Teks -- 1 Raja-raja 18:40 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Raj 18:40
Full Life: 1Raj 18:40 - MENYEMBELIH MEREKA DI SANA.
Nas : 1Raj 18:40
Perhatikan hal-hal berikut mengenai pembunuhan nabi-nabi Baal ini:
1) Hukuman mati mereka itu adil karena dilaksanakan sesuai...
Nas : 1Raj 18:40
Perhatikan hal-hal berikut mengenai pembunuhan nabi-nabi Baal ini:
- 1) Hukuman mati mereka itu adil karena dilaksanakan sesuai dengan hukum
Musa (Ul 13:6-9; 17:2-5). PB tidak memiliki perintah semacam itu;
tindakan kekerasan terhadap nabi palsu dilarang (Mat 5:44),
sekalipun Allah memerintahkan untuk menolak dan memisahkan diri dari
mereka (Mat 24:23-24; 2Kor 6:14-18; Gal 1:6-9; 2Yoh 1:7-11;
Yud 1:3-4;
lihat art. GURU-GURU PALSU).
- 2) Tindakan Elia terhadap para nabi palsu itu menunjukkan murka Allah atas mereka yang berusaha untuk menghancurkan iman dan warisan rohani umat pilihan-Nya, juga mengungkapkan kasih dan kesetiaan Elia bagi Allah. Jadi, roh dan hatinya selaras dengan Allah; kepekaan moral dan rohaninya marah sekali karena Israel secara tragis meninggalkan Allah perjanjian mereka, Yang telah mengasihi dan menebus mereka.
- 3) Pembunuhan para nabi palsu itu juga menunjukkan perhatian mendalam
bagi orang Israel yang sedang dibinasakan secara rohani oleh agama
palsu. Yesus memiliki sikap yang sama (Mat 23:1-39; juga lih.
Luk 19:27), demikian pula Paulus (Gal 1:6-9;
lihat cat. --> Gal 1:9).
[atau ref. Gal 1:9]
Selanjutnya, perhatikan bahwa murka Allah akan dicurahkan atas semua orang yang keras kepala dan tidak mau bertobat "pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan" (Rom 2:5; bd. Rom 11:22; Wahy 19:11-21; 20:7-10).
Ref. Silang FULL -> 1Raj 18:40
Ref. Silang FULL: 1Raj 18:40 - sungai Kison // dan menyembelih · sungai Kison: Hak 4:7; Hak 4:7
· dan menyembelih: Kel 22:20; Kel 22:20; Ul 17:12; Ul 17:12; 2Raj 11:18; 2Raj 11:18
· sungai Kison: Hak 4:7; [Lihat FULL. Hak 4:7]
· dan menyembelih: Kel 22:20; [Lihat FULL. Kel 22:20]; Ul 17:12; [Lihat FULL. Ul 17:12]; 2Raj 11:18; [Lihat FULL. 2Raj 11:18]
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Raj 18:21-40
Matthew Henry: 1Raj 18:21-40 - Elia Menguji Para Nabi Palsu; Kebinasaan Nabi-nabi Baal Elia Menguji Para Nabi Palsu; Kebinasaan Nabi-nabi Baal (18:21-40)
Ahab dan rakyat berharap bahwa Elia, dalam kumpulan yang khidmat ini, akan membe...
Elia Menguji Para Nabi Palsu; Kebinasaan Nabi-nabi Baal (18:21-40)
- Ahab dan rakyat berharap bahwa Elia, dalam kumpulan yang khidmat ini, akan memberkati negeri, dan berdoa meminta hujan. Tetapi Elia mempunyai pekerjaan lain untuk dilakukan terlebih dahulu. Rakyat harus dibuat bertobat dan memperbaiki diri, barulah kemudian mereka boleh mengharapkan penghapusan hukuman itu, tetapi bukan sebelumnya. Inilah cara yang benar. Allah pertama-tama akan menguatkan hati kita, dan baru kemudian Ia memasang telinga-Nya untuk mendengar. Ia pertama-tama akan memulihkan kita kepada-Nya, dan baru kemudian Ia akan berpaling kepada kita (Mzm. 10:17; 80:4). Para pembelot tidak boleh menantikan perkenanan Allah sebelum mereka berbalik setia kepada-Nya. Elia bisa saja menantikan hujan sebanyak 77 kali, namun dia tidak akan pernah melihatnya, jika dia tidak memulai pekerjaannya dengan benar seperti itu. Tiga setengah tahun masa kelaparan tidak akan membawa mereka kembali kepada Allah. Oleh sebab itu, Elia berupaya meyakinkan mereka akan hukuman yang mereka terima, dan tidak diragukan lagi bahwa melalui perintah dan pimpinan khusus dari sorgalah dia menguji perseteruan antara Allah dan Baal di hadapan umum. Betapa besar kesediaan Allah untuk merendah, sehingga Ia mau membiarkan perkara yang begitu jelas diperdebatkan seperti itu, dan mau mengizinkan Baal menjadi pesaing-Nya. Tetapi demikianlah Allah mau supaya setiap mulut disumbat dan semua makhluk menjadi diam di hadapan-Nya. Perkara Allah itu begitu adil dan tak terbantahkan, sehingga tidak perlu takut jika bukti-bukti keadilannya diselidiki dan dipertimbangkan.
- I. Elia menegur bangsa itu karena mencampuradukkan penyembahan kepada Allah dengan penyembahan kepada Baal. Bukan hanya sebagian orang Israel menyembah Allah dan sebagian yang lain menyembah Baal, melainkan juga orang-orang Israel yang sama kadang-kadang menyembah yang satu dan kadang-kadang menyembah yang lain. Hal ini disebutnya (ay. 21) berlaku timpang dan bercabang hati. Mereka menyembah Allah untuk menyenangkan para nabi, tetapi menyembah Baal untuk menyenangkan Izebel dan mencoba mengambil hati orang-orang istana. Mereka berpikir bahwa dengan berbuat demikian mereka dapat menyeimbangkan keadaan, dan bermain di kedua pihak, seperti orang-orang Samaria (2Raj. 17:33). Sekarang Elia memperlihatkan kepada mereka betapa tidak masuk akalnya hal ini. Ia tidak menegaskan hubungan mereka dengan Yahweh – “Bukankah Dia itu Allahmu, dan Allah nenek moyangmu, sementara Baal adalah allah orang Sidon? Dan pernahkah suatu bangsa menukarkan allahnya?” (Yer. 2:11). Tidak, Elia mengesampingkan tuntutan atas dasar hubungan pribadi, dan langsung memeriksa benar salahnya perkara itu: “Pasti hanya ada satu Allah saja, yang tak terbatas dan yang tertinggi. Hanya perlu satu Allah saja, yang maha kuasa, dan yang maha mencukupi. Untuk apa menambahkan sesuatu kepada yang sempurna? Sekarang jika, setelah diuji, tampak bahwa Baal adalah satu-satunya Wujud yang tak terbatas dan maha kuasa itu, satu-satunya Tuhan yang maha tinggi dan Pemberi yang maha mencukupi, maka engkau boleh meninggalkan Yahweh dan berpaut hanya kepada Baal. Akan tetapi, jika Yahweh adalah satu-satunya Allah itu, maka Baal adalah penipu, dan engkau tidak boleh berurusan apa-apa lagi dengannya.” Perhatikanlah,
- 1. Sungguh suatu hal yang buruk untuk bercabang hati antara Allah dan Baal. “Dalam perbedaan-perbedaan yang dapat didamaikan (menurut Uskup Hall), tidak ada yang lebih aman selain ketidakpedulian terhadap hal-hal yang menyangkut perbuatan maupun perkataan. Akan tetapi, dalam perkara-perkara perseteruan yang demikian penting seperti perseteruan antara Allah dan Baal, siapa yang tidak bersama Allah berarti melawan Dia.” Bandingkan Markus 9:38-39, dengan Matius 12:30. Melayani Allah dan melayani dosa, kekuasaan Kristus dan kekuasaan hawa nafsu, inilah yang dinamakan bercabang hati, dan berbahaya bagi kita untuk berdiri di antaranya. Orang-orang yang bercabang hati di antara keduanya adalah mereka yang tidak menetapkan hati dalam keyakinan-keyakinan mereka, yang goyah dan tidak mantap dalam tujuan-tujuan mereka, yang hanya berjanji namun tidak memenuhinya, yang memulai dengan baik namun tidak bertahan, dan yang kelakuannya berubah-ubah, atau acuh tak acuh dan suam-suam kuku dalam apa yang baik. Hati mereka licik (Hos. 10:2), sedangkan Allah menghendaki seluruhnya atau tidak sama sekali.
- 2. Kita diminta dengan adil untuk memilih kepada siapa kita akan beribadah (Yos. 24:15). Jika kita dapat menemukan sosok yang lebih berhak atas diri kita, atau yang akan menjadi tuan yang lebih baik bagi kita, daripada Allah, maka kita dapat memilihnya dengan menanggung sendiri akibatnya. Allah menuntut dari kita tidak lebih daripada apa yang sudah menjadi hak-Nya. Terhadap usulan yang adil untuk menyelesaikan perkara ini, yang ditawarkan oleh Elia di sini, bangsa itu tidak tahu harus berkata apa: Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun. Mereka tidak dapat berkata apa-apa untuk membenarkan diri mereka sendiri, dan mereka tidak mau mengatakan apa-apa untuk menyalahkan diri mereka sendiri. Sebaliknya, sebagai bangsa yang dipermalukan, mereka membiarkan Elia mengatakan apa yang ingin dikatakannya.
- II. Elia mengusulkan untuk menguji perkara itu dengan adil. Dan pengujian itu semakin adil lagi karena Baal memiliki semua keuntungan lahiriah di pihaknya. Raja dan istana semuanya berpihak kepada Baal, demikian pula dengan kumpulan bangsa itu. Para pembela perkara Baal berjumlah 450 orang, gemuk-gemuk dan diberi makan dengan baik (ay. 22), di samping 400 orang lagi, yaitu para pendukung atau penyokong mereka (ay. 19). Pembela perkara Allah hanya ada satu orang, yang belum lama ini menjadi seorang buangan yang miskin, nyaris tidak selamat dari kelaparan. Jadi, perkara Allah tidak memiliki apa pun untuk mendukungnya kecuali kebenarannya sendiri. Meskipun demikian, perkara itu diuji sebagai berikut, “Hendaklah masing-masing pihak mempersiapkan sebuah korban, dan berdoa kepada allahnya, dan allah yang menjawab dengan api, dialah Allah. Apabila tidak ada yang menjawab seperti itu, biarlah bangsa itu menjadi orang-orang yang tidak percaya adanya Tuhan. Apabila kedua-duanya menjawab seperti itu, biarlah mereka terus bercabang hati.” Elia, tidak diragukan lagi, telah mendapat perintah khusus dari Allah untuk menguji perkara ini, sebab jika tidak, maka dia mencobai Allah dan menghina agama. Tetapi perkara itu luar biasa, dan penghakiman yang dijatuhkan atasnya akan berguna, bukan hanya pada waktu itu, melainkan juga di sepanjang zaman. Suatu bukti dari keberanian Elia bahwa dia berani berdiri sendirian di pihak Allah melawan segala kekuasaan dan banyaknya orang seperti itu. Dan hasilnya membesarkan hati semua saksi dan pembela Allah untuk tidak pernah takut menghadapi manusia. Elia tidak berkata, “Allah yang menjawab dengan air” kendati itulah yang dibutuhkan oleh negeri itu, melainkan “yang menjawab dengan api, dialah Allah.” Sebab penebusan harus diadakan melalui korban, sebelum hukuman dapat dihapuskan dalam belas kasihan. Oleh karena itu, Allah yang memiliki kuasa untuk mengampuni dosa, dan untuk menunjukkannya dengan membakar habis korban penghapus dosa, pastilah Allah yang dapat menolong kita dari bencana ini. Ia yang dapat mengirim api dapat pula mengirim hujan (lih. Mat. 9:2, 6).
- III. Rakyat itu sepakat dengan Elia: Baiklah demikian (ay. 24). Mereka memandang usulan itu adil dan layak diterima. “Allah telah sering menjawab dengan api. Jika Baal tidak dapat berbuat demikian, hendaklah dia diusir sebagai perebut kekuasaan.” Mereka sangat ingin melihat pengujian ini, dan sepertinya bertekad untuk menerima hasilnya, apa pun itu. Orang-orang yang berpegang teguh kepada Allah tidak merasa ragu bahwa pengujian itu akan berakhir bagi kehormatan-Nya. Orang-orang yang tadinya acuh tak acuh sekarang mau menetapkan hati. Dan Ahab serta para nabi Baal tidak berani melawan karena takut terhadap rakyat. Mereka berharap bahwa entah mereka yang dapat beroleh api dari sorga kendati mereka belum pernah memperolehnya, dan terlebih lagi karena, seperti menurut sebagian penafsir, mereka menyembah matahari dalam diri Baal, atau Elia tidak dapat memperoleh api itu, sebab dia tidak berada di dalam Bait Suci, di mana Allah biasa menyatakan kemuliaan-Nya dengan api. Jika, dalam adu kekuatan ini, mereka hanya dapat membuat pertandingan berakhir seri, maka keuntungan-keuntungan mereka yang lain akan memberi mereka kemenangan. Oleh sebab itu, biarlah kiranya perkara itu dilanjutkan untuk diuji.
- IV. Para nabi Baal mencoba terlebih dahulu dengan allah mereka, namun sia-sia. Mereka ingin menjadi yang pertama maju, bukan hanya karena kehormatan yang didapat, melainkan juga karena, jika mereka bisa tampak berhasil sedikit saja, maka Elia mungkin tidak diizinkan untuk mengadakan pengujian itu. Elia menyetujui mereka (ay. 25), membiarkan mereka memimpin di depan untuk semakin mempermalukan mereka lagi. Hanya saja, karena mengetahui bahwa Iblis bekerja dengan mengadakan mujizat-mujizat palsu, Elia memberi perhatian untuk mencegah kecurangan: Pastikan bahwa kamu tidak boleh menaruh api. Nah, dalam percobaan mereka amatilah,
- 1. Betapa mendesak dan gaduhnya para nabi Baal dalam memberikan permohonan mereka kepadanya. Mereka telah mempersiapkan korban-korban mereka. Dan dapat kita bayangkan betapa besar kegaduhan yang dibuat oleh 450 orang, ketika mereka semua berteriak-teriak, dan dengan segenap kekuatan mereka. Ya Baal, dengarlah kami, ya Baal, jawablah kami! Demikianlah dalam terjemahan yang agak luas. Dan hal ini terus berlangsung selama beberapa jam, lebih lama daripada teriakan para penyembah Artemis, besarlah Artemis dewi orang Efesus (Kis. 19:34). Betapa tidak masuk akal, dan betapa dungunya mereka dalam permohonan mereka kepada Baal!
- (1) Seperti orang bodoh, mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah, seolah-olah mereka sendiri mau menjadi korban persembahan bersama dengan lembu-lembu jantan mereka. Atau demikianlah mereka mengungkapkan kesungguhan hati mereka. Mereka berjingkat-jingkat naik turun, atau menari-nari di sekeliling mezbah (demikian menurut sebagian penafsir). Dengan tari-tarian mereka, mereka berharap menyenangkan allah mereka, seperti yang dilakukan Herodias kepada Herodes, dan dengan demikian mendapatkan apa yang mereka minta.
- (2) Seperti orang gila, mereka menoreh-noreh diri mereka dengan pedang dan tombak (ay. 28), karena kesal teriakan mereka tidak dijawab. Atau mereka melakukannya dalam kegeraman nabi yang sedang bernubuat, sambil berharap untuk mendapat perkenanan allah mereka dengan mempersembahkan kepadanya darah mereka sendiri, ketika mereka tidak dapat memperolehnya dengan darah lembu jantan mereka. Allah tidak pernah menuntut para penyembah-Nya untuk menghormati Dia dengan cara seperti itu. Tetapi melayani Iblis, kendati dalam beberapa hal menyenangkan dan memanjakan tubuh, namun dalam hal-hal lain sungguh kejam terhadap tubuh, seperti dalam iri hati dan kemabukan. Hal ini sepertinya merupakan cara yang dipakai para penyembah Baal. Allah dengan tegas melarang para penyembah-Nya untuk menoreh-noreh diri (Ul. 14:1). Ia menuntut agar kita mematikan segala hawa nafsu dan kebobrokan kita. Tetapi laku tobat dan tindak kekerasan pada tubuh jasmani, seperti yang dijalankan oleh para pengikut paus, yang tidak berkuasa untuk mematikan hawa nafsu dan kebobrokan itu, bukanlah sesuatu yang berkenan pada-Nya. Siapakah yang menuntut itu dari padamu?
- 2. Betapa tajamnya perkataan Elia kepada mereka (ay. 27). Ia berdiri di dekat mereka, dan dengan sabar mendengar mereka selama berjam-jam berdoa kepada sebuah berhala, namun dengan perasaan marah dan memandang rendah di dalam hati. Dan pada waktu tengah hari, ketika matahari sedang terik-teriknya, dan mereka juga sedang menantikan api datang (kalaupun akan datang), dia mencela mereka atas kebodohan mereka. Dan tanpa menghiraukan wibawa jabatannya, dan beratnya tugas yang ada di hadapannya, Elia mengolok-olok mereka: “Panggillah lebih keras, bukankah dia allah, allah yang lumayan menarik, yang tidak dapat dibuat mendengar tanpa segala kegaduhan ini. Pasti engkau menyangka bahwa Baal sedang berbicara atau merenung (demikianlah arti kata itu), atau sedang hanyut dalam pemikiran yang dalam (asyik berpikir sendiri, demikian kita berkata), memikirkan suatu hal lain dan tidak mempedulikan masalahnya sendiri, ketika bukan hanya dirinya, melainkan juga semua kehormatannya dipertaruhkan, dan begitu pula pengaruhnya atas Israel. Daerah taklukannya yang baru akan hilang jika dia tidak cepat-cepat melihat apa yang sedang terjadi di sekelilingnya.” Perhatikanlah, penyembahan berhala adalah hal yang paling konyol, dan memang adil untuk menggambarkannya demikian dan membiarkannya dicemooh. Hal ini sama sekali tidak membenarkan orang-orang yang mencemooh para penyembah Allah dalam Kristus, karena penyembahan itu tidak dilakukan seperti cara mereka. Para nabi Baal sama sekali tidak dibuat sadar dan dipermalukan oleh celaan wajar yang dilontarkan Elia kepada mereka. Sebaliknya, celaan itu justru membuat mereka melakukan kekerasan yang lebih besar dan bertindak lebih konyol. Orang yang sibuk dengan abu belaka, disesatkan oleh hatinya yang tertipu; ia tidak dapat menyelamatkan jiwanya dengan mengatakan: “Bukankah dusta yang menjadi peganganku?”
- 3. Betapa tulinya Baal terhadap mereka. Elia tidak mengganggu mereka, tetapi membiarkan mereka terus melakukan tindakan mereka sampai mereka menjadi lelah, dan benar-benar putus asa mengharapkan keberhasilan, yang tidak sampai waktu mempersembahkan korban petang (ay. 29). Sepanjang waktu itu, sebagian dari mereka berdoa, sementara sebagian yang lain bernubuat, menyanyikan kidung-kidung, mungkin untuk memuji Baal, atau lebih tepatnya untuk menguatkan mereka yang sedang berdoa agar terus berdoa, dengan memberi tahu mereka bahwa Baal akan menjawab mereka pada akhirnya. Namun tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian. Berhala-berhala tidak dapat berbuat baik ataupun jahat. Penguasa kerajaan angkasa, jika Allah mengizinkannya, bisa saja membuat api turun dari sorga pada kesempatan ini, dan dengan senang hati akan melakukannya untuk mendukung Baalnya. Kita mendapati bahwa binatang yang menyesatkan dunia melakukan hal ini. Ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang, dan dengan demikian menyesatkan mereka (Why. 13:13-14). Tetapi Allah tidak mau mengizinkan Iblis melakukannya sekarang, sebab kuasa-Nya sedang dipertaruhkan melalui api yang turun dari langit berdasarkan kesepakatan kedua pihak.
- V. Elia segera memperoleh jawaban melalui api dari Allahnya. Para pengikut Baal terpaksa melepaskan perkara mereka, dan sekarang giliran Elia untuk mengajukan perkaranya. Mari kita lihat apakah Elia tampil lebih baik.
- 1. Elia mengatur sebuah mezbah. Ia tidak mau menggunakan mezbah bekas mereka, yang telah dicemari oleh doa-doa mereka kepada Baal. Sebaliknya, setelah mendapati reruntuhan dari sebuah mezbah di sana, yang sebelumnya telah digunakan untuk melayani TUHAN, dia memilih untuk memperbaiki mezbah itu (ay. 30). Hal ini dilakukannya untuk menyatakan kepada mereka bahwa dia tidak ingin memperkenalkan sebuah agama baru, tetapi untuk membangkitkan kembali iman dan penyembahan kepada Allah nenek moyang mereka, dan mengembalikan mereka kepada kasih mereka yang mula-mula, membuat mereka melakukan lagi apa yang semula mereka lakukan. Ia tidak dapat membawa mereka ke mezbah di Yerusalem kecuali dia dapat mempersatukan kembali kedua kerajaan itu yang, sebagai pelajaran bagi keduanya, tidak dirancang Allah untuk dilakukan sekarang. Oleh karena itu, melalui wewenangnya sebagai nabi, dia membangun sebuah mezbah di gunung Karmel, dan dengan demikian mengakui apa yang pernah dibangun sebelumnya di sana. Ketika kita tidak dapat membawa pembaharuan sejauh yang kita inginkan, kita harus melakukan apa yang dapat kita lakukan, dan lebih memilih mengikuti beberapa bentuk kerusakan daripada tidak berbuat sebaik-baiknya untuk membasmi Baal. Ia memperbaiki mezbah ini dengan dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub (ay. 31). Kendati sepuluh dari suku-suku itu telah memberontak dan berpihak kepada Baal, dia masih tetap memandang mereka sebagai milik Allah, berdasarkan kovenan yang dibuat pada zaman dulu dengan nenek moyang mereka. Dan, kendati kesepuluh suku tersebut secara tidak membahagiakan terpisah dari kedua suku lainnya dalam perihal kemasyarakatan, namun dalam penyembahan kepada Allah Israel mereka tetap bersekutu satu dengan yang lain, dan mereka berdua belas adalah satu. Disebutkan tentang Allah yang memanggil nenek moyang mereka, Yakub, dengan nama Israel, seorang pangeran Allah (ay. 31), untuk mempermalukan keturunannya yang telah merosot, yang menyembah allah yang mereka lihat sendiri tidak dapat mendengar atau menjawab mereka, dan untuk menguatkan sang nabi yang sekarang harus bergumul dengan Allah, seperti Yakub. Ia juga akan menjadi seorang pangeran Allah. Wajah-Mu, ya Allah Yakub! (Mzm. 24:6). Di sanalah Dia berfirman kepada kita (Hos. 12:5).
- 2. Sesudah mendirikan mezbahnya demi nama TUHAN (ay. 32), melalui petunjuk-Nya dan dengan mata yang tertuju kepadaNya, dan bukan demi kehormatannya sendiri, Elia mempersiapkan korban persembahannya (ay. 33). Di sini sudah ada lembu jantan dan kayu, tetapi di manakah apinya? (Kej. 22:7-8). Allah yang akan menyediakan apinya. Jika kita, dengan tulus, mempersembahkan hati kita kepada Allah, maka Dia, dengan anugerah-Nya, akan menyalakan api kudus di dalam hati kita. Elia bukanlah imam, dan para pelayannya bukanlah orang-orang Lewi. Tidak ada Kemah Suci ataupun Bait Suci di gunung Karmel. Gunung itu terletak sangat jauh dari tabut perjanjian dan tempat yang telah dipilih oleh Allah. Ini bukanlah mezbah yang menguduskan persembahan. Namun demikian, tidak pernah ada korban yang lebih berkenan pada Allah daripada korban ini. Ketetapan-ketetapan khusus dari imamat Lewi begitu sering tidak dipakai seperti pada zaman Hakim-hakim, pada zaman Samuel, dan pada zaman Elia sekarang, sehingga orang akan tergoda untuk berpikir bahwa ketetapan-ketetapan itu lebih dirancang sebagai perlambang untuk digenapi pada masa Injil daripada sebagai hukum untuk digenapi dalam pelaksanaannya secara ketat. Ketetapan-ketetapan yang binasa oleh pemakaian itu, sebagaimana Rasul Paulus menyebutnya (Kol. 2:22), adalah untuk menyiratkan penghapusannya secara sepenuh-penuhnya setelah beberapa waktu lamanya (Ibr. 8:13).
- 3. Elia meminta agar banyak air dituangkan ke atas mezbahnya, di dalam sebuah parit yang telah dipersiapkannya untuk menampung air itu (ay. 32), dan, menurut sebagian penafsir, mezbah yang dibuatnya itu berongga. Lima belas liter air, mungkin air laut, sebab tempat itu dekat dengan laut, dan karena sekian banyak air segar pada masa kekeringan ini akan terlalu berharga baginya untuk diboroskannya seperti itu, diisinya ke dalam empat tempayan, lalu dicurahkannya sampai habis ke atas korbannya. Hal ini diulangi sebanyak tiga kali, untuk mencegah kecurigaan akan adanya api di bawahnya sebab, jika memang benar ada api, maka air ini pasti akan memadamkannya, dan untuk membuat mujizat yang dinantikan menjadi lebih menakjubkan.
- 4. Elia kemudian dengan khidmat datang menghadap kepada Allah melalui doa di depan mezbahnya, sambil memohon kepada-Nya dengan rendah hati untuk membakar habis korban bakarannya, seperti ungkapan yang dipakai dalam Mazmur 20:4, dan untuk menyatakan penerimaan-Nya akan korban itu. Doanya tidaklah panjang, sebab dia tidak bertele-tele dalam berdoa, tidak pula berpikir bahwa doanya akan dikabulkan karena banyaknya kata-kata. Sebaliknya, doanya itu sangat berwibawa dan tenang, dan menunjukkan bahwa pikirannya juga tenang dan jernih, dan jauh dari panas hati dan kekacauan yang menguasai para nabi Baal (ay. 36-37). Meskipun tidak berada di tempat yang ditetapkan, Elia memilih waktu yang ditetapkan untuk mempersembahkan korban petang, dan dengan demikian menyatakan persekutuannya dengan mezbah di Yerusalem. Sekalipun dia mengharapkan jawaban melalui api, namun dia datang mendekati mezbah dengan penuh keberanian, dan tidak takut terhadap api itu. Ia menghadap kepada Allah sebagai Allah Abraham, Ishak dan Israel, dengan menghidupkan iman terhadap kovenan yang sudah dibuat Allah sejak lama, dan mengingatkan bangsanya pula agar doanya terkabul, akan hubungan mereka dengan Allah dan dengan para bapa leluhur itu. Dua hal dimohonkannya di sini:
- (1) Kemuliaan Allah: “TUHAN, dengarkanlah aku, dan jawablah aku, supaya diketahui orang sebab sekarang hal ini disangkal dan dilupakan oleh sebagian besar orang bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel, satu-satunya yang berhak menerima penghormatan dan penyembahan Israel, dan bahwa aku ini hamba-Mu, dan melakukan semua yang telah kulakukan, yang sedang kulakukan, dan yang akan kulakukan, sebagai alat-Mu, atas Firman-Mu, dan bukan untuk memuaskan kesenangan atau keinginanku sendiri. Engkaulah yang memakai aku. TUHAN, tunjukkanlah bahwa memang demikian adanya” (lih. Bil. 16:28-29). Elia tidak mencari kemuliaannya sendiri kalau bukan di bawah kemuliaan Allah, dan kalau bukan untuk membenarkan tindakannya dengan seperlunya.
- (2) Peneguhan iman bangsa Israel: “Supaya bangsa ini mengetahui bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan dapat mengalami anugerah-Mu, dengan membuat hati mereka, melalui mujizat ini sebagai sarananya, tobat kembali kepada-Mu, sehingga Engkau dapat kembali kepada mereka dengan membawa belas kasihan.”
- 5. Allah dengan segera menjawab Elia dengan api (ay. 38). Allah Elia tidak bicara ataupun mengejar, tidak perlu dibangunkan ataupun disuruh cepat-cepat. Selagi Elia sedang berbicara, turunlah api TUHAN, dan tidak hanya, seperti pada waktu-waktu lain (Im. 9:24; 1Taw. 21:26; 2Taw. 7:1), menyambar habis korban bakaran dan kayu api, sebagai tanda penerimaan Allah atas korban persembahan itu, tetapi juga bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. Api itu mengembuskan air dalam parit itu, dan menaikkannya seperti uap, agar terjadi hujan seperti yang dikehendaki, yang akan menjadi dampak dari korban persembahan dan doa ini, dan bukan hasil dari penyebab-penyebab alamiah. Bandingkan dengan 7. Ia menaikkan kabut dari ujung bumi, Ia membuat kilat mengikuti hujan. Untuk hujan ini Allah melakukan kedua hal tersebut. Adapun orang-orang yang tewas sebagai korban dari api murka Allah itu, tidak ada air yang dapat melindungi mereka darinya, sama halnya seperti putri malu dan rumput (Yes. 27:4-5). Tetapi ini belum semuanya. Untuk melengkapi mujizat itu, api membakar pula batu mezbah, dan bahkan tanah, untuk menunjukkan bahwa itu bukanlah api biasa, dan mungkin untuk menyiratkan bahwa, kendati Allah menerima korban khusus ini dari mezbah ini, namun untuk waktu yang akan datang mereka harus merobohkan semua mezbah di bukit-bukit pengorbanan mereka, dan, sebagai korban tetap mereka, harus menggunakan mezbah di Yerusalem saja. Mezbah Musa dan mezbah Salomo ditahbiskan oleh api dari sorga. Tetapi mezbah ini dimusnahkan, sebab tidak boleh lagi digunakan. Dapat kita bayangkan betapa mengerikannya api itu menyambar Ahab yang bersalah dan semua penyembah Baal, dan bagaimana mereka melarikan diri darinya sejauh dan secepat mungkin, sambil berkata, jangan-jangan api itu menelan kita juga, dengan merujuk pada Bilangan 16:34.
- VI. Apa hasil dari pengujian yang adil ini. Para nabi Baal telah gagal dalam pembuktian mereka, dan tidak dapat memberikan bukti sama sekali atas kebenaran dari apa yang mereka nyatakan atas nama allah mereka. Sebaliknya, mereka benar-benar digugurkan sebagai penuntut, sebab Elia, dengan bukti yang teramat meyakinkan dan tak terbantahkan, telah membuktikan kebenaran dari apa yang dinyatakannya atas nama Allah Israel. Dan sekarang,
- 1. Rakyat, sebagai jurinya, memberikan putusan mereka atas sidang pengadilan itu, dan mereka semua sepakat dengan putusan tersebut. Perkaranya sudah begitu jelas sehingga mereka tidak perlu pergi dari sidang untuk mempertimbangkan keputusan mereka atau berunding tentangnya: Sujudlah mereka, dan mereka semua, sebagai satu kesatuan, berkata, “TUHAN, Dialah Allah, dan bukan Baal. Kami sudah diyakinkan dan dipuaskan dengannya: TUHAN, Dialah Allah” (ay. 39). Oleh karena itu, orang akan berpikir, mereka seharusnya menyimpulkan, “Jika Dia adalah Allah, maka Dia akan menjadi Allah kami, dan kami hanya akan beribadah kepada Dia saja” (Yos. 24:24). Sebagian orang Israel, kita harap, dibuat berbalik hatinya seperti itu, tetapi kebanyakan dari mereka hanya diyakinkan saja, dan tidak dibuat bertobat. Mereka menerima kebenaran Allah, bahwa Dia adalah Allah, namun tidak menerima kovenan-Nya, bahwa Ia harus menjadi Allah mereka. Berbahagialah orang-orang yang tidak melihat apa yang telah mereka lihat, namun percaya dan tergerak olehnya lebih daripada mereka yang telah melihatnya. Kiranya untuk selamanya peristiwa ini dilihat sebagai putusan yang sudah ditetapkan melawan semua yang mengaku sebagai allah karena putusan itu dibuat, pada sidang penuh, untuk melawan salah satu pesaing yang paling lancang dan mengancam yang pernah menghina Allah Israel, bahwa TUHAN, Dialah Allah, satu-satunya Allah.
- 2. Para nabi Baal, sebagai penjahat, ditangkap, dikutuk, dan dijatuhi hukuman berdasarkan hukum Taurat (ay. 40). Jika Yahweh adalah Allah yang sejati, maka Baal adalah allah palsu, yang telah menyebabkan orang-orang Israel ini memberontak, dan membujuk orang lain untuk menyembah dia. Oleh karenanya, berdasarkan hukum Allah yang tegas, mereka harus dihukum mati (Ul. 13:1-11). Tidak diperlukan lagi bukti untuk fakta itu. Seluruh Israel adalah saksinya. Itulah sebabnya Elia, yang masih bertindak berdasarkan perintah yang sifatnya luar biasa, yang tidak boleh diikuti sebagai contoh, memerintahkan agar mereka semua langsung disembelih sebagai yang mencelakakan negeri. Dan Ahab sendiri, untuk saat ini, begitu takut terhadap api dari sorga itu, sehingga dia tidak berani menentangnya. Mereka ini adalah ke-450 nabi Baal. Empat ratus nabi Asyera, yang menurut sebagian penafsir adalah orang-orang Sidon, kendati dipanggil (ay. 19), namun kelihatannya tidak datang, sehingga terluput dari hukuman mati ini. Dan mungkin Ahab dan Izebel berpikir bahwa mereka sungguh bahagia karena terluput juga dari hukuman itu. Namun, terbukti bahwa ke-400 nabi itu disiapkan untuk menjadi alat kebinasaan Ahab, beberapa waktu sesudahnya, dengan mendorongnya untuk berperang melawan Ramot-Gilead (22:6).
SH: 1Raj 18:16-46 - Pemimpin Rohani (Jumat, 31 Juli 2015) Pemimpin Rohani
"Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?" (17), demikianlah kata-kata yang keluar dari Ahab ketika bertemu Elia. Di mata Ahab, Elial...
Pemimpin Rohani
"Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?" (17), demikianlah kata-kata yang keluar dari Ahab ketika bertemu Elia. Di mata Ahab, Elialah biang keladi dari kekeringan yang melanda Israel. Agaknya, Ahab sudah lupa bahwa Elia hanyalah seorang nabi. Nabi bertugas sebagai juru bicara Allah. Nabi yang tidak mau menyampaikan pesan Allah tentu bukan nabi sejati.
Pernyatan Elia mengenai Ahab memperlihatkan betapa strategis dan pentingnya peran seorang pemimpin (18). Pemimpin adalah kepala, dan kepala adalah pusat koordinasi tubuh. Kalau kepalanya rusak, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi dengan tubuh. Di mata Allah, raja Israel tak sekadar pemimpin pemerintahan, tetapi juga pemimpin rohani.
Nah, di Gunung Karmel itu Elia memerankan diri sebagai pemimpin rohani umat. Dengan tegas Elia berkata kepada segenap rakyat itu, "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau Tuhan itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Semua rakyat hanya diam seribu basa. Mungkin tak enak hati dengan Ahab, bisa jadi mereka sendiri merasa bersalah terhadap Allah. Orang yang merasa bersalah biasanya memilih diam. Namun, mungkin juga, mereka tidak lagi memercayai Allah.
Di Gunung Karmel itu, Elia berusaha membuktikan bahwa Allah ada dan berkarya. Setelah para nabi Baal dan nabi Asyera gagal mendapatkan api dari Baal dan Asyera, Elia pun membasahi mezbahnya penuh dengan air. Tindakan Elia yang dramatis itu bertujuan agar rakyat memercayai keberadaan Allah, bukankah api akan selalu kalah dari air? Semua itu dilakukan Elia agar rakyat kembali percaya kepada Allah. Dan api yang dari Allah pun muncul dan membakar habis korban bakaran, kayu, bahkan air yang ada di parit. Dan rakyat pun spontan sujud dan berseru: "Tuhan, Dialah Allah! Tuhan, Dialah Allah!" (1Raj. 18:39).
Di Karmel itu, Elia telah bertindak sebagai pemimpin rohani umat. Ia mengingatkan rakyat yang sudah menyeleweng untuk kembali ke jalan yang benar. Dan sebagai pemimpin, ia memiliki karakteristik: percaya kepada Allah dan menaati perintah Allah.
SH: 1Raj 18:16-46 - Allah Air dan Api (Senin, 10 Januari 2022) Allah Air dan Api
Elia tampak sengaja membuat tugasnya bertambah sulit. Dituangnya air ke atas daging persembahannya berkali-kali (34); mana mungkin ...
Allah Air dan Api
Elia tampak sengaja membuat tugasnya bertambah sulit. Dituangnya air ke atas daging persembahannya berkali-kali (34); mana mungkin api akan menyala?
Kemudian di lain pihak, nabi-nabi Baal mengusahakan yang terbaik, bahkan menoreh diri dan mencurahkan darah untuk persembahan kepada Baal (28). Namun, tak ada api yang menyala. Sebaliknya, ketika Elia memanggil nama Allah, persembahannya yang kuyup disambar api dari langit dan menyala hebat. Jelaslah sudah siapa penguasa air dan api yang sebenarnya! Bukan Baal, melainkan Yahweh!
Pertempuran yang dialami Elia terus dihadapi juga oleh orang Kristen. Banyak orang Kristen mengakui Allah, tetapi dalam hidup kesehariannya tetap seolah tak ada Allah. Apalagi jika kekeringan melanda batin, kita diam-diam mengharapkan hal dari dunia untuk memenuhi kebutuhan kita. Seperti Ahab, raja Israel yang mengandalkan Izebel dan nabi-nabi Baal, bukan Allah Israel!
Bagi Ahab, berharap dan menanti Allah adalah sikap yang tidak praktis. Sebab, Allah sejati tak bisa dimanfaatkan untuk agenda pribadi. Menurutnya, menyenangkan Izebel dan Baal lebih berguna daripada harus mengikut Allah yang tak bisa diramalkan dan dimanfaatkan.
Walau banyak rakyat Israel sujud menyembah Tuhan saat melihat pekerjaan Allah melalui Elia (39), Ahab tetap saja tak bertobat. Ternyata pertobatan adalah pilihan; satu pilihan saja, yaitu memilih memihak kepada Allah dengan kesadaran penuh setiap saat. Memang bukan hal mudah. Bahkan, menyaksikan mukjizat spektakuler seperti yang dilakukan Elia juga bukan jaminan bagi seseorang untuk mengalami pertobatan.
Namun, seperti kasus Ahab dan Israel, ada saatnya Allah melakukan intervensi dan mengingatkan. Ketika saat itu datang bagi kita, baiklah kita menenangkan hati dari segala ketakutan dan mengarahkan diri kepada Tuhan.
Memilih ikut Tuhan tidak menjamin hidup mudah. Elia tetap menghadapi ancaman. Namun seperti Elia, kita bisa memandang awan pengharapan dari Tuhan, dan membiarkan hujan berkat-Nya menolong kita. [IHM]
SH: 1Raj 18:20-46 - Allah yang sejati (Minggu, 22 Agustus 2004) Allah yang sejati
Mungkinkah manusia mencari Allah yang sejati melalui ilmu
pengetahuan, budaya, upacara, kunjungan ke tempat-tempat di
ber...
Allah yang sejati
Mungkinkah manusia mencari Allah yang sejati melalui ilmu pengetahuan, budaya, upacara, kunjungan ke tempat-tempat di berbagai penjuru bumi?
Perikop ini menceritakan peristiwa konfrontasi antara Elia dengan empat ratus lima puluh nabi Baal yang terjadi di Gunung Karmel. Dua mezbah dengan daging persembahan bagi Allah dan Baal sudah disiapkan. Peraturannya adalah allah yang menyambar daging persembahan dengan api menunjukkan bahwa itulah Allah yang sejati (ayat 23-24). Tujuan konfrontasi ini adalah untuk menyatakan kuasa Allah atas Baal dan untuk menunjukkan siapakah Allah Israel yang sejati.
Para nabi Baal memulai doa mereka yang digabungkan dengan tarian ritual (= tata cara dalam upacara keagamaan) termasuk ritual penyiksaan diri yang ternyata sia-sia (ayat 26-29). Sebaliknya Elia yang berdoa tanpa ritual mendapatkan jawaban yang menakjubkan. Api Allah bukan hanya membakar habis daging persembahan, tetapi juga membakar mezbah, tanah, bahkan air di parit (ayat 30-38). Peristiwa itu menyadarkan bangsa Israel untuk kembali pada Allah Israel yang sejati (ayat 39). Setelah itu, Elia menubuatkan akan turunnya hujan (ayat 41-45). Terbuktilah siapa Allah sejati, yaitu Ia yang telah mengalahkan Baal dengan api dan hujan, bahkan berkuasa menahan dan mencurahkan hujan.Siapakah Tuhan dalam hidup Anda? Allah sejati atau allah lain seperti: harta, kuasa, popularitas, astrologi, dlsb?
Renungkan: Yesus adalah Allah yang sejati. Sudahkah Anda memilih untuk menyembah-Nya?
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak dikenal
Tema : Raja-raja Israel dan Yehuda
Tanggal Penulisan: Sekitar 560-550 SM
Latar Belakang
1 dan 2 Raja-R...
Penulis : Tidak dikenal
Tema : Raja-raja Israel dan Yehuda
Tanggal Penulisan: Sekitar 560-550 SM
Latar Belakang
1 dan 2 Raja-Raja langsung melanjutkan sejarah yang tercatat dalam 1 dan 2 Samuel. Keempat kitab ini secara selektif meliput seluruh sejarah para raja Israel dan Yehuda (sekitar tahun 1050-586 SM). 1 dan 2 Raja-Raja secara kronologis meliput empat abad sejarah tersebut -- sejak masa Raja Salomo (970 SM) hingga masa pembuangan di Babel (586 SM); 1 Raja-Raja sendiri meliput sekitar 120 tahun -- masa pemerintahan Salomo selama 40 tahun (970-930 SM), dan sekitar 80 tahun sejarah kerajaan yang terpecah (sekitar 930-852 SM).
1 dan 2 Raja-Raja bermula menjadi satu kitab dalam PL Ibrani; oleh karena itu masalah kepenulisan berkaitan dengan keduanya sebagai satu kitab. Peristiwa terakhir yang tercatat (2Raj 25:27) ialah pembebasan Raja Yoyakhin dari penjara Babel (sekitar 560 SM). Oleh karena itu 1 dan 2 Raja-Raja secara lengkap mungkin tertulis dalam dasawarsa 560-550 SM. Sekalipun penulisnya tidak disebutkan, jelaslah dia seorang nabi merangkap sejarawan yang terilhamkan untuk menafsirkan pemerintahan semua raja Israel dan Yehuda dipandang dari sudut perjanjian Allah dengan bangsa Ibrani. Jelas pula bahwa penulis mempergunakan beberapa sumber masukan:
- (1) "kitab riwayat Salomo" (1Raj 11:41),
- (2) "kitab sejarah raja-raja Israel" (mis. 1Raj 14:19),
- (3) "kitab sejarah raja-raja Yehuda" (mis. 1Raj 14:29).
Sumber-sumber tertulis ini mungkin adalah catatan-catatan yang dibuat oleh para nabi dan bukan dokumen negara yang resmi; mungkin juga penulis memeriksa tulisan nabi-nabi lain seperti yang tercantum dalam 1Taw 29:29. Untuk mendapat gambaran ikhtisar tentang raja-raja Israel dan Yehuda lih. tabel RAJA-RAJA ISRAEL DAN YEHUDA, 08957.
Tujuan
1 dan 2 Raja-Raja ditulis untuk memberikan kepada orang Ibrani dalam pembuangan di Babel suatu penafsiran yang bersifat nubuat tentang sejarah mereka supaya dapat memahami mengapa bangsa itu terpecah pada tahun 930 SM, mengapa kerajaan Israel di utara jatuh pada tahun 722 SM, dan mengapa kerajaan Daud dan Yerusalem jatuh pada tahun 586 SM. Penulis menekankan bahwa perpecahan kerajaan serta keruntuhan Israel dan Yehuda adalah akibat langsung yang tidak dapat dielakkan dari penyembahan berhala dan ketidakbenaran para raja dan bangsa itu secara keseluruhan; mengingat itu penulis mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan setiap raja sesuai dengan kesetiaan atau ketidaksetiaannya terhadap Allah dan perjanjian. Apa pun juga keberhasilan politik atau ekonomi yang telah dicapai seorang raja, ia dinyatakan gagal apabila ia tidak mendukung perjanjian itu. Pemahaman yang bersifat nubuat ini disajikan agar semua orang buangan untuk selamanya akan meninggalkan penyembahan berhala, berbalik kepada Allah, dan menaati perintah-perintah-Nya hingga angkatan-angkatan selanjutnya.
Survai
1 Raja-Raja terbagi atas dua bagian utama.
- (1) Bagian Pertama menguraikan masa pemerintahan Raja Salomo (pasal 1-11; 1Raj 1:1--11:43). Pasal-pasal yang pertama menerangkan situasi ketika Salomo dinobatkan menjadi raja (pasal 1-2; 1Raj 1:1--2:46) dan permohonannya akan hikmat yang dengannya ia dapat memerintah bangsa itu (pasal 3; 1Raj 3:1-28). Tujuh pasal selanjutnya menguraikan perkembangan Salomo sampai menjadi tokoh dunia dan puncak kemakmuran, kedamaian, kekuasaan, dan kemuliaan Israel -- semuanya selama 20 tahun pertama dari masa pemerintahan Salomo. Dalam kurun waktu ini Salomo mendirikan dan menahbiskan Bait Suci di Yerusalem (pasal 6,8; 1Raj 6:1-38; 1Raj 8:1-66). Pasal 11 (1Raj 11:1-43) menguraikan 20 tahun kedua pemerintahan Salomo -- tahun-tahun pemuasan menurut suka hatinya, poligami yang menyolok, penyembahan berhala, dan pengikisan dasar-dasar bangsa tersebut. Pada saat kematiannya, bibit-bibit perpecahan dan kemerosotan kerajaan itu telah ditaburkan.
- (2) Bagian Kedua menguraikan perpecahan kerajaan di bawah pemerintahan putra Salomo, Rehabeam, dan masa 80 tahun berikutnya dengan kemunduran rohani dan politik kedua kerajaan di bawah pemerintahan dinasti rajanya sendiri-sendiri (pasal 12-22; 1Raj 12:1--22:54). Tokoh-tokoh utama di bagian kedua ini ialah Raja Rehabeam dari selatan dan Yerobeam dari kerajaan utara, Raja Ahab dan istrinya yang jahat Izebel (utara), dan nabi Elia (utara).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Kitab ini memperkenalkan para nabi sebagai wakil dan juru bicara Allah kepada raja-raja Israel dan Yehuda -- misalnya, Ahia (1Raj 11:29-40; 1Raj 4:5-18), Semaya (1Raj 12:22-24), Mikha (1Raj 22:8-28), dan khususnya Elia (pasal 17-19; 1Raj 17:1--19:21).
- (2) Kitab ini menekankan nubuat dan penggenapannya di dalam sejarah para raja. Berkali-kali nubuat tertentu yang tertulis dinyatakan sebagai sudah tergenapi (mis. 2Sam 7:13 dengan 1Raj 8:20; 1Raj 11:29-39 dan 1Raj 12:15; 1Raj 13:1-34 dengan 2Raj 23:16-18).
- (3) Kitab ini berisi banyak kisah Alkitab yang terkenal -- mis. hikmat Salomo (pasal 3-4; 1Raj 3:1--4:34), penahbisan Bait Suci (pasal 8; 1Raj 8:1-66), kunjungan ratu Syeba ke Yerusalem (pasal 10; 1Raj 10:1-13), pelayanan Elia, khususnya bentrokannya dengan Baalisme di Gunung Karmel (pasal 18; 1Raj 18:1-46).
- (4) Kitab ini mencakup data kronologis yang banyak mengenai raja-raja Israel dan Yehuda yang sering kali sulit diserentakkan. Akan tetapi, sebagian besar persoalan dipecahkan dengan memuaskan bila mengerti ada kemungkinan terjadinya tumpang tindih masa pemerintahan, masa pemerintahan bersama seorang putra dengan ayahnya, dan cara yang berbeda untuk menentukan awal pemerintahan seorang raja.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
PB mencatat bahwa Yesus menyatakan kepada angkatan-Nya bahwa pentingnya hidup dan kerajaan-Nya jauh melampaui hikmat, kekuasaan, kemuliaan, dan kemegahan Salomo dan masa pemerintahannya; "sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Salomo" (Mat 12:42). Apalagi, kemuliaan Allah yang memenuhi bait Salomo ketika ditahbiskan kini tinggal di antara umat manusia di dalam diri Yesus, Anak Tunggal Bapa (Yoh 1:14).
Full Life: 1 Raja-raja (Garis Besar) Garis Besar
I. Masa Pemerintahan Salomo
(1Raj 1:1-11:43)
A. Salomo Menggantikan Daud Sebagai Raja
(1...
Garis Besar
- I. Masa Pemerintahan Salomo
(1Raj 1:1-11:43) - A. Salomo Menggantikan Daud Sebagai Raja
(1Raj 1:1-2:11) - B. Salomo Memperkuat Kedudukannya Sebagai Raja
(1Raj 2:12-46) - C. Hikmat dan Pemerintahan Salomo
(1Raj 3:1-4:34) - D. Keberhasilan dan Ketenaran Salomo
(1Raj 5:1-10:29) - 1. Persiapan Pembangunan Bait Suci
(1Raj 5:1-18) - 2. Pembangunan Bait Suci
(1Raj 6:1-38) - 3. Pembangunan Istana Salomo
(1Raj 7:1-12) - 4. Perabotan Bait Suci
(1Raj 7:13-51) - 5. Penahbisan Bait Suci
(1Raj 8:1-66) - 6. Pengesahan Perjanjian Daud
(1Raj 9:1-9) - 7. Berbagai Kegiatan Salomo dan Ketenarannya
(1Raj 9:10-10:29) - E. Kejatuhan dan Kematian Salomo
(1Raj 11:1-43) - 1. Poligami dan Penyembahan Berhala Menyolok yang Dilakukan Salomo
(1Raj 11:1-8) - 2. Hukuman Perpecahan Kerajaan Dinubuatkan Allah
(1Raj 11:9-13) - 3. Allah Membangkitkan Musuh-Musuh Melawan Salomo
(1Raj 11:14-28) - 4. Nubuat Ahia
(1Raj 11:29-40) - 5. Kematian Salomo
(1Raj 11:41-43) - II. Perpecahan Kerajaan: Israel dan Yehuda
(1Raj 12:1-22:53) - A. Hukuman Perpecahan Kerajaan Terjadi
(1Raj 12:1-24) - B. Pemerintahan Yerobeam (Israel)
(1Raj 12:25-14:20) - C. Pemerintahan Rehabeam (Yehuda)
(1Raj 14:21-31) - D. Pemerintahan Abiam (Yehuda)
(1Raj 15:1-8) - E. Pemerintahan Asa (Yehuda)
(1Raj 15:9-24) - F. Pemerintahan Nadab (Israel)
(1Raj 15:25-31) - G. Pemerintahan Baesa (Israel)
(1Raj 15:32-16:7) - H. Pemerintahan Ela (Israel)
(1Raj 16:8-14) - I. Pemerintahan Zimri (Israel)
(1Raj 16:15-20) - J. Pemerintahan Omri (Israel)
(1Raj 16:21-28) - K. Pemerintahan Ahab (Israel)
(1Raj 16:29-22:40) - 1. Permulaan Pemerintahan Ahab
(1Raj 16:29-34) - 2. Ahab dan Nabi Elia
(1Raj 17:1-19:21) - 3. Ahab Berperang dengan Aram
(1Raj 20:1-43) - 4. Ahab dan Kebun Anggur Nabot
(1Raj 21:1-29) - 5. Peperangan Fatal Ahab dengan Aram
(1Raj 22:1-40) - L. Pemerintahan Yosafat (Yehuda)
(1Raj 22:41-51) - M. Pemerintahan Ahazia (Israel)
(1Raj 22:52-53)
Matthew Henry: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab)
Begitu banyak sejarah terkandung di dalam Kitab Raja-raja dan pemerintahan mereka, yang mengisahkan secara singkat segenap perkara yang terjadi di ...
- Begitu banyak sejarah terkandung di dalam Kitab Raja-raja dan pemerintahan mereka, yang mengisahkan secara singkat segenap perkara yang terjadi di dalam kerajaan mereka. Ini merupakan sebuah bentuk penghormatan yang pada umumnya diberikan kepada kepala-kepala yang bermahkota. Kitab Suci merupakan sejarah kerajaan Allah di antara manusia, dalam sejumlah cara penyelenggaraannya. Akan tetapi, di dalam kerajaan ini hanya ada satu Raja, dan nama-Nya hanya satu. Sejarah khusus yang kini terhampar di hadapan kita mengisahkan segala perkara di dalam kerajaan Yehuda dan Israel, tetapi dengan perhatian khusus terhadap kerajaan Allah di tengah-tengahnya. Sebab sejarah kerajaan Yehuda dan Israel tetaplah sebuah sejarah yang kudus, yang jauh lebih memberikan pengajaran dan tidak kurang menarik daripada sejarah raja-raja lain di bumi. Apalagi sejarah kerajaan Yehuda dan Israel itu mendahului sejarah raja-raja lain yang sudah terbukti dengan pasti keberadaannya. Sebab meskipun sudah ada raja-raja di Edom sebelum ada seorang raja di Israel (Kej. 36:31), karena bangsa-bangsa asing lebih dahulu menciptakan kerajaan, namun riwayat raja-raja Israel tetap hidup, dan akan terus hidup, di dalam Kitab Suci, hingga akhir dunia, sementara riwayat raja-raja Edom sudah sejak lama terkubur dan terlupakan. Sebab kehormatan yang berasal dari Allah akan bertahan lama, sementara kehormatan yang datangnya dari dunia menyerupai jamur, yang tumbuh dalam semalam dan binasa dalam semalam. Alkitab dimulai dengan kisah bapa-bapa leluhur, lalu nabi-nabi, kemudian hakim-hakim, orang-orang yang dapat dengan lebih langsung bercakap-cakap dengan sorga. Catatan mengenai kisah ini menguatkan iman kita, tetapi tidak begitu mudah diterapkan pada keadaan kita, sebab kini kita tidak lagi mengharapkan penglihatan-penglihatan, karena sejarah tentang perkara-perkara yang terjadi kemudian, seperti yang terjadi pada kita sekarang ini, berada di bawah pimpinan penyelenggaraan Allah yang sifatnya biasa. Dan di dalam kitab ini, meskipun tidak ada banyak perlambang dan bayangan akan Mesias, kita menjumpai adanya harapan-harapan besar akan diri-Nya, karena bukan hanya para nabi, melainkan juga para raja, berkeinginan untuk melihat rahasia-rahasia Injil yang agung (Luk. 10:24). Kedua Kitab Samuel merupakan pendahuluan bagi kedua Kitab Raja-raja, karena kedua Kitab Samuel itu menceritakan asal mula pemerintahan kerajaan dalam diri Saul dan asal mula keluarga kerajaan dalam diri Daud. Kedua Kitab Raja-raja ini mengisahkan kepada kita penerus takhta Daud, yakni Salomo, terbaginya kerajaannya, dan pergantian sejumlah raja Yehuda dan Israel, beserta garis besar sejarah mereka hingga masa penawanan. Dan sama seperti dari Kitab Kejadian kita dapat menarik sejumlah peraturan ekonomi yang sungguh baik, untuk mengatur urusan rumah tangga, demikian pula dari Kitab Raja-raja ini kita dapat menarik sejumlah peraturan politik, untuk menangani urusan-urusan masyarakat. Di dalam kitab ini, ada perhatian khusus yang diberikan terhadap kaum keluarga dan garis keturunan Daud, yang darinya Kristus berasal. Sebagian dari anak-anak Daud berjalan mengikuti jejaknya, sementara sebagian yang lain tidak. Watak raja-raja Yehuda dengan demikian dapat digambarkan secara singkat sebagai berikut: Daud yang taat beribadah, Salomo yang bijaksana, Rehabeam yang belum berpengalaman, Abia yang pemberani, Asa yang lurus hati, Yosafat yang saleh, Yoram yang biadab, Ahazia yang berlaku fasik, Yoas yang murtad, Amazia yang gegabah, Uzia yang perkasa, Yotam yang penuh damai, Ahas sang penyembah berhala, Hizkia sang pembaharu, Manasye sang petobat, Amon yang tidak termasyhur, Yosia yang berhati lembut, Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin, Zedekia, semuanya berlaku jahat dan dengan cepat membawa kehancuran bagi diri mereka sendiri serta kerajaan mereka. Jumlah raja-raja yang baik dan yang jahat hampir sebanding, tetapi pemerintahan raja-raja yang baik pada umumnya berlangsung lama, sementara yang jahat berlangsung singkat. Dengan mempertimbangkan hal ini, keadaan Israel tidaklah begitu buruk pada rentang waktu ini, seperti yang terkesan pada awalnya. Di dalam kitab pertama ini kita mendapati,
- I. Kematian Daud (ps. 1-2).
- II. Pemerintahan Salomo yang mulia, dan pembangunan Bait Allah olehnya (ps. 3-10), namun juga awan gelap yang menenggelamkan suryanya (ps. 11).
- III. Terbaginya kerajaan pada masa Rehabeam, dan juga pemerintahannya serta pemerintahan Yerobeam (ps. 12-14).
- IV. Pemerintahan Abia dan Asa atas Yehuda, serta Baesa dan Omri atas Israel (ps. 15-16).
- V. Mujizat-mujizat Elia (ps. 17-19).
- VI. Keberhasilan Ahab melawan Benhadad, serta kejahatan dan kejatuhan Ahab (ps. 20-22). Dan di dalam segenap sejarah ini, tampak bahwa raja-raja, meskipun layaknya dewa-dewa bagi kita, tetaplah manusia di hadapan Allah, yang fana dan harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.
Ende: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab) KITAB RADJA2
PENDAHULUAN
Kedua Kitab Radja2 (dalam terdjemahan Junani: III dan IV Keradjaan2; dalam
terdjemahan Latin III dan IV Radja2) sesungguhnja ...
KITAB RADJA2
PENDAHULUAN
Kedua Kitab Radja2 (dalam terdjemahan Junani: III dan IV Keradjaan2; dalam terdjemahan Latin III dan IV Radja2) sesungguhnja menurut bentuk serta isinja hanja merupakan satu karja besar. Tjorak buat2an dari pembagian itu tampak dari kenjataaan, bahwasanja pembagian itu djatuh di-tengah2 pemerintahan radja Ahazjahu. Hanja dua pasal permulaan sadjalah jang dipandang dari sudut kesusasteraan serta sedjarah termasuk dalam kisah pandjang-lebar wangsa Dawud, seperti jang terdapat dalam II Sjemuel 9-20, jang dilandjutkan dalam pasal2 ini sebagai pengantar bagi pemerintahan Sualaiman.
Kisah Kitab Radja2, jang melandjutkan kisah I dan II Sjemuel, melingkupi djaman sedjarah Israil, mulai dari penobatan Sulaiman (l.k 970) sampai dengan hantjurnja kota Jerusalem dalam tahun 587. Dipandang dari segi politik djaman ini merupakan sedjarah jang bergolak; dan meskipun kitab Radja2 tidak bermaksud memberikan sedjarah politik se-mata2, namun bagi pengertian jang tepat diperlukan pengetahuan ringkas tentang latar belakang politiknja.
Berkat situasi politik jang menguntungkan, maka Dawud berhasil mendirikan keradjaan jang tjukup kuat, dengan serangkaian negeri2 taklukan dikelilingnja. Karena terus lemahnja keradjaan2 Asyria-Babel dan Mesir, maka Sulaiman mendapat kesmepatan jang leluasa untuk mengkonsolidir warisan dari ajahnja. Setelah naik tachta dikala Dawud masih hidup, maka tindakan per-tama2 jang diambilnja sebagai penguasa penuh sesuai dengan kebiasaan masa itu, ialah menumpas segala orang, jang mendjadi lawan atau jang mungkin akan mendjadi lawannja, dan segala saingan bagi tachtanja. Kemudian dibentuknja angkatan perang jang diperlengkapi dengan sendjata2 jang modern diwaktu itu; dan untuk mengembangkan kemuliaan serta kedjajaan keradjaannja diadakannja pembangunan setjara besar2an, dengan baitullah Jerusjalem sebagai puntjak kemuliaannja. Mengingat pekerdjaan tadi tidak mungkin tanpa bantuan luarnegeri dalam bentuk bahan2 dan ahli2 tehnik, maka rentjana besar itu mengharuskan dia untuk mengadakan hubungan persahabatan dengan Tyrus, kota berdaulat jang djuga mendjadi pusat perdagangan. Untuk menutup beaja segala kebesaran itu, maka selain menggunakan daja-upaja klasik, jaitu padjak tinggi dan rodi, Sulaiman djuga menggali sumber penghasilan, jang sama sekali baru bagi Israil, jaitu perdagangan transito jang giat. Untuk maksud itu Sulaiman mengadakan armada niaga di Laut Merah, djuga dengan bantuan Tyrus. Dengan mengadakan perkawinan politik dengan puteri radja Mesir, ditjapainja hubungan persahabatan dengan keradjaan besar itu. Memang, pemerintahan Sulaiman adalah sungguh masa djaja; dan kebidjaksanaan serta kekajaannja lekas termasjhur. Tetapi sebaliknja tampak djuga segi buruknja, jang mengandung benih keruntuhan. Rodi jang menekan dan padjak jang berat mendjengkelkan rakjat jang meng-hidup2kan lagi persaingan lama antara Juda dan kesepuluh suku lainnja diutara. Tambahan pila diutara muntjul suatu keradjaan jang kemudian menjebabkan banjak kesulitan. Negara Aram Damsjik jang ditaklukkan Dawud berhasil memerdekakan dirinja dan mentjaplok negeri2 ketjil sekitarnja. Negeri taklukkan lain, jakni Edom, djuga memberontak dan berhasil memperoleh kebebasan jang tjukup besar, sehinggga sangat merugikan perdagangan. Achirnja Mesir muntjul wangsa baru jang menentang wangsa jang dahulu dan oleh karenanja memutuskan hubungan persahabatan dengan Israil dan memberikan suaka kepada para pemberontak.
Ketika Sulaiman mangkat, keadaan agak genting dan karena tindakan serampangan dari penggantinja, jaitu Reha'beam (931-913), keradjaan petjah mendjadi dua negeri jang berdaulat. Kesepuluh suku diutara mempermaklumkan Jerobe'am (931- 910) djadi radja, sedangkan Rehabe'am hanja diakui hak2nja oleh Juda dan leh sebagian suku Benjamin. Keradjaan Israil diutara lebih kaja dan lebih besar, tetapi tidak merupakan kesatuan jang kokoh kedalam. Juda diselatan adalah keradjaan jang kerdil dan miskin, tetapi karena stabilnja wangsa Dawud tidak begitu diganggu oleh kekatjauan2 dalam negeri. Semendjak itu kedua keradjaan mempunjai sedjarahnja tersendiri, tetapi dengan banjak titik persamaan jang kuat. Mula2 sangat bermusuhan, kemudian hubungan mereka bertambah baik dan bersahabat, tetapi achirnja bermusuhan lagi.
Pengganti Jerobe'am I di Israil ialah Nadab (910-109), orang jang tiada artinja samasekali. Ketika peperangan berketjamuk lawan orang2 Felesjet, ia disingkirkan oleh suatu permufakatan dan digantikan oleh pemimpin komplotan itu jaitu Ba'sja (909-886). Ba'sja melandjutkan permusuhan dengan Juda, tetapi dipaksa menghentikan operasi militernja oleh Ben-Hadad II dari Damsjik, jang disuapi radja Juda. Putera Ba'sja dibunuh Zimri, ketika pasukan sedang bertempur. Tetapi Zimri tidak diakui sebagai radja, dan rakjat mempermaklumkan panglimanja, jakni 'Omri djadi radja Israil (885-874). Mula2 timbul kesulitan dengan saingan2 lainnja mengenai tachta keradjaan, tetapi kemudian pemerintahan radja ini merupakan masa djaja jang mulia, sehingga luar negeri, lama setelah wangsa keempat ini lenjap, masih berbitjara tentang wangsa 'Omri', kalau maksudnja Israil. 'Omri berhasil meluaskan wilajahnja, dengan menaklukkan Moab lagi; sementara itu ia djuga berhasil memperoleh bantuan Tyrus, dengan mengawinkan Ahab, puteranja, dengan Izebel, puteri radja Tyrus. Keradjaannja jang makmur itu diberinja ibukota jang lajak, dengan mendirikan Sjomron, jang indah lagi megah, ditempat jang sungguh amat strategis. Mungkin untuk dapat bertahan terhadap Aram dari Damsjik, maka diperbaikinja hubungan dengan saudara-saudaranja diselatan, jakni Juda. Pemerintahan Ahab puteranja (874-853) pada umumnja djuga lantjar. Hubungan2 jang baik dengan Juda mendjadi persahabatan jang baik berkat perkawinan 'Ataljahu, puteri Ahab, dengan Joram, pangeran Juda. Tetapi Damsjik tetap mendatangkan kesulitan2. Bahkan Ben-Hadad II mengepung Sjomron. Ia dipukul mundur, tetapi dalam tahun berikutnja ia datang dengan pasukan jang lebih besar. Ia dikalahkan malahan ditangkap. Ahab memperlakukan dia sangat baik, bukan tanpa alasan. Diufuk utara mulai tampak bajang2 Asyria, jang hidup kembali dan merupakan antjaman. Nah Damsjik dapat dipakai sebagai negeri perisai, asal sadja tidak mendjadi terlalu lemah.
Sjalmaneser III, radja Asjur, merebut dalam tahun 875 Karkemisj di Syria utara dengan maksud terang2an untuk meluaskan wilajahnja. negeri2 Aram, termasuk djuga Israil dan Damsjik, merupakan persekutuan terhadap bahaja itu. Dalam tahun 953 terdjadilah pertempuran hebat di Karkar, jang berachir tanpa hasil jang definitif; tetapi bagi ahab sangat djelaslah bahaja itu. Ketika tekanan dari Asyrian berkurang sedjenak, timbulah kembali permusuhan lama antara Aram dan israil. Bersama2 dengan Josjafat, radja Juda, Ahab mengadakan peperangan jang berachir dengan kekalahan dan gugurnja Ahab. Dibawah pemerintahan Ahazjahu, penggantinja jang berpenjakitan (853-852) Moab memberontak, tetapi ditindas oleh Joram, putera lain dari Ahab (853-841), dengan bantuan Juda. Terdesak oleh Damsjik, Joram menggunakan revolusi istana, jang menempatkan Hazael diatas tachta Aram, untuk merebut kembali daerah2 jang lepas dari genggamannja. Dalam pada itu ia mendapat bantuan lagi dari Ahazjahu, radja Juda. Tetapi waktu mengepung Ramot di Gi'lead, Joram terluka dan tak lama kemudian dibunuh oelh Jehu panglimanja, di Jizre'el. Sementara itu Asyrian mendesak madju dan mengantjam lagi. Dalam tahun 841 Sjalmaneser III memasuki wilajah Hazael, tanpa merebut Damsjik. Hanja beberapa negeri tetangga sadja jang ditaklukannja.
Jehu (841-814), pendiri wangsa kelima di Israil, berubah politik dan mentjari persahabatan dengan Asyria lawan Aram. Persahabatan itu sebenarnja berarti tergantung, sehingga Jehu, jang dalam soal2 dalam negeri bertindak dengan kekedjaman ala Asyria, toh dengan setia membajar upeti kepada tuannja di Ninive. Politik itu memantjing balas dendam dari pihak Damsjik atas Jehu. Maka Aram merebut sebahagian dari Israil. Jehu tidak dapat mengharapkan bantuan dari Juda. Sebab didalam pemberontakannja Jehu tidak hanja menumpas wangsa Ahab, jang ada hubungan kekeluargaan dengan Juda, tetapi djuga membunuh radja Juda serta sebagain dari keluarganja. Joahaz (814-798), pengganti Jehu, ditekan Damsjik begitu rupa, sehingga Israil selama beberapa waktu kehilangan hampir seluruh kedaulatannja. Didalam pemerintahan Joasj (798-783), puteranja serta penggantinja, Israil bangun kembali, sehingga radja itu mengadakan peperangan dengan Ben-Hadad III dan merebut kembali daerah2 jang hilang. Didalam peperangan, jang dipantjing oleh Amasja, radja Juda, berhasillah Joasj menawan Amasja dan merebut kota Jerusalem. Dibawah pemerintahan Jerobe'am II (783-743) Israil mentjapai masa djajanja jang kedua dan terachir. Ini dimungkinkan pula oleh keadaan Asyiria, jang mengalami masa kemumduran dan terlalu sibuk ditimur, sehingga tidak dapat memikirkan Palestina. Dibawah pemerintahan Jerobe'am II itu Juda hampir seluruhnja bergantung daripada Israil, dan djaman Sulaiman se-akan2 kembali lagi.
Sesudah Jerobe'am mangkat, kemunduran datang dengan tjepatnja. Tenaga di- habis2kan dengan perebutan tachta, sampai dalam tempo satu tahun ada tiga radja jang naik tachta, jakni Zekarja, Sjalum dan Menahem. Menahem (743-738) dapat bertahan, dengan menggunakan kekedjaman jang tak kenal ampun terhadap lawan2nja didalam negeri, tetapi ia terpaksa mengakui kembali kekuasaan Asyria dalam diri Tiglat-peleser III (Pul) dan membajar upeti jang berat. Sesudah Menahem mangkat, timbul lagi kekatjauan, sehingga pemerintahan Pekahnja, putera Menahem (738-737) beralih ketangan Pekah (737-732). Sebagai anggota serikat negara2 anti-Asyiria dibawah pimpinan Damsjik ia memberontak lawan tuannja. Bersama dengan Rason dari Damsjik ia mengadakan peperangan dengan Juda, untuk mamaksa Juda masuk dalam koalisi itu. Ahaz, radja Juda, minta bantuan Asyiria, jang segera datang, sehingga pengepungan kota Jerusjalem diputuskan. Dalam tahun 732 Damsjik direbut oleh Tiglet-Pelezer III. Rason sendiri tewas. Penduduknja diangkut, dan Aram mendjadi propinsi Asyria. Israilpun kalah dan didjadikan keradjaan kerdil dengan kedaulatan jang hanja semu sadja. Pekah dibunuh dan digantikan oleh pembunuhnja, jakni Hosjea' (732-724) dibawah lindungan Asyria. Tetapi golongan anti-Asyria, jang mengandalkan bantuan Mesir, berhasil menjeret radja itu kedalam pemberontakan jang tiada harapannja sama sekali. Hosjea' ditawan Sjalmaneser V dan turun dari tachtanja. Namun demikian, peperangan dilandjutkan djuga di Sjomron, jang baru direbut oleh Sargon II sesudah dikepung tiga tahun lamanja (724-721). Menurut tjara jang lazim di Asyria, maka sebagian besar dari penduduk diangkut dan lambat-laun diganti dengan bangsa2 lain jang djuga dedeportir. Dengan itu berachirlah setjara definitif sedjarah keradjaan diutara.
Sedjadjar dengan sedjarah Israil pula djalannja sedjarah Juda, jang tak dapat tidak menudju kekeruntuhan. Radja jang pertama, jakni Rehabe'am (931-913) gagal dalam usahanja, untuk memulihkan hak2nja di Israil dan segera harus menghadapi serbuan Mesir. Hanja dengan upeti jang sangat besar sekali ia dapat menjelamatkan ibukotanja dari penghantjuran. Abia penggantinja (913-911) mengadakan pertjobaan lagi dengan bantuan Aram, untuk merebut israil, tetapi kendati kemenangan jang diperolehnja, pertjobaan itu toh tidak berhasil. Pemerintahan Asa jang berlangsung lama (911-870) melandjutkan peperangan dengan bantuan Aram lawan Israil. Ia berhasil menangkis serangan baru dari Mesir, dengan mendatangkan rugi besar kepada pihak musuh, sehingga aman tenteramlah diselatan selama waktu jang pandjang. Pada achir pemerintahan hubungan dengan Israil bertambah baik dan mendjadi persahabatan dengan ketaklukan dibawah pengganti Asa, jakni Josjafat (870-848). Josjafat ikut serta dalam peperangan Israil lawan Aram dan Moab. Atas usahanja sendiri iapun melakukan peperangan lawan suku2 Arab dan orang2 Felesjet. usahanja untuk melantjarkan kembali perdagangan didjaman Sulaiman, dengan membangun armada di Laut Merah menemui kegagalan, a.l. djuga karena kurangnja tenaga2 ahli. Joram (848-841), puteranja jang dilahirkan dari 'Ataljahu, puteri Izebel, melandjutkan persekutuan dengan Israil dan menjokong gabungan Aram lawan antjaman2 serangan Sjalmaneser III (859-824). Ia tidak berhasil mamatahkan pemberontakan Edom, sehingga negeri itu mendjadi merdeka untuk seterusnja. Orang2 Felesjet menjebabkan kesulitan2 besar, dengan serangan mereka setjara besar2an jang berhasil terhadap Jerusjalem. Joram digantikan oleh Ahazjahu (841), puteranja, jang ikut-serta dalam peperangan Ahab lawan Damsjik. Ber-sama2 dengan Joram dari Israil ia dibunuh oleh Jehu. Pemerintahan lalu dipegang ibu suri, 'Ataljahu (841-835). Tindakannja jang pertama ialah menumpas seluruh keluarga keradjaan. Hanja satu kanak2, jakni Joasj, diselamatkan dan diasuh dengan sembunji2 oleh para imam Jerusjalem. Ketika kanak2 itu berumur tudjuh tahun, maka diadakan permufakatan dibawah pimpinan imam-agung Jojada'. 'Ataljahu dibunuh dan Joasj dipermaklumkan djadi radja (835-796). Hanja sedikit sadja jang diketahui dari pemerintahannja jang berlangsung lama itu. Serangan Aram atas Israil, jang praktis menaklukan keradjaan itu, meluas pula sampai Juda, tetapi ditebus Joasj dengan upeti jang berat. Joasj dibunuh oleh beberapa pendjawatnja dan digantikan oleh Amas-ja (796-781), puteranja. Suatu serangan jang dilantjarkan terhadap Edom menghasilkan suatu perluasan daerah, tetapi peperangan jang dipantjingnja dengan Israil mendatangkan kekalahan besar, sehingga duduknja diatas tachta itu hanjalah berkat kemurahan radja Israil sadja. Pemerintahan 'Azarja, penggantinja, jang disebut dengan 'Uzia (781-740) adalah masa tjemerlang, kendati penjakit radja itu. Karena perhubungan persahabatan dengan Israil, maka ia berhasil merebut daerah dari Edom dengan suatu pelabuhan dipantai Laut Merah. Terhadap suku2 Arab ia kurang berhasil. Peperangan lawan Aram dan Israil, jang hendak memaksa juda masuk gabungan anti-Asyria, petjah didalam pemerintah Ahaz, penggati Azarja (736-716). Ahaz terpaksa mentjari bantuan dari Asyria, tetapi hal itu berarti ketaklukan kepadanja. Ahaz harus membajar upeti dan membiarkan daerah2 jang sudah direbut Tiglat-pelezer III tetap ditangan Asyria. Juda makin tak berdaja lagi, dengan djatuhnja Damsjik dalam tahun 732 dan Sjomron dalam tahun 721, Juda berhadapan sendirian dengan raksasa Asyria, dan tetap berdirinja adalah berkat kemurahan Asyria se-mata2, selama hal itu diperkenankan Sri Baginda.
Didalam keadaan itu Hizkia (716-687) naik tachta. Pada galibnja ketaklukkan kepda Asyria itu bukanlah dengan ichlas hati. Seperti bangsa2 taklukan lainja, demikianpun Hizkia mulai mengadakan pembaharuan nasional dan persiapan2 militer, untuk se-lekas2nja melemparkan beban Asyria dari atas pundaknja. Dengan sendirinja ia lalu mentjari hubungan dengan saingan berat Asyria, jaitu Mesir. Terhadap gabungan rahasia negeri2 tetangga Hizkia mengambil sikap netral jang murah hati. Ini mendjadi untungnja. Gabungan itu takluk, ketika kota Asjdod dihantjurkan. Karena hubungannja itu Hizkita ber-gegas2 menjatakan ketaklukkanja kepada Sargon dengan membajar upeti jang luar-biasa. Karena perebutan tachta di Ninive, jang membuat Sanherib mendapat kekuasaan, maka bangsa2 terdjadjah memberanikan diri dan memulai gerakannja kembali. Merodak-baladan, pemberontak Babel, berusaha mendirikan keradjaan tersendiri dan mencari bantuan dari Hizkia pula. Tetapi setelah Babel djatuh, ia terpaksa melarikan diri lagi. Kemudian Sanherib memasuki Palestina; dengan perang kilat, jang sebetulnja ditudjukan terhadap Mesir, ia mematahkan segala perlawanan dengan amat tjepatnja. Hanja 'Ekron dan Jerusalemlah jang bertahan terhadap pengepungan. Hizkia berusaha menjelamatkan diri dengan membajar upeti; tetapi pengepungan diteruskan djuga. Mesir tengah bergerak madju dengan balatentaranja, ketika perkemahan Asyria didepan Jerusjalem ditimpa malapetaka; makanja Asyria terpaksa menghentikan pengepungan itu. Selandjutnya Sanherip sangat sibuk ditimur, chususnja degan Babel, sehingga ia tak dapat menaruh perhatiannja lagi kepada Palestina, walaupun Juda tetap mendjadi negeri taklukan dari Asyria. Demikianlah keadaan Juda, ketika Manasje (687-642) naik tachta. Rupa2nja ia tersangkut pula dalam pemberontakan Babel jang kesekian kalinja terhadap Asyrian, dengan memberikan bantuan kepada Babel. Maka ia diangkut ke Asyria sebagai tawanan; tetapi beberapa waktu kemudian ia dikembalikan lagi ke tachtanja. Amon, putera Menasje, hanja memerintah selama dua th. (642-640); ia mati terbunuh. Ia digantikan oleh puteranja jang belum dewasa, Josjijahu (640-609). Asyria menghadapi pindahan besar2an bangsa Skit, jang membandjiri keradjaan, malahan melintasi Palestina; dalam pada itu orang Media membangun keradjaan jang besar. Dengan mangkatnja Asjuribanipal (621) runtuhlah keradjaan Asyria samasekali. Ninive direbut dalam tahun 621 oleh Babel, jang sudah berdiri kembali, bersama2 dengan orang Media. Fare'o Nekao dari Mesir hendak menjelamatkannja Asyria, dan melintasi Palestina dengan pasukan besar, untuk menolong Asyria. Josjijahu jang tidak suka melihat, Asyria ditegakkan kembali, mentjoba tjegah Fare'o, tetapi dialahkan dan gugur. Nekao mengangkat pilihannja sendiri djadi radja, jakni Jojakim (609-598), untuk menggantikan Joahaz, putera mahkota jang ditjabut haknja. Dalam tahun 605 sisa terachir dari kekuasaan Asyiria dan balabantuan Mesir ditumpas Babel. Karena kesulitan2 dalam negeri maka Nebukadnezar I tidak segera dapat memaksakan kehendaknja. Baru dalam tahun 601 ia muntjul; maka segala bangsa ketjil, termasuk pula Juda, segera menjatakan diri takluk kepadanja. Agaknja Jojakim ditawan sedjenak, dan harta-benda baitullah dirampas. Seterusnja Jojakim setjara stjara lahiriah berlaku sebagai taklukan yang patuh, tetapi dengan sembunji2 ia mengadakan hubungan dengan Mesir; tetapi ia ditentang oleh golongan anti Mesir jang kuat, jang dipelopori nabi Jeremia. Dalam tahun 599 ia memberontak setjara terang2ana. Nebukadnezar, jang masih sibuk, di tempat lain hanya mengirimkan pelbagai gerombolan penjarah ke Juda. Beberapa bulan kemudian ia datang sendiri. Ketika ia mendekati Jerusalem, Jojakim mangkat dan digantikan oleh Joakin (598). Jojakin menjerahkan diri dengan sukarela kepada Nebukadnezar dan diangkut ke Babel ber-sama2 dengan sebagian dari rakjat. Nebukadnezar mengangkat pama Jojakin djadi radja dan mengubah namanya mendjadi Sedekia (598-587). Radja Juda jang terachir ini adalah orang jang lemah, dan tidak berdaja menghadapi keadaan jang amat sulit. Ia mendjadi main2an golongan pro-Mesir. Mesir sendiri sementara tidak sanggup memberikan bantuan kepada pemberontakan manapun. Sedekia ketahuan mengadakan hubungan rahasia dengan negeri2 ketjil lainnja jang hendak memberontak. Maka untuk mentjutji tangannja, ia sendiri datang menghadap Nebukadnezar, tetapi ini hanja siasat sadja, jang hampir2 tidak merubah politik rahasianja. Ketika dalam tahun 588 Fare'o jang baru mulai bertindak tegas terhadap Asyria, tjukup besarlah kemungkinan bagi permufakatan di Jerusjalem untuk memulai aksi pembalasannja. Ia mengepung Tyrus, tempat kedudukan Mesir, dan djuga Jerusjalem. Setahun lamanja kota itu dipertahankan dengan mati2an. Lalu datanglah pasukan pembebas Mesir, sehingga Nebukadnezar menghentikan pengepungan Jerusjalem, untuk dapat menghadapi bahaja itu dengan hasil jang baik. Sebulan kemudian ia sudah kembali lagi. enam bulan lamanja koa Jerusjalem dipertahankan dengan gigihnja, kendati patjeklik jang hebat. Dalam bulan Agustus 587 tembok kota Jerusjalem didobrak dan pasukan Babel memasuki kota itu; Sedekia mentjoba larikan diri, tetapi ia djatuh kedalam tangan musuh. Putera2nja dibunuh didepan matanja, dan ia sendiri ditjukil matanja, lalu diangkut ke Babel. Kota di-djarah2 dan sebagian besar penduduk diasingkan. Sisanja diperintah seorang gubernur dalam diri Godaljahu, jang beberapa bulan kmeudian dibunuh oleh sekelompok orang fanatik atar asutan radja 'Amon. Karena takut akan tindakan pembalasan, maka banjaklah jang lari ke Mesir, dan mereka membawa sertanja nabi Jeremia. Kemudian diadakan deportasi2 lagi ke Babel. Keradjaan Juda runtuh. Tetapi dengan diampuninja bekas-radja Jojakin di Babel mulai tampaklah fadjar pemulihannja.
Dalam ichtisar sedjarah ini digunakan suatu chronologi, jang tidak berdasarkan kitab radja2. Kelihatannja sadja karya ini memberikan segala bahan jang diperlukan, karena sangat saksama dalam menjebutkan masa pemerintahan radja masing2. Tetapi sesungguhnja keterangan2 itu malahan menghadapkan para ahli dengan suatu teka-teki jang tak terdjawab. Sebab keterangan2 itu tidak bersesuaian satu sama lain dan tidak tjotjok pula dengan keterangan2 tertentu lainnja dari sedjarah. Orang mentjari pemetjahan persoalan ini dalam salah-salin para penjalin, dalam penggunaan beberapa tarich sekaligus, dalam djatuh samanja sebagian dari pemerintahan dua radja ber-turut2. Tetapi kesmeuanjan itu tidak memberikan djawaban jang memuaskan karena chronologi, betapapun bagus nampaknja, selalu hanjalah perkiraan sadja.
Pengarang kitab Radja2 tidak mengindahkan sedjarah politik, melainkan lebih mengutamakan sedjarah keigaman, jang toh tak terpisahkan djuga dari sedjarah keradjaan2 itu. Didjaman jang dibitjarakan didalamnja, sedjarah keigaman itu seluruhnja ditandai dengan pergulatan mati2an antara agama murni Jahwe dan syncretisme kafir. Sudah lama pergulatan itu berketjamuk, tetapi didalam djaman itu mentjapai fase terachir.
Untuk ibadah Jahwe, Allah Israil, oleh Sulaiman telah diadakan pusat nasionalnja jang besar dalam baitullah Jerusjalem. Dipusat tersebut ada ketjondongan jang kuat, untuk memusatkan se-gala2nja dalam baitullah, sebagai tempat ibadah satu2nja jang sah. Tetapi sebelum idam2an itu tertjapai, harus ditempuh dahulu masa jang lama lagi pahit. Disamping pusat itu ada dan tetap ada djuga banjak tempat sutji setempat, jang disebut 'bukit2 angkar', jang sering bersandarkan tradisi sampai kedjaman para bapa bangsa. Pengarang kitab Radja2 beranggapan, bahwa Bait Allah Sulaiman merupakan achir dari perkembangan itu, dan tak laind an tak bukan ia hanja mengutuk tempat2 sutji itu. Tetapi ini adalah pendapat jang diprojektir kebelakang, dan jang selama seluruh djaman, jang dibitjarakan dedalam kitab itu, se-kali-2 bukanlah pendapat jang ortodoks. Kuil2 setempat itu dibenarkan dan Jerusjalem hanjalah merupakan jang utama. Radja2 merangkap pula djadi pemimpin ibadah Jahwe, tetapi karena mereka, sering dengan alasan2 politik serta pribadi, sangat tjondong kepada syncretisme keigamaan, maka sukarlah mereka dipandang sebagai pendukung aseli dari agama. Djuga para rohaniwan tidak dapat dipandang demikian, karena mereka umumnja hanja mendjadi pendjilat radja sadja. Pendukung dari agama jang murni haruslah ditjari dikalangan para nabi. Didalam kitab Radja2 tampil sedjumlah nabi, jang tidak djarang bersengketa dengan istana, dan djuga ada nabi2, jang lebih mendjilat radja daripada tampil sebagai djurubitjara Jahwe. Tojoh2 jang utama ialah elija, Elisja' dan Jesaja. Dapat ditambahkan pula nabi2 jang tidak disebutkan namanja, jakni Jeremia, Amos, Hosjea dan Micha. Tokoh2 besar ini muntjul pada saat2 jang gawat, dan mereka sangat berpengaruh, pul dibidang politik. Nabi2 ini tampil dikeradjaan utara maupun diselatan, untuk memurnikan dan membela agama Jahwe. Usaha mereka dirintangi dengan tidak kurang hebatnja dikalangan Jahweisme itu sendiri, oleh tindakan Jero'beam. Dengan alasan2 politik, jakni guna mengimbangi gaja-pusaran baitullah Sulaiman, didirikan tempat2 sutji nasional bagi Israil, jaitu di Betel dan Dan. Maksudnja bukanlah pemudjaan berhala. Kedua patung lembu djantan itu dipandang sebagai sematjam singgasana bagi Jahwe, jang roh adanja dan tidak kelihatan. Tetapi ada bahajanja, bahwa orang lalu memandang patung2 itu sebagai patung Jahwe dan oleh karenanja mendjadjarkan Jahwe dengan Ba'al jang djiga digambarkan dalam bentuk lembu djantan. Demikian terbukalah djalan bagi syncretisme, jang selalu mengantjam itu.
Ba'al setempat dengan Asjera, pasangannja, adalah dewa-dewi kesuburan Kena'an, dan sudah sedjak dahulukala ada ketjondongan untuk memuja dewa-dewi itu disamping Jahwe di-kuil2nja jang kuno, di-bukit2 angkar. Didjaman radja2 ditambah pula dengan pengaruh dari luarnegeri. Sebab sesuai dengan tabiat djaman itu, disamping dewanja sendiri orang djuga memudja dewa2 bangsa2 lain, jang mendjadi sahabatnja atau jang mendjadi tuannja. Dan didjaman radja2 hubungan itu banjak diadakan. Bahaja bagi semua adalah sebab musababnja para nabi menentang keras segala hubungan dengan luar negeri. Hal itu sudah dimulai didjaman Sulaiman, jang karena pengaruh isteri2nja jang banjak djumlahnja dari luarnegeri, memudja dewa2 mereka dan membangun kuil2 chusus bagi dewa2 itu di Jerusjalem. Selama pemerintahan Ahab dikeradjaan utara kekafiran bersimaharadjalela hampir2 dengan penuhnja. Karena pengaruh Izebel, isterinja dari Tyrus, maka pemujaan Ba'al Tyrus, jakni Melkart, dengan Asjtoret, pasangannja, kira2 mendjadi agama keradjaan jang resmi; bahka begitu rupa, sehingga para penganut Jahwe di-kedjar2 dengan hebatnja, sedang para nabi serta imam Ba'al mempunjai pengaruh mutlak diistana. Lawan terbesar dari Ahab ialah nabi Elija. Didalam pemerintahan pengganti2 Ahab, terutama didalam pemerintahan Joram, pengaruh kafir sangat berkurang berkat kegiatan Elija dan Elisja', muridnja. Malahan Elisja' agak baik hubungannja dengan istana. Jahweisme dapat menarik napas pandjang lagi. Dengan muntjulnja Jehu timbullah reaksi jang hebat dan berbaliklah nasibnja. Kekafiran di-kedjar2. Dalam hal itu Jehu lebih didorong oleh alasan2 politik daripada oleh sifat keigamaannja sendiri. Para pendahulunja telah melindungi kekafiran, dan lagi ia sendiri berhasil merebut kekuasaan antara lain djuga berkat dukungan para penganut Jahwe.
Tetapi sementara itu syncretisme bersimaharadjalela di Juda. Hubungan antara Juda dan Israil achir2 itu baik adanja, dan 'Ataljahu, puteri Izebel, mempunjai tabiat ibunja dan membawa tjara hidup istana Ahab ke Jerusjalem. Joram sangat dipengaruhi isterinja jang kafir itu. Ba'al berdjaja di Jerusjalem dan para penganut Jahwe menghadapi masa jang buruk, lebih2 ketika 'Ataljahu mendjadi Ratu jang berkuasa mutlak. Dengan sendirinja Joasj, jang diasuh para imam Jahwe, merupakan reaksi jang hebat terhadapnja. Maka gantilah Ba'al setempat serta asing menghadapi masa buruk, meskipun tidak lenjap samasekali dari hati rakjat. Baitullah dipulihkan se-dapat2nja, setelah kemerosotannja didjaman 'Ataljahu.
Didjaman pengganti2 Jehu status quo antara Ba'al dan Jahwe dipelihara di Israil, namun dengan kemunduran lambat-laun bagi Jahwe. Makin lama makin meresaplah syncretisme didalam ibadah Jahwe di Betel dan Dan. Belum lagi disebutkan tempat sutji Jahwe, jang ada disamping kuil2 Baal dan Asjera.
Ketika Juda mendjadi taklukan Asyira, maka sebagai keharusan psikologis dewa2 Asyriapun mesti dipudja oleh bangsa taklukkan itu serta radjanja. Lebih2 radja Ahaz sangat bersemangat syncretistis, sehingga dewa2 asing, chusunja dari Asyria, dimasukkan kedalam bait Jahwe. Kebangunan nasional didalam pemerintahan Hiskia pada hakekatnja berarti pula pembaharuan keigamaan. Dalam pembaharuan itu nabi Jesaja dan nabi Micha memainkan peranan jang penting. Djatuhnja Sjomron meninggalkan kesan jang dalam, karena hal itu sungguh merupakan bukti jang djelas bagi dalil para panganut Jahwe. Hizkia mengadakan pembersihan sekalian dewa, jang mendapat tempatnja di Juda dan Jerusjalem. Bahkan ia menghapus kuil2 Jahwe setempat, sehingga pemusatan ibadah Jahwe di Jerusjalem mendjadi suatu kenjataan. Tetapi agama, jang dipulihkan lebih bersandarkan alasan nasional daripada alasan keigamaan itu, salah-berkembang mendjadi formalisme lahiriah dan mundur dalam tempo jang singkat. Malapetakan datang didalam pemerintahan Menasje, seornag syncretis jang tak kenal malu, malahan seorang kafir tulen. Segala sesuatu jang asing dimasukkan ke Jerusjalem, dengan praktik2nja jang kadang2 mesum dan berdarah, bahkan diberi tempat didalam bait Jahwe; hal ini tentu sadja merugikan bagi ibadah Jahwe. Dimanapun djua muntjul patung2 Ba'al dan Asjtarte, dan dewa2 perbintangan Asyriapun dipudja2. Kekafiran Menasje begitu hebatnja, sehingga ia melantjarkan penghambatan terhadap para penganut Jahwe jang radjin. Tetapi Amon, puteranja, mengikuti langkah bapaknja sebelum bertobat. Reaksi terhadapnja timbul didalam pemerintahan Josjijahu, sehingga nama radja ini tidak terpisahkan dari pembaharuan keigamaan jang mendalam. Dimulainya pembersihan baitullah kota dan negeri dari segala anasir jang asing dan menentang Jahwe. Kegiatan ini menimba kekuatan baru dari kitab, jang diketemukan kembali dalam pekerdjaan2 perbaikan baitullah, dan jang hilang serta terlupakan selama pemerintahan Menasje. Kitab tersebut memuat per-undang2an mengenai baitullah Jerusjalem dan dengan sendirinja merupakan pembelaan bagi baitullah sebagai satu2nja bait Jahwe jang sjah. Isi kitab tersebut lebih kurang sama dengan bagian per-undang2an Kitab Ulangtutur. Pembaharuan dilaksanakan menurut asas2 dan dalil2 kitab tadi, tidak hanja diwilajahnja sendiri tetapi djuga di bekas keradjaan Israil. Dimasa itupun timbul pula nabi Jeremia. Walaupun namanja samasekali tidak disebutkan didalam kitab Radja2 namun agaknja ia merupakan salah satu tokoh besar dibelakang lajar. Tetapi ia melihat lebih djauh; dalam mengadakan pembaharuan itu, seisi istana didorong oleh alasan2 politik maupun keigamaan. Jeremia lebih tahu, bahwa pembaharuan itu bertjorak formalitas dan bahwa ibadah Jahwe dipandang dan djuga dilakukan setjara magis. Kegembiraan keigamaan jang tjetek itu mendapa tudjian jang hebat, ketika radja jang saleh itu, diluar dugaan samasekali dialahkanoleh Mesir dan gugur. Segera setelah kematiannja, timbul lagi syncretisme. Hal itu tidak mengherankan, mengingat pembaharuan jang setengah dipaksakan pemerintah itu. Alasan2 politik, chususnja hubungan dengan Mesir, memainkan peranannja djuga dalam hal ini. Pemudjaan hewan di Mesir dimasukkan ke Jerusjalem. Didalam pemerintahan Jojakim agama Jahwe jang aseli dihambat lagi, karena hakikatnja agama itu selalu anti- Mesir. Adapun Jeremia tidak begitu terpandang di Jerusjalem. Ini berlangsung hingga achir. Sedekia sendiri boleh djadi baik hatinja, tetapi ia terlalu lemah wataknja untuk bertindak tegas. Demikianlah kehantjuran Jerusjalem mendapati Jeremia, pembela Jahweisme jang besar itu, didalam pendjara, dan sedjumlah dewa2 asing didalam baitullah disamping Jahwe. Kitanja api pembuangan perlulah untuk membakar habis syncretisme jang sudah berakar dalam itu, sampai Israil dalam praktikpun sungguh mengakui Allah jang benar sebagai satu2nja Allah. Hingga waktu itu praktisnja hanja suatu kelompok orang pilihan sadjalah jang mengakuiNja.
Kebanjakan keterangan tentang sedjarah-politik-keigamaan jang dilukiskan diatas itu didapat dari kitab Radja2. Tetapi kesemuanja itu tertjantum didalamnja dalam bentuk jang agak aneh dan tak begitu setimbang. Pengarang memberikan laporan jang pandjang-lebar tentang kenaikan tachta Sulaiman serta pemerintahannja (I Rdj.1-2.3-11). Kemudian disadjikannja setjara sedjadjar sedjarah kedua keradjaan jang berdiri sendiri itu (I Rdj. 11-II Rdj. 17). Tjara kerdjanja begini: mulai dengan Jerobe'am diutarakannja pemerintahan seorang radja dari keradjaan jang satu itu selengkapnja; dan kemudian diutarakannja pemerintahan satu dua radja dari keradjaan jang lain, jang berkuasa selama djangka waktu jang sama. Setelah mengutarakan pemerintahan dari jang terachir ini seluruhnja, ia kembali lagi kekeradjaan jang satu itu, untuk mengutarakan pemerintahan radja2 jang semasa. Keterangan2 tentang radja2 tadi disusun didalam rangka tertentu, kadang2 agak dipaksakan. Rangka ini tidak selalu persis sama, tetapi perbedaanja toh hanja ketjil. Di dalam rumus pendahuluan jang tetap disebutkan tahun naik tachta, dihitung menurut masa pemerintahan radja dari keradjaan jang paralel, dan dihitung menurut masa pemerintahan radja dari keradjaan jang paralel, dan lagi umur waktu naik tachta (hanja dari radja2 Juda), lamanja memerintah, nama dan asal-usul ibunja (hanja dari Juda); achirnja suaut penilaian kesusilaan radja jang bersangkutan, hal mana senantiasa buruk djatuhnja bagi radja2 Israil. Kemudian berikutlah keterangan2 chusus, djika ada. Dan disudahi dengan rumus penutup jang lebih landjut dan lebih terperintji, dan menjebutkan kematian serta pemakaman radja jang bersangkutan dan penggantinja jang sjah. Tetapi adakalanja pula si pengarang memuat bahan2 jang melampui batas2 rangkanja dan mengenai beberapa radja (IRdj 17 - II Rdj 2-13). Sesudah sedjarah kedua keradjaan itu, lalu dilandjutkan dengan kisah Juda setelah djatuhnja Sjomron (18-25,21), tetapi si pengarang tidak lagi mengikuti rangka jang dipilihnja. Achirnja disadjikannja dua tambahan tentang masa setelah djatuhnja Jerusjalem. (II Rdj 25,22-26.27-29).
Si pengarang menimba bahan2nja dari pelbagai sumber, jang sebagian berasal dari Juda dan sebagian lagi dari Israil. Bolej djadi sumber2 dari Israil sesudah djatuhnja Sjomron, dibawa para penganut Jahwe jang setiawan ke Jerusjalem. Ia sendiri menundjuk dengan djelas akan tiga karya, jakni "Riwajat hidup Sulaiman", "Kitab Tawarich Radja2 Israil", dan "kitab Tawarich Radja2 Juda. Tawarich ini kiranja bukan buku peristiwa @ penting keradjaan atau arsip keradjaan, melainkan hendaknja lebih dipandang sebagai karya perseorangan tak-resmi, jang dapat dibatja umum. Disamping buku2 tadi bagi si pengarang masih tersedia banjak sumber lainnja. Kedua pasal permulaan tentang kenaikan tachta Sulaiman (I Rdj 1- 2) diambil dari naskah jang djuga mendjadi sumber bagi II Sjem 9-20. Kisah jan gagak pandjang tentang Elia (IRdj. 17-19. 21; II Rdj. 1,2-17 Elisja. (II Rdj. 2,1-25; 3,4-8, 23: 13,12-14,13) diambil dari kumpulan kisah, jang berasal dari kalangan "tjanterik nabi". Tjoraknja sangat populer dan menjatupadukan pelbagai pandangan serta tafsiran, tentang tokoh2 raksasa itu, jang sebagaimana lazimnja dengan oknum2 sebesar itu, memberikan banjak bahan untuk chajalan keigamaan dan mengambil-alih tjeritera2 lainnja. Kisah2 peperangan dengan Aram (I Rdj. 20.22) diambil dari sumber lain lagi. Suatu kisah nabi terdapat djuga dalam I Rdj. 13, 1-34; 14, 1-18, sedang II Rdj. 18, 4-20, 19 diambil dari serangkaian kisah tentang nabi Jesaja, jang djiga dimuat dalam kitabnja sendiri. Mengenai uraian tentang bangunan serta susunan baitullah, perbaikannja dan hartabenda jang disimpan didalamnja, - hal2 mana mendapat perhatian chusus si pengarang, - kiranja diambil dari arsip baitullah. Kadang2 laporan singkat tentang karya bangunan radja2 dan tjatatan singkat tentang kegiatan militer mengingatkan kita akan inskripsi, seperti jang biasanja merupakan penginggalan radja2. Sungguhpun sering sulit menentukan sumber2 itu setjara terperintji, namun djelaslah kiranja, bahwa dalam kitab Radja2 itu digunakan sedjumlah sumber. Dan sumber2 itu amat berlainan asalnja, hal mana lebih2 pentingnja dalam menentukan nilainja sebagai sumber sedjarah jang objektif. Tetapi pada umumnja kitab Radja2 dalam hal ini sangat boleh dipertjaja; dan pada bangsa2 lain didjaman itu tiada terdapat karya historis satupun jang senilai dengannja.
Pengarang Kitab Radja2 memilih bahannja dan menjusunnja dengan maksud tertentu. Maksud ini tampak dengan djelasnja dalam pertimbangan2 pribadi jang singkat atau pandjang, jang terdjalin dalam kisahnja. Teranglah bahwa maksudnja per-tama2 bukannja untuk mendjadikan sedjarah profan. Peristiwa2 politik jang penting sering hanja disebutkan setjara singkat sadja, malahan adakalanja tidak disinggung samasekali; dan radja2pun se-kali2 tidak dipertimbangkan menurut ketjakapan politiknja. Tetapi segala sesuatu jang penting dalam bidang keigamaan dilukiskan dan dilaporkan dengan pandjang lebar. jang disadjikan si pengarang bukanlah per-tama2 sedjarah, melainkan lebih2 theologi mengenai sedjarah. Allah adalah Tuhan dari Sedjarah, jang akhirnja mengatur se-gala2nja menurut kehendakNja. Faktor2 insani, jang djuga memainkan peranannja, sedikit banjak dilalaikan. Lebih2 ini ternjata dari muntjulnja pelbagai nabi dilapangan politik. Atas firman Jahwe mereka menundjuk radja2 atau menubuatkan djatuh dan binasanja, bahkan diluar Israil. Allah memilih radja2Nja, untuk melaksanakan rentjana2Nya; dan itulah tugas mereka. Djika mereka tidak melakukan tugas itu, maka mereka ditolak dan digantikan oleh orang lain. Adapun tjorak tetap wangsa Dawud adalah berkat djandji Jahwe kepada Dawud, jang berulang-ulang disebutkan. Djandji itu mempengaruhi seluruh sedjarah wangsa Dawud dan oleh karenanja djuga sedjarah keradjaannja. Tetapi djandji kepada Dawud itu sesungguhnja tak lain dan tak bukan ialah perintjian lebih landjut dari djandji kepada seluruh bangsa itu, jaitu perdjandjian. Pada hemat pengarang, setelah pemisahannja, kedua bagian dari keradjaan semula itu sama besar kemungkinannja, tetapi ke-dua2nja me- njia2kan kemungkinan itu. Jahwe selalu setia akan djandjiNya, tetapi umat tidak memenuhi sjarat, sehingga tak dapat tidak binasa djadinja. Si pengarang, jang sependapat dengan kitab Ulangtutur, memandang bail Sulaiman sebagai lambang perdjandjian itu. Maka itu radja2 Israil, jang tidak menerima lambang tadi, tetapi memelihara dua saingan (jakni Betel dan Dan) ditjelanja setjara kolektif. Radja2 Juda meski saleh sekalipun, ditjela djuga karena mereka diluar baitullah masih membiarkan adanja tempat2 sutji Jahwe lainnja. Gagasan2 dan pendapat2 itu semuanja hanjalah segi2 dari satu gagasan besar jang menguasai se-gala2nja, jakni gagasan akan perdjandjian dan pilihan tertjantum didalamnja. Perdjandjian itu mempunjai tuntunan2nja kepada umat Allah serta radja2, jang mewakili umat. Kesetiaan kepada perdjadjian digandjar dengan kemakmuran serta kesedjahteraan, sedang ketidak -setiaan dan penjelewengan. Melihat kesudahannja, memang tidak dapat tidak kedua keradjaan itu djatuh binasa. Dalil ini menerangkan seluruh sedjarah jang tjelaka dari umat Allah itu.
Mengingat dalil itu, djelas pulalah, bahwa kitab Radja2 dalam bentuknja jang sekarang ini ditulis paling tidak sesudah tersiarnja kitab Ulangtutur (th.621). Ada beberapa ahli jang berpendapat, bahwa kitab ini diterbitkan beberapa kali. Pertama kalinja sesudah pembaharuan Josjijahu dan sebelum kematiannja (609). Kabar tentang kematiannja serta kedjadian2 sesudahnja ditambahkan pada penerbitan kedua. Tetapi kiranja itu bukan pendapat jang dapat diterima. Seluruh ketjenderungan kitab ini djustru terarah kepada djatuhnja Jerusjalem, sehingga karya itu tentunja disusun sesudahnja, dari bahan2 jang biasanja lebih kuno. Kabar terachir tentang pengampunan Jojakin di Babel menjarankan kepada kita untuk menentukan tanggal seluruh kitab itu sampai sesuadah tahun 562. Teranglah kitab itu sudah selesai, sebelum ada ketentuan tentang pengembalian dari Bebel (536). Bahwasanja kemungkinan masih ada beberapa imbuhan ketjil jang ditambahkan padanja (I Rdj. 8, 44-51; II Rdj. 13,4-6; 17, 7-33), adalah djelas pula, karena teks2 itu ditulis sesudah masa pembuangan. Lagipula perbedaan antara terdjemahan Junani kuno dan naskah Hibrani sekarang menundjukkan, bahwa kitab itu lama se-akan2 masih terbuka dan belum merupakan suatu keseluruhan jang genap.
Dahulu lazimnja dianggap, bahwa pengarang kitab itu nabi Jeremia, tetapi dewasa ini anggapan itu umumnja ditolak. Namun demikian, diterima djuga, bahwa si pengarang berasal dari lingkungan nabi Jeremia, mengingat adanja kesamaan gagasan. Pengarang, jang amat besar perhatiannja kepada ibadah dan baitullah, sudah barang tentu termasuk golongan para imam; dan karena kesukaannja akan Jerusjalem, maka kediamannja harus ditjari didalam kota itu atau paling tidak di Juda.
Djelaslah kiranja, bahwa kitab ini masih mempunjai arti keigamaannja pula bagi umat Serani, sebab Allah masih senantiasa mendjadi Tuhan dari sedjarah, dan umat Allah dalam Perdjandjian Barupun masih diingatkan pula untuk tetap setia kepada Perdjanjian ini. Meskipun itu sudah mendjadi perdjandjian abadi dan tak terputuskan, namun perdjandjian itu mempunjai tuntunan2nja kepada manusia, untuk tetap menganggapi kepulihannja. Itulah peladjaran besar, jang tetap bergema dari sedjarah Israil.
BIS: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab) I RAJA-RAJA
PENGANTAR
Buku I Raja-raja merupakan lanjutan dari buku Samuel tentang sejarah
pemerintahan raja-raja Israel. Sejarah yang dimuat dalam
I RAJA-RAJA
PENGANTAR
Buku I Raja-raja merupakan lanjutan dari buku Samuel tentang sejarah pemerintahan raja-raja Israel. Sejarah yang dimuat dalam buku ini dapat dibagi dalam tiga bagian:
- (1) Wafatnya Raja Daud dan pengangkatan Salomo menjadi raja atas Israel dan Yehuda menggantikan Daud.
- (2) Pemerintahan Salomo dan hasil-hasil usahanya, khususnya dalam membangun Rumah TUHAN di Yerusalem.
- (3) Bangsa Israel terpecah menjadi kerajaan utara dan kerajaan selatan, dan sejarah raja-raja yang memerintah kedua kerajaan tersebut sampai pertengahan abad kesembilan Sebelum Masehi.
Di dalam kedua buku Raja-raja, setiap raja dinilai berdasarkan kesetiaannya kepada Tuhan; dan keberhasilan bangsa adalah akibat dari kesetiaan tersebut. Sebaliknya, penyembahan berhala dan ketidaktaatan mengakibatkan bencana. Berdasarkan penilaian tersebut raja-raja kerajaan utara semuanya gagal, sedangkan raja Yehuda ada yang gagal, ada pula yang tidak.
Yang penting dalam I Raja-raja ialah nabi-nabi Tuhan. Mereka adalah juru bicara Allah yang berani-berani. Mereka memperingatkan raja dan bangsa Israel supaya tidak menyembah berhala dan tidak meremehkan perintah-perintah Allah. Yang menonjol ialah Elia, dan kisah tentang pertarungannya dengan imam-imam Baal (pasal 18 1Raj 18:1-15).
Isi
- Akhir pemerintahan Daud
1Raj 1:1-2:12 - Salomo menjadi raja
1Raj 2:13-46 - Pemerintahan Salomo
1Raj 3:1-11:43 - a. Tahun-tahun permulaan
1Raj 3:1-4:34 - b. Pembangunan Rumah TUHAN
1Raj 5:1-8:66 - c. Tahun-tahun terakhir
1Raj 9:1-11:43 - Kerajaan yang terpecah
1Raj 12:1-22:53 - a. Pemberontakan suku-suku utara
1Raj 12:1-14:20 - b. Raja-raja Yehuda dan Israel
1Raj 14:21-16:34 - c. Nabi Elia
1Raj 17:1-19:21 - d. Ahab, raja Israel
1Raj 20:1-22:40 - e. Yosafat raja Yehuda dan Ahazia raja Israel
1Raj 22:41-53
Ajaran: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab I dan II Raja-raja, orang-orang Kristen dapat
mengerti bahwa kebahagiaan suatu bangsa atau umat Allah berg
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab I dan II Raja-raja, orang-orang Kristen dapat mengerti bahwa kebahagiaan suatu bangsa atau umat Allah bergantung pada kesetiaannya terhadap janji Allah.
Pendahuluan
Penulis : Penulis Kitab I dan II Raja-raja tidak jelas disebutkan dalam Kitab ini, tetapi banyak ahli mengatakan bahwa penulisnya adalah Yeremia (nabi).
Isi Kitab: Isi kedua Kitab ini sesuai dengan namanya, menceritakan tentang kehidupan raja-raja Israel.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I dan II Raja-raja
Pasal 1-11 (1Raj 1:1-11:43).
Pemerintahan Raja Salomo
Dalam bagian ini dijelaskan, Salomo naik takhta dan memerintah. Ia menuruti pesan Daud, yaitu bertindak seperti seorang laki-laki dan tetap berhubungan dengan Tuhan. Salomo diberi hikmat oleh Tuhan karena sikapnya yang beribadah terhadap Tuhan dan menetapkan pemerintahannya yang bersifat damai dan sejahtera. Salomo juga membangun rumah Tuhan dan istana serta mentahbiskan rumah Tuhan sehingga ia diberkati secara luar biasa, yaitu kepandaian, kemasyhuran dan kekayaan yang bertambah-tambah. Tetapi Salomo terpengaruh oleh istri-istrinya dan ia menyembah berhala sehingga Tuhan marah kepadanya dan menghancurkan kerajaan itu, akhir pasal 11; 1Raj 11:41-43menyebutkan wafatnya Salomo.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Raj 1:32-40.
- Bacalah pasal 1Raj 2:1-4. Apakah nasehat-nasehat Raja Daud yang jug bermanfaat bagi saudara?
- Bacalah pasal 1Raj 3:3-9. Apakah yang sering saudara minta dalam doa?
- Bacalah pasal 1Raj 7:1,51. Tempat apa sajakah yang dibangun Salomo?
- Bacalah pasal 1Raj 11:1-13, 41-43. Apakah yang terjadi dengan Salomo pada akhir hidupnya Da mengapa demikian?
Pasal I Raja-raja 12 sampai II Raja-raja 17 (1Raj 12:1-2Raj 17:29).
Kerajaan yang terpecah Setelah Salomo meninggal, kerajaan Israel terpecah lagi, dan mulai diperintah oleh raja-raja yang memerintah secara jahat, oleh karena itu selalu mengalami kekacauan dan menerima hukuman dari Tuhan. Tetapi karena cinta kasih Tuhan maka manusia selalu diberi peringatan melalui nabi-nabi supaya bertobat.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Raj 12:1-11. Kelompok dibawah pimpinan siapakah yang datang menghada Rehabeam? Dan apakah permintaannya? Apakah usah Rehabeam untuk menjawab permintaan Jerobeam?
- Bacalah pasal 1Raj 12:12-20. Nasihat siapakah yang diikuti oleh raja Rehabeam? Dan apakah akibatnya? (kerajaan terpecah menjadi dua 2Raj 12:20).
- Bacalah 2Raj 2:1-14. Siapakah dua orang nabi besar yang melayani di Israel? Apakah nabi Elia mati?
- Bacalah pasal 2Raj 17:7-23. Ini adalah kehancuran kerajaan Israel. Mengapa terjadi hal itu?
- Bacalah pasal 2Raj 24:18-25:7. Ini adalah kehancuran kerajaan Yehuda. Mengapakah terjadi hal ini?
II. Kesimpulan/penerapan
Dalam keadaan jaman yang sesat, Allah selalu memberi jalan kepada umat- Nya untuk bertobat.
Apabila kejahatan terjadi secara luar biasa maka Allah juga memperlihatkan keadilan-Nya dengan hukuman yang luar biasa.
Allah selalu memberkati orang-orang atau bangsa yang takut akan Dia.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Sebutkan apakah yang diminta raja Salomo didalam doanya!
- Siapakah yang mendirikan bait Allah yang pertama?
- Siapakah nama nabi yang bertempur melawan nabi-nabi Baal?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dar Kitab I dan II Raja-raja ini?
Intisari: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab) Kerajaan Israel bersatu dan terpecah
ISI KITABI Raja-raja merupakan bagian pertama dari kisah yang pada mulanya merupakan satu kitab yang menceritaka
Kerajaan Israel bersatu dan terpecah
ISI KITAB
I Raja-raja merupakan bagian pertama dari kisah yang pada mulanya merupakan satu kitab yang menceritakan mengenai kehidupan bangsa Israel selama empat abad sesudah kematian Daud dan pembuangan bangsa Israel ke Babel. Kitab itu menceritakan bagaimana suatu negara yang kuat dan bersatu terpecah menjadi dua; bagaimana kerajaan utara yang lebih besar yang terus menerus berpaling dari Allah akhirnya dimusnahkan; bagaimana Yehuda juga gagal untuk memelihara perjanjian dengan Allah dan bagaimana negeri itu juga dilanda bencana, yang mencapai puncaknya pada penghancuran Yerusalem dan pembuangan besar-besaran ke Babel. I Raja-raja merangkum 120 tahun pertama dari kisah yang lengkap.
SIAPA PENULISNYA?
Kitab ini mungkin ditulis oleh seorang nabi atau sejumlah nabi yang menulis di Babel selama masa pembuangan, sekitar tahun 550 SM. Bahan tulisan diambil dari berbagai sumber, seperti catatan resmi pemerintah atau kumpulan kisah-kisah tentang para nabi yang kemudian disatukan sedemikian rupa untuk memberikan tekanan pada pokok-pokok yang ingin diungkapkan oleh si penulis.
TUJUAN PENULISAN
Dalam I dan II Raja-raja penulis tidak ingin mencoba untuk memberikan suatu kisah yang lengkap dari seluruh peristiwa yang terjadi pada masa itu. Ia menceritakan dengan panjang lebar mengenai peristiwa dan tokoh-tokoh yang dianggapnya penting seperti Salomo atau Elia, tetapi tokoh lainnya hanya diceritakan secara sepintas. Raja-raja hanya menulis mengenai pentingnya peristiwa yang terjadi dalam hubungannya dengan perkembangan kehidupan rohani manusia.
PANDANGAN PENULIS
Masalah yang ditunjukkan oleh penulis ialah betapa pentingnya bagi umat Allah untuk menjaga perjanjian mereka dengan-Nya. Manusia dan bangsa-bangsa keduanya dinilai sampai seberapa jauh mereka mencari dan mengikuti kehendak Allah. Jika mereka mengasihi Allah dan patuh pada perintah-perintah-Nya, maka Allah akan memberkati mereka; jika mereka berpaling dari-Nya, maka bencara akan menimpa mereka. Dalam banyak hal sikap seorang raja dianggap sebagai gambaran dari sikap bangsa itu secara keseluruhan; dalam satu segi seorang raja merupakan wakil dari rakyatnya.
METODE PENULISAN
Kisah mengenai kedua bangsa Israel dan Yehuda mudah diikuti jika kita tahu metode penulisan yang dipakai. Kita selalu diberi kisah baru mengenai setiap negeri secara berurutan. Sebagai contoh, gambaran peristiwa yang terjadi dalam kehidupan seorang raja Israel diikuti oleh kisah raja-raja Yehuda yang naik takhta selama pemerintahannya dan seterusnya.
Pesan
1. Allah adalah Tuhan yang berkuasa sepanjang sejaraho Rehabeam mencoba untuk tidak mengikutsertakan Allah, dan itu tidak mungkin terjadi. Sebenarnya penghakiman Allahlah yang menyebabkan ia kehilangan sepuluh suku dan bukan disebabkan oleh pemberontakan rakyatnya. Bahkan, sebelum Salomo mangkat Yerobeam telah diangkat oleh Allah untuk memerintah Israel. 1Ra 11:26-12:24
o Ahab telah menyaksikan suatu peragaan kekuasaan Allah pada waktu nabi-nabi Baal dikalahkan di Gunung Karmel. Walaupun demikian, dalam perang Siria, Ahab mencoba untuk menghindari kehendak Allah dengan jalan menyamar; tetapi ia mati seperti apa yang dikatakan Allah. 1Ra 18:1-46; 22:5-40
2. Hanya bekerja untuk Allahlah yang berarti
o Salomo kaya raya, bijaksana dan berkuasa, selama bertahun-tahun ia mengasihi dan melayani Allah, tetapi itu tidak berarti ia dapat berlaku sewenang-wenang. Pada waktu ia berdosa, Allah juga menghukumnya seperti kepada orang lain. 1Ra 3:1-11:43
o Omri adalah seorang raja yang sangat berhasil. Ia memberi Israel sebuah ibukota yang baru dan menempatkan Israel pada peta perdagangan, tetapi Kitab Raja-raja memberikan komentar bahwa ia juga berdosa terhadap Allah. 1Ra 16:15-28
3. Allah dapat dipercaya
o Tuhan memberikan sebuah kerajaan kepada Yerobeam, tetapi ia tidak percaya bahwa Allah dapat menghentikan pelarian bangsanya kembali ke Yehuda. Sebaliknya, ia melanggar perintah Allah dengan membangun sebuah patung emas. Ia mendapati bahwa Allah selalu memenuhi janji-janji-Nya, yaitu memberkati dan menghukum! 1Ra 12:25-14:20
o Apabila Tuhan memberikan suatu tugas, Dia juga akan menyediakan sarana untuk melaksanakannya. Tuhan mencukupi kebutuhan Elia sepanjang musim kering dan menunjukkan kepadanya bagaimana caranya untuk mengalahkan penyembahan kepada Baal. 1Ra 17:1-18:46
4. Allah tidak begitu saja membinasakan umat-Nya
o Tidak taat kepada Tuhan dan menerima hukuman-Nya tidak selalu berarti bahwa kita tidak lagi dapat melayani Dia. Bangsa Yehuda menyadari hal ini setelah kerajaan itu terpecah. Tuhan telah menghukum mereka, tetapi Dia masih tetap Allah mereka dan masih berbicara kepada mereka. 1Ra 12:1-24
o Tidak satu pun dari ketujuh raja Israel pertama yang melayani Tuhan, tetapi Allah masih belum berputus asa terhadap bangsa itu. Dia masih menginginkan penyembahan mereka, dan di atas Gunung Karmel kembali Allah menunjukkan kepada mereka suatu peragaan kuasa-Nya yang besar. 1Ra 18:1-46
Penerapan
I Raja-raja mengajar kita tentang:
1. Hamba TuhanElia menunjukkan kepada kita ciri-ciri seorang hamba Tuhan yang baik:
o Ia mendengarkan perkataan Allah (1Ra 17:1,2,8).
o Ia menantikan waktu Tuhan yang tepat (1Ra 18:1).
o Ia bertindak dengan berani (1Ra 18:7-40).
o Ia berbicara dengan jelas (1Ra 18:21).
o Ia mempunyai kepercayaan penuh terhadap Allah (1Ra 18:30-38).
o Ia sangat patuh kepada perintah Allah (1Ra 18:36).
o Ia gigih (1Ra 18:41-45).
2. Pelayanan Tuhan
o Tuhan tidak selalu memakai alat-alat bantu yang kita inginkan -- Ia memilih seorang janda untuk menolong Elia (1Ra 17:8-16).
o Membantu hamba Tuhan merupakan suatu pelayanan kepada-Nya dan Tuhan menganugerahi pelayanan (1Ra 17:17-24; 18:3-15).
o Tuhan memulihkan hamba-hamba-Nya pada waktu mereka terjatuh (1Ra 19:4-8).
o Satu tugas terselesaikan tidak berarti akan menghadapi hari depan yang sia-sia (1Ra 19:14-18).
3. Rumah Allah
o Dibangun berdasarkan janji Allah. (1Ra 8:15-21).
o Tempat untuk beribadah (1Ra 8:22-26).
o Tidak dapat membatasi Allah (1Ra 8:27).
o Tempat untuk berdoa (1Ra 8:28-40).
o Harus terbuka bagi semua orang dari berbagai negeri (1Ra 8:41-43).
Tema-tema Kunci
1. Kedaulatan Allah
Tema ini bergema dalam keseluruhan isi kitab yang menceritakan bagaimana Allah terlibat dalam sejarah umat manusia. Bacalah 1Ra 8:14-61; 19:9-18; 20:1-30. Apa yang diceritakan oleh pasal-pasal ini mengenai Allah dan kedaulatannya?
2. Kebenaran
Allah mengharapkan umat-Nya taat dan setia. Setelah negeri itu terpecah, I Raja-raja menggambarkan mengenai pemerintahan delapan raja Israel dan empat raja Yehuda. Buatlah daftar raja-raja ini. Berapa orang dari mereka yang melayani Tuhan? Berdasarkan atas apa penulis kitab Raja-raja membuat penilaian terhadap mereka?
o I Raja-raja tidak pernah mencoba untuk memberikan kepada kita gambaran yang sempurna mengenai hamba-hamba Allah. Kita melihat keburukan maupun kebaikan mereka dan Allah menerima serta memakai mereka seperti apa adanya.
Pelajari 1Ra 1:1-3:1; 11:1-13; 19:1-21. Kelemahan apa saja yang dapat Anda temukan dalam diri Daud, Salomo dan Elia?
o Bacalah kisah Raja Ahab dalam 1Ra 18:1-22:40. Dalam 1Ra 21:27-29 kita membaca bahwa ia bertobat, dan oleh sebab itulah maka Allah memperingan hukuman terhadapnya. Menurut Anda mengapa I Raja-raja menggambarkan Raja Ahab sebagai orang jahat dan bukan hanya sebagai orang lemah?
Garis Besar Intisari: 1 Raja-raja (Pendahuluan Kitab) [1] HARI-HARI TERAKHIR DAUD 1Ra 1:1-2:11
1Ra 1:1-4Abisag, jururawat bagi Daud yang sudah tua
1Ra 1:5-53Adonia dan Salomo
1Ra 2:1-9Pesan-pesan Dau
[1] HARI-HARI TERAKHIR DAUD 1Ra 1:1-2:11
1Ra 1:1-4 | Abisag, jururawat bagi Daud yang sudah tua |
1Ra 1:5-53 | Adonia dan Salomo |
1Ra 2:1-9 | Pesan-pesan Daud terakhir |
1Ra 2:10-11 | Wafatnya seorang raja yang besar |
[2] SALOMO: TAHUN-TAHUN PENUH KEMASYHURAN 1Ra 2:12-10:29
1Ra 2:12-46 | Pemerintahan raja Salomo terbentuk |
1Ra 3:1 | Persekutuan dengan Mesir melalui perkawinan |
1Ra 3:2-28 | Allah menganugerahkan kebijakan dan kekayaan |
1Ra 4:1-28 | Pembenahan perekonomian |
1Ra 4:29-34 | Salomo si penyair |
1Ra 5:1-7:51 | Rencana pembangunan yang megah |
1Ra 8:1-66 | Peresmian Rumah Tuhan |
1Ra 9:1-9 | Janji dan peringatan Tuhan |
1Ra 9:10-28 | Hubungan dengan luar negeri dan masalah tenaga kerja |
1Ra 10:1-13 | Kunjungan kenegaraan Ratu negeri Syeba |
1Ra 10:14-29 | Kekayaan Raja Salomo |
[3] PERTENTANGAN, PEMBERONTAKAN, PERPECAHAN 1Ra 11:1-12:24
1Ra 11:1-8 | Perzinahan dan imoralitas Salomo |
1Ra 11:9-13 | Penghakiman Allah dinyatakan |
1Ra 11:14-25 | Musuh dari luar yaitu Edom |
1Ra 11:26-40 | Ancaman dari Yerobeam |
1Ra 11:41-43 | Kematian Salomo |
1Ra 12:1-15 | Yerobeam menolak untuk berunding |
1Ra 12:16-24 | Bangsa Israel menyatakan kemerdekaannya |
[4] DUA NEGERI BARU -- DUA PERMULAAN YANG BURUK 1Ra 12:25-15:24
1Ra 12:25-33 | Yerobeam membangun mezbahnya sendiri |
1Ra 13:1-34 | Ia mendapat peringatan keras |
1Ra 14:1-20 | Kematian Yerobeam dan putranya |
1Ra 14:21-31 | Pemerintahan Rehabeam yang keji atas Yehuda |
1Ra 15:1-8 | Abiam -- sama seperti ayahnya |
1Ra 15:9-24 | Asa mengembalikan Yehuda pada jalan yang benar |
[5] ISRAEL -- SEBUAH NEGARA BERKEMBANG 1Ra 15:25-16:34
1Ra 15:25-31 | Garis keturunan Yerobeam berakhir pada Nadab |
1Ra 15:32-16:7 | Baesa membawa bangsa Israel ke dalam dosa |
1Ra 16:8-14 | Pemerintahan Ela berakhir dengan adanya kudeta Zimri |
1Ra 16:15-28 | Pemerintahan Omri -- makmur tetapi jahat |
1Ra 16:29-34 | Memperkenalkan Ahab dan Izebel |
[6] ELIA -- SEORANG HAMBA ALLAH 1Ra 17:1-19:21
1Ra 17:1-24 | Musim kering: Elia diselamatkan |
1Ra 18:1-16 | Obaja mengatur pertemuan |
1Ra 18:17-40 | Duel antara Elia dan nabi-nabi Baal |
1Ra 18:41-46 | Berakhirnya musim kering |
1Ra 19:1-18 | Bagaimana Allah menghadapi hambanya yang tertekan |
1Ra 19:19-21 | Elia bergabung dengan Elisa |
[7] AHAB -- SEORANG PENGUASA YANG LEMAH DAN SERAKAH 1Ra 20:1-21:29
1Ra 20:1-34 | Allah memberi kemenangan kepada Ahab |
1Ra 20:35-43 | Seorang nabi memperingatkan Ahab |
1Ra 21:1-26 | Ahab menipu Nabot |
1Ra 21:27-29 | Ahab bertobat |
[8] PEPERANGAN DENGAN SIRIA BERKELANJUTAN 1Ra 22:1-53
1Ra 22:1-4 | Ahab meminta bantuan Yehuda |
1Ra 22:5-28 | Nabi-nabi asli dan palsu saling bertentangan |
1Ra 22:29-36 | Mereka pergi berperang |
1Ra 22:37-40 | Ahab terbunuh |
1Ra 22:41-50 | Yosafat -- raja Yehuda yang baik |
1Ra 22:51-53 | Ahazia -- raja Israel yang jahat |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi