Teks -- Matius 26:29 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 24:3--26:45
Full Life: Mat 24:3--26:45 - PERCAKAPAN DI BUKIT ZAITUN.
Nas : Mat 24:3-25:46
Nubuat Yesus ini terutama merupakan jawaban atas pertanyaan para
murid-Nya, "Apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan du...
Nas : Mat 24:3-25:46
Nubuat Yesus ini terutama merupakan jawaban atas pertanyaan para murid-Nya, "Apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" Yesus memberikan kepada mereka:
- (1) tanda-tanda umum yang akan terjadi selama zaman ini sampai pada akhir zaman (Mat 24:4-14);
- (2) tanda-tanda khusus yang menunjukkan bahwa akhir zaman telah tiba, yaitu masa kesengsaraan besar (Mat 24:15-28);
- (3) tanda-tanda yang menakjubkan yang terjadi pada saat Ia datang dengan kemuliaan dan kuasa (Mat 24:29-31);
- (4) peringatan kepada orang kudus dalam masa kesengsaraan besar agar berjaga-jaga terhadap tanda-tanda yang menuju kepada kedatangan Kristus yang dinanti-nantikan segera setelah masa kesengsaraan besar berakhir (Mat 24:32-35);
- (5) peringatan kepada orang percaya yang hidup sebelum masa
kesengsaraan untuk siap sedia secara rohani karena kedatangan
Kristus untuk jemaat-Nya akan terjadi pada saat yang tak diduga-duga
(Mat 24:36-51; 25:1-30;
lihat cat. --> Yoh 14:3, dan
[atau ref. Yoh 14:3]
lihat art. KEANGKATAN GEREJA);
- (6) suatu gambaran mengenai penghakiman bangsa-bangsa setelah Ia datang kembali ke bumi (Mat 25:31-46). Perlu diperhatikan bahwa banyak rincian mengenai kedatangan kembali Kristus tidak dijelaskan dalam pasal Mat 24:1-51. Selanjutnya, sampai saat ini belum ada seorang pun yang mengartikan semua nubuat mengenai akhir zaman dengan kepastian penuh. Dalam percakapan Yesus terdapat unsur rahasia yang perlu kerendahan hati dan hati yang tertuju kepada Tuhan Yesus sendiri. Kita dapat menantikan tambahan pengertian tentang penyataan ini pada akhir zaman (bd. Dan 12:9).
Jerusalem -> Mat 26:29
Jerusalem: Mat 26:29 - dalam Kerajaan Bapaku Ini menyindir perjamuan pada akhir zaman, bdk Mat 8:11; Mat 22:1 dst. Sudah berakhirlah perjamuan-perjamuan Yesus bersama murid-muridNya di dunia ini.
Ref. Silang FULL -> Mat 26:29
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 26:26-30
Matthew Henry: Mat 26:26-30 - Penetapan Perjamuan Malam Penetapan Perjamuan Malam (26:26-30)
Di sini diceritakan mengenai penetapan ibadah agung Injil, yaitu Perjamuan Malam Tuhan, yang diberikan oleh Tu...
Penetapan Perjamuan Malam (26:26-30)
- Di sini diceritakan mengenai penetapan ibadah agung Injil, yaitu Perjamuan Malam Tuhan, yang diberikan oleh Tuhan.
- Perhatikan:
- I. Waktu penetapannya, ketika mereka sedang makan, menjelang perjamuan Paskah usai, sebelum meja perayaan korban dibereskan, karena penetapan ini akan mengganti perayaan tersebut. Kristus adalah korban Paskah bagi kita, dan melalui-Nya penebusan dilakukan (1Kor. 5:7), Kristus adalah anak domba Paskah kita yang telah disembelih. Bagi kita, ibadah ini adalah perjamuan makan Paskah, di mana pengorbanan dilakukan, dan perayaan dilaksanakan untuk memperingati pembebasan yang jauh lebih besar daripada keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Seluruh ketentuan korban pendamaian yang ada selama itu terkandung dalam kematian Kristus, dan karena itu semua ketentuan itu tidak berlaku lagi. Demikian pula, seluruh ketentuan perayaan sukacita masa itu juga terkandung dalam sakramen atau ibadah Paskah Kristus ini, dan karena itu ketentuan tersebut juga dibatalkan.
- II. Penetapan itu sendiri. Sebuah sakramen harus ditetapkan, bukan sebagai bagian dari penyembahan moral, juga tidak ditentukan oleh hikmat alam, tetapi memperoleh keberadaan dan maknanya dari penetapan itu sendiri, yaitu penetapan ilahi. Pembuat kovenan atau perjanjian memiliki hak istimewa untuk memeteraikan kovenan itu. Oleh karena itu, Rasul Paulus (1Kor. 11:23 dst.), ketika berbicara mengenai ibadah ini, menyebut Yesus Kristus sebagai Tuhan, karena, sebagai Tuhan, Tuhan dari kovenan tersebut, Tuhan dari gereja, Dialah yang menetapkan ibadah ini, yang di dalamnya:
- . Tubuh Kristus diartikan dan dilambangkan dengan roti, seperti yang pernah Ia katakan (Yoh. 6:35), "Akulah roti hidup." Atas dasar kiasan inilah sakramen tersebut dibentuk. Sebagaimana kehidupan tubuh kita disokong oleh roti, yang dipakai untuk pemeliharaan jasmani (4:4; 6:11), begitu pula kehidupan jiwa disokong dan dipelihara melalui perantaraan Kristus.
- (1) Ia mengambil roti, ton arton -- sekerat roti, yang sudah disediakan untuk maksud perjamuan. Mungkin roti itu tidak beragi. Akan tetapi, karena masalah ini tidak diperhatikan di sini, kita tidak boleh terikat dengan masalah ini, seperti yang dilakukan beberapa gereja Yunani. Kristus mengambil roti dengan khidmat, dan mungkin dilakukan-Nya dengan sebegitu rupa supaya diperhatikan oleh mereka yang duduk bersama-sama dengan Dia, supaya mereka menantikan sesuatu yang luar biasa dari tindakan tersebut. Itulah yang dipersiapkan Tuhan dengan hikmat kasih ilahi untuk melaksanakan penebusan kita.
- (2) Dia mengucap berkat. Dia memisahkan roti itu untuk tujuan saat itu dengan mengucapkan doa dan pengucapan syukur atasnya. Kita tidak mendapati-Nya memakai serangkaian kalimat tertentu dalam kesempatan ini, tetapi apa yang dikatakan-Nya, tidak diragukan lagi, dimaksudkan untuk menjelaskan apa yang sedang dilakukan-Nya saat itu, yaitu mengenai perjanjian baru yang harus dimeteraikan dan disahkan melalui ibadah ini. Ini seperti berkat Allah bagi hari ketujuh (Kej. 2:3), hari yang dipisahkan khusus untuk menghormati Allah, dan dijadikan sebagai hari yang penuh berkat bagi mereka yang mengindahkannya. Kristus dapat memerintahkan berkat, dan kita, dalam nama-Nya, didorong untuk meminta berkat itu.
- (3) Dia memecah-mecahkannya, yang menunjukkan:
- [1] Pemecahan tubuh Kristus bagi kita, demi kepentingan kita. Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita, layaknya gandum yang dikirik sampai hancur (Yes. 28:28). Meski tak ada satu pun dari tulangnya yang dipatahkan (karena semua penyiksaan terhadapnya itu tidak melemahkan Dia), akan tetapi daging-Nya diremukkan sampai hancur, dan luka-lukanya diperbanyak (Ayb. 9:17; 16:14), dan itu menyakitkan-Nya. Tuhan Allah mengeluh karena hati para pendosa yang berzinah (Yeh. 6:9). Hukumnya telah dilanggar, perjanjian kita dengan-Nya menjadi rusak, dan kini keadilan menuntut patah ganti patah (Im. 24:20), dan Kristus pun diremukkan untuk memuaskan tuntutan itu.
- [2] Pemecahan tubuh Kristus bagi kita itu bagaikan seorang ayah yang membagi-bagikan roti kepada anak-anaknya. Pemecahan tubuh Kristus bagi kita adalah untuk maksud yang demikian juga. Segalanya telah dipersiapkan bagi kita oleh Allah dengan mengaruniakan firman dan anugerah-Nya bagi kita.
- (4) Dia memberikannya kepada murid-murid-Nya, sebagai Kepala keluarga, dan Tuan yang empunya perayaan itu. Tidak dikatakan bahwa Dia memberikannya kepada para rasul, sekalipun mereka semua itu adalah rasul, dan sering disebut demikian sebelumnya, melainkan kepada murid-murid-Nya, karena semua murid Kristus memiliki hak atas ibadah ini. Jadi, dia yang sungguh-sungguh menjadi murid Kristus, dia akan menerima manfaat dari ibadah ini. Kristus membagi-bagikan roti kepada murid-murid ini seperti yang dilakukannya dulu dengan menggandakan roti untuk orang banyak, supaya melalui mereka roti ini juga disalurkan kepada semua pengikut-Nya yang lain.
- (5) Dia berkata, "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku" (ay. 26).
- Di sini Ia memberi tahu mereka:
- [1] Apa yang harus mereka lakukan dengan roti itu. "Ambillah, makanlah. Terimalah Kristus yang ditawarkan kepadamu, terima, dan akui pendamaian yang dilakukan-Nya, terimalah segala persyaratannya karena di dalamnya terkandung keuntungan yang ditawarkan kepadamu. Tundukkanlah dirimu di bawah anugerah dan pemerintahan-Nya." Percaya kepada Kristus harus ditunjukkan dengan menerima-Nya (Yoh 1:12), dan memakan-Nya (Yoh. 6:57-58). Daging yang hanya dipandang saja, atau hidangan yang dihias dengan cantiknya tidak akan memberi manfaat bagi tubuh kita sampai kita memakannya. Begitu pula dengan ajaran Kristus.
- [2] Apa yang akan mereka peroleh dari roti ini. Inilah tubuh-Ku, bukan outos -- roti ini, tetapi touto -- makan dan minum ini. Dengan percaya, jiwa kita akan mendapat segala keuntungan dari kematian Kristus. Inilah tubuh-Ku, secara rohani dan secara sakramen. Roti ini berarti dan melambangkan tubuh-Ku. Dia memakai bahasa yang sakral, seperti dalam Keluaran 12:11. Itulah Paskah bagi Tuhan. Ada gereja yang salah mengartikan kata-kata ini dengan mengajarkan doktrin transubstansi yang mengubah roti itu menjadi substansi tubuh Kristus itu sendiri. Kita menikmati matahari bukan dengan menggenggam matahari tersebut dalam tangan kita, melainkan dengan menikmati pantulan sinarnya yang mengenai kita. Begitu pula kita menikmati Kristus karena kita menikmati anugerah-Nya dan buah-buah berkat dari pemecahan tubuh-Nya.
- . Darah Kristus diartikan dan dilambangkan dengan anggur.
- Untuk melengkapi perayaan tersebut, bukan saja ada roti untuk memperkuat tubuh, tetapi juga anggur untuk menyukakan hati (ay. 27-28). Ia mengambil cawan, yaitu cawan anugerah yang telah disiapkan untuk diminum setelah pengucapan syukur, sesuai dengan kebiasaan orang Yahudi pada hari Paskah. Cawan ini diambil Kristus dan dijadikan-Nya sebagai cawan sakramen, dan dengan demikian mengubah sifatnya. Cawan itu dimaksudkan sebagai cawan berkat (demikianlah orang Yahudi menyebutnya), dan karena itulah Rasul Paulus dengan tegas membedakan cawan berkat yang kita berkati, dengan yang mereka berkati. Dia mengucap syukur, untuk mengajar kita supaya selalu mengarahkan mata kita kepada Allah, bukan hanya dalam setiap ibadah, melainkan dalam setiap bagian dari ibadah itu.
- Dia memberikan cawan itu kepada para murid-Nya:
- (1) Disertai sebuah perintah, Minumlah kamu semua. Dengan itu, Dia menyambut semua tamu-Nya untuk datang ke meja-Nya, mengharuskan mereka semua untuk minum dari cawan-Nya. Mengapa dengan tegas Ia menyuruh mereka semua untuk minum, dan tidak ingin melewatkan satu orang pun, serta menekankan hal itu lebih dari bagian lain dari ibadah tersebut? Tentu karena Dia telah dapat melihat bagaimana berabad-abad setelah itu, hal ini akan tercoreng karena orang-orang awam tidak lagi diperkenankan ambil bagian dalam cawan tersebut, sekalipun hal itu telah ditekankan oleh perintah Kristus waktu itu.
- (2) Dengan sebuah penjelasan, Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian baru. Karena itu, minumlah dengan penuh selera, dengan senang hati, karena hal itu baik adanya. Hingga saat itu darah Kristus selalu dilambangkan dengan darah binatang, darah asli. Tetapi, setelah darah Kristus sendiri benar-benar ditumpahkan, kini hal itu dilambangkan dengan darah buah anggur, sebagai kiasan. Maka dari itu, anggur disebut-sebut dalam nubuat tentang Kristus dalam Perjanjian Lama (Kej. 49:10-11).
- Nah, perhatikanlah apa yang dikatakan Kristus mengenai darah-Nya yang dilambangkan dalam sakramen tersebut.
- [1] Inilah darah-Ku, darah perjanjian baru. Perjanjian Lama disahkan oleh darah lembu dan kambing jantan (Ibr. 9:20; Kel. 24:8), tetapi Perjanjian Baru disahkan oleh darah Kristus, yang di sini dibedakan dari darah perjanjian lama itu. Inilah darah-Ku, darah perjanjian baru. Segala keuntungan serta hak istimewa yang terdapat dalam kovenan atau perjanjian yang diadakan Allah dengan kita, semuanya adalah berkat kematian Kristus.
- [2] Ditumpahkan. Walaupun darah Kristus baru akan ditumpahkan keesokan harinya, kini darah itu sudah akan mencapai titik tumpahnya, seakan-akan sudah terjadi sekarang. "Sebelum kamu sendiri dapat mengulang ibadah ini, darah Kristus akan ditumpahkan terlebih dahulu." Kini Dia siap untuk dipersembahkan, dan darah-Nya akan dicurahkan, sebagaimana darah kurban pendamaian.
- [3] Ditumpahkan bagi banyak orang. Kristus datang untuk menggenapi perjanjian (kovenan) bagi banyak orang (Dan. 9:27), dan maksud kematian-Nya adalah untuk tujuan itu. Darah dalam Perjanjian Lama ditumpahkan bagi sedikit orang, untuk menggenapi kovenan yang (seperti dikatakan Musa) telah diadakan Tuhan dengan kamu (Kel. 24:8). Pendamaian waktu itu diadakan hanya bagi orang Israel (Im. 16:34). Tetapi Yesus Kristus adalah Pendamai bagi dosa-dosa seluruh dunia (1Yoh. 2:2).
- [4] Darah-Nya ditumpahkan bagi pengampunan dosa, untuk membeli pengampunan bagi dosa kita. Penebusan yang kita miliki melalui darah-Nya adalah pengampunan dosa (Ef. 1:7). Kovenan baru yang diperoleh dan disahkan oleh darah Kristus adalah perjanjian pengampunan, suatu tindakan untuk mengganti rugi, untuk mewujudkan pendamaian antara Allah dan manusia, karena dosa adalah satu-satunya penyebab perpecahan mereka, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibr. 9:22). Pengampunan dosa merupakan berkat terbesar, yang, dalam Perjamuan Malam, dianugerahkan pada semua orang percaya. Hal ini merupakan dasar dari segala berkat yang lain, dan sumber dari penghiburan yang kekal (9:2-3). Terjadilah perpisahan dengan hasil pokok anggur (ay. 29). Kristus dan para murid-Nya telah mengadakan perayaan bersama-sama dan dihiburkan dalam perayaan baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, fibula utriusque Testamenti -- tali penghubung dari kedua Perjanjian tersebut. Betapa menyenangkannya kedua kemah kediaman ini dan betapa baiknya berada di sana! Belum pernah ada tempat semulia ini di atas bumi ini seperti meja di waktu perayaan hari itu. Akan tetapi, hal ini tidak dimaksudkan untuk berlangsung selamanya, karena kini Dia memberi tahu mereka (Yoh. 16:16), bahwa tinggal sesaat saja dan mereka tidak melihat Dia lagi, dan tinggal sesaat saja pula dan mereka akan melihat Dia. Ini artinya:
- Pertama, Dia pamit dari persekutuan di antara mereka. Mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini, yang berarti, Aku tidak akan ada lagi di dalam dunia (Yoh. 17:11). Aku sudah cukup lama hidup di dunia ini, dan Aku senang untuk segera meninggalkannya, senang bahwa ini adalah perjamuan terakhir-Ku. Selamat tinggal hasil pokok anggur, cawan Perjamuan Malam, anggur sakramen ini. Para orang suci yang akan segera meninggal mengucapkan selamat tinggal pada sakramen dan ibadah persekutuan lain yang mereka nikmati di dunia ini, dengan suatu penghiburan, bahwa sukacita dan kemuliaan yang akan segera mereka kecap akan lebih besar dari semuanya itu. Cahaya lilin akan segera ditinggalkan sewaktu sang surya beranjak naik.
- Kedua, Dia meyakinkan mereka akan adanya suatu pertemuan yang penuh dengan kebahagiaan nantinya. Memang perpisahan ini akan berlangsung lama, namun tidak berarti selamanya, sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu.
- . Beberapa orang mengartikannya sebagai pertemuan Yesus dengan mereka setelah kebangkitan-Nya, yang merupakan langkah pertama dari pengangkatan-Nya ke dalam Kerajaan Bapa-Nya. Meskipun selama empat puluh hari tersebut Ia tidak begitu banyak bercakap-cakap dengan para murid sebagaimana sebelumnya, namun Dia masih tetap makan dan minum bersama-sama dengan mereka (Kis. 10:41). Hal itu menguatkan iman mereka, dan pastilah menghibur hati mereka, sebab mereka amatlah bergirang karenanya (Luk. 24:41).
- . Beberapa orang juga memahaminya sebagai sukacita dan kemuliaan di kemudian hari, saat semua orang suci mengambil bagian dalam persekutuan yang kekal bersama Tuhan Yesus, yang di sini digambarkan sebagai pesta anggur. Itulah Kerajaan Bapa-Nya, karena kepada-Nyalah Kerajaan itu akan diberikan. Anggur dari piala penghiburan (Yer. 16:7) akan selalu baru, tidak akan pernah menjadi tawar atau masam, sebagaimana anggur yang telah lama disimpan. Anggur itu tidak akan pernah memabukkan atau tidak mengenakkan, seperti yang dirasakan orang yang telah terlalu banyak meminumnya, akan tetapi selalu segar. Kristus sendiri akan mengambil bagian dalam kenikmatan tersebut, karena semuanya adalah sukacita yang dipersiapkan bagi Dia, yang selalu dinanti-nantikan-Nya, dan semua sahabat dan pengikut setia-Nya akan menikmatinya bersama-sama dengan Dia.
- Terakhir, suasana khidmat itu diakhiri dengan sebuah nyanyian pujian (ay. 30). Mereka menyanyikan nyanyian pujian atau mazmur. Tidak diketahui dengan pasti apakah itu kidung yang biasa dinyanyikan orang Yahudi pada penutupan perjamuan Paskah, yang biasa mereka sebut Pujian Agung, yaitu Mazmur 113 dan lima pasal setelahnya, atau nyanyian pujian baru yang lebih disesuaikan dengan keadaan waktu itu. Saya lebih condong berpikir bahwa nyanyian itu adalah yang pertama, karena bila nyanyian tersebut adalah nyanyian baru, Yohanes pasti akan mencatatnya.
- Perhatikan:
- . Menyanyikan kidung pujian merupakan ibadah dalam Alkitab. Maksud Kristus memindahkan nyanyian pujian dari penutupan Paskah ke penutupan Perjamuan Malam adalah untuk menekankan bahwa Dia ingin agar ketentuan itu terus berlanjut dalam gereja-Nya. Karena ibadah itu tidak terlahir dari peraturan upacara menurut hukum, jadi ibadah itu pun tidak harus punah saat hukum itu dihapuskan.
- . Nyanyian pujian layaklah dinaikkan setelah Perjamuan Malam, sebagai ungkapan sukacita kepada Allah melalui Yesus Kristus, dan sebagai pengucapan syukur atas kasih-Nya yang besar yang telah Allah nyatakan melalui Dia.
- . Meskipun waktu itu penuh dukacita dan derita, namun bukannya tidak pantas untuk menyanyikan pujian. Para murid memang sedang bersusah hati, dan Kristus sedang berjalan menuju penderitaan-Nya, akan tetapi mereka masih dapat menyanyikan nyanyian pujian bersama-sama. Sukacita dalam jiwa kita tidak boleh dirusakkan oleh kesusahan yang tengah menerpa dari luar.
- Setelah selesai, mereka pergi ke Bukit Zaitun. Dia tidak tinggal di rumah itu supaya ditangkap di sana, karena tidak mau menyusahkan si pemilik rumah. Dia juga tidak pergi ke kota karena itu bisa menyebabkan terjadinya keributan. Karena itu, Dia menyepi ke daerah perbatasan, yaitu Bukit Zaitun, bukit yang sama di mana dalam kesusahannya Daud pernah mendakinya sambil menangis (2Sam. 15:30). Mereka berjalan ke sana, dibantu oleh sinar rembulan, karena hari Paskah selalu jatuh pada waktu bulan purnama. Perhatikan, setelah kita mengambil bagian dalam Perjamuan Malam, baiklah bagi kita untuk menyepi sehingga kita dapat berdoa dan merenung, menyendiri bersama Allah.
SH: Mat 26:26-29 - Yesus memaknai Paskah secara baru (Kamis, 17 Maret 2005) Yesus memaknai Paskah secara baru
Untuk orang Yahudi merayakan Paskah berarti merayakan
kemerdekaan mereka dari perbudakan Mesir. Keluarga berku...
Yesus memaknai Paskah secara baru
Untuk orang Yahudi merayakan Paskah berarti merayakan
kemerdekaan mereka dari perbudakan Mesir. Keluarga berkumpul,
menceritakan ulang kisah itu, dan makan bersama untuk merayakan
pembebasan Allah tersebut. Dengan berbuat demikian mereka
menemukan ulang jati diri mereka sebagai umat Tuhan pada
tindakan kuasa pembebasan Allah.
Dalam kisah ini Yesus dan para murid-Nya pun merayakan Paskah. Akan tetapi, dari pemaparan rinci yang penulis Injil Matius lakukan dalam perikop ini terdapat unsur-unsur yang membedakannya dari Paskah Perjanjian Lama. Tuhan Yesus tidak memfokuskan Paskah pada tindakan pembebasan dari Allah dalam Perjanjian Lama, tetapi pada tindakan pembebasan yang akan dilakukan Tuhan Yesus melalui kematian-Nya. Dalam perjamuan akhir bersama murid-murid-Nya, Ia menyebut roti itu sebagai tubuh-Nya (ayat 26) dan anggur itu sebagai darah-Nya (ayat 27-28). Pembebasan yang akan dikerjakan Tuhan Yesus itu adalah pembebasan yang membuat orang lepas dari kuasa dan konsekuensi dosa (ayat 28). Hanya orang yang sudah menerima arti Paskah baru ini yang akan ambil bagian dalam perjamuan kekal dengan Yesus dan Allah kelak (ayat 29). Tindakan Yesus ini menciptakan makna dan tradisi baru yaitu perayaan Paskah dan Perjamuan Kudus.
Sekarang kita merayakan Paskah sebagai peringatan kemenangan Yesus yang melalui kematian-Nya telah melepaskan kita dari belenggu dosa dan hukuman terhadap dosa. Setiap kali kita berpartisipasi dalam Perjamuan Kudus, kita mensyukuri tindakan penyelamatan dari Yesus, menegaskan jati diri kita sebagai bagian dari umat yang telah ditebus Allah, dan menyiapkan diri kita menyambut kedatangan-Nya kedua kali kelak.
Doaku: Tuhan, terima kasih Engkau telah menebusku dari dosa dengan mengurbankan tubuh dan darah-Mu sendiri. Tolong aku melihat makna hidupku dan menjalaninya dalam terang pengurbanan-Mu. Amin.
SH: Mat 26:17-35 - Sahabat Yesus yang tidak terkenal (ayat 18) (Sabtu, 4 April 1998) Sahabat Yesus yang tidak terkenal (ayat 18)
Namanya hanya disebut si Anu, tetapi peranannya sangat menentukan. Tanpa dia perjamuan malam yang sangat ...
Sahabat Yesus yang tidak terkenal (ayat 18)
Namanya hanya disebut si Anu, tetapi peranannya sangat menentukan. Tanpa dia perjamuan malam yang sangat terkenal itu, tidak mungkin bisa dilangsungkan. Ia menyediakan sebuah ruangan besar untuk perjamuan malam. Dia mungkin bukan seorang nabi atau seorang rasul. Dia adalah sahabat Yesus yang diam-diam di belakang melayani Yesus. Apakah Yesus juga mempunyai sahabat-sahabat yang setia, yang bukan mengejar popularitas tetapi mengejar mutu kualitas pengabdian?
Tampak aslinya. Untuk sesaat Yudas boleh tampak sebagai murid Yesus, tetapi kini tiba saatnya kedok kepura-puraannya ditanggalkan. Orang tidak bisa menjadi pengikut Yesus pura-pura. Darah Yesus tidak untuk pengikut demikian. Bila demikian, hanya orang sempurna sajakah yang layak mengikut Yesus dan ambil bagian dalam khasiat penderitaan-Nya? Petrus, murid terdekat Yesus pun bisa tergoncang iman. Namun Tuhan tahu memulihkan dan mempertahankan orang yang sungguh punya iman dan yang adalah milik-Nya sejati.
Renungkan: Hakikat iman sejati ialah kesadaran mendalam akan ketidaklayakan dan ketidakmampuan diri untuk layak bagi Tuhan.
Doa: Jadikan kami sahabat-sahabat-Mu yang setia, yang siap mengorbankan apa saja untuk melayani Tuhan.
SH: Mat 26:17-29 - Tubuh-Nya dipecahkan dan darah-Nya dicurahkan (Jumat, 6 April 2001) Tubuh-Nya dipecahkan dan darah-Nya dicurahkan
Saat-saat terakhir Yesus sudah hampir tiba. Ia ingin
mengadakan perjamuan Paskah bersama murid-murid-N...
Tubuh-Nya dipecahkan dan darah-Nya dicurahkan
Saat-saat terakhir Yesus sudah hampir tiba. Ia ingin mengadakan perjamuan Paskah bersama murid-murid-Nya. Yesus tahu bahwa hidupnya sebagai manusia akan berakhir di atas kayu salib. Ia taat kepada kehendak Bapa, Ia rela menuntaskan misi yang diemban-Nya sampai tiba waktu-Nya. Ia memaparkan apa yang akan terjadi dan menyatakan bahwa salah satu sang pelaku skenario penangkapan diri-Nya justru murid-Nya sendiri. Sempat dalam detik-detik terakhir, Ia masih mengingatkan Yudas. Rupanya Yudas tidak lagi memiliki kepekaan akan perbuatan dosa yang sedang dirancangkan. Justru tanpa merasa bersalah ia balik bertanya kepada Yesus. Apa yang dilakukan oleh Yudas menggambarkan betapa jahatnya dosa. Dosa membuat manusia buta akan kebenaran, tidak memiliki pendengaran yang peka terhadap teguran dan nasihat. Dosa membuat manusia melakukan yang jahat asal dirinya diuntungkan, walaupun lebih kurang tiga tahun Yudas bersama dalam tim pelayanan Tuhan Yesus, ia dekat dengan Tuhan Yesus, ternyata hatinya tidak terbuka dan mengenal dengan benar siapa Yesus. Ia tega menjual Yesus dengan 30 keping uang perak.
Misi yang harus diselesaikan sebagai Juruselamat memang harus melalui penderitaan sampai mati. Ia harus menanggung murka Allah. Salib adalah cara Allah yang harus ditaati demi menyelamatkan manusia berdosa dari kematian kekal akibat murka Allah. Melepaskan dan menebus manusia dari dosa dan murka Allah inilah yang sedang akan diemban oleh Yesus. Dengan memakai simbol roti yang dipecah-pecahkan lalu dimakan dan anggur yang diminum Tuhan Yesus menggambarkan apa yang akan terjadi pada diri-Nya pada hari menjelang Paskah. Tubuh-Nya akan dihancurkan sampai mati dan darah-Nya akan dicurahkan. Barangsiapa makan tubuh-Nya dan minum darah- Nya yakni mau mengakui pengorbanan-Nya dan menerima Ia sebagai Juruselamat, maka pengampunan dosa akan diberikan dan suatu hari kelak akan bersama dengan Tuhan dalam kerajaan Bapa.
Renungkan: Kematian Yesus memproklamirkan kemenangan telak atas dosa dan membuka jalan bagi manusia berdosa mengalami kemenangan atas dosa dan menghantar manusia masuk dalam hidup dan kemuliaan kekal dalam kerajaan Bapa.
SH: Mat 26:17-35 - Kasih Yesus dan kegagalan manusia (Jumat, 26 Maret 2010) Kasih Yesus dan kegagalan manusia
Sama seperti perikop yang lalu, di tengah-tengah penolakan yang
terselubung dengan intrik yang keji, ada perny...
Kasih Yesus dan kegagalan manusia
Sama seperti perikop yang lalu, di tengah-tengah penolakan yang terselubung dengan intrik yang keji, ada pernyataan kasih dari orang yang tidak disebutkan namanya. Orang tersebut menyediakan tempat untuk Yesus dan murid-murid-Nya untuk makan perjamuan Paskah. Di situlah kesempatan Yesus mengajar para murid terakhir kali tentang makna perjamuan Paskah yang baru.
Sekali lagi kita melihat Yesus yang pegang kendali kendati Ia mengetahui pengkhianatan Yudas (ayat 20-25) dan ketidak-mengertian dan ketidaksiapan para murid-Nya yang lain, termasuk di dalamnya sesumbar Petrus (ayat 31-35). Hambatan yang muncul tidak membuat fokus Yesus dialihkan dari misi yang telah ditetapkan Allah. Yesus tetap terfokus pada kayu salib dengan cara memberikan makna baru terhadap Paskah dalam kaitan dengan diri-Nya sendiri. Ia menyatakan bahwa roti melambangkan tubuh-Nya yang mengalami penderitaan dan anggur melambangkan darah-Nya sebagai darah Perjanjian Baru yang dicurahkan bagi keselamatan manusia. Setiap orang percaya akan mendapat bagian dari umat Perjanjian Baru dan akan mengambil bagi-an lagi dalam perjamuan kekal bersama dengan Dia dalam Kerajaan Bapa.
Sebenarnya mudah bagi Yesus untuk mencari alasan agar tidak perlu menyerahkan diri di salib. Murid-murid tidak siap, juga ada pengkhianat di antara mereka. Memberi diri salib seperti menyerah pada rencana para musuh-Nya, dan berakibat fatal pada para murid yang kemudian tercerai berai. Namun Yesus tahu bahwa hanya saliblah cara Allah untuk menyelamatkan manusia.
Mari kita bersyukur, Yesus berfokus dan setia pada rencana Allah. Sehingga sekarang kita menikmati berkat keselamatan dengan limpah untuk dibagikan pula kepada orang lain. Mari kita belajar meneladani Dia untuk tidak mencari alasan untuk mengelak dari panggilan kita memikul salib masing-masing demi Kristus dimuliakan dan demi lebih banyak orang diselamatkan!
SH: Mat 26:17-35 - Setia sebagai cermin kasih (Jumat, 22 Maret 2013) Setia sebagai cermin kasih
Tidak sedikit orang yang mempertanyakan mengapa Yesus membiarkan para musuh-Nya mengalahkan Dia? Mengapa Yesus tetap menye...
Setia sebagai cermin kasih
Tidak sedikit orang yang mempertanyakan mengapa Yesus membiarkan para musuh-Nya mengalahkan Dia? Mengapa Yesus tetap menyerahkan diri untuk disalib? Bukankah itu tanda kekalahan? Mengapa Yesus tidak menghukum Yudas Iskariot yang akan mengkhianati Dia? Mengapa Yesus tidak mencegah para murid yang akan tercerai-berai ketika Ia diserahkan dan dibunuh (31)? Mengapa Ia juga tidak mencegah Petrus agar tidak menyangkali Dia? Apakah Yesus tidak berdaya?
Yesus bukan tidak berdaya. Ia tahu apa yang akan segera terjadi. Ia tahu bahwa Yudas Iskariot akan segera mengkhianati Dia, karena itu Ia telah menegurnya (24). Ia tahu para murid akan tercerai berai meninggalkan Dia (31). Ia juga tahu bahwa Petrus yang berjanji tidak akan terguncang imannya justru akan segera menyangkali Dia (33-35). Ia justru telah mempersiapkan Petrus dan para murid akan keadaan mereka dan bagaimana Ia peduli kepada mereka. Dia juga tahu seperti apa salib yang akan segera Ia hadapi. Ia akan segera menyerahkan tubuh-Nya dan menumpahkan darah-Nya sebagaimana yang Ia tunjukkan melalui simbol perjamuan terakhir tersebut. Namun, Ia tetap memutuskan untuk menghadapi itu semua sebagai wujud cinta kasih-Nya dan sebagai cara yang dikehendaki Allah Bapa untuk menyelamatkan manusia.
Yesus tahu, jalan keselamatan bagi manusia hanya lewat ketaatan-Nya pada kehendak Bapa, yaitu pengurbanan di salib. Tak ada jalan lain. Dia tahu juga para murid tidak memahami hal tersebut, sehingga mereka tidak siap ketika hal itu terjadi, bahkan sampai terjatuh. Justru demi umat manusia diselamatkan dan demi para murid yang Ia kasihi bangkit kembali, Ia harus menuntaskan keselamatan dengan cara naik ke salib.
Sikap Yesus ini patut kita teladani. Kita yang telah tahu kehendak Allah, walau berat dan orang lain tidak mengerti, tetapi harus melaksanakannya karena ketaatan kita kepada-Nya dan cinta kasih kita kepada sesama kita. Keteladanan-Nya menjadi kekuatan kita dan ketaatan kita kepada-Nya menjadi kesaksian bagi banyak orang.
SH: Mat 26:17-35 - Jangan Mengeraskan Hati (Selasa, 4 April 2017) Jangan Mengeraskan Hati
Pada hari pertama dari Hari Raya Roti Tidak Beragi, Yesus mengutus para murid pergi ke Yerusalem untuk mempersiapkan perjamua...
Jangan Mengeraskan Hati
Pada hari pertama dari Hari Raya Roti Tidak Beragi, Yesus mengutus para murid pergi ke Yerusalem untuk mempersiapkan perjamuan Paskah (17-19). Dalam ruang perjamuan itu, Yesus bercerita bahwa salah seorang murid-Nya akan berkhianat (20-21). Para murid Yesus tampak bingung, bertanya-tanya, dan saling mencurigai satu sama lain (22). Lalu, Yesus menyingkapkan identitas Si Pengkhianat itu (23).
Sambil memastikan tentang sesuatu yang memang harus dihadapi Yesus (lih. Yes 42-53), Ia juga menyatakan kutukan bagi orang yang mengkhianati-Nya (24). Pertanyaan Yudas yang munafik dan jawaban Yesus sebenarnya telah menunjukkan bahwa Yudaslah Si Pengkhianat itu (25).
Dalam Perjamuan itu, Yesus menjelaskan sesuatu yang bersifat eskatologis, yaitu Ia tidak akan mengambil bagian dalam Perjamuan Paskah ini sampai kedatangan-Nya yang kedua kalinya (26-29; lih. Yoh. 13:30). Setelah Perjamuan itu diakhiri dengan pujian, berangkatlah Yesus ke Bukit Zaitun (30). Berkenaan dengan peringatan, pesan, dan janji Yesus kepada para murid (31-32), dengan gegabahnya Petrus berani memastikan bahwa imannya tidak akan guncang (33). Yesus memperingatkan Petrus dengan keras bahwa kesombongannya akan berakibat fatal (34). Pernyataan Yesus malah membuat Petrus bersumpah bahwa ia rela mati daripada harus menyangkal imannya (35).
Jawaban Yesus kepada Yudas sebetulnya sebuah peringatan. Namun, Yudas bersikukuh memilih jalannya sendiri. Sekalipun belum mengerti, Yesus juga mau memperingatkan, menasihati, dan menjanjikan sesuatu untuk kebaikan para murid. Namun para murid-Nya belum sanggup memahami pernyataan Yesus.
Tuhan dapat mengingatkan kita melalui Alkitab, khotbah, atau orang beriman lainnya agar kita tidak terpuruk dalam dosa. Karena itu, jangan keraskan hati! Terimalah peringatan Allah! Ambillah waktu dan akuilah segala kesalahan kita. Dengan demikian, Allah yang penuh rahmat akan mengampuni kita (1Yoh. 1:9). [RH]
SH: Mat 26:17-35 - Teguh Mengikut Kristus dalam Krisis (Sabtu, 1 April 2023) Teguh Mengikut Kristus dalam Krisis
Murid-murid Yesus sedang berada dalam krisis dari perjalanan hidup mereka. Setidaknya, itulah yang dapat kita ras...
Teguh Mengikut Kristus dalam Krisis
Murid-murid Yesus sedang berada dalam krisis dari perjalanan hidup mereka. Setidaknya, itulah yang dapat kita rasakan dari narasi Injil Matius pada pasal ini.
Sang Guru menunjukkan tanda-tanda akan perjalanan misi terakhir-Nya di dunia yang menuju kepada penyaliban, kematian, serta kebangkitan-Nya. Nas ini mengisahkan perjamuan Paskah sebagai tradisi yang lazim pada masa itu. Momen itu seharusnya menjadi momen yang bersahaja di mana umat Israel mengingat kebesaran Tuhan yang membebaskan mereka dari perbudakan. Sayangnya, pada saat itu terjadilah ironi.
Kristus menyampaikan bahwa ada seorang murid yang akan menyerahkan-Nya (21). Dari antara para murid yang sudah sangat dekat dengan Sang Guru, ternyata ada yang tega mengkhianati-Nya. Kita tahu siapa pengkhianat itu, tetapi pada saat itu pernyataan Kristus sungguh menimbulkan kesedihan (22).
Perlu kita sadari bahwa keputusan Yudas sama sekali bukan penyebab penderitaan Kristus (24). Penderitaan itu adalah kehendak Allah bagi Anak-Nya. Tindakan Yudas adalah pilihan yang ia ambil, tetapi pilihan ini juga yang akan mendatangkan celaka.
Lalu, Kristus memberikan pernyataan yang mengejutkan. Ia kembali menegaskan penderitaan yang akan dialami-Nya. Sebagai akibatnya, iman para murid akan goncang dan mereka akan cerai-berai (31). Tetapi, penderitaan itu bukanlah akhir dari segalanya karena ada kebangkitan Kristus yang menjadi jalan keselamatan (32).
Petrus merespons dengan emosional dan menyatakan keteguhannya. Tetapi, Yesus merespons bahwa Petrus justru akan mengkhianatinya dan memang itulah yang akan terjadi (33-35).
Dari Petrus dan Yudas, kita belajar bahwa keteguhan dalam mengikut Kristus seharusnya terjadi tanpa memandang situasi. Iman teruji justru pada saat kita menghadapi krisis kehidupan. Masa-masa krisis yang kita alami justru menjadi momen di mana ketaatan dan komitmen kita kepada Tuhan diuji. Pada titik tersebut kualitas sesungguhnya dari diri kita akan terlihat. [WDN]
Baca Gali Alkitab 5
Taman Getsemani adalah saksi bagi kesedihan hati Yesus yang begitu mendalam. Sebagai Manusia sejati, Yesus mengalami kesedihan karena Ia tahu bahwa waktu-Nya tidak akan lama lagi. Ia akan segera melewati jalan salib yang untuk itulah Dia datang. Penderitaan, penghinaan, kesakitan, dan kematian, itulah yang sedang menanti-Nya dalam beberapa jam ke depan.
Dalam keadaan seperti itu, Dia membutuhkan dukungan dari murid-murid terdekat-Nya untuk menemani-Nya dalam berjaga-jaga dan berdoa. Namun, itu tidak didapat-Nya. Mereka semua tidur.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa nama tempat yang didatangi Yesus dan murid-murid-Nya? Untuk apa Yesus datang ke tempat itu? (36)
2. Siapa saja yang Yesus bawa untuk menemani-Nya? (37)
3. Bagaimana perasaan Yesus saat itu? (38)
4. Apa yang Yesus katakan kepada Bapa? (39, 42)
5. Apa yang Yesus katakan/lakukan ketika mendapati ketiga murid-Nya tidur? (40-41, 43-46)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa teladan yang dapat Anda ambil dari Yesus ketika Anda mengalami pergumulan hidup?
2. Peringatan apa yang bisa Anda ambil dari murid-murid yang tidur saat diminta untuk berjaga-jaga?
Apa respons Anda?
1. Maukah Anda mendoakan atau berdoa bersama-sama dengan saudara atau sahabat Anda yang mengalami pergumulan hidup? Kapan Anda akan melakukannya?
2. Bagaimana supaya Anda dapat berempati terhadap orang lain yang menderita? Apa yang akan Anda lakukan untuk menolongnya?
3. Apa respons syukur Anda atas keselamatan yang Tuhan Yesus kerjakan melalui penderitaan dan kematian-Nya?
Pokok Doa:
Bersyukurlah untuk keselamatan Anda, dan mintalah hati yang penuh empati terhadap penderitaan orang lain.
Topik Teologia -> Mat 26:29
Topik Teologia: Mat 26:29 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Kerajaan sebagai yang Akan Datang
- Gereja
- Sakramen / Ketetapan Gereja
- Ketetapan Perjamuan Kudus
- Penetapan Cara dan Makna Perjamuan Kudus
TFTWMS -> Mat 26:26-29
TFTWMS: Mat 26:26-29 - Penetapan Perjamuan Tuhan PENETAPAN PERJAMUAN TUHAN (Matius 26:26-29)
26 Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu member...
PENETAPAN PERJAMUAN TUHAN (Matius 26:26-29)
26 Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." 27 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. 28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. 29 Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku."
Selama perjamuan Paskah dengan murid-murid-Nya, Yesus menetapkan satu peringatan yang pengikutnya masih rayakan setiap minggu sampai hari ini. Peringatan itu disebut dalam Perjanjian Baru sebagai "memecahkan roti" (Kisah 2:42; lihat 20:7, 11), "persekutuan" (1 Kor. 10:16; KJV), "meja Tuhan" (1 Kor. 10:21), dan "Perjamuan Tuhan" (1 Kor. 11:20). Nama lain yang terkait dengan peringatan ini adalah "Ekaristi, "yang merupakan transliterasi dari kata Yunani yang berarti "ucapan syukur" (eujcaristi÷a, eucharistia).8Kata kerja terkait (eujcariste÷w, eucharisteō), diterjemahkan "bersyukur," muncul dalam keempat catatan injil tentang penetapan peringatan itu (26:27; Mrk. 14:23; Luk. 22:19; 1 Kor. 11:24).
Ayat 26. Yesus mengambil peran ayah dalam rumah tangga, yang akan menjelaskan peristiwa Paskah bagi keluarga itu. Pada kesempatan ini, Ia memberikan arti baru untuk dua unsur dalam perjamuan Paskah itu. Pertama, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Karena ini adalah roti Paskah, maka roti itu tak beragi (Kel. 12:8). Doa khas ucapan syukur orang Yahudi untuk roti itu adalah begini: "Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah kami, Raja alam semesta, yang mendatangkan roti dari bumi" (lihat komentar tentang 14:19).
Meski Ia mengatakan "inilah tubuh-Ku," kita harus ingat bahwa saat itu Ia hadir dalam tubuh-Nya, sehingga Ia tidak bisa mengartikan roti itu sebagai benar-benar menjadi daging harfiah-Nya. Sebaliknya, roti itu melambangkan tubuh-Nya. Lebih lanjut Ia berkata, "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku" (Luk. 22:19). Paulus belakangan mengingatkan jemaat Korintus tentang pernyataan ini (1 Kor. 11:24).
Ayat 27. Selanjutnya, sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini." Jelas, penekanan Yesus adalah pada isi cawan itu dan bukan pada cawannya. Penggunaan kata "cawan" adalah contoh metonimi, teknik penulisan yang menggunakan satu kata untuk menunjukkan hal lainnya yang terkait erat dengan kata itu.
Karena Paulus mengatakan bahwa Yesus "mengambil cawan sesudah makan …" (1 Kor. 11:25), hal itu bisa jadi terkait dengan cawan ketiga dalam susunan pelayanan paskah (lihat komentar tentang 26:20). Marvin R. Wilson menulis, "Cawan ini dikenal sebagai 'cawan penebusan,' dalam tradisi rabi dikaitkan dengan yang ketiga dari janji penebusan lipat empat di Kel. 6:6 dst., "Aku akan menebus engkau" (NASB).9Lukas melaporkan bahwa Yesus mengambil cawan baik sebelum dan sesudah mengambil roti. Namun begitu, Tuhan hanya mengaitkan makna khusus kepada cawan yang terakhir (Luk. 22:17-20).10Paulus menyebutnya sebagai "cawan berkat" (1 Kor. 10:16).
Ayat 28. Yesus lalu menjelaskan pentingnya cawan itu: "Sebab inilah da-rah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa." Sekali lagi, ini bukan darah harfiah-Nya, karena Ia hadir bersama darah itu, dan darah-Nya itu belum "dicurahkan." Wadah itu tidak melambangkan darah-Nya, tapi isi cawan itulah yang melambangkan darah-Nya yang akan ditumpahkan di Golgota.
Beberapa naskah kuno menambahkan "baru" sebelum kata "perjanjian."11 Perjanjian baru ini sudah diramalkan oleh nabi Yeremia beberapa ratus tahun sebelum perjanjian itu ditetapkan (Yer. 31:31-34). Mengutip dari Yeremia, penulis kitab Ibrani menekankan bahwa Allah telah mengadakan suatu perjanjian yang baru dan lebih baik melalui Kristus (Ibr. 8:6-13).
Seperti halnya perjanjian lama, perjanjian baru juga membutuhkan darah ("darah perjanjian") untuk memberlakukan perjanjian itu. Ibrani 9:15-22 memberikan persamaan ini secara rinci. Ketika Musa memberikan hukum Taurat kepada orang Israel dan mereka setuju untuk mematuhinya, ia mengambil darah lembu jantan dan memerciki kitab perjanjian dan orang-orang itu dengan darah itu (lihat Kel. 24:5-8). Yesus datang sebagai pengantara perjanjian baru, memberikan darah-Nya sendiri untuk menyucikan manusia. Seperti halnya dalam kasus wasiat, Ia harus mati agar perjanjian baru bisa berlaku. Selain itu, penumpahan darah diperlukan untuk menjamin pengampunan dosa-dosa manusia.
Ketika Yesus berkata bahwa darah-Nya akan "ditumpahkan bagi banyak orang," Ia menggemakan bahasa Yesaya 53. Dalam nubuatan agung itu, Hamba yang Menderita "menyerahkan nyawanya ke dalam maut" dan "menanggung dosa banyak orang" (Yes. 53:12). Pengorbanan Yesus adalah tebusan pengganti bagi dosa-dosa seluruh dunia. Dalam konteks ini, "banyak" berarti "semua orang yang mau menerima Injil" (lihat komentar tentang 20:28).
Ayat 29. Yesus memberitahu rasul-rasul-Nya, "Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku."12Ungkapan "hasil pokok anggur" (genh÷matoß thvß ajmpe÷lou, genēmatos tēs ampelou), yang juga muncul dalam Markus 14:25 dan Lukas 22:18, umumnya digunakan oleh orang-orang Yahudi. Doa khas yang mereka bacakan atas air anggur itu adalah "Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah kami, Raja Alam Semesta, Pencipta buah anggur."13Mungkin Yesus menggunakan kata-kata yang sama ketika Ia mengucap syukur untuk cawan dalam ayat 27.
Arti kalimat "hasil pokok anggur" telah diperdebatkan. Jack P. Lewis mengatakan, "'Hasil pokok anggur' … tidak dengan sendirinya menentukan apakah itu anggur atau jus anggur, tapi karena di Palestina anggur masak di musim panas dan tidak ada lemari es … tidak mungkin jus anggur segar tersedia di musim semi"untuk Paskah.14
Namun begitu, orang-orang Yahudi itu suka mengencerkan anggur mereka dengan air. Menurut salah seorang rabbi, "mereka tidak mengucap syukur atas anggur itu sampai seseorang memasukkan air ke dalamnya." Hikmat lainnya berpendapat bahwa berkat bisa diucapkan sebelum anggur itu diencerkan.15Uraian tentang ibadah Paskah di Mishnah menunjukkan bahwa setiap cawan anggur adalah "campuran"16— tentunya dengan air. Menurut Talmud, anggur Paskah dicampur, dengan perbandingan tiga bagian air dan satu bagian anggur.17Umat Kristen mula-mula juga mengencerkan anggur dengan air. Beberapa penulis menyinggung tentang melakukan pengenceran ketika merayakan Perjamuan Tuhan.18
Dalam ayat 29, "hasil pokok anggur" mewakili keseluruhan makan malam itu. Ini adalah contoh synecdoche—mengacukan bagian dari sesuatu dengan maksud keseluruhan sesuatu itu. Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa Ia tidak akan memakan perjamuan ini sampai Ia memakannya bersama mereka "di kerajaan Bapa-[Nya]."
Pernyataan ini telah ditafsirkan dalam dua cara. Pertama, karena kerajaan (gereja) datang ke dunia pada hari Pentakosta (Kisah 2), Yesus mungkin sedang menjanjikan murid-murid-Nya bahwa Ia akan bersekutu dengan mereka ketika mereka merayakan perjamuan peringatan ini. Meski tak terlihat, Ia memimpin sebagai tuan rumah Perjamuan Tuhan ketika gereja berhimpun bersama-sama pada Hari Tuhan.
Kedua, Yesus bisa saja sedang mengacu kepada persekutuan murid-murid itu dengan Kristus dalam Kerajaan sorgawi di akhir zaman. Beberapa nas bisa mengacu kepada perjamuan mesianik ini (8:11; Luk. 13:29; 14:15; 22:16, 17, 29, 30; Why. 19:9).
"Hari [itu]" adalah ungkapan umum yang menunjuk kepada akhir zaman (24:36; Luk. 21:34; 2 Tes. 1:10; 2 Tim. 1:18; 4:8).
Lewis memberikan kemungkinan tentang kedua arti itu, tapi menganggap arti kedua sebagai paling penting:
Para sarjana umumnya menunjuk kepada perjamuan sorgawi dan bersikeras bahwa [pernyataan Yesus] harus jangan diartikan dengan … literalisme kasar.… Tapi dalam arti yang sebenarnya Tuhan berhimpun bersama umat-Nya di perayaan komuni yang di dalamnya mereka berpartisipasi "sampai Ia datang" (1 Kor. 11:26). Persekutuan mereka adalah rasa pendahuluan dari apa yang akan datang.19
Ketika Yesus menetapkan Perjamuan Tuhan, sulit bagi para rasul untuk memahami arti apa yang Ia katakan dan lakukan. Hanya setelah kebangkitan dan instruksi lebih lanjut dari Yesus hal-hal ini mulai masuk akal mereka (lihat Luk. 24:44-47). Ketika gereja mulai terbentuk, para rasul yang dipenuhi Roh pastilah menjelaskan arti Perjamuan Tuhan itu kepada mereka yang percaya kepada Yesus dan dibaptis. Para mualaf baru ini "bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kisah 2:42, penekanan ditambahkan). Pada saat Matius menulis Injilnya, Perjamuan Tuhan sudah berjalan mapan. Para pembaca mula-mulanya akan membaca teks itu dengan pemahaman yang lebih luas tentang peringatan itu daripada yang para rasul itu miliki pada malam perjamuan itu ditetapkan.20
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Yudas Iskariot (Matius 26:14-16, 20-25, 47-50)
Nama Yudas Iskariot sangat terkenal. Setiap kali pengkhianat-pengkhianat terbesar dunia dibicarakan, n...
Yudas Iskariot (Matius 26:14-16, 20-25, 47-50)
Nama Yudas Iskariot sangat terkenal. Setiap kali pengkhianat-pengkhianat terbesar dunia dibicarakan, namanya dikenang dan dibenci. Tidak ada orang yang akan memanggil anaknya dengan nama itu, namun nama itu berarti "pujian" dan sama dengan "Yehuda" dalam bahasa Ibrani (Kej. 29:35). Bagaimanakah Yudas menjadi pengkhianat Kristus? Apakah ia itu tokoh yang sedih, bingung yang berusaha untuk menjauhkan Tuannya dari jalan kehancuran? Apakah ia korban dari keadaan di luar kendalinya, instrumen pasif dari pemeliharaan Allah?
Setelah khotbah Yesus tentang Roti Hidup (Yoh. 6:48-58), Petrus berkata, "Tuhan, … Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal" (Yoh. 6:68). Yesus menjawab, "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis?" (Yoh. 6:70). Yohanes menjelaskan bahwa Yesus sedang bicara tentang "Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu" (Yoh. 6:71). Petrus tampak yakin bahwa semua rasul memiliki keyakinan yang sama bahwa Yesus adalah "Yang Kudus dari Allah" (Yoh. 6:69). Jika Yudas percaya bahwa Yesus adalah Kristus, bagaimana bisa ia menghukum mati Tuhannya?
Meski kita mungkin memiliki pelbagai pertanyaan yang belum terjawab tentang Yudas, banyak fakta tentang hidupnya diungkapkan dalam Kitab Suci.
Pertama, meski pengkhianatan terhadap Yesus sudah dinubuatkan, kita tahu bahwa Yudas bukanlah pion penurut dalam rencana penebusan Allah (Maz. 41:9; 55:12-14; Kisah 1:25).
Kedua, ketika ia dipilih oleh Yesus, Yudas waktu itu bukanlah setan; tetapi ia kemudian menjadi agen sukarela setan. Ia menyerah kepada pencobaan, mengizinkan Iblis mendominasi hidupnya (lihat Yoh. 13:27).
Ketiga, Yudas menerima kuasa dari Tuhan untuk melakukan pelbagai mujizat, seperti yang diterima oleh para rasul lainnya—dan kemungkinan besar ia menggunakan kuasa itu (Luk. 9:1, 10). Ia juga telah menyaksikan pelbagai mujizat Yesus, sehingga ia tidak tertipu tentang identitas-Nya yang sejati. Ia tahu siapa Yesus ketika ia menjual Yesus kepada musuh-musuh-Nya.
Keempat, Yudas punya masalah dengan keserakahan. Sebagaimana dengan semua dosa, dosa ini berasal dari hatinya (15:19). Ia lebih peduli tentang mengumpulkan kekayaan dalam dunia ini daripada menyimpan harta di sorga. Adalah keserakahan yang mendorong serangan lisannya kepada Maria (Yoh. 12:4-6). Tak lama setelah itu, ia pergi untuk mengkhianati Tuhan (26:14, 15).
Yudas memang bermaksud untuk mengkhinati Yesus. Ia memimpin segerombolan besar orang ke Getsemani di mana mereka menemukan Yesus (26:47).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Bidang Di Mana Judas melakukan kesalahan (Matius 26:14-16, 20-25, 47-50)
Yudas membuat banyak kesalahan dalam hidupnya yang harus kita hindari:
1...
Bidang Di Mana Judas melakukan kesalahan (Matius 26:14-16, 20-25, 47-50)
Yudas membuat banyak kesalahan dalam hidupnya yang harus kita hindari:
- 1. Ia tidak mengatasi gairahnya yang berlebihan terhadap uang.
- 2. Ia mendengar peringatan Kristus tetapi tidak mengindahkannya.
- 3. Ia tidak memanfaatkan peluang emasnya.
- 4. Ia tidak memahami cakupan tentang apa yang terjadi di sekeliling dia.
- 5. Ia membiarkan kekecewaan dan keraguannya mengambil alih hidupnya.
- 6. Ia menyerah kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Merayakan Perjamuan Tuhan (Matius 26:26-29)
Banyak kelompok agama sekarang ini merayakan Perjamuan Tuhan pada beragam hari dalam minggu itu dan pada ...
Merayakan Perjamuan Tuhan (Matius 26:26-29)
Banyak kelompok agama sekarang ini merayakan Perjamuan Tuhan pada beragam hari dalam minggu itu dan pada kesempatan khusus seperti pernikahan, penguburan, kelahiran, dan pembaptisan. Dukungan bagi pelbagai praktik itu tidak berasal dari Alkitab. Kita tidak menemukan otoritas Alkitab untuk merayakan Perjamuan Tuhan pada selang waktu apa saja atau pada hari lain apa saja selain hari pertama dalam setiap minggu. Catatan sejarah yang paling awal mengatakan bahwa perjamuan itu dirayakan hanya pada hari Minggu.
Lukas mencatat bahwa umat Kristen di Troas berhimpun "pada hari pertama dalam minggu itu, … untuk memecah-mecahkan roti" (Kisah 20:7). Ini juga adalah praktik umat Kristen di Korintus (1 Kor. 11:20, 21, 33; 16:2). Kita tahu dari sejarawan mula-mula bahwa ini adalah apa yang gereja terus lakukan selama beberapa abad.21
Mengapakah orang Kristen harus merayakan Perjamuan Tuhan pada hari Minggu? Minggu, hari pertama dalam minggu itu, adalah hari di mana Yesus bangkit dari antara orang mati (28:1-7; Luk. 24:1-7).22Setiap penampakan setelah kebangkitan yang disinggung yang berkaitan dengan hari tertentu adalah hari Minggu.23Yesus naik ke sorga pada hari Minggu (Kisah 1:3, 9). Gereja lahir ke dunia pada hari itu (Kisah 2:1), sebab Pentakosta selalu dirayakan pada hari pertama dalam minggu itu (Ima. 23:15-21). Tidak ada alasan untuk menyebut hari lain apa saja dalam minggu itu dengan sebutan ini atau untuk merayakan Perjamuan Tuhan pada hari lain apa saja.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PERJAMUAN TUHAN (Matius 26:26-29)
Perjamuan Tuhan melibatkan lima perspektif penting:
1. Pandangan Ke Atas Berupa Ucapan Syukur (1 Kor. 11:23-25);...
PERJAMUAN TUHAN (Matius 26:26-29)
Perjamuan Tuhan melibatkan lima perspektif penting:
- 1. Pandangan Ke Atas Berupa Ucapan Syukur (1 Kor. 11:23-25);
- 2. Pandangan Ke Belakang Berupa Kenangan (1 Kor.11:24, 25);
- 3. Pandangan Ke Luar Berupa Pemberitahuan (1 Kor. 11:26);
- 4. Pandangan Ke Depan Berupa Antisipasi (1 Kor. 11:26);
- 5. Pandangan Ke Dalam Berupa Pengujian Diri (1 Kor. 11:27, 28).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Penolakan Terhadap Raja 26:17-29
Paskah
Meski kronologinya tidak benar-benar jelas, namun persiapan untuk merayakan Paskah jelas dilakukan p...
Matius: Penolakan Terhadap Raja 26:17-29
Paskah
Meski kronologinya tidak benar-benar jelas, namun persiapan untuk merayakan Paskah jelas dilakukan pada hari Kamis (26:17-19). Perayaan Paskah dan penetapan Perjamuan Tuhan terjadi pada malam itu. Berdasarkan perhitungan Yahudi (18:00-6:00), hari itu adalah Jumat (26:20-29).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Josephus Wars 6.9.3; see Mishnah Pesahim 5.1.
2 Mishnah Pesahim 5.5-10; 7:1, 2.
3 Perjamuan dalam Yohanes 13 kemungkinan besa...
Catatan Akhir:
- 1 Josephus Wars 6.9.3; see Mishnah Pesahim 5.1.
- 2 Mishnah Pesahim 5.5-10; 7:1, 2.
- 3 Perjamuan dalam Yohanes 13 kemungkinan besar harus ditafsirkan sebagai perjamuan Paskah di mana Yesus menetapkan Perjamuan Tuhan (seperti yang dijelaskan dalam Injil Sinoptik). Acuan dalam Yohanes 18:28 kepada para pemimpin Yahudi yang ingin "makan Paskah" bisa mengacu kepada keseluruhah pesta itu, Paskah itu sendiri dan hari-hari roti tidak beragi yang menyusul. Lihat pembahasan Frank Pack tentang masalah ini dalam The Gospel According to John, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1977), 42-44. "Hari persiapan"dalam Yohanes 19:14, 31, 42 menunjuk kepada hari Jumat, ketika Yesus diadili di hadapan Pilatus, sehari sebelum hari Sabat (yang jatuh sewaktu minggu Paskah itu).
- 4 Lihat Mishnah Pesahim 10.1-9; John Lightfoot, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew-1 Corinthians, vol. 2, Matthew-Mark (Oxford University Press, 1859; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker, 1979), 346-49.
- 5 Sayur pahit melambangkan pengalaman pahin bangsa Israel di Mesir. Roti tidak beragi mengingatkan mereka kepada ketergesa-gesaan di mana Allah membebaskan mereka dari Mesir. (Mishnah Pesahim 10.5.)
- 6 Ini adalah anak domba yang telah dikorbankan di bait suci. Itu mengingatkan kepada Paskah mula-mula di mana anak sulung Israel terhindar. (Ibid.)
- 7 Dalam Yohanes 13:26, kata Yunani untuk "sepotong" (ywmi÷on, psōmion) bisa mengacu kepada sepotong kecil daging anak domba, tetapi lebih cenderung mengacu kepada sepotong kecil roti (lihat NIV; NRSV; NJB; NEB; JNT). Hal ini sesuai dengan kutipan Yohanes 41:9 Mazmur, di mana ia menggunakan istilah "roti" (a¡rtoß, artos) (Yoh. 13:18).
- 8 Istilah "Ekaristi" digunakan untuk Perjamuan Tuhan di awal abad kedua. (Ignatius Philadelphians 4.1; Smyrnaeans 6.2; 8.1; Didache 9.1, 5.)
- 9 Marvin R. Wilson, "Passover," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1986), 3:678.
- 10 Untuk diskusi tentang pelbagai kesulitan tekstual di sekitar Lukas 22:17-20, Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 148-50.
- 11 Ibid., 54. Bacaan dalam Lukas 22:20 ini perlu dipersoalkan lagi
- 12 Lukas mengaitkan perkataan ini (meski sedikit bervariasi) dengan cawan sebelumnya (Luk. 22:17, 18).
- 13 Mishnah Berakoth 6.1.
- 14 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 147.
- 15 Mishnah Berakoth 7.5.
- 16 Mishnah Pesahim 10.2, 4, 7.
- 17 Talmud Pesahim 108b.
- 18 Justin Martyr Apology 1.67; Clement of Alexandria Instructor 2.2; Cyprian Epistles 62.2.
- 19 Lewis, 148.
- 20 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 775.
- 21 Didache 14.1; Justin Martyr Apology 1.67; Eusebius Ecclesiastical History 3.27.
- 22 Banyak penulis Kristen mula-mula menekankan hubungan antara kebangkitan Yesus dan ibadah pada Hari Tuhan. (Barnabas 15.8, 9; Ignatius Magnesians 9; Justin Martyr Apology 1.67; Eusebius Ecclesiastical History 3.27.)
- 23 David L. Roper, Acts 1-14, Truth for Today Commentary (Searcy, Ark.: Resource Publications, 2001), 25.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi