Teks -- 1 Samuel 17:1-11 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
BIS -> 1Sam 17:4
BIS: 1Sam 17:4 - kira-kira tiga meter Ibrani: kira-kira tiga meter; sebuah naskah Ibrani kuno, dan sebuah terjemahan kuno: kira-kira dua meter.
Ibrani: kira-kira tiga meter; sebuah naskah Ibrani kuno, dan sebuah terjemahan kuno: kira-kira dua meter.
Jerusalem: 1Sam 17:4 - Goliat Menurut 2Sa 21:19 Goliat ditewaskan oleh seorang pahlawan Daud dan tradisi itulah yang rupanya tradisi paling tua. Tradisi asli yang melatar-belakangi...
Ini menurut terjemahan Yunani. Naskah Ibrani rusak.
Ende: 1Sam 17:1--18:2 - -- Dalam bagian ini dua tradisi muntjul mengenai tjara Dawud datang dalam istana
Sjaul. Menurut 1Sa 17:1-11, jang meneruskan 1Sa 16:14-23,
Dawud dipanggi...
Dalam bagian ini dua tradisi muntjul mengenai tjara Dawud datang dalam istana Sjaul. Menurut 1Sa 17:1-11, jang meneruskan 1Sa 16:14-23, Dawud dipanggil sebagai biduan, jang lalu menjertakan Sjaul dalam pertempuran dan mengalahkan Goljat (1Sa 17:32-53). Menurut 1Sa 17:12-30 Dawud adalah seorang gembala muda, jang membawa bekal kepada kakak2nja dimedan perang. lalu muntjul raksasa Felesjet dan tradisi ini menjusul tradisi jang pertama (1Sa 17:32-53). Lalu baru ia dipanggil kedalam istana (1Sa 17:55-18:2).
Lima ribu misjkal ialah Lk. 80 kilo.
enam ratus misjkal ialah Lk.9 kilo.
diperbaiki menurut tjatatan naskah Hibrani Kere. Tertulis: "anak-panah".
diperbaiki menurut kiraan. Kata Hibrani sukar untuk diartikan.
Ref. Silang FULL: 1Sam 17:1 - Filistin mengumpulkan // antara Sokho // dan Azeka · Filistin mengumpulkan: 1Sam 13:5
· antara Sokho: Yos 15:35; 2Taw 28:18
· dan Azeka: Yos 10:10,11; Yos 10:10; Yos 10:11
· Filistin mengumpulkan: 1Sam 13:5
· antara Sokho: Yos 15:35; 2Taw 28:18
· dan Azeka: Yos 10:10,11; [Lihat FULL. Yos 10:10]; [Lihat FULL. Yos 10:11]
· Lembah Tarbantin: 1Sam 21:9
· Namanya Goliat: 1Sam 21:9; 2Sam 21:19
· memanggul lembing: 1Sam 17:45; 1Sam 18:10
Ref. Silang FULL: 1Sam 17:7 - seperti pesa // pembawa perisai · seperti pesa: 2Sam 21:19; 1Taw 11:23; 20:5
· pembawa perisai: 1Sam 17:41
· seperti pesa: 2Sam 21:19; 1Taw 11:23; 20:5
· pembawa perisai: 1Sam 17:41
· Pilihlah: 2Sam 2:12-17
Ref. Silang FULL: 1Sam 17:10 - Aku menantang // lawan seorang · Aku menantang: 1Sam 17:26,45; 2Sam 21:21
· lawan seorang: 1Sam 17:23
· Aku menantang: 1Sam 17:26,45; 2Sam 21:21
· lawan seorang: 1Sam 17:23
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Sam 17:1-11
Matthew Henry: 1Sam 17:1-11 - Tantangan Goliat kepada Israel
Daud adalah orang yang Allah bersuka untuk memberikan kehormatan kepadanya, sebab dia adalah seorang yang dekat di hati-Nya. Kita telah membaca di ...
- Daud adalah orang yang Allah bersuka untuk memberikan kehormatan kepadanya, sebab dia adalah seorang yang dekat di hati-Nya. Kita telah membaca di dalam pasal sebelumnya, sesudah dia diurapi, bagaimana Penyelenggaraan Allah menjadikan dia terkenal di istana. Kita membaca dalam pasal ini bagaimana Penyelenggaraan Allah menjadikannya jauh lebih terkenal di dalam perkemahan, dan, melalui keduanya, tidak hanya menandainya sebagai seorang yang agung, tetapi juga melayakkannya untuk takhta yang telah dipersiapkan baginya. Di dalam istana dia hanyalah seorang tabib Saul. Tetapi di dalam perkemahan, ia seorang juara Israel. Di sana dia sungguh-sungguh berperang dan mengalahkan Goliat orang Gat. Dalam kisah ini amatilah,
- I. Betapa gagah perkasanya sosok Goliat, dan betapa beraninya dia menantang para tentara Israel (ay. 1-11).
- II. Betapa hinanya sosok Daud ketika Penyelenggaraan Allah membawanya masuk ke dalam pasukan (ay. 12-30).
- III. Kekuatan yang tak seimbang yang dipunyai oleh Daud untuk menghadapi orang Filistin ini (ay. 31-39).
- IV. Dengan ketetapan iman Daud menghadapi Goliat (ay. 40-47).
- V. Kemenangan mulia yang diperoleh Daud atas Goliat dengan sebuah umban dan sebuah batu di tangannya, dan keuntungan yang didapat Israel atas orang-orang Filistin (ay. 48-54).
- VI. Perhatian besar yang diberikan kepada Daud di istana (ay. 55-58).
Tantangan Goliat kepada Israel (17:1-11)
- Sesungguhnya belum lama ini orang-orang Filistin benar-benar telah dikalahkan, sangat parah keadaannya. Sebetulnya mereka sudah bisa dihabiskan seluruhnya jika saja Saul tidak bertindak ceroboh dan tergesa-gesa waktu itu. Namun di sini kita mendapati mereka maju kembali. Amatilah,
- I. Bagaimana orang Filistin mengumpulkan tentaranya untuk berperang (ay. 1). Mereka turun mendatangi negeri Israel, dan sepertinya telah menduduki sebagian tanahnya, sebab mereka berkemah di suatu tempat yang di tanah Yehuda (KJV: yang menjadi milik Yehuda). Tanah Israel tidak akan pernah dijalani dan diduduki para tentara Filistin jika saja Israel berlaku setia kepada Allah mereka. Orang-orang Filistin, kemungkinannya, telah mendengar bahwa Samuel telah bertengkar dengan Saul dan telah meninggalkannya. Dan bahwa ia tidak lagi membantu serta menasihatinya, dan bahwa Saul menjadi bertambah sedih dan tidak cakap dalam memerintah. Kabar ini mendorong mereka untuk berusaha mendapatkan kembali kejayaan mereka yang telah hilang beberapa waktu ini. Para musuh jemaat selalu mengintai untuk mengambil keuntungan, dan mereka tidak akan pernah berhasil selama para pemimpinnya tidak menyulut murka Roh Allah dan para nabi-Nya sehingga meninggalkan mereka. Saul juga mengumpulkan pasukannya dan pergi menghadapi mereka (ay. 2-3). Dan di sini kita harus memperhatikan,
- 1. Bahwa roh jahat, untuk saat ini, telah meninggalkan Saul (16:23). Kecapi Daud telah memberikan kelegaan kepadanya, mungkin tanda peringatan dan urusan perang telah mencegah kembalinya gangguan jiwanya itu. Kesibukan adalah sebuah obat penawar yang baik terhadap kegundahan hati. Kiranya pikiran memiliki sesuatu di luar untuk dipikirkannya dan membuatnya sibuk, sehingga menjadi sangat kecil bahaya untuk memangsa dirinya sendiri. Allah bermurah hati kepada Israel, sehingga Ia menunda hukuman-Nya untuk sementara waktu. Sebab betapa terganggunya urusan rakyat jika pada saat ini pikiran raja terganggu!
- 2. Pada waktu orang Filistin menantang orang Israel, Daud saat itu telah kembali ke Betlehem dan telah meninggalkan istana (ay. 15). Saat Saul tidak punya keperluan lagi untuk menggunakan Daud untuk melegakan dia dari gangguan jiwanya, Daud pulang ke rumahnya di Betlehem, kembali menjaga kambing domba ayahnya. Sebenarnya ia dapat saja tinggal terus di istana, karena ia telah diurapi, punya kedudukan sebagai pembawa senjata Saul. Ini adalah sebuah contoh yang jarang terjadi, seorang muda yang memiliki kedudukan tinggi tetapi rendah hati dan menyayangi orangtuanya. Ia tahu lebih baik daripada kebanyakan orang lain bagaimana untuk turun kembali setelah dia mulai naik. Anehnya ia lebih memilih mengundurkan diri kepada kehidupan penggembalaan di desa daripada segala kesenangan dan kehidupan mewah di istana. Tidak ada orang yang lebih pantas mendapat kehormatan selain dia, atau lebih layak mendapatkan yang lebih baik daripadanya, namun juga tidak ada yang mau memilih untuk mati terhadap kehormatan dan kesenangan lebih daripada dia.
- II. Bagaimana orang Filistin menantang Israel dengan Goliat pahlawan mereka, yang mereka sama banggakan seperti ia sendiri bangga dengan dirinya. Mereka mengharapkan ia memulihkan kejayaan dan kekuasaan mereka. Mungkin tentara Israel lebih unggul dalam jumlah dan kekuatan daripada tentara Filistin, sehingga orang Filistin enggan bertempur dan hanya memanas-manasi orang Israel saja. Mereka lebih menginginkan pertempuran satu lawan satu, karena dengan seorang jagoan seperti Goliat mereka berharap mendapat kemenangan. Sekarang tentang sang jagoan ini amatilah,
- 1. Ukurannya yang sungguh tidak biasanya. Ia keturunan orang Enak, yang tetap bertahan di Gat pada zaman Yosua (Yos. 11:22), dan meneruskan suatu bangsa raksasa di sana, di mana Goliat adalah salah satunya, mungkin salah satu dari yang terbesar. Tingginya enam hasta sejengkal (ay. 4). Menurut cendekiawan Uskup Cumberland, satu hasta kurang lebih 21 inci, dan satu jengkal sama dengan setengah hasta. Dengan perhitungan ini, tinggi Goliat kira-kira 3,4 meter, seorang monster, sehingga teramat menakutkan, apalagi kalau disertai kekuatan dan semangat tinggi.
- 2. Senjata Goliat. Keahlian, dan juga alam, menjadikan dirinya mengerikan. Ia diperlengkapi sangat baik dengan senjata pelindung (ay. 5-6): Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik, terbuat dari plat tembaga yang diletakkan di atas satu sama lain, seperti sisik ikan. Karena kakinya dapat dijangkau oleh seorang laki-laki biasa, maka dia memakai penutup kaki dari tembaga, dan baju tembaga penutup badan. Baju zirahnya disebutkan mencapai berat 5000 syikal, dan satu syikal sama dengan 14 gram, jadi seluruhnya sekitar 70 kilogram, luar biasa berat untuk dapat dipikul oleh seorang laki-laki, ditambah semua perlengkapan lain dari senjatanya yang seimbang beratnya. Namun menurut beberapa penafsir, terjemahannya sebaiknya bukan berat dari baju zirah, tetapi nilai darinya, yaitu 5000 syikal. Demikian mahalnya. Senjata-senjata perangnya untuk menyerang sangat luar biasa, yang di antaranya hanya tombak yang disebutkan di sini (ay. 7). Tombaknya berujung lancip tajam. Sebelah tangannya sanggup mengangkatnya, tetapi nyaris tidak dapat diangkat oleh seorang laki-laki biasa. Hanya perisainya, yang paling ringan dari semua perlengkapannya, dapat dibawa oleh pembawa senjatanya, mungkin untuk tanda kebesaran saja. Sebab seseorang yang telah dibalut seluruhnya dengan tembaga kurang membutuhkan sebuah perisai.
- 3. Tantangannya. Setelah orang-orang Filistin memilihnya sebagai pahlawan mereka, untuk menyelamatkan diri dari bahaya pertempuran, sekarang giliran Goliat melempar tantangan dan meminta tawaran balik kepada tentara Israel (ay. 8-10). Ia masuk ke dalam lembah yang terletak di antara perkemahan, dan dengan suaranya yang mungkin jauh lebih kuat daripada suara orang-orang seperti juga tangannya, dia berseru hingga terdengar oleh semua orang, berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan seorang. Ia berdiri gagah dengan pongahnya, sebab ia jauh lebih tinggi dan lebih kuat daripada semua orang lain. Dalam hatinya (kata Uskup Hall) tidak ada apa-apa selain segumpal daging yang sombong. Ia memandang Israel dengan hina, sebab tidak ada seorang raksasa monster pun di antara mereka. Ia menantang mereka untuk mendapatkan seorang laki-laki di antara mereka yang cukup berani untuk bertanding dengannya.
- (1) Ia mengolok-olok mereka bodoh, karena mengumpulkan para tentara: “Mengapa kamu keluar untuk mengatur barisan perangmu? Beraninya kalian menantang orang Filistin yang gagah perkasa?” Atau, “Mengapa pasukan kalian dengan pasukan kami harus berperang, padahal sudah bisa ditentukan siapa yang akan menang, dengan hanya mengorbankan satu nyawa saja?”
- (2) Ia menawarkan untuk menyelesaikan pertikaian dengan mengusulkan pertarungan satu lawan satu. “Jika pahlawanmu dapat mengalahkan aku, kami semua akan menjadi budakmu. Tetapi jika aku membunuhnya, maka kalian semua akan menjadi budak kami.” Hal ini, kata Uskup Patrick, hanya omong kosong saja, sebab tidak ada bangsa yang bersedia mempertaruhkan keberhasilan perang hanya pada diri satu orang saja, dan hal itu juga tidak dapat dibenarkan. Kendati ketetapan Goliat seperti, ketika dia dibunuh, orang-orang Filistin tidak mau berpegang pada perkataannya, atau menyerahkan diri sebagai budak-budak Israel. Ketika dia menyombongkan diri, aku seorang Filistin dan kamu adalah hamba Saul, dia memandang diri hebat, seorang pemimpin tertinggi, dan menantang seorang Israel. Ia memandang orang Israel tidak lebih dari sekadar budak-budak belaka. Terjemahan bahasa Aram menyebut dia menyombongkan diri sebagai orang yang telah membunuh Hofni dan Pinehas serta merampas tabut perjanjian, tetapi orang Filistin tidak pernah memberikan kepadanya pangkat panglima sebagai balas jasanya, sementara Saul diangkat sebagai raja. Jadi, “Biarlah Saul yang menerima tantangan tersebut.”
- 4. Kegentaran menghantam orang Israel: Cemaslah hati Saul dan segenap orang Israel dan sangat ketakutan (ay. 11). Rakyat tidak menjadi tawar hati, tetapi mereka melihat Saul kehilangan keberanian. Dan hal itu tidak diharapkan bahwa, jika sang pemimpin menjadi seorang pengecut, maka para pengikutnya menjadi berani. Kita mendapati sebelumnya, ketika Roh TUHAN hinggap atas Saul (11:6), tak seorang pun yang lebih berani dari Saul atau maju untuk menjawab tantangan Nahas orang Amon itu. Tetapi sekarang Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, sehingga bahkan perawakan dan mulut besar dari seorang Filistin pun membuatnya kecil hati. Tetapi di manakah Yonatan selama ini? Mengapakah dia tidak menerima tantangan Goliat ini, padahal dalam perang sebelumnya ia begitu berani melawan seluruh tentara Filistin? Tak diragukan dia tidak merasa digerakkan oleh Allah, seperti dalam kasus sebelumnya. Yang terbaik, orang-orang yang paling berani adalah tiada lain selain yang dijadikan berani oleh Allah. Yonatan sekarang harus terduduk diam, sebab kehormatan untuk menghadapi Goliat disiapkan bagi Daud. Dalam tindakan yang besar dan baik, angin Roh TUHAN bertiup ketika dan ke mana Dia berkenan. Kini umat Israel menyesali putusnya hubungan raja mereka dengan nabi Samuel.
SH: 1Sam 17:1-11 - Tekanan terhadap Saul. (Jumat, 12 Desember 1997) Tekanan terhadap Saul.
Setelah Allah memilih Daud menjadi calon pengganti Saul, tekanan Saul semakin berat, karena Filistin siap menyerang Israel (ay...
Tekanan terhadap Saul.
Setelah Allah memilih Daud menjadi calon pengganti Saul, tekanan Saul semakin berat, karena Filistin siap menyerang Israel (ayat 1). Dalam keadaan ditinggalkan Tuhan, pasti jiwanya merana. Kondisi rohani berpengaruh ke kondisi jiwa dan jasmani. Saul tentu lemah dan tak berdaya karena tidak berkenan kepada Tuhan (ayat
Dari mana datangnya takut dan cemas? Mengapa Saul takut dan cemas? Apakah hal itu disebabkan oleh besarnya tubuh dan dahsyatnya kekuatan Goliat? Tidak! Sumber terdalam takut dan cemas dalam diri Saul adalah kesadaran telah ditinggalkan Tuhan. Kini semua ancaman bahaya harus dihadapi sendiri tanpa Allah. Itulah konsekuensi orang yang coba-coba berjalan mengikuti kemauan sendiri dan membangkang terhadap perintah Tuhan!
Renungkan: Meski iman saya kecil asalkan ditujukan pada Tuhan yang Maha Besar, sebesar apa pun masalah yang saya hadapi, dapat saya atasi karena Tuhan.
Doa: Tuhan, tolongku menilai masalahku dalam iman dan ketergantungan penuh kepada-Mu.
SH: 1Sam 17:1-27 - Ketika Daud vs. Goliat masih Daud vs. Goliat (Selasa, 5 Agustus 2003) Ketika Daud vs. Goliat masih Daud vs. Goliat
Maksudnya, ketika Daud vs. Goliat masih berarti remaja gembala
ingusan Israel tanpa pengalaman temp...
Ketika Daud vs. Goliat masih Daud vs. Goliat
Maksudnya, ketika Daud vs. Goliat masih berarti remaja gembala
ingusan Israel tanpa pengalaman tempur sama sekali, hanya
sesekali mengantar ransum roti dan keju (ayat 17-19) kepada
kakak-kakaknya yang serdadu, versus Goliat, tinggi: 288 cm,
pekerjaan: serdadu dan pendekar profesional TNKF (Tentara
Nasional Konfederasi Filistin). Lupakan dulu cerita sekolah
minggu yang penuh kejayaan Daud itu. Hayati nas hingga Anda
gentar, segentar jika Anda berhadapan langsung dengan tank
raksasa Amerika bila Anda serdadu Irak. Narasi dari 1-25
berturut-turut memberikan gambaran seperti apakah Goliat (ayat
Respons Israel sebenarnya adalah respons yang sebenarnya rasional dan manusiawi berdasarkan apa yang mereka ketahui di atas. Sayang ada satu hal yang tidak mereka ingat: Allah. Ketakutan dan kecemasan mereka yang amat sangat (ayat 11, 27) membuktikan bahwa Israel lebih "percaya" kepada mata tombak seberat 60-an kg dan badan raksasa ketimbang kuasa Allah. Sayang juga bahwa yang mengingatkan mereka justru adalah seorang remaja gembala bernama Daud. Daudlah yang pertama kali menyadari kebenaran ini; ketika Goliat mencemooh orang Israel, ia sebenarnya mencemooh Allah Israel (bdk. 25 dan 26). Tidak hanya sadar, Daud pun juga dipenuhi keyakinan bahwa Goliat tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Allah (ayat 26, "siapakah..."). Iman Daud (bdk. Ibr. 11:32) menjadikannya contoh nyata kedahsyatan kuasa Allah yang memakai orang yang percaya kepada-Nya.
Renungkan: Ingat selalu akan Allah, bahkan ketika keadaan menjadi sulit dan kelihatannya tidak mungkin bagi kita untuk bersikap sebagai umat- Nya! Kekuatan kita adalah Allah sendiri (Mzm. 46:2).
SH: 1Sam 17:1-27 - Hadapi realita dengan Iman (Senin, 30 Juni 2008) Hadapi realita dengan Iman
Dulu, saat Israel dalam perjalanan keluar dari Mesir dan menuju
Tanah Kanaan, mereka pernah memberontak pada Allah ka...
Hadapi realita dengan Iman
Dulu, saat Israel dalam perjalanan keluar dari Mesir dan menuju Tanah Kanaan, mereka pernah memberontak pada Allah karena ketakutan mendengar bahwa penduduk Kanaan raksasa yang perkasa (Bil. 13-14). Akibatnya Tuhan menghukum mereka.
Kini, ketakutan yang sama rupanya dialami oleh pasukan Israel, termasuk Raja Saul, saat melihat Goliat, pendekar Filistin, si raksasa yang perkasa. Catatan Alkitab menunjukkan bahwa gambaran itu tidaklah berlebihan: tingginya sekitar 3 meter, berat baju zirahnya sekitar 57 kilogram, berat mata tombaknya sekitar 7 kilogram (ayat 4-7). Saat itu Goliat menantang perkelahian satu lawan satu. Wajar kalau tidak ada orang Israel yang berani menghadapi Goliat. Tidak ada yang seimbang secara fisik. Tidak juga ketiga kakak Daud yang menjadi prajurit Saul (ayat 13).
Keberanian untuk melawan Goliat justru datang dari Daud, pemuda yang masih belia namun diurapi Allah. Keberanian Daud bukan karena ia perkasa atau secara fisik seimbang dengan Goliat. Daud berani karena ia tahu bahwa yang dia hadapi adalah seorang yang tak bersunat (ayat 26), artinya bukanlah umat Allah. Goliat juga menghujat Allah yang hidup. Meski dia sesumbar menantang umat Israel, sesungguhnya yang ia lawan adalah Allah sendiri.
Saat menghadapi musuh yang berat, seharusnya pertanyaan kita bukan seperti pertanyaan Israel, "Siapa yang berani melawan Goliat?" Hendaknya kita seperti Daud, yang bertanya, "Siapa yang berani-beraninya melawan Allah?" Ini pertanyaan orang beriman, yang berdiri di pihak Allah yang hidup. Iman seperti ini jugalah yang dulu membawa Yosua dan Kaleb boleh masuk ke tanah Kanaan, saat generasi pertama Israel dimusnahkan di padang gurun. Perjalanan hidup kita setelah dibebaskan Tuhan dari perbudakan dosa juga harus kita jalani dengan iman yang berani, karena keyakinan bahwa Tuhanlah yang mengarahkan dan memimpin langkah hidup kita.
SH: 1Sam 17:1-58 - Baca Gali Alkitab 3 (Senin, 19 Mei 2014) Baca Gali Alkitab 3
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang menyebabkan pasukan Israel, termasuk rajanya, Saul ketakutan menghadapi pasukan Filistin (1...
Baca Gali Alkitab 3
1. Apa yang menyebabkan pasukan Israel, termasuk rajanya, Saul ketakutan menghadapi pasukan Filistin (1-11)?
2. Siapakah Daud? Apa yang dilakukannya di medan perang (12-22)?
3. Apa komentar Daud melihat situasi di medan peperangan (23-27)?
4. Mengapa sang kakak marah kepada Daud (28-30)?
5. Bagaimana Daud meyakinkan Saul untuk melepasnya pergi melawan Goliat (31-39)?
6. Apa reaksi Goliat melihat si lawan tanding, Daud (40-44)?
7. Apa tantangan Daud kepada Goliat (45-47)?
8. Bagaimanakah Daud mengalahkan Goliat dan bagaimana pasukan Israel membuat pasukan Filistin kocar-kacir (48-54)?
9. Bagaimana respons Saul terhadap Daud (55-58)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa pengalaman Daud yang membuatnya berani menghadapi musuh seperti Goliat? Apakah Anda punya pengalaman serupa sehingga tidak mundur menghadapi musuh iman Anda?
2. Apa pengenalan Daud akan Allahnya yang membuat ia yakin bahwa Goliat akan dia kalahkan? Siapa Allah yang Anda kenal dan percayai sehingga Anda sanggup menghadapi musuh iman Anda?
Apa respons Anda?
1. Apa musuh Anda yang sedang menghadang iman Anda? Bagaimana selama ini Anda menghadapinya?
2. Apa yang akan Anda lakukan sekarang dalam menghadapi musuh iman Anda?
Pokok Doa:
Agar gereja melatih jemaat memiliki iman yang teguh sehingga tidak gampang digoyahkan oleh tantangan dunia.
SH: 1Sam 17:1-39 - Kacamata iman (Senin, 19 Mei 2014) Kacamata iman
Entah berapa waktu berlalu, sejak Roh Tuhan undur dari Saul untuk hadir atas Daud, sang urapan yang baru. Peperangan besar dengan Filis...
Kacamata iman
Entah berapa waktu berlalu, sejak Roh Tuhan undur dari Saul untuk hadir atas Daud, sang urapan yang baru. Peperangan besar dengan Filistin terjadi lagi. Daud tetap melayani Saul seperti biasanya saat-saat Saul sedang diganggu roh jahat, namun demikian ia tidak menemani Saul setiap saat (15).
Rupanya di perikop kita hari ini dua tokoh utama kitab 1 Samuel ini dipertemukan kembali dalam situasi yang berbeda. Saul, yang masih raja, tetapi sepertinya semakin tidak berdaya memimpin bangsanya. Buktinya, ia ketakutan bersama prajuritnya untuk menghadapi Filistin dan pendekar raksasanya, yaitu Goliat (11). Ia juga pesimis untuk mendapatkan dari tengah pasukannya, seorang perkasa yang berani dan mumpuni untuk perang tanding melawan Goliat (25, 33).
Sebaliknya Daud, yang hanya dikenal Saul sebagai pemuda yang selalu menghiburnya dengan kecapi, justru mendapatkan kesempatan untuk pergi ke medan perang atas permintaan orang tuanya untuk menengok beberapa kakaknya yang menjadi prajurit Saul. Di situ Daud mendapat dampratan dari kakak-kakaknya yang merasa kehadirannya tidak lebih dari keinginan kekanakan melihat keramaian (28). Namun Daud lebih peduli pada situasi di medan perang yang menurutnya tidak menunjukkan kualitas pasukan umat Tuhan dalam berperang (26).
Kesempatan datang ketika Saul memanggil dia. Sikap Daud yang berwibawa seharusnya membuat malu Saul. Dia, raja yang dulu gagah berani memimpin pasukan Israel melawan bangsa Amon (11:6-7) ternyata kalah berani dari Daud, yang pengalamannya terbatas pada melawan binatang buas (34-35). Justru di mata Daud, Goliat dan pasukan Filistin tidak lebih daripada binatang-binatang buas, yang sudah biasa dikalahkannya.
Daud bukan sedang menyombongkan diri melainkan dengan kaca mata iman, ia melihat musuh-musuh Allah tidak ada apa-apanya. Seperti Daud, seharusnya kita juga dengan kacamata iman berani melangkah maju dalam menghadapi setiap tantangan hidup ini, yaitu dengan bersandar penuh pada Tuhan.
SH: 1Sam 17:1-39 - Penyertaan Tuhan (Rabu, 21 Agustus 2019) Penyertaan Tuhan
Ketika badai kehidupan datang menerpa, kita bisa menjadi putus asa. Jalan terasa buntu. Lorong kegelapan menjadi begitu panjang dan ...
Penyertaan Tuhan
Ketika badai kehidupan datang menerpa, kita bisa menjadi putus asa. Jalan terasa buntu. Lorong kegelapan menjadi begitu panjang dan titik terang tak kunjung tiba.
Tentara Israel diperhadapkan lagi dengan tentara Filistin yang terus menggalang kekuatannya untuk berperang (1-3). Tentara Filistin memberikan kejutan baru dengan menampilkan Goliat (4). Ia mempunyai postur yang begitu tinggi dan memakai peralatan perang yang luar biasa (4-7). Goliat menantang dan mencemooh tentara Israel (8-10, 25). Hal ini membuat Saul dan segenap orang Israel ketakutan (11). Di tengah kemelut itu, muncullah Daud yang dengan berani berkata pada Saul untuk tidak tawar hati akan Goliat. Ia akan pergi melawannya (32). Mana mungkin Daud yang masih muda, seorang gembala dan tidak mempunyai pengalaman perang, akan sanggup mengalahkan Goliat yang gagah perkasa dan ahli dalam berperang (33)? Bahkan Eliab, kakak tertua Daud, tidak senang dengan kehadiran Daud di sana (28). Apakah Daud bermimpi bahwa ia akan sanggup mengalahkan Goliat?
Lihatlah, ketika orang Israel lari ketakutan saat melihat Goliat (24), Daud berlaku sebaliknya! Daud tidak sedang bermimpi atau berkhayal kosong. Sejak awal, ia berkeyakinan penuh akan penyertaan Tuhan dan tentara Filistin tidak akan sanggup mengalahkan Allah yang hidup (26). Penyertaan Allah yang nyata telah dilihat dan dirasakannya saat ia menggembalakan dan melindungi kambing domba ayahnya dari serangan binatang buas di padang luas (34-37). Ternyata, Daud sangat berpengalaman dalam iman untuk bergantung kepada Allah.
Bagaimana sikap kita menghadapi badai kehidupan? Mari meneladan Daud yang beriman bahwa pimpinan Allah besar dan nyata dalam kehidupan anak-anakNya (Ibr.13:5-6). Maju terus dalam iman untuk mengalahkan rintangan dan masalah yang ada di depan kita karena Allah berpihak kepada orang yang beriman.
Doa: Tuhan, kuatkanlah kami senantiasa dalam menghadapi setiap badai kehidupan dalam iman akan penyertaan-Mu. [Rud]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan ...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Keduanya diberi nama menurut nabi Samuel, tokoh yang sangat dihormati sebagai seorang pemimpin rohani Israel yang tangguh dan yang dipakai Allah untuk mengatur kerajaan teokratis. 1 Samuel meliputi hampir seratus tahun sejarah Israel -- dari kelahiran Samuel hingga wafatnya Saul (sekitar 1105-1010 SM) -- dan merupakan mata rantai sejarah yang utama di antara masa para hakim dengan raja Israel yang pertama. 2 Samuel terutama membahas raja Daud sedangkan 1 Samuel meliput tiga peralihan utama dalam kepemimpinan nasional: dari Eli ke Samuel, dari Samuel ke Saul, dan dari Saul ke Daud.
Masalah kepenulisan mencakup 1 dan 2 Samuel sebagai satu karya tunggal. Karena sebagian 1 Samuel dan seluruh 2 Samuel ditulis setelah kematiannya, Samuel hanya menjadi salah satu penulis penyumbang (bd. 1Sam 10:25). Karya terakhir ditulis oleh seorang sejarahwan dan nabi yang terilham yang memakai beberapa sumber, termasuk catatan-catatan Samuel (bd. 2Sam 1:18; 1Taw 27:24; 1Taw 29:29); identitas sejarahwan terilham ini tidak kita kenal. Kemungkinan besar kitab ini diselesaikan tidak lama sesudah tahun 930 SM, karena 1 Samuel tampaknya menunjuk kepada pecahnya kerajaan (1Sam 27:6) dan 2 Samuel berakhir dengan hari-hari terakhir Daud.
Tujuan
1 Samuel menguraikan titik peralihan yang kritis dalam sejarah Israel dari kepemimpinan para hakim kepada pemerintahan seorang raja. Kitab ini menyatakan ketegangan di antara pengharapan bangsa itu akan seorang raja (seorang pemimpin yang lalim, "seperti pada segala bangsa-bangsa lain," 1Sam 8:5) dan pola teokratis Allah, dengan Allah sebagai Raja mereka. Kitab ini menunjukkan dengan jelas bahwa ketidaktaatan Saul dan pelanggarannya terhadap tuntutan-tuntutan teokratis jabatannya membuat Allah menolak dan menggantikannya sebagai raja.
Survai
Isi 1 Samuel berfokus pada tiga pemimpin penting nasional: Samuel, Saul, dan Daud.
- (1) Samuel adalah hakim terakhir dan yang pertama memegang jabatan nabi (sekalipun dia bukan nabi yang pertama, bd. Ul 34:10; Hak 4:4). Sebagai seorang yang amat saleh dan berkarunia nubuat, Samuel
- (a) dengan bijaksana memimpin Israel kepada kebangunan ibadah yang sejati (pasal 7; 1Sam 7:1-17),
- (b) meletakkan landasan yang memberikan para nabi kedudukan yang layak di Israel (1Sam 19:20; bd. Kis 3:24; Kis 13:20; Ibr 11:32), dan
- (c) dengan jelas mendirikan kerajaan itu sebagai suatu kerajaan teokratis (1Sam 15:1,12,28; 1Sam 16:1). Pentingnya Samuel sebagai pemimpin rohani umat Allah selama masa perubahan besar dalam sejarah Israel digolongkan sebagai nomor dua setelah pentingnya Musa pada masa keluaran.
- (2) Saul menjadi raja pertama Israel karena bangsa itu menuntut seorang raja "seperti pada segala bangsa-bangsa lain" (1Sam 8:5,20). Saul dengan cepat menunjukkan bahwa secara rohani ia tidak cocok untuk memangku jabatan teokratis itu; karena itu dia kemudian ditolak oleh Allah (pasal 13, 15; 1Sam 13:1-22; 1Sam 15:1-35).
- (3) Daud, pilihan berikutnya untuk mewakili Allah sebagai raja, diurapi oleh Samuel (pasal 16; 1Sam 16:1-23). Daud menolak untuk merebut takhta Saul dengan kekerasan atau pemberontakan melainkan menyerahkan kenaikan pangkatnya kepada Allah. Sebagian besar pasal 19-30 (1Sam 19:1--30:31) menguraikan baik pelarian Daud dari Saul yang iri secara membabi buta maupun kesabaran Daud dalam menantikan Allah untuk bertindak pada waktu yang ditentukan-Nya. Kitab ini diakhiri dengan kematian Saul yang menyedihkan (pasal 31; 1Sam 31:1-13).
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai 1 Samuel.
- (1) Kitab ini dengan jelas menyajikan standar-standar kudus Allah bagi kerajaan Israel. Para raja Israel harus menjadi pemimpin yang tunduk kepada Allah selaku Raja sesungguhnya atas bangsa itu, menaati hukum-hukum-Nya dan membiarkan dirinya dibimbing dan ditegur oleh penyataan-Nya melalui para nabi.
- (2) Kitab ini mencatat dasar bagi permulaan pentingnya jabatan nabi di Israel sebagai sederajat secara rohani dengan jabatan imam. Kitab ini memuat beberapa rujukan pertama dalam PL kepada sekelompok nabi (1Sam 10:5; 1Sam 19:18-24).
- (3) Pertama Samuel menekankan pentingnya doa dan kuasanya (1Sam 1:10-28; 1Sam 2:1-10; 1Sam 7:5-10; 1Sam 8:5-6; 1Sam 9:15; 1Sam 12:19-23), Firman Allah (1Sam 1:23; 1Sam 9:27; 1Sam 15:1,10,23), dan Roh nubuat (1Sam 2:27-36; 1Sam 3:20; 1Sam 10:6,10; 1Sam 19:20-24; 1Sam 28:6).
- (4) Kitab ini berisi informasi biografis yang kaya dan wawasan mengenai tiga pemimpin penting Israel -- Samuel (pasal 1-7; 1Sam 1:1--7:17), Saul (pasal 8-31; 1Sam 8:1--31:13), dan Daud (pasal 16-31; 1Sam 16:1--31:13).
- (5) Kitab ini penuh dengan kisah-kisah Alkitab yang terkenal, misalnya Allah berbicara kepada Samuel muda (pasal 3; 1Sam 3:1-21), Daud dan Goliat (pasal 17; 1Sam 17:1-58), Daud dan Yonatan (pasal 18-20; 1Sam 18:1--20:43), iri hati dan ketakutan Saul akan Daud (pasal 18-30; 1Sam 18:1--30:31), dan Saul serta perempuan pemanggil arwah di En-Dor (pasal 28; 1Sam 28:1-25).
- (6) Kitab ini merupakan sumber dari istilah-istilah yang sering kali dipakai: "Ikabod" yang artinya "tanpa kemuliaan," karena "telah lenyap kemuliaan dari Israel" (1Sam 4:21); "Eben-Haezer" yang artinya "batu pertolongan," karena "Sampai di sini Tuhan menolong kita" (1Sam 7:12); dan "Hidup raja!" (1Sam 10:24). Kitab ini juga merupakan kitab PL pertama yang memakai istilah "Tuhan semesta alam" (mis. 1Sam 1:3).
Penggenapan dalam Perjanjian Baru
1 Samuel mencatat dua lambang kenabian tentang pelayanan Yesus sebagai nabi, imam, dan raja.
- (1) Sebagai nabi dan imam yang menjadi wakil utama Allah kepada Israel, Samuel melambangkan pelayanan Yesus yang sebagai nabi dan imam menjadi wakil terutama Allah kepada Israel.
- (2) Daud -- lahir di Betlehem, seorang gembala dan raja yang diurapi Allah dan yang mengabdi kepada maksud-maksud Allah bagi angkatannya (Kis 13:36) -- menjadi lambang utama PL dan pendahulu raja Mesias Israel. PB menyebut Yesus Kristus sebagai "Anak Daud" (mis. Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 21:9), "keturunan Daud" (Rom 1:3), dan "tunas, yaitu keturunan Daud" (Wahy 22:16).
Full Life: 1 Samuel (Garis Besar) Garis Besar
I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22)
A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menja...
Garis Besar
- I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22) - A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin
(1Sam 1:1-2:11) - 1. Kesusahan dan Permohonan Hana
(1Sam 1:1-18) - 2. Putra Hana yang Menjadi Nabi
(1Sam 1:19-28) - 3. Nyanyian Hana yang Bersifat Nubuat
(1Sam 2:1-11) - B. Keburukan Kepemimpinan yang Lama
(1Sam 2:12-36) - C. Peralihan dari Eli ke Samuel
(1Sam 3:1-6:21) - 1. Panggilan Samuel Sebagai Nabi
(1Sam 3:1-21) - 2. Hukuman atas Keluarga dan Pelayanan Eli
(1Sam 4:1-22) - 3. Tabut Dirampas dan Dikembalikan
(1Sam 5:1-6:21) - D. Kebangunan Rohani di Bawah Pimpinan Samuel
(1Sam 7:1-17) - E. Israel Menuntut Seorang Raja
(1Sam 8:1-22) - 1. Israel Menolak Putra-Putra Samuel Sebagai Pemimpin
(1Sam 8:1-5) - 2. Israel Menolak Allah sebagai Raja
(1Sam 8:6-22) - II. Saul: Raja Pertama Israel
(1Sam 9:1-15:35) - A. Peralihan dari Samuel ke Saul
(1Sam 9:1-12:25) - 1. Pemilihan Saul
(1Sam 9:1-27) - 2. Samuel Mengurapi Saul
(1Sam 10:1-27) - 3. Kemenangan Saul atas Orang Amon
(1Sam 11:1-11) - 4. Samuel Membaharui Jabatan Raja di Gilgal
(1Sam 11:12-15) - 5. Amanat Perpisahan Samuel
(1Sam 12:1-25) - B. Pemerintahan-Saul yang Mula-Mula
(1Sam 13:1-15:35) - 1. Peperangan dan Kebodohan Saul
(1Sam 13:1-14:52) - 2. Ketidaktaatan dan Penolakan Saul
(1Sam 15:1-35) - III.Daud: Penantian Orang yang Diurapi
(1Sam 16:1-31:13) - A. Samuel Mengurapi Daud
(1Sam 16:1-13) - B. Allah Mengangkat Roh-Nya dari Saul
(1Sam 16:14-23) - C. Daud Bertempur Melawan Goliat
(1Sam 17:1-58) - D. Daud di Istana Saul
(1Sam 18:1-19:17) - 1. Daud dan Yonatan
(1Sam 18:1-4) - 2. Daud Melayani Saul
(1Sam 18:5-16) - 3. Daud Menikahi Mikhal
(1Sam 18:17-28) - 4. Saul Takut akan Daud dan Berusaha Membunuhnya
(1Sam 18:29-19:17) - E. Daud Dalam Pengasingan
(1Sam 19:18-31:13) - 1. Daud dengan Samuel
(1Sam 19:18-24) - 2. Daud Dilindungi Yonatan
(1Sam 20:1-42) - 3. Daud Dibantu Imam Ahimelekh
(1Sam 21:1-9) - 4. Daud di Gat
(1Sam 21:10-15) - 5. Sejumlah Orang Buangan Berpihak Kepada Daud
(1Sam 22:1-26:25) - 6. Daud Bersembunyi di Filistia
(1Sam 27:1-30:31) - 7. Kematian Saul
(1Sam 31:1-13)
Matthew Henry: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua k...
- Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua kitab ini terjadi pada masa hidupnya, sampai pasal kedua puluh lima dari kitab pertama, di mana kita mendapati catatan mengenai kematiannya), tetapi karena kitab pertama berisi catatan lengkap tentang dirinya, kelahiran dan masa kecilnya, hidup dan kepemimpinannya. Kisah selebihnya dalam dua kitab yang diberi namanya itu mengandung sejarah pemerintahan Saul dan Daud, yang diurapi olehnya. Kemudian, oleh karena sejarah kedua raja tersebut mengisi sebagian besar dua kitab ini, Alkitab Vulgata Latin menamainya sebagai Kitab Satu dan Dua Raja-raja, dan dua kitab yang mengikutinya sebagai Tiga dan Empat Raja-raja, yang di dalam judul dalam Alkitab berbahasa Inggris diberi keterangan sebagai berikut: disebut juga Kitab Satu Raja-raja, dst. Alkitab Septuaginta menyebut kitab ini sebagai Kitab Satu dan Dua Kerajaan. Meski sia-sia saja memperdebatkan perbedaan nama ini, tidak ada alasan untuk menyimpang dari prinsip kebenaran yang tertulis dalam bahasa Ibrani. Kedua kitab ini, selain mengandung riwayat dua hakim yang terakhir, Eli dan Samuel, yang bukanlah para prajurit perang seperti hakim-hakim lain, tetapi adalah para imam dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pelengkap Kitab Hakim-hakim, juga mengandung riwayat dua raja pertama, yaitu Saul dan Daud, dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pembuka riwayat raja-raja. Kedua Kitab Samuel ini mengandung sebagian besar sejarah kudus bangsa Israel, yang kadang-kadang dirujuk dalam Perjanjian Baru, dan kerap kali disebutkan dalam judul-judul mazmur Daud, yang apabila ditempatkan menurut urutannya, akan terlihat jelas terdapat di dalam kedua kitab ini. Tidaklah jelas siapa penulis kedia kitab ini. Ada kemungkinan Samuel yang menulis riwayat yang terjadi pada masa hidupnya, dan setelah dia, beberapa nabi yang ada bersama Daud, Natan kemungkinan termasuk di dalamnya, melanjutkan penulisannya. Kitab 1 Samuel mengisahkan kepada kita catatan lengkap dari kejatuhan imam Eli dan kemunculan Samuel serta kepemimpinannya yang luhur (ps. 1-8), mengenai pengunduran diri Samuel dari pemerintahan Israel serta kemunculan Saul dan kepemimpinannya yang buruk (ps. 9-15), pemilihan Daud, pergumulannya dengan Saul, kehancuran Saul pada akhirnya, dan terbukanya jalan menuju takhta bagi Daud (ps. 16-31). Semua ini dituliskan untuk menjadi pelajaran bagi kita.
Ende: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan
dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi...
SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi maupun gaja-bahasanja, meskipun pelbagai bagiannja mempunjai tjoraknja sendiri. Tradisi Hibrani kuno djuga selalu memandangnja sebagai suatu kesatuan. Didalam terdjemahan Junani (k.l. th. 250 sebelum Mas.) kitab tadi dibagi djadi dua bagian jang hampir sama tebalnja, dan agaknja melulu karena alasan2 praktis. Baru dalam abad ke-15 Mas. pembagian itu dimasukkan kedalam naskah Hibrani.
Tambahan pula terdjemahan Junani mempertalikan erat2 kitab Sjemuel itu dengan kedua Radja2. Keseluruhannja dinamakan: "Kitab2 keradjaan2" atau "pemerintahan2", dan di-bagi2" djadi empat djilid tersendiri. Ini diikuti oleh terdjemahan Latin (Vulgata), meskipun Hironimus sendiri mengenal nama Hibraninja dan memakainja sebagai djudul kedua. Tetapi nama "keradjaan2" diubahnja djadi nama jang lebih tepat, jakni Radja2. Hingga sekarang tradisi ini masih diikuti, sehingga kitab2 itu dikutip sebagai: I dan II Radja2 (=I dan II Sjemuel, menurut tradisi Hibrani) dan III dan IV Radja2 (=I dan II Radja 2 menurut kebiasaan umum Hibrani. Terdjemahan2 modern pada umumnja mengikuti kebiasaan Hibrani, hal mana diikuti pula dalam terdjemahan ini.
Nama "kitab2 Sjemuel" ini lebih menurut tradisi daripada tepat. Betul, beberapa lama adalah pendapat Jahudi, jang berdasarkan salah tafsir dari I Twr. 29,29, bahwasanja Sjemuel mendjadi pengarangnja. Tetapi hal ini tidak dapat diterima bagi suatu kitab, jang untuk sebagian besar mentjeritakan kedjadian2 jang terdjadi lama sesudah Sjemuel meninggal. Sjemuelpun bukan tokoh terpenting didalam kitab ini, sehingga kitab tadi boleh diberi namanja, sebagaimana halnja dengan kitab Josjua. Dawud djauh lebih penting didalam kitab ini. Boleh djadi nama Sjemuel dipakai, karena nama Daud sudah dibubuhkan selaku pengarang pada kitab Masmur, sedangkan nama Sjaul, radja jang sudah ditolak itu, tidak dapat digunakan untuk djudul bagi sebuah kitab jang sutji.
Tjeritera kitab Sjemuel muat laporan fragmentaris mengenai periodos, jang berlangsung dari djaman para Hakim -- Sjemuel sendiri diutarakan sebagai jang terachir dari para Hakim, -- sampai dengan achir hidup Dawud, jang kematiannja baru ditjeriterakan dalam I Radja2 (1-2). Kemarian Dawud serta penggantiannja oleh Sulaiman djatuh kira2 dalam tahun 970 seb. Mas. Berdasarkan keterangan2 dari kitab itu sendiri, maka lahirnja Sjemuel pada awal kitab itu, pada masa keimaman 'Eli, djatuh kira2 dalam th. 1070 seb Mas. Dengan demikian kitab Sjemuel melingkupi l.k. satu abad dari sedjarah Israil.
Sedjarah politik dalam abad, jang merupakan latarbelakang kitab Sjemuel itu, agak katjau, namun amat penting djuga bagi perkembangan umat Allah. Daripada kekatjauan besar didjaman para Hakim, waktu suku2 Israil berpidjak tetap ditanah Kanaan masing2 suku berdiri sendiri dengan tiada kesatuan sedikitpun, selain keasatuan keigaman, berkembanglah didjaman jang baru itu suatu negara kesatuan dibawah pimpinan seorang radja. Perubahan susunan pemerintahan ini, jang dari segi kenegaraan merupakan suatu kemadjuan jang njata, terdjadi karena pengaruh pelbagai faktor dari luar. Faktor jang terutama ialah antjaman dahsjat dari pihak orang2 Felesjet, jang malaham membahayakan hidup Israil. Adapun orang-2 Felesjet itu suatu bangsa jang berasal dari Asia Depan. Setelah beberapa kali gagal usahanja untuk menetap dinegeri Mesir, bangsa itu berhasil berpidjak tetap dipantai Palestina, (nama Palestina berasal dari nama orang2 "Felesjet") dimana mereka mendirikan sedjumlah kota kerajaan jang tjukup kuat. Dari Pantai mereka masuk kepedalaman, dimana tak dapat tidak mereka berbentrok dengan suku2 Israil, jang baru menduduki tanah itu, dan itupun belum seluruhnja. Dengan banjak susah pajah suku2 jang masih primitif itu dapat bertahan terhadap orang2 Felesjet jang gagah perkasa dan diorganisir dengan baik itu. Kitab Sjemuel mulai dengan masa perang mati2an itu sedang hebat2nja. Orang2 Felesjet sudah djauh masuknja dan sudah menduduki sebagian besar dari tanah itu dan menaklukkan penduduknja. Terhadap bahaja itu suku Israil membutuhkan persatuan jang kokoh dibawah pimpinan pemerintahan pusat. Dimasa itu pula bangsa2 tetangga Israil jaitu Edom, Moab dan Aram mendirikikan keradjaan2 nasional dan mendapat kekuatan jang tak terkenal hingga itu dari organisasi pemerintahan jang baru. Tidak mengherankan, kalau Israil dipengaruhi djuga oleh tjontoh2 itu (I Sjem.8,5.19.20), meskipun kejakinan keigamannja ikut menentukan susunan keradjaan itu. Israilpun mengorganisir negerinja djadi suatu keradjaan.
Gagasan jang sungguh baru itu diwujudkan setjara lambat-laun, kendati djalannja tjukup tjepat djuga. Dan itupun tidak berdjalan tanpa oposisi, lebih-lebih dari kalangan2 keigaman, jang berdasarkan pendapat keigaman mereka, sukar menerima keradjaan itu. Langkah pertama diambil karena tekanan dari pihak orang2 'Amon, jang memusuhi mereka. Sebagaimana dahulu halnja dengan para Hakim, demikianpun sekarang seorang petani muda dihinggapi langsung oleh roh Allah, untuk menjelamatkan bangsanja. Kalau dulu para Hakim setelah memperoleh kemenangan, segera kembali lagi kepekerdjaannja, dan persatuan sementara dari suku lenjap lagi, maka kali ini Sjaul diproklamir sebagai radja setjara definitif oleh Rakjat, bahkan dengan persetudjuan pihak oposisi, jang diwakili oleh Sjemuel dan jang tidak dapat mentjegah perkembangan itu lagi.
Usaha jang pertama itu menemui kegagalan. Sungguhpun Sjaul berhasil memukul mundur orang2 Felesjet beberapa waktu lamanja dan memperoleh kemenangan2 jang gemilang dalam perang-tanding jang perwira dan dalam pertempuran2 umum, namun ia se-kali2 tidak berhasil mematahkan kekuasaan mereka atau sedikit2nja membatasinja. Lagi pula oposisi dari kalangan2 keigaman bertambah kuat. Achirnja didalam pertempuran jang hebat dipegunungan Gilboa' Israil menderita kekalahan dan Sjaul serta putera2-nja menemui adjalnja. Keadaan politik Israil pada achir pemerintahan Sjaul tidak banjak bedanja dengan keadaan waktu ia mulai tampil kemuka (I Sjem.31).
Namun demikian, Israil tidak mau melepaskan lagi gagasan keradjaan. Suku2 di Utara memaklumkan Isjabaal, putera Sjaul, mendjadi radja, sedangkan Juda menerima seorang pemimpin gerombolan jang populer, jaitu Dawud, sebagai radjanja. (II Sjem. 2,1-10) Kedua keradjaan itu bermusuhan. Tetapi setelah Isjabaal dilikwidir, Dawud berhasil mendapat pengakuan dari semua suku. Persatuan dibawah satu radja dipulihkan. Tetapi tetapla monarchi-rangkap, dan antar ke-dua2nja tiada ikatan dalam jang sesungguhnja.
Kali ini keradjaan berhasil. Dawud tampak sebagai orang jang saleh, sehingga ia berhasil merebut hati pihak oposisi dari kalangan keigaman, untuk menerima kenjataan itu. Ia adalah seorang politikus jang tjerdik, jang tahu membatasi persaingan antar-suku. Ia membuat ibu-kota politik jang baru di Jerusjalem, jang djuga dijadikannja pusat keigamaan jang terpenting; hal mana sudah semestinjalah didalam suasana, dimana negara dan agama dipertalikan dengan amat eratnja. Kantong2 terachir penduduk aseli Kena'an, jang sedikit banjak berdiri sendiri2, diasimilasikan dengan bangsa Israil oleh Dawud. Dengan membentuk angkatan perang jang tetap, jang dapat digunakan sebagai inti didalam mobilisasi umum, Dawud melengkapi keradjaannja dengan alat pertahanan jang kuat, jang disegani pula diluarnegeri. A.l. berkat alat pertahanan jang kuat itu Dawud mentjatat hasil2 jang gemilang dalam politik luarnegerinja. Orang2 Felesjet ditundukkan secara definitif dan sebagian dari wilajah diduduki Dawud, sehingga peranan mereka digantikan samasekali oleh orang2 bani Israil. Sedjumlah negeri tetangga ditaklukkannja dan wilajahnja sendiri sangat diperluas karenanja, sehingga keradjaannja tidak hanja luas, tetapi djuga dikelilingi dengan serentetan negeri2 taklukan, jang melindungi wilajah keradjaannja sendiri. Dibawah pimpinan Dawud Israil mendjadi keradjaan nasional, jang djuga termasjhur didunia internasional. sungguh suatu masa kedjajaan, jang tidak pernah ditjapai lagi sesudah itu. Perkembangan dimungkinkan pula, karena negara2 besar pada waktu itu tidak dapat mengembangkan kekuasaannja. Asjur baru sadja muntjul dan belum merentjanakan perebutan kekuasaan dinegeri2 jang djauh. Mesir terlalu lemah dedalam dan terlalu terbagi, untuk dapat menuntuk hak-haknja jang kuno atas Palestina. Demikianlah Israil karena kearifan Dawud dan karena keadaan2 politik jang menguntungkan, mendjadi keradjaan jang kuat.
Tetapi mendjelang achir hidup Dawud, mulai kelihatanlah kelemahan2nja kedalam. Tjatjat jang terbesar terletak dalam persaingan antara Juda, suku dari Dawud, dan suku2 lainja. Dawud tidak pernah membuat kedua bagian keradjaan mendjadi suatu kesatuan jang kokoh. Keradjaannja tetap berbentuk monarchi rangkap. Kesatuannja hanja bersandar pada diri radja, dan oleh karena itu sangat bergantung dari ketjakapan dan populernja orang jang mendjadi radja. Dan kepopuleran Dawud diutara mengalami kemunduran dimasa pemerintahannja. Pemberontakan Absjalom mendapat pengikut2nja terutama dari suku2 diluar Juda (II Sjem.15), sedang Dawud hanja didukung oleh suku Juda dan daerah-daerah Transjordania (II Sjem. 17). Betul, Dawud berhasil menindas pemberontakan Absjalom serta kelandjutannja dalam pemberontakan seorang-orang dari suku Binjamin, tetapi api itu tidak pernah padam lagi. Sesudah kematian Sulaiman kesatuan Israil petjah setjara definitif, dan mendjadi dua keradjaan jang berdiri sendiri dan sering bermusuhan, tetapi benihnja sudah terdapat dalam masa kegemilangan Dawud (II Sjem.20,1; I Rdj. 12,16).
Latar belakang sedjarah ini lebih tersirat daripada tersurat dalam kitab Sjemuel. Kitab ini tidak begitu memperhatikan hal-ihwal keradjaan, melainkan perbuatan2 orang2 tertentu. Betul, tokoh2 itu memainkan peranan politik jang menentukan, namun lebih dilihat sebagai oknum daripada sebagai tokoh2 kenegaraan. Ada tiga tokoh, jang minta seluruh perhatian dan bahan2 tjeritera dikumpulkan sekitar ketiga tokoh itu, jaitu Sjemuel, Sjaul dan Dawud. Tetapi djelaslah, bahwa Dawud merupakan tokoh jang utama, sedang Sjemuel dan Sjaul dipakai sebagai persiapan dan pendahuluan, dan chususnja Sjaul djuga sebagai kontras terhadap tokoh jang utama. Djelas pula, bahwa kitab ini terbagi atas tiga rangkaian tjerita2 disekitar ketiga tokoh ini; dibubuhi pula dengan tambahan2 mengenai tokoh utama jang menghentikan djalannja tjerita, sampai itu disambung lagi dalam kitab I Radja2.
Bagian pertama (I Sjem 1-7) menjadjikan beberapa keterangan tentang diri Sjemuel. Sebagai akibat dari doa jang dikabulkan, ia dilahirkan dari wanita jang mandul dimasa imam-agung 'Eli. Akan tanda sjukur, maka kanak2 itu dibaktikan kepada ibadah Jahwe dikuilNja di Sjilo, dimana terdapat peti perdjandjian. Disana ia mendapat panggilan sebagai nabi dan memaklumkan kebiasaan keturunan 'Eli, jang anak-anaknja melanggar peraturan2 Jahwe. Hukuman itu dilaksanakan didalam perang dengan orang2 Felesjet. Orang2 Felesjet mengalahkan Israil,d an merampas peti perdjandjian dan menewaskan kedua anak 'Eli. 'Eli sendiri mati mendadak karena ketjelakaan. Kemudian hal-ihwal peti perdjandjian di-tengah2 orang2 Felesjet ditjeritakan. Karena malapetaka, jang rupa2nja ditimpakan atas diri mereka karena peti perdjandjian itu, terpaksalah orang2 Felesjet mengembalikannja ketanahnja jang aseli, jaitu Israil. Jahwe senantiasa nampak lebih kuat daripada dewa2 Felesjet. Achirnja peti perdjandjian itu sampai ke Kirjat-je'arim, kerena Silo agaknja sudah dihantjurkan. Baru kemudian (II Sjem.6) kisah mengenai peti perdjandjian itu dilandjutkan. Bagian pertama ditutup dengan ichtisar tentang kegiatan Sjemuel.
Bagian kedua (ISjem 8-15) dipusatkan pada tokoh Sjaul. Pada achir hidupnja Sjemuel dengan berat hati meluluskan tuntunan rakjat untuk seorang radja. Dengan diam2 ia mengurapi seorang anak petani, jaitu Sjaul, djadi radja Israil jang akan datang. Sjaul bertindak tegas lawan orang2 'Amon. Sesudah itu ia diakui dengan resmi oelh seluruh rakjat sebagai radja jang umum. Sjemuel mengundurkan diri. Dengan hasil jang gemilang Sjaul dengan putera mahkotanja, Jonatan, memerangi orang2 Felesjet. Tetapi Sjaul berlaku kurang setimbang, dan kadang2 terlalu tegas. Berhubung dengan tindakannja terhadap orang2 'Amalek serta radjanja dan ke-sewenang2annja, maka ia berbentrok dengan Sjemuel, bahkan dengan Jahwe sendiri. Ia ditolak sebagai radja.
Bagian ketiga (I Sjem. 16 - II Sjem.1) menjadjikan serentetan tjerita tentang muntjulnja Dawud dan binasanja Sjaul. Dengan diam2 Dawud diurapi Sjemuel djadi radja jang akan menggantikan Sjaul. Dawud bekerdja pada Saul sebagai biduan, tetapi djuga tampil sebagai pemimpin pertempuran jang tjakap dan pedjuang jang berani. Mula2 ia diperlakukan baik2 oleh Sjaul.Tetapi hasil2nja jang gemilang dalam pertempuran dan bertambah populernja menimbulkan tjemburu dan tjuriga pada Sjaul, jang lalu memandangnja sebagai saingan berat bagi tachtanja. Beberapa kali ia, setjara lansung atau tak langsung, mentjoba melenjapkan Dawud, sementara ia sendiri dihinggapi kemurungan, jang makin lama makin mendjadi penjakit. Pertjobaan2nja tidak berhasil. Achirnja Dawud terpaksa melarikan diri, dengan bantuan sahabat karibnja, putera-mahkota Jonatan sendiri. Dawud lolos kegurun, dimana ia mengembara sebagai pemimpin gerombolan. Tetapi disanapun ia di-tjari2 djuga oleh Sjaul, kendati Dawud menundjukkan djuga, bahwa ia tahu menghormati orang urapan Jahwe, dan tidak mau menewaskannja. Terpaksa Dawud menggabungkan diri dengan musuh kawakan Israil, jakni orang2 Felesjet. Tetapi dengan ketjerdikannja jang luarbiasa Dawud pandai bersiasat, untuk tidak melakukan sesuatu jang merugikan kaum sebangsanja dan tidak menguntungkan bagi orang2 Felesjet. Waktu peperangan berketjamuk lagi antara orang2 Felesjet dengan Israil, tjuriga pemimpin2 Felesjet menghalangi, Dawud menepati kewadjibannja sebagai sekutu untuk bertempur bersama2 dengan radja Felesjet lawan bangsanja sendiri. Ketika Dawud berada ditempat lain, terdjadilah pertempuran hebat digunung Gilboa', dan Israil menderita kekalahan. Jonatan dan putera2 Sjaul lainnja gugur, sedang radja membunuh diri. Hukuman atas Sjaul sudah terlaksana dan djalan ketachta terbuka bagi Dawud.
Bagian jang keempat dan terachir (II Sjem.2-20) se-mata2 mengenai Dawud dan keluarganja. Dawud jang sudah popuker dimasa penerintahan Sjauld an mempunjai banjak pengikut di Juda, diakui sebagai radja oleh suku Juda. Ia menetap di Hebron. Berkat kegiatan panglima Abner, maka putera Sjaul mendjadi radja atas bagian terbesar dari Israil. Tetapi kekuatan Isjba'al makin lama makin ter- petjah2 dan pasukannja menderita kekalahan jang hebat di Gibe'on. Karena perselisihan dengan Abner maka kedudukannja sangat terdjepit. Abner mengadakan perundingan dengan Dawud dan mendapat dukungan dari hampir seluruh wilajah Isjba'al. Abner dibunuh oleh Joab, panglima dari Dawud, dengan alasan jang tjurang. Alasannja ialah bela darah, karena Abner telah menewaskan seorang saudara Joab didalam pertempuran. Hampir pada waktu jang sama Isja'baal dibunuh dengan tjara jang kotor. Sedjenak kedudukan Dawud terantjam. Tetapi dengan mendjauhkan diri dengan terang2an dari kedua pembunuhan itu, ia berhasil mendapat dukungan terus dari pengikut2nja dikalangan suku2 Israil. Disanapun ia diakui sebagai radja.
Dawud merebut Jerusjalem dari tangan penduduk aseli dan memindahkan kedudukannja kesana. Peti perdjandjian dipindahkan ke ibukota jang baru. Hal ini mendatangkan berkah Jahwe kepadaNja dalam bentuk nubuat jang mulia oelh Natan, nabi Dawud, tentang abadinja keturunannja. Selintas-pintas lalu diutarakan ekspedisi2 Dawud. Hasilnja ialah diusirnja orang2 Flesjet dan perluasan wilajahnja. Beberapa bangsa tetangga ditaklukkan.
Pasal2 terachir dari bagian keempat ini muat kisah jang pandjang-lebar tentang drama jang terdjadi didalam keluarga Dawud. Kebesaran djiwanja dilukiskan dengan beberapa tjontoh. Tetapi sebaliknja, didalam rangka perang dengan orang2 'Amon, dikisahkan djuga, bagaimana Dawud berdjinah dengan isteri dari salah seorang perwiranja jang setiawan, jaitu Uria. Untuk menjembunjikan djinahnja dan untuk tetap memiliki Batsjeba', maka dengan tjara jang litjik ia menjuruh lenjapkan orang jang mendjadi perintang bagi pelampiasan hawa-nafsunja. Teguran2 nabi Natan menginsjafkan Dawud, sehingga ia bertobat dan bersedia menerima hukuman apapun dari tangan Jahwe. Batsjeba' kemudian melahirkan baginja Sulaiman, jang akan menggantikan dia sebagai radja.
Pelaksanaan hukuman itu terdjadi didalam keluargnja sendiri. Putera sulungnja, Amnon, memperkosa adik tirinja, Tamar. Sikap Dawud agak lemah terhadap kedjahatan ini. Absjalom, puteranja jang lain, membalas dendam sendiri atas adik kandungnja. Amnon dibunuh olehnja. Sesudah itu Absjalom melarikan diri terhadap murka bapaknja. Tetapi beberapa waktu kemudia radja Dawud, atas desakan panglima Joap, mengidjinkan Absalom kembali ke Jerusalem, meskipun ia tidak segera dimaafkan olehnja. Sekali lagi Joab bertjampur tangan. Meskipun alasan2 Joab dalam perkara ini tidak begitu djelas, namun ia berhasil memperdamaikan radja dengan puteranja.
Adapun Absalom mulai bersiasat. Teranglah ia berusaha merebut tachta kerajan. Dawud sgaknja kurang awas. Achirnja Absalom mempermaklumkan dirinja sebagai radja di Hebron, ibukota lama Dawud. Perebutan kekuasaan ini berhasil, karena pemerintahan Dawud agaknja diterima dengan tiada sukahati oleh suku2 diluar Juda, sehingga Absjalom mendapat dukungan kuat dari mereka. Dawud terpaksa lari dari Jerusjalem, hal mana ditjeritakan dengan pandjang lebar. Absjalom menduduki ibukota. Karena siasat salah seorang sahabat Dawud, pengedjaran ditunda, sehingga Dawud mendapat kesmepatan untuk mengerahkan pasukan jang besar didaerah Transjordania. Didalam pertempuran berikutnja Absajlom dan pengikut2nja menderita kekalahan. Absjalom sendiri dibunuh oleh Joab, ketika ia melarikan diri. Dukatjita Dawud waktu menerima kabar itu mengharukan, tetapi tidak pada tempatnja menurut Joab. Kembalinja Dawud ke Jerusjalem ditjeritakan sedjadjar dengan larinja dari sana. Karena pertikaian antara suku Juda dengan suku2 lainnja, maka pemberontakan berketjamuk lagi sedjenak. Joab, jang karena membunuh Absjalom kena murka radja, berhasil menindas pemberontakan itu, tetapi menggunakan kesempatan itu djuga untuk melenjapkan bekas-panglima dari Absjalom, jang ditundjuk Dawud untuk menggantikan Joab sendiri, dan untuk memaksakan dirinja kepada Dawud.
Pasal2 terachir (II Sjem. 21-24) terdiri atas beberapa tambahan, jang mengenai riwajat hidup Dawud, jang tidak mendapat tempatnja dalam kitab itu sendiri dan mungkin berasal dari sumber lain. Ditjeritakan bagaimana keturunan Sjaul ditumpas, hal mana dipandang hukuman atas ingkar sumpah Sjaul. Berikutlah ichtisar tentang pertempuran2 dengan kaum Felesjet dan dua sadjak jang ditaruh dalam mulut Dawud. Kemudian disusul dengan serentetan perbuatan2 kepahlawanan dari anggota2 pasukan pilihan Dawud dengan daftar nama pasukan pilihan itu. Achirnja suatu kisah tentang tjatjah-djiwa, jang diadakah Dawud tapi dihukum dengan wabah sampar. Sebuah mesbah didirikan oleh radja sebagai tanda sjukur atas berhentinja malapetaka itu, jaitu ditempat jang kemudian didirikan Bait Allah.
Namun kesemuanja itu didalam kitab Sjemuel tidak merupakan tjerita jang harmonis djalannja dan baik susunannja. Lebih tepat dikatakan suatu kumpulan tjerita2 jang tjoraknja berlainan dan berasal dari pelbagai sumber. Kitab Sjemuel tidak merupakan keseluruhan jang bulat, melainkan suatu kumpulan tjeritapendek2. Terutama dalam kitab jang pertama tjerita2 ini bertjorak sangat populer dan mirip dongengan rakjat. Beberapa dari antaranja menundjukkan pelbagai tradisi, jang sebagian bertentangan satu sama lain. Maka itu didalam kitab Sjemuel terdapat tidak sedikit tjerita jang sukar untuk diselaraskan, ataupun tjerita- rangkap tentang kedjadian jang satu dan sama djua, jang disampaikan dalam pelbagai bentuk dan oleh karenanja ditjeritakan dua kali. Si penghimpun sering mengambil tjerita2 tanpa banjak perubahan. Terdjemahan kami, entah dalam petundjuk2 ditepi halaman entah didalam tjatatan2 dibawah, kadang2 menundjukkan ketidak-selarasan itu, tetapi tidak semuanja disebutkan. Kisah pandjang tentang keluarga Dawud didalam kitab jang kedua merupakan kesatuan jang lebih besar, dan sudah barang tentu ditulis oleh orang, jang menjaksikan sendiri peristiwa2 itu. Si penghimpun tjerita2 dalam kitab Sjemuel hanja disana-sini sadja mentjoba selaraskan tjerita2 itu, dan djuga disana-sini sadja mengemukakan gagasan2nja sendiri serta tafsiran dari peristiwa2 itu dan mengolah sedikit-banjak bahan2 itu menurut pandangannja sendiri.
Kalau orang mengindahkan tjorak chas kitab ini, dengan sendirinja akan timbul pertanjaan mengenai kebenaran historisnja. singkatnja dapat dikatakan begini. Kebenaran historisnja pada umumnja dan dalam garis besarnja harus diterima, mengingat sangat kunonja bahan2 itu. Sebaliknja tjorak populer dari banjak tjeritanja itu adalah sedemikian rupa, hingga orang tidak dapat memperoleh kepastian sampai hal jang ketjil2, karena kesemuanja itu lebih dipakai sebagai hiasan dan pengungkapan daripada sebagai laporan saksama dari kedjadian2 jang njata, jang ditjeritakan dan lagi pengetahuan jang tepat tentang tokoh2, jang tampil kedepan. Tetapi mengenai hal jang ketjil2 tersendiri tidak dapat diperoleh kepastian jang besar. Itu tergantung dari tjorak chas tjerita2 itu sendiri.
Mengenai pertanjaan, bilamana kitab itu disusun, harus diberi djawaban jang agak berbelit. Sebab sebagaimana halnja dengan banjak kitab Perdjandjian Lama, kitab Sjemuelpun tidak terdjadi sekali djadi. Dapat dan harus diterima, bahwa kitab ini menurut keadaannja sekarang, telah terdjadi dari sedjumlah tjerita2 tersendiri, jang sudah dikumpulkan dalam kumpulan2 ketjil dan sudah tertulis pula. Daripadanjalah achirnja kitab jang sekarang ini disusun. Kadang2 sukarlah menentukan, bagian2 mana sudah ada sebagai kumpulan tersendiri; tetapi bahwasanja kumpulan2 itu ada sukarlah disangsikan. Lebih sukar lagi menentukan, bilamana kumpulan2 tjerita itu mendapat bentuk tertulisnja jang pertama; tetapi sudah teranglah, bahwa beberapa dari antaranya dari djaman kuno dan ditulis tak beberapa lama sesudah terdjadinja peristiwa2 itu sendiri. Dengan lebih saksama dapatlah ditetapkan, bila kitab ini mendapat bentuknja jang sekarang, lepas dari beberapa tambahan ketjil jang disisipkan sesudah kitab ini seluruhnja ada. Menurut pendapat umum para ahli, kitab ini sudah pasti disusun sebelum dynasti Dawud lenjap setjara definitif tahun 587 seb. Mas., karena penjusun kitab ini tidak mengetahui sedikitpun tentang kedjadian itu. Sebaliknja, kitab ini tentulah disusun sesudah perpisahan antara Juda dengan suku2 lainnja, kerena perpisahan itu ber-ulang2 diandaikan. Djadi kitab ini sebagai keseluruhan disusun sesudah perpisahan jang terdjadi pada kematian Sulaiman dalam tahun 931 seb. Mas. Karena didalam kitab ini, lebih2 didalam fasal2 jang ditambahkan oleh si penghimpun sendiri, terdjalin gagasan2 jang menundjukkan pembaharuan agama oleh Josjijahu dan kalangan2 dari kitab 'Ulangtutur, tentulah kitab ini disusun tak berapa lama sebelum pembuangan, djadi sekitar 580 seb.Mas.
Nama para pengarang dari tiap2 bagian maupun dari keseluruhan tidak dapat disebutkan dengan kepastian. Dan melihat terdjadinja kitab ini, maka lebih tepatlah orang berbitjara tentang penghimpun daripada pengarang kitab ini. Mana jang terdjadi bagian pribadi si penghimpun jang terachir, sukarlah ditentukan lebih landjut.
Tjorak keigaman kitab itu djelas. Kitab ini menjadjikan sedjarah bukannja demi untuk sedjarah, tetapi dari sudut keigamaan dan dengan maksud keigamaan, dan lebih memberikan tafsiran tentang sedjarah daripada laporan terperintji dari peristiwa2 politik. Gagasan pokok keigamaan jang mendjadi dasar karja itu seluruhnja ialah terpilihnja Israil. Israil adalah umat Allah, jang karena perdjadjian dengan Jahwe dipilih untuk merupakan keradjaanNja didunia. Kitab ini memberikan suatu kesan dari hal-ihwal keradjaan itu serta kesulitan2nja, hingga keradjaan itu mendapatkan perwudjudannja sementara didalam keradjaan Dawud. Pilihan ini dengan sjarat2nja serta tuntutan2nja dikonkretisir dalam tokoh2 tertentu. Nasib rakjat dan manusia bergantung dari tuntutan2nja. Semua tokoh penting dalam kitab ini dipandang dari sudut itu. 'Eli dan keturunannja adalah imam pilihan Jahwe. Tetapi karena ketidaksetiaan keturunannja akan perintah2 Allah, mereka disingkirkan dan dihukum. Akan gantinja dipilihlah imam-agung lain jang "setiawan". Sjemuel dilahirkan setjara adjaib dan dipilih langsung oleh Jahwe sendiri serta dipanggil mendjadi nabiNja dan pemimpin umatNja. Tetapi anak2 Sjemuel pun tidak setia djuga, sehingga pilihan itu tidak dilandjutkan dalam diri mereka. Sjaul dipanggil dimasa jang amat sulit, untuk mewujudkan keradjaan Jahwe didalam bentuk jang baru, jaitu bentuk keradjaan. Ia adalah radja pilihan, tetapi bukan radja jang berdiri sendiri, jang dapat menentukan sendiri apa jang hendak dilakukannja. Sebaliknja ia hanja mendjadi wakil dari radja Israil jang sesungguhnja, jaitu Jahwe. Sjaul tidak tetap setia. Ia mengutamakan kehendak rakjat diatas kehendak Jahwe, se-akan2 ia radja dan atas kerelaan rakjat, bukannja atas kerelaan Jahwe. Dari sebab itu ia disingkirkan dan Jahwe mentjari penggantinja, jang akan tetap setia kepada kedudukannja sebagai radja thokratis. Dalam diri radja Dawud terwudjud pula keradjaan Allah, meskipun dalam bentuk sementara Dawud adalah seorang manusia, jang berdosa berat, tetapi radja itu tidak pernah lupa, bahwa ia hanja wakil dari Jahwe, jang harus mendengarkan suaraNja, untuk sungguh2 mendjadi radja Israil. Karena pengakuan dari pihak Dawud ini, maka sekali lagi pilihan Jahwe mendjadi kenjataan. Keturunan Dawud seluruhnja dipilih untuk mendjadi wakil dari Allah pada umatNja. Pandangan2 djauh jang besar dimasa jang datang dibukakan; pandangan2 itu menudju keperwudjudan jang terachir dan sempurna dari Keradjaan Allah didunia. Seluruh Perdjadjian Baru penuh dengan penghargaan jang dipertalikan pada keturunan Dawud, untuk menundjukkan bagaimana kesemuanja itu terpenuhi dalam Jesus Kristus, Putera Dawud.
Disamping gagasan jang fundamentil dan mendjadi alas kesemuanja itu, kitab Sjemuel ini sungguh amat kaja akan gagasan2 keigamaan jang luhur, jang djuga terdapat ditempat lain didalam Perdjandjian Lama, dalam bentuk ini atau bentuk itu.
Djika orang ingin menilaikan kitab Sjemuel, djuga sebagai orang Kristen, maka haruslah kitab itu dibatja dengan semangat, jang mendjadi sikap hati si pengarang kitab itu, jaitu dengan sikap hati keigamaan. Betul, kitab Sjemuel penuh dengan tjerita2 jang tegang dan kadang2 menggunakan seni-tjerita jang djitu. Tetapi apabila orang berhenti disitu sadja, maka kitab ini tidak dibatja sebagai sebagian dari Kitab Sutji. Kitab ini mempunjai maksud jang lain djuga, jaitu mampu menjampaikan kabar keigamaan, warta bahwa Allah memanggil dan memilih manusia, dan bahwa manusia harus menjesuaikan diri dengan panggilan serta pilihan itu, dengan mendengarkan suara Allah se-setia2nja. Kalau tidak, manusia akan disingkirkan. Hanja kalau dibatja setjara demikian, maka kitab ini adalah Kitab Sutji sesungguhnja dan tidak diturunkan sebagai batjaan hiburan. Dan djika dibatja demikian sebagai Kitab Sutji, dengan hati jang pertjaja dan terbuka bagi Sabda Allah, maka kitab ini mempunjai nilainja jang tetap dan nilai kekristenan. Didalamnja manusia mendapatkan Allah jang berbitjara dan berbuat, jang memilih dan mengemukakan tuntunan2Nja djustru kepada orang2 pilihanNja.
TFTWMS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU MEMERLUKAN SAHABAT"
"Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi d...
PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU MEMERLUKAN SAHABAT"
"Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya" (1Samuel 18:3, 4)
Pembacaan Latar Belakang: 1Samuel 14:1-48; 18:1-5; 20:1-42; 23:15-18; 31:1, 2; 2Samuel 1:19-27.
Beberapa tahun yang lalu, penduduk Miami, Florida, menjadi sadar akan suatu peristiwa yang mengganggu mereka. Suatu hama tumbuh-tumbuhan telah mematikan pohon-pohon palem yang indah di kota itu. Penduduk mulai minta dilakukan tindakan. Beberapa kajian pun dimulai, dan sebuah komisi ditunjuk. Masyarakat itu mulai tergerak hatinya untuk menyelamatkan sebanyak mungkin pohon palem tersebut.
Kepedulian penduduk Miami ini patut dipuji. Kita harus memiliki ketekunan yang sama dalam menghadapi krisis saat ini yang menjadi perhatian kita semua. Sesuatu yang amat sangat kita butuhkan secara perlahan-lahan sedang menghilang dan sesuatu itu perlu sekali untuk dilestarikan. Bukankah ini saatnya bagi kita untuk merasa kuatir atas kurangnya rasa persahabatan dalam dunia kita?
Alan Loy McGinnis1menceritakan suatu survei yang dilakukan terhadap para ahli jiwa dan ahli terapi terkemuka di Amerika. Mereka ditanya tentang berapa banyak orang yang pernah punya sahabat sejati. Sebagian besar menduga bahwa hanya 10 persen orang yang memiliki seseorang yang bisa mereka sebut sahabat. Ia mengutip Profesor Richard
Farson: "Jutaan orang di Amerika tidak pernah punya waktu satu menit pun di dalam seluruh hidup mereka dimana mereka bisa ‘mencurahkan perasaan’ dan berbagi dengan orang lain tentang perasaan mereka yang lebih dalam."
Kurangnya persahabatan ini disebabkan oleh beragam penyebab. Gaya hidup yang penuh kekalutan memberi sedikit waktu untuk mengembangkan persahabatan sejati. Sebagian besar dari kita punya hari-hari yang penuh dengan pekerjaan dan rekreasi. Buat apa buang-buang waktu untuk mengenal para tetangga, sebab kemungkinan besar salah satu dari kami nantinya akan pindah dalam waktu satu tahun? Hidup yang sangat berdekatan dengan para tetangga kita sering kali menimbulkan rasa takut ketimbang membuat kita bertambah akrab.
Filsafat hidup kelompok humanis terlalu sering menjadi faktor utama dalam mencegah terjadinya persahabatan. Jika orang percaya bahwa dirinya adalah pusat alam raya, maka tidak ada tempat bagi orang lain mana saja di dalam kehidupan orang itu. Kemungkinan besar, tidak adanya persahabatan lebih banyak disebabkan oleh keegoisan daripada hal lain apa saja.
Karakter yang tidak sehat bisa jadi membuat kita segan bersikap akrab dengan orang lain. Kita harus menilai diri kita sama tingginya dengan sesama kita (Matius 22:37, 38). Jika kita tidak percaya orang lain bisa mengasihi kita, maka kita tidak bisa menggapai mereka dalam pertemanan.
PENTINGNYA PERSAHABATAN
Kitab Suci menekankan kasih keluarga dan kasih persaudaraan. Meskipun hal itu sangat bermakna, kita juga perlu pengajaran alkitab tentang persahabatan. Salomo menekankan kebutuhan itu: "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkhotbah 4:9, 10; lihat Amsal 17:17; 18:24).
Anda mungkin berpikir, "Saya tidak perlu tahu pentingnya persahabatan—Saya memerlukan sahabat." Namun begitu, mengetahui makna persahabatan bisa memperbanyak kesempatan dan kemungkinan untuk memiliki lebih banyak sahabat.
CONTOH PERSAHABATAN
Makna persahabatan sejati terdapat dalam Alkitab. Dalam hubungan Daud dan Yonatan, kita menemukan salah satu contoh persahabatan yang paling mulia.
Alkitab menggambarkan Yonatan sebagai laki-laki yang berwatak luhur. Kecuali Daud, mungkin tidak ada orang di dalam pasukan Israel yang bisa menandingi keberaniannya. Ia dan sekelompok orang dengan berani menyerang orang-orang Filistin ketika tidak ada orang lain yang berani melakukannya. Di balik kesuksesan pribadinya itu, ia masih mengakui Allah sebagai Pembebas dan Penolongnya (1Samuel 14:6). Yonatan melebihi ayahnya, Saul, dalam pemahaman tentang moral dan kerohanian. Pasukan Israel mengasihi dia. Menurut rencana awal Allah, Yonatan akan menjadi raja kedua Israel, namun ketidaktaatan Saul merubah rencana itu (1Samuel 13:13). Yonatan tampaknya bisa menerima kenyataan itu, semetara Saul tidak pernah bisa menerimanya.
DASAR PERSAHABATAN
Persahabatan hanya memiliki satu dasar—kasih sejati. Hal itu jelas terlihat di dalam persahabatan Daud dan Yonatan. Kitab Suci sebanyak tiga kali menyatakan tentang hubungan Yonatan dengan Daud, "… ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri" (1Samuel 18:3; 20:17; lihat 18:1).
Hanya kasih saja yang bisa menjelaskan keakraban Daud dan Yonatan. Tidak ada hal lain apa saja yang bisa mengatasi pelbagai penghalang dan kesulitan yang terlibat di dalam hubungan dua laki-laki yang sangat berbeda itu.
Pertama, persahabatan mereka mengatasai pemisahan status sosial. Yonatan orang kaya; Daud orang miskin. Kemelaratan Daud membuat dia mengira tidak layak untuk menjadi bagian dari keluarga raja (1Samuel 18:18).
Kedua, persahabatan mereka mengatasi ambisi. Setelah membunuh Goliat, Daud dengan cepatnya menjadi kepala pasukan Saul. Segeralah diketahui bahwa Daud sudah ditakdirkan untuk menjadi orang besar dan terkenal. Yonatan sanggup mengatasi perasaan dengki atau persaingan apa saja; ia tetap mengasihi Daud.
Ketiga, persahabatan mereka mengatasi usia. Kajian yang mendalam mengungkapkan bahwa Yonatan jauh lebih tua dari Daud. Saul telah menjadi raja selama sepuluh tahun ketika Daud lahir (Kisah 13:21; 2Samuel 5:4). Yonatan adalah kepala dalam pasukan Israel sejak dari mulanya. Yonatan kemungkinan besar lebih tua dua puluh atau tiga puluh tahun daripada Daud.
Sekalipun ada pelbagai perbedaan itu, Yonatan berulang-ulang memberi Daud dorongan untuk melakukan rencana Allah bagi hidupnya. Meskipun Yonatan lebih banyak berkorban untuk Daud, namun hal itu tidak mempengaruhi ikatan persahabatan mereka.
Apakah kita kehilangan persahabatan oleh karena kita tidak punya cukup kasih untuk mengatasi pelbagai faktor itu? Persahabatan bisa melintasi halangan apa saja yang tercipta oleh uang, pendidikan, ambisi, atau usia. Hal ini menjadi mungkin ketika kita mengetahui bahwa persahabatan tidaklah didasarkan pada saling memberi dan menerima secara setara.
ARTI PERSAHABATAN
Persahabatan artinya menerima. Yonatan sepertinya telah mengetahui lebih dahulu perkataan Yesus:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Matius 22:37- 39).
Batu sandungan besar untuk mengasihi orang lain adalah ketidakmauan kita untuk menerima mereka sebagaimana adanya. Terlalu sering kita rela menjalin persahabatan jika orang lain mau berubah terlebih dahulu. Kita bisa mengizinkan mereka masuk ke dalam lingkaran hidup kita hanya ketika mereka menjadi seperti apa yang kita inginkan. Kenyataannya, kita mungkin melakukan itu karena kita tidak menerima kesalahan kita yang tercermin dalam diri orang lain. Seseorang pernah berkata, "Sebagai orang Kristen kita ini terus-menerus diperingatkan untuk ‘mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.’ Bisa jadi kita selalu diperingatkan dan itulah persoalannya."2
Kita bisa menerima dan mengasihi diri kita dan orang lain ketika kita melihat nilai manusia yang sebenarnya. Nilai itu ditemukan dalam kita menerima kasih Allah dan Yesus Kristus. Pertama-tama kita mengerti bahwa Allah mengasihi dan menerima kita sebagaimana adanya kita sebab kita ini milik-Nya berdasarkan penciptaan. Selain itu, Ia memiliki kasih khusus untuk orang Kristen sebagai akibat dari iman kita yang taat (Roma 8:37-39). Karena memahami penerimaan ilahi ini, maka kita punya dasar untuk mengasihi dan menerima diri kita sendiri. Kita bisa mengerti bahwa Allah mengasihi dan menerima orang yang tidak sempurna seperti diri kita. Jika Ia mampu melakukan hal itu, maka— dalam takaran yang lebih kecil—kita pun bisa. Seraya kita belajar untuk hidup bersama dengan pelbagai kesalahan kita, kita bisa belajar untuk hidup bersama dengan kesalahan orang lain. Dwight L. Moody berkata, "Sekarang ini, saya punya masalah besar dengan Dwight L. Moody, saya tidak punya waktu untuk mencari kesalahan orang lain."
Persahabatan artinya memberi. Renungkanlah apa yang Yonatan berikan kepada Daud:
Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya (1Samuel 18:3, 4).
Pada masa itu, pemberian yang paling berharga yang seorang bangsawan bisa berikan adalah pakaiannya. Yonatan bukan hanya memberi Daud jubahnya (pakaian luar), tetapi juga pakaian bagian dalam yang ia kenakan. Secara harfiah Yonatan memberi Daud jubah dan kemeja yang sedang dikenakannya.
Yonatan juga memberi Daud sebagian dari persenjataan dan baju perangnya. Di awal pemerintahan Saul, hanya Saul dan Yonatan saja yang memiliki pedang besi. Bahkan beberapa tahun kemudian, senjata itu masih tidak ternilai harganya (1Samuel 13:19, 22). Dengan membandingkan Saul dan Yonatan, kita bisa menemukan sifat kasih dan persahabatan sejati. Saul bersedia meminjamkan baju perangnya kepada Daud (1Samuel 17:38, 39), tetapi Yonatan bersedia memberi baju perangnya kepada Daud.
Inilah ujian nyata bagi persahabatan. Akankah saya memberi dengan cuma-cuma tanpa ada pikiran untuk minta balasan? Akankah saya sering atau bahkan selalu melakukan pemberian jika perlu? Jika Anda bisa menjawab "Ya," maka Anda memiliki awal persahabatan sejati.
Persahabatan adalah mempercayai. Selama hampir lima belas tahun Daud dipaksa melarikan diri dari kejaran Saul. Selama waktu itu Daud berkata, "… hanya satu langkah jaraknya antara aku dan maut" (1Samuel 20:3). Lebih dari satu kesempatan, Daud mengungkapkan tempat persembunyiannya kepada Yonatan, yang bisa saja mengkhianati dia dengan memberitahu Saul. Daud mempercayai Yonatan dengan segenap hidupnya.
Daud dan Yonatan mempercayai masa depan ke dalam persahabatan mereka. Mereka menetapkan suatu perjanjian untuk saling melindungi dan membiayai keluarga mereka masing-masing (1Samuel 20:42). Kepercayaan Yonatan juga dijaga dengan baik, sebab belakangan Daud mengambil anak Yonatan yang cacat, Mefiboset, sebagai anggota keluarganya (2Samuel 9:1-13).
Keduanya rela menanggung resiko menjadi teman. Kasih yang membentuk persahabatan menuntut keterbukaan, kerelaan untuk membagi segala hal yang dimunculkan oleh kehidupan. Keterbukaan semacam itu menyediakan juga banyak kesempatan bagi penolakan. Beberapa orang ada yang tidak pernah membuka diri mereka kepada orang lain oleh sebab adanya resiko menjadi sakit hati. Akibatnya, mereka tidak pernah punya sahabat karib.
Berkat datang ketika kita mempertaruhkan perasaan kita untuk memiliki sahabat! George Eliot menggambarkan berkat itu: "Oh, kesenangan, rasa senang yang tak terkatakan atas perasaan aman bersama seseorang; tidak perlu menimbang-nimbang pikiran atau menahan-nahan perkataan selain mencurahkan ke luar semuanya, sebagaimana adanya, bagaikan gandum dan sekam sekaligus, karena tahu bahwa tangan-tangan yang setia akan menampung dan menyaring semuanya itu, dimana sisanya akan ditiup jauh oleh nafas kebaikan." Apakah yang menjadi penghalang bagi kepercayaan ini?
Mungkin rasa sakit hati atas pengungkapan rahasia masa lalu yang Anda curahkan kepada seorang sahabat palsu. Jika Anda pernah dilukai oleh teman yang jahat, Anda mungkin enggan untuk mengungkapkan rahasia itu kepada orang lain yang mungkin akan membuka rahasia Anda kepada orang lain. Mark Twain berkata bahwa setelah seekor kucing mendarat di atas kompor panas, kucing itu tidak akan mengulanginya kembali. Kucing itu juga tidak akan pernah mendarat di atas kompor dingin. Ilustrasi jenaka itu mengandung pelbagai implikasi rohani. Yakobus berkata, "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh" (Yakobus 5:16a). Perintah ini terlalu sering tidak ditaati. Kita semua memerlukan penyucian yang datangnya lewat tindakan berbagi dengan Allah dan satu sama lainnya apa yang kita sudah gagal lakukan dan hayati. Mengapakah perintah ini tidak ditaati dan penyucian itu tidak dicari? Mungkin kita tidak punya siapa-siapa yang bisa kita percaya untuk berdiam diri atas dosa-dosa kita. Sahabat semu tidak memiliki integritas untuk mendengarkan dan suka membuka kesalahan kita kepada orang lain.
Saya membaca tentang seorang pemberita injil yang melihat seorang anggota gereja yang lemah iman sedang berjalan terhuyung-huyung ke luar dari bar. "Pak penginjil," kata anggota itu, "Saya minta maaf bapak mendapatkan saya dalam keadaan seperti ini." Pemberita injil itu menjawab, "Engkau tidak perlu menyesal. Allah yang Mahakuasa setiap hari melihat engkau mabuk." "Benar," jawab pria mabuk itu, "tetapi Ia tidak besar mulut seperti bapak."
Persahabatan bersifat membangun . Ketika Yonatan bertemu Daud di padang gurun, ia "menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah" (1Samuel 23:16). Ia tidak pernah membiarkan Daud melupakan maksud Allah bagi hidupnya. "engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu" (1Samuel 23:17). Itulah sebabnya kita memerlukan sahabat. Kita perlu bantuan untuk memikul beban kita yang terlalu berat. Kita membutuhkan mereka ketika kita merasa seakan-akan sedang berusaha berenang dengan beban sauh yang sangat berat dan bergeming.
Sahabat memperhatikan dan menghargai sifat-sifat baik kita. Mereka secara tulus memuji kita. Mereka mengingatkan kita tentang nilai diri kita dengan cara memperlihatkan kasih. Sahabat membantu kita untuk mendapatkan kembali pandangan yang positif tentang kehidupan.
Di Inggris Victoria, seorang wanita muda makan malam dengan William Gladstone, negarawan yang sangat terkenal. Esok malamnya wanita itu punya kesempatan makan malam bersama Benyamin Disraeli, lawan Gladstone yang mempesona. Belakangan seseorang menanyakan pendapat wanita muda itu tentang kedua pria itu. Wanita itu menjawab, "Sewaktu saya meninggalkan ruang makan malam setelah duduk di samping Tuan Gladstone, saya rasa ia orang paling cerdas di Inggris. Namun setelah saya duduk di sebelah Tuan Disraeli, saya pikir saya adalah wanita paling cerdas di Inggris."3Sahabat yang baik saling menghayati hal yang terbaik. "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya" (Amsal 27:17).
KESIMPULAN
Bagaimanakah kita bisa mendapatkan sahabat seperti Yonatan? Solusi yang sederhana bisa memenuhi kebutuhan kita yang amat besar terhadap persahabatan: Jika kita ingin memiliki sahabat sejati, kita harus menjadi sahabat sejati. Suatu kali saya membaca sebuah buku yang berisi pelbagai khotbah oleh Clovis G. Chappel, yang berjudul If I Were Young (Seandainya Saya Masih Muda). Indeks buku itu menunjukkan sebuah khotbah yang berjudul "If I were Young, I’d Make Folks Treat Me Right (Seandainya Saya Masih Muda, Saya Akan Buat Orang-Orang Memperlakukan Saya Dengan Baik)." Saya segera membuka khotbah itu. Setelah saya membaca beberapa paragraf, saya merasa agak malu sebab bukan saya sendiri yang menemukan rahasia ini. Untuk membuat orang lain memperlakukan kita dengan benar, kita perlu memperlakukan mereka sebagaimana kita ingin diperlakukan. "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Matius 7:12). Inilah apa yang manusia sebut "Peraturan Emas."
Jangan kuatir tentang memiliki sahabat—jadilah seorang sahabat. Temukanlah satu atau dua orang yang memiliki sifat-sifat yang Anda kagumi. Lalu jadilah seorang sahabat sejati bagi mereka. Jangan kuatir tentang apakah mereka itu terlihat seperti sahabat atau tidak. Perasaan itu akan datang belakangan. Hasilnya nyaris bisa dijamin. Persahabatan didapat dengan memberikan persahabatan.
TFTWMS: 1 Samuel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Alan Loy McGinnis, Friendship Factor (Minneapolis, Minn.: Augsburg Publishing House, 1979), 11.
2 Jess Lair, I Ain’t Much . ....
Catatan Akhir:
- 1 Alan Loy McGinnis, Friendship Factor (Minneapolis, Minn.: Augsburg Publishing House, 1979), 11.
- 2 Jess Lair, I Ain’t Much . . . (Garden City, N.Y.: Doubleday, 1972), 165.
- 3 McGinnis, 116.
Pengarang: Hugo McCord
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU HARUS MENGHADAPI RAKSASA"
"Berkatalah Daud kepada Saul: ‘Janganlah seseorang menj...
PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU HARUS MENGHADAPI RAKSASA"
"Berkatalah Daud kepada Saul: ‘Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu.’ Tetapi Saul berkata kepada Daud: ‘Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit.’ … Pula kata Daud: ‘TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.’ .…" (1Samuel 17:32-37).
Pembacaan Latar Belakang: 1Samuel 17:1-58.
Saul, raja pertama Israel, sekali lagi sedang menghadapi pasukan penyerbu Filistin (1Samuel 13:5). Kali ini garis pertempuran membentang di lembah Ela.1Sisi barat lembah itu dikuasai pasukan Filistin. Sedangkan anak-anak Israel menguasai sisi timurnya. Bangsa Filistin menjadikan lembah itu sebagai tempat bertemunya para jagoan. Bangsa Filistin memilih Goliat dari Gat, keturunan suku purba yang disebut orang-orang raksasa (Nephilim), sebagai jago mereka.
Goliat merupakan sosok lawan yang hebat dan berat, sebab tingginya hampir mencapai tiga meter dan mengenakan baju besi yang menutupi seluruh tubuhnya (1Samuel 17:4-7). Sosoknya itu lebih tinggi daripada para pemain basket yang paling tinggi. Sebagai pejuang yang sudah terlatih sejak mudanya, kemungkinan besar ia merupakan petarung yang memiliki tabiat yang ganas. Kita bisa membayangkan bahwa ia adalah orang yang menakutkan dan jahat. Selain itu, ia itu congkak, suka menyombong, dan menjijikkan, dua kali sehari ia menantang pasukan Israel selama empat puluh hari lamanya.
Reaksi raja Saul terhadap tantangan Goliat itu sangatlah menyedihkan. Delapan puluh kali banyaknya ia hanya duduk dan mendengarkan tantangan itu dan tidak berbuat apa-apa. Bagi Saul, Goliat merupakan raksasa yang begitu besar sehingga tidak seorang pun sanggup membunuh dia. Setiap tantangan yang dilontarkan Goliat membuat Saul merasa cemas dan ketakutan (1Samuel 17:11).
Pemeliharaan Allah memang di luar pengertian kita. Dalam kuat kuasa-Nya, Ia memberi Israel seorang pembebas dari sumber yang paling tidak terduga. Kurang dari sehari perjalanan dari lembah Ela tinggallah orang yang akan mengalahkan Goliat. Daud, raja Israel yang belum dimahkotai, sedang bekerja sebagai gembala. Ayahnya, Isai, mengutus Daud ke lembah Ela untuk membawa makanan bagi saudara-saudaranya, yang berada dalam pasaukan Saul. Setelah menyerahkan perbekalan itu, Daud diharapkan membawa pulang berita tentang keadaan para saudaranya itu kepada Isai.
Daud tiba di perkemahan prajurit Saul pada saat Goliat melontarkan tantangannya. Yang membuat Daud terheran-heran, tantangan itu tetap saja tidak dijawab. Meskipun penampilan lawan itu sangat hebat dan mengerikan, namun Daud punya iman bahwa Allah akan memberi kemenangan kepada orang yang mau melawan Goliat. Daud sangat terkejut sebab tidak satu orang pun yang mau bertempur untuk memperoleh kemenangan yang pasti itu. Perkataan Daud sampai ke telinga raja. Setelah mendengar ada orang yang berani menghadapi Goliat, dengan segera Saul menjemput Daud. Sudah tentu Saul merasa kecewa saat mengetahui bahwa orang yang bersedia melawan raksasa itu hanyalah seorang gembala muda.
Dalam keputusasaan, Saul menawarkan Daud untuk mengenakan baju besi dan senjatanya. Daud mencobanya tetapi menolak memakai peralatan pelindung itu. Sebaliknya, seraya Daud mendekati tempat konfrontasi dengan Goliat, ia memilih senjatanya sendiri. Dari sungai kecil yang ia sebrangi, ia mengambil lima batu yang licin. Kemungkinan besar ia juga membawa serta peralatan gembalanya (1Samuel 17:40). Semua itu, bersama dengan umban yang dapat diandalkan, merupakan senjatanya untuk menghadapi raksasa Filistin itu.
Di dalam pertempuran itu hanya terjadi dua hantaman. Daud menghantam Goliat, dan Goliat menghantam bumi. Batu Daud itu menghantam Goliat pada bagian tubuhnya yang tidak tertutup oleh baju besinya—dahinya. Daud lalu mengambil pedang si raksasa itu dan memenggal kepalanya, demikianlah ia memenangkan pertandingan itu.
Ketika bangsa Filistin melihat jago mereka terbunuh, mereka melarikan diri, dengan mengingkari persetujuan untuk menjadi budak bangsa Israel (1Samuel 17:9). Isreal lalu menguasai dan membunuh banyak dari mereka, menjarah perkemahan mereka. Namun begitu, Daud hanya mengambil kepala Goliat dan senjatanya. Kepala itu dipertontonkan supaya setiap orang tahu bahwa raksasa itu mati oleh karena kuasa Allah dan bukan oleh kekuatan Daud.
KITA SEMUA MENGHADAPI BANYAK RAKSASA
Kita semua menghadapi banyak raksasa. Kita boleh bersyukur sebab mereka itu bukanlah penindas secara fisik seperti Goliat. Raksasa-raksasa yang kita hadapi sering kali berbentuk pelbagai persoalan dan kesulitan hidup sehari-hari. Mereka itu bisa jadi berbentuk penderitaan jasmani. Mereka itu bisa jadi berbentuk sikap hidup yang sudah kita tempuh. Beberapa raksasa itu ada oleh sebab keadaan kita, baik di masa lalu dan masa kini; yang lainnya ada akibat dari perubahan alami dalam hubungan dan usia. Raksasa Anda bisa jadi berupa diagnosa kanker yang mengejutkan. Raksasa itu bisa jadi berupa rumah atau bisnis Anda yang musnah dilalap api. Raksasa itu bisa jadi berupa teman hidup Anda berubah tidak setia. Raksasa itu bisa jadi juga berupa perbudakan di bawah penyalahgunaan obat-obat terlarang.
Sedikit orang saja yang mampu melepaskan diri dari beban hidup. Kemungkinan itulah sebabnya Yesus membandingkan persoalan iman dengan gunung: "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya" (Markus 11:23).
Kita hanya punya dua pilihan dalam menghadapi raksasa-raksasa kita itu: Kita melawan, atau kita melarikan diri. Di dalam struktur fisik, mental, dan emosi kita, kita semua memiliki apa yang disebut "Mekanisme Melawan atau Melarikan Diri"—reaksi alami, kejiwaan terhadap rasa takut, bahaya, dan ketidakpastian. Alkitab menggambarkan dengan baik sekali prinsip "melawan" dan "melarikan diri" ini di dalam menghadapi bahaya. Yusuf menyelamatkan diri dari bahaya dengan melarikan diri (Kejadian 39:11, 12). Simson melawan seekor singa dan menyerang singa itu (Hakim-Hakim 14:5, 6).
Melarikan Diri Dari Raksasa
Kecenderungan untuk melarikan diri digambarkan dengan baiknya pada saat umat Allah menghadapi banyak raksasa. Ketika anak-anak Israel tiba di Kadesh-Barnea setelah bertahun-tahun mengembara di padang gurun, mereka mengirim dua belas orang untuk menyelidiki keadaan Kanaan (Bilangan 13:1-20). Mereka harus menyelidiki kekuatan kubu-kubu militer dan memeriksa kekayaan negeri itu. Kelompok itu pulang dan sepakat dalam hal kekayaan negeri itu. Namun begitu, mereka memberi laporan yang berbeda tentang kekuatan militer penduduk negeri itu. Sebagian besar berkata,
… "Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana …." "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita" (Bilangan 13:27-31).
Mereka itu merasa ketakutan dan tidak pasti. Ketika melihat keturunan orang Enak, yang adalah kaum raksasa, sepuluh dari mata-mata itu lumpuh oleh rasa takut. Kesepuluh orang itulah yang meyakinkan rakyat Israel bahwa mereka tidak bisa menguasai Kanaan. Oleh karena mereka itu berusaha melarikan diri dari persoalan itu, maka anak-anak Israel itu menderita kerugian yang besar sekali: Padang gurun menjadi rumah mereka lagi selama 38 tahun.
Hidup dalam ketakutan adalah jauh dari jalan keluar yang memadai untuk menghadapi tantangan dunia. Bukan itu saja, hidup dalam ketakutan merupakan keadaan yang tidak wajar bagi orang Kristen (2Timotius 1:7; 1Korintus 16:10). Rasa takut bukan saja bisa membuat kita sengsara, tetapi juga bisa menyebabkan kita membuat orang-orang di sekitar kita ikut sengsara. Rasa takut punya potensi menghancurkan seluruh hidup kita—secara jasmani, emosi, dan rohani.
Kita mungkin akan melarikan diri bila kita berpikir dengan akal kita saja. Kita mungkin akan memaafkan kurangnya tindakan kita dengan cara mengatakan besarnya persoalan atau kecilnya sumber kekuatan kita. Saya pernah mendengar kisah tentang sekelompok pemburu beruang yang berkumpul bersama di sebuah pondok berburu. Seorang pemburu yang bertubuh kecil mendekati pemburu yang jauh lebih besar badannya dan berkata, "Seandainya saya sebesar kamu, saya akan pergi ke luar dan memburu beruang yang paling besar tanpa alat apa-apa selain tongkat kayu." Tanpa mengangkat kepalanya, orang yang berbadan besar itu menjawab, "Di dalam hutan itu juga terdapat banyak beruang kecil." Beberapa orang memang ada yang berusaha menyalahkan orang lain atas persoalan mereka sendiri.
Beberapa orang bahkan melangkah begitu jauh sampai menyalahkan Allah. Mereka meragukan hikmat-Nya dengan mempertanyakan takaran persoalan yang mereka hadapi. Mereka meragukan kasih-Nya dengan bertanya-tanya mengapa Ia tidak membuang jauh-jauh pergumulan mereka. Kekecewaan mereka yang seperti itu merupakan akibat dari melupakan salah satu kebenaran utama kehidupan: Allah lebih besar daripada persoalan apa saja. Seseorang pernah berkata, "Kuasa di belakang kita lebih besar daripada persoalan di hadapan kita."
Melawan Raksasa
Kemungkinan lain bagi kita adalah melawan raksasa itu. Seringkali kita harus menyerang, melawan, dan mengalahkan raksasa itu jika ingin selalu ada rasa damai di dalam hati kita. Orang Kristen harus memiliki segala alasan untuk rela melawan pelbagai raksasa yang mereka hadapi.
Laporan yang terpecah-belah yang dibawa oleh para mata-mata tentang negeri Kanaan itu pada gilirannya memecah belah bangsa itu (Bilangan 13). Sebagian besar berkata bahwa negeri itu memang baik tetapi tidak bisa direbut; sebagian kecil yang terdiri dua orang memiliki pandangan yang berbeda. Yosua dan Kaleb menyatakan bahwa karena Tuhan bersama mereka, maka mereka bisa merebut negeri itu.
Kaleb bukan saja percaya bahwa raksasa-raksasa itu bisa dikalahkan dengan pertolongan Tuhan, tetapi ia juga menetapkan satu hari untuk memperlihatkan fakta itu. Ketika bangsa Israel itu belakangan mulai membagi-bagi negeri itu setelah ditaklukkan, Kaleb maju ke depan untuk menuntut bagiannya. Ia berkata:
Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan TUHAN pada waktu itu, sebab engkau sendiri mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota yang besar dan berkubu. Mungkin TUHAN menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang difirmankan TUHAN (Yosua 14:12).
Kaleb tahu bahwa banyak raksasa tinggal di negerinya itu. Ia tahu bahwa sebelum ia bisa menikmati negeri itu, raksasa-raksasa itu harus terlebih dulu diserang dan dikalahkan. Waktu tidak merubah keyakinannya bahwa, dengan pertolongan Allah, ia bisa menang.
Dengan rasa percaya diri seperti itu, kita juga sanggup menghadapi raksasa-raksasa yang kita hadapi dengan penuh keyakinan. Kita sanggup menghadapi para raksasa itu dan menang atas mereka.
CARA MELAWAN RAKSASA
Kita Harus Membuat Persiapan
Gembala merupakan pelayan yang paling rendah, seringkali dijabat oleh anak bungsu laki-laki. Itu merupakan jabatan Daud. Isai tidak melihat adanya nilai berharga dalam diri Daud, anaknya. Ia bahkan tidak mengundang Daud kepertemuan yang Samuel adakan bagi anak-anak Isai (1Samuel 16:5-11). Siapakah yang mengira seorang gembala bisa pernah menjadi raja? Namun begitu, sebagai seorang gembala Daud telah mengambil banyak pelajaran yang sangat besar peranannya dalam membantu dia menjadi raja. Sebagai gembala, Daud belajar tentang nilai sikap tanggung jawab, memelihara dan melindungi domba (1Samuel 17:34-36). Tanggung jawabnya di tempat terpencil itu memberi dia banyak waktu untuk berlatih dengan umban. Bukan itu saja, ia benar-benar seorang pelajar alam sekitar, belajar menghargai karya ciptaan Allah. Pada waktu itu, kemungkinan besar ia tidak sadar bahwa posisi gembala yang hina sedang mengajar dia cara untuk menjadi raja.
Kita harus jangan menganggap rendah pelajaran yang Allah sedang ajarkan kepada kita. Kita mungkin menganggap pelajaran itu sederhana dan tidak perlu, namun iman kita mungkin harus diuji dulu dengan hal-hal yang sederhana. Dengan melakukan pelbagai tindakan dasar ketaatan, kita sebenarnya sedang mempersiapkan diri kita untuk pelbagai kesempatan yang lebih besar.
Musim semi di Florida memberi banyak hal yang baik. Salah satunya adalah kunjungan liga utama pelbagai tim baseball untuk latihan mereka di musim semi. Saya pernah mengunjungi tempat latihan mereka, dan saya terkesan dengan betapa seringnya para pemain yang sudah kawakan masih mempraktikkan gerakan-gerakan dasar olahraga mereka itu. Setiap pemanasan sebelum pertandingan mencakup satu set latihan rutin di luar dan di dalam lapangan permainan. Sebelum setiap permainan dimulai, para pemain melakukan latihan yang sama dalam menangkap dan melempar bola. Mengapa? Orang akan mampu melakukan pertandingan yang luar biasa hanya ketika ia bisa berulang-ulang memainkan permainan yang sederhana. Kehebatan diperoleh dengan melakukan tugas-tugas yang sederhana. Bahkan melalui pelbagai tugas yang kelihatannya tidak penting, Allah mungkin memberi kita pelajaran tentang kehidupan.
Kita Harus Memiliki Cara Pandang Yang Benar
Salah satu manfaat beriman kepada Allah datang dari cara pandang baru yang diberikan kepada kita. Simaklah perbedaan dalam cara Daud dan Saul memandang Goliat. Raja Saul memandang seorang raksasa yang hampir tiga meter tingginya—orang yang dari mudanya sudah jadi pejuang. Pada sisi lainnya, Daud melihat orang Filistin yang tidak bersunat yang sedang menghina Allah—seorang musuh yang bisa dikalahkan tak peduli betapa besarnya dia. Daud memandang dia sebagai target yang sangat besar yang tidak mungkin luput! Saul memandang Goliat dalam terang kelemahan pribadinya sendiri; Daud memandang raksasa itu dari sudut pandang seorang hamba yang dibuat kuat oleh pertolongan Allah.
Betapa mudahnya kita menipu diri kita sendiri! Cara pandang yang baru bisa menunjukkan kita bahwa "raksasaraksasa" kita tidaklah sebesar yang kita bayangkan. Pandangan itu bisa juga menunjukkan kepada kita bahwa raksasa juga memiliki titik kelemahan. Bagian tubuh Goliat yang tidak terlindungi merupakan titiknya yang paling mudah diserang; jadi begitulah juga dengan raksasa-raksasa yang kita hadapi.
Cara pandang yang baru bisa menunjukkan kepada kita kelemahan sebenarnya dari para raksasa yang kita hadapi. Kita harus ingat bahwa di belakang setiap raksasa adalah ilah dunia ini. Allah kita tak terkira lebih berkuasanya dibandingkan dengan setan. Bapa kita selalu membatasi kuasa Iblis untuk mencobai kita (Ayub 1:9, 12; 2:4-6). Bapa kita bisa menguatkan kita untuk mengalahkan tipu muslihat kejahatan (Efesus 6:11-13). Cara pandang ini membolehkan kita membandingkan kuasa Allah dengan kelemahan orang jahat.
Kita Harus Menggunakan Senjata Yang Sangat Kuat
Bagi orang dunia, senjata kita untuk menghadapi para raksasa itu tampaknya lemah. Bayangkanlah rasa takut pasukan Israel ketika Daud masuk ke lembah Ela tanpa membawa apa-apa selain umban dan lima batu yang licin! Goliat menghadapi kedatangan Daud dengan hinaan; namun dengan bantuan Allah, senjata Daud terbukti jauh lebih memadai. Paulus mengingatkan kita bahwa "senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah .…" (2Korintus 10:4, 5). Kekuatan kita sekarang bukanlah pada senjata kita, tetapi pada kehadiran Allah. Daud, dengan umbannya, lebih kuat dari seratus Goliat sebab Allah bersama dia.
Allah Daud adalah Allah kita juga. Waktu tidak bisa mengikis atau menghilangkan kekuatan-Nya. Sebagaimana Ia menyertai Daud, maka Ia akan menyertai kita juga. Mungkin doa kita yang sangat tidak perlu adalah doa agar Allah menyertai kita (meskipun doa ini bisa menghibur kita dan membuat kita terus-menerus sadar akan kehadiran-Nya). Mengapa meminta Dia untuk melakukan apa yang sudah Ia janjikan akan dilakukan? Kitab Suci meyakinkan kita akan kehadiran-Nya jika kita ada bersama Dia.
"…Danketahuilah,Akumenyertaikamusenantiasasampai kepada akhir zaman" (Matius 28:20b). … Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Ibrani 13:5, 6).
Di dalam diri Daud kita melihat suatu demonstrasi kerendahan hati yang sejati. Kerendahan hati bukanlah anggapan bahwa kita ini bukan apa-apa; kerendahan hati adalah percaya bahwa Allah adalah segala-galanya. Di dalam iman ini kita bisa menemukan kekuatan kita yang paling besar.
Daud bukan hanya punya iman; ia juga punya pengalaman iman. Ingatan akan pertolongan Allah di masa lalu merupakan suatu jaminan akan pertolongan-Nya di masa kni. Ingatan itu merupakan sumber kekuatan yang paling efektif ketika kita menghadapi tekanan hidup ini. Jika Allah sudah menjadi Penolong kita di masa lalu, mengapa kita tidak mengharapkan Dia untuk terus menjadi Penolong kita? Ia tidak berubah. Jika kita tidak mengharapkan Dia untuk menjadi Penolong kita di masa kini, kita mungkin tidak lagi memiliki iman seperti yang kita miliki di masa lalu.
KESIMPULAN
Orang Kristen bergumul menghadapi, melawan, dan mengatasi banyak raksasa di dalam kehidupannya. Setan itu tidak kenal menyerah dalam usahanya untuk mengalahkan kita (2Korintus 10:4; Efesus 6:12), dan kadang-kadang pergumulan kita kelihatannya setara dengan pergumulan Daud di lembah Ela. Namun begitu, Allah ada bersama kita sebagaimana Ia dulu bersama Daud.
"Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku! Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku,Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, … Terpujilah TUHAN, seruku; Makaakupunselamatdaripadamusuhku (Mazmur 18:1-3; huruf miring oleh saya).
Kemenangan akhir kita adalah pasti, sebab Allah pada akhirnya akan mengalahkan Iblis. Kemenangan pribadi kita saat kini merupakan rasa-pendahuluan dari kemenangan akhir kita. Segala kemuliaan harus diberikan kepada Dia. Kelemahan kita adalah kekuatan Allah; kemenangan kita adalah milik-Nya.
TFTWMS: 1 Samuel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Lembah Ela terletak di baratlaut Yehuda. Tempat itu merupakan daerah lintasan utama dari dataran Filistin hingga pegunungan Yehu...
Catatan Akhir:
- 1 Lembah Ela terletak di baratlaut Yehuda. Tempat itu merupakan daerah lintasan utama dari dataran Filistin hingga pegunungan Yehuda.
Pengarang: Hugo McCord
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim
kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan
I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan nasional di Israel itu khususnya berkisar pada tiga orang: Nabi Samuel, Raja Saul, dan Raja Daud. Pengalaman-pengalaman Daud di masa mudanya sebelum ia menjabat raja, terjalin erat dengan kisah Samuel dan Saul.
Pokok buku ini, sama seperti kisah-kisah lainnya dalam Perjanjian Lama, ialah bahwa orang akan berhasil kalau setia kepada Allah, dan celaka kalau mendurhaka. Hal itu dinyatakan dengan jelas dalam 1Sam 2:30 ketika TUHAN berkata kepada Imam Eli, "Yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi yang menghina Aku akan Kuhina."
Dalam buku ini kita melihat perasaan yang berbeda-beda mengenai pembentukan kerajaan Israel. Memang TUHAN sendiri sudah dianggap raja di Israel, tetapi untuk menanggapi permohonan rakyat, Ia memilih seorang raja bagi mereka. Hal yang penting ialah bahwa baik raja maupun rakyat Israel hidup di bawah kedaulatan Allah, Hakim mereka (1Sam 2:7-10). Di bawah hukum-hukum Allah, haruslah dijamin hak seluruh rakyat, kaya maupun miskin.
Isi
- Samuel sebagai pemimpin Israel
1Sam 1:1-7:17 - Saul menjadi raja
1Sam 8:1-10:27 - Tahun-tahun pertama pemerintahan Saul
1Sam 11:1-15:35 - Daud dan Saul
1Sam 16:1-30:31 - Wafatnya Saul dan putra-putranya
1Sam 31:1-13
Ajaran: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti
bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melak
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melaksanakan perintah dan kehendak Allah.
Pendahuluan
Penulis : Samuel.
Isi Kitab: Kitab I Samuel terdiri dari 31 pasal. Kitab I Samuel menceritakan tentang tiga tokoh utama dari bangsa Israel: nabi Samuel, raja Saul, dan raja Daud.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Samuel
Pasal 1-8 (1Sam 1:1-8:22).
Kehidupan Samuel Samuel bekerja dengan penuh usaha membangun kehidupan baik dan ketaatan agama bangsa Israel. Kemudian Samuel memegang jabatan hakim. Ia berhasil mengalahkan bangsa Filistin dan mempersatukan bangsa Israel (pasal 5-7; 1Sam 5:1-7:17).
Pada waktu Samuel sudah menjadi tua, bangsa Israel ingin memiliki seorang raja, karena itu ia melakukan perintah Tuhan untuk melantik seorang raja, yakni Saul (pasal 8; 1Sam 8:1-22).
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 1:20,26-28. Apakah arti nama Samuel? Dan apakah teladan yang baik dari Ibu Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 3:19-20; 8:15. Bagaimanakah kehidupan rohani Samuel? Berapa lamakah ia menjadi hakim atas orang Israel?
- Bacalah pasal 1Sam 8:19-22. Atas kehendak siapakah orang Israel meminta seorang raja?
Pasal 9-15 (1Sam 9:1-15:35).
Kehidupan raja Saul Raja Saul memulai pemerintahannya dengan berhasil, tetapi pada akhirnya menjadi tidak taat pada Firman Tuhan. Hal ini membuat Tuhan akhirnya menolak dia sebagai raja.
Pendalaman
- Siapakah yang mengurapi Saul? (1Sam 10:1).
- Bacalah pasal 1Sam 15:10-11. Apakah yang menjadi kesalahan Saul? Bagaimanakah dengan kelakuan saudara?
Pasal 16-31 (1Sam 16:1-31:13).
Kehidupan Raja Daud Setelah Saul ditolak, maka Allah memilih Daud sebagai Raja, menggantikan Saul.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 16:11-13. Apakah pekerjaan Daud? Dan apakah yang terjadi setelah Daud diurapi oleh Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 17:45-50. Mengapakah Daud merasa tersinggung dan marah terhada orang Filistin?
- Bacalah pasal 1Sam 18:6-9. Mengapakah Saul membenci Daud? Apakah saudara sering iri hati juga?
- Bacalah pasal 1Sam 31:1-4. Bagaimanakah kematian Saul? Mengapakah ia melakukan hal itu?
II. Kesimpulan/penerapan
Keberhasilan Samuel di dalam pelayanan merupakan hasil dari kesetiaan pada panggilan, suka berdoa dan tidak kompromi dengan dosa.
Saul memulai pemerintahannya dengan rendah hati, sabar, tetapi diakhiri dengan kesombongan dan menolak Firman Allah. Ini adalah penyebab kegagalannya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah tokoh-tokoh penting dalam I Samuel? Dan bagaimanakah sifat mereka masing-masing?
- Apakah sebabnya Allah menolak Saul?
- Apakah kesan yang saudara peroleh dari kehidupan Saul?
Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANGPada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab
Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANG
Pada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab kedua melulu bercerita mengenai raja Daud, maka yang pertama mengisahkan ketiga orang tokoh yang hidupnya saling berkaitan satu sama lain yaitu Samuel, Saul dan Daud. Riwayat yang diceritakan tidak utuh; siapapun yang mengumpulkan seluruh kisah itu tentu mengambilnya dari beberapa sumber. Hal itu tidak menjadi masalah asal kita ingat bahwa bagi para penulis kuno arti suatu kejadian lebih penting daripada ketepatan waktu. Kitab Samuel bukan hanya semata-mata sebagai sejarah, tetapi merupakan cerita tentang bagaimana Allah menangani umat-Nya. Dalam pada itu riwayat yang diceritakan sungguh-sungguh terjadi. Bahkan, pahlawan bangsa seperti Daud digambarkan sebagai orang yang bermasalah dan seorang manusia biasa.
"KAMI MENGINGINKAN SEORANG RAJA"
Kitab Hakim-hakim menyimpulkan bahwa anarki merajalela di Israel pada masa itu, karena "Israel tidak mempunyai raja" (Hak 21:25). Samuel, hakim terakhir, walauoun terkenal tetapi pengaruhnya hanya setempat dan terbatas. Umat Israel memerlukan seorang pemimpin bangsa. Oleh karena itu, permohonan mereka untuk mendapat seorang raja bukanlah semata-mata sebagai suatu kecaman terhadap kepemimpinan Samuel, tetapi menunjukkan betapa manusiawinya pengharapan mereka. Pada kenyataannya hanya Allah yang dapat memimpin mereka untuk memperoleh kemenangan; kekalahan-kekalahan mereka tidak disebabkan karena mereka tidak mempunyai seorang raja, tetapi oleh karena mereka telah melupakan perjanjian dengan Allah (1Sa 10:18,19; 12:6-15). Mereka telah mengikuti cara-cara penyembahan orang kafir. Gagasan mengenai pembentukan kerajaan itu sendiri tidak salah, tetapi mereka menginginkan seorang raja seperti bangsa-bangsa kafir yang ada di sekitar mereka. Samuel memperingatkan mereka bahwa raja-raja mempunyai potensi untuk kebaikan dan kejahatan, seperti yang akan mereka lihat sendiri di kemudian hari.
BANGSA FILISTIN
Oleh karena bangsa Israel tidak membinasakan orang Filistin ketika mereka menduduki Kanaan, maka negara tetangga Israel ini terus menerus menjadi ancaman bagi keamanan mereka. Kita membaca mengenai bangsa Amori, Amalek dan Amon, tetapi kebanyakan mengenai bangsa Filistin. Bangsa-bangsa ini tinggal di lima kota pantai yaitu Asdod, Gat, Ekron, Gaza dan Askelon, dan mereka mengurung Israel (1Sa 13:19-21). Saul dan Yonatan memulai suatu revolusi, tetapi raja Daudlah yang akhirnya menumpas bangsa Filistin dan yang lainnya secara tuntas.
Pesan
1. Samuel, seorang hamba Tuhano Samuel adalah jawaban dari doa, dan dedikasi ibunya yang saleh memberikan kepadanya permulaan kehidupan yang terbaik. Ini mungkin berarti bahwa ia harus hidup sebagai seorang Nazir, walaupun biasanya hal ini berarti disumpah sementara dan tidak seumur hidup. 1Sa 1:10,11,27,28; 2:26; Bil 6:1-21.
o Pada waktu suara Tuhan tidak terdengar di Israel. Samuel menonjol sebagai seorang yang kepadanya Tuhan menampakkan diri dan yang mempunyai karunia sebagai peramal -- ia dapat melihat apa yang tidak tampak oleh orang lain. 1Sa 3:1-10, 19-21; 9:9.
o Samuel ternyata seorang hamba Allah yang jujur dan dapat dipercaya. Ia tidak mau melakukan sesuatu yang dapat menguntungkan dirinya, tidak seperti anak-anaknya. Reaksinya terhadap kemunduran Saul menunjukkan bahwa ia lebih mementingkan Allah. 1Sa 9:6; 12:3-5; 15:11,35.
2. Saul, raja yang gagal
o Saul adalah seorang raja yang memulai pemerintahannya dengan baik dan penuh pengharapan yang besar. Dia diurapi sebagai tanda bahwa Allah telah memilihnya dan ia pun rendah hati, berjiwa besar dan penuh kuasa roh serta dapat mengambil keputusan besar pada saat-saat kritis. 1Sa 10:1, 10:22; 11:6, 12, 13.
o Namun demikian, kita dapat melihat kemundurannya yang berangsur-angsur pada saat ia mulai menangani berbagai masalah seorang diri, mengucapkan sumpah dengan gegabah dan tidak taat kepada perintah-perintah Allah. Anaknya, Yonatan, mempermalukannya dengan kebangsawanannya yang sederhana. Sebaliknya, Saul menjadi cemburu, getir dan tertekan dan ia menghabiskan waktu dan tenaganya untuk memburu Daud.
o Dalam keputusasaannya mencari bimbingan, ia jatuh ke dalam spiritualisme yang sebelumnya dilarang olehnya dan akhirnya ia menjadi salah satu kasus bunuh diri yang langka dalam Alkitab. 1Sa 13:8-14; 14:24; 15:9-29; 16:14; 18:8-12; 28:6, 7; 31:4.
3. Daud, pilihan Tuhan
o Sebagai orang yang dipilih Allah untuk menggantikan Saul, Daud adalah seorang yang lurus hati dan yang kesetiaannya besar. Tidak mengherankan jika Yonatan tertarik untuk bersahabat dengannya. Daud yang dalam pekerjaannya diurapi oleh Roh secara istimewa dapat membentuk rakyat jelata menjadi suatu kekuatan tempur yang efektif atau melawan seorang raksasa seorang diri. Ia menunggu saat Allah akan menuntut balas baginya, dan ia dengan setia memohon pimpinan-Nya dan percaya bahwa Allah akan meluputkannya dari bahaya. Ia seorang pemimpin besar yang akan menjadi seorang raja Israel yang terbesar. 1Sa 16:7,13,18; 17:26,34-37, 45-51; 18:1-4; 22:5-15; 23:2,4,9-12; 24:12; 30:6-8, 23-25.
o Daud juga tidak terlepas dari sifat-sifat manusiawi. Ia juga dapat menjadi marah dan tergoda untuk melakukan tindakan yang gegabah dan ia juga dapat berdusta. Perlakuan Allah kepadanya sama dengan apa yang dilakukan kepada kita, yaitu dengan penuh kasih. 1Sa 25:32-34; 27:10-12.
Penerapan
1. Allah menjawab doa
Kitab ini menceritakan bahwa Allah menjawab doa yang sungguh-sungguh, baik doa pribadi orang yang berada dalam kesusahan maupun doa syafaat para pemimpin untuk bangsa mereka. Berdoa merupakan pelayanan yang harus kita lakukan atas nama orang lain. Dalam menjawab doa, Allah memberikan dan melakukan apa yang secara manusiawi tidak mungkin dilakukan.
2. Allah memelihara milik-Nya
Tanpa memandang ketidaktaatan umat-Nya, Allah berjanji untuk melaksanakan misi penyelamatan-Nya dan membela kehormatan-Nya. Jika perlu, Dia dapat melakukannya tanpa bantuan manusia sama sekali. Pada kesempatan lain Dia memberikan kepada umat-Nya pemimpin-pemimpin yang akan membawa mereka pada kemenangan. Jika kita berada dalam kehendak Allah, keberhasilan tidak tergantung pada kekuatan atau keahlian manusia. Dia dapat mengambil yang terlemah dan memakai mereka bagi kemuliaan-Nya jika mereka mempercayai Dia.
3. Kita harus benar di hadapan Allah
Allah memilih dan memakai mereka yang hatinya benar di hadapan-Nya. Dia memberi karunia, kuasa dan berkat bagi mereka yang melayani-Nya. Dia juga dapat menghakimi dan mempermalukan mereka yang tidak taat kepada-Nya. Oleh karena itu, suatu permulaan yang baik bukan merupakan jaminan untuk keberhasilan di masa datang. Kita perlu benar di hadapan-Nya, taat dan percaya, jika kita ingin mengalami berkat-Nya secara berkesinambungan.
Tema-tema Kunci
1. Doa dan pujian
Kitab ini banyak bercerita tentang doa dan pujian. Khususnya, kita melihat bagaimana orang pilihan Allah mencari pimpinan-Nya sebelum mengambil keputusan-keputusan besar. Lihat 1Sa 1:10-18; 2:1-10; 7:5,6,12; 8:6,21; 12:18,19,23; 15:11; 22:15; 23:2-4, 9-12; 30:7,8.
2. Syarat-syarat pengabdian
Ada beberapa persyaratan pokok yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin mengenal berkat-berkat Allah. Lihat 1Sa 2:30; 7:3,4; 12:14,15,20-25; 15:22,23,26; 16:7; 26:23. Bandingkanlah dengan ketakhayulan orang Israel yang menganggap bahwa mereka dapat memanipulasi Allah untuk melakukan sesuatu bagi mereka (1Sa 4:1-11). Camkanlah bahwa mereka mempunyai reputasi, tetapi tidak mempunyai kuasa.
3. Karunia roh
Seperti halnya dalam kitab Hakim-hakim, kita melihat bahwa Allah secara khusus mengaruniakan kuasa roh kepada mereka yang melayani Dia. Apabila Roh Allah turun atas mereka, mereka dapat melakukan apa yang pada umumnya tidak dapat mereka lakukan sebelumnya. Lihat 1Sa 10:6,7,9-13; 11:6; 6:13 (Bandingkan 1Sa 19:23,24 Allah seakan-akan mengendalikannya, tetapi tidak memberikan kuasa kepada Saul). Pada saat yang sama kita mendapat bukti bahwa hal ini tidak perlu terjadi secara permanen, juga tidak berarti bahwa mereka seterusnya hidup dalam kekudusan. Tidak ada yang dapat menggantikan hubungan yang berkesinambungan dengan Allah.
Garis Besar Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) [1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11Doa Hana dikabulkan
1Sa 2:12-3:21Penghakiman atas keluarga Eli
1Sa 4:1-6:21Tabut Perjanjian hilang da
[1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11 | Doa Hana dikabulkan |
1Sa 2:12-3:21 | Penghakiman atas keluarga Eli |
1Sa 4:1-6:21 | Tabut Perjanjian hilang dan ditemukan |
1Sa 7:1-17 | Ebenhaezer: Allah telah menolong kita |
[2] SAMUEL DAN SAUL 1Sa 8:1-15:35
1Sa 8:1-22 | Israel meminta seorang raja |
1Sa 9:1-11:15 | Saul dipilih dan diteguhkan |
1Sa 12:1-2 | 5 Samuel menyerah |
1Sa 13:1-15:35 | Saul gagal memenuhi persyaratan |
[3] SAUL DAN DAUD 1Sa 16:1-31:13
1Sa 16:1-23 | Daud dipilih: Saul menolak |
1Sa 17:1-18:30 | Daud memperoleh kemenangan: Saul cemburu |
1Sa 19:1-26:25 | Orang pilihan Allah menjadi buronan |
1Sa 27:1-12 | Daud mendua hati |
1Sa 28:1-25 | Saul putus ada |
1Sa 29:1-30:31 | Daud mengalahkan orang Amalek |
1Sa 31:1-13 | Saul bunuh diri |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi