
Teks -- Yohanes 3:19 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yoh 3:19
Full Life: Yoh 3:19 - LEBIH MENYUKAI KEGELAPAN DARIPADA TERANG.
Nas : Yoh 3:19
Salah satu ciri dasar dari orang fasik adalah bahwa mereka mengasihi
kegelapan, yaitu mereka menikmati dosa dan imoralitas (Rom 1:18...
Nas : Yoh 3:19
Salah satu ciri dasar dari orang fasik adalah bahwa mereka mengasihi kegelapan, yaitu mereka menikmati dosa dan imoralitas (Rom 1:18-32; Fili 3:19; 2Tim 3:2-5; 2Pet 2:12-15). Sebaliknya, orang yang benar-benar sudah dilahirkan baru mengasihi kebenaran dan membenci kefasikan
(lihat cat. --> Ibr 1:9),
[atau ref. Ibr 1:9]
dan merasa sedih apabila menyaksikan perbuatan jahat yang dilakukan orang fasik (1Kor 13:6). Mereka tidak senang dengan hiburan sensual atau kelakuan berdosa yang dewasa ini begitu populer di kalangan masyarakat (Mazm 97:10; Ams 8:13; Rom 12:9;
lihat cat. --> 2Pet 2:8 dan
lihat cat. --> Wahy 2:6).
Ref. Silang FULL -> Yoh 3:19

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg -> Yoh 3:1-21; Yoh 3:1-21; Yoh 3:19; Yoh 3:16-21; Yoh 3:19; Yoh 2:1--4:45; Yoh 1:19--10:42
3:1-21 Lahir jasmani, dan lahir dari Roh

Hagelberg: Yoh 3:19 - -- 3:19 Dan inilah penghakiman323 itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai324 kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-pe...
3:19 Dan inilah penghakiman323 itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai324 kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Melalui kiasan Terang, Yohanes menjelaskan kepada kita mengenai proses penghakiman. Penjelasan proses penghakiman ini dapat dianggap kelanjutan dari pasal 3:16-18b. Anak Allah tidak datang "untuk menghukum dunia", tetapi oleh karena mereka tidak percaya, mereka "telah berada di bawah hukuman". Demikianlah keadaan mereka, karena walaupun Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang. Sikap itu yang mereka pegang, bahwa mereka lebih menyukai kegelapan, mendorong mereka jauh dari Terang. Di situ tidak ada keselamatan.
Morris325 menjelaskan bahwa dalam hal ini teologia Injil Yohanes jauh berbeda dati pandangan Gulungan Laut Mati, karena mereka di Qumran memegang pada takdir atau nasib yang sangat kuat. Dalam Gulungan Laut Mati anak-anak kegelapan terbelenggu menjadi anak-anak kegelapan dan melakukan kejahatan karena demikianlah takdir mereka. Yohanes tidak menerima ajaran itu. Menurut Yohanes, mereka melakukan kejahatan karena mereka lebih menyukai kegelapan. Mereka di Qumran menekankan takdir, sedangkan Yohanes menekankan pertanggung jawaban.

Hagelberg: Yoh 3:16-21 - -- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
Zaman itu bahasa Yunani tidak memakai tanda kutip untuk menandai permulaan atau akhir percakapan, sehingga kadang-ka...
6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
Zaman itu bahasa Yunani tidak memakai tanda kutip untuk menandai permulaan atau akhir percakapan, sehingga kadang-kadang agak sulit memastikan siapa berbicara. Nas ini merupakan salah satu kasus kesulitan tersebut. Ada sarjana yang berkata bahwa seluruh pasal 3:1-21 menceritakan percakapan antara Tuhan Yesus dan Nikodemus.300 Namun beberapa sarjana yang lain301 berpikir bahwa kata Tuhan Yesus beakhir dengan ayat 15, dan ayat 16-21 merupakan renungan atau penjelasan Rasul Yohanes.
Hal ini tidak dapat ditentukan secara pasti. Memang jika seluruh Perjanjian Baru diterima sebagai Firman Allah, maka kata Tuhan Yesus dan kata Rasul Yohanes sama-sama diterima sebagai Firman Allah. Meskipun demikian, penulis berpikir bahwa ayat 16-21 merupakan renungan Rasul Yohanes, karena:
1. Di dalamnya ada istilah tertentu yang tidak dipakai oleh Tuhan Yesus.302
2. Istilah "telah mengaruniakan"303 menceritakan sesuatu yang sudah terjadi, tetapi penyaliban-Nya belum terjadi pada waktu Tuhan Yesus berbicara dengan Nikodemus. Pada waktu Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, memang, Allah "telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal."304
Ternyata puncak percakapan Tuhan Yesus dengan Nikodemus, yaitu pasal 3:15, mengandung kebenaran yang begitu indah sehingga Yohanes merasa bahwa dia harus mengembangkan pokok itu bagi para pembaca. Nampaknya ayat 15 menimbulkan pikiran yang perlu dia catat bagi kita. Apa yang dia catat bagi kita belum dapat dikatakan kepada Nikodemus, yang sudah menjadi bingung, dan saat itu belum siap bertumbuh dalam iman, tetapi para pembaca, yang telah membaca pasal 1-2, dapat menangkap apa yang diuraikan dalam nas ini.

Hagelberg: Yoh 3:19 - -- 3:19 Dan inilah penghakiman323 itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai324 kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-pe...
3:19 Dan inilah penghakiman323 itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai324 kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Melalui kiasan Terang, Yohanes menjelaskan kepada kita mengenai proses penghakiman. Penjelasan proses penghakiman ini dapat dianggap kelanjutan dari pasal 3:16-18b. Anak Allah tidak datang "untuk menghukum dunia", tetapi oleh karena mereka tidak percaya, mereka "telah berada di bawah hukuman". Demikianlah keadaan mereka, karena walaupun Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang. Sikap itu yang mereka pegang, bahwa mereka lebih menyukai kegelapan, mendorong mereka jauh dari Terang. Di situ tidak ada keselamatan.
Morris325 menjelaskan bahwa dalam hal ini teologia Injil Yohanes jauh berbeda dati pandangan Gulungan Laut Mati, karena mereka di Qumran memegang pada takdir atau nasib yang sangat kuat. Dalam Gulungan Laut Mati anak-anak kegelapan terbelenggu menjadi anak-anak kegelapan dan melakukan kejahatan karena demikianlah takdir mereka. Yohanes tidak menerima ajaran itu. Menurut Yohanes, mereka melakukan kejahatan karena mereka lebih menyukai kegelapan. Mereka di Qumran menekankan takdir, sedangkan Yohanes menekankan pertanggung jawaban.

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 3:1-21
Matthew Henry: Yoh 3:1-21 - Percakapan Kristus dengan Nikodemus
Dalam pasal ini diceritakan tentang:
I. Percakapan Kristus dengan Nikodemus, seorang Farisi, mengenai rahasia-rahasia agung Injil, yang di dal...
- Dalam pasal ini diceritakan tentang:
- I. Percakapan Kristus dengan Nikodemus, seorang Farisi, mengenai rahasia-rahasia agung Injil, yang di dalamnya Ia mengajar Nikodemus secara pribadi (ay. 1-21).
- II. Percakapan Yohanes Pembaptis dengan murid-muridnya mengenai Kristus, ketika Kristus datang ke tempat ia berada (ay. 22-36). Dalam percakapan ini Yohanes dengan selayaknya dan dengan segala kepatuhan menyerahkan segala kehormatan dan kepentingannya kepada-Nya.
Percakapan Kristus dengan Nikodemus (3:1-21)
- Dalam bagian penutup pada pasal sebelumnya, kita sudah melihat bahwa ada sedikit orang yang menjadi percaya kepada Kristus di Yerusalem. Dan di sini ada satu orang dari antara mereka itu, seorang yang sangat penting. Adalah layak untuk mengusahakan keselamatan bagi siapa saja dengan sungguh-sungguh, meskipun hanya untuk satu jiwa.
- Perhatikanlah:
- I. Siapa Nikodemus ini. Tidak banyak orang yang berkuasa dan terpandang yang dipanggil. Namun demikian, ada juga sebagian dari mereka yang terpanggil, dan inilah salah satunya. Tidak banyak dari antara para pemimpin, atau dari antara orang-orang Farisi, yang dipanggil, namun,
- . Inilah seorang Farisi, seorang yang terdidik, seorang cendekiawan. Janganlah sampai orang berkata bahwa semua pengikut Kristus hanyalah orang-orang biasa yang tidak terpelajar. Prinsip-prinsip hidup orang Farisi dan kekhususan sekte mereka berlawanan langsung dengan semangat Kekristenan. Namun demikian, ada sebagian dari antara mereka yang membuang pikiran-pikiran mereka yang tinggi itu dan tunduk kepada Kristus. Anugerah Kristus mampu menundukkan perlawanan yang paling hebat.
- . Ia adalah seorang pemimpin agama Yahudi, anggota Mahkamah Agama, anggota majelis, anggota dewan penasihat, seorang berpengaruh di Yerusalem. Meskipun keadaan pada waktu itu sangat buruk, masih ada sebagian pemimpin yang berniat baik. Namun demikian, mereka ini hanya bisa berbuat sedikit kebaikan karena derasnya arus yang menerjang mereka. Mereka dikuasai oleh sebagian besar orang, dan ditindih oleh orang-orang yang jahat, sehingga kebaikan yang ingin mereka perbuat tidak dapat mereka laksanakan. Walaupun begitu, Nikodemus tetap melakukan pekerjaannya, dan melakukan apa yang dapat diperbuatnya, meskipun ia tidak dapat melakukan apa yang ingin dilakukannya.
- II. Ia datang kepada Kristus dengan segala kesungguhan (ay. 2).
- Perhatikanlah di sini:
- . Kapan dia datang: ia datang pada waktu malam kepada Yesus.
- Perhatikanlah:
- (1) Ia mengadakan percakapan secara pribadi dan khusus dengan Kristus karena ia tidak merasa puas hanya dengan mendengarkan perkataan-perkataan-Nya di tengah orang banyak. Ia memutuskan untuk berbicara kepada-Nya sendiri, di tempat di mana ia merasa bisa bebas berbicara dengan-Nya. Pasti banyak manfaat yang dapat kita peroleh jika kita memperbincangkan masalah-masalah kejiwaan kita secara pribadi dengan hamba-hamba Tuhan yang setia (Mal. 2:7).
- (2) Ia mengadakan percakapan ini pada malam hari, yang dapat dipandang,
- [1] Sebagai tindakan yang berhikmat dan bijaksana. Kristus sudah bekerja seharian dengan orang banyak, dan ia tidak ingin mengganggu-Nya pada saat itu, atau mengharapkan-Nya untuk memperhatikan dia, tetapi ia mengamati-amati saat Kristus, dan menunggu sampai Dia memiliki waktu senggang. Perhatikanlah, apa yang mendatangkan keuntungan bagi kita dan bagi keluarga kita sendiri haruslah kita kesampingkan terlebih dahulu demi keuntungan orang banyak. Kebaikan yang lebih besar haruslah lebih diutamakan daripada kebaikan yang lebih kecil. Kristus mempunyai banyak musuh, dan oleh karena itu Nikodemus mendatangi-Nya secara sembunyi-sembunyi, supaya jangan sampai ia ketahuan oleh imam-imam kepala, dan membuat mereka bertambah geram lagi terhadap Kristus.
- [2] Sebagai tindakan yang bersemangat dan berani. Nikodemus adalah seorang yang sibuk, dan dia tidak bisa meluangkan waktu seharian untuk menemui Kristus, dan oleh sebab itu dia lebih memilih menghabiskan waktu santainya pada sore hari, atau waktu istirahatnya pada malam hari, daripada tidak berbicara dengan Kristus sama sekali. Ketika orang lain tertidur, ia memperoleh pengetahuan, seperti yang diperoleh Daud dengan perenungannya (Mzm. 63:7, dan 119:148). Mungkin Nikodemus datang kepada Kristus pada keesokan malamnya setelah ia melihat mujizat-mujizat-Nya, dan ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan pertama yang tersedia untuk memastikan kebenaran dari apa yang diyakininya. Ia tidak tahu seberapa cepat Kristus akan meninggalkan kota itu, atau apa yang mungkin terjadi di antara perayaan Paskah kali ini dan perayaan Paskah berikutnya, dan oleh karena itu ia tidak mau buang-buang waktu. Pada malam hari, perbincangannya dengan Kristus akan lebih bebas, dan lebih mungkin untuk tidak diganggu. Noctes Christianæ -- malam-malam kristiani ini, jauh lebih maknawi daripada Noctes Atticæ -- malam-malam dengan cerita dongeng dan puisi. Atau,
- [3] Sebagai tindakan pengecut karena takut. Ia merasa takut, atau malu, jika orang melihatnya bersama Kristus, dan oleh karena itu ia datang pada malam hari. Apabila agama dianggap ketinggalan zaman, akan ada banyak orang yang seperti Nikodemus, terutama di antara para pemimpin, yang mengasihi Kristus dan ajaran-Nya tetapi tidak diketahui orang banyak. Akan tetapi, perhatikanlah,
- pertama, meskipun ia datang pada malam hari, Kristus menyambutnya dengan baik, menerima kejujurannya, dan memaafkan kelemahannya. Ia memahami tabiatnya, yang mungkin mudah takut, dan godaan yang dihadapinya dari rekan-rekan sekerjanya, dan dengan demikian Ia mengajar hamba-hamba-Nya untuk menjadi segala-galanya bagi semua orang, dan untuk memberikan dorongan kepada tindakan-tindakan awal yang baik, meskipun lemah. Paulus mengajar dalam percakapan tersendiri kepada mereka yang terpandang (Gal. 2:2).
- Kedua, meskipun sekarang ia datang pada malam hari, namun setelah itu, ketika datang kesempatan, ia mengakui Kristus di hadapan orang banyak (7:50; 19:39). Anugerah yang pada mulanya hanyalah biji sesawi dapat tumbuh menjadi sebuah pohon yang besar.
- . Apa yang dikatakannya. Ia tidak datang kepada Kristus untuk membicarakan masalah politik dan kenegaraan (meskipun ia seorang pemimpin), melainkan mengenai masalah-masalah yang menyangkut jiwanya sendiri dan keselamatannya, dan tanpa berbelit-belit ia langsung membicarakan inti permasalahannya. Ia memanggil Kristus Rabi, yang berarti seorang yang besar (Yes. 19:20, terjemahan KJV -- pen.). Ia akan mengirim seorang juruselamat kepada mereka, seorang yang besar, seorang Juruselamat dan Rabi, demikianlah yang dikatakan di Kitab Yesaya itu. Orang yang menghormati Kristus, yang berpikir dan berbicara dengan hormat tentang Dia, masih mempunyai harapan untuk diselamatkan. Ia memberi tahu Kristus seberapa banyak yang sudah diketahuinya: Kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru.
- Perhatikanlah:
- (1) Pernyataannya mengenai Kristus: Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah, bukan yang dididik atau ditahbiskan oleh manusia, seperti guru-guru lain, melainkan yang didukung oleh ilham dan kuasa ilahi. Ia yang akan menjadi Penguasa yang berdaulat datang terlebih dulu sebagai guru, sebab Ia akan memerintah dengan akal budi, dan bukan dengan kekerasan, dengan kuasa kebenaran, dan bukan dengan kuasa pedang. Dunia terbaring dalam kebodohan dan kesalahan, guru-guru Yahudi menjadi cemar dan membuat orang lain berbuat salah, maka inilah saatnya bagi Tuhan untuk bekerja. Ia datang sebagai guru yang diutus dari Allah, dari Allah yang adalah Bapa yang penuh belas kasihan, dalam belas kasihan-Nya terhadap dunia yang gelap dan tertipu. Ia datang dari Allah yang adalah Bapa segala terang dan sumber kebenaran, dan kepada terang dan kebenaran ini kita boleh mempertaruhkan jiwa kita.
- (2) Keyakinannya akan hal itu: Kami tahu, bukan hanya aku, melainkan juga orang lain. Dengan demikian, dia menganggap hal ini sebagai sesuatu yang sudah jelas dan sudah terbukti dengan sendirinya. Mungkin ia tahu bahwa ada orang-orang Farisi dan para pemimpin lain yang dikenalnya yang juga berkeyakinan sama dengannya tetapi tidak mau mengakuinya. Atau, kita bisa menganggap bahwa ia menggunakan kata ganti jamak (kami tahu) di sini karena ia membawa serta salah seorang, atau lebih, dari rekan-rekan dan murid-muridnya untuk mendapatkan pengajaran dari Kristus, dengan mengetahui bahwa mereka juga mempunyai kepedulian yang sama. "Tuan," katanya, "kami datang karena ingin diajar, ingin menjadi murid-murid-Mu, sebab kami yakin sepenuhnya bahwa Engkau adalah guru yang datang dari Allah."
- (3) Alasan bagi keyakinan ini: Tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.
- Di sini:
- [1] Kita diyakinkan akan kebenaran mujizat-mujizat Kristus, bahwa semua itu bukanlah tipuan. Inilah Nikodemus, seorang yang bijaksana, berpikiran sehat, dan bersifat ingin tahu, seorang yang mempunyai segudang alasan dan kesempatan untuk mempertanyakan mujizat-mujizat itu. Namun, ia begitu yakin bahwa mujizat-mujizat itu memang benar adanya, sehingga ia begitu terpengaruh olehnya, sampai-sampai ia mau melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kepentingannya dan arus kepentingan rekan-rekannya yang berprasangka buruk terhadap Kristus.
- [2] Kita diarahkan untuk mengambil kesimpulan dari mujizat-mujizat Kristus ini: oleh karena itu, kita harus menerima-Nya sebagai guru yang diutus Allah. Mujizat-mujizat Kristus adalah kesaksian atau jaminan yang mengesahkan siapa diri-Nya. Tatanan alam ini tidak bisa diubah kecuali oleh Allah yang berkuasa atas alam, yang kita yakini sebagai Allah kebenaran dan kebaikan, dan Ia tidak akan pernah menyerahkan tanda jabatan-Nya itu kepada seorang pembohong atau penipu.
- III. Percakapan antara Kristus dan Nikodemus tentang hal ini, atau lebih tepatnya, khotbah Kristus yang disampaikan kepadanya, dan isi khotbah itu, yang mungkin merupakan ringkasan dari khotbah sebelumnya yang sudah disampaikan-Nya kepada orang banyak (ay. 11-12).
- Ada empat hal yang dibicarakan oleh Juruselamat kita di sini:
- Jawaban ini bisa merupakan:
- [1] Suatu teguran terhadap apa yang dilihat-Nya kurang dalam pernyataan Nikodemus. Tidaklah cukup baginya untuk sekadar mengagumi mujizat-mujizat Kristus dan membenarkan tugas perutusan-Nya, tetapi juga ia harus dilahirkan kembali. Sangat jelas bahwa Nikodemus menantikan Kerajaan Sorga, Kerajaan Mesias yang segera datang. Kadang-kadang ia sadar akan semakin dekatnya kedatangan hari itu, dan seperti orang-orang Yahudi lain, ia pun mengharapkannya muncul dalam kemegahan dan kekuasaan lahiriah. Ia tidak meragukan bahwa Yesus ini, yang membuat mujizat-mujizat ini, adalah entah Sang Mesias itu sendiri atau nabinya, dan karena itu ia memberikan penghormatannya kepada-Nya, memuji-Nya, dan dengan demikian berharap akan mendapatkan keuntungan-keuntungan dalam kerajaan-Nya. Akan tetapi, Kristus berkata kepadanya bahwa ia tidak akan dapat memperoleh keuntungan apa pun dengan perubahan yang lahiriah seperti itu, jika tidak ada perubahan roh, perubahan prinsip dan kehendak, yang sama halnya dengan kelahiran baru. Nikodemus datang pada malam hari: "Tetapi ini tidak akan ada gunanya," tegas Kristus. Agama-Nya harus diakui di hadapan manusia, begitu menurut Dr. Hammond. Atau,
- [2] Suatu tanggapan terhadap apa yang dilihat-Nya sedang direncanakan dalam pernyataan Nikodemus. Ketika Nikodemus mengakui Kristus sebagai guru yang diutus Allah, yang kepada-Nya dipercayakan pewahyuan yang luar biasa dari sorga, ia dengan jelas menunjukkan keinginannya untuk mengetahui pewahyuan yang dibawa-Nya ini dan kesediaannya untuk menerimanya, dan Kristus pun menyatakannya.
- (2) Sebagai pernyataan yang disampaikan dengan sungguh-sungguh dan tegas oleh Yesus Tuhan kita: Sesungguhnya Aku berkata kepadamu. Aku, yang adalah Amin, mengatakannya. Jadi perkataan ini bisa diartikan: "Aku, saksi yang setia dan benar." Keadaannya sudah jelas dan tidak bisa diubah lagi, bahwa jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajan Allah. "Aku berkata kepadamu, sekalipun engkau seorang Farisi, seorang pengajar di Israel."
- Perhatikanlah:
- [1] Apa yang dipersyaratkan di sini: dilahirkan kembali, yang artinya,
- pertama, kita harus menjalani kehidupan baru. Kelahiran merupakan permulaan hidup, lahir kembali berarti memulai hidup baru, seperti bagi mereka yang selama ini hidup di jalan yang salah atau tanpa tujuan yang berarti. Janganlah kita berusaha menambal-nambal bangunan yang sudah tua, tetapi kita harus mulai dari fondasinya.
- Kedua, kita harus mempunyai kodrat yang baru, prinsip-prinsip hidup yang baru, perasaan-perasaan yang baru, dan tujuan-tujuan yang baru. Kita harus dilahirkan anōthen, yang berarti baik denuo -- lagi, maupun desuper -- dari atas.
- . Kita harus lahir baru, begitulah kata ini diartikan (Gal. 4:9), dan ab initio -- dari asal mulanya (Luk. 1:3). Melalui kelahiran pertama kita menjadi cemar, kita dibentuk dalam dosa dan kejahatan. Oleh karena itu, kita harus mengalami kelahiran kedua, jiwa kita harus dibentuk dan dihidupkan kembali menjadi baru.
- . Kita harus dilahirkan dari atas, begitulah kata yang dipakai oleh penulis Injil ini (3:31; 19:11), dan saya melihat arti ini sebagai apa yang terutama dimaksudkan di sini, tanpa mengesampingkan arti yang lain, karena dilahirkan dari atas mengandaikan dilahirkan kembali. Kelahiran baru ini bermula dari sorga (1:13) dan menuju ke sorga. Ini berarti bahwa kita dilahirkan ke dalam kehidupan yang ilahi dan sorgawi, kehidupan dalam persekutuan dengan Allah dan dengan dunia atas, dan untuk melakukannya, kita harus mengambil kodrat ilahi dan memakai rupa dari yang sorgawi.
- [2] Keharusan syarat ini tanpa perkecualian: "Jika seorang (siapa saja yang berkodrat manusiawi, dan yang karenanya ikut ambil bagian dalam kejahatan-kejahatannya) tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah, Kerajaan Mesias yang dimulai di dalam anugerah dan yang disempurnakan di dalam kemuliaan." Jika kita tidak dilahirkan dari atas, kita tidak dapat melihatnya. Maksudnya,
- pertama, kita tidak dapat mengerti sifat kerajaan itu. Demikianlah sifat perkara-perkara mengenai Kerajaan Allah (yang ingin diketahui oleh Nikodemus), bahwa jiwa harus dibentuk dan disusun kembali, manusia duniawi harus menjadi manusia rohani, sebelum ia mampu menerima dan mengerti perkara-perkara tersebut (1Kor. 2:14).
- Kedua, jika kita tidak dilahirkan dari atas, kita tidak dapat menerima penghiburan darinya, tidak dapat mengharapkan keuntungan apa pun dari Kristus dan Injil-Nya, atau mendapatkan apa pun darinya. Perhatikanlah, pembaharuan hidup itu mutlak perlu bagi kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat. Dengan melihat bagaimana kodrat kita sesungguhnya, betapa jahat dan berdosanya kita, siapa Allah itu, yang hanya di dalam-Nya kita bisa berbahagia, dan apa sorga itu, yang di sana kesempurnaan kebahagiaan kita disediakan, maka sudah jelas dengan sendirinya bahwa kita harus dilahirkan kembali, karena tidaklah mungkin kita dapat berbahagia jika kita tidak kudus (1Kor. 6:11-12).
- Setelah kebenaran agung mengenai betapa pentingnya pembaharuan ini dipaparkan dengan sungguh-sungguh,
- a. Nikodemus mengajukan keberatan terhadapnya (ay. 4): Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua, tua seperti saya, gerōn ōn -- menjadi seorang yang tua? Dapatkah ia masuk sekali lagi ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?
- Dalam hal ini tampaklah:
- (a) Kelemahannya dalam hal pengetahuan. Apa yang dikatakan Kristus secara rohani tampak dimengertinya secara kedagingan, seolah-olah tidak ada cara lain untuk memperbaharui dan membentuk kembali jiwa yang kekal selain dengan membuat kerangka tubuh yang baru dan membawanya kembali ke dalam bukit batu yang darinya ia digali, seolah-olah ada suatu hubungan antara jiwa dan tubuh yang sedemikian rupa sehingga tidak ada cara lain untuk membentuk hati yang baru selain dengan membentuk tulang yang baru. Nikodemus, seperti orang-orang Yahudi lain, tentu menilai tinggi dirinya berdasarkan kelahiran pertamanya, dengan segala martabat dan hak-hak istimewa yang diperoleh dari kelahiran itu, berdasarkan tempat kelahirannya, yaitu Tanah Suci, atau mungkin juga kota suci, dan berdasarkan siapa nenek moyangnya, seperti yang bisa saja diagung-agungkan oleh Paulus (Flp. 3:5). Oleh karena itu, ia sangat terkejut mendengar masalah dilahirkan kembali ini. Mungkinkah ada kelahiran yang lebih baik selain daripada dilahirkan dan dibesarkan sebagai orang Israel? Apakah ada kelahiran lain lagi yang bisa membuatnya memperoleh tempat di dalam Kerajaan Mesias? Mereka memang memandang orang-orang bukan-Yahudi yang memeluk agama Yahudi sebagai orang yang dilahirkan kembali atau dilahirkan baru, tetapi mereka tidak dapat membayangkan bagaimana seorang Yahudi sendiri, seorang Farisi, dapat menjadi lebih baik dengan dilahirkan kembali. Oleh sebab itu, pikirnya, jika ia harus dilahirkan kembali, maka ia haruslah dilahirkan dari perempuan yang melahirkannya pertama kali. Orang yang sangat bangga dengan kelahiran pertamanya sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami kelahiran baru.
- (b) Kesediaannya untuk diajar. Ia tidak berbalik dan menolak Kristus karena perkataan-Nya yang keras itu, tetapi dengan jujur mengakui ketidaktahuannya, yang menyiratkan suatu keinginan untuk mengetahui dengan lebih baik lagi. Karena itu, daripada beranggapan bahwa ia mempunyai anggapan-anggapan tertentu yang sangat menjijikkan mengenai kelahiran baru yang dibicarakan Kristus ini, saya lebih memilih untuk menafsirkan pertanyaannya itu sebagai: "Tuhan, buatlah saya mengerti akan hal ini, sebab itu merupakan sebuah teka teki bagiku. Aku begitu bodoh sampai aku tidak tahu bahwa ada cara lain bagi seseorang untuk dilahirkan selain dari rahim ibunya." Apabila kita menjumpai apa yang tidak jelas dan sulit dimengerti dalam perkara-perkara mengenai Allah, kita harus terus menggunakan sarana pengetahuan dengan rajin dan rendah hati, sampai akhirnya Allah menyatakan hal itu kepada kita.
- b. Pernyataan ini dimulai dan dijelaskan lebih lanjut oleh Yesus Tuhan kita (ay. 5-8). Dari keberatan itu, Ia mengambil kesempatan,
- (a) Untuk mengulangi dan menegaskan apa yang telah dikatakan-Nya (ay. 5): "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, hal yang sama yang telah Kukatakan sebelumnya." Perhatikanlah, firman Allah bukanlah ya dan tidak, melainkan ya dan amin. Apa yang telah dikatakan-Nya akan tetap dipegang-Nya dengan teguh, tidak peduli siapa pun menentangnya. Ia juga tidak akan menarik kembali perkataan-perkataan-Nya hanya karena ketidaktahuan dan kesalahan manusia. Meskipun Nikodemus tidak mengerti rahasia pembaharuan jiwa (regenerasi) ini, Kristus tetap menegaskan perlunya hal itu sama seperti sebelumnya. Perhatikanlah, sungguh bodoh jika kita berpikir bahwa kita dapat menghindari perintah-perintah Injil dengan alasan bahwa kita tidak bisa memahaminya (Rm. 3:3-4).
- (b) Untuk menguraikan dan menjelaskan apa yang telah dikatakan-Nya mengenai pembaharuan jiwa (regenerasi). Dan untuk menerangkannya lebih lanjut, Ia menunjukkan:
- [a] Pencipta perubahan yang penuh berkat ini, dan siapa yang mengerjakannya. Dilahirkan kembali berarti dilahirkan dari Roh (ay. 5-8). Perubahan itu dikerjakan bukan dengan hikmat dan kekuatan kita sendiri, melainkan dengan kuasa dan pengaruh Roh kasih karunia yang terpuji itu. Itu adalah pengudusan oleh Roh (1Ptr. 1:2), pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Tit. 3:5). Firman yang dengannya Ia bekerja adalah ilham-Nya, dan hati yang di dalamnya Ia bekerja dapat dimasuki-Nya.
- [b] Sifat perubahan ini, dan apa yang diubahkan. Yang diubahkan adalah roh (ay. 6). Orang yang diperbaharui dibuat menjadi rohani, dan dimurnikan dari sampah dan ampas hawa nafsu. Jiwa yang berakal dan kekal kini telah merebut kembali kuasa dan kepentingan-kepentingannya atas daging, yang memang seharusnya dimilikinya. Orang-orang Farisi lebih mengutamakan kesucian dan ibadah-ibadah lahiriah dalam hidup beragama, dan bagi mereka, menjadi rohani tentu merupakan suatu perubahan yang luar biasa besar, sama besarnya dengan kelahiran baru.
- [c] Perlunya perubahan ini.
- Pertama, Kristus di sini menunjukkan bahwa hal ini jelas penting, sebab kita tidak pantas masuk ke dalam Kerajaan Allah sebelum kita dilahirkan kembali: Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging (ay. 6). Penyakit kita, beserta penyebab-penyebabnya, sudah begitu parah sehingga jelas bahwa tidak ada yang dapat mengobatinya kecuali kita dilahirkan kembali.
- . Kita di sini diberi tahu siapa sebenarnya kita: kita adalah daging, kita tidak hanya bersifat badaniah tetapi juga jahat (Kej. 6:3). Hakikat jiwa kita memang tetap bersifat rohani, tetapi jiwa itu begitu melekat dengan daging, begitu ditawan oleh kehendak daging, dan dengan demikian mencintai kenikmatan-kenikmatan daging, dan begitu sering dipakai untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan daging, sehingga pada umumnya jiwa itu sudah dipandang sebagai daging. Jiwa ini sudah bersifat kedagingan. Jadi, seperti apa jadinya persekutuan antara Allah, yang adalah Roh, dengan jiwa yang ada dalam keadaan seperti itu?
- . Bagaimana kita sampai menjadi demikian: karena dilahirkan dari daging. Kecemaran itu merupakan bawaan lahiriah kita, dan oleh karena itu kita tidak dapat memiliki kodrat yang baru kecuali kita dilahirkan kembali. Kodrat yang rusak, yaitu daging, timbul dari kelahiran kita yang pertama, dan karena itu kodrat yang baru, yaitu roh, harus timbul dari kelahiran kita yang kedua. Nikodemus berbicara mengenai masuk kembali ke dalam rahim ibunya, lalu dilahirkan. Akan tetapi, kalaupun ia bisa, untuk apakah itu? Andaikata ia dilahirkan dari rahim ibunya seratus kali pun, hal itu tidak akan dapat memperbaiki persoalan yang ada, karena yang dilahirkan dari daging tetap adalah daging, yang tahir tidaklah bisa dikeluarkan dari yang najis. Ia harus mencari asal mula yang lain, ia harus dilahirkan dari Roh, kalau tidak, ia tidak bisa menjadi rohani. Persoalannya secara singkat adalah seperti ini: meskipun manusia diciptakan sebagai makhluk yang terdiri atas tubuh dan jiwa, sisi rohaninya dulu begitu berkuasa atas sisi jasmaninya, sehingga ia disebut makhluk yang hidup (Kej. 2:7, KJV: jiwa yang hidup -- pen.) Akan tetapi, dengan memanjakan nafsu kedagingan, dengan memakan buah terlarang, ia melacurkan kekuasaan jiwa yang benar ini kepada kelaliman hawa nafsu. Dengan begitu, ia tidak lagi menjadi jiwa yang hidup, melainkan daging: engkau debu. Jiwa yang hidup menjadi mati dan tidak bisa berbuat apa-apa. Demikianlah pada hari ia berdosa ia pasti mati, dan dengan demikian ia menjadi makhluk duniawi, yang berasal dari tanah. Dalam keadaan yang sudah merosot ini, ia melahirkan anak dalam gambar dan rupanya. Ia meneruskan kodrat manusiawi yang sudah mengendap utuh dalam dirinya, yang sudah sedemikian rusak dan bejat, dan dengan cara seperti itulah kodrat ini terus-menerus diturunkan. Kecemaran dan dosa sudah terjalin dalam kodrat kita. Dalam kesalahan kita diperanakkan, dan dengan demikian sifat kita harus diubah. Mengenakan pakaian baru atau memasang muka baru saja tidaklah cukup, kita harus mengenakan manusia baru, kita harus menjadi ciptaan-ciptaan baru.
- Kedua, Kristus membuat perihal kelahiran baru ini lebih penting lagi, dengan perkataan-Nya sendiri: Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali (ay. 7).
- . Kristus telah mengatakannya, dan karena Ia sendiri tidak pernah, dan tidak akan pernah, menarik kembali perkataan-Nya sendiri, maka seluruh dunia tidak dapat menyangkalnya, bahwa kita harus dilahirkan kembali. Dia yang adalah Sang Pemberi hukum yang agung, yang kehendak-Nya adalah hukum, Dia yang adalah Sang Pengantara agung dalam perjanjian baru, dan yang mutlak berkuasa menentukan syarat-syarat perdamaian kita dengan Allah dan kebahagiaan kita di dalam-Nya, Dia yang adalah Tabib agung bagi jiwa-jiwa, yang mengetahui permasalahan mereka, dan apa yang dibutuhkan bagi kesembuhan mereka, Dia telah berkata, "Engkau harus dilahirkan kembali." "Aku berkata kepadamu, mengenai suatu hal yang menyangkut kepentingan semua, bahwa kamu harus, kamu semua, siapa saja, kamu harus dilahirkan kembali, bukan hanya orang-orang biasa, melainkan juga para pemimpin, para pengajar di Israel."
- . Janganlah kita heran karenanya, sebab apabila kita menimbang betapa kudusnya Allah yang berurusan dengan kita, betapa besarnya rancangan penebusan bagi kita, betapa bobroknya kodrat kita, dan betapa besarnya kebahagiaan yang disediakan bagi kita, maka kita tidak akan menganggapnya aneh bahwa hal ini begitu ditekankan sebagai suatu hal yang mutlak diperlukan, yaitu bahwa kita harus dilahirkan kembali.
- [d] Perubahan ini digambarkan dengan dua perbandingan.
- Pertama, pembaharuan (regenerasi) yang dilakukan oleh Roh dibandingkan dengan air (ay. 5). Dilahirkan kembali berarti dilahirkan dari air dan dari Roh, yang artinya, dari Roh yang bekerja seperti air, seperti dalam Matius 3:11, dengan Roh Kudus dan dengan api, yang berarti dengan Roh Kudus seperti dengan api.
- . Yang terutama dimaksudkan di sini adalah untuk menunjukkan bahwa Roh, dalam menguduskan jiwa,
- (1) Membersihkan dan memurnikannya seperti air, membuang kotorannya yang tidak pantas bagi Kerajaan Allah. Ini adalah permandian kelahiran kembali (Tit. 3:5). Kamu telah memberi dirimu disucikan (1Kor. 6:11, KJV: "Kamu telah dibasuh" -- pen.). Lihat juga Yehezkiel 36:25.
- (2) Mendinginkan dan menyegarkannya, seperti air bagi rusa yang sedang diburu atau bagi pelancong yang sedang kelelahan. Roh dibandingkan dengan air (7:38-39; Yes. 44:3). Dalam penciptaan pertama, makhluk-makhluk di angkasa terlahir dari air (Kej. 1:20), dan mungkin dengan merujuk gambaran ini, mereka yang lahir dari atas dikatakan dilahirkan dari air.
- . Mungkin juga bahwa Kristus dalam hal ini sedang berpikir mengenai baptisan, yang telah digunakan Yohanes, dan yang sudah mulai digunakan-Nya sendiri, "Kamu harus dilahirkan kembali dari Roh," dan pembaharuan (regenerasi) oleh Roh ini dilambangkan dengan pembasuhan dengan air, sebagai tanda lahiriah dari anugerah rohani. Ini tidak berarti bahwa hanya mereka yang dibaptis saja yang akan diselamatkan. Yang benar adalah, bahwa tanpa kelahiran baru itu, yang dikerjakan oleh Roh, dan yang dilambangkan dengan baptisan, tidak ada seorang pun yang akan dipandang sebagai warga-warga Kerajaan Sorga dengan hak-hak istimewanya. Orang Yahudi tidak akan dapat ambil bagian dalam Kerajaan Mesias, yang sudah lama mereka nanti-nantikan itu, kecuali mereka berhenti berharap bahwa mereka dapat dibenarkan dengan menjalankan hukum Taurat, dan kecuali mereka memberi diri untuk menerima baptisan pertobatan, yaitu kewajiban besar Injil, untuk penghapusan dosa, yaitu keistimewaan besar yang diberikan oleh Injil.
- Kedua, pembaharuan yang dilakukan oleh Roh dibandingkan dengan angin: Angin bertiup ke mana ia mau, demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh (ay. 8). Kata yang dipakai di sini (pneuma) bisa berarti angin atau Roh. Roh turun ke atas para rasul dengan tiupan angin keras (Kis. 2:2), pengaruh-pengaruh-Nya yang berkuasa dalam hati para pendosa dibandingkan dengan embusan angin (Yeh. 37:9), dan pengaruh-pengaruh-Nya yang indah dalam jiwa orang-orang kudus dibandingkan dengan angin utara dan angin selatan (Kid. 4:16). Perbandingan ini di sini digunakan untuk menunjukkan,
- . Bahwa Roh, dalam membaharui, bekerja dengan sesuka hati, sebagai pekerja yang bebas. Angin bertiup ke mana ia mau, dan tidak mendengarkan permintaan kita, atau patuh terhadap perintah kita. Allah mengaturnya. Ia melakukan firman-Nya (Mzm. 148:8). Roh menebarkan pengaruh-pengaruh-Nya di mana, kapan, kepada siapa, dan seberapa banyak dan hebat, menurut kesukaan-Nya. Ia memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya (1Kor. 12:11).
- . Bahwa Ia bekerja dengan penuh kuasa, dan dengan dampak-dampak yang nyata: Engkau mendengar bunyinya. Meskipun apa yang menyebabkannya tersembunyi, dampak-dampaknya terasa. Ketika jiwa mulai berduka atas dosa, merintih di bawah beban kejahatan, menggapai-gapai Kristus, dan berseru Ya Abba -- Ya Bapa, saat itulah kita mendengar bunyi Roh, kita tahu Ia sedang bekerja, seperti dalam Kisah Para Rasul 9:11, ia sekarang berdoa.
- . Bahwa Ia bekerja secara rahasia, dan dengan cara-cara yang tersembunyi: Engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Bagaimana ia mengumpulkan dan mengerahkan kekuatannya, itu merupakan sebuah teka teki bagi kita. Demikian pula cara dan jalan pekerjaan Roh merupakan suatu rahasia. Ke manakah perginya Roh Tuhan? (1Raj. 22:24, terjemahan KJV -- pen.). Lihat Pengkhotbah 11:5, dan bandingkanlah dengan Mazmur 139:15.
- . Inilah pernyataan tentang kepastian dan keagungan kebenaran-kebenaran Injil. Kesempatan untuk menyatakannya dimanfaatkan Kristus karena melihat kelemahan Nikodemus.
- Inilah:
- (1) Keberatan yang tetap diajukan Nikodemus (ay. 9): Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi? Tampaknya penjelasan Kristus tentang pentingnya pembaharuan jiwa (regenerasi) itu belum juga jelas baginya. Kebobrokan kodrat manusia yang membuat pembaharuan itu penting, dan cara Roh bekerja yang membuat pembaharuan itu dapat dilakukan, sama misteriusnya dengan kelahiran kembali itu sendiri bagi Nikodemus. Meskipun secara umum ia sudah mengakui Kristus sebagai guru yang diutus Allah, ia tidak mau menerima ajaran-ajaran-Nya begitu saja apabila ajaran-ajaran itu tidak sejalan dengan berbagai gagasan yang selama ini sudah tertanam di dalam dirinya. Demikianlah banyak orang mengaku menerima ajaran Kristus pada umumnya, namun mereka tidak mau percaya terhadap kebenaran-kebenaran Kekristenan atau tunduk pada hukum-hukumnya lebih daripada apa yang mereka senangi. Kristus boleh menjadi guru mereka, asalkan mereka dibiarkan memilih pelajaran mereka sendiri.
- Nah, di sini:
- [1] Nikodemus mengakui bahwa dia memang tidak mengerti maksud Kristus: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi? Ini merupakan perkara-perkara yang tidak kumengerti, kemampuanku tidak akan bisa mencapainya." Demikianlah apa yang berasal dari Roh Allah adalah suatu kebodohan bagi manusia duniawi. Perkara-perkara itu tidak hanya asing baginya, dan oleh sebab itu tidak dapat dia mengerti, tetapi juga dia berprasangka buruk terhadapnya, dan oleh karenanya perkara-perkara itu merupakan suatu kebodohan baginya.
- [2] Karena ajaran ini tidak dapat dimengerti olehnya (dan ia dengan senang hati menganggapnya demikian), ia mempertanyakan kebenarannya, seolah-olah karena ajaran itu baginya merupakan suatu pertentangan, maka dengan sendirinya ajaran itu hanyalah reka-rekaan semata. Banyak orang yang berpendapat demikian menurut kemampuan mereka sendiri, sehingga mereka berpikir bahwa apa yang tidak bisa dibuktikan tidak dapat mereka percayai. Dengan hikmat mereka tidak mengenal Kristus.
- (2) Teguran yang diberikan Kristus kepadanya karena kebodohan dan ketidaktahuannya: "Engkau adalah pengajar di Israel, Didaskalos -- seorang guru, pembimbing, orang yang duduk di kursi Musa, namun engkau bukan hanya tidak mengenal ajaran pembaharuan ini, tetapi juga tidak mampu memahaminya?"
- Perkataan ini merupakan suatu teguran:
- [1] Bagi orang-orang yang bertugas mengajar orang lain namun mereka sendiri tidak tahu dan tidak memahami ajaran tentang kebenaran.
- [2] Bagi orang-orang yang menghabiskan waktu mereka untuk belajar dan mengajarkan berbagai macam gagasan dan upacara agama, berbagai seluk beluk dan tafsiran Alkitab, namun mengabaikan perbuatan-perbuatan nyata yang berkuasa memperbaharui hati dan hidup orang. Ada dua pernyataan dalam teguran ini yang disampaikan dengan sangat tegas:
- pertama, tempat di mana ia dilahirkan, yaitu di Israel, di mana ada begitu banyak sarana pengetahuan, di mana pewahyuan ilahi diberikan. Ia sebenarnya bisa saja mempelajari hal ini dari Perjanjian Lama.
- Kedua, hal-hal yang tidak diketahuinya: hal-hal itu, hal-hal yang perlu itu, yang agung, yang ilahi, tidak pernahkah dibacanya dalam Mazmur 1:5; Yehezkiel 18:31; 36:25-26?
- (3) Perkataan Kristus mengenai kepastian dan keagungan kebenaran-kebenaran Injil ini (ay. 11-13) adalah untuk menunjukkan betapa bodohnya orang-orang yang menganggapnya aneh, dan untuk mengajak kita agar menyelidikinya lebih lanjut.
- Perhatikanlah di sini:
- [1] Bahwa kebenaran-kebenaran yang diajarkan Kristus adalah pasti dan dapat kita pertaruhkan (ay. 11): Kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui. Kami, siapakah yang dimaksudkan-Nya di sini selain diri-Nya sendiri? Sebagian orang memahaminya sebagai orang-orang yang memberikan kesaksian tentang-Nya dan bersama-Nya di dunia ini, yaitu para nabi dan Yohanes Pembaptis. Mereka berkata-kata tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang telah mereka lihat, dan mereka sudah sangat yakin akan kebenaran dari hal-hal itu: wahyu ilahi membawa serta bukti mengenai dirinya bersama dirinya sendiri. Sebagian orang lagi memahaminya sebagai mereka yang membawa kesaksian dari sorga, yaitu Bapa dan Roh Kudus. Bapa berada bersama-Nya, dan Roh Tuhan ada pada-Nya. Oleh karena itu Ia berbicara dengan menggunakan kata ganti jamak, seperti dalam pasal 14:23: Kami akan datang kepadanya.
- Perhatikanlah:
- Pertama, bahwa kebenaran-kebenaran Kristus itu sudah pasti dan tidak diragukan lagi. Kita mempunyai semua alasan untuk meyakini bahwa perkataan-perkataan Kristus adalah perkataan-perkataan yang benar, dan bolehlah kita mempertaruhkan jiwa kita untuknya, sebab Ia bukan hanya saksi yang dapat dipercaya, yang tidak akan menipu kita, melainkan juga saksi yang cakap dan dapat diandalkan, yang dengan sendirinya tidak dapat tertipu: Kami bersaksi tentang apa yang kami lihat. Ia berbicara bukan dari kata orang, melainkan dari bukti yang paling jelas, dan karena itu dengan keyakinan yang sedalam-dalamnya. Apa yang dibicarakan-Nya tentang Allah, tentang dunia yang tidak kelihatan, tentang sorga dan neraka, tentang kehendak Allah terhadap kita, dan tentang hikmat-hikmat perdamaian, adalah apa yang diketahui-Nya dan yang telah dilihat-Nya, sebab Ia ada serta-Nya sebagai Anak kesayangan (Ams. 8:30). Apa pun yang dikatakan Kristus, dikatakan-Nya dari pengetahuan-Nya sendiri.
- Kedua, bahwa orang-orang yang tidak percaya sungguh telah berbuat dosa besar, dan dosa mereka diperberat oleh kepastian dan ketidakkeliruan dari kebenaran-kebenaran Kristus ini. Yang dinyatakan sudah sedemikian pasti, sedemikian jelas, namun kamu tidak menerima kesaksian kami. Begitu banyak orang yang tidak mempercayai (begitu pentingnya alasan kepercayaan ini) apa yang tidak bisa untuk tidak mereka percayai!
- [2] Kebenaran-kebenaran yang diajarkan Kristus, meskipun disampaikan dalam bahasa dan ungkapan yang diambil dari kejadian-kejadian biasa dalam kehidupan sehari-hari, sungguh merupakan kebenaran-kebenaran yang paling agung dan bersifat sorgawi karena sifatnya sudah demikian adanya. Hal ini ditunjukkan dalam ayat 12: "Waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, yang artinya, ketika Aku memberi tahu kamu perkara-perkara besar mengenai Allah dalam berbagai perumpamaan yang diambil dari hal-hal duniawi, untuk membuatnya lebih mudah dimengerti, seperti tentang kelahiran baru dan angin, ketika Aku sudah berusaha menyesuaikan diri sedemikian rupa dengan kemampuanmu, dan berbicara kepadamu dalam bahasamu sendiri, namun ini tidak juga membuatmu mengerti ajaran-Ku, lantas bagaimana kamu akan mengerti kalau Aku membicarakan hal-hal tersebut sebagaimana adanya, dan berbicara kepadamu dalam bahasa malaikat, bahasa yang tidak dapat diucapkan oleh makhluk yang fana itu? Jika ungkapan-ungkapan yang sudah sedemikian biasa saja sudah menjadi batu sandungan, bagaimana jadinya dengan gagasan-gagasan abstrak dan hal-hal rohani yang digambarkan apa adanya?"
- Nah, dari sini kita dapat belajar:
- Pertama, untuk mengagumi betapa tinggi dan dalamnya ajaran Kristus. Ajaran-Nya merupakan misteri atau rahasia keallahan yang agung. Perkara-perkara Injil adalah perkara-perkara sorgawi, yang berada di luar jalur penyelidikan akal budi manusia, dan terlebih lagi di luar jangkauan penemuan-penemuannya.
- Kedua, untuk mensyukuri kerendahan hati Kristus, bahwa Ia mau menyesuaikan cara-Nya dalam mewahyukan Injil-Nya dengan kemampuan-kemampuan kita, berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak. Ia memperhatikan tubuh kita, bahwa kita diciptakan dari tanah, dan memperhatikan tempat kita, bahwa kita berada di dunia, dan karena itu Ia berbicara kepada kita tentang hal-hal duniawi, dan menjadikan hal-hal yang kasat mata sebagai sarana untuk membicarakan hal-hal yang rohani, untuk membuatnya lebih mudah dimengerti dan terasa lebih dekat dengan kita. Demikianlah yang sudah dilakukan-Nya baik dalam perumpamaan maupun dalam sakramen.
- Ketiga, untuk meratapi kodrat kita yang sudah rusak, dan ketidakberdayaan kita untuk menerima dan menyambut kebenaran-kebenaran Kristus. Hal-hal duniawi direndahkan karena kasar, dan hal-hal sorgawi diabaikan karena rumit. Dengan demikian, apa pun cara yang dipakai, orang pasti akan berusaha mendapatkan sedikit banyak kesalahan di dalamnya (Mat. 11:17). Walaupun begitu, hikmat Allah dibenarkan, dan akan dibenarkan, oleh perbuatannya.
- [3] Yesus Tuhan kita, dan hanya Dia sendiri, layak menyatakan kepada kita suatu ajaran yang sedemikian pasti, sedemikian agung: Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia (ay. 13).
- Pertama, tidak ada yang lain selain Kristus yang mampu menyatakan kepada kita apa yang dikehendaki Allah bagi keselamatan kita. Nikodemus menyapa Kristus sebagai nabi, tetapi ia harus tahu bahwa Kristus lebih besar daripada semua nabi Perjanjian Lama, sebab tidak ada seorang pun dari antara mereka yang telah naik ke sorga. Mereka menulis Kitab Suci dengan tuntunan ilham ilahi, dan bukan dari pengetahuan mereka sendiri (1:18). Musa naik ke gunung, tetapi tidak ke sorga. Tidak ada seorang pun yang mempunyai pengetahuan tentang Allah dan perkara-perkara sorgawi sedemikian pasti seperti Kristus (Mat. 11:27). Bukanlah tugas kita untuk pergi ke sorga dan menerima ajaran, kitalah yang harus menunggu menerima ajaran-ajaran yang akan dikirimkan Sorga kepada kita (Ams. 30:4; Ul. 30:12).
- Kedua, Yesus Kristus mampu, pantas, dan memenuhi syarat dalam segala hal, untuk menyatakan kehendak Allah kepada kita, sebab Dialah yang telah turun dari sorga dan yang berada di sorga. Ia telah berkata (ay. 12), "Bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?"
- Nah di sini:
- . Ia memberikan kepada mereka sebuah contoh mengenai hal-hal sorgawi yang dapat diberitahukan-Nya kepada mereka, yaitu ketika Ia berbicara tentang Dia yang turun dari sorga, namun pada saat yang sama Dia juga adalah Anak Manusia. Dia adalah Anak Manusia, namun juga berada di sorga. Jika pembaharuan (regenerasi) jiwa manusia itu saja sudah merupakan suatu hal yang begitu rahasia, bagaimana pula dengan inkarnasi Anak Allah? Ini sungguh merupakan perkara-perkara ilahi dan sorgawi. Di sini kita melihat suatu petunjuk tentang dua tabiat Kristus yang berbeda yang terdapat dalam satu pribadi: tabiat ilahi-Nya, yang dengannya Ia turun dari sorga, dan tabiat manusiawi-Nya, yang dengannya Ia disebut Anak Manusia, dan kesatuan di antara keduanya, bahwa meskipun Ia Anak Manusia, Ia berada di sorga.
- . Ia memberikan suatu bukti kepada mereka akan kemampuan-Nya untuk berbicara tentang hal-hal sorgawi kepada mereka, dan untuk membimbing mereka ke dalam Kerajaan Sorga yang begitu rahasia, dengan memberi tahu mereka,
- (1) Bahwa Ia turun dari sorga. Pengadaan hubungan antara Allah dan manusia dimulai dari atas. Yang pertama bergerak untuk memulainya tidak muncul dari bumi ini, tetapi turun dari sorga. Kita mengasihi-Nya dan pergi mendatangi-Nya karena Ia terlebih dulu mengasihi kita dan diutus untuk mendatangi kita.
- Nah, hal ini menunjukkan:
- [1] Tabiat ilahi Kristus. Ia yang turun dari sorga pastilah lebih daripada hanya seorang manusia. Ia adalah Tuhan dari sorga (1Kor. 15:47).
- [2] Keakraban-Nya dalam hikmat-hikmat ilahi. Datang dari pelataran sorga, Ia sudah mengenal perkara-perkara sorgawi sejak dari kekekalan.
- [3] Perwujudan Allah. Dalam masa Perjanjian Lama, kebaikan-kebaikan Allah kepada umat-Nya diungkapkan dengan gambaran bahwa Dia mendengar dari sorga (2Taw. 7:14), memandang dari langit (Mzm. 80:15), berbicara dari langit (Neh. 9:13), dan mengirim utusan dari sorga (Mzm. 57:4). Tetapi Perjanjian Baru memperlihatkan kepada kita Allah turun dari sorga, untuk mengajar dan menyelamatkan kita. Ia yang turun dengan cara demikian sungguh merupakan suatu rahasia yang mengagumkan, sebab Allah tidak bisa mengubah tempat kediaman-Nya, atau membawa tubuh-Nya dari sorga. Yang lebih mengagumkan lagi, Ia mau merendahkan diri-Nya dengan cara demikian bagi penebusan kita. Ini sungguh merupakan suatu belas kasihan yang lebih mengagumkan. Dalam hal ini Ia memperlihatkan kasih-Nya yang begitu besar.
- (2) Bahwa Ia adalah Anak Manusia, Anak Manusia yang dibicarakan oleh Daniel itu (Dan 7:13), yang selalu dipahami oleh orang-orang Yahudi sebagai Mesias. Kristus, dengan menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia, menunjukkan bahwa Ia adalah Adam kedua, sebab Adam yang pertama adalah bapak manusia. Dari semua gelar Mesias dalam Perjanjian Lama, Ia memilih menggunakan gelar ini, sebab gelar itulah yang paling baik mengungkapkan kerendahan hati-Nya, dan yang paling sesuai dengan keadaan diri-Nya sekarang yang sedang merendah.
- (3) Bahwa Ia berada di sorga. Sekarang, pada waktu ini, ketika Ia sedang berbicara dengan Nikodemus di bumi, sebagai Allah, Ia juga berada di sorga. Anak Manusia, dalam rupa manusia, tidaklah berada di sorga sebelum kenaikan-Nya, tetapi Ia yang adalah Anak Manusia pada saat ini, oleh karena tabiat ilahi-Nya bisa berada di mana saja, khususnya di sorga. Dengan demikian, Tuhan yang mulia, dalam pengertian yang demikian, tidak bisa disalibkan, begitu juga Allah, dalam pengertian yang demikian, tidak bisa mencurahkan darah-Nya. Namun demikian, pribadi yang adalah Tuhan yang mulia disalibkan (1Kor. 2:8), dan Allah menebus jemaat dengan darah-Nya sendiri (Kis. 20:28). Begitu dekatnya kesatuan antara dua tabiat dalam satu pribadi ini sehingga di dalamnya terjalin hubungan yang demikian erat. Ia tidak berkata hos esti. Allah adalah ho ōn tō ouranō -- Dia adalah Dia, dan sorga adalah tempat kediaman kekudusan-Nya.
- . Kristus di sini berbicara tentang rancangan agung kedatangan-Nya ke dunia, dan kebahagiaan orang-orang yang percaya kepada-Nya (ay. 14-18). Di sini kita melihat inti sari dari seluruh Injil, perkataan yang benar itu (1Tim. 1:15), bahwa Yesus Kristus datang untuk mencari dan menyelamatkan anak-anak manusia dari kematian, dan memulihkan mereka kembali ke dalam kehidupan. Nah, para pendosa adalah orang-orang mati karena satu alasan berganda: --
- (1) Seperti halnya orang yang menderita luka yang mematikan atau mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dikatakan sebagai orang mati, sebab ia sekarat, demikian pula Kristus datang menyelamatkan kita dengan cara menyembuhkan kita, seperti ular tembaga yang menyembuhkan orang-orang Israel (ay. 14-15).
- (2) Seperti halnya orang yang dihukum mati dengan adil karena melakukan kejahatan yang tidak dapat diampuni dikatakan sebagai orang mati, demikian pula orang berdosa mati di dalam hukum, dan dengan melihat bahaya yang mengancam kita dalam hal ini, Kristus datang untuk menyelamatkan kita sebagai Penguasa atau Hakim, dengan mengumumkan pengampunan kepada semua orang, dengan syarat-syarat tertentu. Tindakan penyelamatan ini dipertentangkan dengan tindakan penghakiman (ay. 16-18).
- [1] Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan kita dengan cara menyembuhkan kita, seperti halnya orang-orang Israel yang dipagut ular tedung disembuhkan dan hidup dengan memandang patung ular tembaga. Kita dapat membaca kisahnya dalam Bilangan 21:6-9. Ini merupakan mujizat terakhir yang terjadi lewat tangan Musa sebelum kematiannya. Nah, dalam peristiwa yang merupakan gambaran Kristus ini kita dapat memperhatikan:
- Pertama, kodrat dosa yang mematikan dan merusak, yang tersirat dalam kisah Musa ini. Rasa bersalah karena dosa adalah seperti derita karena dipagut ular tedung, dan kuasa kejahatan adalah seperti bisa yang menyebar ke seluruh tubuh karena pagutan itu. Iblis adalah ular tua, yang pada mulanya cerdik (Kej. 3:1), namun sesudahnya ganas, dan godaan-godaannya seperti panah api, serangan-serangannya mengerikan, dan kemenangan-kemenangannya menghancurkan. Tanyakanlah pada suara hati nurani yang tersadar, tanyakan pula pada para pendosa yang terkutuk, maka mereka akan memberi tahu kita betapa dahsyatnya pesona dan daya pikat dosa pada mulanya, namun pada akhirnya ia memagut seperti ular (Ams. 23:30-32). Murka Allah terhadap kita karena dosa adalah seperti ular-ular tedung yang dikirimkan Allah kepada orang-orang Israel, untuk menghukum mereka karena mereka bersungut-sungut. Kutukan-kutukan hukum Taurat adalah seperti ular-ular tedung, dan dengan demikian semua itu merupakan pertanda murka Allah.
- Kedua, obat manjur yang disediakan untuk melawan penyakit yang mematikan ini. Keadaan orang-orang berdosa sungguh menyedihkan, tetapi apakah ini berarti bahwa tidak ada harapan lagi untuk mereka? Syukur kepada Allah bahwa tidak demikian halnya. Ada balsam di Gilead. Anak Manusia ditinggikan, seperti ular tembaga yang ditinggikan Musa, yang menyembuhkan orang-orang Israel yang terpagut.
- . Ular tembagalah yang menyembuhkan mereka. Tembaga itu terang, kita membaca tentang kaki Kristus yang mengkilap bagaikan tembaga (Why. 1:15). Tembaga itu tahan lama, Kristus juga sama. Tembaga itu dibentuk menyerupai ular tedung, namun tidak berbisa, tidak memagut, jadi sangat cocok menggambarkan Kristus yang dijadikan dosa bagi kita namun tidak berdosa, dan yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa, namun tidak berdosa. Ia tidak berbahaya sama seperti ular tembaga. Ular adalah makhluk yang terkutuk, Kristus pun dijadikan sebagai kutuk. Apa yang menyembuhkan mereka mengingatkan mereka akan wabah yang mereka derita, demikian pula halnya di dalam Kristus dosa diperlihatkan kepada kita sebagai sesuatu yang paling ganas dan paling menakutkan.
- . Ular tembaga itu ditinggikan di atas tiang, begitu pula Anak Manusia harus ditinggikan. Demikianlah Ia harus menderita dan ditinggikan (Luk. 24:26, 46). Tidak ada obat sekarang. Kristus ditinggikan,
- (1) Dalam penyaliban-Nya. Ia ditinggikan di atas kayu salib. Dalam kematian-Nya Ia dikatakan ditinggikan (12:32-33). Dia ditinggikan sebagai tontonan, sebagai pertanda, ditinggikan antara sorga dan bumi, seolah-olah Ia tidak layak berada di tempat yang satu ataupun yang lain, dan dicampakkan oleh keduanya.
- (2) Dalam kenaikan-Nya. Ia ditinggikan di sisi kanan Bapa, untuk memberikan pertobatan dan pengampunan. Ia ditinggikan di atas kayu salib, untuk lebih ditinggikan lagi di takhta sorgawi.
- (3) Dalam penyebaran dan pemberitaan Injil kekal-Nya (Why. 14:6). Ular tembaga itu ditinggikan supaya beribu-ribu orang Israel dapat memandangnya. Kristus di dalam Injil diperlihatkan kepada kita, ditunjukkan dengan jelas, Kristus ditinggikan sebagai panji (Yes. 11:10).
- . Ular tembaga itu ditinggikan oleh Musa. Kristus dibuat tunduk kepada hukum Musa, dan Musa bersaksi tentang Dia.
- . Dengan ditinggikan secara demikian, ular tembaga itu ditunjukkan sebagai obat yang menyembuhkan orang yang terpagut ular tedung. Ia yang mengirimkan tulah menyediakan obat penawarnya. Tidak ada seorang pun yang dapat menebus dan menyelamatkan kita selain Dia yang keadilan-Nya telah menghukum kita. Allah sendirilah yang menyediakan tebusannya, dan keberhasilan tebusan itu bergantung pada apa yang sudah ditetapkan-Nya. Ular-ular tedung itu dikirim untuk menghukum mereka karena mereka telah mencobai Tuhan (begitu menurut Rasul Paulus, 1Kor. 10:9), namun mereka disembuhkan dengan kuasa yang berasal dari-Nya. Dia yang telah kita sakiti hati-Nya adalah damai sejahtera kita.
- Ketiga, cara menggunakan obat ini, yaitu dengan percaya, yang dengan jelas tersirat dalam perbuatan orang-orang Israel yang memandang ular tembaga, agar mereka disembuhkan olehnya. Jika ada orang Israel yang terpagut namun, entah karena ia tidak begitu menghiraukan penderitaan dan bahaya yang mengancamnya atau karena ia tidak begitu percaya pada perkataan Musa, ia tidak mau memandang ular tembaga itu, maka dengan adil ia akan mati karena lukanya. Tetapi setiap orang yang memandang akan tetap hidup (Bil. 21:9). Jika ada orang yang sampai pada saat ini meremehkan entah penyakit yang mereka derita sebagai akibat dosa atau cara penyembuhannya melalui Kristus sehingga mereka tidak mau datang kepada Kristus dan memenuhi segala persyaratan yang diajukan-Nya, maka mereka akan menanggung darah mereka sendiri. Ia telah berkata, "Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan" (Yes. 45:22), berpalinglah dan hidup. Kita harus puas dan menyetujui cara-cara yang telah digunakan oleh Sang Hikmat Kekal dalam menyelamatkan dunia yang berdosa, yaitu melalui pengantaraan Yesus Kristus, sebagai korban dan pengantara yang agung.
- Keempat, dorongan kuat yang diberikan kepada kita untuk memandang-Nya dengan iman.
- . Untuk tujuan inilah Dia ditinggikan, yaitu supaya para pengikut-Nya dapat diselamatkan. Dan Ia akan terus mengejar apa yang dituju-Nya.
- . Tawaran keselamatan yang diberikan-Nya berlaku bagi semua orang, bahwa setiap orang yang percaya kepada-Nya, tanpa kecuali, dapat memperoleh keuntungan dari-Nya.
- . Keselamatan yang ditawarkan itu lengkap.
- (1) Mereka tidak akan binasa, tidak akan mati karena luka-luka mereka. Meskipun mereka merasa kesakitan dan ketakutan, dosa dan kesalahan tidak akan menghancurkan mereka. Namun ini belum semuanya.
- (2) Mereka akan beroleh hidup yang kekal. Mereka bukan hanya tidak akan mati karena luka-luka mereka di padang gurun, tetapi juga akan sampai di tanah Kanaan (yang akan segera mereka masuki). Mereka akan menikmati tempat peristirahatan yang dijanjikan.
- [2] Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan kita dengan cara mengampuni kita, supaya kita tidak mati oleh penghakiman hukum Taurat (ay. 16-17). Ini sungguh benar-benar Injil, kabar baik, yang terbaik dari semua yang pernah turun dari sorga ke bumi. Di sini terkandung banyak hal, segala hal dalam sedikit perkataan, berita pendamaian yang disampaikan secara ringkas.
- Pertama, inilah kasih Allah dalam mengaruniakan Anak-Nya bagi dunia (ay. 16), yang di dalamnya kita melihat tiga hal:
- . Rahasia besar Injil diungkapkan: Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal. Kasih Allah Bapa merupakan asal mula terjadinya pembaharuan (regenerasi) kita yang dilakukan melalui Roh dan pendamaian kita dengan Dia melalui peristiwa ditinggikannya Sang Anak.
- Perhatikanlah,
- (1) Yesus Kristus adalah Anak Tunggal Allah. Ini semakin menunjukkan besarnya kasih Allah, sebab Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal itu bagi kita. Sekarang tahulah kita bahwa Ia benar-benar mengasihi kita, setelah Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal bagi kita, yang mengungkapkan bukan hanya kehormatan Kristus sendiri melainkan juga betapa disayangnya Dia oleh Bapa-Nya. Ia selalu ada serta-Nya sebagai Anak kesayangan.
- (2) Demi penebusan dan keselamatan umat manusia, Allah berkenan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal. Ia tidak hanya mengutus Anak-Nya ke dunia dengan kuasa yang penuh dan utuh untuk merundingkan pendamaian antara sorga dan bumi, tetapi Ia juga mengaruniakan-Nya, yang berarti, Ia menyerahkan-Nya untuk menderita dan mati bagi kita, sebagai korban pendamaian dan korban tebusan yang agung. Di sini hal tersebut ditunjukkan sebagai alasan mengapa Ia harus ditinggikan, sebab demikianlah yang telah ditentukan dan dirancang oleh Bapa. Ia menyerahkan-Nya demi tujuan ini, dan Ia menyediakan tubuh bagi-Nya untuk melaksanakannya. Musuh-musuh-Nya tidak akan bisa mengambil nyawa-Nya seandainya Bapa-Nya tidak menyerahkan-Nya. Meskipun Ia belum disalibkan pada saat itu, dalam maksud dan rencana Allah yang sudah ditetapkan Ia telah diserahkan (Kis. 2:23). Bahkan, terlebih lagi, Allah telah mengaruniakan-Nya, yang berarti, Ia telah menawarkan-Nya kepada semua, dan memberikan-Nya kepada semua orang percaya, demi segala maksud dan tujuan dalam kovenan baru. Ia telah memberikan-Nya sebagai Nabi kita, sebagai Saksi bagi bangsa-bangsa, sebagai Imam agung kita, sebagai Damai sejahtera kita, sebagai Kepala jemaat, sebagai Kepala atas segala sesuatu bagi jemaat, dan sebagai segala sesuatu yang kita perlukan.
- (3) Dalam hal ini Allah telah menunjukkan kasih-Nya kepada dunia: Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, begitu sungguh-sungguh, begitu berlimpah. Kini makhluk-makhluk ciptaan-Nya tahu bahwa Ia mengasihi mereka dan menginginkan yang terbaik bagi mereka. Ia begitu mengasihi dunia manusia yang sudah jatuh ini, meskipun dunia malaikat yang jatuh tidak dikasihi-Nya (Rm. 5:8; 1Yoh. 4:10). Lihatlah dan takjublah, bahwa Allah yang maha besar mengasihi dunia yang begitu tidak bernilai ini! Bahwa Allah yang kudus mengasihi dunia yang begitu jahat dengan kasih yang penuh dengan kehendak baik, padahal tidak ada satu pun dalam dunia ini yang dapat menyenangkan hati-Nya. Inilah masa cinta itu (Yeh. 16:6, 8). Orang-orang Yahudi dengan angkuh menganggap bahwa Mesias akan diutus hanya di dalam kasihnya terhadap bangsa mereka, dan untuk mengangkat mereka di atas kehancuran bangsa-bangsa lainnya. Akan tetapi, Kristus berkata kepada mereka bahwa Ia datang dengan kasih kepada seluruh dunia, baik kepada orang Yahudi maupun orang bukan-Yahudi (1Yoh. 2:2). Meskipun banyak orang di dunia ini binasa, dikaruniakannya Anak Tunggal Allah merupakan bukti akan kasih Allah kepada seluruh dunia, karena melalui Dialah diberikan tawaran kehidupan dan keselamatan kepada semua orang. Ini merupakan kasih terhadap suatu wilayah yang sudah membelot dan memberontak. Pernyataan ampunan dan jaminan dikeluarkan bagi semua orang yang ingin datang, yang memohon dengan berlutut, dan yang kembali setia kepada Tuan mereka. Begitu besarnya kasih Allah akan dunia yang sudah murtad dan berbalik dari-Nya sehingga Ia mengirimkan Anak-Nya dengan tawaran yang indah ini, bahwa setiap orang yang percaya kepada-Nya, siapa saja, tidak akan binasa. Keselamatan memang datang dari orang Yahudi, tetapi kini Kristus dikenal sebagai keselamatan sampai ke ujung bumi, keselamatan bagi semua.
- . Inilah kewajiban besar Injil, yaitu percaya kepada Yesus Kristus (yang memang telah diberikan Allah, diberikan bagi kita, diberikan kepada kita), menerima pemberian itu, dan memenuhi maksud si Pemberi itu. Kita harus dengan tulus percaya pada pesan yang telah diberikan Allah dalam firman-Nya mengenai Anak-Nya. Karena Allah telah memberikan-Nya kepada kita sebagai Nabi, Imam, dan Raja kita, kita harus menyerahkan diri untuk dipimpin, diajar, dan diselamatkan oleh-Nya.
- . Inilah keuntungan Injil yang besar: Bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus tidak akan binasa. Hal ini telah dikatakan-Nya sebelumnya, dan di sini Ia mengulanginya. Ini merupakan kebahagiaan yang tidak terutarakan bagi semua orang yang sungguh-sungguh percaya, dan untuk itu mereka pasti akan terus-menerus bersyukur kepada Kristus sampai selama-lamanya.
- (1) Bahwa mereka diselamatkan dari kesengsaraan dan penderitaan neraka, dibebaskan supaya jangan turun ke liang kubur, dan bahwa mereka tidak akan binasa. Allah telah membuang dosa mereka, mereka tidak akan mati. Pengampunan telah diperoleh, dan kebebasan pun didapat kembali.
- (2) Mereka berhak atas sukacita besar di sorga: mereka akan beroleh hidup yang kekal. Pengkhianat yang terbukti bersalah kini tidak hanya diampuni, tetapi juga disukai, dijadikan kesayangan, dan diperlakukan sebagai orang yang mendapatkan perkenanan dari Raja segala raja, dan yang kepadanya Ia berkenan memberikan kehormatan. Dari penjara ia keluar untuk menjadi raja (Pkh. 4:14). Jika mereka orang-orang percaya, maka mereka adalah anak, dan jika anak, maka mereka adalah ahli waris.
- Kedua, inilah rancangan Allah dalam mengutus Anak-Nya ke dalam dunia: untuk menyelamatkan dunia oleh Dia. Ia datang ke dalam dunia dengan keselamatan pada mata-Nya, dengan keselamatan dalam tangan-Nya. Oleh karena itu, tawaran kehidupan dan keselamatan yang sudah disebutkan sebelumnya adalah benar-benar tulus, dan akan menjadi suatu kebaikan bagi semua orang yang menerimanya di dalam iman (ay. 17): Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia, dunia yang bersalah, yang memberontak, dan yang murtad ini. Ia mengutus-Nya sebagai wakil atau duta-Nya untuk tinggal di dunia ini, tidak seperti malaikat yang kadang-kadang diutus-Nya ke dunia hanya sebagai pengunjung. Sejak manusia berdosa, ia selalu ketakutan jika ada pembawa pesan khusus dari sorga yang muncul di hadapannya dan mendekatinya, karena ia sadar bahwa ia bersalah dan sewaktu-waktu pasti akan dihukum: Kita pasti mati, sebab kita telah melihat Allah. Oleh karena itu, jika Anak Allah sendiri yang datang, maka sudah seharusnya kita bertanya tugas apakah gerangan yang dibawa-Nya: Apakah untuk tujuan damai sejahtera? Atau, seperti yang ditanyakan orang-orang dengan gemetar kepada Samuel, "Apakah engkau datang dengan maksud damai?" Dan kitab ini menjawabnya, "Ya, untuk maksud damai!"
- . Ia tidak datang untuk menghukum dunia. Kita mempunyai banyak alasan untuk berkata bahwa seharusnya Ia datang untuk menghukumnya, sebab dunia ini sudah bersalah. Dunia ini sudah terbukti bersalah, jadi ada alasan apa lagi mengapa hukuman tidak bisa dijatuhkan dan dilaksanakan sesuai dengan hukum? Satu darah itu, yang darinya semua bangsa dan umat manusia dijadikan (Kis. 17:26), bukan hanya telah tercemar oleh penyakit turunan, seperti kusta yang diderita Gehazi, tetapi juga tercemar oleh kesalahan turunan, seperti kesalahan orang-orang Amalek, yang dengan mereka Allah berperang turun temurun. Jadi pantaslah bila dunia seperti ini dihukum, dan seandainya Allah berniat menghukumnya, Ia cukup memerintahkan para malaikat-Nya untuk menumpahkan cawan murka-Nya, atau kerub dengan pedang yang bernyala-nyala yang siap menjalankan hukuman-Nya. Seandainya TUHAN hendak membunuh kita, Ia tidak akan mengutus Anak-Nya kepada kita. Ia memang datang dengan kuasa penuh untuk menghakimi (5:22, 27), tetapi Ia tidak memulai dengan penghakiman untuk menjatuhkan hukuman, Ia tidak membentangkan segala pelanggaran hukum, ataupun mengambil keuntungan untuk melawan kita karena kita telah melanggar kovenan kesucian, tetapi membawa kita kepada pengadilan yang baru di hadapan takhta kasih karunia.
- . Ia datang supaya dunia bisa diselamatkan melalui Dia, supaya pintu keselamatan terbuka bagi dunia, dan siapa saja yang berminat dapat memasukinya. Allah di dalam Kristus mendamaikan dunia dengan diri-Nya, dan dengan demikian menyelamatkannya. Ganti rugi atau tindakan pembebasan dari hukum sudah disetujui dan diumumkan, melalui Kristus suatu hukum perbaikan dibuat, dan dunia umat manusia ditangani bukan menurut kekakuan dan kerasnya kovenan yang pertama melainkan menurut kekayaan kovenan kedua. Ia datang supaya dunia melalui Dia dapat diselamatkan, sebab dunia tidak akan pernah dapat diselamatkan kecuali melalui Dia. Keselamatan tidak ada pada yang lain. Inilah kabar baik bagi hati nurani yang sudah dapat diyakinkan akan kebersalahannya, kesembuhan bagi tulang-tulang yang patah dan luka-luka yang berdarah, bahwa Kristus, Hakim kita, datang bukan untuk menghukum, melainkan untuk menyelamatkan.
- [3] Dari semua ini disimpulkan tentang kebahagiaan orang yang sungguh-sungguh percaya: Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum (ay. 18). Meskipun sebelumnya ia seorang pendosa, pendosa besar, dan berdiri sebagai orang terhukum (habes confilentem reum -- atas pengakuannya sendiri), namun ketika ia percaya, proses penghakiman dihentikan, penghukuman dicabut, dan ia tidak akan dinyatakan bersalah. Hal ini menggambarkan sesuatu yang lebih daripada sekadar penangguhan hukuman. Ia tidak akan dinyatakan bersalah, artinya, ia dibebaskan. Ia menunggu saat pembebasannya (begitulah kita biasa mengatakannya), dan jika ia tidak dinyatakan bersalah, maka ia dilepaskan. Ou krinetai -- ia tidak dihakimi, tidak diadili menurut hukum yang ketat, tidak mendapatkan ganjaran yang setimpal atas dosa-dosanya. Ia tertuduh, dan ia tidak dapat menyatakan tidak bersalah atas apa yang didakwakan kepadanya, tetapi ia bisa memohon agar dakwaan itu dibatalkan, noli prosequi, seperti yang dilakukan oleh Paulus yang terkasih itu, siapakah yang akan menghukum? Kristus Yesus, yang telah mati. Ia menderita, dihajar oleh Allah, dianiaya oleh dunia, tetapi ia tidak dihukum. Salib mungkin menindihnya dengan berat, tetapi ia diselamatkan dari kutukan. Ia mungkin dihukum oleh dunia, tetapi tidak dihukum bersama dunia (Rm. 8:1; 1Kor. 11:32).
- . Mengakhiri pembicaraan-Nya, Kristus berbicara mengenai keadaan yang menyedihkan yang diderita orang-orang yang tetap tidak mau percaya dan bersikap masa bodoh (ay. 18-21).
- (1) Bacalah di sini tentang nasib orang-orang yang tidak mau percaya kepada Kristus: mereka telah berada di bawah hukuman.
- Perhatikanlah:
- [1] Betapa besarnya dosa orang-orang yang tidak percaya. Dosa ini diperbesar dengan menimbang betapa terhormatnya pribadi yang telah mereka hina. Mereka tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah, yang mutlak benar dan layak dipercaya, yang mutlak baik dan layak dirangkul. Allah mengutus Dia yang paling dikasihi-Nya untuk menyelamatkan kita, jadi, bukankah seharusnya Dia juga menjadi yang terkasih bagi kita? Tidakkah kita percaya dalam nama-Nya, nama yang di atas segala nama?
- [2] Betapa besarnya kesengsaraan orang-orang yang tidak percaya: mereka sudah berada di bawah hukuman.
- Ini berbicara mengenai:
- Pertama, suatu penghukuman tertentu. Mereka sudah sedemikian pasti akan dihukum pada hari penghakiman agung sehingga penghukuman mereka seolah-olah sudah dimulai dari sekarang.
- Kedua, penghukuman sekarang ini. Kutukan sudah melekat pada mereka, murka Allah kini mencengkeram mereka. Mereka sudah berada di bawah hukuman, sebab hati mereka sendiri menghakimi mereka.
- Ketiga, penghukuman berdasarkan kesalahan mereka yang lalu: ia sudah berada di bawah hukuman, sebab hukum sudah menunjukkan bahwa ia bersalah atas segala dosanya. Hukum dengan segala kekuatan, kuasa, dan kebaikannya melawan dia, sebab dia dengan iman tidak menunjukkan kesediaannya untuk memenuhi persyaratan Injil. Ia sudah berada di bawah hukuman, karena ia tidak percaya. Ketidakpercayaan dapat dengan tepat disebut sebagai dosa yang sangat membinasakan, karena dosa ini membuat kita bersalah atas semua dosa kita yang lain. Dosa ini melawan obat yang dapat menyembuhkan, menentang permohonan kita untuk dibebaskan dari hukuman.
- (2) Bacalah juga tentang nasib orang-orang yang bahkan tidak mau mengenal-Nya (ay. 19). Banyak orang yang mempunyai sifat ingin tahu sudah mengetahui Kristus, ajaran-Nya, dan mujizat-mujizat-Nya, namun mereka berprasangka buruk terhadap-Nya, dan tidak mau percaya kepada-Nya. Selain itu, pada umumnya orang bersikap ceroboh dan bodoh, dan tidak mau mengenal-Nya. Dan inilah hukuman itu, dosa yang membinasakan mereka itu, bahwa terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan.
- Nah, perhatikanlah di sini:
- [1] Bahwa Injil adalah terang, dan ketika Injil datang, terang datang ke dalam dunia. Terang itu membawa buktinya sendiri mengenai keberadaannya, demikian pula dengan Injil. Injil membuktikan asal usulnya yang ilahi. Terang itu mengungkapkan sesuatu, terang itu menyenangkan, dan menyukakan hati. Terang itu bersinar di tempat yang gelap, dan tempat yang gelaplah dunia ini jadinya bila tanpa terang itu. Terang itu datang ke dalam dunia (Kol. 1:6), dan tidak terbatas hanya pada satu wilayah kecil, seperti terang Perjanjian Lama.
- [2] Kebodohan tak terkatakan yang ada pada diri kebanyakan orang adalah bahwa mereka lebih menyukai kegelapan daripada terang, daripada terang ini. Orang-orang Yahudi lebih menyukai bayangan-bayangan gelap hukum Taurat mereka, dan perintah-perintah para pemimpin mereka yang buta, daripada ajaran Kristus. Orang-orang bukan-Yahudi lebih menyukai ibadah-ibadah takhayul mereka terhadap Allah yang tidak dikenal, yang mereka sembah tanpa pengenalan, daripada ibadah yang layak yang diperintahkan oleh Injil. Orang-orang berdosa yang melekat pada hawa nafsu mereka lebih menyukai ketidaktahuan dan kesalahan-kesalahan mereka, yang mendorong mereka untuk terus berbuat dosa, daripada kebenaran-kebenaran Kristus, yang akan memisahkan mereka dari dosa-dosa mereka. Kemurtadan manusia dimulai dengan kesukaan mereka terhadap pengetahuan yang dilarang, dan terus dipertahankan dengan kesukaan mereka terhadap ketidaktahuan yang dilarang. Orang yang sengsara menyukai penyakitnya, menyukai perbudakannya, dan tidak mau dibebaskan, tidak mau disembuhkan.
- [3] Alasan sebenarnya mengapa manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang adalah sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Mereka menyukai kegelapan karena mereka berpikir bahwa mereka bisa menjadikannya sebagai alasan bagi perbuatan-perbuatan mereka yang jahat, dan mereka membenci terang karena terang merenggut segala pikiran mereka yang baik tentang diri mereka sendiri, sebab terang memperlihatkan dosa dan kesengsaraan mereka. Keadaan mereka sungguh menyedihkan, dan karena mereka sudah tidak mau memperbaikinya, mereka juga tidak mau melihatnya.
- [4] Sikap masa bodoh sekali-kali tidak dapat dijadikan alasan untuk berdosa, dan dosa ini pasti akan diungkapkan pada hari penghakiman agung, sehingga hukumannya pun akan diperberat: Inilah hukuman itu, inilah yang menghancurkan jiwa, bahwa mereka menutup mata terhadap terang, dan bahkan tidak mau mempertimbangkan Kristus dan Injil-Nya. Mereka begitu menentang Allah sehingga tidak ingin mengetahui jalan-jalan-Nya (Ayb. 21:14). Pada hari penghakiman, kita harus mempertanggungjawabkan bukan hanya pengetahuan yang kita miliki, dan yang tidak kita gunakan, melainkan juga pengetahuan yang bisa saja kita miliki, namun yang tidak kita peroleh, bukan hanya pengetahuan yang kita langgar, melainkan juga yang kita abaikan sehingga kita terus berdosa. Untuk menggambarkan lebih jauh lagi mengenai hal ini, Ia menunjukkan (ay. 20-21) bahwa tergantung baik atau buruknya hati dan hidup manusia, demikian jugalah mereka akan menanggapi terang yang telah dibawa Kristus ke dalam dunia.
- Pertama, tidaklah aneh apabila orang-orang yang berbuat jahat, dan yang tetap ingin berbuat jahat, membenci terang Injil Kristus, sebab sudah biasa terjadi bahwa barangsiapa berbuat jahat, membenci terang (ay. 20). Para pembuat kejahatan selalu ingin bersembunyi, karena mereka merasa malu dan takut dihukum (Ayb. 24:13, dst.). Perbuatan dosa adalah perbuatan gelap, dosa dari semula selalu ingin bersembunyi (Ayb. 31:33). Terang mengebaskan orang-orang fasik (Ayb. 38:12-13). Jadi, Injil merupakan suatu kengerian bagi dunia yang fasik: Mereka tidak datang kepada terang itu, tetapi berlari sejauh mungkin darinya, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak.
- Perhatikanlah:
- . Terang Injil dikirimkan kepada dunia untuk menelanjangi perbuatan-perbuatan jahat para pendosa, untuk membuatnya tampak (Ef. 5:13), untuk menunjukkan kepada manusia pelanggaran-pelanggaran mereka, untuk menunjukkan bahwa apa yang tidak mereka anggap sebagai dosa adalah sebenarnya dosa, dan untuk memperlihatkan kepada mereka betapa jahatnya pelanggaran-pelanggaran mereka, supaya oleh perintah baru itu semakin nyatalah kejahatan dosa. Injil memberikan rasa bersalah, untuk membuka jalan bagi penghiburan-penghiburan yang ditawarkannya.
- . Oleh karena itulah para pembuat kejahatan membenci terang Injil. Ada juga orang yang telah berbuat jahat lalu menyesal karenanya, dan meminta terang ini datang, seperti para pemungut cukai dan perempuan sundal. Tetapi ia yang berbuat jahat dan tetap ingin melakukanya, membenci terang, dan tidak tahan jika kesalahan-kesalahannya diberitahukan. Segala perlawanan yang telah dijumpai Injil Kristus di dunia ini datang dari hati yang jahat, yang dipengaruhi oleh si jahat. Kristus dibenci karena dosa disukai.
- . Orang-orang yang tidak datang kepada terang dengan demikian membuktikan bahwa di dalam diri mereka terdapat kebencian tersembunyi terhadap terang. Seandainya mereka memang tidak membenci pengetahuan yang menyelamatkan, mereka pasti tidak akan duduk tenang-tenang saja dalam kemasabodohan yang membinasakan itu.
- Kedua, sebaliknya, hati yang benar, yang jujur dan berkenan kepada Allah, meminta terang ini datang (ay. 21): Barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang. Dengan demikian, tampaklah bahwa meskipun banyak yang memusuhi Injil, ada juga sebagian yang ingin bersahabat dengannya. Sudah terbukti bahwa kebenaran tidak akan menyembunyikan diri. Orang-orang yang bermaksud baik dan berbuat jujur tidak akan takut diselidiki, melainkan justru menginginkannya. Nah, hal ini terjadi dengan terang Injil. Seperti halnya Injil meyakinkan hati dan menakutkan para pembuat kejahatan, demikian pula Injil menguatkan dan menghibur orang-orang yang hidup dengan jujur.
- Perhatikanlah di sini:
- . Ciri-ciri seorang yang baik.
- (1) Ia adalah orang yang berbuat benar, yang artinya, ia selalu bertindak benar dan jujur dalam segala hal. Walaupun kadang-kadang ia tidak berbuat baik, tidak melakukan perbuatan baik yang ingin dilakukannya, ia berbuat benar, ia bertindak jujur. Ia memang mempunyai kelemahan-kelemahannya sendiri, namun ia memegang teguh kejujurannya, seperti Gayus yang bertindak sebagai orang percaya (3Yoh. 5), seperti Paulus (2Kor. 1:12), seperti Natanael (1:47), dan seperti Asa (1Raj. 15:14).
- (2) Ia adalah orang yang datang kepada terang. Ia siap menerima dan menyambut wahyu ilahi sejauh wahyu itu tampak kepadanya, sekalipun ia dibuat tidak tenang karenanya. Ia yang melakukan kebenaran ingin mengetahui kebenaran itu sendiri, dan ingin agar perbuatan-perbuatannya tampak. Orang yang baik banyak menguji dirinya sendiri, dan ingin agar Allah mengujinya (Mzm. 26:2). Ia begitu berhasrat mengetahui kehendak Allah, dan bertekad untuk melakukannya, meskipun kehendak Allah itu sangat bertentangan dengan kehendak dan kepentingannya sendiri.
- . Inilah ciri-ciri suatu perbuatan yang baik. Perbuatan itu dilakukan di dalam Allah, dalam kesatuan dengan-Nya melalui iman kovenan, dan dalam persekutuan dengan-Nya dengan rasa kasih yang saleh. Dengan demikian, perbuatan kita baik, dan akan tahan uji, apabila perbuatan itu dikuasai oleh kehendak Allah dan bertujuan untuk memuliakan-Nya, apabila perbuatan itu dilakukan dengan kekuatan-Nya, dan demi nama-Nya, bagi Dia, dan bukan bagi manusia. Dan jika dengan terang Injil perbuatan-perbuatan kita ditampakkan kepada kita sebagai perbuatan-perbuatan yang dilakukan untuk tujuan seperti itu, maka bolehlah kita bermegah (Gal. 6:4; 2Kor. 1:12).
- Sejauh ini kita telah melihat percakapan antara Yesus dengan Nikodemus. Mereka kemungkinan berbicara lebih dari yang kita temukan di sini. Percakapan mereka memiliki dampak yang baik karena kita menemukan (19:39) bahwa Nikodemus, meskipun pada awalnya bingung tetapi di kemudian hari menjadi murid Kristus yang setia.
SH: Yoh 3:1-21 - Iman vs moralisme. (Minggu, 30 Desember 2001)
Iman vs moralisme.
Kepada orang yang memiliki moral dan etika yang tinggi,
berita kesaksian tetap sama. Semua manusia harus percaya pada
Yesus. Da...
Iman vs moralisme.
Kepada orang yang memiliki moral dan etika yang tinggi,
berita kesaksian tetap sama. Semua manusia harus percaya pada
Yesus. Dalam 1:12-13 telah dijelaskan bahwa percaya pada
Yesus identik dengan dilahirkan dari atas. Ketika berbicara
dengan Nikodemus, Tuhan Yesus mengundangnya untuk percaya
pada-Nya. Ia menekankan pentingnya dilahirkan dari atas.
Nikodemus adalah orang yang saleh dan bermoral tinggi. Ia
seorang tokoh agama. Yesus juga menerima kenyataan ketokohan
Nikodemus di dalam masyarakat (ayat 10). Terhadap orang yang
bermoral tinggi seperti Nikodemus, Yesus menegaskan keharusan
dilahirkan dari atas. Dalam ayat 3, 5, 7, 11 Yesus menegaskan
bahwa kelahiran dari atas merupakan keharusan mutlak. Dan ini
berlaku universal, artinya kepada semua orang dan semua suku
bangsa, tanpa memperhatikan gender atau usia (ayat 8).
Tanpa dilahirkan dari atas tidak mungkin manusia melihat Kerajaan Allah (ayat 3, 5). Kesalehan dan moral tinggi tidak dapat membawa manusia melihat Kerajaan Allah. Bagaimana dilahirkan dari atas? Dalam ayat 12, Yesus menegaskan kaitan kelahiran dari atas dengan percaya pada-Nya. Dalam 1:13, istilah dilahirkan dari atas diganti dengan istilah dilahirkan dari Allah. Kedua istilah tersebut sama maknanya. Hubungan percaya dan dilahirkan dari Allah terlihat jelas dalam 1:12-13.
Renungkan: Tidak perlu mengubah berita keselamatan ketika berhadapan dengan orang yang memiliki moral tinggi dan kehidupan yang sangat saleh. Semua harus percaya pada Yesus. Tanpa iman pada-Nya, tidak mungkin seseorang melihat Kerajaan Allah. Percaya pada Yesus bersifat mutlak.
PA 8:Yohanes 2:12-25
Keajaiban yang muncul di depan mata kita dengan kuat akan menyeret kita ke dalam berbagai perasaan yang diliputi kekaguman. Ia memiliki daya tarik yang sedemikian kuat, sehingga tanpa sadar membuat kita tercengang, terperanjat, dan terus mengikutinya. Demikian halnya dengan mukjizat- mukjizat yang dilakukan Yesus. Mukjizat-mukjizat itu menjadi daya tarik yang sedemikian besar pada masa itu. Namun, mukjizat-mukjizat itu bukanlah fokus utama yang menjadi sorotan Tuhan. Melalui tindakan-Nya yang radikal pada perikop ini, kita dapat melihat beberapa hal yang ditekankan-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan pengarah:
1. Apakah yang dilakukan-Nya di Bait Allah? Kapankah hal itu dilakukan-Nya? Mengapa Ia melakukan-Nya? Dan apakah yang menjadi perhatian-Nya (ayat 13-16)? Apakah yang seharusnya menjadi perhatian kita?
2. Hal apakah yang diingat para murid melalui peristiwa ini (ayat 17)? Hal apakah yang diingat para murid setelah Yesus bangkit dari antara orang mati? Apakah yang menuntun mereka pada iman (ayat 22)? Bandingkan iman mereka dengan iman banyak orang yang telah menyaksikan mukjizat-mukjizat Yesus! Iman seperti apakah yang dimiliki para murid?
3. Atas dasar apakah iman Anda seharusnya dibangun? Bagaimanakah peranan firman Tuhan dapat menuntun pertumbuhan iman Anda? Bagaimana Anda dapat meningkatkan ingatan Anda terhadap firman Tuhan?
4. Apakah tanda mukjizat Yesus yang menjadi bukti dari otoritas perkataan dan perbuatan-Nya (ayat 19-21)? Adakah Anda menyadari bahwa sebagai Kristen, Anda telah menerima dan menikmati hasil dari tanda mukjizat Kristus yang terbesar? Adakah Anda merasa kagum dengannya? Bagaimanakah Anda menyatakan rasa syukur atas karya Kristus ini?
5. Apa yang dimaksud dengan kalimat "Tetapi Yesus tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka"? Bagaimanakah Anda tahu bahwa Yesus mempercayakan diri-Nya kepada Anda?

SH: Yoh 3:1-21 - Terpikat oleh karya Allah. (Kamis, 31 Desember 1998) Terpikat oleh karya Allah. Pelayanan Tuhan Yesus yang begitu menakjubkan, yang disertai tanda-tanda mujizat, kian menjadi perhatian orang-orang Yahudi...
Terpikat oleh karya Allah.
Pelayanan Tuhan Yesus yang begitu menakjubkan, yang disertai tanda-tanda mujizat, kian menjadi perhatian orang-orang Yahudi dari rakyat biasa sampai di kalangan tokoh-tokoh agama. Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi, datang dan menyatakan pengakuannya bahwa Tuhan Yesus sebagai guru yang diutus Allah. Tuhan Yesus mengarahkan percakapan-Nya pada esensi hidup dengan menegaskan syarat untuk masuk dalam persekutuan dengan Allah. Sebagai pemimpin agama Yahudi, Nikodemus tidak dapat memahami dirinya Seolah-olah seperti ada selumbar yang menghalangi penglihatan rohaninya. Namun tak dapat disangkal bahwa ia terpikat oleh karya Allah yang nyata dalam pelayanan Tuhan Yesus Kristus.
Kasih hendaknya berwujud. Kasih Allah kepada manusia dinyatakan dengan jelas dalam pengutusan Anak Tunggal-Nya. Tujuannya adalah agar melalui misi itu selain sebagai ekspresi kasih dan kepedulian Allah kepada manusia, adalah juga untuk menyelamatkan manusia dari cengkeraman dosa. Bahwa kasih Allah yang diwujudkan di dalam pengutusan Kristus harus kita responi dengan mengasihi Allah lewat ketaatan untuk hidup dalam terang. Jelanglah tahun yang baru dengan semangat baru, semangat meresponi kasih Allah yang nyata dalam hidup kita.

SH: Yoh 3:13-21 - Menerima karya salib (Senin, 2 Januari 2006) Menerima karya salib
Dosa membuat manusia mengalami hukuman Allah. Hukuman itu bukan baru
akan diterima dalam hukuman kekal kelak, tetapi sudah ...
Menerima karya salib
Dosa membuat manusia mengalami hukuman Allah. Hukuman itu bukan baru akan diterima dalam hukuman kekal kelak, tetapi sudah dialami kini (ayat 18, 21). Hidup dalam belenggu dosa dan lebih mencintai kegelapan daripada terang sudah merupakan hukuman yang seseorang alami akibat dosa-dosanya.
Allah tidak ingin manusia tetap hidup dalam dosa. Allah mengasihi manusia dan ingin manusia tidak binasa dalam dosa dan hukuman Allah, tetapi beroleh hidup yang kekal (ayat 16). Tujuan Tuhan Yesus datang ke dalam dunia ini bukan untuk menghakimi melainkan menyelamatkan manusia dari hukuman dosa (ayat 17). Hanya Tuhan Yesus yang dapat menyelamatkan manusia dari dosa dan hukuman kekal sebab Ia datang dari surga (ayat 13). Tidak ada seorang pun yang mampu berusaha sendiri untuk bebas dari dosa dan menerima pengampunan serta hak masuk surga, kecuali melalui pertolongan Tuhan Yesus.
Manusia hanya dapat mengalami keselamatan apabila menerima cara penyelamatan dari Allah sendiri. Cara tersebut adalah Allah Bapa mengutus Kristus, Putra Tunggal-Nya sendiri dan memberi Roh ke dalam hati manusia untuk memperbarui hati tersebut. Roh memperbarui hati agar hati tersebut beriman kepada Tuhan Yesus dan menerima salib Kristus sebagai jalan keselamatan dari Allah. Salib mungkin sekali ditolak oleh penganut agama Yahudi karena melambangkan kehinaan, tetapi untuk Yohanes salib adalah cara Allah meninggikan Tuhan Yesus dan menyelamatkan kita (ayat 14).
Seperti halnya ular tembaga yang didirikan oleh Musa menjadi jalan kesembuhan bagi mereka yang dipagut ular, demikian juga salib Yesus adalah jalan keselamatan bagi kita yang dipagut bisa dosa. Siapa yang percaya kepada karya salib Kristus mendapatkan kesembuhan rohani (dilahirkan baru oleh Roh).
Renungkan: Sudahkah Anda mengalami pembaruan dari Roh Kudus melalui percaya kepada karya Salib Kristus?

SH: Yoh 3:14-21 - Berilah respons yang tepat! (Rabu, 23 Januari 2008) Berilah respons yang tepat!
Yesus menerangkan bahwa "Dilahirkan kembali" bukanlah masalah fisik,
melainkan tentang memasuki kehidupan baru sebaga...
Berilah respons yang tepat!
Yesus menerangkan bahwa "Dilahirkan kembali" bukanlah masalah fisik,
melainkan tentang memasuki kehidupan baru sebagai hasil karya
ajaib Roh Kudus. Memasuki kehidupan kekal ini dimungkinkan oleh
pengorbanan Kristus di kayu salib. Ia menanggung hukuman untuk
menggantikan manusia yang berdosa. Akan tetapi, hal ini sulit
dipahami Nikodemus. Maka Tuhan Yesus mengambil suatu kisah dalam
PL untuk menolong Nikodemus memahami hal tsb.
Sebagai seorang Farisi, Nikodemus tentu akrab dengan PL yang di dalamnya termasuk juga kitab-kitab Taurat. Ia tentu tahu kisah ular di padang gurun (Bil. 21:4-9). Yesus mengibaratkan kematian-Nya di kayu salib seperti kisah digantungnya ular tembaga di sebuah tiang. Itu terjadi karena orang-orang Israel memberontak melawan Allah. Sebagai hukuman, Allah mengirimkan ular-ular tedung untuk memagut mereka. Ketika Musa berdoa kepada Allah, Allah memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga dan menggantungnya. Siapa saja yang dipagut ular harus memandang ular tembaga itu, bila ingin disembuhkan. Begitu pulalah kematian Yesus di kayu salib (band. Yoh. 12:32-34). Manusia yang telah berdosa karena melawan Allah harus menerima hukuman. Namun Kristus rela menanggung semua dosa manusia dan mereguk murka Allah. Dengan karya-Nya, Ia menebus manusia dan membebaskan manusia dari hukuman.
Respons seseorang pada karya Yesus akan menentukan apa yang akan ia terima: hidup kekal atau hukuman (ayat 14-15). Bagi yang tidak percaya, dengan tegas disebutkan bahwa mereka akan binasa (ayat 16) dan dihukum (ayat 18). Hukuman ini diberikan karena sebelumnya kesempatan untuk menerima terang Yesus telah diberikan, tetapi manusia menolak dan lebih suka melakukan yang jahat (ayat 19). Namun orang yang memberi respons positif bagai orang yang datang kepada terang (ayat 21). Niscaya ia diselamatkan dan beroleh hidup kekal (ayat 16-17).
Sudahkah kita merespons karya Yesus dan menerima anugerah keselamatan?
Utley -> Yoh 3:16-21
Utley: Yoh 3:16-21 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 3:16-2116 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya set...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 3:16-21
16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. 18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. 19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. 20 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; 21 tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."
Yoh 3:16 "begitu besar kasih Allah" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE INDICATIVE (sebagaiman kata kerja "memberi"), yang di sini berbicara mengenai suatu tindakan yang telah diselesaikan di waktu yang lalu (Allah mengutus Yesus). Ayat Yoh 3:16-17 terutama berurusan dengan kasih Bapa. Kata "Kasih" ini adalah kata agapaō. Kata ini tidak banyak digunakan dalam Bahasa Yunani Klasik. Gereja mula-mula mengammbilnya dan mengisinya dengan artian yang khusus. Dalam konteks tertentu kata ini berhubungan dengan kasih Bapa atau Anak; namun demikian, kata ini digunakan secara negatif mengenai kasih manusia (lih. Yoh 3:19; 12:43; 1Yoh 2:15). Secara teologis kata ini bersinonim dengan hesed dalam PL, yang berarti kasih dan loyalitas perjanjan Allah. Dalam Bahasa Yunani Koine di jaman Yohanes, istilah agapaō dan phileō pada dasarnya bersinonim (bandingkan Yoh 3:35 with Yoh 5:20). Para penafsir harus memperhatikan bahwa semuakata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang Allah diboncengi oleh manusia (antropomorfis). Kita harus menggunakan kata-kata yang menjelaskan dunia kita, perasaan kita, sudut pandang kesejarahan kita dalam suatu upaya untuk menjelaskan suatu Makhluk Rohani (Allah) yang kekal, kudus, dan unik. Semua kosakata manusia sampai di tingkat tertentu merpakan suatu analogi atau bersifat penggambaran. Apa yang telah dinyatakan pastilah benar, namun bukan yang tertinggi. Umat manusia yang telah jatuh, fana, dan terbatas tidak mampu memahami kenyataan yang tertinggi.
□ "begitu" Secara hurufiah ini berarti "dengan sedemikian." Kata ini menyatakan suatu metode, bukan emosi! Allah mendemonstrasikan kasihNya (lih. Rom 5:8) dengan mengaruniakan (ay. Yoh 3:16) dan mengutus (ay. Yoh 3:17, keduanya adalah AORIST ACTIVE INDICATIVE) AnakNya untuk mati bagi kepentingan manusia (lih. Yes 53; Rom 3:25; 2Kor 5:21; 1Yoh 2:2).
□ "dunia" Yohanes menggunakan kata Yunani kosmos ini dalam beberapa pengertian (lihat catatan pada Yoh 1:10). Ayat ini juga menyangkal dualisme gnostik antara roh (Allah) dan materi. Orang Yunani cenderung untuk mencap materi sebagai jahat. Bagi mereka materi adalah rumah penjara dari kilauan Illahi dalam semua manusia. Yohanes tidak memperhitungkan kejahatan dari materi atau daging. Allah mengasihi dunia (planet, lih. Rom 8:18-22) dan umat manusia (daging, lih. Rom 8:23). Ini mungkin merupakan kemenduaan yang disengaja (double entendre) yang sangat lazim dalam Yohanes (lih. Yoh 1:5; 3:3,8).
□ "AnakNya yang tunggal" Ini berarti "unik, satu-satunya". Kata ini tidak boleh dimengerti sebagai "satu- satunya" dalam (1) suatu pengertian seksual atau (2) pengertian bahwa tidak ada anak yang lain. Hanyalah tidak ada anak lain yang seperti Yesus. Lihat catatan yang lebih lengkap pada Yoh 1:14.
□ "setiap orang yang percaya kepadaNya" ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE, yang menekankan kepercayaan awal dan berkelanjutan. Peneguhan ini adalah ulangan dari ay. Yoh 3:15 untuk penekanan. Terima Kasih Tuhan untuk "setiap orang"! Hal ini harus menyeimbangkan setiap penekanan yang berlebihan pada suatu kelamok khusus (rasial, intelektual, atau teologis). Hal ini bukannya karena "kedaulatan Allah" dan "kehendak bebas manusia" adalah terpisah namun saling membutuhkan; walau kedua hal ini adalah benar! Allah selalu menimbulkan tanggapan dan menyusun agendanya (lih. Yoh 6:44,65), namun Ia telah menyusun hubunganNya dengan manusia dengan melalui perjanjian. Mereka harus menanggapi dan terus menanggapi penawaran berikut syarat-syaratNya! Lihat Topik Khusus pada Yoh 2:23.
□ "tidak binasa" Isyarat dari kata ini aalah bahwa beberap orang akan binasa (AORIST MIDDLE SUBJUNCTIVE). Kebinasaan mereka secara langsung berhubungan dengan kelangkaan tanggapan iman kepada Yesus. Allah tidak menyebabkan, menyetir, atau menghendaki ketidak percayaan mereka (lih. Yeh 18:23,32; 1Tim 2:4; 2Pet 3:9). Banyak orang telah mencoba untuk mengartikan istilah ini secara hurufiah dan karenanya menyarankan pembinasaan orang jahat. Ini akan berlawanan dengan Dan 12:2 dan Mat 25:46. Ini adalah contoh yang bagus dari orang percaya yang sungguh-sungguh yang memaksakan tulisan yang penuh perlambangan gaya Timur ke dalam bentuk penafsiran Barat (hurufiah dan logis). Untuk suatu diskusi yang bagus mengenai kata ini lihat buku Robert B. Girdlestone Sinonim-sinonim dari Perjanjian Lama, hal. 275-277.
Yoh 3:17 "menghakimi dunia" Ada beberapa bagian dalam Yohanes yang menegaskan bahwa Yesus datang sebagai Juru Selamat, bukan Hakim (lih. Yoh 3:17-21; 8:15; 12:47). Namun demikian, ada bagian lain dalam Yohanes yang menegaskan bahwa Yesus datang untuk menghakimi, akan menghakimi (lih. Yoh 5:22-23,27; 9:39; dan dalam bagian lain dari kitab PB Kis 10:42; 17:31; 2Tim 4:1; 1Pet 4:5).
Beberapa komentar teologis berturut-turut adalah:
- 1. Allah memberikan hak penghakiman kepada Yesus sebagaimana penciptaan dan penebusan sebagai tanda kehormatan (lih. Yoh 5:23)
- 2. Yesus tidak datang pertama kali utuk menghakimi, namun untuk menyelamatkan (lih. Yoh 3:17), namun oleh fakta bahwa orang-orang menolak Dia, mereka menghakimi diri mereka sendiri.
- 3. Yesus akan datang kembali sebagai Raja atas segala raja dan Hakim (lih. Yoh 9:39)
Pernyataan-pernyataan yang sepertinya saling bertentangan ini mirip dengan pernyataan tentang apakah Yohanes Pembaptis adalah Elia atau bukan.
Yoh 3:18 Ayat ini mengulangi tema suatu keselamatan yang cuma-cuma melalui Kristus versus suatu penghakiman atas ulah sendiri. Allah tidak mengirimkan orang ke neraka. Mereka mengirim diri mereka sendiri. Percaya memiliki hasil yang berkelanjutan ("mempercayai," PRESENT ACTIVE PARTICIPLE) dan demikian pula ketidak percayaan ("telah dihakimi," PERFECT PASSIVE INDICATIVE dan "tidak mempercayai" PERFECT ACTIVE INDICATIVE). Lihat Topik Khusus pada Yoh 2:23.
Yoh 3:19-21 "manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang" Orang yang telah mendengar Injil menlaknya, bukan untuk alasan intelektual atau budaya, namun terutama untuk alasan moral (lih. Ayub 24:13). Terang menunjuk pada Kristus dan berita Kasih Allah, kebutuhan manusia, pengadaan oleh Kristus, dan syarat tanggapan, yang dibawaNya. Ini adalah suatu motif yang berulang dari Yoh 1:1-18.
Yoh 3:19 "inilah human itu" Penghukuman, seperti keselamatan, adalah suatu kenyataan saat ini (lih. Yoh 3:19; 9:39) dan suatu penyempurnaan di masa depan (lih. Yoh 5:27-29; 12:31,48). Orang-rang percaya hidup di dalam yang sudah (eskatologi yang telah dinyatakan) dan yang belum (eskatologi yang disempurnakan). Kehidupan keKristenan adalah suatu sukacita dan suatu perjuangan yang berat; merupakan suatu kemenangan setelah serentetan kekalahan; jaminan namun juga kumpulan peringatan tentang ketekunan!
Yoh 3:21 "melakukan yang benar" Karena "Terang" (lih. ay. Yoh 3:19,20[dua kali],21) adalah suatu rujukan yang nyata kepada Yesus, ada kemungkinan bahw "kebenaran" harus juga ditulis dengan huruf besar. Robert Hanna dalam Bantuan Ketatabahasaan bagi Perjanjian Baru Yunani mengutip N. Turner dalam bukunya Wawasan Ketatabahasaan ke dalam Perjanjian Baru, yang menterjemahkannya sebagai "orang yang menjadi murid dari Kebenaran" (hal. 144).
WAWASAN KONTEKSTUAL BAGI AYAT Yoh 3:22-36
- a. Penekanan Yohanes pada keTuhanan penuh dari Yesus Kristus dikomunikasikan sejak awal Injil melalui diaolog dan pertemuan-pertemuan pribadi. Pasal ini melanjutkan bentuk tersebut.
- b. Yohanes, yang menulis Injilnya menjelang akhir abad pertama, berurusan dengan beberapa dari pertanyaan yang telah berkembang sejak situlisnya Injil Sinoptik. Satu di antaranya ialah mengenai paham yang diikuti oleh banyak orang dan nampaknya menjurus pada kesesatan, yaitu yang berhubungan dengan Yohanes Pembaptis. Sangat penting bahwa dalam Yoh 1:6-8,19-36; 3:226 Yohanes Pembaptis menegaskan hubungannya sebagai yang lebih rendah daripada Yesus dari Nazaret dan menyatakan peran ke Mesiasan Yesus. (lih. Kis 18:24-19:7).
Topik Teologia -> Yoh 3:19
Topik Teologia: Yoh 3:19 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Tempat Umat Manusia Pada Urutan Penciptaan
Manusia Dalam Relasinya dengan Allah
Manusia Bertanggungjawab...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Tempat Umat Manusia Pada Urutan Penciptaan
- Manusia Dalam Relasinya dengan Allah
- Manusia Bertanggungjawab Terhadap Allah
- Dosa
- Dosa adalah Kecenderungan Moral pada Kejahatan
- Kej 6:5 Kej 8:21 Ayu 14:4 Ayu 15:14-16 Maz 5:10 Maz 14:1-3 Maz 51:7,9-10,12 Maz 94:11 Maz 143:2 Pengk 7:20,29 Pengk 9:3 Yes 1:5-6 Yes 64:6 Yer 13:23 Yer 17:9 Yeh 36:25-27 Mik 7:2-4 Mat 7:17-19 Mat 15:17-19 Luk 6:45 Yoh 3:19 Rom 1:21-32 Rom 5:12-14 Rom 6:12-14 Rom 7:14-26 Rom 8:5-8 1Ko 2:14 Gal 3:10 Efe 2:1-2 Efe 4:17-24 Efe 5:8 Kol 2:13 Tit 1:15-16 Yak 1:14-15 Yak 2:10 1Pe 2:9 1Yo 1:8 1Yo 5:19
- Kejahatan Dalam Keinginan
- Keselamatan
- Kelahiran Baru
- Kebutuhan untuk Kelahiran Baru
- Manusia Tidak Mampu Memprakarsai Kelahiran Baru
TFTWMS -> Yoh 3:1-36
TFTWMS: Yoh 3:1-36 - Engkau Harus Dilahirkan Kembali "ENGKAU HARUS DILAHIRKAN KEMBALI" (Yohanes 3:1-36)
Kadang-kadang kita melihat sedikit perbedaan antara beberapa hal yang sebenarnya sangat ...
"ENGKAU HARUS DILAHIRKAN KEMBALI" (Yohanes 3:1-36)
Kadang-kadang kita melihat sedikit perbedaan antara beberapa hal yang sebenarnya sangat berbeda. Saya teringat ketika saya dan isteri mengunjungi seorang sahabat kami ketika kami baru saja menikah. Perempuan yang kami kunjungi ini, salah seorang teman terbaik isteri saya di universitas, baru saja menikah juga, dan kami ingin sekali mendengar tentang suaminya. Meskipun kami sudah berusaha keras untuk mencari tahu tentang suaminya yang belum pernah kami kenal, namun sang isteri itu hanya berbicara sedikit tentang dia. Akhirnya, isteri saya mendesak, "Beritahu kami tentang suamimu! Seperti apakah orangnya?" Sahabat kami ini lalu memandang isteri saya dan berkata, "Seharusnya kamu tahu. Kamu juga sudah punya suami!" Sebagai seorang suami, saya tentu saja berharap ada perbedaan yang lebih besar di antara kaum laki-laki daripada seperti yang dibayangkan oleh kaum perempuan!
Yohanes 3 mengingatkan kita untuk tidak mengambil pendekatan yang sama terhadap iman. Kita mungkin saja tergoda untuk berkata, "Iman adalah iman," atau "Semua iman adalah sama." Perjumpaan Yesus dengan orang yang bernama Nikodemus menantang kegagalan seperti itu dalam membedakan antara iman yang nyata dan iman yang rendah atau iman yang palsu. Injil Yohanes ditulis untuk menghasilkan iman (20:31), jadi sangatlah penting bagi Yohanes untuk dengan hati-hati menjabarkan iman yang sedang ia coba untuk hasilkan.
Pelajaran tentang Yohanes 3 sebenarnya harus dimulai dari 2:23, yang menyatakan bahwa Yesus berada di Yerusalem untuk merayakan Paskah. Pada waktu perayaan ini, Ia mengadakan banyak tanda, dan orang-orang itu percaya kepada Dia. Pada titik ini dalam kisah itu, tampaknya Yesus sedang menyelesaikan dengan tepat apa yang sudah Ia tetapkan untuk Ia capai. Namun begitu, Yohanes menulis bahwa Yesus "sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua" (2:24).
IMAN YANG BUKAN IMAN
Iman orang-orang percaya mula-mula ini bukanlah jenis iman yang pada akhirnya Yesus inginkan dari mereka. Mereka memang memiliki iman, tetapi iman itu bukanlah jenis iman yang membolehkan mereka mengerti sepenuh-nya siapa Yesus sebenarnya. Yesus ingin mengomunikasi-kan lebih banyak lagi tentang diri-Nya dan tentang Kerajaan Allah, tetapi konsep seperti itu sulit didiskusikan dengan kelompok orang yang sangat banyak jumlahnya. Akibatnya, Yohanes menceritakan pengajaran Yesus tentang iman Kristen sejati dengan menceritakan kisah perjumpaan yang bersifat pribadi antara Yesus dan Nikodemus pada malam hari.
Nikodemus, yang hanya muncul dalam Injil Yohanes, diperkenalkan sebagai "seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi" (3:1).
Ungkapan "seorang pemimpin" menunjukkan bahwa ia adalah anggota dari Sanhedrin Yahudi, lembaga yang memiliki citra buruk yang beranggotakan tujuh puluh orang yang pada waktu itu berkuasa atas orang Yahudi. Posisi itu mendatangkan kekuasaan, kekayaan, dan martabat, sehingga menjadikan Nikodemus sebagai anggota elit masyarakat Yahudi. Belakangan, Yesus bahkan mengacukan dia sebagai "pengajar Israel" (3:10). Biasanya, orang dalam posisi seperti Nikodemus itu merupakan musuh Yesus yang paling sengit. Namun begitu, Nikodemus memiliki hati yang ingin mencari kebenaran; jadi pada malam hari itu ia datang kepada Yesus untuk mengajukan lebih banyak pertanyaan tentang siapa Yesus sebenarnya.
Nikodemus memulai percakapannya dengan Yesus dengan mengungkapkan imannya. Ia berkata, "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya" (3:2). Ia setidaknya menyatakan percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh telah mengadakan tanda-tanda mujizatiah dan Yesus menerima kuasa-Nya itu dari Allah. Orang yang baru pertama kali membaca nas ini boleh jadi merasa terkejut dengan cara Yesus merespon Nikodemus. Kita biasanya akan mengharapkan seseorang berkata, "Terima kasih Nikodemus. Saya hargai pujianmu dan kata-kata doronganmu, khususnya karena aku tahu bahwa pengakuan seperti itu tidak akan sangat populer bagi rekan-rekanmu di Sanhedrin." Namun begitu, Yesus sebenarnya menyerang Nikodemus ketika Ia tanpa diduga merespon, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah" (3:3).1
Yang secara khusus membingungkan Nikodemus adalah penggunaan kata Yunani anothen oleh Yesus, yang dapat bermakna "lagi" atau "dari atas."2Percakapan selanjutnya nyaris terdengar seperti percakapan dalam dua bahasa yang berbeda. Yesus sedang mengucapakan bahasa "dari atas," sementara Nikodemus mengucapkan bahasa "dari bumi" (3:31). Yesus sedang menyatakan perlunya kelahiran kembali secara rohani oleh kuasa Allah, sementara Nikodemus sedang berusaha memahami bagaimana manusia dapat secara jasmani masuk kembali ke dalam kandungan ibunya! Meskipun si pengunjung Yesus di waktu malam hari itu memiliki keingintahuan yang patut dihargai tentang pengajar dari Nazaret itu, namun cara berpikirnya masih sepenuhnya dalam bahasa insani dan belum memasuki kerajaan Allah. Yesus menjabarkan iman sejati seraya Ia menghadapi, memecut, dan menantang Nikodemus. Pada awalnya, Ia dengan jelas menunjukkan dua hal yang bukan mengenai kerajaan Allah.
Bukan Praktik Agamis Agama
"Agama" adalah kata yang mengandung banyak arti yang sangat berlainan. Pada sisi positifnya, kata itu dapat berarti "pelayanan dan penyembahan Allah."3Pada sisi negatifnya, kata itu dapat menunjukkan "suatu sistem tentang sikap, kepercayaan, dan praktik agama yang dilembagakan."4Arti yang belakangan ini diserang tanpa ampun oleh kegigihan Yesus bahwa kerajaan Allah hanya dapat dimasuki oleh kelahiran baru, kelahiran yang dari atas. Nikodemus, berdasarkan posisinya, adalah seorang pelaku hukum Taurat yang sungguh-sungguh. Apakah Yesus sedang mengatakan bahwa melakukan hukum Taurat tidak cukup untuk memasuki kerajaan Allah? Sudah tentu begitu! Nikodemus, dengan pikirannya yang masih terikat oleh pikiran duniawi, tidak dapat mengerti apa yang sedang dikatakan Yesus kepada dia.
Ketika Nikodemus dengan bingung merespon pernyataan Yesus tentang dilahirkan kembali/dari atas, Yesus mengulang kembali pernyataan itu, kali ini dengan mengganti "dilahirkan kembali" dengan "lahir dari air dan Roh" (3:5). Istilah "Air dan Roh" memperkenalkan konsep baptisan ke dalam diskusi itu.5"Air" artinya ia butuh penyucian, dan "Roh" artinya kuasa yang dapat merubah Nikodemus adalah tidak kurang daripada kuasa Roh Kudus. Gagasan seperti itu setidaknya membingungkan dan bahkan mungkin menghina Nikodemus.
Sebelum era pelayanan Yesus, baptisan sudah secara umum dipraktikkan dalam Yudaisme ketika orang non-Yahudi memutuskan untuk menjadi orang Yahudi. Tiga tindakan penting untuk menjadi orang Yahudi (mualaf) adalah sunat, korban, dan baptisan. Menyarankan seorang anggota terkemuka dari Sanhedrin Yahudi perlu untuk dibaptis adalah mustahil. Yesus menegaskan bahwa memasuki kerajaan Allah bukanlah masalah melakukan semua peraturan; tetapi masalah memiliki hati yang mau merendahkan dirinya di hadapan Allah dan membolehkan Roh Kudus merubah dan memperbaharuinya di pemandangan Allah.
Orang zaman kini memiliki gagasan populer bahwa jika mereka menjauhi persoalan dan tidak melukai orang lain, maka Allah akan puas. Teks kita dengan beraninya menentang pandangan seperti itu. Yesus berdiri di hadapan kita, memandang mata kita seperti yang pernah Ia lakukan terhadap Nikodemus, dan berkata, "Engkau harus dilahirkan kembali!"
Bukan Hanya Masalah Keyakinan Pribadi
Menurut Anda mengapakah Nikodemus mengunjungi Yesus pada malam hari? Apakah malam hari itu semata-mata waktu yang paling tepat bagi mereka berdua? Apakah malam hari merupakan waktu yang lebih baik untuk belajar, seperti yang sering diajarkan para rabi.
Apakah Nikodemus terlalu takut untuk mengunjungi Yesus pada siang hari yang terbuka? Kegelapan merupakan konsep kunci dalam pelbagai tulisan Yohanes, dan kunjungan pada malam hari memang tepat bagi seseorang yang masih dalam kegelapan rohani (Yohanes 3:19-21). Nikodemus masih bersandar pada posisi kekuasaan yang melarang dia untuk secara terbuka memperlihatkan kekagumannya kepada Yesus. Ketika Yesus meminta Nikodemus untuk dilahirkan kembali dari air dan Roh, Ia itu, antara lain, meminta dia untuk percaya dan menyatakan kepercayaannya itu dalam tindakan berbaptis secara terbuka. Nikodemus tentunya mengartikan gagasan yang tidak masuk akal seperti itu sebagai gagasan untuk masuk kembali ke dalam kandungan ibunya!
Nikodemus muncul dua kali di dalam Injil Yohanes. Kali berikutnya kita melihat dia adalah ketika Sanhedrin sedang berusaha untuk menangkap dan membunuh Yesus pada waktu Hari raya Pondok Daun (7:50-52). Pada waktu itu, ia masih berdiam diri tentang ketertarikannya kepada Yesus, tetapi ia cukup berani untuk mendebat bahwa lembaga itu seharusnya memberi Yesus "proses yang benar dan baik." Reaksi dari anggota Sanhedrin lainnya adalah cepat dan penuh kegusaran. "Apakah engkau juga orang Galilea?" serang mereka (7:52). Oleh sebab respon yang sedemikian ganas itu, maka tidak heran bahwa Nikodemus masih, paling-paling, menjadi seorang murid yang terselubung. Kali terakhir kita melihat Nikodemus adalah pada penguburan Yesus (19:39, 40). Pada kesempatan itu ia terlihat bersama dengan murid terselubung lainnya, Yusuf dari Arimatea, ketika mereka menyiapkan jasad Yesus dan menempatkannya dalam lubang kubur. Di akhir kisah ini, Nikodemus tampaknya sudah melakukan sesuatu yang diminta oleh Yesus pada malam mereka membahas kelahiran baru, dengan "mengungkapkan di depan umum" imannya kepada Yesus.
Oleh sebab kemajuan yang kita lihat dalam tiga penampilan Nikodemus dalam Injil Yohanes, maka ia berfungsi sebagai contoh yang menarik bagi mereka yang sedang memiliki masalah untuk mendapatkan keberanian untuk mengungkapkan iman mereka secara terbuka. Baptisan kelahiran baru, berdasarkan sifatnya, merupakan suatu tindakan terbuka. Tindakan itu merupakan suatu pernyataan yang tegas bahwa kita ini milik Kristus.
Sekarang ini, kita menghadapi tekanan yang luar biasa untuk bercampur dengan budaya kita dan jangan terlihat berbeda. Orang Kristen memang ingin sekali "diterima" dan dilihat sebagai orang "normal" sehingga kita kadang-kadang mengambil jalan tengah tentang siapa diri kita. Dengan melakukan hal itu, kita menyangkal keyakinan yang pernah kita nyatakan secara berani dengan jalan memberi diri dibaptis. Terlepas apakah masalahnya tentang omongan jorok, minum minuman keras, atau pendekatan yang egois terhadap kehidupan, Yesus memanggil kita untuk tampil beda, untuk memperlihatkan iman kita.
IMAN YANG MEMIMPIN KEPADA KELAHIRAN BARU
Kolumnis konservatif Cal Thomas dikenal di tengah-tengah teman sebayanya dalam bisnis berita sebagai orang yang memiliki keyakinan agama Kristen yang kuat. Suatu ketika ada kisah yang melibatkan seorang yang dikenal sebagai orang Kristen, salah seorang dari kolega Thomas menanya dia, "Cal, apakah engkau orang Kristen yang telah dilahirkan kembali?" Ia balik bertanya, "Apa yang engkau maksudkan dengan pertanyaan itu?" Teman itu tidak punya gagasan apapun juga tentang apa maksud dari pertanyaannya itu, sehingga Thomas berkata, "Ya, aku orang Kristen yang telah dilahirkan kembali, tetapi izinkan aku memberitahu engkau tentang apa yang kumaksudkan dengan ‘dilahirkan kembali.’"6
Kuasa Allah
Kelahiran baru berawal dan berakhir dengan kuasa Allah. Yesus menyatakan kepada Nikodemus bahwa kelahiran baru itu adalah memungkinkan dan tersedia oleh sebab kuasa Roh Kudus (3:6-8). Kita dapat menjadi sangat terpaku dalam bagaimana menerima karunia Allah itu sehingga kita lupa betapa menakjubkan bahwa Roh Allah itu pertama-tama tersedia untuk kita!
Oleh sebab dilahirkan kembali itu berakar dalam kuasa Allah, maka hal itu juga memberi kita harapan akan perubahan yang nyata dan penting dalam hidup kita. Ketika kita membuat rencana untuk mengunjungi teman-teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu, kita selalu bertanya-tanya seberapa banyakkah mereka itu sudah berubah. Karena sudah mengenal mereka bertahun-tahun sebelumnya dan karena sudah terbiasa dengan kepribadian dasar mereka, maka mudah bagi kita untuk menduga bahwa mereka itu masih orang yang sama yang kita kenal dua puluh atau empat puluh tahun sebelumnya. Sudah dapatkah mereka itu mengalami perubahan serius dalam hidup mereka? Bagi orang Kristen, jawabannya adalah "Ya" yang menggema! Kita sedang dirubah oleh kuasa Allah.
Iman Kepada Yesus
Iman merupakan aspek penting bagi kelahiran baru.
Iman ini bukan hanya keputusan yang dibuat serampangan tentang Yesus (3:2), tetapi keputusan untuk mempercayai Dia sebagai Kristus, Anak Allah (20:31). Yesus membandingkan iman ini dengan iman yang diminta dari bangsa Israel di padang gurun ketika Musa mendirikan patung ular tembaga (3:14; Bilangan 21:4-9). Pada waktu itu bangsa Israel sedang menggerutu menentang Musa dan Allah sebab telah membawa mereka ke luar dari Mesir untuk masuk ke dalam padang gurun. Letih dengan pelbagai keluhan mereka, Allah lalu mengirim ular tedung yang murka ke dalam perkemahan mereka, dan banyak orang dipagut dan mati. Umat itu menjerit kepada Allah minta penyelamatan, dan Musa diperintahkan untuk membuat ular tedung dari tembaga dan diletakkan pada sebuah tiang. Jika mereka yang dipagut oleh ular itu memandang ular tedung dari tembaga itu, maka mereka tidak akan mati. Tindakan untuk memandang patung ular tedung itu meminta iman yang cukup besar; tetapi ketika mereka memandangnya, mereka disembuhkan oleh kuasa Allah.
Yesus telah "ditinggikan" di kayu salib (Yohanes 12:32, 34), dan mereka yang memandang Dia dalam iman dan ketaatan diselamatkan juga oleh kuasa Allah itu!
Keputusan Yang Dinyatakan
Kelahiran baru memang memungkinkan oleh sebab kuasa Allah. Kelahiran ini dimotivasi dan difasilitasi oleh iman seseorang kepada Yesus (3:16). Namun demikian, kelahiran itu hanya terjadi ketika keputusan untuk percaya secara terbuka diakui dalam baptisan, ketika orang "dilahirkan dari air dan Roh" (3:5). Tindakan penting ini menandai permulaan suatu hubungan baru antara seseorang dengan Allah dan suatu hubungan baru antara orang itu dan komunitas lainnya yang percaya kepada Yesus, gereja. Kelahiran baru tentu saja melibatkan iman pribadi kepada Yesus Kristus, tetapi kelahiran baru itu menghendaki iman pribadi itu mengungkapkan dirinya dalam tindakan baptisan secara terbuka (Markus 16:15, 16; Kisah 2:38; 22:16).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (YOHANES 3:1-36)
Beginilah ceritanya bahwa George Whitefield (1714-70) sering berkhotbah dari teks yang baru saja kita pelajari. Suatu har...
KESIMPULAN (YOHANES 3:1-36)
Beginilah ceritanya bahwa George Whitefield (1714-70) sering berkhotbah dari teks yang baru saja kita pelajari. Suatu hari seorang teman bertanya kepada dia, "George, mengapa engkau sangat sering berkhotbah tentang teks ‘Engkau harus dilahirkan kembali’?" Dengan tegas Whitefield menjawab, "Sebab engkau harus dilahirkan kembali!" Bagi semua orang yang percaya bahwa Yesus merupakan orang yang luar biasa, guru yang hebat, tetapi kurang daripada Anak Allah, Yesus berkata, "Engkau harus dilahirkan kembali..
Bagi semua orang yang menganggap kebaikan dasar adalah cukup bagi Allah, Yesus berkata, "Engkau harus dilahirkan kembali."
Bagi semua orang yang memandang baptisan sebagai peninggalan sejarah yang tidak bermakna, tidak relevan. Yesus berkata, "Engkau harus dilahirkan kembali."
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Hanya di sini kita menemukan perkataan "kerajaan Allah" di dalam Injil Yohanes. Ia menggunakan kata "hidup" at...
Catatan Akhir:
- 1 Hanya di sini kita menemukan perkataan "kerajaan Allah" di dalam Injil Yohanes. Ia menggunakan kata "hidup" atau "hidup kekal" untuk mengungkapkan gagasan yang sama.
- 2 Lihat 3:31, dimana kata itu artinya "dari atas."
- 3 Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1988), s.v. "Religion." 4 Ibid.
- 5 Ungkapan "dilahirkan dari air" menyiratkan baptisan, yang sudah menjadi praktik yang dikenal baik oleh orang Yahudi dan merupakan topik pembahasan saat itu oleh sebab Yohanes Pembaptis. Lihat 1:25; 3:22-26; 4:1-3.
- 6 "Shepherding, Servanthood and Success," Pastor to Pastor, vol. 13 (Colorado Springs, Colo.: Focus on the Family, 1994), kaset yang bagus.
- 7 Homer Hailey, That You May Believe: Studies in the Gospel of John (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973). "Ibid., 112.
- 9 Hanya dua dari tujuh tanda ini ditemukan dalam tiga Injil lainnya; memberi makan lima ribu orang (Matius 14:13-21; Markus 6:34-44; Lukas 9:12-17) dan Yesus berjalan di atas air (Matius 14:22-33; Markus 6:45-51).
- 10 Satu tanda lainnya terjadi pada waktu pelayanan Yesus sebelum kebangkitan-Nya, ketika Ia menyediakan tangkapan ikan bagi murid-murid-Nya (21:1-11).
Pengarang: Bruce Mclarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi