
Teks -- Wahyu 18:4 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 18:4
Full Life: Why 18:4 - HAI UMATKU, PERGILAH DARI PADANYA.
Nas : Wahy 18:4
Ini merupakan panggilan nubuat dari Allah kepada angkatan terakhir
orang percaya untuk keluar dari Babel yang besar (ayat Wahy 18:2...
Nas : Wahy 18:4
Ini merupakan panggilan nubuat dari Allah kepada angkatan terakhir orang percaya untuk keluar dari Babel yang besar (ayat Wahy 18:2), karena orang-orang dari umat Allah yang tinggal dalam sistem yang tidak mengenal Allah ini sudah pasti akan "mengambil bagian dalam dosa-dosanya" sehingga "turut ditimpa malapetaka-malapetakanya". Panggilan untuk memisahkan diri dari dunia dan lembaga-lembaga agama yang sesat telah menjadi aspek yang penting dari keselamatan manusia di sepanjang sejarah penebusan (bd. Yes 52:11; Yer 51:45; 1Kor 11:32;
lihat art. PEMISAHAN ROHANI ORANG PERCAYA).
Jerusalem -> Why 18:1-24
Jerusalem: Why 18:1-24 - -- Hukuman yang diberitakan dalam bab 17, sekarang sudah dekat, Wah 18:1-3. Setelah mereka yang percaya disisihkan dari orang-orang fasik, Wah 18:4, huku...
Hukuman yang diberitakan dalam bab 17, sekarang sudah dekat, Wah 18:1-3. Setelah mereka yang percaya disisihkan dari orang-orang fasik, Wah 18:4, hukuman itu terlaksana, Wah 18:5-24.
Dalam bab ini dikesankan dahsjatnja kedjatuhan "Babylon".

Ende: Why 18:4 - -- Ajat ini adalah suatu sisipan sebagai peringatan Allah kepada orang-orang
pilihanNja, supaja mereka mengungsi pada waktunja. artinja mendjauhkan segal...
Ajat ini adalah suatu sisipan sebagai peringatan Allah kepada orang-orang pilihanNja, supaja mereka mengungsi pada waktunja. artinja mendjauhkan segala kedjahatan agar meluput dari segala hukuman.
Ref. Silang FULL -> Why 18:4
Ref. Silang FULL: Why 18:4 - hai umat-Ku // ditimpa malapetaka-malapetakanya · hai umat-Ku: Yes 48:20; Yer 50:8; 51:6,9,45; 2Kor 6:17
· ditimpa malapetaka-malapetakanya: Kej 19:15
· hai umat-Ku: Yes 48:20; Yer 50:8; 51:6,9,45; 2Kor 6:17
· ditimpa malapetaka-malapetakanya: Kej 19:15

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 18:4 - -- 18:4 Lalu aku mendengar suara lain dari surga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam do...
18:4 Lalu aku mendengar suara lain dari surga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.
Rupanya dalam ayat ini ada suara baru, yang berbicara atas nama Allah.577 Dengan demikian suara ini memanggil mereka sebagai umat-Ku. Pada akhir zaman perintah ini merupakan perintah supaya umat Allah mengungsikan dirinya dari Kota Babel, tetapi sepanjang sejarah panggilan ini merupakan perintah supaya kita tidak berkompromi dengan dosa-dosa yang biasa dilakukan di Babel.578
Ini bukan kali pertama Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk tidak ikut berdosa seperti orang-orang di sekitar mereka. Dalam Wahyu pasal 2-3 Dia mendorong ketujuh jemaat supaya mereka jangan mengambil bagian dalam dosa-dosa. Juga, Dia mengancam mereka dengan akibat negatif jikalau mereka tidak bertobat, sama seperti di sini Dia mengancam, supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.

Hagelberg: Why 18:1-24 - -- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
Dalam pasal 17 kita dapat melihat penilaian atas "budaya global", atau sekularisme, secara apokaliptik, sementara ...
5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
Dalam pasal 17 kita dapat melihat penilaian atas "budaya global", atau sekularisme, secara apokaliptik, sementara pasal 18 menggambarkan sifat dan nasib budaya global, yang terpusat di Kota "Babel". Dalam pasal 17 kita melihat segi rohani sekularisme dari sebuah kota, tetapi dalam pasal 18 segi jasmaninya lebih ditekankan. Babel dipandang dari surga dalam pasal 17, sedangkan dalam pasal 18, kota yang sama dipandang dari geladak kapal barang!
Jatuhnya Babel diceritakan sebelumnya oleh beberapa suara. Pertama, seorang malaikat yang memandang jatuhnya Babel sebagai sesuatu yang sudah terjadi. Setelah itu ada pemberitahuan yang lain dari surga, dan di sini jatuhnya Babel dipandang sebagai sesuatu yang belum terjadi. Kemudian ada tiga tangisan, dari raja-raja, dari pedagang-pedagang, dan dari nahkoda dan pelayar. Jatuhnya Babel diberitakan oleh suara-suara tersebut sesuai dengan keadaan masing-masing.
a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)

Hagelberg: Why 18:4 - -- 18:4 Lalu aku mendengar suara lain dari surga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam do...
18:4 Lalu aku mendengar suara lain dari surga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.
Rupanya dalam ayat ini ada suara baru, yang berbicara atas nama Allah.577 Dengan demikian suara ini memanggil mereka sebagai umat-Ku. Pada akhir zaman perintah ini merupakan perintah supaya umat Allah mengungsikan dirinya dari Kota Babel, tetapi sepanjang sejarah panggilan ini merupakan perintah supaya kita tidak berkompromi dengan dosa-dosa yang biasa dilakukan di Babel.578
Ini bukan kali pertama Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk tidak ikut berdosa seperti orang-orang di sekitar mereka. Dalam Wahyu pasal 2-3 Dia mendorong ketujuh jemaat supaya mereka jangan mengambil bagian dalam dosa-dosa. Juga, Dia mengancam mereka dengan akibat negatif jikalau mereka tidak bertobat, sama seperti di sini Dia mengancam, supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.

Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |

Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 18:1-8
Matthew Henry: Why 18:1-8 - Kejatuhan Babel
I. Seorang malaikat mengumandangkan kejatuhan Babel (ay. 1-2).
II. Sambil menyatakan alasan-alasan kejatuhannya (ay. 3).
III. S...
- I. Seorang malaikat mengumandangkan kejatuhan Babel (ay. 1-2).
- II. Sambil menyatakan alasan-alasan kejatuhannya (ay. 3).
- III. Sambil memberi peringatan kepada semua orang milik Allah supaya keluar dari Babel (ay. 4-5), dan supaya ikut membantu dalam kehancurannya (ay. 6-8).
- IV. Ratapan amat sangat atas Babel oleh mereka yang selama ini ikut berbagi dalam kesenangan dan keuntungannya yang penuh dosa (ay. 9-19).
- V. Sukacita besar yang akan ada di antara orang-orang lain saat melihat kehancurannya yang tidak terpulihkan lagi (ay. 20, dst.).
Kejatuhan Babel (18:1-8)
- Di sini ada malaikat lain yang diutus dari sorga (ay. 1). Ia tidak saja memiliki terang dalam dirinya, untuk mencerna kebenaran nubuat yang disampaikannya, tetapi juga untuk memberitahukan dan menerangi dunia dengan peristiwa agung itu. Malaikat ini memberitakan kejatuhan Babel, sebagai peristiwa yang sudah terjadi. Tampaknya nubuat ini menunjuk pada nubuat tentang kejatuhan Babel kafir dalam 9, di mana perkataannya diulangi di sini: sudah rubuh, sudah rubuh (ay. 2). Ini juga dipinjam dari 9, dan tampaknya tidak menggambarkan dosanya tetapi terlebih hukumannya, karena roh-roh najis, dan juga burung-burung yang membawa pertanda buruk dan seram, biasanya dipandang selalu menghantui kota atau rumah yang hancur. Alasan kejatuhan ini diumumkan (ay. 3). Babel tidak hanya telah mencampakkan Allah yang benar saja, dan menegakkan berhala-berhala, melainkan juga telah menarik segala macam manusia ke dalam perzinahan rohani, dan dengan kekayaan dan kemewahannya telah menahan mereka dalam kepentingannya. Semua orang yang mengharapkan belas kasih Allah tidak hanya harus pergilah dari padanya, tetapi juga harus ikut membantu dalam kehancurannya (ay. 4-5). Allah bisa saja memiliki umat bahkan di Babel sekalipun. Barangsiapa yang bertekad ambil bagian dengan orang-orang jahat dalam dosa-dosa mereka, ia pasti akan menerima juga tulah-tulah atau segala malapetaka mereka. Walaupun membalas dendam secara pribadi tidak diperbolehkan, namun Allah akan menggerakan umat-Nya untuk bertindak di bawah pimpinannya, bila Ia memanggil mereka untuk itu, untuk meruntuhkan musuh-musuh bebuyutan-Nya, yang juga menjadi musuh-musuh umat-Nya (ay. 6). Allah akan mengukur hukuman para pendosa sesuai dengan takaran kesombongan dan rasa aman mereka (ay. 7). Bilamana kehancuran menimpa suatu bangsa dengan tiba-tiba, maka kejutannya sungguh menambah berat kesengsaraan mereka (ay. 8).
SH -> Why 18:1-24; Why 18:1-20
SH: Why 18:1-24 - Kudus dan sukacitalah umat Allah! (Jumat, 15 Desember 2006) Kudus dan sukacitalah umat Allah!
Segenap unsur yang bersekongkol tersistem melawan Allah dilukiskan
dalam Why ps. 17 sebagai Babel, pelacur besa...
Kudus dan sukacitalah umat Allah!
Segenap unsur yang bersekongkol tersistem melawan Allah dilukiskan
dalam Why ps. 17 sebagai Babel, pelacur besar, Roma. Gambaran
kehancuran mereka akibat murka Allah dalam ps. 17 kini
dibentangkan secara gamblang dan rinci. Murka Allah yang
menghancurkan dunia yang jahat ini kini menjadi alasan untuk umat
Allah menjaga kekudusan (18:4) dan bersukacita! (20). Sementara
itu semua yang tertarik dan berkompromi dengan dunia (Babel),
akan meratapi kengerian dan kemalangan besar mereka (11-19).
Di hadapan kemuliaan Allah (1), semua kemegahan, kemewahan dunia yang menjadi magnet mengecoh orang terlibat dalam pesta dosa (bdk. ps. 17) tak lebih hanyalah tempat kediaman roh-roh jahat dan najis belaka (18:2-3). Kini tindakan penghukuman Allah siap Ia jatuhkan setimpal tumpukan kejahatan mereka, bahkan dua kali lipat sebab mereka telah meninggikan diri seolah menganggap diri Ilahi (7-8). Ini menegaskan bahwa hukuman Allah terutama ditujukan atas kualitas bukan kuantitas dosa. Segala kemegahan dan kedigjayaan dunia ini yang seolah bisa berlangsung permanen ternyata hanya dalam waktu sekejap (satu jam) menyebabkan semua musuh Allah itu binasa ditimpa murka Allah.
Semua orang Kristen masih ada dalam dunia dan tidak luput dari tekanan, godaan, rayuan yang datang dari gaya hidup dan sistem pemikiran bergaya Babel. Nama untuk itu kini: sekularisasi, hedonisme, materialisme, relativisme, "dunia dugem", kongkalikong, dlsb. Firman ini mengingatkan orang Kristen agar tidak menduniawi meski masih hidup dalam dunia ini. Juga agar tidak putus asa karena konsekuensi tekanan terhadap sikap memelihara kerohanian iman dan etika Kristen. Kesadaran status kita yang mulia yang Allah anugerahkan, mencegah kita kompromi dengan dunia!
Renungkan: Dalam terang pemaparan eskatologis ini, panggilan Kristen adalah: hidup kudus dan bersukacita terus dalam kesucian dan kemuliaan Allah!

SH: Why 18:1-20 - Satu jam saja! (Kamis, 14 November 2002)
Satu jam saja!
Babel adalah kata sandi/simbol yang cukup umum digunakan oleh
orang Kristen abad pertama Masehi bagi kota Roma, ibukota
...
Satu jam saja!
Babel adalah kata sandi/simbol yang cukup umum digunakan oleh
orang Kristen abad pertama Masehi bagi kota Roma, ibukota
kekaisaran Romawi (bdk. 1Pet. 5:13). Kota ini adalah simbol dari
puncak keagungan dan kecemerlangan dari kekuasaan peradaban
Romawi, dan kemewahan serta keberkilauan kekayaannya. Penting
untuk dimengerti bahwa nas ini bukan nubuat spesifik tentang
kejatuhan Roma, tetapi tentang runtuhnya puncak dari kebejadan
moral, kejahatan, serta kesombongan dunia yang menghujat, yang
terutama tampak bagi zaman Yohanes melalui kota Roma.
Karena dosa-dosanya tersebut, Babel/Roma akan dihukum (ayat
Ada sebuah peringatan sekaligus janji di sini. Kristen yang sezaman dengan Yohanes (juga kita) diperingatkan untuk tidak ikut mengambil bagian dalam dosa dan kekejian zaman dalam mana ia hidup (ayat 4). Ikut berdosa hanya berarti penghukuman- penghancuran, dan dukacita. Janji Allah bagi mereka yang setia dan tidak mengambil bagian adalah bahwa mereka akan berbahagia ketika Allah menunjukkan kepenuhan kekuasaan dan keadilan-Nya.
Renungkan:
Sedihkah Anda jika segala fasilitas dan kemewahan yang
mempermudah hidup Anda selama ini tiba-tiba hilang? Kristen
memang harus tinggal di tengah-tengah dunia sebagai saksi,
tetapi ia tidak boleh menjadi tergantung pada dunianya, apalagi
mengikuti segala dosa-dosa zamannya yang amoral, materialistis,
dan korup.
Utley -> Why 18:4-8
Utley: Why 18:4-8 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 18:4-84 Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu j...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 18:4-8
4 Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. 5 Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya. 6 Balaskanlah kepadanya, sama seperti dia juga membalaskan, dan berikanlah kepadanya dua kali lipat menurut pekerjaannya, campurkanlah baginya dua kali lipat di dalam cawan pencampurannya; 7 berikanlah kepadanya siksaan dan perkabungan, sebanyak kemuliaan dan kemewahan, yang telah ia nikmati. Sebab ia berkata di dalam hatinya: Aku bertakhta seperti ratu, aku bukan janda, dan aku tidak akan pernah berkabung. 8 Sebab itu segala malapetakanya akan datang dalam satu hari, yaitu sampar dan perkabungan dan kelaparan; dan ia akan dibakar dengan api, karena Tuhan Allah, yang menghakimi dia, adalah kuat."
Wahy 18:4 "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya" Ini merupakan acuan PL untuk Yes 48:20; Yer 50:8,28; 51:6,9,45 atau Za 2:6-7. AORIST ACTIVE IMPERATIVE ini yang berbicara tentang urgensi dari umat Tuhan agar tidak terjebak dalam sistem dunia yang telah jatuh.
Wahy 18:5 "Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit" Ini merupakan acuan kepada Kej 18:20-21 atau Yer 51:9. kesabaran Tuhan digunakan sebagai alasan untuk berbuat dosa lebih lagi, bukannya bertobat (lih.Wahy 2:21; Rom 2:4).
□ "Allah telah mengingat" Sering kali dalam Alkitab, ketika Allah mengingat perbuatan orang fasik itu menghasilkan penghakiman (lih.Wahy 16:19; Mazm 79:8; Yes 64:9; Yer 14:10; 17:1-4; 44:21-23; Hos 7:2; 8:13; 9:9; Am 8:7).
Wahy 18:6 "Balaskanlah kepadanya, sama seperti dia juga membalaskan" Ini merupakan acuan kepada kebenaran bahwa kita menuai apa yang kita tabur (lih.Gal 6:7). Kebenaran ini disajikan dengan bentuk yang berbeda dalam Alkitab (lih. Mazm 137:8; Yer 50:15,29; Mat 7:2; Wahy 13:10).
□ "berikanlah kepadanya dua kali lipat menurut pekerjaannya" Ini merupakan acuan untuk Yer 16:18; 17:18, tetapi kebenaran diungkapkan dalam banyak konteks (lih.Kel 22:4-9; Mazm 75:7-8; Yes 40:2). idiom ini berbicara tentang penghakiman yang lengkap dan penuh, seperti halnya kalimat berikutnya. Ayat ini akan sangat menggembirakan bagi orang Kristen yang dianiaya.
□ "campurkanlah baginya dua kali lipat di dalam cawan pencampurannya" "cawan" adalah metafora PL untuk penghakiman Allah (lih. Mazm 11:6; 60:3; 75:6-8; Yes 51:17,22; Yer 25:15-16,27-28).
Wahy 18:7 "Sebab ia berkata di dalam hatinya: Aku bertakhta seperti ratu, aku bukan janda, dan aku tidak akan pernah berkabung' Iini secara khusus berhubungan dengan Zef 2:15 dan Yes 47:7-8. Ini menyinggung kepercayaan pada diri sendiri dan kesombongan, yang mungkin telah menjadi sumber kejatuhan setan (mungkin disinggung dalam Yes 14 dan Yeh 28), kejatuhan umat manusia (lih.Kej 3) dan system dunia akhir zaman. Masalahnya adalah kesombongan! Lihat Topik Khusus: Hati di Wahy 2:23.
Wahy 18:8 "Sebab itu segala malapetakanya akan datang dalam satu hari" Ini adalah acuan khusus untuk Yes 47:9. Konsep duka menguasainya di satu hari diulangi dalam ay. 17-19, di mana istilah Yohanes "waktu" digunakan. Ini merupakan dorongan utama bagi orang Kristen yang dianiaya.
□ "ia akan dibakar dengan api" ini dapat menjadi acuan kepada Im 21:09. Lihat Topik Khusus: Api di Wahy 16:8.
□ "untuk Tuhan Allah, yang menghakimi dia adalah kuat" ini merupakan acuan kepada Yer 50:34.
Topik Teologia -> Why 18:4
Topik Teologia: Why 18:4 - -- Dosa
Konsekuensi Dosa
Dosa Menyebabkan Kehancuran Nasional
Kel 32:9-10 Ula 9:8,13-14,22 2Ta 30:8 Neh 9:36-37 Maz 9:18 Yes 28:18...
- Dosa
- Konsekuensi Dosa
- Dosa Menyebabkan Kehancuran Nasional
- Kel 32:9-10 Ula 9:8,13-14,22 2Ta 30:8 Neh 9:36-37 Maz 9:18 Yes 28:18-22 Yes 32:9-14 Yes 43:27-28 Yes 60:12 Yer 5:28-29 Yer 6:6-8 Yer 8:14 Yer 12:17 Yer 15:13 Yer 25:15-29 Yer 36:31 Yer 50:29,45-46 Rat 1:8-9 Yeh 29:8-12 Hos 5:5,7 Amo 1:3 Amo 1:6 Amo 1:9 Amo 1:13 Amo 2:1 Amo 2:4 Amo 2:6 Amo 3:13-15 Amo 6:8 Amo 9:1-4 Zef 2:13-15 Wah 18:2,4-8
TFTWMS: Why 18:4-10 - Pergilah Kamu, Hai Umatku "PERGILAH KAMU, HAI UMATKU"(WAHYU 18:4, 5 , 8, 10)
Seruan untuk memisahkan diri telah menandai orang-orang pilihan di sepanjang sejarah akt...
"PERGILAH KAMU, HAI UMATKU"(WAHYU 18:4, 5 , 8, 10)
Seruan untuk memisahkan diri telah menandai orang-orang pilihan di sepanjang sejarah aktivitas penebusan oleh Allah. Asal-usul ras Yahudi berasal dari perintah Allah kepada Abram, "'Pergilah dari negerimu … ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu' ([Kejadian] 12:1)."1
Tantangan untuk "keluar" ditemukan di seluruh Alkitab: Malaikat memberitahu Lot untuk mengumpulkan keluarganya dan lari dari Sodom (Kejadian 19:12, 13). Musa memerintahkan bani Israel untuk keluar dari kemah Korah dan rekan-rekannya yang ikut memberontak, "dan janganlah kamu kena kepada sesuatu apapun dari kepunyaan mereka, supaya kamu jangan mati lenyap oleh karena segala dosa mereka" (Bilangan 16:26). Yesaya memerintahkan bangsa Israel, "Keluarlah dari Babel!"; "Menjauhlah, menjauhlah! Keluarlah dari sana! Janganlah engkau kena kepada yang najis!" (Yesaya 48:20; 52:11a). Yeremia mengatakan hal yang sama: "Larilah dari tengah-tengah Babel, hendaklah setiap orang menyelamatkan nyawanya, supaya kamu jangan tertumpas karena kesalahannya!" (Yeremia 51:6a). Paulus menggemakan seruan untuk memisahkan diri di dalam Perjanjian Baru: "Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu" (2 Korintus 6:17).
Jadi perintah di Wahyu 18, ketika malaikat itu mengantisipasi kehancuran Babel, tidak asing lagi bagi telinga:
Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannyas" (ay. 4, 5).
Mengomentari ayat-ayat ini, Leon Morris menulis, "Seruan kepada umat Allah adalah sangat penting sekali.… Dalam satu pengertian himbauan ini adalah kunci bagi keseluruhan pasal itu."2Untuk menolong kita memahami dengan lebih baik nasihat penting ini, kita akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang hal itu.
APAKAH?
Pertama, tepatnya apakah yang terlibat dalam tantangan untuk "keluar" itu? Dalam beberapa contoh yang dikutip, secara harfiah tantangannya adalah meninggalkan suatu lokasi tertentu. (Lihat Kejadian 12:1, 4.) Seringkali, umat Tuhan dituntut untuk keluar dari suatu tempat agar tidak ikut dihancurkan bersama tempat itu. Dalam kasus Lot, kecuali ia dan keluarganya melarikan diri, mereka akan bernasib sama dengan Sodom dan Gomora (Kejadian 19:12, 13). Ketika murka Allah turun ke atas Korah dan rekan-rekannya sesama pemberontak, mereka yang tinggal di tenda-tenda para konspirator itu ikut ditelan bumi (Bilangan 16:23-34).
Contoh Perjanjian Baru tentang jenis "keluar" ini dapat ditemukan di dalam kata-kata Yesus kepada para murid-Nya tentang Yerusalem: "Apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat yang tidak sepatutnya--para pembaca hendaklah memperhatikannya--maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan" (Markus 3:14). Sejarawan memberitahu kita bahwa, pada kejatuhan Yerusalem, orang-orang Yahudi Kristen melarikan diri ke Pella, luput dari kematian kota mereka.
Oleh karena itu himbauan di Wahyu 18:4 kemungkinan mencakup gagasan bahwa umat Kristen mungkin perlu meninggalkan kota Roma secara lahiriah. Ketika mereka menemukan diri mereka menyerah terhadap tarikannya—atau ketika kota itu hendak dihancurkan—itulah waktunya untuk keluar.
Bagaimanapun, seringkali perintah untuk "keluar" berarti menolak untuk dipengaruhi oleh keburukan lingkungan. Itulah yang terjadi dengan himbauan Yesaya dan Yeremia mengenai keluar dari Babel: Beberapa orang yang telah diangkut ke Babel mulai menancapkan kukunya di sana. Mereka sudah mulai ambil bagian dalam cara-cara hidup orang kafir. Prinsip-prinsip mereka mulai mengendor; keduniawian ambil pijakan; mereka bersedia "membiarkan apa saja selama tidak diganggu."3Jadi nabi itu menyeru mereka untuk "keluar"—dengan kata lain, jangan dicemari oleh cara hidup orang Babel Ini adalah tujuan Paulus di 2 Korintus 6. Ia mendesak orang-orang Kristen di Korintus untuk menghindar dari persekutuan yang menjebak yang akan menyeret mereka kembali kepada gaya hidup berdosa yang telah mereka tinggalkan:
Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, …" (2 Korintus 6:14-17).
Ini juga merupakan poin utama Wahyu 18:4: Orang Kristen harus "meninggalkan Babel" secara perasaan, kejiwaan, dan kerohanian. William Hendriksen mengatakan bahwa meninggalkan Babel berarti "tidak memiliki persekutuan dengan dosa-dosanya, tidak dijerat oleh daya pikat dan godaannya."4William Barclay berpendapat bahwa perkataan "meninggalkan Babel" menggambarkan "pemisahan penting orang Kristen dari dunia."5
"Terpisah dari dunia" atau "terlepas dari dunia" tidak berarti bahwa kita harus keluar dari dunia ini atau bahwa kita harus bersembunyi di sebuah biara. Yesus menekankan bahwa murid-murid-Nya harus berada di dunia, tetapi "bukan dari dunia" (Yohanes 17:14-18; huruf miring oleh saya). Sebaliknya, "terpisah" berarti kita harus menolak untuk mengizinkan dunia menentukan nilai-nilai dan standar hidup kita. Barclay mengulas, "Itu bukan soal pensiun dari dunia; itu adalah pertanyaan tentang hidup secara berbeda di dalam dunia."6Merrill C. Tenney mengatakan, "panggilan Allah tidak berarti bahwa orang percaya harus dengan pongah menolak untuk bergaul dengan orang lain, atau bahwa mereka harus mengambil sikap 'lebih suci darimu.' Ia bermaksud supaya mereka harus berbeda."7
Jika ada sesuatu yang secara jelas diajarkan di dalam Perjanjian Baru , ajaran itu adalah bahwa orang Kristen harus menjadi umat yang terpisah dan berbeda. Di dalam Perjanjian Baru, termasuk kitab Wahyu, julukan paling umum bagi orang-orang percaya adalah "orang kudus,"8yang mengacu kepada orang yang "memisahkan" diri untuk tujuan suci.9Kata Yunani yang diterjemahkan "gereja" mengacu kepada orang-orang yang "dipanggil ke luar" dari dunia ke dalam suatu hubungan baru dengan Yesus.10Yakobus menulis dengan jelas, "… Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah" (Yakobus 4:4). Tenney menulis:
Orang Kristen harus dapat dibedakan melalui perbedaan antara kepentingannya, pekerjaannya, dan tujuannya, dan dari orang-orang non-Kristen.…
… Dunia adalah seorang hamba, bukan seorang tuan; suatu lingkungan, bukan standar yang harus dipatuhi; seorang musuh, bukan seorang teman. Orang Kristen harus berusaha menjadi saksi dunia daripada menjadi serupa dengan cita-cita dan kebiasaannya.11
Paulus menantang, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu" (Roma 12:2a).
Kita harus "keluar" dari sistem nilai-nilai dunia, dari standarnya, dan dari sudut pandangnya. Kita harus menghindari "pergaulan yang buruk [yang] merusakkan kebiasaan yang baik" (1 Korintus 15:33). Kita harus "keluar" dari ajaran palsu yang melimpah di dunia ini (Roma 16:17, 18; 2 Yohanes 9-11).
Namun begitu, pahamilah bahwa perintah untuk "keluar" tidak sepenuhnya negatif. Kita harus "keluar" dari Babel dalam rangka untuk datang kepada Allah. (Lihat Yeremia 3:22.) Orang Kristen "bukan milik Babel, tapi milik Allah. Mereka harus memberikan diri mereka kepada kebenaran daripada kepada kepalsuan; kepada kemurnian, bukan kepada penyimpangan; kepada kehendak Allah ketimbang kepada kenyamanan yang tak berguna."12Ayat kedua dari sebuah lagu lama mengungkapkan keinginan Allah bagi hidup kita:.
Yesus memanggil kita dari menyembah Tumpukan emas dunia yang sia-sia:
Dari setiap berhala yang akan mencegah kita, Untuk berkata, "orang Kristen, cintai aku lebih."13
Jia kita mengindahkan perintah Tuhan untuk "keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka," Ia telah berjanji, "Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan" (2 Korintus 6:17, 18).
Setiap orang harus memutuskan apakah mau menjadi penduduk Babel atau warga negara sorga.14
MENGAPAKAH?
Pertanyaan kedua adalah "Mengapakah begitu penting bagi para pembaca Yohanes untuk 'keluar' dari Babel?"15Sejumlah alasan bisa dikutip, tapi dua diberikan di dalam teks kita: Pertama, malaikat itu memberitahu mereka untuk meninggalkan kota itu "supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya." Apakah kita mau mengakuinya atau tidak, dosa punya daya tarik tersendiri. Berbicara tentang pelacur besar itu, Michael Wilcock mengatakan bahwa jangan kita berani meremehkan daya bujuknya:
Reaksi kita terhadap daya tarik 7:4 mungkin dengan bergidik—"Murahan, norak!"—Karena kita pikir itulah yang diharapkan dari kita. Tapi dalam praktiknya, dalam kehidupan sehari-hari, mutiara dan [kain] ungu dan cawan emas memiliki daya tarik yang dahsyat.16
Jika Anda dan saya digoda untuk menyerah kepada panggilan sirene dunia, umat Kristen di abad pertama pastilah telah digoda dua kali lipat. "Gereja yang dianiaya selalu menghadapi godaan untuk berkompromi dengan keduniawian dan dengan begitu meredakan ketegangan hidup di lingkungan yang tidak bersahabat."17Morris menulis, "Dianiaya dan diganggu sebagaimana mereka, umat Allah itu pastilah sangat tergoda untuk berdamai dengan kota itu. Kemudian tidak hanya penganiayaan mereka itu akan berhenti, tetapi kota itu juga akan membuat mereka kaya dan nyaman."18
Adalah mungkin, bahkan sangat mungkin, bahwa beberapa orang Kristen di zaman Yohanes "siap berkompromi dengan kejahatan Babel."19Sangatlah penting bahwa mereka memahami permasalahan yang sedang dihadapi. Salah satunya adalah bahwa jika mereka menjalin persekutuan dalam dosa Babel, mereka kehilangan hak untuk disebut umat Allah. Paulus berkata, "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan" (Efesus 5:11a), dan lagi, "Janganlah ambil bagian dalam dosa orang lain" (1 Timotius 5:22b; NIV).
Konsekuensi lain dari berpartisipasi dalam dosa Babel adalah bahwa mereka akan ikut merasakan malapetakanya. Alasan kedua yang diberikan untuk "keluar" adalah "supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya." Ayat 8 menguraikan malapetaka itu: "Segala malapetakanya akan datang dalam satu hari, yaitu sampar dan perkabungan dan kelaparan; dan ia akan dibakar dengan api." Pasal 18 tidak meninggalkan keraguan tentang nasib Roma. Ia akan dihancurkan. Untuk menghindari nasib yang sama, orang Kristen harus menolak pesonanya yang menggoda.
Hari ini, dunia masih melakukan "sulap"nya: membuat hal yang fana terlihat baka, yang kurang penting tampak penting, dan yang cabul tampak tidak berbahaya. Dunia punya lebih banyak pengaruh pada kehidupan saya daripada yang saya suka akui: Saya sudah tidak lagi dikejutkan oleh dosa seperti saat pertama kali; saya tidak lagi terang-terangan dalam memperingatkan orang berdosa; saya dipikat oleh "harta benda." Saya harus ingat—dan Anda harus ingat—bahwa sepasti Roma sedang menuju kehancuran, "dunia ini sedang berlalu" (1 Yohanes 2:17). Wahyu 18 membuat pengumuman yang kita harus perhatikan. Hendriksen menekankan, … dunia yang gila kesenangan, arogan, dengan segala kemewahan dan kesenangannya yang menggoda, dengan filsafat dan budayanya yang antikristen, dengan penduduknya yang banyak yang telah meninggalkan Allah dan hidup sesuai dengan nafsu daging dan keinginan pikiran [mereka], akan binasa.20
Saya butuh peringatan ganda dari teks kita ini sepasti yang dibutuhkan oleh para pembaca pertama kitab Wahyu: Jika saya menikmati kebaikan Allah, saya harus "keluar dan memisahkan diri" Jika saya harus menghindari murka Allah, saya harus jangan membiarkan diri saya dipikat jerat dosa.
Ketika saya merenungkan tantangan itu, saya hanya bisa menangis bersama pemazmur, "Ya Allah, janganlah jauh dari padaku! Allahku, segeralah menolong aku!" (Mazmur 71:12).
SIAPAKAH?
Pertanyaan ketiga yang kita tanyakan adalah "Siapakah?": Kepada siapakah himbauan ini ditujukan? Teks itu menujukan bahwa perkataan itu ditujukan kepada "umat-Ku." Kebanyakan orang setuju bahwa ini terutama mengacu kepada umat Kristen. Ketika menyurati umat Kristen, Petrus berkata, "Kamulah … umat kepunyaan Allah … yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan" (1 Petrus 2:9, 10).
Pada suatu ketika banyak orang Kristen tinggal di Roma (Roma 16), dan mereka telah berada di sana "selama bertahun-tahun" (Roma 15:23). Tentu saja, karena pengaruh Roma telah menyusupi dunia, perintah untuk "keluar" berlaku bukan hanya untuk umat Kristen di kota itu, tetapi juga untuk umat Kristen di mana-mana.
Ungkapan "umat-Ku" sudah juga diterjemahkan sebagai bermakna orang-orang di Roma yang terbuka terhadap Injil—seperti ketika Allah memberitahu Paulus tentang Korintus, "sebab banyak umat-Ku di kota ini" (Kisah 18:10).21Allah, yang mengtahui hati manusia, tahu bahwa di Korintus terdapat orang-orang yang berhati jujur dan baik (Lukas 8:15). Karena itu, Ia tahu bahwa jika Paulus terus berkhotbah di sana, banyak jiwa akan diselamatkan. Ada kemungkinan bahwa sang Penyelidik hati yang agung (1 Tawarikh 28:9) mengenal beberapa orang di Roma yang bisa digapai—dan bahwa firman-Nya dimaksudkan sebagai undangan kepada mereka.22
Ketika saya pertama kali membaca penafsiran ini, saya agak meragukan bahwa ayat-ayat ini bisa menjadi undangan ganda yang mencakup orang kudus dan orang berdosa. Lalu pemikiran kedua terlintas: saya menyampaikan undangan semacam itu secara teratur. Pada penutupan sebagian besar khotbah, saya mendorong orang Kristen untuk menjalani kehidupan yang saleh (dan jika perlu dipulihkan kepada Tuhan). Pada saat yang sama, saya mendorong orang non-Kristen untuk menjadi orang Kristen melalui iman, pertobatan, dan baptisan (Roma 10:9, 10; Markus 16:15, 16; Kisah 2:37, 38). Dengan kata lain, saya mendesak orang Kristen dan orang non-Kristen untuk "ke luar" dari dunia, dan kemudian tetap menjauhi dunia.
Terlepas siapa diri Anda, atau bagaimana kondisi rohani Anda, Wahyu 18:4 berbicara kepada Anda. Allah berkata kepada Anda, "Keluarlah!"
KAPANKAH?
Pertanyaan terakhir adalah "Kapankah Allah ingin mereka ke luar?" Jawaban jelasnya adalah "Segera! Sekarang juga!"
Suatu pengertian kedekatan meresapi pasal 18. Leon Morris berpendapat bahwa setidaknya beberapa pembaca kitab Wahyu abad pertama "tidak merasakan kegawatan situasi itu"23—dan ia mungkin benar. Tulah-tulah itu akan datang "dalam satu hari" (ay. 8), "dalam satu jam" (ay. 10). Tidak akan ada waktu untuk persiapan ketika bencana menimpa. Waktu untuk persiapan adalah "sekarang ini."
Kata-kata "satu hari" dan "satu jam" harus jangan dipahami secara harfiah— istilah-istilah itu hanya menunjukkan kemendadakan lenyapnya Roma—tetapi mereka yang mengenal baik kehidupan tahu bahwa tragedi bisa datang secepat itu. Dapatkah bencana datang dalam satu hari?24Tanyakanlah mereka yang hidup di Cina tengah yang kehilangan semua yang mereka miliki karena banjir. Dapatkah bencana datang dalam satu jam? Tanyakanlah orang-orang yang kehilangan segalanya ketika badai topan menghancurkan pantai. Dapatkah bencana datang dalam satu menit? Tanyakanlah mereka yang rumah dan hidupnya dihancurkan oleh gempa bumi. Bencana bahkan dapat datang dalam satu detik. Belum lama ini, seorang penyiar berita lokal menceritakan sebuah tragedi: Seorang sopir truk mengalihkan perhatiannya "sesaat saja" untuk menyalakan rokok, truknya itu lalu keluar jalur, menabrak dua mobil yang diparkir di pinggir jalan, dan membunuh seorang petugas patroli jalan raya.
Anda tahu itu memang benar: Tragedi bisa menyerang kapan saja dan di mana saja. "Apakah hidupmu itu? Hidupmu itu adalah uap, yang muncul sebentar saja, dan kemudian lenyap" (Yakobus 4:14; KJV). Saya mengingatkan Anda tentang hal ini bukan untuk memenuhi diri Anda dengan ramalan, tapi untuk mendorong Anda untuk mempersiapkan diri—sekarang juga. "Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu" (2 Korintus 6:2). "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu" (Ibrani 4:7). Jika Anda perlu dibaptis, lakukanlah sekarang juga. Jika Anda perlu dipulihkan sebagai anak Allah yang bersalah, lakukanlah sekarang juga. Jika Anda siap, Anda akan dapat "tertawa tentang hari depan." (Lihat Amsal 31:25.)

TFTWMS: Why 18:1-8 - Lampu-lampu Itu pasti padam LAMPU-LAMPU ITU PASTI PADAM (Wahyu 18:1-8)
Ketika Allah memadamkan lampu-lampu itu, lampu-lampu itu pasti padam.
Pengumuman (ay. 1-3)
Yohanes memul...
LAMPU-LAMPU ITU PASTI PADAM (Wahyu 18:1-8)
Ketika Allah memadamkan lampu-lampu itu, lampu-lampu itu pasti padam.
Pengumuman (ay. 1-3)
Yohanes memulai, "Kemudian dari pada itu aku melihat seorang malaikat lain turun dari sorga. Ia mempunyai kekuasaan besar4dan bumi menjadi terang oleh kemuliaannya" (ay. 1). Malaikat ini keluar dari hadirat Allah, diperlengkapi dengan kekuasaan-Nya dan bersinar dengan kemuliaan-Nya.5Ia "berseru dengan suara yang kuat" sehingga semua orang bisa mendengar, katanya, "Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu" (ay. 2a).6Penghakiman telah diyatakan sebelumnya (14:8); sekarang hukuman itu harus dilaksanakan.
Malaikat itu menggunakan kata kerja past tense, peristiwa itu seolah-olah telah terjadi, meskipun "ketika Yohanes menuliskan pasal-pasal yang amat sangat menggugah ini … Roma masih sangat hidup, masih menikmati kedaulatan yang tak terbantahkan dan pengaruh yang tak pudar."7Penghakiman terjadi lebih dulu di dalam pikiran Allah. Sejauh menyangkut Allah, jatuhnya Babel adalah fakta yang telah terjadi.8
Gambaran jatuhnya Babel adalah gambaran yang melankolis: "Dan ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi9semua roh najis10dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci" (ay. 2b).11Adegan itu adalah tentang sebuah kota yang ditinggalkan, roboh menjadi reruntuhan dan dihuni oleh makhluk-makhluk yang paling menjijikkan.
Mengenai istilah "roh-roh jahat" dan "semua roh najis," ingatlah bahwa "opini Perjanjian Baru adalah bahwa sesuatu yang mengandung roh jahat terdapat di dalam ibadah dan pelbagai praktik menyimpang" dari agama-agama pemuja berhala.12(Lihat 1 Korintus 10:20.) Dalam simbolisme malaikat itu, "ilah-ilah kaum penyembah berhala diusir dari kekuasaan mereka yang dengan murungnya menghantui reruntuhan kuil-kuil di mana dahulu kekuasaan mereka pernah tak tersentuh."13
Burung-burung "yang najis dan yang dibenci" juga berdiam di Babel yang runtuh itu. Banyak dari kita dapat menceritakan bagian kiasan ini. Kita pernah melihat bangunan yang rusak dan hancur, yang sekarang hanya dihuni oleh burung-burung dan makhluk-makhluk liar lainnya (yang beberapa di antaranya kita akan hindari untuk bertemu di dalam gelap).
Gambaran tentang reruntuhan Babel ini akan sudah dipahami oleh warga kebanyakan di zaman itu. "Orang-orang yang tinggal di Timur Tengah kuno tak henti-hentinya bertempur dengan serbuan padang gurun, dengan anginnya dan pasir-pasirnya yang menyapu. Sebuah kota yang ditinggalkan segera menjadi tempat yang angker."14Bagi mereka yang akrab dengan Firman Allah, ungkapan itu akan sudah menambahkan makna: Beberapa istilah serupa telah digunakan untuk menubuatkan kejatuhan Babel kuno (lihat Yesaya 13:19-22), dan nubuatan itu telah secara dramatis digenapi.
Jatuhnya Babel yang bersejarah itu merupakan salah satu bencana besar zaman kuno.… Melalui penaklukan yang berurutan oleh bangsa Persia, bangsa Makedo- nia, dan bangsa Partia, Babel mengalami penurunan yang perlahan, sampai pada abad pertama Masehi Babel itu sedikit lebih besar dibandingkan dengan sebuah desa. Meskipun lokasinya strategis di tanah yang subur … Babel dengan cepat kehilangan reputasinya dan menjadi timbunan puing yang ditinggalkan.15
Ayat 2 mengumumkan kepada umat Kristen mula-mula bahwa sepasti Babel tua sudah jatuh, Babel di kitab Wahyu—Roma—akan jatuh juga.
Ayat 3 mengingatkan kita mengapa Roma ditakdirkan hancur. Malaikat itu memulai dengan kata-kata yang familiar: "Karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu16cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia" (ay. 3a, lihat 14:8; 17:2). Ini mengacu kepada pengaruh fasik Roma, terutama dalam kaitannya dengan penyembahan kaisar.
Malaikat itu kemudian menambahkan pokok pikiran baru: "Dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya17oleh kelimpahan hawa nafsunya" (ay. 3b). Ini adalah penyebutan pertama kali tentang "pedagang-pedagang" (lihat ayat. 15, 23) dan merupakan penjelasan terilham tentang mengapa orang-orang mengantri untuk dipikat oleh Roma. "Roma [sudah] memberikan kedamaian dan keamanan dunia, sehingga memungkinkan timbulnya pertumbuhan perdagangan mewah yang luas dan kesejahteraan yang luas."18Aliansi fasik para pedagang itu dengan Roma melipatgandakan rekening bank orang-orang kaya dan berkuasa. Seperti yang Paulus katakan, "Cinta akan uang adalah akar dari segala macam kejahatan" (1 Timotius 6:10).
Himbauan (ay. 4, 5)
Yohanes kemudian "mendengar suara lain dari sorga" (ay. 4a). Suara ini, yang berbicara untuk Allah,19memiliki dua pesan. Yang pertama adalah kepada umat Allah: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya"(ay. 4, 5). Tuhan sudah selalu menuntut umatNya untuk terpisah dan berbeda. (Lihat 2 Korintus 6:17.)
Otorisasi (ay. 6-9)
Pesan kedua adalah kepada para agen pembalas suruhan Allah:20"Balaskanlah kepadanya, sama seperti dia juga membalaskan, dan berikanlah kepadanya dua kali lipat menurut pekerjaannya,21campurkanlah baginya dua kali lipat di dalam cawan pencampurannya" (ay. 6). Ungkapan "berikanlah kepadanya dua kali lipat" dan "campurkanlah baginya dua kali lipat" mungkin berarti bahwa Roma akan diberi rasa sakit sebesar dua kali lipat daripada yang ia pernah berikan. Bagaimanapun, prinsip menabur dan menuai adalah bahwa orang menuai lebih banyak daripada yang ia tabur—dan Roma pastinya layak menerima apa saja yang ia terima. Namun begitu, I. T. Beckwith menunjukkan bahwa "berikanlah kepadanya dua kali lipat" adalah "ungkapan konvensional untuk ganti rugi secara penuh."22(Lihat Yeremia 16:18; 17:18) Ayat berikutnya mengatakan, "berikanlah kepadanya siksaan dan perkabungan, sebanyak kemuliaan dan kemewahan, yang telah ia nikmati" (ay. 7a; huruf miring oleh saya).23Terminologi yang digunakan di ayat 6 menunjukkan bahwa pada akhirnya timbangan akan diseimbangkan dan Roma akan menerima sebanyak yang ia pernah berikan (lihat Matius 7:2).
Mengapakah Roma layak menerima "siksaan dan perkabungan"? Karena "kemuliaan dan kemewahan, yang telah ia nikmati"—karena ia berkata dalam hatinya, "Aku bertakhta seperti ratu, aku bukan janda, dan aku tidak akan pernah berkabung" (ay. 7). Dipenuhi dengan kesombongan, ia merasa tidak butuh Allah. "Sebab itu," malaikat itu berkata, "segala malapetakanya akan datang dalam satu hari, yaitu sampar24dan perkabungan dan kelaparan; dan ia akan dibakar dengan api" (ay. 8a).
Ungkapan "dalam satu hari" tidak berarti "dalam periode waktu dua puluh empat jam." Dalam pasal ini, istilah "satu hari" digunakan secara bergantian dengan istilah "satu jam" (bandingkanlah ayat 8 dan 10). Kedua istilah itu digunakan secara simbolis untuk menekankan keruntuhan Roma yang tiba-tiba.25
Dengan mengingat kekebalan Roma yang terlihat jelas pada saat kitab Wahyu ditulis, kita bertanya, "Bagaimana ini mungkin?" Perkataan malaikat itu menyediakan jawaban. Ayat 8b berkata, "karena Tuhan Allah, yang menghakimi dia, adalah kuat." Dalam teks aslinya, kata "kuat" terletak di awal kalimat untuk memberikan penekanan: "Karena kuatlah Tuhan Allah, Pribadi yang menghakimi dia." Roma boleh jadi selama ini kuat (ay. 10), tetapi Allah lebih kuat.

TFTWMS: Why 18:3-23 - Kuat, Tapi Sesat KUAT, TAPI SESAT (Wahyu 18:3, 9, 11-17, 23)
Pengaruh Roma yang menjangkau jauh terlihat nyata di seluruh pasal 17, 18, dan 19: Ia memerintah atas ban...
KUAT, TAPI SESAT (Wahyu 18:3, 9, 11-17, 23)
Pengaruh Roma yang menjangkau jauh terlihat nyata di seluruh pasal 17, 18, dan 19: Ia memerintah atas bangsa-bangsa di bumi (17:1, 15); ia mendikte siapa yang berkuasa dan siapa yang tidak (17:18). Keputusan yang dibuat di Forum Romawi mempengaruhi setiap sudut kekaisaran. Kota itu juga mendominasi perdagangan dunia (18:11-17). "Di Ostia, pelabuhan Roma, terdapat ruangan terbuka dengan jajaran tiang beratap di mana perusahaan-perusahaan para saudagar,… berkantor, dan ini pasti merupakan salah satu pusat kekuasaan terbesar di kekaisaran itu."16
Betapa Roma memiliki kekuatan yang untuk selamanya! Namun begitu, alih-alih mengangkat bangsa-bangsa ia malah menjatuhkan mereka. Malaikat itu berkata, "karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia" (18:3a). Sekali lagi, ayat 9 berbicara tentang raja- raja di bumi "berbuat cabul dengan dia." Kata Yunani yang diterjemahkan "cabul" secara harfiah berarti "percabulan." Ini mencakup percabulan jasmani maupun rohani, khususnya yang terkait dengan penyembahan kaisar. Roma telah merusak seluruh dunia dengan perzinahannya. (Lihat 19:2.)
Ayat 23 mengatakan bahwa Roma menipu bangsa-bangsa dengan ia punya "ilmu sihir." "Ilmu sihir" bisa mengacu kepada pelbagai mujizat palsu seperti yang diadakan oleh nabi palsu.17Meski begitu, itu mungkin mengacu kepada tindakannya dalam "memantra-mantrai" penduduk bumi: Ia "menyihir semua bangsa ke dalam rasa aman yang semu."18Ia "membujuk bangsa-bangsa untuk beranggapan bahwa mereka [bisa] menyingkirkan Allah, … bahwa keamanan tertinggi dapat ditemukan dalam kekayaan dan kemewahan."19Ia memikat bangsa-bangsa agar mereka mengadopsi "nilai-nilai palsunya dan penyembahan materi."20
Roma bukanlah yang pertama atau yang terakhir yang memiliki pengaruh untuk yang baik atau yang buruk. Setiap kota-dan setiap warga negara-memiliki pengaruh yang bisa membantu atau membahayakan. Yesus menggunakan garam dan terang sebagai ilustrasi untuk menekankan kekuatan pengaruh positif (Matius 5:13-16). Paulus menggunakan ragi untuk menekankan dampak dari pengaruh negatif (1 Korintus 5:6; Galatia 5:9). Elihu Burritt berkata, "Tidak ada manusia yang dapat datang ke dalam dunia ini tanpa meningkatkan atau mengurangi jumlah total kebahagiaan manusia."21
Anda mungkin tidak mengira bahwa Anda memiliki pengaruh, tetapi Anda punya. "Bahkan rambut yang paling halus memiliki bayangan." Mereka yang bijaksana menggunakan pengaruh mereka untuk membangun, bukan untuk menghancurkan.

TFTWMS: Why 18:3-14 - Makmur, Tapi Boros MAKMUR, TAPI BOROS (Wahyu 18:3, 7, 9, 12-14)
Kesombongan adalah salah satu alasan Roma jatuh. Bacalah kembali ayat 7 dan perhatikanlah penyebab lain:...
MAKMUR, TAPI BOROS (Wahyu 18:3, 7, 9, 12-14)
Kesombongan adalah salah satu alasan Roma jatuh. Bacalah kembali ayat 7 dan perhatikanlah penyebab lain:26"Ia memuliakan dirinya sendiri dan hidup secara sensual."27(NASB; huruf miring oleh saya.) Salinan Alkitab NASB saya memiliki catatan tepi tentang "secara sensual": "Atau, secara mewah." Istilah dasar yang sama ditemukan di ayat 3, yang berbicara tentang "menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya [atau kemewahannya]," dan di ayat 9: "Dan raja-raja di bumi, … hidup dalam kelimpahan [hawa nafsu atau kemewahan] dengan dia." Kata-kata Yunani yang diterjemahkan "hawa nafsu" dan "dengan hawa nafsu" hanya ditemukan di sini di dalam Perjanjian Baru. I. T. Beckwith mengatakan bahwa kata-kata itu berisi gagasan tentang "kemewahan yang berlebihan dan pemanjaan diri disertai kesombongan dan unjuk kekuatan yang ceroboh."28Akar kata Yunaninya menyiratkan hidup "secara sombong dalam kemewahan sementara yang lainnya melarat. Itu berarti menjadikan harta dan kesenangan hal yang paling penting dalam kehidupan, dan mengabaikan kebutuhan orang lain."29
"Hidup dalam kemewahan" merupakan gambaran kehidupan yang tepat bagi banyak orang di Roma.
Dalam abad pertama ini dunia mencurahkan kekayaannya ke pangkuan Roma.… "Kedamaian yang panjang, keamanan laut, dan kebebasan perdagangan, telah membuat Roma [menjadi pusat perdagangan] untuk produk-produk khusus dan lezat dari setiap negeri dari Kanal Inggris hingga Sungai Gangga."30
Ayat 12 dan 13 memberikan contoh tentang pelbagai barang impor yang masuk ke pelabuhan Roma dari seluruh dunia:
… emas dan perak, permata dan mutiara, dari lenan halus dan kain ungu, dari sutera dan kain kirmizi, pelbagai jenis barang dari kayu yang harum baunya, pelbagai jenis barang dari gading, pelbagai jenis barang dari kayu yang mahal, dari tembaga, besi dan pualam, kulit manis dan rempah-rempah, wangi-wangian, mur dan kemenyan, anggur, minyak, tepung halus dan gandum, lembu sapi, domba, kuda dan kereta, ….31
Emas, gading, kayu berharga, rempah-rempah, dan gandum datang dari Afrika Utara; batu mulia dan mutiara dari India; sutra dan rempah-rempah dari Cina; perunggu dari Korintus; besi dari Laut Hitam dan Spanyol; dupa dan kemenyan dari Arab; mur dari Media; kuda dari Armenia; kereta dari Gaul. Namun begitu, yang lebih penting daripada negeri-negeri asal itu adalah fakta bahwa sebagian besar komoditas yang terdaftar itu adalah barang mewah.
Roma memiliki selera yang tak terpuaskan untuk barang-barang yang baru dan unik. Ayat 14 mengacu kepada buah-buahan yang lezat32yang ia didambakan, bersama dengan "segala yang mewah dan indah." Kata Yunani yang diterjemahkan "mewah" bisa mengacu kepada makanan yang eksotis.33Kata yang diterjemahkan "indah" bisa mengacu kepada pakaian mewah dan perhiasan.34
Pelbagai cerita tentang kemewahan Roma hampir tidak bisa dipercaya:
Pada salah satu jamuan makan Nero biaya untuk bunga-bunga mawar Mesir saja hampir 1 milyar rupiah. Vitellius sangat menyukai hidangan nikmat seperti otak burung merak dan lidah burung bulbul. Dalam pemerintahannya yang kurang dari satu tahun ia menghabiskan sekitar 200 milyar rupiah, sebagian besar untuk makanan. Seorang Romawi, setelah menyia-nyiakan kekayaan yang besar, bunuh diri karena ia tidak bisa hidup dengan sisa uangnya yang sedikit sekali—sekitar hampir 3 milyar rupiah. Dalam Talmud ditulis, "Sepuluh ukuran kekayaan turun ke dalam dunia: Roma menerima sembilan, dan seluruh [sisa] dunia menerima satu."35
Penulis kuno Livy menyebut ketamakan dan kemewahan sebagai "hama yang selalu menjadi kehancuran setiap negara besar."36Paulus menggambarkan beberapa orang sebagai "lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah" (2 Timotius 3:4). Bisa jadi yang ada di dalam pikiran kedua penulis itu adalah warga negara Roma.
Kemungkinan besar tidak satu pun dari kita yang akan pernah mendekati keroyalan dan pemborosan Roma; tetapi jika kita jujur dengan diri kita sendiri, kita harus mengakui bahwa kadang-kadang kita gagal menjadi pelayan yang baik atas pelbagai berkat yang Allah telah curahkan ke atas kita. Alkitab mengajarkan larangan terhadap pemborosan (Lukas 15:13);37Yesus mengumpulkan sisa-sisa makanan setelah Ia memberi makan lima ribu orang (Matius 14:20).
Untuk pedoman tentang mengurus dan menjaga semua yang Allah telah letakkan di tangan kita, pertimbangkanlah perumpamaan tentang pelayan yang dipanggil untuk menjelaskan pemborosan terhadap milik tuannya (Lukas 16:1). Yesus berkata, Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon (Lukas 16:11-13).
Matius 16:26 juga relevan: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 18:4, 5 , 8, 10)
Firman Allah yang berasal dari seribu sembilan ratus tahun yang lalu adalah sama pentingnya—dan sama dibutuhkann...
KESIMPULAN (Wahyu 18:4, 5 , 8, 10)
Firman Allah yang berasal dari seribu sembilan ratus tahun yang lalu adalah sama pentingnya—dan sama dibutuhkannya—di zaman kini sebagaimana ketika pertama kali diucapkan: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit" (ay. 4, 5a). Roma mencoba untuk menggoda umat Kristen di abad pertama, dan dunia mencoba merayu kita sekarang ini. Semoga Allah menolong kita untuk menyerap semangat dari lagu yang berbunyi, Bumi punya harta yang binasa oleh pemakaian, Betapapun berharganya harta itu; Namun ada negeri yang akan kudatangi Sorga yang memiliki semuanya untukku.25
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Tinjaulah kembali contoh-contoh yang diberikan di dalam pelajaran ini ketika umat Allah diberitahu untuk "keluar." Dapatkah Anda memikirkan contoh-contoh lainnya?
- 2. Apakah perintah untuk "keluar" kadang-kadang berarti bahwa umat Allah secara fisik meninggalkan lokasi tertentu? Apakah artinya selalu seperti itu?
- 3. Diskusikanlah tantangan yang diberikan kepada kita masing-masing dalam 2 Korintus 6:14-7:1.
- 4. Pelajaran ini menyantumkan beberapa nas yang mengajarkan bahwa umat Allah harus terpisah dan berbeda. Dapatkah Anda memikirkan nas-nas lainnya?
- 5. Apakah Anda setuju bahwa dunia memiliki daya tarik—daya tarik yang jahat, tapi tetap saja sebuah daya tarik?
- 6. Apakah mengetahui bahwa "dunia ini sedang berlalu" bisa membantu kita menghadapi godaan?
- 7. Apakah istilah "umat-Ku" hanya mencakup orang-orang beragama Kristen, atau bisakah istilah itu mencakup calon-calon orang Kristen (seperti dalam Kisah 18:10)?
- 8. Setelah kita mengetahui kebenaran, seberapa cepatkah kita harus menaatinya?
- 9. Pelajaran ini menyarankan bahwa kita harus segera menaati karena tragedi bisa menimpa setiap saat. Alasan lain apa sajakah yang terpikir oleh Anda untuk tidak menunda-nunda ketaatan?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Dalam Proclaiming the New Testament: The Book of Revelation, pelajaran oleh Merrill C. Tenney tentang pasal 18 diberi judul "Panggilan Terakhir" dan berpusat pada himbauan untuk "keluar."
APAKAH KITA TETAP DI BABEL?
"Dunia menyukai agama yang merasa puas dengan dirinya sendiri, logis sehingga selalu siap menghormati gambar-gambar pucat Yesus orang Galilea, Mesias yang agak sedikit kekurangan darah, dan memberi Dia penghormatan yang agak rasional .… Yang benar adalah bahwa kita sering berzinah dengan ideologi asing, mengacaukan Injil dengan agama-agama alam, dan meminum anggur doktrin-doktrin kaum pagan dan prinsip-prinsip palsu serta pelbagai praktik curang. Kita berusaha membelokkan kehendak Allah untuk melayani tujuan manusia, untuk mengubah Injil dan membentuk Gereja agar sesuai dengan kebiasaan zaman."
The Apocalypse Today Thomas F. Torrance
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. E...
Catatan Akhir:
- 1 Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 324.
- 2 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 210.
- 3 Sebagian besar isi parafraf ini diringkas dari Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 266.
- 4 William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 208.
- 5 William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 152.
- 6 Ibid.
- 7 Merrill C. Tenney, Proclaiming the New Testament: The Book of Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1963), 93.
- 8 Sebutan "kudus" ditemukan tiga belas kali di dalam Kitab Wahyu.
- 9 Mengenai kata "kudus," lihat catatan kaki 30 dalam pelajaran "Anak Domba Itu Layak," dalam "Wahyu, 3."
- 10 Kata "gereja" diterjemahkan dari kata majemuk Yunani ekklesia, yang menggabungkan kata untuk "memanggil" (kaleo) dengan preposisi "keluar" atau "keluar dari" (ek).
- 11 Tenney, 91-92.
- 12 Ibid, 93.
- 13 Cecil F. Alexander, "Jesus Calls Us," Songs of Faith and Praise, ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1996). (Huruf miring oleh saya.)
- 14 Kalimat ini didasarkan pada sebuah frase yang digunakan oleh Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary, vol. 2 (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1989), 616.
- 15 Bandingkanlah himbauan ini dengan Yeremia 51:6, 45.
- 16 Michael Wilcock, I Saw Heaven Opened: The Message of Revelation, The Bible Speaks Today Series (Downers Grove, Ill.: Intervarsity Press, 1975), 166.
- 17 Mounce, 324.
- 18 Morris, 209.
- 19 Ibid., 210.
- 20 Hendriksen, 213.
- 21 Beberapa penulis juga mengacu kepada Hosea 2:23, di mana Allah mengatakan bahwa orang-orang kafir ("mereka yang bukan umat-Ku") suatu hari nanti akan disebut "Umat-Ku." (ini dikutip dalam Roma 9:25, 26 dan 1 Petrus 2:9, 10.)
- 22 Perlu dipahami bahwa acuan Allah kepada "umat" milik-Nya dalam Kisah 18:10 tidak berarti bahwa orang-orang akan diselamatkan tanpa iman dan ketaatan. Mereka masih harus mendengar, percaya, dan dibaptis (Kisah 18:8) untuk diselamatkan. Begitu juga halnya, jika istilah "umat-Ku" dalam kitab Wahyu mencakup calon orang Kristen, mereka ini masih harus merespon Tuhan sebelum mereka diselamatkan.
- 23 Morris, 210.
- 24 Gunakanlah ilustrasi yang ada kaitannya dengan para pendengar Anda. Di Amerika, pasar saham anjlok ("Jumat Kelabu," misalnya) dapat digunakan sebagai ilustrasi.
- 25 Tillit S. Teddlie, "Heaven Holds All to Me," Songs of Faith and Praise, ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1996).
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Pertempuran Yang Tak Pernah & Tak Akan Pernah Ada
WAHYU 16:13, 14, 1 6-21
Meriam bertendum, bom meledak, udara dipenuhi dengan bau mesiu dan kem...
Pertempuran Yang Tak Pernah & Tak Akan Pernah Ada
Meriam bertendum, bom meledak, udara dipenuhi dengan bau mesiu dan kematian, bala tentara yang sangat besar, menyerang dan menyerang balik, awalnya satu pihak menang dan kemudian pihak yang lain—itulah cara banyak orang membayangkan "pertempuran Armagedon." Saya pernah dituduh memiliki imajinasi yang berlebihan, tapi saya tidak punya imajinasi sama sekali dibandingkan dengan mereka yang menggambarkan "pertempuran" ini.
Konsep "pertempuran Armagedon" sangat populer dan membuat begitu banyak hati manusia berdebar-debar, saya hampir menyesali apa yang saya harus katakan sekarang—tapi saya harus mengatakannya: Tidak ada pertempuran Armagedon. Berdasarkan definisi apa saja atas kata "pertempuran" yang umumnya diterima, tidak akan ada pertempuran Armagedon secara harfiah. Bahkan di dalam penglihatan yang ditemukan di dalam Wahyu 16, tidak ada pertempuran Armagedon yang terjadi. Saya tahu ini mengecewakan, tapi tetaplah bersama saya. Saya masih harus membuktikan pernyataan saya. Saya juga harus menjelaskan apa yang Tuhan benar-benar ajarkan di Wahyu 16:13-16. (Ia memiliki tujuan yang lebih penting daripada memprediksi tembak-tembakan global antara "orang baik" dan "orang jahat.")
Kitab Wahyu menyinggung pertempuran yang sedang dibahas ini sebanyak tiga kali: di 16:14, 19:19, dan 20:8.1Dalam bahasa Inggris, berbagai istilah digunakan di dalam nas-nas itu, tetapi dalam bahasa Yunani, ungkapan yang sama digunakan di semua tiga ayat itu: ton polemon, yang secara harfiah berarti "pertempuran" (atau "peperangan").2Penggunaan kata sandang pasti3menunjukkan hanya ada satu pertempuran—dilihat dari tiga aspek yang berbeda. Saya minta Brian Watts untuk menggambar adegan dasar yang akan digunakan untuk mengilustrasikan masing-maing tiga nas itu. Kemudian saya meminta dia untuk meragamkan rinciannya agar sesuai dengan penglihatan tertentu yang sedang dipelajari. Ini mungkin bukan pendekatan terbaik untuk memproduksi karya seni, tapi saya harap pendekatan itu memperkuat kebenaran bahwa kitab Wahyu berbicara tentang satu "pertempuran" saja yang menentukan.
Kisah sepenuhnya "pertempuran" itu ditemukan di pasal 19, jadi saya biasanya akan menunggu sampai pasal itu untuk membahasnya secara rinci. Namun begitu, karena manusia telah melekatkan kata "Armagedon" kepada "pertempuran" (tidak akan diragukan lagi hal itu akan dikenal sebagai "pertempuran Armagedon" selama dunia ini masih ada), kita harus meluangkan waktu untuk hal itu pada titik ini dalam pelajaran kita.
Tetaplah bersama saya sambil kita melakukan perjalanan melalui 16:13-16. Kita akhirnya akan tiba di "gunung Megido": Armagedon.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 16:13, 14, 1 6-21)
Jika Anda adalah anak Allah yang setia, Anda tidak perlu khawatir tentang apa yang disebut "pertempuran Arm...
KESIMPULAN (Wahyu 16:13, 14, 1 6-21)
Jika Anda adalah anak Allah yang setia, Anda tidak perlu khawatir tentang apa yang disebut "pertempuran Armagedon." Tuhan akan membereskan pertempuran itu.
Di sisi lain, ada perjuangan yang Anda harus peduli tentangnya "perjuangan … melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara" (Efesus 6:12).43Ini adalah peperangan, bukan tentang "tembakan dan peledak tapi tentang jiwa dan roh."44
Ini adalah perang "yang terjadi di atas medan perang hati manusia."45(Lihat Roma 7:21.) Ini adalah pertempuran yang terjadi setiap hari ketika kita memilih siapa yang akan kita layani (Yosua 24:15). Namun begitu, ini adalah pertempuran yang kita bisa menangkan dengan Allah di pihak kita:46"Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita" (1 Korintus 15:57)!
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Berapa banyakkah kisah "pertempuran" yang ditemukan di dalam kitab Wahyu? Berapa banyakkah "pertempuran" seperti itu di gambarkan di dalam kitab itu?
- 2. Mengapakah Anda berpikir tiga roh jahat itu dibicarakan sebagai "menyerupai katak"? (Apakah Anda menyukai katak?)
- 3. Para katak itu mengumpulkan bangsa-bangsa bersama-sama untuk "perang" (yaitu, pertempuran), tapi pertempuran milik siapakah itu? Dengan syarat-syarat siapakah pertempuran itu akan dilakukan?
- 4. Mengapakah beberapa terjemahan menulis "Armagedon" dan yang lainnya" "Har-Magedon"?
- 5. Apa kemungkinan arti "Har-Magedon"?
- 6. Dapatkah Anda menemukan tempat di dunia ini bernama "gunung Megido"?
- 7. Dikenal sebagai apakah Megido itu? Mengapa Anda pikir istilah "gunung Megido" digunakan untuk mengidentifikasi tempat di mana pasukan Iblis berkumpul?
- 8. Setelah para tentara berkumpul, apa yang terjadi? Apakah pasal 16 menceritakan tentang pertempuran yang benar-benar terjadi? Apakah pasal 19 atau pasal 20 menceritakan hal itu?
- 9. Apakah Alkitab punya apa saja untuk dikatakan tentang pertempuran fisik antara pasukan manusia yang harus bertempur di Palestina utara di masa depan?
- 10. Pertempuran apakah yang harus menjadi kepedulian kita?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Sebuah judul alternatif untuk pelajaran ini adalah "Bukan-Pertempuran Armagedon" atau "Armagedon!" saja. Jika Anda ingin berkhotbah dengan penerapan yang lebih pribadi, Anda bisa berbicara tentang "Pertempuran Yang Tidak Perlu Anda Risaukan—dan Pertempuran Yang Anda Harus Risaukan." Luangkanlah waktu pada paruh pertama pelajaran itu untuk apa yang disebut "pertempuran Armagedon" dan paruh keduanya untuk pertempuran di hati individu. West47dan Baldinger48menulis materi yang sangat baik tentang pertempuran di dalam hati manusia.
SALAH MENEMPATKAN TEKANAN
"Bergalon-galon minyak terbakar habis di tengah malam oleh para siswa yang [belajar] penuh semangat untuk mencoba mengungkap teka-teki '666,' atau untuk menjelaskan … 'Armagedon' atau 'Milenium' … Bukan karena terkenalnya hal-hal ini dalam penglihatan Santo Yohanes, tetapi karena terkenalnya mereka di … literatur saat ini, mereka layak mendapatkan perhatian khusus dalam setiap kajian Apocalypse."
Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts Albert H. Baldinger
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Mereka yang menggunakan pendekatan sejarah-berlanjut umumnya menafsirkan ketiga pertempuran ini sebagai tiga pertempuran terpisah ...
Catatan Akhir:
- 1 Mereka yang menggunakan pendekatan sejarah-berlanjut umumnya menafsirkan ketiga pertempuran ini sebagai tiga pertempuran terpisah yang telah terjadi dalam sejarah. Karena sekarang ini tidak banyak yang menganut pandangan ini, saya tidak akan meluangkan waktu untuk membahas hal itu dalam pelajaran ini. Untuk diskusi tentang pelbagai kelemahan pendekatan sejarah-berlanjut, lihat halaman 31-33 dalam "Wahyu, 1."
- 2 Kitab Wahyu mengandung banyak acuan lain tentang "memerangi," namun tidak satu pun dari nas-nas itu dalam teks Yunaninya bicara tentang "pertempuran."
- 3 Kata ton dalam frase ton polemon setara dengan kata "itu" dalam bahasa Indonesia.
- 4 "Pemain figuran" mengacu kepada mereka yang hanya memiliki peranan kecil dalam sebuah drama (mereka hanya punya "sedikit" hal untuk dikatakan dan/atau dilakukan). Naga, binatang, nabi palsu, katak-katak, raja, dan tentara itu mengira mereka punya peranan besar, tapi hanya Tuhan yang punya peran utama.
- 5 Baik naga dan binatang itu memiliki tujuh kepala, namun masing-masing disebut sebagai memiliki satu "mulut" (tunggal). Kita kembali diingatkan bahwa kita sedang melihat sebuah penglihatan, bukan sesuatu yang benar secara harfiah.
- 6 Kata "keluar" ditambahkan oleh para penerjemah. Beberapa penulis berpendapat bahwa katak-katak itu dimuntahkan.
- 7 Yohanes tidak mengatakan bahwa roh-roh najis itu adalah katak, tetapi mereka menyerupai katak. Diasumsikan bahwa, dalam penglihatan itu, mereka mirip katak (sehingga ilustrasi kita menunjukkan tiga katak), tapi itu mungkin tidak benar sama sekali. Apa yang ada di dalam pikiran Yohanes mungkin karakteristik roh-roh lain tertentu yang mengingatkan dia kepada katak.
- 8 Katak tidak secara khusus disebut di dalam Imamat 11; tetapi jika katak dianggap sebagai makhluk darat, binatang ini haram karena tidak memiliki kuku belah dan tidak memamah biak. Jika ia dianggap sebagai makhluk air, binatang ini haram karena tidak memiliki sirip dan sisik.
- 9 Para komentator lainnya hanya menekankan sifat menjijikkan dari katak; bahkan hari ini, katak secara universal dianggap makhluk yang menjijikkan. Beberapa penulis mencatat bahwa katak secara khusus tepat untuk bertindak sebagai wakil binatang laut dan binatang darat karena mereka adalah amfibi (bisa hidup di darat dan di air).
- 10 West Point adalah sebuah fasilitas yang melatih para pejabat untuk tentara Amerika. Gantilah dengan fasilitas serupa yang terdapat di negara Anda sendiri.
- 11 Kermit adalah boneka katak yang terkenal di Amerika Serikat, bagian dari program hiburan pendidikan anak-anak yang disebut "The Muppet Show." Gantilah istilah katak dengan istilah yang familiar bagi pendengar Anda.
- 12 Ya, saya tahu bahwa katak memiliki fungsi yang dimaksudkan Allah bagi mereka dan bahwa mereka punya peranan mereka di dunia milik Allah. Saya juga tahu bahwa kaki katak dimakan oleh manusia, bahwa katak adalah bagian dari rantai makanan di alam, bahwa racun yang berguna diambil dari katak tertentu, dan bahwa katak digunakan dalam penelitian. Saya sudah terlalu banyak menuliskan hal ini.
- 13 Karena demon adalah roh, pernah dikatakan bahwa terjemahan yang lebih pas adalah "roh-roh jahat." Terjemahan Phillips (J. B. Phillips, The New Testament in Modern English) menulis "roh-roh diabolical."
- 14 Lihat komentar tentang 13:13-15 dalam pelajaran "Penipu Ulung," dalam "Wahyu, 7."
- 15 Pasal 17 menekankan pengaruh yang Roma miliki atas penguasa-penguasa lain di dunia (17:02, 12, 13).
- 16 D. T. Niles, As Seeing the Invisible: A Study of the Book of Revelation (New York: Harper & Brothers, 1961), 85.
- 17 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 192-93. (Emphasis his.)
- 18 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 242.
- 19 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah tanpa mendahuluinya dengan pelajaran sebelumnya, Anda mungkin ingin mengomentari ayat 15, yang saya bahas secara singkat dalam pelajaran sebelumnya. Ayat itu juga menekankan bahwa pertempuran yang direncanakan ditakdirkan gagal.
- 20 Tanda untuk "napas lembut" bentuknya seperti apostrofi; tanda untuk "napas berat" bentuknya seperti apostrofi terbalik.
- 21 Satu masalah mengenai ejaan dan arti kata "Armagedon" adalah bahwa kata itu tidak muncul di tempat lain di dalam Kitab Suci dan hanya muncul sekali ini di dalam kitab Wahyu.
- 22 Arti sebenarnya "Megido" masih diperdebatkan. Beberapa orang beranggapan artinya adalah "tempat tentara" atau "tempat pembantaian."
- 23 John D. Davis, A Dictionary of the Bible, 4th rev. ed. (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1956), 489.
- 24 Sejarawan tanpa nama dikutip dalam Albert H. Baldinger, Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1960), 91. Banyak pertempuran penting telah terjadi di Megido selain yang disebutkan di dalam Alkitab (termasuk yang melibatkan Napoleon Bonaparte), tetapi pertempuran itu tidak disinggung karena tampaknya tidak berhubungan dengan nas itu.
- 25 Henry B. Swete, The Apocalypse of St. John (Cambridge: MacMillan Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 209.
- 26 Baldinger, 90.
- 27 Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 336.
- 28 Kota Megido meminjamkan namanya untuk wilayah dataran terdekat dengannya.
- 29 George Eldon Ladd, A Commentary on the Revelation of John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 216.
- 30 Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 301.
- 31 Morris, 193.
- 32 G. R. Beasley-Murray, The Book of Revelation, The New Century Bible Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1974), 245.
- 33 M. Robert Mulholland Jr., Holy Living in an Unholy World: Revelation, The Francis Asbury Press Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Francis Asbury Press, Zondervan Publishing House, 1990), 271.
- 34 Lihat catatan tentang "perbedaan" dalam pelajaran "Menyalahkan Allah Atas Masalah Kita."
- 35 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 376.
- 36 James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 101.
- 37 Karena kitab Wahyu menggunakan istilah "peperangan," mungkin pendengar Anda akan bingung mendengar Anda mengatakan "tidak ada peperangan." Intinya adalah bahwa kekuatan jahat berkumpul dengan tujuan melancarkan "perang," tapi perang itu tidak pernah terjadi. Saya ingat kejadian waktu taman kanak-kanak ketika dua bocah laki-laki bersiap untuk berkelahi, tapi seorang guru turun tangan dan menghentikan mereka. Jadi sebenarnya tidak ada perkelahian yang terjadi.
- 38 Hailey, 336-37.
- 39 Coffman, 376.
- 40 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 189.
- 41 Rubel Shelly, The Lamb and His Enemies: Understanding the Book of Revelation (Nashville: 20th Century Christian Foundation, 1983), 98.
- 42 Pasal 16 juga memberikan kita jaminan bahwa musuh-musuh kita akan dikalahkan oleh Tuhan.
- 43 Beberapa penulis mengacukan peperangan rohani di mana setiap orang terlibat sebagai "Armagedon." Tujuan mereka adalah (1) untuk menunjukkan bahwa Armagedon bukanlah pertempuran yang terjadi di suatu tempat di Palestina; (2) untuk menekankan bahwa pertempuran yang penting adalah bersifat rohani, bukan fisik; (3) untuk membuat penerapan pribadi. Namun demikian, mengacukan pergumulan kita sebagai "Armagedon" membingungkan masalah itu, dan saya memilih untuk tidak melakukannya. Beberapa orang membatasi istilah mereka dan menggunakan frase seperti "Armagedon pribadi Anda" dan "Armagedon mini." Anda perlu menggunakan penilaian Anda sendiri dalam hal ini
- 44 Owen L. Crouch, Expository Preaching and Teaching: Revelation (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1985), 287.
- 45 W. B. West Jr., Revelation Through First-Century Glasses, ed. Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 110.
- 46 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, Anda tentu ingin memberitahu para pendengar Anda cara untuk memiliki hubungan yang benar dengan Allah, sehingga Ia dapat membantu mereka memperoleh kemenangan.
- 47 West, 110-13.
- 48 Baldinger, 92-94.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KETIKA ALLAH MEMADAMKAN LAMPU
WAHYU 18:1-24
Bruce Metzger menggambarkan Wahyu 17 dan 18 sebagai "kemenangan fiktif kekuatan imajinatif."...
KETIKA ALLAH MEMADAMKAN LAMPU
Bruce Metzger menggambarkan Wahyu 17 dan 18 sebagai "kemenangan fiktif kekuatan imajinatif."1Daniel Russell mengatakan bahwa Wahyu 18 "merupakan salah satu pasal hebat kitab Wahyu.… Dibaca dengan keras, pasal ini merupakan puisi yang mulia, indah, mengerikan, mengesankan."2
Pesan di dalam pasal 18 dimodelkan menurut pelbagai pengumuman azab Perjanjian Lama—seperti mengenai Niniwe (Zefanya 2), Edom (Yesaya 34), dan Israel (Amos 5). Nas itu secara khusus mengingatkan kita tentang nyanyian penguburan yang memberitakan kejatuhan Babel dan Tirus (Yesaya 13; 14; 21; Yeremia 50, 51; Yehezkiel 26; 27). Penggunaan terminologi Perjanjian Lama meletakkan pola bagi pasal itu; tetapi, yang lebih penting, terminologi itu mengingatkan para pembaca abad pertama tentang pelbagai ramalan Perjanjian Lama yang telah tergenapi secara tepat seperti yang Allah katakan. Dengan demikian, mereka diyakinkan kembali bahwa jika Allah mengatakan Babel (yaitu, Roma) akan jatuh, ia akan jatuh.
Pasal 18 memiliki tiga bagian (ay. 1-8, ay. 9-19, ay. 20-24), masing-masing berpusat pada tema kejatuhan Babel. Apa yang paling menyentuh hati saya adalah adegan-adegan yang tak bisa dilupakan yang menggambarkan kota yang ditinggalkan: Tidak lagi dihuni manusia (ay. 22, 23), kota itu hanya akan menjadi rumah bagi makhluk-makhluk najis (ay. 2). Babylon diberitahu, "Dan cahaya lampu tidak akan bersinar lagi di dalammu" (ay. 23a). Kegelapan dan kesepian akan memerintah di kota yang dulunya sombong itu.
Untuk mengikat tiga bagian itu bersama-sama dan untuk menekankan pelbagai konsekuensi dosa, saya ingin bicara tentang "ketika Allah mamadamkan lampu." Kita akan meluangkan waktu bagi rincian-rincian itu, namun rincian bukan aspek yang paling penting dari nas itu. Seperti yang Michael Wilcock tekankan, lebih penting memahami ancamannya daripada memahami maknanya.3
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 18:1-24)
Seraya saya menutup pelajaran ini, izinkan saya membuat jelas bahwa tujuan Allah di pasal 18 bukan untuk memerinci secara ...
KESIMPULAN (Wahyu 18:1-24)
Seraya saya menutup pelajaran ini, izinkan saya membuat jelas bahwa tujuan Allah di pasal 18 bukan untuk memerinci secara tepat bagaimana Roma akan jatuh atau untuk menggambarkan Roma setelah runtuh. Di awal dan di akhir pasal itu, kota itu digambarkan sebagai terbengkalai dan dipenuhi dengan binatang-binatang liar, tetapi di tempat lain ia digambarkan sebagai terbakar (18:9, 18). Di pasal berikutnya, akan dikatakan bahwa "asapnya naik sampai selama-lamanya" (19:3). Sebuah timbunan yang membara terus-menerus hampir tidak akan menjadi tempat tinggal yang cocok bagi makhluk hidup apa saja. Kita harus jangan mengartikan gambaran itu secara harfiah, namun secara simbolis.
Saya telah menjelaskan bagaimana pelbagai ramalan tentang Babel kuno pada akhirnya digenapi secara harfiah, tapi nubuatan-nubuatan itu bahkan lebih mempedulikan fakta kejatuhannya daripada rinciannya. Babel jatuh ketika Media-Persia mengambil alih, tapi ia terus menjadi kota yang indah selama bertahun-tahun. Dua ratus tahun kemudian, Alexander Yang Agung menjadikan Babel "rumahnya yang jauh dari rumah"; ia berada di sana ketika ia mati. Simbolisme yang digunakan oleh Yesaya dan yang lain-lainnya tidak terlalu menggambarkan penderitaan terakhir Babel melainkan untuk menyatakan secara dramatis bahwa, sebagai kekuatan universal, hari-hari Babel sudah dihitung.
Meski begitu, pelbagai adegan sedih di dalam pasal 18 tidak dapat dianggap sebagai foto-foto Roma yang runtuh. Sekarang ini, kota Roma masih ada; kota itu adalah ibu kota Italia yang sangat sibuk. Namun begitu, di jantung kota metropolitan itu terdapat reruntuhan tak bersuara dari Forum Romawi, hanya dikunjungi oleh mereka yang tertarik kepada sejarah kuno—sebuah pengingat yang dramatis bahwa ketika Allah mengatakan bencana menanti Anda di depan, Anda bisa mempercayainya!
Beberapa orang mungkin bertanya-tanya apa yang benar-benar terjadi terhadap kota Roma.
Seperti halnya dengan begitu banyak penghakiman Allah, penggenapan itu sesungguhnya berlangsung perlahan-lahan, tapi akhirnya secara tiba-tiba. Selama berabad-abad Roma membusuk dan merosot, racun moral menginfeksi seluruh hidupnya. Kemudian selama seminggu yang naas pada bulan Agustus tahun 410
Masehi, [raja] Alaric, bersama gerombolan Goth-nya dari utara, menjarah Roma dan menghancurkan sepenuhnya kota itu.45
Pada 455, kaum Vandal menjarah kota itu selama dua minggu. Pada 476, panglima Odoacer dari Jerman menggulingkan kaisar terakhir dan mengakhiri kekaisaran itu.46
Allah berfirman Roma akan jatuh—dan itu terjadi.
Peringatan dari Wahyu 18 itu tidak dimaksudkan hanya untuk Roma, tetapi untuk semua orang yang menentang Tuhan: Pasal itu merupakan peringatan bagi setiap bangsa.47Setiap warga negara yang peduli harus bertanya, "Berapa lamakah sebelum 'tumpukan dosa kita' menyentuh langit?" Alkitab berkata, "Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa" (Amsal 14:34). Pasal ini juga merupakan peringatan kepada kota-kota, pelbagai lingkungan, pelbagai masyarakat, pusat-pusat filsafat humanistik—kepada siapa saja dan setiap orang yang berpikir bahwa ia bisa hidup tanpa Allah.
Jika kita mau mendapat manfaat paling besar dari pasal 18, marilah kita membuat penerapan untuk diri kita sendiri: Ketika kita ditimbang dengan neraca Allah, apakah mungkin bahwa timbangan kita ringan?
Apakah bencana rohani menunggu kecuali kita berbalik kepada Allah? Ya! Pasal 18 tidak meninggalkan keraguan bahwa Allah serius tentang dosa—dan kita juga harus begitu! Jika Anda memiliki kebutuhan rohani, jangan menunggu. Selesaikanlah masalah itu sekarang juga!48
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Bacadan renungkanlah ayat-ayat Perjanjian Lama tentang kehancuran yang tercermin di dalam pasal 18. Mengapa Anda pikir pelbagai istilah yang serupa digunakan di dalam nas yang telah kita pelajari?
- 2. Mengapakah malaikat itu menggunakan keterangan kata kerja past tense di ayat 2? Apakah ini berarti bahwa Roma secara harfiah telah dihancurkan?
- 3. Apakah Anda pernah melihat sebuah bangunan yang terbengkalai dihuni oleh binatang-binatang "najis" (seperti adegan di dalam ayat 2)?
- 4. Ayat 3 menyiratkan bahwa keinginan untuk menjadi kaya adalah satu faktor dalam kehancuran Roma. Apakah salah mencari keuntungan? Kapankah upaya untuk memperoleh uang menjadi dosa?
- 5. Diskusikanlah ungkapan "berikanlah kepadanya dua kali lipat" (ay. 6) dan pelbagai maknanya yang mungkin. Menurut Anda apakah artinya?
- 6. Apakah ungkapan "satu hari" dan "satu jam" harus dipahami secara harfiah atau simbolis? Apakah makna simbolis mereka?
- 7. Apa sajakah tiga kelompok yang digambarkan menangisi kejatuhan Roma? Mengapakah mereka menangis? Mengapakah mereka "berdiri jauh-jauh"?
- 8. Apakah makna simbolis dari malaikat melemparkan batu kilangan ke dalam laut?
- 9. Berapa kalikah istilah "tidak … lagi "(atau persamaannya) ditemukan di bagian akhir pasal ini? Apakah arti istilah ini?
- 10. Terapkanlah gambaran ayat 22 dan 23 kepada kota kecil atau kota di mana Anda tinggal (atau kota kecil atau kota terdekat). Apakah pendapat Anda jika Anda berjalan melalui sebuah kota seperti itu?
- 11. Diskusikanlah apa yang benar-benar terjadi terhadap Roma.
- 12. Pelajaran praktis apa sajakah yang Anda pikir harus kita pelajari dari pasal 18 ini?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Jim McGuiggan menyebut pasal 18 "berita kematian Babel"49Ini akan menjadi judul dan tema yang baik. Sebuah kantor surat kabar memiliki departemen yang disebut "kamar mayat," di dalam mana (di antara berkas-berkas lainnya) berita kematian orang-orang terkenal yang masih hidup ditulis lebih dulu. Wahyu 18 adalah berita kematian Roma, ditulis oleh tangan Allah sebelum fakta itu terjadi.
Warren Wiersbe menggunakan kata "suara" untuk menguraikan pasal ini: (1) Suara Penghukuman (ay. 1-3); Suara Pemisahan (ay. 4-8); Suara Ratapan (ay. 9-19); Suara Perayaan (ay. 20-24). Owen Crouch menyebut pasal ini "Deklarasi Bencana"; ia pertama kali membahas deklarasi dari sorga (ay. 1-8, 20-24), lalu deklarasi dari bumi (ay. 9-19).
Berikut ini adalah judul-judul lain yang memungkinkan untuk pasal itu: "Kemegahan Milik Roma"; "Runtuhnya Kesombongan"; "Hukuman Kekuasaan"; "Ditakdirkan Mendapat Bencana"; "Mereka Semakin Besar"; "Kitab Ratapan Iblis."
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Bruce M. Metzger, Breaking the Code: Understanding the Book of Revelation (Nashville: Abingdon Press, 1993), 85.
2 Daniel Russel...
Catatan Akhir:
- 1 Bruce M. Metzger, Breaking the Code: Understanding the Book of Revelation (Nashville: Abingdon Press, 1993), 85.
- 2 Daniel Russell, Preaching the Apocalypse (New York: Abingdon Press, 1935), 206.
- 3 Michael Wilcock, I Saw Heaven Opened: The Message of Revelation, The Bible Speaks Today Series (Downers Grove, Ill.: Intervarsity Press, 1975), 166.
- 4 Ini adalah salah satu dari sedikit tempat di dalam kitab Wahyu di mana malaikat dikatakan memiliki kuasa. Pengumuman malaikat itu memiliki arti besar; Yohanes dan para pembacanya perlu tahu bahwa itu diucapkan dengan kuasa.
- 5 Lihat Keluaran 34:29-35; Mazmur 104:2; Yehezkiel 43:1-5; 1 Timotius 6:16.
- 6 Lihat Yesaya 21:9.
- 7 Metzger, 87.
- 8 Belakangan, di ayat 8, future tense akan digunakan untuk membicarakan kehancuran Roma. Di sepanjang pasal ini, keterangan kata kerja (tense) bergerak bolak-balik antara masa lalu, masa kini, dan masa depan: Kejadian itu sepertinya sudah pasti terjadi sehingga kejadian itu bisa diucapkan sebagai sudah terjadi di masa lalu; kejadian itu bisa diucapkan sebagai sedang terjadi saat ini karena para agen kehancuran sudah berada di tempat; tetapi sesungguhnya kejadian itu masih berada di masa depan.
- 9 Arti utama dari kata Yunani yang digunakan di sini adalah "penjara, tawan, atau kandang" (lihat KJV). Paralelisme nas ini akan menunjukkan bahwa, dalam nas ini, kata itu pada dasarnya digunakan sebagai sinonim untuk "tempat tinggal."
- 10 Seperti yang sering terjadi di kitab Wahyu, yang digunakan adalah gambaran Perjanjian Lama. Perjanjian Lama memiliki peraturan tentang burung-burung yang "najis" (Imamat 11). Pada dasarnya, burung yang najis adalah burung pemangsa, burung yang biasanya tidak dimakan.
- 11 Bandingkanlah ayat 2b dengan Yesaya 13:20-22; 34:10-15; Yeremia 51:37.
- 12 J. W. Roberts, The Revelation to John (The Apocalypse), The Living Word Commentary Series (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1974), 146.
- 13 William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 151.
- 14 Roberts, 146.
- 15 Merrill C. Tenney, Proclaiming the New Testament: The Book of Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1963), 90.
- 16 Kata Yunani yang diterjemahkan "hawa nafsu" di sini bisa juga diterjemahkan "murka" (lihat KJV).
- 17 Dalam teks aslinya, kalimat itu secara literal terbaca "kekuatan kemewahannya."
- 18 G. B. Caird, A Commentary on the Revelation of St. John the Divine (London: Adam & Charles Black, 1966), 223.
- 19 Suara itu berbicara untuk Allah (perhatikan ungkapan "umat-Ku"), tapi jelas bukan Allah karena dalam ayat 5 Allah dibicarakan dalam bentuk orang ketiga. Beberapa orang berspekulasi bahwa pembicara itu adalah Kristus.
- 20 Teks itu tidak mengidentifikasi para agen pembalas. Kata-kata itu bisa saja ditujukan kepada orang-orang yang pasal 17 katakan akan bertanggung jawab atas kematian Babel (Rome) (17:16)-atau, kata-kata itu bisa saja sekedar ditujukan kepada para malaikat pembalas.
- 21 Kelayakan hukuman Roma terlihat dalam fakta bahwa cawan yang sama yang ia gunakan untuk memabukkan bangsa-bangsa akan menjadi cawan yang dipenuhi dengan murka Allah.
- 22 I. T. Beckwith, The Apocalypse of John, 715. Dikutip dalam Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 325.. "Dua kali lipat [ganda]" kadang-kadang digunakan dalam arti penduplikasian, seperti ketika kita berbicara tentang seseorang sebagai "ganda" orang lain. Dengan kata lain, mereka berdua itu pada dasarnya sama.
- 23 Bandingkanlah ayat 7a dengan paruh kedua Yeremia 50:29.
- 24 Kata Yunani di sini adalah kata untuk "kematian," dan beberapa terjemahan menulis "kematian" (lihat KJV). Kata itu bisa juga berarti "penyakit sampar." Lihat catatan tentang penyakit sampar dan kelaparan dalam pelajaran "Gemuruh Derap Kaki Kuda," dalam "Wahyu, 3," dan "Tidak Ada Kejutan!," dalam "Wahyu, 4."
- 25 Bandingkanlah kalimat ini dengan kalimat Yesaya 47:9. Lihatlah catatan tentang simbolisme angka "satu" di dalam pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!," dalam "Wahyu, 1."
- 26 Bandingkanlah ayat 9 sampai 19 dengan ratapan Yehezkiel atas Tirus (Yehezkiel 27).
- 27 Beberapa terjemahan memiliki kata "sayang" di sini (lihat KJV), tapi kata itu sama dengan kata lain yang diterjemahkan "celaka." Kata itu diulang dua kali di sini dan di ayat 16 dan 19 sebagai penekanan.
- 28 Ungkapan "penghakimanmu" menunjukkan "penghakiman yang layak engkau terima" dan menyiratkan "penghakiman yang kau timbulkan ke atas dirimu sendiri."
- 29 Rubel Shelly, The Lamb and His Enemies: Understanding the Book of Revelation (Nashville: 20th Century Christian Foundation, 1983), 99.
- 30 Beberapa terjemahan menulis "barang dagangan" (lihat KJV), tetapi "kargo" adalah terjemahan harfiahnya.
- 31 Frank Pack, Revelation, Part 2, The Living Word Series (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 37.
- 32 Kata Yunani yang diterjemahkan "nakhoda kapal" mengacu kepada jurumudi atau pilot daripada kepada pemilik kapal.
- 33 Teks aslinya berbunyi "setiap orang yang berlayar ke suatu tempat." Selain para penumpang, ini akan mencakup orang-orang yang mengawal kargo-kargo itu dan mungkin orang-orang yang lain.
- 34 Bandingkan pertanyaan ini dengan Yehezkiel 27:32b.
- 35 Melontarkan debu di atas kepala adalah suatu simbol kesedihan kuno (lihat Yehezkiel 27:30) mirip dengan pengoyakan pakaian (Kisah 14:14). Sebagian besar dari kita tidak lagi menggunakan simbol-simbol itu, namun setiap masyarakat masih memiliki simbol-simbol kesedihannya (seperti memakai warna hitam di beberapa masyarakat).
- 36 Format beberapa terjemahan akan membuat ini terlihat bahwa kata-kata ini diucapkan oleh para pelaut itu, tapi kata-kata itu tidak akan sesuai dengan karakter mereka.
- 37 Untuk contoh Perjanjian Lama tentang jenis vonis ini, lihat Ulangan 19:16-21.
- 38 Ini adalah "malaikat kuat," ketiga yang disebut di kitab ini (lihat 5:2; 10:1).
- 39 Bandingkan tindakan ini dengan insiden yang diceritakan di Yeremia 51:59-64; lihat juga Markus 9:42.
- 40 Russell, 211.
- 41 Jika ada makna simbolik dalam fakta bahwa ungkapan itu ditemukan enam kali, mungkin itu gagasan kegagalan. (Untuk makna simbolis angka "enam," lihatlah pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!" dalam "Wahyu, 1").
- 42 Kata Yunani yang diterjemahkan "penyanyi-penyanyi" berarti "orang yang ahli dalam musik." Ini bisa mengacu kepada para penyanyi, dan dalam konteks ini mungkin seperti itu. Alkitab RSV menulis "penyanyi pengembara."
- 43 Kita tidak tahu apakah jalan-jalan di Roma memiliki lampu, tetapi rumah-rumah orang kaya terang benderang. Bahkan rumah-rumah yang sederhana memiliki lampu, dan prosesi penyalaan obor melalui jalan-jalan adalah hal umum.
- 44 Bandingkanlah ayat 22 dan 23 dengan Yesaya 24:8; Yeremia 25:10; Yehezkiel 26:13. Bagian yang dramatis ini dapat sangat diperluas. Bayangkanlah akan seperti apa jadinya jika ayat 22 dan 23 menggambarkan tempat di mana Anda tinggal.
- 45 Metzger, 87.
- 46 Shelly, 99.
- 47 Banyak komentari membuat peenrapan khusus kepada Amerika Lihat, misalnya, Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 366, 371-72. Buatlah peenrapan kepada bangsa Anda sendiri.
- 48 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah, beritahukanlah para pendengar bagaimana mengurus kebutuhan rohani mereka. Untuk daftar Kitab Suci yang membantu masalah ini, lihat catatan kaki 50 dalam pelajaran "Ditimbang Dengan Neraca." "Pergilah Kamu, Hai Umat-Ku."
- 49 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 249.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "DITIMBANG DENGAN NERACA"
WAHYU 18:3-17, 22-24
Belsyazar, raja Babel, mengadakan perjamuan besar untuk seribu pembesarnya.1Pada puncak per...
"DITIMBANG DENGAN NERACA"
Belsyazar, raja Babel, mengadakan perjamuan besar untuk seribu pembesarnya.1Pada puncak perjamuan itu, raja meminta perkakas dari emas dan perak yang diambil dari Bait Suci di Yerusalem dikeluarkan. Gelak tawa pastinya menggema di seluruh ruangan pesta itu ketika para peserta pesta itu minum anggur dari perkakas sakral itu dan mengolok-olok Allah orang Ibrani.2Namun begitu, tawa itu pastinya terhenti ketika tangan tanpa tubuh muncul dan mulai menulis di dinding: "Mene,3mene, tekel4ufarsin"5(Daniel 5:25).
Raja itu diberitahu bahwa kata-kata itu memiliki tiga makna: (1) Allah telah menghitung masa pemerintahan kerajaannya, dan pemerintahan itu telah diakhiri (ay. 26); (2) ia telah "ditimbang dengan neraca dan … didapati kurang" (ay. 27; KJV), dan (3) kerajaannya akan dipecah dan diserahkan ke tangan orang Media dan Persia (ay. 28). "Pada malam itu juga Belsyazar, raja Babel, dibunuh (ay. 30; New Living Translation). Seperti yang telah dinubuatkan, kota Babel jatuh ke tangan bangsa Media-Persia (ay. 31).
Imbangan Perjanjian Baru bagi Babel kuno adalah kota Roma, yang disebut "Babel, kota besar" dalam Kitab Wahyu.6"Tulisan tangan di dinding" untuk Roma ditemukan di dalam Wahyu 18. Daniel Russell mengatakan bahwa ini "adalah salah satu pasal yang paling mudah untuk dipahami."7Pesan yang sama diulang berkali-kali: "Babel (yaitu, Roma) dihukum." Kita nanti akan menyurvei pasal itu secara keseluruhan, tapi pada saat ini saya ingin menarik dari teks itu apa yang diungkapkan tentang Roma.8Ketika kota besar itu ditimbang dengan neraca keadilan Allah, mengapakah kota itu didapati kurang? Pasal 18 berisi pelbagai pelajaran untuk setiap kota—dan setiap warga negara.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 18:3-17, 22-24)
Dalam pelajaran kita berikutnya, kita akan membahas bagaimana neraca itu diseimbangkan, ketika Allah membalas Roma ...
KESIMPULAN (Wahyu 18:3-17, 22-24)
Dalam pelajaran kita berikutnya, kita akan membahas bagaimana neraca itu diseimbangkan, ketika Allah membalas Roma sesuai perbuatannya (18:6, 7); tetapi untuk saat ini, saya ingin menekankan mengapa Roma "ditimbang dengan neraca, dan didapati terlalu ringan." Teks kita telah menyarankan setidaknya enam alasan: Ia cantik, tetapi dosa-dosanya telah mencapai langit. Ia kuat, tapi ia telah menggunakan pengaruhnya untuk kejahatan bukannya kebaikan. Ia populer tapi penuh dengan kesombongan. Ia kaya tapi boros luar biasa. Ia sukses tapi tidak punya kepedulian terhadap orang lain. Faktor terakhir (di mana faktor ini saja akan sudah cukup untuk membuat timbangan itu miring ke arah "bersalah") adalah bahwa ia telah membunuh orang-orang kudus.
Jangan salah pahami saya. Izinkan saya mengatakan lagi bahwa tidak ada yang salah dengan menjadi cantik, berkuasa, populer, kaya, atau sukses—selama kita mengakui bahwa pelbagai berkat kita itu berasal dari Allah, dan selama kita menggunakan mereka untuk memuliakan Dia dan menjadi berkat bagi kehidupan orang lain. Terlalu sering, hal itu tidak terjadi. Paulus mengatakan bahwa "mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan" (1 Timotius 6:9). Pernyataan yang sama dapat dibuat tentang mereka yang tujuan hidupnya adalah untuk menjadi cantik, kuat, populer, atau sukses.
Dalam pelajaran nanti kita akan menekankan nasihat ayat 4: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya." Mengenai inti pelajaran kita sekarang ini, marilah kita membuat penerapan ini: Jangan menerima sistem nilai kehidupan Babel. Babel/Roma sekarang ini melambangkan dunia yang sedang mencoba untuk memikat kita. Kita harus berhati-hati untuk tidak menerima sistem nilainya. Paulus mengatakannya seperti ini: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Roma 12:2 ).
Marilah kita lari kepada Tuhan dan memegang Dia erat-erat, supaya jangan kita juga "ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan."50
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Bacalah kisah tulisan tangan di dinding dalam Daniel 5. Apakah Anda pikir cerita itu dapat diterapkan kepada Babel, kota besar di Wahyu 18? Dapatkah itu diterapkan kepada orang-orang zaman kini?
- 2. Diskusikanlah dosa-dosa di zaman Perjanjian Baru seperti diuraikan di dalam Roma 1:24-32. Apakah dosa-dosa yang sama itu umum terdapat sekarang ini?
- 3. Apakah Anda pikir Amsal 14:34 masih benar? Apakah nas itu memiliki pesan untuk bangsa di mana Anda tinggal?
- 4. Apakah Alkitab mengajarkan bahwa setiap orang memiliki pengaruh— termasuk Anda? Berikanlah contoh orang-orang yang telah mempengaruhi Anda baik secara negatif maupun secara positif.
- 5. Alkitab penuh dengan peringatan terhadap kesombongan. Dapatkah Anda memikirkan pelbagai peringatan lain dalam Alkitab selain yang diberikan dalam pelajaran ini?
- 6. Diskusikanlah konsep Alkitab tentang kepelayanan. Beritahukanlah bagaimana konsep ini mengajarkan kita untuk tidak boros.
- 7. Istilah "boros" memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda (lihat Matius 26:8). Apakah arti kata itu bagi Anda?
- 8. Sudah sering dikatakan bahwa inti setiap dosa adalah keegoisan. Apakah sulit untuk tidak menjadi egois?
- 9. Teks untuk pelajaran kita memberikan pandangan negatif tentang perbudakan. Perjanjian Baru pada umumnya mengutuk perbudakan lewat prinsip bukan lewat perintah. Mengapa Anda punya anggapan seperti itu? Prinsip-prinsip Alkitab yang manakah yang mendorong orang untuk mengakhiri perbudakan?
- 10. Roma mempengaruhi dunia untuk menerima sistem nilainya. Apakah dunia masih mempengaruhi banyak orang untuk menerima sistem nilainya? Bagaimanakah kita bisa terhindar dari terpengaruh dunia?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Anda dapat mengganti ungkapan pada judul utama dengan "Cantik tapi Buruk"; "Sukses tapi Egois"; "Kaya tapi Boros." Anda bahkan mungkin lebih menyukai terminologi yang lebih sederhana yang digunakan dalam ringkasan di awal kesimpulan.
Jika diinginkan, pasal 18 dapat dibahas dalam satu pelajaran. Gunakanlah pelajaran berikutnya dalam seri ini, "Ketika Allah Memadamkan Lampu," untuk garis besar utama Anda. Kemudian tambahkanlah catatan dari pelajaran ini dan "Pergilah Kamu, Hai Umat-Ku."
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Pelbagai perjamuan seperti ini merupakan peristiwa yang menimbulkan kegaduhan yang sering berlangsung selama berhari-hari atau ber...
Catatan Akhir:
- 1 Pelbagai perjamuan seperti ini merupakan peristiwa yang menimbulkan kegaduhan yang sering berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu. Tidak akan terlalu salah untuk mengacukan ini sebagai "pesta pora mabuk."
- 2 Hal ini tersirat dalam bahasa Daniel 5:4: Karena bait suci di Yerusalem telah dihancurkan, mereka tentu akan sudah percaya bahwa Allah orang Israel lebih rendah daripada dewa-dewa mereka.
- 3 "Mene" berasal dari kata kerja Ibrani yang berarti "menghitung."
- 4 "Tekel" mungkin dari kata kerja Ibrani yang berarti "menimbang."
- 5 "Ufarsin" memiliki arti ganda. Itu berasal dari kata kerja Ibrani yang artinya "memecah." Juga, sebuah bentuk yang terkait dengan bahasa Ibrani adalah peres (lihat ay. 28), yang mirip dengan kata untuk "orang Persia" (lihat ay. 28 lagi).
- 6 Lihat pelajaran "Ketika Babel Mencoba Memikat Anda," dalam "Wahyu, 8."
- 7 Daniel Russell, Preaching the Apocalypse (New York: Abingdon Press, 1935), 206.
- 8 Rincian yang diberikan di pasal 18 dengan sempurnanya sesuai dengan kota Roma-bukti tambahan bahwa, di zaman Yohanes, "Babel, kota besa itur" adalah kota Roma.
- 9 Mutiara secara khusus dihargai di dunia kuno (lihat 21:21).
- 10 Edgar Allan Poe, "To Helen" (1831), st. 2. Dikutip dalam John Bartlett, Bartlett's Familiar Quotations, 16th ed., ed. Justin Kaplan (Boston: Little, Brown, and Co., 1992), 451.
- 11 E. A. Judge, "Rome," Baker Encyclopedia of Bible Places, consulting ed. John J. Bimson (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1995), 268.
- 12 "Bertimbun-timbun" adalah terjemahan dari kata Yunani yang secara harfiah berarti "direkatkan bersama."
- 13 Pasal 18 sebagian besar merupakan koleksi kutipan Perjanjian Lama, terutama dari nas-nas yang mengumumkan azab Babel dan Tirus. Misalnya, nas ini mencerminkan Yeremia 51:9. (Lihat Ezra 9:6.) Beberapa acuan Perjanjian Lama disebutkan di dalam pelajaran ini, beberapa di pelajaran berikutnya. Ciri khas pasal ini ini akan dibahas lebih lanjut dalam pelajaran berikutnya.
- 14 Thomas Fuller, "The Holy State and the Profane State" (1642). Dikutip dalam Lewis Copeland, ed., Popular Quotations for All Uses , rev. ed. (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1961), 414.
- 15 William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 145.
- 16 G. B. Caird, A Commentary on the Revelation of St. John the Divine (London: Adam & Charles Black, 1966), 226. Kapal Paulus merapat di pelabuhan Puteoli. Puteoli adalah pelabuhan utama kedatangan bagi wisatawan dari Mesir dan timur. Ostia, yang berada di muara Sungai Tiber, adalah pelabuhan utama Roma untuk kargo.
- 17 Lihat pelajaran "Penipu Ulung," dalam "Wahyu, 7."
- 18 Caird, 231.
- 19 George Eldon Ladd, A Commentary on the Revelation of John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 238-43.
- 20 Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 372. Anda mungkin ingin membuat penerapan untuk masyarakat di mana Anda tinggal-dan bagaimana materialisme telah mempengaruhi mereka yang hidup dalam masyarakat itu. Banyak komentator Amaerika menerapkan ini kepada Amerika.
- 21 Dikutip dalam Copeland, 243.
- 22 "Dalam dunia para penulis Alkitab seorang janda adalah par excellence dari kemiskinan dan ketidakberdayaan"(G. R. Beasley-Murray, The Book of Revelation, The New Century Bible Commentary Series [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1974], 266).
- 23 Bandingkanlah ayat 7 dengan Yesaya 47:7, 8.
- 24 Caird, 223.
- 25 Percy B. Shelley, "Ozymandias" (1817). Quoted in Bartlett, 406.
- 26 Bagian pelajaran ini akan memiliki penerapan yang berbeda, tergantung di mana Anda tinggal. Di beberapa bagian dunia, banyak orang hidup dalam kemewahan sementara beberapa orang hidup dalam kemiskinan. Di bagian lain dunia, sedikit orang hidup dalam kemewahan sementara sebagian besar hidup dalam kemiskinan. Terlepas dari situasinya, pemanjaan diri dan pemborosan adalah salah. Namun demikian, mari kita berhati-hati tidak hanya menunjuk kepada orang lain. Buatlah penerapan pribadi kepada mereka yang hadir. Masing-masing dari kita harus menyadari kebutuhan orang lain, terlepas dari betapa banyak atau betapa sedikit yang kita miliki.
- 27 Alkitab KJV memuat ungkapan kuno "hidup nikmat."
- 28 I. T. Beckwith, The Apocalypse of John, 713. Quoted in Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 324.
- 29 Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary, vol. 2 (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1989), 615.
- 30 Barclay, 155.
- 31 Banyak yang bisa ditulis tentang barang-barang yang terdaftar itu (dalam kata-kata asli Yunaninya dan apa yang mereka maksudkan). Misalnya, "kayu yang harum baunya" adalah jenis kayu impor yang langka yang didambakan karena pola unik uratnya. Sekali lagi, kata Yunani yang diterjemahkan "kereta" mengacu kepada kereta hias beroda empat yang dibuat untuk orang yang sangat kaya. Namun begitu, kata-kata bahasa Inggris/Indonesia yang digunakan adalah cukup jelas untuk memahami maksud yang dibuat oleh Roh Kudus.
- 32 Kata Yunani yang diterjemahkan "buah-buahan" ditemukan sekali ini saja dalam Perjanjian Baru; kata itu mengacu kepada buah-buahan yang matang atau yang mengandung banyak jus yang tersedia hanya pada puncak musimnya.
- 33 Ini adalah kata yang berbeda yang diterjemahkan "sensual" atau "mewah" di tempat lain di pasal ini. Kata Yunaninya secara harfiah mengacu kepada "hal-hal yang berlemak," tetapi kata itu diterjemahkan sebagai kata-kata Inggris yang memiliki cakupan luas dalam pelbagai terjemahan yang berbeda.
- 34 Kata Yunani ini berbicara tentang "apa yang bersinar."
- 35 Mounce, 329. Informasi tambahan tentang kemewahan dan kecerobohan Roma diberikan dalam Barclay, 154-64.
- 36 Livy (Titus Livius; 59 S.M.-17 M.), "History" Dikutip dalam Copeland, 293.
- 37 Lihat juga Amsal 18:09 dalam KJV (meskipun kata "perusak" bisa berarti "orang yang menghancurkan"; lihat Alkitab NASB). Buatlah penerapan di mana Anda tinggal. Apa yang dipandang sebagai "pemborosan" adalah subyektif, tergantung pada masyarakat di mana seseorang hidup dan bagaimana seseorang dibesarkan. Apa yang "boros" bagi satu orang bisa jadi tidak boros bagi yang lain (lihat Matius 26:8). Namun begitu, semua yang percaya Alkitab bisa sepakat pada prinsip umum bahwa pemborosan adalah salah.
- 38 Martin Franzmann menyebut ini "kata yang paling keras yang diucapkan tentang perbudakan di Perjanjian Baru," perhatikanlah bahwa nas itu "menandai kebrutalan yang mendasari pertunjukan yang mahal ini" (The Revelation to John [St. Louis: Concordia Publishing House, 1976], 122).
- 39 Beberapa orang memperkirakan sebanyak separuh penduduk Roma.
- 40 Wiersbe, 615. (Huruf miring oleh dia.)
- 41 Kata Yunani untuk "jiwa" kadang-kadang berarti "nyawa." Pasar budak disebut somatemporas, "tempat di mana jiwa-jiwa dijual."
- 42 Henry B. Swete, The Apocalypse of St. John (Cambridge: MacMillan Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 235.
- 43 Philip E. Hughes, The Book of the Revelation: A Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1990), 189.
- 44 Saya akan membiarkan Anda menyelesaikan daftar itu. Terapkanlah ini kepada masyarakat di mana Anda tinggal. Di Amerika, Jim McGuiggan akan menambahkan daya tarik alkohol dan tembakau, dan begitu juga dengan saya.
- 45 Dikutip dalam Herbert V. Prochnow, A Dictionary of Wit, Wisdom, & Satire (New York: Popular Library, 1964), 242.
- 46 "Nabi-nabi" dan "orang-orang kudus" bukanlah dua kelompok yang terpisah dan berbeda; "nabi-nabi" adalah golongan khusus di dalam golongan umum "orang-orang kudus" (orang Kristen). Kedua istilah itu bersama-sama sekedar menunjukkan semua orang Kristen yang sudah menjadi martir.
- 47 Bandingkanlah ayat 23b dan 24 dengan Yehezkiel 24:6, 7.
- 48 Beberapa orang percaya bahwa "semua orang yang dibunuh di bumi" mencakup semua orang yang tewas dalam pertempuran militer Roma (baik orang Kristen atau bukan). Meskipun hal ini bisa saja sesuai, namun penekanan di sini adalah tentang pembunuhan umat milik Allah.
- 49 Mounce, 335. Yesus membuat pernyatan yang serupa tentang Yerusalem dalam Matius 23:35.
- 50 Jika pelajaran ini digunakan sebagai materi khotbah, Anda harus mendorong para pendengar Anda untuk menjadi orang Kristen, atau kembali kepada Tuhan jika mereka adalah orang Kristen yang tidak setia. Nas-nas tentang menjadi orang Kristen mencakup Yohanes 3:16; Markus 16:16; Kisah 2:38; Ga latia 3:26, 27. Nas-nas tentang pemulihan mencakup Kisah 8:22; Yakobus 5:16; 1 Yohanes 1:9.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata...
"PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata "pengangkatan" tidak ada di dalam Alkitab; ajaran tentang Pengangkatan adalah anti-Alkitab. Dr Robert Kuat memberikan definisi doktrin itu:
Yang dimaksud dengan Pengangkatan adalah kedatangan Kristus yang tiba-tiba dan kemungkinan rahasia di angkasa untuk membawa pergi dari bumi tubuh-tubuh yang dibangkitkan dari orang-orang yang telah mati dalam iman dan juga orang-orang kudus yang hidup.1
Namun begitu, menurut Wahyu 1:7, setiap mata akan melihat Tuhan ketika Ia datang-bahkan orang-orang fasik yang telah menikam lambung-Nya! Tidak satu pun tentang masalah ini akan menjadi rahasia! Juga, seperti yang 1 Tesalonika 4:16 tegaskan, akan ada sorak-sorai pujian atas kembalinya Tuhan!
Kaum dispensasi menyatakan bahwa periode Pengangkatan berlangsung selama tujuh tahun. Selama masa ini orang-orang kudus hidup dalam damai, sementara orang-orang berdosa mengalami kesusahan besar di bumi. Sebaliknya, Tuhan mengajarkan di dua perumpamaan Matius 13 bahwa tidak akan ada pemisahan orang baik dan orang jahat sampai hari kiamat tiba. Bacalah dengan seksama cerita tentang lalang dan pukat tersebut. Juruselamat kita menekankan bahwa orang benar dan orang fasik akan hidup berdampingan sampai dipisahkan selamanya ke dalam sorga atau neraka. Di dalam Yohanes 6 Kristus sebanyak empat kali mengacukan hari kiamat itu. Sebelumnya, di dalam Yohanes 5:28, 29, Yesus berjanji bahwa semua orang yang berada di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya dan bangkit pada waktu yang sama untuk menerima penghakiman. Di sana hanya akan ada satu kebangkitan-terdiri dari orang baik dan orang jahat (Kisah 24:15).
Di dalam 1 Tesalonika 4 Paulus membahas secara khusus apa yang akan terjadi terhadap orang-orang kudus itu-baik yang mati maupun yang hidup-ketika sang Penebus datang. Pada halaman berikutnya Alkitab saya, di dalam 2 Tesalonika 1:4-10, rasul yang sama, mengenai masalah yang sama tentang kedatangan Kristus, kepada para pendengar yang sama-gereja Tesalonika-memberitahu kita bahwa ketika (keterangan waktu) Tuhan datang, Ia akan dikagumi oleh orang-orang kudus sementara orang fasik dibanjiri oleh murka Allah! Tidak ada tempat atau waktu yang telah disisihkan untuk apa yang disebut Pengangkatan. (Lihat Ibrani 9:27, 28.)
Di Efesus 4:4 kita ketahui bahwa di dalam agama Kristen ada satu harapan- bukan dua atau tiga, tapi hanya satu! Beberapa orang mengharapkan "bumi Allah yang dimuliakan," sementara yang lainnya dengan penuh gairah mengantisipasi Pengangkatan. Umat Kristen Perjanjian Baru mengharapkan sorga-tempat Maha Kudus (Ibrani 6:19, 20).
Di dalam 1 Timotius 6:13 14 dan 2 Timotius 4:8, kita menemukan beberapa ajaran yang menggabungkan kebangkitan orang mati, upah orang-orang kudus, penampakan Kristus yang penuh kemuliaan (Titus 2:13). Semua ini akan terjadi pada waktu yang sama (1 Korintus 15:52).
Dalam nas langsung setelah teks-bukti utama yang digunakan oleh guru-guru Pengangkatan, 1 Tesalonika 5:2, kita membaca kata-kata yang sangat jelas yang selamanya mengajarkan bahwa orang benar tidak akan diangkat sebelum Hari Penghakiman. (Secara khusus perhatikanlah 1 Tesalonika 5:3, 4, 10.) Sebaliknya, mereka akan hadir bersama orang-orang fasik sampai waktu ketika orang-orang fasik menerima hukuman. Pada waktu yang sama orang-orang benar akan menerima upah mereka.
Injil harus diberitakan oleh anak-anak Allah sampai akhir zaman (Matius 28:20), tetapi ini akan menjadi mustahil jika orang-orang kudus sudah diangkat tujuh tahun sebelum akhir zaman! Ada terlalu banyak masalah dengan pengajaran seperti itu bagi para pengiman Alkitab untuk menerima pelbagai gagasan anti-Alkitab seperti itu. Seperti yang dengan keraskan dinyatakan oleh Dr. Loraine Boettner, Yesus "mengatakan bahwa Ia akan membangkitkan mereka yang percaya kepada Dia pada hari kiamat (Yohanes 6:39, 40, 44, 54). Secara jelas tidak akan ada hari-hari lain setelah hari kiamat.2
Pada suatu hari nanti-pada hari yang hanya diketahui oleh Yehovah-(Matius 24:36), akhir dunia akan datang. Hanya mereka yang hidup dan mati dalam Kristus (lihat Yohanes 8:21; Wahyu 14:13) yang akan siap sedia dan dengan demikian sanggup berdiri (Wahyu 6:17). Betapa tragisnya bila tidak siap dan tidak mampu menyanyikan lagu manis penebusan!
Catatan Akhir:
- Robert Strong, The Presbyterian Guardian (25 February 1942), dikutip dalam Loraine Boettner, The Millennium(Philadelphia: Presbyterian and Reformed Publishing Co., 1957), 159.
- Disadur dari Johnny Ramsey Boettner, 169. (Huruf miring oleh dia.)
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi