KITAB ESRA-NEHEMIA
PENDAHULUAN
Kitab Esra-Nehemia menurut aselinja hanjalan sat karya sadja. Sebagaimana halnja
dengan pelbagai kitab lainnja, barulah agak keterbelakangan dibagi mendjadi dua
kita, rupa2nja karena alasan2 praktis dan bersandarkan Neh 1,1. baru dalam abad
kelimabelas ses.Mas. pembagian muntjul dalam naskah2 Hibrani, sedangkan dalam
terdjemahan2 kuno pembagian ini sudah diadakan terlebih dahulu.
Nama "Esra-Nehemia", jang sekarang ini lazim, bukanlah nama satu2nja. Di dalam
terdjemahan2 kuno bahasa Junani kitab ini dinamakan "Kitab Esdras jang kedua".
Sebab didahului oleh kitab jang tidak termasuk Kitab Sutji dengan itu terdiri
atas beberapa bagian jang dipetik dari kitab "Esra-Nehemia" ditambah dengan
suatu petikan agak pandjang, jang tidak ketahuan asal-usulnja. Karena kitab jang
bukan Kitab Sutji itu mendapat banjak penghargaan didjaman kuno, maka buasanja
ditjetak pada achir terdjemahan Latin dan terbitan2 Vulgata. Didalam Geredja
Latin kitab2 Esra-Nehemia sudah dibagi djadi dua; dahulu disebut "Liber Esdras
primus" dan "Liber Esdras secundus".
S.Hieronimus membuat terdjemahan Latin baru, dan karena ia ingin supaja kesatuan
aseli itu diterima umum kembali, maka kitab2 itu dinamakannja: "Liber Ezrae et
Nehemiae".
Ketika terdjemahan didjadikan resmi didalam Vulgata, maka orang kembali lagi
kepembagian maupun nama Latin jang lama, dn kita2 itu dinamakan lagi: "Liber
Esdrae primus" dan "Liber Esdrae secuntus". Didalam daftar resmi Kitab Sutji
jang disusun Konsisli Trente, namanja mendjadi: "Liber Esdrae primus" dan "Liber
Esdrea secundu, qui dicitur Nehemiae". Tetapi didalam tjetakan2 Vulgata
dipilihlah nama: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Nehemiae, qui et Esdrae
secundus dicitur".
Kitab Esra-Nehemia adalah kelandjutan dari kitab Tawarich, bahkan permulaannja
mengulang penutup kitab Tawarich (Esr 1,1-3= II Taw.36,22-23). Kedua kitab itu
bergandingan satu sama lain, bukan hanja mengenai isinja, sebab Esra-Nehemia
melandjutkan kisah Tawarich, tetapi djuga mengeni bentuknja. Tjara mengarang dan
menjusunnjapun sama seluruhnja. Makanja tidak sedikitlah ahli, jang berpendapat,
bahwa kedua kitab tsb. sesungguhnja menurut aselinja merupakan satu keseluruhan
jang berlangsung terus dan disusun oleh pengarang jang satu dan sama djua.
Bahwasanja Esra Nehemia dan Tawarich sungguh erat gandingannja, haruslah
diterima, tetapi sebaliknja didalam tradisi tiada keterangan2 jang tjukup
djelas, untuk memastikan, bahwa kitab itu dahulu sungguh pernah merupakan satu
keseluruhan. Sedjauh dapat diselidiki, senantiasa terpisahlah kitab2 itu.
Isi kitab Esra-Nehemia adalah kisah fragmentaris tentang suatu masa pendek di
dalam sedjarah Isjrail. Adapun jang dikisahkannja hanjalah pemulihan bangsa
Jahudi sehabis pembuangan, dimulai dengan kembalinja dari Babel dalam tahun
539/538 dan berachir dengan masa kedua djabatan adipati Nehemia kira2 tahun 424.
Djadi, kisah itu meliputi masa seabad lebih sedikit, sedangkan laporannja
mengenai tahun 515-445 pun sangat singkat. Keterangan2 tambahan tentang masa itu
terdapat dalam tulisan2 nabi2 Hagai dan Zakaria (+-520), dan Maleachi (+-430)
dan dalam bagian terachir kitab Jesaja (pasal 56-66). Selandjutnja tersedia pula
sumber2 di luar Kitab Sutji, jang menjoroti masa tsb., jakni sedjumlah naskah
dari sebuah koloni Jahudu di Mesir, "Elephatine", jang diketemukan di Mesir
sedjak th. 1898. Latar belakang sedjarah profan dari kitab Esra-Nehemia ialah
sedjarah keradjaan Parsi, jang menggantikan keradjaan Babel. Sebab sesudah Juda
diangkat kepembuangan (587) runtuhlah Babel dalam tempoh seumur hidup manusia.
Dengan bantuan orang2 Media, Babel telah melenjapkan keradjaan Asjur (612) dan
wilajahnja dibagi antara kedua pemenang itu. Tetapi didalam lingkungan keradjaan
Media dengan ibukotanja Ekbatana, keradjaan taklukan Anzan mendapat perkembangan
jang pesat. Lebih2 hal ini terdjadi dibawah pimpinan jang arif dari Cyrus, orang
Parisi jang kemudian diberi bergelar "jang agung" (585-529). Keradjaan kerdil
Anzan itu mendjadi keradjaan raksasa Parsi, menurut negeri asal-usul wangsa,
jang kemudian memerintah Media maupun Babel. Dalam th. asal-usul wangsa, jang
kemudian memerintah Media maupun Babel. Dalam th. 555 Dyrus memberontak lawan
Astiage, tuannja di Ekbatana. Dengan direbutnja ibukota itu Cyrus mendjadi radja
Media, jang untuk selandjutnja djuga disebut Parsi.
Karena maksud Cyrus seterusnja se-kali2 tidak disembunjikan, maka keradjaan2
dikelilingnja mengadakan persekutuan lawan dia. Adapun jang masuk dalam
persekuruan itu ialah Croesus dari Lidia, Nabonides dari Babel, Amasi dari Mesir
dan malahan Sparta jang djauh letaknja itu. Pertama2 Curus menjerbu Lidia, jang
karena ditinggalkan sekutu2nja lalu direbutnja dan didjadikannja djadjahan dari
keradjaan Parsi. Hingga tahun 540 Cyrus sibuk dengan suku2 ditumur, jang
berturut2 ditaklukkannja. Kemudian ia berbelok ke selatan, ke Babel. Nabonides,
radja jang memerintah disana, sangat tidak populer dan agak gila-agama, sehingga
pemerintahan dipegang oleh puteranja, Belsjazar. Babel ternjata amat lemah,
sehingga bukan tandingannja bagi Cyrus jang ulung itu. Dalam th 539 ibukotanja
direbut tanpa perlawanan sedikitpun. Si pemegang bertindak amat lemah-lembut,
sehingga ia tanpa banjak kesulitan dapat menggabungkan Babel kedalam
keradjaannja. Dengan sendirinja semua negeri taklukan Babelpun djatuh kedalam
genggaman Cyrus. Termasuk pula Palestina jang lalu mendjadi propinsi dan
diperintah oleh pedjabat2 PLarsi. Keradjaan Cyrus meluas dari India sampai ke
Mesir.
Dalam th. 529 Cyrus gugur dan digantikan oleh Kambises (529-522). Sesudah
kekatjauan2 biasa pada pergantian tachta, Kambises lalu melandjutkan politik
ekspansi Cyrus. Dalam th. 525 saingannja jang berat, jakni Mesir ditaklukkan.
Suatu perlawatan lawan Libia di Afrika Utara dan lawan Etiopia disabelah selatan
Mesir menemui kegagalan. Karena kerusuhan2 di Asia sendiri, maka Kambises pulang
ber-gegas2, tetapi tewas ditengah perdjalan dengan tjara jang agak aneh. Para
kepala keluarga bangsawan memilih seorang anggota lain dari wangsa Cyrus
mendjadi penggantinja, jakni Darios I (522-485). Kerusuhan2 jang timbul dimana2
didalam keradjaan, ditumpas dalam tempo tudjuh tahun. Darios lalu mereorganisir
keradjaannja, dengan membaginja djadi duapuluh satrapia. Akan kepala satrapia2
itu diangkatnja anggota2 keluarga keradjaan, jang diawasi dengan tadjamnja oleh
pemerintah pusat. Satrapia2 itu meruapakan kesatuan2 administratif dan militer,
jang tidak menghapus jang lama tapi mengkoodinirnja. Satrapia dibagi atas
beberapa propinsi, dan para satrap lebih mirip pangeran2 daripada pendjabat
pemerintahan.
Satrapia jang kelima dengan pusatnja di Damsjik, meliputi Palestina, Syriah,
Fenesia dan Cyprus. Untuk keperluan2 militer dan administratif Darios menjuruh
buat djaringan djalan2 dan mentjiptakan uang kesatuan untuk seluruh keradjaan
jakni daricos (dirham). Dalam th 490 Darios mengadakan perlawatan lawan negeri
jang ketjil diseberang laut, jakni Junani jang ada dibawah pimpinan Atena.
Alasan untuk peperangan itu ialah bahwasanja orang Junani menjokong
pemberontakan2 di Asia ketjil, dimana penduduk Junani jang sudah ditundukkan
Parsi mentjoba peroleh kembali kebebasannja. Tetapi balatentara Parsi dipukul
hebat didekat Maraton berkat siasat perang baru jang dilakukan Junani. Ditengah
kesibukan persiapan besar2an untuk ekspedisi pembalasan mangkatlah Darios. Ini
menjebabkan petjahnja pemberontakan2 baru. Penggantinja, Xerxes I (486-465),
menumpas pemberontakan2 itu dengan kekedjaman jang tidak lazim bagi wangsanja.
Karena propokasi Junani jang haus perang dan karena tekanan panglima2nja maka
Xerxes mengadakan perlawatan lawan Atena. Mula2 djalannja amat gemilang. Dalam
th. 480 Atena diduduki, tetapi dua hari kemudian armada Parsi dipukul hebat
didekat Salamis. Balatentara dan armada mulai mundur, tetapi dalam th. 472
armada Parsi dimusnahkan didekat Samos. Sesudah itu pasukan2 Parsi tidak dapat
bertahan lagi. Perang masih dilandjutkan beberapa tahun lamanja, tetapi Junaji
tidak terhampiri lagi oleh Parsi. Dasar bagi kebesaran Junani dan bagi
kehantjuran Parsi sudah mulai diletakkan.
Dalam th. 465 Xerxes dibunuh dan digantikan oleh Artaxerxes I (465-423).
Perebutan tachta kali ini berlangsung lama sekali dan amat sengitnja.
Pemberontakan jang paling berbahaja datangnja dari Mesir, jang mendapat dukungan
Junani. Satrap dari Syriah berhasil menundukkan negeri itu; tetapi sesudah itu
ia sendiri memberontak dan berkuasa penuh. Ketika Artaxerxes mangkat, putera dan
penggantinja dibunuh, tetapi si pembunuh jang menggantikannja mengalami nasib
jang sama.
Pembunuhnja, jakni Darios II dapat bertahan (423-404). Tetapi ia adalah radja
jang lemah, sehingga keradjaannja sebenarnja diperintah oleh Parisatides,
permaisurinja jang litjin dan kedjam. Dalam pemerintahan putera Darios
Artaxerxes OO (404-358) merontaklah satrap Cyrus jang muda, putera Parisatides,
dengan mendapat sokongan ibunja. Pasukan Cyrus, jang terdiri pula atas suatu
kesatuan Junani, berhasil merembes sampai kedjantung keradjaan Parsi, sebelum ia
dialahkan.
Pengalaman2 Artaxerxes I dan Artaxerxes II menundjukkan betapa besarnja bahaja
jang bisa datang dari pihak para satrap; hal mana ternjata sudah, ketika semua
satrap dibarat memberontak lawan Artaxerxes, dengan mendapat dukungan Mesir
jang sudah merdeka lagi dalam th. 404. Dengan timbulnja revolusi di Mesir, maka
para satrap berdiri sendirian, sehingga Artaxerxes berhasil menundukkan mereka,
lebih dengan siasat daripada dengan pertempuran.
Untuk memahami kitab Esra-Nehemia dengan tepat tidak perlulah pengetahuan
tentang garis-besarnja keadaan bangsa Jahudi diwaktu muntjulnja keradjaan Parsi.
Lebih tepat lagi: keadaan rakjat Juda. Sebab rakjat dari keradjaan utara tidak
ada lagi. Golongan jang diangkut Asjur kepembuangan hampir seluruhnja sudah
dilebur kedalam penduduk setempat. Sisanjapun sudah bertjampur dengan bangsa2
kafir, jang dipindahkan Asjur kedaerah Sjomron. Daripadanja terdjadilah bangsa
tjampuran, jakni orang2 Samaria, jang dalam kitab Esra-Nehemia memainkan peranan
jang amat penting sebagai lawan2 orang2 Jahudi jang kembali dari pembuangan.
Keadaan rakjat keradjaan selatan lama adalah djauh lebih baik. Lapisan2 atas
sadja jang diangkut ke Babel (587,586,582) sedang lapisan2 bawah tinggal
dinegeri itu dibawah pemerintahan pendjabat2 Babel. Bangsa2 kafir tidak
dipindahkan ke Juda, sehingga Juda mendjadi tanah jang sedikit penduduknja dan
lengang. Tetapi pelbagai kelompok dari bangsa2 kafir dikelilinginja memasuki
tanah itu; boleh djadi dengan dukungan pedjabat2 Babel, jang oleh karenanja
diperkuat kedudukannja. Orang2 asing itu berhasil memperoleh kedudukan jang agak
kuat dan makmur. Ketika Babel mendjadi djadjahan Parsi, maka dengan
sendirinjapun Juda mengalami nasib jang serupa. Dalam bidang keigamaan muntjul
kembali syncretime lama, tetapi disamping itu Jahwe dipudja pula dan ibadah2nja
dirajakan lagi seperti sediakala ditempat bait Sulaiman dahulu. Kaum buangan di
Babel mula2 sangat sulit penghidupannja, entah sebagai buruh rodi entah sebagai
petani ketjil jang setengah bebas. Sesudah mangkatnja Nebukadnezar keadaan
mereka ber-angsur2 bertambah baik; hal mana ternjata pula dengan pengampunan
radja Jojakin oleh pengganti Nebukadnezar, Evil-Merodak. Selaras dengan
petundjuk nabi Jeremia, orang2 Jahudi menjesuaikan diri dengan keadaan mereka,
dan tak lama kemudian mendjadi kelompok jang sedikit banjak makmur. Meskipun
diadakan hubungan dengan penduduk kafir setempat, terutama dalam bidang
ekonomis, namun kelompok2 Jahudi itu memelihara tjorak tersendiri jang agak
memetjilkan dirinja. Ini a.l. berkat faktor2 keigamaan, jang mengadakan
pemisahan antara orang Jahudi dengan orang kafir. ini muda dimengerti, djustru
karena lapisan2 atas dengan sedjumlah imam dan levitalah jang diangkut, djadi
djustru pemuka agama. Hanjalah ibadah Jahudi tidak dapat diangkut, djadi djustru
pemuka agama. Hanjalah ibadah Jahudi tidak dapat dirajakan dengan semaraknja
janglazim, karena intipati ibadahnja, jakni kurban, tidak mungkin diadakan.
Tepat sebelum pembuangan itu mulai berlakukah hukum deuteronomis, jang hanja
membolehkan kurban2 dibitullah Jerusjalem. Oleh karenanja perhatian dimasa
pembuangan itu lebih ditudjukan kepada per-undang2an keigamaan serta tradisi2
dari masa sebelum pembuangan. Undang2 serta tradirisi2 itu dikumpulkan, diatur
dan disusun dengan amat radjinnja. Daripadanja muntjullah kumpulan undang2 serta
tradisi2, jang merupakan persiapan bagi Pentateuch sekarang ini. Bergandingan
dengan itu pula muntjullah suatu lapisan baru dari pemimpin2 keigamaan, jakni
para ahli kitab dan ulama. Keimaman kehilangan fungsinja jang chas, maka dengan
sendirinja golongan tsb. menghasilkan banjak ahli kitab, lebih2 karena sedjak
sediakala para imam itupun dipandang sebagai ahli Taurat dan pembela tradisi.
Pengaruh terbesar atas hidup keigamaan kaum buangan datangnja lebih2 dari
kalangan profetisme dimasa itu. Terutama nabi Jeheskiel, jang boleh djadi sudah
tampil kemuka di Juda, sebelum ia pergi kepembuangan Babel, dan tokoh , jang
meniggalkan sebagian besar dari djilid kedua kitab Jesja sebagai warisan, Nabi2
tsb. degan lingkungan tjarik2nja meng-hidup2kan pengharapan Israil, penharapan
akan pemulihan setelah masa pendek penindasann dan pemurnian, sebagaimana jang
dilihat dalam wahju oleh Jesaja dan Jeremia.
Pengharapan itu memandang mutjulnja Cyrus sebagai permulaan pemenuhannja. Bagi
para nabi dan kaum buangan itu Cyrus merupakan alat pilihan Jahwe, untuk
menepati djandjiNja. Dialah jang dipanggil Allah, untuk menebus umatNja,
terangnja sisa ketjil dari rakjat, jang akan mendjadi permulaan dari umat Allah
jang baru, sesuai dengan apa jang dilihat Jeremia dan Jesaja didalam
penglihatan2nja (Jes 45,1;44,28). Bukan hanja orang2 Jahudi, tetapi bangsa2
lainnjapun, jang tertindas dan diangkut kepembuangan itu, memandang Cyrus
sebagai pembebas mereka.
Ketika Cyrus menanamkan pemerintahannja di Babel, ia sungguh tidak
mengetjewakan. Kalau orang2 Asjur dan Babel selau mendjalankan politik radikal
dengan penindasan kedjam dan adikara, jang tidak menghiraukan perasaan2 nasional
serta keigamaan, maka Cyrus dan djuga pengganti2 nja, kendati kurangan sedikit,
menempuh djalan lain samasekali. Cyrus toleran sekali, dan dimana mungkin dari
segi politik, ia menghormat perasaan2 nasional serta keigamaan dari bangsa2 jang
ditakkllukkannja. Cyrus menghargai, bahkan menghormati para dewa bangsa2 lain
dan membiarkan mereka memelihara ibadah masing2 serta pendjabat2nja, malahan
tahu memberikan sokongan besar kepadanja, dan tidak meng-usik2 undang2 serta
adat-istiadat mereka. Ia hanja minta kesetiaan politik; dan apabila kesetiaan
itu terpelihara, maka orang2 asingpun boleh masuk istana dan memperoleh
kedudukan2 jang tertinggi dan pangkat jang berpengaruh dan mendapat tugas jang
penting.
Didalam suasana ini sangat dapat dimengerti, bahwa Cyrus memperkenankan kaula
Jahudi pulang kenegerinja, untuk menjelenggarakan lagi ibadah mereka kepada Ilah
mereka, Jahwe, didalam baitNja sendiri dan melandjutkannja dengan meriah. Dapat
dimengerti pula, bahwa ia mengidjinkan mereka hidup menurut adat-istiadat mereka
dan membentuk masjarakat mereka, bahkan dengan sebangsa otonomi sipil. Namun
mereka termasuk dan harus tetap termasuk dalam propinsi Parsi dan membajar
padjak mereka, tetapi selebihnja, dari pihak Cyrus sendiri, mereka boleh
menempuh tjara hidup mereka sendiri.
Bahwasanja pedjabat2 Parsi dan orang2 jang berpengaruh di Palestina tidak selalu
bersikap semurah hati radja mereka, tidak mengurangkan sedikitpun dalam
kemurahan hati radja itu sendiri.
Kitab Esra-Nehemia mendjandjikan kisah fragmentaris tentang kembalinja kaum
buangan didalam pemerintahan Cyrus dant tentang pembentukan masjrakat
didjamannja dan didjaman para penggantinja. Menurut pandangan kitab itu
pemulihan tadi berlangsung dalam tiga fase, jang djuga merupakan pembagian besar
dari buku itu senriri. Bagian pertama (Esr 1-6) mendjandjikan ichtisar
kembalinja mereka, jang terdjadi ber-angsur2 dan berkelompok2. Sesudah itu
dilukiskanlah pemulihan ibadah di Jerusalem, jang mentjapai puntjaknja dalam
pembangunan serta pentahbisan baitullah dengan perajaan Paska didalam rumah
sutji jang dipulihkan itu. Masa jang berlangsung dari th.538 hingga 515 itu
dipengaruhi oleh tiga tokoh. Perintis jang pertama ialah Sjesjbasar, seorang
bangsawan Jahudi, jang rupa2nja berpangkat penting diistana keradjaan Parsi.
Dialah jang merintis. Tetapi djauh melebihi dia ialah penggantinja, Zerubabel,
seorang keturunan dari radja pudjaan, Dawud. Didalam pekerdjaannja ia didampingi
oleh seorang keturunan dari Harun, jakni imam Jesjua' dan nabi2 Hagai dan
Zakarja. Dalam pemerintahan Darios I permulaan pertama diselesaikan.
Puluhan tahun berlalu, hingga Esra, imam dan ahli kitab, tampil kedepan (Esr7-
10). Atas perintahArtaxerxes ia melaksanakan pembaharuan keigamaan dan
mengorganisir segenap masjarakat sesuai dengan Taurat Jahwe seluruhnja. Leba
tjapai itu dengan bertindak tegas terhadap perkawinan tjampuran.
Bagian ketiga menampilkan tokoh mulia Nehemia, seorang pendjabat tinggi dalam
pemerintahan Artaxerxes I, jang diutusnja sebagai adipati ke Juda dan terutama
mengorganisir hidup kemasjarakatan (Neh 1-13). Dengan persetudjuan radjanja ia
membangun kembali tembok2 Jerusjalem dalam tempo jang singkat kendati tentangn
hebat dari dalam maupun luar, dan ia menempatkan orang2 Jahudi sebagi penduduk
kota itu. Keadaan2 sosial buruk, jang sudah mendarah-daging dan merintangi
pekerdjaan2 pembangunan kembali disehatkan. Menurut susunan kitab itu sendiri,
Nehemia bekerdja sama dengan Esra beberapa waktu lamanja. Adipati itu dipanggil
kembali keistana atau pergi atas kemauannja sendiri untuk memberikan laporan,
tetapi beberapa waktu kemudian ia diangkat lagi mendjadi adipati. Ia
melandjutkan pekerdjaan itu, chususnja dengan mereorganisir ibadan dan lagi,
menurut garis pekerdjaan Esra, dengan mengusahakan kemurnian bangsa dengan
giatnja. Kegiatan Nehemia jang menghasilkan keadaan jang mulia itu berlangsung
dari th.445 sampai th. 424.
Penjusun terachir kitab Esra-Nehemia, jang bukan saksi-mata dari peristiwa2 jang
disadjikan, mengambil bahannja dari sedjumlah dokumen2 kuno. Bahwasanja karya
itu tidak langsung ditulis tangan satu, kiranja djelaslah dari kenjataan jang
agak aneh, bahwasanja kitab itu ditulis dalam dua bahasa, bahkan kesatuan2
tertentu ditulis dalam bahasa Hiberani, tetapi dua kutipan jang agak pandjang
dalam bahasa Aram (Esr 4,8-6,18;7,12-26). Namun masih ada beberapa tanda lainnja
jang menundjukkan dengan djelasnja, bahwa sedjumlah dokumen dikutip begitu sadja
tanpa gubahan atau perubahan, sehingga kitab itu tidak banjak bedanja denan
suatu kumpulan dokumen2, jang di-ganding2kan oleh sipenghimpun. Hanja bagian2
ketjil sadjalah, jang dari tangan penghimpun itu sendiri.
Kitab Nehemia dimulai dengan anakdjudul "Surat peringatan Nehemia" (1,1). Dalam
sebagian besar kitab itu ia tampil sebagai pembitjara, jang memberikan laporan
tentang usahan serta kegiatannja di Jerusalem (1,1-7,72; 11,1-.20.25; 12,27-
43;13,4-31). Sudah barang tentulah, disini kita bersua dengan tulisan Nehemia
sendiri. Ini bukannja sebangsa laporan dari tindakan2nja sebagai adipati Parsi
kepada pemberi tugas itu, tetapi lebih2 sebangsa pengakuan kepada Jahwe, tentang
apa jang diperbuat Nehemia bagi Jahwe serta umat Nja, diluar djabatannja sebagai
adaipati. Tetapi sipenjusun kitab menjisipkan beberapa kalimatnja sendiri
(12,28-30.33-36.41-42) dan menambahkan pada surat peringatan Nehemia itu
beberapa daftarm jang dikutipnja dari dokumen2 lainnja, untuk sebagian mungkin
berasal dari arsip baitullah Jerusalem (Neh 3,1-32;11,3-19.21-24.25b-36;12,1-
9.10-11.12-26). Daftar orang2 jang dahulu kembali dari pembuangan (Neh 7,6-72)
agaknja termasuk surat peringatan itu, meskipun Nehemia sendiri mengutipnja dari
sumber lain, jang digubahnja seperlunja. Namun demikian, ada pula ahli2, jang
kendati Neh 7,5b. toh berpendapat, bahwa wrang lainlah jang menjisipkan daftar
itu. Dalam perkiraan ini kiranja aneh djuga, bahwa si penjusun kitab memasukkan
daftar itu sampai dua kali (Esr 2,1-70). Pun laporan resmi dari pembaharuan
perdjandjian dalam Neh 10, jang dalam susunan kitab itu dihubungkan dengan
tampilnja Esra, kiranja termasuk surat peringatan Nehemia itu pula. Hanja 10,2-
28 dikutip si pengarang kitab dari sumber lain, mengingat kesukaannja akan nama2
dan daftar2.
Sama djelasnja dengan surat peringatan Nehemia itu nampakaalah sebuah dokumen
serupa atas nama Esra (Esr 7,27-9,15). Esra sendiri jang angkat bitjara dan
memberikan laporan tentang tugasnja di Jerusalem dan tindakannja disana. Bukan
tidak mustahil, bahwa ini laporan resmi Esra kepada pemerintah Parsi dan kepada
djemaah Jahudi di Babel. Kiranja termasuk dokumen ini pula penetapan Araxerxes
jang disusun dalam bahasa Aram (Esr 7,12-26). Lebih sulitlah menentukan apa
bagian berikut ini (Esr 10.1-17.18-44) dikutip pula laporan tadi. Disini bukan
Esra sendiri lagi, jang angkat bitjra, tetapi orang lainlah jang bertjerita
tentang Esra. Namun banjak ahli tjondong kepada pendapat, bahwa ini hanja
mengenai saduran ketjil dari laporan si penjusun kitab dalam gubahannja.
Pendahuluan, jang mengichtisarkan dokumen2 itu, teranglah dari tangan si
penjusun sendiri.
Agak anehlah, bahwa dalam kitab Nehemia (8-9) tokoh Esra tampil lagi, dengan
memutuskan sedjenak tjerita tentang kegiatan Nehemia. Inilah salah satu soal
jang tersulit dalam seluruh kitab itu. Meskipun tidak begitu pasti, namun
dapatlah diterima dengan alasan tjukup, bahwa pasal2 tsb. menurut aselinja
termasuk laporan Esra itu. Imbuhan dari tangan si penjusun kitab ialah 9,3-5,
karena ia hendak menitikberatkan peranan levita, seperti dilakukannja pula
ditempat lain, dan djuga mazmur jang agak pandjang itu, 9,6-37. Mazmur ini
tentulah dari waktu belakangan, tetapi tidak dapat ditentukan lebih ladjut
waktunja. Djika Neh. 8-9 sungguh berasal dari Esra, maka si penjusun kitab Esra-
Nehemia telah memperuraikan dokumen aselinja dan menjadurkannja dalam karyanja
sendiri. Laporan Esra itu dalam bentuk aselinja tersusun sbb: Esr 7,1-8,36; Neh
7,72-8,18;Esr 9,1-10,44; Neh 9,1-2. Demikianlah kentara pula urut2an chronologis
dari peristiwa2 itu, hal mana agak berbeda dari urut2an jang rupa2nja dikirakan
kitab itu sendiri. Pentingnja hal ini kemudian akan kentara.
Lebih sulit lagi mendjawab pertanjaan, darimana berita2 dalam bagian pertama
kitab itu (Esr 1-6) dikutib. Permulaannja (Esr 1,2-4) adalah gubahan dari berita
dalam Esra 6,3-5. entah oleh si penulis sendiri, entah oleh pendahulu2nja atau
tradisi. Berita, bahwa Cyrus djuga menjerahkan kembali perabot ibadah (Esr1,7-8)
mungkinlah dikutib dari Esr 5,14-16, sedang daftar berikutnja (Esr 1,9-11)
aselinja dari sumber Aram, jang diberikan terdjemahannja disini. Daftar dari
orang2 jang kembali dari pembuangan dalam Esr 2,1-70 sangat boleh djadi berasal
dari surat peringatan Nehemia (Neh 7,6-72) jang tentunja disana-sini digubah
sedikit. Ataukah kedua dokumen itu dengan sedikit gubahan bersumber pada dokumen
sama jang lebih tua?
Dalam Esr 4,8-6,18 si penjusun kitab mengutip beberapa dokumen Aram, jakni:
suatu tuduhan musuh2 kaum Jahudi pada Artaxerxes (4,8-16) djawaban radja atas
surat itu (4,17-22), suatu laporan pendjabat2 Parsi kepada Darios (5,6-17)
dengan keputusan berikut dari Darios (6,3-15) dan dalam keputusan itu dikutip
pula penetapan Cyrus (6,3-5). Dokumen2 tsb. mengenai pelbagai kedjadian, jang
terdjadi dalam waktu jang berlainan. Kesemuanja itu mau melukiskan apa jang
dikisahkan si pengarang sendiri dalam 3,1-4,5 tentang kesulitan2 pembangunan
baitullah, meskipun dokumen2 terachir itu mengenai pembangunan tembok
Jerusjalem, jang selesai dimasa Nehemia.
Urut-urutan sebenarnja dari kedjadian2 itu ialah sbb.: Esr5,1-6,18;4,6;4,7;4,8-
23. Bagian pertama (5,1-6,18) adalah landjutan dari 4,5 dan mengenai pembangunan
baitullah serta penjelesaiannja. Ajat 4,5 diulang dalam 4,24 jang diselipkan
oleh si pengarang sendiri dan kemudian diterdjemahkan dalam bahasa Aram. Bagian
kedua (4,6-23) mengenai tentangan jang dialami pada pembangunan tembok
Jerusjalem, dan kisah ini dilandjutkan kitab Nehemia. Karena kombinasi jang aneh
ini, mungkinlah, si penjusun mendapati dokumen2 itu sebagai suatu kumpulan, jang
diambil-alih begitu sadja dlam kitabnja. Mungkin djuglah penutup aselinja
ditinggalkan dan diganti dengan beritanja sendiri tentang perajaan Paska pertama
dalam tahun 515 (Esr 6,19-22), jang ditulis dengan bahasa Hibrani.
Susunan jang agak ber-belit2 dari kitab Esra-Nehemia jang dilukiskan diatas itu,
menimbulkan pertanjaan tentang benar-tidaknja berita2 itu. Bahwasanja kedjadia2
itu sungguh terdjadi, haruslah diterima. Tetapi urut-urutan sesungguhnja dari
kedjadian2 itu menurut waktunja adalah soal jang tak terpetjahkan, jang sudah
lama diselidiki para ahli, tanpa memperoleh kepastian jang tetap. Si penjusun
sendiri tidak mengatur dokumen2nja menurut asas chronologis, melainkan menurut
asas jang berlainan sama sekali. Ia menjusun bahan2nja dikeliling dua peristiwa
utama, jang hendak dilukiskannja, jakni pembangunan baitullah dan pembangunan
tembok Jerusjalem dengan ichtisar tentang garis besarnja keadaan umat Jahwe jang
dipulihkan itu. Dengan melintasi segala kesulitan, si penulils achirnja sampai
kepenutup jang membahagiakan, berkat kegiatan Esra dan Nehemia.
Bukan hanja keinginan-athu penjelidik sedjarah sdja, tetapi djuga pentingnja
perkara itu sendiri telah mendorong para ahli, untuk merekonstruir sebaik
mungkin urut-urutan sebenarnja dari kedjadian2 itu. Kesulitan utama ialah soal:
siapakah jang per-tama2 telah datang di Jerusjalem, Esra ataukah Nehemia, dan
bila mereka itu telah datang disana. Kitab itu sendiri memberi kesan, bahwa
Esralah jang per-tama2 datang disana dan bahwa Esra serta Nehemia bekerdja sama
beberapa waktu lamanja. Inipun pendapat, jang lama diterima begitu sadja,
kendati kesulitan2 jang bergandingan dengannja.
Rengrengan chronologis jang diterima ialah sbb.: Orang2 Jahudi kembali dalam
th.538. Sjesjbasar dan Zerubabel membangun kembali baitullah dan memulihkan
ibadah. Ini selesai dalam th.515. Kemudian datanglah Esra dalam tahun ketudjuh
pemerintahan Artaxerxes I, jakni dalam tahun 458, dan ia menjelenggarakan
pembaharuan keigamaan. Dalam tahun keduapuluh pemerintahan Artaxerxes I, jakni
dalam tahun 445, datanglah Nehemia sebagai adipati ke Jerusjalem dan membangun
kembali temboknja. Kemudian Esra dan Nehemia bekerdja sama beberapa waktu
lamanja, untuk mengorganisir masjarakat lebih landjut. Lalu pergi, tetapi untuk
kedua kalinja ia mendjabat adipati sesudah th. 443.
Karena kesulitan2 jang bergandingan dengan rengrengan itu, maka belakangan orang
mentjoba tundjukkan, bahwa Nehemia bekerdja di Jerusjalem sebelum Esra. Tahun2
tinggalnja Nehemia tetap sama, tetapi tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes,
waktu Esra datang di Jerusjalem itu adalah tahun ketudjuh pemerintahan
Artaxerxes, waktu Esra datang di Jerusjalem itu adalah tahun ketudjuh
pemerintahan Artaxerxes II, jang th.398. Djadi agak lama sesudah masa Nehemia.
Pendapat ini hingga kini masih banjak penganutnja.
Kami mengikuti suatu hypotese, jang mempunjai kemungkinan, tetapi tidak dapat
memperoleh kepastian djua, jang mentjoba kombinir kedua pendapat itu. Nehemia
dari satu pihak mendahului Esra, tetapi dari pihak lain djuga menjusulnja.
Masanja pertama mendjadi adipati mendahului Esra, tetapi masanja kedua djatuh
sesudahnja. Esra tampil diwaktu berselang. Keberatan besar terhadap hypotese ini
ialah, bahwa tahun Esra 7,8 harus dikoreksi, dari "tahun ketudjuh" mendjadi
"tahun keduapuluh tudjuh", tanpa dapat memberikan alasan bagi koreksi ini.
Menurut hypotese terachir ini kedjadian2 diatur seperti berikut,-tetapi dengan
itu teks sendiripun mesti dibatja djuga dalam urut-urutan tertentu: Dalam tahun
538 Cyrus mengidjinkan orang2 Jahudi kembali ke Palestina dibawah pimpinan
seorang "pengholu" Juda, jang bernama Sjesjbasar (Esr1,1-2.72). Dimulai lagi
dengan ibadah dan pembangunan kembali baitullah dimulai pula (Esr3,1-13). Karena
tentangan penduduk kota dan karena hilangnja semangat dikalangan Jahudi
pekerdjaan itu dihentikan (Esr 4,,1-5.24). Sesudah th.529 Zerubabel memulai lagi
pekerdjaan itu, dengan dukungan nabi2 Hagai dan Zakaria dan denan persetudjuan
radja Parsi Darios. Pekerdjaan itu berhasil dan selesai, hingga dalam th.515
baitullah itu dapat ditahbiskan dan perajaan Paska dapat dilangsungkan (Esr 5,1-
6,22). Dari tahun 515-445 hanja diberikan beberapa berita singkat sadja. Orang2
Samaria mengadakan persekongkolan lawan usaha membangun kembali tembok
Jerusjalem didalam pemerintahan Xerxes (486) dan berhasil dengan dilarangnja
pembangunan itu oleh Artaxerxes I antara th.465 dan 445 (Esr 4,6-23).
Dalam th.445 Nehemia pergi ke Jerusjalem atas titah radja Artaxerxes I dan
membangun kembali temboknja, kendati tentangan hebat dari lawan2 lama, jang
mendapat sokongan dari beberapa orang Jahudi sendiri. Nehemia meramaikan kota
itu dan mengorganisir masjarakatnja (Neh 1,1-4.17;6,1-7,72a;12,27-42;5). Dalam
th. 433 Nehemia kembali ke Parsi.
Kemudian Artaxerxes I mengutus imam dan ahli-kitab Esra ke Jerusjalem, dan ia
bekerdja disana tidak begitu lama (426-427?). Setjara tegas Esra mentjoba
sehatkan masjarakat dalam bidang keigamaan dan lebih2 bertindak terhadap
perkawinan tjampuran (Esr 7,1-8,36;Neh 7,72b-8,18;3;Esr 9,1-10,44; Neh 9,1-37).
Pembaharuan ini mendapat hasil jang tetap dan Esra kembali lagi ke Parsi.
Sebelum th.424 Nehemia sudah kembali di Jerusjalem sebagai adipati, sehingga
achirnja masjarakat Jahudi diorganisir sesuai denan Taurat (Neh 13,4-31;10,1-
40;12,44-47).
Mengenai si penjusun kitab Esra-Nehemia dan waktu terdjadinja kitab itu
sukarklah menjebutkan nama atau tahun jang tepat. Karena kitab itu sangat erat
hubungannja denan kitab Tawarich, kiranjja kitab itu terdjadi pula diwaktu dan
dilingkungan jang sama, kendati bersandarkan dokumen2 jang lebih kuno.
Lingkungan itu nampak besar minatnja kepada ibadah dan baitullah, kepada daftar2
nama dan silsilah para imam dan levita. Si penulis hendaknja ditjari djuga
dikalangan rohaniwan di Jerusjalem, chususnja dikalangan levita. Pastilah kitab
itu dalam bentuknja jang definitif, disusun sesudah th.300. Kadang2 ada jang
mengundurkan sampai ke th.250 kebawah. Kiranja lebih baik dikatakan setjara
umum, bahwa kitab itu disusun antara th.300 dan 200, tanpa memberikan perintjian
lebih landjut.
Sebagai kitab keigamaan maka kitab Esra-Nehemiapun bersandarkan pendapat2
keigamaan tertentu dan bermaksud menjampaikan suatu wedjangan keigamaan kepada
para pembatjanja. Pada galibnja kesemuanja itu segaris dengan latarbelakang
keigamaan kitab Tawarich. Sebab kitab itu memberikan penutup sedjarah, jang
disadjikan penulis dalam kitab Tawarich dari sudut tertentu. Esra-Nehemia
membentangkan suatu perwudjudan dari theokrasi, kemana seluruh sedjarah itu
ditudjukan. Si penjusun tahu sungguh2, bahwa perwudjudan itu bukan jang terachir
dan paling sempurna, tetapi gagasan itu tidak begitu menondjol kemuka. A.l. itu
terbawa djuga, karena si penjusun mengambil-alih dan menghimpun dokumen2nja
tanpa banjak perubahan. Pengharapan djelas akan masa jang akan datang,
pengharapan akan Al Masih, oleh karenanja hanja sedikitlah terdapat didalamnja.
Disana sini hanja muntjul dilatarbelakang kisah itu. Kitab itu betul menjinggung
dan mengandaikan Israil baru dari keduabelas suku bangsa, tetapi dalam kisah itu
sendiri hanja Juda dan Binjaminlah jang ikut dalam pembangunan itu. Selandjutnja
pembangunan itu tidak dipandang sebagai idam2an jang tertinggi, melainkan masih
sebagai suatu masa penindasan dan pengharapan (Neh 9,36-37;Esr 10,2).
Namun demikian, pembangunan kembali itu adalah suatu pemenuhan djandji Allah dan
hasil dari kesetiaanNja akan rahmat serta perdjandjian (Esr 1,1; Neh 9,32).
Jahwe adalah penguasa sedjarah, jang membimbing dan menguasai segala sesuatu,
pun pula radja2 dan bangsa2 asing (Esr 1,1;7,6.27-28). Sebelum pembuangan Jahwe
telah mendjandjikan bahwa suatu sisa ketjil akan terpelihara sebagai bibit bagi
umat Allah jang baru. Orang2 buangan jang kembali itu sadr, bahwa mereka itulah
sisanja (Esr 9,8.13), jang direnggut dari kebinasaan, untuk mendjadi kelandjutan
resmi dari Israil jang terpilih (Esr 10,2; Neh 9,8), jang sungguhpun binasa
karena dosanja sendiri, tetapi tidak samasekali ditolak (Esr 9,13; Neh 1,9).
Kembali mereka dipandang sebagai pengungsian jang baru, jang diwudjudkan dan
diselesaikan oleh Jahwe. KeradjaannNja mendapat bentuknj jang baru didalam
djemaah jang baru, jang diorganisir sesuai dengan TauratNa dan jang hidup untuk
berbakti kepadaNja didalam baitullah jang dipulihkan, kediamanNja di-tengah2
umatnja. Umat itu adalah benih jang sutji dan masjarakat jang disendirikan, jang
orang kafir atau setengah kafir tidak dapat mendjadi anggotanja. Anasir asing
didjauhkan dan dikutjilkan karenanja. (Esr 9,1-15; Neh 13,23-30; Esr 4,3).
Dipandang sepintas lalu, gagasan universalistis tidak diperbintjangkan dalam
kitab Esra-Nehemia. Disini nampaklah Israil lebih kuat lagi sebagai umat Jahwe
satu2nja. Hanja beberapa djedjak sadja dari gagasan itu terdapat didalamnja,
jakni bahwasanja orang2 kafir, tidak samasekali diketjualikan dari anugerah2
Jahwe. Kaum buangan berdoa untuk radja mereka jang kafir itu dan untuk
kesedjahreaan keradjaannja. Dari sebangsa bentji terhadap orang2 asing hanja
sedikit sadjalah terdapat didalamnja. Hanja dalam Neh 9 gagasan ini agak tampak.
Kesadaran, bahwa Israil itu bangsa jang terpilih, toh menundjukkan suatu segi,
jang membuat pengertian "Keradjaan Allah" mendapat tjorak jang lebih rohani.
Sebelum masa pembuangan - lepas dari para nabi, dimasa itupun terdapat pula
gagasan2 lainnja,- keradjaan Allah itu terlekat pada kedaulatan nasional dibawah
pemerintahan wangsa Dawud jang bertjorak kenegaraan itu se-kali2 bukan sjarat
mutlak lagi adanja. Betul Zerubabel menggandingkan masjarakat sesudah pembuangan
itu dengan Dawud, tapi bukan lagi sebagai radja dalam arti politik.
Orang Jahudi tanpa banjak tentangan menerima kenjataan, bahwa mereka bergantung
dari keradjaan Parsi dan mau mendjadi kaula jang taat-setia, meskipun mereka
merasa dirinja sebagai satu2nja umat pilihan Jahwe dan warga keradjaanNja.
Betul partikularisme masih kuat, tetapi menundjukkan tjorak lain, jang dapat
tumbuh dan berkembang lebih landjut mendjadi universalisme. Djustru dimasa itu
ditengah bangsa Jahudi terdapatlah aliran2 unbersalistis, meskipun aliran2 itu
tidak tampil kedepan didalam kitab Esra-Nehemia. Tetapi pada asasnja ikatan2
nasional dari keradjaan Allah sudah terlepaskan.
Dipandang didalam keseluruhan sedjarah-keselamatan maka masa jang
diperbintjangkan dalam kitab Esra-Nehemia itu menduduki tempatnja sendiri. Sebab
dari masjarakat Jahudi seperti jang tumbuh sesudah pembuangan itu datanglah fase
terachir sedjarah keselamatan. Baitullah jang dibangun dimasa itu dimasuki
Kristus dan telah menjaksikan kemuliaanNja, hal mana membuat bangunan sederhana
itu melebihi baitullah bangunan Sulaiman. Jesus dari Nasaret mendjadi besar
didalam suasana, jang berasal dari masa Esra-Nehemia, denan sudut2nja jang baik,
tapi djuga dengan sudut2nja jang kurang baik. Kendati kesemuanja itu, maka dari
"sisa", jang kembali dari pembuangan itu, sungguh telah berkembanglah umat Allah
jang baru, walaupun melalui djalan jang agak berlainan dengan jang dibajangkan
kitab Esra-Nehemia.