Teks -- Yohanes 18:28 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yoh 18:28
Jerusalem: Yoh 18:28 - gedung pengadilan Ini terjemahan tepat dari istilah Yunani-Romawi: "pretorium", balai pengadilan wali negeri Roma
Ini terjemahan tepat dari istilah Yunani-Romawi: "pretorium", balai pengadilan wali negeri Roma
Jerusalem: Yoh 18:28 - supaya jangan menajiskan diri Masuk rumah seorang kafir memang menajiskan, menurut anggapan Yahudi, bdk Kis 11:2 dst. Akibatnya ialah orang tidak dapat (secara ayah) ikut serta dal...
Masuk rumah seorang kafir memang menajiskan, menurut anggapan Yahudi, bdk Kis 11:2 dst. Akibatnya ialah orang tidak dapat (secara ayah) ikut serta dalam ibadah, seperti makan domba-Paskah.
Sebenarnja kepretorium, ialah tempat pengadilan wali negeri.
Ende: Yoh 18:28 - Djangan kena nadjis Bagi orang Jahudi terlarang keras masuk kedalam rumah
orang-orang kafir.
Bagi orang Jahudi terlarang keras masuk kedalam rumah orang-orang kafir.
Ref. Silang FULL -> Yoh 18:28
Ref. Silang FULL: Yoh 18:28 - gedung pengadilan // pengadilan itu // makan Paskah · gedung pengadilan: Mat 27:2; Mat 27:2
· pengadilan itu: Yoh 18:33; Yoh 19:9
· makan Paskah: Yoh 11:55
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 18:28 - -- 18:28 Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan1250. Ketika itu hari masih pagi.1251 Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan...
18:28 Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan1250. Ketika itu hari masih pagi.1251 Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah.
Tidak ada penjelasan sedikitpun mengenai apa yang dikatakan oleh Kayafas, ataupun jawaban Tuhan Yesus. Mungkin bagi Yohanes, dan orang Yahudi yang lain, percakapan itu kurang menarik, karena Kayafas hanya menjabat sebagai Imam Besar dengan nama saja, sedangkan Hanaslah yang mempunyai kuasa Imam Besar. Juga, sikap para pemimpin agama Yahudi terhadap Tuhan Yesus telah dinyatakan dalam pasal 8:59; 9:18-34; 11:53; dan 12:37-43.
Menurut Matius, Markus, dan Lukas, Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya telah makan Paskah, tetapi menurut ayat ini para pemimpin agama Yahudi tidak mau menajiskan diri mereka, sebab mereka hendak makan Paskah. Menurut Carson,1252 ungkapan makan Paskah biasanya merujuk ke perjamuan Paskah yang diceritakan dalam pasal 13, tetapi ungkapan ini juga dapat merujuk pada hari raya Roti Tidak Beragi.1253 Lukas 22:1 berkata, "Hari raya Roti Tidak Beragi, yang disebut Paskah, sudah dekat." Ayat itu menyamakan dua hari raya itu, maka istilah Paskah dalam ayat ini juga dapat merujuk pada Hari raya Roti Tidak Beragi, yang sedang mulai pada saat itu.
Mereka tidak mau menajiskan diri mereka supaya mereka dapat merayakan Hari raya Roti Tidak Beragi, dengan perjamuannya. Kenajisan yang hanya berlangsung selama satu hari pasti mengganggu keterlibatan mereka dalam perayaan itu, dan mereka, sebagai orang yang terkemuka, pasti tidak mau menunda partisipasi mereka. Mungkin mereka memikirkan Bilangan 9:7-10 dan 19:11, 16; 31:19 ataupun Ulangan 16:4. Lebih lanjut, ada kabar angin bahwa orang bukan Yahudi sering menguburkan mayat bayi-bayi yang digugurkan di bawah rumah mereka, maka kalau orang Yahudi masuk ke rumah orang bukan Yahudi, mereka kena kenajisan yang diceritakan dalam Ulangan 19:11, yaitu kenajisan karena mayat, suatu kenajisan yang berlangsung selama tujuh hari.1254 Kalau mereka kena kenajisan itu, mereka sama sekali tidak dapat ikut dalam perayaan hari raya Roti Tidak Beragi.
Matius 27:12; Markus 15:3; dan Lukas 23:1-5 memberi kesan bahwa imam-imam besar berada di situ pada waktu sidang diadakan. Mungkin mereka berada di halaman itu, tetapi tidak masuk ke dalam gedung pengadilan. Mereka sangat teliti supaya tidak melanggar (tafsiran mereka mengenai) hukum Taurat. Namun mereka tidak begitu teliti mengenai masalah kebenaran!
Hagelberg: Yoh 18:28-32 - -- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
Pontius Pilatus1245 diangkat menjadi gubernur Yudea1246 pada tahun 26 M., dan dia menjabat1247 sampai tahun 3...
a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
Pontius Pilatus1245 diangkat menjadi gubernur Yudea1246 pada tahun 26 M., dan dia menjabat1247 sampai tahun 36 M. Beberapa peristiwa menceritakan bagaimana Pontius Pilatus kurang peka terhadap situasi keagamaan di Yerusalem, sampai orang-orang Yahudi hampir mengamuk. Beberapa kali Pilatus terlalu nekad, dan terpaksa harus mengalah.1248 Dalam peristiwa ini dia berusaha untuk mengadakan kompromi antara Tuhan Yesus yang jelas benar, yang tidak merupakan ancaman bagi kuasa Roma, dan orang-orang Yahudi yang membenci Dia dan mengancam kerukunan yang harus Pilatus jaga. Menurut Culpepper,1249 Pilatus menyatakan kemustahilan kompromi dalam kehidupan Kristen.
Hagelberg: Yoh 18:28 - -- 18:28 Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan1250. Ketika itu hari masih pagi.1251 Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan...
18:28 Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan1250. Ketika itu hari masih pagi.1251 Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah.
Tidak ada penjelasan sedikitpun mengenai apa yang dikatakan oleh Kayafas, ataupun jawaban Tuhan Yesus. Mungkin bagi Yohanes, dan orang Yahudi yang lain, percakapan itu kurang menarik, karena Kayafas hanya menjabat sebagai Imam Besar dengan nama saja, sedangkan Hanaslah yang mempunyai kuasa Imam Besar. Juga, sikap para pemimpin agama Yahudi terhadap Tuhan Yesus telah dinyatakan dalam pasal 8:59; 9:18-34; 11:53; dan 12:37-43.
Menurut Matius, Markus, dan Lukas, Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya telah makan Paskah, tetapi menurut ayat ini para pemimpin agama Yahudi tidak mau menajiskan diri mereka, sebab mereka hendak makan Paskah. Menurut Carson,1252 ungkapan makan Paskah biasanya merujuk ke perjamuan Paskah yang diceritakan dalam pasal 13, tetapi ungkapan ini juga dapat merujuk pada hari raya Roti Tidak Beragi.1253 Lukas 22:1 berkata, "Hari raya Roti Tidak Beragi, yang disebut Paskah, sudah dekat." Ayat itu menyamakan dua hari raya itu, maka istilah Paskah dalam ayat ini juga dapat merujuk pada Hari raya Roti Tidak Beragi, yang sedang mulai pada saat itu.
Mereka tidak mau menajiskan diri mereka supaya mereka dapat merayakan Hari raya Roti Tidak Beragi, dengan perjamuannya. Kenajisan yang hanya berlangsung selama satu hari pasti mengganggu keterlibatan mereka dalam perayaan itu, dan mereka, sebagai orang yang terkemuka, pasti tidak mau menunda partisipasi mereka. Mungkin mereka memikirkan Bilangan 9:7-10 dan 19:11, 16; 31:19 ataupun Ulangan 16:4. Lebih lanjut, ada kabar angin bahwa orang bukan Yahudi sering menguburkan mayat bayi-bayi yang digugurkan di bawah rumah mereka, maka kalau orang Yahudi masuk ke rumah orang bukan Yahudi, mereka kena kenajisan yang diceritakan dalam Ulangan 19:11, yaitu kenajisan karena mayat, suatu kenajisan yang berlangsung selama tujuh hari.1254 Kalau mereka kena kenajisan itu, mereka sama sekali tidak dapat ikut dalam perayaan hari raya Roti Tidak Beragi.
Matius 27:12; Markus 15:3; dan Lukas 23:1-5 memberi kesan bahwa imam-imam besar berada di situ pada waktu sidang diadakan. Mungkin mereka berada di halaman itu, tetapi tidak masuk ke dalam gedung pengadilan. Mereka sangat teliti supaya tidak melanggar (tafsiran mereka mengenai) hukum Taurat. Namun mereka tidak begitu teliti mengenai masalah kebenaran!
Hagelberg: Yoh 18:28--19:16 - -- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
Dalam ayat 24 kita membaca bahwa Tuhan Yesus dibawa kepada Kayafas, tetapi Yohanes tidak mencerit...
6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
Dalam ayat 24 kita membaca bahwa Tuhan Yesus dibawa kepada Kayafas, tetapi Yohanes tidak menceritakan apa yang terjadi di situ. Matius 26:57-68, Markus 14:53-65; dan Lukas 22:66-71 menceritakan sidang itu, tetapi kita mengerti bahwa sidang yang mereka ceritakan hanya merupakan formalitas saja. Keputusan yang sungguhan telah diambil sebelumnya. Setelah kisah mengenai tanggapan mereka pada kebangkitan Lazarus, pasal 11:53 berkata, "Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia."
E. Pemeriksaan, Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
Hagelberg: Yoh 13:1--20:31 - -- IV. PENYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
Usaha untuk memberi tanda dan firman supaya orang banyak percaya kepada-Nya telah b...
IV. PENYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
Usaha untuk memberi tanda dan firman supaya orang banyak percaya kepada-Nya telah berakhir. Dia meninggalkan orang banyak, dan Dia memperhatikan murid-murid-Nya. Tema kematian-Nya semakin jelas dalam perkataan-Nya kepada mereka.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 18:28-40
Matthew Henry: Yoh 18:28-40 - Kristus di dalam Gedung Pengadilan; Kristus di hadapan Pilatus Kristus di dalam Gedung Pengadilan; Kristus di hadapan Pilatus (18:28-40)
Di sini kita membaca catatan perihal pendakwaan Kristus di hadapan Pilatu...
Kristus di dalam Gedung Pengadilan; Kristus di hadapan Pilatus (18:28-40)
- Di sini kita membaca catatan perihal pendakwaan Kristus di hadapan Pilatus, wali negeri Romawi, di dalam prætorium (sebuah istilah Latin yang dijadikan istilah Yunani), rumah pejabat tinggi Romawi, atau gedung pengadilan. Ke sanalah mereka membawa Dia, supaya dapat dihukum di pengadilan Romawi dan dieksekusi (dilaksanakan) oleh kekuasaan Romawi. Karena sudah bulat hati bahwa Ia harus mati, mereka mengambil langkah tersebut:
- . Supaya Kristus dapat dijatuhi hukuman mati secara lebih sah dan lebih pasti sesuai dengan undang-undang dasar pemerintahan mereka sejak negeri mereka menjadi salah satu provinsi kekaisaran Romawi. Tidak dengan cara dilempari batu sampai mati dalam sebuah huru-hara seperti Stefanus, tetapi dihukum mati menurut tata cara pengadilan yang resmi. Demikianlah, Ia diperlakukan seperti seorang penjahat, dijadikan dosa karena kita.
- . Supaya Dia dapat dijatuhi hukuman mati dengan lebih aman.
- Jika mereka dapat melibatkan pemerintah Romawi dalam perkara ini, orang-orang akan menjadi takut, sehingga tidak akan terjadi keributan.
- . Supaya Ia dapat dijatuhi hukuman mati dengan lebih banyak menanggung nista. Dari semua kematian, mati di kayu salib yang biasa digunakan oleh orang Romawi merupakan kematian yang sangat hina. Dengan hukuman itu mereka sangat berhasrat untuk dapat meletakkan tanda kekejian yang tak terhapuskan ke atas-Nya sehingga dapat menenggelamkan nama baik-Nya untuk selamanya. Karena itu mereka berseru berulang kali, Salibkan Dia.
- . Supaya Ia dihukum mati tanpa banyak kecaman untuk mereka sendiri. Menghukum mati orang yang telah banyak berbuat baik bagi dunia ini sungguh merupakan perbuatan yang sangat menyakitkan hati. Itulah sebabnya mereka ingin melemparkan kebencian itu ke atas pemerintah Romawi, menyerahkan hal yang kurang dapat diterima ini kepada orang banyak dan menyelamatkan diri mereka sendiri dari kecaman. Begitulah, banyak orang lebih takut terhadap aib akibat sebuah perbuatan buruk daripada terhadap dosa akibat perbuatan itu (Kis. 5:28). Dua hal dapat kita amati perihal tindak peradilan ini:
- (1) Siasat dan kegigihan mereka dalam mengadili Dia. Di sini dikatakan, hari masih pagi. Ada yang menduga bahwa saat itu sekitar pukul dua atau tiga dini hari. Ada juga yang mengatakan sekitar pukul lima atau enam pagi, ketika sebagian besar orang masih terlelap di tempat tidur. Jadi, sangat kecil bahaya kemungkinan adanya perlawanan orang banyak yang berpihak pada Kristus. Sementara itu, pada saat yang sama mereka memerintahkan sejumlah kaki tangan mereka untuk mengumpulkan orang-orang yang dapat mereka pengaruhi guna meneriakkan seruan menentang Dia. Lihatlah betapa hati mereka memang sudah bulat untuk mengadili Dia, betapa bengisnya mereka. Sekarang, karena Kristus sudah berada dalam genggaman kekuasaan mereka, mereka tidak mau membuang-buang waktu lagi sampai Ia terpaku di atas kayu salib. Mereka rela mengorbankan waktu istirahat supaya perkara ini dilaksanakan secepatnya (Mi. 2:1).
- (2) Ketakhayulan dan kemunafikan mereka yang keji. Walaupun datang bersama orang hukuman itu supaya semua rencana mereka terlaksana dengan baik, imam-imam kepala dan para tua-tua itu tidak masuk ke dalam gedung pengadilan, karena tempat itu adalah rumah seorang bukan-Yahudi yang tidak bersunat. Mereka tetap berdiri di luar pintu agar jangan sampai mereka menajiskan diri dengan memasuki rumah itu, supaya mereka dapat tetap makan Paskah. Yang dimaksudkan bukanlah makan anak domba Paskah (yang dimakan pada malam sebelumnya), tetapi makan korban Paskah yang dipersembahkan pada hari kelima belas perayaan Paskah, yang mereka sebut Chagigah, yaitu Paskah lembu sapi dan kambing domba seperti yang diuraikan dalam Ulangan 16:2; 2 Tawarikh 30:24, dan 35:8-9. Makanan inilah yang harus mereka makan, karena itu mereka tidak mau masuk ke dalam gedung pengadilan itu karena takut bersentuhan dengan orang bukan-Yahudi. Persentuhan yang membuat mereka tercemar, bukan secara hukum, melainkan secara adat-istiadat belaka. Inilah yang menjadi keberatan mereka. Hebatnya, mereka tidak merasa keberatan untuk melanggar semua hukum keadilan dengan menganiaya Kristus sampai mati. Mereka menapis nyamuk dari dalam minuman, tetapi menelan seekor unta yang ada di dalamnya. Sekarang marilah kita lihat apa yang terjadi di dalam gedung pengadilan tersebut. Di sini terdapat,
- I. Percakapan Pilatus dengan para pendakwa. Mereka diminta berbicara lebih dahulu untuk menyatakan dakwaan mereka terhadap orang hukuman itu sesuai dengan aturan yang berlaku (ay. 29-32).
- . Hakim itu meminta mereka menyatakan tuduhan mereka. Karena mereka tidak mau masuk, Pilatus keluar mendapatkan mereka di depan gedung pengadilan itu. Mengingat jabatan Pilatus yang juga seorang pejabat hukum, ia harus berlaku adil terhadap semua pihak, dan di sini terdapat tiga sikapnya yang patut dipuji:
- (1) Kerajinan dan ketekunannya dalam menangani perkara.
- Seandainya itu dilaksanakan karena alasan yang baik, betapa baiknya ia karena bersedia hadir sepagi itu untuk menghakimi. Orang yang melayani kepentingan umum tidaklah mendahulukan kesenangan mereka.
- (2) Kerendahan hatinya dalam mengikuti kemauan orang banyak dan melepaskan sejenak kedudukannya untuk mengabulkan keberatan mereka. Dia bisa saja berkata, "Jika mereka tidak mau masuk menghadap aku, suruhlah mereka pulang, sama seperti ketika mereka datang." Dengan cara yang sama kita juga dapat berkata, "Kalau para pendakwa ini merasa berkeberatan untuk menghormati hakim, pengaduan mereka tidak perlu didengarkan." Namun, Pilatus tidak bersikap demikian, ia tetap bersabar dengan mereka dan keluar mendapatkan mereka. Karena, jika hal itu demi kebaikan, kita harus menjadi segala-galanya bagi semua orang.
- (3) Kepatuhannya terhadap hukum keadilan, dalam hal mendengarkan tuduhan dan mencurigai kedengkian di pihak penuntut: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini? Kejahatan apa yang kamu tuduhkan ke atas-Nya, dan bukti-bukti apa yang kamu miliki berkenaan dengan tuduhan itu?" Itu adalah dasar-dasar moral yang berlaku umum sebelum Valerius Publicola memasukkannya ke dalam Tata Hukum Romawi, Ne quis indicta causa condemnetur -- Seseorang tidak boleh dijatuhi hukuman sebelum diberi kesempatan untuk membela diri (Kis. 25:16-17). Sungguh tidak beralasan untuk menuntut seseorang tanpa menyertakan bukti dalam tuduhan yang diajukan, terlebih lagi menghadapkan seseorang ke depan pengadilan tanpa bukti yang jelas-jelas menunjukkan kejahatan orang ini.
- . Tanpa disertai bukti, apa lagi sesuatu yang khusus dapat membuktikan tuduhan bahwa Ia patut dijatuhi hukuman mati atau dipenjarakan (ay. 30), para pendakwa ini meminta Kristus dihakimi berdasarkan sebuah dugaan umum bahwa Ia adalah seorang penjahat: Jikalau Ia bukan seorang penjahat, atau pelaku kejahatan, kami tidak akan menyerahkan-Nya kepadamu untuk dihukum. Hal ini memperlihatkan bahwa mereka,
- (1) Bersikap sangat kasar dan tidak sopan terhadap Pilatus.
- Suatu kumpulan orang jahat yang menebar pengaruh untuk menghina penguasa. Ketika Pilatus telah begitu bermurah hati bersedia keluar menemui mereka untuk merundingkan perkara mereka, mereka malah mempermainkan dia. Pilatus menyampaikan pertanyaan yang sangat masuk akal kepada mereka. Namun, mereka menganggap pertanyaan itu begitu bodoh dan menggelikan sehingga menjawabnya dengan nada yang semakin merendahkan.
- (2) Bersikap penuh kedengkian dan dendam terhadap Yesus Tuhan kita. Benar atau salah, mereka tetap menganggap Yesus sebagai seorang penjahat dan memperlakukan Dia seperti itu. Kita harus tetap menganggap seseorang tidak bersalah sampai pemeriksaan memang membuktikan bahwa ia bersalah. Tetapi mereka menganggap Dia bersalah, meskipun Dia telah membuktikan diri tidak bersalah. Mereka tidak dapat mengatakan bahwa, "Kristus adalah seorang pengkhianat, seorang pembunuh, seorang penjahat, seorang pembuat huru-hara," tetapi mereka berani berkata bahwa, "Ia adalah seorang pelaku kejahatan." Ia adalah seorang pelaku kejahatan yang berjalan keliling sambil berbuat kebaikan! Biarlah dipanggil orang-orang yang telah disembuhkan, mereka yang diberi makan dan diajar, mereka yang dibebaskan dari roh-roh jahat dan dibangkitkan dari kematian, lalu bertanyalah kepada mereka apakah Dia seorang pelaku kejahatan atau bukan. Perhatikanlah, bukanlah hal yang baru lagi kalau orang-orang yang berbuat kebaikan diberi cap dan diserang sebagai penjahat bejat.
- (3) Bersikap sangat sombong dan congkak. Menganggap hebat penghakiman dan keadilan yang mereka buat sendiri, seolah-olah hanya dengan ciri-ciri umum seorang penjahat saja sudahlah cukup bagi mereka untuk menyerahkan seseorang kepada hakim negara untuk dihukum secara sah. Wah, kesombongan seperti apa lagi yang lebih hebat daripada keangkuhan membabi buta seperti ini?
- . Sang hakim menyerahkan Kristus kembali kepada hukum mereka sendiri (ay. 31): "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu, dan jangan menyusahkan aku dengan orang itu."
- Sekarang perhatikan:
- (1) Ada yang berpendapat bahwa dalam hal ini Pilatus menunjukkan sikap tunduk kepada mereka dan mengakui kekuasaan mereka serta memperbolehkan mereka menggunakan kekuasaan mereka. Hukuman badan yang dapat mereka berikan, seperti menyesah di dalam rumah-rumah ibadat mereka, apakah dengan hukuman mati atau bukan, tidaklah jelas. "Tetapi," kata Pilatus, "hukumlah Dia sejauh hukummu mengizinkan, dan kalau kamu melakukan lebih daripada itu, itu urusanmu sendiri." Perkataannya ini menunjukkan bahwa ia ingin menyenangkan hati orang Yahudi itu, tetapi tidak mau melakukan apa yang mereka minta.
- (2) Ada juga yang berpendapat lain dengan mengatakan bahwa Pilatus sedang memperolokkan mereka dan mencela keadaan mereka saat itu yang tidak berdaya dan harus tunduk di bawah kekuasaan Romawi. Seharusnya mereka sendiri yang menjadi hakim atas kesalahan itu. "Berharaplah," kata Pilatus, "jika kamu memang mau menghakimi, lakukanlah sesuai dengan yang kamu inginkan. Kamu telah menyatakan Dia bersalah menurut hukummu sendiri, karena itu hukumlah Dia. Kalau kamu berani, hukumlah Dia menurut hukummu sendiri, untuk melaksanakan keinginanmu ini." Sungguh tidak ada lagi yang aneh dan pantas seperti orang-orang ini, yang sok memerintah dan berlagak bijak, padahal diri sendiri tidak berdaya dan dijajah, dan nasib sendiri pun ditentukan orang. Menurut pendapat sebagian orang, Pilatus di sini sedang menyinggung Hukum Musa, bahwa seolah-olah Hukum tersebut memperbolehkan apa yang dilarang oleh Hukum Romawi -- yakni menghakimi seseorang tanpa mendengarkan keterangan dan pembelaan darinya. "Hukummu dapat menjatuhkan hukuman semacam itu, tetapi hukum kami tidak." Jadi, melalui kebusukan mereka, hukum Allah dihujat. Demikian pula yang terjadi dengan Injil Kristus.
- . Mereka menolak mengakui kewenangan hakim-hakim, dan (karena memang harus begitu) mereka lebih berhasrat menjadi pendakwa atau penuntut. Sekarang sikap mereka tidak begitu kasar lagi dan lebih merendah. Mereka mengakui, "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang, seringan apa pun hukuman yang dapat kami jatuhkan. Namun, orang ini adalah seorang penjahat yang darah-Nya sangat kami ingini."
- (1) Sebagian orang berpendapat bahwa mereka telah kehilangan kekuasaan untuk menghakimi perkara hidup dan mati hanya karena kecerobohan mereka, dan kini secara pengecut melakukan perbuatan ketidakadilan yang terkenal itu pada zaman itu. Begitulah menurut Dr. Lightfoot [theolog Inggris abad ketujuh belas -- ed.], ouk exesti -- kita tidak punya kuasa untuk menjatuhkan hukuman mati kepada siapa pun juga. Jika kita melakukannya, kita akan segera menghadapi keributan besar dari orang banyak.
- (2) Ada juga yang berpendapat bahwa kekuasaan mereka telah dilucuti oleh orang-orang Romawi, karena mereka tidak mempergunakannya dengan baik, atau karena mungkin kepercayaan ini terlalu besar untuk diserahkan ke dalam tangan suatu bangsa yang sudah kalah dan takluk. Hal ini jelas tampak ketika mereka menunjukkan rasa hormat kepada Pilatus dan ketika mereka menyadari kekasaran mereka terhadapnya (ay. 30). Bahkan lebih daripada itu, terbukti jelas di sini betapa tongkat kerajaan telah beranjak dari Yehuda, dan karena itulah sekarang Sang Mesias datang (Kej. 49:10). Jika orang-orang Yahudi itu tidak lagi memiliki kekuasaan untuk menjatuhkan hukuman mati ke atas seseorang, di manakah tongkat kerajaan itu? Meskipun begitu, masih juga mereka tidak mau bertanya, Di manakah Sang Mesias yang berhak itu?
- (3) Bagaimanapun juga, ada campur tangan Tuhan di situ, sehingga mereka tidak lagi memiliki kekuasaan untuk menjatuhkan hukuman mati terhadap seseorang, atau tidak urung melakukannya, supaya genaplah perkataan Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati (ay. 32).
- Amatilah:
- [1] Secara umum, bahkan mereka yang berencana untuk mencegah digenapinya firman Kristus, tanpa kuasa dibuat menjadi pelaku penggenapan firman itu oleh tangan Allah yang berkuasa. Tidak ada satu pun dari firman Kristus itu yang dibiarkan-Nya gugur. Ia tidak akan pernah menipu atau ditipu. Bahkan, saat imam-imam kepala menganiaya Kristus sebagai seorang penipu, roh mereka malah diarahkan sedemikian rupa untuk membantu membuktikan bahwa Ia benar adanya, sekalipun orang mungkin mengira bahwa dengan melakukan hal demikian mereka akan membatalkan semua nubuatan-Nya. Tetapi mereka sendiri tidak demikian maksudnya (Yes. 10:7).
- [2] Secara khusus, perkataan-perkataan Kristus yang digenapi adalah yang berkenaan dengan kematian-Nya sendiri. Dua perkataan Kristus ini digenapi oleh orang-orang Yahudi yang menolak untuk menghakimi Dia menurut hukum Taurat mereka.
- Pertama, Kristus telah berkata bahwa Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan bahwa mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati (Mat. 20:19; Mrk. 10:33; Luk. 17:32-33). Dengan penolakan orang-orang Yahudi itu perkataan tersebut digenapi.
- Kedua, Kristus telah mengatakan bahwa Ia akan disalibkan (Mat. 20:19; 26:2), dan ditinggikan (3:14; 12:32). Nah, seandainya mereka mau menghakimi Dia menurut hukum Taurat mereka, maka Ia akan dilempari dengan batu, dibakar, dicekik, dan dipancung, yakni hukuman yang biasa digunakan di antara bangsa Yahudi, dan tidak pernah dengan cara menyalibkan. Karena itu Kristus perlu dijatuhi hukuman mati oleh orang-orang Romawi, sehingga dengan digantung pada kayu salib, Ia menjadi kutuk karena kita (Gal. 3:13), dan mereka akan menusuk tangan dan kaki-Nya. Sementara kekuasaan Romawi menyebabkan Dia harus dilahirkan di Betlehem, sekarang kekuasaan yang sama membuat Dia mati di atas kayu salib, dan keduanya sesuai dengan perkataan Kitab Suci. Meskipun kita tidak mengetahuinya, hal yang sama juga telah ditetapkan bagi kita, bagaimana caranya kita akan mati. Namun, ini akan membebaskan kita dari semua kecemasan tentang kematian itu. "Tuhan, apa, bilamana, dan bagaimana pun caranya, biarlah terjadi seperti yang telah Engkau tetapkan."
- II. Inilah percakapan Pilatus dengan si tahanan itu (ay. 33 dan seterusnya). Di sini kita temukan,
- . Orang tahanan itu diadili. Setelah Pilatus bercakap-cakap dengan imam-imam kepala di luar, ia kembali memasuki gedung itu dan memerintahkan supaya Yesus dibawa masuk. Ia tidak mau memeriksa Kristus di tengah orang banyak, supaya ia tidak terganggu oleh kegaduhan mereka. Ia memerintahkan agar Dia dibawa masuk ke gedung pengadilan, karena Ia telah biasa berada di tengah bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Karena dosa, kita harus menghadapi penghakiman Allah dan dibawa ke hadapan pengadilan-Nya. Karena itulah Kristus yang telah menjadi dosa dan kutuk karena kita didakwa sebagai seorang penjahat. Pilatus menghakimi Dia, supaya Allah tidak menghakimi kita.
- . Pemeriksaan perkara oleh Pilatus. Penulis Injil lainnya menuturkan bahwa para pendakwa-Nya menuduh Dia bahwa Ia telah menyesatkan bangsa Yahudi dan melarang membayar pajak kepada Kaisar. Atas dakwaan inilah Ia diperiksa.
- (1) Inilah pertanyaan yang diajukan kepada-Nya, dengan maksud untuk menjerat Dia guna menemukan sesuatu yang dapat dijadikan dasar pendakwaan: "Engkau inikah raja orang Yahudi? ho basileus -- raja orang Yahudi yang begitu banyak dibicarakan orang dan yang telah begitu lama dinanti-nantikan itu -- Mesias Sang Raja, Engkau-kah Dia? Apakah Engkau mengaku-ngaku sebagai Dia? Apakah Engkau menyebut diri-Mu seperti itu, dan apakah Engkau mau dianggap orang demikian?" Tidak sedikit pun Pilatus membayangkan bahwa Ia memang demikian. Ia juga tidak pernah berencana untuk mengajukan pertanyaan yang seperti itu. Ada yang berpendapat bahwa Pilatus mengajukan pertanyaan ini dengan nada mencemoohkan dan menghina: "Apa? Engkau ini seorang raja? Dengan penampilan-Mu yang hina ini? Engkau inikah raja orang Yahudi, yang justru sedemikian membenci dan menganiaya Engkau? Apakah Engkau ini raja secara de jure -- yang sah menurut hukum, sementara Kaisar hanyalah raja de facto -- menurut kenyataan saja?" Karena tidak dapat dibuktikan bahwa ia pernah berkata seperti itu, Pilatus mendesak Dia untuk mengatakannya sekarang, supaya dia dapat terus mengadili Kristus berdasarkan pengakuan-Nya itu.
- (2) Kristus menjawab pertanyaan ini dengan pertanyaan lain. Bukan untuk mengelak, tetapi sebagai isyarat bagi Pilatus untuk mempertimbangkan apa yang ia lakukan dan atas dasar apa dia melakukan semuanya ini (ay. 34): "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, berdasarkan kecurigaan yang muncul dari lubuk hatimu, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku, dan engkau hanya bertanya untuk menuruti kemauan mereka?"
- [1] "Jelaslah bahwa engkau tidak mempunyai alasan untuk mengatakan bahwa hal ini berasal dari hatimu sendiri." Pilatus terikat dengan jabatannya untuk menjaga kepentingan pemerintahan Romawi, tetapi ia tidak dapat mengatakan bahwa kepentingan ini sedang terancam atau dirugikan akibat semua yang pernah dikatakan atau dilakukan oleh Yesus Tuhan kita. Kristus tidak pernah tampil dalam kemegahan duniawi, tidak pernah memangku jabatan atau mengharapkan kekuasaan duniawi, tidak pernah bertindak sebagai hakim atau pejabat pemerintah, tidak pernah dituduh sebagai pengkhianat atau melakukan tindakan pengkhianatan. Tidak ada hal-hal yang dapat menunjukkan bayangan kecurigaan sedikit pun.
- [2] "Kalau ada orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku, untuk menghasut engkau melawan Aku, engkau harus mempertimbangkan dulu siapakah mereka itu, dan atas dasar apa mereka melakukannya. Pikirkan, apakah mereka yang menuduh Aku sebagai musuh Kaisar justru mereka sendiri yang sesungguhnya merupakan musuh Kaisar atau bukan, dan yang karena itu menggunakan kesempatan ini hanya untuk menutupi kejahatan mereka? Jika demikian halnya, perkara ini harus ditimbang dengan baik oleh seorang hakim yang hendak menegakkan keadilan." Bahkan seandainya Pilatus benar-benar mencari tahu sebagaimana yang semestinya ia harus lakukan dalam menangani perkara ini, ia akan menemukan bahwa alasan yang sebenarnya mengapa imam-imam kepala begitu menentang Yesus adalah karena Ia tidak bersedia mendirikan kerajaan dunia yang bisa menentang kekuasaan Romawi. Seandainya Ia melakukan hal ini dan membuat mujizat untuk membawa bangsa Yahudi keluar dari perbudakan Romawi, seperti yang dilakukan Musa ketika membawa mereka keluar dari Mesir, maka mereka pasti tidak akan memihak pemerintahan Romawi melawan Dia, tetapi mengangkat-Nya sebagai raja mereka dan berjuang di bawah pimpinan-Nya melawan pemerintah Romawi. Akan tetapi, karena Kristus tidak menanggapi harapan mereka itu, mereka mendakwa Dia atas perkara yang justru mereka sendirilah yang paling bersalah di dalamnya, yakni kebencian dan rancangan busuk untuk melawan pemerintahan saat itu. Jadi, masakan masalah seperti ini layak disetujui orang?
- (3) Pilatus merasa tersinggung oleh jawaban Kristus, dan menganggapnya sangat tidak pantas (ay. 35). Jawabannya langsung menanggapi pertanyaan Kristus (ay. 34),
- [1] Kristus bertanya kepadanya apakah ia mengatakan hal itu dari hatinya sendiri. "Tidak," katanya, "apakah aku seorang Yahudi, sehingga engkau mencurigai aku bersekongkol melawan Engkau? Aku tidak tahu apa-apa mengenai Mesias, dan Aku tidak ingin mengetahuinya, jadi untuk apa aku tertarik untuk mengetahui siapa yang Mesias dan siapa yang bukan? Mesias atau bukan, tidak ada bedanya bagiku." Amatilah, betapa menghinanya nada pertanyaan Pilatus, "Apakah aku seorang Yahudi?" Dalam banyak hal bangsa Yahudi adalah bangsa yang terhormat. Namun, karena mereka telah merusak kovenan Allah mereka, Ia membuat mereka hina dan rendah bagi seluruh umat ini (Mal. 2:8-9). Jadi, saat itu seorang Yahudi yang terpelajar dan terhormat menganggap aib jika disebut sebagai orang Yahudi. Demikianlah nama baik sering kali menjadi jelek ketika disandang orang jahat. Sungguh menyedihkan bila dicurigai berlaku tidak jujur, seorang bukan Kristen lalu berujar balik, "Apa? Kamu kira aku ini orang Kristen?"
- [2] Kristus bertanya kepada Pilatus, "Adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu?" "Ya," katanya, "dan mereka itu adalah bangsa-Mu sendiri, yang seharusnya lebih memihak Engkau, dan juga imam-imam kepala, yang kesaksian mereka in verbum sacerdotis -- atas perkataan seorang imam, patut dihormati. Karena itu, tidak ada yang perlu kulakukan selain melanjutkan pemeriksaan berdasarkan keterangan mereka." Demikianlah, di dalam agama-Nya sendiri Kristus masih juga harus menderita karena perbuatan bangsanya sendiri, bahkan oleh imam-imam yang mengaku memiliki hubungan dengan-Nya, tetapi tidak hidup sesuai dengan pengakuan iman mereka itu.
- [3] Kristus menolak menjawab pertanyaan, Engkau inikah raja orang Yahudi? Oleh karena itu Pilatus mengajukan pertanyaan lain yang bersifat lebih umum, "Apakah yang telah Engkau perbuat? Tindakan hasutan apa yang telah Engkau lakukan terhadap bangsa-Mu sendiri, khususnya terhadap imam-imam itu, sehingga mereka menjadi begitu bengis terhadap-Mu? Tidak mungkin ada asap tanpa api. Jadi apakah itu?"
- (4) Dalam jawaban berikutnya Kristus memberikan jawaban yang lebih lengkap dan langsung atas pertanyaan Pilatus sebelumnya, Apakah Engkau seorang raja? Ia menjawab dalam hal apa Ia sungguh seorang raja, tetapi bukan raja yang dapat membahayakan pemerintah Romawi, dan juga bukan raja dari dunia ini, karena kepentingan-Nya tidak didukung dengan cara-cara duniawi (ay. 36). Amatilah,
- [1] Uraian mengenai sifat dan hukum dasar kerajaan Kristus. Kerajaan itu bukan dari dunia ini. Penjelasan tersebut diungkapkan secara negatif untuk meralat berbagai kesalahan yang dilakukan saat itu mengenai sifat kerajaan-Nya. Namun demikian, sisi positifnya sudah tersirat di dalamnya, yaitu bahwa kerajaan-Nya adalah kerajaan sorga, dan termasuk dalam dunia lain. Kristus adalah seorang Raja, dan Ia memiliki sebuah Kerajaan, tetapi bukan dari dunia ini.
- Pertama, kerajaan itu tidak muncul dari dunia ini. Kerajaan manusia muncul dari dalam laut dan bumi (Dan. 7:3; Why. 13:1, 11), tetapi kota yang kudus itu turun dari sorga, dari Allah (Why. 21:2). Kerajaan-Nya diperoleh bukan karena pergantian pemimpin karena pewarisan, pemilihan, atau penaklukan, tetapi langsung oleh penunjukkan khusus yang berasal dari kehendak dan kebijaksanaan ilahi.
- Kedua, sifatnya bukanlah duniawi. Kerajaan-Nya adalah kerajaan yang ada di antara manusia (Luk. 17:21), dibangun di dalam hati dan nurani mereka (Rm. 14:17). Kekayaannya bersifat rohaniah, kuasanya bersifat rohaniah, demikian pula dengan semua kemuliaan yang ada di dalamnya. Pelayan-pelayan kerajaan Kristus tidak memiliki roh dari dunia ini (1Kor. 2:12).
- Ketiga, para pengawal serta pendukungnya tidak bersifat duniawi. Senjata-senjatanya bersifat rohaniah. Kerajaan itu juga tidak membutuhkan dan menggunakan kekuatan duniawi untuk menjaga dan mengembangkannya, juga tidak dilaksanakan dengan cara-cara yang mendatangkan kerugian kepada raja-raja dan daerah-daerah. Setidaknya kerajaan itu tidak mencampuri urusan hak istimewa raja-raja dan juga hak-hak warga negaranya. Kerajaan ini juga tidak mengubah dasar-dasar kebangsaan yang duniawi sifatnya, dan tidak melawan kerajaan apa pun selain melawan dosa dan Iblis.
- Keempat, kecenderungan dan rancangan kerajaan ini bukanlah pada perkara-perkara duniawi. Kristus tidak mengejar perkara-perkara duniawi dan tidak akan membiarkan murid-murid-Nya mengejar kemegahan serta kekuasaan pembesar-pembesar di bumi ini.
- Kelima, warga negara kerajaan ini, meskipun mereka masih tinggal di dunia ini, bukanlah dari dunia ini. Mereka telah dipanggil dan dipilih dari dunia ini. Mereka dilahirkan dari dan pergi ke dunia yang lain. Mereka juga bukan murid-murid dunia ini dan bukan pula kesayangan dunia ini. Mereka tidak dikuasai oleh hikmat ataupun diperkaya oleh kekayaan dunia ini.
- [2] Sebuah bukti sifat rohaniah dari Kerajaan Kristus dihasilkan. Jika Kristus berencana melawan pemerintah, Ia akan bertempur dengan mereka memakai senjata yang juga digunakan mereka. Dia melawan kekuatan dengan kekuatan yang sifatnya sama. Namun, Ia tidak mengambil jalan tersebut: Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi dan Kerajaan-Ku dihancurkan. Sebaliknyalah,
- Pertama, pengikut-pengikut-Nya tidak diperbolehkan untuk melawan. Tidak ada huru-hara, tidak ada usaha untuk menyelamatkan Dia, meskipun kota ini sekarang telah dipenuhi oleh orang-orang Galilea, sahabat-sahabat-Nya dan orang-orang sekampung-Nya, dan banyak dari mereka bersenjata. Sekalipun begitu, tingkah laku murid-murid-Nya yang suka damai dalam semua kejadian tersebut sudah cukup untuk membungkam kepicikan orang-orang bodoh.
- Kedua, Kristus tidak memerintahkan mereka untuk melawan. Dia bahkan melarang mereka. Hal ini menjadi bukti bahwa Ia tidak mengandalkan pertolongan-pertolongan yang bersifat duniawi (karena Ia sanggup mengerahkan sejumlah besar pasukan malaikat untuk membantu-Nya, yang menunjukkan bahwa Kerajaan-Nya datang dari atas). Ia juga tidak merasa takut akan perlawanan duniawi ini, karena Ia memang rela untuk diserahkan kepada orang Yahudi. Ia tahu bahwa penghancuran kerajaan duniawi ini justru akan memajukan dan menegakkan Kerajaan-Nya. Karena itu sudah sepantasnya kalau Ia berkata, Sekarang, engkau dapat melihat, bahwa Kerajaan-Ku bukan dari sini. Berada di dunia ini, tetapi bukan dari dunia ini.
- (5) Dalam menjawab pertanyaan Pilatus selanjutnya, Kristus menjawab secara lebih langsung (ay. 37). Di sini kita temukan,
- [1] Pertanyaan langsung dan terang-terangan dari Pilatus: "Jadi Engkau adalah raja? Engkau berbicara tentang Kerajaan-Mu, jadi kalau begitu Engkau ini seorang raja? Apa hak-Mu sampai Engkau menyatakan diri sebagai seorang raja? Jelaskan sendiri."
- [2] Pengakuan baik yang dinyatakan Tuhan Yesus di hadapan Pontius Pilatus dalam menjawab pertanyaan ini (1Tim. 6:13), Engkau mengatakan bahwa Aku adalah Raja, dan memang seperti yang engkau katakan, Aku ini seorang Raja, karena Aku datang untuk memberikan kesaksian tentang kebenaran.
- Pertama, Ia menyatakan diri sebagai seorang Raja, meskipun bukan dalam pengertian yang dimaksudkan oleh Pilatus. Sang Mesias diharapkan memiliki watak atau karakter seorang Raja, seorang yang diurapi, seorang raja. Karena itu, setelah mengaku di hadapan Kayafas bahwa Ia adalah Kristus (Yang Diurapi), Ia tidak akan menyangkalnya di hadapan Pilatus bahwa Ia seorang Raja. Kalau tidak, ini berarti bahwa Ia tidak berpendirian tetap. Perhatikanlah, meskipun Kristus mengambil rupa seorang hamba, pada saat yang sama pula secara layak Ia juga menyatakan dengan tegas kehormatan dan wewenang yang dimiliki-Nya sebagai seorang Raja.
- Kedua, Ia menjelaskan tentang diri-Nya sendiri dan menunjukkan bagaimana Ia menjadi seorang Raja, karena Ia datang untuk memberikan kesaksian tentang kebenaran. Ia memerintah dalam hati manusia melalui kuasa kebenaran. Seandainya Ia menyatakan diri sebagai raja dunia ini, mungkin Ia akan berkata, untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, yaitu untuk memerintah bangsa-bangsa, menaklukkan raja-raja, dan merampas kerajaan-kerajaan. Tetapi, tidak, Ia datang untuk menjadi seorang Saksi, Saksi bagi Allah yang menciptakan dunia ini, dan Saksi untuk melawan dosa yang telah menghancurkan dunia ini. Melalui perkataan kesaksian-Nya inilah Ia membangun dan meneguhkan Kerajaan-Nya. Telah dinubuatkan bahwa Ia harus menjadi saksi bagi bangsa-bangsa dan karena itu, sebagai raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa (Yes. 55:4). Kerajaan Kristus bukan dari dunia ini, tempat kebenaran telah hilang (Yes. 59:15, Qui nescit dissimulare, nescit regnare -- Ia yang tidak dapat menyembunyikan diri di balik topeng kepalsuan, tidak tahu bagaimana memerintah [dunia ini -- pen.]). Sebaliknya, kerajaan-Nya datang dari dunia yang di dalamnya kebenaran memerintah selama-lamanya. Kristus diutus ke dunia ini, dan tugas-Nya di dunia ini adalah untuk memberi kesaksian tentang kebenaran:
- . Untuk mengungkapkan kebenaran itu, untuk menyatakan kepada dunia kebenaran yang tanpanya dunia tidak akan bisa mengenal Allah, kehendak-Nya, dan kasih-Nya terhadap manusia (1:18; 17:26).
- . Untuk menegaskan kebenaran itu (Rm. 15:8). Melalui mujizat-mujizat-Nya Ia memberi kesaksian tentang kebenaran agama, kebenaran wahyu ilahi, kebenaran tentang kesempurnaan dan pemeliharaan Allah, serta kebenaran akan janji dan kovenan-Nya, supaya oleh Dia semua orang menjadi percaya. Nah, dengan melakukan semuanya ini, Ia sungguh seorang Raja, dan mulai membangun Kerajaan-Nya.
- (1) Dasar, kekuasaan, roh, dan watak Kerajaan Kristus adalah kebenaran, yaitu kebenaran ilahi. Ketika Ia berkata, Aku adalah kebenaran, sebenarnya Ia berkata, Aku adalah seorang Raja. Ia menaklukkan dengan bukti kebenaran yang meyakinkan hati orang. Ia memerintah dengan kuasa kebenaran yang penuh wibawa, dan dalam semarak-Nya itu Ia maju demi kebenaran (Mzm. 45:5). Dengan kebenaran-Nya itulah Ia akan menghakimi bangsa-bangsa (Mzm. 96:13). Itulah tongkat Kerajaan-Nya. Ia menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan kebenaran yang diungkapkan kepada kita dan yang diterima oleh kita dengan rasa kasih akan kebenaran itu. Dengan begitu Ia menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada-Nya. Ia datang ke dalam dunia sebagai terang, dan memerintah seperti matahari di siang hari.
- (2) Warga negara Kerajaan ini adalah setiap orang yang berasal dari kebenaran. Setiap orang yang oleh kasih karunia Allah diselamatkan dari kekuasaan bapa segala dusta, dan bersedia menerima kebenaran itu serta tunduk pada kuasa dan pengaruhnya, mereka ini akan mendengar suara Kristus, akan menjadi warga Kerajaan-Nya, dan beriman serta beribadah kepada-Nya. Setiap orang yang mempunyai pengertian yang sungguh mengenai agama yang benar akan menyambut agama Kristen, dan mereka inilah yang menjadi milik kerajaan-Nya. Dengan kuasa kebenaran, Kristus membuat mereka merelakan diri untuk maju (Mzm. 110:3). Semua orang yang mencintai kebenaran akan mendengar suara Kristus, karena kebenaran yang lebih besar, lebih baik, lebih pasti, dan lebih manis, tidak akan dapat ditemukan di mana pun selain di dalam Kristus, yang oleh-Nya kasih karunia dan kebenaran datang. Karena itu, dengan mendengar suara Kristus, kita tahu bahwa kita berasal dari kebenaran (1Yoh. 3:19).
- (6) Kemudian Pilatus mengajukan sebuah pertanyaan yang baik kepada-Nya, tetapi ia tidak menunggu jawaban (ay. 38). Ia berkata kepada Kristus, "Apakah kebenaran itu?" Sesudah mengatakan demikian keluarlah Pilatus lagi.
- [1] Sudah jelas bahwa pertanyaan ini pertanyaan yang bagus dan hanya dapat dijawab oleh orang yang paling mampu menjawabnya. Kebenaran adalah mutiara yang sangat berharga yang sangat diingini dan dicari-cari oleh akal budi manusia. Mereka tidak akan berhenti mencari dan hanya bisa beristirahat di dalamnya, yaitu apa yang sungguh merupakan kebenaran, atau setidaknya yang dipahami sebagai kebenaran. Ketika kita menyelidiki Kitab Suci dan mengikuti pekerjaan Firman tersebut, kita harus melakukannya dengan pertanyaan, "Apakah kebenaran itu?" dan diiringi dengan doa, "Bimbinglah aku dalam kebenaran, ke dalam seluruh kebenaran." Namun, banyak orang yang mengajukan pertanyaan ini tidak memiliki cukup kesabaran dan ketekunan dalam menyelidiki kebenaran itu, atau tidak memiliki cukup kerendahan hati dan ketulusan hati untuk menerima kebenaran itu ketika mereka menemukannya (2Tim. 3:7). Demikianlah, banyak orang bergumul dengan hati nurani mereka sendiri. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting kepada hati nurani mereka sendiri, "Siapakah aku ini?", "Apa yang telah aku perbuat?", tetapi mereka tidak mau meluangkan waktu untuk menunggu jawabannya.
- [2] Tidak pasti apa maksud Pilatus dalam mengajukan pertanyaan itu.
- Pertama, boleh jadi ia berbicara sebagai seorang pelajar, sebagai seorang yang mulai memikirkan yang baik-baik tentang Kristus, dan memandang-Nya dengan penuh rasa hormat, serta berharap diberi tahu tentang pemikiran-pemikiran baru apa yang Ia kembangkan dan kemajuan-kemajuan apa yang Ia bawa dalam agama dan pembelajaran. Namun, sementara ia sangat berhasrat mendengar suatu kebenaran baru dari Kristus, seperti halnya Herodes yang ingin melihat suatu mujizat, teriakan dan kemarahan gerombolan imam-imam di pintu gerbangnya mengharuskannya mengakhiri percakapan itu dengan tiba-tiba.
- Kedua, ada yang berpendapat bahwa ia berbicara seperti itu sebagai seorang hakim, yang menyelidiki lebih lanjut perkara yang sekarang sedang diperhadapkan kepadanya: "Biarkan aku menyelidiki rahasia ini, katakan kepadaku apa itu kebenaran dari semuanya ini, keadaan yang sebenarnya dari perkara ini."
- Ketiga, ada juga orang lain yang berpendapat bahwa ia berkata seperti itu sebagai orang yang sedang mengejek, dengan nada mengolok, "Engkau berbicara tentang kebenaran, dapatkah engkau mengatakan apakah kebenaran itu, atau dapatkah engkau memberikan arti dari kebenaran itu?" Dengan demikian ia memperolokkan Injil yang kekal itu, kebenaran agung yang dibenci dan dianiaya oleh imam-imam kepala, yang untuknya Kristus sekarang sedang memberikan kesaksian dan menderita. Seperti orang yang tidak mengenal agama, yang senang mengolok-olok agama-agama, Pilatus mengejek kedua belah pihak. Karena itulah Kristus tidak mau menjawab. Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, dan jangan melemparkan mutiaramu kepada babi. Namun, walaupun Kristus tidak mau memberi tahu Pilatus tentang apakah kebenaran itu, Ia telah memberitahukan hal itu kepada murid-murid-Nya, dan melalui mereka kita diberi tahu tentang kebenaran itu (14:6).
- III. Hasil percakapan Pilatus dengan para pendakwa dan Si tahanan (ay. 38-40), dalam dua hal:
- . Hakim ini tampil sebagai sahabat Kristus dan berpihak kepada-Nya, karena,
- (1) Ia menyatakan secara terbuka bahwa Kristus tidak bersalah (ay. 38). Atas seluruh perkara ini, aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya. Ia beranggapan mungkin ada semacam pertentangan paham dalam bidang agama antara Kristus dan mereka, dalam hal mana Kristus bisa sama benarnya seperti mereka. Ia tidak mendapati kejahatan apa pun pada Kristus. Pernyataan sungguh-sungguh bahwa Kristus tidak bersalah ini,
- [1] Merupakan suatu pembenaran dan kehormatan bagi Tuhan Yesus. Melalui pernyataan ini tampak jelas bahwa meskipun Ia diperlakukan seperti pelaku kejahatan yang terbejat, Ia sama sekali tidak pantas diperlakukan seperti itu.
- [2] Menjelaskan rancangan dan maksud kematian-Nya, bahwa Ia bukan mati menanggung dosa-Nya sendiri, bahkan menurut penghakiman si hakim sendiri. Karena itu, Ia mati sebagai korban bagi dosa-dosa kita, bahkan menurut pertimbangan para pendakwa itu sendiri, bahwa lebih berguna jika satu orang mati untuk bangsa kita (11:50). Inilah Dia yang tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya (Yes. 53:9), yang disingkirkan, padahal tidak ada salahnya apa-apa (Dan. 9:26).
- [3] Menambah berat dosa orang-orang Yahudi yang telah menganiaya Kristus dengan begitu kejam. Jika seorang tahanan telah diadili dengan adil dan telah dibebaskan dari semua tuduhan kejahatan oleh hakim yang berwenang, terlebih lagi bila hakim tersebut tidak terbukti berat sebelah dalam keputusannya, maka si tahanan itu harus dipercaya tidak bersalah, dan para pendakwanya berkewajiban untuk menerima keputusan itu. Namun kenyataanya, Yesus Tuhan kita, walaupun dinyatakan tidak bersalah, tetap saja diperlakukan seperti seorang penjahat, dan darah-Nya sangat diingini.
- (2) Pilatus menawarkan sebuah jalan keluar sementara untuk membebaskan Kristus (ay. 39): tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu, jadi maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi ini bagimu? Ia menawarkan pembebasan ini bukan kepada imam-imam kepala (ia tahu betul bahwa mereka tidak akan pernah menyetujuinya), tetapi kepada orang banyak itu. Ia sungguh menawarkannya kepada orang banyak, seperti nyata dalam Matius 27:15. Mungkin ia telah mendengar kabar bagaimana beberapa hari sebelumnya Yesus telah disambut dengan seruan hosana oleh rakyat jelata. Karena itu ia memandang orang ini sebagai tokoh kesayangan masyarakat dan para penguasa hanya merasa cemburu dan iri kepada-Nya. Karena itu ia merasa sangat yakin bahwa mereka akan menuntut pembebasan Yesus yang akan membungkam mulut para pendakwa itu, dan selesailah semua perkara ini.
- [1] Ia memperbolehkan adat kebiasaan mereka itu, yang mungkin telah lama sekali dijalani mereka dalam menghormati perayaan Paskah, yang menjadi peringatan akan pembebasan bangsa tersebut dari perbudakan. Namun, pembebasan seorang jahat pada perayaan Paskah tersebut sebenarnya merupakan penambahan pada Firman Allah. Hal ini seakan-akan menyatakan bahwa Allah itu belum cukup membuat ketetapan untuk memperingati peristiwa pembebasan bangsa Israel itu. Meskipun hal ini merupakan sebuah tindakan belas kasihan, namun mungkin justru tidak adil bagi masyarakat banyak (Ams. 17:15).
- [2] Ia menawarkan untuk membebaskan Yesus bagi mereka sesuai dengan kebiasaan mereka pada hari Paskah. Jika Pilatus memiliki cukup kejujuran dan keberanian sebagaimana layaknya seorang hakim, ia seharusnya tidak boleh menyamakan dan menyandingkan seseorang yang tidak bersalah dengan orang yang jelas-jelas terkenal sebagai penjahat untuk tujuan tersebut. Jika ia tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya, ia terikat dengan hati nuraninya untuk membebaskan Kristus. Namun, ia malah bersedia bersikap netral dan menyenangkan semua pihak, karena ia lebih dikendalikan oleh kebijaksanaan duniawi daripada aturan keadilan.
- . Orang banyak itu tampil menjadi musuh-musuh Kristus, dan dengan sengit menentang Dia (ay. 40). Mereka berteriak pula: Jangan Dia, melainkan Barabas!
- Amatilah:
- (1) Betapa buas dan garangnya mereka itu. Pilatus menyampaikan usulnya dengan tenang, menghormati pertimbangan mereka yang dianggap dewasa, tetapi mereka menanggapinya dalam kemarahan dan menyampaikan kebulatan hati mereka dengan teriakan-teriakan keras dan gaduh, dan luar biasa kacaunya. Perhatikanlah, musuh-musuh agama kudus Kristus suka mengeluarkan kata-kata penghinaan dengan suara keras, dengan harapan untuk menghancurkannya. Coba lihat teriakan mereka di Efesus (Kis. 19:34). Akan tetapi, orang-orang yang berprasangka buruk tentang berbagai hal dan manusia dan berteriak-teriak hanya demi keberadaan mereka semata, biasanya hanya memiliki sedikit ketetapan hati dan pertimbangan. Bahkan patut dicurigai bahwa orang-orang seperti ini biasanya tidak berbudi dan tidak punya rasa keadilan, dan karena itu mereka berusaha mencari bantuan dengan menggerakkan huru-hara masyarakat luas demi kepentingan mereka.
- (2) Betapa bodoh dan tidak masuk akalnya keputusan mereka ini, seperti tampak dalam penjelasan singkat tentang calon lain yang akan dibebaskan itu: Barabas adalah seorang penyamun.
- Oleh karena itu:
- [1] Ia adalah seorang pelanggar hukum Allah. Namun justru dialah yang hendak dibebaskan, dan bukan yang satunya lagi yang telah menegur keangkuhan, keserakahan, dan kelaliman para imam dan tua-tua. Meskipun Barabas seorang perampok, ia tidak akan merampok kursi Musa dari mereka, dan juga adat istiadat mereka. Jadi, memang Barabas bukanlah masalah bagi mereka.
- [2] Ia adalah musuh bagi keamanan masyarakat dan harta milik pribadi. Teriakan warga masyarakat kota terhadap penyamun-penyamun merupakan hal yang lazim (Ayb. 30:5), orang berteriak-teriak terhadap mereka seperti terhadap pencuri, namun di sini teriakan itu hanya ditujukan kepada satu orang. Demikianlah perilaku orang-orang yang lebih menyukai dosa daripada Kristus. Dosa adalah penyamun. Setiap nafsu rendah adalah penyamun. Namun, bodohnya, justru si penyamun itulah yang dipilih daripada Kristus, yang justru akan memperkaya kita.
SH: Yoh 18:28--19:16 - Pemalsuan ibadah (Kamis, 1 April 1999) Pemalsuan ibadah
Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, adalah orang-orang yang
sangat saleh dan taat beribadah. Gedung Pengadilan Pilatus naj...
Pemalsuan ibadah
Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, adalah orang-orang yang sangat saleh dan taat beribadah. Gedung Pengadilan Pilatus najis buat mereka. Tubuh harus dijaga agar benar-benar bersih, supaya layak makan Paskah. Sebaliknya, di dalam pikiran mereka, perasaan benci dan dengki terjalin menjadi satu dengan nafsu angkara murka untuk membunuh dan menyalibkan Yesus. Karena mereka adalah orang-orang yang taat dan saleh, maka mereka dilarang membunuh. Untuk melaksanakan ambisi dengki tersebut, mereka meminjam tangan orang lain, yaitu Pilatus untuk menyalibkan dan membunuh Yesus. Apakah itu yang dinamakan ibadah?
Dilema Pilatus. Pilatus harus memilih antara kebenaran dan kedudukan. Pilatus harus memilih antara suara hati dan kepentingan diri. Dan ... ternyata Pilatus lebih memihak pada kedudukan dan mematikan suara hati. Memang, Pilatus sudah berusaha, tetapi untuk apa berusaha maksimal bagi seorang Yahudi yang dibenci bangsa-Nya sendiri. Satu orang harus dikorbankan, supaya kedudukan, kepentingan diri dan ketenteraman masyarakat terjamin!
Renungkan: Demi kedudukan dan harga diri, seseorang berani mengorbankan kebenaran.
Doa: Berilah saya kemampuan untuk berani mengambil keputusan yang benar, walaupun menyangkut harga diri.
SH: Yoh 18:28-38 - Penjahat (Rabu, 27 Maret 2002) Penjahat
Tuhan dianggap penjahat? Begitulah yang terjadi! Bukan karena Dia
jahat, tetapi justru karena Dia baik. Orang baik banyak yang
mas...
Penjahat
Tuhan dianggap penjahat? Begitulah yang terjadi! Bukan karena Dia jahat, tetapi justru karena Dia baik. Orang baik banyak yang masuk ke dalam penjara karena kebaikan mereka. Orang jahat tak senang kepada orang baik karena kehadiran orang baik mengungkap kejahatan mereka. Itulah yang kini terjadi pada Tuhan. Orang banyak itu bahkan adalah orang-orang beragama. Mereka menaati hukum yang mencegah mereka berbuat najis (ayat 28), namun sekaligus malah merencanakan kejahatan terhadap Yesus. Hanya iblis yang bisa menuduh Tuhan jahat. Dengan tuduhan sejahat itu, jelaslah betapa jahatnya iblis dan para pengikutnya.
Raja. “Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja,” kata Yesus kepada Pilatus, sang wakil kaisar Roma untuk jajahannya di Yudea (ayat 37). Penjahat menghakimi dengan ukuran kejahatannya, namun seorang raja yang benar menghakimi dengan keadilan. Yesus datang untuk memberi kesaksian tentang kebenaran. Ia adalah raja yang baik dan sempurna atas kerajaan yang surgawi. Tak heran bila dalam dialog tentang raja dan kerajaan itu, kebodohan dan kegelapan hati dan pikiran Pilatus ditelanjangi. Ia tidak tahu apa itu kebenaran, walaupun ia memegang kuasa untuk menjadi hakim. Yesus yang disengsarakan itu yang akan menghakimi semua orang yang berbuat jahat, termasuk Pilatus. Saat itu pun Yesus telah menghakimi Pilatus. Pilatus seharusnya bijak membuat keputusan. Namun, hatinya yang bercabang membuatnya tak berdaya. Keputusan salah boleh diambil hakim dunia ini, namun di tangan Allah semua keputusan harus tunduk pada rencana dan keputusan Ilahi.
Renungkan: Ketika kejahatan semakin meluas, bahkan juga dilakukan oleh para pemimpin, pengikut Kristus harus berani berkorban demi terungkapnya kejahatan dan terpancarnya kebenaran.
SH: Yoh 18:28-40 - Siapa mengadili siapa? (Rabu, 12 April 2006) Siapa mengadili siapa?
Dengan tekad hendak membunuh Yesus, para musuh-Nya menggiring-Nya ke
hadapan Pilatus, yang mewakili pengadilan Romawi. Mere...
Siapa mengadili siapa?
Dengan tekad hendak membunuh Yesus, para musuh-Nya menggiring-Nya ke hadapan Pilatus, yang mewakili pengadilan Romawi. Mereka tidak peduli apakah mereka dapat membuktikan kebersalahan Yesus sebab yang terpenting bagi mereka adalah Yesus harus mati.
Sayang sekali, Pilatus yang seharusnya menegakkan keadilan tidak berani mengambil keputusan, padahal ia memiliki otoritas sebagai wakil pemerintah Romawi. Ia mencari kesalahan Yesus dengan mengajukan tuduhan para musuh-Nya, "Engkau inikah raja orang Yahudi?" (ayat 33). Pada ayat ini kita melihat, siapa yang sebenarnya pegang kendali. Yesus membalikkan pertanyaan Pilatus dengan menantangnya akan kebenaran tersebut. Secara implisit Yesus mengakui bahwa Dialah raja orang Yahudi dan Ia menuntut pengakuan Pilatus. Akan tetapi, Pilatus mengelak tuntutan Yesus dan mempersalahkan para musuh Yesus yang telah mengatakan tuduhan palsu terhadap-Nya. Yesus pun secara eksplisit menyatakan diri sebagai raja dari kerajaan yang berbeda dengan kerajaan dari dunia ini. Oleh karena itu, Ia tidak perlu membela diri-Nya di hadapan para musuh-Nya. Sebaliknya, Yesus mengulangi menantang Pilatus untuk mengakui Dia sebagaimana realitas kebenaran yang diungkapkan-Nya (ayat 37). Pilatus justru menolak menyatakan komitmennya untuk menegakkan kebenaran (ayat 38a). Ia justru memilih jalan kompromi untuk membebaskan Yesus (ayat 38b-39). Penolakan Pilatus untuk tegas dalam kebenaran menyebabkan ia menyerahkan Yesus untuk disalib.
Pilatuslah yang teradili oleh ketidakmauannya menegakkan kebenaran. Ia menolak Kristus, secara tak langsung ia bertanggung jawab atas kematian-Nya. Saat kita menolak mengakui Kristus sebagai Tuhan dan Raja kita, kita sama seperti Pilatus yang terhakimi oleh kebenaran sejati!
Renungkan: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia,
Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga (
SH: Yoh 18:28-38 - Yesus dan Pilatus (Rabu, 19 Maret 2008) Yesus dan Pilatus
Memperalat orang lain untuk melakukan kejahatan bagi kepentingan
diri sendiri merupakan perbuatan licik yang tidak manusiawi.
...
Yesus dan Pilatus
Memperalat orang lain untuk melakukan kejahatan bagi kepentingan diri sendiri merupakan perbuatan licik yang tidak manusiawi. Apalagi jika hal itu dilakukan oleh orang yang mengaku dirinya beriman! Namun begitulah orang Israel. Mereka tidak mau membunuh karena dilarang di dalam Hukum Taurat (ayat 31), bahkan tidak mau menajiskan diri dengan masuk ke gedung pengadilan (ayat 28), tetapi memanfaatkan Pilatus untuk menghukum Yesus (ayat 30).
Di sisi lain, melakukan keinginan orang lain dengan tujuan menjaga stabilitas keamanan dan kenyamanan diri, juga merupakan tindakan bodoh! Seperti itulah Pilatus. Meskipun awalnya ia tidak mau menerima perkara Yesus (ayat 31), tetapi kemudian ia terima juga limpahan tanggung jawab untuk mengadili Yesus. Ia tidak mau mempertaruhkan jabatannya apabila kemudian terjadi kerusuhan karena perkara itu. Salahkah Pilatus? Ya, karena ia tidak mendasarkan tindakannya di atas kebenaran.
Seperti Pilatus, memang kita tidak dapat menghindar dari pengambilan keputusan mengenai sikap kita terhadap Yesus. Sebab itu, berusahalah untuk mengenal Dia dan putuskanlah bagaimana Anda harus bersikap terhadap Dia! Apakah Anda akan menganggap Dia sebagai salah satu nabi atau pengajar kebenaran? Atau menerima Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan? Ingatlah bahwa konsekuensi keputusan kita saat ini adalah nasib kekal kita kelak.
Bagaimana dengan Yesus sendiri? Sikap-Nya sangat jelas. Dia lebih setia kepada sabda Allah sekalipun harus mengorbankan jiwa raga, ketimbang menutupi kebenaran firman Allah hanya untuk kepentingan diri sendiri.
Orang yang hidup demi dan untuk hormat serta kemuliaan Allah, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri. Ia akan berani memegang teguh kebenaran sabda Allah, sekalipun orang di sekitarnya tidak setuju. Dia akan mengatakan apa yang benar, dan tetap berpihak pada pelaksanaan kehendak Allah, sekalipun konsekuensinya berat.
SH: Yoh 18:28-38 - Jangan menolak Raja kebenaran (Selasa, 15 April 2014) Jangan menolak Raja kebenaran
Orang Yahudi menolak Yesus yang datang menyatakan diri dan Bapa kepada mereka. Maka mereka pun menghalalkan segala cara...
Jangan menolak Raja kebenaran
Orang Yahudi menolak Yesus yang datang menyatakan diri dan Bapa kepada mereka. Maka mereka pun menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan atau melenyapkan Yesus.
Hidup orang Yahudi penuh dengan kemunafikan. Di satu sisi, mereka secara ketat berusaha memenuhi tuntutan hukum Taurat dan tradisi buatan mereka sendiri. Salah satunya, dengan hidup kudus yaitu tidak mau menajiskan diri dengan masuk ke gedung pengadilan Romawi (19). Namun di sisi lain, mereka terus berlaku jahat terhadap Yesus. Padahal perlakuan jahat kepada orang lain merupakan pelanggaran terhadap hukum Taurat. Berbagai cara mereka gunakan. Pertama, mereka menghadirkan para saksi palsu untuk menjatuhkan Yesus (lihat Mat 26:59-60). Lalu, dengan licik memperalat pejabat Romawi untuk membunuh Yesus. Oleh karena itu, mereka terus mengubah-ubah tuduhan mereka terhadap Yesus agar mereka dapat membunuh-Nya melalui tangan Pilatus, karena pada waktu itu pemerintah Romawi melarang mereka menghukum mati seseorang. Namun dengan cara demikian, Yesus justru akan menggenapi firman Tuhan, yaitu Dia tidak akan mati di tangan Yahudi melalui rajaman batu, melainkan disalibkan di kayu salib melalui tangan orang Romawi (32).
Lalu, bagaimana dengan Pilatus sendiri yang mendapatkan kesempatan langsung bertemu dengan Yesus sebagai Raja kebenaran? Pilatus telah mendengar kebenaran tentang Yesus, tetapi ia menolak Dia. Ia sudah begitu dekat dengan pintu keselamatan, tetapi harus binasa karena tidak mau menyambut Yesus sebagai Raja kebenaran. Padahal, siapa pun yang menyambut Yesus sebagai kebenaran akan diselamatkan dan dimerdekakan dari segala belenggu yang sudah mengikatnya.
Dunia saat ini terus berusaha menyingkirkan Yesus dan menolak Dia sebagai kebenaran. Namun, tentu saja mereka tidak punya kuasa apa-apa untuk melakukan hal itu. Bagaimana sikap kita sendiri ketika berhadapan dengan Yesus, yang adalah Kebenaran? Hendaknya kita jangan menolak, tetapi bukalah hati dengan tulus.
SH: Yoh 18:28-38 - Check and Recheck (Selasa, 30 Maret 2021) Check and Recheck
Check and recheck secara harfiah artinya mengecek dan mengecek ulang. Tentu maksud dari ungkapan itu adalah supaya orang selalu men...
Check and Recheck
Check and recheck secara harfiah artinya mengecek dan mengecek ulang. Tentu maksud dari ungkapan itu adalah supaya orang selalu mengecek dan mengecek lagi atas sesuatu. Bisa jadi, hal itu berkaitan dengan persiapan suatu acara atau perjalanan, bisa pula berkaitan dengan kebenaran sebuah informasi yang diterima.
Hal terakhir inilah yang sedang dikorek oleh Pontius Pilatus dalam perikop bacaan kita. Tampak dia tidak senang menangani kasus ini. Buktinya, dia berusaha mengembalikan kasus ini kepada orang-orang Yahudi (29-31). Namun, ketika hal itu tak dapat dilakukan, yang diperbuat oleh Pontius Pilatus adalah melakukan check and recheck. Dia menanyai Yesus secara pribadi, empat mata. Dia mengecek kebenaran berita yang dia dengar mengenai status Yesus sebagai raja orang Yahudi. Setelah menginterogasi Yesus, Pontius Pilatus tetap tidak paham mengenai maksud Yesus, tetapi ia cukup bijaksana. Sekalipun pada akhirnya Pontius Pilatus menyerah pada tuntutan orang Yahudi, tetapi dia tidak serta-merta menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Dia tidak begitu saja percaya kepada tuduhan yang dilancarkan oleh orang Yahudi. Dia mau memutuskan secara objektif setelah mendengar dari sisi Yesus pula. Walaupun akhirnya dia menyerah pada tuntutan massa, yang jelas salah, Pontius Pilatus melakukan salah satu kewajiban seorang pemimpin dalam memutuskan suatu perkara: check and recheck.
Pada masa kini, informasi beredar sedemikian cepat. Hanya dengan mengandalkan satu jari, satu informasi bisa beredar dengan mudahnya di media sosial melalui smartphone tanpa terbatas ruang lagi. Tak jarang, informasi palsu dan meresahkan pun turut beredar. Oleh karena itu, kita perlu selalu check and recheck sebelum turut mengedarkan informasi. Jangan sampai kita menghakimi orang lain berdasarkan informasi palsu. Jangan sampai pula orang lain celaka atau resah karena informasi yang keliru. Selalu lakukan check and recheck sehingga informasi yang kita sebarkan pasti benar, baik, dan yang penting, berguna. [KRS]
SH: Yoh 18:1-38 - Baca Gali Alkitab 7 (Selasa, 15 April 2014) Baca Gali Alkitab 7
Apa saja yang Anda baca?
1. Mengapa Yudas mengetahui tempat di mana ia dapat menemui Yesus? (3)
2. Apa yang dikatakan ayat 4 me...
Baca Gali Alkitab 7
1. Mengapa Yudas mengetahui tempat di mana ia dapat menemui Yesus? (3)
2. Apa yang dikatakan ayat 4 mengenai Yesus Kristus
3. Menurut Anda, mengapakah Petrus memutus telinga hamba Imam Besar (10)?
4. Cawan apakah yang harus diminum Yesus (11)?
5. Apa yang dikatakan ayat 22 dan 28 mengenai pemuka Yahudi?
6. Apa yang dikatakan ayat 39-40 mengenai permintaan orang Yahudi terhadap Pilatus?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa penahanan itu berlangsung di taman saat malam hari dan bukan ketika Yesus berada di Bait Allah saat siang hari?
2. Menurut Anda, bagaimana perasaan murid-murid saat prajurit dan penjaga-penjaga bait Allah datang ke taman itu?
3. Dari ayat 4, 8, dan 11, apa yang kita pelajari tentang Yesus?
4. Dari ayat 10 dan 17, apa yang kita pelajari tentang Petrus?
5. Mengapa orang Yahudi membawa Yesus kepada Pilatus, yang merupakan perwakilan pemerintah Roma? (28-31)
6. Apa yang kita pelajari tentang kerajaan Yesus dari ayat 36-37?
Apa respons Anda?
1. Bagaimanakah keputusan Yesus untuk meminum cawan yang diberikan Bapa kepada-Nya, menolong kita untuk taat kepada Allah?
2. Dalam hal-hal apa saja Anda sedang bergumul dengan masalah ketaatan?
Pokok Doa:
Agar umat Tuhan belajar ketaatan sepenuhnya dari Yesus, meski banyak rintangan yang harus dihadapi.
Utley -> Yoh 18:28-32
Utley: Yoh 18:28-32 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 18:28-3228 Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak ma...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 18:28-32
28 Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah. 29 Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?" 30 Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!" 31 Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang." 32 Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
- NASB NKJV,
- JB "ke Gedung Pengadilan (Praetorium)"
- NRSV "ke Pusat Pemerintahan Pilatus"
- TEV "ke Istana Gubernur"
Ini adalah kata latin yang merujuk pada tempat kediaman resmi Gubernur Romawi ketika ia ada di Yerusalem. Ini bisa jadi adalah benteng Antonio, yang ada disebelah Bait Suci atau istana Herodes Agung.
Lihat topik khusus PENGAWAL PRAETORIUM (ISTANA)
"hari masih pagi" Kita tahu dari catatan-catatan Romawi bahwa para pejabat Romawi di Palestina bertemu untuk bersidang di dini hari. Nampaknya, tepat pada saat fajar ketika kaum Sanhedrin bertemu untuk memberikan semacam kredibilitas dan keabsahan kepada pengadilan-pengadilanmalam yang tidak sesuai hukum ini. Merek segera membawa Yesus kepada Pilatus.
□ "Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri" Dengan memasuki tempat tinggal orang bukan Yahudi, mereka akan menjadi najis untuk perjamuan Paskah. Adalah suatu ironi bahwa mereka sedemikian telitinya mengenai pokok-pokok dari formalitas upacara, namun tak memiliki keragu-raguan untuk menginginkan kematian seseorang secara tidak sah.
Ayat ini adalah pusat dari suatu kontroversi mengenai suatu perselisihan kesejarahan yang nampak di antara Injil-injil Sinoptik, yang menyatakan bahwa Yesus makan perjamuan Paskah bersama para muridNya (lih. Mat 26:17; Mr 14:12; Luk 22:1), dan Yohanes, yang menyatakan bahwa hal ini terjadi sehari sebelumnya (Kamis), hari persiapan perjamuan tradisional Paskah.
Ahli buku Yohanes Katolik Romawi yang terkenal, Raymond Brown, membuat komentar ini dalam Jerome Biblical Commentary:
"Jika rentetan peristiwa yang dilaporkan dalam tradisi Syn selalu lebih disukai daripada yang ditulis Jn dari sudut pandang ‘kesejarahan’, perikop berikut ini—laporan dari seorang saksi yang secara pasti mengetahui tradisi Syn—menyajikan kesukaran yang tak terpecahkan. Jika, sebaliknya, kita mengakui bahwa kesaksian saksi mata yang menjadi dasar dibentuknya Jn seringkali lebih dekat dengan peristiwa secara nyata daripada garis besar skematik Syn, perikop berikut ini menjadi makin bisa dimengerti." (hal. 458).
Ada juga beberapa kemungkinan dua tanggal yang berbeda untuk merayakan Paskah, hari Kamis dan Jumat. Ada pula masalah tambahan yaitu istilah Paskah dapat digunakan untuk perjamuan sehari dan perayaan delapan hari (Paskah yang digabung dengan Hari Roti Tak Beragi, lih. Kel 12).
□ "sebab mereka hendak makan Paskah" Masih ada masalah mengenai hari dari Perjamuan Terakhir. Injil- injil Sinoptik sepertinya mengisyaratkan bahwa ini adalah perjamuan Paskah, sementara Yohanes menyatakan bahwa itu adalah sehari sebelum perjamuan Paskah resmi (lih. Yoh 19:14 dan ayat ini). Jawabannya mungkin ada dalam kenyataan bahwa istilah Paskah dapat menunjuk pada minggu, perjamuan, ataupun hari Sabat khusus.
Yoh 18:29 Allah menggunakan kepribadian Pilatus kurang lebih seperti Ia menggunakan Firaun di Keluaran. Ia diangkat menjadi gubernur untuk Yudea di tahun 26 M oleh Kaisar Tiberius. Ia menggantikan Valerius Gratus (yang memberhentikan Hanas sebagai Imam Besar). Pontius Pilatus adalah gubernur Romawi ke lima. Ia membawahi wilayah kerajaan Arkelaus (anak dari Herodes Agung) yang mencakup Samaria dan Yudea, Gaza dan Laut Mati. Sebagian besar informasi mengenai Pilatus berasalh dari tulisan-tulisan Flavius Yosefus.
Yoh 18:30 "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu" Ini adalah sebuah KALIMAT SECOND CLASS CONDITIONAL yang sering disebut "berlawanan dengan fakta." Yesus bukanlah seorang penjahat. Ini adalah sebuah keterangan yang tajam kepada Pilatus yang menolak untuk menuruti dakwaan keagamaan yang "tidak perlu" dari orang Yahudi
Kata kerja "menyerahkan" adalah kata yang sama yang biasanya diterjemahkan sebagai "mengkhianati" bila diterapkan bagi Yudas (lih. Yoh 6:68,71; 12:4; 13:2,11,21; 18:2,5). Istilah ini secara hurufiah berarti "menyerahkan kepada suatu penguasa" atau "mewariskan suatu tradisi." Dalam hubungannya dengan Yudas, istilah ini telah menjadi lebih intensif di antara penterjemah-penterjemah Bahasa Inggris.
Yoh 18:31 "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang" Kepemimpinan Yahudi telah mengutuk Yesus untuk penghujatan, namun mereka menggunakan dakwaan pembuat huru-hara untuk membuatNya bisa dihukum oleh pemerintah Romawi. Adalah sangat penting bagi para pemimpin Yahudi untuk Yesus bisa disalibkan karena Ul 21:23. Yesus telah meramalkan hal ini dalam ay. Yoh 18:32; 3:14; 8:28; 12:32,33 & Gal 3:13.
Yoh 18:32 "menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati" mengapa para pemimpin Yahudi menginginkan Yesus disalib? Nyatalah dalam Kis 7 bahwa mereka menghukum orang karena penghujatan dengan perajaman batu dengan segera. Kemungkinan ini berhubungan dengan kutukan Illahi PL dalam Ul 21:22-23. Mulanya hal ini merujuk pada penusukan didepan umum setelah kematian, namun para rabi kontemporer menafsirkan ayat ini sebagai penyaliban Romawi. Mereka menginginkan Yesus, yangmenganggap diri Mesias, dikutuk oleh Allah. Ini adalah rencana Allah untuk penebusan manusia yang jatuh. Yesus Anak Domba Allah, mempersembahkan diriNya sebagai suatu tebusan (lih. Yes 53; 2Kor 5:21). Yesus menadi "kutuk" bagi kita (lih. Gal 3:13).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi