Teks -- 1 Petrus 3:7 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Ptr 3:7
Full Life: 1Ptr 3:7 - SUAMI-SUAMI.
Nas : 1Pet 3:7
Petrus menyebutkan tiga hal yang harus diperhatikan oleh para suami
Kristen berkenaan dengan istri mereka.
1) Para suami harus ...
Nas : 1Pet 3:7
Petrus menyebutkan tiga hal yang harus diperhatikan oleh para suami Kristen berkenaan dengan istri mereka.
- 1) Para suami harus bijaksana dan penuh pengertian, hidup dengan istri mereka di dalam kasih dan keselarasan dengan Firman Allah (Ef 5:25-33; Kol 3:19).
- 2) Para suami harus menghormati istri sebagai teman pewaris yang setara
dari kasih karunia dan keselamatan Allah. Istri harus dihormati,
dipelihara, dan dilindungi sesuai dengan kebutuhan mereka. "Kaum yang
lebih lemah" kemungkinan menunjuk kepada kekuatan jasmaniah wanita.
Seorang suami harus memuji dan sangat menghargai istrinya sementara
istri berusaha mencintai dan menolongnya sesuai dengan kehendak Allah
(ayat 1Pet 3:1-6;
lihat cat. --> Ef 5:23).
[atau ref. Ef 5:23]
- 3) Para suami harus menghindari perlakuan yang tidak adil dan tidak senonoh terhadap istrinya. Petrus menunjukkan bahwa seorang suami yang gagal hidup bersama istrinya dalam cara penuh pengertian dan penghormatan sebagai sesama anak Allah akan merusak hubungannya dengan Allah dengan menciptakan suatu penghalang di antara doanya dan Allah (bd. Kol 3:19).
Var: pewaris
Jerusalem: 1Ptr 3:7 - kasih-karunia Var: berbagai-bagai kasih-karunia, bdk 1Pe 4:10. Suami-isteri mendapat kasih-karunia yang sama, sehingga harus saling menghormati dan mengabdi dalam k...
Ref. Silang FULL -> 1Ptr 3:7
· hai suami-suami: Ef 5:25-33; Kol 3:19
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 3:1-7
Matthew Henry: 1Ptr 3:1-7 - Kewajiban-kewajiban Suami Istri
Dalam pasal ini Rasul Petrus menjelaskan kewajiban-kewajiban suami istri satu terhadap yang lain, dimulai dengan kewajiban istri (ay. 1-7). Ia men...
- Dalam pasal ini Rasul Petrus menjelaskan kewajiban-kewajiban suami istri satu terhadap yang lain, dimulai dengan kewajiban istri (ay. 1-7). Ia menasihati orang-orang Kristen supaya bersatu, mengasihi, berbelas kasihan, mencari perdamaian, dan bersabar di bawah penderitaan. Ia menasihati supaya mereka melawan fitnah musuh-musuh mereka bukan dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, melainkan dengan memberkati, dengan cara siap sedia menjelaskan iman dan pengharapan yang ada pada mereka, dan dengan menjaga hati nurani yang murni (ay. 8-17). Untuk mendorong mereka melakukan ini, Rasul Petrus menunjukkan teladan Kristus, yang menderita, yang benar untuk orang-orang tidak benar, tetapi menghukum dunia di zaman dulu karena ketidaktaatan mereka, dan menyelamatkan sedikit orang yang setia di zaman Nuh (ay. 18, sampai selesai).
Kewajiban-kewajiban Suami Istri (3:1-7)
- Setelah membahas kewajiban-kewajiban warga negara atau rakyat kepada pemerintah, dan hamba kepada tuan, Rasul Petrus melanjutkan dengan menjelaskan kewajiban suami istri.
- I. Supaya istri-istri Kristen tidak berpikiran bahwa pertobatan mereka kepada Kristus, dan semua hak istimewa kristiani yang mereka peroleh, membebaskan mereka dari kewajiban untuk tunduk kepada suami mereka yang berasal dari bangsa kafir atau Yahudi, Rasul Petrus di sini memberi tahu mereka,
- 1. Apa saja yang merupakan kewajiban seorang istri.
- (1) Dengan tunduk, atau berserah dengan penuh kasih sayang kepada kehendak suami mereka, dan patuh pada kewenangannya yang sepatutnya. Perilaku yang pantas ini merupakan cara yang paling besar kemungkinannya untuk memenangkan suami yang tidak taat dan tidak percaya, yang sudah menolak Firman, atau yang tidak mau melihat bukti lain dari kebenaran Firman selain dari apa yang mereka lihat dalam kelakuan istri mereka yang bijak, suka damai, dan patut diteladani. Amatilah,
- [1] Setiap hubungan mempunyai kewajiban-kewajibannya sendiri, yang harus diberitakan oleh hamba-hamba Tuhan, dan harus dipahami oleh jemaat.
- [2] Tunduk dengan hati yang gembira, dan hormat dengan penuh kasih, adalah kewajiban perempuan-perempuan Kristen terhadap suami mereka, entah suami mereka baik atau jahat. Kewajiban ini dituntut dari Hawa kepada Adam sebelum jatuh ke dalam dosa, dan masih dituntut sekarang, meskipun jauh lebih sulit daripada sebelumnya (Kej. 3:16; 1Tim. 2:11).
- [3] Walaupun rancangan dari Firman Injil adalah untuk memenangkan dan memperoleh jiwa-jiwa bagi Kristus Yesus, namun ada banyak orang yang begitu keras kepala sehingga mereka tidak mau dimenangkan oleh Firman.
- [4] Tidak ada yang lebih berkuasa, di samping firman Allah, untuk memenangkan jiwa, selain perilaku yang baik dan menjalankan kewajiban masing-masing dengan penuh perhatian.
- [5] Kekafiran dan ketidakpercayaan tidak melepaskan ikatan, atau menghapuskan kewajiban, terhadap keluarga dan kerabat. Istri harus menunaikan kewajibannya kepada suaminya, meskipun suaminya tidak taat kepada Firman.
- (2) Dengan takut, atau hormat kepada suami mereka (Ef. 5:33). (3) Dengan hidup yang murni, yang akan diamati dan diperhatikan dengan teliti oleh suami mereka yang tidak percaya.
- [1] Orang jahat suka mengamati dengan saksama perilaku orang-orang yang mengaku beragama. Rasa ingin tahu, iri hati, dan kecemburuan mereka membuat mereka mengawasi jalan dan kehidupan orang-orang baik sampai ke hal yang sekecil-kecilnya.
- [2] Hidup yang murni, disertai rasa hormat yang sepantasnya dan semestinya kepada setiap orang, merupakan sarana yang sangat baik untuk memenangkan mereka kepada iman Injil dan membuat mereka taat kepada Firman.
- (4) Dengan lebih memilih perhiasan-perhiasan batin daripada perhiasan tubuh.
- [1] Rasul Petrus menetapkan aturan mengenai pakaian perempuan saleh (ay. 3). Di sini ada tiga macam perhiasan yang dilarang: mengepang-ngepang rambut, yang pada waktu itu biasa dilakukan oleh perempuan cabul. Memakai emas, atau perhiasan yang terbuat dari emas, yang dipakai Ribka, Ester, dan perempuan-perempuan saleh lain, tetapi kemudian menjadi pakaian yang terutama dikenakan oleh para pelacur dan orang-orang fasik. Mengenakan pakaian yang indah-indah, yang tidak mutlak dilarang, tetapi hanya karena terlalu mewah dan mahal. Amatilah, pertama, orang-orang saleh harus memperhatikan semua perilaku lahiriah mereka supaya sesuai dengan iman Kristen yang mereka akui: Mereka harus menjadi kudus di dalam seluruh hidup mereka. Kedua, menghiasi tubuh secara lahiriah itu sering kali tidak senonoh dan berlebihan. Misalnya, apabila yang dikenakan itu tidak wajar dan melebihi derajat serta kedudukanmu di dunia, apabila kamu bangga dan sombong karenanya, apabila kamu berpakaian dengan maksud untuk memikat dan menggoda orang lain, apabila pakaianmu terlalu megah, aneh, atau berlebihan, apabila gaya dandananmu seronok, dengan meniru kesembronoan dan kesia-siaan orang-orang yang buruk, dan apabila pakaianmu tidak sopan dan nakal. Pakaian seorang pelacur tidak pantas dipakai seorang ibu Kristen yang murni.
- [2] Sebagai ganti menghiasi tubuh jasmani, Rasul Petrus mengarahkan para istri Kristen untuk memakai perhiasan yang jauh lebih luhur dan indah (ay. 4). Di sini perhatikanlah, pertama, bagian yang harus dihiasi: Manusia batiniah yang tersembunyi, yaitu jiwa, bagian dalam manusia yang tersembunyi. Berilah perhatian untuk menghias dan mempercantik jiwamu daripada tubuhmu. Kedua, perhiasan yang ditentukan. Perhiasan itu, secara umum, haruslah sesuatu yang tidak binasa, yang memperindah jiwa, yaitu segala anugerah dan kebajikan dari Roh Kudus Allah. Perhiasan-perhiasan tubuh akan hancur oleh ngengat, dan binasa dengan digunakan. Tetapi anugerah Allah, semakin lama kita memakainya, semakin terang dan baiklah ia. Secara lebih khusus, perhiasan terindah dari perempuan Kristen adalah roh yang lemah lembut dan tenteram, kecenderungan hati yang penurut, tanpa nafsu, kesombongan, dan kemarahan yang berlebihan, yang menunjukkan dirinya dalam perilaku yang bertanggung jawab dengan diam terhadap suami dan keluarganya. Jika suami bersikap kasar dan menentang agama (yang terjadi di sini pada istri-istri yang baik, yang diberi perintah ini oleh Rasul Petrus), maka tidak ada cara lain untuk memenangkan dia selain dengan perilaku yang lemah lembut dan bijaksana. Setidak-tidaknya, jiwa yang tenteram akan membuat perempuan yang baik itu sendiri tenang, dan karena terlihat oleh orang lain, itu akan menjadi perhiasan yang menyenangkan bagi dirinya di mata dunia. Ketiga, keunggulan roh yang lemah lembut dan tenteram. Kelemahlembutan dan ketenteraman roh, dalam pandangan Allah, bernilai tinggi. Ia menyenangkan di mata manusia, dan berharga di mata Allah. Amatilah,
- 1. Yang harus menjadi perhatian utama orang Kristen yang sungguh-sungguh adalah bagaimana menata dan menguasai dengan benar rohnya sendiri. Di mana perbuatan orang munafik berakhir, di situ perbuatan orang Kristen yang sungguh-sungguh dimulai.
- 2. Karunia-karunia manusia batiniah adalah perhiasan utama orang Kristen. Tetapi roh yang sabar, tenang, dan tenteramlah yang terutama membuat laki-laki ataupun perempuan indah dan elok.
- 2. Karena kewajiban-kewajiban para istri Kristen itu pada dasarnya sulit, Rasul Petrus menegaskan berbagai kewajiban itu melalui teladan,
- (1) Perempuan-perempuan kudus di zaman dulu, yang menaruh pengharapan kepada Allah (ay. 5). “Kamu tidak bisa mencari-cari alasan bahwa kaummu lemah, tetapi kamu harus melihat apa yang dapat dilakukan oleh perempuan-perempuan kudus di zaman dulu. Mereka hidup di zaman dahulu, dan kekurangan pengetahuan untuk memberi tahu mereka serta teladan untuk menyemangati mereka. Namun di segala zaman mereka menjalankan kewajiban ini. Mereka adalah perempuan-perempuan kudus, dan karena itu teladan mereka wajib diikuti. Mereka menaruh pengharapan kepada Allah, tetapi tidak mengabaikan kewajiban mereka terhadap manusia. Kewajiban-kewajiban yang dikenakan padamu, yaitu roh yang tenteram dan tunduk kepada suami, bukanlah hal baru, tetapi sudah dijalankan sejak dahulu oleh perempuan-perempuan hebat dan terbaik di dunia.”
- (2) Melalui teladan Sara, yang patuh pada suaminya, dan mengikutinya ketika dia pergi dari Ur-Kasdim, dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui, dan menamai dia tuannya, dan dengan demikian menunjukkan kepada suaminya penghormatan dan pengakuan akan keunggulannya atas dia. Semua ini dilakukan Sara meskipun ia dinyatakan sebagai putri oleh Allah dari sorga, melalui perubahan namanya. “Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu meneladani dia dalam iman dan perbuatan baik, dan tidak, karena takut terhadap suami, meninggalkan kebenaran yang kamu akui atau mengabaikan kewajibanmu terhadap suamimu, tetapi siap menjalankannya, tanpa takut atau paksaan, tetapi timbul dari hati nurani di hadapan Allah dan rasa kewajiban terhadap suami.” Amatilah,
- [1] Allah memperhatikan secara teliti, dan mencatat secara persis, semua tindakan semua laki-laki dan perempuan di dunia.
- [2] Tunduknya istri kepada suami adalah kewajiban yang sudah dijalankan di mana-mana oleh perempuan-perempuan kudus di segala zaman.
- [3] Kehormatan terbesar dari setiap laki-laki atau perempuan terletak pada sikap mereka yang rendah hati dan setia dalam hubungan atau keadaan di mana Allah Sang Pemelihara telah menempatkan mereka.
- [4] Allah memperhatikan kebaikan yang ada pada hamba-hamba-Nya, bagi kehormatan dan keuntungan mereka, tetapi Ia menutupi banyak kekurangan. Ketidakpercayaan dan cemooh Sara diabaikan, ketika kebajikan-kebajikannya dirayakan.
- [5] Orang-orang Kristen harus menjalankan kewajiban mereka satu terhadap yang lain, bukan karena takut, atau karena paksaan, melainkan dari kerelaan hati, dan dalam kepatuhan terhadap perintah Allah. Istri harus tunduk kepada suaminya yang tidak beradab, bukan karena takut akan ancaman, melainkan karena keinginan untuk berbuat baik dan berkenan kepada Allah.
- II. Selanjutnya dibahas kewajiban suami kepada istri.
- 1. Kewajiban-kewajiban itu secara khusus adalah,
- (1) Hidup bersama sebagai pasangan. Ini melarang pemisahan yang tidak perlu, dan menyiratkan adanya komunikasi timbal balik mengenai barang dan hubungan pribadi, yang dilakukan dengan hati yang senang dan rukun.
- (2) Hidup bijaksana dengan istri. Bukan hidup berdasarkan nafsu, seperti binatang, atau hidup berdasarkan amarah, seperti setan, melainkan hidup bijaksana, seperti orang yang berhikmat dan sadar, yang mengenal firman Allah dan kewajibannya sendiri.
- (3) Menghormati istri, yaitu memberinya penghormatan sebagaimana mestinya, dan menjaga kewenangannya, melindungi pribadinya, mendukung nama baiknya, senang bergaul dengannya, mampu mencukupkan keperluannya, dan percaya serta punya keyakinan yang baik terhadapnya.
- 2. Alasannya adalah, karena istri adalah kaum yang lebih lemah secara alami dan berdasarkan keadaan tubuhnya, jadi harus dibela. Tetapi juga istri, dalam hal-hal yang lain dan lebih tinggi, sederajat dengan suaminya. Ia adalah teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, pewaris semua berkat di kehidupan ini dan kehidupan nanti, dan karena itu harus hidup damai dan tenang satu dengan yang lain. Jika tidak, doa mereka satu dengan yang lain dan satu untuk yang lain akan terhalang, sehingga sering kali “kamu tidak akan berdoa sama sekali, atau jika berdoa, kamu akan berdoa dengan pikiran yang gelisah dan tak keruan, dan dengan demikian tanpa hasil.” Amatilah,
- (1) Kelemahan kaum perempuan bukanlah alasan yang baik untuk hidup terpisah dari dia atau merendahkannya, tetapi sebaliknya merupakan alasan untuk menghormati dan menghargai dia: Hormatilah istri sebagai kaum yang lebih lemah.
- (2) Ada kehormatan yang patut diberikan kepada semua orang yang merupakan pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan.
- (3) Semua orang yang sudah menikah harus berusaha untuk berperilaku dengan penuh kasih dan damai satu sama lain supaya mereka bisa terhindar dari pertengkaran yang akan menghalang-halangi keberhasilan doa mereka.
SH: 1Ptr 3:1-7 - Keluarga Kristen (Rabu, 14 Juli 1999) Keluarga Kristen
Hubungan timbal balik dalam menghormati dan melayani bagi
pasangan suami-istri akan membangun keharmonisan dan kekokohan.
...
Keluarga Kristen
Hubungan timbal balik dalam menghormati dan melayani bagi pasangan suami-istri akan membangun keharmonisan dan kekokohan. Meski dalam karakter dan peran berbeda, kehidupan suami istri tetap dalam kesejajaran. Satu terhadap yang lain tidak ada yang meremehkan, melainkan memberikan penghargaan sebagaimana mestinya sesuai status masing-masing.
Istri Kristen. Wanita di segala abad cenderung merawat tubuh dan mempercantik penampilan dengan berbagai cara dan asesoris, agar tampil prima. Bila hanya memperhatikan penampilan, wanita akan kehilangan yang utama dalam hidupnya, yakni manusia batiniah yang menghormati Allah. Manusia batiniahlah yang akan menampilkan wanita sebagai istri yang berperilaku murni, saleh, lemah lembut, dan tunduk kepada suami. Keberadaan istri yang mendandani manusia batiniahnya akan lebih berharga di mata Allah dan di hadapan suami. Ia bukan hanya membuat keluarga harmonis, tetapi juga dapat memenangkan suami yang belum mengenal Allah.
Suami Kristen. Petrus menekankan bahwa suami harus menghormati istri yang lemah secara fisik dan hidup bijaksana terhadap sesama pewaris kasih karunia.
Renungkan: Keharmonisan hubungan batin dan lahir terjadi apabila keluarga mengutamakan kehendak Allah.
SH: 1Ptr 3:1-7 - Jadilah teladan, bukan korban atau tiran (Selasa, 19 Oktober 2004) Jadilah teladan, bukan korban atau tiran
Nasihat Petrus dalam nas ini tidak asing bagi kita pada masa
kini. Ia memberikan sebuah nasihat kepada ...
Jadilah teladan, bukan korban atau tiran
Nasihat Petrus dalam nas ini tidak asing bagi kita pada masa kini. Ia memberikan sebuah nasihat kepada para istri dan suami. Perintah ini terkesan sesuai dengan kondisi mereka, meski tetap ada prinsip penting untuk zaman ini juga. Menurut hukum Romawi, budak, anak-anak, dan istri harus tunduk kepada pria yang menjadi kepala keluarga (sebagai majikan, ayah, suami). Para budak harus tunduk sampai dibebaskan; anak-anak tunduk sampai dewasa; para istri harus tunduk seumur hidup mereka. Lalu, bagaimana pasangan Kristen menerapkan perintah Petrus ini? Bagaimana seharusnya perbedaan sikap pasangan Kristen dengan pasangan lainnya yang tidak mengenal Tuhan? Pertama, Petrus menyatakan dengan jelas bahwa sikap "tunduk" istri di sini bukanlah suatu sikap yang pasif ataupun suatu mentalitas seorang "korban", melainkan suatu tindakan aktif karena menyatakan kesalehan dan kemurnian hidup sesuai ajaran Tuhan (ayat 1-2). Kedua, dorongan atau kekuatan untuk melaksanakannya bukan berasal dari luar (termasuk hukum Romawi) melainkan dari kuasa Roh Kudus yang telah mengubah hidup mereka dan "melahirkan" pembaruan sikap terhadap pasangan (ayat 3-4).
Petrus menutup bagian ini dengan teladan dari Sara, istri Abraham (Kej. 12:5) yang begitu setia dan tunduk kepada suaminya ketika mereka keluar dari tanah kelahirannya menuju tanah yang dijanjikan Tuhan. Sikap Sara ini terjadi karena ia "menaruh pengharapannya kepada Allah" (ayat 5). Hanya dengan cara itulah Sara mampu untuk berbuat baik, bukan karena desakan suami. Demikian juga sebaliknya, Petrus tetap mengingatkan bagaimana seharusnya suami Kristen bersikap terhadap istrinya, sebab hal ini menentukan tanggapan Tuhan terhadap doa suami (ayat 7). Dengan demikian, suami pun harus menjadi teladan bagi istrinya, bukan memanfaatkan kekuasaannya untuk menekan, menjajah dan menghancurkan istri. Jangan menjadi suami yang tiran.
Sudahkah kita menjadi teladan dalam hidup keluarga sebagai istri yang tunduk ataupun sebagai suami yang mengasihi istri?
Renungkan: Yesus mengasihi kita. Mari lakukan hal yang sama.
SH: 1Ptr 3:1-12 - Menghadirkan kasih dan damai (Kamis, 24 November 2011) Menghadirkan kasih dan damai
Masalah tunduk perlu diperhatikan juga di dalam lingkungan rumah tangga, yaitu antara istri terhadap suami (1), sebagaim...
Menghadirkan kasih dan damai
Masalah tunduk perlu diperhatikan juga di dalam lingkungan rumah tangga, yaitu antara istri terhadap suami (1), sebagaimana umat tunduk kepada Tuhan dan hamba tunduk kepada tuannya.
Mengapa harus demikian? Petrus menyebut tentang suami yang tidak taat kepada Firman. Kemungkinan besar suami tersebut menolak Injil dan belum diselamatkan, sementara sang istri sudah membuka hatinya terhadap Kristus. Dengan bersikap tunduk kepada suami, istri menunjukkan penghargaannya terhadap suami dan dengan demikian sang suami akan melihat perbedaan tingkah laku istrinya antara sebelum dan sesudah menerima Kristus. Demikianlah mengapa Petrus mengharapkan agar tunduknya sang istri dapat menjadi kesaksian yang benar sehingga suaminya kemudian diselamatkan. Sebab itu Petrus menghimbau para istri untuk hidup dalam suatu standar yang murni dan saleh (2).
Perempuan yang saleh bukanlah perempuan yang mengutamakan penampilan lahiriah (3-5), karena itu berarti ia hanya ingin dilihat orang dan menyenangkan mata orang, bukan menyenangkan Allah.
Suami pun dihimbau untuk menghormati istri mereka. Menghormati bukan karena si istri lebih berkuasa, tetapi karena si istri berharga bagi dia. Ada dua alasan yang Petrus kemukakan: pertama, isteri adalah kaum yang lebih lemah dan kedua, karena istri adalah teman pewaris kasih karunia (7).
Suasana saling menghormati harus ada juga di antara komunitas orang beriman (8-12). Elemen penting yang seharusnya ada dalam komunitas orang percaya, yaitu: harmonis-berusaha mencari tujuan bersama dan bukan hanya tujuan diri sendiri, simpati-belajar untuk memberi respons yang baik, kasih-memperlakukan sesama sebagai saudara, peduli-peka terhadap sesama, rendah hati-tidak merasa diri lebih tinggi.
Ingatlah bahwa Tuhan menginginkan keselarasan dan keharmonisan terjadi dalam hubungan kita dengan orang terdekat dan dengan sesama kita. Karena itu hadirkanlah kasih dan damai di mana pun kita berada
SH: 1Ptr 3:1-7 - Kekuatan Tersembunyi dari Hati (Rabu, 15 Agustus 2018) Kekuatan Tersembunyi dari Hati
Dalam masyarakat yang mengutamakan laki-laki, wanita sering kali dianggap kaum yang lemah (7). Apalagi jika suaminya b...
Kekuatan Tersembunyi dari Hati
Dalam masyarakat yang mengutamakan laki-laki, wanita sering kali dianggap kaum yang lemah (7). Apalagi jika suaminya bukan orang percaya, tekanan yang dihadapi wanita lebih besar lagi. Pada zaman kuno wanita harus menyembah allah suaminya!
Pada zaman sekarang, wanita masih acap kali diperlakukan berbeda dari laki-laki. Perempuan tak perlu sekolah tinggi. Perhatian lebih diberikan untuk anak laki-laki. Tak heran wanita yang kurang berpendidikan terus dianggap rendah dibandingkan laki-laki. Dalam situasi seperti inilah Petrus menasihati wanita untuk tunduk pada suami.
Sebenarnya nasihat ini justru menyingkapkan kekuatan tersembunyi dari wanita. Banyak wanita yang memilih baju indah, dandanan mahal, dan perhiasan emas untuk menampilkan status dan kedudukannya. Namun, Petrus bicara tentang suatu kekuatan tersembunyi dari hati: Hidup murni dan saleh yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram.
Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin wanita yang statusnya lebih rendah daripada laki-laki, baik secara fisik, moral, kepandaian, dan sebagainya dapat menunjukkan kesalehan dalam kelemahlembutan? Ini hanya mungkin dengan berharap kepada Allah (5). Kekuatan ini lahir bukan dari kemampuan alami manusia, melainkan dari kehidupan iman dalam Kristus (1Pet. 2:23-24). Sikap hati demikian menyimpan kekuatan dahsyat yang sanggup memenangkan suami yang tidak percaya (1).
Dunia kita masih menempatkan satu kelompok lebih tinggi dari yang lain sehingga nasihat Petrus masih relevan. Kelompok yang dianggap rendah dapat menunjukkan kekuatan tersembunyi dalam kelemahlembutan yang lahir dari hidup mengandalkan Tuhan. Sikap ini bukan hanya untuk wanita atau laki-laki, tetapi juga untuk semua pengikut Kristus (1Kor. 4:21, Gal. 5:23; 6:1). Karena Kristus juga lemah lembut dan rendah hati (Mat. 11:29).
Doa: Berikan kami hati yang bergantung kepada-Mu Tuhan agar kekuatan-Mu menopang kesalehan dan kerendahan hati kami. [IM]
Utley -> 1Ptr 3:7
Utley: 1Ptr 3:7 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:77 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah me...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:7
7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
1Pet 3:7 "hai suami-suami" Bagian untuk suami yang percaya ini jauh lebih pendek dari yang ditujukan kepada istri yang percaya, namun ini mencerminkan suatu keseimbangan positif yang radikal untuk zaman Petrus, seperti juga Paulus (lih. Ef 5:21-31).
□ "bijaksana" Ini bisa menunjuk pada (1) kebenaran dari Kitab Suci (yakni, Kej 1:26-27; 2:18-25; Gal 3:28) atau (2) menjadi sadar akan keunikan struktur fisik perempuan (lihat catatan di bawah).
□ "lebih lemah" Ini maksudnya secara fisik (lih. Ayub 4:19; 10:9; 33:6, 2Kor 4:7), bukan secara rohani atau intelektual (lih. Gal 3:28). Beberapa komentator mengaitkannya dengan status sosial. Kata "kaum/bejana" yang sama ini mungkin digunakan dalam 1Tes 4:4 sebagai rujukan untuk istri seseorang (atau suatu ungkapan yang menggambarkan suatu roh yang kekal di dalam suatu tubuh jasmani yang terbuat dari tanah liat, lih. Kej 2:7; 3:19).
□ "Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan" Ini mencerminkan kesetaraan rohani (yaitu, sesama pewaris, lih. 1Pet 1:4-5) dari laki-laki dan perempuan (lih. Kej 1:27; 2:18; Gal 3:28). Dalam beberapa hal bahkan sekarang keselamatan menghilangkan konsekuensi dari Kejatuhan (lih. Kej 3:16) dan mengembalikan mutualitas antara laki-laki dan perempuan dari Kej 1; 2.
□ "supaya doamu jangan terhalang" Bagaimana pasangan orang percaya saling memperlakukan satu sama lain mempengaruhi hubungan mereka dengan Allah (lih. 1Kor 7:5).
Topik Teologia -> 1Ptr 3:7
Topik Teologia: 1Ptr 3:7 - -- Umat Manusia: Wanita
Wanita sebagai Anggota Masyarakat
Pengudusan
Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
Nama-nama Untuk Orang...
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita sebagai Anggota Masyarakat
- Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Halangan-halangan pada Doa
- Hubungan Suami-Istri yang Tidak Benar Menghalangi Doa
TFTWMS -> 1Ptr 3:7
TFTWMS: 1Ptr 3:7 - Penghormatan Para Istri Oleh Suami Mereka PENGHORMATAN PARA ISTRI OLEH SUAMI MEREKA (1 Petrus 3: 7)
7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yan...
PENGHORMATAN PARA ISTRI OLEH SUAMI MEREKA (1 Petrus 3: 7)
7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Nasihat untuk para suami lebih singkat daripada yang untuk para istri, tapi beberapa kata ini mengandung banyak hal penting. Posisi kepemimpinan dalam keluarga mengandung tanggung jawab. Suami tidak punya lisensi untuk menjadi tiran dalam keluarganya. Ia harus mendengarkan, menghormati, dan menghargai istrinya.
Ayat 7. Dua nasihat sebelumnya tentang ketundukan tidak disertai dengan perintah yang terkait dengan pemerintah dan tuan. Itu hanya ketundukan yang diperintahkan kepada istri-istri Kristen yang diseimbangkan dengan perintah kepada suami-suami Kristen untuk menunjukkan pengertian dan sikap hormat kepada istri-istri mereka. Ketika ajaran Kristus bertemu dengan masyarakat kuno, ajaran itu banyak sekali meninggikan status perempuan. Contoh-contoh dari literatur kuno bisa dilipatgandakan yang menunjukkan cara kaum laki-laki memandang rendah kaum perempuan. Sebagai contoh, pernyataan oleh sejarawan Yahudi Josephus menggambarkan hukum Yahudi untuk informasi para klien Romawi. Ia mengatakan bahwa kesaksian dianggap sah atas dasar dua atau tiga orang saksi, dan kemudian menambahkan, "Tapi kesaksian perempuan tidak bisa diterima, oleh karena kesembronoan dan keberanian kaum mereka."4Di tempat lain ia mengaitkan kepada Kitab Suci pernyataan, "Seorang perempuan adalah lebih rendah daripada suaminya dalam segala hal,"5meski, tentu saja, Kitab Suci tidak mengatakan hal seperti itu. Dengan ukuran apapun, hanya ada sedikit sikap hormat yang ditunjukkan kepada perempuan dalam laporan seperti itu. Sebaliknya, Petrus menginstruksikan para suami untuk hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia.
Karena subyeknya adalah ketundukan kaum istri kepada suami mereka, dengan cara yang sama bisa menyiratkan bahwa suami harus tunduk kepada istri sebagaimana istri juga tunduk kepada dia, tapi artinya bukan itu. Kata Yunani oJmoi÷wß (homoiōs) dalam hal ini berarti "apalagi" atau "selain itu." Istri, untuk bagiannya, harus tunduk kepada suaminya, dan suami, untuk bagiannya, harus hidup dengan istrinya dengan bijaksana. Suami melakukan itu sampai tingkatan ia "menghormati mereka teman pewaris dari kasih karunia. Rasul Petrus menetapkan bahwa dalam rumah tangga suami dan istri harus saling memperlakukan satu sama lain dengan sopan dan baik.
Suami dan istri Kristen berbagi penebusan yang sama dan harapan yang sama. Bahwa kaum istri harus tunduk dalam bidang rumah tangga tidak berisi gagasan bahwa mereka itu apa saja kecuali setara di hadapan Allah. Ketika Petrus mengatakan kepada suami bahwa istrinya adalah kaum yang lebih lemah,6ia sedang menyatakan hal yang sangat jelas: Seorang perempuan biasanya tidak sekuat laki-laki secara fisik. Suami bisa, jika ia adalah orang semacam itu, menguasai istrinya. Ia bisa bersikap kasar secara fisik. Petrus berkata, pada intinya, "Kamu punya kekuatan untuk menganiaya istrimu, tapi hal seperti itu benar-benar di luar batas-batas perilaku Kristen." Hal itu tidak akan terjadi ketika suami hidup bersama istrinya "dengan bijaksana"—yaitu, menurut pengetahuan, dengan menunjukkan sikap hormat. Perempuan tidak "lemah" dalam arti moral atau spiritual. Paling tidak, 3:1 menyiratkan bahwa perempuan, setidaknya dalam banyak situasi, secara rohani lebih kuat daripada suaminya. Ia mungkin punya kesempatan untuk memimpin suaminya lebih dekat kepada Allah.
Rasul Petrus menyajikan dua alasan mengapa suami Kristen harus "menghormati dia": (1) karena ia adalah "teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, dan (2) supaya doa [seorang suami] jangan terhalang. Dalam 1: 4, rasul itu telah mengingatkan para pembacanya tentang bagian yang tidak dapat binasa yang telah disimpan untuk mereka di sorga. Ketika ia menyebut istri itu "teman pewaris" ia sedang mengatakan bahwa hubungan seseorang dengan Allah, harapan seseorang untuk warisan sorgawi, tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Tetap saja, suami Kristen memiliki kuasa untuk menganiaya istrinya. Petrus mengatakan bahwa jika seorang suami menganiaya istrinya, hal itu akan mengecewakan Allah dan akan menghambat doanya. Persekutuan dengan Allah menjadi sulit, bahkan memberatkan, ketika suami mengambil keuntung an dari ketundukan istrinya untuk menyiksa dia.
Ada hubungan antara nas ini dan 1 Korintus 7:5: "Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa." Kehidupan dalam rumah tangga dan kehidupan bersama Allah terjalin dengan baiknya. Ketika seorang suami memperlakukan istrinya dengan cara apa saja yang kurang daripada sikap hormat, ia berdosa terhadap Allah. Doa, tindakan keagamaan yang khas, terhalang ketika ada ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Penyiksaan istri menyebabkan putusnya tali antara manusia dan Allah. Tidak terlalu keras untuk mengatakan bahwa Allah akan menuntut pertanggungan jawab suami yang menganiaya istrinya.
Kehidupan dalam rumah tangga bisa menimbulkan masalah bagi hubungan seseorang dengan Allah dengan cara lain, yang dibahas oleh Paulus dalam 1 Korintus 7. Seorang suami, seorang istri, atau keduanya mungkin kewalahan oleh hubungan dekat dengan pasangannya secara fisik, emosi, dan sosial sehingga suami atau istri itu mendorong Allah ke sudut kehidupan yang terlupakan. Jika suatu pasangan percaya bahwa itu sedang terjadi, Paulus mengatakan keduanya bisa saja setuju untuk berpisah dari satu sama lain untuk waktu yang singkat untuk berkomunikasi dengan Allah, untuk memberi mereka kesempatan berdoa. Dalam kedua kasus itu, di sini dalam 1 Petrus 3:7 dan dalam 1 Korintus 7, jelas terlihat bahwa kehidupan rohani dan kehidupan rumah tangga saling terjalin.
Petrus tidak buang waktu untuk mendebat bahwa Allah menghendaki satu orang laki-laki dan satu orang perempuan untuk membentuk ikatan perkawinan seumur hidup. Tidak perlu mendebat satu hal ketika semua pihak sepakat. Monogami adalah standar bagi pernikahan dalam Alkitab. Seksualitas adalah karunia dari Allah. Itu untuk dinikmati sebagaimana karunia lainnya. Pada saat yang sama, seksualitas melibatkan jauh lebih banyak hal daripada sekedar kepuasan nafsu. Ketika laki-laki dan perempuan mengekspresikan seksualitas mereka dalam ikatan komitmen dan kepercayaan perkawinan, tidak ada kenikmatan yang lebih hebat. Hal ini juga benar bahwa ketika seks menjadi kesenangan semata, maka tak lama kemudian seks bahkan tidak menyenangkan. Ketika seseorang memanfaatkan hal lain untuk memuaskan keinginan seks, ketika tidak ada ikatan, tidak ada cinta, dan tidak ada komitmen, yang dihasilkan adalah penghinaan dan kebencian. Mungkin tidak ada karunia lain yang Allah berikan yang memiliki potensi yang lebih besar untuk kebaikan daripada seksualitas manusia. Mungkin tidak ada karunia yang punya potensi menimbulkan kejahatan ketika karunia itu dipisahkan dari keintiman dan komitmen.
Ketika mulanya laki-laki sendirian, Allah menciptakan baginya seorang perempuan, layak untuk menjadi pasangannya. Andaikan kepuasan seksual bagi laki-laki menjadi perhatian utama Allah ketika ia menciptakan perempuan, Ia mungkin telah menciptakan harem. Tidak ada poligami di taman Eden. Di sana di taman itu pasangan pertama terwujud. Di sana Allah menetapkan hukum untuk memandu keluarga manusia selamanya: "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kejadian 2:24).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 3:1-22
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 2)
Pembahasan tentang ketundukan telah menyebabkan Petrus mendesak orang-orang ...
1 Petrus 3:1-22
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 2)
Pembahasan tentang ketundukan telah menyebabkan Petrus mendesak orang-orang percaya untuk menunjukkan sikap hormat dan ketaatan kepada penguasa sipil, dan mendesak para budak untuk bersikap hormat dan patuh kepada majikan mereka. Penderitaan para budak telah menyebabkan dia merenungkan penderitaan Kristus, tetapi dalam pasal 3 ia kembali kepada ketundukan, kali ini ketundukan istri kepada suami. Nasihat kepada budak dan istri adalah dalam bidang rumah tangga, tapi hubungan isteri kepada suami tentu tidak sama dengan hubungan budak kepada tuannya. Ikatan emosi dan konvensi sosial yang stereotip bagi laki-laki dan perempuan meningkatkan kompleksitas hubungan suami/istri.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Origen Contra Celsum 3.55.
2 Kata yang diterjemahkan "perhiasan" adalah ko/smoß (kosmos), sebuah kata yang sering dig...
Catatan Akhir:
- 1 Origen Contra Celsum 3.55.
- 2 Kata yang diterjemahkan "perhiasan" adalah ko/smoß (kosmos), sebuah kata yang sering digunakan dalam Perjanjian Baru dengan konotasi negatif, yang berarti "duniawi" atau sejenisnya. Dalam ayat ini kata itu tidak memiliki pengertian itu. Orang Yunani menganggap alam semesta di mana mereka hidup sebagai indah dan sangat proporsional. Jadi kata itu menjadi sebutan untuk sesuatu yang indah dan dihias dengan baik.
- 3 J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 159; Plutarch Moralia 141E.
- 4 Josephus Antiquities 4.8.15.
- 5 Josephus Against Apion 2.25.
- 6 Alkitab NASB menangkap arti frasa Yunani itu dengan baik. Secara lebih harfiah kata-kata itu berkata, "kepada bejana yang lebih lemah, feminin." Kata yang diterjemahkan "feminin" (gunaikei√oß, gunaikeios) hanya terjadi di sini dalam Perjanjian Baru. Kata "bejana" (skeuvoß, skeuos) digunakan dalam berbagai cara. Itu mengacu kepada sebuah objek dari jenis tertentu, kadang-kadang toples atau wadah. Yang digunakan di sini mengacu kepada tubuh fisik wanita, seperti yang terjadi dalam 1 Tesalonika 4:4.
- 7 Ignatius Philadelphians 1.
- 8 Dalam Surat-Suratnya Pliny the Younger (awal abad kedua Masehi) membuat pernyataan yang menggambarkan semangat tak tahu malu yang dengannya kaum laki-laki Romawi yang berstatus mencari kemuliaan mereka sendiri.Dalam sebuah surat kepada temannya Maximus, ia menyebutkan dua orang hambanya yang telah disewa selama tiga dinar setiap orang (upah yang layak) untuk duduk di antara orang-orang yang mendengarkan seorang orator tertentu dan bertepuk tangan. Ia mengatakan para budak itu tidak tahu apa yang sedang dikatakan dan "akan bingung, tanpa sinyal, bagaimana mewaktukan tepuk tangan mereka." (Pliny the Younger Letters 2.14.)
- 9 Ernest Best, 1 Peter, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 130; The Community Rule (1QS) 1.4.
- 10 Carroll Stuhlmueller, Dianne Bergant, et al., eds. The Collegeville Pastoral Dictionary of Biblical Theology (Collegeville, Minn.: Liturgical Press, 1996), 714.
- 11 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 141.
- 12 Lihat komentar tentang 2:19 untuk kata yang digunakan dalam arti "kesadaran." Lihat Christian Maurer, " su/noida, sunei/dhsiß," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 7:898-919.
- 13 Kata iºna ( hina ), yang diterjemahkan "supaya" dalam 3:16, kadang-kadang mengungkapkan hasil. Lihat Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 477.
- 14 Best, 134.
- 15 Kasus untuk penafsiran ini dinyatakan dengan baik oleh Michaels, 191-92.
- 16 Sirach 41:12 (REB).
- 17 Teologi Katolik Roma menyatakan bahwa ada pengorbanan kekal Kristus di sorga, bahwa Yesus benar-benar menderita ketika Ekaristi dirayakan. Pernyataan oleh Petrus dan dalam kitab Ibrani menjadi dasar doktrin itu. beristirahat. Lihat "Eucharist" in The Oxford Dictionary of the Christian Church, 2d ed., ed. F. L. Cross and E. A. Livingstone (Oxford: Oxford University Press, 1974), 475-77.
- 18 Mengenai Yesus turun ke alam Hades, Macculloch menulis, "Dari setidaknya abad kedua tidak ada kepercayaan yang lebih dikenal dan populer, termasuk Turun Ke hades, penaklukan Kematian dan Hades, Pemberitaan Kepada Orang Mati, dan Pelepasan Jiwa, dan popularitasnya terus meningkat" (J. A. MacCulloch, The Harrowing of Hell: A Comparative Study of an Early Christian Doctrine [Edinburgh: T. & T. Clark, 1930], 45.)
- 19 Ungkapan e˙n w (en hoi) telah dipahami dengan cara lain. Pelbagai alternatif yang tercantum di atas memiliki dukungan yang paling kuat. Ini bukan tempat untuk diskusi tentang isu-isu tata bahasa yang terlibat. Mereka yang tertarik dapat berkonsultasi dengan Michaels, 205.
- 20 D. A. Carson, "Reflections on the Book I Just Want to be a Christian by Dr. Rubel Shelly." Makalah ini dapat ditemukan di website: www.mun.ca/rels/restmov/texts/rmeyes/carson.html. Carson menulis, "Pada saat yang sama, itu [Gerakan Restorasi Amerika] mengembangkan pandangan tentang baptisan yang hampir tidak diadopsi oleh seorang pun di luar spektrum jemaat-jemaat yang diwakili oleh Gerakan Restorasi Amerika." Agaknya Carson memahami pandangan yang diadopsi oleh Gerakan Restorasi Amerika adalah bahwa Allah bertindak ketika orang dibaptis dan menghapus dosa orang percaya yang taat. Faktanya, pandangan itu dapat didokumentasikan dari periode kuno dan moderen dari sejarah gereja dan dari tradisi Kristen yang beragam.
- 21 Everett Ferguson mengumpulkan teks-teks dari abad kedua yang menunjukkan bahwa pelbagai segmen yang luas dari gereja pada periode itu memahami baptisan sebagai pengampunan dosa. Itu adalah doktrin yang bertahan dengan baik selepas masa Perjanjian Baru. Ia menulis, "Kebulatan dan semangat pelbagai pernyataan dari awal abad kedua tentang baptisan mengandung dugaan tentang hubungan langsung antara baptisan dan pengampunan dosa dari hari-hari awal gereja"(Everett Ferguson, Early Christians Speak [Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1971], 38.)
- 22 Fred Gealy, "The First and Second Epistles to Timothy and the Epistle to Titus, Introduction and Exegesis," in The Interpreter's Bible , ed. George A. Buttrick (New York: Abingdon Press, 1955), 11:453.
- 23 Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. (London: Macmillian & Co., 1947; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 83.
- 24 Apa yang orang maksudkan dengan "kutipan" adalah tidak pasti. Pelbagai edisi teks Yunani Perjanjian Baru yang lebih tua yang diterbitkan oleh United Bible Societies memiliki "Index of Quotations" dalam lampiran. Kitab Mazmur memiliki paling banyak kutipan jika kita mempertimbangkan kutipan sama dengan petikan. Edisi teks UBS yang paling baru telah mengganti "Index of Allusions and Verbal Parallels" dengan "Index of Quotations." Dengan menggunakan kriteria yang lebih luas, ada karya-karya Perjanjian Lama yang lebih sering dikutip daripada kitab Mazmur.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika...
HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika Terjadi Kebakaran, Pecahkan Kacanya." Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang orang Kristen harus lakukan "Jika Terjadi Penganiayaan"? Bagaimanakah seharusnya kita bertindak ketika orang lain menganiaya kita karena iman kita? Kita tidak memecahkan kaca. Tapi apakah yang kita lakukan?
Pertama Petrus ditulis, sebagian, untuk menjawab pertanyaan itu. Orang-orang yang Petrus surati sedang mengalami penganiayaan. Misalnya, kita menemukan nas yang mengesankan ini:
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu … Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, … Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, … (4:12-16).
Dalam 2:11-3:17, Petrus memberitahu saudara-saudara itu, "Jika hubunganmu adalah baik dengan orang-orang itu dan dunia di sekitarmu, maka para pengecammu akan terbungkam." Ia berkata, Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.… Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh (2:12, 15).
Pertama Petrus 3:16 mengatakan, "[Milikilah] hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu." Hidup benar, bertindak benar, dan memiliki hubungan yang benar akan membungkan para pengecam kita!
Bagaimanakah hal ini bisa terjadi? Umat Kristen di abad pertama dituduh melakukan pelbagai kejahatan yang mengerikan. Karena mereka tidak mau sujud kepada kaisar Romawi dan mengakui keilahiannya, maka mereka dianggap ateis. Karena mereka tidak mau bergaul dengan tetangga mereka dalam berbagai kegiatan sehari-hari, maka mereka dianggap anti-sosial. Karena mereka bicara tentang saling mengasihi, bahkan ketika mereka bicara satu sama lain sebagai "saudara" dan "saudari," mereka dianggap bersalah melakukan percabulan, bahkan inses. Karena mereka sering beribadah secara diam-diam pada malam hari di tempat-tempat rahasia untuk menghindari penganiayaan, maka diisukan bahwa mereka melakukan pesta pora seks. Karena mereka bicara tentang makan daging dan minum darah Yesus, maka mereka dikatakan melakukan kanibalisme. Apakah yang orang Kristen bisa lakukan terhadap jenis gosip dan fitnah ini? Petrus, pada dasarnya, mengatakan, "Jika kamu hidup benar, punya sikap benar terhadap orang lain, dan bertindak benar terhadap semua orang, maka orang tidak akan mempercayai pelbagai tuduhan yang dilontarkan terhadapmu." Hubungan yang benar akan "membungkamkan kepicikan orang -orang yang bodoh."
Kita tidak dianiaya dengan tingkatan yang sama sekarang ini, tapi kita juga bisa difitnah karena kita adalah orang Kristen. Jika kita tekun, kita mungkin disebut "Pemaksa Alkitab." Jika kita menaruh perhatian tentang pergi ke sorga, beberapa orang mungkin berkata bahwa kepala kita terlalu jauh di awan untuk bisa kita manfaatkan di dunia. Jika kita mengutamakan Kristus daripada orang lain, kita mungkin akan dituduh punya kebencian. Jika kita membela untuk atau menentang apa saja, pendirian kita itu sepertinya ditertawakan. Jika kita menolak untuk berpartisipasi dengan orang lain dalam apa yang mereka lakukan, kita dapat dituduh sebagai anti-sosial atau punya sikap "lebih suci daripada kamu." Apakah yang bisa kita lakukan terhadap kecaman seperti itu? Yang paling penting, kita bisa hidup benar.
Dalam bagian surat kiriman ini, Petrus sedang bicara tentang enam hubungan. Ia memberitahu orang Kristen bagaimana kita seharusnya bertindak dalam setiap hubungan itu.
ORANG KRISTEN DAN DUNIA (1 Petrus 2:11, 12)
Dalam lingkup dunia, hubungan kita adalah sebagai pendatang atau perantau, dan sikap kita harus ditandai dengan perilaku yang baik.
Ada dua hal yang disebutkan yang akan mengesankan dunia. Yang pertama, orang Kristen harus "menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa." Atau, seperti yang Yakobus katakan, orang Kristen harus menjaga dirinya supaya "tidak dicemarkan oleh dunia" (Yakobus 1:27). Terlepas dari bagaimana berdosanya orang-orang pagan itu, mereka akan terkesan dengan orang Kristen yang hidup dengan saleh.
Yang kedua, orang Kristen harus melakukan perbuatan baik. Jika mereka melakukannya, maka barulah dunia "dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah." (Lihat juga Matius 5:13-16.) Melakukan sebisanya perbuatan baik di manapun dan kapanpun akan mengesankan para tetangga kita dan membungkam para pengecam kita.
Mengapakah kita harus hidup seperti itu? Karena kita adalah "pendatang dan perantau." Oleh karena itu, kita berbeda. Kita tidak menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang-orang yang hidup di sekitar kita. Benarkah begitu? Mungkin saya harus katakan bahwa kita tidak seharusnya menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang dunia. Pikirkanlah hal ini: Jika menjadi orang Kristen adalah haram, dan Anda dituduh sebagai orang Kristen dan diadili untuk nyawa Anda, akankah ada cukup bukti untuk menyalahkan Anda?
ORANG KRISTEN DAN PEMERINTAH (1 Petrus 2:13-17)
Dalam lingkup pemerintahan, hubungan kita adalah sebagai warga negara, dan sikap kita harus ditandai dengan ketaatan dan dengan menghormati pejabat pemerintah.
Salah satu tuduhan yang selalu ditimpakan kepada umat Kristen abad pertama adalah bahwa mereka adalah pengkhianat terhadap pemerintah Romawi. Pada akhirnya, bukankah mereka itu menyembah "Raja Yesus"? Bukankah mereka itu menolak untuk menyembah Kaisar, dan bukankah hal itu mencap mereka sebagai pengkhianat? (Lihat Yohanes 19:12 dan Kisah 25:8.)
Bagaimanakah orang Kristen bisa menjawab fitnahan ini? Pertama, mereka harus mematuhi "setiap lembaga manusia," dari yang terbesar sampai yang terkecil. Kedua, mereka harus menghormati orang-orang yang patut dihormati—bahkan juga kaisar. "Menghormati" di sini akan mencakup pembayaran pajak. (Lihat Matius 22:15-21.) Ini juga akan mencakup penghormatan terhadap pejabat negara yang layak ia terima. Kita mungkin mengira bahwa karena Yesus adalah Raja kita maka kita tidak harus tunduk di hadapan orang lain. Petrus mengatakan bahwa sikap ini salah. "[Jangan] menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan," katanya. "[Sebaliknya, hormatilah] wali-wali yang diutusnya."
Jika kita harus mengatakan, "Tapi perintah itu hanya berlaku jika kita memiliki pejabat-pejabat atau pemerintah yang baik," maka kita harus ingat bahwa kaisar pada waktu itu mungkin adalah Nero—orang yang namanya telah menjadi identik dengan kebrutalan, pembunuhan, penganiayaan, kekerasan, dan kegilaan. Jika orang Kristen pada waktu itu harus menghormati orang seperti itu, tentunya sekarang ini kita harus mematuhi hukum-hukum dan menghormati para pejabat yang membuat dan menegakkan hukum-hukum itu (kecuali hukum-hukum yang akan menyebabkan kita tidak menaati Allah; Kisah 5:29).
ORANG KRISTEN DAN TUANNYA (1 Petrus 2:18-25)
Meski nas ini bicara secara khusus tentang hubungan budak-tuan, kita bisa menerapkannya dengan sangat baik kepada hubungan majikan-karyawan. Dalam dunia kerja, hubungan kita adalah seperti karyawan, dan sebagai karyawan perilaku kita harus ditandai dengan ketundukan.
Petrus mengatakan bahwa kita harus tunduk kepada tuan kita—artinya, kepada majikan atau atasan kita. Tapi bagaimanakah jika majikan atau tuan kita itu kejam dan semena-mena? Kita tetap, kata Petrus, tunduk , "bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis." Ini, saya yakin, bertentangan dengan alur pemikiran moderen. Kecenderungan kita adalah ingin pekerjaan ringan tapi gaji besar. Tapi itu sesuai dengan filosofi Kristen tentang memberi, yang lebih besar daripada menerima; tentang berusaha untuk menjadi seorang pelayan, daripada berusaha untuk dilayani; tentang lebih peduli mengenai tanggung jawab daripada hak. Orang Kristen harus menjadi karyawan yang baik, taat. (Lihat juga Efesus 6:5-9 dan Kolose 3:22-24)
Perhatikan juga, bahwa dalam konteks inilah Petrus menggunakan Kristus sebagai contoh tentang orang yang "dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam." Petrus berkata, dalam hal ini, "Kamu harus mengikuti jejak-Nya." Kita harus secara khusus meniru Kristus dalam hal bahwa ketika kita dianiaya oleh siapa pun, kita harus menerima penderitaan itu tanpa berbuat dosa dan menanggung perbuatan salah orang lain tanpa melakukan kesalahan. (Lihat juga Roma 12:14-21.)
ORANG KRISTEN DAN PASANGAN HIDUPNYA (1 Petrus 3:1-7)
Dengan demikian, dalam lingkup rumah tangga, kita adalah istri atau suami, dan sikap kita harus ditandai, jika kita istri, dengan ketundukan, dan, jika kita suami, dengan pengertian dan kehormatan.
Perhatikanlah bahwa ada tanggung jawab bersama. Tanggung jawab istri Kristen adalah tunduk kepada suaminya. Jika ia tunduk, ia bisa saja membawa suaminya kepada Kristus bahkan jika suaminya itu tidak mau mempelajari Alkitab dengan dia atau pergi untuk mendengarkan pengkhotbah. Itu tidak berarti, tentu saja, bahwa suami itu dapat diselamatkan tanpa mendengarkan Firman Allah dan mentaatinya. (Lihat 1:22.) Tapi itu berarti bahwa teladan baik sang istri bisa saja memalingkan dia kepada Allah dan Firman Allah ketika pengajaran langsung tidak bisa mempengaruhi dia.
Akan menjadi orang macam apakah istri yang tunduk ini? Ia akan dihormati dan "saleh" atau murni. Perhatian utamanya akan tidak pada tampilan lahiriah—"dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah." Sebaliknya, ia akan peduli pada manusia batiniah, dengan mengembangkan "roh yang lemah lembut dan tenang"—sebuah cara yang lembut dan sabar yang akan menghasilkan pelbagai tindakan penuh pertimbangan dan baik hati.
Suami Kristen juga punya tanggung jawab: hidup "penuh pengertian" dengan istrinya, menghormati dia, dan, itu tersirat, mengakui bahwa ia adalah teman pewaris bersama dia. Suami Kristen harus bijaksana dan memperhatikan istrinya. Di tempat lain, Perjanjian Baru mengajar dia untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja (Efesus 5:25). Pengertian, kehormatan, dan kasih yang suami itu curahkan kepada istrinya akan mencegah dia untuk menjadi tirani lalim di rumahnya sendiri. Meski istrinya harus mematuhi dia, ia tidak akan pernah meminta istrinya untuk mematuhi aturan yang sewenang-wenang yang dibuat demi kenyamanannya sendiri, tetapi akan selalu mempertimbangkan keinginan, kebutuhan, dan kemauan istrinya.
Suami harus melakukan ini supaya doanya—dan doa istrinya—tidak terhalang. Jika suami dan istri tidak memenuhi kewajiban bersama mereka di rumah, maka ketegangan dan pertikaian muncul dan suasana kerohanian, pertumbuhan rohani, dan doa yang terus-menerus mustahil terjadi. Untuk memungkinkan terjadinya doa di rumah, mari kita menjadi suami dan istri sebagaimana seharusnya.
ORANG KRISTEN DAN SAUDARA-SAUDARINYA (1 Petrus 3:8-12)
Di gereja hubungan kita adalah sebagai saudara dan saudari, dan sikap kita, kita dapat simpulkan, harus ditandai dengan kasih.
Petrus berkata bahwa terhadap satu sama lain kita harus menunjukkan kesatuan roh, simpati, kasih, hati yang lembut, pikiran yang rendah hati, dan penolakan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Jika ini adalah cara kita bertindak terhadap satu sama lain—jika kita menunjukkan bahwa kita adalah satu, jika kita ikut saling merasakan satu sama lain, jika kita saling mengasihi dengan penuh semangat, jika kita berhati lembut dan mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain, jika kita rendah hati, dan tidak ada orang yang mencoba untuk menempatkan dirinya di atas yang lain, jika kita selalu menolak godaan untuk "membalas dendam"—jika jenis hubungan seperti ini jelas terlihat di dalam gereja, maka orang akan tahu bahwa kita adalah murid -murid Kristus. (Lihat Yohanes 13:34, 35.) Mereka akan mengagumi kedekatan persaudaraan, dengan mengatakan, "Lihatlah, bagaimana mereka saling mengasihi!" Ketika mereka mendengar desas-desus fitnah tentang kita, mereka akan berkata, "Itu tidak benar, karena saya telah melihat praktik kasih mereka."
ORANG KRISTEN DAN PARA PENGANIAYANYA (1 Petrus 3:13-17)
Dalam lingkup konflik, kita dianggap sebagai musuh, dan tindakan kita harus ditandai dengan pertahanan yang mumpuni dan hati nurani yang murni.
Pada dasarnya, Petrus sedang mengatakan bahwa kita harus selalu berbuat benar dalam hubungan kita dengan orang-orang yang menganiaya atau mengejek kita. Secara khusus, ia memberikan saran ini untuk orang-orang Kristen yang sedang dianiaya: (1) Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan (3:9). Jangan pernah ingin membalas dendam; sebaliknya, carilah kebaikan untuk musuhmu. (Lihat juga Roma 12:20, 21 dan Matius 5:44.) (2) Jadilah "rajin berbuat baik" (3:13). Sibukkan dirimu dengan melakukan kebaikan maka musuh-musuhmu akan menemukan sedikit alasan untuk menganiaya kamu. (3) Sadarilah bahwa ada berkat dalam penderitaan. Petrus berkata, "sekalipun kamu harus menderita … kamu akan berbahagia" (3:14). Mungkin sulit bagi kita untuk melihat bagaimana hasil penganiayaan menimbulkan berkat, tapi itu benar. (Lihat juga Matius 5:10 Yakobus 1:2, 3.) (4) Jangan takut terhadap penganiayamu: "janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar" (3:14). Yang paling buruk, penganiayamu itu hanya bisa membunuh tubuhmu; mereka tidak bisa membunuh jiwa. Ketika ia mati, orang Kristen menjadi lebih baik karena ia telah pergi bersama Kristus (Filipi 1:23). (5) "Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan" (3:15). Takutlah akan Dia. Hormatilah Dia. Akuilah bahwa Kristus adalah Tuhan, Guru, dan Raja hidupmu. Jika demikian, maka Ia akan menjagamu; kamu tidak perlu takut terhadap musuh apa saja, dan kamu harus melakukan kehendak-Nya tidak peduli apa yang orang lain lakukan terhadap kamu. (6) Bersiaplah untuk mempertahankan iman: "Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu" (3:15). Selain argumentasi yang kamu buat dengan hidupmu, kamu juga harus bersedia dan sanggup membuat argumentasi untuk iman itu dengan bibirmu. (7) "[Milikilah] hati nurani yang murni" (3:16). Bagaimanakah kamu bisa melakukan itu? Dengan memastikan bahwa perilakumu ditandai dengan "perilaku yang baik dalam Kristus" dan dengan memastikan bahwa kamu selalu "melakukan apa yang benar." Tidak ada yang lebih sulit daripada mencoba untuk membela kebenaran injil ketika kamu tidak hidup sesuai dengan kebenaran itu. Maka hidupmu akan menyangkal argumentasimu. Yang terpenting, kita harus selalu berusaha melakukan yang benar!
Jika kita melakukan semua ini di hadapan penganiayaan, para pengecam kita akan tidak mampu untuk mempertahankan tuduhan mereka terhadap kita.
KESIMPULAN
Seperti apakah hidup kita seharusnya sebagai orang Kristen? Bayangkanlah ruang sidang di mana kita sedang diadili. "Apakah kesalahannya?" Tanya hakim.
Para penuduh mengatakan bahwa kita adalah pembuat onar yang menyebabkan kematian, pembenci manusia, anti-sosial, mesum, jahat, dan egois.
"Baiklah," kata hakim, "hadirkan para saksi. "Lalu ia menanyai para saksi itu.
"Apakah orang-orang ini melanggar hukum?" "Tidak," jawab mereka, "mereka selalu taat hukum." "Apakah mereka tidak menghormati penguasa?"
"Tidak, mereka selalu memberi hormat kepada orang yang patut menerimanya." "Apakah mereka tetangga yang buruk?"
"Tidak; pada kenyataannya, mereka selalu membantu dan baik hati. " "Apakah mereka itu karyawan yang tidak taat?"
"Oh, tidak, mereka adalah para pekerja kami yang terbaik."
"Bagaimanakah perbuatan mereka terhadap satu sama lain?" "Tuan, jelas terlihat mereka selalu mengasihi satu sama lain." "Lalu mengapa mereka dituduh?" tanya hakim itu.
"Tidak bersalah!" Hubungan yang baik akan membungkam pengecam kita!
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi