Teks -- Roma 7:1-3 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem: Rm 5:1--11:36 - -- Pokok yang diuraikan dalam bagian kedua Roma dapat disebutkan sebagai: pembenaran sebagai jaminan keselamatan orang Kristen yang sudah dibenarkan, bdk...
Pokok yang diuraikan dalam bagian kedua Roma dapat disebutkan sebagai: pembenaran sebagai jaminan keselamatan orang Kristen yang sudah dibenarkan, bdk Rom 1-4, mendapat dalam kasih Allah dan karunia Roh Kudus suatu jaminan keselamatan. Pokok ini diuraikan dalam Rom 5:1-11 dan diuraikan kembali dalam bab 8, sedangkan dalam Rom 5:12-7:25 diperlawankan dengan kebalikannya (dosa, maut, hukum Taurat).
Jerusalem: Rm 7:1-6 - -- Paulus sekarang mulai menguraikan sebuah pokok yang sudah lama membayang di depan matanya, Rom 3:20; 4:15; 5:20; 6:14, ialah: dibebaskannya orang Kris...
Paulus sekarang mulai menguraikan sebuah pokok yang sudah lama membayang di depan matanya, Rom 3:20; 4:15; 5:20; 6:14, ialah: dibebaskannya orang Kristen dari hukum Taurat. Dan pokok ini mendorong Paulus untuk memperbincangkan peranan hukum Taurat dalam rencana Tuhan, bdk Rom 7:7+.
Jerusalem: Rm 7:1 - selama orang itu hidup Pembebasan orang Kristen yang diungkapkan Paulus di tempat lain dengan gagasan alkitabiah "penebusan", Rom 3:24+, atau dengan pikiran Yunani "pembebas...
Pembebasan orang Kristen yang diungkapkan Paulus di tempat lain dengan gagasan alkitabiah "penebusan", Rom 3:24+, atau dengan pikiran Yunani "pembebasan seorang budak", Rom 6:15, kerap kali juga disebutkan sebagai "pembebasan melalui kematian". Sebab kematian membebaskan orang dari hidup dahulu dan dari seluruh perhambaannya, Rom 6:7; 7:1-3. Oleh karena melalui iman, Rom 1:16+, dan baptisan, Rom 6:4+, sudah bersatu dengan Kristus yang wafat dan bangkit, Rom 8:11+, maka orang Kristen sudah mati terhadap dosa, Rom 6:2,11; bdk 1Pe 4:1, terhadap hukum Taurat, Rom 7:6; Gal 2:19+, terhadap "roh-roh dunia", Kol 2:20, supaya selanjutnya hidup dalam tata penyelamatan baru, yaitu tata penyelamatan kasih-karunia dan Roh Kudus, Rom 8:5-13. Seperti seorang budak yang dimerdekakan berpaut pada majikannya yang baru, Rom 6:15+, demikianpun seorang Kristen yang sudah dibangkitkan dalam diri Kristus tidak hidup lagi bagi dirinya melainkan bagi Kristus dan bagi Allah, Rom 6:11,13; 14:7 dst; 2Ko 5:15; Gal 2:20.
orang Romawi terkenal sebagai ahli hukum.
Ende: Rm 7:2-3 - -- Hubungan antara kaum Israel dan Allah sering dilambangkan dengan perdjandjian
nikah. Bila orang Israel tidak setia lagi kepada sjarat-sjarat perdjandj...
Hubungan antara kaum Israel dan Allah sering dilambangkan dengan perdjandjian nikah. Bila orang Israel tidak setia lagi kepada sjarat-sjarat perdjandjian (hukum taurat), lebih-lebih kalau mereka murtad dan menjerahkan diri kepada dewa-dewa orang "kafir", mereka disebut pezinah. Tetapi siapa masuk umat Kristus bukan murtad, melainkan dengan sendirinja mendjadi bebas dari hukum taurat, sebab ia sudah mati terhadapnja karena turut mati bersama dengan Kristus.
Ref. Silang FULL: Rm 7:1 - tahu, saudara-saudara · tahu, saudara-saudara: Kis 1:16; Kis 1:16; Kis 22:5; Kis 22:5; Rom 1:13; 1Kor 1:10; 5:11; 6:6; 14:20,26; Gal 3:15; 6:18
· tahu, saudara-saudara: Kis 1:16; [Lihat FULL. Kis 1:16]; Kis 22:5; [Lihat FULL. Kis 22:5]; Rom 1:13; 1Kor 1:10; 5:11; 6:6; 14:20,26; Gal 3:15; 6:18
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg -> Rm 7:1; Rm 7:1-6; Rm 7:1; Rm 7:1-25; Rm 5:1--8:39; Rm 1:18--15:13; Rm 7:2; Rm 7:2; Rm 7:3; Rm 7:3
Hagelberg: Rm 7:1 - -- 7:1 Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, -sebab aku berbicara kepada orang-orang yang mengetahui hukum Taurat384- bahwa hukum Taurat berkuasa385 ...
7:1 Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, -sebab aku berbicara kepada orang-orang yang mengetahui hukum Taurat384- bahwa hukum Taurat berkuasa385 atas seseorang selama orang itu hidup?
Memang hukum Taurat berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup, dan hanya selama dia hidup. Demikianlah pokok nats ini. Kematian mengubahkan hubungan antara orang dan hukum Taurat.
Hagelberg: Rm 7:1-6 - -- a. Dalam Kristus Kita Mati terhadap Hukum Taurat 7:1-6
Mungkin ada orang yang berkeberatan dengan tafsiran ini. Mereka mau mengatakan bahwa Dosa dan...
a. Dalam Kristus Kita Mati terhadap Hukum Taurat 7:1-6
Mungkin ada orang yang berkeberatan dengan tafsiran ini. Mereka mau mengatakan bahwa Dosa dan hukum Taurat tidak sejajar. Mereka mau mengatakan bahwa kita memang harus mati terhadap dosa, tetapi... mati terhadap hukum Taurat, yang diilhamkan oleh Roh Allah kepada umatNya? Untuk menanggapi sikap ini kita harus membaca Roma 7:1-6, karena maksud dari nats ini adalah justru bahwa kita mati terhadap hukum Taurat.
Dalam pasal 6:14 di atas Paulus berkata, "Karena dosa tidak akan menjadi tuanmu, karena kamu tidak di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia." Dalam pasal 7 Paulus kembali kepada kebenaran ini, bahwa pembebasan dari hukum Taurat merupakan kunci dari kehidupan yang berkemenangan dalam Kristus.383
Apa yang dinyatakan secara pokok dalam pasal 7:1, yaitu bahwa kematian menjadi batas kuasa atau hak dari hukum Taurat, dibuktikan dengan sebuah contoh dari hukum Taurat sendiri dalam pasal 7:2-3, lalu pokok tersebut diterapkan pada diskusi hukum Taurat dalam hidup kita dalam 7:4. Kemudian pasal 7:5-6 menjelaskan 7:4.
Hagelberg: Rm 7:1 - -- 7:1 Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, -sebab aku berbicara kepada orang-orang yang mengetahui hukum Taurat384- bahwa hukum Taurat berkuasa385 ...
7:1 Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, -sebab aku berbicara kepada orang-orang yang mengetahui hukum Taurat384- bahwa hukum Taurat berkuasa385 atas seseorang selama orang itu hidup?
Memang hukum Taurat berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup, dan hanya selama dia hidup. Demikianlah pokok nats ini. Kematian mengubahkan hubungan antara orang dan hukum Taurat.
Hagelberg: Rm 7:1-25 - -- 3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
Hukum Taurat, walaupun baik, diperalat Dosa untuk membelenggu orang, tetapi kita bebas dari padan...
3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
Hukum Taurat, walaupun baik, diperalat Dosa untuk membelenggu orang, tetapi kita bebas dari padanya karena kita sudah mati dengan Kristus dan karena hukum Taurat bukan jalan pembenaran bagi kita.
Pasal ini, yang mengatakan bahwa kita bebas dari hukum Taurat, lebih sulit diterima dari pada pasal lima dan pasal enam, yang mengatakan bahwa kita bebas dari murka dan dari dosa, karena hukum Taurat berasal dari Tuhan Allah dan hukum Taurat menyatakan kehendak Allah yang kudus. Orang tidak mau menerima bahwa kita harus bebas dari hukum Taurat.380 Tetapi Nygren381 menjelaskan hubungan yang erat antara Murka, Dosa, Hukum Taurat, dan Maut. Hubungan ini jelas dalam I Korintus 15:56, yang berkata, "Sengat maut ialah dosa, dan kuasa dosa ialah hukum Taurat." Dalam I Korintus 15:26 maut adalah "musuh yang terakhir," penguasa yang ngeri yang berkuasa secara mutlak dalam aiwn/aion lama. Dosa adalah senjata Maut, sebuah "sengat" yang dipakai Maut untuk mengalahkan segala sesuatu dalam kerajaannya. Hukum Taurat, yang menyatakan dosa sebagai dosa, menjadi "kuasa dosa". Jikalau ditolong oleh hukum Taurat, maka Dosa dapat dipakai oleh Maut sebagai senjata yang tidak dapat dikalahkan.
Oleh karena pasal 6 menjelaskan bahwa kita bebas dari Dosa, dan pasal 7 menjelaskan bahwa kita bebas dari hukum Taurat, maka kesejajaran antara pasal 6 dan pasal 7 layak diamati. Nygren382 mencatat kesejaran yang berikut:
ay. 2 kita sudah mati ay. 4 kamu telah mati
terhadap dosa terhadap hukum Taurat
ay. 4 kita hidup dalam ay. 6 kita mengabdi dalam
pembaharuan hidup pembaharuan Roh
ay. 7 siapa yang telah mati, ia ay. 6 kita telah mati terhadap
telah dibenarkan dari dosa dia (hukum Taurat) yang
mengurung kita
ay. 18 kamu telah dibebaskan ay. 3 ia bebas dari hukum
dari dosa
Kesejajaran tersebut lebih menguatkan pengertian ini, bahwa pasal 5-8 mendiskusikan Murka, Dosa, Hukum Taurat, dan Maut sebagai kuasa aiwn/aion lama yang berkuasa bersama-sama untuk mengalahkan segala sesuatu dalam aiwn/aion mereka.
Hagelberg: Rm 5:1--8:39 - -- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
Dari 3:21 sampai 4:25 Paulus bersikap tegas untuk membuktikan bahwa pembenaran hanya dapat dipe...
B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
Dari 3:21 sampai 4:25 Paulus bersikap tegas untuk membuktikan bahwa pembenaran hanya dapat diperoleh melalaui iman, tetapi dalam bagian ini dia bersemangat untuk menjelaskan hasil dari pembenaran karena iman.
Hasil pembenaran tersebut dapat dibagi empat, menurut Nygren.248 Dalam pasal 5 dijelaskan bahwa orang yang dibenarkan hidup bebas dari murka, dalam pasal 6 dia hidup bebas dari kuasa dosa, dalam pasal 7 bebas dari kuasa hukum Taurat, dan dalam pasal 8 bebas dari kuasa maut.
Kesatuan pasal 5-8 didukung dengan pengulangan satu anak kalimat dalam 5:1 dan ayat terakhir dalam pasal 5, pasal 6, pasal 7, dan pasal 8. Anak kalimat yang diulangi adalah "melalui (atau dalam) Tuhan kita Yesus Kristus." Urutan kata dalam anak kalimat ini tidak kaku, tidak persis sama, tetapi pengulangan kata-kata khidmat ini mengikat keempat pasal menjadi satu bagian, dan juga menyatakan bahwa setiap keempat pasal memiliki kesatuan sendiri.249
Pada tempat ini Paulus beralih dari hal pembenaran pada hal pendewasaan orang percaya. Tuhan Allah telah memperoleh pembenaran bagi kita, dengan satu persyaratan saja, yaitu iman. Lalu berdasarkan kebenaran itu kehidupan kita harus berubah. Kita harus, misalnya, "bermegah dalam harapan pada kemuliaan Allah." Tetapi sebaiknya maksud dari istilah "harus" ini dijelaskan lebih lanjut, karena ada penafsir yang berkata, "Ya, harus, dan kalau tidak, maka pembenaran orang hilang!" Ada juga teolog yang berkata, "Pembenaran itu tidak hilang, tetapi kalau kehidupan orang tidak berubah, maka kita tahu bahwa sebenarnya dia tidak pernah percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat." Tetapi itu bukan yang diuraikan oleh Rasul Paulus. Memang di balik istilah "harus" ada sanksi. "Kamu harus melakukan ini dan itu, atau aku akan...." Pasti ada sanksi terhadap ketidaktaatan, tetapi Paulus tidak memakai hukuman kekal sebagai sanksi kepada orang percaya.
Sebenarnya Paulus tidak suka memakai istilah "harus". Kalau kita mengamati pasal-pasal ini kita melihat bahwa dia hanya berkata "kita bermegah dalam harapan pada kemuliaan Allah." Inilah pola Rasul Paulus dalam Surat Roma. Dia mengemukakan apa yang wajar bagi kita dengan berkata, "Ya, inilah yang kita lakukan." Kalimat Paulus dibentuk seolah-olah kita semua melakukan apa yang wajar bagi orang percaya, walaupun dia mengerti bahwa kita sering berdosa, dan tidak melakukan apa yang pantas bagi orang percaya. Paulus tidak mau mengemukakan apa yang sudah terlalu nyata, yaitu bahwa memang orang yang sudah dibenarkan dapat berdosa. Mungkin dia tidak mau mengemukakan hal ini karena tidak ada gunanya. Kita sudah tahu bahwa kita dapat berdosa, dan kalau disebut dalam surat ini, maka orang akan berkata, "Ya, lihat, boleh saja kita berdosa! Paulus memperbolehkan dosa!"
Roma 5-8 menjelaskan bagaimana "melalui Tuhan kita Yesus Kristus" kita dapat hidup bebas dari kuasa-kuasa aiwn/aion lama, sehingga kita bertumbuh secara rohani dan mengenal Yesus Kristus.
Hagelberg: Rm 1:18--15:13 - -- II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menen...
II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menentukan bentuk dan isi bagian utama dari suratnya." Perkataan ini tepat. Paulus tidak menyusun bagian ini (1:18-15:13) untuk menangani suatu situasi tertentu di kota Roma, tetapi bagian ini terbentuk sesuai dengan suatu "akal intern" dari Injil Kristus sendiri. Bukan tidak ada pengaruh sama sekali dari situasi di Roma. Mungkin rencana Paulus untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol mempengaruhi beberapa perincian dalam surat ini, tetapi secara keseluruhan, bentuk dan isi bagian ini, 1:18-15:13, ditentukan dari logisnya Injil Kristus saja.
Dalam bagian utama ini isi dan akibat kebenaran dari Allah bagi manusia diuraikan.66
Hagelberg: Rm 7:2 - -- 7:2 Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suami itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum ya...
7:2 Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suami itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu.
Kasus pernikahan menjadi contoh dari apa yang dinyatakan dalam pasal 7:1. Hukum Taurat berkuasa sampai ada kematian. Ini bukan sebuah perumpamaan, di mana orang percaya diumpamakan sebagai seorang isteri, dan sebagainya. Tafsiran seperti itu tidak menghasilkan pengertian yang teratur.386 Sebaiknya kita menafsirkan ini secara sederhana saja. Paulus hanya mau membuktikan satu pokok saja, yaitu bahwa kematian mengubahkan hubungan orang dengan hukum, dan hal kematian dalam pernikahan dipakai sebagai satu contoh yang tepat.
Hagelberg: Rm 7:2 - -- 7:2 Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suami itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum ya...
7:2 Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suami itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu.
Kasus pernikahan menjadi contoh dari apa yang dinyatakan dalam pasal 7:1. Hukum Taurat berkuasa sampai ada kematian. Ini bukan sebuah perumpamaan, di mana orang percaya diumpamakan sebagai seorang isteri, dan sebagainya. Tafsiran seperti itu tidak menghasilkan pengertian yang teratur.386 Sebaiknya kita menafsirkan ini secara sederhana saja. Paulus hanya mau membuktikan satu pokok saja, yaitu bahwa kematian mengubahkan hubungan orang dengan hukum, dan hal kematian dalam pernikahan dipakai sebagai satu contoh yang tepat.
Hagelberg: Rm 7:3 - -- 7:3 Jadi, selama suaminya hidup, ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya meninggal, ia bebas dari hukum it...
7:3 Jadi, selama suaminya hidup, ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya meninggal, ia bebas dari hukum itu, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain.
Ayat ini menegaskan apa yang sudah dikatakan dalam pasal 7:2. Hodges387 mencatat bahwa hukum pernikahan tegas sekali dalam Firman Tuhan, dan Matius 19:9 adalah kekecualian yang satu-satunya.
Hagelberg: Rm 7:3 - -- 7:3 Jadi, selama suaminya hidup, ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya meninggal, ia bebas dari hukum it...
7:3 Jadi, selama suaminya hidup, ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya meninggal, ia bebas dari hukum itu, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain.
Ayat ini menegaskan apa yang sudah dikatakan dalam pasal 7:2. Hodges387 mencatat bahwa hukum pernikahan tegas sekali dalam Firman Tuhan, dan Matius 19:9 adalah kekecualian yang satu-satunya.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rm 7:1-6
Matthew Henry: Rm 7:1-6 - Beberapa Pengamatan mengenai Hukum Taurat
Dalam pasal ini kita dapat mengamati,
I. Kebebasan kita dari hukum Taurat dijadikan alasan lebih lanjut untuk menekankan kepada kita tentang...
- Dalam pasal ini kita dapat mengamati,
- I. Kebebasan kita dari hukum Taurat dijadikan alasan lebih lanjut untuk menekankan kepada kita tentang pengudusan (ay. 1-6).
- II. Keunggulan dan manfaat hukum Taurat yang menjadi nyata dan terbukti melalui pengalaman Rasul Paulus sendiri (ay. 7-14).
- III. Gambaran tentang pertentangan antara anugerah dengan kejahatan dalam hati (ay. 14-15, sampai selesai).
Beberapa Pengamatan mengenai Hukum Taurat (Roma 7:1-6)
- Di antara alasan-alasan lain yang digunakan dalam pasal sebelumnya untuk menyakinkan kita supaya melawan dosa dan menjaga kekudusan, terdapat satu alasan ini (6:14), bahwa kita tidak berada di bawah hukum Taurat. Di sini alasan ini lebih ditegaskan dan dijelaskan lagi (ay. 6): Kita telah dibebaskan dari hukum Taurat. Apa artinya ini? Dan bagaimana sehingga ini merupakan alasan mengapa seharusnya dosa tidak lagi berkuasa atas kita, dan kita harus berjalan dalam pembaruan hidup?
- 1. Kita dibebaskan dari kuasa hukum Taurat yang mengutuk dan menghukum kita karena dosa yang kita lakukan. Hukuman dari hukum Taurat terhadap kita dibatalkan dan dibalikkan, oleh kematian Kristus, bagi semua orang percaya sejati. Hukum Taurat berkata, Orang yang berbuat dosa harus mati, tetapi kita dibebaskan dari hukum Taurat. Tuhan telah menjauhkan dosamu itu, engkau tidak akan mati. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat (Gal. 3:13).
- 2. Kita dibebaskan dari kuasa hukum Taurat yang menghasut dan membangkitkan dosa yang berdiam di dalam hati kita. Tampaknya Rasul Paulus merujuk terutama kepada ayat 5: Hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat. Hukum Taurat hanya memerintahkan, melarang, dan mengancam manusia yang jahat dan telah jatuh, tetapi tidak menawarkan anugerah untuk menyembuhkan dan menguatkan. Dengan cara demikian, hukum tersebut hanya membangkitkan kejahatan, dan, seperti matahari yang menyinari setumpuk kotoran, mengeluarkan dan menaikkan uap kotor. Karena kita dilumpuhkan oleh kejatuhan, hukum Taurat datang dan mengatur kita, namun tidak memberikan apa pun untuk menyembuhkan dan membantu kelumpuhan kita, dan dengan demikian membuat kita lebih terhambat dan tersandung lagi. Pahamilah bahwa ini mengenai hukum Taurat bukan sebagai peraturan, melainkan sebagai kovenan atau perjanjian perbuatan (yaitu perjanjian untuk berbuat sesuatu – pen.). Nah, setiap hal ini adalah alasan mengapa kita harus kudus. Inilah dorongan semangat untuk berusaha keras, walaupun dalam banyak hal kita kekurangan. Sekarang kita ada di bawah anugerah, yang menjanjikan kekuatan untuk melakukan hal-hal yang diperintahkan, dan pengampunan jika kita bertobat ketika melakukan kesalahan. Inilah jangkauan ayat-ayat ini secara umum, bahwa, berkenaan dengan pengakuan iman dan hak istimewa, kita ada di bawah perjanjian anugerah, dan tidak di bawah perjanjian perbuatan. Kita ada di bawah Injil Kristus, dan tidak di bawah hukum Musa. Perbedaan antara keadaan karena hukum Taurat dan keadaan karena Injil, yang sebelumnya telah dia lukiskan dengan kiasan tentang kebangkitan kepada hidup baru dan melayani tuan yang baru, sekarang di sini dia nyatakan dengan kiasan tentang menikah dengan suami baru.
- I. Perkawinan kita yang pertama adalah dengan hukum Taurat, yang, menurut hukum perkawinan, hanya berlanjut selama hidup hukum tersebut. Hukum perkawinan mengikat sampai kematian salah satu pihak, tidak peduli pihak mana yang meninggal, dan tidak lebih jauh dari itu. Kematian membebaskan keduanya. Karenanya Paulus meminta mereka untuk memutuskan sebagai orang-orang yang mengenal hukum Taurat (ay. 1): Aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum. Adalah keuntungan besar jika berbicara dengan orang-orang yang memiliki pengetahuan, karena orang-orang seperti itu dapat lebih cepat mengerti dan memahami kebenaran. Banyak orang Kristen di Roma yang seperti itu, mereka adalah orang Yahudi, dan karenanya mengenal hukum Taurat dengan baik. Mereka mengetahui hukum Taurat dengan begitu baik. Hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup. Secara khusus hukum perkawinan memiliki kekuatan. Atau secara umum setiap hukum demikian adanya: hukum bangsa-bangsa, mengenai hubungan sanak saudara, keluarga, dan lain-lain.
- 1. Kewajiban untuk menaati hukum tidak berlaku lagi. Setelah meninggal, seorang hamba yang selama dia hidup ada di bawah kuk, bebas dari pada tuannya (Ayb. 3:19).
- 2. Hukuman menurut hukum tidak berlaku lagi. Kematian adalah pengakhiran dari hukum. Actio moritur cum personâ – perbuatan berakhir bersama-sama dengan orangnya. Hukum yang paling keras hanya dapat membunuh tubuh, dan setelah itu tidak ada lagi yang dapat dilakukannya. Karena itu selama kita hidup menurut hukum Taurat, kita ada di bawah kuasanya, yaitu selama kita ada dalam keadaan karena Perjanjian Lama, sebelum Injil datang ke dalam dunia, dan sebelum Injil itu datang dengan kuasa ke dalam hati kita. Seperti itulah hukum perkawinan (ay. 2), sang perempuan terikat pada suaminya selama dia hidup, begitu terikat padanya sehingga tidak dapat menikahi orang lain. Jika dia melakukan itu, dia akan dianggap sebagai pezinah (ay. 3). Dia akan menjadi seorang pezinah, bukan hanya jika dia dicemarkan, namun juga jika menikah dengan lelaki lain. Lebih buruk lagi, karena alasan ini, hal itu melanggar ketetapan Allah. Demikianlah kita menikah dengan hukum Taurat (ay. 5): Waktu kita masih hidup di dalam daging, yaitu dalam keadaan duniawi, di bawah kuasa dosa yang berdaulat dan kejahatan, di dalam daging sebagai bagian diri kita. Ketika itu hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, kita terbawa arus dosa, dan hukum Taurat hanyalah sebagai bendungan yang cacat, yang membuat arus semakin tinggi dan semakin mengamuk. Keinginan kita tertuju pada dosa, seperti seorang istri menginginkan suaminya, dan dosa berkuasa atas kita. Kita menyambut dosa itu, mencintainya, sepenuhnya mengabdikan diri kepadanya, bergaul setiap hari dengannya, berusaha menyenangkannya. Kita ada di bawah hukum dosa dan maut, seperti istri ada di bawah hukum perkawinan. Dan hasil perkawinan ini adalah buah yang membawa kepada maut, yaitu, pelanggaran akibat melakukan perbuatan dosa yang dihasilkan oleh kerusakan asali, yang patut menerima maut. Hawa nafsu, karena sudah dibuahi oleh hukum Taurat (yang adalah kuasa dosa, 1Kor. 15:56), melahirkan dosa, dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut (Yak. 1:15). Inilah keturunan yang dihasilkan dari perkawinan dengan dosa dan hukum Taurat ini. Ini berasal dari keinginan dosa yang bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita. Dan ini tetap ada sepanjang hidup, selama hukum Taurat hidup bagi kita, dan kita hidup bagi hukum Taurat.
- II. Perkawinan kedua kita adalah dengan Kristus. Dan bagaimana bisa seperti itu? Karena,
- 1. Kita dibebaskan, melalui kematian, dari kewajiban kita terhadap hukum Taurat sebagai sebuah perjanjian, seperti istri dibebaskan dari kewajibannya terhadap suaminya (ay. 3). Persamaan ini tidak terlalu dekat, dan tidak perlu demikian. Kamu juga telah mati bagi hukum Taurat (ay. 4). Dia tidak mengatakan “Hukum Taurat mati” (sebagian orang berpikir karena dia tidak mau menyinggung orang-orang yang masih mencintai hukum Taurat), melainkan, yang artinya sama saja, Kamu telah mati bagi hukum Taurat. Seperti halnya disalibkannya du nia bagi kita, dan disalibkannya kita terhadap dunia, memiliki arti yang sama saja, demikian pula hukum Taurat mati, dan kita mati terhadap hukum Taurat. Kita telah dibebaskan dari hukum Taurat (ay. 6), katergethemen, kita tidak diperhitungkan lagi menurut hukum Taurat. Kewajiban kita kepadanya sebagai suami batal dan tidak berlaku lagi. Lalu Paulus berbicara tentang hukum Taurat mati sejauh sebagai hukum yang membelenggu kita: Sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita. Bukan hukum Taurat itu sendiri, melainkan kewajibannya untuk menghukum dan hasutannya untuk membangkitkan perbuatan dosa. Hukum itu telah mati, kehilangan kuasanya, dan ini disebabkan (ay. 4) oleh tubuh Kristus, yaitu oleh penderitaan Kristus pada tubuh-Nya, oleh tubuh-Nya yang disalibkan, yang membatalkan hukum Taurat, memenuhi tuntutannya, menebus pelanggaran kita terhadapnya, membelikan bagi kita kovenan anugerah, yang di dalamnya kebenaran dan kekuatan tersedia bagi kita, yang tidak ada dan tidak dapat dilakukan oleh hukum Taurat. Kita mati terhadap hukum Taurat oleh karena penyatuan kita dengan tubuh rohani Kristus. Dengan dipersatukan ke dalam Kristus ketika kita dibaptis dengan pengakuan iman, ketika kita percaya dengan kuat dan segenap hati, maka kita mati terhadap hukum Taurat, tidak memiliki hubungan apa-apa lagi dengannya, seperti hamba yang telah mati yang bebas dari tuannya, tidak lagi terbelenggu dengan kuk tuannya.
- 2. Kita menikah dengan Kristus. Hari kita percaya adalah hari kita bersanding dengan Tuhan Yesus. Kita memasuki hidup yang bergantung pada-Nya dan berkewajiban pada-Nya: Menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebuah ungkapan tentang Kristus dan sangat berkaitan di sini. Kematian kita terhadap dosa dan hukum Taurat adalah untuk mengikuti kematian Kristus dan penyaliban tubuh-Nya. Demikian pula pengabdian kita kepada Kristus dalam hidup baru adalah untuk mengikuti kebangkitan Kristus. Kita menikah dengan Yesus yang bangkit dan naik ke sorga, suatu perkawinan yang sangat terhormat. Bandingkan dengan 2 Korintus 11:2; Efesus 5:29. Nah, kita menikah dengan Kristus,
- (1) Agar kita berbuah bagi Allah (ay. 4). Salah satu tujuan perkawinan adalah berbuah yang banyak. Allah membuat ketetapan ini supaya Dia bisa mencari keturunan ilahi (Mal. 2:15). Sang istri dibandingkan dengan pohon anggur yang subur, dan anak-anak disebut sebagai buah kandungan. Nah, tujuan besar perkawinan kita dengan Kristus adalah supaya kita berbuah banyak dalam kasih, dan anugerah, dan setiap perbuatan baik. Ini adalah buah untuk Allah, menyenangkan bagi Allah, sesuai dengan kehendak-Nya, dan bertujuan memuliakan Dia. Seperti halnya perkawinan lama kita dengan dosa menghasilkan buah bagi maut, demikian pula perkawinan kedua kita dengan Kristus menghasilkan buah bagi Allah, yaitu buah-buah kebenaran. Perbuatan-perbuatan baik adalah keturunan watak yang baru, hasil persatuan kita dengan Kristus, seperti halnya kesuburan anggur adalah hasil persatuannya dengan akar. Tak peduli seberapa hebat kita membuat pengakuan iman, tidak akan ada buah yang dihasilkan bagi Allah sampai kita menikah dengan Kristus. Karena di dalam Yesus Kristus-lah kita diciptakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik (Ef. 2:10). Buah yang diperhitungkan sebagai buah yang baik hanyalah yang dihasilkan di dalam Kristus. Ini membedakan pekerjaan-pekerjaan baik orang-orang percaya dari pekerjaan-pekerjaan baik orang-orang munafik dan orang-orang yang membenarkan diri sendiri, bahwa pekerjaan-pekerjaan ini dihasilkan dalam perkawinan, dilakukan dalam persekutuan dengan Kristus, dalam nama Tuhan Yesus (Kol. 3:17). Ini adalah, tanpa bantahan lagi, salah satu rahasia besar kesalehan.
- (2) Sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat (ay. 6). Karena sudah menikah dengan suami yang baru, kita harus mengubah cara hidup kita. Kita tetap harus melayani, namun ini adalah pelayanan yang merupakan kebebasan sempurna, sedangkan pelayanan dosa adalah kerja paksa sepenuh-penuhnya. Sekarang kita harus melayani dengan keadaan roh yang diperbarui, dengan peraturan-peraturan rohani baru, dari prinsip-prinsip rohani baru, dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:24). Harus ada per baikan di dalam roh kita yang dikerjakan oleh Roh Allah, dan dalam keadaan itu kita harus melayani. Bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat. Artinya, kita tidak boleh berhenti pada pelayanan-pelayanan lahiriah saja, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi duniawi, yang bermegah dalam kesetiaan mereka pada huruf-huruf hukum Taurat dan tidak menghiraukan segi rohani dari ibadah. Huruf hukum Taurat dikatakan membunuh dengan belenggu dan kengerian ancamannya, namun kita dibebaskan dari kuk itu supaya kita dapat melayani Allah tanpa rasa takut, dalam kekudusan dan kebenaran (Luk. 1:74-75). Kita ada di bawah pengaturan Roh, dan oleh karena itu kita haruslah menjadi rohani, dan melayani dalam roh. Bandingkan dengan 2 Korintus 3:3, 6, dan lain-lain. Kita harus beribadah di belakang tabir, dan tidak lagi di pelataran luar.
Keunggulan dan Manfaat Hukum Taurat (Roma 7:7-14a)
- Tentang hal yang telah dia katakan dalam paragraf sebelumnya, di sini Rasul Paulus mengangkat sebuah keberatan, yang dia jawab secara lengkap: Apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Ketika dia membicarakan tentang kuasa dosa, dia sudah mengatakan banyak hal tentang pengaruh hukum Taurat sebagai kovenan terhadap kuasa itu, yang dapat dengan mudah disalahartikan sebagai celaan terhadap hukum Taurat. Untuk mencegahnya, dia menunjukkan dari pengalamannya sendiri keunggulan dan manfaat hukum Taurat, bukan sebagai kovenan, melainkan sebagai tuntunan. Dan dia mengungkapkan lebih jauh bagaimana dosa mendapat kesempatan melalui perintah itu. Perhatikanlah secara khusus,
- I. Keunggulan besar hukum Taurat itu sendiri. Paulus sama sekali tidak bermaksud mencela hukum Taurat. Bukan, dia berbicara dengan penuh hormat mengenainya.
- 1. Hukum Taurat adalah kudus, benar, dan baik (ay. 12). Hukum Taurat secara umum seperti itu, dan setiap perintah khusus yang ada di dalamnya pun demikian pula. Hukum adalah sebagaimana penciptanya. Allah, Sang Pemberi hukum yang agung, adalah kudus, benar, dan baik, oleh karena itu hukum-Nya pun pastilah seperti itu juga. Isinya kudus, karena hukum itu memerintahkan kekudusan, mendukung kekudusan. Hukum itu kudus, karena sesuai dengan kehendak kudus Allah, asal kekudusan. Hukum itu adil, karena sesuai dengan peraturan-peraturan keadilan dan alasan yang benar: jalan-jalan Allah itu benar. Hukum itu baik rancangannya, diberikan untuk kebaikan umat manusia, untuk memelihara perdamaian dan keteraturan di dunia. Hukum itu membuat orang-orang yang menaatinya baik, tujuannya supaya umat manusia lebih baik dan diperbaharui. Di mana ada anugerah sejati di situ ada persetujuan tentang hal ini, bahwa hukum Taurat itu kudus, benar, dan baik.
- 2. Hukum Taurat adalah rohani (ay. 14), bukan hanya dalam hal dampaknya, karena hukum itu adalah alat untuk menjadikan kita rohani, namun juga dalam hal jangkauannya. Hukum Taurat mencapai roh kita, mengendalikan dan mengarahkan keinginan hati manusia. Ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibr. 4:12). Hukum ini melarang kejahatan rohani, hati yang membunuh, dan hati yang berzinah. Hukum ini memerintahkan pelayanan rohani, menuntut hati, mewajibkan kita untuk menyembah Allah di dalam roh. Ini adalah hukum rohani, karena diberikan oleh Allah, yang adalah Roh dan Bapa segala roh. Hukum itu diberikan kepada manusia, yang bagian terpentingnya adalah roh. Jiwa adalah bagian yang terbaik, dan bagian yang memimpin manusia, dan oleh karena itu hukum kepada manusia haruslah hukum bagi jiwa. Dalam hal inilah hukum Allah ada di atas semua hukum lainnya, bahwa hukum ini adalah hukum rohani. Hukum-hukum lain dapat melarang merencanakan dan membayangkan, dan sebagainya, yang merupakan pengkhianatan di dalam hati, tetapi tidak dapat mengetahui jika ada hal-hal seperti itu, kecuali ada perbuatan yang dapat dilihat. Tetapi hukum Allah memperhatikan kejahatan di dalam hati, walaupun hanya di dalam hati saja. Bersihkanlah hatimu dari kejahatan (Yer. 4:14). Kita tahu ini: Di mana ada anugerah sejati, di situ ada pengetahuan akan kerohanian hukum Allah, yang diperoleh karena pengalaman pribadi.
- II. Keuntungan besar yang telah dia temukan melalui hukum Taurat.
- 1. Hukum itu memberi kesadaran baru: Oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa (ay. 7). Apa yang lurus mengungkapkan apa yang bengkok, dan cermin menunjukkan kepada kita wajah alamiah kita dengan semua bintik dan kekurangannya. Demikian pula kita tidak mungkin sampai pada pengetahuan tentang dosa, yang diperlukan untuk pertobatan, dan juga untuk pendamaian dan pengampunan, kecuali dengan membandingkan hati dan hidup kita dengan hukum Taurat. Secara khusus dia sampai pada pengetahuan tentang keberdosaan hawa nafsu melalui hukum dari sepuluh perintah itu. Yang dia maksudkan dengan hawa nafsu adalah dosa yang berdiam dalam diri kita, dosa dalam dorongan dan pekerjaannya yang pertama, dasar-dasar pemikiran yang jahat. Ini dia ketahui ketika hukum Taurat mengatakan, “Jangan mengingini!” Hukum Taurat berbicara dalam bahasa yang berbeda dengan yang disampaikan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Hukum ini berbicara dalam arti dan maksud rohani. Melalui hukum ini dia mengetahui bahwa hawa nafsu adalah dosa dan dosa yang sangat berat, bahwa dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan hati untuk berdosa yang tidak pernah menjadi perbuatan adalah dosa, benar-benar dosa. Paulus memiliki penilaian yang sangat cepat dan tajam, segala keuntungan dan kemajuan karena pendidikan, namun tidak pernah mendapatkan pengetahuan yang benar tentang dosa yang giat bekerja di dalam hati, sampai Roh melalui hukum Taurat memberi tahu dia. Tidak ada yang lebih tidak dimengerti manusia duniawi selain kejahatan asali. Pemahamannya mengenai hal itu gelap seluruhnya sampai Roh Kudus melalui hukum Taurat mengungkapnya, dan memberitahukannya. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, membuka dan memeriksa luka, dan dengan demikian mempersiapkannya untuk penyembuhan. Demikianlah oleh perintah itu dosa memang nyata sebagai dosa (ay. 13). Dosa tampak nyata dalam sifat-sifat aslinya, nyata sebagaimana adanya, dan Anda tidak bisa menyebutnya dengan sebutan yang lebih buruk lagi. Jadi oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa, artinya kelihatan seperti itu. Kita tidak pernah melihat racun atau kejahatan yang sangat berbahaya yang ada di dalam dosa, sampai kita membandingkannya dengan hukum Taurat dan sifat rohani hukum Taurat, dan saat itulah kita melihatnya sebagai sesuatu yang jahat dan sengit.
- 2. Hukum Taurat membuat orang rendah hati (ay. 9): Dahulu aku hidup. Dahulu dia menganggap dirinya dalam keadaan yang sangat baik, hidup dengan pendapat-pendapat dan pemahaman-pemahamannya sendiri, sangat yakin dan percaya pada kebaikan keadaannya. Demikianlah dia dahulu, pote – pada suatu waktu di masa lalu, ketika dia menjadi seorang Farisi. Sudah merupakan watak umum manusia pada generasi itu bahwa mereka sangat sombong dengan diri mereka sendiri, dan Paulus waktu itu sama seperti mereka, dan alasannya adalah karena dia pada waktu itu tanpa hukum Taurat. Walaupun dibesarkan di bawah didikan Gamaliel, guru besar hukum Taurat, walaupun dia sendiri adalah murid yang sangat pandai dalam hal hukum Taurat, penganut yang sangat teliti dari hukum Taurat, dan pemeluk teguh yang sangat giat, namun dia tanpa hukum Taurat. Dia memiliki tulisan hukum Taurat, namun tidak mempunyai arti rohaninya. Ia memiliki kulitnya, tetapi bukan isinya. Dia memiliki hukum Taurat di tangannya dan di kepalanya, tetapi tidak di dalam hatinya. Gagasannya tetapi bukan kuasanya. Ada banyak sekali orang yang secara rohani mati di dalam dosa, namun hidup menurut pendapat mereka sendiri, dan kesalahan ini disebabkan oleh karena mereka tidak mengenal hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, datang dengan kuasanya (bukan hanya di matanya namun juga di hatinya), dosa mulai hidup, seperti debu di dalam ruangan beterbangan (artinya menjadi tampak) ketika sinar matahari dibiarkan masuk. Paulus kemudian melihat di dalam dosa apa yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Dia melihat dosa dalam penyebab-penyebabnya, akar yang pahit, prasangka buruk, kecenderungan untuk kembali kepada hal-hal yang jahat. Dia melihat dosa dalam sifat-sifatnya yang sebenarnya, merusak, mencemarkan, melanggar hukum yang benar, menghina Yang Mahabesar, mencemarkan mahkota raja dengan mencampakkannya ke tanah. Dan dia melihat dosa dalam akibat-akibatnya, dosa dengan kematian yang segera mengikutinya, dosa dan kutuk yang menyertainya. “Demikianlah dosa mulai hidup, dan lalu aku mati. Aku tidak lagi berpandangan baik tentang diriku sendiri, dan mulai berpikir lain. Dosa mulai hidup, sebaliknya aku mati. Artinya, Roh Kudus, melalui perintah, meyakinkanku bahwa aku dalam keadaan berdosa, dan dalam keadaan mati oleh karena dosa.” Untuk manfaat yang sangat baik inilah hukum Taurat itu. Hukum Taurat adalah pelita dan terang, yang mengubah jiwa, membuka mata, mempersiapkan jalan bagi Tuhan di padang gurun, membelah batu-batu, meratakan gunung-gunung, mempersiapkan suatu umat bagi Tuhan.
- III. Walaupun begitu, watak buruknya menyalahgunakan hukum itu.
- 1. Dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan (ay. 8). Perhatikanlah, Paulus memiliki segala macam keinginan di dalam dirinya, walaupun dia adalah salah seorang yang paling teguh yang pernah ada. Tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat dia tidak bercacat, namun dia dapat merasakan segala macam keinginan. Dan dosalah yang mengerjakan hal itu, dosa yang ada di dalam dirinya, watak buruknya (dia berbicara tentang dosa yang benar-benar mengerjakan dosa), dan dosa itu mengambil kesempatan dari perintah. Watak buruk itu tidak akan terlalu berkembang dan menghebat jika tidak ditahan oleh hukum Taurat. Seperti cairan berpenyakit di dalam tubuh menjadi bergejolak dan semakin meradang karena obat pencahar yang tidak cukup kuat untuk mengeluarkannya dari tubuh. Ini biasa terjadi pada watak buruk, in vetitum niti – condong kepada yang terlarang. Sejak Adam memakan buah terlarang, kita sudah sangat menyukai jalan-jalan terlarang. Selera yang sakit paling dipuaskan dengan hal yang merusak dan terlarang. Tanpa hukum Taurat dosa mati, seperti ular di musim dingin, yang dibangunkan dan diusik oleh sinar terang hukum Taurat.
- 2. Dosa menipu manusia. Dosa memperdayai orang berdosa, dan tipu dayanya itu mematikan (ay. 11). Oleh perintah itu ia membunuh aku. Karena di dalam hukum Taurat tidak ada ancaman langsung terhadap keinginan-keinginan dosa, maka dosa, yaitu watak buruknya yang menang, mengambil kesempatan untuk menjanjikan kebebasan dari hukuman, dan mengatakan, seperti yang dikatakan ular kepada nenek moyang pertama kita, “Sekali-kali kamu tidak akan mati.” Demikianlah dosa itu menipu dan membunuh dia.
- 3. Dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku (ay. 13). Apa yang membangkitkan keinginan atau hawa nafsu itu mendatangkan kematian, karena dosa melahirkan maut. Tidak ada yang sebaik hukum itu, namun watak yang buruk dan jahat akan menyelewengkannya, dan menjadikannya kesempatan untuk berbuat dosa. Tidak ada bunga yang semanis itu namun dosa akan membuatnya begitu beracun. Nah, dalam hal inilah dosa tampak nyata sebagai dosa. Hal terburuk yang dilakukan dosa, dan paling menyerupai dirinya sendiri, adalah menyelewengkan hukum, dan memanfaatkannya untuk menjadi jauh lebih jahat lagi. Demikianlah perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, yang dimaksudkan sebagai petunjuk di jalan menuju penghiburan dan kebahagiaan, terbukti justru membawa kepada kematian, melalui keburukan watak (ay. 10). Banyak jiwa yang berharga dipecahkan di atas gunung batu keselamatan. Dan perkataan yang sama yang bagi sebagian orang merupakan kesempatan kehidupan yang menghidupkan, bagi yang lain merupakan kesempatan kematian yang mematikan. Matahari yang sama yang membuat kebun bunga lebih wangi membuat setumpuk kotoran lebih berbau busuk. Panas yang sama yang melembutkan lilin mengeraskan tanah liat. Dan Anak yang sama di tentukan untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang di Israel. Cara untuk mencegah kejahatan dosa tadi adalah dengan menundukkan jiwa kita terhadap wewenang perintah firman dan hukum Allah, bukan berjuang melawannya melainkan menyerah kepadanya.
Pertentangan antara Anugerah dan Kejahatan (Roma 7:14b-25)
- Inilah gambaran pertentangan antara anugerah dan kejahatan dalam hati, antara hukum Allah dan hukum dosa. Dan gambaran ini dapat diterapkan dengan dua cara:
- 1. Pada pergumulan yang ada di dalam jiwa yang sudah diinsafkan namun belum dilahirkan kembali, dalam diri seseorang yang, menurut sebagian orang, sedang dibicarakan oleh Paulus.
- 2. Pada pergumulan yang ada dalam jiwa yang sudah dikuduskan dan diperbarui, namun belum dalam keadaan sempurna, seperti yang dipahami sebagian orang lain.
- Ada pertentangan besar tentang suatu pergumulan yang harus kita pahami dari Rasul Paulus di sini. Begitu jauh kejahatan berkuasa di sini, ketika dia berbicara tentang seseorang yang terjual di bawah kuasa dosa, melakukan dosa, tidak berbuat apa yang baik, sehingga tampaknya sulit untuk menerapkan gambaran ini pada orang yang sudah dilahirkan kembali yang digambarkan tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Namun betapa jauh kebaikan berkuasa dalam membenci dosa, menyetujui hukum Taurat, bersuka di dalamnya, melayani hukum Allah dengan akal budi, sehingga lebih sulit untuk menerapkannya pada orang yang belum dilahirkan kembali, yang mati di dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa.
- I. Coba terapkan hal itu pada pergumulan yang dirasakan dalam jiwa yang sudah diinsafkan tetapi masih dalam keadaan berdosa. Ia mengetahui kehendak Tuhan tetapi tidak melakukannya. Ia setuju dengan hal-hal yang mulia, diajar dari hukum Taurat, tetapi hidupnya terus melanggar hukum itu (2:17-23). Di dalam dirinya dia memiliki sesuatu yang bersaksi melawan dosa yang dia lakukan, dan bukannya tanpa keengganan besar dia melakukannya. Ada kekuatan-kekuatan yang lebih besar yang berjuang melawannya, dan hati nurani yang memperingatkan dan menentang dosa itu sebelum dilakukan dan menghantamnya setelah itu. Namun orang itu terus menjadi budak bagi hawa nafsu yang menguasainya. Tidak semua orang yang belum dilahirkan kembali seperti itu, namun hanya mereka yang diyakinkan oleh hukum Taurat tetapi tidak diubahkan oleh Injil. Rasul Paulus pernah berkata, Kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia (6:14), sebagai bukti yang dia tunjukkan di sini bahwa seseorang yang berada di bawah hukum Taurat, dan bukan di bawah kasih karunia, mungkin, dan memang, berada di bawah kekuasaan dosa. Hukum Taurat dapat menyingkapkan dosa, dan meyakinkan seseorang akan dosanya, tetapi tidak dapat mengalahkan dan menaklukkan dosa. Lihat saja keunggulan dosa dalam diri banyak orang yang diyakinkan oleh hukum dan hidup menaati hukum. Hukum Taurat mengungkap kecemaran, tetapi tidak akan dapat membasuhnya. Hukum itu membuat manusia letih lesu dan berbeban berat (Mat. 11:28), membebani dia dengan dosanya. Jika dijadikan sandaran, hukum itu tidak akan memberikan bantuan untuk menyingkirkan beban itu. Hal ini hanya bisa didapatkan dari Kristus. Hukum Taurat bisa saja membuat seseorang berseru, Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku?, namun meninggalkan dia dalam keadaan terbelenggu dan tertawan seperti itu, karena terlalu lemah untuk dapat membebaskan dia (8:3), dan sebaliknya hanya memberinya roh perbudakan yang membuatnya menjadi takut (8:15). Nah, jiwa yang sudah maju sedemikian jauh karena hukum Taurat sedang berada di jalan yang benar menuju keadaan bebas melalui Kristus, walaupun banyak yang berhenti di situ dan tidak maju lebih jauh lagi. Wali negeri Felix gemetar, tetapi tidak pernah datang kepada Kristus. Mungkin saja seseorang pergi ke neraka dengan mata terbuka (Mzm. 24:3-4), diterangi dengan keyakinan-keyakinan umum, dan membawa-bawa di dalam dirinya hati nurani yang menuduh dirinya sendiri, bahkan ketika sedang melayani Iblis. Dia bisa saja menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik, senang mengenal jalan Allah (seperti mereka, Yes. 58:2), memiliki di dalam batin mereka sesuatu yang bersaksi menentang dosa dan mendukung kekudusan, tetapi semua ini dikalahkan oleh cinta dosa yang berkuasa. Pemabuk dan orang najis memiliki sedikit keinginan yang redup untuk meninggalkan dosa-dosa mereka, namun tetap saja melakukannya, yang menunjukkan betapa tidak berdaya dan tidak cukupnya keyakinan mereka. Karena itu, ada banyak yang perlu memahami hal-hal seperti ini sepenuhnya, dan sungguh-sungguh bergumul dengannya. Namun sangat sulit dibayangkan mengapa, jika ini yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus, dia harus berbicara tentang dirinya sendiri dari semula. Dan bukan hanya itu saja, namun juga berbicara tentang keadaannya pada saat itu juga. Tentang keadaannya sendiri yang di bawah penghukuman, dia sudah membicarakannya secara panjang lebar, sebagai sesuatu yang sudah berlalu (ay. 7 dan seterusnya): Sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian. Dan jika di sini dia membicarakan keadaan tersebut sebagai keadaannya saat itu juga, dan sebagai kondisi yang sedang dia alami, pastilah dia tidak bermaksud supaya dipahami demikian. Oleh karena itu,
- II. Ini tampaknya lebih tepat dipahami sebagai pergumulan yang tetap ada antara anugerah dan kejahatan dalam jiwa yang sudah dikuduskan. Bahwa ada sisa-sisa kejahatan yang masih berdiam dalam hati, tidaklah dapat dibantah, bahkan walaupun di dalam hati itu sudah ada pegangan anugerah yang hidup. Bahwa kejahatan ini setiap hari menerobos maju dalam dosa-dosa kelemahan (yang dialami orang yang sudah menerima anugerah) juga sama tak terbantahkan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri (1Yoh. 1:8-10). Bahwa anugerah sejati berjuang melawan dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan ini, tidak membiarkannya, membencinya, berduka atasnya, mengerang karena menanggung bebannya, juga sama pastinya (Gal. 5:17): Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging – karena keduanya bertentangan – sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Ini semua adalah kebenaran yang, saya pikir, terkandung di dalam tulisan Rasul Paulus. Dan tujuannya adalah untuk mengungkap lebih jauh sifat pengudusan, bahwa pengudusan tidak mencapai kesempurnaan tanpa dosa di hidup ini, dan oleh karena itu dia bermaksud membangkitkan hati kita, dan mendorong kita, untuk terus memerangi kejahatan-kejahatan yang masih tersisa. Perkara kita tidak luar biasa, apa yang kita perangi dengan sungguh-sungguh tidak akan dituduhkan kepada kita, dan melalui anugerah akhirnya kemenangan pasti akan tercapai. Pergumulan di sini seperti pergumulan antara Yakub dan Esau di dalam kandungan, antara orang-orang Kanaan dan Israel di negeri itu, antara keluarga Saul dan keluarga Daud. Namun, agunglah kebenaran itu dan ia akan keluar sebagai pemenang. Dengan memahaminya demikian, kita dapat perhatikan di sini,
- 1. Apa yang Rasul Paulus keluhkan, yaitu sisa kejahatan yang tersimpan di dalam batin. Dia membicarakannya di sini untuk menunjukkan bahwa hukum Taurat tidak cukup untuk membenarkan bahkan orang yang sudah dilahirkan kembali sekalipun. Orang terbaik di dunia pun memiliki cukup kesalahan di dalam dirinya untuk dihukum, jika Allah berurusan dengan dia menurut hukum Taurat. Ini bukan merupakan kesalahan hukum Taurat, melainkan karena watak buruk kita sendiri, yang tidak dapat memenuhi perintah hukum Taurat. Pengulangan hal yang sama berkali-kali dalam pembahasan ini menunjukkan betapa hati Paulus tersentuh dengan hal yang dia tulis, dan betapa dalam perasaannya. Perhatikanlah hal-hal khusus dalam keluhannya ini.
- (1) Aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa (ay. 14). Dia membicarakan orang-orang Korintus sebagai manusia duniawi (1Kor. 3:1). Bahkan di mana terdapat kehidupan rohani, di situ ada sisa-sisa kesenangan daging, dan manusia bisa benar-benar terjual di bawah kuasa dosa. Dia tidak menjual dirinya untuk melakukan apa yang jahat, seperti yang dilakukan Ahab (1Raj. 21:25, TB: memperbudak diri), melainkan terjual oleh Adam ketika Adam berbuat dosa dan jatuh. Terjual, seperti budak malang yang melakukan kehendak tuannya walaupun bertentangan dengan kehendaknya sendiri. Terjual di bawah kuasa dosa, karena dikandung dalam kejahatan dan dilahirkan dalam dosa.
- (2) Bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat (ay. 15). Intinya sama dengan ayat 19 dan 21, Jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Begitu kuatnya kejahatan, sehingga dia tidak mampu mencapai kesempurnaan dalam kekudusan yang dia inginkan dan kejar sekuat tenaga. Jadi, walaupun dia berusaha maju ke arah kesempurnaan, namun dia mengakui bahwa dia belum mencapainya, dan belum menjadi sempurna (Flp. 3:12). Dia akan senang jika terbebas dari segala dosa, dan melakukan kehendak Allah dengan sempurna, dan itu sudah menjadi keputusannya yang mantap. Akan tetapi, watak jahatnya menariknya ke arah yang berbeda. Ini seperti beban yang menahan dan menekan dia ke bawah di saat dia ingin membubung tinggi ke atas. Atau seperti lekukan pada sejenis bola guling, yang membuat bola itu tetap bergulir ke samping walaupun dilemparkan lurus ke depan.
- (3) Di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik (ay. 18). Di sini dia menjelaskan dirinya sendiri berkaitan dengan watak buruk, yang dia sebut sebagai daging (TB: tubuh insani atau manusia). Dan sejauh menyangkut daging itu sendiri, tidak ada hal baik yang dapat diharapkan, sama seperti kita tidak dapat mengharapkan benih yang bagus tumbuh di atas sebuah batu, atau di pasir di pinggir pantai. Seperti halnya watak baru tidak dapat berbuat dosa (1Yoh. 3:9), demikian pula daging, watak lama itu, tidak dapat melaksanakan kewajiban yang baik. Mengapa demikian? Karena daging melayani hukum dosa (ay. 26), maka daging itu ada di bawah pimpinan dan pemerintahan hukum itu, dan, selama keadaannya demikian, tidak mungkin daging melakukan apa pun yang baik. Di bagian lain Alkitab watak buruk disebut daging (Kej. 6:3; Yoh. 3:6), dan walaupun mungkin saja ada hal-hal baik yang tersimpan dalam batin orang-orang yang memiliki daging ini, tetapi, sejauh menyangkut daging itu sendiri, tidak ada yang baik, daging bukanlah sesuatu yang dapat melakukan apa pun yang baik.
- (4) Di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku (ay. 23). Kecenderungan yang buruk dan penuh dosa di sini disamakan dengan sebuah hukum, karena membatasi dan merintangi perbuatan-perbuatannya yang baik. Dikatakan bahwa hukum ini terletak di dalam anggota-anggota tubuhnya, karena ketika Kristus sudah mendirikan takhta-Nya di dalam hatinya, hanya anggota-anggota tubuhnya yang memberontak dan menjadi alat dosa, dalam hasrat yang mudah terpancing. Atau kita dapat memahaminya secara lebih umum untuk seluruh watak buruk itu, yang adalah tempat bagi bukan hanya hawa nafsu namun juga nafsu-nafsu yang lebih halus. Watak buruk ini berperang melawan hukum akal budi, watak yang baru. Ia mengambil arah yang berlawanan, menjalankan kepentingan yang berlawanan, yang menjadikan watak dan kecenderungan buruk sebagai beban besar dan kesedihan bagi jiwa, bagaikan kerja paksa dan perbudakan yang terburuk. Ini membuat aku menjadi tawanan. Artinya sama dengan ayat 26, Dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa. Artinya, watak yang buruk, bagian yang tidak dilahirkan kembali, terus bekerja untuk dosa.
- (5) Keluhan umumnya yang ada pada ayat 24, Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Hal yang dia keluhkan adalah tubuh maut. Artinya tubuh daging, yaitu tubuh yang dapat mati dan akan mati. Selama kita membawa-bawa tubuh ini bersama kita, kita akan disusahkan oleh kejahatan. Ketika kita mati, kita akan dibebaskan dari dosa, dan bukan sebelumnya. Atau tubuh maut itu adalah tubuh dosa, manusia lama, watak buruk, yang condong kepada maut, yaitu kepada kebinasa an jiwa. Atau, dibandingkan dengan sebuah mayat, yang jika disentuh akan mencemarkan menurut hukum keupacaraan, jika perbuatan pelanggaran adalah perbuatan mati (Ibr. 9:14, TB: perbuatan yang sia-sia), maka kejahatan asali adalah sebuah mayat. Ini menyusahkan bagi Paulus, seolah-olah ada mayat yang diikatkan kepadanya, yang harus dia bawa kemana-mana. Hal ini membuatnya berseru, Aku, manusia celaka! Dia adalah seseorang yang telah belajar untuk merasa puas dalam segala keadaan, namun dia mengeluh seperti itu tentang watak buruknya. Seandainya saya diminta untuk mengatakan sesuatu tentang Paulus, saya akan mengatakan, “Oh betapa engkau adalah orang yang diberkati, seorang duta Kristus, kesayangan sorga, bapa rohani ribuan orang!” Tetapi menurut pertimbangannya sendiri dia adalah manusia yang celaka, karena keburukan wataknya, karena dia tidak sebaik yang dia inginkan, masih belum mencapainya, dan juga belum sempurna. Oleh karena itulah dia mengeluh dengan sedih. Siapakah yang akan melepaskan aku? Dia berbicara seperti seseorang yang muak karenanya, yang mau memberikan apa pun untuk bisa menyingkirkannya, melihat ke kanan dan kiri mencari teman yang mau memisahkan dia dari kejahatannya. Sisa dosa yang tersimpan dalam diri adalah beban yang sangat memilukan bagi jiwa yang baik.
- 2. Dengan apa dia menghibur dirinya. Perkaranya menyedihkan, namun ada beberapa hal yang menenangkan dia. Tiga hal yang menghibur dia:
- (1) Bahwa hati nuraninya bersaksi membela dia, bahwa dia memiliki dasar pegangan yang baik yang memerintah dan berkuasa di dalam dirinya. Suatu hal yang baik jika tidak semuanya searah di dalam jiwa. Peraturan dari dasar pegangan yang baik yang dia miliki ini adalah hukum Allah, yang di sini dia katakan memiliki kehormatan tiga kali lipat, yang sudah pasti ditemukan dalam diri semua orang yang dikuduskan, dan tidak yang lainnya.
- [1] Aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik (ay. 16), symphemi – aku memberikan suaraku untuk hukum Taurat. Inilah penghargaan dari penilaiannya. Di mana ada anugerah, di situ ada bukan hanya rasa takut kepada kekerasan hukum, namun juga persetujuan terhadap kebaikan hukum Taurat. “Hukum itu sendiri adalah suatu hal yang baik, dan baik untukku.” Ini adalah tanda bahwa hukum Taurat tertulis di dalam hatinya, bahwa jiwanya telah diserahkan untuk dibentuk oleh hukum itu. Menyetujui hukum Taurat, artinya menyetujuinya sampai tidak mengharapkan hal yang bertentangan dengan apa yang sudah ditetapkannya. Penilaian yang sudah dikuduskan bukan hanya setuju dengan keadilan hukum Taurat, tetapi juga dengan keunggulannya. Penilaian yang demikian telah diinsafkan sehingga menjadi selaras dengan hukum Taurat itu, dan ini merupakan kesempurnaan tertinggi kodrat manusia, serta juga merupakan kehormatan dan kebahagiaan terbesar yang dapat kita raih.
- [2] Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah (ay. 22). Hati nuraninya memberi kesaksian adanya kepuasan diri dalam hukum Taurat. Dia suka bukan hanya dengan janji-janji firman, namun juga dengan perintah dan larangan firman. synedomai menyatakan kesukaan yang sungguh-sungguh. Dalam hal ini dia seperasaan dengan semua orang kudus. Semua orang yang karena diselamatkan menjadi diperbarui atau dilahirkan kembali memang benar-benar bersuka dengan hukum Allah, suka mengenalnya, suka melakukannya. Mereka dengan senang hati tunduk kepada wewenang hukum Allah, dan puas dengan penundukan diri itu. Tidak ada yang lebih disenangi lagi selain hati dan hidup ada dalam keselarasan sepenuh-penuhnya dengan hukum dan kehendak Allah. Di dalam batinku, artinya, pertama, akal budi atau kemampuan berpikir, berlawanan dengan hasrat indra dan keinginan-keinginan daging. Jiwa adalah manusia batiniah, dan merupakan tempat berdiamnya kesukaan-kesukaan yang mulia, yang karenanya tulus dan sungguh-sungguh, namun tersembunyi. Inilah pembaruan manusia batiniah (2Kor. 4:16). Kedua, watak yang baru. Manusia baru disebut sebagai manusia batiniah (Ef. 3:16, KJV), manusia batiniah yang tersembunyi (1Ptr. 3:4). Paulus, yang sudah dikuduskan, memiliki kesukaan akan hukum Allah.
- [3] Dengan akal budiku aku melayani hukum Allah (ay. 26). Tidaklah cukup setuju dengan hukum Allah, dan suka dengan hukum itu, namun kita harus juga melayani hukum itu. Jiwa kita harus seluruhnya diserahkan untuk taat kepadanya. Seperti itulah akal budi Paulus, dan seperti itulah setiap akal budi yang sudah dikuduskan dan diperbarui. Ini adalah arah dan jalan yang biasa, ke arah situlah condongnya jiwa. Aku – autos ego, dengan jelas menyiratkan bahwa dia berbicara mengenai dirinya sendiri, dan bukan mengenai orang lain.
- (2) Bahwa kesalahan terletak pada keburukan wataknya yang memang benar-benar membuat dia meratap dan berjuang melawannya. Bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. Ini dia sebutkan dua kali (ay. 17, 20), bukan sebagai alasan untuk kesalahan dosanya. Jika kita ada di bawah hukum Taurat, maka dosa yang melakukan kejahatan yang berdiam dalam diri kita sudah cukup untuk menghukum kita. Namun ini adalah sebuah sorakan untuk membuktikan bahwa dia tidak tenggelam dalam keputusasaan, melainkan mendapatkan penghiburan dari kovenan anugerah, yang menerima kerelaan roh, dan telah menyediakan pengampunan bagi kelemahan daging. Dalam hal ini dia juga mengajukan sebuah perlawanan terhadap semua yang dihasilkan oleh dosa di dalam diri ini. Setelah mengakui bahwa dia menyetujui hukum Allah, di sini dia mengakui penolakannya terhadap hukum dosa. “Itu bukan aku. Aku tidak mengakui kenyataan itu. Hal itu dilakukan bertentangan dengan akal budiku.” Seperti halnya ketika dalam lembaga perwakilan rakyat yang sebagian besar anggotanya jahat, dan melaksanakan segala sesuatu dengan cara yang salah, itu memang merupakan tindakan lembaga perwakilan rakyat, tetapi anggota-anggota yang jujur berjuang melawannya, meratapi apa yang sudah dilakukan, dan mengajukan perlawanan mereka terhadapnya. Jadi, bukan anggota-anggota itu yang melakukannya. Yang melakukan dosa adalah yang diam di dalam aku, seperti orang-orang Kanaan di antara bangsa Israel, walaupun mereka dipaksa membayar pajak. Diam di dalam aku, dan mungkin akan tetap diam di dalam sana, selama aku hidup.
- (3) Penghiburannya yang besar ada di dalam Yesus Kristus (ay. 25): Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Di tengah-tengah keluhannya dia melontarkan puji-pujian. Banyak memuji Tuhan adalah obat istimewa untuk melawan ketakutan dan kesedihan. Banyak jiwa yang malang dan murung telah menemukan obat yang manjur ini. Dan, dalam semua puji-pujian kita, ini seharusnya dilakukan melalui Sang Anak, “Terpujilah Allah karena Yesus Kristus.” Siapakah yang akan melepaskan aku? Katanya (ay. 24), sebagai seseorang yang mencari-cari pertolongan. Akhirnya dia menemukan seorang teman yang mahamencukupi, yakni Yesus Kristus. Ketika kita merasakan sisa kekuatan dosa dan kejahatan, kita harus melihat alasan untuk memuji Allah melalui Kristus. Karena, seperti halnya Dia adalah Perantara bagi semua doa kita, demikian pula Dia adalah Perantara bagi semua puji-pujian kita. Kita juga melihat alasan untuk memuji Allah karena Kristus. Dialah yang berdiri di antara kita dan murka atas kita karena dosa ini. Jika bukan karena Kristus, kejahatan yang diam di dalam diri kita ini pasti akan menghancurkan kita. Dia adalah Pembela kita di hadapan Bapa, dan melalui Dia Allah mengasihani, dan tidak menghukum, dan memaafkan, dan tidak menanggungkan kesalahan kita ke atas kita. Kristuslah yang membeli keselamatan untuk kita pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Melalui Kristus, kematian akan mengakhiri semua keluhan ini, dan membawa kita ke kekekalan yang akan kita jalani tanpa dosa ataupun keluh. Terpujilah Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita!
SH: Rm 7:1-12 - Hukum Taurat. (Sabtu, 23 Mei 1998) Hukum Taurat.
Apa sebenarnya fungsi Taurat (hukum Allah)? Karena Paulus orang Yahudi dan sedang menulis kepada jemaat yang sebagian besar bukan Yahud...
Hukum Taurat.
Apa sebenarnya fungsi Taurat (hukum Allah)? Karena Paulus orang Yahudi dan sedang menulis kepada jemaat yang sebagian besar bukan Yahudi, hukum yang dimaksudkannya bisa berarti luas. Bisa berarti Taurat (hukum Allah untuk orang Yahudi) dan bisa juga hukum alami dalam nurani yang Allah tanamkan dalam diri tiap orang (bdk.
Hidup oleh Roh. Bagaimanakah seharusnya sikap orang Kristen terhadap hukum-hukum Allah. Dalam dunia kini banyak orang menganut paham antinomianisme, artinya menolak norma susila dan bertingkahlaku sesuka diri sendiri. Ini tentu bukan pilihan orang Kristen. Menentang sikap itu ada Kristen yang bersikap legalistis, artinya menaati hukum untuk mendapat upah keselamatan dari Tuhan. Ini pun bukan sikap Kristen. Sikap yang benar ialah sebagai orang yang telah dimerdekakan Kristus dari dosa, kita hidup sesuai hukum Tuhan dengan bantuan Roh Kudus.
Renungkan: Kita taat hukum Tuhan bukan dengan sikap budak dan motivasi ingin dibenarkan, tetapi karena sudah dibenarkan dalam kasih kita menyukai hukum-hukum Tuhan.
Doa: Tolong kami hidup bukan sebagai "istri" dari Taurat tetapi sebagai "istri" dari Kristus.
SH: Rm 7:1-6 - Kristen tak lagi terikat Taurat (Selasa, 6 Juni 2006) Kristen tak lagi terikat Taurat
Pasal 7 adalah salah satu bagian tersulit kitab Roma. Kesulitan
muncul karena para penafsir menyoroti siapakah "ak...
Kristen tak lagi terikat Taurat
Pasal 7 adalah salah satu bagian tersulit kitab Roma. Kesulitan muncul karena para penafsir menyoroti siapakah "aku" di sini. Jika Paulus, maka tentang penggalan masa kehidupannya yang mana ia sedang berbicara. Karena ruang yang sangat terbatas, tidak mungkin kita ikut dalam diskusi tersebut di sini. Paling aman adalah melihat pasal 7 ini masih melanjutkan percakapan Paulus sebelumnya tentang Taurat dan tema kekudusan atau pemuridan. Ia mau mengatakan bahwa kita harus konsisten sepenuhnya bergantung kepada anugerah agar dapat hidup kudus.
Taurat adalah kehendak Allah sendiri, karena itu memiliki kewenangan kekal menuntut manusia melakukannya. Ini seumpama ikatan pernikahan yang sekali dipersatukan, tidak boleh diceraikan (ayat 2). Hanya kematian yang dapat memisahkan dan membatalkan ikatan tersebut. Istri yang mati itu tidak lagi di bawah kewajiban apa pun terhadap suaminya. Inilah yang terjadi sebagai akibat orang Kristen menjadi satu dengan kematian Kristus. Kita bukan hanya mati terhadap dosa, tetapi juga bebas dari tuntutan Taurat dan kewajiban untuk tunduk Taurat (ayat 4). Namun itu tidak berarti kita bebas berbuat dosa sebab kini kita menjadi milik Dia yang mati dan bangkit, untuk membangkitkan kita bagi Dia. Kristus, suami kita yang tidak sekadar menuntut, tetapi menguduskan dan memberdayakan kita agar kudus bersama-Nya (ayat 4b). Kristus memungkinkan orang percaya untuk melayani Allah dalam keadaan baru. Roh menuliskan kehendak Allah dalam hati kita, sehingga ketaatan bukan lagi paksaan melainkan kesukaan.
Kita adalah milik Kristus, selayaknya mencerminkan Dia. Dia membangkitkan hasrat kudus dalam diri kita oleh karya Roh. Perjuangan untuk kudus, bagian terbesar ada di bahu Kristus dan Roh Kudus, kita hanya perlu mengikuti-Nya. Semua prinsip ini perlu kita praktikkan dalam bergereja.
Responsku: _________________________________________________
SH: Rm 7:1-12 - Dari Taurat ke kasih karunia (Selasa, 19 Mei 2009) Dari Taurat ke kasih karunia
Keterikatan seseorang pada Hukum Taurat, yang digambarkan Paulus
sebagai hukum perkawinan, merupakan keterikatan se...
Dari Taurat ke kasih karunia
Keterikatan seseorang pada Hukum Taurat, yang digambarkan Paulus sebagai hukum perkawinan, merupakan keterikatan seumur hidup. Selama kedua belah pihak hidup maka keterikatan itu tetap berlaku. Hanya kematian salah satu pihak yang dapat membebaskan pihak lainnya dari ikatan hukum itu.
Kita tidak lagi hidup di bawah kewajiban untuk memelihara Hukum Taurat karena persekutuan kita dengan Kristus (ayat 1-6). Jika kita menempatkan diri kita di bawah Taurat (ayat 7-25) berarti kita masih hidup di bawah kuasa Taurat dan bukan berdasarkan kasih karunia. Paulus merasa perlu menjelaskan hubungan orang percaya dengan Taurat ini karena umat cenderung melihat ketaatan pada hukum sebagai tolok ukur kesalehan. Maka Paulus telah menjelaskan sebelumnya bahwa Taurat tidak memiliki kontribusi apa-apa dalam pembenaran orang percaya (Rm. 3:20). Kematian Kristus di kayu salib membebaskan orang percaya dari ikatan Hukum Taurat. Meski demikian, perlu dipahami bahwa penebusan yang Kristus lakukan bukan bertujuan meniadakan Hukum Taurat, tetapi menggenapinya. Contoh keteladanan Kristus semasa pelayanan-Nya menunjuk cara-cara yang benar dalam menerapkan hukum itu, yakni bukan dijalankan secara legalistis. Hukum Taurat itu baik, tapi mempunyai keterbatasan. Taurat memang menjelaskan apa yang benar dan mana yang tidak benar. Namun Taurat tidak berkuasa membenarkan atau menyucikan orang. Padahal bagi manusia berdosa, apa yang dilarang justru menarik minat untuk dicoba. Ini yang membuat Paulus berkata, 'sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup' (Rm. 7: 9).
Lalu jika orang percaya tidak berada di bawah pengaruh Taurat, bagaimanakah hubungan kita dengan Taurat? Karena kita telah mati bersama Kristus maka hukum tidak lagi berkuasa atas kita (band. Rm. 6:14). Kita tidak harus lagi hidup sesuai Taurat melainkan berdasarkan kasih karunia Allah dan dengan pengucapan syukur akan kebaikan Allah.
SH: Rm 7:1-12 - Hukum yang dilanggar (Rabu, 25 April 2012) Hukum yang dilanggar
Sering sekali kita mendengar pernyataan "peraturan atau hukum dibuat untuk dilanggar". Menurut yang membuat pernyataan ini, seti...
Hukum yang dilanggar
Sering sekali kita mendengar pernyataan "peraturan atau hukum dibuat untuk dilanggar". Menurut yang membuat pernyataan ini, setiap aturan yang dibuat baik di gereja, keluarga, sekolah, pemerintah, maupun sosial kemasyarakatan adalah buatan manusia jadi tidak apa-apa untuk dilanggar. Padahal tujuan dari pembuatan peraturan tersebut adalah untuk menertibkan dan menenteramkan kehidupan dalam setiap komunitas. Setiap peraturan yang dibuat tentu saja bertujuan baik dan sesuai dengan norma serta etika yang dikehendaki Tuhan.
Paulus memberi pernyataan bahwa Taurat itu kudus, baik dan benar (12) karena semuanya berasal dari Tuhan (Kel. 20). Sebelum adanya Taurat, orang tidak tahu bahwa membunuh, mencuri, berzinah, dll adalah dosa. Setelah adanya Taurat, orang baru mengetahui bahwa itu dosa (7). Kenyataannya Taurat yang bertujuan menuntun hidup orang kepada jalan yang benar, justru dilecehkan sendiri oleh manusia yang menganggap bahwa Taurat itu untuk dilanggar. Sehingga muncul segala keinginan daging dan hawa nafsu yang menyebabkan manusia mati karena dosa (5, 8-11). Manusia tidak dapat melepaskan diri dari dosa ini sampai datangnya kasih karunia Allah dalam Yesus yang membebaskan manusia dari tuntutan Taurat. Orang yang telah terbebas dari dosa sekarang mendapatkan hidup yang baru di dalam Tuhan (6). Paulus memberikan analogi menarik tentang hubungan suami-istri. Selama mereka masih hidup, mereka terikat satu sama lain sesuai dengan hukum. Ketika salah seorang meninggal, misalnya suami, maka istrinya bebas dan boleh mencari suami yang baru (1-3).
Demikian juga kehidupan kita dihadapan Tuhan. Dosa dalam diri kita telah mati karena anugerah Tuhan. Sekarang kita bebas dan menjadi milik orang yang telah menolong membebaskan kita, yaitu Yesus (4). Tentu saja sekarang kita mengikuti hukum dan aturan dari Dia sendiri. Aturan dari Tuhan sendiri membawa damai sejahtera, jadi tidak ada dalih untuk melanggar. Melanggar berarti kita kembali kepada hidup yang lama dengan "suami/istri" yang lama yaitu dosa.
SH: Rm 7:1-12 - Ikatan terhadap Hukum Taurat (Rabu, 26 Oktober 2016) Ikatan terhadap Hukum Taurat
Dalam bacaan hari ini, Paulus menjelaskan mengenai keterkaitan orang Kristen dengan hukum Taurat. Ia memulainya dengan a...
Ikatan terhadap Hukum Taurat
Dalam bacaan hari ini, Paulus menjelaskan mengenai keterkaitan orang Kristen dengan hukum Taurat. Ia memulainya dengan analogi untuk memudahkan para pembacanya memahami pengajaran firman Allah (1-3). Intinya, seorang wanita yang sudah menikah tidak dapat menikah kembali dengan pria lain. Jika suami pertamanya masih hidup dan wanita tersebut menikah, maka ia dianggap berzina. Tetapi, jika suami pertamanya sudah meninggal, maka ia boleh untuk menikah kembali dengan orang lain.
Demikian pula bagi mereka yang berada di bawah kuasa hukum Taurat. Mereka terikat dengan hukum itu sampai akhir hayat. Selama berada di bawah hukum itu, kedagingan dan hawa nafsu mereka dibangkitkan untuk berbuat dosa yang berujung kepada maut (5-6). Melalui pengorbanan Kristus, mereka mati dan bangkit bersama-Nya sebagai ciptaan baru. Sejak detik itu, mereka terbebas dari kuasa hukum itu, sebaliknya terikat kepada Yesus Kristus (4-6). Sebelumnya, mereka berusaha menjadi benar dengan menaati hukum Taurat, kini dalam Kristus mereka dibenarkan dalam Roh dan menjadi manusia baru yang baru, dimampukan untuk melayani dan berbuah bagi Kristus (6).
Jika hukum Taurat membangkitkan pelbagai keinginan dosa, apakah hukum Taurat itu jahat? (7) Paulus menjawab dengan tegas: Sekali-kali tidak! (7) Sesungguhnya, hukum Taurat dan firman Tuhan itu kudus, benar, dan baik adanya (12). Pertama, hukum Taurat membuat kita menyadari perilaku dan kondisi keberdosaan kita (7-8). Kedua, hukum Taurat menyingkapkan keburukan dosa dan akibat dosa yang dapat membawa manusia kepada kematian kekal (9-11).
Sebagai orang yang ditebus oleh Yesus, kita tidak terikat dengan kewajiban menjalankan hukum Taurat dan segala peraturan tambahannya seperti orang Yahudi. Tetapi, kita terikat menjalankan hukum Taurat dan firman Tuhan dengan kesungguhan hati agar hidup keimanan kita semakin memuliakan Allah dan menyerupai karakter Kristus. [MFS]
SH: Rm 7:1-12 - Yang Baik Menjadi Buruk (Jumat, 1 Juli 2022) Yang Baik Menjadi Buruk
Awalnya, dinamit diciptakan untuk menolong pekerjaan di pertambangan. Namun, di kemudian hari, orang-orang memakainya dalam p...
Yang Baik Menjadi Buruk
Awalnya, dinamit diciptakan untuk menolong pekerjaan di pertambangan. Namun, di kemudian hari, orang-orang memakainya dalam perang untuk mengadakan banyak kehancuran. Sesuatu yang baik menjadi sarana maut.
Begitulah fungsi hukum Taurat berkaitan dengan dosa menurut Rasul Paulus. Taurat pada dasarnya baik dan kudus (12). Namun, karena manusia dikuasai natur dosa, hukum yang baik itu justru merangsang manusia untuk makin berdosa (5, 8). Hukuman maut menjadi tak terelakkan (10). Namun, oleh karya salib Yesus, Allah melepaskan kita dari belenggu Taurat dan dosa. Kita telah putus hubungan dari Taurat dan dosa, dan dipersatukan dengan Anak Allah yang hidup (2, 4).
Pemaparan di atas menyingkapkan kengerian dosa kepada kita. Dosa tidak hanya jahat, tetapi juga dapat mengubah yang baik menjadi jahat. Dosa membuat manusia menyalahgunakan kebaikan Allah. Uang itu baik, mempunyai keturunan itu baik, tetapi dosa membuat orang-orang memberhalakan uang atau anak-anaknya.
Oleh karena dosa, manusia selalu mencurigai Allah. Segala hal yang diizinkan terjadi di dalam hidup manusia dianggap sebagai kutuk atau cobaan dari Allah. Bagi orang berdosa, semua yang dilakukan Allah selalu dipersepsikan salah.
Kiranya kenyataan itu menjadi peringatan bagi kita. Betapa malangnya nasib orang yang dikuasai dosa; hal yang baik menjadi buruk baginya. Segala kekayaannya menjadi kutuk, segala pencapaiannya sia-sia. Orang yang menikmati dosa biasanya sulit untuk menerima anugerah keselamatan, sebab ia sudah terjebak dalam lubang maut. Maka, bersyukurlah bila kita dilepaskan dari perangkap yang mematikan itu.
Tuhan Yesus membebaskan kita dari belenggu dosa dan memberi kita hidup baru. Mari kita hidup sesuai status dan keadaan kita yang baru, yaitu sebagai orang-orang yang tidak lagi dikuasai dosa. Bersyukurlah sebab Allah memberi kita kuasa untuk melawan natur dosa.
Kita telah menjadi milik Kristus. Dialah Kepala dan Tuan kita. Bagi Kristuslah seluruh hidup kita. [PHM]
Utley -> Rm 7:1-3
Utley: Rm 7:1-3 - --NASKAH NASB (UPDATED): Rom 7:1-31 Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, —sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum—bahwa hukum be...
NASKAH NASB (UPDATED): Rom 7:1-3
1 Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, —sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum—bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup? 2 Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. 3 Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain.
Rom 7:1 "—sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum—" Ini bisa menunjuk pada (1) orang percaya Yahudi saja; (2) pertentangan antara orang percaya Yahudi dan non Yahudi di gereja Roma; (3) hukum dalam pengertian yang umum dalam hubungannya dengan semua manusia (lih. Rom 2:14-15); atau (4) kepada orang percaya non Yahudi yang terlibat dalam proses belajar mengenai iman mereka yang baru (katekisasi) dari Kitab Suci PL.
□ "hukum" Ini adalah titik tolak pokok pasal ini (lih. ay. Rom 7:1,2,4,5,6, dll). Namun demikian, paulus menggunakan kata ini dalam beberapa pengertian yang berbeda. Nampaknya diskusi Paulus dipicu oleh Rom 6:14. Penyajiannya paralel dengan struktur dari pasal Rom 6. Lihat Wawasan Kontekstual, C. Hukum dan hubungannya dengan Perjanjian Baru dalam Kristus juga didiskusikan dalam Rom 3:21-31; 4:13-16.
- NASB "bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup"
- NKJV "bahwa hukum menguasai manusia selama ia hidup"
- NRSV "bahwa hukum mengikat seseorang hanya selama orang itu hidup"
- TEV "Hukum mengatur manusia hanya sepanjang ia hdup"
- JB "bahwa hokum berpengaruh pada seseorang hanya selama hidupnya"
Secara hurufiah ini berarti "menuankan atas" (kurieuō , lih. Rom 6:9,14). Hukum Musa adalah suatu berkat yang besar (cf. Ps. 19; 119), namun juga merupakan suatu kutukan yang mengerikan (lih. Gal 3:13; Ef 2:15; Kol 2:14). Dengan kematian jasmaniah, kewajiban terhadap Hukum berhenti. Ini adalah penggambaran yang sama denga yang digunakan dalam pasal Rom 6 mengenai kematian orang percaya bagi dosa. With physical death, obligations to the Law cease. This is the same metaphor used in chapter 6 concerning the believer’s death to sin.
Rom 7:2 "seorang istri" Ini adalah contoh gambaran utama Paulus dalam ay. Rom 7:1-6. Dalam pasal Rom 6 ia mengemukakan bahwa kematian mengakhiri kewajiban seseorang sebagai budak. Di sini, perkawinan dan kewajiban-kewajibannya adalah fokusnya. Penggambaran ini terbalik karena si suamilah yang mati sehingga jandanya bisa kawin lagi, sedang dalam analogi Paulus, orang percayalah yang mati dan, oleh karenanya hidup bagi Allah.
"bebaslah ia" Ini adalah KATA KERJA yang serupa dengan yang ada dalam Rom 6:6; artinya "dijadikan tidak bisa beroperasi" "membuat tidak berguna," atau "diakhiri kegunaannya." Dalam Rom 6:6, bentuknya adalah AORIST PASSIVE, sedang di sini adalah PERFECT PASSIVE, yang artinya "telah dan terus dibebaskan". Lihat Topik Khusus pada Rom 3:3.
Rom 7:3 "ia dianggap penzinah" Komentar ini berhubungan dengan argumen orang Yahudi yakni antara para rabi golongan Shammai dan Hilel mengenai Ul 24:1-4; khususnya beberapa "ketidak pantasan". Kaum Hilel adalah kelompok liberal yang mengijinkan perceraian karena alasan apapun. Kaum Shammai adalah kelompok konservatif yang mengijinkan perceraian hanya dalam kasus perzinahan atau kasus penyimpangan seksual yang lain (lih. Mat 5:32; 19:9).
Topik Teologia -> Rm 7:2
Topik Teologia: Rm 7:2 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
Tanggung Jawab Terhadap Sesama
Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
...
TFTWMS -> Rm 7:1-3
TFTWMS: Rm 7:1-3 - Analogi Pernikahan Analogi Pernikahan (Roma 7:1-3)
1 Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara,—sebab aku berbicara kepada mere ka yang mengetahui hukum—bahwa hukum b...
Analogi Pernikahan (Roma 7:1-3)
1 Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara,—sebab aku berbicara kepada mere ka yang mengetahui hukum—bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup? 2 Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. 3 Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain.
Pada beberapa kesempatan, Paulus menggunakan pernikahan untuk menggambarkan hubungan antara Kristus dan gereja-Nya. Dalam 2 Korintus 11:2, ia berkata, "Aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus." Dalam 1 Korintus 6:17, ia bicara tentang keberadaan kita yang "menjadi satu" dengan Kristus. Penggunaan analoginya yang sangat dikenal baik adalah dalam Efesus 5:
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya (Efe. 5:22-32).
Ayat 1. Pasal 7 (NASB) diawali dengan kata atau. Ini mengikat bagian itu dengan bagian-bagian sebelumnya dalam pasal 6 tentang pengudusan. Ini adalah ketiga kalinya Paulus bertanya, Apakah kamu tidak tahu? (lihat 6:3, 16). Setiap kali, ia melontarkan pertanyaan dengan maksud memperkenalkan pokok pemikiran tentang orang Kristen yang menjalani hidup yang dikuduskan. Paulus mendasarkan apa yang ia ingin ajarkan kepada mereka pada apa yang mereka sudah ketahui.
Paulus belum mengacukan para pembacanya sebagai saudara-saudara sejak 1:13, tapi ia melakukan hal itu dua kali dalam teks ini (7:1, 4). Mungkin ia ingin memperkuat ikatannya dengan jemaat di Roma saat ia mendekati isu-isu penting pasal 7.
Paulus yakin bahwa saudara-saudaranya akan memahami prinsip yang ia akan segera ungkapkan: Sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum. Tidak ada kata sandang pasti sebelum kata "hukum" dalam teks Yunaninya. Menurut Larry Deason, Paulus dalam pasal 7 sedang bicara "secara khusus (tapi tidak secara eksklusif) tentang hukum Musa"3(lihat 7:7). Prinsip ayat 1 memang benar mengenai hukum Musa, tapi itu juga benar mengenai hukum pada umumnya.
Prinsip apa? Bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup? Dalam pasal 6, Paulus membuktikan bahwa kematian membatalkan kewajiban hukum (lihat komentar tentang 6:7). Sekarang ia menekankan kembali kebenaran itu. Aksioma legal ini sudah selalu "diterima secara universal dan tak terbantahkan."4Paulus bisa saja menggunakan sejumlah ilustrasi untuk prinsip ini. Misalnya, orang mati tidak harus membayar pajak, dan orang mati tidak harus diadili atas kejahatan yang ia telah lakukan. Namun begitu, Paulus memilih ilustrasi sehari-hari yang paling cocok untuk tujuannya: pernikahan.
Ayat 2. Paulus berkata, Sebab seorang isteri [perempuan yang kawin; NASB] terikat oleh hukum kepada suami-nya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. Ayat ini dimulai dengan "sebab" (gar, gar), yang menyiratkan "menunjukkan alasan untuk." Beberapa terjemahan menulis "contohnya" (NIV; CEV; NCV; NEB; REB; NLT) atau "misalnya" (JB; AB). Kata Yunani yang diterjemahkan "kawin" dalam ungkapan "perempuan yang kawin; NASB" dalam ayat 2 adalah kata yang hanya ditemukan di sini di dalam Perjanjian Baru: u¢pandroß (hupandros), kata majemuk yang menggabungkan "di bawah" (uJpo, hupo) dan "laki-laki" (ajndro÷ß, andros, dari ajnh÷r, anēr). Ini berarti "di bawah kuasa seorang laki-laki." "Hukum kepada suaminya" (secara harfiah, "hukum suami") hanya mengacu kepada hukum yang mengikat istri kepada suami. Yang mungkin Paulus maksudkan adalah pelbagai aturan yang terdapat di dalam hukum Musa, tetapi banyak masyarakat memiliki undang-undang tentang perkawinan. Hukum-hukum itu mengikat istri kepada suaminya selama suaminya itu masih hidup, tapi ia tidak lagi terikat jika suaminya meninggal. Menurut Yesus, setelah kehidupan ini, manusia "tidak kawin dan tidak dikawinkan" (Mat. 22:30).
Ayat 3. Untuk memperluas ilustrasinya, Paulus berkata, Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri [disatukan dengan; NASB] laki-laki lain (huruf miring ditambahkan). Dalam kedua kasus itu, kata Yunani yang diterjemahkan "menjadi istri [disatukan dengan; NASB]" adalah dari gi÷nomai (ginomai), kata Yunani yang serbaguna yang pada dasarnya berarti "menjadi." Dalam konteks ini, itu berarti "menjadi istri laki-laki lain"— yaitu, " menikah "(lihat KJV; NKJV; NIV).
Ketimbang "disatukan dengan" atau "kawin" di bagian pertama ayat ini, beberapa terjemahan menulis "hidup dengan" atau "memberi dirinya kepada" (eufemisme yang artinya "melakukan hubungan seksual dengan"). Namun begitu, ginomai digunakan dalam frasa yang sama dalam bagian terakhir ayat itu, di mana secara jelas yang sedang dibahas adalah pernikahan. Dengan mengacu kepada kemunculan pertama ginomai, Leon Morris menulis bahwa "pernikahan" "secara jelas adalah pengertian kata itu, meski Paulus tidak menggunakan kata kerja normal 'menikah'."5Sekali lagi, maksud Paulus adalah bahwa seorang wanita terikat kepada suaminya selama suaminya itu masih hidup, tapi ia bebas untuk menikah lagi jika suaminya itu sudah mati.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Roma (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini mer...
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).
Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
- (1) Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
- (2) Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).
Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
- (2) Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
- (3) Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.
- (4) Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
- (5) Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
- (a) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
- (b) prinsip "dosa" (Yun. _he hamartia_), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).
- (6) Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
- (7) Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Full Life: Roma (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Rom 1:1-17)
I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20)
A. Kebutuhan Or...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Rom 1:1-17) - I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20) - A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi
(Rom 1:18-32) - B. Kebutuhan Orang Yahudi
(Rom 2:1-3:8) - C. Kebutuhan Semua Orang
(Rom 3:9-20) - II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah
(Rom 3:21-5:21) - A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan
(Rom 3:21-31) - B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham
(Rom 4:1-25) - C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran
(Rom 5:1-11) - D. Adam dan Kristus Dibandingkan
(Rom 5:12-21) - 1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian
- 2. Kristus/Kasih Karunia/Pembenaran/Hidup
- III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman
(Rom 6:1-8:39) - A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa
(Rom 6:1-23) - 1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa
(Rom 6:1-14) - 2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran
(Rom 6:15-23) - B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat
(Rom 7:1-25) - C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan
(Rom 8:1-39) - IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel
(Rom 9:1-11:36) - A. Persoalan Penolakan Israel
(Rom 9:1-10:21) - B. Kemenangan Rencana Allah
(Rom 11:1-36) - V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman
(Rom 12:1-15:13) - A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri
(Rom 12:1-2) - B. Orang Percaya dan Masyarakat
(Rom 12:3-21) - C. Orang Percaya dan Pemerintah
(Rom 13:1-7) - D. Orang Percaya dan Hukum Kasih
(Rom 13:8-15:13) - Penutup
(Rom 15:14-16:27)
Matthew Henry: Roma (Pendahuluan Kitab)
Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulk...
- Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulkan bahwa mazmur-mazmur Daud di dalam Perjanjian Lama dan surat-surat penggembalaan Rasul Paulus di dalam Perjanjian Baru merupakan bintang-bintang yang paling terang, yang berbeda dari bintang-bintang lainnya di dalam kemuliaan. Kitab Suci secara keseluruhan memang merupakan surat penggembalaan dari sorga kepada dunia ini, tetapi di dalamnya ada penjelasan atas beberapa surat kerasulan tertentu. Di dalamnya terdapat lebih banyak surat-surat Paulus dibandingkan dengan surat rasul-rasul lainnya, sebab ia adalah rasul utama dari antara mereka. Ia bekerja lebih keras dibandingkan mereka semua. Tidak diragukan lagi, bakat alamiahnya sangat luar biasa. Pengertiannya akan suatu hal cepat dan tajam, ungkapan-ungkapannya lancar dan kaya. Ke mana pun ia pergi, kasih sayangnya sangat hangat dan bersemangat, dan keteguhan hatinya sangat tegas dan berani. Hal ini membuat ia menjadi seorang penganiaya yang sangat keras dan sengit sebelum ia bertobat. Namun ketika orang kuat yang bersenjata lengkap ini dilucuti, dan orang yang lebih kuat dari padanya datang menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan membagi-bagikan rampasannya dan menguduskan kecakapan-kecakapan ini, ia pun menjadi pemberita firman yang paling mahir dan bersemangat. Tidak ada yang lebih baik dari padanya untuk memenangkan jiwa, dan juga tidak ada yang lebih berhasil dari padanya. Empat belas surat penggembalaannya terdapat di dalam kanon Kitab Suci kita. Besar kemungkinan masih ada lebih banyak lagi surat yang ia tulis selama masa pelayanannya, yang mungkin cukup baik untuk mengajar, menegur, dan seterusnya tetapi karena surat-surat itu tidak diilhami oleh Allah, maka surat-surat tersebut tidak diterima sebagai kitab kanonik, dan juga tidak diturunkan kepada kita. Beberapa penulis kuno mengatakan bahwa ada enam pucuk surat ditulis oleh Paulus kepada Seneca (ahli filsafat dan negarawan Romawi abad pertama – pen.), dan delapan surat dari Seneca kepadanya [Sixt. Senens. Biblioth. Sanct. lib.2], dan yang masih ada sampai sekarang ini. Namun, sekali pandang saja tampaknya naskah-naskah itu tidak asli dan palsu.
- Surat penggembalaan kepada jemaat Roma ini ditempatkan sebagai surat yang pertama, bukan karena urutan waktu penulisannya yang lebih awal, melainkan karena keunggulannya yang tinggi. Surat ini adalah surat yang terpanjang dan terlengkap dibandingkan surat-surat penggembalaan lainnya, dan mungkin juga karena kewibawaan dari tempat yang menjadi tujuan surat ini ditulis. Dikatakan bahwa Krisostom, salah seorang bapa gereja, meminta supaya surat ini dibacakan untuknya dua kali dalam seminggu. Surat ini merupakan kumpulan dari beberapa bagian tulisan dari surat tersebut yang ditulis pada tahun 56 Masehi, dari kota Korintus, ketika Paulus tinggal di situ sebentar dalam perjalanannya menuju Troas (Kis. 20:5-6). Ia menitipkan surat ini kepada Febe, orang Romawi itu, seorang pelayan jemaat di Kengkrea (pasal 16), yang berada di wilayah Korintus. Di dalam surat itu ia menyebut Gayus sebagai tuan rumahnya, atau orang yang memberi tumpangan kepadanya (16:23). Gayus yang dimaksud adalah orang Korintus, berbeda dengan Gayus dari Derbe, yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 20. Pada saat itu, Rasul Paulus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem dengan membawa uang yang akan diberikan kepada orang-orang kudus miskin yang ada di sana. Hal itu ia sebutkan di dalam Roma 15:26. Rahasia-rahasia besar perlu dibahas di dalam surat ini, seperti juga dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus lainnya, karena banyak hal masih gelap dan sukar dipahami (2Ptr. 3:16). Cara penulisan surat ini (sama seperti beberapa surat penggembalaan lainnya) dapat diamati. Bagian terdepan berisikan pengajaran, yaitu di dalam sebelas pasal pertama. Bagian terakhir adalah bagian penerapan, yaitu di dalam lima pasal terakhir, yang memberitahukan tentang penghakiman dan cara memperbaiki hidup. Cara terbaik untuk memahami kebenaran-kebenaran yang dijelaskan di bagian awal adalah dengan menaati dan melakukan kewajiban-kewajiban yang diuraikan di bagian akhir. Sebab, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan mengetahui pengajaran itu (Yoh. 7:17).
- I. Bagian pengajaran dari surat kerasulan itu mengajarkan kepada kita,
- 1. Mengenai jalan keselamatan,
- (1) Dasar keselamatan itu adalah pembenaran oleh Allah, dan bukan karena perbuatan manusia (pasal 1). Juga bukan karena melakukan hukum Taurat bangsa Yahudi (pasal 2-3), sebab baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain harus bertanggung jawab terhadap kutuk itu. Sebaliknya, keselamatan itu hanya diperoleh melalui iman di dalam Yesus Kristus (Roma 3:21 dan seterusnya; pasal 4).
- (2) Langkah-langkah menuju keselamatan ini adalah,
- 2. Mengenai orang-orang yang diselamatkan, seperti halnya mereka yang masuk menurut pilihan kasih karunia (pasal 9), bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi (pasal 10-11). Dari sini tampak bahwa pokok yang ia bicarakan adalah kebenaran-kebenaran yang sebenarnya telah diketahui, seperti yang dikatakan oleh Rasul Petrus (2Ptr. 1:12). Dua hal yang menjadi batu sandungan bagi bangsa Yahudi, yaitu pembenaran oleh iman tanpa melakukan hukum Taurat, dan penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam jemaat. Itulah sebabnya Rasul Paulus berusaha menjelaskan dan membereskan kedua hal ini.
- II. Bagian penerapan yang mengikuti, yang di dalamnya kita temukan,
- 1. Beberapa nasihat umum yang cocok bagi semua orang Kristen (pasal 12).
- 2. Petunjuk-petunjuk bagaimana kita berperilaku sebagai anggota masyarakat yang beradab (pasal 13).
- 3. Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku orang-orang Kristen satu sama lain, sebagai sesama anggota jemaat Kristen (pasal 14 dan pasal 15:1-14).
- III. Ketika mendekati bagian penutup, Rasul Paulus menjelaskan dasar-dasar tulisannya kepada mereka (15:14-16), memberikan penjelasan mengenai dirinya sendiri dan urusan-urusannya (ay. 17-21), berjanji untuk mengunjungi mereka (ay. 22-29), meminta dukungan doa mereka (ay. 30-32), mengirimkan salam khusus kepada banyak sahabat di sana (Roma 16:1-16), memperingatkan mereka terhadap orang-orang yang menimbulkan perpecahan (ay. 17-20), menambahkan salam dari sahabat-sahabat yang ada bersamanya (ay. 21-23), dan mengakhirinya dengan sebuah doa berkat dan pujian kepada Allah (ay. 24-27).
Jerusalem: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus.
di Korintus pada awal...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus. di Korintus pada awal tahun 58, mendjelang berangkatnja ke Jerusalem, guna menjampaikan hasil pendermaan dari umat-umat di Achaja dan Masedonia, bagi orang-orang miskin didalam umat induk disitu. Ia bermaksud, segera sesudah penjerahan resmi derma-derma tersebut, pergi ke Barat pula dan meluaskan wilajah kerajanja sampai ke Spanjol. Pada perdjalanan ke Spanjol itu ia bermaksud singgah di Roma dan hal ini mendjadi alasan tertulisnja surat ini. Ia hendak memberitahukan niatnja itu dan memperkenalkan diri dan maksud kundjungannja terlebih dahulu, sebab ia masih agak asing bagi umat itu, belum pernah berhubungan denganja, ketjuali dengan beberapa tokoh, jang dahulu mendjadi pembantu, kawan atau muridnja dilain-lain tempat. Bdl. 16:3-16. Umat itu dewasa itu sudah sangat besar dan menurut perkataan Paulus sendiri dalam 1:8 semangat imannja terkenal "diseluruh dunia". Lagi pula kedudukan umat ini teristimewa penting sebagai umat ibu-kota seluruh kekaiseran Roma, pusat pemerintahan dan kebudajaan Romawi. Sudah sewadjarnja semua itu menarik minat seorang rasul seperti Paulus. dan sebab itu sudah lama menimbulkan kerinduan untuk berkenalan dengan umat itu. Malahan ia merasa bertugas terhadapnja djuga. Umat itu bagian terbesar terdiri dari orang Romawi asli bekas penjembah dewa-dewa, dan bukankah ia. chususnja bertugas sebagai rasul terhadap segala bangsa-bangsa "kafir"? Untuk itu ia ditetapkan langsung oleh Kristus sendiri (Kis. Ras. 9:15), dan dengan resmi pula oleh umat Antiochia atas ilham Roh Kudus (Kis. Ras. 13:2-3), dan achirnja oleh persetudjuan dengan "tiang-tiang agung" Geredja, ialah Petrus, Joanes dan Jakobus (Gal. 2:7-10). Oleh sebab itu ia tidak mau datang dengan tangan kosong, melainkan dengan kepenuhan berkat Kristus (15:29), dan sekedar membagikan iman mereka (1-11). Namun demikian ia tidak mau membangunkan. diatas dasar jang diletakkan oleh orang lain (15:20-22), artinja ia tidak mau tjampur- tangan dalam urusan-urusan umat. Dan memang dasar umat itu sudah teguh berdiri. Siapakah jang meletakkan dasar itu tidak terang. Ada hanja beberapa berita bersifat riwajat lisan jang sebagian amat kabur. Mungkin pangkal mula umat ialah orang-orang jang didalam Kis. Ras. 2.10 disebut "orang Jahudi dan proselit dari Roma", jang turut menjaksikan peristiwa Pentekosta di Jerusalem. Tetapi perkembangan pesat dan keteguhan iman membuktikan, bahwa pendiri dan pemimpin umat itu tentu seorang rasul unggul dan ada hal-hal dan berita-berita jang menundjuk kepada Petrus. Menurut berita-berita purba jang agak kabur, Petrus sudah bekerdja disitu waktu pemerintahan kaiser Klaudius antara. 42 dan 49, dan datang kesana langsung atau tak langsung, sesudah ,pergi kesuatu tempat lain" (Kis. Ras. 12:17). Memang diwaktu itu umat sudah besar, tentu terutama diantara orang Jahudi, jang golongannja di Roma dewasa itu beberapa ribu orang. Hal itu terkesan oleh berita Suetonius, periwajat hidup Klaudius, jang menulis, bahwa dimasa itu terdjadi suatu pergolakan diantara orang-orang Jahudi, disebabkan oleh seorang bernama Chrestos dan mengakibatkan Klaudius mengusir semua orang Jahudi dari Roma. Bdl. Kis. Ras. 18:2. Berita-berita bahwa Petrus kemudian bekerdja di Roma dan mati sebagai martir disitu tidak dapat disangkal kebenarannja. Diantaranja misalnja berita, bahwa Markus menulis Indjilnja di Roma, berdasarkan pengadjaran Petrus disitu dan atas permintaan orang Roma. la dinamakan djuru-bahasa Petrus.
Bahwa diwaktu Paulus menulis surat ini, dan datang, sebagai tahanan ke Roma, umat disitu besar dan teguh imanja, njata dibuktikan beberapa tahun kemudian, dalam pengedjaran Nero terhadap mereka. Penulis sedjarah Romawi, Tasitus, menulis, bahwa orang-orang jang disebut "Chrestiani", sedjumlah teramat besar (ingens multitudo) ditangkap dan disiksakan (dibunuh) sebengis-bengisnja oleh kaisar Nero, bukannja seolah-olah mereka bersalah, sebagaimana tertuduh, melainkan karena kebentjian rakjat terhadap mereka dan kekedjaman satu orang (Nero).
Paulus hendak mengundjungi umat Roma sebab bertugas sebagai rasul bagi bangsa-bangsa penjembah dewa-dewa. Demikian menurut 1:5-7. Dan dalam membatja surat ini kita memang mendapat kesan-kesan, bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada orang-orang bekas penjembah dewa-dewa. Tentu sadja ada segolongan bangsa Jahudi djuga dalam umat Roma, jang tidak diabaikan oleh Paulus. Tetapi kalau ia didalam surat, misalnja dalam bab 2, langsung menjapa orang Jahudi, hal itu bukan berarti, bahwa uraian bersangkutan chusus ditudjukan kepada mereka. Isinja sama penting bagi segala anggota umat. Metodos Paulus disini, memberi pengertian djelas dengan mempertahankan kebenaran Indjil dengan salah paham Jahudi. Dan kalau dalam pada itu menjapa orang Jahudi, itu dapat dan harus ditafsirkan sebagai akal suatu gajabahasa setperti terdapat dalam Rom. 7,7-25. Mengenai tudjuan surat untuk menjatakan niat mengundjungi umat dan memperkenalkan diri serta maksud kedatangannja, tentu sadja tjukup suatu surat pendek, jang misalnja meliputi isi 1:1-15 dan 15:22-29. Tetapi dalam kegiatan kerasulannja Paulus tidak dapat mentjukupkan diri dengan suatu berita pendek itu. Disini sudah ia tidak mau datang dengan tangan kosong. Dan sjukurlah bagi seluruh Geredja untuk segala abad, ia mendapat ilham dalam menulis surat ini untuk terdahulu memaparkan isi "Indjil"nja, jang akan dibitjarakan setjara lisan pada perkundjungannja. Kita sudah tahu apakah arti "Indjil"nja itu, jaitu Indjil Kristus dengan menondjolkan apa jang chususnja mendjadi kabar gembira bagi bangsa-bangsa bukan Jahudi, jaitu bahwa Kristus sebagai Penebus telah datang untuk menjelamatkan seluruh bangsa manusia, baik Jahudi, maupun bangsa-bangsa jang masih disebut "kafir". Paulus menerangkan djalan, sjarat-sjarat dan hakekat penjelamatan itu. Djalan pikiran Paulus dalam surat ini dalam garis-garis besarnja adalah seperti berikut:
Seluruh umat manusia, turunan Adam meringkuk dalam perhambaan kepada dosa. Dosa itu pada hakekatnja terletak dalam terputusnja hubungan tjinta dengan Allah dan disebut djuga "murka" Allah. Akibatnja keruntuhan achlak jang mengerikan dan achirnja kebinasaan abadi. Tak seorang manusiapun mampu membebaskan diri dari perhambaan itu, dan dari sendirinja mendekati Allah.
Dalam kerahimanNja Allah dari kekal sudah merentjanakan menjelamatkan manusia dari keadaan itu. PenjelenggaraanNja telah didjandjikanNja kepada Abraham dan para turunannja dan makin lama makin djelas disediakanNja didalam Perdjandjian Lama.
Rentjana dan djandji itu sudah dilaksanakan oleh dan dalam Kristus. Ia telah menebus dosa manusia dengan darahnja dan memperdamaikan bangsa manusia dengan Allah Pula.
Keadaan manusia tertebus dinamakan Paulus "dikaiosine", artinja kebenaran.Manusia 'jang "pertjaja akan Kristus", "dibenarkan" oleh Allah, artinja dosanja dihapus dan Allah memberinja suatu hidup baru, jang berwudjud mempunjai bagian dalam hidup Allah sendiri dan diangkat mendjadi anak Allah sedjati dan ahliwaris kemuliaanNja. Dengan setegas-tegasnja Paulus menekankan, bahwa kebenaran itu diberikan sebagai anugerah, melulu berdasarkan kerahiman Allah dan tjintaNja jang semata-mata bebas, Manusia sendiri tidak mampu memperolehnja dengan djasanja sendiri, seperti dengan mengamalkan hukum taurat menurut salah paham orang Jahudi. Jang dituntut dari si manusia, ialah hanja kepertjajaan akan Kristus. Mengenai pengertian "kepertjajaan" dalam bahasa Paulus, batjalah kata pendahuluan II, hal. 538 (tjetakan V 1968).
Dalam menekankan, bahwa pengamalan hukum taurat samasekali tidak diperhitungkan Allah dalam membedakan manusia, Paulus tiba Pula ditengah-tengah perdjuangan dengan salah paham orang Jahudi tersebut, jang sudah kita kenal dari suratnja kepada umat-umat di Galatia. Tetapi apa jang dipergunakan Paulus dengan semangat dalam surat itu, didalam surat ini diuraikannja dengan tenang dan lebih landjut dan mendalam.
Itu memberi pula kepadanja suatu kesempatan, untuk mendjelaskan pokok sikap kaum Jahudi, dan nasibnja jang diperhitungkan Allah dalam rentjana penjelenggaraannja. Achirnja mereka akan insjaf, sehingga djandji Allah kepada Abraham dan bangsa Jahudi umumnja, dapat ditepati oleh Allah bagi bangsa Israel dalam keseluruhannja. Mulai bab 12 Paulus memberi pengadjaran praktis, bagaimana umat harus hidup sesuai dengan martabat baru dalam kesusilaan sempurna chususnja dengan mengamalkan tjinta-kasih.
Hagelberg: Roma (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh k...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, Surat Roma tidak banyak dipengaruhi dengan situasi dan kondisi jemaat Roma, sehingga surat ini lebih bersifat obyektif. Sifat Injil Kristus diuraikan secara lengkap dan teratur.1
Kata-Kata Kunci dalam Surat Roma
Ada beberapa kata yang menonjol sebagai kata kunci untuk memahami Surat Roma secara tepat. Kata-kata yang berikut ini layak dipelajari:
aiwn/aion
"Sampai aiwn lepas aiwn" diterjemahkan "selama-lamanya," dan aiwn sendiri diterjemahkan "dunia," karena istilah ini mengandung unsur "zaman" dan juga "dunia."
Roma 1:25, 9:5, 11:36, 12:2, 16:27
aiwniov/aionios
"kekal," "abadi," "berabad-abad"
Roma 2:7, 5:21, 6:22, 6:23, 16:25, 16:26
dikaiov/dikaios
Istilah ini berarti "benar," atau "adil."
Roma 1:17, 2:13, 3:10, 3:26, 5:7, 5:19, dan 7:12.
dikaiosunh/dikaiosune
Istilah ini berarti "kebenaran," atau "keadilan."
Roma 1:17, 3:5, 3:21, 3:25, 3:26, 4:3, 4:5, 4:6, 4:9, 4:11, dst.
pisteuw/pisteuo
Roma 1:16, 3:2, 3:22, 4:3, 4:5, 4:11, 4:17, 4:18, 4:24, 6:8, 9:33, dst.
Kata kerja ini berarti "percaya."
pistiv/pistis
Roma 1:5, 1:8, 1:12, 1:17, 1:17, 3:3, 3:22, 3:25, 3:26, 3:27, 3:28, dst.
Istilah ini berarti "iman."2
Penulis Surat Roma
Memang pernah ada perdebatan mengenai identitas penulis Surat Roma. Sarjana liberal berusaha untuk meyakinkan pendapat mereka bahwa Paulus tidak menulis Surat Roma. Tetapi perdebatan tersebut sudah dapat diatasi, dan hampir semua mengakui Rasul Paulus sebagai penulis Surat Roma. Paulus disebut sebagai penulis di dalam pasal 1:1, dan banyak yang dikatakan oleh penulis surat ini cocok dengan apa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus di dalam KPR dan surat-surat lain. Bandingkanlah Roma 15:25-27 dengan KPR 19:21, 20:1-5, 21:15-19, I Korintus 16:1-5, II Korintus 8:1-12, dan 9:1-5 mengenai perjalanan Paulus ke Yerusalem dengan persembahan dari Makedonia. Menurut Roma 11:1 dan Filipi 3:5 dia berasal dari suku Benyamin. Menurut Roma 16:3 dan KPR 18:2-3, 18-19 dia mengenal Priska dan Akwila. Menurut Roma 1:10-15, 15:22-32, dan KPR 19:21 Paulus rindu mengunjungi mereka di Roma. Kesamaan-kesamaan ini menjadi bukti yang kuat pada apa yang telah dinyatakan oleh Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul Paulus adalah pengarang dari surat ini!
Penerima Surat Roma
Asal-usul dari jemaat pembaca pertama ini tidak diketahui dengan pasti. Mungkin jemaat pertama di Roma didirikan oleh "pendatang-pendatang dari Roma" yang percaya kepada Kristus di Bait Allah pada Hari Pentakosta (KPR 2:10), setelah mereka pulang ke Roma. Mungkin juga orang-orang yang diinjili oleh Pauluslah yang mendirikan jemaat-jemaat Roma. Paulus menyebut 24 orang di Roma, termasuk orang-orang yang memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing.
Menurut tradisi Katolik, jemaat Roma didirikan oleh Petrus pada tahun 42. Tetapi menurut KPR 15, Petrus berada di Yerusalem pada waktu Sidang Yerusalem diadakan (tahun 49), dan menurut konteks itu setelah sidang itu dia menetap di Yerusalem. Juga, kalau seandainya Petrus berada di Roma, aneh sekali bahwa dia tidak disebut-sebut oleh Paulus, apa lagi kalau di dalam II Petrus 3:15 Petrus menyebut Paulus sebagai "saudara kita yang kekasih." Karena Petrus tidak disebut-sebut dalam surat-surat Paulus yang ditulis di Roma, adalah janggal, jikalau Petrus ada di Roma.
Dalam jemaat-jemaat di Roma ada orang Yahudi. Menurut KPR 18:2 Akwila, yang disebut dalam Roma 16:5, adalah orang Yahudi, dan menurut Roma 16:7 dan 11 Andronikus, Yunias, dan Herodion adalah "temanku sebangsa." Selain itu, kita tahu bahwa di Roma ada orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma waktu "kaisar Klaudius memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma" (KPR 18:2). Rupanya orang-orang Yahudi sudah diperbolehkan untuk datang kembali sebelum Surat Roma ditulis. Kota Roma adalah ibu kota dari Kekaisaran Romawi, sehingga banyak orang dari seluruh daerah kekaisaran berminat untuk pindah ke sana.
Kalau diamati kelihatan bahwa Surat Roma dimaksudkan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan juga untuk orang yang bukan Yahudi (11:13 "Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi"). Bahkan pasal-pasal 1:5-6, 1:13, 11:17-31, dan 15:14-16 memberi kesan bahwa banyak dari para pembacanya adalah orang bukan Yahudi. Cranfield3 menegaskan bahwapara pembacanya tidak bisa dikatakan mayoritas Yahudi, atau mayoritas bukan Yahudi. Singkatnya, ada banyak orang bukan Yahudi dan Yahudi di dalam jemaat-jemaat Kristen di Roma.
Tempat dan Tahun Penulisan Surat Roma
Dari Roma 15:25 kita tahu bahwa waktu surat ini ditulis, Paulus "sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus." Saat itu dia mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalanannya.
Dari Roma 15:23 kita tahu bahwa dia "tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini," dan dari pasal 15:19 kita mengerti bahwa maksudnya dengan "daerah ini" adalah "dari Yerusalem sampai ke Ilirikum." Ini berarti bahwa perjalanan yang diakhiri adalah perjalanan yang ketiga, karena sebelum perjalanannya yang ketiga dia tidak akan menyatakan bahwa pelayanannya sudah selesai.
Dalam Roma 16:1-2, "Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudara kita yang melayani jemaat di Kengkrea... sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri" Surat Roma dikaitkan dengan "Kengkrea", yaitu pelabuhan sebelah barat dari kota Korintus.
Ada satu kaitan lagi dengan kota Korintus dalam pasal 16:23, di mana Gayus, "yang memberi tumpangan kepadaku," memberi salam kepada mereka di Roma. Mungkin Gayus ini adalah orang Korintus yang disebut di dalam I Korintus 1:14.
Menurut KPR 20:3 Paulus berada di tanah Yunani selama tiga bulan. Barangkali pada waktu itu dia di Korintus (ibu kota propinsi) atau Kengkrea, dan di situ dia menyusun Surat Roma.
Tahun penulisannya masih agak sulit ditentukan. Menurut Cranfield,4 surat ini pasti ditulis di antara akhir tahun 54 sampai awal tahun 59, dan kemungkinan besar di antara akhir tahun 55 sampai awal tahun 57.
Kesatuan Surat Roma
Beberapa naskah kuno dari Surat Roma tidak memuat pasal 15-16, dan beberapa bapa-bapa gereja tidak mengutip dari Roma 15-16. Juga, dalam beberapa naskah kuno, pujian yang mengakhiri Surat Roma, yaitu 16:25-27, diletakkan pada akhir pasal 14, atau pada akhir pasal 15, atau pada akhir pasal 14 dan pasal 16. Dua naskah tidak menyebut kata "Roma" di dalam 1:7 dan 1:15, sehingga kota Roma sama sekali tidak disebut di dalam dua naskah itu.
Walaupun hanya beberapa naskah yang memiliki perbedaan tersebut, tetapi perbedaan-perbedaan itu sempat menjadi bahan pemikiran dan dialog para sarjana. Mengapa terjadi demikian, sehingga ada naskah surat yang seolah-olah tidak dikirim ke Roma? Jawabannya banyak.
Ada sarjana yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-14:23 sebagai surat edaran bagi jemaat-jemaat lain, kemudian menambahkan pasal 15-16 pada surat edaran itu.
Ada sarjana lain yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-15:33 kepada jemaat-jemaat Roma, lalu setelah itu, dia mengirimkan surat itu dengan suatu tambahan (pasal 15-16) kepada jemaat lain.
Tetapi setelah Cranfield5 mempertimbangkan semua ini, dia mengambil kesimpulan bahwa seluruh surat ini, pasal 1 sampai dengan pasal 16, dikirim oleh Paulus kepada jemaat-jemaat Roma, dan perbedaan-perbedaan antara naskah muncul karena surat ini disalin di Roma, dan pasal 15 dan pasal 16 tidak selalu disalin karena dianggap ditujukan khusus untuk mereka di kota Roma.
Surat Roma memiliki kesatuan. Beberapa naskah kuno yang tidak lengkap tidak menyangkal kesatuan itu.
Maksud dan Tujuan Surat Roma
Maksud tujuan pertama dari Surat Roma sudah jelas dari pasal 15:22-25 di mana Paulus memberitahu kepada mereka bahwa dia mau mengunjungi mereka di Roma. 15:24 menceritakan satu maksud tujuan yang lain lagi. Dia mau mendapatkan pertolongan dari mereka. Dia mau melayani di Spanyol, dan dia berharap mereka akan memperlancar perjalanannya. Dia akan mencari dukungan bagi pelayanannya di sana. Pasal 15:30-32 menjelaskan bahwa dia juga minta dukungan doa mereka untuk perjalanannya ke Yerusalem, di mana dia akan menghadapi bahaya dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan di mana dia akan menyerahkan suatu persembahan.
Untuk memperoleh hasil yang telah disebut di atas, maka Rasul Paulus mau menguraikan Injil Kristus, karena dengan sungguh mengerti baik murka Allah yang mengancam manusia maupun kebenaran Allah yang dianugerahkan guna penyelamatan setiap orang yang percaya, mereka di Roma diharapkan menjadi terbeban untuk menolong dan mendukung Paulus serta ikut terlibat dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.
Pola Berpikir Surat Roma6
Dalam Surat Roma Rasul Paulus menyatakan suatu pola berpikir yang penting bagi tafsiran surat ini. Bagi dia, eksistensi manusia dibagi dua. Ada dua aion/aion bagi manusia. Satu aion/aion yang dikepalai Adam, dan satu yang dikepalai Kristus. Orang yang tidak memiliki kebenaran Allah berada dalam aion/aion Adam di mana Maut berkuasa. Tetapi Kristus telah membawa aion/aion Kehidupan Kekal yang boleh dialami oleh setiap orang yang berada dalam Kristus. Perlu dimengerti juga bahwa istilah aion/aion itu lain daripada kata zaman. Aion/Aion Kehidupan sudah muncul, tetapi aion/aion Maut masih ada juga. Masa kini ada hubungan yang erat antara aion/aion Kristus dan Kerajaan Allah. Dua-duanya sudah ada, dan masih akan datang dengan segala kepenuhannya. Kerajaan Allah dilawan dengan kerajaan Iblis, dan aion/aion Kristus dilawan dengan aion/aion Adam. Baik aion/aion Kristus maupun Kerajaan Allah hanya dapat dialami oleh orang yang benar, yaitu orang yang memiliki kebenaran Kristus.
Pentingnya hal aion/aion baru dan aion/aion lama menjadi nyata kalau garis besar Surat Roma diselidiki. Hidup orang yang sudah dibenarkan karena iman adalah tema Surat Roma, sedangkan dua aion/aion tersebut di atas mewarnai kerangka Surat Roma.
Hagelberg: Roma (Garis Besar) GARIS BESAR
roma
I. Pendahuluan 1:1-1:17
A. Salam 1:1-1:7
B. Perkenalan 1:8-1:15
C. Tema Surat 1:16...
GARIS BESAR
roma
- I. Pendahuluan 1:1-1:17
- A. Salam 1:1-1:7
- B. Perkenalan 1:8-1:15
- C. Tema Surat 1:16-1:17
- II. Injil 1:18-15:13
- A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
- 1. Murka Allah Dinyatakan melawan... 1:18-3:20 (aion/aion kematian)
- a. ...Manusia tanpa Kebenaran 1:18-1:32
- b. ...Manusia yang Mengusahakan Kebenaran dari Hukum Taurat 2:1-3:8
- c. ...Semua Manusia 3:9-20
- 2. Kebenaran Allah Dinyatakan 3:21-4:25 (aion/aion hidup)
- a. Kebenaran Allah Dinyatakan melalui Kristus 3:21-3:31
- b. Kebenaran Allah Disaksikan melalui Kehidupan Abraham 4:1-4:25
- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
- 1. Dia akan Hidup Bebas dari Murka 5:1-5:11
- a. Kita memiliki damai terhadap Allah 5:1-4
- b. Keadaan kita berdasarkan kasih Allah 5:5-8
- c. Kasih Allah meluputkan kita dari murkaNya 5:9-11
- 2. Dia akan Hidup Bebas dari Dosa 6:1-6:23
- a. Melalui Baptisan Rohani Kita Bebas dari Dosa 6:1-14
- b. Kita yang Dibebaskan, Menjadi Hamba Kebenaran 6:15-23
- 3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
- a. Dalam Kristus Kita Mati Terhadap Hukum Taurat 7:1-6
- b. Hukum Taurat Dapat Membangkitkan Dosa 7:7-13
- c. Hukum Taurat Tidak Dapat Membangkitkan Yang Baik 7:14-25
- 4. Dia akan Hidup Bebas dari Maut 8:1-8:39
- a. Melalui Roh Allah Kita Dapat Mengenal Kristus dan Kuasa KebangkitanNya, Sehingga Kita Bebas 8:1-8:13
- b. Kita Dapat Mengenal Kristus dan Persekutuan dalam PenderitaanNya, Sehingga Kita Bebas 8:14-8:30
- c. Kesimpulan dari Pasal 5-8: Kita Dapat Menang dalam Kesusahan 8:31-8:39
- C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9-11
- 1. Israel, yang Diberkati Allah, Merupakan Beban yang Berat bagi Paulus 9:1-5
- 2. Allah yang Berdaulat Telah Memberi Janji Hanya kepada Mereka yang Percaya 9:6-29
- 3. Israel Sendiri Bertanggung Jawab atas Penolakannya 9:30-10:21
- a. Ringkasan Bagian Ini: Batu Sandungan, Batu Sentuhan 9:30-33
- b. Israel Rajin tapi Keliru, karena tidak Mencari Kristus yang adalah Tujuan Hukum Taurat 10:1-4
- c. Melalui Iman, Kebenaran dan Pertolongan Dekat, Tidak Jauh Seperti Melalui Hukum Taurat 10:5-13
- d. Firman Iman Sudah Diberitakan kepada Israel, tapi Israel Melanggar dan Menyangkal 10:14-21
- 4. Israel Tidak Ditolak untuk Selama-lamanya 11:1-36
- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
- 1. Penyesuaian pada Aion/Aion Baru 12:1-13:14
- a. Ringkasan dari pasal 5-8, 12:1-2
- b. Supaya Cita-Cita yang Layak Ditentukan 12:3-8
- c. Supaya mengasihi 12:9-21
- d. Supaya Tunduk pada Kuasa Pemerintah 13:1-7
- e. Sikap Kasih 13:8-10
- f. Waktunya Mendesak 13:11-14
- 2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
- a. Masalah yang Dihadapi: Tantangan bagi "yang Lemah" 14:1-12
- b. Tanggung Jawab bagi "yang Kuat" 14:13-23
- c. Kristus Sebagai Teladan 15:1-6
- d. Ringkasan: Yahudi dan Bukan Yahudi Sehati Sepikir Memuji Tuhan 15:7-12
- e. Berkat yang Meringkas Seluruh Surat Roma 15:13
- III. Penutup 15:14-16:27
- A. Paulus Menulis Surat Roma Karena Dia Rasul Kepada Bangsa-Bangsa Bukan Yahudi 15:14-21
- B. Rencana Paulus untuk Mengunjungi Mereka 15:22-33
- C. Salam kepada Individu dan Kelompok yang Tertentu 16:1-16
- D. Peringatan mengenai Orang yang Menimbulkan Perpecahan 16:17-20
- E. Salam dari Saudara-saudara Seiman 16:21-24
- F. Pujian 16:25-27
Hagelberg: Roma DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F....
DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F. F., The Epistle of Paul to the Romans, Tyndale New Testament Commentaries, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1963.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38A: Romans 1-8, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38B: Romans 9-16, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Hodge, Charles, Commentary on the Epistle to the Romans, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1886.
Hodges, Zane, Absolutely Free!, Academie Books, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1989.
Hodges, Zane, catatan dari Surat Roma, tanpa tahun.
Hoehner, Harold, bahan kuliah dari 206 Eksegesis Roma, Dallas Theological Seminary, 1981.
Liddell, Henry George dan Scott, Robert, A Greek-English Lexicon, Oxford University Press, Oxford, edisi ke 9, 1940.
Moulton, James Hope dan Milligan, George, The Vocabulary of the Greek New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1930.
Murray, John, The Epistle to the Romans, The New International Commentary on the New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1959, edisi dalam satu jilid 1968.
Newell, William R., Romans Verse by Verse, Word Bible Publishers Inc., Iowa Falls, hak cipta 1938.
Nygren, Anders, Commentary on Romans, Fortress Press, Philadelphia, hak cipta 1949.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
Witmer, John A. "Romans," dalam The Bible Knowledge Commentary. Wheaton: Victor Books, 1983.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Lightfoot, John, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew- 1 Corinthians, vol. 4, Hendrickson Publishers, 1989.
Denny, James, "Saint Paul's Epistle to the Romans", dalam The Expositor's Greek Testament, 2, halaman 555-725. Robertson Nicoll, redaksi, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids.
Guthrie, Donald, New Testament Introduction, Intervarsity Press, Downers Grove, 1970.
Knox, John, dan Cragg, Gerald R., "The Epistle to the Romans", dalam The Interpreter's Bible, vol. 9, Abington-Cokesbury Press, New York, hak cipta 1954.
Stifler, James, The Epistle to the Romans, Moody Press, Chicago, hak cipta 1960.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) PASAL 7
MATI TAPI DISATUKAN DENGAN KRISTUS
Dalam Roma 7, pembahasan tentang "pengudusan" berlanjut terus. Ini adalah topik tentang dipisah...
PASAL 7
MATI TAPI DISATUKAN DENGAN KRISTUS
Dalam Roma 7, pembahasan tentang "pengudusan" berlanjut terus. Ini adalah topik tentang dipisahkan oleh Allah dan kemudian menjalani kehidupan yang konsisten dengan status baru. Dalam pasal 6, Paulus menggunakan dua analogi untuk menyampaikan pesannya: Kamu mati bagi dosa (jadi berperilakulah seperti itu); kamu adalah hamba Allah (jadi berperilakulah seperti itu). Dalam pasal 7, Paulus memperkenalkan analogi ketiga: Kamu menikah dengan Kristus (jadi berperilakulah seperti itu).
Seperti telah ditulis sebelumnya, Roma 6 adalah tentang hubungan orang Kristen dengan dosa, sementara Roma 7 membahas hubungan orang Kristen dengan hukum. Mengenai pasal 7, John R. W. Stott menulis bahwa "'hukum' atau 'perintah' atau 'peraturan tertulis' disebutkan dalam setiap ayat dari empat belas ayat pasal itu, dan sekitar tiga puluh lima kali di seluruh nas itu yang merentang dari 7:1-8:4."1
Penerapannya bisa dibuat kepada hukum pada umumnya, tetapi fokus Paulus adalah pada hukum Musa (lihat 7:7).
Orang Yahudi menganggap hukum Taurat "karunia tertinggi dari Allah."2Raja Daud menulis, "Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman" (Maz. 19:7). Namun begitu, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus membuat beberapa pernyataan seperti ini mengenai hukum Taurat:
Tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, (3:20).
Hukum Taurat membangkitkan murka (4:15).
Hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak (5:20). Kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. (6:14).
Bagi orang-orang Yahudi yang membaca surat Paulus, mereka pasti mengira bahwa ia menolak karunia terbesar yang Allah telah berikan. Waktunya telah tiba bagi Paulus untuk memperkuat dan memperjelas pelbagai pernyataannya tentang hukum Taurat. Ia melakukannya dalam pasal 7.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Orang Kristen Dan Hukum Taurat (Roma 7:1-14)
Dalam Roma 7:1-14, yang terutama ada dalam pikiran Paulus adalah hukum Musa (lihat 7:7);58tetapi, sepert...
Orang Kristen Dan Hukum Taurat (Roma 7:1-14)
Dalam Roma 7:1-14, yang terutama ada dalam pikiran Paulus adalah hukum Musa (lihat 7:7);58tetapi, seperti biasanya, penerapannya bisa lebih luas daripada hukum Musa. Rasul itu kadang-kadang menggunakan kata sandang pasti untuk kata Yunani "hukum" (nomos) (7:1-7, 12, 14)59dan kadang-kadang tidak menggunakan (7:1, 2, 7-9). Oleh karena itu, mari kita bahas hukum Musa dan hukum pada umumnya.
Hukum tidak buruk. Pertama kita harus perhatikan bahwa hukum, dalam dan dari dirinya sendiri, tidak buruk. Dari cara Paulus membicarakan hukum dan hukum Taurat pada pasal-pasal sebelumnya, orang mungkin mendapat kesan bahwa ia mengatakan bahwa hukum adalah buruk. Dalam pasal 7, ia menegaskan bahwa hukum Taurat adalah baik (7:12). Hukum Taurat bukan dosa; sebaliknya, hukum Taurat mengungkapkan dosa (7: 7).
Ketika seorang dokter mengatakan bahwa pasien itu punya kebutuhan mendesak untuk operasi jantung, apakah dokter itu bertanggung jawab bagi masalah kesehatan pasien itu? Ketika cahaya yang terang mengekspos kotoran dan keberantakan, apakah itu berarti cahaya itu menyebabkan kehancuran? Ketika saya menimbang dengan timbangan kamar mandi dan panahnya melewati angka bobot badan saya yang seharusnya, apakah itu berarti timbangan itu harus disalahkan atas kelebihan berat badan saya? Dalam teks kita, Paulus menekankan bahwa tujuan hukum Taurat adalah mengungkapkan dosa. Ini tidak menjadikan hukum itu bertanggung jawab atas dosa.
Kita butuh hukum. Beberapa orang berpendapat bahwa solusi bagi masalah dosa adalah melenyapkan hukum yang mengekspos dosa. Namun begitu, jika tidak ada dokter yang mendeteksi penyakit di jantung manusia, akankah hal itu membuat sehat manusia? Jika tidak ada cahaya yang mengekspos kotoran dan debu, akankah kotoran lenyap? Jika saya menghancurkan setiap set timbangan di dunia, akankah itu memecahkan masalah berat badan saya?
Dalam teks kita, Paulus menetapkan bahwa kita butuh hukum. Kita butuh hukum pada umumnya. Rogers menulis, "Kita harus bersyukur atas adanya hukum karena hukum mengatur kehidupan"; hukum "melindungi kehidupan."60Tanpa hukum, hanya akan ada anarki dan kekacauan. Sebuah masyarakat yang tanpa hukum adalah masyarakat yang merusak diri sendiri. Secara khusus, kita butuh hukum Allah. Hukum Allah (1) mengungkapkan sifat dan karakter si Pemberi Hukum, (2) memberikan arti dan tujuan hidup kita, (3) menunjukkan jalan yang kita harus ikuti dan mendorong kita untuk tetap di jalan itu, dan (4) menguraikan upah untuk ketaatan dan hukuman untuk ketidaktaatan.
Banyak orang memberontak terhadap hukum yang bersifat membatasi, tetapi hukum Allah diberikan untuk melindungi kita. Ketika saya tumbuh dewasa di sebuah peternakan, keluarga saya memagari hewan kami. Pagar iu melindungi hewan-hewan itu. Pagar bisa mencegah anak sapi berkeliaran ke jalan dan ditabrak mobil. Pagar bisa menjauhi sapi dari ladang alfalfa [tanaman untuk makanan sapi], supaya ia tidak makan terlalu banyak dan menjadi sakit parah. Beberapa hewan tidak mau dikekang, dan mereka melompat pagar. Lebih dari satu kali kesempatan, saya menyaksikan Ayah menusukkan pisau ke perut sapi atau kuda yang mengalami peradangan lamina untuk mengurangi tekanan dan mencoba untuk menyelamatkan nyawanya.
Hukum Allah adalah baik dan perlu. Hukum itu diberikan untuk menolong kita dan melindungi kita.
Kita tidak terikat oleh hukum Musa. Meski "kita butuh hukum," namun Perjanjian Baru menjelaskan bahwa sekarang ini tidak ada orang yang terikat oleh hukum Musa.61Paulus, dalam kitab Galatia, menjelaskan bahwa hukum Taurat diberikan untuk tujuan sementara, yang telah dipenuhi (Gal. 3:19, 23-25). Dalam kitab Roma, pendekatan dasarnya berbeda: Penekanannya adalah pada fakta bahwa hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan (3:20). Pada saat yang sama, ia tidak ragu-ragu untuk menunjukkan bahwa, sejak kematian Yesus, orang tidak lagi terikat oleh hukum Musa.
Pada bagian pertama Roma 7, Paulus berkata, "Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus [yang disalibkan]" (7:4). Sekali lagi, katanya, "Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita" (7:6). Ajarannya di sini selaras dengan nas-nas lain Perjanjian Baru mengenai fakta bahwa perjanjian Allah dengan orang-orang Yahudi telah digenapi dan ditiadakan (Kol. 2:14; Efe 2:14, 15; Ibr. 7:11-22; 8:7-13; 9:1; 10:9, 10).
Kadang-kadang ada pendapat bahwa pelbagai ketetapan sipil dari Hukum Taurat telah dibatalkan, namun prinsip-prinsip moral Hukum Taurat masih mengikat. Moo menyebut "perbedaan yang sudah mapan antara hukum sipil, upacara, dan moral itu" "dipertanyakan." Ia berkata, "Orang Yahudi pastinya tidak membagi hukum Taurat dengan cara ini, dan bukti dari Perjanjian Baru bahwa orang Kristen mula-mula melakukan [pembagian itu] adalah [bukti yang] lemah."62Masalah mendasar pada perbedaan hukum sipil/moral adalah perbedaan itu bisa disalahgunakan. Misalnya, bersikeras bahwa Sepuluh Perintah Allah adalah inti hukum moral akan membuat hukum Sabat hari ketujuh masih mengikat (lihat Kel. 20:8-11). Lebih baik memikirkan prinsip-prinsip moral mendasar yang bahkan sudah ada sebelum hukum Taurat diberikan (lihat, misalnya, Kej. 9:6). Prinsip-prinsip tersebut pertama kali dimasukkan ke dalam hukum Musa dan belakangan ke dalam perjanjian baru Yesus.
Dalam Roma 15:4, Paulus mengatakan bahwa "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." Melihat prinsip-prinsip moral Perjanjian Baru didefinisikan dan diperlihatkan dalam Perjanjian Lama sering membantu pemahaman kita tentang mereka.
Kita masih tunduk pada hukum. Beberapa orang memahami ajaran Paulus tentang hukum lebih jauh daripada yang ia maksudkan. Mereka mengatakan, "Kita tidak hanya bebas dari hukum Musa, tapi kita juga bebas dari hukum agama apa saja." Meski benar bahwa kita tidak lagi berada di bawah sistem hukum/perbuatan, namun ini tidak berarti Allah tidak memberi kita hukum untuk ditaati atau kita tidak tunduk kepada hukum-hukum-Nya.
Beberapa orang di zaman kini tidak menyukai kata "hukum," tetapi Paulus dan para penulis lain Perjanjian Baru tidak ragu-ragu untuk menggunakan istilah itu (1 Kor. 9:21; Gal. 6:2; Yak. 1:25). Selanjutnya, beberapa orang tidak suka dengan gagasan harus mematuhi "perintah"; tapi Yesus berkata, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yoh. 14:15). Paulus mengingatkan jemaat Korintus bahwa "Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah" (1 Kor. 7:19). Salah satu tujuan Yohanes dalam menulis surat pertamanya adalah untuk melawan antinomianisme, keyakinan bahwa melaksanakan hukum/perintah adalah tidak penting (1 Yoh. 2:3, 4; 3:22, 24; 5:2, 3).
Hukum yang di bawahnya kita tunduk sekarang ini terdapat di dalam Perjanjian Baru Yesus. Ini adalah perjanjian baru yang sudah diramalkan oleh Yeremia (Yer. 31:31-34; Ibr. 8:7-13), wasiat yang mulai berlaku ketika Yesus mati di kayu salib (Ibr. 9:15-17).
Hukum tidak, tidak bisa, menyelamatkan kita. Kita tunduk kepada hukum yang terdapat di dalam Perjanjian Baru, tetapi kita perlu memahami bahwa tidak ada hukum—bahkan hukum Perjanjian Baru yang dapat menyelamatkan kita. Menyelamatkan bukan sifat hukum. Hukum dapat mendefinisikan dosa tetapi tidak dapat menghapus dosa. Hukum dapat mengungkapkan dosa tetapi tidak dapat menawarkan obat untuk dosa. Hukum dapat menghukum dosa tetapi tidak bisa menghibur orang berdosa. Sekali lagi, mari kita perhatikan ilustrasi cahaya: Cahaya hukum dapat mengekspos retakan dan celah-celah dalam hidup kita, tetapi tidak dapat mengisi rongga-rongga itu. Cahaya hukum dapat memperlihatkan kotoran yang tersembunyi di sudut-sudut gelap kehidupan kita, tetapi tidak dapat menghilangkan kotoran itu.63
Karena hukum dapat membuat kita menyadari dosa kita tetapi tidak dapat menghapus kesalahan kita, maka kita bisa menambahkan tujuan lain Allah memberikan hukum kepada manusia: membuat manusia mencari tempat lain untuk keselamatan—secara khusus, untuk membuat kita menyadari kebutuhan serius kita akan kasih karunia-Nya. Paulus mengatakan bahwa hukum Musa diberikan untuk memimpin manusia kepada Yesus (Gal. 3:24). Dalam satu pengertian, tujuan dari semua hukum yang Allah berikan adalah untuk mengarahkan jiwa-jiwa kepada Yesus.
Kesimpulan. Pertimbangkanlah dengan hati-hati kebenaran-kebenaran ini:
Allah cukup peduli terhadap kita sehingga memberi kita hukum-hukum untuk memberikan arahan bagi hidup kita.
Sekarang ini, kita berada di bawah Perjanjian Baru Kristus, bukan di bawah hukum Musa.
Kita tidak bisa diselamatkan hanya dengan menaati hukum, melainkan kita harus diselamatkan oleh kasih karunia Allah.
Kita harus menaati apa yang Yesus katakan untuk memanfaatkan kasih karunia Allah (Yoh. 3:16; Luk 13:3; Mat. 10:32; Mrk. 16:15, 16; Yoh. 14:15).
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Dibebaskan Dari Hukum Taurat (Roma 7:1-6)
Paulus memulai pasal 7 dengan menyebutkan bahwa "hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup&...
Dibebaskan Dari Hukum Taurat (Roma 7:1-6)
Paulus memulai pasal 7 dengan menyebutkan bahwa "hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup" (7:1). Ia menggambarkan maksudnya dengan pernikahan: Seorang istri terikat oleh hukum terhadap suaminya selama suaminya masih hidup; tetapi jika suaminya itu meninggal, ia "terbebas" dan secara hukum dapat menikah kembali (7:2, 3). Kata Yunani yang diterjemahkan "terbebas" adalah dari katargew (katargeō). Morris berpendapat bahwa ini adalah kata yang kuat yang berarti "membatalkan atau membuat tidak berlaku sepenuhnya."64
Paulus membuat penerapan ini: "Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, …" (7:4). Berikut ini adalah pernyataan utama Paulus mengenai hubungan kita dengan Hukum Taurat: Kita mati "bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus." "Kematian" ini terjadi ketika iman kita menuntun kita untuk "dibaptis ke dalam kematian-Nya" (6:3).
Paulus selanjutnya bicara tentang seperti apakah kehidupan kita sebelum mati bagi hukum Taurat: "Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut" (7:5). Tujuan hukum Taurat bukan untuk membangkitkan hawa nafsu dosa. Tujuan hukum Taurat adalah untuk mengungkapkan dan mendefinisikan dosa, dan untuk mendorong manusia melenyapkan dosa dari kehidupan mereka. Namun begitu, satu hasil hukum Taurat adalah membangkitkan hawa nafsu dosa. Dalam 7:8-13, Paulus memberi contoh tentang hukum Taurat yang membangkitkan ketamakan di hatinya.
Bagaimanakah hukum Taurat membangkitkan dosa? Berikut ini adalah beberapa pendapat, meski pendapat-pendapat itu saling tumpang tindih.
Pertama, hukum Taurat meminta perhatian kepada dosa. Jika saya harus mengatakan kepada Anda, "Jangan pikirkan gajah," Anda akan segera berpikir tentang gajah. Mungkin sudah berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan mungkin bertahun-tahun, sejak terakhir kali Anda memikirkan gajah; tapi pada saat saya katakan, "Jangan pikirkan gajah," justru itulah yang terlintas dalam pikiran Anda. Bruce menyampaikan sebuah cerita lama tentang anggota gereja yang keberatan dengan pembacaan Sepuluh Perintah dalam perhimpunan gereja "karena mereka [Sepuluh Perintah itu] memasukkan begitu banyak gagasan ke dalam kepala manusia."65Ada manfaat dalam menjaga Firman Allah selalu di depan mata kita (lihat Eze. 37:20), tapi orang itu mungkin benar tentang pelbagai perintah "jangan kamu" yang bisa "memasukkan pelbagai gagasan" di kepala beberapa orang.
Kedua, larangan dapat menimbulkan daya tarik tertentu kepada apa yang dilarang. Ketika kita melihat tanda "Dilarang Masuk," kita menjadi ingin tahu mengapa orang ingin kita "dilarang masuk." Tanda itu sering ditempatkan di suatu titik untuk menjauhkan kita dari jalan yang berbahaya, tapi kita mungkin bertanya-tanya apakah, selepas tanda itu, ada sesuatu yang menarik yang orang tidak ingin kita memilikinya. Contoh klasik dari hal ini adalah larangan Allah untuk jangan makan dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Kej. 2:16, 17; 3:1-5).
Ketiga, ketika kita diberitahu untuk jangan melakukan sesuatu, banyak dari kita memiliki respons keras kepala yang justru membuat kita ingin melanggar perintah itu. Mungkin kita sebelumnya tidak punya keinginan seperti itu, tapi setelah larangan itu diberikan kita malah punya keinginan itu. Ambil, misalnya, tanda yang mengatakan, "Cat Basah. Jangan Sentuh." Mungkin, sebelum tanda itu dipasang tidak ada orang yang tertarik untuk menyentuh benda yang telah dicat; tapi setelah tanda itu dipasang, beberapa sidik jari mulai muncul di cat baru itu.
Akhirnya, larangan memberikan sensasi kepada beberapa orang, bahkan rasa kekuasaan, memberontak terhadap kekuasaan. Ketika wanita tuna susila dari Amsal berusaha merayu laki-laki muda, ia berbisik, "air curian manis" (Ams. 9:17). Jika tidak ada penguasa, tidak akan ada pemberontak; jadi, dalam satu pengertian, bisa dikatakan bahwa kekuasaan "membangkitkan" pemberontakan.
Menyadari pelbagai kecenderungan insani ini, Paulus mengatakan bahwa "hawa nafsu dosa … dirangsang oleh hukum Taurat" (7:5). "Tapi sekarang," katanya, "kita telah dibebaskan dari hukum Taurat" (7:6). Kata "dibebaskan" adalah sama seperti yang terdapat di ayat 2, di mana kita membaca bahwa seorang istri "terbebas" dari ikatan pernikahannya ketika suaminya meninggal. Kata itu menunjukkan bahwa hubungan yang lama itu dibuat "batal dan tidak berlaku."
Paulus berkata, "Kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita" (7:6; huruf miring ditambahkan). "Yang mengurung kita" mengacu kepada hukum Taurat. Petrus bicara tentang hukum Taurat sebagai "kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri" (Kisah 15:10). Kapan dan bagaimanakah manusia mati bagi "kuk" yang mengurung itu? Menurut ayat 4, mereka "telah [dibuat] mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus [yang disalibkan]" (7:4). Mereka kemudian bebas untuk menjadi bagian dari mempelai perempuan Kristus, gereja.
Pelajaran Untuk Pengantin Baru (Roma 7:1-6).
Analogi 7:1-6 yang diperluas menunjukkan bahwa, secara rohani, orang Kristen adalah mempelai perempuan Kristus. Pada tingkatan fisik, beberapa orang tidak punya gagasan lengkap tentang apa itu pernikahan. Mereka menikah dan masih hidup seolah-olah mereka masih sendiri. Hal ini juga berlaku secara rohani. Beberapa orang tampaknya tidak punya gagasan apa artinya "menikah" dengan Kristus. Mereka menjadi bagian dari mempelai perempuan Kristus (gereja), tetapi terus hidup seolah-olah mereka tidak membuat komitmen kepada Tuhan.
Penerapan ini berjudul "Pelajaran Untuk Pengantin Baru." Penekanannya tidak akan pada kesatuan sah dengan seorang pasangan, namun pada hubungan rohani kita dengan Kristus. Pada saat yang sama, masing-masing dari kita bisa belajar sesuatu tentang bagaimana berhubungan dengan pasangan perkawinan duniawi. Dalam Efesus 5:22-33, fokus Paulus adalah kepada Kristus dan gereja (Efe. 5:32), tapi kita masih menggunakan nas itu untuk belajar tentang hubungan suami/istri. Roma 7:1-6 menyediakan beberapa pelajaran penting bagi pasangan yang sudah menikah maupun bagi orang Kristen (yang telah disatukan dengan Yesus dalam baptisan).
Berkomitmen (7:2-4). Prinsip pertama adalah bahwa kita harus berkomitmen terhadap suami kita, Yesus. Tujuan Paulus dalam Roma 7:1-6 bukan untuk memberikan petunjuk terinci tentang pernikahan, tapi satu fakta adalah jelas dari kata-katanya: Ia percaya bahwa pernikahan adalah untuk seumur hidup. "Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. … Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain" (7:2, 3). Pernah dikemukakan bahwa, dalam mengacukan Kristus sebagai "Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati" (7:4), Paulus tidak hanya mengidentifikasi Yesus. Sebaliknya, ia juga menekankan bahwa pernikahan rohani kita tidak akan rusak oleh kematian sang Suami, tidak seperti yang terjadi pada ilustrasi pernikahan dalam ayat 2 dan 3. Kristus "sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lag i" (6:9).
Perkawinan adalah untuk seumur hidup. Di tempat lain, Kristus memberikan satu pengecualian bagi aturan itu (lihat Mat. 19:3-9),66tetapi Paulus tidak sedang membahas pengecualian itu. Ia hanya peduli dengan aturan itu: Perkawinan adalah untuk seumur hidup. Janji perkawinan di AS sering berisi kata-kata seperti "selama kita berdua akan hidup" atau "sampai maut memisahkan kita." Janji ini disertakan bukan karena mereka bersifat "tradisional," tetapi karena janji itu mengungkapkan rencana Allah bagi perkawinan.
Sangat menyedihkan bahwa beberapa orang menganggap remeh janji pernikahan mereka—dan malah lebih menyedihkan bahwa beberapa orang menjadi bagian dari mempelai perempuan Kristus tanpa membuat komitmen seumur hidup kepada Tuhan. Yesus berkata bahwa "orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat" (Mat. 10:22; huruf miring ditambahkan).
Setialah (7:3). Pelajaran jelas lainnya dari nas ini adalah bahwa kita perlu setia kepada Pasangan Nikah kita: "Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain" (7:3). Ungkapan "dianggap" adalah dari crhmati÷zw (chrēmatizō), yang mengacu kepada apa yang dikenal publik. Alkitab Phillips menulis "ia menimbulkan noda perzinahan."
Dalam Perjanjian Lama, Israel seharusnya menjadi mempelai perempuan Yahweh; tapi kaum itu terus "berzinah dengan mengikuti allah lain" (Hak. 2:17; lihat 8:33; 1 Taw. 5:25). Akibatnya, orang Israel didakwa melakukan perzinahan rohani (lihat Eze. 23:37). Kita juga dapat bersalah karena perzinahan rohani. Bagaimana? Dengan menempatkan sesuatu—apa saja—sebelum Yesus. Yakobus menulis, "Hai kamu, orang-orang yang tidak setia [secara rohani]! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah" (Yak. 4:4). Kristus sendiri berkata, "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku" (Mat. 10:37; lihat 6:33).
Sungguh memilukan ketika seorang suami atau istri tidak setia kepada pasangan hidupnya. Bahkan lebih memilukan ketika para anggota dari mempelai perempuan Kristus menjadi tidak setia kepada Yesus. Mari kita berusaha menjadi mempelai perempuan yang "kudus dan tak bercacat" seperti yang Tuhan inginkan (Efe. 5:27). Yesus memberitahu jemaat di Smirna, "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan" (Why. 2:10).
Berbuahlah (7:4, 5). Karena kita "menikah" dengan Kristus, kita harus berbuah dan "berbuah bagi Allah." Yesus berkata, "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak" (Yoh. 15:8); "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya" (Yoh. 15:2). John MacArthur, Jr., bersikeras bahwa "orang Kristen yang tidak berbuah bukan orang Kristen sejati."67
Dalam 7:4, Paulus tiba-tiba beralih dari orang kedua ("kamu") kepada orang pertama ( "kita") di tengah-tengah kalimat: "…supaya kamu menjadi milik orang lain, … agar kita berbuah bagi Allah"(huruf miring ditambahkan). Penggunaan orang pertama berlanjut terus dalam ayat 5: "Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, … bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut" (huruf miring ditambahkan). Mungkin Paulus tiba-tiba teringat akan perubahan hidupnya sendiri. Sewaktu ia "dikurung" oleh hukum Taurat (7:6), ia mengira sedang menghasilkan buah bagi Allah (lihat Kisah 26:9). Ketika Kristus menampakkan diri kepada dia, ia menyadari bahwa ia hanya menghasilkan buah bagi maut.
Namun begitu, melalui tubuh Yesus yang disalibkan, ia dibebaskan dari hukum Taurat—dan kemudian bisa berbuah bagi Tuhannya yang kekasih!
Bermanfaat (7:6). Bagaimanakah seharusnya sikap kita dalam melayani Tuhan? Haruskah kita marah karena kita harus melayani Dia? Tidak jika kita memahami apa yang telah Ia lakukan bagi kita. Ia telah melayani kita dalam banyak cara yang berbeda! Haruskah kita melakukan yang paling sederhana ketika kita melayani Dia? Tidak jika kita mengasihi Dia. Kasih akan memotivasi kita untuk berbuat lebih banyak bagi Tuhan dibandingkan yang bisa dilakukan dengan selalu melaksanakan hukum semata! Itu membawa kita kepada pokok pikiran terakhir.
Kasihilah (7:6). Hubungan pernikahan bukan tentang mematuhi seperangkat aturan. Ini adalah tentang dua orang yang saling mencintai satu sama lain dan mencoba untuk membuat satu sama lain bahagia. Saya mengenal beberapa orang yang sudah menikah yang tidak suka dengan peran yang Allah berikan kepada mereka. Saya telah mendengar gerutuan seperti ini: "Kita tidak punya pilihan karena itu adalah apa yang Alkitab ajarkan." Saya mengenal bahkan lebih banyak orang Kristen yang tampaknya tidak bahagia dengan persyaratan yang dikenakan ke atas mereka oleh Perjanjian Baru Kristus. Sikap mereka tampaknya seperti "Kita harus melakukan hal-hal ini karena itu adalah yang Allah perintahkan."
Kita yang merupakan bagian dari mempelai perempuan Kristus harus beralih dari "harus" kepada "ingin." Kita harus meninggalkan keadaan tertekan yang dengan menggerutu tunduk kepada perintah-perintah dari pasangan yang selalu menuntut, dan beralih kepada keadaan menggembirakan yang dengan sukacita memenuhi keinginan-keinginan dari Suami yang penuh kasih. Yohanes mengatakan, "Kita mengasihi Dia, karena Ia lebih dahulu mengasihi kita" (1 Yoh. 4:19; KJV). D. Stuart Briscoe menjelaskan, "Pernikahan dengan Kristus adalah hubungan kasih yang dengan rela tunduk dan patuh dengan sukacita." Briscoe melanjutkan dengan mengatakan bahwa "sikap sebelumnya, yang digambarkan oleh Paulus sebagai 'keadaan lama menurut huruf' … sering bersifat dingin dan penuh amarah; yang terakhir, yang ia sebut 'keadaan baru menurut Roh' bersifat menyegarkan dan spontan."68
Kesimpulan. Sekarang izinkan saya menegaskan tiga kebenaran. Pertama, secara rohani, Anda menikah dengan seseorang atau sesuatu. Secara fisik dan secara hukum, Anda bisa menikah atau tidak menikah, tapi itu tidak benar dalam alam rohani. Jika Anda tidak menikah dengan Kristus, Anda menikah dengan sesuatu yang lain. "Pasangan" Anda bisa saja sistem agama tertentu buatan manusia, keinginan egois Anda sendiri, atau apa saja—tetapi Anda menikah dengan sesuatu selain dengan Kristus.
Kedua, satu-satunya cara Anda dapat mengetahui sukacita sejati dan abadi adalah dengan menikah dengan Kristus. Seperti telah dicatat, gereja adalah mempelai perempuan Kristus; gereja adalah tubuh orang yang diselamatkan oleh darah Yesus (Efe. 5:23, 25; Kisah 20:28). Anda diselamatkan oleh darah Kristus ketika iman Anda menuntun Anda untuk mematuhi kehendak-Nya (6:3, 4, 17, 18). Pada titik itu, Allah menambahkan Anda kepada gereja (Kisah 2:36-38, 41, 47; KJV; lihat 1 Kor. 12:13); Anda menjadi bagian dari mempelai perempuan Kristus. Jika Anda belum menyatakan iman Anda dengan dibaptiskan, saya mendorong Anda untuk melakukannya sekarang juga.
Ketiga (dan ini telah menjadi penekanan utama dalam diskusi ini), sekali Anda menikah dengan Kristus, Anda perlu bersikap seperti orang yang menikah. Saya mengaku bahwa, ketika saya baru saja menikah (pada usia "sangat dewasa" sembilan belas tahun), saya hanya punya gagasan yang tidak jelas tentang apa itu pernikah-an. Saya telah menghabiskan lebih dari lima puluh tahun untuk belajar apa artinya menikah, dan (seperti yang istri saya bisa katakan kepada Anda) saya masih punya banyak hal untuk dipelajari. Mungkin Anda adalah pengantin baru rohani, orang Kristen baru. Jika demikian, gagasan utama dalam pelajaran ini akan membantu Anda untuk memahami apa yang terlibat dalam hubungan baru Anda itu. Anda perlu sadar bahwa Anda adalah bagian dari mempelai perempuan Kristus, dan Anda perlu mengembangkan sifat-sifat berikut: komitmen, kesetiaan, keberbuahan, keberman-faatan, dan kasih.
Suami Yang Berbeda (7:4)
Akan seperti apakah jadinya "menikah" dengan hukum Taurat? Bayangkanlah diri Anda sebagai mempelai perempuan muda yang menikah dengan seorang perfeksionis yang tak kenal kompromi. Ia bukan orang jahat; tapi ia anggap dirinya "sempurna," dan ia mengharapkan Anda untuk menjadi sempurna. Setiap hari ia membuat daftar hal-hal yang Anda harus lakukan, dan ia tidak mau menerima alasan bagi kegagalan dalam melakukan setiap hal secara sempurna pada daftar itu. Sikapnya tidak simpatik dan tak kenal lelah dalam tuntutannya, tidak pernah menawarkan bantuan (lihat Gal. 3:10). Akankah Anda senang menikah dengan orang seperti itu, atau akankah sulit untuk menghadapi setiap hari baru? Seperti itulah rasanya "menikah" dengan hukum Taurat. Ia membuat tuntutan; ia mengungkapkan dan mengecam kegagalan; tetapi ia tidak menawarkan bantuan yang permanen, tidak ada harapan yang nyata.
Sekarang, seperti apakah rasanya "menikah" dengan Kristus? Bukankah Kristus itu sempurna? Ya, jauh lebih sempurna daripada hukum Taurat (Ibr. 4:15; 9:14). Tidakkah Kristus meminta dari kita sebanyak yang diminta oleh hukum Taurat? Ya, bahkan lebih (Mat. 5:27, 28; Efe. 5:27). Lalu, apakah bedanya? Perbedaannya adalah bahwa Tuhan mengasihi kita, benar-benar mengasihi kita; Ia sangat mengasihi kita sehingga Ia rela mati untuk kita (Efe. 5:25). Perbedaannya adalah bahwa, karena kasih-Nya, Ia melakukan bagi kita apa yang tidak dapat kita lakukan.
TFTWMS: Roma (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Va...
Catatan Akhir:
- 1 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1994), 189.
- 2 James R. Edwards, Romans, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1992), 186.
- 3 Larry Deason, "The Righteousness of God": An In-depth Study of Romans, rev. ed. (Clifton Park, N.Y.: Life Communications, 1989), 182.
- 4 Stott, 193.
- 5 Leon Morris, The Epistle to the Romans (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 271-72, n. 10.
- 6 Beberapa penulis mengecam Paulus karena ia "kurang logika." Betapa beraninya manusia yang tidak terilham mengecam manusia terilham karena orang yang ia kecam itu tidak mengikuti aturan logika manusia!
- 7 Beberapa orang menghindari perubahan kiasan dengan menunjukkan bahwa seorang istri "mati sebagai istri" ketika suaminya mati. Dengan kata lain, ia masih seorang perempuan tapi tidak lagi sebagai seorang istri.
- 8 Morris, 273.
- 9 William Barclay, The Letter to the Romans, rev. ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 93.
- 10 D. Martyn Lloyd-Jones, Romans: An Exposition of Chapters 7:1-8:4 (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1973), 51-54.
- 11 John MacArthur, Jr., Romans 1-8, The MacArthur New Testament Commentary (Chicago: Moody Press, 1991), 362.
- 12 Stott, 196.
- 13 Douglas J. Moo, Romans, The NIV Application Commentary (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 2000), 221.
- 14 J. D. Thomas, Romans, The Living Word (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 50 (huruf miring ditambahkan).
- 15 Salah satu argumentasi untuk "roh" ( "r" kecil) adalah bahwa tidak ada kata sandang pasti dalam teks Yunani sebelum kata yang diterjemahkan "roh." Teks itu secara harfiah terbaca "dalam kebaruan roh."
- 16 Morris, 277.
- 17 Kata-kata Inggris "keinginan" dan "keinginan-keinginan" ditemukan di tempat lain di kitab Roma, di mana kata-kata itu mengacu kepada keinginan yang baik (9:18; 10:1; NASB). Namun begitu, kata-kata itu diterjemahkan dari kata Yunani yang berbeda.
- 18 F. F. Bruce, The Letter of Paul to the Romans, 2d ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 140.
- 19 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White, Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 440.
- 20 Richard A. Batey, The Letter of Paul to the Romans, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1969), 94.
- 21 Vine, 151 (huruf miring ditambahkan).
- 22 Morris, 283. Di Wahyu 12:9, Iblis diidentifikasi sebagai pribadi yang "menyesatkan seluruh dunia" (lihat 2 Kor. 2:11; 11:14; Efe. 6:11).
- 23 Bruce Barton, David Veerman, and Neil Wilson, Romans, Life Application Bible Commentary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1992), 138. Pokok-pokok pikiran yang serupa dibuat dalam Barclay, 96.
- 24 J. W. McGarvey and Philip Y. Pendleton, Thessalonians, Corinthians, Galatians and Romans, The Standard Bible Commentary (Cincinnati: Standard Publishing, n.d.), 353.
- 25 Paulus mungkin menggunakan "hukum Taurat" dan "perintah" secara saling bisa dipertukarkan. Jika perbedaan apa saja harus dibuat, itu mungkin antara "hukum Taurat" secara keseluruhan dan "perintah" sebagai satu komponen dari hukum Taurat.
- 26 Barclay, 97.
- 27 Moo, 233.
- 28 J. W. MacGorman, "Romans 7 Once More," Southwestern Journal of Theology (Fall 1976): 31.
- 29 R. C. Bell, Studies in Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1957), 63.
- 30 Edwards, 184.
- 31 Richard Rogers, Paid in Full: A Commentary on Romans (Lubbock, Tex.: Sunset Institute Press, 2002), 103.
- 32 Sebagai contoh, bandingkanlah Mat. 17:11 dan 17:12.
- 33 Boleh juga dicatat bahwa rata-rata orang Yahudi mungkin tidak memiliki jenis pergolakan batin seperti itu (lihat 10:1-4).
- 34 Thomas, 51-52.
- 35 Jimmy Allen, Survey of Romans, 7th ed. (Searcy, Ark.: By the author, 1994), 72.
- 36 Beberapa naskah kuno memiliki kata terkait sarkikoß (sarkikos), namun bukti naskah lebih mendukung sarkinos. Dua kata itu memiliki arti yang serupa.
- 37 Lihat Untuk Kajian Lebih Lanjut: Kajian Tentang Kata "Daging" (Sarx), dalam pelajaran ini.
- 38 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 914.
- 39 Teks itu berisi beberapa kalimat pengandaian tipe satu di mana "jika" pada dasarnya berarti "sejak."
- 40 Bauer, 504.
- 41 Lihat Ibid., 338; Edwards, 192.
- 42 Di tempat lain, Paulus menggunakan gambaran batiniah/lahiriah dalam konteks Kristen (lihat 2 Kor. 4:16; Efe. 3:16.), sebagai lawan dari konteks non-Kristen.
- 43 Filipi 2:13 mengatakan bahwa Allah dapat menolong kita untuk memiliki "baik kemauan maupun pekerjaan."
- 44 Beberapa orang menemukan tiga "hukum" yang berbeda dalam ayat 23, tetapi hukum yang pertama dan ketiga dikatakan berada dalam "anggota-anggota" tubuhnya. Oleh karena itu, kedua hukum itu mungkin mengacu kepada "hukum" yang sama.
- 45 H. G. Wells, The History of Mr. Polly (New York: Duffield and Co., 1909), 6.
- 46 Rogers, 108.
- 47 Bauer, 988.
- 48 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph Henry Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 614.
- 49 Beberapa orang percaya bahwa "kematian" dalam ayat ini mengacu kepada kematian fisik.
- 50 Bruce, 147; lihat Virgil Aeneid 8.485-488.
- 51 Mereka yang menafsirkan "tubuh maut ini" dalam ayat 24 sebagai "tubuh ditakdirkan untuk kematian fisik" menganggap bagian pertama dari 7:25 mengacu kepada kebangkitan tubuh (lihat Rom. 8:11; 1 Kor. 15:53-57). Mungkin, 7:25a harus jangan dibatasi dengan penafsiran terbatas seperti itu.
- 52 James Burton Coffman, Commentary on Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1973), 275.
- 53 MacGorman, 34.
- 54 Stott, 214.
- 55 Morris, 274.
- 56 Ibid., 293.
- 57 Vine, 242-43.
- 58 Dalam konteks 7:8-13, "perintah itu: secara khusus mengacu kepada perintah untuk jangan mengingini (7:7).
- 59 Istilah "perintah" (ejntolh, entolē), yang berarti "hukum," selalu memiliki kata sandang pasti dalam teks Yunaninya (7:8-13).
- 60 Rogers, 101.
- 61 Orang bukan Yahudi yang tidak menganut agama Yahudi tidak pernah terikat oleh hukum Taurat, bahkan di zaman Perjanjian Lama.
- 62 Moo, 223.
- 63 Diadaptasi dari Charles R. Swindoll, The Grace Awakening (Fullerton, Calif.: Insight for Living, 1990), 15; D. Stuart Briscoe, Romans, The Communicator's Commentary (Waco, Tex.: Word Books, 1982), 148.
- 64 Morris, 271.
- 65 Bruce, 121.
- 66 Beberapa orang berupaya untuk mengisolasi Roma 7:1-6 dan mengatakan bahwa tidak ada alasan Alkitabiah untuk perceraian, tapi prinsip dasar penafsiran adalah mempertimbangkan semua yang Alkitab katakan tentang subjek yang dibahas.
- 67 MacArthur, 364.
- 68 Briscoe, 144.
- 69 Ilustrasi ini diberikan dalam Jim Townsend, Romans: Let Justice Roll Down (Elgin, Ill.: David C. Cook Publishing Co., 1988), 53.
- 70 Ron Howard, prod., The Missing (Santa Monica, Calif.: Revolution Studios, 2003).
- 71 Dikutip dalam Craig Brian Larson, ed., Contemporary Illustrations for Preachers, Teachers, & Writers (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1996), 184.
- 72 Dikutip oleh Glen Pace dalam pelajaran yang dikhotbahkan di Judsonia church of Christ, Judsonia, Arkansas, c. 2001.
- 73 Pemikiran ini didasarkan pada komentar oleh Moo, 246, and Jim Hylton, Just Dying to Live (Kalamazoo, Mich.: Master's Press, 1976), 78.
- 74 Pelajaran-pelajaran ini diadaptasi dari Barclay, 100.
- 75 Jim McGuiggan mencatat, "Bagian terbesar … pengajaran dan khotbah kita adalah diagnosis. Meski ini penting, tapi itu bukan jawaban lengkap sama sekali. Kanker yang didiagnosis tetaplah kanker dan membutuhkan lebih daripada pengakuan"(Jim McGuiggan, The Book of Romans, Looking Into The Bible Series [Lubbock, Tex.: Montex Publishing Co., 1982], 228).
- 76 Townsend, 57.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2016 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka
terhadap kunjungannya kepada mere
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungannya kepada mereka. Menurut rencana, Paulus akan bekerja sementara waktu di antara orang-orang Kristen di sana, kemudian dengan bantuan mereka, ia ingin pergi ke Spanyol. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.
Setelah menyampaikan salamnya kepada orang-orang dalam jemaat di Roma, dan memberitahukan kepada mereka tentang doanya bagi mereka, Paulus mengemukakan tema suratnya ini: "Dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya kepada Allah, dari mula sampai akhir" (Rom 1:17).
Setelah itu Paulus menguraikan temanya itu. Semua orang --baik Yahudi maupun bukan Yahudi -- perlu diperbaiki hubungannya dengan Allah, sebab semuanya sama-sama berada dalam kekuasaan dosa. Hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian Paulus menguraikan tentang hidup baru yang dialami oleh manusia kalau bersatu dengan Kristus. Hidup baru itu tumbuh karena adanya hubungan yang baru dengan Allah. Orang yang sudah percaya kepada Yesus, hidup damai dengan Allah, dan Roh Allah membebaskan dia dari kekuasaan dosa dan kematian. Dalam pasal 5-8 (Rom 5:1-8:39) Paulus menjelaskan juga tujuan Hukum-hukum Allah dan kuasa Roh Allah di dalam kehidupan orang percaya. Kemudian Paulus menjelaskan bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi termasuk dalam rencana Allah untuk umat manusia. Paulus menyimpulkan bahwa penolakan Yesus oleh orang Yahudi sudah termasuk dalam rencana Allah untuk menolong manusia berdasarkan rahmat-Nya melalui Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa orang Yahudi tidak selalu akan menolak Yesus. Akhirnya Paulus menulis tentang bagaimana orang harus hidup sebagai orang Kristen, terutama sekali tentang caranya mempraktekkan kasih dalam hubungan dengan orang-orang lain. Untuk itu Paulus memilih pokok-pokok seperti berikut ini: melayani Allah, kewajiban orang Kristen terhadap negara dan sesama orang Kristen, dan berbagai-bagai persoalan yang menyangkut hati nurani. Paulus menutup suratnya ini dengan pesan-pesan pribadi dan puji-pujian kepada Allah.
Isi
- Pendahuluan dan tema
Roma 1:1-17 - Kebutuhan manusia akan keselamatan
Roma 1:18-3:20 - Jalan keselamatan dari Allah
Roma 3:21-4:25 - Hidup baru karena bersatu dengan Kristus
Roma 5:1-8:39 - Israel dalam rencana Allah
Roma 9:1-11:36 - Kelakuan Kristen
Roma 12:1-15:13 - Penutup dan salam pribadi
Roma 15:14-16:27
Ajaran: Roma (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin
bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kr
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus (Rom 1:1).
Tahun : Sekitar tahun 58 sesudah Masehi, dari kota Korintus.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Roma (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Roma terbagi atas 16 pasal. Dalam kitab ini Rasul Paulus menjelaskan tentang cara manusia yang berdosa diselamatkan, yaitu melalui iman saja kepada Tuhan Yesus. Dan juga tentang cara hidup orang-orang yang telah diselamatkan tersebut.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Roma
Pasal 1-11 (Rom 1:1-11:36).
Pengajaran tentang Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap manusia
Pada bagian ini dijelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan sudah tidak mengenal Allah. Karena itu manusia berdosa sudah berada dalam penghukuman Allah, yaitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui melakukan Hukum Taurat. Keselamatan itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini berarti keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada anugerah Allah yang ada di dalam Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Berdasarkan pasal Rom 1:21-25,28-31. Apakah yang dilakukan manusia di dunia?
- Bacalah pasal Rom 3:23; 6:23. _Tanyakan_: Berapa banyakkah manusia yang berdosa? Apakah akibat dari dosa?
- Bacalah pasal Rom 10:9-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah caranya manusia diselamatkan?
Pasal 12-16 (Rom 12:1-16:27).
Pengajaran tentang kehidupan orang Kristen setiap hari
Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana seharusnya kehidupan dari setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Rom 12:1-2. _Tanyakan_: Apakah ibadah orang Kristen yang sejati dan berkena di hadapan Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:6-8. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap kehidupan seorang pelayan Firma Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:9-21. _Tanyakan_: Bagaimanakah cara hidup orang percaya/Kristen dala masyarakat?
- Bacalah pasal Rom 13:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap pemerintah?
- Bacalah pasal Rom 15:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap orang yan lemah?
- Bacalah pasal Rom 16:17-18. _Tanyakan_: Apakah peringatan Rasul Paulus terhadap orang percaya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Roma jelaslah bahwa Allah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa, dan mengalami penghukuman, yaitu kematian. Allah juga dengan tegas menyatakan bahwa semua usaha manusia untuk menyelamatkan diri dari kematian itu sia-sia. Allah menyatakan bahwa manusia memperoleh keselamatan hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Roma?
- Mengapakah semua manusia berada dalam penghukuman Allah?
- Mengapakah orang Kristen perlu menguduskan diri?
- Bagaimanakah cara hidup orang Kristen?
Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) Inti InjilMENGAPA ROMA?Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Y
Inti Injil
MENGAPA ROMA?
Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Yunani. Tetapi, ia mempunyai suatu rencana jangka panjang untuk menginjili lebih jauh ke barat, yaitu ke Roma dan kemudian lebih jauh lagi. Namun demikian ada hal-hal lain yang perlu dikerjakan terlebih dahulu. Ia harus kembali ke Yerusalem untuk mengambil bantuan yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Kristen bukan Yahudi bagi orang-orang miskin yang percaya di sana. Setelah itu ia dapat dengan leluasa mencurahkan perhatiannya ke ibu kota tersebut, dan setelah itu ia mengarahkan pandangannya ke Spanyol (15:22-29). Alasan Paulus ialah ia selalu ingin merintis daerah baru dan memberitakan Injil di tempat Injil belum pernah didengar. Ini sedikit menjelaskan mengapa surat ini ditulis - sebuah gereja sudah dibangun di Roma, karena itu Paulus tidak menganggap kunjungan ke Roma sebagai prioritas utama (15:18-21). Kita tidak tahu kapan gereja itu didirikan, tetapi jika kita melihat daftar para peziarah di Hari Pentakosta, kita akan melihat bahwa di antara mereka terdapat orang-orang Roma (Kis. 2: 10). Dari nama-nama pada akhir surat ini, rupa-rupanya Paulus sudah mengenal sejumlah besar anggota jemaat di sana (16:3-15), hal ini dapat dimengerti karena banyak jalan menuju Roma. Banyak orang melakukan perjalanan di daerah kekaisaran Roma terutama para pedagang, dan banyak dari mereka akhirnya menetap di ibu kota.
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Tampaknya Paulus sedang mempersiapkan kunjungannya dengan menjelaskan Injil bagi mereka. Mungkin ada orang yang mengritik ajarannya dan ia ingin meluruskan hal itu. Pada waktu yang bersamaan penulisan surat ke Roma merupakan kesempatan untuk menulis intisari kabar baik tentang Kristus secara lebih terinci dibandingkan dengan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru yang lain. Surat Roma merupakan salah satu tulisan Paulus yang paling teratur, oleh karenanya surat ini telah menjadi buku sumber bagi orang Kristen sejak ia mendiktekannya kepada kawannya, Tertius, di Korintus sekitar tahun 57.
PAULUS DI ROMA.
Rencana Paulus tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kita tahu dari Kisah para Rasul bahwa ketika tiba di Yerusalem ia ditangkap, dan setelah beberapa saat di penjara, ia memohon, seperti lazimnya warga negara Romawi, supaya kasusnya dapat didengar oleh Kaisar. Oleh karena itu, ia dibawa ke Roma sebagai tawanan. Rupa-rupanya ia dibebaskan dan melanjutkan pekerjaan pelayanannya sebelum akhirnya dibunuh di Roma.
ORANG ROMAWI DAN GEREJA.
Ketika orang Kristen menemukan kembali surat-surat seperti surat Roma pada waktu Reformasi, hal ini mengubah gereja secara besar-besaran. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat memperoleh keselamatan dari apa yang mereka lakukan. Allah telah melakukan keselamatan itu bagi mereka, dalam cara yang memungkinkan Ia dapat membenarkan orang-orang berdosa. Rahasianya tentu terdapat pada salib.
Pesan
1. Kita semua perlu dibenarkan di hadapan Allah (pasal 1-3)o Bagi orang bukan Yahudi, cukup banyak yang dapat diketahui tentang Dia
- dalam alam semesta. Rom 1:19-20
- dalam kenyataan kita sebagai ciptaan. Rom 2:14-15
o Untuk orang Yahudi, lebih dari cukup - dalam firman-Nya. Rom 2:12, 17-24;3:1-2
o Semua orang jatuh di dalam dosa. Rom 3:9-20, 23
o Tidak seorang pun
- boleh menghakimi orang lain. Rom 2:1-3
- boleh bermegah diri. Rom 3:27
- dapat berdalih. Rom 1:20; 2:1; 3:19
- dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Rom 3:20, 23
2. Allah melakukan semua itu (pasal 3-5)
o Kematian Kristus membayar semua hutang
- Ia mati menggantikan kita. Rom 3:24-25
- pada waktu kita masih berdosa. Rom 5:6-8
- kita dapat dibenarkan. Rom 3:24
o Abraham mempercayai firman Allah
- kita pun harus beriman. Rom 3:25; 4:16-25; 5:1
o Adam melakukan sesuatu yang berakibat pada kita sampai sekarang
- demikian pula apa yang dilakukan Kristus di kayu salib. Rom 5:12-19
3. Cara hidup yang berbeda (pasal 6-8)
o Masalahnya ialah sifat dosa manusia
- yang tidak dapat menjadi baik. Rom 7:18
- yang berseteru terhadap Allah. Rom 8:7
- yang tidak memperkenan Allah. Rom 8:8
o Kuasa datang dari Roh Kudus
- yang diam di dalam kita. Rom 8:9-11
- yang menimbulkan pertentangan. Rom 7:13-23
- yang menyediakan kemenangan. Rom 7:24-25
o Kita harus bekerja sama dengan Dia
- menolak dosa. Rom 6:13, 16, 19; 8:13
- menaati Kristus. Rom 6:13, 16-19, lihat Rom 12:1
o Kita bisa
- memperoleh kemenangan. Rom 6:14
- menerima kehidupan. Rom 8:11
- menjadi anak-anak Allah. Rom 8:14-17
- mengalami pertolongan-Nya. Rom 8:26-27
- menjadi seperti Kristus. Rom 8:28-30, lihat Rom 12:2
- merasa pasti bahwa kita adalah milikNya. Rom 8:31-39
4. Allah tahu apa yang sedang dilakukanNya (pasal 9-11)
o Allah tahu bagaimana mengendalikan umat-Nya
- terhadap orang Yahudi yang tidak taat sekalipun. Rom 9:1-33
- Ia mempunyai rencana induk. Rom 11:1-32
o Kita tetap harus memberikan tanggapan
- dalam iman yang taat. Rom 10:5-21
5. Kita diselamatkan bersama (pasal 12-1)
o Kita adalah anggota dari satu tubuh
- saling memiliki. Rom 12:3-8
- saling mengasihi. Rom 12:9-21; 13:8-10
- saling menerima. Rom 14:1-15:7
- saling menghayati gaya hidup yang baru. Rom 13:1-7, 11-14
Penerapan
1. Tawaran itu cuma-cuma(untuk dibenarkan di hadapan Allah)
o Karena keberadaan kita, itu harus terjadi
o Itu dapat terjadi karena Kristus telah
melakukannya
o Ini berarti
- kita tidak dapat memperolehnya sendiri
- kita harus menerimanya dengan iman
2. Kuasa itu ada
(untuk hidup sebagai orang Kristen)
o Oleh karena kita tidak mampu melakukannya sendiri
o Oleh karena Roh Kudus hidup di dalam kita
o Ini berarti
- membuang sifat-sifat dosa kita
- menaati Yesus Kristus
3. Persekutuan Itu milik kita
(bersama dengan sesama Kristen)
o Oleh karena kita saling memiliki
o Oleh karena kita sekarang tahu bagai
mana mengasihi
o Ini berarti
- kita harus menumbuhkan dan menghargainya
- kita tidak boleh menyalahgunakan atau memandang enteng persekutuan Kristen
Tema-tema Kunci
1. Anugerah.
Kebenaran yang berkali-kali ditanamkan ialah bahwa jika kita dapat menjadi Kristen, Allah yang harus melakukannya. Anugerah Allah itu diberikan dengan cuma-cuma, kita tidak dapat melakukan sendiri. Namun demikian, kita tidak boleh juga menganggap hal itu sepele. Telusurilah tema ini dalam seluruh surat Roma: Rom 1:7; 2:4; 3:24, 27; 4:16; 5:15, 17, 21; 6:1, 15; 11: 5-6.
2. Iman.
Kita mendapat anugerah cuma-cuma dari Allah oleh iman kepada Kristus. Pada saat yang sama, tidak berarti kita hanya semata-mata percaya tentang Dia, tetapi menerima firman Allah, menaati-Nya dan mengakui Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus menekankan tentang iman dalam surat ini, dan juga bagaimana ia mendefinisikannya. Apakah iman kita cukup besar? 1:5 (lihat 15:18); Rom 1:16-17; 3:22, 26-31; 4:1-25; 5:1; 10:8-11; 10:17.
3. Pembebasan (atau Pembenaran).
Kata di atas diambil dari istilah yang ada dalam sidang pengadilan. Allah membebaskan - atau 'membenarkan' - pendosa, menyatakannya'benar', oleh karena apa yang telah Yesus lakukan sebagai penggantinya. Lihat bagaimana Paulus mengaitkan ini dalam kematian Kristus dan iman: Rom 1:17; 3:21-26; 4:1-25; 5:8-11, 15-21; 10:1-10.
4. Kebersamaan.
Perhatikan apa yang Paulus katakan bahwa kita semua berdosa dan kita diselamatkan bersama-sama. Ia menggunakan gambaran tentang tubuh ketika ia ingin menunjukkan bagaimana kita harus bekerja sama satu dengan yang lain. Walaupun hal-hal yang mengganggu dan memecah belah Kristen pada zaman Paulus berbeda dengan masa kini, apakah ia memberikan pedoman yang dapat kita terapkan saat ini? Khususnya lihat 14:1-15:7.
5. Allah adalah Raja.
Kita mendapat kesan yang jelas bahwa walaupun manusia tidak percaya, Allah tetap mengendalikan dunia, sebagaimana Ia mengatur kehidupan Kristen. Hal ini menjadi jaminan yang sangat berarti bagi mereka yang percaya, walaupun kita tidak dapat mengerti bagaimana Ia melakukannya. Bacalah seluruh pasal 9 dan 10 sekali lagi. Bagaimana keduanya saling mengisi?
Garis Besar Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) [1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17Semua tentang Yesus Kristus
Rom 1:8-15Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan
Rom 1:16-17Berit
[1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17 | Semua tentang Yesus Kristus |
Rom 1:8-15 | Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan |
Rom 1:16-17 | Berita secara ringkas |
[2] 'KITA SEMUA ADALAH ORANG BERDOSA' Rom 1:18-3:20
Rom 1:18-32 | Mereka yang tidak memiliki Alkitab |
Rom 2:1-11 | Menghakimi orang lain? |
Rom 2:12-16 | Allah akan menghakimi kita semua |
Rom 2:17-3:20 | Lebih baikkah orang Yahudi? |
[3] 'ALLAH MEMPUNYAI JALAN' Rom 3:21-5:21
Rom 3:21-26 | Apa yang dilakukan oleh salib |
Rom 3:27-31 | Siapa yang boleh bermegah? |
Rom 4:1-25 | Abraham percaya lebih dulu |
Rom 5:1-5 | Sukacita - walaupun dalam kesusahan |
Rom 5:6-11 | Ketika kita tidak berdaya |
Rom 5:12-21 | Kristus dan Adam |
[4] 'HIDUP BARU' Rom 6:1-8:39
Rom 6:1-14 | Dosa dapat dikalahkan |
Rom 6:15-23 | Pergantian pemilik |
Rom 7:1-6 | Pergantian pasangan |
Rom 7:7-25 | Peperangan dalam hati |
Rom 8:1-11 | Roh memberi hidup |
Rom 8:12-17 | Anak-anak Allah! |
Rom 8:18-25 | Dan banyak lagi yang lain |
Rom 8:26-27 | Doa |
Rom 8:28-30 | Tujuan |
Rom 8:31-39 | Apa lagi yang dapat saya katakan? |
[5] 'TETAPI BAGAIMANA HALNYA DENGAN ORANG YAHUDI?' Rom 9:1-11:36
Rom 9:1-5 | Hak-hak istimewa mereka |
Rom 9:6-33 | Maksud Allah |
Rom 10:1-21 | Iman menyelamatkan |
Rom 11:1-36 | Rencana yang aneh |
[6] 'HAYATILAH!' Rom 12:1-15:13
Rom 12:1-2 | Kehidupan yang dipersembahkan |
Rom 12:3-21 | Kehidupan di dalam satu tubuh |
Rom 13:1-7 | Hidup dalam masyarakat |
Rom 13:8-10 | Hidup dalam kasih |
Rom 13:11-14 | Bangun dan hiduplah! |
Rom 14:1-15:13 | Hidup bersama dengan sesama |
[7] 'RENCANA HARI DEPANKU' Rom 15:14-33
Rom 15:14-21 | Pelayanan saya |
Rom 15:22-33 | Ambisi saya |
[8] 'SANGAT BANYAK KAWAN DI ROMA' Rom 16:1-27
Allah memberkati kalian semuaBank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi