tidak berlaku lagi (ay. 13). Hukum-hukum Allah bukan hanya akan dibiarkan terlupakan, seperti hukum-hukum yang sudah usang, tetapi juga, sebagai akibatnya, akan dibatalkan pemberlakuannya supaya adat istiadat mereka bisa menggantikannya. Mereka diberi kepercayaan untuk menjelaskan hukum Taurat, dan untuk meneguhkan pelaksanaannya, tetapi dengan memanfaatkan kuasa itu, mereka melanggar hukum tersebut dan melonggarkan ikatan-ikatannya. Mereka menghancurkan teks dengan komentar terhadap teks itu.
- Kristus memberikan satu contoh khusus mengenai tingkah laku orang Farisi ini, yang benar-benar mengena dengan keadaan mereka, bahwa Allah memerintahkan anak-anak agar menghormati orangtua mereka, bukan hanya melalui hukum Musa, tetapi sebelum itu, melalui hukum alam, dan siapa yang mengutuki atau berbicara jahat mengenai ayah atau ibunya harus mati (ay. 10). Dari sini mudah disimpulkan bahwa merupakan kewajiban anak-anak, jika orangtua mereka miskin, untuk meringankan beban orangtua mereka sesuai dengan kemampuan mereka; dan jika mengutuki orangtua saja sudah patut dihukum mati, apalagi kalau sampai membuat mereka mati kelaparan. Akan tetapi, jika seseorang mau melakukan kewajiban ini tetapi tidak bisa karena dia harus mengikuti adat istiadat nenek moyang, maka ada suatu sarana lain yang disediakan para tetua adat untuk membebaskan orang tersebut dari kewajibannya itu (ay. 11). Jika orangtua dari orang itu sedang membutuhkan sesuatu dan orang itu mempunyai sesuatu untuk menolong mereka tetapi tidak berniat untuk melakukannya, maka dia boleh bersumpah atas nama korban, yaitu emas di bait Allah, dan persembahan di atas altar, bahwa orangtuanya tidak akan mendapatkan suatu barang darinya, dan bahwa dia tidak akan meringankan beban mereka, dan bila orangtuanya meminta sesuatu darinya, dia bisa memberitahukan kepada mereka mengenai sumpahnya ini, dan itu sudah cukup. Jadi, seolah-olah dengan kewajiban sumpah yang keji ini orang itu telah melepaskan dirinya dari kewajiban menjalankan hukum suci Allah, demikianlah yang dimengerti oleh Dr. Hammond. Dikatakan menurut hukum para rabi pada zaman kuno, sumpah bisa diucapkan untuk hal-hal yang diperintahkan oleh hukum Taurat dan juga untuk hal-hal yang tidak berkaitan. Jika seseorang mengucapkan sumpah yang tidak bisa disahkan tanpa melanggar suatu perintah hukum Taurat, maka sumpah itu harus disahkan, dan perintahnya boleh dilanggar; begitulah pendapat Dr. Whitby. Ajaran seperti ini diajarkan pula oleh kelompok tertentu, yaitu dengan melepaskan anak-anak dari segala kewajiban kepada orangtua mereka melalui sumpah hidup membiara dan mengabdikan diri untuk kepentingan agama, begitulah mereka menyebutnya. Dan Kristus menyimpulkan, "Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan." Sampai kapankah manusia akan berhenti melakukannya kalau mereka sudah membuat firman Allah tunduk kepada adat istiadat mereka? Orang-orang yang gigih memaksakan upacara-upacara adat ini pertama-tama bermaksud menjelaskan perintah-perintah Allah dengan membandingkannya dengan adat istiadat mereka, tetapi perintah-perintah Allah tersebut akan mereka singkirkan bila bersaing dengan adat istiadat mereka. Semuanya ini sebenarnya sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya, karena apa yang dia katakan mengenai orang-orang munafik pada masanya itu juga berlaku bagi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (ay. 6). Perhatikanlah, apabila kita melihat dan mengeluh mengenai kejahatan masa sekarang dan berkata bahwa zaman dulu lebih baik daripada zaman sekarang (Pkh. 7:10), maka itu artinya kita tidak mengkaji masalah itu dengan bijak. Orang-orang munafik dan penjahat-penjahat besar sudah ada dari zaman dulu.
- . Kristus mengajar orang banyak mengenai alasan-alasan mengapa upacara pembasuhan ini diadakan. Pengajaran-Nya mengenai masalah ini wajib diberitahukan kepada khalayak ramai, karena berhubungan dengan kegiatan orang banyak sehari-hari dan dirancang untuk meluruskan kesalahan besar yang dilakukan mereka akibat dijerumuskan para tetua adat. Oleh sebab itu Kristus memanggil lagi orang banyak (ay. 14) dan menyuruh mereka agar mendengar dan mengerti. Perhatikanlah, tidaklah cukup bagi khalayak awam untuk hanya mendengar, tetapi mereka juga harus mengerti apa yang mereka dengar. Ketika mencela adat istiadat orang Farisi mengenai membasuh tangan sebelum makan itu, Kristus langsung menyerang pikiran yang menjadi akar persoalan dari semuanya itu. Perhatikanlah, cara terbaik untuk membetulkan kebiasaan yang rusak adalah dengan meluruskan gagasan-gagasan yang rusak.
- Yang berusaha Ia luruskan adalah apa sebenarnya yang disebut dengan najis itu, yang bisa membuat kita menjadi tercemar (ay. 15).
- (1) Bukan karena makanan yang kita makan, biarpun dimakan dengan tangan yang tidak dibasuh, karena makanan ini hanyalah berasal dari luar dan terus keluar melalui tubuh manusia. Melainkan,
- (2) Oleh karena kejahatan yang keluar dari dalam hati kita, pikiran dan hati nurani kita buat menjadi kotor, kita melakukan kesalahan. Akibatnya, kita menjadi jijik di mata Allah oleh karena semua hal yang keluar dari kita ini. Pikiran dan perasaan, serta perkataan dan perbuatan kita yang jahat, semua itulah yang menajiskan kita, dan tidak ada lain lagi. Oleh sebab itu, yang harus kita pedulikan adalah membasuh hati kita dari segala kejahatan.
- . Kristus secara pribadi memberikan penjelasan kepada para murid-Nya mengenai petunjuk-petunjuk yang Ia berikan kepada orang banyak. Para murid itu bertanya kepada-Nya, ketika mereka sendirian saja dengan-Nya, tentang arti perumpamaan itu (ay. 17); tampaknya bagi mereka hal itu adalah sebuah perumpamaan. Sewaktu menjawab pertanyaan mereka,
- (1) Kristus menegur kebodohan mereka, "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Apakah kamu juga bodoh, sebodoh orang-orang yang tidak dapat mengerti itu, sebodoh orang-orang Farisi yang tidak akan mengerti? Apakah kamu begitu bodoh?" Dia tidak mengharapkan mereka untuk mengerti semua hal, "Tetapi apakah kamu begitu lemah sehingga tidak dapat mengerti hal ini?"
- (2) Dia menjelaskan kebenaran ini kepada mereka supaya mereka dapat memahaminya, dan setelah itu mau mempercayainya, karena kebenaran ini memiliki bukti di dalam dirinya sendiri. Beberapa kebenaran bisa terbukti dengan sendirinya jika dijelaskan dan dipahami dengan benar. Jika kita mengerti sifat rohani dari Allah dan hukum-Nya, dan hal-hal apa saja yang bisa menyakiti hati-Nya serta membuat kita tidak layak untuk bersekutu dengan-Nya, maka kita akan segera mengerti:
- [1] Bahwa apa yang kita makan dan minum tidak dapat menajiskan kita, sampai harus membutuhkan upacara pembasuhan keagamaan. Semua makanan itu masuk ke dalam perut dan melewati beberapa alat pencernaan dan pengeluaran yang sudah ditentukan alam, dan apa saja yang menjadi najis atau kotor di dalamnya akan dikeluarkan dan hilang. Jadi, makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan, tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah.
- [2] Jadi, yang keluar dari hati, hati yang jahat, itulah yang menajiskan kita. Seperti menurut hukum seremonial, hampir apa pun yang keluar dari diri seseorang, menajiskannya (Im. 15:2, Ul. 23:13); demikian halnya, apa yang keluar dari pikiran seseorang itulah yang menajiskan-Nya di hadapan Allah dan yang membutuhkan pembasuhan rohani (ay. 21); Dari sebelah dalam, yaitu dari dalam hati seseorang, yang kebaikannya selalu dibangga-banggakan dan dianggap yang terbaik, dari situlah hal yang menajiskan terjadi, dari situlah berasal segala yang jahat. Seperti halnya mata air yang kotor mengalirkan air yang kotor, begitu pula hati yang jahat mengeluarkan pikiran yang jahat, keinginan dan nafsu yang jahat, dan segala perkataan dan perbuatan yang jahat. Ada beberapa hal najis yang secara khusus disebutkan di sini, seperti dalam Matius. Ada satu hal yang terdapat dalam Injil Matius tetapi tidak dalam Injil Markus ini, yaitu mengenai hal bersaksi dusta, tetapi ada tujuh lainnya yang disebutkan di sini, yang bisa ditambahkan selain yang ada dalam Matius.
- Pertama, keserakahan, kata ini berbentuk jamak, pleonexiai -- keinginan-keinginan yang berlebihan akan kekayaan dunia dan pemuasan hawa nafsu, yang terus meminta lagi dan lagi, terus merajuk, "Berikan, berikan!" Mengenai hal ini kita membaca tentang hati yang telah terlatih dalam keserakahan (2Ptr. 2:14).
- Kedua, kejahatan -- ponēriai; kedengkian, kebencian, dan niat jahat, keinginan untuk berbuat jahat, serta kesenangan akan kejahatan yang dilakukan.
- Ketiga, kelicikan, yaitu kejahatan yang ditutupi dan diselubungi supaya dapat dilakukan dengan aman dan berhasil.
- Keempat, hawa nafsu, yaitu kekotoran dan perkataan bodoh yang dikutuk oleh rasul, mata yang penuh dengan perzinahan dan segala macam perbuatan asusila.
- Kelima, iri hati, yaitu hati yang penuh dengan kedengkian dan perasaan mendendam kepada orang lain atas barang-barang yang kita berikan kepada mereka atau hal-hal yang kita perbuat bagi mereka (Ams. 23:7), atau berduka atas kebaikan yang mereka lakukan atau nikmati.
- Keenam, kesombongan -- hyperēphania, yaitu dengan sombong meninggikan diri sendiri melebihi orang lain, dan memandang orang lain rendah dan hina.
- Ketujuh, kebebalan -- aphrosynē, kecerobohan, kegegabahan. Sebagian orang mengartikan kata ini sebagai bualan yang amat sombong, yang disebut Paulus dengan kebodohan (2Kor. 11:1, 19), karena kata tersebut berkaitan dengan kesombongan. Saya lebih mengartikannya sebagai kecerobohan dalam berbicara dan bertindak, yang merupakan penyebab dari begitu banyak kejahatan.
- Pikiran jahat disebutkan pertama, karena merupakan sumber dari segala perbuatan kita, sedangkan pendek akal atau kebebalan disebutkan terakhir, karena merupakan sumber dari segala kelalaian kita.
- Dari semuanya ini Kristus menyimpulkan (ay. 23):
- . Bahwa semuanya itu keluar dari dalam, dari sifat yang rusak, pikiran duniawi, perbendaharaan yang jahat di dalam hati. Jadi, benarlah apa yang dikatakan dengan bagian dalam itu adalah bagian yang sangat jahat. Ini pasti benar begitu, karena semua hal jahat ini keluar dari dalam.
- . Bahwa hal-hal tersebut menajiskan orang; semuanya itu membuat orang tidak layak bersekutu dengan Allah, menodai hati nurani dan, jika tidak dihancurkan dan dicabut sampai ke akar-akarnya, akan membuat orang tidak bisa memasuki Yerusalem baru, yang ke dalamnya tidak ada sesuatu yang najis yang boleh masuk.
Matthew Henry: Mrk 7:24-30 - Perempuan Siro-Fenisia Perempuan Siro-Fenisia (7:24-30)
Perhatikanlah di sini:
I. Bagaimana Kristus dengan rendah hati menyembunyikan diri.
Tidak pernah ada orang...
Perempuan Siro-Fenisia (7:24-30)
- Perhatikanlah di sini:
- I. Bagaimana Kristus dengan rendah hati menyembunyikan diri.
- Tidak pernah ada orang yang begitu dipuja seperti Kristus ketika Ia berada di Galilea, dan, untuk mengajar kita agar jangan suka mencari-cari pujian orang, walaupun kita tidak boleh menolak kesempatan untuk berbuat baik, Kristus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus (yaitu perbatasan antara Tirus dan Sidon), di mana Ia hanya sedikit dikenal. Setibanya di daerah itu Ia masuk, bukan ke sebuah sinagoge atau tempat di mana banyak orang berkumpul, melainkan ke sebuah rumah pribadi, dan Ia tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya; karena sudah dinubuatkan mengenai Dia bahwa, Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Ia bukannya tidak mau mengajar dan menyembuhkan orang di tempat ini seperti di tempat-tempat lain, tetapi Ia tidak mau dicari-cari kalau sampai melakukan hal ini. Perhatikanlah, seperti halnya ada waktu untuk tampil, demikian pula ada waktu untuk mengundurkan diri. Atau dalam hal ini Kristus mungkin tidak dikenali orang karena Dia berada di daerah perbatasan antara Tirus dan Sidon, yaitu di antara orang-orang bukan-Yahudi, yang tidak akan dikunjungi-Nya langsung seperti yang dilakukan-Nya terhadap suku-suku Israel, yang kejayaannya ada pada diri-Nya.
- II. Bagaimana Kristus berkenan dengan penuh kasih untuk menampakkan diri-Nya, kendati Ia sebenarnya mau bersembunyi. Walaupun tidak bermaksud membawa panen mujizat kesembuhan ke tempat-tempat ini, namun tampaknya Dia datang juga untuk memberikan segenggam mujizat, supaya terjadilah mujizat yang satu ini, yang dijelaskan dalam perikop ini. Kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan, karena walaupun lilin bisa ditempatkan di bawah gantang, tetapi matahari tidak bisa. Karena sudah menjadi sangat terkenal, Kristus tidak bisa berlama-lama lagi incognito -- bersembunyi, di mana pun; minyak tanda kesukaan yang dengannya Dia diurapi, seperti halnya minyak wewangian, tidak bisa ditutup-tutupi terus dan akan segera memenuhi rumah dengan keharumannya. Walaupun banyak orang hanya pernah mendengar ketenaran-Nya saja dan belum pernah bercakap-cakap dengan-Nya, mereka bisa segera mengenali-Nya: "Ini pastilah Yesus." Sekarang perhatikanlah:
- . Permohonan yang diajukan kepada-Nya oleh seorang ibu yang sedang susah dan dalam kesulitan. Si ibu itu seorang bukan-Yahudi, tetapi orang Yunani, yang merupakan orang asing bagi kerajaan Israel raya dan orang luar bagi umat perjanjian. Ia berasal dari bangsa Siro-Fenisia dan sama sekali tidak berpindah ke agama Yahudi. Ia mempunyai seorang anak perempuan, masih muda, yang kerasukan roh jahat. Betapa banyak dan menyedihkannya kesengsaraan yang harus dihadapi oleh anak-anak muda! Si ibu itu memohon dengan:
- (1) Sangat rendah hati, memaksa, dan terus mendesak. Ia mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perhatikanlah, orang yang ingin mendapatkan belas kasihan dari Kristus harus datang dan tersungkur di depan kaki-Nya, harus membawa dirinya kepada-Nya, merendahkan diri di hadapan-Nya, dan menyerahkan diri untuk diperintah oleh-Nya. Kristus tidak pernah menyalahkan orang yang jatuh tersungkur di depan kaki-Nya, yang hanya bisa dilakukan oleh jiwa malang yang gemetar ketakutan, yang tidak mempunyai keberanian dan keyakinan untuk langsung memeluknya.
- (2) Permohonan yang sangat khusus; perempuan Kanaan itu memberi tahu Kristus apa yang diinginkannya. Kristus mengizinkan orang-orang malang yang memohon kepada-Nya untuk terbuka dengan-Nya. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya (ay. 26). Perhatikanlah, berkat terbesar yang dapat kita minta dari Kristus bagi anak-anak kita adalah agar Dia menghancurkan kuasa Iblis, yaitu kuasa dosa, di dalam jiwa mereka, dan khususnya agar Dia mengusir roh jahat, supaya jiwa-jiwa mereka itu bisa dijadikan bait Roh Kudus sehingga Roh Kudus bisa tinggal di dalamnya.
- . Kristus mengecilkan hati perempuan yang mengajukan permohonan ini (ay. 27). Dia berkata kepadanya, "Biarlah anak-anak kenyang dahulu. Biarlah orang-orang Yahudi mendapatkan semua mujizat yang disiapkan bagi mereka, karena mereka mempunyai alasan untuk itu, yaitu secara khusus ditetapkan sebagai umat pilihan Allah. Janganlah sampai apa yang dimaksudkan bagi mereka dilemparkan kepada orang-orang yang bukan dari keluarga Allah, yang tidak mengenal-Nya dan yang tidak tertarik kepada-Nya. Karena orang-orang ini seperti anjing jika dibandingkan dengan orang Yahudi, yakni rendah dan najis, dan mereka juga seperti anjing bagi orang Yahudi, yakni merasa geram kepada mereka, benci terhadap mereka, dan selalu ingin membuat mereka cemas." Perhatikanlah, apabila Kristus mengetahui bahwa orang-orang malang yang memohon kepada-Nya mempunyai iman yang kuat, maka kadang-kadang Dia senang menguji iman mereka dan membuatnya terus berkembang. Akan tetapi, perkataan-Nya "Biarlah anak-anak kenyang dahulu" menunjukkan bahwa ada belas kasihan yang juga dipersiapkan bagi orang-orang bukan-Yahudi, dan waktunya tidak lama lagi, karena orang Yahudi sudah mulai kekenyangan dengan Injil Kristus, dan sebagian dari mereka ingin supaya Kristus meninggalkan daerah mereka. Anak-anak ini mulai bermain-main dengan makanan mereka, dan penolakan serta kebencian mereka akan menjadi perayaan bagi kaum bukan-Yahudi. Para rasul menerapkan peraturan ini, Biarlah anak-anak kenyang dahulu, biarlah orang Yahudi mendapatkan penawaran pertama, dan jika jiwa mereka yang kenyang membenci sarang madu ini, maka "Kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain!"
- . Tanggapan perempuan itu terhadap perkataan Kristus terhadapnya, dan pembelaannya atas perkataan itu (ay. 28). Perempuan itu berkata, "Benar, Tuhan, aku akui benar bahwa roti anak-anak tidak boleh dilemparkan kepada anjing, tetapi anjing tak pernah dilarang untuk mengambil remah-remah roti, jadi, remah-remah itu adalah milik anjing, dan anjing diizinkan tinggal di bawah meja, supaya bisa siap menerimanya. Aku tidak meminta sepotong ataupun bahkan secuil saja, hanya remah-remahnya, jadi janganlah tolak permohonanku itu." Hal ini dikatakannya bukan untuk memandang rendah belas kasihan itu, atau meremehkan belas kasihan itu, melainkan untuk mengagungkan kelimpahan mujizat kesembuhan, yang dia dengar dinikmati oleh orang Yahudi. Dibandingkan dengan kelimpahan mujizat itu, satu penyembuhan hanyalah bagaikan remah-remah. Orang bukan-Yahudi tidak datang berbondong-bondong seperti halnya orang Yahudi, aku datang sendiri. Mungkin perempuan itu pernah mendengar mengenai Kristus yang memberikan makan kepada lima ribu orang sekaligus baru-baru ini, yang sesudahnya, bahkan setelah orang mengumpulkan sisa-sisa makanannya, pasti masih ada juga remah-remah untuk anjing.
- . Pengabulan Kristus atas permohonan perempuan itu. Apakah ia memang begitu rendah hati, begitu bersungguh-sungguh? "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang, kamu akan menerima apa yang kamu inginkan dengan kedatanganmu ini, setan itu sudah keluar dari anakmu" (ay. 29). Hal ini mendorong kita untuk selalu berdoa dan tidak menyerah, untuk terus bersikap langsung di dalam doa, tidak ragu melainkan yakin bahwa pada akhirnya doa itu akan berhasil, sebab penglihatan itu bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu. Ketika Kristus berkata bahwa apa yang dimintanya itu sudah terjadi, maka seketika itu terjadilah demikian, seperti yang dilakukan-Nya pada kesempatan-kesempatan lain dengan berkata, "Biarlah itu terjadi." Jadi, perempuan itu pulang ke rumahnya (ay. 30), sambil berpegang pada perkataan Kristus itu, bahwa anak perempuannya sudah sembuh, dan begitulah yang didapatinya, bahwa setan itu sudah keluar. Perhatikanlah, Kristus dapat menaklukkan Iblis dari jarak jauh, dan orang yang kerasukan itu menyerah kepada kuasa-Nya bukan hanya ketika mereka melihat-Nya (seperti pada pasal 3:11), melainkan juga ketika mereka tidak melihat-Nya, karena Roh Allah tidak terikat ataupun dibatasi. Si ibu itu mendapati anak perempuannya bukan sedang dalam keadaan diguncang-guncang dan mengamuk, melainkan sedang berbaring di tempat tidur dengan tenteram. Ia sedang beristirahat, menunggu ibunya kembali, untuk bersukacita bersamanya, karena ia sudah benar-benar sehat.
Matthew Henry: Mrk 7:31-37 - Penyembuhan Seorang yang Tuli Penyembuhan Seorang yang Tuli (7:31-37)
Yesus Tuhan kita jarang tinggal berlama-lama di suatu tempat, karena Dia tahu di mana Dia harus bekerja dan...
Penyembuhan Seorang yang Tuli (7:31-37)
- Yesus Tuhan kita jarang tinggal berlama-lama di suatu tempat, karena Dia tahu di mana Dia harus bekerja dan perubahan-perubahan apa yang sedang terjadi dalam pekerjaan-Nya itu. Setelah menyembuhkan anak perempuan dari wanita Kanaan itu, selesai sudah apa yang harus dilakukan-Nya di tempat itu, dan oleh karenanya Dia segera meninggalkan wilayah itu dan kembali ke danau Galilea, karena di sekitar tempat ini Ia biasa tinggal. Namun, Dia tidak langsung pergi ke sana, melainkan mengambil arah memutar melewati tengah-tengah daerah pesisir Dekapolis, yang sebagian besar terletak di seberang Sungai Yordan. Berbagai perjalanan yang begitu jauh seperti ini ditempuh oleh Tuhan Yesus ketika berkeliling melakukan perbuatan baik.
- Dalam ayat-ayat ini kita melihat kisah penyembuhan yang diadakan Kristus, yang tidak dicatat oleh para penulis Injil lain. Kisah ini mengenai penyembuhan terhadap seorang yang tuli dan gagap.
- I. Masalah ini menyedihkan (ay. 32). Ada orang-orang yang membawa kepada Yesus seseorang yang tuli. Menurut sebagian orang, dia tuli sejak lahir, dan tentu saja juga bisu. Menurut yang lain lagi, bahwa karena suatu kelainan atau malapetaka, dia menjadi tuli, atau setidaknya susah mendengar. Dia mempunyai kelainan dalam berbicara. Orang itu mogilalos, menurut sebagian orang dia sama sekali bisu, sedangkan menurut yang lain lagi, dia dapat berbicara, hanya saja dengan sangat susah payah sehingga hampir tidak bisa dimengerti oleh orang-orang yang mendengarnya. Lidahnya kaku sehingga benar-benar tidak mampu bercakap-cakap, dan tidak dapat menikmati kesenangan dan keuntungan dari bercakap-cakap. Dia tidak pernah merasakan kepuasan dalam mendengar orang lain berbicara ataupun dalam mengutarakan pikirannya sendiri. Melihat hal ini, marilah kita mengambil waktu sejenak untuk mengucap syukur kepada Allah karena telah menjaga indra pendengaran kita, terutama sehingga kita bisa mendengar firman Allah, dan indra pengucapan kita, terutama sehingga kita bisa mengucapkan puji-pujian bagi Allah. Marilah kita juga berbelas kasihan kepada orang yang tuli atau bisu dan memperlakukan mereka dengan sangat lemah lembut. Mereka yang membawa orang malang ini kepada Kristus memohon kepada-Nya supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu, seperti cara yang dulu dipakai para nabi ketika memberkati orang dalam nama Tuhan. Tidak dikatakan bahwa mereka memohon kepada Kristus untuk menyembuhkan orang itu, melainkan untuk meletakkan tangan-Nya atas orang itu, untuk memperhatikan masalahnya, dan menunjukkan kuasa-Nya terhadap orang itu sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
- II. Penyembuhan yang dilakukan-Nya sangat khidmat, dan beberapa kejadian yang menyertai peristiwa ini bersifat tidak biasa.
- . Kristus memisahkan dia dari orang banyak (ay. 33). Biasanya, Dia mengadakan mujizat secara terbuka di hadapan semua orang untuk menunjukkan bahwa mujizat itu bisa bertahan ketika diperiksa dan diselidiki dengan cara yang paling ketat sekalipun. Akan tetapi, di sini Ia mengadakan mujizat secara pribadi, untuk menunjukkan bahwa Ia tidak mencari kemuliaan untuk diri-Nya sendiri, dan untuk mengajar kita agar menghindari segala hal yang berbau pamer. Marilah kita belajar dari Kristus untuk bersikap rendah hati dan untuk berbuat kebaikan ketika tidak ada orang lain yang bisa melihat kecuali Dia yang mahamelihat.
- . Kristus menggunakan lebih banyak tindakan daripada biasanya dalam melakukan penyembuhan ini. (1.) Dia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, seolah-olah Dia mau mencolok kedua telinga itu dan mengeluarkan apa yang menyumbatnya. (2.) Dia meludahi jari-Nya sendiri, lalu meraba lidah orang itu seolah-olah Dia mau melembabkan mulut orang itu, dan dengan demikian melepaskan sesuatu yang mengikat lidahnya. Hal-hal tersebut bukanlah penyebab yang berperan dalam menyembuhkan orang itu, melainkan hanya tanda yang memperlihatkan Kristus sedang melepaskan kuasa yang ada dalam diri-Nya sewaktu menyembuhkan dia, dan tanda ini dilakukan-Nya untuk mendorong iman orang itu dan iman orang-orang yang membawanya. Tindakan ini semuanya berasal dari diri-Nya sendiri, karena jari-jari-Nya sendiri yang Ia masukkan ke telinga orang itu, dan ludah-Nya sendiri yang Ia usapkan ke lidah orang itu. Jadi Dia sendirilah yang menyembuhkan orang itu.
- . Dia menengadah ke langit, untuk menaikkan pujian kepada Bapa-Nya yang telah melakukan mujizat ini. Yesus selalu ingin memberikan segala pujian kepada Bapa-Nya dan melakukan kehendak-Nya, dan, sebagai Pengantara, bertindak dalam kebergantungan pada-Nya, serta dengan mata yang tertuju kepada-Nya. Dengan demikian, Kristus menunjukkan bahwa dengan kuasa ilahilah, yaitu kuasa yang Ia miliki sebagai Tuhan dari sorga dan yang dibawa-Nya bersama-Nya dari sana, Dia melakukan penyembuhan ini. Karena, telinga yang mendengar dan mata yang melihat, Tuhanlah yang menciptakannya, dan Dia bahkan dapat menciptakan kembali keduanya. Dengan cara ini Kristus juga menyuruh si orang sakit yang dapat melihat, walaupun tidak dapat mendengar, untuk memandang ke langit supaya dia boleh mendapat kelepasan. Musa dengan lidahnya yang gagap diperintah untuk melihat dengan cara itu pula, "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN?" (Kel. 4:11).
- . Kristus menarik nafas panjang; bukan seolah-olah Dia merasa kesulitan dalam melakukan mujizat ini atau kesulitan mendapatkan kuasa dari Bapa-Nya untuk melakukan mujizat tersebut, melainkan karena Dia mau mengungkapkan rasa iba-Nya atas kesengsaraan hidup manusia dan simpati-Nya terhadap orang-orang yang menderita di dalam penderitaan mereka, seperti seorang yang turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sementara khusus untuk orang ini, Kristus menarik nafas panjang, bukan karena Dia enggan melakukan kebaikan ini untuk orang tersebut, atau Dia melakukannya dengan setengah hati, melainkan karena Kristus sadar akan banyaknya godaan dan bahaya terjatuh ke dalam dosa, yakni dosa-dosa lidah, yang akan dihadapi orang ini nanti setelah kemampuan bicaranya dipulihkan, di mana sebelumnya dia bebas dari dosa-dosa lidah tersebut. Lebih baik dia tetap berlidah kaku, kecuali dia mendapat anugerah untuk menahan mulutnya dengan kekang (Mzm. 39:1).
- . Kristus berkata, "Efata!", artinya, "Terbukalah!" Ini sama sekali bukan seperti mantra atau sihir, seperti yang diucapkan dengan berbisik-bisik dan komat-kamit (Yes. 8:19) oleh orang-orang yang memiliki roh-roh penjaga. Kristus berkata-kata sebagai seorang yang mempunyai wewenang, dan kuasa terjadi bersama perkataan-Nya itu. Terbukalah, berlaku untuk kedua indra yang perlu disembuhkan itu, "Biarlah telinga terbuka, biarlah bibir terbuka, biarlah dia mendengar dan berbicara dengan bebas, dan biarlah belenggunya terlepas!" Dan akibat dari perkataan itu langsung terlihat (ay. 35), Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, dan semuanya menjadi baik. Berbahagialah orang yang, segera setelah pendengaran dan penglihatannya dipulihkan, berada begitu dekat dengan Tuhan Yesus sehingga bisa bercakap-cakap dengan-Nya.
- Perhatikanlah, penyembuhan ini merupakan:
- (1) Suatu bukti bahwa Kristus adalah Mesias, karena sudah dinubuatkan bahwa oleh kuasa-Nya telinga orang-orang tuli akan dibuka dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai (Yes. 35:5-6).
- (2) Penyembuhan tersebut merupakan contoh seperti apa Injil-Nya bekerja di dalam pikiran manusia. Perintah agung dari Injil dan anugerah Kristus kepada orang berdosa yang malang adalah Efata -- Terbukalah. Grotius menerapkan artinya begini, bahwa hambatan-hambatan dalam pikiran disingkirkan oleh Roh Kristus, seperti halnya hambatan-hambatan jasmani dilepaskan oleh perkataan yang diucapkan bersama kuasa-Nya. Dia membuka hati, seperti Dia membuka hati Lidya, dan dengan demikian sekaligus membuka telinga untuk mendengar firman Allah, dan membuka mulut untuk berdoa dan memberikan pujian kepada-Nya.
- . Kristus menyuruh orang-orang itu agar merahasiakan peristiwa penyembuhan itu, tetapi mereka justru menyiarkannya ke mana-mana.
- (1) Karena kerendahan hati-Nyalah Dia berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapa pun juga (ay. 36). Kebanyakan orang akan memberitahukan kebaikan mereka sendiri, atau setidaknya ingin orang lain memberitakannya. Tetapi Kristus, walaupun Dia sendiri tidak terancam bahaya menjadi sombong karenanya, dan sadar bahwa kitalah yang terancam, mau berbuat seperti itu supaya Dia bisa memberikan teladan kepada kita mengenai penyangkalan diri, dalam hal-hal apa saja, terutama dalam hal pujian dan penghormatan. Kita harus memiliki rasa senang untuk berbuat baik, tetapi jangan supaya dikenal orang.
- (2) Karena rasa gairah, mereka sendiri menyiarkan peristiwa itu, sebelum Kristus melakukannya, walaupun Dia sudah melarang mereka untuk berbuat demikian. Akan tetapi, maksud mereka sebenarnya baik, dan oleh sebab itu hal tersebut harus lebih dianggap sebagai tindakan gegabah daripada ketidakpatuhan (ay. 36). Mereka yang memberitahukannya dan mereka yang mendengarnya takjub dan tercengang tak terhingga, hyperperissōs -- tidak bisa diukur. Mereka luar biasa terpengaruh oleh peristiwa itu, setiap orang berkata, yang merupakan pendapat bersama, bahwa, "Ia menjadikan segala-galanya baik" (ay. 37). Jadi, bila ada orang membenci dan menganiaya Kristus sebagai penjahat, maka mereka ini siap untuk bersaksi bagi Dia, bukan saja bahwa Dia tidak pernah melakukan kejahatan, melainkan juga bahwa Dia sudah luar biasa banyak berbuat kebaikan, dan Dia melakukannya dengan baik, sederhana, rendah hati, dan penuh pengabdian, dan semuanya ini cuma-cuma, tanpa uang dan tanpa imbalan, yang membuat perbuatan baik-Nya itu semakin bersinar-sinar. Dia menjadikan baik yang tuli mendengar maupun yang bisu berkata-kata, dan ini baik, baik bagi mereka, dan baik juga bagi kerabat mereka, yang selama ini telah menjadi beban bagi mereka. Oleh sebab itu, orang-orang yang mengatakan hal-hal jahat tentang diri-Nya tidak bisa dimaafkan.
SH: Mrk 7:14-23 - Hati-hati dengan hati Anda! (Kamis, 13 Maret 2003) Hati-hati dengan hati Anda!
Yesus meneruskan proses olah kata menuju olah makna yang lebih
menusuk. Ia memanggil orang banyak lagi, suatu indika...
Hati-hati dengan hati Anda!
Yesus meneruskan proses olah kata menuju olah makna yang lebih menusuk. Ia memanggil orang banyak lagi, suatu indikasi kenabian -- Ia akan meminta mereka mendengarkan sesuatu yang penting bagi kehidupan mereka, sebuah pesan Ilahi! Terdengarlah suara surgawi, suara yang melawan sistem manusia, suara yang antibatasan semu. Sistem kemurnian bukanlah sesuatu yang di luar manusia, tetapi yang di dalam manusia.
Yesus memberikan penjelasan kepada murid-murid-Nya yang sering kali digambarkan lamban untuk mengerti. Bukan makanan yang menajiskan seseorang, tetapi natur manusia yang berdosa, itulah yang mencemarkan kehidupan. Hati yang rusak bagaikan mata air yang terpolusi, mengalirkan air beracun senantiasa. Kita seakan-akan di sini mendengar gema teriakan dalam Yer. 17:9, "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" Kalau hati dalam pemahaman Ibrani adalah pusat dari kepribadian manusia yang menentukan keseluruhan tindakannya baik yang aktif maupun pasif, maka kerusakan hati manusia akan menjadi sumber kenajisan.
Itulah yang tak dapat dilihat oleh orang-orang Farisi. Mata mereka silau dengan kemegahan jubah keagamaan dan peraturan-peraturan kaku. Sayang, mereka lupa bahwa dosa-dosa "roh" jauh lebih berbahaya dan mengakar daripada dosa-dosa "daging". Dosa-dosa yang tak kelihatan itulah yang mematikan -- dosa kekerasan hati, dosa kesombongan.
Orang-orang Farisi gagal untuk memahami kebenaran ini. Namun, murid- murid diharapkan dapat mengerti pesan kekal tersebut.
Renungkan: Hati Anda adalah milik Kristus. Perhatikan dengan saksama supaya Anda tidak jatuh dalam kekacauan pribadi dan sosial.
SH: Mrk 7:14-23 - Kemurnian hati (Senin, 23 Februari 2009) Kemurnian hati
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengutamakan kesalehan yang
bersifat lahiriah. Sebab itu upacara cuci tangan sebelum maka...
Kemurnian hati
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengutamakan kesalehan yang bersifat lahiriah. Sebab itu upacara cuci tangan sebelum makan merupakan hal yang penting bagi mereka. Tangan yang tidak dicuci dianggap menajiskan makanan yang akan mereka makan.
Yesus menegur mereka dan mengatakan bahwa bukan yang masuk yang akan menajiskan orang. Apa yang keluar dari hati orang, itulah yang akan menajiskan dia (ayat 15). Bukan makanan yang membuat orang menjadi najis, meskipun ma-kanan itu dimakan dengan tangan yang belum dicuci dalam suatu upacara. Kesucian hati bukanlah masalah mencuci atau tidak mencuci tangan, atau masalah boleh atau tidak boleh dimakan. Hal-hal itu tidak dianggap penting oleh Allah. Karena makanan hanya akan masuk ke perut, bukan ke hati. Maka pikiran yang kotorlah yang akan menajiskan orang, karena pikiran itu keluar dari hati (ayat 18-20). Di sini Yesus mengajarkan satu hal penting bahwa kesalehan yang hanya terlihat dari luar, adalah bahaya. Itu akan menjauhkan orang dari Allah dan membuat orang menjadi munafik.
Betapa parahnya penyelewengan pengajaran para pemimpin agama
tersebut. Aturan Taurat yang mereka terima dari Allah berubah
menjadi aturan cuci tangan, cawan, kendi, dan lain-lain (
SH: Mrk 7:1-23 - Yang membuat najis (Selasa, 7 Februari 2012) Yang membuat najis
Ada kelompok masyarakat atau agama tertentu yang berpikir bahwa dengan menjauhkan diri dari makanan atau benda tertentu, mereka ak...
Yang membuat najis
Ada kelompok masyarakat atau agama tertentu yang berpikir bahwa dengan menjauhkan diri dari makanan atau benda tertentu, mereka akan menjadi tidak najis. Sampai sekarang pun, masih ada orang yang berpegang pada tradisi atau adat istiadat seperti itu. Pada zaman Yesus, adat istiadat itu masih sangat kuat diberlakukan. Ternyata Tuhan Yesus membawa ajaran yang memerdekakan manusia dari keterikatan mempraktikkannya secara keliru.
Tradisi najis dan tidak najis sangat kuat dianut oleh orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Mereka tidak dapat menerima murid-murid Yesus makan dengan tanpa cuci tangan terlebih dahulu sebagaimana adat istiadat nenek moyang mereka (1-5). Menurut Yesus adalah kemunafikan ketika seseorang terlihat beribadah kepada Allah, tetapi memegang ajaran manusia (6-8). Terbukti juga, dengan pengajaran mereka yang mengatakan bahwa seseorang boleh mengabaikan pemeliharaan orang tua mereka dengan dalih uangnya sudah dipersembahkan untuk kurban kepada Allah (9-13). Itu jelas perbuatan munafik. Yesus mengatakan bahwa perbuatan jahat kepada sesama itulah yang membuat seseorang menjadi najis (14-23). Kejahatan kemanusiaanlah yang membuat kita menjadi najis. Bagi Yesus, ada yang jauh lebih utama dari sekadar melaksanakan aturan-aturan adat istiadat atau agama, yaitu tindakan nyata mengasihi sesama.
Aturan-aturan adat istiadat dan agama bukan tidak penting, selama didasarkan pada kebenaran firman Tuhan, dipahami dan dipraktikkan dengan motivasi yang benar karena mengasihi Allah dan demi kebaikan sesama manusia. Namun, untuk setiap aturan agama dan adat istiadat di sekitar kita yang tidak memanusiakan manusia yang telah ditebus oleh Kristus kita harus menolaknya. Misalnya, aturan yang membedakan jemaat berdasarkan status sosialnya, sukunya, dan gendernya tentu tidak berdasar pada firman Tuhan. Aturan-aturan itu justru menjauhkan orang dari Tuhan dan dengan sendirinya yang mempraktikkan aturan tersebut telah menajiskan dirinya sendiri di hadapan Allah.
SH: Mrk 7:1-23 - TUHAN atau Tradisi? (Jumat, 5 Februari 2016) TUHAN atau Tradisi?
Beberapa suku di Indonesia sangat meninggikan tradisi sehingga urusan dengan Tuhan pun dapat dikesampingkan atau diabaikan.
Oran...
TUHAN atau Tradisi?
Beberapa suku di Indonesia sangat meninggikan tradisi sehingga urusan dengan Tuhan pun dapat dikesampingkan atau diabaikan.
Orang-orang Yahudi sangat meninggikan tradisi (menunjuk pada sekumpulan perintah dan ajaran tidak tertulis para rabi yang terkenal pada masa lalu, kumpulan 613 peraturan sebagai pedoman bagi setiap aspek kehidupan). Tradisi ini mereka campur adukkan dengan ibadah. Mereka sudah tidak dapat membedakan yang mana berotoritas ilahi. Ketika melihat para murid Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan, mereka menganggap hal itu najis. Hal ini berbeda dengan kebiasaan mereka yang selalu melakukan pembersihan secara lahiriah.
Sebenarnya, ada motif terselubung dibalik kedatangan mereka dari Yerusalem ke tempat Yesus. Mereka datang untuk mencari kesalahan Yesus (1-5). Karena itu Yesus secara keras menegur mereka. Demi kemunafikan, mereka rela mengabaikan perintah Allah (6-8). Selain itu, orang Yahudi juga mengabaikan pemeliharaan terhadap orangtua. Mereka berpikir kalau sudah mempersembahkan kurban kepada Allah, maka tidak perlu memerhatikan orangtuanya (9-13). Mereka menggantikan kemurnian moral dengan hal-hal seremonial. Yesus menjelaskan bahwa makanan yang masuk dari luar tidak mencemari hati. Kenajisan sesungguhnya terdapat di hati yang dikeluarkan melalui perkataan dan tindakan jahat (14-23).
Tuhan tahu kejahatan yang ada dalam hati seseorang, meski ditutupi dengan sikap atau perkataan baik. Seseorang bisa terlihat benar dari luar, tetapi hatinya belum tentu mengasihi Allah. Tradisi dan adat istiadat tidak salah seluruhnya. Tetapi kebenaran TUHAN jauh melampaui tradisi dan adat istiadat manusia. Adat istiadat dan tradisi seharusnya didasarkan pada Firman Allah. Allah ingin hati kita mendekat kepada-Nya. Dengan demikian, hati kita akan terisi hal-hal yang mengutamakan Tuhan.
Tuhan harus lebih dihormati dan ditaati melampaui semua aturan lahiriah. Utamakan Tuhan, taati perintah-Nya, dan jalin persekutuan yang erat dengan-Nya! [TNT]
SH: Mrk 7:1-23 - Integritas (Selasa, 6 Februari 2018) Integritas
Integritas bermakna utuh, tidak terbagi-bagi. Dalam praktik kehidupan sehari-hari, integritas sering dimaknai dengan hidup dalam satu kata...
Integritas
Integritas bermakna utuh, tidak terbagi-bagi. Dalam praktik kehidupan sehari-hari, integritas sering dimaknai dengan hidup dalam satu kata dan satu perbuatan. Perbedaan antara kata dan perbuatan menunjukkan kegagalan dalam mewujudkan jati diri yang utuh.
Kepada serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat, Yesus mengatakan bahwa mereka seperti yang dikatakan oleh Nabi Yesaya. Nabi Yesaya pernah bernubuat tentang bangsanya. Mereka adalah bangsa yang munafik. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku, percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia" (6-8).
Orang-orang Farisi dan ahli Taurat membeci Yesus karena Ia memberlakukan semua yang diperintahkan Bapa-Nya dengan sungguh-sungguh dan jujur. Sementara orang-orang Farisi dan ahli Taurat, yang mengatakan sebagai para pelayan Tuhan, malah sibuk dengan urusan adat istiadat nenek moyang. Celakanya, mereka memakai adat istiadat dengan mengatakan bahwa adat istiadat nenek moyang merupakan perintah Tuhan sendiri (9). Kemunafikan mereka dibungkus dalam bentuk ritual dan kesalehan agamawi.
Yesus tidak suka dengan kemunafikan. Kemunafikan adalah sebuah kenajisan bagi Allah. Karena itu, Ia menasihati banyak orang supaya hidup dengan integritas. Ia menegaskan: "Apa pun yang dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya" (15).
Kesalehan hidup adalah hal yang baik. Namun, jika kesalehan hanya menjadi bungkus untuk melakukan berbagai tindakan yang sesuai dengan keinginan sendiri, kesalehan itu akan membuahkan kemunafikan. Semua tutur kata, tingkah laku, kesalehan yang kita lakukan mesti berasal dari hati yang beriman, berserah dan berniat melakukan kehendak Allah. Dengan demikian kita mewujudkan hidup yang berintegritas. [WSP]
SH: Mrk 7:1-23 - Hidup Beriman sebagai Gimik (Selasa, 6 Februari 2024) Hidup Beriman sebagai Gimik
Salah satu kebiasaan yang menjadi gencar pada masa pandemi adalah mencuci tangan. Tindakan yang sederhana itu ternyata sa...
Hidup Beriman sebagai Gimik
Salah satu kebiasaan yang menjadi gencar pada masa pandemi adalah mencuci tangan. Tindakan yang sederhana itu ternyata sangat efektif dalam menjaga kebersihan dan kesehatan.
Dari perspektif kesehatan, keberatan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengenai beberapa murid Yesus yang makan tanpa mencuci tangan masih bisa dipahami (1-2). Tidak mencuci tangan sebelum makan dapat membuat mereka terserang penyakit. Akan tetapi, dasar keberatan mereka bukanlah perihal kesehatan, melainkan penerapan adat istiadat yang dianggap selevel dengan hukum Allah (3-5).
Aturan tersebut tidak ada secara spesifik di dalam Taurat, tetapi hanya dapat dilihat pada momen tertentu, misalnya aturan membasuh tangan bagi Harun dan anak-anaknya sebagai imam di Kemah Pertemuan (lih. Kel. 30:17-21). Dari sudut pandang itu, muncullah penilaian dan penghakiman bahwa murid-murid yang tidak mencuci tangan sebelum makan adalah orang-orang yang najis. Artinya, mereka tidak layak beribadah kepada Tuhan, dan tidak boleh dekat-dekat dengan orang tahir. Singkat kata, kenajisan mereka adalah kekejian bagi orang Farisi dan ahli Taurat yang menampilkan hidup beragama.
Pandangan itulah yang dikritik Yesus. Ia menyingkapkan kemunafikan orang Farisi dan ahli Taurat yang membanggakan kebersihan jasmani dan praktik ritual, tetapi melupakan kebersihan hati dan praktik kebaikan. Kasih kepada sesama seperti hormat kepada orang tua dan perkataan yang penuh berkat dikesampingkan. Padahal, itulah esensi hidup beriman kepada Tuhan.
Janganlah hidup beriman kita menjadi gimik, yaitu tipu daya yang dirancang hanya untuk menarik perhatian dan popularitas. Janganlah hidup kita terlihat baik dan saleh di luar, tetapi penuh dengan kepura-puraan dan kebencian di dalam. Tekad untuk rajin beribadah memang baik, tetapi perhatikanlah isi hati kita. Masih adakah dendam, kepahitan, korupsi, dan fitnah di dalamnya?
Hidup beriman kiranya keluar dari hati kita yang benar-benar mendengarkan Tuhan dan mengasihi sesama. Jadilah seorang Kristen sejati! [YWA]
SH: Mrk 7:24-30 - Menjadi seperti anak anjing (Jumat, 14 Maret 2003) Menjadi seperti anak anjing
Yesus menarik diri dari kerumunan. Ia pergi ke Tirus untuk
menyendiri, masuk ke dalam sebuah rumah, dan tak mau diga...
Menjadi seperti anak anjing
Yesus menarik diri dari kerumunan. Ia pergi ke Tirus untuk menyendiri, masuk ke dalam sebuah rumah, dan tak mau diganggu. Sebenarnya dalam waktu-waktu melayani Tuhan, sama seperti Yesus, kita pun perlu mengambil waktu beristirahat. Mengasihi diri sendiri tidak selalu sama dengan egoisme. Jika kita gagal mengasihi diri sendiri, kita pun akan gagal mengasihi orang lain (Mat. 22:39).
Orang-orang Yahudi telah berkeras hati menolak Yesus. Maka, para pembaca Markus yang nonyahudi akan tertarik membaca bagian ini. Jelaslah bahwa wanita yang datang kepada Yesus berada di luar sistem Yahudi. Kesohoran Yesus membawanya datang -- kasih seorang ibu kepada anak yang kuat, melawan segala halangan sekalipun.
Yesus kelihatannya dengan kasar menolak untuk menerima permintaan sang ibu. Kemungkinan ini disebabkan karena pada waktu itu juga banyak pembuat mukjizat dan banyak orang mencari Yesus bukan untuk mendengarkan pengajaran-Nya dan tunduk kepada otoritas- Nya, melainkan hanya karena ingin disembuhkan. Yesus dengan demikian ingin menguji mengapa sang ibu datang kepada-Nya.
Yesus memakai istilah "anjing", suatu penghinaan yang besar di dunia Mediterania pada waktu itu. Wanita Samaria itu bersedia diumpamakan seperti anak anjing yang menerima remah-remah yang jatuh dari meja tuannya -- demi anaknya, dan tentu karena kepercayaannya yang sungguh bahwa Yesus bisa menyembuhkan. Kerendahhatiannya dan kepercayaannya tidak sia-sia. Ia mendapatkan apa yang dipohonkannya dengan amat sangat -- suatu kontras dengan orang-orang Farisi yang bebal dan sombong.
Renungkan: Ada tiga hal yang harus orang Kristen pelajari dalam kehidupan ini: [1] kerendahan hati, [2] kerendahan hati, [3] kerendahan hati.
SH: Mrk 7:24-30 - Doa orang beriman (Selasa, 24 Februari 2009) Doa orang beriman
Kedatangan Yesus di daerah Tirus (kafir), walau diam-diam ternyata
diketahui juga. Seorang perempuan Siro-Fenisia tidak dapat
...
Doa orang beriman
Kedatangan Yesus di daerah Tirus (kafir), walau diam-diam ternyata diketahui juga. Seorang perempuan Siro-Fenisia tidak dapat menahan diri untuk bertemu Yesus (ayat 25). Ada beban berat yang mendorong dia datang. Anak perempuannya dirasuk setan (ayat 26). Maka saat mendengar bahwa Yesus datang ke daerahnya, tanpa buang waktu ia segera menemui Yesus. Jawaban Yesus ternyata tidak sesuai harapan (ayat 27). Yesus menyebut dia sebagai anjing yang tidak layak menerima makanan yang disediakan bagi anak-anak. Bangsa Israel memang menyebut bangsa-bangsa kafir anjing, karena mereka dianggap najis. Yesus tidak menghina, Ia hanya mengingatkan posisi nonYahudi, yang tidak termasuk dalam perjanjian Allah. Namun si perempuan tidak mundur karena pernyataan ini. Ia sadar siapa dirinya. Ia memang tidak termasuk bangsa Israel yang dilayakkan untuk menerima kasih karunia Tuhan. Namun justru kesadaran itulah yang membuat dia berani berargumen dan meminta 'remah-remah' kasih karunia itu. Dan iman yang gigih ini diperkenan Tuhan. Kerendahan hati membuat harapannya dikabulkan (ayat 29-30).
Pernahkah kita berdoa sedemikian gigih buat orang lain, siapapun dia? Kegigihan dalam berdoa memang perlu. Lamanya menanti jawaban doa kadang-kadang membuat kita merasa tidak ada gunanya berdoa lebih lama lagi. Apalagi bila kita melihat bahwa orang yang kita doakan tetap saja hidup dalam dosa. Namun mari kita bayangkan betapa bersukacitanya perempuan itu ketika menemukan anaknya su-dah dapat tidur karena setan sudah tidak lagi merasuki anaknya. Imannya kepada Kristus dan kegigihannya membuat ia mendapatkan apa yang ia minta dari Tuhan.
Marilah kita tetap bertahan dalam doa-doa kita bagi orang lain. Sebutlah tiap nama yang kita ingin doakan, yang keras, yang berkelakuan paling buruk, maupun yang paling sulit untuk percaya pada Kristus. Mungkin saja kita tidak dapat dengan segera melihat jawaban Tuhan. Namun jangan putus asa, karena Tuhan pasti mendengar kita.
SH: Mrk 7:24-30 - Iman yang bertahan (Rabu, 8 Februari 2012) Iman yang bertahan
Cinta pantang menyerah. Seringkali, seseorang berani berkurban karena cintanya kepada orang yang diperjuangkannya. Seorang ibu men...
Iman yang bertahan
Cinta pantang menyerah. Seringkali, seseorang berani berkurban karena cintanya kepada orang yang diperjuangkannya. Seorang ibu menahan rasa sakit saat mengandung dan melahirkan bayinya karena cintanya pada sang bayi dan demi kelangsungan generasi.
Seorang perempuan Siro-Fenisia pantang menyerah karena cintanya pada anak perempuannya. Meski Yesus berusaha keras merahasiakan kedatangan-Nya ke daerah Tirus, tetapi ibu ini tetap mendatangi Yesus dan memohon supaya Yesus mengusir setan dari tubuh anaknya (24-26). Yesus telah menyatakan bahwa kedatangan-Nya itu adalah untuk orang-orang Yahudi (27). Akan tetapi, perempuan Siro-Fenisia ini mengoyakkan batas wilayah, suku, dan agama demi keselamatan jiwa anak perempuannya yang sangat dicintainya. Keselamatan jiwa anak perempuan itu lebih penting daripada hambatan tradisi. Perempuan itu tetap bertahan menantikan belas kasih Yesus untuk mengusir setan dari tubuh anak perempuannya (28). Perempuan itu percaya sekecil apa pun campur tangan Yesus, pasti akan membuat anak perempuannya bebas dari kuasa setan. Yesus sangat menghargai iman yang bertahan dari perempuan itu. Iman perempuan itu menyelamatkan anak perempuannya dari kuasa setan (29-30). Yesus menyelamatkan anak perempuan Siro-Fenisia tersebut melampaui batas wilayah, suku, dan agama.
Untuk siapa sajakah iman Anda bertahan? Tentulah pertama-tama untuk orang-orang terdekat Anda. Selain orang-orang di sekitar Anda, ada banyak orang yang menantikan kehadiran iman Anda untuk bertahan di hadapan Yesus, menantikan belas kasih-Nya bagi orang-orang yang sedang menderita dan sengsara. Belas kasih Yesus tidak dibatasi oleh wilayah, suku, agama, dan perbedaan lainnya. Iman Anda dapat membawa kasih Yesus kepada orang yang Anda kasihi, siapa pun mereka. Buatlah iman Anda bertahan bagi kesejahteraan orang-orang. Berdoalah bagi semua orang! Yesus mengasihi semua orang tanpa batas.
SH: Mrk 7:24-30 - Rendah Hati (Sabtu, 6 Februari 2016) Rendah Hati
Saat seseorang membutuhkan bantuan mendesak, selayaknya orang itu datang dengan kerendahan hati di hadapan orang yang akan membantunya.
...
Rendah Hati
Saat seseorang membutuhkan bantuan mendesak, selayaknya orang itu datang dengan kerendahan hati di hadapan orang yang akan membantunya.
Teks ini mengajarkan lebih dari itu. Pertama kali kita diajak melihat kerendahan hati Yesus yang menyingkir ke daerah terpencil di perbatasan Tirus dan Sidon. Ia tidak masuk ke sinagoge atau tempat pertemuan, tetapi ke sebuah rumah (24). Bagaimanapun berita tentang Yesus dan mukjizat yang dilakukan-Nya telah tersebar hingga ke tempat itu. Terbukti, seorang perempuan Yunani datang tersungkur di depan kaki-Nya (25).
Anaknya kerasukan roh jahat dan ia yakin Yesus dapat membebaskannya. Iman perempuan ini sudah terlihat dari sikap dan usahanya menemui Yesus (26). Yesus tidak langsung menolongnya, malah mengujinya dengan ungkapan "roti bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing" (27). Roti menunjuk kepada Injil yang terlebih dahulu diberitakan kepada bangsa Israel. Sedangkan kata anjing terdengar kasar, namun hal itu merupakan konsep merendahkan orang non-Yahudi yang dapat memperoleh berkat keselamatan. Perempuan itu tidak tersinggung dan memahami bahwa dia pun dapat memperoleh berkat keselamatan yang telah diperoleh orang-orang Israel (28). Perendahan diri ini bukan hanya di bibir saja, tetapi tercermin dari sikap hati yang tulus di hadapan Tuhan. Saat itu juga Yesus menjawab permohonannya dan anaknya dibebaskan dari roh jahat (29-30).
Pelayanan tidak mencari popularitas pribadi. Ada waktunya untuk menyingkir ketika motivasi diri kita sudah tidak memuliakan Tuhan. Orang terhina dan berdosa besar dari bangsa manapun berhak atas keselamatan dari Tuhan. Syaratnya adalah merendahkan diri di hadapan Tuhan agar beroleh belas kasihan-Nya. Sebab Tuhan mengenal hati setiap orang.
Untuk memperoleh belas kasih Tuhan, rendahkan dirimu di hadapan-Nya. Akuilah segala kelemahan dan dosamu. Mohon pengasihan-Nya, maka Ia akan menolongmu. [TNT]
SH: Mrk 7:24-30 - Baca Gali Alkitab 5 (Sabtu, 6 Februari 2016) Baca Gali Alkitab 5
Apa saja yang Anda baca?
1. Dimanakah Yesus tiba? Ketika Ia ingin menghindar dari perhatian publik, siapakah yang pertama kali d...
Baca Gali Alkitab 5
1. Dimanakah Yesus tiba? Ketika Ia ingin menghindar dari perhatian publik, siapakah yang pertama kali datang kepada Yesus (24-25)?
2. Apa yang diinginkan oleh perempuan itu dari Yesus (25-26)?
3. Apa yang Yesus lakukan ketika Ia mendengar permohonan perempuan tersebut (27)?
4. Jawaban seperti apakah yang diberikan perempuan itu kepada Yesus (28)?
5. Apa yang terjadi antara Yesus dengan perempuan itu (29-30)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa Allah begitu peduli dengan orang non Yahudi?
2. Sikap hati yang seperti apa harus kita tunjukkan saat kita masuk ke dalam hadirat Allah?
Apa respons Anda?
1. Setelah Tuhan menolong kita, usaha konkret yang bagaimana akan kita lakukan sebagai ucapan terima kasih kepada-Nya?
2. Apa respons kita melihat iman perempuan Siro tersebut?
Pokok Doa:
Bersyukur bahwa Tuhan tidak pilih kasih - Hendaklah hidup kita selaras dengan firman-Nya.
SH: Mrk 7:24-30 - Iman yang Rendah Hati (Rabu, 7 Februari 2018) Iman yang Rendah Hati
Orang-orang Israel meremehkan bangsa lain. Mereka merasa diri sebagai bangsa pilihan Allah. Salah satu bangsa yang diremehkan a...
Iman yang Rendah Hati
Orang-orang Israel meremehkan bangsa lain. Mereka merasa diri sebagai bangsa pilihan Allah. Salah satu bangsa yang diremehkan adalah Siro-Fenesia. Pada masa Yesus berkaya, bangsa Siro-Fenesia terkenal karena mereka mampu mengekspor pewarna kerang Murex, yang berwarna ungu, dan digunakan untuk memberi warna jubah para bangsawan (bdk. Mat 27:28). Dari sisi peradaban lain, seperti sastra dan politik, mereka lebih maju ketimbang orang-orang Yahudi. Namun, bangsa Yahudi sering melecehkan mereka karena dianggap bukan bangsa pilihan Allah. Bahkan bangsa ini kerap menyebut bangsa Siro-Fenesia dengan sebutan anjing.
Injil Markus 7:24-30 menceritakan seorang perempuan dari bangsa Yunani Siro-Fenesia yang datang pada Yesus dan memohon kepada-Nya agar mengusir setan dari tubuh anaknya (26). Yesus, yang hidup di sekitar orang-orang Yahudi, tampak menunjukkan sikap seperti orang-orang Yahudi lainnya di hadapan perempuan tersebut (27). Yesus mengatakan bahwa Ia diutus untuk orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi disebut sebagai anak-anak Allah dan bangsa lain bukan. Namun, perempuan itu tidak menyerah. Dengan gigih, ia berjuang agar anaknya pulih. Ia merendahkan hati di hadapan Yesus dengan berkata, "Benar Tuhan, Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak" (28).
Apakah Yesus sudah berlaku rasis dan merendahkan martabat perempuan itu? Sebenarnya Ia bermaksud menguji iman perempuan itu. Ibu itu adalah seorang dari bangsa lain yang maju peradabannya, namun memohon belas kasih Yesus dan sahabat-sahabat-Nya yang adalah orang Yahudi. Ia tidak merasa direndahkan, meski orang Yahudi merendahkannya. Bukti bahwa Yesus tidak rasis adalah didapatinya anak perempuan itu berbaring di tempat tidur dan setan sudah keluar dari tubuh anak itu (30).
Sikap iman perempuan itu pantas diteladani. Kerendahan hatinya membuat ia terus berjuang untuk kesembuhan anaknya. Kerendahan hatinya membawa perempuan itu melihat mukjizat Yesus. [WSP]
SH: Mrk 7:24-30 - Kegigihan Iman (Rabu, 7 Februari 2024) Kegigihan Iman
Kota Tirus berada di pinggir laut dan merupakan bagian dari provinsi Fenisia. Orang-orang yang tinggal di kota itu adalah orang-orang ...
Kegigihan Iman
Kota Tirus berada di pinggir laut dan merupakan bagian dari provinsi Fenisia. Orang-orang yang tinggal di kota itu adalah orang-orang Yunani. Jika demikian, mengapa Yesus bersama para murid-Nya memilih untuk pergi ke sana?
Setidaknya ada satu hal yang mungkin menjadi alasan Yesus, yaitu Ia mau mengajarkan sesuatu kepada para murid dalam hubungan dengan orang non-Israel. Hal ini penting mengingat kecenderungan orang Israel untuk bersikap eksklusif yang membuat mereka melihat bangsa lain sebagai kaum yang lebih rendah.
Perjumpaan Yesus dengan perempuan Siro-Fenisia melawan stigma tersebut. Pernyataan-Nya perihal anak-anak dan anjing sengaja Ia angkat untuk mengajar para murid yang sangat mungkin masih hidup dengan pemikiran orang Israel pada umumnya, yaitu anak-anak adalah mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan, sedangkan anjing adalah perempuan itu sebagai bangsa asing (27).
Tindakan Yesus bagi sang ibu dan anaknya menunjukkan bahwa kasih Allah terbuka bagi semua manusia, apa pun latar belakang hidupnya. Orang berdosa sekalipun, jika ia datang kepada Tuhan dalam kerendahan hati dan kesadaran diri yang tulus (28) akan diperkenan dan diberkati Tuhan.
Melalui karya penebusan-Nya, Yesus Kristus telah membuat setiap orang yang beriman dalam nama-Nya diangkat menjadi "anak-anak Allah" (lih. Yoh. 1:12). Rasa syukur dan kebanggaan kita akan hal itu jangan sampai membuat kita mengulang kesalahan yang dilakukan orang Israel dengan memiliki sikap eksklusif dan merendahkan orang non-Kristen. Sebaliknya, milikilah sikap rendah hati yang menyadari keterbatasan diri.
Sebagai manusia yang telah ditebus, kita mengakui bahwa kita sesungguhnya tidak berhak atas segala belas kasihan dan berkat Tuhan. Namun, sebagai anak-anak-Nya kita juga datang dan memercayakan hidup kita ke dalam tangan-Nya. Kita percaya bahwa kuasa-Nya terbuka bagi kita, dan Ia akan memulihkan kita yang bergumul dan berserah kepada-Nya.
Kiranya iman seperti inilah yang kita miliki. [YWA]
SH: Mrk 7:31-37 - Di dalam kesunyian (Sabtu, 15 Maret 2003) Di dalam kesunyian
Kita ada di dalam dunia ini tanpa bisa memilih untuk tidak ada.
Meskipun kita adalah manusia yang bebas untuk memilih, tetapi...
Di dalam kesunyian
Kita ada di dalam dunia ini tanpa bisa memilih untuk tidak ada. Meskipun kita adalah manusia yang bebas untuk memilih, tetapi kita tak bisa lari dari hal-hal yang dipilihkan untuk kita oleh kehidupan.
Yesus berangkat lagi ke Danau Galilea. Ada seorang yang tuli dan gagap dibawa kepada-Nya -- kemungkinan bahwa ia tidak bisu dan tuli sejak lahir, tetapi ia pernah menderita sakit suatu waktu dalam kehidupannya. Orang-orang membawanya kepada Yesus supaya Ia memberkatinya -- dan mereka tercengang karena Yesus bukan hanya memberkati orang itu, tetapi juga menyembuhkannya!
Demonstrasi yang dilakukan Yesus menunjukkan modus yang berbeda dari biasanya. Ia bisa saja berkata-kata dan orang itu sembuh seketika. Namun, di sini ia memakai jari dan ludah-Nya untuk menyembuhkan orang tersebut. Dalam tradisi Yunani dan Yahudi, ludah dianggap memiliki kekuatan menyembuhkan. Yesus ingin meyakinkan orang itu akan kekuasaan-Nya. Tentu saja, perintah agar telinganya terbukalah yang memulihkan orang itu -- ia berbicara dengan baik.
Kontras dengan ahli-ahli Taurat yang banyak berbicara dan aktif, orang ini diam dalam kesunyian dan pasif. Namun, di dalam kesunyian ia menemukan Allah. Kita menemukan satu hal yang penting di sini, bahwa keagamaan dan doktrin-doktrin serta peraturan-peraturan kaku adalah suatu penghalang bagi kita untuk menjadi naif, penghalang bagi Allah untuk hadir menyentuh keberadaan kita sekarang dan di sini. Yesus menunjukkan bahwa keterlemparan orang itu ke dalam kehidupan dan ke dalam penyakitnya, serta iman yang melampaui doktrin, menjadi bagian dari kehidupan yang perlu kita jalani sehari-hari.
Renungkan: Saat ini mungkin Anda hanya bisa pasrah menerima realitas kehidupan yang kadang memuakkan. Dalam kesunyian dan iman, biarlah Allah menghampiri Anda.
SH: Mrk 7:31-37 - Jadi mendengar dan melihat (Rabu, 25 Februari 2009) Jadi mendengar dan melihat
Alangkah tidak enaknya menjadi seorang yang tuli. Tidak ada seorang
pun yang dapat melihat kesulitan kita. Jika kita ...
Jadi mendengar dan melihat
Alangkah tidak enaknya menjadi seorang yang tuli. Tidak ada seorang pun yang dapat melihat kesulitan kita. Jika kita menderita buta atau lumpuh, orang lain bisa melihat kesulitan kita dan segera memberikan pertolongan. Namun jika tuli, bagaimana orang bisa tahu bahwa kita butuh pertolongan?
Biasanya orang tuli akan bisu juga karena ia tidak terlatih untuk mendengar kata-kata. Orang tuli yang dipertemukan dengan Yesus menderita gagap juga. Yesus menangani orang ini secara khusus, berbeda dari cara penyembuhan yang biasa Dia lakukan. Orang itu dipisahkan dari orang banyak. Lalu Yesus memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, kemudian Ia meludah, dan meraba lidah orang itu. Selanjutnya Yesus menengadah ke langit dan berkata "Efata!" (ayat 33). Ia menengadah ke langit agar orang itu mengerti bahwa kuasa untuk menyembuhkan datang dari Allah. Mukjizat pun terjadi: telinga orang itu bisa mendengar dan mulutnya bisa bicara. Tentu ia merasa senang. Namun Yesus melarang dia menceritakan hal itu. Akan tetapi, mana mungkin dia diam. Sudah sekian lama ia tidak lancar berbicara.
Yesus bukan hanya menyembuhkan cacat bisu dan tuli secara jasmani.
Bukan hanya telinga dan lidahnya jadi terbuka, tetapi hatinya pun
jadi terbuka pada Yesus. Ini terlihat dari kesaksiannya pada
orang banyak. Mulutnya tidak henti-hentinya membicarakan kuasa
dan karya Yesus yang dia alami. Tak heran bila orang banyak pun
menjadi takjub (ayat 37). Terjadilah apa yang dinubuatkan oleh
nabi Yesaya, "Pada waktu itu..... telinga orang-orang tuli akan
dibuka..... dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai" (
Semua itu dimulai karena ada orang yang bersedia membawa dia kepada Yesus. Bagaimana dengan kita? Terpikirkah oleh kita untuk membawa seseorang pada Yesus? Jangan merasa tak berpengharapan dulu. Percayalah pada Yesus.
SH: Mrk 7:31-37 - Berbagi kebaikan dengan sesama (Kamis, 9 Februari 2012) Berbagi kebaikan dengan sesama
Anda masih ingat Hee Ah Lee seorang pianis cilik dari Korea? Dia memiliki hanya empat jari tangan, tetapi ia mampu mem...
Berbagi kebaikan dengan sesama
Anda masih ingat Hee Ah Lee seorang pianis cilik dari Korea? Dia memiliki hanya empat jari tangan, tetapi ia mampu memainkan piano dengan luar biasa. Fungsi yang ia lakukan di tengah-tengah keterbatasan jari-jarinya menjadi sukacita bersama bagi banyak orang di sekelilingnya. Dengan bermain piano, Ah Lee merasakan aktualisasi dirinya. Tentu, Ah Lee sangat bahagia. Orang lain juga dapat senang menikmati musik piano yang dimainkan oleh Ah Lee. Lebih daripada itu, banyak orang bangkit dari keputusasaan mereka karena "keterbatasan" mereka setelah menyaksikan Lee memainkan piano dengan hanya 4 jari.
Orang-orang di sekitar orang tuli dan gagap dalam nas ini juga menginginkan orang itu dapat berfungsi dengan baik, sehingga mereka pun berusaha membawa orang tuli dan gagap itu kepada Yesus. Mereka ingin semuanya menjadi baik. Ketika Yesus datang ke daerah Dekapolis, orang-orang itu berupaya membawa orang yang tuli dan gagap itu kepada Yesus. Orang itu memohon kepada Yesus agar orang gagap dan tuli itu disembuhkan (31-32). Yesus tidak ingin kisah sembuhnya orang gagap dan tuli itu menyebar luas (33-36). Akan tetapi kesembuhan yang dialami oleh orang tuli dan gagap itu menjadi sukacita bersama bagi komunitas itu. Rasa takjub akan karya Yesus dan sukacita karena temannya sembuh membuat orang banyak tidak dapat tutup mulut untuk menceritakan semua kebaikan yang terjadi di depan mata mereka. Mereka berbagi sukacita dengan orang lain bahwa Yesus menjadikan segala-galanya baik (37).
Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda berperan serta mengupayakan kebaikan bagi sesama Anda? Tuhan Yesus ingin Anda berbagi kebaikan-Nya dengan orang lain. Nyatakan kasih pengampunan-Nya, tegakkan keadilan-Nya, berdayakan kebenaran dan kuasa-Nya bagi orang-orang yang ada di lingkungan Anda. Kalau Hee Ah Lee dengan empat jarinya, Nick Fujific yang tidak berkaki, dan Joni Eareckson Tada yang lumpuh dari leher ke bawah bisa, masak Anda mengatakan ‘ saya tidak bisa’?
SH: Mrk 7:31-37 - Menjadikan Segalanya Baik (Senin, 8 Februari 2016) Menjadikan Segalanya Baik
Sesuatu disebut baik apabila memenuhi fungsi dan cara kerjanya. Manusia dapat melakukannya dalam beberapa hal, namun ada ha...
Menjadikan Segalanya Baik
Sesuatu disebut baik apabila memenuhi fungsi dan cara kerjanya. Manusia dapat melakukannya dalam beberapa hal, namun ada hal lain yang diluar kemampuan manusia.
Yesus terus menyingkir ke daerah Dekapolis (31). Tetap ada orang yang mengikuti-Nya dan membawa orang sakit. Kali ini mereka membawa orang tuli dan bisu [dapat juga berarti tidak dapat berbicara dengan jelas] untuk disembuhkan oleh Yesus (32). Peletakan tangan ini mengikuti tradisi pemberkatan nabi pada zaman dahulu. Mereka berharap agar Yesus berbelas kasihan kepadanya. Yesus memisahkannya dari orang banyak karena tidak ingin memamerkan kuasa-Nya.
Untuk menunjukkan apa yg akan dilakukan-Nya, Yesus memasukkan jari ke telinganya seolah-olah ingin mengeluarkan sesuatu yang menutup pendengarannya. Yesus juga meludah, kemudian meraba lidahnya seakan-akan ingin membuatnya lembab dan menghilangkan sesuatu yang merekatkannya (33). Yesus empati dengan kondisi orang itu sehingga Dia menarik nafas, lalu berdoa dan berkata "efata yang artinya terbukalah" (34). Alhasil, orang itu dapat mendengar dan berkata-kata dengan baik (35). Yesus melarang pemberitaan tentang diri-Nya, tetapi mereka tetap melakukannya (36). Mereka sangat takjub karena Yesus melakukan sesuatu yang tidak pernah mereka harapkan (37).
Yesus tidak tertarik untuk mencari popularitas bagi diri- Nya. Demikian seharusnya setiap pelayan Tuhan tidak mengejar keuntungan diri. Pelayanan itu sebaiknya bersifat personal karena dalam relasi tersebut ada perhatian dan belas kasih. Di samping itu, pelayanan juga harus tepat sasaran. Seperti Yesus, bukan hanya iba kepada orang itu, tetapi Ia memberikan yang terbaik, yaitu pendengaran dan kemampuan berbicara, bagi orang tersebut. Yesus membuat segala-galanya menjadi baik. Semua berjalan dan berfungsi sebagaimana mestinya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
Keyakinan sepenuh hati kepada kuasa Yesus akan menolong kita memahami segala kebaikan yang Dia lakukan bagi hidup manusia. Syukur kepada Tuhan. [TNT]
SH: Mrk 7:31-37 - Pemulihan Komunikasi (Kamis, 8 Februari 2018) Pemulihan Komunikasi
Mendengar berbeda dengan mendengarkan. Apa yang kita dengar belum tentu kita mengerti. Sebaliknya, dengan mendengarkan, kita aka...
Pemulihan Komunikasi
Mendengar berbeda dengan mendengarkan. Apa yang kita dengar belum tentu kita mengerti. Sebaliknya, dengan mendengarkan, kita akan mengerti apa yang dikatakan orang lain. Mendengarkan bukan hanya dengan telinga, namun juga hati. Inilah yang disebut sebagai komunikasi. Komunikasi yang lancar membuat hidup lebih baik.
Dalam perikop ini, kita diajak melihat bagaimana keinginan mendengar, didengar dan mendengarkan ada dalam diri orang yang tuli dan gagap (32a). Ia kesulitan berbicara karena gagap dan tidak bisa mendengar dengan baik. Dalam keadaan itu, ia sulit berkomunikasi. Keinginan orang itu untuk berpulih dan menjadikan hidup lebih baik didukung oleh banyak orang, sehingga mereka membawa orang itu pada Yesus (32b).
Yesus mendengarkan dan memahami keinginan mereka. Karena itu, ia bertindak dengan kasih. Dalam kisah ini diceritakan cara unik yang digunakan Yesus untuk memulihkan pendengaran dan tutur kata orang itu. Ia memisahkan dia dari orang banyak sehingga mereka sendirian. Lalu Ia memasukkan jari-Nya ke dalam telinga orang itu, Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit, Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata", yang artinya terbukalah, maka terbukalah telinga orang tuli dan gagap itu. Seketika itu terlepas pula pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik (34-35). Sentuhan kasih Yesus menyingkirkan rintangan komunikasi. Semua yang melihat peristiwa itu menjadi takjub. Yesus meminta orang-orang itu tidak menceritakan apa yang dilihatnya kepada banyak orang. Namun, makin dilarang-Nya, makin luas mereka memberitakannya (36). Berita yang tersebar adalah: Ia menjadikan segalanya baik (37).
Komunikasi yang lancar membuat hidup menjadi lebih baik. Hambatan komunikasi perlu disingkirkan, misalnya, kecurigaan atau prasangka. Pemulihan Yesus pada orang yang mengalami hambatan berkomunikasi menyadarkan kita untuk membiasakan berkomunikasi dengan baik. Komunikasi yang baik diawali dengan kasih. [WSP]
SH: Mrk 7:31-37 - Allah Sang Penjunan (Kamis, 8 Februari 2024) Allah Sang Penjunan
Dalam lirik lagu PKJ 127, diserukan: "Jadilah, Tuhan, kehendak-Mu: 'ku tanah liat di tangan-Mu. Bentuklah aku sesuka-Mu, aku nant...
Allah Sang Penjunan
Dalam lirik lagu PKJ 127, diserukan: "Jadilah, Tuhan, kehendak-Mu: 'ku tanah liat di tangan-Mu. Bentuklah aku sesuka-Mu, aku nantikan sentuhan-Mu." Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah Pencipta dan kita adalah ciptaan-Nya.
Setelah melayani di wilayah Fenisia, Yesus kembali ke Danau Galilea melalui daerah Dekapolis (daerah sepuluh kota). Di sana dibawalah seorang tuli dan gagap kepada-Nya untuk Ia sembuhkan (32). Hal yang menarik adalah Yesus memisahkan orang itu dari orang banyak dan melakukan cara penyembuhan yang tidak lazim. Yesus memasukkan jari-Nya ke dalam telinga orang itu, meludah dan meraba lidahnya (33), lalu menyerukan "Terbukalah!" (34).
Kita melihat cara tidak biasa ini sebagai proses pembentukan kembali tubuh orang itu. Laksana seorang penjunan yang membentuk kembali bejana tanah liat yang rusak, Yesus menyembuhkan orang itu.
Tindakan-Nya mengingatkan kita akan kisah penciptaan ketika Allah membentuk manusia dari debu tanah (lih. Kej. 2:7). Hal ini dipertegas dengan kalimat orang banyak yang menyatakan: "Ia melakukan segala-galanya dengan baik; yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata" (37). Kalimat ini mengingatkan kita akan pernyataan bahwa "Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh sangat baik" (lih. Kej. 1:31).
Proses pembentukan yang Tuhan lakukan terus berlanjut. Dengan mengaku percaya dan menjadi Kristen, bukan berarti kita langsung menjadi sempurna. Dalam perjalanan hidup, kita harus terbuka terhadap pembentukan ulang oleh tangan Tuhan, terutama jika kita sadar bahwa masih ada kekurangan pada diri kita. Biarkan diri kita menjadi tanah liat yang dibentuk oleh Sang Penjunan, sebab Dialah yang telah menciptakan kita dan yang hendak membentuk kita menjadi sungguh amat baik.
Bisa jadi cara-Nya terlihat aneh dan tidak lazim, atau malah menyakitkan buat kita. Namun, yang pasti, apa pun yang dilakukan-Nya pasti membuat diri kita menjadi lebih baik. Selamat memberi diri untuk dibentuk oleh Sang Penjunan. [YWA]
Utley: Mrk 7:17-23 - --NASKAH NASB (UPDATED): Mr 7:17-2317 Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada- Nya tentang ...
NASKAH NASB (UPDATED): Mr 7:17-23
17 Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada- Nya tentang arti perumpamaan itu. 18 Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, 19 karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. 20 Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, 21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, 22 perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. 23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."
Mr 7:17 "murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya" Mat 15:15 kata Petrus. Kata-kata Yesus sangat mengejutkan orang-orang Yahudi abad pertama! Yesus membatalkan Musa! Mengaku sebagai siapakah rabi yang tidak resmi ini?
Mr 7:18 "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya" Yesus heran atas kelambatan para murid untuk memahami. BeritaNya begitu berbeda dari apa yang telah mereka dengar sepanjang hidup mereka (yakni, teologia Farisi). Tradisi sulit untuk diperbaiki (lih. Mr 4:13,40; 6:52; 8:21). Mempercayai Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan berarti penghentian secara radikal dari tradisi mereka hargai dan pengharapan-pengharapan budaya. "Firman yang Hidup" mengatasi "Firman yang tertulis"! BOrang percaya menyembah Yesus, bukan Alkitab.
Biasanya komentator mengatakan bahwa Yesus menolak tradisi lisan orang Yahudi, tetapi selalu menegaskan hukum PL. Namun demikian, penolakan terhadap hokum/peraturan tentang makanan dan penolakan-Nya atas ajaran Musa tentang perceraian di Mat 5:31-32 (lih. Mr 10:2-12) jelas menunjukkan bahwa Yesus melihat diriNya sebagai penafsir yang tepat dan bahkan Tuhan atas PL (lih. Mat 5:38-39). Dia adalah wahyu Allah yang terutama. Tak satu pun dari kita yang menghargai Alkitab merasa nyaman dengan hal ini. Kita melihat Alkitab sebagai otoritatif dan relevan. Namun demikian, berapa banyak tulisan PL lainnya yang dilihat Yesus sebagai tidak secara jelas mengungkapkan maksud Bapa? Ini tidak hanya mengejutkan para ahli Taurat, sampai ke tingkat tertentu inipun mengejutkan saya! Hal ini mengingatkan saya bahwa PL tidaklah wajib bagi orang percaya PB (lih. Kis 15; Gal 3). PL masih tetap merupakan Kitab Suci dan masih tetap menyatakan Tuhan, tapi saya tidak terikat dengan ritual atau prosedurnya (lih. Kis 15:6-11,19). Saya terikat oleh pandangan dunia dan perwahyuanya akan Allah dan tujuan serta janji-janji -Nya (lih. Mat 5:17-20)!
- NASB NRSV "(Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal)"
- NKJV "demikian memurnikan semua makanan"
- TEV "(... Yesus menyatakan bahwa semua makanan cocok untuk dimakan)"
- NJB "(Dengan demikian Ia mengumumkan semua makanan halal)"
Tanda kurung ini mencerminkan pandangan para penerjemah bahwa hal ini adalah suatu komentar editorial (mungkin dari pengalaman Petrus dalam Kis 10). Ini adalah sebuah kebenaran PB yang sangat penting (lih. Rom 14:13-23; 1Kor 8:1-13; 10:23-33). Manusia yang tidak benar dengan Allah berdasarkan apa yang mereka makan atau tidak makan! Perjanjian Baru ini tidak didasarkan pada peraturan PL (yaitu, Im 11; Kis 15). Allah melihat hati, bukan perut!
Mr 7:20 Para rabi PL mengatakan bahwa pikiran adalah tempat benih yang subur, telah dipersiapkan dan bahwa mata dan telinga adalah jendela jiwa. Apa pun yang diijinkan seseorang untuk masuk akan berakar. Dosa dimulai dalam kehidupan pikiran dan berkembang menjadi tindakan. Perkataan Manusia mengungkapkan hatinya!
Mr 7:21 "dari hati orang, timbul" Yesus menyebutkan serangkaian sikap dan tindakan berdosa. Jenis dosa yang sama juga dikutuk oleh Stoic. Paulus juga memiliki beberapa daftar dosa seperti ini (lih. Rom 1:29-31; 1Kor 5:11; 6:9, 2Kor 12:20; Gal 5:19-21; Ef 4:31; 5:3-4; Tim II Mr 3:2-5); Kol 3:5-9. Lihat Topik Khusus: Keburukan dan Kebajikan di 1Pet 4:2.
□ "percabulan" Kata "pornografi" memiliki akar kata yang sama dengan istilah Yunani ini. Ini berarti aktivitas seksual apapun yang tidak pantas: seks pranikah, homoseksualitas, kebinatangan, dan bahkan penolakan tanggung jawab Hukum Musa (saudara laki-laki gagal untuk berhubungan seksual dengan janda seorang saudaranya yang telah meninggal untuk memberikan ahli waris).
Dalam PL ada perbedaan antara perselingkuhan perkawinan (zina) dan pergaulan pra-perkawinan (percabulan). Namun, perbedaan ini hilang menjelang periode NT.
□ "pembunuhan. . keserakahan.. . . kelicikan. . . kesombongan" Istilah-istilah yang sama ini menggambarkan dunia kafir di Rom 1:29-31. Mereka menunjukkan hati yang tak terkendali, hati yang bengkok terhadap "pokoknya lebih untuk diri sendiri dengan resiko apapun."
□ "perzinahan" Ini adalah kata moicheia, yang merujuk pada hubungan seksual di luar nikah (lih. 1Kor 6:9-10). Kata ini sering digunakan secara metaforis untuk penyembahan berhala. Dalam PL, YHWH adalah suami dan Israel adalah istrinya, karena itu, mengejar dewa lain adalah suatu bentuk perselingkuhan.
□ "hawa nafsu" Kata ini digunakan dalam Rom 13:13 untuk menunjukkan bagaimana orang percaya tidak boleh hidup. Dalam Kamus Bahasa Yunani-Inggris dari Perjanjian Baru Berdasarkan Domain Semantik, vol. 1, p. 771, Louw dan Nida mendefinisikan istilah ini sebagai Pemberitahuan "perilaku yang benar-benar kurang dalam pengendalian moralnya, biasanya dengan implikasi kebebasan seksual tanpa batas." Perhatikan, berapa banyak istilah-istilah ini menyiratkan seksualitas yang tidak terkendali, sangat cocok dengan budaya kafir dari abad pertama.
Mr 7:22 Urutan dari daftar dosa ini berubah dari terjemahan ke terjemahan. Singkatnya, hidup terpisah dari Allah adalah di luar batas! Daftar Paulus dalam Gal 5:19-21 menggambarkan kejahatan dan daftar dalam Gal 5:22-23 menggambarkan orang saleh.
- NASB, NRSV,
- NJB "iri hati"
- NKJV "suatu perkembangan yang jahat"
- TEV "cemburu"
Ini secara harfiah adalah "mata jahat" (lih. catatan pinggir NASB). Di Timur Dekat orang sangat sadar bahwa seseorang menempatkan mantra pada mereka (yaitu, kejahatan yang aktif). Dalam bahasa Ibrani kata ini memiliki konotasi kecemburuan yang berpusat di diri sendiri (lih. Ul 15:9; Ams 23:6.).
- NASB, NRSV, TEV, NJB "fitnah"
- NKJV "hujat"
Istilah ini secara harfiah adalah "penghujatan", yang menyatakan berkata sesuatu tentang seseorang padahal tidak benar.
Kata ini dapat digunakan untuk fitnah atau kepalsuan tentang Tuhan atau manusia (lih. Kis 6:11; Rom 2:24.).
□ "kesombongan" Ini menunjuk pada orang yang angkuh, penghina, atau bangga (lih. Luk 1:51; Rom 1:30; 2Tim 3:2; Yak 4:6; 1Pet 5:5.).
Mr 7:23 Paralelnya dalam Mat 15:20 meringkas seluruh argumentasinya (lih. 1Sam 16:7).
Utley: Mrk 7:24-30 - --NASKAH NASB (UPDATED): Mr 7:24-3024 Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang y...
NASKAH NASB (UPDATED): Mr 7:24-30
24 Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. 25 Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. 26 Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. 27 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 28 Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." 29 Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." 30 Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.
Mr 7:24 "Tirus" Ini adalah barat laut dari Danau Galilea, keluar dari batas-batas Tanah Perjanjian PL. Ini adalah daerah yang mayoritasnya bukan Yahudi. Frasa "dan Sidon" hilang dalam beberapa naskah Yunani kuno, seperti D, L, dan W, tetapi ada dalam Mat 15:21 dan Mr 7:31 dan dalam naskah kuno א, A, dan B, serta Vulgata dan Peshitta.
□ "tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan" Ini merupakan hasil dari mukjizat-mujizatNya (lih. Mr 3:8). Bahkan di daerah yang mayoritasnya bukan Yahudipun Ia tak bisa menemukan waktu istirahat dan waktu pribadi dengan murid- murid-Nya.
Mr 7:25 "anaknya perempuan kerasukan roh jahat" Bagaimana anak-anak bisa kerasukan setan tidak disebutkan di sini ataupun di catatan dalam Mr 9:17-29. Tampaknya tak satupun dalam kedua kasus ini yang merupakan roh turun-temurun (yaitu, iblis yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam keluarga). Lihat Topik Khusus: Pengusiran Setan di Mr 1:25.
□ "tersungkur di depan kaki-Nya" Ini adalah tanda budaya tentang (1) mengajukan permintaan kepada atasan atau (2) kerendahan hati. Ada kemungkinan bahwa ia telah mendengar tentang mujizat Yesus dan, karena keputus-asaannya, mendekati rabi Yahudi dalam ketakutan!
Mr 7:26 "seorang Yunani, bangsa Siro-Fenisia" Ingat, Yesus membantu bangsa-bangsa lain (lih. Mr 5:1; 11:17, Mat 8:5-13; Yoh 4), tapi dalam batas-batas geografis Tanah Perjanjian . Jika Yesus telah memulai pelayanan penyembuhan di negeri kafir, Ia akan ditolak oleh rakyat Yahudi karena prasangka mereka.
Ada paralel yang menarik antara pelayanan Yesus kepada seorang perempuan Fenisia dan pelayanan Elia pada seorang wanita Fenisia di 1Raj 17. Dalam kedua kisah ini, kasih, kepedulian dan bantuan Allah tersedia bagi orang bukan Yahudi yang dibenci. Ini mungkin merupakan bukti terselubung yang lain dari ke-Mesias-anNya.
Dalam bahasa apakah percakapan antara wanita ini dengan Yesus dilakukan? Sangatlah tampak jelas bahwa bahasanya pasti Yunani. Bermasa kanak-kanak di daerah Palestina utara, Yesus pasti bisa berbicara dalam tiga bahasa. Dalam Luk 4:16-20 Yesus membaca dari gulungan Yesaya yang berbahasa Ibrani. Ia pasti telah diperkenalkan dengan bahasa Ibrani alkitabiah di sekolah sinagoga. Sehari-harinya Ia berbicara bahasa Aram. Dia bisa berbicara bahasa Yunani Koine (yaitu, percakapan pribadi dengan Pilatus).
□ "ia memohon" Ini merupakan sebuah IMPERFECT TENSE. Dia bertanya berulang kali!
□ "untuk mengusir setan itu dari anaknya" Ini adalah AORIST ACTIVE SUBJUNCTIVE. Ia masih memiliki beberapa keraguan tentang kemampuan atau kemauan Yesus untuk bertindak, yang diekspresikan oleh ragam SUBJUNGTIVE.
Mr 7:27 "anak-anak" Istilah keluarga ini merujuk kepada Israel (lih. Mat 15:24.).
- NASB NRSV, TEV "anjing"
- NKJV, NJB "anjing kecil"
Ini adalah hanya penggunaan satu-satunya dari istilah ini dalam PB. Kekerasannya berkurang oleh fakta bahwa kata ini berbentuk DIMINUTIVE (misalnya, kunarion), "anak anjing" (NJB memiliki "anjing-rumah"). Orang-orang Yahudi menyebut orang kafir "anjing" sebagai kata ejekan. Dialog ini dimaksudkan untuk membantu para murid mengatasi prasangka mereka terhadap bangsa-bangsa lain (lih. Mat 15:23). Yesus mengakui dan secara terbuka menegaskan bahwa iman wanita ini besar (lih. Mat 15:28).
Mr 7:28 "Tuhan" Ini mungkin digunakan dalam arti budaya "Tuan" atau "bapak," seperti dalam Yoh 4:11. Hal yang mengherankan adalah bahwa ini merupakan satu-satunya contoh penggunaan kata kurios terhadap Yesus dalam Injil Markus.
□ "anak-anak" Ini secara harfiah "anak kecil" (paidion). Ada beberapa bentuk diminutive ditemukan dalam konteks ini. Dalam Kata Kiasan dalam Perjanjian Baru, vol. 1, p. 326, AT Robertson mengatakan "anak-anak kecil tersebut secara sengaja menjatuhkan sedikit remah-remah yang kecil untuk anjing." Orang berharap seandainya infleksi suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh Yesus bisa direkam. Saya pikir pertemuan itu jauh lebih positif dari apa yang bisa direkam dengan kata-kata saja.
□ "remah-remah…anak-anak" Roti digunakan orang kaya untuk menyeka tangan setelah makan, seperti serbet.
Mr 7:29 "Karena jawabkata-katamu itu" Yesus terkesan dengan sikap ketekunan dan iman dari ibu ini (lih. Mat 15:28). Yesus beberapa kali menyembuhkan / membebaskan orang berdasarkan iman orang lain (lih. Mr 2:3-12; 9:14-29; Mat 8:5-13.).
□ "pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu" Perempuan ini percaya Yesus bahwa Ia dapat mengusir setan-setan bahkan dari jarak jauh tanpa ritual atau sihir.
Mr 7:29,30 "sudah keluar" Dalam ay. Mr 7:29 ini adalah sebuah PERFECT ACTIVE INDICATIVE dan dalam ay. Mr 7:30 adalah PERFECT ACTIVE PARTICIPLE, yang berfokus pada hasil kekal dari tindakan di masa lalu. Setan itu pergi dan akan menjauhinya.
Mr 7:30 "berbaring di tempat tidur" Ini adalah suatu PERFECT PASSIVE PARTICIPLE yang bisa dipahami dalam dua cara: (1) iblis itu meninggalkannya dengan kekerasan (lih. Mr 1:26; 9:26) dan melemparkan gadis kecil ke tempat tidur atau (2) kondisi kesurupan itu telah menyebabkan anak ini menjadi terbaring di tempat tidur.
Utley: Mrk 7:31-37 - --NASKAH NASB (UPDATED): Mr 7:31-3731 Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah- tengah d...
NASKAH NASB (UPDATED): Mr 7:31-37
31 Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah- tengah daerah Dekapolis. 32 Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. 33 Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. 34 Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!," artinya: Terbukalah! 35 Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata- kata dengan baik. 36 Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. 37 Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."
Mr 7:31 Penjelasan geografis ini tidak biasa. Sidon adalah di utara Tirus di pantai, sedangkan Dekapolis adalah di sebelah selatan dan timur Laut Galilea. Terjemahan NKJV menuliskan "berangkat dari daerah Tirus dan Sidon," tetapi terjemahan ini tidak didukung oleh P45, A, W, dan Peshitta. Kebanyakan kritik kenaskahan mendukung teks yang lebih sulit yang membawa Yesus ke utara dan timur sebelum pergi ke selatan.
□ "Danau Galilea" Batang air yang sama ini disebut (1) Kineret dalam PL, (2) Danau Genesaret dalam Luk 5:1; dan (3) Laut Tiberias selama periode Romawi abad pertama dalam Yoh 6:1; 21:1.
□ "daerah Dekapolis" Ini adalah area di setan Gadara (lih. Mr 5:1-20). Ini juga wilayah kafir di timur dan selatan Danau Galilea. Pelayanan Yesus di daerah ini menunjukkan kasih-Nya bagi bangsa-bangsa lain.
Mr 7:32 "tuli dan gagap" Istilah ini hanya digunakan di sini dalam PB dan dalam Septuaginta dalam Yes 35:6. Ayat Mr 7:37 mungkin berhubungan dengan Yes 35:5-6, yang menggambarkan pelayanan penyembuhan masa depan dari Mesias.
□ "meletakkan tangan-Nya atas orang itu" Lihat Topik Khusus berikut.
Mr 7:33 "memisahkan dia dari orang banyak" Ini adalah untuk menghentikan cerita tentang penyembuhan-Nya dan untuk membuat orang itu merasa lebih nyaman (lih. Mr 8:23).
□ "memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu" Yesus mengkomunikasikan pada pria ini apa yang sedang Ia usahakan untuk melakukan dalam gerakan fisik yang secara budaya bisa diterima (yaitu, jari di telinga dan air liur di lidah).
□ "Ia meludah dan meraba lidah orang itu" Air liur sering digunakan secara medis di dunia Mediterania abad pertama. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan iman orang itu.
Mr 7:34 "sambil menengadah ke langit" Ini adalah postur fisik standar untuk doa Yahudi pada zaman Yesus (yaitu, berdiri, mata terbuka, mengangkat kepala, tangan diangkat).
□ "menarik nafas" Ini merujuk kepada suara artikulatif yang mengekspresikan emosi yang kuat (lih. Rom 4; 8:22-23, 2Kor 5:12.). Apakah itu positif (lih. Mr 7:34; Rom 8:26.) atau negatif (lih. Kis 7:34; Yak 5:9) tergantung pada konteks sastranya. Ini mungkin mengungkapkan kesedihan Yesus atas dosa dan penyakit di dunia yang hancur oleh pemberontakan. Suatu bentuk majemuk dari istilah ini muncul dalam Mr 8:12.
□ "Efata" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE IMPERATIVE Bahasa Aram, yang berarti "terbuka" (dan kedua telinga itu terbuka, lih. ay. Mr 7:35.). Petrus teringat kata-kata tepatnya dalam bahasa Aram yang Yesus katakan dan Markus menterjemahkan kata itu ke bahasa Yunani untuk para pembaca kafir nya (yaitu Romawi). Lihat catatan pada Mr 5:41.
Mr 7:36 "Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga" Alasan untuk ini adalah bahwa Injil belum lengkap. Yesus tidak ingin dikenal sebagai sekedar pembuat mukjizat. Tekanan orang banyak ini sudah menjadi masalah. "Rahasia Mesianik" ini adalah karakteristik dari Markus. Namun demikian, ini mengejutkan karena Yesus bertindak begitu banyak dan mengatakan hal-hal yang begitu mengungkapkan tentang diriNya justru dalam Markus ini. Yesus dengan jelas menyatakan diriNya sebagai Mesias dan memenuhi harapan Yahudi saat ini untuk mereka yang memiliki mata rohani untuk melihat!
Mr 7:37 Penyembuhan orang tuli adalah tanda Mesianik yang jelas (lih. Yes 35:5-6).
□ ""Ia menjadikan segala-galanya baik" Ini adalah sebuah PERFECT ACTIVE INDICATIVE. Suatu pernyataan ringkasan yang luar biasa yang dibuat oleh rakyat Palestina utara!
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Iblis-iblis
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Iblis-iblis
Topik Teologia: Mrk 7:27 - -- Makhluk-makhluk Supranatural
Iblis-iblis
Natur Para Iblis
Relasi Iblis dengan Kristus
Iblis Taat kepada Kristus
Mar 1:23...
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Iblis-iblis
- Natur Para Iblis
- Relasi Iblis dengan Kristus
- Iblis Taat kepada Kristus
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Iblis-iblis
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Iblis-iblis
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Markus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Markus
Tema : Yesus, Sang Putra-Hamba
Tanggal Penulisan: 55-65 M
Latar Belakang
Di antara keempat Injil, Injil Marku...
Penulis : Markus
Tema : Yesus, Sang Putra-Hamba
Tanggal Penulisan: 55-65 M
Latar Belakang
Di antara keempat Injil, Injil Markus merupakan kisah yang paling singkat tentang "permulaan Injil tentang Yesus" (Mr 1:1). Sekalipun nama penulis tidak disebut dalam kitab itu sendiri (berlaku bagi semua Injil), dengan suara bulat gereja yang mula-mula memberi kesaksian bahwa Yohanes Markus adalah penulis Injil ini. Ia dibesarkan di Yerusalem dan termasuk angkatan pertama orang Kristen (Kis 12:12). Markus memiliki kesempatan yang unik karena berhubungan dengan pelayanan tiga orang rasul PB: Paulus (Kis 13:1-13; Kol 4:10; File 1:24), Barnabas (Kis 15:39) dan Petrus (1Pet 5:13). Menurut Papias (sekitar 130 M) dan beberapa bapak gereja abad kedua, Markus memperoleh isi Injilnya dari hubungannya dengan Petrus. Ia menulisnya di Roma untuk orang Romawi yang percaya. Sekalipun saat penulisan Injil ini tidak jelas, sebagian besar sarjana menetapkan tanggalnya sekitar tahun 50-60 M; mungkin Injil ini yang pertama-tama ditulis.
Tujuan
Pada tahun 60-an M, orang percaya diperlakukan secara kejam oleh masyarakat dan banyak di antaranya disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan kaisar Nero. Menurut tradisi, di antara para syahid Kristen di Roma itu terdapat Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Selaku salah seorang pimpinan gereja di Roma, Yohanes Markus digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini sebagai suatu antisipasi yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap masa penganiayaan ini. Tujuannya ialah memperkuat dasar iman dalam orang percaya di Roma, dan jikalau diperlukan, mendorong mereka untuk dengan setia menderita demi Injil, dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan, kematian serta kebangkitan Yesus, Tuhan mereka.
Survai
Dalam suatu kisah yang bergerak dengan cepat, Markus memperkenalkan Yesus sebagai Putra Allah dan Mesias, hamba yang menderita. Titik yang menentukan dalam kitab ini adalah episode di Kaisarea Filipi, yang disusul oleh peristiwa pemuliaan Yesus (Mr 8:27--9:10), ketika identitas dan misi penderitaan Yesus dinyatakan dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya. Bagian pertama kitab Injil ini memusatkan perhatian terutama kepada mukjizat luar biasa yang dilakukan Yesus dan pada kuasa-Nya atas penyakit dan setan-setan sebagai tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Akan tetapi, di Kaisarea Filipi itu Yesus memberitahukan dengan terus terang kepada para murid bahwa Dia harus "menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari" (Mr 8:31). Banyak ayat dalam kitab ini menyebut penderitaan sebagai harga kemuridan (mis. Mr 3:21-22,30; Mr 8:34-38; Mr 10:33-34,45; Mr 13:8,11-13). Namun setelah mereka menderita karena Dia maka Allah akan menyatakan bahwa Ia berkenan kepada mereka, sebagaimana ditunjukkan dalam kebangkitan Yesus.
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai Injil Markus:
- (1) Injil ini penuh kegiatan, yang lebih menekankan apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang diajarkan oleh-Nya (Markus mencantumkan 18 mukjizat Yesus dan hanya empat perumpamaan-Nya);
- (2) Injil ini khususnya untuk orang Romawi, serta menjelaskan adat-istiadat Yahudi, meniadakan semua daftar keturunan Yahudi dan kisah kelahiran, penggunaan istilah Latin dan menerjemahkan kata-kata dalam bahasa Aram;
- (3) Injil ini bernada mendesak, dimulai dengan tiba-tiba dan bergerak dengan cepat dari episode yang satu kepada episode yang lain, dengan menggunakan 42 kali kata keterangan Yunani yang diterjemahkan dengan "seketika itu juga".
- (4) Injil ini ditulis dengan hidup, seraya menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus dengan ringkas dan tepat, dengan gamblang dan dengan keahlian dari seorang pujangga.
Full Life: Markus (Garis Besar) Garis Besar
I. Persiapan untuk Pelayanan Yesus
(Mr 1:1-13)
A. Pelayanan Yohanes Pembaptis
(Mr 1:2-8)...
Garis Besar
- I. Persiapan untuk Pelayanan Yesus
(Mr 1:1-13) - A. Pelayanan Yohanes Pembaptis
(Mr 1:2-8) - B. Pembaptisan Yesus
(Mr 1:9-11) - C. Pencobaan Yesus
(Mr 1:12-13) - II. Pelayanan yang Mula-Mula di Galilea
(Mr 1:14-3:6) - A. Empat Murid yang Pertama
(Mr 1:14-20) - B. Hari Sabat di Kapernaum
(Mr 1:21-34) - C. Perjalanan Pelayanan yang Pertama
(Mr 1:35-45) - D. Pertentangan dengan Orang Farisi
(Mr 2:1-3:6) - III.Pelayanan yang Kemudian di Galilea
(Mr 3:7-7:23) - A. Menyingkir ke Pantai
(Mr 3:7-12) - B. Pengangkatan Dua Belas Murid
(Mr 3:13-19) - C. Sahabat dan Musuh
(Mr 3:20-35) - D. Mengajar dengan Perumpamaan
(Mr 4:1-34) - E. Mengajar Melalui Mukjizat
(Mr 4:35-5:43) - F. Yesus di Nazaret
(Mr 6:1-6) - G. Pengutusan Dua Belas Murid
(Mr 6:7-13) - H. Herodes dan Yohanes Pembaptis
(Mr 6:14-29) - I. Berbagai Mukjizat dan Pengajaran di Sekitar Danau Galilea
(Mr 6:30-56) - J. Pertentangan dengan Tradisi
(Mr 7:1-23) - IV. Pelayanan di Luar Galilea
(Mr 7:24-9:29) - A. Penyembuhan Dua Orang Bukan Yahudi
(Mr 7:24-37) - B. Mukjizat-Mukjizat Lagi
(Mr 8:1-26) - C. Episode Kaisarea Filipi
(Mr 8:27-9:1) - D. Episode Pemuliaan
(Mr 9:2-29) - V. Menuju ke Yerusalem
(Mr 9:30-10:52) - A. Melalui Galilea
(Mr 9:30-50) - B. Pelayanan di Perea
(Mr 10:1-52) - VI. Minggu Penderitaan
(Mr 11:1-15:47) - A. Minggu: Memasuki Yerusalem dengan Jaya
(Mr 11:1-11) - B. Senin:
- 1. Mengutuk Pohon Ara
(Mr 11:12-14) - 2. Menyucikan Bait Allah
(Mr 11:15-19) - C. Selasa:
- 1. Iman dan Ketakutan
(Mr 11:20-33) - 2. Perumpamaan dan Pertentangan
(Mr 12:1-44) - 3. Khotbah di Betania
(Mr 13:1-37) - 4. Pengurapan di Betania
(Mr 14:1-11) - D. Kamis: Perjamuan Akhir
(Mr 14:12-25) - E. Jumat:
- 1. Yesus di Taman Getsemani
(Mr 14:26-52) - 2. Pengadilan Yahudi
(Mr 14:53-72) - 3. Pengadilan Romawi
(Mr 15:1-20) - 4. Penyaliban dan Penguburan
(Mr 15:21-47) - VII.Kebangkitan
(Mr 16:1-20) - A. Penemuan Kebangkitan
(Mr 16:1-8) - B. Penampilan-Penampilan Pasca-Kebangkitan
(Mr 16:9-18) - C. Kenaikan dan Penugasan Para Rasul
(Mr 16:19-20)
Matthew Henry: Markus (Pendahuluan Kitab) Kita telah mendengar bukti yang diberikan oleh saksi pertama mengenai ajaran dan mujizat Yesus Tuhan kita. Sekarang di sini hadir saksi lain lagi yang...
Kita telah mendengar bukti yang diberikan oleh saksi pertama mengenai ajaran dan mujizat Yesus Tuhan kita. Sekarang di sini hadir saksi lain lagi yang perlu kita perhatikan. Makhluk yang kedua berkata, “Mari!” (Why. 6:3, KJV: “Mari dan lihatlah”). Mari kita selidiki sejenak:
- I. Tentang saksi ini. Ia bernama Markus. Markus adalah sebuah nama Romawi, dan sangat umum. Walau demikian, tidak ada alasan lagi yang bisa menyangkal bahwa ia terlahir dari keturunan Yahudi. Namun, sama seperti Saulus, ketika ia pergi ke antara berbagai bangsa dan menggunakan nama Romawi Paulus, begitu pula halnya dengan Markus, yang menurut Grotius mungkin mempunyai nama Yahudi Mardocai. Kita membaca tentang Yohanes yang memiliki nama keluarga Markus, putra saudara perempuan Barnabas, yang kurang begitu disukai Paulus (Kis. 15:37-38). Namun, belakangan Paulus bersikap sangat baik kepadanya, sehingga bukan saja ia memerintahkan gereja-gereja untuk menerimanya (Kol. 4:10), tetapi juga meminta orang menjemputnya untuk menjadi asistennya, disertai pujian yang berbunyi, “Pelayanannya penting bagiku” (2Tim. 4:11). Paulus juga memperhitungkannya sebagai rekan sekerja (Flm. 1:24). Kita membaca tentang Markus yang disapa Paulus sebagai anaknya, karena melalui pelayanannya, Markus telah bertobat (1Ptr. 5:13). Memang tidak jelas apakah kedua Markus ini orang yang sama, dan jika tidak, siapa dari antara keduanya yang menulis Injil ini. Namun, sudah menjadi tradisi yang sangat umum di kalangan penulis pada zaman dahulu, bahwa Markus menulis Injil ini di bawah petunjuk Petrus, dan diperkuat melalui wewenangnya. Demikian halnya seperti yang tertulis dalam Hieron. Catal. Script. Eccles.: Marcus discipulus et interpres Petri, juxta quod Petrum referentem audierat, legatus Roma à fratribus, breve scripsit evangelium – Markus, murid dan penerjemah Petrus, yang diutus dari Roma oleh saudara-saudara seiman, menulis sebuah Injil yang ringkas. Tertullian berkata menurut Marcion (vol. 4, bab 5) demikian: “Marcus quod edidit, Petri affirmetur, cujus interpres Marcus” – Markus, penerjemah Petrus, menyampaikan secara tertulis hal-hal yang telah dikhotbahkan Petrus. Namun kita juga perlu memperhatikan anjuran yang sangat baik dari Dr. Whitby, yaitu, “Mengapa kita harus mencari wewenang Petrus untuk mendukung keabsahan Injil ini? Mengapa kita mencari dukungan seperti yang dikatakan St. Jerome bahwa Petrus menyetujui dan merekomendasikan tulisan Markus ini melalui wewenangnya agar dibaca oleh gereja? Bukankah Markus, walaupun bukan seorang rasul, toh tidak dapat disangkal terhitung juga bersama dengan Lukas di antara ketujuh puluh murid yang senantiasa datang berkumpul dengan para rasul?” (Kis. 1:21) Ia mempunyai jabatan yang sama seperti yang dimiliki para rasul (bdk. Luk. 10:19 dengan Mrk. 16:18). Kemungkinan besar, ia juga menerima Roh Kudus pada saat yang sama dengan mereka (Kis. 1:15; 2:1-4). Oleh sebab itu, bukankah hal ini sama sekali tidak mengecilkan keabsahan atau nilai Injil ini meskipun Markus bukanlah salah seorang dari kedua belas rasul seperti halnya Matius dan Yohanes? St. Jerome berkata bahwa setelah menulis Injil ini, Markus pergi ke Mesir, dan merupakan orang pertama yang mengabarkan Injil di Aleksandria, tempat dia mendirikan gereja dan menjadi teladan besar mengenai hidup dalam kesucian. Constituit ecclesiam tantâ doctrinâ et vitæ continentiâ ut omnes sectatores Christi ad exemplum sui cogeret – Melalui pengajaran dan kehidupannya, ia begitu menghiasi gereja yang didirikannya, sehingga teladannya mempengaruhi semua pengikut Kristus.
- II. Tentang kesaksian ini. Injil Markus,
- . Singkat, jauh lebih singkat daripada Injil Matius, dan tidak begitu terperinci dalam mencatat khotbah-khotbah Kristus dibandingkan catatan Matius. Injil ini terutama menitikberatkan pada mujizat-mujizat-Nya.
- . Kesaksiannya sangat mirip dengan yang kita baca di dalam Injil Matius. Banyak kejadian luar biasa yang dibubuhkan pada kisah-kisah yang diceritakan di sana, namun tidak banyak hal yang baru.
Jerusalem: Markus (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Jerusalem: Markus (Pendahuluan Kitab) Injil Karangan Markus
Rangka Mrk adalah paling tidak sistematik. Pembukaan injil merangkum pewartaan oleh Yohanes Pembaptis, baptisan Yesus dan pencob...
Injil Karangan Markus
Rangka Mrk adalah paling tidak sistematik. Pembukaan injil merangkum pewartaan oleh Yohanes Pembaptis, baptisan Yesus dan pencobaanNya di padang gurun, Mrk 1:1-13; kemudian beberapa petunjuk tentang karya Yesus di Galilea, Mrk 1:14-7:23; menyusullah perjalanan Yesus bersama murid-muridNya ke daerah Tirus dan Sidon, ke Dekapolis, di kawasan Kaisarea Filipi, lalu Yesus kembali ke Galilea, Mrk 7:24 - 9:50. Akhirnya sebuah perjalanan lain melalui daerah Perea dan kota Yerikho menuju Yerusalem hendak menempuh sengsara dan kebangkitan, Mrk 10:1-16:8. Tanpa berkata tentang urutan kejadian-kejadian secara terperinci nampaklah rangka tersebut agak dibuat-buat. Sebab mungkin sekali, sebagaimana dibuktikan injil keempat, bahwa Yesus beberapa kali pergi ke Yerusalem sebelum Paskah-sengsara. Namun demikian garis-garis besar Mrk memperlihatkan suatu perkembangan yang perlu dipertahankan, baik karena nilai historisnya maupun karena makna teologisnya. Mula-mula Yesus disambut baik oleh rakyat yang semangatnya berkobar-kobar; lalu martabatNya sebagai Mesias yang sederhana dan rohani belaka mengecewakan harapan rakyat yang semangatnya menjadi kendor; Lalu Yesus meninggalkan daerah Galilea mencurahkan perhatian untuk mendidik sekelompok kecil murid-murid yang setia; tanpa syarat mereka akhirnya mengakui Yesus sejak pernyataan Petrus di Kaisarea Filipi; ini titik yang memutuskan; semenjak itu segala sesuatunya diarahkan ke Yerusalem; akibat perlawanan yang semakin menjadi maka di Yerusalem; akibat; akibat perlawanan yang semakin menjadi maka di Yerusalem terlaksanalah drama sengsara, yang akhirnya dimahkotai oleh tanggapan Allah yang menang, yakni kebangkitan.
Injil kedua ini terutama menaruh perhatiannya pada Yesus sebagai sebuah paradoks : oleh manusia Ia tidak diterima, bahkan ditolak, meskipun diutus oleh Allah dan oleh karena Allah, akhirnya menang juga. Mrk tidak begitu berminat terhadap pengajaran Yesus, sehingga hanya sedikit perkataan Yesus dimuatnya. Pokok utamanya ialah : pernyataan Mesias yang disalibkan. Dari satu pihak Mrk memperlihatkan Yesus sebagai Anak Alah yang diakui oleh Bapa sendiri, Mrk 1:11; 9:7, oleh setan-setan, Mrk 1:24; 3:11; 5:7, dan bahkan oleh manusia, Mrk 15:39; sebagai Mesias yang menghaki sebuah martabat ilahi, 14:62, dan melebihi malaikat, 13:32; yang menganggap diriNya berkuasa untuk mengampuni dosa, Mrk 2:10, sebagaimana dibuktikanNya dengan membuat mujizat, Mrk 1:31; 4:41 dll, mengusir roh-roh jahat, Mrk 1:27; 3:23; dll. Tetapi di lain pihak mengejek Yesus dan kesal hati terhadapNya, Mrk 5:40; 6:2 dst; permusuhan dari pihak pemimpin-pemimpin Yunani, Mrk 2:1-3:6; dll; bahkan murid-murid tidak sampai memahami Yesus, Mrk 4:13+; perlawanan yang membawa ke penghinaan salib. Justru batu sandungan itulah yang ingin dijelaskan oleh Mrk, tidak hanya dengan memperlawankannya dengan kemenangan terakhir dalam kebangkitan, tetapi juga dengan memperlihatkan bahwa haruslah terjadi demikian, menurut rencana rahasia Allah. Haruslah Kristus menderita untuk menebus manusia, Mrk 10:45; 14:24; demikianlah dinubuatkan oleh Alkitab, Mrk 9:12; 14:21, 49, dan Yesus sendiri juga menandaskan bahwa jalan perendahan dan sengsara harus ditempuh baik oleh Yesus sendiri, Mrk 8:31; 9:31; 10:33 dst, maupun oleh pengikut-pengikutNya, Mrk 8:34 dst; 9:35; 10:15, 24 dst, Mrk 39; 13:9-13. Hanya pengharapan Yahudi akan seorang Mesias pejuang dan pemenang kurang siap untuk menerima keterangan- keterangan semacam mengenai penderitaan dan penyangkalan diri. Itulah sebabnya maka Yesus untuk menghindarkan timbulnya semangat yang kurang tepat menyembunyikan mujizat-mujizatNya, Mrk 5:43; dll, dan diriNya sendiri Mrk 7:24; 9:30. Dari sebutan Mesias, Mrk 8:29 dst. yang terlalu berpautan dengan kemuliaan manusiawi. Yesus mengutamakan sebutan lebih sederhana dan lebih sama-sama, yaitu "Anak Manusia", 2:10, dll; bdk Mat 8:20+. Itulah yang disebutkan sebagai "rahasia Mesias", Mrk 1:34+. Memang benar juga "rahasia" itu dijadikan oleh Mrk sebagai pokok utama injilnya. Tetapi ini bukan buah daya khayalnya sendiri. Sebaliknya Markus telah menyelami kenyataan terdalam dalam jalan hidup Yesus yang penuh sengsara. Dan justru kenyataan itulah yang dibentangkan Mrk di hadapan kita dengan disinari cahaya iman yang secara depinitip diteguhkan oleh kemenangan Paskah.
Ende: Markus (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MARKUS
KATA PENGANTAR
Tentang Pengarang
Jang dari semula terkenal sebagai pengarang "Indjil kedua", ialah Markus,
jang d...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MARKUS
KATA PENGANTAR
Tentang Pengarang
Jang dari semula terkenal sebagai pengarang "Indjil kedua", ialah Markus, jang djuga disebut Joanes. Ia berasal dari Jerusalem dan masih muda sekali ketika Jesus, mengadjar dan bersengsara disitu. Ia agaknja kemudian murid Petrus, sebab Petrus menjebutnja "anakku" dalam suratnja I Petr. 5:19. Rumah ibunja digunakan oleh umat sebagai tempat perkumpulan mereka. Waktu Petrus ditahan dalam pendjara oleh Herodes Kis. Ras. (12:4-19), banjak orang berkumpul dalam rumah itu untuk berdoa. Dan setelah Petrus dibebaskan oleh Malaekat, ia terus pergi "kerumah Maria, ibu Joanes jang djuga dinamakan Markus" Kis. Ras. (12:12). Joanes tentu nama aslinja, dan baru kemudian oleh umat-umat Junani dan Romawi ia dinamakan Markus. Ia kemanakan Barnabas jang telah kita kenal sedikit dari Kis. Ras. 4:36, dan kemudian beberapa kali lagi kita temui sebagai pengadjar Indjil jang ulung. Markus turut serta pada perdjalanan Barnabas dan Saul (Paulus) ke pulau Siprus dan Asia-Ketjil, tetapi di Perge meninggalkan mereka dan pulang ke Jerusalem. Pada perdjalanan Paulus jang kedua, Barnabas ingin Markus ikut serta, tetapi Paulus tidak setudju, karena pengalamannja pada perdjalanan jang pertama. Hal itu mendjadi alasan bahwa Barnabas kembali ke Siprus dan Markus turut serta. Tetapi kira-kira sepuluh tahun berselang Markus ada bersama dengan Paulus kembali, jaitu di Roma waktu tahanan Paulus jang pertama disitu. Dalam suratnja kepada umat Kolose (4:10) ia menjampaikan salam Markus kepada umat itu dan minta mereka menjambut Markus dengan baik. Rupanja ia dikirim oleh Paulus untuk bertugas disitu. Dan ketika Paulus dalam tahanan kedua di Roma, ia minta Timoteus (II Tim. 4:9,11) lekas datang dan membawa serta Markus, sebab bantuannja sangat berharga untuk pekerdjaannja. Lain kabar tentang Markus tidak terdapat dalam karangan-karangan Kitab Kudus.
Dalam tradisi Markus hanja dikenal sebagai pembantu dan djurubahasa Petrus. Menurut buku-buku dari abad kedua dan ketiga, Markus menulis Indjil atas dorongan umat Roma, maka ditulisnja dengan teliti apa jang didengarnja dari Rasul Petrus dalam pengadjarannja kepada umat disitu. Dan memang sebagai djurubahasa Petrus, ia dapat mengetahui dengan teliti, baik isinja, maupun tjoraknja jang chas. Menurut pendapat jang tjukup umum dari Para sardjana, Indjil ini ditulis di Roma sebelum tahun 60.
Berita bahwa Indjil ini ditulis bagi umat Roma, dibenarkan oleh tjiri-tjiri karangan sendiri. Terang sekali bahwa ia ditudjukan kepada orang jang bukan Jahudi. Pengarang mengelakkan utjapan-utjapan dan peristiwa jang hanja penting atau berharga bagi orang-orang Jahudi, atau jang tidak dapat dimengerti oleh orang-orang Jahudi, ataupun dapat menjinggung mereka. Kata-kata bahasa Jahudi diterdjemahkan atau didjelaskannja. Bahasa karangan agak bertjorak Romawi.
Karangan Markus berdasarkan Katechese Petrus
Berita-berita bahwa Markus telah "menulis dengan teliti apa jang didengarnja dari, Petrus" tjotjok dengan sifat-sifat karangan. Tjara pengungkapan agak mirip dengan tjara bitjara Petrus dalam Kis. Rasul-Rasul. Gaja bertjeritera sebagian besar hanja mungkin berasal dari seorang jang menjaksikan segalanja dengan matanja sendiri dan berminat luar biasa, lagipun sendiri mengalami dan menghajatinja sehingga berkesan dalam. Tak mungkin bahwa Markus adalah penjaksi mata, sebab ia bukan murid Jesus. Gaja bertjeritera itu sederhana tetapi hidup, seperti tjotjok dengan kepribadian Petrus jang kita kenal. Suasana seluruhnja bernafaskan kedjiwaan dan semangat Petrus. Kedjudjuran dalam menondjolkan karangan-karangan para Rasul. dan chususnja Petrus sendiri menundjuk pula kepada Petrus sebagai sumbernja. Kalau kita mengingat segala kenjataan itu, tentu tak salah kalau dikatakan, bahwa Indjil Markus sebenarnja Indjil Petrus. Hal ini hanja meninggikan mutu karangan ini lagi.
Karangan sebagai tjiptaan Markus
Sungguhpun Indjil kedua dapat disebut Indjil Petrus, namun karangannja semata-mata karangan Markus. Bentuk seluruhnja, susunan dan bahasa adalah tjiptaan Markus, bukan sekedar terdjemahan dari perkataan Petrus. Apa jang didengarnja dari Petrus berulang-ulang kali, sangat meresap dalam ingatan dan hati-sanubari Markus, sehingga bukan sadja menentukan isi, melainkan djuga sedikit banjak tjorak dan suasana karangan ini.
Karangan Markus lama dipandang sebagai serangkaian tjeritera-tjeritera sadja, jang memang sedap dibatja, tetapi hanja merupakan satu ringkasan dari karangan-karangan Indjil jang lain, tanpa suatu gagasan jang istimewa, dan sebab itu kurang diperhatikan. Hal itu berubah sedjak muntjulnja sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa karangan Markus adalah paling asli. Lukas menggunakannja sebagai sumber utama karangannja, dan karangan Mateus dalam bentuknja jang kita punjai, sangat dipengaruhi olehnja. Dan minat terhadap karangan ini bertambah besar pula, sedjak seorang ahli menemukan suatu gagasan istimewa dalam susunannja. Dalam susunan itu Markus menggambarkan bagaimana Jesus, mulai dengan samar-samar, perlahan-lahan, selangkah demi selangkah, makin lama makin djelas menjatakan diri sebagai Mesias dan serentak dengan itu menundjukkan hakekat Keradjaan Allah jang dimaklumkannja. Kalau kita membatja karangan ini sambil memperhatikan djalan perkembangan itu, kita melihatnja sebagai rentjana Jesus jang sengadja dipilihnja, dan dalam pada itu kita mengerti sebabnja pula. Pokoknja ialah anggapan orang-orang Jahudi tentang Mesias jang didjandjikan dalam Kitab Sutji. Mereka tidak menangkap arti rohani kiasan-kiasan dan perbandingan-perbandingan jang digunakan para nabi untuk menggambarkan keagungan Mesias dan kemuliaan keradjaannja. Akibatnja, mereka membajangkan Mesias sebagai seorang radja turunan David, gemilang dan gagah perkasa, jang pertama-tama memerdekakan umat Israel, kaum terpilih, dari pendjadjahan kaum kafir dan memulihkan keradjaan David jang djaja dan makmur. Memang jang serentak djuga mengamalkan hukum taurat dengan sempurna. Lagipun bahwa Keradjaan Allah baru itu, dengan keradjaan Jahudi sebagai pusatnja akan menguasai segala bangsa.
Seandainja Jesus pada muntjulNja segera memaklumkan bahwa Ia adalah Mesias jang diharapkan kedatanganNja, tentu sadja orang ketjewa, sebab mereka mengenalNja hanja sebagai tukang kaju dari Nasaret. Dan bila kemudian mereka terpesona oleh mukdjizat-mukdjizat gilang-gemilang jang dikerdjakannja, maka mungkin sekali terdjadi apa jang dichawatirkan Jesus sesudah perbanjakan roti (Jo. 6:15), jaitu bahwa orang dengan ramai akan memproklamirkanNja sebagai Mesias-Radja dan membawaNja ke Jerusalem untuk dilantik dengan resmi. Dan kalau itu terdjadi, nasibNja tentu sadja sama dengan beberapa mesias-mesias palsu jang berpolitik dan telah dihukum mati sebagai pemberontak.
Perlu sekali dengan daja pikir dan intuisi mereka sendiri, orang lama- kelamaan insjaf, bahwa Jesus datang dari Allah, mengadjar dan bertindak betul- betul atas nama Allah, dan kuasa Allah sendiri bekerdja didalamnja. Kepertjajaan bahwa Ia betul-betul Mesias dan Putera Allah harus timbul dari pengertian mereka sendiri dan demikian djadi berakar pasti dalam batin mereka. Dan serentak dengan itu harus bertumbuh keinsjafan bahwa Ia sedikitpun tidak bertjita-tjita politik, melainkan kemuliaan KeradjaanNja serba rohani dan surgawi, dan tjita-tjitanja tepat bertentangan dengan tjita-tjita jang serba duniawi.
Susunan karangan
Rentjana Jesus jang tampak dalam susunan karangan dapat dibagi atas dua babak. Titik peralihan dari jang satu kepada jang lain terletak dalam pengakuan Petrus (8:29).
Babak pertama
Dalam babak pertama Jesus terutama bergerak diantara rakjat djelata, sambil diiringi oleh sekelompok murid-muridNja dan para rasul. Ia memaklumkan Keradjaan Allah dan menerangkan sifat-sifat, tuntutan-tuntutan dan tjita-tjitanja, tetapi masih setjara terselubung. la menjatakan kuasa IlahiNja dalam mukdjizat- mukdjizat jang dibuatNja melulu untuk menolong orang dalam kesusahannja. Dan demikian Ia menundjukkan keluhuran hatiNja dan tjinta IlahiNja sebagai pernjataan tjinta Allah. Tetapi dalam pada itu Ia tidak mengingatkan orang kepada nubuat-nubuat para nabi jang ditepati padaNja, pun tidak menamakan Diri dengan suatu gelaran atau sebutan jang terkenal sebagai gelaran Mesias.
Sebab hatinja jang masih murni, maka murid-murid Jesus, chususnja para rasul, tetapi djuga rakjat djelata, tjukup berintuisi untuk makin lama makin mengerti. Mereka mulai meraba-raba; mungkin Ia Joanes Pemandi jang hidup kembali, atau Elias ataupun nabi utama jang ditunggukan sebagai pelopor Mesias (8:28). Mereka sudah mulai berpikir lebih djauh lagi, seperti terkandung dalam tjetusan- tjetusan ketakdjuban dalam 1:27: Apakah itu? Sabda penuh kekuasaan. Roh djahat malahan takluk kepadanja. Bandinglah Mt. 8:27 dan Lk. 4:36, jang agak lebih terang lagi. Tetapi mereka belum sampai mengenalNja dengan agak njata sebagai Mesias atau berani menjebutnja dengan suatu gelaran jang menundjuk kepada Mesias.
Kalangan-kalangan atasan, chususnja para ahli taurat dan parisi tjukup tjerdik untuk mengerti bahwa Ia menjatakan Diri dan bertindak sebagai Mesias, tetapi mereka membungkem suara hatinuraninja, karena kesombongan dan tjita-tjita duniawinja. Mereka tetap tidak mau mengerti, dan memang sukar masuk akal baginja, bahwa mungkin seorang tukangkaju dari rakjat djelata jang tak berminat terhadap tjita-tjita politik umat Allah, dan jang tjita-tjitaNja serba rohani, adalah Mesias, jang diharapkan. Akibatnja mereka makin lama makin lebih menentang dan membentjiNja.
Rasul-rasul jang bekas murid Joanes Pemandi telah mendengar dia menjebut Jesus Anak-domba jang mengambil dosa dari dunia. Dan Andreas berkata kepada saudaranja Simon: kami telah menemukan Mesias. Dan utjapan Pilipus kepada Natanael lebih njata lagi. Batjalah Jo.1:35-51. Meski demikian mereka tentu belum mengerti hakekat utjapan-utjapan itu. Djuga bagi mereka Jesus masih tetap misteri penuh rahasia. Tentu mereka tjukup berintuisi dan menduga-duga, tetapi belum berani mengutjapkan dugaannja. Sampai pada suatu ketika tertentu.
Saat peralihan
Pada suatu hari didaerah Sesarea Pilipi Jesus bertanja kepada para rasul: Orang menjebut Aku siapa? Djawab mereka: Joanes Pemandi, lain orang Elias, jang lain pula salah seorang dari antara para nabi. Lalu Jesus bertanja: Tetapi kamu ini, kamu menjebut Aku siapa? Petrus mendjawab: Engkau Mesias. (Mk. 8:27-29). Berita ini dalam karangan Mt. lebih luas dan tegas. Baiklah batja Mt. 16:13-20. Jesus masih melarang beritahukan itu begitu djelas kepada orang banjak. Dan sedjak itu Jesus menarik Diri dari keramaian orang banjak di Galilea, untuk chususnja mengadjar dan mendidik murid-muridNja, teristimewa para rasul.
Babak jang kedua
Pada tingkatan kepertjajaan murid-murid jang pasti itu, dapatlah Jesus membentuk pengertian jang lebih tinggi dan mendalam tentang hakekat tugasNja sebagai Mesias dan tentang tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita Keradjaan Allah, jang agak sukar masuk akal bagi manusia kodrati. Dan segera Jesus "mulai mengadjar mereka" (8:31) bahwa "Putera manusia" perlu menderita banjak, dan dibuang (sebagai batu sendi) oleh mahkamah agung dan dihukum mati, diserahkan kepada orang-orang kafir untuk dibunuh, dan dalam pada itu Ia akan dihinakan, diludahi, dan didera. Tetapi djuga bahwa Ia akan bangkit pula pada hari jang ketiga. Pernjataan itu diberikan tiga kali. Kali pertama segera sesudah pengakuan Petrus (8:31). Petrus terkedjut dan membantah. Jesus menegur: "Undurlah, hai penggoda, engkau berpikir setjara manusia, bukan setjara Allah. Kedua kalinja sesudah la menampakkan Dirinja dalam kemuliaanNja diatas gunung (9:31). Murid-murid tidak mengerti dan diam sadja. Ketiga kalinja, ketika Ia naik ke Jerusalem, dan Ia berdjalan dimuka. (10:52-34). Mereka terkedjut dan semua orang jang mengikuti pada takut.
Dan berselang-selang dengan pernjataan itu Jesus menjatakan tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita Keradjaan Allah, jang sukar masuk akal bagi manusia jang berketjenderungan djasmani dan duniawi. Siapa jang hendak masuk keradjaan Allah harus mendjual harta-bendanja dan mengikut Jesus dalam kemiskinan. Hampir tak mungkin orang-orang kaja masuk. Siapa ingin mendjadi besar didalam Keradjaan Allah harus merendahkan diri dan melajani semua orang sebagai hambanja. Siapa ingin duduk dekat pada Jesus dalam Keradjaan itu, harus sanggup minum piala sengsara jang diminum Jesus, dan dipermandikan dengan permandian seperti jang diterima Jesus, jaitu ditenggelamkan dalam sengsara. Jang hendak mengikut Jesus kedalam kemuliaanNja harus menjangkal diri, memikul salibnja tiap-tiap hari, malah bersedia menjerahkan njawanja demi Jesus dan Indjil, untuk menjelamatkan njawanja, jaitu untuk memperoleh hidup abadi. Nasib pengikut Jesus tak lain dari nasib Jesus sendiri (13:9).
Sedjak pengakuan Petrus, Jesus menamakan diri "Putera manusia", suatu gelaran bagi Mesias jang terdapat dalam nubuat Daniel (Dan. 7:15-14). Ia membiarkan orang memanggiINja "Jesus Putera David" (10:47) gelaran mana lazim bagi Mesias. la membiarkan pula orang mengelu-elukannja ke Jerusalem sebagai "Putera David jang datang atas nama Allah". la menundjukkan kewibawaanNja sebagai Mesias atas rumah Allah, (menurut Jo. 2:16 sebagai Putera Allah atas rumah BapaNja), dengan mengusir para pendjual dari kenisah. Kewibawaan jang sama ditundjukkanNja kepada para penentang dengan mempersalahkan salah paham dan salah sikap mereka. Mereka mengerti amat baik, bahwa dengan segalanja itu Ia menjatakan Diri sebagai Mesias dan Putera Allah. Banjak orang pertjaja dan semakin mereka memuliakan Jesus semakin naiklah irihati dan kebentjian para atasan. Achirnja, didepan mahkamah agung, atas pertanjaan imam agung sebagai hakim jang resmi, apakah Ia "Mesias, Putera Allah", dengan terus terang Jesus membenarkannja dan ditambahNja lagi, bahwa mereka akan melihatNja duduk disebelah kanan Allah jang Mahakuasa dan bahwa Ia akan datang kembali diatas awan-awan langit. Dan sebab Ia memberi djawab jang benar atas pertanjaan jang resmi itu Ia dihukum mati. Riwajat sengsara dan kebangkitan Jesus dalam Markus ringkas sekali. Ketenangan bahasanja agak menggambarkan ketenangan dan penjerahan para murid djuga. Dari segala pernjataan Jesus dan dari sikapNja terhadap para penentangNja, mereka sudah mengerti bahwa la menempuh djalan sengsaraNja dengan penuh kebebasan kehendakNja dan rela hati, pun dalam kesadaran akan kemenanganNja kelak, Pernjataan Jesus, bahwa Putera manusia datang untuk menjerahkan njawaNja untuk penebusan banjak orang (10:45) dan bahwa darahNja akan ditumpahkan bagi banjak orang (14:24), lagi pula bahwa la akan bangkit pada hari ketiga, tentu sadja berkesan pada mereka djuga, biarpun kabur-kabur sadja, sebab memang sukar untuk bertahan. Biarpun mereka melarikan diri sebab terkedjut, tetapi tentu untuk sementara sadja. Petrus dan Joanes menjusul sampai diistana imam agung, Joanes sampai dikaki salib. Jang lain barangkali ada diantara mereka jang berdiri memandang dari djauh (15:40). Itu tentu terkandung dalam Lk. 23:40: "Segala kenalanNja, diantaraNja wanita-wanita jang mengikutiNja dari Galilea, berdiri memandang dari djauh". Dan sesudah wafatnja Jesus, Rasul-Rasul dan murid-murid jang lain tinggal terus bersama-sama di Jerusalem, tentu sebab dalam lubuk hati mereka hidup pengharapan akan kebangkitan Jesus djuga, meskipun tidak tahu bagaimana membajangkannja. Baru sesudah kebangkitan Jesus segala-galanja mendjadi njata bagi mereka.
BIS: Markus (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MARKUS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Markus dimulai dengan pernyataan: "Inilah Kabar Baik
tentang Yesus Kristus, A
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MARKUS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Markus dimulai dengan pernyataan: "Inilah Kabar Baik tentang Yesus Kristus, Anak Allah". Dalam Kabar Baik itu Yesus ditampilkan sebagai seorang yang banyak bertindak dan yang berwibawa. Kewibawaan-Nya nyata dalam cara Ia mengajar, dalam kuasa-Nya terhadap roh-roh jahat, dan dalam mengampuni dosa. Yesus menampilkan diri-Nya sebagai Anak Manusia yang memberikan nyawa-Nya supaya manusia dibebaskan dari dosa.
Cerita tentang Yesus dalam buku ini disampaikan secara hidup dan terus terang. Perbuatan-perbuatan-Nya lebih banyak ditekankan daripada perkataan dan ajaran-Nya. Setelah kata-kata pendahuluan yang singkat mengenai Yohanes Pembaptis dan mengenai baptisan Yesus serta cobaan terhadap diri-Nya, buku Markus ini langsung menceritakan pelayanan Yesus, khususnya tentang penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan-Nya dan tentang pengajaran-Nya. Pasal-pasal terakhir memuat cerita tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada minggu terakhir dalam hidup Tuhan Yesus di dunia ini, terutama tentang penyaliban diri-Nya dan kebangkitan-Nya dari kematian.
Kedua bagian akhir dari buku Markus, yang dimasukkan dalam tanda kurung besar, umumnya dianggap bukan tulisan penulis buku Markus, melainkan seorang yang lain.
Isi
- Pendahuluan
Mr 1:1-13 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat di Galilea
Mr 1:14-9:50 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mr 10:1-52 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mr 11:1-15:47 - Kebangkitan Yesus
Mr 16:1-8 - Penampakan dan terangkatnya Yesus ke surga
Mr 16:9-20
Ajaran: Markus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi kitab Injil Markus orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi kitab Injil Markus orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Markus.
Tahun : Sekitar tahun 50 Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen dari bangsa bukan Yahudi. (Dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Injil Markus terdiri dari 16 pasal. Injil Markus menunjukkan bagaimana Yesus Kristus, sebagai hamba yang setia, sibuk dengan pelayanan-Nya. Dalam Injil ini Tuhan Yesus dilukiskan sebagai hamba yang setia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Markus
Pasal 1-10 (Mr 1:1-10:52).
Hamba yang setia ini melaksanakan tugas pelayanannya
- Bacalah pasal Mr 1:35. Nats ini menceritakan bagaimana Hamba itu memulai pelayanan/tugas-Ny dengan berdoa. Hal ini juga mengajarkan agar setiap orang percay selalu memulai tugas dan pekerjaannya dengan memohon pimpinan Tuha atau berdoa. _Tanyakan_: Apakah saudara sering berdoa/sudahkah anda berdoa?
- Bacalah pasal Mr 10:45. Nats ini menyatakan bahwa Hamba itu datang bukanlah untuk dilayani tetapi untuk melayani dengan menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusa dosa manusia. Hal ini mengajarkan kepada setiap orang Kristen untu memberikan pelayanan kepada Allah, yaitu dengan memberitakan Injil da melayani di dalam gereja.
Pasal 11-15 (Mr 11:1-15:47).
Hamba yang setia memberikan dirinya mengalami penderitaan dan kematian dalam melaksanakan tugasnya
Nats ini menjelaskan bagaimana Hamba itu melayani dengan penuh kesetiaan, walaupun harus mengalami penderitaan bahkan sampai kematian.
Pendalaman
- Bacalah pasal Mr 14:32-41. (Khususnya ayat 36). Ayat ini menceritakan bagaimana Hamba yang setia itu berdoa dan memohonkan keinginan-Nya, tetapi akhirnya Ia mengatakan agar kehendak yang mengutus-Nya saja yang jadi. Ini mengajarkan kepada setiap orang yang percaya, agar dalam doanya selalu meminta kehendak Allah saja yang jadi. _Tanyakan_: Bagaimanakah doa saudara kepada Allah?
- Tuhan Yesus setia melayani kehendak Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib dan bangkit dari kematian. Teladan apakah yang harus ada pada kita sebagai murid-murid-Nya?
Pasal 16 (Mr 16:1-20). Hamba yang setia dipermuliakan Nats ini menceritakan tentang Hamba yang setia itu memperoleh kemuliaan melalui kebangkitan-Nya dari kematian.
Pendalaman
Bacalah pasal Mr 16:1-19. Nats ini menjelaskan tentang Hamba yang setia itu membuktikan kebangkitan-Nya. Ini mengajarkan kepada orang percaya bahwa Yesus Kristus benar-benar bangkit dari kematian-Nya.
_Tanyakan_: Kepada siapakah Tuhan Yesus menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Markus dibuktikan bahwa Yesus Kristus adalah Hamba Allah yang memberikan diri-Nya sebagai korban atas dosa-dosa manusia.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Markus?
- Apakah pokok pengajaran Injil Markus?
- Untuk apakah Yesus Kristus datang ke dunia ini?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima dar mempelajari Injil Markus?
Intisari: Markus (Pendahuluan Kitab) Buku pegangan guru Kristen
SIAPAKAH YOHANES MARKUS?1. Dia adalah kemenakan Barnabas (Kol 4:10).2. Dia tinggal di Yerusalem bersama ibunya, Maria (Kis
Buku pegangan guru Kristen
SIAPAKAH YOHANES MARKUS?
1. Dia adalah kemenakan Barnabas (Kol 4:10).
2. Dia tinggal di Yerusalem bersama ibunya, Maria (Kis 12:12). Jemaat berkumpul di rumahnya.
3. Dia pergi bersama Paulus dan kemenakannya pada perjalanan misi yang pertama (Kis 13:5).
4. Markus meninggalkan teman-temannya setelah beberapa waktu berada di Siprus (tanah kelahiran Barnabas, Kis 4:36), mungkin karena ia tidak setuju atas tindakan Paulus yang mengambil alih pimpinan.
5. Dia kembali ke Yerusalem (Kis 13:13).
6. Di Yerusalem ia memperoleh banyak kesempatan untuk berbicara dengan Petrus.
7. Kemungkinan besar Petruslah yang membuat Markus percaya kepada Yesus; Petrus menyebutnya 'Markus anakku', dalam 1Petrus 5:13.
8. Secara umum diakui bahwa Markus menulis kabar baik tentang Yesus sesuai dengan apa yang didengarnya dari Petrus.
9. Ada yang berpendapat bahwa Markus adalah anak muda yang disebut-sebut dalam Markus 14:51, 52, tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.
WAKTU PENULISAN.
Injil Markus mungkin merupakan Injil yang paling awal ditulis, yaitu antara tahun 65 dan 70 M, sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan. Tampaknya baik Matius maupun Lukas telah memakai Injil Markus untuk penulisan Injil mereka.
MISTERI INJIL MARKUS.
Markus memperlihatkan pada kita Yesus yang mempunyai rahasia. Dalam Injil Markus kita mendapatkan Yesus tanpa publisitas...
1. Roh jahat diperintahkan-Nya untuk diam (Mar 1:25, 34; 3:12).
2. Mereka yang sudah disembuhkan oleh Yesus dilarang menceritakan pengalaman mereka (Mar 1:44; 5:43; 7:36).
3. Pengikut Yesus sendiri diperintahkan untuk tidak menceritakan ke pada orang lain bahwa Ia adalah Mesias (Mar 8:30).
4. Dan Yesus memberitahukan para pengikut-Nya secara pribadi tentang 'rahasia Kerajaan Allah' (Mar 4:10-12).
Lalu, bagaimana kita menafsirkan maksud rahasia ini? Masalah yang dihadapi Yesus ialah bahwa orang Yahudi mempunyai pemahaman yang salah mengenai Mesias. Karena Yesus menentang pemahaman mereka yang salah, maka kita:
1. Tidak menerima pemahaman tersebut, karena pendapat umum tentang Mesias bersifat politis dan manusiawi, bukannya spiritual dan Ilahi.
2. Tidak menolak, karena Yesus benar-benar adalah Mesias; banyak mukjizat dilakukan-Nya (paling tidak ada 17 mukjizat yang dicatat oleh Markus) merupakan bukti kebenaran ini.
3. Tetapi, merumuskan kembali pemahaman tersebut, karena Yesus harus menunjukkan kepada mereka bahwa Ia adalah Mesias yang melayani, menyelamatkan dan menderita, yang sepenuhnya manusia tetapi juga sepenuhnya Allah.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Ini adalah Injil terpendek, padat dan ringkas. Markus mengetengahkan hal-hal penting yang dapat dipakai sebagai bahan acuan langsung. Kata 'segera' ditulis lebih dari empat puluh kali dan rupanya untuk memacu kita dari satu kisah menarik ke kisah menarik berikutnya.
Pesan
1. Yesus: Anak Allah. Markus mulai dengan kata-kata: 'Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.' Mar 1:1
2. Yesus: Anak Manusia. o Markus juga menunjukkan kepada kita kemanusiaan Yesus: o Ia berdukacita. Mar 3:5 o Ia berbelas kasihan terhadap orang banyak. Mar 6:34 o Ia takut dan gentar. Mar 14:33 o Markus memakai sebutan 'Anak Manusia' empat belas kali; sebutan yang paling disukainya untuk Yesus.
3. Kata-kata yang benar-benar diucapkan Yesus. Markus mencatat bagi kita apa yang diingat
Petrus tentang beberapa kata dari bahasa Aram yang dikatakan Yesus:
o 'Talita kum!', Hai anak, bangunlah!' Mar 5:41 o 'Efata!', 'Terbukalah!' Mar 7:34 o 'Eloi, Eloi, lama sabakhtani?', 'Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?' Mar 15:34
4. Kebaikan Yesus. Markus mencatat apa yang diingat oleh Petrus mengenai kebaikan Yesus yang istimewa kepadanya dan kesadaran Petrus bahwa ia tidak layak menerima semua itu. Petrus membuat Markus tidak menulis ucapan Yesus tentang Petrus sebagai batu karang, karena Petrus ingat saat ia tidak bersikap dianggap sebagai batu karang. (Lihat Mat 16:18, 19).
Penerapan
Markus menunjukkan kepada kita:1. Pentingnya ajaran yang benar.
o Ajaran itu tidak dapat datang dari roh-roh jahat, bahkan mereka harus takluk
kepada kuasa-Nya.
o Ajaran itu tidak dapat datang dari mereka yang telah disembuhkan, walaupun
mereka sungguh bersyukur.
o Ajaran itu tidak dapat datang dari para rasul, sampai mereka sungguh-sungguh
diperlengkapi.
Ajaran Kristen bukan suatu pengetahuan, tetapi kebijaksanaan Ilahi.
2. Mukjizat merupakan hal yang biasa bagi Allah.
o Markus tidak pernah merasa aneh terhadap mukjizat dan tidak pernah mencoba untuk meremehkannya.
o Mukjizat Yesus menunjuk pada sifat-Nya. Singkirkan mukjizat, maka Anda akan meragukan ketuhanan-Nya.
o Mukjizat selalu dan akan selalu mengagumkan. Berkali-kali Markus mengakhiri suatu kisah tentang mukjizat dengan pengamatannya tentang orang banyak yang menjadi'kagum', 'dipenuhi dengan rasa takjub'.
o Perhatikanlah dengan saksama sejumlah mukjizat dalam pasal 5 yang menunjukkan kuasa Yesus atas
- roh-roh jahat (1-20)
- penyakit (24-34)
- kematian (35-43)
3. Tantangan sering datang dari orang yang taat beragama.
o Para ahli Taurat Mar 2:6
o Orang-orang Farisi Mar 2:24
o Orang-orang Herodian Mar 3:6
o Para imam kepala Mar 11:18
o Orang-orang Saduki Mar 12:18
Tema-tema Kunci
1. Mukjizat Yesus. Buatlah daftar mukjizat yang dicatat dalam Injil Markus. Bandingkanlah daftar ini dengan jumlah perumpamaan yang ditulis dalam Injil Markus. Mengapa Markus sangat menekankan mukjizat Yesus? Mengapa Yesus melakukan Mukjizat? Coba temukan paling sedikit tiga alasan yang jelas.
2. Tanggapan orang banyak. Carilah ayat-ayat yang merupakan komentar Markus tentang kekaguman orang banyak ketika mereka menyaksikan mukjizat Yesus (misalnya Mar 1:27; 2:12; 4:41; 5:15; 6:50 dan seterusnya). Tulislah berbagai reaksi orang banyak dan jelaskan mengapa mereka memberikan reaksi yang berbeda-beda.
3. Sebutan istimewa bagi Yesus. Telitilah dalam Injil Markus dan catatlah sebutan-sebutan istimewa bagi Yesus yang dicatat oleh Markus. Berapa kali ia menggunakan sebutan Anak, Anak-Ku, Anak Allah, Anak Manusia? Siapa yang menggunakan sebutan Anak Manusia? Mengapa? (Pelajarilah Dan. Mar 7:13-28 dengan saksama).
4. Kuasa Yesus. Pelajarilah dengan saksama semua pasal yang menunjuk pada kuasa Yesus: Mar 1;22; 1:27; 2:10; 3:15; 6:7;11:27-33 dan Mar 13:34. Perhatikan secara khusus acuan terakhir ini: 'Sama seperti seorang yang bepergian: Ia meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya'. Ungkapan terakhir ini berarti 'memberikan kuasa kepada hamba-hambanya'.
Garis Besar Intisari: Markus (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Mar 1:1-13
Mar 1:1-11 Yohanes dan Sungai Yordan; Yesus dan Roh Kudus
Mar 1:12-13Pencobaan selama empat puluh hari
[2]
[1] PENDAHULUAN Mar 1:1-13
Mar 1:1-1 | 1 Yohanes dan Sungai Yordan; Yesus dan Roh Kudus |
Mar 1:12-13 | Pencobaan selama empat puluh hari |
[2] PULANG DAN PERGI KE GALILEA Mar 1:14-7:23
Mar 1:14-20 | Pengikut-pengikut Yesus yang pertama |
Mar 1:21-45 | Mukjizat-mukjizat kesembuhan |
Mar 2:1-3:6 | Lima peristiwa pertentangan |
Mar 3:7-35 | Guru dan murid-murid-Nya |
Mar 4:1-34 | Selalu dengan perumpamaan |
Mar 4:35-41 | Siapa gerangan orang ini? |
Mar 5:1-43 | Roh-roh jahat, penyakit dan kematian |
Mar 6:1-6 | Akibat ketidakpercayaan |
Mar 6:7-13 | Kuasa yang menyertai ketaatan |
Mar 6:14-29 | Herodes membunuh Yohanes Pembaptis |
Mar 6:30-44 | Lima roti, dua ikan, lima ribu orang |
Mar 6:45-56 | Berjalan di atas air: mukjizat yang mendahului banyak mukjizat lain |
Mar 7:1-23 | Yang di luar dan yang di dalam |
[3] YESUS DI DAERAH UTARA Mar 7:24-9:50
Mar 7:24-30 | Ke pantai: Tirus dan Sidon |
Mar 7:31-37 | Kesepuluh Kota |
Mar 8:1-13 | Tujuh roti, beberapa ikan dan empat ribu orang |
Mar 8:14-21 | Murid-murid yang bebal |
Mar 8:22-26 | Di Betsaida lagi |
Mar 8:27-9:1 | Lebih ke utara: Kaisarea Filipi |
Mar 9:2-13 | "Kami melihat kemuliaan-Nya": pemuliaan |
Mar 9:14-29 | Tanpa doa berarti tanpa kuasa |
Mar 9:30-50 | Yang besar dan yang kecil |
[4] PERJALANAN KE SELATAN Mar 10:1-13:37
Mar 10:1-16 | Pernikahan, perceraian, anak-anak |
Mar 10:17-31 | Bahaya kemakmuran |
Mar 10:32-45 | Apa artinya menjadi seperti Yesus |
Mar 10:46-52 | Bartimeus Buta di Yerikho |
Mar 11:1-19 | Yesus di Yerusalem: Bait Allah dipersiapkan untuk upacara kurban |
Mar 11:20-26 | Kutuk terhadap pohon yang tidak berbuah |
Mar 11:27-12:44 | Permusuhan: Imam-imam kepala, Ahli Taurat, Tua-tua, orang Farisi, orang Herodian, orang Saduki |
Mar 13:1-37 | Nubuat: sekilas tentang tujuan akhir |
[5] PUSAT SEJARAH Mar 14:1-16:8
Mar 14:1-11 | Di Betania: Domba kurban diurapi |
Mar 14:12-25 | Perjamuan Tuhan |
Mar 14:26-42 | Taman Getsemani: sekilas tentang penderitaan |
Mar 14:43-15:15 | Ditangkap dan diadili |
Mar 15:16-47 | 'Disalibkan, mati dan dikuburkan' |
Mar 16:1-8 | 'Bangkit kembali dari antara orang mati' |
[6] PENUTUP 16:9-20
Mar 16:9-20 | Misi ke seluruh dunia diamanatkan dan dimulai |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi