Teks -- Hosea 5:15--6:6 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Hos 5:15 - AKU AKAN PERGI PULANG KE TEMPAT-KU.
Nas : Hos 5:15
Allah tidak akan mendengar doa Israel yang memohon pertolongan
sampai mereka mengakui kesalahan mereka, menanggung hukuman mereka da...
Nas : Hos 5:15
Allah tidak akan mendengar doa Israel yang memohon pertolongan sampai mereka mengakui kesalahan mereka, menanggung hukuman mereka dan dengan sungguh-sungguh mencari pertolongan-Nya. Pasal berikut mencatat kata-kata nubuat yang akan didoakan oleh suatu angkatan masa depan yang bertobat (Hos 6:1-3).
Full Life: Hos 6:1 - DIALAH ... AKAN MENYEMBUHKAN KITA.
Nas : Hos 6:1
Dalam panggilan yang lain lagi untuk bertobat, Hosea memberikan
kepastian bahwa sekalipun Allah harus menghukum dosa, Dia senantiasa ...
Nas : Hos 6:1
Dalam panggilan yang lain lagi untuk bertobat, Hosea memberikan kepastian bahwa sekalipun Allah harus menghukum dosa, Dia senantiasa ingin menyembuhkan dan memulihkan.
Full Life: Hos 6:2-3 - IA AKAN MENGHIDUPKAN KITA SESUDAH DUA HARI.
Nas : Hos 6:2-3
Pertobatan yang ikhlas oleh umat Allah akan mendatangkan pembaharuan
kehidupan rohani. Kemudian, ketika mereka lebih mengenal Tuhan...
Nas : Hos 6:2-3
Pertobatan yang ikhlas oleh umat Allah akan mendatangkan pembaharuan kehidupan rohani. Kemudian, ketika mereka lebih mengenal Tuhan, Dia akan datang bagaikan hujan, membawa berkat dan kehidupan rohani selanjutnya. Air sering kali dipakai sebagai lambang atau contoh Roh Kudus (lih. Yoh 7:37-39;
lihat cat. --> Mazm 1:3).
[atau ref. Mazm 1:3]
Hujan di musim semi adalah hujan yang turun semasa membajak dan menanam; keduanya melambangkan karya Roh Kudus dalam PL
(lihat art. ROH KUDUS DI DALAM PERJANJIAN LAMA).
Hujan di musim dingin turun pada masa menuai; hujan ini melambangkan karya Roh Kudus pada zaman gereja.
Full Life: Hos 6:4 - KASIH SETIAMU SEPERTI KABUT PAGI.
Nas : Hos 6:4
"Kasih setia" (Ibr. _hesed_) mengacu kepada kasih perjanjian yang
kudus, kokoh, dan setia. Israel mengaku sangat mengasihi Allah; tet...
Nas : Hos 6:4
"Kasih setia" (Ibr. _hesed_) mengacu kepada kasih perjanjian yang kudus, kokoh, dan setia. Israel mengaku sangat mengasihi Allah; tetapi seperti kabut pagi dan embun menguap dalam panas matahari, demikian pula kasih mereka, karena kasih itu dangkal dan mementingkan diri. Kita harus senantiasa menguji kasih kita kepada Allah dengan kesetiaan kita kepada Yesus Kristus dan komitmen kita pada hukum-Nya yang benar dan rencana-Nya di bumi.
Full Life: Hos 6:6 - AKU MENYUKAI KASIH SETIA ... PENGENALAN AKAN ALLAH.
Nas : Hos 6:6
Yang sungguh-sungguh diminta Allah dari umat-Nya ialah "kasih setia"
(Ibr. _hesed_; bd.
lihat cat. --> Hos 6:4 sebelumnya)...
Nas : Hos 6:6
Yang sungguh-sungguh diminta Allah dari umat-Nya ialah "kasih setia" (Ibr. _hesed_; bd.
lihat cat. --> Hos 6:4 sebelumnya),
[atau ref. Hos 6:4]
yaitu kasih yang kokoh dan setia selaku tanggapan terhadap kasih-Nya; Ia juga mengharapkan pengenalan pribadi akan diri-Nya sebagai Tuhan atas kehidupan mereka. Allah menghendaki hal yang sama dari kita.
Terjemahan lain: menyilih kesalahannya.
Jerusalem: Hos 6:1 - Mari Nabi Hosea di sini, Hos 5:1-6 membayangkan suatu upacara tobat. Istilah-istilah yang dipakai mungkin diambilnya dari salah satu upacara penyilih dosa,...
Nabi Hosea di sini, Hos 5:1-6 membayangkan suatu upacara tobat. Istilah-istilah yang dipakai mungkin diambilnya dari salah satu upacara penyilih dosa, bdk 1Ra 8:31-53; Yer 3:21-25; Yoe 1-2; Maz 85. Umat terkejut oleh pemberitahuan tentang hukuman yang mendekat dan oleh karena ditinggalkan TUhan, Hos 5:14-15 Mereka mengajak dirinya untuk kembali kepada Tuan, Hos 5:1-3. Tetapi pertobatan itu semu belaka dengan tidak adanya pertobatan hati, Hos 5:4-6.
Jerusalem: Hos 6:2 - pada hari yang ketiga ia akan membangkitkan kita Bdk Yeh 37. Ungkapan "pada hari yang ketiga" (bdk Ams 1:3 karena tiga perbuatan jahat Damsyik, bahkan empat) berarti: jangka waktu yang pendek. Mulai ...
Bdk Yeh 37. Ungkapan "pada hari yang ketiga" (bdk Ams 1:3 karena tiga perbuatan jahat Damsyik, bahkan empat) berarti: jangka waktu yang pendek. Mulai dengan Tertulianus tradisi Kristen mengetrapkan ayat ini pada kebangkitan Yesus "pada hari yang ketiga". Tetapi Perjanjian baru tidak mengutip ayat ini. Berhubungan kebangkitan Yesus Perjanjian baru mengutip Yunus (Yun 2:1; Mat 12:40) yang tiga hari lamanya tinggal dalam perut ikan. Namun demikian mungkin pemberitaan semula dan syahadat pada rasul yang berkata tentang kebangkitan Yesus pada hari ketiga "sesuai dengan Kitab Suci" (1Ko 15:4; bdk Luk 24:46) berpikir kepada Hos 6:2 yang ditafsirkan sesuai dengan patokan ilmu tafsir di zaman itu.
Jerusalem: Hos 6:5 - dengan perantaraan nabi-nabi Firaun Allah yang disampaikan nabi sungguh berdaya dan melaksanakan apa yang diberitahukannya (di sini hukuman)
Firaun Allah yang disampaikan nabi sungguh berdaya dan melaksanakan apa yang diberitahukannya (di sini hukuman)
Jerusalem: Hos 6:5 - hukumKu keluar seperti terang Naskah Ibrani diperbaiki sedikit. Tertulis: hukum-hukumMu, terang keluar.
Naskah Ibrani diperbaiki sedikit. Tertulis: hukum-hukumMu, terang keluar.
Jerusalem: Hos 6:6 - pengenalan akan Allah... Bdk Hos 2:19+,Hos 2:20; 1Sa 15:22. Dalam Hos 14:3 nabi Hosea malah sampai berkata bahwa satu-satunya korban yang berkenan pada Allah ialah pertobatan ...
Ende: Hos 6:2 - -- Tidak sedikit pudjangga geredja dahulu mengartikan ajat ini sebagai nubuat
tentang djaman al-Masih serta kebangkitanNja. Tetapi maksud jang sebenarnja...
Tidak sedikit pudjangga geredja dahulu mengartikan ajat ini sebagai nubuat tentang djaman al-Masih serta kebangkitanNja. Tetapi maksud jang sebenarnja ialah: Rakjat dengan sembrono mengharapkan pertolongan Jahwe jang segera harus datang djuga (dua hari, hari ketiga = lekas). Lalu ia akan "bangkit" dan akan "dihidupkan" dari keruntuhan nasional dan akan lepas dari segenap bahaja.
Ende: Hos 6:4 - -- Kabut pagi dan embun jang lenjap mengibaratkan pertobatan umat (Hos 6:2-3),
jang tidak tahan lama dan jang pura2 belaka.
Kabut pagi dan embun jang lenjap mengibaratkan pertobatan umat (Hos 6:2-3), jang tidak tahan lama dan jang pura2 belaka.
Ende: Hos 6:6 - -- Anggapan jang biasa pada para nabi: Ibadah hati djauh lebih penting daripada
ibadah lahir sadja. Itu baru bermakna bila disertai tjinta kepada Allah d...
Anggapan jang biasa pada para nabi: Ibadah hati djauh lebih penting daripada ibadah lahir sadja. Itu baru bermakna bila disertai tjinta kepada Allah dan kepatuhan kepada hukumNja (pengetahuan).
diperbaiki. Tertulis: "hudjan".
Endetn: Hos 6:5 - (keputusan)Ku seperti diperbaiki dengan memisahkan huruf2 Hibrani, setjara lain. Tertulis: dari (-)Mu (terbit)".
diperbaiki dengan memisahkan huruf2 Hibrani, setjara lain. Tertulis: dari (-)Mu (terbit)".
Ref. Silang FULL: Hos 5:15 - ke tempat-Ku // mengaku bersalah // mencari wajah-Ku // Dalam kesesakannya // merindukan Aku · ke tempat-Ku: Yes 18:4; Yes 18:4
· mengaku bersalah: Im 26:40; Im 26:40
· mencari wajah-Ku: Bil 21:7; Bil 21:7; Mazm 24:6; Mazm...
· ke tempat-Ku: Yes 18:4; [Lihat FULL. Yes 18:4]
· mengaku bersalah: Im 26:40; [Lihat FULL. Im 26:40]
· mencari wajah-Ku: Bil 21:7; [Lihat FULL. Bil 21:7]; Mazm 24:6; [Lihat FULL. Mazm 24:6]; Hos 3:5; [Lihat FULL. Hos 3:5]
· Dalam kesesakannya: Mazm 50:15; Yer 2:27; [Lihat FULL. Yer 2:27]
· merindukan Aku: Yes 64:9; Yeh 20:43; [Lihat FULL. Yeh 20:43]
Ref. Silang FULL: Hos 6:1 - akan berbalik // telah menerkam // menyembuhkan kita // akan membalut · akan berbalik: Yes 10:20; Yes 10:20; Yes 19:22; Yes 19:22
· telah menerkam: Ayub 16:9; Ayub 16:9; Rat 3:11; Hos 5:14
· menyem...
· akan berbalik: Yes 10:20; [Lihat FULL. Yes 10:20]; Yes 19:22; [Lihat FULL. Yes 19:22]
· telah menerkam: Ayub 16:9; [Lihat FULL. Ayub 16:9]; Rat 3:11; Hos 5:14
· menyembuhkan kita: Bil 12:13; [Lihat FULL. Bil 12:13]; Yer 3:22; [Lihat FULL. Yer 3:22]
· akan membalut: Ul 32:39; [Lihat FULL. Ul 32:39]; Ayub 5:18; [Lihat FULL. Ayub 5:18]; Yer 30:17; [Lihat FULL. Yer 30:17]; Hos 14:5
Ref. Silang FULL: Hos 6:2 - menghidupkan kita // pada hari // akan membangkitkan · menghidupkan kita: Mazm 30:6; Mazm 80:19; Mazm 80:19
· pada hari: Mat 16:21; Mat 16:21
· akan membangkitkan: Mazm 71:20; Mazm...
· menghidupkan kita: Mazm 30:6; Mazm 80:19; [Lihat FULL. Mazm 80:19]
· pada hari: Mat 16:21; [Lihat FULL. Mat 16:21]
· akan membangkitkan: Mazm 71:20; [Lihat FULL. Mazm 71:20]
Ref. Silang FULL: Hos 6:3 - seperti hujan // mengairi bumi · seperti hujan: Ayub 4:3; Ayub 4:3; Yoel 2:23
· mengairi bumi: Mazm 72:6; Hos 11:10; 12:7
· seperti hujan: Ayub 4:3; [Lihat FULL. Ayub 4:3]; Yoel 2:23
· mengairi bumi: Mazm 72:6; Hos 11:10; 12:7
Ref. Silang FULL: Hos 6:4 - hai Efraim // yang hilang · hai Efraim: Hos 11:8
· yang hilang: Hos 7:1; 13:3
· hai Efraim: Hos 11:8
· yang hilang: Hos 7:1; 13:3
Ref. Silang FULL: Hos 6:5 - perkataan mulut-Ku // seperti terang · perkataan mulut-Ku: Yer 1:9-10; 5:14; 23:29
· seperti terang: Ibr 4:12
· perkataan mulut-Ku: Yer 1:9-10; 5:14; 23:29
· seperti terang: Ibr 4:12
Ref. Silang FULL: Hos 6:6 - korban sembelihan // menyukai pengenalan // korban-korban bakaran · korban sembelihan: 1Sam 15:22; 1Sam 15:22; Yes 1:11; Yes 1:11; Mat 9:13%&; 12:7%&; Mr 12:33
· menyukai pengenalan: Yer 4:22; Yer 4:22;...
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: Hos 5:8-15 - Ancaman-ancaman Penghakiman Ancaman-ancaman Penghakiman (5:8-15)
Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati,
I. Tanda bahaya yang keras dibunyikan, untuk memberi ta...
Ancaman-ancaman Penghakiman (5:8-15)
- Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati,
- I. Tanda bahaya yang keras dibunyikan, untuk memberi tahu tentang datangnya penghakiman (ay. 8): Tiuplah sangkakala di Gibea, dan nafiri di Rama, dua kota yang saling berdekatan di perbatasan kerajaan Yehuda dan kerajaan Israel. Gibea adalah kota perbatasan di kerajaan Yehuda, sedangkan Rama di Israel. Jadi, peringatan itu dikirimkan kepada kedua kerajaan. Berteriaklah di Bet-Awen, atau Betel, kota yang tampaknya telah diduduki oleh pihak musuh, dan karena itu tidak ditiup sangkakala di sana, tetapi terdengar teriakan para penindas bercampur dengan jeritan orang-orang yang kalah. Biarlah mereka berteriak, “Gemetarlah, hai Benyamin! Musuh telah datang. Suku Efraim sudah ditaklukkan, dan musuh akan mengejar engkau, hai Benyamin! Giliranmu sebentar lagi tiba. Cawan kegentaran akan diedarkan.” Hosea sebelumnya telah menggambarkan pertikaian Allah dengan mereka sebagai perkara pengadilan (4:1). Di sini, ia menggambarkannya sebagai perkara pertempuran. Dan dalam hal ini juga apabila Allah menghakimi, Ia akan menang. Oleh sebab itu, hendaklah semua orang bersiap untuk bertemu Allah mereka. Sebelumnya Hosea telah mengatakan bahwa penghakiman-penghakiman itu pasti. Sekarang, ia menyatakan bahwa penghakiman-penghakiman itu sudah dekat. Dan, ketika orang menyadari bahwa penghakiman itu sudah di ambang pintu, maka penghakiman itu sangat mengejutkan dan menyadarkan mereka. Peniupan sangkakala ini dijelaskan di sini (ay. 9). Mengenai suku-suku Israel Aku memberitahu apa yang pasti, yakni apa yang benar atau sudah tentu, demikian dalam bahasa aslinya. Perhatikanlah, kehancuran orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat adalah hal yang pasti. Itu bukanlah omong kosong untuk sekadar menakut-nakuti mereka, melainkan sebuah putusan yang tak dapat dibatalkan. Dan sungguh merupakan belas kasihan bagi kita bahwa kehancuran orang berdosa itu diberitahukan kepada kita, sehingga kita mendapat peringatan dini tentangnya, supaya kita bisa melarikan diri dari murka yang akan datang. Sudah menjadi hak istimewa suku-suku Israel bahwa, sebagaimana mereka diberi tahu apa kewajiban mereka, demikian pula mereka diberi tahu apa bahaya yang mengancam mereka, melalui sabda-sabda Allah yang disampaikan kepada mereka.
- II. Alasan perseteruan Allah dengan mereka.
- 1. Dia bertikai dengan para pemuka Yehuda karena mereka adalah para pemimpin yang lancang dalam berbuat dosa (ay. 10). Mereka seperti orang-orang yang menggeser batas, atau batas tanah yang sudah lama. Allah telah memberikan hukum-Nya kepada mereka, untuk menjadi pagar yang mengelilingi tanah milik-Nya sendiri. Akan tetapi, mereka dengan lancang telah melanggarnya, dan merobohkannya. Mereka bahkan telah melanggar hak-hak Allah, telah menginjak-injak pembedaan antara yang baik dan yang jahat, serta segala kewajiban luhur yang selaras dengan akal budi dan keadilan. Mereka merasa bisa melakukan apa saja karena mereka adalah para pemuka. Quicquid libet, licet – Kehendak mereka menjadi hukum. Atau ayat itu dapat dipahami sebagai tindakan mereka yang melanggar kebebasan dan hak milik rakyat demi mengedepankan hak istimewa mereka sendiri, yang sama saja seperti menggeser batas tanah yang sudah lama. Sebagian penafsir mencermati bahwa para pemuka Yehuda itu memegang kekuasaan yang lebih mutlak dan sewenang-wenang daripada para pemuka Israel. Nah, karena perkara itulah Allah berseteru dengan mereka: Ke atas mereka akan Kucurahkan gemas-Ku seperti air, yang berlimpah-limpah, seperti air bah, yang dicurahkan ke atas orang-orang raksasa yang ada di bumi purba, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka (Kej. 6:13). Perhatikanlah, ada batas-batas yang tidak boleh digeser bahkan oleh para pemuka sekalipun, yaitu batas-batas agama dan keadilan yang mengikat mereka. Dan, bila mereka melanggarnya, ketahuilah bahwa ada Allah di atas mereka yang akan mengadakan perhitungan dengan mereka karenanya.
- 2. Dia bertikai dengan orang Efraim karena mereka secara diam-diam ikut berdosa (ay. 11): Ia berkeras untuk berjalan mengikuti kesia-siaan, yaitu mengikuti perintah Yerobeam dan raja-raja Israel penerusnya, yang mewajibkan seluruh rakyat mereka untuk menyembah patung-patung lembu emas di Dan dan Betel, serta melarang mereka pergi beribadah ke Yerusalem. Inilah perintah yang dimaksud. Perintah itu menjadi hukum negeri dan disokong oleh alasan-alasan pemerintahan. Dan rakyat mematuhinya bukan hanya dengan ketaatan buta pada pemerintah, melainkan juga dengan sukarela, walaupun mereka diam-diam menyimpan kebencian terhadap penyembahan berhala. Perhatikanlah, menuruti begitu saja perintah manusia yang bertentangan dengan perintah Allah adalah salah satu hal yang membuat sebuah bangsa matang bagi kehancuran. Dan hukuman atas ketidaktaatan yang menghamba itu (kalau boleh saya menyebutnya demikian) sesuai dengan dosa yang diperbuat. Oleh karena dosa itulah Efraim tertindas dan diremukkan oleh hukuman, dan semua hak kewargaan serta kebebasannya dilanggar dan diinjak-injak. Namun demikian,
- (1) Allah adil dalam mengizinkan semuanya itu, supaya orang-orang yang mengkhianati milik Allah akan kehilangan milik mereka sendiri, dan supaya orang-orang yang membiarkan hati nurani mereka tunduk pada hakim yang lalim, dan pemimpin yang sewenangwenang, akan merasa muak terhadap keduanya.
- (2) Hukuman yang menimpa mereka itu memang sudah sepantasnya terjadi. Orang-orang yang berkeras untuk berjalan mengikuti kesiasiaan, sekalipun hal itu bertentangan dengan perintah Allah, akan mendapati bahwa kesia-siaan yang diikutinya itu melanggar shak-haknya. Dan semakin besar kuasa yang diberikan kepada kesia-siaan itu, semakin banyaklah tuntutannya. Perhatikanlah, hal yang paling menguntungkan bagi pemimpin lalim yang bengis dan ganas seperti serigala adalah rakyat yang penurut seperti anak anjing, yang suka menjilat dan menyanjung. Demikianlah Efraim tertindas dan diremukkan oleh hukuman, artinya, ia ditindas dengan topeng dan dalih kebenaran. Perhatikanlah, sungguh hukuman yang menyedihkan dan menyakitkan bagi suatu bangsa untuk ditindas dengan dalih ditindak dengan adil. Hal itu menjelaskan ancaman dalam ayat 9, Efraim akan menjadi tandus, pada hari penghukuman. Perhatikanlah, para pendosa yang lancang harus bersiap menantikan datangnya hari penghukuman, hari penghukuman yang akan membuat mereka menjadi tandus, yang akan membuat mereka kehilangan segala penghiburan dari semua yang mereka miliki dan semua yang mereka harapkan.
- III. Cara-cara berbeda yang akan diambil Allah dalam menangani Yehuda dan Efraim, terkadang cara yang satu, dan terkadang cara yang lain, dan adakalanya kedua cara sekaligus. Atau lebih tepatnya, pertama-tama melalui cara yang satu, dan kemudian melalui cara yang lain, Ia akan bergerak maju menuju kehancuran mereka sepenuhnya.
- 1. Dia akan memulai dengan penghukuman kecil, yang terkadang akan berjalan secara diam-diam dan tidak terasa (ay. 12): Aku ini (maksudnya penyelenggaraan-Ku) akan seperti ngengat bagi Efraim. Bahkan (seperti yang sebaiknya ditambahkan), tindakan-Ku seperti ngengat bagi Efraim, sebab Aku akan menimbulkan penyakit seperti yang sekarang dilihat Efraim (ay. 13). Perhatikanlah, penghakiman Allah terhadap orang berdosa adakalanya seperti ngengat dan belatung, atau ulat. Ngengat merupakan serangga kecil yang berkembang biak di kain, sedangkan belatung di kayu. Sama seperti binatang-binatang ini melahap kain dan kayu, demikian pula penghakiman-penghakiman Allah akan melahap mereka,
- (1) Secara diam-diam, tanpa huru-hara di dunia, bahkan mereka sendiri tidak akan merasakannya. Mereka akan merasa diri mereka aman dan makmur, tetapi ketika melihat keadaan mereka lebih dekat, mereka akan mendapati diri mereka merosot dan membusuk.
- (2) Secara perlahan-lahan, dan dengan penangguhan serta selang waktu yang lama, supaya Ia dapat memberi mereka waktu untuk bertobat. Banyak bangsa, dan juga banyak orang, pada puncak kejayaan mereka mati akibat penyakit yang menggerogotinya.
- (3) Secara bertahap. Allah menghajar orang-orang berdosa dengan penghakiman-penghakiman kecil, untuk menghindarkan penghakiman yang lebih besar, jika mereka mau bertindak bijaksana dan belajar dari peringatan. Dia melanda mereka sedikit demi sedikit, untuk menunjukkan bahwa Ia tidak ingin mereka binasa.
- (4) Ngengat berkembang biak pada kain, dan ulat atau belatung pada kayu. Demikian pula orang-orang berdosa dilalap habis oleh api yang mereka nyalakan sendiri.
- 2. Ketika penghakiman kecil tampaknya tidak menyadarkan mereka, maka Tuhan akan melanda mereka dengan penghakiman yang lebih besar (ay. 14): Aku ini seperti singa bagi Efraim, dan seperti singa muda bagi kaum Yehuda, sekalipun Yehuda sendiri, dalam berkat yang diucapkan Yakub, adalah anak singa. Supaya jangan sampai ada orang yang menyangka bahwa kuasa-Nya melemah, sebab Allah dikatakan menjadi seperti ngengat bagi mereka, maka Ia berkata bahwa sekarang Ia akan menjadi seperti singa bagi mereka, bukan hanya untuk menggentarkan mereka dengan auman-Nya, tetapi juga untuk mencabik-cabik mereka. Perhatikanlah, bila penghakiman kecil tidak berhasil, dapat diduga bahwa Allah akan mendatangkan penghakiman yang lebih besar. Kristus adakalanya menjadi singa dari Yehuda, tetapi dalam hal ini Dia menjadi singa melawan suku tersebut. Lihatlah apa yang akan diperbuat Allah terhadap bangsa yang merasa aman dalam dosa: Aku ini akan menerkam. Ia tampak bermegah dalam hak istimewa-Nya untuk membinasakan, sebagai satu-satunya Pembuat hukum (Yak. 4:12, KJV). “Aku, Aku ini, akan melaksanakan pekerjaan itu dengan tangan-Ku sendiri. Aku yang mengatakannya, Aku juga yang akan melakukannya.” Allah bekerja secara lebih langsung dalam sebagian penghakiman daripada dalam sebagian penghakiman yang lain. Aku ini akan menerkam, lalu pergi. Dia akan pergi,
- (1) Tanpa takut terhadap mereka. Dia akan pergi dengan gagah, dan dengan wajah yang agung, seperti singa pergi dari mangsanya.
- (2) Tanpa menolong mereka. Kalau memang Allah menerkam kita melalui penyelenggaraan-Nya yang menyusahkan, tetapi tetap beserta kita melalui segala anugerah dan penghiburan-Nya, maka baiklah itu. Namun, sungguh menyedihkan keadaan kita jika Ia menerkam lalu pergi, jika setelah Dia merenggut segala penghiburan yang kita dapatkan dari makhluk ciptaan, Ia sendiri lalu pergi dari kita. Ketika Allah pergi, Dia akan membawa serta segala sesuatu yang bernilai dan berharga, sebab ketika Allah pergi, segala kebaikan turut pergi bersama-Nya. Dia akan membawa lari dan tidak ada yang melepaskan, seperti seekor mangsa tidak dapat dilepaskan dari mulut singa (Mi. 5:7). Perhatikanlah, tiada seorang pun dapat dilepaskan dari tangan keadilan Allah kecuali orang-orang yang telah diserahkan ke dalam tangan anugerah-Nya. Percuma saja manusia berbantah dengan Penciptanya.
- IV. Dampak-dampak yang berbeda dari cara yang berbeda-beda itu.
- 1. Ketika Allah melanda mereka dengan penghakiman-penghakiman kecil, mereka mengabaikan-Nya, dan malah mencari pertolongan dari makhluk ciptaan lain, tetapi sia-sia belaka (ay. 13). Saat Allah menjadi seperti ngengat dan belatung bagi mereka, mereka menyadari penyakit dan bisul mereka. Beberapa waktu kemudian, ketika mereka tersadar bahwa keadaan mereka terus menurun, urusan-urusan mereka tertinggal, dan harta benda mereka terlihat jelas menyusut, pada saat itulah mereka mengirim utusan ke Asyur agar datang membantu mereka, dan memohon kepada Raja ‘Agung’, yang menurut sebagian penafsir merupakan salah satu nama Pul, atau Tiglat-Pileser, raja Asyur. Kepada dialah baik Israel maupun Yehuda datang meminta pertolongan dalam kesusahan mereka, dengan berharap bahwa melalui persekutuan dengan Asyur mereka dapat memperbaiki dan menegakkan kembali pengaruh-pengaruh mereka yang menurun. Perhatikanlah, di tengah kesusahan, orang-orang yang berhati degil bisa melihat penyakit dan bisul mereka, tetapi tidak bisa melihat dosa yang menjadi penyebabnya. Tidak pula mereka akan mengakui dosa tersebut, atau mengakui tangan Allah, tangan-Nya yang perkasa, apalagi tangan-Nya yang adil, dalam kesusahan mereka. Itulah sebabnya, bukannya menempuh jalan terdekat kepada sang Pencipta yang sanggup menolong mereka, mereka malah bersusah payah menempuh jalan jauh untuk menghampiri sesama makhluk ciptaan yang sama sekali tidak mampu membantu mereka. Orang-orang yang tidak menyesal bahwa mereka telah menyakiti hati Allah dengan dosa-dosa mereka, enggan meminta pertolongan kepada-Nya dalam penderitaan, tetapi lebih suka mencari pertolongan dari mana saja selain dari Dia. Dan apa akibatnya? Tetapi ia pun tidak dapat menyembuhkan kamu dan tidak dapat melenyapkan bisul itu dari padamu. Perhatikanlah, orang-orang yang mengabaikan Allah dan mencari pertolongan dari makhluk ciptaan pasti akan kecewa. Orang yang bergantung pada sesama makhluk ciptaan sebagai penopang, akan mendapati bahwa mereka bukanlah dasar yang teguh, melainkan buluh yang patah terkulai. Orang yang bergantung pada makhluk ciptaan untuk memberikan persediaan, akan mendapati bahwa mereka bukanlah mata air, melainkan kolam yang bocor. Orang yang bergantung pada makhluk ciptaan untuk penghiburan dan kesembuhan akan mendapati bahwa mereka adalah penghibur sialan dan tabib palsu. Raja Asyur, yang diharap-harapkan oleh Yehuda dan Israel, justru bukan membantu dia, melainkan menyesakkannya (2Taw. 28:20). Sebagian penafsir berpendapat bahwa Raja Yareb ini (KJV) berarti raja yang agung, kuat, atau hebat, sebab orang banyak mengandalkan kekuasaannya. Sebagian yang lain mengartikannya sebagai raja yang akan membela, atau yang harus membela, sebab orang banyak mengandalkan hikmat dan kepandaiannya berbicara, dan menginginkan agar dia membela sperkara-perkara mereka. Orang Israel telah membawa persembahan kepada raja Asyur ini (10:6), sebuah pemberian yang bernilai. Dan, karena mereka sudah membayarnya demikian untuk menjadi pembimbing mereka, maka mereka tidak ragu akan kesetiaannya kepada mereka. Namun, raja Asyur memperdaya mereka, seperti tangan manusia mengecewakan orang-orang yang mengandalkannya (Yer. 17:5, 6).
- 2. Ketika Allah mendatangkan penghakiman yang lebih besar untuk menyadarkan orang Yehuda dan Israel akan kebodohan mereka, mereka pun pada akhirnya terpaksa mencari Dia (ay. 15). Setelah menerkam seperti singa,
- (1) Dia akan meninggalkan mereka. Aku akan pergi pulang ke tempat-Ku, ke sorga, atau ke tutup pendamaian, takhta anugerah, yang adalah kemuliaan-Nya. Ketika menghukum orang berdosa, Allah keluar dari tempat-Nya (Yes. 26:21). Namun, ketika merancangkan kebaikan bagi mereka, Dia pulang ke tempat-Nya, dan di sana Ia menanti-nantikan saatnya untuk menaruh kasihan, apabila mereka mau tunduk. Atau, Dia akan pulang ke tempat-Nya setelah menghajar mereka, tanpa mengindahkan mereka, dengan menyembunyikan wajah-Nya dari mereka, dan tidak memperhatikan persoalan mereka ataupun doa mereka. Hal itu dilakukan-Nya untuk merendahkan mereka lebih jauh lagi, hingga mereka pada tingkat tertentu dilayakkan untuk menerima kembalinya perkenanan-perkenanan-Nya.
- (2) Allah pada akhirnya akan bekerja dalam diri mereka, dan membawa mereka kembali kepada-Nya, melalui penderitaan-penderitaan mereka, suatu hal yang memang dinantikan-Nya. Dan pada saat itu Ia tidak akan lagi menarik diri-Nya dari mereka. Dua hal disebutkan di sini sebagai tanda-tanda dari kembalinya mereka:
- [1] Mereka mengaku dosa dengan penuh penyesalan: Sampai mereka mengaku bersalah. Sampai mereka bersalah, demikian dalam tafsiran yang agak luas, artinya, sampai mereka menyadari kesalahan mereka dan mau mengakuinya, serta merendahkan diri di hadapan Allah karenanya. Perhatikanlah, ketika manusia mulai mengeluh lebih karena dosa-dosa mereka daripada karena penderitaan-penderitaan mereka, pada saat itulah mulai ada secercah harapan bagi mereka. Dan inilah yang dituntut Allah dari kita, ketika kita sedang menerima hajaran tangan-Nya, yaitu bahwa kita mengaku bersalah dan mengakui keadilan-Nya dalam menghajar kita.
- [2] Mereka memohon perkenanan Allah dengan rendah hati: Sampai mereka mencari wajah-Ku, yang bisa diharapkan akan mereka lakukan ketika keadaan mereka sudah luar biasa parah, dan mereka telah mencoba para penolong lain dengan sia-sia. Dalam kesesakannya mereka akan merindukan Aku, artinya akan mencari Dia dengan tekun dan sungguh-sungguh, dan dengan sangat mendesak. Bila mereka mencari-Nya seperti itu, dan melakukannya dengan tulus hati, maka tidak ada kata terlambat, sekalipun dapat dikatakan sudah terlambat sebab butuh waktu lama bagi mereka untuk mau mencari Dia. Bahkan, Allah berkenan menyebutnya mencari Dia dengan segera (KJV), betapa Dia bersedia membuat dugaan yang sebaik-baiknya tentang para petobat yang kembali kepada-Nya. Perhatikanlah, ketika kita tersadar akan dosa dan mendapat hajaran tongkat ilahi, tugas kita adalah mencari wajah Allah. Kita harus merindukan pengetahuan dan pengenalan akan Dia, supaya Ia menyatakan diri-Nya kepada kita, dan bagi kita, sebagai tanda bahwa Ia berdamai dengan kita. Dan dapat diharapkan secara masuk akal bahwa penderitaan akan membawa kepada Allah orang-orang yang telah lama menyimpang dan menjauh dari-Nya. Itulah sebabnya Allah berpaling dari kita untuk sementara waktu, yaitu supaya Dia memalingkan kita kepada-Nya, dan kemudian kembali pada kita. Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!
Matthew Henry: Hos 6:1-3 - Tekad untuk Bertobat; Janji-janji
Kata-kata penutup pada pasal sebelumnya memberi kita secercah harapan bahwa Allah dan Israel milik-Nya, kendati dengan dosa-dosa mereka dan murk...
- Kata-kata penutup pada pasal sebelumnya memberi kita secercah harapan bahwa Allah dan Israel milik-Nya, kendati dengan dosa-dosa mereka dan murka-Nya, dapat dipersatukan kembali secara membahagiakan, bahwa mereka akan mencari-Nya dan Ia akan berkenan ditemui oleh mereka. Nah, pasal ini membawa perkara tersebut lebih jauh. Sebagian penafsir menggabungkan awal kalimat pasal ini dengan akhir kalimat pasal sebelumnya, “Dalam kesesakannya mereka akan merindukan Aku,” sambil berkata, “Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN.” Akan tetapi, Allah sekali lagi mengeluhkan kefasikan umat ini. Sebab, meskipun sebagian orang memang bertobat dan berubah, sebagian besar lainnya tetap tegar tengkuk. Cermatilah,
- I. Tekad mereka untuk kembali kepada Allah, dan penghiburan-penghiburan yang dengannya mereka menguatkan diri dalam kembalinya mereka kepada-Nya (ay. 1-3).
- II. Kegoyahan banyak orang dari mereka dalam pengakuan dan janji tobat yang mereka ucapkan, dan tindakan keras yang karena itu diambil Allah terhadap mereka (ay. 4-5).
- III. Kovenan yang diadakan Allah dengan mereka, dan apa yang diharapkan-Nya dari mereka (ay. 6). Bagaimana mereka melanggar kovenan itu dan mengecewakan segala harapan-Nya (ay. 7-11).
Tekad untuk Bertobat; Janji-janji (6:1-3)
- Ucapan di atas dapat dipandang sebagai kata-kata Hosea kepada umat, guna memanggil mereka untuk bertobat, atau sebagai perkataan umat satu terhadap yang lain, untuk saling menggugah dan menguatkan agar mencari Tuhan dan merendahkan diri di hadapan-Nya, dengan harapan bisa mendapatkan belas kasihan-Nya. Sebelumnya Allah telah berkata, “Dalam kesesakannya mereka akan merindukan Aku.” Sekarang, Nabi Hosea beserta kawan-kawannya, yaitu umat yang saleh, hendak bertindak selagi mereka sedang semangat-semangatnya, dan memulai dengan keinsafan yang tampak dirasakan oleh saudara-saudara mereka. Perhatikanlah, orang-orang yang dengan sendirinya condong untuk berbalik kepada Allah harus berbuat semampu mungkin untuk menggugah, mengajak, dan mendorong orang-orang lain untuk kembali kepada-Nya. Amatilah,
- I. Apa isi ajakan mereka: “Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN (ay. 1). Jangan lagi kita pergi kepada orang Asyur, atau mengirim utusan kepada Raja ‘Agung’. Cukup sudah, kita muak dengan itu. Tetapi marilah kita berbalik kepada TUHAN, berbalik menyembah Dia dan meninggalkan penyembahan berhala kita, dan kembali berharap kepada Dia dengan tidak lagi mengandalkan makhluk ciptaan.” Perhatikanlah, sudah menjadi kepentingan orang-orang yang telah memberontak terhadap Allah untuk kembali kepada-Nya. Dan orang-orang yang telah meninggalkan Dia atas kesepakatan bersama, dan dalam satu kumpulan, dengan menyeret satu sama lain untuk berdosa, haruslah atas kesepatakan bersama, dan dalam satu kumpulan, kembali kepada-Nya. Hal itu akan mempermuliakan Dia dan membangun iman mereka bersama.
- II. Bujukan dan dorongan apa yang mereka tekankan untuk menggerakkan satu sama lain agar berbalik kepada Tuhan.
- 1. Pengalaman yang telah mereka lalui akan murka-Nya: “Mari kita berbalik kepada-Nya, sebab Dia telah menerkam, Dia telah memukul. Kita telah diterkam, dan Dialah yang menerkam kita. Kita telah dipukul, dan Dialah yang memukul kita. Oleh karena itu, marilah kita berbalik kepada-Nya, sebab atas pemberontakan kitalah Dia telah menerkam dan memukul kita dalam murka-Nya. Dan kita tidak dapat berharap bahwa Dia akan berdamai dengan kita sebelum kita berbalik kepada-Nya. Untuk tujuan inilah Dia telah menyengsarakan kita seperti itu, yakni supaya kita dapat tergugah untuk kembali kepada-Nya. Tangan-Nya akan tetap teracung menentang kita jika umat tidak kembali kepada Dia yang menghajarnya (Yes. 9:11-12). Perhatikanlah, merenungkan penghakiman-penghakiman Allah atas diri kita dan negeri kita, terutama apabila itu penghakiman-penghakiman yang menerkam, haruslah menyadarkan kita untuk berbalik kepada Allah dengan pertobatan, doa, dan reformasi.
- 2. Pengharapan yang mereka miliki akan perkenanan-Nya: “Dia yang telah menerkam akan menyembuhkan kita, Dia yang telah memukul akan membalut kita,” seperti tabib andal dengan tangan piawai membalut tulang yang patah atau luka yang berdarah. Perhatikanlah, penyelenggaraan Allah yang sama yang menyesakkan umat-Nya, akan melegakan mereka juga, dan Roh Allah yang sama yang menyadarkan orang-orang kudus akan dosa mereka, akan menghibur mereka juga. Yang mula-mula merupakan roh perbudakan, pada akhirnya merupakan Roh yang menjadikan kita anak Allah. Ucapan itu merupakan pengakuan atas kuasa Allah (Dia sanggup menyembuhkan walaupun kita telah diterkam begitu parah), dan atas belas kasihan-Nya (Dia akan menyembuhkan). Bahkan, Dia menerkam supaya dapat menyembuhkan. Sebagian penafsir berpendapat bahwa ayat ini secara khusus mengacu pada kembalinya orang Yahudi dari Babel, ketika mereka mencari Tuhan dan melekatkan diri kepada-Nya, dengan keyakinan bahwa Ia akan kembali dengan penuh rahmat kepada mereka dalam belas kasihan-Nya. Perhatikanlah, tetap meyakini bahwa Allah itu baik dan bahwa Ia memiliki maksud dan rancangan yang baik terhadap kita akan sangat berguna bagi kita, baik untuk menopang kita dalam kesesakan maupun untuk mendorong kita agar bertobat.
- Nah, perkenanan Allah yang mereka harapkan di sini digambarkan dalam sejumlah hal:
- (1) Mereka meyakinkan diri sendiri bahwa kelepasan mereka dari kesusahan akan menjadi seperti hidup dari antara orang mati (ay. 2): “Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari (artinya dalam waktu singkat, dalam satu atau dua hari), dan pada hari yang ketiga, ketika jasad orang mati diperkirakan sudah membusuk dan rusak, dan dikuburkan supaya tidak dilihat orang, pada hari itulah Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. Kita akan memandang wajah-Nya dengan penuh penghiburan, dan wajah-Nya itu akan menghidupkan kita. Walaupun hanya sesaat lamanya Dia meninggalkan kita, tetapi dalam kasih setia abadi Dia akan mengambil kita kembali.” Perhatikanlah, umat Allah bisa saja bukan hanya diterkam dan dipukul, tetapi juga dibiarkan mati, bahkan untuk waktu yang lama. Namun, mereka tidak akan selalu tergeletak seperti itu, tidak pula akan terbaring selamanya. Hanya sesaat saja Allah akan menghidupkan mereka kembali. Dan jaminan kebangkitan yang diberikan kepada mereka itu haruslah menggugah mereka untuk berbalik dan berpaut kepada-Nya. Akan tetapi, ayat ini tampak merujuk lebih jauh pada kebangkitan Yesus Kristus. Batas waktu yang disebutkan pun dua hari dan hari yang ketiga, supaya bisa menjadi perlambang dan gambaran dari kebangkitan Kristus pada hari yang ketiga, yang dikatakan dilakukan-Nya sesuai dengan Kitab Suci, sesuai dengan nas Kitab Suci ini. Sebab seluruh nabi bersaksi tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Marilah kita melihat dan mengagumi hikmat serta kebaikan Allah dalam menyusun perkataan Nabi Hosea dengan begitu rupa, sehingga ketika ia bernubuat tentang kelepasan jemaat dari kesusahan, pada saat yang sama ia juga menunjukkan karya keselamatan Kristus bagi kita, yang merupakan pokok pangkal segala keselamatan lainnya. Dan, sekalipun mereka mungkin tidak menyadari rahasia ini dalam perkataan tersebut, namun karena sekarang perkataan itu digenapi secara harfiah dalam kebangkitan Kristus, maka hal ini meneguhkan iman kita bahwa Dialah yang akan datang itu, dan kita tidak perlu menantikan orang lain. Dan sungguh tepatlah bahwa nubuatan tentang kebangkitan Kristus diungkapkan seperti demikian, “Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup,” sebab Kristus bangkit sebagai buah sulung, dan kita dibangkitkan bersama Dia, kita hidup melalui Dia. Kristus bangkit untuk membenarkan kita, dan semua orang percaya dikatakan akan dibangkitkan bersama dengan Kristus (Lihat Yes. 26:19). Kebangkitan itu akan berguna sebagai penghibur bagi jemaat pada masa itu, dan jaminan bahwa Allah akan mengangkat mereka dari keterpurukan, sebab ketika sudah genap waktunya, Dia akan membangkitkan Anak-Nya dari lubang kubur, dan Anak-Nya itu akan menjadi kehidupan dan kemuliaan bagi umat-Nya, Israel. Perhatikanlah, perhatian yang penuh iman kepada Kristus yang bangkit merupakan penopang kuat bagi orang Kristen yang tengah menderita, dan memberikan dorongan besar bagi orang berdosa yang kembali dan bertobat. Karena Dia telah berkata, “Sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup.”
- (2) Bahwa pada saat itu mereka akan bertumbuh dalam pengenalan akan Allah (ay. 3): Marilah kita mengenal dan berusahassungguh-sungguh mengenal TUHAN. Saat itu, ketika Allah kembali kepada umat-Nya dalam belas kasihan dan merancang perkenanan bagi mereka, Dia akan memberi mereka pengenalan yang lebih dalam akan diri-Nya, sebagai tanda dan buah dari perkenanan-Nya tersebut. Seluruh bumi akan penuh dengan pengenalan akan TUHAN (Yes. 11:9). Pengetahuan akan bertambah (Dan. 12:4). Semua orang akan mengenal Allah (Yer. 31:34). Kita akan mengenal, kita akan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN (demikian dalam bahasa aslinya). Kita tidak hanya akan mempunyai lebih banyak cara untuk mengenal Tuhan, tetapi juga akan memperoleh anugerah untuk memperdalam pengenalan kita lewat cara-cara tersebut. Hal itu dapat dipandang sebagai buah dari kebangkitan Kristus dan hidup yang kita jalani di hadapan Allah melalui Kristus. Perhatikanlah, ketika Allah merancangkan belas kasihan bagi suatu umat, Dia akan memberi mereka suatu hati untuk mengenal-Nya (Yer. 24:7). Orang-orang yang telah dibangkitkan bersama dengan Kristus menerima roh hikmat dan wahyu. Dan jika hidup di hadapan-Nya itu kita pahami, sebagaimana kitab terjamahan bahasa Aram memahaminya, sebagai hari kebangkitan orang mati, maka tepatlah jika selanjutnya dikatakan, kita akan mengenal dan berusahassungguh-sungguh mengenal TUHAN. Sebab pada hari itu kita akan melihat Dia dengan sempurna, dan sekalipun begitu terus bertambah mengenal-Nya sampai selama-lamanya. Atau, bila kita memahami ayat ini sebagaimana kita membacanya, jika kita berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN, maka kita mendapati di sini,
- [1] Janji tentang suatu berkat yang berharga: Kita akan mengenal, akan mengenal TUHAN, ketika kita berbalik kepada Allah. Barang siapa datang kepada Allah akan dibuat mengenal-Nya. Bila kita dirancang untuk hidup di hadapan-Nya, maka Dia akan membuat kita mengenal-Nya. Sebab inilah hidup yang kekal itu, yaitu mengenal Allah (Yoh. 17:3).
- [2] Cara dan jalan untuk memperoleh berkat tersebut. Kita harus berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN. Kita harus menjunjung dan menghargai pengenalan akan Allah sebagai pengetahuan yang termulia. Kita harus berseru kepada pengertian dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam (Ams. 2:3-4), harus mencari dan mengulik segala hikmat (Ams. 18:1, KJV), harus terus mencari pengetahuan ini dan berupaya memperdalamnya. Dan, jika kita melakukan kewajiban yang telah ditentukan, maka beralasan bagi kita untuk mengharapkan belas kasihan yang telah dijanjikan, yaitu bahwa kita akan semakin mengenal Allah dan pada akhirnya akan mencapai kesempurnaan dalam pengetahuan ini.
- (3) Bahwa pada saat itu mereka akan mendapat penghiburan ilahi yang melimpah. Ia pasti muncul seperti fajar. Artinya, segala perkenanan yang telah ditarik-Nya dari kita, ketika Dia pergi pulang ke tempat-Nya, akan kembali. Kemunculan-Nya kembali dipersiapkan dan disediakan bagi kita dengan pasti, sama seperti kembalinya fajar setelah malam gelap. Kita pun menantikannya bagaikan pengawal mengharapkan pagi setelah melalui malam yang panjang, dan kita yakin bahwa fajar akan datang pada waktu yang telah ditetapkan tanpa menemui kegagalan. Cahaya wajah-Nya akan kita sambut dengan senang hati dan akan kian bertambah terang sampai rembang tengah hari, seperti halnya cahaya fajar. Ia akan datang kepada kita, dan kita akan menyambut-Nya, seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi, yang menyegarkan dan menyuburkannya. Nah, nubuatan ini menunjuk lebih jauh daripada kebebasan Israel dari pembuangan, dan tidak diragukan lagi akan digenapi secara sempurna dalam Kristus serta anugerah Injil. Orangorang kudus pada zaman Perjanjian Lama berusaha ssungguh-sungguh mengenal Dia, giat menantikan penebusan di Yerusalem. Dan pada akhirnya curahan anugerah ilahi di dalam Kristus, dengan kedatangan-Nya untuk melawat dunia ini, ibarat
- [1] Pagi yang menyinari bumi ini ketika gelap, sebab Dia datang sebagai surya kebenaran, dan di dalam Dialah Surya pagi dari tempat yang tinggi datang melawat kita. Ia pasti muncul seperti fajar, karena Ia datang ketika sudah genap waktunya. Yohanes Pembaptis membuka jalan bagi-Nya, bahkan Dia sendiri adalah bintang timur yang gilang-gemilang.
- [2] Hujan yang mengairi bumi ini ketika kering. Ia seperti hujan yang turun ke atas padang rumput (Mzm. 72:6). Di dalam Dia, hujan berkat turun ke atas dunia ini, untuk memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan (Yes. 55:10). Dan perkenanan Allah dalam Kristus itu seperti apa yang dikatakan orang tentang perkenanan raja, yakni seperti awan hujan musim semi (Ams. 16:15). Anugerah Allah dalam Kristus itu seperti hujan awal dan hujan akhir, sebab melalui anugerah itulah pekerjaan baik kita yang menghasilkan buah dimulai dan dilanjutkan.
Matthew Henry: Hos 6:4-11 - Janji dan Peringatan; Kejahatan Umat Janji dan Peringatan; Kejahatan Umat (6:4-11)
Dalam ayat-ayat di atas ada dua hal, dua hal yang jahat, yang didakwakan dan dituduhkan dengan sepa...
Janji dan Peringatan; Kejahatan Umat (6:4-11)
- Dalam ayat-ayat di atas ada dua hal, dua hal yang jahat, yang didakwakan dan dituduhkan dengan sepantasnya baik terhadap Yehuda maupun Efraim:
- I. Bahwa mereka tidak teguh dalam pertobatan mereka, tetapi goyah, membual sebagai air (ay. 4-5). Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Ini ungkapan yang aneh. Adakah Sang Hikmat Tak Terhingga tidak tahu apa yang harus dilakukan-Nya? Adakah Dia bingung, atau terbeban untuk mengambil langkah-langkah baru? Sama sekali tidak. Tetapi Allah di sini berbicara dengan gaya bahasa manusia, untuk menunjukkan betapa janggal dan tidak masuk akalnya Efraim dan Yehuda, dan betapa adil tindakan yang diambil-Nya melawan mereka. Janganlah mereka mengeluh bahwa Allah bertindak keras dan kejam dalam menerkam mereka, dan memukul mereka, seperti yang telah diperbuat-Nya, sebab apa lagi yang harus dilakukan-Nya? Jalan lain apa yang bisa diambil-Nya untuk menghadapi mereka? Allah telah mencoba berbagai macam cara terhadap umat-Nya (Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Nya itu, yang belum diperbuat-Nya kepadanya? Yes. 5:4), dan betapa Ia enggan membiarkan segala sesuatunya menjadi terlalu parah. Ia berbicara kepada diri-Nya sendiri seperti dalam pasal 11:8, masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim? Allah hendak berbuat baik terhadap mereka, tetapi mereka tidak layak untuk itu: “Apakah yang akan Kulakukan kepadamu? Apa lagi yang bisa Kulakukan selain membuangmu, setelah Aku tidak bisa lagi menyelamatkanmu secara terhormat?” Perhatikanlah, Allah tidak pernah dapat membinasakan orang-orang berdosa sebelum Ia melihat bahwa tidak ada cara lain yang dapat diperbuat terhadap mereka. Lihatlah di sini,
- 1. Bagaimana perilaku mereka terhadap Allah: Kasih setia mereka, atau kebaikan mereka, seperti kabut pagi. Sejumlah penafsir memahaminya sebagai kebaikan mereka terhadap diri dan jiwa mereka sendiri, dalam pertobatan mereka. Memang, bertobat dari dosa-dosa kita adalah kebaikan bagi diri kita sendiri. Namun, mereka segera saja menarik kembali kebaikan itu, membatalkannya, dan mencelakakan jiwa mereka sendiri seperti sediakala. Akan tetapi, kasih setia ini lebih tepat dipahami sebagai kesalehan dan hidup keagamaan mereka. Kebaikan yang tampak pada mereka selama beberapa waktu segera lenyap dan hilang kembali, seperti kabut pagi dan embun pagi. Seperti itulah kebaikan Israel pada zaman Yehu, dan kebaikan Yehuda pada zaman Hizkia dan Yosia. Kebaikan itu lenyap dalam sekejap. Pada masa kekeringan, kabut pagi menjanjikan hujan, dan embun pagi menghadirkan kesegaran bagi bumi. Namun, awan itu terserak dan orang-orang munafik diibaratkan seperti awan yang tak berair (Yud. 1:12), dan embun tidak meresap ke dalam tanah, tetapi menguap kembali ke udara, sehingga bumi pun tetap kering. Apakah yang akan diperbuat-Nya terhadap mereka? Akankah Dia menerima kebaikan mereka? Tidak, sebab kebaikan itu hilang berlalu. Factum non dicitur quod non perseverat – sesuatu yang tidak terus dikerjakan tidak dapat dikatakan sudah selesai. Perhatikanlah, kebaikan yang seperti kabut dan embun pagi tidak akan pernah berkenan pada Allah ataupun bermanfaat bagi diri kita sendiri. Apabila manusia menjanjikan kebaikan namun tidak bertindak, apabila mereka memulai dengan baik dalam agama namun tidak bertahan, apabila mereka meninggalkan kasih dan perbuatan mereka yang mula-mula, atau meskipun tidak sepenuhnya menyingkirkan agama namun mereka goyah, tidak teguh, dan tidak setia di dalamnya, maka pada saat itulah kasih setia mereka seperti kabut pagi dan embun pagi.
- 2. Apa tindakan yang diambil Allah terhadap mereka (ay. 5): “Sebab itu, karena mereka begitu keras dan bengkok, Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi, seperti kayu balok atau batu diremukkan agar berguna, dan Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulutKu.” Apa yang dilakukan para nabi dikerjakan oleh firman Allah dalam mulut mereka, yang tidak pernah kembali dengan sia-sia. Oleh firman itu umat merasa telah dibunuh, sudah bersiap-siap untuk berkata bahwa para nabi membunuh mereka, atau menghunjam jantung mereka ketika nabi-nabi itu berlaku jujur terhadap mereka.
- (1) Para nabi meremukkan mereka dengan meyakinkan mereka akan dosa mereka, dan berusaha memutus pelanggaran mereka. Mereka tidak teguh dalam agama (ay. 4), itu sebabnya Allah meremukkan mereka. Hati orang-orang berdosa bukan hanya seperti batu, tetapi juga seperti batu yang sangat keras, sehingga perlu tenaga amat besar untuk memahatnya. Atau seperti balok kayu yang hanya bisa dipahat dengan susah payah. Tugas hamba-hamba Tuhan ialah meremukkan mereka, dan Allah lewat para hamba-Nya meremukkan mereka, sebab terhadap orang yang bengkok Ia berlaku belat-belit. Ada orang-orang yang harus ditegur dengan keras oleh hamba Tuhan. Setiap kata harus mengena, dan meskipun serpihan kayu mengenai wajah sang pekerja, walaupun orang yang ditegur melawan orang yang menegur, dan menganggapnya sebagai musuh karena ia mengatakan yang sebenarnya, namun ia tetap melanjutkan pekerjaannya.
- (2) Para nabi membunuh umat melalui pernyataan-pernyataan murka Allah, dengan menubuatkan bahwa mereka akan dibunuh, seperti Nabi Yehezkiel dikatakan menghancurkan kota ketika ia menubuatkan kehancuran kota tersebut (Yeh. 43:3, KJV). Dan Allah pun menggenapi apa yang telah dinubuatkan: “Aku telah membunuh mereka dengan penghakiman-penghakiman-Ku, yang sesuai dengan perkataan mulut-Ku.” Perhatikanlah, firman Allah akan menjadi kebinasaan baik bagi dosa maupun si pendosa, menjadi bau kehidupan yang menghidupkan atau bau kematian yang mematikan. Sebagian penafsir membacanya, “Aku telah meremukkan para nabi, dan membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku.” Artinya, Aku telah memberi mereka tugas berat demi kebaikan umat, tugas yang telah menghabiskan tenaga mereka. Mereka telah mengorbankan diri, dan membuat seluruh jiwa mereka remuk dalam pekerjaan mereka dan pelayanan yang berbahaya, yang telah merenggut nyawa banyak orang dari antara mereka.” Perhatikanlah, para hamba Tuhan adalah alat yang dipakai Allah untuk menyadarkan umat. Dan, walaupun banyak dari mereka bekerja sia-sia, namun Allah pasti akan memperhitungkan jerih payah alat-alat-Nya itu.
- (3) Allah dengan demikian dibenarkan dalam tindakan-tindakan keras yang diambil-Nya terhadap umat Israel sesudahnya. Nabi-nabi-Nya telah berjerih lelah bagi mereka, telah menegur mereka akan dosa mereka dan memperingatkan mereka akan bahaya yang mengancam mereka, tetapi sarana yang digunakan tidak memberikan hasil yang diharapkan. Mungkin ada kesan baik yang muncul sesaat, tetapi kesan itu kemudian sirna dan pudar seperti kabut pagi. Jadi, sekarang mereka tidak bisa menuduh Allah bertindak kejam bila Dia mendatangkan kepada mereka kesengsaraan yang sudah diancamkan. Nabi Hosea berpaling kepada Allah dan mengakui, hukum-Mu keluar seperti terang, jelas terbukti adil dan benar. Perhatikanlah, meskipun orang-orang berdosa tidak dibuat bertobat oleh jerih payah yang dikeluarkan para hamba Tuhan terhadap mereka, namun Allah dengan demikian akan terbukti adil dalam putusan-Nya, dan bersih dalam penghukuman-Nya (Lihat Mat. 11:1719).
- II. Bahwa mereka tidak setia pada kovenan Allah dengan mereka (ay. 6-7). Di sini amatilah,
- 1. Kovenan apa yang diadakan Allah dengan mereka, dan dengan syarat-syarat apa mereka akan memperoleh perkenanan-Nya dan diterima oleh-Nya (ay. 6): Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan (maksudnya, lebih daripada korban sembelihan), dan menuntut pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.” Kasih setia dalam ayat ini adalah kata yang sama yang dalam ayat 4 diartikan sebagai kebaikan, yaitu khesed – kesalehan, kekudusan. Inilah hal yang terutama dalam seluruh perilaku beragama. Kata ini juga sama dengan kata kasih dalam Perjanjian Baru, kasih terhadap Allah dan sesama yang bertakhta di dalam hati. Kasih ini diiringi oleh dan mengalir dari pengenalan akan Allah, sebagaimana Ia menyatakan diri-Nya dalam firman-Nya. Yaitu kepercayaan yang teguh bahwa Dia ada, dan bahwa Ia memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia, rasa cinta terhadap perkara-perkara ilahi dengan dituntun oleh pemahaman yang baik, yang tidak bisa tidak pasti menghasilkan perilaku yang sangat baik pula. Inilah yang dituntut oleh Allah melalui kovenan-Nya, bukan korban sembelihan dan korban bakaran. Hal ini dijelaskan dengan lengkap dalam 22-23, “Aku tidak mengatakan atau memerintahkan kepada nenek moyangmu sesuatu tentang korban bakaran dan korban sembelihan (itu perkara paling kecil yang Kufirmankan kepada mereka, dan yang paling sedikit ditekankan), hanya yang berikut inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku” (Mi. 6:6-8). Mengasihi Allah dan sesama kita itu jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan (Mrk. 12:33; Mzm. 51:1819). Korban bakaran dan korban sembelihan itu memang dituntut, wajib dibayarkan, dan memiliki kegunaannya sendiri. Dan, apabila disertai dengan belas kasih dan pengenalan akan Allah, korban itu berkenan kepada-Nya. Namun, tanpa belas kasih dan pengenalan tersebut, Allah tidak mengindahkannya, Ia memandang rendah korban-korban itu (Yes. 1:10-11). Mungkin hal ini disebutkan di sini untuk menunjukkan perbedaan antara Allah yang telah mereka tinggalkan dan para ilah yang mereka datangi. Allah yang benar hanya bertujuan agar mereka menjadi manusia yang baik, menjalani kehidupan yang baik demi kebaikan mereka sendiri. Dan upacara ibadah untuk menghormati-Nya dengan korban persembahan hanyalah salah satu dari perkara-perkara paling kecil dalam hukum-Nya. Sebaliknya, ilah-ilah palsu hanya menuntut korban persembahan. Asal ada jamuan korban persembahan bagi para imam dan mezbah-mezbah mereka, umat boleh hidup sesuka hati. Jadi, betapa bodohnya mereka yang meninggalkan Allah yang berkehendak memberikan hidup baru kepada para penyembah-Nya, demi ilah lain yang hanya berkehendak untuk memperbesar namanya sendiri! Masalah korban persembahan ini juga disebut untuk menunjukkan bahwa perseteruan Allah dengan umat-Nya bukanlah karena mereka tidak memberikan korban persembahan mereka, Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau (Mzm. 50:8), melainkan karena tidak adanya kesetiaan, kasih, dan pengenalan akan Allah di antara mereka (4:1). Perkara itu juga disebutkan untuk mengajar kita bahwa kekuatan ibadah yang hakiki adalah hal utama yang dipandang dan dituntut oleh Allah. Tanpa itu, percuma saja menjalankan ibadah secara lahiriah. Hanya satu saja yang perlu, kesalehan yang sungguh-sungguh di dalam hati dan hidup. Terlepas dari itu, ibadah-ibadah lahiriah, sebaik apa pun, semahal apa pun, tiada artinya. Juruselamat kita mengutip ayat 6 ini untuk menunjukkan bahwa kewajiban moral harus lebih diutamakan daripada upacara ibadah ketika keduanya berbenturan. Dengan ayat ini pula, Ia membenarkan tindakan-Nya makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa, sebab hal itu dilakukan-Nya dalam belas kasihan terhadap jiwa manusia, juga perbuatan-Nya menyembuhkan pada hari Sabat, sebab hal itu dilakukannya dalam belas kasihan terhadap tubuh manusia. Peraturan makan secara terpisah dan istirahat pada hari Sabat harus mengalah kepada hukum belas kasihan (Mat. 9:13; 12:7).
- 2. Betapa umat memandang remeh kovenan ini, meskipun kovenan itu teratur dalam segala-galanya, walaupun mereka sendirilah, dan bukan Allah, yang akan diuntungkan olehnya. Lihatlah di sini apa akibatnya.
- (1) Secara umum, mereka menyeleweng terhadap Allah dan terbukti serong. Harta yang indah telah dipercayakan-Nya kepada mereka untuk mereka pelihara, yakni perhiasan belas kasihan, kesalehan, dan pengenalan akan Allah, yang tersimpan dalam kotak korban sembelihan dan korban bakaran. Namun, mereka mengkhianati kepercayaan itu. Mereka menyimpan kotaknya, tetapi menggadaikan perhiasannya demi memuaskan hawa nafsu rendahan. Itulah sebabnya Allah dengan adil beperkara dengan mereka (ay. 7): Mereka itu telah melangkahi perjanjian di Adam, yaitu kovenan yang diadakan Allah dengan mereka. Mereka telah melanggar syarat-syaratnya, maka mereka kehilangan manfaat darinya. Dengan membuang kasih setia, pengenalan akan Allah, dan contoh-contoh ketidaktaatan lainnya,
- [1] Mereka menjadi bersalah atas sumpah palsu dan pelanggaran kovenan. Mereka seperti manusia yang melanggar kovenan, yang padanya mereka telah mengikatkan diri dengan sumpah, sesuatu yang dicela oleh seluruh dunia. Orang yang telah berbuat demikian tidak pantas lagi dihargai, dipercaya, atau didekati. “Di sana, dalam hal itu, mereka telah berkhianat terhadap Aku. Mereka telah menjadi anak-anak durhaka, rendah, dan palsu. Mereka adalah anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan, padahal Aku menginginkan mereka menjadi anak-anak yang tidak akan berlaku curang.”
- [2] Dalam hal ini mereka hanya berlaku sebagaimana adanya mereka, seperti manusia, yang pada umumnya ingkar dan suka berubah-ubah. Sifat alamiah manusia yang sudah bobrok adalah berkhianat. Semua manusia pembohong, mereka semua telah menyeleweng (Mzm. 14:2-3). Mereka itu telah melangkahi perjanjian seperti Adam (KJV: seperti manusia) sepertisbangsa-bangsa bukan Yahudi yang melanggar kovenan asal dan seperti orang-orang hina (kata yang dipakai dalam ayat ini kadang-kadang diartikan orang-orang rendahan). Mereka berlaku curang, seperti manusia rendahan yang tidak memiliki nilai kehormatan.
- [3] Dalam hal ini mereka mengikuti jejak nenek moyang kita yang pertama: Mereka itu telah melangkahi perjanjian seperti Adam (demikian ayat itu dapat dibaca dengan sangat tepat). Sebagaimana Adam melanggar kovenan hidup dalam keadaan tanpa dosa, demikian pula orang Israel melanggar kovenan anugerah, dengan penuh pengkhianatan, dengan begitu bodoh. Di sana di taman Firdaus, Adam melanggar ikatan kovenannya dengan Allah, dan di sana di tanah Kanaan, Firdaus kedua, orang Israel juga melanggar ikatan kovenan mereka. Dan melalui pengkhianatan itu mereka, seperti Adam, telah menghancurkan diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Perhatikanlah, semakin buruklah suatu dosa apabila semakin sama seperti yang telah dibuat oleh Adam (Rm. 5:14).
- [4] Akar dari semua pelanggaran itu ialah memandang rendah Allah, kewenangan-Nya, dan perkenanan-Nya. Sebab demikianlah sebagian penafsir mengartikannya: Mereka itu telah melanggar perjanjian, layaknya perjanjian yang berasal dari manusia, seolah-olah itu hanyalah perjanjian manusia, yang berdiri sama tinggi dengan mereka, seolah-olah perintah-perintah dalam perjanjian tersebut hanyalah seperti perintah-perintah manusia layaknya mereka sendiri, dan kebaikan yang disampaikan olehnya tidak lebih berharga daripada kebaikan manusia biasa. Ada sesuatu yang sakral dan mengikat dalam wasiat dari manusia (seperti yang ditunjukkan Rasul Paulus, Gal. 3:15), tetapi jauh terlebih lagi dalam kovenan dari Allah, yang sekalipun demikian mereka anggap remeh. Dan di sana dalam kovenan itu, mereka telah berkhianat, menjanjikan hal yang baik, namun tidak melaksanakan apa pun. Berlaku curang terhadap Allah di sini (ay. 7, KJV) disebut berkhianat terhadap-Nya, sebab tindakan itu merupakan penghinaan sekaligus permusuhan. Pembelot adalah pengkhianat, dan akan diperlakukan sebagai pengkhianat. Hati yang membangkang adalah hati yang memberontak.
- (2) Beberapa contoh tertentu dari pengkhianatan mereka diberikan di sini: Di sana mereka telah berkhianat terhadap Aku, yaitu distempat-tempat yang disebutkan berikut ini.
- [1] Lihatlah ke seberang sungai Yordan, ke daerah yang paling rentan diserang bangsa-bangsa sekitar, sehingga penduduknya harus tetap menjaga diri di bawah perlindungan ilahi. Akan tetapi, justru di sanalah diperbuat tindakan-tindakan yang paling menyulut murka Yang Mahaagung (ay. 8). Gilead, yang terletak di wilayah Gad dan setengah suku Manasye, adalah kota para penjahat. Kefasikan menjadi kegiatan yang hidup di sana. Gilead adalah nama daerah, tetapi seluruhnya disebut kota, karena semua penduduknya seolah bergabung dalam satu kumpulan pemberontak melawan Allah. Atau (seperti menurut sebagian besar penafsir), Ramot-Gileadlah kota yang dimaksudkan di sini, satu dari tiga kota perlindungan di daerah seberang sungai Yordan sekaligus kota milik orang Lewi. Para penduduknya, sekalipun berasal dari suku yang dikuduskan, adalah para penjahat, merancang kejahatan, dan melakukan kejahatan. Perhatikanlah, sungguh buruk apabila kota Lewi menjadi kota para penjahat, apabila mereka yang semestinya mengajarkan ajaran yang baik justru menjalani kehidupan yang buruk. Secara khusus, kota itu penuh dengan jejak darah, seolah itulah dosa yang secara khusus menjadi kesalahan orang-orang Lewi yang fasik itu. Di negara-negara dengan agama palsu, kaum rohaniwan mereka dikenal sebagai para penganiaya yang paling kejam. Atau, sebagai kota perlindungan, Gilead menjadi penuh dengan jejak darah karena menyalahgunakan kekuasaannya untuk menjatuhkan hukuman atas perkara pembunuhan. Demi suap, mereka mau melindungi orang-orang yang bersalah karena membunuh dengan sengaja, yang seharusnya mereka hukum mati. Sebaliknya, orang yang membunuh tanpa sengaja akan mereka serahkan kepada penuntut darah, jika orang itu miskin dan tidak bisa menyuap mereka. Dan dengan kedua cara itu mereka menjadi penuh dengan jejak darah. Perhatikanlah, darah menajiskan tanah tempat darah itu tertumpah, dan apabila di situ tidak dilakukan penyelidikan atau pembalasan terhadapnya. Lihatlah betapa ketetapan-ketetapan terbaik, yang dirancang dengan begitu baik untuk menjaga keseimbangan antara keadilan dan belas kasihan, bisa disalahgunakan dan diselewengkan hingga justru merusak dan melanggar keduanya.
- [2] Lihatlah di antara orang-orang yang bertugas melayani dengan barang-barang kudus. Mereka sama jahatnya dengan yang paling jahat dan sama kejinya dengan yang paling keji (ay. 9): Demikianlah persekutuan para imam, bukan satu atau dua orang di sana sini yang menjadi aib bagi jabatan imam, melainkan seluruh jajaran dan kumpulan imam. Para imam melangkah ke satu arah semuanya atas kesepakatan bersama, dengan bahumembahu (demikian dalam bahasa aslinya), setiap orang tanpa kecuali. Mereka menjerumuskan satu sama lain menjadi lebih jahat, lebih lancang, lebih gencar, dan lebih kurang ajar dalam berdosa. Mereka semakin licik dan keji. Persekutuan para imam akan mengatakan dan melakukan sesuatu dalam persekongkolan, namun tak satu pun dari mereka akan berani mengatakan atau melakukannya seorang diri. Persekutuan para imam itu seperti gerombolan perampok, penggarong, atau kawanan begal yang menggorok leher orang untuk merampas uangnya.
- Pertama, mereka kejam dan haus darah. Para imam itu membunuh siapa saja yang membuat mereka sakit hati, atau yang menghalangi jalan mereka. Hanya dengan begitulah mereka merasa puas.
- Kedua, mereka licik. Para imam itu menghadang orang, supaya mereka bisa mendapat kesempatan baik untuk menjalankan rencana mereka yang jahat dan penuh kebencian. Demikian pula persekutuan para imam menghadang Kristus untuk menangkap-Nya, dengan berkataa, “Jangan pada waktu perayaan.”
- Ketiga, mereka berpadu dengan satu suara bulat. Mereka membunuh di jalan, di jalan raya, tempat yang semestinya aman bagi orang-orang yang bepergian. Di sana mereka bersekongkol membunuh, membantu dan menghasut satu sama lain dalam melaksanakannya. Lihatlah betapa kompaknya orang-orang fasik dalam berbuat jahat. Jadi, bukankah demikian juga seharusnya orang-orang saleh dalam berbuat baik? Mereka membunuh di jalan ke Sikhem (demikian dalam tafsiran yang agak luas, dengan mengartikannya sebagai nama tempat), jalan yang dilalui orang banyak menuju Yerusalem untuk beribadah sebab Sikhem terletak di jalan menuju ke sana. Atau menurut sebagian penafsir, di jalan ke Sikhem artinya dengan cara yang sama seperti Lewi, leluhur mereka, bersama Simeon saudaranya, membunuh warga kota Sikhem (Kej. 34), yaitu dengan kecurangan dan tipu daya. Dan sebagian penafsir yang lain mengartikannya sebagai tindakan para imam dalam membinasakan jiwa orang banyak dengan menyeret mereka kepada dosa.
- Keempat, para imam itu melakukannya secara terencana. Mereka melakukan perbuatan mesum. Kata yang dipakai di sini mengandung makna kejahatan yang dilakukan secara sengaja, dan dengan maksud jahat, seperti kita biasa berkata. Semakin terancang dan terencana suatu dosa, semakin buruklah dosa itu.
- [3] Lihatlah kumpulan bangsa itu, pandanglah seluruh kaum Israel, mereka semua sama (ay. 10): Di antara kaum Israel telah Kulihat hal-hal yang mengerikan. Sekalipun mereka mengaturnya dengan begitu cerdik, Allah membuatnya tersingkap, dan akan menyingkapkannya kepada mereka. Siapakah yang dapat menyangkal apa yang Allah katakan telah dilihat-Nya? Di sana ada Efraim bersundal, baik secara jasmani maupun rohani. Hal itu terlalu jelas untuk disangkal. Perhatikanlah, dosa para pendosa, khususnya para pendosa dari kaum Israel, sudah cukup untuk membuat mereka gemetar, sebab dosa itu sangat mengerikan. Dosa itu mencengangkan dan menakutkan, cukup untuk mempermalukan mereka, sebab olehnya Israel menjadi najis dan dipandang jijik di mata Allah.
- [4] Lihatlah Yehuda, maka akan kaudapati mereka turut berbuat jahat bersama Israel (ay. 11): Juga bagimu, hai Yehuda, telah ditentukan penuaian. Engkau akan dimintai perhitungan juga seperti Efraim. Engkau sudah matang bagi kehancuran juga, dan waktu, yaitu waktu yang telah ditentukan, bagi kehancuranmu sudah dekat. Engkau telah membajak kejahatan dan menabur kesusahan, maka engkau akan menuainya juga. Penghakiman atas umat manusia secara umum diibaratkan waktu menuai (Mat. 13:39), demikian juga dengan penghakiman-penghakiman secara khusus (Yl. 3:13; Why. 14:15). Aku telah menetapkan suatu waktu untuk mengadakan perhitungan denganmu, yaitu apabila Aku memulihkan keadaan umat-Ku. Maksudnya, ketika tawanan Yehuda yang diangkut oleh orang Israel dipulangkan, dengan mematuhi perintah Allah yang disampaikan kepada mereka lewat Nabi Oded (2Taw. 28:8-15). Ketika Allah meluputkan mereka dari waktu itu, Ia menentukan penuaian bagi mereka, artinya Ia berencana mengadakan perhitungan dengan mereka semuanya pada lain waktu. Perhatikanlah, bila saat ini kita dilepaskan dari penghakiman, tetapi tidak memanfaatkan kesempatan itu dengan baik, maka kita akan menerima penghakiman yang lebih besar di kemudian hari.
SH: Hos 5:15--7:2 - Pertobatan sesaat (Jumat, 6 Desember 2002) Pertobatan sesaat
Agaknya pemberitaan Hosea tentang penghukuman dan penarikan diri
Allah dari hadapan umat-Nya telah mengejutkan umat sehingga
...
Pertobatan sesaat
Agaknya pemberitaan Hosea tentang penghukuman dan penarikan diri Allah dari hadapan umat-Nya telah mengejutkan umat sehingga menyebabkan mereka sadar sesaat akan persundalan mereka dengan allah-allah lain. Mereka bermaksud mengakui segala kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah (ayat 15; 6:1). Kata ‘berbalik’ berasal dari bahasa Ibrani ‘syub’ yang berarti ‘bertobat’ dalam makna perubahan pikiran, pandangan, dan sikap hidup. Dengan berbalik kepada Allah umat berharap Allah melepaskan mereka dari maut dalam hitungan waktu yang pendek. Hal ini jelas dari kata-kata yang terdapat di ayat 2. Dengan demikian malapetaka yang dialami Israel sebagai akibat dosanya dipandang sebagai sebuah kematian. Tentu yang dimaksudkan di sini bukanlah kematian jasmani, melainkan lebih kepada akibat penarikan diri Allah dari hadapan umat-Nya atau akibat dari wajah Allah tersembunyi dari umat-Nya. Masih ingat kisah Ayub? Ketika wajah Allah tersembunyi dari padanya, maka Ayub mengalami penderitaan yang amat sangat, yang menyebabkan ia harus mengutuk hari kelahirannya bahkan sempat memprotes Allah (bdk. Ayb. 3 dst.).Sayangnya, keinginan untuk bertobat itu tidak berlangsung lama; hanya sesaat saja (ayat 4). Israel memperlihatkan kesetiaan kepada Tuhan dengan melaksanakan upacara agama yang bersifat ritual dan formal, tetapi tidak mengaplikasikannya dalam bidang kehidupan lainnya. Israel masih menindas sesamanya, membunuh dlsb. (ayat 6, 8-10; 7:1,2). Namun, segala sesuatu tampak dengan jelas di wajah Allah.
Allah menghendaki pertobatan yang sungguh-sungguh. Kasih Allah kepada umat-Nya kekal, bukan sesaat. Karena itu, mestinya umat perjanjian Allah harus berespons kepada kasih Allah kekal dengan sikap taat yang tidak berkesudahan pula. Seluruh hidup dalam seluruh waktu seharusnya memperlihatkan sikap hidup yang penuh pengenalan dan kasih kepada Allah.
Renungkan:
Bukti kasih Allah yang kekal kepada manusia tampak dalam
berbagai peristiwa kelepasan yang dialami Israel. Kelepasan itu
telah terjadi bagi kita semua dalam natal Yesus.
SH: Hos 5:15--6:10 - Pertobatan yang sejati (Selasa, 18 Oktober 2011) Pertobatan yang sejati
Bagaimana perasaan kita ketika seseorang yang pernah kita tolong atau bantu, tiba-tiba melupakan kita? Padahal ketika datang m...
Pertobatan yang sejati
Bagaimana perasaan kita ketika seseorang yang pernah kita tolong atau bantu, tiba-tiba melupakan kita? Padahal ketika datang meminta pertolongan, dia menunjukkan sikap yang baik, memohon dengan sangat dan penuh dengan kerendahan hati. Atau bagaimana perasaan kita ketika orang yang kita kasihi dan sayangi tiba-tiba mengkhianati kepercayaan yang telah kita berikan kepadanya? Pasti hati kita sedih, kecewa, marah atau mengambil keputusan tidak akan membantu lagi ketika dia akan minta tolong kembali. Lalu bagaimana jika kita sebagai manusia yang telah diselamatkan tiba-tiba berbalik dan mengkhianati kasih Tuhan?
Sekali lagi, perikop hari ini berbicara mengenai umat Israel yang telah melukai hati Tuhan. Padahal Tuhan sangat sayang kepada mereka (1:7). Mereka berkhianat dengan mencari allah lain, mereka hidup di dalam perzinaan rohani (7, 10). Hidup mereka penuh dengan kekerasan dan kebencian bahkan sampai menumpahkan darah (8-9). Bagaimana Tuhan menyikapi hal tersebut? Tuhan menjauh dari mereka agar mereka menyadari kebutuhan mereka akan Dia (5:15). Juga Tuhan menghukum mereka melalui nubuat para nabi yang salah satunya adalah Hosea (5). Tuhan menolak ritual mereka yang sekadar rutinitas persembahan kurban (6). Lalu apa yang diharapkan Tuhan dari mereka? Pertobatan yang sejati melalui sikap yang mau berbalik dan pengenalan akan Allah dengan sungguh-sungguh (1, 3).
Kita sebagai orang yang telah menerima anugerah Tuhan perlu terus menerus menjaga hubungan kita dengan Tuhan. Jangan kita mengganggap bahwa dengan sering beribadah, memberi persembahan yang banyak sudah menjadi jaminan hidup kita berkenan kepada Tuhan. Hal ini hanya salah satu bagian dari merespons keselamatan yang dari Tuhan. Yang lebih penting adalah bagaimana kita beribadah dengan memberikan hidup kita berkenan kepada-Nya (bnd. Roma 12:1). Selain itu kasih kepada Tuhan dan kepada sesama perlu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tentunya tidak mau ditinggalkan oleh Tuhan, bukan? Maka kita perlu bertobat.
SH: Hos 5:15--6:6 - Pertobatan Sejati (Minggu, 6 Desember 2020) Pertobatan Sejati
Jika ada orang yang berpura-pura meminta ampun kepada kita atas kesalahannya, dan kita tahu hal itu, apakah kita mau memaafkannya? ...
Pertobatan Sejati
Jika ada orang yang berpura-pura meminta ampun kepada kita atas kesalahannya, dan kita tahu hal itu, apakah kita mau memaafkannya? Jika ada orang yang bersikap manis hanya agar hukuman tidak dijatuhkan kepadanya, lalu setelah itu akan berbuat kesalahan lagi, bagaimana sikap kita? Dalam firman Tuhan hari ini, perkataan hukuman diakhiri dengan Allah menyembunyikan diri dari umat-Nya dan menjauhkan diri dari semua ritual ibadah mereka, hingga mereka bertobat dan mencari Allah (5:15).
Seakan-akan tidak kapok, orang Israel malah berniat untuk memanipulasi pertobatan, seolah-olah Allah tidak tahu apa isi hati mereka. Mereka tahu bahwa Allah yang menghukum akan memulihkan dan memberi kehidupan kembali jika mereka mencari-Nya. Mereka yakin bahwa Allah akan datang kembali seperti terang fajar, dan seperti hujan di akhir musim yang kering (6:1-3).
Sayangnya, Allah tidak berkenan atas tindakan Israel itu. Inilah masalah mendasar Israel, yaitu mereka mengira ritual ibadah akan menyelamatkan. Padahal, Allah mempermasalahkan kasih setia mereka (6:4). Dalam Perjanjian Lama, kasih setia merujuk kepada kesetiaan dan komitmen. Dasarnya ada pada perjanjian antara Allah dan Israel, yaitu Allah akan menjadi Allah orang Israel dan mereka akan menjadi umat-Nya (bdk. Kel. 6:6, 19:5-6). Namun, kesetiaan dan komitmen mereka telah hilang seperti kabut pagi (6:4; 4:13).
Bagi Allah, kesetiaan dan komitmen lebih utama daripada ritual ibadah. Tanpa keduanya, ibadah menjadi percuma. Ritual ibadah tidak mengubah apa pun.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengalami pertobatan sejati. Pertobatan adalah respons yang benar atas pengenalan yang benar akan Allah. Semakin dalam pengenalan kita akan Dia, semakin dalam pula pertobatan kita. Semakin kita tidak mengenal-Nya, semakin kita tidak tahu dari hal apa kita harus bertobat. Oleh sebab itu, marilah kita setia menjalankan ibadah harian agar kita semakin mengenali-Nya hari demi hari! Itulah keinginan Allah. [JMH]
SH: Hos 5:1-15 - Hukuman bagi para pemimpin (Minggu, 7 November 2004) Hukuman bagi para pemimpin
Pemimpin yang bijaksana membawa berkat bagi bangsa yang
dipimpinnya, sebaliknya pemimpin yang bebal hanya membawa
...
Hukuman bagi para pemimpin
Pemimpin yang bijaksana membawa berkat bagi bangsa yang dipimpinnya, sebaliknya pemimpin yang bebal hanya membawa masalah saja.
Hukuman bagi para pemimpin pada nas ini ditujukan kepada para pemimpin Israel, yaitu kalangan imam dan keluarga raja. Ternyata, mereka adalah pemimpin yang jahat. Mereka mengeruk kekayaan dari orang-orang yang mereka pimpin (ayat 1-2). Mereka berbuat demikian meski mereka mengerti bahwa Allah melihat dan mengetahui semua perbuatan mereka (ayat 3). Mereka dibutakan oleh dosa mereka sendiri (ayat 4). Akibatnya mereka menjadi munafik dan bersikap sombong terus-menerus karena merasa hidupnya sudah benar di hadapan Allah (ayat 5). Mereka yakin korban-korban persembahan mereka pasti diterima Tuhan (ayat 6). Jelas Tuhan menolak ibadah palsu seperti itu. Bukan itu saja, Tuhan juga akan bangkit melawan dan menghancurkan mereka (ayat 8-14).
Pemimpin negara yang memanfaatkan wewenangnya untuk kepentingan diri dan kelompoknya sendiri merupakan hal yang biasa. Akan tetapi, patut disayangkan bila ada pemimpin rohani bersikap seperti itu di antara umat Tuhan. Jangan-jangan orang itu malah diri kita sendiri. Kita akan melakukan apa saja asalkan dapat memperkaya diri kita, mempertahankan posisi di gereja, kalau perlu dengan menghancurkan orang lain. Sementara itu kita tetap setia ke gereja, tampil saleh di depan jemaat, dan rajin memberikan persembahan. Hati-hati! Bertobatlah sebelum Tuhan menghancurkan hidup kita.
Camkan: Tuhan menentang perbuatan jahat para pemimpin yang menyengsarakan sesama.
SH: Hos 6:1--7:7 - Pertobatan palsu (Senin, 8 November 2004) Pertobatan palsu
Pertobatan sejati pasti disertai bukti yang nyata: meninggalkan
dosa. Hal yang dulu dilakukan tanpa perasaan bersalah, sekarang...
Pertobatan palsu
Pertobatan sejati pasti disertai bukti yang nyata: meninggalkan dosa. Hal yang dulu dilakukan tanpa perasaan bersalah, sekarang menjadi sesuatu yang dijauhi.
Banyak dan mudah kita menemukan pertobatan palsu kini. Tandanya di
bibir mengaku dosa, tetapi hati tetap menikmati kejahatan; atau
bertobat bukan untuk sungguh-sungguh kembali kepada Tuhan,
tetapi hanya demi terhindar dari konsekuensi dosa. Orang
demikian jelas hidup dalam kemunafikan. Dalam nas ini, karena
teguran Allah dan harapan-Nya akan pertobatan Israel (lih.
Di mata Tuhan, pengakuan Israel itu bukan pertobatan sejati. Bahkan ibadah korban untuk memohon pengampunan pun tidak lebih dari sekadar perbuatan ibadah lahiriah saja (ayat 4-6). Kenyataannya mereka masih melakukan praktek dosa. Israel masih tidak menghormati isi ikatan perjanjian Sinai (ayat 7). Israel tetap melakukan tindakan kejahatan yang lama, yaitu kaum imam bagaikan penjahat yang menghadang darah dan melakukan perbuatan-perbuatan mesum yang menjijikkan (ayat 8-10); mereka melakukan beragam perbuatan dosa seperti merampok dan menjarah (ayat 7:1); bahkan mereka menipu dan menjerumuskan para pemimpin negara untuk semakin bergelimang dalam dosa (ayat 7:3-7).
Jika masih ingin berdosa, berdosalah jangan tanggung-tanggung sampai Allah menghajar habis-habisan. Mungkin dengan cara itu, Allah akan membuat Anda kapok. Memang Allah berniat mengampuni dosa dan menyelamatkan kita dari hukuman. Akan tetapi itu tidak dijanjikan-Nya kepada para pemain sandiwara rohani.
Camkanlah: Perbuatan saleh keagamaan bisa dilakukan sebagai topeng di depan manusia. Akan tetapi, Tuhan tidak tertipu dengan persembahan dan penampilan saleh kita.
Topik Teologia: Hos 5:15 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Dosa
Dosa-dosa Terhadap Allah
Dosa-dosa Penolakan
Tidak Mencari Allah
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Allah
- Dosa-dosa Penolakan
- Keselamatan
- Pertobatan
- Natur Pertobatan
- Pertobatan adalah Perpalingan Hati dari Dosa kepada Allah
- Pertobatan Disadari Melalui Beberapa Hal
- Pertobatan Disadari Melalui Kesedihan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Pengakuan Dituntut oleh Allah
- Orang-orang yang Mencari Allah Menyadari Keadaan yang Mendesak
Topik Teologia: Hos 6:1 - -- Yesus Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
Keadaan yang Berkenaan dengan Kebangk...
- Yesus Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
- Keadaan yang Berkenaan dengan Kebangkitan dan Kedatangan Kristus yang Kedua Kali
- Kebangkitan Kristus
- Nubuat
- Keselamatan
- Pertobatan
- Peringatan untuk Pertobatan
Topik Teologia: Hos 6:2 - -- Yesus Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
Keadaan yang Berkenaan dengan Kebangk...
- Yesus Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
- Keadaan yang Berkenaan dengan Kebangkitan dan Kedatangan Kristus yang Kedua Kali
- Kebangkitan Kristus
- Nubuat
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mengetahui Allah dan Mengingat-Nya
- Mengenal Allah
- Janji tentang Pengetahuan akan Allah
Topik Teologia: Hos 6:3 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Mengetahui Allah dan Mengingat-Nya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mengetahui Allah dan Mengingat-Nya
Topik Teologia: Hos 6:6 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
Kristus Memakai Perjanjian Lama Secara Otoritatif
Yesus Me...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
- Kristus Memakai Perjanjian Lama Secara Otoritatif
- Yesus Memakai Perjanjian Lama di Dalam Pembuktian Kesalahan (Refutasi)
- Kristus Menyalahkan Pemimpin Orang Yahudi dengan Perjanjian Lama
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Hosea (Pendahuluan Kitab) Penulis : Hosea
Tema : Hukuman dan Kasih Penebusan Allah
Tanggal Penulisan: 715 - 710 SM
Latar Belakang
Hosea, yang namanya be...
Penulis : Hosea
Tema : Hukuman dan Kasih Penebusan Allah
Tanggal Penulisan: 715 - 710 SM
Latar Belakang
Hosea, yang namanya berarti "keselamatan", diperkenalkan sebagai putra Beeri (Hos 1:1). Tidak ada lagi yang diketahui tentang nabi ini selain beberapa kilasan otobiografis di dalam kitab itu sendiri. Hosea adalah penduduk Israel, bukan Yehuda, dan ia bernubuat kepada bangsanya sendiri. Hal ini tampak dari
- (1) banyak acuannya kepada "Israel" dan "Efraim" (dua sebutan terkemuka bagi kerajaan utara) serta "Samaria" (ibu kota kerajaan utara),
- (2) acuannya kepada raja Israel di Samaria sebagai "raja kita" (Hos 7:5), dan
- (3) perhatiannya yang mendalam akan kebobrokan rohani, moral, politik dan sosial Israel.
Pelayanan Hosea kepada kerajaan utara terjadi segera setelah pelayanan Amos (seorang nabi Yehuda yang bernubuat kepada Israel). Hanya kitab nabi Amos dan Hosea di PL yang seluruh beritanya dialamatkan ke kerajaan utara dan menubuatkan kebinasaannya yang akan datang.
Hosea dipanggil Allah untuk bernubuat kepada kerajaan Israel yang sedang ambruk selama sekitar 30 tahunnya yang terakhir, seperti yang kemudian dilakukan oleh Yeremia kepada Yehuda. Ketika Hosea memulai pelayanannya pada masa akhir pemerintahan Yerobeam II, Israel sedang mengalami kemakmuran ekonomi dan kestabilan politik untuk sementara waktu yang menciptakan rasa aman yang palsu. Akan tetapi, segera setelah Yerobeam II wafat (753 SM), keadaan bangsa itu mulai memburuk dengan pesat dan menuju kehancurannya yang terjadi pada tahun 722 SM. Dalam 15 tahun setelah kematiannya, empat raja Israel terbunuh; dalam 15 tahun lagi Samaria merupakan puing-puing berasap dan penduduk Israel dibuang ke Asyur dan kemudian disebarkan di antara berbagai bangsa. Pernikahan Hosea yang tragis dan firman nubuatnya dipadukan sebagai pesan Allah kepada Israel sepanjang tahun-tahun terakhir yang kacau menuju kehancurannya ini.
Allah memerintahkan Hosea untuk "kawini seorang perempuan sundal" (Hos 1:2) untuk melukiskan ketidaksetiaan rohani Israel kepada Allah. Sekalipun ada yang menafsirkan pernikahan Hosea sebagai kiasan khayalan, kebanyakan sarjana Alkitab yang konservatif memandangnya sebagai benar-benar terjadi. Akan tetapi, kelihatan tidak mungkin bahwa Allah akan memerintahkan seorang nabi yang saleh menikahi perempuan sundal untuk menggambarkan berita-Nya kepada Israel; rupanya kemungkinannya lebih besar bahwa Hosea menikahi Gomer ketika ia masih perawan dan kemudian ia menjadi pelacur. Jadi, perintah untuk "kawinilah seorang perempuan sundal" diberikan sebagai nubuat yang mengantisipasi apa yang akan terjadi.
Latar belakang sejarah pelayanan Hosea disebutkan sebagai dalam pemerintahan Yerobeam II dari Israel dan empat raja Yehuda (Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia; lih. Hos 1:1) -- yaitu, sekitar 755-715 SM -- yang tidak hanya menjadikannya rekan sezaman yang lebih muda daripada Amos, tetapi juga dari Yesaya dan Mikha. Kenyataan bahwa Hosea menetapkan tanggal dari sebagian besar pelayanannya dengan mengacu kepada empat raja Yehuda dan bukan kepada masa pemerintahan yang singkat dari enam raja Israel terakhir, mungkin menunjukkan bahwa ia melarikan diri dari kerajaan utara untuk tinggal di Yehuda menjelang kehancuran Samaria, oleh Asyur (tahun 722 SM); di sanalah dia menyusun nubuat-nubuatnya menjadi kitab yang berjudul namanya ini.
Tujuan
Nubuat Hosea adalah usaha terakhir Allah untuk memanggil orang Israel supaya bertobat dari penyembahan berhala dan kefasikan mereka yang tak kunjung berakhir sebelum menyerahkan mereka kepada hukuman penuh atas dosa-dosa mereka. Kitab ini ditulis untuk menyatakan
- (1) bahwa Allah mempertahankan kasih-Nya kepada umat perjanjian-Nya dan dengan sungguh-sungguh ingin menebus mereka dari kejahatan mereka, dan
- (2) bahwa hal-hal menyedihkan terjadi apabila orang terus-menerus tidak menaati Allah dan menolak kasih-Nya yang menebus.
Ketidaksetiaan istri Hosea dicatat sebagai gambaran ketidaksetiaan Israel kepada Allah. Gomer mengejar-ngejar laki-laki lain, sedangkan Israel mengejar-ngejar dewa-dewa lain; Gomer melakukan zina jasmaniah, sedangkan Israel zina rohani.
Survai
Pasal 1-3 (Hos 1:1--3:5) menerangkan pernikahan Hosea kepada Gomer. Nama ketiga anak mereka adalah tanda-tanda nubuat bagi Israel: Yizreel ("Allah mencerai-beraikan"), Lo-Ruhama ("Tidak dikasihi") dan Lo-Ami ("Bukan umat-Ku"). Kasih Hosea yang tekun kepada istrinya yang pezina melambangkan ketabahan kasih Allah kepada Israel.
Pasal 4-14 (Hos 4:1--14:10) berisi serangkaian nubuat oleh Hosea yang menyamakan ketidaksetiaan Israel dengan ketidaksetiaan istrinya. Perbuatan Gomer yang meninggalkan Hosea untuk kekasih lainnya (pasal 1; Hos 1:1-22) melambangkan Israel yang meninggalkan Allah (pasal 4-7; Hos 4:1--7:16). Gomer direndahkan (pasal 2; Hos 2:1-22) untuk melambangkan rasa malu dan hukuman atas Israel (pasal 8-10; Hos 8:1--10:15). Perbuatan Hosea yang menebus Gomer dari pasar budak (pasal 3; Hos 3:1-5) melambangkan keinginan dan rencana Allah untuk memulihkan Israel di masa depan (pasal 11-14; Hos 11:1--14:10). Kitab ini menekankan bahwa karena Israel telah menolak kasih Allah dan panggilan-Nya untuk bertobat, maka hukuman tidak bisa ditunda lagi.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai kitab Hosea.
- (1) Inilah kitab pertama dalam kumpulan PL yang namanya "Kitab Dua Belas" atau juga dikenal dengan nama "Nabi-Nabi Kecil" ("kecil" karena singkat dibandingkan dengan Yesaya, Yeremia, dan Yehezkiel).
- (2) Hosea adalah satu dari hanya dua nabi dari utara yang menulis kitab nubuat di PL (yang lain adalah Yunus).
- (3) Seperti halnya Yeremia dan Yehezkiel, pengalaman pribadi Hosea melukiskan berita nubuatnya.
- (4) Kitab ini berisi sekitar 150 pernyataan tentang dosa-dosa Israel, dan lebih dari separuhnya berkaitan dengan penyembahan berhala.
- (5) Melebihi nabi PL lainnya, Hosea mengingatkan Israel bahwa Tuhan telah sabar dan setia dalam kasih-Nya terhadap mereka.
- (6) Tidak ada tatanan khusus dari nubuat-nubuat Hosea dalam bagian utama kitab ini (pasal 4-14; Hos 4:1--14:10); sulit untuk mengetahui akhir sebuah nubuat dan awal nubuat berikutnya.
- (7) Nubuat-nubuat kitab Hosea penuh dengan kiasan-kiasan yang hidup, kebanyakan diambil dari daerah pedesaan.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kitab Hosea mempunyai beberapa ayat yang dikutip oleh PB sebagai tergenapi di dalam Yesus Kristus:
- (1) pemanggilan putra Allah dari Mesir (Hos 11:1; bd. Mat 2:15);
- (2) kemenangan Kristus atas kematian (Hos 13:14; bd. 1Kor 15:55);
- (3) kerinduan Allah akan kasih setia bukan korban sembelihan (Hos 6:6; bd. Mat 9:13; Mat 12:7); dan
- (4) orang bukan Yahudi yang bukan umat Allah, kini menjadi umat Allah (Hos 1:6,9-10; Hos 2:22; bd. Rom 9:25-26; 1Pet 1:10).
Selain dari ayat-ayat khusus, PB memperluas tema kitab ini tentang Allah sebagai suami umat-Nya, dalam hal Kristus menjadi mempelai laki-laki dari mempelai wanita yang ditebus, gereja (lih 1Kor 11:2; Ef 5:22-32; Wahy 19:6-9; Wahy 21:1-2,9-10). Hosea menekankan berita PB mengenai perlunya pengenalan akan Allah untuk memasuki hidup (Hos 2:19; Hos 4:6; Hos 5:15; Hos 6:3,6; bd. Yoh 17:1-3). Terpadu dengan berita ini, Hosea dengan jelas menunjukkan hubungan langsung di antara dosa yang terus-menerus dengan hukuman yang tidak terelakkan. Kedua penekanan utama Hosea dirangkum Paulus dalam Rom 6:23, "Upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."
Full Life: Hosea (Garis Besar) Garis Besar
Judul (Hos 1:1)
I. Pernikahan Hosea Menggambarkan Ketidaksetiaan,
Penolakan dan Pemulihan Israel
(Ho...
Garis Besar
- Judul (Hos 1:1)
- I. Pernikahan Hosea Menggambarkan Ketidaksetiaan,
Penolakan dan Pemulihan Israel
(Hos 1:2-3:5) - A. Pernikahan Dengan Gomer
(Hos 1:2) - B. Kelahiran Ketiga Anak Mereka
(Hos 1:3-9) - C. Sebuah Nubuat Tentang Pemulihan
(Hos 1:10-2:1) - D. Gomer Sebagai Lambang Israel
(Hos 2:2-22) - 1. Perzinaan Israel
(Hos 2:2-4) - 2. Hukuman Allah
(Hos 2:5-12) - 3. Janji Allah Akan Pemulihan Israel
(Hos 2:13-22) - E. Hosea Menebus Gomer
(Hos 3:1-5) - II. Amanat Hosea Menguraikan Ketidaksetiaan, Penolakan dan Pemulihan Israel
(Hos 4:1-14:9) - A. Perzinaan Rohani Israel
(Hos 4:1-19) - B. Hukuman Allah Terhadap Israel
(Hos 5:1-14) - C. Pertobatan Israel yang Tidak Sungguh-Sungguh
(Hos 5:15-6:3) - D. Catatan Dosa-Dosa Israel
(Hos 6:4-8:6) - 1. Melanggar Perjanjian
(Hos 6:4-10) - 2. Menolak untuk Mengandalkan dan Menaati Allah
(Hos 6:11-7:16) - 3. Mengejar Ilah-Ilah Palsu
(Hos 8:1-6) - E. Hukuman Israel Dinubuatkan
(Hos 8:7-10:15) - 1. Dilahap oleh Bangsa-Bangsa
(Hos 8:7-14) - 2. Kemakmuran Menguap
(Hos 9:1-9) - 3. Keguguran Kandungan
(Hos 9:10-17) - 4. Bangsa Akan Dihancurkan
(Hos 10:1-15) - F. Kasih Allah Akan Israel yang Bertahan Terus
(Hos 11:1-11) - G. Dosa-Dosa Israel Diulangi
(Hos 11:12-12:14) - H. Perhatian Allah pada Masa Lalu dan Kemarahan-Nya Sekarang
(Hos 13:1-16) - 1. Penyembahan Berhala Israel
(Hos 13:1-3) - 2. Pemeliharaan Allah Dalam Peristiwa Keluaran
(Hos 13:4-6) - 3. Rencana Allah untuk Membinasakan Israel
(Hos 13:7-13) - 4. Rencana Allah bagi Pemulihan Akhir Israel
(Hos 13:14) - 5. Kebinasaan Israel yang Akan Datang Ditekankan Kembali
(Hos 13:15-14:1) - I. Janji Allah untuk Memulihkan Israel
(Hos 14:1-9) - 1. Panggilan untuk Bertobat
(Hos 14:2-4) - 2. Berkat Berlimpah-Limpah Dijanjikan
(Hos 14:4-9)
Matthew Henry: Hosea (Pendahuluan Kitab)
I. Sekarang kita memasuki dua belas kitab nabi kecil, yang oleh sebagian orang pada zaman dulu, dalam menyusun kitab-kitab Perjanjia...
- I. Sekarang kita memasuki dua belas kitab nabi kecil, yang oleh sebagian orang pada zaman dulu, dalam menyusun kitab-kitab Perjanjian Lama, digabungkan bersama-sama dan dianggap hanya sebagai satu kitab. Mereka disebut nabi-nabi kecil, bukan karena tulisan mereka kurang berwenang atau kurang bermanfaat dibandingkan tulisan para nabi besar, atau seolaholah mereka ini lebih kecil daripada yang lain di mata Allah, atau boleh dipandang demikian di mata kita, melainkan hanya karena tulisan mereka lebih pendek dan tidak setebal kitab nabi-nabi lain. Beralasan bagi kita untuk berpikir bahwa para nabi kecil ini berkhotbah sebanyak nabi-nabi lainnya, tetapi mereka tidak menulis sebanyak nabi-nabi itu, tidak pula khotbah mereka dicatat sebanyak khotbah nabi-nabi lain. Banyak nabi yang hebat tidak menulis apa pun, dan yang lain hanya menulis sedikit, namun mereka sangat berguna semasa hidup mereka. Demikian pula sepanjang sejarah jemaat Kristen telah ada banyak terang yang menyala dan bersinar, tetapi mereka tidak dikenal oleh angkatan selanjutnya lewat tulisan-tulisan mereka. Namun karunia, anugerah, dan pelayanan mereka bagi angkatan mereka sama sekali tidak lebih kecil daripada orang lain yang dikenal melalui tulisan. Sebagian orang yang hanya meninggalkan sedikit tulisan dan tidak tersohor di kalangan penulis pun tidak kalah bernilai dibanding para penulis yang menghasilkan lebih banyak tulisan. Menurut Yosefus, tulisan kedua belas nabi kecil ini digabungkan menjadi satu jilid oleh sekelompok ahli kitab pada zaman Ezra, yang terdiri dari orang-orang yang saleh dan terpelajar. Dan diduga bahwa tiga nabi terakhir dari kedua belas nabi kecil juga merupakan anggota dari kelompok itu. Inilah yang bertahan di antara potongan tulisan wahyu ilahi yang tercerai-berai. Para ahli barang kuno menghargai fragmenta veterum – bagian-bagian peninggalan dari zaman kuno. Nah, tulisan ini adalah penggalan-penggalan nubuatan, yang dikumpulkan dengan hati-hati oleh Penyelenggaraan ilahi dan dirawat oleh jemaat, agar jangan ada yang hilang, seperti surat-surat pendek Rasul Paulus setelah surat-suratnya yang panjang. Kitab Yesus bin Sirakh berbicara dengan penuh hormat tentang kedua belas nabi kecil ini, sebagaisorang-orang yang menghibur Yakub (Yesus bin Sirakh 49:10). Sembilan dari nabi-nabi ini bernubuat sebelum masa pembuangan, sedangkan tiga nabi terakhir bernubuat setelah orang Yahudi kembali ke negeri mereka. Ada suatu perbedaan dalam urutan kitab-kitab ini. Kita menempatkannya seperti orang-orang Ibrani kuno, dan semua sependapat untuk menaruh Kitab Hosea pada urutan pertama. Namun, masalah mana kitab yang paling tua tidaklah penting. Dan, kalaupun kita ingin mengurutkannya berdasarkan mana yang lebih tua, sebagian dari kitab-kitab itu tidak dapat kita pastikan usianya.
- II. Di hadapan kita terbentang nubuatan Hosea, nabi pertama dari semua nabi yang menuliskan nubuatan mereka, sebab ia dibangkitkan sebagai nabi kira-kira sebelum zaman Yesaya. Menurut para tokoh pada zaman dulu, Hosea berasal dari Bet-Semes, dan dari suku Isakhar. Ia sangat lama melayani sebagai nabi. Orang Yahudi memperkirakan bahwa Hosea bernubuat hampir selama sembilan puluh tahun. Jadi, seperti yang dicermati oleh Jerome, ia sudah menubuatkan kehancuran kerajaan Israel sejak lama sebelumnya. Ia sendiri sempat melihat kejadian itu serta meratapinya, dan setelah kejadian itu usai, ia memanfaatkannya sebagai peringatan bagi kerajaan yang satunya lagi, yaitu kerajaan Yehuda. Maksud dan tujuan dari nubuatan Hosea adalah untuk menyingkapkan dosa dan menyatakan penghakiman-penghakiman Allah atas sebuah bangsa yang tidak mau diubahkan. Gaya tulisannya ringkas dan padat berisi dibandingkan dengan nabi-nabi lain. Dan pada beberapa bagian, tulisannya tampak seperti pepatah dalam Kitab Amsal, tanpa hubungan satu sama lain, dan lebih tepat disebut ujaran Hosea daripada khotbah Hosea. Memang, adakalanya satu pepatah yang berbobot lebih bermanfaat daripada khotbah yang panjang. Huetius (seorang rohaniwan Prancis abad ke-17 – pen.) mencermati bahwa banyak bagian dalam nubuatan Yeremia dan Yehezkiel tampak merujuk kepada Nabi Hosea, dan dipinjam darinya, sebab Hosea sudah menulis jauh sebelum mereka berdua. Misalnya, Yeremia 7:34; 16:9; 25:10; dan Yehezkiel 26:13 sama dengan Hosea 2:10. Demikian pula Yehezkiel 16:16 diambil dari Hosea 2:7. Janji untuk mengabdi kepada TUHAN, Allah mereka, dan kepada Daud, raja mereka dalam Yeremia 30:8-9 dan Yehezkiel 34:23 pun telah ditulis Hosea sebelumnya dalam pasal 3:5. Begitu pula Yehezkiel 19:12 diambil dari Hosea 13:15. Demikianlah nabi yang satu meneguhkan serta mendukung nabi lainnya, dan semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama.
Jerusalem: Hosea (Pendahuluan Kitab) KEDUA BELAS NABI
Kitab terakhir dalam daftar kitab-kitab para nabi menurut Allah Ibrani berjudul "Kedua belas". Sebenarnya kitab ini terdiri...
KEDUA BELAS NABI
Kitab terakhir dalam daftar kitab-kitab para nabi menurut Allah Ibrani berjudul "Kedua belas". Sebenarnya kitab ini terdiri atas dua belas kitab kecil yang dihubungkan dengan nabi-nabi yang berlain-lainan. alkitab Yunani memberi kepada kitab ini judul "Dodekapropheton". Tradisi Gereja kristen memandang kitab ini sebagai sebuah kumpulan dua belas Nabi kecil. Istilah "nabi kecil" ada hubungan dengan kecilnya masing-masing kitab tsb dan tidak dimaksudkan sbagai suatu istilah yang menyatakan, bahwa mutu kitab-kitab ini lebih rendah dari pada mutu kitab nabi-nabi "besar". Kumpulan kedua belas nabi itu sudah ada di zaman Bin Sirakh, Sir 49:10 Dalam Alkitab Ibrani kitab-kitab itu dideretkan sesuai dengan urutan nabi-nabi itu dalam waktu, sebagaimana ditetapkan tradisi. Dalam Alkitab Yunani urutannya berbeda sedikit, dan semua ditempatkan sebelum nabi- nabi Besar. Dalam kata pengantar ini masing-masing kitab akan dibahas sesuai dengan urutannya dala waktu sebagaimana agaknya dapat diterima.
HOSEA
Hosea berasal dari kerajaan Utara dan hidup sezaman dengan nabi Amos, sebab Hosea mulai menunaikan tugasnya sebagai nabi di masa pemerintahan Yerobeam II. Ia berkarya juga di masa pemerintahan raja-raja berikut yang mengganti Yerobeam II. Tetapi tampaknya Hosea tidak menyaksikan musnahnya Samaria pada thn. 721. Hosea hidup di zaman yang muram bagi Israel: penyerbuan dari pihak Asyur, thn734-732, pemberontakan-pemberontakan dalam negeri (empat orang raja dibunuh dalam jangka waktu 5 thn.), kemerosotan akhlak dan agama.
Dari seluruh kehidupan Hosea selama zaman kekacauan itu hanya dikenal drama pribadi yang dialami nabi sendiri, Am 1-3. Drama itu menjadi tolak karyanya sebagai nabi. Arti bab-bab pertama Hosea masih diperdebatkan. Tafsirannya yang paling meyakinkan adalah sbb: Hosea memperisteri seorang perempuan yang dicintai nya. Isterinya meninggalkan Hosea. Tetapi Hosea tetap mencintai perempuan itu dan mengambilnya kembali sebagai isteri setelah mencobainya seperlunya. Pengalaman pahit itu menjadi sebuah lambang bagaimana Yahwe memperlakukan umat- pilihanNya. Caranya nabi menceritakan pengalamannya itu mungkin terpengaruh oleh makna sombolis tsb. Bab 2 mengetrapkan pengalaman itu dan begitu menjadi kunci bagi seluruh kitab: Israel telah diteristrikan oleh Tuhan, tetapi ia telah berlaku sebagai isteri yang tidak setia, bagaikan seorang pelacur. Dengan jalan itu Israel telah membangkitkan kemurkaan dan rasa cemburu suami ilahinya. Namun Tuhan tetap mengasihi Israel. Sungguhpun menghukumnya Ia bermaksud memgantar Israel kembali kepada diriNya dan mengembalikan kepadanya sukacita kasih mereka yang dahulu.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah Israel hubungan antara Yahwe dan umat Israel diungkapkan dengan istilah-istilah yang diambil dari hidup perkawinan. Hal ini dilakukan Hosea yang berjiwa halus namun bergelora. Keberanian cara bicara Hosea sungguh mengherankan dan sungguh membingungkan luap perasaannya. Seluruh pewartaan Hosea pada dasarnya bertemakan Allah yang tidak ditanggapi umat Israel. Kemesraan kasih yang pernah terjalin antara bangsa Israel dengan Yahwe dipadang gurun lekas berlau bagaikan sebuah mimpi indah. Selanjutnya setiap bukti kasih Yahwe dibalas Israel dengan ketidak-setiaan. Dalam hal ini Hosea terutama mengecam orang-orang yang memegang pucuk pimpinan bangsanya. Para raja, yang dipilih berlawanan dengan kehendak Allah, melalui politik yang duniawi belaka telah menurunkan harkat umat tepilih sehingga menjadi sama saja dengan bangsa-bangsa lain. Para imam yang kurang berpengetahuan dan serakah membawa bangsa Israel kepada kebinasaan. Seperti Amos, Hosea mengutuk ketidak- adilan dan pemerkosaan hak manusia, tetapi ia lebih menekankan ketidak-setiaan bangsa Israel dalam bidang keagamaan. Menurut Hosea Betel adalah pusat di mana Yahwe dipuja sebagai dewa saja. Dalam upacara-upacara semum yang adakan di atas bukit-bukit, Tuhan dipersekutukan dengan Baal dan Astarte. Hosea memprotes bahwa gelar baal dengan arti "Tuhan" diberi kepada Yahwe, Am 2:15. Hosea menegaskan, bahwa hanya Allahnya Israel memberi segala karunia mau dianggap sebagai anugerah baal, dewa kesuburan, Am 2:4-17. Yahwe ialah Allah yang cemburu yang memiliki segenap hati umatNya. "Aku menyukai kasih-setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban- korban bakaran." Am 6:6. Hukuman Allah tidak terelakan, tetapi Allah hanya menghukum demi untuk menyelamatkan. Setelah menjadi ternista dan terhina, Israel akan ingat masa lampau, ketika ia masih setia kepada Yahwe; ia akan bertobat, lalu Yahwe akan kembali berkenan kepada umatNya yang akan menikmati kebahagiaan dan damai sejahtera.
Sejumlah ahli Kitab pernah membuang dari kitab Hosea segala nubuat mengenai kebahagiaan mendatang serta nubuat-nubuat mengenai Yehuda. Tetapi dewasa ini para ahli Kitab kembali kepada pendirian yang lebih berhati-hati. Menganggap Hosea sebagai nabi yang menubuatkan malapetaka melulu berarti menafsirkan salah seluruh pewartaannya. Selain itu dengan mudah dapat dimengerti, bahwa pandangan Hosea bukan saja terpusat pada kerajaan Utara, melainkan melayang juga kepada Yehuda yang bertetangga dengan Israel. Namun demikian harus disetujui, bahwa nubuat-nubuat Hosea yang dikumpulkan di kerajaan Israel, lalu diterima di kerajaan Yehuda. Di sana kitab Hosea sekali atau dua kali disadur. Bekas-bekas penyaduran tsb. dapat dilihat dalam judul kitab, Am 1;1, dan di beberapa tempat lain, mis. Am 1:7; 5:5; 6:11; 12:3. Ayat terakhir kitab Hos 14;10, mencerminkan pemikiran seorang bijak yang hidup di zaman pembuangan atau di zaman sesudahnya. Ia menanggapi inti-pokok seluruh kitab dan mengungkapkan dalamnya uraian yang terdapat di dalamnya. Sulit sekali menafsirkan kitab Hosea dengan tepat, sebab naskah Ibraninya termasuk naskah yang paling rusak dalam keseluruhan Perjanjian Lama.
Kitab Hosea membawa pengaruh yang amat mendalam pada seluruh Perjanjian Lama. Pengaruhnya terasa dalam wejangan-wejangan para nabi mengenai ibadat hati yang dijiwai kasih kepada Allah. terutama Yeremia sangat terpengaruh oleh Hosea. Tidak mengherankan, bahwa Perjanjian Baru mengutip Hosea atau sering mendapat inspirasi dari padanya. Yeremia, Yehezkiel dan Deutero-Yesaya meniru Hosea dalam menggambarkan hubungan antara yahwe dan Israel sebagai ikatan suami-isteri. Perjanjian Baru dan jemaat kristen purba mengalihkan gambar tsb kepada hubungan yang terjalin antara Yesus dan Gereja. Para mistikus kristen mengetrapkan lambang ini pada hubungan antara Allah dengan masing-masing kaum beriman.
Ende: Hosea (Pendahuluan Kitab) KITAB KEDUABELAS NABI
PENDAHULUAN
Dalam sastera kenabian dari kanon Hibrani dan Junani terdapat sedjumlah naskah
ketjilan, jang besarnja toh agak berl...
KITAB KEDUABELAS NABI
PENDAHULUAN
Dalam sastera kenabian dari kanon Hibrani dan Junani terdapat sedjumlah naskah ketjilan, jang besarnja toh agak berlainan djuga. Naskah2 itu sudah sedjak sediakala dikumpulkan mendjadi satu kitab. Naskah2 jang keduabelas djumlahnja itu lazimnja dinamakan "Kitab Keduabelas Nabi" atau, "Keduabelas Nabi Ketjil". Kata "ketjil" dalam djudul itu samasekali tidak mempunjai arti mengetjilkan atau meremehkan se-olah2 nabi2 itu tokoh2 jang tak begitu penting seperti "Nabi2 besar", jakni Jesaja, Jeremia, Jeheskiel (dan Daniel). Kata "ketjil" tidaklah begitu besar adanja. Mengenai pentingnja menurut kenjataan, maka beberapa dari nabi2 ketjil itu tidak kalah dengan rekan2nja jang besar, baik pengaruhnja maupun isi tulisannja. Rupa2nja terutama karena alasan2 praktislah, naskah2 mereka itu sudah ada sedjak abad kedua sebelim Masehi dikumpulkan mendjadi satu kitab, satu djilid, jang dalam bahasa Junani diberi nama "Dodekapropheton".
Urutan nabi2 dalam satu djilid itu tidak seluruhnja sama dalam kanon Hibrani dan kanon Junani. Kenjataan ini menundjukkan, bahwa naskah2 itu baru sesudah terdjadinja terdjemahan Junani (sekitar th. 250) mendapat tempatnja jang tetap dalam kanon Hibrani dan bahwa oleh karenanja tempat itu lama belum ditetapkan. Dalam Kanon Hibrani tempatnja ditetapkan sbb.: Hosea, Joel, Amos, Obadja, Jona, Micha, Nahum, Habakuk, Sefanja, Hagai, Zakarja, Maleachi. Dalam Kanon Junani keenam nabi terachir itu sama tempatnja, tapi urutan keenam nabi pertama adalah sbb.: Hosea, Amos, Micha, Joel, Obadja, Jona. Asas apa jang dipergunakan dalam menetapkan urutan itu tidaklah selalu sama djelasnja. Namun demikian; dalam kanon Hibrani dapat ditentukan sematjam urutan menurut waktu, sedjauh Hosea dan Amos itu nabi2 dari abad kedelapan,disusul Micha pada achir abad itu djuga. Nahum Sefabha dab Habakuk tampil pada runtuhnja keradjaan besar Asjur dan pada permulaan keradjaan besar Babel (sekitar th. 500) Joel, Obadja dan Jona jang waktu tampilnja tidak diketahui lagi, mendapat tempatnja jang tetap di-tengah2 keduabelas itu karena alasan2 lain. Urutran chronologis memang sedikit banjak ada, tetapi tidak selalu dikukuhi, dan malahan dimanapun itu terdjadi, urutan dua nabi dalam kitab itu belumlah berarti, bahwa mereka susul-menjusul djuga menurut waktu. Demikian pastilah kiranja, bahwa kegiatan Amos mendahului kegiatan Hosea jang toh ditempatkan didepan, mungkinlah karena bukunja lebih besar dan djuga karena pada Hosea sesungguhnja sudah terdapat segala thema para nabi, jang diulang lagi dalam buku2 berikutnja.
Djadi, kitab jang agak ketjil itu melingkupi suatu masa lama kegiatan para nabi, jang berlangsung dari abad kedelapan sebelim Masehi sampai dengan djaman sesudah pembuangan. lk. th. 400. Oleh karenanja kitab tersebut merupakan sebangsa ichtisar dari seluruh kegiatan para nabi di Israil, sebagaimana jang tersimpan dalam bentuk tulisan. Sebelum mereka tidak dapat sudah ada nabi2, tetapi tidak menuliskan sesuatupun dan orang2 lainpun hampir2 tidak mentjatat sedikitpun dari pengadjaran mereka. Pada jang pertama dari antara nabi2 ketjil itu charisma (kurnia) nubuat dipertalikan dengan inspirasi, hal mana amat sangat penting bagi pengetahuan perihal gedjala itu. Dalam kitab ini terdapat pula segala bentuk sastera, jang digunakan para nabi, mulai dari firman dan amanat sampai ke simbolik jang musjkil dari penglihatan2 apokaliptis. Dalam pelbagai bentuk sastera itu oleh para nabi dikemukakan segala thema, jang pada nabi2 besar diperbintjangkan dalam bentuk jang lebih pandjang lebar. Membatja dan mempeladjri kitab Nabi2 ketjil itu oleh karenanja djuga merupakan persiapan jang terbaik untuk membatja dan mempeladjari kitab Nabi2 besar. Kiranja amat tidak wadjarlah, kalau orang memandang kitab tsb. kurang penting dan kurang bernilai daripada karya Jesaja atau Jeremia. Djuga dilihat dari kesusasteraan belaka, beberapa bagian dari kitab Nabi2 ketjil itu tidak kalah sedikitpun dengan titik- puntjak jang dapat ditjapai Jesaja. Tanpa rugi besar dalam pelbagai segi tidak dapatlah kitab Nabi2 ketjil itu ditjoret begitu sadja dari daftar kitab2 sutji Perdjandjian Lama.
Untuk pengertian jang tepat tentang nabi2 ketjil itu, haruslah diperhatikan, bahwa karya mereka - tidak lain dari karya nabi2 lainnya, - mempunjai tjorak jang agak kabur. Inilah berkat ber-bagai2 faktor. Boleh djadi jang terpenting ialah tjar buku2 itu dususun. Kebanjakan buku2 itu adalah kumpulan utjapan2, jang disusun dengan tjara jang agak sembarangan. Bagian2, jang sering sukar lagi dibedakan dan dipisahkan ditempatkan jang satu dibelakang jang lain tanpa banjak gandingannja mengenai waktu atau djalan pikirannja. Oleh karenanja buku2 itu memberikesan katjau, hal mana mengurangkan djelasnja. Karena itu bagian2 masing2 haruslah sedapat2nja diartikansendiri2; dan bila di-tjari2 atau diletakkan gandingan2, dimana itu tidak ada, maka tafsirnja dibelokkaankedjalan jang sesat. Tidak selalu nabi2 itu sendirilah jang menjusun buku, seperti jang kita kenal sekarang. Tidak djaranglah buku itu pekerdjaan orang lain, jang entah bersandarkan tulisan nabi entah bersandarkan ingatannja sendiri atau ingatan orang lain. Dengan demikian kadang2 utjapannabi tertentu ditjampur-adukkan dengan utjapan2 nabi lain atau disana-sini dibubuhi dengan perluasan2 ketjil atau keterangan2. Kesemuanja itu tidak menambah djelasnja nubuat, jang karena tjoraknja jang chas toh sudah mempunjai sesuatu kekaburan. Faktor lain jang tidak sedikit mempersulit pengartiannja ialah bahwasanja para nabi seringkali menjindir atau berpangkal pada peristiwa2tertentu didjaman mereka, jang tidak lagi djelas bagi kita. Amat seringlah tidak diketahui apa jang dimaksudkan dengan perkataan nabi itu, karena tidak diketahui apa jang tepatnja dipikirkan. Achirnja teks para nabi, sebagaimana kini adanja, tidak djaranglah dalam keadaan jang agak buruk, chususnja Hosea, Micha, Habakuk dan Zakarja, sehingga sukarlah diterdjemahkan dan terlalu banjak di-kira2kan sadja. Tambahan pula para nabi menggunakan (gaja) bahasanja sendiri jang tidak djarang sangat singkat, jang kekuatannja jang njata tidak selalu dapat ditetapkan lagi. Karena itu dapatlah terdjadi, bahwa orang mengira sesuatu teks buruk, padahal sungguh2 aseli adanja, tetapi tak dapat ditangkap maknanja, karena orang kurang memahami bahasanja.
Meskipun terdjemahan Nabi2 ketjil jang kami sadjikan ini urutannja mengikuti kanon Hibrani, namun dalam pendahuluan dipilihlah urutan jang lebih chronologis. Demikian dapatlah tokoh masing2 ditempakan didalam lingkungan historisnja, hal mana dapat menolong untuk memahaminja. Nabi2 dalam urutan historisnja tidak hanja mentjerminkan perkembangan pofetisme sendiri, tetapi djuga perkembangan politik serta keigamaan dari seluruh bangsa itu, dari Perdjandjia Lama itu sendiri. Mereka itu kan tokoh2 keigamaan jang besar, jang besar pengaruhnja atas hidup keigamaan Israil, dan mereka berdjasa bagi berkembang serta mekarnja wahju. Betul mesti diakui, bahwa tentang beberapa tokoh tidak dapat ditentukan dengan pasti, bila mereka itiu menunaikan tugasnja, dan harus diingat pula, bahwa kepada seorang nabi tertentu dipertalikan apa jang baru terdjadi kemudian dan jang berasal dari tokoh jang lain. Oleh karenanja selalu tetap ada sebangsa kekaburan dan ketidak-pastian.
Jang per-tama2 dari antara nabi2 pengarang itu ialah Amos. Sesungguhnja ia berasal dari Juda (Amo 1:1; 7:12) namun ia mendjalankan kegiatannja didalam keradjaan Israil. Menurut djudul kitab (Amo 1:1) jang dibubuhkan oleh para penjususn, ia tampil didalam pemerintahan Jerobe'am II (783-743), dua tahun sebelum gempa bumi (1,1), jang ruoanja meninggalkan kesan jang dalam, tetapi bagi kita tidak dapat ditanggalkan lagi. Amos termasuk golongan tani di Tekoa' (Amo 7:4) dan setjara langsung serta tak terelakkan telah dipanggil oleh Jahwe sendiri untuk mewartakan kepada umatnja di Israil hukuman atas dosa2nja (Amo 7:15; 3:8). Sedjenak sadja ia dapat menunaikan tugasnja. Segera ia dibungkam mulutnja (Amo 7:10-17) dan dibuang dari negeri itu. Boleh djadi ia kemudian kembali kedaerah asal-usulnja.
Dalam pemerintahan Jerobe'am II keradjaan Israil mengalami kemadjuan kenegaraan dan ekonomis. Keradjaan itu berpengaruh pula di Juda, hal mana menerangkan, bahwa seirang Juda dapaat mendjalankan tugas kenabiannja di Israil, tanpa ditolak dari permulaan. Israil dapat membebaskan diri dari genggaman Asjur, jang telah melenjapkan setjara definitif bahaja Aram, karena keradjaan besar itu mengalami masa kemerosotan pilitik Tetapi kemadjuan itu membawa keruntuhan jang besar dalam bidang sosial dan keigamaan. Kesedjahteraan itu hanja menguntungkan segelintir penggaruk keuntungan dikalanagan lapisan atas, jang setjara menjolok mata hidup dalam kemewahan dengan mengisap lapisan2 bawah dari rakjat. Ibadah resmi didalam tempat2 sutji keradjaan di Betel dan Dan dan didalam tempat2 sutji lainnja, tidak hanja menundjukkan ketjenderungan2 synkretisme, tetapi djuga memburuk mendjadi formalisme lahiriah belaka. Upatjara2 keigamaan diadakan setjara besar2an, tetapi tidak disertai dengan hidup kesusilaan jang serasi. Pemudjaan dewa2 dan dewi2 kesuburan tidak lenjap seluruhnja, kendati tindakan radikal Jehu, jang lebih beralasan politik daripada keigamaan. Keadaan2 buruk dalam bidang dodial dan keigamaan itu diterima dengan enaknja sadja karena kejakinan jang palsu tetapi menenangkan ini, bahwasannja Jahwe puas dengan formalitas2 jang meriah itu.
Suara hati keigamaan rakjat dibangunkan oleh Jahwe dari ketiduran dengan perantaraan Amos, orang asing itu. Dengan alasan2 keigamaan nabi tsb. menjerang keadaan2 sosial jang buruk. Ia tampil sebagai pembela kaum tertundas. Dengan tak kenal ampun ia mengetjam habis2an kemewahan lapisan2 atas di Sjomron (#/ENDE Amo 2:6-8; 4:1-3; 5:10-13; 6:1-7). Dalam pada itu ditandaskanja kebenaran mendalam dari agama Israil, bahwasannja ibadah formalitas itu bukan pengganti hidup kesusilaan dan bahwasanja ibadah sadja tidak memberikan perlindungan terhadap keadilan penghukum dari Allah (Amo 4:4-5; 5:21-26). Dimaklumkannja "Hari Jahwe" (Amo 5:18; 8:9-10) - ungkapan buatan Amos sendiri - jaitu hari penghukuman atas Israil. Keruntuhan keradjaan tak terelakkan lagi (Amo 3:9-15; 6:8-14; 7:8; 8:2), ketjuali kalau terdjadi pertobatan jang radikal (Amo 5:4-7; 14-15). Meskipun tidak disebutkan dengan tegas, namun bagi Amos tangan Jahwe jang menghukum dikonkretisir dalam kekuasaan Asjur jang mengantjam.
Ketjaman Amos bertumpu pada keigamaan. Ia tampil atas nama Jahwe, Pentjipta semesta alam jang mahakuasa (Amo 5:8-9; 9:5-6; 4:13), jang mampu melaksanakan antjaman2Nja. Jahwe telah memilih Israil di-tengah2 bangsa2 (Amo 9:7-10). Tetapi anggapan salahlah, kalau hal itu akan berarti suatu kelonggaran untuk melanggar perintah2-Nja. Sebaliknja kepilihan itu mengandung pula suatu tuntutan akan keadilan dan kedjudjuran dalam tingkah-laku (Amo 3:1-2), jang mengindahkan keselamatan semua manusia, orang jang miskin dan papa. Kepilihan oleh Allah dan pemeliharanna chas jang berpautan dengannja, adalah sungguh kepilihan dan bukannja hak dari Israil. Jahwe mau dihormat dalam ketulusan hari dan diabdi dengan tingkah-laku jang djudjur (Amo 5:24). Tetapi sebaliknjapun Jahwe tidak membatalkan kepilihanNja itu. Asal bertobat, umatnja tidak akan ditinggalkan oleh Jahwe, dan sesudah keruntuhan pada Hari Jahwe, Ia toh akan memulihkan nasib umatNja (Amo 9:11-15). Kendati antjaman2 jang pedas, Amos toh bukan nabi dari pesimisme. Ia membukakan pemandangan kearah haru depan jang bahagia bagi sisa sutji dari umat Jahwe. Seperti ungkapan "Hari Jahwe", demikianpun istilah "sisa" pertama2 digunakan oleh Amos dalam kesusasteraan kenabian (Amo 5:15).
Kitab Amos terdiri atas suatu kumpulan firman dan penglihatan, jang sebagian
terbesar ditulis oleh nabi sendiri. Dorongan untuk menuliskan pengadjarannja
boleh djadi ialah kenjataan bahwa ia dipaksa menghentikan pengadjaran lisannja
dan meninggalkan negeri itu. Setjara tulisannja ia hendak terus mengulang
peringatan2nja. Mungkinlah dengan itu ia hendak memperingatkan kaum senegerinja
di Juda, supaya djangan mengikuti tjontoh Israil (Amo 1:4-5; 6:1),
sehingga mereka tidak mengalami nasib jang sama. Djelaslah dari tangan nabi itu
sendiri bagian2 dalam mana ia tampil kedepan sambil berbitjara (
Kitab itu - dengan mengingat perpindahan tsb. diatas -, tjukup terang susunannja. Sesudah djudulnja (Amo 1:1-2a) berikutlah serentetan nubuat2 pengadilan Allah tentang bangsa2 kafir disekitarnja serta Juda sebagai suatu pendahuluan akan pengadilan tentang Israil (Amo 1:3-2:16). Lalu chususnja Israil diantjam karena kalalimannja; kedurdjanaannja tidak dapat tidak mendatangkan keadilan penghukum dari Allah (Amo 3:1-6:14). Hukuman jang dimaklumkan itu dilukiskan lagi dengan serentetan penglihatan2 (Amo 7:1-9; 8:1-3; 9:1-4), akan dikuntji dengan suatu doksologi dan dua antjaman, jang membatasi hukuman itu sampai kepada para pendisa di Israil sadja (Amo 9:5-10). Bagian terachir menutup kitab dengan antjaman2 jang keras itu denan pandangan penuh harapan akan kebahagiaan kelak.
Setelah Amos terpaksa meninggalkan Israil, lalu tugas kenabiannja dilandjutkan oleh seorang penduduk negeri itu sendiri (Amo 7:5), jakni HOSEA. Hosea memulai kegiatannja dalam pemerintahan Jerobe'am II (783-743). Nabi itu menjaksikan anarki politik dan pembunuhan radja2 sesudah kematian Jerobe'am (Hos 7:3-7; 8:10), padjak jang dibajarkan Menahem kepada Asjur (Hos 8:8-9; 10:5-6) akan ganti bantuan jang diberikan pada perebutan tachta (738) dan djuga perang Israil (ber-sama2 dengan Aram) lawan Juda untuk memaksa negeri itu ikut-serta dalam pemberintakan lawan Asjur (735-734), sekiranja benarlah Hos 5:10-12 menjindir perang tsb. Tetapi agaknja ia tidak menjaksikan keruntuhan Israil, jang dinubuatkannja, dalam tahun 721. Djadi nabi itu tampil antara tahun 745-721.
Dalam permulaan tampilnja Hosea keadaan sosial dan politik di Israil masih sama dengan jang mendjadi latarbelakang kitab Amos. Tetapi segera terdjadilah perubahan jang besar. Dari luar Asjur makin lama makin berat tekanannja, sedangkan dari dalam ada perang terus-menerus untuk memperebutkan tachta. Pengganti Menahem (743-738) tidak lebih baik nasibnja daripada kedua pendahulu radja tsb. Pemberintakaan lawan Asjur, dalam mana Pekah (737-732) turut-serta, digagalkan dan Aram dimusnahkan dari muka bumi (732). Israil sendiri mendjadi taklukan Asjur jang tak berdaja. Dalam pemberintakan lawan Asjur itu dengan sendirinja diminta bantuan dari Mesir jang kuat. Di Israil ada dua golongan jang berebut kuasa: golongan jang lain mau melemparkan kuk dari atas pundaknja dengan bantuan Mesir (Hos 5:13; 7:11; 8:9; 12:2). Pemberontakan jang tak ada harapannja dari radja Israil jang terachir, jang sama namanja dengan nabi itu, berachir dengan keruntuhan definitif keradjaan itu (721). Kekatjauan2 politik jang disertai dengan kemerosotan ekonomis, membawa sertanja kemerosotan kesusilaan dan keigamaan jang lebih besar. Hal ini ternjata dari timbulnja kembali pemudjaan dewa2 dan dewi2 asing dengan ibadahnja jang tak susila dan dengan merembesnja adat-kebiasaan kafir kedalam ibadah Jahwe jang toh sudah tidak sah itu, berupa lembu djantan di Betel dan Dan. Tambahan pula pemudjaan Jahwe itu tidak kurang formalistis daripada hang sudah ada didjaman Jerobe'am II.
Keadaan jang menjedihkan dari rakjat dalam bidang keigamaan terpantul dalam hidup pribadi nabi itu. Ia sudah kawin, tetapi perkawinannja mendjadi suatu lakon sedih. Ia mentjintai isterinja dengan amat sangat, tetapi isterinja tak- setia kepadanja. Anak2 jang dilahirkannja bukan dari Hosea sendiri, melainkan dari orang laki2 lain, dengan siapa ia berbuat djinag. Kenjataan menjedihkan jang kemudian diketahuinja itu membuat nabi memutuskan untuk mentjeraikan isterinja, jang segera djuga dilepaskannja. Isterinja kawin lagi. Tetapi nabi itu tak dapat tjedera kepada tjintanja jang pertama. Diambilnja kembali isterinja dna dibajarkannja ganti kerugian jang dituntut. Isterinja diudjinja agak lama, untuk menjembuhkannja dari ketjenderungan2nja jang djahat. Tetapi ia bersedia melupakan jang sudah2 dan mentjintainja lagi dengan segenap hatinja. Kemudian diinsjafi nabi itu, bahwa hal-ihwal pribadinja anehnja banjak kesamaan dengan apa jang terdjadi antara Jahwe dan umat pilihanNja. Nabi itu mengerti, bahwa pengalaman2nja jang sedih itu ditentukan oleh Jahwe sendiri, untuk dengan itu mengandjurkan kepada umatNja akan bertobat. Karena itu dengan berpangkal pada hal-ihwalnja sendiri dan dengan memberikan nama2 simbolis kepada anak2, dinjatakan oleh nabi itu kepada rakjat ketidaksetiaannja kepada Jahwe, Mempelainja. Begitulah kami artikan kisah biografis dalam pasal 1(Hos 1) dan 3(Hos 3). Kisah itu mengenai perkawinan jang njata tapi tak- bahagia dari nabi itu, hal mana baginja mendjadi perlambang ketidak-setiaan Israil terhadap Jahwe. Dahulu dan sekarang masih ada sadja beberapa ahli, jang tidak mau mengartikan sebagai kenjataan, melainkan sebagai suatu perlambang atau alegori buatan nabi itu atau djuga sebagai penglihatan. Tetapi djika teksnja dibatja baik2, maka kiranja sungguh hal itu mengenai suatu kenjataan. Seperti isteri Hosea sungguh tak-setia kepada suaminja, demikianpun Israil sungguh murtad dari Jahwe, Mempelainja. Pengalaman2 serupa itu jang diartikan sebagai perlambang oleh nabi tsb., terdapat pula pada nabi2 lainnja (Yes 7:3; 8:3; Yes 16:2; Yeh 24:15-17).
Menurut Hosea ketidak-setiaan Israil kepada Jahwe lebih2 terdiri atas pemudjaan berhala dan ibadah jang tidak sah serta tjarut di-tempat2 sutji Betel dan Dan (Hos 2:4-15; 4:11-13; 5:6; 8:5-6; 8:11-13; 13:1-3). Ketidak-setiaan ini memainkan peranan utama dalam kitab tsb. dan demikianlah seluruhnja dipengaruhi oleh pengalaman2 simbolik perkawinan itu tidak hanja terdapat dalam kitab Hosea sadja. Banjak nabi, chususnja Jesaja, Jeremia dan Jeheskiel mengambil-alih simbolik itu dan ber-ulang2 diterapkan kepada hubungan Jahwe dengan Israil. Makanja tidak meninggalkan tjintanja, demikianpun Jahwe tidak akan meninggalkan mempelaiNja, tetapi tetap mentjintainja. Ia manghadjarnja lebih untuk menjembuhkan daripada untuk menghukum; dan sesudah bertobat, Israil pasti diterima lagi dalam tjintaNja. Thema in mentjapai puntjaknja dalam Madah Agung, djika madah itu diartikan sebagai suatu alegori dan bukannja sebagai lukisan tjinta perkawinan insani.
Kitab Hosea terdiri atas dua bagian besar, jang djelas dapat dibedakan satu sama lain. Bagian pertama (Hos 1-3) mendjandjikan hal-ihwal hidup perkawinan nabi itu dengan tafsirnja jang diberikan olehnja atas ilham Allah. Hanja Hos 2:1-3 rupa2nja tidak tidak ada pada tempatnja. Bagian kedua 94-14) adalah kumpulan firman2 Allah, jang sedikit gandingannja satu sama lain, ketjuali dalam hal thema umumnja, dan lagi penuh ulangan2. Tidak dapat tidak firman2 itu diutjapkan pada waktu2 jang berlainan dan pada klesempatan2 jang berlainan dan urutan chronologisnja pastilah tidak terpelihara dalam susunannja jang definitif. Walaupun seirng sukarlah membedakan bagian2 ketjilanj sendiri2 dan setiap pembagian oleh karenanja djuga agak sesenaknja sadja, namun bagian kedua itu dapatlah dibagi atas firman2 jang sedikit-banjak ada gandingannja. Dalam Hos 4:1-14:1 diketjamlah pelbagai kedjahatan Israil dan lapisan2 atas dan diantjam dengan hukuman jang tak terelakkan. Namun demikian, ber-ulang2 muntjul djuga bagian2 jang mengandung harapan (Hos 5:15; 6:11-7:1; 11:8-11). Bagian jang terachir (Hos 14:2-9) melukiskan penjelamatan jang terachir dan definitif dari bangsa itu sesudah bertobat.
Lepas dari tambahan2 jang tak penting dalam Hos 1:7 dan Hos 14:10 Hos 14:9, tidak ada alasan untuk menjangsikan keaselian kitab itu seluruhnja atau sebagian daripadanja. Berpangkal pada anggapan, pernahlah orang mau mentjoret semuanja, jang berkenaan dengan Juda atau dengan kebahagiaan hari depan (Hos 4:1-7; 5:5,13-14; 6:11; 12:1; 14:2-9), tetapi tanpa prasangka tidak dapatlah dikemukakan argumen2 untuk itu. Soal lain jang tidak begitu penting ialah, apa nabi itu sendiri menulis dan menjusun kitabnja. Dapatla diterima begitu sadja, bahwa nabi itu menuliskan sendiri se-tidak2nja bagian2 tertentu. Riwajat hidupnja tak dapat tidak berasal daripadanja, meskipun bagian kedua digubah oleh orang lain, sehingga bukan Hosea sendiri jang berbitjara, melainkan orang lain tentang dia. Firman2 untuk sebagian tak dapat tidak ditulisnja sendiri. Sebab rupa2nja djaranglah ia dapat tampil didepan umum (Hos 9:7-9), sehingga ia harus membatasi dirinja sampai kekalangan jang terbatas sadja. Untuk mentjapai rakjat, ia mesti menjerahkan penfadjaran2nja setjara tertulis kepada pembantu2nja. Tulisan2 ketjil, jang kiranja ditambah djuga dengan hafalan2 murid2nja, kemudian dikumpulkan dandisusun. Tetapi hal itu dilakukan dengan agak bebas, sebagaimana ternjata dari kesan kekaburan, jang diberikan kitab tsb. Mungkin djuga kemudian, ketika kumpulan itu diterima di Juda, diadakan beberapa perubahan dan tambahan2 seperlunja.
Pesan Hosea amat kaja isinja. Pada pokoknja terdapatlah padanja hampir semuanja, jang kemudian diperluas oleh nabi2 sesudah dia. Ia melemparkan ketjaman pedas bukan hanja atas kelaliman sosial (Hos 8:14; 4:2; 10:4; 12:8-9), jang ditjela habis-habisan oleh Amos, tetapi terutama pula atas keruntuhan susila, pemudjaan berhala dan ibadah jang tidak sah kepada Jahwe sendiri. Sebab- musababnja ialah pemimpin2 rakjat, istana dan kaum bangsawan Hos 5:1 dengan keimaman radjawi (Hos 4:4-5). Sebab jang terdalam maka Israil sampai pada keruntuhan dan tak dapat tidak menudju ke kebinasaannja, jang harus dilaksanakan oleh Asjur, ialah kekurangan "pengetahuan perihal Jahwe" (Hos 4:1-6; 6:6). Jaitu tidak adanja rasa keigamaan jang sedjati, hal mana berarti pasrah bulat kepada Jahwe, mengakui dan menerima Dia sebagaimana Ia adanja, dalam kekuasaanNja dan kebaikanNja memilih, dalam tuntutan2Nja dan perintah2Nja, Allah jang tidak membiarkan jang lain disampingNja. Agama jang sedjati berarti: sjukur, tjintakasih kepada Allah dan manusia, ketaatan jang tak bersjarat. Walaupun Hosea mempermaklumkan pengadilan kepada Israil, namun ia terutama adalah nabi tjintkasih. Ia sendiri mempunjai tabiat jang hangat, jang dapat mentjintai dan mau ditjintai. Ini ternjat dari kesetiaannja kepada isterinja jang tjedera. Iapun mentjintai bangsanja dengan segenap hatinja; dan kekerasannja diilhami oleh sebab ia prihatin dan penuh tjinta. Dalam hal ini nabi itu hanjalah pemantulan dari Allah, seperti jang diadjarkannja tentang Dia. Dipudjinja tjintakasih Allah jang tak terputuskan kepada umatNja jang tak setia (Hos 2:16-22), jang kendati segala2nja tidak ditinggalkan (Hos 11:1-4,8-9). Jahwe menolaknja hanja untuk sementara, tetapi melulu untuk mengambil kembali dengan tjina kasihNja jang tak berkurang mempelaiNja, jang sudah dimurnikan dan ditahirkan. Apabila Hosea menutup kitabnja dengan nubuat kebahagiaan, maka tak lain dan tak bukanlah itu konsekwensi dari pandangannja tentang Jahwe jang penuh tjintakasih, jang dibentangkannja dalam seluruh kitabnja.
Thema chas lainnja, jang mengambil tempat jang penting pada Hosea, ialah gagasan bahwa dosa2 leluhur tetap berada terus dalam diri keturunan2 mereka (Hos 6:7-7:2; 9:10-17; 10:9; 12:4-7,13-14). Keadaan jang menjedihkan dari Israil pada saat itu sebetulnja tak lain dan tak bukan adalah kelandjutan seta akibat dari ketidak-setiaan jang lampau. Sedjak permulaan Israil atau sebagian daripadanja telah bersalah dengan dosa dan ketidaksetiaan; dan hal itu berbalik kepada waktu sekarang dan dibalaskan kepada angkatan sekarang. Rakjata menanggung beban pusaka, jang achirnja akan membawanja ke kebinasaan. Tentulah ber-lebih2an mengatakan, bahwa Hosea sudah mengemukakan adjaran tentang dosa asal, tetapi gagasannja merupakan persiapan dan langkah kearah adjaran tsb.
Imbangan Juda dari Amos di Israil ialah MICHA. Menurut djudul kitab (Mik 1:1) ia tampil dalam pemerintahan Jotam, Ahaz, dan Hizkia, djadi tahun 738-693. Tidak ada alasan untuk menjangsikan benarnja berita itu, dari siapapun djua asalnja. Djadi, nabi itu memulai kegiatannja sebelum djatuhnja Sjomron (721) dan menurut Yer 26:18 ia memang tampul didjaman Hizkia dan ternjata meninggalkan kesan jang dalam. Nabi Micha, jang berasal dari daerah pedalaman Juda disebelah selatan, memperdengarkan suaranja selama waktu jang pandjang dan adalah semasa dengan rakannja, Jesaja. Walaupun berasal dari daerah pedalaman, ia toh mungkin tampil diibukota itu sendiri (Mik 3:10-12; 6:9; 7:11).
Waktu nabi itu hidup, negeri berada dalam keadaan jang sangat gawat, karena dibajangi oleh Asjir jang makin lama makin mendesak. Pula atas permintaan radja Ahaz maka Damsjik direbut dalam th. 732. Tetapi bantuan itu diberikan bukannja dengan tjuma2 oleh Asjur, sehibngga Juda dalam keadaan tepergantung dan harus membajar padjak jang berat kepada tuannja di Ninive. Dalam th. 721 Sjomron djatuh, sehingga sahabat jang besar tapi tadinja djauh itu sekarang berada diperbatasan Jusa sendiri. Pemberontakan negeri2 taklik dalam 721 itu ditumpas dengan pumpahan darah dan dalam tahun 711 djuga pemberontakan dinegeri Felesjet, pada kesem[atan mana Asjdod dibasmi. Radja Hizkia tetap tidak ikut dalam koalisi anti-Asjur, hal mana menjelamatkan dia. Setelah Sargon, jang merebut Asjdod, meninggal, terdjadi lagi pemberontakan2, jang didalamnja Hizkia turut-serta pula. Dalam tahun 701 Sanherib muntjul di Palestina untuk menghadjar takluk2nja jang memberontak. Ia mengepung djuga Jerusjalem, setelah sebagian besar dari negeri itu direbutnja; tetapi kemerdejaan serta tachta dapat ditebus dengan padjak jang sangat menekan, karena Sanherib terpaksa menghentikan pengepungan itu. Disamping itu Hizkia harus menjerahkan sebagian dari wilajahnja kepada taklik2 jang dapat dipertjaja. Hal-ihwal politik ini seperti lazimnja djuga membawa sertanja kemerosotan dalam bidang sosial dan keigamaan. Radja Jotam, jang pemerintahannja (740-736) hanja ketahuan sedikit sadja, rupa2nja adalah seorang radja jang mursjid; tetapi didjaman Ahaz kekafiran mengalami masa subur, karena radja itu dengan alasan2 politik mengandjurkan pemudjaan dewa2 asing. Karena alasan2 anati-Asjur, Hizkia memadjukan kebangkitan nasional dan keigamaan, dalam hal sosial di Juda chususnja di Jerusjalem, dalam masa kemerosotan keigamaan itu, sangat tidak memuaskakn. Hal itu bergandingan pula dengan perubahan susunan masjarakat. Perdagangan dan industri, hubungan2 dengan luarnegeri, mentjiptakan lapisan baru orang2 jang kaja-raya, jang memperkaja diri dengan menghisap rakjat djelata, termasuk pula Micha.
Berlainan pula dengan Jesaja, nabi tsb. tidak menaruh perhatian langsung kepada segi politik, melainkan lebih2 kepada segi sosial kehidupan masjarakat dari djamanna. Baginja Asjur hanjalah tjambuk penghadjar didalam tangan Jahwe untuk menghukum dosa2 para penghisap. Dikemukakan djatuhnja Sjomron (Mik 1:5-7; 6:1-5), karena hal itu harus mendjadi suatu peringatan bagi kaum senegerinja, untuk tidak melandjutkan dosa2 bangsa sesaudara dan dengan demikian mengalamu nasib jang sama. Dosa2, jang terutama menarik perhatian nabi itu, ialah sama dengan jang diketjam Amos di Israil, jaitu ketidak-adilan sosial dan penghisapan (Mik 2:1-2,8-9; 3:1-4,9-11; 6:9-14; 7:1-6). Jang mendjadi sebab kepapaan itu ialah seperti dalam kitab Amos, lapisan2 atas, jang dengan tak bertanggungdjawab menghisap lapisan2 bawah (Mik 3:1-4,9-12; 6:12). Micha menambahkan suatu kelompok lain lagi, jakni nabi2 palsu (Mik 3:5-6) jang didjaman itu ternjata merupakan golingan kuasa.
Protes sosial dari Micha itu berdasarkan keigamaan. Ia bukan hanja seorang pembaharu sosial atau pengandjur revoluso sadja. Dituntutnja pertobatan keigamaan (Mik 6:8), jang dengan sendirinja djuga membawa sertanja perbaikan sosial jang perlu. Lapisan2 atas merasa aman terhadap segala bahaja, aman terhadap tangan penghukum dari Jahwe, karena mereka pertjaja pada upatjara2 mereka jang meriah (Mik 6:6-7; 2:6-7; 3:4,11), disertai dengan alat2 kekuasaan militer (Mik 5:9-10). Tetapi ibadah bukanlah basis bagi kepertjajaan, dan kekuatan2 militer (Mik 5:9-10). Tetapi ibadah bukanlah basis bagi kepertjajaan, dan kekuatan2 militer se-mata2 bukanlah suatu perlindungan. Ini diadjarkan nabi tsb. Selama mereka menindas kaum sebangsanja, liturgi tidak ada artinja. Semua kan anggota dari satu bangsa, jakni umat Jahwe dan semua mempunjai hak2 serta kewadjiban2 jang sama. Dengan menghisap seorang saudara, orang melanggar hukumAllah jang diberikan demi untukumatNja. Masing2 sama haknja atas tanah Jahwe; dan merampas tanah itu dari seseorang adalah perkosaan jang dilakukan pada milik Jahwe sendiri. Apa jang diminta Allah dari manusia bukanlah se-mata2 dan terutama ibadah, melainkan tjintakasih dan kedjudjuran dibarengi dengan kepatuhan jang rendah hati kepada Allah jang adik dan maharahim (Mik 6:8).
Kepada para pendosa dari antara bangsanja Micha memaklumkan pengadilan Jahwe jang keras, jang akan muntjul dalam rupa Asjur. Sjomron djatuh binasa, akan tjontoh dan eringatan bagi Juda. Pembasmian daerah selatan Juda, asal-usul nabi itu, oleh Sanherib dalam tahun 701 (Mik 1:8-16) adalah djuga suatu peringatan bagi Jerusjalem, jang djatuhnja dilukiskan sebelumnja (Mik 3:12; 6:13-16). Tetapi Micha tidak hanja menubuatkan malapetaka sadja. Ia mengenal pengharapan djuga. Bagi "sisa" (Mik 4:7; 5:6,7) dari bangsanja, jakni sisa jang mursjid (Mik 5:2; 4:13) dinubuatkannja hari depan jang gemilang sesudah pelaksanaan pengadilan itu. Radja keturunan Dawud (Mik 5:1-5), al-Masih, akan memerintah disana dan mendatangkan perdamaian kepada umat Jahwe jang sudah disutjikan (Mik 5:11-14), setelah musuh dibasmi (Mik 4:9-14; 5:6-8; 7:8-10) (Mik 4:9-5:1; 5:6-8; 7:8-10). Namun demikian keradjaan itu bukanlah keradjaan nasional Jahudi belaka, karena orang2 kafirpun akan bertobat kepada Jahwe dan naik ke Sion (Mik 4:1-5). Dengan pemandangan2 luas ini Micha toh mengakui iman dan kepertjajaannja pada Jahwe (Mik 7:7), kendati kebedjatan jang dikonstatirnja pada kaum semasanja dan jang hanja meninggalkan harapan jang ketjil sadja. Achirnja Jahwe toh tidak akan menolak umatNja setjara definitif. Betapapun djua esuramnja hari depan itu, namun nabi itu berkepastian atasnja, se-tidak2nja untuk sebagian dari bangsanja.
Kitab Micha terdiri atas sekumpulan firman, jang dikemukakan nabi itu selama masa djabatannja jang pandjang. Bahwasanja tidak semuanja dituliskan dalam dalam kitabnja, bolehlah dipastikan. Makanja tidaklah mungkin djuga bahwa nabi itu sendiri menjusun kitabnja sebagaimana sekarang ini adanja. Sampai sedjauh mana tjatatan2nja dituliskan atas suruhan nabi itu sendiri, pada hakikatnja tidaklah dapat ditentukan lagi.
Kitab itu, sebagaimana sekarang ini adanja, manundjukan susunan jang gandjil. Kitab itu terdiri atas dua bagian besar, jang menundjukkan kesamaan jang besar satu sama lain dalam hal susunan umumnja. Bagian pertama (Mik 1-5) adalah sekumpulan antjaman2 (Mik 1-3) diikuti dengan djandji keselamatan (Mik 4-5). Bagian kedua (Mik 6-7) adalah djuga suatu seri permakluman hukuman (Mik 6:1-7:7) diikuti dengan bagian, jang mengatakan lagi pemulihan dihari depan (Mik 7:8-20).
Bagian pertama mudah dimengerti. Antjaman2 itu bertanggal dari masa sebelum djatuhnja Sjomron dan pembagaruan agama oleh Hizkia kemudian. Hal itu harus mendjadi peringatan bagi Juda. Sama pula gunanja ialah penjerbuan Sanherib (701), hal mana menundjukkan sekali lagi, bahwa Juda akan mengalami nasib jang sama seperti Israil, apabila Juda tidak bertobat. Djandji2 (Mik 4-5) itu dapatlah dimengerti se-baik2nja sesudah pembaharuan oleh Hizkia. Pembahaeuan memberi nabi itu harapan lagi bahwa bahaja masih dapat ditangkis; dan dengan berbitjara tentang hari depan jang bahagia, ia memberikan sumbangannja untuk memperkuat djatahan nasional terhadap Asjur. Djandji2 dalam Mik 2:12-13 di-tengah2 antjaman hukuman agak gandjil bunjinja. Kiranja tidak ada pada tempatnja disitu, tetapi toh dari Micha djuga asalnja.
Sebaliknja bagian kedua djauh lebih sukar dipahami. Antjaman2 dibagian kedua sedjadjar dengan antjaman2 bagian pertama. Dan ditudjukan pula kepada Israil. Ada beberapa ahli, jang hendak memindahkan firman2 itu kedjaman pemerintah Menasje (687-642), dan menurut pendapat mereka nabi itu membajangkan kembali masa lampau jakni keruntuhan keradjaan utara, untuk menambah kuatnja peringatan jang diberikannja. Tetapi tidak dapat dibuktikan dengan mudah, bahwa Micha masih tampil didjaman pemerintahan Menasje. Ini ditentang dengan tegasnja oleh djudul kitab. Karena kiranja lebih dapat diterima, bahwa antjaman2 itu memang sedjadjar dengan antjaman2 bagian pertama (Mik 1:2-3:12), djadi harus ditanggalkan pada waktu jang sama. Demikian djadinja ada dua kumpulan nubuat2 tersendiri, jang kemudian didjadikan satu kitab. Sisa dari bagian kedua kitab itu terdiri pelbagai petilan. Rakjat berbitjara kepada musuhnja dan mengakui kesalahannja, jang mendjadi sebab murka Allah, tetapi menjatakan pula harapannja akan hari depan (Mik 7:8-10). Kemudian nabi itu sendiri angkat bitjara dan mendjandjikan pembangunan kembali tembok2 Jerusjalem dan pulangnja kaum buangan (Mik 7:11-13). Bagian berikutnja adalah doa rakjat untuk kembali dan pemulihannja sendiri dan untuk perendahan musuhnja (Mik 7:14-17). Seluruhnja ditutup dengan seruan akan belaskasihan Allah dan kesetianNja kepada perdjandjian (Mik 7:18-20). Teks2 itu rupa2nja mengandaikan keruntuhan Jerusjalem dan pembuangan. Djadi sukarlah dikatakan berasal dari Mica\ha. Oleh karena itu kebanjakan ahli berpendapat, bahwa teks2 itu terdjadi didjaman pembuangan dan kemudian ditambahkan kepada kitab itu, agar seluruhnja djangan berachir dengan nubuat tentang eruntuhan, melainkan dengan perluasan lebih landjut dari harapan nabi itu (Mik 7:7).
Dengan itu dikemukakan persoalan mengenai keaselian kitab tsb. Ketjuali mengenai bagian terachir, jang sungguh tidak berasal dari nabi itu, dikemukakan persoalan jang sama djuga berkenaan dengan Mik 2:12-13. Tetapi dengan memindahkan ajat2tsb. ke Mik 4:7-9 tidak ada alasan jang kuat lagi untuk menjangkal keaseliannja. Djandji tsb. dapat djuga diartikan bukannja tentang Juda melainkan tentang Israil; dan karena nubuat2 keselamatan itu (fasal 4) (Mik 4) mengenai Juda, maka nubuat2 itu mendapat tempat lain jang kurang serasi. Teks kedua, jang keaseliannja disangsikan ialah Mik 4:1-3. Sebab ajat2 ini terdapat pula hampir2 menurut huruf pada Yes 2:2- 4. Djadi, siapakah jang menuliskannja? Mungkinkah Micha mengutipnja dari Jesaja atau djuga sebaliknja; kedua nabi itu mungkin mengambil teks tsb. dari sumber jang sama, jang tidak kita ketahui lagi; mungkun djuga para penjususn kitab Jesaja dan Micha telah menjisipkan sebuah teks, jang tidak ketahuan asalnja, kedalam kedua kumpulan itu. Sesungguhnja tidak ada argumen2 jang kuat, untuk menerima keterangan jang satu atau jang lain. Oleh karena itu djuga tidak dapat diputuskan tentang keaselian ajat2 tsb. Namun demikian, kebanjakan ahli berpendapat bahwa ajat2 tsb. tidak berasal dari Micha. Apa Mik 4:10b jang menjebutkan Babel sebagai tempat pembuangan bagi Jerusjalem, berasal dari Micha, masih diperbantahkan. Sebab didjaman Micha Babel belum meruoakan bahaja bagi Juda. Tetapi ahlu2 mengemukakan, bahwa tejs tsb. boleh djadi tidak mengenal keradjaan Babel, melaunkan mengenai Babel sebagai propinsi Asjur.
Nabi Micha dan nabi Jesaja beberapa waktu kemudian mendapatkan seorang pengganti dalam tugas kenabian mereka dalam diri SEFANJA. Dalam djudul kitabnja (Zef 1:1) diberikan silsilah jang agak pandjang, jang menjebutkan dia tjitjit dari seorang jang bernama Hizkia. Samasekali tidak pasti, bahwa Hixkia tsb. adalah radja Juda jang bernama demikian dan oleh karenanja tidak pasti djuga, bahwa nai tiu keturunan radja. Menurut djudul itu djuga Sefanja tampil dikeradjaan Juda dalam pemerintahan Josjijahu (640-609). Karena nabi itu melantjarkan kerjaman jang pedas terhadap keadaan keigamaan negerinja, jang diratjuni oleh kekafuran, maka tudak mungkinlah ia tampil sesudah pembaharuan Josjijahu, jang menumpas kekafuran itu. Djadi ia mengadakan kegiatannja selama radja itu masih belum dewasa, jaitu sebelum tahun 628. Maka kegiatannja dapat ditanggalkan dengan agak teliti antara tahun 640 dan 630, dan demikian ia mendjadi pendahulu langsung dari Jeremia.
Didjaman itu nabi tsb. mempunjai alasan penuh untuk mengetjam Juda, terutama Jerusjalem, karena negeri itu keadaannja menjedihkan dalam bidang politik dan keigamaan. Pada waktu itu kekuasaan Asjur mentjapai puntjaknja, untuk kemudian menurun dengan tjepatnja. Asarhadon (680-669) dan asubanupal (667-621) memaksakan kehendak mereka kepada Mesir dan meletakkan bebannja diatas pundak saingannja jang besar itu. Sedjak penjerbuan Sanherib (701) Juda mendjadi negeri takluk jang setia tetapi tak berarti. Walaupun Sanherib terpasa menghentikan pengepungan Jerusjalem, namun negeri djatuh kedfalam kepapaan jang hebat karena padjak berat dan karena terkudung wilajahnja. Pengganti2 Hizkia, jaitu Menasje (687-642) dan Amon (642-640) tidak dapat berbuat apa2 selain mendjadi hamba2 jang tunduk. Ketundukan mereka sampai begitu rupa, sehingga mereka setjara resmi memudja dewa2 bintang Asjur, hal mana didasarjab oyka atas abggapan bahwa dewa2 itu agaknja lebih kuasa daripada Jahwe. Hal itu menjebabkan synkretisme jang masih latent dan ketjenderunagan2 kafir muntjul lagi di-mana2.Para mangkkubumi Josjijahu jang kurang umur menempuh djalan jang sama. Kekuasaan Asjur sementara itu mulai surut. Sedjak tahun 653 Mesir berdaulaat lagi. Radja Babel, Sjammasj Sjumuhin memberontak dalam tahun 652 dan penindasan pemberontakan itu makan banjak waktu (652-648) dan lebih banjak tenaga. Disebelah timur orang Media dan Parsi mulai merongrong keradjaan dan daru utara bangsa Skutos mengadakan penjerbuan2. Dapatlah dikirakan, bahwa keruntuhannja tidak begitu djauh lagi. Dalam keadaan2 demikian itu bangsa2 jang ditaklukkan mulai menaruh harapan lagi dan mulai bergolak. Pula Juda dapat menghela nafas dengan lebih leluasa dan hal itu membangkitkan pembaharuan nasional serta keigamaan, chususnja didaerah pedalaman; kebangkitan itu mentjapai puntjaknja dalam pembaharuan2 jang dilantjaarkan oleh Josjijahu jang sudah dewasa.
Didalam situasi itu tampillah Sefanja. Didalam pergolakan pilitik jang ada di- mana2 itu ia hendak menjelamatkan bangsanja dan membawanja kekebesaran jang baru. Dosa adalah sebab-musababnja segala kepapaan, dan karena dosa2nja Juda akan terseret pula kedalam bentjana besar, jang sudah diambang pintu. Karena itu Sefanja memaklumkan dalam rangka bentjana sedunia itu (Zef 1:2-3,8; 3:8) "Hari Jahwe" jakni hari pengadilan atas Jerusjalem (Zef 1:4-13; 3:1-5). Hari pengadilan itu akan melingkupi segala bangsa, dan Asjur tidak terketjualikan (Zef 2:4-15). Kesemuanja itu harus mendjadi lem (Zef 3:6-8), untuk tidak sampai turut diadailiPengadilan itu harus mendjadi suatu proses pemurnian, baik kaum kafir (Zef 3:9-10) maupun bagi orang2 Juda (Zef 3:9-11); hanja suatu sisa jang ketjil dan hina- dina, para mursjid (Zef 3:12-13), orang2 pedalaman (Zef 2:3), akan diselamatkan, jaitu sisa sutji bagi masa depan (Zef 3:14- 20). Sefanja memandang sebagai dasar segala dosa, jang terutama berwujud dalam kekafiran jang dimasukkan dan dilindungi lapisan2 atasan itu, keangkuhan (Zef 3:1; 2:10,15) jang merupakan kebalikan dari keutamaan2 pokok: kerendahan hai, pasrah dengan penuh kepertjajaan kepada Jahwe dan iman akan Allah Israil (Zef 3:16-17). Karena itu orang angkuh, siapapun djua orangnja, entah bangsa kafir entah penduduk Jerusjalem, pastilah akan binasa, sedangkan orang jang renfah hati akan diselamatkan.
Kitab Sefanja tersusun agak sekematis atas empat bagian. Bagian pertama (Zef 1; 2-2:3) memuat suatu prakata, jang melukiskan bentjana kosmis (Zef 1:2-3), sedjumlah firman lawan para pendosa di Jerusjalem dengan gambaran hari Jahwe, jang dikuntji dengan seruan untuk bertobat (Zef 1:4-2:3). Dalam bagian kedua (Zef 2:4-13) dikumpulkan sedjumlah firman lawan bangsa2 kafir harus mendjadi peringatan bagi penduduk ibukota Juda Kitab ditutup, sebagaimana halnja dengan kitab Amos, Hosea, dan Joel, dengan nubuat keselamatan (Zef 3:9-20).
Kitab dalam bentuknja jang sekarang sudah pastilah tidak disusun oleh Sefanja sendiri. Tetapi para penjusun sungguh kembali kepada utjapan2 nabi itu, entah dituliskan oleh dia sendiri entah tidak. Berkat para penjusun ada beberapa tambahan ketjil2, seperti ketika pengantar jang pendek2 dalam Zef 1:1,8,10,12; 3:11-16 dan keterangan2 singkat dalam Zef 1:4,17; 3:8,10, jang mungkin berasal dari orang lain lagi. Tetapi kesangsian2 dikemukakan pula mengenai petilan2 jang lebih besar. Orang mau menjangkal, bahwa Zef 1:2-3; 2:8-11; 3:1-13 dan Zef 3:14-20 itu berasal dari Sefanja, djadi praktis separoh dari kitab itu. Tetapi argumen2 jang sikemukakan ternjata tidak kuat untuk membuktikan pendapat itu. Hanja mengenai Zef 2:11 dan Zef 3:9-10, jang bergantung dari Yes 2 dan Yes 40:1- 55:13, dan djuga Zef 3:18-20, jang mengandaikan pembuangan, kesangsian2 itu begitu rupa, sehingga sukarlah dapat diterima, bahwa ajat2 itu berasal Sefanja. Ajat2 tsb. djuga tidak dapat disesuaikan dengan apa jang dikatakan nabi itu tentang "sisa" jang diselamatkan dalam Zef 2:3 dan Zef 3:11-13. Dalam Zef 3:18-20 seluruh bangsa ambil bagian dalam keselamatan; dan Zef 3:19 djuga bergantung dari (Mik 4:6).
Djika Sefanja sudah melihat mendekatnja kebinasaan Asjur, maka NAHUM menjaksikan dengan mata kepala sendiri, setelah ia dalam kebanggaan nasionalnja meramalkan kedjatuhan Asjur jang sudah diambang pintu. Sebab nabi itu tampil antara tahun 663 dan 612. Ia menjindir perebutan Tebes (Nah 3:8-10) oleh Asurbanipal; dan keruntuhan Ninive (612) dinubuatkan begitu rupa, se-akan2 ia sendiri melihat itu terdjadi didepan matanja. Dengan itu Nahum djuga adalah semasa dengan Jeremia.
Sesudah kematian Asurbanipal (626), keradjaan Asjir menudju dengan tjepatnja ke keruntuhannja. Babel memperoleh kedaulatannja kembali dibawah pimpinan Nabopalasar (625-605) dan melawan Ninive dalam tahun 616-619. Mesir mentjoba selamatkan Asjur, musuhnja jang lama, tetapi sia2 sadja; sedangkan Babel mendapatkan sekutu dalam diri radja Media, Cyaxares. Dalam tahun 614 bangsa Media merebut kota Asjur disebelah selatan Ninive. Nabopalasar mengikat perdjandjian dengan mereka dan ber-sama2 mereka merebut dan membasmi Ninive dalam tahun 612. Keruntuhan metropol (kota-pusat) jang dibentji mendatangkan kegembiraan jang besar diantara bangsa2 jang tertindas dan menderita, jag tidak sadar, bahwa hal itu achirnja tidak banjak untungnja, karena Babel memandang semuanjan sebagai milik pusakanja jang sjah. Juda turut serta dalam kegembiraan itu. Didalam pemerintahan Josjijahu negeri itu praktis berdaulat lagi. Ketika Mesir datang menolibg Asjur, Josjijahu menentang hal itu; tetapi hal itu berachir dengan kekalahan di Megido (609) dan mangkatnja radja jang mursjid itu. Untuk sementara Mesir mengambilalih kekuasaan sampai Babel tjukup kuat untuk menjingkirkan musuh itu.
Nahum melantjarkan nubuatnja tepat ketika pasukan Babel dan Media madju ke Ninive dan sudah djelaslah, bahwa serangan itu tidak dapat ditanggulangi. Ada jang mau menganggap, bahwa nubuat itu adalah suatu telah sesudah terdadinja peristiwa, tetapi anggapan ini dapat ditolak dengan tjukup alasan. Sebagian besar dari kitab itu (Nah 1:12-13,14; 2:13,3,5-7; 1:9-10,11; 2:1,3; 3:1,3; 3:1-4,11,15) tiada maknanja lagi sesudah djatuhnja Ninive dan Nah 3:12-15a haruslah ditanggalkan sebelum tahun 615, ketika Babel dan Media sudah merebut sebagian besar dari negeri itu, sedangkan Ninive masih utuh. Tetapi bolehlah di terima, bahwa gambaran jang sangat konkrit dari keruntuhan Ninive (Nah 2:2,4-13; 3:2-11) itu kemudian dikerdjakan lagi oleh nabi itu menurut kenjataan. Tetapis aduran itu dilakukan pada nubuat jang njata. Djuga anggapan bahwa kitab itu memuat perajaan liturgis, sebangsa kebaktian sjukur sesudah djatuhnya Ninive, tidaklah dapat diterima. Kitab itu adalah kumpulan firman2 jang diutjapkan Nahum ketika keruntuhan Ninive tak terelakkan lagi. Bahwasannya Nah 1:9-14 mengenai radja Menasje, kiranja tidaklah mungkin.
Dalam nubuatnja Nahum menjimpang banjak dari nabi2 lainnya. Nabi2 lain itu melawan bukan hanja bangsa2 lain jang bermusuhan, jang keruntuhannja dinubuatkan mereka, tetapi sering djuga umat Allah itu sendiri, jang karena dosa2nja mendatangkan kebinasaan atas dirinja sendiri dan oleh karenanja harus didesak untuk bertobat. Dari kesemuanja itu sedikitpun tidak terdapat pada Nahum. Ia melulu melawan Ninive dan dengan sukatjita besar ia melihat kebinasaan adikara itu mendekat. Apa jang berbitjara padanja bukanlah kesadaran akan kesalahan sendiri, melainkan rasa keadilan jang terlanggar, jang tersinggung oleh penindas lalim begitu banjak bangsa. Hal itu tidak dapat dibiarkan oleh Jahwe jang adil. Nabi2 lainnja seperti Jeremia (Yer 50:21-32) dan Jesaja (Yes 10:5-19) mengenal hal itu djuga, tetapi dalam tulisan singkat, jang masih tersimpan dari Nahum, aspek tsb. terlalu ditandaskan, tanpa dikemukakannja pula segi jang lain. Berlebih2anlah mengatakan, bahwa Nahum itu melulu seorang nasionalis jang menaruh dendam. Tjelaannja terhadap Ninive sungguh beralasan keigamaan (Nah 1:2-8). Pada hakikatnja adalah Allah jang membimbing sedjarah; tidak membiarkan kedjahatan luput dari hukuman. Untuk memahami Nahum sepenuhnja, tidak bolehlah dilupakan, bahwa kaki langit pandangannja terbatas sampai dunia ini sadja dan bahwa ia belum dapat membanjangkan pembalasan diachirat. Iapun berpikir, setjara kolektif dan tidak mempersoalkan, bagaimana suatu bangsa seluruhnja, serta anggota2nja dapt dihukum karena kedjahatan beberapa orang, chususnja kedjahatan radja.
Kitab Nahum terdiri atas dua bagian besar. Bagian pertama (Nah 1:2-1:3), jang merupakan prakata bagi bagian pokok, terdiri atas sebuah mazmur menurut abjad (Nah 1:2-8), dalam mana keadilan pembalas dari Jahwe dilukiskan dengan gambaran2 jang lazim, sebagai tampilnja Jahwe untuk mengadili. Mazmur itu diikuti sedjumlah firman (Nah 1:9-2:1,3), jang setjara bergiliran mengenai Juda dan Asjur, dan dalam mana dipermaklumkan keruntuhan Ninive akan pelipur bagi umat Allah. Bagian kedua jang terutama (Nah 2:4-3:19) adalah suatu permakluman serta lukisan pembasmian Ninive.
Pada umumnja diterima, bahwa bagian terbesar dari kitab itu berasal dari Nahum sendiri. Hanja mengenai mazmur pengantar, jang luasnja ditentukan setjara berlainan, dikemukakan kesangsian2. Mazmur itu katanja sangat kurang gandingannja dengan kitab; dan memang hanja merupakan sekumpulan ungkapan dan gambaran, jang sudah lazim tanpa banja keaselian. Tambahan pula katanja sandjak2 menurut abdjad baru muntjul kemudian. Namun demikian ada banjak ahli, jang tidak menerima argumen2 tsbt. dan tetap membela keaselian mazmur itu. Sukarlah dalam persoalan ini memperoleh kepastian jang memadai.
Amat berlainanlah pendapat2 mengenai waktu tampilnja HABAKUK. Ini bergandingan dengan tafsir jang diberikan orang kepada kitab itu. Diluar kitab itu sendiri tidak ada petundjuk2 lebih landjut. Betul dalam Dan 14:33-39 disebutkan seorang nabi jang bernama Habakuk, jang hidup di djaman pembuangan, tetapi semua ahli sependapat, bahwa Habakuk tsb. tidak ada sangkut-pautnja dengan pengarang nubuat, jang tetap tersimpan dalam Perdjandjian Lama. Bagi mereka, jang berpendapat bahwa Habakuk berbitjara tentang orang2 Asjur dengan nama Chaldai, tampilnja Habakuk ditanggalkan sebelum tahun 621. Ahli2 lainnja berpendapat, bahwa dalam bagian pertama ia membajangkan radja Menasje, djadi ia tampil antara tahun 687-642. Ahli2 lainnja lagi mengirakan radja Jojakim (609- 598); dan lainnja pula berpendapat, bahwa dalam nama Chaldai itu bersenbunji orang2 Junaninja Iskandar Agung, sehingga Habakuk itu mendjadi nabi antara tahun 336-323. Tetapi pendapat jang paling beralasan ialah bahwasannja orang2 Chaldai itu memang adalah orang[2] Babel, sehingga Habakuk tampil pada permulaan pemerintahan Nebukadnezar, jang mulai mendjalankan kekuasaan Babel setjara efektif di Palestina, jaitu sebelum Jerusalem direbut (597), karena peristiwa tsb. tidak disinggung sedikitpun dalam kitab itu. Djadi Habakuk mendjadi nabi antara tahun 605-598.
Djadi nabi itu hidup pada waktu kegembiraan sedjenak atas terbasminja Ninive, jang dinjatakan Nahum dengan amat hangatnja itu, sudah lentjap. Sebab orang2 Babel bertingkah-laku sebagai pengganti2 Asjur. Nebukadnezar II mulai meluaskan kekuasaan jang sudah ditanamnja itu kearah Laut Tengah. Fare'o Mesir, jang hendak menolong Asjur, dipunahkan setjara definitif dalam pertempuran di Karkemisj (605). Dengan sendirinja Juda djatuh kedalam tangan si pemenang. Betul Nebukadnezar terpaksa kembali ke Babel, untuk menertibkan keadaan disana; tetapi apabila Jojakim, setelah tunduk tiga tahun lamanja, memberontak, bertindaklah Nebukadnezar pula. Mula2 dikiriminja pasukan pendudukan Babel jang diperkuat dengan balabantuan negeri2 takluk disekitarnnja [599], tetapi kemudian ia sendiri tampak dinegeri itu [598] dan merebut Jerusjalem [597]. Jojakim, jang mangkat waktu pengepungan, digantikan oleh Jojakin, jang harus menanggung akibat2 pemberontakan. bersama dengan bagian terbesar penduduk ia dibuang ke Babel dand igantikan sebagai radja oleh Sedekia. Habakuk menulis nubuatnja tepat pada permulaan aksi Nebukadnezar, sebelum ia sendiri muntjul tapi toh sudah mentjengkau Juda dalam kekuasaannja.
Kitab Habakuk, jang pastilah disusun oleh dia sendiri, adalah amat harmonis susunannja. Malahan susunannja begitu rupa, sehingga tiada dapatlah itu disusun oleh orang lain dengan berpegangan pada pengadjaran Habakuk. Bahkan boleh ditanjakan, apa ia pernah mengemukakannja setjara lisan. Kitab itu dimulai dengan dwitjakap antara nabi itu dengan Jahwe (Hab 1:2-2:4). Lalu berikutlah dalam bagian kedua (Hab 2:5-20) lima kutukan atas Babel. Bagian ketiga (Hab 3:1-15) adalah dia hangat nabi itu. Seluruhnja ditutup dengan pernjataan iman dan kepertjajaan, jang disokong oleh kepastian dari pihak Jahwe sendiri (Hab 3:16-19).
Struktur keseluruhan sangat teratur. Nabi itu berkelukesah tentang penindasan oleh Babel (Hab 1:2-4). Dalam bentuk nubuat Jahwe mendjawab, bahwa penindasan itu dikirim oleh Dia sendiri (Hab 1:5-11). habakuk lalu mengemukakan lagi persoalan bagaimana Jahwe dapat membiarkan kelaliman (Hab 1:12-17), jang dilakukan oleh pendosa dan pemudja berhala itu. Ia menunggu djawaban Jahwe (Hab 2:1) dan mendapat djandji, bahwa kelaliman itu akan dibalas pada waktunja (Hab 2:2-4). Dengan membentangkan djawaban itu lebih landjut nabi itu melontarkan kutuk2nja, jang merumuskan alasan hukuman itu dengan menjebutkan kedjahatan2 babel (Hab 2:4-18). Itu ditutup dengan sekali lagi menjatakan kepertjajaannja kepada Jahwe sambil menantikan tjampurtanganNja (Hab 2:19-20). Tjampurtangan itu dilukiskan dalam suatu lagu (Hab 3:2-15), jang merupakan pemantulan dari penglihatan jang diterimanja. Achirnja digambarkan kesan penglihatan itu bagi dirinja, jaitu mendjadi sumber sukatjita dan kepertjajaan (Hab 3:16-19).
Dalam kesemuanja itu djelaslah, persoalan mana sesungguhnja menggelisahkan nabi itu, jakni persoalan tentang jangdjahat. Djika nabi2 lainnja melihat penindasan oleh musuh sebagai hukuman atas dosa2,- gagasan mana diandaikan dalam Hab 1:5-11 tapi tidak pernah dinjatakan dengan djelasnja - maka Habakuk melihat segi lain dari jangdjahat. Israil pada hakikatnja kan lebih baik dari kaum kafir, karena pengetahuannja tentang Jahwe. Penindasan itu adalah kelalilam jang mendjerit kelangit dan bagaimana Allah masih dapat membiarkan hal itu. Itu kan: membalas kedjahatan dengan kedjahatan jang lebih besar. pemetjahan persoalan itu ialah: kedjahatan2 itupun akan dihukum kemudian si mursjid (Juda). Persoalan jang sama telah menggelisahkan tokoh2 lainnja, terutama dalam suasana individu, seperti jeremia, pengarang kitab Ijob dan si Pengchotbah disamping beberapa mazmur. Habakuk memperbitjangkan persoalan itu dalam tingkatan bangsa2 serta kaum2. Pemetjahan jang diberikannjapun tidaklah sepenuhnja memuaskan. Ini barulah demikian, bilamana kemudian wahju sudah memastikan adanja kehidupan terus dialam sana.
Tentang keaselian kitab tsb. tidak ada kesangsian2 lagi jang sungguh2. Keberatan2 lebih2 dikemukakan terhadap mazmur penutup (3). Bahwasanja djudulnja (Hab 3:1) dan ajat terachir (Hab 3:19) itu adalah tambahan seperti djuga tjatatan musikal "Selah" halnja, tidaklah dipungkiri oleh siapapun djuga. Tetapi hal itu hanja membuktikan, bahwa mazmur tsb. dipakai dalam liturgi, tetapi bukanlah bahwa mazmur tsb. tidak berasal dari Habakuk. Nabi itu kiranja menggunakan teks2 jang sudah ada dan menjesuaikannja dengan keadaan pada waktu itu, tetapi sungguh nabi itu sendirilah jang menjusun teks itu dan memuatnja dalam kitabnja. Sebab ini suatu kesatuan jang teramat kuat sususnannja, untuk begitu sadja dipungkiri keaselian sebagian daripadanja.
Kitab jang terketjil dari seluruh perdjandjian lama ialah OBADJA, tetapi bagi para ahli kitab itu bukanlah jang termudah. Tentang oknum nabi itu tidak diketahui sedikit djuapun, dan segala-galanja harus disimpulkan dari ke-21 ajat kitabnja itu. Se-kali2 tidak bolehlah ia dipersamakan dengan Obadja, jang didjaman Elia memberikan perlindungan kepada nabi2 Jahwe (2Ra 8:20-22).
Soal pertama ialah: Bilamana nabi itu tampil? Pendapat para ahli sangat
berlainan. Ada jang memandang dia, atau se-tidak2nja sebagian dari kitabnja itu,
sebagai jang pertama kesusasteraan nabi2. Kata mereka, ia tampil didjaman radja
Joram (lk. th. 847). Bagi ahli2 lainnja ia adalah kira2 nabi terachir, jang
tampil sesudah pembuangan sekitar th. 45. Kelompok ketiga berpendapat, bahwa ia
bekerdja didjaman pembuangan (sekitar th. 540). Walaupun sekarang kebanjakan
ahli berpendapat, bahwa kitab itu tertinggal sesudah pembuangan, namun pendapat
ketiga tadi kiranja adalah jang paling mungkin. Semua sependapat, bahwa Hab 10-14
memuat suatu sindiran atas tingkah-laku orang2 Edom pada waktu perombakan
Jerusjalem, jaitu menurut pendapat kebanjakan alhi peromabakan dalam th. 586.
Djadi,kitab itu pastilah ditulis sesudahnja. Ahli2 jang hendak menangagalkan
kitab itu sesudah pembuangan sekitar th. 450, berpendapat bahwa ajat 4-7
berkenaan dengan pengusiran orang2 dari wilajah sendiri. Menurut jang sedikit
sadja jang diketahui tentangnja, maka orang2 Arab memasuki negeri itu dan
mengusir orang2 Edom, jang ketika itu menetap di Palestina (Idumea). Sekitar th.
450 Edom dibasmi menurut Mal 1:3-4, meskipun Petra, ibukotanja, baru
diduduki dalam th. 312 oleh orang2 Arab. Katanja peristiwa itulah jang disindir
Obadja. Bagian kedua katanja mengandaikan kembalinja dari pembuangan, jaitu
ketika Juda sadjalah jang dikuasai orang2 Jahudi. Djuga bagian ini katanja harus
ditanggalkan sekitar th. 450. Tetapi semua argumen itu tidaklah mejakinkan.
Nubuat itu tidaklah kurang serasi didjalam pembuangan. Jeheskiel, nabi djalam
pembuangan, menjebutkan pula pelaksanaan hukuman atas Moab dan 'Amon oleh Arab,
dan dalam konteks itu disinggung pula Edom (
Kesulitan lain lebih bertjorak sastera. Per-tama2 kesamaan besar antara Oba 1-6 dengan Yer 49:7-14. Tetapi kesamaan itu dibarengi dengan perbedaan jang lain. Tambahan pula kitab Obadja tersusun dari ber-bagai2 unsur jang berlainan, jang sukarlah dituliskan atau diutjapkan aselinja oleh satu oknum sadja. Bagaimana sangkut-pautnja antara Jeremia dan Obadja, sukarlah ditentukan. Mungkin Jeremia bergantung daripada Obadja ataupun sebaliknja. Mungkin djuga kedua2nja bersumber pada naskah aseli jang sama. Inilah agaknja dugaan jang paling memuaskan. Djika memang demikian halnja, maka disinipun tidak usah dipersoalkan apa Yer 49:7-14 itu sungguh2 aseli.
Suatu hipotese, jang sungguhpun tidak memetjahkan segala kesulitan tapi toh dapat memetjahkan banjak kesulitan, ialah jang berikut; Seorang nabi, jang tampil di Juda sendiri dan bernama Obadja, masih segar ingatannja akan tingkah- laku jang ketji dari orang2 Edom pada waktu pengrusakan kota Jerusjalem. Dikenalnja pelbagai nubuta tentang hukuman, jang harus dirasakan Edom karena permusuhannja jang ber-abad2 lamanja itu. diketahuinja, bahwa Edom terantjam dan berada dalam kesukaran karena tekanan orang2 Arab. Dilihatnja pula orang2 Edom memasuki Juda sambil mendjarah-radjahnja. Lalu dikumpulkannja pelbagai pernjataan dalam bentuk nubuat-nubuat untuk menetapkan hati rakjat, karena firman2 tsb, sudah mulai dipenuhi, djadi suatu djaminan bahwa itu akan dilaksanakan lebih landjut. Dan pemenuhan itupun merupakan djaminan pula bagi kembalinja dari pembuangan dan bagi pemulihan. Maka nubuatnja lawan Edom dikuntjinja dengan djandji akan kembalinja dari pembuangan. Keruntuhan Edom tak lain dan tak bukan adalah suatu pendahuluan dan anak-bagian dari "Hari Jahwe" jang besar itu, jang akan membasmi semua bangsa jang memusuhinja; ini pengharapan jang sudah hidup pula di-tengah2 rakjat. Didalam penghukuman definitif dari Edom itu Israil akan ditugaskan untuk memainkan peranan aktif sebagai alat Jahwe, seperti kaum kafir memainkan peranan aktif dalam penghukuman sementara atas musuh tsb.
Pembagian kitab jang ketjil ini sangat kerangkanja. Bagian pertama (1-15) adalah antjaman lawan Edom karena tingkah-lakunja jang djahat terhadap Jerusjalem. Keangkuhannja dan kepertjajaannja kepada diri sendiri akan runtuh. Bagian ini sangat mengingatkan nubuat Nahum lawam Asjur. Bagian kedua (16-21) mengenai hari depan: jakni pengadilan atas bangsa2, dalam mana Edom djuga akan mendapat pembalasannja, dan penjelamatan dan pemulihan Juda, dengan mana keradjaan Allah akan didirikan setjara definitif.
pengadilan Obatja berpokok pada keadilan Allah; dengan itu ia termasuk dalam arus besar profetisme. Sebab senantiasa profetisme. Sebab senantiasa profetisme menandaskan keadilan tsb. Betul, kitab itu memberikan kesan kebentjian nasioalistis kepada musuh-tentang dosa2 bangsa itu sendiri tidak disinggung sedikit djuapun - jang hendak melakukan balas dendam seturut dalil: mata ganti mata, gigi ganti gigi. Tetapi ajat penutupnja jang pendek: "Keradjaan akan ada pada Jahwe", memberikan warna keigamaan kepada keseluruhanja. Bangsa2, chususnja Edom, bangsa sesaudara, tidaklah memberontak lawan sesuatu bangsa, melainkan lawan Jahwe sendiri serta keradjaanNja. Kepada Edom ('Esou) telah didjandjikan pesertaan dalam djandji (Kej 25:23), tetapi Edom sendiri menolak djandji itu dan membuat dirinja tidak patut terhadapnja. Siapa jang tidak mau termasuk kedalam keradjaan Jahwe serta umatNja, hanja dapat binasa sadja. Itulah makna tetap kitab jang terketjil dari Kitab Sutji Perdjandjian Lama.
Ketiga nabi ketjil berkutnja, jakni Hagai, Zakarja dan Maleachi, tampil didalam iklim jang sudah samasekali. Israil telah melintasi tungku pembuangan dan paling tidak sebagian telah pulang kenegeri nenek-mojang. Masjarakat baru harus dibangun kembali; dan dalam pembuangan kembali it djustru nabi2 tadi harus menunaikan tugasnja. Djaman pembuangan bagi Israil adalah waktu berpikir, menjesal, bertapa dan memurnikan diri. Keinsjafan telah berbuat dosa makin kuat. nabi2 djaman pembuangan, jakni bagian kedua kitab Jesaja dan Jeheskiel, meng- hidup2kan pengharapan akan pemulihan. Tetapi pengharapan itu telah mendapat tjorak jang lebih rohani. Banjak dari aspirasi nabionalnja telah dilepaskan oleh Israil; dan pemulhan itu tidak lagi terikat begitu mutlak pada pemulihan potilik. Pengharapan akan hari depan belum lagi dimurnikan selurunja, tapi langkah pertama kearah itu sudah diambil. Sesudah Cyrus menguasai Babel dalam tahun 539, ia memberikan idjin kepada orang2 Jahudi, jang menghendakinja, untuk pulang ketanahnja. Ini belum lagi kedaulatan nasional dan politik, tetapi Cyrus mengidjinkan mereka memelihara susunan nasionalnja sendiri, teranglah membangun itu kembali. Karena Israil itu senantiasa bangsa jang berkeigamaan dan karena kedaulatan politik sekarang tidak dituntut begitu mutlak lagi, maka perhatian terutama ditundjukan kepada pembangunan keigamaan, konkret dalam pemulihan ibadah lama didalam baitullah jang dibangun kembali. Kaum buangan jang per-tama2 pulang dibawah pimpinan Sjesjbasar, wakil keradjaan Parsi jang tampil sebagai Komisaris Tinggi, memulai dengan penuh kegiatan perajaan ibadah; dan dalam tahun 537 diletakkanlah pondamen baitullah jang baru. Tetapi karena pengaruh pelbagai faktor segera padamlah kegiatan bagi Jahwe dan dihentikan pekerdjaan pada baitullah itu. Kegiatan tsb. dinjalakan kembali dan pekerdjaan dimulai kembali berkat pengaruh Zerubabel, gubernur Parsi asal Jahudi dan keturunan radja, jang dalam usahanja didukung oleh nabi2 Hagai dan Zakarja.
Mengenai nabi HAGAI, kitabnja jang ketjil itu memberitahukan dengan tepatnja, bilamana ia menjampaikan (Hag 1:1; 2:10-20). Djadi, ia mulai tampil kedepan dalam bulan keenam, dalam tahun kedua pemerintahan radja Parsi Darios I, jaitu dalam bulan Agustus-September tahun 520 sebelum Masehi. Darios adalah pengganti kedua Cyrus, dalam pemerintahan siapa pembangunan baitulah dihentikan karena persekongkolan orang2 Sjomron, jang berhasil mempengaruhi pedjabat2 Parsi (Ezr 4:1-5). Rupa2nja dalam pemerintahan Darios ada kelompok baru orang buangan pulang dibawah pimpinan zerubabel dan imam Jesjua'. hagai (dan tak lama kemudian djuga Zakarja) mengadjak penduduk untuk mengerdjakan baitullah lagi. Ketawalah hati bertambah hebat, karena negeri itu baru sadja mengalami panen buruk dan lalunlinhtaspun tidak bagitu aman (Hag 1:6; 2:16-18; Zak 8:10). Keadaan sulit dikemukakan sebagai dalih untuk mengundurkan diri dari pembangunan baitullah, padahal orang tahu mengurus dirinja sendiri. Itulah tanda jang menjedihkan, tanda lunturnja semangat keigamaan. Dan itulah diketjam Hagai.
Kitab itu terdiri atas sedjumlah ketjil wedjangan2 nabi Hagai, jaitu: seruan untuk membangun kembali baitullah, dengan disebutkan pula hasil dari adjakan itu (Hag 1:1-14); chotbah pada permulaan pekerdjaan itu, dalam mana Hagai menundjuk akan kemuliaan baitullah itu kelak (Hag 1:15; 2:1-9); amanat didepan para imam waktu pembangunan baitullah, dalam mana kerdjasama bangsa Sjomron jang "nadjis" itu ditolak (Hag 2:10-14); djandji akan adanja panen jang ber-limpah2 lawan panen buruk dimana lampu, sebagai upah bagi kesediaan mereka pada pembangunan baitullah (Hag 2:15-19) (bagian ini oleh banjak ahli dipertalikan dengan Hag 2:1-14, jang sungguh ada pada tempatnja); djandji kepada Zerubabel (Hag 2:20-23).
Apa kitab jang ketil itu disusun oleh nabi itu sendiri, dapatlah disangsikan Kitab itu lebih berbentuk laporan historis tentang kegiatannja berkenaan dengan pembangunan baitullah, jang dituliskan oleh orang lain. Karena pentjatatan kesemuanja itu tiada artinja lagi sesudah baitullah selesai dibangun, mestilah itu dituliska kira2 waktunja dengan tampilannja nabi itu, untuk djuga setjara tulisan membangkitkan dan mengharapkan semangat. Tetapi ada pula ahli, jang mengukuhi bukan tanpa alasan, bahwa nabi itu sendiri telah menjusun kitabnja. Tetapi bangaimanapun, keaseliannja tidaklah disangsikan.
Arti Hagai ialah bahwasanja ia meletakkan pertalian antara umat Allah di djaman sebelum pembuangan dan umat Allah didjaman sesudah pembuangan "Sisa" jang tertinggal itu adalah landjutan jang sah dari umat Allah. Baitullah merupakan lambangnja, karena didalam baitullah itu hadirlah Allah nenek-mojang untuk melaksanakan perdjandjianNja, jang tidak diputuskan oleh dosa dan pembuangan, sebagaimana telah dinjatakan oleh Jeremia. Tokoh Zerubabel, keturunan Dawud, jang dipandang Hagai sebagai suatu perlambang al-Masih (Hag 2:22), mempertalikan pula djandji, jang diberikan kepada Dawud, dengan masa baru didalam sedjarah umat Allah itu. Baitullah, jang diselesaikan dengan dukungan Hagai, menjaksikan pemenuhan defisitif perdjandjian itu, jakni Jesus Kristus, hal mana telah difirasatkan nabi itu sendiri setjara samar2 (Hag 2:9).
ZAKARJA adalah semasa dengan Hagai. Ia memulai kegiatannja dua bulan sesudah Hagai menjampaikan amanatnja jang pertama (Zak 1:1)dan terus bekerdja paling tidak sampai tahun 518/517, mungkin lebih lama lagi. Zakarja bukanlah orang, jang disindir indjil Mateus (Mat 25:15). Menurut Neh 12, Ezr 5:1 dan Zak 1:1 ia termasuk kalangan dan keluarga imam. Dari itu dapat dimengertilah perhatian chususnja kepada baitullah dan ibadah. Bersama dengan Hagai ia mengusahakan diri bagi pemulihannja. penglihatan simbolisnja jang banjak tapi kabur dalam kitabnja, jang diterangkan oleh malaekat dan diuraikan dengan pandjang lebar, membuat kitab itu mendjadi sematjam kesusasteraan kenabian, jang mulai berkembang dalam pembuangan dan kemudian sangat meluas, jaitu apokalips, djenis kesusasteraan jang amat kabur. Dalam Kitab Sutji tjontohnja jang djaitu ialah Daniel dan kitab Wahju Johannes.
Kitab itu terdiri atas dua bagian besar. Bagian pertama (Zak 1-8) muat tiga nubuat, jang waktunja disampaikan, disebutkan dengan teliti. Nubuat jang pertama adalah andjuran untuk bertobat, mengingat pengalaman2 masa lampau (Zak 1:1-6). Berikutlah suatu seri penglihatan (Zak 1:7-6:8) dalam mana disisipkan beberapa hal lainnja (Zak 1:16-17; 2:10- 13; 3:8-10; 4:6-10) dan jang ditambahkan dengan tindakan kenabian (Zak 6:9- 14). Achirnja persoalan puasa (Zak 7:1-3; 8:18-19), dalam mana terdjalin sebuahchotbah tentang dosa2 Israil dimasa lampau dan tentang kedegilan mereka, jang mengakibatkan keruntuhan bangsa (Zak 7:4-14) dan beberapa nubuat tentang kebahagiaan masehi dihari depan (Zak 8:1- 23). Bagian kedua (Zak 9:1-17) seluruhnja memperbitjangkan hari depan itu. Nubuat jang pertama melukiskan kedatangan keradjaan Jahwe maupun pembasmian kekuatan2 musuh dan pemulihan Jerusjalem dengan kembalinja dari pembuangan. Nubuat jang kedua (Zak 11:4-17:13:7-9) memperbitjangkan setjara alegoris perihal gembala jang baik dan gembala jang djahat, jang menjiksa kawanan, karena kawanan itu telah menolak gembala jang baik. Nubuat jang ketiga dan terachir (Zak 12:1-14:21) melukiskan dua serangan musuh atas Jerusjalem dengan penjelamat, pemurnia dan pemulihan kota sutji itu, hukuman atas musuh kafir dan takluknja sisanja di Juda dan Jerusjalem jang sutji itu, tempat keradjaan Jahwe.
Kitab Zakarja adalah satu kitab jang paling kabur dan sulit dari Perdjandjian Lama. Para penafsir dihadapkan kepada sedjumlah persoalan, jang belum lagi terpetjahkan dengan tjara jang memuaskan samasekali. Kiranja akan terlalau pandjanglah dalam pendahuluan ini memperbintjangkan segala kesulitan itu dengan mengichtisarkan usaha banjak jang telah dilakukan untuk mentjapi pemetjahan. Agak mustahillah menjelidiki dan menguasai segala soal. Kami hanja mengutarakan beberapa kesulitan sadja. Persoalan pertama ialah: Siapakah jang menulis kitab ini? Semua penafsir kiranja sependapat, bahwa bagian pertama (Zak 1:8) berasal dari nabi Zakarja. Tetapi redaksinja jang aseli, boleh djadi oleh nabi itu sendiri, kemuliaan ditambahkan dengan ungkapan2 lain dari nabi itu. Walaupun masih ada djuga pelbagai ahli jang mengangap bagian kedua berasal dari nabi itu djuga, namun kebanjakan ahli sependapat, bahwa pasal 9-14(Zak 9-14) berasal dari nabi lain. Sebabnja ialah bahwa kedua bagian amat berbeda satu sama lain, baik mengenai bentuknja maupun isinja. Siapa gerangan pengarang bagian kedua itu, masih diperbantahkan dan sesungguhnja belum ada hipotese memuaskan. Pasal 12-14(Zak 12-14) menurut beberapa ahli berasal dari orang lain lagi, jakni jang dinamakan "Zakarja jang ketiga". Djuga tentang waktu tersusunnja bagian kedua itu, ahli2 tidak sama pendapatnja. Ada jang mengirakan- se-tidak2nja sebagian dari kitab Zakarja-dari tangan seorang nabi didjaman sebelum pembuangan. ahli2 lain menanggalkannja (sebagian daripadanja) djauh sesudah pembuangan, malahan sampai djalam Junaninja Iskandar Agung. Untuk menerangkan bagaimana Zak 9-14 digabungkan dengan kitab itu, dikemukakan pula banjak kemungkinan. Mungkinlah, demikian kata beberapa ahli pasal2 itu tadinja dan tidak disebutkan nama pengarangnja dan mungkin tertulis atas gulungan tersendiri. Zak 9-11; 12-14 dan Mal 1-3 sama anak djudulnja jaitu: amanat. Pasal2 dari pengarang2 jang tidak dikenal itu ditempatnja kedalam kitab2 sesudah tulisan2 nabi2 jang namanja dikenal. Sesudah ajat terachir (Mal 1-3) dihubungkan dengan orang tertentu, jaitu Maleachi, maka ajat2 jang terdahulu ditaruh dibawah nama nabi jang terachir, jakni Zakarja. Persoalan2 lain bergandingan dengantafsir ber-bagai2 nubuat. Dalam terdjemahan kami disana-sini kami tundjukkan beberapa kesulitan, tapi belum semuanja. Tak banjak gunanja menjebutkan semuanja disini. Hanjalah si pembatja diminta perhatiannja, bahwa dalam kitab ini ia berhadapan dengan teks2 jang sulit, jang maknanja jang sesungguhnja tidak djarang tak tertangkap djuga oleh para ahli sekalipun.
Seperti Hagai maka bagian pertama Zakarjapun merupakan adjaran kepada kaum buangan jang pulang untuk membangun kembali baitullah. Dengan baitullah itu datanglah keradjaan al-Masih. Dalam keradjaan itu ada dua tokoh jang sepadan jakni: Imam-agung Jesjua' dan keturunan Dawud Zerubabel. Sebagai sjarat bagi keradjaan al-Masih itu dikemukakan oleh Zakarja pembersihan dari dosa dan pertobatan susila. Dengan itu ia bersesuaian dengan nabi2 jang dahulu. Djuga kaum kafir akan ambil bagian dalam keradjaan al-Masih itu (Zak 2:13; 6:15; 8:20-23). Selaku imam Zakarja menitikberatkan tugas imam-agung. Djarak antara Allah dengan manusia bagi Zakarja adalah sedemikian rupa, hingga ia tidak lagi setjara langsung berkontak dengan Jahwe. Djika nabi2 dahulu menerima sabda setjara langsung dari Jahwe, maka Zakarja menerima penglihatan2 jang kabur, jang diterangkan oleh Malaekat. Karena ia tidak setjara langsung berhubungan dengan Jahwe, maka Zakarja suka memetik pendahulu2nja. Kurnia nubuat mulai padam.
Bagian kedua kitab itu merupakan kelengkapan dan malahan sebangsa koreksi atas bagian pertama. Sebab orang mengira, bahwa keradjaan al-Masih karena pembangunan baitullah itu sudah mendjadi kenjataan penuh dan bahwa kerdjaan tsb. diperintahkan oleh al-Masih jang bernama Zerubabel dalam persesuaian penuh dengan Jesjua', dengan keimaman. Nah, bagian kedua itu membawa pemandangan hari depan kedalam keradjaan al-Masih, jang oleh karenanja belum diwudjudkan oleh masjarakat Jahudi didjaman sesudah pembuangan, tetapi barula kelak mendjadi kenjataan jang penuh. Tokoh Zerubabel dan Jesjua' dalam bagian kedua itu tidak lagi memainkan peranan, dan pembangunan baitullah tidak. Dalam bagian kedua itu bangsa Jahudi memainkan peranan utama dan djuga radja perdamaian dihari depan, jang akan meradjai keradjaan Jahwe (Zak 9:9-10) Dosa akan lenjao dari tengah2 bangsa, tetapi djuga kurnia nubuat (Zak 13:1-6). Keradjaan tsb. kuat tjorak nasionalnja, walaupun disediakan tempat jang sederhana pula bagi kaum kafir, lebih sebagai hamba daripada sebagian warga jang penuh. Keradjaan tsb. adalah pemerintahan Jahwe atas dunia dan bangsa2.
Walaupun kitab Zakarja itu bukan jang terdalam dan terkaja isinja, namun dalam Perdjandjian Baru banjak dikutip. Zak 9:9 dikutip dalam Mat 26:31; Yoh 19:37 mengutip Zak 12:14 jang rupa2nja djuga disindir Wah 1:7. Pasal2 terachir kitab Wahju johannes diilhami dengan leluasanja oleh Zak 12:1-9 dan Zak 14:1-20.
Antara tampilnja Hagai dan Zakarja dengan hasilnja jang gemilang berupa selesainja pembangunan baitullah dalam tahun 515, dan oraganisasi masjarakat Jahudi oleh Esra-Nehemia (tahun 445) hendaklah ditempatkan kitab MALEACHI. Bahwa sedemikian rupa, hingga nabi tsb. lebih dekat pada Esra-Nehemia dari pada Zakarja. Ternjatalah ia seorang tokoh, jang telah mempersiapkan pembaharuan2 Esra-Nehemia, djika tidak turut-serta mengerdjakannja. Sebab iapun memerangi keadaan2 buruk jang sama seperti jang diperangi Esra-Nehemia. Masjarakat Jahudi, jang mendjadi bagian dari keradjaan Parsi, sesudah pembangunan baitullah mengorganisir dirinja disekitar ibadah jang dirajakan disana. Tetapi disanapun dimulai pula kemerosotannja. Para imam dan levita mulai melalaikan ibadah dan menjalahgunakannja untuk kepentingan diri sendiri (Mal 1:6-14). Rakjatpun melalaikan sumbangannja kepada ibadah jang berupa bagian sepersepuluh (Mal 3:8-10). Salah-adat lainnja jang hebat ialah banjak perkawinan orang2 Israil dengan wanita2 kafir (Mal 2:10-12), hal mana membahajakan kemurnian masjarakat. Imam2pun tidak terluput daripadanja. Bergandingan dengan perkawinan tjampuran ialah diputuskannja ikatan perkawinan dengan seenaknja sadja (Mal 2:13) dan wanitalah jang mendjadi korban. Itu bukan satu2nja kelaliman sosial. Lunturnja semangat umum itu agaknja bergantungan pula dengan kemasabodohan jang menulari orang2 jang terbaik sekalipun (Mal 2:17; 3:8-14). Keradjaan al-Masih, jang dinubuatkan para nabi, dengan hukumannja bagi para durdjana dan berkahnja bagi para musdjid, belum djuga datang dan oleh karena itu orang lalu melepaskan pengaharapan itu dan menjangsikan keadilan Allah.
Segala gedjala jang sehat itu ditentang kitab Maleachi. Ternjatalah nama tsb. adalah nama samaran dan diambil dari Mal 3:1 dimana disebutkan seorang "Utusan" !!(=Maleachi). Kata itu dianggap sebagai nama orang dan ditempatkan dalam djudul kitabg itu. Djadi tentang pribadi nabi itu tidak ketahuan sesuatu djua, bahkan namanjapun tidak.
Menginggat keadaan2 waktu ia tampil kedeoan, nabi tsb. adakah seorang pengandjur pertobatan dan perihal pengadjarannja lebih mirip nabi2 didjaman sebelum pembuangan daripada Zakarja dan Hagai. Orang2 Jahudi sendiri bersalah, bahwa djaman kebahagiaan itu tidak datang. Mereka melalaikan kewadjiban2 mereka terhadap Jahwe, chususnja kewadjiban beribadah. Dengan bertjampur baur dengan kaum kafir mereka berchianat kepada umat Jahwe dan dengan itu djuga kepada perdjandjian. Umat tsb. adalah umat bersaudara, karena Jahwe adalah Bapa mereka sekalian. Setiap kelaliman, jang dilakukan kepada orang sebangsa, oleh sebab itu adalah djuga kelaliman terhadapa Bapa mereka bersama. Chususnja pertjeraian merupakan kelaliman sedemikian, djustru karena perkawinan adalah suatu perdjadjian jang sutji. Terhadap kelaliman itu dan terhadap ketjabaran hati serta kesangsian mengenai kedjudjuran dan keadilan Jahwe maka nabi mempermaklumkan "Hari Jahwe", jaitu hari pengadilan atas para pendosa dan orang2 jang tidak bersesal hati, djuga hari penggandjaran bagi kaum mursjid. Anehnja, nabi tsb. tidak memberikan gambaran tentang kebahagiaan dihari depan itu dan tidak pula mempertimbangkan tentang al-Masih. Itu melulu mengenai pembalasan atas orang djahat dan orang baik dan mengenai kemenangan keadilan Allah. Djuga hukuman atas kaum kafir tidak diperbitjangkan, tetapi nabi melihat terdjadinja ibadah jang diperbaharui akan gantinja ibadah jang dilalaikan didjamannja (Zak 1:11). Itu mengenai ibadah jang universil, jang didalamnja orang2 kafirnja akan ambil bagian. Dalam hal pengharapan akan hari depan pada nabi tsb. hanja tinggallah unsur2 jang dapat diwudjudkan dalam bentuk apapun.
Kitab, jang sederhana bahasa dan gaja-bahasanja dan susunan dalam bentuk soal- djawab itu, terdiri atas enam bagian, jakni: pernjataan tjintakasih Jahwe kepada Israil (Mal 1:2-5), jang tidak ditanggapi oleh Israil. Para imam dituduh melalaikan kewadjibannja dan hukuman untuk itu dipermaklumkan (Mal 1:6-2:9). Perkawinan tjampuran dan pertjeraian dipersalahkan pada bangsa itu (Mal 2:10-16). Hari Jahwe akan datang menghukum dosa (Mal 2:17-3:5). Apabila rakjat menepati kewadjiban ibadahnja, maka bentjana kekeringan dan belalang akan dihentikan (Mal 3:6-18). Kemudian dipermaklumkan lagi hari Jahwe sebagai suatu pembalasan bagi mursjid (Mal 3:13- 21 Mal 3:13-4:3). Ajat penutup memperbintjangkan pula penepatan Taurat Musa (Mal 3:22 Mal 4:4) dan perihal seorang perintis hari Jahwe, jang akan memulihkan kerukunan ditengah rakjat guna menghindarkan keruntuhan negeri itu (Mal 3:23-24 Mal 4:5-6).
Tentang keaselian kitab itu tidak ada kesangsian jang sungguh2 berkenaan dengan keseluruhannja. Tanpa alasan tjukup pernahlah Mal 2:11-12 disangsikan keaseliannja; dengan alasan lebih besar tapi toh tidak menjakinkan seluruhnja djuga, Mal 1:11-14; dengan alasan banjak dan malahan mejakinkan disangsikanlah Mal 3:22-24 Mal 4:4-6, sehingga paling tidak ajat2 Mal 3:23-24 Mal 4:5-6 harus dipandang sebagai tambahan belakangan.
Tentang nabi JOEL tidak ketahuan sesuatupun namanja dan kitabnja jang agak
pendek. Daripadanja ternjatalah bahwa ia berasal dari Juda (
Djaman tampilan Joel hanja dapat disimpulkan dari kitabnja sadja. Karena itu ada
pendapat2 jang amat berlainan pada para ahli. Ada jang menamakan dia jang tertua
dari antara nabi2 pengarang, tetapi djuga jang termuda. Ahli2, jang menamakan
dia jang tertua, terutama mendasarkan pendapat mereka pada tempat kitab itu
dalam daftar kitab2 sutji, jaitu sesudah Hosea. Tetapi hal itu rupa2nja tidak
berdasarkan chronologi melainkan kesusasteraan belaka. Pada achir kitabnja Joel
mempermaklumkan pengadilan atas kaum kafir dan dengan itulah dimulai kitab Amos.
Djakni kita Amos dipandang dari segi kesusasteraan merupakan kelandjutan dari
kita Joel. Tetapi dewasa ini Joel umumnja digolongkan kedalam nabi-nabi didjalam
sesudah pembuangan. Dan ini dapat diterima sebagai pasti. Sebab ia mengenal
banjak dari antara pendahulu2nja, jang digunakannja. Bandingkan sadja:
Amo 1:2; Yoe 3:16; Amo 9:2; Yoe 3:18; Mik 4:10; Yoe 3:10; Yer 6:4; Yoe 3:9;
Nah 2:11; Yoe 2:6; Zef 1:14-15; Yoe 2:1-2; Yes 2:4; Yoe 3:10; Yeh 27:13; Yoe 3:4;
Yeh 29:2; Yoe 3:19; Mal 3:2; 4:5; Yoe 2:11; 3:4. Joel tidak mengenal radja,
sedangkan ia menjebutkan pelbagai lapisan rakjat (Yoe 2:13-14; 2:16).
Ia sendiri berseru kepada rakjat untuk melangsungkan liturgi tobat, hal mana
dahulu dilakukan oleh radja (1Ra 8:2; 2Ra 10:20;
Djelaslah kitab itu terdiri atas dua bagian besar. Dalam bagian pertama (Yoe 1-2) dilukiskan bentjana2 jang menimpa negeri itu jakni: belalang, kekeringan dan kelaparan. Mula2 daerah pedalaman jang tertimpa (Yoe 1:2-12) dan kemudian Jerusjalem (Yoe 2:1-11). Karena itu nabi berseru untuk melangsungkan liturgi tobat (Yoe 1:13-20; 2:12-17). Jahwe memberi djawaban dan nabi berdjandji, bahwa malapetaka itu akan berubah mendjadi berkah (Yoe 2:18-27). Bagian kedua (Yoe 3-4 Yoe 2:28-3:21) menggambarkan dari depan, "hari jahwe" atas kaum kafir akan hukuman dan atas Jerusjalem akan kebahagiaan (Yoe 4:1-8,9-21 Yoe 3:1-8,9-21). Hari Jahwe itu didahului sedjumlah gedjala untuk mempermaklumkannja (Yoe 3:1-5).
Orang mempersoalkan apa kedua bagian itu dituliskan oleh pengarang jang satu dan sama djua. Untuk menerima adanja dua pengarang jang berlainan, dikemukakan perbedaan jang rupa-rupanja tidak dapat didjembatani antara kedua bagian itu. Dalam bagian pertama diperbintjangkan peristiwa2 jang njata, jang mendjadi sebabnja ibadah harus dihentikan. Dalam bagian kedua diperbintjangkan perihal sesuatu dihari depan jang djauh, perihal perang dan pengadilan, sedangkan ibadah tidak di-singgung2 lagi. Banjak ahli, jang menerima adanja dua pengarang, perbendapat bahwa Yoe 1:15; 2:1,10,11 disisipkan oleh pengarang bagian kedua, ketika ia menjatuhkan karjanja sendiri dengan karja seorang pendahulu. Tapi pendapat jang sangat umum dan jang djuga paling tepat ialah bahwasanja seluruh kitab itu berasal dari pengarang jang sama. Antara bagian pertama dan kedua ada terlalu banjak kesamaan dan terlalu bergantung satu sama lain, untuk dapat dikata berasal dari kedua pengarang jang berlainan. Bagian kedua se-akan2 adalah pemindahan eschatologis dari bagian pertama.
Dalam bagian pertama memang kitab itu melukiskan bentjana belalang jang benar2 terdjadi, jang dibarengi dengan kekeringan dan kelaparan. Bahwa kesemuanja itu hanjalah "lambang" sadja "Hari Jahwe", kiranja tidak dapat diterima. Tetapi nabi memandang kedjadian-kedjadian itu sebagai perintis dari kedjadian2 besar pada achir djaman. hari pengadilan atas bangsa2 dan penjelamatan Israil. Bentjana belalang oleh nabi itu ditafsirkan sebagai pengadilan dari pihak Jahwe atas umatNja, hal mana dapat dielakkan dengan tapa dan doa. Tetapi pandangannja djauh lebih luas. Pengadilan tsb. bukanlah jang terachir dan definitif, melainkan lebih merupakan pendahuluan dan perlambang dari pengadilan terachir dan penjelamatan. Seperti belalang menjiksa umat, tetapi dihalaukan dengan tapa dan doa, sehingga berkah dan kemakmuran mendjadi mungkin lagi, demikianlah kelak kaum kafir akan menjerang Sion, tetapi akan dipunahkan oleh Jahwe. Sesudah itu akan tibalah masa kesedjahteraan dan kebahagiaan jang definitif bagi Sion.
Itupun adalah wedjangan Joel. Jahwe memimpin sedjarah dan menguasai peristiwa2, jang melajaniNja. Pengadilan Allah pastilah akan datang dan tidak dapat tidak akan menimpa musuh2 Sion, musuh2 Jahwe sendiri karena kedurdjanaan jang dilakukan mereka. Tetapi dalam pengadilan itu umat Jahwe akan dibenarkan dan akan diselamatkan sesudah pengubahan total oleh roh Jahwe, karena umat menjebut nama Jahwe dengan penuh kepertjajaan. Dalam kitab Joel kaum kafir tidak mendapat bagian dalam pentjurahan roh, tetapi ditolak seluruhnja. Bagi Perdjadjian Baru Joel adalah teramat penting karena ia melihat djauh sebelumnja pentjurahan roh Allah jang chas itu, pentjurahan mana mendjadi kenjataan jang tak terduga pada hari Pentekosta, dengan mana nubuat jang masih bertjorak partikularistis dari Joel dipenuhi dan sekaligus di tembusi setjara Perdjandjian Baru.
Kitab ketjil jang samasekali menjimpang dari kitab2 nabi ketjil lainnja ialah JONA. Sebab kitab ini tidak mengenai pengadjaran seorang nabi jang dikumpulkan dalam tulisannja, melainkan mengenai tjerita tentang seorang nabi jang bernama Jona. Dalam Perjandjian Lama memang ada nabi jang bernama demikian (1Ra 14:25), tetapi kitab tsb. pastilah tidak berasal dari tokoh itu. Memang si pengarang dengan Jonanja membanjangkan nabi itu. Apa kitab itu sungguh mengisahkan hal-ichwal nabi itu, akan ternjata kemudian.
Tjerita itu amat baik susunanja dan sungguh tegang. Babak pertama (Yun 1:1-2:3) mengisahkan tugas jang diberikan Jahwe kepada Jona untuk pergi mengadjar Ninive. Tugas itu dielakkan oleh nabi. Dilemparkan kedalam laut, acirnja Jona diselamatkan setjara adjaib. Bapak kedua (Yun 3-4) mengisahkan bagaimana nabi itu mau tak mau mesti menunaikan tugas, jang diulang lagi oleh Jahwe dan malahan dengan hasil jang mengagumkan. Prostes Jona terhadap tersajangnja Ninive, dengan djalan mukdjidjat pula ditolak. Demikianlah nabi itu mendapat hadjaran terasa. Antara kedua bagian terdapat sebuah mazmur sjukur (Yun 2:2-10), jang diletakkan dalam mulut nabi setelah ia diselamatkan setjara adjaib.
Dahulu orang berpendapat, bahwa kitab Jona itu sesungguhnja adalah sekumpulan beberapa tjerita jang berdiri sendiri2. Tetapi pendapat ini sekarang tidak diterima lagi. Tidaklah dapat dipungkiri, bahwa didalam kisah itu ada beberapa inkonsekwensi dan kedjanggalan2 lainja, tetapi kesemuanja itu tidaklah tjukup untuk meretakkankesatuan jang tegas itu. Itu hanja menundjukkan, bahwa si pentjerita tidak banjak menghiraukan hal2 tsb. karena dianggapnja tidak penting. Hanja tentang mazmurnja dapatlah dikatakan, bahwa mazmur itu adalah tambahan. Djika itu ditjoret, kisahnja tidak berubah sedikitpun. Si pendoa tidak berada didalam perut ikan, melainkan didalam pratala. Keadaan darurat jang dilukiskan dalam mazmur itu begitu tjoraknja, sehingga dapat diterapkan kepada apa sadja. Djadi bolehlah diterima, bahwa lagu tsb. kemudian disisipkan kedalam kisah itu dan agak disesuaikan dengan situasinja.
Persoalan jang lebih penting ialah jang berikut ini: Adakah peritiwa2 jang
dikisahkan sungguh2 terdjadi ataukah seluruhnja adalah tjerita chajalan dengan
isi adjaran tertentu? Tidaklah dapat dipungkiri, bahwa dahulu kisah itu dianggap
sebagai sedjarah benar. Dewasa ini masih djuga ada ahli, jang mengukuhi inti
historisnja. Orang suka mengemukakan indjil (Mat 12:39-42), dalam
mana Jesus menundjuk akan kisah tsb. Tetapi itu buka bukti bagi sifat
historisnja. Sabda Jesus hanja mengenai kisah itu sadja dan tidak mengatakan
sedikitpun tentang tjorak historisnja. Dewasa ini banjaklah dan malahan
kebanjakan ahli berpendapat, bahwa kisah itu adalah tjerita chajalan, sebangsa
parabel dalam indjil. Bahwasanja dalam kisah itu terdapat amat banjak mudjidjat,
pada dirinja, bukanlah bagi umat. Tetapi ada begitu banjak hal lainnja, jang
merupakan petundjuk2 jang tjukup untuk mengenai tjorak chas kitab itu. Banjaknja
mukdjidjat tidaklah sebanding dengan maksudnja, dan orang boleh bertanja:
mengapa disini mukdjidjat ini? Tentang pertobatan Ninive - dalam Kitab Sutji
selalu dipandang sebagai kota durdjana - dan malahan denga tjara jang begitu
adjaib, tidak ketahuan sedikitpun; dan hal ini sungguh aneh, mengingat setjara
psikologis dan wadjar tidak mungkinnja kenjataan itu, bahwasanja kota kafir
bertobat berkat pengadjaran seorang nabi Jahudi. Tambahan pula, apabila kitab
itu dibatja dengan pengetahuan jang besar tentang Kitab Sutji, maka ternjatalah,
bahwa si pengarang hampir selalu membajangkan sesuatu dari Perdjadjian Lama.
Pasal 3(Yun 3) kitab ini banjaklah kesamaannja dengan kitab Jeremia,
tidak hanja mengenai logatnja tapi djuga mengenai susunan kisah seluruhnja
(Yer 36). Tokoh Jona, jang mentjoba elakkan dari tugasnja dan oleh
karenannja "lari dari hadapan wadjah Jahwe" dan lalu terpaksa dilemparkan
kedalam laut oleh orang2 kafir jang mursjid, menundjukkan kesamaan jang tidak
ketjil, meskipun agak karikaturil, dengan Jeremia, nabi bagi kaum kafir, jang
djuga tegar hati tetapi kendati demikian toh harus tampil kedepan dan
diterdjunkan kedalam perigi oleh orang2 Jahudi jang djahat, jang hendak
melenjapkan dia. Thema tentang nabi jang ogah2an itu adalah bahan jang agak
banjak terdapat dalam Kitab Sutji. Musa memprotes (Kel 3:11), Bile'am
tidak mau memberikan berkah, tetapi dipaksa dengan keras; (
Gagasan atau adjaran tjerita itu ialah ini, bahwasanja si pengarang hendak menandaskan belaskasihan Jahwe bagi segala manusia, bagi segala pendosa, siapapun djua orangnja. Kaum kafir, bahkan jang paling djahat sekalipun, seperti orang2 Ninive terhadap orang2 Jahudi, tidaklah diketjualikan. Dalam pada itu ia mengetjam pandangan sempit jang laku pada orang2 Jahudi didjamannja, jakni: bahwasanja Jahwe hanja baik sadja bagi orang2 Jahudi, sedangkan orang2 kafir harus dibasmi semua. Jona adalah pendjelmaan dari mentalitas tsb., Jona jang sedih atas diberikannja belaskasihan kepada kaum kafir. Allah sendiri mengadjar dia tentang salah-pengertiannja, jang menjimpang sama-sekali dari pandangan Jahwe sendiri. Demikianlah si pengarang hendak mengadjak orang2 Jahudi untuk lebih menjesuaikan pandangan2 mereka dengan sifat Allahnja. Parabel tsb. tak djanggal pula dalam mulut Jesus, karena Iapun mengetjam sikap jang sedemikian itu pada orang2 semasanja. Gagasan penghargaan kepada kaum kafir itu dikemukakan si pengarang pula dengan mengatakan dalam tjeritanja bahwa orang2 kafir, seperti kelasi2 itu (Yun 1:4-6,10,13-14) sesungguhnja djauh lebih baik dan saleh daripada Jona sendiri.
Dengan tepatnja kita bileh bertanja, mengenai si pengarang djustru memiliki seorang nabi sebagai pengemban gagasan2 jang hendak diperanginja. Bagi seorang Jahudi jang beriman hal itu paling tidak djanggal rasanja. Mungkinlah dapat diterangkan sbb: Banjak nabi melantjarkan kutuk2 jang hebat lawan kaum kafir pada umumnja, dan pada chususnja kaum kafir jang mendjadi musuh seperti Ninive. Itu amat kuatnja pada beberapa nabi didjaman sesudah keruntuhan Jerusjalem. Namun demikian, pada hampir semua nabi sedikit banjak ada pula sebangsa tenggang-menenggang terhadap kaum kafir, jang dengan satu danlain tjara dapat djuga ambil bagian dalam keselamatan orang2 Jahudi. Tafsir jang laku didjaman pengarang kitab Jona melulu menitikberatkan kutuk2 itu, hal mana harus membenarkan sikap orang2 Jahudi. tafsir tsb., jang membuat nabi2 mendjadi karikatur, hendak diperangi si pengarang dengan mentjiptakan karikatur seorang nabi sebagai pendjelmaan tafsir tadi. Dengan itu ia sekaligus memberikan suatu koreksi jang amat berharga kepada nabi2, jang kadang2 memang agak berat sebelah itu, djustru dengan menjoroti segi lain dari pengadjaran mereka.
Melihat ketjenderungan kitab Jona itu dan gagasan2 jang hendak diperangi, maka tidak boleh tidak kitab itu ditulis diwaktu belakangan dan adalah salah satu kitab terachir dari Perdjandjian Lama. Orang tahu, bahwa masjarakat Jahudi sesudah pembuangan makin lama makin mementjilkan diri daripada kaum kafir dan makin lama mendjadi makin partikularistis, disertai dengan ketjenderunangan berat untuk mengetjualikan kaum kafir samasekali dari belaskasihan dan keselamatan dari pihak Allah. Didalam suasana tadi amat sangat serasilah kitab Jona itu sebagai protes. Bahasa kitab itupun adalah pula bahasa dari waktu belakangan. Karena itu Kitab tsb. dikarang didalam masa gagasan2 tsb. sudah mendjadi umum dan bahasa rakjat sudah mendapat banjak pengaruh bahasa Aram. Sebaliknja kitab itu pastilah sebelum tahun 200, sebab pada waktu itu Putera Sirah sudah mengenal kitab keduabelas nabi dalam mana termasuk pula kitab Jona.
Dilihat setjara demikian, maka kitab Jona mentjerminkan perkembangan terachir dari wahju Perdjandjian Lama. Dengan universalismenja serta penghagaannja kepada kaum kitab itu dekat pada Perdjadjian Baru, dekat pada Jesus, jang dalam hal- ichwal Jona telah melihat perlambang hal-ichwalNja sendiri, djustru untuk mendjamin keselamatan bagi kaum kafir.
Ende: Hosea (Pendahuluan Kitab) PENGANTAR KITAB PARA NABI
PENDAHULUAN
Kitab para nabi, jang terdjemahan Indonesianja kami sadjikan bersama ini, memuat
sedjumlah tulisan kenabian, jak...
PENGANTAR KITAB PARA NABI
PENDAHULUAN
Kitab para nabi, jang terdjemahan Indonesianja kami sadjikan bersama ini, memuat sedjumlah tulisan kenabian, jakni tudjuhbelas (Lagu ratap termasuk djenis sastera lain), jang merangkum djangka waktu antara l.k. 750 dan 200 seb. Mas. Tulisan2 itu mewakili suatu aliran kuat dalam agama Israil, jang sebelumnja sudah ber-abad2 lamanja berlangsung. Kitab2 nabi itu merupakan puntjak dan buah masak2 dari kurnia kenabian jang mengalami sedjarah dan perkembangannja sendiri sebelum menghasilkan buah2 jang terpelihara dalam kitab para nabi. Kurnia kenabian itu boleh dianggap sebagai kechasan agama Israil jang mentjapai kepenuhannja dalam diri Jesus Kristus.
Namun demikian kurnia tsb. boleh ditempatkan dilatarbelakang jang lebih luas dan melewati perbatasan bangsa Israil dan Perdjandjian Lama. Sebab beberapa gedjala jang diketemukan dalam keterangan2 Kitab Sutji tentang aliran kenabian terdapat pula pada bangsa2 tetangga Israil, jang serumpun dengannja; dengan perkataan lain: pada bangsa2 Semit pada umumnja (bangsa2 Semit ialah bangsa2 keturunan Sem menurut Kitab Sutji). Tidak disangkal, bahwa gedjala2 kenabianpun terdapat pada bangsa2 lain, akan tetapi kalau demikian, agak djarang2 saja ada. Tokoh2 besar dari agama lain, seperti Budha dan para Reshi Hindu tidak boleh dibandingkan dengan nabi2 Israil apalagi filsuf seperti Kon Fu Se atau Lao Tse. Sebaliknja pada bangsa2 jang mendiami negeri Kena'an sebelum Israil memasukinja dan pada bangsa2 disekitar Israil diketemukanlah gedjala2 jang mirip gedjala2 kenabian di Israil. Kitab Sutji sendiri mentjeritakan mengenai "nabi2 Baal dan nabi2 'Asjera", jang menjertai permaisuri Izebel jang berasal dari Fenesia (1Ra 18:19; bdk. 2Ra 10:19). Diluar Kitab Sutjipun ada berita tentang "nabi2" di Mesopotamia dan Palestina. Tjontoh jang paling djelas ialah Muhammad, orang jang berbangsa Arab, djadi berbangsa Semit, dan tokoh2 kenabian lain jang mendahuluinja di Arabia. Penjerupaan Muhammad dengan nabi2 Israil tentu sadja tidak terpungkiri.
Bukan maksud kami untuk begitu sadja menjamaratakan kurnia kenabian di Israil dengan gedjala2 jang serupa pada bangsa2 Semit jang lain. Namun demikian kiranja boleh diterima, bahwa kurnia ilahi jang chas itu mendapat tanah jang subur dalam watak bawaan bangsa2 Semit. Watak alamiah digunakan oleh Allah untuk maksud- tudjuanNja sendiri; bawaan itu diangkat serta dihaluskan oleh anugerah ilahi, jang dapat bertumpu pada sifat alamiah tanpa merusakkannja. Bangsa Israil seakan2 ditjiptakan oleh penjelenggaraan Allah sedemikian rupa sehinggga pada waktunja dapat dianugerahi kurnia kenabian jang chas. Itulah sebabnja maka orang tidak usah heran atau kaget, pabila diluar Israil pun terdapat gedjala2 jang segera mengingatkan kurnia kenabian Perdjandjian Lama. Kemiripan jang kelihatan tidak usah mengurangi sedikitpun keaselian kurnia kenabian di Israil. Dan untuk mempertahankan keistimewaan umat Allah tidak perlu orang menjangkal kesamaan jang njata. Kesamaan itu kan dibarengi dengan perbedaan asasi, meskipun perbedaan itu tak kelihatan sekalipun. Demikian misalnja orang boleh menerima, bahwa Muhammad melandjutkan, bahkan menjelesaikan serta menutup aliran kenabian bangsa2 Semit, tanpa menerima bahwa tokoh itu adalah landjutan dan penjelesaian kurnia kenabian Perdjandjian Lama. Bagi kita ini Jesus dari Nasaret adalah nabi terachir dari para utusan Allah kepada umatnja jang terpilih, jakni Israil. Nabi2 jang diketemukan dalam Perdjandjian Baru sama sekali lain tjorak dan tugasnja. Tapi tanpa keberatan sedikitpun Muhammad boleh dipandang sebagai penutup aliran kenabianalamiah jang terdapat pada bangsa2 Semit pada umumnja. Jang pertama terletak dibidang adikodrati jang bertumpu pada susunan alamiah, pada hal jang kedua adalah alamian belaka. Perbedaan njata antara kurnia kenabian sedjati di Israil dengan gedjala2 kenabian pada bangsa2 kafir disekelilingnja kiranja boleh diringkaskan sbb.: Kurnia kenabian bersifat etis, kesusilaan, oleh karena berasal dari Allah jang etis tjoraknja. Kurnia itupun menentang atau sekurang2nja mengatasi keinginan dan harapan nasional. Tetapi nabi kafir tidak mempunjai tjorak etis dan selalu berbatas kepentingan dan keinginan bangsanja sendiri. Muhammad tentu ada tjorak etis padanja djuga dan ia melampaui batas duku dan bangsanja. Tetapi tjorak itu pada Muhammad djauh kurang njata dari pada para nabi Israil.
Selandjutnja disini dibahas hanja kurnia kenabian jang merupakan kechasan dan keistimewaan umat Allah dari Perdjandjian Lama.
Tetapi perlu segera ditambahkan, bahwa kurnia kenabian itu merupakan suatu gedjala jang amat madjemuk dengan sedjarah dan perkembangannja sampai kepuntjak. Keterangan2 jang disadjikan Kitab Sutji sendiri djauh dari terang dari segala sudut dan seginja. Istilah "nabi" dan "bernubuat" ada pelbagai maknanja. Perkataan "nabi" sendiri (demikianpun bunjinja dalam bahasa Hibrani) tidak memberi banjak pendjelasan. Arti perkataan itu ialah: berseru, berbitjara, memaklumkan. Tetapi istilah itu tidak mengatakan sedikitpun tentang siapa jang berbitjara atau apa jang dikatakan. Memang Kitab Sutji sendiri memberikan suatu keterangan, jakni dalam kisah panggilan Musa (Kel 4:15-16; 17:1) Musa diutus Allah kepada Fare'o. Tetapi Musa menolak oleh karena tidak fasih lidah. Ia lalu diberi pembantu, jakni adiknja Harun, jang akan mendjadi djurubitjaranja. Ia adalah "mulut" Musa dan Musa mendjadi "Allah" Harun. Di depan Fare'o Musa mendjadi Allah dan Harun nabinja. Djadi "nabi" disini "djurubitjara Allah". Sudah barang tentu arti kata itu dengan tegas lagi ringkas menundjukkan tugas nabi2 besar jang tampil kedepan dalam kitab para nabi. Tetapi dalam Kitab Sutji sendiri istilah jang sama dipergunakan sehubungan dengan tokoh2 lain serta kegiatan mereka.
Kelompok2 orang ekstatisi jang memainkan peranannja dalam ibadah kadang2 disebut
"nabi" dan mereka "bernubuat dalam ekstasenja. Disekitas Sjemuel, jang melajani
tempat sutji di Sjilo (1Sa 2:18) terdapatlah "nabi2" jang
bersangkutan dengan tempat sutji (1Sa 10:5). Setjara buatan, jakni
dengan alat2 musik, mereka menimbulkan ekstase lalu "bernubuat" (mengigau).
Keadaan itu disertai pelbagai gedjala jang aneh (1Sa 10:11-13; 19:20-24)
Orang2 itu nampaknja madjenun (bdk. 2Ra 9:11), kerasukan roh Allah
(1Sa 19:20,23). Kemudian dalam sedjarah diketemukan pula kelompok2
"nabi" sehubungan dengan Elija (1Ra 18:4). Elisja'pun mempunjai
hubungan dengan "tjanterik2 nabi" (2Ra 2:3-18). Ungkapan "tjanterik
nabi" dalam bahasa Hibrani berbunji "putera2 (anak) nabi" dan artinja ialah
orang jang mendjadi anggota kumpulan atau kelompok tertentu, djadi anggota
kumpulan nabi2. Sudah barang tentu kelompok2 nabi2 itu melandjutkan nabi2 jang
ada disekeliling Sjemuel. Mereka tinggal ber-kelompok2, kadang2 ratusan orang
(1Ra 18:4; 2Ra 2:3,5,7) dan diam terpentjil dari pergaulan masjarakat
(2Ra 6:1-2), di sekitar tempat sutji, seperti Gilgal (
Sudah barang tentu nabi2 ekstatisi tsb. Mempunjai tjorak keigamaan jang njata dan bersangkutan dengan ibadah. Tetapi keterangan2 Kitab Sutji tidak mengidjinkan untuk menetapkan perasaan mana mereka pegang dalam ibadah. Adakah mereka dalam ekstasenja membawakan firman Allah dalam ibadah sebagai djawaban atas permohonan para pemudja atau peranan lain dipegangnja? Ada ahli jang berpendapat, bahwa salam ibadah Israil, dahulu dan kemudian, nabi2 memegang peranan tertentu, suatu djawatan tetap, disamping para imam. Orang2 itu menundjukkan beberapa mazmur (misalnja Maz 2:6; 110:2:4) tempat suatu firman Jahwe dibawakan. Katanja kalimat2 sedemikian itu diutjapkan oleh seorang nabi dalam ibadah. Selandjutnja dikatakan, bahwa beberapa nubuat jang terkumpul dalam kitab para nabi (misalnja Joel) berasal dari ibadah, sehingga nabi jang bersangkutan merupakan nabi ibadah pula. Akan tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan dan keterangan2 jang dapat dikumpulkan dari Perdjandjian Lama tidak tjukup untuk meneguhkan hipotese tsb. Maka dari itu harus dikatakan, bahwa kitapun tidak tahu peranan manakah dimainkan kelompok2 nabi dalam ibadah. Halnja tetap kabur sadja.
Disamping dan bersama dengan nabi2 tsb. kita menemukan dalam Kitab sutji
pelbagai tokoh lain jang diberi djulukan "nabi", namun amat berlainan dari para
ekstatisi tsb. dan djuga dari nabi2 besar jang tampil dalam kitab para nabi. Di
djamanpara Hakim ada nabiah Debora, jang menghakimi Israil (Hak 4:4).
Dalam Kitab itupun muntjul seorang nabi jang tak bernama (Hak 6:8).
Mungkin sekali nabi itu hanja akal kesusateraan sadja dengan mana pengarang
kitab mengemukakan pikirannja sendiri. Pada achir djaman para Hakim tampilah ke
depan tokoh besar nabi Sjemuel (1Sa 3:20; 9:9; 2Ta 35:18), jang
berhubungan dengan dan malah memimpin para ekstatisi (1Sa 19:20).
Tetapi terang sekali Sjemuel tidak termasuk kedalam kalangan orang2 itu.
Kemudian dari itu ber-kali2 nabi jang serupa diketemukan dalam Kitab Sutji,
seperti Ahia (1Ra 1:29-30; 14:2-3) Jehu (1Ra 16:7), Jona
(2Ra 14:24), nabiah Hulda (2Ra 22:14-15), Urijahu
(Yer 26:20), Sjemaia (2Ta 12:5-6), Ido (
Sudah barang tentu nabi2 jang sedemikian itu merupakan suatu djabatan dan lembaga tetap di Israil. Achirnja undangpun mengaturnja. Sebab dalam kitab Ulang tutur (Ula 18:15-22) sesungguhnja terdapatlah suatu undang mengenai nabi2. Undang itu kiranja mengatur keadaan jang sudah lama berlangsung dan sedikit banjak merosot, sehingga perlu diberi petundjuk untuk membedakan nabi2 sedjati dan nabi2 gadungan. Undang itupun menjatakan, bahwa lembaga kenabian itu di Israil memegang peranan, jang pada bangsa2 lain dimainkan oleh tukang sihir dan tukang tenung, jang di Israil dilarang (bdk. (Ima 19:26,31); 1Sa 28:7). Apabila rakjat memerlukan petundjuk2 ilahi dalam hidup se- hari2 mereka dapat menghadap nabi2 itu. Sebagaimana radja Babel, Ninive atau Mesir mempunjai tukang2 tenung jang tetap untuk diminta nasehat2nja dalam urusan negara, dalam perkara perang dan damai, demikianpun dalam istana radja Israil ada nabi2 Jahwe.
Pengarang 1Sa 9:9 mengatakan, bahwa orang jang dimasanja disebut
"nabi, dahulu, misalnja ada masa Sjemuel, dinamakan "pelihat". Makna keterangan
itu tidak amat djelas, tetapi jang berikut ini boleh diterima. Dahulu istilah
"nabi" adalah sebutan kelompok2 nabi ekstatis dalam ibadah, sebagaimana jang
dipaparkan diatas. Disamping nabi2 itu ada "pelihat2", perseorangan dan pribadi
untuk keperluan hidup se-hari2 (sebutan lain ialah: orang ilahi atau "pesuruh
Allah", (bdk. 1Ra 13:1) Kemudian orang2 inipun disebut "nabi". Dan
kiranja perkaranja bukan hanja perpindahan sebutan, tetapi djuga tjampuran
fungsi. Mula2 "nabi" dan "pelihat" berbeda satu sama lain, tetapi kemudian nabi2
itupun bertindak sebagai "pelihat". "Pelihat Sjemuel sudah berhubungan erat2
dengan para nabi dan Elisja'pun bergaul dengan "tjanterik2 nabi" pula.
Demikianpun terdjadilah kedua tugas jang mula2 berlainan itu lama kelamaan
melebur mendjadi satu sadja, sehingga istilah "nabi" melingkupi ke-dua2nja.
Menurut 2Ra 21:10 didjaman radja Menasje ada "nabi2" (djamak)
ditempat lain nabi2 disebut disamping para imam (
Dapat dimengerti pula, bahwa kedua fungsi tsb. melebur mendjadi satu. Sebab antara nabi2 ekstatisi dan nabi2 profesionil ada kesamaan djuga kendati perbedaan. Kedua2nja mempunjai hubungan chusus dan langsung dengan Allah. Ekstatisi dianggap kerasukan roh ilahi jang menampakkan diri dalam ekstase mereka. Pelihat2 itu berkat hubungannja dengan Allah mengenal hal2 tersembunji atau kedjadian dimasa depan. Dan pengetahuan adjaib itupun menjatakan pengaruh ilahi jang chusus. Maka dari itu masuk akal, bahwa semua orang dalam siapa pengaruh Allah menjatakan diri, entah dengan ekstase entah dengan pengetahuan adjaib, kemudian disebut "nabi" sadja.
Tetapi lembaga kenabian ekstatis-profesionil mengalami kemerosotan pula. Dalam hal ini kiranja pengaruh agama2 kafir memegang peranannja. Nabi2 Jahwe jang menjertai radja Israil (1Ra 22:5-28) pasti bukan nabi2 sedjati, melainkan pendjilat radja sadja, terutama pemimpin mereka Sidkia. Sudah dikatakan, bahwa nabi2 profesionil harus diberi upah untuk pernjataannja (bdk. 1Sa 9:7-10; 1Ra 14:3; 2Ra 5:15). Mudah sadja adat itu mendjadi alasan kemerosotan lembaga kenabian (bdk. 2Ra 5:20-24), oleh karena itu nabi2 itu terlalu mentjari keuntungan sendiri, atau sebagai pegawai radja terlalu tjondong untuk menjenangkan madjikannja sadja. Karenanja salam kitab para nabi atjap kali diketemukanlah "nabi palsi", jang merupakan lawan jang gigih utusan2 Jahwe jang sedjati. Jeremia harus menentang sekelompok nabi jang disebut namanja dan bekerdja diantara kaum buangan di Babel (Yer 29:21-23) dan dalam Bait Allah ia bergulat dengan seorang nabi jang bernama Hananja bin 'Azur (Yer 28:1-17). Dimasa radja Jojakim ia ditangkap oleh para imam dan nabi (Yer 26:7-15). Mereka itu disebut "pembohong" (Yer 6:13; 8:10), jang bernubuat hanja untuk makanannja melulu (Mik 3:11). Mereka pemabuk (Yes 28:7) dan pendjinah (Yer 29:23). Mereka sesungguhnja tidak diutus Jahwe (Yeh 13:6) dan meramalkan apa jang diinginkannja sendiri, rakjat serta radjanja (Yer 5:31; 6:14; 13; Yes 30:10). Dengan demikian mereka tidak mengusahakan pertobatan rakjat, melainkan membuat mereka tinggal di dalam kedurdjanaannja (Yer 23:14; Yeh 23:23). Nabi2 palsu itu sungguh suatu bentjana di Israil, sebab mereka menjesatkan rakjat dan merupakan antjaman untuk bangsa maupun agama Israil. Mungkin sekali bahwa tidak semua nabi itu mula2 buruk maksudnja dan barangkali mula2 mereka sungguh nabi Jahwe sedjati. Tetapi demi untuk keuntungan materiil dan hendak menjenangkan rakjat dan radja mereka kadang2 menjalahgunakan kurnianja atau tertipu oleh angan2nja sendiri dengan tidak membedakan apa jang datang dari Jahwe dan apa jang tjotjok dengan keinginan hatinja sendiri (bdk. Zak 13:2-6).
Kendati kemerosotan jang kadang2 menurunkan para nabi ekstatis-profesional itu,
mereka toh tjukup besar pengaruhnja akan jang baik dalam hidup keigamaan Israil.
Tidak ada banjak tjerita tentang pengaruh para ekstatisi. Tetapi setidak2nja
pada permulaan mereka nampak sebagai pembela agama Jahwe jang murni. Permaisuri
kafir Izebel mengejar serta membunuh mereka (bdk. 1Ra 18:4; 19:10,14).
Tetapi terutama nabi profesionil adalah djagoan agama Jahwe dan tatasusila. Nabi
Natan menegur radja Dawud karena berdjinah dan membunuh orang jang tak berdosa
(2Sa 12:1-5) dan mendukung radja itu untuk mendirikan pusat agama
jang baru (2Sa 7:1-17). Waktu Jerobe'am mulai dengan ibadah
tersendiri, maka seorang nabi menentang (1Ra 11:29-39), tetapi iapun
menegur radja itu oleh karena terlalu tjondong kepada kekafiran (
Djustru nabi2 profesionil, terutama jang disebut diatas, merupakan pendahuluan
sedjati dari nabi2 besar jang nubuat2nja terpelihara dalam Kitab Sutji.
Chususnja Elija amat mirip mereka. Namun demikian nabi2 besar itu ada tjoraknja
tersendiri, sehingga tidak boleh digolongkan kedalam lembaga kenabian tsb.
Perbedaanja bukan hanja, bahwa nabi2 jang dahulu tidak terpelihara nubuat2nja
dalam tulisan tersendiri, sedangkan para nabi2 jang terachir kurnia kenabian
dibarengi dengan kurnia untuk menulis, entah pada mereka sendiri entah pada
orang lain, sehingga utjapan2nja tersimpan dalam Kitab Sutji. Adakalanja orang
membedakan "nabi2 penulis" dan "nabi2 bukan penulis", perbedaan mana hanja
lahiriah belaka. Kelainan, sesungguhnja djauh lebih mendalam. Jang pertama
diantara nabi2 "penulis",jakni amos (Amo 7:14) membedakan diri dengan
"nabi2" (profesionil) dan "tjanterik2 nabi" (ekstatisi). Dan jang sama kiranja
boleh diterapkan pada semua nabi jang tampil dalam kitab para nabi. Mereka itu
bukan ekstatisi dan bukan pedjabat kenabian, melainkan charismatisi, jang
menerima panggilan chas dari pihak Allah dengan tugas tersendiri. Beberapa
diantaranja seperti Jesaja (Yes 6), Jeremia (Yer 1)
Jeheskiel (Yeh 2:1-10) Amos (Amo 7:14-15) mentjeritakan
panggilannja. apa jang dahulu kadang2 terdjadi dengan nabi2 profesionil, jang
diberi tugas chusus oleh Allah (bdk. 1Sa 3:1-14; 2Sa 7:4-6;
Tugas nabi charismatis pada umumnja ialah: Mendjadi djurubitjara Allah, suara Allah, pada umatnja untuk memperingatakan kepadanja tuntutan2 keigamaan dan tatasusila. Allah Israil kan pentjipta dan pendukung tatasusial dan Dialah Allah jang mahaesa, satu2nja Allah dan tidak menanggung persaingan dewata kafir. Para nabi diutus untuk memperingatkan kepada Israil akibat dan kesimpulan dari pilihannja dari pihak Allah, jang telah mengikat perdjandjian dengan bangsa ketjil ini.
Tetapi perdjandjiaan itu adalah suatu peristiwa dalam sedjarah dan terlaksana oleh sedjarah umat, jang diselenggarakan oleh Allah perdjandjian itu. Karenanja para nabi nampaknja terutama terutama sebagai penafsir sedjarah, sedjarah nasional Israil dan sedjarah internasional, sedjauh bersangkutan dengan sedjarah umat Allah. Sedjarah itu dihadapi para nabi dari segi keigamaan dan kesusilaan. Mereka betul2 sadar dan isxaf, bahwa dibelakang peristiwa2 kenegaraan tangan Allah sedang bekerja serta memimpin. Apa jang kelihatan oleh mata insani ada dasar dan latarbelakang ilahinja jang tak nampak. Para nabi menembusi permukaan untuk membuka dasar ilahinja itu. Sedjarah Israil jang insani adalah sedjarah keselamatan jang dikerdjakan Allah didalamnja. Allah sendirilah jang bertindak dan berbuat didalam peristiwa jang rupanja insani belaka, akan keselamatan umatNja, bahkan akan keselamatan umat manusia seluruhnja. Djustru segi itulah disingkapkan oleh sabda kenabian, sehingga para nabi menghubungkan satu sama lain pernjataan perbuatan dan pernjataan-sabda. Kedua itu lalu melebur mendjadi satu, sehingga peristiwa mendukung sabda kenabian dan sabda itu pada gilirannja membuka rahasia kedjadian. Peristiwa2 politik bagi para nabi mendjadi hukuman atau -atjap kali sekaligus - berkah ilahi; hukuman atas dosa umat atau dosa lawan umat, dan berkah perdjandjian jang mendapat wujud jang njata.
Karenanja para nabi bertumpu pada dan berakar dalam tradisi iman Israil. Sudah barang tentu mereka mendjulang tinggi diatas tingkatan jang umum dan merupakan puntjak didataran. Tetapi mereka tidak terpisah dari umat Allah dan tidak melangkah tersendiri2 sadja. Sebenarnja mereka termasuk kedalam tradisi iman Israil jang djuga dikembangkannja. Iman Israil mempunjai tjorak historis, artinja mengenai peristiwa dan kedjadian jang njata. Memang Israil pertjaja akan Tuhan, tetapi Allah Israil bukan gagasan niskala dan mudjarad, melainkan pribadi jang berbuat sesuatu dan menjatakan diri dengan perbuatan dalam sedjarah. Iman jang terpelihara dalam tradisi itulah jang diambil alih oleh para nabi. Dengan amat tepatnja mereka pernah disebut "suara kalbu Israil", suara rasa keigamaan dan kesusilaan. Lebih dari pada siapapun djua para nabi sadar dan insjaf akan seluruh isi dan segala akibat praktis dari iman Israil itu. Apa jang mereka terima dari leluhur diselami dan diresapkannja sedalam2nja. Dengan tadjam mereka melihat apa jang pernah dibuat dan terus dikerdjakan Allah dan djuga siapa Allah jang berbuat dan bertindak itu. Djustru berkat kehalusan kesadarannja itulah para nabi bukan hanja penjalur iman dan tradisi jang tidak berubah sedikitpun. Ditolong oleh terang Ilahi jang chas para nabi djuga mengembangkan dan memadjukan iman dan tradisi jang hidup. Tanpa meninggalkan apa sadja jang sedjati dari dahulukala, mereka sekaligus menambahkan sesuatu jang baru, landjutan tulen dari jang sudah2. Dengan demikian para nabi bukan hanja pembawa tradisi dan pemelihara iman jang bertumpu pada wahju ilahi, tetapi mereka djuga alat wahju jang baru betul. Tetapi jang baru langsung berkembang dari jang lama, jang dibawah penerangan ilahi dipikirkan dan lalu dipahami se-penuh2nja oleh para nabi.
Didalam arus besar tradisi iman Israil para nabi merupakan suatu aliran ketjil jang mendjadi tulang punggung tradisi umum itu. Sebab sesungguhnja para nabi bukanlah orang jang tersendiri2 sadja. Mereka melandjutkan satu sama lain serta mengembangkan satu sama lain. Jang kemudian bertumpu pada pendahulunja, bahkan ada kalanja dalam tjaranja kabar dibawakan mereka. Tidak demikian halnja, bahwa tiap2 nabi se-akan2 mulai kembali, melainkan kabar nabi jang dahulu diambil alih dan diteruskan oleh nabi jang baru. Dengan demikian para nabi mendjadi satu sungai jang terus mengalir didalam sedjarah Israil, sampai kurnia kenabian lenjap dari umat Allah.
Sebagai penafsir sedjarah adakalanja nabi Israil membitjarakan mengenai masa depan djuga. Memang seringkali nabi dianggap terutama sebagai peramal akan tetapi hanja dalam gabungan seluruh tugasnja hal sedemikian itu kadang2 terdjadi. Dajdi fungsi itu hanja segi tertentu dan bukanlah jang paling penting dari kurnia kenabian. Sebagai djurubitjara Allah nabi per-tama2 menembusi sedjarah aktuil jang sedang berlangsung dimasanja sendiri untuk menjingkapkan segi ilahinja. Tetapi sedjarah itu adalah sedjarah keselamatan dan nabi insaf bahwa keselamatan jang dikerdjakan Allah dalam sedjarah sekarang belum terlaksana, belum sampai djuga. Sebaliknja, keselamatan jang direntjanakan Allah dibahajakan oleh ketidaksetiaan umat. Namun demikian Allah tetap setia pada djandjinja dan karenanja selandjutnja Ia akan bertindak lagi untuk mengembalikan umat kedjalan jang lurus dengan hukuman jang menghasilkan pertobatan, supaja achirnja keselamatan ilahi itu terlaksana. Karenanja para nabi kerap kali berbitjara tentang bentjana2 jang akan ditimpakan Allah kepada umatnja. Bahkan orang mungkin mendapat kesan, bahwa nabi2 umumnja tjukup pessimis, chususnja jang terdahulu. Akan tetapi sebenarnja para nabi optimis, meskipun realis djuga. Mereka tidak menutup mata bagi keadaan jang njata, tetapi mereka mempunjai iman jang tak tergontjangkan akan Allah serta kesetiaanNja. Memang hukuman2 berat didjatuhkan atas Israil, teapi dengan maksud supaja bertobat dan allah lalu dapat melaksanakan rentjanaNja. Harapan itu tak pernah lenjap dari para nabi. Mereka jakin, bahwa setidak2nja sisa Israil akan bertobat lalu diselamatkan. Berdasarkan imannja nabi kadang2 mendapat intuisi tentang masa depan, masa keselamatan. Intuisi jang asasi itu kadang2 digambarkan nabi dengan menggunakan gagasan dan gambaran jang tidak diambil dari intuisi itu, melainkan dari apa jang diketahui nabi setjara lain dan jang sesuai dengan gagasan jang laku dilingkungannja.
Dalam hubungan itulah muntjul nubuat2 masehi. Para nabi adalah pembawa ulung dari harapan Israil jang kuno. Oleh karena sedjarah jang njata belum djuga memenuhi harapan itu atau hanja memenuhinja sebagian sadja, maka pandangan Israil terutama pandangan para nabinja melajang kemasa jang akan datang. Dengan kejakinan mutlak diharapkan turun tangan Allah jang terachir dalam sedjarah umatnja dan bagsa manusia seluruhnja. Entah Allah sendiri, entah seorang utusan Allah achirnja toh akan memenuhi seluruh harapan. Dalam intuisinja itu nabi sesungguhnja membawa suatu kabar bagi jang melampaui masanja sendiri dan karenanja tetap kabur bagi nabi sendiri pula. Ia tahu, bahwa sesuatu jang maha hebat akan terdjadi, tapi tidak tahu bagaimana dan apa jang terdjadi. Maka itu ia menggambarkan intuisinja dengan bahan jang diambil dari lingkungannja jang amat terbatas sambil bertumpu pada keadaan, kedjadian2 dan tokoh2 jang sedjamannja. Dari sebab itu dalam nubuat2 itu amat perlu dibedakan baik2 dua unsur, jakni intuisi asasi dan gambaran pembungkusnja. Kenjataan jang dinubuatkan dapat agak berlainan dari lukisan jang disadjikan nabi, meskipun tjotjok dan serasi dengan intuisi tsb. Nabi pasti tahu akan keselamatan jang terachir, jaitu keselamtan masehi, tetapi ia tidak tahu akan wudjud jang njata. Namun demikian wudjud itupun digambarkannja. Maka dari itu sama seklai tidak tjotjok dengan tjorak nubuat, djika kenjataan masehi melebihi gambaran kenabian. Intuisi asasi dipenuhi seluruhnja tapi gambaran diatasi, oleh sebab lukisan itu terikat pada masa dan lingkungan nabi dalam sedjarah. Itulah sebabnja maka gambaran jang disadjikan masing2 nabi dapat agak berlainan, sedemikian rupa sehingga tidak dapat disesuaikan satu sama lain. Tetapi kelainan itu tidak mengurangi sedikit djuapun kebenaran asasi jang adalah milik bersama para nabi. Perlulah orang ingat akan tjorak nubuat tsb. apabila Perdjandjian Baru menundjukkan kepada nubuat2 jang lama itu se-akan2 terpenuhi dalam diri Jesus dan karjaNja sungguh2 memenuhi intuisi asasi nabi setjara pari-purna, tetapi sekaligus menembusi dan djauh melampaui gambaran dalam mana intuisi itu dibungkus oleh mereka. Karena itulah nubuat2 Pendjandjian Lama sering kali tidak dapat dimengerti, kalau tidak bertolak dari kenjataan Perdjandjian Baru.
Apa jang dikatakan diatas menjatakan se-terang2nja, bahwa para nabi adalah tokoh keigamaan dan kesusilaan. Sebagai pendukung dan penjaga agama jang murni dan tatasusila jang sehat mereka diutus Allah kepada umatNja dan liwat umatNja kepada bangsa manusia seluruhnja. Dengan gigihnja mereka berdjuang, atjap kali hampir2 sendirian sadja, untuk membersihkan agama perdjandjian dari kemerosotan insani. Kerap kali agama Israil sungguh dirusakkan oleh pengaruh kekafiran. Sebenarnja nabi2 tidak djarang turun tangan dalam urusan kenegaraan, tapi maksud-tudjuannja selalu bersifat agamiah belaka. Politikkan seirng2 mengantjam kemurnian agama Jahwe dan hubungan2 diplomatik dengan negeri2 kafir tidak djarang menghantar dewa2 kafir masuk wilajah Jahwe, Allah Israil. Apabila nabi2 menjerang bangsa2 kafir serta mengantjam kepada keruntuhannja, maka bukanlah nasionalisme jang me-luap2 mendorong mereka, melainkan rasa keigamaannja. Bangsa2 itu entah menindas umat Allah entah membahajakan kemurnian agamanja. Dan tidak sedikit nabi toh membuka pintu keselamatan untuk kaum kafir djuga. Pelbagai nabi pun menentang kemerosotan sosial di Israil sendiri, penindasan dan pengisapan dari pihak golongan jang satu terhadap golongan jang lain. Tetapi dasar terachir dari ketjaman itu ialah agama para nabi. Semua orang Israil adalah umat Jahwe, anak Allah jang melindungi jang lemah. Semua sama sadja kedudukan dan haknja. Penindasan sosial achirnja merusakkan agama, hubungan Allah dengan seluruh umatNja. Para nabi tentu sadja tidak bermaksud merobohkan susunan masjarakat, sebagaimana jang dikehendaki Allah. Tetapi djandji2 jang termuat dalam perdjandjian jang diikat Jahwe dengan Israil, teruntukkan bagi semua. Dan tiada seorangpun boleh menghalangi djandji2 itu terlaksana untuk semua. Para nabi pun mempertahankan seluruh Taurat, oleh sebab merupakan pernjataan kehendak ilahi jang harus dilaksanakan manusia. Dahulu beberapa ahli pernah mempertentangkan Taurat Musa serta para imam jang adalah pendukung Taurat, dengan para nabi, se-akan2 mereka tidak peduli akan Taurat. Tetapi pandangan itu keliru sama sekali. Apabila nabi2 sampai mengetjam ibadah mendjadi formalisme belaka atau malahan tachajul sadja. Dalam agama Israil ibadah tanpa tatasusila tidak masuk akal, oleh karena agama itu etis karena Allahnjapun etis adanja. Adakalanja nabi2 berbentrokan dengan para iman, tetapi sebabnja ialah: imam2 itu melalalaikan tugasnja sebagai pendukung tatasusila. Pada dirinja djabatan keimanan dan kurnia kenabian tidak bertentangan satu sama lain, melainkan saling mendukung untuk mempertahankan kemurnian agama dan tatasusila jang bersangkutan. Nabi2 menentang iman2 gadungan seperti mereka melawan nabi2 palsu. Djasa jang terbesar para nabi di Israil ialah menginsafkan kepada bangsa itu, bahwa agama-ibadah dan tata-susila tak terpisahkan.
Sebagai djurubitjara Allah para nabi menjampaikan kabarnja sebagai sabda Allah sendiri. Mereka sendiri insaf, bahwa pesannja berasal dari Allah. Kesadaran itu nampak dalam rumus2 jang lazim dipakai, misalnja: Demikianlah Jahwe bersabda; sabda Jahwe disampaikan kepadaku; itulah firman Jahwe dll. Sabda Tuhan itu kadang2 se-olah2 dipaksakan kepada mereka (Amo 3:8), sehingga tidak dapat ditolak. Dengan sia2 sadja Jeremia berusaha melarikan diri (Yer 20:7-9); bdk. kisah nabi Jona'). Tetapi bagaimanapun djua para nabi sendiri jakin se- kuat2nja, bahwa mereka utusan Allah (bdk. Yes 6:8). Diri nabi sendiri seluruhnja mendjadi suatu "tanda", nubuat jang hidup (bdk. Hos 1-3; Yes 20:3; 8:18; Yer 16; Yeh 4:3; 12:6,11; 24; 24).
Dengan beberapa djalan sabda Jahwe dan kabar jang harus dibawakan dapat sampai kepada nabi. Adakalanja mereka mendapat penglihatan (Yes 6; Yeh 1:2,8; Zak 1-6; Amo 7:8: kemudian dalam apokaliptik djalan itu mendjadi djalan biasa sadja; bdk. Kitab Daniel), atau mimpi dimalam hari (Ula 13:6; Zak 1:8-9), ataupun mereka mendengar suatu suara (Yeh 1:28; 3:13; 10:5; Amo 9:1). Kadang2 mereka disergap oleh ilham ilahi (Yeh 8:1) dengan melihat barang sesuatu dari hidup se-hari2 jang mendapat makna luar biasa bagi nabi (bdk. Amo 8:1-3; Yer 1:11-12; 32:1-44; 18:1-4). Tetapi djalan jang lebih lazim ialah suatu ilham batin, dorongan untuk berbitjara. Atas dorongan dan penerangan ilahi mereka memikirkan imannja serta kedjadian2 jang njata, lalu mereka melihat kebenaran dan kesimpulan daripadanja. Allah mendorong mereka untuk merumuskan dan mengeluarkan buah pikirannja itu, jang menurut kejakinan nabi sendiri sungguh berasal dari Tuhan. Setiap nabi sedjati sadar dan insaf, bahwa ia hanja alat ditangan Allah, meski bukan alat mati sekalipun, sehingga apa jang dikatakan nabi sungguh dikatakan Allah sendiri.
Dalam hal membawakan kabarnja nabi dapat menempuh pelbagai djalan. Adakalanja
mereka menggunakan perbuatan lambang (Yes 20:3-4; Yer 27:19; 13),
jang merupakan kesukaan Jeheskiel jang chas (
Djadi nubuat2 jang dibawakan nabi setjara lisan kemudian terkumpul dan tersusun
dalam kitabnja, atjap kali oleh orang lain. Dalam menjusun bahannja para
penghimpun menuruti asas2 jang seringkali bukan asas seorang pengarang moderen.
Kadang2 mereka menghimpun bahan jang mengenai hal jang sama (misalnja nubuat
tentang bangsa2 kafir; Yes 13:1-23:18; Yer 46:1-51:64;
Kesemuanja itu mengakibatkan, bahwa kitab2 nabi tidaklah gampang dibatja. Tetapi mahapentinglah orang ingat akan tjaranja kitab itu terdjadi. Tiap bagian adalah sebuah "chotbah", lebih kurang pandjang (kadang2 beberapa ajat sadja) jang harus dimengerti sebagai suatu kesatuan tersendiri. Umumnja orang dapat membedakan empat unsur dalam kitab2 para nabi. Memang tidak semua unsur terdapat dalam semua kitab, tetapi dalam banjak kitab terutama jang lebih besar, diketemukan kembali. Unsur jang merupakan kechasan nabi ialah "firman Jahwe". Atjap kali nabi hanja mengutip sadja apa jang dikatakan Jahwe. Itu selalu ditundjuk dengan rumus: Demikianlah Jahwe bersabda... dan ditutup dengan rumus: Itulah sabda Jahwe. Karenanja bagian2 itu umumnja mudah dikenali. Firman Jahwe itu kadang2 pendek dan padat, kadang2 lebih pandjang. Disamping itu ada bagian dimana nabi sendiri berbitjara sebagai penchotbah untuk membentangkan pikirannja sebagaimana atas ilham Ilahi muntjul dan bergelora dalam hatinja. Isi chotbah itu bermatjam- ragam, antjaman, nasehat, petundjuk, adjaran dll. Dan ada djuga bagian dalam mana nabi sendiri menteritakan halihwal kehidupannja, baik batin maupun lahuir (Yes 6; Yer 1:4-6; 20:7-18; Hos 3). Adakalanja orang lain (penghimpun kitab?) mengisahkan hal-ihwal nabi (Amo 7:10-17); Hos 1:2-8; Yes 20:1-6; Yer 19:1-20:8; 26:1-24 dll.) Dalam bagian2 ini kerap kali dikutiplah firman Jahwe atau chotbah nabi. Achirnja ada bagian2 lain lagi dalam kitab para nabi, jang berupa lagu jang bermatjam-ragam. Ada lagu ratap, lagu edjekan, lagu pudji; ada doa dll. Adakalanja pelbagai djenis kesusteraan bertjampur-baur dan tidak gampang digolongkan.
Banjak bagian dan nubuat kitab para nabi berupa sandjak. Orang dapat melihat, bahwa pada umumnja persandjakkan itu lama-kelamaan berkurang. Nabi2 jang lebih dahulu menggunakan hanja gaja sastera itu, tetapi jang kemudian mulai memakai prosa djuga prosa se-mata2. Persandjakan Hibrani ada undang2 dan patokan2nja sendiri, jang belum diketahui seluruhnja. Namun demikian tidak dapat disangsikan para nabi umumnja suka akan djenis kesusasteraan itu, meskipun tidka selalu pasti apakah salah satu abgian berupa sandjak atau itu, meskipun tidak selalu pasti apakah salah satu bagian berupa sandjak atau prosa sadja. Penterdjemah kadang2 memilaih sajda entah jang satu entah jang lain. Daja puetis memang tidak sama pada semua nabi. Ada jang berbakat luhur dan ada jang berbakat rendah. Persandjakan itupun mengakibatkan, bahwa nubuat2 tidak selalu gampang dibatja. Tetapi umumnja boleh dikatakan, bahwa puesi agak sukar, sehingga para nabi Israil bukan suatu keektjualian. Maka itu perlu nubuat2 dibatja dan dipelajari dengan perhatian jang sewadjarnja. Lalu orang kiranja sampai menikmati puesi Hibrani djuga, kalaupun dalam terdjemahan memang banjak dari kekuatan aselinja hilang.
Kitab para nabi memang kitab dari Perdjandjian Lama, sehingga mungkin orang bertanja apakah gerangan gunanja bagi kita jang hidup didjaman perdjandjian baru. Sudah barang tentu kitab itupun mentjerminkan tahapan wahju ilahi tertentu sadja. Karenanja kitab para nabi, seperti Perdjandjian Lama seluruhnja, menundjuk kepada diri Jesus Kristus dan perdjandjian baru. Namun demikian perbuatan2 nubuat2 itu tidak hanja berguna sebagai persiapan sadja dan sebagai saksi penjelenggaraan ilahi adjaib jang memimpin sedjarah menudju kedjaman terakhir. Banjak adjaran para nabi terus berlaku dan dengan rupa jang sama tidak terdapat dalam Perdjandjian Baru jang selalu mengandaikan Perdjandjian Lama. Demikian misalnja tekanan atas Allah jang mahaesa, jang mahakuasa, mahaadil, jang memimpin seluruh sedjarajh umat manusia. Dalam kitab itu kitapun masih terus dapat menimba pengetahuan tentang Tuhan itu; nabi2 terus mengadjar bahwa iman tanpa amal sesungguhnja iman jang mati dan tak berguna. Iman para nabi adalah dasar iman kita. Para nabi merupakan pendorong suatu tradisi jang bergerak madju, dan tradisi itu kita butuhkan djuga. Tanpa mengetahui kitab para nabi orang tidak mengetahui Perdjandjian Lama dan tidak mengetahui imannja sendiri. Maka dari itu nubuat2 jang lama itu dapat terus hangat bagi kita, mungkin lebih hangat dari pada bagi umat Allah perdjandjian lama, oleh sebab kita dapat mengerti intisari kitab para nabi ialah nabi terachir lagi terbesar, jaitu Jesus Kristus jang dengan kabur dinubuatkan para nabi.
Baiklah kiranja kami sadjikan disini daftar para nabi bersama dengan djaman mereka tampil. \= AMOS l.k. 760-750 Hosea l.k 759-725 Micha 745-697 Jesaja 740-700 Sefanja 630-622 Jeremija 626-585 Habakuk 625-586 Nahum 614 Jeheskiel 597-580 Obadja 520 Hagai 520 Zakarja 520 Maleachi 520-480 (450-430) Joel 500? Baruch 200? Daniel 160 \+ Untuk hal2 terperintji lihatlah kata pendahuluan masing2 Alkitab.
BIS: Hosea (Pendahuluan Kitab) HOSEA
PENGANTAR
Hosea adalah nabi yang tampil sesudah Nabi Amos. Ia menyampaikan pesan TUHAN
kepada orang-orang di Israel, kerajaan utara, pada masa
HOSEA
PENGANTAR
Hosea adalah nabi yang tampil sesudah Nabi Amos. Ia menyampaikan pesan TUHAN kepada orang-orang di Israel, kerajaan utara, pada masa yang sulit sebelum kerajaan itu jatuh pada tahun 721 Sebelum Masehi. Ia sangat prihatin memikirkan keadaan orang Israel, terutama karena mereka menyembah berhala dan tidak setia kepada TUHAN. Dengan terus terang Hosea menggambarkan ketidaksetiaan mereka itu berdasarkan keadaan rumah tangganya sendiri yang hancur karena ketidaksetiaan istrinya. Sebagaimana Gomer, istrinya, tidak setia kepadanya begitu pula umat Allah tidak setia kepada TUHANnya. Karena perbuatan itu, Israel dihukum. Sekalipun demikian, kasih TUHAN kepada umat-Nya tidak akan hilang. Ia akan menerima mereka kembali dan memperbaiki hubungan mereka dengan Dia. Cinta TUHAN itu dinyatakan dalam kata-kata indah yang berikut ini, "Hai Israel, tak mungkin engkau Kubiarkan atau Kutinggalkan! .... Tak tega hati-Ku melakukan hal itu, karena cinta-Ku terlalu besar bagimu!" (Hos 11:8).
Isi
- Perkawinan Hosea dan keadaan keluarganya
Hos 1:1-3:5 - Tuduhan-tuduhan TUHAN terhadap Israel
Hos 4:1-13:16 - Pesan pertobatan dan janji
Hos 14:1-9
Ajaran: Hosea (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Hosea anggota jemaat mengerti akan kasih setia
Allah yang selalu nyata kepada umat-Nya, walaupun mereka tida
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Hosea anggota jemaat mengerti akan kasih setia Allah yang selalu nyata kepada umat-Nya, walaupun mereka tidak setia kepada-Nya, dan juga mengerti betapa besar kebencian Allah terhadap umat-Nya yang berpegang kepada penyembahan berhala.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Hosea.
Isi Kitab: Kitab Hosea dibagi atas 14 pasal yang berisikan gambaran kehidupan bangsa Israel dalam hubungannya sebagai umat pilihan Allah.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Hosea
Pasal 1-3 (Hos 1:1-3:5).
Rumah tangga Nabi Hosea sebagai lambang hubungan bangsa Israel dengan Allah
- Istri Hosea yang melakukan perzinahan melambangkan bangsa Israel yan melakukan penyembahan berhala.
- Hosea sebagai suami yang mengampuni perzinahan istrinya, melambangka betapa Allah selalu mengampuni kesalahan (penyembahan berhala) bangs Israel.
Pendalaman
Bacalah pasal Hos 1:2-9. Berilah pendapat saudara tentang ketaatan Hosea, dan keadaan keluarganya.
Pasal 4-10 (Hos 4:1-10:15).
Kemurtadan bangsa Israel dari Firman Allah
- Celaan atas pimpinan agama dan bangsa yang tidak seti (pasal 4; Hos 4:19).
- Kemunafikan ibadah bangsa Israe (pasal 5-10; Hos 5:1-10:15).
Pendalaman
Bacalah pasal Hos 4:9-10. Apakah sebabnya para pemimpin agama dihukum Allah? Bacalah pasal Hos 6:1-6. Apakah yang Allah kehendaki dari umat-Nya?
Pasal 11-14 (Hos 11:1-14:9).
Pembaharuan terhadap bangsa Israel
- Kasih Allah mengatasi (mengalahkan) kedegilan hat bangsa Israel (pasal 11-13; Hos 11:1-13:16).
- Janji pengampunan Allah terhadap pertobatan bangs Israel (pasal 14; Hos 14:1-9).
Pendalaman
Bacalah pasal Hos 13:1-3; 14:1-5. Apakah perbuatan umat Allah, dan apakah tanggapan Allah kepada mereka kalau bertobat? Bacalah pasal Hos 14:9. Bagi orang yang memahami semua kesalahan umat Allah ini dan tidak mau mengikutinya, maka ia bahagia. Tetapi jika memberontak maka ia tergelincir.
II. Kesimpulan/penerapan
- Kitab Hosea mengajarkan bahwa Allah memberikan hukuma terhadap orang Kristen yang masih menyembah berhala.
- Allah yang menjadi sumber keselamatan, adalah Allah yan Maha Pengampun.
- Walaupun dosa yang dilakukan sangat besar, tetapi bil bertobat dan mohon pengampunan kepada Allah, maka ia aka setia mengampuni.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Hosea?
- Apakah dosa yang dilakukan oleh istri Hosea?
- Bagaimanakah sikap Hosea terhadap perbuatan istrinya?
- Mengapakah Allah menghukum bangsa Israel?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setela mempelajari Kitab Hosea?
Intisari: Hosea (Pendahuluan Kitab) Umat yang tidak setia; Allah yang setia
WAKTU PENULISANRaja-raja yang disebutkan dalam Hos 1:1 merupakan petunjuk tentang kurun waktu terpanjang bagi
Umat yang tidak setia; Allah yang setia
WAKTU PENULISAN
Raja-raja yang disebutkan dalam Hos 1:1 merupakan petunjuk tentang kurun waktu terpanjang bagi berlakunya nubuatan Hosea, yaitu dari 780-692 SM, tetapi rupanya sebagian besar karyanya ditulis dalam periode antara tahun-tahun terakhir pemerintahan Yerobeam dan jatuhnya Samarian -- yaitu dari kira-kira tahun 755-722 SM. Hosea merupakan penulis kedua dari empat penulis yang dikenal sebagai nabi abad kedelapan (Amos, Hosea, Yesaya dan Mikha).
PENULISNYA
Hosea adalah satu-satunya nabi dari kerajaan Israel utara yang tulisannya dapat diselamatkan. Ayahnya bernama Beeri, tetapi tidak diceritakan mengenai kota kelahirannya atau latar belakang masa mudanya. Beberapa orang berpendapat bahwa Hosea adalah seorang tukang roti, sebab ia menunjukkan pengetahuan yang terinci mengenai usaha ini (Hos 7:4-8). Tetapi ia juga mempunyai banyak pengetahuan mengenai perladangan (Hos 10:11-13; 13:3), oleh karenanya kita tidak dapat menentukan secara pasti. Mungkin yang paling ialah bahwa Hosea bekerja sebagai seorang nabi profesional.
UNTUK SITUASI BAGAIMANA TULISANNYA DITUJUKAN
Hampir semua nubuatan dalam Hosea ditujukan bagi bangsa Israel (biasanya disebut Efraim -- nama suku terbesar), walaupun ada beberapa yang ditujukan kepada Yehuda. Agama orang Israel sudah sedemikian bobrok; secara resmi mereka menyembah Allah, tetapi di mana-mana ibadah mereka bercampur dengan penyembahan berhala dan paham Baalisme. Negeri itu cukup stabil dan makmur di bawah pemerintahan Yerobeam, tetapi beberapa tahun sesudah kematiannya terjadi kemunduran yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi maupun politik. Mereka terombang-ambing di antara kekuasaan Asyur dan Mesir, tetapi mereka mengabaikan Allah. Akhirnya mereka dikalahkan oleh Asyur dalam tahun 721 SM.
KELUARGANYA
Hidup kekeluargaan Hosea agar tragis. Allah memerintahkannya untuk menikahi seorang wanita yang tidak setia kepadanya. Hosea mencintai istrinya, Gomer, dan mereka memperoleh tiga orang anak yang nama-namanya sungguh-sungguh merupakan pesan bagi Israel. Namun, tak lama kemudian Gomer melarikan diri dan menjadi seorang pelacur. Hosea masih mencintainya, dan pada akhirnya, waktu Gomer menjadi budak, ia membelinya kembali. Status Gomer sebagai istrinya kemudian dipulihkan, walaupun sebelumnya ia harus menjalani masa penyucian terlebih dahulu.
PESANNYA
Hubungan perkawinan Hosea sendiri memberikan gambaran yang jelas mengenai hubungan antara Allah dan Israel. Allah mengasihi Israel dan bahkan pada waktu mereka meninggalkan Dia dan menyembah dewa-dewa lain, Allah masih mengasihi mereka dan rindu untuk memulihkan mereka menjadi umat-Nya kembali. Oleh karena penderitaan yang dialaminya, Hosea dapat menjelaskan betapa Allah menderita karena kasih-Nya kepada umat yang tidak setia. Oleh karena itu, Hosea menyerang penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang Israel dan memanggil mereka untuk bertobat serta kembali menyembah Allah yang mengasihi mereka dan yang dengan penuh sukacita akan mengampuni mereka serta memulihkan mereka.
Pesan
1. Kasih Allah itu tetapo Di masa lalu Allah telah memberkati dan memelihara bangsa Israel. Hos 2:15; 11:1; 13: 4,5
o Dewasa ini Allah rindu untuk memulihkan Israel. Hos 7:1; 11:8,9
o Di masa yang akan datang, oleh karena kasih Allah yang besar, dan hanya karena itu saja, ada harapan untuk keselamatan. Hos 11:10,11; 14:4-9
2. Kasih Allah menuntut
Allah itu kudus (Hos 2:19,20), dan jika mereka ingin menjadi umat-Nya, maka Israel juga harus menjalani hidup yang kudus. Hubungan dengan Allah hanya dapat terjalin atas dasar persyaratan-Nya, dan syarat-syarat ini adalah bahwa umat-Nya harus memberikan pelayanan yang eksklusif kepada-Nya dan hidup dalam kebenaran. Hos 4:7-10; 5:4; 11:5-7
3. Dosa merupakan hal yang serius
Memutuskan iman kepada Allah sama seriusnya dengan perzinahan dalam perkawinan. Hos 1:2; 2:1-5 Hosea membawa Gomer kembali (Hos 3:1-5), tetapi demi kepentingan Gomer, hubungan yang lama tidak dapat dipulihkan dengan sempurna tanpa disiplin. Demikian pula dengan Israel. Kasih Allah kepada mereka berarti bahwa dosa-dosa mereka pun harus dibereskan, tidak diabaikan. Allah rindu untuk mengampuni mereka, tetapi harus ada pertobatan terlebih dahulu. Hos 14:1-9
o Pertobatan bukanlah suatu hal yang mudah atau dangkal. Pertobatan harus disaksikan, bukan dengan hanya memamerkan sikap beragama yang diperbarui, tetapi dengan kehidupan yang baru. Hos 6:1-4
o Pengorbanan tanpa penyerahan dan ketaatan sungguh tidak dapat diterima Allah. Hos 6:6
Penerapan
1. Apa yang tidak Allah kehendaki dari umat-Nya:o Menyembah ilah lain. Hanya Dia yang harus ditinggikan; penyembahan yang terbagi sama sekali bukan penyembahan
o Melayani ilah lain. Ketaatan penuh hanya boleh diberikan kepada satu Allah; melayani ilah lain berarti tidak setia kepada Allah.
o Bergantung kepada ilah lain. Allah dapat dipercaya; bergantung kepada ilah lain berarti meragukan pemeliharaan-Nya.
2. Bagi umat-Nya, Allah akan menjadi:
o Seorang suami
o Seorang ayah
o Seorang dokter
o Seorang gembala
Dengan kata lain, Allah akan memenuhi segala kebutuhan mereka. Kita tidak dapat membatasi Allah hanya pada satu lukisan saja. Kasih-Nya lebih besar daripada segala sesuatu yang dapat kita bayangkan.
3. Apa yang diinginkan Allah dari umat-Nya:
o Pertobatan, termasuk perubahan sikap secara nyata.
o Pengenalan akan Dia; mereka harus berusaha untuk mempelajari dan mengerti apa yang dikatakan Allah kepada mereka tentang diri-Nya dan kehendak-Nya untuk mereka.
o Ketaatan, termasuk sikap yang benar terhadap sesama seperti terhadap Allah.
o Kasih sayang: Allah mengasihi mereka dan menginginkan mereka membalas kasih-Nya dengan sepenuh hati.
o Kesetiaan: kesetiaan merupakan hal yang kuno di zaman Hosea seperti juga pada dewasa ini, tetapi pelayanan kepada Allah tidak dapat setengah-setengah. Pelayanan kepada-Nya mengandung penyerahan total dan harus mantap.
Tema-tema Kunci
1. Hubungan
Hosea menekankan bahwa dasar agama adalah hubungan nyata dengan Allah. Hubungan ini melahirkan tuntutan terhadap umat Allah, tetapi juga berharga mahal bagi Allah, yang menderita manakala kasih-Nya ditolak dan umat-Nya tidak setia. Hos 7:1-7; 8:1-14; 11:3-7. Dari ayat-ayat di atas dan pasal-pasal lainnya Anda dapat mencatat cara-cara yang Allah pakai untuk berhubungan dengan bangsa Israel dan bagaimana reaksi mereka.
2. Ketidaksetiaan Israel
Berpalinglah bangsa Israel dari Allah mempengaruhi kehidupan agama, politis dan moral mereka. Carilah ayat-ayat yang di dalamnya Hosea berbicara mengenai dosa-dosa yang mereka lakukan dalam bidang-bidang tersebut.
3. Kasih Allah
Allah mengasihi Israel, walaupun mereka telah berdosa. Buatlah sebuah daftar dari semua acuan yang terdapat dalam Hosea yang mengacu kepada kasih Allah, dan perhatikan beraneka cara yang Allah pakai untuk menyatakan kasih-Nya, yang menyangkut baik berkat maupun penghakiman.
4. Perlunya pengetahuan tentang Allah
Hosea yakin bahwa pokok masalah yang dihadapi bangsa Israel terletak pada kegagalan mereka untuk mengerti kehendak Allah. Jika mereka sungguh-sungguh tahu siapa Dia, dengan sendirinya sikap mereka akan berubah. Carilah ayat-ayat ini: Hos 2:13,20; 4:1,6,14; 5:4; 8:14; 13:6.
Garis Besar Intisari: Hosea (Pendahuluan Kitab) [1] KELUARGA HOSEA DAN KELUARGA ALLAH Hos 1:1-3:5
Hos 1:1Pendahuluan: latar belakang
Hos 1:2-9Istri Hosea dan anak-anaknya
Hos 1:10,11Israel seba
[1] KELUARGA HOSEA DAN KELUARGA ALLAH Hos 1:1-3:5
Hos 1:1 | Pendahuluan: latar belakang |
Hos 1:2-9 | Istri Hosea dan anak-anaknya |
Hos 1:10,11 | Israel sebagai anak-anak Allah |
Hos 2:1-13 | Israel, istri yang tidak setia |
Hos 2:14-23 | Allah, suami yang penuh kasih |
Hos 3:1-5 | Hosea menebus istrinya kembali |
[2] KEBOBROKAN ISRAEL Hos 4:1-5:15
Hos 4:1-3 | Perkara terhadap Israel |
Hos 4:4-9 | Perkara menentang para imam |
Hos 4:10-19 | Mereka bertingkah laku seperti pelacur |
Hos 5:1-12 | Peringatan akan penghakiman yang akan datang |
Hos 5:13-15 | Asyur tidak dapat melindungi Israel |
[3] KASIH ALLAH DITOLAK Hos 6:1-8:6
Hos 6:1-3 | Pertobatan? |
Hos 6:4-6 | Kasih mereka kepada Allah tidak sungguh-sungguh |
Hos 6:7-11 | Baik Israel maupun Yehuda tidak setia |
Hos 7:1 | Allah rindu untuk memulihkan mereka |
Hos 7:2-7 | Rakyat tidak mempedulikan-Nya |
Hos 7:8-13 | Mereka bersandar pada bangsa-bangsa asing |
Hos 7:14-16 | Mereka bahkan berpaling kepada Baal |
Hos 8:1-6 | Israel menolak kasih Allah |
[4] HUKUMAN TIDAK DAPAT DIHINDARI Hos 8:7-10:15
Hos 8:7-10 | Persekutuan mereka dengan dewa-dewa ternyata sia-sia |
Hos 8:11-14 | Hukuman harus dijatuhkan atas dosa mereka |
Hos 9:1-6 | Hentikan! Pesta pora bukan yang Allah inginkan |
Hos 9:7-9 | Pesan itu tidak disenangi -- tetapi benar |
Hos 9:10-17 | Israel akan disingkirkan oleh Allah |
Hos 10:1-15 | Mereka terus tidak setia |
[5] PERTOBATAN MASIH DIMUNGKINKAN Hos 11:1-14:9
Hos 11:1-5 | Allah mengasihi Israel sebagaimana seorang ayah |
Hos 11:6,7 | Namun mereka menolak Dia |
Hos 11:8,9 | Allah rindu kepada umat-Nya sekarang |
Hos 11:10-12 | Allah mengasihi mereka, walaupun penuh dosa |
Hos 12:1-6 | Pintu untuk kembali terbuka lebar |
Hos 12:7-14 | Tetapi ketidaksetiaan harus dihukum |
Hos 13:1-16 | Hanya kasih Allah dapat menyelamatkan Israel |
Hos 14:1-3 | Himbauan terakhir untuk pertobatan |
Hos 14:4-9 | Allah akan memulihkan mereka yang mencari Dia |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi