Lihat definisi kata "Perumpamaan" dalam Studi Kata
Daftar Isi
HAAG: Perumpamaan
KECIL: Perumpamaan
PEDOMAN: Umpama, Perumpamaan
LAMBANG: Perumpamaan
BROWNING: PERUMPAMAAN
ENSIKLOPEDIA: UMPAMA, PERUMPAMAAN

Perumpamaan

Uraian, Sesuatu lukisan yang ada di alam ini, merupakan kiasan, dari mana diambil ibaratnya. Dalam Alkitab terdapat banyak sekali, antara lain: Amsal-amsal dari Salomo dan Ayub, Ayub 27:1; 29:1. Inilah caranya memberi pengajaran yang sangat digemari, yang mana mmperlihatkan logat orang Ibrani dan bangsa-bangsa Timur pada umumnya. Kristus ialah pengarang dari lebih dari 50 perumpamaan, Matius 7:24-27, dsbnya.

Perumpamaan [haag]

PERUMPAMAAN.

  1. (I). PEMAKAIANNYA DI PB. Dengan istilah "parabole" (bahasa Yunani) PB memaksudkan sabda ~P Yesus (48 kali) di dalam Injil sinoptik. (4 kali Yoh menyebut "paroimia", yang menggantikan "parabole" para sinoptisi dan mengandung isi yang sama). Parabole di dalam LXX merupakan terjemahan kata Ibr. "masyal", yang bisa berarti: ungkapan kiasan atau perbandingan dari berbagai corak. Pada umumnya kata "masyal" mau menandakan sebuah amsal singkat yang acap kali mempunyai nilai alegoris. ~P yang sejati di dalam PL jarang ditemukan dan tidak dinamakan "masyal"/"parabole".
  2. (II). ~P DARI YESUS.
    1. (1) Arti aselinya. Di dalam penyesuaiannya dengan ajaran para nabi. Yesus mengusahakan pemakluman pewartaanNya dengan bentuk lukisan. Adapun lukisan itu sekaligus menyingkapkan dan menyelubungi hal-hal yang hendak diungkapkan. Di dalam ~P itu Yesus bermaksud mengajarkan dan mewahyukan kebenaran yang betul-betul rokhani. Ia berbicara pada orang Yahudi sezamanNya yang tidak percaya pada perutusanNya. ~P itu hendak membuat mereka terbawa menuju keyakinan, bahwa Ia adalah Mesias Isr. Diterangkan pula, bagaimana Ia menjadi Mesias. Tak terlupakan pula penjelasanNya, bahwa dengan kedatanganNya itu kerajaan Allah dimulai. Oleh sebab itu ~P menggunakan bahan ungkapan yang sesuai dengan lingkungan setempat dan ~P itu sekaligus merupakan sebuah seruan guna memperoleh persetujuan dan tanggapan iman. Bahan yang digunakan berkaitan dengan dunia para pendengar. Bagian lukisan maupun bagian ajaran bertumpu bersama di dalam gagasan pokoknya yang menghubungkan kedua bagian itu (: tertium comparationis). Dalam hal ini ~P jelas berbeda dari alegori. Menurut bukti yang ditemukan pada PB sudah jelas, bahwa Yesus tidak bicara lewat alegori yang murni. Tetapi, di dalam ~P juga ditemukan elemen-elemen alegori, sebab Yesus sering menggunakan perbandingan yang sudah ada di dalam PL dan sudah pasti (Mis.: Kebun anggur untuk Isr., pertanggunganjawab untuk panen dan putusan pengadilan). Yoh hanya mengungkapkan ajaran ~P tentang Gembala yang baik (Yoh 10:1-5,11-13) dan ~P tentang ibu yang melahirkan (Yoh 16:21). Ajaran lukisan tentang pokok anggur (Yoh 15:1-6) termasuk ajaran perwahyuan.
    2. (2) Menurut bentuknya diadakan pembedaan antara
      1. (a) ~P sederhana dengan satu gagasan dasar dan
      2. (b) ~P dengan dua buah gagasan dasar. Tekanan ungkapan selalu ditujukan pada pandangan dasar yang kedua ("tekanan di belakang", misalnya: ~P tentang anak yang hilang pada Luk 15:11-32).
      3. (c) Ada pula ~P ganda. Di situ ditemukan dua buah cerita paralel. Bahan lukisannya yang berbeda, mengungkapkan pandangan dasar yang sama (Mis.: tentang biji sesawi dan ragi pada Mark 4:30-32 dsj.). ~P ganda mengungkapkan suatu totalitas tertentu dalam jangkauan berlakunya ucapan itu. -- Menurut bahan lukisan dan cara membuat argumentasi. ~P dibagi dalam parabola (: ucapan berdasar pada sebuah kejadian, yang hanya terjadi satu kali), cerita percontohan (: hanya ditemukan pada Luk; sebuah ungkapan yang diandaikan dan dilukiskan lewat percontohan), kemudian ~P dalam arti umum (: bagian lukisan adalah sebuah keadaan lahiriah di dalam alam atau di dalam hidup sehari-hari). Soal yang tidak dimengerti tidak diletakkan pada bentuk pemaklumannya, melainkan pada (3). Isinya. Masalah isi ini dapat dirangkum sebagai berikut:
      4. (a) ~P tentang Kerajaan Allah. Berkisar tentang sifat dan kedatangan Pemerintahan Allah, yang telah dimulai dengan kedatangan Yesus, tetapi baru akan dipenuhi di dalam parusi (~P tentang penyebar benih, tentang Perjamuan Agung dan lain-lain).
      5. (b) ~P tentang putusan dan pengadilan menunjukkan sifat putusan, yang diberikan dengan kedatangan Yesus. ~P menuntut tobat dan iman (~P tentang anak-anak yang bermain-main, tentang talenta yang dipercayakan dan lain-lain).
      6. (c) ~P untuk berjaga-jaga berhubungan dengan pemenuhan Kerajaan Allah (~P tentang bendahara yang cerdik, tentang 10 orang gadis dan lain-lain).
      7. (d) ~P tentang hubungan yang benar terhadap Tuhan (~P tentang petani yang kaya, tentang orang Farisi dan orang pemungut bea dan lain-lain).
      8. (e) ~P tentang hubungan yang benar terhadap sesama (~P tentang orang Samaria yang murah hati, tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin dan lain-lain).
    3. (4) Tradisi PB telah menyerahkan ~P yang serba menyeluruh sebagai satu kesatuan dengan kesetiaan yang relatip murni. ~P pada asal-mulanya merupakan bagian organik dari pewartaan Yesus, sedangkan sekarang ~P kebanyakan berada di dalam konteks yang berbeda. ~P disisipkan ke dalam konteks baru itu dengan bantuan kata pendahuluan dan pengetrapannya yang dilakukan oleh tradisi gereja purba: Sesudah pengalaman kebangkitan Kristus terjadi, ~P semakin mendapatkan ciri-ciri khas pada pewartaan ajaran dan peringatan di dalam gereja. Bentuk ungkapan terakhir (: oleh pilihan, konteks dan pembentukan terakhir) dari ~P terjadi karena pengangkatannya ke dalam tiap Injil: ~P yang senada dimasukkan ke dalam satu pengelompokkan (Mat 13:1-58); peringatan yang bersifat etis-religius ditambahkan (Luk); Unsur-unsur yang sampai saat itu tidak memperoleh tekanan diberi isi alegori (Mat); Tendensi theologi tertentu mulai ditekankan. Semua tadi menunjukkan bahwa ~P Yesus merupakan sabda hidup bagi gereja dan bukannya suatu penyerahan tradisi yang mati.

Perumpamaan [kecil]

TB- Ceritera-ceritera yang bermaksud menjelaskan hal-hal yang tersembunyi; khususnya ceritera-ceritera yang mengandung hal-hal yang nyata dalam kehidupan manusia yang dipakai Tuhan Yesus untuk menerangkan Kerajaan Allah dan rahasianya (Mat 13:11).

BIS- Cerita kiasan atau ibarat yang dipakai oleh Yesus untuk mengajar perkara-perkara rohani.

KS.-

  1. maksud dan penggunaan, Mat 13:1-17,34-35; Mr 4:10-12; Luk 8:9-10,16-18
  2. dikemukakan oleh Yesus; anak sedang bermain, Mat 11:16-19; Luk 7:31-35; pelayan yang setia, Mat 24:45-51; Luk 12:42-46; pohon kurma, Mat 24:32-33; Mr 13:28-29; Luk 21:29-31; kawan di waktu malam, Luk 11:5-8; mata uang mas, Luk 19:11-27; orang Samaria yang baik hati, Luk 10:29-37; pesta yang besar, Luk 14:15-24; harta yang terpendam, Mat 13:44; tuan rumah, Mat 13:51-52; raja maju berperang, Luk 14:31-32; lampu di bawah tempayan, Mat 5:15; Mr 4:21; Luk 8:16; 11:33; mata uang yang hilang, Luk 15:8-10; domba yang hilang, Mat 18:10-14; Luk 15:3-7; anak yang hilang, Luk 15:11-32; perumpamaan tentang biji sawi, Mat 13:31-32; Mr 4:30-32; Lu 13:18-19; jala, Mat 13:47-50; tambalan baru, Mat 9:16; Mr 2:21; Luk 5:36; Mutiara, Mat 13:45-46; orang Farisi dan penagih pajak, Luk 18:9-14; tempat pada pesta perkawinan, Luk 14:7-11; hartawan yang bodoh, Luk 12:16-21; orang kaya dan Lazarus, Luk 16:19-31; benih yang tumbuh, Mr 4:26-29; pelayan, Luk 17:7-10; pegawai keuangan yang cerdik, Luk 16:1-9; penabur, Mat 13:3-9,18-23; Mr 4:2-9,13-20; Luk 8:5-8,11-15; sepuluh gadis, Mat 25:1-13; penggarap kebun anggur, Mat 21:33-46; Mr 12:1-12; Luk 20:9-19; tiga pelayan, Mat 25:14-30; pembangun menara, Luk 14:28-30; dua orang yang berutang, Luk 7:40-43; dua orang pembangun rumah, Mat 7:24-27; Luk 6:47-49; dua anak, Mat 21:28-32; hamba yang tidak mau mengampuni, Mat 18:23-35; pohon ara yang tidak berbuah, Luk 13:6-9; tuan rumah yang waspada, Mat 24:42-44; Luk 12:39-40; pelayan yang waspada, Mr 13:33-37; Luk 12:35-38; pesta perkawinan, Mat 22:1-14; undangan ke pesta perkawinan, Mat 9:15; Mr 2:19-20; Luk 5:34-35; alang-alang, Mat 13:24-30,36-43; janda dan hakim, Luk 18:1-8; anggur dan kantong kulit, Mat 9:17; Mr 2:22; Luk 5:37-38; pekerja-pekerja di kebun anggur, Mat 20:1-16; ragi, Mat 13:33; Luk 13:20-21

  3. [PL] Hak 9:8-20; 2Sam 12:1-14; 1Raj 20:35-42; 2Raj 14:9-10; 2Taw 25:18-19; Yes 5:1-7; Yeh 17:1-10; 19:1-9; 23:1-49; 24:1-14

Umpama, Perumpamaan [pedoman]

  1. 1. Perumpamaan-perumpamaan yang menarik dalam Perjanjian Lama.
  2. Hak 9:8-15; 2Sam 12:1-4; 14:5-7
  3. 2. Perumpamaan-perumpamaan Kristus:
    1. 2.1 Orang yang hendak membangun rumah.
    2. Mat 7:24-27
    3. 2.2 Sahabat-sahabat mempelai.
    4. Mat 9:15
    5. 2.3 Kain yang baru dan pakaian yang lama.
    6. Mat 9:16
    7. 2.4 Air anggur yang baru dan kantong kulit yang tua.
    8. Mat 9:17
    9. 2.5 Roh jahat.
    10. Mat 12:43
    11. 2.6 Seorang penabur.
    12. Mat 13:3,18; Luk 8:5,11
    13. 2.7 Benih lalang.
    14. Mat 13:24-30,36-43
    15. 2.8 Sebiji sesawi.
    16. Mat 13:31,32; Luk 13:19
    17. 2.9 Ragi.
    18. Mat 13:33
    19. 2.10 Harta yang terpendam di ladang.
    20. Mat 13:44
    21. 2.11 Mutiara yang sangat berharga.
    22. Mat 13:45,46
    23. 2.12 Pukat yang dilabuhkan di laut.
    24. Mat 13:47-50
    25. 2.13 Makanan yang tidak menajiskan.
    26. Mat 15:10-15
    27. 2.14 Seorang hamba yang tidak mengasihi kawannya.
    28. Mat 18:23-35
    29. 2.15 Orang-orang upahan di kebun anggur.
    30. Mat 20:1-16
    31. 2.16 Dua orang anak laki-laki.
    32. Mat 21:28-32
    33. 2.17 Penggarap-penggarap kebun anggur yang jahat.
    34. Mat 21:33-45
    35. 2.18 Perjamuan kawin.
    36. Mat 22:2-14
    37. 2.19 Pohon ara yang daunnya bertunas.
    38. Mat 24:32-34
    39. 2.20 Tuan rumah yang berjaga-jaga.
    40. Mat 24:43
    41. 2.21 Hamba yang setia dan hamba yang jahat.
    42. Mat 24:45-51
    43. 2.22 Sepuluh anak gadis.
    44. Mat 25:1-13
    45. 2.23 Talenta.
    46. Mat 25:14-30
    47. 2.24 Kerajaan yang terpecah-pecah.
    48. Mr 3:24
    49. 2.25 Satu rumah tangga yang terpecah-pecah.
    50. Mr 3:25
    51. 2.26 Seorang yang kuat.
    52. Mr 3:27; Luk 11:21
    53. 2.27 Benih yang tumbuh.
    54. Mr 4:26-29
    55. 2.28 Pelita yang menyala.
    56. Mr 4:21; Luk 11:33-36
    57. 2.29 Seorang yang bepergian.
    58. Mr 13:34-37
    59. 2.30 Orang buta yang menuntun orang buta.
    60. Luk 6:39
    61. 2.31 Selumbar dan balok.
    62. Luk 6:41,42
    63. 2.32 Pohon dan buahnya.
    64. Luk 6:43-45
    65. 2.33 Seorang pelepas uang dan orang-orang yang berhutang.
    66. Luk 7:41-47
    67. 2.34 Seorang Samaria yang murah hati.
    68. Luk 10:30-37
    69. 2.35 Seorang sahabat yang meminta dengan tidak merasa malu.
    70. Luk 11:5-9
    71. 2.36 Seorang kaya yang bodoh.
    72. Luk 12:16-21
    73. 2.37 Awan dan angin.
    74. Luk 12:54-57
    75. 2.38 Pohon ara yang tidak berbuah.
    76. Luk 13:6-9
    77. 2.39 Orang-orang yang diundang.
    78. Luk 14:7-11
    79. 2.40 Orang yang mendirikan sebuah menara.
    80. Luk 14:28-30,33
    81. 2.41 Raja yang hendak pergi berperang.
    82. Luk 14:31-33
    83. 2.42 Garam yang menjadi tawar.
    84. Luk 14:34,35
    85. 2.43 Domba yang hilang.
    86. Luk 15:3-7
    87. 2.44 Dirham yang hilang.
    88. Luk 15:8-10
    89. 2.45 Anak yang hilang.
    90. Luk 15:11-32
    91. 2.46 Bendahara yang tidak jujur.
    92. Luk 16:1-8
    93. 2.47 Orang kaya dan Lazarus.
    94. Luk 16:19-31
    95. 2.48 Janda yang tidak putus harap.
    96. Luk 18:1-8
    97. 2.49 Seorang Farisi dan seorang pemungut cukai.
    98. Luk 18:9-14
    99. 2.50 Sepuluh mina.
    100. Luk 19:12-27
    101. 2.51 Gembala yang baik.
    102. Yoh 10:1-6
    103. 2.52 Pokok anggur yang benar.
    104. Yoh 15:1-5

Perumpamaan [lambang]

Mirip simile, membandingkan dua hal yang berbeda tapi dengan lebih rinci dan panjang. Perumpamaan adalah kisah tentang sesuatu yang mungkin saja terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tapi tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan kebenaran rohani tertentu. Perumpamaan adalah salah satu cara khas yang dipakai Yesus untuk mengajar selama pelayanan-Nya di dunia (lih Mat 13).

PERUMPAMAAN [browning]

*Mengajar dengan menggunakan perbandingan: cerita yang berbeda panjangnya dan mengandung arti, atau pesan melampaui cerita harfiahnya dengan selalu ada unsur metaforanya. Dalam pengajaran Yesus ungkapan nyata yang pendek-pendek (aforisme, seperti Mat. 24:28) berjajaran dengan pengajaran perumpamaan yang panjang (Mat. 25:1-13) dan kumpulan pengajaran itu tidak mesti disampaikan kepada 'orang banyak' mungkin itu disampaikan kepada kelompok-kelompok akrab dalam suatu percakapan. Ada orang-orang yang sangat berkeinginan dan berperhatian, atau hanya ingin tahu yang mengundang Yesus untuk perjamuan malam (Luk. 14:15 dst.)

Berabad-abad ada tradisi untuk menafsirkan perumpamaan Yesus sebagai *alegori. *Augustinus mengartikan setiap tokoh dan setiap tindakan dalam perumpamaan *orang Samaria yang murah hati sebagai umpama dari satu pokok ajaran *iman Kristen -- penginapan adalah Gereja, pemilik penginapan ialah Paulus, kedua *dinar yang diberikan melambangkan kedua *sakramen dari Kitab-kitab Injil. Ilmu kritis modern telah mencoba memikirkan semuanya kembali ke dalam tujuan dan. maksud Yesus serta pendengar-Nya semula. Awal penafsiran baru itu digelorakan oleh Adolf *Julicher pada 1888; bukunya mengenai perumpamaan-perumpamaan memperjuangkan pendapat bahwa inti dari suatu perumpamaan hanya mempunyai satu titik perbandingan tunggal -- misalnya 'sekarang adalah hari *keselamatan itu'. Setelah seabad diperdebatkan lebih lanjut prinsip Julicher harus diubah sedikit.

Dalam beberapa perumpamaan ada unsur-unsur alegoris (mis. perumpamaan tentang penggarap kebun anggur, Mat. 21:33 dst.), juga dalam interpretasi yang diberikan pada perumpamaan-perumpamaan itu (seperti dalam hal perumpamaan seorang penabur di Mrk. 4:13-20). Sering dikatakan bahwa beberapa perumpamaan seperti yang dicatat itu menoleh pada *pelayanan dan *kematian Yesus yang sudah lewat lalu diartikan demikian. Dengan demikian, itu adalah ciptaan Gereja Perdana dalam konfliknya yang berkelanjutan dengan Yudaisme. Tetapi, bagi pembaca Injil, interpretasi tersebut adalah sah, dan menghadirkan kesadaran akan krisis yang memang digumuli oleh orang-orang sezaman Yesus maupun oleh para pembaca Injil tersebut. Sesudah masa menabur tibalah panen, yang selalu adalah sekarang.

Beberapa perumpamaan dalam Alkitab (tentang kebun anggur, Yes. 5:1-6; Mat. 13:24-30) mempunyai semacam teologi natural -- suatu penalaran untuk kehadiran dan tindakan Allah melalui kenyataan alamiah biasa dan yang kita alami. Di lain pihak, kegiatan pertanian atau kehidupan manusiawi itu dapat dilukiskan secara mustahil atau dengan tidak normal -- hakim yang tidak benar dalam perumpamaan Luk. 18:2-5 tidaklah normal, demikian juga pegawai yang melanggar ketentuan umum dalam pembayaran upah pada perumpamaan Mat. 20:1-15. Perumpamaan-perumpamaan seperti itu menyatakan kontras antara *anugerah dan yang normal. Kedaulatan Allah tidaklah seperti kontrak hukum antara majikan dan pegawai: Hutang seribu talenta yang dihapus itu adalah jumlah yang luar biasa; adalah sangat mengherankan bahwa kesepuluh gadis itu tertidur (Mat. 18:24 dst.; dan Mat. 25:5). Ada suatu paradoksa. Perumpamaan-perumpamaan Yesus itu dimaksudkan untuk mengajar dan meyakinkan. Tetapi, umumnya itu tidak terjadi. Hal itu menjadi pertanyaan besar bagi Gereja perdana: bagaimana mungkin bahwa Mesias itu datang kepada milik-Nya dan orang milik-Nya itu tidak mengenali-Nya?

Pendapat William *Wrede dan ahli-ahli PB lain adalah bahwa penulis Injil Markus mempunyai penjelasan untuk kegagalan umat milik-Nya ini, yang diungkapkan dalam Mrk. 4:11-12 (dengan mengutip Yesaya). Yesus sadar bahwa diri-Nya adalah :Mesias (menurut teori Wrede), tetapi Ia menyembunyikannya sampai *murid-murid-Nya menyadarinya setelah *kebangkitan-Nya; perumpamaan-perumpamaan itu dengan sengaja disampaikan dalam dandanan yang untuk sementara menyembunyikan arti yang sebenarnya.

Teori Wrede tentang *rahasia mesianik itu sekarang tidak banyak diterima seperti ia kemukakan, namun memang ada semacam kerahasiaan dari sejak semula di sekitar pelayanan Yesus. Kata Yunani, parabole, dapat diterjemahkan sebagai teka-teki dan begitulah Mrk. 4:11 dapat diartikan: 'tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan/teka-teki'. Arti *Kerajaan Allah terselubung bagi orang luar, atas maksud Allah. Dengan demikian, rahasia itu termasuk pada Injil, itu termasuk pada ciri tindakan Allah dalam Kristus, sama seperti *mukjizat-mukjizat yang lainnya dapat dikenali oleh iman yang dikaruniakan Allah. Adalah unsur dasar dari pengertian PB tentang Yesus, bahwa Yesus tidak memaksakan iman dengan argumen yang tidak dapat dibantah; iman dan tanggung jawab itu diserahkan kepada orang itu sendiri, sebab Yesus menghendaki kebebasan. Dulu orang tidak ditempa ke dalam iman, maka sekarang pun para pembaca Injil tidak dipaksa. Tetapi, terjemahan teka-teki itu tidak selalu cocok untuk setiap perumpamaan Yesus, dan memang perumpamaan-perumpamaan Yesus gamblang dan cerita lumrah yang dibuat untuk meyakinkan pendengarnya supaya melakukan sesuatu, atau untuk berubah sikap, dalam arti mendasar.

UMPAMA, PERUMPAMAAN [ensiklopedia]

I. Perumpamaan dan penafsirannya

Kata Yunani untuk perumpamaan ialah parabole, artinya 'meletakkan barang-barang berdampingan'. Padanan bh Indonesianya, yakni 'perumpamaan', artinya perbandingan, ibarat. Dalam dunia kristiani istilah 'perumpamaan' dikhususkan untuk cerita-cerita atau lukisan-lukisan yg digunakan Tuhan Yesus guna mengajarkan kebenaran-kebenaran rohani.

Pengkhotbah kristiani sepanjang abad selalu berusaha -- demi tujuan khotbahnya -- menggali dalam perumpamaan-perumpamaan itu lebih banyak ajaran atau kebenaran, dibandingkan pertama kalinya Yesus mengajarkannya. Cara yg biasa dipedomani dalam hal ini ialah menganggap bahwa sampai dengan rincian perumpamaan itu mempunyai arti atau melambangkan sesuatu, walaupun nyatanya hal itu tidak berkaitan dengan ceritanya sendiri. Sebagai akibatnya timbul perlawanan kritis dari para ahli, ump Julicher, yg tegas menyatakan bahwa maksud suatu perumpamaan adalah hendak mengajarkan hanya satu ajaran atau kebenaran (walaupun mereka sendiri tidak sepakat yg mana ajaran tunggal itu!). Menurut mereka keterangan mengenai perumpamaan 'penabur' dan 'lalang di antara gandum' ump, yg disajikan dalam PB cenderung mencari-cari arti khusus dalam perincian perumpamaan itu, yg terjadi kemudian sesudah zaman Tuhan Yesus. Dan menurut mereka hal itu sangat merugikan gereja Kristen. Tapi nyatanya tak mungkin menentukan perbedaan yg gamblang antara perumpamaan dan alegori dalam cerita-cerita yg diucapkan Tuhan Yesus. Dan dari beberapa perumpamaan-Nya dapat digali beberapa pelajaran, mis perumpamaan 'anak yg hilang'; di situ ditekankan sukacita Allah Bapak mengampuni anak-anak-Nya, sifat pertobatan, dosa kecemburuan dan pembenaran diri sendiri (Luk 15:11-32).

Beberapa ahli zaman sekarang, seperti Yeremias, berusaha membedakan Kitab-kitab Injil perihal ajaran-ajaran sederhana yg Yesus maksudkan untuk disampaikan melalui perumpamaan-Nya, dan pada pihak lain pengertian-pengertian rumit yg diberikan kepada perumpamaan itu oleh guru-guru Kristen pertama, sebelum perumpamaan-perumpamaan itu akhirnya mendapat bentuknya dalam Kitab-kitab Injil. Tapi usaha-usaha demikian untuk memisahkan unsur asli dari unsur tambahan tidak boleh tidak lebih bersifat subyektif daripada bersifat ilmiah. Jelas bahwa Kitab-kitab Injil tidak selalu menyebut pada peristiwa apa pertama kalinya suatu perumpamaan diucapkan, atau kepada siapa ditujukan perumpamaan itu pada pertama kalinya diucapkan. Dalam hal perumpamaan 'orang Samaria yg murah hati' (Luk 10:25), 'Dua orang yg berhutang' (Luk 7:41), 'Anak-anak yg bermain di pasar' (Luk 7:31-32), dan 'perumpamaan uang mina', kait naskahnya jelas sekali dan memberikan kunci untuk menafsirkannya. Tapi kelihatannya sering terjadi, bahwa cerita-cerita Yesus baru timbul dalam ingatan kembali, sesudah peristiwa-peristiwa yg terkait dengannya lama terlupakan. Dan para penginjil kadang-kadang mencocokkannya dengan pemberitaan mereka, sambil mengungkapkan hal yg pertama-tama mendorong Tuhan Yesus mengungkapkannya (lih Luk 18:19). Suatu kumpulan dari 7 perumpamaan, terlepas dari kait naskahnya, terdapat dalam Mat 13.

Sikap terlalu mengorek-ngorek dan terlalu menyederhanakan -- kedua-duanya harus disingkirkan dalam menafsirkan perumpamaan. 'Mis, mengatakan bahwa perumpamaan Anak yg hilang adalah injil dalam Injil, lalu menarik kesimpulan dari perumpamaan ini bahwa dalam agama Kristen tidak penting ajaran pendamaian, jelas adalah menyesatkan. Halnya sama menyesatkan juga, jika berdasarkan perumpamaan Orang Samaria yg murah hati kita menganggap bahwa pelayanan praktis terhadap sesama kita adalah inti utama dan satu-satunya tujuan agama Kristen' (R. V. G Tasker, The Nature and Purpose of the Gospels, 1957, hlm 57-58). Sama juga salahnya menerapkan pertimbangan susila dan ekonomi untuk menafsirkan perumpamaan, bila pertimbangan seperti itu ternyata tidak berhubungan dengan cerita perumpamaan terkait. Ump 'perumpamaan tentang bendahara yg tidak jujur' (Luk 16:1-9) mengajarkan bahwa ihwal hari kemudian adalah penting, dan bahwa manusia harus bersiap-siap untuk itu; tapi ihwal moralitas dari perbuatan bendahara itu tidak ada hubungannya dengan ajaran utama cerita ini. Juga menyimpang, jika berdasarkan kaidah moral dipertanyakan apakah dapat dibenarkan orang yg menjumpai 'harta yg terpendam di ladang' membeli tanah itu, dengan harga yg jauh lebih rendah dari nilainya (Mat 13:44). Ajaran dalam perumpamaan ini ialah, bahwa tidak ada harta yg harganya sebanding dengan harta Kerajaan Allah, dan jika seseorang tiba-tiba 'menjumpainya', hal itu menimbulkan sukacita besar baginya. Sekali lagi, sia-sia untuk menyatakan, bahwa perumpamaan tentang pekerja kebun anggur adalah menyoroti perihal gaji sekarang. Perumpamaan itu menggambarkan kebaikan Allah, yg memperlakukan orang selaras kasih karunia-Nya, dan tidak menurut jasa orang itu.

III. Sifat-sifat perumpamaan

Untuk melukiskan perumpamaan-Nya kadang-kadang Yesus mengambil ilustrasi dari alam sekitar, seperti perumpamaan penabur (Mrk 4:1-9), benih bertumbuh tak diketahui orang (Mrk 4:26-29), biji sesawi (Mrk 4:30-32), dan lalang (Mat 13:24-30). Kadang-kadang dari kebiasaan umum dalam hidup sehari-hari, seperti perumpamaan tentang ragi (Mat 13:33), pelita yg ditempatkan di atas kaki dian (Mrk 4:21), domba dan dirham (mata uang) yg hilang (Luk 15:3-10), orang yg bertalu-talu meminta (Luk 11:5-8), dan kesepuluh anak dara (Mat 25:1-13); juga dari peristiwa sejarah yg diketahui umum yg baru saja terjadi (Luk 19:14); pada waktu yg lain dari peristiwa yg dibayangkan pernah terjadi, atau yg mungkin saja terjadi, seperti perumpamaan hakim yg lalim (Luk 18:2-8), anak-anak yg bermain-main di pasar (Luk 7:31-35), para pekerja di kebun anggur (Mat 20:1-16), bendahara yg tidak jujur (Luk 16:1-9), dan anak yg hilang (Luk 15:11-32).

Bila kebenaran yg hendak diajarkan adalah sesuatu di luar pengalaman para pendengar-Nya, maka perumpamaan itu tidak hanya lebih bersifat fiktif, tapi juga lebih bersifat didaktis, seperti perumpamaan orang kaya dengan Lazarus (Luk 16:19-31); di situ Yesus mengakhiri cerita-Nya dengan menekankan, 'Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yg bangkit dari antara orang mati' (ay 31).

Kadang-kadang ajaran suatu perumpamaan jelas dari ceritanya sendiri, seperti dalam cerita orang kaya yg bodoh, dimana reductio ad absurdum -- pembuktian kesalahannya tatkala orang kaya itu mati -- tepat pada saat semua persediaannya sudah lengkap, agar ia bisa hidup aman dan bersenang-senang pada hari tuanya (Luk 12:16-21); tapi di sini pun masih ada ucapan, 'Demikianlah jadinya dengan orang yg mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah' (ay 21).

Pada peristiwa lain, kita jumpai Yesus memancing seorang pendengar agar mengungkapkan inti perumpamaanNya dengan bertanya, 'Siapakah di antara mereka yg akan terlebih mengasihi dia?' (Luk 7:42). Atau Dia sendiri menerangkan ajaran itu sebagai kesimpulan dari suatu cerita (seperti dim Mat 18:23; Dia menyimpulkan perumpamaan 'hamba yg tak mau mengampuni saudaranya' dgn perkataan, 'Maka BapakKu yg di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu').

Ada kalanya Yesus menjawab pertanyaan yg menyusul yg meminta penjelasan (seperti dim Mat 15:15; Petrus meminta Yesus menjelaskan makna: 'apa yg masuk ke dalam mulut seseorang, bukan itu yg menajiskannya, tetapi apa yg keluar dari mulutnya, itulah yg menajiskannya'). Yg lebih sering ialah, suatu cerita diceritakan tanpa keterangan apa-apa, dan para pendengar dibiarkan sendiri mengambil kesimpulannya. Bahwa sering kesimpulan yg ditarik adalah benar, walaupun tidak diterima, ternyata dari keterangan Mrk 12:12. Di situ disadari oleh pemimpin agama Yahudi, bahwa perumpamaan yg diucapkan Yesus tentang pekerja-pekerja atau para penggarap kebun anggur itu, dimaksudkan terhadap mereka.

IV. Kerajaan Allah

Banyak perumpamaan Tuhan Yesus berhubungan dengan suatu segi Kerajaan Allah, misalnya kodratnya, kedatangannya, nilainya, perkembangannya, pengorbanan yg dituntutnya, lingkungan kegiatannya, dst. Sangat wajar jika tafsiran atas perumpamaan-perumpamaan itu kebanyakannya dipengaruhi oleh pandangan tentang Kerajaan Allah, yg dianut oleh penafsir perseorangan. Para ahli teologi, ump penganut aliran eskatologi 'bongkar-bangkir' seperti Schweitzer, berkata bahwa Yesus menganggap kedatangan Kerajaan Allah sebagai peristiwa supra alami, yg akan terjadi mendadak dan merupakan bencana semesta di hari depan yg dekat sekali.

Pandangan ini mereka gunakan sebagai kunci untuk memahami semua perumpamaan Kerajaan Allah. Bahkan perumpamaan yg kelihatannya menunjukkan pertumbuhan atau perkembangan Kerajaan Allah, diartikan sesuai pandangan tadi. Ump makna perumpamaan tentang ragi mereka cari, bukan dalam sifatnya yg bekerja secara lambat dan diam-diam, tapi dalam pemuaian adonan itu secara tiba-tiba. Di pihak lain para ahli penganut aliran 'eskatologi kenyataan', menganggap bahwa Kerajaan Allah seluruhnya hadir dalam pengajaran dan perbuatan Yesus. Jadi bagi mereka perumpamaan tentang Kerajaan pada intinya adalah perumpamaan penggenapan Kerajaan itu. Tuaian yg disediakan pada abad-abad silam sekarang sudah tiba; biji sesawi yg dahulu ditanam, kini sudah setinggi semak, pada cabang-cabangnya dapat bertengger bermacam-macam burung. Ternyata, satu pun dari jenis tafsiran yg ekstrim ini tidak memberi tempat yg sewajarnya bagi bahan perumpamaan itu. Kedua-duanya terlalu disederhanakan.

Memperhatikan arti yg jelas dari perumpamaan Kerajaan ini, harus diakui bahwa di satu pihak memang Yesus memandang Kerajaan Allah itu telah hadir dalam ucapan-ucapan dan perbuatan-Nya. Tapi di pihak lain Ia memberitakan suatu kurun waktu, yg Ia sendiri tidak tahu panjangnya waktu itu (Mrk 13:32), pada kurun waktu mana Kerajaan Allah akan menjadi realita di tengah-tengah persekutuan pengikut-Nya, yaitu gereja-Nya di seluruh dunia. Ia menubuatkan bahwa Kerajaan Allah tidak akan diwujudkan lengkap seutuhnya, sebelum Ia sendiri datang kembali dalam kemuliaan-Nya.

Mula-mula kelihatannya ajaran Yesus itu kurang diacuhkan, tapi pada akhirnya menimbulkan pertentangan seperti tersirat dalam perumpamaan penabur, benih yg tumbuh diam-diam dan biji sesawi. Perumpamaan-perumpamaan ini diberitakan oleh Markus pada bagian pelayanan Yesus yg Dia batasi hanya kepada orang yg mau mendengarkan Dia. Yesus berbicara dengan perumpamaan-perumpamaan yg artinya hanya jelas bagi orang 'yg kepadanya diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah'. Sifat 'rahasia' ini digambarkan dalam perumpamaan penabur: 'Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian, bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yg lain?' (Mrk 4:13).

Rahasia itu ialah misteri dari aneka ragam tanggapan terhadap pemberitaan Kerajaan Allah. Perilaku yg diharapkan dari orang-orang yg mengikuti Kristus pada kurun waktu antara kedatangan-Nya yg pertama kali dan yg kedua kali, diungkapkan dalam beberapa perumpamaan; beberapa di antaranya disebut perumpamaan Kerajaan Allah dan yg lain tanpa keterangan. Murid-murid-Nya harus tekun berdoa, mengampuni orang lain, melayani sesamanya, menggunakan karunia Allah yg dikaruniakan kepada mereka, menjauhi ketamakan, tetap waspada, menjadi hamba yg setia, dan mengingat bahwa penghakiman terakhir terhadap mereka ditentukan oleh perilaku mereka sekarang ini.

V. Tujuan perumpamaan

Ada pendapat mengatakan bahwa Mrk 4:10-12 sangat sukar dipahami. Karena nampaknya bagian ini mengajarkan bahwa tujuan khas yg mendorong Yesus mengajar dengan memakai perumpamaan, bukanlah untuk menjelaskan apa yg rumit, melainkan agar orang yg tak percaya berkeras dalam kedurhakaannya. Tapi apa yg kelihatan sebagai keterangan tujuan dalam Mrk 4:12 ternyata adalah keterangan akibat (demikian Mat 13:11). Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus mungkin berakibat, dan sering sudah berakibat, mengeraskan hati orang durhaka. Sebab, sebenarnya perumpamaan Tuhan Yesus unik. Perumpamaan guru-guru lain dan para moralis sampai batas tertentu dapat dipisahkan dari diri mereka sendiri. Tapi Tuhan Yesus dengan perumpamaan-Nya sama sekali tak terpisahkan.

Gagal memahami Dia berarti gagal memahami perumpamaan-Nya. Akibatnya, barangsiapa tetap tidak menyadari siapa Yesus sesungguhnya, atau tetap tidak mengetahui sifat karunia yg dibawa-Nya bagi umat manusia, maka bagi orang itu rahasia Kerajaan Allah akan tetap tinggal rahasia, betapa banyaknya pun perumpamaan yg dia dengar tentang itu.'

Kepada orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan' (Mrk 4:11). Bagi mereka -- seluruh pelayanan jabatan Yesus, segala sesuatu yg Dia ucapkan, tidak hanya bagian ajaran-Nya yg Dia ucapkan dalam 'perumpamaan', juga semua mujizat-Nya -- tetap tinggal sebagai cerita duniawi biasa saja, sama sekali tidak mempunyai arti yg lebih dalam. Semuanya itu adalah karena 'sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti' (Mat 13:14), dengan demikian kata-kata nubuat nabi Yesaya yg dikutip dalam Mat 13:14-15 dan Mrk 4:12 digenapi dalam diri mereka. Penting dicatat di sini, bahwa kutipan yg sama dari Yesaya terdapat juga dalam Yoh 12:40, untuk menjelaskan mengapa orang Yahudi tidak man percaya kepada Yesus, 'meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di hadapan mereka' (Yoh 12:37).

VI. Injil Yoh

Dalam Yoh 10:6 kiasan gembala yg benar dan gembala penipu disebut paroimia, harfiah 'sesuatu yg diucapkan sekilas'. Kata ini diterjemahkan 'perumpamaan'. Tapi dalam Yoh 16:25 paromia diterjemahkan 'kiasan', dan memang benar, tidak ada perumpamaan dalam Injil keempat. Yg ada ialah beberapa kiasan tentang Yesus, ump Gembala yg Baik, Pohon Anggur yg Benar, Pintu, Terang Dunia, Jalan, Kebenaran dan Hidup.

KEPUSTAKAAN. F Hauck, TDNT5, hlm 744-761; C. H Dodd, The Parables of the Kingdom2, 1961; C. W. F Smith, The Jesus of the Parables, 1948; A. M Hunter, Interpreting the Parables, 1960; The Parables Then and Now, 1971; H Thielicke, Tlr Waiting Father, 1960; J Jeremias, The Parables of Jesus, 1963; G. V Jones, The Art and Truth of the Parables, 1964; E Linnemann, Parables of Jesus, 1966; J. D. M Derrett, Law in the NT, 1970; D. O Via Jr., The Parables; Their Literary and Existential Dimension, 1967; J. D Crossan, In Parables: The Challenge of the Historical Jesus, 1973; N Perrin, Jesus and the Language of the Kingdom, 1976. Mengenai Yoh, lih C. H Dodd, Historical Tradition in the Fourth Gospel, 1963; A. M Hunter, According to John, 1968. Tentang hermeneutika dan perumpamaan, lih A. C Thiselton, SJT 23, 1970, hlm 437-468. RVGT/IHM/MHS/HAO


Lihat definisi kata "Perumpamaan" dalam Studi Kata



TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.10 detik
dipersembahkan oleh YLSA