
Teks -- Wahyu 19:20 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 19:20
Full Life: Why 19:20 - NABI PALSU ... TANDA-TANDA.
Nas : Wahy 19:20
Yohanes menggambarkan lagi nabi palsu itu dengan suatu ciri yang
mencolok; ia memperdaya banyak orang dengan mengadakan tanda-tand...
Nas : Wahy 19:20
Yohanes menggambarkan lagi nabi palsu itu dengan suatu ciri yang mencolok; ia memperdaya banyak orang dengan mengadakan tanda-tanda ajaib (bd. Wahy 13:13-15; bd. 2Tes 2:9-10). Kesimpulannya jelas sekali: pada hari-hari terakhir, mereka yang berusaha bertahan dalam kesetiaan kepada Kristus dan perintah-perintah-Nya (bd. Wahy 14:12) tidak boleh melandaskan penilaian mereka terhadap kebenaran semata-mata atas keberhasilan atau mukjizat-mukjizat. Dengan sungguh-sungguh Tuhan sendiri memperingatkan, "Sebab Mesias-Mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mukjizat-mukjizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga" (Mat 24:24;
lihat art. KESENGSARAAN BESAR)
Jerusalem -> Why 19:20
Jerusalem: Why 19:20 - yang telah mengadakan...patungnya Dalam naskah Yunani kalimat yang panjang ini seolah-olah ditempatkan antara kurung; itu menyinggung kejadian-kejadian yang tercantum dalam bab 13.
Dalam naskah Yunani kalimat yang panjang ini seolah-olah ditempatkan antara kurung; itu menyinggung kejadian-kejadian yang tercantum dalam bab 13.
Ende -> Why 19:20
Ende: Why 19:20 - Nabi palsu ialah binatang kedua dalam bab 13 (Wah 13:11).
Kedua binatang itu ditangkap lalu ditjampakkan hidup-hidup dalam "lautan api",
dan pengikut-pengikut me...
ialah binatang kedua dalam bab 13 (Wah 13:11).
Kedua binatang itu ditangkap lalu ditjampakkan hidup-hidup dalam "lautan api", dan pengikut-pengikut mereka dibunuh.
Ref. Silang FULL -> Why 19:20
Ref. Silang FULL: Why 19:20 - nabi palsu // mengadakan tanda-tanda // depan matanya // ia menyesatkan // dari binatang // menyembah patungnya // lautan api // oleh belerang · nabi palsu: Wahy 16:13
· mengadakan tanda-tanda: Mat 24:24; Mat 24:24
· depan matanya: Wahy 13:12
· ia menyesatkan: Wahy...
· nabi palsu: Wahy 16:13
· mengadakan tanda-tanda: Mat 24:24; [Lihat FULL. Mat 24:24]
· depan matanya: Wahy 13:12
· ia menyesatkan: Wahy 13:14
· dari binatang: Wahy 13:16
· menyembah patungnya: Wahy 13:15
· lautan api: Dan 7:11; Wahy 20:10,14,15; 21:8

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 19:20 - -- 19:20 Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ...
19:20 Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.
Rupanya untuk menegaskan kejahatannya, istilah nabi palsu diikuti dengan rincian kejahatannya, yaitu dia telah mengadakan tanda-tanda... dan... menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya.
Ternyata "binatang itu dan raja-raja di bumi serta tentara-tentara mereka" dapat berkumpul, tetapi apakah mereka berkesempatan untuk menyatakan kekuatannya, tidak dikemukakan. Kita hanya membaca bahwa binatang itu dan nabi palsu ditangkap dan dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api.
Istilah lautan api hanya dipakai dalam Kitab Wahyu. Istilah "Gehenna" menunjuk pada tempat yang sama, dan dipakai 12 kali dalam Perjanjian Baru.622
Dalam Kitab Daniel pasal 7:11 kita membaca, "Aku terus melihatnya, karena perkataan sombong yang diucapkan tanduk itu; aku terus melihatnya, sampai binatang itu dibunuh, tubuhnya dibinasakan dan diserahkan ke dalam api yang membakar."
Binatang itu dan nabi palsu adalah yang pertama masuk ke dalam lautan api. Setelah itu Iblis (pasal 20:10), "maut dan kerajaan maut" (pasal 20:14), dan segala orang jahat (pasal 21:8) juga dilemparkan ke dalamnya.

Hagelberg: Why 19:17-21 - -- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
Pasal 19:7-9 menceritakan adanya Pesta Perkawinan Anak Domba. Bagian ini, yaitu pasal 19:1...
8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
Pasal 19:7-9 menceritakan adanya Pesta Perkawinan Anak Domba. Bagian ini, yaitu pasal 19:17-21, menceritakan Pesta Perjamuan yang lain, yang suasananya jauh berbeda. Pesta Perkawinan seharusnya menimbulkan suasana sukacita dan pengharapan, tetapi Pesta Perjamuan yang dikisahkan dalam bagian ini menceritakan kesusahan, penderitaan, dan maut, sama sekali tanpa pengharapan. Dalam Pesta Perjamuan ini yang diundang adalah burung pemakan bangkai, dan yang dimakan adalah daging semua raja, panglima, dan pahlawan serta daging semua kuda dan penunggangnya dan daging semua orang, yaitu semua orang yang telah memihak pada Anti-Kristus dan melawan Tuhan Allah.
Di dalam Kitab Wahyu ada dua wanita, dua kota, dan juga dua perjamuan! Nas ini mirip dengan Kitab Yehezkiel 39:17-20, sebuah nubuatan mengenai "perjamuan korban" di akhir zaman.

Hagelberg: Why 19:20 - -- 19:20 Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ...
19:20 Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.
Rupanya untuk menegaskan kejahatannya, istilah nabi palsu diikuti dengan rincian kejahatannya, yaitu dia telah mengadakan tanda-tanda... dan... menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya.
Ternyata "binatang itu dan raja-raja di bumi serta tentara-tentara mereka" dapat berkumpul, tetapi apakah mereka berkesempatan untuk menyatakan kekuatannya, tidak dikemukakan. Kita hanya membaca bahwa binatang itu dan nabi palsu ditangkap dan dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api.
Istilah lautan api hanya dipakai dalam Kitab Wahyu. Istilah "Gehenna" menunjuk pada tempat yang sama, dan dipakai 12 kali dalam Perjanjian Baru.622
Dalam Kitab Daniel pasal 7:11 kita membaca, "Aku terus melihatnya, karena perkataan sombong yang diucapkan tanduk itu; aku terus melihatnya, sampai binatang itu dibunuh, tubuhnya dibinasakan dan diserahkan ke dalam api yang membakar."
Binatang itu dan nabi palsu adalah yang pertama masuk ke dalam lautan api. Setelah itu Iblis (pasal 20:10), "maut dan kerajaan maut" (pasal 20:14), dan segala orang jahat (pasal 21:8) juga dilemparkan ke dalamnya.

Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |

Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
Wycliffe -> Why 19:17-21
Wycliffe: Why 19:17-21 - keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang 17-21. Saya tidak bisa mengabaikan keyakinan saya bahwa peperangan ini hendaknya dipahami secara harfiah, sehingga memerlukan perhatian yang cermat wa...
17-21. Saya tidak bisa mengabaikan keyakinan saya bahwa peperangan ini hendaknya dipahami secara harfiah, sehingga memerlukan perhatian yang cermat walaupun singkat. Dataran Megido, di bagian lain dinamakan lembah Yizreel. atau Esdraelon, merupakan tempat yang terkenal dalam sejarah Israel, baik sebagai tempat kemenangan maupun tempat kekalahan. Di sinilah Barak menang atas orang-orang Kanaan (Hak. 4: 5); kemenangan Gideon atas orang-orang Midian (Hak. 7); namun juga tempat kekalahan dan kematian dari raja Saul dan tiga orang putranya di tangan orang Filistin (I Sam. 4). Di sini pula terjadi tragedi kekalahan dan kematian raja Yosia di tangan orang Mesir (II Raj. 23:29, 30). Di dalam sejarah yang kemudian, pada tahun 1187, di sini pasukan perang salib dikalahkan. Di sini juga jendral Allenby pada tahun 1917 memenangkan suatu pertempuran besar melawan pasukan Turki, yang karena itu ia kemudian diberi kehormatan berupa gelar Lord Allenby dari Megido. Dataran luas ini, yang lebarnya sekitar 12 mil, terletak di tengah-tengah Palestina, membentang dari pantai Mediterania hingga Lembah Yordan. Menurut seorang pakar, di lembah ini pula "terjadi perang pertama dalam sejarah di mana kedudukan pasukan dapat dipelajari sehingga merupakan titik tolak dari sejarah ilmu militer." Yang dimaksudkan adalah peperangan pada bukan Mei tabun 1479 SM di antara pasukan Siria melawan pasukan Mesir di bawah pimpinan Firaun Thutmoses III (lih. Harold H. Nelson, The Battle of Megiddo, hlm. 1, 63).
Mengenai tempat bertempur ini, George Adam Smith pernah menulis. "Dataran ini memang luar biasa! Di atas dataran ini bukan hanya kerajaan, bangsa dan kepercayaan, timur dan barat, telah bertemu untuk saling mengukur kekuatan, tetapi masing-masing pihak telah memperoleh pengertian sendiri - sehingga sejak semula. dengan segenap keriuhan dari peperangan manusia, manusia telah merasa bahwa ada yang bertempur dari surga, bintang-bintang dalam peredarannya ikut bertempur - sehingga pasukan-pasukan yang paling lengkap dan berhasil pun mengalami ketakutan secara misterius tetapi yang rendah hati telah ditinggikan dengan kemenangan pada saat kelemahan mereka - sehingga iman-iman yang palsu, demikian juga pembela-pembela palsu terhadap iman yang benar dapat tersingkap dan diceraiberaikan - sehingga sejak zaman Saul sihir dan takhyul, sekalipun dibantu oleh akal manusia, merupakan hal yang sia-sia, dan sejak zaman Yosia kesalehan yang murni tidak dapat dipadukan dengan semangat yang menggebu namun salah arah" (Historical Geography of the Holy Land, hlm. 409)
Berbagai nubuat yang mungkin mengacu kepada peperangan ini sudah dijumpai pada tahun 800 SM (Yl. 3:9-15; Lih. juga Yer. 51:27-36; Zef. 3:8; dan Why. 14:14-20; 16:13-16; 17:14).
Peperangan ini berlalu secepat dimulai. Kini dua musuh Allah dikalahkan, yaitu binatang dan nabi palsu (yang tindakannya telah dilukiskan dalam pasal 13), sehingga kini keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang (ay. 20). (Pembahasan yang lebih lengkap mengenai pokok ini lihat: George Adam Smith, op. cit., hlm. 379-410; William Miller, The Least of All Lands, 1888, hlm. 152-212; dan berbagai artikel dalam berbagai ensiklopedi Alkitab; juga buku karangan saya sendiri, World Crises in the Light of Prophetic Scriptures, hlm. 96-119).
Kata Harmagedon kini merupakan bagian dari bahasa Inggris dan secara tepat oleh Oxford English Dictionary didefinisikan sebagai "tempat terjadinya perang menentukan yang terakhir." Swete, yang menulis sebelum Perang Dunia I dengan tepat mengatakan, "Orang-orang yang memperhatikan kecenderungan peradaban modern tidak akan menganggap mustahil untuk memahami bahwa akan tiba suatu saat ketika di seluruh wilayah Kristen, roh Antikristus dengan dukungan Negara, akan melancarkan serangan terakhir terhadap kekristenan yang setia kepada oknum dan ajaran Kristus."

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 19:11-21
Matthew Henry: Why 19:11-21 - Sang Penunggang Kuda Putih Sang Penunggang Kuda Putih (19:11-21)
Pemimpin agung jemaat dipanggil untuk maju, tampaknya untuk mengadakan pertempuran besar itu, yaitu Harmage...
Sang Penunggang Kuda Putih (19:11-21)
- Pemimpin agung jemaat dipanggil untuk maju, tampaknya untuk mengadakan pertempuran besar itu, yaitu Harmagedon.
- I. Gambaran tentang Sang Panglima Besar. Tempat kerajaan-Nya, dan itu adalah sorga. Perlengkapan perang-Nya: Ia digambarkan lagi sedang menunggang kuda putih. Ia setia dan benar, Ia benar dan adil dalam segala perbuatan-Nya, Ia sanggup melihat sampai ke dalam semua kekuatan musuh-musuh-Nya, kekuasaan-Nya besar dan luas, banyak mahkota-Nya. Pelindung-Nya: yaitu jubah yang telah dicelup dalam darah. Nama-Nya: Firman Allah, sebuah nama yang tidak diketahui siapa pun kecuali Dia sendiri. Kesempurnaan-Nya tidak dapat dipahami oleh makhluk apa pun.
- II. Pasukan yang dipimpin-Nya (ay. 14).
- III. Senjata perang-Nya: sebilah pedang tajam, yang keluar dari mulut-Nya (ay. 15).
- IV. Lambang kekuasaan-Nya, perisai-Nya (ay. 16).
- V. Undangan diberikan kepada semua burung yang terbang di tengah langit, supaya mereka datang dan berbagi dalam rampasan perang (ay. 17-18).
- VI. Ikut serta dalam pertempuran. Musuh menyerang dengan kemarahan dahsyat. Segala kuasa di bumi dan neraka bersatu, mereka berusaha sehabis-habisnya (ay. 19).
- VII. Kemenangan diraih oleh Sang Pemimpin Besar jemaat. Binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu semuanya ditawan, dan dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala, para pengikut mereka dibunuh dengan pedang, dan semua burung berpesta dengan daging mereka.
SH -> Why 19:11-21; Why 19:17-21
SH: Why 19:11-21 - Firman hidup yang menang (Minggu, 17 Desember 2006) Firman hidup yang menang
Paparan tentang Kristus dan kemenangan-Nya menjadi sangat jelas,
lengkap, dan penuh. Dia adalah Panglima perang pasukan ...
Firman hidup yang menang
Paparan tentang Kristus dan kemenangan-Nya menjadi sangat jelas,
lengkap, dan penuh. Dia adalah Panglima perang pasukan Allah yang
telah menang perang melawan semua musuh Allah. Kuda putih
melambangkan kemenangan. Panglima perang (11) dan seluruh pasukan
(14) mengendarai kuda putih menyatakan kemenangan mutlak! Kristus
menang atas semua musuh Allah. Ini adalah bukti bahwa Dialah
"Yang Setia dan Yang Benar." Dialah Firman Allah yang hidup yang
kekuasaan firman-Nya menghakimi dengan adil bagaikan pedang tajam
(13-15). Kedahsyatan kuasa, kemuliaan, dan kekudusan-Nya tampil
seperti yang Yohanes saksikan di ps. 1. Kristus setara dengan
Allah sehingga nama-Nya tidak diketahui siapa pun (12). Kristus
adalah pusat kasih Allah terhadap semua orang yang percaya
kepada-Nya. Kristus adalah satu-satunya yang berhak atas mahkota
kemuliaan (12). Dialah "Raja segala raja dan Tuan di atas segala
tuan" (16).
Semua musuh telah kalah mutlak. Hal ini digambarkan dalam dua ilustrasi. Pertama, ajakan kepada para burung pemakan daging untuk berpesta pora atas mayat-mayat musuh dari semua golongan (17-18). Kedua, ditangkap dan dibuangnya ke lautan api belerang yang menyala-nyala para pemimpin musuh yang ada di bumi (20). Tak ada musuh Allah yang luput dari pedang Kristus (21). Kemenangan Kristus diperoleh melalui curahan darah-Nya (13). Dialah penggenap firman Allah penuh dan sejati. Orang yang meski menderita karena bersetia iman dan berteguh dalam kebenaran adalah penunggang-penunggang kuda pasukan Kristus yang menang! Akan menjadi pecundangkah kita terhadap dunia, atau pemenang karena mengikut Sang Raja Pahlawan yang menang?
Nyanyikan: Dia nobatkanlah Sang Raja Penebus. Bahana surga bergema, memuji Dia t’rus. Hai bangun jiwaku, bernyanyilah serta. Memuji Jurus’lamatmu, kekal selamanya. (KJ No. 226)

SH: Why 19:17-21 - Perjamuan besar Allah. (Minggu, 17 November 2002)
Perjamuan besar Allah.
Perjamuan ini berbeda dari Perjamuan kawin Anak Domba (ayat 19:6
dst.). Yang dirayakan kini bukan kesukaan keselamata...
Perjamuan besar Allah.
Perjamuan ini berbeda dari Perjamuan kawin Anak Domba (ayat 19:6
dst.). Yang dirayakan kini bukan kesukaan keselamatan yang akan
dialami oleh para pengikut Kristus yang setia, tetapi kesukaan
karena kehancuran total yang akan diterima oleh semua pihak yang
melawan Allah. Hal itu disebut perjamuan karena penghukuman
akhir Allah atas semua kejahatan dan semua yang jahat adalah
pesta kemenangan keadilan dan kekuasaan Allah.Hukuman Allah
tidak akan membeda-bedakan, tidak seperti pengadilan manusia.
Keadilan akan benar-benar adil, kebenaran akan sungguh
ditegakkan. Tokoh-tokoh yang karena kuasa politis atau uang atau
militer di dunia ini dapat menyetir pengadilan, pada waktu itu
tidak akan luput dari hukuman Allah. Demikian pun orang-orang
lemah tidak dapat mencari alasan untuk tidak
mempertanggungjawabkan keikutsertaan mereka di dalam kejahatan.
Semua yang jahat akan dihukum dan karena yang menghukum adalah
Allah, akan terjadi akibat yang mengerikan dan tuntas (ayat 18).
Orang-orang itu dihukum karena mereka menerima tanda dari
binatang buas dan nabi palsu (ayat 20).
Dari hari ke hari kita menyaksikan bahwa pola budaya masa kini makin tak menghormati Allah dan makin seenaknya melanggar norma-norma kehendak Allah. Kita perlu berhati-hati terhadap pengaruh kebudayaan dunia ini. Kita tidak menjadi duniawi karena dipaksa oleh suatu kekuatan tertentu, tetapi karena kita membiarkan diri kita turut hanyut oleh arus keduniawian itu. Menerima (ayat 20) pengaruh Babel itulah yang telah membuat orang-orang itu kini dihukum Allah
Renungkan:
Kita milik Sang Anak Domba. Kita harus tegas menjaga tanda
kemilikan Kristus atas kita!
Utley -> Why 19:19-21
Utley: Why 19:19-21 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 19:19-2119 Dan aku melihat binatang itu dan raja-raja di bumi serta tentara-tentara mereka telah berkumpul untuk melakukan...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 19:19-21
19 Dan aku melihat binatang itu dan raja-raja di bumi serta tentara-tentara mereka telah berkumpul untuk melakukan peperangan melawan Penunggang kuda itu dan tentara-Nya. 20 Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang. 21 Dan semua orang lain dibunuh dengan pedang, yang keluar dari mulut Penunggang kuda itu; dan semua burung kenyang oleh daging mereka.
Wahy 19:19 Pertempuran yang sesungguhnya dimulai. Ini merupakan acuan kepada Mazm 2. Apakah ini merujuk kepada sebuah pertempuran akhir-waktu dan spesifik secara harfiah, atau itu simbolis dari perjuangan antara yang baik dan jahat? Genre Wahyu menyiratkan simbolis; Pasal yang paralel dalam Mat 24; Mr 13 Lukas; dan 2Tes 2 berarti literal. ambiguitas ini adalah sumber perselisihan besar dalam interpretasi Wahyu oleh orang-orang saleh. Dogmatisme sudah pasti tidak pantas!
Wahy 19:20 "nabi palsu yang mengadakan tanda-tanda" Dia adalah binatang yang kedua (lih. Wahy 13:11-18; 16:13). Kembali lagi kepada Wahy 13:12-13, di mana hubungan nabi palsu dengan binatang laut adalah parodi hubungan Roh Kudus dengan Kristus.
□ "menerima tanda dari binatang itu" (lih. Wahy 13:16-17).
□ "Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api" Ungkapan "lautan api" adalah unik bagi kitab Wahyu, tetapi adalah sinonim untuk istilah Gehenna (lihat Topik Khusus pada Wahy 1:18), yang begitu sering digunakan Yesus untuk menunjukkan neraka. Acuan spesifik PL mungkin untuk Yes 30:23-33 dan Dan 7:11. Ada begitu banyak bagian profetik yang menghubungkan penghakiman dengan api atau pembakaran. Tema api yang kekal dikembangkan dalam Yudaisme apokaliptik (lih. Henokh 27:1; 54:1, 56:3; 90:26; IV Ezra 7:36; Apoc. Barukh 59:10; 85:13, daftar diambil dari George E. Ladd, Revelation, hal 258). frasa ini digunakan dalam Wahy 20:10,14; 21:08. Itu adalah tempat yang dipersiapkan untuk setan dan malaikat, tetapi manusia yang memberontak terhadap Tuhan juga akan menemukan ini sebagai tempat tinggal utama mereka. Ini adalah tempat tinggal akhir Iblis. Ini adalah hasil alami dari pemberontakan terhadap Allah dan merupakan bentuk permanen dari jurang maut (lih. Mat 25:46; Wahy 9:11; 11:07; 17:08; 20:1,3).
Wahy 19:21 Mereka yang menerima tanda binatang itu (lih. Wahy 13:16; 14:9,11), yang telah menganiaya orang-orang percaya, sekarang dibunuh oleh firman Kristus (sama seperti yang akan dialami binatang laut, lih. 2Tes 2:8).
Topik Teologia -> Why 19:20
Topik Teologia: Why 19:20 - -- Yesus Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
Keadaan yang Berkenaan dengan Kebangk...
- Yesus Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Neraka
TFTWMS -> Why 19:19-21
TFTWMS: Why 19:19-21 - Musuh-musuh-nya Dihukum MUSUH-MUSUH-NYA DIHUKUM (Wahyu 19:19-21)
Akhirnya, kita sampai pada tujuan utama teks kita: penggambaran kejatuhan dua musuh Tuhan. Yohanes menulis, ...
MUSUH-MUSUH-NYA DIHUKUM (Wahyu 19:19-21)
Akhirnya, kita sampai pada tujuan utama teks kita: penggambaran kejatuhan dua musuh Tuhan. Yohanes menulis, "Dan aku melihat binatang itu dan raja-raja di bumi serta tentara-tentara mereka telah berkumpul untuk melakukan peperangan melawan Penunggang kuda itu dan tentara-Nya" (ay. 19). "Binatang itu" adalah binatang laut yang tangguh yang diperkenalkan di 13:1, 2. (Lihat juga 13:4, 7, 8.) Baik binatang itu dan rekan kerjanya (binatang darat, juga dikenal sebagai "nabi palsu"37[16:13]) akan dihancurkan (19:20); tetapi hanya binatang itu yang disebut di ayat 19, karena ia adalah pemimpinnya. Fungsi nabi palsu adalah membuat daftar para pengikut binatang itu (13:12).
Teks Yunaninya secara harfiah mengatakan bahwa binatang itu dan pasukannya "berkumpul untuk melancarkan perang itu melawan [Ia] yang duduk di atas kuda." (Huruf miring oleh saya.) Seperti yang ditunjukkan di dalam pelajaran sebelumnya, ini adalah perang yang dikenal sebagai "pertempuran Armagedon," konflik yang sama yang akan disinggung di pasal berikutnya (20:8).38Untuk menekankan bahwa ini adalah perang yang sama seperti yang disebutkan di 16:13-21, saya meminta Brian Watts untuk menggunakan adegan pertempuran dasar yang sama, lalu menambahkan rincian khusus dari pasal ini: Penunggung kuda putih, kedua binatang sebagai pemimpin, dan burung-burung yang menantikan pesta mereka.
Sekali lagi, amatilah bahwa, "meskipun arena itu diatur untuk sebuah bentrokan … [namun] tidak ada pertempuran."39Donald Guthrie menunjukkan, "Tidak ada gambaran tentang pertempuran apa saja .… Raja pejuang itu menaklukkan tidak dengan kekuatan militer, tetapi dengan pedang yang keluar dari mulutnya. Perintah-Nya yang menghancurkan adalah cukup."40Burton Coffman menulis, Tidak ada "pertempuran" apa pun yang terjadi di sini. Apa yang disebut Pertempuran Armagedon, seperti yang biasa dibayangkan, adalah bukan apa-apa kecuali khayalan manusia semata. Kristus tidak butuh bala tentara, baik bala tentara malaikat, atau bala tentara lainnya. Firman-Nya yang melemparkan matahari di angkasa akan mengeksekusi kehendak-Nya ketika saatnya tiba.41
Seperti kebanyakan intimidasi, binatang itu tampak kuat ketika menggertak mereka yang secara fisik lebih lemah daripada dirinya sendiri (13:7, 15), tetapi hancur ketika ia menghadapi kekuatan superior. Klaimnya yang sombong dan menghujat (13:5, 6) tidak ada apa-apanya terhadap kekuatan Anak Domba.
Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya.42Keduanya dilemparkan hidup-hidup43ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang" (ay. 20).
Binatang itu Dan Nabi Palsu Dilemparkan Ke Dalam Lautan Api (19:20)
Di dalam lautan api itu, "mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya" (20:10).
Inilah kali pertama penyebutan "lautan api yang menyala-nyala oleh belerang" tapi itu tidak akan menjadi yang terakhir (20:10, 14, 15; 21:8).44Kitab Wahyu tidak memakai kata "neraka" (Yun.: gehenna),45tetapi Roh Kudus secara jelas memiliki tempat tinggal akhir orang fasik itu di dalam pikiran-Nya. "Api yang kekal" telah "[di]sedia[kan] untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya" (Matius 25: 41), dan semua orang yang bertahan dalam mengikut Iblis akan berakhir di sana.
Pada saat penulisan, simbol- isme yang digunakan di sini meramalkan kejatuhan akhir Kekaisaran Romawi, kakitangannya, dan para sekutunya. Namun begitu, semua orang tentunya akan setuju bahwa gambaran itu juga menggambarkan "nasib semua kekuasaan seperti itu yang akan pernah muncul menentang Allah dan kerajaan-Nya."46Harinya akan tiba ketika "Orang-orang fasik akan dilemparkan ke dalam neraka, dan semua bangsa yang melupakan Allah"(Mazmur 9:17; KJV).
Aspek yang paling menyolok dari nas itu adalah kemendadakan yang dengannya dua musuh itu dihabisi. Hal ini tercermin dalam singkatnya catatan itu: "Satu ayat sudah cukup untuk memberitahukan bagaimana binatang itu dan nabi palsu itu … ditangkap dan dilemparkan hidup-hidup ke dalam api belerang."47Kita telah melihat kejatuhan Babel, kota besar (pasal 17 dan 18). Ketika kepalanya (kota Roma) dihancurkan, tubuhnya (Kekaisaran Romawi) tidak bisa bertahan lama. Kemudahan kemenangan yang terlihat jelas adalah pengingat bahwa bahkan lawan yang paling tangguh sama tak berdayanya seperti seorang bayi dibandingkan dengan Tuhan. Kedua binatang itu telah diberi "hari singkat mereka," tetapi di sini kita melihat mereka sedang dimasukkan ke dalam tempat mereka yang sebenarnya.48
Ayat terakhir teks kita memenuhi dua tujuan: ayat itu menceritakan nasib mereka yang tertipu oleh binatang itu dan nabi palsu, dan ayat itu memenuhi janji yang dibuat oleh malaikat kepada burung-burung: "Dan semua orang lain dibunuh dengan pedang, yang keluar dari mulut Penunggang kuda itu; dan semua burung kenyang oleh daging mereka"(ay. 21).49Seperti yang Warren Wiersbe katakan, musuh Tuhan mungkin "memandang Armagedon sebagai sebuah pertempuran, tetapi bagi Allah, itu hanya akan menjadi sebuah 'perjamuan' untuk unggas-unggas di udara."50Demikianlah ditekankan "kebodohan dan kesia-siaan pemberontakan menentang Allah."51
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
Wycliffe: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN WAHYU
Catatan: Pada awal dari tafsiran singkat atas kitab terakhir yang tak kunjung habis dari kanon Perjanjian Baru ini, sesuatu hal ten...
PENDAHULUAN WAHYU
Catatan: Pada awal dari tafsiran singkat atas kitab terakhir yang tak kunjung habis dari kanon Perjanjian Baru ini, sesuatu hal tentang dua ciri yang akan dipakai sepanjang tafsiran ini tampaknya layak dikemukakan. Pertama-tama, secara proporsional tempat yang lebih banyak diberikan untuk membahas masalah-masalah pendahuluan daripada yang secara normal dilakukan dalam buku tafsiran kitab ini yang singkat maupun yang lebih lengkap. Hal ini dilakukan sebab penafsir percaya bahwa suatu penelaahan terhadap Kitab Wahyu ini memerlukan pembahasan pendahuluan yang lebih banyak dibandingkan kitab lainnya dalam Alkitab. Semakin baik pembaca telah memahami berbagai prinsip penafsiran yang fundamental, semakin siap pula dia akan mampu memahami ayat-ayat yang diakui sulit untuk dipahami tersebut. Kedua, di dalam bagian ini terangkum cukup banyak bahan pembahasan dari berbagai tafsiran yang lebih penting atas Kitab Wahyu yang telah diterbitkan sepanjang abad yang terakhir, beberapa di antaranya berupa pernyataan-pernyataan yang sangat singkat dan tajam dari para pakar terkenal gereja Kristen tentang pokok-pokok yang dibahas dalam kitab ini.
Mengenai Kitab Wahyu ada hal yang nyaris bersifat paradoks. Kitab ini memiliki tingkat kesukaran yang sudah diakui umum, sekalipun demikian, sepanjang zaman kitab ini bagaikan sebuah magnet yang mampu menyedot perhatian orang Kristen dari berbagai aliran teologi, kaum awam, para pendeta maupun para guru besar untuk mempelajarinya. R. H. Charles benar ketika mengawali Lecturs on the Apocalypse (Ceramah tentang Kitab Wahyu) dengan pernyataan sebagai berikut. "Sejak masa yang paling dini dari gereja. secara universal kitab ini sudah diakui sebagai kitab yang paling sulit dipahami dalam Alkitab" (hlm. 1). Calvin menolak untuk menulis sebuah tafsiran tentang Kitab Wahyu dan hampir tidak memperhatikannya di dalam semua karya tulisnya yang cukup banyak. Selama bertahun-tahun Luther mengabaikan pesan yang disampaikan kitab ini. Pada saat yang bersamaan, kitab ini telah mendorong sejumlah orang untuk meneliti secara sangat teliti nubuat-nubuat di dalamnya, dan untuk terus-menerus membacanya kembali dalam rangka mempertimbangkan kembali tema-temanya dan memperoleh pemahaman baru tentang apa yang diwahyukan di sini. Satu kesaksian pun cukup, yaitu yang dikemukakan oleh penafsir Alkitab yang secara umum diakui paling unggul dalam perempat pertama abad ini, G. Campbell Morgan. "Tidak ada kitab dalam Alkitab yang pernah saya baca begitu sering, tidak ada kitab yang terhadapnya saya lebih sabar dan terus-menerus memberikan perhatian ... Tidak ada kitab lain dalam Alkitab yang lebih ingin saya baca pada saat-saat saya tertekan dibandingkan dengan kitab ini, dengan segenap rahasia dan rincian-rinciannya yang tidak saya pahami" (Westminster Bible Record, Jilid 3 [1912] hlm. 105, 109).
Kedudukan Penting Kitab Ini. (1) Alkitab Perjanjian Baru tentu tidak akan lengkap, dan tentu para pembacanya sedikit banyak akan merasa tertekan, seandainya kitab ini tidak tercantum di dalam Kanon. Kitab ini bukan hanya kitab terakhir dalam Kanon, tetapi juga merupakan penutup yang diperlukan dari penyataan Allah kepada manusia. Kebenaran ini diungkapkan secara cemerlang oleh T. D. Bernard di dalam ceramah Bampton untuk tahun 1864 yang berjudul The Progress of Doctrine in the New Testament, (Perkembangan Doktrin dalam Perjanjian Baru). "Saya tidak tahu bagaimana seseorang, waktu menutup Surat-surat, dapat berharap untuk melihat sejarah Gereja selanjutnya berbeda secara hakiki dengan keadaan saat itu. Di dalam tulisan-tulisan tersebut kita tampaknya, seakan-akan, tidak akan menyaksikan badai-badai yang menjernihkan suasana, namun akan merasakan seluruh suasana yang sarat dengan berbagai unsur penderitaan dan kematian yang akan datang. Setiap saat kekuatan gelap tampil dengan lebih jelas. Kekuatan-kekuatan tersebut dihadapi, namun tidak hilang ... Kata-kata terakhir Paulus dalam suratnya yang kedua kepada Timotius, dan kata-kata Petrus dalam suratnya yang kedua, serta surat-surat Yohanes dam Yudas, sudah menyiratkan suatu masa di mama berbagai kecenderungan dari sejarah tersebut telah secara khusus menampilkan diri; dan di dalam hal ini tulisan-tulisan tersebut merupakan pendahuluan dan bagian dari Kitab Wahyu."
"Demikianlah kita sampai ke kitab ini dengan berbagai kebutuhan yang akan disediakan di dalamnya: kita sampai ke kitab ini sebagai orang, yang bukan hanya secara pribadi berada di dalam Kristus dan yang mengetahui apa yang secara perseorangan mereka miliki di dalam Dia, tetapi yang juga, selaku anggota-anggota tubuh-Nya, ikut dalam kehidupan bersama, yang dalam kesempurnaannya mereka akan dijadikan sempurna, dan dalam kemuliaannya Tuhan mereka akan dimuliakan. Kita menantikan kesempurnaan dan kemuliaan ini dengan sia-sia di antara berbagai kekacauan dunia dan bentuk kejahatan yang senantiasa aktif dan berubah-ubah. Apakah makna dari suasana yang ribut ini? Apakah yang menjadi masalahnya? Bagaimana kemungkinannya realisasi dari hal-hal yang kita inginkan? Terhadap pikiran seperti ini, dan terhadap berbagai kebutuhan lain yang terkait dengannya, ajaran Allah yang terakhir ini diarahkan, sesuai dengan sistem doktrin progresif yang berusaha saya lukiskan di dalam mana setiap tahap perkembangan terjadi sesuai dengan urutan alamiah karena akibat dari apa yang telah ada sebelumnya."
(2) Di antara semua kitab di dalam Alkitab, kitab ini dapat dikatakan merupakan satu-satunya kitab mengenai akhir zaman. Dan rupanya sepanjang tiga puluh tahun terakhir ini, dunia Barat, termasuk para negarawan, ilmuwan, ahli ekonomi dan para penulis esei, secara sadar maupun tidak mengakui hal ini. Ini kelihatan khususnya dalam pemakaian istilah apocalypse. Istilah ini telah memperoleh anti zaman pergolakan, keadaan dunia yang sarat dengan akibat-akibat menakutkan, dilepasnya sejumlah besar kekuatan yang berada di luar kemampuan manusia untuk mengendalikannya. Penulis buku tafsiran Wahyu dalam serial Moffatt Commentary, Martin Kiddle, mengacu kepada "relevansi yang menyolok" dari amanat kitab ini "dengan gereja zaman kita. Hal ini merupakan satu bukti lagi dari peranan ilahi dan makna abadi dari semua penglihatan Yohanes. Manakala dunia berada di dalam krisis, manakala Negara mengangkat diri dan menuntut kesetiaan yang menurut paham kristiani tidak mungkin diberikan tanpa mengkhianati jiwa mereka sendiri, manakala Gereja terancam dihancurkan, dan iman menjadi pudar serta hati menjadi dingin, maka Kitab Wahyu akan menasihati dan memberikan dorongan, mengangkat dan membangkitkan semangat semua orang yang memperhatikan amanatnya" (hlm. xlix).
(3) Kitab ini terutama merupakan kitab tentang satu dunia, dan dapat dipastikan bahwa saat ini, di tengah-tengah abad kedua puluh ini, kita mendekati keadaan dunia yang menyatu. Di dalam kitab ini kita sering kali menjumpai istilah seperti banyak bangsa dan kaum, dan bahasa dan raja" (10:11; 11:9; 17:15) yang menunjukkan cakupan universal dari penglihatan. Ketika raja-raja dikemukakan, maka mereka adalah "raja-raja di seluruh dunia" (16:14, 17:2, 18; 18:9; 19:19). Tentang iblis dikatakan bahwa dia adalah "yang menyesatkan seluruh dunia" (12:9). Semua bangsa di dunia melakukan perzinahan dengan pelacur itu (18:3, 23). Boikot ekonomi yang dilaksanakan oleh binatang itu meliputi seluruh umat manusia (13:16, 17). Sesungguhnya, binatang dari laut telah memberikan kepadanya "kuasa atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa" (13:7); dan tentang dia dikatakan bahwa "semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya" (13:8). Merupakan fakta yang sangat penting bahwa ketika saatnya tiba bagi Kristus untuk menduduki kedudukan-Nya yang sah sebagai Raja segala raja dan Tuan atas segala tuan, pemerintahan dunia disebut dengan memakai bentuk tunggal "pemerintahan atas dunia" (11:15).
(4) Kitab ini terutama ditujukan untuk masa yang sukar, masa di mana kegelapan makin kelam, ketakutan menyebar ke seluruh umat manusia dan kekuatan-kekuatan besar, yang tidak bertuhan dan jahat, tampil di atas panggung sejarah (sebagaimana munculnya mereka di dalam kitab ini). Namun di dalam kitab ini juga terdapat penghiburan dan dorongan: Allah mengetahui segala sesuatu sejak awal, bahkan juga kesengsaraan umat-Nya. Bagaimanapun juga, akhir dari seluruh pertikaian, penganiayaan, penyiksaan dan kematian sebagai martir ini ditentukan oleh Kristus yang akhirnya akan menang. Dosa dan Iblis serta segenap pasukannya akan dimusnahkan secara abadi; dan semua orang percaya akan bersama-sama dengan Anak Allah dalam kemuliaan untuk selama-lamanya.
(5) Bahkan, seandainya semua ini tidak benar, seperti yang terutama tampak pada zaman kita, kita hendaknya tidak melupakan bahwa kitab ini merupakan satu-satunya kitab di dalam Alkitab yang mengucapkan berkat atas mereka yang membaca, mendengar serta menaati kata-katanya, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya" (1:3, 22:7).
(6) Akhirnya, di dalam kitab inilah beberapa tema terbesar dari wahyu ilahi diungkapkan ujungnya. Di dalam kitab ini semua nubuat mengenai Kristus sebagai Raja segala raja disingkapkan secara lengkap, dan tampak sedang terjadi. Di dalam kitab ini istilah-istilah seperti tabernakel, bait suci, firdaus, Babel, dan lain-lain memperoleh makna yang sepenuhnya rohani. Di dalam kitab ini semua janji mengenai hidup dalam kemuliaan terpusat dalam gambaran maha indah mengenai Kota yang Kudus. Di dalam kitab ini dikisahkan kehancuran akhir dari Iblis, Antikristus, para nabi palsu dan semua musuh Allah. Di dalam kitab ini para raja pemberontak dalam Mazmur 2 ternyata tunduk di bawah kaki Anak Domba Allah.
Penulis. Sepanjang sejarah. keaslian buku ini telah diragukan. Di dalam buku tafsiran ini tidak disediakan tempat untuk mengemukakan dan mengulas berbagai alasan yang menentang kepenulisan Yohanes, tetapi kita harus memperhatikan berbagai fakta yang menunjukkan bahwa Rasul Yohanes merupakan penulis kitab ini. (1) Di dalam kitab ini nama penulis disebutkan sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8). (2) Sudah sejak pertengahan pertama abad kedua, terdapat keyakinan Gereja bahwa Yohaneslah penulis kitab ini. Yustinus Martir dengan terus terang mengatakan, "Dan bersama dengan kita seorang yang bernama Yohanes, salah satu dari Rasul Kristus, yang di dalam wahyu kepadanya ... (Dialogue with Trypho the Jew, ps. 81). Sejarawan besar Eusebius berkali-kali menyebutkan kitab ini ditulis oleh Yohanes (Ecclesiastical History III, xxiv, xxxix); demikian pula Tertulian (Contra Marcion, 3:14-24).
(3) Apa pun gramatika dari kitab ini, terdapat banyak kesamaan kosakata kitab ini dengan Injil Yohanes. "Salah satu mata rantai penting yang menghubungkan kedua kitab ini," kata Gloag, "ialah pemakaian istilah Logos untuk Yesus Kristus. Istilah ini tidak diragukan lagi berasal dari Yohanes: istilah ini tidak pernah dipakai di dalam kitab lainnya di dalam Alkitab, tetapi dipakai dalam Kitab Wahyu. 'Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan namanya ialah: Firman Allah' (Why. 19:13). 'Demikian pula istilah "Anak Domba," yang bukan sekadar sebagai lambang dari Kristus, melainkan Kristus sendiri, merupakan gaya yang khas Yohanes; sebagaimana di dalam Injil dikatakan. "Lihatlah, Anak Domba Allah," dan dalam Kitab Wahyu, "Di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih" (5:6). Memang benar bahwa istilah Yunani yang dipakai berbeda, di dalam Injil yang dipakai adalah istilah ho amnos sedangkan di dalam Kitab Wahyu istilahnya ialah to arnion; tetapi pengertian bahwa Yesus Kristus adalah Anak Domba merupakan maksud dari kedua istilah tersebut. Istilah alethinos dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu, sembilan kali dalam Injil Keempat. empat kali di dalam surat Yohanes dim hanya satu kali di dalam surat-surat Paulus. Demikian pula istilah nikos yang sering dipakai dalam surat Yohanes, sering kali muncul dalam Kitab Wahyu, misalnya di bagian akhir dari surat kepada Tujuh Jemaat dan di bagian lainnya sepanjang kitab ini, 'Barangsiapa menang (nitros), ia akan memperoleh semuanya ini' (21:7). Kata kerja skenoo hanya dijumpai di dalam tulisan-tulisan Yohanes, dipakai dalam Injil dengan arti Shekinah, yaitu Logos yang diam di antara manusia (1:14). dipakai empat kali di dalam Kitab Wahyu dengan arti Allah, 'Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam (skenoo) bersama-sama dengan mereka' (21:3)" (P. J. Gloag, Introducation to the Johannine writings, hlm. 306, 307).
Tanggal Penulisan. Terdapat dua pandangan berbeda tentang saat kitab ini ditulis. Beberapa penafsir menyebutkan bahwa kitab ini sudah ditulis sejak masa pemerintahan Nero, yaitu dalam dasa warsa ketujuh abad pertama. Tetapi banyak alasan yang menyebabkan tanggal ini tampaknya terlalu dini. Pendapat yang disepakati gereja mula-mula ialah bahwa Rasul Yohanes diasingkan ke Pulau Patmos oleh kaisar Domitian (tahun 81 hingga 95 M), sedang beberapa penulis menempatkan pengasingan Yohanes pada tahun keempat belas dari pemerintahan kaisar ini, yaitu tahun 95 M. (Untuk bukti yang agak dini tentang pandangan ini lihat, misalnya: Revere F. Weidner. Annotations on the Revelation of St. John the Divine, hlm. xiv-xvii).
Kitab Wahyu dengan jelas menunjukkan bahwa kitab ini ditulis di tengah-tengah penganiayaan besar. Penganiayaan yang diperintahkan oleh Nero hanya terbatas di kota Roma saja, tetapi penganiayaan yang diperintahkan oleh Domitian menjangkau wilayah-wilayah yang lain dari kekuasaan Roma. Domitian mengasingkan orang ke berbagai tempat pengasingan, Nero tidak melakukan hal itu. Selanjutnya. ketujuh jemaat di Asia dalam surat ini menunjukkan suatu perkembangan yang sudah lama, keadaan mana nyaris tidak mungkin sudah ada pada tahun 65 M. Kemudian, kita tidak memiliki bukti apa pun bahwa Rasul Yohanes memiliki kewenangan tertentu atas jemaat-jemaat di Asia sebelum Yerusalem dihancurkan. Pandangan ini dianut oleh para penulis seperti Lange, Alford, Elliott, Godet. Lee, Milligan. dan lain-lain.
Judul kitab ini. Istilah Wahyu merupakan terjemahan dari bahasa Latin revelatio (yang berasal dari kata revelare, "menyingkapkan atau membuka sesuatu yang sebelumnya tertutup"). Judul ini diberikan untuk kitab terakhir dalam Vulgata Latin. Judul bahasa Yunani ialah Apocalypse, yang diambil langsung dari kata pertama dalam naskah Yunani. Apocalypsis. Bentuk kata benda ini tidak dijumpai dalam sastra Yunani lainnya, tetapi sebagai kata kerja kata ini sering kali dipakai di dalam kitab-kitab Injil dan surat-surat, dengan berbagai arti, terutama berkaitan dengan suatu bentuk penyataan ilahi kepada manusia (misalnya tentang Anak Manusia di Lukas 17:30). Kata kerja ini dipakai oleh Paulus untuk mengacu kepada peristiwa akan datang yang sama (Rm. 8:18; I Kor. 1:7; II Tes. 1:7), dan sering kali dalam I Petrus (1:7, 13; 4:13, 5:1). Di dalam terjemahan Yunani dari kitab Daniel istilah ini sering kali dijumpai mengacu kepada penyingkapan rahasia atas penafsiran mimpi, atau wahyu dari Allah (lih. Dan. 2:19, 22, 28, 29, 30, 47; 10:1; 11:35).
Tema. Kitab Wahyu merupakan kitab nubuat. Dalam penyingkapannya tentang masa depan, yang terutama ditekankan adalah berbagai usaha di seluruh dunia yang dilakukan berulang-ulang dan makin hari makin hebat oleh tokoh-tokoh dan bangsa-bangsa di dunia, yang diberi tenaga dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan jahat di bawah pimpinan Iblis, untuk menentang dan mencegah pelaksanaan rencana Kristus yang telah dinyatakan yakni mendirikan pemerintahan-Nya sebagai Raja atas seluruh bumi. Kitab ini menjelaskan bahwa pertikaian tersebut pasti akan berakhir dengan kehancuran menyeluruh dari kekuatan-kekuatan jahat yang ada itu serta pendirian kerajaan Kristus yang abadi. Pertikaian yang sudah berlangsung sejak dahulu kala ini, pertikaian mana bahkan melibatkan surga terdiri atas berbagai rencana dari pihak lawan-lawan Kristus untuk mengalahkan Raja atas segala raja tersebut. Setiap rencana berakhir dengan kegagalan, kegagalan mana diikuti dengan hukuman ilahi yang mengerikan. Pertikaian yang berkepanjangan tersebut berakhir pada penghakiman terakhir dari Takhta Putih, tampilnya Yerusalem Baru, dan awal dari keabadian.
Kitab Penglihatan. Kitab Wahyu, melebihi kitab lainnya dalam Alkitab, merupakan catatan tentang apa yang diwahyukan kepada penulisnya dalam bentuk penglihatan. Kita semua mengetahui betapa sulitnya memberikan laporan tentang apa yang telah kita lihat, khususnya apabila yang dilihat adalah sesuatu yang menggetarkan. Bagaimana seseorang dapat melukiskan dengan memadai kemegahan dari matahari terbenam atau kemegahan dari pegunungan Alpen? Berbagai kata kerja Yunani yang berbeda yang berarti "melihat," "lihatlah," atau "mengetahui" dipakai 140 kali di dalam kitab ini, berawal dengan "apa yang engkau lihat, tuliskanlah ... " (1:11). Yohanes langsung mengatakan. "Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling tampaklah ... " (ay. 12). Pada awal pasal 4, sebuah suara dari surga terdengar berbicara kepada Yohanes, "Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini" (4:1). Sejak saat itu, terdapat banyak sekali paragraf hingga akhir dari kitab ini yang diawali dengan istilah, "Maka aku melihat."
Kitab ini bukan hanya berisi serangkaian penglihatan, tetapi juga sarat dengan bahasa lambang, dan lambang-lambang tersebut harus dipelajari dengan teliti. Ini terutama berlaku untuk angka. Pertama-tama, angka tujuh dipakai secara berulang-ulang. Di dalam kaitan dengan lambang angka di dalam kitab ini, disisipkan di sini ringkasan singkat dan komprehensif dari Moorehead dan Weidner. "Angka (7) ini dipakai bukan hanya untuk menunjukkan obyek sejumlah itu," kata Moorehead, tetapi sebagian besar ikut serta dalam seluruh rencana kitab ini. Tujuh merupakan angka yang melambangkan kelengkapan, kesempurnaan, dan kegenapan dispensasional. Semua pembaca tahu bahwa terdapat empat perangkat tujuh yang meliputi bagian yang cukup besar dari kitab ini. Terdapat tujuh surat kepada tujuh jemaat (ps. 2, 3). Penglihatan tentang tujuh meterai yang mencakup 6-8:1 (dengan sebuah episode di antara meterai yang keenam dan meterai yang ketujuh). Penglihatan tentang tujuh sangkakala 8:2-11:16 (dengan episode di antara sangkakala keenam dengan sangkakala ketujuh, 10-11:13). Penglihatan tentang tujuh cawan, 15:5-16. Jadi hampir setengah dari kitab ini dipakai untuk membahas empat rangkaian tujuh ini ... Angka tujuh berperan dalam bagian-bagian di mana angka tersebut tidak disebutkan secara langsung. Pada 5:12 dipanjatkan pujian kepada Anak Domba yang memiliki tujuh sifat: kawanan berjubah putih pada 7:12 menyembah Allah dengan jumlah sifat yang sama. Pasal 14:1-20 terdiri dari tujuh bagian, yaitu: Anak Domba dengan kawanan-Nya yang mulia di bukit Sion; Injil yang abadi; kejatuhan Babel; ancaman serius terhadap semua bentuk persekutuan dengan Binatang itu; nasib bahagia dari orang-orang yang mati di dalam Tuhan sesudah itu; masa menuai anggur yang baik. Di samping itu, di dalam pasal ini disebutkan adanya enam malaikat, dan satu yang mirip Anak Manusia. Tempat terhormat diberikan kepada Anak Manusia di masing-masing sisi-Nya terdapat tiga orang malaikat, dengan Dia di tengah, mengatur semua gerakan yang ada. Puncak dari rangkaian ini terdapat di dalam angka empat, di mana Dia duduk di atas Awan putih. "Ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya" (1:4) mengungkapkan kesempurnaan tak terbatas dari Roh Kudus. "Tujuh binatang" yang ada di tangan kanan Kristus (1:16) berarti kewenangan mutlak yang dimiliki oleh-Nya atas semua gereja. Anak Domba memiliki "tujuh tanduk dan tujuh mata" (5:6), yang merupakan lambang dari kekuatan tak terbatas, intelegensi tertinggi, dan kemahatahuan sempurna yang dengannya Dia dibekali" (William G. Moorehead, Studies in the Book of Revelation. hlm. 30-32).
"Setengah dari tujuh yang dipakai dalam Perjanjian Lama," kata Weidner, "berarti masa penganiayaan. Angka ini muncul di dalam berbagai bentuk, baik di dalam Perjanjian Lama maupun di dalam Perjanjian Baru. Musibah kelaparan pada zaman Elia berlangsung selama tiga setengah tahun (I Raj. 17:1; Luk. 4:25; Yak. 5:17); periode yang sama ialah "satu masa dan dua masa dan setengah masa" dari Daniel 7:25 dan 12:7 serta "pertengahan tujuh masa" yang disebutkan pada Daniel 9:27. Periode yang sama ini muncul kembali di dalam Kitab Wahyu dengan bentuk empat puluh dua bulan (11:2; 13:5), atau 1260 hari (11:3; 12:6) atau "satu masa dan dua masa dan setengah masa" (12:14). Dua orang saksi pada 11:9, 11 tergeletak mati sepanjang tiga setengah hari. Angka pecahan ini dengan demikian merupakan lambang yang sangat penting dan telah ditafsirkan sebagai berarti perjanjian yang atau penderitaan atau malapetaka ... Sepuluh merupakan lambang kesempurnaan mutlak dan perkembangan lengkap, yang mengacu kepada Allah atau kepada dunia. Sepuluh merupakan "tanda tangan" dari kesatuan yang lengkap dan sempurna. Sepuluh merupakan jumlah dari perintah Tuhan; tempat Yang Mahakudus merupakan sebuah kubus dengan masing-masing sisi berukuran sepuluh hasta: sepuluh kali sepuluh, atau 100 merupakan jumlah kawanan domba Allah (Luk. 15:4, 7); dan kubus dari sepuluh, atau 1000, merupakan kurun waktu pemerintahan orang-orang kudus (20:4). Angkatan kesepuluh artinya "untuk selama-lamanya" (bdg. Ul. 23:3 dengan Neh. 13:1). Sepuluh juga merupakan angka kelengkapan duniawi, lambang kekuasaan sempurna. Sepuluh tulah atas Mesir melambangkan pencurahan dari murka Allah yang lengkap; binatang keempat di dalam kitab Daniel memiliki sepuluh tanduk (Dan. 7:7, 24); Naga Merah dari Kitab Wahyu memiliki sepuluh tanduk (12:3) sebagaimana halnya binatang Antikristus yang pertama (13:1).
"Dua belas merupakan angka yang menekankan kerajaan Allah, "tanda tangan" Allah (tiga) dikalikan "tanda tangan" dunia (empat). Lee beranggapan bahwa jika tujuh merupakan angka yang suci dalam Alkitab, maka dua belas merupakan angka Umat Perjanjian yang di tengah-tengah mereka Allah tinggal, dan dengan siapa Dia telah mengikat hubungan Perjanjian. Dua belas merupakan jumlah suku Israel: terdapat kelompok imam yang terdiri dari dua kelompok masing-masing beranggotakan dua belas orang; empat kali dua belas kota orang Lewi; dua belas merupakan jumlah Rasul: dua kali dua belas merupakan jumlah Penatua yang mewakili Gereja yang Ditebus: perempuan pada 12:1 memiliki mahkota dengan dua betas bintang di kepalanya; Yerusalem Baru memiliki dua belas gerbang (21:12), tembok kota memiliki dua belas dasar (21:14), dan pohon kehidupan menghasilkan dua belas jenis buah (22:2)" (Weidner, op. cit., hlm. xxxix, x1).
Mengenai perlambangan warna, putih terutama merupakan lambang ketidaksalahan, kemurnian dan kebenaran, juga usia rohani, kedewasaan dan kesempurnaan; hitam melambangkan bencana kelaparan, kesusahan, penderitaan; merah darah mungkin, seperti darah itu sendiri, melambangkan peperangan. pembunuhan, atau kematian sebagai kurban; ungu adalah warna kerajaan atau kemudahan yang menggembirakan; kuning pucat adalah warna kehidupan yang memudar dan kerajaan maut (6:8). (Lihat pembahasan bagus mengenai lambang warna di dalam tulisan John Peter Lange, The Revelation of St. John, hlm. 16-18).
Kosakata. Di dalam naskah Yunani dari Kitab Wahyu terdapat 916 kata yang berbeda; 416 di antaranya juga dijumpai di dalam Injil yang keempat, 98 hanya dipakai satu kali saja di dalam bagian Perjanjian Baru lainnya: sedangkan 108 kala tidak dijumpai di bagian Perjanjian Baru mana pun. Di dalam kitab ini terdapat banyak istilah yang berbicara tentang otoritas. Misalnya, istilah yang diterjemahkan menjadi takhta muncul 44 kali: raja, kerajaan, pemerintahan 37 kali; otoritas dan kuasa 40 kali. Kata-kata yang diterjemahkan menjadi lihat, tampak, dan sebagainya muncul hampir 150 kali. Kata yang artinya menulis dan hasil tulisan, yaitu, kitab, dijumpai 60 kali.
Pemakaian Perjanjian Lama dalam Kitab Wahyu. Kitab terakhir Bari Alkitab ini merupakan, katakanlah, paduan yang menarik dari berbagai tema Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Di bagian lampiran dari Greek New Testament karangan Westcott dan Hort (hlm. 184-188) diperkirakan bahwa di antara 404 buah ayat dalam kitab ini, terdapat 265 ayat yang berisi kalimat-kalimat yang mengandung sekitar 550 acuan kepada berbagai nats Perjanjian Lama; 13 kepada Kejadian, 27 kepada Keluaran, 79 kepada Yesaya 53 kepada Daniel, dan seterusnya. Banyak penafsir akan setuju dengan pernyataan profesor Briggs almarhum bahwa "khotbah eskatologis oleh Yesus (Mat. 24:25; Mrk. 13; Luk. 21) merupakan. bagi pikiran kita, kunci untuk memahami Kitab Wahyu. Kitab ini merupakan kitab yang ditulis seseorang Yahudi yang kental pemahamannya tentang nubuat Perjanjian Lama, di bawah tuntunan perkataan Yesus dan ilham dari Allah. Kitab ini merupakan puncak dari nubuat Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru."
Pemasukan bahan Perjanjian Lama yang cukup banyak ini terlihat di bagian-bagian yang besar, di berbagai ayat dan frasa. Jadi gambaran mengenai Babel di pasal 18 banyak persamaannya dengan Yeremia 51. Kedua binatang di pasal 13, dengan sepuluh tanduknya yang melambangkan sepuluh raja, bersumber langsung pada penglihatan-penglihatan dalam Daniel 7, 8. Penglihatan mengenai dua pohon zaitun dan dua kandil (ps. 11) merupakan penyusunan kembali dari penglihatan Zakharia (ps. 4). Berbagai periode di dalam kitab ini bersumber pada Daniel seperti satu masa, dua masa dan setengah masa (12:14 dari Dan. 12:7). Banyak hukuman sangkakala menunjukkan persamaan yang menakjubkan dengan sepuluh tulah atas Mesir. kenyataan mana akan kita bahas lebih terinci lagi pada bagian tafsiran. Bahkan di pasal pertama, ayat 6 mengacu kepada Keluaran 19:6; ayat 7 kepada Daniel 7:13 dan Zakharia 12:10, 12; ayat 14 terdiri atas dua nas yang diambil dari Daniel 7:9, 13; 10:5. Ayat 15 bersumber pada Daniel 10:6; Yehezkiel 1:24; ayat 16 dari Yesaya 11:4; 49:2; ayat 17 dari Yesaya 44:6; 48:12; dan ayat 18 dari Yesaya 38:10. Banyak gelar untuk Tuhan yang dipakai dalam kitab ini pada mulanya terdapat di dalam Perjanjian Lama: "Yang Mahakuasa" dari 1:8. dan seterusnya, di Kejadian 17:1; "Alfa dan Omega" seperti di atas. (Pembahasan yang bagus mengenai pokok ini dijumpai dalam buku Merrill C. Tenney, Interpreting Revelation, hlm. 101-116).
Hubungan Kitab Wahyu dengan Khotbah Tentang Akhir Zaman di Bukit Zaitun. Bahwa ada banyak alur berpikir di dalam Kitab Wahyu yang menunjukkan kemiripan yang kuat dengan khotbah mengenai akhir zaman di bukit zaitun dari Tuhan kita akan disetujui semua orang. Saya rasa beberapa penafsir telah menekankan kemiripan ini terlalu jauh sehingga telah memaksakan Kitab Wahyu ke dalam sebuah kerangka yang diciptakan dari tiga bagian dari Khotbah di Bukit Zaitun. Rangkaian peristiwa di dalam khotbah itu secara kronologis dapat dibagi menjadi tiga periode (196) pra-penganiayaan, penganiayaan dan pasca-penganiayaan. Sulit untuk membuat garis besar yang sama tentang Kitab Wahyu. Sekalipun demikian, terdapat banyak nas yang sejalan, khususnya yang melukiskan adanya kekacauan jasmaniah dan ekonomi yang harus terjadi menjelang akhir zaman, misalnya: Lukas 21:9-11. Peperangan, kelaparan, wabah sampar dan berbagai gempa bumi muncul di dalam empat penghukuman pertama dari meterai-meterai, peperangan sering kali dijumpai sejak 16:12 hingga akhir pasal 19, dan gempa bumi di 16:18 dan 18:8. Pokok tentang mati sebagai martir seperti dalam Lukas 21:12-16 seringkali disisipkan. seperti di 6:9-11; 11:7-10; 13:7, 15; 16:6; 17:6; 18:24. Kesengsaraan Besar disebutkan di 7:14. Kristus-kristus palsu dan nabi-nabi palsu tampak dalam bentuk mereka yang terakhir dalam pasal 13. Kekacauan di angkasa dari Lukas 21:25-28 terdapat di 6:12-14 dst. Kedatangan Anak Manusia diumumkan di 1:7 dan digenapi ketika Firman Allah turun dari surga pada saat perang Armagedon. (Bab yang membahas hal ini terdapat di dalam tulisan saya. A Treasury of Books for Bible Study, hlm. 235-242. Beberapa tahun yang lalu Henry W. Frost menulis sebuah buku yang membahas pokok ini, Matthew Twenty Four and the Revelation, New York 1924).
Prinsip Penantian. Sepanjang kitab ini, penulis berkali-kali menggunakan cara yang dikenal dengan nama prolepsis: maksudnya, di bagian awal dari kitab ini penulis memakai frasa yang kemudian muncul kembali, dan yang pada umumnya merupakan perkembangan lebih lanjut. Jadi sebagai contoh, di awal kitab Yesus disebut sebagai "Saksi yang setia" (1:5). dan muncul kembali pada 3:14, 17:6; 20:4. Pada mulanya gelar yang diberikan kepada-Nya ialah "yang berkuasa atas raja-raja bumi ini" (1:5). Tetapi pada saat kita mendekati akhir zaman, ketika mana beberapa hak istimewa dari gelar ini harus dimanfaatkan, kita menemukan bahwa Dia kembali disebut demikian (17:14; 19:16). Diumumkan di awal kitab (1:6) bahwa Kristus telah menjadikan kita raja dan imam; tetapi hal tersebut muncul kembali pada akhir kitab (20:6). Demikian pula gelar "Alfa dan Omega." dijumpai di bagian awal (1:8). dan di bagian akhir (21:6; 22:13), hal mana juga berlaku untuk gelar "Yang Mahakuasa" (1:8; 19:6, 15; 21:22). Perintah untuk menyimpan kata-kata nubuat ini diberikan di bagian awal, tetapi juga kita jumpai berkali-kali di akhir kitab ini (22:7, 10. 18).
Janji-janji yang diberikan kepada orang-orang percaya dalam ketujuh jemaat dari pasal 2 dan 3 muncul kembali dengan pengulangan yang menakjubkan pada saat berbagai pergumulan besar di atas bumi ini sudah berlalu, dan anak-anak Allah berada dalam kemuliaan kebangkitan di Yerusalem Baru. Dengan demikian, janji mengenai "pohon kehidupan" (2:7) dijumpai kembali di bagian paling akhir dari kitab ini (22:2, 14). Pelepasan dari kematian kedua dijanjikan kepada orang-orang yang setia di Smirna (2:11), dan janji tersebut diucapkan kembali pada saat Penghakiman Terakhir (20:6. 14). "Roh" memberitakan. di dalam surat yang keempat, bahwa Kristus akan memerintah bangsa-bangsa dengan "tongkat besi" (2:27); dan hal ini pula dikatakan akan dilakukan oleh-Nya pada saat perang di Armagedon (19:15). Janji tentang "bintang fajar" kepada mereka yang setia (2:28) muncul kembali di 22:16. Ide tentang berjalan bersama Kristus "dengan jubah putih" disajikan bukan hanya kepada orang yang setia di Sardis dan di Laodikea saja. tetapi kepada semua orang percaya pada akhir zaman (3:4, 5, 18; 19:14). "Kitab kehidupan" (3:5) muncul empat kali, berawal dari masa penganiayaan (13:8; 17:8; 20:12, 15; 21:17). Kepada Filadelfia diberikan empat buah janji (3:12), masing-masing janji tersebut muncul kembali pada akhir kitab ini, "Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru dalam Bait Suci Allah-Ku ... dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka (22:4). dan nama kota Allah-Ku. Yerusalem baru... . dan nama-Ku yang baru" (21:2, 10). Akhirnya, janji kepada mereka yang menang dari Laodikea bahwa mereka akan duduk bersama dengan Kristus di takhta-Nya muncul kembali pada awal gambaran mengenai Yerusalem Baru (20:4).
Pergantian Pemandangan Di Surga dengan Pemandangan di Bumi. Sebuah faktor pokok di dalam kitab ini, yang sering kali diabaikan oleh para penafsir, sangat membantu untuk memahami pasal-pasal ini jika faktor itu dikenali. Maksudnya, banyak pemandangan di dalam kitab ini berada di surga, sedangkan semua penghukuman terjadi di bumi; dan pemandangan di surga senantiasa mendahului berbagai kejadian di bumi yang terkait dengannya. Jadi, pesan kepada tujuh jemaat didahului dengan penglihatan mengenai Tuhan yang telah naik ke surga. Pembukaan enam meterai di pasal 6 didahului dengan penglihatan tentang Anak Domba di surga, satu-satunya yang layak untuk membuka kitab kehidupan (ps. 4. 5). Hukuman-hukuman yang menyertai peniupan tujuh sangkakala didahului oleh pemandangan di surga mulai dari 7:1 hingga 8:5. Rangkaian peristiwa yang mengerikan dalam pasal 11, 12 dan 13 kembali didahului oleh pemandangan di surga di mana Yohanes memperoleh perintah-perintah. Berbagai bencana yang menyertai tujuh malapetaka (ps. 15, 16) didahului oleh sejumlah pernyataan dari para malaikat dan penglihatan tentang "Bait Suci . .. di sorga." Dan. sesudah penghukuman terakhir dalam pasal 20, kitab ini diakhiri dengan penglihatan tentang rumah surgawi dari orang-orang yang tertebus.
Saya senantiasa merasa bahwa ada dua kebenaran besar yang dapat digali dari kenyataan ini. Pertama, apa saja yang akan terjadi di atas muka bumi ini, sekalipun tidak dikenal dan tidak diduga oleh manusia. diketahui sepenuhnya oleh mereka yang berada di surga - Tuhan yang sudah naik, para malaikat, dua puluh empat penatua, makhluk-makhluk yang hidup, dan lainnya. Kedua, apa yang akan terjadi di atas muka bumi ini terjadi dalam kendali penuh dari surga, sehingga kita dapat mengatakan dengan aman. bersumber pada kitab ini, maupun kitab nubuat lainnya dalam Alkitab, bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini hanyalah menggenapi Firman Allah. Prinsip ini secara menonjol dikemukakan di dalam pemberitaan pembukaan mengenai para raja di bumi yang berkumpul untuk berperang melawan Anak Domba. Sekalipun kita membaca tentang adanya sepuluh raja yang dikuasai Iblis, sehingga memiliki satu pikiran dan menyerahkan kekuasaan dan kewenangan mereka kepada binatang itu (17:12, 13); tetapi tetap Allahlah yang "menerangi hati mereka untuk melakukan kehendak-Nya dengan seia sekata dan untuk memberikan pemerintahan mereka kepada binatang itu, sampai segala Firman Allah telah digenapi" (17:17).
Kitab Penghakiman. Sejak awal hingga nyaris akhir dari kitab ini, kita harus senantiasa ingat bahwa Kitab Wahyu merupakan kitab tentang penghakiman, sehingga, kitab ini membahas penghancuran. kekacauan. kematian. penderitaan dan penganiayaan. Penggambaran tentang Tuhan Yesus sebagai akan mengirim pesan-pesan kepada berbagai jemaat sudah mengandung sejumlah faktor yang tidak diragukan lagi mengandung unsur penghakiman - mata yang "bagaikan nyala api," kaki yang "mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian," yang dari mulut-Nya "keluar sebilah pedang tajam bermata dua." Nas-nas berikut secara khusus membahas pokok penghakiman tersebut: 6:16. 17; 11:17, 18; 14:7, 10; 16:5, 7; 18:8, 10, 20; 19:2 dan 20:11-15.
Termasuk dalam Kanon. Gereja Barat sudah sejak dulu percaya bahwa Kitab Wahyu harus dimasukkan dalam kitab-kitab kanon Perjanjian Baru, dan bahwa kitab ini harus dibaca di hadapan jemaat dalam gereja. Tetapi, gereja Timur rupanya enggan untuk menganut pandangan yang sama dan tidak menyetujui bahwa Kitab Wahyu termasuk dalam kanon hingga ahad keempat. Kanon Muratoria, yang dikumpulkan sekitar tahun 200 M, mencantumkan kitab ini dalam daftarnya. Pada pertengahan abad ketiga, Uskup Alexandria, menerima kitab ini sebagai kanonik. Vulgata Siria tidak mencantumkan kitab ini. Konsili ketiga di Cartago (397) menerima kitab ini sebagai kanonik, dan seluruh kitab ini terdapat dalam naskah yang mula-mula, yaitu Kodeks Sinaitikus, Kodeks Vatikanus, dam Kodeks Alexandrinus. Luther melakukan kesalahan besar ketika menempatkan kitab ini, bersama surat Yakobus, Yudas dan Ibrani dalam lampiran. Selama berabad-abad Gereja Protestan secara umum serta Gereja Barat dan Gereja timur telah setuju bahwa kitab ini merupakan karya kanonik. (Pokok ini secara lengkap dibahas dengan sangat mendalam di dalam karya Ned B. Stonehouse, The Apocalypse in the Ancient Church, Goes, Holland, 1929).
Empat Aliran Penafsiran Utama. Kitab Wahyu merupakan satu-satunya kitab dalam Alkitab yang untuk penafsirannya telah berkembang empat buah sistem dasar yang berbeda. Sistem penafsiran yang dianut seseorang akan sangat mempengaruhi pemahaman orang itu mengenai apa yang diajarkan oleh kitab ini.
(1) Skema Penafsiran Rohani. Sejak zaman Agustinus, selalu ada sarjana Alkitab yang bersikukuh bahwa tujuan penulisan kitab ini bukan membina gereja mengenai masa depan, bukan untuk menubuatkan berbagai peristiwa tertentu, tetapi sekadar untuk mengajarkan sejumlah prinsip rohani yang mendasar. Pandangan ini dikemukakan berulang-ulang oleh Milligan (W. Milligan. Lectures on the Apocalypse), walaupun kadang-kadang dia menentang keyakinannya sendiri. Di satu tempat beliau mengatakan, Kitab Wahyu membahas dengan cara yang amat berbeda dan tegas soal kedatangan Tuhan yang kedua kali." Gloag dengan gigih berpandangan sama, "Kitab ini dimaksudkan untuk mengajarkan sejarah rohani Gereja Kristus. untuk mengingatkan kita akan berbagai bahaya rohani yang ada di sekeliling kita, untuk memberitahu kita tentang berbagai pencobaan rohani yang dapat kita alami untuk melukiskan pertikaian dengan kejahatan, dan untuk menghibur kita dengan kepastian akan kemenangan Kristus atas segala kuasa kegelapan." Harus diakui bahwa semua ini benar. Kitab ini memang mengajarkan prinsip-prinsip rohani; kitab ini memberikan pesan yang menghibur di dalam jaminan tentang kemenangan Kristus. Tetapi seluruh isi kitab ini bertentangan dengan pandangan bahwa pesan tersebut tidak menyingkapkan masa depan yang sudah dinubuatkan. Kitab ini sendiri mengakui bahwa isinya merupakan nubuat asli. "Kejahatan," sebagaimana dikatakan oleh Moorehead, "senantiasa berusaha untuk berkonsentrasi dalam diri seseorang atau dalam sebuah sistem; demikian pula kebenaran. Kitab Wahyu menunjukkan kepada kita kejahatan yang terpusat pada binatang itu dan pada nabi palsu." Pastilah kedatangan Kristus kembali dibahas dalam kitab ini, dan peristiwa tersebut merupakan nubuat tentang peristiwa yang masih akan terjadi; demikian pula halnya dengan kebangkitan orang percaya serta penghakiman Takhta Putih. (Pandangan ini dianut oleh sebagian besar penafsir dari aliran Reformed, Peters dan lain-lain).
(2) Skema Penafsiran Preteris. Sistem penafsiran Kitab Wahyu yang ini menandaskan bahwa penulis hanya melukiskan berbagai peristiwa yang terjadi di bumi di kerajaan Roma pada zamannya Baja, khususnya menjelang akhir abad pertama. Pandangan ini pada dasarnya dikembangkan pada abad ketujuh belas oleh sarjana Jesuit, Alcazar, di dalam usahanya untuk menanggapi argumentasi yang dikemukakan oleh para pembaharu (reformer), yang bersikukuh bahwa kitab ini menubuatkan kebinasaan dan kehancuran dari Gereja Katolik Roma, khususnya dalam dua pasal yang membahas tentang Babel. Pandangan Alcazar ini telah dianut oleh berbagai penafsir modern - Mozes Stuart, A. S. Peake, Moffatt, Sir William Ramsay, Simcox, dan lain-lain. Mereka beranggapan bahwa pemimpin dengan luka mematikan yang disembuhkan ialah Nero, dan bahwa binatang dalam pasal 13 adalah Domitian. Harus diakui bahwa pandangan preteris ini harus dipakai dalam menafsirkan surat kepada tujuh jemaat. Tetapi beranggapan bahwa seluruh kitab ini hanya mengacu kepada berbagai peristiwa dari abad pertama sesungguhnya berarti menyangkal sifat nubuatnya, dan memaksa banyak pernyataan di dalamnya ke dalam sebuah pola yang terlalu sempit. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Milligan, "Seluruh nada kitab ini mengarah kepada kesimpulan yang bertentangan. Kitab ini demikian banyak membahas apa yang masih harus terjadi hingga akhir zaman. hingga saat penggenapan penuh dari pergumulan Gereja, yaitu saat kemenangan mutlaknya, dan saat perhentiannya tercapai dengan sempurna. Kitab Wahyu dengan khas menunjukkan bahwa yang dibahas olehnya adalah sejarah gereja hingga gereja memasuki perhentian surgawinya" (op.cit, hlm. 41).
(3) Skema Penafsiran Historis. Di dalam sejarah penafsiran Kitab Wahyu, mungkin ada lebih banyak nama besar yang terkait dengan skema penafsiran ini dibandingkan dengan skema yang lain, dengan perkecualian skema futuris. Menurut pandangan ini, Kitab Wahyu, khususnya berbagai nubuat tentang meterai, sangkakala dan cawan. mengemukakan berbagai peristiwa tertentu di dalam sejarah dunia yang berkaitan dengan kesejahteraan gereja sejak abad pertama hingga masa modern ini. Karya terbesar berdasarkan teori ini adalah penafsiran empat jilid oleh Elliott (E. B. Elliott, Horae Apocalypticae), yang dapat dianggap sebagai ilustrasi dari skema penafsiran ini. Elliott mengatakan bahwa penghukuman sangkakala meliputi masa dari tahun 395 hingga 1453, bahwa sangkakala pertama mengacu kepada penyerbuan bangsa Got, sangkakala ketiga kepada penyerbuan bangsa Hun di bawah pimpinan Atila. sedangkan sangkakala kelima mengacu kepada penyerbuan pasukan Muslim ke Barat pada abad keenam dan ketujuh, dan seterusnya. Ilustrasi yang lain, dari Mede, di dalam karyanya yang terkenal, mengatakan bahwa meterai keenam menubuatkan dikalahkannya kekafiran oleh kaisar Konstantinus, cawan kedua mengacu kepada Luther, cawan ketiga kepada berbagai peristiwa di masa pemerintahan ratu Elizabeth I, dan seterusnya. Banyak penganut skema penafsiran ini bersikukuh bahwa gempa bumi pada 11:19 mengacu kepada Revolusi Perancis; penafsir lainnya menemukan Napoleon Bonaparte di dalam Kitab Wahyu, dan lain-lain.
Terlepas dari semua keberatan terhadap skema penafsiran ini, harus diakui bahwa skema ini tidak memberikan sebuah prinsip atau kriteria dasar melalui mana kita bisa menentukan dengan tepat peristiwa historis mana yang dimaksudkan di dalam nas tertentu. Hal ini telah mengakibatkan kekacauan dan pertentangan besar di kalangan penganut pandangan ini.
Milligan di dalam kecaman yang kuat terhadap skema penafsiran ini mengatakan. "Kita memang mengakui bahwa peristiwa-peristiwa yang dijumpai di dalam kitab ini sebagaimana dikemukakan oleh penafsir historis tentu akan mengandung pelajaran dan penghiburan bagi orang-orang Kristen mula-mula jika peristiwa-peristiwa itu dipahami dengan benar-benar. Kesulitan utamanya terletak pada kenyataan bahwa pemahaman semacam itu mustahil dicapai ... Di samping tidak berguna bagi orang yang pertama kali menerima kitab ini, berbagai penglihatan dalam Kitab Wahyu ini, jika skema penafsiran ini dipakai, akan juga tidak berguna bagi sebagian besar Tubuh Kristus, bahkan sesudah semua peristiwa ini terjadi, dan penggenapannya hanya diketahui oleh segelintir penyelidik yang cakap. Orang percaya yang miskin dan tidak terpelajar selama ini senantiasa mengetahui, dan mungkin akan senantiasa mengetahui sedikit saja tentang berbagai peristiwa historis yang disebutkan di sini. Mungkinkah merupakan bagian dari Rencana Ilahi untuk membuat pemahaman tentang pewahyuan yang secara begitu sungguh-sungguh diserahkan kepada kita tergantung pada pengetahuan mengenai sejarah gereja dan politik dunia selama sekian ratus tahun? Gagasan itu saja sudah muskil. Gagasan ini tidak konsisten dengan janji pertama di dalam kitab ini, 'Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini!' ... Pemilihan peristiwa sejarah yang dianut skema ini sangat acak, dan tidak bisa disebut cocok dengan tingkat sifat pentingnya yang dibuktikan kebenarannya oleh peristiwa-peristiwa itu sendiri di dalam perjalanan sejarah" (op.cit, hlm. 131).
(4) Skema Penafsiran Futuris. Hampir tidak diragukan lagi bahwa Kitab Wahyu adalah kitab nubuat. Menyangkal kenyataan ini berarti menyangkal gaya penulisan, tema, dan berbagai peristiwa mendatang yang disebutkan dalam kitab ini. Jelas kedatangan Kristus yang kedua kali, konflik-Nya yang terakhir dengan kekuatan jahat, Kerajaan Seribu Tahun, penghakiman terakhir, merupakan peristiwa-peristiwa yang masih akan terjadi. Skema penafsiran futuris menandaskan bahwa, sebagian besar, penglihatan di dalam kitab ini akan digenapi menjelang dan ketika mencapai akhir zaman. Pandangan futuris dahulu pernah didefinisikan secara cemerlang sebagai skema yang "memandang kepada penggenapan dari semua nubuat ini, bukan di dalam upacara-upacara dan berbagai ajaran sesat di dalam gereja mula-mula, juga bukan di dalam rangkaian panjang abad-abad sejak pemberitaan Injil yang pertama hingga saat ini, namun di dalam serangkaian peristiwa yang akan mendahului, menyertai serta mengikuti Kedatangan kedua kali Tuhan dan Juruselamat kita" (Lecture on the Apocalypse, hlm. 68).
Aneh bahwa Gloag (pada tahun 1891) mengatakan, "Sistem ini tidak memiliki banyak pendukung" (op.cit, hlm. 372). Kenyataannya ialah skema ini memiliki banyak pendukung, di antaranya terdapat beberapa penafsir Alkitab yang terkemuka pada zaman modern dan juga beberapa peneliti nubuat yang dikenal luas. Di antara mereka terdapat Todd, Benjamin Wills Newton, Seiss, William Kelly, Peters, dan praktis semua penulis yang menulis di dalam rangka the Plymouth Brethren, misalnya S. P. Tregelles, Nathaniel West, A. C. Gaebelein, Scofield, Moorhead, Walter Scott, Alford dan lain-lain. Tafsiran bagus Theodor Zahn (yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris) menganut pandangan futuris, dan Zahn dikenal sebagai pakar Perjanjian Baru konservatif paling hebat pada penutupan abad kesembilan belas. Simcox yang tidak menganut pandangan ini dengan jujur mengakui "sejak zaman Tertulian dan Hipolitus - belum lagi Yustinus dan Irencus - kita terus-menerus menantikan rangkaian peristiwa yang akan mendahului penghakiman terakhir" (G. A. Simcox, The Revelation of St. John the Divine dalam CBSC, hlm. xliv).
Tentu saja terdapat futurisme ekstrem yang harus ditolak dengan tegas. Beberapa penganut futuris melangkah demikian jauh sehingga mengatakan bahwa ketujuh jemaat di Asia akan ditata dan didirikan ulang pada akhir zaman ini ketika mana nubuat tentang mereka akan digenapi - pandangan ini sepenuhnya tidak perlu dan tidak masuk akal.
Keberatan yang sering kali terdengar bahwa aneh kalau di dalam Perjanjian Baru terdapat sebuah kitab yang sebagian besar membahas hal-hal yang berkenaan dengan akhir zaman, tidak akan bertahan kalau orang melihat lagi faktor mendasar mengenai semua nubuat jangka panjang yang pokok dalam Alkitab, yaitu semuanya menunjuk pada akhir zaman untuk penggenapannya. Bukankah ini berlaku untuk nubuat pertama dalam Alkitab - Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (Kej. 3:15). Bukankah ini adalah nubuat tentang kemenangan Mesias yang masih dinantikan penggenapannya? Nubuat yang luas dari Yakub dalam Kejadian 49 mengacu kepada zaman akhir. Berkali-kali di dalam kitab Daniel kita diberi tahu bahwa nubuatan yang tercantum di dalam kitab tersebut mengacu kepada "kesudahan" (7:26; 9:26, 27; 11:13, 27; 12:8, 13). Bukankah khotbah Tuhan Yesus di bukit Zaitun secara langsung menunjuk kepada akhir zaman, dan kepada kedatangan kedua kali Kristus yang masih pada masa yang akan datang? (Mat. 24:3, 14; juga berbagai perumpamaan-Nya yang bersifat nubuat, misalnya: Mat. 13:39, 40). Demikian pula halnya ketika Paulus berbicara kepada jemaat Tesalonika tentang manusia berdosa; kisah Petrus tentang kesesatan pada akhir zaman; nubuat eskatologis terkenal Paulus dalam II Timotius 3, dan keseluruhan bagian nubuat dalam pasal terkenal yang membahas kebangkitan, I Korintus 15. Semua ini harus memakai penafsiran futuristis. Bukan tidak masuk akal apabila Alkitab diakhiri dengan sebuah kitab nubuat yang sebagian besar darinya akan digenapi pada penggenapan besar terakhir zaman ini - akhir dari permusuhan terhadap Allah, dan awal dari zaman keadilan itu yang dirindukan oleh semua orang benar.
Tentu saja masing-masing skema penafsiran mengandung kebenaran di dalamnya. Tiga pasal pertama harus ditafsirkan secara historis. Terdapat sejumlah besar prinsip rohani yang dikemukakan dalam berbagai penghukuman, janji, nubuat dan kemenangan Mesias di dalam kitab ini. Sekalipun demikian, sebagian besar Kitab Wahyu akan ditafsirkan secara paling tepat apabila yang dipakai adalah skema futuristis.
Kitab Wahyu dan Sastra Apokaliptik. Pada saat pemberian nubuat yang sesungguhnya berakhir dalam Perjanjian Lama dengan kitab Maleakhi, sekitar tahun 400 SM, di dalam persemakmuran Yahudi berkembang sebuah bentuk sastra yang sebagiannya disebut sebagai apokaliptik. Sastra ini ditulis dengan memakai bahasa perlambang. Sebagian besar sastra ini ditulis pada masa penganiayaan khususnya pada zaman pemerintahan Antiokhus Epifanes pada abad kedua, dan juga pada abad pertama era ini ketika umat Yahudi mulai menyaksikan bagaimana kota kudus mereka dihancurkan. Sastra apokaliptik pada hakikatnya bersifat eskatologis. Yang menjadi pusat perhatian sastra ini adalah peristiwa-peristiwa yang akan datang ketika musuh-musuh Israel, dan juga musuh-musuh Tuhan, akan dihancurkan dan Israel sendiri akan dipulihkan ke dalam kemuliaannya yang semula.
Kitab Wahyu dalam Perjanjian Baru secara keseluruhan sangat jelas berbeda dengan sastra apokaliptik sebelumnya. Sebagaimana dikemukakan oleh George Ladd: (1) penulis menyebut kitab yang ditulisnya sebagai nubuat (1:3; 22:7 dst.). karena itu kitab ini merupakan hasil dari roh nubuat. (2) Yohanes tidak memakai nama seorang nabi Israel yang lebih dikenal. tetapi mempergunakan namanya sendiri. (3) Yohanes tidak menyelidiki kembali sejarah dengan kedok nubuat, tetapi melihat sendiri pada masa depan secara nubuat. (4) Kitab tulisan Yohanes ini, sekalipun dipenuhi dengan nas-nas yang gelap dan tidak menyenangkan, tidak mengandung pesimisme, seperti pada sastra apokaliptik pada umumnya, melainkan bernada optimis, sebab sang pelihat senantiasa mengulangi kebenaran besar bahwa Kristus akan mengalahkan semua musuh-Nya, dan bahwa semua kerajaan di dunia ini akan tunduk di bawah pemerintahan Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus: (5) Akhirnya, Kitab Wahyu menekankan pada para pembacanya tuntutan etika yang berat. Di sini terasa ada urgensi moral. Keselamatan bukanlah sesuatu yang secara otomatis dianugerahkan, melainkan hal yang akan diberikan kepada orang-orang yang membawa tanda-tanda anak-anak Allah sejati (G. E. Ladd, "Apocalyptic, Apocalypse" dalam Baker's Dictionary of Theology, hlm. 50-54).
Telaah Berkesinambungan Diperlukan untuk Memahami Kitab Ini. Karena simbolismenya, karena banyaknya nas dan tema-tema Perjanjian Lama di dalamnya, karena aneka ragam skema penafsiran yang telah dikembangkan tentang kitab ini selama berabad-abad, dan karena kedalaman serta keluasan dari pokok-pokok yang diungkapkan dalam kitab ini, saya yakin bahwa Kitab Wahyu, lebih daripada kitab-kitab lainnya dalam Alkitab. hanya dapat dimengerti oleh mereka yang mempelajarinya secara berkesinambungan dan cermat. Profesor William Milligan secara menantang telah mengingatkan kita bahwa, "Kitab ini ada di situ, dan kitab ini harus disingkirkan dari Perjanjian Baru, atau Gereja harus terus berjuang untuk memahaminya hingga berhasil. Perhatikan - Pertama, bahwa kita mulai dengan anggapan itu - anggapan yang tidak akan disangkal oleh mereka yang kepadanya kitab ini ditulis - bahwa wahyu kepada rasul Yohanes ini merupakan bagian dari Firman Allah. Pertimbangan ini menyelesaikan semua persoalan. Kenyataan sederhana bahwa sebuah kitab telah dianugerahkan oleh Yang Mahakuasa kepada manusia membuat manusia harus berusaha sungguh-sungguh untuk memahaminya. Mungkin sulit untuk melakukan hal itu. Kita mungkin berkali-kali gagal. Yang tidak kurang dari itu ialah usaha keras yang diperlukan; mempergunakan segala sarana yang dapat dimanfaatkan, dan memperhatikan, apabila kita masih merasa di dalam gelap, tanda-tanda pertama munculnya terang. Tidak ada yang lebih pasti daripada kenyataan bahwa kitab ini memang dimaksudkan untuk dipahami sehingga Penebus yang mulia itu telah memberikannya kepada hamba-Nya Yohanes melalui pewahyuan" (Lectures on the Apoealypse, hlm. 4).
Banyak peneliti, baik sebelum maupun sesudah Lange telah mengungkapkan pengharapan yang sama dengan yang diungkapkan olehnya pada tahun 1870, "tidak diragukan lagi bahwa pada masa yang akan datang kedudukan penting dan pengaruh dari kitab ini akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kekacauan dan kesuraman zaman, dengan meningkatnya bahaya terhadap iman yang benar dan bersahaja" (Revelation, hlm. 63).
Garis Besar Kitab Ini. Berbagai skema telah diusulkan sebagai garis besar dari kedua puluh dua pasal kitab ini, beberapa di antaranya cukup fantastis. Menurut hemat saya, skema-skema yang berusaha untuk membuat garis besar berdasarkan tujuh kali angka tujuh dalam kitab ini terlalu dipaksakan dan dibuat-buat. Misalnya, garis besar yang diajukan oleh B. B. Warfield: tujuh jemaat (1:1-3:22); tujuh meterai (4:1-8:1); tujuh sangkakala (8:2-11:19); tujuh tokoh misterius (12:1-14:20); tujuh cawan (15:1-16:21): tujuh macam hukuman terhadap pelacur (17:1-19:1) dan tujuh sangkakala (19:11-22:5). Semua orang akan setuju bahwa empat dari pembagian di atas tidak dapat dielakkan: tujuh jemaat, kitab dengan tujuh meterai, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan penghakiman. Tetapi konsep tujuh tidak disebutkan dalam bagian yang lain. Setelah saya mempelajari kitab ini selama bertahun-tahun, akhirnya terbuka kepada saya sebuah garis besar. yang, menurut hemat saya, tidak dibuat-buat namun tetap mudah untuk diingat. Selain dari bagian pendahuluan (1:1-8) dan penutup (22:6-21) kitab ini secara logika dapat dibagi sebagai berikut:
Wycliffe: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR WAHYU
I. Surat kepada tujuh jemaat di Asia (1:9-3:22).
II. Kitab bermeterai tujuh dan peristiwa di bumi yang diumumkan olehnya (...
GARIS BESAR WAHYU
- I. Surat kepada tujuh jemaat di Asia (1:9-3:22).
- II. Kitab bermeterai tujuh dan peristiwa di bumi yang diumumkan olehnya (4:1-6:17).
- III. Rangkaian penghukuman yang dikumandangkan oleh tujuh sangkakala (7:1-9:21).
- IV. Masa paling gelap dalam sejarah dunia (10:1-13:18).
- V. Tujuh cawan penghukuman (14:1-16:21).
- VI. Babel dan Armagedon (17:1-19:21).
- VII. Kerajaan Seribu Tahun: Penghakiman Terakhir; Yerusalem Kekekalan (20:1-22:5).
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Pertempuran Yang Tak Pernah & Tak Akan Pernah Ada
WAHYU 16:13, 14, 1 6-21
Meriam bertendum, bom meledak, udara dipenuhi dengan bau mesiu dan kem...
Pertempuran Yang Tak Pernah & Tak Akan Pernah Ada
Meriam bertendum, bom meledak, udara dipenuhi dengan bau mesiu dan kematian, bala tentara yang sangat besar, menyerang dan menyerang balik, awalnya satu pihak menang dan kemudian pihak yang lain—itulah cara banyak orang membayangkan "pertempuran Armagedon." Saya pernah dituduh memiliki imajinasi yang berlebihan, tapi saya tidak punya imajinasi sama sekali dibandingkan dengan mereka yang menggambarkan "pertempuran" ini.
Konsep "pertempuran Armagedon" sangat populer dan membuat begitu banyak hati manusia berdebar-debar, saya hampir menyesali apa yang saya harus katakan sekarang—tapi saya harus mengatakannya: Tidak ada pertempuran Armagedon. Berdasarkan definisi apa saja atas kata "pertempuran" yang umumnya diterima, tidak akan ada pertempuran Armagedon secara harfiah. Bahkan di dalam penglihatan yang ditemukan di dalam Wahyu 16, tidak ada pertempuran Armagedon yang terjadi. Saya tahu ini mengecewakan, tapi tetaplah bersama saya. Saya masih harus membuktikan pernyataan saya. Saya juga harus menjelaskan apa yang Tuhan benar-benar ajarkan di Wahyu 16:13-16. (Ia memiliki tujuan yang lebih penting daripada memprediksi tembak-tembakan global antara "orang baik" dan "orang jahat.")
Kitab Wahyu menyinggung pertempuran yang sedang dibahas ini sebanyak tiga kali: di 16:14, 19:19, dan 20:8.1Dalam bahasa Inggris, berbagai istilah digunakan di dalam nas-nas itu, tetapi dalam bahasa Yunani, ungkapan yang sama digunakan di semua tiga ayat itu: ton polemon, yang secara harfiah berarti "pertempuran" (atau "peperangan").2Penggunaan kata sandang pasti3menunjukkan hanya ada satu pertempuran—dilihat dari tiga aspek yang berbeda. Saya minta Brian Watts untuk menggambar adegan dasar yang akan digunakan untuk mengilustrasikan masing-maing tiga nas itu. Kemudian saya meminta dia untuk meragamkan rinciannya agar sesuai dengan penglihatan tertentu yang sedang dipelajari. Ini mungkin bukan pendekatan terbaik untuk memproduksi karya seni, tapi saya harap pendekatan itu memperkuat kebenaran bahwa kitab Wahyu berbicara tentang satu "pertempuran" saja yang menentukan.
Kisah sepenuhnya "pertempuran" itu ditemukan di pasal 19, jadi saya biasanya akan menunggu sampai pasal itu untuk membahasnya secara rinci. Namun begitu, karena manusia telah melekatkan kata "Armagedon" kepada "pertempuran" (tidak akan diragukan lagi hal itu akan dikenal sebagai "pertempuran Armagedon" selama dunia ini masih ada), kita harus meluangkan waktu untuk hal itu pada titik ini dalam pelajaran kita.
Tetaplah bersama saya sambil kita melakukan perjalanan melalui 16:13-16. Kita akhirnya akan tiba di "gunung Megido": Armagedon.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 16:13, 14, 1 6-21)
Jika Anda adalah anak Allah yang setia, Anda tidak perlu khawatir tentang apa yang disebut "pertempuran Arm...
KESIMPULAN (Wahyu 16:13, 14, 1 6-21)
Jika Anda adalah anak Allah yang setia, Anda tidak perlu khawatir tentang apa yang disebut "pertempuran Armagedon." Tuhan akan membereskan pertempuran itu.
Di sisi lain, ada perjuangan yang Anda harus peduli tentangnya "perjuangan … melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara" (Efesus 6:12).43Ini adalah peperangan, bukan tentang "tembakan dan peledak tapi tentang jiwa dan roh."44
Ini adalah perang "yang terjadi di atas medan perang hati manusia."45(Lihat Roma 7:21.) Ini adalah pertempuran yang terjadi setiap hari ketika kita memilih siapa yang akan kita layani (Yosua 24:15). Namun begitu, ini adalah pertempuran yang kita bisa menangkan dengan Allah di pihak kita:46"Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita" (1 Korintus 15:57)!
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Berapa banyakkah kisah "pertempuran" yang ditemukan di dalam kitab Wahyu? Berapa banyakkah "pertempuran" seperti itu di gambarkan di dalam kitab itu?
- 2. Mengapakah Anda berpikir tiga roh jahat itu dibicarakan sebagai "menyerupai katak"? (Apakah Anda menyukai katak?)
- 3. Para katak itu mengumpulkan bangsa-bangsa bersama-sama untuk "perang" (yaitu, pertempuran), tapi pertempuran milik siapakah itu? Dengan syarat-syarat siapakah pertempuran itu akan dilakukan?
- 4. Mengapakah beberapa terjemahan menulis "Armagedon" dan yang lainnya" "Har-Magedon"?
- 5. Apa kemungkinan arti "Har-Magedon"?
- 6. Dapatkah Anda menemukan tempat di dunia ini bernama "gunung Megido"?
- 7. Dikenal sebagai apakah Megido itu? Mengapa Anda pikir istilah "gunung Megido" digunakan untuk mengidentifikasi tempat di mana pasukan Iblis berkumpul?
- 8. Setelah para tentara berkumpul, apa yang terjadi? Apakah pasal 16 menceritakan tentang pertempuran yang benar-benar terjadi? Apakah pasal 19 atau pasal 20 menceritakan hal itu?
- 9. Apakah Alkitab punya apa saja untuk dikatakan tentang pertempuran fisik antara pasukan manusia yang harus bertempur di Palestina utara di masa depan?
- 10. Pertempuran apakah yang harus menjadi kepedulian kita?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Sebuah judul alternatif untuk pelajaran ini adalah "Bukan-Pertempuran Armagedon" atau "Armagedon!" saja. Jika Anda ingin berkhotbah dengan penerapan yang lebih pribadi, Anda bisa berbicara tentang "Pertempuran Yang Tidak Perlu Anda Risaukan—dan Pertempuran Yang Anda Harus Risaukan." Luangkanlah waktu pada paruh pertama pelajaran itu untuk apa yang disebut "pertempuran Armagedon" dan paruh keduanya untuk pertempuran di hati individu. West47dan Baldinger48menulis materi yang sangat baik tentang pertempuran di dalam hati manusia.
SALAH MENEMPATKAN TEKANAN
"Bergalon-galon minyak terbakar habis di tengah malam oleh para siswa yang [belajar] penuh semangat untuk mencoba mengungkap teka-teki '666,' atau untuk menjelaskan … 'Armagedon' atau 'Milenium' … Bukan karena terkenalnya hal-hal ini dalam penglihatan Santo Yohanes, tetapi karena terkenalnya mereka di … literatur saat ini, mereka layak mendapatkan perhatian khusus dalam setiap kajian Apocalypse."
Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts Albert H. Baldinger
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Mereka yang menggunakan pendekatan sejarah-berlanjut umumnya menafsirkan ketiga pertempuran ini sebagai tiga pertempuran terpisah ...
Catatan Akhir:
- 1 Mereka yang menggunakan pendekatan sejarah-berlanjut umumnya menafsirkan ketiga pertempuran ini sebagai tiga pertempuran terpisah yang telah terjadi dalam sejarah. Karena sekarang ini tidak banyak yang menganut pandangan ini, saya tidak akan meluangkan waktu untuk membahas hal itu dalam pelajaran ini. Untuk diskusi tentang pelbagai kelemahan pendekatan sejarah-berlanjut, lihat halaman 31-33 dalam "Wahyu, 1."
- 2 Kitab Wahyu mengandung banyak acuan lain tentang "memerangi," namun tidak satu pun dari nas-nas itu dalam teks Yunaninya bicara tentang "pertempuran."
- 3 Kata ton dalam frase ton polemon setara dengan kata "itu" dalam bahasa Indonesia.
- 4 "Pemain figuran" mengacu kepada mereka yang hanya memiliki peranan kecil dalam sebuah drama (mereka hanya punya "sedikit" hal untuk dikatakan dan/atau dilakukan). Naga, binatang, nabi palsu, katak-katak, raja, dan tentara itu mengira mereka punya peranan besar, tapi hanya Tuhan yang punya peran utama.
- 5 Baik naga dan binatang itu memiliki tujuh kepala, namun masing-masing disebut sebagai memiliki satu "mulut" (tunggal). Kita kembali diingatkan bahwa kita sedang melihat sebuah penglihatan, bukan sesuatu yang benar secara harfiah.
- 6 Kata "keluar" ditambahkan oleh para penerjemah. Beberapa penulis berpendapat bahwa katak-katak itu dimuntahkan.
- 7 Yohanes tidak mengatakan bahwa roh-roh najis itu adalah katak, tetapi mereka menyerupai katak. Diasumsikan bahwa, dalam penglihatan itu, mereka mirip katak (sehingga ilustrasi kita menunjukkan tiga katak), tapi itu mungkin tidak benar sama sekali. Apa yang ada di dalam pikiran Yohanes mungkin karakteristik roh-roh lain tertentu yang mengingatkan dia kepada katak.
- 8 Katak tidak secara khusus disebut di dalam Imamat 11; tetapi jika katak dianggap sebagai makhluk darat, binatang ini haram karena tidak memiliki kuku belah dan tidak memamah biak. Jika ia dianggap sebagai makhluk air, binatang ini haram karena tidak memiliki sirip dan sisik.
- 9 Para komentator lainnya hanya menekankan sifat menjijikkan dari katak; bahkan hari ini, katak secara universal dianggap makhluk yang menjijikkan. Beberapa penulis mencatat bahwa katak secara khusus tepat untuk bertindak sebagai wakil binatang laut dan binatang darat karena mereka adalah amfibi (bisa hidup di darat dan di air).
- 10 West Point adalah sebuah fasilitas yang melatih para pejabat untuk tentara Amerika. Gantilah dengan fasilitas serupa yang terdapat di negara Anda sendiri.
- 11 Kermit adalah boneka katak yang terkenal di Amerika Serikat, bagian dari program hiburan pendidikan anak-anak yang disebut "The Muppet Show." Gantilah istilah katak dengan istilah yang familiar bagi pendengar Anda.
- 12 Ya, saya tahu bahwa katak memiliki fungsi yang dimaksudkan Allah bagi mereka dan bahwa mereka punya peranan mereka di dunia milik Allah. Saya juga tahu bahwa kaki katak dimakan oleh manusia, bahwa katak adalah bagian dari rantai makanan di alam, bahwa racun yang berguna diambil dari katak tertentu, dan bahwa katak digunakan dalam penelitian. Saya sudah terlalu banyak menuliskan hal ini.
- 13 Karena demon adalah roh, pernah dikatakan bahwa terjemahan yang lebih pas adalah "roh-roh jahat." Terjemahan Phillips (J. B. Phillips, The New Testament in Modern English) menulis "roh-roh diabolical."
- 14 Lihat komentar tentang 13:13-15 dalam pelajaran "Penipu Ulung," dalam "Wahyu, 7."
- 15 Pasal 17 menekankan pengaruh yang Roma miliki atas penguasa-penguasa lain di dunia (17:02, 12, 13).
- 16 D. T. Niles, As Seeing the Invisible: A Study of the Book of Revelation (New York: Harper & Brothers, 1961), 85.
- 17 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 192-93. (Emphasis his.)
- 18 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 242.
- 19 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah tanpa mendahuluinya dengan pelajaran sebelumnya, Anda mungkin ingin mengomentari ayat 15, yang saya bahas secara singkat dalam pelajaran sebelumnya. Ayat itu juga menekankan bahwa pertempuran yang direncanakan ditakdirkan gagal.
- 20 Tanda untuk "napas lembut" bentuknya seperti apostrofi; tanda untuk "napas berat" bentuknya seperti apostrofi terbalik.
- 21 Satu masalah mengenai ejaan dan arti kata "Armagedon" adalah bahwa kata itu tidak muncul di tempat lain di dalam Kitab Suci dan hanya muncul sekali ini di dalam kitab Wahyu.
- 22 Arti sebenarnya "Megido" masih diperdebatkan. Beberapa orang beranggapan artinya adalah "tempat tentara" atau "tempat pembantaian."
- 23 John D. Davis, A Dictionary of the Bible, 4th rev. ed. (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1956), 489.
- 24 Sejarawan tanpa nama dikutip dalam Albert H. Baldinger, Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1960), 91. Banyak pertempuran penting telah terjadi di Megido selain yang disebutkan di dalam Alkitab (termasuk yang melibatkan Napoleon Bonaparte), tetapi pertempuran itu tidak disinggung karena tampaknya tidak berhubungan dengan nas itu.
- 25 Henry B. Swete, The Apocalypse of St. John (Cambridge: MacMillan Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 209.
- 26 Baldinger, 90.
- 27 Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 336.
- 28 Kota Megido meminjamkan namanya untuk wilayah dataran terdekat dengannya.
- 29 George Eldon Ladd, A Commentary on the Revelation of John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 216.
- 30 Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 301.
- 31 Morris, 193.
- 32 G. R. Beasley-Murray, The Book of Revelation, The New Century Bible Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1974), 245.
- 33 M. Robert Mulholland Jr., Holy Living in an Unholy World: Revelation, The Francis Asbury Press Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Francis Asbury Press, Zondervan Publishing House, 1990), 271.
- 34 Lihat catatan tentang "perbedaan" dalam pelajaran "Menyalahkan Allah Atas Masalah Kita."
- 35 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 376.
- 36 James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 101.
- 37 Karena kitab Wahyu menggunakan istilah "peperangan," mungkin pendengar Anda akan bingung mendengar Anda mengatakan "tidak ada peperangan." Intinya adalah bahwa kekuatan jahat berkumpul dengan tujuan melancarkan "perang," tapi perang itu tidak pernah terjadi. Saya ingat kejadian waktu taman kanak-kanak ketika dua bocah laki-laki bersiap untuk berkelahi, tapi seorang guru turun tangan dan menghentikan mereka. Jadi sebenarnya tidak ada perkelahian yang terjadi.
- 38 Hailey, 336-37.
- 39 Coffman, 376.
- 40 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 189.
- 41 Rubel Shelly, The Lamb and His Enemies: Understanding the Book of Revelation (Nashville: 20th Century Christian Foundation, 1983), 98.
- 42 Pasal 16 juga memberikan kita jaminan bahwa musuh-musuh kita akan dikalahkan oleh Tuhan.
- 43 Beberapa penulis mengacukan peperangan rohani di mana setiap orang terlibat sebagai "Armagedon." Tujuan mereka adalah (1) untuk menunjukkan bahwa Armagedon bukanlah pertempuran yang terjadi di suatu tempat di Palestina; (2) untuk menekankan bahwa pertempuran yang penting adalah bersifat rohani, bukan fisik; (3) untuk membuat penerapan pribadi. Namun demikian, mengacukan pergumulan kita sebagai "Armagedon" membingungkan masalah itu, dan saya memilih untuk tidak melakukannya. Beberapa orang membatasi istilah mereka dan menggunakan frase seperti "Armagedon pribadi Anda" dan "Armagedon mini." Anda perlu menggunakan penilaian Anda sendiri dalam hal ini
- 44 Owen L. Crouch, Expository Preaching and Teaching: Revelation (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1985), 287.
- 45 W. B. West Jr., Revelation Through First-Century Glasses, ed. Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 110.
- 46 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, Anda tentu ingin memberitahu para pendengar Anda cara untuk memiliki hubungan yang benar dengan Allah, sehingga Ia dapat membantu mereka memperoleh kemenangan.
- 47 West, 110-13.
- 48 Baldinger, 92-94.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "RAJA SEGALA RAJA & TUAN SEGALA TUAN"
WAHYU 19:11-21
Pelajaran kita sebelumnya berkisar di sekitar perkawinan Anak Domba: "Hari ...
"RAJA SEGALA RAJA & TUAN SEGALA TUAN"
Pelajaran kita sebelumnya berkisar di sekitar perkawinan Anak Domba: "Hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia" (19:7); "Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba" (19:9). Dengan demikian kita disiapkan secara mental dan emosi untuk seruan "Lihatlah, mempelai perempuan datang!" (Matius 25:6; KJV)—dan penampilan Kristus dalam pakaian perkawinan yang menyilaukan. Yesus memang muncul, namun-seperti yang sering terjadi di kitab Wahyu—tidak seperti yang kita harapkan. Yang keluar tiba-tiba di tempat kejadian bukan mempelai laki-laki, namun seorang raja pejuang:
Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: "Firman Allah." … Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa. Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: "RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN DI ATAS SEGALA TUAN." (19:11-16).
Sudah cukup lama sejak saya mengingatkan Anda bahwa kesan keseluruhan yang ditinggalkan oleh suatu penglihatan adalah yang paling penting. Luangkan waktu sejenak untuk membaca ayat 11 sampai 21. Kata-kata apakah yang terlintas di pikiran Anda ketika Anda membaca ayat-ayat tersebut? Apapun jawaban Anda, itu mungkin berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kata "kemenangan." Nas ini adalah tentang kemenangan: kemenangan atas musuh-musuh Kristus dan agama Kristen— khususnya, kemenangan atas binatang itu dan nabi palsu (ay. 19, 20), bersama dengan para sekutu mereka (ay. 21).
Musuh-musuh Anak Domba diperkenalkan dalam urutan ini: (1) naga (12:3), (2) binatang laut dan binatang darat (13:1, 11), dan (3) Babel, kota besar (14: 8; 16:19; 17:1, 5). Kita melihat mereka dikirim dalam urutan yang berlawanan:. (1) Babel di pasal 17 dan 18, (2) dua binatang di pasal 19, dan (3) naga, akhirnya, di pasal 20.1Setelah melihat kehancuran Babel, kita siap bagi kematian para binatang itu, binatang-binatang mengerikan dari pasal 12 yang terlihat tak terkalahkan. Sebelumnya telah diramalkan bahwa binatang yang pertama akan "menuju kepada kebinasaan" (17:8; lihat juga 17:11), dan dalam pelajaran ini kita akan melihat ramalan itu menjadi kenyataan (19:20).
Teks kita untuk pelajaran ini adalah 19:11-21. Tujuan nas itu adalah untuk menggambarkan penggulingan dua binatang itu, namun penekanannya adalah pada Ia yang menimbulkan kehancuran mereka: Raja segala raja dan Tuan segala tuan. Seperti yang Efird James catat, "Di sini penulis itu tidak sedang mencoba untuk menggambarkan bagaimana penghakiman itu akan terjadi tetapi siapakah yang bertanggung jawab terhadap penghakiman itu.2
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 19:11-21)
Anda telah mempelajari kitab Wahyu cukup lama untuk memahami bahwa gambaran di 19:11-21 tidaklah harfiah: di sorga tidak ...
KESIMPULAN (Wahyu 19:11-21)
Anda telah mempelajari kitab Wahyu cukup lama untuk memahami bahwa gambaran di 19:11-21 tidaklah harfiah: di sorga tidak ada kandang kuda untuk kuda-kuda putih yang ditunggangi oleh bala tentara Tuhan, dan Allah tidak memiliki kawanan burung lapar yang siap menyantap orang jahat. Nas ini adalah kiasan kemenangan Yesus atas musuh-musuh-Nya. Namun begitu, fakta bahwa nas ini tidak harus dipahami secara harfiah tidak berarti bahwa nas itu tidak harus ditanggapi secara serius. Kita bisa mengikut binatang itu, atau kita bisa mengikut Raja segala raja dan Tuan segala tuan—dan itu adalah masalah yang paling serius.
Sebuah lukisan terkenal oleh Goetze, berjudul "Dihina dan Ditolak Manusia," menggambarkan Yesus yang bermahkotakan duri di tengah-tengah jalan raya yang sibuk:
Dia dikelilingi oleh orang-orang dari setiap lapisan dan kedudukan dalam kehidupan: pekerja dengan peralatannya, penunggang kuda dengan cambuknya, ibu dengan anaknya, bocah tukang koran meneriakkan sensasi terbaru. Tapi lihat kembali lukisan itu, dan Anda akan melihat bahwa semua mata berpaling dari Kristus. Tidak ada yang memberi perhatian kepada Dia. Ini merupakan gambaran sebenarnya tentang cara hidup dunia.52
Yesus dapat ditolak sekarang ini (Yohanes 12:48), tetapi Ia tidak akan ditolak selamanya. Suatu hari nanti Ia akan datang, berkilauan sebagai Raja segala raja dan Tuan segala tuan! Mereka yang menolak Dia saat ini akan ditolak oleh Dia nanti. Mereka yang menerima Dia sekarang ini akan diterima oleh Dia nanti. Tidak ada yang bisa lebih serius selain masalah ini!53
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Teks pelajaran kita sebelumnya menyiapkan kita bagi kemunculan Kristus sebagai mempelai laki-laki. Sebaliknya, bagaimanakah Ia muncul?
- 2. Baca 19:11-21 dengan hati-hati. Kesan keseluruhan apakah yang Anda dapatkan dari ayat-ayat ini?
- 3. Tinjaulah kembali urutan empat dalam mana musuh Tuhan diperkenalkan di kitab Wahyu—dan urutan di mana mereka hilang dari penglihatan itu.
- 4. Tujuan 19:11-21 adalah untuk menggambarkan kejatuhan dua binatang itu, namun ke atas apakah (atau siapakah) penekanan itu ditempatkan?
- 5. Bahaslah empat nama/gelar Yesus seperti yang ditemukan di ayat 11, 12, 13, dan 16. Berikanlah perhatiannya khusus terhadap kalimat "Raja segala raja dan Tuan segala tuan." Bagaimana setiap nama/gelar itu berkontribusi terhadap penghargaan kita terhadap Yesus?
- 6. Diskusikanlah rincian lain dari gambaran Yesus. Yang manakah dari rincian itu yang telah ditemukan sebelumnya di dalam kitab ini? Yang manakah yang baru?
- 7. Apakah Anda pikir orang-orang di dalam pasukan ayat 14 adalah orang-orang kudus atau para malaikat? Apakah ada bedanya?
- 8. Bedakanlah perjamuan di 19:9 dengan perjamuan di 19:17.
- 9. Tinjaulah kembali apa yang kita katakan tentang dua binatang itu ketika kita mempelajari pasal 13.
- 10. Binatang itu dan pasukannya berkumpul untuk melawan Tuhan dan bala tentara-Nya, tetapi apakah teks itu menggambarkan sebuah "pertempuran" seperti kita biasanya menggunakan istilah itu?
- 11. Berapa banyakkah ruang yang digunakan dalam teks itu untuk menceritakan kejatuhan binatang itu dan nabi palsu? Mengapa menurut Anda catatan itu begitu singkat?
- 12. Mengapakah penting untuk berserah kepada Yesus sebagai "Raja segala raja dan Tuan segala tuan"?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Seseorang menyebut bagian Kitab Suci ini "Pertempuran Untuk Tukang Pamer" G. B. Caird menjudulkan itu "Penghancuran Sang Perusak."
Inilah pendekatan lain untuk 19:11-21: (1) Gelarl Raja, (2) Tugas Raja, (3) Kemenangan Raja.54Masih yang lain lagi (1) Pemimpin Besar, (2) Perjamuan Besar, (3) Kemenangan Besar.55
Seluruh pelajaran itu dapat dibangun di atas perbedaan antara "Dua Perjamuan." Anda juga bisa berkhotbah tentang empat nama/gelar Yesus yang ditemukan di dalam teks kita.
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Ini tidak harus berarti bahwa mereka pada akhirnya dikalahkan di berbagai. Sebaliknya, ini merupakan perangkat apokaliptik untuk m...
Catatan Akhir:
- 1 Ini tidak harus berarti bahwa mereka pada akhirnya dikalahkan di berbagai. Sebaliknya, ini merupakan perangkat apokaliptik untuk membangun suatu klimaks. Klimaksnya adalah kekalahan akhir naga itu di pasal 20.
- 2 James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 109. (Huruf miring oleh dia.)
- 3 William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 177.
- 4 G. R. Beasley-Murray, The Book of Revelation, The New Century Bible Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1974), 277.
- 5 Para komentator nyaris sama terpecah sama kuatnya mengenai apakah pengendara kuda putih di pasal 6 adalah Kristus atau bentuk imperialisme tertentu. (Lihat pembahasan penunggang kuda ini di halaman 86 dan 87 dalam pelajaran "Gemuruh Derap Kaki Kuda," dalam "Wahyu, 3.") Namun begitu, seperti yang Edward Myers nyatakan mengenai pesan dari 19:11-21, "Apakah ada kesamaan [atau tidak] antara penunggang di sini dan penunggang yang disebut di pasal 6 adalah tidak penting." (After These Things I Saw: A Study of Revelation [Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1997], 309).
- 6 Barclay, 178. Bala tentara Tuhan menunggang kuda putih juga (ay. 14)-juga menunjukkan kemenangan.
- 7 Di 1:5. Ia disebut "saksi yang setia." Lihat catatan tentang 1:5 dalam pelajaran "Berapa Lama Lagikah, Ya Penguasa!" dalam "Wahyu, 1" dan catatan tentang 3:14 dalam pelajaran" Gereja Yang Kaya & Sukses, 2," dalam "Wahyu, 3."
- 8 Untuk ilustrasi pertama tentang puncak gunung, lihat pelajaran" Terima kasih Allah, Kami Menang!" dalam "Wahyu, 1."
- 9 Istilah yang sama ini ditemukan di 2:18.
- 10 Dalam beberapa museum, saya pernah melihat beberapa mahkota yang pas di dalam satu sama lainnya sehingga mereka tampak seperti satu mahkota. Untuk menekankan bahwa Kristus memiliki banyak mahkota, saya meminta jurugambar Brian Watts untuk menggambar beberapa mahkota di kepala Yesus.
- 11 "Pada Dia" ditambahkan oleh para penerjemah (lihat KJV); kita tidak diberitahu di mana nama ini ditulis.
- 12 Beberapa komentator menyia-nyiakan banyak halaman untuk berspekulasi tentang apa nama itu, ketika teks itu dengan jelas mengatakan bahwa "tidak ada yang tahu" nama itu kecuali Yesus.
- 13 J. W. Roberts, The Revelation to John (The Apocalypse), The Living Word Commentary Series (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1974), 164.
- 14 Beberapa terjemahan menulis "dipercik." Bukti manuskrip di sini tidaklah pasti.
- 15 Mengidentifikasi darahnya siapa tidak ada hubungannya dengan pesan utama nas itu, jadi saya tidak keberatan untuk menganggap darah itu sebagai darah Yesus; tetapi mengidentifikasi darah itu sebagai darah musuh-musuh Yesus adalah jauh lebih sesuai dengan konteksnya dan latar belakang Perjanjian Lama.
- 16 Sudah umum terjadi di dalam literatur apokaliptik untuk mengantisipasi beberapa rincian yang tidak disinggung hingga belakangan nanti.
- 17 Ini merupakan petunjuk lain bahwa rasul Yohanes adalah Yohanes yang sama yang menulis Kitab Wahyu.
- 18 Masuk akal bahwa "malaikat kudus" (Markus 8:38) akan digambarkan sebagai mengenakan pakaian putih/terang. Dua malaikat di kubur Yesus mengenakan "pakaian yang berkilau-kilauan" (Lukas 24:4).
- 19 Albertus Pieters, Studies in the Revelation of St. John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1954), 204.
- 20 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 451.
- 21 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 225. (Huruf miring oleh dia.)
- 22 Teks aslinya tidak secara tata bahasa melakukan ini: kata kerja bahasa Yunani secara otomatis memasukkan kata ganti orang (maskulin, feminin, atau netral). Kata Yunani untuk "alur" (patei) secara harfiah berarti "ia menapak." Ketika kata ganti orang bahasa Yunani ditambahkan sebelum kata kerja, cara ini memberikan penekanan pada kata ganti orang itu. Dalam hal ini, kata Yunani itu berbunyi autos (bentuk "ia [laki-laki]") patei, sehingga kalimat itu menunjukkan bahwa "Ia menapak."
- 23 Mengenai pedang dari mulut-Nya, lihat catatan tentang 1:16 dalam pelajaran "Seorang Seperti Anak Manusia," dalam "Wahyu, 2" dan catatan tentang 2:12 dalam pelajaran" Gereja Di Kota Dosa," dalam "Wahyu, 2." Mengenai gada besi, lihat komentar tentang 2:26, 27 dalam pelajaran "Gereja Dimana Izebel Menjadi Anggotanya," dalam "Wahyu, 2," ditambah 12:5 dalam pelajaran "Kenalilah Musuh Anda," dalam "Wahyu, 6." Mengenai kilangan anggur, lihat komentar tentang 14:19, 20 dalam pelajaran "Saatnya Menuai," dalam "Wahyu, 7."
- 24 George Eldon Ladd, A Commentary on the Revelation of John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 252.
- 25 Fakta bahwa terminologi ini, yang umumnya diterapkan kepada Allah, diterapkan kepada Yesus adalah bukti lain bahwa Yesus sendiri adalah ilahi.
- 26 Pada penunggang kuda, daerah yang mudah terlihat adalah paha, tapi lokasi tepatnya daerah tersebut tidaklah pasti. Beberapa orang percaya bahwa nama itu pada bagian jubah yang menutupi paha. Yang lainnya menunjukkan bahwa bahasa Yunaninya mengatakan "pada jubah-Nya dan paha-Nya." (Dengan demikian, dalam lukisan Brian Watts, Anda akan melihat tanda pada jubah yang menutup paha dan pada ujung jubah itu.) Yang lainnya lagi menempatkan nama itu pada beberapa bagian pakaian-Nya atau persenjataan di area umum paha: pada sabuk-Nya yang lebar (korset), pada gagang pedang-Nya, atau di tempat lain. Penekanannya bukan pada penempatan tertentu, tetapi pada kenyataan bahwa nama-Nya itu menonjol dan mudah dilihat.
- 27 Poin utama kedua dan ketiga dalam pelajaran ini diambil dari Michael Wilcock, I Saw Heaven Opened: The Message of Revelation , The Bible Speaks Today Series (Downers Grove, Ill.: Intervarsity Press, 1975), 184-85.
- 28 Bahasa Yunaninya secara harfiah berbunyi "satu malaikat."
- 29 Simbolisme matahari bisa juga menunjukkan kemuliaan dan/atau pentingnya pesan malaikat (Wahyu 1:12; 10:1; 2:1), atau fakta bahwa ia datang dari sumber cahaya (iluminasi). (Lihat 1 Timotius 6:16; 1 Petrus 2:9; 1 Yohanes 1:5. Juga lihat komentar tentang Wahyu 7:2 dalam pelajaran, "Ketenangan Di Tengah Badai," dalam "Wahyu, 4.")
- 30 Dalam teks aslinya, di seluruh ayat ini, tidak ada kata sandang pasti ("Ing.: the") yang muncul sebelum kata Yunani yang diterjemahkan "daging." Selanjutnya, kata Yunani yang diterjemahkan "daging" berbentuk jamak (harfiahnya, "daging-daging"). Kata itu dapat diterjemahkan "tubuh" atau "mayat."
- 31 Dimasukkannya "daging kuda" adalah aneh, tapi kata itu mungkin tidak memiliki arti di luar melengkapi gambaran itu.
- 32 "Semua orang" harus dibatasi oleh konteksnya: "semua orang" yang telah bersekutu dengan binatang itu. Sudah tentu, orang Kristen tidak termasuk.
- 33 Kata Yunani yang diterjemahkan "komandan-komandan" ("kapten", KJV) mengacu kepada pemimpin militer atas seribu orang lebih.
- 34 Kalimat ini dan yang sebelumnya disadur dari James D. Strauss, The Seer, the Saviour, and the Saved, rev. ed., Bible Study Textbook Series (Joplin, Mo.: College Press, 1979), 260.
- 35 Aspek lain yang memalukan dari adegan ini adalah bahwa mayat-mayat itu bergelimpangan tak terkubur di medan perang. Lihat komentar tentang kematian dua saksi dalam pelajaran "Bersediakah Anda Mati?" dalam "Wahyu, 6."
- 36 Albert H. Baldinger, Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1960), 105.
- 37 Lihat catatan tentang 13:11-17 dalam pelajaran "Penipu Ulung," dalam "Wahyu 7."
- 38 Lihat pelajaran "Pertempuran Yang Tak Pernah Dan Tak Akan Pernah Ada." Sebagai bukti lebih lanjut bahwa pertempuran di pasal 19 dan 20 adalah sama, perhatikanlah bahwa prototipe "perjamuan besar Allah" di 19:17, 18 ditemukan di dalam Yehezkiel 38 dan 39-pasal-pasal yang sama yang memberikan nama "Gog dan Magog" untuk 20:8.
- 39 Beasley-Murray, 278. (Huruf miring oleh dia.)
- 40 Donald Guthrie, The Relevance of John's Apocalypse (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 102.
- 41 Coffman, 451.
- 42 Bandingkanlah gambaran tentang nabi palsu ini dengan binatang darat di 13:11-17.
- 43 Mereka yang mengajarkan bahwa dua binatang itu adalah dua manusia khusus menggunakan ungkapan "dilemparkan hidup-hidup" untuk mencoba membuktikan bahwa teks itu pastilah berbicara tentang dua individu. Namun begitu, dalam konteks bahasa apokaliptik simbolis, kalimat itu sekedar berarti bahwa sampai saat kehancuran mereka, kedua binatang itu secara aktif menentang Tuhan.
- 44 Kita sudah memiliki acuan tentang api/kebakaran (17:16; 18:8, 9, 18) dan belerang (9:17), tetapi bukan "lautan api yang menyala-nyala oleh belerang."
- 45 Alkitab KJV menggunakan kata "neraka" empat kali di dalam Kitab Wahyu untuk menerjemahkan kata Yunani hades, tetapi, seperti yang telah kita bahas sebelumnya, hades mengacu kepada dunia gaib orang mati, bukan kepada tempat hukuman kekal (neraka, Yun:. gehenna).
- 46 Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 388. (Huruf miring oleh saya.)
- 47 Martin H. Franzmann, The Revelation to John (St. Louis, Mo.: Concordia Publishing House, 1976), 128.
- 48 Disadur dari Morris, 225-26.
- 49 Orang mungkin bertanya, "Mengapakah mereka ini tidak dilemparkan juga ke dalam lautan api?" Mereka akan dilemparkan (20:15), tetapi menunggu saat klimaks ketika iblis dilemparkan ke dalam lautan api (20:10).
- 50 Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary, vol. 2 (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1989), 610.
- 51 Beasley-Murray, 283.
- 52 William Hendriksen, Lectures on the Last Things (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1951), 63. (Huruf miring oleh dia)
- 53 Jika Anda menggunakan ini sebagai materi khotbah, doronglah para pendengar Anda untuk merespon dengan kepercayaan dan ketaatan kepada Tuhan (Markus 16:15, 16; Kisah 2:37, 38).
- 54 Disadur dari Merrill C. Tenney, Proclaiming the New Testament: The Book of Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1963), 96-98.
- 55 Disadur dari John Stacy, Preaching Through Revelation (Winona, Miss.: J. C. Choate Publications, 1983), 169-71.
Pengarang: David Roper
Hak Gpta © 2013 pada Truth for Today
Hak Gpta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi