JERIT KEPRIHATINAN
RATAPAN
Puisi Penderitaan
Salomo menulis, "Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya"; "Orang berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang bodoh senang berada di rumah tempat bersukaria" (Pengkhotbah 7:2, 4). Dalam pandangan kata-kata terilham ini, nyanyian Ratapan lima pasal, puisi yang panjang tentang penderitaan dan kematian, pastinya memenuhi syarat sebagai karya besar sastra mengenai apa yang lebih baik!
Kitab Ratapan bisa saja disebut aliran sungai air mata, tapi pelbagai gambaran di dalam kitab itu tidak dapat sepenuhnya mencerminkan kesengsaraan intens orang-orang Yahudi. Kitab yang pendek ini mengenakan selubung kesedihan, menggemakan pesan tentang harga dosa. Dari awal sekali, kota Yerusalem yang kesepian digambarkan sebagai seorang perempuan yang menangis dengan sedihnya, sebagai seorang janda yang duduk berduka cita karena perbudakan yang berat dan berkabung, di tengah-tengah penderitaan (1:1-3). Setiap persepsi yang menyakitkan; setiap sentimen adalah jeritan hati yang hancur. Kitab itu "dapat dengan benar disebut karya besar kesedihan yang mendalam dari semua literatur dunia."1
Yerusalem dihancurkan pada tahun kesebelas, bulan keempat, dan hari kesembilan pemerintahan Raja Zedekia (Yeremia 39:1-9). Itu pasti tragedi yang paling signifikan yang terjadi dalam sejarah politik dan agama umat Allah-dari Keluaran dari Mesir sampai titik klimaks kehancuran kota itu. Peristiwa penting itu, dengan akibat buruknya, mencetuskan penulisan Kitab Ratapan. Yerusalem, tempat di mana Allah rindu untuk bertemu dengan umat-Nya yang setia (2 Tawarikh 7:12-16), dihancurkan atas perintah Nebukadnezar, raja Babel. Bagi orang Ibrani melihat kota suci mereka terbakar adalah pengalaman yang menghantui dan memalukan. Meski sudah berkali-kali diberikan peringatan sebelumnya bahwa saat seperti itu akan datang (lihat Yeremia 1:15, 16; 7:1-15; 38:17-23), orang-orang Yahudi itu sama sekali tidak siap bagi kejatuhan mereka (Yeremia 5:11-13; 16:10; 37:9, 10). Sejak pembebasan yang terjdi pada zaman Raja Hizkia, orang-orang itu percaya bahwa Yerusalem aman dan tidak akan pernah jatuh (lihat 2 Raja 19:14-37). Oleh karena itu, itu merupakan pukulan yang tiba-tiba, mengejutkan ketika tembok-tembok Yerusalem dijebol dan bait suci dibakar. Kitab Ratapan adalah upaya puitis untuk menggambarkan kehancuran itu dan mengungkapkan suasana hati orang-orang yang ditaklukkan ini.
Penulis itu dipersiapkan untuk tugas itu oleh pengilhaman Allah, namun juga dengan ikut mengalami pelbagai peristiwa kehancuran ini. Kitab Ratapan ditulis tidak lama setelah jatuhnya Yerusalem, sehingga pelbagai adegan yang mengerikan itu masih segar dalam ingatan; kengerian itu masih melintas di depan matanya. Saat ia melihat kota itu teronggok dalam kehancuran yang membara, ia menuliskan kitab tentang kehancuran dan keputusasaan ini dengan cara yang banyak memberi kita pelajaran.
SIAPAKAH YANG DIUNTUNGKAN DARI STUDI INI?
Sebelum mempelajari Kitab Suci tertentu, perhatikanlah jenis orang berikut ini yang akan diberkati oleh studi kita atas kitab Ratapan:
- 1. Mereka yang saat ini menanggung beban berat.
- 2. Mereka yang mengalami perlakuan tidak adil tetapi harus terus melakukan apa yang benar.
- 3. Mereka yang peduli dengan hubungan mereka dengan Allah.
- 4. Mereka yang tidak peduli dengan hubungan mereka dengan Allah.
- 5. Mereka yang terbenam dalam dosa dan butuh dorongan untuk memulihkan harapan mereka.
- 6. Mereka yang lebih mengandalkan manusia daripada Pencipta mereka. Peringatan yang serius diberikan dalam puisi ini mengenai harga kebodohan semacam itu.
- 7. Mereka yang secara tragis menderita kehilangan dan butuh kekuatan untuk bangkit mengatasi kesedihan mereka.
- 8. Mereka yang dapat membangun iman dari keadaan yang hancur.
- 9. Mereka yang butuh peringatan tentang betapa manusia dapat menipu!
- 10. Mereka yang ingin melihat keseimbangan antara murka Allah dan hati-Nya yang berbelas kasihan yang tidak akan pernah menjatuhkan kita jika kita percaya kepada Dia.
Puisi ini secara jelas menyajikan malapetaka yang menanti orang mana saja yang melupakan perintah kebenaran di negeri itu (lihat Roma 6:12, 13, 16-18; Matius 6:33; 1 Petrus 3:12-22).
SIAPAKAH PENULISNYA? Bukti Internal
Teks itu tidak memberikan nama penulisnya. Namun begitu, teks itu memberi secara spesifik sifat, karakter, dan keprihatinan penulis itu. Kita dapat menyimpulkan siapakah penulis itu sebenarnya.
- 1. Penulis itu sangat mengenal baik rincian tentang Yerusalem. Kedudukan masa lalu kota itu sebagai "agung di antara bangsa-bangsa" (1:1) telah memburuk sampai penulis itu mengatakan, "Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis" (1: 2) dan merasa tidak ada yang menghibur dia (1:16). Ia tahu keadaan Yehuda saat itu, di mana, ia berkata, "Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita" (1:4). Ia memberikan rincian tentang gerbang-gerbangnya, para imamnya (1:4, 19), dara-daranya, musuh-musuhnya, dan karakternya. Ia tahu tentang "banyak pelanggarannya" (1:5; lihat ayat 8, 18, 20, 22). Catatan tentang perbuatan tertentu oleh tua-tua (2:10) menunjukkan bahwa penulis itu adalah orang yang berada di lokasi saat Yerusalem jatuh ke tangan Babel.
- 2. Air mata penulis, tekanan emosional, dan penderitaan pribadi terhadap apa yang ia lihat dan dengar dari anak-anak dan kaum ibu (2:11-13) menegaskan kasihnya dan pengamatannya yang serius. Ia mengenal baik "penglihatan yang dusta dan hampa" dari masa lalu yang menjadi penyebab dari semua kesedihan itu (2:14). Ia meneliti bahaya sekarang dari "sekalian orang yang lewat," sambil bertepuk tangan "mengejek kamu" (2:15; NASB). Penulis itu tidak hanya ikut merasakan tindakan tragis duniawi, namun rasa sakit itu semakin sakit oleh sebab ia tahu bahwa yang telah melakukan hal itu adalah Allah "dalam kegeraman murka-Nya" (2:6). Pasal 2 mengungkapkan fakta ini (lihat kata ganti "Ia" dan "Nya" dalam 2:1-9, 17). Hanya orang yang diilhamkan oleh Allah yang dapat mengetahui pelbagai rincian ini.
- 3. Dalam pasal 3, penulis itu menelusuri perjalanannya sendiri melalui pemahaman pribadi tentang apa yang Allah perbuat untuk membuat dia bertahan (3:8-18), namun kemudian ia merenung dengan harapan (3:21, 24, 29) tentang apa yang sebenarnya Allah sedang lakukan (3:19-38). Ia kemudian merunut balik periode pemberontakan dan keraguan secara nasional dan pribadi terhadap Allah, dengan menyimpulkan bahwa Allah "dekat tatkala aku memanggil-Mu" (3:57). Pasal ini diakhiri dengan kepercayaan kepada Allah (3:64-66). Bila dilihat seperti itu, pasal ini menawarkan pengertian yang besar tentang penulis kitab Ratapan itu. Apakah ada nabi yang dikenal pada zaman itu yang melangkah melalui pola pikir keraguan dan memperdalam, mengembangkan kepercayaan kepada Allah?2
- 4. Penulis itu memberikan survei sekilas tentang harga mahal yang harus dibayar untuk dosa (4:1-10), menunjukkan alasan bagi murka Tuhan dan kejatuhan bangsa itu (4:11-22). Ia mengerti mengapa umat Allah di bawah naungan-Nya akan "hidup di antara bangsa-bangsa" (4:20); ia tahu bahwa Penawanan itu perlu dan dibenarkan.
- 5. Penulis mengakhiri dengan permohonan penuh doa agar Tuhan mengingat pemandangan menyedihkan, memuakan yang ada di hadapannya (5:1-18). Ia tahu bahwa penyebabnya adalah dosa yang terus diperbuat (5:7, 16). Ia juga mengakui posisi berdaulat Allah, mengakhiri dengan permohonan yang memilukan: "Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala!" (5:21). Sebagai patriot yang setia, ia merindukan bangsanya kembali kepada Allah. Siapakah di tempat kejadian itu yang sesuai dengan gambaran itu?
Meski kitab itu tidak menyebutkan nama penulisnya, perhatian yang cermat terhadap bukti internal-mencakup sifat dan karakter penulis itu-menyisakan sedikit keraguan tentang orang yang terilham yang sesuai dengan fakta-fakta ini. Satu-satunya nabi yang dikenal yang tinggal di Yerusalem ketika bangsa itu jatuh ke tangan Babel adalah Yeremia!
Paralelisme Yeremia dan Kitab Ratapan
Ketika kita membandingkan Kitab Yeremia dan Kitab Ratapan, kesamaan antara dua kitab itu membuat kita berpikir bahwa orang yang menulis kitab yang satu menulis juga kitab lainnya. (Perhatikanlah kesamaan dalam bagan di bawah ini.) Nada dan pelbagai kebenaran dalam kedua kitab itu adalah sama. Keduanya secara berulang kali menekankan bahwa hukuman menimpa Yehuda karena dosa-dosanya dan karena penghakiman Allah terhadap dia. Kejahatan para nabi dan para imam ditekankan pada kedua kitab itu. Frasaologi yang konsisten itu mengarah kepada satu penulis sebagai pengarang kedua kitab itu.
Kesamaan Frasa Dalam Yeremia & Ratapan Menunjukkan Penulis Yang Sama
|
Yeremia
|
Frasa Yang Sama
|
Ratapan
|
3:1; 4:30; 30:14
|
Acuan kepada sekutu sebagai kekasih
|
1:2, 19
|
30:14
|
Besarnya kejahatan/banyaknya dosa
|
1:5, 8; 4:6
|
13:22, 26
|
Kejahatan diekspos/kain yang najis
|
1:8, 9
|
8:21
|
"Menginjak-injak puteri Yehuda"
|
1:15
|
9:1, 18; 13:17
|
Mata/menangis dengan sedihnya
|
1:16; 2:11
|
33:5; lihat 30:14
|
Dibunuh sebagai musuh/ "dalam murka-Ku"
|
2:4
|
2:8; 5:31; 6:13
|
Dosa-dosa para nabi/para imam
|
2:14; 4:13
|
6:25; 20:10
|
Teror pada setiap sisi
|
2:22
|
19:9
|
Karna lapar/para ibu memakan anak-anak
|
2:20; 4:10
|
8:1 1
|
"Keruntuhan puteri bangsaku"
|
2:11; 3:48; 4:10
|
20:7
|
Menjadi tertawaan
|
3:14
|
9:15; 23:15
|
Mengenyangkan dengan kepahitan
|
3:15
|
38:6
|
Dilemparkan hidup-hidup dalam lobang
|
3:53, 54
|
11:20
|
Mengadakan pembalasan terhadap mereka,
|
3:60-66
|
18:6; 19:1-13
|
Kiasan belanga-belanga tanah
|
4:2
|
4:13
|
Pengejar lebih cepat daripada rajawali
|
4:19
|
49:7, 12
|
Edom/piala (murka)
|
4:21, 22
|
13:18
|
Mahkota jatuh dari kepala
|
5:16
|
Bukti Eksternal
James E. Smith memberikan fakta-fakta penting berikut ini mengenai kepengarangan kitab Ratapan:
Sumber tertulis paling awal yang mengaitkan kitab itu kepada Yeremia adalah kitab Ratapan versi bahasa Yunani. Terjemahan kitab Ratapan ini kemungkinan besar selesai sekitar tahun 200 S. M. yang berisi catatan pengantar yang berbunyi: "Dan terjadilah setelah orang Israel dibuang sebagai tawanan dan Yerusalem menjadi sunyi sepi sehingga Yeremia duduk menangis, dan ia meratap dengan ratapan ini atas Yerusalem.…"
Talmud, wadah yang sangat besar yang berisi hukum dan tradisi Yahudi, menyatakan: "Yeremia menulis kitabnya, Raja-raja dan kitab Ratapan."
Semua Bapa Gereja kuno menganggap Yeremia sebagai penulis kitab Ratapan.3
Dengan menggabungkan bukti internal, kesamaan nada dan pemikiran di dalam Kitab Yeremia dan Kitab Ratapan, ditambah bukti sejarah, kita menyimpulkan bahwa Yeremia adalah penulisnya.4
BAGAIMANA TENTANG JUDUL & LOKASINYA
Dengan mengikuti pola kitab Perjanjian Lama, kitab Ratapan awalnya memperoleh judulnya dari kata Ibrani pertama dalam kitab itu- ekah,5yang menjadi bentuk "Bagaimana…!" yang mengherankan yang lebih daripada sekedar kata pengantar untuk mengajukan pertanyaan. Kata itu menegaskan keheranan yang mencengangkan terhadap kehancuran yang penulis itu diminta untuk menggambarkannya. Dalam 1:1, 2:1, dan 4:1 kata itu digunakan untuk meneriakkan betapa mengerikan, betapa hebat bencananya, betapa menyeluruh kehancuran atas keindahan, hilangnya tanah kota elit Sion!
Belakangan guru-guru Yahudi memberikan judul Qinoth, atau "ratapan." Terjemahan ini mungkin telah mempengaruhi para pakar yang belakangan menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani. Dalam Septuaginta kitab itu dinamai menurut isinya, Threnoi, kata Yunani yang berarti "ratapan" atau "air mata," sedangkan dalam Vulgata Latin kitab itu berjudul "Ratapan Yeremia."
Kitab Ratapan pada mulanya tampaknya didapati sebagai lampiran dalam kitab Yeremia. Josephus menulis bahwa orang Ibrani memiliki dua puluh dua kitab "yang dianggap sebagai ilahiat."6Ada lima kitab Hukum (Kejadian sampai Ulangan), tiga belas kitab Para Nabi, dan empat kitab berisi lagu-lagu dan himne (Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, dan Kidung Agung). Pada waktu itu, 1 dan 2 Samuel adalah satu kitab, seperti juga 1 dan 2 Raja-raja, 1 dan 2 Tawarikh, dua belas nabi kecil, dan Ezra dan Nehemia. Dengan menambahkan empat kitab nabi besar (Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Daniel), ditambah Yosua, Hakim-hakim, Rut, Ayub, Ester, dan Ratapan, kita memiliki lima belas kitab nubuat. Namun begitu, jika kita menganggap Hakim-hakim dan Rut sebagai satu kitab, dan menempatkan Ratapan dan Yeremia sebagai satu kitab, kita kemudian akan memiliki tiga belas kitab nubuat, empat kitab nyanyian dan himne, dan lima kitab Hukum (13 + 4 + 5 = 22). Dengan cara ini, kita tiba pada 22 kitab yang "dianggap ilahiat" oleh orang Ibrani. Juga, ini menunjukkan keyakinan mereka bahwa kitab Ratapan memiliki kaitan dengan kitab Yeremia. Sejumlah penulis awal menyinggung 22 kitab dalam Alkitab Ibrani.7"Bapak gereja mula-mula, Jerome, menegaskan bahwa kitab Ratapan pernah berada dalam gulungan kitab yang sama dengan kitab Yeremia."8
BAGAIMANAKAH BENTUKNYA & GAYA SASTRANYA? Puisinya
Kitab Ratapan adalah contoh klasik tentang puisi Ibrani, puisi berisi pemikiran ketimbang sajak. Pemeriksaan singkat dalam Alkitab bahasa Inggris akan menunjukkan pasal 1, 2, 4, dan 5 memiliki 22 ayat dan pasal 3 memiliki enam puluh enam ayat. Ini merupakan sebuah pola tentang niat ketimbang kebetulan. Mengetahui hal ini dapat membantu kita untuk memahami pesan yang diberikan. Baris kedua dan ketiga dari setiap ayat dalam bahasa Ibrani berhubungan dengan, atau mengulangi, pemikiran dari baris pertama, dengan kata-kata yang berbeda. Pola ini diacukan sebagai paralelisme sinonimus, atau jika berbeda dengan pemikiran baris pertama, disebut sebagai paralelisme antitesis. Ratapan dalam bahasa Ibrani memiliki apa yang disebut ritme ratapan (Qinah), yang tidak terlihat dalam terjemahan bahasa Inggris/Indonesia. Irama dalam ritme Qinah menempatkan baris kedua dari setiap ayat satu tekanan lebih pendek daripada baris pertama, dengan baris ketiga mirip dengan baris yang pertama.
Karakteristik lain yang unik dari gaya sastra itu adalah bahwa pasal 1 sampai 4 berada dalam bentuk akrostik abjad, setiap bagian dimulai dengan huruf yang berurutan dari abjad Ibrani (22 huruf).9Pasal 1 dan 2 identik dalam bentuk, masing-masing terdiri dari 66 baris, yang diatur dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari tiga baris dalam setiap ayat. Setiap kelompok disebut trikolon. Baris pertama dari trikolon pertama dimulai dengan huruf Ibrani, 'aleph, sedangkan baris pertama dari trikolon kedua, ayat 2, dimulai dengan huruf Ibrani kedua, beth, pola itu berlanjut terus sampai akhir pasal itu dan akhir abjad Ibrani Pasal 3, yang berisi enam puluh enam ayat, melipattigakan pola ini dengan sedikit variasi. Ada lagi 66 baris, tetapi masing-masing dari tiga baris pertama dimulai dengan 'aleph; masing-masing dari tiga baris berikutnya dimulai dengan beth, dan seterusnya. Dengan kata lain, setiap ayat dalam 3:1-3 dimulai dengan 'aleph dalam bahasa Ibrani, sementara setiap ayat dalam 3:4-6 dimulai dengan beth, dan pola itu berlanjut sehingga abjad Ibrani tercakup lagi dalam 66 ayat itu.
Pasal 4 sedikit dimodifikasi. Dalam pasal itu setiap ayat dimulai dengan huruf yang berbeda dari abjad Ibrani, namun kali ini setiap ayat hanya terdiri dari dua baris, disebut bikolon.
Pasal 5 bukanlah akrostik, dengan setiap ayat diawali dengan huruf alfabet Ibrani. Namun, itu juga memiliki 22 ayat, jumlah huruf dalam abjad Ibrani.
Mengingat pola-pola sastra ini dapat membantu pembaca untuk mengikuti pesan dan penekanan penulis itu,10bahkan ketika membaca dari terjemahan bahasa Inggris/Indonesia. Tuntutan dan rincian pola ini menunjukkan bahwa komposisi itu memerlukan pertimbangan dan perenungan yang cermat. Bentuk itu mungkin dikembangkan untuk tujuan penghafalan, untuk membantu orang Ibrani dalam melafalkan materi itu. Tambahkanlah hal itu dengan pengilhaman Roh Kudus (lihat 2 Petrus 1:20, 21), maka pembaca dapat yakin bahwa bentuk dan isinya layak untuk direnungkan.
Kata Ganti Orang
Panduan lain untuk memahami pentingnya kitab ini adalah dengan mempertimbangkan pola tentang kumpulan pikiran yang dipusatkan pada individu atau individu-individu. Penekanan itu dapat dideteksi melalui pengulangan kata ganti orang. Perhatikanlah jenis penekanan dalam nas-nas berikut ini dari NASB:
1:12-15. Penekanannya adalah pada Tuhan dan murka-Nya yang sengit sebagai sumber penderitaan parah yang ditimbulkan. Tuhan diidentifikasi dengan penggunaan berulang-ulang "Nya" dan "Ia."
2:1-9. Murka Tuhan sekali lagi ditekankan, dan itu dimanifestasikan melawan "putri Sion." "Nya" dan "Ia" yang mengacu kepada Tuhan digunakan 37 kali.
2:10-16. Keadaan jahat para tua-tua ditulis dengan penggunaan "mereka" dan "[milik] mereka" yang berulang-ulang dalam 2:10, 12. Kebingungan nabi itu terlihat dari penggunaan "ku" dalam 2:11 dan "Aku" dalam 2:13, sementara keadaan sedih "dara, puteri Sion" terhampar di sekitar "[milik]mu" dan "kamu" dalam 2:13b-16.
2:17. Tuhan dan perbuatan-Nya ditekankan dengan penggunaan "Ia" da "[milik]Nya" 7 kali.
3:1-18. Tindakan Allah melawan nabi itu dilakukan dengan cepat, pernyataan berulang terjalin di seputar penggunaan "[milik]Nya" dan "Ia" sebanyak 24 kali. Dalam ayat yang sama, ia mengecam penderitaan yang ditimpakan ke atas dia melalui rangkaian "Aku," "ku," "[milik]ku," dan "siapa" sebanyak 34 kali.
3:19-24. Peralihan terjadi saat nabi itu memasukkan permohonan dan penghormatan kepada Allah. "[Milik]ku," "ku," dan "Aku" digunakan 10 kali. Tuhan disebut dua kali dan dikenali oleh kata ganti orang sebanyak 3 kali.
3:25-38. Penghormatan kepada Tuhan berlanjut, mengidentifikasi Dia sebagai "Tuhan," "Yang Mahatinggi," dan oleh kata ganti orang sebanyak 15 kali. Juga, ada peralihan dari orang pertama dalam 3:1-24 kepada "orang lain" (orang ketiga) dalam 3:25-38. Ungkapan "mereka yang," "orang yang," "ia," "manusia," "miliknya," "dia," "anak-anak manusia," "semua," dan "siapa" ditemukan sebanyak 20 kali.
3:48-66. Nabi itu kembali kepada pelbagai pencobaan yang menimpa dia. "[Milik]ku," "ku," dan "aku" digunakan sebanyak 27 kali. Sebuah permohonan dijalin dengan ungkapan percaya diri kepada Tuhan. Lima belas kali, "Kamu" atau "[Milik]mu" diulang.
Pasal 4. "Mereka", "[kepada] mereka," dan "[milik] mereka" sering digunakan, dan umumnya mengacu kepada umat Allah sebagai korban murka-Nya yang dahsyat. Dimulai dalam ayat 17, penulis itu memasukkan dirinya ke dalam adegan itu, mengidentifikasi keterlibatan pribadi dengan "[milik] kami," "kami," dan "[kepada] kami."
Pasal 5. Dalam doa dan permohonan kebangsaan ini kepada Tuhan, penulis itu memohon Allah untuk mengingat dan mengetahui keadaan menyedihkan orang Yahudi. Ia mengakui dosa-dosa mereka dan mengakui Allah sebagai harapan mereka untuk dipulihkan menjadi "seperti dahulu kala!" (5:21). Pola kata ganti orang itu mengaitkan pasal itu bersama dengan penggunaan "[kepada] kami" (11 kali), "kami" (8 kali), da "[milik] kami" (18 kali).
Kata ganti orang itu secara jelas merupakan kunci dalam memahami penekanan, pesan inti, keterlibatan individu, dan pelbagai rincian dalam kitab Ratapan.
APAKAH TUJUANNYA?
Kitab apa saja dalam Alkitab dapat memiliki beberapa tujuan, tapi tema dominan biasanya terlihat. Itu bisa saja muncul dari satu nas (lihat Roma 1:16-18; 1 Timotius 3:14, 15), atau itu bisa juga terungkap melalui penekanan yang berakumulasi yang tersebar di seluruh bagian atau pasal sebuah kitab. Kitab ratapan tampaknya sesuai dengan pola yang terakhir. Kitab ini bergerak dari satu adegan yang tenang kepada adegan yang lain, mencapai puncaknya dalam pasal 5 dengan langit dan bumi bersatu dalam sasaran kesedihan, memiliki keinginan yang sama kepada ke-Ilahian dan kemanusiaan. Sebagai rangkaian ratapan, kitab itu menggemakan jerit keprihatinan sang Pencipta dan para makhluk-Nya.
Ringkasan Pasal Demi Pasal Menunjukkan Tujuannya
Setiap pasal memiliki penekanannya sendiri sehingga adegan yang sama dilihat dari sudut pandang yang berbeda, semua bergerak menuju maksud ilahi untuk memenuhi kebutuhan yang signifikan. Sebelum menyelidiki kitab ini secara ayat demi ayat, pikirkanlah ringkasan pendek pasal demi pasal ini.
Pasal 1: Kotanya-Skenario Penderitaan Dari Dosa. Seseorang mungkin saja menderita atas dosa sebelum ia menyesal untuk dosa. Harga yang menyakitkan harus dibayar karena dosa biasanya mendahului penyesalan untuk dosa. Harga dosa ditinjau dengan perbedaan dan perbandingan, dengan tahapan-tahapan penderitaan.
Pasal 2: Sang Pencipta-Penyebab Pengendali Bagi Kehancuran Dan Ketandusan. (Tuhan disebutkan dalam ayat 1, 2, 5-8, 17, dan 20.) Pasal ini memberikan keutamaan kepada bagian Allah dalam penghancuran itu.
Pasal 3: Jeritannya-Ketika Nabi Yang Terluka Memperoleh Persepsi. Meski Allah menjadi titik fokus dalam 66 ayat pertama ini, pesan intinya adalah tentang seorang nabi yang penderitaannya mendorong dia untuk memuji Allah dan keyakinan kepada keadilan-Nya. Pasal ini memiliki kesamaan yang luar biasa dengan pergumulan Yeremia seperti yang terlihat dalam Yeremia 11-20.
Pasal 4: Harganya-Ditampilkan Oleh Kebusukan Dan Kehancuran Bangsa. Pelbagai perbedaan menggambarkan seberapa jauh bangsa itu telah jatuh. Pasal ini menggambarkan kehidupan yang paling hina dan mengerikan (4:1-12). Pelbagai penyebab kebobrokan diidentifikasi (4:13-16). Situasi mengerikan umat itu membuat nabi itu ikut terseret ke dalam keadaan mereka yang menyedihkan (4:17-22).
Pasal 5: Penyebabnya-Menimbulkan Penyesalan, Persepsi, Dan Permohonan. Teks itu memberikan survei tentang di mana dosa telah membawa umat Allah. Nabi itu menginginkan Allah untuk mengingat penderitaan mereka (5:1-10). Kita melihat bahwa harga yang dibayar oleh beragam kelompok orang (5:11-18) telah membuat umat Allah berlutut; mereka siap untuk tunduk kepada pemerintahan Allah, mencari pemulihan dan pembaharuan-Nya (5:19-22).
Kelima pasal ini menunjukkan buah dosa yang memuakkan dan memampukan kita untuk melihat orang-orang dalam berbagai tahapan penderitaan. Nabi itu memang berduka namun juga bertumbuh; bangsa ini dibuat berlutut dalam penderitaan yang luar biasa. Allah diidentifikasi sebagai penyebabnya dan dibenarkan oleh jiwa-jiwa yang mengaku berdosa yang menyadari kebenaran bahwa Tuhan adalah bagian mereka dan harapan mereka (3:24). Itu adalah pesan positif dalam adegan penderitaan dan kengerian ini. L. L. Gieger merangkum aspek negatif kitab Ratapan:
Yehuda yang berduka sedang dalam penderitaan; penggalan-penggalan kemuliaan bangsanya mengotori tanah; kehormatan telah diseret dalam kotoran ke Babel; orang-orang yang tidak percaya kepada Allah sedang bergembira dalam cemoohan; dan, setiap pemikiran dalam pikiran Yeremia menimbulkan tumpahan baru air mata.11
Ayat-ayat Kunci Meringkas Pesannya
Ayat-ayat kunci meringkas kata pengantar ini dan menyoroti pesan-pesan untuk kita yang terdapat dalam kitab itu. 1:8: "Yerusalem sangat berdosa, sehingga najis adanya." (Lihat Amsal 6:27; 14:34; Yesaya 30:1; Yeremia 17:1). Kita tidak berani mengabaikan sifat dosa yang merusak! Sudahkah Anda memutuskan untuk hidup murni dan berbicara di hadapan Allah dan manusia? (Lihat Titus 2:7, 8.) 2:5: "Tuhan menjadi seperti seorang seteru; Ia menghancurkan Israel." (Lihat Bilangan 32:23; Yesaya 59:1, 2; Amos 1:3, 6, 9, 11; Amsal 1:24-32). Rahmat Allah hanya ada selama itu; hari pembalasan akan datang suatu hari nanti! Sudahkah Anda memperoleh kasih karunia atau rahmat-Nya untuk hari pembalasan itu? (Lihat Ibrani 4:14-16).
3:40: "Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN." (Lihat Yesaya 55:6-9; Mazmur 119:59, 60.) Membawa kembali umat-Nya kepada Dia sudah selalu menjadi tujuan Allah yang baik dan layak. Sudahkah Anda menguji diri Anda untuk melihat apakah Anda dalam iman? (Lihat 2 Korintus 13:5; Galatia 3:26, 27.) 4:11: "TUHAN melepaskan segenap amarah-Nya, mencurahkan murka-Nya yang menyala-nyala, dan menyalakan api di Sion, yang memakan dasar-dasarnya." (Lihat Keluaran 34:7; Bilangan 14:18; Roma 2:4-9). Penolakan mereka untuk bertobat menyebabkan kehancuran mereka (lihat Lukas 13:3, 5). Betapa menyedihkan bahwa Allah harus melangkah sejauh itu untuk "membersihkan udara dan pemikiran manusia" sebelum kebenaran dapat dipulihkan di negeri itu! Mazmur 14:2, 3; 53:2, 3; Roma 3:9-11). Apakah Allah perlu menurunkan murka-Nya ke atas Anda atau apakah Anda hidup dalam kebenaran di hadapan Dia? (Lihat Kolose 3:5, 6; Efesus 4:22-24). 5:21: "Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala!"(Lihat Yoel 2:12-14; Yesaya 58:5-12; Mazmur 51:7-13). Tindakan benar Allah (meski destruktif) dibenarkan oleh respon dari umat berdosa ini, yang, seperti anak pemboros (yang akhirnya sadar), merindukan pemulihan dan pembaharuan (Lukas 15:11-17; Yeremia 27:19-22; Ezra 1:7, 8; 5:13, 14; 7:9, 19; Yesaya 1:24-26). Apakah Anda hidup sebagai orang Kristen (lihat Roma 6:3-11; 2 Korintus 5:17), atau apakah Anda perlu sadar kembali, untuk dipulihkan dan diperbarui?
Ayat-ayat kunci ini mencakup lingkup hubungan manusia di hadapan Allah yang baik, adil, dan benar. Dari bangsa yang sangat diberkati, yang memperoleh tempat istimewa di hadapan Allah dan manusia ("ratu di antara kota-kota"; 1:1) Yehuda jatuh menjadi bangsa yang merosot moralnya dan terhina (1:3, 6). Bangsa ini melambangkan kutub kebenaran dan kutub pemberontakan yang terpisah. Kejahatan umat itu lebih besar daripada dosa Sodom (4:6). Hanya dengan kenangan terhadap "segala harta benda yang dimilikinya" (1:7), Yehuda menyembah-nyembah dalam kebingungan; rasa lapar yang luar biasa membuat perempuan-perempuan yang dulunya penuh belas kasihan merebus dan memakan anak-anak mereka sendiri (2:20; 4:10).
RINGKASAN
Semua orang yang terhormat (1:8; 2:15) namun telah jatuh secara memalukan (1:12; 4:3-5); semua yang telah mengembara (4:14, 15) dan cemas (1:20; 2:11); semua yang pernah berani mempertanyakan Allah (2:20, 21), hanya mendapatkan Dia benar (3:21-25, 55-58); semua yang mencari pemulihan kepada Allah (5:19-22)-biarlah semua orang ini maju ke depan untuk mempelajari kitab ini! Kitab dalam latar belakang yang paling praktis menyajikan ringkasan tentang pelbagai emosi ini, pelbagai perasaan frustrasi dan ketakutan ini, pelbagai persoalan dan air mata ini, sambil memegang teguh kepercayaan yang pasti bahwa Allah mampu menangani situasi itu dengan pelbagai kesempatan itu. Tuhan dapat melepaskan kita dari ujian dan pencobaan terbesar yang mungkin kita hadapi dalam daging! Dalam kitab ini terdapat hikmat yang sangat luas yang menanti siswa yang cermat yang mempelajari ajaran-ajarannya!
GARIS BESAR KITAB RATAPAN
I. Kotanya-Skenario Penderitaan Dari Dosa (Pasal 1).
- A. Kota Itu Terlihat Beda (1:1).
- B. Kondisi Saat Itu (1:2-4).
- C. Penyebab Dan Harga Bagi Kondisi Itu (1:5-9b).
- D. Keprihatinan Atas Keruntuhan Total (1:9c-17).
- E. Pengakuan Atas Integritas Allah Dan Kejahatan Yehuda (1:18-22).
II. Sang Pencipta-Penyebab Pengendali Bagi Kehancuran Dan Ketandusan (Pasal 2).
- A. Lima Adegan Bencana Nasional (2:1-10).
- 1. Adegan Bangsa Itu (2:1-3).
- 2. Adegan Kota Itu (2:4, 5).
- 3. Adegan Tempat Pertemuan Itu (2:6, 7).
- 4. Adegan Tembok Itu (2:8, 9a).
- 5. Adegan Para Pemimpin Yang Dihukum (2:9b, 10).
- B. Pandangan Duka Nabi Itu Dan Permohonan Umat Itu (2:11-13).
- C. Penyebab Yang Menghenyakkan (2:14).
- D. Adegan Perayaan Oleh Musuh (2:15, 16).
- E. Sumber Penderitaan Ditampilkan (2:17).
- F. Kebutuhan Sesungguhnya Dinyatakan (2:18, 19).
- G. Jeritan Jiwa Minta Kelegaan (2:20-22).
II. Jeritannya-Ketika Nabi Yang Terluka Memperoleh Persepsi (Pasal 3).
- A. Dakwaan Nabi Itu Terhadap Allah (3:1-18).
- 1. Kondisi Nabi itu (3:1).
- 2. Penyebabnya (Di Mata Nabi Itu) Bagi Penderitaannya (3:2-13).
- 3. Harga Untuk Hubungannya Dengan Sang Pencipta (3:14-18).
- B. Persepsi Yang Bertumbuh Dari Nabi Itu Tentang Pola Ilahi (3:19-38).
- 1. Kenangannya (3:19-26).
- 2. Respons Terhadap Pengingat (3:27-30).
- 3. Hubungan Allah Dengan Manusia Sekarang Dalam Fokus (3:31-38).
- C. Pengakuan Nabi Itu Untuk Dirinya Dan Bangsa Itu (3:39-47).
- D. Penyajian Terakhir Nabi Itu Tentang Wawasannya Yang Tumbuh (3:48-66).
- 1. Kondisi Nabi Itu-Tangisan Tanpa Henti (3:48, 49).
- 2. Penyebab Tangisan Itu (3:50-54).
- 3. Panggilan Yang Menghibur (3:55-58).
- E. Keyakinan Pasti Nabi Itu (3:59-66).
IV. Harganya-Ditampilkan Oleh Kebusukan Dan Kehancuran Bangsa (Pasal 4).
- A. Tempat-tempat Dan Orang-orang Berharga Dalam Penjarahan Dan Kesakitan (4:1-10).
- 1. Penghancuran Bait Allah (4:1).
- 2. Penolakan Umat Itu (4:2).
- 3. Kelaparan Umat Itu (4:3, 4).
- 4. Degradasi Umat Itu (4: 5-8).
- 5. Kebobrokan Terakhir Umat Itu (4:9, 10).
- B. Hukuman Mereka Dilaksanakan Oleh Kuasa Tuhan (4:11-16).
- 1. Murka Allah (4:11, 12).
- 2. Dosa Para Pemimpin (4:13-15).
- 3. Dicerai-beraikan Oleh Allah (4:16).
- C. Sajian Terakhir Nabi Itu Tentang Bangsa Yang Tertipu (4:17-20).
- D. Janji Yang Menawarkan Harapan Di Tengah-tengah Penghukuman (4:21, 22).
V. Penyebabnya-Menimbulkan Penyesalan, Persepsi, Dan Permohonan (Pasal 5).
- A. Memohon Tuhan Untuk Melihat Kehinaan Mereka (5:1).
- B. Posisi Dan Permasalahan Mereka Dalam Pencobaan Saat Itu (5:2-10).
- 1. Bahaya Atas Kekayaan Mereka (5:2).
- 2. Bahaya Atas Umat Itu (5: 3).
- 3. Bahaya Mengenai Pasokan (5: 4).
- 4. Bahaya Dari Para Pengejar Mereka (5:5).
- 5. Bahaya Kelaparan (5:6).
- 6. Bahaya Tentang Praktik Dari Warisan Mereka (5:7).
- 7. Bahaya Tentang Kedudukan Sosial (5:8).
- 8. Bahaya Dalam Beraktivitas (5:9).
- 9. Bahaya Dalam Berusaha Tetap Hidup (5:10).
- C. H ukuman Yang Ditimpakan Ke Atas Mereka (5:11-16a).
- D. Penyesalan, Pengakuan, Dan Kekhawatiran Saat Itu (5:16b-18).
- E. Persepsi Tentang Posisi Allah Dan Permohonan Untuk Pemulihan (5:19-22).
Gambaran Tentang Jatuhnya Yerusalam (2 Raja 25:1-12)12
"Maka pada tahun kesembilan dari pemerintahannya, dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal sepuluh bulan itu, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, dengan segala tentaranya menyerang Yerusalem. Ia berkemah mengepungnya dan mendirikan tembok pengepungan sekelilingnya. Demikianlah kota itu terkepung sampai tahun yang kesebelas zaman raja Zedekia. Pada tanggal sembilan bulan yang keempat, ketika kelaparan sudah merajalela di kota itu dan tidak ada lagi makanan pada rakyat negeri itu, maka dibelah oranglah tembok kota itu dan semua tentara melarikan diri malam-malam melalui pintu gerbang antara kedua tembok yang ada di dekat taman raja, sekalipun orang Kasdim mengepung kota itu sekeliling. Mereka lari menuju ke Araba-Yordan. Tetapi tentara Kasdim mengejar raja dari belakang dan mencapai dia di dataran Yerikho; segala tentaranya telah berserak-serak meninggalkan dia. Mereka menangkap raja dan membawa dia kepada raja Babel di Ribla, yang menjatuhkan hukuman atas dia. Orang menyembelih anak-anak Zedekia di depan matanya, kemudian dibutakannyalah mata Zedekia, lalu dia dibelenggu dengan rantai tembaga dan dibawa ke Babel."
"Dalam bulan yang kelima pada tanggal tujuh bulan itu-itulah tahun kesembilan belas zaman raja Nebukadnezar, raja Babel-datanglah Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, pegawai raja Babel, ke Yerusalem. Ia membakar rumah TUHAN, rumah raja dan semua rumah di Yerusalem; semua rumah orang-orang besar dibakarnya dengan api. Tembok sekeliling kota Yerusalem dirobohkan oleh semua tentara Kasdim yang ada bersama-sama dengan kepala pasukan pengawal itu. Sisa-sisa rakyat yang masih tinggal di kota itu dan para pembelot yang menyeberang ke pihak raja Babel dan sisa-sisa khalayak ramai diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal itu. Hanya beberapa orang miskin dari negeri itu ditinggalkan oleh kepala pasukan pengawal itu untuk menjadi tukang-tukang kebun anggur dan peladang-peladang."
Gambaran Tentang Ratapa
"Kitab Ratapan adalah kitab tangisan, nyanyian pemakaman untuk musibah yang menimpa Yehuda dan Yerusalem 585 tahun sebelum Kristus lahir ke dalam dunia."13
Pembacaan Kitab Ratapan Oleh Orang Yahudi Setelah 70 Maeshi
"Di sinagoga, sudah menjadi tradisi [bagi orang Yahudi] untuk membaca kitab Ratapan pada bulan kesembilan Ab (Juli-Agustus), yang merupakan hari untuk memperingati kehancuran Bait Allah baik oleh Nebukadnezar (586 S.M.) dan oleh Roma (70 M.)."Dalam pembacaan liturgi, kebiasaannya adalah mengulang Ratapan 5:21 setelah 5:22 untuk pembacaan itu tidak berakhir dengan nada sedih. Gereja-gereja Kristen menggunakan kitab itu dalam ibadah sebelum Paskah untuk meratapi penderitaan Yesus."14
Catatan Akhir:
- 1 L. L. Gieger, "Lamentations," 2nd Annual Fort Worth Christian College Lectures (1961), 324.
- 2 Lihat "Jeremiah's Mounting Trials," Truth for Today (November 2000): 30-35.
- 3 James E. Smith, Jeremiah and Lamentations, Bible Study Textbook Series (Joplin, Mo.: College Press, 1972), 852.
- 4 Para kritikus modern Perjanjian Lama, yang menyangkal Yeremia sebagai penulisnya, menawarkan sekitar tujuh argumen yang umumnya lemah untuk penulis lain. Tampaknya tidak cukup sahih untuk memberikan ruang bagi mereka. Liputan yang baik tentang mereka dapat ditemukan (dan dijawab) dalam Smith, 854-55. Para kritikus modern itu tidak memberi nama lain selain Yeremia kepada kita.
- 5 Ibr.. ekah-"[interrogatif] Dengan cara apa?"[eksklamatori] Bagaimana!"Yer. 48:17; Rat. 1:1; 2:1; 4:1, 2" (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxford, Clarendon Press, 1972], 32). (Catatan Editor: Acuan-acuan Alkitab yang digunakan oleh Brown, Driver, dan Briggs didasarkan pada teks Ibrani. Pembagian ayat kadang-kadang berbeda dalam bahasa Ibrani dan Inggris.)
- 6 Against Apion 1.8.
- 7 Di antara mereka adalah Melito dari Sardis (180 M.), Origen (250 M.), Augustine (420 M.), dan Jerome (405 M.) (Smith, 847).
- 8 Walter A. Elwell and Philip W. Comfort, Tyndale Bible Dictionary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 2001), 796.
- 9 Contoh lain tentang puisi Ibrani ini dapat ditemukan dalam Mazmur 9; 10; 25; 34; 35; 37; 111; 112; 119; 145 dan Amsal 31:10-31.
- 10 Untuk diskusi lanjutan tentang puisi Ibrani ini, lihat Timothy M. Willis, Jeremiah-Lamentations, Bible Study Textbook Series (Joplin, Mo.: College Press Publishing Company, 2002), 393-97. Mazmur 119 adalah contoh yang paling rinci tentang pola akrostik, di mana setiap huruf dari abjad Ibrani itu mengaitkan kepada delapan baris (setiap baris dari bagian ini dalam ayat 1 sampai 8 bermula dengan 'aleph; delapan baris berikutnya dengan beth, and seterusnya.)
- 11 Gieger, 330.
- 12 Catatan yang rinci diberikan juga dalam 2 Tawarikh 36 dan Yeremia 39 dan 52.
- 13 J. L. May, "Lamentations," Truth for Today (August 1998): 7.
- 14 Jack P. Lewis, The Major Prophets (Memphis: Hester Publications, 1999), 90.
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 16