KITAB RADJA2
PENDAHULUAN
Kedua Kitab Radja2 (dalam terdjemahan Junani: III dan IV Keradjaan2; dalam
terdjemahan Latin III dan IV Radja2) sesungguhnja menurut bentuk serta isinja
hanja merupakan satu karja besar. Tjorak buat2an dari pembagian itu tampak dari
kenjataaan, bahwasanja pembagian itu djatuh di-tengah2 pemerintahan radja
Ahazjahu. Hanja dua pasal permulaan sadjalah jang dipandang dari sudut
kesusasteraan serta sedjarah termasuk dalam kisah pandjang-lebar wangsa Dawud,
seperti jang terdapat dalam II Sjemuel 9-20, jang dilandjutkan dalam pasal2 ini
sebagai pengantar bagi pemerintahan Sualaiman.
Kisah Kitab Radja2, jang melandjutkan kisah I dan II Sjemuel, melingkupi djaman
sedjarah Israil, mulai dari penobatan Sulaiman (l.k 970) sampai dengan
hantjurnja kota Jerusalem dalam tahun 587. Dipandang dari segi politik djaman
ini merupakan sedjarah jang bergolak; dan meskipun kitab Radja2 tidak bermaksud
memberikan sedjarah politik se-mata2, namun bagi pengertian jang tepat
diperlukan pengetahuan ringkas tentang latar belakang politiknja.
Berkat situasi politik jang menguntungkan, maka Dawud berhasil mendirikan
keradjaan jang tjukup kuat, dengan serangkaian negeri2 taklukan dikelilingnja.
Karena terus lemahnja keradjaan2 Asyria-Babel dan Mesir, maka Sulaiman mendapat
kesmepatan jang leluasa untuk mengkonsolidir warisan dari ajahnja. Setelah naik
tachta dikala Dawud masih hidup, maka tindakan per-tama2 jang diambilnja sebagai
penguasa penuh sesuai dengan kebiasaan masa itu, ialah menumpas segala orang,
jang mendjadi lawan atau jang mungkin akan mendjadi lawannja, dan segala saingan
bagi tachtanja. Kemudian dibentuknja angkatan perang jang diperlengkapi dengan
sendjata2 jang modern diwaktu itu; dan untuk mengembangkan kemuliaan serta
kedjajaan keradjaannja diadakannja pembangunan setjara besar2an, dengan
baitullah Jerusjalem sebagai puntjak kemuliaannja. Mengingat pekerdjaan tadi
tidak mungkin tanpa bantuan luarnegeri dalam bentuk bahan2 dan ahli2 tehnik,
maka rentjana besar itu mengharuskan dia untuk mengadakan hubungan persahabatan
dengan Tyrus, kota berdaulat jang djuga mendjadi pusat perdagangan. Untuk
menutup beaja segala kebesaran itu, maka selain menggunakan daja-upaja klasik,
jaitu padjak tinggi dan rodi, Sulaiman djuga menggali sumber penghasilan, jang
sama sekali baru bagi Israil, jaitu perdagangan transito jang giat. Untuk maksud
itu Sulaiman mengadakan armada niaga di Laut Merah, djuga dengan bantuan Tyrus.
Dengan mengadakan perkawinan politik dengan puteri radja Mesir, ditjapainja
hubungan persahabatan dengan keradjaan besar itu. Memang, pemerintahan Sulaiman
adalah sungguh masa djaja; dan kebidjaksanaan serta kekajaannja lekas
termasjhur. Tetapi sebaliknja tampak djuga segi buruknja, jang mengandung benih
keruntuhan. Rodi jang menekan dan padjak jang berat mendjengkelkan rakjat jang
meng-hidup2kan lagi persaingan lama antara Juda dan kesepuluh suku lainnja
diutara. Tambahan pila diutara muntjul suatu keradjaan jang kemudian menjebabkan
banjak kesulitan. Negara Aram Damsjik jang ditaklukkan Dawud berhasil
memerdekakan dirinja dan mentjaplok negeri2 ketjil sekitarnja. Negeri taklukkan
lain, jakni Edom, djuga memberontak dan berhasil memperoleh kebebasan jang
tjukup besar, sehinggga sangat merugikan perdagangan. Achirnja Mesir muntjul
wangsa baru jang menentang wangsa jang dahulu dan oleh karenanja memutuskan
hubungan persahabatan dengan Israil dan memberikan suaka kepada para
pemberontak.
Ketika Sulaiman mangkat, keadaan agak genting dan karena tindakan serampangan
dari penggantinja, jaitu Reha'beam (931-913), keradjaan petjah mendjadi dua
negeri jang berdaulat. Kesepuluh suku diutara mempermaklumkan Jerobe'am (931-
910) djadi radja, sedangkan Rehabe'am hanja diakui hak2nja oleh Juda dan leh
sebagian suku Benjamin. Keradjaan Israil diutara lebih kaja dan lebih besar,
tetapi tidak merupakan kesatuan jang kokoh kedalam. Juda diselatan adalah
keradjaan jang kerdil dan miskin, tetapi karena stabilnja wangsa Dawud tidak
begitu diganggu oleh kekatjauan2 dalam negeri. Semendjak itu kedua keradjaan
mempunjai sedjarahnja tersendiri, tetapi dengan banjak titik persamaan jang
kuat. Mula2 sangat bermusuhan, kemudian hubungan mereka bertambah baik dan
bersahabat, tetapi achirnja bermusuhan lagi.
Pengganti Jerobe'am I di Israil ialah Nadab (910-109), orang jang tiada artinja
samasekali. Ketika peperangan berketjamuk lawan orang2 Felesjet, ia disingkirkan
oleh suatu permufakatan dan digantikan oleh pemimpin komplotan itu jaitu Ba'sja
(909-886). Ba'sja melandjutkan permusuhan dengan Juda, tetapi dipaksa
menghentikan operasi militernja oleh Ben-Hadad II dari Damsjik, jang disuapi
radja Juda. Putera Ba'sja dibunuh Zimri, ketika pasukan sedang bertempur. Tetapi
Zimri tidak diakui sebagai radja, dan rakjat mempermaklumkan panglimanja, jakni
'Omri djadi radja Israil (885-874). Mula2 timbul kesulitan dengan saingan2
lainnja mengenai tachta keradjaan, tetapi kemudian pemerintahan radja ini
merupakan masa djaja jang mulia, sehingga luar negeri, lama setelah wangsa
keempat ini lenjap, masih berbitjara tentang wangsa 'Omri', kalau maksudnja
Israil. 'Omri berhasil meluaskan wilajahnja, dengan menaklukkan Moab lagi;
sementara itu ia djuga berhasil memperoleh bantuan Tyrus, dengan mengawinkan
Ahab, puteranja, dengan Izebel, puteri radja Tyrus. Keradjaannja jang makmur itu
diberinja ibukota jang lajak, dengan mendirikan Sjomron, jang indah lagi megah,
ditempat jang sungguh amat strategis. Mungkin untuk dapat bertahan terhadap Aram
dari Damsjik, maka diperbaikinja hubungan dengan saudara-saudaranja diselatan,
jakni Juda. Pemerintahan Ahab puteranja (874-853) pada umumnja djuga lantjar.
Hubungan2 jang baik dengan Juda mendjadi persahabatan jang baik berkat
perkawinan 'Ataljahu, puteri Ahab, dengan Joram, pangeran Juda. Tetapi Damsjik
tetap mendatangkan kesulitan2. Bahkan Ben-Hadad II mengepung Sjomron. Ia dipukul
mundur, tetapi dalam tahun berikutnja ia datang dengan pasukan jang lebih besar.
Ia dikalahkan malahan ditangkap. Ahab memperlakukan dia sangat baik, bukan tanpa
alasan. Diufuk utara mulai tampak bajang2 Asyria, jang hidup kembali dan
merupakan antjaman. Nah Damsjik dapat dipakai sebagai negeri perisai, asal sadja
tidak mendjadi terlalu lemah.
Sjalmaneser III, radja Asjur, merebut dalam tahun 875 Karkemisj di Syria utara
dengan maksud terang2an untuk meluaskan wilajahnja. negeri2 Aram, termasuk djuga
Israil dan Damsjik, merupakan persekutuan terhadap bahaja itu. Dalam tahun 953
terdjadilah pertempuran hebat di Karkar, jang berachir tanpa hasil jang
definitif; tetapi bagi ahab sangat djelaslah bahaja itu. Ketika tekanan dari
Asyrian berkurang sedjenak, timbulah kembali permusuhan lama antara Aram dan
israil. Bersama2 dengan Josjafat, radja Juda, Ahab mengadakan peperangan jang
berachir dengan kekalahan dan gugurnja Ahab. Dibawah pemerintahan Ahazjahu,
penggantinja jang berpenjakitan (853-852) Moab memberontak, tetapi ditindas oleh
Joram, putera lain dari Ahab (853-841), dengan bantuan Juda. Terdesak oleh
Damsjik, Joram menggunakan revolusi istana, jang menempatkan Hazael diatas
tachta Aram, untuk merebut kembali daerah2 jang lepas dari genggamannja. Dalam
pada itu ia mendapat bantuan lagi dari Ahazjahu, radja Juda. Tetapi waktu
mengepung Ramot di Gi'lead, Joram terluka dan tak lama kemudian dibunuh oelh
Jehu panglimanja, di Jizre'el. Sementara itu Asyrian mendesak madju dan
mengantjam lagi. Dalam tahun 841 Sjalmaneser III memasuki wilajah Hazael, tanpa
merebut Damsjik. Hanja beberapa negeri tetangga sadja jang ditaklukannja.
Jehu (841-814), pendiri wangsa kelima di Israil, berubah politik dan mentjari
persahabatan dengan Asyria lawan Aram. Persahabatan itu sebenarnja berarti
tergantung, sehingga Jehu, jang dalam soal2 dalam negeri bertindak dengan
kekedjaman ala Asyria, toh dengan setia membajar upeti kepada tuannja di Ninive.
Politik itu memantjing balas dendam dari pihak Damsjik atas Jehu. Maka Aram
merebut sebahagian dari Israil. Jehu tidak dapat mengharapkan bantuan dari Juda.
Sebab didalam pemberontakannja Jehu tidak hanja menumpas wangsa Ahab, jang ada
hubungan kekeluargaan dengan Juda, tetapi djuga membunuh radja Juda serta
sebagain dari keluarganja. Joahaz (814-798), pengganti Jehu, ditekan Damsjik
begitu rupa, sehingga Israil selama beberapa waktu kehilangan hampir seluruh
kedaulatannja. Didalam pemerintahan Joasj (798-783), puteranja serta
penggantinja, Israil bangun kembali, sehingga radja itu mengadakan peperangan
dengan Ben-Hadad III dan merebut kembali daerah2 jang hilang. Didalam
peperangan, jang dipantjing oleh Amasja, radja Juda, berhasillah Joasj menawan
Amasja dan merebut kota Jerusalem. Dibawah pemerintahan Jerobe'am II (783-743)
Israil mentjapai masa djajanja jang kedua dan terachir. Ini dimungkinkan pula
oleh keadaan Asyiria, jang mengalami masa kemumduran dan terlalu sibuk ditimur,
sehingga tidak dapat memikirkan Palestina. Dibawah pemerintahan Jerobe'am II itu
Juda hampir seluruhnja bergantung daripada Israil, dan djaman Sulaiman se-akan2
kembali lagi.
Sesudah Jerobe'am mangkat, kemunduran datang dengan tjepatnja. Tenaga di-
habis2kan dengan perebutan tachta, sampai dalam tempo satu tahun ada tiga radja
jang naik tachta, jakni Zekarja, Sjalum dan Menahem. Menahem (743-738) dapat
bertahan, dengan menggunakan kekedjaman jang tak kenal ampun terhadap lawan2nja
didalam negeri, tetapi ia terpaksa mengakui kembali kekuasaan Asyria dalam diri
Tiglat-peleser III (Pul) dan membajar upeti jang berat. Sesudah Menahem mangkat,
timbul lagi kekatjauan, sehingga pemerintahan Pekahnja, putera Menahem (738-737)
beralih ketangan Pekah (737-732). Sebagai anggota serikat negara2 anti-Asyiria
dibawah pimpinan Damsjik ia memberontak lawan tuannja. Bersama dengan Rason dari
Damsjik ia mengadakan peperangan dengan Juda, untuk mamaksa Juda masuk dalam
koalisi itu. Ahaz, radja Juda, minta bantuan Asyiria, jang segera datang,
sehingga pengepungan kota Jerusjalem diputuskan. Dalam tahun 732 Damsjik direbut
oleh Tiglet-Pelezer III. Rason sendiri tewas. Penduduknja diangkut, dan Aram
mendjadi propinsi Asyria. Israilpun kalah dan didjadikan keradjaan kerdil dengan
kedaulatan jang hanja semu sadja. Pekah dibunuh dan digantikan oleh pembunuhnja,
jakni Hosjea' (732-724) dibawah lindungan Asyria. Tetapi golongan anti-Asyria,
jang mengandalkan bantuan Mesir, berhasil menjeret radja itu kedalam
pemberontakan jang tiada harapannja sama sekali. Hosjea' ditawan Sjalmaneser V
dan turun dari tachtanja. Namun demikian, peperangan dilandjutkan djuga di
Sjomron, jang baru direbut oleh Sargon II sesudah dikepung tiga tahun lamanja
(724-721). Menurut tjara jang lazim di Asyria, maka sebagian besar dari penduduk
diangkut dan lambat-laun diganti dengan bangsa2 lain jang djuga dedeportir.
Dengan itu berachirlah setjara definitif sedjarah keradjaan diutara.
Sedjadjar dengan sedjarah Israil pula djalannja sedjarah Juda, jang tak dapat
tidak menudju kekeruntuhan. Radja jang pertama, jakni Rehabe'am (931-913) gagal
dalam usahanja, untuk memulihkan hak2nja di Israil dan segera harus menghadapi
serbuan Mesir. Hanja dengan upeti jang sangat besar sekali ia dapat
menjelamatkan ibukotanja dari penghantjuran. Abia penggantinja (913-911)
mengadakan pertjobaan lagi dengan bantuan Aram, untuk merebut israil, tetapi
kendati kemenangan jang diperolehnja, pertjobaan itu toh tidak berhasil.
Pemerintahan Asa jang berlangsung lama (911-870) melandjutkan peperangan dengan
bantuan Aram lawan Israil. Ia berhasil menangkis serangan baru dari Mesir,
dengan mendatangkan rugi besar kepada pihak musuh, sehingga aman tenteramlah
diselatan selama waktu jang pandjang. Pada achir pemerintahan hubungan dengan
Israil bertambah baik dan mendjadi persahabatan dengan ketaklukan dibawah
pengganti Asa, jakni Josjafat (870-848). Josjafat ikut serta dalam peperangan
Israil lawan Aram dan Moab. Atas usahanja sendiri iapun melakukan peperangan
lawan suku2 Arab dan orang2 Felesjet. usahanja untuk melantjarkan kembali
perdagangan didjaman Sulaiman, dengan membangun armada di Laut Merah menemui
kegagalan, a.l. djuga karena kurangnja tenaga2 ahli. Joram (848-841), puteranja
jang dilahirkan dari 'Ataljahu, puteri Izebel, melandjutkan persekutuan dengan
Israil dan menjokong gabungan Aram lawan antjaman2 serangan Sjalmaneser III
(859-824). Ia tidak berhasil mamatahkan pemberontakan Edom, sehingga negeri itu
mendjadi merdeka untuk seterusnja. Orang2 Felesjet menjebabkan kesulitan2 besar,
dengan serangan mereka setjara besar2an jang berhasil terhadap Jerusjalem. Joram
digantikan oleh Ahazjahu (841), puteranja, jang ikut-serta dalam peperangan Ahab
lawan Damsjik. Ber-sama2 dengan Joram dari Israil ia dibunuh oleh Jehu.
Pemerintahan lalu dipegang ibu suri, 'Ataljahu (841-835). Tindakannja jang
pertama ialah menumpas seluruh keluarga keradjaan. Hanja satu kanak2, jakni
Joasj, diselamatkan dan diasuh dengan sembunji2 oleh para imam Jerusjalem.
Ketika kanak2 itu berumur tudjuh tahun, maka diadakan permufakatan dibawah
pimpinan imam-agung Jojada'. 'Ataljahu dibunuh dan Joasj dipermaklumkan djadi
radja (835-796). Hanja sedikit sadja jang diketahui dari pemerintahannja jang
berlangsung lama itu. Serangan Aram atas Israil, jang praktis menaklukan
keradjaan itu, meluas pula sampai Juda, tetapi ditebus Joasj dengan upeti jang
berat. Joasj dibunuh oleh beberapa pendjawatnja dan digantikan oleh Amas-ja
(796-781), puteranja. Suatu serangan jang dilantjarkan terhadap Edom
menghasilkan suatu perluasan daerah, tetapi peperangan jang dipantjingnja dengan
Israil mendatangkan kekalahan besar, sehingga duduknja diatas tachta itu
hanjalah berkat kemurahan radja Israil sadja. Pemerintahan 'Azarja,
penggantinja, jang disebut dengan 'Uzia (781-740) adalah masa tjemerlang,
kendati penjakit radja itu. Karena perhubungan persahabatan dengan Israil, maka
ia berhasil merebut daerah dari Edom dengan suatu pelabuhan dipantai Laut Merah.
Terhadap suku2 Arab ia kurang berhasil. Peperangan lawan Aram dan Israil, jang
hendak memaksa juda masuk gabungan anti-Asyria, petjah didalam pemerintah Ahaz,
penggati Azarja (736-716). Ahaz terpaksa mentjari bantuan dari Asyria, tetapi
hal itu berarti ketaklukan kepadanja. Ahaz harus membajar upeti dan membiarkan
daerah2 jang sudah direbut Tiglat-pelezer III tetap ditangan Asyria. Juda makin
tak berdaja lagi, dengan djatuhnja Damsjik dalam tahun 732 dan Sjomron dalam
tahun 721, Juda berhadapan sendirian dengan raksasa Asyria, dan tetap berdirinja
adalah berkat kemurahan Asyria se-mata2, selama hal itu diperkenankan Sri
Baginda.
Didalam keadaan itu Hizkia (716-687) naik tachta. Pada galibnja ketaklukkan
kepda Asyria itu bukanlah dengan ichlas hati. Seperti bangsa2 taklukan lainja,
demikianpun Hizkia mulai mengadakan pembaharuan nasional dan persiapan2 militer,
untuk se-lekas2nja melemparkan beban Asyria dari atas pundaknja. Dengan
sendirinja ia lalu mentjari hubungan dengan saingan berat Asyria, jaitu Mesir.
Terhadap gabungan rahasia negeri2 tetangga Hizkia mengambil sikap netral jang
murah hati. Ini mendjadi untungnja. Gabungan itu takluk, ketika kota Asjdod
dihantjurkan. Karena hubungannja itu Hizkita ber-gegas2 menjatakan ketaklukkanja
kepada Sargon dengan membajar upeti jang luar-biasa. Karena perebutan tachta di
Ninive, jang membuat Sanherib mendapat kekuasaan, maka bangsa2 terdjadjah
memberanikan diri dan memulai gerakannja kembali. Merodak-baladan, pemberontak
Babel, berusaha mendirikan keradjaan tersendiri dan mencari bantuan dari Hizkia
pula. Tetapi setelah Babel djatuh, ia terpaksa melarikan diri lagi. Kemudian
Sanherib memasuki Palestina; dengan perang kilat, jang sebetulnja ditudjukan
terhadap Mesir, ia mematahkan segala perlawanan dengan amat tjepatnja. Hanja
'Ekron dan Jerusalemlah jang bertahan terhadap pengepungan. Hizkia berusaha
menjelamatkan diri dengan membajar upeti; tetapi pengepungan diteruskan djuga.
Mesir tengah bergerak madju dengan balatentaranja, ketika perkemahan Asyria
didepan Jerusjalem ditimpa malapetaka; makanja Asyria terpaksa menghentikan
pengepungan itu. Selandjutnya Sanherip sangat sibuk ditimur, chususnja degan
Babel, sehingga ia tak dapat menaruh perhatiannja lagi kepada Palestina,
walaupun Juda tetap mendjadi negeri taklukan dari Asyria. Demikianlah keadaan
Juda, ketika Manasje (687-642) naik tachta. Rupa2nja ia tersangkut pula dalam
pemberontakan Babel jang kesekian kalinja terhadap Asyrian, dengan memberikan
bantuan kepada Babel. Maka ia diangkut ke Asyria sebagai tawanan; tetapi
beberapa waktu kemudian ia dikembalikan lagi ke tachtanja. Amon, putera Menasje,
hanja memerintah selama dua th. (642-640); ia mati terbunuh. Ia digantikan oleh
puteranja jang belum dewasa, Josjijahu (640-609). Asyria menghadapi pindahan
besar2an bangsa Skit, jang membandjiri keradjaan, malahan melintasi Palestina;
dalam pada itu orang Media membangun keradjaan jang besar. Dengan mangkatnja
Asjuribanipal (621) runtuhlah keradjaan Asyria samasekali. Ninive direbut dalam
tahun 621 oleh Babel, jang sudah berdiri kembali, bersama2 dengan orang Media.
Fare'o Nekao dari Mesir hendak menjelamatkannja Asyria, dan melintasi Palestina
dengan pasukan besar, untuk menolong Asyria. Josjijahu jang tidak suka melihat,
Asyria ditegakkan kembali, mentjoba tjegah Fare'o, tetapi dialahkan dan gugur.
Nekao mengangkat pilihannja sendiri djadi radja, jakni Jojakim (609-598), untuk
menggantikan Joahaz, putera mahkota jang ditjabut haknja. Dalam tahun 605 sisa
terachir dari kekuasaan Asyiria dan balabantuan Mesir ditumpas Babel. Karena
kesulitan2 dalam negeri maka Nebukadnezar I tidak segera dapat memaksakan
kehendaknja. Baru dalam tahun 601 ia muntjul; maka segala bangsa ketjil,
termasuk pula Juda, segera menjatakan diri takluk kepadanja. Agaknja Jojakim
ditawan sedjenak, dan harta-benda baitullah dirampas. Seterusnja Jojakim setjara
stjara lahiriah berlaku sebagai taklukan yang patuh, tetapi dengan sembunji2 ia
mengadakan hubungan dengan Mesir; tetapi ia ditentang oleh golongan anti Mesir
jang kuat, jang dipelopori nabi Jeremia. Dalam tahun 599 ia memberontak setjara
terang2ana. Nebukadnezar, jang masih sibuk, di tempat lain hanya mengirimkan
pelbagai gerombolan penjarah ke Juda. Beberapa bulan kemudian ia datang sendiri.
Ketika ia mendekati Jerusalem, Jojakim mangkat dan digantikan oleh Joakin (598).
Jojakin menjerahkan diri dengan sukarela kepada Nebukadnezar dan diangkut ke
Babel ber-sama2 dengan sebagian dari rakjat. Nebukadnezar mengangkat pama
Jojakin djadi radja dan mengubah namanya mendjadi Sedekia (598-587). Radja Juda
jang terachir ini adalah orang jang lemah, dan tidak berdaja menghadapi keadaan
jang amat sulit. Ia mendjadi main2an golongan pro-Mesir. Mesir sendiri sementara
tidak sanggup memberikan bantuan kepada pemberontakan manapun. Sedekia ketahuan
mengadakan hubungan rahasia dengan negeri2 ketjil lainnja jang hendak
memberontak. Maka untuk mentjutji tangannja, ia sendiri datang menghadap
Nebukadnezar, tetapi ini hanja siasat sadja, jang hampir2 tidak merubah politik
rahasianja. Ketika dalam tahun 588 Fare'o jang baru mulai bertindak tegas
terhadap Asyria, tjukup besarlah kemungkinan bagi permufakatan di Jerusjalem
untuk memulai aksi pembalasannja. Ia mengepung Tyrus, tempat kedudukan Mesir,
dan djuga Jerusjalem. Setahun lamanja kota itu dipertahankan dengan mati2an.
Lalu datanglah pasukan pembebas Mesir, sehingga Nebukadnezar menghentikan
pengepungan Jerusjalem, untuk dapat menghadapi bahaja itu dengan hasil jang
baik. Sebulan kemudian ia sudah kembali lagi. enam bulan lamanja koa Jerusjalem
dipertahankan dengan gigihnja, kendati patjeklik jang hebat. Dalam bulan Agustus
587 tembok kota Jerusjalem didobrak dan pasukan Babel memasuki kota itu; Sedekia
mentjoba larikan diri, tetapi ia djatuh kedalam tangan musuh. Putera2nja dibunuh
didepan matanja, dan ia sendiri ditjukil matanja, lalu diangkut ke Babel. Kota
di-djarah2 dan sebagian besar penduduk diasingkan. Sisanja diperintah seorang
gubernur dalam diri Godaljahu, jang beberapa bulan kmeudian dibunuh oleh
sekelompok orang fanatik atar asutan radja 'Amon. Karena takut akan tindakan
pembalasan, maka banjaklah jang lari ke Mesir, dan mereka membawa sertanja nabi
Jeremia. Kemudian diadakan deportasi2 lagi ke Babel. Keradjaan Juda runtuh.
Tetapi dengan diampuninja bekas-radja Jojakin di Babel mulai tampaklah fadjar
pemulihannja.
Dalam ichtisar sedjarah ini digunakan suatu chronologi, jang tidak berdasarkan
kitab radja2. Kelihatannja sadja karya ini memberikan segala bahan jang
diperlukan, karena sangat saksama dalam menjebutkan masa pemerintahan radja
masing2. Tetapi sesungguhnja keterangan2 itu malahan menghadapkan para ahli
dengan suatu teka-teki jang tak terdjawab. Sebab keterangan2 itu tidak
bersesuaian satu sama lain dan tidak tjotjok pula dengan keterangan2 tertentu
lainnja dari sedjarah. Orang mentjari pemetjahan persoalan ini dalam salah-salin
para penjalin, dalam penggunaan beberapa tarich sekaligus, dalam djatuh samanja
sebagian dari pemerintahan dua radja ber-turut2. Tetapi kesmeuanjan itu tidak
memberikan djawaban jang memuaskan karena chronologi, betapapun bagus nampaknja,
selalu hanjalah perkiraan sadja.
Pengarang kitab Radja2 tidak mengindahkan sedjarah politik, melainkan lebih
mengutamakan sedjarah keigaman, jang toh tak terpisahkan djuga dari sedjarah
keradjaan2 itu. Didjaman jang dibitjarakan didalamnja, sedjarah keigaman itu
seluruhnja ditandai dengan pergulatan mati2an antara agama murni Jahwe dan
syncretisme kafir. Sudah lama pergulatan itu berketjamuk, tetapi didalam djaman
itu mentjapai fase terachir.
Untuk ibadah Jahwe, Allah Israil, oleh Sulaiman telah diadakan pusat nasionalnja
jang besar dalam baitullah Jerusjalem. Dipusat tersebut ada ketjondongan jang
kuat, untuk memusatkan se-gala2nja dalam baitullah, sebagai tempat ibadah
satu2nja jang sah. Tetapi sebelum idam2an itu tertjapai, harus ditempuh dahulu
masa jang lama lagi pahit. Disamping pusat itu ada dan tetap ada djuga banjak
tempat sutji setempat, jang disebut 'bukit2 angkar', jang sering bersandarkan
tradisi sampai kedjaman para bapa bangsa. Pengarang kitab Radja2 beranggapan,
bahwa Bait Allah Sulaiman merupakan achir dari perkembangan itu, dan tak laind
an tak bukan ia hanja mengutuk tempat2 sutji itu. Tetapi ini adalah pendapat
jang diprojektir kebelakang, dan jang selama seluruh djaman, jang dibitjarakan
dedalam kitab itu, se-kali-2 bukanlah pendapat jang ortodoks. Kuil2 setempat itu
dibenarkan dan Jerusjalem hanjalah merupakan jang utama. Radja2 merangkap pula
djadi pemimpin ibadah Jahwe, tetapi karena mereka, sering dengan alasan2 politik
serta pribadi, sangat tjondong kepada syncretisme keigamaan, maka sukarlah
mereka dipandang sebagai pendukung aseli dari agama. Djuga para rohaniwan tidak
dapat dipandang demikian, karena mereka umumnja hanja mendjadi pendjilat radja
sadja. Pendukung dari agama jang murni haruslah ditjari dikalangan para nabi.
Didalam kitab Radja2 tampil sedjumlah nabi, jang tidak djarang bersengketa
dengan istana, dan djuga ada nabi2, jang lebih mendjilat radja daripada tampil
sebagai djurubitjara Jahwe. Tojoh2 jang utama ialah elija, Elisja' dan Jesaja.
Dapat ditambahkan pula nabi2 jang tidak disebutkan namanja, jakni Jeremia, Amos,
Hosjea dan Micha. Tokoh2 besar ini muntjul pada saat2 jang gawat, dan mereka
sangat berpengaruh, pul dibidang politik. Nabi2 ini tampil dikeradjaan utara
maupun diselatan, untuk memurnikan dan membela agama Jahwe. Usaha mereka
dirintangi dengan tidak kurang hebatnja dikalangan Jahweisme itu sendiri, oleh
tindakan Jero'beam. Dengan alasan2 politik, jakni guna mengimbangi gaja-pusaran
baitullah Sulaiman, didirikan tempat2 sutji nasional bagi Israil, jaitu di Betel
dan Dan. Maksudnja bukanlah pemudjaan berhala. Kedua patung lembu djantan itu
dipandang sebagai sematjam singgasana bagi Jahwe, jang roh adanja dan tidak
kelihatan. Tetapi ada bahajanja, bahwa orang lalu memandang patung2 itu sebagai
patung Jahwe dan oleh karenanja mendjadjarkan Jahwe dengan Ba'al jang djiga
digambarkan dalam bentuk lembu djantan. Demikian terbukalah djalan bagi
syncretisme, jang selalu mengantjam itu.
Ba'al setempat dengan Asjera, pasangannja, adalah dewa-dewi kesuburan Kena'an,
dan sudah sedjak dahulukala ada ketjondongan untuk memuja dewa-dewi itu
disamping Jahwe di-kuil2nja jang kuno, di-bukit2 angkar. Didjaman radja2
ditambah pula dengan pengaruh dari luarnegeri. Sebab sesuai dengan tabiat djaman
itu, disamping dewanja sendiri orang djuga memudja dewa2 bangsa2 lain, jang
mendjadi sahabatnja atau jang mendjadi tuannja. Dan didjaman radja2 hubungan itu
banjak diadakan. Bahaja bagi semua adalah sebab musababnja para nabi menentang
keras segala hubungan dengan luar negeri. Hal itu sudah dimulai didjaman
Sulaiman, jang karena pengaruh isteri2nja jang banjak djumlahnja dari
luarnegeri, memudja dewa2 mereka dan membangun kuil2 chusus bagi dewa2 itu di
Jerusjalem. Selama pemerintahan Ahab dikeradjaan utara kekafiran
bersimaharadjalela hampir2 dengan penuhnja. Karena pengaruh Izebel, isterinja
dari Tyrus, maka pemujaan Ba'al Tyrus, jakni Melkart, dengan Asjtoret,
pasangannja, kira2 mendjadi agama keradjaan jang resmi; bahka begitu rupa,
sehingga para penganut Jahwe di-kedjar2 dengan hebatnja, sedang para nabi serta
imam Ba'al mempunjai pengaruh mutlak diistana. Lawan terbesar dari Ahab ialah
nabi Elija. Didalam pemerintahan pengganti2 Ahab, terutama didalam pemerintahan
Joram, pengaruh kafir sangat berkurang berkat kegiatan Elija dan Elisja',
muridnja. Malahan Elisja' agak baik hubungannja dengan istana. Jahweisme dapat
menarik napas pandjang lagi. Dengan muntjulnja Jehu timbullah reaksi jang hebat
dan berbaliklah nasibnja. Kekafiran di-kedjar2. Dalam hal itu Jehu lebih
didorong oleh alasan2 politik daripada oleh sifat keigamaannja sendiri. Para
pendahulunja telah melindungi kekafiran, dan lagi ia sendiri berhasil merebut
kekuasaan antara lain djuga berkat dukungan para penganut Jahwe.
Tetapi sementara itu syncretisme bersimaharadjalela di Juda. Hubungan antara
Juda dan Israil achir2 itu baik adanja, dan 'Ataljahu, puteri Izebel, mempunjai
tabiat ibunja dan membawa tjara hidup istana Ahab ke Jerusjalem. Joram sangat
dipengaruhi isterinja jang kafir itu. Ba'al berdjaja di Jerusjalem dan para
penganut Jahwe menghadapi masa jang buruk, lebih2 ketika 'Ataljahu mendjadi Ratu
jang berkuasa mutlak. Dengan sendirinja Joasj, jang diasuh para imam Jahwe,
merupakan reaksi jang hebat terhadapnja. Maka gantilah Ba'al setempat serta
asing menghadapi masa buruk, meskipun tidak lenjap samasekali dari hati rakjat.
Baitullah dipulihkan se-dapat2nja, setelah kemerosotannja didjaman 'Ataljahu.
Didjaman pengganti2 Jehu status quo antara Ba'al dan Jahwe dipelihara di Israil,
namun dengan kemunduran lambat-laun bagi Jahwe. Makin lama makin meresaplah
syncretisme didalam ibadah Jahwe di Betel dan Dan. Belum lagi disebutkan tempat
sutji Jahwe, jang ada disamping kuil2 Baal dan Asjera.
Ketika Juda mendjadi taklukan Asyira, maka sebagai keharusan psikologis dewa2
Asyriapun mesti dipudja oleh bangsa taklukkan itu serta radjanja. Lebih2 radja
Ahaz sangat bersemangat syncretistis, sehingga dewa2 asing, chusunja dari
Asyria, dimasukkan kedalam bait Jahwe. Kebangunan nasional didalam pemerintahan
Hiskia pada hakekatnja berarti pula pembaharuan keigamaan. Dalam pembaharuan itu
nabi Jesaja dan nabi Micha memainkan peranan jang penting. Djatuhnja Sjomron
meninggalkan kesan jang dalam, karena hal itu sungguh merupakan bukti jang
djelas bagi dalil para panganut Jahwe. Hizkia mengadakan pembersihan sekalian
dewa, jang mendapat tempatnja di Juda dan Jerusjalem. Bahkan ia menghapus kuil2
Jahwe setempat, sehingga pemusatan ibadah Jahwe di Jerusjalem mendjadi suatu
kenjataan. Tetapi agama, jang dipulihkan lebih bersandarkan alasan nasional
daripada alasan keigamaan itu, salah-berkembang mendjadi formalisme lahiriah dan
mundur dalam tempo jang singkat. Malapetakan datang didalam pemerintahan
Menasje, seornag syncretis jang tak kenal malu, malahan seorang kafir tulen.
Segala sesuatu jang asing dimasukkan ke Jerusjalem, dengan praktik2nja jang
kadang2 mesum dan berdarah, bahkan diberi tempat didalam bait Jahwe; hal ini
tentu sadja merugikan bagi ibadah Jahwe. Dimanapun djua muntjul patung2 Ba'al
dan Asjtarte, dan dewa2 perbintangan Asyriapun dipudja2. Kekafiran Menasje
begitu hebatnja, sehingga ia melantjarkan penghambatan terhadap para penganut
Jahwe jang radjin. Tetapi Amon, puteranja, mengikuti langkah bapaknja sebelum
bertobat. Reaksi terhadapnja timbul didalam pemerintahan Josjijahu, sehingga
nama radja ini tidak terpisahkan dari pembaharuan keigamaan jang mendalam.
Dimulainya pembersihan baitullah kota dan negeri dari segala anasir jang asing
dan menentang Jahwe. Kegiatan ini menimba kekuatan baru dari kitab, jang
diketemukan kembali dalam pekerdjaan2 perbaikan baitullah, dan jang hilang serta
terlupakan selama pemerintahan Menasje. Kitab tersebut memuat per-undang2an
mengenai baitullah Jerusjalem dan dengan sendirinja merupakan pembelaan bagi
baitullah sebagai satu2nja bait Jahwe jang sjah. Isi kitab tersebut lebih kurang
sama dengan bagian per-undang2an Kitab Ulangtutur. Pembaharuan dilaksanakan
menurut asas2 dan dalil2 kitab tadi, tidak hanja diwilajahnja sendiri tetapi
djuga di bekas keradjaan Israil. Dimasa itupun timbul pula nabi Jeremia.
Walaupun namanja samasekali tidak disebutkan didalam kitab Radja2 namun agaknja
ia merupakan salah satu tokoh besar dibelakang lajar. Tetapi ia melihat lebih
djauh; dalam mengadakan pembaharuan itu, seisi istana didorong oleh alasan2
politik maupun keigamaan. Jeremia lebih tahu, bahwa pembaharuan itu bertjorak
formalitas dan bahwa ibadah Jahwe dipandang dan djuga dilakukan setjara magis.
Kegembiraan keigamaan jang tjetek itu mendapa tudjian jang hebat, ketika radja
jang saleh itu, diluar dugaan samasekali dialahkanoleh Mesir dan gugur. Segera
setelah kematiannja, timbul lagi syncretisme. Hal itu tidak mengherankan,
mengingat pembaharuan jang setengah dipaksakan pemerintah itu. Alasan2 politik,
chususnja hubungan dengan Mesir, memainkan peranannja djuga dalam hal ini.
Pemudjaan hewan di Mesir dimasukkan ke Jerusjalem. Didalam pemerintahan Jojakim
agama Jahwe jang aseli dihambat lagi, karena hakikatnja agama itu selalu anti-
Mesir. Adapun Jeremia tidak begitu terpandang di Jerusjalem. Ini berlangsung
hingga achir. Sedekia sendiri boleh djadi baik hatinja, tetapi ia terlalu lemah
wataknja untuk bertindak tegas. Demikianlah kehantjuran Jerusjalem mendapati
Jeremia, pembela Jahweisme jang besar itu, didalam pendjara, dan sedjumlah dewa2
asing didalam baitullah disamping Jahwe. Kitanja api pembuangan perlulah untuk
membakar habis syncretisme jang sudah berakar dalam itu, sampai Israil dalam
praktikpun sungguh mengakui Allah jang benar sebagai satu2nja Allah. Hingga
waktu itu praktisnja hanja suatu kelompok orang pilihan sadjalah jang
mengakuiNja.
Kebanjakan keterangan tentang sedjarah-politik-keigamaan jang dilukiskan diatas
itu didapat dari kitab Radja2. Tetapi kesemuanja itu tertjantum didalamnja dalam
bentuk jang agak aneh dan tak begitu setimbang. Pengarang memberikan laporan
jang pandjang-lebar tentang kenaikan tachta Sulaiman serta pemerintahannja (I
Rdj.1-2.3-11). Kemudian disadjikannja setjara sedjadjar sedjarah kedua keradjaan
jang berdiri sendiri itu (I Rdj. 11-II Rdj. 17). Tjara kerdjanja begini: mulai
dengan Jerobe'am diutarakannja pemerintahan seorang radja dari keradjaan jang
satu itu selengkapnja; dan kemudian diutarakannja pemerintahan satu dua radja
dari keradjaan jang lain, jang berkuasa selama djangka waktu jang sama. Setelah
mengutarakan pemerintahan dari jang terachir ini seluruhnja, ia kembali lagi
kekeradjaan jang satu itu, untuk mengutarakan pemerintahan radja2 jang semasa.
Keterangan2 tentang radja2 tadi disusun didalam rangka tertentu, kadang2 agak
dipaksakan. Rangka ini tidak selalu persis sama, tetapi perbedaanja toh hanja
ketjil. Di dalam rumus pendahuluan jang tetap disebutkan tahun naik tachta,
dihitung menurut masa pemerintahan radja dari keradjaan jang paralel, dan
dihitung menurut masa pemerintahan radja dari keradjaan jang paralel, dan lagi
umur waktu naik tachta (hanja dari radja2 Juda), lamanja memerintah, nama dan
asal-usul ibunja (hanja dari Juda); achirnja suaut penilaian kesusilaan radja
jang bersangkutan, hal mana senantiasa buruk djatuhnja bagi radja2 Israil.
Kemudian berikutlah keterangan2 chusus, djika ada. Dan disudahi dengan rumus
penutup jang lebih landjut dan lebih terperintji, dan menjebutkan kematian serta
pemakaman radja jang bersangkutan dan penggantinja jang sjah. Tetapi adakalanja
pula si pengarang memuat bahan2 jang melampui batas2 rangkanja dan mengenai
beberapa radja (IRdj 17 - II Rdj 2-13). Sesudah sedjarah kedua keradjaan itu,
lalu dilandjutkan dengan kisah Juda setelah djatuhnja Sjomron (18-25,21), tetapi
si pengarang tidak lagi mengikuti rangka jang dipilihnja. Achirnja disadjikannja
dua tambahan tentang masa setelah djatuhnja Jerusjalem. (II Rdj 25,22-26.27-29).
Si pengarang menimba bahan2nja dari pelbagai sumber, jang sebagian berasal dari
Juda dan sebagian lagi dari Israil. Bolej djadi sumber2 dari Israil sesudah
djatuhnja Sjomron, dibawa para penganut Jahwe jang setiawan ke Jerusjalem. Ia
sendiri menundjuk dengan djelas akan tiga karya, jakni "Riwajat hidup Sulaiman",
"Kitab Tawarich Radja2 Israil", dan "kitab Tawarich Radja2 Juda. Tawarich ini
kiranja bukan buku peristiwa @ penting keradjaan atau arsip keradjaan, melainkan
hendaknja lebih dipandang sebagai karya perseorangan tak-resmi, jang dapat
dibatja umum. Disamping buku2 tadi bagi si pengarang masih tersedia banjak
sumber lainnja. Kedua pasal permulaan tentang kenaikan tachta Sulaiman (I Rdj 1-
2) diambil dari naskah jang djuga mendjadi sumber bagi II Sjem 9-20. Kisah jan
gagak pandjang tentang Elia (IRdj. 17-19. 21; II Rdj. 1,2-17 Elisja. (II Rdj.
2,1-25; 3,4-8, 23: 13,12-14,13) diambil dari kumpulan kisah, jang berasal dari
kalangan "tjanterik nabi". Tjoraknja sangat populer dan menjatupadukan pelbagai
pandangan serta tafsiran, tentang tokoh2 raksasa itu, jang sebagaimana lazimnja
dengan oknum2 sebesar itu, memberikan banjak bahan untuk chajalan keigamaan dan
mengambil-alih tjeritera2 lainnja. Kisah2 peperangan dengan Aram (I Rdj. 20.22)
diambil dari sumber lain lagi. Suatu kisah nabi terdapat djuga dalam I Rdj. 13,
1-34; 14, 1-18, sedang II Rdj. 18, 4-20, 19 diambil dari serangkaian kisah
tentang nabi Jesaja, jang djiga dimuat dalam kitabnja sendiri. Mengenai uraian
tentang bangunan serta susunan baitullah, perbaikannja dan hartabenda jang
disimpan didalamnja, - hal2 mana mendapat perhatian chusus si pengarang, -
kiranja diambil dari arsip baitullah. Kadang2 laporan singkat tentang karya
bangunan radja2 dan tjatatan singkat tentang kegiatan militer mengingatkan kita
akan inskripsi, seperti jang biasanja merupakan penginggalan radja2. Sungguhpun
sering sulit menentukan sumber2 itu setjara terperintji, namun djelaslah
kiranja, bahwa dalam kitab Radja2 itu digunakan sedjumlah sumber. Dan sumber2
itu amat berlainan asalnja, hal mana lebih2 pentingnja dalam menentukan nilainja
sebagai sumber sedjarah jang objektif. Tetapi pada umumnja kitab Radja2 dalam
hal ini sangat boleh dipertjaja; dan pada bangsa2 lain didjaman itu tiada
terdapat karya historis satupun jang senilai dengannja.
Pengarang Kitab Radja2 memilih bahannja dan menjusunnja dengan maksud tertentu.
Maksud ini tampak dengan djelasnja dalam pertimbangan2 pribadi jang singkat atau
pandjang, jang terdjalin dalam kisahnja. Teranglah bahwa maksudnja per-tama2
bukannja untuk mendjadikan sedjarah profan. Peristiwa2 politik jang penting
sering hanja disebutkan setjara singkat sadja, malahan adakalanja tidak
disinggung samasekali; dan radja2pun se-kali2 tidak dipertimbangkan menurut
ketjakapan politiknja. Tetapi segala sesuatu jang penting dalam bidang keigamaan
dilukiskan dan dilaporkan dengan pandjang lebar. jang disadjikan si pengarang
bukanlah per-tama2 sedjarah, melainkan lebih2 theologi mengenai sedjarah. Allah
adalah Tuhan dari Sedjarah, jang akhirnja mengatur se-gala2nja menurut
kehendakNja. Faktor2 insani, jang djuga memainkan peranannja, sedikit banjak
dilalaikan. Lebih2 ini ternjata dari muntjulnja pelbagai nabi dilapangan
politik. Atas firman Jahwe mereka menundjuk radja2 atau menubuatkan djatuh dan
binasanja, bahkan diluar Israil. Allah memilih radja2Nja, untuk melaksanakan
rentjana2Nya; dan itulah tugas mereka. Djika mereka tidak melakukan tugas itu,
maka mereka ditolak dan digantikan oleh orang lain. Adapun tjorak tetap wangsa
Dawud adalah berkat djandji Jahwe kepada Dawud, jang berulang-ulang disebutkan.
Djandji itu mempengaruhi seluruh sedjarah wangsa Dawud dan oleh karenanja djuga
sedjarah keradjaannja. Tetapi djandji kepada Dawud itu sesungguhnja tak lain dan
tak bukan ialah perintjian lebih landjut dari djandji kepada seluruh bangsa itu,
jaitu perdjandjian. Pada hemat pengarang, setelah pemisahannja, kedua bagian
dari keradjaan semula itu sama besar kemungkinannja, tetapi ke-dua2nja me-
njia2kan kemungkinan itu. Jahwe selalu setia akan djandjiNya, tetapi umat tidak
memenuhi sjarat, sehingga tak dapat tidak binasa djadinja. Si pengarang, jang
sependapat dengan kitab Ulangtutur, memandang bail Sulaiman sebagai lambang
perdjandjian itu. Maka itu radja2 Israil, jang tidak menerima lambang tadi,
tetapi memelihara dua saingan (jakni Betel dan Dan) ditjelanja setjara kolektif.
Radja2 Juda meski saleh sekalipun, ditjela djuga karena mereka diluar baitullah
masih membiarkan adanja tempat2 sutji Jahwe lainnja. Gagasan2 dan pendapat2 itu
semuanja hanjalah segi2 dari satu gagasan besar jang menguasai se-gala2nja,
jakni gagasan akan perdjandjian dan pilihan tertjantum didalamnja. Perdjandjian
itu mempunjai tuntunan2nja kepada umat Allah serta radja2, jang mewakili umat.
Kesetiaan kepada perdjadjian digandjar dengan kemakmuran serta kesedjahteraan,
sedang ketidak -setiaan dan penjelewengan. Melihat kesudahannja, memang tidak
dapat tidak kedua keradjaan itu djatuh binasa. Dalil ini menerangkan seluruh
sedjarah jang tjelaka dari umat Allah itu.
Mengingat dalil itu, djelas pulalah, bahwa kitab Radja2 dalam bentuknja jang
sekarang ini ditulis paling tidak sesudah tersiarnja kitab Ulangtutur (th.621).
Ada beberapa ahli jang berpendapat, bahwa kitab ini diterbitkan beberapa kali.
Pertama kalinja sesudah pembaharuan Josjijahu dan sebelum kematiannja (609).
Kabar tentang kematiannja serta kedjadian2 sesudahnja ditambahkan pada
penerbitan kedua. Tetapi kiranja itu bukan pendapat jang dapat diterima.
Seluruh ketjenderungan kitab ini djustru terarah kepada djatuhnja Jerusjalem,
sehingga karya itu tentunja disusun sesudahnja, dari bahan2 jang biasanja lebih
kuno. Kabar terachir tentang pengampunan Jojakin di Babel menjarankan kepada
kita untuk menentukan tanggal seluruh kitab itu sampai sesuadah tahun 562.
Teranglah kitab itu sudah selesai, sebelum ada ketentuan tentang pengembalian
dari Bebel (536). Bahwasanja kemungkinan masih ada beberapa imbuhan ketjil jang
ditambahkan padanja (I Rdj. 8, 44-51; II Rdj. 13,4-6; 17, 7-33), adalah djelas
pula, karena teks2 itu ditulis sesudah masa pembuangan. Lagipula perbedaan
antara terdjemahan Junani kuno dan naskah Hibrani sekarang menundjukkan, bahwa
kitab itu lama se-akan2 masih terbuka dan belum merupakan suatu keseluruhan jang
genap.
Dahulu lazimnja dianggap, bahwa pengarang kitab itu nabi Jeremia, tetapi dewasa
ini anggapan itu umumnja ditolak. Namun demikian, diterima djuga, bahwa si
pengarang berasal dari lingkungan nabi Jeremia, mengingat adanja kesamaan
gagasan. Pengarang, jang amat besar perhatiannja kepada ibadah dan baitullah,
sudah barang tentu termasuk golongan para imam; dan karena kesukaannja akan
Jerusjalem, maka kediamannja harus ditjari didalam kota itu atau paling tidak di
Juda.
Djelaslah kiranja, bahwa kitab ini masih mempunjai arti keigamaannja pula bagi
umat Serani, sebab Allah masih senantiasa mendjadi Tuhan dari sedjarah, dan umat
Allah dalam Perdjandjian Barupun masih diingatkan pula untuk tetap setia kepada
Perdjanjian ini. Meskipun itu sudah mendjadi perdjandjian abadi dan tak
terputuskan, namun perdjandjian itu mempunjai tuntunan2nja kepada manusia, untuk
tetap menganggapi kepulihannja. Itulah peladjaran besar, jang tetap bergema dari
sedjarah Israil.