Teks -- Efesus 6:1-11 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Ef 6:1 - ANAK-ANAK,TAATILAH.
Nas : Ef 6:1
Biasanya, anak-anak orang percaya tetap berada di bawah bimbingan
orang-tua hingga mereka menjadi bagian dari kesatuan keluarga yang l...
Nas : Ef 6:1
Biasanya, anak-anak orang percaya tetap berada di bawah bimbingan orang-tua hingga mereka menjadi bagian dari kesatuan keluarga yang lain melalui pernikahan.
- 1) Anak-anak kecil harus diajar untuk menaati dan menghormati orang-tua
mereka dengan dididik dan dilatih dalam Tuhan
(lihat cat. --> Ams 13:24;
lihat cat. --> Ams 22:6;
lihat cat. --> Ef 6:4 berikut).
- 2) Anak-anak yang sudah lebih besar, sekalipun sudah menikah, harus menunjukkan sikap hormat terhadap nasihat orang-tua (ayat Ef 6:2) dan menghormati mereka dalam usia lanjut melalui perawatan dan bantuan keuangan apabila perlu (Mat 15:1-6).
- 3) Anak-anak yang menghormati orang-tuanya akan diberkati oleh Allah, di dunia ini dan di dalam kekekalan (ayat Ef 6:3).
Full Life: Ef 6:4 - BAPA-BAPA ... ANAK-ANAKMU.
Nas : Ef 6:4
Untuk suatu pembahasan yang terinci mengenai peranan orang-tua dalam
membina anak-anaknya
lihat art. ORANG-TUA DAN ANAK-ANA...
Nas : Ef 6:4
Untuk suatu pembahasan yang terinci mengenai peranan orang-tua dalam membina anak-anaknya
lihat art. ORANG-TUA DAN ANAK-ANAK.
Full Life: Ef 6:11 - MELAWAN TIPU MUSLIHAT IBLIS.
Nas : Ef 6:11
Orang Kristen terlibat di dalam suatu peperangan rohani melawan
kejahatan. Peperangan rohani ini digambarkan sebagai peperangan iman
...
Nas : Ef 6:11
Orang Kristen terlibat di dalam suatu peperangan rohani melawan kejahatan. Peperangan rohani ini digambarkan sebagai peperangan iman (2Kor 10:4; 1Tim 1:18-19; 6:12) yang berlangsung hingga mereka memasuki hidup kekal (2Tim 4:7-8;
lihat cat. --> Gal 5:17).
[atau ref. Gal 5:17]
- 1) Kemenangan orang percaya telah diperoleh oleh Kristus sendiri melalui kematian-Nya di salib. Yesus telah melancarkan serangan yang berhasil terhadap Iblis, melucuti kuasa dan penguasa kejahatan (Kol 2:15; bd. Mat 12:29; Luk 10:18; Yoh 12:31), membawa tawanan-tawanan (Ef 4:8), dan menebus orang percaya dari kuasa Iblis (Ef 1:7; Kis 26:18; Rom 3:24; Kol 1:13-14).
- 2) Saat ini orang Kristen terlibat dalam peperangan rohani yang dilaksanakan dengan kuasa Roh Kudus (Rom 8:13):
- (a) terhadap keinginan berdosa di dalam diri mereka sendiri
(1Pet 2:11;
lihat cat. --> Gal 5:17),
[atau ref. Gal 5:17]
- (b) terhadap kesenangan duniawi yang tidak senonoh dan berbagai pencobaan (Mat 13:22; Gal 1:4; Yak 1:14-15; 1Yoh 2:16), dan
- (c) terhadap Iblis dan pasukannya
(lihat cat. --> Ef 6:12 berikut).
[atau ref. Ef 6:12]
Orang percaya diminta untuk memisahkan diri dari sistem dunia sekarang ini(lihat art. PEMISAHAN ROHANI ORANG PERCAYA),
membenci kejahatannya (Ibr 1:9;lihat art. HUBUNGAN ORANG KRISTEN DENGAN DUNIA),
mengatasi dan mati terhadap pencobaan dari dunia (Gal 6:14; 1Yoh 5:4), dan terang-terangan mengutuk dosa-dosanya (Yoh 7:7). - 3) Tentara Kristus harus memerangi semua kejahatan, bukan dengan kuasa mereka sendiri (2Kor 10:3), tetapi dengan senjata-senjata rohani (ayat Ef 6:10-18; bd. 2Kor 10:4-5).
- 4) Dalam peperangan iman tersebut, orang Kristen diminta untuk bertahan menghadapi kesulitan sebagai tentara Kristus yang tangguh (2Tim 2:3), menderita bagi Injil (Mat 5:10-12; Rom 8:17; 2Kor 11:23; 2Tim 1:8), bertanding dalam pertandingan iman yang benar (1Tim 6:12; 2Tim 4:7), berjuang (2Kor 10:3), bertahan (ayat Ef 6:18), mengalahkan (Rom 8:37), menjadi pemenang (1Kor 15:57), berhasil mengalahkan (2Kor 2:14), mempertahankan Injil (Fili 1:16), membela iman (Fili 1:27; Yud 1:3), tidak takut menghadapi lawan (Fili 1:28), memakai perlengkapan senjata Allah (ayat Ef 6:13), menghancurkan benteng pertahanan Iblis (2Kor 10:4), menawan setiap pemikiran (2Kor 10:5) dan menjadi kuat dalam pertempuran (Ibr 11:34).
BIS -> Ef 6:1
BIS: Ef 6:1 - Sebagai pengikut Kristus Dalam beberapa naskah kuno tidak ada: Sebagai pengikut Kristus.
Dalam beberapa naskah kuno tidak ada: Sebagai pengikut Kristus.
Sejumlah naskah tidak memuat kata-kata ini.
Jerusalem: Ef 6:11 - -- Perjanjian Lama menggambarkan Allah yang mengenakan perlengkapan senjata untuk menghadapi musuhNya, bdk Yes 11:4-5; 59:16-18; Wis 5:17-23. Menurut pan...
Perjanjian Lama menggambarkan Allah yang mengenakan perlengkapan senjata untuk menghadapi musuhNya, bdk Yes 11:4-5; 59:16-18; Wis 5:17-23. Menurut pandangan Paulus orang Kristen mempunyai juga senjata-senjata ilahi itu, bdk 1Te 5:8.
Ende: Ef 6:1 - Dalam Tuhan sebagai anggota tubuh Kristus, karena Kristus, dan menurut
tjita-tjitaNja.
sebagai anggota tubuh Kristus, karena Kristus, dan menurut tjita-tjitaNja.
Ende: Ef 6:4 - Menggusarkan jaitu mendjengkelkan hati mereka dengan hardikan pedih dan
tindakan-tindakan kasar, hal mana mudah berakibat mereka kehilangan
kepertjajaan kepada ora...
jaitu mendjengkelkan hati mereka dengan hardikan pedih dan tindakan-tindakan kasar, hal mana mudah berakibat mereka kehilangan kepertjajaan kepada orang-tua dan mereka memberontak.
Ende: Ef 6:4 - Menurut tatatertib dan petundjuk-petundjuk Tuhan jaitu menurut adjaran dan
tjita-tjita Kristus jang tertjantum dalam Indjil.
jaitu menurut adjaran dan tjita-tjita Kristus jang tertjantum dalam Indjil.
Ende: Ef 6:11 - Persendjataan Allah Dalam Yes 11:5 dan Yes 59:16-18, lagi
Wis 5:17-23 Allah sendiri digambarkan sebagai bersendjata lengkap,
kalau Ia turut memerangi musuh-musuh kaum ter...
Dalam Yes 11:5 dan Yes 59:16-18, lagi Wis 5:17-23 Allah sendiri digambarkan sebagai bersendjata lengkap, kalau Ia turut memerangi musuh-musuh kaum terpilih. Kiasan itu dengan ungkapannja diambil Paulus untuk menundjukkan alat sendjata mana jang harus dipakai umat dalam perdjuangan rohani. Lagi pula agaknja ia hendak mengesankan, bahwa persendjataan itu adalah persendjataan Allah sendiri dan sebab itu tjukup mendjamin kemenangan.
Ref. Silang FULL: Ef 6:4 - hati anak-anakmu // nasihat Tuhan · hati anak-anakmu: Kol 3:21
· nasihat Tuhan: Kej 18:19; Ul 6:7; Ams 13:24; 22:6
· hati anak-anakmu: Kol 3:21
· nasihat Tuhan: Kej 18:19; Ul 6:7; Ams 13:24; 22:6
Ref. Silang FULL: Ef 6:5 - dengan takut // tulus hati // kepada Kristus · dengan takut: 1Tim 6:1; Tit 2:9; 1Pet 2:18
· tulus hati: Kol 3:22
· kepada Kristus: Ef 5:22
Ref. Silang FULL: Ef 6:9 - Tuhan kamu // memandang muka · Tuhan kamu: Ayub 31:13,14
· memandang muka: Kis 10:34; Kis 10:34
· Tuhan kamu: Ayub 31:13,14
Ref. Silang FULL: Ef 6:10 - dalam Tuhan // kekuatan kuasa-Nya · dalam Tuhan: 2Sam 10:12; Mazm 27:14; Hag 2:5; 1Kor 16:13; 2Tim 2:1
· kekuatan kuasa-Nya: Ef 1:19
· dalam Tuhan: 2Sam 10:12; Mazm 27:14; Hag 2:5; 1Kor 16:13; 2Tim 2:1
· kekuatan kuasa-Nya: Ef 1:19
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ef 6:1-9; Ef 6:10-18
Matthew Henry: Ef 6:1-9 - Kewajiban Anak-anak kepada Orangtua; Kewajiban Hamba-hamba kepada Tuan-tuan
Dalam pasal ini,
I. Rasul Paulus melanjutkan nasihatnya tentang kewajiban-kewajiban dalam hal hubungan antarsesama, yang dia telah mulai b...
- Dalam pasal ini,
- I. Rasul Paulus melanjutkan nasihatnya tentang kewajiban-kewajiban dalam hal hubungan antarsesama, yang dia telah mulai bahas di pasal sebelumnya. Secara khusus dia menekankan tentang kewajiban anak-anak dan orangtua, dan kewajiban hamba-hamba dan tuan-tuan (ay. 1-9).
- II. Dia menasihati dan memberi arahan kepada orang-orang Kristen bagaimana bersikap sepatutnya dalam peperangan rohani melawan musuh-musuh jiwa mereka, dan bagaimana menggunakan beberapa anugerah kristiani, yang dia sampaikan kepada mereka sebagai perlengkapan senjata rohani yang sangat banyak, untuk melindungi dan membela mereka dalam pertempuran tersebut (ay. 10-18).
- III. Kita mendapati di sini kesimpulan surat ini, di mana dia berpamitan kepada mereka, sambil meminta supaya didoakan oleh orang-orang percaya di Efesus, dan dia sendiri juga berdoa untuk mereka (ay. 19-24).
Kewajiban Anak-anak kepada Orangtua; Kewajiban Hamba-hamba kepada Tuan-tuan (6:1-9)
- Di sini terdapat petunjuk lebih lanjut mengenai kewajiban-kewajiban antarsesama, yang sangat diperinci oleh Rasul Paulus.
- I. Kewajiban anak-anak kepada orangtua mereka. Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu! Kewajiban besar anak-anak adalah menaati orangtua mereka (ay. 1). Karena orang tua adalah alat bagi keberadaan mereka, Allah dan alam telah memberi mereka wewenang untuk memerintah, dengan ketundukan kepada Allah. Dan, jika anak-anak mau taat kepada orang tua mereka yang saleh, mereka akan menjadi saleh juga seperti orang tua mereka. Ketaatan yang Allah tuntut dari anak-anak mereka, untuk kepentingan mereka, mencakup rasa hormat di dalam hati, dan juga ungkapan dan tindakan jasmani. Taat di dalam Tuhan. Sebagian orang mengartikan ini sebagai sebuah pembatasan, dan memahaminya demikian: “sejauh bersesuaian dengan kewajibanmu kepada Allah.“ Kita tidak boleh melawan Bapa kita di sorga dalam menaati orang tua kita di dunia, karena kewajiban kita kepada Allah melebihi dan melampaui kewajiban kita kepada semua yang lainnya. Saya lebih suka mengartikannya sebagai sebuah alasan: “Anak-anak, taatilah orang tuamu, karena Tuhan telah memerintahkannya. Oleh karena itu taatilah mereka demi Tuhan, dan dengan mata tertuju kepada-Nya.“ Atau ini mungkin adalah sebuah perincian khusus dari kewajiban umum: “Taatilah orang tuamu, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan. Orang tuamu mengajari kamu bagaimana berkelakuan yang baik, dan dalam hal ini kamu harus menaati mereka. Mereka mengajari kamu apa yang baik bagi kesehatanmu, dan mengenai hal ini kamu harus menaati mereka. Namun hal-hal utama yang di dalamnya kamu harus menaati mereka adalah hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan.“ Orang tua yang setia menjalani agama menyuruh anak-anak mereka supaya tetap hidup menurut jalan Tuhan (Kej. 18:19). Mereka memerintahkan anak-anak mereka melakukan kewajiban mereka kepada Allah, dan berhati-hati terhadap dosa-dosa yang paling mungkin terjadi pada anak-anak seumur mereka. Terutama dalam hal-hal inilah mereka harus berusaha supaya taat. Ada sebuah alasan umum yang diberikan: karena haruslah demikian, ada keadilan alamiah di dalamnya, Allah telah memerintahkannya, dan itu sangat pantas bagi orang Kristen. Sudah menjadi tata tertib alam bahwa orangtua memerintah dan anak-anak taat. Walaupun mungkin ini tampak seperti perkataan yang keras, namun ini adalah kewajiban, dan harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan hati Allah dan membuat Allah berkenan atas mereka. Untuk membuktikan hal ini Rasul Paulus mengutip hukum perintah kelima, yang Kristus sama sekali tidak bermaksud membatalkan dan mencabutnya, malah menegaskannya, seperti yang tampak ketika Dia meneguhkannya dalam 4 dan seterusnya. Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay. 2). Kata hormat menyiratkan penghormatan, ketaatan, dan pertolongan serta pemeliharaan, jika hal-hal ini dibutuhkan. Rasul Paulus menambahkan, yang adalah perintah pertama disertai janji (KJV). Sedikit kesulitan timbul di sini, yang tidak boleh kita abaikan, karena beberapa orang yang membela keabsahan patung-patung mengajukan hal ini sebagai bukti bahwa kita tidak terikat oleh perintah kedua. Tetapi alasan tersebut sama sekali tidak kuat. Perintah kedua tidak memiliki sebuah janji khusus, melainkan hanya sebuah pernyataan atau tuntutan umum, yang berhubungan dengan seluruh hukum Allah yang memelihara rahmat untuk beribu-ribu orang. Dan kemudian yang dimaksudkan dengan ayat ini bukanlah perintah pertama dari sepuluh perintah yang memiliki sebuah janji, karena tidak ada perintah lainnya setelah itu yang memiliki janji, dan oleh karena itu tidak sesuai untuk dikatakan sebagai yang pertama. Tetapi artinya mungkin adalah: “Ini adalah perintah yang utama atau penting, dan memiliki sebuah janji. Ini adalah perintah pertama pada loh kedua, dan memiliki sebuah janji.” Janjinya adalah, supaya kamu berbahagia, dan seterusnya (ay. 3). Perhatikanlah, walaupun janji dalam perintah tersebut berkaitan dengan tanah Kanaan, Rasul Paulus dengan ini menunjukkan bahwa janji ini dan janji-janji lainnya yang ada dalam Perjanjian Lama yang berkaitan dengan tanah Kanaan harus dipahami secara lebih umum. Supaya Anda tidak berpikir bahwa hanya bangsa Israel, yang diberi tanah Kanaan oleh Allah, yang terikat oleh perintah kelima, di sini dia memberikan pengertian yang lebih jauh, supaya kamu berbahagia, dan seterusnya. Kemakmuran lahiriah dan umur panjang adalah berkat-berkat yang dijanjikan kepada orang-orang yang menaati perintah ini. Ini adalah cara supaya keadaan kita baik, dan anak-anak yang patuh sering kali dibalas dengan kemakmuran lahiriah. Memang tidak selalu demikian, ada juga anak-anak seperti itu yang mengalami banyak penderitaan dalam hidup ini. Tetapi ketaatan biasanya diberi balasan demikian, dan, jika tidak, digantikan dengan sesuatu yang lebih baik. Perhatikanlah,
- (1) Injil memiliki janji-janji yang sementara sifatnya, serta juga janji-janji rohani.
- (2) Walaupun kekuasaan Allah cukup untuk membuat kita tetap mengerjakan tugas kita, namun kita boleh menghargai upah yang dijanjikan. Dan,
- (3) Walaupun janji itu mengandung suatu keuntungan duniawi, ini pun boleh dipertimbangkan sebagai alasan dan dorongan untuk ketaatan kita.
- II. Kewajiban orangtua: Dan kamu, bapa-bapa (ay. 4). Atau, kamu para orangtua,
- (1) “Janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu. Walaupun Allah telah memberimu kuasa, kamu tidak boleh menyalahgunakan kuasa itu, mengingat bahwa anak-anakmu adalah, secara khusus, bagian dari dirimu sendiri, dan oleh karena itu harus diatur dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Jangan tidak sabar terhadap mereka, jangan menggunakan kekerasan yang tidak sepantasnya, dan jangan memberikan perintah yang kaku kepada mereka. Ketika kamu memperingatkan mereka, ketika kamu menasihati mereka, ketika kamu memarahi mereka, lakukanlah dengan cara yang tidak membangkitkan amarah di dalam hati mereka. Dalam semua perkara seperti itu hadapilah mereka dengan hati-hati dan bijaksana, ketika berusaha mengatasi pertimbangan-pertimbangan mereka dan memengaruhi akal budi mereka.“
- (2) “Didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Didiklah dalam disiplin dengan perbaikan yang sepantasnya dan disertai belas kasihan. Dan didiklah dalam pengetahuan tentang tugas yang Allah wajibkan kepada mereka dan yang dengannya mereka dapat menjadi lebih mengenal Dia. Berikanlah pendidikan yang baik kepada mereka.“ Kewajiban besar para orangtua adalah berhati-hati dalam mendidik anak-anak mereka. “Bukan hanya membesarkan mereka, seperti yang dilakukan orang-orang yang tidak berakal budi, dengan memenuhi kebutuhan mereka, melainkan membesarkan mereka dalam ajaran dan nasihat, dengan cara yang sesuai untuk mereka yang berakal budi. Bahkan, bukan hanya membesarkan mereka sebagai manusia, dalam ajaran dan nasihat, melainkan juga sebagai orang-orang Kristen, dalam nasihat Tuhan. Berikanlah kepada mereka pendidikan keagamaan. Ajarilah mereka supaya takut melakukan dosa, dan beritahulah mereka tentang seluruh kewajiban mereka terhadap Allah dan buat mereka bersemangat tentang hal itu.“
- III. Kewajiban hamba-hamba. Ini juga disimpulkan dalam satu kata, yaitu, ketaatan. Rasul Paulus paling banyak membahas tentang hal ini, karena mengetahui adanya kebutuhan terbesar akan hal tersebut. Hamba-hamba ini pada umumnya adalah budak-budak. Perbudakan sipil bukan tidak sejalan dengan kemerdekaan kristiani. Orang-orang yang adalah budak bagi manusia bisa saja merupakan orang bebas bagi Tuhan. “Tuanmu yang di dunia (ay. 5), artinya, orang yang memerintah atas tubuhmu, namun tidak atas jiwa dan hati nuranimu. Hanya Allah saja yang berkuasa atas hal-hal ini.“ Nah, mengenai hamba-hamba, dia menasihatkan,
- (1) Supaya mereka taat dengan takut dan gentar. Mereka harus menghormati orang-orang yang berkuasa di atas mereka, takut membuat mereka tidak senang, dan gentar kalau-kalau mereka membuat tuan mereka pantas marah dan murka.
- (2) Supaya mereka tulus dalam ketaatan mereka, dengan tulus hati, tidak berpura-pura taat sambil merencanakan perlawanan, melainkan melayani mereka dengan setia.
- (3) Mereka harus mengarahkan pandangan mereka kepada Yesus Kristus dalam segala pelayanan yang mereka lakukan untuk tuan-tuan mereka (ay. 5-7), menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia, artinya, bukan hanya atau terutama untuk manusia. Ketika hamba-hamba, dalam melaksanakan kewajiban sesuai pekerjaannya, mengarahkan pandangannya kepada Kristus, ini membuat ketaatan mereka menjadi mulia dan layak. Pelayanan yang dilakukan untuk tuan mereka di dunia, dengan mengarahkan pandangan kepada Dia, menjadi pelayanan yang layak bagi-Nya juga. Mengarahkan pandangan kepada Kristus berarti mengingat bahwa Dia melihat mereka dan sesungguhnya hadir bersama mereka, dan bahwa kuasa-Nya mengharuskan mereka melaksanakan kewajiban sesuai kedudukan mereka dengan setia dan penuh kesadaran.
- (4) Mereka tidak boleh melayani tuan mereka hanya di hadapan mereka saja (ay. 6), yaitu hanya jika tuan mereka sedang melihat mereka saja, tetapi juga harus tetap bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas mereka ketika tuan-tuan mereka tidak ada dan berada jauh, karena waktu itu Tuan mereka yang di sorga melihat mereka. Dan oleh karena itu mereka tidak boleh bertindak hanya untuk menyenangkan hati orang, seolah-olah mereka tidak peduli untuk menyenangkan hati Allah dan membuat Allah berkenan kepada mereka, jika mereka dapat memperdayai tuan mereka. Perhatikanlah, rasa hormat yang tetap kepada Tuhan Yesus Kristus akan membuat manusia setia dan tulus di segala keadaan hidup.
- (5) Apa yang mereka lakukan, mereka harus lakukan dengan senang hati. Dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, melayani tuan mereka seperti yang Allah kehendaki supaya mereka lakukan, tidak dengan enggan, atau dengan terpaksa, melainkan dari asas kasih untuk mereka dan urusan-urusan mereka. Ini berarti dengan rela menjalankan pelayanannya (ay. 7), yang akan membuat pelayanan mereka ringan bagi diri mereka sendiri, menyenangkan hati bagi tuan mereka, dan diterima oleh Tuhan Yesus Kristus. Perlu ada kerelaan atau niat baik terhadap tuan mereka, niat baik terhadap keluarga tempat mereka bekerja, dan terutama kesiapan untuk melakukan kewajiban mereka untuk Allah. Perhatikanlah, pelayanan, yang dilaksanakan dengan hati nurani, dan dari rasa hormat kepada Allah, walaupun untuk tuan yang jahat, akan diperhitungkan Kristus sebagai pelayanan yang dikerjakan untuk Dia sendiri.
- (6) Biarlah hamba-hamba yang setia mempercayai Allah mengenai upah mereka, sementara mereka melaksanakan kewajiban mereka dengan takut, karena mengetahui bahwa kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik (ay. 8), betapapun miskin dan hinanya itu, ia akan menerima balasannya dari Tuhan, artinya, dengan sebuah kiasan, balasan yang sama. Walaupun tuannya di dunia mengabaikan atau menganiaya dia, alih-alih memberi dia upah, namun dia pasti akan diberi upah oleh Tuhan Kristus, baik hamba, maupun orang merdeka, baik budak yang miskin maupun orang merdeka atau tuan. Kristus tidak memperhatikan perbedaan-perbedaan di antara manusia seperti ini pada saat sekarang, juga tidak akan memperhatikannya dalam pengadilan akhir yang agung itu. Anda berpikir, “Seorang penguasa, atau seorang hakim, atau seorang menteri, yang melakukan tugasnya di sini, tentu akan menerima upahnya di sorga, tetapi apalah kemampuanku, seorang hamba miskin, sehingga aku dapat membuat diriku diperkenan oleh Allah.“ Wahai, Allah pasti akan memberi kamu upah untuk pekerjaan rendah dan paling hina yang dikerjakan dengan kesadaran akan kewajiban dan dengan mata tertuju kepada-Nya. Jadi apa lagi yang bisa dikatakan untuk mengajak dan mendorong hamba-hamba supaya melakukan kewajiban mereka?
- IV. Kewajiban tuan-tuan. “Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka (ay. 9), yaitu, bertindaklah dengan cara yang sama. Bersikap adillah terhadap mereka, seperti yang kamu harapkan mereka lakukan terhadap kamu. Perlihatkanlah niat baik dan kepedulian yang sama terhadap mereka, dan berhatihatilah dalam hal ini supaya Allah berkenan kepadamu.“ Perhatikanlah, tuan-tuan memiliki tugas untuk melaksanakan kewajiban mereka kepada hamba-hamba mereka yang sama ketatnya dengan kewajiban hamba-hamba untuk taat dan patuh kepada mereka. “Jauhkanlah ancaman, anientes, yakni mengurangi ancaman, dan jauhkan kejahatan untuk mengancam mereka. Ingatlah bahwa hamba-hambamu diciptakan dari tanah yang sama dengan dirimu sendiri, dan oleh karena itu janganlah kejam dan sewenang-wenang terhadap mereka, ingatlah bahwa Tuhan kamu juga ada di sorga (KJV).“ Beberapa salinan naskah menerjemahkannya sebagai Tuhan mereka dan Tuhan kamu. “Kamu memiliki Tuan yang harus ditaati yang menjadikan ini tugasmu, dan kamu dan mereka adalah sesama hamba dalam hubungan dengan Kristus. Kamu akan dihukum oleh Dia, bila mengabaikan tugasmu, atau bertindak bertentangan dengan tugasmu, seperti halnya dengan orang lain yang keadaannya lebih rendah di dunia. Oleh karena itu kamu harus menunjukkan kemurahan hati kepada orang lain, seperti halnya kamu berharap mendapatkan kemurahan hati dari Dia. Dan kamu tidak akan pernah menandingi Dia, walaupun kamu bisa saja terlalu keras bagi hamba-hambamu.“ Ia tidak memandang muka. Seorang tuan yang kaya, hartawan, dan terhormat, jika tidak adil, sewenang-wenang, dan kejam, maka kekayaan, harta, dan kehormatannya itu sedikit pun tidak akan membuat dia lebih diperkenan oleh Allah. Allah akan meminta pertanggungjawaban tuan-tuan dan hamba-hamba tanpa memihak berdasarkan perlakuan mereka satu sama lain, dan tidak akan mengecualikan tuan-tuan karena mereka lebih tinggi, atau keras terhadap hamba-hamba karena mereka lebih rendah dan hina di dunia. Jika baik tuan-tuan maupun hamba-hamba mau mempertimbangkan hubungan dan kewajiban mereka kepada Allah dan pertanggungjawaban yang harus segera mereka berikan kepada-Nya, mereka akan lebih berhati-hati mengenai kewajiban mereka satu sama lain. Demikianlah Rasul Paulus menutup nasihatnya mengenai kewajiban-kewajiban antarsesama.
Matthew Henry: Ef 6:10-18 - Peperangan Rohani Peperangan Rohani (6:10-18)
Inilah nasihat umum untuk tetap teguh dalam perjalanan kristiani kita, dan untuk memberi semangat dalam peperangan kris...
Peperangan Rohani (6:10-18)
- Inilah nasihat umum untuk tetap teguh dalam perjalanan kristiani kita, dan untuk memberi semangat dalam peperangan kristiani kita. Bukankah kehidupan kita merupakan suatu peperangan? Memang demikian, karena kita bergumul dengan malapetaka-malapetaka yang banyak terjadi dalam hidup manusia. Bukankah agama kita merupakan suatu peperangan yang biasa-biasa saja? Memang demikian, karena kita bergumul dengan lawan-lawan yang memiliki kuasa gelap, dan dengan banyak musuh yang hendak menjauhkan kita dari Allah dan sorga. Kita memiliki musuh-musuh yang harus kita perangi, seorang pemimpin yang untuk-Nya kita berperang, panji yang di bawahnya kita berperang, dan aturan-aturan perang khusus yang harus kita gunakan untuk mengatur diri kita sendiri. “Akhirnya (ay. 10), abdikanlah dirimu untuk mengerjakan pekerjaan dan kewajibanmu sebagai prajurit-prajurit Kristen.“ Nah, seorang prajurit diharuskan berhati kuat dan dipersenjatai dengan baik. Jika orang-orang Kristen menjadi prajurit Yesus Kristus,
- I. Mereka harus mengerti bahwa mereka harus berhati kuat. Hal ini ditentukan di sini: Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, dan seterusnya. Orang-orang yang harus berjuang dalam banyak sekali pertempuran, dan yang, dalam perjalanan mereka ke sorga, harus menerobos setiap penghalang, dengan kekuatan pedang, memerlukan banyak keberanian. Oleh karena itu hendaklah kamu kuat, kuat dalam melayani, kuat dalam menanggung penderitaan, kuat dalam bertempur. Sekalipun seorang prajurit dipersenjatai dengan sangat baik secara jasmani, tetapi jika di dalam batinnya dia tidak memiliki hati yang baik, maka perlengkapan senjatanya hanya akan sedikit bermanfaat baginya. Perhatikanlah, kekuatan rohani dan keberanian sangat perlu untuk peperangan rohani kita. Kuatlah di dalam Tuhan, dalam perkara-Nya dan untuk kepentingan-Nya, atau lebih tepatnya dalam kekuatan-Nya. Kita tidak memiliki cukup kekuatan dari diri kita sendiri. Keberanian alamiah kita benar-benar pengecut, dan kekuatan alamiah kita benar-benar lemah, namun seluruh kecukupan kita berasal dari Allah. Dalam kekuatan-Nya kita harus maju dan terus maju. Dengan tindakan-tindakan iman, kita harus menimba anugerah dan pertolongan dari sorga untuk memampukan kita melakukan hal yang kita sendiri tidak dapat melakukannya, dalam pekerjaan dan peperangan kristiani kita. Kita harus bangkit untuk menolak godaan dengan bergantung kepada kecukupan Allah yang sempurna dan kekuatan-Nya yang mahakuasa.
- II. Mereka harus dipersenjatai dengan baik: “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah (ay. 11), pergunakanlah seluruh perlengkapan pertahanan dan persenjataan yang layak untuk memukul mundur godaan dan tipu muslihat Iblis. Dapatkan dan terapkan seluruh anugerah kristiani, seluruh perlengkapan senjata, sehingga tidak ada bagian yang telanjang dan terbuka bagi musuh.“ Perhatikanlah, orang-orang yang ingin dapat memiliki anugerah sejati harus bertujuan mendapatkan semua anugerah, seluruh perlengkapan senjata. Ini disebut perlengkapan senjata Allah, karena Dia-lah yang mempersiapkan dan melimpahkannya. Kita tidak memiliki perlengkapan senjata sendiri yang akan menjadi senjata ampuh dalam masa pencobaan. Tidak ada yang akan membuat kita berdiri teguh selain perlengkapan senjata Allah. Perlengkapan senjata ini dipersiapkan untuk kita, namun kita harus mengenakannya. Artinya, kita harus berdoa meminta anugerah, kita harus menggunakan anugerah yang diberikan kepada kita, dan mengeluarkannya dalam bentuk tindakan dan pelaksanaan pada saat diperlukan. Alasan yang diberikan mengapa orang Kristen harus seluruhnya dipersenjatai adalah supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis. Supaya kita dapat menahan, dan menanggulangi, meskipun Iblis menyerang dengan segala usaha, baik dengan kekuatan maupun tipu daya, segala kebohongan yang dia sajikan kepada kita, semua perangkap yang dia pasang untuk kita, dan seluruh akal bulusnya terhadap kita. Rasul Paulus menguraikan hal ini dengan panjang lebar di sini, dan menunjukkan,
- 1. Apa bahaya yang kita hadapi, dan apa gunanya kita harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata, mengingat musuh seperti apa yang harus kita hadapi, yaitu Iblis dan seluruh kuasa kegelapan. Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, dan seterusnya (ay. 12). Pertempuran yang untuknya kita harus mempersiapkan diri bukanlah melawan musuh dalam bentuk manusia biasa, bukan sekadar melawan manusia yang terdiri dari darah dan daging, atau melawan sifat cemar kita sendiri saja, melainkan melawan beberapa tingkatan roh-roh jahat, yang memiliki sebuah pemerintahan yang mereka jalankan di dunia ini.
- (1) Kita harus berhadapan dengan musuh yang licik, musuh yang menggunakan tipu daya dan muslihat, seperti pada ayat 11. Dia memiliki seribu cara untuk memperdayai jiwa yang goyah. Karena itu dia disebut seekor ular karena kelicikannya, seekor ular tua, berpengalaman dalam keahlian dan keterampilan menggoda.
- (2) Dia adalah musuh yang kuat: Pemerintah-pemerintah, dan penguasa-penguasa, dan penghulu-penghulu. Mereka banyak, mereka kuat, dan berkuasa dalam bangsa-bangsa kafir yang masih dalam kegelapan. Bagian-bagian dunia yang gelap adalah tempat kerajaan Iblis. Ya, mereka merampas kekuasaan penguasa-penguasa atas seluruh manusia yang masih dalam keadaan berdosa dan tidak mengerti. Kerajaan Iblis adalah kerajaan kegelapan, sedangkan kerajaan Kristus adalah kerajaan terang.
- (3) Mereka adalah musuh-musuh rohani. Kejahatan rohani di tempat-tempat tinggi (KJV), atau roh-roh jahat, seperti terjemahan sebagian orang (termasuk terjemahan LAI). Iblis adalah roh, roh yang jahat, dan bahaya yang kita hadapi lebih besar dari musuh-musuh kita karena mereka tidak terlihat, dan menyerang kita sebelum kita sadar tentang mereka. Setan-setan adalah roh-roh jahat, dan mereka terutama menggganggu orang-orang kudus dengan, dan menghasut mereka supaya melakukan, kejahatan-kejahatan rohani, kesombongan, kedengkian, kebencian, dan sebagainya. Musuh-musuh ini dikatakan ada di udara (KJV: di tempat-tempat tinggi), atau di angkasa, demikianlah kata yang dipakai, menduduki langit (seperti yang dikatakan orang) seluruhnya, atau menyebar di udara antara bumi dan bintang-bintang, udara sebagai tempat asal setan-setan menyerang kita. Atau artinya bisa juga, “Perjuangan kita mengenai tempat-tempat sorgawi atau hal-hal sorgawi,“ demikianlah tafsiran kuno. Musuh-musuh kita berjuang untuk mencegah kenaikan kita ke sorga, untuk menjauhkan kita dari berkat-berkat sorgawi dan untuk menghalangi persekutuan kita dengan sorga. Mereka menyerang kita dalam hal-hal yang merupakan milik jiwa kita, dan berusaha merusak gambaran sorgawi di dalam hati kita. Oleh karena itu kita harus berjaga-jaga terhadap mereka. Kita memerlukan iman dalam peperangan kristiani kita, karena kita memiliki musuh-musuh rohani yang harus dihadapi, dan iman dalam pekerjaan kristiani kita, karena kita memiliki kekuatan rohani yang harus diperoleh. Jadi, itulah bahaya yang kamu hadapi.
- 2. Kewajiban kita adalah mengambil dan mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah, dan lalu berdiri teguh, dan melawan musuh-musuh kita.
- (1) Kita harus mengadakan perlawanan (ay. 13). Kita tidak boleh menyerah kepada daya pikat dan serangan Iblis, melainkan melawannya. Iblis dikatakan bangkit melawan kita (1Taw. 21:1). Jika dia bangkit melawan kita, kita harus bangkit melawan dia. Tetapkan hati, dan jalan terus, untuk melawan Iblis. Iblis adalah si jahat, dan kerajaannya adalah kerajaan dosa. Bangkit melawan Iblis berarti berjuang melawan dosa. Supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu, pada hari pencobaan, atau penderitaan menyakitkan apa pun.
- (2) Kita harus berdiri teguh. Dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Kita harus bertekad, dengan anugerah Allah, tidak akan menyerah kepada Iblis. Lawanlah dia, maka dia akan lari. Jika kita tidak mempercayai perkara kita, atau pemimpin kita, atau perlengkapan senjata kita, maka kita memberi dia keuntungan. Urusan kita saat ini adalah melawan serangan Iblis, dan bertahan terhadap serangan itu. Dan kemudian, setelah menyelesaikan segala sesuatu yang wajib dilakukan oleh prajurit-prajurit Yesus Kristus yang baik, peperangan kita akan selesai, dan kita akhirnya akan menang.
- (3) Kita harus berdiri dengan dipersenjatai, dan hal inilah yang paling banyak dibahas di sini. Inilah orang Kristen dengan perlengkapan senjata yang lengkap, dan perlengkapan senjatanya bersifat ilahi: Perlengkapan senjata Allah, perlengkapan senjata terang (Rm. 13:12). Senjata-senjata keadilan (2Kor. 6:7). Rasul Paulus memerincikan perlengkapan senjata ini, baik untuk menyerang maupun bertahan. Ikat pinggang atau sabuk militer, baju zirah (KJV: penutup dada), penutup kaki (atau sepatu prajurit), perisai, ketopong, dan pedang. Tampak bahwa, di antara semua itu, tidak ada yang untuk punggung. Jika kita membelakangi musuh, kita tidak terlindung.
- [1] Kebenaran atau ketulusan adalah ikat pinggang kita (ay. 14). Dinubuatkan tentang Kristus (Yes. 11:5) bahwa Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang. Apa yang menjadi ikat pinggang Kristus harus menjadi ikat pinggang semua orang Kristen juga. Allah menginginkan kebenaran, yaitu, ketulusan, di dalam batin. Ini adalah kekuatan di pinggang kita, yang mengikat semua perlengkapan senjata lainnya, dan oleh karena itu disebutkan pertama. Saya tidak tahu bahwa ada agama tanpa ketulusan. Sebagian orang memahaminya sebagai ajaran kebenaran-kebenaran Injil. Kebenaran-kebenaran itu harus melekat kepada kita seperti ikat pinggang melekat pada pinggang (Yer. 13:11). Ini akan mengendalikan diri kita dari kebebasan tanpa agama dan tanpa moral, seperti ikat pinggang mengendalikan dan menahan tubuh. Ini adalah ikat pinggang prajurit Kristen. Tanpa mengenakan ikat pinggang ini, dia tidak mendapatkan berkat.
- [2] Keadilan harus menjadi baju zirah kita. Baju zirah mengamankan organ-organ tubuh yang penting, melindungi jantung atau hati. Keadilan Kristus yang dilekatkan kepada kita merupakan baju zirah kita terhadap panah-panah murka ilahi. Keadilan Kristus yang tertanam di dalam diri kita adalah baju zirah kita untuk membentengi hati terhadap serangan-serangan yang dilancarkan Iblis terhadap kita. Rasul Paulus menjelaskan hal ini dalam 1 Tesalonika 5:8, Berbajuzirahkan iman dan kasih. Iman dan kasih merangkum seluruh anugerah kristiani, karena dengan iman kita dipersatukan dengan Kristus dan dengan kasih dipersatukan dengan saudara-saudara kita. Hal-hal ini akan menunjukkan ketaatan yang tekun dalam melakukan kewajiban kita kepada Allah, dan berperilaku yang baik terhadap manusia, dalam segala tugas keadilan, kebenaran, dan kebaikan kepada sesama.
- [3] Ketetapan hati harus menjadi seperti penutup bagi kaki kita. Kakimu berkasutkan kerelaan (KJV: kesiapan) untuk memberitakan Injil damai sejahtera (ay. 15). Sepatu, atau penutup kaki dari tembaga, atau yang seperti itu, dahulu merupakan bagian dari perlengkapan senjata militer (1Sam. 17:6). Penggunaannya adalah untuk melindungi kaki dari perangkap, dan kayu-kayu tajam, yang biasa diletakkan tersembunyi di jalan, untuk menghalangi barisan musuh, karena orang-orang yang jatuh di atasnya tidak dapat berbaris. Kerelaan (KJV: kesiapan) untuk memberitakan Injil damai sejahtera menyiratkan keadaan hati yang siap dan memiliki tekad, untuk setia kepada Injil dan tunduk kepadanya. Ini akan memampukan kita untuk berjalan dengan langkah yang tetap dalam jalan agama, biarpun ada kesulitan-kesulitan dan bahaya-bahaya di dalamnya. Disebut Injil damai sejahtera karena membawa segala macam perdamaian, perdamaian dengan Allah, dengan diri kita sendiri, dan dengan satu sama lain. Ini juga bisa berarti menyiapkan jalan bagi penyambutan Injil, yaitu pertobatan. Inilah yang harus menjadi kasut bagi kaki kita, karena dengan hidup dalam pertobatan kita dipersenjatai terhadap godaan untuk berbuat dosa, dan rancangan-rancangan musuh besar kita. Dr. Whitby berpikir ini mungkin adalah pengertian kata-kata tersebut: “Supaya kamu siap bertempur, kenakanlah kasut Injil damai sejahtera, berusaha keras memiliki pikiran yang suka damai dan tenang seperti yang diminta dalam Injil. Janganlah mudah dihasut, atau mudah bertengkar, melainkan tunjukkanlah segala kelembutan dan segala kesabaran kepada semua orang. Dan ini pasti akan melindungi kamu dari banyak godaan dan penganiayaan hebat, seperti sepatu tembaga yang melindungi prajurit-prajurit dari perangkap-perangkap itu,“ dan sebagainya.
- [4] Iman harus menjadi perisai kita. Dalam segala keadaan (KJV: di atas segalanya), atau yang paling utama, pergunakanlah perisai iman (ay. 16). Ini lebih perlu daripada yang mana pun di antara hal-hal tersebut. Iman adalah segala-galanya bagi kita dalam masa pencobaan. Baju zirah melindungi organ-organ penting, namun dengan perisai kita berputar ke segala arah. Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Kita harus sepenuhnya yakin pada kebenaran seluruh janji dan ancaman Allah, karena iman yang demikianlah yang sangat berguna melawan godaan. Pertimbangkanlah iman sebagai dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat, dan iman akan tampak memiliki manfaat yang mengagumkan untuk tujuan ini. Iman, seperti halnya menerima Kristus dan manfaat-manfaat penebusan, juga memperoleh anugerah dari-Nya, dan iman adalah seperti sebuah perisai, sejenis pertahanan yang berlaku untuk apa saja. Musuh kita Iblis di sini disebut si jahat. Dia jahat dari dalam dirinya sendiri, dan dia berusaha keras membuat kita menjadi jahat. Godaan-godaannya disebut panah, karena melaju dengan sangat cepat dan tidak terlihat, dan menimbulkan luka yang dalam pada jiwa. Disebut panah api, dengan mengibaratkan panah beracun yang biasanya membuat panas bagian-bagian yang dilukainya, dan oleh karena itu disebut demikian, seperti ular dengan sengatan beracun disebut ular api. Godaan-godaan hebat yang membuat jiwa terbakar api neraka, adalah panah-panah yang Iblis tembakkan ke arah kita. Iman adalah perisai yang dengannya kita harus memadamkan panah-panah api ini, ketika kita akan menerima panah-panah tersebut, dan dengan demikian melumpuhkan panah-panah itu, supaya tidak bisa mengenai kita, atau setidaknya tidak bisa melukai kita. Perhatikanlah, iman, yang bertindak berdasarkan firman Allah dan menerapkannya, yang bertindak berdasarkan anugerah Kristus dan mendayagunakannya, memadamkan panah-panah godaan.
- [5] Keselamatan harus menjadi ketopong kita (ay. 17), yaitu pengharapan yang tertuju kepada keselamatan, demikian menurut 8. Ketopong melindungi kepala. Pengharapan yang baik akan keselamatan, yang memiliki dasar yang baik dan dibangun dengan baik, akan menyucikan jiwa dan menjaganya supaya tidak dicemarkan oleh Iblis, dan akan menenangkan jiwa dan menjaganya supaya tidak diganggu dan disiksa oleh Iblis. Iblis hendak menggoda kita supaya putus asa, tetapi pengharapan yang baik membuat kita tetap percaya di dalam Allah, dan bersukacita di dalam Dia.
- [6] Firman Allah adalah pedang Roh. Pedang adalah bagian yang sangat penting dan berguna dari perlengkapan seorang prajurit. Firman Allah sangat penting, dan memiliki manfaat yang sangat besar bagi orang Kristen, untuk bertahan dalam peperangan rohani dan berhasil di dalamnya. Firman Allah disebut pedang Roh, karena didiktekan oleh Roh dan Dia membuatnya berhasil dan sangat kuat, dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua. Seperti pedang Goliat, tidak ada tandingannya. Dengan pedang ini kita menyerang si penyerang. Pernyataan-pernyataan Alkitab adalah pernyataan-pernyataan yang paling penuh kuasa untuk menolak godaan. Kristus sendiri menolak godaan Iblis dengan “Ada tertulis“ (Mat. 4:4, 6-7, 10). Firman Allah, yang tersimpan di dalam hati, akan melindungi dari dosa (Mzm. 119:11), dan akan melumpuhkan dan mematikan hawa nafsu dan kebejatan yang tersembunyi di situ.
- [7] Doa harus mengaitkan semua bagian lain dari perlengkapan senjata kristiani kita (ay. 18). Kita harus menggabungkan doa dengan semua anugerah ini, supaya bisa bertahan melawan musuh-musuh rohani, yaitu dengan sungguh-sungguh memohon pertolongan dan bantuan Allah, saat diperlukan. Dan kita harus senantiasa berdoa. Bukan seolah-olah kita tidak perlu lagi melakukan apa pun yang lain kecuali berdoa, karena kita juga mempunyai tugas-tugas keagamaan lainnya dan tugas-tugas sesuai kedudukan kita masing-masing di dunia, yang harus dilakukan pada tempat dan waktunya. Sebaliknya, kita harus memelihara waktu-waktu doa yang tetap, dan terus-menerus melakukannya. Kita harus berdoa pada segala kesempatan, dan sesering keperluan kita dan orang lain membutuhkan kita untuk berdoa. Kita harus selalu memelihara kecondongan untuk berdoa, dan harus memadukan doa seruan permohonan yang singkat, tiba-tiba, dan langsung dari hati dengan tugas-tugas lain, dan dengan urusan biasa. Walaupun doa yang tetap dan khidmat terkadang mungkin tidak dapat dilakukan (seperti ketika ada tugas-tugas lain yang harus dikerjakan), namun seruan spontan yang saleh tidak pernah demikian. Kita harus berdoa dalam segala doa dan permohonan. Dengan segala macam doa: di depan umum, pribadi, dan rahasia, bersama-sama dan sendiri, khidmat dan tiba-tiba. Dengan seluruh bagian doa: pengakuan dosa, permohonan belas kasihan, dan pengucapan syukur untuk anugerah-anugerah yang telah diterima. Kita harus berdoa di dalam Roh. Roh kita harus digunakan dalam tugas tersebut, dan kita harus melakukannya dengan anugerah dari Roh Allah yang baik. Kita harus berjaga-jaga di dalam doa, berusaha keras mempertahankan hati kita dalam sikap doa, dan mengambil semua kesempatan, dan memanfaatkan segala kesempatan, untuk tugas tersebut. Kita harus berjaga-jaga terhadap segala dorongan hati kita sendiri terhadap tugas tersebut. Ketika Allah mengatakan: “Carilah wajah-Ku,“ hati kita harus tunduk (Mzm. 27:8). Ini harus kita lakukan dengan tak putus-putusnya. Kita harus mematuhi kewajiban untuk berdoa, apa pun perubahan yang mungkin terjadi pada keadaan lahiriah kita. Dan kita harus tetap demikian selama kita hidup di dunia. Kita harus tekun dalam doa yang khusus, tidak mempersingkatnya, ketika hati kita ingin berpanjang lebar, dan ada waktu yang tepat untuk itu, dan kita membutuhkannya. Kita harus tekun juga dalam permintaan-permintaan khusus, walaupun kita sedang mengalami kekecewaan dan penolakan. Dan kita harus berdoa dengan permohonan, bukan hanya untuk diri kita sendiri saja, melainkan untuk segala orang kudus, karena kita adalah sesama anggota. Perhatikanlah, tidak ada orang yang betul-betul kudus dan ada dalam keadaan yang sangat baik di dunia ini, dan karena itu mereka membutuhkan doa kita, dan mereka harus memperolehnya. Rasul Paulus melanjutkan dari sini untuk menyimpulkan isi surat ini.
SH: Ef 6:1-9 - Relasi umat Allah: sebagai anak, orangtua, tuan-hamba (Jumat, 18 Oktober 2002) Relasi umat Allah: sebagai anak, orangtua, tuan-hamba
‘Tunduk’ juga berlaku dalam relasi anak-orangtua, hamba-tuan (ay...
Relasi umat Allah: sebagai anak, orangtua, tuan-hamba
‘Tunduk’ juga berlaku dalam relasi anak-orangtua, hamba-tuan (ayat 5:21). Pada masa kini, banyak orangtua sulit menjalankan fungsinya. Juga banyak anak-anak bingung bagaimana harus berlaku sebagai anak. Masalah ini terjadi karena kedua pihak tidak memahami kata tunduk. Bentuk tunduk anak adalah taat. Anak-anak tunduk kepada orangtua bukan karena tuntutan budaya, melainkan taat kepada kehendak Allah (ayat 2). Sesuai tuntutan hukum kelima (Kel. 20:12). Janji kebahagiaan dan umur panjang melekat pada hukum kelima ini. Sejalan d engan ketaatan anak, orangtua juga tunduk kepada anak. Bentuk tunduk orangtua diekspresikan melalui perbuatan yang tidak membangkitkan amarah anak dan melalui didikan dalam ajaran dan nasihat Tuhan (ayat 4).
‘Tunduk’ juga berlaku dalam relasi hamba-tuan. [1]. Hamba taat kepada tuan dengan takut dan gentar (ayat 5), bukan karena tertekan atau terpaksa, melainkan karena menyadari bahwa Kristus adalah Tuan yang tidak kelihatan. [2]. Hamba taat dengan bekerja segenap hati (ayat 6). [3]. Hamba bekerja bukan untuk menyenangkan hati tuan melainkan untuk menyenangkan Tuhan Yesus (ayat 7). Meski tidak dilihat tuannya, hamba bekerja rajin dan tekun karena kehadiran Yesus Kristus. [4]. Hamba taat kepada tuan dengan bekerja baik karena upahnya berasal dari Tuhan (ayat 8), bukan hanya manusia saja. Sejalan dengan itu, tuan juga harus tunduk kepada hamba. Tuan harus membayar upah yang layak dan memberi waktu istirahat yang cukup. Bentuk tunduk tuan diungkapkan melalui penggunaan otoritas yang benar. Otoritas disertai ancaman akan merusakkan relasi hamba-tuan. Relasi sejati tidak pernah dibangun di atas ancaman. Bentuk tunduk tuan ditampakkan dengan kesadaran bahwa Tuhan Yesus adalah Tuan mereka dan juga Tuan para hamba (ayat 9).
Renungkan: Menurut Anda, mengapa di Indonesia sering sekali kita menjumpai tindakan/aksi protes kaum pekerja/karyawan yang menuntut perusahaan/tuan mereka?
SH: Ef 6:1-9 - Mendidik dan melayani (Kamis, 13 November 2003) Mendidik dan melayani
Jika kita mencermati keadaan di sekitar kita, masih banyak
peristiwa-peristiwa mengenaskan yang terjadi karena
ketida...
Mendidik dan melayani
Jika kita mencermati keadaan di sekitar kita, masih banyak peristiwa-peristiwa mengenaskan yang terjadi karena ketidakharmonisan relasi dalam keluarga. Misalnya, seorang anak laki-laki tidak menyesal telah membunuh ayah kandungnya. Alasannya, karena ia marah melihat sikap ayahnya yang selalu menyiksa ibu yang dicintainya. Peristiwa ini menginformasikan kepada kita bahwa ternyata ketidakharmonisan hubungan suami isteri berdampak pada sikap anak terhadap orang tua. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya taat dan hormat kepada mereka. Keinginan ini hanyalah ambisi orang tua semata jika anak-anak tidak dididik atau diberitahu caranya. Agar keinginan ini menjadi proyek keluarga, Paulus memaparkan tugas orang tua. Pertama, orang tua, khususnya bapak, bertugas mendidik karena bapak adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Mendidik anak bukan tugas yang mudah, sehingga Paulus memperingatkan supaya didikan orang tua tidak menimbulkan amarah bagi anak-anak (ayat 4). Anak bukan robot yang hanya menerima dan mengerjakan hal-hal yang yang diinginkan orang tua. Hendaklah para orang tua memperlakukan anak-anak mereka seperti Yesus memperlakukan umat yang Ia kasihi. Begitu pula antara tuan (atasan) dengan hamba (karyawan). Seorang hamba haruslah taat dan melayani tuannya. Sikap seperti hamba inilah yang seharusnya menjadi sikap orang Kristen terhadap Kristus: taat dan melayani Kristus (ayat 5-7). Sebaliknya, seperti Allah memperlakukan kita, hamba-Nya dengan baik, seperti itu pulalah, tuan-tuan harus memperlakukan para hamba mereka dengan adil dan layak. Dengan demikian tidak akan ada perlakuan sewenang-wenang terhadap para pekerja (ayat 9).
Renungkan: Didiklah anak-anak kita dalam kasih Allah sebagai pribadi yang utuh. Perlakukanlah pembantu, pekerja, karyawan kita dengan adil dan layak.
SH: Ef 6:1-9 - Keharmonisan hubungan di dalam Tuhan (Senin, 14 November 2011) Keharmonisan hubungan di dalam Tuhan
Hubungan dalam keluarga dan dunia kerja banyak diuji. Kekerasan dalam rumah tangga terjadi di mana-mana: orang t...
Keharmonisan hubungan di dalam Tuhan
Hubungan dalam keluarga dan dunia kerja banyak diuji. Kekerasan dalam rumah tangga terjadi di mana-mana: orang tua mengekploitasi anaknya atau anak membunuh orang tuanya. Begitu pun dalam dunia kerja, majikan memeras keringat karyawan dengan gaji yang sangat minim, dan karyawan menyuarakan ketidakpuasan dengan kekerasan.
Ini terjadi juga pada zaman Paulus, di mana ada istilah patria potestas (kuasa mutlak yang dimiliki ayah atas keluarga dan anak-anaknya), dan kuasa mutlak itu juga dimiliki tuan atas hamba-hambanya. Dalam dunia yang demikian, Paulus menasihati jemaat Efesus untuk memperhatikan keharmonisan dalam hubungan anak-orang tua serta antara hamba dan tuan. Anak-anak harus menaati orang tua meski mendapat perlakuan yang tidak semestinya. Walau tidak menyenangkan, anak harus menaati orang tua sebagai wujud ketaatan pada firman Tuhan. Anak harus menghargai orang tua yang telah melahirkan, membesarkan, serta mendidik mereka. Ketaatan ini akan mendatangkan berkat dan umur panjang (bdk. Kel. 20:12). Sebaliknya, orang tua tidak boleh membangkitkan amarah anak melalui perkataan atau perbuatan yang kasar, menghina, meremehkan, menindas, atau melecehkan mereka. Sebaliknya ayah harus mendidik sebagai kepala keluarga yang bertanggungjawab bagi pendidikan jasmani dan rohani anak-anaknya.
Lalu dalam hubungan antara hamba dan tuan, Paulus menasihati para hamba untuk menaati dan melayani tuan mereka dengan gentar dan tulus hati, sama seperti melayani Kristus. Mereka harus rajin bekerja, meski sang tuan tidak mengawasi. Sang tuan harus memperlakukan hamba-hambanya dengan baik dan adil. Ia tidak boleh menindas para pekerjanya. Niscaya Tuhan akan memberkati mereka.
Bila setiap anggota keluarga, serta majikan dan karyawan memiliki hubungan yang harmonis, maka keluarga akan bahagia dan usaha atau pekerjaan pun akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, bangunlah hubungan yang harmonis dengan sesama kita di dalam rasa takut akan Tuhan.
SH: Ef 6:1-9 - Tuhan Hadir Dalam Relasi Ketaatan (Minggu, 22 Desember 2019) Tuhan Hadir Dalam Relasi Ketaatan
Tuhan itu Mahahadir dan Mahakuasa. Pernahkah kita bertanya seberapa besar kekuasaan dan pemerintahan Allah itu hadi...
Tuhan Hadir Dalam Relasi Ketaatan
Tuhan itu Mahahadir dan Mahakuasa. Pernahkah kita bertanya seberapa besar kekuasaan dan pemerintahan Allah itu hadir dalam hidup kita, baik dalam keluarga dan pekerjaan kita? Sejauh mana hal tersebut menyatakan kehadiran Allah untuk menjadi kesaksian di tengah saudara-saudara seiman, maupun tidak seiman dengan kita?
Nas ini menegaskan implikasi kuasa Tuhan dalam hubungan dengan keluarga dan pekerjaan kita, baik sebagai anak dan orang tua, atau atasan dan bawahan. Anak-anak diperintahkan untuk menaati orang tua dalam Tuhan. Ayah yang mewakili status orang tua diminta untuk mendidik anak-anak dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
Para hamba diperintahkan untuk taat seperti kepada Kristus sendiri dan para tuan diperingatkan untuk tidak memandang muka. Semuanya di bawah perintah dan otoritas Tuhan. Dialah Tuhan atas keluarga, jabatan yang kita miliki, dan lainnya.
Kehadiran Tuhan di tengah segala aspek hanya dapat dimaknai sungguh-sungguh jika kita percaya dan mengikuti perintah-Nya dan membiarkan Dia memegang kendali atas semua peran dan fungsi yang ada dalam hidup kita
Sesungguhnya, perintah Allah di sini adalah demi kebaikan manusia itu sendiri. Allah sedang membangun nilai dan tatanan yang teratur dalam dunia yang berdosa. Dosa sudah merusak struktur yang benar dan Allah membangun ulang struktur tersebut dalam perspektif Kerajaan Allah. Dengan demikian, Allah menghendaki setiap orang Kristen menghayati dan menghidupi nilai Kerajaan Allah dalam segala aspek, peran, relasi, dan fungsinya dalam dunia yang penuh dosa. Inilah Kerajaan Allah yang hadir dalam dunia, yaitu melalui ketaatan umat-Nya.
Allah menuntut ketaatan kita dalam segala aspek. Bagaimana wujud kekristenan kita hari ini di tengah keluarga, pekerjaan, dan lainnya? Adakah kita menghadirkan Allah dalam segala aspek hidup kita?
Doa: Tuhan, ajar kami menghadirkan-Mu melalui ketaatan dalam segala aspek hidup kami. [JS]
SH: Ef 6:10-18 - Perlengkapan rohani untuk hidup suci (Sabtu, 19 Oktober 2002) Perlengkapan rohani untuk hidup suci
Paulus mengingatkan bahwa ada kuasa-kuasa yang tidak kelihatan yang berusaha merusak kesatuan umat dan menyelewe...
Perlengkapan rohani untuk hidup suci
Paulus mengingatkan bahwa ada kuasa-kuasa yang tidak kelihatan yang berusaha merusak kesatuan umat dan menyelewengkan kesucian umat. Pemerintah, penguasa dan roh jahat di u dara (ayat 12); Roh-roh jahat ini sangat berkuasa dan licik penuh tipi muslihat. Manusia tidak mampu melawan mereka.
Jadi apa yang harus diperbuat? Ada dua sikap ekstrim yang harus dihindari. [1]. Terlalu memberi perhatian berlebihan terhadap roh-roh jahat sehingga mengabaikan kuasa Kristus. [2]. Mengabaikan kehadiran roh-roh jahat dalam dunia. Manusia lemah dan tidak mungkin menghadapi roh-roh. Karenanya orang percaya harus bergantung sepenuhnya pada kuasa Allah (ayat 10). Kuasa Allah telah diungkapkan melalui salib Kristus. Maut dan kuasa Iblis telah dikalahkan. Karenanya orang Kristen harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (ayat 13).
Ada 6 jenis perlengkapan: kebenaran, pembenaran, berita Injil damai sejahtera, iman, keselamatan, dan firman Allah. Kebenaran adalah kebenaran isi Alkitab atau hidup kristiani yang benar (ayat 14). Baju zirah pembenaran adalah pulihnya relasi dengan Allah melalui Yesus yang melindungi orang percaya dari semua tuduhan iblis (ayat 14). Kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera sangat dibenci iblis karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan manusia dari cengkeraman roh-roh jahat (ayat 15). Iman pada Allah berarti percaya pada janji Allah, akan melindungi kita dari serangan iblis berbentuk keraguan dan kebimbangan. Orang Kristen telah menerima keselamatan dari Allah dan sedang menanti sepenuhnya pada saat Yesus datang kedua kali; masa kini Allah menyelamatkannya dari semua serangan si jahat. Perlengkapan terakhir adalah firman Allah yang merupakan pedang Roh (ayat 17). Yesus melawan serangan iblis dengan firman Allah (Mat. 4:1-10). Kita tidak tahu kapan dan bagimana iblis menyerang. Itulah sebabnya kita harus siap sedia, dengan setiap hari menjadikan firman Allah santapan kita dan setiap hari kita wujudkan dalam hidup.
Renungkan: Kita adalah milik Tuhan; Tuhan sudah menjadikan semua hal yang perlu agar kita suci seperti Kristus.
SH: Ef 6:10-24 - Awal kehidupan Kristen (Jumat, 14 November 2003) Awal kehidupan Kristen
Akhir dari perjalanan seorang anak menyelesaikan pendidikannya
di tingkat SD, merupakan awal baginya untuk menempuh jenj...
Awal kehidupan Kristen
Akhir dari perjalanan seorang anak menyelesaikan pendidikannya di tingkat SD, merupakan awal baginya untuk menempuh jenjang pendidikan SLTP. Di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kesulitan yang dihadapinya pun akan lebih tinggi, begitu seterusnya. Demikian juga bagi seseorang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan atas hidupnya, pertobatan hanyalah awal dari kehidupannya bersama Kristus. Ia masih harus bertahan hingga mencapai garis akhir dalam menghadapi peperangan rohani.Pada bagian akhir surat Efesus ini Paulus secara tidak langsung mengatakan bahwa mereka baru ada pada awal kehidupan Kristen. Oleh karena itu, orang Kristen dianjurkan untuk mengenakan perlengkapan senjata Allah (ayat 11,13). Mengapa? Oleh karena kita akan berjuang menghadapi musuh yang utama yaitu pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap ini dan roh-roh jahat di udara (ayat 12). Tujuannya adalah supaya orang Kristen dapat berdiri sampai akhir dalam peperangan rohani ini (ayat 13). Akan tetapi, kita harus ingat bahwa kita tidak berjuang sendiri. Seluruh komunitas Kristen akan berjuang bersama. Oleh karena itu selain mengenakan perlengkapan senjata Allah (ayat 14-18), kita harus berdoa dengan konsisten baik untuk diri sendiri maupun untuk mendukung yang lainnya (ayat 18-19). Doa adalah bentuk komunikasi kita dengan Allah. Berdoa menunjukkan kebergantungan kita kepada Allah, dan kebergantungan ini memberikan kekuatan untuk kita memenangkan peperangan ini. Kapan peperangan rohani kita dimulai? Ketika kita percaya kepada Kristus. Kapan peperangan rohani ini berakhir? Ketika Tuhan Allah mengatakan “Hamba yang setiawan, mari masuklah” itulah akhir peperangan rohani kita.
Renungkan: Awal kehidupan Kristen Anda adalah peperangan melawan penguasa-penguasa kegelapan. Bersama dengan Kristus, menangkan peperangan rohani Anda dari hari ke hari.
SH: Ef 6:10-20 - Gunakan perlengkapan senjata Allah (Selasa, 15 November 2011) Gunakan perlengkapan senjata Allah
Seorang prajurit memahami pentingnya menggunakan perlengkapan perang sebelum melangkah maju ke medan perang. Ini b...
Gunakan perlengkapan senjata Allah
Seorang prajurit memahami pentingnya menggunakan perlengkapan perang sebelum melangkah maju ke medan perang. Ini bukan hanya demi keselamatan diri sendiri, tetapi untuk kemenangan peperangan.
Paulus yang hidup pada zaman kekuasaan Romawi dan pernah dipenjara, mengenal perlengkapan seorang prajurit Romawi. Dengan kiasan, Paulus menasihati jemaat agar mempergunakan seluruh perlengkapan senjata rohani dalam menghadapi musuh yang tidak kelihatan (11, 13). Untuk itu, jemaat pertama-tama harus kuat di dalam Tuhan dengan mengandalkan kekuatan kuasa-Nya agar dapat bertahan dalam melawan segala tipu muslihat dan serangan Iblis dan antek-anteknya, melalui ajaran sesat maupun daya tarik dunia.
Untuk itu, kita harus selalu siap sedia dan berdiri tegap, hidup adil dan benar sehingga Iblis tidak mendapat kesempatan untuk menjatuhkan kita. Kita juga harus rela memberitakan berita pendamaian agar orang lain mengenal Tuhan Yesus dan juga mengalami damai sejahtera. Kita pun harus mengandalkan perisai iman untuk menghancurkan semua serangan Iblis yang ingin menjatuhkan dan membuat kita meninggalkan Tuhan, memakai ketopong keselamatan agar Iblis tidak memengaruhi pikiran kita sehingga kita memikirkan hal yang sia-sia, penuh kekhawatiran dan kejahatan. Dan yang terpenting ialah membaca firman Tuhan agar mendapat petunjuk dan terlatih menggunakan pedang Roh untuk melawan semua serangan Iblis. Yang terutama, kita harus bergantung kepada Tuhan dalam doa agar kuat menghadapi dan memenangkan peperangan itu. Jadi firman dan doa merupakan dua pilar yang sangat penting dalam memenangkan peperangan rohani, selain untuk pertumbuhan iman kita.
Agar mempunyai dasar dan kekuatan untuk melakukan firman Tuhan dan memenangkan peperangan itu, kita perlu selalu membaca firman Tuhan dan berdoa. Kita berdoa agar pintu penginjilan selalu terbuka dan orang percaya mendapat kuasa untuk memberitakan Injil sehingga banyak orang percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
SH: Ef 6:10-20 - Peperangan Rohani (Senin, 23 Desember 2019) Peperangan Rohani
Alkitab menjelaskan bahwa kehidupan Kristen itu tidak adem ayem saja, tetapi penuh peperangan dan gejolak. Setiap anak Tuhan pasti ...
Peperangan Rohani
Alkitab menjelaskan bahwa kehidupan Kristen itu tidak adem ayem saja, tetapi penuh peperangan dan gejolak. Setiap anak Tuhan pasti mengalami cobaan dan cobaan itu dapat dilihat sebagai ujian dan peperangan rohani.
Nas ini menjelaskan peperangan rohani yang dikaitkan dengan kehidupan orang Kristen dan bagaimana menang dengan mengandalkan kuasa Tuhan (10-11). Setiap peristiwa yang dialami orang Kristen semuanya merupakan peperangan rohani. Peperangan kita adalah melawan penguasa angkasa (12). Karena itu, Paulus mendorong orang Kristen untuk mengambil seluruh perlengkapan senjata Allah untuk mengadakan perlawanan dan tetap berdiri sampai akhirnya (13).
Paulus mulai dengan menguraikan ikat pinggang kebenaran dan baju zirah keadilan (14). Kebenaran dan keadilan di sini merupakan kebenaran dan keadilan Kristus yang diterima oleh iman tatkala kita percaya (bdk. Ef. 4:21). Di samping itu, perlengkapan lain dihadirkan untuk orang Kristen agar dapat memenangkan peperangan rohani, yaitu kasut kerelaan memberitakan Injil (15), perisai iman (16), ketopong keselamatan, dan pedang Roh (17). Lalu, Paulus menutupnya dengan senjata terakhir, yaitu doa dan berjaga-jaga (18). Paulus pun minta didukung dalam doa (19-20). Ia menggunakan doa sebagai kekuatan rohaninya.
Semua perlengkapan ini menjamin orang Kristen akan menang dalam peperangan rohani jika ia sungguh bergantung kepada Allah dan menggunakannya. Orang Kristen sejati pasti akan mengalami peperangan rohani dalam hidupnya. Dengan bersandar kepada kuasa Allah, niscaya kita pasti menang. Karena Allah tidak membiarkan orang Kristen berperang sendiri dan kalah. Sebaliknya, Allah menyertai akan mereka. Bahkan, Allah sendiri berperang bersama dan untuk kita.
Adakah kita mengandalkan kuasa-Nya dalam hari-hari kita? Atau, kita memperhitungkan Tuhan pada hari Minggu saja?
Doa: Tuhan, sertai kami dalam peperangan rohani setiap hari. [JS]
Utley: Ef 5:25--6:3 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:25-6:325 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 2...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 5:25-6:3
25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, 27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. 28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. 29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, 30 karena kita adalah anggota tubuh-Nya. 31S EBAB ITU LAKI- LAKI AKAN MENINGGALKAN AYAHNYA DAN IBUNYA DAN BERSATU DENGAN ISTERINYA, SEHINGGA KEDUANYA ITU MENJADI SATU DAGING. 32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. 33 Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya. 1 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. 2 HORMATILAH AYAHMU DAN IBUMU — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: 3 SUPAYA KAMU BERBAHAGIA DAN PANJANG UMURMU DI BUMI.
Ef 5:25 "Hai suami, kasihilah isterimu" Ini adalah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE yang merupakan satu-satunya IMPERATIVE dalam paragraph ini. Suami harus menetapkan suasana rohani di rumah dengan terus mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja. Ini adalah pernyataan yang secara radikal positif dalam jamannya, tetapi di zaman kita seluruh bagian ini tampaknya negatif karena ini mencerminkan konsep teologis tentang kepemimpinan laki-laki di rumah (lih. Kej 3:16; 1Kor 11:3; 2Tim 2:13). Namun demikian, suami Kristen adalah pemimpin hamba, bukan para bos.
□ "menyerahkan diriNya baginya" K ATA DEPAN Yunani huper ini berarti "atas nama." Ini menunjuk pada penebusan penggantian, perwakilan Kristus. Ini juga merupakan jenis kasih yang memberi diri yang dituntut dari para suami.
Ef 5:26 "untuk menguduskannya" Kedua KATA KERJA utama dalam Ef 5:26,27 berbentuk AORIST ACTIVE SUBJUNCTIVE (lih. Yoh 17:17-19; Tit 2:14; Ibr 10:10,14,29; 13:12). Kata menguduskan berasal dari akar "suci." Tujuan dari pembenaran adalah pengudusan (lih. Ef 1:4; Rom 8:29-20). S UBJUNCTIVE MOODnya menambahkan suatu catatan ketergantungan. Sebagaimana gereja harus bekerja sama, demikian juga, istri.
- NASB "setelah menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman."
- NKJV "menyucikannya dengan memandikannya dengan air oleh firman"
- NRSV "dengan menyucikannya dengan memandikannya dengan air oleh firman"
- TEV "oleh firman-Nya, setelah menyucikannya dengan memandikannya dalam air"
- NJB "Ia menyucikannya dengan memandikannya di air dengan sebentuk firman"
Ini mungkin adalah sebuah metafora PL untuk penyucian (lih. Yoh 15:3; Tit 3:5). Ini mungkin merujuk kepada
- 1. liturgi baptisan (lih. Mat 28:19-20; Kis 2:38; Tit 3:5)
- 2. pengakuan iman kepada publik pada saat baptisan (lih. Kis 22:16; 1Kor 6:11)
- 3. kelanjutan dari citra perkawinan, suatu pemandian ritual pengantin sebelum upacara, sebagai simbol budaya kemurnian
"Firman" ini mungkin tidak merujuk pada Alkitab, tetapi untuk kata-kata dari penyelenggara baptisan atau pengakuan iman calon yang akan dibaptis.
Ef 5:27 "Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya" Ini adalah satu lagi AORIST ACTIVE SUBJUNCTIVE, yang menyajikan unsur ketergantungan. Hal ini tampaknya merujuk pada Perjamuan Kawin Anak Domba (lih. Wahy 19:6-9). Sama seperti kasih Yesus bagi gereja yang merevolusi gereja, demikian juga, kasih suami untuk istrinya harus menstabilkan dan memberkati keluarga Kristen.
□ "cacat" Ini secara harfiah adalah "tanpa ketidak-murnian."
□ "kerut" Secara harfiah ini berarti "tidak ada tanda-tanda penuaan."
□ "kudus" Ini berasal dari akar yang sama dengan "pengudusan" dalam ay. Ef 5:26 (lih. Ef 1:4). Lihat Topik Khusus: Kudus pada Ef 1:4.
□ "tidak bercela" Ini adalah istilah korban Perjanjian Lama (lih. 1Pet 1:19). Konsep yang sama disebutkan sebagai kehendak Allah bagi gereja di Ef 1:4. Lihat Topik Khusus: Tak Bercacat pada Kol 1:22.
Bobot kumulatif dari semua istilah ini adalah bahwa Tuhan menginginkan kesucian yang lengkap dari umat- Nya (Ef 1:4). Sasaran dari keKristenan adalah keserupaan dengan Kristus (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:14). Gambar Allah dalam manusia akan dipulihkan!
Ef 5:28 "seperti tubuhnya sendiri:" Ketika suami Kristen mengasihi istri Kristen mereka, mereka mencintai diri sendiri karena dalam Kristus mereka adalah "satu daging" (lih. Kej 2:24). Karena Gereja merupakan perpanjangan dari Kristus, suami dan istri merupakan perpanjangan dari satu sama lain.
Ef 5:29 "mengasuh" Ini adalah metafora burung yang berarti "memberi makan hingga dewasa." Ini digunakan untuk membesarkan anak-anak di Ef 6:4.
□ "merawati" Ini adalah satu lagi metafora burung, "untuk menghangatkan." Kedua istilah ini harus memotivasi tindakan setiap suami Kristen yang dewasa terhadap istrinya. Suami adalah pengelola atas karunia dari istri (dan anak-anak) mereka sama seperti milik mereka sendiri! Pemimpin rohani dari rumah tangga harus mencari kedewasaan setiap anggota keluarga di dalam Kristus.
Ef 5:30 "kita adalah anggota tubuh-Nya" Gereja sebagai suatu tubuh fisik adalah salah satu metafora kebersamaan Paulus yang menekankan kesatuan di tengah-tengah keanekaragaman (lih. 1Kor 12:12-27).
Ef 5:31 Ini adalah kutipan dari Septuaginta (LXX) dari Kej 2:24. Sebagaimana keluarga Kristen merupakan sebuah unit organik, demikian pula gereja dan Kristus. Keluarga harus menjadi satu unit yang tak terpisahkan, sama seperti gereja dan Tuhannya yang adalah (lih. Yoh 17:11,21-22) satu tubuh (lih. 1Kor 12). Kebenaran ini menolak eksklusivisme dari guru-guru palsu pada zaman itu dan setiap hari.
Ef 5:32 "rahasia" Terjemahan Vulgata Latin menuliskan "sakramen," tapi ini adalah sebuah penyisipan naskah mengikuti sakramentalisme Katolik Romawi. Paulus menggunakan istilah "rahasia" beberapa kali mungkin karena itu adalah istilah favorit dari guru-guru palsu Gnostik. Paulus menggunakannya dalam beberapa cara. Di sini berkaitan dengan perbandingan metaforis antara suami dan istri / Kristus dan gereja. Untuk diskusi lengkapnya lihat Ef 1:9; 3:3.
Ef 5:33 "kasihilah... menghormati" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dan PRESENT MIDDLE (deponent) SUBJUNCTIVE. Suami diperintahkan untuk terus mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri (satu daging, ay. Ef 5:31) dan istri dipanggil untuk tunduk pada dan menghormati suami mereka, yang akan meningkatkan dan memperkuat ikatan kasih di antara mereka. Ini adalah pernyataan ringkasan dari seluruh bagian (ay. Ef 5:21-33).
Utley: Ef 6:1-3 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 6:1-31 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. 2 HORMATILAH AYAHMU DAN IBUMU — ini a...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 6:1-3
1 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. 2 HORMATILAH AYAHMU DAN IBUMU — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: 3 SUPAYA KAMU BERBAHAGIA DAN PANJANG UMURMU DI BUMI .
Ef 6:1 "anak-anak" Tidak pasti usia berapa yang dirujuk di sini. Dalam kehidupan orang Yahudi seorang anak laki- laki menjadi seorang pria, bertanggung jawab kepada Hukum dan boleh menikah, pada usia 13 (yaitu, bar mitzvah); seorang gadis menjadi seorang wanita pada usia 12 (yaitu, bath mitzvah). Dalam budaya Romawi anak laki-laki menjadi seorang pria pada usia 14, dalam kebudayaan Yunani, pada usia 18.
□ "taatilah" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE yang merupakan istilah majemuk Yunani dari "mendengar" dan "di bawah." Paralel Kolosenya menambahkan "dalam segala hal." Ketaatan ini pasti untuk jangka waktu tertentu (masa kanak-kanak). Bahkan perintah ini harus diimbangi dengan Mat 10:34-39. Otoritas tertinggi bukanlah orangtua, tetapi Illahi.
□ "dalam Tuhan" Frase ini dihilangkan dalam manuskrip kuno berhuruf besar Yunani B, D4, F dan G, tetapi terdapat dalam P46, א, A, dan D1 serta terjemahan Vulgata, Peshitta, Koptik dan Armenia. Pencakupan ini memastikan bahwa konteksnya adalah rumah tangga Kristen. Konteks ini menyiratkan baik anak-anak Kristen dan orang tua Kristen.
□ "haruslah demikian" Alkitab dengan jelas menyatakan hubungan pemberian Allah antara orang tua dan anak- anak (lih. Kol 3:20; Ams 6:20; 23:27). Keluarga yang kuat membentuk masyarakat yang kuat.
Ef 6:2 "hormatilah" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Ini adalah kutipan dari Sepuluh Perintah Allah (lih. Kel 20:12; Ul 5:16). "Hormatilah" adalah istilah komersial yang berarti "memberikan bobot yang pantas kepada" Ini mencerminkan konsep PL bahwa apa yang adalah "berat/berbobot" adalah berharga. Orang tua harus dihormati dan dihargai oleh anak-anak Kristen. Tidak ada orangtua yang sempurna (sebagaimana juga tidak ada anak yang sempurna).
□ "Ayahmu dan ibumu" Ini menunjukkan bahwa kedua orang tua layak dihormati dan dihargai.
□ "( ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini)" Kutipan dalam ay. Ef 6:3 ini digunakan dalam Ulangan dalam konteks yang berbeda (lih. Ul 4:40; 5:16,33; 30:17-18). Ini bukan janji umur panjang untuk individu, tapi janji kebudayaan akan stabilitas sosial. Perhatikan bahwa Paulus, dengan mengutip Sepuluh Perintah Allah, menunjukkan bahwa Hukum (Kejadian-Ulangan) masih berlaku sejauh sebagai pedoman perwahyuan untuk orang Kristen (lih. Ef 4:25,26; Rom 10:4; 13:9-10; Gal 2:15-21) tetapi tidak untuk keselamatan (lih. Gal 3).
Ef 6:3 "di bumi" Paulus mengadaptasi kutipan PL dari "di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu" (lih. Kel 20:12; Ul 5:16) dan mengubahnya menjadi sebuah prinsip umum. Para penulis PB sering mengambil janji PL untuk Israel dan diadaptasi menjadi kebenaran universal.
Utley: Ef 6:4 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 6:44 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan ...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 6:4
4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
- NASB NKJV, NRSV "bapa-bapa"
- TEV, NJB "orang tua"
Naskah Yunaninya memiliki kata "bapa-bapa." Terjemahan ekuivalen dinamis Bahasa Inggris modern (TEV dan NJB) telah melebarkan artinya karena ay. Ef 6:2, di mana ayah dan ibu yang disebutkan. Namun, dalam konteks yang lebih besar yaitu Ef 5:21-6:9, Paulus membahas dahulu tiga kelompok yang tidak memiliki hak sosial—istri, anak, budak—dan kemudian membahas orang-orang yang memiliki semua hak—suami, ayah, dan tuan. Ada tanggung jawab rohani bagi setiap anggota keluarga Kristen.
□ "janganlah bangkitkan amarah" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan tindakan yang sudah dalam proses (lih. Kol 3:21). Seperti Ef 5:25, ini adalah keseimbangan yang diperlukan, di dunia Yunani-Romawi, dan kita. Ayah bukanlah otoritas tertinggi, tetapi penatalayan Kristen bagi keluarga mereka.
Ayah Kristen harus memahami peran penatalayanan mereka dalam kehidupan anak-anak mereka. Ayah jangan mengajarkan preferensi pribadi, melainkan kebenaran rohani. Tujuannya bukan otoritas orang tua, tapi pada meneruskan otoritas Allah kepada anak-anak. Kesenjangan generasi akan selalu ada, tetapi jangan pernah ada kesenjangan otoritas ilahi. Anak-anak tidak harus mencerminkan kebiasaan, pilihan, atau gaya hidup orang tua untuk dapat menyenangkan Tuhan. Kita harus berhati-hati dari keinginan untuk membentuk anak-anak kita ke pemahaman budaya kita atau mencerminkan preferensi pribadi kita.
Sebagai seorang pendeta lokal di dekat sebuah sekolah negeri yang besar, saya memperhatikan bahwa banyak orang muda yang paling liar justru datang dari keluarga Kristen konservatif yang tidak memungkinkan mereka untuk mempunyai pilihan atau kebebasan pribadi. Kebebasan adalah pengalaman yang memabukkan dan harus diperkenalkan dalam tahapan-tahapan tanggung jawab. Anak-anak Kristen harus mengembangkan kehidupan berdasarkan keyakinan pribadi dan iman, bukan pedoman tangan kedua dari orangtua.
□ "didiklah mereka" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE yang berasal dari akar kata yang sama, "memberi makan hingga dewasa," seperti dalam Ef 5:29. Sebagaimana merupakan tanggung jawab suami untuk terus membantu istrinya bertumbuh menjadi dewasa dan berkarunia rohani, ia juga harus membantu anak-anaknya mencapai kedewasaan dan karunia rohani penuh mereka (lih. Ef 4:7).
- NASB, NRSV "dalam disiplin dan pengajaran Tuhan"
- NKJV "dalam ajaran dan nasihat Tuhan"
- TEV "disiplin dan pengajaran Kristen "
- NJB "mengkoreksi mereka dan membimbing mereka sebagaimana dilakukan Tuhan"
Istilah yang pertama berasal dari akar kata Yunani untuk "anak" dan menunjuk pada pelatihan anak-anak oleh orangtua (lih. Ibr 12:5,7,8,11) dan untuk pelatihan Tuhan atas orang percaya (lih. 2Tim 3:16).
Istilah yang kedua adalah istilah umum bagi peringatan, koreksi, atau nasihat (lih. 1Kor 10:11; Tit 3:10). Pelatihan anak-anak dalam iman merupakan penekanan utama dari Yudaisme (lih. Ul 4:9; 6:7-9,20-25; 11:18-21; 32:46). Pelatihan orang tua mengakui pentingnya menyampaikan iman pribadi dan kebenaran Alkitab akan Allah, bukannya preferensi pribadi, atau pendapat budaya orang tua, ke generasi berikutnya.
Utley: Ef 6:5-8 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 6:5-85 Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 6:5-8
5 Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, 6 jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, 7 dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia. 8 Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.
Ef 6:5 "hamba-hamba" Ini adalah contoh rumah tangga yang ketiga dari Paulus untuk menunjukkan bagaimana dipenuhi dengan Roh membuat perbedaan dalam kehidupan sehari-hari (lih. Kol 3:22). "Hamba-hamba" (douloi) menunjuk pada budak pembantu rumah tangga.
□ "taatilah" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Ada suatu bagian paralel yang bagus dalam 1Pet 2:18-21. Ada paralel yang jelas antara istri, anak-anak dan pelayan, kecuali bahwa istri tidak diperintahkan untuk taat sebagaimana anak-anak (selama suatu periode tertentu) dan budak.
□ "tuanmu yang di dunia" Dunia di sini adalah istilah Yunani daging (sarx) yang digunakan dalam arti fisik, bukan kejahatan. Kebenaran umum ini berkaitan baik dengan tuan-tuan Kristen dan kafir (yaitu, bos yang baik dan yang tidak baik). Perhatikan frasa "di dalam Tuhan" tidak ditemukan di sini seperti pada dua contoh rumah tangga sebelumnya (lih. Ef 5:21; 6:1).
Budaya barat modern tidak memiliki budak, namun kebenaran rohani ini tentu berlaku untuk majikan Kristen dan karyawan Kristen.
□ "dengan takut dan gentar" Ini adalah metafora hormat (lih. 1Kor 2:3; 2Kor 7:15; Fili 2:12).
□ "dengan tulus hati" Ini adalah metafora dari istilah "ketunggalan." Ini digunakan dalam dua cara dalam PB (1) ketulusan (lih. II Kol 1:12; Kol 3:22) atau (2) kemurahan (lih. Rom 12:8; 2Kor 8:2; 9:11,13). Dalam konteks ini jelas #1. Motivasi seorang percaya selalu merupakan kunci untuk tindakan yang tepat, bukan observasi (lih. ay. 6-7). Orang percaya menjalankan hidup mereka di setiap bidang seperti kepada Tuhan (lih. Kol 3:22-25 dan Rom 14:7-9.)! Mereka tidak termotivasi oleh nilai atau manfaat dari orang lain, tetapi oleh siapa mereka di dalam Kristus.
Suami Kristen mengasihi istrinya bukan karena istri yang sempurna atau layak, tapi karena mereka adalah orang Kristen. Hal ini berlaku bagi semua hubungan interpersonal manusia. Orang percaya mengasihi Allah dengan mengasihi orang lain yang diciptakan dalam gambar-Nya, untuk siapa Ia mati (lih. 1Yoh 2:9,11; 4:20). Lihat Topik Khusus: Hati di Kol 2:2.
□ "sama seperti kamu taat kepada Kristus" Orang percaya bertindak terhadap orang lain karena hubungan mereka kepada Kristus, bukan karena apa yang layak bagi orang lain tersebut (lih. Ef 5:22; Rom 14:7-9). Hal ini berlaku untuk suami dan istri, orang tua dan anak-anak, majikan dan budak. Orang percaya memprioritaskan orang karena gambar dan kasih Allah untuk mereka, bukan karena jasa pribadi mereka.
Ef 6:8 "tahu, bahwa… sesuatu yang baik" Konteks ini bukanlah suatu latar beakang ibadah, tetapi hubungan orang percaya dengan orang lain, rekan-rekan Kristen dan orang tidak percaya sehari-hari. Allah peduli dengan segala tindakan kita. Tidak ada yang sekuler; semuanya adalah sakral!
Ayat 8a adalah sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL yang berarti tindakan potensial di masa depan. Orang percaya diharapkan untuk melakukan perbuatan baik (lih. Ef 1:4; 2:10; 4:17-5:14). Orang-orang percaya tidak menjadi benar dengan Allah melalui perbuatan baik tetapi mereka diselamatkan untuk bisa berbuat baik.
□ "akan menerima balasannya dari Tuhan" Tuhan mengamati kehidupan orang percaya dan mereka akan memberikan pegging-jawaban (lih. 2Kor 5:10). Alkitab tidak berbicara tentang penghargaan (lih. Mat 5:12,46; 6:1-2; 10:41-42, Luk 6:23,35; 1Kor 3:8,14; 9:17-18 ; 2Yoh 1:8; Wahy 11:18; 14:13; 22:12) dan mahkota (lih. 1Kor 9:25; II Tim Ef 4:8; Yak 1:23; 1Pet 5:4; Wahy 2:10). Paulus sedang menyatakan suatu prinsip umum yang serupa untuk Gal 6:7-9.
Utley: Ef 6:9 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 6:99 Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan T...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 6:9
9 Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka.
Ef 6:9 "tuan-tuan" Ini masih konteks tulisan yang sama seperti Ef 5:22-6:9, yang adalah contoh rumah tangga Paulus tentang kehidupan yang "dipenuhi Roh" dalam tindakan. Dalam ayat ini tuan-tuan yang dimaksud adalah jelas orang percaya, sedangkan dalam ay. Ef 6:5 mereka bisa orang percaya atau tidak percaya.
□ "perbuatlah demikian juga terhadap mereka" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Di sini sekali lagi adalah keseimbangan yang diperlukan untuk para pemilik budak, sebagaimana Ef 5:29 adalah untuk suami dan 6:4 adalah untuk orang tua. Setiap orang harus melakukan prinsip-prinsip kesalehan (dipenuhi Roh Kudus), bukan hak istimewa sosial. Aturan utama Yesus (Mat 7:12) berlaku di sini.
□ "jauhkanlah ancaman" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai suatu
IMPERATIVE . Secara harfiah kata itu berarti "mengendorkan."
□ "Ia tidak memandang muka" Istilah "memandang muka" adalah suatu majemuk dari "wajah" dan "mengangkat." Ini menunjukkan seorang hakim PL yang bertindak adil tanpa mengangkat wajah si terdakwa untuk melihat apakah dia mengenali dirinya. Allah tidak membedakan orang (lih. Ul 10:17; Kis 10:34; Rom 2:11; Gal 2:6; Kol 3:25; 1Pet 1:17). Semua perbedaan duniawi memudar dalam Kristus (lih. Rom 3:22; Gal 3:26,28; Kol 3:11). Lihat Topik Khusus: Rasisme pada Kol 3:11.
WAWASAN KONTEKSTUAL UNTUK Ef 6:10-24
- a. Hidup Kristen adalah sebuah perjuangan rohani. Masalah, penderitaan, dan penganiayaan tidaklah abnormal, tetapi normal, bagi orang Kristen dalam dunia yang jatuh (lih. Rom 5:3-4; 8:17-18; 1Pet 1:6-9; 2:11; 4:12-17; 5:10).
- b. peperangan rohani mungkin terkait secara kontekstual dengan PRESENT PASSIVE IMPERATIVE, "dipenuhi dengan Roh," dari Ef 5:18 dan PRESENT PASSIVE (atau MIDDLE, lihat catatan pada Ef 5:22) IMPERATIVE "dijadikan kuat di dalam Tuhan," Ef 6:10. Sebagaimanapengisian ini berhubungan dengan keserupaan dengan Kristus setiap hari (Kol 3:16) demikian juga, peperangan rohani. Orang adalah prioritas dengan Allah. Medan perangnya adalah hubungan antar pribadi sehari-hari. Hanya orang-oranglah yang kekal. Meskipun bentuk PASSIVE ini berbicara tentang kuasa Allah, orang Kristen harus membiarkan Roh Kudus untuk bekerja dalam hidup mereka. Perjanjian melibatkan dua pihak, dua pilihan.
- c. Kita harus berhati-hati terhadap dua ekstrim: (1) Setan menyebabkan segala sesuatu dan (2) tidak ada kejahatan pribadi. Saya berasumsi karena monoteisme PL bahwa setan adalah makhluk ciptaan dan makhluk terkendali (lih. 1Raj 22:19-23; Ayub 1; 2, Za 3:1-5; dan kemungkinan berdasarkan analogi Yes 14:12-14; atau bahkan Yeh 28:12-16). Ia tidak maha hadir, atau maha tahu. Setan telah disebutkan sebelumnya dalam surat ini dalam Ef 2:2; 4:14,27! Ia hanya salah satu dari tiga musuh yang dihadapi orang Kristen sehari-hari—yaitu dunia, setan (dan), dan daging (lih. Ef 2:2-3; Yak 4).
- d. Allah menyediakan baju besi dan senjata rohani kita, tetapi orang percaya harus (1) mengenali peperangan rohani harian tersebut dan (2) menyediakan diri sendiri, dengan iman, untuk sumber daya Tuhan dan kemudian (3) berdiri (lih. ay. Ef 6:11,13,14). Kedewasaan rohani tidak otomatis, juga bukan berdasarkan umur panjang, IQ (yaitu, kecerdasan), atau karunia.
- e. Ayat Ef 6:21-22 hampir identik dengan Kol 4:7-8. Ini adalah bukti tambahan dari hubungan erat antara dua buku ini. Namun, menarik bahwa seluruh diskusi tentang peperangan rohani dihilangkan dalam Kolose. Setiap buku memiliki keunikan tersendiri.
Utley: Ef 6:10-17 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 6:10-1710 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. 11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senj...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 6:10-17
10 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. 11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; 12 karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa- penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. 13 Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. 14 Jadi berdirilah tegap, BERIKATPINGGANGKAN KEBENARAN dan BERBAJUZIRAHKAN KEADILAN, 15 KAKIMU BERKASUTKAN KERELAAN UNTUK MEMBERITAKAN INJIL DAMAI SEJAHTERA ; 16 dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, 17 dan terimalah KETOPONG KESELAMATAN dan pedang Roh, yaitu firman Allah,
Ef 6:10 "akhirnya" Secara harfiah ini adalah "sisanya." Ini adalah ungkapan khas Paulus yang menyiratkan bahwa ia hampir menutup suratnya (lih. 2Kor 13:11; Fili 3:1; 4:8; 1Tes 4:1; 2Tes 3:1). Biasanya ini menandai transisi ke sebuah pandangan yang baru.
□ "hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan" Ini bisa merupakan sebuah PRESENT PASSIVE IMPERATIVE, "dibuat menjadi kuat," atau sebuah PRESENT MIDDLE IMPERATIVE, "jadilah kuat." Bentuk ketatabahasaannya sama, hanya fungsinya berbeda. Teologianya jelas: orang percaya harus terus membiarkan Roh Kudus untuk memperkuat mereka untuk perjuangan rohani yang terus berlangsung (lih. Ef 3:20; 1Kor 16:13).
Paradoks antara PASSIVE VOICE (kuasa Allah yang mengalir melalui orang percaya) dan MIDDLE VOICE (orang percaya secara aktif terlibat dalam hidup untuk Kristus) ini adalah ketegangan dialektis yang ditemukan di seluruh Alkitab. Pada dasarnya ini adalah ketegangan hubungan perjanjian (lih. Fili 2:12-13). Allah selalu mengambil inisiatif, selalu menetapkan agenda, namun Ia juga memilih bahwa manusia harus menanggapi (awalnya dan terus- menerus). Kadang-kadang Alkitab menekankan respon manusia (Yeh 18:31, "perbaharuilah hatimu dan rohmu!") dan kadang-kadang pengadaan Allah (lih. Yeh 36:26-27, "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu"). Keduanya benar!
Empat istilah Yunani (dunamis = daya; energeia = energi; kratos = kekuatan dan ischus = keperkasaan) digunakan dalam Ef 1:10 untuk menjelaskan kuasa Allah di dalam Kristus. Di sini, tiga dari kata-kata yang sama tersebut digunakan.
□ "dalam kekuatan kekuasaan-Nya" YHWH sering digambarkan dalam PL sebagai pejuang memakai baju besi (lih. Yes 42:13; 49:24-25; 52:10 dan khususnya Yes 59:16-17). Ini adalah baju besi-Nya, bukan kita. Kemenangan kita adalah di dalam Dia (lih. Fili 2:13), tetapi kita harus bekerja sama (lih. Fili 4:12).
Ef 6:11 "Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah" Ini merupakan sebuah AORIST MIDDLE IMPERATIVE yang menyampaikan rasa urgensi (lih. Ef 6:13). Ini adalah tindakan menentukan dari kehendak orang percaya. Allah telah menyediakan peralatan rohani yang kita butuhkan, tetapi kita harus menyadari kebutuhannya dan menyediakan diri untuk pengadaan Allah dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari (lih. 1Tes 5:8). Pembenaran (Rom 4:6) tidak memberikan pembebasan dari perjuangan dan pencobaan rohani (lih. Rom 7). Kehadiran "manusia baru" tidak berarti penghapusan total "manusia lama." Sering pertempurannya makin intensif. Jika Setan tidak bisa menjauhkan kita dari diselamatkan, ia akan berusaha menjaga kita untuk tetap secara rohani kalah dan bungkam!
□ "supaya kamu dapat bertahan" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE INFINITIVE yang diikuti oleh AORIST ACTIVE INFINITIVE, yang menunjuk pada perjuangan sehari-hari, bukan satu "pertempuran" atau godaan yang menentukan (ini mirip dengan pencobaan Yesus di Luk 4:13, di mana setan pergi sampai waktu yang lebih tepat). Istilah "berdiri" merupakan istilah militer untuk memegang posisi seseorang. Hal ini diulang dalam ay. Ef 6:13,14. Ini adalah tujuan utama dari senjata orang percaya.
Lihat topik khusus BERDIRI (HISTĒMI)
- NASB "terhadap rencana jahat setan"
- NKJV, NRSV "melawan tipu muslihat iblis"
- TEV "melawan muslihat jahat iblis"
- NJB "taktik setan"
Orang Kristen diserang oleh suatu malaikat pencoba, setan (lih. Ef 2:2; 4:14,27; 2Kor 2:11; 1Pet 5:8-9). Setan menggunakan berbagai rencana jahat (methodia).
- 1. perpecahan
- 2. pribadi dosa
- 3. guru palsu
- 4. keputusasaan
- 5. apati
- 6. penderitaan
Ini hanyalah beberapa hal yang dihadapi para penerima surat ini. Namun demikian, orang percaya tidak dapat menganggap semua dosa dan masalah sebagai godaan atau serangan malaikat. Manusia yang jatuh, bahkan manusia jatuh yang telah ditebus, menghadapi (1) sifat berdosa yang berkelanjutan; (2) sistem dunia yang jatuh, dan (3) suatu serangan malaikat dan setan (lih. Ef 2:2-3; Yak 4:1,4,7). Pertempuran dimulai dalam pikiran tetapi bergerak cepat menjadi tindakan dosa. Untuk Topik Khusus: Kejahatan Pribadi lihat Ef 2:2.
Perhatikan berapa kali kata "melawan" muncul dalam konteks ini (sekali dalam v.11 dan empat kali dalam ay. Ef 6:12). Persenjataan lengkap kejahatan digagalkan oleh persenjataan lengkap dari senjata Allah!
- NASB NRSV "perjuangan kita bukanlah"
- NKJV "kita tidak menggeluti"
- TEV "kita tidak berperang melawan"
- NJB "kita harus berjuang"
Ini adalah sebuah KATA KERJA PRESENT TENSE yang berarti sebuah perjuangan yang sedang berlangsung, bukan godaan satu kali. Ini bisa merupakan sebuah metafora militer atau atletik. Secara harfiah ini menunjuk pada perang satu lawan satu. Kehidupan Kristen adalah keras! Kehidupan Kristen adalah sebuah karunia supranatural yang dijalani oleh pertobatan dan iman, sebagaimana keselamatan.
□ "melawan darah dan daging" Urutan katanya secara harfiah adalah "darah dan daging." Perhatikan urutan abnormal dari istilah-istilah ini. Hal ini ditemukan hanya di sini dan dalam Ibr 2:14. Alasannya tidak pasti, tetapi ini mungkin berhubungan dengan 'penyusutan dari fisik' guru-guru palsu Gnostik (kemanusiaan Yesus). Orang percaya harus mengingat bahwa masalah rohani adalah dosa, kejahatan, dan setan, bukan persaingan dari manusia lain!
□ "pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa" Istilah ini dapat digunakan untuk pemerintahan manusia seperti dalam Rom 13:1-7, tapi di sini konteksnya menuntut otoritas tingkat kemalaikatan (aeon) (lih. Rom 8:38-39; 1Kor 2:8; Kol 1:16; 2:10,15; Ef 1:21; 3:10; 1Pet 3:22). Ini adalah bagian dari pandangan dunia guru-guru palsu Gnostik. Tingkatan malaikat (aeon) ini bisa jadi
- 1. jahat, yaitu malaikat yang jatuh di bawah kendali Setan, iblis
- 2. otoritas malaikat yang disebut stoichea yang belum tentu jahat (lih. Gal 4:3,9; Kol 2:8)
Untuk diskusi yang baik dari pokok bahasan ini lihat Hendrik Berkhof, Kristus dan Kuasa (Herald Press).
Untuk "penguasa" lihat Topik Khusus: Archē di Kol 1:16.
- NASB "melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini"
- NKJV "melawan penguasa kegelapan zaman ini"
- NRSV "melawan kekuatan kosmik yang gelap saat ini"
- TEV "melawan kekuatan kosmik dari zaman gelap ini"
- NJB "tentara roh-roh jahat di langit"
Ini adalah istilah Yunani kosmocrator dalam bentuk JAMAK-nya. Istilah ini digunakan dalam BahasaYunani Klasik dan tulisan-tulisan para rabi Yahudi untuk menggambarkan seseorang yang membungkuk pada kendali dunia. Hal ini sepertinya berbicara tentang setan (lih. Yoh 12:31; 14:30; 2Kor 4:4; Ef 2:2) dan iblis (lih. 1Kor 2:6,8; 15:24; Ef 3:10; 6:12; Kol 2:15).
□ "melawan roh-roh jahat" Frasa ini digunakan di zaman Paulus oleh astrolog yang percaya adanya malaikat atau dewa-dewa di belakang benda-benda langit (lih. Rom 8:39) yang mempengaruhi kehidupan manusia (zodiak). Ini semua dimulai dengan astrologi Babel. Hal ini masih hidup dan sehat (horoskop).
- NASB, NKJV, NRSV "di udara"
- TEV "di dunia surgawi"
- NJB "di langit"
LOCATIVE ( OF SPHERE) NEUTER PLURAL ADJECTIVE "di udara" ini hanya digunakan dalam Efesus (lih. Ef 1:20; 2:6; 3:10; 6:12). Dari konteks semua penggunaannya (khususnya Ef 3:10; 6:12), ini pasti berarti alam roh di mana orang percaya tinggal di sini dan sekarang, bukannya surga dikemudian hari.
Ef 6:13 "Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah," Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE yang menunjukkan kebutuhan untuk tindakan yang menentukan (lih. v.11). Ini adalah satu lagi istilah militer. Hal ini mungkin merupakan sebuah singgungan terhadap YHWH sebagai perwira dari Yes 59:17. Senjata tersebut disebutkan dalam urutan yang akan dikenakan oleh seorang tentara (ingat Paulus menulis ini dari penjara).
Perhatikan baju besi lengkap ini adalah baju besi Tuhan! Ia menyediakan, tetapi orang percaya harus mengenali pertempuran dan melaksanakan pengadaan Allah yang memadai.
□ "kamu dapat mengadakan perlawanan" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE (deponent) SUBJUNCTIVE dengan sebuah AORIST ACTIVE INFINITIVE. Ada peperangan rohani sebelum dan setelah pertobatan. Beberapa orang percaya tidak tahu bahwa ada pertempuran rohani yang terus berlangsung; mereka tidak mengenakan senjata Tuhan dan mereka tidak bertahan. Terminologi ini mirip dengan Yak 4:7 dan 1Pet 5:9. Orang Kristen dapat kehilangan atau merusak perdamaian, jaminan, dan pelayanan berkarunia mereka melalui (1) kebodohan; (2) penelantaran, dan / atau (3) dosa (lih. 1Kor 9:27; 15:2; Gal 2:2; 3:4; Fili 2:16; 1Tim 1:19). Ini tidak merujuk ke surga atau neraka, tetapi ke pelayanan kerajaan yang efektif!
□ "pada hari yang jahat" Ini adalah suatu ungkapan PL yang bisa menunjuk pada (1) suatu hari pencobaan; (2) seluruh zaman kejahatan di mana kita hidup; atau (3) suatu hari kesesakan (lih. Mazm 49:5 dst).
□ "sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu" Istilah ini memiliki konotasi telah melakukan segala sesuatu yang diperlukan. Paulus menggunakan istilah ini lebih dari delapan belas kali dalam surat-suratnya. Dalam dunia rohani (1) persiapan; (2) konsistensi, dan (3) pengetahuan adalah penting!
□ "tetap berdiri" Ini adalah AORIST ACTIVE INFINITIVE yang berarti "berdiri teguh." Istilah yang sama digunakan dalam ay. Ef 6:11 ( PRESENT PASSIVE INFINITIVE) Mazm 14 ( AORIST ACTIVE IMPERATIVE). Orang-orang percaya diperintahkan dan didorong untuk menolak, mengatasi, dan berdiri melawan rencana jahat setan (lih. Ef 4:14). Hal ini dilakukan dengan cara
- 1. pengetahuan orang percaya akan Injil (ketopong keselamatan dan pedang Roh, ay. Ef 6:17)
- 2. posisi orang percaya di dalam Kristus
- 3. keberserahan orang percaya pada Roh
- 4. penerapan orang percaya akan bsenjata yang disediakan oleh Allah
- 5. pilihan dan tindakan orang percaya yang menentukan
- 6. doa (lih. ay. Ef 6:18)
Lihat Topik Khusus: Berdiri di Ef 6:11.
Ef 6:14 Tiga dari empat PARTICIPLE berikut ini diambil dari ayat-ayat dalam Yesaya. Kesemuanya secara ketatabahasaan berhubungan dengan AORIST ACTIVE IMPERATIVE, "berdiri" dalam ay. Ef 6:13 ini (struktur ini adalah seperti Ef 5:18, IMPERATIVE yang diikuti oleh lima PARTICIPLE, Ef 5:19-21).
- 1. "berikatpinggangkan" AORIST MIDDLE PARTICIPLE (ay. Ef 6:14). Ini adalah kutipan dari Yes11: 5 di mana ini digunakan untuk Mesias.
- 2. "berbajuzirahkan" AORIST MIDDLE PARTICIPLE (ay. Ef 6:14). Ini adalah kutipan dari Yes 59:17, di mana ini digunakan untuk Allah sebagai pejuang atas nama Israel berdosa (lih. Yes 59:12).
- 3. "berkasutkan" AORIST MIDDLE PARTICIPLE (ay. Ef 6:15). Ini adalah kutipan dari Yes 52:7, di mana Tuhan datang kepada umat-Nya sebagai Raja yang membawa kabar baik (lih. Yes 61:1).
- 4. "pergunakanlah" AORIST ACTIVE PARTICIPLE (ay. Ef 6:16, lih ay. Ef 6:13). Hal ini tersirat dalam Yes 59:17. Pengadaan Allah harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
□ "kebenaran" Tidak ada satupun ARTICLE dalam bahasa Yunaninya, sehingga dapat diterjemahkan dalam pengertian PL "kejujuran" atau "keterpercayaan." Lihat Topik Khusus pada Ef 1:13.
□ "bajuzirah" Ini adalah salah satu dari bagian baju besi yang tercantum dalam Yes 59:17, seperti juga ketopong dari ay. Ef 6:17.
□ "Keadilan" Ini menunjuk pada kebenaran Kristus (lih. 2Kor 5:21). Namun demikian, seperti ketegangan dialektis berhubungan dengan penguatan dalam ay. Ef 6:10, keduanya adalah anugerah kebenaran Kristus (pembenaran dan penyucian posisional) dan keserupaan dengan Kristus progresif dari para pengikut-Nya (penyucian progresif) yang membawa kemenangan dalam perjuangan rohani sehari-hari. Lihat Topik Khusus pada Ef 4:24.
Ef 6:15 "kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera" Ini bisa menunjuk pada (1) kesiapan (lih. Yes 52:7) atau (2) suatu dasar yang pasti (lih. terjemahan NEB). Orang percaya harus siap untuk perjuangan spiritual yang pasti akan datang.
Ef 6:16 "dalam segala keadaan" Ini diterjemahkan KJV sebagai "di atas semua," tetapi ini berarti selain dari pada perlengkapan perang militer yang disebutkan di atas.
□ "perisai" Istilah ini berhubungan dengan kata Yunani untuk "pintu." Ini menunjuk pada perisai yang besar 120cm x 60cm untuk seluruh tubuh. Ini terbuat dari kayu dengan penutup kulit dikelilingi oleh logam. Perisai ini direndam dalam air sebelum pertempuran sehingga bisa memadamkan panah berapi. Ini adalah simbol perlindungan penuh.
□ "panah api" Ini menunjuk pada anak panah yang dicelupkan ke dalam ter dan dinyalakan. Ini adalah metafora dari serangan rohani.
□ "si jahat" Ada suatu kerancuan, apakah hal ini menunjuk pada kejahatan secara umum ( NETRAL) atau Setan pada khususnya ( MASKULIN). Kerancuan yang sama ini dapat dilihat dalam Mat 5:37; 6:13; 13:38, Yoh 17:15, 2Tes 3:3; 1Yoh 2:13-14. Bentuk katanya dalam bahasa Yunani adalah sama (karena itu, JENIS KELAMINNYA hanya dapat dipastikan dari konteks). Dalam Mat 13:19; 1Yoh 5:18-19 ini dengan jelas menunjuk pada setan (lihat Topik Khusus pada Ef 2:2).
Ef 6:17 "terimalah ketopong keselamatan" Ini merupakan sebuah AORIST MIDDLE (deponent) IMPERATIVE. Ini adalah simbol dari pengetahuan orang percaya akan Injil dan pengharapan mereka dalam Kristus (lih. 1Tes 5:8).
□ "pedang Roh, yaitu firman Allah" Paulus secara khusus mendefinisikan senjata penyerang dari orang percaya (yaitu, pengetahuan Alkitab dan doa, ay. Ef 6:18). Ini adalah singgungan terhadap metafora PL bagi Allah yang berbicara kepada umat-Nya (lih. Yes 49:2; Hos 6:5). Wahyu Allah (baik Firman yang hidup, Yesus Kristus, dan firman tertulis, Alkitab) dijelaskan dalam istilah-istilah yang sama dalam Ibr 4:12. Meskipun istilah Yunani yang berbeda untuk "firman" (rhema vs logo) digunakan dalam Ibrani, istilah untuk "pedang" adalah sama (senjata Romawi berbentuk lidah-kecil).
Adalah berbahaya untuk menarik terlalu tajam perbedaan antar istilah paralel dalam bahasa Yunani Koine (ini adalah bahasa perdagangan dan perbedaan-perbedaan dari Yunani Klasiknya memudar) seperti "rhema" dan "logos." Ini mungkin merujuk kepada penggunaan Kitab Suci selama masa pencobaan, seperti yang Yesus lakukan dalam Mat 4:01 dst. Pengetahuan orang percaya akan Injil akan melindungi mereka dalam perjuangan rohani sehari-hari mereka. Inilah sebabnya mengapa menghafal Kitab Suci dan mempelajari Alkitab secara pribadi sangat berharga (lih. Mazm 19:7-11; 119:105; Ams 6:23). Ini adalah satu-satunya senjata penyerang yang terdaftar di antara baju besi tersebut (meskipun saya kira doa dalam ay. Ef 6:18 adalah yang lainnya). Ini adalah untuk perlindungan. Seperti dalam ay. 18-20 ini dapat digunakan untuk memajukan Kerajaan!
Topik Teologia: Ef 6:1 - -- Umat Manusia: Wanita
Wanita sebagai Anggota Masyarakat
Wanita Dalam Keluarga
Ibu Harus Ditaati oleh Anak-anaknya
Efe ...
- Umat Manusia: Wanita
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Pengudusan dan Anak
- Kita Menjalani Hidup dalam Kristus
- Kita Menaati Orang Tua di dalam Kristus
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Taat kepada Allah
- Ciri-ciri Ketaatan
- Ketaatan adalait Suatu Teladan yang Harus Dilakukan oleh Pengikut-Nya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Orangtua
- Sikap Orang Percaya Terhadap Orangtua
- Menaati Orangtua
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Keluarga Orang Percaya
Topik Teologia: Ef 6:2 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Menaati Allah
Taat kepada Allah
Ciri-ciri Ketaatan
Ketaatan adalait Suatu...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Taat kepada Allah
- Ciri-ciri Ketaatan
- Ketaatan adalait Suatu Teladan yang Harus Dilakukan oleh Pengikut-Nya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Orangtua
- Sikap Orang Percaya Terhadap Orangtua
- Menghormati Orangtua
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Keluarga Orang Percaya
Topik Teologia: Ef 6:4 - -- Wahyu Allah
Mode atau Cara Wahyu
Wahyu Melalui Kuasa dan Intuisi Manusia
Kej 14:18-20 Kel 18:13-24 Yeh 16:44-45 Luk 4:23 Kis 10...
- Wahyu Allah
- Mode atau Cara Wahyu
- Wahyu Melalui Kuasa dan Intuisi Manusia
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Keluarga Orang Percaya
Topik Teologia: Ef 6:5 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
Yesus Disejajarkan dengan Allah
Kita Harus Me...
- Yesus Kristus
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Bagian dari Tubuh Manusia sebagai Aspek Moral Kemanusiaan
- Organ-organ Internal Manusia
- Hati Manusia (Pikiran yang Terdalam, Mind, Pendapat, Pengertian)
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mereka yang Takut akan Tuhan Taat kepada-Nya
- Ketaatan adalait Suatu Teladan yang Harus Dilakukan oleh Pengikut-Nya
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Status Masyarakat di Antara Orang Percaya
- Tuan dan Hamba
Topik Teologia: Ef 6:6 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kehendak Allah
Kehendak Allah di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Taat kepada Allah
- Ciri-ciri Ketaatan
- Ketaatan adalait Suatu Teladan yang Harus Dilakukan oleh Pengikut-Nya
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Status Masyarakat di Antara Orang Percaya
- Tuan dan Hamba
Topik Teologia: Ef 6:7 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Tuhan
Maz 110:1 Mal 3:1 Mat 7:21 Mat 24:42 Mar 2:28 Luk 6:46 Yoh 6:68 Yo...
- Yesus Kristus
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Taat kepada Allah
- Ciri-ciri Ketaatan
- Ketaatan adalait Suatu Teladan yang Harus Dilakukan oleh Pengikut-Nya
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Status Masyarakat di Antara Orang Percaya
- Tuan dan Hamba
- Eskatologi
- Penghakiman Akhir
- Penghakiman Orang Benar
- Lingkup Penghakiman
Topik Teologia: Ef 6:8 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Tuhan
Maz 110:1 Mal 3:1 Mat 7:21 Mat 24:42 Mar 2:28 Luk 6:46 Yoh 6:68 Yo...
- Yesus Kristus
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Tempat Umat Manusia Pada Urutan Penciptaan
- Manusia Dalam Relasinya dengan Makhluk Ciptaan Lain
- Manusia adalah Setara di Hadapan Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Taat kepada Allah
- Ciri-ciri Ketaatan
- Ketaatan adalait Suatu Teladan yang Harus Dilakukan oleh Pengikut-Nya
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Status Masyarakat di Antara Orang Percaya
- Tuan dan Hamba
- Eskatologi
- Penghakiman Akhir
Topik Teologia: Ef 6:9 - -- Allah yang Berpribadi
Atribut-Atribut Allah
Allah itu Tidak Memihak
Ula 10:17 2Ta 19:7 Ayu 34:19 Ayu 36:5 Mat 5:45 Kis 10:34-35...
- Allah yang Berpribadi
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Tempat Umat Manusia Pada Urutan Penciptaan
- Manusia Dalam Relasinya dengan Makhluk Ciptaan Lain
- Manusia adalah Setara di Hadapan Allah
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Dosa-dosa Merugikan Orang Lain
- Ketidakadilan dan Memandang Bulu (Favoritisme)
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Taat kepada Allah
- Ciri-ciri Ketaatan
- Ketaatan adalait Suatu Teladan yang Harus Dilakukan oleh Pengikut-Nya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Para Pekerja
- Tugas Orang Percaya Terhadap Para Pekerja
- Menghormati Para Pekerja Sebagai Ciptaan Allah
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Status Masyarakat di Antara Orang Percaya
- Tuan dan Hamba
Topik Teologia: Ef 6:10 - -- Makhluk-makhluk Supranatural
Iblis-iblis
Sikap yang Tepat Terhadap Iblis
Orang Percaya Harus Membantu Diri Sendiri untuk Perlengka...
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Iblis-iblis
- Sikap yang Tepat Terhadap Iblis
- Orang Percaya Harus Membantu Diri Sendiri untuk Perlengkapan Rohani
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Keselamatan Menyediakan Faedah bagi Orang-orang Percaya
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Senjata Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Gereja
- Kuasa Rohani yang Jahat
- Orang Kristen Berusaha Berdiri Teguh Melawan Kejahatan dan Dosa
Topik Teologia: Ef 6:11 - -- Makhluk-makhluk Supranatural
Orang Percaya Harus Membantu Diri Sendiri untuk Perlengkapan Rohani
Efe 6:10-18
Setan
Dosa...
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Orang Percaya Harus Membantu Diri Sendiri untuk Perlengkapan Rohani
- Setan
- Dosa
- Konsekuensi Dosa
- Dosa Menyebabkan Pencobaan kepada Orang Lain untuk Berdosa
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Senjata Allah
- Iblis Menghalangi Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
- Faedah Iman
- Kekuatan untuk Kehidupan Kristen adalah Faedah dari Iman
- Keberanian di dalam Melawan Iblis
- Gereja
- Kuasa Rohani yang Jahat
- Orang Kristen Berusaha Berdiri Teguh Melawan Kejahatan dan Dosa
TFTWMS -> Ef 6:1-4; Ef 6:1-3; Ef 6:1-3; Ef 6:4; Ef 6:4; Ef 6:5-9; Ef 6:5-8; Ef 6:5-9; Ef 6:9; Ef 6:10-20; Ef 6:10; Ef 6:10-12; Ef 6:11-17
TFTWMS: Ef 6:1-4 - Menghormati Hubungan Sebagai Orang Tua Dan Anak-anak MENGHORMATI HUBUNGAN SEBAGAI ORANG TUA DAN ANAK-ANAK (Efesus 6:1-4)
Di dalam 6:1-4, Paulus melanjutkan pembahasan yang dimulai di dalam 5:15, berkait...
MENGHORMATI HUBUNGAN SEBAGAI ORANG TUA DAN ANAK-ANAK (Efesus 6:1-4)
Di dalam 6:1-4, Paulus melanjutkan pembahasan yang dimulai di dalam 5:15, berkaitan dengan hidup orang Kristen dalam hikmat.
Di dunia Yunani-Romawi, bapak memiliki kendali mutlak atas dan bertanggung jawab untuk anak-anaknya. Kendalinya itu menyediakan pelatihan dan pendisiplinan, dan hak-haknya itu bahkan meluas sampai pada titik menjual atau mengeksekusi mati seorang anak. Namun begitu, orang banyak mengecam perlakuan yang kejam. Dalam Yudaisme, penekanan yang sama ditempatkan pada otoritas orang tua, terutama kaum bapak. Perjanjian Lama memberikan hukuman mati kepada anak-anak yang tidak patuh yang gagal menghormati orang tua mereka (Imamat 20:9; Ulangan 21:18-21). Flavius Josephus menasihati orang tua Yahudi untuk menegur anak yang tidak patuh. Lalu, jika anak itu tidak menerima nasihat orang tuanya, ia memberi saran ". . . karena itu biarkan ia dibawa oleh orang tuanya sendiri, ke luar kota bersama orang banyak yang mengikuti dia, dan biarkan anak itu dirajam di sana."1Meski ada beberapa perdebatan mengenai apakah hukuman berat seperti itu dipraktikkan atau tidak, faktanya tidak berubah bahwa orang tua, terutama bapak, memiliki kendali mutlak atas anaknya.
Buku panduan orang Yahudi untuk melatih anak-anak adalah hukum Musa. Buku itu memberitahu orang tua, "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun" (Ulangan 6:6, 7).
Pada akhir perkataannya kepada Israel, Musa berkata, "Perhatikanlah segala perkataan yang kuperingatkan kepadamu pada hari ini, supaya kamu memerintahkannya kepada anak-anakmu untuk melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini" (Ulangan 32:46).
Pendisiplinan anak-anak adalah unsur penting dalam instruksi yang diberikan di dalam Perjanjian Baru. Di dalam Amsal 22:6, Salomo berkata, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Lebih lanjut ia mengatakan, "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya" (Amsal 13:24), dan "Jangan enggan untuk mendisiplinkan anak[mu], meski kamu memukul dia dengan rotan, ia tidak akan mati" (Amsal 23:13).
Dengan latar belakang ini, Paulus menekankan otoritas orang tua atas anak-anak mereka. Apa yang Paulus katakan kepada orang tua dan anak-anak di dalam 6:1-4 adalah dalam konteks tentang keberadaan setiap orang di bawah otoritas Kristus dan mempraktikkan prinsip saling menghormati. Pemenuhan pelbagai tanggung jawab yang disebutkan di sini memerlukan ketaatan dan penghormatan pada pihak anak dan kesabaran, instruksi, serta menahan diri untuk tidak menganiaya dari pihak bapak.
TFTWMS: Ef 6:1-3 - Anak-anak: Hormatilah Dan Taatilah Anak-anak: "Hormatilah Dan Taatilah" (Efesus 6: 1-3)
1 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena ini adalah benar. 2 Horma...
Anak-anak: "Hormatilah Dan Taatilah" (Efesus 6: 1-3)
1 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena ini adalah benar. 2 Hormatilah ayahmu dan ibumu (yang merupakan perintah pertama dengan suatu janji), 3 supaya kamu sejahtera, dan semoga kamu berumur panjang di bumi (NASB).
Ayat 1. Anak-anak, terjemahan dari te÷kna (tekna), digunakan di dalam Kitab Suci untuk orang percaya yang telah menjadi anak Allah (Roma 8:16, 17; 1 Yohanes 3:10) dan untuk anak-anak di dalam keluarga jasmani. Ketika digunakan untuk anak-anak jasmani, kata itu tidak mempertimbangkan usia mereka. Kata itu bisa mengacu kepada anak muda (seperti yang tersirat di Matius 18:1-6) atau anak dewasa (lihat 1 Timotius 5:4).
"Anak-anak" yang disinggung di dalam Efesus pasti sudah cukup berumur untuk memahami instruksi yang diberikan kepada mereka; selanjutnya, teks itu tampaknya menyiratkan bahwa mereka adalah anggota gereja. Berada di dalam Tuhan, ungkapan yang digunakan di tempat lain di dalam surat ini (Efesus 2:21; 5:8; 6:10, 21), pastinya berarti menjadi orang Kristen. Jika kita mengaitkan ungkapan itu kepada orang tua, timbul pertanyaan: Apakah anak-anak Kristen yang orang tuanya non-Kristen wajib mentaati mereka? Ini, tentu saja, berlawanan dengan apa yang diakui di Perjanjian Lama dan dunia kuno. Anak-anak selalu berada di bawah otoritas orang tua mereka. "Di dalam Tuhan" paling baik dipahami sebagai dilekatkan pada "anak-anak" dan mengacu kepada "anak-anak di dalam Tuhan," atau anak-anak yang telah menjadi orang Kristen. Oleh sebab itu, kita bisa menganggap bahwa anak-anak dan orang tua yang dibahas di sini adalah orang Kristen, karena keduanya dianggap sebagai bagian dari komunitas gereja.
Andrew T. Lincoln meringkas situasi itu dengan menegaskan bahwa anak-anak ini "cukup berumur untuk menyadari adanya hubungan dengan Tuhan mereka dan untuk dihimbau atas dasar itu, tapi masih cukup muda untuk berada di dalam proses pendewasaan [lihat Efesus 6:4]."2Dengan kata lain, teks ini berlaku ke atas anak-anak Kristen tapi masih hidup di bawah otoritas orang tua mereka.
Ketaatan anak-anak kepada orang tua mereka mirip dengan ketundukan istri, yang disuruh tunduk kepada suami mereka "seperti kepada Tuhan" (5:22). Ketika anak-anak Kristen mentaati orang tua mereka, mereka mentaati Tuhan. Memberontak terhadap orang tua adalah meniru orang-orang kafir dari dunia non-Yahudi (Roma 1:30) dan menjadi bagian dari kejahatan yang akan mencirikan "hari-hari terakhir" (2 Timotius 3:1, 2).
Karena ini adalah benar memberi anak-anak alasan tambahan untuk mentaati orang tua mereka. Pertama, otoritas orang tua dan ketundukan anak kepada otoritas itu diakui di dalam dunia kuno dan di dalam perjanjian yang Allah buat dengan Israel. Kedua, Paulus menegaskan bahwa ketaatan anak-anak kepada orang tua mereka adalah ketaatan kepada Tuhan. Ketiga, rasul itu berkata, "Karena ini adalah benar"; dengan kata lain, taat adalah hal yang baik untuk dilakukan. Ia selanjutnya menekankan kepatutan ketaatan seorang anak kepada orang tuanya dengan mengutip dari Taurat.
Ayat 2, 3. Kita baca, Hormatilah ayahmu dan ibumu.3Kata kerja Yunani untuk "hormatilah" adalah tima¿w (timaō); digunakan dalam kaitannya dengan manusia, kata itu berarti "mengevaluasi, memperbaiki nilai."
Menghormati seseorang, oleh karena itu, adalah mengevaluasi orang itu dengan akurat dan jujur, dan memperlakukan dia dengan sikap hormat, respek, khidmat, kebaikan, kesopanan, dan ketaatan yang ia tempatkan di dalam hidupnya atau tuntutan karakternya.4
Meski seorang anak bisa mentaati orang tuanya tanpa menghormati mereka, namun ia tidak bisa menghormati mereka tanpa ketaatan. Oleh karena itu, ini adalah alasan Paulus yang keempat bagi anak-anak untuk mentaati orang tua mereka. Ketaatan harus mengalir dari sikap menghormati. Ia menegaskan perlunya ketaatan, yang merupakan hasil alami dari sikap menghormati. Ia menulis bahwa menghormati adalah perintah kelima dari Sepuluh Perintah (Keluaran 20:12).
Pernyataan di dalam tanda kurung yang Paulus buat—(yang merupakan perintah pertama dengan suatu janji)—telah membingungkan para komentator karena beberapa orang melihat adanya suatu janji yang lebih awal di dalam Sepuluh Perintah. Allah berkata setelah perintah kedua bahwa Ia "menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang" (Keluaran 20:6). Namun begitu, ini hanyalah bagian dari gambaran Allah tentang sifat-Nya:
… sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku (Keluaran 20:5, 6).
Beberapa orang mungkin juga memprotes bahwa perintah kelima adalah satu-satunya perintah dari Sepuluh Perintah yang mengandung suatu janji, meski Paulus mengatakan itu adalah perintah yang pertama. Namun begitu, Sepuluh Perintah itu memperkenalkan keseluruhan Taurat, yang berisi lebih dari enam ratus perintah dan mencakup banyak janji.
Apakah pentingnya "janji" yang Paulus singgung di sini? Meski perintah kelima itu dikutip setidaknya lima kali pada kesempatan lain di dalam Perjanjian Baru, namun hanya di dalam surat Efesus janji itu ditampilkan. Janji ini—supaya kamu sejahtera, dan semoga kamu berumur panjang di bumi—dibuat untuk mengacu kepada kepemilikan Israel yang berkelanjutan atas tanah Kanaan. Ketika Paulus menyurati jemaat Efesus, di dalam pikirannya tidak ada kepemilikan atas tanah Kanaan. Paulus tahu bahwa janji-janji Perjanjian Lama kepada Israel telah terpenuhi dalam kedatangan Kristus dan gereja-Nya (lihat Roma 4; 8; Galatia 3; 4). Tanah yang dijanjikan kepada Abraham dan keturunannya (lihat Kejadian 12:7; 13:15; 15:18) telah lama mendapatkan penggenapannya dalam penaklukan tanah itu oleh Yoshua (lihat Yosua 21:43-45; 23:14). Selanjutnya, gereja Efesus berisi orang non-Yahudi, yang tidak akan pernah berpikir tentang tanah Kanaan ketika mereka membaca kata-kata ini. Paulus menggunakan janji itu untuk mendorong semua anak-anak di dalam gereja di Efesus untuk mematuhi dan menghormati orang tua mereka.
Kepada apakah, tepatnya, Paulus mengacu ketika ia berkata, "Supaya kamu sejahtera, dan semoga kamu berumur panjang di bumi"? Ketika Paulus bicara tentang upah di dalam pelbagai suratnya yang lain, ia tidak terlalu banyak mengaitkan upah itu kepada upah duniawi dibandingkan upah pada penghakiman terakhir (lihat 1 Korintus 3:8, 12-15; 2 Korintus 5:10). Perkataan paling mendekati ketika ia bicara tentang upah dalam hidup ini adalah ketika ia berkata, "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang" (1 Timotius 4:8). Penyertaan janji ini harus jangan diartikan bahwa setiap anak yang mematuhi dan menghormati orang tuanya dijamin panjang umur dan makmur. Paulus sekedar mengulas bahwa, dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang lain, seorang anak yang mematuhi dan menghormati orang tuanya akan menikmati kesejahteraan umum. Hidupnya akan lebih bahagia dan lebih lengkap dibandingkan kehidupan mereka yang mengabaikan perintah ini.5
Untuk hidup dengan berhikmat, anak-anak perlu mematuhi dan menghormati orang tua mereka. Anak-anak muda harus menghormati orang tua mereka dengan ketaatan, dan anak-anak dewasa harus menghormati orang tua yang sudah uzur dengan merawat mereka (lihat 1 Timotius 5:4, 8).
TFTWMS: Ef 6:1-3 - Perintah Kepada Anak-anak PERINTAH KEPADA ANAK-ANAK (Efesus 6:1-3)
Banyak orang yang ingin bisa mengemudikan mobil mendaftarkan diri mereka pada kursus pendidikan mengemudi. M...
PERINTAH KEPADA ANAK-ANAK (Efesus 6:1-3)
Banyak orang yang ingin bisa mengemudikan mobil mendaftarkan diri mereka pada kursus pendidikan mengemudi. Mereka perlu belajar tentang mobil, bersama dengan pelbagai peraturan lalulintas dan pelbagai situasi yang mungkin akan terjadi di jalan raya. Di dalam pendidikan mengemudi itu, para siswa mengikuti pelbagai ujian dan baru kemudian menuju ke jalan raya bersama seorang instruktur untuk melakukan praktek mengemudi yang sebenarnya.
Katakanlah suatu hari seorang siswa berkata kepada instruktur itu, "Aku tidak akan berhenti di lampu pemberhentian mana saja. Aku tidak suka diberitahu apa yang harus kulakukan. Aku tidak suka warna merah, dan aku tidak perduli apa katamu, pokoknya aku tidak akan berhenti di rambu-rambu pemberhentian warna merah." Siswa itu jelas tidak akan dipersiapkan untuk mengemudikan mobil, sebab ia tidak belajar menunjukkan rasa hormatnya kepada instruktur itu atau kepada peraturan lalulintas.
Sama seperti mengajarkan seseorang cara mengemudi—tetapi jauh lebih penting—adalah tugas orang tua dalam mengajar anak-anak mereka cara untuk hidup. Sebuah awal yang baik terdapat di dalam perkataan ini yang berasal dari Paulus:
"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu— ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan" (6:1-4).
Pelatihan yang berhasil harus dimulai dengan menekankan apa yang Alkitab katakan. Anak-anak dan orang tua perlu bertindak sesuai dengan panggilan Allah. Allah memanggil anak-anak kepada ketaatan yang penuh hormat. Allah memanggil orang tua kepada kepemimpinan yang saleh.
Anak-anak dan orang tua perlu menyadari bahwa hal ini tidak akan berjalan mudah. Orang tua dan anak-anak sedang bertempur dalam suatu peperangan—bukan perang melawan satu sama lain, tetapi perang melawan Iblis. Allah menyediakan satu-satunya strategi yang efektif untuk memerangi perang itu. Mereka yang mengikuti rencana Allah bisa mengharap keberhasilan. Sedangkan mereka yang tidak dengan sungguh-sungguh menjalankan rencana Allah hanya bisa mengharap kalah.
Saya pikir tidak ada satu orang pun dari kita yang ingin kalah dalam perang ini, jadi marilah kita melihat kepada rencana Allah untuk rumah tangga. Dalam pelajaran ini kita akan memusatkan apa yang Paulus katakan kepada anak-anak dalam 6:1-3. Kita bisa meringkasnya seperti ini: Allah memanggil anak-anak kepada ketaatan yang penuh hormat.
ALLAH MEMANGGIL ANAK-ANAK UNTUK MENGHORMATI ORANG TUA MEREKA
Perlunya rasa hormat ditekankan dalam 6:2: "Hormatilah ayahmu dan ibumu." Perintah kepada anak-anak ini berlaku seumur hidup. Apakah engkau masih muda dan tinggal bersama orang tuamu, atau apakah engkau sendiri adalah orang tua dan memiliki keluarga, engkau masih memiliki tanggung jawab untuk menghormati orang tuamu.
Kata Yunani untuk "hormat," timao, artinya "menganggap sebagai berharga, menghargai, menghormati." Artinya memperlakukan seseorang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bahwa engkau menghargai dia sangat tinggi. Artinya memperlakukan orang tuamu sebagai sesuatu yang berharga oleh sebab peranan yang Allah tetapkan bagi mereka di dalam kehidupanmu.
Di usia muda saya, kadang-kadang saya tidak menghargai orang tua saya sebagaimana seharusnya, khususnya saat mereka memberitahu saya untuk tinggal di rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah daripada pergi ke luar ke warung pizza bersama teman-teman. Saat itu saya sangat sedih, namun saya mengasihi ibu dan ayah saya. Seraya tahun-tahun berlalu, saya mulai bertambah-tambah dalam menghargai peranan mereka di dalam kehidupan saya.
Peranan apakah yang telah ditetapkan Allah yang diberikan kepada orang tua? Dalam 6:4 kita melihat gambaran tugas itu: "didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Allah memberi orang tua tanggung jawab utama untuk menjadi pembimbing yang saleh bagi anak-anak. Orang tua membimbing anak-anak di dalam segala masalah sehari-hari—seperti mengerjakan pekerjaan rumah daripada pergi ke luar dengan teman-teman—namun yang lebih penting, orang tua membimbing anak-anak kepada Allah.
"Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka, supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka, supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya" (Mazmur 78:5-7).
Mengapakah anak-anak harus mengormati orang tua mereka? Sebab Allah menganggap orang tua sebagai jurubicara Allah, pemberita cerita Allah, dan guru bagi perintah Allah.
Kita mengormati dan menghargai orang tua kita sebab di tangan mereka terdapat tongkat iman, dan Allah sudah memberi mereka peranan untuk mewariskan tongkat iman itu kepada kita. Memang orang tua tidak selalu melaksanakan tanggung jawab itu. Kadang-kadang mereka menjatuhkan tongkat itu, jadi berdoalah untuk mereka. Hormatilah Allah dengan menghormati orang tuamu. Lakukanlah apa yang Allah ingin engkau lakukan.
Beberapa anak remaja dan beberapa anak dewasa memperlakukan orang tua mereka tidak lebih dari sekedar lapisan debu di ambang jendela. Debu punya nilai yang kecil; malah dianggap sebagai gangguan dan merusak pemandangan. Paulus memperingatkan kita untuk jangan memiliki sikap seperti itu terhadap orang tua kita. Anak mana saja yang menganggap orang tua mereka bukan apa-apa selain gangguan adalah anak yang tidak akan sejahtera hidupnya. Alkitab berkata, "Hormatilah ayahmu dan ibumu … supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi" (6:3).
Paulus memberi dua alasan untuk menghormati orang tua kita. Pertama, "supaya kamu berbahagia." Kata Yunani untuk "berbahagia" adalah benda yang kecil, eu. Kata itu muncul dalam kata Inggris "eulogy"—penilaian yang baik tentang seseorang. Di zaman Paulus, kata yang kecil ini digunakan untuk menghormati seseorang dan memberitahu mereka, "Hasil kerja yang baik! Hebat sekali!" Ketika engkau menghormati orang tuamu, engkau bisa tahu bahwa Allah sedang berkata kepadamu "Hasil kerja yang baik! Hebat sekali!"
Alasan lain untuk menghormati orang tuamu terdapat di dalam perkataan ini: "supaya panjang umurmu di bumi." Simaklah bagaimana Gary Smalley dan John Trent menjelaskan hal ini:
Allah berjanji bahwa mereka yang mau menghormati orang tua mereka sesungguhnya akan menerima kehidupan! Bagaimanakah hal itu terjadi? Tanyakan saja kepada beberapa dokter, ahli terapi, atau [pengkhotbah]. Mereka telah melihat sendiri di dalam kantor mereka kehidupan yang berantakan dari orang-orang yang tidak menghormati orang tua mereka, dan hasilnya adalah kekuatan mereka terkuras habis.
… Ketika orang memilih untuk membenci atau tidak menghormati orang tua mereka oleh sebab amarah, kegetiran, atau kebencian, mereka membayarnya dengan kerugian rohani, emosi, dan jasmani.1
Ketika engkau menghormati orang tuamu, engkau menghargai mereka dengan sangat tinggi sekali. Allah berkata bahwa sikap seperti itu akan meningkatkan kualitas hidupmu di bumi.
Bagaimanakah anak-anak bisa menghormati orang tua mereka? Pertimbangkanlah beberapa gagasan ini untuk anak-anak yang masih tinggal bersama orang tua mereka di rumah:
1.Hormatilah peranan yang Allah sudah berikan kepada orang tuamu. Mereka itu benar-benar karunia Allah untukmu dan untuk kebaikanmu.
2.Cobalah untuk melihat kehidupan dari sudut pandang mereka. Bayangkanlah tekanan hidup yang mereka harus hadapi setiap hari. Bayangkanlah segala hal yang ada di dalam pikiran mereka. Bayangkanlah kerja keras yang ayahmu lakukan atau rasa kesepian yang mungkin kadang-kadang ibumu rasakan. Belajarlah untuk mencari dan mencukupi beberapa kebutuhan yang orang tuamu miliki.
3. Mintalah nasihat dari orang tuamu. Saya tahu hal ini kelihatannya berlawanan dengan apa yang sebagian besar anak remaja ingin lakukan, namun salah satu tanda kedewasaan adalah kesediaan untuk mencari nasihat dari seseorang dengan sukarela. Orang tuamu mengetahui hal itu dan akan menghargaimu karena engkau bertanya.
4. Perlihatkanlah penghargaanmu kepada orang tuamu. Siapkanlah makanan untuk mereka. Kerjakanlah sesuatu bagi mereka yang bisa meringankan beban mereka. Melalui apa yang engkau kerjakan biarkan mereka mengetahui betapa besarnya arti mereka bagimu.
5. Berdoalah untuk mereka. Apakah engkau berdoa untuk orang tuamu? Saya tahu Allah akan tersenyum senang jika engkau melakukannya secara teratur.
6. Beritahukanlah orang tuamu bahwa engkau menyayangi mereka. Sudah berapa lamakah terjadi semenjak engkau hanya memeluk ibumu atau ayahmu dan berkata, "Aku sayang ibu atau ayah"?
Bagi kalian yang sudah menjadi anak dewasa, carilah cara untuk menghormati orang tuamu selagi mereka masih bersamamu. Hormati dan rawatlah mereka di usia lanjut mereka. Artinya engkau harus jangan mengabaikan mereka dan jangan biarkan mereka mati dengan perasaan seakan-akan tidak pernah memiliki engkau sebagai anak mereka. Carilah cara untuk menghormati mereka dan mendukung mereka. Hormatilah mereka sekarang, seperti yang akan engkau lakukan setelah mereka tiada. "Hormatilah ayahmu dan ibumu."
ALLAH MEMANGGIL ANAK-ANAK UNTUK MENAATI ORANG TUA MEREKA
"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian" (6:1). Kata "taat" (Yun.: hupakauo) merupakan kombinasi dua gagasan: "mendengarkan" dan "di bawah." Secara harfiah, "taat" artinya "mendengarkan di bawah." Itu menggambarkan seseorang yang berada di bawah kekuasaan orang lain dan perlu mendengarkan serta memperhatikan apa yang sedang dikatakan oleh orang yang berkuasa itu.
Amsal 13:1 berkata, "Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya." Alkitab mengajarkan ketaatan, namun di zaman kini itu bukan gagasan yang populer. Budaya kita menekan kita untuk melakukan yang sebaliknya: "Jangan dengarkan orang tuamu"; Orang tuamu itu tidak tahu apa yang sedang mereka katakan." Dahulu saya suka berpikir seperti itu. Saya bisa disamakan dengan Mark Twain, yang berkata, "Sewaktu aku berumur 14 tahun aku pikir ayahku adalah orang yang paling bodoh yang pernah hidup, namun sewaktu aku menginjak usia 21 tahun, aku sangat kagum betapa banyaknya hal yang sudah ia pelajari selama 7 tahun." Sudah tentu, Mark Twain sedang bergurau bahwa akhirnya ia menyadari betapa besarnya hikmat yang selalu dimiliki oleh ayahnya itu.
Allah itu sangat jelas. Ia tidak ingin rencana-Nya untuk anak-anak disalahpahami: "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian." Kadang-kadang engkau mungkin tidak mengerti atau bahkan tidak setuju dengan pelbagai perintah yang orang tuamu berikan kepadamu. Apakah yang seharusnya engkau lakukan? Engkau harus menaatinya.
Nani masuk ke dalam rumahnya bersama Beti temannya. Ibunya melihat dia masuk dan berkata, "Nani, naiklah ke kamarmu di atas sekarang! Engkau tadi meninggalkan kamarmu berantakan!"
"Maafkan aku bu. Aku akan segera bereskan."
Nani dan Beti naik ke atas. Beti berkata, "Ada apa dengan ibumu? Bagaimanakah cara engkau menahan diri sehingga engkau menurut saja? Jika ibuku memperlakukan aku seperti itu di hadapan salah seorang temanku, aku akan langsung membantah dia dengan suara keras!"
Nani membereskan beberapa pakaiannya dan berkata, "Beti, ini memang salahku. Aku sudah beritahu ibuku bahwa aku akan membersihkan kamarku sebelum aku pergi tadi pagi. Ibuku itu benar. Selain itu, aku bisa katakan bahwa hari ini perasaannya sedang tidak enak."
Itulah cara menghormati orang tua.
Cara untuk merasakan kehidupan yang menyedihkan di dalam rumah tangga adalah dengan mengabaikan rencana Allah untuk rumah tangga, dengan melupakan apa yang Allah harapkan dari engkau sebagai seorang anak dan menyatakan perang dengan orang tuamu. Jika setiap orang di dalam keluarga memutuskan untuk bersikap egois, maka rumahmu akan menjadi tempat yang paling tidak nyaman. Pada sisi lainnya, jika engkau ingin memiliki kehidupan rumah tangga yang sebaik mungkin, jalankanlah rencana Allah itu.
Perintah "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu" ditujukan kepada anak-anak yang masih ikut orang tua—kepada anak-anak remaja dan usia belasan tahun. Allah memanggil engkau untuk menaati orang tuamu, tanpa membantah, tanpa menggerutu, tetapi dengan rasa hormat.
Renungkanlah apa yang Alkitab katakan tentang Yesus. Sewaktu Ia berusia 12 tahun, "Lalu Ia pulang bersama-sama mereka [orang tua-Nya] ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam ketaatan kepada mereka" (Lukas 2:51; NASB). Yesus mungkin mendengar, "Yesus, bersihkan kamarmu"; "Yesus, kerjakan pekerjaan sehari-hari-Mu"; "Yesus, bersikaplah baik kepada orang lain dan tunjukkanlah rasa hormat kepada orang dewasa." Saya rasa kita lupa bahwa Yesus pernah menjadi seorang anak kecil. Ia memiliki orang tua dan mengalami semua tahapan perkembangan jati diri dan gaya-Nya sendiri— namun Yesus melakukannya dengan rasa hormat dan ketaatan.
Izinkan saya menanyakan tiga pertanyaan untuk direnungkan oleh anak muda.
- 1. Apakah engkau mendorong keharmonisan di dalam rumahmu dengan ketaatanmu, atau apakah engkau membuat rumahmu kacau-balau karena engkau tidak mau kerja sama dan taat?
- 2. Apakah engkau menaati orang tuamu dengan rela hati, atau apakah engkau berusaha untuk melanggar aturan mereka sesering mungkin?
- 3.Siapakah yang memenangkan pertempuran dalam cara engkau memperlakukan orang tuamu itu—setan atau Tuhan?
KESIMPULAN
Allah memberikan orang tua kepada anak-anak untuk mempersiapkan mereka menyongsong kehidupan. Kesalahan terbesar yang pernah bisa dilakukan oleh seorang anak adalah membantah orang tuanya. Bisa jadi kesalahan itu tidak terlihat begitu besar pada waktu dilakukan, namun jika kesalahan itu menentang orang tua, maka kesalahan itu juga menentang Firman Allah dan Allah sendiri.
Kadang-kadang orang tua juga tidak adil. Kita akan membahas masalah itu di dalam pelajaran kita yang akan datang. Namun begitu, Allah tetap meminta anak-anak untuk menghormati dan menaati orang tua mereka. Biarlah Allah yang mengurus kelakukan orang tua yang tidak benar itu. Sedangkan engkau sendiri uruslah kelakuanmu sendiri.
Menaati rencana Allah merupakan satu-satunya harapan untuk memiliki rumah tangga yang bahagia. Allah adalah satu-satunya harapan. Firman-Nya menunjukkan jalan itu kepada kita.
TFTWMS: Ef 6:4 - Bapak: Didiklah Dan Ajarlah Bapak: "Didiklah Dan Ajarlah" (Efesus 6:4)
4 Hai bapak-bapak, janganlah memprovokasi anak-anakmu sehingga [mereka] marah, tetapi didiklah m...
Bapak: "Didiklah Dan Ajarlah" (Efesus 6:4)
4 Hai bapak-bapak, janganlah memprovokasi anak-anakmu sehingga [mereka] marah, tetapi didiklah mereka dalam disiplin dan perintah dari Tuhan (NASB).
Ayat 4. Ketika Paulus bicara tentang "orang tua" di ayat 1, ia menggunakan kata benda Yunani goneu÷ß (goneus); dan ketika ia mengacu kepada "ayahmu dan ibumu" di dalam ayat 2, ia menggunakan istilah yang lebih umum path÷r (patēr) and mh÷thr (mētēr). Namun begitu, ketika penulis Kitab Ibrani mengacukan orang tua Musa, ia menggunakan bentuk jamak dari path÷r yang diterjemahkan dengan arti ayah dan ibu (Ibrani 11:23). Karena Paulus menggunakan tiga istilah yang berbeda di dalam 6:1-4— satu untuk "bapak," dan satu untuk "ibu," dan yang ketiga untuk "orang tua"—kita bisa menyimpulkan bahwa di dalam ayat 4 ia terutama sedang bicara kepada bapak-bapak, karena kata itu adalah bentuk jamak dari patēr. Kaum ibu, tentu saja, terlibat dalam melatih anak-anak, tetapi kaum bapak diberi tanggung jawab utama dan harus memimpin di dalam pelatihan itu. Teks Yunani menulis kai÷ (kai, "dan") di awal ayat 4 (lihat KJV). Fakta ini menunjukkan bahwa anak-anak dan para bapak memiliki tanggung jawab yang diberikan oleh Allah di dalam hubungan itu.
Jangan memprovokasi anak-anakmu sehingga [mereka] marah adalah awal instruksi Paulus kepada para bapak untuk menunjukkan kepada mereka cara hidup yang berhikmat. "Memprovokasi" berasal dari parorgi÷zw (parorgizō), didefinisikan sebagai "membangkitkan murka, memprovokasi, menjengkelkan, amarah."6
Ini melibatkan penghindaran sikap, kata-kata, dan tindakan yang akan mendorong seorang anak marah dengan putus asa atau dendam dan dengan demikian mencegah terjadinya pendisiplinan keras yang berlebihan, tuntutan keras yang tidak masuk akal, penyalahgunaan wewenang, kesewenang-wenangan, ketidakadilan, omelan dan celaan terus-menerus.…7
Di dalam nas yang paralel, Kolose 3:21, Paulus menambahkan perkataan "supaya jangan tawar hatinya." Menangani anak-anak secara tidak adil berulang-ulang dapat membuat mereka putus asa sebab tidak pernah bisa menyenangkan ayah mereka.
Pada sisi positif dalam melatih anak-anak, Paulus mengatakan, Didiklah mereka dalam disiplin dan perintah dari Tuhan. Kata kerja Yunani untuk "mendidik," e˙ktre÷fw (ektrephō), diterjemahkan "merawat" di dalam 5:29. Kata itu pasti punya arti yang luas tentang melatih anak pada umumnya, dengan dua istilah susulan yang mengacu kepada aspek pendidikan yang lebih khusus. Di dalam Perjanjian Baru, (ektrephō) memiliki arti yang sifatnya komprehensif (lihat Kisah 7:22; 22:3; 2 Timotius 3:16; Titus 2:12) dan arti yang sifatnya khusus (lihat 1 Korintus 11:32; 2 Korintus 6:9; Ibrani 12:5, 7, 8, 11).8
"Disiplin" dan "perintah" menjelaskan makna kata "mendidik" sehingga "mendidik" sifatnya umum dan "disiplin" dan "perintah" sifatnya khusus, digunakan dalam arti hukuman.
"Disiplin" (paidei÷a, paideia) mengacu kepada "tindakan memberikan bimbingan untuk hidup yang bertanggung jawab."9Kata ini melibatkan "seluruh pelatihan dan pendidikan anak-anak" dan "penanaman pikiran dan moral, … perintah dan nasihat, [serta] teguran dan hukuman."10
Setelah "disiplin" Paulus menyebut "printah" (nouqesi÷a, nouthesia). Istilah ini terutama berarti "menasihati" (lihat Roma 15:14; 1 Korintus 4:14; 10:11; Kolose 1:28; 3:16; Titus 3:10). Itu "menyiratkan bahwa ada kesulitan atau masalah tertentu dalam sikap atau perilaku mereka yang menerima nasihat itu yang perlu untuk diselesaikan atau perlawanan tertentu yang harus diatasi."11
Kesimpulannya adalah bahwa kaum bapak harus menyediakan semua pelatihan yang diperlukan dalam mendidik (ektrephō) anak-anak mereka, agar mereka dapat menjadi warga negara yang produktif di dalam masyarakat dan gereja. Itu harus dilakukan melalui pendidikan, yang meliputi nasihat dan disiplin (paideia), dan dengan dorongan (nouthesia), yang mencakup koreksi perilaku yang salah dan pujian untuk perilaku yang benar.
"Dari Tuhan" lalu menjelaskan makna "disiplin dan perintah" para bapak. Ayat 4 paling baik dipahami sebagai mengacu kepada "pelatihan Kristen, pelatihan yang dari Kris-tus, keluar dari Dia dan ditetapkan oleh-Nya."12
Sebelumnya, Paulus bicara tentang jemaat Efesus itu sebagai orang-orang yang telah belajar tentang Kristus, telah mendengar tentang Dia, dan telah diajarkan kebenaran di dalam Dia (4:20, 21). Ini menunjukkan bahwa "disiplin dan perintah" yang harus diberikan oleh para bapak kepada anak-anak mereka harus menjadi sifat gereja pada umumnya.13
TFTWMS: Ef 6:4 - Pesan Allah Kepada Bapak-bapak PESAN ALLAH KEPADA BAPAK-BAPAK (Efesus 6:4)
Selama kurun waktu tahun 1800an, banyak keluarga meninggalkan kampung halaman mereka dan pergi ke barat u...
PESAN ALLAH KEPADA BAPAK-BAPAK (Efesus 6:4)
Selama kurun waktu tahun 1800an, banyak keluarga meninggalkan kampung halaman mereka dan pergi ke barat untuk mempertaruhkan nasib mereka di garis perbatasan Amerika. Para keluarga pelopor ini sering kali berjalan bersama dalam iring-iringan kereta berkuda. Pandu merupakan orang penting pada iring-iringan kereta berkuda mana saja. Ia berjalan di depan iring-iringan itu, kadang-kadang berjarak satu hari atau lebih untuk menyelidiki keadaan. Ia mengawasi orang Indian. Ia mencari lubuk-lubuk air dan mencari tempat-tempat terbaik untuk melintasi sungai-sungai. Ia mengamat-amati langit untuk melihat tanda-tanda cuaca apa saja yang bisa mengancam rombongan. Pandu iring-iringan kereta berkuda punya tugas untuk menemukan pelbagai bahaya yang potensial, mengawasi musuh-musuh, dan memilih jalur teraman untuk dilewati iring-iringan kereta berkuda itu.1
Dalam suatu pengertian, bapak-bapak di dalam setiap rumah tangga berfungsi sebagai pandu pada iring-iringan kereta berkuda. Sebagai seorang bapak, engkau sedang membawa keluargamu melakukan perjalanan melalui kehidupan, memimpin isterimu dan berusaha memperlengkapi anak-anakmu untuk mengarahkan kehidupan mereka sendiri. Tugasmu itu mencakup upaya untuk menjaga seluruh anggota keluarga—bapak, ibu dan anak-anak—menuju kepada Allah.
Bayangkanlah keluargamu sedang menelusuri jalur kereta berkuda. Wilayah yang sedang engkau lewati adalah berbahaya. Para musuh mengelilingimu, siap untuk menyerang. Keadaan lingkungan kelihatannya keras. Di sekitar setiap tikungan terdapat pelbagai ancaman yang tidak terduga. Keluargamu bersandar padamu untuk melewati wilayah yang berbahaya itu. Mereka menganggap engkau sebagai sang pandu. Mereka bergantung pada keputusanmu untuk mulai melangkah dan menentukan arah pergi. Mereka bergantung kepadamu untuk mengawasi segala macam bentuk bahaya.
Dalam 6:4 Paulus menyinggung kepemimpinan bapak di dalam rumah tangga: "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Kebenaran yang penting dalam nas ini adalah ini: Allah memanggil bapak-apak kepada kepemimpinan yang saleh di dalam rumah tangga mereka.
Engkau mungkin bekerja untuk bisnis pribadi atau untuk kantor pos. Engkau mungkin seorang wiraswastawan. Engkau mungkin melakukan pekerjaan tertentu untuk menyediakan tempat berteduh dan makanan di atas meja bagi keluargamu, namun itu bukanlah pekerjaan utamamu! Bayaran atas pekerjaan yang engkau terima setiap minggu bukanlah pekerjaan utamamu. Pekerjaan utamamu adalah keluargamu! Allah telah memberi engkau tugas untuk memimpin mereka. Allah mengharapkan engkau untuk membawa mereka melintasi beberapa wilayah yang sangat berbahaya sehingga mereka bisa tiba dengan selamat di tempat tujuan yang Allah sudah siapkan bagi mereka. Pengertian apakah yang Firman Allah berikan kepada kita untuk menyelesaikan tugas itu? Dalam ayat 4 Paulus memberi bapak-bapak perintah yang bersifat negatif dan positif.
JANGANLAH BANGKITKAN AMARAH ANAK-ANAKMU
Paulus berkata, "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu" (6:4a). Kata, "bangkitkan" (Yun.: parorgizomai) artinya "membangkitkan amarah, memprovokasi, amarah, kegetiran." Kata ini terkait dengan sikap memprovokasi anak-anak kita untuk marah hingga pada titik dimana hati mereka mendidih dalam kebencian. Bila hal itu terjadi, mereka tidak akan mau lagi mendengarkan kita. Mereka tidak mau lagi mengikuti kepemimpinan kita. Masalah akan muncul ketika orang tidak mau lagi mengikuti sang pemimpin yang Allah sudah pilihkan untuk mereka.
Cara-cara apa sajakah yang membuat kita bertindak melampaui batas dan yang membuat anak-anak kita marah hingga mencapai titik kebencian?
1. Perlindungan yang berlebihan. Kita bisa saja mengurung anak-anak kita. Kita melakukan hal itu ketika kita tidak pernah membiarkan mereka menyelidiki atau melakukan petualangan mereka sendiri. Kita bisa mengekang mereka dengan tali kekang yang sangat pendek sehingga mereka tidak pernah punya kebebasan apa saja dan tidak pernah punya cara untuk belajar bagaimana bersikap mandiri.
2. Pilih Kasih. Kita memperlihatkan pilih kasih ketika kita bersikap tidak seimbang di dalam ketertarikan, kepedulian, atau keterlibatan kita dengan anak-anak yang lainnya di dalam keluarga. Bacalah kisah Yusuf, ayahnya, dan saudara-saudaranya. Simaklah pergumulan yang mereka alami oleh karena adanya pilih kasih.
3. Penghilangan semangat. Seorang anak seharusnya jangan pernah mendengar atau merasakan pikiran seperti ini dari seorang bapak "Engkau tidak akan pernah bisa menjadi orang yang berguna" atau "Engkau tidak bisa mengerjakan apa saja dengan benar."
4. Duplikat. Bapak-bapak seharusnya jangan mencoba untuk menyamakan setiap anak. Kita harus jangan mencoba untuk menekan mereka menjadi model yang ada dalam pikiran kita. Anak-anak membutuhkan kebebasan untuk mengungkapkan keunikan mereka sendiri.
5. Pengabaian. Robert Coles tepat mengenai sasaran ketika ia menulis,
Saya rasa apa yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak di Amerika Serikat adalah dorongan moral. Mereka punya orang tua yang sangat peduli sekali untuk memasukkan mereka ke universitas-universitas yang hebat, membelikan baju terbaik untuk mereka, memberi mereka kesempatan untuk tinggal di lingkungan rumah dimana mereka akan memiliki kehidupan yang sejahtera dan makmur dan dimana mereka bisa mendapatkan pelbagai mainan yang terbaik, menikmati liburan yang menarik, dan segala macam hal yang demikian … Di zaman kini para orang tua bekerja sangat keras; dan mereka memperoleh barang-barang yang mereka anggap penting bagi anak-anak mereka. Namun begitu hal-hal yang sangat lebih penting tidak mereka lakukan. Mereka tidak meluangkan waktu bersama anak-anak mereka, setidaknya tidak terlalu banyak.2
6. Kekejaman. Kaum bapak tidak pernah punya hak untuk bersikap kejam atau melampiaskan amarah atau kebencian atau perasaan frustasi mereka sendiri ke atas anak-anak. Sebagian besar orang yang bertindak kejam dahulunya pernah diperlakukan dengan kejam, namun bapak yang Kristiani harus jangan mengizinkan siklus seperti itu berlanjut terus.
Allah meminta bapak-bapak untuk menghindari pelbagai tindakan yang tidak sesuai dengan praktik keadilan dan yang bisa memprovokasi anak-anak untuk marah. Anak-anak saya kadang-kadang memberitahu saya, "Bapak tidak adil." Kadang-kadang mereka itu memang benar; pada waktu itu saya memang tidak adil. Allah meminta lebih dari saya dan dari setiap bapak.
BIMBINGLAH ANAK-ANAKMU
Bayangkanlah sejenak kursi berkaki tiga. Untuk bisa berdiri, kursi itu memerlukan ketiga kaki itu. Jika satu kakinya dibuang, kursi itu tidak bisa berdiri. Paulus menyinggung tentang tiga unsur dalam membimbing anak-anak. Ketiga unsur itu diperlukan jika kepemimpinan bapak dalam rumah tangga ingin sukses.
1. Kelemahlembutan. Gagasan ini terdapat di dalam ungkapan "didiklah mereka" (Yun.: ektrepho). Secara harfiah artinya "memberi makan sampai dewasa, merawat, membesarkan, mendewasakan, atau merawat dengan lemah-lembut." Bapak-bapak yang saleh adalah kaum pria yang saleh juga. Allan Loy McGinnis berkata, "Hubungan dibina, seperti halnya lapisan penutup yang terpernis baik, dengan lapisan-lapisan kebaikan hati."4
Hai bapak-bapak, untuk membimbing anak-anakmu, engkau harus mengutamakan kelemahlembutan dan kebaikan hati. Bagaimanakah kelemahlembutan itu bisa kita kembangkan?
- 1. Dengarkanlah anak-anakmu dan biarkan mereka tahu bahwa kamu menghormati perasaan mereka.
- 2. Bersikaplah lapang dada untuk mengakui dan minta maaf ketika engkau salah dan terlalu kasar.
- 3. Bersikaplah peka—sering-seringlah memberi pelukan.
- 4. Kuatkanlah anak-anakmu; doronglah mereka dalam pelbagai usaha mereka.
- 5. Dengarkanlah masukan yang diberikan oleh isterimu tentang cara engkau memperlakukan setiap anak.5
Allah meminta kita untuk menjadi pemimpin yang lemah-lembut, namun bukan berarti pemimpin yang pengecut. Kaum pria menjadi apa yang Allah inginkan ketika mereka bersikap lemah-lembut terhadap anak-anak mereka.
2. Disiplin. Bapak-bapak haruslah mendidik anak-anak mereka di dalam "didikan" (Yun. paideia) atau "disiplin" Tuhan. Ini mengacu kepada "didikan dengan pelbagai sarana aturan dan kebijaksanaan, hadiah, dan hukuman bila perlu." 6Lukas memakai kata ini untuk menuliskan apa yang Pilatus katakan tentang Yesus:
"Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya" (Lukas 23:16). Kita baca, "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya " (Ibrani 12:11).
James Dobson menggambarkan disiplin sebagai pembentukan kehendak. Di antara pelbagai sarannya untuk melakukan hal itu adalah sebagai berikut:7
1. Jabarkanlah dahulu batasan-batasannya sebelum pendisiplinan itu diberlakukan. Seorang anak perlu mengetahui lebih dahulu apa yang pantas sebelum diminta bertanggung jawab untuk hal itu.
2. Bila pendisiplinan itu ditolak secara menantang, jawablah dengan kepastian yang tegas. Ketika terjadi pertarungan keinginan, orang tua perlu memenangkan pertarungan itu secara tegas dan pasti.
3. Bedakanlah antara sikap menantang yang disengaja dengan ketiadaan tanggung jawab yang kekanak-kanakan. Seorang anak harus jangan dipukul atas sesuatu yang sifatnya bukan tantangan yang disengaja. Ia harus jangan dihajar karena lupa membuang sampah. Tantangan yang disengaja merupakan masalah lain. Sikap itu perlu segera ditangani.
4. Tenangkan hati dan ajarlah setelah terjadi konfrontasi.
5. Hindarilah tuntutan-tuntutan yang mustahil. Jangan pernah menghukum seorang anak atas apa yang tidak bisa ia lakukan pada saat itu.
6. Biarlah kasih yang menjadi pandumu. Dua kaki dari kursi berkaki tiga untuk bapak-bapak itu adalah kelemahlembutan dan disiplin. Ini membawa kita kepada kaki ketiga yang penting.
3. Instruksi. Kata "instruksi" (Yun.: nouthesia) secara harfiah artinya "menempatkan di depan pikiran." Hal itu mengacu kepada instruksi lisan atau peringatan lisan. Imam besar Eli gagal melaksanakan hal itu ke atas dua anak laki-lakinya. Simaklah apa yang terjadi:
Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Ketahuilah, Aku akan melakukan sesuatu di Israel, sehingga setiap orang yang mendengarnya, akan bising kedua telinganya. Pada waktu itu Aku akan menepati kepada Eli segala yang telah Kufirmankan tentang keluarganya, dari mula sampai akhir. Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!" (1Samuel 3:11-13).
Dalam Septuaginta, kata "memarahi" dalam ayat 13 diterjemahkan dengan akar kata yang sama untuk kata "instruksi" yang terdapat dalam 6:4. Eli menghabiskan hidupnya dengan melayani Allah. Ia memimpin ibadah bangsa Israel, namun ia tidak menangani kedua anak laki-lakinya ketika mereka itu perlu ditangani. Kadang-kadang bapak-bapak perlu berterus-terang terhadap anak-anak mereka. Instruksi yang terus terang memang penting untuk melaksanakan peran orang tua dengan benar.
KESIMPULAN
Allah memberi setiap bapak tanggung jawab untuk memimpin keluarganya melintasi pelbagai macam bahaya, perjuangan, dan tantangan kehidupan. Pimpinlah sedemikian rupa sehingga tidak membangkitkan kebencian anak-anakmu. Pimpinlah dengan menggunakan tiga hal yang positif: kelemahlembutan, didikan, dan instruksi.
TFTWMS: Ef 6:5-9 - Menghormati Hubungan Antara Tuan Dan Hamba MENGHORMATI HUBUNGAN ANTARA TUAN DAN HAMBA (Efesus 6:5-9)
Praktik perhambaan/perbudakan adalah fakta yang diterima di dunia Yunani-Romawi. Di dalam m...
MENGHORMATI HUBUNGAN ANTARA TUAN DAN HAMBA (Efesus 6:5-9)
Praktik perhambaan/perbudakan adalah fakta yang diterima di dunia Yunani-Romawi. Di dalam masyarakat di mana perbudakan merupakan cara hidup, tentu akan diharapkan bahwa beberapa tuan pemilik hamba mau menjadi orang Kristen sementara hamba mereka tidak diharapkan. Ada kalanya, beberapa hamba menjadi orang Kristen sementara tuan mereka tidak. Dalam beberapa kasus keduanya menjadi pengikut Kristus. Tidaklah mengejutkan bahwa Perjanjian Baru memberikan pelbagai instruksi untuk para tuan dan hamba Kristen tentang bagaimana mereka harus berperilaku terhadap satu sama lain dalam beragam situasi itu.14
Perjanjian Baru tidak mengiyakan atau menolak perbudakan. Ketimbang mengutuk kejahatan sosial besar ini, para penulis terilham abad pertama malah mengatur hal itu. Ketika prinsip-prinsip injil sepenuhnya diterapkan terhadap hubungan manusia (lihat Matius 7:12; 22:39), perbudakan akan lenyap dengan sendirinya. Sampai hal itu terjadi, para penulis Perjanjian Baru tidak menyerukan penghapusan perbudakan atau pemberontakan para budak. Mereka hanya menetapkan beberapa pedoman ilahi.
Di dalam Efesus 6:5-9, Paulus menasihati para hamba dan tuan Kristen untuk menyadari bahwa mereka sedang melayani Tuan yang sama, Kristus. Teks di luar surat Efesus juga membantu untuk membimbing orang-orang Kristen selama waktu ini ketika perbudakan masih ada.
TFTWMS: Ef 6:5-8 - Hamba: Taatlah Hamba: "Taatlah" (Efesus 6:5-8)
5 Hai hamba-hamba, taatlah kepada mereka yang menjadi tuanmu secara daging, dengan takut dan gemetar, dan d...
Hamba: "Taatlah" (Efesus 6:5-8)
5 Hai hamba-hamba, taatlah kepada mereka yang menjadi tuanmu secara daging, dengan takut dan gemetar, dan dalam ketulusan hatimu, sebagaimana kepada Kristus, 6jangan dengan maksud untuk dilihat mereka, untuk menyukakan manusia, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang melakukan kehendak Allah dengan sepenuh hati. 7Dengan niat baik memberikan pelayanan, seperti kepada Tuhan, dan bukan kepada manusia, 8karena tahu, bahwa setiap hal baik yang orang lakukan, orang itu akan menerima balasannya dari Tuhan, baik hamba atau orang merdeka (NASB).
Latar belakang sejarah dan ajaran Alkitab tentang tuan dan hamba yang terdapat di dalam "Untuk Kajian Lebih Lanjut: Perbudakan" sangat membantu untuk menafsir- kan bagian kitab Efesus ini (lihat halaman 79). Paulus masih menangani masalah hidup dalam hikmat ketika ia menerapkan hidup ini kepada para tuan dan para hamba di dalam gereja.
Ayat 5. Baik tuan maupun hamba punya satu Tuan tertinggi, dan Tuan itu adalah Kristus (6:6, 9). Namun begitu, dalam tugas rumah tangga, hamba-hamba harus mentaati tuan mereka secara daging, yaitu, tuan duniawi mereka yang berbeda dengan "Tuan … di sorga"(6:9). Kata kerja Yunani untuk taat adalah kata majemuk, uJpakou/w (hupakouō), dari uJpo (hupo, "di bawah") dan aÓkou/w (akouō, "mendengarkan"). "Pada umumnya kata itu berarti mentaati, memperhatikan, mengikuti, menyerah."15"Taatlah" adalah terjemahan dari bentuk kata kerja yang menunjukkan tindakan yang berkelanjutan, sehingga hamba harus mentaati tuannya terus-menerus, dengan takut dan gemetar. Ungkapan yang sama digunakan dalam kaitannya dengan Paulus (1 Korintus 2:3), jemaat Korintus (2 Korintus 7:15), dan jemaat Filipi (Filipi 2:12).
"Takut" adalah terjemahan dari fo/boß (phobos) dan menunjukkan jenis sikap hormat yang kaum istri harus miliki untuk suami mereka (5:33; 1 Petrus 3:2) (Roma 13:7) dan yang warga negara harus miliki untuk negara. Dalam konteks ini kata itu harus berarti "takzim"16atau "hormat." Sikap hormat yang para hamba berikan kepada tuan mereka harus disertai dengan perasaan "gemetar," terjemahan dari tro/moß (tromos). Para ekspositor seharusnya jangan membuat upaya yang berlebihan untuk melunakkan arti "gemetar" ini. Para hamba harus memberi tuan mereka ketaatan yang dimotivasi oleh perasaan gemetar, atau, seperti yang S. D. F. Salmond katakan, suatu "semangat yang penuh perhatian dalam melaksanakan tugas," suatu "perhatian sepenuh hati supaya tidak gagal."17
Dalam ketulusan hatimu menggambarkan motif murni yang harus mendorong ketaatan. "Ketulusan" (a˚plo/thß, haplotēs) mengandung gagasan "kemurnian" atau "kesetiaan" hati.18"Hati" adalah pusat kepribadian seseorang; hati itu menghasilkan pikiran, sikap, dan tindakan. Sebagai sumber ketaatan hamba kepada tuannya, "hati" haruslah murni dan penuh integritas. Para hamba dapat memiliki jenis hati ini ketika mereka mengakui bahwa pelayanan mereka kepada tuan mereka adalah ketaatan mereka kepada Kristus. Orang Kristen harus jangan dipisahkan dari perilaku sehari- hari. Mereka menghormati ke-Tuhanan Kristus ketika mereka melaksanakan tugas mereka di dunia.
Ayat 6. Hamba-hamba harus melayani dengan baik, apakah tuan mereka itu sedang mengawasi mereka atau tidak. Mereka tidak sekedar berusaha menyukakan tuan mereka, tapi mereka harus menyukakan Allah, Tuan sejati mereka, yang melihat apa yang dilakukan secara diam-diam serta secara terbuka. Mereka harus jangan menjadi orang yang menyukakan manusia, tetapi orang yang menyukakan Allah (lihat Kolose 3:22). Dengan melayani tuan mereka dengan setia, para hamba itu melakukan kehendak Allah; dan, dengan menjadi murni dalam motif, mereka akan melayani dari hati, yaitu, "dengan sepenuh hati mereka."
Ayat 7, 8. Paulus selanjutnya menguraikan masalah hati hamba. Niat baik, terjemahan dari eu¡noia (eunoia), berarti "entusiasme, semangat."19Hamba-hamba harus mentaati tuan mereka secara positif, dengan "takut dan gemetar," dan "dalam ketulusan hati [mereka]." Mereka juga harus taat secara negatif—"jangan dengan maksud untuk dilihat mereka" (yaitu, jangan dilakukan "hanya ketika ia berada dalam pengawasan tuan itu"), tapi dengan semangat, "dengan kecenderungan ingin orang lain sejahtera."20Hamba bisa taat dengan penuh semangat ketika ia menyadari bahwa pelayanan mereka sebenarnya kepada Tuhan. Selanjutnya, Paulus ingin para hamba memahami bahwa setiap hal baik yang orang lakukan, orang itu akan menerima balasannya dari Tuhan.
Hamba yang melayani tuannya dengan cara ini akan, tidak diragukan lagi, menerima perlakuan yang lebih baik dari tuannya dan akan meningkatkan standar hidup mereka. Apakah mereka mendapat pengakuan dari tuannya atau tidak, mereka bisa yakin bahwa Tuhan, yang melihat segala sesuatu, pada akhirnya akan memberi mereka upah untuk ketaatan mereka. Penulis kitab Ibrani berkata, "Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu" (6:10). Allah sering mengupahi ketaatan dalam kehidupan ini. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus menyiratkan bahwa beberapa upah bisa diterima sekarang ini karena melakukan apa yang benar (lihat Matius 6:4, 6, 18), sementara upah lainnya disimpan untuk kehidupan berikutnya. Upah sorgawi orang Kristen disebutkan di dalam Matius 5:12, 46 dan 1 Korintus 3:8, 14.
Di dalam 2 Korintus 5:10, rasul itu berkata, "Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat." Hamba yang mentaati tuannya akan dibayari atau diupahi oleh Allah pada penghakiman terakhir atas pelayanan mereka dalam kehidupan ini. Semua orang yang diselamatkan sepenuhnya selamat oleh kasih karunia Allah. Namun begitu, orang Kristen akan diupahai lebih lanjut pada hari penghakiman "sesuai dengan apa yang ia telah lakukan."
Baik hamba atau orang merdeka menunjukkan sikap Allah yang tidak pilih kasih dalam menangani manusia (lihat Kisah 10:34). Status hamba dan tuan didukung di dalam rumah tangga abad pertama, tetapi pada penghakiman akhir pelbagai perbedaan sosial ini akan diabaikan. Dalam analisis akhir, mereka yang berada di dalam Kristus adalah setara (Galatia 3:27, 28).
TFTWMS: Ef 6:5-9 - Ketika Orang Kristen Bekerja KETIKA ORANG KRISTEN BEKERJA (Efesus 6:5-9)
Menjadi orang Kristen artinya setiap bagian hidup kita dibentuk oleh Kristus, termasuk cara kita bekerja....
KETIKA ORANG KRISTEN BEKERJA (Efesus 6:5-9)
Menjadi orang Kristen artinya setiap bagian hidup kita dibentuk oleh Kristus, termasuk cara kita bekerja. Paulus memberi pengarahan kepada hamba-hamba tentang bekerja untuk tuan mereka. Di dalam perintah itu kita bisa melihat beberapa nasihat yang berguna bagi para pekerja:
Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia. Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan. Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka (6:5-9).
Ayat-ayat itu harus dipahami dalam konteks perintah Paulus "hendaklah kamu penuh dengan Roh" (5:18). Paulus meminta umat Kristen untuk hidup di bawah pengaruh Roh Kudus Allah. Ini terkait dengan ketundukan terhadap kehendak Allah. Ini melibatkan sikap untuk membiarkan Firman-Nya hidup di dalam diri kita. Paulus membuat daftar yang berisi hasil dari kepenuhan Roh: komunikasi rohani melalui lagu, pujian, dan nyanyian rohani; ucapan sukur kepada Allah atas segala sesuatu; dan saling menyerahkan diri. Penyerahan ini melibatkan suami dan isteri, orang tua dan anak-anak, serta hamba dan tuan.
Jangan sampai kehilangan konteksnya. Perintah untuk tempat kerja ini keluar secara langsung dari perintah untuk dipenuhi dengan Roh. Dengan kata lain, tidak seorang pun dari kita bisa mengaku sebagai orang Kristen yang Allah kehendaki jika dalam pekerjaan kita gagal untuk hidup sebagai orang Kristen. Orang Kristen memperlihatkan kehidupan mereka yang dipenuhi dengan Roh ketika bekerja sebagai pekerja yang setia.
PEKERJA YANG SETIA
Paulus secara khusus menyinggung hubungan antara hamba dan tuan. Di zamannya, hal itu merupakan hubungan di tempat kerja yang paling utama. Dengan sedikit diperluas, kita akan menerapkan prinsip-prinsip ini ke atas hubungan majikan/pekerja zaman kini. Paulus memberikan empat nasihat kepada pekerja.
1. Bersikaplah taat. Paulus berkata, "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia .…" (6:5). Ini harus menjadi sikap yang terus-menerus. Paulus menggunakan keterangan waktu kata kerja yang menekankan ketaatan yang berlangsung terus-menerus. Yang ada di dalam pikiran rasul itu adalah pelaksanaan yang terus-menerus terhadap perintah dan permintaan majikan—kecuali majikan itu meminta sesuatu yang ilegal, amoral, atau melawan kehendak Allah yang telah dinyatakan. Beberapa majikan ada yang bersikap keterlaluan, tidak bijaksana, tidak praktis, kasar, bahkan bodoh; namun pekerja Kristen harus melayani majikan mereka dengan hal yang terbaik yang harus mereka berikan. Dalam 1Petrus 2:18-20 kita baca,
Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis. Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
Orang tidak akan banyak memperhatikan pemberitaan kita tentang keselamatan jika cara kerja kita tidak bisa diterima. Mereka tidak akan mau mendengarkan apa yang harus kita tawarkan jika kita merupakan pengeluh paling utama di tempat pekerjaan. Selama kita bekerja untuk orang lain, kita harus memberi yang terbaik yang harus kita tawarkan dalam semangat ketaatan dan ketundukan.
2. Bersikaplah penuh hormat. Paulus berkata, "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, .…" Pekerja Kristen harus bersikap penuh hormat, terlepas apakah sang majikan itu mudah dihormati. Persoalannya bukanlah tentang orang, tetapi tentang rencana Allah. Rencana Allah meminta manusia untuk tunduk kepada penguasa. Allah sudah membangun rencana itu ke dalam struktur kehidupan. Masyarakat tidak bisa berfungsi baik jika manusia memilih untuk memberontak terhadap prinsip kekuasaan. Apakah hal itu melibatkan suami dan isteri, orang tua dan anak, atau majikan dan pekerja, prinsip otoritas dan ketundukan tetap berlaku. Jika kita mengabaikan hal itu maka banyak persoalan akan muncul. Orang Kristen yang setia tunduk demi untuk menghormati sistem Allah. Ia melakukan hal itu dengan tulus, tanpa mengeluh, mengeritik, memberontak terhadap sistem.
3. Jagalah kemurnian motifmu. A pakah motif ketundukan bagi seorang pekerja? Paulus berkata bahwa Tuhan mengharap kita untuk menaati majikan duniawi kita sama seperti kita menaati Kristus (6:5). Apa saja yang kita lakukan dalam kehidupan, termasuk pekerjaan kita, harus untuk memuliakan Tuhan: "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah" (1Korintus 10:31); "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita" (Kolose 3:17); "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya" (Kolose 3:23, 24).
Engkau mungkin merasa seakan-akan pekerjaanmu tidak penting. Engkau mungkin tidak menyukai apa yang engkau kerjakan. Engkau mungkin tidak menyukai majikanmu. Namun begitu, engkau bisa memuliakan Tuhan dengan melihat pekerjaanmu sebagai persembahan kepada Allah. Kerjakanlah untuk kemuliaan Allah. Biarlah hal itu menjadi alasan bagimu untuk memberi yang terbaik bagi pekerjaanmu dan bagi majikanmu.
4. Tetaplah memberi yang terbaik. Karena motif dari semua yang kita katakan dan lakukan adalah untuk memuliakan Allah, maka kita harus tetap melakukan yang terbaik di tempat kerja. Paulus menekankan hal ini dengan menghadirkan Kristus ke dalam gambaran ini secara konstan. Kita harus menaati majikan duniawi kita sama seperti kita menaati Kristus (6:5). Ia melanjutkan perkataannya dalam ayat 6, "Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah." Himbauan untuk memberikan yang terbaik terdapat juga dalam ayat 7: "Dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia."
Saya teringat pelajaran olahraga sewaktu di SMA. Kami diminta berlatih setiap hari selama pelajaran itu. Ketika guru olahraga berdiri di tengah-tengah lapangan, ia hanya bisa melihat sebagian murid pada satu waktu. Waktu ia melihat ke arah kanan, maka setiap murid di sebelah kanan akan berolahraga dengan penuh semangat; namun mereka yang ada di sebelah kiri akan istirahat sejenak.
Ketika ia melihat ke arah kiri, murid-murid di sebelah kiri berolahraga dengan lebih giat, sedangkan mereka yang di sebelah kanan sedikit santai. Hal itu kadang-kadang terjadi di tempat kerja. Beberapa pekerja bekerja dengan sangat baik hanya ketika atasannya ada di sekitar mereka. Mereka itu tidak memiliki komitmen untuk memberi yang terbaik.
Kejadian pasal 1 menunjukkan bahwa Allah adalah seorang pekerja. Ia menciptakan dunia. Ia juga punya komitmen untuk memberikan yang terbaik dalam karya-Nya. "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik" (Kejadian 1:31). Orang Kristen harus selalu bekerja keras dan melakukan yang terbaik. Mereka harus menjadi pekerja yang paling berdedikasi dimana saja mereka bekerja. John Stott membuat saran ini:
Ini memang memungkinkan bagi ibu rumah tangga untuk memasak makanan dengan anggapan seakan-akan Yesus yang akan memakannya, atau membersihkan rumah dengan anggapan seakan-akan Yesus yang akan menjadi tamu kehormatannya. Ini memang memungkinkan bagi para guru untuk mendidik anak-anak, bagi para dokter untuk menangani para pasiennya dan para jururawat untuk merawat para pasien itu, bagi para pengacara untuk membantu para kliennya, para pembantu toko untuk melayani para pelanggannya, para akuntan untuk mengaudit buku keuangan dan para sekretaris untuk mengetik surat dengan anggapan masing-masing pekerjaan itu seakan-akan untuk melayani Yesus Kristus.1
MAJIKAN YANG BUDIMAN
Orang Kristen juga bisa menunjukkan kehidupan mereka yang dipenuhi Roh ketika mereka menjadi majikan yang budiman. Secara singkat lihatlah apa yang Paulus harus katakan kepada para tuan atau majikan: "Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka" (6:9).
Paulus memberi tiga garis pedoman kepada para tuan yang harus diikuti oleh para pekerja zaman kini:
1. Bersikaplah taat. Ia berkata, "Perbuatlah demikian juga terhadap mereka." Saya mengerti "perbuatlah demikian juga terhadap mereka" mengacu kepada adanya motivasi atau tujuan yang baru saja ia kemukakan di hadapan para pekerja—untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang engkau katakan atau kerjakan. Allah menjadikan hal ini sebagai tanggung jawabmu yang utama sebagai seorang majikan. Ia mengharap engkau untuk memimpin sedemikian rupa sehingga memuliakan Allah, untuk mengarahkan mereka yang tunduk kepadamu berdasarkan nilai-nilai kerajaan Allah, yang bekerja sesuai dengan Peraturan Emas (lihat Lukas 6:31), dan untuk memperlakukan para pekerja dengan rasa hormat sehingga mereka tidak punya alasan untuk tidak menghormati Tuhan yang engkau layani.
2. Bersikaplah baik hati. Janganlah bersikap kasar atau mengancam. Kepemimpinan yang saleh tidak melibatkan sikap yang membiarkan setiap orang tahu siapakah boss itu sebenarnya. Majikan Kristen tidak pernah bersikap kejam atau tidak menaruh perhatian, melainkan selalu berjuang untuk menjadi orang yang baik hati dan penuh perhatian. Sikap ini tidak akan membuat engkau menjadi orang yang kurang tegar atau kurang kuat pada saat engkau harus bersikap seperti itu, namun sikap dan prilakumu itu selalu dikendalikan oleh pikiran Kristus dalam dirimu.
3. Bersikaplah rendah hati. Paulus menyatakan motivasi ini: "Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka." Hakim yang tidak memandang muka dari segala hakim sedang mengawasi cara prilakumu sebagai seorang majikan. Ia tidak akan mengabaikan perlakuan burukmu terhadap pekerja hanya karena engkau seorang boss. Ia selalu meminta tanggung jawab kita atas cara kita memperlakukan orang lain.
KESIMPULAN
Orang Kristen pada hari Minggu perlu juga menjadi orang Kristen pada hari Senin. Orang Kristen dalam gereja perlu juga menjadi orang Kristen di tempat kerja.
Sebagian besar dari kita memiliki pekerjaan. Beberapa dari kita adalah pekerja, dan beberapa dari kita berada dalam kedudukan sebagai majikan. Kita semua perlu merenungkan apa yang Firman Allah katakan.
Tanyakanlah dirimu sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan ini:
"Apakah prilakuku di tempat kerja mendatangkan kemuliaan bagi Allah?"
"Apakah aku punya komitmen terhadap yang terbaik?"
"Apakah aku bersikap baik hati dan baik budi kepada orang lain?"
"Apakah aku jujur, loyal, dan menaruh hormat kepada para atasanku?"
"Akankah Yesus berkata, 'Hasil kerja yang baik' terhadap apa yang kupersembahkan melalui kerjaku?"
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan jujur, engkau mungkin ingin mengakui dosamu dan minta pengampunan dari Allah. Marilah kita mendedikasikan diri kita untuk memuliakan Allah di dalam segala hal yang kita kerjakan, termasuk segala hal yang kita kerjakan di tempat kerja.
TFTWMS: Ef 6:9 - Tuan: Praktikkanlah Niat Baik Tuan: "Praktikkanlah Niat Baik" (Efesus 6:9)
9 Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah hal yang sama terhadap mereka dan jangan lagi mengancam, kare...
Tuan: "Praktikkanlah Niat Baik" (Efesus 6:9)
9 Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah hal yang sama terhadap mereka dan jangan lagi mengancam, karena tahu bahwa Tuan mereka dan kamu ada di sorga, dan Ia tidak pilih kasih (NASB).
Ayat 9. Ketika Paulus menyimpulkan instruksinya mengenai hubungan antara hamba dan tuan, ia bicara tentang tanggung jawab tuan-tuan. Kata dan memperkenalkan bahwa instruksi ini mengikat tuan itu dan tanggung jawabnya kepada hamba itu dan tanggung jawabnya. Perbuatlah hal yang sama mengacu kepada fakta bahwa baik hamba maupun tuan perlu mengakui bahwa mereka sedang melayani di bawah Tuan yang sama, Tuhan Yesus Kristus. Jika para tuan itu mengerti bahwa mereka, seperti halnya hamba-hamba mereka, adalah hamba Kristus dan bertanggung jawab kepada Dia, mereka akan menunjukkan sikap yang lebih peduli dalam perlakuan mereka terhadap para hamba. Para tuan itu diperintahkan untuk jangan lagi mengancam. Jika para tuan itu mau memiliki "niat baik" yang sama (6:7) terhadap hamba-hamba mereka seperti yang hamba-hamba itu miliki terhadap tuan mereka, maka kedua pihak akan memperoleh keuntungan. Pertama, para tuan itu akan mengakui bahwa mereka memiliki Tuan kepada siapa mereka bertanggung jawab. Kedua, hubungan akan lebih menyenangkan. Ketiga, para hamba akan terdorong untuk melayani dengan semangat yang taat.
Ia tidak pilih kasih menekankan kesetaraan semua manusia di hadapan Allah. "Pilih kasih" menerjemahkan kata benda Yunani proswpolhmyi÷a (prosōpolēmpsia) dan berasal dari ungkapan kata Ibrani yang berarti "menunjukkan keberpihakan, menghakimi sepenuhnya berdasarkan apa yang tampak atau berdasarkan faktor eksternal."21
Para tuan punya kecenderungan untuk merasa superior terhadap para hamba mereka. Meski superioritas akan terus diakui dalam sistem rumah tangga, namun para tuan diingatkan bahwa di mata Allah semua manusia adalah sama. Oleh karena itu, para tuan harus memahami bahwa mereka harus menangani para hamba mereka sebagai sesama pelayan dari Tuan yang lebih tinggi, Yesus Kristus. Ketika mereka memenuhi tanggung jawab ini, para tuan itu akan hidup dalam hikmat.
TFTWMS: Ef 6:10-20 - Tetap Kuat Di Dalam Tuhan TETAP KUAT DI DALAM TUHAN (Efesus 6:10-20)
Paulus mengakhiri instruksinya untuk orang Kristen yang hidup dengan hikmat dengan nasihat untuk menjadi k...
TETAP KUAT DI DALAM TUHAN (Efesus 6:10-20)
Paulus mengakhiri instruksinya untuk orang Kristen yang hidup dengan hikmat dengan nasihat untuk menjadi kuat di dalam Tuhan, dengan mengenakan seluruh perlengkapan persenjataan Allah. Bagian ini mengakhiri pembahasannya tentang praktik gereja yang mulia yang dimulai di 4:1. Ayat-ayat ini bisa dibagi menjadi tiga bagian: dorongan bagi orang percaya untuk "menjadi kuat di dalam Tuhan" dengan mengenakan "seluruh perlengkapan senjata Allah" (6:10-13), gambaran tentang persenjataan orang Kristen (6:14-17), dan perlunya bergantung pada Allah dalam doa (6:18-20).
TFTWMS: Ef 6:10 - Nasihat: Jadilah Kuat Nasihat: "Jadilah Kuat" (Efesus 6:10)
10 Akhirnya, jadilah kuat di dalam Tuhan dan di dalam kekuatan kuasa-Nya (NASB).
Ayat 10. Surat Paulu...
Nasihat: "Jadilah Kuat" (Efesus 6:10)
10 Akhirnya, jadilah kuat di dalam Tuhan dan di dalam kekuatan kuasa-Nya (NASB).
Ayat 10. Surat Paulus, tidak diragukan lagi, dibacakan secara terbuka di hadapan gereja itu. Ketika kata "akhirnya" dibacakan, itu bukan waktunya bagi para anggota gereja untuk bangkit dari kursi mereka dan bersiap untuk pulang. Pelbagai petunjuk berikutnya adalah penting bagi kelangsungan hidup gereja itu. Intruksi itu harus dibacakan, didengarkan, dan dengan tekun diterapkan.
Akhirnya (touv loipou, tou loipou)22memperkenalkan apa yang tertinggal di dalam surat Paulus. Kata itu memiliki gagasan "dari sekarang seterusnya" di dalam 1 Korintus 7:29 dan Ibrani 10:13. Paulus bisa saja sedang mengatakan bahwa saudara-saudara ini menghadapi musuh yang kuat dan harus "menjadi kuat di dalam Tuhan" sekarang ini maupun di masa depan.
Jadilah kuat menuntun kepada pembahasan Paulus tentang pertempuran yang dihadapi umat Kristen dan mengingatkan kita kepada tugas yang Allah berikan kepada bangsa Israel kuno di awal pertempuran mereka untuk Kanaan (lihat Yosua 1:6, 7, 9).
"Jadilah kuat" berarti orang Kristen harus membolehkan diri mereka "diperkuat."23
Penguatan itu harus dari sumber eksternal, Tuhan. Sepanjang surat ini, "di dalam Kristus" dan "di dalam Tuhan" sudah menjadi ungkapan yang menonjol yang mengingatkan jemaat Efesus tentang siapa mereka dulunya dan apa yang diminta dari mereka, sebagai gereja, untuk dicapai.
Kekuatan yang harus datang dari Tuhan mengingatkan "kehebatan kuasa-Nya yang luar biasa bagi kita yang percaya" (1:19) dan kekuatan yang dilimpahkan "melalui Roh-Nya di dalam manusia batiniah" (3:16). "Di dalam Tuhan" mengidentifikasi baik sumber kekuatan maupun ruang lingkup di dalam mana orang Kristen harus menemukan kekuatan.
Dua kata menggambarkan kekuatan ini: kekuatan dan kuasa. Kata-kata Yunani yang digunakan oleh Paulus, kra¿toß (kratos, "kekuatan") and i˙scu/ß (ischus, "kuasa"), adalah sama. Mereka digunakan untuk lebih menekankan kekuatan besar yang tersedia bagi orang Kristen ketimbang menunjukkan aspek yang berbeda dari kuasa Allah.
TFTWMS: Ef 6:10-12 - Ini Peperangan! INI PEPERANGAN! (Efesus 6:10-12)
Billy adalah teman saya yang bekerja sebagai polisi. Pada Nopember 1994, Billy dan beberapa aparat penegak hukum sed...
INI PEPERANGAN! (Efesus 6:10-12)
Billy adalah teman saya yang bekerja sebagai polisi. Pada Nopember 1994, Billy dan beberapa aparat penegak hukum sedang melakukan penangkapan di sebuah rumah di Fort Worth, Texas. Beberapa tembakan dilepaskan. Satu peluru mengenai kaki Billy. Seraya peluru itu bergerak melalui tubuhnya, peluru itu akhirnya menghantam satu pembuluh darahnya. Billy hampir mati kehabisan darah. Syukur kepada Allah ia masih hidup!
Pengalaman Billy bersentuhan dengan maut mengingatkan saya akan sebuah filem yang saya tonton beberapa tahun yang lalu tentang seorang polisi. Dalam sebuah adegan, polisi itu sedang duduk di pinggir ranjang rekannya, yang mengalami luka berat hampir mati oleh terjangan peluru. Isteri polisi yang terluka berat itu hadir juga di situ. Ia menatap polisi itu, dengan air mata di matanya, dan berkata, "Aku tidak pernah menyadari … Aku benar-benar tidak pernah mengerti hingga kini. Di luar sana ada peperangan, bukan?"
Seraya Paulus mengakhiri suratnya kepada umat Kristen di Efesus, ia membuat pernyataan yang hampir sama yang berkaitan dengan kehidupan orang Kristen: "Ini sebuah peperangan." Ia memberitahu kita untuk jangan mengharapkan perjalanan yang mudah dalam melalui kehidupan. Agama Kristen merupakan sebuah perjuangan, sebuah pertempuran, sebuah "pertarungan sampai akhir."
Tidak satu orang pun dari kita yang bisa memenangkan pertempuran supernatural ini dengan kekuatan kita sendiri. Satu-satunya cara yang memungkinkan untuk menang adalah dengan bertarung dalam kekuatan yang Allah sediakan dan dengan persenjataan yang Ia berikan kepada kita:
Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara (6:10-12).
Perkataan Paulus itu memberi kita kebenaran abadi ini: Orang Kristen memenangkan peperangan melawan Iblis ketika ia menjalankan rencana pertempuran Allah.
MEMENANGKAN PEPERANGAN MENUNTUT PERSIAPAN BAGI PERTARUNGAN
Sumber bagi kekuatan yang kita perlukan di dalam peperangan rohani tidak berasal dari diri kita; asalnya dari Allah. Paulus berkata, "hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya." Secara harfiah, ia berkata bahwa kita harus "dikuatkan di dalam Tuhan." 1Paulus tidak sedang memberitahu kita untuk menjadi "perkasa" atau menunjukkan kekuatan kita. Paulus memanggil kita untuk menerima satu-satunya sumber kekuatan yang disediakan untuk menahan kejahatan, prilaku setan yang penuh tipu muslihat. Secara sederhana, kita ini tanpa harapan bila terpisah dari kekuatan Allah.
Dengan kekuatan Allah kita benar-benar memiliki kekuatan yang kita butuhkan untuk memenangkan peperangan. Paulus memberitahu kita tentang potensi luar biasa yang kita miliki oleh sebab kuasa Allah. Dalam pasal 1 Paulus menyinggung tentang "betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati" (1:19, 20a). Kuasa yang membangkitkan Yesus tersedia bagi setiap orang Kristen.
Kita menemukan kuasa itu di dalam Firman Allah seraya kita membacanya dan menerapkannya ke dalam hidup kita. Allah menyediakan kuasa-Nya seraya kita mencari Dia dalam doa. Kita menemukan kuasa Allah seraya kita menyembah Dia. Allah juga mendatangkan kuasa-Nya melalui pengaruh, teladan, dan dorongan sesama orang Kristen. Kehidupan kita sehari-hari perlu kita persiapkan untuk pertempuran dengan menggunakan kekuatan-Nya.
Secara khusus Paulus menulis tentang cara kita menggunakan kekuatan Allah yang ditawarkan kepada kita: "Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah" (6:11a). Kata yang diterjemahkan "seluruh perlengkapan senjata" adalah kata Yunani panophilia, yang darinya kita mendapatkan kata Inggris "panoply." Kata itu mengacu kepada persenjataan yang lengkap. Paulus dalam pengertian rohani menggambarkan apa yang sudah sering kali ia lihat—seorang prajurit, yang dipersenjatai secara berat untuk pertempuran, siap untuk menghadapi musuh. Dalam 6:13-20, ia menggambarkan persenjataan ini secara rinci.
Paulus memerintahkan orang Kristen untuk mengenakan persenjataan. Rasakanlah nada kemendesakan di dalam perkataannya itu. Jika bisa, ia mau mengatakannya secara pribadi kepada kita, "Hai bapak-bapak, kenakanlah perlengkapan perang, kenakanlah supaya engkau bisa bertarung untuk keluargamu. Hai ibu-ibu, kenakanlah perlengkapan senjata Allah. Hai para remaja, kenakanlah perlengkapan senjata Allah sehingga setan tidak bisa mengalahkan engkau. Orang Kristen yang sudah dewasa, kenakanlah perlengkapan Allah. Jangan biarkan kewaspadaanmu melemah di dekat akhir kehidupan duniawimu. Pertempuran belum selesai. Kenakanlah perlengkapan senjata Allah."
Paulus menunjukkan tujuan pertempuran itu dengan kata-kata ini: "Supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis" (6:11b). Narkoba, alkohol, pornografi, dan perjudian bukanlah musuh utama kita. Semua itu semata-mata senjata yang digunakan oleh musuh kita yang sesungguhnya. Musuh yang mendatangi kita dengan segenap kekuatannya adalah sangat kuat! Kita tidak bisa selamat dari serangan gencar setan tanpa pertolongan Allah. Setan itu luar biasa, cerdik, licik, dan sangat jahat. Satu-satunya harapan yang manusia miliki untuk melawan setan dan menang adalah melalui Yesus. Tidak seorang pun bisa selamat dari pertarungan melawan setan tanpa pertolongan Allah dalam Yesus. Allah memberi kita kekuatan-Nya dan persenjataan-Nya sebagai satu-satunya harapan untuk memenangkan peperangan melawan setan.
Sewaktu para prajurit masuk ke medan pertempuran, mereka memerlukan rencana pertempuran. Paulus sudah memberi kita rencana pertempuran, dan ia sudah memberitahu kita tentang pelbagai persiapan yang perlu kita lakukan. Mengabaikan rencana Allah dan tidak mau mengenakan persenjataan Allah merupakan bunuh diri rohani. Orang Kristen yang mencoba mengarungi kehidupan tanpa kekuatan dan persenjataan Allah tidak akan selamat. Janganlah biarkan dirimu dan keluargamu menjadi korban. "Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, … Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah." Bersiap dirilah menghadapi pertempuran dengan menggunakan setiap sumber rohani yang Allah tawarkan. Itu merupakan satu-satunya harapanmu!
MEMENANGKAN PERTEMPURAN MEMERLUKAN PENGETAHUAN TENTANG MUSUH
Hikmat mengatakan bahwa sebelum Anda masuk ke dalam konflik Anda harus semampu mungkin mengetahui lawan Anda. Regu-regu olahraga menyelidiki lebih dahulu kekuatan lawan mereka yang akan mereka hadapi. Bagian penjualan mempelajari semampu mungkin keadaan pesaing mereka sebelum menyerahkan penawaran mereka. Para Jenderal akan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang musuh mereka sambil mereka mempersiapkan diri untuk pertempuran. Mengetahui sebisa mungkin musuh Anda adalah penting sekali dan merupakan strategi pemenangan.
Paulus bermaksud memberi orang Kristen rincian tentang betapa kuat dan liciknya musuh kita itu. Mengapakah Paulus melakukan hal itu? Sebab jika kita menghadapi setan tanpa persiapan atau masuk ke pertempuran bersenjata tanpa persenjataan kecuali kekuatan kita sendiri yang lemah, maka setan akan menghancurkan kita.
Paulus memberi tiga fakta tentang musuh kita itu. Pertama, musuh kita itu kuat. Ayat 12 berkata, "Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, .…" Paulus menggambarkan musuh itu dengan julukan-julukan yang sangat penuh kuasa: "pemerintah-pemerintah," "penguasa-penguasa," dan "penghulu-penghulu." Saya tidak mengetahui semua hal yang Paulus maksudkan dengan julukan-julukan itu, namun saya tahu bahwa Paulus memakai beberapa kata yang mengarahkan perhatian kita kepada kekuatan dan kekuasaan yang hebat sekali yang dimiliki oleh musuh kita itu.
Alkitab memberi kita beberapa pengertian tentang kekuatan yang sangat jahat ini. Yesus sendiri tidak membantah setan itu ketika setan itu berkata bahwa ia punya kuasa untuk memberi Yesus seluruh kerajaan dunia ini (Matius 4:8, 9). Yesus juga merujuk kepada setan ini sebagai "penguasa dunia ini" (Yohanes 12:31). Setan secara terus-menerus menempatkan dirinya untuk menentang Allah dan orang-orang yang menaati Allah. Paulus menyebut setan itu "ilah zaman ini" (2Korintus 4:4). Iblis dan roh-roh jahatnya membutakan pikiran semua orang yang tidak percaya sehingga mereka tidak bisa melihat cahaya injil. Petrus membandingkan musuh ini seperti "singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1Petrus 5:8). Yohanes menambahkan bahwa "seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat" (1Yohanes 5:19). Tidak ada jalan tengah. Hanya ada dua pilihan, Anda hidup di bawah kendali Tuhan Yesus atau Anda hidup di bawah kendali Iblis.
Seseorang mungkin berkata, "Saya pikir Yesus sudah mengalahkan setan dan memperoleh kemenangan." Betul, memang begitu. Namun begitu setan dan roh-roh jahatnya tidak mau menerima kekalahan. Mereka memang belum dihancurkan secara menyeluruh dan tuntas, jadi mereka tetap setia terhadap misi mereka untuk "mecari dan menghancurkan" manusia. Mereka masih memiliki kuasa yang lumayan besar untuk menghancurkan kehidupan seseorang.
Kedua, musuh kita ini jahat. Perjuangan kita adalah "melawan roh-roh jahat di udara" (6:12b). Kuasa atau kekuatan itu sendiri bisa digunakan untuk menghasilkan kebaikan atau kerusakan yang hebat. Musuh kita dan para sekutunya menggunakan kuasa mereka untuk menghancurkan. Mereka mengarahkannya ke arah kejahatan. Mereka itu mewakili kuasa dunia yang gelap ini. Kegelapan adalah tempat tinggal mereka. Karena sifatnya yang bengis dan benar-benar jahat, mereka itu berusaha menimbulkan kehancuran sebanyak mungkin.
Ketiga, musuh kita itu penuh tipu muslihat. Bacalah kembali ayat 11. Paulus menyinggung tentang berdiri melawan "tipu muslihat Iblis." Setan itu sendiri tidak memperkenalkan dirinya dan berkata, "Aku adalah setan. Aku di sini untuk menghancurkan hidupmu dan membawa engkau ke neraka." Ia tidak pernah menghampiri kita secara langsung. Ia menggunakan tipu muslihat. Ia mencintai dusta. Ia sangat bersukacita dalam penipuan.
Untuk membuat kita melakukan dosa, biang penipu itu akan:
— meyakinkan kita bahwa "hal itu tidak begitu buruk. Hal itu tidak akan melukaimu,"
— meyakinkan kita bahwa tidak seorang pun yang akan mengetahui, dan setidaknya Allah akan mengampuni kita,
— meyakinkan kita bahwa apa yang sedang ia coba untuk membuat kita melakukan sesuatu sebenarnya akan memuaskan kita,
— melemahkan keyakinan rohani kita sehingga kita tidak mau peduli,
— membuat kita sangat kelelahan dan kehabisan tenaga sehingga kita hanya ingin segera mendapat kelegaan dan mau melakukan apa saja yang akan memberi kita kelegaan itu,
— memutar balik pemikiran kita sehingga kita tidak mengetahui lagi apa yang benar.2
Musuh kita itu memang penipu, penuh tipu muslihat, dan licik. Ia berpura-pura sebagai malaikat terang (2Korintus 11:14). Cara-caranya yang piawai mencakup pelbagai bentuk kelicikan. Peluang apakah yang kita miliki untuk menang melawan dia? Jika kita mencoba untuk melawan dia tanpa Allah, kita akan kalah. Ini menjelaskan pentingnya himbauan Paulus itu. Ketika kita tahu kekuatan musuh, kita sadar betapa besarnya kita memerlukan Allah.
Berhentilah sejenak dan pikirkanlah musuh itu. Pikirkanlah betapa kuatnya kekuatan jahat itu tentunya. Pertimbangkanlah kejahatan apakah yang setan itu sudah bawa ke dalam dunia ini. Ingatlah ia selalu mengamat-amati Anda. Ia menginginkan Anda, dan ia jauh lebih kuat untuk mengalahkan Anda. Bayangkanlah betapa jahatnya setan dan para sekutunya itu. Mereka menentang semua yang Allah hadirkan, dan berusaha untuk menarik Anda ke pihak mereka. Sementara Anda merenungkan hal itu, pikirkanlah juga tentang betapa musuh kita itu penuh tipu muslihat. Penguasa jahat zaman kini akan menggunakan setiap tipu muslihat yang memungkinkan untuk merubah Anda sehingga melawan Allah. Kita perlu membuka mata kita lebar-lebar bila tiba saatnya untuk memahami musuh kita itu.
KESIMPULAN
Orang Kristen memenangkan peperangan melawan setan ketika mereka menerapkan rencana pertempuran Allah. Saya meminta Anda melakukan dua hal. Pertama, tegaskanlah dalam doa di hadapan Allah bahwa Anda tidak akan mencoba untuk menghadapi setan sendirian. Anda tidak akan mencoba untuk melakukan pertempuran rohani sendirian. Anda akan berhenti untuk mencoba bergantung pada kekuatan Anda sendiri seakan-akan kekuatan itu sajalah yang Anda perlukan.
Kedua, tekadkanlah dalam doa di hadapan Allah bahwa Anda akan mencari kekuatan-Nya sepanjang hari, setiap hari. Akuilah kebutuhan Anda akan persenjataan-Nya. Mintalah Allah untuk menguatkan Anda, menolong Anda untuk mengenakan persenjataan-Nya dan menggunakannya. Mintalah Allah untuk mengingatkan Anda setiap hari bahwa Anda berada dalam peperangan—dalam perjuangan hidup dan mati yang nyata, dimana pemenang berhak mengambil semuanya—dan keinginan Anda untuk berada di pihak yang menang bersama Yesus.
Renungkanlah sekali lagi perkataan Yesus yang diterjemahkan ke dalam bahasa moderen ini.
… Allah itu kuat, dan Ia ingin engkau kuat. Jadi ambillah apa saja yang sang Tuan sudah rencanakan untukmu, persenjataan yang sudah dibuat dengan baik dari bahan-bahan yang terbaik. Dan gunakanlah persenjataan itu supaya engkau bisa bertahan terhadap apa saja yang Iblis lontarkan ke arahmu. Ini bukanlah perlombaan atletik di sore hari yang bisa kita tinggalkan dan dalam dua jam sudah kita lupakan. Ini untuk pertempuran hidup-mati yang terus-menerus sampai akhir melawan Setan dan para malaikatnya. Bersiaplah. Engkau berdiri melawan musuh yang jauh lebih berat daripada yang bisa kautangani sendiri. Terimalah semua bantuan yang bisa kauperoleh, setiap senjata yang Allah sudah keluarkan, sehingga setelah pertempuran usai, kecuali sorak-sorai, engkau masih bisa tetap bertahan (6:10-13; TM).
Apakah Anda sedang mencoba untuk menjalani kehidupan tanpa Yesus dan tanpa kekuatan yang Ia berikan kepada orang Kristen? Anda tidak bisa menang tanpa Yesus. Carilah Dia. Ia akan menjadi kekuatan Anda. Ia akan memampukan Anda untuk melawan setan. Ia akan membagi kemenangan-Nya dengan Anda.
Yesus tidak memaksa Anda untuk menerima apa yang Ia tawarkan. Ia membolehkan Anda untuk mengambil keputusan sendiri. Anda tidak perlu berpikir untuk mencoba melawan kegelapan dengan kekuatan Anda sendiri. Dunia yang jahat ini akan menghancurkan Anda. Anda perlu Yesus. Ia siap untuk menerima Anda, namun Anda harus siap berkata kepada Dia, "Yesus, aku membutuhkan Engkau. Engkau sudah mati untuk dosaku. Aku ingin dibaptis untuk menyucikan dosa-dosaku dan memulai hidup dalam kekuatan-Mu."
Kemungkinan besar, beberapa orang Kristen sudah lama mencoba untuk memenangkan pertempuran rohani tanpa mengenakan persenjataan Allah. Iblis menguasai Anda tepat dimana ia menginginkan Anda; ia ingin Anda mengabaikan semua hal yang Anda sudah ketahui tentang peperangan rohani. Berpalinglah kepada Allah, dan beritahu setan untuk meninggalkan Anda. Allah siap memberi Anda kekuatan. Ia sedang menunggu Anda membuat keputusan yang benar.
TFTWMS: Ef 6:11-17 - Perintah: Kenakanlah Seluruh Perlengkapan Senjata Allah Perintah: " Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah" (Efesus 6:11-17)
11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata dari Allah, supaya k...
Perintah: " Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah" (Efesus 6:11-17)
11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata dari Allah, supaya kamu dapat berdiri teguh melawan tipu muslihat Iblis; 12Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan kekuatan dunia yang gelap ini, melawan kekuatan rohani jahat di angkasa. 13Oleh karena itu, ambillah seluruh perlengkapan senjata dari Allah, sehingga kamu dapat melawan pada hari yang jahat itu, dan sesudah menyelesaikan segala sesuatu, berdiri teguh. 14Oleh karena itu berdirilah teguh, dengan berikatpinggang-kan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, 15kakimu berkasutkan persiapan injil damai sejahtera; 16 selain itu, pergunakanlah perisai iman yang dengannya kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat. 17 Dan ambillah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yang adalah firman Allah (NASB).
Ayat 11, 12. Kekuatan dan perlindungan Allah digambarkan dalam ungkapan persenjataan seperti yang seorang prajurit Romawi akan kenakan. Orang Kristen perlu berdiri kuat dalam kuasa Tuhan karena kita terlibat dalam perjuangan hidup dan mati di mana pejuang utamanya adalah Allah dan Iblis. Perang telah dimenangkan, sebagaimana dibuktikan di dalam pasal 1 sampai 3, tetapi pertempuran sehari-hari harus dijalani oleh semua individu. Agar berhasil, orang Kristen harus bersandar pada kuasa Allah. Paulus menampilkan pasukan Romawi dalam persenjataan tempur yang lengkap saat ia menggambarkan peperangan orang Kristen. Kata panopli÷a (panoplia," persenjataan lengkap") adalah "istilah yang digunakan untuk peralatan yang lengkap, baik bersifat defensif dan ofensif, prajurit pejalan kaki yang bersenjata berat."24
Persenjataan orang Kristen adalah dari Allah; Ia adalah sumber perlengkapan peperangan ini. Paulus menyatakan, "Karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah" (2 Korintus 10:4).
Alasan yang diberikan kepada orang Kristen untuk mengenakan "seluruh perlengkapan senjata dari Allah" adalah supaya kamu dapat berdiri teguh melawan tipu muslihat Iblis. "Dapat" (du/namai, dunamai digunakan lagi oleh Paulus di dalam ayat 13 dan 16, dalam mengacukan kuasa Allah yang memampukan orang-orang percaya untuk "berdiri teguh" (i¢sthmi, histēmi). Gagasan berdiri teguh juga muncul di dalam ayat 13 dan 14, untuk menunjukkan "memegang posisi seseorang, menolak, tidak menyerah terhadap perlawanan tetapi malah menang atasnya."25
Terhadap siapakah orang Kristen harus berdiri teguh? Iblis (dia¿boloß, diabolos). (Lihat "Untuk Kajian Lebih Lanjut: Musuh Kita, Iblis [6:11]" dimulai pada halaman 80.) Di dalam ayat 12, Paulus memberikan gambaran musuh ini: Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan kekuatan dunia yang gelap ini, melawan kekuatan rohani jahat di udara (lihat 1:20; 3:10). Orang Kristen menghadapi semua bentuk kejahatan di alam rohani, yang Iblis pimpin untuk menentang pergerakan injil Kristus. Dengan mengingat sifat pertempuran itu, persenjataan Allah adalah penting jika orang Kristen mau menang.
Iblis dipersenjatai dengan tipu muslihat (meqodei÷a, methodeia); yaitu, ia menggunakan "kelicikan" atau "siasat"26untuk mengguncang orang-orang percaya dari keteguhan mereka berdiri di dalam iman. Bentuk jamak kata itu menunjukkan bahwa Iblis punya banyak cara untuk menyerang manusia. Paulus memperingatkan Timotius agar tidak jatuh ke dalam "jerat iblis" (1 Timotius 3:7; 2 Timotius 2:26).
Paulus melihat kekuatan si jahat "sebagai telah dikalahkan oleh Kristus, namun masih berusaha untuk membuat terobosan ke dalam kehidupan orang percaya dan untuk menggagalkan kemajuan injil sebelum penaklukan terakhir mereka."27Dengan kata lain, Iblis tahu ia sudah dikalahkan namun terus mencoba untuk merebut kembali sebanyak mungkin jiwa. Setiap orang yang telah mencapai usia pertanggungjawaban pernah berada di bawah kuasa si jahat (2:1-3); tapi orang Kristen telah dibebaskan dengan menerima karya Allah melalui Kristus (2:4-22). Sebagai prajurit Kristen, tugasnya adalah berjuang keras meraih kemenangan, berdiri teguh terhadap musuh yang sudah dikalahkan tapi masih kuat.
Istilah yang diterjemahkan "perjuangan," pa¿lh (palē), biasanya menggambarkan "suatu kontes dalam bentuk gulat."28Jika itu adalah maksud Paulus, ia tampaknya telah mengubah bahasa kiasannya dari seorang prajurit kepada seorang pegulat; namun begitu, istilah itu dapat digunakan di zaman kuno "untuk kontes atau pertempuran apa saja."29Paulus mungkin merubah terminologinya untuk menunjukkan bahwa pertempuran orang Kristen terhadap musuhnya terjadi dalam jarak dekat.
Musuh yang tak terlihat tapi sangat nyata ini—"kekuatan rohani jahat di udara"— adalah kuat.30keberadaanNya disebut "kuasa kegelapan" (Kolose 1:13). Untuk menipu dan menangkap jiwa, ia menggunakan pelayan-pelayan palsu, doktrin-doktrin yang menipu, dan memalsukan tempat-tempat ibadah.31Misi Paulus adalah memalingkan manusia "dari kuasa Iblis kepada Allah" (Kisah 26:18). Bagi orang Kristen untuk menghadapi dan mengatasi kekuatan seperti itu, kita harus memiliki bantuan Allah.
Ayat 13. Ambillah seluruh perlengkapan senjata dari Allah. Bentuk kata kerja yang diterjemahkan "ambillah" menunjukkan bahwa perintah itu harus ditaati sekali untuk seterusnya. Prajurit Kristen harus mengambil "seluruh perlengkapan senjata dari Allah" dan menjaganya terus-menerus.
Berikutnya ia berkata, sehingga kamu dapat melawan pada hari yang jahat itu.
Perkataan "pada hari yang jahat itu" bisa mengacu kepada datangnya wabah kejahatan.
Beberapa ekspositor percaya bahwa kelak akan ada peningkatan besar dalam kejahatan sebelum kedatangan Kristus yang kedua. Mungkin ini akan terbukti benar, tetapi di dalam 5:16 Paulus sedang bicara tentang waktu ketika jemaat Efesus hidup sebagai hari-hari yang jahat.Oleh karena itu, Paulus mungkin hanya sedang mengatakan bahwa mereka harus mengenakan perlengkapan senjata Allah untuk mempersiapkan diri mereka untuk melawan pelbagai pencobaan ketika mereka menghadapi hari-hari yang jahat di masa kini dan di masa depan.
"Melawan" adalah terjemahan dari aÓnqi÷sthmi (anthistēmi), yang artinya "menempatkan diri sendiri untuk melawan … bertahan, menentang."32Gagasannya adalah bahwa mereka harus berhasil di dalam pertempuran, seperti yang dinyatakan oleh bagian terakhir ayat itu. Sesudah menyelesaikan memberikan pengertian "melakukan, menyelesaikan, mencapai, melakukan yang darinya sesuatu timbul, membawa sesuatu kepada kesimpulan akhirnya."33Prajurit Kristen harus mengenakan persenjataan Allah supaya mereka, karena mengenakan persenjataan yang Allah sediakan, dapat yakin bahwa segala sesuatu telah dibuat untuk berdiri teguh dan memperoleh kemenangan.
Ayat 14. Paulus sekali lagi memberi nasihat untuk berdiri teguh (lihat 6:11, 13). Ini adalah ungkapan yang sering ia gunakan di dalam tulisan-tulisannya yang lain. Ia menulis bahwa jemaat di Korintus berdiri dalam injil, dan ia mendorong saudara-saudara itu untuk "berdiri dengan teguh dalam iman" (1 Korintus 15:1; 16:13). Dalam menyurati jemaat Roma, ia bicara tentang "kasih karunia yang di dalamnya kita bediri" dan mengatakan mereka berdiri "oleh … iman" (Roma 5:2; 11:20; NASB). Paulus meyakinkan jemaat Filipi bahwa mereka "berdiri teguh di dalam satu roh" dan mendesak mereka untuk "berdiri teguh di dalam Tuhan" (Filipi 1:27; 4:1; NASB). Teman Paulus, Epafras, berdoa semoga jemaat Kolose bisa "berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah" (Kolose 4:12).34Di dalam teks di hadapan kita, Paulus menunjukkan bahwa mengenakan seluruh persenjataan dari Allah akan memampukan jemaat Efesus untuk "berdiri teguh."
Dengan berikatpinggangkan kebenaran pastinya mengingatkan jemaat Efesus kepada persenjataan yang dikenakan oleh prajurit Romawi. Karena Paulus berada di bawah tahanan rumah di Roma ketika ia menulis kitab Efesus, ia tentu melihat banyak prajurit setiap hari. Mereka pasti mengingatkan dia tentang perlunya persenjataan bagi orang Kristen di dalam peperangan besar rohani.
Pertempuran melawan kekuatan rohani jahat adalah pertempuran terhadap pikiran manusia. Paulus menunjukkan kepada jemaat Korintus pentingnya berpikir benar ketika ia menulis, Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2 Korintus 10:3-5).
Jika Iblis bisa mempengaruhi kita untuk berpikir sesuai dengan keinginannya, kita kalah dalam pertempuran. Kita harus jangan lupa bahwa cara Iblis adalah halus dan dapat menggunakan berbagai cara untuk mempengaruhi proses berpikir kita. Ideologi adalah alat yang ampuh di tangan Iblis. Tidak heran Petrus berkata, "Siapkanlah akal budimu35untuk bertindak"(1 Petrus 1:13a; NASB).
"Pinggang," ojsfu÷n (osphun), mengacu kepada pinggang, daerah di atas pinggul dan paha dan di bawah bahu. "Berikat" (perizw¿nnumi, perizōnnumi) berarti mengikat pakaian seseorang "dengan korset atau sabuk."36Ini adalah sesuatu yang prajurit Kristen harus lakukan dengan bantuan Allah sebelum ia bisa dengan benar bersikap melawan kejahatan. Dalam kehidupan prajurit Romawi, sabuk sangatlah penting. Mengikat pinggang membuat ia mampu untuk siap beraktivitas (lihat Lukas 12:35, 37).
Ikat pinggang, yang mengikat bersama senjata lainnya dan menyiapkan prajurit itu untuk bertindak, melambangkan "kebenaran." Dalam pengertian obyektif, "kebenaran" adalah Firman Allah (Yohanes 17:17). Di dalam Efesus itu adalah injil (lihat 4:21). "Kebenaran" ini menjadikan orang merdeka (Yohanes 8:32). Itu harus didengarkan, dikasihi, dipercaya, dibela, dan ditaati.37Tanpa kebenaran ini prajurit Kristen tidak siap menghadapi pertempuran.
Dalam konteks persenjataan dari Allah, Paulus mengutip dari Yesaya 11:5, di mana kedatangan "kebenaran" Mesias diacukan sebagai sabuk kebenaran dan kesetiaan.38Beberapa gambaran di dalam ayat 14 sampai 17 dipinjam dari Perjanjian Lama. Oleh karena itu, beberapa kata di dalam teks itu muncul dalam bentuk huruf kapital kecil di dalam Alkitab NASB.
Ikat pinggang melambangkan "kasih karunia pribadi yang berupa keterusterangan, ketulusan, kejujuran … seperti yang digunakan juga untuk kebenaran Allah (Roma 15:8)."39
… kasih karunia yang jelas ini yang berupa keterbukaan, kejujuran, kenyataan , pikiran yang tidak akan melakukan penipuan dan tidak berusaha untuk menutup-nutupi hubungan kita dengan Allah, memang sangat penting untuk keselamatan orang Kristen dan penting bagi pengoperasian semua sifat-sifat lain dari karakter itu.40
Prajurit Kristen memang harus diikat dengan kebenaran Firman Allah dan dengan loyalitas dan kesetiaan pribadi.
Dan berbajuzirahkan keadilan mengingatkan jemaat Efesus kepada bagian persenjataan prajurit yang melindungi jantungnya dan organ-organ vital lainnya. Perlindungan bagi jantung/hati orang Kristen adalah "keadilan." Sebagaimana Paulus mengacukan gambaran Yesaya tentang Mesias dalam membicarakan ikat pinggang prajurit, begitu juga di sini ia menggunakan gambaran Yesaya tentang Tuhan yang "mengenakan keadilan sebagai baju zirah" (Yesaya 59:17a). Pernyataan-pernyataan paralel ini menggambarkan "keadilah" Mesias sebagai "kesetiaan"-Nya Kata Ibrani untuk keadilan Allah dan Mesias di dalam nas-nas Yesaya berarti "keadilan" dalam pengertian moral.41
"Keadilan" di dalam Perjanjian Baru berkaitan dengan hubungan kita dengan Allah melalui Kristus. "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran" (Roma 6:20). Dalam menuliskan ini, Paulus bermaksud mengatakan bahwa orang berdosa tidak memiliki hubungan dengan Allah karena dosanya memisahkan dia dari Allah (lihat Yesaya 59:1, 2). Kristus adalah "kebenaran kita" (1 Korintus 1:30; NASB) di mana Allah menjadikan "Dia yang tidak mengenal dosa … menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah"(2 Korintus 5:21). Ketika orang dibaptis ke dalam Kristus, ia mengenakan Kristus (Galatia 3:27) dan menjadi hamba kebenaran (Roma 6:18). Ini adalah "kebenaran" yang disajikan di dalam injil dan harus diterima dengan iman yang taat (Roma 1:5, 16, 17). Oleh iman yang taat Abraham dianggap oleh Allah sebagai orang benar (Roma 4:22). Ketika siapa saja merespon dalam iman yang taat kepada Kristus, orang itu akan dipandang sebagai orang benar (Roma 4:23, 24).
"Kebenaran" berarti memiliki hubungan yang benar dengan Allah.
"Baju zirah keadilah" adalah bagi mereka yang sudah diampuni dosanya dan telah dibuat benar dengan Allah. Oleh karena itu, "kebenaran" yang diacukan oleh Paulus sebagai bagian dari persenjataan orang Kristen adalah pengingat bahwa Allah dan Mesias adalah "benar," atau setia dalam keadilan. Ciri-ciri melakukan yang benar atau mempraktikkan keadilan adalah bagian penting dari persenjataan prajurit Kristen.
Ayat 15. Berikutnya, Paulus berkata, Kakimu berkasutkan persiapan injil damai sejahtera. Pernyataan ini menggemakan Yesaya 52:7, yang bicara tentang "Kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat." Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paulus mengutip nas ini dalam kaitannya dengan pemberita injil (Roma 10:15). Namun begitu, dalam konteks ini Paulus mengaitkan kaki itu kepada persiapan bukan kepada pemberitaan.
Seorang prajurit butuh sepatu yang tepat agar berhasil dalam pertempuran. "Berkasutkan" menerjemahkan uJpode÷w (hupodeō) dan secara harfiah berarti "mengikat di bawah, seperti sandal di bawah kaki; jadi, memakai sandal."42Prajurit Romawi akan mengikatkan tapak kulit kasutnya kepada kaki dan betisnya dengan tali kulit. Josephus bercerita tentang seorang prajurit Romawi di Yerusalem yang "memiliki sepatu yang seluruhnya dipenuh oleh paku yang besar dan tajam, seperti yang juga dimiliki setiap prajurit lainnya."43Paku-paku itu membantu prajurit itu untuk mempertahankan pijakannya agar tetap kokoh di dalam pertempuran.
Penekanan Paulus mungkin tidak terlalu banyak tentang berdiri teguh (konsep yang sudah disajikan di dalam ayat 11 dan 13) dibandingkan tentang "persiapan." Kata yang ia gunakan adalah e˚toimasi÷a (hetoimasia), kata benda Yunani yang artinya "kesiapan, siap-siaga."44"Persiapan" pejuang Kristen berasal dari "injil damai sejahtera." Sebelumnya di dalam surat ini, Paulus menunjukkan bahwa Kristus adalah "damai sejahtera kita" (2:14). Ia menetapkan perdamaian antara orang Yahudi dan non-Yahudi dan mendamaikan baik orang Yahudi maupun non-Yahudi kepada Allah (2:15, 16). Dalam mewujudkan perdamaian ini dengan darah yang Ia tumpahkan di kayu salib, Kristus memberitakan perdamaian kepada semua orang (2:17). Injil adalah pesan perdamaian. Prajurit Kristen dapat siap untuk melawan setiap serangan Iblis karena "injil damai sejahtera" mempersiapkan dia untuk melakukan hal itu. Perdamaian dengan Allah dan dengan sesama Kristen mengilhami para pejuang Kristus untuk menghadapi musuh dengan berani.
Ayat 16. Selain itu secara harfiah adalah "dalam semuanya." Ungkapan ini bisa berarti "dalam semua keadaan"; tapi karena konteksnya menyangkut bagian-bagian persenjataan orang Kristen, maka itu mungkin secara benar diperlakukan sebagai bermakna "selain semua [sisa persenjataan itu]."
Pergunakanlah perisai iman dicantumkan berikutnya. "Perisai" (qureo֧, thureos) yang diacukan itu adalah "perisai infanteri berat, perisai lonjong yang besar, seratus tiga puluh sentimeter tingginya dan delapan puluh sentimeter lebarnya, kadang-kadang melengkung pada sisi dalamnya."45Jenis perisai ini dirancang untuk melindungi seluruh tubuh prajurit. Perisai orang Kristen adalah "iman," sebuah konsep yang terlihat di seluruh kitab Efesus (1:13, 15; 2:8; 3:12, 17; 4:5, 13; 6:23). Iman sejati adalah keyakinan mengenai kebenaran injil, kepercayaan kepada janji-janji dan kuasa Allah, dan ketaatan kepada perintah Tuhan. Tingkatan iman ini melindungi seluruh keberadaan orang Kristen ketika ia "menggenggam sumber daya Allah di tengah-tengah serangan gencar dari si jahat dan menghasilkan tekad teguh yang memadamkan apa saja yang musuh itu lemparkan kepada" dia.46
Orang Kristen harus menggunakan "perisai iman" untuk memadamkan semua panah api dari si jahat. "Panah api" pastinya adalah "panah yang dilumuri dengan [aspal], ter atau bahan bakar yang seperti itu, dan dibakar sebelum dilepaskan."47
Perisai prajurit, yang terbuat dari kayu dan kadang-kadang dilapisi dengan kulit yang direndam di dalam air,48adalah alat pencegah yang efektif bagi "panah api" milik musuh. "Perisai iman" orang Kristen sanggup menahan "panah api" dari si jahat dalam segala bentuknya, termasuk ajaran palsu, penganiayaan, pencobaan, kecemasan, dan ketakutan.
Dalam ungkapan "si jahat," kata "si" tidak muncul di dalam teks Yunani. Kata itu secara tepat disuplai dalam terjemahan untuk menjelaskan bahwa acuan ini adalah kepada setan, atau Iblis, sebagai sumber segala kejahatan. (Bandingkan Efesus 6:12 dan Matius 6:13.) Iblis telah meningkatkan serangan yang kuat dan gigih terhadap umat Kristen, tetapi "perisai iman" akan membantu kita untuk bertahan hidup dan menang. Yohanes berkata, "Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia—iman kita" (1 Yohanes 5:4).
Penekanan Paulus adalah pada iman umat Allah di zaman-zaman lainnya, seperti yang digambarkan di dalam Ibrani 11:33, 34:
Yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing.
Di zaman sekarang, pelbagai kemenangan serupa telah dan akan dimenangkan.
Ayat 17. Langkah berikutnya dalam mengenakan persenjataan Kristen adalah ambillah ketopong keselamatan. Sekali lagi, kata-kata ini dikutip dari Yesaya 59:17. Ketopong prajurit Romawi melindungi kepalanya dari pukulan musuh. Paling-paling, pukulan itu hanya bisa membuat ia linglung; yang terburuk, pukulan itu bisa berakibat fatal. Orang Kristen perlu melindungi pikirannya dari pukulan keraguan dan kekecewaan yang menghancurkan yang musuh dapat gunakan untuk membingungkan dia atau bahkan menyebabkan kematian rohani. "Ambillah" (de÷comai, dechomai) menunjukkan bahwa perintah yang diberikan itu menyerukan ketaatan "yang harus dimulai pada saat itu juga."49Bentuk middle voice "menampilkan subyek itu sebagai bertindak dalam cara tertentu terhadap dirinya sendiri atau mengenai dirinya."50
Dengan kata lain, untuk perlindungan orang Kristen itu sendiri, ia harus segera bertindak untuk menerima apa yang ditawarkan kepada dia oleh orang lain. Yang ditawarkan itu adalah keselamatan, dan Pribadi yang menawarkan keselamatan sebagai hadiah kasih karunia adalah Allah.
"Keselamatan," oleh karena itu, adalah milik jemaat Efesus saat itu. Keselamatan mereka telah terjadi di masa lalu melalui inisiatif Allah, kematian Kristus, dan penerima- an jemaat Efesus (lihat 2:1-22). Itu berlanjut di masa kini, sebagaimana adanya mereka pada saat itu sebagai "orang-orang kudus" dan "yang setia di dalam Kristus Yesus" (1:1). Mereka "sekarang di dalam Kristus Yesus" (2:13), yang "sesama warga dengan orang-orang kudus, dan dari rumah tangga Allah" (2:19). Keselamatan ini memiliki implikasi masa depan. Paulus memberitahu jemaat Tesalonika bahwa mereka harus mengambil "sebagai ketopong, pengharapan keselamatan" (1 Tesalonika 5:8; NASB). Keselamatan akhir di sorga memang masih di masa depan, sesuatu yang untuknya orang-orang Kristen ini memiliki harapan.
Aspek keselamatan di masa lalu, masa kini, dan masa depan yang jemaat Efesus terima dari Allah akan melindungi pikiran mereka dari pemikiran yang salah. Mereka yakin bahwa mereka telah diselamatkan di masa lalu, bahwa mereka diselamatkan di masa kini, dan bahwa mereka pada akhirnya akan diselamatkan di sorga. Jaminan ini digambarkan sebagai ketopong keselamatan untuk melindungi kepala orang Kristen saat ia terlibat di dalam pertempuran rohani.
Satu-satunya senjata ofensif di dalam jajaran persenjataan orang Kristen adalah pedang Roh, yang adalah firman Allah. "Pedang" adalah terjemahan dari ma¿caira (machaira), yang merupakan pedang pendek yang tajam yang digunakan oleh prajurit Romawi, sebagai lawan dari "pedang panjang dan lebar"51miliknya. Pedang yang lebih pendek digunakan untuk melakukan serangan kilat dan untuk menangkal pukulan musuh. Prajurit Kristen tidak hanya harus berdiri teguh dalam membela wilayahnya, tapi ia harus memajukan kepentingan Kristus dengan menggunakan "pedang Roh, yaitu firman Allah."
"Firman Allah" disebut "pedang Roh" karena Roh itu yang membuat firman itu dikenal manusia (lihat 3:1-10; Yohanes 16:13). Roh memberi tenaga kepada Firman itu dan memberi ia kehidupan dan kuasa (lihat 2 Korintus 3:6; 1 Tesalonika 1:5; Ibrani 4:12). Istilah yang Paulus gunakan untuk "firman" adalah rJhvma (rhēma), "kata yang diucapkan,"52yang mengacu kepada pemberitaan injil. "Injil yang diberitakan, 'kuasa Allah' [Roma 1:16; 1 Korintus 1:18], adalah senjata yang diberikan oleh Roh untuk menghadapi gempuran si penyerang dan memukul balik dia."53
Injil adalah "pesan kebenaran" (1:13) dan "injil damai sejahtera" (6:15). Kebenaran ini mampu mengekspos setiap bentuk kesalahan dan mengusir musuh-musuh Allah.
Kebenaran ini mendatangkan kedamaian dengan Allah, kedamaian dengan orang lain, dan kedamaian di dalam hati orang Kristen (2:13-18). Kebenaran memajukan maksud Allah di dunia ini ketika para prajurit Kristen bergerak maju dalam nama Kristus, menaklukkan musuh dan membebaskan para tawanan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Efesus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu pu...
Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Ef 6:21; bd. Kol 4:7).
Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja -- mungkin surat ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri di Ef 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.
Tujuan
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus"(Ef 1:3-14; Ef 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; Ef 2:11-22; Ef 3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan untuk setiap orang (Ef 1:15-21; Ef 2:1-10; Ef 3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1--6:20).
Survai
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:
- (1) bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan
- (2) bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.
Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) secara umum membahas tema yang pertama, sedangkan pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) difokuskan pada yang kedua.
- (1) Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan yang merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Ef 1:3-14). Kidung penebusan yang sangat indah ini menaikkan pujian karena Bapa telah memilih, menentukan dan mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya (Ef 1:3-6), karena Putra yang menebus kita dengan darah-Nya (Ef 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan warisan kita (Ef 1:13-14). Di bagian ini Paulus menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Ef 2:1-10) dan dengan sesama umat tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di bumi," (Ef 1:10).
- (2) Pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan praktis bagi gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus atas kehidupan pribadi dan kehidupan bersama kita.
Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai bagaimana seorang tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.
- (1) Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan terpisah dari dunia. Mereka dipanggil untuk "kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Ef 1:4), "menjadi bait Allah yang kudus" (Ef 2:21), "hidup ... berpadanan dengan panggilan (mereka) itu" (Ef 4:1), "mencapai ... kedewasaan penuh" (Ef 4:13), hidup "di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:24), "hiduplah di dalam kasih" (Ef 5:2; bd. Ef 3:17-19), dan menjadi kudus "dengan ... firman" (Ef 5:26) agar Kristus bisa memperoleh "jemaat ... tanpa cacat atau kerut ... kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27).
- (2) Orang percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga dan kerja (Ef 5:22--6:9). Semua hubungan ini hendaknya dikuasai oleh prinsip-prinsip yang menandai orang percaya berbeda sekali dari masyarakat sekular di mana mereka hidup.
- (3) Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap semua rencana jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang hebat sekali (Ef 6:10-20).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).
- (2) "Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali). "Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan dengan perihal berada "di dalam Kristus".
- (3) Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.
- (4) Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Ef 1:13-14,17; Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).
- (5) Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose, karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar kedua surat itu).
Full Life: Efesus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Ef 1:1-2)
I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21)
A. Keuta...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Ef 1:1-2) - I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21) - A. Keutamaan Kristus dalam Penebusan
(Ef 1:3-14) - 1. Keutamaan-Nya Dalam Rencana Bapa
(Ef 1:3-6) - 2. Keutamaan-Nya Dalam Partisipasi Orang Percaya
(Ef 1:7-12) - 3. Keutamaan-Nya Dalam Penerapan Roh Kudus
(Ef 1:13-14)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Penerangan Rohani
(Ef 1:15-23) - B. Hasil-Hasil Penebusan Dalam Kristus
(Ef 2:1-3:21) - 1. Membebaskan Kita dari Dosa dan Kematian kepada Hidup Baru
di Dalam Kristus
(Ef 2:1-10) - 2. Memperdamaikan Kita dengan Orang Lain yang Sedang Diselamatkan
(Ef 2:11-15) - 3. Mempersatukan Kita Dalam Kristus di Dalam Satu Rumah Tangga
(Ef 2:16-22) - 4. Menyatakan Hikmat Allah Melalui Gereja
(Ef 3:1-13)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Kepuasan Rohani
(Ef 3:14-21) - II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya
(Ef 4:1-6:20) - A. Hidup Baru Orang Percaya
(Ef 4:1-5:21) - 1. Selaras dengan Maksud Allah bagi Gereja
(Ef 4:1-16) - 2. Hidup Baru yang Kudus
(Ef 4:17-5:7) - 3. Hidup Sebagai Anak-Anak Terang
(Ef 5:8-14) - 4. Hati-Hati dan Penuh dengan Roh
(Ef 5:15-21) - B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya
(Ef 5:22-6:9) - 1. Suami dan Istri
(Ef 5:22-33) - 2. Anak-Anak dan Orang-Tua
(Ef 6:1-4) - 3. Hamba dan Tuan
(Ef 6:5-9) - C. Peperangan Rohani Orang Percaya
(Ef 6:10-20) - 1. Sekutu Kita -- Allah
(Ef 6:10-11a) - 2. Musuh Kita -- Iblis dan Pasukannya
(Ef 6:11-12) - 3. Perlengkapan Kita -- Senjata Allah
(Ef 6:13-20) - Penutup
(Ef 6:21-24)
Matthew Henry: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan kar...
- Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan karena suatu hal salinan yang dikirimkan kepada jemaat Efesus diambil untuk dimasukkan ke dalam kanon, dan karena itu surat ini akhirnya dipandang sebagai suatu tulisan khusus. Pendapat ini dibuat berdasarkan kesimpulan bahwa surat ini merupakan satu-satunya surat dari semua surat kerasulan Paulus yang tidak menyinggung secara khusus keadaan atau masalah yang terjadi di jemaat Efesus. Sebaliknya, surat ini banyak memuat kepentingan yang bersifat umum bagi semua orang Kristen, khususnya bagi semua orang yang dahulu berasal dari bangsa-bangsa lain dan kemudian bertobat memeluk agama Kristen. Namun, di lain pihak, dapat pula diamati bahwa dalam surat kerasulan ini tertulis dengan jelas, kepada orang-orang kudus di Efesus (1:1), dan di bagian penutupnya, Rasul Paulus memberi tahu orang-orang kudus tersebut bahwa ia telah mengutus Tikhikus kepada mereka, yang dikatakan di dalam surat 2 Timotius 4:12, bahwa ia telah mengutusnya ke Efesus. Surat ini adalah sepucuk surat kerasulan yang ditulis dari dalam penjara. Beberapa orang memperhatikan bahwa apa yang ditulis oleh Rasul Paulus dari dalam penjara ketika ia masih menjadi orang tahanan ini mengandung perasaan senang dan sukacita dalam perkara-perkara Allah. Ketika kesesakannya bertambah-tambah, penghiburannya pun lebih melimpah lagi. Dari situ kita dapat mengamati bahwa cobaan-cobaan yang dialami umat Allah, dan khususnya oleh para pelayan-Nya, sering kali malah mendatangkan kebaikan bagi orang lain, di samping bagi kebaikan mereka sendiri. Tujuan Rasul Paulus menulis surat ini adalah untuk membangun kehidupan anggota jemaat di Efesus di dalam kebenaran, dan untuk itu, membawa mereka mengenal rahasia Injil lebih jauh. Di bagian awal surat ini, ia menunjukkan hak istimewa agung yang dimiliki oleh para anggota jemaat di Efesus, yaitu mereka yang di masa lampau adalah penyembah-penyembah berhala, namun sekarang mereka telah memeluk Kekristenan dan diterima dalam kovenan bersama Allah. Hal ini ia gambarkan dari sudut pandang keadaan kehidupan mereka yang tercela sebelum pertobatan mereka (pasal 1-3). Di bagian terakhir (yang dapat kita baca di dalam pasal keempat, kelima, dan keenam), ia mengajarkan kewajiban-kewajiban utama beribadah, baik yang sifatnya pribadi maupun keluarga. Ia juga menasihati dan menyemangati mereka supaya menjalankan kewajiban-kewajiban itu dengan setia. Zanchy (tokoh reformasi abad keenam belas dari Italia – pen.), mengamati bahwa di dalam surat ini kita memiliki sebuah ringkasan dari seluruh ajaran Kristen, serta dari hampir semua pokokpokok utama mengenai keilahian.
Jerusalem: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini
di Geredja purba, te...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini di Geredja purba, tetapi tidak terdapat pada segala surat naskah tertua jang ditemukan. Menilik isi dan tjoraknja sangat disangsikan bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada umat itu. Ia lebih bersifat surat edaran umum, bagi umat-umat muda jang baru-baru bertobat dan tidak didirikan oleh Paulus sendiri, seperti umat Kolose. Ada sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa surat inilah dimaksudkan dalam Kol. 4:16, sebagai "surat dari Laodisea" jang harus dibatjakan di Kolose djuga. Bagaimanapun djuga, soal itu bagi kita tidak begitu penting untuk dibitjarakan lebih landjut disini.
Kesamaan surat ini dengan surat kepada umat Kolose menjolok, baik mengenai atjara pokok, isi umum, maupun gajanja. Kita beroleh kesan-kesan bahwa ia merupakan suatu landjutan dan pelengkapan dari surat kepada orang-orang Kolose itu. la rupanja ditulis dalam waktu jang hampir sama, lagi diantar oleh tokoh jang sama, ialah Tichikus. Atjara pokok kedua surat ialah Misteri Kristus dan misteri rentjana penjelamatan seluruh bangsa manusia dalam Kristus. Surat kepada umat Kolose lebih menggambarkan dan menondjolhan martabat dan kedudukan Kristus diatas segala machluk, termasuk para Malaekat, sebagai Putera Allah jang setara dengan Allah dalam segalanja, turut mentjiptakan segala machluk dan berkuasa mutlak atasnja. Pernjataan-pernjataan itu merupakan dasar segala uraian dalam Ef. djuga, tetapi tidak diuraikan lagi, harus disentuh dan itu sering dengan memperlihatkan segi-segi baru jang indah dan penting. Chususnja ia membitjarakan misteri penjelamatan kita, jang disorotinja dari pelbagai sudut dan puntjaknja ialah adjaran tentang umat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Kedua surat mulai dengan madah-pudjian jang padat dan dalam isinja, indah gajanja dan bernada tinggi. Nada tinggi itu dipertahankan sepandjang seluruh surat, djuga dalam bagian jang merupakan peringatan-peringatan jang agak sungguh-sungguh, malah sampai bertjorak tuduhan. Kol. jang berlandasan pada salah paham dan bahaja- bahaja jang mengantjam dalam umat, masih bertjorak surat perdjuangan, tetapi Ef. semata-mata bersuasana kegembiraan atas kerahiman dan tjinta Allah, dalam merentjanakan dan melaksanakan penjelamatan segala bangsa manusia dalam Kristus. Mengenai alasan untuk menulis surat ini kita mendapat kesan-kesan atau dapat kita bajangkan, bahwa Paulus sesudah menjelesaikan suratnja kepada umat Kolose tidak merasa puas. Barangkali ia hemudian teringat bahwa umat Kolose dan umat- umat lainpun jang belum pernah dikundjunginja, tentu belum mendapat peladjaran jang agak luas dan mendalam tentang adjaran-adjaran jang hanja dengan ringkas diuraikan ataupun disentuhnja sadja dalam surat pendek kepada orang-orang Kolose itu. Sedangkan djustru adjaran-adjaran itu merupakan adjaran-adjaran dasar dan inti hakekat Indjil, mengenai tudjuannja dan kemuliaan martabat para beriman serta hubungan erat-mesra mereka dengan Kristus. Kalau itu benar djalan pemikiran Paulus, maka kita dapat mengerti bagaimana perasaan tak puas mendorongnja untuk memberi pengadjaran tulisan jang lebih luas kepada umat-umat tersebut. Dan karena kegembiraan hatinja, bahwa umat-umat itu dipanggil oleh Allah dan menerima Indjil, dan telah dipenuhi dengan segala rahmat dan berkat surgawi (Ef. 1:3-6), dan kepertjajaan umat-umat serta tjinta kasihnja dapat dipudji (1:15), maka seluruh surat diliputi suasana kegembiraan berdasarkan sjukur dan pudjian kepada Allah.
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Josephus Antiquities 4.8.24.
2 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 403.
...
Catatan Akhir:
- 1 Josephus Antiquities 4.8.24.
- 2 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 403.
- 3 Karena perintah di 6:2, 3 dikutip dari Perjanjian Lama, maka kata-kata itu muncul dalam huruf-huruf kapital kecil di dalam Alkitab NASB (lihat Keluaran 20:12; Ulangan 5:16).
- 4 Kenneth S. Wuest, Wuest's Word Studies from the Greek New Testament for the English Reader: Ephesians and Colossians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1953), 136.
- 5 Di dalam Perjanjian Lama, "panjang umur" dikaitkan dengan ketaatan kepada Allah (Amsal 3:1, 2, lihat Ulangan 30:20.).
- 6 Ibid., 137.
- 7 Lincoln, 406.
- 8 Ibid., 409.
- 9 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 748.
- 10 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph Henry Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 473.
- 11 Lincoln, 407-8.
- 12 S. D. F. Salmond, "The Epistle to the Ephesians," in The Expositor's Greek Testament, ed. W. Robertson Nicoll (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 3:377.
- 13 Lincoln, 408.
- 14 Lihat 1 Korintus 7:21, 22; Kolose 3:22; 4:1; 1 Timotius 6:1, 2; Titus 2:9, 10; 1 Petrus 2:18-25.
- 15 Spiros Zodhiates, ed., The Complete Word Study New Testament, 2d ed. (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1991), 963.
- 16 Ibid, 965.
- 17 Salmond, 378-79.
- 18 Zodhiates, 889.
- 19 Lincoln, 422.
- 20 Salmond, 378-79.
- 21 Lincoln, 423-24.
- 22 Istilah ini juga diterjemahkan "akhirnya" di dalam Filipi 3:1; 4:8; 2 Tesalonika 3:1.
- 23 Lincoln, 441.
- 24 Ibid., 442.
- 25 Ibid.
- 26 Salmond, 382.
- 27 Lincoln, 443.
- 28 Salmond, 383.
- 29 Lincoln, 444.
- 30 Lihat 2:2; 2 Korintus 2:11; 10:4; 1 Petrus 5:8.
- 31 Lihat 2 Korintus 11:14; 1 Timotius 4:1; Wahyu 2:9.
- 32 Ethelbert W. Bullinger, A Critical Lexicon and Concordance to the English and Greek New Testament (London: Samuel Bagster and Sons, n.d.; reprint, Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, Regency Reference Library, 1975), 893.
- 33 Wuest, 142.
- 34 Lihat juga Galatia 5:1; 1 Tesalonika 3:8; 2 Tesalonika 2:15.
- 35 Catatan kaki di dalam beberapa cetakan Alkitab NASB mengatakan, "[Secara harfiah], pinggang pikiranmu."
- 36 Wuest, 143.
- 37 Lihat Efesus. 1:13; 2 Tesalonika 2:10, 12; 1 Timotius 3:15; 1 Petrus 1:22.
- 38 "Kebenaran" and "kesetiaan" berasal dari akar kata Ibrani yang sama. (Robert Young, Young's Analytical Concordance to the Bible , 22d American ed., rev. [New York: Funk and Wagnalls Co., 1936], 325, 1004-5.)
- 39 Salmond, 386.
- 40 Ibid.
- 41 Warren Baker, ed., The Complete Word Study Old Testament (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1994), 2357.
- 42 Bullinger, 693.
- 43 Josephus Wars 6.1.8.
- 44 Lincoln, 449.
- 45 Wuest, 144.
- 46 Lincoln, 449.
- 47 Salmond, 387.
- 48 Lincoln, 449-50.
- 49 Zodhiates, 862.
- 50 Ibid., 866.
- 51 Bullinger, 754.
- 52 Zodhiates, 954.
- 53 Salmond, 388.
- 54 Zodhiates, 951-52.
- 55 Juga lihat Roma 1:9, 10; Efesus 5:20; Filipi 1:4; Kolose 1:3; 4:12; 1 Tesalonika 5:17.
- 56 Wuest, 145.
- 57 Salmond, 390.
- 58 Ibid.
- 59 Lincoln, 454.
- 60 Bullinger, 222; and Bauer, 226.
- 61 Bauer, 916.
- 62 Ini menyimpulkan bagian kajian ini tentang Iblis yang ditulis oleh Jay Lockhart. Sisa kajian itu ditulis oleh Chris Bullard.
- 63 James Dobson, Dare to Discipline (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1970), 15.
- 64 Nama Caligula, seorang kaisar Roma yang keji, memiliki arti "kasut kecil" atau "bot kecil."
Pengarang: Jay Lockhart
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Gary Smalley and John Trent, The Blessing (Nashville, Tenn.: Thomas Nelson Publishers, 1986), 203.
Pengarang: Rusty Peterman
H...
Catatan Akhir:
- 1 Gary Smalley and John Trent, The Blessing (Nashville, Tenn.: Thomas Nelson Publishers, 1986), 203.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Stu Weber, Tender Warrior: God's Intention for a Man (Sisters, Oreg.: Multnomah Books, 1993), 21-26.
2 Robert Coles, "...
Catatan Akhir:
- 1 Stu Weber, Tender Warrior: God's Intention for a Man (Sisters, Oreg.: Multnomah Books, 1993), 21-26.
- 2 Robert Coles, "Reflections," Christianity Today (16 June 1989), 45, dikutip dalam Steve Farrar, Point Man: How a Man Can Lead a Family (Portland, Oreg.: Multnomah Press, 1990), 209.
- 3 Disadur dari Jay Kessler, Ten Mistakes Parents Make With Teenagers (Nashville, Tenn.: Wolgemuth and Hyatt, 1988), vii-viii.
- 4 Allan Loy McGinnis, dikutip dalam Farrar, 211-12.
- 5 Ibid., 213-16.
- 6 Ibid., 215-16.
- 7 Sumber yang sangat baik untuk menyelidiki cakupan masalah disiplin adalah karya James Dobson, Dare to Discipline (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 19
- 7 0), 15-62.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 John R. W. Stott, The Message of Ephesians: God's New Society, The Bible Speaks Today, gen. ed. John R. W. Stott(Downers Grov...
Catatan Akhir:
- 1 John R. W. Stott, The Message of Ephesians: God's New Society, The Bible Speaks Today, gen. ed. John R. W. Stott(Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1979), 252.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kata kerja Yunaninya adalah endunamoo. Kata ini muncul dalam ayat 10 dalam bentuk present, passive imperative yang memberitahu kit...
Catatan Akhir:
- 1 Kata kerja Yunaninya adalah endunamoo. Kata ini muncul dalam ayat 10 dalam bentuk present, passive imperative yang memberitahu kita dua hal yang penting. (1) "Sedang dikuatkan" kita harus berjalan terus, tanpa henti; dan (2) merupakan sesuatu yang kita izinkan untuk dilakukan terhadap kita. Kita tidak menguatkan diri kita sendiri; kita membolehkan diri kita dikuatkan.
- 2 Max Anders, The Good Life: Living With Meaning in a "Never-Enough" World (Dallas: Word Publishing, 1993), 234.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah
agar "Seluruh alam, baik
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" (Ef 1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Allah supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Allah itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.
Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Allah Bapa telah memilih umat-Nya, bagaimana Allah melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Allah itu dijamin oleh Roh Allah. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun agar kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat terlaksana.
Untuk menunjukkan bahwa umat Allah sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, penulis memakai beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang istri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat terharu ketika mengingat akan rahmat Allah melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya dan kesucian-Nya.
Isi
- Pendahuluan
Ef 1:1-2 - Kristus dengan gereja-Nya
Ef 1:3-3:21 - Kehidupan yang baru sebagai orang Kristen
Ef 4:1-6:20 - Penutup
Ef 6:21-24
Ajaran: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh
Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah orang-orang pilihan Allah, atau kelompok orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Efesus. (Dan juga jemaat-jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Efesus terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian tentang arti Gereja yang benar.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Efesus
Pasal 1-3 (Ef 1:1-3:21).
Pengajaran tentang keselamatan orang-orang percaya
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa keselamatan orang-orang percaya sudah berada dalam rencana Allah, yaitu terhadap orang-orang yang dipilih-Nya dan orang-orang yang mau menerima anugerah-Nya di dalam Kristus dengan iman.
Pendalaman
Pasal 4-6 (Ef 4:6-6:9).
Pengajaran tentang kesatuan orang percaya dan cara-cara kehidupan sebagai orang percaya
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa setiap orang percaya sudah menjadi saudara karena dipersatukan di dalam Tuhan Yesus. Juga Paulus menjelaskan bagaimana orang-orang Kristen harus hidup di dalam gereja, keluarga dan masyarakat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ef 4:2-3,25-26,28-29,31-32. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan oleh orang percaya menurut nats ini?
- Bacalah pasal Ef 5:8-21. _Tanyakan_: Apakah yang membuktikan bahwa saudara anak-anak terang?
Pasal 6 (Ef 6:10-24). Pengajaran tentang perlengkapan rohani orang Kristen dalam mengikut Yesus
Pendalaman
- Mengapakah orang Kristen perlu menggunakan perlengkapan rohani yan Allah berikan?
- Siapakah musuh-musuh orang Kristen?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Efesus, jelaslah kita lihat bahwa orang-orang percaya adalah Gereja yang disebut juga Tubuh Kristus. Dan melalui Kitab ini juga dijelaskan tentang cara-cara kehidupan Gereja itu.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menjadi penulis Kitab Efesus?
- Siapakah yang dikatakan sebagai orang-orang percaya?
- Mengapakah orang (manusia) tidak bisa menyelamatkan dirinya dengan usah atau perbuatannya?
Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untu
Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?
Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untuk gereja di Efesus saja. Surat ini mungkin semacam surat edaran yang ditulis untuk digunakan oleh berbagai kelompok Kristen di daerah Efesus dan sekitamya. Apa yang ditulis Paulus dalam surat ini dapat diterapkan oleh umat Allah pada umumnya dan tidak ditujukan untuk suatu gereja tertentu. Tidak ada salam pribadi. Mungkin surat ini sebenarnya yang dimaksud oleh Rasul Paulus dalam Kolose 4:16 sebagai 'surat dari Laodikia'. Tikhikus dipercayakan untuk menyampaikan surat ini kepada alamat yang dituju. (Efe 6:21, 22). Surat ini, seperti surat-surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi dan Kolose, ditulis dari dalam penjara dan tema utamanya ialah sifat, ciri-ciri dan tujuan dari gereja Kristen, yaitu terciptanya apa yang disebut 'masyarakat Allah yang baru'.
GEREJA DI EFESUS.
Paulus tinggal di Efesus selama 3 tahun (Kis 19:8, 10; 20:31). Efesus merupakan suatu kota yang banyak menyediakan sarana untuk penyembahan berhala. Kuil Dewi Diana (Artemis) terletak di kota itu. Di sana banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan ilmu sihir. Namun, waktu kita membaca surat ini kita tidak perlu mengetahui latar belakang gereja yang menjadi tujuan surat ini, karena isinya bersifat umum.
PESAN.
Surat ini tidak berhubungan dengan masalah-masalah yang khusus, tetapi tujuannya adalah untuk meninggikan nama Yesus Kristus dan untuk menunjukkan pentingnya gereja Kristen sebagai alat Allah di dunia ini. Seperti halnya dengan surat-surat Paulus lainnya, doktrin yang diberikan disusul dengan penerapan praktis. Iman Kristen dan kehidupan Kristen harus berjalan secara seimbang. Surat ini ditutup dengan peringatan bahwa Kristen selalu berada dalam konflik yang terus-menerus dengan setan dan kuasa kejahatan, tetapi Allah telah memberikan senjata yang diperlukan untuk memampukan Kristen bertahan dalam menghadapi semua serangan musuh.
Pesan
1. Warisan kekayaan untuk dinikmati.o Tiga Pribadi Keallahan yang berperan dalam penyelamatan kita:
- Allah Bapa. Efe 1:4-6
- Allah Putra. Efe 1:7-12
- Allah Roh Kudus. 1: 13, 14
o Perhatikan permohonan doa Paulus bagi orang-orang Efesus
- untuk penerangan guna mengetahui sampai seberapa luas warisan kita. Efe 1:17-19
- untuk kuasa guna mengetahui sampai seberapa besar keagungan Allah. Efe 1:19-21
2. Kasih karunia dan damai sejahtera untuk dialami.
o Dari keadaan apa kita diselamatkan. Efe 2:1-3, 11, 12
o Oleh siapa kita diselamatkan. Efe 2:4-9, 13-18
o Untuk apa kita diselamatkan. 2:10, 19-22
3. Sumber-sumber rohani untuk dijajaki.
o Kekayaan yang tidak dapat dicari. Efe 3:8-13
o Kekuatan Ilahi. Efe 3:14-21
4. Persatuan rohani yang harus dipelihara.
o Sikap yang benar itu penting. Efe 4:1-3
o Dasar yang sama itu penting. Efe 4:4-6
o Persatuan dalam keanekaragaman harus dihadapi. 4:11
o Kedewasaan Kristen diharapkan. 4:13
5. Hubungan harmonis yang harus diusahakan.
o Terang sebagai ganti kegelapan. Efe 5:3-6
o Hikmat sebagai ganti kebodohan. Efe 5:15-17
o Kerohanian sebagai ganti hawa nafsu.Efe 5:18-20
o Kepatuhan sebagai ganti perdebatan.Efe 5:21-33
6. Senjata rohani untuk dipakai.
o Musuh yang kita hadapi. Efe 6:10-12
o Perlengkapan senjata yang kita punyai.Efe 6:13-20
Penerapan
Efesus mengajar kita tentang:
1. Betapa murah hati Allah
o dalam memberi kita seorang Penyelamat
o dalam mengirim kepada kita Roh Kudus
o dalam memberi jaminan kepada kita rumah surgawi
2. Betapa besar hak kita
untuk menjadi anggota keluarga Allah untuk mendapat bagian dalam Kerajaan Allah
3. Betapa kita perlu tenggang rasa
o dalam sikap kita terhadap orang lain
o dalam hubungan kita dengan orang lain
4. Betapa praktisnya kekristenan dalam hal
o perkawinan
o kedudukan sebagai orang-tua
o pekerjaan
5. Betapa nyatanya setan dalam
o pengaruhnya
o kegiatannya
6. Bagaimana kita perlu bersiap-siap
o dengan perlengkapan senjata Allah
o dengan doa
Tema-tema Kunci
1. Kasih karunia.
Kasih karunia merupakan kata kunci dalam Alkitab, sebab hal itu memperlihatkan sifat Allah yang memungkinkan adanya keselamatan bagi kita. Oleh karena dosa manusia, jika tidak ada kasih karunia, tidak akan ada pengharapan. Kasih karunia berarti hadiah yang diberikan cuma-cuma. Respons manusia terhadap kasih karunia ialah iman, tetapi ini pun diberikan oleh Allah kepada kita. Lihatlah khususnya Efe 2:1-10. Perhatikan bahwa kasih karunia selalu dipertentangkan dengan hukum Taurat (Rom 6:14). Pembenaran dimungkinkan oleh dua alasan, yaitu kasih karunia Allah (Rom 3:24) dan kematian Kristus (Rom 5:9).
2. Keesaan.
Paulus telah menjelaskan bahwa umat Allah di bawah perjanjian baru mengikutsertakan baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, dan sekarang ia menekankan perlunya kita memelihara keesaan sejati ini. Sebagai Kristen kita tidak dapat menciptakan keesaan oleh karena hal ini adalah pekerjaan Roh Kudus, tetapi kita diminta untuk memeliharanya. Kesatuan yang kita punyai tidaklah sama dengan keseragaman. Ada keanekaragaman karunia di antara umat Allah, tetapi hanya ada satu dasar kesatuan. Lihat juga pada perikop lain yang terbaik yang menekankan pentingnya kesatuan - Yohanes pasal 17.
3. Hubungan.
Kita tidak hidup di dalam suatu ruangan hampa, tetapi di dalam serentetan hubungan - di dalam rumah, dalam pekerjaan, di dalam gereja dan di dalam masyarakat pada umumnya. Iman Kristen kita terutama menyangkut hubungan-hubungan tersebut. Kita sering menemukan bahwa pada suatu saat, standar kehidupan menurut ajaran Alkitab bertentangan dengan standar kehidupan yang sementara ini diterima dalam masyarakat. Dalam kasus seperti itu kita harus lebih menaati Allah daripada manusia. Bandingkan perikop dalam Efesus tentang masalah ini dengan ayat-ayat yang serupa dalam Kolose. Juga perhatikan bagaimana dalam memilih pemimpin Kristen, masalah hubungan kekeluargaan sangat mendapat perhatian (1Tim 3:1-5; Tit 1:6-8).
4. Konflik.
Paulus menyebut seorang Kristen sebagai prajurit (2 Tim. 2:3, 4). Baginya selalu berlangsung peperangan, dan Kristen benar-benar terlibat di dalamnya. Alkitab tidak pernah meragukan keberadaan setan. Setan begitu nyata dalam pengalaman Tuhan Yesus,dan nyata juga bagi para murid.Dalam Efesus Paulus mengingatkan kita tentang kecerdikan musuh itu.Kita tidak dapat menghadapinya tanpa senjata atau tanpa perlindungan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan Iblis yang ditunjukkan oleh Kristus - Matius 4:1-11; 12:24; 13:39; 25:41; Lukas 8:12; 10:18; Yohanes 8:44.
Garis Besar Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) [1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2
[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:
[1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:22
Efe 1:3-6 | Dipilih untuk suatu maksud |
Efe 1:7-14 | Diselamatkan untuk suatu maksud |
Efe 1:15-23 | Diterangi untuk suatu maksud |
Efe 2:1-10 | Dihidupkan untuk suatu maksud |
Efe 2:11-22 | Didamaikan untuk suatu maksud |
[3] SUATU MISTERI YANG DISINGKAPKAN Efe 3:1-21
Efe 3:1-6 | Orang-orang yang bukan Yahudi juga diikutsertakan |
Efe 3:7-12 | Pelayanan Paulus yang strategis |
Efe 3:13-21 | Pengertian penuh sangat penting |
[4] SIFAT GEREJA Efe 4:1-32
Efe 4:1-6 | Dipersatukan di dalam Roh |
Efe 4:7-12 | Diberkati dengan karunia-karunia Roh |
Efe 4:13-16 | Diperlengkapi untuk bertumbuh |
Efe 4:17-24 | Diperbarui ciri-cirinya |
Efe 4:25-32 | Diubahkan penampilannya |
[5] CIRI-CIRI, TINGKAH LAKU DAN KONFLIK KRISTEN Efe 5:1-6:24
Efe 5:1-20 | Mengikut Kristus |
Efe 5:21-6:9 | Hidup dengan sesama |
Efe 6:10-24 | Menghadapi musuh |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi