Teks -- Wahyu 20:3 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 20:3
Full Life: Why 20:3 - IA JANGAN LAGI MENYESATKAN BANGSA-BANGSA.
Nas : Wahy 20:3
Bangsa-bangsa yang akan ada selama pemerintahan Kristus di bumi
terdiri atas orang percaya yang hidup pada akhir masa kesengsaraan....
Nas : Wahy 20:3
Bangsa-bangsa yang akan ada selama pemerintahan Kristus di bumi terdiri atas orang percaya yang hidup pada akhir masa kesengsaraan.
(lihat cat. --> Wahy 19:21;
lihat cat. --> Wahy 20:4).
[atau ref. Wahy 19:21; 20:4]
Sekalipun kadang kala istilah "bangsa-bangsa" dipakai secara khusus untuk orang-orang yang tidak percaya, namun Yohanes memakainya juga untuk menunjuk kepada orang-orang yang telah diselamatkan. (Wahy 21:24; 22:2).
Ende -> Why 20:1-3
Ende: Why 20:1-3 - Naga masih bebas, tetapi kini ditangkap dan dikurung untuk "seribu tahun",
artinja dalam bahasa karangannja ini: untuk lama sekali. Ada jang menafsirkan
dj...
masih bebas, tetapi kini ditangkap dan dikurung untuk "seribu tahun", artinja dalam bahasa karangannja ini: untuk lama sekali. Ada jang menafsirkan djangka waktu itu sebagai mulai dengan kebangkitan Kristus dan berachir pada achir zaman.
Kalimat kedua dalam ajat ini, pada pertengahannja, jakni "mereka itu tidak menghormati" dapat diterdjemahkan djuga: "dan semua orang jang tidak menghormati dsl.". Kalau terdjemahan ini benar, dapat disimpulkan, bahwa bukan sadja para martir, tetapi semua orang beriman jang bertekun dalam perdjuangannja, sesudah meninggal segera "hidup kembali dan memerintah:, menduduki tachta-tachta (Wah 21:4), bersama dengan Kristus, selama seribu tahun itu. Itulah "kebangkitan pertama", sedangkan "kebangkitan umum" akan djadi pada achir zaman.
Ref. Silang FULL -> Why 20:3
Ref. Silang FULL: Why 20:3 - jurang maut // dan memeteraikannya // menyesatkan bangsa-bangsa · jurang maut: Wahy 20:1
· dan memeteraikannya: Dan 6:18; Mat 27:66
· menyesatkan bangsa-bangsa: Wahy 20:8,10; Wahy 12:9
· jurang maut: Wahy 20:1
· dan memeteraikannya: Dan 6:18; Mat 27:66
· menyesatkan bangsa-bangsa: Wahy 20:8,10; Wahy 12:9
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 20:3 - -- 20:3 lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan menyegelkannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-ban...
20:3 lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan menyegelkannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.
Iblis ditangkap oleh seorang malaikat tanpa nama. Dia dilemparkan ke dalam jurang maut, dan dia akan berada di sana selama seribu tahun.
Seperti apa yang dikatakan di atas, penangkapan Iblis diceritakan secara rinci untuk menegaskan bahwa dia sama sekali tidak dapat menyesatkan bangsa-bangsa selama masa Kerajaan Seribu Tahun.
Kitab Wahyu pasal 20:7-9 menjelaskan tujuan Allah, mengapa Iblis dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.
Hagelberg: Why 20:1-3 - -- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
Apabila dalam pasal 19:11-21 penunggang kuda putih itu mengalahkan segala manusia yang melawan Dia, dalam bagian ini mala...
Hagelberg: Why 20:3 - -- 20:3 lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan menyegelkannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-ban...
20:3 lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan menyegelkannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.
Iblis ditangkap oleh seorang malaikat tanpa nama. Dia dilemparkan ke dalam jurang maut, dan dia akan berada di sana selama seribu tahun.
Seperti apa yang dikatakan di atas, penangkapan Iblis diceritakan secara rinci untuk menegaskan bahwa dia sama sekali tidak dapat menyesatkan bangsa-bangsa selama masa Kerajaan Seribu Tahun.
Kitab Wahyu pasal 20:7-9 menjelaskan tujuan Allah, mengapa Iblis dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.
Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |
Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 20:1-10
Matthew Henry: Why 20:1-10 - Masa Seribu Tahun; Peperangan dengan Gog dan Magog
Di sini kita dapati gambaran tentang,
I. Diikatnya Iblis selama seribu tahun (ay. 1-3).
II. Memerintahnya para kudus bersama Krist...
- Di sini kita dapati gambaran tentang,
Masa Seribu Tahun; Peperangan dengan Gog dan Magog (20:1-10)
- I. Nubuat tentang diikatnya Iblis. Kepada siapa pekerjaan ini dipercayakan, yaitu seorang malaikat dari sorga. Kristus tidak pernah kekurangan kuasa dan alat untuk mematahkan kuasa Iblis. Pelaksanaan pekerjaan ini (ay. 2-3). Kekuatan si naga maupun kelicikan si ular tidaklah cukup untuk menyelamatkan si Iblis. Malaikat melemparkannya ke dalam jurang maut. Iblis dipenjarakan kembali, dan dirantai di sana. Malaikat menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya. Kita dapati kurun waktu Iblis dikurung, yaitu seribu tahun, dan sesudah itu ia akan dilepaskan kembali untuk sedikit waktu lamanya.
- II. Gambaran tentang pemerintahan para kudus selama waktu ketika Iblis diikat (ay. 4-6). Siapa mereka itu yang menerima kehormatan yang sedemikian besar ini, yaitu mereka yang telah menderita bagi Kristus dan semua orang yang setia mengikuti-Nya. Kehormatan dianugerahkan kepada mereka. Mereka dibangkitkan dari kematian dan hidup kembali. Mereka memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. Orang-orang yang menderita bersama Kristus akan memerintah bersama Kristus. Ini disebut kebangkitan pertama, yang dianugerahkan tidak kepada siapa pun selain yang melayani Kristus dan menderita bagi Dia. Kebahagiaan para hamba Allah ini. Mereka berbahagia dan kuduslah (ay. 6). Tidak ada orang yang berbahagia selain yang hidup kudus, dan semua orang yang hidup kudus akan berbahagia. Mereka diamankan dari kuasa kematian yang kedua. Mereka yang mengalami kebangkitan rohani akan diselamatkan dari kuasa kematian kedua.
- III. Gambaran tentang pertempuran dahsyat, sangat hebat, tetapi singkat dan menentukan. Kekangan terhadap Iblis akhirnya diangkat. Selama dunia ini masih berlangsung, kuasa Iblis di dalamnya tidak akan dihancurkan seluruhnya. Begitu Iblis dilepaskan, langsung saja ia jatuh kembali ke pekerjaan lamanya, menyesatkan bangsa-bangsa, sehingga mengaduk-aduk mereka untuk berperang melawan para kudus dan hamba-hamba Allah. Upaya-upaya Iblis yang terakhir tampaknya paling hebat (ay. 8). Yang menjadi para panglima tinggi dalam pasukan di bawah naga ini adalah Gog dan Magog. Mengenai keduanya ini kita hanya baca dalam Yehezkiel 38:2, di mana banyak ujud dalam nubuatnya dipinjam dalam nubuat di Kitab Wahyu. Barisan dan kedudukan pasukan yang menakutkan ini (ay. 9). Celaka dan hukuman terhadap pasukan besar yang hebat ini, Iblis. Sekarang ia dilemparkan ke dalam neraka, bersama kedua perwira utamanya, binatang dan nabi palsu itu, untuk disiksa siang malam sampai selama-lamanya.
SH: Why 20:1-6 - Para martir memerintah bersama Kristus (Senin, 18 November 2002) Para martir memerintah bersama Kristus
Beberapa waktu belakangan ini pertanyaan sekitar masalah
penderitaan menjadi sangat relevan bagi orang Kr...
Para martir memerintah bersama Kristus
Beberapa waktu belakangan ini pertanyaan sekitar masalah penderitaan menjadi sangat relevan bagi orang Kristen di Indonesia. Pergumulan itu muncul seiring dengan terjadinya peristiwa-peristiwa seperti perusakan bangunan gereja, pelarangan penyelenggaraan ibadah, bahkan juga sampai kepada penganiayaan dan pembunuhan yang diderita saudara-saudara seiman kita.Bagian ini menyingkapkan penilaian dan janji yang dialami oleh para martir di dalam Kristus. Dalam bagian yang kita renungkan kemarin, orang-orang yang mengizinkan semangat hidup duniawi menanamkan pengaruhnya dalam hidup mereka akan dihukum Allah. Kini orang-orang beriman yang menolak pengaruh dunia (Babel, binatang buas) yang berasal dari si Satan (ular tua), bisa jadi harus mati karena sikap imannya itu. Mereka dibenci oleh Satan dan para pengikutnya. Mereka menjadi para martir, sebab mereka mati karena sikap iman mereka kepada kebenaran sebagai pengikut Kristus yang setia. Di mata dunia, para martir itu kalah, kehilangan nyawa mereka. Di dalam penilaian Allah, para martir itu menang, sebab mereka memiliki "nyawa ganda"â€â€mereka akan dihidupkan kembaliâ€â€bahkan memerintah sebagai raja bersama Kristus (ayat 4).
Kemarin kita diperingatkan untuk tidak mempertaruhkan nasib kekal kita untuk suatu keuntungan yang sementara, di bagian ini kita diajak berani mengorbankan hal-hal yang sementara demi hal-hal yang kekal. Penderitaan karena iman yang harus kita tanggung di dunia ini hanya "sepuluh hari saja" lamanya (ayat 2:10), sementara kemenangan orang yang menderita demi Kristus akan "seribu tahun" lamanya (ayat 4) (Bdk. Rm. 8:18). Firman ini juga menyimpulkan bahwa orang yang menderita sampai menjadi martir demi Kristus, sesungguhnya beroleh hak istimewa yang tidak dialami oleh yang bukan martir (ayat 5).
Renungkan:
Ketika orang Kristen melalui masa penganiayaan, sesungguhnya
proses pemurnian dan pemuliaan iman sedang berlangsung. Kita
perlu berdoa bukan saja agar berani tetapi juga agar berhikmat
menilai situasi sulit kini dengan tepat.
SH: Why 20:1-15 - Kemenangan Gereja dalam Kristus (Senin, 18 Desember 2006) Kemenangan Gereja dalam Kristus
"Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit (Luk. 10:18).
Nubuat ini menunjuk kekalahan Iblis pada momen ...
Kemenangan Gereja dalam Kristus
"Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit (Luk. 10:18). Nubuat ini menunjuk kekalahan Iblis pada momen kematian dan kebangkitan Kristus. Wahyu 20 menegaskan kekalahan total Iblis melalui salib dan kebangkitan Yesus dengan berbagai simbol: mengikat, membuang naga (ular tua/Iblis/Setan selama 1000 tahun). Seperti halnya nama-nama ular tua, naga, dll. bersifat simbolis, 1000 tahun pun adalah lambang kemenangan panjang umat sesudah sekejap (10 hari - Why. 2:10) menderita karena iman. Wahyu 20 adalah gambaran sejak kehadiran Yesus dalam Inkarnasi-Nya, sampai kedatangan-Nya kelak untuk menjadi hakim atas dunia ini (11-15).
Bila perikop sebelumnya menggambarkan hukuman atas para pengikut Iblis, perikop ini membukakan hukuman Allah atas Iblis itu sendiri. Iblis yang terbelenggu selama 1000 tahun adalah gambaran masa yang panjang dan genap untuk gereja berkesempatan mengalami kemenangan Kristus sebelum akhirnya Iblis dibinasakan. Yesus sudah menang sedangkan Iblis sudah kalah meski masih bisa membuat ulah menyesatkan pengikut Kristus. Ulah itu dari pihak yang sudah dikalahkan, maka ia tidak dapat mengganggu atau membatalkan pekabaran Injil yang pengikut Kristus lakukan.
Dalam masa ini, orang beriman bisa mengalami kematian fisik namun karena ada di dalam Kristus yang bangkit, juga mengalami kebangkitan (pertama - rohani), dan tidak akan mengalami kematian kedua. Akan tetapi, mereka yang mengalami kebangkitan (kemenangan fisik) atas pengikut Kristus karena kejahatan mereka, justru akan mengalami kematian kedua (kematian kekal). Kerajaan Allah sudah ada dan sedang ditegakkan, bahkan para martir-Nya sedang memerintah bersama Kristus (4-6). Pengadilan terakhir menjadi kemenangan tuntas bagi umat Allah dan kekalahan final bagi semua musuh Allah. Kemenangan tuntas pasti tiba.
Renungkan: Iblis tidak berkuasa membinasakan lagi, maka hidup dan melayanilah dalam sikap pemenang.
SH: Why 20:1-15 - Baca Gali Alkitab 6 (Jumat, 12 Desember 2014) Baca Gali Alkitab 6
Apa saja yang Anda baca?
1. Siapakah yang turun dari surga dan apa yang dia lakukan (1-3)?
2. Untuk berapa lama Iblis terbeleng...
Baca Gali Alkitab 6
1. Siapakah yang turun dari surga dan apa yang dia lakukan (1-3)?
2. Untuk berapa lama Iblis terbelenggu (2)?
3. Kapankah masa pemerintahan seribu tahun akan dimulai? Siapa sajakah yang akan memerintah bersama Kristus pada masa itu (4)?
4. Apa yang dimaksud dengan kematian yang pertama? Dan apa yang dimaksud dengan kematian yang kedua? (5-6, 14-15)
5. Apa yang terjadi sesudah masa seribu tahun (7)? Apakah yang akan dilakukan Iblis pada masa itu (8-9)? Bagaimanakah akhir keberadaan Iblis itu (10)?
6. Apakah yang kemudian dilihat oleh Yohanes (11)?
7. Siapakah yang dihakimi dan berdasarkan apa (12-13)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Dari adanya kebangkitan yang pertama dan kematian yang kedua, apa yang Anda pelajari?
2. Dari segala sesuatu yang dilakukan dan dialami oleh si Iblis, apa yang Anda pelajari?
3. Dari pasal ini, hal apa yang memberi penghiburan bagi Anda? Mengapa?
4. Pengharapan apa yang Anda temukan dalam pasal ini?
Apa respons Anda?
1. Dari karakteristik orang-orang hidup kembali dan memerintah bersama Kristus selama seribu tahun, bagaimana tekad Anda dalam mempertahankan iman? Situasi atau kondisi apakah yang menghimpit iman Anda di masa sekarang ini? Apa yang Anda lakukan untuk mempertahankan iman Anda?
Pokok Doa:
Agar umat memiliki ketahanan untuk bertekun dalam iman, meski menghadapi berbagai godaan dan ancaman.
SH: Why 20:1-15 - Seribu tahun (Jumat, 12 Desember 2014) Seribu tahun
Konsistensi dalam menafsir diperlukan untuk menjaga keakuratan makna. Sejauh ini kita sudah melihat bahwa menafsir Wahyu tidak boleh dil...
Seribu tahun
Konsistensi dalam menafsir diperlukan untuk menjaga keakuratan makna. Sejauh ini kita sudah melihat bahwa menafsir Wahyu tidak boleh dilakukan seolah-olah semua dicatat melulu kronologis dan harfiah. Kita bertemu dengan angka-angka yang dipakai sebagai lambang. Demikian juga berbagai makhluk baik yang di surga maupun yang di bumi, yang melambangkan sesuatu atau seseorang, yang juga tidak boleh sembarangan dipetakan pada figur tertentu di muka bumi ini.
Perikop kita ini merupakan perikop yang ditafsir berbeda oleh kelompok gereja berbeda. Yang menekankan keharfiahan dan kronologis dari tiga penglihatan yang dicatat di pasal 20 ini memahaminya secara ringkas sebagai berikut: setelah Kristus datang mengalahkan Iblis dan mengikatnya ke jurang yang dalam (3), dimulailah era 1000 tahun di bumi. Kristus bersama para syuhada yang sudah dibangkitkan, memerintah di bumi. Di akhir 1000 tahun, Iblis akan dilepas sedikit waktu untuk peperangan terakhir, yang berakhir dengan kekalahannya secara mutlak. Semua pengikutnya akan dibuang ke lautan api (14). Semua orang percaya masuk surga, yaitu langit dan bumi yang baru (pasal 21-22).
Bila mengikuti pola penafsiran yang dipakai di Santapan Harian ini, maka 1000 tahun dimengerti sebagai simbol waktu yang sangat panjang, tetapi akan berakhir. Masa itu sudah dimulai sejak kematian dan kebangkitan Kristus, di mana Iblis dan pengikutnya sudah dikalahkan. Iblis tidak memiliki kuasa untuk memaksa orang mengikut dia, walau masih bisa menipu dan menyesatkan. Ini adalah masa penginjilan, di mana orang percaya menyaksikan Kristus, melawan penyesatan yang sedang dilakukan di mana-mana. Masa 1000 tahun berakhir dengan kedatangan Kristus kedua kali. Peperangan terakhir terjadi. Semua pengikut Iblis di buang ke api kekal. Semua orang percaya masuk surga.
Sekaranglah masa penginjilan! Waktu semakin dekat dengan kedatangan-Nya. Jangan sia-siakan kesempatan yang singkat ini untuk membawa orang kepada Kristus!
SH: Why 20:1-6 - Panggilan Kristiani (Selasa, 18 Oktober 2022) Panggilan Kristiani
Dalam perikop ini terdapat dua penglihatan. Pertama, Yohanes melihat Iblis dirantai dan dibuang ke dalam jurang maut (1-3). Kedua...
Panggilan Kristiani
Dalam perikop ini terdapat dua penglihatan. Pertama, Yohanes melihat Iblis dirantai dan dibuang ke dalam jurang maut (1-3). Kedua, ia melihat orang-orang yang dibunuh, karena menjadi saksi Kristus, bangkit dan memerintah bersama Kristus seribu tahun lamanya, yakni pada masa Iblis dipenjara (4-6).
Seorang malaikat akan mengalahkan, membelenggu, lalu melemparkan Iblis ke dalam jurang maut. Dengan anak kunci yang dipegangnya, dia akan mengunci pintu jurang itu dan menyegelnya. Setelah genap seribu tahun, malaikat itu akan melepaskan Iblis sebentar saja. Jelas Iblis bukan pribadi mahakuasa. Ia-yang sering digambarkan menjadi lawan Yesus dalam Kitab-kitab Injil-takluk di hadapan malaikat.
Hal itu mestinya membuat orang percaya tidak terlalu tinggi menilai kuasa Iblis. Frasa "ia akan dilepaskan" menjelaskan bahwa semua tindakan Iblis bukanlah di luar sepengetahuan dan izin Allah. Semua merupakan rancangan Allah dan ada dalam kendali-Nya. Kenyataan itu seharusnya menjadi sumber penghiburan bagi setiap pengikut Kristus.
Ungkapan "seribu tahun" tak perlu dimaknai harfiah. Hal itu merupakan penghitungan Allah sendiri. Dalam waktu seribu tahun itu orang-orang yang dihukum mati karena memberitakan Injil, dan menolak untuk menyembah kaisar, akan dibangkitkan dan memerintah bersama Kristus.
Kematian karena Injil bukanlah aib. Dengan tegas Yohanes mengatakan bahwa para martir layak disebut berbahagia karena merekalah umat khusus milik Allah, yang tidak mengalami kematian kedua. Hal itu juga semestinya mendorong kita-para pengikut Kristus-untuk tidak takut hidup dan mati demi Injil. Sebab, kehidupan dan kematian karena Injil akan membebaskan kita juga dari kematian yang kedua.
Hal itu pulalah panggilan kristiani kita: menjadikan rumah, lingkungan, sekolah, juga kantor kita sebagai ladang misi Allah, sehingga makin banyak orang merasakan kasih dan pelayanan Allah melalui kesaksian kita, baik kata maupun karya. Memang ini bukan hal gampang, namun layak kita lakoni sebagai hamba Allah. [YMI]
Utley -> Why 20:1-3
Utley: Why 20:1-3 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 20:1-31 Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tanga...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 20:1-3
1 Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya 2 ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya 3 lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.
Wahy 20:1 "Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari langit, memegang anak kunci jurang maut" Mirip dengan malaikat yang memiliki kunci jurang maut di Wahy 9:1-2,11. Sangat menarik bahwa Setan terikat oleh malaikat yang tidak disebutkan namanya.
□ "kunci jurang maut" Kita telah melihat dua kunci dalam Wahyu. Yesus memiliki kunci maut dan Hades dalam Wahy 1:18 dan malaikat tanpa nama memiliki kunci jurang maut di Wahy 9:1. Istilah "kunci" adalah metafora untuk "otoritas atas"
Istilah "jurang maut" adalah kata Yunani untuk "kedalaman" dengan ALPHA PRIVATIVE (jurang maut) dan telah dibahas dalam Wahy 9:1. Tampaknya menjadi penjara roh-roh jahat. Namun, ini tidak bisa menjadi interpretasi mutlak karena penggunaan Paulus di Rom 10:7. Mungkin identik dengan " Tartarus " sebagai tempat kurungan semua roh jahat (lih. Luk 8:31; Yud 1:6; 2Pet 2:4). Dalam Yudaisme rabinik abad ke 2 2Pet 3, itu dipahami sebagai bagian tidak benar dari Hades.
Wahy 20:02 "naga, si ular tuaitu, yaitu Iblis dan Setan" Keempat sebutan dari si jahat, yang telah dibahas pada Wahy 12:9, ditekankan untuk mendefinisikan dengan tepat siapa yang sedang terikat dan yang kemudian akan dilemparkan ke dalam lautan api (lih. ay. Wahy 20:10). Ini menghubungkan yang Awal (lih. Kej 3) dengan yang Akhir (Wahy 20; 21; 22).
Istilah " Naga " mungkin
- 1. sejajar dengan "ular". Di PL, istilah Ibrani tanin dapat merujuk ke
- a. ular tanah (lih. Kel 7:9,10,12;Ul 32:33; dan mungkin Mazm 91:13)
- b. ular laut (lih. Kej 1:21; Mazm 148:7)
- 3. sejajar dengan mitos rakasa laut, Leviathan (lih. Ayub 7:12; Mazm 74:13-14; Yes 27:1), yang digunakan untuk menggambarkan salah satu makhluk Allah (lih. Ayub 41; Mazm 104:24-26), atau sebagai simbol kejahatan (seperti Rahab, lihat Yes 51:9)
- 4. digunakan secara simbolis oleh para pemimpin untuk musuh-musuh Israel
- 3. digunakan dalam mitologi Mesopotamia sebagai rakasa kekacauan (lih. Pengantar Wahy 12 !!# B dan khususnya di Wahy 12:3 King James Version menerjemahkan baik tannin dan tannim (howlers atau serigala, lih. Ayub 30:29, Mazm 44:19; Yes 13:22; 34:13; 35:7; 43:20; Yer 9:11; 10:22; 49:33; 51:37, Yeh 29:3 dan Mi 1:8) sebagai "naga," tapi mereka bukan istilah terkait. Serigala adalah kata jamak dari tan.
□ "ia mengikatnya seribu tahun lamanya" Manusia selalu merasa bahwa hukuman badan akibat dari pilihan Adam dan Hawa, tidak adil. Mungkin penghapusan kejahatan dan godaan ini menyediakan pengaturan teologis mirip dengan Taman Eden. Tidak hanya umat manusia terhindar dari godaan setan, mereka akan menikmati kehadiran Mesias Maha Suci untuk jangka panjang. Yang menyedihkan adalah bahwa manusia akan memberontak lagi terhadap pemerintahan Allah di dalam Kristus (lih. Wahy 20:7-9)!
Konsep PL dari kedua zaman Yahudi adalah cara untuk menggambarkan konflik antara yang baik dan yang jahat (dualisme terbatas). Orang-orang Yahudi pada jamannya dan setiap hari. Dalam buku yang begitu jelas simbolismenya, dan wahyu yang begitu terisolasi dan tidak dapat diulang kembali sebagai pemerintahan 1000 tahun, mengapa ada orang yang ingin menafsirkan hal ini secara harfiah? Jawabannya terletak pada pengandaian penafsir, bukan dalam penafsiran. Ini bukan masalah percaya pada Alkitab, namun masalah yang tepat, interpretasi konsisten dari literatur apokaliptik. Kerinduan orang percaya akan informasi lebih lanjut tentang akhir zaman telah mendorong mereka (1) untuk mengubah kitab ini menjadi sebuah presentasi kronologis Kedatangan Kedua; dan (2) untuk memaksa rincian cocok dengan sejarah, budaya, dan interpretatif mereka sendiri, teologis grid. Jika ini diambil secara harfiah, hanya orang-orang Kristen yang hidup dan mati selama periode ini yang akan memerintah dengan Kristus (lih. ay. Wahy 20:4-5).!
Wahy 20:3 "lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya" Ada lima kata kerja yang berhubungan dengan pengikatan Iblis oleh malaikat tanpa nama: (1) "ia menangkapnya"; (2) " mengikatnya "; (3)" melemparkan dia "; (4)" menutupnya "; dan (5)" memeteraikannya "Semua ini adalah AORIST ACTIVE INDICATIVES. Ini berarti penghapusan lengkap dari pengaruh setan. Mungkin menjadi acuan kepada Yes 24:22.
□ "supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa" Kebohongan selalu menjadi tujuan dari si jahat dan agen-agennya (lih. Wahy 12:9; 13:11-14; 16:14; 19:19; 20:8). Karena ia tahu bahwa waktunya sangat singkat (lih. Wahy 12:12), ia mencoba untuk memimpin sebanyak mungkin ciptaan Allah yang terkasih, pria dan wanita, jauh dari-Nya ke dalam pemberontakan dan ketidakpercayaan. Dia juga ingin disembah, sebagaimana dapat dilihat dalam pencobaan Yesus di Mat 4:9; 13:4.
Pertanyaan yang sangat penting adalah, kepada siapa yang dimaksud dengan "bangsa ini" merujuk? Bangsa- bangsa yang tidak percaya sebelumnya dihancurkan dalam Wahy 17:2; 18:3; 19:18-21. Beberapa mengatakan bahwa itu merujuk kepada bangsa-bangsa yang sama, tetapi merupakan sisa dari mereka, bukan tentara mereka yang dikalahkan. Yang lainnya mengatakan bahwa itu adalah bangsa yang berbeda yang tidak terlibat dalam anti-Allah, konspirasi anti-Kristus. Simbolisme dari "bangsa" adalah sangat sulit (lihat catatan pada Wahy 2:26; 10:11) karena mereka terlihat lagi dalam Wahy 22:2, bahkan setelah penghancuran setan dan semua orang-orang yang tidak percaya.
Ada kemungkinan bahwa Wahy 19:11-21 (yaitu, pasal Wahy 17; 18; 19) direkapitulasi dalam Wahy 20:1-10 (yakni, pasal Wahy 20; 21; 22). Hal ini dapat memecahkan masalah kehadiran "bangsa-bangsa" setelah penghakiman lengkap dan akhir di pasal Wahy 19. "Bangsa-bangsa" biasanya merujuk pada orang fasik, tidak bertuhan (lihat catatan pada Wahy 2:26; 10:11 dan artikel oleh Dave Mathewson, "sebuah pemeriksaan ulang Milenium dalam Wahy 20:1-6: penyempurnaan dan Rekapitulasi," JETS, vol 44 # 2,. Juni 2001, hal. 237-251). Temuan Setan dalam Wahy 20:1-10 akan menjadi analog dengan Luk 10:17-20 (setan diusir dari surga); Mat 12:26-29; (kerajaan Iblis dikalahkan oleh eksorsisme Yesus '); Kol 2:10,15 (penguasa dan otoritas dilucuti). Wahy 20:1-10 akan merujuk pada kemenangan Kristus saat kedatangan-Nya yang pertama dan hasil tetap tringgal sampai sebelum kedatangan kedua-Nya (amillennialisme).
Jika rekapitulasi ini benar maka menunjukkan bagaimana Yohanes dipengaruhi oleh motif tunggal pertempuran akhir zaman di Yeh 38; 39 (dan juga Mazm 2). Yohanes telah mengambil konfrontasi PL ini dengan negara-negara kafir di Asia Kecil dan menguniversalkannya ke dalam pertempuran eskatologis antara umat Allah dan orang- orang yang dipengaruhi oleh Iblis dan ketidakpercayaan.
□ "sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya" Telah ada banyak diskusi tentang mengapa setan "harus"(dei) harus dilepaskan untuk sedikit waktu. Beberapa melihatnya sebagai Allah menunjukkan keadilan penghukuman-Nya atas manusia durhaka, yang lain mungkin melihatnya sebagai satu lagi kesempatan penebusan seperti dalam Wahy 9:20-21; 14:6-7; 16:9,11.
Memungkinkan juga untuk melihat terikatnya Setan sebagai simbol dari kekalahan akhir si jahat menggunakan gambaran apokaliptik Yahudi dari I Henokh Wahy 10:4-6,11, di mana Azazel (setan padang pasir Im 16:8,10,26) dipenjara oleh malaikat sehingga ia tidak dapat memimpin orang-orang kepada penyesatan. Hukuman penjara adalah cara malaikat memegang si jahat sampai hari penghakiman dalam Yes 24:21-22; 2Pet 2:4; dan Yud 1:6.
Mungkin juga pembebasannya memicu akhir zaman, sekali-dan-selamanya, konfrontasi antara Allah, Mesias, Roh, dan pengikutnya vs Setan, binatang laut, binatang tanah, dan pengikutnya. Penciptaan akan dibersihkan dari yang jahat. Sejarah telah menjadi medan perang, sejarah akan menjadi tempat konfrontasi final. Motif PL adalah dari Mazm 2 dan Yeh 38; 39. Penghakiman akhir zaman yang sama terlihat di Wahy 19:19-21. Jika ini benar maka bab 17-19 Yeh 20 paralel dan mencakup periode yang sama dari kedatang Kristus pertama kali kedatangan-Nya yang kedua.
Topik Teologia -> Why 20:3
Topik Teologia: Why 20:3 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan dan Kejahatan
Pemeliharaan dan Kejahatan itu Sendiri
Pemelihar...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan dan Kejahatan
- Pemeliharaan dan Kejahatan itu Sendiri
- Pemeliharaan-Nya Membatasi Kejahatan
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Jahat Diikat Selama Milenium
- Setan Ditakdirkan untuk Diikat
- Eskatologi
- Kerajaan Seribu Tahun
- Iblis Diikat
TFTWMS: Why 20:3-7 - Kapan? Yang Tidak Relevan "KAPAN?" YANG TIDAK RELEVAN (Wahyu 20:3, 7)
Satu masalah (mungkin masalah besar) yang kita hadapi tentang pelepasan itu adalah bahwa dalam ...
"KAPAN?" YANG TIDAK RELEVAN (Wahyu 20:3, 7)
Satu masalah (mungkin masalah besar) yang kita hadapi tentang pelepasan itu adalah bahwa dalam penglihatan itu "sedikit waktu" (ay. 3) muncul setelah "seribu tahun": Iblis diikat selama seribu tahun sementara, pada saat yang sama, orang-orang kudus yang mati syahid sedang memerintah. Kemudian, ketika semuanya tampaknya berjalan baik, Iblis tiba-tiba bebas dan sibuk dengan kebiasaan prilaku jahatnya. Pemilihan waktu pelepasan itu membingungkan kita.
Mungkin kita perlu menyesuaikan cara kita melihat aspek waktu nas itu. Ingatlah bahwa kita sedang melihat sebuah penglihatan yang menggunakan bahasa simbolik.
Dalam kondisi seperti ini, haruskah kita berpikir secara lahiriah atas periode waktu singkat yang mengikuti periode waktu yang lebih lama? Ingatlah penekanan kita bahwa "seribu tahun" itu lebih merupakan suatu konsep daripada suatu periode waktu. Karena begitulah kasusnya, mungkin kita harus tidak menganggap "sedikit waktu" itu sebagai periode waktu tertentu. (Lihat "Pemikiran Tentang 'Sedikit Waktu.'") Sebaliknya, gambaran itu mungkin dimaksudkan untuk menyampaikan suatu konsep. Konsep apakah? Inilah beberapa kemungkinannya:
Seperti yang ditunjukkan dalam pelajaran sebelumnya,8ungkapan "sedikit waktu" mungkin hanya dimaksudkan sebagai pembeda dari "seribu tahun": "Pelepasan" Iblis adalah singkat dan tidak penting dibandingkan dengan "pengikatan"nya. Iblis selalu dibatasi oleh keputusan ilahi; segala sesuatu yang ia lakukan berada di bawah kendali Allah.
Mungkin arti ungkapan "sedikit waktu" di sini pada dasarnya sama seperti ketika kata itu digunakan di dalam 12:12: ". . . karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat."9Arti kata-kata ini adalah bahwa hari-hari Iblis sudah dihitung—dan ia tahu. Pasal 12 menggambarkan Iblis sebagai musuh yang kalah; pasal 20 menggambarkan dia sebagai musuh yang diikat. Dalam kedua kasus itu, kita melihat bahwa ia tetap bermaksud melakukan sebanyak mungkin kerusakan dalam "sedikit waktu" yang masih ia miliki.
Mungkin ungkapan "sedikit waktu" menunjukkan bahwa ada saatya ketika batasan-batasan Iblis dilonggarkan sejenak oleh keadaan.10Kita telah tegaskan sebelumnya bahwa Iblis diikat oleh salib dan oleh injil. Bagaimana dengan waktu dan tempat ketika injil belum diberitakan, di mana orang belum memiliki kesempatan untuk mendengar tentang salib? Sayangnya, situasi seperti itu pernah ada, sedang ada, dan akan ada di dalam dunia. Ketika itu terjadi, Iblis memiliki kontrol tanpa kekang atas hati dan hidup manusia.
Mungkin ide-ide itu akan cukup untuk memicu pemikiran Anda tentang konsep apakah yang mungkin ingin disampaikan oleh ungkapan "sedikit waktu" itu.
Sebelum kita meninggalkan subyek "ketika" kita, saya perlu mengajukan satu kemungkinan terakhir: Perhatikanlah bahwa ayat 5 dan ayat 7 keduanya mengacukan "seribu tahun" sebagai telah "berakhir."11Mengenai ayat 5, saya berpendapat bahwa "pernyataan tentang 'seribu tahun' yang sudah 'berakhir' pastilah … mengacu kepada akhir zaman ini—ketika Kristus akan kembali, orang mati akan dibangkitkan, dan setiap orang akan dihakimi." Jika arti ungkapan di ayat 5 adalah seperti itu, maka arti ungkapan di ayat 7 berarti juga seperti itu. Jika benar, "sedikit waktu" itu bukanlah periode waktu sesaat sebelum kedatangan Kristus, melainkan suatu peristiwa sekejap mata pada waktu kedatangan-Nya kembali. Dengan kata lain, Iblis dilepaskan supaya ia bisa dihancurkan. Kita bisa menganggap ini sebagai "hari penghakiman Iblis."
Keberatan terhadap penafsiran ini adalah bahwa dalam penglihatan itu, waktu tampaknya berlalu sementara Iblis menyesatkan bangsa-bangsa dan menghimpun pasukan dari penjuru bumi. Namun begitu, ingatlah bahwa simbolisme ini harus jangan dipahami secara harfiah. Waktu, seperti yang kita tahu, mungkin tidak terlibat sama sekali. Mungkin maksud simbolisme itu adalah untuk menunjukkan bahwa "seribu tahun" belum bisa merubah Iblis (ia tetap menjadi penyesat dan musuh Allah), dan karena itu ia layak dilemparkan ke dalam lautan api.
Apakah Anda cukup bingung? Biarkan saya membuat tiga pernyataan yang berkaitan dengan pertanyaan "Kapan?": (1) Anda tidak perlu memahami dan mengingat pelbagai kemungkinan yang saya telah usulkan mengenai saat "sedikit waktu" itu. (2) Salah satu tujuan menyantumkan pelbagai kemungkinan yang berbeda adalah untuk menunjukkan bahwa tidak ada cara kita bisa berbicara dengan pasti mengenai "kapan" "sedikit waktu" Iblis itu akan terjadi. (3) Semua ini sudah menjadi persiapan untuk menegaskan bahwa, dalam analisis akhir, "kapan" pada dasarnya tidak relevan dengan pesan Roh Kudus bagi kita. Yang penting tentang 20:7-10 bukanlah "mengapa?" atau "kapan?", tetapi "apakah?": Akan seperti apakah nasib akhir Iblis?
RENUNGAN TENTANG "SEDIKIT WAKTU"
Sulit untuk tidak berpikir dalam kerangka periode waktu ketika mempelajari Wahyu 20. Pelbagai komentator—bahkan mereka yang bersikeras bahwa "seribu tahun" harus jangan dipahami secara harfiah—selalu menempatkan "sedikit waktu" Iblis sebagai periode waktu literal di penghujung zaman sekarang.
Ketika saya tumbuh dewasa, mereka yang menentang premilenialisme umumnya menegaskan bahwa "seribu tahun itu setara dengan Era Kristen." Ada unsur kebenaran yang kuat dalam hal ini,12tetapi ada masalah yang melekat:
Sebagian besar orang setuju bahwa Era Kristen akan berlanjut sampai Kristus datang kembali, tapi "sedikit waktu" Iblis (KJV) harus juga terjadi sebelum kedatangan Yesus.13Jika "seribu tahun" adalah Era Kristen, maka di manakah "sedikit waktu" itu cocok di dalamnya? Pada waktu saya tumbuh dewasa, "sedikit waktu" itu—kalaupun disinggung—pada umumnya diabaikan dengan definisi serampangan seperti "sedikit waktu di akhir Era Kristen." Namun begitu, teks itu mengatakan bahwa waktu itu datang setelah masa "seribu tahun." Jadi, jika "seribu tahun" itu setara dengan Era Kristen dan "sedikit waktu" itu harus dipahami sebagai suatu periode waktu literal, maka "sedikit waktu" itu harus menjadi periode waktu yang muncul setelah Era Kristen tapi sebelum Kedatangan Kedua, seperti yang ditunjukkan pada garis waktu di di bawah ini.
Apakah Anda melihat adanya masalah yang terlibat dalam hal ini? Ini akan berarti bahwa Era Kristen tidak dapat merentang hingga sampai Kedatangan Kedua. Itulah sebabnya, dalam pelajaran lain, saya telah menekankan bahwa "seribu setara dengan kelengkapan," tanpa memberi tekanan pada periode waktu. Selain itu, inilah alasan mengapa saya menyatakan bahwa "'seribu tahun' adalah waktu ketika Iblis diikat dan orang Kristen yang mati dibuat hidup dan memerintah—yang adalah sekarang ini." Sekarang ini" adalah Era Kristen; namun ada perbedaan yang halus (tapi penting) dalam mengatakan hal ini dan dalam mengatakan bahwa "seribu tahun" adalah sama dengan Era Kristen.
Pentakosta - era Kristen - ??? sedikit waktu - Kedatangan Kedua - Kekekalan
TFTWMS: Why 20:1-3 - Pengikatan PENGIKATAN (Wahyu 20:1-3)
Dengan mengingat pokok-pokok pikiran ini, marilah kita lihat 20:1-3. Pelajaran kita atas ayat-ayat ini akan mengilustrasika...
PENGIKATAN (Wahyu 20:1-3)
Dengan mengingat pokok-pokok pikiran ini, marilah kita lihat 20:1-3. Pelajaran kita atas ayat-ayat ini akan mengilustrasikan beberapa prinsip yang disinggung ketika mereka memperkenalkan pasal ini.
Pasal 20 dimulai, "Lalu aku melihat14seorang malaikat15turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di16tangannya" (ay. 1). Anda akan ingat bahwa jurang maut (kadang-kadang disebut "lubang tanpa dasar") adalah tempat tinggal simbolis orang fasik di zaman kini.17Jurang maut bukan neraka. Iblis tidak akan dilemparkan ke dalam lautan api kekal sampai ayat 10 pasal ini.
Kita pertama kali membaca tentang jurang maut di pasal 9, ketika sebuah bintang jatuh ke bumi dan diberi "anak kunci lobang jurang maut" (9:1). Ketika "bintang" (mungkin malaikat?) ini membuka jurang maut itu, belalang penyiksa menyerbu ke luar. Malaikat pasal 20 itu mungkin adalah "bintang" dari pasal 9 atau mungkin bukan. Siapapun ia, ia adalah utusan Allah dan dengan demikian mampu melakukan misi Allah. Misinya adalah menaklukkan iblis.
Ada kekalahan yang terhormat, dan ada juga kekalahan yang memalukan. Di dalam penglihatan ini Iblis bukan hanya dikalahkan, tapi ia juga dipermalukan. Setelah segala keberaniannya (menyeret bintang-bintang dari langit [12:4], dan seterusnya), hanya butuh satu malaikat tak bernama untuk menaklukkan dia!
Kunci Dan Rantai Simbolik
Malaikat itu memiliki "kunci jurang maut," menunjukkan bahwa ia telah diberi atasnya: kuasa untuk membuka atau menutupnya.18Selain itu, ia memiliki rantai besar untuk digunakan membelenggu Iblis. Rantai ini adalah seperti digunakan oleh orang Romawi untuk menahan tahanan. (Kata yang sama digunakan di Kisah 12:7; 28:20.)
Mari kita berhenti sejenak untuk bertanya, "Apakah kunci itu sungguhan? Apakah rantai itu sungguhan?" West menekan lebih lanjut pertanyaan-pertanyaan itu: "Jika mereka itu sungguhan, jenis kunci dan rantai apakah mereka itu? Apakah mereka itu besi? Apakah mereka itu perak? Apakah mereka itu emas? Apakah mereka itu kayu? Atau berjenis apakah mereka itu."19Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat diperbanyak mengenai tiga ayat pertama itu: Apakah jurang maut itu berupa sebuah lubang yang sangat dalam di bawah tanah? Apakah naga itu makhluk yang berdaging dan bertulang? Sekali lagi, kita diingatkan bahwa kita sedang berhadapan dengan bahasa apokaliptik, dengan simbol-simbol.
Kaum Literalis (terutama kaum premilenialis) berbicara secara meremehkan orang-orang yang (dengan menggunakan istilah mereka) "merohanikan" istilah-istilah di dalam kitab Wahyu. Mereka dengan bangga menyatakan bahwa hanya mereka saja yang "memahami Kitab Suci secara harfiah." Namun begitu, yang sebenarnya adalah bahwa mereka itu tidak ragu-ragu untuk "merohanikan" apa saja di dalam kitab Wahyu yang tidak sesuai dengan skenario khas mereka. Mereka mengakui bahwa kunci itu bukan buatan pabrik Yale,20bahwa rantai itu tidak terbuat dari besi, dan bahwa jurang maut itu bukan jurang maut sungguhan.
Mari kita kembali kepada cerita itu: Malaikat itu "menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan" (ay. 2a). Kita tidak punya kesulitan dalam mengenali musuh itu. Ungkapan-ungkapan yang sama ini mengidentifikasi dia di 12:9. Kita telah diberitahu bahwa "ia adalah naga yang dikalahkan dalam pertempuran sorgawi oleh Michael (12:7, 8; NASB), ular yang mencoba melenyapkan komunitas mesianis dengan banjir (12:15), dan Iblis yang tahu bahwa waktunya singkat (12:12)."21
Seribu Tahun Simbolik
Setelah malaikat itu menangkap Iblis, ia "mengikatnya seribu tahun lamanya" (ay. 2b). Inilah kali pertama penyebutan "seribu tahun" yang terkenal (atau tersohor) itu. Saya akan membahas istilah-istilah itu dengan panjang lebar dalam dua pelajaran berikutnya, tapi izinkan saya mendahului dan menanyakan satu pertanyaan penting: Apakah ini seribu tahun sungguhan? Jika kunci, rantai, jurang maut, dan naga itu bersifat simbolik, atas dasar apakah beberapa orang bersikeras bahwa seribu tahun adalah periode waktu sungguhan? Waktu kita menelusuri kitab Wahyu, kita menjumpai ratusan angka simbolik. Kita telah tegaskan bahwa tidak ada tujuh Roh Kudus, bahwa angka "tujuh" di ayat 1:4 adalah simbolik. Kita telah pertahankan bahwa iorang-orang yang masuk sorga tidak akan berjumlah 144.000 sungguhan, bahwa angka itu (seperti yang digunakan di pasal 7 dan 14) adalah simbol dari semua orang yang selamat. Jika angka-angka ini digunakan secara simbolik, mengapakah ada orang yang harus menganggap angka "seribu" di pasal 20 adalah sungguhan?22Thomas Torrance menulis, Sangatlah jelas bahwa kita tidak punya hak lebih untuk mengharfiahkan seribu tahun ini dibandingkan kita mengharfiahkan makhluk berkepala sepuluh dan bertanduk tujuh. Ini sepenuhnya tidak pada tempatnya … mengeluarkan seribu tahun itu dari tempat apokaliptiknya dan menempatkannya pada tingkatan sejarah biasa, seolah-olah itu bisa ditangani oleh aritmatika duniawi dan dimanipulasi dalam hitung-hitungan … akhir dunia.23
Jika angka "seribu" adalah simbolik (dan tidak ada alasan untuk percaya sebaliknya), melambangkan apakah angka itu? Dalam materi pengantar kitab Wahyu, kita melihat bahwa "sepuluh" adalah angka yang menandakan kelengkapan—mungkin berasal dari kenyataan bahwa orang punya sepuluh jari. Kita juga mencatat bahwa penggunaan kelipatan sepuluh (seratus atau seribu) mengintensifkan konsep itu.24
Mengatakan "seribu" (sepuluh dikali sepuluh dikali sepuluh) berarti "lengkap selengkap lengkapnya."25Pengikatan Iblis "selama seribu tahun" adalah cara simbolik untuk mengatakan bahwa ia dibelenggu sepenuhnya.
Pengikatan Simbolik
Sebelum kita menarik kesimpulan apa saja dari pernyataan terakhir itu, kita harus mempertimbangkan apa yang dilambangkan oleh "pengikatan" itu, dan apakah hal ini sudah terjadi atau apakah itu akan terjadi ketika Kristus datang kembali. Satu-satunya tempat lain di dalam Kitab Suci di mana kita membaca tentang Iblis sedang diikat adalah di Matius 12 (ditambah referensi silang di Markus 3 dan Lukas 11). Pada kesempatan itu, Yesus dituduh mengusir roh-roh jahat dengan kuasa Iblis. Dalam jawaban-Nya, Ia bertanya, "Bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu" (Matius 12:29). Dalam ilustrasi Yesus itu, Ia sedang menarik persamaan antara "orang kuat" dan Iblis, antara "memasuki [menjarah] rumahnya" dan mengusir roh-roh jahat. Kita menyimpulkan dari ayat ini bahwa Yesus mampu mengusir roh-roh jahat sebab Ia telah "mengikat" orang kuat itu (yaitu, Iblis).
Kitab Suci mengajarkan bahwa "pengikatan" Iblis dimulai dengan kelahiran Yesus dan dipuncaki dengan kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus. Dalam "induk segala janji" (Kejadian 3:15), dikatakan bahwa keturunan perempuan itu (Yesus) akan meremukkan kepala ular (Iblis) yaitu ketika tumitnya diremukkan. Kebanyakan pakar setuju bahwa ini mengacu kepada Yesus yang melayangkan "pukulan maut" kepada kekuatan dan kekuasaan Iblis ketika Ia mati di kayu salib dan kemudian dibangkitkan kepada hidup. Bahwa janji ini digenapi adalah jelas dari Matius 12, ditambah nas-nas seperti ini:
Setelah Yesus mengutus tujuh puluh murid, mereka kembali dengan sukacita, dengan mengatakan, "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu" (Lukas 10:17). Yesus menjawab, "Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit" (ay. 18). Sebagaimana dijelaskan dalam pelajaran sebelumnya, "kejatuhan" ini tidak mengacu kepada asal-usul Iblis, melainkan kepada berkurangnya cengkeramannya atas umat manusia seperti yang ditunjukkan oleh kemampuan murid-murid Yesus dalam mengusir roh-roh jahat.26
Di dalam Yohanes 12, ketika Yesus berbicara tentang "bagaimana caranya Ia akan mati" (ay. 32, 33), Ia berkata, "sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar" (ay. 31). Di dalam Yohanes 16 Ia memberitahu rasul-rasul-Nya bahwa "penguasa dunia ini telah dihukum" (ay. 11).
Paulus menulis tentang kematian Yesus (Kolose 2:14), dengan menulis bahwa kematian-Nya itu "melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa" (ay. 15). Yohanes berkata, "Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu" (1 Yohanes 3:8). Penulis surat kepada orang Ibrani menjelaskan bahwa Yesus mati "supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut" (Ibrani 2:14).
Akhirnya, kita memiliki nas di dalam Wahyu 12. Di situ Iblis dikatakan sedang "dilemparkan ke bawah," dan kemenangan dikatakan diperoleh "karena darah Anak Domba" (ay. 10, 11).27Kemenangan atas Iblis ini dikaitkan dengan kedatangan pertama Yesus, bukan kedatangan-Nya yang kedua: Pasal ini dimulai dengan kelahiran Yesus (ay. 1, 5) dan mencapai klimaksnya dengan acuan kepada kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus (ay. 5, 11).
Apapun yang dimaksudkan dengan Iblis yang sedang "diikat … selama seribu tahun" akibatnya adalah berkaitan dengan periode waktu yang dimulai dengan inkarnasi Yesus. Ini bukan referensi kepada era khayalan tertentu setelah Yesus datang kembali.
Namun begitu, kita belum menetapkan dalam pengertian apakah Iblis itu diikat. Karena banyak orang berasumsi bahwa kata "diikat" berarti "dilumpuhkan," mereka mengejek gagasan bahwa sekarang ini Iblis sedang diikat. Mereka menunjuk kepada nas-nas di dalam Alkitab yang mengacu kepada masih berlanjutnya kegiatan Iblis di dunia28dan bertanya, "Bagaimana bisa Anda mengatakan bahwa Iblis diikat ketika ada begitu banyak masalah di dunia ini?"29Seorang penulis mencemooh, "Jika sekarang ini Iblis diikat, ia pasti diikat dengan rantai yang sangat panjang!"
Kata Yunani yang diterjemahkan "diikat" tidak berarti "dilumpuhkan" atau "tidak bisa berfungsi." Kata yang sama digunakan mengenai rantai yang mengikat Paulus (Kisah 28:20), dan ia tetap melanjutkan kehidupan yang aktif—meskipun kehidupan yang terbatas—ketika ia diikat seperti itu.30Lagi, kata yang sama digunakan dalam arti kiasan di Roma 7:2, yang berbicara tentang istri yang "terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup." Perempuan yang "terikat" itu tidak dibatasi dalam segala hal, melainkan dalam cara tertentu: Hukum tidak membolehkan ia menikah lagi selagi suaminya itu masih hidup (Roma 7:3).
Teks kita mendefinisikan dan membatasi "pengikatan" Iblis: Ayat 3 mengatakan bahwa ia diikat "supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa."31Ayat 8 mencatat bahwa, setelah dibebaskan, ia sekali lagi bisa "menyesatkan bangsa-bangsa." Jadi, Iblis tidak dirikat dalam segala hal. Ia agaknya diikat dalam hal menyesatkan bangsa-bangsa.
Mari kita lihat apakah kita bisa mengaitkan ini dengan nas-nas yang sebelumnya kita bahas32—ditambah nas-nas lain yang berbicara tentang maksud kekal Allah dalam Kristus:
Oleh karena Iblis, kematian dan dosa masuk ke dalam dunia. Melalui semua ini, Iblis memperoleh dan mempertahankan cengkramannya atas umat manusia. Namun begitu, Allah berjanji bahwa "keturunan perempuan" itu akan datang dan memberikan pukulan telak kepada kekuatan Iblis. Ia lebih jauh berjanji bahwa "Benih" ini akan memberkati umat manusia (Kejadian 22:18)—yaitu, semua orang yang diganggu oleh Iblis.
Untuk menggenapi janji-janji ini, Allah memisahkan satu bangsa, bangsa Israel (orang Yahudi). Pelbagai upaya sporadis dilakukan untuk mempengaruhi seluruh dunia pada zaman Perjanjian Lama; tetapi pada umumnya, pengabaian bertambah banyak, dan banyak orang melakukan kehendak Iblis.
Akhirnya, Yesus datang ke dalam dunia. Ia datang dengan tujuan jelas untuk menghancurkan kekuatan Iblis. Menyadari hal ini, Iblis mengerahkan segala upaya untuk mengganggu agenda Yesus dan/atau untuk menghancurkan Dia. Ketika Iblis melakukan itu, ia terus menerus mengalami kekalahan: Ketika ia mencoba secara langsung untuk membuat Yesus berbuat dosa, ia gagal (Matius 4). Ketika ia mencoba secara tidak langsung untuk membuat Yesus berbuat dosa, ia gagal (Matius 16:23). Ia bahkan tidak bisa mencegah Kristus dan murid-murid-Nya untuk mengusir roh-roh jahat pembantunya. Karena kemurtadan dikendalikan oleh perasaan, maka Iblis memanipulasi Yudas dan para pemimpin Yahudi dalam upaya putus asa untuk memakukan Yesus pada salib Romawi.
Apa yang tampaknya tidak Iblis sadari (ia tidak mahatahu) adalah bahwa kematian Yesus, yang diikuti oleh kebangkitan-Nya, akan menjadi faktor penentu kekalahannya.33Kematian Yesus menghancurkan kuasa dosa; kebangkitan Yesus menghancurkan kuasa maut. "'Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?' Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita'"(1 Korintus 15:55-57)!
Manfaat pengorbanan Yesus tidak terbatas pada orang-orang Yahudi, tetapi untuk seluruh umat manusia. Melalui Dia, setiap orang percaya yang taat dapat membuang belenggu Iblis. Maka Yesus memberitahu murid-muridNya untuk membawa pesan keselamatan itu kepada setiap bangsa (Matius 28:18-20). Ketika Petrus memberitakan Injil untuk pertama kalinya, ia menekankan bahwa keselamatan bukan hanya untuk orang Yahudi, tetapi juga untuk semua orang yang "jauh" (Kisah 2:39).
Iblis mencoba untuk menggagalkan penyebaran injil dengan menganiaya orang Kristen mula-mula, namun usahanya menjadi bumerang. Alih-alih mengisolasi kabar baik itu di Yerusalem, penganiayaan itu malah membuat kabar itu menyebar (Kisah 8:1-4). Tuhan bahkan merubah kehidupan alat utama Iblis saat itu, Saulus dari Tarsus. Yesus memberi Saulus (kemudian disebut Paulus) tugas pergi kepada bangsa-bangsa lain (non-Yahudi):
… Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi … untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan (Kisah 26:16-18; huruf miring oleh saya).
Kemana saja injil pergi, kegelapan lenyap dari hati para penerimanya dan terang menang (Kolose 1:13; 1 Tesalonika 5:4; 1 Petrus 2:9). Ratusan—bahkan ribuan orang— meraih kemenangan atas Iblis "karena darah Anak Domba" (Wahyu 12:11). Sebelum akhir abad pertama, Paulus mengatakan bahwa injil telah "dikabarkan di seluruh alam di bawah langit" (Kolose 1:23). Iblis telah menerima pukulan telak yang darinya ia tidak akan pernah pulih. Pasal 12 mengatakan bahwa kita sekarang sedang melawan musuh yang terluka, sudah dikalahkan.34Pasal 20 pada dasarnya mengajarkan kebenaran yang sama, namun menggunakan figur yang berbeda: Kita sekarang memerangi musuh yang terikat.
Iblis Dilemparkan Ke Dalam Jurang maut (20:3)
Apakah ini berarti Iblis tidak lagi aktif? Tidak sama sekali. Apakah ini berarti Iblis sedang tidak berusaha untuk menghancurkan gereja dan orang Kristen?35Tidak. Apakah ini berarti Iblis tidak berniat untuk membawa orang sebanyak mungkin ke dalam neraka bersama dia? Tidak. Owen Crouch mengatakannya begini: Sekarang ini Iblis "dibatasi, tidak dibubarkan."36
"Pengikatan" Iblis berarti bahwa kekuasaannya telah dipreteli. Tuhan telah membatasi Iblis dalam beberapa cara: Ia tidak dapat menghancurkan Firman (Matius 24:35; 1 Petrus 1:25). Ia tidak bisa menghancurkan gereja (Matius 16:18). Ia dibatasi dalam bagaimana ia bisa menganiaya orang Kristen. Ia tidak bisa lagi masuk dan mengendalikan manusia untuk melawan kehendaknya sendiri, seperti yang ia lakukan di zaman rasul-rasul. Ia tidak bisa mencobai orang Kristen melampaui apa yang mereka dapat tanggung (1 Korintus 10:13; 2 Petrus 2:9). Jika orang yang setia melawan Iblis, ia akan lari dari mereka (Yakobus 4:7; lihat Efesus 6:16). Dalam pelajaran sebelumnya, kita melihat bahwa, oleh karena salib Iblis kehilangan haknya untuk mendakwa saudara-saudara itu (Wahyu 12:12).37Dalam teks kita sekarang ini, penekanannya adalah pada Iblis yang sedang dibatasi dalam hal memperdaya orang sesat. Terang injil menerangi kegelapan, mengungkapkan rencana Iblis (2 Korintus 2:11) kepada siapa saja yang mau membuka mata mereka.38
Di masa lalu, sebuah ilustrasi yang sering digunakan adalah membandingkan pengikatan Iblis dengan merantai binatang buas. Para pengkhotbah sering membuat poin bahwa, selama kita tetap berada di luar jangkauan binatang itu, makhluk itu mungkin saja melolong dan memekik, tapi ia tidak bisa melukai kita. Namun, jika kita tersesat masuk ke dalam wilayahnya, dirantai atau tidak, ia bisa mencabik-cabik kita. Ilustrasi itu telah digunakan begitu sering sehingga mungkin tampak usang. Usang atau tidak, ilustrasi itu masih punya nilai. Selama kita adalah anggota dari kawanan domba Tuhan, dengan setia mengikuti Gembala Yang Baik di "jalan yang benar" (Mazmur 23:3), Iblis tidak punya dampak besar terhadap kehidupan kita.39
Mengenai orang "yang lahir dari Allah," Yohanes berkata bahwa "si jahat tidak dapat menjamahnya" (1 Yohanes 5:18). Namun begitu, jika kita menyimpang dari kawanan, "singa yang mengaum-aum" itu (1 Petrus 5:8) masih bisa mencabik-cabik kita.
Sekali lagi, mari kita kembali kepada teks kita: Setelah malaikat itu mengikat naga itu, ia "melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya,40supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa" (Wahyu 20:3a). Jurang maut yang ditutup, dimeteraikan itu belakangan disebut sebagai "penjara" Iblis (20:7). Pelemparan, penutupan, dan penyegelan hanyalah rincian untuk mengembangkan pemikiran bahwa aktivitas Iblis telah benar-benar dipreteli, tanpa kemungkinan ia akan bisa membebaskan diri dari pembatasan ilahi yang diberlakukan ke atas dirinya.
"Waktu Yang Singkat" Simbolik?
Teks kita berakhir dengan kata-kata yang membingungkan "sampai berakhir masa seribu tahun itu; setelah semua ini ia harus dilepaskan untuk waktu yang singkat" (ay. 3b; NASB). "Harus" adalah dari kata Yunani yang menunjukkan "perlunya moral." Apapun yang dimaksud dengan pelepasan Iblis "untuk waktu yang singkat" ("sedikit masa"; KJV) itu adalah bagian dari rencana dan maksud Allah. Mungkin kalimat "untuk waktu yang singkat" dimaksudkan sebagai pembeda dengan "seribu tahun": "Pelepasan" Iblis adalah singkat dan tidak penting dibandingkan dengan "pengikatannya."
Pelepasan Iblis dan nasib akhirnya dirinci di dalam 20:7-10. Kita akan mempelajari nas itu dalam satu pelajaran nanti.
TFTWMS: Why 20:1-8 - Mengapa? Yang Tak Dapat Dijelaskan "MENGAPA?" YANG TAK DAPAT DIJELASKAN (Wahyu 20:1-3, 7, 8)
Bagian utama pelajaran kita dimulai di mana ayat 1 sampai 3 berakhir. Dalam ayat-...
"MENGAPA?" YANG TAK DAPAT DIJELASKAN (Wahyu 20:1-3, 7, 8)
Bagian utama pelajaran kita dimulai di mana ayat 1 sampai 3 berakhir. Dalam ayat-ayat itu gambaran ini disajikan di hadapan kita:
Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya (ay. 1-3).
Belakangan, kita baca di ayat 7 dan 8, "Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, …" Perhatikanlah bahwa Iblis itu lepas bukan karena membobol penjara, melainkan Tuhan melepaskan dia dengan syarat.2
Pernyataan yang luar biasa ini telah menimbulkan serbuan pertanyaan yang membingungkan, dan tidak ada yang lebih membingungkan daripada ini: "Mengapa?" Tampaknya, tujuan tertentu ilahi harus dilaksanakan3—tapi kira-kira tujuan apakah itu?
Ada sedikit tempat di kitab Wahyu di mana kebanyakan komentator setuju, tapi ini adalah salah satunya. Jawaban yang hampir universal terhadap pertanyaan "Mengapa?" adalah "Kita tidak tahu." Donald Guthrie menulis, "Pelepasan singkat ini adalah salah satu episode paling misterius dalam sebuah kitab yang penuh misteri."4
Frank Pack menulis, "Hanya mengapa [Iblis] harus dilepaskan 'untuk sedikit waktu' adalah sebuah misteri bagi semua komentator."5Beberapa penulis berspekulasi tentang alasan pelepasan itu; yang lainnya mengatakan, "Kita harus menunggu dan melihat"; tetapi sebagian besar mengatakan, kurang lebih, "Kita tidak benar-benar yakin."6
Jika Anda tertarik dengan spekulasi, inilah satu contohnya: Mungkin Allah akan melepaskan Iblis untuk menguji umat manusia seperti Ayub diuji (Ayub 1, 2) dan sebagaimana Iblis ingin menguji Petrus (Lukas 22:31). Mungkin ini untuk menjelaskan mengapa, ketika Yesus datang lagi, Ia akan kesulitan untuk menemukan iman di bumi (Lukas 18:8). Karena Iblis telah menirukan sifat-sifat ilahi yang lain,7mungkin ini adalah imitasi murahan Iblis terhadap Kedatangan Kedua (dibolehkan oleh Allah untuk menunjukkan absurditas). Mungkin acuan kepada "pelepasan" ini adalah untuk mengingatkan umat Kristen agar tidak melonggarkan kewaspadaan mereka (1 Petrus 5:8). Mungkin Tuhan akan melepaskan Iblis, dan menantang dia untuk melakukan yang terburuk, dengan maksud untuk mengekspos kelemahan yang melekat pada Iblis ketika ia harus menghadapi Allah. Beberapa dari saran-saran ini tampaknya tidak mungkin, sementara yang lainnya sedikit banyak masuk akal; tetapi semuanya dalam kategori dugaan.
Sebagian besar dugaan di atas didasarkan pada asumsi bahwa pelepasan Iblis akan terjadi sesaat sebelum Kedatangan Kedua. Apakah mungkin bahwa sebagian dari kesulitan itu disebabkan oleh karena kita sedang mencari pemilihan waktu secara salah di dalam nas itu?
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Pertempuran Yang Tak Pernah & Tak Akan Pernah Ada
WAHYU 16:13, 14, 1 6-21
Meriam bertendum, bom meledak, udara dipenuhi dengan bau mesiu dan kem...
Pertempuran Yang Tak Pernah & Tak Akan Pernah Ada
Meriam bertendum, bom meledak, udara dipenuhi dengan bau mesiu dan kematian, bala tentara yang sangat besar, menyerang dan menyerang balik, awalnya satu pihak menang dan kemudian pihak yang lain—itulah cara banyak orang membayangkan "pertempuran Armagedon." Saya pernah dituduh memiliki imajinasi yang berlebihan, tapi saya tidak punya imajinasi sama sekali dibandingkan dengan mereka yang menggambarkan "pertempuran" ini.
Konsep "pertempuran Armagedon" sangat populer dan membuat begitu banyak hati manusia berdebar-debar, saya hampir menyesali apa yang saya harus katakan sekarang—tapi saya harus mengatakannya: Tidak ada pertempuran Armagedon. Berdasarkan definisi apa saja atas kata "pertempuran" yang umumnya diterima, tidak akan ada pertempuran Armagedon secara harfiah. Bahkan di dalam penglihatan yang ditemukan di dalam Wahyu 16, tidak ada pertempuran Armagedon yang terjadi. Saya tahu ini mengecewakan, tapi tetaplah bersama saya. Saya masih harus membuktikan pernyataan saya. Saya juga harus menjelaskan apa yang Tuhan benar-benar ajarkan di Wahyu 16:13-16. (Ia memiliki tujuan yang lebih penting daripada memprediksi tembak-tembakan global antara "orang baik" dan "orang jahat.")
Kitab Wahyu menyinggung pertempuran yang sedang dibahas ini sebanyak tiga kali: di 16:14, 19:19, dan 20:8.1Dalam bahasa Inggris, berbagai istilah digunakan di dalam nas-nas itu, tetapi dalam bahasa Yunani, ungkapan yang sama digunakan di semua tiga ayat itu: ton polemon, yang secara harfiah berarti "pertempuran" (atau "peperangan").2Penggunaan kata sandang pasti3menunjukkan hanya ada satu pertempuran—dilihat dari tiga aspek yang berbeda. Saya minta Brian Watts untuk menggambar adegan dasar yang akan digunakan untuk mengilustrasikan masing-maing tiga nas itu. Kemudian saya meminta dia untuk meragamkan rinciannya agar sesuai dengan penglihatan tertentu yang sedang dipelajari. Ini mungkin bukan pendekatan terbaik untuk memproduksi karya seni, tapi saya harap pendekatan itu memperkuat kebenaran bahwa kitab Wahyu berbicara tentang satu "pertempuran" saja yang menentukan.
Kisah sepenuhnya "pertempuran" itu ditemukan di pasal 19, jadi saya biasanya akan menunggu sampai pasal itu untuk membahasnya secara rinci. Namun begitu, karena manusia telah melekatkan kata "Armagedon" kepada "pertempuran" (tidak akan diragukan lagi hal itu akan dikenal sebagai "pertempuran Armagedon" selama dunia ini masih ada), kita harus meluangkan waktu untuk hal itu pada titik ini dalam pelajaran kita.
Tetaplah bersama saya sambil kita melakukan perjalanan melalui 16:13-16. Kita akhirnya akan tiba di "gunung Megido": Armagedon.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 16:13, 14, 1 6-21)
Jika Anda adalah anak Allah yang setia, Anda tidak perlu khawatir tentang apa yang disebut "pertempuran Arm...
KESIMPULAN (Wahyu 16:13, 14, 1 6-21)
Jika Anda adalah anak Allah yang setia, Anda tidak perlu khawatir tentang apa yang disebut "pertempuran Armagedon." Tuhan akan membereskan pertempuran itu.
Di sisi lain, ada perjuangan yang Anda harus peduli tentangnya "perjuangan … melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara" (Efesus 6:12).43Ini adalah peperangan, bukan tentang "tembakan dan peledak tapi tentang jiwa dan roh."44
Ini adalah perang "yang terjadi di atas medan perang hati manusia."45(Lihat Roma 7:21.) Ini adalah pertempuran yang terjadi setiap hari ketika kita memilih siapa yang akan kita layani (Yosua 24:15). Namun begitu, ini adalah pertempuran yang kita bisa menangkan dengan Allah di pihak kita:46"Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita" (1 Korintus 15:57)!
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Berapa banyakkah kisah "pertempuran" yang ditemukan di dalam kitab Wahyu? Berapa banyakkah "pertempuran" seperti itu di gambarkan di dalam kitab itu?
- 2. Mengapakah Anda berpikir tiga roh jahat itu dibicarakan sebagai "menyerupai katak"? (Apakah Anda menyukai katak?)
- 3. Para katak itu mengumpulkan bangsa-bangsa bersama-sama untuk "perang" (yaitu, pertempuran), tapi pertempuran milik siapakah itu? Dengan syarat-syarat siapakah pertempuran itu akan dilakukan?
- 4. Mengapakah beberapa terjemahan menulis "Armagedon" dan yang lainnya" "Har-Magedon"?
- 5. Apa kemungkinan arti "Har-Magedon"?
- 6. Dapatkah Anda menemukan tempat di dunia ini bernama "gunung Megido"?
- 7. Dikenal sebagai apakah Megido itu? Mengapa Anda pikir istilah "gunung Megido" digunakan untuk mengidentifikasi tempat di mana pasukan Iblis berkumpul?
- 8. Setelah para tentara berkumpul, apa yang terjadi? Apakah pasal 16 menceritakan tentang pertempuran yang benar-benar terjadi? Apakah pasal 19 atau pasal 20 menceritakan hal itu?
- 9. Apakah Alkitab punya apa saja untuk dikatakan tentang pertempuran fisik antara pasukan manusia yang harus bertempur di Palestina utara di masa depan?
- 10. Pertempuran apakah yang harus menjadi kepedulian kita?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Sebuah judul alternatif untuk pelajaran ini adalah "Bukan-Pertempuran Armagedon" atau "Armagedon!" saja. Jika Anda ingin berkhotbah dengan penerapan yang lebih pribadi, Anda bisa berbicara tentang "Pertempuran Yang Tidak Perlu Anda Risaukan—dan Pertempuran Yang Anda Harus Risaukan." Luangkanlah waktu pada paruh pertama pelajaran itu untuk apa yang disebut "pertempuran Armagedon" dan paruh keduanya untuk pertempuran di hati individu. West47dan Baldinger48menulis materi yang sangat baik tentang pertempuran di dalam hati manusia.
SALAH MENEMPATKAN TEKANAN
"Bergalon-galon minyak terbakar habis di tengah malam oleh para siswa yang [belajar] penuh semangat untuk mencoba mengungkap teka-teki '666,' atau untuk menjelaskan … 'Armagedon' atau 'Milenium' … Bukan karena terkenalnya hal-hal ini dalam penglihatan Santo Yohanes, tetapi karena terkenalnya mereka di … literatur saat ini, mereka layak mendapatkan perhatian khusus dalam setiap kajian Apocalypse."
Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts Albert H. Baldinger
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Mereka yang menggunakan pendekatan sejarah-berlanjut umumnya menafsirkan ketiga pertempuran ini sebagai tiga pertempuran terpisah ...
Catatan Akhir:
- 1 Mereka yang menggunakan pendekatan sejarah-berlanjut umumnya menafsirkan ketiga pertempuran ini sebagai tiga pertempuran terpisah yang telah terjadi dalam sejarah. Karena sekarang ini tidak banyak yang menganut pandangan ini, saya tidak akan meluangkan waktu untuk membahas hal itu dalam pelajaran ini. Untuk diskusi tentang pelbagai kelemahan pendekatan sejarah-berlanjut, lihat halaman 31-33 dalam "Wahyu, 1."
- 2 Kitab Wahyu mengandung banyak acuan lain tentang "memerangi," namun tidak satu pun dari nas-nas itu dalam teks Yunaninya bicara tentang "pertempuran."
- 3 Kata ton dalam frase ton polemon setara dengan kata "itu" dalam bahasa Indonesia.
- 4 "Pemain figuran" mengacu kepada mereka yang hanya memiliki peranan kecil dalam sebuah drama (mereka hanya punya "sedikit" hal untuk dikatakan dan/atau dilakukan). Naga, binatang, nabi palsu, katak-katak, raja, dan tentara itu mengira mereka punya peranan besar, tapi hanya Tuhan yang punya peran utama.
- 5 Baik naga dan binatang itu memiliki tujuh kepala, namun masing-masing disebut sebagai memiliki satu "mulut" (tunggal). Kita kembali diingatkan bahwa kita sedang melihat sebuah penglihatan, bukan sesuatu yang benar secara harfiah.
- 6 Kata "keluar" ditambahkan oleh para penerjemah. Beberapa penulis berpendapat bahwa katak-katak itu dimuntahkan.
- 7 Yohanes tidak mengatakan bahwa roh-roh najis itu adalah katak, tetapi mereka menyerupai katak. Diasumsikan bahwa, dalam penglihatan itu, mereka mirip katak (sehingga ilustrasi kita menunjukkan tiga katak), tapi itu mungkin tidak benar sama sekali. Apa yang ada di dalam pikiran Yohanes mungkin karakteristik roh-roh lain tertentu yang mengingatkan dia kepada katak.
- 8 Katak tidak secara khusus disebut di dalam Imamat 11; tetapi jika katak dianggap sebagai makhluk darat, binatang ini haram karena tidak memiliki kuku belah dan tidak memamah biak. Jika ia dianggap sebagai makhluk air, binatang ini haram karena tidak memiliki sirip dan sisik.
- 9 Para komentator lainnya hanya menekankan sifat menjijikkan dari katak; bahkan hari ini, katak secara universal dianggap makhluk yang menjijikkan. Beberapa penulis mencatat bahwa katak secara khusus tepat untuk bertindak sebagai wakil binatang laut dan binatang darat karena mereka adalah amfibi (bisa hidup di darat dan di air).
- 10 West Point adalah sebuah fasilitas yang melatih para pejabat untuk tentara Amerika. Gantilah dengan fasilitas serupa yang terdapat di negara Anda sendiri.
- 11 Kermit adalah boneka katak yang terkenal di Amerika Serikat, bagian dari program hiburan pendidikan anak-anak yang disebut "The Muppet Show." Gantilah istilah katak dengan istilah yang familiar bagi pendengar Anda.
- 12 Ya, saya tahu bahwa katak memiliki fungsi yang dimaksudkan Allah bagi mereka dan bahwa mereka punya peranan mereka di dunia milik Allah. Saya juga tahu bahwa kaki katak dimakan oleh manusia, bahwa katak adalah bagian dari rantai makanan di alam, bahwa racun yang berguna diambil dari katak tertentu, dan bahwa katak digunakan dalam penelitian. Saya sudah terlalu banyak menuliskan hal ini.
- 13 Karena demon adalah roh, pernah dikatakan bahwa terjemahan yang lebih pas adalah "roh-roh jahat." Terjemahan Phillips (J. B. Phillips, The New Testament in Modern English) menulis "roh-roh diabolical."
- 14 Lihat komentar tentang 13:13-15 dalam pelajaran "Penipu Ulung," dalam "Wahyu, 7."
- 15 Pasal 17 menekankan pengaruh yang Roma miliki atas penguasa-penguasa lain di dunia (17:02, 12, 13).
- 16 D. T. Niles, As Seeing the Invisible: A Study of the Book of Revelation (New York: Harper & Brothers, 1961), 85.
- 17 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 192-93. (Emphasis his.)
- 18 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 242.
- 19 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah tanpa mendahuluinya dengan pelajaran sebelumnya, Anda mungkin ingin mengomentari ayat 15, yang saya bahas secara singkat dalam pelajaran sebelumnya. Ayat itu juga menekankan bahwa pertempuran yang direncanakan ditakdirkan gagal.
- 20 Tanda untuk "napas lembut" bentuknya seperti apostrofi; tanda untuk "napas berat" bentuknya seperti apostrofi terbalik.
- 21 Satu masalah mengenai ejaan dan arti kata "Armagedon" adalah bahwa kata itu tidak muncul di tempat lain di dalam Kitab Suci dan hanya muncul sekali ini di dalam kitab Wahyu.
- 22 Arti sebenarnya "Megido" masih diperdebatkan. Beberapa orang beranggapan artinya adalah "tempat tentara" atau "tempat pembantaian."
- 23 John D. Davis, A Dictionary of the Bible, 4th rev. ed. (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1956), 489.
- 24 Sejarawan tanpa nama dikutip dalam Albert H. Baldinger, Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1960), 91. Banyak pertempuran penting telah terjadi di Megido selain yang disebutkan di dalam Alkitab (termasuk yang melibatkan Napoleon Bonaparte), tetapi pertempuran itu tidak disinggung karena tampaknya tidak berhubungan dengan nas itu.
- 25 Henry B. Swete, The Apocalypse of St. John (Cambridge: MacMillan Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 209.
- 26 Baldinger, 90.
- 27 Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 336.
- 28 Kota Megido meminjamkan namanya untuk wilayah dataran terdekat dengannya.
- 29 George Eldon Ladd, A Commentary on the Revelation of John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 216.
- 30 Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 301.
- 31 Morris, 193.
- 32 G. R. Beasley-Murray, The Book of Revelation, The New Century Bible Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1974), 245.
- 33 M. Robert Mulholland Jr., Holy Living in an Unholy World: Revelation, The Francis Asbury Press Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Francis Asbury Press, Zondervan Publishing House, 1990), 271.
- 34 Lihat catatan tentang "perbedaan" dalam pelajaran "Menyalahkan Allah Atas Masalah Kita."
- 35 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 376.
- 36 James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 101.
- 37 Karena kitab Wahyu menggunakan istilah "peperangan," mungkin pendengar Anda akan bingung mendengar Anda mengatakan "tidak ada peperangan." Intinya adalah bahwa kekuatan jahat berkumpul dengan tujuan melancarkan "perang," tapi perang itu tidak pernah terjadi. Saya ingat kejadian waktu taman kanak-kanak ketika dua bocah laki-laki bersiap untuk berkelahi, tapi seorang guru turun tangan dan menghentikan mereka. Jadi sebenarnya tidak ada perkelahian yang terjadi.
- 38 Hailey, 336-37.
- 39 Coffman, 376.
- 40 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 189.
- 41 Rubel Shelly, The Lamb and His Enemies: Understanding the Book of Revelation (Nashville: 20th Century Christian Foundation, 1983), 98.
- 42 Pasal 16 juga memberikan kita jaminan bahwa musuh-musuh kita akan dikalahkan oleh Tuhan.
- 43 Beberapa penulis mengacukan peperangan rohani di mana setiap orang terlibat sebagai "Armagedon." Tujuan mereka adalah (1) untuk menunjukkan bahwa Armagedon bukanlah pertempuran yang terjadi di suatu tempat di Palestina; (2) untuk menekankan bahwa pertempuran yang penting adalah bersifat rohani, bukan fisik; (3) untuk membuat penerapan pribadi. Namun demikian, mengacukan pergumulan kita sebagai "Armagedon" membingungkan masalah itu, dan saya memilih untuk tidak melakukannya. Beberapa orang membatasi istilah mereka dan menggunakan frase seperti "Armagedon pribadi Anda" dan "Armagedon mini." Anda perlu menggunakan penilaian Anda sendiri dalam hal ini
- 44 Owen L. Crouch, Expository Preaching and Teaching: Revelation (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1985), 287.
- 45 W. B. West Jr., Revelation Through First-Century Glasses, ed. Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 110.
- 46 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, Anda tentu ingin memberitahu para pendengar Anda cara untuk memiliki hubungan yang benar dengan Allah, sehingga Ia dapat membantu mereka memperoleh kemenangan.
- 47 West, 110-13.
- 48 Baldinger, 92-94.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) IBLIS DIIKAT
WAHYU 20:1-3
Mengenai Wahyu 20, G. B. Caird menulis, "Sekarang kita tiba di satu nas yang, … telah menjadi kegemaran orang-oran...
IBLIS DIIKAT
Mengenai Wahyu 20, G. B. Caird menulis, "Sekarang kita tiba di satu nas yang, … telah menjadi kegemaran orang-orang aneh dan fanatik.…"1John Risse menyebutnya "taman bermain orang-orang kook."2Selama ini fitur utama dalam "taman bermain" ini adalah kata "seribu tahun" yang disebut di pasal ini. Frank Pack berkata, "Beberapa ayat ini digunakan oleh banyak orang sebagai bagian paling penting dari seluruh Alkitab dan kunci untuk menafsirkan keseluruhan Kitab Suci."3
Wahyu 20 adalah penting, tetapi bukan karena nas itu menggunakan simbol seribu tahun. Perhatian yang diberikan kepada kata "seribu" telah menyimpang sangat jauh dari proporsinya dengan penekanan yang diletakkan pada kata itu di dalam Alkitab. Menurut Douglas Ezell, daya tarik dengan satu sapuan kuas itu telah menyebabkan banyak orang kehilangan gambaran terilham. Ini adalah "kasus pemutarbalikkan," katanya.4
Oleh karena adanya kontroversi di seputar Wahyu 20 itu, maka saya harus mencurahkan lebih banyak ruang untuk "pertanyaan seribu [tahun]" daripada yang saya inginkan. Saya berharap hal ini tidak mengaburkan pesan kemenangan dari pasal ini. W. B. West bersikeras bahwa ini "adalah salah satu pasal yang paling mudah untuk dipahami, jika Anda mau mempelajarinya melalui kacamata abad pertama."5Boleh jadi ia berlebihan dalam hal ini; tetapi selama Anda mematuhi prinsip-prinsip yang selama ini sedang kita gunakan di dalam pelajaran kita, maka hal itu memang tidak akan sesulit seperti yang beberapa orang kesankan.
Dalam pelajaran ini, saya pertama-tama ingin mengingatkan Anda tentang beberapa prinsip itu. Kemudian kita akan bergumul dengan ayat 1 sampai 3, yang berbicara tentang pengikatan Iblis.
LATAR BELAKANGNYA
Bahasanya Tetap Simbolik
Pertama, ingatlah bahwa kita sedang mempelajari sebuah kitab apokaliptik, yang menyampaikan pesannya melalui simbol-simbol.6Seperti yang Jim McGuiggan tunjukkan, kita harus ingat bahwa "kita sedang memandang gambar-gambar"—dan bahwa setiap kali kita melihat salah satu dari gambar-gambar itu kita harus mengatakan, "Itulah gambarnya, tapi kebenaran apakah yang diajarkan olehnya?"7Dalam hal ini, pasal 20 tidak berbeda dari setiap pasal lainnya di dalam kitab Wahyu.
Kronologinya Tetap Insidental
Selanjutnya, ingatlah bahwa kitab Wahyu tidak akan mencoba untuk mempertahankan kronologi yang ketat. Kitab itu tidak bersifat kronologis dari awal sampai akhir.8Misalnya, pasal 12 secara kronologis mundur sampai kepada kelahiran Yesus, meskipun letaknya hampir di tengah-tengah kitab Wahyu.9Pada kenyataannya, periode dasar yang sama diliput berkali-kali di dalam kitab itu, dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Periksalah garis besar yang diberikan sebelumnya,10dan Anda akan melihat bahwa pasal 17 sampai 19 dicantumkan sebagai satu bagian ("sebagian besar musuh gereja dihancurkan"), sementara pasal 20 sampai 22 berisi bagian baru ("penghancuran naga disusul dengan langit dan bumi baru"). Dengan kata lain, kita memulai kembali (secara kronologis) pasal 20.
Mengapakah hal ini penting? Karena penting bagi beberapa keyakinan yang (salah) untuk mengasumsikan bahwa pasal 20 adalah kelanjutan pasal 19 secara kronologis—dan bahwa unsur-unsur di dalam pasal 20 bersifat kronologis. Misalnya, beberapa orang bersikeras bahwa akhir pasal 19 menggambarkan Kedatangan Kedua, yang kemudian disusul secara kronologis dengan pengikatan Iblis di pasal 20. Mereka mengatakan bahwa ini, pada gilirannya, disusul dengan pemerintahan seribu tahun, waktu yang "sedikit lamanya" (20:3; KJV), dan Penghakiman. Namun begitu, teks itu tidak sesuai dengan pendekatan kronologis ini.11
Inilah satu poin untuk dipertimbangkan mengenai apakah pasal 20 itu secara kronologis kelanjutan pasal 19 atau bukan. Di dalam pasal 19 burung-burung diundang untuk makan "daging semua orang, … baik yang kecil maupun yang besar" (19:18; huruf miring oleh saya), yang memang mereka lakukan (19:21). Jika "semua orang" dihancurkan dan pasal 20 adalah kelanjutan pasal 19 secara kronologis, siapakah "bangsa-bangsa" yang Iblis sesatkan pada saat ia dibelenggu (20:3)?12
Penekanannya Tetap Tentang Kemenangan Atas Musuh
Sejauh ini teks itu sedang mengembang hingga mencapai klimaks. Musuh-musuh Anak Domba diperkenalkan dalam urutan ini: naga, dua binatang, dan Babel, kota besar. Mereka telah mengalami azab mereka dalam urutan yang terbalik: Babel yang besar di pasal 17 dan 18, dua binatang di pasal 19. Sudah waktunya bagi naga itu untuk jatuh. Memang penting bahwa ia jatuh. Ia adalah kekuatan di balik musuh-musuh lainnya. Tidak ada satu pun dari nila-nilai permanen akan tercapai sampai ia juga dirintangi. Jika dibiarkan lolos dari hukuman, ia akan menemukan alat baru untuk melaksanakan penganiayaan terhadap umat Allah.
Ray Summers menekankan bahwa "tema utama dari sepuluh ayat pertama pasal ini adalah penggulingan Iblis, dan bukan pemerintahan seribu tahun."13Simbolisme "seribu tahun" adalah bersifat insidental terhadap pasal ini.
Saya berharap punya kata-kata untuk menyampaikan betapa penting dan betapa menarik pasal 20 itu—bukan karena ia menyebut seribu tahun, tetapi karena ia mengumumkan kematian Iblis: Iblis, pihak yang menipu Hawa dan menyebabkan dunia dikutuk (Kejadian 3; 2 Korintus 3:11); Iblis, pihak yang bertanggung jawab atas semua dosa dan penderitaan di dunia; Iblis, pihak yang telah merusak kehidupan manusia dari generasi ke generasi, dari abad ke abad; Iblis, pihak yang telah menimbulkan rasa malu dan sakit hati di dalam kehidupan kita sendiri. Makhluk yang mengerikan, menakutkan, ganas, dan berbahaya ini suatu hari nanti akan dilenyapkan dari hadapan orang-orang yang mengikut Tuhan! Lenyap! Lenyap selamanya! Betapa kabar yang luar biasa! "Dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya" (20:10).
Kesan Keseluruhannya Tetap Paling Penting
Saya akan kurang jujur jika saya tidak mengakui bahwa pasal tersebut mengandung bagian-bagian yang sulit. Salah satunya adalah pelepasan Iblis "setelah masa seribu tahun berakhir" (20:7; lihat ayat 3). Tidak peduli keyakinan apa yang seseorang anut tentang pasal ini, di sana ada beberapa kesulitan. Namun begitu, bukankah hal ini juga terdapat di setiap pasal? Sekali lagi, saya mengingatkan Anda bahwa pesan utama dari setiap ayat di dalam kitab Wahyu tidak terdapat di dalam rincian-rincian yang tidak jelas, tetapi di dalam kesan keseluruhan yang melekat pada pokok pikiran itu.
Luangkanlah waktu sejenak untuk membaca pasal 20 dan renungkanlah. Pesan apakah yang Anda temukan di sana? Tentunya, pesan itu adalah: Mereka yang mengikut Anak Domba menang, sementara mereka yang mengikut Iblis kalah! Untuk saat ini, lupakanlah rantai, tahta, dan periode waktu. Kuncilah pemikiran ini di dalam pikiran Anda: Mereka yang mengikut Anak Domba menang, sementara mereka yang mengikut Iblis kalah! Itulah yang Allah ingin Anda pelajari dari pasal 20. Itulah pesan penting di abad pertama. Pesan itu sama pentingnya sekarang ini!
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) AKHIR KEJAHATAN
WAHYU 20:1-3, 7-10
Dahulu sekali, nasib Iblis sudah ditetapkan. Pada Hari Penghakiman, Ia yang duduk di atas takhta akan berkata kep...
AKHIR KEJAHATAN
Dahulu sekali, nasib Iblis sudah ditetapkan. Pada Hari Penghakiman, Ia yang duduk di atas takhta akan berkata kepada mereka yang berada di sebelah kiri-Nya, "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya" (Matius 25:41; huruf miring oleh saya). Sebagaimana sorga adalah tempat yang disiapkan (Yohanes 14:1-3), neraka juga adalah tempat yang disiapkan—disiapkan dari awalnya untuk Iblis.
Wahyu 20 adalah tentang Iblis yang dilemparkan ke tempat yang sudah disiapkan untuk dia. Kaki tangannya sudah jatuh lebih dulu di kitab itu,1tapi itu tidak menghilangkan kejahatan. Tidak akan ada kemenangan mutlak atas kejahatan sampai sumber kejahatan itu dihancurkan. Anda dapat menyapu bersih jaring laba-laba sepanjang hari, tetapi jika Anda tidak membunuh laba-laba itu, Anda akan mendapatkan lebih banyak jaring laba-laba.
Pada bagian pertama Wahyu 20, kita melihat Iblis dikekang; sekarang, kita akan melihat dia dilenyapkan. Pentingnya peristiwa ini tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Sebuah kantor surat kabar lokal telah membingkai surat kabar itu di dinding kantor itu, pajangan berita utama yang melaporkan pelbagai peristiwa besar. Satu berita utama terbaca, dalam huruf besar, "Amerika Serikat Menyatakan Perang." Berita utama lainnya terbaca, "Perang Akan Berakhir." Berita utama lainnya yang belum basi terbaca,, "Manusia Berjalan Di Bulan." Jika Wahyu 20 dicetak dalam surat kabar, berita utamanya akan ditulis dalam huruf-huruf berukuran lima inci: "IBLIS DIKALAHKAN!" Betapa menariknya hal ini seharusnya bagi setiap anak Allah!
Karena pelajaran ini masih dari pasal dua puluh, kita harus berurusan dengan beberapa masalah yang masih sangat sulit. Namun begitu, ingatlah tujuan pasal itu. Di sinilah kita bisa mengatakan, "Selamat jalan, Iblis—dan Enyahlah!"
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 20:1-3)
Untuk saat ini, saya ingin berfokus pada konsep bahwa sekarang ini Iblis sedang diikat. Ia dikalahkan oleh salib. Apa yang ...
KESIMPULAN (Wahyu 20:1-3)
Untuk saat ini, saya ingin berfokus pada konsep bahwa sekarang ini Iblis sedang diikat. Ia dikalahkan oleh salib. Apa yang memerdekakan kita mengikat Iblis!41Ini seharusnya membuat kita bersukacita.
Selanjutnya, ini seharusnya membuat kita menerima tanggung jawab pribadi atas tindakan kita. Beberapa orang mencoba berdalih atas dosa-dosa mereka dengan mengatakan bahwa yang "membuat mereka berbuat dosa" adalah Iblis. Iblis bisa mengancam, Iblis bisa menggoda, dan Iblis bisa menggiurkan—tetapi Iblis tidak bisa membuat siapa saja melakukan apa saja. Ia diikat. Oleh sebab itu, masing-masing dari kita bertanggung jawab atas tindakan kita sendiri. Suatu hari nanti, "setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah" (Roma 14:12). Jika Anda sesat, Anda tidak bisa menyalahkan siapa pun kecuali diri Anda sendiri!42
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Pernahkah Anda mendengar ide aneh tentang Wahyu 20 atau tentang seribu tahun yang disebut di dalam pasal ini?
- 2. Tinjaulah kembali sifat sastra apokaliptik dan bagaimana menyampaikan pesannya melalui simbol. Bagaimanakah hal ini terkait dengan pasal 20?
- 3. Apakah kitab Wahyu bersifat kronologis dari awal sampai akhir? Bagaimanakah pertanyaan tentang kronologi terkait dengan pasal 20?
- 4. Apakah pesan utama 20:1-10? Dengan cara apakah pelajaran itu menyiratkan bahwa ini adalah pesan yang menarik?
- 5. Tinjaulah kembali apa yang kita sudah pelajari sebelumnya tentang jurang maut. Apakah jurang maut itu adalah lautan api dan beelrang (neraka)?
- 6. Apakah kunci dan rantai itu sungguhan? Simbol lain apa sajakah yang dapat Anda temukan di dalam 20:1-s10?
- 7. Siapakah naga di 20:2? Kembalilah kepada komentar tentang 12:943untuk meninjau kembali pentingnya istilah-istilah yang digunakan untuk menggambarkan naga itu.
- 8. Apakah arti simbolik angka "sepuluh"? Apakah arti simbolik angka "seribu"?
- 9. Periksalah konteks Matius 12:9. Bersiaplah untuk menceritakan kisah itu. Apakah pentingnya ilustrasi Yesus tentang mengikat orang kuat?
- 10. Pelajaran itu mengajarkan bahwa pengikatan Setan dimulai dengan kelahiran Yesus dan dipuncaki oleh kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya. Periksalah pelbagai acuan yang diberikan tentang poin ini untuk melihat apakah acuan itu mengajarkan ini.
- 11. Apakah kata "diikat" berarti "benar-benar dilumpuhkan" atau "tidak dapat beroperasi"?
- 12. Dalam arti apakah sekarang ini Iblis "diikat" yang terkait dengan penyesatan bangsa-bangsa?
- 13. Meskipun Iblis masih aktif sekarang ini, dalam hal apa sajakah ia itu "diikat"?
- 14. Apakah menurut Anda ilustrasi binatang yang dirantai sangat menolong? Apakah yang ilustrasi ini katakan tentang tanggung jawab pribadi?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Ketika Anda membahas pengikatan Iblis, Anda bisa menggunakan diagram sederhana:
Kuasa Setan atas umat manusia datang melalui dosa. (Hal ini dapat diilustrasikan oleh Kejadian 3.) Dosa menimbulkan pengabaian terhadap Allah dan jalan Allah. Dosa Adam mengakibatkan kematian jasmani. Dosa juga menimbulkan rasa bersalah yang akan menyiksa manusia. Pemberitaan injil menghilangkan pengabaian. Ketaatan kepada injil menghilangkan rasa bersalah—dan membawa harapan hidup yag kekal.
MEMANDANG BABEL KUNO
Dahulu ada kota bernama Babel, kota yang Taman Gantungnya menjadi bagian dari Tujuh Keajaiban Dunia. Gundukan yang kesepian itu sekarang membisu kecuali dengungan lebah liar dan tawon. Betapa harfiahnya nubuatan tentang kejatuhan Babel itu tergenapi! Kota itu, memang, digulingkan sebagaimana Allah menjungkirbalikkan Sodom dan Gomora. "Dinding-dinding lebar" milik Babel telah "benar-benar hancur" seperti yang Yeremia nubuatkan; pintu-pintu gerbangnya telah "dibakar api"; kota itu sungguh menjadi "kengerian" dan "menjadi sasaran suitan." Tidak ada kata-kata yang sudah bisa menggambarkan dengan lebih baik kesunyian yang mengerikan itu: "Babel akan menjadi timbunan."44
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 20:1-3, 7-10)
Kita telah menghabiskan tiga pelajaran mengenai salah satu bagian paling sulit dari kitab Wahyu. Jika Anda seperti ka...
KESIMPULAN (Wahyu 20:1-3, 7-10)
Kita telah menghabiskan tiga pelajaran mengenai salah satu bagian paling sulit dari kitab Wahyu. Jika Anda seperti kami yang lainnya, maka bagian-bagian dari Wahyu 20:1-10 itu tentunya masih kurang jelas di dalam pikiran Anda, dan beberapa rinciannya masih membingungkan Anda. Anda tentunya ingin terus mempelajari nas ini, dengan doa semoga Allah akan memberikan Anda wawasan dan pemahaman yang segar. Ketika Anda melakukan hal itu, jangan pernah lupa bahwa pesan itu tidak dalam rincian, tetapi dalam gambaran yang menyeluruh. Pack meringkas pesan dari ayat 1 sampai 10 itu dalam kata-kata ini:
… kebenaran utama yang mengesankan yang dikemukakan adalah fakta bahwa mereka yang setia kepada Tuhan ikut merasakan kemuliaan-Nya setelah kematian, dan penggulingan Iblis bersama antek-anteknya dijamin pasti. Dengan menerima janji hebat ini sebagai milik kita sendiri, kita bisa hidup dalam pengharapan dan dalam prospek kemenangan yang Tuhan jamin untuk kita.44
Dulu ada seorang pria berbicara dengan seorang artis trapeze sirkus tentang fungsi jaring yang dibentangkan di bawah area di mana ia dan rekan-rekannya beratraksi. Pelaku atraksi itu mengakui bahwa jaring yang dipasang di bawah itu untuk menjaga leher mereka tidak patah jika terjatuh, tetapi menambahkan, "Tanpa jaring, kita akan sangat gugup sehingga kita akan lebih mungkin untuk jatuh. Jika tidak ada jaring, kita tidak akan berani melakukan beberapa hal yang kita lakukan."45
Jaminan seperti yang diberikan di dalam Wahyu 20:1-10 adalah "jaring pengaman" dari Allah untuk umat-Nya. "Jaring pengaman" ini memampukan orang Kristen untuk mencapai apa yang ia tidak pernah bisa capai jika sebaliknya.
Apakah jaminan ini untuk Anda? Dapatkah Anda menerima janji-janji Allah? Izinkan saya mengatakannya dengan cara lain: Apakah Anda anak Allah, anak-Nya yang setia? Jika tidak, sekaranglah waktunya untuk kembali kepada Dia dalam ketaatan karna percaya!46
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Untuk siapakah neraka itu pada awalnya disiapkan?
- 2. Agar kejahatan dilenyapkan sepenuhnya, mengapakah Iblis perlu dilenyapkan juga?
- 3. Mengapa Anda pikir Iblis akan dilepaskan "untuk sedikit waktu"? (Pendapat Anda sama baiknya dengan pendapat orang lain!)
- 4. Karena "seribu tahun" pada dasarnya melmabangkan suatu konsep (kelengkapan), apakah mungkin bahwa "sedikit waktu" juga melambangkan suatu konsep? Jika Anda menjawab "Ya," konsep apakah yang Anda pikir mungkin?
- 5. Menurut pelajaran kita, hal apa sajakah yang Iblis sudah pelajari selama "seribu tahun" pemenjaraannya?
- 6. Berikanlah latar belakang Alkitab tentang nama "Gog dan Magog." Apakah yang mereka lambangkan dalam Wahyu 20?
- 7. "Perkemahan"/"kota" apakah yang disebut di ayat 9? Apakah yang istilah-istilah ini katakankepada kita tentang gereja Tuhan?
- 8. Tinjaulah kembali apa yang kita pelajari sebelumnya tentang apa yang disebut "pertempuran Armageddon." Dalam dua kisah sebelumnya dari "pertempuran" ini, apakah pertempuran yang sebenarnya terjadi? Apakah yang terjadi dalam dua kisah sebelumnya? Apakah yang terjadi dalam kisah ini?
- 9. Setelah kekalahan pasukannya, apakah yang terjadi dengan Iblis? Apakah ia dikirim ke neraka untuk menjadi pengawasnya?
- 10. Akankah neraka itu mengerikan? Bagaimanakah Anda bisa terhindar dari masuk ke sana?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Inilah beberapa judul alternatif untuk pelajaran ini: "Penghancuran Sang Penghancur"; "Nyanyian Angsa Iblis"; "Takdir Dan Azab Iblis"; "Enyahlah Iblis."
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 G. B. Caird, A Commentary on the Revelation of St. John the Divine (London: Adam & Charles Black, 1966), 249.
2 John Risse, ...
Catatan Akhir:
- 1 G. B. Caird, A Commentary on the Revelation of St. John the Divine (London: Adam & Charles Black, 1966), 249.
- 2 John Risse, "The Meaning of the Millennium," Khotbah yang dikhotbahkan di Southern Hills church of Christ, Abilene, Texas, 30 June 1991. "Kook" adalah istilah Inggris untuk orang yang aneh, eksentrik/sinting. Gantilah istilah itu dengan istilah yang familiar bagi para pendengar Anda.
- 3 Frank Pack, Revelation, Part 2, The Living Word Series (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 45.
- 4 Douglas Ezell, Revelations on Revelation: New Sounds From Old Symbols (Waco, Tex.: Word Books, 1977), 88-89.
- 5 W. B. West Jr., Revelation Through First-Century Glasses, ed. Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 133.
- 6 Lihat pelajaran "Tujuh Fakta Kitab Wahyu Yang Anda Harus Ketahui," dalam "Wahyu, 1."
- 7 Disadur dari Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 287.
- 8 Lihat pelajaran "Terima kasih Allah, Kami Menang!" dalam "Wahyu, 1."
- 9 Lihat pelajaran "Kenalilah Musuh Anda," dalam "Wahyu, 6."
- 10 Lihat pelajaran "Terima kasih Allah, Kami Menang!" dalam "Wahyu, 1."
- 11 Seperti yang akan kita lihat, pasal ini dimulai dengan pengikatan Iblis selama pelayanan Yesus. Kita sudah ulas sebelumnya bahwa pasal itu berakhir dengan "pertempuran" yang sama yang mengakhiri pasal 19.
- 12 Kaum Premilenialis memahami hal ini sebagai suatu persoalan dan berbicara tentang orang-orang "di pinggiran" Kekaisaran Romawi yang tidak dihancurkan di pasal 19, meskipun tidak ada petunjuk hal ini di dalam teks itu.
- 13 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 202. (Huruf miring oleh dia.)
- 14 Kata-kata "lalu aku melihat" adalah perangkat sastra yang digunakan di seluruh kitab Wahyu, dan terutama di bagian ini, untuk memperkenalkan satu pemikiran baru (lihat 20:1, 4 [dua kali], 11, 12; 21:1, 2).
- 15 Beberapa percaya bahwa malaikat ini adalah Kristus, tapi teks itu sama sekali tidak menyiratkan bahwa ia itu sosok lain selain salah satu dari para utusan sorgawi yang digunakan oleh Tuhan untuk melaksanakan perintah-Nya.
- 16 Teks aslinya menulis "di tangannya." Kita mungkin harus membayangkan rantai itu berada di tangan merentang malaikat itu, dan kedua ujungnya menggantung ke bawah.
- 17 Lihat catatan tentang jurang maut dalam pelajaran "Sifat Dosa Yang Merusak Diri," dalam "Wahyu, 5."
- 18 Lihat catatan tentang Yesus yang memegang "kunci maut dan kerajaan maut" (1:18) dalam pelajaran "Tuhan Tahu," dalam "Wahyu, 2."
- 19 West, 133.
- 20 "Yale" adalah merek kunci; gantilah dengan merek atau jenis kunci yang dikenal oleh para pendengar Anda.
- 21 Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 352.
- 22 Kata "seribu" sering digunakan di dalam Kitab Suci sebagai kiasan. Misalnya, lihat Mazmur 50:10. Kita masih menggunakan istilah itu secara kiasan: "Aku sudah bilang ribuan kali!"
- 23 Thomas F. Torrance, The Apocalypse Today (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1959), 133.
- 24 Lihat pembahasan tentang angka "sepuluh" dalam pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!" dalam "Wahyu, 1."
- 25 Para pembaca yang akrab dengan Perjanjian Lama mungkin sudah membayangkan ruang Mahakudus di kemah suci, yang diyakini berukuran sepuluh hasta panjangnya sepuluh hasta lebarnya dan sepuluh hasta tingginya: sebuah kubus yang sempurna. (Ruang Mahakudus di bait suci dua puluh hasta panjangnya dua puluh hasta lebarnya dua puluh hasta tingginya [1 Raja 6:20]. Pada umumnya, ukuran di Bait Allah dua kali lipat lebih besar daripada ukuran di kemah suci.)
- 26 Lihat catatan tentang 12:9-12 dalam pelajaran "Membunuh Naga Baru-Baru Ini?" dalam 'Wahyu, 6."
- 27 Ibid.
- 28 Kisah 5:3; 2 Korintus 2:11; 11:14; Efesus 2:2; 6:11; 1 Tesalonika 2:18; 2 Timotius 2:26; 1 Petrus 5:8, Wahyu 2:13; 3: 9.
- 29 Seorang penulis mengatakan lebih banyak daripada yang ia sadari ketika ia secara tak percaya ia berkata, "Iblis diikat dan sekarang Kristus memerintah?" Keberatan terhadap pengikatan Iblis sekarang adalah keberatan yang sama yang manusia lontarkan terhadap gagasan bahwa sekarang ini Kristus sedang memerintah. Lihat diskusi tentang Tuhan sekarang sedang memerintah dalam pelajaran "Sangkakala Terakhir," dalam "Wahyu, 6."
- 30 Bacalah Kisah 27 dan 28, ditambah surat-surat yang Paulus tulis selama pemenjaraannya pertama: Efesus, Filipi, Kolose, dan Filemon.
- 31 Homer Hailey menggambarkan pengikatan Iblis sebagai "bukan hukuman," tapi "pencegahan" (Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary [Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979], 391).
- 32 Karena Anda bisa melihat kembali dengan cepat nas-nas yang sudah diberikan tentang pengikatan Setan, saya tidak akan membuat acuan khusus kepada nas-nas itu dalam ringkasan nanti. Jika Anda menggunakan bahan ini dalam kelas atau khotbah, para pendengar tidak akan memiliki keuntungan yang sama; jadi Anda mungkin ingin mengingatkan mereka tentang nas-nas itu sambil Anda menyajikan ringkasan ini.
- 33 Lihat komentar tentang 12:11 dalam pelajaran ""Membunuh Naga Baru-Baru Ini?" dalam 'Wahyu, 6."
- 34 Lihat pelajaran "Membunuh Naga Baru-Baru Ini?" dan "Perang Sedang Berlangsung!" dalam dalam 'Wahyu, 6."
- 35 Iblis tetap saja membunuhi orang Kristen bahkan setelah ia diikat.
- 36 Owen L. Crouch, Expository Preaching and Teaching: Revelation (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1985), 348.
- 37 Lihat catatan tentang Iblis sebagai pendakwa dalam pelajaran "Membunuh Naga Baru-Baru Ini?" dalam 'Wahyu, 6."
- 38 Anda mungkin bisa memikirkan cara-cara tambahan dalam mana gerak Iblis dibatasi sekarang. Konteks langsungnya menunjukkan bahwa orang Kristen yang menjadi martir lewat pengaruh Iblis adalah sedang memerintah bersama Kristus. Dengan begitu Iblis dibatasi dalam hal apa yang bisa ia lakukan terhadap orang Kristen: Ia bisa membunuh mereka, namun ia tidak bisa membinasakan mereka. Ia bisa mencabut nyawa mereka, namun ia tidak bisa membatalkan kemenangan mereka.
- 39 Ia bisa membunuh jasmani kita, tetapi ia tidak bisa menmbinasakan rohani kita selama kita tinggal dekat dengan Tuhan.
- 40 Dalam penglihatan itu, jurang maut itu dimeteraikan sebagaimana halnya kubur Yesus (Matthew 27:66). Sebuah meterai memastikan bahwa tidak satu orang pun bisa masuk atau keluar dari area yang dimeteraikan itu tanpa tidak diketahui.
- 41 Disadur dari Eldred Echols, Haven't You Heard? There's a WAR Going On!: Unlocking the Code to Revelation (Fort Worth, Tex.: Sweet Publishing, 1995), 44.
- 42 Jika Anda menggunakanpelajaran ini sebagai materi khotbah, berithukanlah para pendengar Anda cara menaati Tuhan-dan doronglah mereka untuk melakukan hal itu. Lihatlah kata penutup pelajaran, "Pergilah Kamu, Hai Umat-Ku."
- 43 Lihat catatan tentang 12:9 di halaman 61-63 dalam pelajaran "Wahyu, 6" dari Truth for Today.
- 44 Lihat Yeremia 51:37, 58.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Anda mungkin ingin meninjau lagi apa yang telah kita pelajari tentang musuh-musuh Kristus yang diperkenalkan dalam satu urutan, da...
Catatan Akhir:
- 1 Anda mungkin ingin meninjau lagi apa yang telah kita pelajari tentang musuh-musuh Kristus yang diperkenalkan dalam satu urutan, dan meninggalkan adegan itu dalam urutan sebaliknya. Lihat pelajaran "Raja Segala Raja Dan Tuan Segala Tuan," dalam 'Wahyu, 9."
- 2 Satu kebenaran yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa sekali lagi kitab Wahyu mengumumkan bahwa apa pun yang terjadi, Allah pegang kendali.
- 3 Kata "harus" dalam ayat 3 adalah terjemahan dari kata Yunani dei, yang menunjukkan "perlunya moral."
- 4 Donald Guthrie, The Relevance of John's Apocalypse (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 102-3.
- 5 Frank Pack, Revelation, Part 2 (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 52.
- 6 Hal ini memang benar terlepas dari pendekatan yang diambil terhadap kitab Wahyu.
- 7 Kita mencatat, dalam mempelajari dua binatang di pasal 13, bahwa Iblis memiliki tiruannya sendiri untuk "ilah," "kebangkitan," dan sejenisnya. (Tinjaulah kembali pelajaran "Lihat, Dengar, Dan Simak" dan "Penipu Ulung," dalam "Wahyu, 7.")
- 8 Lihat catatan dalam pelajaran "Iblis Diikat," dalam "Wahyu, 9."
- 9 Kata "hanya" di 12:12 [NASB] tidak ditemukan dalam teks aslinya. (Telah ditambahkan oleh para penerjemah.) Saya menghapus kata "hanya" untuk membuat persamaan dengan 20:3 lebih jelas.
- 10 Kelompok preteris ketat yakin bahwa "sedikit waktu" mengacu kepada merebaknya penganiayaan bahkan setelah kemenangan agama Kristen atas Kekaisaran Romawi.
- 11 Ungkapan di dalam kedua ayat ini adalah sama dalam bahasa Inggris dan Yunani.
- 12 Mereka yang berkata "seribu tahun sama dengan Zaman Kristen" pada prisipnya mengatakan hal yang sama yang saya katakan, dengan pengecualian bahwa cara saya mengungkapkan hal itu menghindari beberapa kesulitan.
- 13 Ketika Kristus datang lagi, kita akan menghadapi Hari Penghakiman, dan orang jahat akan dicampakkan ke dalam neraka (20:11-15). Iblis akan juga dicampakkan ke dalam neraka pada waktu yang pada dasarnya sama (20:10). Oleh sebab itu, "sedikit waktu" ini, yang mendahului kepergiannya ke dalam neraka (20:7-9), harus mendahului Kedatangan Yesus yang Kedua.
- 14 Kelompok Sensationalis biasanya membuat bangsa-bangsa ini jauh dari Amerika Serikat.
- 15 Lihatlah makna simbolik angka "empat" dalam pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!" dalam "Wahyu, 1."
- 16 Lihat pelajaran "Pertempuran Yang Tak Pernah Dan Tak Akan Pernah Ada," dalam "Wahyu, 8."
- 17 William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 194.
- 18 Mungkin Magog, yang untuk beberapa waktu tidak diungkapkan di dalam Alkitab, menentang orang Israel. Mungkin nama itu dipilih karena mereka tinggal agak jauh dari orang Israel dan dianggap sebagai entitas yang tidak dikenal.
- 19 Banyak komentator percaya bahwa di dalam Yehezkiel 38 dan 39, "Gog" melambangkan Antiokhus Epifanes. Antiokhus Epifanes adalah penguasa Suriah yang dibenci yang telah menodai bait suci Yahudi. Tindakannya itu menimbulkan pemberontakan Makabis dan periode singkat kebebasan Yahudi selama periode antara dua Perjanjian. Yang lainnya menganggap bahwa yang ada di dalam pikiran Yehezkiel adalah Babel kuno.
- 20 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 304.
- 21 G. B. Caird, A Commentary on the Revelation of St. John the Divine (London: Adam & Charles Black, 1966), 256.
- 22 Lihat pelajaran "Pertempuran Yang Tak Pernah Dan Yang Tak Akan Pernah Ada, "dalam "Wahyu, 8." Lihat juga komentar tentang 19:19 dalam pelajaran "Raja Segala Raja Dan Tuan Segala Tuan," dalam "Wahyu, 9."
- 23 Selain pelbagai alasan yang diberikan sebelumnya mengenai semua tiga kisah sebagai perang yang sama, pertimbangkanlah ini: Gambaran tentang Gog dan Magog digunakan dalam kaitannya dengan kisah perang yang kedua di pasal 19. Lihat pelajaran "Raja Segala Raja Dan Tuan Segala Tuan." Dalam "Wahyu, 9."
- 24 Lihat pelajaran ""Pertempuran Yang Tak Pernah Dan Yang Tak Akan Pernah Ada, "dalam "Wahyu, 8."
- 25 Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 398.
- 26 Henry B. Swete, The Apocalypse of St. John (Cambridge: MacMillan Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 269.
- 27 Beberapa penulis menyebutkan bahwa karena kata Yunani yang diterjemahkan "perkemahan" kadang-kadang digunakan di dalam Perjanjian Baru untuk mengacukan sebuah kamp militer, istilah itu mungkin saja merupakan acuan kepada pertempuran rohani yang orang Kristen harus perjuangkan (Efesus 6:10-18).
- 28 Lihat juga Galatia 4:26.
- 29 Kita akan belajar lebih banyak tentang "Yerusalem sorgawi" ketika kita mempelajari pasal 21 dan 22.
- 30 Sekali lagi, untuk menekankan bahwa 20:8, 9 menggambarkan "pertarungan" yang sama seperti yang di pasal 16 dan 19, saya meminta Brian Watts untuk mengadaptasi karya seni yang digunakan untuk pasal-pasal itu untuk menghasilkan adegan "pertempuran" di halaman sebelumnya. Ia menambahkan rincian tentang naga dan perkemahan, ditambah api penghancur dari sorga. Seperti yang saya katakan sebelumnya, pendekatan ini mungkin tidak menghasilkan karya seni yang hebat, tapi saya mengharapkan itu memperkuat gagasan bahwa ketiga nas itu berbicara tentang "pertempuran" yang sama.
- 31 Lihat Martin H. Franzmann, The Revelation to John (St. Louis: Concordia Publishing House, 1976), 134.
- 32 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 478.
- 33 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 233.
- 34 Lihat 19:20.
- 35 Kata kerja Yunani yang artinya "melempar" digunakan di masing-masing acuan itu. Tentu saja, ini bersifat simbolik, tapi perkembangan menarik.
- 36 Franzmann, 134.
- 37 Owen L. Crouch, Expository Preaching and Teaching: Revelation (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1985), 362.
- 38 Buku 1, baris 262, dikutip dari M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 99. Paradise Lost adalah karya dari penyair Inggris John Milton (1608-1674).
- 39 Lihat catatan tentang 19:20 dalam pelajaran "Raja Segala Raja Dan Tuan Segala Tuan, " dalam 'Wahyu, 9." Juga, lihat diskusi singkat "lautan api dan belerang" dalam pelajaran "Lima Fakta Penghakiman Yang Anda Perlu Ketahui."
- 40 H. L. Ellison, 1 Peter-Revelation, Scripture Union Bible Study Books Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1969), 84-85. (Huruf miring oleh saya.)
- 41 Kadang-kadang, saya menggunakan kata "menghancurkan" atau "kehancuran" dalam kaitannya dengan nasib Iblis. Mudah-mudahan, tak ada satu orang pun yang menafsirkan istilah-istilah itu sebagai pemusnahan. Seseorang mungkin saja berkata kepada orang lain, "Aku akan menghancurkanmu!" tetapi ini umumnya tidak berarti bahwa ia bermaksud untuk melenyapkan dia. Sebaliknya, ia berencana untuk menghancurkan beberapa aspek dari karya atau hidupnya. Begitu juga halnya, pada akhirnya pekerjaan Iblis akan diakhiri. Pengaruhnya akan lenyap, namun ia sendiri akan hidup terus-di neraka.
- 42 Untuk diskusi tentang pentingnya istilah "selama-lamanya" dan sifat kekal neraka, lihat Hailey, 398-99.
- 43 Morris, 233.
- 44 Pack, 55.
- 45 Disadur dari Craig Brian Larson, ed., Illustrations for Preaching and Teaching From Leadership Journal (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1993), 215. (Huruf miring oleh saya.)
- 46 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah, Anda tentu ingin memberitahu para pendengar cara menjadi orang Kristen dan bagaimana anak Allah yang bersalah dapat kembali kepada Dia.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi