Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 18:15
Full Life: Mat 18:15 - APABILA SAUDARAMU BERBUAT DOSA.
Nas : Mat 18:15
Dalam ayat Mat 18:15-17 Yesus menguraikan cara mendisiplinkan
atau menerima kembali seorang saudara Kristen yang berbuat dosa kepad...
Nas : Mat 18:15
Dalam ayat Mat 18:15-17 Yesus menguraikan cara mendisiplinkan atau menerima kembali seorang saudara Kristen yang berbuat dosa kepada seorang anggota lain di dalam gereja. Mengabaikan ajaran Kristus ini berarti berkompromi secara rohani dan akhirnya mengakibatkan kehancuran kepada gereja sebagai umat Allah yang kudus (bd. 1Pet 2:9;
lihat cat. --> Mat 5:13).
[atau ref. Mat 5:13]
- 1) Tujuan disiplin gerejani ialah melindungi nama baik Allah (Mat 6:9; Rom 2:23-24), menjaga kemurnian moral dan integritas ajaran gereja (1Kor 5:6-7; 2Yoh 1:7-11), serta berusaha untuk menyelamatkan anggota yang tidak patuh dan mengembalikan mereka kepada jalan yang benar (1Kor 5:5; Yak 5:19-20).
- 2) Anggota yang berdosa itu harus lebih dahulu dihadapi dan ditegor di bawah empat mata. Apabila ia mau mendengarkan, maka ia harus diampuni (ayat Mat 18:15). Apabila ia tidak mau mendengarkan saudara seimannya (ayat Mat 18:15-16), dan setelah itu satu atau dua anggota lain (ayat Mat 18:16), akhirnya masih tidak mau mendengarkan jemaat, maka ia harus dianggap sebagai "seorang yang tidak mengenal Allah", yaitu, seseorang yang bukan anggota Kerajaan Allah, terpisah dari Kristus dan hidup di luar kasih karunia (ayat Mat 18:17; bd. Gal 5:4). Ia tidak berhak menjadi anggota gereja dan harus dikucilkan dari persekutuan gereja.
- 3) Kebiasaan untuk menjaga kemurnian gereja ini bukan saja dilaksanakan
dalam hal dosa dan kedursilaan, tetapi juga dalam hal ajaran yang sesat
dan ketidaksetiaan terhadap iman PB yang asli dan mendasar
(lihat cat. --> Gal 1:9 dan
lihat cat. --> Yud 1:3;
lihat art. GURU-GURU PALSU, dan
lihat art. PENILIK JEMAAT DAN KEWAJIBANNYA).
- 4) Disiplin gerejani harus dilaksanakan dengan rendah hati, kasih,
penyesalan, dan pemeriksaan diri
(lihat cat. --> Mat 23:37;
[atau ref. Mat 23:37]
2Kor 2:6-7; Gal 6:1). - 5) Dosa di dalam gereja yang melibatkan kebejatan seksual harus ditangani berdasarkan 1Kor 5:1-5 dan 2Kor 2:6-11. Bentuk-bentuk dosa yang berat ini menuntut penyesalan dan perkabungan dari seluruh jemaat (1Kor 5:2), hukuman yang setimpal bagi pelanggar itu (2Kor 2:6) dan pengucilan dari gereja (1Kor 5:2,13). Kemudian hari, setelah masa pertobatan yang nyata, orang itu dapat diampuni, menerima pernyataan kasih lagi dan diterima kembali dalam persekutuan (2Kor 2:6-8).
- 6) Dosa seorang penatua, setelah ditangani di bawah empat mata, juga
harus diumumkan kepada jemaat, dan dikenakan tindakan disiplin di depan
umum, yaitu, "ditegur di depan semua orang agar yang lain itu pun takut"
(Gal 2:11-18;
lihat cat. --> 1Tim 5:20;
[atau ref. 1Tim 5:19-20]
lihat art. SYARAT-SYARAT MORAL PENILIK JEMAAT).
- 7) Para pemimpin gereja dan para gembala jemaat lokal sebaiknya
mengingat bahwa mereka ditugaskan untuk menjaga seluruh kawanan domba
Allah
(lihat art. PENILIK JEMAAT DAN KEWAJIBANNYA).
Tuhan akan meminta pertanggungjawaban pribadi dari mereka atas "darah semua orang" (Kis 20:26) yang terhilang karena para pemimpin gagal mengembalikan, mendisiplinkan, atau mengucilkan mereka sesuai dengan maksud dan kehendak Allah (bd. Yeh 3:20-21; Kis 20:26-27;lihat cat. --> Yeh 3:18).
[atau ref. Yeh 3:18]
BIS -> Mat 18:15
Dalam beberapa naskah kuno tidak ada: terhadapmu.
Jerusalem -> Mat 18:15
Jerusalem: Mat 18:15 - berbuat dosa Sejumlah naskah menambah: kepadamu. Tetapi ini kiranya tidaklah asli. Dosa yang dimaksudkan ialah dosa berat yang umum diketahui, tetapi tidak perlu s...
Sejumlah naskah menambah: kepadamu. Tetapi ini kiranya tidaklah asli. Dosa yang dimaksudkan ialah dosa berat yang umum diketahui, tetapi tidak perlu sebuah dosa kepada dia yang mau memperbaikinya. Lain halnya dalam Mat 18:21.
Ref. Silang FULL -> Mat 18:15
Ref. Silang FULL: Mat 18:15 - dosa, tegorlah · dosa, tegorlah: Im 19:17; Luk 17:3; Gal 6:1; Yak 5:19,20
· dosa, tegorlah: Im 19:17; Luk 17:3; Gal 6:1; Yak 5:19,20
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 18:15-20
Matthew Henry: Mat 18:15-20 - Menghindarkan Penyesatan Dosa Menghindarkan Penyesatan Dosa (18:15-20)
Setelah Kristus memperingatkan para murid-Nya untuk tidak melakukan penyesatan, Ia selanjutnya mengajar me...
Menghindarkan Penyesatan Dosa (18:15-20)
- Setelah Kristus memperingatkan para murid-Nya untuk tidak melakukan penyesatan, Ia selanjutnya mengajar mereka mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil jika mereka menghadapi tindakan penyesatan. Tindakan penyesatan di sini dapat diartikan sebagai kesalahan-kesalahan pribadi, sehingga ajaran ini dimaksudkan untuk menjaga kedamaian dalam jemaat. Tindakan tersebut dapat juga diartikan sebagai perbuatan-perbuatan tercela orang banyak, sehingga ajaran ini dimaksudkan untuk menjaga kesucian dan keindahan jemaat. Mari kita bahas keduanya satu per satu.
- I. Mari kita coba terapkan ajaran ini dalam perselisihan yang terjadi di antara sesama orang Kristen karena sebab-sebab apa saja. Jika saudaramu seiman berbuat dosa terhadapmu dan melukai hatimu (1Kor. 8:12), dengan terang-terangan menghina atau melecehkanmu, mencemarkan nama baikmu dengan bersumpah dusta atau menyebarkan kabar angin, menginjak hak-hakmu atau melakukan kejahatan mengenai harta bendamu; jika ia berdosa kepadamu dengan melakukan hal-hal yang sudah ditetapkan bersama (Im. 6:2-3), atau jika ia melanggar hukum keadilan dan cinta kasih atau memungkiri kewajiban-kewajibannya, maka ia telah melakukan dosa terhadap diri kita. Tindakan-tindakan seperti ini sering terjadi di antara pengikut-pengikut Kristus sendiri dan kadang-kadang, karena kurang hati-hati, menimbulkan akibat yang sangat buruk.
- Sekarang amatilah peraturan apa yang diperintahkan oleh Kristus mengenai hal tersebut:
- . Tegurlah dia di bawah empat mata. Bandingkan dengan penjelasan yang diberikan dalam Imamat 19:17, Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu. Hal ini berarti bahwa "jika engkau merasa tidak senang karena disakiti oleh saudara seimanmu, hendaknya engkau tidak menumpuk kebencian dan membiarkannya berkembang menjadi niat jahat untuk balas dendam (karena sama seperti luka, paling berbahaya jika sampai berdarah di bagian dalam). Sebaliknya, lepaskanlah kebencianmu itu dan tegurlah saudaramu itu dalam kasih dan selesaikanlah perkaramu dengannya, supaya kebencian itu bisa lebih cepat lenyap. Jangan membicarakan dosa saudaramu di belakangnya, namun tegurlah dia. Jika ia telah melakukan kesalahan yang berat terhadapmu, berusahalah untuk menyadarkan dia, tetapi tegurlah dia diam-diam, di bawah empat mata, dan jangan mengadukannya terlebih dahulu kepada jemaat, karena hal itu hanya akan mempermalukannya, dan kelihatan seperti engkau seolah-olah mau berniat membalas dendam terhadapnya." Hal ini sesuai dengan Amsal 25:8-9 yang berbunyi, "Jangan terburu-buru kaubuat perkara pengadilan. Belalah perkaramu terhadap sesamamu itu. Bicarakanlah perkaramu dengannya dengan tenang dan ramah; jika dia mendengarkan nasihatmu, bersyukurlah karena engkau telah mendapatkannya kembali, dan perkaramu dengannya telah selesai dan berakhir dengan damai, dan hendaknya hal itu jangan diungkit-ungkit lagi. Biarkanlah perselisihan tersebut menjadi awal persahabatan yang baru."
- . "Jika ia tidak mendengarkan engkau atau tidak bersedia mengakui kesalahannya terhadapmu dan menolak penyelesaian, janganlah engkau berputus asa, namun bawalah seorang atau dua orang lagi sebagai saksi untuk menguatkan perkaramu dan dengarkan pendapatnya. Orang itu akan lebih mau mendengarkan mereka sebagai pihak yang tidak memihak dan dapat lebih menerima penjelasan dari dua atau tiga saksi" (Plus vident oculi quam oculus -- banyak mata melihat lebih banyak daripada satu mata). "Ia akan lebih dapat menerima kesaksian dari dua atau tiga orang, dan hal ini mungkin bisa membuatnya mengakui kesalahannya dan berkata, ‘Saya bertobat."
- . "Jika ia tidak mau mendengarkan mereka dan menolak menyelesaikan secara damai, maka sampaikanlah soalnya kepada jemaat, gembala, penatua, pengasuh jemaat atau pribadi-pribadi yang paling dihormati dalam jemaat di mana kita menjadi bagian di dalamnya. Biarlah mereka menjadi penengah dalam menyelesaikan perkara tersebut. Namun janganlah terburu-buru membawa perkara tersebut ke pengadilan manusia." Hal ini dengan jelas disampaikan oleh Rasul Paulus (1Kor. 6), di mana ia menegur mereka yang menyelesaikan perkara jemaat melalui hukum negara di hadapan orang-orang yang tidak adil, dan bukannya di hadapan orang-orang kudus (ay. 1). Menurut Paulus, orang-orang kuduslah yang harus mengadili perkara-perkara kecil (ay. 2), yang menyangkut kehidupan ini (ay. 3). Jika kita bertanya, "Siapa itu jemaat yang harus ditanyai mengenai perkara itu?", maka Paulus mengarahkan kita demikian (ay. 5), "Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat?" Tidak adakah pribadi-pribadi yang dianggap paling mampu dalam jemaat untuk memutuskan perkara tersebut? Kemudian dengan prihatin ia berkata (ay. 4), "Serahkanlah urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat!" Serahkanlah kepada mereka, jika tidak ada yang lebih layak di antara kamu semua, daripada timbul keretakan berkepanjangan di antara dua saudara seiman di dalam jemaat. Peraturan ini secara khusus harus dilakukan pada masa itu, ketika pemerintah sipil dikuasai oleh tangan-tangan asing yang sekaligus juga adalah musuh.
- . Jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat dan tidak bersedia menerima teguran mereka, tetapi tetap bersikeras dalam kesalahan yang telah dilakukannya terhadap engkau, dan terus saja berbuat salah terhadapmu, maka pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Gunakanlah hukum manusia untuk menyelesaikan perkara dengannya, tetapi biarkanlah hal tersebut menjadi jalan terakhir. Jangan perkarakan saudaramu ke hadapan pengadilan negara jika engkau belum mencoba segala cara untuk menyelesaikannya secara damai. Engkau boleh, jika engkau mau, memutuskan persahabatan dan hubungan dengannya, namun janganlah engkau berniat membalas dendam. Engkau juga dapat memilih apakah masih ingin tetap berurusan lagi dengannya, yang dapat memberinya kesempatan lain untuk berbuat dosa terhadapmu. Jika segala cara untuk memulihkannya dan memelihara persahabatan dengannya telah ditempuh dan ia tetap tidak mau bertobat, maka ia telah kehilangan kesempatannya." Jika seseorang menipu dan melecehkanku sekali, itu adalah dosanya, namun untuk kedua kalinya, itu adalah kesalahanku sendiri.
- II. Mari kita terapkan ajaran ini terhadap dosa-dosa yang membawa kecemaran, yaitu dosa-dosa yang menyesatkan anak-anak Allah yang kecil, yang dapat menjauhkan mereka yang imannya masih kecil dan lemah, serta menimbulkan penyesalan yang mendalam bagi mereka. Walaupun Yesus mengajar kita untuk bermurah hati terhadap kelemahan saudara-saudara seiman kita, Ia di sini mengajar kita untuk tidak membiarkan kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan alasan kelemahan tersebut. Kristus, yang merancang pendirian jemaat-Nya di dunia, juga bertanggung jawab untuk memelihara:
- . Kemurnian jemaat-Nya, agar jemaat memiliki kesanggupan untuk mengusir orang-orang yang fasik, kuasa untuk membersihkan dan memurnikan dirinya, ibarat mata air yang terus menyemburkan air hidup selama jaring Injil menjaring ikan, baik yang baik maupun yang jelek.
- . Kedamaian dan ketertiban jemaat, agar setiap anggota jemaat tahu tempat dan kewajibannya sehingga kemurnian jemaat dapat dipelihara dengan tertib dan tidak kacau.
- Sekarang mari kita perhatikan:
- (1) Hal apakah yang dibicarakan di sini. Apabila saudaramu berbuat dosa terhadap engkau?
- [1] "Pendosa itu adalah saudaramu seiman, saudara yang mengambil bagian dalam jemaat Kristus, yang telah dibaptis dan mendengar firman Allah serta bersama-sama engkau berdoa dan ikut beribadah kepada-Nya, baik secara teratur maupun dalam beberapa kesempatan." Perhatikanlah, hukum dalam jemaat berlaku bagi semua anggota yang menjadi bagian di dalamnya. Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah (1Kor. 5:12-13). Jika ada yang melakukan dosa terhadap kita, baiklah untuk selalu mengingat bahwa orang tersebut adalah saudara kita seiman, sehingga kita dapat mengambil keputusan yang bijak.
- [2] "Dosa yang dilakukan saudaramu terhadapmu adalah suatu penyesatan, karena ia telah menyesatkan dirimu sebagai seorang pengikut Yesus." Perhatikanlah, dosa yang berat terhadap Allah adalah dosa yang dilakukan terhadap umat-Nya yang sangat memuliakannya-Nya. Kristus dan pengikut-pengikut-Nya adalah satu hati, sehingga apa yang dilakukan terhadap pengikut-pengikut-Nya akan dianggap juga sebagai perbuatan melawan-Nya dan juga sebaliknya. Kata-kata yang mencela engkau telah menimpa aku (Mzm. 69:10).
- (2) Apa yang harus kita lakukan dalam hal ini adalah:
- [1] Aturan-aturan yang telah ditetapkan (ay. 15-17). Lakukanlah hal ini:
- Pertama, "Tegurlah dia di bawah empat mata. Jangan menunggu sampai dia datang kepadamu, tetapi hampirilah dia seperti seorang dokter yang mengunjungi pasiennya atau seorang gembala yang mencari dombanya yang hilang." Perhatikanlah, kita tidak perlu berpikir yang susah-susah dalam menyadarkan seorang pelaku dosa ke dalam pertobatan. "Tegurlah dia, peringatkan dia mengenai apa yang dilakukannya dan betapa jahatnya perbuatannya itu. Tunjukkan kekejiannya." Perhatikanlah, orang biasanya segan untuk melihat kesalahan-kesalahan mereka, dan karena itu mereka perlu ditegur. Walaupun bukti-bukti dan kesalahannya sudah jelas, namun mereka perlu disadarkan dengan tindakan. Dosa yang berat sering kali membingungkan, menipu, dan membungkam hati nurani, sehingga kita perlu membantu membangunkan hati nurani yang demikian. Hati nurani Daud sendiri menegurnya ketika ia memotong punca jubah Saul, dan ketika dia mendaftarkan orang-orangnya. Tetapi, anehnya, hati nuraninya tidak menegurnya ketika ia berdosa terhadap Uria sampai ketika Nabi Natan menghardiknya, "Engkaulah orangnya."
- "Beri tahukan dia mengenai kesalahannya, elenxon auton -- debatlah perkaranya dengan dia" (begitulah maksud kata-kata tersebut); "dan lakukanlah hal tersebut dengan mengemukakan alasan dan buktinya, bukan dengan emosi." Jika dosanya sangat jelas dan berat, maka kita berkewajiban untuk menyadarkannya. Gunakanlah kesempatan untuk melakukannya. Tidak ada ruginya melakukan banyak kebaikan, walaupun kadang-kadang hal tersebut menyakitkan. Kita harus menegur dosa-dosa saudara kita dengan kelembutan hati dan iman. Teguran yang benar dalam mempertobatkan seorang pendosa adalah yang sesuai dengan ajaran-ajaran yang berasal dari Kristus, yang hendaknya dipandang sebagai perintah Allah. "Tegurlah saudaramu dengan diam-diam, di bawah empat mata, di antara engkau dan dia saja sehingga tidak ada kesan bahwa engkau sengaja mencari-cari kesalahannya, dan bukan pertobatannya." Perhatikanlah, baiklah adanya bila pengikut-pengikut Kristus tidak menyampaikan kesalahan-kesalahan saudaranya kepada orang lain sampai ia telah terlebih dahulu menegurnya di bawah empat mata. Cara ini akan menghindarkan banyak celaan terhadap orang itu dan lebih banyak memberi kesempatan untuk memulihkannya. Hal ini mencegah bertambahnya dosa, dan sebaliknya, kewajiban untuk menyadarkan lebih banyak. Saudaramu yang berdosa kepadamu akan lebih mau bertobat jika ia melihat orang yang menegurnya tidak hanya peduli akan keselamatannya (dengan menegur dosa-dosanya), namun juga peduli akan nama baiknya (dengan menegurnya di bawah empat mata). "Jika ia mendengarkan nasihatmu," yaitu, "memperhatikan nasihatmu, dan menyadari dosanya, bersyukurlah karena engkau telah mendapatkannya kembali, engkau telah menyelamatkan jiwanya dari dosa dan kebinasaan, dan hal itu akan diperhitungkan kepadamu oleh Allah" (Yak. 5:19-20). Perhatikanlah, mempertobatkan jiwa berarti memenangkan jiwa itu (Ams. 11:30). Kita harus bersukacita dalam melakukan pertobatan atas saudara kita yang berdosa dengan selalu berusaha keras untuk mendapatkan mereka kembali. Jika hilangnya satu jiwa membawa kerugian yang sangat besar, maka kembalinya satu jiwa tentu saja bukanlah suatu pendapatan yang kecil.
- Kedua, jika usaha tersebut tidak berhasil, maka bawalah seorang atau dua orang lagi (ay. 16). Perhatikanlah, kita hendaknya tidak lelah untuk melakukan apa yang benar, walaupun hasilnya belum kelihatan sekarang. "Jika saudaramu tidak mau berubah, janganlah menyerah seperti tidak ada jalan lain lagi. Jangan berkata, ‘Tiada gunanya berurusan dengan dia lagi.’ Sebaliknya, teruskan dengan cara lain lagi. Dengan lembut kita harus terus menyadarkan mereka yang sangat keras kepala atau mengajari yang suka menentang." Dalam melakukan kewajiban ini, kita harus berjuang dan menderita sakit bersalin lagi (Gal. 4:19), karena hanya dengan melalui banyak kesakitan dan perjuanganlah seorang bayi akan dilahirkan.
- "Bawalah seorang atau dua orang lagi:
- . Untuk membantumu. Mereka mungkin bisa lebih meyakinkan dia dan mungkin lebih bisa menangani perkara itu dengan lebih bijak daripada engkau." Perhatikanlah, orang-orang Kristen perlu saling membantu dalam melakukan apa yang benar dan saling menguatkan satu sama lain dalam doa. Hal yang sama juga berlaku dalam memberikan teguran, supaya hal itu dapat dilakukan dengan baik dan benar.
- . "Menggugah perasaannya. Saudaramu mungkin akan lebih rendah hati dalam mengakui kesalahannya jika ia menyadari bahwa dosanya disaksikan oleh dua atau tiga orang" (Ul. 19:15). Perhatikanlah, mereka yang dosanya telah mencemari jemaat dan menjadi urusan jemaat harus segera bertobat dan berubah. Walaupun di dunia ini sulit menemukan pribadi yang dianggap terpuji oleh semua orang, lebih sulit lagi menemukan seorang adil-benar yang dijelek-jelekkan oleh semua orang.
- . "Memberikan kesaksian atas tingkah lakunya, jika pada akhirnya perkara tersebut terpaksa dibawa ke hadapan jemaat." Tidak ada orang yang perlu dibawa ke hadapan jemaat jika tidak dibuktikan bahwa mereka adalah orang yang berdosa dan keras kepala.
- Ketiga, jika ia tidak mau mendengarkan mereka, dan tidak mau merendahkan hati untuk mengakui dosanya, maka sampaikanlah soalnya kepada jemaat (ay. 17). Ada orang-orang yang sangat keras kepala, di mana cara-cara teguran yang biasa tidak akan berhasil. Namun janganlah engkau cepat menyerah dan menganggap bahwa ia sudah tidak tertolong. Bawalah perkaramu dengannya ke hadapan orang banyak dan mintalah bantuan mereka.
- Perhatikanlah:
- . Teguran di bawah empat mata harus didahulukan sebelum suatu perkara dibawa ke hadapan orang banyak. Jika cara-cara yang lebih lunak bisa berhasil, janganlah gunakan cara-cara yang kasar dan keras (Tit. 3:10). Saudaramu yang menyadari dan mengakui dosa-dosanya tidak perlu dipermalukan di hadapan umum. Biarlah pekerjaan Allah dilakukan dengan benar, namun biarlah hal tersebut dilakukan dengan tanpa mengundang perhatian karena kerajaan-Nya datang dengan kuasa, bukan dengan kehebohan. Namun,
- . Jika teguran di bawah empat mata tidak berhasil, maka sidang jemaat harus dilakukan. Jemaat harus terlebih dahulu menerima laporan pelanggaran dari anggota jemaat yang disakiti tersebut, baru kemudian menegur pribadi yang telah melakukan dosa tersebut dan memberikan penghakiman yang adil kepadanya setelah mendengar kesaksian-kesaksian yang tidak memihak mengenai sebab-sebab perkara tersebut.
- Sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Sungguh amat disayangkan jika jemaat yang ditunjuk Kristus untuk menyelesaikan pertikaian dan meniadakan penyesatan justru menjadi sumber dari penyesatan dan pertikaian itu sendiri oleh karena kecemaran hati manusia. Pertanyaan besarnya adalah kepada jemaat yang mana perkara tersebut harus disampaikan. Sebagian orang mengatakan, bawalah ke pengadilan sipil, yang lainnya mengatakan, bawalah ke Mahkamah Agama (Sanhedrin). Namun yang Kristus maksudkan di sini (ay. 18) adalah suatu jemaat Kristen, yang walaupun saat itu belum sepenuhnya terbentuk, namun bibit-bibitnya sudah ada. "Sampaikanlah soalnya kepada jemaat di mana saudaramu yang berdosa tersebut menjadi bagian di dalamnya. Sampaikanlah ke hadapan anggota jemaat yang telah ditunjuk menangani perkara seperti itu. Sampaikanlah kepada para pembina dan pengurus, penggembala, penatua atau diaken, atau (jika ada) kepada wakil-wakil atau para pemimpin jemaat, atau kepada seluruh anggota jemaat. Biarlah mereka menyelidiki perkara tersebut. Jika mereka menemukan bahwa tuduhan tersebut tidak benar dan tidak berdasar, biarlah mereka menegur si pelapor. Jika mereka menemukan hal tersebut benar adanya, maka biarlah mereka menegur orang yang bersalah itu dan menyuruhnya bertobat, sehingga hal ini akan mengakhiri masalah dengan cepat dan benar, karena:
- . "Diputuskan dengan pertimbangan yang mendalam," dan,
- . "Diputuskan dengan kewenangan yang lebih besar." Orang tersebut hendaknya merasa sangat malu karena telah ditegur oleh jemaat, gembala jemaat, atau penengah yang ditunjuk untuk menyelesaikan perkara tersebut. Oleh karena itu, jika seseorang ditegur oleh jemaat, dia akan lebih patuh terhadap keputusan jemaat yang dibentuk oleh Kristus dan duta-duta-Nya di dunia ini.
- Keempat, "Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, jika ia mengabaikan teguran tersebut dan tidak merasa malu atas dosanya dan tidak mau bertobat, anggaplah dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah dan pemungut cukai. Baiklah dia diusir dari persekutuan jemaat, tidak diperkenankan untuk mengambil bagian dalam ketentuan-ketentuan khusus, diturunkan martabatnya sebagai anggota jemaat, dipermalukan, dan anggota-anggota jemaat menjauhinya, supaya ia merasa malu atas dosanya dan supaya jemaat tidak tercemar oleh dosanya itu atau dicela karenanya." Mereka yang memandang rendah hukum dan aturan dalam suatu kumpulan dan membuatnya tercela, telah kehilangan kehormatan dan hak-hak istimewa dalam kumpulan itu, sehingga layak dikucilkan sampai mereka bersedia bertobat, tunduk dan mendamaikan diri mereka kembali dengan kumpulan itu. Kristus telah menetapkan aturan ini untuk menjaga harga diri jemaat dan kemurniannya, dan untuk memberikan hukuman, supaya mereka yang melakukan dosa yang membawa kecemaran dalam jemaat-Nya dapat bertobat. Namun perhatikanlah, Kristus tidak mengajarkan kita untuk "anggaplah saudara yang berdosa itu sebagai setan atau jiwa yang terkutuk yang tidak terselamatkan lagi," tetapi "sebagai seorang yang tidak mengenal Allah dan seorang pemungut cukai, yaitu sebagai orang yang dapat dipertobatkan dan diterima kembali. Janganlah menganggapnya sebagai musuh, namun bimbinglah dia sebagai seorang saudara." Arahan yang dianjurkan kepada jemaat Korintus berkaitan dengan orang yang melakukan hubungan badan dengan sesama anggota keluarga didasarkan pada hukum ini, yaitu bahwa mereka harus dijauhkan dari tengah-tengah mereka (1Kor. 5:2), harus diserahkan kepada Iblis (karena sesungguhnya orang yang telah dikeluarkan dari Kerajaan Kristus akan dianggap sebagai bagian dari kerajaan Iblis), dan dijauhi (ay. 11, 13). Akan tetapi, jika kemudian dia bersedia merendahkan diri dan kembali ke jalan yang benar lagi, maka dia harus diterima dalam persekutuan jemaat kembali, dan semua masalah selesai.
- [2] Dalam ayat 18 kita temukan suatu jaminan dari Kristus yang mengesahkan tindakan-tindakan gereja atau jemaat yang dilakukan berdasarkan aturan-aturan tersebut di atas. Apa yang sebelumnya disampaikan kepada Petrus juga disampaikan-Nya di sini kepada semua murid lainnya, dan melalui mereka kepada semua pemuka jemaat yang setia, sampai ke ujung dunia. Bila para hamba Tuhan menyampaikan firman Kristus dengan setia dan menaati hukum-hukum-Nya dengan tegas dalam menjalankan tugas-tugas penggembalaan mereka sesuai dengan hukum-hukum-Nya (clave non errante -- kunci tidak memutar ke arah yang salah), maka mereka boleh yakin bahwa Ia akan mengakui mereka, mendukung mereka, dan mengesahkan apa yang mereka katakan dan lakukan seakan-akan hal itu dikatakan dan dilakukan oleh diri-Nya sendiri. Ia akan mengakui mereka:
- Pertama, dalam menjatuhkan hukuman pengucilan anggota jemaat yang berdosa. Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga. Jika teguran yang dilakukan dalam jemaat benar-benar sesuai dengan aturan yang ditetapkan Kristus, maka keputusan Kristus akan sama dengan apa yang telah diputuskan oleh jemaat. Penghakiman Kristus secara rohani merupakan hukuman yang paling berat, seperti hukuman yang diterima oleh orang Yahudi yang ditolak, waktu Allah membuat mereka tidur nyenyak (Rm. 11:8). Kristus tidak akan membiarkan peraturan-Nya sendiri diinjak-injak, sehingga Ia akan mendukung setiap hukuman yang dijatuhkan secara benar oleh jemaat dalam menghukum para pendosa yang keras kepala. Sekecil apa pun penghinaan yang diberikan oleh para pendosa yang sombong terhadap teguran jemaat, hukuman bagi mereka telah ditetapkan dalam pengadilan sorgawi. Sia-sia saja bagi mereka untuk membela diri dalam pengadilan itu nantinya, karena pengadilan bagi mereka sudah dilakukan. Mereka yang disingkirkan dari jemaat yang benar, tidak akan tahan dalam penghakiman (Mzm. 1:5). Kalau seseorang sudah diserahkan jemaat kepada Iblis, maka Kristus juga tidak akan mengakuinya sebagai miliknya atau menerimanya. Sebaliknya, jika keputusan jemaat terbukti cacat karena kelalaian atau ketidakadilan, maka Kristus dengan anugerah-Nya yang dalam akan mencari kembali mereka yang telah diusir itu (Yoh. 9:34-35).
- Kedua, dalam keputusan pengampunan. Apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.
- Perhatikanlah:
- . Penghakiman jemaat itu sifatnya tidak boleh mengikat dengan sangat kuat, sehingga jika si pendosa tersebut mau bertobat dan berubah sepenuhnya, ikatan tersebut boleh dan harus dilepaskan kembali. Cukuplah sudah hukumannya yang telah mencapai maksudnya itu, dan si pendosa tersebut harus diampuni dan dihibur (2Kor. 2:6). Tidak ada laut yang tidak dapat diseberangi kecuali jurang yang memisahkan antara sorga dan neraka.
- . Mereka yang setelah bertobat, diterima kembali ke dalam persekutuan jemaat dapat merasa lega karena mereka telah diampuni di sorga, jika hati mereka benar terhadap Allah. Jika pengucilan membawa rasa takut bagi mereka yang keras kepala, maka pengampunan memberi semangat bagi mereka yang bertobat.
- Rasul Paulus berbicara dalam nama Yesus ketika mengatakan, "Sebab barangsiapa yang kamu ampuni, aku mengampuninya juga" (2Kor. 2:10).
- Demikianlah Kristus sungguh menghormati gereja-Nya, sehingga bukan saja Ia mendukung keputusan hukuman mereka, tetapi juga menguatkannya. Pada ayat-ayat berikutnya kita akan melihat dua alasan yang mendasari hal ini.
- (1) Allah selalu siap menjawab doa-doa dari jemaat-Nya (ay. 19), Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
- Firman ini berlaku terhadap:
- [1] Secara umum, semua doa yang dipanjatkan oleh orang-orang beriman keturunan Yakub. Mereka tidak akan mencari wajah Tuhan dengan sia-sia. Dalam Kitab Suci kita temukan banyak janji mulia Allah untuk menjawab doa-doa yang dinaikkan dengan iman, namun firman ini secara khusus mendorong kita untuk memanjatkan doa yang dilakukan secara bersama-sama, yaitu "permohonan yang disepakati dua orang, dan apalagi kalau lebih." Sesungguhnya tidak ada aturan di sorga yang membatasi jumlah pemohon. Perhatikanlah, Kristus sangat menghormati dan secara khusus mengabulkan doa yang dipanjatkan bersama-sama dalam iman dan permohonan kepada Allah. Jika satu pokok doa dipanjatkan bersama-sama atau ada kesepakatan untuk berkumpul bersama untuk mendekati takhta anugerah, walaupun terpisah dalam jarak, doa mereka tidak akan sia-sia. Walaupun Allah memang peduli dengan doa-doa orang-orang kudus, namun Ia memberikan perkenaan khusus-Nya terhadap jalinan persaudaraan dan persekutuan yang mereka tunjukkan ketika memanjatkan doa secara bersama-sama (2Taw. 5:13; Kis. 4:31).
- [2] Secara khusus, janji akan pemenuhan doa ini lebih ditekankan terhadap permohonan-permohonan yang mengikat dan melepaskan pengampunan.
- Perhatikanlah:
- Pertama, kewenangan jemaat dalam memberikan keputusan akan suatu hukuman tidak hanya terletak dalam tangan satu orang saja, namun paling sedikit harus melibatkan dua orang. Ketika ada anggota jemaat di Korintus yang melakukan hubungan badan dengan sesama anggota keluarga diusir, semua anggota jemaat berkumpul bersama (1Kor. 5:4), sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan bersama banyak anggota jemaat (2Kor. 2:6). Dalam urusan yang begitu penting, keputusan dari dua lebih baik dari pada seorang diri, dan jikalau penasihat banyak, keselamatan ada.
- Kedua, adalah sangat penting bagi suatu perkara untuk diputuskan dalam satu suara oleh mereka yang mempunyai kuasa untuk menegakkan hukum dalam jemaat. Jika mereka yang berwenang untuk mengambil keputusan mengenai suatu perkara dalam jemaat menunjukkan amarah dan kebencian, maka keputusan mereka tersebut akan menjadi dosa yang paling keji.
- Ketiga, doa harus selalu dipanjatkan oleh jemaat selama mengambil suatu keputusan. Jangan menjatuhkan hukuman bila belum mendapat peneguhan dari Allah melalui doa yang dipanjatkan dengan iman. Tindakan untuk mengikat dan melepaskan pengampunan diberikan Kristus melalui sebuah khotbah (16:19), namun kita harus melakukannya dengan doa. Jadi, seluruh kekuatan Injil dari para hamba Tuhan terpusat dalam doa dan firman, dan mereka harus menyerahkan diri mereka seutuhnya ke dalam doa dan firman itu. Kristus tidak berkata, "Jika kesepakatan telah dicapai dalam suatu keputusan dengan suara bulat, maka hal itu akan dibenarkan," seakan-akan para hamba Tuhan adalah hakim dan Tuhan sendiri. Yang dimaksudkan di sini adalah bahwa, "Jika kalian sepakat untuk memintanya dari Allah, maka dari Dialah kalian akan mendapatkannya." Doa harus selalu dipanjatkan dalam seluruh upaya kita untuk mempertobatkan para pendosa (Yak. 5:16).
- Keempat, pokok doa yang disepakati oleh semua anggota jemaat Allah untuk memohon penguatan atas keputusan yang adil, akan didengar di sorga dan mereka akan mendapatkan jawabannya. "Permintaan mereka itu akan dikabulkan, dan hal itu akan terikat atau terlepas di sorga; Allah akan memberikan perhatian-Nya terhadap doa dan permohonan yang dilakukan dalam nama-Nya." Jika sebagai pemegang wewenang, Kristus berkata, "Permintaanmu akan dikabulkan," maka kita boleh yakin bahwa kita telah melakukan hal yang benar, walaupun kita belum melihat bukti-bukti seperti yang kita harapkan. Allah benar-benar mengakui dan menerima kita ketika kita berdoa untuk mereka yang telah bersalah terhadap-Nya dan terhadap kita. Tuhan memulihkan keadaan Ayub bukan karena dia berdoa untuk dirinya sendiri, tetapi ketika ia berdoa untuk sahabat-sahabat yang telah bersalah kepadanya.
- (2) Kehadiran Kristus di tengah-tengah perhimpunan orang Kristen (ay. 20). Kristus selalu hadir dalam diri setiap orang yang beriman kepada-Nya, namun di sini Ia berjanji bahwa Ia akan hadir di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, bukan hanya untuk memberikan keputusan hukuman, namun juga untuk menyembah-Nya, atau dengan kata lain, untuk kegiatan apa saja ketika mereka berkumpul bersama sebagai orang-orang percaya. Dengan demikian, pengikut-pengikut Kristus ditetapkan, diarahkan, dan didorong untuk selalu berkumpul bersama untuk tujuan-tujuan yang kudus.
- [1] Dengan ini mereka ditetapkan, karena jemaat Kristus di dunia ini terwakili dengan jelas dalam setiap kumpulan keagamaan/ibadah. Hal ini sudah menjadi kehendak Kristus sendiri, dan karena itu harus dijalankan, dipelihara untuk kemuliaan Allah, untuk menerangi hati umat manusia, dan untuk menjaga nama baik agama Kristen di dunia. Ketika Allah bermaksud memberikan jawaban khusus terhadap doa mereka, maka Ia akan memanggil umat-Nya untuk berkumpul secara khusyuk (Yl. 2:15-16). Jika tidak ada kebebasan dan kesempatan untuk berkumpul bersama-sama dalam jumlah yang besar dan banyak, maka Allah menginginkan dua atau tiga orang berkumpul bersama. Perhatikanlah, walaupun kita tidak dapat melakukan apa yang diperintahkan Allah, kita tetap harus melakukan yang terbaik yang kita mampu dan Ia tetap akan menerima kita.
- [2] Dengan ini jemaat diarahkan untuk berkumpul bersama-sama dalam nama Kristus. Dalam mengambil keputusan untuk menjatuhkan hukuman pendisiplinan, mereka harus berkumpul bersama dalam nama Kristus (1Kor. 5:4). Nama Kristus sendiri yang memberikan wewenang atas apa yang mereka putuskan di dunia dan menjamin keberterimaan atas keputusan mereka di dalam sorga. Dalam perhimpunan maupun penyembahan, kita harus selalu memusatkan hati kita kepada Kristus. Kita harus berhimpun berdasarkan jaminan dan ketetapan yang diberikan-Nya, sebagai tanda atas hubungan kita dengan-Nya, dengan mengakui iman kita terhadap Dia bersama-sama dengan semua orang yang berkumpul di segala tempat untuk berseru kepada-Nya. Kita berkumpul bersama dalam nama-Nya bila kita berhimpun untuk menyembah Allah dengan bergantung pada Roh Kudus dan anugerah Kristus sebagai Pengantara yang membantu kita, dengan bergantung pada belas kasih dan kebenaran-Nya sebagai Pengantara supaya kita bisa diterima Allah, dengan memandang-Nya sebagai Jalan yang bisa membawa kita kepada Bapa, yang menjadi Pembela kita di hadapan Bapa.
- [3] Dengan ini jemaat didorong untuk berkumpul dengan janji bahwa Kristus akan hadir. Di situ Aku ada di tengah-tengah mereka. Secara umum, Kristus, seperti Allah, hadir di mana saja. Akan tetapi, yang dimaksudkan di sini adalah janji kehadiran-Nya secara khusus. Di mana ada orang kudus-Nya, di sanalah Ia bertakhta dan bersemayam; di sanalah tempat perhentian-Nya (Mzm. 132:14), dan jalan-Nya (Why. 2:1). Ia hadir di tengah-tengah jemaat untuk menyemangati dan menguatkan mereka, untuk menyegarkan dan menghibur mereka, seperti matahari di tengah alam semesta. Ia hadir di tengah-tengah mereka, yaitu dalam hati mereka. Ia hadir secara rohani, yaitu Roh-Nya hadir bersama roh mereka. Kristus berkata, "Di situlah Aku ada, tidak hanya Aku akan ada di situ, tetapi Aku ada di situ," seakan-akan Ia-lah yang datang lebih dulu, yang sudah siap di situ sebelum jemaat-Nya tiba, dan merekalah yang akan menemukan-Nya di sana. Ia mengulangi janji ini sebelum berpisah dengan murid-murid-Nya (28:20), Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman. Perhatikanlah, kehadiran Kristus dalam persekutuan orang-orang Kristen telah dijanjikan, sehingga hal tersebut harus didoakan dan dipegang teguh dalam iman. Di situlah Aku ada. Hal ini sama dengan Shekinah atau kehadiran Allah yang khusus dalam Kemah Suci dan Bait Suci pada zaman dulu (Kel. 40:34; 2Taw. 5:14).
- Walaupun hanya ada dua atau tiga orang yang berkumpul bersama, Kristus tetap hadir di tengah mereka. Hal inilah yang hendaknya mendorong kita untuk selalu berhimpun dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kali ada kesempatan.
- Pertama, karena pilihan. Di samping doa pribadi yang dipanjatkan secara pribadi dan ibadah umum oleh seluruh jemaat, juga ada saat-saat di mana dua atau tiga orang berkumpul bersama untuk saling membantu dalam doa. Ini bukan berarti bahwa doa dalam ibadah bersama kurang penting, tetapi untuk menguatkannya. Di sanalah Kristus akan hadir.
- Kedua, dalam keterbatasan. Jika tidak ada lebih dari dua atau tiga orang yang berhimpun bersama atau, walaupun ada, mereka tidak berani berhimpun karena takut terhadap orang Yahudi, Kristus akan tetap hadir di tengah-tengah mereka, karena bukan jumlahnya yang penting, melainkan iman dan ibadah yang tulus dari para penyembahlah yang mengundang kehadiran Kristus. Jika hanya ada dua atau tiga orang saja, jumlah terkecil yang memungkinkan, dan Kristus menjadi salah satu di antara mereka, maka perhimpunan mereka itu akan sama mulia dan sama khidmatnya seperti jika dua atau tiga ribu orang yang hadir, karena kehadiran Kristuslah yang terpenting.
SH: Mat 18:6-20 - Jangan menjadi penyesat. (Kamis, 19 Maret 1998) Jangan menjadi penyesat.
Orang yang menjerumuskan anak kecil ke dalam dosa, disebut Yesus penyesat. Tuhan membenci penyesat-penyesat yang merusak jiw...
Jangan menjadi penyesat.
Orang yang menjerumuskan anak kecil ke dalam dosa, disebut Yesus penyesat. Tuhan membenci penyesat-penyesat yang merusak jiwa anak kecil. Tuhan mengajarkan bahwa hanya dengan hidup menjadi seperti anak kecil, pengikut-Nya dapat merasakan hidup sebagai anggota Kerajaan Allah. Pengaruh dunia yang menggerogoti iman, yang mengakibatkan kegagalan satu anggota tubuh, sebaiknya tidak perlu melunturkan iman kita untuk percaya dan mengandalkan Tuhan. Kita patut belajar untuk senantiasa beriman dan hidup mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Allah dalam segala kesulitan hidup ini.
Mencari yang sesat. Anak kecil dikasihi Tuhan. Ada malaikat yang ditugaskan-Nya untuk melindungi mereka. Ia tidak akan membiarkan yang hilang dan tersesat. Ia mengasihi yang tersesat. Ia sendiri akan bertindak sebagai gembala dan terus mencari yang sesat sampai kembali ke pemiliknya. Jika Bapa di sorga tidak menginginkan anak-anak kecil disesatkan, apa seharusnya tindakan orang Kristen terhadap pelecehan seksual dan perusakan moral terhadap anak-anak?
Renungkan: Bukan saja orang dewasa yang melakukan kejahatan, tetapi anak-anak pun telah dilibatkan dalam pengedaran narkotika, pelacuran, dlsb. Bangkit dan buatlah sesuatu hai Kristen!
SH: Mat 18:15-35 - Penjaga saudaraku (Rabu, 16 Februari 2005) Penjaga saudaraku
Gereja tidak terdiri dari orang-orang yang sudah sempurna,
melainkan orang-orang yang dibenarkan dan sedang terus menerus
...
Penjaga saudaraku
Gereja tidak terdiri dari orang-orang yang sudah sempurna, melainkan orang-orang yang dibenarkan dan sedang terus menerus dikuduskan oleh Tuhan Yesus. Karena itu, kesalahan dan kejatuhan dalam dosa bisa juga terjadi pada orang Kristen. Bila itu terjadi, adalah tugas sesama orang Kristen untuk membimbingnya bertobat.
Bagaimana tugas menegur, menasihati dan membimbing itu harus kita lakukan? Tuhan Yesus memberikan petunjuk bahwa teguran dan nasihat itu harus dilakukan secara bertahap. Pertama, hendaklah dilakukan dalam pembicaraan pribadi antara Anda dan dia (ayat 15). Jika tahap teguran dan nasihat itu tidak ditanggapi, perlu menghadirkan saksi bukan untuk menghakimi melainkan sebagai upaya guna menyadarkan orang tersebut (ayat 16). Jika teguran dengan saksi itu pun tetap tak ditanggapi, barulah pembuat kesalahan itu ditegur dalam pertemuan jemaat Tuhan (ayat 17a). Jika sampai sudah menerima teguran demikian pun ia tetap tak berespons, maka jemaat harus memandang dia sebagai seorang yang tidak mengenal Tuhan (ayat 17b).
Pemungut cukai adalah profesi pengumpul pajak untuk pemerintah Roma, dengan imbalan yang tinggi. Biasanya, pemungut cukai adalah orang Yahudi. Namun, mereka tak segan memeras dan menyengsarakan bangsanya sendiri dengan dilindungi oleh pemerintah Roma. Pemungut cukai tidak merasa bersalah. Perbuatan egois inilah yang menjadikan para pemungut cukai dikucilkan dan dihina oleh orang Yahudi. Jika seorang Kristen telah ditegur berulangkali dengan mengikuti petunjuk Tuhan Yesus tersebut tetap mengeraskan hati, maka ia perlu diperlakukan dengan tegas. Disiplin gereja diberlakukan dengan mengucilkan dia dari persekutuan agar dia menyesali perbuatannya dan rindu untuk kembali ke dalam persekutuan tubuh Kristus.
Yang kulakukan: Aku akan berani memperingatkan kesalahan sesama saudaraku seiman supaya ia kembali ke jalan Tuhan.
SH: Mat 18:15-35 - Disiplin gereja (Senin, 22 Februari 2010) Disiplin gereja
Menjalankan disiplin gereja terhadap orang-orang yang melakukan dosa
memang tidak menyenangkan dan rumit, tetapi harus tetap
...
Disiplin gereja
Menjalankan disiplin gereja terhadap orang-orang yang melakukan dosa memang tidak menyenangkan dan rumit, tetapi harus tetap dilakukan. Perikop ini memberikan dua prinsip dalam menjalankan disiplin gereja.
Pertama, tujuan disiplin gereja adalah pertobatan (ayat 15-17). Maka dimulai dengan menegur secara pribadi sehingga tidak mempermalukannya di hadapan orang lain. Kalau tidak mau bertobat baru ada langkah-langkah lebih lanjut yang melibatkan pemimpin gereja, bahkan bila diperlukan seluruh gereja. Dosa yang ditutupi dan tidak dibereskan akan berakibat buruk menjalar ke orang lain, dan akhirnya merusak kesaksian gereja. Langkah terakhir, ketika tahapan disiplin yang diberlakukan tidak membuahkan hasil, adalah memperlakukan dia seolah-olah orang tersebut belum mengenal Allah. Jangan-jangan ia memang belum menjadi anak Tuhan sejati. Dalam hal ini gereja diberi otoritas untuk menyatakan kuasa Allah (ayat 18-20).
Kedua, disiplin harus dilandasi dengan semangat mengampuni. Jawab Yesus terhadap pertanyaan Petrus tentang berapa kali harus mengampuni sesama, tegas menyatakan tidak berhingga. Perumpamaan Yesus mengajarkan mengapa harus mengampuni tanpa batas. Yaitu karena kita telah mendapat pengampunan Allah secara tuntas dari dosa yang begitu besar. Dosa kita di hadapan Allah tidak dapat dibandingkan dengan kesalahan sesama kepada kita sebesar apa pun. Kita harus mengampuni orang lain tanpa batas karena kita telah menerima anugerah dan kemurahan Tuhan yang besar. Ia telah mengampuni kita dengan tanpa batas juga, melalui kematian Yesus di kayu salib.
Displin gereja harus dilandasi dua hal tersebut baru berjalan efektif karena berkenan kepada Tuhan. Semangat menjatuhkan orang laina atau senang dengan penderitaan orang lain harus dijauhi! Gereja akan bertumbuh sehat ketika di dalamnya anak-anak Tuhan saling menjaga kekudusan, saling mengampuni, dan saling mendorong pertobatan.
SH: Mat 18:12-35 - Gema pengampunan di tengah dendam membara (Rabu, 21 Februari 2001) Gema pengampunan di tengah dendam membara
Pelampiasan
dendam semakin sering mewarnai surat kabar, media,
dan berita televisi. Nada ketidakpuasan, i...
Gema pengampunan di tengah dendam membara
Pelampiasan dendam semakin sering mewarnai surat kabar, media, dan berita televisi. Nada ketidakpuasan, iri hati, kekecewaan, sakit hati, dan kehilangan, bagai api menyulut bensin, tak seorang pun kuasa memadamkan. Demikianlah keadaan masyarakat kita yang mudah digiring kepada dendam membara, bahkan seringkali tanpa pemahaman yang jernih akan duduk permasalahannya. Masihkah gema pengampunan terdengar di tengah dendam membara?
Kita yakin bahwa gema pengampunan masih harus terus diperdengarkan, tidak akan luntur ditelan zaman, karena misi-Nya belum tuntas. Masih banyak jiwa yang tersesat yang harus dibawa-Nya pulang. Perumpamaan Yesus tentang seekor domba yang hilang membuktikan bagaimana misi penyelamatan itu tidak pernah pudar, satu jiwa pun sangat berharga di mata-Nya. Ia tidak pernah meremehkan atau mendiskriminasi seorang manusia pun, karena setiap jiwa yang tersesat akan dicari, sehingga meluaplah sukacita-Nya ketika jiwa yang tersesat itu kembali pulang. Setiap orang yang telah ditemukan-Nya juga akan memiliki beban yang dalam melihat jiwa-jiwa yang masih tersesat. Oleh karena itu ketika kita, anak-anak Tuhan, melihat saudara kita berbuat dosa, harus mengupayakan segala cara untuk menyadarkannya dan menyerahkannya kembali kepada Tuhan. Bapa di surga juga akan bekerja di tengah- tengah kita yang sepakat berdoa bagi pertobatannya.
Gema pengampunan antar sesama, bukan berdasarkan kebaikan, kemurahhatian, kesabaran, dan belas kasih kita kepada orang lain, namun semata-mata karena anugerah pengampunan-Nya telah dinyatakan terlebih dahulu bagi kita. Sesungguhnya tak ada alasan bagi kita untuk tidak memaafkan orang lain karena kesalahannya pada kita tidak dapat dibandingkan dengan dosa kita. Jika Ia telah menganugerahkan pengampunan bagi kita, adakah kita berhak menahan pengampunan bagi orang lain yang bersalah pada kita? Hutang kita telah dilunaskan, masihkah kita menuntut orang yang telah memohon pelunasan hutangnya kepada kita? Adakah kita lebih besar dan lebih berkuasa dari Tuhan?
Renungkan: Masih banyak saudara kita yang membutuhkan pengampunan-Nya, masihkah anugerah pengampunan-Nya bergema dalam hidup kita melalui sikap kita mengampuni orang lain?
SH: Mat 18:12-20 - Jika ada yang hilang (Kamis, 21 Februari 2013) Jika ada yang hilang
Era modern mendatangkan kelimpahan sumber daya yang belum pernah terjadi di dalam sejarah, entah itu benda maupun manusia. Maka ...
Jika ada yang hilang
Era modern mendatangkan kelimpahan sumber daya yang belum pernah terjadi di dalam sejarah, entah itu benda maupun manusia. Maka dengan mudah untuk membeli barang baru, bahkan mengganti dengan orang baru, jika barang atau orang itu tidak bisa lagi dimiliki. Prinsip dunia ini jelas tak boleh kita mewarnai kehidupan berjemaat.
Nas yang kita baca hari ini memberikan dua hal: yang pertama, sebesar apa kasih Allah bagi mereka yang "sesat" dan "hilang", dan yang kedua, bagaimana mestinya persekutuan para murid, yaitu jemaat atau ekklesia, bersikap kepada mereka yang "berbuat dosa" (17). Kasih dan kehendak Allah kepada mereka yang sesat dan hilang itu disampaikan melalui perumpamaan tentang seorang gembala (12-14).
Perumpamaan ini menunjukkan bahwa Allah berinisiatif mencari mereka, dan niscaya bersukacita jika mereka yang hilang "ditemukan" kembali. Sikap Allah ini mesti mewujud dalam sikap hidup jemaat kepada saudara yang "berbuat dosa". Bukan untuk dimaklumi begitu saja, tetapi juga tidak segera menjatuhkan sanksi sosial atas dia. Hanya jika setelah ditegur secara empat mata, dengan dua atau tiga saksi, dan melalui seluruh jemaat, orang itu masih tidak mau mendengar, barulah dia dianggap sebagai "seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai." Namun di sini prinsip kasih makin nyata. Bagian ini diakhiri juga dengan jaminan dan janji bahwa Allah akan mengabulkan permintaan mereka. Tentu saja, kasih persaudaraan yang sejati akan mendorong orang Kristen berdoa supaya orang itu kembali bersekutu dengan mereka.
Gereja seringkali terjebak pada dua ekstrim: memaklumi saudara yang berbuat dosa (atas nama kasih dan pengampunan), atau sebaliknya bertindak menjaga "kesucian" jemaat dengan mengucilkan orang yang dianggap berdosa. Kedua ekstrim ini tidak mencerminkan kasih Kristus sebagai kepala gereja dan mesti kita tinggalkan. Sebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk meminta ampun kepada Allah yang maha kasih itu, dan menyatakan kasih-Nya melalui tindakan dan doa rekonsiliasi, yang dilandasi kuasa Allah.
SH: Mat 18:12-20 - Hidup dalam Komunitas (Kamis, 2 Maret 2017) Hidup dalam Komunitas
Ketika seseorang merespons dan menerima keselamatan Allah, ia menjadi bagian dari sebuah komunitas orang-orang kudus. Dalam kom...
Hidup dalam Komunitas
Ketika seseorang merespons dan menerima keselamatan Allah, ia menjadi bagian dari sebuah komunitas orang-orang kudus. Dalam komunitas Allah, setiap orang percaya dikumpulkan dan disatukan untuk saling berbagi dan bersekutu dalam Kristus sebagai umat Allah.
Dalam hidup bersama dengan para murid-Nya, Yesus sering mengajar mereka dengan contoh atau perumpamaan. Kali ini, Yesus ingin mengajarkan konsep tentang komunitas. Ia melihat gagasan itu penting agar murid-murid memahami tujuan Allah mengutus anak-Nya ke dalam dunia. Tidak lain adalah menyelamatkan manusia yang berdosa dan tersesat (12; bdk. Mat. 9:12-13). Bagi Allah, membimbing satu orang yang tersesat kepada jalan pertobatan merupakan sukacita surgawi (13; bdk. Luk. 15:4-7). Sebab Allah menghendaki seluruh umat manusia dapat diselamatkan dalam Kristus (14). Jadi, sudah menjadi keharusan bagi setiap orang percaya memprioritaskan misi Kerajaan Allah daripada ego pribadi.
Yesus memahami bahwa hidup dalam komunitas tidak senantiasa berjalan mulus karena selalu ada konflik. Untuk itu, Ia memberikan tata cara dalam memberi teguran secara bertingkat, yaitu: Pertama, menegur secara pribadi dan kekeluargaan (15). Kedua, membawa dua orang sebagai saksi mata untuk menjadi penegah yang objektif (16). Ketiga, membawa persoalan ke ranah publik sebagai putusan final, yaitu jemaat (17). Jika orang yang bersangkutan tidak bertobat, maka ia akan dikucilkan dan berada di luar perlindungan komunitas umat Allah (bdk. 1Kor. 5:1-8). Di sini, jemaat mewakili Allah untuk menjatuhkan sanksi hukuman (19-20).
Komunitas umat Allah terdiri atas manusia berdosa. Dalam penebusan Kristus, mereka telah diampuni dan dibenarkan di hadapan Allah. Mereka dikumpulkan dalam satu wadah sebagai keluarga Allah. Dengan harapan agar mereka dapat saling mengasihi satu sama lain sehingga dunia melihat mereka sebagai murid Kristus yang sejati. Kita telah menjadi bagian keluarga Allah. Karena itu, hiduplah dalam kasih dan saling menguatkan. [TG]
SH: Mat 18:12-20 - Kasih dan Kesetiaan Allah Bapa (Jumat, 10 September 2021) Kasih dan Kesetiaan Allah Bapa
Kita semua mungkin pernah mengalami kehilangan sesuatu yang sangat berharga dan betapa senangnya perasaan kita ketika ...
Kasih dan Kesetiaan Allah Bapa
Kita semua mungkin pernah mengalami kehilangan sesuatu yang sangat berharga dan betapa senangnya perasaan kita ketika kita dapat menemukannya kembali. Itulah yang sedang diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya ketika Ia memberikan perumpamaan tentang domba yang hilang.
Ketika pemilik kawanan domba tahu bahwa ia kehilangan satu dari seratus ekor dombanya, maka ia akan pergi mencari domba yang hilang itu. Yesus menekankan bahwa pemilik domba itu akan jauh lebih bersukacita karena menemukan satu domba yang sesat itu daripada sembilan puluh sembilan domba yang tidak sesat. Dengan perumpamaan itu Tuhan Yesus mengajarkan betapa besarnya kasih Allah Bapa di surga yang tidak menghendaki seorang pun dari anak-anak-Nya binasa (14). Itu sebabnya, Allah akan mencari semua umat-Nya yang tersesat untuk dibawa pulang.
Para murid bukanlah binatang domba yang sesungguhnya, mereka adalah manusia yang dapat memberikan teguran jika ada dari antara mereka yang berbuat dosa, menyimpang, atau tersesat dari jalan yang seharusnya. Mereka dapat menasihati secara pribadi, dengan beberapa orang atau saksi, atau bahkan di hadapan seluruh jemaat, dengan tujuan untuk mendapatkan saudaranya itu kembali. Dan, sebagai pilihan terakhir, jika orang yang "tersesat" itu tetap berkeras hati, maka ia harus dikucilkan dari antara mereka (15-17). Yesus memberi wewenang khusus kepada murid-murid-Nya untuk memutuskan apakah akan menerima atau menolak seseorang dalam kehidupan berjemaat pada saat itu (18).
Renungan hari ini mengajarkan betapa besarnya kasih Bapa kepada setiap anak-Nya yang tersesat dalam dosa. Yesus menegaskan bahwa Allah Bapa pasti mencari dan menyelamatkan umat-Nya agar tidak seorang pun dari mereka binasa. Allah juga memakai komunitas orang percaya untuk saling menegur dan menasihati, sebagai bentuk perpanjangan tangan Allah yang menyelamatkan. Allah mau kita hidup saling mengasihi, sama seperti Dia yang mengasihi kita. [RBS]
Topik Teologia -> Mat 18:15
Topik Teologia: Mat 18:15 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
Tanggung Jawab Terhadap Sesama
Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terh...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Saling Menerima Pertanggungjawaban Terhadap Orang Lain
- Gereja
- Kekerasan Hati dalam Hubungan Pribadi
TFTWMS -> Mat 18:15-20
TFTWMS: Mat 18:15-20 - Mengatasi Konflik: Disiplin Dan Persekutuan MENGATASI KONFLIK: DISIPLIN DAN PERSEKUTUAN (Matius 18:15-20)
15 "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mend...
MENGATASI KONFLIK: DISIPLIN DAN PERSEKUTUAN (Matius 18:15-20)
15 "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. 16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. 17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. 18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. 19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. 20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."
Yesus banyak mengajar tentang pengampunan, namun Ia tidak pernah menyiratkan bahwa para pengikut-Nya harus mengabaikan dosa. Pada poin ini Ia menguraikan prosedur yang tepat untuk menangani saudara-saudara yang berdosa (18:15-17). Ia menindaklanjuti instruksi ini dengan perwahyuan kepada para rasul-Nya tentang mengikat dan melepas persyaratan untuk orang lain (18:18-20).
Ayat 15. Ayat ini dimulai dengan kalimat bersyarat Apabila saudaramu berbuat dosa. Beberapa naskah kuno Yunani memiliki kata tambahan "terhadapmu," yang membuat kalimat ini lebih khusus dan bersifat pribadi.17Meski perkataan itu tidak muncul dalam naskah Vaticanus dan Sinaiticus, "terhadapmu" dimasukkan dalam sejumlah besar Alkitab versi modern (TEV; NIV; NRSV; NKJV; CEV; NCV; NLT). William Hendriksen percaya bahwa, terlepas dari apakah perkataan ini asli atau tidak, perintah untuk melakukan pembicaraan pribadi dengan saudara yang berbuat salah menunjukkan adanya pelanggaran pribadi.18H.L. Mansel mengarakan perhatian kepada konteksnya. Karena pembahasan sebelumnya adalah tentang jangan menjadi batu sandungan bagi salah satu dari anak-anak kecil yang percaya kepada Yesus, ia berkata, masuk akal untuk mengasumsikan bahwa dosa yang terlibat adalah suatu pelanggaran yang bersifat pribadi.19Juga, pertanyaan Petrus dalam ayat 21 tampaknya mendukung gagasan bahwa Yesus sedang mengacu kepada dosa pribadi terhadap orang Kristen lainnya.
Kata "saudara" (aÓdelfo/ß, adelphos) menunjukkan orang-orsang yang berada dalam keluarga rohani Yesus (12:46-50; 25:40; 28:10), gereja (16:18; 18:17). Dalam konteks ini, kata itu bersifat umum, termasuk laki-laki dan perempuan. Anak Allah mana saja harus ditegur ketika ia berbuat dosa terhadap seorang saudara atau saudari dalam Kristus. Ini bukan sekedar kesalahpahaman, perkataan yang meremehkan, kesalahan yang nyata, masalah sepele, atau perbedaan pendapat. Yesus sedang berbicara tentang "dosa"; Matius menggunakan kata Yunani paling mendasar untuk "dosa" (a˚marta¿nw, hamartanō).
Orang yang dilanggar punya tanggung jawab. Ia harus menegur si pelanggar dalam semangat kelemahlembutan dan kerendahan hati (Gal. 6:1). Yesus berkata, "Pergi dan tunjukkanlah kesalahannya secara pribadi" (NASB). Kata Yunani yang diterjemahkan "tunjukkanlah … kesalahannya "(ejle÷gcw, elenchō) berarti "menerangi, " " menginsafkan,"atau " menegur." Sikap umumnya adalah "Ini bukan salahku! Biarkan ia datang kepadaku." Namun, Tuhan berkata, "Pergilah kepada dia."20Saudara atau saudari yang dilanggar harus berbicara dengan si pelanggar, bukan dengan orang lain, tentang dosa itu. Masalahnya harus jangan disebarluaskan jika memungkinkan.
Yesus berkata, "Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali." Orang yang dilanggar harus bersedia mengampuni; jika tidak, saudara yang melanggar itu tidak akan bisa "didapatkan kembali." Di atas semuanya itu, ia harus menemui si pelanggar dengan maksud untuk memenangkan orang itu kembali, bukan untuk memenangkan perdebatan. Kata Yunani "mendapatkan kembali" (kerdai÷nw, kerdainō) digunakan dalam acuan untuk menyelamatkan orang yang hilang (1 Kor. 9:19-24), tetapi sama pentingnya juga untuk mendapatkan kembali orang yang suka melawan. Yakobus menulis, "Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa" (Yak. 5:19, 20; lihat Yudas 22, 23).
Ayat 16. Jika tidak terjadi pertobatan setelah peringatan pertama, Yesus berkata, kunjungan kedua harus dilakukan: "Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi." "Seorang atau dua orang," bersama dengan pihak pelang- gar, akan menjadi percakapan di hadapan dua atau tiga saksi. Sebuah prinsip yang sudah lama mapan dalam menyelesaikan perbedaan pendapat atau dalam memverifikasi fakta adalah dengan melibatkan orang lain (Bil. 35:30; Ula. 17:6; 19:15; 2 Kor. 13:1). Intervensi seperti itu memastikan bahwa lebih dari satu orang mendengar pembahasan itu dan tahu apa yang terjadi—supaya perkara itu tidak disangsikan. Cara itu juga punya tujuan lain: Masalahnya mungkin tidak seperti anggapan orang yang dilanggar, yang dalam hal ini pihak ketiga mungkin bisa membantu dia untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dan dengan demikian memperbaiki masalah itu.
Ayat 17. Setelah teguran kedua, jika orang yang berdosa itu tidak bertobat, maka apa yang awalnya merupakan masalah pribadi haruslah diungkapkan kepada umum. Masalahnya harus dibawa ke hadapan gereja, yaitu jemaat lokal (lihat komentar tentang 16:18). Situasinya sudah cukup serius sehingga, jika orang yang berdosa itu tidak bertobat, ia mungkin kehilangan jiwanya. Karena benar begitu, doa dan nasihat segenap anggota gereja diarahkan kepada orang berdosa itu untuk mendorong timbulnya pertobatan yang diperlukan. Sekali lagi, tujuannya adalah untuk mendapatkan kembali saudara yang berdosa itu (18:15).
Jika nasihat yang ketiga ini gagal, pelanggar yang tidak mau bertobat itu harus didisiplinkan oleh gereja. Bahkan dalam tindakan ini, di mana saudara yang melawan itu dikucilkan, tujuannya tetap untuk pertobatan dan keselamatan (1 Kor. 5:5; 2 Tes. 3:14, 15; 1 Tim. 1:20; Tit. 3:10, 11). Yesus berkata, "pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai." Tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai dikenal atas cara hidup mereka yang jahat (lihat komentar tentang 5:46, 47). Secara umum, orang-orang Yahudi tidak bisa makan bersama mereka, bepergian dengan mereka, atau membawa masuk barang-barang mereka ke dalam rumah mereka. Mereka tidak ada hubungannya dengan orang-orang seperti itu. Meski Yesus tidak membenarkan sikap ini, Ia kadang-kadang menggunakan sikap itu dalam pelbagai ilustrasi-Nya (lihat, misalnya, 8:5-13; 9:9-13; 18:17).21
Prosedur yang digariskan oleh Yesus dalam Matius 18:15-17 ini mirip dengan apa yang dipraktikkan dalam Yudaisme. Dalam sekte di Qumran, anggota yang dilanggar diperintahkan menegur rekannya pada hari yang sama pelanggaran itu terjadi (lihat Ima. 19:17). Ia harus mendatangi si pelanggar dengan ditemani beberapa saksi sebelum mengungkapkan masalah itu di hadapan perhimpunan umum.22
Di Qumran, mereka yang memberontak diusir dari masyarakat itu. Dalam Yudaisme arus utama, orang-orang juga bisa dikucilkan dari sinagoga (Yoh. 9:22; 12:42). Para pemimpin sinagoga juga menggunakan cambuk untuk mendisiplinkan umat itu (10:17)23—praktik yang tidak memiliki tempat dalam agama Kristen.
Ayat 18. Selanjutnya, Yesus berkata, "Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Ketika Ia membuat pernyataan ini, yang Tuhan sedang acukan adalah para rasul itu (lihat 18:1). Itu juga jelas ditujukan untuk gereja (lihat 18:17). Ini adalah pernyataan yang sama yang dibuat kepada Petrus (lihat komentar tentang 16:19), jadi ia tidak diberi keunggulan khusus atas para rasul lainnya (lihat Yoh. 20:23). Pernyataan dalam konteks ini pastinya berarti bahwa, jika gereja di bumi secara dapat dibenarkan mengucilkan orang berdosa (lihat 1 Kor. 5:11, 12), maka keputusan gereja itu mencerminkan apa yang telah diputuskan di pengadilan sorga. Dengan menyingkirkan orang berdosa yang tidak mau bertobat dari persekutuan gereja, para anggota gereja itu sekedar meratifikasi putusan yang telah dibuat di sorga.24Perlu dicatat bahwa Josephus menggunakan istilah "diikat" dan "dilepas" dalam hal persekutuan dan pengucilan, dan tidak sekedar menyatakan apa yang wajib dan apa yang tidak.25
Ayat 19. Yesus kemudian berkata, "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga." Kata Yunani untuk "sepakat" (sumfwne÷w, sumphōneō) berada di balik kata Indonesia "simfoni." Dalam kasus ini, "dua" (yang mengingatkan pada pernyataan dalam ayat 16) selaras dengan satu sama lainnya. Jika dua murid yang setia sepakat bahwa seorang berdosa telah bertobat atau tidak bertobat, mereka dapat yakin bahwa keputusan mereka akan disepakati oleh Allah. Pernyataan ini tidak dapat digunakan untuk mengajarkan bahwa hal apa pun yang mungkin disepakati oleh dua orang Kristen akan dilakukan juga oleh Allah. Janji seperti itu akan sudah membuat Allah tunduk kepada keinginan manusia yang berubah-ubah. Itu hanya berarti bahwa, dalam konteks apa yang benar dan sesuai dengan kehendak Allah, apa pun yang diminta oleh dua orang murid akan Allah lakukan (lihat 1 Yoh. 5:14, 15).
Ayat 20. Ayat ini sering digunakan untuk mengacukan perkumpulan dua atau tiga orang Kristen untuk menyembah Allah. Perhimpunan itu tentunya tercakup dalam ayat itu. Namun begitu, ayat itu harus dipahami dalam konteksnya sekarang. Di sini dua atau tiga orang itu berkumpul bukan untuk beribadah. Mereka berkumpul untuk memverifikasi pertobatan atau ketidaksesalan seorang saudara atau saudari yang melakukan pelanggaran. Yesus menjanjikan kehadiran dan dukungan-Nya kepada peristiwa seperti itu: "Aku ada di tengah-tengah mereka."
Pernyataan ini mirip dengan apa yang diajarkan para rabi. Mereka mengatakan bahwa ketika dua atau tiga orang duduk dalam penghakiman, Shekinah (kehadiran ilahi) ada di tengah-tengah mereka.26Yesus memang "Allah beserta kita" (1:23); dan, secara lebih umum, Ia telah menjanjikan kehadiran-Nya di tengah-tengah gereja-Nya sampai akhir zaman (28:20).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) MENYELESAIKAN KONFLIK (Matius 18:15-20)
Meski di sini terdapat prinsip dalam menangani orang Kristen yang berbuat salah kepada orang lain dan tidak m...
MENYELESAIKAN KONFLIK (Matius 18:15-20)
Meski di sini terdapat prinsip dalam menangani orang Kristen yang berbuat salah kepada orang lain dan tidak mau bertobat, namun teks ini sering diberikan penafsiran yang lebih luas yang tidak benar-benar berlaku. Nas ini secara khusus berkaitan dengan pelanggaran yang bersifat personal, perorangan yang dilakukan oleh seorang Kristen terhadap yang lainnya. Dalam hal ini, ketika orang yang melanggar itu tidak bertobat setelah diadakan pertemuan pribadi, maka hal itu harus diungkapkan kepada seluruh anggota gereja. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa tindakan seperti itu akan membuat si pelanggar itu bertobat.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGGEMBALAKAN DOMBA TUHAN (Matius 18:10-35)
Ketika Yesus mengajar murid-murid-Nya, Ia memberi mereka pelajaran penting yang harus diterapkan oleh pa...
MENGGEMBALAKAN DOMBA TUHAN (Matius 18:10-35)
Ketika Yesus mengajar murid-murid-Nya, Ia memberi mereka pelajaran penting yang harus diterapkan oleh para pengikut-Nya sekarang ini (18:10-35).
Orang Kristen harus cukup peduli untuk mengawasi anak-anak kecil itu (18:10-14). Kita harus jangan memandang orang lain sebagai lebih rendah. Allah mengasihi mereka, para malaikat mengawasi mereka (18:10; lihat Ibr. 1:14), dan Yesus datang untuk menyelamatkan mereka (18:11). Setiap orang adalah penting bagi Allah (18:12-14).
Orang Kristen harus cukup peduli untuk mendisiplinkan mereka yang berdosa dan tidak mau bertobat (18:15-20). Gereja punya tanggung jawab untuk menjaga dirinya murni, seperti yang Paulus instruksikan kepada jemaat di Korintus (1 Kor. 5:4-11). Jika dosa diperbolehkan hidup secara terbuka di gereja, kepentingan Kristus merugi. Disiplin dimaksudkan untuk membawa orang berdosa kembali kepada Allah.
Orang Kristen harus cukup peduli untuk mengampuni (18:21-35). Marilah kita dengan hati-hati mempertimbangkan pertanyaan Petrus, jawaban Tuhan, dan perumpamaan pengampunan.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Pengajaran SANG RAJA Tentang Hubungan 18:1-35
Hubungan Dalam Kerajaan
Matius 18 terdiri dari empat atau lima bagian pengajaran dalam kitab M...
Matius: Pengajaran SANG RAJA Tentang Hubungan 18:1-35
Hubungan Dalam Kerajaan
Matius 18 terdiri dari empat atau lima bagian pengajaran dalam kitab Matius, masing-masing bagian itu disusul dengan kata-kata penutup "Setelah Yesus mengakhiri perkataan ini" (7:28; 11:1; 13:53, 19:1; 26:1). Bagian keempat ini berisi ajaran yang disajikan ketika Tuhan masih di Kapernaum, sesaat sebelum perjalanan-Nya ke Yudea dan Yerusalem (19:1; 21:1).
Pada titik ini, fokus ajaran Yesus adalah hubungan dalam komunitas iman yang baru, gereja, yang Ia akan dirikan (16:18). Pasal ini bergerak dari topik ke topik dan dibagi ke dalam lima bagian: (1) yang terbesar dalam kerajaan (18:1-4), (2) peringatan jangan menjadi batu sandungan (18:5-9), (3) perumpamaan domba yang hilang (18:10-14), (4) mengatasi konflik (18:15-20), dan (5) perumpamaan hamba yang tak mau mengampuni (18:21-35).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Poin-poin utama ini disadur dari pelbagai kualitas yang dicantumkan oleh William Barclay, The Gospel of Matthew, vol. 2, 2d ed., T...
Catatan Akhir:
- 1 Poin-poin utama ini disadur dari pelbagai kualitas yang dicantumkan oleh William Barclay, The Gospel of Matthew, vol. 2, 2d ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1958), 190-92.
- 2 Lihat Mat. 5:1; 13:10, 36; 14:15; 15:12, 23; 17:19; 24:1, 3; 26:17.
- 3 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 447.
- 4 Namun begitu, sifat kekanak-kanakan kadang-kadang digunakan secara negatif dalam Perjanjian Baru untuk mencerminkan ketidakdewasaan rohani (11:16, 17; 1 Kor. 13:11; 14:20; Efe. 4:14; Ibr. 5:13, 14).
- 5 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 156.
- 6 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 461.
- 7 Lihat Mat. 5:29, 30; 11:6; 13:21, 57; 15:12; 16:23; 17:27; 18:6, 8, 9; 24:10; 26:31, 33.
- 8 1 Clement 46.8.
- 9 Josephus melaporkan bahwa orang-orang Galilea memberontak, menciduk orang-orang dari kelompok Herodes dan menenggelamkan mereka dalam danau. (Josephus Antiquities 14.15.10.) Suetonius mengatakan bahwa Augustus pernah menenggelamkan beberapa orang ke dalam sungai dengan pemberat diikatkan pada leher mereka. (Suetonius Lives of the Caesars: Augustus 2.67.)
- 10 Untuk informasi lebih banyak, bersama dengan beberapa foto, lihat Carl G. Rasmussen, "Mill; Millstone," in The International Standard Bible Encyclopedia , rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1986), 3:355-56.
- 11 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 56. Dalam bahasa Ibrani, semua teks yang dikutip menyebut "wajah" raja.
- 12 Morris, 465.
- 13 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 36.
- 14 Mishnah Peah 4.2; Jerusalem Talmud Shabbath 14.3.
- 15 Keener, 452.
- 16 Lewis, 57.
- 17 Metzger, 36.
- 18 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 697-98.
- 19 H. L. Mansel, The Bible Commentary, vol. 7, Matthew to Luke (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 95.
- 20 Sebelumnya dalam Matius, tanggung jawab untuk memulai perdamaian ditempatkan pada si pelanggar (lihat komentar tentang 5:23, 24).
- 21 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 275.
- 22 Community Rule 5.24-6.1; Damascus Rule 9.2-4.
- 23 Mishnah Makkoth 3.1, 2.
- 24 Keener, 454.
- 25 Josephus Wars 1.5.2.
- 26 Talmud Berakoth 6a; lihat Mishnah Aboth 3.2, 3.
- 27 Talmud Yoma 86b.
- 28 Lihat Coy D. Roper, Exodus, Truth for Today Commentary (Searcy, Ark.: Resource Publications, 2008), 612.
- 29 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 538.
- 30 Josephus Antiquities 17.11.4.Josephus menyinggung tentang penawaran pemungutan pajak sebesar delapan ribu talenta untuk Palestina dalam periode sebelumnya. (Lihat juga 12.4.4.)
- 31 Adolf Deissmann, Light from the Ancient East, rev. ed., trans. Lionel R. M. Strachan (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1978), 331.
- 32 Livy 26.34.3.
- 33 Morris, 475.
- 34 Demikian pula, Mishnah menggambarkan orang yang mencekik leher seorang penghutang di pasar. (Mishnah Baba Bathra 10.8.)
- 35 Lewis, 62.
- 36 Tobit 5:21, 22; 12:11-22; 1 Enoch 100.5; Jubilees 35.17; Testament of Levi 5.6; Testament of Jacob 2.5, 6; Pseudo-Philo 11.12; 15:5; 59.4; Genesis Rabbah 44.3; 60.15; Song Rabbah 3.6.3.
- 37 Lihat Origen Homilies on Luke 12.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi