Teks -- 1 Samuel 4:1-2 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Sam 4:2
Full Life: 1Sam 4:2 - TERPUKULLAH KALAH ORANG ISRAEL.
Nas : 1Sam 4:2
Israel menderita kekalahan karena kaum imam telah rusak dan umat itu
tidak taat kepada perintah-perintah Allah. Mereka membawa tabut...
Nas : 1Sam 4:2
Israel menderita kekalahan karena kaum imam telah rusak dan umat itu tidak taat kepada perintah-perintah Allah. Mereka membawa tabut perjanjian ke medan pertempuran sambil mengira bahwa tabut tersebut akan memastikan kemenangan mereka
(lihat cat. --> 1Sam 4:3 berikut);
[atau ref. 1Sam 4:3]
sebaliknya, mereka seharusnya bertobat dan memperbaiki cara hidup berdosa mereka jikalau merindukan berkat Allah.
BIS -> 1Sam 4:1
BIS: 1Sam 4:1 - -- Sebuah terjemahan kuno: orang Filistin ... sebab itu. Dalam bahasa Ibrani kata-kata itu tak ada.
Sebuah terjemahan kuno: orang Filistin ... sebab itu. Dalam bahasa Ibrani kata-kata itu tak ada.
Jerusalem: 1Sam 3:1--4:1 - -- Ceritera ini mengenai penyataan Allah yang pertama, yang olehnya Samuel dijadikan nabi, 1Sa 3:20. Ini bukan mimpi sebab Samuel justru dibangunkan oleh...
Ceritera ini mengenai penyataan Allah yang pertama, yang olehnya Samuel dijadikan nabi, 1Sa 3:20. Ini bukan mimpi sebab Samuel justru dibangunkan oleh suara itu. Dengan arti kata luas peristiwa itu boleh dikatakan "penglihatan", 1Sa 3:15. Samuel memang tidak melihat apa-apa tetapi hanya mendengar suara Tuhan.
Jerusalem: 1Sam 4:1 - seluruh Israel Terjemahan Yunani menambah: Eli sangat lanjut umurnya dan anak-anaknya berkanjang dalam kejahatan mereka terhadap Tuhan
Terjemahan Yunani menambah: Eli sangat lanjut umurnya dan anak-anaknya berkanjang dalam kejahatan mereka terhadap Tuhan
Dalam terjemahan-terjemahan kuno terbaca: tewaslah.
Ende -> 1Sam 4:1--7:1
Ende: 1Sam 4:1--7:1 - -- Disini mulailah suatu kisah lain mengenai Peti Perdjandjian dan peperangan
dengan orang2 Felesjet, jang mengalahkan serta hampir membinasakan bangsa
I...
Disini mulailah suatu kisah lain mengenai Peti Perdjandjian dan peperangan dengan orang2 Felesjet, jang mengalahkan serta hampir membinasakan bangsa Israil. Untuk mentjegah bahaja jang mahabesar, maka muntjullah keradjaan di Israil. Hubungan2 tjerita ini dengan kisah mengenai Sjemuel sangat tipis sekali. Tokoh Sjemuel disini samasekali tidak nampak.
Endetn -> 1Sam 4:1
Diambil alih dari terdjemahan Junani.
Ref. Silang FULL -> 1Sam 4:1
Ref. Silang FULL: 1Sam 4:1 - dekat Eben-Haezer // di Afek · dekat Eben-Haezer: 1Sam 5:1; 7:12
· di Afek: Yos 12:18; 1Sam 29:1; 1Raj 20:26
· dekat Eben-Haezer: 1Sam 5:1; 7:12
· di Afek: Yos 12:18; 1Sam 29:1; 1Raj 20:26
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Sam 4:1-9
Matthew Henry: 1Sam 4:1-9 - Peperangan Melawan Orang Filistin
Pelbagai nubuatan mengenai kehancuran kaum keluarga Eli yang ada di dalam pasal-pasal sebelumnya mulai digenapi di dalam pasal ini. Jarak waktu ant...
- Pelbagai nubuatan mengenai kehancuran kaum keluarga Eli yang ada di dalam pasal-pasal sebelumnya mulai digenapi di dalam pasal ini. Jarak waktu antara nubuatan dan penggenapan ini tidak tertulis, tetapi yang pasti tidak lama. Allah kerap menghabisi para pendosa seperti ini dengan segera. Dalam pasal ini kita temukan,
- I. Aib dan kekalahan yang dialami orang Israel dalam peperangan melawan orang Filistin (ay. 1-2).
- II. Tindakan bodoh orang Israel untuk memperkuat diri mereka dengan membawa tabut Allah masuk ke dalam perkemahan, dengan dipanggul Hofni dan Pinehas (ay. 3-4), yang mendatangkan rasa aman bagi mereka (ay. 5) dan ketakutan bagi orang Filistin. Namun, justru rasa takut inilah yang membangkitkan semangat orang Filistin (ay. 6-9).
- III. Dampak mematikan akibat tindakan ini: Israel terpukul kalah, dan tabut Allah pun dirampas (ay. 10-11).
- IV. Dibawanya berita ini ke Silo, dan kesedihan yang mengiringi penerimaannya.
- 1. Kota itu menjadi kacau (ay. 12-13).
- 2. Eli pingsan, lalu jatuh dan patahlah batang lehernya (ay. 14-18).
- 3. Setelah mendengar apa yang telah terjadi, menantu perempuan Eli merasakan sakit bersalin, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, tetapi tidak lama kemudian mati (ay. 19-22). Semua ini adalah hal-hal yang akan membuat bising telinga setiap orang yang mendengarnya.
Peperangan Melawan Orang Filistin (4:1-9)
- Kata-kata pertama pada perikop ini yang ada kaitannya dengan Samuel, yakni perkataan Samuel sampai ke seluruh Israel, tampaknya tidak berhubungan dengan kisah yang terjadi setelahnya, seolah-olah menurut arahannyalah orang Israel maju berperang melawan orang Filistin. Andai kata mereka meminta nasihat dari Samuel, meski ia baru saja memegang jabatan sebagai seorang nabi, perkataannya tentu lebih bermanfaat bagi orang Israel daripada keberadaan tabut TUHAN. Akan tetapi, para pemimpin Israel mungkin meremehkan Samuel karena ia masih muda, sehingga tidak mau memohon bantuannya sebagai penyampai firman Tuhan, dan Samuel juga memang belum turun tangan di dalam urusan bangsa Israel. Kita juga tidak menjumpai namanya ada tertulis sampai beberapa tahun setelahnya (7:3). Kita hanya mendapati pada perikop ini bahwa perkataan Samuel sampai ke seluruh Israel, artinya, orang-orang dari seluruh penjuru negeri yang dengan saleh berbakti kepada Tuhan, datang kepada Samuel sebagai seorang nabi dan meminta nasihatnya. Mungkin perkataannya itu adalah nubuatannya yang menentang kaum keluarga Eli. Perihal ini telah diketahui dan dibahas secara umum, sehingga orang-orang yang memperhatikan dengan sungguh-sungguh akan membahas kejadian yang dipaparkan di bagian ini, pada waktu kejadian itu berlangsung, dengan nubuatan Samuel itu, dan menyaksikannya tergenapi di dalam semua kejadian itu. Dalam perikop di atas kita dapati,
- I. Peperangan orang Israel dengan orang Filistin (ay. 1). Perang itu merupakan satu upaya untuk mengangkat kuk penindasan yang menindih mereka, yang tentunya akan berhasil apabila mereka pertama-tama bertobat dan membaharui diri, dan dengan itu, memulai upaya mereka dengan awal yang baik. Menurut perhitungan, peperangan ini terjadi di sekitar pertengahan masa penindasan bangsa Filistin terhadap Israel yang berlangsung selama empat puluh tahun (Hak. 13:1) dan segera setelah kematian Simson. Demikianlah diutarakan uskup Patrick, yang beranggapan bahwa kematian massal yang didatangkan Simson pada saat kematiannya mungkin mencetuskan upaya ini. Akan tetapi, Dr. Lightfoot menilai bahwa peperangan itu terjadi empat puluh tahun setelah kematian Simson, karena itulah lamanya masa Eli memerintah sebagai hakim (ay. 18).
- II. Kekalahan Israel di dalam perang tersebut (ay. 2). Israel, yang menjadi pihak yang menyerang, terpukul kalah dan kehilangan empat ribu orang yang tewas di tempat. Allah telah berjanji bahwa satu orang Israel akan mampu mengejar seribu orang, tetapi kini, sebaliknya, terpukullah kalah orang Israel oleh orang Filistin. Dosa, hal yang terkutuk itu, ada di dalam perkemahan Israel, dan memberi seteru mereka segenap keuntungan atas mereka.
- III. Upaya yang dirancang untuk melancarkan perang berikutnya. Suatu majelis perang pun dihimpun, dan, bukannya bertekad untuk berpuasa dan berdoa dan memperbaiki diri, pikiran mereka begitu keji, tidak heran ketika mereka mempunyai para tua-tua seperti itu, sehingga,
- 1. Mereka murka terhadap Allah karena Ia telah menentang mereka (ay. 3): Mengapa Tuhan membuat kita terpukul kalah? Jika maksud mereka berkata ini adalah untuk menanyakan penyebab kemarahan Allah, mereka tidak perlu bertindak sampai sejauh itu untuk mencari tahu akan hal itu. Jelas bahwa Israel telah berdosa, walau mereka tidak bersedia menyadari dan mengakuinya. Namun demikian, mereka malah mengecam Allah dengan kerasnya oleh sebab kekalahan itu, tidak senang terhadap apa yang Allah telah perbuat, dan mempermasalahkan perkara itu dengan-Nya. Meski mereka mengaku bahwa tangan Tuhanlah yang bekerja dalam kesulitan yang mereka hadapi (sampai sejauh ini, pernyataan mereka itu benar): “Tuhan telah membuat kita terpukul kalah,” bukannya tunduk kepada Tuhan, mereka malah bertengkar dengan-Nya serta murka kepada-Nya dan segenap tindak penyelenggaraan-Nya. Mereka tidak juga menyadari tindakan-tindakan mereka telah membuat-Nya sakit hati: “Mengapa kita, yang adalah orang Israel, terpukul kalah oleh orang Filistin? Betapa aneh dan tidak pantasnya hal itu!” Catatlah, kebodohan menyesatkan jalan orang, lalu gusarlah hatinya terhadap Tuhan (Ams. 19:3) dan mempersalahkan-Nya.
- 2. Mereka membayangkan bahwa mereka dapat memaksa Tuhan untuk tampil bagi mereka pada perang berikutnya dengan membawa tabut-Nya ke dalam perkemahan mereka. Para tua-tua Israel begitu dungu dan tidak mengerti sampai-sampai mengajukan gagasan tersebut (ay. 3), dan orang Israel pun segera melaksanakannya (ay. 4). Mereka mengutus orang ke Silo untuk mengambil tabut perjanjian TUHAN, dan Eli tidak cukup berani untuk menahan tabut itu, malahan mengutus kedua anak laki-lakinya yang durhaka, Hofni dan Pinehas, bersama tabut itu. Kalau pun tidak mengutus, setidaknya ia mengizinkan mereka pergi, meski ia tahu bahwa ke mana pun mereka pergi, kutuk Allah turut pergi beserta mereka. Sekarang lihatlah di sini,
- (1) Pemujaan tabut TUHAN yang luar biasa oleh orang Israel. “Oh, ambillah tabut perjanjian TUHAN itu, maka tabut itu akan mengerjakan keajaiban bagi kita.” Menurut ketetapan Allah, tabut itu merupakan tanda kasatmata dari kehadiran Allah. Allah berfirman bahwa Ia akan bersemayam di atas para kerub, yang ada di bagian atas tabut perjanjian TUHAN dan yang turut dibawa bersamanya. Sekarang, mereka beranggapan bahwa dengan memuja-muja peti keramat ini, mereka akan membuktikan diri bahwa mereka betul adalah orang-orang Israel sejati, dan akan berhasil meminta Allah untuk tampil membela mereka. Catatlah, orang-orang yang telah mengasingkan diri dari kebenaran ajaran agama kerap kali menemukan kesenangan besar terhadap berbagai ritual dan ibadat yang lahiriah semata. Begitu pula halnya dengan orang-orang yang menyangkal kuasa kesalehan terhadap Allah, mereka ini tidak hanya memiliki, tetapi bahkan memuja-muja, barang-barang keramat. Sorak-sorai berkumandang di dalam bait suci Allah, dan tabut perjanjian TUHAN pun diarak penuh gelora oleh lautan orang banyak yang sama sekali tidak menghargai Tuhan yang berkuasa atas bait suci itu dan Allah yang bertakhta di atas tabut itu, seakan-akan kegigihan yang menyala-nyala demi nama Kekristenan akan menutupi kenistaan perbuatan tersebut. Akan tetapi, mereka malah menjadikan tabut TUHAN itu berhala dan memandangnya sebagai rupa Allah Israel sendiri, sama halnya dengan patung-patung yang disembah-sembah sebagai ilah oleh bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah. Menyembah Allah yang sejati, dan tidak menyembah Dia sebagai Allah, sama saja dengan tidak menyembah Dia sama sekali.
- (2) Kebodohan mereka yang luar biasa, yang menilai bahwa tabut TUHAN itu, apabila mereka memilikinya di tengah-tengah perkemahan, pasti akan melepaskan mereka dari tangan musuh mereka, dan membawa kemenangan kembali ke pihak mereka. Karena,
- [1] Ketika tabut itu dibawa berangkat, berdoalah Musa, Bangkitlah, Tuhan, supaya musuh-Mu berserak, karena Musa tahu persis bahwa bukanlah tabut yang maju bersama merekalah yang akan memberi mereka kemenangan pasti, melainkan Allah yang tampil bagi mereka. Sementara pada kisah ini, kita mendapati cara yang sungguh tidak layak untuk memaksa Allah untuk berkenan kepada mereka dengan kehadiran-Nya. Lantas, apa manfaatnya tabut itu bagi mereka, yang sama saja dengan kulit tanpa kacang di dalamnya?
- [2] Mereka sama sekali tidak memohon izin Allah untuk mengangkat tabut-Nya, padahal Ia telah dengan jelas memberitahukan kepada mereka melalui hukum-Nya bahwa ketika mereka telah tinggal diam di Kanaan, maka tabut perjanjian-Nya harus diletakkan di tempat yang ditetapkan-Nya (Ul. 12:5, 11). Dan bahwa merekalah yang harus pergi kepada tabut itu, bukan tabut itu yang pergi kepada mereka. Jadi, bagaimana mungkin mereka dapat berharap akan mendapat kebaikan dari tabut TUHAN, ketika mereka tidak memperolehnya dengan cara yang benar dan patuh hukum. Terlebih lagi ketika mereka tidak mendapat perintah untuk memindahkannya dari tempatnya? Bukannya menghormati Allah, tindakan mereka itu malah benar-benar menghina-Nya. Bahkan,
- [3] Seandainya pun tidak ada hal lain yang menghalangi pengharapan mereka terhadap tabut itu, namun bagaimana bisa mereka berharap bahwa tabut itu akan memberi berkat ketika Hofni dan Pinehaslah yang mengangkatnya? Kejahatan mereka akan tampak jelas mendapat perkenanan andaikata tabut itu mengerjakan kebaikan bagi Israel sementara berada di tangan para imam bejat itu.
- IV. Sukacita besar timbul di tengah perkemahan Israel ketika tabut itu dibawa ke sana (ay. 5): Bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehingga bumi bergetar. Kini, mereka menyangka bahwa kemenangan pasti di tangan, sehingga mereka bersoraksorai sebelum memulai perang. Seakan-akan sang hari tak ayal lagi menjadi milik mereka, dan dengan pekik megah ini, mereka membangkitkan diri dan kekuatan mereka, dan membuat ngeri seteru-seteru mereka. Catatlah, orang-orang duniawi bergembira ria dalam berbagai hak istimewa dan upacara-upacara keagamaan yang lahiriah. Mereka sepenuhnya mendasarkan diri pada hal-hal lahiriah itu, seolah-seolah semua itu pastilah akan menyelamatkan mereka. Seolah-olah tabut itu, yakni takhta Allah, yang berada di tengah-tengah perkemahan, akan membawa mereka masuk sorga, meskipun dunia dan kedaginganlah yang bertakhta di dalam hati mereka.
- V. Kengerian melanda segenap orang Filistin ketika tabut TUHAN dibawa masuk ke dalam perkemahan Israel. Kedua pasukan bangsa itu berkemah begitu dekatnya hingga orang-orang Filistin pun dapat mendengar pekik kumandang orang Israel pada peristiwa besar ini. Mereka pun lantas mengerti apa yang membuat mereka bersorak-sorai seperti itu (ay. 6), dan merasa takut akan akibatnya. Karena,
- 1. Kejadian seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya di masa mereka: Allah mereka telah datang ke perkemahan itu, dan oleh karenanya, celakalah kita (ay. 7), dan sekali lagi, celakalah kita (ay. 8). Nama Allah Israel terdengar begitu menakutkan bahkan di telinga orang-orang yang menyembah allah lain, hingga musuh yang menyerbu pun ketakutan untuk mengusik Israel. Hati nurani manusia akan berkata, celakalah siapa pun yang berada di pihak yang melawan Allah. Akan tetapi, lihatlah pandangan mereka yang begitu rendah terhadap kehadiran Allah, seolah-olah Allah Israel tidak ada di tengah-tengah perkemahan itu sebelum tabut itu datang. Tetapi pandangan orang Filistin ini dapat sangat dimaklumi, karena pandangan orang Israel sendiri terhadap kehadiran Allah pun tidaklah lebih baik. “Oh,” kata mereka, “ini siasat baru mereka untuk mengalahkan kita, lebih menakutkan daripada segala strategi perang mereka, sebab seperti itu belum pernah terjadi dahulu. Ini adalah tindakan paling ampuh yang dapat mereka perbuat untuk menggentarkan pasukan kita dan melemahkan tangan tentara kita.”
- 2. Apabila perbuatan ini dilakukan di zaman lampau, maka itu tentu mendatangkan keajaiban: Inilah ilah yang telah menghajar orang Mesir dengan berbagai-bagai tulah di padang gurun (ay. 8, KJV). Dari kalimat ini, terlihat bahwa orang Filistin ini tidak memahami sejarah, di samping juga tidak memahami tentang keilahian Allah: tulah yang terjadi di Mesir ditimpakan sebelum tabut perjanjian TUHAN dibangun dan sebelum bangsa Israel pergi ke padang gurun. Sungguh kacau cara pandang orang Filistin ini, yang dimiliki secara turun-temurun, terhadap keajaiban yang dijadikan oleh atau untuk orang Israel, ketika tabut perjanjian TUHAN ini dibawa di hadapan mereka, karena mereka menilai bahwa semuanya itu terjadi bukan karena Yehova, tetapi karena tabut itu. Sekarang, kata mereka, Siapakah yang akan menolong kita dari tangan allah-allah yang maha dahsyat ini?, dengan memandang tabut itu sebagai Allah, yang dapat dimaklumi mengingat orang Israel sendiri menjadikan tabut itu sebagai berhala. Akan tetapi, tampaknya mereka sendiri tidak terlalu mempercayai perkataan mereka sendiri mengenai allah-allah yang maha dahsyat ini, dan hanya menjadikannya olok-olokan, karena bukannya mundur, atau mengajukan tawaran untuk berdamai, yang tentu akan dilakukan andai kata mereka betul-betul yakin akan kuasa Allah Israel. Sebaliknya, mereka malah menggerakkan satu sama lain untuk bangkit dan berperang dengan lebih gagah berani. Kesulitan yang datang tidak disangka-sangka ini malah semakin meneguhkan tekad mereka (ay. 9): Kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki. Para panglima orang Filistin menanamkan gagasan yang gagah berani dan membangkitkan semangat ke dalam benak para prajuritnya, dengan meminta mereka untuk mengingat, betapa mereka telah menjadi tuan atas orang Israel. Dan betapa menyedihkan dan memalukannya apabila mereka sekarang menjadi gentar dan membiarkan Israel menjadi tuan atas mereka.
SH: 1Sam 3:1--4:1 - Kata dan makna (Jumat, 1 Agustus 2003) Kata dan makna
Kata bukan sekadar bunyi, tetapi penyampaian makna melalui bunyi.
Kata diucapkan karena ada hal yang ingin disampaikan oleh
...
Kata dan makna
Kata bukan sekadar bunyi, tetapi penyampaian makna melalui bunyi. Kata diucapkan karena ada hal yang ingin disampaikan oleh pengucapnya. Supaya itu terjadi kata tersebut harus didengar. Akan sia-sia usaha pengucap, jika ternyata tidak ada telinga yang terbuka dan kehendak yang sedia untuk mendengar.
Nas ini menyajikan perbandingan tentang dua kondisi sikap terhadap kata-kata Allah. Pertama, Samuel, anak muda yang belum pernah menerima firman Allah secara langsung, tetapi mendengar (ayat 7,9-10), dan Eli, imam dengan pengalaman kerohanian segudang yang tidak mendengar (ayat 13). Kedua, Samuel yang menyampaikan seluruh yang difirmankan Allah kepada Eli (ayat 17-18) dan Eli yang tidak menyampaikan sepenuhnya kemarahan Allah kepada anak- anaknya (ayat 12-13). Ketiga, jarangnya pernyataan firman Tuhan di zaman Eli (ayat 1) dengan tidak pernah gagal-Nya firman Tuhan pada masa Samuel. Bahkan perkataan Samuel pun sampai ke seluruh Israel (ayat 3:19-4:1a). Semua berkait dengan kata, firman, atau davar dari Allah (davar, kata Ibrani untuk 'kata'/'firman'). Karena itu, ketika Samuel bangun untuk keempat kalinya dan mendengarkan firman Tuhan, ia bangun untuk menjadi bagian dari suksesi kenabian menggantikan Eli (ayat 20). Allah sendiri yang memilih Samuel, dan Ia menyertainya (ayat 19). Dari sudut pandang narasi ini, Samuel adalah nabi yang sejati. Ia yang mendengarkan panggilan Tuhan itu bertumbuh dewasa untuk menjadi pendengar dan pemberita davar Allah yang sejati.
Jelas bahwa hidup Samuel adalah teladan, dan hidup Eli adalah peringatan bagi kita. Sebagai Kristen, entah sudah berapa banyak firman, khotbah, renungan, tulisan dll. tentang kebenaran firman Tuhan yang melewati dan meriuhrendahkan hidup kita. Jangan sia- siakan semua itu. Bangun dan dengarkan, lakukan dan beritakan!
Renungkan: Semua orang percaya adalah pemberita-pemberita firman dengan misi penting di tengah zaman yang genting (ayat 1Pet. 2:9).
SH: 1Sam 3:1--4:1 - Konsekwensi menjadi nabi (Jumat, 13 Juni 2008) Konsekwensi menjadi nabi
Tidak mudah menjadi nabi di negeri sendiri, itulah yang Tuhan Yesus
alami. Orang-orang sekampung-Nya, di Nazaret, menol...
Konsekwensi menjadi nabi
Tidak mudah menjadi nabi di negeri sendiri, itulah yang Tuhan Yesus alami. Orang-orang sekampung-Nya, di Nazaret, menolak untuk percaya bahwa Dia adalah Nabi Allah (Luk. 4:16-30)!
Tidak mudah bagi Samuel menjadi nabi untuk menyam-paikan berita penghukuman dari Tuhan bagi Eli, bapak dan mentor rohaninya. Samuel sendiri masih muda (ayat 1). Ia belum pernah mengalami panggilan Allah sebelumnya (ayat 3-8). Yang memberitahu Samuel bahwa Allahlah yang memanggilnya justru Eli, yang kepadanya nubuat penghukuman ditujukan (ayat 9, 11-14). Bagaimana mungkin Samuel sekarang berkata-kata melawan Eli (ayat 15-18)?
Panggilan menjadi nabi bukan semata-mata kehormatan dan status, tetapi terutama kepercayaan untuk menjadi jurubicara Allah yang dapat diandalkan. Samuel dipersiapkan menjadi nabi dengan praktik langsung di bawah asuhan mentornya, Eli. Ia belajar mendengar dan membedakan suara Allah dari suara manusia. Ia belajar taat pada suara Allah, walaupun hal itu mungkin tidak menyenangkan manusia.
Samuel lulus ujian pertama. Allah berkenan kepadanya (ayat 19, 21) dan seluruh Israel menerima dia sebagai nabi Tuhan (ayat 20). Kisah Nabi Samuel yang dikontraskan dengan Imam Eli dan kedua anaknya kelak akan terulang secara berbeda pada kisah Raja Saul vs. 'raja' Daud pada pasal-pasal kemudian. Intinya satu: Allah berkenan menyatakan pilihan dan panggilan-Nya, tetapi yang dipilih dan dipanggil memiliki tanggung jawab merespons dalam iman dan ketaatan.
Jabatan nabi mungkin sudah tidak ada lagi dalam sejarah gereja. Namun Allah masih memakai anak-anak-Nya untuk menyuarakan kehendak Allah yang sudah tersurat dan tersirat dalam Alkitab. Adalah bagian kita untuk menjadi 'nabi-nabi Allah' yang setia mengumandangkan kebenaran Allah. Namun bukan tidak mungkin akan ada risiko yang kita tanggung sebagai konsekwensi dari pemberitaan itu. Maka masalahnya, bersediakah kita menanggung konsekwensi itu?
SH: 1Sam 3:1--4:1 - Kekudusan pelayanan (Selasa, 29 April 2014) Kekudusan pelayanan
Samuel menjadi pelayan Tuhan sejak ia masih muda, berusia kira-kira 12 tahun. Ia melayani Tuhan di bawah pengawasan Eli yang adal...
Kekudusan pelayanan
Samuel menjadi pelayan Tuhan sejak ia masih muda, berusia kira-kira 12 tahun. Ia melayani Tuhan di bawah pengawasan Eli yang adalah imam besar di Silo (1). Tugas Samuel adalah menjaga tabut Allah dan memelihara lampu rumah Allah, yaitu mengisinya dengan minyak setiap sore supaya tetap menyala sepanjang malam (3).
Israel pada masa itu berada dalam situasi yang kacau tanpa hukum, dimana setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri (bdk. Hak. 21:25). Sudah lama Tuhan tidak menyatakan diri melalui penglihatan-penglihatan (1). Namun kemudian Tuhan memperdengarkan suara-Nya kepada Samuel. Tiga kali Tuhan memanggil Samuel dan tiga kali pula Samuel mengira bahwa yang memanggilnya adalah Imam Eli (4-9). Ia memang belum pernah menerima pernyataan firman Tuhan secara langsung (7). Setelah panggilan yang keempat kali, atas petunjuk Imam Eli, Samuel pun menjawab, "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar (10).
Rupanya Tuhan memiliki rencana tertentu atas Israel dan atas Eli serta keluarganya (11-14). Allah begitu marah atas tindak tanduk keluarga Eli dalam pelayanan mereka sebagai imam. Karena itu Ia berkeputusan untuk mengakhiri kepemimpinan Eli dan keluarganya sebagai imam, akibat segala dosa yang mereka perbuat. Begitu marahnya Allah sehingga tidak ada yang bisa mengubah keputusan itu, baik melalui korban sembelihan, maupun korban sajian (12-14).
Kemarahan Allah ini menjadi suatu peringatan keras bagi kita juga. Lihatlah bagaimana Allah memandang serius segala pelanggaran yang dilakukan dalam pelayanan kepada-Nya. Pelayanan kepada Tuhan bersifat kudus adanya. Oleh karena itu, tak seorang pun pelayan Tuhan yang boleh mencemari pelayanan itu dengan dosa, karena dosa itu najis adanya.
Terlibat atau tidak terlibat dalam pelayanan, kita memang harus menjaga kekudusan kita. Namun dari bacaan ini kita melihat bahwa orang-orang yang melayani Tuhan harus serius menjaga kekudusan serta tidak membiarkan dosa mencemarinya.
SH: 1Sam 3:1--4:1 - Dengar dan Beritakan! (Senin, 5 Agustus 2019) Dengar dan Beritakan!
Setiap panggilan menuntut suatu respons. Demikian pula Samuel. Ketika dipanggil Allah, Samuel merespons panggilan itu. Respons ...
Dengar dan Beritakan!
Setiap panggilan menuntut suatu respons. Demikian pula Samuel. Ketika dipanggil Allah, Samuel merespons panggilan itu. Respons Samuel seharusnya juga menjadi respons kita terhadap panggilan Allah.
"Samuel! Samuel!" Pada awalnya, Samuel belum mengenali siapa yang berseru-seru kepadanya. Samuel hanya lari kepada Eli karena merasa bahwa Eli yang telah memanggilnya. Samuel belum mengenali suara Allah. Namun, Eli menuntunnya untuk memastikan bahwa suara yang Samuel dengar adalah suara Allah. Ketika Allah memanggilnya untuk ketiga kalinya, barulah Samuel menyadari adanya suara Allah.
Allah kemudian berfirman kepada Samuel (11-14) tentang kepastian hukuman-Nya atas keluarga Eli. Setelah belajar mengenal suara Allah, Samuel juga belajar menyampaikan firman Allah kepada Eli. Dengan sejujurnya, ia menyampaikan seluruh firman Tuhan kepada Eli.
Demikianlah, Samuel kemudian dipakai oleh Allah menjadi nabi bagi bangsa Israel. Melalui Samuel, Allah menyatakan kehadiran-Nya bagi bangsa Israel. Kegagalan Imam Eli dan dosa yang dilakukan anak-anaknya tidak menggagalkan janji Allah untuk tetap hadir di tengah umat-Nya. Allah memilih dan memanggil Samuel untuk menunjukkan kesetiaan janji-Nya kepada bangsa Israel.
Allah tidak pernah berhenti berfirman. Melalui firman-Nya, Allah menyatakan diri-Nya, isi hati, janji, rencana, dan kehendak-Nya bagi semua orang percaya. Tujuannya adalah agar umat yang dikasihi-Nya, bahkan semua bangsa, dapat mengenal Dia dan mereka hidup sebagai umat-Nya yang menyenangkan di hadapan-Nya. Untuk inilah, orang percaya dipilih dan dipanggil oleh Allah.
Allah sudah memilih dan memanggil kita melalui firman-Nya yang telah menjadi manusia: Yesus Kristus. Kita dipanggil Allah bukan untuk diam saja, tetapi untuk melakukan sesuatu bagi-Nya. Mari kita merespons panggilan itu dengan menjalankan kehendak-Nya tanpa syarat.
Doa: Tuhan, kami mau mendengarkan suara-Mu dan melakukan kehendak-Mu dengan sepenuh hati. [MAR]
SH: 1Sam 4:1-22 - Mengapa Tuhan membuat kita kalah? (Senin, 24 November 1997) Mengapa Tuhan membuat kita kalah?
Itulah pertanyaan yang muncul ketika Israel dikalahkan Filistin. Pertanyaan yang tepat sekali bila membuat mereka i...
Mengapa Tuhan membuat kita kalah?
Itulah pertanyaan yang muncul ketika Israel dikalahkan Filistin. Pertanyaan yang tepat sekali bila membuat mereka introspeksi, merendahkan diri di hadapan Allah dan bertobat. Kesimpulan mereka sebenarnya sudah benar. Mereka kalah sebab Tuhan tidak menyertai. Namun jalan keluar yang diambil salah besar. Mereka berpikir tabut sebagai lambang kehadiran Tuhan sama dengan kehadiran Tuhan sendiri. Perbuatan mereka selanjutnya lebih parah lagi; menjadikan tabut semacam jimat. Tentu saja mereka kalah untuk kedua kalinya. Banyak korban berjatuhan terutama anak-anak Eli yang jahat dan Eli sendiri.
Tuhan bukan pelayan. Akar segala dosa adalah sikap tinggi hati dan tidak mau meninggikan Allah yang selayaknya Allah terima. Lawan dari meninggikan Allah adalah menjadikan diri sendiri sebagai tuhan dan raja atas hidupnya. Tuhan sendiri dijadikan pelayan. Orang yang bersikap demikian akan memakai berbagai alat rohani dan ritus rohani untuk kepentingan diri sendiri. Allah tidak akan pernah membiarkan kemuliaan-Nya direndahkan seperti itu.
Renungkan: Semua media anugerah-Nya seperti sakramen, ibadah, Alkitab, dlsb. tak bermanfaat apa pun bila kita tidak menerimanya dengan hati yang lurus di hadapan Allah.
SH: 1Sam 4:1-22 - Karena A, maka pasti B? (Sabtu, 2 Agustus 2003) Karena A, maka pasti B?
Karena Anda cantik/ganteng, maka anak Anda hidup bahagia.
Benarkah pernyataan ini? Tentu saja tidak. Orang Romawi bilang...
Karena A, maka pasti B?
Karena Anda cantik/ganteng, maka anak Anda hidup bahagia. Benarkah pernyataan ini? Tentu saja tidak. Orang Romawi bilang: 'non sequitur'; "tidak mengikuti". Pernyataan kegantengan atau kecantikan fisik orang tua tidak dapat dijadikan sebab, lalu 'diikuti' oleh pernyataan bahwa anak orang tersebut bahagia sebagai akibatnya. Tidak ada hubungannya, dan tidak bisa dihubung-hubungkan.
Sayang, istilah Latin itu tidak dikenal orang Israel. Karena kira-
kira justru demikianlah cara mereka waktu itu berpikir. Mereka
berpikir jika tabut perjanjian Allah dibawa ke medan perang,
pasti Allah akan memenangkan mereka (ayat 3). Siapa tahu, seperti
yang ditakutkan Filistin (ayat 7-8), karenanya Allah bertindak
seperti pada saat Israel keluar dari Mesir. Non sequitur. Dari
perspektif teologi PL, hal pemberian kemenangan bagi Israel dalam
peperangan bersangkut paut dengan kedaulatan dan kekudusan Allah
sendiri, serta ketaatan umat. Kekalahan adalah hukuman Tuhan.
Kekalahan Israel yang dahsyat menjadi bukti ketidakberkenanan
Allah (ayat 10-11). Melalui peristiwa ini pula firman Tuhan
mengenai penghukuman terhadap Eli dan keluarganya digenapi (ayat
11-22). Istri Pinehas memberikan kesimpulan yang tepat: dengan
berbuat demikian, justru Israel kehilangan kemuliaan (ayat
Apa yang dilakukan Israel mirip dengan apa yang sering dilakukan Kristen masa kini. Kadang "klaim" akan janji Tuhan berubah menjadi pemerasan terhadap Allah: kita menjebak Allah dengan menaruh janji firman tertentu untuk menghadapi masalah kita. Kita anggap Allah pasti tidak mau dipermalukan karena janji-Nya "tidak digenapi." Padahal, upaya jebak-paksa rohani ini sering berakar dari pengertian salah tentang janji atau firman tersebut. Seharusnya Kristen selalu ingat bahwa Allah tidak bisa dipaksa.
Renungkan: Keyakinan tentang kedaulatan, kasih, keadilan Allah akan mengajarkan kita berserah bukan memaksa Allah.
SH: 1Sam 4:1-22 - Ikabod (Sabtu, 14 Juni 2008) Ikabod
Dalam beberapa catatan Alkitab tentang peperangan Israel melawan
musuh-musuhnya, inilah salah satu catatan paling kelabu. Israel
kal...
Ikabod
Dalam beberapa catatan Alkitab tentang peperangan Israel melawan musuh-musuhnya, inilah salah satu catatan paling kelabu. Israel kalah secara memalukan, baik secara militer, tetapi terutama dalam perspektif rohani: Israel telah diserahkan Tuhan kepada musuh mereka.
Kekalahan Israel terjadi karena mereka berdosa terhadap Tuhan. Para pemimpin mereka telah melecehkan Tuhan dengan menajiskan ritual kurban di rumah Tuhan. Mereka memang kemudian menyadari bahwa kekalahan mereka (ayat 2) disebabkan Tuhan tidak menyertai mereka (ayat 3). Namun bukan bertobat, mereka justru bertindak konyol dengan memperlakukan Allah seakan-akan bisa diatur untuk membela umat-Nya. Dengan mengusung Tabut Perjanjian ke medan perang, mereka sudah merendahkan lambang kehadiran Allah itu. Mereka menyamakan Tabut Perjanjian dengan berhala bang-sa kafir yang biasa diusung untuk ikut berperang. Bangsa kafir memang percaya bahwa saat mereka berperang, dewa mereka pun ikut berperang melawan dewa musuh. Kalau dewa mereka menang perang, berarti mereka pun akan menang. Lihat saja sikap orang Filistin ketika melihat tabut perjanjian Allah dibawa ke medan pertempuran (ayat 7-9).
Allah tidak dapat diatur-atur, apalagi dipermainkan. Justru akibat malang dialami secara dahsyat oleh Israel. Menurut laporan yang disampaikan oleh seorang prajurit yang luput dari pertempuran kepada Imam Eli: "Orang Israel melarikan diri..., kekalahan yang besar telah diderita..., kedua anakmu Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas" (ayat 17). Tepat kalau kekalahan Israel terjadi karena ikabod, kemuliaan Allah, meninggalkan Israel.
Sungguh mengerikan akibat ditinggalkan Tuhan. Hal ini hanya akan terjadi kalau kita tidak merespons anugerah dan kesempatan melayani Tuhan dengan benar. Mari kita mendoakan para pemimpin kita agar memimpin bangsa kita dalam kebenaran dan keadilan, dengan sikap hati yang takut dan hormat akan Tuhan.
SH: 1Sam 4:1-22 - Kehadiran Allah (Rabu, 30 April 2014) Kehadiran Allah
Ada orang Kristen yang salah memahami penyertaan Tuhan. Misalkan: ketika seseorang ingin melewati kuburan yang dianggap angker, dia a...
Kehadiran Allah
Ada orang Kristen yang salah memahami penyertaan Tuhan. Misalkan: ketika seseorang ingin melewati kuburan yang dianggap angker, dia akan membawa Alkitab atau kalung salib. Seandainya dia tidak membawa Alkitab atau kalung salib, masih beranikah dia melewati kuburan angker?
Hal serupa ernah dialami bangsa Israel ketika berperang melawan bangsa Filistin. Dalam pasal ini kita melihat dua kekeliruan yang dilakukan bangsa Israel dalam memahami tuntunan Allah. Pertama, kehadiran Allah melalui tabut disalahartikan dan kedua, kehilangan tabut dianggap sebagai hilangnya kehadiran Allah. Mari kita simak lebih jauh.
Bangsa Israel menganggap Allah ada diantara mereka, padahal cara hidup mereka sangat jauh dari Allah. Ayat 1b-4 menceritakan kekalahan Israel. Mereka mengira bahwa kekalahan mereka disebabkan oleh tabut Allah yang tidak bersama mereka. Lalu mereka memutuskan untuk mengambil tabut perjanjian Tuhan dari Silo dengan tujuan agar menang perang. Bangsa Israel salah mengartikan kehadiran Allah melalui tabut perjanjian. Tabut itu bagai jimat yang dapat digunakan kapan saja, sesuai kehendak mereka sendiri.
Ayat 5-11 mengisahkan bahwa setelah mereka membawa tabut perjanjian dari Silo, mereka terpukul kalah. Mereka terpukul kalah hingga gugur tiga puluh ribu orang. Tabut Tuhan dirampas serta kedua anak Eli, yaitu Hofni dan Pinehas, tewas. Ayat 12-22 menjelaskan bahwa Allah menggenapi nubuat-Nya kepada Samuel. Setelah Eli mendengar bahwa bangsa Israel terpukul kalah, kedua anaknya meninggal, dan tabut Tuhan dirampas, maka jatuhlah ia dan meninggal. Isteri Pinehas pun mendadak melahirkan dan hampir mati karena mendengar berita duka itu.
Apakah semua itu terjadi karena tabut perjanjian Tuhan dirampas sehingga Tuhan tidak hadir lagi di tengah bangsa itu? Tentu saja tidak. Ketidakhadiran Allah adalah karena hidup bangsa Israel yang tidak lagi berkenan pada Allah. Maka bila Anda ingin Allah hadir dalam hidup Anda, hiduplah dalam kekudusan dan ketaatan kepada firman-Nya.
SH: 1Sam 4:1-22 - Benda Keberuntungan? (Selasa, 6 Agustus 2019) Benda Keberuntungan?
Tabut perjanjian dibuat atas perintah Allah. Tabut ini sesungguhnya adalah simbol kehadiran Allah dalam ibadah dan relasi antara...
Benda Keberuntungan?
Tabut perjanjian dibuat atas perintah Allah. Tabut ini sesungguhnya adalah simbol kehadiran Allah dalam ibadah dan relasi antara Allah dan umat-Nya. Namun, di dalam perikop ini, tabut perjanjian seakan menjadi jimat keberuntungan bangsa Israel, khususnya dalam peperangan.
Ketika bangsa Israel terpukul kalah oleh bangsa Filistin, mereka mempertanyakan penyebab kekalahan mereka. Mereka berpikir bahwa dengan membawa tabut perjanjian ke medan tempur, maka akan membawa kemenangan bagi mereka (3-4). Kenyataannya, mereka justru mengalami kekalahan yang sangat besar (10). Parahnya, justru menyebabkan tabut Allah, yang menjadi lambang kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya, dirampas oleh bangsa Filistin (11). Mereka tidak hanya kalah perang, tetapi juga kehilangan simbol kehadiran Allah dari tengah-tengah mereka.
Pada saat yang sama, Allah melaksanakan janji penghukuman-Nya kepada keluarga Imam Eli. Ketika Imam Eli mendengar kekalahan bangsa Israel, yang pertama-tama ditanyakan Imam Eli adalah keadaan anak-anaknya, dan bukan tabut Allah (16). Setelah mendengar kabar kematian kedua anaknya dan ketika disebutkan kata tabut Allah, seketika itu juga Imam Eli mati (18). Demikian pula, menantunya mati setelah melahirkan anak (19-20).
Kejatuhan bangsa Israel bukan hanya kalah dalam peperangan, melainkan kegagalan dalam melakukan perintah Allah. Keinginan untuk menang menyebabkan mereka gagal memahami makna dan tujuan kehadiran Allah di tengah mereka.
Allah menghendaki supaya kehadiran-Nya menghadirkan pertobatan dan perubahan. Kehadiran-Nya dalam hidup kita pun harus dinyatakan lewat perubahan hidup yang semakin kudus dan serupa dengan Kristus. Mari kita menyatakan kehadiran Allah di dalam hidup kita, dengan menunjukkan hidup yang diubah oleh Allah. Dengan demikian, kehadiran Allah dirasakan orang lain.
Doa: Tuhan, mampukan kami menyatakan kehadiran-Mu melalui hidup kami. [MAR]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan ...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Keduanya diberi nama menurut nabi Samuel, tokoh yang sangat dihormati sebagai seorang pemimpin rohani Israel yang tangguh dan yang dipakai Allah untuk mengatur kerajaan teokratis. 1 Samuel meliputi hampir seratus tahun sejarah Israel -- dari kelahiran Samuel hingga wafatnya Saul (sekitar 1105-1010 SM) -- dan merupakan mata rantai sejarah yang utama di antara masa para hakim dengan raja Israel yang pertama. 2 Samuel terutama membahas raja Daud sedangkan 1 Samuel meliput tiga peralihan utama dalam kepemimpinan nasional: dari Eli ke Samuel, dari Samuel ke Saul, dan dari Saul ke Daud.
Masalah kepenulisan mencakup 1 dan 2 Samuel sebagai satu karya tunggal. Karena sebagian 1 Samuel dan seluruh 2 Samuel ditulis setelah kematiannya, Samuel hanya menjadi salah satu penulis penyumbang (bd. 1Sam 10:25). Karya terakhir ditulis oleh seorang sejarahwan dan nabi yang terilham yang memakai beberapa sumber, termasuk catatan-catatan Samuel (bd. 2Sam 1:18; 1Taw 27:24; 1Taw 29:29); identitas sejarahwan terilham ini tidak kita kenal. Kemungkinan besar kitab ini diselesaikan tidak lama sesudah tahun 930 SM, karena 1 Samuel tampaknya menunjuk kepada pecahnya kerajaan (1Sam 27:6) dan 2 Samuel berakhir dengan hari-hari terakhir Daud.
Tujuan
1 Samuel menguraikan titik peralihan yang kritis dalam sejarah Israel dari kepemimpinan para hakim kepada pemerintahan seorang raja. Kitab ini menyatakan ketegangan di antara pengharapan bangsa itu akan seorang raja (seorang pemimpin yang lalim, "seperti pada segala bangsa-bangsa lain," 1Sam 8:5) dan pola teokratis Allah, dengan Allah sebagai Raja mereka. Kitab ini menunjukkan dengan jelas bahwa ketidaktaatan Saul dan pelanggarannya terhadap tuntutan-tuntutan teokratis jabatannya membuat Allah menolak dan menggantikannya sebagai raja.
Survai
Isi 1 Samuel berfokus pada tiga pemimpin penting nasional: Samuel, Saul, dan Daud.
- (1) Samuel adalah hakim terakhir dan yang pertama memegang jabatan nabi (sekalipun dia bukan nabi yang pertama, bd. Ul 34:10; Hak 4:4). Sebagai seorang yang amat saleh dan berkarunia nubuat, Samuel
- (a) dengan bijaksana memimpin Israel kepada kebangunan ibadah yang sejati (pasal 7; 1Sam 7:1-17),
- (b) meletakkan landasan yang memberikan para nabi kedudukan yang layak di Israel (1Sam 19:20; bd. Kis 3:24; Kis 13:20; Ibr 11:32), dan
- (c) dengan jelas mendirikan kerajaan itu sebagai suatu kerajaan teokratis (1Sam 15:1,12,28; 1Sam 16:1). Pentingnya Samuel sebagai pemimpin rohani umat Allah selama masa perubahan besar dalam sejarah Israel digolongkan sebagai nomor dua setelah pentingnya Musa pada masa keluaran.
- (2) Saul menjadi raja pertama Israel karena bangsa itu menuntut seorang raja "seperti pada segala bangsa-bangsa lain" (1Sam 8:5,20). Saul dengan cepat menunjukkan bahwa secara rohani ia tidak cocok untuk memangku jabatan teokratis itu; karena itu dia kemudian ditolak oleh Allah (pasal 13, 15; 1Sam 13:1-22; 1Sam 15:1-35).
- (3) Daud, pilihan berikutnya untuk mewakili Allah sebagai raja, diurapi oleh Samuel (pasal 16; 1Sam 16:1-23). Daud menolak untuk merebut takhta Saul dengan kekerasan atau pemberontakan melainkan menyerahkan kenaikan pangkatnya kepada Allah. Sebagian besar pasal 19-30 (1Sam 19:1--30:31) menguraikan baik pelarian Daud dari Saul yang iri secara membabi buta maupun kesabaran Daud dalam menantikan Allah untuk bertindak pada waktu yang ditentukan-Nya. Kitab ini diakhiri dengan kematian Saul yang menyedihkan (pasal 31; 1Sam 31:1-13).
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai 1 Samuel.
- (1) Kitab ini dengan jelas menyajikan standar-standar kudus Allah bagi kerajaan Israel. Para raja Israel harus menjadi pemimpin yang tunduk kepada Allah selaku Raja sesungguhnya atas bangsa itu, menaati hukum-hukum-Nya dan membiarkan dirinya dibimbing dan ditegur oleh penyataan-Nya melalui para nabi.
- (2) Kitab ini mencatat dasar bagi permulaan pentingnya jabatan nabi di Israel sebagai sederajat secara rohani dengan jabatan imam. Kitab ini memuat beberapa rujukan pertama dalam PL kepada sekelompok nabi (1Sam 10:5; 1Sam 19:18-24).
- (3) Pertama Samuel menekankan pentingnya doa dan kuasanya (1Sam 1:10-28; 1Sam 2:1-10; 1Sam 7:5-10; 1Sam 8:5-6; 1Sam 9:15; 1Sam 12:19-23), Firman Allah (1Sam 1:23; 1Sam 9:27; 1Sam 15:1,10,23), dan Roh nubuat (1Sam 2:27-36; 1Sam 3:20; 1Sam 10:6,10; 1Sam 19:20-24; 1Sam 28:6).
- (4) Kitab ini berisi informasi biografis yang kaya dan wawasan mengenai tiga pemimpin penting Israel -- Samuel (pasal 1-7; 1Sam 1:1--7:17), Saul (pasal 8-31; 1Sam 8:1--31:13), dan Daud (pasal 16-31; 1Sam 16:1--31:13).
- (5) Kitab ini penuh dengan kisah-kisah Alkitab yang terkenal, misalnya Allah berbicara kepada Samuel muda (pasal 3; 1Sam 3:1-21), Daud dan Goliat (pasal 17; 1Sam 17:1-58), Daud dan Yonatan (pasal 18-20; 1Sam 18:1--20:43), iri hati dan ketakutan Saul akan Daud (pasal 18-30; 1Sam 18:1--30:31), dan Saul serta perempuan pemanggil arwah di En-Dor (pasal 28; 1Sam 28:1-25).
- (6) Kitab ini merupakan sumber dari istilah-istilah yang sering kali dipakai: "Ikabod" yang artinya "tanpa kemuliaan," karena "telah lenyap kemuliaan dari Israel" (1Sam 4:21); "Eben-Haezer" yang artinya "batu pertolongan," karena "Sampai di sini Tuhan menolong kita" (1Sam 7:12); dan "Hidup raja!" (1Sam 10:24). Kitab ini juga merupakan kitab PL pertama yang memakai istilah "Tuhan semesta alam" (mis. 1Sam 1:3).
Penggenapan dalam Perjanjian Baru
1 Samuel mencatat dua lambang kenabian tentang pelayanan Yesus sebagai nabi, imam, dan raja.
- (1) Sebagai nabi dan imam yang menjadi wakil utama Allah kepada Israel, Samuel melambangkan pelayanan Yesus yang sebagai nabi dan imam menjadi wakil terutama Allah kepada Israel.
- (2) Daud -- lahir di Betlehem, seorang gembala dan raja yang diurapi Allah dan yang mengabdi kepada maksud-maksud Allah bagi angkatannya (Kis 13:36) -- menjadi lambang utama PL dan pendahulu raja Mesias Israel. PB menyebut Yesus Kristus sebagai "Anak Daud" (mis. Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 21:9), "keturunan Daud" (Rom 1:3), dan "tunas, yaitu keturunan Daud" (Wahy 22:16).
Full Life: 1 Samuel (Garis Besar) Garis Besar
I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22)
A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menja...
Garis Besar
- I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22) - A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin
(1Sam 1:1-2:11) - 1. Kesusahan dan Permohonan Hana
(1Sam 1:1-18) - 2. Putra Hana yang Menjadi Nabi
(1Sam 1:19-28) - 3. Nyanyian Hana yang Bersifat Nubuat
(1Sam 2:1-11) - B. Keburukan Kepemimpinan yang Lama
(1Sam 2:12-36) - C. Peralihan dari Eli ke Samuel
(1Sam 3:1-6:21) - 1. Panggilan Samuel Sebagai Nabi
(1Sam 3:1-21) - 2. Hukuman atas Keluarga dan Pelayanan Eli
(1Sam 4:1-22) - 3. Tabut Dirampas dan Dikembalikan
(1Sam 5:1-6:21) - D. Kebangunan Rohani di Bawah Pimpinan Samuel
(1Sam 7:1-17) - E. Israel Menuntut Seorang Raja
(1Sam 8:1-22) - 1. Israel Menolak Putra-Putra Samuel Sebagai Pemimpin
(1Sam 8:1-5) - 2. Israel Menolak Allah sebagai Raja
(1Sam 8:6-22) - II. Saul: Raja Pertama Israel
(1Sam 9:1-15:35) - A. Peralihan dari Samuel ke Saul
(1Sam 9:1-12:25) - 1. Pemilihan Saul
(1Sam 9:1-27) - 2. Samuel Mengurapi Saul
(1Sam 10:1-27) - 3. Kemenangan Saul atas Orang Amon
(1Sam 11:1-11) - 4. Samuel Membaharui Jabatan Raja di Gilgal
(1Sam 11:12-15) - 5. Amanat Perpisahan Samuel
(1Sam 12:1-25) - B. Pemerintahan-Saul yang Mula-Mula
(1Sam 13:1-15:35) - 1. Peperangan dan Kebodohan Saul
(1Sam 13:1-14:52) - 2. Ketidaktaatan dan Penolakan Saul
(1Sam 15:1-35) - III.Daud: Penantian Orang yang Diurapi
(1Sam 16:1-31:13) - A. Samuel Mengurapi Daud
(1Sam 16:1-13) - B. Allah Mengangkat Roh-Nya dari Saul
(1Sam 16:14-23) - C. Daud Bertempur Melawan Goliat
(1Sam 17:1-58) - D. Daud di Istana Saul
(1Sam 18:1-19:17) - 1. Daud dan Yonatan
(1Sam 18:1-4) - 2. Daud Melayani Saul
(1Sam 18:5-16) - 3. Daud Menikahi Mikhal
(1Sam 18:17-28) - 4. Saul Takut akan Daud dan Berusaha Membunuhnya
(1Sam 18:29-19:17) - E. Daud Dalam Pengasingan
(1Sam 19:18-31:13) - 1. Daud dengan Samuel
(1Sam 19:18-24) - 2. Daud Dilindungi Yonatan
(1Sam 20:1-42) - 3. Daud Dibantu Imam Ahimelekh
(1Sam 21:1-9) - 4. Daud di Gat
(1Sam 21:10-15) - 5. Sejumlah Orang Buangan Berpihak Kepada Daud
(1Sam 22:1-26:25) - 6. Daud Bersembunyi di Filistia
(1Sam 27:1-30:31) - 7. Kematian Saul
(1Sam 31:1-13)
Matthew Henry: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua k...
- Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua kitab ini terjadi pada masa hidupnya, sampai pasal kedua puluh lima dari kitab pertama, di mana kita mendapati catatan mengenai kematiannya), tetapi karena kitab pertama berisi catatan lengkap tentang dirinya, kelahiran dan masa kecilnya, hidup dan kepemimpinannya. Kisah selebihnya dalam dua kitab yang diberi namanya itu mengandung sejarah pemerintahan Saul dan Daud, yang diurapi olehnya. Kemudian, oleh karena sejarah kedua raja tersebut mengisi sebagian besar dua kitab ini, Alkitab Vulgata Latin menamainya sebagai Kitab Satu dan Dua Raja-raja, dan dua kitab yang mengikutinya sebagai Tiga dan Empat Raja-raja, yang di dalam judul dalam Alkitab berbahasa Inggris diberi keterangan sebagai berikut: disebut juga Kitab Satu Raja-raja, dst. Alkitab Septuaginta menyebut kitab ini sebagai Kitab Satu dan Dua Kerajaan. Meski sia-sia saja memperdebatkan perbedaan nama ini, tidak ada alasan untuk menyimpang dari prinsip kebenaran yang tertulis dalam bahasa Ibrani. Kedua kitab ini, selain mengandung riwayat dua hakim yang terakhir, Eli dan Samuel, yang bukanlah para prajurit perang seperti hakim-hakim lain, tetapi adalah para imam dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pelengkap Kitab Hakim-hakim, juga mengandung riwayat dua raja pertama, yaitu Saul dan Daud, dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pembuka riwayat raja-raja. Kedua Kitab Samuel ini mengandung sebagian besar sejarah kudus bangsa Israel, yang kadang-kadang dirujuk dalam Perjanjian Baru, dan kerap kali disebutkan dalam judul-judul mazmur Daud, yang apabila ditempatkan menurut urutannya, akan terlihat jelas terdapat di dalam kedua kitab ini. Tidaklah jelas siapa penulis kedia kitab ini. Ada kemungkinan Samuel yang menulis riwayat yang terjadi pada masa hidupnya, dan setelah dia, beberapa nabi yang ada bersama Daud, Natan kemungkinan termasuk di dalamnya, melanjutkan penulisannya. Kitab 1 Samuel mengisahkan kepada kita catatan lengkap dari kejatuhan imam Eli dan kemunculan Samuel serta kepemimpinannya yang luhur (ps. 1-8), mengenai pengunduran diri Samuel dari pemerintahan Israel serta kemunculan Saul dan kepemimpinannya yang buruk (ps. 9-15), pemilihan Daud, pergumulannya dengan Saul, kehancuran Saul pada akhirnya, dan terbukanya jalan menuju takhta bagi Daud (ps. 16-31). Semua ini dituliskan untuk menjadi pelajaran bagi kita.
Ende: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan
dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi...
SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi maupun gaja-bahasanja, meskipun pelbagai bagiannja mempunjai tjoraknja sendiri. Tradisi Hibrani kuno djuga selalu memandangnja sebagai suatu kesatuan. Didalam terdjemahan Junani (k.l. th. 250 sebelum Mas.) kitab tadi dibagi djadi dua bagian jang hampir sama tebalnja, dan agaknja melulu karena alasan2 praktis. Baru dalam abad ke-15 Mas. pembagian itu dimasukkan kedalam naskah Hibrani.
Tambahan pula terdjemahan Junani mempertalikan erat2 kitab Sjemuel itu dengan kedua Radja2. Keseluruhannja dinamakan: "Kitab2 keradjaan2" atau "pemerintahan2", dan di-bagi2" djadi empat djilid tersendiri. Ini diikuti oleh terdjemahan Latin (Vulgata), meskipun Hironimus sendiri mengenal nama Hibraninja dan memakainja sebagai djudul kedua. Tetapi nama "keradjaan2" diubahnja djadi nama jang lebih tepat, jakni Radja2. Hingga sekarang tradisi ini masih diikuti, sehingga kitab2 itu dikutip sebagai: I dan II Radja2 (=I dan II Sjemuel, menurut tradisi Hibrani) dan III dan IV Radja2 (=I dan II Radja 2 menurut kebiasaan umum Hibrani. Terdjemahan2 modern pada umumnja mengikuti kebiasaan Hibrani, hal mana diikuti pula dalam terdjemahan ini.
Nama "kitab2 Sjemuel" ini lebih menurut tradisi daripada tepat. Betul, beberapa lama adalah pendapat Jahudi, jang berdasarkan salah tafsir dari I Twr. 29,29, bahwasanja Sjemuel mendjadi pengarangnja. Tetapi hal ini tidak dapat diterima bagi suatu kitab, jang untuk sebagian besar mentjeritakan kedjadian2 jang terdjadi lama sesudah Sjemuel meninggal. Sjemuelpun bukan tokoh terpenting didalam kitab ini, sehingga kitab tadi boleh diberi namanja, sebagaimana halnja dengan kitab Josjua. Dawud djauh lebih penting didalam kitab ini. Boleh djadi nama Sjemuel dipakai, karena nama Daud sudah dibubuhkan selaku pengarang pada kitab Masmur, sedangkan nama Sjaul, radja jang sudah ditolak itu, tidak dapat digunakan untuk djudul bagi sebuah kitab jang sutji.
Tjeritera kitab Sjemuel muat laporan fragmentaris mengenai periodos, jang berlangsung dari djaman para Hakim -- Sjemuel sendiri diutarakan sebagai jang terachir dari para Hakim, -- sampai dengan achir hidup Dawud, jang kematiannja baru ditjeriterakan dalam I Radja2 (1-2). Kemarian Dawud serta penggantiannja oleh Sulaiman djatuh kira2 dalam tahun 970 seb. Mas. Berdasarkan keterangan2 dari kitab itu sendiri, maka lahirnja Sjemuel pada awal kitab itu, pada masa keimaman 'Eli, djatuh kira2 dalam th. 1070 seb Mas. Dengan demikian kitab Sjemuel melingkupi l.k. satu abad dari sedjarah Israil.
Sedjarah politik dalam abad, jang merupakan latarbelakang kitab Sjemuel itu, agak katjau, namun amat penting djuga bagi perkembangan umat Allah. Daripada kekatjauan besar didjaman para Hakim, waktu suku2 Israil berpidjak tetap ditanah Kanaan masing2 suku berdiri sendiri dengan tiada kesatuan sedikitpun, selain keasatuan keigaman, berkembanglah didjaman jang baru itu suatu negara kesatuan dibawah pimpinan seorang radja. Perubahan susunan pemerintahan ini, jang dari segi kenegaraan merupakan suatu kemadjuan jang njata, terdjadi karena pengaruh pelbagai faktor dari luar. Faktor jang terutama ialah antjaman dahsjat dari pihak orang2 Felesjet, jang malaham membahayakan hidup Israil. Adapun orang-2 Felesjet itu suatu bangsa jang berasal dari Asia Depan. Setelah beberapa kali gagal usahanja untuk menetap dinegeri Mesir, bangsa itu berhasil berpidjak tetap dipantai Palestina, (nama Palestina berasal dari nama orang2 "Felesjet") dimana mereka mendirikan sedjumlah kota kerajaan jang tjukup kuat. Dari Pantai mereka masuk kepedalaman, dimana tak dapat tidak mereka berbentrok dengan suku2 Israil, jang baru menduduki tanah itu, dan itupun belum seluruhnja. Dengan banjak susah pajah suku2 jang masih primitif itu dapat bertahan terhadap orang2 Felesjet jang gagah perkasa dan diorganisir dengan baik itu. Kitab Sjemuel mulai dengan masa perang mati2an itu sedang hebat2nja. Orang2 Felesjet sudah djauh masuknja dan sudah menduduki sebagian besar dari tanah itu dan menaklukkan penduduknja. Terhadap bahaja itu suku Israil membutuhkan persatuan jang kokoh dibawah pimpinan pemerintahan pusat. Dimasa itu pula bangsa2 tetangga Israil jaitu Edom, Moab dan Aram mendirikikan keradjaan2 nasional dan mendapat kekuatan jang tak terkenal hingga itu dari organisasi pemerintahan jang baru. Tidak mengherankan, kalau Israil dipengaruhi djuga oleh tjontoh2 itu (I Sjem.8,5.19.20), meskipun kejakinan keigamannja ikut menentukan susunan keradjaan itu. Israilpun mengorganisir negerinja djadi suatu keradjaan.
Gagasan jang sungguh baru itu diwujudkan setjara lambat-laun, kendati djalannja tjukup tjepat djuga. Dan itupun tidak berdjalan tanpa oposisi, lebih-lebih dari kalangan2 keigaman, jang berdasarkan pendapat keigaman mereka, sukar menerima keradjaan itu. Langkah pertama diambil karena tekanan dari pihak orang2 'Amon, jang memusuhi mereka. Sebagaimana dahulu halnja dengan para Hakim, demikianpun sekarang seorang petani muda dihinggapi langsung oleh roh Allah, untuk menjelamatkan bangsanja. Kalau dulu para Hakim setelah memperoleh kemenangan, segera kembali lagi kepekerdjaannja, dan persatuan sementara dari suku lenjap lagi, maka kali ini Sjaul diproklamir sebagai radja setjara definitif oleh Rakjat, bahkan dengan persetudjuan pihak oposisi, jang diwakili oleh Sjemuel dan jang tidak dapat mentjegah perkembangan itu lagi.
Usaha jang pertama itu menemui kegagalan. Sungguhpun Sjaul berhasil memukul mundur orang2 Felesjet beberapa waktu lamanja dan memperoleh kemenangan2 jang gemilang dalam perang-tanding jang perwira dan dalam pertempuran2 umum, namun ia se-kali2 tidak berhasil mematahkan kekuasaan mereka atau sedikit2nja membatasinja. Lagi pula oposisi dari kalangan2 keigaman bertambah kuat. Achirnja didalam pertempuran jang hebat dipegunungan Gilboa' Israil menderita kekalahan dan Sjaul serta putera2-nja menemui adjalnja. Keadaan politik Israil pada achir pemerintahan Sjaul tidak banjak bedanja dengan keadaan waktu ia mulai tampil kemuka (I Sjem.31).
Namun demikian, Israil tidak mau melepaskan lagi gagasan keradjaan. Suku2 di Utara memaklumkan Isjabaal, putera Sjaul, mendjadi radja, sedangkan Juda menerima seorang pemimpin gerombolan jang populer, jaitu Dawud, sebagai radjanja. (II Sjem. 2,1-10) Kedua keradjaan itu bermusuhan. Tetapi setelah Isjabaal dilikwidir, Dawud berhasil mendapat pengakuan dari semua suku. Persatuan dibawah satu radja dipulihkan. Tetapi tetapla monarchi-rangkap, dan antar ke-dua2nja tiada ikatan dalam jang sesungguhnja.
Kali ini keradjaan berhasil. Dawud tampak sebagai orang jang saleh, sehingga ia berhasil merebut hati pihak oposisi dari kalangan keigaman, untuk menerima kenjataan itu. Ia adalah seorang politikus jang tjerdik, jang tahu membatasi persaingan antar-suku. Ia membuat ibu-kota politik jang baru di Jerusjalem, jang djuga dijadikannja pusat keigamaan jang terpenting; hal mana sudah semestinjalah didalam suasana, dimana negara dan agama dipertalikan dengan amat eratnja. Kantong2 terachir penduduk aseli Kena'an, jang sedikit banjak berdiri sendiri2, diasimilasikan dengan bangsa Israil oleh Dawud. Dengan membentuk angkatan perang jang tetap, jang dapat digunakan sebagai inti didalam mobilisasi umum, Dawud melengkapi keradjaannja dengan alat pertahanan jang kuat, jang disegani pula diluarnegeri. A.l. berkat alat pertahanan jang kuat itu Dawud mentjatat hasil2 jang gemilang dalam politik luarnegerinja. Orang2 Felesjet ditundukkan secara definitif dan sebagian dari wilajah diduduki Dawud, sehingga peranan mereka digantikan samasekali oleh orang2 bani Israil. Sedjumlah negeri tetangga ditaklukkannja dan wilajahnja sendiri sangat diperluas karenanja, sehingga keradjaannja tidak hanja luas, tetapi djuga dikelilingi dengan serentetan negeri2 taklukan, jang melindungi wilajah keradjaannja sendiri. Dibawah pimpinan Dawud Israil mendjadi keradjaan nasional, jang djuga termasjhur didunia internasional. sungguh suatu masa kedjajaan, jang tidak pernah ditjapai lagi sesudah itu. Perkembangan dimungkinkan pula, karena negara2 besar pada waktu itu tidak dapat mengembangkan kekuasaannja. Asjur baru sadja muntjul dan belum merentjanakan perebutan kekuasaan dinegeri2 jang djauh. Mesir terlalu lemah dedalam dan terlalu terbagi, untuk dapat menuntuk hak-haknja jang kuno atas Palestina. Demikianlah Israil karena kearifan Dawud dan karena keadaan2 politik jang menguntungkan, mendjadi keradjaan jang kuat.
Tetapi mendjelang achir hidup Dawud, mulai kelihatanlah kelemahan2nja kedalam. Tjatjat jang terbesar terletak dalam persaingan antara Juda, suku dari Dawud, dan suku2 lainja. Dawud tidak pernah membuat kedua bagian keradjaan mendjadi suatu kesatuan jang kokoh. Keradjaannja tetap berbentuk monarchi rangkap. Kesatuannja hanja bersandar pada diri radja, dan oleh karena itu sangat bergantung dari ketjakapan dan populernja orang jang mendjadi radja. Dan kepopuleran Dawud diutara mengalami kemunduran dimasa pemerintahannja. Pemberontakan Absjalom mendapat pengikut2nja terutama dari suku2 diluar Juda (II Sjem.15), sedang Dawud hanja didukung oleh suku Juda dan daerah-daerah Transjordania (II Sjem. 17). Betul, Dawud berhasil menindas pemberontakan Absjalom serta kelandjutannja dalam pemberontakan seorang-orang dari suku Binjamin, tetapi api itu tidak pernah padam lagi. Sesudah kematian Sulaiman kesatuan Israil petjah setjara definitif, dan mendjadi dua keradjaan jang berdiri sendiri dan sering bermusuhan, tetapi benihnja sudah terdapat dalam masa kegemilangan Dawud (II Sjem.20,1; I Rdj. 12,16).
Latar belakang sedjarah ini lebih tersirat daripada tersurat dalam kitab Sjemuel. Kitab ini tidak begitu memperhatikan hal-ihwal keradjaan, melainkan perbuatan2 orang2 tertentu. Betul, tokoh2 itu memainkan peranan politik jang menentukan, namun lebih dilihat sebagai oknum daripada sebagai tokoh2 kenegaraan. Ada tiga tokoh, jang minta seluruh perhatian dan bahan2 tjeritera dikumpulkan sekitar ketiga tokoh itu, jaitu Sjemuel, Sjaul dan Dawud. Tetapi djelaslah, bahwa Dawud merupakan tokoh jang utama, sedang Sjemuel dan Sjaul dipakai sebagai persiapan dan pendahuluan, dan chususnja Sjaul djuga sebagai kontras terhadap tokoh jang utama. Djelas pula, bahwa kitab ini terbagi atas tiga rangkaian tjerita2 disekitar ketiga tokoh ini; dibubuhi pula dengan tambahan2 mengenai tokoh utama jang menghentikan djalannja tjerita, sampai itu disambung lagi dalam kitab I Radja2.
Bagian pertama (I Sjem 1-7) menjadjikan beberapa keterangan tentang diri Sjemuel. Sebagai akibat dari doa jang dikabulkan, ia dilahirkan dari wanita jang mandul dimasa imam-agung 'Eli. Akan tanda sjukur, maka kanak2 itu dibaktikan kepada ibadah Jahwe dikuilNja di Sjilo, dimana terdapat peti perdjandjian. Disana ia mendapat panggilan sebagai nabi dan memaklumkan kebiasaan keturunan 'Eli, jang anak-anaknja melanggar peraturan2 Jahwe. Hukuman itu dilaksanakan didalam perang dengan orang2 Felesjet. Orang2 Felesjet mengalahkan Israil,d an merampas peti perdjandjian dan menewaskan kedua anak 'Eli. 'Eli sendiri mati mendadak karena ketjelakaan. Kemudian hal-ihwal peti perdjandjian di-tengah2 orang2 Felesjet ditjeritakan. Karena malapetaka, jang rupa2nja ditimpakan atas diri mereka karena peti perdjandjian itu, terpaksalah orang2 Felesjet mengembalikannja ketanahnja jang aseli, jaitu Israil. Jahwe senantiasa nampak lebih kuat daripada dewa2 Felesjet. Achirnja peti perdjandjian itu sampai ke Kirjat-je'arim, kerena Silo agaknja sudah dihantjurkan. Baru kemudian (II Sjem.6) kisah mengenai peti perdjandjian itu dilandjutkan. Bagian pertama ditutup dengan ichtisar tentang kegiatan Sjemuel.
Bagian kedua (ISjem 8-15) dipusatkan pada tokoh Sjaul. Pada achir hidupnja Sjemuel dengan berat hati meluluskan tuntunan rakjat untuk seorang radja. Dengan diam2 ia mengurapi seorang anak petani, jaitu Sjaul, djadi radja Israil jang akan datang. Sjaul bertindak tegas lawan orang2 'Amon. Sesudah itu ia diakui dengan resmi oelh seluruh rakjat sebagai radja jang umum. Sjemuel mengundurkan diri. Dengan hasil jang gemilang Sjaul dengan putera mahkotanja, Jonatan, memerangi orang2 Felesjet. Tetapi Sjaul berlaku kurang setimbang, dan kadang2 terlalu tegas. Berhubung dengan tindakannja terhadap orang2 'Amalek serta radjanja dan ke-sewenang2annja, maka ia berbentrok dengan Sjemuel, bahkan dengan Jahwe sendiri. Ia ditolak sebagai radja.
Bagian ketiga (I Sjem. 16 - II Sjem.1) menjadjikan serentetan tjerita tentang muntjulnja Dawud dan binasanja Sjaul. Dengan diam2 Dawud diurapi Sjemuel djadi radja jang akan menggantikan Sjaul. Dawud bekerdja pada Saul sebagai biduan, tetapi djuga tampil sebagai pemimpin pertempuran jang tjakap dan pedjuang jang berani. Mula2 ia diperlakukan baik2 oleh Sjaul.Tetapi hasil2nja jang gemilang dalam pertempuran dan bertambah populernja menimbulkan tjemburu dan tjuriga pada Sjaul, jang lalu memandangnja sebagai saingan berat bagi tachtanja. Beberapa kali ia, setjara lansung atau tak langsung, mentjoba melenjapkan Dawud, sementara ia sendiri dihinggapi kemurungan, jang makin lama makin mendjadi penjakit. Pertjobaan2nja tidak berhasil. Achirnja Dawud terpaksa melarikan diri, dengan bantuan sahabat karibnja, putera-mahkota Jonatan sendiri. Dawud lolos kegurun, dimana ia mengembara sebagai pemimpin gerombolan. Tetapi disanapun ia di-tjari2 djuga oleh Sjaul, kendati Dawud menundjukkan djuga, bahwa ia tahu menghormati orang urapan Jahwe, dan tidak mau menewaskannja. Terpaksa Dawud menggabungkan diri dengan musuh kawakan Israil, jakni orang2 Felesjet. Tetapi dengan ketjerdikannja jang luarbiasa Dawud pandai bersiasat, untuk tidak melakukan sesuatu jang merugikan kaum sebangsanja dan tidak menguntungkan bagi orang2 Felesjet. Waktu peperangan berketjamuk lagi antara orang2 Felesjet dengan Israil, tjuriga pemimpin2 Felesjet menghalangi, Dawud menepati kewadjibannja sebagai sekutu untuk bertempur bersama2 dengan radja Felesjet lawan bangsanja sendiri. Ketika Dawud berada ditempat lain, terdjadilah pertempuran hebat digunung Gilboa', dan Israil menderita kekalahan. Jonatan dan putera2 Sjaul lainnja gugur, sedang radja membunuh diri. Hukuman atas Sjaul sudah terlaksana dan djalan ketachta terbuka bagi Dawud.
Bagian jang keempat dan terachir (II Sjem.2-20) se-mata2 mengenai Dawud dan keluarganja. Dawud jang sudah popuker dimasa penerintahan Sjauld an mempunjai banjak pengikut di Juda, diakui sebagai radja oleh suku Juda. Ia menetap di Hebron. Berkat kegiatan panglima Abner, maka putera Sjaul mendjadi radja atas bagian terbesar dari Israil. Tetapi kekuatan Isjba'al makin lama makin ter- petjah2 dan pasukannja menderita kekalahan jang hebat di Gibe'on. Karena perselisihan dengan Abner maka kedudukannja sangat terdjepit. Abner mengadakan perundingan dengan Dawud dan mendapat dukungan dari hampir seluruh wilajah Isjba'al. Abner dibunuh oleh Joab, panglima dari Dawud, dengan alasan jang tjurang. Alasannja ialah bela darah, karena Abner telah menewaskan seorang saudara Joab didalam pertempuran. Hampir pada waktu jang sama Isja'baal dibunuh dengan tjara jang kotor. Sedjenak kedudukan Dawud terantjam. Tetapi dengan mendjauhkan diri dengan terang2an dari kedua pembunuhan itu, ia berhasil mendapat dukungan terus dari pengikut2nja dikalangan suku2 Israil. Disanapun ia diakui sebagai radja.
Dawud merebut Jerusjalem dari tangan penduduk aseli dan memindahkan kedudukannja kesana. Peti perdjandjian dipindahkan ke ibukota jang baru. Hal ini mendatangkan berkah Jahwe kepadaNja dalam bentuk nubuat jang mulia oelh Natan, nabi Dawud, tentang abadinja keturunannja. Selintas-pintas lalu diutarakan ekspedisi2 Dawud. Hasilnja ialah diusirnja orang2 Flesjet dan perluasan wilajahnja. Beberapa bangsa tetangga ditaklukkan.
Pasal2 terachir dari bagian keempat ini muat kisah jang pandjang-lebar tentang drama jang terdjadi didalam keluarga Dawud. Kebesaran djiwanja dilukiskan dengan beberapa tjontoh. Tetapi sebaliknja, didalam rangka perang dengan orang2 'Amon, dikisahkan djuga, bagaimana Dawud berdjinah dengan isteri dari salah seorang perwiranja jang setiawan, jaitu Uria. Untuk menjembunjikan djinahnja dan untuk tetap memiliki Batsjeba', maka dengan tjara jang litjik ia menjuruh lenjapkan orang jang mendjadi perintang bagi pelampiasan hawa-nafsunja. Teguran2 nabi Natan menginsjafkan Dawud, sehingga ia bertobat dan bersedia menerima hukuman apapun dari tangan Jahwe. Batsjeba' kemudian melahirkan baginja Sulaiman, jang akan menggantikan dia sebagai radja.
Pelaksanaan hukuman itu terdjadi didalam keluargnja sendiri. Putera sulungnja, Amnon, memperkosa adik tirinja, Tamar. Sikap Dawud agak lemah terhadap kedjahatan ini. Absjalom, puteranja jang lain, membalas dendam sendiri atas adik kandungnja. Amnon dibunuh olehnja. Sesudah itu Absjalom melarikan diri terhadap murka bapaknja. Tetapi beberapa waktu kemudia radja Dawud, atas desakan panglima Joap, mengidjinkan Absalom kembali ke Jerusalem, meskipun ia tidak segera dimaafkan olehnja. Sekali lagi Joab bertjampur tangan. Meskipun alasan2 Joab dalam perkara ini tidak begitu djelas, namun ia berhasil memperdamaikan radja dengan puteranja.
Adapun Absalom mulai bersiasat. Teranglah ia berusaha merebut tachta kerajan. Dawud sgaknja kurang awas. Achirnja Absalom mempermaklumkan dirinja sebagai radja di Hebron, ibukota lama Dawud. Perebutan kekuasaan ini berhasil, karena pemerintahan Dawud agaknja diterima dengan tiada sukahati oleh suku2 diluar Juda, sehingga Absjalom mendapat dukungan kuat dari mereka. Dawud terpaksa lari dari Jerusjalem, hal mana ditjeritakan dengan pandjang lebar. Absjalom menduduki ibukota. Karena siasat salah seorang sahabat Dawud, pengedjaran ditunda, sehingga Dawud mendapat kesmepatan untuk mengerahkan pasukan jang besar didaerah Transjordania. Didalam pertempuran berikutnja Absajlom dan pengikut2nja menderita kekalahan. Absjalom sendiri dibunuh oleh Joab, ketika ia melarikan diri. Dukatjita Dawud waktu menerima kabar itu mengharukan, tetapi tidak pada tempatnja menurut Joab. Kembalinja Dawud ke Jerusjalem ditjeritakan sedjadjar dengan larinja dari sana. Karena pertikaian antara suku Juda dengan suku2 lainnja, maka pemberontakan berketjamuk lagi sedjenak. Joab, jang karena membunuh Absjalom kena murka radja, berhasil menindas pemberontakan itu, tetapi menggunakan kesempatan itu djuga untuk melenjapkan bekas-panglima dari Absjalom, jang ditundjuk Dawud untuk menggantikan Joab sendiri, dan untuk memaksakan dirinja kepada Dawud.
Pasal2 terachir (II Sjem. 21-24) terdiri atas beberapa tambahan, jang mengenai riwajat hidup Dawud, jang tidak mendapat tempatnja dalam kitab itu sendiri dan mungkin berasal dari sumber lain. Ditjeritakan bagaimana keturunan Sjaul ditumpas, hal mana dipandang hukuman atas ingkar sumpah Sjaul. Berikutlah ichtisar tentang pertempuran2 dengan kaum Felesjet dan dua sadjak jang ditaruh dalam mulut Dawud. Kemudian disusul dengan serentetan perbuatan2 kepahlawanan dari anggota2 pasukan pilihan Dawud dengan daftar nama pasukan pilihan itu. Achirnja suatu kisah tentang tjatjah-djiwa, jang diadakah Dawud tapi dihukum dengan wabah sampar. Sebuah mesbah didirikan oleh radja sebagai tanda sjukur atas berhentinja malapetaka itu, jaitu ditempat jang kemudian didirikan Bait Allah.
Namun kesemuanja itu didalam kitab Sjemuel tidak merupakan tjerita jang harmonis djalannja dan baik susunannja. Lebih tepat dikatakan suatu kumpulan tjerita2 jang tjoraknja berlainan dan berasal dari pelbagai sumber. Kitab Sjemuel tidak merupakan keseluruhan jang bulat, melainkan suatu kumpulan tjeritapendek2. Terutama dalam kitab jang pertama tjerita2 ini bertjorak sangat populer dan mirip dongengan rakjat. Beberapa dari antaranja menundjukkan pelbagai tradisi, jang sebagian bertentangan satu sama lain. Maka itu didalam kitab Sjemuel terdapat tidak sedikit tjerita jang sukar untuk diselaraskan, ataupun tjerita- rangkap tentang kedjadian jang satu dan sama djua, jang disampaikan dalam pelbagai bentuk dan oleh karenanja ditjeritakan dua kali. Si penghimpun sering mengambil tjerita2 tanpa banjak perubahan. Terdjemahan kami, entah dalam petundjuk2 ditepi halaman entah didalam tjatatan2 dibawah, kadang2 menundjukkan ketidak-selarasan itu, tetapi tidak semuanja disebutkan. Kisah pandjang tentang keluarga Dawud didalam kitab jang kedua merupakan kesatuan jang lebih besar, dan sudah barang tentu ditulis oleh orang, jang menjaksikan sendiri peristiwa2 itu. Si penghimpun tjerita2 dalam kitab Sjemuel hanja disana-sini sadja mentjoba selaraskan tjerita2 itu, dan djuga disana-sini sadja mengemukakan gagasan2nja sendiri serta tafsiran dari peristiwa2 itu dan mengolah sedikit-banjak bahan2 itu menurut pandangannja sendiri.
Kalau orang mengindahkan tjorak chas kitab ini, dengan sendirinja akan timbul pertanjaan mengenai kebenaran historisnja. singkatnja dapat dikatakan begini. Kebenaran historisnja pada umumnja dan dalam garis besarnja harus diterima, mengingat sangat kunonja bahan2 itu. Sebaliknja tjorak populer dari banjak tjeritanja itu adalah sedemikian rupa, hingga orang tidak dapat memperoleh kepastian sampai hal jang ketjil2, karena kesemuanja itu lebih dipakai sebagai hiasan dan pengungkapan daripada sebagai laporan saksama dari kedjadian2 jang njata, jang ditjeritakan dan lagi pengetahuan jang tepat tentang tokoh2, jang tampil kedepan. Tetapi mengenai hal jang ketjil2 tersendiri tidak dapat diperoleh kepastian jang besar. Itu tergantung dari tjorak chas tjerita2 itu sendiri.
Mengenai pertanjaan, bilamana kitab itu disusun, harus diberi djawaban jang agak berbelit. Sebab sebagaimana halnja dengan banjak kitab Perdjandjian Lama, kitab Sjemuelpun tidak terdjadi sekali djadi. Dapat dan harus diterima, bahwa kitab ini menurut keadaannja sekarang, telah terdjadi dari sedjumlah tjerita2 tersendiri, jang sudah dikumpulkan dalam kumpulan2 ketjil dan sudah tertulis pula. Daripadanjalah achirnja kitab jang sekarang ini disusun. Kadang2 sukarlah menentukan, bagian2 mana sudah ada sebagai kumpulan tersendiri; tetapi bahwasanja kumpulan2 itu ada sukarlah disangsikan. Lebih sukar lagi menentukan, bilamana kumpulan2 tjerita itu mendapat bentuk tertulisnja jang pertama; tetapi sudah teranglah, bahwa beberapa dari antaranya dari djaman kuno dan ditulis tak beberapa lama sesudah terdjadinja peristiwa2 itu sendiri. Dengan lebih saksama dapatlah ditetapkan, bila kitab ini mendapat bentuknja jang sekarang, lepas dari beberapa tambahan ketjil jang disisipkan sesudah kitab ini seluruhnja ada. Menurut pendapat umum para ahli, kitab ini sudah pasti disusun sebelum dynasti Dawud lenjap setjara definitif tahun 587 seb. Mas., karena penjusun kitab ini tidak mengetahui sedikitpun tentang kedjadian itu. Sebaliknja, kitab ini tentulah disusun sesudah perpisahan antara Juda dengan suku2 lainnja, kerena perpisahan itu ber-ulang2 diandaikan. Djadi kitab ini sebagai keseluruhan disusun sesudah perpisahan jang terdjadi pada kematian Sulaiman dalam tahun 931 seb. Mas. Karena didalam kitab ini, lebih2 didalam fasal2 jang ditambahkan oleh si penghimpun sendiri, terdjalin gagasan2 jang menundjukkan pembaharuan agama oleh Josjijahu dan kalangan2 dari kitab 'Ulangtutur, tentulah kitab ini disusun tak berapa lama sebelum pembuangan, djadi sekitar 580 seb.Mas.
Nama para pengarang dari tiap2 bagian maupun dari keseluruhan tidak dapat disebutkan dengan kepastian. Dan melihat terdjadinja kitab ini, maka lebih tepatlah orang berbitjara tentang penghimpun daripada pengarang kitab ini. Mana jang terdjadi bagian pribadi si penghimpun jang terachir, sukarlah ditentukan lebih landjut.
Tjorak keigaman kitab itu djelas. Kitab ini menjadjikan sedjarah bukannja demi untuk sedjarah, tetapi dari sudut keigamaan dan dengan maksud keigamaan, dan lebih memberikan tafsiran tentang sedjarah daripada laporan terperintji dari peristiwa2 politik. Gagasan pokok keigamaan jang mendjadi dasar karja itu seluruhnja ialah terpilihnja Israil. Israil adalah umat Allah, jang karena perdjadjian dengan Jahwe dipilih untuk merupakan keradjaanNja didunia. Kitab ini memberikan suatu kesan dari hal-ihwal keradjaan itu serta kesulitan2nja, hingga keradjaan itu mendapatkan perwudjudannja sementara didalam keradjaan Dawud. Pilihan ini dengan sjarat2nja serta tuntutan2nja dikonkretisir dalam tokoh2 tertentu. Nasib rakjat dan manusia bergantung dari tuntutan2nja. Semua tokoh penting dalam kitab ini dipandang dari sudut itu. 'Eli dan keturunannja adalah imam pilihan Jahwe. Tetapi karena ketidaksetiaan keturunannja akan perintah2 Allah, mereka disingkirkan dan dihukum. Akan gantinja dipilihlah imam-agung lain jang "setiawan". Sjemuel dilahirkan setjara adjaib dan dipilih langsung oleh Jahwe sendiri serta dipanggil mendjadi nabiNja dan pemimpin umatNja. Tetapi anak2 Sjemuel pun tidak setia djuga, sehingga pilihan itu tidak dilandjutkan dalam diri mereka. Sjaul dipanggil dimasa jang amat sulit, untuk mewujudkan keradjaan Jahwe didalam bentuk jang baru, jaitu bentuk keradjaan. Ia adalah radja pilihan, tetapi bukan radja jang berdiri sendiri, jang dapat menentukan sendiri apa jang hendak dilakukannja. Sebaliknja ia hanja mendjadi wakil dari radja Israil jang sesungguhnja, jaitu Jahwe. Sjaul tidak tetap setia. Ia mengutamakan kehendak rakjat diatas kehendak Jahwe, se-akan2 ia radja dan atas kerelaan rakjat, bukannja atas kerelaan Jahwe. Dari sebab itu ia disingkirkan dan Jahwe mentjari penggantinja, jang akan tetap setia kepada kedudukannja sebagai radja thokratis. Dalam diri radja Dawud terwudjud pula keradjaan Allah, meskipun dalam bentuk sementara Dawud adalah seorang manusia, jang berdosa berat, tetapi radja itu tidak pernah lupa, bahwa ia hanja wakil dari Jahwe, jang harus mendengarkan suaraNja, untuk sungguh2 mendjadi radja Israil. Karena pengakuan dari pihak Dawud ini, maka sekali lagi pilihan Jahwe mendjadi kenjataan. Keturunan Dawud seluruhnja dipilih untuk mendjadi wakil dari Allah pada umatNja. Pandangan2 djauh jang besar dimasa jang datang dibukakan; pandangan2 itu menudju keperwudjudan jang terachir dan sempurna dari Keradjaan Allah didunia. Seluruh Perdjadjian Baru penuh dengan penghargaan jang dipertalikan pada keturunan Dawud, untuk menundjukkan bagaimana kesemuanja itu terpenuhi dalam Jesus Kristus, Putera Dawud.
Disamping gagasan jang fundamentil dan mendjadi alas kesemuanja itu, kitab Sjemuel ini sungguh amat kaja akan gagasan2 keigamaan jang luhur, jang djuga terdapat ditempat lain didalam Perdjandjian Lama, dalam bentuk ini atau bentuk itu.
Djika orang ingin menilaikan kitab Sjemuel, djuga sebagai orang Kristen, maka haruslah kitab itu dibatja dengan semangat, jang mendjadi sikap hati si pengarang kitab itu, jaitu dengan sikap hati keigamaan. Betul, kitab Sjemuel penuh dengan tjerita2 jang tegang dan kadang2 menggunakan seni-tjerita jang djitu. Tetapi apabila orang berhenti disitu sadja, maka kitab ini tidak dibatja sebagai sebagian dari Kitab Sutji. Kitab ini mempunjai maksud jang lain djuga, jaitu mampu menjampaikan kabar keigamaan, warta bahwa Allah memanggil dan memilih manusia, dan bahwa manusia harus menjesuaikan diri dengan panggilan serta pilihan itu, dengan mendengarkan suara Allah se-setia2nja. Kalau tidak, manusia akan disingkirkan. Hanja kalau dibatja setjara demikian, maka kitab ini adalah Kitab Sutji sesungguhnja dan tidak diturunkan sebagai batjaan hiburan. Dan djika dibatja demikian sebagai Kitab Sutji, dengan hati jang pertjaja dan terbuka bagi Sabda Allah, maka kitab ini mempunjai nilainja jang tetap dan nilai kekristenan. Didalamnja manusia mendapatkan Allah jang berbitjara dan berbuat, jang memilih dan mengemukakan tuntunan2Nja djustru kepada orang2 pilihanNja.
TFTWMS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU BERGUMUL SEBAGAI ORANG TUA"
"Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila...
PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU BERGUMUL SEBAGAI ORANG TUA"
"Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN, ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu" (1Samuel 2:12, 13a); "Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan, berkatalah ia kepada mereka: "Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran. Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?" Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu,…" (1 Samuel 2:22-25).
Pembacaan Latar Belakang: 1Samuel 2:12-36; 4:1-22.
Seorang ibu yang sedang bersusah hati pertama-tama mengulangi perkataan ini kepada saya "Awalnya mereka ada dalam genggamanmu; kemudian mereka ada dalam hatimu." Prilaku yang tidak patut dari anak-anaknya yang nakal dan yang sedang bertumbuh telah menambah beban hatinya yang sudah susah itu.
Orang tua yang mengalami perasaan yang sama dengan ibu itu tak terhitung banyaknya. Banyak juga orang tua yang membawa beban rasa bersalah terhadap anak-anak mereka bersama dengan pergumulan lain yang mereka miliki. Apakah anak-anak mereka itu masih muda, menginjak remaja, atau sudah dewasa, banyak orang tua percaya bahwa mereka telah gagal membesarkan anak-anak mereka.
Kemungkinan besar perasaan seperti itu memang sah adanya; tidak ada orang tua yang sempurna. Kekurangtrampilan dalam menjadi orang tua bisa disebabkan oleh kedegilan, kebodohan, atau keegoisan.
Bahkan situasi yang lebih menyedihkan bisa muncul ketika anak-anak sudah keluar dari lingkungan pengaruh orang tua. Orang tua itu mungkin saja memiliki perasaan yang tajam akan kegagalan itu tetapi hanya melihat sedikit hal yang bisa mereka lakukan untuk merubah situasi anak-anak mereka itu.
Bagaimanakah orang tua yang sedang bergumul itu mengatasi persoalan tersebut? Apakah mungkin untuk belajar hidup dengan bayang-bayang kegagalan? Apakah mungkin untuk mengatasi kegagalan dan keberhasilan di masa lalu? Bisa jadi orang tua yang bergumul ini ada di dalam pikiran Allah ketika Ia membimbing penulis terilham untuk mencatat riwayat hidup Eli.
AYAH YANG GAGAL
Di ukur dengan standar zaman kini, Eli sangatlah berhasil di dalam profesinya. Ia adalah hakim dan imam besar Allah, sangat dihormati oleh bangsa itu. Cerita Alkitab menunjukkan bahwa Eli berhasil mencapai banyak hal, tetapi cerita itu juga menunjukkan dia sebagai seorang ayah yang gagal. Kesalahan Eli dan perkara anak-anaknya merupakan bahan kajian yang bermanfaat bagi orang tua moderen.
Sebagai orang yang punya kemampuan dan daya tarik, Eli merupakan imam besar pertama yang berasal dari keturunan Itamar, anak keempat Harun. Sebelumnya, semua imam besar berasal dari garis keturunan Eleazar, anak ketiga Harun.1Pemilihan Eli dari keluarga Harun menunjukkan kemampuannya untuk memimpin umat Allah.
Eli merupakan orang yang loyal kepada Allah dan pelayanan-Nya. Kepeduliannya yang paling besar adalah terhadap Kemah Suci dan penggunaannya untuk melayani Allah. Prioritasnya itu bisa dilihat lewat tidurnya dia di dalam rumah Allah itu (1Samuel 3:3-5).
Loyalitas Eli terlihat juga di dalam tindakannya yang terakhir di dunia ini, ketika ia mendengar berita yang menyedihkan tentang perang melawan bangsa Filistin. Bala tentara Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin, dengan menderita kerugian yang sangat besar. Di antara yang gugur adalah dua anak laki-laki Eli, Hofni dan Pinehas. Selain itu, bangsa Filistin berhasil juga merebut tabut perjanjian Allah dari tangan pasukan Israel. Seorang kurir sedang memberitahu Eli segala sesuatu yang telah terjadi. "Ketika disebutnya tabut Allah itu, jatuhlah Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati .…" (1Samuel 4:18).
Eli tidak begitu terganggu oleh kematian kedua anaknya atau oleh kekalahan prajurit Israel. Berita yang paling buruk sekali bagi Eli adalah hilangnya tabut perjanjian.
ANAK-ANAK YANG JAHAT
Di balik kebaikan dan kesetiaan Eli, kedua anak laki-lakinya tidak memilih untuk mengikuti teladannya. Penulis terilham menyebut mereka orang-orang dursila. Mereka itu egois dan amoral, memandang rendah Allah dan manusia. Ciri-ciri itu menunjukkan cara hidup mereka yang tidak berkenan kepada Allah.
Bagaimana bisa orang yang penuh bakat, saleh, dan sibuk seperti Eli menghasilkan anak-anak yang jahat? Kesalahan Eli berakar di dalam kegagalannya untuk menghormati Allah secara patut. Jauh sebelumnya di dalam kehidupan Eli, seorang abdi Allah tanpa nama mengunjungi Eli, memberitahu dia berita tragis. Eli diberitahu bahwa keturunannya akan berakhir dengan kematian kedua anaknya pada hari yang sama. Tuhan memberi alasan bagi hukuman ke atas Eli itu: "… Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah" (1Samuel 2:30). Kita tidak diberitahu secara persis bagaimana Eli gagal menghormati Allah. Namun begitu, kita mungkin bisa menemukan alasan bagi kegagalannya itu ketika kita meneliti kegagalan kita sendiri.
Kita, khususnya sebagai orang tua, diarahkan untuk menghormati Allah (Amsal 3:9; Yohanes 5:23). Rasa hormat kita yang diminta untuk diberikan kepada Allah adalah serupa dengan kewajiban kita untuk menghormati orang tua kita. Bila kita tahu cara untuk menghormati mereka, maka kita akan mengerti dengan lebih baik cara untuk menghormati Allah. Ketaatan merupakan bagian dari kehormatan ini. Anak-anak harus mentaati orang tua mereka sebab hubungan itu melibatkan dan mensyaratkan ketaatan (Efesus 6:4). Kita menghormati orang tua kita sebab kita menghormati keinginan dan kehendak mereka. Tidakkah Allah patut menerima jauh lebih banyak dari itu?
Kita menghormati Allah dengan perkataan kita. Orang Yahudi kuno bahkan tidak mau menyebut nama Yehovah sebab takut kalau-kalau mereka menyebut nama itu dengan sia-sia (Keluaran 20:7). Manusia di zaman kini bertindak dengan cara yang berlawanan. Di zaman kini mereka menyebut nama Allah untuk ikrar yang tidak penting dan untuk ungkapan keterkejutan. Dulu, kaum pria yang bersumpah di hadapan kaum wanita akan minta maaf kepada kaum wanita itu. Sekarang sudah hal biasa bagi kaum wanita menandingi kaum pria di dalam mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh. Kita harus ingat bahwa "TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan" (Keluaran 20:7b).
Eli juga gagal karena telalu berlebihan dalam menghormati anak-anaknya. Apa yang harus ia kembalikan kepada Allah, malah ia berikan kepada anak-anaknya (1Samuel 2:29). Kita mungkin tidak bisa mengasihi anak-anak kita dengan terlalu berlebihan. Namun begitu, ada kemungkinan kita mengasihi mereka secara salah.
Orang tua bisa saja menyangka sedang mengasihi anak-anak mereka ketika sebenarnya mereka sedang berusaha untuk melindungi anak-anaknya itu dari setiap ketidaknyamanan atau rasa sakit. Orang tua harus mengetahui bahwa anak-anak tidak bisa selalu dilindungi dari segala peristiwa menyusahkan di dalam pertumbuhan mereka. Saya ingat benar suatu contoh yang kami alami ketika anak laki-laki kami baru berusia sekitar satu bulan. Ia memerlukan suntikan vaksin untuk melawan beberapa jenis penyakit anak-anak. Ketika jarum suntik itu menusuk dia, ia menangis dengan kerasnya. Ibunya ikut menangis juga. Sang ibu tidak suka melihat anaknya terluka; namun jika anak itu tidak dilukai oleh suntikan itu, anak itu mungkin bisa terjangkit difteri atau tetanus dengan akibatnya yang bahkan lebih fatal lagi. Kami membolehkan ia kesakitan sebab hal itu merupakan bagian kehidupan yang diperlukan.
Jika orang tua menjauhkan anak-anaknya dari rasa sakit disiplin, maka orang tua itu tidak mengasihi anak-anaknya. Tidak semua bentuk disiplin melibatkan hukuman fisik, tetapi semua bentuk disiplin meminta beberapa bentuk penyangkalan. Bimbingan orang tua seperti itu mutlak diperlukan bagi kesejahteraan rohani, mental, dan fisik anak. Daud sudah lebih dulu mati sehingga tidak menyaksikan akhir yang tragis dari Adonia, anaknya (1Raja-Raja 2:28-33). Benih dari peristiwa menyedihkan itu telah tertanam di masa kanak-kanak Adonia: "Lalu Adonia, anak Hagit, meninggikan diri dengan berkata: ‘Aku ini mau menjadi raja.’ … Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegor dia dengan ucapan: ‘Mengapa engkau berbuat begitu?’ .…" (1Raja-Raja 1:5, 6). Kegagalan seperti itu merupakan juga dosa Eli, Allah memberitahu Eli lewat pemuda Samuel, "Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!" (1Samuel 3:13).
Baru-baru ini telah muncul sebuah konsep disiplin yang disebut "Kasih Yang Keras." Selama ini konsep itu sudah berjalan efektif dalam membantu beberapa orang tua untuk mendisiplinkan anak-anak remaja yang suka memberontak. Orang tua memulainya dengan menetapkan pedoman prilaku yang tegas. Prilaku itu dipahami secara jelas oleh orang tua dan anak-anak mereka. Orang tua itu kemudian memperkuat pedoman itu dengan tindakan. Jika peraturan dilanggar, hukuman yang segera dan pasti diberlakukan. Konsep yang alkitabiah ini, yang terbukti cukup efektif, sering memberi jalan keluar yang penuh kasih bagi krisis keluarga. "Kasih Yang Keras" ini merupakan apa yang Salomo sebut dalam Amsal 23:13,14:
Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.
PELAJARAN UNTUK ORANG TUA
Bersikap agamis bukan jaminan akan menjadi orang tua yang sukses. Tidak seorang pun yang bisa mengalahkan Eli di dalam kesetiaan lahiriahnya kepada Allah. Namun hal itu tidaklah cukup, sebab orang bisa saja bersikap agamis tanpa bersikap saleh. Kita sebenarnya mengharapkan loyalitas Eli terhadap Kemah Suci dan tabut perjanjian bukan hanya sekedar ungkapan lahiriah dari kesetiaannya kepada Allah, namun kasus Eli sepertinya tidak begitu.
Bahkan seorang pengamat biasa bisa menemukan orang tua yang agamis namun gagal karena alasan yang sama yang Eli lakukan. Eli tidak mendasarkan kehidupan keluarganya di atas hubungannya dengan Allah. Tidak seorang pun bisa dengan sukses mengganti kehidupan saleh selama seminggu dengan ibadah di gereja yang hanya beberapa jam.
Kurangnya kesalehan ini terlalu sering dianggap masalah biasa. Beberapa orang berkata, "Saya memang tidak meluangkan banyak waktu bersama keluarga saya, tetapi saya masih beribadah di gereja." Tidakkah Eli juga bisa berkata, "Saya memang tidak mendidik anak-anak saya dengan sangat baik, tetapi saya sibuk di Kemah Suci"? Agama seseorang tidak bisa dibenarkan jika agama itu mengabaikan tanggung jawab besar apa saja bagi kehidupan, termasuk membesarkan anak-anak (Yakobus 1:27).
Hofni dan Pinehas kemungkinan besar mempelajari pelbagai pelajaran yang salah itu dari Eli. Jika Eli bisa memisahkan kehidupan keluarganya dari agamanya, tidakkah mereka itu juga bisa memisahkan moralitas dari diri mereka?
Anak-Anak Biasanya Mengambil Nilai-Nilai Sejati Orang Tua Mereka
Nila-nilai pengajaran kepada anak-anak sangatlah penting. Allah memuji nilai-nilai itu dalam diri Abraham (Kejadian 18:19). Musa juga memberikan nilai-nilai itu sebagai bagian dari Taurat: "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu, .…" (Ulangan 6:6, 7). Instruksi lisan saja tidaklah cukup. Perkataan ini benar: "Bagaimana bisa saya mendengar apa yang engkau katakan bila apa yang engkau lakukan meraung sangat kerasnya di telingku?" Paulus menekankan perlunya teladan: "Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu .…" (Filipi 4:9). Seseorang pernah berkata, "Anak-anak biasanya melakukan apa yang mereka lihat suka dilakukan oleh orang tua mereka."
Tidak ada pengajaran lisan yang mungkin bisa mengalahkan pengaruh contoh yang jahat. Saya pernah mendengar tentang seorang pengkhotbah dan isterinya yang mengecam para penatua gereja. Anak mereka yang berusia empat tahun memperhatikan dan mendengarkan kejadian itu. Ia mengejutkan orang tuanya itu dengan perkataan, "Kita memang membenci para penatua lama itu, bukan?" Contoh hidup mereka itu telah memasukkan pesan yang tidak patut dan merusak ke dalam diri anak laki-laki mereka itu.
Tanggung Jawab Pada Akhirnya Terletak Pada Individu
Beberapa orang tua mungkin saja menanggung beban rasa bersalah yang terlalu berat. Tidak diragukan lagi bahwa orang tualah yang mengajar dan mempengaruhi anak-anak mereka. Mereka bertanggung jawab untuk memaparkan nilai-nilai dan sikap hidup yang benar kepada anak-anak mereka. Namun demikian, anak-anak memutuskan sendiri nilai-nilai dan sikap hidup mereka.
Dengan keputusan itu muncullah tanggung jawab atas tindakan mereka.
Suatu contoh menarik atas hal ini terlihat di dalam Perjanjian Lama:
Generasi 1: Abiam (Abia) adalah orang yang jahat (1Raja-Raja 15:1-3). Ia punya anak laki-laki yang bernama Asa.
Generasi 2: Asa, yang merupakan orang baik (1Raja-Raja 15:11), punya anak laki-laki yang bernama Yosafat.
Generasi 3: Yosafat juga menjadi orang yang baik (1Raja-Raja 22:41-43). Ia punya anak laki-laki yang bernama Yoram.
Generasi 4: Yoram, yang menjadi orang yang jahat (2Raja-Raja 8:15-18), punya anak laki-laki yang bernama Ahazia.
Generasi 5: Ahazia menjadi orang yang jahat (2Raja-Raja 8:25-27).
Hal ini menunjukkan bahwa orang tua yang baik bisa memiliki anak-anak yang baik atau jahat, dan orang tua yang jahat bisa memiliki anak-anak yang baik atau jahat.
Pengajaran dan pengaruh orang tua sangat penting sekali, namun hal itu saja tidak bisa menentukan perilaku anaknya di kemudian hari. Pengaruh dan teladan bisa mendorong, tetapi tidak bisa memaksa.
Kita akan dihakimi oleh tindakan, pikiran, dan perkataan kita sendiri (Roma 14:12; Ibrani 4:12; Matius 12:36, 37). Orang tua akan dihakimi atas dosa apa saja yang mereka perbuat terhadap anak-anak mereka. Namun begitu, orang tua bisa bertobat dari dosa-dosa itu, dan diampuni. Jika orang tua bertanggung jawab sendirian atas nasib anakanak mereka, maka kegagalan mereka sebagai orang tua akan menjadi dosa yang tidak bisa diampuni. Orang tua mungkin harus hidup dengan pelbagai akibat dari tindakan mereka dan tindakan anak-anak mereka, tetapi tidak dengan rasa bersalah. Anak-anak itu sendirilah yang bertanggung jawab atas keputusan dan pilihan mereka.
Ada Harapan Bagi Orang Tua Yang Bergumul
Orang tua harus jangan membiarkan rasa bersalah mereka menguasai diri mereka atau memandang kegagalan mereka sebagai tanpa harapan. Dalam beberapa kasus, harapan tetap ada sebab anak-anak masih hidup di bawah pengaruh orang tua. Bahkan anak-anak yang sudah dewasa yang hidupnya tidak mengikuti standar orang tua mereka bukanlah di luar harapan.
Manusia bisa berubah. Bukan hal yang aneh melihat seseorang mencari kehidupan rohani yang lebih dalam dan kembali kepada pengajaran rohani pada masa mudanya. Perkataan Salomo sudah sering terbukti benar:
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu (Amsal 22:6).
Dimana orang tua tidak berhasil mempengaruhi anak-anaknya, orang lain bisa jadi berhasil melakukannya. Guru sekolah Alkitab, penatua, atau sahabat keluarga sering kali bisa lebih berpengaruh daripada orang tua itu sendiri. Kakek atau kerabat lain sering kali punya banyak kesempatan untuk mengarahkan anak-anak yang nakal.
KESIMPULAN
Orang tua bisa menemukan pertolongan, harapan, dan penghiburan di dalam doa. Doa orang benar adalah efektif (Yakobus 5:16). Jawaban Allah terhadap doa orang tua mungkin saja berupa pelbagai kesempatan untuk mendorong dan menobatkan anak-anak yang berbuat salah. Orang tua mungkin saja tidak melihat perubahan pada anak-anak mereka, tetapi doa bisa membantu mereka menemukan penghiburan di dalam kehendak kuasa Allah.
TFTWMS: 1 Samuel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Setelah Nadab dan Abihu mati, Eleazar menduduki posisi yang lebih penting. Ia dan Itamar melayani dalam jabatan imam. Keturunan It...
Catatan Akhir:
- 1 Setelah Nadab dan Abihu mati, Eleazar menduduki posisi yang lebih penting. Ia dan Itamar melayani dalam jabatan imam. Keturunan Itamar kelihatannya menduduki posisi ketua di antara para imam dari Eli sampai bertakhtanya Salomo. (James Orr, gen. ed., International Standard Bible Encyclopedia, vol. 2 [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1955], s.v. "Eleazar," by S. F. Hunter.)
Pengarang: Hugo McCord
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim
kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan
I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan nasional di Israel itu khususnya berkisar pada tiga orang: Nabi Samuel, Raja Saul, dan Raja Daud. Pengalaman-pengalaman Daud di masa mudanya sebelum ia menjabat raja, terjalin erat dengan kisah Samuel dan Saul.
Pokok buku ini, sama seperti kisah-kisah lainnya dalam Perjanjian Lama, ialah bahwa orang akan berhasil kalau setia kepada Allah, dan celaka kalau mendurhaka. Hal itu dinyatakan dengan jelas dalam 1Sam 2:30 ketika TUHAN berkata kepada Imam Eli, "Yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi yang menghina Aku akan Kuhina."
Dalam buku ini kita melihat perasaan yang berbeda-beda mengenai pembentukan kerajaan Israel. Memang TUHAN sendiri sudah dianggap raja di Israel, tetapi untuk menanggapi permohonan rakyat, Ia memilih seorang raja bagi mereka. Hal yang penting ialah bahwa baik raja maupun rakyat Israel hidup di bawah kedaulatan Allah, Hakim mereka (1Sam 2:7-10). Di bawah hukum-hukum Allah, haruslah dijamin hak seluruh rakyat, kaya maupun miskin.
Isi
- Samuel sebagai pemimpin Israel
1Sam 1:1-7:17 - Saul menjadi raja
1Sam 8:1-10:27 - Tahun-tahun pertama pemerintahan Saul
1Sam 11:1-15:35 - Daud dan Saul
1Sam 16:1-30:31 - Wafatnya Saul dan putra-putranya
1Sam 31:1-13
Ajaran: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti
bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melak
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melaksanakan perintah dan kehendak Allah.
Pendahuluan
Penulis : Samuel.
Isi Kitab: Kitab I Samuel terdiri dari 31 pasal. Kitab I Samuel menceritakan tentang tiga tokoh utama dari bangsa Israel: nabi Samuel, raja Saul, dan raja Daud.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Samuel
Pasal 1-8 (1Sam 1:1-8:22).
Kehidupan Samuel Samuel bekerja dengan penuh usaha membangun kehidupan baik dan ketaatan agama bangsa Israel. Kemudian Samuel memegang jabatan hakim. Ia berhasil mengalahkan bangsa Filistin dan mempersatukan bangsa Israel (pasal 5-7; 1Sam 5:1-7:17).
Pada waktu Samuel sudah menjadi tua, bangsa Israel ingin memiliki seorang raja, karena itu ia melakukan perintah Tuhan untuk melantik seorang raja, yakni Saul (pasal 8; 1Sam 8:1-22).
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 1:20,26-28. Apakah arti nama Samuel? Dan apakah teladan yang baik dari Ibu Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 3:19-20; 8:15. Bagaimanakah kehidupan rohani Samuel? Berapa lamakah ia menjadi hakim atas orang Israel?
- Bacalah pasal 1Sam 8:19-22. Atas kehendak siapakah orang Israel meminta seorang raja?
Pasal 9-15 (1Sam 9:1-15:35).
Kehidupan raja Saul Raja Saul memulai pemerintahannya dengan berhasil, tetapi pada akhirnya menjadi tidak taat pada Firman Tuhan. Hal ini membuat Tuhan akhirnya menolak dia sebagai raja.
Pendalaman
- Siapakah yang mengurapi Saul? (1Sam 10:1).
- Bacalah pasal 1Sam 15:10-11. Apakah yang menjadi kesalahan Saul? Bagaimanakah dengan kelakuan saudara?
Pasal 16-31 (1Sam 16:1-31:13).
Kehidupan Raja Daud Setelah Saul ditolak, maka Allah memilih Daud sebagai Raja, menggantikan Saul.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 16:11-13. Apakah pekerjaan Daud? Dan apakah yang terjadi setelah Daud diurapi oleh Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 17:45-50. Mengapakah Daud merasa tersinggung dan marah terhada orang Filistin?
- Bacalah pasal 1Sam 18:6-9. Mengapakah Saul membenci Daud? Apakah saudara sering iri hati juga?
- Bacalah pasal 1Sam 31:1-4. Bagaimanakah kematian Saul? Mengapakah ia melakukan hal itu?
II. Kesimpulan/penerapan
Keberhasilan Samuel di dalam pelayanan merupakan hasil dari kesetiaan pada panggilan, suka berdoa dan tidak kompromi dengan dosa.
Saul memulai pemerintahannya dengan rendah hati, sabar, tetapi diakhiri dengan kesombongan dan menolak Firman Allah. Ini adalah penyebab kegagalannya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah tokoh-tokoh penting dalam I Samuel? Dan bagaimanakah sifat mereka masing-masing?
- Apakah sebabnya Allah menolak Saul?
- Apakah kesan yang saudara peroleh dari kehidupan Saul?
Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANGPada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab
Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANG
Pada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab kedua melulu bercerita mengenai raja Daud, maka yang pertama mengisahkan ketiga orang tokoh yang hidupnya saling berkaitan satu sama lain yaitu Samuel, Saul dan Daud. Riwayat yang diceritakan tidak utuh; siapapun yang mengumpulkan seluruh kisah itu tentu mengambilnya dari beberapa sumber. Hal itu tidak menjadi masalah asal kita ingat bahwa bagi para penulis kuno arti suatu kejadian lebih penting daripada ketepatan waktu. Kitab Samuel bukan hanya semata-mata sebagai sejarah, tetapi merupakan cerita tentang bagaimana Allah menangani umat-Nya. Dalam pada itu riwayat yang diceritakan sungguh-sungguh terjadi. Bahkan, pahlawan bangsa seperti Daud digambarkan sebagai orang yang bermasalah dan seorang manusia biasa.
"KAMI MENGINGINKAN SEORANG RAJA"
Kitab Hakim-hakim menyimpulkan bahwa anarki merajalela di Israel pada masa itu, karena "Israel tidak mempunyai raja" (Hak 21:25). Samuel, hakim terakhir, walauoun terkenal tetapi pengaruhnya hanya setempat dan terbatas. Umat Israel memerlukan seorang pemimpin bangsa. Oleh karena itu, permohonan mereka untuk mendapat seorang raja bukanlah semata-mata sebagai suatu kecaman terhadap kepemimpinan Samuel, tetapi menunjukkan betapa manusiawinya pengharapan mereka. Pada kenyataannya hanya Allah yang dapat memimpin mereka untuk memperoleh kemenangan; kekalahan-kekalahan mereka tidak disebabkan karena mereka tidak mempunyai seorang raja, tetapi oleh karena mereka telah melupakan perjanjian dengan Allah (1Sa 10:18,19; 12:6-15). Mereka telah mengikuti cara-cara penyembahan orang kafir. Gagasan mengenai pembentukan kerajaan itu sendiri tidak salah, tetapi mereka menginginkan seorang raja seperti bangsa-bangsa kafir yang ada di sekitar mereka. Samuel memperingatkan mereka bahwa raja-raja mempunyai potensi untuk kebaikan dan kejahatan, seperti yang akan mereka lihat sendiri di kemudian hari.
BANGSA FILISTIN
Oleh karena bangsa Israel tidak membinasakan orang Filistin ketika mereka menduduki Kanaan, maka negara tetangga Israel ini terus menerus menjadi ancaman bagi keamanan mereka. Kita membaca mengenai bangsa Amori, Amalek dan Amon, tetapi kebanyakan mengenai bangsa Filistin. Bangsa-bangsa ini tinggal di lima kota pantai yaitu Asdod, Gat, Ekron, Gaza dan Askelon, dan mereka mengurung Israel (1Sa 13:19-21). Saul dan Yonatan memulai suatu revolusi, tetapi raja Daudlah yang akhirnya menumpas bangsa Filistin dan yang lainnya secara tuntas.
Pesan
1. Samuel, seorang hamba Tuhano Samuel adalah jawaban dari doa, dan dedikasi ibunya yang saleh memberikan kepadanya permulaan kehidupan yang terbaik. Ini mungkin berarti bahwa ia harus hidup sebagai seorang Nazir, walaupun biasanya hal ini berarti disumpah sementara dan tidak seumur hidup. 1Sa 1:10,11,27,28; 2:26; Bil 6:1-21.
o Pada waktu suara Tuhan tidak terdengar di Israel. Samuel menonjol sebagai seorang yang kepadanya Tuhan menampakkan diri dan yang mempunyai karunia sebagai peramal -- ia dapat melihat apa yang tidak tampak oleh orang lain. 1Sa 3:1-10, 19-21; 9:9.
o Samuel ternyata seorang hamba Allah yang jujur dan dapat dipercaya. Ia tidak mau melakukan sesuatu yang dapat menguntungkan dirinya, tidak seperti anak-anaknya. Reaksinya terhadap kemunduran Saul menunjukkan bahwa ia lebih mementingkan Allah. 1Sa 9:6; 12:3-5; 15:11,35.
2. Saul, raja yang gagal
o Saul adalah seorang raja yang memulai pemerintahannya dengan baik dan penuh pengharapan yang besar. Dia diurapi sebagai tanda bahwa Allah telah memilihnya dan ia pun rendah hati, berjiwa besar dan penuh kuasa roh serta dapat mengambil keputusan besar pada saat-saat kritis. 1Sa 10:1, 10:22; 11:6, 12, 13.
o Namun demikian, kita dapat melihat kemundurannya yang berangsur-angsur pada saat ia mulai menangani berbagai masalah seorang diri, mengucapkan sumpah dengan gegabah dan tidak taat kepada perintah-perintah Allah. Anaknya, Yonatan, mempermalukannya dengan kebangsawanannya yang sederhana. Sebaliknya, Saul menjadi cemburu, getir dan tertekan dan ia menghabiskan waktu dan tenaganya untuk memburu Daud.
o Dalam keputusasaannya mencari bimbingan, ia jatuh ke dalam spiritualisme yang sebelumnya dilarang olehnya dan akhirnya ia menjadi salah satu kasus bunuh diri yang langka dalam Alkitab. 1Sa 13:8-14; 14:24; 15:9-29; 16:14; 18:8-12; 28:6, 7; 31:4.
3. Daud, pilihan Tuhan
o Sebagai orang yang dipilih Allah untuk menggantikan Saul, Daud adalah seorang yang lurus hati dan yang kesetiaannya besar. Tidak mengherankan jika Yonatan tertarik untuk bersahabat dengannya. Daud yang dalam pekerjaannya diurapi oleh Roh secara istimewa dapat membentuk rakyat jelata menjadi suatu kekuatan tempur yang efektif atau melawan seorang raksasa seorang diri. Ia menunggu saat Allah akan menuntut balas baginya, dan ia dengan setia memohon pimpinan-Nya dan percaya bahwa Allah akan meluputkannya dari bahaya. Ia seorang pemimpin besar yang akan menjadi seorang raja Israel yang terbesar. 1Sa 16:7,13,18; 17:26,34-37, 45-51; 18:1-4; 22:5-15; 23:2,4,9-12; 24:12; 30:6-8, 23-25.
o Daud juga tidak terlepas dari sifat-sifat manusiawi. Ia juga dapat menjadi marah dan tergoda untuk melakukan tindakan yang gegabah dan ia juga dapat berdusta. Perlakuan Allah kepadanya sama dengan apa yang dilakukan kepada kita, yaitu dengan penuh kasih. 1Sa 25:32-34; 27:10-12.
Penerapan
1. Allah menjawab doa
Kitab ini menceritakan bahwa Allah menjawab doa yang sungguh-sungguh, baik doa pribadi orang yang berada dalam kesusahan maupun doa syafaat para pemimpin untuk bangsa mereka. Berdoa merupakan pelayanan yang harus kita lakukan atas nama orang lain. Dalam menjawab doa, Allah memberikan dan melakukan apa yang secara manusiawi tidak mungkin dilakukan.
2. Allah memelihara milik-Nya
Tanpa memandang ketidaktaatan umat-Nya, Allah berjanji untuk melaksanakan misi penyelamatan-Nya dan membela kehormatan-Nya. Jika perlu, Dia dapat melakukannya tanpa bantuan manusia sama sekali. Pada kesempatan lain Dia memberikan kepada umat-Nya pemimpin-pemimpin yang akan membawa mereka pada kemenangan. Jika kita berada dalam kehendak Allah, keberhasilan tidak tergantung pada kekuatan atau keahlian manusia. Dia dapat mengambil yang terlemah dan memakai mereka bagi kemuliaan-Nya jika mereka mempercayai Dia.
3. Kita harus benar di hadapan Allah
Allah memilih dan memakai mereka yang hatinya benar di hadapan-Nya. Dia memberi karunia, kuasa dan berkat bagi mereka yang melayani-Nya. Dia juga dapat menghakimi dan mempermalukan mereka yang tidak taat kepada-Nya. Oleh karena itu, suatu permulaan yang baik bukan merupakan jaminan untuk keberhasilan di masa datang. Kita perlu benar di hadapan-Nya, taat dan percaya, jika kita ingin mengalami berkat-Nya secara berkesinambungan.
Tema-tema Kunci
1. Doa dan pujian
Kitab ini banyak bercerita tentang doa dan pujian. Khususnya, kita melihat bagaimana orang pilihan Allah mencari pimpinan-Nya sebelum mengambil keputusan-keputusan besar. Lihat 1Sa 1:10-18; 2:1-10; 7:5,6,12; 8:6,21; 12:18,19,23; 15:11; 22:15; 23:2-4, 9-12; 30:7,8.
2. Syarat-syarat pengabdian
Ada beberapa persyaratan pokok yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin mengenal berkat-berkat Allah. Lihat 1Sa 2:30; 7:3,4; 12:14,15,20-25; 15:22,23,26; 16:7; 26:23. Bandingkanlah dengan ketakhayulan orang Israel yang menganggap bahwa mereka dapat memanipulasi Allah untuk melakukan sesuatu bagi mereka (1Sa 4:1-11). Camkanlah bahwa mereka mempunyai reputasi, tetapi tidak mempunyai kuasa.
3. Karunia roh
Seperti halnya dalam kitab Hakim-hakim, kita melihat bahwa Allah secara khusus mengaruniakan kuasa roh kepada mereka yang melayani Dia. Apabila Roh Allah turun atas mereka, mereka dapat melakukan apa yang pada umumnya tidak dapat mereka lakukan sebelumnya. Lihat 1Sa 10:6,7,9-13; 11:6; 6:13 (Bandingkan 1Sa 19:23,24 Allah seakan-akan mengendalikannya, tetapi tidak memberikan kuasa kepada Saul). Pada saat yang sama kita mendapat bukti bahwa hal ini tidak perlu terjadi secara permanen, juga tidak berarti bahwa mereka seterusnya hidup dalam kekudusan. Tidak ada yang dapat menggantikan hubungan yang berkesinambungan dengan Allah.
Garis Besar Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) [1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11Doa Hana dikabulkan
1Sa 2:12-3:21Penghakiman atas keluarga Eli
1Sa 4:1-6:21Tabut Perjanjian hilang da
[1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11 | Doa Hana dikabulkan |
1Sa 2:12-3:21 | Penghakiman atas keluarga Eli |
1Sa 4:1-6:21 | Tabut Perjanjian hilang dan ditemukan |
1Sa 7:1-17 | Ebenhaezer: Allah telah menolong kita |
[2] SAMUEL DAN SAUL 1Sa 8:1-15:35
1Sa 8:1-22 | Israel meminta seorang raja |
1Sa 9:1-11:15 | Saul dipilih dan diteguhkan |
1Sa 12:1-2 | 5 Samuel menyerah |
1Sa 13:1-15:35 | Saul gagal memenuhi persyaratan |
[3] SAUL DAN DAUD 1Sa 16:1-31:13
1Sa 16:1-23 | Daud dipilih: Saul menolak |
1Sa 17:1-18:30 | Daud memperoleh kemenangan: Saul cemburu |
1Sa 19:1-26:25 | Orang pilihan Allah menjadi buronan |
1Sa 27:1-12 | Daud mendua hati |
1Sa 28:1-25 | Saul putus ada |
1Sa 29:1-30:31 | Daud mengalahkan orang Amalek |
1Sa 31:1-13 | Saul bunuh diri |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi