Teks -- Ezra 6:22 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ezr 6:13-22
Matthew Henry: Ezr 6:13-22 - Selesainya Pembangunan Rumah Allah yang Kedua Selesainya Pembangunan Rumah Allah yang Kedua (6:13-22)
Di dalam perikop ini kita mendapati,
(1) Musuh-musuh orang Yahudi dijadikan s...
Selesainya Pembangunan Rumah Allah yang Kedua (6:13-22)
- Di dalam perikop ini kita mendapati,
- (1) Musuh-musuh orang Yahudi dijadikan sahabat-sahabat mereka. Ketika menerima perintah ini dari sang raja, mereka datang untuk mendorong dan membantu pekerjaan itu, dengan sama tergesagesanya seperti para pendahulu mereka yang datang untuk menghentikannya (4:23). Mereka melakukan apa yang diperintahkan raja, dan, karena tidak mau dianggap melakukannya dengan enggan, mereka melakukannya dengan segera (ay. 13, KJV). Sikap raja yang lunak membuat mereka, bertentangan dengan kemauan mereka sendiri, bersikap lunak juga.
- (2) Pembangunan rumah Allah terus berjalan, dan selesai dalam waktu singkat (ay. 14-15). Sekarang para tua-tua orang Yahudi melanjutkan pembangunan itu dengan sukacita. Sepanjang yang saya ketahui, para tua-tua itu mengerjakannya dengan tangan mereka sendiri. Dan, jika memang benar demikian, hal ini tidaklah mengecilkan kedudukan mereka sebagai tua-tua, tetapi justru merupakan dorongan bagi para pekerja lain.
- (1) Para tua-tua itu mendapati diri mereka terikat pada pekerjaan itu menurut perintah Allah Israel, yang telah memberi mereka kekuatan supaya mereka menggunakannya untuk melayaniNya.
- (2) Para tua-tua itu mendapati diri mereka dipermalukan untuk mengerjakannya melalui perintah para raja bukan Yahudi, yaitu Koresh pada waktu dulu, dan Darius pada masa sekarang, serta Artahsasta di kemudian hari. Masa para tua-tua orang Yahudi lalai dalam melakukan pekerjaan baik ini padahal raja-raja asing itu tampak begitu bersemangat di dalamnya? Masa orang-orang Israel asli mengeluhkan susah payah mereka dalam membangun rumah Allah ini padahal orang-orang asing tidak mengeluhkan biaya yang harus dikeluarkan untuknya?
- (3) Para tua-tua itu mendapati diri mereka dikuatkan untuk mengerjakannya melalui nubuatan Nabi Hagai dan Nabi Zakharia, yang mungkin menggambarkan kepada mereka (seperti menurut Uskup Patrick) kebaikan Allah yang ajaib dalam menggerakkan hati raja Persia untuk berpihak kepada mereka seperti itu. Dan sekarang pekerjaan itu berjalan dengan begitu lancar hingga, hanya dalam waktu empat tahun, pembangunan itu pun selesai. Adapun Allah, jalan-Nya sempurna. Jemaat Injili, Bait Suci yang rohani itu, membutuhkan waktu lama dalam pembangunannya. Namun demikian, pekerjaan itu pada akhirnya akan selesai juga, ketika tubuh yang rohani dan misteri itu sudah menjadi lengkap. Setiap orang percaya merupakan Bait Allah yang hidup, yang membangun diri sendiri di atas dasar iman yang paling suci. Banyak perlawanan diberikan terhadap pekerjaan ini oleh Iblis dan kebobrokan kita sendiri. Kita suka tidak bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya, dan melanjutkannya dengan sering berhenti dan beristirahat. Tetapi Ia yang telah memulai pekerjaan yang baik itu akan memastikan bahwa pekerjaan itu terlaksana dengan tuntas, dan akan menjadikan hukum menang. Roh-roh orang-orang benar akan dijadikan sempurna.
- (3) Penahbisan rumah Allah. Ketika rumah Allah itu selesai dibangun, karena hanya dirancang untuk keperluan-keperluan ibadah, mereka menunjukkan cara menggunakannya melalui contoh, yang (menurut Uskup Patrick) merupakan arti yang tepat dari kata menahbiskan. Mereka memasuki rumah Allah dengan khidmat, dan mungkin dengan menyatakan di depan umum agar tempat itu tidak digunakan untuk keperluan biasa, tetapi diserahkan bagi kehormatan Allah, untuk beribadah kepada-Nya.
- 1. Orang-orang yang ditugaskan di dalam ibadah ini bukan saja para imam dan orang-orang Lewi yang bertugas, melainkan juga orang-orang Israel, sebagian orang dari kedua belas suku, meskipun Yehuda dan Benyamin menjadi suku utama. Selain itu terdapat pula orang-orang lain yang pulang dari pembuangan atau yang diangkut tertawan, yang menyiratkan bahwa ada banyak lagi selain orang-orang Israel, yang berasal dari bangsa-bangsa lain, yang diangkut bersama mereka, dan menjadi pemeluk agama mereka. Kecuali kita membacanya, bahkan saudara-saudara mereka yang lain yang pulang dari tempat tawanan. Dan jika demikian, dapat kita duga, di sini dicatat tentang keadaan mereka yang memprihatinkan dan menderita, sebab dengan merenungkannya, mereka akan dibantu untuk khusyuk dan bersungguh-sungguh dalam ibadah ini dan ibadah-ibadah lainnya. Sungguh perubahan yang menyedihkan! Orang-orang Israel telah menjadi orang-orang tawanan, dan sepertinya hanya terdapat orang-orang yang tersisa dari mereka, sesuai dengan nubuatan itu (Yes. 7:3), Syear-jasyub – yang tersisa akan kembali.
- 2. Korban-korban yang dipersembahkan pada kesempatan ini adalah lembu jantan, domba jantan, dan anak domba (ay. 17), untuk korban bakaran dan korban keselamatan. Jumlahnya memang tidak dapat dibandingkan dengan apa yang pernah dipersembahkan pada waktu penahbisan Bait Suci Salomo. Namun, mengingat korban-korban itu dipersembahkan sesuai kemampuan mereka saat ini, maka korban-korban mereka itu diterima, sebab setelah dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan (2Kor. 8:2). Jumlah korban yang hanya ratusan ini lebih berarti bagi mereka dibanding ribuan korban Salomo bagi dirinya. Namun, di samping hewan-hewan korban ini, mereka juga mempersembahkan dua belas kambing jantan sebagai korban penghapus dosa, seekor untuk tiap-tiap suku, guna mengadakan pendamaian bagi dosa-dosa mereka. Mereka menganggap hal ini diperlukan, supaya ibadah mereka diterima. Demikianlah, dengan berusaha supaya kesalahan mereka dihapuskan, mereka hendak membebaskan diri dari hal yang menjadi penyebab dari kesukaran-kesukaran yang menyengat mereka belakangan ini, dan yang jika tidak dihilangkan, akan menjadi ulat yang menggerogoti penghiburan-penghiburan mereka sekarang.
- 3. Ibadah ini dilaksanakan dengan penuh sukacita. Mereka semua merasa gembira melihat rumah Allah telah dibangun dan segala sesuatu tentangnya ada dalam keadaan yang begitu baik. Marilah kita belajar untuk menyambut ketetapan-ketetapan kudus dengan sukacita, dan menjalankannya dengan senang hati. Marilah kita beribadah kepada Tuhan dengan sukacita. Apa pun yang kita persembahkan kepada Allah, hendaklah itu dilakukan dengan sukacita sehingga Dia akan berkenan menerimanya.
- 4. Ketika menahbiskan rumah Allah, mereka juga telah mengatur para anggota keluarga di dalam rumah itu. Mereka hanya bisa memperoleh sedikit penghiburan di dalam rumah Allah tanpa adanya ibadah di dalamnya, dan oleh karena itu mereka menempatkan para imam pada golongan-golongannya dan orang-orang Lewi pada rombongan-rombongannya (ay. 18). Setelah menegakkan ibadah kepada Allah dalam penahbisan ini, mereka memberi perhatian untuk memeliharanya, dan menjadikan kitab Musa sebagai pedoman mereka, yang mereka jadikan pegangan dalam menegakkan rumah ini. Meskipun ibadah di Bait Suci sekarang belum dapat dilaksanakan dengan begitu megah dan agung seperti sebelumnya, akibat kemiskinan mereka, namun mungkin saja ibadah itu dilaksanakan dengan kemurnian dan ketaatan terhadap ketetapan ilahi yang sama besarnya seperti dahulu, yang merupakan kemuliaan sejati dari ibadah itu. Tidak ada yang lebih indah daripada keindahan kekudusan.
- (4) Perayaan Paskah di dalam rumah Allah yang baru didirikan. Karena sekarang mereka baru dibebaskan dari perhambaan di Babel, maka tepatlah waktunya bagi mereka untuk memperingati pembebasan mereka dari perhambaan di Mesir. Belas kasihan yang baru haruslah mengingatkan kita akan belas kasihan yang dulu. Kita dapat menduga bahwa mereka menjalankan semacam perayaan Paskah setiap tahun sesudah mereka kembali, sebab mereka memiliki mezbah dan Kemah Suci. Akan tetapi, mereka sering rentan diganggu oleh musuh-musuh mereka, serba kekurangan tempat, dan tidak memiliki kemudahan di sekitar mereka. Akibatnya, mereka tidak dapat beribadah dengan khidmat sebagaimana mestinya sampai rumah Allah dibangun. Dan sekarang mereka merayakannya dengan penuh sukacita, sebab Paskah jatuh pada bulan berikutnya sesudah rumah Allah selesai dibangun dan ditahbiskan (ay. 19). Di sini dicatat,
- 1. Tentang ketahiran para imam dan orang-orang Lewi yang menyembelih anak domba Paskah (ay. 20). Pada masa pemerintahan Hizkia, banyak imam yang bersalah karena tidak mentahirkan diri. Namun sekarang dicatat, bagi pujian mereka, bahwa para imam dan orang-orang Lewi bersama-sama mentahirkan diri, sebagai satu kesatuan (demikianlah kata-kata yang dipakai). Mereka bersuara bulat, baik dalam tekad maupun dalam upaya mereka untuk membuat dan menjaga diri mereka tahir bagi upacara ibadah ini. Mereka bersatu dalam membuat persiapan, supaya dapat saling membantu, sehingga mereka semua tahir, sebagai satu kesatuan. Kemurnian para hamba Tuhan banyak memperindah pelayanan mereka, begitu juga dengan kesatuan mereka.
- 2. Tentang para penganut agama Yahudi dari bangsa-bangsa lain, yang bergabung bersama mereka dalam ibadah ini: Setiap orang yang memisahkan diri dari kenajisan bangsa-bangsa negeri itu, telah meninggalkan negeri mereka termasuk takhayulnya, dan menyatukan nasib mereka dengan Israel milik Allah. Mereka telah berbalik dari kenajisan bangsa-bangsa negeri itu, baik penyembahan berhala maupun kebejatan akhlaknya, untuk berbakti kepada TUHAN, Allah Israel sebagai Allah mereka. Mereka ini memakan anak domba Paskah juga. Lihatlah bagaimana para pemeluk agama Yahudi dari bangsa-bangsa lain ini digambarkan. Mereka memisahkan diri dari kenajisan dosa dan persekutuan dengan orang-orang berdosa, lalu menggabungkan diri untuk mengikuti dan bersekutu dengan Israel milik Allah, dan kemudian menetapkan hati untuk mencari Allah Israel. Dan orang-orang yang melakukan hal itu dengan tulus, walaupun mereka orang asing dan pendatang, dipersilakan mengambil bagian dalam pesta Injili, sebagai kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.
- 3. Tentang sukacita dan kepuasan besar yang mereka rasakan saat merayakan hari raya Roti Tidak Beragi (ay. 22). TUHAN telah membuat mereka bersukacita, telah memberi mereka baik alasan untuk bersukacita maupun hati untuk bersukacita. Sekarang sudah sekitar dua puluh tahun berlalu sejak dasar rumah Allah ini diletakkan. Dan dapat kita duga bahwa sebagian besar dari orang-orang yang telah lanjut usia, yang pernah menangis saat teringat akan Bait Suci pertama, sudah meninggal pada saat itu, sehingga sekarang tidak ada lagi air mata yang bercampur dengan sukacita mereka. Orang-orang yang bergembira karena alasan yang baik, mempunyai alasan untuk bersyukur oleh karena itu, sebab Allah sendirilah yang membuat mereka bersukacita. Dialah mata air yang darinya mengalir semua sungai sukacita kita. Allah sudah berjanji kepada semua orang yang memegang kovenan-Nya, bahwa Ia akan memberi mereka kesukaan di rumah doa-Nya. Alasan khusus mengapa mereka bersukacita pada saat ini adalah bahwa Allah telah memalingkan hati raja kepada mereka, sehingga raja membantu mereka. Apabila orang-orang yang pernah, atau yang kita khawatirkan akan, menentang kita, ternyata justru memihak kita, maka kita patut bersukacita di dalamnya sebagai pertanda yang baik, bahwa TUHAN berkenan kepada jalan kita (Ams. 16:7). Dan Dialah yang harus menerima kemuliaan atas hal itu.
SH: Ezr 6:13-22 - Sumber sukacita (Selasa, 7 Desember 1999) Sumber sukacita
Meskipun harus mengalami kesulitan dan halangan selama
bertahun-tahun, akhirnya pembangunan Bait Allah dapat
diselesaikan. ...
Sumber sukacita
Meskipun harus mengalami kesulitan dan halangan selama bertahun-tahun, akhirnya pembangunan Bait Allah dapat diselesaikan. Dengan jalan menggerakkan hati para pembesar dan raja untuk mengubah sikap mereka terhadap Yehuda, Allah mengisi kehidupan Yehuda dengan sukacita. Ungkapan syukur mereka luapkan ketika rumah Tuhan ditahbiskan. Sukacita itu terpancar sebagai respons atas kebaikan Allah, Sang Sumber sukacita. Berbagai hal dialami umat Kristen zaman ini, tetapi bila kita melihat dan menikmati buah pembangunan "rumah Allah" kelak, maka hati kita akan melimpah dengan syukur dan sukacita.
Allah masih terus bekerja. Pembangunan kembali rumah Allah membutuhkan waktu yang panjang. Dalam waktu yang panjang itu Allah tidak pernah berhenti bekerja memulihkan keadaan umat. Dalam perwujudan rencana tersebut, kadang-kadang Allah bekerja di dalam dan melalui kehidupan musuh umat-Nya. Kita harus beriman bahwa rencana dan tindakan musuh yang dipakai Allah tidak akan melewati batas rencana dan kedaulatan-Nya.
Renungkan: Segala usaha yang kita lakukan demi terciptanya suatu kesatuan umat Allah membutuhkan waktu yang lama. Bersabarlah, karena dalam waktu-waktu yang panjang itu Allah tetap bekerja.
SH: Ezr 6:1-22 - Rencana Allah tak pernah gagal (Kamis 18 September 2008) Rencana Allah tak pernah gagal
Kuasa Allah sungguh nyata! Meski ada orang-orang yang bermaksud
menggagalkan upaya pembangunan kembali Bait Allah...
Rencana Allah tak pernah gagal
Kuasa Allah sungguh nyata! Meski ada orang-orang yang bermaksud menggagalkan upaya pembangunan kembali Bait Allah, Tuhan tidak tinggal diam. Pembangunan kembali Bait Allah memang sangat penting bagi Israel sebab Allah dan ibadah kepada-Nya adalah poros kehidupan bangsa Israel, selaku umat Allah.
Dokumen kuno yang dibuat pada zaman Raja Koresy ditemukan di benteng Ahmeta (ayat 2). Dokumen itu berisi keputusan Koresy untuk membebaskan Israel membangun kembali Bait Allah (ayat 3-5). Dokumen itu tersimpan begitu lama, tetapi saat ditemukan merupakan saat penggenapan nubuat pemulihan dari Allah (Yes. 61). Dokumen itu menjadi dasar bagi Raja Darius untuk membuat surat perintah bagi Bupati Tatnai agar mendukung pembangunan tersebut. Bukan hanya dalam perizinan, melainkan juga dalam pembiayaan, seperti yang telah dilakukan juga oleh Raja Koresy. Walau Raja Darius bertujuan agar orang Israel mempunyai tempat untuk mendoakan dirinya dan anak-anaknya (ayat 10), Tuhan memakai dia untuk maksud mulia seiring rencana-Nya. Ajaib bukan?
Bukankah ini menjadi penghiburan bagi kita, bahwa dalam pelayanan bagi Tuhan, kita tidak perlu memiliki rasa khawatir yang terlalu berlebihan? Jangan sampai kekhawatiran malah membuat kita berhenti melayani! Perhatikanlah bagaimana Allah bekerja di belakang layar dan memakai Darius, musuh yang memiliki kuasa, untuk menggenapkan rancangan-Nya. Bukan hanya perlawanan terhadap pembangunan Bait Suci dihentikan, tetapi Raja Darius malah jadi mengimbau orang lain untuk ikut mendukung umat Allah.
Allah memang memakai segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya. Ia memelihara pelayanan, Ia juga memelihara orang yang melayani Dia. Meski senantiasa rindu untuk tetap setia pada-Nya, tak hentinya kita bergumul dengan masalah. Namun ingatlah bahwa sebenarnya Tuhan sedang melatih iman kita agar taat kepada Dia saja.
SH: Ezr 5:1--6:22 - Ketika Allah Menyertai (Sabtu, 24 Juni 2017) Ketika Allah Menyertai
Pembangunan Bait Allah dihentikan karena Raja Darius termakan hasutan dari musuh-musuh Israel (lih. pasal 4). Ternyata penghen...
Ketika Allah Menyertai
Pembangunan Bait Allah dihentikan karena Raja Darius termakan hasutan dari musuh-musuh Israel (lih. pasal 4). Ternyata penghentian itu memakan waktu yang lama, yakni antara 536 sM sampai 520 sM. Secara otomatis semangat umat Israel untuk menuntaskan pembangunan Bait Allah secara perlahan-lahan merosot. Jika bukan Allah yang mengirim nabi Hagai dan Zakharia untuk memberi harapan dan semangat baru kepada umat-Nya (5:1-2; bdk. Hag. 1), mungkin saja penyelesaian rumah Allah hanya tinggal kenangan.
Dalam Santapan Harian hari ini, kita melihat Tuhan tidak meninggalkan umat-Nya dan Ia berkarya secara ajaib sehingga pembangunan Bait Allah dapat diselesaikan. Di sini kita dapat melihat bagaimana Tuhan membuat segala sesuatunya berjalan dengan lancar, yaitu: Pertama, kuasa Allah menyertai para tetua Israel dan menaruh hikmat-Nya atas mereka untuk memberikan jawaban dan dasar kebenaran atas tindakan mereka yang mengacu kepada dekret Raja Koresh (5, 11-16). Kedua, bupati Tatnai yang baru lebih toleran, kooperatif, dan tidak sewenang-wenang dalam menggunakan otoritas (3-4, 17). Di sini kita melihat Allah Israel berkarya dalam sejarah bangsa-bangsa dengan cara membiarkan keterangan para tetua Israel dilaporkan kepada Raja Darius untuk diusut secara tuntas. Ketiga, kebenaran objektif menjadi alat bukti bagi Allah untuk menghancurkan serta mencegah pelbagai hasutan dan fitnahan para musuh Israel di kemudian hari (6:1-5). Dengan ditemukan Piagam Raja Koresh, berarti keterangan para tetua Israel memiliki dasar hukum yang mengikat. Karena itu, siapa pun wajib menaati dan menjalankan perintah mendiang Raja Koresh, termasuk Raja Darius (6-15).
Keberhasilan pembangunan Bait Allah merupakan karya Tuhan semata. Tanpa campur tangan dan kemurahan-Nya, mustahil bagi bangsa Israel dapat mendirikan rumah Allah. Demikian pula ketika tugas di depan kita terasa berat, janganlah berputus asa. Sebab kita memiliki Allah Mahakuasa yang mampu menggenapi apa yang sudah direncanakan-Nya, tidak peduli seberat apa rintangan di depan mata. [IT]
Baca Gali Alkitab 8
Pembangunan kembali rumah Tuhan di zaman nabi Hagai dan Zakharia hampir terhambat. Sebab ada pemeriksaan izin membangun dari bupati Tatnai. Allah menaruh hikmatnya atas tua-tua Yahudi. Ia juga memakai bupati Tatnai mengusut izin tersebut kepada Raja Darius. Dengan demikian menjadi jelas bahwa pembangunan rumah Tuhan itu legal dan atas perintah raja sebelumnya, yaitu Raja Koresh.
Apa saja yang Anda baca?
1. Keributan apa yang terjadi antara orang-orang Yahudi dengan Tatnai selaku bupati di daerah tersebut (1-4)?
2. Apa yang Allah lakukan kepada para tua-tua Israel (5)?
3. Mengapa Tatnai perlu menulis surat laporan kepada raja Darius dan apa motifnya melakukan investigasi keabsahan pembangunan rumah Allah (6-17)?
4. Apa isi piagam dari raja Koresh dan apa konsekuensi dari keptusan Raja Koresh (6:1-5)?
5. Apa jawaban Raja Darius kepada bawahannya, Tatnai (6-10)?
6. Apa risiko yang bakal diterima mereka yang melanggar titah raja Darius (11-13)?
7. Apa yang dilakukan oleh bangsa Israel pasca pembuangan setelah rumah Tuhan selesai dibangun (14-22)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Allah bekerja secara tersembunyi untuk mendatangkan kebaikan bagi umat yang dikasihi-Nya. Apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut?
2. Apa ungkapan yang paling tepat bagi Allah saat Ia berkarya di tengah umat-Nya?
Apa respons Anda?
1. Tidak ada persoalan seberat dan sebesar apa pun yang tidak dapat diselesaikan Allah. Apakah Anda bersyukur untuk itu?
Pokok Doa:
Bersyukur kepada Allah karena Ia tidak terlambat menolong umat-Nya. Segalanya indah pada waktu-Nya.
SH: Ezr 5:1--6:22 - Akhir yang Sempurna (Senin, 26 Desember 2022) Akhir yang Sempurna
Biasanya, setiap awal tahun baru kita membuat resolusi untuk kita lakukan sepanjang tahun. Akan tetapi, kerap kali resolusi-resol...
Akhir yang Sempurna
Biasanya, setiap awal tahun baru kita membuat resolusi untuk kita lakukan sepanjang tahun. Akan tetapi, kerap kali resolusi-resolusi itu tidak terlaksana dengan baik dan akhirnya berhenti di tengah jalan. Lain halnya jika perencanaan itu dilakukan oleh Tuhan. Jika Dia yang berencana, tidak mungkin tidak terjadi.
Allah memerintahkan umat Israel untuk membangun kembali Bait Allah. Sayangnya, terjadi banyak penolakan. Ketika proses pembangunan dilakukan, seorang bupati bernama Tatnai datang dan mempertanyakan siapa yang memberi izin dan yang terlibat dalam pembangunan kembali Bait Allah itu (5:3-4). Bahkan, Tatnai mengirim surat kepada Raja Darius dengan agenda membatalkan pembangunan Bait Allah (5:7-17).
Bagaimanapun juga, rencana Allah tidak mungkin digagalkan oleh siapa pun. Allah membuat para tua-tua Yahudi tetap bekerja sekalipun berada dalam penolakan (5:5). Selain itu, jauh-jauh hari, Allah telah menggerakkan Raja Koresh untuk memberikan perintah pembangunan kembali Bait Allah dan menuliskannya dalam sebuah catatan sejarah. Catatan itulah yang kemudian menjadi legitimasi hukum (6:3-5). Tidak hanya itu, Tatnai yang pada awalnya menolak pembangunan Bait Allah malah diperintah oleh Raja Darius agar mendukung segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses tersebut (6:8-9).
Rencana Allah merupakan rencana mutlak. Tidak ada yang dapat menggagalkannya. Dalam prosesnya, penggenapan rencana Allah bisa berliku-liku. Walau demikian, yang pasti adalah rencana Allah akan terjadi sesuai dengan skenario Allah sendiri.
Kita harus setia menanti rencana Allah tergenapi di dalam hidup kita. Saat ini pun prosesnya sudah berlangsung. Sama halnya ketika Tuhan menggerakkan hati Raja Koresh, yang pada akhirnya berguna untuk masa depan, demikian pula hidup kita. Apa pun yang sedang terjadi bisa menjadi bagian dari proses penggenapan rencana Tuhan. Kita belum tahu karena kita belum melihat secara utuh. Akan tetapi, pada akhirnya, rencana Allah pasti adalah akhir yang sempurna. [YGM]
Topik Teologia -> Ezr 6:22
Topik Teologia: Ezr 6:22 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan dan Manusia Dunia
Pemeliharaan Allah di Dalam Perilaku Manusia
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menikmati Allah
- Sukacita dalam Allah
- Alasan-alasan Bersukacita bagi Orang-orang Percaya
- Orang-orang Percaya Bersuka cita Karena Allah Menerima Ibadah Mereka
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ezra (Pendahuluan Kitab) Penulis : Ezra
Tema : Pemulihan Kaum Sisa
Tanggal Penulisan: 450-420 SM
Latar Belakang
Kitab Ezra adalah bagian dari sejarah y...
Penulis : Ezra
Tema : Pemulihan Kaum Sisa
Tanggal Penulisan: 450-420 SM
Latar Belakang
Kitab Ezra adalah bagian dari sejarah yang berkesinambungan dari orang Yahudi yang ditulis setelah masa pembuangan, terdiri atas 1 dan 2 Tawarikh, Ezra, dan Nehemia. Dalam PL Ibrani, Ezra dan Nehemia semulanya satu kitab sebagaimana halnya 1 dan 2 Tawarikh. Para ahli Alkitab pada umumnya beranggapan bahwa sejarah yang disajikan dalam kitab-kitab ini pertama-tama merupakan karya yang terilham dari seorang pengarang pada masa pascapembuangan. Sekalipun penulisnya tidak pernah disebutkan dalam Alkitab, tetapi hampir semua sumber Yahudi dan Kristen, serta juga banyak ahli modern, percaya bahwa pengarangnya adalah Ezra, imam dan ahli Taurat itu. Untuk keterangan lebih terinci mengenai peran Ezra sebagai pengarang, Lihat "PENDAHULUAN 1TAWARIKH" 08053.
Menurut tradisi, Ezralah yang mengumpulkan semua kitab PL menjadi satu unit, memulai bentuk ibadah yang dipakai di sinagoge dan mendirikan Sinagoge Besar di Yerusalem di mana kanon PL akhirnya ditetapkan. Ezra adalah seorang pemimpin saleh dengan kesetiaan yang kokoh dan kasih yang mendalam kepada Firman Allah. Sejarahnya yang tertulis dalam 1 dan 2 Tawarikh serta Ezra dan Nehemia menekankan tema pengharapan, kebangunan, pembaharuan, dan pemulihan umat Allah. Seluruh sejarah ini ditulis pada parohan kedua abad ke-5 SM.
Kitab Ezra mencatat bagaimana Allah menggenapi janji nubuat-Nya melalui Yeremia (Ezr 29:10-14) untuk memulihkan orang Yahudi setelah 70 tahun pembuangan dengan membawa mereka kembali ke tanah air mereka (Ezr 1:1). Keruntuhan Yehuda dan pembuangan mereka ke Babel terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (605 SM), kalangan bangsawan muda Yehuda, termasuk Daniel, dibuang ke Babel; pada tahap kedua (597 SM) ada sekitar 11.000 orang buangan lagi, termasuk Yehezkiel; dan pada tahap ketiga (586 SM) penduduk Yehuda yang tersisa, kecuali Yeremia dan rakyat yang paling miskin, diangkut. Demikian pula, pemulihan kaum sisa buangan, sebagai penggenapan nubuat Yeremia, terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (538 SM) 50.000 orang kembali di bawah pimpinan Zerubabel dan Yesua (bd. Ezr 2:1-70); pada tahap kedua (457 SM) lebih dari 1.700 orang laki-laki (tambah wanita dan anak-anak, berjumlah 5.000-10.000 orang Yahudi) berangkat pulang di bawah pimpinan Ezra (bd. Ezr 8:1-14,18-21); dan pada tahap ketiga (444 SM) Nehemia memimpin kelompok lain lagi (bd. Neh 2:1-10). Perhatikan bahwa rombongan pertama pada tahun 538 kembali ke Yerusalem sekitar 70 tahun setelah pengangkutan pertama ke dalam pembuangan.
Sekitar dua tahun setelah kerajaan Babel dikalahkan dan diganti kerajaan Persia (539 SM), dimulailah pengembalian orang Yahudi ke tanah air mereka. Kitab Ezra mencatat tahap pertama dan kedua dari pemulihan itu, yang melibatkan tiga raja Persia (Koresy, Darius, dan Artahsasta) dan lima pemimpin rohani yang terkemuka:
- (1) Zerubabel, yang memimpin rombongan pertama untuk mendirikan kembali Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci;
- (2) Yesua, seorang imam besar saleh yang membantu Zerubabel;
- (3) Hagai dan
- (4) Zakharia, dua nabi Allah yang menasihatkan umat itu untuk menyelesaikan pembangunan Bait Suci; dan
- (5) Ezra, yang memimpin rombongan kedua ke Yerusalem dan yang dipakai Allah untuk memulihkan kerohanian dan moralitas umat itu.
Jikalau Ezra adalah penulis kitab ini, sesuatu yang sangat mungkin, ia menyusun catatan sejarah ini di bawah ilham Roh Kudus dengan merujuk kepada aneka dokumen dan surat yang resmi (mis. Ezr 1:2-4; Ezr 4:11-22; Ezr 5:7-17; Ezr 6:1-12), daftar keturunan (mis. Ezr 2:1-70), dan catatan pribadi (mis Ezr 7:27--9:15). Kitab ini ditulis dalam bahasa Ibrani, kecuali Ezr 4:8--6:18 dan Ezr 7:12-26 yang ditulis dalam bahasa Aram, bahasa resmi kaum buangan.
Tujuan
Kitab ini ditulis untuk menunjukkan pemeliharaan dan kesetiaan Allah dalam memulihkan kaum sisa Yahudi dari pembuangan mereka di Babel
- (1) dengan menggerakkan hati tiga raja Persia yang berbeda-beda agar membantu umat Allah untuk kembali ke negeri mereka, menetap kembali di Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci; dan
- (2) dengan menyediakan para pemimpin yang saleh dan andal untuk memimpin kaum sisa yang kembali dalam suatu kebangunan ibadah, komitmen kepada firman Allah, dan pertobatan dari ketidaksetiaan kepada Allah.
Survai
Ke-10 pasal kitab ini dengan sendirinya terbagi menjadi dua bagian:
- (1) Bagian pertama (pasal 1-6; Ezr 1:1--6:22) mencatat kembalinya rombongan pertama orang buangan Yahudi ke Yerusalem dan pembangunan kembali Bait Suci;
- (2) Bagian kedua (pasal 7-10; Ezr 7:1--10:443) menguraikan kembalinya rombongan kedua di bawah Ezra dan pembaharuan rohani yang mengikutinya.
- (1) Bagian pertama mulai di mana 2 Tawarikh berakhir -- dengan penahanan orang Yahudi dan pengumuman Raja Koresy dari Persia (538 SM) yang mengizinkan orang Yahudi kembali ke tanah air mereka (Ezr 1:1-11); pasal 2; Ezr 2:1-70 mencatat nama orang-orang yang ikut rombongan pertama. Pentinglah bahwa hanya sekitar 50.000 orang Yahudi di antara sejuta atau lebih yang terbuang berada dalam rombongan pertama yang kembali (Ezr 1:5; Ezr 2:64-65). Dalam pasal 3 (Ezr 3:1-13), Zerubabel (seorang keturunan Daud) dan Yesua (sang imam besar) mengerahkan umat itu untuk memulai pembangunan kembali Bait Suci yang rusak. Musuh-musuh yang lihai dari Yehuda mempergunakan sarana-sarana politik untuk menghentikan proyek ini selama beberapa waktu (pasal 4; Ezr 4:1-24), tetapi akhirnya pekerjaan dimulaikan kembali dan Bait Suci diselesaikan pada tahun 516 SM (pasal 5-6; Ezr 5:1--6:22).
- (2) Kesenjangan selama 60 tahun memisahkan pasal 6 (Ezr 6:1-22) dengan pasal 7 (Ezr 7:1-36). Selama itu Ester berkuasa sebagai ratu di Persia dengan Ahasyweros I. Ester menjadi ratu sekitar 478 SM (Lihat "PENDAHULUAN ESTER" 08069). Pasal 7-8 (Ezr 7:1--8:36) mencatat berbagai peristiwa sekitar 20 tahun kemudian ketika rombongan yang lebih kecil kembali dari Persia ke Yerusalem di bawah pimpinan Ezra. Sedangkan rombongan pertama berhasil membangun kembali rumah Allah, Ezra berusaha memulihkan Hukum Allah di dalam hati umat itu (bd. Neh 8:1-8). Ezra menjumpai kemerosotan rohani dan moral yang luas antara kaum pria Yehuda, yang tampak dari nikah campur dengan wanita kafir. Dengan kesedihan yang mendalam, Ezra mengakui dosa-dosa mereka kepada Allah dan mengadakan syafaat demi mereka (pasal 9; Ezr 9:1-15). Kitab ini berakhir dengan peristiwa Ezra memimpin para pria dalam pertobatan di depan umum dan pembatalan ikatan pernikahan dengan wanita kafir (pasal 10; Ezr 10:1-44).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Ezra-Nehemia adalah satu-satunya catatan sejarah dalam Alkitab mengenai pengembalian orang Yahudia pada masa pascapembuangan di Palestina.
- (2) Ciri yang menonjol dari kitab ini ialah bahwa di antara dua bagian utamanya (pasal 1-6, 7-10; Ezr 1:1--6:22; Ezr 7:1--10:44) terdapat kesenjangan sejarah sekitar 60 tahun. Seluruh kitab ini meliput sekitar 80 tahun.
- (3) Ezra menunjukkan dengan jelas bagaimana Allah menjaga firman-Nya sehingga pasti digenapi (bd. Yer 1:12; Yer 29:10); Allah mengarahkan hati para raja Persia bagaikan mengatur aliran sungai supaya mengembalikan umat-Nya ke negeri mereka (Ezr 1:1; Ezr 7:11-28; bd. Ams 21:1);
- (4) Tindakan Ezra terhadap para wanita kafir yang tidak percaya yang telah dinikahi laki-laki Yahudi (termasuk imam-imam) dengan melanggar perintah-perintah Allah melukiskan dengan nyata bagaimana Allah
- (a) menuntut agar umat-Nya hidup terpisah dari dunia kafir, dan
- (b) kadang-kadang memakai pembedahan radikal supaya menangani kompromi yang berbahaya dan rawan di antara umat-Nya. Tindakan Ezra dengan tegas mengingatkan umat perjanjian akan panggilan utama mereka untuk menjadi "kerajaan imam dan bangsa yang kudus" (Kel 19:6), bukan sekedar suatu kesatuan nasional campuran lainnya.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kembalinya kaum sisa Yahudi ke negeri mereka dan pembangunan kembali bait suci menyatakan bahwa Allah senantiasa ingin memulihkan umat-Nya yang menyeleweng. Jalan-jalan-Nya mencakup bukan saja hukuman karena kemurtadan, tetapi juga pemulihan dan harapan bagi kaum sisa yang percaya, yang melaluinya Allah mengarahkan aliran penebusan pada jalan akhirnya. Prinsip ini dilihat dalam PB, di mana suatu kaum sisa Yahudi yang percaya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Mesias mereka, sedangkan arus utama penebusan disalurkan kembali dari orang Yahudi yang tidak percaya kepada orang bukan Yahudi di gereja mula-mula.
Full Life: Ezra (Garis Besar) Garis Besar
I. Rombongan Pertama Orang Buangan yang Kembali ke Yerusalem
(Ezr 1:1-6:22)
A. Pengumuman dan Persediaan ...
Garis Besar
- I. Rombongan Pertama Orang Buangan yang Kembali ke Yerusalem
(Ezr 1:1-6:22) - A. Pengumuman dan Persediaan dari Koresy
(Ezr 1:1-11) - B. Daftar Orang Buangan yang Kembali
(Ezr 2:1-70) - C. Pemugaran Bait Suci Dimulai
(Ezr 3:1-13) - 1. Persembahan Korban Dimulai Kembali
(Ezr 3:1-6) - 2. Pembangunan Bait Suci Dimulai
(Ezr 3:7-13) - D. Pembangunan Bait Suci Terhenti Karena Perlawanan
(Ezr 4:1-24) - E. Pembangunan Bait Suci Dimulai Lagi dan Diselesaikan
(Ezr 5:1-6:18) - 1. Dorongan dari Para Nabi
(Ezr 5:1-2) - 2. Protes dari Bupati Tatnai
(Ezr 5:3-17) - 3. Darius Mengesahkan Pembangunan Bait Suci
(Ezr 6:1-12) - 4. Bait Suci Selesai Dibangun Lalu Ditahbiskan
(Ezr 6:13-18) - F. Perayaan Paskah
(Ezr 6:19-22) - II. Rombongan Kedua Orang Buangan Kembali ke Yerusalem di Bawah Pimpinan Ezra
(Ezr 7:1-10:44) - A. Misi Ezra Disahkan oleh Artahsasta
(Ezr 7:1-28) - B. Perjalanan Ezra dan Orang-Orang yang Menyertainya
(Ezr 8:1-36) - C. Berbagai Pembaharuan oleh Ezra di Yerusalem
(Ezr 9:1-10:44) - 1. Pengutukan Nikah Campur Dengan Orang Kafir
(Ezr 9:1-4) - 2. Pengakuan Dosa Ezra dan Syafaatnya bagi Umat Itu
(Ezr 9:5-15) - 3. Pertobatan dan Pembaharuan Umum
(Ezr 10:1-44)
Matthew Henry: Ezra (Pendahuluan Kitab)
Dalam kitab ini, jemaat Yahudi menampilkan wajah yang amat berbeda daripada sebelumnya. Keadaan mereka pada saat ini jauh lebih baik dan lebih berb...
- Dalam kitab ini, jemaat Yahudi menampilkan wajah yang amat berbeda daripada sebelumnya. Keadaan mereka pada saat ini jauh lebih baik dan lebih berbahagia dibandingkan dengan keadaan mereka terakhir di Babel, walaupun jauh lebih hina daripada keadaan mereka di masa lampau. Tulang-tulang kering itu kini hidup kembali, tetapi dalam rupa seorang hamba. Kuk perhambaan mereka telah ditanggalkan, tetapi bekas-bekas goresannya pada leher mereka yang lecet masih ada. Raja-raja tidak lagi kita dengar kisahnya, karena mahkota telah jatuh dari kepala mereka. Mereka diberkati dengan keberadaan para nabi, guna memandu mereka di dalam upaya membangun kembali negeri mereka. Tetapi setelah beberapa waktu lamanya, nubuatan pun berhenti di tengah-tengah mereka, sampai munculnya Sang Nabi Agung, dan seseorang yang memelopori kedatangan-Nya. Sejarah yang terdapat di dalam kitab ini merupakan penggenapan nubuatan Yeremia mengenai kembalinya orang Yahudi dari Babel di akhir masa tujuh puluh tahun, dan merupakan bayangan dari penggenapan nubuatan-nubuatan dalam Kitab Wahyu mengenai kelepasan jemaat Injili dari Babel Perjanjian Baru. Ezra menyimpan catatan mengenai peristiwa besar itu dan meneruskannya kepada jemaat dalam kitab ini. Nama Ezra berarti seorang penolong, dan memang demikianlah dirinya bagi bangsa itu. Kita akan membaca sepenggal catatan khusus tentang Ezra pada pasal 7, ketika ia sendiri turun tangan dan bertindak. Kitab ini mengisahkan kepada kita catatan mengenai,
- 1. Kembalinya bangsa Yahudi dari penawanan (ps. 1-2).
- 2. Pendirian Bait Suci, perlawanan yang dihadapi dalam pembangunannya, dan, kendati demikian, tuntasnya pembangunan itu pada akhirnya (ps. 3-6).
- 3. Kedatangan Ezra ke Yerusalem (ps. 7-8).
- 4. Pelayanan luhur yang dikerjakan Ezra di Yerusalem, dengan memerintahkan orang Israel yang telah mengawini perempuan-perempuan asing untuk menyuruh pergi istri-istri mereka itu (ps. 9-10).
Jerusalem: Ezra (Pendahuluan Kitab) KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja,...
KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja, masih ada sekelompok kitab-kitab sejarah lain dalam Perjanjian Lama. Bagian besar kitab-kitab ini mengulang sejarah yang termaktub dalam kitab-kitab sejarah yang dahulu, sedangkan sebagiannya melanjutkan sejarah itu. Termasuk ke dalam kelompok kitab-kitab sejarah yang lain itu kitab-kitab Tawarikh, kitab Ezra dan (menurut pendapat umum) kitab Nehemia. Kedua kitab Tawarikh aslinya hanya satu kitab saja. Kitab Ezra dan Nehemia tidak lain kecuali lanjutan dari kitab Tawarikh itu dan dikerjakan oleh pengarang yang sama. Sebab dalam kitab Ezra Nehemia tidak hanya ditemukan gaya bahasa dan gagasan-gagasan pokok yang sama, tetapi Ezr1 hanya mengulang akhir 2Taw 36. Ini cukup membuktikan, bahwa kitab Tawarikh dan kitab Ezra-Nehemia sejak awal mula dumaksudkan sebagai suatu kesatuan.
Maka Kitab-kitab Tawarikh (judul ini menterjemahkan judul Ibrani, dalam terjemahan Yunani, Septuaginta, dan dalam terjemahan Latin, Vulgata, diberi judul: Paralipomena, artinya: [kitab-kitab yang memuat] apa yang terlupa atau dilewatkan) adalah sebuah karya yang berasal dari agama Yahudi di zaman belakangan, dari zaman sesudah pembuangan. Di zaman itu bangsa Israel tidak lagi mempunyai kemerdekaan politik, namun menikmati semacam otonomi yang diakui oleh para penguasa di kawasan timur. Bangsa yahudi langsung dipimpin oleh para imam dan hidupnya diatur oleh hukum agamanya sendiri. Hidup kebangsan berpusatkan Bait Allah serta upacara-upacara ibadatnya. tetapi kehidupan yang bertumpu pada hukum agama dan upacara itu dijiwai kesalehan pribadi, ajaran hikmat, kenangan- kenangan akan kejayaan dan kesalahan di masa yang lampau serta kepercayaan pada janji-janji yang disampikan para nabi dahulu.
Pengarang kitab Tawarikh (dan Ezra-Nehemia) adalah seorang dari kaum Lewi diYerusalem dan berlatar-belakang suasana dan lingkungan tsb. Ia menyusun kitabnya agak lama sesudah zaman Ezra dan Nehemia, sebab dengan caranya sendiri ia dapat menggabungkan sumber-sumber yang mengenai kedua tokoh itu. Dengan paling tepat kiranya karyanya dapat ditanggalkan pada awal zaman Yunani, sebelum thn 300 seb. Mas. Kemudian kitab Tawarikh masih diperluas dengan beberapa tambahan yang disisipkan oleh satu atau beberapa orang: silsilah-silsilah yang termaktub dalam @1Taw 2-9 diperluas; ditambah beberapa daftar nama, seperti mungkin sekali daftar nama pendukung raja Daud, 1Taw 12, yang sudah tua usianya, dan lagi daftar-daftar para imam dan kaum Lewi, 1Taw 15; akhirnya disisipkan juga tambahan panjang, 1Taw 23:3-27:34, yang menyebut para pejabat serta petugas ibadat dan administrasi kerajaan Daud.
Bagian-bagian tambahan itu memang sejalan dengan pikiran dan selera si Muwarikh dan boleh jadi diambil dari dokumen-dokumen yang bermutu.
Pengarang kitab Tawarikh khususnya memberi perhatian kepada Bait Allah. Dalam kitabnya kaum rohaniawan berperan utama. Ke dalam kalangan kaum rohaniawan itu tidak hanya termasuk para imam dan kaum Lewi, seperti halnya dalam kitab Ulangan dan dalam bagian-bagian Pentateuk yang berasal dari kalangan para imam, tetapi juga pejabat dan petugas ibadat yang lebih rendah kedudukannya, seperti para penunggu pintu Bait Allah dan para penyanyi. Sejak zaman Tawarikh mereka disamakan dengan Kaum Lewi. Pengudusan para rohaniawan merangkum juga awam. Mereka juga ikut serta dalam persembahan korban penghapusan dosa yang nilainya dahulu dipulihkan dalam Tawarikh. Persekutuan suci itu tidak hanya merangkum orang-orang Yahudi melulu. Dengan melewati kerajaan Israel yang murtad dan yang sesedikit mungkin dibicarakan, si Muwarikh kembali kepada kedua belas suku sebagaimana dipersatukanoleh raja Daud. Dan dengan melewati masa sekarang ia menantikan saatnya semua bani Israel bersatu kembali. bahkan orang-orang bukan Yahudi turut didoakan dalam ibadat Bait Allah. "Israel" dalam pandangan si Muwarikh ialah seluruh umat yang setia, yang dengannya Allah pernah mengikat perjanjian. Dan dalam diri Daud, allah membaharui perjanjian dengan umatnya itu. Justru di zaman pemerintahan Daud itulah syarat-syarat bagi pemerintahan Allah, ialah teokrasi, menjadi tewujud dengan cara yang paling sempurna. Maka jemaat harus hidup sesuai dengan semangat Daud dan senantiasa berusaha memnaharui dirinya dengan kembali kepada adat-istiadat zaman itu, agar supaya Allah tetap merelai umatNya dan menepati janjiNya.
Dalam kisah sejarah panjang yang termaktub dalam kitab si Muwarikh, perhatian seluruhnya berpusatkan Bait Allah di Yerusalem serta ibadatnya, mulai dengan persiapan-persiapan di zaman Daud sampai dengan pemulihannya yang dikerjakan oleh jemaat Israel yang kembali dari pembuangan.
Cita-cita penyusun kitab Tawarikh itupun menentukan susunan karyanya. Bab-bab pertama, 1Taw 1-9 menyajikan sejumlah silsilah yang secara khusus mengenai suku Yehuda, keturunan Daud, suku Lewi dan penduduk kota Yerusalem. Bagian ini merupakan [endahuluan bagi kisah mengenai Daud yang merangkum bagian terakhir 1Taw (10-29). Pertikaian-pertikaian Daud dengan raja Saud dengan raja Saul tidak disinggung sama sekali. Demikianpun dosa Daud dengan Batsyeba dan hal- ihwal keluarga Daud serta pemberontak-pemberontak yang harus dihadapinya tidak sampai disebut-sebut. Sebaiknyam nubuat natan, 1Taw 17, ditonjolkan dan perhatian khusus diberikan kepada lembaga-lembaga keagamaan: Tabut Perjanjian yang dipindahkan ke Yerusalem dan pengaturan ibadat di sana, 1Taw 13, 15-16, serta persiapan-persiapan bagi pembangunan Bait Allah, 1Taw 21-29. Daud sendiri sudah merencanakan pembangunan itu, mengumpulkan bahan dan sampai dengan hal-hal kecil mengatur tugas para pejabat ibadat. Pelaksanaan rencana itu dipercayakan kepada putera Daud, Salomo. Bagian terbesar dari kisah tentang raja Salomo, 2Taw 1-9, mengenai pembangunan Bait Allah, doa yang diucapkan raja pada hari pentahbisan Bait Allah dan janji-janji Allah yang merupakan balasan atas usaha Salomo. Setelah sejarah sampai kepada perpecahan dalam umat Israel, pengarang Tawarikh hanya berbicara tentang kerajaan Yehuda dan keturunan Daud saja. Para raja dinilai olehnya sesuai dengan kesetiaan atau ketidaksetiaan mereka pada syarat-syarat perjanjian dan sesuai dengan caranya mereka mendekati atau menjauhi contoh dan teladan mereka ialah Daud, 2Taw 10-36. Sepanjang sejarah itu masa kemerosotan dan masa pembaharuan silih berganti. Pembaharuan yang paling mendalam diusahakan oleh raja Hizkia dan raja Yosia. Para raja fasik yang mengganti Yosia hanya mempercepat kehancuran. Namun demikian kitab Tawarikh ditutup dengan berita mengenai izin yang diberikan oleh raja Persia, Koresy, diberikan untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Lanjutan kisah kitab Tawarikh ditemukan dalam kitab Ezra dan Nehemia.
Dalam menyusun karyanya di Muwarikh memanfaatkan terutama kitab-kitab yang sekarang termasuk Kitab Suci. Kitab Kejadian dan Bilangan dipergunakan untuk menyusun silsilah-silsilah dalam bagian pertama 1Tawarikh. untuk sejarah selanjutnya terutama dipakai kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Hanya kitab-kitab itu dipergunakan dengan bebas sekali. Pengarang memilih bahan sesuai dengan pandangan dan maksudnya sendiri dan iapun menambah bahan atau menghilangkan apa yang dianggap tidak sesuai. Akan tetapi pengarang Tawarikh tidak pernah menyebut kitab-kitab yang dapat kita selidiki. Sebaliknya, ia menyebut sejumlah karya lain sebagai sumber-sumbernya yaitu: Kitab Raja-raja Isarel, 1Taw 9:1; Kitab Raja-raja Yehuda dan Israel, 2Taw 16:11; Tafsiran (midrasy) Kitab Raja-raja, 2Taw 24:17; iapun menyebut Riwayat Samuel, Pelihat, dan Riwayat nabi Natan serta Riwayat Gad, Pelihat, 1Taw 29:29 dan lagi disebarkan Riwayat Semaya, nabi itu, dan Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, 2Taw 13:22, dll. Semua tulisan itu tidak kita kenal dan isi serta hubungan tulisan-tulisan itu satu sama lain dan dengan kitab-kitab yang kita kenal, menjadi pokok perbedaan pendapat para ahli Kitab. Tulisan-tulisan itu barangkali memberi laporan tentang pemerintahan beberapa raja dalam sorotan nabi-nabi yang tampil di zaman mereka. Dapat disangsikan apakah pengarang Tawarik juga memanfaatkan tradisi lisan.
Oleh karena penyusun Tawarikh, mempunyai sumber-sumber yang tidak kita kenal dan yang mungkin dapat dipercayai, maka tidak perlu mengambil sikap yang pada pokoknya mencurigai segala yang oleh penyusun ditambahkan pada berita-berita yang tercantum dalam kitab-kitab yang kita kenal, yaitu yang tercantum dalam Alkitab sendiri. Tiap-tiap tambahan dan perubahan perlu diselidiki satu demi satu. Penyelidikan-penyelidikan yang terbaru dalam banyak hal membenarkan pengarang Tawarikh dan membelanya terhadap keraguan dan rasa curiga yang terdapat pada sejumlah besar ahli Kitab. Tetapi jelas pulalah, bahwa Tawarikh kadang-kadang memberi informasi yang tidak dapat disesuaikan dengan apa yang disajikan dalam Kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Pengarang juga kadang-kadang dengan sengaja merubah apa yang dikisahkan dalam kitab-kitab tsb. Sudah barang tentu cara kerja semacam itu tidak dapat dibenarkan pada seorang ahli ilmu sejarah modern yang wajib menceriterakan peristiwa-peristiwa sambil menjelaskan hubungan timbal-balik antara peristiwa-peristiwa itu. Namun mengingat tujuan pengarang Tawarikh, cara kerjanya dapat diterima. Sebab ia bukan ahli ilmu sejarah tetapi ahli ilmy ketuhanan. Dalam cahaya pengalaman-pengalaman masa yang lampau, khususnya pengalaman di zaman Daud, pengarang memikirkan manakah syarat- syarat bagi sebuah kerajaan idiil. Ia menggabungkan masa yang lampau, masa sekarang dan masa depan menjadi suatu sintesa: seluruh ibadah yang rapih teratur sebagaimana dilihatnya di zamannya sendiri dibuatnya berasal dari raja Daud: segala sesuatu yang dapat merugikan gambaran pahlawannya itu dihilangkan. Meskipun dalam kitabnya ada informasi yang kebenarannya dapat diperiksa, namun karya si Muwarikh lebih berharga sebagai suatu gambaran tentang keadilan dan pikiran di zamannya sendiri dari pada sbagai rekonstruksi historis dari masa yang lampau.
Memanglah si Muwarikh menulis karyanya guna orang-orang sezamannya. Ia mengingatkan kepada mereka, bahwa eksistensi bangsa tergantung pada kesetiaannya kepada Allah dan bahwa kesetiaan itu menyatakan diri dalam ketaatan kepada hukum Taurat dan dalam ibadat yang secara teratur dijalankan dengan dijiwai kesalehan sejati. Ia ingin, bahwa bangsanya menjadi sebuah jemaat yang kudus, sehingga baginya janji-janji yang diberikan kepada Daud digenapi. Orang-orang Yahudi saleh yang hidup di zaman Kristus dijiwai semangat si Muwarikh, walaupun ada kalanya dengan penyelewengan-penyelewengan yang tidak diinginkan pengarang Tawarikh. Ajaran Tawarikh memang berharga dan bermutu bagi segala zaman. Ia mengajar, bahwa hidup rohani perlu diutamakan dan bahwa Allah membimbing segala kejadian di dunia. Malahan ajarannya itu khususnya perlu direnungkan di masa kini. Sebab rasa-rasanya dewasa ini semangat keduniaan menangguhkan ditegakkannya Pemerintahan Allah untuk waktu yang tidak tentu.
Kitab Ezra dan Kitab Nehemia dalam Alkitab Ibrani dan Yunani (Septuaginta) hanya satu kitab saja. Kitab itu berjudul: Kitab Ezra. Septuaginta juga memuat sebuah kitab Ezra apokrip. Kitab itu ditempatkan sebelum kitab Ezra-Nehemia dan karenanya disebut kitab 1Ezra, sedangkan kitab Ezra-Nehemia kita disebut Kitab 2 Ezra. Di zaman Kristen barulah kitab Ezra yang satu itu dibagi menjadi dua kitab Ezra. Pembagian itu dituruti dalam terjemahan Latin, Vulgata, juga. Kitab 1 Ezra ialah kitab Ezra dan kitab 2 Ezra ialah Kitab Nehemi. Kitab Ezra yang apokrip itu dalam Vulgata disebut kitab 3 Ezra. Adat menyebutkan kitab-kitab itu menurut nama tokoh utamanya, yakni Ezra dan Nehemia, berasal dari zaman kemudian. Dalam terbitab tercetak Alkitab Ibrani kedua nama itu juga dipakai.
Kitab Erza-Nehemia merupakan lanjutan kitab tawarikh, sebagaimana dikatakan di muka. Sesudah lima puluh tahun pembuangan di Babel yang tidak tersinggung sama sekali, kitab Ezra-Nehemia menyambung kisah tawarikh dengan memberitahu tentang maklumat raja Koresy yang dalam thn 538 seb. Mas. mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem guna membangun Bait Allah. Orang-orang Yahudi yang kembali segera mulai membangun Bait Allah, tetapi pekerjaan itu terpaksa dihentikan akibat perlawanan dari pihak orang-orang Samaria. Pekerjaan baru diteruskan di zaman pemerintahan raja Darius I. Pembangunan Bait Allah diselesaikan pada thn 515 seb. mas. Usaha membangun tembok-tembok kota Yerusalem selama setengah abad berikut diperlambat juga oleh orang-orang Samaria, Ezra 1-6. Di zaman pemerintahan Artahsasta pulanglah ke Yerusalem Ezra disertai serombongan kaum buangan yang baru. Ezra itu adalah seorang pejabat-penulis dan ahli Kitab yang di istana raja Persia menangani urusan bangsa Yahudi. Ia diberi surat kuasa raja untuk mewajibkan jemaat Yahudi mematuhi hukum Taurat yang diakui sebagai hukum negara. Terpaksa Ezra bertindak keras terhadap orang-orang Yahudi yang telah menikah dengan perempuan bangsa lain, Ezra 7-10. Kemudian Nehemia yang menjabat juru minuman di istana raja Astahsasta meminta, supaya diutus ke Yerusalem untuk mendirikan tembok kota. Dalam waktu singkat pekerjaan itu selesai, kendati perlawanan para musuh; lalu kota dihuni kembali, Neh 1:1-7:72a. Dalam pada itu Nehemia diangkat menjadi bupati di Palestina. Adapun Ezra mengadakan pembacaan hukum Taurat secara meriah, lalu Hari raya Pondok Daun dirayakan. Pada kesempatan itu umat mengadakan pengakuan dosa umum dan berjanji akan melaksanakan hukum Taurat yang dibacakan, Neh 7:72a-10:40. Kemudian masih menyusul beberapa daftar nama orang, beberapa tindakan pelengkap yang diambil Nehemia dan peresmian tembok Yerusalem, Neh 11;1-13:3. Lalu Nehemia sebantar kembali ke Persia, tetapi untuk kedua kalinya diutus ke Palestina untuk membereskan kekacauan yang merambat dalam jemaat Yahudi, Neh 13:4-31.
Melihat ringkasan tsb. jelaslah sudah betapa penting kitab Ezra-Nehemia itu guna mengenal sejarah pemulihan bangsa Yahudi di zaman sesudah pembuangan. Bab-bab pertama kitab itu melengkapi keterangan-keterangan yang dapat diambil dari kitab Hagai, kitab Zakharia dan kitab Maleakhi. Tetapi kitab Ezra-Nehemia merupakan satu-satunya sumber mengenai karya Ezra dan Nehemia. Kitab Ezra-Nehemia dikarang sebelum Tawarikh disusun dan menggunakan serta mengutip secara harafiah beberapa dokumen yang sezaman dengan peristiwa-peristiwa, yakni: daftar-daftar orang yang pulang dari pembuangan, daftar-daftar penduduk Yerusalem, keputusan dan penetapan raja-raja Persia, dan khususnya laporan yang dibuat Ezra mengenai pelaksanaan tugasnya serta Riwayat Nehemia yang ditulisnya dengan tangan sendiri.
Meskipun sumbernya banyak, namun penafsiran kitab Ezra-Nehemia mengalami banyak kesulitan. Sebab dokumen-dokumen yang dipakai tersusun secara tidak keruan. Daftar nama para imigran sampai dua kali ditemukan, Ezra 2 dan Nehemiah 7. Dalam bagian kitab Ezra yang ditulis dengan bahasa Aram, Ezr 4:6-6:18, peristiwa- peristiwa yang terjadi di zaman raja Darius diceriterakan segera sesudah peristiwa di zaman raja Koresy dan Artahsasta, meskipun terjadi lima puluh tahun sesudahnya. Dokumen-dokumen yang berasal dari Ezra dan Nehemia sendiri diuraikan dahulu, lalu dicampur-adukkan dan dipersatukan kembali. Dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk jelas yang terdapat di dalamnya maka laporan Ezra dapat direkonstruksikan sbb: Ezr 7:1-8:36; Neh 7:72b-8:18; Ezr 9:1-10:44; Neh 9:1-37.
Tetapi dokumen Ezra itu oleh penyusun kitab diolah. Bagian-bagian tertentu menjadi pemberitahuan tentang Ezra seolah-olah dia itu seorang lain dari penulis; ditambahkan daftar nama orang-orang yang bersalah, Ezr 10; 18, 20-44, doa-doa yang terdapat dalam Ezr 9:6-15, dan Neh 9:6-37. Riwayat Nehemia terdapat dalam Neh 1-2; 3:33-7:5; 12:27-13:31. Penyusun kitab menyusupkan ke dalamnya sebuah dokumen tentang pembangunan tembok kota, Ezr 3:1-32; daftar nama orang-orang yang kembali dari pembuangan, Neh 7;6-72a, diambil dari Ezra 2. bab 10 adalah sebuah dokumen lain yang berasal dari arsip dan yang mengesahkan keputusan yang diambil jemaat di mana jabatan Nehemia yang kedua, Nehemia 13. Kerangka bab 11 merupakan buah pena penyusun kitab sendiri, tetapi ditambahkan daftar penduduk Yerusalem dan Yehuda serta, dalam bab 12, daftar nama para imam dan kaum Lewi.
Jelaskan bahwa si Muwarikh bermaksud menyusun kitabnya sedemikian rupa sehingga memberikan suatu gambaran menyeluruh tentang salah satu persoalan. Dalam Ezr 1-6 perhatian dipusatkan pada pembangunan Bait Allah di zaman raja Darius. Oleh karenanya pengarang mengumpulkan di situ berita-berita mengenai kaum buangan yang berturut-turut kembali; ia mengaburkan peranan Sesbazar guna menampilkan peranan Zerubabel dan mengumpulkan apa saja yang bernada melawan orang-orang Samaria. Dalam bagan-bagian kitab yang berikut pengarang menonjolkan Ezra dan Nehemia sebagai dua tokoh yang bekerja sama dalam menangani usaha yang sama.
Cara kerja yang sedemikian itu menghadapkan para ahli ilmu sejarah pada persoalan-persoalan yang sukar dipecahkan. Soal yang paling ruwet dan paling diperdebatkan ialah urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu. Menurut urutan yang dipaparkan dalam kitab Ezra-Nehemia sendiri, maka Ezra datang ke Yerusalem pada thn 458 seb. Mas., yaitu dalam tahun kerujuh pemerintah Artahsasta !, Ezr 7:8. Nehemia menyusulnya dalam thn 445, yaitu dalam tahun kedua puluh pemerintahan raja yang sama, Neh 2:1 Nehemia tinggal di Yerusalem selama dua belas tahun, Neh 13:6, jadi sampai thn. 433. Lalu ia kembali ke Persia untuk waktu yang tidak pasti lamanya. Kemudian ia datang lagi ke Yerusalem untuk kedua kalinya, masih juga di masa pemerintahan Artahsasta I, yang baru meninggal dunia dalam thn 424 seb. Mas. Urutan tradisionil ini tetap dipertahankan oleh sejumlah ahli Kitab yang ternama. hanya mereka membatasi lamanya tugas Ezra menjadi satu tahun saja, sesuai dengan petunjuk-petunjuk jelas yang terjumpai dalam kitab itu sendiri. Mereka berpendapat, bahwa Ezra kembali ke Persia sebelum Nehemia datang ke Yerusalem. Ahli-ahli lain membalikkan urutan tradisionil itu. Mereka berpendapat, bahwa karya Ezra mengandaikan, bahwa karya Nehemia sudah selesai waktu Ezra datang ke Yerusalem. Tanggal-tanggal yang dalam kitab Ezra-Nehemia dihubungkan dengan Ezra sebenarnya tidak mengenal masa pemerintahan Artahsatra I, sebagaimana halnya dengan maa jabatan Nehemia, tetapi masa pemerintahan Artahsasta II. Ezra baru datang ke Yerusalem dalam thn 398 seb. Mas. Dengan menyetujui pendapat, bahwa Ezra datang ke Yerusalem sesudah Nehemia tetapi dengan menolak pendapat, bahwa ada penggantian raja di Persia (yang sekali-kali tidak tersinggung dalam Ezra-Nehemia), beberapa ahli baru-baru in menempatkan kedatangan Ezra ke Yerusalem antara kedua masa jabatan Nehemia. Untuk mempertahankan pendapat itu mereka terpaksa merubah Ezr 7:8 begitu rupa, sehingga Ezra tidak datang ke Yerusalem dalam tahun ketujuh pemerintahan Artahsasta I, tetapi dalam tahun ketiga puluh tujuh pemerintahannya, jadi dalam thn 428 seb. Mas.
Masing-masing pendapat dapat mengemukakan bukti-bukti yang masuk akan, walaupun tidak satupun pendapat terluput dari kesulitan. Maka masalahnya tetap terbuka. Hanya satu hal yang pasti, yakni: Nehemia berkarya di Yerusalem antara thn 445 dan 433 seb. Mas.
Kalau ditanyakan, mana makna keagamaan kitab Ezra-Nehemia, maka masalah-masalah seperti yang di atas hanya merupakan masalah sampingan saja. Sesuai dengan maksud penyusun, maka kitab Ezra-Nehemia menyajikan sebuah sintesa, suatu gambaran menyeluruh, tetapi tidak menipu mengenai pemulihan bangsa Yahudi sesudah masa pembuangan. untuk memahami pemulihan itu, maka gagasan dan cita- cita yangmenjiwainya lebih penting dari pada urutan peristiwa-peristiwa yang tepat. Berkat politik liberal yang dianut wangsa Akhimedes dalam wilayah kekuasaannya, amak orang-orang Yahudi dapat kembali ke Tanah yang dijanjikan. Mereka dapat memulihkan ibadat, membangun kembali Bait Allah dan mendirikan tembok Yerusalem. Mereka dapat hidup bermasyarakat dengan dipimpin oleh orang- orang sebangsanya dan sesuai dengan hukum Musa. Tentu saja mereka harus setia pada raja Persia. Tetapi kesetiaan itu tidak menjadi soal bagi mereka. Sebab pemerintah pusat tidak mengganggu adat-istiadat mereka sendiri. Semuanya itu merupakan suatu kejadian yang penting sekali, sebab ini tidak lain kecuali lahirnya agama Yahudi yang disiapkan melalui renungan-renungan di masa pembuangan yang lama dan didorong oleh usaha beberapa tokoh yang tampil tepat pada waktunya.
Zerubabel membangun kembali Bait Allah. Tokoh ini oleh pengarang Ezra-Nehemia tidak dianggap sebagai semacam Mesias, seperti dipandang oleh nabi Hagai dan Zakharia, Hag 2:23; Za 6:12. Kemudian Ezra dan Nehemia menjadi perintais pemulihan tsb. Bapa agama yahudi yang sebenarnya ialah Ezra oleh karena tiga gagasan pokok yang ditanamkannya dalam umat Yahudi, yaitu: Mereka adalah suatu bangsa terpilih: Bait Allah menjadi pusatnya: hukum Taurat menjadi pengaturannya. Ezra bersikap keras yang tidak kenal kompromi dalam melaksanakan pembaharuan dan ia memupuk partikularisme yang dibebankan olehnya kepada bangsanya. Hanya sikap itu dapat dipahami juga mengingat imannya yang hangat serta tugasnya menjaga kemurnian masyarakat yang baru dipulihkan. Ezralah yang merupakan moyang para ahli Kitab dan peranannya dalam tradisi Yahudi semakin meningkat. Nehemia mengapdikan diri kepada cita-cita yang sama, tetapi karyanya di bidang lain. Di Yerusalem yang dibangun kembali olehnya lalu dihuni kembali, Nehemia menciptakan syarat-syarat hidup bernegara dan memberi bangsanya semangat kebangsaan. melalui riwayatnya yang lebih pribadi dari pada laporan Ezra kita mengenal kepribadian Nehemia sebagai seseorang yang halus perasaannya dan berperikemanusiaan, sebagai seseorang yang tidak segan mengorbankan diri yang bijaksana dan teliti serta mengandalkan Allah sambil sering berdoa kepadaNya. Lama sekali tokoh ini dikenang dan Bin Sirakh mengangkat lagu pujian mengenai "dia yang membangun kembali tembok-tembok yang roboh" (Sir 49:13).
Tidak mengherankan, bahwa penyusun Ezra-Nehemia melihat cita-cita dipuji-pujinya dalam kitab Tawarikh terwujud dalam jemaat yang berpusatkan Bait Allah dan dipimpin oleh hukum Taurat. Sudah barang tentu si Muwarikh insaf, bahwa perwujudan itu kurang sempurna, sehingga masih perlu juga orang menantikan sesuatu yang lain. Tetapi lebih dari pada dalam kitab Tawarikh, si Muwarikh dalam kitab Ezra-Nehemia terikat pada dikumen-dokumen yang dipergunakannya. Maka ia mempertahankan nada pertikularisme yang dibenarkan oleh keadaan konkrit dan yang terdapat dalam dokumen-dokumen itu. Sesuai dengan dokumen-dokumen itupun ia tidak berbicara mengenai pengharapan akan Mesias, kelak yang tidak disuarakan oleh dokumen-dokumen itu oleh karena penulis-penulis merasa setia terhadap raja- raja Persia.
Pengarang Ezra-Nehemia menyusun karyanya itu dipertengahan abad ke 3-4 seb. Mas. Masa itu kita sangat kurang mengenalnya. Tetapi justru di zaman itu Yerusalem diam-diam membangun dirinya serta memperdalam kerohaniannya dalam suasana terpencil.
Ende: Ezra (Pendahuluan Kitab) KITAB ESRA-NEHEMIA
PENDAHULUAN
Kitab Esra-Nehemia menurut aselinja hanjalan sat karya sadja. Sebagaimana halnja
dengan pelbagai kitab lainnja, barulah...
KITAB ESRA-NEHEMIA
PENDAHULUAN
Kitab Esra-Nehemia menurut aselinja hanjalan sat karya sadja. Sebagaimana halnja dengan pelbagai kitab lainnja, barulah agak keterbelakangan dibagi mendjadi dua kita, rupa2nja karena alasan2 praktis dan bersandarkan Neh 1,1. baru dalam abad kelimabelas ses.Mas. pembagian muntjul dalam naskah2 Hibrani, sedangkan dalam terdjemahan2 kuno pembagian ini sudah diadakan terlebih dahulu.
Nama "Esra-Nehemia", jang sekarang ini lazim, bukanlah nama satu2nja. Di dalam terdjemahan2 kuno bahasa Junani kitab ini dinamakan "Kitab Esdras jang kedua". Sebab didahului oleh kitab jang tidak termasuk Kitab Sutji dengan itu terdiri atas beberapa bagian jang dipetik dari kitab "Esra-Nehemia" ditambah dengan suatu petikan agak pandjang, jang tidak ketahuan asal-usulnja. Karena kitab jang bukan Kitab Sutji itu mendapat banjak penghargaan didjaman kuno, maka buasanja ditjetak pada achir terdjemahan Latin dan terbitan2 Vulgata. Didalam Geredja Latin kitab2 Esra-Nehemia sudah dibagi djadi dua; dahulu disebut "Liber Esdras primus" dan "Liber Esdras secundus".
S.Hieronimus membuat terdjemahan Latin baru, dan karena ia ingin supaja kesatuan aseli itu diterima umum kembali, maka kitab2 itu dinamakannja: "Liber Ezrae et Nehemiae".
Ketika terdjemahan didjadikan resmi didalam Vulgata, maka orang kembali lagi kepembagian maupun nama Latin jang lama, dn kita2 itu dinamakan lagi: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Esdrae secuntus". Didalam daftar resmi Kitab Sutji jang disusun Konsisli Trente, namanja mendjadi: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Esdrea secundu, qui dicitur Nehemiae". Tetapi didalam tjetakan2 Vulgata dipilihlah nama: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Nehemiae, qui et Esdrae secundus dicitur".
Kitab Esra-Nehemia adalah kelandjutan dari kitab Tawarich, bahkan permulaannja mengulang penutup kitab Tawarich (Esr 1,1-3= II Taw.36,22-23). Kedua kitab itu bergandingan satu sama lain, bukan hanja mengenai isinja, sebab Esra-Nehemia melandjutkan kisah Tawarich, tetapi djuga mengeni bentuknja. Tjara mengarang dan menjusunnjapun sama seluruhnja. Makanja tidak sedikitlah ahli, jang berpendapat, bahwa kedua kitab tsb. sesungguhnja menurut aselinja merupakan satu keseluruhan jang berlangsung terus dan disusun oleh pengarang jang satu dan sama djua.
Bahwasanja Esra Nehemia dan Tawarich sungguh erat gandingannja, haruslah diterima, tetapi sebaliknja didalam tradisi tiada keterangan2 jang tjukup djelas, untuk memastikan, bahwa kitab itu dahulu sungguh pernah merupakan satu keseluruhan. Sedjauh dapat diselidiki, senantiasa terpisahlah kitab2 itu.
Isi kitab Esra-Nehemia adalah kisah fragmentaris tentang suatu masa pendek di dalam sedjarah Isjrail. Adapun jang dikisahkannja hanjalah pemulihan bangsa Jahudi sehabis pembuangan, dimulai dengan kembalinja dari Babel dalam tahun 539/538 dan berachir dengan masa kedua djabatan adipati Nehemia kira2 tahun 424. Djadi, kisah itu meliputi masa seabad lebih sedikit, sedangkan laporannja mengenai tahun 515-445 pun sangat singkat. Keterangan2 tambahan tentang masa itu terdapat dalam tulisan2 nabi2 Hagai dan Zakaria (+-520), dan Maleachi (+-430) dan dalam bagian terachir kitab Jesaja (pasal 56-66). Selandjutnja tersedia pula sumber2 di luar Kitab Sutji, jang menjoroti masa tsb., jakni sedjumlah naskah dari sebuah koloni Jahudu di Mesir, "Elephatine", jang diketemukan di Mesir sedjak th. 1898. Latar belakang sedjarah profan dari kitab Esra-Nehemia ialah sedjarah keradjaan Parsi, jang menggantikan keradjaan Babel. Sebab sesudah Juda diangkat kepembuangan (587) runtuhlah Babel dalam tempoh seumur hidup manusia. Dengan bantuan orang2 Media, Babel telah melenjapkan keradjaan Asjur (612) dan wilajahnja dibagi antara kedua pemenang itu. Tetapi didalam lingkungan keradjaan Media dengan ibukotanja Ekbatana, keradjaan taklukan Anzan mendapat perkembangan jang pesat. Lebih2 hal ini terdjadi dibawah pimpinan jang arif dari Cyrus, orang Parisi jang kemudian diberi bergelar "jang agung" (585-529). Keradjaan kerdil Anzan itu mendjadi keradjaan raksasa Parsi, menurut negeri asal-usul wangsa, jang kemudian memerintah Media maupun Babel. Dalam th. asal-usul wangsa, jang kemudian memerintah Media maupun Babel. Dalam th. 555 Dyrus memberontak lawan Astiage, tuannja di Ekbatana. Dengan direbutnja ibukota itu Cyrus mendjadi radja Media, jang untuk selandjutnja djuga disebut Parsi.
Karena maksud Cyrus seterusnja se-kali2 tidak disembunjikan, maka keradjaan2 dikelilingnja mengadakan persekutuan lawan dia. Adapun jang masuk dalam persekuruan itu ialah Croesus dari Lidia, Nabonides dari Babel, Amasi dari Mesir dan malahan Sparta jang djauh letaknja itu. Pertama2 Curus menjerbu Lidia, jang karena ditinggalkan sekutu2nja lalu direbutnja dan didjadikannja djadjahan dari keradjaan Parsi. Hingga tahun 540 Cyrus sibuk dengan suku2 ditumur, jang berturut2 ditaklukkannja. Kemudian ia berbelok ke selatan, ke Babel. Nabonides, radja jang memerintah disana, sangat tidak populer dan agak gila-agama, sehingga pemerintahan dipegang oleh puteranja, Belsjazar. Babel ternjata amat lemah, sehingga bukan tandingannja bagi Cyrus jang ulung itu. Dalam th 539 ibukotanja direbut tanpa perlawanan sedikitpun. Si pemegang bertindak amat lemah-lembut, sehingga ia tanpa banjak kesulitan dapat menggabungkan Babel kedalam keradjaannja. Dengan sendirinja semua negeri taklukan Babelpun djatuh kedalam genggaman Cyrus. Termasuk pula Palestina jang lalu mendjadi propinsi dan diperintah oleh pedjabat2 PLarsi. Keradjaan Cyrus meluas dari India sampai ke Mesir.
Dalam th. 529 Cyrus gugur dan digantikan oleh Kambises (529-522). Sesudah kekatjauan2 biasa pada pergantian tachta, Kambises lalu melandjutkan politik ekspansi Cyrus. Dalam th. 525 saingannja jang berat, jakni Mesir ditaklukkan. Suatu perlawatan lawan Libia di Afrika Utara dan lawan Etiopia disabelah selatan Mesir menemui kegagalan. Karena kerusuhan2 di Asia sendiri, maka Kambises pulang ber-gegas2, tetapi tewas ditengah perdjalan dengan tjara jang agak aneh. Para kepala keluarga bangsawan memilih seorang anggota lain dari wangsa Cyrus mendjadi penggantinja, jakni Darios I (522-485). Kerusuhan2 jang timbul dimana2 didalam keradjaan, ditumpas dalam tempo tudjuh tahun. Darios lalu mereorganisir keradjaannja, dengan membaginja djadi duapuluh satrapia. Akan kepala satrapia2 itu diangkatnja anggota2 keluarga keradjaan, jang diawasi dengan tadjamnja oleh pemerintah pusat. Satrapia2 itu meruapakan kesatuan2 administratif dan militer, jang tidak menghapus jang lama tapi mengkoodinirnja. Satrapia dibagi atas beberapa propinsi, dan para satrap lebih mirip pangeran2 daripada pendjabat pemerintahan.
Satrapia jang kelima dengan pusatnja di Damsjik, meliputi Palestina, Syriah, Fenesia dan Cyprus. Untuk keperluan2 militer dan administratif Darios menjuruh buat djaringan djalan2 dan mentjiptakan uang kesatuan untuk seluruh keradjaan jakni daricos (dirham). Dalam th 490 Darios mengadakan perlawatan lawan negeri jang ketjil diseberang laut, jakni Junani jang ada dibawah pimpinan Atena. Alasan untuk peperangan itu ialah bahwasanja orang Junani menjokong pemberontakan2 di Asia ketjil, dimana penduduk Junani jang sudah ditundukkan Parsi mentjoba peroleh kembali kebebasannja. Tetapi balatentara Parsi dipukul hebat didekat Maraton berkat siasat perang baru jang dilakukan Junani. Ditengah kesibukan persiapan besar2an untuk ekspedisi pembalasan mangkatlah Darios. Ini menjebabkan petjahnja pemberontakan2 baru. Penggantinja, Xerxes I (486-465), menumpas pemberontakan2 itu dengan kekedjaman jang tidak lazim bagi wangsanja.
Karena propokasi Junani jang haus perang dan karena tekanan panglima2nja maka Xerxes mengadakan perlawatan lawan Atena. Mula2 djalannja amat gemilang. Dalam th. 480 Atena diduduki, tetapi dua hari kemudian armada Parsi dipukul hebat didekat Salamis. Balatentara dan armada mulai mundur, tetapi dalam th. 472 armada Parsi dimusnahkan didekat Samos. Sesudah itu pasukan2 Parsi tidak dapat bertahan lagi. Perang masih dilandjutkan beberapa tahun lamanja, tetapi Junaji tidak terhampiri lagi oleh Parsi. Dasar bagi kebesaran Junani dan bagi kehantjuran Parsi sudah mulai diletakkan.
Dalam th. 465 Xerxes dibunuh dan digantikan oleh Artaxerxes I (465-423). Perebutan tachta kali ini berlangsung lama sekali dan amat sengitnja. Pemberontakan jang paling berbahaja datangnja dari Mesir, jang mendapat dukungan Junani. Satrap dari Syriah berhasil menundukkan negeri itu; tetapi sesudah itu ia sendiri memberontak dan berkuasa penuh. Ketika Artaxerxes mangkat, putera dan penggantinja dibunuh, tetapi si pembunuh jang menggantikannja mengalami nasib jang sama.
Pembunuhnja, jakni Darios II dapat bertahan (423-404). Tetapi ia adalah radja jang lemah, sehingga keradjaannja sebenarnja diperintah oleh Parisatides, permaisurinja jang litjin dan kedjam. Dalam pemerintahan putera Darios Artaxerxes OO (404-358) merontaklah satrap Cyrus jang muda, putera Parisatides, dengan mendapat sokongan ibunja. Pasukan Cyrus, jang terdiri pula atas suatu kesatuan Junani, berhasil merembes sampai kedjantung keradjaan Parsi, sebelum ia dialahkan.
Pengalaman2 Artaxerxes I dan Artaxerxes II menundjukkan betapa besarnja bahaja jang bisa datang dari pihak para satrap; hal mana ternjata sudah, ketika semua satrap dibarat memberontak lawan Artaxerxes, dengan mendapat dukungan Mesir jang sudah merdeka lagi dalam th. 404. Dengan timbulnja revolusi di Mesir, maka para satrap berdiri sendirian, sehingga Artaxerxes berhasil menundukkan mereka, lebih dengan siasat daripada dengan pertempuran.
Untuk memahami kitab Esra-Nehemia dengan tepat tidak perlulah pengetahuan tentang garis-besarnja keadaan bangsa Jahudi diwaktu muntjulnja keradjaan Parsi. Lebih tepat lagi: keadaan rakjat Juda. Sebab rakjat dari keradjaan utara tidak ada lagi. Golongan jang diangkut Asjur kepembuangan hampir seluruhnja sudah dilebur kedalam penduduk setempat. Sisanjapun sudah bertjampur dengan bangsa2 kafir, jang dipindahkan Asjur kedaerah Sjomron. Daripadanja terdjadilah bangsa tjampuran, jakni orang2 Samaria, jang dalam kitab Esra-Nehemia memainkan peranan jang amat penting sebagai lawan2 orang2 Jahudi jang kembali dari pembuangan.
Keadaan rakjat keradjaan selatan lama adalah djauh lebih baik. Lapisan2 atas sadja jang diangkut ke Babel (587,586,582) sedang lapisan2 bawah tinggal dinegeri itu dibawah pemerintahan pendjabat2 Babel. Bangsa2 kafir tidak dipindahkan ke Juda, sehingga Juda mendjadi tanah jang sedikit penduduknja dan lengang. Tetapi pelbagai kelompok dari bangsa2 kafir dikelilinginja memasuki tanah itu; boleh djadi dengan dukungan pedjabat2 Babel, jang oleh karenanja diperkuat kedudukannja. Orang2 asing itu berhasil memperoleh kedudukan jang agak kuat dan makmur. Ketika Babel mendjadi djadjahan Parsi, maka dengan sendirinjapun Juda mengalami nasib jang serupa. Dalam bidang keigamaan muntjul kembali syncretime lama, tetapi disamping itu Jahwe dipudja pula dan ibadah2nja dirajakan lagi seperti sediakala ditempat bait Sulaiman dahulu. Kaum buangan di Babel mula2 sangat sulit penghidupannja, entah sebagai buruh rodi entah sebagai petani ketjil jang setengah bebas. Sesudah mangkatnja Nebukadnezar keadaan mereka ber-angsur2 bertambah baik; hal mana ternjata pula dengan pengampunan radja Jojakin oleh pengganti Nebukadnezar, Evil-Merodak. Selaras dengan petundjuk nabi Jeremia, orang2 Jahudi menjesuaikan diri dengan keadaan mereka, dan tak lama kemudian mendjadi kelompok jang sedikit banjak makmur. Meskipun diadakan hubungan dengan penduduk kafir setempat, terutama dalam bidang ekonomis, namun kelompok2 Jahudi itu memelihara tjorak tersendiri jang agak memetjilkan dirinja. Ini a.l. berkat faktor2 keigamaan, jang mengadakan pemisahan antara orang Jahudi dengan orang kafir. ini muda dimengerti, djustru karena lapisan2 atas dengan sedjumlah imam dan levitalah jang diangkut, djadi djustru pemuka agama. Hanjalah ibadah Jahudi tidak dapat diangkut, djadi djustru pemuka agama. Hanjalah ibadah Jahudi tidak dapat dirajakan dengan semaraknja janglazim, karena intipati ibadahnja, jakni kurban, tidak mungkin diadakan. Tepat sebelum pembuangan itu mulai berlakukah hukum deuteronomis, jang hanja membolehkan kurban2 dibitullah Jerusjalem. Oleh karenanja perhatian dimasa pembuangan itu lebih ditudjukan kepada per-undang2an keigamaan serta tradisi2 dari masa sebelum pembuangan. Undang2 serta tradirisi2 itu dikumpulkan, diatur dan disusun dengan amat radjinnja. Daripadanja muntjullah kumpulan undang2 serta tradisi2, jang merupakan persiapan bagi Pentateuch sekarang ini. Bergandingan dengan itu pula muntjullah suatu lapisan baru dari pemimpin2 keigamaan, jakni para ahli kitab dan ulama. Keimaman kehilangan fungsinja jang chas, maka dengan sendirinja golongan tsb. menghasilkan banjak ahli kitab, lebih2 karena sedjak sediakala para imam itupun dipandang sebagai ahli Taurat dan pembela tradisi. Pengaruh terbesar atas hidup keigamaan kaum buangan datangnja lebih2 dari kalangan profetisme dimasa itu. Terutama nabi Jeheskiel, jang boleh djadi sudah tampil kemuka di Juda, sebelum ia pergi kepembuangan Babel, dan tokoh , jang meniggalkan sebagian besar dari djilid kedua kitab Jesja sebagai warisan, Nabi2 tsb. degan lingkungan tjarik2nja meng-hidup2kan pengharapan Israil, penharapan akan pemulihan setelah masa pendek penindasann dan pemurnian, sebagaimana jang dilihat dalam wahju oleh Jesaja dan Jeremia.
Pengharapan itu memandang mutjulnja Cyrus sebagai permulaan pemenuhannja. Bagi para nabi dan kaum buangan itu Cyrus merupakan alat pilihan Jahwe, untuk menepati djandjiNja. Dialah jang dipanggil Allah, untuk menebus umatNja, terangnja sisa ketjil dari rakjat, jang akan mendjadi permulaan dari umat Allah jang baru, sesuai dengan apa jang dilihat Jeremia dan Jesaja didalam penglihatan2nja (Jes 45,1;44,28). Bukan hanja orang2 Jahudi, tetapi bangsa2 lainnjapun, jang tertindas dan diangkut kepembuangan itu, memandang Cyrus sebagai pembebas mereka.
Ketika Cyrus menanamkan pemerintahannja di Babel, ia sungguh tidak mengetjewakan. Kalau orang2 Asjur dan Babel selau mendjalankan politik radikal dengan penindasan kedjam dan adikara, jang tidak menghiraukan perasaan2 nasional serta keigamaan, maka Cyrus dan djuga pengganti2 nja, kendati kurangan sedikit, menempuh djalan lain samasekali. Cyrus toleran sekali, dan dimana mungkin dari segi politik, ia menghormat perasaan2 nasional serta keigamaan dari bangsa2 jang ditakkllukkannja. Cyrus menghargai, bahkan menghormati para dewa bangsa2 lain dan membiarkan mereka memelihara ibadah masing2 serta pendjabat2nja, malahan tahu memberikan sokongan besar kepadanja, dan tidak meng-usik2 undang2 serta adat-istiadat mereka. Ia hanja minta kesetiaan politik; dan apabila kesetiaan itu terpelihara, maka orang2 asingpun boleh masuk istana dan memperoleh kedudukan2 jang tertinggi dan pangkat jang berpengaruh dan mendapat tugas jang penting.
Didalam suasana ini sangat dapat dimengerti, bahwa Cyrus memperkenankan kaula Jahudi pulang kenegerinja, untuk menjelenggarakan lagi ibadah mereka kepada Ilah mereka, Jahwe, didalam baitNja sendiri dan melandjutkannja dengan meriah. Dapat dimengerti pula, bahwa ia mengidjinkan mereka hidup menurut adat-istiadat mereka dan membentuk masjarakat mereka, bahkan dengan sebangsa otonomi sipil. Namun mereka termasuk dan harus tetap termasuk dalam propinsi Parsi dan membajar padjak mereka, tetapi selebihnja, dari pihak Cyrus sendiri, mereka boleh menempuh tjara hidup mereka sendiri.
Bahwasanja pedjabat2 Parsi dan orang2 jang berpengaruh di Palestina tidak selalu bersikap semurah hati radja mereka, tidak mengurangkan sedikitpun dalam kemurahan hati radja itu sendiri.
Kitab Esra-Nehemia mendjandjikan kisah fragmentaris tentang kembalinja kaum buangan didalam pemerintahan Cyrus dant tentang pembentukan masjrakat didjamannja dan didjaman para penggantinja. Menurut pandangan kitab itu pemulihan tadi berlangsung dalam tiga fase, jang djuga merupakan pembagian besar dari buku itu senriri. Bagian pertama (Esr 1-6) mendjandjikan ichtisar kembalinja mereka, jang terdjadi ber-angsur2 dan berkelompok2. Sesudah itu dilukiskanlah pemulihan ibadah di Jerusalem, jang mentjapai puntjaknja dalam pembangunan serta pentahbisan baitullah dengan perajaan Paska didalam rumah sutji jang dipulihkan itu. Masa jang berlangsung dari th.538 hingga 515 itu dipengaruhi oleh tiga tokoh. Perintis jang pertama ialah Sjesjbasar, seorang bangsawan Jahudi, jang rupa2nja berpangkat penting diistana keradjaan Parsi. Dialah jang merintis. Tetapi djauh melebihi dia ialah penggantinja, Zerubabel, seorang keturunan dari radja pudjaan, Dawud. Didalam pekerdjaannja ia didampingi oleh seorang keturunan dari Harun, jakni imam Jesjua' dan nabi2 Hagai dan Zakarja. Dalam pemerintahan Darios I permulaan pertama diselesaikan.
Puluhan tahun berlalu, hingga Esra, imam dan ahli kitab, tampil kedepan (Esr7- 10). Atas perintahArtaxerxes ia melaksanakan pembaharuan keigamaan dan mengorganisir segenap masjarakat sesuai dengan Taurat Jahwe seluruhnja. Leba tjapai itu dengan bertindak tegas terhadap perkawinan tjampuran.
Bagian ketiga menampilkan tokoh mulia Nehemia, seorang pendjabat tinggi dalam pemerintahan Artaxerxes I, jang diutusnja sebagai adipati ke Juda dan terutama mengorganisir hidup kemasjarakatan (Neh 1-13). Dengan persetudjuan radjanja ia membangun kembali tembok2 Jerusjalem dalam tempo jang singkat kendati tentangn hebat dari dalam maupun luar, dan ia menempatkan orang2 Jahudi sebagi penduduk kota itu. Keadaan2 sosial buruk, jang sudah mendarah-daging dan merintangi pekerdjaan2 pembangunan kembali disehatkan. Menurut susunan kitab itu sendiri, Nehemia bekerdja sama dengan Esra beberapa waktu lamanja. Adipati itu dipanggil kembali keistana atau pergi atas kemauannja sendiri untuk memberikan laporan, tetapi beberapa waktu kemudian ia diangkat lagi mendjadi adipati. Ia melandjutkan pekerdjaan itu, chususnja dengan mereorganisir ibadan dan lagi, menurut garis pekerdjaan Esra, dengan mengusahakan kemurnian bangsa dengan giatnja. Kegiatan Nehemia jang menghasilkan keadaan jang mulia itu berlangsung dari th.445 sampai th. 424.
Penjusun terachir kitab Esra-Nehemia, jang bukan saksi-mata dari peristiwa2 jang disadjikan, mengambil bahannja dari sedjumlah dokumen2 kuno. Bahwasanja karya itu tidak langsung ditulis tangan satu, kiranja djelaslah dari kenjataan jang agak aneh, bahwasanja kitab itu ditulis dalam dua bahasa, bahkan kesatuan2 tertentu ditulis dalam bahasa Hiberani, tetapi dua kutipan jang agak pandjang dalam bahasa Aram (Esr 4,8-6,18;7,12-26). Namun masih ada beberapa tanda lainnja jang menundjukkan dengan djelasnja, bahwa sedjumlah dokumen dikutip begitu sadja tanpa gubahan atau perubahan, sehingga kitab itu tidak banjak bedanja denan suatu kumpulan dokumen2, jang di-ganding2kan oleh sipenghimpun. Hanja bagian2 ketjil sadjalah, jang dari tangan penghimpun itu sendiri.
Kitab Nehemia dimulai dengan anakdjudul "Surat peringatan Nehemia" (1,1). Dalam sebagian besar kitab itu ia tampil sebagai pembitjara, jang memberikan laporan tentang usahan serta kegiatannja di Jerusalem (1,1-7,72; 11,1-.20.25; 12,27- 43;13,4-31). Sudah barang tentulah, disini kita bersua dengan tulisan Nehemia sendiri. Ini bukannja sebangsa laporan dari tindakan2nja sebagai adipati Parsi kepada pemberi tugas itu, tetapi lebih2 sebangsa pengakuan kepada Jahwe, tentang apa jang diperbuat Nehemia bagi Jahwe serta umat Nja, diluar djabatannja sebagai adaipati. Tetapi sipenjusun kitab menjisipkan beberapa kalimatnja sendiri (12,28-30.33-36.41-42) dan menambahkan pada surat peringatan Nehemia itu beberapa daftarm jang dikutipnja dari dokumen2 lainnja, untuk sebagian mungkin berasal dari arsip baitullah Jerusalem (Neh 3,1-32;11,3-19.21-24.25b-36;12,1- 9.10-11.12-26). Daftar orang2 jang dahulu kembali dari pembuangan (Neh 7,6-72) agaknja termasuk surat peringatan itu, meskipun Nehemia sendiri mengutipnja dari sumber lain, jang digubahnja seperlunja. Namun demikian, ada pula ahli2, jang kendati Neh 7,5b. toh berpendapat, bahwa wrang lainlah jang menjisipkan daftar itu. Dalam perkiraan ini kiranja aneh djuga, bahwa si penjusun kitab memasukkan daftar itu sampai dua kali (Esr 2,1-70). Pun laporan resmi dari pembaharuan perdjandjian dalam Neh 10, jang dalam susunan kitab itu dihubungkan dengan tampilnja Esra, kiranja termasuk surat peringatan Nehemia itu pula. Hanja 10,2- 28 dikutip si pengarang kitab dari sumber lain, mengingat kesukaannja akan nama2 dan daftar2.
Sama djelasnja dengan surat peringatan Nehemia itu nampakaalah sebuah dokumen serupa atas nama Esra (Esr 7,27-9,15). Esra sendiri jang angkat bitjara dan memberikan laporan tentang tugasnja di Jerusalem dan tindakannja disana. Bukan tidak mustahil, bahwa ini laporan resmi Esra kepada pemerintah Parsi dan kepada djemaah Jahudi di Babel. Kiranja termasuk dokumen ini pula penetapan Araxerxes jang disusun dalam bahasa Aram (Esr 7,12-26). Lebih sulitlah menentukan apa bagian berikut ini (Esr 10.1-17.18-44) dikutip pula laporan tadi. Disini bukan Esra sendiri lagi, jang angkat bitjra, tetapi orang lainlah jang bertjerita tentang Esra. Namun banjak ahli tjondong kepada pendapat, bahwa ini hanja mengenai saduran ketjil dari laporan si penjusun kitab dalam gubahannja. Pendahuluan, jang mengichtisarkan dokumen2 itu, teranglah dari tangan si penjusun sendiri.
Agak anehlah, bahwa dalam kitab Nehemia (8-9) tokoh Esra tampil lagi, dengan memutuskan sedjenak tjerita tentang kegiatan Nehemia. Inilah salah satu soal jang tersulit dalam seluruh kitab itu. Meskipun tidak begitu pasti, namun dapatlah diterima dengan alasan tjukup, bahwa pasal2 tsb. menurut aselinja termasuk laporan Esra itu. Imbuhan dari tangan si penjusun kitab ialah 9,3-5, karena ia hendak menitikberatkan peranan levita, seperti dilakukannja pula ditempat lain, dan djuga mazmur jang agak pandjang itu, 9,6-37. Mazmur ini tentulah dari waktu belakangan, tetapi tidak dapat ditentukan lebih ladjut waktunja. Djika Neh. 8-9 sungguh berasal dari Esra, maka si penjusun kitab Esra- Nehemia telah memperuraikan dokumen aselinja dan menjadurkannja dalam karyanja sendiri. Laporan Esra itu dalam bentuk aselinja tersusun sbb: Esr 7,1-8,36; Neh 7,72-8,18;Esr 9,1-10,44; Neh 9,1-2. Demikianlah kentara pula urut2an chronologis dari peristiwa2 itu, hal mana agak berbeda dari urut2an jang rupa2nja dikirakan kitab itu sendiri. Pentingnja hal ini kemudian akan kentara.
Lebih sulit lagi mendjawab pertanjaan, darimana berita2 dalam bagian pertama kitab itu (Esr 1-6) dikutib. Permulaannja (Esr 1,2-4) adalah gubahan dari berita dalam Esra 6,3-5. entah oleh si penulis sendiri, entah oleh pendahulu2nja atau tradisi. Berita, bahwa Cyrus djuga menjerahkan kembali perabot ibadah (Esr1,7-8) mungkinlah dikutib dari Esr 5,14-16, sedang daftar berikutnja (Esr 1,9-11) aselinja dari sumber Aram, jang diberikan terdjemahannja disini. Daftar dari orang2 jang kembali dari pembuangan dalam Esr 2,1-70 sangat boleh djadi berasal dari surat peringatan Nehemia (Neh 7,6-72) jang tentunja disana-sini digubah sedikit. Ataukah kedua dokumen itu dengan sedikit gubahan bersumber pada dokumen sama jang lebih tua?
Dalam Esr 4,8-6,18 si penjusun kitab mengutip beberapa dokumen Aram, jakni: suatu tuduhan musuh2 kaum Jahudi pada Artaxerxes (4,8-16) djawaban radja atas surat itu (4,17-22), suatu laporan pendjabat2 Parsi kepada Darios (5,6-17) dengan keputusan berikut dari Darios (6,3-15) dan dalam keputusan itu dikutip pula penetapan Cyrus (6,3-5). Dokumen2 tsb. mengenai pelbagai kedjadian, jang terdjadi dalam waktu jang berlainan. Kesemuanja itu mau melukiskan apa jang dikisahkan si pengarang sendiri dalam 3,1-4,5 tentang kesulitan2 pembangunan baitullah, meskipun dokumen2 terachir itu mengenai pembangunan tembok Jerusjalem, jang selesai dimasa Nehemia.
Urut-urutan sebenarnja dari kedjadian2 itu ialah sbb.: Esr5,1-6,18;4,6;4,7;4,8- 23. Bagian pertama (5,1-6,18) adalah landjutan dari 4,5 dan mengenai pembangunan baitullah serta penjelesaiannja. Ajat 4,5 diulang dalam 4,24 jang diselipkan oleh si pengarang sendiri dan kemudian diterdjemahkan dalam bahasa Aram. Bagian kedua (4,6-23) mengenai tentangan jang dialami pada pembangunan tembok Jerusjalem, dan kisah ini dilandjutkan kitab Nehemia. Karena kombinasi jang aneh ini, mungkinlah, si penjusun mendapati dokumen2 itu sebagai suatu kumpulan, jang diambil-alih begitu sadja dlam kitabnja. Mungkin djuglah penutup aselinja ditinggalkan dan diganti dengan beritanja sendiri tentang perajaan Paska pertama dalam tahun 515 (Esr 6,19-22), jang ditulis dengan bahasa Hibrani.
Susunan jang agak ber-belit2 dari kitab Esra-Nehemia jang dilukiskan diatas itu, menimbulkan pertanjaan tentang benar-tidaknja berita2 itu. Bahwasanja kedjadia2 itu sungguh terdjadi, haruslah diterima. Tetapi urut-urutan sesungguhnja dari kedjadian2 itu menurut waktunja adalah soal jang tak terpetjahkan, jang sudah lama diselidiki para ahli, tanpa memperoleh kepastian jang tetap. Si penjusun sendiri tidak mengatur dokumen2nja menurut asas chronologis, melainkan menurut asas jang berlainan sama sekali. Ia menjusun bahan2nja dikeliling dua peristiwa utama, jang hendak dilukiskannja, jakni pembangunan baitullah dan pembangunan tembok Jerusjalem dengan ichtisar tentang garis besarnja keadaan umat Jahwe jang dipulihkan itu. Dengan melintasi segala kesulitan, si penulils achirnja sampai kepenutup jang membahagiakan, berkat kegiatan Esra dan Nehemia.
Bukan hanja keinginan-athu penjelidik sedjarah sdja, tetapi djuga pentingnja perkara itu sendiri telah mendorong para ahli, untuk merekonstruir sebaik mungkin urut-urutan sebenarnja dari kedjadian2 itu. Kesulitan utama ialah soal: siapakah jang per-tama2 telah datang di Jerusjalem, Esra ataukah Nehemia, dan bila mereka itu telah datang disana. Kitab itu sendiri memberi kesan, bahwa Esralah jang per-tama2 datang disana dan bahwa Esra serta Nehemia bekerdja sama beberapa waktu lamanja. Inipun pendapat, jang lama diterima begitu sadja, kendati kesulitan2 jang bergandingan dengannja.
Rengrengan chronologis jang diterima ialah sbb.: Orang2 Jahudi kembali dalam th.538. Sjesjbasar dan Zerubabel membangun kembali baitullah dan memulihkan ibadah. Ini selesai dalam th.515. Kemudian datanglah Esra dalam tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes I, jakni dalam tahun 458, dan ia menjelenggarakan pembaharuan keigamaan. Dalam tahun keduapuluh pemerintahan Artaxerxes I, jakni dalam tahun 445, datanglah Nehemia sebagai adipati ke Jerusjalem dan membangun kembali temboknja. Kemudian Esra dan Nehemia bekerdja sama beberapa waktu lamanja, untuk mengorganisir masjarakat lebih landjut. Lalu pergi, tetapi untuk kedua kalinja ia mendjabat adipati sesudah th. 443.
Karena kesulitan2 jang bergandingan dengan rengrengan itu, maka belakangan orang mentjoba tundjukkan, bahwa Nehemia bekerdja di Jerusjalem sebelum Esra. Tahun2 tinggalnja Nehemia tetap sama, tetapi tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes, waktu Esra datang di Jerusjalem itu adalah tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes, waktu Esra datang di Jerusjalem itu adalah tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes II, jang th.398. Djadi agak lama sesudah masa Nehemia. Pendapat ini hingga kini masih banjak penganutnja.
Kami mengikuti suatu hypotese, jang mempunjai kemungkinan, tetapi tidak dapat memperoleh kepastian djua, jang mentjoba kombinir kedua pendapat itu. Nehemia dari satu pihak mendahului Esra, tetapi dari pihak lain djuga menjusulnja. Masanja pertama mendjadi adipati mendahului Esra, tetapi masanja kedua djatuh sesudahnja. Esra tampil diwaktu berselang. Keberatan besar terhadap hypotese ini ialah, bahwa tahun Esra 7,8 harus dikoreksi, dari "tahun ketudjuh" mendjadi "tahun keduapuluh tudjuh", tanpa dapat memberikan alasan bagi koreksi ini.
Menurut hypotese terachir ini kedjadian2 diatur seperti berikut,-tetapi dengan itu teks sendiripun mesti dibatja djuga dalam urut-urutan tertentu: Dalam tahun 538 Cyrus mengidjinkan orang2 Jahudi kembali ke Palestina dibawah pimpinan seorang "pengholu" Juda, jang bernama Sjesjbasar (Esr1,1-2.72). Dimulai lagi dengan ibadah dan pembangunan kembali baitullah dimulai pula (Esr3,1-13). Karena tentangan penduduk kota dan karena hilangnja semangat dikalangan Jahudi pekerdjaan itu dihentikan (Esr 4,,1-5.24). Sesudah th.529 Zerubabel memulai lagi pekerdjaan itu, dengan dukungan nabi2 Hagai dan Zakaria dan denan persetudjuan radja Parsi Darios. Pekerdjaan itu berhasil dan selesai, hingga dalam th.515 baitullah itu dapat ditahbiskan dan perajaan Paska dapat dilangsungkan (Esr 5,1- 6,22). Dari tahun 515-445 hanja diberikan beberapa berita singkat sadja. Orang2 Samaria mengadakan persekongkolan lawan usaha membangun kembali tembok Jerusjalem didalam pemerintahan Xerxes (486) dan berhasil dengan dilarangnja pembangunan itu oleh Artaxerxes I antara th.465 dan 445 (Esr 4,6-23).
Dalam th.445 Nehemia pergi ke Jerusjalem atas titah radja Artaxerxes I dan membangun kembali temboknja, kendati tentangan hebat dari lawan2 lama, jang mendapat sokongan dari beberapa orang Jahudi sendiri. Nehemia meramaikan kota itu dan mengorganisir masjarakatnja (Neh 1,1-4.17;6,1-7,72a;12,27-42;5). Dalam th. 433 Nehemia kembali ke Parsi.
Kemudian Artaxerxes I mengutus imam dan ahli-kitab Esra ke Jerusjalem, dan ia bekerdja disana tidak begitu lama (426-427?). Setjara tegas Esra mentjoba sehatkan masjarakat dalam bidang keigamaan dan lebih2 bertindak terhadap perkawinan tjampuran (Esr 7,1-8,36;Neh 7,72b-8,18;3;Esr 9,1-10,44; Neh 9,1-37). Pembaharuan ini mendapat hasil jang tetap dan Esra kembali lagi ke Parsi.
Sebelum th.424 Nehemia sudah kembali di Jerusjalem sebagai adipati, sehingga
achirnja masjarakat Jahudi diorganisir sesuai denan Taurat (
Mengenai si penjusun kitab Esra-Nehemia dan waktu terdjadinja kitab itu sukarklah menjebutkan nama atau tahun jang tepat. Karena kitab itu sangat erat hubungannja denan kitab Tawarich, kiranjja kitab itu terdjadi pula diwaktu dan dilingkungan jang sama, kendati bersandarkan dokumen2 jang lebih kuno. Lingkungan itu nampak besar minatnja kepada ibadah dan baitullah, kepada daftar2 nama dan silsilah para imam dan levita. Si penulis hendaknja ditjari djuga dikalangan rohaniwan di Jerusjalem, chususnja dikalangan levita. Pastilah kitab itu dalam bentuknja jang definitif, disusun sesudah th.300. Kadang2 ada jang mengundurkan sampai ke th.250 kebawah. Kiranja lebih baik dikatakan setjara umum, bahwa kitab itu disusun antara th.300 dan 200, tanpa memberikan perintjian lebih landjut.
Sebagai kitab keigamaan maka kitab Esra-Nehemiapun bersandarkan pendapat2 keigamaan tertentu dan bermaksud menjampaikan suatu wedjangan keigamaan kepada para pembatjanja. Pada galibnja kesemuanja itu segaris dengan latarbelakang keigamaan kitab Tawarich. Sebab kitab itu memberikan penutup sedjarah, jang disadjikan penulis dalam kitab Tawarich dari sudut tertentu. Esra-Nehemia membentangkan suatu perwudjudan dari theokrasi, kemana seluruh sedjarah itu ditudjukan. Si penjusun tahu sungguh2, bahwa perwudjudan itu bukan jang terachir dan paling sempurna, tetapi gagasan itu tidak begitu menondjol kemuka. A.l. itu terbawa djuga, karena si penjusun mengambil-alih dan menghimpun dokumen2nja tanpa banjak perubahan. Pengharapan djelas akan masa jang akan datang, pengharapan akan Al Masih, oleh karenanja hanja sedikitlah terdapat didalamnja. Disana sini hanja muntjul dilatarbelakang kisah itu. Kitab itu betul menjinggung dan mengandaikan Israil baru dari keduabelas suku bangsa, tetapi dalam kisah itu sendiri hanja Juda dan Binjaminlah jang ikut dalam pembangunan itu. Selandjutnja pembangunan itu tidak dipandang sebagai idam2an jang tertinggi, melainkan masih sebagai suatu masa penindasan dan pengharapan (Neh 9,36-37;Esr 10,2).
Namun demikian, pembangunan kembali itu adalah suatu pemenuhan djandji Allah dan hasil dari kesetiaanNja akan rahmat serta perdjandjian (Esr 1,1; Neh 9,32). Jahwe adalah penguasa sedjarah, jang membimbing dan menguasai segala sesuatu, pun pula radja2 dan bangsa2 asing (Esr 1,1;7,6.27-28). Sebelum pembuangan Jahwe telah mendjandjikan bahwa suatu sisa ketjil akan terpelihara sebagai bibit bagi umat Allah jang baru. Orang2 buangan jang kembali itu sadr, bahwa mereka itulah sisanja (Esr 9,8.13), jang direnggut dari kebinasaan, untuk mendjadi kelandjutan resmi dari Israil jang terpilih (Esr 10,2; Neh 9,8), jang sungguhpun binasa karena dosanja sendiri, tetapi tidak samasekali ditolak (Esr 9,13; Neh 1,9). Kembali mereka dipandang sebagai pengungsian jang baru, jang diwudjudkan dan diselesaikan oleh Jahwe. KeradjaannNja mendapat bentuknj jang baru didalam djemaah jang baru, jang diorganisir sesuai dengan TauratNa dan jang hidup untuk berbakti kepadaNja didalam baitullah jang dipulihkan, kediamanNja di-tengah2 umatnja. Umat itu adalah benih jang sutji dan masjarakat jang disendirikan, jang orang kafir atau setengah kafir tidak dapat mendjadi anggotanja. Anasir asing didjauhkan dan dikutjilkan karenanja. (Esr 9,1-15; Neh 13,23-30; Esr 4,3).
Dipandang sepintas lalu, gagasan universalistis tidak diperbintjangkan dalam kitab Esra-Nehemia. Disini nampaklah Israil lebih kuat lagi sebagai umat Jahwe satu2nja. Hanja beberapa djedjak sadja dari gagasan itu terdapat didalamnja, jakni bahwasanja orang2 kafir, tidak samasekali diketjualikan dari anugerah2 Jahwe. Kaum buangan berdoa untuk radja mereka jang kafir itu dan untuk kesedjahreaan keradjaannja. Dari sebangsa bentji terhadap orang2 asing hanja sedikit sadjalah terdapat didalamnja. Hanja dalam Neh 9 gagasan ini agak tampak. Kesadaran, bahwa Israil itu bangsa jang terpilih, toh menundjukkan suatu segi, jang membuat pengertian "Keradjaan Allah" mendapat tjorak jang lebih rohani. Sebelum masa pembuangan - lepas dari para nabi, dimasa itupun terdapat pula gagasan2 lainnja,- keradjaan Allah itu terlekat pada kedaulatan nasional dibawah pemerintahan wangsa Dawud jang bertjorak kenegaraan itu se-kali2 bukan sjarat mutlak lagi adanja. Betul Zerubabel menggandingkan masjarakat sesudah pembuangan itu dengan Dawud, tapi bukan lagi sebagai radja dalam arti politik.
Orang Jahudi tanpa banjak tentangan menerima kenjataan, bahwa mereka bergantung dari keradjaan Parsi dan mau mendjadi kaula jang taat-setia, meskipun mereka merasa dirinja sebagai satu2nja umat pilihan Jahwe dan warga keradjaanNja.
Betul partikularisme masih kuat, tetapi menundjukkan tjorak lain, jang dapat tumbuh dan berkembang lebih landjut mendjadi universalisme. Djustru dimasa itu ditengah bangsa Jahudi terdapatlah aliran2 unbersalistis, meskipun aliran2 itu tidak tampil kedepan didalam kitab Esra-Nehemia. Tetapi pada asasnja ikatan2 nasional dari keradjaan Allah sudah terlepaskan.
Dipandang didalam keseluruhan sedjarah-keselamatan maka masa jang diperbintjangkan dalam kitab Esra-Nehemia itu menduduki tempatnja sendiri. Sebab dari masjarakat Jahudi seperti jang tumbuh sesudah pembuangan itu datanglah fase terachir sedjarah keselamatan. Baitullah jang dibangun dimasa itu dimasuki Kristus dan telah menjaksikan kemuliaanNja, hal mana membuat bangunan sederhana itu melebihi baitullah bangunan Sulaiman. Jesus dari Nasaret mendjadi besar didalam suasana, jang berasal dari masa Esra-Nehemia, denan sudut2nja jang baik, tapi djuga dengan sudut2nja jang kurang baik. Kendati kesemuanja itu, maka dari "sisa", jang kembali dari pembuangan itu, sungguh telah berkembanglah umat Allah jang baru, walaupun melalui djalan jang agak berlainan dengan jang dibajangkan kitab Esra-Nehemia.
TFTWMS: Ezra (Pendahuluan Kitab) EZRA 6: MEMBANGUN KEMBALI BAIT SUCI (Ezra 4) — MEMPEROLEH KEMENANGAN PADA AKHIRNYA!
"Maka selesailah rumah itu pada hari yang ketiga bulan Ada...
EZRA 6: MEMBANGUN KEMBALI BAIT SUCI (Ezra 4) — MEMPEROLEH KEMENANGAN PADA AKHIRNYA!
"Maka selesailah rumah itu pada hari yang ketiga bulan Adar, yakni pada tahun yang keenam zaman pemerintahan raja Darius. Maka orang Israel, para imam, orang-orang Lewi dan orang-orang lain yang pulang dari pembuangan, merayakan pentahbisan rumah Allah ini dengan sukaria" (Ezra 6:15, 16).
Pernahkah Anda memulai sebuah proyek dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya? Mungkin Anda mengalami masalah yang tak terduga, mungkin Anda menghadapi perlawanan; mungkin Anda hanya diperlambat oleh penundaan. Untuk alasan apa pun, waktu berlalu dan pekerjaan tidak selesai. Akhirnya, Anda kembali ke pekerjaan, memecahkan masalahnya, dan menyelesaikan proyek itu. Betapa lega rasanya! Saya ingat merasa seperti itu ketika saya menyelesaikan Strata 1 dan lagi ketika saya selesai menulis seluruh naskah sebuah drama. Dapatkah Anda bayangkan, kemudian, seperti apakah pastinya perasaan orang-orang Yahudi itu ketika mereka, setelah tertunda lima belas tahun, menyelesaikan pembangunan bait suci itu? Perasaan mereka itu tercermin dalam apa yang mereka lakukan sebagai hasilnya:
Maka selesailah rumah itu pada hari yang ketiga bulan Adar, yakni pada tahun yang keenam zaman pemerintahan raja Darius. Maka orang Israel, para imam, orang-orang Lewi dan orang-orang lain yang pulang dari pembuangan, merayakan pentahbisan rumah Allah ini dengan sukaria (6:15, 16).
Perayaan mereka itu adalah perayaan kemenangan! Kemenangan akhirnya! Setelah bertahun-tahun kekalahan dan kekecewaan, akhirnya orang-orang Yahudi itu menang. Bait suci telah dibangun kembali. Bagaimanakah itu terjadi? Bagaimanakah pembangunan kembali bait suci itu selesai? Ketika kita telah menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita mungkin mengerti dengan lebih baik bagaimana Allah bisa memberi kita kemenangan sekarang ini.
Sebelum kita mencoba menentukan bagaimana kemenangan diperoleh, marilah kita meninjau fakta-fakta itu. Pada akhir pasal 5, orang-orang Yahudi itu sudah melanjutkan membangun bait suci sementara mereka menunggu balasan dari pesan yang dikirim oleh para penguasa Yehuda kepada Darius, raja Persia. Mereka mengklaim bahwa beberapa tahun yang lalu Raja Koresh telah memberi mereka wewenang untuk membangun kembali bait suci. Para penguasa provinsi itu menyurati Darius untuk mengesankan bahwa ia sudah melakukan penyelidikan untuk memastikan apakah orang-orang Yahudi itu mengatakan kebenaran atau tidak (5:17).
Pada awal pasal 6, Darius memerintahkan dilakukannya penyelidikan: "Sesudah itu atas perintah raja Darius diadakanlah penyelidikan di perbendaharaan di Babel, di tempat naskah-naskah disimpan" (ay. 1). Hasil penyelidikan itu adalah ditemukannya tempat penyimpanan sebuah gulungan naskah yang membenarkan apa yang dikatakan orang-orang Yahudi itu (ay 2-5).
Akibatnya, Darius menulis kepada para penguasa provinsi itu, dan memberitahu mereka untuk mengizinkan orang Yahudi melanjutkan proyek pembangunan mereka. Ia memerintahkan bahwa, seperti yang sudah diputuskan sebelumnya oleh Koresh, dana harus disediakan untuk membangun kembali bait suci itu dari perbendaharaan kerajaan (ay 6-8). Selain itu, ia memerintahkan para penguasaini untuk menyediakan orang-orang Yahudi itu dengan apa yang mereka butuhkan untuk membuat korban harian mereka di bait suci (ay. 9, 10). Akhirnya, ia mengucapkan kutukan ke atas setiap manusia, raja, atau kaum yang melanggar atau mengubah dekritnya atau menghancurkan bait suci itu (ay. 11, 12).
Para penguasa provinsi itu "berbuat dengan seksama menurut apa yang diperintahkan raja Darius" (ay. 13). Dengan demikian pembangunan kembali bait suci itu akhirnya selesai, setelah lima belas tahun yang lama.
Hal apakah yang menyebabkan keberhasilan penyelesaian pekerjaan itu? Setidaknya ada empat faktor penting.
KARYA PARA NABI
Jelas terlihat, pekerjaan para nabi membuat perbedaan. Kepada mereka inilah penulis Ezra memberikan penghargaan atas penyelesaian proyek ini: "Para tua-tua orang Yahudi melanjutkan pembangunan itu dengan lancar digerakkan oleh nubuat nabi Hagai dan nabi Zakharia bin Ido" (ay. 14a).
Keberhasilan mereka memang menarik. Lebih sering daripada tidak, para nabi Perjanjian Lama merupakan "kegagalan" dalam hal tidak berhasil membujuk umat Allah untuk bertobat. Pikirkanlah Yeremia atau Amos atau Mikha. Tak satu pun dari nabi-nabi ini menimbulkan perubahan penting di Israel. Jika kita harus mencari pengkhotbah "sukses"—pengkhotbah yang telah merubah hidup ratusan atau ribuan orang dan yang telah memberitakan injil dengan sukses untuk gereja-gereja yang besar dan berkembang—kita tidak akan mempekerjakan orang-orang dengan sejarah seperti itu.
Sebaliknya, Hagai dan Zakharia mencapai apa yang mereka rencanakan untuk dicapai. Mereka adalah bagian dari sedikit nabi-nabi yang "berhasil" di dalam Perjanjian Lama (dalam hal mempengaruhi perubahan di antara umat Allah). Namun begitu, keberhasilan mereka, dan tindakan penulis yang menghubungkan penyelesaian bait suci kepada pekerjaan mereka, mengingatkan kita tentang kuasa nabi itu dan kuasa rekannya (yang tak terilham) di zaman kini, pengkhotbah. Pengkhotbah itu sendiri tidak dapat mencapai banyak hal di dalam suatu jemaat. Namun begitu, tidak mungkin banyak hal akan dicapai di dalam jemaat itu jika pengkhotbah itu menentangnya atau tidak efektif.
RAJA-RAJA PERSIA
Pekerjaan itu juga selesai karena kerjasama dan bantuan dari raja-raja Persia. Ayat 14b mengatakan, "Mereka menyelesaikan pembangunan menurut perintah Allah Israel dan menurut perintah Koresh, Darius dan Artahsasta1, raja-raja negeri Persia."
Koresh dan Darius keduanya ditampilkan dalam terang yang baik di dalam Kitab Ezra. Koresh mengizinkan pulang orang Yahudi; ia memerintahkan mereka untuk membangun kembali bait suci dan uang negara boleh digunakan untuk tujuan itu.
Selain itu, ia mengembalikan kepada orang Yahudi bejana-bejana yang telah diabil dari dari bait suci. Darius menangani dengan adil orang Yahudi; ia tidak terburu-buru melakukan penghakiman prematur ketika ia mendengar kegiatan pembangunan mereka. Sebaliknya, ketika ia mengetahui adanya dekrit Koresh, ia dengan adil memerintahkan bahwa dekrit itu dilaksanakan dan bahkan melampaui perintah Koresh dengan meminta orang-orang Yahudi itu setiap hari diberikan apa yang mereka butuhkan untuk mempersembahkan korban-korban mereka. Selanjutnya, baik Koresh dan Darius berbicara penuh hormat tentang Allah Israel. (Lihat 1:2; 6:10, 12.)
Semua ini seharusnya mengingatkan kita kembali bahwa Allah dapat dan memang menggunakan para penguasa manusia dan pemerintahan manusia untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya. Kerajaan-kerajaan tidak bangkit dan roboh tanpa keterlibatan Allah; Ia setidaknya harus bersedia untuk mengizinkan peristiwa-peristiwa khusus terjadi di dunia sekuler dan politik, atau mereka tidak terjadi. Jadi kita harus ingat bahwa pemerintah tertentu mana saja mungkin telah, pada dasarnya, ditempatkan oleh Allah untuk mencapai pelbagai tujuan-Nya.
PENYEDIAAN ALLAH
Faktor ketiga yang terlibat di dalam penyelesaian bait suci itu adalah Allah sendiri. Lihatlah kembali ayat 14b. Ayat ini mengatakan bahwa kaum itu membangun kembali karena raja-raja Persia mengeluarkan dekrit. Tetap saja penulis itu mengutamakan apa yang penting: Bait suci itu dibangun karena Allah ingin itu dibangun! Allah mengeluarkan perintah, dan perintah-Nya merupakan penyebab terbesar dalam penyelesaian proyek pembangunan ini.
Orang mungkin bertanya, "Jika Allah ingin bait suci itu dibangun kembali, lalu mengapa Ia tidak membuat pekerjaan itu dilakukan lebih cepat?" Mengapakah Ia menunggu, dan membiarkan orang-orang Yahudi menunggu, lebih dari lima belas tahun sebelum penyelesaian suatu proyek yang Ia sendiri ingin itu selesai? Pertanyaan itu harus dijawab pada dua tingkat.
Pertama, harus dijawab pada tingkat manusia. Dari sudut pandang manusia, jawabannya adalah pada urutan peristiwa. (1) Orang-orang Yahudi memulai pekerjaan. (2) Perlawanan muncul. (3) Orang-orang Yahudi menjadi takut dan patah semangat, sehingga mereka berhenti kerja. (4) Kemudian, menurut Hagai, mereka menjadi begitu terlibat dalam kehidupan dan pekerjaan mereka sendiri sehingga mereka melupakan pekerjaan Allah. (5) Dihakimi oleh pesan Zakharia, mereka juga pasti mulai meragukan kemampuan mereka untuk mencapai apa saja karena mereka terlalu kecil dan tidak berarti. Jadi pekerjaan itu terhenti selama lebih dari satu dekade karena kelemahan dan kekeliruan orang-orang Yahudi. Jawaban seperti itu adalah nyata dan benar. Namun begitu, ada jenis jawaban lain.
Pertanyaan ini juga harus dijawab pada tingkat ilahi. Yaitu, mengapakah Allah mengizinkan peristiwa-peristiwa ini terjadi jika Ia ingin bait suci dibangun kembali? Tidak bisakah Allah—sebagai Tuhan atas segalanya—mencegah timbulnya perlawanan sejak awal? Jika kaum itu memerlukan para nabi untuk memulai kembali pekerjaan itu, mengapakah Allah tidak mengirim nabi sepuluh tahun lebih cepat? Bagaimanakah kita menjawab pertanyaan seperti ini?
Jawaban pertama bagi pertanyaan kita, secara terus terang, haruslah "Kita tidak tahu." Tidak satu orang pun bisa mengetahui dengan pasti mengapa Allah melakukan apa yang Ia lakukan atau mengapakah Allah bertindak seperti yang Ia perbuat. Jalan Allah bukanlah jalan kita. Kita tidak bisa mengetahui pikiran Allah.
Jawaban kedua, bagaimanapun, mungkin ini: Untuk satu alasan atau lainnya, tampaknya baik bagi Allah untuk mengizinkan orang Yahudi itu menunda penyelesaian bait suci. Hal apakah yang mungkin dicapai oleh keterlambatan itu?
Menunggu mungkin telah mengajari mereka sesuatu. Sikap apatis dan tidak aktif mereka untuk waktu yang lama menyediakan panggung bagi pesan-pesan dari Hagai dan Zakharia. Hal itu membuat pelajaran-pelajaran dari dua nabi itu perlu, tetapi itu juga membuat pesan mereka itu lebih bermakna, lebih penting. Kita belajar dari kekalahan kita sama seperti kita belajar dari keberhasilan kita.
Penundaan itu mungkin telah menghasilkan sesuatu yang lebih: Tampaknya Darius bahkan lebih murah hati daripada Koresh. Koresh mengizinkan pulang orang Yahudi, memulangkan kepada mereka bejana-bejana yang telah dicuri oleh orang Babel ketika mereka menghancurkan bait suci, dan memerintahkan orang lain untuk mendukung mereka dengan persembahan sukarela (1:3-11). Berbeda dengan kemurahan hati Darius: (1) Pekerjaan pembangunan itu harus dibiayai oleh dana dari perbendaharaan kerajaan. (2) Korban harian itu harus disediakan oleh para pejabat raja di Yerusalem. (3) Jika siapa saja gagal mematuhi perintah raja mengenai orang Yahudi dan bait suci itu, orang itu harus dihukum berat. Dengan kata lain, Darius secara pribadi membuat penyediaan sarana yang dengannya bait suci itu akan dibangun kembali dan korban-korban akan terus menerus dipersembahkan. Mungkin Allah mengizinkan keterlambatan dalam penyelesaian proyek itu dalam rangka untuk menghadirkan situasi yang lebih positif ini bagi orang-orang Yahudi. Jika mereka telah menyelesaikan pembangunan kembali itu lebih awal, mereka tidak akan sudah menerima bantuan sebanyak itu dari perbendaharaan kerajaan seperti yang mereka terima.
Kadang-kadang di gereja, atau dalam kehidupan pribadi kita, rencana kita tidak berjalan seperti yang kita harapkan. Proyek-proyek kita tak terselesaikan selama bertahun-tahun. Segala sesuatu yang kita coba tampaknya gagal. Lawan kita tampaknya memiliki keunggulan. Dengan kata lain, kita menemukan diri kita dalam situasi yang mengecewakan mirip dengan situasi di mana orang Yahudi menemukan diri mereka. Tidak bisakah kita disemangati oleh pengalaman orang-orang Yahudi di zaman Ezra? Mereka "dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; habis akal, namun tidak putus asa" (lihat 2 Korintus 4:8). Dengan bantuan Allah, mereka mengalahkan dan menang! Keterlambatan dalam penyelesaian proyek itu ternyata untuk keuntungan mereka. Apa yang tampaknya jahat ternyata baik, mengingatkan kita bahwa Allah kadang-kadang bekerja dengan cara seperti itu. (Lihat Roma 8:28.)
UPAYA ORANG-ORANG YAHUDI
Proyek bait suci tidak selesai tanpa upaya pada sisi orang-orang Yahudi. Mereka adalah orang-orang yang telah berhenti bekerja; dan ketika proyekitu memiliki awal yang baru, mereka adalah orang-orang yang harus sibuk dengan berkerja kembali. Jadi teks itu memberitahu kita bahwa "para tua-tua orang Yahudi melanjutkan pembangunan itu dengan lancar digerakkan oleh nubuat nabi Hagai dan nabi Zakharia bin Ido. Mereka menyelesaikan pembangunan …" (ay. 14). Para nabi itu berhasil, tetapi mereka harus memiliki seseorang yang mau mendengarkan dan mengindahkan mereka. Raja Persia memerintahkan agar bait suci itu dibangun kembali, tetapi orang-orang itu harus bersedia untuk mematuhi Dia. Allah dalam pemeliharaan-Nya mengatur pekerjaan yang harus dikerjakan, tapi tidak tanpa upaya pada sisi umat-Nya.
Kita tidak bisa mundur dan berharap pekerjaan kita yang belum selesai akan terselesaikan. Sukses tidak terjadi begitu saja karena beberapa pengkhotbah berkhotbah tentang topik tertentu atau bahkan karena Allah ingin suatu tugas diselesaikan. Allah menyelesaikan pekerjaan-Nya di dunia melalui umat-Nya. Kecuali mereka bersedia untuk "berdiri teguh, tidak goyah, dan giat selalu dalam pekerjaan Tuhan" (1 Korintus 15:58), adalah mungkin bagi pekerjaan yang Allah ingin itu dikerjakan tetap belum selesai.
KESIMPULAN
Peran kita di dalam rencana Allah adalah untuk tetap setia pada tujuan-Nya, untuk bertekun dalam melaksanakan apa yang kita pahami sebagai kehendak-Nya, untuk terus melakukan pekerjaan-Nya. Bisa jadi bahwa, meskipun kita sudah sebaik mungkin berusaha, kita akan dikalahkan untuk sementara waktu, tidak dapat menyelesaikannya untuk saat itu. Ketika itu terjadi, kita harus ingat kisah orang-orang Yahudi, pembangunan kembali bait suci, dan kemenangan mereka! Kita harus bersabar, mengingat bahwa Allah tidak terikat oleh jadwal kita. Kemudian kita perlu untuk terus mencoba. Untuk berapa lama? Seorang petinju hebat juara kelas berat, ketika ditanya rahasia kesuksesannya, menjawab, "Bertarunglah untuk satu ronde lagi." Itulah yang kita harus selalu siap untuk lakukan: BVertarunglah satu ronde lagi! Jangan pernah menyerah!
Kami percaya bahwa, pada akhirnya, Allah akan memberi kita kemenangan. Ketika Ia melakukan hal itu, kita akan mencapai sukses yang lebih besar dan menikmati lebih banyak berkat daripada jika kita telah berhasil pada upaya pertama kita.
Kemudian, ketika kita menang memperoleh kemenangan itu, kita dapat melakukan apa yang orang Yahudi lakukan: Merayakan! Kita akan memuji Allah dan bersyukur kepada Dia untuk kebaikan-Nya di dalam memberi kita kemenangan!
HARI-HARI RAYA ORANG YAHUDI YANG DISEBUT DI DALAM EZRA & NEHEMIA
Hari Raya Kemah Suci (Pondok Daun)
Hari raya ini jatuh selama bulan ketujuh kalender Yahudi (Ethanim, atau Tishri, yang sesuai dengan bulan September/Oktober kita; lihat 1 Raja 8:2). Selama waktu ini, kaum itu harus tinggal di kemah (tenda, atau pondok) selama tujuh hari. Tempat tinggal sementara ini adalah pengingat bagi kaum itu tentang bagaimana Israel pernah tinggal di pondok-pondok ketika Allah mengeluarkan mereka dari tanah Mesir (Imamat 23:42, 43). Waktu perayaan ini mencakup juga istirahat dari kerja dan berbagai korban khusus.
Nehemia 8:9 menunjukkan bahwa umat itu menangis ketika mereka mendengar Ezra membacakan "kalimat-kalimat Taurat itu" dan mereka menyadari bahwa selama ini mereka tidak melaksanakan perayaan Yahudi itu. Ezra 3:1-4 menggambarkan upaya yang orang Yahudi lakukan untuk memulihkan ibadah kepada Allah dalam kemurniannya, ketika "serentak berkumpullah seluruh rakyat di Yerusalem" untuk melaksanakan perayaan ini dan mempersembahkan korban yang tepat kepada Allah. Kita menemukan rincian hal ini di dalam Nehemia 8:14-17:
Maka didapatinya tertulis dalam hukum yang diberikan TUHAN dengan perantaraan Musa, bahwa orang Israel harus tinggal dalam pondok-pondok pada hari raya bulan yang ketujuh, dan bahwa di semua kota mereka dan di Yerusalem harus disampaikan berita dan pengumuman yang berbunyi: "Pergilah ke gunung, ambillah daun pohon zaitun, daun pohon minyak, daun pohon murad, daun pohon korma dan daun dari pohon-pohon yang rimbun guna membuat pondok-pondok sebagaimana tertulis." Maka pergilah orang mengambil daun-daun itu, lalu membuat pondok-pondok, … Seluruh jemaah yang pulang dari pembuangan itu membuat pondok-pondok dan tinggal di situ. Memang sejak zaman Yosua bin Nun sampai hari itu orang Israel tidak pernah berbuat demikian. Maka diadakanlah pesta ria yang amat besar.
Hari Raya Paskah
Perayaan ini dijadwalkan pada hari keempat belas dari bulan pertama kalender Yahudi (Nisan, atau Abib, yang sesuai dengan bulan Maret/April kita). Upacara yang terlibat di dalam perayaan itu memiliki tujuan tertentu untuk mengingatkan orang-orang Yahudi dan mengajar anak-anak mereka tentang bagaimana Allah telah memelihara mereka sebagai umat pilihan-Nya. Keluaran 12:26, 27 mengatakan, "Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu: Apakah artinya ibadahmu ini? maka haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi TUHAN yang melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah kita." Sekali lagi, kita melihat di dalam Ezra bahwa orang-orang Yahudi melakukan upaya yang diperlukan untuk memulihkan perayaan ini, menjaga perintah Allah secara tepat:
Dan pada tanggal empat belas bulan pertama mereka yang pulang dari pembuangan merayakan Paskah. Karena para imam dan orang-orang Lewi bersama-sama mentahirkan diri, sehingga tahirlah mereka sekalian. Demikianlah mereka menyembelih anak domba Paskah bagi semua orang yang pulang dari pembuangan, dan bagi saudara-saudara mereka, yakni para imam, dan bagi dirinya sendiri. (Ezra 6:19, 20).
Dengan kepemimpinan dan dorongan Ezra dan Nehemia, umat Allah mulai lagi mempelajari dan mentaati hukum Taurat. Mereka merayakan perayaan-perayaan keagamaan mereka yang terlupakan dengan semangat sukacita dan ketaatan yang belum pernah terjadi di Israel sejak zaman Yosua, ketika Israel pertama kali masuk ke Tanah Perjanjian itu.
TFTWMS: Ezra (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Penyebutan Artahsasta di sini tampaknya tidak pada tempatnya. Artahsasta memerintah pada 465-424 S. M. Ia adalah penguasa Persia k...
Catatan Akhir:
- 1 Penyebutan Artahsasta di sini tampaknya tidak pada tempatnya. Artahsasta memerintah pada 465-424 S. M. Ia adalah penguasa Persia ketika tembok Yerusalem dibangun kembali oleh Nehemia., Tapi ia tidak ada hubungannya dengan pembangunan kembali bait suci. Mungkin penulis di sini memperluas ruang lingkup perhatiannya untuk memasukkan beragam "proyek pembangunan" selama periode pemulihan kota itu dan kemudian menyebut raja-raja yang membantu mereka dalam mencapai keberhasilan itu.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Ezra (Pendahuluan Kitab) EZRA
PENGANTAR
Buku Ezra adalah lanjutan dari buku Tawarikh, dan menggambarkan keadaan
bangsa Yahudi sehabis masa pembuangan di Babel. Setelah sebag
EZRA
PENGANTAR
Buku Ezra adalah lanjutan dari buku Tawarikh, dan menggambarkan keadaan bangsa Yahudi sehabis masa pembuangan di Babel. Setelah sebagian dari orang- orang buangan itu pulang ke Yerusalem, kehidupan dan ibadat bangsa Yahudi dipulihkan.
Peristiwa-peristiwa itu disajikan dalam babak-babak berikut:
- 1. Kelompok pertama orang-orang buangan Yahudi pulang dari Babel ke Yerusalem, sesuai dengan perintah Kores, raja Persia.
- 2. Rumah TUHAN di Yerusalem dibangun kembali dan ditahbiskan, dan ibadat dipulihkan.
- 3. Bertahun-tahun kemudian kelompok Yahudi lain kembali ke Yerusalem di bawah pimpinan Imam Ezra, seorang ahli hukum Allah. Ezra membantu menyusun kembali kehidupan rakyat dalam bidang agama dan sosial, agar dapat melindungi warisan rohani Israel.
Isi
- Pemulangan pertama dari tempat pembuangan
Ezr 1:1-2:70 - Rumah TUHAN dibangun kembali dan ditahbiskan
Ezr 3:1-6:22 - Ezra kembali bersama-sama dengan para buangan lain
Ezr 7:1-10:44
Ajaran: Ezra (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat yakin bahwa baginya juga tersedia kasih dan kemurahan
Allah mengampuni dosa-dosa mereka, ketika melihat kasih dan kemur
Tujuan
Supaya anggota jemaat yakin bahwa baginya juga tersedia kasih dan kemurahan Allah mengampuni dosa-dosa mereka, ketika melihat kasih dan kemurahan Allah dalam Kitab Ezra kepada umat pilihan-Nya.
Pendahuluan
Penulis : Ezra.
Isi Kitab: Menurut urutan peristiwa yang tertulis dalam Kitab Ezra ini. Ezra ingin menjelaskan tentang, keadaan umat pilihan Allah dari pembuangan di Babel. Kitab ini terbagi atas 10 pasal.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ezra
Pasal 1-6 (Ezr 1:1-6:22).
Umat Allah kembali dari pembuangan di Babel dan membangun Dalam pasal-pasal ini, dijelaskan tentang raja Koresy, yang berkuasa pada waktu itu, mengijinkan umat Allah kembali ke Yerusalem untuk membangun Bait Allah.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ezr 1:1-4. Mengapakah raja Koresy menyuruh umat Allah kembali k Yerusalem? Hal ini berarti Tuhan lebih berkuasa dar raja-raja di dunia.
- Bacalah pasal Ezr 3:1-2,12-13. Bagaimanakah perasaan hati umat Allah pada saat selesa membuat mezbah dan meletakkan dasar bangunan Bait Allah? Mengapa demikian?
- Akhirnya pembangunan rumah ibadah selesa (pasal Ezr 6:16-17).
Pasal 7-10 (Ezr 7:1-10:44).
Pembaharuan oleh Ezra atas bangsa Israel
Ezra kembali ke Yerusalem dengan surat kuasa dari raja Artahsasta. Dan mulailah pembaharuan terjadi di Yerusalem.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ezr 9:1-5,15. Sebagai seorang hamba Tuhan, Ezra menunjukka keprihatinannya dan juga tanggung jawabnya atas uma Allah. Bagaimana sikap saudara, kalau menjadi pemimpin?
- Bacalah pasal Ezr 10:1-6. Ezra bukan saja menaruh perhatian, tetapi ia bertindak. Dan apakah akibat tindakan Ezra ini?
II. Kesimpulan/penerapan
Pemulihan kembali umat Allah dari pembuangan membuktikan bahwa Allah tetap setia dalam memberikan pengampunan kepada umat-Nya yang jatuh ke dalam dosa.
Dengan melihat pembangunan Rumah Tuhan oleh Ezra, jelaslah bahwa Allah berkenan kepada pembangunan rumah-rumah ibadah kepada-Nya.
Pernikahan anak-anak Tuhan dengan orang-orang yang tidak mengenal-Nya, merupakan dosa atau perzinahan di hadapan Allah.
Pemulihan kembali umat Allah dari pembuangan, merupakan penggenapan Allah terhadap Firman-Nya, melalui nubuatan nabi-nabi-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menjadi penulis Kitab ini?
- Mengapakah pembangunan rumah Tuhan mengalami penundaan?
- Apakah yang diberikan raja Artahsasta kepada Ezra?
- Dosa apakah yang dilakukan oleh bangsa pilihan Allah itu, sehingga Ezr mengajak melakukan pengudusan diri?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari Kitab Ezra?
Intisari: Ezra (Pendahuluan Kitab) Bangsa yang bangkit dari debu
LATAR BELAKANGYerusalem dihancurkan oleh tentara Babel pada tahun 587 S.M. dan bangsa Yehuda dibuang ke pengasingan. Pe
Bangsa yang bangkit dari debu
LATAR BELAKANG
Yerusalem dihancurkan oleh tentara Babel pada tahun 587 S.M. dan bangsa Yehuda dibuang ke pengasingan. Peristiwa itu terjadi hampir lima puluh tahun sebelum Kerajaaan Babel ditumbangkan oleh bangsa Persia. Penguasa mereka, Koresy, mengambil suatu kebijaksanaan baru dengan mengizinkan orang-orang buangan kembali ke tanah air mereka, memberikan segala bantuan yang diperlukan untuk membangun kembali rumah-rumah ibadah dan menyelenggarakan ibadah mereka kembali. Banyak orang Yahudi yang sudah betah tinggal di pengasingan dan mereka tidak ingin kembali ke tanah air mereka. Kitab Ezra dimulai dengan kembalinya orang-orang Yahudi kurang lebih tahun 538 S.M.. Pasal Ezr 1-6 menceritakan apa yang terjadi dua puluh dua tahun kemudian ketika di bawah pimpinan Zerubabel mereka menghadapi banyak kekecewaan, tetapi akhirnya mereka dapat menyelesaikan pembangunan kembali Rumah Tuhan. Ezra sendiri tidak diperkenalkan sampai pasal Ezr 7:1. Ia memimpin serombongan orang buangan kembali ke tanah air mereka pada tahun 458 S.M.. Pasal Ezr 7-10 menceritakan cara Ezra membangun kembali bangsa itu menjadi bangsa yang hidupnya berkenan kepada Allah. Perlu dicatat bahwa ada masa tenang selama hampir enam puluh tahun di antara pasal Ezr 6:22 dan Ezr 7:1.
KITAB ITU
Kitab Ezra merupakan bagian dari suatu kisah bersambung yang dimulai dari permulaan I Tawarikh sampai pada akhir Nehemia.
Perhatikan:
1. Ezra mungkin tidak menulis kitab itu sendiri, walaupun bagian kedua kisah itu diambil dari catatan hariannya.
2. Seringkali sukar untuk menentukan berbagai tahun kejadian. Kisah mengenai perlawanan di bawah Artahsasta (Ezr 4:7-24) menunjuk pada masa yang kemudian dibandingkan dengan apa yang terjadi pada bagian permulaan kitab ini.
3. Ezra bukanlah semata-mata catatan sejarah. Si Penulis menggunakan sejarah untuk mengajar kita bagaimana Allah menangani umat-Nya. Pengajaran-pengajaran itu masih berlaku sampai saat ini.
EZRA
Ezra adalah seorang terpelajar yang menjadi Menteri Negara urusan orang Yahudi dalam pemerintahan Artahsasta. Kehidupannya yang boleh jadi sangat mengesankan di hadapan raja ditandai dengan tiga sifat, yaitu: ia berdedikasi tinggi mempelajari kitab suci (Ezr 7:10); ia memperagakan keberanian untuk percaya kepada Allah (Ezr 8:21-23) dan ia dengan rendah hati menunjukkan solidaritas terhadap bangsanya (Ezr 9:6-15).
Pesan
1. Apa yang diajarkan Ezra mengenai AllahEzra berbicara mengenai Allah sebagai Tuhan penguasa langit dan bumi (Ezr 1:2; 5:11), namun demikian ia Allah yang dapat dikenal dan dipercayai oleh umat-Nya.
Allah yang:
o memenuhi janji-janji-Nya. Ezr 1:1
o menggenapi rencana-Nya. Ezr 1:1, 5
o menjaga kekudusan secara mutlak. Ezr 4:3, 9:15
o mengubah yang jelek menjadi baik. Ezr 5:3-6:12
o mengatur segala segi kehidupan manusia. Ezr 7:27, 28
o melindungi umat-Nya. Ezr 8:21-23
o menjawab doa-doa mereka. Ezr 8:23,31
o di atas segalanya, baik. Ezr 3:11
2. Apa yang diajarkan Ezra mengenai penyembahan
Pemulihan kembali tata ibadah penyembahan merupakan prioritas utama bagi mereka yang kembali dari pembuangan. Ezr 3:1-6
Pelaku ibadat:
o bersatu. Ezr 3:1
o penuh sukacita. Ezr 3:11-13; 6:16
o tidak mengenal kompromi. Ezr 4:1-3, 6:21
o bertobat. Ezr 6:17
o taat. Ezr 3:2; 6:18
3. Apa yang diajarkan Ezra mengenai dosa
o dosa harus ditangani dengan sungguh-sungguh. Ezr 9:3,4; 10:6
o dosa dapat berbentuk suatu kompromi yang tidak kelihatan. Ezr 4:1-3; 9:1-3
o dalam menangani dosa diperlukan pengakuan yang sungguh-sungguh tanpa mencoba untuk membela diri. Ezr 9:5-15
o pemulihan dosa hanya dapat terjadi dengan belas kasihan Allah. Ezr 9:13
o untuk menghalau dosa diperlukan langkah-langkah praktis. Ezr 10:7-17
Penerapan
1. Bagi para pemimpin duniao Allah mengatur segala masalah dunia.
o Allah akan memberkati mereka yang memperlakukan bangsa yang tertekan dengan adil.
o Allah akan menghargai mereka yang menepati janji.
2. Bagi gereja Kristen
o Uang harus diberikan untuk pekerjaan Allah dengan bebas dan dengan murah hati.
o Ibadah harus dipersembahkan kepada Allah dengan penuh sukacita.
o Persatuan dalam gereja adalah penting.
o Jagalah kemurnian penyembahan Anda: jangan membuang kekhasan ibadah Anda sebagai akibat kompromi dengan kepercayaan lain.
o Suatu perubahan sikap yang radikal -- meninggalkan cara hidup yang penuh dosa -- diperlukan jika Anda ingin Allah memberkati Anda.
3. Bagi pribadi-pribadi Kristen
o Jadikan ibadah kepada Allah sebagai prioritas utama.
o Jangan memandang enteng dosa.
o Pelajari Alkitab secara sungguh-sungguh.
o Taatilah Tuhan secara mutlak.
o Percayalah pada pemeliharaan Allah.
o Berilah persembahan dengan murah hati.
o Ambillah langkah-langkah praktis untuk bertambah-tambah dalam kesucian.
Tema-tema Kunci
Sejumlah tema dalam kitab Ezra mengundang orang Kristen untuk meninjau hubungan mereka dengan Allah.
1. Pengalaman Kristiani
Ezra menyadari bahwa Allah bekerja dalam hidupnya dan memimpin setiap langkahnya. Camkanlah khususnya ungkapan ini, "tangan Tuhan Allahnya berada di atasnya" (Ezr 7:6,9,28; 8:22,31). Pada saat-saat apa Anda merasakan kuasa Allah dalam hidup Anda?
2. Ambisi Kristiani
Kerinduan terbesar dalam kehidupan Ezra adalah firman Allah (Ezr 7:10). Ia mempelajarinya; menaati dan mengajarkannya. Belajar dan ketaatan seharusnya berjalan berdampingan. Lihatlah betapa erat hubungannya dengan Mazmur 119. Dengan cara bagaimana mempelajari Alkitab mempengaruhi hidup Anda?
3. Memberi secara Kristiani
Cara Anda menggunakan harta milik Anda merupakan suatu indikasi keadaan rohani Anda. Bangsa Yahudi yang baru kembali dari pembuangan memberi dengan spontan kepada Allah (Ezr 2:68,69). Tinjaulah kembali apa yang Anda berikan kepada Allah di bawah terang pengajaran yang terdapat dalam 2Korintus 8 dan 2Korintus 9, dan 1Korintus 16:2.
4. Kemurnian Kristiani
Tinjaulah hidup Anda dengan maksud untuk menemukan titik-titik rawan tempat Anda cenderung mengadakan kompromi dengan iman Anda. Langkah-langkah praktis apa saja yang dapat Anda ambil untuk memastikan bahwa Anda tidak mengadakan kompromi.
5. Kegagalan Kristiani
Pada waktu Anda mengalami kegagalan seperti yang dialami oleh bangsa Yahudi, apa yang telah Anda lakukan? Sebagian orang mencoba untuk melupakannya, tetapi Ezra (Ezr 9:1-10:44) mengajarkan bahwa kegagalan harus dihadapi, diakui, disesali dan diluruskan. Dengan jalan demikian pengampunan sejati dapat dirasakan.
6. Iman Kristiani
Tindakan Ezra untuk kembali ke Yerusalem tanpa dikawal oleh pasukan bersenjata merupakan tindakan yang sangat berani (Ezr 8:21-23). Mengapakah ia melakukan hal itu? Melalui perbuatan iman, baik kecil maupun besar, apakah Allah telah memanggil Anda dalam kehidupan kekristenan Anda? Sampai di mana pertumbuhan rohani bergantung pada perbuatan iman seperti itu.
Garis Besar Intisari: Ezra (Pendahuluan Kitab) [1] KEMBALI DARI PEMBUANGAN DI BAWAH PEMERINTAHAN KORESY Ezr 1:1-6:22
Pembangunan kembali Rumah Tuhan
Ezr 1:1-11Koresy mengizinkan orang Yahudi pu
[1] KEMBALI DARI PEMBUANGAN DI BAWAH PEMERINTAHAN KORESY Ezr 1:1-6:22
Pembangunan kembali Rumah Tuhan
Ezr 1:1-11 | Koresy mengizinkan orang Yahudi pulang ke negeri mereka |
Ezr 2:1-67 | Daftar orang-orang yang kembali dari pembuangan |
Ezr 2:68-70 | Apa yang pertama-tama dilakukan di Yerusalem |
Ezr 3:1-6 | Tata cara ibadat lama dipulihkan |
Ezr 3:7-13 | Peletakan pondasi pembangunan Rumah Tuhan |
Ezr 4:1-24 | Bangsa Yahudi menghadapi perlawanan |
Ezr 5:1-17 | Penyelidikan arsip |
Ezr 6:1-12 | Penganiayaan membuahkan berkat |
Ezr 6:13-22 | Rumah Tuhan selesai dibangun |
[2] KEMBALI DARI PEMBUANGAN DI BAWAH PEMERINTAHAN ARTAHSASTA Ezr 7:1-10:44
Pembangunan kembali bangsa Yahudi
Ezr 7:1-28 | Ezra diperintahkan untuk kembali ke negerinya |
Ezr 8:1-20 | Daftar orang yang kembali dari pembuangan |
Ezr 8:21-36 | Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Ezra |
Ezr 9:1-5 | Dosa ditunjukkan |
Ezr 9:6-15 | Doa pengakuan dosa Ezra |
Ezr 10:1-5 | Reformasi dimulai |
Ezr 10:6-15 | Perintah langsung dari Ezra |
Ezr 10:16-44 | Nama-nama mereka yang tidak menghormati perintah Tuhan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi