Teks -- Lukas 16:22-31 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Luk 16:19-31
Full Life: Luk 16:19-31 - ORANG KAYA DAN LAZARUS.
Nas : Luk 16:19-31
Kehidupan orang kaya itu dihabiskan dengan gaya hidup yang berpusat
pada diri sendiri. Ia membuat pilihan yang salah dan menderi...
Nas : Luk 16:19-31
Kehidupan orang kaya itu dihabiskan dengan gaya hidup yang berpusat pada diri sendiri. Ia membuat pilihan yang salah dan menderita selama-lamanya (ayat Luk 16:22-23). Seumur hidupnya Lazarus hidup dalam kemiskinan, namun hatinya benar di hadapan Allah. Nama Lazarus berarti "Allah adalah pertolonganku", dan ia tidak pernah melepaskan imannya kepada Allah. Ia mati dan segera diangkat ke Firdaus bersama Abraham (ayat Luk 16:22; lih. Luk 23:43; Kis 7:59; 2Kor 5:8; Fili 1:23). Akhir riwayat kedua orang itu tidak dapat diubah lagi pada saat kematian (ayat Luk 16:24-26).
Jerusalem: Luk 9:51--18:14 - -- Dari Luk 9:51 sampai Luk 18:14 Lukas menyimpang dari kisah Markus. Dalam rangka sebuah perjalanan Yesus, sebagaimana disarankan oleh Mar 10:1, naik ke...
Dari Luk 9:51 sampai Luk 18:14 Lukas menyimpang dari kisah Markus. Dalam rangka sebuah perjalanan Yesus, sebagaimana disarankan oleh Mar 10:1, naik ke Yerusalem, Luk 9:53,57; 10:1; 13:22,33; 17:11; bdk Luk 2:38+, Lukas mengumpulkan bahan-bahan yang diambil dari sebuah kumpulan (cerita dan perkataan Yesus), yang juga dimanfaatkan oleh Matius, dan dari sumber-sumber lain yang dapat digunakan Lukas. Bahan kumpulan tersebut oleh Matius disebarkan dalam seluruh injilnya, sedangkan Lukas menyajikannya berkelompok-kelompok justru dalam bagian injilnya ini, Luk 9:51-8:14, yang kebanyakan bahannya diambil dari kumpulan itu.
Jerusalem: Luk 16:1-31 - -- Bab ini mengumpulkan dua perumpamaan dan beberapa perkataan Yesus mengenai penggunaan uang secara baik dan buruk. Luk 16:16-18. mengenai tiga pokok ya...
Bab ini mengumpulkan dua perumpamaan dan beberapa perkataan Yesus mengenai penggunaan uang secara baik dan buruk. Luk 16:16-18. mengenai tiga pokok yang berbeda-beda dan mengganggu susunan ini.
Jerusalem: Luk 16:19-31 - -- Ini sebuah perumpamaan berupa cerita yang sekali-kali tidak mengenai sesuatu yang sungguh terjadi.
Ini sebuah perumpamaan berupa cerita yang sekali-kali tidak mengenai sesuatu yang sungguh terjadi.
Jerusalem: Luk 16:22 - ke pangkuan Abraham Ini sebuah ungkapan Yahudi yang berkesesuaian dengan ungkapan Alkitabiah: dibaringkan bersama-sama dengan nenek moyang, Hak 2:10; bdk Kej 15:15; Kej 4...
Ini sebuah ungkapan Yahudi yang berkesesuaian dengan ungkapan Alkitabiah: dibaringkan bersama-sama dengan nenek moyang, Hak 2:10; bdk Kej 15:15; Kej 47:30; Ula 31:16. Ungkapan itu menyatakan kemesraan, Yoh 1:18, dan mengungkapkan bahwa orang berdekatan dengan Abraham dalam perjamuan zaman Mesias, bdk Yoh 13:23; Mat 8:11+.
Jerusalem: Luk 16:23 - -- Sejumlah naskah berbunyi: Orang kaya itu juga mati lalu dikubur di alam maut.
Sejumlah naskah berbunyi: Orang kaya itu juga mati lalu dikubur di alam maut.
Jerusalem: Luk 16:26 - jurang Jurang itu melanggar melambangkan bahwa baik orang pilihan maupun orang hukuman tidak dapat merobah keadaannya.
Jurang itu melanggar melambangkan bahwa baik orang pilihan maupun orang hukuman tidak dapat merobah keadaannya.
Ende -> Luk 16:22
Ende: Luk 16:22 - Pangkuan Abraham Ini suatu istilah kiasan untuk tempat tinggal orang-orang
saleh jang telah mati. Disitu mereka berbahagia bersama Abraham. Untuk mengerti
baik ungkapa...
Ini suatu istilah kiasan untuk tempat tinggal orang-orang saleh jang telah mati. Disitu mereka berbahagia bersama Abraham. Untuk mengerti baik ungkapan itu, harus diingat, bahwa hidup berbahagia ditempat itu, diumpamakan dengan perdjamuan pesta. Pada perdjamuan orang Jahudi biasa makan berbaring. Tamu agung diberi tempat dimuka tuanrumah, dan sebab itu disebut "berbaring" dipangkuan tuan rumah itu. Demikian dalam "pangkuan Abraham" berarti: didjamu dan diberi tempat kehormatan ditempat tinggal Abraham itu.
Ref. Silang FULL: Luk 16:24 - Bapa Abraham // api ini · Bapa Abraham: Luk 16:30; Luk 3:8; Luk 3:8
· api ini: Mat 5:22; Mat 5:22
Ref. Silang FULL: Luk 16:25 - Lazarus segala // sangat menderita · Lazarus segala: Mazm 17:14
· sangat menderita: Luk 6:21,24,25
· Lazarus segala: Mazm 17:14
· sangat menderita: Luk 6:21,24,25
· memperingati mereka: Kis 2:40; 20:23; 1Tes 4:6
Ref. Silang FULL: Luk 16:29 - kesaksian Musa // para nabi · kesaksian Musa: Luk 24:27,44; Luk 24:27; Luk 24:44; Yoh 1:45; 5:45-47; Kis 15:21
· para nabi: Luk 4:17; 24:27,44; Yoh 1:45
· kesaksian Musa: Luk 24:27,44; [Lihat FULL. Luk 24:27]; [Lihat FULL. Luk 24:44]; Yoh 1:45; 5:45-47; Kis 15:21
· para nabi: Luk 4:17; 24:27,44; Yoh 1:45
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Luk 16:19-31
Matthew Henry: Luk 16:19-31 - Orang Kaya dan Lazarus yang Miskin Orang Kaya dan Lazarus yang Miskin (16:19-31)
Kalau perumpamaan tentang anak yang hilang memberitakan kepada kita tentang kasih karunia Injil, yang...
Orang Kaya dan Lazarus yang Miskin (16:19-31)
- Kalau perumpamaan tentang anak yang hilang memberitakan kepada kita tentang kasih karunia Injil, yang sungguh membesarkan hati kita semua, maka perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus ini memberitahukan kita tentang murka Allah yang akan datang, dan ini dimaksudkan untuk menyadarkan kita. Mereka yang tidak mau disadarkan olehnya, akan segera terlena dalam dosa. Orang-orang Farisi mengolok-olok khotbah Kristus yang menentang hal-hal duniawi. Karena itu, perumpamaan ini dimaksudkan untuk mengingatkan si pengejek-pengejek itu supaya berhati-hati. Injil Kristus bertujuan untuk membantu kita menjadi siap untuk menerima kemiskinan dan mengalami penderitaan, dan mempersenjatai kita untuk melawan godaan duniawi dan kesenangan jasmani. Nah, perumpamaan ini, yang dengan jelas mengajak kita untuk melihat akhir dari kehidupan kedua orang tersebut di dunia yang lain, memberi gambaran jauh ke depan mengenai dua tujuan utama tersebut. Perumpamaan ini berbeda dari perumpamaan-perumpamaan Kristus yang lainnya. Di dalam perumpamaan-perumpamaan lainnya, hal-hal rohani digambarkan melalui kemiripan dengan hal-hal duniawi, misalnya perumpamaan tentang si penabur dan benih gandum (kecuali perumpamaan tentang domba dan kambing), anak yang hilang, dan semua perumpamaan lainnya, kecuali perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus ini. Dalam perumpamaan ini hal-hal rohani itu sendiri digambarkan dalam bentuk cerita atau uraian dalam keadaannya yang baik dan buruk di dunia ini dan di dunia lainnya. Kita tidak menyebut perumpamaan ini sebagai suatu kisah tentang suatu kejadian tertentu, namun demikian kejadian seperti ini benar-benar merupakan kenyataan yang terjadi setiap hari, yaitu bahwa orang miskin yang hidupnya saleh sering diabaikan dan diinjak-injak orang, lalu mati meninggalkan kesengsaraan mereka dan pergi ke sorga yang penuh dengan kebahagiaan sempurna dan sukacita penuh, yang telah dibuat menjadi tempat menyenangkan bagi mereka yang sebelumnya mengalami banyak dukacita. Sebaliknya, orang kaya yang hidup dalam kesenangan dan kemewahan dan tidak pernah berbelas kasihan kepada yang miskin, ketika mati, masuk ke dalam keadaan yang penuh siksaan yang tak terkirakan, dan ini sungguh terasa sangat menyakitkan dan mengerikan bagi mereka, oleh karena sebelumnya mereka sudah terbiasa hidup dalam kesenangan duniawi. Dan tidak akan ada kelepasan dari siksaan itu. Apakah ini suatu perumpamaan? Perbandingan apa yang ditunjukkan di sini? Kisah antara Abraham dan orang kaya ini sungguh hanya merupakan sebuah gambaran saja, supaya ceritanya lebih menyentuh, seperti halnya antara Allah dan Setan dalam kisah Ayub. Juruselamat kita datang untuk memperkenalkan kita dengan dunia yang lain, dan untuk memperlihatkan kaitan yang ada antara dunia ini dengan dunia itu. Di dalam uraian ini (demikianlah kata yang saya pilih untuk menyebutnya), kita bisa mengamati:
- I. Kondisi yang berbeda antara orang kaya yang jahat dan orang miskin yang hidupnya benar di dalam dunia ini. Kita tahu bahwa sebagian orang, seperti orang-orang Yahudi saat itu, sudah menjadikan kemakmuran sebagai salah satu tanda yang menunjukkan gereja sejati, sebagai tanda bahwa seseorang adalah orang yang baik dan merupakan kesukaan sorga. Karena itu, orang-orang tersebut sama sekali tidak dapat menerima pemikiran-pemikiran yang baik tentang orang miskin. Akan tetapi, dalam setiap kesempatan Kristus sendiri memperbaiki kekeliruan tersebut, dan di sini dengan sangat jelas kita melihat:
- . Seorang yang jahat, yang akan menderita selamanya dalam kemakmurannya (ay. 19): Ada seorang kaya. Dalam bahasa Latin kita biasa menyebut orang itu Dives -- seorang yang kaya. Seperti yang diamati Uskup Tillotson, nama orang kaya tersebut tidak diberitahukan, seperti yang terjadi dengan si miskin, karena berbahaya untuk menyebut nama seorang kaya dalam uraian seperti ini, bisa memancing reaksi yang tidak baik. Namun, sebagian orang lagi mengamati bahwa Kristus tidak mau begitu menghormati orang kaya itu dengan menyebut namanya. Bila disebut, namanya akan terus dikenang. Sekarang nama si miskin tetap ada, sedangkan nama orang kaya itu terkubur tanpa diketahui. Sekarang kepada kita diceritakan mengenai orang kaya tersebut:
- (1) Ia selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan inilah perhiasannya. Ia memiliki kain halus untuk kesenangan pribadi, dan tanpa diragukan lagi selalu bersih, sepanjang malam dan siang. Ia memiliki jubah ungu karena statusnya yang tinggi, karena inilah jubah yang biasa dipakai oleh para raja. Ini artinya bahwa Kristus agak menyinggung Herodes di sini. Dalam setiap pemunculannya di hadapan umum Herodes selalu tampil dalam segala kebesarannya.
- (2) Ia makan yang enak-enak dan mewah setiap hari. Mejanya selalu dihiasi dengan segala jenis makanan yang dapat disediakan oleh alam dan karya seni. Sekeliling meja dihiasi dengan piring-piring. Para pelayannya menunggu di dekat meja, siap sedia untuk melayani. Tanpa diragukan lagi para tamu yang duduk di mejanya sangat berterima kasih atas segalanya ini, seperti yang dipikirkannya. Lalu, apa yang salah dengan semuanya ini? Menjadi kaya bukanlah dosa, memakai jubah ungu dan kain halus bukanlah dosa, memenuhi meja dengan makanan yang berlimpah ruah pun bukanlah dosa, selama kekayaan seseorang mampu menyediakan semuanya itu. Kita tidak diberitahukan bahwa orang kaya dalam perumpamaan ini mendapatkan kekayaannya dengan cara menipu, memeras, atau memaksa. Tidak, orang kaya tersebut juga tidak mabuk-mabukan atau membuat orang lain mabuk.
- Namun demikian:
- [1] Dengan perumpamaan ini Kristus hendak memperlihatkan bahwa sekalipun memiliki kekayaan berlimpah, kebesaran dan kesenangan, seseorang bisa dapat mati dan binasa di bawah murka dan kutukan Allah. Kita tidak dapat begitu saja menilai orang berdasarkan kehidupan mereka yang berlimpah bahwa Allah mencintai mereka karena Dia memberikan begitu banyak berkat kepada mereka, atau bahwa mereka mencintai Allah karena Allah telah memberikan begitu banyak berkat kepada mereka. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh hal-hal demikian.
- [2] Kelimpahan dan kesenangan adalah hal yang amat berbahaya, dan bagi banyak orang, hal-hal ini membawa godaan yang mematikan yang menggoda mereka untuk hidup dalam kemewahan, kenikmatan jasmani dan melupakan Allah dan dunia lain. Orang tersebut mungkin hidup berbahagia jika ia tidak memiliki begitu banyak harta kekayaan dan kesenangan.
- [3] Menikmati kesenangan tubuh dan kenikmatan jasmani secara berlebihan mendatangkan kehancuran bagi banyak jiwa dan segala kepentingannya. Memang benar bahwa menyantap makanan yang lezat dan mengenakan pakaian-pakaian yang indah tidaklah salah. Tetapi, juga benar bahwa hal-hal ini sering kali menjadi sumber dari kesombongan dan kemewahan, sehingga pada akhirnya mendatangkan dosa bagi kita.
- [4] Bahwa berpesta pora bersama sahabat-sahabat kita dan pada saat yang sama melupakan kesusahan orang-orang yang miskin dan yang menderita, sangatlah membangkitkan kemarahan Allah dan merusak jiwa. Dosa yang diperbuat orang kaya ini bukan karena pakaian yang dikenakannya atau makanan atau minuman yang disantapnya, tetapi karena semuanya itu dipakainya untuk dirinya sendiri.
- . Seorang yang benar yang hidupnya terpuruk dalam kesusahan dan amat menderita, namun pada akhirnya ia bahagia selamanya (ay. 20): Ada seorang pengemis bernama Lazarus. Seorang pengemis dengan nama itu, yang hidupnya saleh namun amat susah, mungkin sangat dikenal oleh orang-orang yang baik pada waktu itu: seorang pengemis seperti Eleazar atau Lazarus. Beberapa orang berpendapat bahwa Eleazar adalah nama yang cocok untuk orang miskin, karena nama tersebut berarti pertolongan Allah, yang adalah tempat pelarian ketika sudah tidak ada lagi pertolongan lain. Orang miskin ini berada dalam titik yang sangat luar biasa rendahnya, baik dalam hal kesengsaraannya maupun dalam hal-hal jasmani lainnya. Keadaannya sangat tidak wajar, di luar dari yang dapat Anda bayangkan bagaimana semestinya seseorang hidup di dunia.
- (1) Badannya penuh dengan borok, seperti Ayub. Tubuh yang sakit dan lemah merupakan penderitaan yang sangat luar biasa, tetapi borok-borok jauh lebih menyakitkan bagi si sakit, dan lebih menjijikkan bagi yang melihatnya.
- (2) Ia terpaksa mengemis meminta makanan, mengais-ngais sisa-sisa makanan di depan pintu-pintu rumah orang kaya. Ia begitu sakit dan lumpuh sehingga tidak dapat pergi ke mana-mana sendirian, dan harus digotong oleh tangan-tangan yang mengasihaninya, dan dibaringkan dekat pintu rumah orang kaya itu. Perhatikanlah, barangsiapa yang tidak dapat membantu orang miskin dengan uang, harus menolong mereka dengan pengorbanan. Barangsiapa tidak dapat meminjamkan uang sepeser pun kepada orang miskin, ia masih dapat mengulurkan tenaganya. Barangsiapa tidak dapat memberikan sesuatu untuk orang-orang miskin, ia masih bisa mengantar mereka kepada orang lain yang mampu, atau meminta bantuan atas nama mereka. Lazarus di dalam kesusahannya sama sekali tidak memiliki apa-apa untuk menanggung kebutuhan hidupnya, tidak ada sanak saudara yang dapat ia kunjungi, dan juga tidak ada jemaat di lingkungannya yang mengurusnya. Inilah contoh kemunduran jemaat Yahudi pada saat itu, sehingga orang benar seperti Lazarus harus sangat menderita meskipun hanya untuk mendapat sesuap nasi.
- Sekarang perhatikan baik-baik:
- [1] Harapan-harapan Lazarus dari meja orang kaya itu: Ia ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh (ay. 21). Ia tidak mencari sisa-sisa makanan yang tidak dimakan lagi oleh orang kaya itu, meskipun bisa saja ia mendapatkannya. Sebaliknya, ia cukup bersyukur bila hanya mendapatkan remah-remah yang tercecer di kolong meja, serpihan-serpihan makanan yang terjatuh. Lebih tepat lagi, sisa-sisa untuk makanan anjing. Orang miskin hanya bisa memohon-mohon, dan harus puas dengan apa saja yang bisa mereka dapatkan. Hal ini dicatat untuk menunjukkan,
- pertama, seperti apa kesusahan dan sifat orang miskin itu. Ia bukan hanya miskin, tetapi juga miskin secara rohani, dan ia menerima kemiskinannya itu. Ia tidak berbaring di pintu rumah orang kaya itu sambil mengeluh atau berteriak-teriak tidak keruan dan membuat keributan di sana, tetapi dengan tenang dan pasrah berharap untuk diberi makan dengan remah-remah yang terjatuh. Orang yang menderita ini adalah orang yang baik dan berkenan kepada Allah. Perhatikanlah, sering kali terjadi sebagian orang kudus dan para hamba kesayangan Allah hidupnya sangat menderita di dunia ini, namun sebaliknya orang-orang jahat hidupnya makmur dan hartanya berlimpah-limpah (Mzm. 73:7, 10, 14). Kita lihat di sini seorang anak hukuman dan pewaris neraka sedang duduk di dalam rumah, bersukaria dalam kemewahan, sementara seorang anak terkasih dan pewaris sorga sedang terbaring di pintu rumah mati kelaparan. Lalu, apakah keadaan kerohanian seseorang kelak akan diadili berdasarkan kondisi fisik mereka?
- Kedua, bagaimanakah sikap orang kaya tersebut terhadap Lazarus? Kita tidak diberitahukan apakah orang kaya tersebut menghina Lazarus, atau melarang Lazarus mendekati pintu rumahnya, atau menyakiti Lazarus. Namun, secara tidak langsung kita bisa melihat bahwa orang kaya itu tidak mengindahkan Lazarus. Ia sama sekali tidak memiliki perhatian kepadanya, tidak merawatnya. Padahal jelas-jelas ada orang yang memerlukan amal kasihnya, yang keadaannya sangat mengharukan, tanpa harus diberitahukan lagi. Semuanya diperlihatkan kepadanya di depan pintu rumahnya sendiri. Orang miskin itu memiliki karakter dan tingkah laku yang baik. Segala hal baik yang dapat dibanggakan ada padanya. Satu hal kecil dapat merupakan suatu kebaikan yang sangat berarti bagi dirinya, namun orang kaya itu tidak mengindahkan keadaannya sama sekali, ia tidak memerintahkan para bawahannya untuk membawa masuk Lazarus supaya menginap di lumbungnya atau di suatu ruangan tertentu di sekitar rumahnya. Ia membiarkan Lazarus terbaring di depan pintu rumahnya saja. Perhatikan, tidak menindas atau memeras atau menginjak-injak orang-orang miskin tidaklah cukup. Pada hari penghakiman kita akan menjadi bendahara yang tidak jujur terhadap harta milik Tuhan apabila kita tidak menolong dan membebaskan orang-orang miskin dari kemiskinan. Alasan yang diberikan untuk hukuman yang sangat mengerikan itu adalah, "Ketika Aku lapar kamu tidak memberi Aku makan." Saya merasa heran mengapa orang-orang kaya yang telah membaca Injil Kristus dan percaya kepada Injil itu dapat menjadi begitu tidak peduli akan keperluan dan penderitaan orang-orang miskin dan yang menderita.
- [2] Perlakuan yang diterima Lazarus dari anjing-anjing. Anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Ada kemungkinan orang kaya itu memelihara segerombol anjing pemburu atau jenis anjing lainnya sebagai hiburan untuk menyenangkan angan-angan hatinya. Anjing-anjing ini diberi makan sampai kenyang sementara Lazarus yang miskin tidak mampu memperoleh makanan yang cukup agar dia dapat bertahan hidup. Perhatikanlah, mereka yang mampu memberi makan anjing-anjing mereka namun mengabaikan orang-orang miskin, pada waktunya nanti akan dimintai jawaban mengenai hal ini. Banyak orang kaya keadaannya akan lebih buruk lagi, karena mereka tidak mau beramal, dan hanya mau memuaskan angan-angan dan kebodohan mereka daripada memenuhi kebutuhan dan menyukakan hati banyak orang Kristen yang baik namun yang hidupnya susah. Apa yang dilakukan orang-orang kaya tersebut tidak menyenangkan hati Allah, dan malahan mereka menghina keberadaan manusia karena memanjakan anjing-anjing dan kuda-kuda mereka namun membiarkan keluarga-keluarga tetangga mereka yang miskin menderita kelaparan. Begitulah, anjing-anjing itu datang dan menjilat borok Lazarus yang miskin. Hal ini dapat diartikan,
- pertama, keadaannya sungguh luar biasa menyengsarakan. Boroknya berdarah dan bernanah sehingga mengundang anjing-anjing datang dan menjilatinya, seperti yang terjadi dengan darah Nabot dan Ahab (1Raj. 21:19). Kita juga membaca bahwa lidah anjing-anjing mendapat bagiannya dari pada musuh (maksudnya dalam darah musuh -- pen.) (Mzm. 68:24). Anjing-anjing itu menyerang Lazarus seolah-olah ia sudah mati, sedangkan ia sendiri pun tidak berdaya mengusir mereka, dan para pembantu orang kaya itu juga tidak berupaya apa-apa. Anjing-anjing itu sama saja seperti tuan mereka, ingin berpesta pora dengan darah manusia. Atau, dapat pula dikatakan,
- kedua, jilatan anjing-anjing itu sedikit meringankan beban penderitaan Lazarus; alla kai, tuan dari anjing-anjing itu mengeraskan hati terhadap Lazarus, tetapi anjing-anjing itu datang dan menjilati lukanya sehingga sedikit mengurangi penderitaan dan meringankan rasa sakit pada boroknya. Di sini tidak disebutkan bahwa anjing-anjing itu menghisap borok itu, melainkan menjilatinya dan hal ini baik untuk borok-borok itu. Anjing-anjing itu memperlakukan Lazarus jauh lebih baik daripada tuan mereka.
- II. Kita lihat terdapat keadaan yang berbeda dari orang miskin yang saleh itu dan dari orang kaya yang kejam itu, pada saat dan setelah kematian. Sampai di sini orang kaya tersebut sepintas lebih beruntung, tetapi Exitus acta probat -- Tunggu dulu, dan mari kita lihat akhir dari semuanya ini.
- . Mereka berdua mati (ay. 22): Matilah orang miskin itu; orang kaya itu juga mati. Kematian adalah nasib yang pasti akan dihadapi oleh orang kaya dan orang miskin, oleh orang saleh dan orang fasik; di sanalah mereka akan bertemu. Yang seorang mati di dalam kekuatannya, dan yang lain mati di dalam kepahitan jiwanya; tetapi sama-sama mereka terbaring di dalam debu, Ayub 21:26. Kematian tidak pandang bulu apakah itu orang kaya dengan kekayaannya atau orang miskin dengan kemiskinannya. Orang-orang kudus mati, supaya mereka bisa menyudahi dukacita dan masuk ke dalam sukacita. Orang-orang berdosa mati, supaya mereka mempertanggungjawabkan semua perbuatan mereka. Oleh karena itu, adalah penting bagi orang kaya dan orang miskin untuk menyiapkan diri menghadapi kematian, karena kematian menanti mereka berdua. Mors sceptra ligonibus æquat -- Kematian mempersatukan tongkat kerajaan dengan peralatan kebun.
- . Pengemis itu mati lebih dulu. Tuhan sering kali mengambil orang saleh keluar dari dunia dan meninggalkan orang jahat terus berkembang. Beruntunglah bagi si pengemis karena penderitaannya segera berakhir. Setelah selama ini tidak memiliki tempat berteduh atau beristirahat, sekarang ia bersemayam di dalam kubur dan rasa lelah menemukan tempat istirahatnya.
- . Orang kaya itu mati, lalu dikubur. Tidak dijelaskan bagaimana orang miskin itu dikuburkan. Orang-orang menggali sebuah lubang di mana saja, dan melemparkan begitu saja mayatnya, tidak ada upacara khidmat. Dikuburkan seperti binatang. Masih untung orang-orang yang membiarkan anjing-anjing menjilati boroknya tidak membiarkan anjing-anjing itu menggerogoti tulang-belulangnya. Tetapi orang kaya itu dimakamkan dengan megahnya, jasadnya dibaringkan dengan baik, dan diiringi oleh banyak orang yang berkabung menghantar jenazahnya ke makamnya, dan sebuah tugu peringatan didirikan di sana. Mungkin juga ada pidato pada saat pemakamannya, yang memuji-muji dia, hidupnya yang murah hati, dan mejanya yang selalu penuh, yang dinikmati oleh orang-orang yang memberi pidato pujian itu. Dikatakan mengenai orang jahat bahwa ia dibawa ke kuburan tanpa banyak keributan, dan dibaringkan di dalam makam, dan jika memungkinkan bahkan dengan nyaman ia ditutupi oleh gumpalan-gumpalan tanah di lembah (Ayb. 21:32-33). Betapa anehnya suatu upacara pemakaman yang bertujuan untuk membahagiakan orang yang sudah mati tersebut.
- . Orang miskin itu mati lalu dibawa oleh para malaikat ke pangkuan Abraham. Betapa besar penghormatan yang diberikan kepada jiwanya dengan iring-iringan para malaikat yang membawanya ke tempat peristirahatannya, jauh melebihi penghormatan yang diberikan kepada orang kaya itu yang mayatnya dibawa dengan begitu megahnya menuju kuburnya!
- Perhatikan baik-baik:
- (1) Jiwanya diam di tempat yang terpisah dari badannya. Jiwa ini tidak mati, atau jatuh tertidur bersama dengan jasadnya. Nyala api lilinnya tidak diambil daripadanya. Sebaliknya, ia hidup dan dapat bertindak, serta mengetahui apa yang dilakukannya dan apa yang telah dilakukan terhadapnya.
- (2) Jiwanya pindah ke dunia yang lain, yaitu dunia roh. Jiwanya kembali kepada Allah yang memberinya, ke negeri asalnya. Hal ini disiratkan dalam perkataan ia dibawa. Roh manusia pergi ke atas.
- (3) Para malaikat menjaga jiwa Lazarus; jiwanya dibawa oleh para malaikat. Para malaikat melayani roh-roh pewaris keselamatan, tidak hanya selama orang-orang tersebut masih hidup melainkan juga setelah mereka mati. Para malaikat juga bertugas atas mereka, untuk menatang mereka, bukan hanya selama perjalanan mereka di atas bumi ini, melainkan juga dalam perjalanan luar biasa mereka ketika kembali ke rumah kerinduan mereka di sorga. Para malaikat menjadi pemandu maupun penjaga mereka saat melewati wilayah-wilayah yang tidak dikenal dan tidak aman. Jiwa manusia, jika tidak terbelenggu pada bumi ini dan terikat olehnya sebagai jiwa-jiwa yang tidak kudus, sebenarnya bersifat elastis dan karena itu bisa segera mencuat ke atas begitu terpisah dari tubuh jasmani. Namun, Kristus tidak mau hal ini terjadi pada orang-orang kepunyaan-Nya, dan oleh sebab itu Ia akan mengirimkan para pesuruh-Nya untuk menangkap mereka dan membawa jiwa-jiwa itu kepada-Nya. Mungkin orang mengira bahwa satu malaikat saja sudah cukup, tetapi ternyata banyak malaikat yang mengantar Lazarus, sebanyak malaikat yang dikirim untuk Elia. Meskipun kereta perang Amasis, raja Mesir, ditarik oleh raja-raja yang ditaklukannya, namun, apalah artinya kehormatan ini? Orang-orang kudus naik ke sorga oleh karena kebangkitan Kristus, dan ditambah lagi dengan iring-iringan para malaikat ini, yang semakin menambah kemegahan dan keagungan. Orang-orang kudus akan dibawa pulang ke sorga tidak hanya dalam keadaan selamat melainkan juga dengan penuh kehormatan. Sehebat-hebatnya para pengiring si orang kaya itu, apalah artinya dibandingkan dengan para pengiring Lazarus ini? Para malaikat tidak malu menyentuh Lazarus karena boroknya hanya ada pada badannya saja dan tidak pada jiwanya. Jiwa itulah yang dipersembahkan kepada Allah tanpa noda, atau kerut, atau apa pun yang semacam itu. "Nah, para malaikat yang terberkati," kata orang benar itu ketika mengembuskan nafasnya, "datanglah sekarang dan kerjakan tugasmu."
- (4) Jiwa Lazarus dibawa ke pangkuan Abraham. Orang-orang Yahudi mengungkapkan kebahagiaan yang dialami orang benar pada saat kematian melalui tiga cara: mereka pergi ke taman Eden; mereka pergi menuju takhta kemuliaan; dan mereka pergi ke pangkuan Abraham. Cara ketiga inilah yang digunakan oleh Juruselamat kita di sini. Abraham adalah bapa orang beriman, jadi ke manakah jiwa orang beriman akan dikumpulkan selain kepada Abraham, yaitu seorang bapa yang lemah lembut, yang membaringkan mereka di pangkuannya, terutama pada saat mereka tiba pertama kali, untuk menyambut kedatangan mereka dan untuk menyegarkan mereka ketika baru saja terlepas dari kesedihan dan keletihan dunia ini? Lazarus dibawa ke pangkuannya, artinya, menikmati perjamuan bersamanya, karena di dalam perjamuan dikatakan bahwa para tamu saling bersandaran dada satu sama lainnya. Demikianlah orang-orang kudus di sorga duduk bersama Abraham, Ishak, dan Yakub. Meskipun Abraham adalah orang besar dan kaya raya, namun ia tidak sungkan-sungkan untuk membaringkan Lazarus di pangkuannya. Orang-orang kudus yang kaya dan yang miskin saling bertemu di sorga. Lazarus yang miskin ini, yang tidak diterima di pintu gerbang si orang kaya, diantar menuju ke ruang makan, ke dalam kamar tidur istana sorga. Ia yang tadinya dengan hina ditempatkan bersama-sama dengan anjing-anjing peliharaan orang kaya tersebut, kini terbaring dalam pangkuan Abraham.
- . Kabar selanjutnya yang kita dengar tentang si orang kaya itu, setelah kematian dan pemakamannya, adalah bahwa sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas (ay. 23).
- (1) Keadaannya sangatlah menyengsarakan. Ia ada di alam maut, di neraka, suatu tempat di mana jiwa-jiwa terpisah, dan di sanalah ia berada di tempat yang paling menderita dan benar-benar sangat menyedihkan. Bila jiwa orang-orang beriman segera setelah dibebaskan dari beban tubuh jasmani mereka akan mengalami sukacita dan sangat berbahagia, maka jiwa orang-orang jahat dan cemar segera setelah mereka dilepaskan dari kesenangan tubuh jasmani mereka melalui kematian, berada di dalam kesusahan dan kesengsaraan tanpa akhir, tidak berguna, dan tidak berdaya, dan penderitaannya akan semakin bertambah dan semakin sempurna pada saat kebangkitan orang-orang mati pada akhir zaman. Orang kaya itu telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk kesenangan dunia yang fana, seluruh hidupnya dikuasai oleh kesenangan, dan ia telah menerima semua yang menjadi bagian miliknya, dan oleh sebab itu ia sama sekali tidak layak lagi untuk mengambil bagian dalam kesenangan dunia roh. Pemikiran duniawi seperti yang ada pada orang kaya tersebut tentunya tidak disukai roh-roh itu, ia juga tidak akan merasa betah berada bersama mereka, dan karena itu tentu saja ia akan diasingkan dari roh-roh tersebut. Ini belumlah semuanya. Oleh karena ia mengeraskan hatinya terhadap orang miskin kepunyaan Allah, maka ia bukan saja diputuskan dari belas kasihan, ia juga diadili tanpa belas kasihan. Bukan saja dihukum sengsara, melainkan juga hingga binasa.
- (2) Kesengsaraan yang dialaminya semakin menjadi-jadi setelah ia mengetahui kebahagiaan Lazarus: Ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham dan Lazarus yang sedang duduk dipangkuannya. Jiwanyalah yang menderita sengsara di alam maut, dan mata yang melihat Lazarus adalah mata pikirannya. Sekarang ia mulai memikirkan apa yang terjadi dengan Lazarus. Ia tidak menemukan Lazarus di tempat yang sama dengan dirinya, tidak, sebaliknya dari jauh ia melihat Lazarus sedang duduk di pangkuan Abraham, jelas sekali, seakan-akan ia melihat dengan mata jasmaninya. Kesengsaraan yang amat sangat yang dialami orang-orang terkutuk seperti ini kita temui juga pada kisah sebelumnya (13:28): Kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.
- [1] Ia melihat Abraham dari jauh. Pastilah amat menyenangkan kalau kita bertemu dengan bapa Abraham. Namun, jangan sampai kita melihatnya dari jauh, karena hal ini sangat menyengsarakan. Orang kaya itu melihat sendiri bahwa setan-setan dan para sekutunya yang terkutuk berada di dekatnya dengan penampakan-penampakan yang mengerikan, dan sangat menyakitkan, sementara dari jauh ia melihat Abraham. Perhatikanlah, setiap apa yang tampak di neraka sangatlah mengerikan.
- [2] Ia melihat Lazarus di pangkuan Abraham. Lazarus yang sama yang selama di dunia ia lihat dengan rasa jijik dan hina, yang dianggapnya sama sekali tidak berharga, justru saat ini dilihatnya amat disukai, dan ini membuatnya merasa iri. Apa yang dilihatnya mengingatkannya tentang kekejamannya dan tindakannya yang tidak mengenal belas kasihan kepada Lazarus. Kebahagiaan Lazarus yang dilihatnya membuat penderitaanya semakin bertambah berat.
- III. Berikutnya kita melihat apa yang terjadi antara orang kaya itu dan Abraham di tempat yang terpisah satu sama lainnya. Dan keduanya bersama-sama terpisah dari dunia ini. Meski mungkin tidak akan terjadi atau terjadi dialog atau percakapan seperti ini antara orang-orang kudus yang dimuliakan dengan orang berdosa yang terkutuk, namun demikian cara seperti ini sangatlah sesuai, karena mirip dengan yang umumnya dilakukan orang ketika menguraikan sesuatu. Cara seperti ini dirancang untuk membuat hati orang berduka dan tergerak. Percakapan seperti ini menggambarkan pikiran dan perasaan masing-masing orang yang ada dalam keadaan demikian. Kita bisa menemukan kisah tentang orang berdosa terkutuk yang disiksa di depan mata Anak Domba (Why. 14:10), dan juga kisah tentang para hamba Allah yang beriman yang mencari orang-orang yang telah memberontak terhadap kovenan, di mana di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam (Yes. 66:23, 24), karena itu percakapan antara orang kaya dan Abraham seperti ini bukanlah suatu hal yang aneh. Sekarang, dalam percakapan ini kita melihat:
- . Permohonan orang kaya tersebut kepada Abraham agar penderitaannya dapat berkurang (ay. 24). Ketika dilihatnya Abraham dari jauh, ia berseru kepadanya, ia berteriak-teriak sekeras-kerasnya dengan suara yang memilukan. Hal ini menunjukkan bahwa ia sedang kesakitan dan menderita karena ia memohon-mohon sambil berteriak-teriak dengan keras agar permohonannya dikabulkan. Ia memperlihatkan betapa ia sangat membutuhkan belas kasihan. Orang kaya tersebut yang selama masih hidup terbiasa memberikan perintah dengan berteriak, sekarang harus memohon-mohon dengan berteriak-teriak, jauh lebih keras daripada suara Lazarus saat ia berbaring di depan pintu rumahnya. Semua permohonan yang disampaikannya dengan suara keras dan ribut itu pada akhirnya berubah menjadi ratapan.
- Perhatikan baik-baik di sini:
- (1) Sapaan yang ia gunakan untuk Abraham: Bapa Abraham.
- Perhatikanlah, banyak orang di neraka bisa memanggil Abraham dengan sebutan bapa, karena menurut daging, mereka memang keturunannya, malah banyak juga yang menurut nama dan pengakuan sungguh-sungguh merupakan anak-anak kovenan yang diteguhkan melalui kovenan antara Allah dan Abraham. Mungkin orang kaya ini, pada saat ia masih menikmati kesenangan jasmani, telah merendahkan dan menertawakan Abraham dan kisah Abraham seperti yang dilakukan oleh para pengejek lainnya di hari-hari terakhir; namun sekarang ia memberi Abraham sapaan kehormatan, Bapa Abraham. Perhatikanlah, akan tiba harinya orang-orang jahat dengan gembira berusaha bersahabat dengan orang-orang benar dan mengaku-ngaku bersaudara dengan mereka, walaupun saat ini mereka menyepelekan orang-orang benar itu. Dalam penjabaran ini Abraham mewakili gambaran Kristus, yang kepada-Nya segala penghakiman diberikan, dan pemikiran Kristus itulah yang diungkapkan melalui tokoh Abraham di sini. Mereka yang mengabaikan Kristus sekarang ini tidak lama lagi akan berseru-seru kepada-Nya, "Tuhan, Tuhan."
- (2) Penjelasan orang kaya tersebut kepada Abraham mengenai kondisinya yang sangat menyedihkan: Aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Kesakitan yang dialami jiwanyalah yang dikeluhkannya, dan api yang seperti demikian itulah yang akan membakar jiwa-jiwa. Inilah api murka Allah yang mencengkeram hati nurani yang bersalah. Api tersebut menjadi kengerian yang menakut-nakuti pikiran, menjadi celaan yang membuat hati menuduh dan mengutuki diri sendiri. Tidak ada yang lebih menyakitkan dan lebih mengerikan terhadap tubuh selain dari siksaan oleh api. Demikianlah kesengsaraan dan penderitaan jiwa-jiwa terkutuk digambarkan di sini.
- (3) Permintaannya kepada Abraham, sehubungan dengan penderitaannya: Kasihanilah aku. Perhatikanlah, akan tiba saatnya mereka yang meremehkan belas kasih Ilahi akan memohon-mohon dengan sangat untuk mendapatkan belas kasih itu. Seruan, "Oh kasihanilah, kasihanilah" terus diteriakkan ketika belas kasihan sudah tidak lagi dicurahkan, dan kasih karunia sudah tidak lagi ditawarkan. Orang kaya itu yang semasa hidupnya tidak kasihan kepada Lazarus, sekarang ini justru berharap agar Lazarus mau mengasihaninya; "Sebab," pikirnya, "Lazarus jauh lebih baik hatinya dibandingkan dengan diriku sebelumnya." Pertolongan yang khusus dimintanya adalah, "Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku."
- [1] Di sini secara khusus ia mengeluhkan siksaan yang diderita oleh lidahnya, seakan-akan lidahnya jauh lebih tersiksa dibandingkan dengan anggota tubuh lainnya. Hukuman tersebut merupakan akibat dari dosa itu. Lidah adalah salah satu dari banyak anggota tubuh yang digunakan untuk berbicara, dan melalui siksaan yang dialami oleh lidahnya maka pikirannya diingatkan kembali akan semua kata-kata jahat yang pernah diucapkannya kepada Allah dan manusia, kutukan-kutukannya, sumpah-sumpahnya, dan hujatannya kepada Allah, semua kata-katanya yang keras dan omongannya yang kasar. Oleh karena kata-katanya ia dihukum, dan oleh sebab itu melalui lidahnya itulah ia disiksa. Lidah juga termasuk salah satu organ pengecap, dan oleh sebab itu siksaan terhadap lidahnya akan mengingatkan dia akan segala kesenangan yang telah dinikmatinya hanya untuk memuaskan indra pengecapnya, yaitu yang telah ia nikmati dengan lidahnya.
- [2] Ia sangat ingin setetes air untuk menyejukkan lidahnya.
- Ia tidak berkata, "Bapa Abraham, perintahkanlah agar aku terbebas dari siksaan ini, tolong keluarkan aku dari lubang neraka ini," karena ia benar-benar telah hilang harapan untuk keluar dari tempat itu. Apa yang dimintanya hanyalah sesuatu yang paling sederhana yang dapat ia minta, yaitu setetes air untuk menyejukkan lidahnya sesaat.
- [3] Terkadang mungkin kita bisa curiga bahwa ia mempunyai maksud jahat terhadap Lazarus, bahwa ia berharap jika ia dapat merengkuh Lazarus dalam jangkauannya maka ia akan menahan Lazarus supaya tidak bisa kembali ke pangkuan Abraham. Hati yang dipenuhi kemarahan terhadap Allah juga akan dipenuhi kemarahan terhadap anak-anak-Nya. Tetapi, mungkin kita bisa berpikir yang lebih baik mengenai seorang pendosa yang terkutuk, dan karena itu bisa beranggapan di sini bahwa orang kaya tersebut sungguh menghargai Lazarus sebagai seorang yang bisa ia andalkan saat ini. Orang kaya itu menyebut nama Lazarus, karena ia mengenalnya, dan berpikir bahwa Lazarus pasti akan bersedia melakukan kebaikan untuknya mengingat keduanya dulu sudah saling mengenal. Negarawan Grotius mengutip uraian Plato yang menjelaskan tentang penderitaan jiwa-jiwa yang jahat, dan dari sekian banyak hal antara lain ia berkata, seperti orang gila mereka terus-menerus memanggil-manggil orang-orang yang telah mereka bunuh, atau lukai, memanggil-manggil para korban itu untuk mengampuni mereka atas segala kesalahan yang telah mereka perbuat. Perhatikanlah, akan tiba waktunya orang-orang yang sekarang membenci dan menghina umat Allah akan mencari-cari kebaikan mereka.
- . Jawaban Abraham atas permintaan orang kaya tersebut. Pada dasarnya, Abraham tidak memenuhi permintaannya. Ia tidak akan mengizinkannya menerima air setetes pun untuk menyejukkan lidahnya. Perhatikanlah, orang-orang terkutuk di neraka sedikit pun tidak akan berkurang atau melemah penderitaannya. Jika kita memperbaiki hari-hari kita sekarang dengan menggunakan kesempatan yang kita miliki dengan sebaik-baiknya, kita dapat sepenuhnya dan selamanya dialiri dengan belas kasih sepuas-puasnya. Namun, jika saat ini kita menampik tawaran tersebut, maka sia-sialah kita mengharapkan bahkan setetes belas kasihan pun di neraka nanti. Lihatlah sekarang bagaimana orang kaya ini menerima bayarannya kembali dengan uangnya sendiri. Orang yang menolak remah-remah, tidak akan diberikan barang setetes pun. Sekarang ini kepada kita dikatakan, Mintalah, maka akan diberikan kepadamu. Tetapi, jika kita melewatkan kesempatan ini, maka nantinya, sekalipun kita boleh minta, apa pun tidak akan diberikan kepada kita. Tetapi ini belumlah semuanya. Kalau saja Abraham hanya berkata, "Kamu tidak akan mendapat apa pun untuk mengurangi penderitaanmu," maka hal ini mungkin hanya membuatnya sedih. Namun, di sini Abraham justru mengatakan sesuatu yang malah menambah deritanya dan membuat nyala api semakin panas, karena memang segala sesuatu sangat menyiksa dalam neraka.
- (1) Abraham memanggil orang kaya itu dengan sebutan anak, suatu panggilan yang baik dan sopan, tetapi di sini sebutan tersebut justru lebih mengeraskan lagi penolakan atas permohonannya, yang menutup semua rasa belas kasihan seorang bapa terhadapnya. Orang kaya tersebut sebelumnya pernah menjadi seorang anak, tetapi seorang anak yang pemberontak, dan sekarang telah menjadi anak yang tersisihkan dan kehilangan harta warisan. Ketika kita melihat orang-orang di neraka, lihatlah bagaimana tololnya mereka yang hanya mengandalkan seruan, Abraham adalah bapa kita. Mereka ini dipanggil Abraham dengan sebutan anak, dan akan berada di sana selama-lamanya.
- (2) Abraham mengingatkan orang kaya itu di dalam pemikirannya tentang kondisinya dan kondisi Lazarus pada saat mereka masih hidup: Anak, ingatlah. Perkataan ini sungguh menusuk. Berbagai ingatan yang dialami jiwa-jiwa yang terkutuk akan bertindak sebagai para penyiksa bagi mereka sendiri. Hati nurani mereka akan dibangunkan dan didorong-dorong untuk melakukan kewajiban yang tidak mau mereka lakukan di dunia ini. Tidak ada yang dapat menambahkan minyak yang memperbesar nyala api neraka selain dari sebutan, "Anak, ingatlah." Sekarang ini orang-orang berdosa diperingatkan untuk ingat, tetapi mereka tidak menanggapinya, mereka tidak mau mematuhinya, mereka malah mencari-cari jalan untuk menghindarinya. "Anak, ingatlah akan Penciptamu, Penebusmu, ingatlah akhir hidup nanti," tetapi mereka menutup telinga terhadap peringatan-peringatan ini, dan lupa bahwa karena inilah mereka memiliki berbagai ingatan. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah derita abadi mereka akan muncul dari peringatan Anak, ingatlah, dan mereka tidak akan mampu lagi menulikan telinga mereka terhadap peringatan ini. Sungguh amat menakutkan suara nyaring yang akan berbunyi di telinga kita, "Anak, ingatlah akan begitu banyak peringatan yang telah diberikan kepadamu agar kamu tidak sampai di tempat penyiksaan ini, tetapi kamu tidak mengindahkannya; ingatlah akan tawaran baik yang telah diberikan kepadamu mengenai kehidupan dan kemuliaan abadi, namun kamu tidak menerimanya!" Namun demikian, hal yang diingatkan kepada orang kaya ini adalah:
- [1] Bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu. Abraham tidak mengatakan kepada orang kaya itu bahwa dia telah menyalahgunakan segala yang baik tersebut, melainkan telah menerima segala kebaikan tersebut sebelumnya: "Ingatlah betapa besar kebaikan yang telah Allah berikan kepadamu, betapa Ia selalu siap untuk melakukan kebaikan untukmu. Oleh sebab itu kamu tidak boleh berkata bahwa Ia berutang segala sesuatu kepadamu, tidak, setetes air pun tidak. Apa yang telah Ia berikan kepadamu, engkau telah menerimanya, dan itu sudah cukup. Engkau tidak pernah memberi Dia tanda terima atas semua pemberian tersebut, dalam bentuk ucapan terima kasih atas semuanya itu, apa lagi sampai memberikan sesuatu kepada-Nya sebagai ucapan syukur atau melakukan hal-hal yang baik atas pemberian itu. Engkau telah menjadi kuburan bagi berkat-berkat Allah, di dalam dirimu semua berkat itu terkubur, dan bukan pada tempatnya yang sebenarnya. Engkau telah menerima hal-hal yang baik. Engkau menerimanya dan menggunakannya seolah-olah semuanya itu adalah milikmu sendiri, dan engkau sama sekali tidak bertanggungjawab atas berkat-berkat tersebut. Atau lebih tepatnya, semuanya itu adalah hal-hal baik yang menjadi pilihanmu sendiri, yang terbaik menurut pandanganmu sendiri, dan engkau memuaskan dirimu dengan semuanya itu dan mencukupi dirimu dengannya. Engkau mempunyai makanan, minuman, dan pakaian yang mahal-mahal dan indah-indah, dan di dalam semuanya itulah terdapat kebahagiaan hidupmu. Semuanya itu adalah ganjaranmu, penghiburanmu, upahmu yang sudah engkau setujui, dan semuanya telah engkau terima. Kamu hidup hanyalah demi segala yang baik sepanjang waktu hidupmu, dan kamu tidak memikirkan hal-hal yang lebih baik di kehidupan yang lain, dan oleh sebab itu tidak ada alasan untuk mengharapkan segala yang baik tersebut. Hari segala yang baik itu telah lewat dan berlalu bagimu, dan sekarang tibalah hari segala yang buruk, sebagai ganjaran atas semua perbuatan burukmu. Engkau telah menerima cawan-cawan belas kasihan yang terakhir seperti yang engkau harapkan untuk engkau terima menjadi milikmu, dan karena itu tidak ada lagi yang tersisa selain cawan-cawan murka, murni tanpa campuran apa pun.
- [2] "Ingatlah juga segala yang buruk yang telah diterima Lazarus selama hidupnya. Engkau iri dengan kebahagiaan yang diperolehnya di sini, tetapi coba pikirkan betapa berat penderitaan yang telah ia alami selama hidupnya di dunia. Engkau memiliki begitu banyak hal yang baik tetapi menjadi manusia yang begitu jahat, sedangkan Lazarus, ia memiliki begitu banyak hal yang buruk tetapi menjadi seorang yang begitu baik. Lazarus menerima yang buruk; ia menanggung semuanya itu dengan penuh kesabaran, menerima semuanya langsung dari tangan Allah seperti yang dialami Ayub (Ayb. 2:10), Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? -- Lazarus menerima semua yang buruk dalam bentuk jasmani untuk menyembuhkan penyakit-penyakit rohaninya, dan ia sungguh sembuh." Kalau orang-orang jahat menerima segala yang baik hanya selama hidup di dunia saja dan melalui kematian mereka selamanya dipisahkan dari semua yang baik, demikian juga orang-orang baik menerima segala yang buruk hanya selama hidup di dunia saja, dan melalui kematian mereka selamanya dipisahkan dari semua yang buruk tersebut. Dengan membuat orang kaya itu memikirkan semuanya ini kembali, Abraham membangunkan hati nurani si kaya itu untuk mengingatkan dia kembali mengenai perlakuannya terhadap Lazarus ketika dia sedang menikmati segala yang baik dan Lazarus mengaduh-ngaduh dalam segala yang buruk. Ia tidak dapat lupa bahwa pada saat itu ia tidak berupaya menolong Lazarus, lalu bagaimana mungkin ia mengharapkan agar Lazarus mau menolongnya sekarang? Jika Lazarus dalam kehidupan selanjutnya menjadi kaya dan sebaliknya orang kaya tersebut menjadi orang miskin, bisa saja Lazarus berpikir bahwa sudah menjadi tugasnya untuk membantu orang tersebut dan ia tidak akan membalas orang itu setimpal dengan kejahatannya. Akan tetapi, di dunia akan datang, setiap orang akan diganjar sesuai dengan perbuatannya, baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan manusia.
- (3) Abraham membuat orang kaya itu memikirkan kebahagiaan sempurna yang dialami Lazarus sekarang ini dan kesengsaraannya sendiri. Tetapi sekarang meja diputar, dan mereka harus menerimanya sampai selama-lamanya; sekarang Lazarus mendapat kenyamanan dan engkau sangat menderita. Orang kaya itu tidak perlu diberi tahu lagi bahwa dia sedang disiksa; ia bisa merasakannya sebagai harga yang harus dibayarnya. Ia juga tahu sendiri bahwa orang yang sedang berbaring di pangkuan Abraham sudah pasti merasa nyaman di sana. Namun begitu, Abraham tetap mengingatkan orang kaya tersebut, supaya dengan membanding-bandingkan ia dapat mempelajari keadilan Allah dalam membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas umat-Nya, dan memberi kelegaan kepada mereka yang tertindas (2Tes. 1:6-7).
- Perhatikanlah:
- [1] Sorga adalah penghiburan, dan neraka adalah siksaan: sorga adalah sukacita, neraka adalah ratapan dan raungan, dan kesakitan yang sedalam-dalamnya.
- [2] Jiwa, segera setelah meninggalkan tubuh jasmani, segera pergi entah ke sorga atau neraka, untuk mendapatkan penghiburan atau penyiksaan, langsung, tanpa tertidur lebih dulu atau pergi ke tempat api penyucian.
- [3] Sorga akan menjadi sorga yang sesungguhnya bagi mereka yang menuju ke sana setelah melalui begitu banyak malapetaka yang luar biasa di dalam dunia ini. Mereka yang semasa di dunia ini menerima anugerah namun tidak banyak menikmati penghiburan (mungkin jiwa mereka menolak untuk dihiburkan), ketika tertidur di dalam Kristus, engkau akan berkata dengan sebenar-benarnya untuk mereka, "Sekarang mereka dihiburkan: sekarang semua air mata mereka dihapuskan, dan semua ketakutan mereka dilenyapkan." Di sorga ada penghiburan yang kekal. Sedangkan di lain pihak, neraka akan menjadi neraka yang sesungguhnya bagi mereka yang menuju ke sana setelah sebelumnya menikmati semua kesenangan dan kesukaan. Penyiksaan yang akan mereka terima lebih hebat, sementara malapetaka yang sifatnya sementara dijelaskan sebagai perempuan yang lemah dan manja, yang tidak pernah menjejakkan telapak kakinya ke tanah karena sifatnya yang lemah dan manja itu (Ul. 28:56).
- (4) Abraham meyakinkan orang kaya itu bahwa sia-sia saja untuk mengharapkan Lazarus membantu dia (ay. 26), karena, Selain dari pada itu, yang lebih buruk, di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, luar biasa dalam dan lebar, sehingga tidak mungkin ada hubungan antara orang kudus yang dimuliakan dengan orang berdosa yang terkutuk.
- [1] Orang kudus yang paling baik hati sekalipun saat berada di sorga tidak bisa mengunjungi kumpulan orang-orang mati dan orang-orang terkutuk untuk menghibur atau melepaskan siapa pun yang sebelumnya pernah menjadi kawan mereka. "Supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu tidak dapat menyeberang; mereka tidak dapat meninggalkan wajah Bapa mereka, ataupun meninggalkan pekerjaan yang ada di sekeliling takhta-Nya, untuk mengantarkan air kepadamu. Hal ini bukanlah urusan mereka."
- [2] Orang berdosa yang paling berani di neraka sekalipun tidak mampu melarikan diri keluar dari penjara tersebut, mereka tidak dapat menyeberangi jurang yang sangat dalam itu. Mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Tidak ada harapan bahwa hal ini akan terjadi, karena pintu belas kasihan telah ditutup, jembatan telah dinaikkan. Tidak ada yang dapat keluar dari sana meskipun dengan pembebasan bersyarat atau dengan membayar jaminan. Tidak, meski hanya untuk satu jam saja. Di dalam dunia kita ini, terpujilah Allah, tidak ada jurang yang memisahkan suatu sifat dengan anugerah, jadi kita dapat pindah dari sifat kita ke anugerah, dari dosa kepada Allah. Tetapi jika kita mati dalam dosa-dosa kita, jika kita melemparkan diri kita sendiri ke dalam jurang kehancuran, tidak ada lagi jalan keluar. Itulah jurang di mana di dalamnya tidak ada air, dan tidak ada jalan untuk pengampunan. Keputusan dan kebijakan Allah telah mengokohkan jurang ini, dan seluruh dunia tidak dapat meniadakannya. Ini membuat makhluk hidup yang malang ini kehilangan harapan. Sekarang sudah terlambat untuk melakukan apa pun untuk mengubah keadaannya, sedikit pun tidak: hal ini hanya bisa dicegah sebelum waktu ini, tetapi sekarang tidak dapat dipulihkan lagi untuk selamanya. Keadaan orang berdosa terkutuk sudah ditetapkan dengan hukuman yang tidak dapat dibatalkan dan tidak dapat diubah. Sebuah batu digelindingkan ke pintu neraka dan tidak dapat digulirkan kembali.
- . Orang kaya itu kemudian mengajukan permohonan lagi kepada Abraham bapanya, tetapi bukan untuk dirinya sendiri, karena mulutnya telah dikatupkan, dan ia tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun terhadap penolakan Abraham untuk memberikan setetes air. Orang berdosa yang terkutuk dibuat mengerti bahwa penghukuman yang mereka terima itu adil, dan mereka tidak dapat mengurangi penderitaan mereka meskipun melakukan protes apa pun terhadap penghukuman itu. Dan mengingat ia tidak mendapat setetes air untuk menyejukkan lidahnya, kita dapat menduga ia menggigit lidahnya karena kesakitan, sebagaimana yang dikatakan mengenai mereka yang kepadanya ditumpahkan cawan murka Allah (Why. 16:10). Kita dapat menduga lengkingan dan jeritan orang kaya ini sangatlah mengerikan, karena itu, ketika ada kesempatan berbicara dengan Abraham, ia ingin agar sanak saudara yang ditinggalkannya di dunia ini jangan mengalami hal serupa seperti dia.
- Nah, untuk itu:
- (1) Ia memohon agar Lazarus disuruh ke rumah ayahnya, untuk mengatakan kepadanya: Aku minta kepadamu, bapa, (ay. 27). Ia sekali lagi memanggil Abraham, dan dalam permintaannya kali ini ia sangat bersungguh-sungguh, "Aku minta kepadamu. Oh, janganlah menolak permohonanku." Ketika ia masih tinggal di dunia ia mungkin pernah memohon dan permohonannya didengarkan, tetapi sekarang sia-sia saja ia memohon. "Karena engkau menolak permintaanku sebelumnya, mohon kiranya engkau berbelas kasihan kepadaku dan jangan menolak permohonanku yang satu ini." Atau, "Karena di antara aku dan engkau terdapat jurang yang tak terseberangi, sehingga dari sini tidak ada jalan keluar lagi apabila mereka masuk ke tempat ini. Oh, tolonglah suruh orang kepada mereka agar jangan sampai mereka masuk ke tempat ini." Atau, "Meskipun di antara aku dan engkau terdapat jurang yang tak terseberangi, namun di antara kamu dan saudara-saudaraku tidak terdapat jurang seperti ini, jadi suruh orang datang kepada mereka di sana. Suruhlah Lazarus ke rumah ayahku. Ia tahu persis di mana rumah itu, ia pernah ke sana berkali-kali, sekalipun tidak diberikan remah-remah yang jatuh dari meja. Ia tahu di sana masih ada lima orang saudaraku. Jika ia memperlihatkan diri kepada mereka, mereka akan mengenalinya, dan akan menuruti apa yang dikatakannya, karena mereka mengenal dia sebagai seorang yang jujur. Biarkan ia bersaksi kepada mereka. Biarkan ia menceritakan kepada mereka bagaimana keadaanku sekarang ini, bahwa aku menghantar diriku sendiri ke tempat yang tidak menyenangkan ini oleh sebab kemewahan dan kesenanganku, dan oleh karena aku tidak berbelas kasihan kepada orang miskin. Biarkan ia memperingatkan mereka untuk tidak mengikuti langkahku, atau terus berjalan mengikuti jalan yang pernah kutunjukkan dan tinggalkan kepada mereka, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini" (ay. 28). Beberapa orang mengamati bahwa orang kaya itu hanya berbicara tentang lima orang saudara karena, menurut kesimpulan mereka, ia tidak punya anak. Kalau tidak, sudah tentu ia akan menyebut-nyebut tentang anaknya juga. Mereka juga menyimpulkan bahwa yang membuat orang kaya ini lebih tidak berbelas kasihan lagi adalah karena memang ia tidak mempunyai tanggungan anak. Sekarang ia ingin agar saudara-saudaranya berhenti dari kehidupan yang penuh dosa. Ia tidak berkata, "Izinkan aku pergi mengunjungi mereka agar aku dapat memberi kesaksian kepada mereka," karena ia tahu bahwa ada jurang yang tidak dapat diseberangi, dan sudah menjadi putus asa untuk minta izin seperti ini. Izin ini sangat menyenangkan bagi dirinya, tetapi kehadirannya di tengah-tengah saudara-saudaranya nanti hanya akan menakutkan mereka, karena kejadian seperti ini ada di luar akal sehat mereka. Karena itu ia berkata, "Suruhlah Lazarus, karena kunjungannya tidak akan begitu menyeramkan, lagi pula kesaksiannya cukup untuk menakut-nakuti mereka supaya mereka keluar dari dosa-dosa mereka." Sekarang ia ingin mencegah mereka supaya tidak binasa, sebagian karena ia sayang kepada mereka sebagai saudara. Ia kenal sifat mereka, godaan-godaan mereka, ketidakacuhan mereka, ketidaksetiaan mereka, masa bodoh mereka, dan ia sungguh ingin mencegah mereka yang kini sedang menuju kebinasaan. Sebagian lagi, ia melakukan ini karena rasa sayangnya kepada dirinya sendiri, karena kalau mereka sampai datang kepadanya, ke tempat penyiksaan ini, hal ini hanya akan memperburuk penderitaannya, karena justru dialah yang menunjukkan kepada mereka jalan menuju tempatnya sekarang ini. Keadaan menyengsarakan seperti ini sama parahnya dengan ketika ia melihat Lazarus. Ketika rekan-rekan sesama pendosa saling berkumpul untuk berbagi celaka, seperti ilalang dikumpulkan dan diikat untuk dibakar, mereka akan saling hantam satu sama lainnya.
- (2) Abraham juga menolak untuk membantunya dalam permohonan ini. Tidak ada permintaan yang dikabulkan di dalam neraka. Mereka yang menggunakan doa orang kaya kepada Abraham ini dan memakainya untuk memohon kepada para orang kudus yang telah meninggal, telah melakukan doa yang sia-sia. Mereka harus melihat si pendosa terkutuk ini sebagai contoh, supaya jangan mengikuti cara ini. Bagi orang-orang seperti ini, Abraham memberikan kesaksian Musa dan para nabi, yaitu suatu cara yang umum dilakukan untuk meyakinkan orang supaya bertobat. Mereka memiliki kesaksian tertulis yang dapat mereka baca dan dengar. "Baiklah mereka memperhatikan perkataan nabi-nabi yang sudah pasti itu, karena Allah tidak akan menunjukkan kasih karunia-Nya dengan cara lain lagi kepada mereka." Inilah keistimewaan yang diberikan kepada mereka: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; dan tugas mereka: "Baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu, dan imanilah kesaksian itu, karena melalui kedua hal ini mereka akan terhindar dari tempat penyiksaan ini." Melalui hal ini terlihat bahwa ada banyak bukti yang cukup dalam Perjanjian Lama, di dalam kitab Musa dan para nabi, untuk meyakinkan mereka yang mau mendengarkan kesaksian tersebut dengan rela hati, bahwa ada kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini, dan akan ada ganjaran maupun hukuman untuk manusia yang baik dan yang jahat. Hal inilah yang orang kaya tersebut kehendaki supaya diyakini oleh saudara-saudaranya, dan untuk hal inilah mereka diminta untuk melihat kembali kesaksian Musa dan para nabi.
- (3) Akan tetapi ia memaksakan permohonannya lebih lanjut (ay. 30): "Tidak, bapa Abraham, izinkan aku menekankan hal ini lagi. Memang benar, mereka memiliki kesaksian Musa dan para nabi, dan, jika mereka percaya kepada kedua kesaksian itu, cukuplah itu bagi mereka, tetapi, mereka tidak percaya, mereka tidak mau percaya. Namun demikian, mungkin masih ada harapan, jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mungkin hal ini akan lebih dapat meyakinkan mereka sehingga mereka akan bertobat. Mereka sudah terbiasa dengan kitab Musa dan para nabi, dan oleh sebab itu mereka tidak menghiraukannya lagi. Tetapi, kalau ada orang mati datang kepada mereka, ini suatu hal yang baru, yang lebih menggemparkan. Pastilah hal ini akan membuat mereka bertobat dan mengubah kebiasaan jahat dan jalan hidup mereka." Perhatikanlah, orang-orang bodoh memang selalu memikirkan cara-cara yang lebih baik daripada cara yang telah dipilih dan ditetapkan Allah untuk membuat orang bertobat.
- (4) Abraham bersikeras menolaknya, dengan alasan yang meyakinkan (ay. 31): "Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, dan tidak mau percaya pada kesaksian atau mendengarkan peringatan yang diberikan Musa dan para nabi itu, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati. Jika mereka tidak mengacuhkan pewahyuan umum, yang diteguhkan dengan mujizat-mujizat, mereka juga tidak akan digerakkan oleh kesaksian pribadi seseorang yang disampaikan langsung kepada mereka sendiri."
- [1] Perkaranya sudah ditetapkan sejak lama, dan ini sudah teruji, bahwa Allah harus berbicara melalui Musa dan nabi-nabi seperti itu, dan bukan melalui utusan-utusan langsung dari sorga. Israel memilih cara tersebut di Gunung Sinai, karena mereka tidak tahan terhadap kengerian-kengerian yang ditimbulkan ketika para utusan sorga langsung berbicara kepada mereka.
- [2] Seorang utusan yang bangkit dari antara orang mati tidak bisa mengatakan apa-apa melebihi yang dikatakan dalam Kitab Suci. Ia juga tidak bisa menyampaikannya dengan wewenang yang lebih besar.
- [3] Kalau orang mati diutus, maka akan ada macam-macam alasan untuk curiga bahwa utusan tersebut hanyalah sebuah tipuan atau khayalan, sama seperti kecurigaan terhadap Kitab Suci. Bahkan utusan orang mati ini malah jauh lebih dicuriga lagi. Memang orang-orang kafir yang tidak percaya dalam satu hal pasti akan tidak percaya dalam hal lain juga.
- [4] Kekuatan merusak dalam sifat manusia yang menghalanginya untuk meyakini kebenaran firman tertulis, akan menghalanginya pula dalam meyakini kebenaran yang disaksikan oleh seorang saksi yang bangkit dari antara orang mati. Walaupun seorang pendosa mungkin pada awalnya merasa ketakutan terhadap kesaksian seperti itu, tetapi sesudah rasa takut itu berlalu, ia akan segera kembali pada kedegilan hatinya.
- [5] Pada masa kini Kitab Suci sudah menjadi cara biasa yang dipakai Allah untuk menyatakan pikiran-Nya kepada kita, dan ini sudah cukup. Sungguh lancang jika kita ingin menentukan cara-cara lain, dan kita juga tidak mempunyai dasar untuk berharap atau berdoa agar anugerah Allah bekerja di dalam diri kita dengan cara lain, apabila kita menolak dan menyingkirkan cara yang biasa itu. Apa yang dikatakan oleh Juruselamat kita di sini sungguh terbukti benar dalam diri orang-orang Yahudi yang tidak percaya itu. Mereka tidak mau mendengar Musa dan para nabi, Kristus dan para rasul, dan tetap tidak mau percaya, meskipun Lazarus bangkit dari antara orang mati (dan mungkin dengan merujuk pada dialah Kristus memberi nama Lazarus kepada orang malang dalam perumpamaan ini), Bahkan lebih dari itu, mereka justru berencana untuk menghukum mati Dia, dan tetap tidak mau diyakinkan oleh Dia, sekalipun Ia sendiri juga bangkit dari antara orang mati. Ketika Eutikhus dihidupkan kembali, orang-orang yang ada di sekitarnya terus mendengarkan Paulus berkhotbah, dan tidak berbalik untuk menanyakan sesuatu kepadanya (Kis. 20:10-11). Oleh sebab itu, janganlah kita menginginkan penglihatan-penglihatan atau penampakan-penampakan, atau bertanya kepada arwah-arwah, melainkan kepada pengajaran dan kesaksian (Yes. 8:19-20), sebab itulah firman teguh yang telah disampaikan oleh para nabi, yang padanya kita dapat bergantung.
SH: Luk 16:19-31 - Kesalahan yang fatal seorang manusia. (Minggu, 2 April 2000) Kesalahan yang fatal seorang manusia.
Bahaya cinta uang tergambar dalam cerita Yesus tentang seorang kaya yang
  berpakaian mewah dan tiap hari me...
Kesalahan yang fatal seorang manusia.
Bahaya cinta uang tergambar dalam cerita Yesus tentang seorang kaya yang   berpakaian mewah dan tiap hari mengadakan pesta pora dalam   kemewahan. Seringkali kita berpendapat bahwa karena ia tidak   mendermakan uangnya dan tidak mempunyai belas kasihan kepada   orang miskin, maka ia tidak dapat diselamatkan. Jawaban ini akan   membawa kita pada pemahaman yang salah, yakni bahwa keselamatan   manusia dapat diperoleh dengan upayanya sendiri, padahal   keselamatan adalah karena iman.
Orang kaya tersebut tidak pernah sungguh-sungguh percaya   seperti pengakuannya. Dia bukan seorang ateis, juga bukan   seorang Saduki yang tidak percaya pada kehidupan sesudah   kematian. Kesalahan utamanya ialah bahwa ia tidak pernah serius   terhadap berita firman Tuhan.  Bukankah Hukum Taurat mengajarkan   kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, tetapi   mengapa ia tidak pernah menunjukkan belaskasihannya kepada   Lazarus. Ia pun berkata kepada Abraham bahwa saudara-saudaranya   tidak mungkin menanggapi secara serius firman Tuhan jika tidak   ada orang yang datang dari dunia orang mati.   Abraham atau   di sini berarti Allah, menolak permintaan orang kaya bukan   karena Ia melihat bahwa kedatangan orang mati tidak akan   membantu. Mereka tidak perlu diyakinkan bahwa kehidupan setelah   kematian itu ada atau penghakiman setelah kematian atau neraka   itu ada. Namun mereka perlu diyakinkan bahwa pengabaian dan   pemberontakan terhadap firman-Nya adalah suatu hal yang serius.   Dan ini berhubungan dengan masalah moralitas manusia dan   karakter moralitas Allah.
Renungkan: Jika kita meremehkan peringatan Alkitab tentang   dosa kita di hadapan-Nya, maka betapapun banyaknya penglihatan   tentang dunia orang mati yang kita terima, tidak pernah akan   meyakinkan kita secara pribadi bahwa kita berada dalam bahaya,   jika kita tidak bertobat.
  Bacaan untuk Minggu Sengsara 5:   Yehezkiel 37:11-14   Roma 8:6-11   Yohanes 11:1-4,17, 34-44   Mazmur 116:1-9
  Lagu: Kidung Jemaat 358
SH: Luk 16:19-31 - Hati yang beku (Rabu, 10 Maret 2004) Hati yang beku
Masalah orang kaya di dalam perumpamaan ini adalah hati yang beku,
sama sekali tidak peka akan kebutuhan orang di sekelilingnya. ...
Hati yang beku
Masalah orang kaya di dalam perumpamaan ini adalah hati yang beku, sama sekali tidak peka akan kebutuhan orang di sekelilingnya. Hati beku itu hanya mungkin dimiliki oleh orang yang seluruh hidupnya dikuasai oleh diri sendiri dan kesenangannya, yaitu hidup mementingkan diri sendiri.
Orang kaya ini hidup berkelimpahan (ayat 19). Sementara berpesta pora tidak sedikit pun ia peduli akan seorang pengemis yang hadir setiap hari di dekat pintu rumahnya. Pengemis yang begitu tidak memiliki apa-apa bahkan untuk makan saja menantikan remah atau sisa dari meja orang kaya tersebut. Bahkan pengemis itu dinajiskan oleh anjing-anjing yang menjilat boroknya. Yang lebih mengerikan lagi dari si orang kaya itu, adalah sebenarnya ia mengenal nama si pengemis itu, Lazarus (ayat 24). Berarti ketidakpedulian orang kaya itu bukan karena ia tidak pernah melihat atau bertemu dengan Lazarus melainkan karena ia mengeraskan hati untuk tidak mempedulikannya.
Kesempatan di dunia ini ada batasnya, demikian juga dengan penderitaannya. Lazarus mati dan diangkat malaikat untuk menikmati apa yang tidak pernah dinikmatinya sebelumnya di dunia ini, yaitu kasih dan perhatian, kepedulian terhadap nasibnya. Orang kaya itu mati juga dan sekarang dalam keadaan menderita luar biasa. Sekarang orang kaya itu merasakan bagaimana penderitaan yang dialami Lazarus dahulu, bahkan saya percaya lebih lagi daripada yang dirasakan Lazarus. Sekarang orang kaya itu merasakan betapa sengsaranya tidak dipedulikan Allah! Bukan untuk sementara, tetapi untuk selamanya. Tidak ada yang dapat mencairkan kebekuan hati, kalau itu adalah pilihan yang disengaja! Tidak juga kalau mukjizat kebangkitan orang mati terjadi di depan mata (ayat 31).
Camkanlah: Hanya hati yang masih mau mendengar suara Tuhan akan mampu mendengar jeritan orang lain. Jangan sampai hatimu beku!
SH: Luk 16:19-31 - Untuk orang lain juga (Jumat, 23 Februari 2007) Untuk orang lain juga
Biasanya orang dihormati sesuai dengan kedudukan atau status
ekonominya. Contohnya dapat kita lihat dalam acara seremonial...
Untuk orang lain juga
Biasanya orang dihormati sesuai dengan kedudukan atau status ekonominya. Contohnya dapat kita lihat dalam acara seremonial, orang yang terpandang akan ditempatkan untuk duduk di barisan bangku terdepan sebagai penghormatan terhadap mereka.
Dalam perikop ini kita temukan bahwa ternyata hal itu tidak berlaku di hadapan Tuhan. Si orang kaya menderita di alam maut sementara si orang miskin duduk di pangkuan Abraham, bapak orang beriman (23). Mengapa demikian? Dalam rangkaian pengajaran-Nya tentang materi dan kepemilikan (16:1-31), Yesus bicara tentang bahaya kekayaan melalui kisah orang kaya dan Lazarus. Si orang kaya hidup mewah, sementara Lazarus mengais tempat sampah untuk mempertahankan hidupnya. Sungguh kontras! Gelimang kekayaan membutakan mata hati si orang kaya akan lingkungan sekitarnya. Padahal ada Lazarus, si pengemis yang begitu kelaparan sehingga hanya bisa berbaring dekat pintu rumahnya (19-21). Kekayaan telah menjerat hatinya hingga menjadi tuli terhadap teriakan orang yang butuh pertolongan. Ia juga menjadi buta terhadap kelaparan si miskin.
Yang Yesus ajarkan bukanlah supaya orang menghindari kekayaan tetapi bagaimana sikap orang seharusnya terhadap kekayaan. Jangan gunakan kekayaan hanya untuk diri sendiri saja tetapi gunakan juga untuk manfaat orang lain. Keberhasilan mengumpulkan kekayaan hendaknya tidak membuat kita menganggap orang miskin itu pemalas sehingga kita tidak mau mempedulikan mereka. Alih-alih memberi, kita malah menyalahkan mereka atas kemiskinan mereka. Yesus mengajarkan bahwa sikap terhadap kekayaan diperhitungkan Allah dan mendatangkan ganjaran di akhir hidup.
Karena itu jangan menjadikan kekayaan sebagai tuan yang memperbudak kita sehingga kita tidak melakukan kehendak Allah untuk menolong sesama.
Camkan: Jadikan kekayaan sebagai hamba yang dapat kita manfaatkan untuk membantu mereka yang berkekurangan.
SH: Luk 16:19-31 - Peduli orang yang kekurangan (Sabtu, 12 Maret 2011) Peduli orang yang kekurangan
Kecil bahagia, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga, begitulah harapan kebanyakan orang. Mungkin seperti itu ...
Peduli orang yang kekurangan
Kecil bahagia, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga, begitulah harapan kebanyakan orang. Mungkin seperti itu pula harapan si orang kaya dalam bacaan kita hari ini, ketika ia masih hidup di dunia. Ia tidak menyangka bahwa kekayaannya di dunia bukanlah modal apalagi faktor penentu untuk masuk ke surga dan menikmati kesenangan di sana. Itu sebabnya ia meminta Abraham untuk mengutus Lazarus memperingatkan kelima saudaranya yang masih hidup.
Apa yang menyebabkan si orang kaya menderita sengsara di alam maut (23)? Dalam perumpamaan ini tidak disebutkan secara spesifik mengenai dosa dan kesalahan si orang kaya. Hanya disebutkan bahwa semasa hidup, si orang kaya setiap hari bersukaria dalam kemewahan (19), sementara seorang pengemis bernama Lazarus terbaring di dekat pintu rumah orang kaya itu (20). Tragis bukan? Si orang kaya yang bersukaria setiap hari tidak peduli pada si pengemis, yang tubuhnya penuh borok itu. Sampah, sisa-sisa makanan si kaya pun sulit didapatkan Lazarus, si pengemis (21).
Namun situasi berbalik seratus delapan puluh derajat ketika keduanya meninggal dunia. Di dalam kehidupan kekal, Lazarus menikmati kesenangan bersama Abraham. Namun si orang kaya harus merasakan sakitnya sengatan lidah api di alam maut. Tak ada seorang pun yang dapat menolong dia (25-26).
Apakah kisah ini ingin memperlihatkan bahwa Tuhan tidak menyukai orang kaya sementara orang miskin diperkenan Allah? Jelas tidak. Yang Tuhan ingin soroti adalah harta kekayaan yang digunakan hanya untuk kesenangan diri sendiri, tanpa ada perhatian dan belas kasihan terhadap orang yang membutuhkan. Mungkin Anda tidak memasukkan diri Anda ke dalam golongan orang kaya, tetapi bagaimana pun Tuhan tidak menginginkan kita hidup hanya bagi diri kita sendiri. Seberapa pun harta yang Tuhan percayakan kepada kita, hendaknya kita pakai juga untuk orang-orang yang membutuhkan di sekitar kita. Justru kepedulian kita terhadap orang-orang yang berkekurangan membuktikan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan yang sesungguhnya!
SH: Luk 16:19-31 - Tuhankah hartamu atau harta tuanmu? (Sabtu, 7 Maret 2015) Tuhankah hartamu atau harta tuanmu?
Orang Farisi selalu merasa diri lebih baik dibandingkan sesamanya. Mereka adalah pemimpin agama sehingga selalu a...
Tuhankah hartamu atau harta tuanmu?
Orang Farisi selalu merasa diri lebih baik dibandingkan sesamanya. Mereka adalah pemimpin agama sehingga selalu ada di rumah ibadah. Mereka mempelajari Hukum Taurat dan kitab nabi-nabi. Mereka mengira bahwa mereka akan masuk surga karena hal-hal itu. Maka Yesus membuka mata mereka melalui perumpamaan orang kaya dan Lazarus.
Si orang kaya menikmati hal-hal terbaik dalam hidupnya. Ia memiliki pakaian mahal dan bersukaria dalam kemewahan (19). Berbeda dengan Lazarus, pengemis yang badannya penuh borok, yang berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu (20-21). Namun keadaan menjadi terbalik ketika keduanya meninggal dunia. Lazarus duduk di pangkuan Abraham, sementara si orang kaya justru menderita sengsara di alam maut (22-23).
Kalau kita perhatikan, tidak ada keterangan mengenai dosa atau kejahatan si orang kaya. Lalu mengapa ia menderita di alam maut? Apakah ia salah karena kekayaannya? Jelas tidak. Abraham pun kaya. Namun masalahnya, si orang kaya hidup hanya bagi kesenangannya sendiri dan di dalam kesementaraan waktu. Ia tampaknya hidup tanpa memiliki perspektif kekekalan, mengenai adanya kehidupan setelah kematian. Seharusnya, ia bisa memanfaatkan mamon, yaitu uang yang dia miliki, untuk menjalin persahabatan yang membuat dia diterima di surga (lihat Luk. 16:9). Padahal kesempatan untuk itu ada setiap hari karena ia melewati Lazarus saat keluar masuk rumahnya. Sayang, si orang kaya tidak memanfaatkan hartanya untuk melayani orang yang membutuhkan. Ini adalah bukti nyata bahwa imannya hanya sebatas pengakuan di bibir saja. Ia tidak menunjukkan pertobatan dari pementingan dirinya sendiri.
Seperti yang Yesus katakan sebelumnya, manusia tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Ketika Allah menjadi Tuan kita, maka harta akan kita gunakan untuk melayani Dia. Namun ketika harta menjadi tuan kita, Allah akan kita manfaatkan untuk membuat kita kaya, dengan segala doa dan persembahan kita. Maka pilihlah: hartakah yang jadi tuanmu atau Tuhan yang menjadi hartamu?
SH: Luk 16:19-31 - Mengasihi dengan Harta Kita (Senin, 14 Oktober 2019) Mengasihi dengan Harta Kita
Ada orang yang mengatakan, uang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang. Memang benar, untuk menjalani hidup ini kit...
Mengasihi dengan Harta Kita
Ada orang yang mengatakan, uang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang. Memang benar, untuk menjalani hidup ini kita membutuhkan uang. Akan tetapi, kalau hanya berfokus mengejar uang, kita akan kehilangan segalanya dan menuju kebinasaan.
Orang kaya dalam perumpamaan ini adalah anak Abraham (24). Dengan status ini, ia merasa yakin kelak akan masuk surga. Namun, setelah kematian, ia malah berada di neraka. Pasalnya, ia tidak mengasihi Allah dan sesama.
Sebaliknya, Lazarus adalah orang miskin. Selama hidup, ia menderita. Ia hanya bisa memohon pertolongan kepada Allah agar menikmati surga bersama Abraham.
Yesus menujukan perumpamaan ini kepada orang-orang Farisi. Yesus melihat mereka sebagai pencinta uang yang tidak peduli kepada sesama. Namun, mereka selalu merasa benar dan merasa layak masuk surga karena klaim sebagai anak Abraham. Oleh sebab itu, Yesus menegur mereka. Yesus mengatakan sekalipun berstatus keturunan Abraham, jika masih mencintai uang dan tidak memiliki kasih, mereka akan berakhir seperti orang kaya tersebut.
Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa menjadi kaya itu dosa. Masalahnya adalah apakah kekayaan itu menguasai diri kita? Apakah kekayaan itu kita gunakan untuk memedulikan sesama dan mengasihi Tuhan? Alkitab selalu mengingatkan agar kita tidak terjebak dan tergoda oleh materi sehingga berakhir binasa. Sebab, jika tidak memprioritaskan Allah dan sesama untuk dikasihi, sesungguhnya kita sedang menuju kebinasaan.
Belajar dari perumpamaan ini, mari kita tidak menikmati kekayaan bagi diri kita saja. Sebaliknya, harta adalah sarana menyatakan kasih kepada Allah dan sesama selama kesempatan masih ada. Jika diberi kekayaan, biarlah hati kita tidak terpaut padanya. Kita senantiasa harus terpaut kepada Allah dan mengasihi sesama.
Doa: Tuhan, tolong aku mencintai-Mu lebih dari apa pun dan mengasihi sesama dengan hartaku. [ST]
Topik Teologia: Luk 16:22 - -- Makhluk-makhluk Supranatural
Para Malaikat Baik
Pekerjaan Para Malaikat Baik
Para Malaikat di Antara Orang-orang Percaya
...
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Baik
- Pekerjaan Para Malaikat Baik
- Para Malaikat di Antara Orang-orang Percaya
- Para Malaikat Menyelamatkan Orang-orang Percaya
- Dosa
- Dosa-dosa Roh
- Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Kegemaran Diri Menghalangi Pengudusan
- Eskatologi
- Kematian
- Keadaan Peralihan
- Tempat Penderitaan
Topik Teologia: Luk 16:23 - -- Dosa
Dosa-dosa Roh
Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
Pemborosan
Yes 13:19,21-22 Yeh 27:1-36 Mat 11:7-9 Luk 7:24-2...
- Dosa
- Dosa-dosa Roh
- Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Kegemaran Diri Menghalangi Pengudusan
- Eskatologi
- Keadaan Peralihan
- Tempat Penderitaan
Topik Teologia: Luk 16:25 - -- Dosa
Dosa-dosa Roh
Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
Pemborosan
Yes 13:19,21-22 Yeh 27:1-36 Mat 11:7-9 Luk 7:24-2...
- Dosa
- Dosa-dosa Roh
- Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Kegemaran Diri Menghalangi Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Eskatologi
- Kematian Mendatangkan Damai dan Peristirahatan
- Keadaan Peralihan
- Tempat Penderitaan
Topik Teologia: Luk 16:26 - -- Pengudusan
Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
Hambatan Pengudusan
Kegemaran Diri Menghalangi Pengudusan
Luk 8:14 Luk 12...
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Kegemaran Diri Menghalangi Pengudusan
- Eskatologi
- Keadaan Peralihan adalah Keadaan Sadar yang Terus Berlangsung
- Tempat Penderitaan
Topik Teologia: Luk 16:27 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Inspirasi Kitab Suci
Inspirasi Perjanjian Lama
Perjanjian Baru Mengklaim Inspirasi Perjanjian L...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Inspirasi Kitab Suci
- Inspirasi Perjanjian Lama
- Perjanjian Baru Mengklaim Inspirasi Perjanjian Lama: Pengajaran Yesus
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Kegemaran Diri Menghalangi Pengudusan
- Eskatologi
- Keadaan Peralihan adalah Keadaan Sadar yang Terus Berlangsung
- Tempat Penderitaan
Topik Teologia: Luk 16:29 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Pengudusan
Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
Hambatan Pengudusan
Kegemaran Diri Menghalangi Pengud...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Kegemaran Diri Menghalangi Pengudusan
- Eskatologi
- Keadaan Peralihan adalah Keadaan Sadar yang Terus Berlangsung
- Tempat Penderitaan
Topik Teologia: Luk 16:30 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Keselamatan
Pertobatan
Pengudusan
Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
Hambatan Pengudusan
Ke...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Keselamatan
- Pertobatan
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Kegemaran Diri Menghalangi Pengudusan
- Eskatologi
- Keadaan Peralihan adalah Keadaan Sadar yang Terus Berlangsung
- Tempat Penderitaan
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Lukas (Pendahuluan Kitab) Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas...
Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu.
Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong dia untuk menulis kepada Teofilus (artinya, "seorang yang mengasihi Allah") guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri dari orang bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan. Kisah ini terdiri atas dua bagian:
- (1) kelahiran, kehidupan dan pelayanan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus (Injil Lukas), dan
- (2) pencurahan Roh di Yerusalem dan perkembangan selanjutnya dari gereja mula-mula (Kitab Kisah Para Rasul). Kedua kitab ini merupakan lebih dari seperempat bagian dari seluruh PB.
Dari surat-surat Paulus, kita mengetahui bahwa Lukas adalah seorang saudara "yang kekasih ... seorang dokter" (Kol 4:14) dan seorang teman sekerja Paulus yang setia (2Tim 4:11; File 1:24; bd. perikop-perikop "kami" di Kisah Para Rasul, lihat "PENDAHULUAN KISAH PARA RASUL" 08177). Dari penulisan Lukas sendiri kita mengetahui bahwa ia seorang yang berpendidikan tinggi, penulis yang terampil, sejarahwan yang teliti dan teolog yang diilhami. Ketika ia menulis Injilnya, agaknya gereja bukan Yahudi belum memiliki Injil yang lengkap atau yang tersebar luas mengenai Yesus. Matius menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi, sedangkan Markus menulis sebuah Injil yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya bukan Yahudi yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari tertulis yang pendek tetapi tidak suatu Injil yang lengkap dan sistematis (lih. Luk 1:1-4). Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama "dari asal mulanya" (Luk 1:3). Barangkali ia mengerjakan penelitiannya di Palestina sementara Paulus berada di penjara Kaisarea (Kis 21:17; Kis 23:23--26:32), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir masa itu atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus (Kis 28:16).
Tujuan
Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat" (Kis 1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk 1:3-4). Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai _kepada Adam_ (Luk 3:23-38) dan tidak hanya _sampai Abraham_ seperti yang dilakukan oleh Matius (bd. Mat 1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.
Survai
Injil Lukas mulai dengan kisahan masa bayi yang paling lengkap (Luk 1:5--2:40) dan satu-satunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (Luk 2:41-52). Setelah menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar:
- (1) pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14--9:50),
- (2) pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27), dan
- (3) minggu terakhir-Nya di Yerusalem (Luk 19:28--24:43).
Walaupun mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya di Galilea cukup mencolok di dalam tulisan Lukas, fokus utama Injil ini ialah pengajaran dan perumpamaan-perumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27). Bagian ini mengandung himpunan materi terbesar yang unik dalam kitab Lukas, dan mencakup banyak kisah dan perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting (Luk 9:51) dan ayat kunci (Luk 19:10) dari Injil ini terdapat pada permulaan dan menjelang akhir materi Lukas yang khusus ini.
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan yang utama menandai Injil Lukas:
- (1) Injil ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB.
- (2) Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali.
- (3) Lukas menekankan cakupan universal dari Injil - bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.
- (4) Perhatian Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang dianggap sampah masyarakat;
- (5) Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa.
- (6) Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah "Anak Manusia".
- (7) Tanggapan sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan berita-Nya.
- (8) Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk 24:49).
Full Life: Lukas (Garis Besar) Garis Besar
I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4)
II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52)
A. Pem...
Garis Besar
- I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4) - II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52) - A. Pemberitahuan Kelahiran Yohanes
(Luk 1:5-25) - B. Pemberitahuan Kelahiran Yesus
(Luk 1:26-56) - C. Kelahiran Yohanes Pembaptis
(Luk 1:57-80) - D. Kelahiran Yesus
(Luk 2:1-20) - E. Yesus di Bait Allah Sebagai Seorang Bayi
(Luk 2:21-39) - F. Kunjungan Yesus ke Bait Allah Sebagai Seorang Anak
(Luk 2:40-52) - III.Persiapan bagi Pelayanan Juruselamat
(Luk 3:1-4:13) - A. Pemberitaan Yohanes Pembaptis
(Luk 3:1-20) - B. Pembaptisan Yesus
(Luk 3:21-22) - C. Silsilah Yesus
(Luk 3:23-38) - D. Pencobaan Yesus
(Luk 4:1-13) - IV. Pelayanan di Galilea
(Luk 4:14-9:50) - A. Permulaan Pelayanan Yesus dan Penolakan di Nazaret
(Luk 4:14-30) - B. Kapernaum: Wibawa Ilahi Yesus Dinyatakan
(Luk 4:31-44) - C. Penangkapan Ikan yang Ajaib
(Luk 5:1-11) - D. Penyembuhan Orang yang Sakit Kusta
(Luk 5:12-16) - E. Wewenang Yesus Ditantang
(Luk 5:17-26) - F. Juruselamat Orang-Orang Berdosa
(Luk 5:27-32) - G. Peresmian Tatanan Baru
(Luk 5:33-6:49) - H. Demonstrasi Kuasa Ilahi
(Luk 7:1-8:56) - I. Yesus Memberikan Kuasa kepada Murid-Murid-Nya
(Luk 9:1-6) - J. Herodes dan Yohanes Pembaptis
(Luk 9:7-9) - K. Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Luk 9:10-17) - L. Pengakuan Petrus dan Tanggapan Yesus
(Luk 9:18-27) - M. Kemuliaan Juruselamat Dinyatakan
(Luk 9:28-50) - V. Pelayanan Selama Perjalanan Terakhir ke Yerusalem
(Luk 9:51-19:28) - A. Misi Penebusan Juruselamat
(Luk 9:51-10:37) - B. Petunjuk Khusus Yesus Mengenai Pelayanan dan Doa
(Luk 10:38-11:13) - C. Peringatan Yesus kepada Para Musuh dan Para Pengikut
(Luk 11:14-14:35) - D. Perumpamaan-Perumpamaan tentang yang Terhilang dan Ditemukan Kembali
(Luk 15:1-32) - E. Perintah-Perintah Kristus kepada Para Pengikut-Nya
(Luk 16:1-17:10) - F. Sembilan Orang Kusta yang Disembuhkan Namun Tak Berterima Kasih
(Luk 17:11-19) - G. Kedatangan Kembali Kristus Secara Mendadak Dinubuatkan
(Luk 17:20-18:14) - H. Juruselamat, Anak-Anak Kecil dan Seorang Pemimpin yang Kaya
(Luk 18:15-30) - I. Menjelang Akhir Perjalanan
(Luk 18:31-19:28) - VI. Minggu Penderitaan
(Luk 19:29-23:56) - A. Yesus Memasuki Yerusalem
(Luk 19:29-48) - B. Yesus Mengajar Setiap Hari di Bait Allah
(Luk 20:1-21:4) - C. Yesus Bernubuat tentang Kebinasaan Bait Allah dan Kedatangan-Nya
Kembali (Luk 21:5-38) - D. Persiapan-Persiapan Terakhir dan Perjamuan Malam
(Luk 22:1-38) - E. Getsemani dan Pengkhianatan
(Luk 22:39-53) - F. Pengadilan Yahudi
(Luk 22:54-71) - G. Pengadilan Romawi
(Luk 23:1-25) - H. Penyaliban
(Luk 23:26-49) - I. Penguburan
(Luk 23:50-56) - VII.Kebangkitan Sampai Kenaikan
(Luk 24:1-53) - A. Pagi Kebangkitan
(Luk 24:1-12) - B. Penampakan Diri Tuhan yang Sudah Bangkit
(Luk 24:13-43) - C. Pesan-Pesan Perpisahan
(Luk 24:44-53)
Matthew Henry: Lukas (Pendahuluan Kitab) Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut...
Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut penuturan Bapa Gereja Jerome, Lukas lahir di Antiokhia. Sebagian orang menduga dia satu-satunya penulis Kitab Suci yang bukan berasal dari benih keturunan Israel. Ia merupakan seorang pemeluk baru agama Yahudi, dan kemudian, seperti dugaan beberapa orang, beralih kepada Kekristenan melalui pelayanan Rasul Paulus di Antiokhia, dan setelah kedatangannya di Makedonia (Kis. 16:10), ia menjadi kawan pendamping tetap Paulus. Ia belajar dan mempraktikkan ilmu kedokteran; oleh karena itu, Paulus menyebutnya Tabib Lukas yang kekasih (Kol. 4:14). Beberapa orang yang mengaku-ngaku diri sebagai sejarawan kuno mengatakan bahwa dia seorang pelukis dan yang melukis gambar Perawan Maria. Tetapi menurut gerejawan Dr. Whitby, hal ini tidaklah pasti, dan karena itu, dia mungkin salah satu dari ketujuh puluh murid dan menjadi seorang pengikut Kristus ketika Ia masih melayani di atas muka bumi ini. Bila memang demikian halnya, maka dia seorang keturunan Israel asli. Saya tidak berkeberatan dengan pendapat ini, kecuali dengan beberapa tradisi kuno yang tidak memiliki kepastian dan tentunya tidak dapat digunakan sebagai dasar apa pun. Selain itu, Origen dan Epiphanius, penulis-penulis Kristen kuno, juga memberi kesaksian bahwa Lukas adalah salah satu dari ketujuh puluh murid itu. Lukas dianggap telah menulis Kitab Injil ini ketika menemani Paulus dalam berbagai perjalanannya, dan di bawah arahannya. Beberapa orang berpikir bahwa dialah yang dimaksud oleh Paulus sebagai saudara kita 2Kor. 8:18), yang terpuji di semua jemaat karena pekerjaannya dalam pemberitaan Injil; yang seakan berarti, ia dipuji di semua jemaat karena menulis Injil ini; dan inilah yang dimaksudkan Rasul Paulus ketika ia sekali waktu berbicara tentang Injil-nya (Rm. 2:16). Namun, tidak ada dasar sama sekali untuk membenarkan hal ini. Dr. Cave memperhatikan bahwa cara dan gaya menulisnya sangat akurat dan tepat; gayanya sopan dan anggun, luhur dan mulia, namun jelas; dan ia mengekspresikan dirinya dalam aliran yang lebih murni Yunani daripada yang bisa ditemukan pada para penulis Kitab Suci lainnya. Oleh karena itu, ia mampu menghubungkan berbagai hal jauh lebih banyak dan mendalam dibandingkan dengan para penulis Injil lainnya; dan karena itu juga, ia mengkhususkan diri untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan imamat Kristus. Tidaklah pasti bilamana atau pada waktu apa Injil ini ditulis. Beberapa orang menduga bahwa Injil ini ditulis di Akhaya, tujuh belas tahun (dua puluh dua tahun, menurut sebagian orang) setelah kenaikan Tuhan Yesus ke surga, semasa ia menemani Rasul Paulus dalam perjalanannya. Ada juga yang mengatakan bahwa Injil ini ditulis di kota Roma, tidak lama sebelum ia menulis Kisah Para Rasul (yang merupakan lanjutan kitab ini), ketika ia berada di sana bersama Paulus yang saat itu menjadi orang tahanan dan berkhotbah di dalam rumah yang disewanya sendiri. Ini seperti yang diriwayatkan dalam bagian akhir Kitab Kisah Para Rasul; dan Paulus kemudian mengatakan bahwa hanya Lukas yang tinggal dengan aku (2Tim. 4:11). Ketika ia secara sukarela menemani Paulus dalam rumah tahanan tersebut, ia punya banyak waktu untuk menyusun dua riwayat ini (dan banyak tulisan istimewa lainnya yang membuat jemaat merasa berutang atas peristiwa pemenjaraan ini). Bila memang demikian halnya, maka kitab ini ditulis sekitar dua puluh tujuh tahun setelah kenaikan Kristus, dan sekitar tahun keempat pemerintahan Kaisar Nero. Jerome mengatakan bahwa Lukas meninggal dunia pada usia delapan puluh empat tahun, dan tidak pernah menikah. Beberapa orang menulis bahwa ia mati sebagai martir; namun bila memang demikian halnya, tidak ada kejelasan di mana dan bilamana hal itu terjadi. Sungguh, penghargaan yang diberikan kepada tradisi Kristiani dalam hal memperlakukan para penulis Perjanjian Baru tidak lebih besar daripada penghargaan yang diberikan kepada tradisi Yahudi dalam memperlakukan para penulis Perjanjian Lama.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-man...
Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-mana nampak jelas. Lukas adalah seorang penulis berbakat yang hatinya sangat halus lembut. Ia menggubah karyanya dengan cara yang asli benar, sementara juga berjerih-payah untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, Luk 1:3. Tentu saja ini tidak berarti bahwa Lukas berhasil memberikan pada bahan yang diterimanya dari tradisi suatu susunan dan urutan yang lebih "historis" dari pada dalam Mat atau Mrk. Rasa hormat Lukas terhadap sumber-sumbernya dan metode yang hanya menderetkan bahan tradisi tentu tidak memungkinkan urutan historis semacam itu. Rangka Luk pada umumnya menuruti garis-garis besar Mrk, meskipun disana-sini Lukas meninggalkan atau memindahkan apa yang terdapat dalam Mrk. Memang ada bagian-bagian yang dipindahkan, Luk 3:19-20; 4:16-30; 5:1-11; 6:12-29; 22:31-34;
dll. Lukas berbuat demikian baik demi jelasnya kisah atau logikanya, maupun karena terpengaruh tradisi-tradisi lain, khususnya tradisi-tradisi yang juga tampil dalam injil keempat. Ada juga bagian- bagian yang ditinggalkan saja, baik oleh karena kurang berguna untuk sidang pembaca bekas kafir, Mrk 9:11-13, atau oleh karena bagian-bagian itu sudah tercantum dalam Kumpulan Pelengkap yang dipakai Lukas, Mrk 12:28-34; bdk Luk 10:25-28, maupun oleh karena bagian tertentu, terutama Mrk 6:45-8:26 yang seluruhnya ditinggalkan Lukas tidak tercantum dalam naskah Mrk yang dipakai Lukas, Atau barangkali oleh Lukas dianggap sebagai pengulangan, meskipun tercantum dalam naskah Mrk yang dimiliki Lukas. Perbedaan paling menyolok antara Luk dan Mat, serta Mrk ialah tambahan besar yang terdapat dalam Luk 9:51 - Mrk 18:14. Di muka sudah dikatakan bahwa ini kirany diambil Lukas dari Kumpulan Pelengkap ditambah beberapa informasi pribadi. Bagian tengah Luk tersebut disajikan berupa kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem, sebagaimana berulang kali dicatat, Luk 9:51; 13:22; 17:11. Catatan-catatan itu mengembangkan apa yang dikatakan Mrk 10:1, sehingga Luk kiranya tidak bermaksud menggabungkan beberapa perjalanan sesungguhnya, melainkan menekankan sebuah gagasan teologis yang digemari Lukas, yaitu : di kota sucilah keselamatan harus diujudkan, Luk 9:31, 13:33; 18:31; 19:11; di sana telah mulailah Injil, Luk 1:5 dll, dan di sana harus diselesaikan Luk 24:52 dst, melalui penampakan- penampakan dan pembicaraan- pembicaraan yang tidak terjadi di Galilea, Luk 24:13-51; dan bdk Luk 24:6 dengan Mrk 16:7; Mat 28:7, 16:20; dan dari sanalah Injil bertolak lagi untuk diwartakan kepada dunia semesta, Mat 24:47; Kis 1:8.
Kalau perbandingan terperinci antara Luk dan sumber-sumbernya diteruskan, baik sumber yang paling dikenal ialah Mrk maupun sumber-sumber yang juga tampil dalam bagian-bagian Mat yang sejalan dengan Luk, maka orang seolah-olah dapat melihat bagaimana bekerjanya seorang penulis yang dengan saksama menyadur, meninggalkan atau menambah dengan maksud menyajikan bahan-bahannya dengan caranya sendiri, sementara menghindarkan atau memperlunak apa yang menusuk hatinya sendiri atau barangkali dapat menyakiti hati sidang pembaca (8:43 dibandingkan dengan Mrk 5:26; ditinggalkan Mrk 9:43-48; 13:32; dll) atau juga kurang dapat dipahami oleh mereka (ditinggalkan Mrk 4:13; 8:32 dst 14:50) atau memaafkan (Luk 9:45; 18:34; 22:45) para rasul dan menjelaskan istilah yang kurang terang (Luk 6:15) atau lebih jauh menentukan tempat terjadinya hal tertentu, Luk 4:31; 19:28 dst, Luk 37; 23:51, dll. Berkat penyaduran-penyaduran banyak dan halus tersebut dan terutama berkat tembahan-tambahan hasil penyelidikannya sendiri Lukas memperlihatkan reaksi- reaksi dan kecenderungan pribadinya. Tegasnya melalui alat terpilih, ialah Lukas, Roh Kudus menyajikan kepada kita kabar injili dengan cara yang asli benar dan yang berisikan ajaran yang sangat bernilai. Memang halnya bukan pokok-pokok teologis yang amat menyolok (gagasan-gagasan utama sama saja dalam Luk, Mat dan Mrk), melainkan suatu mentalita keagamaan. Dalam mentalita yang dengan halusnya terpengaruh oleh guru Lukas, yaitu Paulus, itu diketemukan kecenderungan hati yang merupakan ciri khas watak Lukas. Sebagai "Penulis kelembutan hati Tuhan" (Dante) Lukas suka menonjolkan belaskasihan Kristus kepada kaum berdosa, Luk 15:1 dst, Luk 7, 10; 15:11-32; 19:1-10; 23:34, 39-43. Dengan senang hati Lukas memperlihatkan kelembutan hati Yesus terhadap orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, Luk 1:51-53; 6:20-26; 12:13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, 1:51-53; 6:20-26; 12::13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang bertobat dan menyangkal dirinya. Dan di sini hati Lukas yang lemah lembut ternyata hati jantan. Lukas sudah mengulang tuntutan penyangkalan diri yang mutlak dan pantang mundur, 14:25-34, khususnya tuntutan meninggalkan kekayaan, 6:34 dst; 12:33; 14:12-14; 16:9-13. Perlu diperhatikan juga bagian- bagian yang tercantum dalam injil ketiga : mengenai perlunya berdoa, 11:5-8; 18:1-8, dan teladan Yesus di bidang itu, 3:21; 5:16; 6:12; 9:28. Akhirnya sama seperti dalam Kis dan surat-surat Paulus, demikianpun dalam Luk Roh Kudus berperanan besar yang suka ditonjolkan oleh Lukas dalam 1:15, 35, 41, 67; 2:25- 27; 4:1, 14, 18; 10:21; 11:13; 24:49. Unsur ini bersama dengan suasana rasa syukur karena anugerah yang diterima dari Allah dan kegembiraan rohani yang meresap ke dalam seluruh injil ketiga itu, 2:14; 5:26; 10:17; 13:17; 18:43; 19:37; 24:51 dst, memberikan kepada karya Lukas ciri kemesraan yang mengesan di hati menghangatkan batin.
Gaya bahasa Mrk agak kasar sedikit, penuh dengan kata dan ungkapan yang berbau bahasa Aram, dan kerap kali kurang tepat bahkan salah. Tetapi gaya bahasanya juga segar bugar dan populer, sehingga toh memikat hati. Gaya bahasa Mat masih juga berbau bahasa Aram, tetapi bahasa Yunaninya lebih halus, kurang konkrit tapi lebih tepat. Gaya bahasa Luk sesungguhnya agak majemuk: bahasa Yunaninya adalah bermutu, kalau Lukas sendiri menulis; bahasa kurang bermutu diterima Lukas begitu saja untuk menghormati sumber-sumbernya, yang kekurangan dalam bahasa kadang-kadang dipertahankan oleh Lukas meskipun berusaha memperbaikinya. Lukas juga dengan sengaja dan mahir meniru gaya bahasa alkitabiah yang terdapat dalam Septuaginta.
Ende: Lukas (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasu...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasul- rasul. Menurut riwajat lisan ia berasai dari Antiochia, ibu kota propinsi Siria, dan bangsa Siria, djadi bekas penjembah dewa-dewa.
Tentang asal mula umat di Antiochia dapat kita batja dalam Kis. Ras.
Lukas dalam karangan-karangannja tak pernah menjatakan sesuatu tentang dirinja. Hanja dalam Kis. Ras. ia sering menulis sebagai penjaksi mata. Kalau ia bertjeritera dengan memakai kata-djamak"kami", sudah tentu bahwa ia sendiri turut menjaksikan dan mengalami apa jang diberitakannja. Dari itu kita tahu tjukup pasti, bahwa ia mengiring Paulus pada perdjalanan kerasulan Paulus jang kedua, mulai dari Troas sampai ke Pilipi di Masedonia (Kis. Ras. 16:11-40). Dan waktu Paulus terpaksa meninggalkan kota Pilipi itu, Lukas tinggal disitu. Pada achirnja perdjalanan Paulus jang ketiga (Kis. Ras. 20:5-21:18) Lukas mengikuti Paulus pula dari Pilipi ke Jerusalem. Dan selama Paulus dalam tahanan di Sesarea, dua tahun lamanja, Lukaspun rupanja tinggal di Palestina. Sesudah itu iapun menemani Paulus pada pelajaran sebagai tahanan ke Roma, dan tinggal disitu bersama dengan Paulus selama tahanan itu; kemudian dalam tahanan kedua djuga. Batjalah Kis. Ras. bab 27 dan 28, Pilemon 24, lagi 11 Tim. 4:11. Menurut dugaan jang sangat umum Lukas menulis kedua karangan di Roma.
Tudjuan "Indjil ketiga"
Dalam kata pembukaan (1:1-4) Lukas mempersembahkan karangannja kepada seorang jang dinamakannja "Teofilus jang Mulia", dan ia menerangkan bahwa maksud tulisannja ialah meneguhkan dan memperdalam kejakinan Teofilus itu akan kebenaran adjaran-adjaran jang telah diadjarkan kepadanja. Tetapi tentu sadja tudjuan Lukas tidak terbatas pada seorang perseorangan. Dapat kita bajangkan, bahwa dengan "Teofilus" itu dimaksudkari tiap-tiap "Pentjinta Allah" (kata "teofilus" berarti pentjinta Allah), jaitu tiap-tiap orang beriman, jang ingin memperluas pengetahuan dan memperdalam pengertiannja ahan Indjil, guna menjempurnakan diri menurut tjita-tjita Indjil.
Tentang sumber-sumber jang digunakan Lukas
Dari tjatatan-tjatatan dalam fasal pertama kata-pengantar ini, sudah terang bahwa mengenai karangan Indjilnja Lukas bukan penjaksi mata. Menurut perkataannja dalam kata-pembukaan dapat diduga bahwa digunakannja pelbagai sumber dan djuga sumber-sumber tertulis. Para ahli tafsir dewasa irli umumnja berpendapat, bahwa Lukas sangat bergantung pada karangan Markus, mengenai susunan seluruhnja, tetapi djuga isi dan bentuk banjak tjeritera. Tetapi ia tidak mendjiplak sadja, melainkan merigolah segalanja menurut bakat dan selera serta penjelidikannja sendiri. Tetapi ada lain-lain sumber tertulis lagi jang digunahannja.
Tetapi sumber utama bagi Lukas ialah tradisi jang hidup dalam kerugma dan katechese. Dan dalam "menjelidiki segalanja dengan teliti" (1:3) ia mendapat banjak kesempatan untuk berbitjara dengan penjaksi-penjaksi mata seperti murid- murid Jesus, chususnja sepandjang dua tahun tahanan Paulus di Sesarea. Ada jang beranggapan, dan memang ada kemungkinan, bahwa waktu itu ia djuga mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Ibu Jesus dan kaum keluarga Joanes Pemandi, atau imam-imam dari kalangan mereka, untuh berwawantjara dengan mereka tentang masa ke-kanak-kanak-an Jesus. Tetapi sebab kedua bab pertama dari Indjil ini sangat bertjorak lbrani, lain sekali dari karangan selandjutnja, maka agah terang bahwa Lukas mengambil bahannja dari sumber-sumber tertulis dalam bahasa Ibrani djuga. Itu chususnja mengenai madah-madah jang terdapat dalam kedua bab itu. Barangkali Lukas segan mengolah bahan-bahan itu dalam bahasa Junani jang murni, supaja djangan kiranja kehilangan suasana asli jang penuh kegembiraan halus dan sutji atas fadjar keselamatan jang mulai menjingsing.
Jesus dalam Indjil ketiga tidak berbeda dengan Jesus seperti Ia digambarkan dalam karangan-karangan jang lain; hanja ada segi-segi jang istimewa berkesan pada Lukas dan sebab itu ditondjolkannja. Misalnja sikap Jesus terhadap orang- orang ketjil, jang menderita, jang bertjatjat atau dalam kesusahan manapun djuga. Ia bukan menolong mereka sadja, melainkan melakukan itu dengan perasaan tjinta jang sungguh-sungguh dan halus, penuh penghargaan dan hormat. Betapa mengharukan misalnja iba-kasihan Jesus terhadap wanita djanda jang kematian putera-tunggalnja, di Naim (7:11-17).
Jang chususnja ditondjolkan Lukas lagi, ialah kemurahan, penghargaan dan hormat Jesus kepada orang-orang berdosa. la tahu bahwa kebanjakan mereka pada dasar hati orang baik, jang dapat diinsjafkan akan dosanja, sehingga bertobat. Lukas satu-satunja jang menurunkan kepada kita beberapa tjeritera dan perumpamaan pertobatan orang-orang berdosa, jang merawankan dan memurnikan hati tiap-tiap pembatja jang luhur hati, dan sanggup memulihkan penghargaan diri dan memberikan harapan tiap-tiap orang jang merasa dirinja berdosa, termasuk kita sendiri. Batjalah dan renungkanlah tjeritera wanita djalang (7:36-58); anak hilang (15:11-52); pemungut bea (18:9-14); Zacheus (19:1-10). Dan dimana sadja terdapat suatu kesempatan, Lukas gemay menundjukkan, bahwa usaha penjelamatan Jesus dan tjinta kemanusiaannja meliputi seluruh bangsa manusia. Meskipun ia pernah berkata, bahwa tugasnja terbatas pada bangsa Israel (dalam arti bahwa ia harus mendasarkan Keradjaan Allah jang baru diantara mereka), namun Ia baik hati, penuh penghargaan dan hormat djuga kepada tiap orang "kafir" jang bertemu dengannja, dan Ia menolong tiap-tiap mereka jang minta ditolong.
Suatu kechususan Lukas lagi ialah minatnja terhadap wanita-wanita sutji jang herperanan dalam Indjil. Memang setjara istimewa kepada Bunda Maria, tetapi bagaimana pula ia dengan satu dua kata tahu memudji keluhuran Elisabet, Anna, Marta dan saudarinja Maria, wanita-wanita jang mengikuti Jesus dari Galilea dan melajaniNja, Maria Magdalena jang mengikuti Jesus sampai dikaki salib, wanita Jerusalem jang menangisi Jesus jang sedailg memikul salibnja, dan wanita-wanita jang memandang dari djauh.
Lukas pula lebih dari Mateus dan Markus merasa tertarik kepada hidup kebatinan Jesus, jaitu hubunganNja dengan BapaNja dalam berdoa, dan peranan Roh Kudus dalam hidupNja. Mengenai pergaulan dengan BapaNja, baiklah kita batja dan merenungkan misalnja 3:21; 5:16; 6:12; 9:18; 9:28, dan mengenai hubunganNja dengan Roh Kudus 1:15,55,41,67; 2:25-27; 4:1,14,18; 10:21; 11:15; 14:49. Dan Lukas pula jang sangat menekankan adjaran dan adjakan Jesus, supaja kitapun asjik berdoa dengan penuh pengharapan. Batjalah 11:1-13; 18:1-5; 18:10-14.
Suatu tjiri karangan Lukas jang menjolok lagi, ialah kehalusan perasaannja.
Kalau dibandingkan dengan Mateus dan Markus, Lukas sering sekali meninggalkan
segala bahan, segi-segi peristiwa atau ungkapan-ungkapan, jang mungkin
menjinggung perasaan pembatja-pembatja chususnja jang bukan Jahudi, ataupun
jang inunakin merendahkan adjaran-adjaran Indjil dan tokoh-tokoh sutji dalam
mata mereka. Kalau misalnja ia mengambil alih dari Markus, ia bukan sadja sering
memperbaiki babasanja, melainkan djuga memperhalus gaja bahasanja. Lukas lebih
suka memudji dari pada mengeritik. la nampak segan mengambil alih tjatatan-
tjatatan tentang kurang pengertian dan kelemahan watak rasul-rasul sebelum
Pentekosta, jang djustru ditondjolkan dalam Markus, tentu sadja berdasarkan
tjeritera-tjeritera Petrus. Demikian pula ia mengbindarkan utjapan atau lukisan
segi-segi sikap Jesus, jang barangkali dapat dianggap sebagai suatu kelemahan
pada pribadi Jesus. Bandingkanlah misalnja Mk. 1:45 dengan Lk. 5:14; Mk. 3:5
dengan Lk. 6:10; MI. 9:56 lagi 10:16 dengan Lk. 9:47-48 lagi 18:16; Mk. 14:53-34
dengan Lk. 22:40-41. Tetapi betapapun halus perikemanusiaan Lukas, namun
sedikitpun tidak ia melemahkan sabda Jesus mengenai tuntutan dan sjarat-sjarat
jang harus dipenuhi murid-murid Jesus, jaitu segala penganutnja. Kata
penjalahannja terhadap para pentjinta mamon lebih keras dari pada ungkapan
Mateus terhadap mereka. Djuga menurut Lukas tuntutan dasar dari Keradjan Allah,
ialah roh kemiskinan, apa djuga berarti sikap rendah hati. Lih.
BIS: Lukas (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang
dijanjikan Allah untuk I
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang dijanjikan Allah untuk Israel dan untuk seluruh umat manusia. Dalam bukunya ini Lukas menulis bahwa Yesus telah diberi tugas oleh Roh Tuhan untuk menyiarkan Kabar Baik dari Allah kepada orang miskin. Kabar Baik ini penuh dengan perhatian terhadap orang-orang dengan berbagai-bagai kebutuhan. Nampak pula suatu nada sukacita dalam buku Lukas ini, terutama pada pasal-pasal pertama mengenai kedatangan Yesus, kemudian pada bagian penutupnya juga mengenai terangkatnya Yesus naik ke surga. Kisah tentang tumbuhnya dan tersebarnya agama Kristen setelah Yesus naik ke surga diceritakan juga oleh penulis buku ini di dalam buku Kisah Rasul-rasul.
Bagian 2 dan 6 (lihat Isi buku di bawah ini) berisi banyak unsur cerita yang hanya terdapat dalam buku Kabar Baik ini. Misalnya, cerita tentang nyanyian para malaikat serta kunjungan para gembala pada saat kelahiran Yesus, Yesus di Rumah Tuhan ketika masih anak-anak, dan juga perumpa maan tentang Orang Samaria yang baik hati dan Anak yang hilang. Buku ini sangat menekankan juga hal doa, Roh Allah, peranan wanita dalam pelayanan Yesus dan pengampunan dosa oleh Allah.
Isi
- Pendahuluan
Luk 1:1-4 - Kelahiran dan masa kanak-kanak dari Yohanes Pembaptis dan Yesus
Luk 1:5-2:52 - Pelayanan Yohanes Pembaptis
Luk 3:1-20 - Baptisan Yesus dan cobaan terhadap diri-Nya
Luk 3:21-4:13 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Luk 4:14-9:50 - Dari Galilea ke Yerusalem
Luk 9:51-19:27 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Luk 19:28-23:56 - Kebangkitan Yesus dari kematian, penampakan diri-Nya
dan terangkat-Nya ke surga
Luk 24:1-53
Ajaran: Lukas (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah
kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelah
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelahiran-Nya sampai kepada kematian-Nya. Dan mengenal akan kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia yang sejati dan suci, penuh kesederhanaan dan ketulusan hati, sebagai teladan mereka dalam hidup kekristenan.
Pendahuluan
Penulis : Lukas.
Tahun : Sekitar tahun 62 SM.
Penerima : Theofilus (artinya sahabat Allah) Dan juga kepada orang-orang yang percaya pada Yesus.
Isi Kitab: Injil Lukas terdiri atas 24 pasal. Isi Injil ini menjelaskan kasih karunia Allah bagi segala bangsa. Orang-orang yang dipandang rendah oleh dunia, tidak dipandang rendah oleh Allah, seperti kaum wanita dan juga orang-orang miskin. Di dalam Injil ini juga nampak kesucian, kesederhanaan, dan keluhuran budi Tuhan Yesus sebagai manusia sejati. Bagi orang Kristen Tuhan Yesus adalah satu-satunya teladan sempurna. Karena itu, orang Kristen dipanggil untuk hidup seperti Yesus hidup.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Lukas
_Bagian Pertama_
Pengajaran tentang Yesus Kristus sebagai anak manusia, yang dibuktikan dengan perasaan dan sikap yang diperlihatkannya terhadap orang-orang yang dianggap rendah oleh masyarakat
Pendalaman
- Bacalah pasal Luk 7:13. Nats ini menceritakan tentang seorang janda yang kematian anaknya. Tuhan Yesus yang melihat kesedihan janda itu, merasa kasihan sehingga ia menghidupkan anak yang sudah mati itu. Hal ini membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah manusia sejati dan juga Allah sejati. Selain itu ayat ini juga mengajarkan setiap orang percaya untuk mengasihi orang lain. _Tanyakan_: pernahkah saudara mengasihi orang lain?
- Bacalah pasal Luk 7:37-50. Tuhan Yesus memperhatikan dan mengampuni wanita berdosa yang bertobat.
- Bacalah pasal Luk 10:25-37. Bagian ini menjelaskan perumpamaan Tuhan Yesus, tentang seorang Samaria yang lebih baik hati dari para imam Yahudi. Hal ini mengajarkan kepada setiap orang Kristen untuk mengasihi dengan tidak memandang suku bangsa, atau kaya miskin. Sudahkah saudara menolong orang lain?
- Bacalah pasal Luk 15:1-7. Tuhan Yesus bergaul dengan para pemungut cukai, karena mereka mau mendengarkan perkataan Tuhan Yesus dan bertobat dari perbuatan pemerasan yang mereka lakukan.
- Bacalah pasal Luk 16:20-21. Bagian ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus mengasihi semua manusia, sampai kepada para pengemis. Bagaimanakah dengan kasih saudara? Apakah saudara mengasihi orang-orang yang dapat memberikan sesuatu kepada saudara saja?
- Bacalah pasal Luk 17:12. Bagian ini menjelaskan bahwa Tuhan Yesus mengasihi dan memperhatikan orang-orang sakit. Apakah yang saudara lakukan terhadap seorang saudara/anggota/jemaat yang sedang sakit lagi miskin?
- Bacalah pasal Luk 23:40-43. Tuhan Yesus memperhatikan seorang penjahat dan juga mengampuni dosanya, karena ia mau bertobat.
_Bagian Kedua_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, memberikan teladan dalam kehidupan doa, khususnya berhubungan dengan peristiwa/kegiatan penting
Pendalaman
- Ia berdoa di saat pembaptisan (Luk 3:21).
- Ia berdoa sesudah mujizat-mujizat dilaksanakan (Luk 5:15-16).
- Ia berdoa sebelum memilih murid-murid-Nya (Luk 6:12).
- Ia berdoa sebelum memberikan nubuat pertama tentan penderitaan-Nya (Luk 9:18-22).
- Ia berdoa pada saat permuliaan-Nya di bukit (Luk 9:29).
- Ia berdoa di saat ketujuh puluh murid-Nya kembal (Luk 10:17-21).
- Ia berdoa sebelum mengajar murid-murid-Nya tentang car berdoa (Luk 11:1).
- Ia berdoa di Taman Getsemani menjelang penderitaan-Ny (Luk 22:39-46).
- Ia berdoa di atas salib (Luk 23:34,46).
Tuhan Yesus selalu berdoa dalam setiap keadaan dan keperluan, maka apakah yang saudara lakukan pada saat-saat menghadapi keperluan/kepentingan dalam hidup?
_Bagian Ketiga_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, mengasihi semua manusia di dunia
Pendalaman
Bacalah pasal Luk 3:6; 24:46-53. Bagian ini menjelaskan, bahwa keselamatan adalah untuk setiap manusia yang percaya pada Tuhan Yesus. Dengan demikian setiap orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, haruslah juga memberitakan keselamatan itu kepada orang lain. Berdasarkan pasal Luk 24:47-48, siapakah yang bertugas untuk meneruskan berita pengampunan dosa ini kepada semua manusia? Sudahkah saudara menginjili?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Lukas jelaslah kita lihat bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Manusia sejati, yang dibuktikan melalui kehidupan-Nya sehari-hari.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Lukas?
- Apakah pokok pengajaran Injil Lukas?
- Buktikanlah bahwa Yesus Kristus adalah anak manusia?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima dari mempelajari Injil Lukas?
Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan se
Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?
Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan sekerja rasul Paulus (Kol 4:14; File 24 dan 2Tim 4:11). Lukas sendiri bukanlah seorang saksi mata dari kehidupan Yesus (Luk 1:1-4). Tradisi mengatakan bahwa ia seorang bukan Yahudi, berstatus bujangan dan hidup sampai usia delapan puluh empat tahun.
MENGAPA INJIL INI DITULIS?
Lukas mempunyai beberapa tujuan:
1. Ia ingin menulis kisah kehidupan Yesus secara teratur yang berdasarkan bukti dari saksi mata yang benar (Luk 1:1-4).
2. Ia ingin mencatat permulaan dan perkembangan Kekristenan, yang dikerjakannya dalam dua bagian. Kisah para Rasul merupakan buku kedua. Lukas menunjukkan bagaimana Allah bekerja di sepanjang sejarah dan khususnya mengenai cara bagaimana para pengikut Yesus dengan cepat tersebar dari Galilea ke Roma.
3. Ia ingin menyatakan bahwa Yesus adalah Juruselamat bagi semua golongan manusia dan bukan hanya bagi sekelompok orang.
4. Ia ingin menunjukkan kepada para penguasa Romawi bahwa Kekristenan bukanlah ancaman bagi tatanan politik yang baik.
SIAPA SAJA PEMBACA INJIL LUKAS?
1. Lukas menujukan Injilnya kepada Teofilus (Luk 1:3), yang boleh jadi adalah seorang bukan Yahudi dari golongan menengah atas yang sudah bertobat dan menjadi Kristen. Namanya berarti 'dikasihi Allah', tetapi selain itu tidak ada lagi yang kita ketahui tentang dia.
2. Disamping itu Lukas berharap mendapatkan sidang pembaca yang lebih luas, yang mencakup orang-orang bukan Yahudi lainnya dan mungkin khususnya para aparat pemerintahan Romawi.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Cara Lukas bercerita tak ada bandingannya. Kemampuannya menyusun kata-kata tampak dalam gaya bahasa Yunaninya yang sangat baik.
2. Lukas juga lebih tertarik dengan kehidupan manusiawi Yesus dan lebih banyak bercerita mengenai awal hidup dan masa kanak-kanak Yesus dibanding dengan Injil-injil lainnya.
3. Dalam hal-hal lain, Injil Lukas juga lebih lengkap mencatat lebih banyak perumpamaan, kisah tentang banyak orang, serta kebangkitan Yesus dibanding dengan Injil lainnya.
4. Lukas lebih menunjukkan perhatiannya kepada pribadi-pribadi, khususnya anak-anak dan orang-orang yang tersingkir dari masyarakat, daripada para penulis Injil lainnya.
5. Lukas juga mempunyai perhatian khusus lainnya, sebagai contoh tentang: doa, Roh Kudus dan tema sukacita.
Pesan
1. Kabar baIk tentang keselamatan.Berita dari Lukas ialah bahwa Allah telah datang untuk menyelamatkan manusia
dari dosa dan keadaan mereka.
o Allah adalah Juruselamat. Luk 1:47
o Kristus dilahirkan untuk menyelamatkan. Luk 2:11, 30; 3:6
o Dia datang untuk menyelamatkan yang hilang. Luk 19:9, 10
o Keselamatan datang oleh iman. Luk 7:50;8:12
o Keselamatan berarti kehilangan nyawa sekarang. Luk 9:24
o Keselamatan dimungkinkan karena Kristus tidak menyelamatkan diri-Nya sendiri. Luk 23:35-43
o Keselamatan tersedia saat ini. Luk 4:21; 19:9
2. Kabar baik tentang Kerajaan Allah.
Bagian pusat Injil Lukas (Luk 9:51-19:44) banyak
berbicara mengenai Kerajaan Allah yang menjadi pusat dari khotbah Yesus. Luk 4:43; 8:1
o Kerajaan Allah itu kekal. Luk 1:33
o Kerajaan Allah milik orang yang miskin. Luk 6:20
o Murid-murid-Nya harus memberitakan
o Kerajaan Allah. Luk 9:2, 11
o Kepentingan Kerajaan Allah harus didahulukan. Luk 9:60-62; 12:31
o Umat harus berdoa untuk Kerajaan Allah. Luk 11:2
o Kerajaan Allah adalah anugerah dari Allah. Luk 12:32; 22:29
o Kerajaan Allah seperti... Luk 13:18-30
o Orang kaya sukar untuk masuk. Luk 18:18-30
o Kerajaan Allah sudah dekat sekarang. Luk 10:9, 11; 11:20; 17:20, 21
o Tetapi, Kerajaan Allah juga akan datang. Luk 24:31
3. Kabar baik terlIhat dalam diri Yesus.
Kabar baik bukanlah suatu dongeng atau cerita anak-anak tetapi didukung oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus.
o Sejarah itu penting. Luk 1:1-4
o Allah telah merencanakannya sejak dahulu kala. Luk 3:23-38
o Allah bekerja di dalam kehidupan Yesus.
Banyak saksi mata melihatnya:
- pada saat kelahiran-Nya. Luk 2:30
- pada saat Yesus dibaptis. Luk 3:22
- dalam mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya. Luk 4:36; 7:16
- dalam kematian-Nya. 23:39-49
- dalam kebangkitan-Nya. Luk 24:1-49 Yesus masih bekerja melalui murid-murid-Nya. Luk 24:48
Yesus sedang bekerja di seluruh dunia. Yerusalem hanyalah permulaan saja. Luk 24:47
Penerapan
Berita Injil Lukas dapat diterapkan kepada dua golongan utama:1. Kepada mereka yang tidak percaya kepada Yesus.
Percaya kepada Yesus berarti:
o mempercayai kesaksian sejarah
o mengenaI pengampunan Allah
o mampu untuk hidup baru
o ikut ambil bagian dalam Kerajaan Allah
o tidak menuntut segala yang terbaik atau terhormat
o dituntut untuk rendah hati dan mau mengorbankan segalanya bagi Yesus
o mendapat anugerah besar pada masa yang akan datang
2. Kepada mereka yang percaya sungguh-sungguh kepada Yesus. Iman kepada Yesus
berarti Anda harus:
o bersukacita dan bersyukur dalam kehidupan
o meneladani kasih Yesus kepada semua orang
o ikut ambil bagian dalam penyebaran kabar baik tentang Kerajaan Allah.
o "mematikan" diri sendiri setiap hari
o berdoa seperti yang diajarkan Yesus
o menjadikan Kerajaan Allah prioritas Anda yang jelas
o percaya bahwa Allah mengendalikan dunia
Tema-tema Kunci
Inilah sebagian dari ajaran-ajaran penting dalam Injil Lukas: 1. Doa. Lukas sering berbicara tentang kehidupan doa Yesus: Luk 3:21; 5:16; 6:12; 9:18-22, 29; 10:17-21; 11:1; 22:39-46; 23:34, 46. Ia juga mencatat perumpamaan-perumpamaan Yesus tentang doa: Luk 11:5-13; 18:1-8. Apa yang dapat kita pelajari dari ayat-ayat tersebut tentang kapan Anda harus berdoa, bagaimana berdoa dan apa yang didoakan?
2. Roh Kudus. Lukas menekankan pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan Yesus. Tulislah saat-saat dalam kehidupan Yesus ketika Roh Kudus disebut: contoh Luk 1:35; 4:1, 14, 18; 10:21, 22; 24:49. Apa yang diajarkan dalam ayat-ayat ini mengenai Roh Kudus?
3. Pujian dan sukacita. Injil Lukas diawali dengan sejumlah lagu pujian: Luk 1:46-55, 68-79; 2:14; dan Luk 2:29- 32. Sebutkan bagian-bagian lain dalam Injil yang berbicara tentang sukacita. 4. Pengampunan. Pada dasarnya kabar baik berisi berita tentang pengampunan dosa. Mengapa pengajaran Yesus mengenai pengampunan menimbulkan perubahan secara besar-besaran? Pelajarilah dengan saksama apa yang Yesus katakan mengenai pengampunan dalam: Luk 5:17-25; 6:37; 7:36-50; 11:4; 17:3-4; 23:34; 24:47.
5. Uang. Lukas lebih banyak berbicara mengenai uang dibandingkan dengan Injil-injil lainnya dan menempatkan masalah orang miskin secara khusus. Lagi-lagi pesannya sangat revolusioner. Carilah ajaran tersebut dalam ayat-ayat berikut: Luk 1:53; 4:18; 6:20; 12:13-34; 15.8-10; 16:1-15, 19-31; 18:1-14; 19:1-27; 20:19-26.
6. Wanita dan anak-anak. Catatlah mengenai beberapa wanita yang terdapat dalam Injil Lukas. Masyarakat pada zaman Yesus biasanya tidak menganggap bahwa wanita layak mendapat banyak perhatian. Tetapi, Lukas menekankan mengenai kasih Allah terhadap semua orang bahkan terhadap wanita, orang-orang yang tersingkir dan anak-anak. Pelajarilah ayat-ayat tentang anak-anak berikut ini dan buatlah ringkasan dari ajaran yang terdapat di dalamnya: Luk 8:40-56; 9:37-43, 46-48; 18:15-17.
Garis Besar Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis
Luk 1:26-
[1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 1:26-38 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yesus |
Luk 1:39-56 | Kunjungan Maria ke rumah Elizabet |
Luk 1:57-80 | Kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 2:1-38 | Kelahiran Yesus |
Luk 2:39-52 | Masa kanak-kanak Yesus |
Luk 3:1-22 | Khotbah Yohanes Pembaptis |
Luk 3:23-38 | Silsilah Yesus |
Luk 4:1-13 | Pencobaan Yesus |
[3] SANG JURUSELAMAT DI GALILEA Luk 4:14-9:50
Luk 4:14-30 | Yesus memulai pelayanan-Nya |
Luk 4:31-44 | Yesus menyembuhkan di Kapernaum |
Luk 5:1-26 | Yesus melakukan mukjizat |
Luk 5:27-39 | Panggilan dan di rumah perjamuan |
Luk 6:1-11 | Lewi Perdebatan mengenai hari Sabat |
Luk 6:12-16 | Yesus memilih murid-murid-Nya |
Luk 6:17-49 | Yesus berkhotbah di depan orang banyak |
Luk 7:1-17 | Mukjizat kesembuhan dan kebangkitan orang mati |
Luk 7:18-35 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes terjawab |
Luk 7:36-50 | Seorang pelacur menyembah Yesus |
Luk 8:1-21 | Mengajar firman Allah |
Luk 8:22-56 | Tiga mukjizat lagi |
Luk 9:1-6 | Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk misi penginjilan |
Luk 9:7-9 | Reaksi Herodes terhadap Yesus |
Luk 9:10-17 | Pemberian makan kepada lima ribu orang |
Luk 9:18-27 | Yesus menanyakan pertanyaan yang penting |
Luk 9:28-36 | Transfigurasi (perubahan rupa) Yesus |
Luk 9:37-50 | Yesus berbicara dengan murid-murid-Nya |
[4] SANG JURUSELAMAT PERGI KE YERUSALEM Luk 9:51-19:44
Luk 9:51-62 | Harga yang harus dibayar untuk mengikut Yesus |
Luk 10:1-24 | Pengutusan tujuh puluh murid |
Luk 10:25-37 | Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik |
Luk 10:38-42 | Maria dan Marta |
Luk 11:1-13 | Ajaran tentang doa |
Luk 11:14-36 | Ajaran tentang roh-roh dan tanda-tanda |
Luk 11:37-54 | Kecaman terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat |
Luk 12:1-59 | Mengajar orang banyak |
Luk 13:1-9 | Kecuali jika engkau bertobat... |
Luk 13:10-17 | Seorang wanita cacat disembuhkan |
Luk 13:18-30 | Kerajaan Allah itu seperti... |
Luk 13:31-35 | Yerusalem dan para nabi |
Luk 14:1-24 | Makan malam bersama seorang Farisi |
Luk 14:25-35 | Harga yang harus dibayar untuk menjadi seorang murid |
Luk 15:1-32 | Tiga kisah tentang yang hilang |
Luk 6:1-31 | Ajaran tentang uang |
Luk 17:1-10 | Ajaran tentang pelayanan |
Luk 17:11-19 | Penyembuhan sepuluh orang kusta |
Luk 17:20-37 | Kedatangan Kerajaan Allah |
Luk 18:1-17 | Ajaran mengenai keadilan dan kerendahan hati |
Luk 18:18-34 | Yesus bertemu dengan seorang penguasa muda yang kaya-raya |
Luk 18:35-43 | Mata seorang pengemis dicelikkan |
Luk 19:1-10 | Yesus bertemu Zakheus |
Luk 19:11-27 | Perumpamaan tentang uang mina |
Luk 19:28-44 | Masuk ke Yerusalem |
[5] JURUSELAMAT DI YERUSALEM Luk 9:45-24:53
Luk 19:45-21:4 | Yesus mengajar di Bait Allah |
Luk 21:5-38 | Yesus berbicara mengenai akhir zaman |
Luk 22:1-38 | Perjamuan Malam Terakhir |
Luk 22:39-53 | Kejadian di taman Getsemani |
Luk 22:54-62 | Penyangkalan Petrus |
Luk 22:63-23:25 | Pengadilan atas Yesus |
Luk 23:26-56 | Penyaliban dan penguburan |
Luk 24:1-49 | Kebangkitan |
Luk 24:50-53 | Kenaikan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi