Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 7 No. 1 Tahun 1992 > 
DWI SIFAT DASAR KEILAHIAN DAN KEINSANIAN KRISTUS 
Penulis: Joachim Huang166
 PENGANTAR

Pribadi Tuhan Yesus Kristus memang merupakan tokoh dan sosok sentral dalam seluruh sistem keyakinan Kristiani. Kekristenan tidak dapat dipisahkan dari nama, pribadi, sifat-sifat unik dan karya-karya-Nya. Seluruh eksistensi serta substansi iman Kristen tidak bisa tidak harus berpusat, berdasar, bergantung, dan bertumbuh di dalam, oleh dan melalui Tuhan sendiri. Tanpa Dia, Kekristenan hanyalah kulit tiada isi. Jadi Yesus, Sang Putra Allah yang lahir dan Nadir di bumi melalui peristiwa inkarnasi, menjadi berita pokok dari Injil, Kabar Baik dari Allah bagi umat manusia.

Karena itu tidaklah berlebihan juga tidaklah mengherankan bila dikatakan bahwa hidup atau matinya Gereja terletak di tangan Tuhan. Memang tak bisa disangkal bahwa semenjak abad-abad permulaan Gereja lahir, dogma ajaran tentang Yesus, Oknum kedua dari Allah Tritunggal senantiasa mendapatkan ujian dan serangan yang gencar. Berbagai macam bidat atau sekte/aliran yang menyimpang dari ajaran rasuli telah bermunculan dengan pandangan-pandangan mereka yang menyesatkan. Sekalipun mereka berpendapat bahwa mereka benar, namun dalam usaha mereka menjelaskan keunikan Kristus, mereka telah tersandung dan gagal memahami keyakinan yang ortodoks, murni dan benar tentang Kristus.

Dalam keduabelas butir pengakuan iman rasuli, separuh dari padanya memaparkan perihal Tuhan kita Yesus.164 Mulai dari sebutanNya, kelahiran-Nya, penderitaan-Nya, kematian-Nya, penguburan-Nya, kebangkitan, kenaikan ke sorga sampai kedatangan-Nya kembali kelak ditegaskan secara runtut dan jelas. Karena itu tanpa sedikitpun keraguan, Gereja Tuhan perlu berpegang teguh pada pengakuannya ini di sepanjang sejarah perjalanannya.

Permasalahan dwi sifat dasar Kristus (the two natures of Christ) adalah salah satu isu Kristologis yang paling mengundang perdebatan. Bahkan D.K. McKim menyebutnya sebagai "Pertanyaan-pertanyaan mengenai Yesus yang paling penting berputar di sekitar pokok-pokok persoalan tentang humanitas (keinsanian) dan divinitas (keilahian)-Nya."165 PraeksistensiNya, kelahiran Yesus melalui anak dara Maria, sifat tanpa dosa, kelayakan dan keabsahanNya menjadi Juruselamat berpangkal pada pengertian yang tepat tentang siapakah Kristus Person theantropis (Pribadi Allah - Manusia) ini. Walaupun harus diakui bahwa tidaklah mudah dan sederhana untuk menerangkan keunikan-keunikan sifat di seputar Pribadi Kristus, namun kita tetap harus mencoba memahami misteri agung ini sampai pada limit kemampuan akal ciptaan manusiawi yang terbatas. Sebab itu, di dalam ketergantungan pada penyataan (wahyu) sorgawi kita benar-benar membutuhkan bimbingan dan penerangan Allah. Penyelidikan ini haruslah berangkat dari titik iman percaya, kemudian kita masih harus mengembangkan pengetahuan atau pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Demikianlah kita perlu terus-menerus bertumbuh dalam kasih karuniaNya sesuai dengan kehendakNya (2Pet 3:18).

 SIFAT DASAR KEILAHIAN PADA PERSON KRISTUS

Kristus yang disaksikan oleh Alkitab adalah puncak dari seluruh penyataan Allah sendiri di dalam rupa dan wujud manusia yang dapat dilihat, diraba dan didengar. Namun manusia ini bukanlah sembarang manusia. Jikalau Dia adalah manusia biasa saja, maka Dia tidak lebih daripada manusia-manusia lain keturunan Adam, yang juga mewarisi dosa asal dengan segala bentuk dosa dan kelemahan yang lebih jauh diperkembangkan. Untuk melacak sampai seberapa sungguh dan benar sifat dasar keilahian yang dimiliki oleh Kristus dari kekal sampai kekal, kita harus menelusuri kembali fakta dan data yang terdapat dalam Kitab Suci itu sendiri sebagai standar yang paling otoritatif. Baik lewat tutur perkataan-Nya, kesaksian hidup-Nya, beserta dengan segenap karya-karya-Nya, kesemuanya ini senantiasa menyatakan jati diri ke-Tuhan-an Yesus Kristus.

Dari begitu banyak ayat-ayat firman Allah yang hendak penulis ketengahkan di sini, sebaiknya dikelompokkan secara sistematis agar memudahkan kita mengkajinya ulang.

Yesus menyandang gelar nama ilahi. Dia disebut sebagai "Firman" (Logos) yang tidak lain adalah Allah sejati (Yoh 1:1, 14, 18). Rasul Tomas secara eksplisit menyapa Tuhan yang bangkit sebagai Allah (Yoh 20:28). Mesias yang diturunkan dalam keadaan-Nya sebagai manusia sesungguhnya adalah Allah yang harus dipuji selama-lamanya (Rm 9:5). Ayat-ayat lain yang langsung menunjuk kebenaran sedemikian terdapat dalam Tit 2:13, juga dalam 1Yoh 5:20. Gelar "Anak Allah" (dalam bentuk kata ganti orang tunggal) berulangkali disitir oleh para penginjil seperti yang dicatat dalam Mat 14:33; 16:16, 17; Mrk 1:1; Yoh 1:18 dan seterusnya. Tuhan sendiri pun menyebut diri-Nya sedemikian (Yoh 5:25; 10:36; 11:4). Bahkan dalam peristiwa yang khusus saat Tuhan dibaptiskan di sungai Yordan dan dipermuliakan di atas gunung, Allah memanggil-Nya "AnakKu yang Kukasihi..." (Mat 2:15; 3:17 dan 17:5). Dalam seluruh PB, rasul Yohanes lima kali menyebut Tuhan sebagai "Anak Tunggal Bapa" (Yoh 1:14, 18; 3:16, 18 dan 1Yoh 4:9). Daud oleh ilham Roh menunjuk perihal Tuhan dengan gelar "Tuan" (lihat Mat 22:43-45). Selain itu di dalam kitab Wahyu, beberapa kali Yesus dikatakan sebagai "Alfa dan Omega", suatu nama ilahi yang hanya boleh dikenakan pada Allah sendiri (Why 1:8; 21:6 dan 22:13).

Yesus mempunyai sifat-sifat asasi Ke-Allah-an. Esensi Allah memang dimiliki oleh Kristus, sehingga segala atribusi yang hanya menjadi milik Allah juga melekat pada diri-Nya. Kalimat dari Tuhan yang paling mengejutkan orang-orang Yahudi adalah klaim bahwa Dia sudah ada sebelum Abraham jadi (Yoh 8:58).167 Rasul Paulus juga menyebutkan hal yang serupa (Kol 1:17). Pernyataan ini jelas telah mengungkapkan sifat keberadaan-Nya yang kekal, bahkan tak tergantung pada pembatasan waktu atau zaman. Tuhan Yesus sudah mempunyai kemuliaan di hadirat Bapa sebelum dunia tercipta (Yoh 17:5). Penulis surat Ibrani meneguhkan ketidakberubahan Kristus (Ibr 13:8). Karena itu tidak pelak lagi, kalau Tuhan berkuasa memberi hidup kekal (Yoh 5:21, 26; 11:25 serta 14:6), sebab Dia dan Bapa adalah satu, sehingga juga memiliki segala kekayaan sifat Allah di dalam diri-Nya (Yoh 10:30, 38; bandingkan dengan Kol 2:2, 3, 9). Atribusi-atribusi lainnya yang menunjuk pada KeilahianNya adalah mahakuasa (Mat 28:18; Yoh 3:35; 17:2; Ef 1:20, 21; 1Ptr 3:22 dan Why 1:8); mahatahu (Yoh 5:42; 6:64; 16:30; 21:6; Kis 1:24; Ibr 4:13 serta Why 2:23); mahaada (Mat 28:20; Kis 18:10); juga mahasuci (Ibr 4:15; 7:26 dan 1Ptr 2:22).

Yesus setara dengan Allah Bapa. Sebagai konsekuensi logis dari karakteristik Ke-Allah-an yang dipunyai oleh Tuhan Yesus, maka Dia setara dengan Bapa-Nya.168 Semisal dalam hal disebutkan bersama nama Bapa dan Roh Kudus sewaktu sakramen baptisan (Mat 28:19). Kemudian juga dikaitkan dengan pengucapan salam dan berkat dari Allah (2 Kor 13:14; Rom 16:20; Ef 1:2; 6:23; Gal 1:3; Fil 1:2; 2Tes 1:2 dan 2Pet 1:2). Di dalam kesatuan-Nya dengan Bapa (Yoh 10:30) Dia juga patut dipercaya (Yoh 14:1), dikenal (Yoh 17:3), dan berhak untuk disembah oleh manusia (Mat 2:11; 14:33 dan 28:19). Sehubungan dengan perkara yang terakhir disebutkan ini, tiada makhluk-makhluk lain, manusia biasa, dan malaikat sekalipun yang termasuk kategori ciptaan, yang boleh disembah seperti Allah Sang Pencipta mahatinggi.

Yesus melakukan karya yang hanya dikerjakan oleh Allah. Sudah barang tentu di dalam penciptaan dan pemeliharaan alam semesta ini, Tuhan Yesus turut berperan serta berkarya bersama Person lain dari Allah Tritunggal (Yoh 1:3; Kol 1:16, 17 dan Ibr 1:2, 10). Kemudian Dialah yang menopang segala sesuatu dengan kuasa-Nya yang tak terbatas (Kol 1:17 dan Ibr 1:3). Mujizat demi mujizat yang dikerjakan Yesus dengan jelas menyatakan sifat keilahian-Nya yang melampaui alam (pelajari tujuh tanda ajaib yang dipaparkan dalam Injil Yohanes, Yoh 2:1-11; 4:4b-54; 5:1-9; 6:1-13; 6:16-21; 9:1-41 dan Yoh 11:1-44). Di dalam hal karya penebusan, Tuhan bukan saja berkuasa untuk mengampuni orang berdosa (Mrk 2:5, 9 dan 10); Dia pun berkuasa untuk membangkitkan orang mati (Yoh 5:21; 6:40, 54 dsb.). Bahkan pada hari Tuhan nanti Dia akan menghakimi semua manusia (Mat 25:31-46; Yoh 5:22, 27 serta Kis 10:42).

Demikianlah sejumlah ayat-ayat Alkitab yang hanya merupakan sebagian kecil dari keutuhan firman Allah yang menyatakan sifat dasar keilahian Kristus. Meskipun semua ayat-ayat yang disebutkan di atas berasal dari Perjanjian Baru, bukan berarti bahwa dalam Perjanjian Lama sama sekali tidak ada indikasi yang menyatakan keberadaan Person kedua dari Allah Tritunggal. Umumnya dalam beberapa peristiwa teofani (Allah menampakkan diri-Nya dalam wujud manusia) terlihat juga keadaan Tuhan yang sesungguhnya.169

 SIFAT DASAR KEINSANIAN PADA PERSON KRISTUS

Di samping Alkitab berulangkali dan dengan berbagai cara menunjukkan sifat dasar keilahian Kristus, di dalamnya juga terkandung banyak ayat yang menunjang bukti-bukti keinsanianNya. Kemanusiaan Yesus yang sempurna dan penuh telah dimanifestasikan baik secara langsung maupun tidak. Kita juga dapat mengelompokkan ayat-ayat berikut yang memperlihatkan kebenaran faktual bahwa memang Yesus adalah manusia sejati, yang riil, dan yang mempunyai akar sejarah yang jelas.

Yesus mempunyai sifat sejati insani. Hal ini mengungkapkan bahwa Dia memiliki segala unsur manusiawi, baik tubuh jasmaniah (Ibr 10:5) yang dapat dilihat, dijamah (1Yoh 1:1-3); maupun jiwa dengan segala dimensinya, seperti pengetahuan, daya nalar pikiran atau akal budi, perasaan emosi, totalitas kehendak dan sebagainya (Yoh 2:25; 1Kor 2:16; Mat 26:38, 39). Tuhan Yesus, sebagaimana manusia umumnya, juga mengalami fase-fase pertumbuhan fisik, mental, intelek, kesadaran sosial, dsb. semenjak bayi, masa kanak-kanak, remaja, pemuda hingga dewasaNya (Luk 2:12, 21, 22, 40 dan 52). Jadi kewajaran perkembangan ini adalah lumrah dan secara normal juga berlaku bagi sifat dasar insani Tuhan. Karena itu dalam berbagai kondisi Dia pun dapat merasakan keletihan fisik (Yoh 4:6); mengantuk lalu tertidur (Mat 8:24); haus (Yoh 19:28); kegeraman, kejengkelan bahkan amarah (Mrk 3:5; Luk 19:45); kegelisahan, gentar dan takut (Luk 22:44); terharu, sedih dan menangis (Yoh 11:33, 35); juga Dia pernah menjadi lapar (Mat 4:2) sewaktu berpuasa di padang gurun.

Yesus mempunyai keluarga, silsilah dan sebutan sebagai Anak Manusia. Dalam keempat Injil, tidak kurang dari delapan puluh kali Yesus menyebut diri-Nya adalah Anak Manusia (semisal dalam Mat 26: 63, 64; Mrk 2: 10; Luk 7:34; Yoh 12:23 dst). Dengan menggunakan titel ini, secara pasti Yesus mengidentifikasikan diri-Nya dengan manusia biasa. Selain itu Dia juga dipanggil dengan nama Anak atau keturunan Daud, sekalipun ini mempunyai konotasi teologis yang khusus.170 Apabila kita memperhatikan dengan seksama keunikan sifat manusia Yesus, kita tak boleh merupakan bahwa Dia juga memiliki silsilah keluarga (Mat 1:1-6 dan Luk 3:23-38).171 Hal ini membuktikan bahwa Dia memang pernah eksis di dalam kurun sejarah. Di dalam PL, para nabi sering mengaitkan atribut "Sang Mesias" dengan gelar sebutan "anak manusia" (Dan 7:13, 14, 27 dan ayat-ayat yang satu konteks dengannya). Hubungan istilah "seseorang seperti anak manusia" dengan "orang-orang kudus, umat dari Allah yang mahatinggi" tidak saja menghunjuk pada arti kemanusiaan secara umum, namun juga menunjukkan wewenang ilahi atau kedaulatan Allah yang secara khusus menyertai atau pada diri seseorang. Demikianlah Yesus mempunyai gelar Anak Manusia di samping sebutan Anak Allah. Dia adalah manusia sejati sekaligus Allah yang kekal.

Yesus dilahirkan dari rahim seorang manusia. Meskipun kita mengetahui dan mengakui bahwa Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia berdarah daging, namun kehadiran-Nya di bumi ini juga melalui proses kelahiran seperti manusia-manusia lain pada umumnya. Sesungguhnya Dia lahir dari Allah Bapa sendiri dan oleh naungan Roh Kudus Dia dikandung secara unik. Inkarnasi Sang Logos, Kalam menjadi daging memang adalah suatu peristiwa mujizat teragung dari Allah yang sulit dipahami, tetapi keajaiban itu justru terletak pada perihal bagaimana Allah menghadirkan Person kedua Allah Tritunggal melalui anak dara Maria (Mat 1:18-23; 2:11; Luk 1:30-33; Gal 4:4). Demikianlah yang mustahil bagi manusia menjadi mungkin bagi Allah. Yang supranatural memasuki dunia natural lewat cara yang alami yakni dengan jalan dilahirkan keluar dari rahim seorang perawan. Prakarsa Allah secara aktif menghendaki Maria mengandung selama sembilan bulan lebih sebagaimana usia yang normal bagi bayi manusia lainnya. Kemudian pada waktunya telah tiba, tentu Maria juga mengalami sakit bersalin sebagaimana juga dirasakan oleh semua ibunda yang melahirkan anak mereka. Jadi bayi Yesus inilah yang merupakan penggenapan janji Allah bahwa Dia adalah keturunan atau benih dari seorang perempuan (baca Kej 3:15 bersama dengan Mat 1:23; Yes 7:14). Tidak heran bila rasul Paulus kembali menandaskan doktrin mengenai kelahiran Anak Manusia ini dalam Roma 9:5 dengan menyebutkan bahwa orang-orang Israel adalah keturunan bapa-bapa leluhur yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia. Jelaslah bahwa Yesus adalah manifestasi Firman dalam wujud dan rupa insan berdaging, seorang manusia sejati (Yoh 1:14; Rm 1:3 dan 1Tim 3:16), yang kemudian tinggal di antara sesama-Nya.

Yesus selaku manusia juga mengalami pencobaan. Sifat dasar insani Tuhan Yesus juga diteguhkan melalui pencobaan yang dialami-Nya. Pencobaan adalah suatu situasi krisis namun netral di tengah-tengah tarikan antara ujian dan godaan. Yesus dipimpin oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk diuji, sementara Iblis datang menggodaNya berulang kali (Mat 4:1-11). Kesaksian keempat Injil mengenai pencobaan-pencobaan yang dihadapi oleh Kristus dapat dirangkumkan dalam Ibrani 4:15, bahwa Dia dicobai dalam segala hal, sama seperti kita manusia, hanya tiada berdosa. Ujian yang paling berat tiba sewaktu Yesus harus menghadapi penyaliban. Di taman Getsemani Dia bergumul begitu hebat sampai dikatakan peluhNya menitik seperti darah yang bertetesan ke tanah (Luk 22:44). Hal ini jelas menyatakan bahwa perjuanganNya melawan kuasa dosa yang menggoda, peperangan antara kepentingan kehendak diri-Nya dengan kehendak Bapa adalah sungguh-sungguh riil. Dengan tepat Bruce Milne mengatakan:

Only one who resisted temptation totally could experience its total power. Jesus did not share original sin and remained impeccable throughout his life, but as true man he endured the weight and pull of temptation to a degree we shall never experience172

 KEUNIKAN RELASI DARI KEDUA SIFAT DASAR

Konsep ke-Allah-an orang Kristen memang unik dan khas. Trinitas tidak saja menunjuk pada satu hakekat (esensi) Allah yang mahaesa namun juga menyatakan adanya tiga Person Allah (Bapa, Anak dan Roh Kudus) yang setara satu dengan yang lainnya dalam segala sifat dasar, atribut dan posisiNya.173 Di antara Bapa, Tuhan Yesus dan Allah Roh Kudus, Kristus sebagai Person kedua dari Allah Tritunggal mempunyai natur yang lebih unik lagi. Dia adalah sang Pengantara yang esa (tunggal dan satu-satunya) antara Allah dan manusia, demikian disebutkan dalam I Timotius 2:5. Sebagai sang Mediator antara Khalik dan makhluk yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah sendiri, Yesus tentu memiliki dwi sifat dasar yang menyatu pada satu Pribadi. Kedua sifat dasar ini adalah keilahian dan keinsanianNya. Namun harus benar-benar ditekankan di sini bahwa Yesus sama sekali bukan termasuk kategori makhluk ciptaan. Dia adalah Allah sejati yang lahir menjadi Manusia sejati pula.

Di dalam sejarah gereja abad-abad permulaan (pertama hingga keenam) kita senantiasa menyaksikan terjadinya proses kristalisasi iman Kristen yang ortodoks; khususnya berkenaan dengan doktrin Trinitas, Kristologi, Soteriologi, Bibliologi dan lain sebagainya. Banyak ajaran-ajaran sesat yang bermunculan pada waktu itu; namun seiring dan sezaman dengannya juga bangkit bapa-bapa Gereja, para teolog dan apologet yang mencoba mempertahankan dogma yang benar. Sementara itu juga diselenggarakan beberapa kali Konsili atau semacam sidang pertemuan raya gerejawi untuk membahas dan merumuskan kembali berbagai permasalahan teologis kontemporer pada masa tersebut. Dari keenam kali konsili besar dalam kurun waktu 325 sampai 681 Masehi, lima di antaranya membahas isu-isu Kristologis.174 Hal ini membuktikan bahwa perdebatan dan perjuangan untuk memahami doktrin Kristologi yang paling ortodoks adalah demikian panjang dan berat. Konsili Chalcedon pada tahun 451 M. telah berhasil merumuskan suatu kredo yang hingga hari ini tetap menjadi standar bagi ortodoksi Kristologis.

Kutipan selengkapnya dari kredo Chalcedon berikut ini berisi pernyataan-pernyataan yang paling definitif mengenai dwi sifat dasar Kristus

Karena itu, sesuai dengan (pandangan) bapa-bapa suci, kami sepakat untuk mengajarkan bahwa kami mengakui Tuhan kita, Yesus Kristus, sebagai Putera yang satu dan sama, yang sama sempurnanya dalam ke-Allah-an dan yang sama sempurnanya dalam kemanusiaan, Allah yang sejati dan manusia yang sejati, yang mempunyai jiwa dan tubuh rasional yang sama (dengan manusia), berkonsubstansi (homoousios) dengan Bapa dalam keilahian dan berkonsubstansi (homoousios) dengan kita (manusia) dalam keinsanian, sama seperti kita dalam segala sesuatu kecuali dosa; dilahirkan dari Bapa sebelum (ada) segala zaman (apabila itu) menyangkut keilahian-Nya, dan pada hari-hari yang terakhir, Ia dilahirkan dari perawan Maria, Theotokos, oleh karena kita dan demi keselamatan kita, (apabila itu dipandang dari) keinsanianNya: Kristus yang satu dan yang sama, Putera, Tuhan, yang hanya dilahirkan, dikenal dalam dua tabiat tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa pemisahan, tanpa pembagian, (diantara dwi sifat dasar itu), perbedaan di antara dua tabiat itu sama sekali tidak ditiadakan oleh adanya kesatuan, tetapi sifat dari masing-masing tabiat itu dipeliharakan dan digabungkan dalam satu Pribadi (Prosopon) dan satu hypostasis, tidak dibagi-bagi atau dipisah-pisahkan ke dalam dua Pribadi (Prosopa), tetapi Putera yang sama dan satu-satunya, yang hanya dilahirkan, Kalam ilahi, Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana nabi-nabi Perjanjian Lama dan Yesus Kristus sendiri mengajarkannya kepada kita mengenai Dia dan pengakuan iman bapa-bapa (suci) diturunkan (kepada kita)."175

Apa yang telah dirumuskan dan kemudian dibakukan dalam Konsili Chalcedon ini memberikan Gereja suatu jawaban yang mantap terhadap isu-isu Kristologis di seputar pertanyaan siapakah Yesus Kristus itu. Karena Kristus adalah satu Pribadi dengan dwi sifat dasar, maka selanjutnya muncul pertanyaan lain apakah Dia memiliki satu atau dua kehendak. Konsili Constantinople III (tahun 680-681 M.) menetapkan:

In our Lord, Jesus Christ, there are two natural wills, and, two natural operations, indivisibly, inconvertibly, unseparably, without any fusion, as the holy fathers have taught, and that these two natural wills are not contrary, as wicked heretics have said.176

Sehubungan dengan ajaran-ajaran yang menyimpang dari keyakinan yang benar terhadap Kristologi, dapat disebutkan beberapa bidat yang menyesatkan. Mereka ini antara lain adalah:

1. Apollinarianisme, yang mengajarkan bahwa Logos-lah yang bersifat ilahi itu telah menggantikan roh manusia Yesus sehingga dengan demikian menyangkal sifat dasar insaniNya yang utuh.

2. Gnostisisme, yang menganut paham bahwa kemanusiaan Tuhan bergabung dengan keilahian-Nya sementara waktu saja di dalam penampakan (antara baptisan dan kematian-Nya). Sesungguhnya Yesus bukanlah Theantropos yang sejati.

3. Eutychianisme, yang menyatakan bahwa sifat dasar insani Kristus terserap oleh Logos. Jikalau tidak demikian tentulah pada saat inkarnasi terjadi natur yang ketiga. Sesudah inkarnasi tubuh Yesus menjadi satu (monofisis).

4. Nestorianisme, yang menetapkan bahwa Logos mendiami Person Yesus dan membuat Yesus menjadi Allah yang menyandang manusia, daripada sebagai Allah Manusia. Jadi kesatuanNya bersifat mekanis daripada organis.

5. Adopsionisme, yang beranggapan bahwa Roh Allah masuk ke dalam manusia Yesus mulai pada saat baptisanNya. Dengan demikian tatkala Allah sang Logos mendiami tubuh Yesus, Dia menjadi manusia yang berbeda dengan lainnya.

6. Ebionisme, yang mempertahankan bahwa Yesus adalah pilihan Allah, nabi yang sejati, namun bukan bersifat ilahi. Mereka menolak kelahiran Yesus lewat perawan, ke-Anak-an dan praeksistensiNya.

7. Docetisme, yang meniadakan humanitas Yesus. Jadi kemanusiaan Yesus dan penderitaan-Nya tidaklah riil, melainkan hanya bersifat fantasi. Dikatakan bahwa sebelum meninggal, Kristus sudah meninggalkan manusia Yesus.

8. Monothelitisme, yang mengatakan bahwa Kristus tidak mempunyai kehendak manusiawi, melainkan hanya memiliki satu kehendak ilahi. Jadi paham ini mengurangi keutuhan sifat dasar keinsanian Yesus Kristus.

9. Monophisitisme, yang berpandangan bahwa Kristus hanya memiliki satu natur (sifat dasar); sehingga tak rela menerima natur manusia Kristus yang impersonal. Diajarkan bahwa Dia hanya mempunyai satu hakikat ilahi insani.

10. Arianisme, yang menyimpulkan bahwa sang Logos harus termasuk kelompok makhluk ciptaan; jadi Dia tidaklah kekal, sehingga sebagai suatu makhluk ciptaan ada suatu waktu di mana Dia (Kristus) pernah tidak eksis.

Dari sederetan ajaran-ajaran menyimpang tersebut di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah ketidakteguhan atau ketidakkonsistenan dalam memegang kepada keutuhan, keunikan, kesatuan, keharmonisan dan keseimbangan ajaran Kristologis yang sehat dan benar. Biasanya penekanan kepada salah satu dari dwi sifat dasar Kristus akan melemahkan atau malah mengabaikan yang lainnya.

 PERANGKUMAN

Bersama-sama telah kita telaah apa yang dinyatakan dan diajarkan dalam Alkitab mengenai dwi sifat dasar Kristus, baik masing-masing ditinjau secara tersendiri maupun secara terpadu. Kini sampailah pada bagian untuk merangkumkan kembali butir-butir pemahaman mengenainya.

Pertama, penekanan terhadap ajaran kebenaran yang asasi mengenai dwi sifat dasar Kristus yang telah diwahyukan dalam Alkitab, terutama bukanlah dimaksudkan untuk mengungkapkan misteri agung menyangkut hubungan khusus antara sifat dasar ilahi dan insaniNya, melainkan apa yang dipaparkan lebih dititikberatkan pada identitas pribadi Tuhan Yesus, Sang Juruselamat dalam kaitan dengan rencana keselamatan untuk menebus manusia berdosa.

Kedua, kesaksian bahwa Kristus adalah Allah sendiri yang telah berinkarnasi ke dalam kosmos ciptaan-Nya sudahlah jelas. Demikianlah Anak Allah dalam wujud dan rupa sebagai manusia turut merasakan limitasi lingkup ruang dan waktu, kendatipun pada saat yang sama Dia tetap adalah Allah yang tak terbatas dan belum atau tidak akan pernah berubah, lengkap dengan segenap eksistensi dan atribut karakter-Nya yang mulia dan sempurna, tiada bandingan dan tandingan.

Ketiga, apa yang pernah dicetuskan dalam Konsili Chalcedon (451 M.) masih bergaung kuat dalam keyakinan umat Kristen. Walaupun kredo-kredo pengakuan yang dihasilkan bukanlah sumber otoritas final bagi kepercayaan iman Kristiani, namun apa yang telah diwariskan oleh bapa-bapa gereja terdahulu bukanlah sesuatu yang tiada bermakna dan berguna. Signifikansinya masih harus diakui serta dipertimbangkan sebagai standar ortodoksi Kristologis sampai dewasa ini.

Keempat, dogma Kristologis yang mencakup seluk-beluk hal dwi sifat dasar Kristus sudah dirumuskan dan dibakukan setelah melewati berbagai lika-liku perdebatan yang sengit, pergumulan dan penyaringan yang ketat. Hal ini perlu dialami oleh Gereja dalam perjalanan historisnya guna menangkal semua bahaya-bahaya heresis yang dapat merusakkan iman Kristiani yang paling murni. Jadi, selain aspek penalaran akali dan penghayatan imani yang keduanya harus diberi perhatian khusus, umat Kristen masih tidak boleh melupakan kemungkinan munculnya modifikasi ajaran-ajaran yang menyimpang dan menyesatkan pada sepanjang zaman.

Kelima, pada akhirnya kita tetap harus mengakui bahwa Kristus adalah satu Pribadi yang esa, Person kedua dari Allah Tritunggal yang mempunyai sifat dasar berganda - yang satu ilahi dan yang lain insani - yang keduanya terpadu sedemikian unik, khas, kompleks, dan tak terpahami secara tuntas. Salah satu ciri menonjol dari dwi sifat dasar dari Tuhan kita adalah bahwa manakala keilahian-Nya disebutkan, maka keinsanianNya senantiasa membayangi; dan demikian pula sebaliknya, manakala keinsanianNya dinyatakan, maka keilahian-Nya sekaligus menaungi.

Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita:

Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan (1Tim 3:16).



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA