
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ef 6:4
Full Life: Ef 6:4 - BAPA-BAPA ... ANAK-ANAKMU.
Nas : Ef 6:4
Untuk suatu pembahasan yang terinci mengenai peranan orang-tua dalam
membina anak-anaknya
lihat art. ORANG-TUA DAN ANAK-ANA...
Nas : Ef 6:4
Untuk suatu pembahasan yang terinci mengenai peranan orang-tua dalam membina anak-anaknya
lihat art. ORANG-TUA DAN ANAK-ANAK.
Ende: Ef 6:4 - Menggusarkan jaitu mendjengkelkan hati mereka dengan hardikan pedih dan
tindakan-tindakan kasar, hal mana mudah berakibat mereka kehilangan
kepertjajaan kepada ora...
jaitu mendjengkelkan hati mereka dengan hardikan pedih dan tindakan-tindakan kasar, hal mana mudah berakibat mereka kehilangan kepertjajaan kepada orang-tua dan mereka memberontak.

Ende: Ef 6:4 - Menurut tatatertib dan petundjuk-petundjuk Tuhan jaitu menurut adjaran dan
tjita-tjita Kristus jang tertjantum dalam Indjil.
jaitu menurut adjaran dan tjita-tjita Kristus jang tertjantum dalam Indjil.
Ref. Silang FULL -> Ef 6:4
Ref. Silang FULL: Ef 6:4 - hati anak-anakmu // nasihat Tuhan · hati anak-anakmu: Kol 3:21
· nasihat Tuhan: Kej 18:19; Ul 6:7; Ams 13:24; 22:6
· hati anak-anakmu: Kol 3:21
· nasihat Tuhan: Kej 18:19; Ul 6:7; Ams 13:24; 22:6

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Wycliffe -> Ef 5:15--6:9; Ef 5:18--6:9
Wycliffe: Ef 5:15--6:9 - -- D. Hidup yang Bijaksana (5:15-6:9).
Rasul Paulus selanjutnya menjelaskan bagaimana kehidupan orang percaya harus sangat berhati-hati. Dia memerintahk...
D. Hidup yang Bijaksana (5:15-6:9).
Rasul Paulus selanjutnya menjelaskan bagaimana kehidupan orang percaya harus sangat berhati-hati. Dia memerintahkan jemaat di Efesus untuk dipenuhi dengan Roh Kudus dan ia menunjukkan kepada mereka hasil dari pemenuhan tersebut di dalam berbagai hubungan hidup yang praktis.

Wycliffe: Ef 5:18--6:9 - -- 2) Dipenuhi Roh Kudus (5:18-6:9).
Tidak ada orang percaya dalam Kristus yang diperintahkan untuk didiami Roh. Hal itu sudah merupakan suatu hal yang ...
2) Dipenuhi Roh Kudus (5:18-6:9).
Tidak ada orang percaya dalam Kristus yang diperintahkan untuk didiami Roh. Hal itu sudah merupakan suatu hal yang pasti yang tetap (Yoh. 14:16, 17). Seorang percaya juga tidak diperintahkan untuk dibaptiskan dengan Roh. Jadi terdapat tanggung jawab pribadi; ada beberapa syarat yang harus dipenuhi kalau kita ingin mengalami kuasa Roh di dalam hidup kita.

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ef 6:1-9
Matthew Henry: Ef 6:1-9 - Kewajiban Anak-anak kepada Orangtua; Kewajiban Hamba-hamba kepada Tuan-tuan
Dalam pasal ini,
I. Rasul Paulus melanjutkan nasihatnya tentang kewajiban-kewajiban dalam hal hubungan antarsesama, yang dia telah mulai b...
- Dalam pasal ini,
- I. Rasul Paulus melanjutkan nasihatnya tentang kewajiban-kewajiban dalam hal hubungan antarsesama, yang dia telah mulai bahas di pasal sebelumnya. Secara khusus dia menekankan tentang kewajiban anak-anak dan orangtua, dan kewajiban hamba-hamba dan tuan-tuan (ay. 1-9).
- II. Dia menasihati dan memberi arahan kepada orang-orang Kristen bagaimana bersikap sepatutnya dalam peperangan rohani melawan musuh-musuh jiwa mereka, dan bagaimana menggunakan beberapa anugerah kristiani, yang dia sampaikan kepada mereka sebagai perlengkapan senjata rohani yang sangat banyak, untuk melindungi dan membela mereka dalam pertempuran tersebut (ay. 10-18).
- III. Kita mendapati di sini kesimpulan surat ini, di mana dia berpamitan kepada mereka, sambil meminta supaya didoakan oleh orang-orang percaya di Efesus, dan dia sendiri juga berdoa untuk mereka (ay. 19-24).
Kewajiban Anak-anak kepada Orangtua; Kewajiban Hamba-hamba kepada Tuan-tuan (6:1-9)
- Di sini terdapat petunjuk lebih lanjut mengenai kewajiban-kewajiban antarsesama, yang sangat diperinci oleh Rasul Paulus.
- I. Kewajiban anak-anak kepada orangtua mereka. Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu! Kewajiban besar anak-anak adalah menaati orangtua mereka (ay. 1). Karena orang tua adalah alat bagi keberadaan mereka, Allah dan alam telah memberi mereka wewenang untuk memerintah, dengan ketundukan kepada Allah. Dan, jika anak-anak mau taat kepada orang tua mereka yang saleh, mereka akan menjadi saleh juga seperti orang tua mereka. Ketaatan yang Allah tuntut dari anak-anak mereka, untuk kepentingan mereka, mencakup rasa hormat di dalam hati, dan juga ungkapan dan tindakan jasmani. Taat di dalam Tuhan. Sebagian orang mengartikan ini sebagai sebuah pembatasan, dan memahaminya demikian: “sejauh bersesuaian dengan kewajibanmu kepada Allah.“ Kita tidak boleh melawan Bapa kita di sorga dalam menaati orang tua kita di dunia, karena kewajiban kita kepada Allah melebihi dan melampaui kewajiban kita kepada semua yang lainnya. Saya lebih suka mengartikannya sebagai sebuah alasan: “Anak-anak, taatilah orang tuamu, karena Tuhan telah memerintahkannya. Oleh karena itu taatilah mereka demi Tuhan, dan dengan mata tertuju kepada-Nya.“ Atau ini mungkin adalah sebuah perincian khusus dari kewajiban umum: “Taatilah orang tuamu, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan. Orang tuamu mengajari kamu bagaimana berkelakuan yang baik, dan dalam hal ini kamu harus menaati mereka. Mereka mengajari kamu apa yang baik bagi kesehatanmu, dan mengenai hal ini kamu harus menaati mereka. Namun hal-hal utama yang di dalamnya kamu harus menaati mereka adalah hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan.“ Orang tua yang setia menjalani agama menyuruh anak-anak mereka supaya tetap hidup menurut jalan Tuhan (Kej. 18:19). Mereka memerintahkan anak-anak mereka melakukan kewajiban mereka kepada Allah, dan berhati-hati terhadap dosa-dosa yang paling mungkin terjadi pada anak-anak seumur mereka. Terutama dalam hal-hal inilah mereka harus berusaha supaya taat. Ada sebuah alasan umum yang diberikan: karena haruslah demikian, ada keadilan alamiah di dalamnya, Allah telah memerintahkannya, dan itu sangat pantas bagi orang Kristen. Sudah menjadi tata tertib alam bahwa orangtua memerintah dan anak-anak taat. Walaupun mungkin ini tampak seperti perkataan yang keras, namun ini adalah kewajiban, dan harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan hati Allah dan membuat Allah berkenan atas mereka. Untuk membuktikan hal ini Rasul Paulus mengutip hukum perintah kelima, yang Kristus sama sekali tidak bermaksud membatalkan dan mencabutnya, malah menegaskannya, seperti yang tampak ketika Dia meneguhkannya dalam 4 dan seterusnya. Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay. 2). Kata hormat menyiratkan penghormatan, ketaatan, dan pertolongan serta pemeliharaan, jika hal-hal ini dibutuhkan. Rasul Paulus menambahkan, yang adalah perintah pertama disertai janji (KJV). Sedikit kesulitan timbul di sini, yang tidak boleh kita abaikan, karena beberapa orang yang membela keabsahan patung-patung mengajukan hal ini sebagai bukti bahwa kita tidak terikat oleh perintah kedua. Tetapi alasan tersebut sama sekali tidak kuat. Perintah kedua tidak memiliki sebuah janji khusus, melainkan hanya sebuah pernyataan atau tuntutan umum, yang berhubungan dengan seluruh hukum Allah yang memelihara rahmat untuk beribu-ribu orang. Dan kemudian yang dimaksudkan dengan ayat ini bukanlah perintah pertama dari sepuluh perintah yang memiliki sebuah janji, karena tidak ada perintah lainnya setelah itu yang memiliki janji, dan oleh karena itu tidak sesuai untuk dikatakan sebagai yang pertama. Tetapi artinya mungkin adalah: “Ini adalah perintah yang utama atau penting, dan memiliki sebuah janji. Ini adalah perintah pertama pada loh kedua, dan memiliki sebuah janji.” Janjinya adalah, supaya kamu berbahagia, dan seterusnya (ay. 3). Perhatikanlah, walaupun janji dalam perintah tersebut berkaitan dengan tanah Kanaan, Rasul Paulus dengan ini menunjukkan bahwa janji ini dan janji-janji lainnya yang ada dalam Perjanjian Lama yang berkaitan dengan tanah Kanaan harus dipahami secara lebih umum. Supaya Anda tidak berpikir bahwa hanya bangsa Israel, yang diberi tanah Kanaan oleh Allah, yang terikat oleh perintah kelima, di sini dia memberikan pengertian yang lebih jauh, supaya kamu berbahagia, dan seterusnya. Kemakmuran lahiriah dan umur panjang adalah berkat-berkat yang dijanjikan kepada orang-orang yang menaati perintah ini. Ini adalah cara supaya keadaan kita baik, dan anak-anak yang patuh sering kali dibalas dengan kemakmuran lahiriah. Memang tidak selalu demikian, ada juga anak-anak seperti itu yang mengalami banyak penderitaan dalam hidup ini. Tetapi ketaatan biasanya diberi balasan demikian, dan, jika tidak, digantikan dengan sesuatu yang lebih baik. Perhatikanlah,
- (1) Injil memiliki janji-janji yang sementara sifatnya, serta juga janji-janji rohani.
- (2) Walaupun kekuasaan Allah cukup untuk membuat kita tetap mengerjakan tugas kita, namun kita boleh menghargai upah yang dijanjikan. Dan,
- (3) Walaupun janji itu mengandung suatu keuntungan duniawi, ini pun boleh dipertimbangkan sebagai alasan dan dorongan untuk ketaatan kita.
- II. Kewajiban orangtua: Dan kamu, bapa-bapa (ay. 4). Atau, kamu para orangtua,
- (1) “Janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu. Walaupun Allah telah memberimu kuasa, kamu tidak boleh menyalahgunakan kuasa itu, mengingat bahwa anak-anakmu adalah, secara khusus, bagian dari dirimu sendiri, dan oleh karena itu harus diatur dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Jangan tidak sabar terhadap mereka, jangan menggunakan kekerasan yang tidak sepantasnya, dan jangan memberikan perintah yang kaku kepada mereka. Ketika kamu memperingatkan mereka, ketika kamu menasihati mereka, ketika kamu memarahi mereka, lakukanlah dengan cara yang tidak membangkitkan amarah di dalam hati mereka. Dalam semua perkara seperti itu hadapilah mereka dengan hati-hati dan bijaksana, ketika berusaha mengatasi pertimbangan-pertimbangan mereka dan memengaruhi akal budi mereka.“
- (2) “Didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Didiklah dalam disiplin dengan perbaikan yang sepantasnya dan disertai belas kasihan. Dan didiklah dalam pengetahuan tentang tugas yang Allah wajibkan kepada mereka dan yang dengannya mereka dapat menjadi lebih mengenal Dia. Berikanlah pendidikan yang baik kepada mereka.“ Kewajiban besar para orangtua adalah berhati-hati dalam mendidik anak-anak mereka. “Bukan hanya membesarkan mereka, seperti yang dilakukan orang-orang yang tidak berakal budi, dengan memenuhi kebutuhan mereka, melainkan membesarkan mereka dalam ajaran dan nasihat, dengan cara yang sesuai untuk mereka yang berakal budi. Bahkan, bukan hanya membesarkan mereka sebagai manusia, dalam ajaran dan nasihat, melainkan juga sebagai orang-orang Kristen, dalam nasihat Tuhan. Berikanlah kepada mereka pendidikan keagamaan. Ajarilah mereka supaya takut melakukan dosa, dan beritahulah mereka tentang seluruh kewajiban mereka terhadap Allah dan buat mereka bersemangat tentang hal itu.“
- III. Kewajiban hamba-hamba. Ini juga disimpulkan dalam satu kata, yaitu, ketaatan. Rasul Paulus paling banyak membahas tentang hal ini, karena mengetahui adanya kebutuhan terbesar akan hal tersebut. Hamba-hamba ini pada umumnya adalah budak-budak. Perbudakan sipil bukan tidak sejalan dengan kemerdekaan kristiani. Orang-orang yang adalah budak bagi manusia bisa saja merupakan orang bebas bagi Tuhan. “Tuanmu yang di dunia (ay. 5), artinya, orang yang memerintah atas tubuhmu, namun tidak atas jiwa dan hati nuranimu. Hanya Allah saja yang berkuasa atas hal-hal ini.“ Nah, mengenai hamba-hamba, dia menasihatkan,
- (1) Supaya mereka taat dengan takut dan gentar. Mereka harus menghormati orang-orang yang berkuasa di atas mereka, takut membuat mereka tidak senang, dan gentar kalau-kalau mereka membuat tuan mereka pantas marah dan murka.
- (2) Supaya mereka tulus dalam ketaatan mereka, dengan tulus hati, tidak berpura-pura taat sambil merencanakan perlawanan, melainkan melayani mereka dengan setia.
- (3) Mereka harus mengarahkan pandangan mereka kepada Yesus Kristus dalam segala pelayanan yang mereka lakukan untuk tuan-tuan mereka (ay. 5-7), menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia, artinya, bukan hanya atau terutama untuk manusia. Ketika hamba-hamba, dalam melaksanakan kewajiban sesuai pekerjaannya, mengarahkan pandangannya kepada Kristus, ini membuat ketaatan mereka menjadi mulia dan layak. Pelayanan yang dilakukan untuk tuan mereka di dunia, dengan mengarahkan pandangan kepada Dia, menjadi pelayanan yang layak bagi-Nya juga. Mengarahkan pandangan kepada Kristus berarti mengingat bahwa Dia melihat mereka dan sesungguhnya hadir bersama mereka, dan bahwa kuasa-Nya mengharuskan mereka melaksanakan kewajiban sesuai kedudukan mereka dengan setia dan penuh kesadaran.
- (4) Mereka tidak boleh melayani tuan mereka hanya di hadapan mereka saja (ay. 6), yaitu hanya jika tuan mereka sedang melihat mereka saja, tetapi juga harus tetap bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas mereka ketika tuan-tuan mereka tidak ada dan berada jauh, karena waktu itu Tuan mereka yang di sorga melihat mereka. Dan oleh karena itu mereka tidak boleh bertindak hanya untuk menyenangkan hati orang, seolah-olah mereka tidak peduli untuk menyenangkan hati Allah dan membuat Allah berkenan kepada mereka, jika mereka dapat memperdayai tuan mereka. Perhatikanlah, rasa hormat yang tetap kepada Tuhan Yesus Kristus akan membuat manusia setia dan tulus di segala keadaan hidup.
- (5) Apa yang mereka lakukan, mereka harus lakukan dengan senang hati. Dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, melayani tuan mereka seperti yang Allah kehendaki supaya mereka lakukan, tidak dengan enggan, atau dengan terpaksa, melainkan dari asas kasih untuk mereka dan urusan-urusan mereka. Ini berarti dengan rela menjalankan pelayanannya (ay. 7), yang akan membuat pelayanan mereka ringan bagi diri mereka sendiri, menyenangkan hati bagi tuan mereka, dan diterima oleh Tuhan Yesus Kristus. Perlu ada kerelaan atau niat baik terhadap tuan mereka, niat baik terhadap keluarga tempat mereka bekerja, dan terutama kesiapan untuk melakukan kewajiban mereka untuk Allah. Perhatikanlah, pelayanan, yang dilaksanakan dengan hati nurani, dan dari rasa hormat kepada Allah, walaupun untuk tuan yang jahat, akan diperhitungkan Kristus sebagai pelayanan yang dikerjakan untuk Dia sendiri.
- (6) Biarlah hamba-hamba yang setia mempercayai Allah mengenai upah mereka, sementara mereka melaksanakan kewajiban mereka dengan takut, karena mengetahui bahwa kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik (ay. 8), betapapun miskin dan hinanya itu, ia akan menerima balasannya dari Tuhan, artinya, dengan sebuah kiasan, balasan yang sama. Walaupun tuannya di dunia mengabaikan atau menganiaya dia, alih-alih memberi dia upah, namun dia pasti akan diberi upah oleh Tuhan Kristus, baik hamba, maupun orang merdeka, baik budak yang miskin maupun orang merdeka atau tuan. Kristus tidak memperhatikan perbedaan-perbedaan di antara manusia seperti ini pada saat sekarang, juga tidak akan memperhatikannya dalam pengadilan akhir yang agung itu. Anda berpikir, “Seorang penguasa, atau seorang hakim, atau seorang menteri, yang melakukan tugasnya di sini, tentu akan menerima upahnya di sorga, tetapi apalah kemampuanku, seorang hamba miskin, sehingga aku dapat membuat diriku diperkenan oleh Allah.“ Wahai, Allah pasti akan memberi kamu upah untuk pekerjaan rendah dan paling hina yang dikerjakan dengan kesadaran akan kewajiban dan dengan mata tertuju kepada-Nya. Jadi apa lagi yang bisa dikatakan untuk mengajak dan mendorong hamba-hamba supaya melakukan kewajiban mereka?
- IV. Kewajiban tuan-tuan. “Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka (ay. 9), yaitu, bertindaklah dengan cara yang sama. Bersikap adillah terhadap mereka, seperti yang kamu harapkan mereka lakukan terhadap kamu. Perlihatkanlah niat baik dan kepedulian yang sama terhadap mereka, dan berhatihatilah dalam hal ini supaya Allah berkenan kepadamu.“ Perhatikanlah, tuan-tuan memiliki tugas untuk melaksanakan kewajiban mereka kepada hamba-hamba mereka yang sama ketatnya dengan kewajiban hamba-hamba untuk taat dan patuh kepada mereka. “Jauhkanlah ancaman, anientes, yakni mengurangi ancaman, dan jauhkan kejahatan untuk mengancam mereka. Ingatlah bahwa hamba-hambamu diciptakan dari tanah yang sama dengan dirimu sendiri, dan oleh karena itu janganlah kejam dan sewenang-wenang terhadap mereka, ingatlah bahwa Tuhan kamu juga ada di sorga (KJV).“ Beberapa salinan naskah menerjemahkannya sebagai Tuhan mereka dan Tuhan kamu. “Kamu memiliki Tuan yang harus ditaati yang menjadikan ini tugasmu, dan kamu dan mereka adalah sesama hamba dalam hubungan dengan Kristus. Kamu akan dihukum oleh Dia, bila mengabaikan tugasmu, atau bertindak bertentangan dengan tugasmu, seperti halnya dengan orang lain yang keadaannya lebih rendah di dunia. Oleh karena itu kamu harus menunjukkan kemurahan hati kepada orang lain, seperti halnya kamu berharap mendapatkan kemurahan hati dari Dia. Dan kamu tidak akan pernah menandingi Dia, walaupun kamu bisa saja terlalu keras bagi hamba-hambamu.“ Ia tidak memandang muka. Seorang tuan yang kaya, hartawan, dan terhormat, jika tidak adil, sewenang-wenang, dan kejam, maka kekayaan, harta, dan kehormatannya itu sedikit pun tidak akan membuat dia lebih diperkenan oleh Allah. Allah akan meminta pertanggungjawaban tuan-tuan dan hamba-hamba tanpa memihak berdasarkan perlakuan mereka satu sama lain, dan tidak akan mengecualikan tuan-tuan karena mereka lebih tinggi, atau keras terhadap hamba-hamba karena mereka lebih rendah dan hina di dunia. Jika baik tuan-tuan maupun hamba-hamba mau mempertimbangkan hubungan dan kewajiban mereka kepada Allah dan pertanggungjawaban yang harus segera mereka berikan kepada-Nya, mereka akan lebih berhati-hati mengenai kewajiban mereka satu sama lain. Demikianlah Rasul Paulus menutup nasihatnya mengenai kewajiban-kewajiban antarsesama.
SH: Ef 6:1-9 - Mendidik dan melayani. (Kamis, 13 November 2003) Mendidik dan melayani.
Jika kita mencermati keadaan di sekitar kita, masih banyak
peristiwa-peristiwa mengenaskan yang terjadi karena
ke...
Mendidik dan melayani.
Jika kita mencermati keadaan di sekitar kita, masih banyak
peristiwa-peristiwa mengenaskan yang terjadi karena
ketidakharmonisan relasi dalam keluarga. Misalnya, seorang anak
laki-laki tidak menyesal telah membunuh ayah kandungnya.
Alasannya, karena ia marah melihat sikap ayahnya yang selalu
menyiksa ibu yang dicintainya. Peristiwa ini menginformasikan
kepada kita bahwa ternyata ketidakharmonisan hubungan suami
isteri berdampak pada sikap anak terhadap orang tua. Setiap
orang tua pasti menginginkan anak-anaknya taat dan hormat kepada
mereka. Keinginan ini hanyalah ambisi orang tua semata jika
anak-anak tidak dididik atau diberitahu caranya. Agar keinginan
ini menjadi proyek keluarga, Paulus memaparkan tugas orang tua.
Pertama, orang tua, khususnya bapak, bertugas mendidik karena
bapak adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap
pendidikan anak-anaknya. Mendidik anak bukan tugas yang mudah,
sehingga Paulus memperingatkan supaya didikan orang tua tidak
menimbulkan amarah bagi anak-anak (ayat 4). Anak bukan robot
yang hanya menerima dan mengerjakan hal-hal yang yang diinginkan
orang tua. Hendaklah para orang tua memperlakukan anak-anak
mereka seperti Yesus memperlakukan umat yang Ia kasihi. Begitu
pula antara tuan (atasan) dengan hamba (karyawan). Seorang hamba
haruslah taat dan melayani tuannya. Sikap seperti hamba inilah
yang seharusnya menjadi sikap orang Kristen terhadap Kristus:
taat dan melayani Kristus (ayat 5-7). Sebaliknya, seperti Allah
memperlakukan kita, hamba-Nya dengan baik, seperti itu pulalah,
tuan-tuan harus memperlakukan para hamba mereka dengan adil dan
layak. Dengan demikian tidak akan ada perlakuan sewenang-wenang
terhadap para pekerja (ayat 9).
Renungkan: Didiklah anak-anak kita dalam kasih Allah sebagai pribadi yang utuh. Perlakukanlah pembantu, pekerja, karyawan kita dengan adil dan layak.

SH: Ef 6:1-9 - Relasi umat Allah: sebagai anak, orangtua, tuan-hamba. (Jumat, 18 Oktober 2002) Relasi umat Allah: sebagai anak, orangtua, tuan-hamba. ‘Tunduk’ juga berlaku dalam relasi anak-orangtua, hamba-tuan (ayat 5:21). Pada masa kini, b...
Relasi umat Allah: sebagai anak, orangtua, tuan-hamba.
‘Tunduk’ juga berlaku dalam relasi anak-orangtua, hamba-tuan (ayat 5:21). Pada masa kini, banyak orangtua sulit menjalankan fungsinya. Juga banyak anak-anak bingung bagaimana harus berlaku sebagai anak. Masalah ini terjadi karena kedua pihak tidak memahami kata tunduk. Bentuk tunduk anak adalah taat. Anak-anak tunduk kepada orangtua bukan karena tuntutan budaya, melainkan taat kepada kehendak Allah (ayat 2). Sesuai tuntutan hukum kelima (Kel. 20:12). Janji kebahagiaan dan umur panjang melekat pada hukum kelima ini. Sejalan d engan ketaatan anak, orangtua juga tunduk kepada anak. Bentuk tunduk orangtua diekspresikan melalui perbuatan yang tidak membangkitkan amarah anak dan melalui didikan dalam ajaran dan nasihat Tuhan (ayat 4).
‘Tunduk’ juga berlaku dalam relasi hamba-tuan. [1]. Hamba taat kepada tuan dengan takut dan gentar (ayat 5), bukan karena tertekan atau terpaksa, melainkan karena menyadari bahwa Kristus adalah Tuan yang tidak kelihatan. [2]. Hamba taat dengan bekerja segenap hati (ayat 6). [3]. Hamba bekerja bukan untuk menyenangkan hati tuan melainkan untuk menyenangkan Tuhan Yesus (ayat 7). Meski tidak dilihat tuannya, hamba bekerja rajin dan tekun karena kehadiran Yesus Kristus. [4]. Hamba taat kepada tuan dengan bekerja baik karena upahnya berasal dari Tuhan (ayat 8), bukan hanya manusia saja. Sejalan dengan itu, tuan juga harus tunduk kepada hamba. Tuan harus membayar upah yang layak dan memberi waktu istirahat yang cukup. Bentuk tunduk tuan diungkapkan melalui penggunaan otoritas yang benar. Otoritas disertai ancaman akan merusakkan relasi hamba-tuan. Relasi sejati tidak pernah dibangun di atas ancaman. Bentuk tunduk tuan ditampakkan dengan kesadaran bahwa Tuhan Yesus adalah Tuan mereka dan juga Tuan para hamba (ayat 9).
Renungkan: Menurut Anda, mengapa di Indonesia sering sekali kita menjumpai tindakan/aksi protes kaum pekerja/karyawan yang menuntut perusahaan/tuan mereka?
Utley -> Ef 6:4
Utley: Ef 6:4 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 6:44 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan ...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 6:4
4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
- NASB NKJV, NRSV "bapa-bapa"
- TEV, NJB "orang tua"
Naskah Yunaninya memiliki kata "bapa-bapa." Terjemahan ekuivalen dinamis Bahasa Inggris modern (TEV dan NJB) telah melebarkan artinya karena ay. Ef 6:2, di mana ayah dan ibu yang disebutkan. Namun, dalam konteks yang lebih besar yaitu Ef 5:21-6:9, Paulus membahas dahulu tiga kelompok yang tidak memiliki hak sosial—istri, anak, budak—dan kemudian membahas orang-orang yang memiliki semua hak—suami, ayah, dan tuan. Ada tanggung jawab rohani bagi setiap anggota keluarga Kristen.
□ "janganlah bangkitkan amarah" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan tindakan yang sudah dalam proses (lih. Kol 3:21). Seperti Ef 5:25, ini adalah keseimbangan yang diperlukan, di dunia Yunani-Romawi, dan kita. Ayah bukanlah otoritas tertinggi, tetapi penatalayan Kristen bagi keluarga mereka.
Ayah Kristen harus memahami peran penatalayanan mereka dalam kehidupan anak-anak mereka. Ayah jangan mengajarkan preferensi pribadi, melainkan kebenaran rohani. Tujuannya bukan otoritas orang tua, tapi pada meneruskan otoritas Allah kepada anak-anak. Kesenjangan generasi akan selalu ada, tetapi jangan pernah ada kesenjangan otoritas ilahi. Anak-anak tidak harus mencerminkan kebiasaan, pilihan, atau gaya hidup orang tua untuk dapat menyenangkan Tuhan. Kita harus berhati-hati dari keinginan untuk membentuk anak-anak kita ke pemahaman budaya kita atau mencerminkan preferensi pribadi kita.
Sebagai seorang pendeta lokal di dekat sebuah sekolah negeri yang besar, saya memperhatikan bahwa banyak orang muda yang paling liar justru datang dari keluarga Kristen konservatif yang tidak memungkinkan mereka untuk mempunyai pilihan atau kebebasan pribadi. Kebebasan adalah pengalaman yang memabukkan dan harus diperkenalkan dalam tahapan-tahapan tanggung jawab. Anak-anak Kristen harus mengembangkan kehidupan berdasarkan keyakinan pribadi dan iman, bukan pedoman tangan kedua dari orangtua.
□ "didiklah mereka" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE yang berasal dari akar kata yang sama, "memberi makan hingga dewasa," seperti dalam Ef 5:29. Sebagaimana merupakan tanggung jawab suami untuk terus membantu istrinya bertumbuh menjadi dewasa dan berkarunia rohani, ia juga harus membantu anak-anaknya mencapai kedewasaan dan karunia rohani penuh mereka (lih. Ef 4:7).
- NASB, NRSV "dalam disiplin dan pengajaran Tuhan"
- NKJV "dalam ajaran dan nasihat Tuhan"
- TEV "disiplin dan pengajaran Kristen "
- NJB "mengkoreksi mereka dan membimbing mereka sebagaimana dilakukan Tuhan"
Istilah yang pertama berasal dari akar kata Yunani untuk "anak" dan menunjuk pada pelatihan anak-anak oleh orangtua (lih. Ibr 12:5,7,8,11) dan untuk pelatihan Tuhan atas orang percaya (lih. 2Tim 3:16).
Istilah yang kedua adalah istilah umum bagi peringatan, koreksi, atau nasihat (lih. 1Kor 10:11; Tit 3:10). Pelatihan anak-anak dalam iman merupakan penekanan utama dari Yudaisme (lih. Ul 4:9; 6:7-9,20-25; 11:18-21; 32:46). Pelatihan orang tua mengakui pentingnya menyampaikan iman pribadi dan kebenaran Alkitab akan Allah, bukannya preferensi pribadi, atau pendapat budaya orang tua, ke generasi berikutnya.
Topik Teologia -> Ef 6:4
Topik Teologia: Ef 6:4 - -- Wahyu Allah
Mode atau Cara Wahyu
Wahyu Melalui Kuasa dan Intuisi Manusia
Kej 14:18-20 Kel 18:13-24 Yeh 16:44-45 Luk 4:23 Kis 10...
- Wahyu Allah
- Mode atau Cara Wahyu
- Wahyu Melalui Kuasa dan Intuisi Manusia
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Keluarga Orang Percaya
TFTWMS: Ef 6:4 - Bapak: Didiklah Dan Ajarlah Bapak: "Didiklah Dan Ajarlah" (Efesus 6:4)
4 Hai bapak-bapak, janganlah memprovokasi anak-anakmu sehingga [mereka] marah, tetapi didiklah m...
Bapak: "Didiklah Dan Ajarlah" (Efesus 6:4)
4 Hai bapak-bapak, janganlah memprovokasi anak-anakmu sehingga [mereka] marah, tetapi didiklah mereka dalam disiplin dan perintah dari Tuhan (NASB).
Ayat 4. Ketika Paulus bicara tentang "orang tua" di ayat 1, ia menggunakan kata benda Yunani goneu÷ß (goneus); dan ketika ia mengacu kepada "ayahmu dan ibumu" di dalam ayat 2, ia menggunakan istilah yang lebih umum path÷r (patēr) and mh÷thr (mētēr). Namun begitu, ketika penulis Kitab Ibrani mengacukan orang tua Musa, ia menggunakan bentuk jamak dari path÷r yang diterjemahkan dengan arti ayah dan ibu (Ibrani 11:23). Karena Paulus menggunakan tiga istilah yang berbeda di dalam 6:1-4— satu untuk "bapak," dan satu untuk "ibu," dan yang ketiga untuk "orang tua"—kita bisa menyimpulkan bahwa di dalam ayat 4 ia terutama sedang bicara kepada bapak-bapak, karena kata itu adalah bentuk jamak dari patēr. Kaum ibu, tentu saja, terlibat dalam melatih anak-anak, tetapi kaum bapak diberi tanggung jawab utama dan harus memimpin di dalam pelatihan itu. Teks Yunani menulis kai÷ (kai, "dan") di awal ayat 4 (lihat KJV). Fakta ini menunjukkan bahwa anak-anak dan para bapak memiliki tanggung jawab yang diberikan oleh Allah di dalam hubungan itu.
Jangan memprovokasi anak-anakmu sehingga [mereka] marah adalah awal instruksi Paulus kepada para bapak untuk menunjukkan kepada mereka cara hidup yang berhikmat. "Memprovokasi" berasal dari parorgi÷zw (parorgizō), didefinisikan sebagai "membangkitkan murka, memprovokasi, menjengkelkan, amarah."6
Ini melibatkan penghindaran sikap, kata-kata, dan tindakan yang akan mendorong seorang anak marah dengan putus asa atau dendam dan dengan demikian mencegah terjadinya pendisiplinan keras yang berlebihan, tuntutan keras yang tidak masuk akal, penyalahgunaan wewenang, kesewenang-wenangan, ketidakadilan, omelan dan celaan terus-menerus.…7
Di dalam nas yang paralel, Kolose 3:21, Paulus menambahkan perkataan "supaya jangan tawar hatinya." Menangani anak-anak secara tidak adil berulang-ulang dapat membuat mereka putus asa sebab tidak pernah bisa menyenangkan ayah mereka.
Pada sisi positif dalam melatih anak-anak, Paulus mengatakan, Didiklah mereka dalam disiplin dan perintah dari Tuhan. Kata kerja Yunani untuk "mendidik," e˙ktre÷fw (ektrephō), diterjemahkan "merawat" di dalam 5:29. Kata itu pasti punya arti yang luas tentang melatih anak pada umumnya, dengan dua istilah susulan yang mengacu kepada aspek pendidikan yang lebih khusus. Di dalam Perjanjian Baru, (ektrephō) memiliki arti yang sifatnya komprehensif (lihat Kisah 7:22; 22:3; 2 Timotius 3:16; Titus 2:12) dan arti yang sifatnya khusus (lihat 1 Korintus 11:32; 2 Korintus 6:9; Ibrani 12:5, 7, 8, 11).8
"Disiplin" dan "perintah" menjelaskan makna kata "mendidik" sehingga "mendidik" sifatnya umum dan "disiplin" dan "perintah" sifatnya khusus, digunakan dalam arti hukuman.
"Disiplin" (paidei÷a, paideia) mengacu kepada "tindakan memberikan bimbingan untuk hidup yang bertanggung jawab."9Kata ini melibatkan "seluruh pelatihan dan pendidikan anak-anak" dan "penanaman pikiran dan moral, … perintah dan nasihat, [serta] teguran dan hukuman."10
Setelah "disiplin" Paulus menyebut "printah" (nouqesi÷a, nouthesia). Istilah ini terutama berarti "menasihati" (lihat Roma 15:14; 1 Korintus 4:14; 10:11; Kolose 1:28; 3:16; Titus 3:10). Itu "menyiratkan bahwa ada kesulitan atau masalah tertentu dalam sikap atau perilaku mereka yang menerima nasihat itu yang perlu untuk diselesaikan atau perlawanan tertentu yang harus diatasi."11
Kesimpulannya adalah bahwa kaum bapak harus menyediakan semua pelatihan yang diperlukan dalam mendidik (ektrephō) anak-anak mereka, agar mereka dapat menjadi warga negara yang produktif di dalam masyarakat dan gereja. Itu harus dilakukan melalui pendidikan, yang meliputi nasihat dan disiplin (paideia), dan dengan dorongan (nouthesia), yang mencakup koreksi perilaku yang salah dan pujian untuk perilaku yang benar.
"Dari Tuhan" lalu menjelaskan makna "disiplin dan perintah" para bapak. Ayat 4 paling baik dipahami sebagai mengacu kepada "pelatihan Kristen, pelatihan yang dari Kris-tus, keluar dari Dia dan ditetapkan oleh-Nya."12
Sebelumnya, Paulus bicara tentang jemaat Efesus itu sebagai orang-orang yang telah belajar tentang Kristus, telah mendengar tentang Dia, dan telah diajarkan kebenaran di dalam Dia (4:20, 21). Ini menunjukkan bahwa "disiplin dan perintah" yang harus diberikan oleh para bapak kepada anak-anak mereka harus menjadi sifat gereja pada umumnya.13

TFTWMS: Ef 6:4 - Pesan Allah Kepada Bapak-bapak PESAN ALLAH KEPADA BAPAK-BAPAK (Efesus 6:4)
Selama kurun waktu tahun 1800an, banyak keluarga meninggalkan kampung halaman mereka dan pergi ke barat u...
PESAN ALLAH KEPADA BAPAK-BAPAK (Efesus 6:4)
Selama kurun waktu tahun 1800an, banyak keluarga meninggalkan kampung halaman mereka dan pergi ke barat untuk mempertaruhkan nasib mereka di garis perbatasan Amerika. Para keluarga pelopor ini sering kali berjalan bersama dalam iring-iringan kereta berkuda. Pandu merupakan orang penting pada iring-iringan kereta berkuda mana saja. Ia berjalan di depan iring-iringan itu, kadang-kadang berjarak satu hari atau lebih untuk menyelidiki keadaan. Ia mengawasi orang Indian. Ia mencari lubuk-lubuk air dan mencari tempat-tempat terbaik untuk melintasi sungai-sungai. Ia mengamat-amati langit untuk melihat tanda-tanda cuaca apa saja yang bisa mengancam rombongan. Pandu iring-iringan kereta berkuda punya tugas untuk menemukan pelbagai bahaya yang potensial, mengawasi musuh-musuh, dan memilih jalur teraman untuk dilewati iring-iringan kereta berkuda itu.1
Dalam suatu pengertian, bapak-bapak di dalam setiap rumah tangga berfungsi sebagai pandu pada iring-iringan kereta berkuda. Sebagai seorang bapak, engkau sedang membawa keluargamu melakukan perjalanan melalui kehidupan, memimpin isterimu dan berusaha memperlengkapi anak-anakmu untuk mengarahkan kehidupan mereka sendiri. Tugasmu itu mencakup upaya untuk menjaga seluruh anggota keluarga—bapak, ibu dan anak-anak—menuju kepada Allah.
Bayangkanlah keluargamu sedang menelusuri jalur kereta berkuda. Wilayah yang sedang engkau lewati adalah berbahaya. Para musuh mengelilingimu, siap untuk menyerang. Keadaan lingkungan kelihatannya keras. Di sekitar setiap tikungan terdapat pelbagai ancaman yang tidak terduga. Keluargamu bersandar padamu untuk melewati wilayah yang berbahaya itu. Mereka menganggap engkau sebagai sang pandu. Mereka bergantung pada keputusanmu untuk mulai melangkah dan menentukan arah pergi. Mereka bergantung kepadamu untuk mengawasi segala macam bentuk bahaya.
Dalam 6:4 Paulus menyinggung kepemimpinan bapak di dalam rumah tangga: "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Kebenaran yang penting dalam nas ini adalah ini: Allah memanggil bapak-apak kepada kepemimpinan yang saleh di dalam rumah tangga mereka.
Engkau mungkin bekerja untuk bisnis pribadi atau untuk kantor pos. Engkau mungkin seorang wiraswastawan. Engkau mungkin melakukan pekerjaan tertentu untuk menyediakan tempat berteduh dan makanan di atas meja bagi keluargamu, namun itu bukanlah pekerjaan utamamu! Bayaran atas pekerjaan yang engkau terima setiap minggu bukanlah pekerjaan utamamu. Pekerjaan utamamu adalah keluargamu! Allah telah memberi engkau tugas untuk memimpin mereka. Allah mengharapkan engkau untuk membawa mereka melintasi beberapa wilayah yang sangat berbahaya sehingga mereka bisa tiba dengan selamat di tempat tujuan yang Allah sudah siapkan bagi mereka. Pengertian apakah yang Firman Allah berikan kepada kita untuk menyelesaikan tugas itu? Dalam ayat 4 Paulus memberi bapak-bapak perintah yang bersifat negatif dan positif.
JANGANLAH BANGKITKAN AMARAH ANAK-ANAKMU
Paulus berkata, "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu" (6:4a). Kata, "bangkitkan" (Yun.: parorgizomai) artinya "membangkitkan amarah, memprovokasi, amarah, kegetiran." Kata ini terkait dengan sikap memprovokasi anak-anak kita untuk marah hingga pada titik dimana hati mereka mendidih dalam kebencian. Bila hal itu terjadi, mereka tidak akan mau lagi mendengarkan kita. Mereka tidak mau lagi mengikuti kepemimpinan kita. Masalah akan muncul ketika orang tidak mau lagi mengikuti sang pemimpin yang Allah sudah pilihkan untuk mereka.
Cara-cara apa sajakah yang membuat kita bertindak melampaui batas dan yang membuat anak-anak kita marah hingga mencapai titik kebencian?
1. Perlindungan yang berlebihan. Kita bisa saja mengurung anak-anak kita. Kita melakukan hal itu ketika kita tidak pernah membiarkan mereka menyelidiki atau melakukan petualangan mereka sendiri. Kita bisa mengekang mereka dengan tali kekang yang sangat pendek sehingga mereka tidak pernah punya kebebasan apa saja dan tidak pernah punya cara untuk belajar bagaimana bersikap mandiri.
2. Pilih Kasih. Kita memperlihatkan pilih kasih ketika kita bersikap tidak seimbang di dalam ketertarikan, kepedulian, atau keterlibatan kita dengan anak-anak yang lainnya di dalam keluarga. Bacalah kisah Yusuf, ayahnya, dan saudara-saudaranya. Simaklah pergumulan yang mereka alami oleh karena adanya pilih kasih.
3. Penghilangan semangat. Seorang anak seharusnya jangan pernah mendengar atau merasakan pikiran seperti ini dari seorang bapak "Engkau tidak akan pernah bisa menjadi orang yang berguna" atau "Engkau tidak bisa mengerjakan apa saja dengan benar."
4. Duplikat. Bapak-bapak seharusnya jangan mencoba untuk menyamakan setiap anak. Kita harus jangan mencoba untuk menekan mereka menjadi model yang ada dalam pikiran kita. Anak-anak membutuhkan kebebasan untuk mengungkapkan keunikan mereka sendiri.
5. Pengabaian. Robert Coles tepat mengenai sasaran ketika ia menulis,
Saya rasa apa yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak di Amerika Serikat adalah dorongan moral. Mereka punya orang tua yang sangat peduli sekali untuk memasukkan mereka ke universitas-universitas yang hebat, membelikan baju terbaik untuk mereka, memberi mereka kesempatan untuk tinggal di lingkungan rumah dimana mereka akan memiliki kehidupan yang sejahtera dan makmur dan dimana mereka bisa mendapatkan pelbagai mainan yang terbaik, menikmati liburan yang menarik, dan segala macam hal yang demikian … Di zaman kini para orang tua bekerja sangat keras; dan mereka memperoleh barang-barang yang mereka anggap penting bagi anak-anak mereka. Namun begitu hal-hal yang sangat lebih penting tidak mereka lakukan. Mereka tidak meluangkan waktu bersama anak-anak mereka, setidaknya tidak terlalu banyak.2
6. Kekejaman. Kaum bapak tidak pernah punya hak untuk bersikap kejam atau melampiaskan amarah atau kebencian atau perasaan frustasi mereka sendiri ke atas anak-anak. Sebagian besar orang yang bertindak kejam dahulunya pernah diperlakukan dengan kejam, namun bapak yang Kristiani harus jangan mengizinkan siklus seperti itu berlanjut terus.
Allah meminta bapak-bapak untuk menghindari pelbagai tindakan yang tidak sesuai dengan praktik keadilan dan yang bisa memprovokasi anak-anak untuk marah. Anak-anak saya kadang-kadang memberitahu saya, "Bapak tidak adil." Kadang-kadang mereka itu memang benar; pada waktu itu saya memang tidak adil. Allah meminta lebih dari saya dan dari setiap bapak.
BIMBINGLAH ANAK-ANAKMU
Bayangkanlah sejenak kursi berkaki tiga. Untuk bisa berdiri, kursi itu memerlukan ketiga kaki itu. Jika satu kakinya dibuang, kursi itu tidak bisa berdiri. Paulus menyinggung tentang tiga unsur dalam membimbing anak-anak. Ketiga unsur itu diperlukan jika kepemimpinan bapak dalam rumah tangga ingin sukses.
1. Kelemahlembutan. Gagasan ini terdapat di dalam ungkapan "didiklah mereka" (Yun.: ektrepho). Secara harfiah artinya "memberi makan sampai dewasa, merawat, membesarkan, mendewasakan, atau merawat dengan lemah-lembut." Bapak-bapak yang saleh adalah kaum pria yang saleh juga. Allan Loy McGinnis berkata, "Hubungan dibina, seperti halnya lapisan penutup yang terpernis baik, dengan lapisan-lapisan kebaikan hati."4
Hai bapak-bapak, untuk membimbing anak-anakmu, engkau harus mengutamakan kelemahlembutan dan kebaikan hati. Bagaimanakah kelemahlembutan itu bisa kita kembangkan?
- 1. Dengarkanlah anak-anakmu dan biarkan mereka tahu bahwa kamu menghormati perasaan mereka.
- 2. Bersikaplah lapang dada untuk mengakui dan minta maaf ketika engkau salah dan terlalu kasar.
- 3. Bersikaplah peka—sering-seringlah memberi pelukan.
- 4. Kuatkanlah anak-anakmu; doronglah mereka dalam pelbagai usaha mereka.
- 5. Dengarkanlah masukan yang diberikan oleh isterimu tentang cara engkau memperlakukan setiap anak.5
Allah meminta kita untuk menjadi pemimpin yang lemah-lembut, namun bukan berarti pemimpin yang pengecut. Kaum pria menjadi apa yang Allah inginkan ketika mereka bersikap lemah-lembut terhadap anak-anak mereka.
2. Disiplin. Bapak-bapak haruslah mendidik anak-anak mereka di dalam "didikan" (Yun. paideia) atau "disiplin" Tuhan. Ini mengacu kepada "didikan dengan pelbagai sarana aturan dan kebijaksanaan, hadiah, dan hukuman bila perlu." 6Lukas memakai kata ini untuk menuliskan apa yang Pilatus katakan tentang Yesus:
"Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya" (Lukas 23:16). Kita baca, "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya " (Ibrani 12:11).
James Dobson menggambarkan disiplin sebagai pembentukan kehendak. Di antara pelbagai sarannya untuk melakukan hal itu adalah sebagai berikut:7
1. Jabarkanlah dahulu batasan-batasannya sebelum pendisiplinan itu diberlakukan. Seorang anak perlu mengetahui lebih dahulu apa yang pantas sebelum diminta bertanggung jawab untuk hal itu.
2. Bila pendisiplinan itu ditolak secara menantang, jawablah dengan kepastian yang tegas. Ketika terjadi pertarungan keinginan, orang tua perlu memenangkan pertarungan itu secara tegas dan pasti.
3. Bedakanlah antara sikap menantang yang disengaja dengan ketiadaan tanggung jawab yang kekanak-kanakan. Seorang anak harus jangan dipukul atas sesuatu yang sifatnya bukan tantangan yang disengaja. Ia harus jangan dihajar karena lupa membuang sampah. Tantangan yang disengaja merupakan masalah lain. Sikap itu perlu segera ditangani.
4. Tenangkan hati dan ajarlah setelah terjadi konfrontasi.
5. Hindarilah tuntutan-tuntutan yang mustahil. Jangan pernah menghukum seorang anak atas apa yang tidak bisa ia lakukan pada saat itu.
6. Biarlah kasih yang menjadi pandumu. Dua kaki dari kursi berkaki tiga untuk bapak-bapak itu adalah kelemahlembutan dan disiplin. Ini membawa kita kepada kaki ketiga yang penting.
3. Instruksi. Kata "instruksi" (Yun.: nouthesia) secara harfiah artinya "menempatkan di depan pikiran." Hal itu mengacu kepada instruksi lisan atau peringatan lisan. Imam besar Eli gagal melaksanakan hal itu ke atas dua anak laki-lakinya. Simaklah apa yang terjadi:
Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Ketahuilah, Aku akan melakukan sesuatu di Israel, sehingga setiap orang yang mendengarnya, akan bising kedua telinganya. Pada waktu itu Aku akan menepati kepada Eli segala yang telah Kufirmankan tentang keluarganya, dari mula sampai akhir. Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!" (1Samuel 3:11-13).
Dalam Septuaginta, kata "memarahi" dalam ayat 13 diterjemahkan dengan akar kata yang sama untuk kata "instruksi" yang terdapat dalam 6:4. Eli menghabiskan hidupnya dengan melayani Allah. Ia memimpin ibadah bangsa Israel, namun ia tidak menangani kedua anak laki-lakinya ketika mereka itu perlu ditangani. Kadang-kadang bapak-bapak perlu berterus-terang terhadap anak-anak mereka. Instruksi yang terus terang memang penting untuk melaksanakan peran orang tua dengan benar.
KESIMPULAN
Allah memberi setiap bapak tanggung jawab untuk memimpin keluarganya melintasi pelbagai macam bahaya, perjuangan, dan tantangan kehidupan. Pimpinlah sedemikian rupa sehingga tidak membangkitkan kebencian anak-anakmu. Pimpinlah dengan menggunakan tiga hal yang positif: kelemahlembutan, didikan, dan instruksi.

TFTWMS: Ef 6:1-4 - Menghormati Hubungan Sebagai Orang Tua Dan Anak-anak MENGHORMATI HUBUNGAN SEBAGAI ORANG TUA DAN ANAK-ANAK (Efesus 6:1-4)
Di dalam 6:1-4, Paulus melanjutkan pembahasan yang dimulai di dalam 5:15, berkait...
MENGHORMATI HUBUNGAN SEBAGAI ORANG TUA DAN ANAK-ANAK (Efesus 6:1-4)
Di dalam 6:1-4, Paulus melanjutkan pembahasan yang dimulai di dalam 5:15, berkaitan dengan hidup orang Kristen dalam hikmat.
Di dunia Yunani-Romawi, bapak memiliki kendali mutlak atas dan bertanggung jawab untuk anak-anaknya. Kendalinya itu menyediakan pelatihan dan pendisiplinan, dan hak-haknya itu bahkan meluas sampai pada titik menjual atau mengeksekusi mati seorang anak. Namun begitu, orang banyak mengecam perlakuan yang kejam. Dalam Yudaisme, penekanan yang sama ditempatkan pada otoritas orang tua, terutama kaum bapak. Perjanjian Lama memberikan hukuman mati kepada anak-anak yang tidak patuh yang gagal menghormati orang tua mereka (Imamat 20:9; Ulangan 21:18-21). Flavius Josephus menasihati orang tua Yahudi untuk menegur anak yang tidak patuh. Lalu, jika anak itu tidak menerima nasihat orang tuanya, ia memberi saran ". . . karena itu biarkan ia dibawa oleh orang tuanya sendiri, ke luar kota bersama orang banyak yang mengikuti dia, dan biarkan anak itu dirajam di sana."1Meski ada beberapa perdebatan mengenai apakah hukuman berat seperti itu dipraktikkan atau tidak, faktanya tidak berubah bahwa orang tua, terutama bapak, memiliki kendali mutlak atas anaknya.
Buku panduan orang Yahudi untuk melatih anak-anak adalah hukum Musa. Buku itu memberitahu orang tua, "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun" (Ulangan 6:6, 7).
Pada akhir perkataannya kepada Israel, Musa berkata, "Perhatikanlah segala perkataan yang kuperingatkan kepadamu pada hari ini, supaya kamu memerintahkannya kepada anak-anakmu untuk melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini" (Ulangan 32:46).
Pendisiplinan anak-anak adalah unsur penting dalam instruksi yang diberikan di dalam Perjanjian Baru. Di dalam Amsal 22:6, Salomo berkata, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Lebih lanjut ia mengatakan, "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya" (Amsal 13:24), dan "Jangan enggan untuk mendisiplinkan anak[mu], meski kamu memukul dia dengan rotan, ia tidak akan mati" (Amsal 23:13).
Dengan latar belakang ini, Paulus menekankan otoritas orang tua atas anak-anak mereka. Apa yang Paulus katakan kepada orang tua dan anak-anak di dalam 6:1-4 adalah dalam konteks tentang keberadaan setiap orang di bawah otoritas Kristus dan mempraktikkan prinsip saling menghormati. Pemenuhan pelbagai tanggung jawab yang disebutkan di sini memerlukan ketaatan dan penghormatan pada pihak anak dan kesabaran, instruksi, serta menahan diri untuk tidak menganiaya dari pihak bapak.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Efesus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu pu...
Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Ef 6:21; bd. Kol 4:7).
Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja -- mungkin surat ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri di Ef 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.
Tujuan
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus"(Ef 1:3-14; Ef 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; Ef 2:11-22; Ef 3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan untuk setiap orang (Ef 1:15-21; Ef 2:1-10; Ef 3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1--6:20).
Survai
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:
- (1) bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan
- (2) bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.
Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) secara umum membahas tema yang pertama, sedangkan pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) difokuskan pada yang kedua.
- (1) Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan yang merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Ef 1:3-14). Kidung penebusan yang sangat indah ini menaikkan pujian karena Bapa telah memilih, menentukan dan mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya (Ef 1:3-6), karena Putra yang menebus kita dengan darah-Nya (Ef 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan warisan kita (Ef 1:13-14). Di bagian ini Paulus menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Ef 2:1-10) dan dengan sesama umat tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di bumi," (Ef 1:10).
- (2) Pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan praktis bagi gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus atas kehidupan pribadi dan kehidupan bersama kita.
Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai bagaimana seorang tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.
- (1) Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan terpisah dari dunia. Mereka dipanggil untuk "kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Ef 1:4), "menjadi bait Allah yang kudus" (Ef 2:21), "hidup ... berpadanan dengan panggilan (mereka) itu" (Ef 4:1), "mencapai ... kedewasaan penuh" (Ef 4:13), hidup "di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:24), "hiduplah di dalam kasih" (Ef 5:2; bd. Ef 3:17-19), dan menjadi kudus "dengan ... firman" (Ef 5:26) agar Kristus bisa memperoleh "jemaat ... tanpa cacat atau kerut ... kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27).
- (2) Orang percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga dan kerja (Ef 5:22--6:9). Semua hubungan ini hendaknya dikuasai oleh prinsip-prinsip yang menandai orang percaya berbeda sekali dari masyarakat sekular di mana mereka hidup.
- (3) Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap semua rencana jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang hebat sekali (Ef 6:10-20).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).
- (2) "Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali). "Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan dengan perihal berada "di dalam Kristus".
- (3) Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.
- (4) Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Ef 1:13-14,17; Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).
- (5) Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose, karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar kedua surat itu).
Full Life: Efesus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Ef 1:1-2)
I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21)
A. Keuta...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Ef 1:1-2) - I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21) - A. Keutamaan Kristus dalam Penebusan
(Ef 1:3-14) - 1. Keutamaan-Nya Dalam Rencana Bapa
(Ef 1:3-6) - 2. Keutamaan-Nya Dalam Partisipasi Orang Percaya
(Ef 1:7-12) - 3. Keutamaan-Nya Dalam Penerapan Roh Kudus
(Ef 1:13-14)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Penerangan Rohani
(Ef 1:15-23) - B. Hasil-Hasil Penebusan Dalam Kristus
(Ef 2:1-3:21) - 1. Membebaskan Kita dari Dosa dan Kematian kepada Hidup Baru
di Dalam Kristus
(Ef 2:1-10) - 2. Memperdamaikan Kita dengan Orang Lain yang Sedang Diselamatkan
(Ef 2:11-15) - 3. Mempersatukan Kita Dalam Kristus di Dalam Satu Rumah Tangga
(Ef 2:16-22) - 4. Menyatakan Hikmat Allah Melalui Gereja
(Ef 3:1-13)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Kepuasan Rohani
(Ef 3:14-21) - II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya
(Ef 4:1-6:20) - A. Hidup Baru Orang Percaya
(Ef 4:1-5:21) - 1. Selaras dengan Maksud Allah bagi Gereja
(Ef 4:1-16) - 2. Hidup Baru yang Kudus
(Ef 4:17-5:7) - 3. Hidup Sebagai Anak-Anak Terang
(Ef 5:8-14) - 4. Hati-Hati dan Penuh dengan Roh
(Ef 5:15-21) - B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya
(Ef 5:22-6:9) - 1. Suami dan Istri
(Ef 5:22-33) - 2. Anak-Anak dan Orang-Tua
(Ef 6:1-4) - 3. Hamba dan Tuan
(Ef 6:5-9) - C. Peperangan Rohani Orang Percaya
(Ef 6:10-20) - 1. Sekutu Kita -- Allah
(Ef 6:10-11a) - 2. Musuh Kita -- Iblis dan Pasukannya
(Ef 6:11-12) - 3. Perlengkapan Kita -- Senjata Allah
(Ef 6:13-20) - Penutup
(Ef 6:21-24)
Matthew Henry: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan kar...
- Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan karena suatu hal salinan yang dikirimkan kepada jemaat Efesus diambil untuk dimasukkan ke dalam kanon, dan karena itu surat ini akhirnya dipandang sebagai suatu tulisan khusus. Pendapat ini dibuat berdasarkan kesimpulan bahwa surat ini merupakan satu-satunya surat dari semua surat kerasulan Paulus yang tidak menyinggung secara khusus keadaan atau masalah yang terjadi di jemaat Efesus. Sebaliknya, surat ini banyak memuat kepentingan yang bersifat umum bagi semua orang Kristen, khususnya bagi semua orang yang dahulu berasal dari bangsa-bangsa lain dan kemudian bertobat memeluk agama Kristen. Namun, di lain pihak, dapat pula diamati bahwa dalam surat kerasulan ini tertulis dengan jelas, kepada orang-orang kudus di Efesus (1:1), dan di bagian penutupnya, Rasul Paulus memberi tahu orang-orang kudus tersebut bahwa ia telah mengutus Tikhikus kepada mereka, yang dikatakan di dalam surat 2 Timotius 4:12, bahwa ia telah mengutusnya ke Efesus. Surat ini adalah sepucuk surat kerasulan yang ditulis dari dalam penjara. Beberapa orang memperhatikan bahwa apa yang ditulis oleh Rasul Paulus dari dalam penjara ketika ia masih menjadi orang tahanan ini mengandung perasaan senang dan sukacita dalam perkara-perkara Allah. Ketika kesesakannya bertambah-tambah, penghiburannya pun lebih melimpah lagi. Dari situ kita dapat mengamati bahwa cobaan-cobaan yang dialami umat Allah, dan khususnya oleh para pelayan-Nya, sering kali malah mendatangkan kebaikan bagi orang lain, di samping bagi kebaikan mereka sendiri. Tujuan Rasul Paulus menulis surat ini adalah untuk membangun kehidupan anggota jemaat di Efesus di dalam kebenaran, dan untuk itu, membawa mereka mengenal rahasia Injil lebih jauh. Di bagian awal surat ini, ia menunjukkan hak istimewa agung yang dimiliki oleh para anggota jemaat di Efesus, yaitu mereka yang di masa lampau adalah penyembah-penyembah berhala, namun sekarang mereka telah memeluk Kekristenan dan diterima dalam kovenan bersama Allah. Hal ini ia gambarkan dari sudut pandang keadaan kehidupan mereka yang tercela sebelum pertobatan mereka (pasal 1-3). Di bagian terakhir (yang dapat kita baca di dalam pasal keempat, kelima, dan keenam), ia mengajarkan kewajiban-kewajiban utama beribadah, baik yang sifatnya pribadi maupun keluarga. Ia juga menasihati dan menyemangati mereka supaya menjalankan kewajiban-kewajiban itu dengan setia. Zanchy (tokoh reformasi abad keenam belas dari Italia – pen.), mengamati bahwa di dalam surat ini kita memiliki sebuah ringkasan dari seluruh ajaran Kristen, serta dari hampir semua pokokpokok utama mengenai keilahian.
Jerusalem: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini
di Geredja purba, te...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini di Geredja purba, tetapi tidak terdapat pada segala surat naskah tertua jang ditemukan. Menilik isi dan tjoraknja sangat disangsikan bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada umat itu. Ia lebih bersifat surat edaran umum, bagi umat-umat muda jang baru-baru bertobat dan tidak didirikan oleh Paulus sendiri, seperti umat Kolose. Ada sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa surat inilah dimaksudkan dalam Kol. 4:16, sebagai "surat dari Laodisea" jang harus dibatjakan di Kolose djuga. Bagaimanapun djuga, soal itu bagi kita tidak begitu penting untuk dibitjarakan lebih landjut disini.
Kesamaan surat ini dengan surat kepada umat Kolose menjolok, baik mengenai atjara pokok, isi umum, maupun gajanja. Kita beroleh kesan-kesan bahwa ia merupakan suatu landjutan dan pelengkapan dari surat kepada orang-orang Kolose itu. la rupanja ditulis dalam waktu jang hampir sama, lagi diantar oleh tokoh jang sama, ialah Tichikus. Atjara pokok kedua surat ialah Misteri Kristus dan misteri rentjana penjelamatan seluruh bangsa manusia dalam Kristus. Surat kepada umat Kolose lebih menggambarkan dan menondjolhan martabat dan kedudukan Kristus diatas segala machluk, termasuk para Malaekat, sebagai Putera Allah jang setara dengan Allah dalam segalanja, turut mentjiptakan segala machluk dan berkuasa mutlak atasnja. Pernjataan-pernjataan itu merupakan dasar segala uraian dalam Ef. djuga, tetapi tidak diuraikan lagi, harus disentuh dan itu sering dengan memperlihatkan segi-segi baru jang indah dan penting. Chususnja ia membitjarakan misteri penjelamatan kita, jang disorotinja dari pelbagai sudut dan puntjaknja ialah adjaran tentang umat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Kedua surat mulai dengan madah-pudjian jang padat dan dalam isinja, indah gajanja dan bernada tinggi. Nada tinggi itu dipertahankan sepandjang seluruh surat, djuga dalam bagian jang merupakan peringatan-peringatan jang agak sungguh-sungguh, malah sampai bertjorak tuduhan. Kol. jang berlandasan pada salah paham dan bahaja- bahaja jang mengantjam dalam umat, masih bertjorak surat perdjuangan, tetapi Ef. semata-mata bersuasana kegembiraan atas kerahiman dan tjinta Allah, dalam merentjanakan dan melaksanakan penjelamatan segala bangsa manusia dalam Kristus. Mengenai alasan untuk menulis surat ini kita mendapat kesan-kesan atau dapat kita bajangkan, bahwa Paulus sesudah menjelesaikan suratnja kepada umat Kolose tidak merasa puas. Barangkali ia hemudian teringat bahwa umat Kolose dan umat- umat lainpun jang belum pernah dikundjunginja, tentu belum mendapat peladjaran jang agak luas dan mendalam tentang adjaran-adjaran jang hanja dengan ringkas diuraikan ataupun disentuhnja sadja dalam surat pendek kepada orang-orang Kolose itu. Sedangkan djustru adjaran-adjaran itu merupakan adjaran-adjaran dasar dan inti hakekat Indjil, mengenai tudjuannja dan kemuliaan martabat para beriman serta hubungan erat-mesra mereka dengan Kristus. Kalau itu benar djalan pemikiran Paulus, maka kita dapat mengerti bagaimana perasaan tak puas mendorongnja untuk memberi pengadjaran tulisan jang lebih luas kepada umat-umat tersebut. Dan karena kegembiraan hatinja, bahwa umat-umat itu dipanggil oleh Allah dan menerima Indjil, dan telah dipenuhi dengan segala rahmat dan berkat surgawi (Ef. 1:3-6), dan kepertjajaan umat-umat serta tjinta kasihnja dapat dipudji (1:15), maka seluruh surat diliputi suasana kegembiraan berdasarkan sjukur dan pudjian kepada Allah.
Wycliffe: Efesus (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN EFESUS
Penulis, Tanggal dan Tempat Penulisan. Hanya sedikit kritikus yang tidak yakin bahwa Pauluslah penulis surat ini. Serangan lebih b...
PENDAHULUAN EFESUS
Penulis, Tanggal dan Tempat Penulisan. Hanya sedikit kritikus yang tidak yakin bahwa Pauluslah penulis surat ini. Serangan lebih banyak dilancarkan terhadap pandangan tradisional tentang tanggal dan tempat penulisan, maupun tujuan penulisan surat ini (lihat di bawah).
Surat Efesus termasuk dalam kelompok kronologis yang sama dengan surat Paulus kepada jemaat di Kolose, Filemon dan Filipi yang secara kolektif disebut sebagai "surat-surat penjara" sebab ditulis ketika Paulus dipenjara untuk pertama kalinya di Roma. Tampaknya Paulus tiba di Roma pada musim semi tahun 61. Kisah Para Rasul mengisahkan bahwa Paulus tinggal selama dua tahun penuh di sana di sebuah rumah yang disewa olehnya (Kis. 28:30), yang berarti dia tinggal di sana hingga musim semi tahun 63. Mungkin dia dibebaskan sesaat sebelum Roma dibakar pada tahun 64. Di dalam surat Filipi disebutkan bahwa dia menantikan pembebasan tersebut (1:19-26), sebuah harapan yang juga diungkapkannya dalam Filemon 22. Surat Efesus, Kolose dan Filipi dikirimkan pada saat yang bersamaan oleh utusan-utusan yang sama pula (Ef. 6:21, 22; Kol. 4:7-9; Flm. 12, 23, 24).
Usaha-usaha untuk menempatkan penulisan surat-surat ini lebih awal dari sebuah tempat penahanan lainnya, seperti Kaisarea atau bahkan Efesus (George S. Duncan, St. Paul's Ephesian Ministry) tidak berhasil. Tidak ada alasan kuat untuk menolak tempat penulisan menurut pandangan tradisional - Roma. Surat ini, bersama dengan surat Kolose dan Filemon, mungkin ditulis pada tahun 62.
Tempat Tujuan Surat Ini. Karena kata di Efesus (en Epheso) tidak terdapat pada tulisan tangan asli dari Codex Sinaiticus (Aleph) dan Codex Vaticanus (B), yakni dua naskah Perjanjian Baru tertua yang masih ada, beberapa penafsir menyangkal bahwa surat ini dialamatkan kepada jemaat di Efesus. Kesulitan lainnya ialah kenyataan bahwa sebuah surat dari Laodikia disebutkan dalam Kolose 4:16, tetapi Efesus sama sekali tidak disebut. Beberapa penafsir menganggap bahwa surat ini mungkin merupakan sebuah surat edaran kepada sejumlah jemaat. (Pandangan ini sekarang paling banyak dianut - Editor). Sekalipun demikian, tampaknya lebih besar kemungkinan surat ini ditulis kepada satu jemaat tertentu, dan tidak ada alasan yang kuat untuk menolak pandangan tradisional bahwa surat ini ditulis kepada jemaat di Efesus (lihat John W. Burgon, The Last Twelve Verses o f St. Mark, edisi 1959, hlm. 169-187). Bahkan Aleph dan B pun diberi judul Kepada Jemaat di Efesus (Pros Ephesious). Paulus pernah tinggal cukup lama di Efesus ketika melakukan perjalanan pemberitaan Injil yang ketiga (Kis. 19:1-20:1; 20:31). Hubungannya dengan orang-orang percaya di sana pastilah sangat erat sebagaimana tampak dari sapaannya kepada para penatua jemaat di sana (Kis. 20:17-38).
Isi Surat Ini. Bersama dengan surat Kolose, surat ini menekankan kebenaran bahwa Gereja adalah tubuh dengan Kristus sebagai Kepalanya. Sekalipun Paulus telah mengemukakan kebenaran yang sama sebelumnya dalam Roma 12 dan I Korintus 12, di sini dia mengembangkannya lebih lengkap lagi. Tidak ada pokok penyataan yang lebih tinggi daripada yang dicapai dalam surat ini yang menunjukkan orang percaya sebagai duduk bersama dengan Kristus di surga dan yang menghimbau orang Kristen untuk hidup sesuai dengan panggilan yang tinggi tersebut. Sesungguhnya surat ini terbagi menjadi dua bagian utama, masing-masing terdiri atas tiga pasal. Dalam Efesus 1-3 sang rasul mengatakan kepada orang percaya bagaimana kedudukan mereka di dalam Kristus, dalam Efesus 4-6 dia mengemukakan apa yang harus dilakukan orang Kristen karena keberadaan mereka di dalam Kristus tersebut. Sering ditunjukkan bahwa isi surat ini dapat dirangkum dengan tiga kata duduk, berjalan dan berdiri. Menurut kedudukannya, orang Kristen berada bersama dengan Kristus di surga (2:6); tanggung jawabnya adalah hidup sesuai dengan panggilannya (4:1); dan hidupnya ini selanjutnya dilihat sebagai perjuangan melawan Iblis dan pasukannya di mana dia dinasihatkan untuk bertahan melawan tipu muslihat iblis (6:11).
Wycliffe: Efesus (Garis Besar) GARIS BESAR EFESUS
I. Kedudukan Orang Percaya di Dalam Kristus (1:1-3:21)
A. Salam (1:1, 2)
B. Semua Berkat Rohani (1:3-14)...
GARIS BESAR EFESUS
- I. Kedudukan Orang Percaya di Dalam Kristus (1:1-3:21)
- A. Salam (1:1, 2)
- B. Semua Berkat Rohani (1:3-14)
- 1. Dipilih oleh Sang Bapa (1:3-6)
- 2. Ditebus oleh Sang Anak (1:7-12)
- 3. Dimeteraikan oleh Roh Kudus (1:13, 14)
- C. Doa Pertama Paulus (1;15-23)
- D. Keselamatan Melalui Kasih Karunia (2:1-10)
- 1. Keadaan Kita pada Masa Lalu (2:1-3)
- 2. Keadaan Kita Sekarang (2:4-6)
- 3. Keadaan Kita pada Masa Depan (2:7-10)
- E. Kesatuan Orang Yahudi dan Orang Bukan Yahudi di Dalam Kristus (2:11-22)
- 1. Keadaan Orang Bukan Yahudi di Luar Kristus (2:11, 12)
- 2. Satu Tubuh (2:13-18)
- 3. Satu Bangunan (2:19-22)
- F. Pernyataan Rahasia (3:1-13)
- G. Doa Kedua Paulus (3:14-21)
- II. Perilaku Orang Percaya di Dalam Dunia (4:1-6:24)
- A. Perilaku yang Layak (4:1-16)
- B. Perilaku yang Berbeda (4:17-32)
- 1. Gambaran Perilaku Orang Bukan Yahudi (4:17-19)
- 2. Menanggalkan yang Lama dan Mengenakan yang Baru (4:20-24)
- 3. Penerapan Praktis (4:25-32)
- C. Perilaku Penuh Kasih (5:1-14)
- D. Hidup yang Bijaksana (5:15-6:9)
- E. Hidup Kristen Sebagai Suatu Peperangan (6:10-20)
- 1. Kuat di Dalam Tuhan - Seluruh Perlengkapan Senjata Allah (6:10-17)
- 2. Doa bagi Semua Orang Kudus dan bagi Paulus (6:18-20)
- F. Salam Penutup (6:11-24)
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Stu Weber, Tender Warrior: God's Intention for a Man (Sisters, Oreg.: Multnomah Books, 1993), 21-26.
2 Robert Coles, "...
Catatan Akhir:
- 1 Stu Weber, Tender Warrior: God's Intention for a Man (Sisters, Oreg.: Multnomah Books, 1993), 21-26.
- 2 Robert Coles, "Reflections," Christianity Today (16 June 1989), 45, dikutip dalam Steve Farrar, Point Man: How a Man Can Lead a Family (Portland, Oreg.: Multnomah Press, 1990), 209.
- 3 Disadur dari Jay Kessler, Ten Mistakes Parents Make With Teenagers (Nashville, Tenn.: Wolgemuth and Hyatt, 1988), vii-viii.
- 4 Allan Loy McGinnis, dikutip dalam Farrar, 211-12.
- 5 Ibid., 213-16.
- 6 Ibid., 215-16.
- 7 Sumber yang sangat baik untuk menyelidiki cakupan masalah disiplin adalah karya James Dobson, Dare to Discipline (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 19
- 7 0), 15-62.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Josephus Antiquities 4.8.24.
2 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 403.
...
Catatan Akhir:
- 1 Josephus Antiquities 4.8.24.
- 2 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 403.
- 3 Karena perintah di 6:2, 3 dikutip dari Perjanjian Lama, maka kata-kata itu muncul dalam huruf-huruf kapital kecil di dalam Alkitab NASB (lihat Keluaran 20:12; Ulangan 5:16).
- 4 Kenneth S. Wuest, Wuest's Word Studies from the Greek New Testament for the English Reader: Ephesians and Colossians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1953), 136.
- 5 Di dalam Perjanjian Lama, "panjang umur" dikaitkan dengan ketaatan kepada Allah (Amsal 3:1, 2, lihat Ulangan 30:20.).
- 6 Ibid., 137.
- 7 Lincoln, 406.
- 8 Ibid., 409.
- 9 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 748.
- 10 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph Henry Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 473.
- 11 Lincoln, 407-8.
- 12 S. D. F. Salmond, "The Epistle to the Ephesians," in The Expositor's Greek Testament, ed. W. Robertson Nicoll (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 3:377.
- 13 Lincoln, 408.
- 14 Lihat 1 Korintus 7:21, 22; Kolose 3:22; 4:1; 1 Timotius 6:1, 2; Titus 2:9, 10; 1 Petrus 2:18-25.
- 15 Spiros Zodhiates, ed., The Complete Word Study New Testament, 2d ed. (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1991), 963.
- 16 Ibid, 965.
- 17 Salmond, 378-79.
- 18 Zodhiates, 889.
- 19 Lincoln, 422.
- 20 Salmond, 378-79.
- 21 Lincoln, 423-24.
- 22 Istilah ini juga diterjemahkan "akhirnya" di dalam Filipi 3:1; 4:8; 2 Tesalonika 3:1.
- 23 Lincoln, 441.
- 24 Ibid., 442.
- 25 Ibid.
- 26 Salmond, 382.
- 27 Lincoln, 443.
- 28 Salmond, 383.
- 29 Lincoln, 444.
- 30 Lihat 2:2; 2 Korintus 2:11; 10:4; 1 Petrus 5:8.
- 31 Lihat 2 Korintus 11:14; 1 Timotius 4:1; Wahyu 2:9.
- 32 Ethelbert W. Bullinger, A Critical Lexicon and Concordance to the English and Greek New Testament (London: Samuel Bagster and Sons, n.d.; reprint, Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, Regency Reference Library, 1975), 893.
- 33 Wuest, 142.
- 34 Lihat juga Galatia 5:1; 1 Tesalonika 3:8; 2 Tesalonika 2:15.
- 35 Catatan kaki di dalam beberapa cetakan Alkitab NASB mengatakan, "[Secara harfiah], pinggang pikiranmu."
- 36 Wuest, 143.
- 37 Lihat Efesus. 1:13; 2 Tesalonika 2:10, 12; 1 Timotius 3:15; 1 Petrus 1:22.
- 38 "Kebenaran" and "kesetiaan" berasal dari akar kata Ibrani yang sama. (Robert Young, Young's Analytical Concordance to the Bible , 22d American ed., rev. [New York: Funk and Wagnalls Co., 1936], 325, 1004-5.)
- 39 Salmond, 386.
- 40 Ibid.
- 41 Warren Baker, ed., The Complete Word Study Old Testament (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1994), 2357.
- 42 Bullinger, 693.
- 43 Josephus Wars 6.1.8.
- 44 Lincoln, 449.
- 45 Wuest, 144.
- 46 Lincoln, 449.
- 47 Salmond, 387.
- 48 Lincoln, 449-50.
- 49 Zodhiates, 862.
- 50 Ibid., 866.
- 51 Bullinger, 754.
- 52 Zodhiates, 954.
- 53 Salmond, 388.
- 54 Zodhiates, 951-52.
- 55 Juga lihat Roma 1:9, 10; Efesus 5:20; Filipi 1:4; Kolose 1:3; 4:12; 1 Tesalonika 5:17.
- 56 Wuest, 145.
- 57 Salmond, 390.
- 58 Ibid.
- 59 Lincoln, 454.
- 60 Bullinger, 222; and Bauer, 226.
- 61 Bauer, 916.
- 62 Ini menyimpulkan bagian kajian ini tentang Iblis yang ditulis oleh Jay Lockhart. Sisa kajian itu ditulis oleh Chris Bullard.
- 63 James Dobson, Dare to Discipline (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1970), 15.
- 64 Nama Caligula, seorang kaisar Roma yang keji, memiliki arti "kasut kecil" atau "bot kecil."
Pengarang: Jay Lockhart
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah
agar "Seluruh alam, baik
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" (Ef 1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Allah supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Allah itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.
Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Allah Bapa telah memilih umat-Nya, bagaimana Allah melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Allah itu dijamin oleh Roh Allah. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun agar kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat terlaksana.
Untuk menunjukkan bahwa umat Allah sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, penulis memakai beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang istri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat terharu ketika mengingat akan rahmat Allah melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya dan kesucian-Nya.
Isi
- Pendahuluan
Ef 1:1-2 - Kristus dengan gereja-Nya
Ef 1:3-3:21 - Kehidupan yang baru sebagai orang Kristen
Ef 4:1-6:20 - Penutup
Ef 6:21-24
Ajaran: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh
Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah orang-orang pilihan Allah, atau kelompok orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Efesus. (Dan juga jemaat-jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Efesus terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian tentang arti Gereja yang benar.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Efesus
Pasal 1-3 (Ef 1:1-3:21).
Pengajaran tentang keselamatan orang-orang percaya
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa keselamatan orang-orang percaya sudah berada dalam rencana Allah, yaitu terhadap orang-orang yang dipilih-Nya dan orang-orang yang mau menerima anugerah-Nya di dalam Kristus dengan iman.
Pendalaman
Pasal 4-6 (Ef 4:6-6:9).
Pengajaran tentang kesatuan orang percaya dan cara-cara kehidupan sebagai orang percaya
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa setiap orang percaya sudah menjadi saudara karena dipersatukan di dalam Tuhan Yesus. Juga Paulus menjelaskan bagaimana orang-orang Kristen harus hidup di dalam gereja, keluarga dan masyarakat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ef 4:2-3,25-26,28-29,31-32. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan oleh orang percaya menurut nats ini?
- Bacalah pasal Ef 5:8-21. _Tanyakan_: Apakah yang membuktikan bahwa saudara anak-anak terang?
Pasal 6 (Ef 6:10-24). Pengajaran tentang perlengkapan rohani orang Kristen dalam mengikut Yesus
Pendalaman
- Mengapakah orang Kristen perlu menggunakan perlengkapan rohani yan Allah berikan?
- Siapakah musuh-musuh orang Kristen?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Efesus, jelaslah kita lihat bahwa orang-orang percaya adalah Gereja yang disebut juga Tubuh Kristus. Dan melalui Kitab ini juga dijelaskan tentang cara-cara kehidupan Gereja itu.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menjadi penulis Kitab Efesus?
- Siapakah yang dikatakan sebagai orang-orang percaya?
- Mengapakah orang (manusia) tidak bisa menyelamatkan dirinya dengan usah atau perbuatannya?
Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untu
Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?
Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untuk gereja di Efesus saja. Surat ini mungkin semacam surat edaran yang ditulis untuk digunakan oleh berbagai kelompok Kristen di daerah Efesus dan sekitamya. Apa yang ditulis Paulus dalam surat ini dapat diterapkan oleh umat Allah pada umumnya dan tidak ditujukan untuk suatu gereja tertentu. Tidak ada salam pribadi. Mungkin surat ini sebenarnya yang dimaksud oleh Rasul Paulus dalam Kolose 4:16 sebagai 'surat dari Laodikia'. Tikhikus dipercayakan untuk menyampaikan surat ini kepada alamat yang dituju. (Efe 6:21, 22). Surat ini, seperti surat-surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi dan Kolose, ditulis dari dalam penjara dan tema utamanya ialah sifat, ciri-ciri dan tujuan dari gereja Kristen, yaitu terciptanya apa yang disebut 'masyarakat Allah yang baru'.
GEREJA DI EFESUS.
Paulus tinggal di Efesus selama 3 tahun (Kis 19:8, 10; 20:31). Efesus merupakan suatu kota yang banyak menyediakan sarana untuk penyembahan berhala. Kuil Dewi Diana (Artemis) terletak di kota itu. Di sana banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan ilmu sihir. Namun, waktu kita membaca surat ini kita tidak perlu mengetahui latar belakang gereja yang menjadi tujuan surat ini, karena isinya bersifat umum.
PESAN.
Surat ini tidak berhubungan dengan masalah-masalah yang khusus, tetapi tujuannya adalah untuk meninggikan nama Yesus Kristus dan untuk menunjukkan pentingnya gereja Kristen sebagai alat Allah di dunia ini. Seperti halnya dengan surat-surat Paulus lainnya, doktrin yang diberikan disusul dengan penerapan praktis. Iman Kristen dan kehidupan Kristen harus berjalan secara seimbang. Surat ini ditutup dengan peringatan bahwa Kristen selalu berada dalam konflik yang terus-menerus dengan setan dan kuasa kejahatan, tetapi Allah telah memberikan senjata yang diperlukan untuk memampukan Kristen bertahan dalam menghadapi semua serangan musuh.
Pesan
1. Warisan kekayaan untuk dinikmati.o Tiga Pribadi Keallahan yang berperan dalam penyelamatan kita:
- Allah Bapa. Efe 1:4-6
- Allah Putra. Efe 1:7-12
- Allah Roh Kudus. 1: 13, 14
o Perhatikan permohonan doa Paulus bagi orang-orang Efesus
- untuk penerangan guna mengetahui sampai seberapa luas warisan kita. Efe 1:17-19
- untuk kuasa guna mengetahui sampai seberapa besar keagungan Allah. Efe 1:19-21
2. Kasih karunia dan damai sejahtera untuk dialami.
o Dari keadaan apa kita diselamatkan. Efe 2:1-3, 11, 12
o Oleh siapa kita diselamatkan. Efe 2:4-9, 13-18
o Untuk apa kita diselamatkan. 2:10, 19-22
3. Sumber-sumber rohani untuk dijajaki.
o Kekayaan yang tidak dapat dicari. Efe 3:8-13
o Kekuatan Ilahi. Efe 3:14-21
4. Persatuan rohani yang harus dipelihara.
o Sikap yang benar itu penting. Efe 4:1-3
o Dasar yang sama itu penting. Efe 4:4-6
o Persatuan dalam keanekaragaman harus dihadapi. 4:11
o Kedewasaan Kristen diharapkan. 4:13
5. Hubungan harmonis yang harus diusahakan.
o Terang sebagai ganti kegelapan. Efe 5:3-6
o Hikmat sebagai ganti kebodohan. Efe 5:15-17
o Kerohanian sebagai ganti hawa nafsu.Efe 5:18-20
o Kepatuhan sebagai ganti perdebatan.Efe 5:21-33
6. Senjata rohani untuk dipakai.
o Musuh yang kita hadapi. Efe 6:10-12
o Perlengkapan senjata yang kita punyai.Efe 6:13-20
Penerapan
Efesus mengajar kita tentang:
1. Betapa murah hati Allah
o dalam memberi kita seorang Penyelamat
o dalam mengirim kepada kita Roh Kudus
o dalam memberi jaminan kepada kita rumah surgawi
2. Betapa besar hak kita
untuk menjadi anggota keluarga Allah untuk mendapat bagian dalam Kerajaan Allah
3. Betapa kita perlu tenggang rasa
o dalam sikap kita terhadap orang lain
o dalam hubungan kita dengan orang lain
4. Betapa praktisnya kekristenan dalam hal
o perkawinan
o kedudukan sebagai orang-tua
o pekerjaan
5. Betapa nyatanya setan dalam
o pengaruhnya
o kegiatannya
6. Bagaimana kita perlu bersiap-siap
o dengan perlengkapan senjata Allah
o dengan doa
Tema-tema Kunci
1. Kasih karunia.
Kasih karunia merupakan kata kunci dalam Alkitab, sebab hal itu memperlihatkan sifat Allah yang memungkinkan adanya keselamatan bagi kita. Oleh karena dosa manusia, jika tidak ada kasih karunia, tidak akan ada pengharapan. Kasih karunia berarti hadiah yang diberikan cuma-cuma. Respons manusia terhadap kasih karunia ialah iman, tetapi ini pun diberikan oleh Allah kepada kita. Lihatlah khususnya Efe 2:1-10. Perhatikan bahwa kasih karunia selalu dipertentangkan dengan hukum Taurat (Rom 6:14). Pembenaran dimungkinkan oleh dua alasan, yaitu kasih karunia Allah (Rom 3:24) dan kematian Kristus (Rom 5:9).
2. Keesaan.
Paulus telah menjelaskan bahwa umat Allah di bawah perjanjian baru mengikutsertakan baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, dan sekarang ia menekankan perlunya kita memelihara keesaan sejati ini. Sebagai Kristen kita tidak dapat menciptakan keesaan oleh karena hal ini adalah pekerjaan Roh Kudus, tetapi kita diminta untuk memeliharanya. Kesatuan yang kita punyai tidaklah sama dengan keseragaman. Ada keanekaragaman karunia di antara umat Allah, tetapi hanya ada satu dasar kesatuan. Lihat juga pada perikop lain yang terbaik yang menekankan pentingnya kesatuan - Yohanes pasal 17.
3. Hubungan.
Kita tidak hidup di dalam suatu ruangan hampa, tetapi di dalam serentetan hubungan - di dalam rumah, dalam pekerjaan, di dalam gereja dan di dalam masyarakat pada umumnya. Iman Kristen kita terutama menyangkut hubungan-hubungan tersebut. Kita sering menemukan bahwa pada suatu saat, standar kehidupan menurut ajaran Alkitab bertentangan dengan standar kehidupan yang sementara ini diterima dalam masyarakat. Dalam kasus seperti itu kita harus lebih menaati Allah daripada manusia. Bandingkan perikop dalam Efesus tentang masalah ini dengan ayat-ayat yang serupa dalam Kolose. Juga perhatikan bagaimana dalam memilih pemimpin Kristen, masalah hubungan kekeluargaan sangat mendapat perhatian (1Tim 3:1-5; Tit 1:6-8).
4. Konflik.
Paulus menyebut seorang Kristen sebagai prajurit (2 Tim. 2:3, 4). Baginya selalu berlangsung peperangan, dan Kristen benar-benar terlibat di dalamnya. Alkitab tidak pernah meragukan keberadaan setan. Setan begitu nyata dalam pengalaman Tuhan Yesus,dan nyata juga bagi para murid.Dalam Efesus Paulus mengingatkan kita tentang kecerdikan musuh itu.Kita tidak dapat menghadapinya tanpa senjata atau tanpa perlindungan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan Iblis yang ditunjukkan oleh Kristus - Matius 4:1-11; 12:24; 13:39; 25:41; Lukas 8:12; 10:18; Yohanes 8:44.
Garis Besar Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) [1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2
[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:
[1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:22
Efe 1:3-6 | Dipilih untuk suatu maksud |
Efe 1:7-14 | Diselamatkan untuk suatu maksud |
Efe 1:15-23 | Diterangi untuk suatu maksud |
Efe 2:1-10 | Dihidupkan untuk suatu maksud |
Efe 2:11-22 | Didamaikan untuk suatu maksud |
[3] SUATU MISTERI YANG DISINGKAPKAN Efe 3:1-21
Efe 3:1-6 | Orang-orang yang bukan Yahudi juga diikutsertakan |
Efe 3:7-12 | Pelayanan Paulus yang strategis |
Efe 3:13-21 | Pengertian penuh sangat penting |
[4] SIFAT GEREJA Efe 4:1-32
Efe 4:1-6 | Dipersatukan di dalam Roh |
Efe 4:7-12 | Diberkati dengan karunia-karunia Roh |
Efe 4:13-16 | Diperlengkapi untuk bertumbuh |
Efe 4:17-24 | Diperbarui ciri-cirinya |
Efe 4:25-32 | Diubahkan penampilannya |
[5] CIRI-CIRI, TINGKAH LAKU DAN KONFLIK KRISTEN Efe 5:1-6:24
Efe 5:1-20 | Mengikut Kristus |
Efe 5:21-6:9 | Hidup dengan sesama |
Efe 6:10-24 | Menghadapi musuh |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi