Teks -- Yohanes 19:11 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yoh 19:11
Full Life: Yoh 19:11 - KUASA ITU ... DIBERIKAN KEPADAMU DARI ATAS.
Nas : Yoh 19:11
Yesus mengatakan bahwa semua kuasa yang ada di muka bumi ini hanya
ada sejauh hal itu diizinkan oleh Allah (bd. Dan 4:34-35; Rom 13...
Nas : Yoh 19:11
Yesus mengatakan bahwa semua kuasa yang ada di muka bumi ini hanya ada sejauh hal itu diizinkan oleh Allah (bd. Dan 4:34-35; Rom 13:1). Dosa Pilatus ialah menyerah pada permintaan umum karena kegunaan politik. Dosa Israel lebih parah lagi -- mereka menolak Mesias mereka.
Jerusalem -> Yoh 19:11
Jerusalem: Yoh 19:11 - yang menyerahkan Aku Ialah para pembesar Yahudi, khususnya Kayafas, Yoh 11:51 dst; Yoh 18:14, tetapi juga Yudas yang "menyerahkan" Yesus kepada para pembesar Yahudi, Yoh 6...
Ialah para pembesar Yahudi, khususnya Kayafas, Yoh 11:51 dst; Yoh 18:14, tetapi juga Yudas yang "menyerahkan" Yesus kepada para pembesar Yahudi, Yoh 6:71; 13:2,11,21; 18:2,5.
Ende -> Yoh 19:11
Ende: Yoh 19:11 - Ketjuali kalau diberikan dari atas Dan memang Jesus hendak menginsjafkan
Pilatus, bahwa segala kekuasaan para pemerintah dari Allah datangnja dan mereka
semua bertanggung djawab kepada ...
Dan memang Jesus hendak menginsjafkan Pilatus, bahwa segala kekuasaan para pemerintah dari Allah datangnja dan mereka semua bertanggung djawab kepada Allah.
Ref. Silang FULL -> Yoh 19:11
Ref. Silang FULL: Yoh 19:11 - dari atas // Aku kepadamu · dari atas: Rom 13:1; Rom 13:1
· Aku kepadamu: Yoh 18:28-30; Kis 3:13
· dari atas: Rom 13:1; [Lihat FULL. Rom 13:1]
· Aku kepadamu: Yoh 18:28-30; Kis 3:13
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 19:11 - -- 19:11 Yesus menjawab, "Engkau tidak mempunyai1285 kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu1286 tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia,...
19:11 Yesus menjawab, "Engkau tidak mempunyai1285 kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu1286 tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."
Tuhan Yesus menolak pernyataan Pilatus tentang kuasa yang Pilatus punyai. Pernyataan Tuhan Yesus sangat tegas.1287 Kita mengerti bahwa ungkapan dari atas merujuk kepada Allah Bapa (sehingga kedaulatan Allah ditekankan lagi), tetapi mungkin Pilatus berpikir Kaisar yang dimaksudkan.
Identitas dia, yang menyerahkan Tuhan Yesus kepada Pilatus, sulit dipastikan. Mungkin yang dimaksudkan adalah Yudas,1288 karena Yudas menyerahkan Tuhan Yesus kepada pasukan Pilatus. Memang kata menyerahkan dipakai mengenai dia dalam pasal 13:21 dan 18:2 (dalam bahasa asli). Beasley-Murray1289 mengemukakan bahwa para pemimpin Yahudi, atau Kayafas sendiri, menyerahkan Tuhan Yesus langsung kepada Pilatus, dan bukan Yudas. Jika Kaiafas yang dimaksudkan, maka pernyataan Tuhan Yesus adalah sesuai dengan kecenderungan Injil Yohanes untuk menekankan kesalahan para pemimpin agama Yahudi, bukan kesalahan Pilatus dan Roma. Mungkin yang mempunyai dosa yang lebih besar adalah bekas murid Tuhan Yesus, ataupun Imam Besar bangsa Yahudi.
Hagelberg: Yoh 19:1-16 - -- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
Melalui kesaksian Yohanes, kita dapat melihat Tuhan Yesus diejek dan dihina, namun sekaligus kita menyaksikan kemuliaan-Ny...
d. Yesus dihukum (19:1-16a)
Melalui kesaksian Yohanes, kita dapat melihat Tuhan Yesus diejek dan dihina, namun sekaligus kita menyaksikan kemuliaan-Nya, karena kita mengerti bahwa Raja atas Segala Raja merelakan diri-Nya melaksanakan kehendak Bapa-Nya dan menjadi Juru Selamat dunia.
Semula Pontius Pilatus menganggap dirinya lebih mahir memanipulasikan mereka, namun ternyata dialah yang dimanipulasikan: para pemimpin Yahudi berhasil dalam tuntutan bahwa Yesus harus disalibkan. Cukup nyata dalam bagian ini bahwa pihak para pemimpin orang-orang Yahudi lebih bersalah, dari pada Pilatus. Bandingkan pasal 19:4, 6, 7, 11, 12, 15 dan 16. Dengan demikian Yohanes membuktikan pernyataan yang mendasar dalam pasal 1:11 yang berkata, "Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya."
Jika kita dapat belajar rincian penderitaan Tuhan Yesus, kita semakin heran akan kemuliaan kerendahan hati-Nya. Kita berharap supaya penyelidikan ini bukan menjadi sesuatu yang hanya bersifat akademis saja, tetapi menjadi sebagian dari sikap penyembahan kita, karena memang mulialah pernyataan kasih yang terlihat di kayu salib-Nya. Bukankah Injil Yohanes telah berkata, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal...."
Hagelberg: Yoh 19:11 - -- 19:11 Yesus menjawab, "Engkau tidak mempunyai1285 kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu1286 tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia,...
19:11 Yesus menjawab, "Engkau tidak mempunyai1285 kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu1286 tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."
Tuhan Yesus menolak pernyataan Pilatus tentang kuasa yang Pilatus punyai. Pernyataan Tuhan Yesus sangat tegas.1287 Kita mengerti bahwa ungkapan dari atas merujuk kepada Allah Bapa (sehingga kedaulatan Allah ditekankan lagi), tetapi mungkin Pilatus berpikir Kaisar yang dimaksudkan.
Identitas dia, yang menyerahkan Tuhan Yesus kepada Pilatus, sulit dipastikan. Mungkin yang dimaksudkan adalah Yudas,1288 karena Yudas menyerahkan Tuhan Yesus kepada pasukan Pilatus. Memang kata menyerahkan dipakai mengenai dia dalam pasal 13:21 dan 18:2 (dalam bahasa asli). Beasley-Murray1289 mengemukakan bahwa para pemimpin Yahudi, atau Kayafas sendiri, menyerahkan Tuhan Yesus langsung kepada Pilatus, dan bukan Yudas. Jika Kaiafas yang dimaksudkan, maka pernyataan Tuhan Yesus adalah sesuai dengan kecenderungan Injil Yohanes untuk menekankan kesalahan para pemimpin agama Yahudi, bukan kesalahan Pilatus dan Roma. Mungkin yang mempunyai dosa yang lebih besar adalah bekas murid Tuhan Yesus, ataupun Imam Besar bangsa Yahudi.
Hagelberg: Yoh 18:28--19:16 - -- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
Dalam ayat 24 kita membaca bahwa Tuhan Yesus dibawa kepada Kayafas, tetapi Yohanes tidak mencerit...
6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
Dalam ayat 24 kita membaca bahwa Tuhan Yesus dibawa kepada Kayafas, tetapi Yohanes tidak menceritakan apa yang terjadi di situ. Matius 26:57-68, Markus 14:53-65; dan Lukas 22:66-71 menceritakan sidang itu, tetapi kita mengerti bahwa sidang yang mereka ceritakan hanya merupakan formalitas saja. Keputusan yang sungguhan telah diambil sebelumnya. Setelah kisah mengenai tanggapan mereka pada kebangkitan Lazarus, pasal 11:53 berkata, "Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia."
E. Pemeriksaan, Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
Hagelberg: Yoh 13:1--20:31 - -- IV. PENYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
Usaha untuk memberi tanda dan firman supaya orang banyak percaya kepada-Nya telah b...
IV. PENYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
Usaha untuk memberi tanda dan firman supaya orang banyak percaya kepada-Nya telah berakhir. Dia meninggalkan orang banyak, dan Dia memperhatikan murid-murid-Nya. Tema kematian-Nya semakin jelas dalam perkataan-Nya kepada mereka.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 19:1-15
Matthew Henry: Yoh 19:1-15 - Kristus di hadapan Pilatus
Meskipun sampai pada saat ini sang penulis Injil ini terlihat gigih untuk tidak mencatat bagian-bagian kisah yang telah disinggung oleh para penul...
- Meskipun sampai pada saat ini sang penulis Injil ini terlihat gigih untuk tidak mencatat bagian-bagian kisah yang telah disinggung oleh para penulis Injil lainnya, akan tetapi, ketika tiba saatnya bagi dia untuk menuliskan mengenai penderitaan dan kematian Kristus, dia tidak lagi melewatkan bagian itu seperti orang yang malu akan belenggu dan salib Gurunya, yang menganggap kedua hal itu sebagai noda dalam kisah yang dituliskannya. Sebaliknya, ia justru mengulangi apa yang sebelumnya telah diceritakan penulis Injil lain, dengan menambahkan lebih banyak keterangan lagi, seperti orang yang kerinduannya hanya untuk mengenal Kristus dan bagaimana Ia disalibkan, untuk tidak bermegah dalam hal apa pun kecuali dalam salib Kristus. Dalam kisah di pasal ini kita mendapati:
- I. Kelanjutan persidangan Kristus di hadapan Pilatus, yang penuh kekacauan dan huru-hara (ay. 1-15).
- II. Hukuman yang dijatuhkan serta pelaksanaan hukuman tersebut (ay. 16-18).
- III. Gelar di atas kepala-Nya (ay. 19-22).
- IV. Bagaimana pakaian-Nya dibagi-bagikan (ay. 23-24).
- V. Kepedulian Kristus terhadap ibu-Nya (ay. 25-27).
- VI. Pemberian anggur asam supaya diminum-Nya (ay. 28-29).
- VII. Perkataan-Nya sesaat sebelum mati (ay. 30).
- VIII. Penikaman lambung-Nya (ay. 31-37).
- IX. Penguburan mayat-Nya (ay. 38-42).
- Biarlah saat kita merenungkan semua kejadian ini kita boleh mengalami kuasa kematian Kristus dan persekutuan di dalam penderitaan-Nya!
Kristus di hadapan Pilatus (19:1-15)
- Di sini terdapat kelanjutan kisah persidangan tidak adil yang terjadi atas Tuhan kita Yesus. Para penganiaya melangsungkan persidangan tersebut di tengah-tengah kekacauan rakyat, dan sang hakim memimpin persidangan itu dengan kebingungan yang melanda hatinya. Dengan demikian, tidak mudah untuk menelusuri kisah ini di antara kedua pihak tersebut. Oleh karena itu, kita harus berusaha memahami bagian-bagian kisah ini sebagaimana yang diceritakan.
- I. Sang hakim melecehkan Sang Terdakwa, sekalipun dia menyatakan-Nya tidak bersalah, dan berharap dapat menenangkan para penganiaya tersebut. Sekalipun tujuannya mungkin baik, tetapi hal itu tetap tidak bisa membenarkan proses peradilan yang dilakukannya, yang nyata-nyata tidak adil.
- . Dia memerintahkan supaya Kristus disesah layaknya seorang penjahat (ay. 1). Pilatus, ketika melihat begitu murkanya orang-orang itu, dan karena kecewa dengan kegagalan upayanya untuk mencoba membujuk mereka supaya melepaskan Dia, mengambil Yesus dan menyesah Dia, yang berarti ia menyuruh orang-orang bawahannya supaya melakukan itu. Bede [seorang theolog Inggris abad ketujuh -- pen.] berpendapat bahwa Pilatus menyesah Yesus dengan tangannya sendiri, sebab dikatakan bahwa dia mengambil Yesus dan menyesah Dia, supaya tampak jelas bahwa hukumannya berasal dari dia sendiri, untuk menyenangkan hati orang. Matius dan Markus menyebutkan penyesahan tersebut dilakukan setelah Dia dijatuhi hukuman, tetapi di sini tampaknya hal itu terjadi sebelumnya. Lukas menceritakan bagaimana Pilatus menawarkan diri untuk menghajar-Nya, lalu melepaskan-Nya, yang pastinya terjadi sebelum hukuman dijatuhkan. Penyesahan Kristus itu hanya dimaksudkan untuk memuaskan orang-orang Yahudi itu, dan melaluinya Pilatus menunjukkan bahwa ia hendak menyenangkan mereka dengan cara mengabulkan keinginan mereka, meskipun hal itu sebenarnya bertentangan dengan hati nuraninya sendiri. Biasanya, penyesahan yang dilakukan oleh bangsa Romawi amatlah kejam dan tidak terbatas, berbeda dengan penyesahan di antara kaum Yahudi yang dibatasi hanya sebanyak empat puluh pukulan. Meskipun demikian, Kristus rela menanggung semua hinaan dan kesakitan ini demi kebaikan kita.
- (1) Supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci, yang menceritakan keadaan-Nya yang seperti kena tulah, dipukul dan ditindas, dan ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya (Yes. 53:5), tentang bagaimana Dia memberi punggung-Nya kepada orang-orang yang memukul Dia (Yes. 50:6), tentang bagaimana pembajak membajak di atas punggung-Nya (Mzm. 129:3). Dia sendiri juga telah memberitahukan semuanya itu sebelumnya (Mat. 20:19; Mrk. 10:34; Luk. 18:33).
- (2) Supaya oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh (1Ptr. 2:24).
- Kita layak dihajar dengan cambuk dan kalajengking, dan menerima banyak pukulan, sebab kita tahu kehendak Tuhan tetapi tidak melakukannya. Akan tetapi, Kristus menanggung semua pukulan itu demi kita, dan menerima cambukan murka Bapa-Nya (Rat. 3:1). Pilatus mencambuk-Nya supaya Dia tidak dihukum, tetapi maksudnya itu ternyata tidak berjalan sesuai dengan rencana. Walaupun demikian, kejadian ini menunjukkan apa yang telah menjadi rancangan Allah, yaitu bahwa Dia dicambuk supaya mencegah kita dihukum, karena kita memiliki persekutuan di dalam penderitaan-Nya, dan hal ini sungguh-sungguh terlaksana: sang tabib disesah, dan si sakit pun sembuh.
- (3) Supaya pukulan-pukulan itu, karena telah ditanggung-Nya, dapat dikuduskan dan menjadi lebih mudah ditanggung oleh para pengikut-Nya. Dengan demikian, mereka boleh bersukacita di dalam aib itu, seperti yang memang sungguh terjadi demikian (Kis. 5:41; 16:22, 25), seperti yang terjadi pada diri Paulus yang didera di luar batas (2Kor. 11:23). Bilur-bilur Kristus melenyapkan sengatan yang harus mereka rasakan saat mereka didera, sehingga mengubah sifat dari pukulan-pukulan mereka itu. Kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia (1Kor. 11:32).
- . Pilatus menyerahkan Kristus ke tangan para prajuritnya untuk diolok-olok dan dipermainkan seperti seorang dungu (ay. 2-3): Para prajurit, yang merupakan pengawal sang wali negeri itu, memakaikan mahkota duri di atas kepala-Nya. Mahkota yang demikian mereka pikir paling pantas dipakai oleh seorang raja seperti itu. Mereka juga memakaikan sebuah jubah ungu di tubuh-Nya, yaitu sebuah jubah rombeng yang berwarna ungu, yang mereka anggap cukup pantas untuk menjadi pakaian kebesaran-Nya. Lalu, mereka menyerukan bagi-Nya, "Salam, hai raja orang Yahudi" (memang pantas jika kaum seperti mereka memiliki raja semacam ini), dan kemudian mereka menampar muka-Nya.
- (1) Lihatlah di sini bagaimana rendah dan tidak adilnya sikap Pilatus, sebab dia membiarkan para hambanya melecehkan dan menginjak-injak orang yang dia percayai tidak bersalah, yang begitu luar biasa. Orang-orang yang ditahan berdasarkan hukum harus dilindungi oleh hukum tersebut, sehingga mereka seharusnya diamankan. Akan tetapi Pilatus bertindak demikian,
- [1] Untuk memuaskan keinginan para prajuritnya, dan mungkin dirinya sendiri, untuk berhura-hura, tanpa peduli dengan martabat yang seharusnya dimiliki oleh seorang hakim. Herodes dan para pasukannya juga baru saja berpesta seperti itu (Luk. 23:11). Bagi mereka, peristiwa itu tidak ubahnya seperti sebuah pertunjukkan di musim pesta, sebagaimana orang-orang Filistin mempermainkan Samson.
- [2] Untuk menuruti niat jahat orang-orang Yahudi dan memuaskan keinginan hati mereka yang hendak melayangkan segenap aib dan penghinaan sehebat-hebatnya kepada Kristus.
- (2) Lihatlah di sini kekurangajaran dan kelancangan para prajurit itu. Betapa mereka benar-benar telah kehilangan segenap rasa keadilan dan kemanusiaan sehingga begitu tega bersukacita di atas kesengsaraan orang lain, padahal orang ini sudah dikenal karena hikmat dan kehormatan-Nya, dan tidak pernah melakukan apa pun yang cemar. Akan tetapi, memang begitulah wajah agama Kristus yang suci telah dicemari dan dilumuri oleh orang-orang jahat sesuka hati mereka. Mereka menjadikannya sasaran hinaan dan celaan, sebagaimana yang dialami Kristus di sini.
- [1] Mereka menyandangkan sebuah jubah untuk mengolok-olok-Nya. Bagi mereka jubah itu seolah-olah menggambarkan aib dan cela. Semua tindakan ini tiada lain daripada khayalan panas hati dan lamunan gila. Dan, sebagaimana di sini Kristus dianggap sebagai seorang raja palsu, begitu pulalah mereka menganggap agama-Nya itu palsu. Demikian juga, Allah dan jiwa, dosa dan kewajiban, sorga dan neraka, dianggap hanya isapan jempol belaka.
- [2] Mereka memahkotai-Nya dengan duri. Seakan-akan agama Kristus itu berupa tindakan ibadah yang dilakukan melalui tindakan mati raga dengan menyakiti diri sendiri, yang hanya mendatangkan kesakitan dan kesukaran yang teramat hebat di dunia ini. Seolah-olah berserah ke dalam kendali Allah dan kesadaran hati nurani sama saja dengan menancapkan kepala sendiri ke dalam serumpun duri yang lebat. Akan tetapi, semua tuduhan ini benar-benar tidak adil; Duri dan perangkap ada di jalan orang yang serong hatinya, tetapi bunga mawar dan sanjungan ada di jalan orang yang beragama.
- (3) Lihatlah di sini bagaimana Tuhan kita Yesus begitu rela merendahkan diri bagi kita di dalam penderitaan-Nya. Orang-orang yang berpikiran agung dan panjang sabar biasanya lebih tahan menghadapi penghinaan, kesusahan, kepedihan, kehilangan, daripada celaan, caci maki dan pengucilan. Akan tetapi, Yesus yang agung dan kudus ini mau menerima semuanya ini demi kita. Lihatlah dan kagumilah,
- [1] Kesabaran luar biasa yang ditunjukkan oleh Si Penderita, yang meninggalkan sebuah teladan bagi kita supaya tetap tabah dan berbesar hati, tenang dan damai di dalam roh, saat menghadapi kesukaran-kesukaran hebat yang mungkin kita hadapi saat sedang mengerjakan kewajiban kita.
- [2] Kasih dan kebaikan Sang Juruselamat yang tiada taranya, yang tidak hanya menunaikan semuanya itu dengan penuh kegirangan hati dan tekad yang bulat, tetapi juga dengan sukarela menawarkan diri-Nya untuk menanggungnya bagi kita dan bagi keselamatan kita. Demikianlah Dia membuktikan kasih-Nya, yaitu dengan mati bagi kita, bahkan melalui kematian yang terlihat sangat konyol.
- Pertama, Dia menahan rasa sakit-Nya; bukan hanya sengatan penderitaan maut saja, yang sungguh teramat menyakitkan karena disalibkan, namun juga, seolah rasa sakit itu saja belum cukup, Dia bahkan rela menanggung kesakitan-kesakitan lainnya sebelum itu. Layakkah kita mengeluhkan sebuah duri di dalam daging, atau mengerang saat dihantam oleh kesesakan yang sebenarnya kita perlukan untuk menghindarkan kesombongan dari kita, sementara Kristus sendiri merendahkan diri-Nya untuk menanggung duri-duri di kepala-Nya dan tusukan-tusukannya, demi untuk menyelamatkan dan mengajari kita? (2Kor. 12:7).
- Kedua, Dia menanggung rasa malu itu, rasa malu yang ditimbulkan oleh jubah rombeng dan ejekan mereka yang berseru, Salam, hai raja orang Yahudi! Jadi, kapan saja kita diejek karena melakukan suatu kebaikan, janganlah kita merasa malu, tetapi muliakanlah Allah, sebab dengan melewati semuanya itu, kita sudah mengambil bagian dalam penderitaan Kristus. Siapa yang menanggung kehormatan yang merendahkan ini, dia akan diganjar dengan kehormatan yang sejati. Demikian pula kita, jika kita sabar menanggung aib demi Dia.
- II. Setelah menyiksa Sang Tahanan, Pilatus kemudian membawa-Nya ke hadapan para penganiaya, dengan harapan bahwa mereka akan merasa puas sekarang dan menarik tuntutan mereka (ay. 4-5). Ia mengajukan dua hal supaya dipertimbangkan oleh mereka:
- . Bahwa ia tidak mendapati apa pun di dalam diri-Nya yang menentang pemerintahan Romawi (ay. 4): Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya; oudemian aitian heuriskÅ -- Aku tidak mendapati sedikit pun kesalahan atau sesuatu yang layak dituduhkan kepada-Nya. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukannya lebih lanjut lagi, ia mengumumkan lagi pernyataan yang telah ia buat tadi (18:38). Dengan begitu, ia sebenarnya menjatuhkan penghukuman atas dirinya sendiri, sebab, jika dia tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya, mengapa tadi dia menyesah-Nya, mengapa ia tadi menyerahkan Dia untuk disiksa? Tidak ada yang layak diperlakukan dengan keji selain orang yang berlaku keji. Demikianlah, banyak orang masih juga membantah dan melecehkan agama [Kristen -- pen.], padahal, jika saja mereka mau bersungguh-sungguh di dalamnya, mereka pasti tidak akan mendapati kesalahan apa pun dalam agama itu. Jika Pilatus tidak mendapati suatu kesalahan apa pun pada-Nya, mengapa dia membawa-Nya keluar ke hadapan para penganiaya-Nya, dan tidak langsung saja melepaskan-Nya, sebagaimana yang seharusnya ia lakukan? Seandainya saja Pilatus hanya mendengarkan hati nuraninya sendiri, dia pasti tidak akan menyesah ataupun menyalibkan Kristus. Akan tetapi, karena ia ingin memenangkan perkara itu dengan aman, ia menyenangkan orang-orang itu dengan menyesah Kristus dan menyelamatkan hati nuraninya sendiri dengan berusaha untuk tidak menyalibkan-Nya. Jadi, lihatlah, ia melakukan keduanya. Padahal, jika sedari awal dia memutuskan untuk menyalibkan Kristus, dia tentu tidak perlu menyesah-Nya terlebih dahulu. Tidak mengherankan memang bila orang yang berusaha untuk berkelit dari dosa besar dengan melakukan dosa yang lebih ringan, justru terjerembab melakukan keduanya.
- . Bahwa ia telah melakukan tindakan yang membuat Kristus tidak lagi terlihat membahayakan mereka dan pemerintahan mereka (ay. 5). Dia membawa-Nya keluar ke hadapan mereka dengan bermahkotakan duri, kepala dan mukanya berlumuran darah. Lalu Pilatus berkata, "Lihatlah Manusia yang kepada-Nya kalian dengki ini." Perkataannya ini menunjukkan bahwa kemasyhuran-Nya di seluruh negeri itu bisa menimbulkan rasa takut pada mereka semua, bahwa pekerjaan-Nya akan memudarkan kepentingan mereka. Karena itu, Pilatus berusaha mencegah hal itu dengan memperlakukan-Nya seperti seorang budak, dan membuat-Nya dihina. Dengan tindakan ini ia mengira bahwa setelah itu orang-orang tidak akan lagi memandang-Nya dengan penuh hormat, dan Dia sendiri tidak akan dapat memulihkan nama baik-Nya lagi. Tak terpikirkan sedikit pun oleh Pilatus, betapa besar kehormatan yang justru ditimbulkan oleh semua penderitaan-Nya itu, yang setelah berabad-abad kemudian malah dirayakan oleh orang-orang terhebat, yang bermegah di dalam salib dan bilur-bilur-Nya, yang dikiranya akan menjadi aib cela bagi Dia dan para pengikut-Nya untuk selama-lamanya tanpa terhapuskan lagi.
- (1) Perhatikanlah di sini, bagaimana Tuhan Yesus menampakkan diri dengan berpakaian segenap tanda-tanda penghinaan. Dia keluar, rela dijadikan tontonan dan diolok-olok, dan ini tampak jelas saat Dia keluar dengan penampilan yang usang seperti itu, sadar bahwa diri-Nya ditentukan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan (Luk. 2:34). Bukankah Dia telah tampil untuk menanggung kehinaan kita? Karena itu, marilah kita pergi kepada-Nya dan menanggung kehinaan-Nya (Ibr. 13:13).
- (2) Bagaimana Pilatus menampilkan Dia: kata Pilatus kepada mereka: Lihatlah Manusia itu! Katanya kepada mereka: begitulah teks asli menyebutkan. Dan, oleh karena pelaku di kalimat sebelumnya adalah Yesus, saya pikir tidak ada salahnya menduga bahwa kata-kata itu sebetulnya adalah kata-kata Kristus sendiri. Dia berkata, "Lihatlah Manusia yang kalian begitu murkahi ini." Akan tetapi beberapa salinan Yunani, dan para penerjemah umumnya beranggapan sama seperti kita, yaitu kalimat tersebut dikatakan Pilatus kepada mereka dengan maksud untuk menenangkan mereka, Lihatlah Manusia itu. Perkataannya itu tidaklah bertujuan untuk menggugah belas kasihan mereka, Lihatlah Manusia yang patut kalian kasihani, untuk meredam kedengkian mereka, Lihatlah Manusia yang tidak pantas kalian curigai, Manusia yang tidak perlu membuat kalian merasa terancam. Mahkota-Nya telah dinajiskan laksana debu, dan kini semua umat manusia akan mengolok-olok Dia. Bagaimanapun juga, kalimat itu sangat menggugah perasaan: Lihatlah Manusia itu. Baiklah setiap dari kita dengan mata iman kita melihat Manusia itu, Kristus Yesus dalam semua penderitaan-Nya itu. Tengoklah raja itu dengan mahkota yang dikenakan kepadanya oleh ibunya, mahkota dari duri (Kid. 3:11). "Lihatlah Dia, dan semoga engkau tergugah dengan pemandangan itu. Lihatlah Dia dan merataplah karena-Nya. Lihatlah Dia dan kasihilah Dia. Hendaklah pandanganmu tetap kepada Yesus."
- III. Bukannya mereda, para penganiaya Yesus justru semakin beringas (ay. 6-7).
- . Perhatikanlah segala keributan dan keberangan mereka di sini. Imam-imam kepala, yang mendalangi kerumunan orang itu, berteriak dengan penuh amarah dan murka, dan para bawahan atau pembantu mereka, yang harus menirukan apa yang mereka katakan, juga ikut berseru, "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Rakyat jelata mungkin sebenarnya menyetujui pernyataan Pilatus mengenai ketidakbersalahan Yesus, akan tetapi para pemimpin mereka, yaitu para imam, menyesatkan mereka. Dengan begitu, nyata sekali bahwa kedengkian mereka terhadap Kristus,
- (1) Tidak masuk akal dan sungguh janggal, sebab mereka bukan saja tidak mau menarik tuduhan mereka terhadap-Nya, tetapi juga tidak mengajukan keberatan terhadap penilaian Pilatus mengenai Dia. Meskipun Dia tidak bersalah, Dia harus tetap disalibkan.
- (2) Tidak kenal puas dan sangat keji. Tidak ada yang mampu meluluhkan hati mereka sedikit pun, baik itu penyesahan yang melampaui batas yang diterima-Nya, kesabaran-Nya dalam menanggung itu semua, maupun pernyataan-pernyataan sang hakim yang lunak dan masuk akal itu. Bahkan, olok-olok yang dilakukan Pilatus terhadap Dia pun tidak mampu menyenangkan hati mereka.
- (3) Bengis dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Pokoknya mereka ingin supaya keinginan mereka dituruti. Mereka lebih memilih untuk menentang pemerintah dan merusak kedamaian negeri serta mempertaruhkan keselamatan mereka sendiri daripada mengurangi tuntutan mereka. Bukankah mereka begitu bernafsu hendak menindas Kristus dan berseru, "Salibkan Dia, salibkan Dia"? Jadi, tidakkah kita juga harus lebih bersemangat dan giat dalam meninggikan nama-Nya dan berseru, "Mahkotailah Dia, mahkotailah Dia"? Bukankah kebencian mereka terhadap-Nya membuat mereka semakin menjadi-jadi dalam berusaha menentang Dia? Jadi, tidakkah kasih kita kepada-Nya seharusnya lebih mendorong lagi segala usaha kita bagi Dia dan kerajaan-Nya?
- . Teguran Pilatus terhadap kemarahan mereka, dengan tetap kukuh membela ketidakbersalahan Sang Tahanan: "Ambil Dia dan salibkan Dia, jika Dia memang harus disalibkan." Perkataannya itu sebenarnya tidak dimaksudkan begitu, tetapi disengaja untuk menantang orang-orang Yahudi itu. Pilatus tahu bahwa mereka tidak dapat dan tidak berani menyalibkan-Nya. Jadi seolah-olah ia hendak mengatakan, "Kalian tidak dapat memanfaatkanku untuk melaksanakan kedengkianmu itu. Aku tidak bisa menyalibkan-Nya tanpa menentang hati nuraniku sendiri." Jika saja ia terus bersiteguh seperti itu, maka keputusannya itu sangat baik. Dia tidak mendapati suatu kesalahan apa pun pada Yesus, jadi dia tidak seharusnya terus berdebat dengan para penganiaya itu. Orang-orang yang mau selamat dari dosa haruslah tuli terhadap godaan. Bahkan, seharusnya dia mengamankan Sang Tahanan dari penghinaan mereka. Untuk apa dia diperlengkapi dengan kekuasaan selain untuk melindungi pihak yang ditindas? Para pengawal wali negeri juga seharusnya menjadi pengawal-pengawal keadilan. Akan tetapi, Pilatus tidak cukup berani untuk bertindak sesuai dengan hati nuraninya, dan sikap pengecutnya itu kemudian menjadi perangkap bagi dirinya sendiri.
- . Topeng kepura-puraan yang dipakai para penganiaya untuk meloloskan tuntutan mereka (ay. 7): Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu, jika kami memiliki kuasa untuk melaksanakannya, Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.
- Perhatikanlah di sini:
- (1) Mereka bermegah atas hukum Taurat, sekalipun mereka sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu, sebagaimana yang dituduhkan atas bangsa Yahudi (Rm. 2:23). Mereka memang memiliki hukum hebat yang melebihi peraturan dan perundang-undangan bangsa lainnya. Tetapi apa gunanya mereka bermegah akan hal itu, jika mereka malah menyalahgunakannya untuk tujuan-tujuan yang busuk.
- (2) Kedengkian mereka terhadap Tuhan kita Yesus tidak kenal lelah dan sudah mendarah daging. Saat mereka tidak bisa lagi menghasut Pilatus dengan menuduh bahwa Yesus mengaku-ngaku sebagai raja, kini mereka mengemukakan tuduhan lain, yaitu bahwa Dia mengaku diri-Nya sebagai Allah. Demikianlah mereka terus berikhtiar sedapat mungkin untuk melenyapkan Dia.
- (3) Mereka menyelewengkan hukum Taurat dan memanfaatkannya sebagai alat untuk melaksanakan kejahatan mereka. Beberapa orang berpendapat bahwa mereka merujuk pada sebuah hukum yang khusus dibuat untuk menentang Kristus, seolah-olah, karena itu adalah hukum, maka hukum itu harus dilaksanakan, tidak peduli benar atau salah. Padahal sudah ada peringatan bagi mereka, "Celakalah mereka yang menentukan ketetapan-ketetapan yang tidak adil, dan mereka yang mengeluarkan keputusan-keputusan kelaliman" (Yes. 10:1; Mi. 6:16). Akan tetapi, tampaknya yang mereka maksudkan adalah hukum Musa, dan jika demikian:
- [1] Memang benar bahwa para penghujat, penyembah berhala dan nabi-nabi palsu, haruslah dihukum mati berdasarkan hukum itu. Siapa pun yang mengaku-aku sebagai Anak Allah berarti telah melakukan dosa penghujatan (Im. 24:16). Akan tetapi,
- [2] Tidak benar bahwa Kristus hanya mengaku-ngaku sebagai Anak Allah, sebab Dia memang Anak Allah. Mereka seharusnya menyelidiki bukti-bukti yang Ia miliki mengenai jati diri-Nya itu. Jika Dia berkata bahwa Dia adalah Anak Allah, dan maksud serta tujuan ajaran-Nya tidak membuat orang berpaling dari Allah, melainkan membawa mereka kepada-Nya, dan jika Dia meneguhkan amanat dan ajaran-Nya dengan banyak mujizat seperti yang telah Dia nyata-nyata lakukan tanpa dapat disangkal lagi, maka berdasarkan hukum mereka itu, mereka seharusnya mendengarkan-Nya (Ul. 18:18-19), dan jika mereka tidak melakukannya, mereka harus dilenyapkan. Apa yang merupakan kehormatan bagi-Nya, mereka timpakan kepada Dia sebagai suatu kejahatan. Padahal, kehormatan-Nya ini justru akan menjadi kebahagiaan mereka sendiri seandainya saja mereka tidak mengikuti jalan mereka sendiri. Tidak selayaknya Ia disalibkan karena kehormatan-Nya tersebut, sebab hukum yang mereka pakai itu tidaklah memerintahkan kematian karena hal yang demikian.
- IV. Sang hakim kemudian membawa Sang Tahanan sekali lagi ke dalam persidangannya, berdasarkan tuntutan baru tersebut.
- Perhatikanlah:
- . Kerisauan yang melanda Pilatus saat mendengar laporan itu (ay. 8): Saat ia mendengar bahwa tahanannya itu bukan saja dituduh mengaku-ngaku sebagai raja, tetapi juga dituduh menganggap diri sebagai Tuhan, maka bertambah takutlah ia. Hal itu membuatnya merasa lebih malu lagi dan mempersulit kasus yang sedang dihadapinya itu dari dua arah, sebab:
- (1) Jika ia melepas Kristus, maka kemungkinan besar ia akan menyinggung perasaan orang-orang itu, sebab dia tahu betul bagaimana mereka begitu mendewa-dewakan bahwa Allah mereka itu esa, dan bahwa mereka sangat tidak suka dengan ilah-ilah lain saat itu. Karena itulah, meskipun ia mungkin berharap untuk dapat meredakan kegeraman mereka terhadap orang yang dituduh mengaku diri menjadi raja, dia tidak akan pernah dapat melunakkan hati mereka terhadap seseorang yang mengaku-ngaku sebagai Allah. "Jika ini yang menjadi dasar kekacauan ini," pikir Pilatus, "maka masalah ini tidak akan dapat diredakan dengan suatu olok-olok saja terhadap si Tahanan itu."
- (2) Jika dia harus menjatuhkan hukuman ke atas-Nya, maka hal itu berarti dia harus menentang hati nuraninya sendiri. "Diakah orangnya," (pikir Pilatus) "yang menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah? Lalu bagaimana jika terbukti bahwa Ia memang demikian? Apa gerangan yang akan menimpaku kelak?" Bahkan, secara alamiah pun hati nurani dapat membuat orang merasa gentar untuk menentang Allah. Orang-orang kafir pun memiliki tradisi yang menakjubkan mengenai ilah-ilah yang berinkarnasi dan kadang-kadang dalam keadaan yang hina, dan mereka diperlakukan jahat oleh sebagian orang, yang kemudian harus membayar mahal akibat perbuatan mereka itu. Pilatus pun takut harus menghadapi karma di kemudian hari.
- . Penyelidikan lebih lanjut yang dilakukan Pilatus terhadap Tuhan kita Yesus (ay. 9). Agar dapat melangsungkan persidangan yang adil menuruti keinginan para pendakwa, dia pun memulai lagi perdebatan itu, dengan masuk ke dalam gedung pengadilan dan menanyai Kristus, Dari manakah asal-Mu?
- Perhatikanlah:
- (1) Tempat yang ia pilih untuk melakukan penyelidikannya itu: Dia masuk ke dalam gedung pengadilan supaya bisa berbicara secara pribadi, supaya dia bisa menjauh dari kegaduhan dan hiruk-pikuk orang-orang itu, dan dapat menyelidiki perkara itu dengan lebih saksama. Orang-orang yang ingin menemukan kebenaran sebagaimana yang terdapat di dalam diri Yesus haruslah menjauh dari hiruk-pikuk prasangka, dan menyepi, seperti ke dalam ruang pengadilan, untuk bercakap-cakap seorang diri dengan Kristus.
- (2) Pertanyaan yang dia ajukan kepada-Nya: Dari manakah asal-Mu? Apakah Engkau berasal dari antara manusia atau dari sorga? Dari bawah atau dari atas? Sebelumnya dia bertanya langsung, Jadi Engkau adalah raja? Akan tetapi di sini dia tidak langsung bertanya, Jadi Engkau Anak Allah?, supaya jangan sampai tampak bahwa dia terlalu lancang ikut campur dalam perkara keilahian. Karena itulah dia menanyakan sesuatu yang lebih umum, "Dari manakah asal-Mu? Di manakah Engkau sebelumnya, dan di dunia manakah Engkau ada sebelum datang ke dunia ini?"
- (3) Bagaimana Tuhan kita Yesus berdiam diri saat ditanyai seperti itu. Tetapi, Yesus tidak memberi jawab kepadanya. Yesus tetap bungkam, bukan karena Ia bersungut-sungut dan bermaksud menghina pengadilan, juga bukan karena Ia tidak tahu apa yang harus Ia katakan, melainkan,
- [1] Sikap diam-Nya itu merupakan sebuah kesabaran, supaya firman Allah digenapi, seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, Ia tidak membuka mulutnya (Yes. 53:7). Keheningan-Nya itu dengan lantang menyatakan keberserahan-Nya kepada kehendak Bapa-Nya di dalam banyak penderitaan-Nya saat itu, yang Dia terima dan tanggung dengan lapang dada. Dia diam saja, sebab Dia tidak ingin mengatakan apa pun yang dapat menghalangi penderitaan-Nya. Jika saja Kristus mengakui jati diri-Nya sebagai Allah sejelas Dia mengakui diri-Nya sebagai Raja, mungkin saja Pilatus tidak akan menjatuhkan hukuman kepada-Nya (sebab saat para pendakwa menyebutkan hal itu saja dia sudah begitu ketakutan). Selain itu, orang-orang Romawi itu, meskipun biasa mengarak raja bangsa-bangsa yang mereka taklukkan, mereka tetap masih menyegani ilah-ilah mereka (1Kor. 2:8). Kalau sekiranya mereka mengenal-Nya sebagai Allah yang mulia, mereka pasti tidak akan menyalibkan-Nya; dan jika begitu, bagaimana kita dapat diselamatkan?
- [2] Keheningan itu sungguh penuh dengan hikmat dan pertimbangan. Saat para imam kepala bertanya kepada-Nya, Apakah Engkau Anak dari Yang Terpuji? Dia menjawab, Akulah Dia, sebab Dia tahu bahwa mereka memiliki pengetahuan mengenai Perjanjian Lama yang menceritakan tentang Mesias. Tetapi saat Pilatus bertanya kepada-Nya, Dia tahu bahwa Pilatus tidak memahami pertanyaannya sendiri, sebab ia tidak mengenal Mesias dan keberadaan-Nya sebagai Anak Allah, sehingga untuk apa Dia menjawab seorang yang kepalanya dipenuhi dengan hal-hal mengenai dewa-dewa kafir, yang pasti akan ia pakai untuk mengartikan jawaban-Nya?
- (4) Teguran sombong yang dilayangkan Pilatus karena Yesus berdiam diri (ay. 10): "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Apakah Engkau hendak menghina aku dengan berdiam diri seperti itu? Tidakkah Engkau tahu bahwa, sebagai penguasa daerah ini, Aku berkuasa, jika saja aku mau, untuk menyalibkan Engkau, dan berkuasa, jika saja aku mau, untuk melepaskan Engkau?"
- Perhatikanlah di sini:
- [1] Bagaimana Pilatus meninggikan dirinya sendiri dan memegahkan wewenangnya, seakan tidak lebih kecil daripada wewenang Nebukadnezar, yang mengenai dirinya dikatakan, dibunuhnya siapa yang dikehendakinya dan dibiarkannya hidup siapa yang dikehendakinya (Dan. 5:19). Orang-orang berkuasa memang mudah sekali menjadi tinggi hati karena kekuasaan yang mereka miliki, dan semakin mutlak dan bebas kekuasaan mereka, semakin besar pula kesombongan itu memuaskan dan menyenangkan rasa tinggi hati mereka. Akan tetapi ia memegahkan kekuasaannya itu dengan terlalu berlebihan, saat dia menyombong bahwa ia memiliki kuasa untuk menyalibkan seseorang yang telah ia nyatakan tidak bersalah, sebab tidak ada raja atau penguasa yang memiliki kewenangan untuk berbuat lalim. Id possumus, quod jure possumus -- Kita hanya boleh melakukan apa yang dapat kita lakukan dengan adil.
- [2] Bagaimana ia merendahkan Sang Juruselamat kita yang mulia: Tidakkah Engkau mau bicara kepadaku? Pilatus menganggap-Nya,
- pertama, seolah-olah Ia bersikap membangkang dan tidak menghormati pihak yang berwenang, dengan cara berdiam diri pada saat Ia diajak bicara.
- Kedua, seolah-olah Ia tidak tahu berterima kasih kepada orang yang telah bersikap baik terhadap-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku yang telah bersusah payah mengusahakan pembebasan-Mu?"
- Ketiga, seolah-olah Ia bersikap tidak bijaksana bagi diri-Nya sendiri: "Tidakkah Engkau mau berbicara untuk membersihkan diri-Mu sendiri dengan orang yang hendak membersihkan diri-Mu dari tuduhan kejahatan?" Jika Kristus benar-benar hendak menyelamatkan nyawa-Nya sendiri, saat itu adalah saat yang benar-benar tepat untuk angkat bicara. Akan tetapi, yang harus Ia lakukan justru adalah menyerahkan nyawa-Nya.
- (5) Jawaban mengena yang diberikan Kristus terhadap teguran itu (ay. 11). Dalam jawaban-Nya ini,
- [1] Dengan berani Kristus mencela kesombongan Pilatus dan membetulkan kekeliruannya: "Tidak peduli betapa agungnya penampilan atau gaya bicaramu, engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, tidak berkuasa menyesah, atau juga menyalibkan, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas." Meskipun Kristus tidak merasa perlu menjawab Pilatus saat ia menanyai-Nya tanpa memahami pertanyaannya sendiri (sebab, jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia), Ia tetap merasa pantas menjawabnya saat dia bersikap sok berkuasa, sebab, jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak (Ams. 26:4-5). Saat Pilatus memakai kekuasaannya, Kristus menyerahkan diri dengan berdiam diri. Akan tetapi, ketika ia mulai menyombongkan kekuasaannya itu, Kristus membuat dia belajar menempatkan diri selayaknya: "Segala kuasa yang engkau miliki itu diberikan kepadamu dari atas," yang bisa diartikan sebagai dua hal:
- Pertama, sebagai peringatan bahwa kekuasaannya sebagai pejabat pengadilan adalah kekuasaan yang terbatas, dan dia tidak bisa melakukan lebih dari apa yang Allah izinkan bagi dia. Allah adalah sumber kekuasaan, dan segala kuasa yang ada, karena dibentuk dan berasal dari-Nya, maka juga tunduk kepada Dia. Mereka tidak boleh bertindak lebih jauh melebihi apa yang diarahkan oleh hukum-Nya. Mereka juga tidak bisa bertindak lebih jauh melebihi batas-batas tindakan pemeliharaan-Nya. Mereka adalah tangan dan pedang Allah (Mzm. 17:13, 14). Meskipun kapak dapat memegahkan diri terhadap orang yang memakainya, namun tetap saja kapak itu hanyalah alat semata (Yes. 10:5, 15). Biarlah para penindas yang sombong mengetahui bawah ada yang lebih tinggi dari mereka, yang kepadanya mereka harus bertanggung jawab (Pkh. 5:7). Dan biarlah perkataan ini meredakan keluh kesah pihak yang tertindas, bahwa yang lebih tinggi dari para penindas itu adalah Tuhan. Allah membiarkan Simei mengutuk Daud, dan biarlah hal ini menghibur orang-orang tertindas, bahwa para penganiaya mereka tidak dapat melakukan lebih jauh daripada yang diperkenankan Allah (Yes. 51:12-13).
- Kedua, sebagai pemberitahuan bagi Pilatus bahwa khususnya kekuasaannya untuk menentang Dia, dan semua kekuatan dari kuasa tersebut, adalah seturut dengan maksud dan rencana-Nya (Kis. 2:23). Sebelumnya Pilatus tidak pernah membayangkan bahwa dia akan tampak seagung saat itu, saat dia duduk untuk menghakimi seorang tahanan seperti Dia, yang dipandang banyak orang sebagai Anak Allah dan Raja Israel, dan nasib orang yang sedemikian agung ini sekarang ada di tangannya. Akan tetapi Kristus menyadarkannya bahwa ia tidaklah lebih dari sebuah alat di tangan Allah, dan tidak memiliki kuasa apa pun terhadap-Nya, selain dari yang diberikan kepadanya dari sorga (Kis. 4:27-28).
- [2] Dengan cara yang lunak, Dia memaklumi dan menganggap dosa Pilatus itu ringan, jika dibandingkan dengan dosa para pemimpin yang menyerahkan-Nya: "Sebab itu dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, beban dosanya jauh lebih besar, sebab sebagai pejabat pengadilan engkau memang memiliki kuasa dari atas untuk tugasmu itu. Karena engkau berada sesuai dengan kedudukanmu itu, dosamu lebih kecil dari dosa mereka yang menekanmu karena rasa dengki dan kejahatan untuk menyelewengkan kekuasaanmu."
- Pertama, jelas sekali ditegaskan bahwa apa yang diperbuat Pilatus itu adalah dosa, sebuah dosa besar. Paksaan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi kepadanya dan yang diturutinya, tidaklah membenarkan dirinya. Maksud Kristus dengan ini adalah untuk memberikan sedikit peringatan kepada Pilatus untuk menggugah hati nuraninya dan untuk menambah ketakutan yang sedang dia rasakan itu. Kesalahan orang lain tidak akan melepaskan kita dari kesalahan kita sendiri, dan di hari yang agung nanti, kita tidak bisa membela diri dengan mengatakan bahwa orang lain lebih buruk dari kita, sebab kita tidak dihakimi menurut perbandingan, melainkan harus memikul tanggungan kita sendiri.
- Kedua, dosa orang yang menyerahkan Kristus ke tangan Pilatus masih tetap lebih besar daripada dosa Pilatus sendiri. Dengan demikian, jelaslah bahwa tidak semua dosa sama tingkatannya, melainkan ada beberapa dosa yang lebih keji dari yang lainnya. Beberapa jenis dosa diibaratkan sebagai nyamuk, sedangkan yang lainnya sebagai unta. Beberapa dianggap seperti selumbar di mata, yang lainnya seperti balok. Beberapa dianggap senilai dengan dinar, yang lainnya dianggap mina. Dia yang menyerahkan Kristus kepada Pilatus bisa berarti:
- . Orang-orang Yahudi yang berteriak, "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Mereka telah menyaksikan mujizat-mujizat Kristus, yang tidak disaksikan Pilatus. Kepada merekalah Sang Mesias pertama kali diutus. Mereka adalah milik-Nya, dan seharusnyalah, mereka ini, yang kini sedang ditindas seperti budak, yang seharusnya lebih menyambut seorang Penebus. Jadi sungguh keterlaluan bila mereka malah tampil untuk menentang Dia di hadapan Pilatus.
- . Atau mungkin, yang terutama Dia maksudkan ialah Kayafas, yang merupakan kepala komplotan penentang Kristus dan yang pertama kali mengusulkan hukuman mati bagi-Nya (11:49-50). Dosa Kayafas jauh lebih besar dari dosa Pilatus. Kayafas menganiaya Kristus murni karena rasa permusuhannya terhadap Dia dan ajaran-Nya. Kejahatannya memang disengaja dan telah direncanakan secara matang. Pilatus menghukum Dia hanya karena rasa takutnya terhadap orang banyak, dan keputusan itu diambilnya dengan terburu-buru karena dia tidak punya banyak waktu untuk memikirkannya baik-baik.
- . Beberapa orang mengira bahwa yang Kristus maksudkan adalah Yudas, sebab, walaupun dia tidak secara langsung menyerahkan-Nya ke tangan Pilatus, dialah yang menyerahkan-Nya kepada orang-orang yang kemudian menggiring-Nya ke hadapan Pilatus. Dari segala segi, dosa Yudas memang lebih besar dari dosa Pilatus. Pilatus tidak mengenal Kristus, sedangkan Yudas adalah kawan dan pengikut-Nya. Pilatus tidak mendapati suatu kesalahan apa pun di dalam diri-Nya, tetapi Yudas mengenal banyak kebaikan di dalam Dia. Pilatus, sekalipun diombang-ambingkan oleh prasangka, tidak menerima suap, sedangkan Yudas mengambil keuntungan dari orang yang tidak bersalah. Dosa Yudas menjerumuskan dan memberi jalan masuk bagi semua yang mengikuti kesesatannya. Dialah yang menuntun orang-orang yang menahan Yesus. Begitu besarnya dosa Yudas, sampai-sampai balasan yang harus ia terima tidak mengizinkan dia untuk tetap hidup. Pada saat Kristus mengatakan apa yang menimpanya itu, atau segera sesudah Ia mengatakannya, Yudas telah pergi ke tempat yang wajar baginya.
- V. Pilatus berjuang melawan orang-orang Yahudi supaya bisa melepaskan Yesus dari cengkeraman tangan mereka, tetapi usahanya nihil. Setelah kejadian itu, kita tidak mendapati apa pun lagi mengenai apa yang terjadi di antara Pilatus dan Sang Tahanan. Yang tertulis hanyalah peristiwa di antara dia dan para penganiaya-Nya itu.
- . Pilatus terlihat lebih bersungguh-sungguh dalam usahanya melepaskan Yesus daripada sebelumnya (ay. 12): Sejak itu, dari saat itu, yaitu sejak Kristus memberinya jawaban tadi (ay.11), yang dia terima dengan besar hati sekalipun jawaban itu mengandung teguran. Dan meskipun Kristus menemukan kesalahan di dalam dirinya, Pilatus tetap tidak mendapati kesalahan apa pun di dalam Kristus, malahan berusaha untuk melepaskan Dia, ingin dan berjuang untuk melepaskan-Nya. Dia berusaha untuk melepaskan Dia. Dia mencari jalan untuk melakukannya dengan cara yang semestinya dan aman tanpa menyinggung para imam. Saat tekad kita dalam menunaikan tugas hanya didorong dengan semangat untuk melakukannya dengan cara yang gampang-gampang saja, maka hal itu tidaklah pernah berjalan mulus. Jika kebijakan Pilatus tidak melenceng dari sikap adilnya, maka dia tidak akan berlama-lama berusaha untuk melepaskan Kristus, melainkan pasti sudah melakukannya. Fiat justitia, ruat cÅlum -- Biarlah keadilan ditegakkan, sekalipun langit hendak runtuh.
- . Orang-orang Yahudi malah semakin berang dan semakin ganas menghendaki Kristus disalibkan. Mereka tetap melanjutkan rencana mereka dengan kegaduhan dan kericuhan seperti sebelumnya, sehingga kini mereka berteriak-teriak. Mereka ingin menimbulkan kesan bahwa semua orang menentang-Nya, sehingga mereka berusaha untuk menghimpun banyak orang supaya berteriak menentang-Nya. Menghasut sekawanan orang banyak tidaklah sulit. Padahal, jika saja pemungutan suara yang adil dijalankan, saya tidak ragu bahwa sebagian besar orang pasti memilih untuk melepaskan Dia. Teriakan segelintir orang sinting mungkin saja bisa mengalahkan suara banyak orang bijak, dan kalau sudah begitu, mereka lantas mengira bahwa mereka telah mewakili suara seluruh bangsa, atau bahkan seluruh umat manusia (padahal yang keluar dari mulut mereka hanya omong kosong). Walaupun demikian, mengubah pendapat rakyat tidaklah semudah seperti mewakili pendapat mereka atau mengubah teriakan mereka. Kini, selagi Kristus berada di dalam genggaman tangan musuh-musuh-Nya, para sahabat-Nya malah bungkam dan ketakutan, dan menghilang entah ke mana, sedangkan orang-orang yang menentang-Nya maju ke depan untuk unjuk gigi. Keadaan ini membuat para imam kepala serasa mendapat angin untuk menunjukkan bahwa seolah-olah tuntutan mereka itu adalah kebulatan pendapat semua orang Yahudi, yaitu bahwa Kristus harus disalibkan. Melalui teriakan itu mereka mengupayakan dua hal:
- (1) Untuk mencemarkan nama baik Sang Tahanan dan membuat-Nya terlihat seperti musuh kaisar. Dia menolak kerajaan-kerajaan di dunia ini beserta kemuliaan mereka, menyatakan bahwa kerajaan-Nya bukan berasal dari dunia ini, namun mereka menganggap Dia telah menentang kaisar; antilegei -- Dia melawan kaisar, menyerang martabat dan kedaulatannya. Memang sudah menjadi siasat para musuh agama [Kristen -- pen.] untuk selalu menggambarkan agama Kristen itu merugikan raja atau para penguasa, padahal sebenarnya agama Kristen justru sangat menguntungkan bagi kedua pihak tersebut.
- (2) Untuk menakut-nakuti sang hakim, sebagai bukan sahabat kaisar: "Jikalau engkau membebaskan Dia tanpa menghukum-Nya dan membiarkan saja Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar, dan karena itu engkau bersalah terhadap tugas dan kepercayaanmu, tidak menyenangkan hati sang penguasa, dan pantas disingkirkan." Mereka menegaskan ancaman mereka bahwa mereka hendak melaporkan dia dan membuat dia digantikan saja. Dengan ini mereka benar-benar menyerang bagian yang sungguh menjadi kelemahannya. Akan tetapi, dari antara semua orang, kaum Yahudi itu sebenarnya tidak pantas berpura-pura peduli terhadap kaisar, sebab mereka sendiri begitu membenci kaisar dan pemerintahannya. Tidak seharusnya mereka bermanis mulut dengan menyatakan diri sebagai kawan kaisar. Akan tetapi, rasa bakti semu terhadap sesuatu yang baik justru sering dipakai untuk menutupi kejahatan besar melawan sesuatu yang lebih baik.
- . Saat usaha-usaha lain tetap tidak ampuh juga, akhirnya Pilatus pun mencoba untuk membujuk mereka supaya tidak lagi terlalu berang, dan dengan bertindak seperti itu, dia telah menyerahkan dirinya sendiri kepada mereka dan akhirnya takluk pada arus yang begitu deras (ay. 13-15). Setelah dia mencoba bertahan selama beberapa waktu dan kini terlihat seperti hendak tetap bersiteguh melawan desakan mereka (ay.12), dia justru menjadi seorang pengecut dan menyerah. Perhatikanlah di sini:
- (1) Apa yang begitu mengejutkan Pilatus (ay. 13): Ketika dia mendengar perkataan itu, bahwa dia akan dianggap tidak setia kepada kehormatan kaisar dan tidak meyakini kebaikan kaisar jika dia tidak menghukum mati Yesus, maka dia pun berpikir bahwa sudah tiba saatnya dia harus membela diri sendiri. Segala sesuatu yang mereka katakan untuk membuktikan bahwa Kristus adalah seorang penjahat sehingga Pilatus wajib menghukum-Nya, tidaklah mampu menggerakkan hatinya, malah ia terus bersikukuh bahwa Kristus tidak bersalah. Akan tetapi, sewaktu mereka menekan dengan mengatakan bahwa menghukum Kristus adalah demi kepentingannya sendiri, dia pun mulai melunak. Perhatikanlah, orang-orang yang menggantungkan kebahagiaan mereka pada pendapat orang lain menempatkan diri mereka sendiri sebagai mangsa yang empuk bagi godaan Iblis.
- (2) Persiapan yang dilakukan untuk hukuman yang telah disepakati dalam perkara ini: Pilatus menyuruh membawa Yesus keluar, dan ia sendiri, dalam keadaannya yang agung itu, menempati kursinya. Bolehlah kita menduga bahwa dia meminta jubah kebesarannya supaya terlihat hebat, lalu ia duduk di kursi pengadilan.
- [1] Kristus dihukum dengan seluruh acara apa saja yang perlu dijalankan untuk menghukum-Nya.
- Pertama, untuk membawa kita keluar ke hadapan sidang penghukuman Allah, dan supaya semua orang percaya dapat dibebaskan dari segala humuman di dalam persidangan sorga melalui Kristus yang sekarang sedang diadili.
- Kedua, untuk mengambil kengerian semua persidangan yang hebat itu, yang harus dihadapi para pengikut-Nya nanti demi Dia. Paulus lebih diteguhkan ketika dia harus berdiri di hadapan kursi pengadilan kaisar, sebab Gurunya sendiri telah berdiri di sana sebelumnya.
- [2] Di sini dicatat mengenai tempat dan waktu kejadian tersebut.
- Pertama, tempat di mana Kristus dijatuhi hukuman: di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata, kemungkinan merupakan tempat di mana Pilatus biasa duduk untuk menangani perkara-perkara kejahatan. Beberapa orang mengartikan Gabata sebagai sebuah tempat tertutup, terlindung dari penghinaan orang-orang, yang karenanya tidak perlu ia takuti lagi. Sebagian orang lagi mengartikannya sebagai sebuah tempat yang ditinggikan, diangkat, supaya semua orang dapat melihatnya.
- Kedua, waktunya (ay. 14). Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas.
- Perhatikanlah:
- . Hari itu: Hari itu ialah hari persiapan Paskah, yaitu persiapan hari sabat Paskah dan segenap kekhidmatan yang mengiringinya, serta sisa hari raya roti tidak beragi. Hal ini jelas dinyatakan dalam Lukas 23:54, Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai. Dengan demikian, persiapan itu dilakukan untuk menyongsong hari sabat. Perhatikanlah, sebelum Paskah berlangsung, harus selalu dilakukan persiapan terlebih dahulu. Hal ini disebutkan di sini untuk menegaskan begitu beratnya dosa mereka karena menganiaya Kristus dengan begitu banyak kedengkian dan kemarahan, padahal saat itu adalah hari ketika seharusnya mereka menyucikan diri dari ragi lama dan bersiap menyambut Paskah. Akan tetapi, semakin baik hari itu, semakin buruk perbuatan.
- . Jam kejadian itu: kira-kira jam dua belas. Beberapa naskah kuno Yunani dan Latin menuliskannya sebagai jam sembilan, yang sesuai dengan Markus 15:25. Dan tampak dalam Matius 27:45, bahwa Dia sudah tergantung di kayu salib sebelum pukul dua belas tengah hari. Akan tetapi hal itu disebutkan di sini bukan untuk menegaskan ketepatan waktunya, melainkan sebagai penegasan dosa para penganiaya yang begitu berat, sebab mereka mendesak pelangsungan hukuman itu bukan saja di hari yang khidmat itu, yaitu hari persiapan Sabat, melainkan juga pada jam sembilan sampai dua belas tengah hari (yang biasa kita sebut sebagai waktunya bergereja) pada hari itu. Mereka begitu bergiat dalam kejahatan itu, sehingga sekalipun mereka adalah imam, mereka tidak pergi beribadah di Bait Allah, sebab mereka tidak meninggalkan Kristus sampai jam dua belas, yaitu sampai kegelapan dimulai dan membuat mereka lari ketakutan. Beberapa orang berpendapat bahwa jam dua belas berdasarkan sang penulis Injil ini adalah jam enam pagi berdasarkan penghitungan orang Romawi dan juga penghitungan waktu kita. Perkiraan tersebut mungkin saja benar, yaitu bahwa persidangan Kristus di hadapan Pilatus berlangsung sekitar jam enam pagi, yang berarti tidak lama setelah fajar menyingsing.
- (3) Perdebatan yang terjadi di antara Pilatus dan orang-orang Yahudi, baik para imam maupun rakyat jelata, saat ia berusaha meredakan amarah mereka dengan sia-sia, sebelum meneruskan persidangannya.
- [1] Dia berkata kepada orang-orang Yahudi itu, "Inilah rajamu!" Perkataannya itu merupakan teguran bagi mereka atas kejahatan mereka yang tidak masuk akal itu, dengan menuduh Yesus telah mengangkat diri-Nya sendiri sebagai raja: "Inilah rajamu, yaitu orang yang telah kamu tuduh mengaku diri sebagai raja. Beginikah orang yang kelihatannya bisa membahayakan pemerintahan? Aku rasa dia tidak begitu, dan kamu juga seharusnya setuju dengan pendapatku dan tidak lagi mengusik-Nya." Beberapa orang berpendapat bahwa di sini Pilatus mencela kebencian tersembunyi mereka terhadap kaisar: "Kamu pasti akan menerima orang ini sebagai rajamu jika saja Dia mau memimpin pemberontakan melawan kaisar." Akan tetapi, meskipun Pilatus sama sekali tidak memaksudkannya, ia terdengar seperti suara Allah untuk mereka. Kristus, yang kini dimahkotai duri bagaikan seorang raja, ditawarkan kepada orang-orang itu: "Inilah rajamu, Raja yang telah Allah tempatkan di atas bukit kudus-Nya di Sion;" Akan tetapi, bukannya menyambut hal itu dengan kegirangan, mereka malah menentang Allah. Mereka tidak sudi memiliki Raja yang telah dipilih Allah.
- [2] Mereka berteriak dengan kemarahan yang menyala-nyala, "Enyahkan Dia, Enyahkan Dia!", yang menunjukkan penghinaan sekaligus kekejaman, aron, aron -- "Bawa saja Dia, Dia bukan salah satu dari kami; kami tidak menerima-Nya sebagai sanak saudara kami, apalagi menjadi raja kami; kami bukan saja tidak memuja-Nya, tetapi juga tidak mengasihani Dia; enyahkan Dia dari pandangan kami:" Begitulah yang tertulis mengenai Dia, bahwa Dia adalah orang yang dijijikkan bangsa-bangsa (Yes. 49:7), dan mereka menutup muka mereka terhadap Dia (Yes. 53:2-3). Enyahkan orang ini dari muka bumi (Kis. 22:22). Hal ini menunjukkan,
- Pertama, perlakuan yang pantas kita terima di hadapan penghakiman Allah. Karena dosa, kita menjadi menjijikkan di hadapan kekudusan Allah, yang berteriak, "Enyahkan mereka, enyahkan mereka", sebab mata Allah terlalu suci untuk dapat melihat kelaliman. Kita juga jadi menjijikkan di hadapan keadilan Allah yang berseru melawan kita, "Salibkan mereka, salibkan mereka, biarlah penghukuman dilangsungkan." Jika saja Kristus tidak turut campur dan karena itu harus ditolak oleh manusia, maka kita akan ditolak oleh Allah untuk selamanya.
- Kedua, hal itu menunjukkan bagaimana kita seharusnya memperlakukan dosa-dosa kita. Sering kali kita diperintahkan oleh firman Allah untuk menyalibkan dosa supaya kita menjadi bersesuaian dengan kematian Kristus. Kini, mereka yang menyalibkan Kristus melakukannya dengan kebencian besar. Jadi, dengan kebencian kudus yang besar pula seharusnya kita menghancurkan dosa di dalam diri kita, sebagaimana mereka tanpa ampun menindas Dia yang dijadikan dosa bagi kita dengan kekejian mereka yang bejat itu. Orang yang benar-benar bertobat akan menjauhkan segenap pelanggarannya, "Enyahkan mereka, enyahkan mereka" (Yes. 2:20; 30:22), "Salibkan mereka, salibkan mereka, tidak layak mereka berdiam di dalam jiwaku" (Ho. 14:9).
- [3] Pilatus, yang hendak membebaskan Yesus tetapi tetap ingin melakukannya berdasarkan persetujuan mereka, bertanya, "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Dengan berkata begitu, dia memiliki maksud,
- Pertama, untuk membungkam mulut mereka dengan menunjukkan kepada mereka bahwa betapa tidak masuk akalnya jika mereka menolak seseorang yang menawarkan diri sebagai raja mereka pada saat yang tepat, yaitu saat mereka benar-benar memerlukan seorang raja. Tidakkah mereka merasa diperbudak selama ini? Tidakkah mereka memiliki keinginan untuk merdeka? Tidakkah mereka menghargai seorang penyelamat? Meskipun dia tidak melihat alasan untuk takut kepada-Nya, mereka kan bisa melihat alasan untuk mengharapkan sesuatu dari diri-Nya, sebab biasanya orang-orang yang sedang dalam keadaan terjepit lebih mudah menerima apa saja yang ditawarkan. Atau,
- Kedua, untuk membungkam teriakan hati nuraninya sendiri. "Jika Yesus ini memang benar seorang raja" (pikir Pilatus), "dia hanya terkait dengan orang-orang Yahudi saja, dan karena itu aku tidak punya kepentingan apa-apa dengan ini, selain berusaha membuat perkara ini adil bagi dia dan orang-orang Yahudi itu. Jika mereka menolak-Nya dan ingin menyalibkan raja mereka sendiri, apa urusannya hal itu denganku?" Dia mencemooh kebodohan mereka yang mengharapkan seorang Mesias, tetapi menindas orang yang dapat membuktikan diri sebagai Sang Mesias itu.
- [4] Supaya bisa sepenuhnya lepas tangan dari masalah Kristus dan melibatkan Pilatus untuk menyalibkan Dia, yang sama sekali tidak ingin mereka lakukan sendiri, imam-imam kepala pun berseru, "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!" Mereka tahu bahwa hal ini akan membuat Pilatus senang. Dengan berbuat demikian, mereka berharap dapat mencapai tujuan mereka, meskipun pada saat yang sama mereka membenci kaisar dan pemerintahannya.
- Tetapi amatilah di sini:
- Pertama, betapa hal ini merupakan petunjuk yang jelas bahwa sekaranglah waktunya, bahkan waktu yang sudah ditentukan, bagi Mesias untuk datang. Sebab, apabila orang Yahudi tidak mempunyai raja selain kaisar, maka benar bahwa tongkat kerajaan beranjak dari Yehuda dan lambang pemerintahan dari antara kakinya, dan hal ini sekali-kali tidak akan terjadi sebelum Silo datang mendirikan kerajaan rohani. Dan,
- Kedua, betapa adil dan benar Allah dalam mendatangkan kehancuran bagi mereka melalui orang-orang Romawi tidak lama sesudah itu.
- . Mereka patuh kepada kaisar, dan kepada kaisarlah mereka akan pergi. Allah segera membuat mereka tidak tahan dengan kaisar-kaisar mereka. Dan, menurut perumpamaan Yotam, karena segala pohon memilih semak duri sebagai raja mereka, dan bukan pohon anggur dan pohon zaitun, maka roh jahat dikirim ke tengah-tengah mereka, sebab mereka tidak dapat berlaku setia dan tulus ikhlas (Hak. 9:12, 19). Sejak saat itu, mereka menjadi pemberontak-pemberontak kaisar, dan kaisar-kaisar menjadi para penguasa yang lalim bagi mereka. Dan ketidakpuasan mereka itu berakhir dengan digulingkannya negeri dan bangsa mereka. Jika kita mengutamakan hal lain selain Kristus, maka adillah apabila Allah menjadikan hal lain itu sebagai momok dan tulah bagi kita.
- . Mereka tidak mau mempunyai raja lain selain daripada kaisar, maka tidak pernah mereka mempunyai seorang raja pun sampai hari ini. Sebaliknya, mereka diam dengan tidak ada raja, tiada pemimpin (Hos. 3:4), tanpa raja atau pemimpin sendiri, melainkan raja-raja dari bangsa-bangsa lain memerintah atas mereka. Karena mereka tidak mau mempunyai raja selain daripada kaisar, maka begitulah nasib yang akan menimpa mereka, sebab mereka sendiri yang telah memutuskannya.
SH: Yoh 19:1-16 - Kuasa dari atas (Kamis, 13 April 2006) Kuasa dari atas
Pilatus sadar ia telah melakukan kesalahan fatal dengan
mengompromikan kebenaran (ayat 18:39). Namun, ia tidak mau mengaku
salah....
Kuasa dari atas
Pilatus sadar ia telah melakukan kesalahan fatal dengan mengompromikan kebenaran (ayat 18:39). Namun, ia tidak mau mengaku salah. Ia berupaya membujuk orang Yahudi supaya Yesus dibebaskan dengan cara menyesah-Nya (ayat 19:1). Ketika Pilatus tidak berhasil meredakan amarah mereka (ayat 4-7), ia berbalik membujuk Yesus agar mengaku bersalah agar Ia terhindar dari kemungkinan penyaliban. Pilatus mengingatkan Yesus bahwa sebagai wakil kaisar Romawi, ia memiliki kuasa atas nasib Yesus (ayat 10). Namun sekali lagi, Yesus memojokkan Pilatus dengan menyatakan bahwa Pilatus tidak memiliki kuasa apa pun baik untuk menyatakan Yesus salah atau benar maupun untuk memvonis Yesus bebas atau mati. Kuasa itu hanya ada pada Allah Bapa (ayat 11). Dan kuasa itu hanya dinyatakan pada orang-orang yang menerima kebenaran sejati.
Sebenarnya Yesus sudah menyatakan bahwa bila Pilatus berani membela kebenaran maka ia lebih baik daripada para musuh Yesus yang menyerahkan Yesus kepadanya (ayat 11b). Sayang sekali, Pilatus memilih menyelamatkan kedudukan daripada menegakkan kebenaran. Daripada terancam dianggap memusuhi kaisar (ayat 12b), ia memilih menyerahkan orang tidak bersalah untuk dihukum. Pengadilan Pilatus tidak lebih daripada pengadilan boneka karena tidak ada otoritas, kuasa,keadilan dan kebenaran di dalamnya. Pengadilan yang seharusnya menjadi tempat orang berharap kebenaran ditegakkan, telah berubah menjadi tempat orang tidak bersalah dibantai demi kedengkian orang banyak dan keamanan pribadi Pilatus.
Orang yang berpegang pada kebenaran sejati akan diberi kuasa oleh Allah untuk berani menegakkan kebenaran apa pun konsekuensinya. Seharusnya kita yang sudah dibenarkan dalam Kristus menjadi orang-orang yang menyaksikan kebenaran sejati itu.
Responsku: _________________________________________________
SH: Yoh 18:38--19:16 - Tak ada kesalahan (Kamis, 28 Maret 2002) Tak ada kesalahan
Pilatus tak menemukan kesalahan pada Yesus karena Dia memang tak
bersalah (ayat 38). Tetapi, orang Yahudi tetap meminta supaya...
Tak ada kesalahan
Pilatus tak menemukan kesalahan pada Yesus karena Dia memang tak bersalah (ayat 38). Tetapi, orang Yahudi tetap meminta supaya Dia dihukum mati (ayat 40). Karena untuk Pilatus pertimbangan keamanan dan stabilitas politik jauh lebih utama maka ia rela mengambil keputusan yang bertentangan dengan kebenaran, bahkan menumpas hati nuraninya sendiri. Itulah jahatnya kuasa bila tidak dikontrol oleh kebenaran.
Maka, mulailah penyesahan itu. Yesus dicambuki, dicaci, dipermalukan. Pernahkah Anda dipermalukan dengan cara ini? Pernahkah muka Anda diludahi? Tuhan pernah! Itu semua demi untuk menyelamatkan kita. Itulah pengorbanan-Nya demi kasih-Nya kepada kita. Kita mendapatkan selamat, Tuhan yang menderita. Padahal sebenarnya tak satu pun dari kita layak beroleh kebaikan Tuhan itu. Dia rela berkorban menebus hidup orang-orang jahat seperti kita dengan sengsara-Nya. Dari kerelaan berkorban pada Yesus inilah mengalir keajaiban sikap Kristen yang bersedia berkorban untuk kepentingan dan kebaikan orang lain.
Memilih yang salah. Barabas yang salah dibebaskan, tetapi Yesus yang tidak salah harus disalibkan. Sulit dipahami, mengapa orang lebih suka memilih yang salah daripada yang benar. Tetapi, itulah kenyataan dunia. Yang salah, namun memuaskan diri, lebih disenangi daripada yang benar, tetapi tidak memuaskan nafsu angkara murka. Pilihan yang salah memang mungkin membuat kita senang, cuma kesenangannya hanya sesaat. Setelah itu kehancuran hebat akan segera menyusul. Pilihan untuk memuaskan kebanggaan diri dan pembalasan dendam selalu membawa pada pilihan yang salah.
Tetapi, di sinilah indahnya dan ajaibnya rencana dan karya Allah. Keputusan salah manusia menjadi pelaksanaan dari rencana dan keputusan Ilahi. Bila demikian halnya, apakah pengkhianatan Yudas dan keputusan jahat para pemimpin Israel dan Pilatus menjadi benar karena melalui mereka rencana Allah telah digenapi? Tidak! Rencana Allah berjalan melalui mereka, tetapi mereka sadar ketika melakukan kejahatan itu dan bertanggung jawab atasnya sebab manusia bukan boneka.
Renungkan: Kita harus menyambut rencana Allah secara aktif supaya kita menjalani rencana-Nya di pihak-Nya.
SH: Yoh 18:38--19:16 - Tentukan sikap! (Kamis, 20 Maret 2008) Tentukan sikap!
Bagaikan bola, Yesus dipingpong oleh Pilatus dan orang-orang Yahudi.
Orang Yahudi menginginkan kematian Yesus, tetapi tidak mau
...
Tentukan sikap!
Bagaikan bola, Yesus dipingpong oleh Pilatus dan orang-orang Yahudi. Orang Yahudi menginginkan kematian Yesus, tetapi tidak mau mengotorkan tangan dengan membunuh Dia secara langsung. Pilatus tidak menemukan kesalahan Yesus, tetapi khawatir kalau perkara ini akan menjatuhkan dia dari kedudukannya yang saat itu begitu dia nikmati. Yesus yang Mahakuasa rela menjadi bulan-bulanan.
Meski bukan seorang yang berhati baik, Pilatus sebenarnya bermaksud melepaskan Yesus. Bukan demi keadilan, tetapi Ia tahu bahwa orang Israel ingin membinasakan Yesus. Pilatus memang tidak memiliki masalah secara langsung dengan Yesus. Ia juga tidak membenci Yesus. Namun demi keamanan diri, Pilatus mengorbankan kebenaran yang disuarakan hati nuraninya (ayat 18:38b; 19:4, 6). Pilatus akhirnya mendukung proses hukuman salib bagi Yesus. Walau berkuasa, Pilatus ternyata tidak sanggup menyelamatkan Yesus. Nyata bahwa Pilatus ikut bertanggung jawab atas kematian Yesus.
Orang-orang Yahudi pun bersalah. Mereka membenci Yesus karena adanya selisih pendapat dalam hal pemahaman seputar tafsir Kitab Suci. Setelah itu, mereka mati-matian berusaha untuk mengeksekusi Yesus meskipun tidak dapat membuktikan bahwa Yesus bersalah. Mereka juga yang membuat Pilatus merasa terancam, hingga ia menyerah pada keinginan mereka untuk menyalibkan Yesus. Baik Pilatus maupun orang Yahudi, sama-sama memperjuangkan kepentingan sendiri dan sama-sama mengabaikan kebenaran. Maka dengan mengorbankan kebenaran mereka sedang berjudi dengan maut.
Kita pun bersalah atas kematian Yesus. Dosa-dosa kitalah yang menggiring Dia ke kayu salib. Namun di sisi lain, kematian Yesus juga merupakan penggenapan rencana Allah dalam rangka menyediakan jalan keselamatan bagi orang-orang yang terhilang. Karena itu, tiada respons lain yang lebih tepat selain memohon pengampunan atas segala dosa-dosa kita. Setelah itu, mintalah Dia bertakhta di dalam kehidupan Anda. Jadikanlah Dia Tuhan yang menguasai hidup Anda.
SH: Yoh 18:38--19:16 - Sikap terhadap kebenaran (Rabu, 16 April 2014) Sikap terhadap kebenaran
Sikap seseorang terhadap kebenaran berbeda-beda. Ada yang menolak karena membenci kebenaran, tetapi ada juga yang menerimany...
Sikap terhadap kebenaran
Sikap seseorang terhadap kebenaran berbeda-beda. Ada yang menolak karena membenci kebenaran, tetapi ada juga yang menerimanya karena menyadari kebutuhan untuk hidup benar.
Dalam bacaan ini, kita melihat sikap Pilatus ketika diperhadapkan dengan kebenaran. Ia sempat bertanya, "Apakah kebenaran itu?", tetapi ia kemudian pergi tanpa menunggu jawaban Yesus. Ia tahu bahwa jawaban Yesus akan menuntut komitmen untuk hidup dalam kebenaran. Padahal ia tidak siap melakukannya, meski telah bertemu dengan Yesus sebagai Raja kebenaran. Bahkan selama proses peradilan, ia tahu kebenaran sehingga tiga kali mengatakan bahwa Yesus tidak bersalah (18:38; 19:4, 6). Bahkan ia berusaha membebaskan Yesus yang dianggap sebagai raja orang Yahudi (18:39; 19:12). Namun ironisnya, ia tidak berani menegakkan kebenaran, walaupun ia berkuasa untuk membebaskan maupun menyalibkan Yesus (10). Ia justru memerintahkan anak buahnya untuk menyesah Dia. Ia lebih suka cari muka (1-3), takut kepada manusia, dan takut kehilangan jabatan (12), daripada takut kepada Allah dan kemudian membebaskan Yesus (12).
Tidak berbeda jauh dengan Pilatus, orang Yahudi sebagai umat pilihan Allah, juga menolak Dia (40; 19:6, 7, 15). Mereka lebih suka membebaskan seorang penjahat bernama Barabas, yang adalah seorang penjahat, daripada harus membebaskan Yesus. Mereka malah bersikeras meminta Yesus disalibkan. Itu berarti mereka menolak Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan Allah untuk membebaskan mereka dari belenggu dosa, maut, dan Iblis. Bahkan demi menyingkirkan Yesus, mereka rela mengingkari diri mereka sebagai umat perjanjian dan pilihan Allah dengan mengakui kekuasaan Romawi yang selama ini mereka tolak (15b).
Sampai saat ini pun masih banyak orang yang menolak Yesus dan tidak mau menerima kebenaran-Nya. Mereka juga akan berusaha menghalangi para pengikut Kristus. Kita tentu tidak boleh membalas mereka. Harapan kita senantiasa adalah agar Tuhan menjamah dan melembutkan hati mereka.
SH: Yoh 18:38--19:16 - Mayoritas Tidak Selalu Benar (Rabu, 31 Maret 2021) Mayoritas Tidak Selalu Benar
Dalam mengambil keputusan, kita cenderung mengikuti suara terbanyak. Cara voting atau pemungutan suara dirasa lebih cepa...
Mayoritas Tidak Selalu Benar
Dalam mengambil keputusan, kita cenderung mengikuti suara terbanyak. Cara voting atau pemungutan suara dirasa lebih cepat dan lebih mudah untuk dilakukan. Kita harus waspada sebab suara mayoritas tidak selalu benar, apalagi bila voting dilakukan dengan terburu-buru tanpa panduan moral yang tepat.
Pilatus yakin Yesus tidak bersalah (18:38b, 19:6). Maka, ia mencoba melepaskan-Nya dengan berbagai cara. Pertama-tama ia menawarkan kepada orang-orang Yahudi sebuah opsi, pilih Yesus atau Barabas. Ia lalu menyuruh tentaranya mencambuk Yesus. Kemudian, ia menantang orang-orang Yahudi untuk menyalibkan sendiri Yesus (19:1, 6). Namun, semua usaha itu tidak berhasil. Suara mayoritas tetap menginginkan Yesus disalibkan (18:40, 19:6, 19:15). Akhirnya, Pilatus menyerah kepada suara mayoritas yang tidak bermoral.
Natur manusia yang berdosa tidak menginginkan Allah (lih. Rm. 3:11). Manusia ingin lepas dari pemerintahan Allah dengan mencari jalannya masing-masing. Sekalipun pelayanan Tuhan Yesus-menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, membangkitkan orang mati, dan sebagainya-semata-mata demi kebaikan manusia, mereka tidak ingin Dia memerintah atas mereka.
Orang-orang Kristen tidak lepas dari kecenderungan yang sama. Sering kali kita menolak perintah Allah dan mengikuti apa yang dilakukan banyak orang. Keputusan dan kebiasaan hidup kita meniru apa yang sedang viral. Padahal, belum tentu hal itu bermoral dan berkenan kepada Allah.
Marilah kita mencari kehendak Tuhan dalam segala pengambilan keputusan. Kuasa memutuskan itu harus diberikan dari atas. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan, kita harus bertanya dahulu kepada Allah. Alangkah baiknya jika rapat dan musyawarah orang-orang Kristen dibuka dengan ibadah dan doa meminta tuntunan Tuhan.
Bila kita terbiasa menundukkan keputusan kita kepada kehendak-Nya, maka kita akan dapat bertahan dan berdiri teguh dalam pilihan yang tepat di tengah-tengah suara mayoritas yang tidak bermoral. [PHM]
SH: Yoh 18:28--19:16 - Pemalsuan ibadah (Kamis, 1 April 1999) Pemalsuan ibadah
Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, adalah orang-orang yang
sangat saleh dan taat beribadah. Gedung Pengadilan Pilatus naj...
Pemalsuan ibadah
Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, adalah orang-orang yang sangat saleh dan taat beribadah. Gedung Pengadilan Pilatus najis buat mereka. Tubuh harus dijaga agar benar-benar bersih, supaya layak makan Paskah. Sebaliknya, di dalam pikiran mereka, perasaan benci dan dengki terjalin menjadi satu dengan nafsu angkara murka untuk membunuh dan menyalibkan Yesus. Karena mereka adalah orang-orang yang taat dan saleh, maka mereka dilarang membunuh. Untuk melaksanakan ambisi dengki tersebut, mereka meminjam tangan orang lain, yaitu Pilatus untuk menyalibkan dan membunuh Yesus. Apakah itu yang dinamakan ibadah?
Dilema Pilatus. Pilatus harus memilih antara kebenaran dan kedudukan. Pilatus harus memilih antara suara hati dan kepentingan diri. Dan ... ternyata Pilatus lebih memihak pada kedudukan dan mematikan suara hati. Memang, Pilatus sudah berusaha, tetapi untuk apa berusaha maksimal bagi seorang Yahudi yang dibenci bangsa-Nya sendiri. Satu orang harus dikorbankan, supaya kedudukan, kepentingan diri dan ketenteraman masyarakat terjamin!
Renungkan: Demi kedudukan dan harga diri, seseorang berani mengorbankan kebenaran.
Doa: Berilah saya kemampuan untuk berani mengambil keputusan yang benar, walaupun menyangkut harga diri.
Utley -> Yoh 19:8-12
Utley: Yoh 19:8-12 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 19:8-128 Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia, 9 lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan ...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 19:8-12
8 Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia, 9 lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya. 10 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" 11 Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya." 12 Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: âJikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.â
Yoh 19:8 "Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia" Istri Pilatus telah memperingatkannya tentang Yesus (lih. Mat 27:19), dan kini para pemimpin Yahudi megklaim bahwa Ia telah menyatakan bahwa Dirinya adalah Anak Allah. Pilatus, percaya pada takhayul, menjadi takut. Adalah hal yang cukup lazim bagi dewa-dewa orang Yunani dan Romawi untuk mengunjungi manusia dalam bentuk manusia.
Yoh 19:9 Pilatus pasti ingat jawaban Yesus (lih. Yoh 18:37)! Beberapa melihat hal ini sebagai penggenapan Yes 53:7.
Yoh 19:10 "akuâŠberkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" Pilatus menyatakan bahwa ia memiliki kekuasaan politik atas kehidupan dan kematian, namun dihadapan suatu gerombolan yang sukar dikendalikan ini ia melepaskan haknya ini kepada kehendak mereka.
Yoh 19:11 "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas" Ini adalah sebuah KALIMAT SECOND CLASS CONDITIONAL yang disebut "berlawanan dengan fakta." Yesus tidak takut pada Pilatus. Ia tahu siapa DiriNya dan mengapa Ia datang! Alkitab menyatakan bahwa Allah ada di balik semua penguasa manusia (lih. Rom 13:1-7).
"dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya" Awalnya membaca ini sepertinya menunjuk pada Yudas Iskariot (lih. Yoh 6:64,71; 13:11) namun kebanyakan komentator percaya ini menunjuk pada Kayafas, yang secara resmi menyerahkan Yesus kepada orang Romawi. Frasa ini bisa dimengerti secara kolektif sebagai merujuk pada (1) para pemimpin Yahudi atau (2) bangsa Yahudi.
Yoh 19:12 "Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia" Ini adalah sebuah IMPERFECT TENSE yang berarti tindakan berulang-ulang di masa lalu. Ia telah mencoba beberapa kali.
□ "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar" Ini adalah sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL yang berarti kemungkinan tindakan. Para pemimpin Yahudi mengancam untuk melaporkan Pilatus kepada atasannya di Roma jika ia tidak mengikuti kemauan mereka dan menghukum mati Yesus. Frasa "sahabat Kaisar" adalah ungkapan yang mencerminkan suatu sebutan kehormatan yang dianugerahkan oleh Kaisar Roma (mulai dari Augustus atau Vespasian).
Kaisar adalah gelar dari Raja Romawi. Berasal dari Kaisar Yulius dan dipakai oleh Agustus.
Topik Teologia -> Yoh 19:11
Topik Teologia: Yoh 19:11 - -- Allah yang Berpribadi
Atribut-Atribut Allah
Allah Memiliki Kebebasan (Berdaulat)
Kej 24:3 Ula 4:39 1Sa 2:6-8 2Sa 7:28 2Ra 19:15...
- Allah yang Berpribadi
- Atribut-Atribut Allah
- Allah Memiliki Kebebasan (Berdaulat)
- Kej 24:3 Ula 4:39 1Sa 2:6-8 2Sa 7:28 2Ra 19:15 Ayu 9:12 Ayu 41:2 Maz 24:1,10 Maz 50:10-12 Maz 75:7-8 Maz 95:3-5 Maz 99:1 Maz 115:3 Maz 135:6 Maz 146:10 Pengk 3:14 Pengk 9:1 Yes 45:9 Yes 46:10 Yes 61:1,11 Yer 18:6 Rat 5:19 Dan 4:35 Dan 6:27 Mal 1:14 Mat 6:9-10 Mat 11:25-26 Yoh 19:11 Kis 4:24-28 Rom 14:11 Efe 1:11 Efe 4:6 Ibr 1:3 Yak 4:12 Wah 1:5-6
- Dosa
- Konsekuensi Dosa
- Dosa Menyebabkan Kesalahan Moral
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sÅmatika â hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika â hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi