Teks -- Ratapan 1:7 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yer 46:1--Rat 2:7; Rat 1:7
Full Life: Yer 46:1--Rat 2:7 - TENTANG BANGSA-BANGSA.
Nas : Yer 46:1-51:64
Pasal-pasal ini berisi aneka nubuat tentang hukuman ilahi atas
bangsa-bangsa asing. Yeremia ditahbiskan bukan untuk menjadi na...
Nas : Yer 46:1-51:64
Pasal-pasal ini berisi aneka nubuat tentang hukuman ilahi atas bangsa-bangsa asing. Yeremia ditahbiskan bukan untuk menjadi nabi kepada bangsa Yehuda saja, tetapi juga "nabi bagi bangsa-bangsa" (Yer 1:5).
Full Life: Rat 1:7 - TAK ADA PENOLONG BAGINYA.
Nas : Rat 1:7
Mereka yang mengikuti jalannya sendiri dan mengabaikan Roh Kudus
yang menginsyafkan hati mereka mungkin menemukan pada saat keperluan...
Nas : Rat 1:7
Mereka yang mengikuti jalannya sendiri dan mengabaikan Roh Kudus yang menginsyafkan hati mereka mungkin menemukan pada saat keperluan mereka bahwa tidak ada yang menolong mereka. Seorang dapat mencapai tingkat pemberontakan terhadap Allah ketika Ia akan menentukan malapetaka dan bukan berkat untuk mereka; akibat mengerikan seperti itu hanya dapat dielakkan dengan memelihara takut yang kudus akan Allah dan hukuman-Nya.
Jerusalem -> Rat 1:1-22; Rat 1:7
Jerusalem: Rat 1:1-22 - -- Dalam ratapan pertama ini pesajak berkata tentang keadaan malang dan menyedihkan yang telah menimpa kota Yerusalem. Pada Rat 1:9 kota Sion yang dipero...
Dalam ratapan pertama ini pesajak berkata tentang keadaan malang dan menyedihkan yang telah menimpa kota Yerusalem. Pada Rat 1:9 kota Sion yang diperorangkan sendiri angkat bicara. kembali ia angkat bicara dalam ayat 11b dan mengeluarkan keluhannya, Rat 1:12-16, disusul sebuah doa Rat 1:18 dst, yang berupa baik pengakuan dosa, baik pengucapan pengharapan baik kutukan atas musuh.
Jerusalem: Rat 1:7 - akan segala.... dahulu kala Bagian ini berupa sisipan yang mengganggu lancarnya sajak.
Bagian ini berupa sisipan yang mengganggu lancarnya sajak.
Ende -> Rat 1:1-22; Rat 1:7
Ende: Rat 1:1-22 - -- Bagian pertama (Rat 1:1-11) lagu perkabungan, jang diutjapkan si
penjair atas nama penduduk Jerusjalem itu, menggambarkan keadaan kota jang
direbut or...
Bagian pertama (Rat 1:1-11) lagu perkabungan, jang diutjapkan si penjair atas nama penduduk Jerusjalem itu, menggambarkan keadaan kota jang direbut orang2 Babel: lengang dan sunji sepi, karena penduduknja diangkut. Dalam bagian kedua (Rat 1:12-22) Jerusjalem sendiri, jang diperorangkan, angkat bitjara atas keruntuhannja, jang merupakan hukuman atas dosa2nja. Pokoknja sama dengan pokok bagian pertama, tetapi lebih serupa dengan lagu ratap, sehingga mendjadi suatu doa dan permohonan kepada Tuhan.
Ende: Rat 1:7 - -- Jerusjalem dibandingkan dengan wanita jang dirampasi perhiasannja (matabenda).
Ingatan akan kemuliaan dulu memberatkan kesedihan. Banjak ahli mengangg...
Jerusjalem dibandingkan dengan wanita jang dirampasi perhiasannja (matabenda). Ingatan akan kemuliaan dulu memberatkan kesedihan. Banjak ahli menganggap baris c sebagai tambahan; ahli2 lain mentjoret: pada masa....dst.
Ref. Silang FULL -> Rat 1:7
Ref. Silang FULL: Rat 1:7 - penolong baginya // dan tertawa · penolong baginya: 2Raj 14:26; 2Raj 14:26; Yer 37:7; Yer 37:7; Rat 4:17
· dan tertawa: Yer 2:26; Yer 2:26
· penolong baginya: 2Raj 14:26; [Lihat FULL. 2Raj 14:26]; Yer 37:7; [Lihat FULL. Yer 37:7]; Rat 4:17
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rat 1:1-11
Matthew Henry: Rat 1:1-11 - Kesengsaraan Yerusalem; Kesedihan Karena Kehilangan Hal Peribadatan
Kita temukan di sini abjad pertama dari ratapan ini, sebanyak dua puluh dua bait. Di sini, penderitaan Yerusalem diratapi dengan pahit dan kondi...
- Kita temukan di sini abjad pertama dari ratapan ini, sebanyak dua puluh dua bait. Di sini, penderitaan Yerusalem diratapi dengan pahit dan kondisinya saat itu yang menyedihkan semakin diperburuk karena dibandingkan dengan keadaannya sebelumnya yang sejahtera. Di seluruh bait dosa diakui dan dikeluhkan sebagai penyebab pasti semua penderitaan ini, dan Allah diminta melakukan keadilan terhadap musuh-musuh mereka serta didekati untuk berbelas kasihan kepada mereka. Seluruh pasal ini selaras bait-baitnya satu sama lain, dan sekali-sekali diselingi dengan beberapa celaan. Namun, di sini ada,
- I. Keluhan dikemukakan kepada Allah mengenai kemalangan mereka, dan pertimbangan-Nya yang penuh belas kasihan diharapkan (ay. 1-11).
- II. Keluhan yang sama dikemukakan kepada sahabat-sahabat mereka dan pertimbangan mereka yang penuh belas kasihan diharapkan (ay. 12-17).
- III. Seruan dinaikkan kepada Allah dan keadilan-Nya mengenai kemalangan mereka (ay. 18-22). Dalam seruan itu, Allah dinyatakan benar dalam penderitaan yang mereka alami dan dengan rendah hati Ia diminta untuk membenarkan diri-Nya dalam membebaskan mereka.
Kesengsaraan Yerusalem; Kesedihan Karena Kehilangan Hal Peribadatan (1:1-11)
- Mereka yang mudah tergerak hatinya untuk menangis dengan orang yang menangis, kita pikir pasti hampir tidak dapat menahan air mata saat membaca ayat-ayat ini. Amat memilukan semua ratapan ini.
- I. Kesengsaraan Yerusalem di sini dikeluhkan sebagai sangat menekan dan sangat diperhebat oleh berbagai keadaan. Marilah kita perhatikan semua kesengsaraan ini.
- 1. Mengenai keadaan negeri mereka.
- (1) Kota yang tadinya ramai sekarang tidak berpenduduk (ay. 1). Hal ini dibicarakan dengan perasaan heran. Siapa yang menyangka bisa sampai seperti ini! Atau dengan perasaan bertanya-tanya. Apa gerangan yang menyebabkan sampai seperti ini? Atau dengan ratapan. Celaka! Celaka! (lihat Why. 18:10, 16, 19) Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Kota itu tadinya ramai dengan bangsanya sendiri yang menyemarakkannya, dan dengan segala macam orang dari bangsa-bangsa lain yang terus datang mengunjunginya. Dengan bangsa-bangsa ini, kota itu tadinya menikmati keuntungan perniagaan dan pergaulan yang menyenangkan. Namun, sekarang bangsanya sendiri dibawa ke pembuangan, dan bangsa asing pun tidak tertarik kepadanya. Kota itu kini terpencil. Tempat-tempat utama sekarang bukan lagi seperti dahulu, tempat orang berkumpul dan tempat hikmat berseru nyaring (Ams. 1:20-21). Memang sudah sewajarnya tempat itu ditinggalkan dan tidak dikunjungi lagi, karena seruan hikmat di sana tidak didengarkan. Perhatikanlah, orang-orang yang tadinya sangat ditinggikan Allah, bisa direndahkan-Nya dalam sekejap. Laksana seorang jandalah ia! Rajanya yang tadinya, atau yang seharusnya, adalah suaminya, menceraikannya dan pergi. Allahnya telah meninggalkannya, dan memberinya surat cerai. Ia dipisahkan dari anak-anaknya, terkucilkan, dan bersedih hati sebagai janda. Janganlah ada keluarga, atau negeri, atau Yerusalem, atau bahkan Babel sekalipun, yang merasa aman dan berkata, aku bertakhta seperti ratu, dan tidak akan pernah jadi janda (Yes. 47:8; Why. 18:7).
- (2) Kota yang tadinya berkuasa sekarang ditundukkan. Kota itu tadinya agung di antara bangsa-bangsa. Bangsa yang satu amat mencintainya, sementara bangsa yang lain amat takut kepadanya, dan semua bangsa mengamatinya dan mengikutinya. Bangsa yang satu memberinya hadiah, sementara bangsa yang lain membayar pajak kepadanya. Sungguh ia tadinya ratu di antara kota-kota, dan setiap berkas sujud menyembah kepada berkasnya, bahkan para pemimpin bangsa-bangsa memohon bantuannya. Namun, sekarang keadaan berbalik, ia bukan hanya kehilangan teman-temannya dan terpencil, tetapi juga kehilangan kebebasannya dan harus membayar upeti. Awalnya, ia harus membayar upeti kepada Mesir, dan kemudian kepada Babel. Perhatikanlah, dosa bukan hanya membuat suatu bangsa terkucilkan, tetapi juga membawanya ke dalam perbudakan.
- (3) Kota yang tadinya penuh dengan kegembiraan sekarang menjadi murung dan penuh dengan kesedihan dalam segala hal. Yerusalem tadinya kota yang beria-ria, ke mana suku-suku berziarah untuk bersukaria di hadapan Tuhan. Kota itu tadinya kegirangan bagi seluruh bumi. Namun, sekarang tersedu-sedu ia menangis, tawanya berubah menjadi perkabungan, hari-hari pertemuan rayanya semua lenyap. Pada malam hari ia menangis, seperti orang yang sangat berkabung, menangis dengan sembunyi-sembunyi, dalam kesunyian dan kesendirian. Pada malam hari, saat yang lain tenang dan beristirahat, pikirannya hanya tertuju pada kesesakannya, dan kesedihan pun mulai menyiksanya. Nabi Yeremia sangat prihatin dengan keadaan dirinya, tetapi ia sendiri tidak mengindahkannya. Jadi sekarang mukanya penuh air, dan matanya jadi pancuran air mata sehingga siang malam ia menangis (Yer. 9:1). Air matanya terus bercucuran di pipi. Sekalipun tidak ada yang mengering secepat air mata, kesedihan demi kesedihan baru menyebabkan air mata baru sehingga pipinya tidak pernah bebas dari air mata. Perhatikanlah, tidak ada yang lebih lazim terlihat di bawah matahari daripada air mata orang-orang yang ditindas, yang bersama mereka, awan-awan datang kembali sesudah hujan (Pkh. 4:1).
- (4) Mereka yang tadinya dipisahkan dari bangsa-bangsa kafir, sekarang tinggal di tengah-tengah bangsa-bangsa kafir itu. Mereka yang tadinya bangsa yang dikhususkan, sekarang menjadi bangsa yang bercampur (ay. 3): Yehuda telah ditinggalkan penduduknya, keluar dari negerinya sendiri dan masuk ke dalam negeri seterunya. Di sana mereka tinggal, mungkin akan berdiam selamanya, di antara orang-orang asing yang tidak mengenal Allah dan perjanjian-perjanjian-Nya yang Ia janjikan. Dengan bangsa-bangsa itu, ia tidak mendapat ketenteraman, ketenangan pikiran, ataupun tempat tinggal yang tetap, tetapi terus diburu dari satu tempat ke tempat lain menurut perintah tiran angkuh yang berkuasa. Demikian pula (ay. 5): “Kanak-kanaknya berjalan di depan lawan sebagai tawanan. Anak-anak yang adalah benih generasi berikutnya dibawa pergi sehingga negeri itu, yang kini sunyi sepi, mungkin akan tetap sunyi sepi akibat tidak adanya ahli waris. Orang-orang yang tinggal di antara bangsanya sendiri, yang bebas, serta yang berdiam di tanahnya sendiri, pasti lebih bersyukur untuk kemurahan yang alhasil mereka nikmati, jika saja mereka mau memikirkan penderitaan orang-orang yang dipaksa pergi ke negeri-negeri asing.
- (5) Mereka yang biasanya menang dalam perang-perang, sekarang kalah dan ditaklukkan: Siapa saja yang menyerang dapat memasukinya pada saat ia terdesak (ay. 3). Lawan mereka mendapatkan semua keuntungan terhadap mereka sehingga bangsanya tanpa terelakkan jatuh ke tangan lawan, karena tidak ada lagi jalan untuk meloloskan diri (ay. 7). Mereka dikepung dari segala sisi, dan, ke mana pun mereka mencoba melarikan diri, mereka merasa malu. Saat mereka berusaha melakukan yang terbaik, mereka gagal. Malahan, mereka dikejar dan dikalahkan. Akibatnya, di mana pun lawan-lawan menguasainya, seteru-seterunya berbahagia (ay. 5), ke mana pun pedang lawan diarahkan, mereka mendapat kemenangan. Kesesakan sehebat ini dibawa manusia kepada dirinya sendiri akibat dosa. Jika kita membiarkan lawan dan musuh terbesar kita menguasai kita, dan menjadi pemimpin dalam hidup kita, maka tentu saja musuh kita yang lain akan berhasil menguasai kita.
- (6) Mereka yang tadinya bukan hanya bangsa yang terhormat, tetapi juga bermartabat, bangsa yang kepadanya Tuhan memberi kemuliaan, dan kepadanya bangsa-bangsa sekitarnya menaruh hormat, sekarang dibuat menjadi hina (ay. 8): Semua yang dahulu menghormatinya, sekarang menghinanya. Bangsa-bangsa yang dahulu merayunya untuk bersekutu dengannya, sekarang tidak menghargainya. Bangsa-bangsa yang dahulu membelainya, ketika ia dalam kemegahan dan kemakmuran, sekarang menganggapnya rendah saat ia dalam tekanan, karena melihat telanjangnya. Dengan banyaknya musuh yang terus melawannya, bangsa-bangsa itu menangkap kelemahannya, bahwa ia bukan bangsa sekuat yang mereka duga. Lagi pula, dengan banyaknya penghakiman Tuhan terhadapnya, bangsa-bangsa itu menangkap kejahatannya, yang sekarang jelas terlihat dan menjadi bahan pembicaraan di mana-mana. Sekarang jelas terlihat bagaimana Yerusalem memburuk-burukkan dirinya sendiri oleh karena dosanya: Si seteru membesarkan dirinya terhadap mereka (ay. 9). Para seterunya menginjak-injak mereka dan mencemoohkan mereka. Di mata para seterunya, Yerusalem hina, ekor segala bangsa, sekalipun dahulu mereka adalah kepala. Perhatikanlah, dosa adalah noda bangsa.
- (7) Mereka yang tadinya hidup di negeri yang subur sebentar lagi akan binasa, dan banyak dari mereka memang binasa, karena kekurangan makanan sehari-hari (ay. 11): Berkeluh kesah seluruh penduduknya dalam kesedihan hati dan keputusasaan. Mereka sebentar lagi binasa, semangat mereka patah, dan karena itu mereka berkeluh kesah, karena mereka mencari roti, tetapi sia-sia. Mereka akhirnya dibawa ke dalam keadaan yang sungguh teramat sulit sampai tidak ada lagi makanan pada rakyat negeri itu (Yer. 52:6), dan dalam pembuangan, mereka harus bersusah-payah untuk mendapatkan makanan (ps. 5:6). Harta benda mereka berikan ganti makanan, perhiasan dan lukisan mereka, dan semua perabotan dari kamar dan lemari mereka, barang-barang yang mereka gunakan untuk menyukakan hati mereka dengan memandangnya. Mereka menjual semua harta benda ini untuk membeli makanan bagi mereka sendiri dan bagi keluarga mereka. Mereka berpisah dengan harta benda ini ganti makanan untuk menyambung hidupnya, atau (dalam tafsiran luas) untuk membuat nyawa kembali lagi, ketika mereka hampir binasa. Mereka tidak menginginkan keramahan apa pun selain makanan. Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya, dan ganti makanan, yang adalah kebutuhan pokok. Biarlah mereka yang memiliki harta benda melimpah tidak menjadi sombong karenanya, atau tergila-gila padanya, karena mungkin suatu saat mereka harus melepaskan harta benda itu dengan senang hati demi kebutuhan yang mendesak. Sebaliknya, biarlah mereka yang memiliki makanan secukupnya untuk menyambung hidupnya puas dengan makanan itu, dan bersyukur untuk makanan itu, sekalipun mereka tidak memiliki harta benda.
- 2. Di sini diceritakan mengenai kesengsaraan mereka dalam hal peribadatan mereka, hancurnya kepentingan mereka yang sakral atau keramat, yang teramat lebih diratapi lagi daripada masalah-masalah duniawi mereka.
- (1) Hari-hari raya mereka tidak lagi dirayakan, tidak lagi diadakan (ay. 4): Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita. Jalan-jalan itu tampak murung, dipenuhi dengan rumput dan lalang. Tadinya merupakan pemandangan yang menyenangkan melihat orang-orang lalu lalang di jalan raya yang menuju ke bait suci. Namun, sekarang kita boleh berdiri di sana cukup lama dan tidak melihat seorang pun berjalan di sana karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada. Perayaan-perayaan mereka terhenti sama sekali oleh kehancuran kota yang dahulunya kota pertemuan raya kita (Yes. 33:20). Hari-hari raya diabaikan dan dinajiskan (Yes. 1:11-12) sehingga memang sudah seharusnya perayaan-perayaan itu sekarang dihentikan sama sekali. Akan tetapi, saat jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita, semua putra Sion tidak bisa tidak ikut berdukacita bersamanya. Sangat menyakitkan bagi orang benar melihat perkumpulan raya dihentikan dan dibubarkan, dan bagi mereka yang dihalangi menghadiri perayaan itu padahal mereka ingin sekali menghadirinya. Lagi pula, saat jalan-jalan ke Sion berdukacita, begitu pula pintu-pintu gerbang Sion, tempat para penyembah yang setia biasanya berkumpul, menjadi sunyi senyap karena tiada seorang pun yang berkumpul di sana. Ada masa ketika Tuhan lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub. Namun, sekarang Dia telah meninggalkan tempat itu dan tersulut untuk mundur darinya sehingga, tidak bisa tidak, masa itu berlalu, seperti yang terjadi pada Bait Suci ketika Kristus mengundurkan diri darinya. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi (Mat. 23:38).
- (2) Petugas-petugas ibadah mereka sama sekali tidak bisa melaksanakan tugas pelayanannya sehari-hari, menjadi tawar hati: Berkeluh kesahlah imam-imamnya karena Bait Suci telah menjadi sunyi senyap. Nyanyian mereka berubah menjadi keluh kesah. Mereka berkeluh kesah karena tidak dapat mengerjakan apa-apa dan alhasil tidak ada yang bisa diperoleh. Mereka berkeluh kesah, seperti rakyatnya (ay. 11), karena kekurangan roti, sebab korban persembahan untuk Tuhan, yang adalah mata pencarian mereka, tidak ada. Sungguh inilah waktunya berkeluh kesah jika para imam, yang adalah pelayan Tuhan, berkeluh kesah. Dara-daranya pun, yang biasanya, dengan musik dan tarian, memperindah perayaan hari-hari raya mereka, bersedih pedih dan pilu hati. Secara khusus disebutkan bagaimana dahulunya mereka melayani ketika Sion masih makmur (Di tengah-tengah dayang-dayang yang memalu rebana [Mzm. 68:26]), dan karena itu, disebutkan juga bagaimana semuanya itu tidak ada lagi sekarang. Bersedih pedih dara-daranya dan karena itu dia sendiri pilu hatinya. Dengan kata lain, semua penduduk Sion pilu hatinya, yaitu yang hatinya selalu merindukan hari pertemuan raya, yang menanggung cela akibat lenyapnya hari pertemuan raya mereka (Zef. 3:18).
- (3) Tempat-tempat ibadah mereka dinajiskan (ay. 10): Bangsa-bangsa masuk ke dalam tempat kudusnya, ke dalam Bait Suci itu sendiri, padahal orang Israel pun tidak ada yang diizinkan masuk ke sana, betapapun beribadah dan salehnya orang itu, kecuali para imam saja. Orang awam yang mendekat, sekalipun untuk menyembah di sana, haruslah dihukum mati. Ke sana bangsa-bangsa lain sekarang masuk dan berkoak-koak menghina, bukan untuk menyembah, tetapi untuk menjarah. Allah telah memerintahkan bahwa bangsa-bangsa lain tidak boleh masuk jemaah-Nya, atau disatukan dengan bangsa Yahudi (Ul. 23:3). Namun, sekarang bangsa-bangsa itu masuk ke dalam tempat kudus tanpa terkendali. Perhatikanlah, tidak ada yang lebih memedihkan bagi mereka yang sungguh-sungguh terbeban dengan kemuliaan Tuhan, juga tidak ada yang lebih diratapi, daripada pelanggaran terhadap hukum-hukum Tuhan, dan penghinaan yang mereka saksikan dibuat bangsa-bangsa asing terhadap benda-benda kudus. Apa yang telah dimusnahkan musuh di tempat kudus dikeluhkan (Mzm. 74:3-4).
- (4) Perkakas ibadah mereka, dan semua benda-benda mewah yang digunakan untuk menghiasi dan memperindah Bait Suci, serta yang digunakan dalam penyembahan kepada Allah, menjadi mangsa musuh (ay. 10): Si lawan mengulurkan tangannya kepada segala harta bendanya, mencengkeram semuanya, merampas semuanya, untuk mereka sendiri. Apa itu semua harta benda ini dapat kita pelajari dari Yesaya. 64:11, di mana dalam ayat ini, selain keluhan mengenai terbakarnya Bait Suci, juga ditambahkan, milik kami yang paling indah sudah menjadi reruntuhan. Tabut perjanjian, mezbah, dan semua tanda kehadiran Allah bersama mereka, benda-benda inilah harta benda mereka lebih dari apa pun, dan benda-benda ini sekarang dihancurkan berkeping-keping dan dibawa pergi. Dengan demikian, lenyaplah dari puteri Sion segala kemuliaannya (ay. 6). Keindahan kekudusan (LAI: perhiasan kekudusan), adalah keindahan puteri Sion. Saat Bait Suci, rumah yang kudus dan indah itu, dihancurkan, keindahannya pun lenyap. Peristiwa ini adalah pematahan tongkat kemurahan, penarikan kembali jaminan dan materai perjanjian (Za. 11:10).
- (5) Hari-hari raya mereka dijadikan bahan olok-olok (ay. 7): Para lawan memandangnya, dan mengolok-olokkan hari Sabatnya (LAI: Para lawan memandangnya, dan tertawa karena keruntuhannya). Para lawannya menertawakan orang Yahudi karena dengan teliti memelihara satu dari tujuh hari sebagai hari istirahat dari urusan-urusan duniawi. Juvenal, seorang penyair dari bangsa lain, mencemooh orang Yahudi di zamannya karena kehilangan sepertujuh bagian dari waktu mereka:
- Alhasil satu dari tujuh hari sirna. Padahal, hari Sabat, jika dikuduskan sebagaimana mestinya, akan lebih memberi keuntungan daripada semua hari lain dalam seminggu. Sekalipun orang Yahudi menyatakan bahwa mereka melakukannya dalam ketaatan kepada Allah mereka, dan untuk kemuliaan-Nya, para lawan mereka bertanya kepada mereka, “Apa yang kalian dapatkan dengan melakukannya sekarang? Keuntungan apakah yang kalian dapatkan dari memelihara peraturan-peraturan Allah kalian, yang sekarang menelantarkan kalian dalam kesesakan?” Perhatikanlah, betapa suatu kesesakan besar bagi semua orang yang mengasihi Allah saat mendengar peraturan-peraturan-Nya dicemooh, dan terutama hari Sabat-Nya. Sion menyebutnya hari Sabatnya karena hari Sabat diadakan untuk manusia. Hari Sabat adalah ketetapan Allah, tetapi hari Sabat juga adalah hak istimewa Sion. Oleh sebab itu, celaan terhadap hari Sabat diterima oleh Putra Sion dan disimpan saja dalam hatinya. Putra-putri Sion tidak akan memandang hari Sabat, atau ketetapan ilahi lain, menjadi kurang terhormat karena ketetapan tersebut dijadikan bahan cemoohan.
- (6) Semua kepedihan ini bertambah lebih besar lagi karena keadaan Yerusalem saat ini adalah benar-benar kebalikan dari keadaannya dahulu (ay. 7). Sekarang, pada hari-hari sengsara dan penderitaannya, ketika segalanya gelap dan suram, terkenanglah Yerusalem akan segala harta benda yang dimilikinya dahulu kala, dan sekarang Yerusalem belajar lebih menghargainya daripada sebelumnya ketika ia dapat menikmatinya sepenuhnya. Allah sering kali mengajar kita nilai belas kasih dengan membuat kita kehilangan belas kasih itu, dan pergumulan yang paling sulit dihadapi oleh orang-orang yang jatuh ke dalam didikan ini dari tingkat kemakmuran yang tinggi. Didikan ini mengiris sampai ke hati Daud ketika ia dihalau dari ketetapan-ketetapan Allah sampai-sampai ia mengenang bagaimana ia berjalan maju dalam kepadatan manusia ke rumah Allah (Mzm. 42:5).
- II. Dosa Yerusalem di sini dikeluhkan sebagai penyebab dan pemicu semua malapetaka ini. Siapa pun yang menjadi alat-Nya, Allah-lah perancang semua kesukaran ini. Sungguh, TUHAN membuatnya merana, (ay. 5) dan Tuhan melakukannya sebagai Hakim yang Adil karena ia berdosa.
- 1. Dosa Yerusalem, jika hendak dihitung, tidak terhitung banyaknya. Banyakkah kesusahannya? Dosanya lebih banyak lagi. Karena banyak pelanggarannya, TUHAN membuatnya merana. (lihat Yer. 30:14). Ketika dosa pemberontakan umat bertambah banyak, kita tidak dapat berkata, seperti perkataan Ayub dalam perkaranya sendiri, Dialah yang memperbanyak lukaku dengan tidak semena-mena (Ayb. 9:17).
- 2. Mereka pada dasarnya luar biasa jahat (ay. 8): Yerusalem sangat berdosa, berbuat dosa segala dosa (begitulah istilahnya), dengan disengaja, dan tanpa paksaan. Yerusalem telah berbuat dosa yang, di antara semua dosa lain, merupakan hal yang paling keji dan paling dibenci Tuhan, yaitu dosa penyembahan berhala. Dosa berhala Yerusalem itu, yang membuat pengakuan iman kepada Allah dan menikmati segala keistimewaan, merupakan dosa yang paling jahat dari antara semua dosa lain. Ia sangat berdosa (ay. 8), dan akibatnya, (ay. 9) sangatlah dalam ia jatuh. Perhatikanlah, dosa-dosa yang jahat membawa kehancuran yang dalam. Ada pelaku kejahatan yang dihukum dengan hukuman yang aneh (Ayb. 31:3). Dosa itu adalah jenis dosa yang dapat dibaca langsung dari hukumannya.
- (1) Mereka tadinya sangat suka menindas maka sudah sewajarnya mereka ditindas (ay. 3): Yehuda telah ditinggalkan penduduknya, dan hal ini terjadi karena sengsara dan karena perbudakan yang berat, karena orang kaya di antara mereka menindas orang miskin, memaksa mereka bekerja dengan kejam, dan terutama (seperti terjemahan dalam bahasa Aram) karena mereka menindas budak-budak Ibrani mereka, dan kejahatan ini didakwakan kepada mereka (Yer. 34:11). Penindasan adalah salah satu dosa mereka yang berseru-seru (Yer. 6:6-7) dan dosa itu berseru-seru dengan nyaring.
- (2) Yerusalem telah membuat dirinya sendiri nista, maka sudah sewajarnya ia dinistakan. Semua orang menghinanya (ay. 8) karena kenajisannya melekat pada ujung kainnya. Tampak dari pakaiannya bahwa Yerusalem telah menggulingkan pakaiannya dalam lumpur dosa. Tiada yang dapat menodai kemuliaan kita jika kita tidak menodainya sendiri.
- (3) Yerusalem tadinya sangat damai sentosa maka sudah sewajarnya ia dikejutkan dengan kehancuran ini (ay. 9): ia tak berpikir akan akhirnya. Ia tidak mengindahkan peringatan yang diberikan kepadanya untuk memperhatikan kesudahannya, untuk berpikir apakah yang akan terjadi sebagai kesudahan dari perbuatan-perbuatan jahat yang ia lakukan. Oleh karena itu, sangatlah dalam ia jatuh, dan dengan cara yang mengejutkan, sehingga ia dibuat merasakan apa yang tidak pernah ditakutinya. Oleh sebab itu, Allah akan menimpakan pukulan-pukulan yang ajaib kepadanya.
- III. Teman-teman Yerusalem di sini dikeluhkan sebagai sahabat-sahabat palsu yang tidak teguh hati dan tidak berperasaan: Teman-temannya mengkhianatinya (ay. 2), sehingga, akibatnya, mereka menjadi seterunya. Para pengkhianat Yerusalem membuat Yerusalem sama gusarnya seperti yang diperbuat para pemusnahnya. Tongkat yang patah di bawah kita bisa sama menyusahkannya dengan tongkat yang melukai kita (Yeh. 29:6-7). Pemimpin-pemimpinnya, yang seharusnya melindunginya, tidak cukup berani untuk maju menghadapi musuh untuk melindunginya. Para pemimpinnya bagaikan rusa yang begitu mendengar tanda bahaya langsung saja melarikan diri tanpa perlawanan. Malahan, para pemimpinnya bagaikan rusa yang kelaparan karena tidak menemukan padang rumput, sehingga akibatnya mereka berjalan tanpa daya di depan yang mengejarnya, dan karena tidak memiliki kekuatan untuk melarikan diri, mereka lekas menjadi lelah dan dijadikan mangsa. Bangsa-bangsa sekitarnya tidak bersahabat sehingga:
- 1. Tak ada penolong baginya (ay. 7), entah mereka tidak bisa, atau mereka tidak mau. Bahkan,
- 2. Tiada orang yang menghiburnya, tiada yang bersimpati terhadapnya, atau memberi nasihat apa pun untuk mengurangi kesedihannya (ay. 7, 9). Seperti sahabat-sahabat Ayub, mereka menganggap penghiburan tidak ada gunanya, penderitaan Yerusalem sangat berat, dan penghibur sialan mereka semua dalam perkara ini.
- IV. Mereka mengeluhkan Allah Yerusalem mengenai semua malapetaka ini, dan semua keluhan mereka ditujukan untuk memohon belas kasihan-Nya (ay. 9): “Ya, TUHAN, lihatlah sengsaraku, dan perhatikanlah,” dan (ay. 11), “Lihatlah, ya TUHAN, pandanglah, dan ambillah tindakan.” Perhatikanlah, satu-satunya cara untuk mendapat kelegaan dari beban kita adalah dengan menyerahkan beban kita dahulu kepada Allah, dan membiarkan Allah melakukan apa yang dipandang-Nya baik bagi kita.
SH: Rat 1:1-22 - Jangan sampai dihukum (Jumat, 10 Desember 2010) Jangan sampai dihukum
"Ah..." sebuah kata yang menandakan penyesalan membuka kitab ini dan memberi petunjuk tentang bagaimana seharusnya kita memaham...
Jangan sampai dihukum
"Ah..." sebuah kata yang menandakan penyesalan membuka kitab ini dan memberi petunjuk tentang bagaimana seharusnya kita memahami kitab ini. Di dalam pasal 1 ada lima kali frase "keluh kesah" (atau secara harfiah "erangan, mengerang") digunakan (4, 8, 11, 21, 22). Sungguh tragis, ratu yang dulunya begitu terhormat (bnd. Yer. 2:2) kemudian jadi orang yang terbuang dan hina (kata "jajahan" di ayat 1 secara harfiah bisa diartikan sebagai budak/pekerja rodi).
Seluruh pasal 1 menggambarkan kondisi Israel yang dihukum Tuhan dengan tidak tanggung-tanggung. Ia bukan sekadar menelantarkan kondisi yang sudah baik, tetapi menunggangbalikkan setiap tatanan yang ada dan mengorek kehormatan Israel sampai ke akar-akarnya sebagaimana digambarkan dalam ayat 5, mereka yang dulu adalah musuh kini berkuasa atas Israel. Karena dosa Israel yang mengabaikan Tuhan dan tidak menghiraukan kekudusan-Nya, maka Tuhan menyerahkan Israel ke dalam aib yang memalukan.
Bangsa yang hidup dalam kekudusan semu, dengan nabi-nabi dan imam-imam yang bertindak sesuka hati, kini mendapati diri mereka berada di dalam kubangan kenajisan yang melekat pada diri mereka begitu rupa sehingga akal budi mereka pun tak kuasa menanggungnya (9). Beban itu begitu berat, seakan tak ada harapan atau masa depan bagi mereka.
Separuh dari pasal pertama (1-11) dituliskan oleh Yeremia dari sudut pandangnya sendiri sebagai orang pertama. Lalu bagian kedua (12-22) ditulis dengan personifikasi Yerusalem sebagai "aku". Api yang dikirim Tuhan hingga ke dalam tulang (13), kekuatan yang dihisap habis hingga melumpuhkan (14), dan kebinasaan yang ditimpakan kepada para pemimpin (19), mengingatkan kita bahwa ketika Tuhan memilih kita untuk menjadi umat-Nya, kita dituntut untuk hidup menurut standar Tuhan. Jika kita bermain mata dengan ketidakbenaran dan hidup dalam kekudusan semu, Ratapan 1 memperingatkan kita bahwa Dia tidak akan segan-segan menghajar kita demi kebaikan kita sendiri (bnd. Ibr. 12:10; Why. 3:19).
SH: Rat 1:1-22 - Keluhan dan permohonan (Minggu, 2 Maret 2014) Keluhan dan permohonan
Seorang istri yang masih muda, ditinggal mati suaminya secara mendadak. Ia menjadi janda dengan dua anaknya yang masih remaja....
Keluhan dan permohonan
Seorang istri yang masih muda, ditinggal mati suaminya secara mendadak. Ia menjadi janda dengan dua anaknya yang masih remaja. Kesedihan melanda hidupnya, kehilangan harapan dan masa depan.
Penulis Ratapan memulai ratapannya yang pertama dengan menggambarkan Yerusalem sebagai janda yang berduka dan meratap (1-11a).Bukan hanya kehilangan suami, semua teman dan kekasih ikut meninggalkannya (2). Para kekasih itu ialah bangsa-bangsa di sekeliling Yehuda yang dulu menjadi rekan sekutunya menghadapi Babel (lih.Yer.22:20). Nyata jelas mereka bukan teman sejati. Kondisi sedemikian diakui Yerusalem sebagai hukuman dosa dari Tuhan (5). Yerusalem sadar sepenuhnya akan kejahatan dan keberdosaannya (8-9) sehingga pantas menerima hukuman keras. Hukuman itu ialah Tuhan mengizinkan para musuh yang dahulu dilarang mengusik umat-Nya untuk menjarah kota Yerusalem dan bait sucinya (10).
Pada bagian kedua (11b-22), penulis mengidentifikasikan diri ("aku") dengan Yerusalem.Ia sadar bahwa dosa-dosanya begitu dahsyat sehingga ia mengakui bahwa murka Allah memang pantas diterimanya.Justru oleh karenanya, ia memberanikan diri memanjatkan doa mohon belas kasih Allah. Ia sadar kalau sudah begini, hanya Tuhan yang tetap mengasihinya, betapa pun murka-Nya atas kejahatannya. Maka, seraya mengaku dosa dan menerima segala konsekuensinya, ia tetap berharap belas kasih-Nya.
Kepada siapa lagi kita harus berpaling kala deraan murka Allah melanda hidup kita saat kita bermain-main dengan dosa? Dia murka dan menghukum bukan untuk membinasakan melainkan untuk mendisiplin, memurnikan, supaya akhirnya bisa memulihkan umat-Nya dalam kekudusan dan kemuliaan. Kristus menjadi alasan keberanian kita untuk meminta pengampunan Allah bila kita jatuh, supaya kita bisa bangkit kembali.
SH: Rat 1:1-22 - Tidak Ada yang Kekal (Minggu, 12 November 2017) Tidak Ada yang Kekal
Secara keseluruhan, Kitab Ratapan terdiri dari lima syair. Isinya berupa ratapan atas jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel...
Tidak Ada yang Kekal
Secara keseluruhan, Kitab Ratapan terdiri dari lima syair. Isinya berupa ratapan atas jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel, kehancurannya serta kisah Masa Pembuangan. Hal ini terjadi pada 586 sM.
Meski kitab ini pada umumnya bernuansa sedih, namun di dalamnya ditemukan pelbagai ungkapan kepercayaan kepada Allah. Bahwa ada harapan akan masa depan yang cerah. Syair-syair dalam kitab ini digunakan orang Yahudi dalam ibadah pada hari-hari khusus untuk berpuasa dan berkabung.
Dalam 1:1-22, Yeremia melukiskan adanya kesunyian yang mencekam karena suasana duka. Kejayaan negeri yang dahulunya dikenal dan dihormati bangsa-bangsa hanya tinggal puing-puing penderitaan. Kelaparan dan kematian, Kota Yerusalem dan Bait Allah hancur, raja-raja dan para pangeran dibunuh dan ditawan, serta umat mengalami penghinaan dari para musuhnya. Bangsa-bangsa yang tadinya berteman dengan mereka sekarang acuh tak acuh, bahkan mencibir nasib mereka. Semuanya ini terjadi karena dosa yang telah dilakukan oleh bangsa Yehuda (8). Mereka memberontak terhadap Tuhan dan kebenaran-Nya (20, 18). Para pemimpin mereka menjalankan pemerintahan secara tidak bertanggung jawab.
Dalam ratapannya, Yeremia sadar atas segala keluhannya. Ia berpaling kepada Tuhan dan menyatakan pengakuan dosanya di hadapan Tuhan (18). Yeremia mengakui kebesaran dan kuasa Tuhan (19). Ia memohon agar Tuhan membawa umat kembali kepada-Nya untuk diperbarui. Ia juga memohon agar hukuman yang Tuhan telah lakukan kepada mereka juga menimpa bangsa Babel.
Dalam ratapan Yeremia, kita belajar bahwa kejayaan itu tidak kekal. Ada saatnya semuanya hancur dan yang tersisa hanyalah kepedihan yang mendalam. Hanya Tuhanlah yang kekal. Karena itu, marilah kita letakkan hidup kita dalam tangan Tuhan dan bertekad tidak mengandalkan manusia, harta, kekayaan, kehormatan, dan kekuasaan yang kita miliki. Hiduplah senantiasa dalam persekutuan yang intim dengan-Nya dan berani membuka diri untuk dikoreksi oleh Tuhan. [MH]
Pengantar Kitab Daniel
Banyak orang terpesona dengan nubuat. Nubuat-nubuat dalam Alkitab telah menjadi sensasi karena dianggap bisa membuat orang menentukan dengan tepat kapan akhir zaman terjadi. Kitab-kitab nubuat sebenarnya tidak hanya menginformasikan tentang masa depan, tetapi memberikan petunjuk kepada umat untuk hidup pada masa kini dengan tetap mengarahkan diri pada masa depan. Dan Kitab Daniel merupakan salah satu contoh kitab nubuat.
Kitab Daniel dapat dibagi menjadi dua bagian besar. Pertama, kisah tentang Daniel dan ketiga rekan sepembuangan, yang mengalahkan musuh-musuh mereka hanya karena percaya dan taat kepada Allah (ps 1-6). Kisah-kisah itu terjadi pada zaman kerajaan Babel dan Persia. Kedua, sejumlah penglihatan yang dilihat oleh Daniel (ps 7-12) . Dalam bentuk perlambang, penglihatan-penglihatan itu menggambarkan berkembangnya dan jatuhnya berbagai negara berturut-turut mulai dengan Babel. Selain itu, diramalkan juga jatuhnya Si Penjajah yang tidak mengenal Allah itu, serta kemenangan umat Allah.
Berkait akhir zaman, dalam Kitab Daniel dijelaskan adanya suatu waktu kesesakan yang besar. Namun, ini yang perlu dicatat, "... pada waktu itu bangsamu akan terluput .... Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal" (Dan. 12:1-2). Kitab Daniel berbicara soal kebangkitan orang mati, namun tidak semuanya mengalami hidup kekal. Inilah berita anugerah bagi setiap orang yang setia mengikut Tuhan.
Sejatinya, bagi setiap orang hari ini merupakan akhir zaman. Sebab tak seorang pun di antara kita yang bisa memastikan apakah kita masih bernafas esok hari. Dan karena hari ini adalah akhir zaman, setiakah kita sebagai umat Allah? Dan janji-Nya tetap, tidak berubah, "Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat." (Mrk. 13:13). Untuk itu kita bisa meneladani empat sekawan ini: Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego.
SH: Rat 1:1-11 - Banyak Dosa, Nihil Pertobatan (Rabu, 12 April 2023) Banyak Dosa, Nihil Pertobatan
Menyaksikan seseorang menjalani hukuman mati tentu tidak menyenangkan. Para saksi yang dihadirkan dalam ruang eksekusi ...
Banyak Dosa, Nihil Pertobatan
Menyaksikan seseorang menjalani hukuman mati tentu tidak menyenangkan. Para saksi yang dihadirkan dalam ruang eksekusi bisa terjebak dalam kegelisahan yang berkepanjangan.
Seperti itulah perasaan Nabi Yeremia, penulis Kitab Ratapan, yang menjadi saksi mata terhadap hukuman Allah atas Kerajaan Yehuda. Yerusalem, ibu kotanya, dikepung musuh sehingga penduduknya hanya bisa meratap tanpa ada yang bisa menghibur (1-2).
Tidak ada lagi ketenteraman dan perayaan penuh sukacita (3-4). Rakyat dan pemimpinnya diangkut, harta benda mereka dirampas (5-7). Bangsa asing menyerbu masuk dan menghancurkan Bait Suci sehingga penduduk pun jatuh miskin dan kelaparan (10-11). Kondisi akhir Kota Yerusalem diibaratkan sebagai janda yang jatuh miskin dan ratu yang menjadi budak.
Sang nabi tahu persis mengapa orang-orang Yehuda harus menjalani hukuman itu. Ia memberitahukannya kepada kita "Yerusalem sangat berdosa..." (8). Walau demikian, pertobatan mereka nihil.
Dari Perjanjian Lama, kita tahu bahwa umat Allah diperintahkan untuk beribadah dan mempersembahkan kurban. Dan apa yang Allah inginkan adalah pertobatan, sebab pertobatan mewakili ekspresi iman orang. Ketika seseorang menunjukkan pertobatan sejati, ia sesungguhnya sedang mengimani anugerah Allah yang membebaskannya dan memanggilnya menjadi umat milik-Nya.
Sejarah kehancuran Yerusalem kiranya menjadi peringatan bagi kita semua. Allah tidak pernah berubah. Ia membenci dosa dan pasti menghukum para pendosa!
Apakah Anda mempunyai kebiasaan tertentu yang Anda tahu sebenarnya adalah dosa? Mungkin Anda membenarkannya dengan rasionalisasi atau menutupinya dengan usaha ibadah Anda.
Pada hari ini akuilah kebiasaan dosa itu kepada Allah di dalam doa. Ungkapkan kelemahan dan kegagalan yang Anda alami ketika Anda berusaha mengatasinya. Kuasa dan kasih-Nya mampu melepaskan kita dari banyak dosa. [PHM]
TFTWMS -> Rat 1:5-9
TFTWMS: Rat 1:5-9 - Penyebab Dan Harga Bagi Kondisi Itu PENYEBAB DAN HARGA BAGI KONDISI ITU (Ratapan 1:5-9b)
Penyebabnya (Ratapan 1:5a, b)
Lawan-lawan menguasainya, Seteru-seterunya berbahagia. Sungguh, ...
PENYEBAB DAN HARGA BAGI KONDISI ITU (Ratapan 1:5-9b)
Penyebabnya (Ratapan 1:5a, b)
Lawan-lawan menguasainya, Seteru-seterunya berbahagia. Sungguh, TUHAN membuatnya merana, Karena banyak pelanggarannya (1:5a, b).
Penyebabnya dinyatakan sebagai lipat dua:
Tuhan telah membuatnya merana (1:5b)! Alkitab menyatakan bahwa Allah akan menghakimi umat-Nya sendiri (Ulangan 32:35; Ibrani 10:30) dan mendera setiap anak yang Ia akui (Ibrani 12:5, 6; Amsal 3:11, 12). Dalam satu renungan yang singkat dan mendalam, nabi itu melihat jauh melampaui gerombolan Nebukadnezar dan bala tentaranya untuk menyatakan kebenaran tentang keadilan Allah yang sedang bekerja dalam penderitaan Yehuda. Pemikiran ini akan dikembangkan dalam gambaran yang belakangan (1:12; 2:1, 3, 22; 4:11, 16); tapi dalam konteks ini, pemikiran itu tiba-tiba hilang sebagaimana kemunculannya, sehingga membolehkan kondisi saat itu memperoleh penekanan yang seharusnya. Nabi itu berkali-kali kembali kepada fakta bahwa keadilan Allah sedang bekerja di sini, karena itu adalah kunci nyata untuk membuka misteri seluruh tragedi ini (lihat 4:12; Yehezkiel 33:23-29). Allah tidak pernah melakukan penderaan semacam itu tanpa alasan.
Allah telah bertindak seperti itu "karena banyak pelanggarannya" (1:5b). Yerusalem telah sangat "berdosa"13(1:8). Istilah "pelanggaran" dan "dosa" mencakup banyak cara seseorang dapat jatuh, melanggar perjanjian, atau bertindak salah, membahayakan nyawanya oleh karena pelanggaran terhadap Allah. Bagaimanapun Anda memandang pemberontakan Yehuda, kaum itu sekarang sedang menuai apa yang mereka telah tabur (Galatia 6:7, 8). Murka Tuhan atas pelanggaran dan dosa Yehuda telah menimbulkan harga yang serius.
Harganya (Ratapan 1:5c-9b)
Kanak-kanaknya berjalan Di depan lawan sebagai tawanan. Lenyaplah dari puteri Sion Segala kemuliaannya; Pemimpin-pemimpinnya bagaikan rusa Yang tidak menemukan padang rumput; Mereka berjalan tanpa daya Di depan yang mengejarnya. Terkenanglah Yerusalem, Pada hari-hari sengsara dan penderitaannya, Akan segala harta benda Yang dimilikinya dahulu kala; Tatkala penduduknya jatuh ke tangan lawan, Dan tak ada penolong baginya, Para lawan memandangnya, Dan tertawa karena keruntuhannya. Yerusalem sangat berdosa, Sehingga najis adanya; Semua yang dahulu menghormatinya, Sekarang menghinanya, Karena melihat telanjangnya; Dan dia sendiri berkeluh kesah, Dan memalingkan mukanya. Kenajisannya melekat pada ujung kainnya; Ia tak berpikir akan akhirnya, Sangatlah dalam ia jatuh, Tiada orang yang menghiburnya (1:5c-9b).
Kanak-kanaknya berjalan di depan lawan sebagai tawanan (1:5c). Anak-anak kecil adalah korban dari pelanggaran orang dewasa, menderita sebagai budak bukan karena pilihan mereka, tapi karena kelahiran. Bagi anak-anak kecil menderita di negeri asing yang berada di bawah kendali musuh adalah kesedihan ganda.
Semua keagungan dan kemuliaan Yehuda, kekuatan dan "keagungan" telah "lenyap"14(1:6). "Keindahan" nya (KJV) telah hilang. Para pemimpinnya, sumber alami bagi kekuatan nasional, terlihat rebah karena kelaparan. Gelandangan dan menderita, kaumnya itu hanya memiliki kenangan tentang hal-hal berharga dan ejekan oleh lawan-lawannya.
Cemoohan terhadap "keruntuhan"nya ("hari-hari sabat"; KJV) dalam 1:7 menyajikan beberapa kebingungan tekstual yang berasal dari istilah Ibrani yang mengidentifikasi penghentian pelbagai ritual keagamaan mereka. Banyak dari ritual ini berkisar pada perayaan hari Sabat.15
Fakta yang menyedihkan adalah bahwa Yehuda telah sangat berdosa, menjadi "najis" dalam tiga bidang:
Kehilangan kemurnian (1:8). "Ketelanjangan"nya16diekspos oleh kemesuman jasmani dan rohani. Ia telah mengejar banyak tuhan (Yeremia 2:28; 11:13), dan perzinahan telah menjadi gaya hidup yang umum, sehingga kenajisan ada pada kainnya (Yeremia 9:2; 5:6-8).
Kehilangan persepsi (1:9). Ia tidak memikirkan masa depannya (lihat Yeremia 5:31). Rasa lapar terhadap kesenangan saat itu dapat menyalibkan keyakinan apa saja untuk masa depan (Matius 26:24, 25; 27:3-5; Ibrani 11:24-26).
Kehilangan kekuasaan (1: 9). Dari sebuah bangsa yang terhormat dan kuat, mereka telah tumbang secara mengherankan (lihat Ulangan 32:23-30). Alih-alih melihat kemenangan, mereka malah menjadi korban yang menderita. Dosa sudah selalu menjadi kehancuran bagi orang-orang yang sebenarnya dapat memiliki keselamatan!
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul k...
Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin -- "Ratapan Yeremia." PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.
Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini. Di antara berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini terdapat yang berikut:
- (1) Dari 2Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer 7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).
- (2) Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
- (3) Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat 1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.
Ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer 41:1--44:30), di mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).
Tujuan
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk
- (1) keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud,
- (2) pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
- (3) pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh. "Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini
atas Yerusalem," bunyi sebuah super skripsi pada kitab ini dalam versi Septuaginta dan Vulgata Latin. Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.
Survai
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan pertama (pasal 1; Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan ratapan Yerusalem (Rat 1:12-22). Dalam ratapan kedua (pasal 2; Rat 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (pasal 3; Rat 3:1-66) mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (pasal 4; Rat 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair sebelumnya. Di dalam syair yang terakhir (pasal 5; Rat 5:1-22), setelah pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga _Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga melaksanakan mencapai dua hal.
- (1) Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
- (2) Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.
- (1) Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair-syair duka.
- (2) Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas 22 ayat.
- (3) Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
- (4) Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat 5:16-22).
- (5) Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat (bd. Rat 1:15 dengan Wahy 14:19; Rat 2:1 dengan Mat 5:35; Rat 3:30 dengan Mat 5:39; Rat 3:45 dengan 1Kor 4:13).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom 1:18--3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk 19:41-44).
Full Life: Ratapan (Garis Besar) Garis Besar
I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22)
A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7)...
Garis Besar
- I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22) - A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7) - B. Penyebab Kebinasaan Kota Itu
(Rat 1:8-11) - C. Penderitaan Penduduk Kota Itu
(Rat 1:12-22) - II. Murka Allah dan Kesedihan Yerusalem
(Rat 2:1-22) - A. Murka Allah Terhadap Sion
(Rat 2:1-9) - B. Penderitaan Berat Penduduk Yerusalem
(Rat 2:10-17) - C. Permohonan Nabi akan Belas Kasihan
(Rat 2:18-22) - III.Umat Allah yang Tersiksa dan Harapan Mereka
(Rat 3:1-66) - A. Seruan Keputusasaan
(Rat 3:1-18) - B. Pengakuan Adanya Pengharapan
(Rat 3:19-39) - C. Panggilan untuk Bertobat
(Rat 3:40-42) - D. Penderitaan Sang Nabi
(Rat 3:43-54) - E. Doa Sang Nabi
(Rat 3:55-66) - IV. Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan Sion
(Rat 4:1-22) - A. Perbandingan Masa Lalu dan Masa Kini Sion
(Rat 4:1-12) - B. Penyebab Sion Dihancurkan
(Rat 4:13-20) - C. Hukuman bagi Edom dan Pemulihan Yehuda
(Rat 4:21-22) - V. Doa Memohon Pemulihan
(Rat 5:1-22) - A. Kebutuhan akan Pengampunan
(Rat 5:1-15) - B. Pengakuan Dosa
(Rat 5:16-18) - C. Permohonan untuk Pemulihan
(Rat 5:19-22)
Matthew Henry: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tert...
- Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tertawa, dan pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, maka alangkah baiknya jika kita membaca dan merenungkan pasal-pasal yang memilukan dari kitab ini, bukan hanya dengan rela hati, tetapi juga dengan harapan untuk membangun diri kita sendiri olehnya. Dan, supaya kita dapat melakukan ini, kita harus mempersiapkan diri kita supaya boleh turut bersedih dengan hati yang kudus dan ikut menangis bersama sang nabi yang menangis. Marilah kita renungkan,
- I. Judul kitab ini. Dalam bahasa Ibrani, kitab ini memiliki satu judul, tetapi disebut (seperti kitab-kitab Musa) berdasarkan kata yang pertama, Ecah GÇô Bagaimana. Tetapi para penafsir Yahudi menyebut judul tersebut, seperti orang-orang Yunani, dan kita mengikuti mereka, Kinoth GÇô Ratapan (-ratapan). Sama seperti kita mempunyai syair-syair atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan sukacita, demikian pula kita mempunyai sajak-sajak atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan ratapan. Sedemikian beragamnya cara-cara yang dipakai oleh sang Hikmat Tak Terbatas untuk bekerja pada diri kita dan menggugah perasaan-perasaan kita, supaya Ia bisa melembutkan hati kita dan menanamkan hati itu dengan kebenaran-kebenaran ilahi, seperti layaknya lilin meterai. Kami tidak hanya sudah meniup seruling bagimu, tetapi juga sudah menyanyikan kidung duka (Mat. 11:17).
- II. Penulis kitab ini. Penulisnya Yeremia sang nabi, yang di sini menjadi Yeremia sang penyair. Jadi ia nabi sekaligus penyair. Oleh karena itulah kitab ini pantas ditempatkan setelah kitab nubuatnya, dan seperti menjadi lampiran untuk nubuatnya itu. Dalam kitab nubuatnya kita sebagian besar mendapati nubuat-nubuat tentang kehancuran Yehuda dan Yerusalem, dan kemudian sejarah tentang keduanya, untuk menunjukkan betapa nubuat-nubuat itu digenapi dengan tepat, untuk meneguhkan iman kita. Sekarang dalam kitab ini kita mendapati ungkapan-ungkapan dukacita sang nabi atas peristiwa-peristiwa itu, untuk menunjukkan betapa ia sangat tulus dalam pernyataan-pernyataan yang sering kali dibuatnya bahwa ia tidak menginginkan hari celaka, tetapi bahwa, sebaliknya, penglihatan akan hari itu justru memenuhi dirinya dengan kepahitan. Ketika ia melihat malapetaka-malapetaka ini dari kejauhan, ia berharap sekiranya kepalanya penuh air dan matanya jadi pancuran air mata. Dan, ketika malapetaka-malapetaka itu datang, ia memperlihatkan bahwa ia tidak menutup-nutupi keinginan itu, dan bahwa ia sama sekali tidak membenci negerinya, yang merupakan kejahatan yang dituduhkan kepadanya oleh musuh-musuhnya. Negerinya sudah berlaku sangat jahat terhadapnya, dan kehancurannya merupakan bukti bahwa ia adalah nabi yang benar, dan sekaligus menjadi penghukuman terhadap mereka karena menganiaya dia yang dituduh sebagai nabi palsu. Bisa saja ia tergoda untuk bersorak-sorai atas kehancuran negeri itu, namun ia meratapinya dengan sedih. Dan dalam hal ini ia menunjukkan perangai yang lebih baik daripada perangai Yunus berkenaan dengan Niniwe.
- III. Terjadinya Ratapan-ratapan ini. Ratapan-ratapan ini timbul karena terjadinya kehancuran Yehuda dan Yerusalem oleh tentara Kasdim dan bubarnya pemerintahan Yahudi, baik masyarakat maupun jemaat, sebagai akibat kehancuran itu. Sebagian dari rabi-rabi beranggapan Ratapan-ratapan ini dituliskan Yeremia oleh karena kematian Yosia, yang disebutkan dalam 2 Tawarikh 35:25. Tetapi, meskipun benar bahwa kematian Yosia itu membukakan pintu bagi semua malapetaka yang mengikutinya, namun Ratapan-ratapan ini tampak dituliskan ketika Yeremia melihat langsung, dan bukan ketika ia mendapat penglihatan tentang, malapetaka-malapetaka itu. Jadi ratapan ditulis ketika malapetaka-malapetaka itu sudah datang, dan bukan ketika masih jauh. Dan dalam ratapan-ratapan ini tidak ada ditujukan sesuatu tentang Yosia, dan pujian terhadapnya, seperti yang pasti harus ada bila ratapan-ratapan itu memang untuk dia. Tidak, pemakaman Yerusalemlah yang menjadi pokok bahasan sajak ini. Sebagian rabi lain berpendapat bahwa Ratapan-ratapan ini termuat dalam gulungan kitab yang ditulis Barukh dari mulut Yeremia, dan yang dibakar Yoyakim. Dan mereka mengemukakan bahwa pada awalnya dalam kitab ini hanya ada pasal 1, 2, dan 4, tetapi bahwa dalam pasal 3 dan 5 ada banyak perkataan seperti itu yang kemudian ditambahkan. Tetapi pendapat ini hanyalah angan-angan yang tidak berdasar. Gulungan kitab itu dengan tegas dikatakan sebagai pengulangan dan ringkasan dari khotbah-khotbah sang nabi (Yer. 36:2).
- IV. Penyusunan ini. Penyusunannya tidak hanya bersifat puitis, tetapi juga menurut urutan abjad, semuanya kecuali pasal 5, seperti halnya beberapa mazmur Daud. Setiap ayat dimulai dengan huruf dalam urutan abjad Ibrani, pertama alef, kedua beth, dst. Tetapi pasal 3 adalah abjad rangkap tiga, tiga ayat pertama dimulai dengan alef, tiga ayat berikutnya dimulai dengan beth, dst. Hal ini membantu ingatan (karena lagu-lagu pendek yang memilukan ini dimaksudkan untuk dihafal) dan penulisannya elok menurut penilaian pada waktu itu, dan karena itu tidak boleh dipandang rendah sekarang. Mereka mencermati bahwa dalam pasal 2, 3, dan 4, huruf pe ditempatkan sebelum ain, yang dalam semua abjad Ibrani seharusnya ditempatkan sesudahnya. Untuk alasan itu, Dr. Lightfoot menawarkan dugaan ini, bahwa huruf ain, yang merupakan huruf bilangan untuk Septuaginta (LXX; Alkitab terjemahan bahasa Yunani GÇô pen.), dengan ditaruh di tempat yang salah seperti itu, menjadi menakjubkan, untuk mengingatkan mereka akan tujuh puluh tahun yang pada akhirnya Allah akan memulihkan pembuangan mereka.
- V. Kegunaannya. Kegunaanya sangat besar, tidak diragukan lagi, bagi orang-orang Yahudi yang saleh dalam penderitaan-penderitaan mereka. Kitab ini melengkapi mereka dengan bahasa rohani untuk mengungkapkan kesedihan alami mereka, membantu melestarikan ingatan yang tetap segar akan Sion di antara mereka, dan anak-anak mereka yang tidak pernah melihatnya, ketika mereka berada di Babel. Hal ini bisa mengarahkan air mata mereka kepada saluran yang tepat (sebab di sini mereka diajar untuk berduka atas dosa dan berduka kepada Allah). Bersamaan dengan itu, kitab ini mendorong harapan-harapan mereka bahwa Allah masih akan kembali dan berbelas kasihan terhadap mereka. Dan kitab ini berguna bagi kita, untuk membuat kita tergerak dengan dukacita menurut kehendak Allah atas malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat Allah, seperti yang sepatutnya dirasakan oleh orang-orang yang merupakan anggota-anggota jemaat Allah yang giat, dan yang menetapkan hati untuk ambil bagian bersama jemaat.
Jerusalem: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk ...
RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk "lima gulungan" yaitu "megillot" yang dibacakan pada hari-hari Yahudi. Dalam Alkitab Yunani ddan Vulgata, kitab Ratapan menyusul kitab Yeremia dan diberi judul yang menunjukkan Yeremia sebagai pengarangnya. Tradisi yang menganggap Yeremia sebagai pengarang kitab Ratapan berlandaskan 2Taw 35;25 dan didukung isi sajak-sajak itu, yang memang bersesuaian dengan keadaan di zaman Yeremia. Namun tradisi ini tidak dapat dipertahankan. Yeremia, sejauh kita mengenalnya dari nubuat-nubuat yang pasti berasal dari padanya, tidak mungkin berkata, bahwa "nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu", Yer 2:9. Tidak mungkin juga, bahwa Yeremia memuji Zedekia, Yer 4:20, atau mengharapkan bantuan dari Mesir, Yer 4:17. Bakat Yeremia yang sangat spontan sulit disesuaikan dengan gaya kitab Ratapan yang bercirikan bahasa kaum terpelajar. Empat sajak pertama kitab Ratapan digubah menurut abjad. Artinya: masing-masing bait mulai dengan salah satu huruf menurut urutannya dalam abjad. Bait kelima berjumlah tepat 22 ayat, yaitu sesuai dengan jumlah huruf abjad Ibrani.
Bab 1, 2 dan 4 kitab Ratapan termasuk jenis sastera lagu-lagu pengubahan. Bab 3 adalah sebuah lagu ratapan perorangan. Bab 5 adalah lagu ratapan umum. (Bab ini dalam bahasa Latin berjudul "Doa Yeremia"). Kitab Ratapan agaknya digubah di Palestina, sesudah kota Yeremia jatuh ke dalam tangan Nebukadnezar, pada thn. 587. Kitab ini kiranya seorang pengarang saja, yang mengungkapkan, rasa duka- cita kota Yerusalem serta penduduknya, dengan kota-kota yang sangat memilukan hati. Walaupun demikian sajak-sajak yang penuh kedukaan ini memancarkan suatu kepercayaan pada Allah yang tidak tergoyahkan serta rasa sesal hati yang mendalam. Kepercayaan dan rasa sesal hati itulah yang menjadikan kitab Ratapan berharga untuk segala zaman. Orang-orang Yahudi melagukan kitab Ratapan pada hari puasa (besar), yang memperingati kehancuran Bait Suci. Liturgi Gereja katolik memanfaatkan kitab ini dalam Pekan Suci yaitu di masa renungan mengenai drama yang pernah berlangsung di gunung Kalvari.
BARUKH
Kitab Barukh termasuk kitab-kitab deuterokanonika, yang tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani. Alkitab Yunani (LXX) menempatkan kitab ini antara kitab Yeremia dan kitab Ratapan. Dalam terjemahan Latin, Vulgata, kitab Barukh menyusul kitab Ratapan. Menurut kata pendahuluan, Bar 1:1-14, kitab ini dikarang oleh Barukh, juru tulis nabi Yeremia, di Babel sesudah orang-orang Yahudi diangkat ke pembuangan Kitab ini dikirim ke kota Yerusalem untuk dibicarakan dalam upacara- upacara ibadat. Isi kitab Barukh terdiri atas: sebuah doa pengakuan dosa dan harapan Bar 1:15-3:8, sebuah sajak kebijaksanaan, Bar 3:9-4:4, di mana pengarang menyamakan Hikmat dengan hukum Taurat, dan sebuah nubuat, Bar 4:5- 5:9; dalam bagian terakhir ini Yerusalem dipribadikan dan berkata-kata kepada kaum buangan, sedangkan nabi memberi hati dengan mengingatkan zaman Mesias.
Kata pendahuluan kitab Barukh aslinya ditulis langsung dalam bahasa Yunani. Doa yang tercantum dalam Bar 1:15-3:8, yang mengembangkan doa yang terdapat dalam Dan 9:4-19, aslinya pasti dikarang dalam bahasa Ibrani. Mungkin sekali kedua bagian kitab Barukh berikut juga aslinya dikarang dalam bahasa yang sama. Seluruh kitab agaknya digubah di pertengahan abad ke-1 seb. Mas.
Dalam Alkitab Yunani (LXX) kitab Barukh dipisahkah dari kitab Surat Yeremia padahal Vulgata menyatukan Surat Yeremia dengan kitab Barukh, bab 6, dan memberi kepadanya judul tersendiri.
Surat Yeremia adalah suatu urauan yang menyerang pemujaan berhala. Dengan gaya bahasa yang dangkal pengarangnya menguraikan beberapa pokok yang sudah digarap dalam Yer 10:1-16 dan Yes 44:9-20. Pemujaan berhala yang diserang ialah yang lazim di negeri Babel di zaman agak belakangan. Surat Yeremia yang aslinya mungkin dikarang dalam bahasa Ibrani itu berasal dari zaman Yunani. Tetapi tanggal penyusunannya tidak dapat dipastikan lebih jauh. 2Mak 2:1-3 barangkali menyinggung tulisan itu.
Di Qumran ditemukan sebuah kepingan suatu naskah Yunani Surat Yeremia. Menurut ilmu paleografi kepingan itu berasal dari sekitar thn. 100 seb. Mas.
Nilai utama kumpulan tulisan-tulisan yang dihubungkan dengan Barukh itu ialah: ia memperkenalkan kepada kita kehidupan jemaat Yahudi di perantauan. Kita mendapat tahu, bahwa hidup keagamaan jemaat itu dipupuk oleh hubungan erat dengan kota Yerusalem oleh doa, rasa hormat keagamaan terhadap hukum Taurat, semangat balas dendam kepada musuh dan impian tentang zaman Mesias kelak. Bersama dengan kitab Ratapan tulisan-tulisan itu memberi kesaksian, bahwa diri Yeremia telah dikenang. Sebab kitab Ratapan dan kitab Barukh dihubungkan dengan Yeremia dan muridnya, Barukh. Diri Barukh masih lama dikenang juga. Sebab dalam abad ke-2 Mas. ada dua Apokalips yang dikatakan karangan Barukh, yang satu berbahasa Yunani dan yang lain berbahasa Siria (ada yang beberapa kepingan sebuah terjemahan Yunani).
Ende: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2
Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentatione...
RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2 Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentationes" dan nama Junani "Threnoi". Dalam Kitab sutji Hibrani kitab itu tidak mempunjai nama sendiri dan disebut dengan kata permulaan teksnja, jaitu "ekah"(Aduh), seperti djuga kelima kitab Musa dinamakan menurut kata permulaannja. Namun demikianlah orang2 Jahudipun mengenal nama jang lain, jakni "Qinot", jang artinja djuga "Lagu Ratap". Tetapi nama ini kiranja dari waktu belakangan.
Namun "Lagu Ratap" itu dipilih karena dan sesuai sepenuhnja dengan isi kelima lagu, jang dikumpulkan dalam kitab tersebut. Sebab memang adalah "Lagu2 dukatjita", paling tidak dalam garis besarnja. Dewasa ini orangmembedakan 'lagu2 perkabungan' dan "lagu2 ratap". Dalam lagu perkabungan dilagukan kematian seseorang dan lagu2 matjam ini termasuk dalam upatjara penguburan. Didalamnja kebadjikan2 orang jang mati dipudji dan disesalkan kepergianja, jang dipandang sebagai achir jang definitif. Didalamnja tidak diutjapkan doa dan tidak terdengar harapan akan hidup lain yang lebih baik. Karena itu lagu2 perkabungan itu sedikit sekali atau se-kali2 tidak bertjorak keigamaan. Mula2 dimasudkan untuk orang2 tertentu, tetapi kemudian lagu2 perkabungan itu dialihkan kepada keruntuhan sesuatu bangsa atau kota, jang dengan sendirinja lalu diperorangkan. Kitab Sutji memelihara beberapa lagu perkabungan dari Israil djaman kuno (II Sjem. 1,18-17;3,33-34;JS 23,1-14;Jr 22,18). Nabi2 kadang menggunakan djenis kesusasteraan ini sebagai sindiran terhadap bangsa2 asing (Amos 5,2; Js. 14,4- 21; Jr.23,1-2; Jehesk. 26,15-16). Lagu2 ratap, entah perseorangan entah kolektif, mempunja tjorak lain. Didalam dilagukan malapetaka pribadi atau kolektif (sakit, kekalahan dalam perang dan sebagainja), dan lagu2 tersebut merupakan suatu doa kepada Allah didalam kesesakan. Dalam doa tersebut dikemukakan segala alasan, untuk mendesak Tuhan kepada belaskasihan dan pertolongan. Djadi, lagu2 tersebut mempunjai tjorak keigamaan jang lebih kuat daripada lagu2 perkabungan. Malapetaka, jang menimpa diri si penjanji (atau masjarakat), dilukiskan sedikit banjak setjara pandjang dengan rumus2 jang lazim. Karena itu sering sulitlah menentukan, dalam kesesakan mana si penjanji berada. Kitab Sutji, chususnja kitab mazmur, memelihara sedjumlah lagu2 ratap jang individuil dan kolektif. Dalam kitab "Lagu2 Ratap", kedua sastera itu bertjampur-aduk. Djelaslah, bahwa 1.2.4 adalah lagu perkabungan jangsesungguhnja tentang kehantjuran Jerusjalem, tetapi toh bertjampur dengan motif lagu ratap dan bertjorak keigamaan. Lagu 3 dan 5 lebih mirip lagu ratap, jang kolektif dalam 5 dan individuil dalam 3, walaupun dalam lagu 3 pun objeknja adalah suatu kolektivitas.
Kelima lagu kitab itu dituang dalam bentuk jang chas. Sebab semuanja lebih
kurang mengambil abdjad Hibrani sebagai dasar, walaupun masing2 agak lain
bentuknja. Lagu 1-4 adalah apa jang disebut acrosticon. Artinja sandjak itu
dibuat menurut abdjad begitu rupa, sehingga tiap2 bagian dimulai dengan huruf
berikutnja dalam abdjad. Lagu pertama dan kedua bersesuai dalam hal ini,
bahwasanja tiap2 bait terdiri atas tiga baris, dimulai dengan huruf berikutnja
dari abdjad, tetapi baris kedua dan ketiga dalam tiap2 bait dimulai dengan huruf
apapun. Perbedaan ketjil antara kedua lagu itu ialah bahwa urutan huruf abdjad
tidaklah sama, jakni 'ain-pe dan pe-'ain. Lagu keempat sama susunannja dengan
lagu kedua, tetapi dalam lagu keempat tiap2 huruf abdjad hanja mendapat dua
baris. Dalam lagu ketiga alfabetisme didjalankan palingdjauh. Sebab dalam lagu
ketiga bukan hanja tiap2 bait sadja dimulai dengan huruf berikutnja, tetapi
tiap2 baitpun mengulang huruf jang sama sampai tiga kali sebagai permulaan tiap2
baris. Dalam Kitab Sutji, chususnja dalam kitab mazmur
(9.10.25.34.37.111.112.119.145), tetapi djuga dalam kitab2 lainnja (
Dalam Kitab Sutji Hibrani Lagu2 ratap tertera dalam apa jang disebut "megillot", atau lima gulungan; jaitu tulisan2 ketjil (Rut, Ester, Pengch. Md.Ag.,Lg.Rt),jang dibatjakan pada perajaan2 tertentu didalam synagoga. Lagu2 Ratap diuntukkan hari puasa, guna memperingati djatuhnja Jerusjalem, tanggal 9 Ab (Agustus). Alasan liturgis itu agaknja alasan satu2nja jang sesungguhnja,jang menentukan tempatnja sekarang didalam kanon. Daripadanja tidak dapat ditarik kesimpulan satupun berkenaan dengan kitab itu sendiri. Dalam terdjemahan Junani dan Latin oleh karenanja djuga mendapat tempat jang berlainan sama sekali, jaitu dipertalikan dengan kitab Jeremia. Perbedaan jang tak begitu penting ialah, bahwa dalam terdjemahan Junani kitab itu terpisah dari kitab Jeremia oleh kitab Baruch, sednagkan dalam terdjemahan Latin tempatnja segera sesudah kitab Jeremia dan diikuti kitab Baruch tetapi gandingan antara Lagu2 Ratap dan Jeremia adalah begitu eratnja. sehingga pengarang2 Kristen Kuno sering mengutipnja dengan nama Jeremia sebagai sebagian dari kitabnja. Ada puloa saksi2 lama, jang mengatakan, bahwa kitab itu pada orang2 Jahudi mula2 termasuk pula dalam kitab Jeremia atau se-tidak2nja sangat erat gandingannja dengannja. Tempatnja jangsekarang didalam Kitab Sutji Hibrani agaknja bukan jang paling kuno.
Lama orang menerima begitu sadja, bahwa Jeremia adalah pengarang kitab itu. Baru
dalam abad ke 18 orang mulai menjangsikannja, kesangsian itu achirnja mendjadi
umum. Dalam naskah2 terdjemahan Junani kitab itu dengan tegas disebut dengan
nama Jeremia, sebagaimana djuga halnja dalam naskah2 terdjemahan Latin. namun
demikian, djudul kitab tersebut, walaupun dari djaman kuno dansuatu terdjemahan
dari bahasa Hibrani, tidak aseli djuga dalam terdjemahan Junani. Terdjemahan2
Kuno lainnja tidak mengenal djudul itu dan djuga dalam teks Latin Vulgata
tidaklah terdapat dalam sebuah naskah dari djaman kuno. Pengarang2 kuno umumnja
mengikuti tradisi tersebut. Tetapi tradisi itu agaknja melulu berdasarkan suatu
tafsir Jahudi mengenai IITwr. 35,25, dalam mana disebutkan, bahwa Jeremia
mengarang sebuah lagu ratap pada waktu gugurnja josjijahu dalam pertempuran di
Megido. Orang mempertalikan Lag.Rt.4,20 denganitu dan demikian timbullah
anggapan, bahwa Lagu2 Ratap ditulis oleh nabi Jeremia. Dasar anggapan tersebut
adalah sangat sempit dan pastilah tidak tjukup untuk membuktikan,bahwa Jeremia
sungguh pengarang kitab itu. Anggapan itu memang dapat dipahami Sebab Lagu2
ratap adalah sedjalan seluruhnja dengan nubuat2 Jeremia; dan apabila orng mesti
mentjari nama untuk kumpulan ta-bernama dari lagu2 sematjam itu, maka nama
Jeremia adalah serasi. Tetapi betapapun djua mudah dimengerti, namun dengan itu
bukti belumlah diberikan, dan oleh karenanja djuga tidak sedikitlah keberatan,
jangdikemukakan terhadap tradisi jang ber-abad2 lamanja itu. Ditundjukkanlah,
bahwa Kitab Sutji Hibrani tidak mengatakan kitab itu dari Jeremia asalnja, hal
mana tentunja akan terdjadji apabila ahli2 Jahudi, jang telah memberikan
urutannja jang sekarang mengetahui barang sedikit tentang hal itu. Tetapi
argumen itu tidak membuktikan banjak. Sebab djika menurut aselinja Lagu2 ratap
itu adalah sematjam lampiran pada kitab Jeremia dan baru kemudian terpisah
daripadanja karena alasan2 praktis, maka kiranja akan dipahami pula, bahwa ahli2
itu tidak memandang ahli2 itu tidak memandang perlu untuk menjebutkan dengan
tegas, bahwa lagu2 itu dari Jeremia asalnja. Mereka dapat memandang hal itu
sudah dikenal umum. Selandjutnja dikemukakan pula bahasa, jang digunakan dalam
kitab itu. bahasanja betul memperlihatkan suatu kemiripan dengan bahasa Jeremia,
tetapi sebaliknja djuga perbedaan jangmenjook dengan bahasa nabi tersebut,
diiringi dengan suatu kesamaan dengan bahasa Jeheskiel, dan menggunakan bagian
kedua Jesaja. Tambahan pula ada kesamaan dengan kitab2 lainnja dari Kitab Sutji
(3,6: Mzm 143,2-3,15: Ijob 9,19;3,17:Mam 88,15,3,37:Mzm 33,9; 1,10: Ul 23,3).
Dikemukakan pula pertentangan dalam hal gagasan antara Jeremia dan Lg.Rt.(4,20,
jang menjebutkan Sedekia tidaklah sesuai dengan pandangan Jeremia tentang radja
tersebut.Jr.22,13-38'37,17-18;dan 4,17 sukarlah ditjotjokkan dengan
Djika bukan jeremia pengarang kitab itu, siapakah gerangan pengarangnja? Ada ahli, jang mengatakan lagu2 itu dikarang oleh pelbagai pengarang jang anonim. Kata mereka, kesemunja itu dsatukan karena lagu2 itu memperbintangkan tjema jang sama, bukan karena sama pengarangnja. Argumen2 jang dikemukakan, tidak begitu mejakinkan. Karena itu ahli lain berpegang teguh pada satu pengarang. Argumen2 jangdikemukaan oleh para pendukung pendapat tersebut pada hemat kami lebih kuat daripada argumen2 dari pendapat pertama, jang mengira harus menerima panjair tersendiri untuk tiap2 lagu. Hanja mengenai lagu 1 dan lagu 5 kiranja harus diterima, bahwa itu ditulis oleh pengarang lain. Adapun sebabnja maka lagu pertama dipisahkan dari lagu2 lainnja terutama ialah bahwa dalam lagu pertama digunakan urutan lain mengenai huruf Hibrani. Lagu kelima berlainan tjorakknja dengan jang lain2 begitu rupa, sehingga sukarlah berasal dari penjair jang sama. Sebab lagu kelima lebih merupakan suatu doa liturgis daripada lagu ratap.
Oleh karena semu lagu itu dan tjaranja tehme itu diperbintjangkan, haruslah semuanja itu terdjadi sebelum achir pembuangan, sebelum th. 538. Sebab lagu2 itu mengenai kehantjuran Jerusjalem dankebinasaan baitullah; dan didalam kitab itu tidak terdapat tanda satupun, bahwa hal itu sudah lama lampau. Selandjutnja orangpun sependapat, bahwa lagu2 itu dikarang tidak lama sesudah kedjadian2 itu, djadi tidak lama sesudah 587. Hanja untuk lagu pertama oleh beberapa ahli diadakan keketjualian, sedjauh mereka berpendapat, bahwa lagu tersebut ditjiptakan sebelum perebutan Jerusjalem dalam tahun 587. Dalam lagu tersebut betul disebutkan tentang pembuangan,tapi tidak tentang kehantjuran Jerusjalem. Karena itu kata mereka lagu itu ditulis setelah deportasi setjara besar2an jang pertama dalam tahun 598 dan sebelum 587. Djuga lagu ketiga oleh beberapa ahli hendak ditanggalkan pada tahun jang lain jaitu kemudian daripada lagu 2,4 dan 5. Lagu tersebut kata mereka sangat samar2 dan umum tjoraknja, sehingga agaknja tidak mengingat kedjadian2 konkrit. Lagipula sangat tergantung dari beberapa mazmur (3,9:Mzm 142,3;3,17.55.56: Mzm 88,7.10.15'3,37: Mzm 33,9. Lagu itu baru kemudian ditambahkan kepada kumpulan lagu2 ratap jangsudah ada (lih. keterangan 3,1).
Sukarlah menentukan dimana lagu2 itu dikarang. Beberapa ahli mengira di Babel, sedangkan ahli2 lain mentjari tempat-tinggal si penjair di Mesir (Jeremia). Tetapi lebih mungkinlah tanah asal-usulnja ialah Palestina, jaitu di Jerusjalem sendiri. Sebab disitulah ibadah tetap dilangsungkan ditempat baitullah jang hantjur itu (Jr 41,5). Agaknja di Jerusjalem segera dikenal pula suatu perajaan chusu sebagai peringatan kepada djatuhnja Kota dan hantjurnja baitulah (Zak.7,3;8,17). Lagu ratap serasi sekali dengan liturgi sematjam itu, sehingga Jerusjalem paling besar kemungkinannja sebagai tempat asal-usul lagu2 itu.
Isi keigamaan Lagu2 Ratap memberikan nilainja jang chas dan tetap kepada kitab itu. Tidak dapat tidak njanjian2 jang monoton itu mengingatkan kepada bentjana jang terbesar, jang pernah menimpa umat Allah jang lama. Pemandangan jang menjuedihkan itu dilukiskan dengan pandjang lebar dan kadang2 sampai perkara ketjil jang mengerikan. Tetapi lagu2 itu tidak hanja sampai kesia sadja. Keruntuhan tersebut bukanlah pekerdjaan takdir jang tak dapat dielakkan, jang setjara buta menjerbukan diri kepada bangsa itu. Latarbelakang drama jang mengerikan itu ialah dosa, ketidak-setiaan umat kepada Allahnja (1,5.14.18;3,42;4,6;5,16). Dosa itulah jang dihukum oleh keadilan Allah, karena Allah kan "tidak dengan ichlas hati merendahkan dan merundung" (3,33). Bentjana tersebut adalah suatu pemaklum, baik dari dosa maupun dari keadilan Allah. Ia telah menaruh sedjarah akan kegunaan sifat tersebut. Bukannja salah seorang jang besar, melainkan Allah sendiri memimpin balatentara, jang membasmi Jerusjalem (1,5.12.15;2,1-8.17.22;,3,2-16.38;4,11.16;5,16.21). Bukan pula sesuatu individu sadjalah, jang membangkitkan murka Allah dengan dosanja, melainkan adalah seluruh bangsa, jang berbuat dosa(3,34-36;5,7.16). Namun demikian, malapetaka itu tidaklah dimaksudkan se-mata2 sebagai hukuman, tetapi djuga sebagai djalan untuk bertobat (3,23.40.41;5,22); dan pertobatan itu sendiri adalah suatu kurnia dari Allah jang baik (3,25), milik-pusaka Israil jang tetap (3,24). Karena itu, asal sadja ada keinsjafan telah berbuat dosa dan ada sesal, maka selalu ada harapan pada Allah jang rahim, baik dan mahakuasa. Lahu2 Ratap bukanlah tjontoh bagi keputus-asaan existensialistis, melainkan tjontoh kepertjajaan jang penuh harapan danpengharapan jang pertjaja akanhari depan (3,26-31).
Djika dibatja setjara demikianlah, maka lagu2 ratap itu tetap mempunjai artinja, djuga didalam Perdjadjian Baru. Didalam literatur Katolik lagu2 itu digunakan dalam Pekan Sutji, pada perajaan peringatan wafat Penebus. Inilah bentjana jang terbesar didalam sedjarah dunia; dan memang ada alasan untuk melambungkan lagu dukatjita karena manifestasi jang terhebat dari dosa dan pengadilan. Tetapi karena Allah jang mengadili, maka didalam bentjana terdapatlah bibit kebangkitan dan kehidupan, pendekatan antara Allah dan manusia. Dan djustru karena itulah lagu2 ratap dengan kepertjajaannja penuh harapan itu serasi sekali dengan upatjara2 peringatan akan wafatnja Penebus, jang membawa kehidupan kita. MempelaiNja (Geredja) dapat menjanjikan lagu2 sedih itu sebagai pernjataan tjintakasihnja, tetapi djuga sebagai -permakluman dosa dan pengadilan , jang djuga dikenal oleh mempelai tersebut; namun suatu pengadilan jang merupakan djalan kekebangkitan, ke Paska. djuga mempelai Kristus harus melalui derita sebagai hukuman jang adil, untuk dapat bersukatjita dalam Kehidupan itu.
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) JERIT KEPRIHATINAN RATAPAN 1
Penderitaan Dari Dosa
Ratapan merupakan pelepasan beban dan kebingungan; itu menggambarkan rasa sakit dan kehancuran. ...
JERIT KEPRIHATINAN RATAPAN 1
Penderitaan Dari Dosa
Ratapan merupakan pelepasan beban dan kebingungan; itu menggambarkan rasa sakit dan kehancuran. Kesengsaraan yang diungkapkan oleh nabi itu difokuskan pada bencana nasional yang menyelimuti pemandangan itu dengan rasa malu dan penderitaan. Bencana dan kehancuran itu dilihat dari titik pandang yang berbeda dan oleh orang yang berbeda dalam kitab itu,1dengan kelap-kelip harapan bahwa hari yang lebih baik akan datang (3:21, 24). Pelbagai gelagat tentang harapan ini sebagian besar diredam oleh jerit keprihatinan ketika nabi itu meratapi sisa-sisa reruntuhan yang membara dari masa lalu Yehuda yang keemasan dan mulia. Suasana hati itu diungkapkan dalam kata-kata ini oleh Alfred, Lord Tennyson:
Oh, tapi kami percaya entah bagaimana kebaikan Akan menjadi tujuan final keburukan, Bagi kepedihan alam, dosa keinginan, Kelemahan keraguan, dan noda darah;
Tidak ada yang berjalan kaki tanpa tujuan; Tidak satu nyawa pun akan dibinasakan, Atau dilemparkan seperti sampah kepada kehampaan, Ketika tumpukan itu telah Allah selesaikan;
Lihatlah, kita tidak tahu apa-apa: Aku hanya dapat percaya bahwa kebaikan akan timbul Akhirnya—jauh sekali—akhirnya, bagi semuanya, Dan setiap musim dingin berubah ke musim semi.
Begitulah mimpiku; tapi apakah aku? Bayi yang menangis di malam hari: Bayi yang menangis minta terang: Dan tanpa bahasa kecuali tangisan.2
Pasal 1 berfokus pada kota itu. Yerusalem adalah titik fokus bagi semua kebodohan dan kesedihan. Dominasi kota itu dalam pasal ini terbukti dengan ungkapan itu. "Yerusalem" disebut 3 kali (1:7, 8, 17), "Sion" 3 kali (1:4, 6, 17), "kota" dua kali (1:1, 19), dan kata ganti orang yang mengacu kepada kota itu ("dia," "[milik]nya," "[kepada]ku," "[milik]ku," "Aku," "dirinya sendiri") sekitar 100 kali dalam 22 ayat!
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) JERIT KEPRIHATINAN
RATAPAN
Puisi Penderitaan
Salomo menulis, "Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah ...
JERIT KEPRIHATINAN
RATAPAN
Puisi Penderitaan
Salomo menulis, "Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya"; "Orang berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang bodoh senang berada di rumah tempat bersukaria" (Pengkhotbah 7:2, 4). Dalam pandangan kata-kata terilham ini, nyanyian Ratapan lima pasal, puisi yang panjang tentang penderitaan dan kematian, pastinya memenuhi syarat sebagai karya besar sastra mengenai apa yang lebih baik!
Kitab Ratapan bisa saja disebut aliran sungai air mata, tapi pelbagai gambaran di dalam kitab itu tidak dapat sepenuhnya mencerminkan kesengsaraan intens orang-orang Yahudi. Kitab yang pendek ini mengenakan selubung kesedihan, menggemakan pesan tentang harga dosa. Dari awal sekali, kota Yerusalem yang kesepian digambarkan sebagai seorang perempuan yang menangis dengan sedihnya, sebagai seorang janda yang duduk berduka cita karena perbudakan yang berat dan berkabung, di tengah-tengah penderitaan (1:1-3). Setiap persepsi yang menyakitkan; setiap sentimen adalah jeritan hati yang hancur. Kitab itu "dapat dengan benar disebut karya besar kesedihan yang mendalam dari semua literatur dunia."1
Yerusalem dihancurkan pada tahun kesebelas, bulan keempat, dan hari kesembilan pemerintahan Raja Zedekia (Yeremia 39:1-9). Itu pasti tragedi yang paling signifikan yang terjadi dalam sejarah politik dan agama umat Allah-dari Keluaran dari Mesir sampai titik klimaks kehancuran kota itu. Peristiwa penting itu, dengan akibat buruknya, mencetuskan penulisan Kitab Ratapan. Yerusalem, tempat di mana Allah rindu untuk bertemu dengan umat-Nya yang setia (2 Tawarikh 7:12-16), dihancurkan atas perintah Nebukadnezar, raja Babel. Bagi orang Ibrani melihat kota suci mereka terbakar adalah pengalaman yang menghantui dan memalukan. Meski sudah berkali-kali diberikan peringatan sebelumnya bahwa saat seperti itu akan datang (lihat Yeremia 1:15, 16; 7:1-15; 38:17-23), orang-orang Yahudi itu sama sekali tidak siap bagi kejatuhan mereka (Yeremia 5:11-13; 16:10; 37:9, 10). Sejak pembebasan yang terjdi pada zaman Raja Hizkia, orang-orang itu percaya bahwa Yerusalem aman dan tidak akan pernah jatuh (lihat 2 Raja 19:14-37). Oleh karena itu, itu merupakan pukulan yang tiba-tiba, mengejutkan ketika tembok-tembok Yerusalem dijebol dan bait suci dibakar. Kitab Ratapan adalah upaya puitis untuk menggambarkan kehancuran itu dan mengungkapkan suasana hati orang-orang yang ditaklukkan ini.
Penulis itu dipersiapkan untuk tugas itu oleh pengilhaman Allah, namun juga dengan ikut mengalami pelbagai peristiwa kehancuran ini. Kitab Ratapan ditulis tidak lama setelah jatuhnya Yerusalem, sehingga pelbagai adegan yang mengerikan itu masih segar dalam ingatan; kengerian itu masih melintas di depan matanya. Saat ia melihat kota itu teronggok dalam kehancuran yang membara, ia menuliskan kitab tentang kehancuran dan keputusasaan ini dengan cara yang banyak memberi kita pelajaran.
SIAPAKAH YANG DIUNTUNGKAN DARI STUDI INI?
Sebelum mempelajari Kitab Suci tertentu, perhatikanlah jenis orang berikut ini yang akan diberkati oleh studi kita atas kitab Ratapan:
- 1. Mereka yang saat ini menanggung beban berat.
- 2. Mereka yang mengalami perlakuan tidak adil tetapi harus terus melakukan apa yang benar.
- 3. Mereka yang peduli dengan hubungan mereka dengan Allah.
- 4. Mereka yang tidak peduli dengan hubungan mereka dengan Allah.
- 5. Mereka yang terbenam dalam dosa dan butuh dorongan untuk memulihkan harapan mereka.
- 6. Mereka yang lebih mengandalkan manusia daripada Pencipta mereka. Peringatan yang serius diberikan dalam puisi ini mengenai harga kebodohan semacam itu.
- 7. Mereka yang secara tragis menderita kehilangan dan butuh kekuatan untuk bangkit mengatasi kesedihan mereka.
- 8. Mereka yang dapat membangun iman dari keadaan yang hancur.
- 9. Mereka yang butuh peringatan tentang betapa manusia dapat menipu!
- 10. Mereka yang ingin melihat keseimbangan antara murka Allah dan hati-Nya yang berbelas kasihan yang tidak akan pernah menjatuhkan kita jika kita percaya kepada Dia.
Puisi ini secara jelas menyajikan malapetaka yang menanti orang mana saja yang melupakan perintah kebenaran di negeri itu (lihat Roma 6:12, 13, 16-18; Matius 6:33; 1 Petrus 3:12-22).
SIAPAKAH PENULISNYA? Bukti Internal
Teks itu tidak memberikan nama penulisnya. Namun begitu, teks itu memberi secara spesifik sifat, karakter, dan keprihatinan penulis itu. Kita dapat menyimpulkan siapakah penulis itu sebenarnya.
- 1. Penulis itu sangat mengenal baik rincian tentang Yerusalem. Kedudukan masa lalu kota itu sebagai "agung di antara bangsa-bangsa" (1:1) telah memburuk sampai penulis itu mengatakan, "Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis" (1: 2) dan merasa tidak ada yang menghibur dia (1:16). Ia tahu keadaan Yehuda saat itu, di mana, ia berkata, "Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita" (1:4). Ia memberikan rincian tentang gerbang-gerbangnya, para imamnya (1:4, 19), dara-daranya, musuh-musuhnya, dan karakternya. Ia tahu tentang "banyak pelanggarannya" (1:5; lihat ayat 8, 18, 20, 22). Catatan tentang perbuatan tertentu oleh tua-tua (2:10) menunjukkan bahwa penulis itu adalah orang yang berada di lokasi saat Yerusalem jatuh ke tangan Babel.
- 2. Air mata penulis, tekanan emosional, dan penderitaan pribadi terhadap apa yang ia lihat dan dengar dari anak-anak dan kaum ibu (2:11-13) menegaskan kasihnya dan pengamatannya yang serius. Ia mengenal baik "penglihatan yang dusta dan hampa" dari masa lalu yang menjadi penyebab dari semua kesedihan itu (2:14). Ia meneliti bahaya sekarang dari "sekalian orang yang lewat," sambil bertepuk tangan "mengejek kamu" (2:15; NASB). Penulis itu tidak hanya ikut merasakan tindakan tragis duniawi, namun rasa sakit itu semakin sakit oleh sebab ia tahu bahwa yang telah melakukan hal itu adalah Allah "dalam kegeraman murka-Nya" (2:6). Pasal 2 mengungkapkan fakta ini (lihat kata ganti "Ia" dan "Nya" dalam 2:1-9, 17). Hanya orang yang diilhamkan oleh Allah yang dapat mengetahui pelbagai rincian ini.
- 3. Dalam pasal 3, penulis itu menelusuri perjalanannya sendiri melalui pemahaman pribadi tentang apa yang Allah perbuat untuk membuat dia bertahan (3:8-18), namun kemudian ia merenung dengan harapan (3:21, 24, 29) tentang apa yang sebenarnya Allah sedang lakukan (3:19-38). Ia kemudian merunut balik periode pemberontakan dan keraguan secara nasional dan pribadi terhadap Allah, dengan menyimpulkan bahwa Allah "dekat tatkala aku memanggil-Mu" (3:57). Pasal ini diakhiri dengan kepercayaan kepada Allah (3:64-66). Bila dilihat seperti itu, pasal ini menawarkan pengertian yang besar tentang penulis kitab Ratapan itu. Apakah ada nabi yang dikenal pada zaman itu yang melangkah melalui pola pikir keraguan dan memperdalam, mengembangkan kepercayaan kepada Allah?2
- 4. Penulis itu memberikan survei sekilas tentang harga mahal yang harus dibayar untuk dosa (4:1-10), menunjukkan alasan bagi murka Tuhan dan kejatuhan bangsa itu (4:11-22). Ia mengerti mengapa umat Allah di bawah naungan-Nya akan "hidup di antara bangsa-bangsa" (4:20); ia tahu bahwa Penawanan itu perlu dan dibenarkan.
- 5. Penulis mengakhiri dengan permohonan penuh doa agar Tuhan mengingat pemandangan menyedihkan, memuakan yang ada di hadapannya (5:1-18). Ia tahu bahwa penyebabnya adalah dosa yang terus diperbuat (5:7, 16). Ia juga mengakui posisi berdaulat Allah, mengakhiri dengan permohonan yang memilukan: "Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala!" (5:21). Sebagai patriot yang setia, ia merindukan bangsanya kembali kepada Allah. Siapakah di tempat kejadian itu yang sesuai dengan gambaran itu?
Meski kitab itu tidak menyebutkan nama penulisnya, perhatian yang cermat terhadap bukti internal-mencakup sifat dan karakter penulis itu-menyisakan sedikit keraguan tentang orang yang terilham yang sesuai dengan fakta-fakta ini. Satu-satunya nabi yang dikenal yang tinggal di Yerusalem ketika bangsa itu jatuh ke tangan Babel adalah Yeremia!
Paralelisme Yeremia dan Kitab Ratapan
Ketika kita membandingkan Kitab Yeremia dan Kitab Ratapan, kesamaan antara dua kitab itu membuat kita berpikir bahwa orang yang menulis kitab yang satu menulis juga kitab lainnya. (Perhatikanlah kesamaan dalam bagan di bawah ini.) Nada dan pelbagai kebenaran dalam kedua kitab itu adalah sama. Keduanya secara berulang kali menekankan bahwa hukuman menimpa Yehuda karena dosa-dosanya dan karena penghakiman Allah terhadap dia. Kejahatan para nabi dan para imam ditekankan pada kedua kitab itu. Frasaologi yang konsisten itu mengarah kepada satu penulis sebagai pengarang kedua kitab itu.
Kesamaan Frasa Dalam Yeremia & Ratapan Menunjukkan Penulis Yang Sama |
||
Yeremia |
Frasa Yang Sama |
Ratapan |
Acuan kepada sekutu sebagai kekasih |
||
30:14 |
Besarnya kejahatan/banyaknya dosa |
|
13:22, 26 |
Kejahatan diekspos/kain yang najis |
|
8:21 |
"Menginjak-injak puteri Yehuda" |
|
9:1, 18; 13:17 |
Mata/menangis dengan sedihnya |
|
33:5; lihat 30:14 |
Dibunuh sebagai musuh/ "dalam murka-Ku" |
|
Dosa-dosa para nabi/para imam |
||
6:25; 20:10 |
Teror pada setiap sisi |
|
19:9 |
Karna lapar/para ibu memakan anak-anak |
|
8:1 1 |
"Keruntuhan puteri bangsaku" |
|
20:7 |
Menjadi tertawaan |
|
9:15; 23:15 |
Mengenyangkan dengan kepahitan |
|
38:6 |
Dilemparkan hidup-hidup dalam lobang |
|
11:20 |
Mengadakan pembalasan terhadap mereka, |
|
18:6; 19:1-13 |
Kiasan belanga-belanga tanah |
|
Pengejar lebih cepat daripada rajawali |
||
49:7, 12 |
Edom/piala (murka) |
|
13:18 |
Mahkota jatuh dari kepala |
Bukti Eksternal
James E. Smith memberikan fakta-fakta penting berikut ini mengenai kepengarangan kitab Ratapan:
Sumber tertulis paling awal yang mengaitkan kitab itu kepada Yeremia adalah kitab Ratapan versi bahasa Yunani. Terjemahan kitab Ratapan ini kemungkinan besar selesai sekitar tahun 200 S. M. yang berisi catatan pengantar yang berbunyi: "Dan terjadilah setelah orang Israel dibuang sebagai tawanan dan Yerusalem menjadi sunyi sepi sehingga Yeremia duduk menangis, dan ia meratap dengan ratapan ini atas Yerusalem.…"
Talmud, wadah yang sangat besar yang berisi hukum dan tradisi Yahudi, menyatakan: "Yeremia menulis kitabnya, Raja-raja dan kitab Ratapan."
Semua Bapa Gereja kuno menganggap Yeremia sebagai penulis kitab Ratapan.3
Dengan menggabungkan bukti internal, kesamaan nada dan pemikiran di dalam Kitab Yeremia dan Kitab Ratapan, ditambah bukti sejarah, kita menyimpulkan bahwa Yeremia adalah penulisnya.4
BAGAIMANA TENTANG JUDUL & LOKASINYA
Dengan mengikuti pola kitab Perjanjian Lama, kitab Ratapan awalnya memperoleh judulnya dari kata Ibrani pertama dalam kitab itu- ekah,5yang menjadi bentuk "Bagaimana…!" yang mengherankan yang lebih daripada sekedar kata pengantar untuk mengajukan pertanyaan. Kata itu menegaskan keheranan yang mencengangkan terhadap kehancuran yang penulis itu diminta untuk menggambarkannya. Dalam 1:1, 2:1, dan 4:1 kata itu digunakan untuk meneriakkan betapa mengerikan, betapa hebat bencananya, betapa menyeluruh kehancuran atas keindahan, hilangnya tanah kota elit Sion!
Belakangan guru-guru Yahudi memberikan judul Qinoth, atau "ratapan." Terjemahan ini mungkin telah mempengaruhi para pakar yang belakangan menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani. Dalam Septuaginta kitab itu dinamai menurut isinya, Threnoi, kata Yunani yang berarti "ratapan" atau "air mata," sedangkan dalam Vulgata Latin kitab itu berjudul "Ratapan Yeremia."
Kitab Ratapan pada mulanya tampaknya didapati sebagai lampiran dalam kitab Yeremia. Josephus menulis bahwa orang Ibrani memiliki dua puluh dua kitab "yang dianggap sebagai ilahiat."6Ada lima kitab Hukum (Kejadian sampai Ulangan), tiga belas kitab Para Nabi, dan empat kitab berisi lagu-lagu dan himne (Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, dan Kidung Agung). Pada waktu itu, 1 dan 2 Samuel adalah satu kitab, seperti juga 1 dan 2 Raja-raja, 1 dan 2 Tawarikh, dua belas nabi kecil, dan Ezra dan Nehemia. Dengan menambahkan empat kitab nabi besar (Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Daniel), ditambah Yosua, Hakim-hakim, Rut, Ayub, Ester, dan Ratapan, kita memiliki lima belas kitab nubuat. Namun begitu, jika kita menganggap Hakim-hakim dan Rut sebagai satu kitab, dan menempatkan Ratapan dan Yeremia sebagai satu kitab, kita kemudian akan memiliki tiga belas kitab nubuat, empat kitab nyanyian dan himne, dan lima kitab Hukum (13 + 4 + 5 = 22). Dengan cara ini, kita tiba pada 22 kitab yang "dianggap ilahiat" oleh orang Ibrani. Juga, ini menunjukkan keyakinan mereka bahwa kitab Ratapan memiliki kaitan dengan kitab Yeremia. Sejumlah penulis awal menyinggung 22 kitab dalam Alkitab Ibrani.7"Bapak gereja mula-mula, Jerome, menegaskan bahwa kitab Ratapan pernah berada dalam gulungan kitab yang sama dengan kitab Yeremia."8
BAGAIMANAKAH BENTUKNYA & GAYA SASTRANYA? Puisinya
Kitab Ratapan adalah contoh klasik tentang puisi Ibrani, puisi berisi pemikiran ketimbang sajak. Pemeriksaan singkat dalam Alkitab bahasa Inggris akan menunjukkan pasal 1, 2, 4, dan 5 memiliki 22 ayat dan pasal 3 memiliki enam puluh enam ayat. Ini merupakan sebuah pola tentang niat ketimbang kebetulan. Mengetahui hal ini dapat membantu kita untuk memahami pesan yang diberikan. Baris kedua dan ketiga dari setiap ayat dalam bahasa Ibrani berhubungan dengan, atau mengulangi, pemikiran dari baris pertama, dengan kata-kata yang berbeda. Pola ini diacukan sebagai paralelisme sinonimus, atau jika berbeda dengan pemikiran baris pertama, disebut sebagai paralelisme antitesis. Ratapan dalam bahasa Ibrani memiliki apa yang disebut ritme ratapan (Qinah), yang tidak terlihat dalam terjemahan bahasa Inggris/Indonesia. Irama dalam ritme Qinah menempatkan baris kedua dari setiap ayat satu tekanan lebih pendek daripada baris pertama, dengan baris ketiga mirip dengan baris yang pertama.
Karakteristik lain yang unik dari gaya sastra itu adalah bahwa pasal 1 sampai 4 berada dalam bentuk akrostik abjad, setiap bagian dimulai dengan huruf yang berurutan dari abjad Ibrani (22 huruf).9Pasal 1 dan 2 identik dalam bentuk, masing-masing terdiri dari 66 baris, yang diatur dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari tiga baris dalam setiap ayat. Setiap kelompok disebut trikolon. Baris pertama dari trikolon pertama dimulai dengan huruf Ibrani, 'aleph, sedangkan baris pertama dari trikolon kedua, ayat 2, dimulai dengan huruf Ibrani kedua, beth, pola itu berlanjut terus sampai akhir pasal itu dan akhir abjad Ibrani Pasal 3, yang berisi enam puluh enam ayat, melipattigakan pola ini dengan sedikit variasi. Ada lagi 66 baris, tetapi masing-masing dari tiga baris pertama dimulai dengan 'aleph; masing-masing dari tiga baris berikutnya dimulai dengan beth, dan seterusnya. Dengan kata lain, setiap ayat dalam 3:1-3 dimulai dengan 'aleph dalam bahasa Ibrani, sementara setiap ayat dalam 3:4-6 dimulai dengan beth, dan pola itu berlanjut sehingga abjad Ibrani tercakup lagi dalam 66 ayat itu.
Pasal 4 sedikit dimodifikasi. Dalam pasal itu setiap ayat dimulai dengan huruf yang berbeda dari abjad Ibrani, namun kali ini setiap ayat hanya terdiri dari dua baris, disebut bikolon.
Pasal 5 bukanlah akrostik, dengan setiap ayat diawali dengan huruf alfabet Ibrani. Namun, itu juga memiliki 22 ayat, jumlah huruf dalam abjad Ibrani.
Mengingat pola-pola sastra ini dapat membantu pembaca untuk mengikuti pesan dan penekanan penulis itu,10bahkan ketika membaca dari terjemahan bahasa Inggris/Indonesia. Tuntutan dan rincian pola ini menunjukkan bahwa komposisi itu memerlukan pertimbangan dan perenungan yang cermat. Bentuk itu mungkin dikembangkan untuk tujuan penghafalan, untuk membantu orang Ibrani dalam melafalkan materi itu. Tambahkanlah hal itu dengan pengilhaman Roh Kudus (lihat 2 Petrus 1:20, 21), maka pembaca dapat yakin bahwa bentuk dan isinya layak untuk direnungkan.
Kata Ganti Orang
Panduan lain untuk memahami pentingnya kitab ini adalah dengan mempertimbangkan pola tentang kumpulan pikiran yang dipusatkan pada individu atau individu-individu. Penekanan itu dapat dideteksi melalui pengulangan kata ganti orang. Perhatikanlah jenis penekanan dalam nas-nas berikut ini dari NASB:
1:12-15. Penekanannya adalah pada Tuhan dan murka-Nya yang sengit sebagai sumber penderitaan parah yang ditimbulkan. Tuhan diidentifikasi dengan penggunaan berulang-ulang "Nya" dan "Ia."
2:1-9. Murka Tuhan sekali lagi ditekankan, dan itu dimanifestasikan melawan "putri Sion." "Nya" dan "Ia" yang mengacu kepada Tuhan digunakan 37 kali.
2:10-16. Keadaan jahat para tua-tua ditulis dengan penggunaan "mereka" dan "[milik] mereka" yang berulang-ulang dalam 2:10, 12. Kebingungan nabi itu terlihat dari penggunaan "ku" dalam 2:11 dan "Aku" dalam 2:13, sementara keadaan sedih "dara, puteri Sion" terhampar di sekitar "[milik]mu" dan "kamu" dalam 2:13b-16.
2:17. Tuhan dan perbuatan-Nya ditekankan dengan penggunaan "Ia" da "[milik]Nya" 7 kali.
3:1-18. Tindakan Allah melawan nabi itu dilakukan dengan cepat, pernyataan berulang terjalin di seputar penggunaan "[milik]Nya" dan "Ia" sebanyak 24 kali. Dalam ayat yang sama, ia mengecam penderitaan yang ditimpakan ke atas dia melalui rangkaian "Aku," "ku," "[milik]ku," dan "siapa" sebanyak 34 kali.
3:19-24. Peralihan terjadi saat nabi itu memasukkan permohonan dan penghormatan kepada Allah. "[Milik]ku," "ku," dan "Aku" digunakan 10 kali. Tuhan disebut dua kali dan dikenali oleh kata ganti orang sebanyak 3 kali.
3:25-38. Penghormatan kepada Tuhan berlanjut, mengidentifikasi Dia sebagai "Tuhan," "Yang Mahatinggi," dan oleh kata ganti orang sebanyak 15 kali. Juga, ada peralihan dari orang pertama dalam 3:1-24 kepada "orang lain" (orang ketiga) dalam 3:25-38. Ungkapan "mereka yang," "orang yang," "ia," "manusia," "miliknya," "dia," "anak-anak manusia," "semua," dan "siapa" ditemukan sebanyak 20 kali.
3:48-66. Nabi itu kembali kepada pelbagai pencobaan yang menimpa dia. "[Milik]ku," "ku," dan "aku" digunakan sebanyak 27 kali. Sebuah permohonan dijalin dengan ungkapan percaya diri kepada Tuhan. Lima belas kali, "Kamu" atau "[Milik]mu" diulang.
Pasal 4. "Mereka", "[kepada] mereka," dan "[milik] mereka" sering digunakan, dan umumnya mengacu kepada umat Allah sebagai korban murka-Nya yang dahsyat. Dimulai dalam ayat 17, penulis itu memasukkan dirinya ke dalam adegan itu, mengidentifikasi keterlibatan pribadi dengan "[milik] kami," "kami," dan "[kepada] kami."
Pasal 5. Dalam doa dan permohonan kebangsaan ini kepada Tuhan, penulis itu memohon Allah untuk mengingat dan mengetahui keadaan menyedihkan orang Yahudi. Ia mengakui dosa-dosa mereka dan mengakui Allah sebagai harapan mereka untuk dipulihkan menjadi "seperti dahulu kala!" (5:21). Pola kata ganti orang itu mengaitkan pasal itu bersama dengan penggunaan "[kepada] kami" (11 kali), "kami" (8 kali), da "[milik] kami" (18 kali).
Kata ganti orang itu secara jelas merupakan kunci dalam memahami penekanan, pesan inti, keterlibatan individu, dan pelbagai rincian dalam kitab Ratapan.
APAKAH TUJUANNYA?
Kitab apa saja dalam Alkitab dapat memiliki beberapa tujuan, tapi tema dominan biasanya terlihat. Itu bisa saja muncul dari satu nas (lihat Roma 1:16-18; 1 Timotius 3:14, 15), atau itu bisa juga terungkap melalui penekanan yang berakumulasi yang tersebar di seluruh bagian atau pasal sebuah kitab. Kitab ratapan tampaknya sesuai dengan pola yang terakhir. Kitab ini bergerak dari satu adegan yang tenang kepada adegan yang lain, mencapai puncaknya dalam pasal 5 dengan langit dan bumi bersatu dalam sasaran kesedihan, memiliki keinginan yang sama kepada ke-Ilahian dan kemanusiaan. Sebagai rangkaian ratapan, kitab itu menggemakan jerit keprihatinan sang Pencipta dan para makhluk-Nya.
Ringkasan Pasal Demi Pasal Menunjukkan Tujuannya
Setiap pasal memiliki penekanannya sendiri sehingga adegan yang sama dilihat dari sudut pandang yang berbeda, semua bergerak menuju maksud ilahi untuk memenuhi kebutuhan yang signifikan. Sebelum menyelidiki kitab ini secara ayat demi ayat, pikirkanlah ringkasan pendek pasal demi pasal ini.
Pasal 1: Kotanya-Skenario Penderitaan Dari Dosa. Seseorang mungkin saja menderita atas dosa sebelum ia menyesal untuk dosa. Harga yang menyakitkan harus dibayar karena dosa biasanya mendahului penyesalan untuk dosa. Harga dosa ditinjau dengan perbedaan dan perbandingan, dengan tahapan-tahapan penderitaan.
Pasal 2: Sang Pencipta-Penyebab Pengendali Bagi Kehancuran Dan Ketandusan. (Tuhan disebutkan dalam ayat 1, 2, 5-8, 17, dan 20.) Pasal ini memberikan keutamaan kepada bagian Allah dalam penghancuran itu.
Pasal 3: Jeritannya-Ketika Nabi Yang Terluka Memperoleh Persepsi. Meski Allah menjadi titik fokus dalam 66 ayat pertama ini, pesan intinya adalah tentang seorang nabi yang penderitaannya mendorong dia untuk memuji Allah dan keyakinan kepada keadilan-Nya. Pasal ini memiliki kesamaan yang luar biasa dengan pergumulan Yeremia seperti yang terlihat dalam Yeremia 11-20.
Pasal 4: Harganya-Ditampilkan Oleh Kebusukan Dan Kehancuran Bangsa. Pelbagai perbedaan menggambarkan seberapa jauh bangsa itu telah jatuh. Pasal ini menggambarkan kehidupan yang paling hina dan mengerikan (4:1-12). Pelbagai penyebab kebobrokan diidentifikasi (4:13-16). Situasi mengerikan umat itu membuat nabi itu ikut terseret ke dalam keadaan mereka yang menyedihkan (4:17-22).
Pasal 5: Penyebabnya-Menimbulkan Penyesalan, Persepsi, Dan Permohonan. Teks itu memberikan survei tentang di mana dosa telah membawa umat Allah. Nabi itu menginginkan Allah untuk mengingat penderitaan mereka (5:1-10). Kita melihat bahwa harga yang dibayar oleh beragam kelompok orang (5:11-18) telah membuat umat Allah berlutut; mereka siap untuk tunduk kepada pemerintahan Allah, mencari pemulihan dan pembaharuan-Nya (5:19-22).
Kelima pasal ini menunjukkan buah dosa yang memuakkan dan memampukan kita untuk melihat orang-orang dalam berbagai tahapan penderitaan. Nabi itu memang berduka namun juga bertumbuh; bangsa ini dibuat berlutut dalam penderitaan yang luar biasa. Allah diidentifikasi sebagai penyebabnya dan dibenarkan oleh jiwa-jiwa yang mengaku berdosa yang menyadari kebenaran bahwa Tuhan adalah bagian mereka dan harapan mereka (3:24). Itu adalah pesan positif dalam adegan penderitaan dan kengerian ini. L. L. Gieger merangkum aspek negatif kitab Ratapan:
Yehuda yang berduka sedang dalam penderitaan; penggalan-penggalan kemuliaan bangsanya mengotori tanah; kehormatan telah diseret dalam kotoran ke Babel; orang-orang yang tidak percaya kepada Allah sedang bergembira dalam cemoohan; dan, setiap pemikiran dalam pikiran Yeremia menimbulkan tumpahan baru air mata.11
Ayat-ayat Kunci Meringkas Pesannya
Ayat-ayat kunci meringkas kata pengantar ini dan menyoroti pesan-pesan untuk kita yang terdapat dalam kitab itu. 1:8: "Yerusalem sangat berdosa, sehingga najis adanya." (Lihat Amsal 6:27; 14:34; Yesaya 30:1; Yeremia 17:1). Kita tidak berani mengabaikan sifat dosa yang merusak! Sudahkah Anda memutuskan untuk hidup murni dan berbicara di hadapan Allah dan manusia? (Lihat Titus 2:7, 8.) 2:5: "Tuhan menjadi seperti seorang seteru; Ia menghancurkan Israel." (Lihat Bilangan 32:23; Yesaya 59:1, 2; Amos 1:3, 6, 9, 11; Amsal 1:24-32). Rahmat Allah hanya ada selama itu; hari pembalasan akan datang suatu hari nanti! Sudahkah Anda memperoleh kasih karunia atau rahmat-Nya untuk hari pembalasan itu? (Lihat Ibrani 4:14-16).
3:40: "Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN." (Lihat Yesaya 55:6-9; Mazmur 119:59, 60.) Membawa kembali umat-Nya kepada Dia sudah selalu menjadi tujuan Allah yang baik dan layak. Sudahkah Anda menguji diri Anda untuk melihat apakah Anda dalam iman? (Lihat 2 Korintus 13:5; Galatia 3:26, 27.) 4:11: "TUHAN melepaskan segenap amarah-Nya, mencurahkan murka-Nya yang menyala-nyala, dan menyalakan api di Sion, yang memakan dasar-dasarnya." (Lihat Keluaran 34:7; Bilangan 14:18; Roma 2:4-9). Penolakan mereka untuk bertobat menyebabkan kehancuran mereka (lihat Lukas 13:3, 5). Betapa menyedihkan bahwa Allah harus melangkah sejauh itu untuk "membersihkan udara dan pemikiran manusia" sebelum kebenaran dapat dipulihkan di negeri itu! Mazmur 14:2, 3; 53:2, 3; Roma 3:9-11). Apakah Allah perlu menurunkan murka-Nya ke atas Anda atau apakah Anda hidup dalam kebenaran di hadapan Dia? (Lihat Kolose 3:5, 6; Efesus 4:22-24). 5:21: "Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala!"(Lihat Yoel 2:12-14; Yesaya 58:5-12; Mazmur 51:7-13). Tindakan benar Allah (meski destruktif) dibenarkan oleh respon dari umat berdosa ini, yang, seperti anak pemboros (yang akhirnya sadar), merindukan pemulihan dan pembaharuan (Lukas 15:11-17; Yeremia 27:19-22; Ezra 1:7, 8; 5:13, 14; 7:9, 19; Yesaya 1:24-26). Apakah Anda hidup sebagai orang Kristen (lihat Roma 6:3-11; 2 Korintus 5:17), atau apakah Anda perlu sadar kembali, untuk dipulihkan dan diperbarui?
Ayat-ayat kunci ini mencakup lingkup hubungan manusia di hadapan Allah yang baik, adil, dan benar. Dari bangsa yang sangat diberkati, yang memperoleh tempat istimewa di hadapan Allah dan manusia ("ratu di antara kota-kota"; 1:1) Yehuda jatuh menjadi bangsa yang merosot moralnya dan terhina (1:3, 6). Bangsa ini melambangkan kutub kebenaran dan kutub pemberontakan yang terpisah. Kejahatan umat itu lebih besar daripada dosa Sodom (4:6). Hanya dengan kenangan terhadap "segala harta benda yang dimilikinya" (1:7), Yehuda menyembah-nyembah dalam kebingungan; rasa lapar yang luar biasa membuat perempuan-perempuan yang dulunya penuh belas kasihan merebus dan memakan anak-anak mereka sendiri (2:20; 4:10).
RINGKASAN
Semua orang yang terhormat (1:8; 2:15) namun telah jatuh secara memalukan (1:12; 4:3-5); semua yang telah mengembara (4:14, 15) dan cemas (1:20; 2:11); semua yang pernah berani mempertanyakan Allah (2:20, 21), hanya mendapatkan Dia benar (3:21-25, 55-58); semua yang mencari pemulihan kepada Allah (5:19-22)-biarlah semua orang ini maju ke depan untuk mempelajari kitab ini! Kitab dalam latar belakang yang paling praktis menyajikan ringkasan tentang pelbagai emosi ini, pelbagai perasaan frustrasi dan ketakutan ini, pelbagai persoalan dan air mata ini, sambil memegang teguh kepercayaan yang pasti bahwa Allah mampu menangani situasi itu dengan pelbagai kesempatan itu. Tuhan dapat melepaskan kita dari ujian dan pencobaan terbesar yang mungkin kita hadapi dalam daging! Dalam kitab ini terdapat hikmat yang sangat luas yang menanti siswa yang cermat yang mempelajari ajaran-ajarannya!
GARIS BESAR KITAB RATAPAN
I. Kotanya-Skenario Penderitaan Dari Dosa (Pasal 1).
- A. Kota Itu Terlihat Beda (1:1).
- B. Kondisi Saat Itu (1:2-4).
- C. Penyebab Dan Harga Bagi Kondisi Itu (1:5-9b).
- D. Keprihatinan Atas Keruntuhan Total (1:9c-17).
- E. Pengakuan Atas Integritas Allah Dan Kejahatan Yehuda (1:18-22).
II. Sang Pencipta-Penyebab Pengendali Bagi Kehancuran Dan Ketandusan (Pasal 2).
- A. Lima Adegan Bencana Nasional (2:1-10).
- 1. Adegan Bangsa Itu (2:1-3).
- 2. Adegan Kota Itu (2:4, 5).
- 3. Adegan Tempat Pertemuan Itu (2:6, 7).
- 4. Adegan Tembok Itu (2:8, 9a).
- 5. Adegan Para Pemimpin Yang Dihukum (2:9b, 10).
- B. Pandangan Duka Nabi Itu Dan Permohonan Umat Itu (2:11-13).
- C. Penyebab Yang Menghenyakkan (2:14).
- D. Adegan Perayaan Oleh Musuh (2:15, 16).
- E. Sumber Penderitaan Ditampilkan (2:17).
- F. Kebutuhan Sesungguhnya Dinyatakan (2:18, 19).
- G. Jeritan Jiwa Minta Kelegaan (2:20-22).
II. Jeritannya-Ketika Nabi Yang Terluka Memperoleh Persepsi (Pasal 3).
- A. Dakwaan Nabi Itu Terhadap Allah (3:1-18).
- 1. Kondisi Nabi itu (3:1).
- 2. Penyebabnya (Di Mata Nabi Itu) Bagi Penderitaannya (3:2-13).
- 3. Harga Untuk Hubungannya Dengan Sang Pencipta (3:14-18).
- B. Persepsi Yang Bertumbuh Dari Nabi Itu Tentang Pola Ilahi (3:19-38).
- 1. Kenangannya (3:19-26).
- 2. Respons Terhadap Pengingat (3:27-30).
- 3. Hubungan Allah Dengan Manusia Sekarang Dalam Fokus (3:31-38).
- C. Pengakuan Nabi Itu Untuk Dirinya Dan Bangsa Itu (3:39-47).
- D. Penyajian Terakhir Nabi Itu Tentang Wawasannya Yang Tumbuh (3:48-66).
- 1. Kondisi Nabi Itu-Tangisan Tanpa Henti (3:48, 49).
- 2. Penyebab Tangisan Itu (3:50-54).
- 3. Panggilan Yang Menghibur (3:55-58).
- E. Keyakinan Pasti Nabi Itu (3:59-66).
IV. Harganya-Ditampilkan Oleh Kebusukan Dan Kehancuran Bangsa (Pasal 4).
- A. Tempat-tempat Dan Orang-orang Berharga Dalam Penjarahan Dan Kesakitan (4:1-10).
- 1. Penghancuran Bait Allah (4:1).
- 2. Penolakan Umat Itu (4:2).
- 3. Kelaparan Umat Itu (4:3, 4).
- 4. Degradasi Umat Itu (4: 5-8).
- 5. Kebobrokan Terakhir Umat Itu (4:9, 10).
- B. Hukuman Mereka Dilaksanakan Oleh Kuasa Tuhan (4:11-16).
- C. Sajian Terakhir Nabi Itu Tentang Bangsa Yang Tertipu (4:17-20).
- D. Janji Yang Menawarkan Harapan Di Tengah-tengah Penghukuman (4:21, 22).
V. Penyebabnya-Menimbulkan Penyesalan, Persepsi, Dan Permohonan (Pasal 5).
- A. Memohon Tuhan Untuk Melihat Kehinaan Mereka (5:1).
- B. Posisi Dan Permasalahan Mereka Dalam Pencobaan Saat Itu (5:2-10).
- 1. Bahaya Atas Kekayaan Mereka (5:2).
- 2. Bahaya Atas Umat Itu (5: 3).
- 3. Bahaya Mengenai Pasokan (5: 4).
- 4. Bahaya Dari Para Pengejar Mereka (5:5).
- 5. Bahaya Kelaparan (5:6).
- 6. Bahaya Tentang Praktik Dari Warisan Mereka (5:7).
- 7. Bahaya Tentang Kedudukan Sosial (5:8).
- 8. Bahaya Dalam Beraktivitas (5:9).
- 9. Bahaya Dalam Berusaha Tetap Hidup (5:10).
- C. H ukuman Yang Ditimpakan Ke Atas Mereka (5:11-16a).
- D. Penyesalan, Pengakuan, Dan Kekhawatiran Saat Itu (5:16b-18).
- E. Persepsi Tentang Posisi Allah Dan Permohonan Untuk Pemulihan (5:19-22).
Gambaran Tentang Jatuhnya Yerusalam (2 Raja 25:1-12)12
"Maka pada tahun kesembilan dari pemerintahannya, dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal sepuluh bulan itu, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, dengan segala tentaranya menyerang Yerusalem. Ia berkemah mengepungnya dan mendirikan tembok pengepungan sekelilingnya. Demikianlah kota itu terkepung sampai tahun yang kesebelas zaman raja Zedekia. Pada tanggal sembilan bulan yang keempat, ketika kelaparan sudah merajalela di kota itu dan tidak ada lagi makanan pada rakyat negeri itu, maka dibelah oranglah tembok kota itu dan semua tentara melarikan diri malam-malam melalui pintu gerbang antara kedua tembok yang ada di dekat taman raja, sekalipun orang Kasdim mengepung kota itu sekeliling. Mereka lari menuju ke Araba-Yordan. Tetapi tentara Kasdim mengejar raja dari belakang dan mencapai dia di dataran Yerikho; segala tentaranya telah berserak-serak meninggalkan dia. Mereka menangkap raja dan membawa dia kepada raja Babel di Ribla, yang menjatuhkan hukuman atas dia. Orang menyembelih anak-anak Zedekia di depan matanya, kemudian dibutakannyalah mata Zedekia, lalu dia dibelenggu dengan rantai tembaga dan dibawa ke Babel."
"Dalam bulan yang kelima pada tanggal tujuh bulan itu-itulah tahun kesembilan belas zaman raja Nebukadnezar, raja Babel-datanglah Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, pegawai raja Babel, ke Yerusalem. Ia membakar rumah TUHAN, rumah raja dan semua rumah di Yerusalem; semua rumah orang-orang besar dibakarnya dengan api. Tembok sekeliling kota Yerusalem dirobohkan oleh semua tentara Kasdim yang ada bersama-sama dengan kepala pasukan pengawal itu. Sisa-sisa rakyat yang masih tinggal di kota itu dan para pembelot yang menyeberang ke pihak raja Babel dan sisa-sisa khalayak ramai diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal itu. Hanya beberapa orang miskin dari negeri itu ditinggalkan oleh kepala pasukan pengawal itu untuk menjadi tukang-tukang kebun anggur dan peladang-peladang."
Gambaran Tentang Ratapa
"Kitab Ratapan adalah kitab tangisan, nyanyian pemakaman untuk musibah yang menimpa Yehuda dan Yerusalem 585 tahun sebelum Kristus lahir ke dalam dunia."13
Pembacaan Kitab Ratapan Oleh Orang Yahudi Setelah 70 Maeshi
"Di sinagoga, sudah menjadi tradisi [bagi orang Yahudi] untuk membaca kitab Ratapan pada bulan kesembilan Ab (Juli-Agustus), yang merupakan hari untuk memperingati kehancuran Bait Allah baik oleh Nebukadnezar (586 S.M.) dan oleh Roma (70 M.)."Dalam pembacaan liturgi, kebiasaannya adalah mengulang Ratapan 5:21 setelah 5:22 untuk pembacaan itu tidak berakhir dengan nada sedih. Gereja-gereja Kristen menggunakan kitab itu dalam ibadah sebelum Paskah untuk meratapi penderitaan Yesus."14
Catatan Akhir:
- 1 L. L. Gieger, "Lamentations," 2nd Annual Fort Worth Christian College Lectures (1961), 324.
- 2 Lihat "Jeremiah's Mounting Trials," Truth for Today (November 2000): 30-35.
- 3 James E. Smith, Jeremiah and Lamentations, Bible Study Textbook Series (Joplin, Mo.: College Press, 1972), 852.
- 4 Para kritikus modern Perjanjian Lama, yang menyangkal Yeremia sebagai penulisnya, menawarkan sekitar tujuh argumen yang umumnya lemah untuk penulis lain. Tampaknya tidak cukup sahih untuk memberikan ruang bagi mereka. Liputan yang baik tentang mereka dapat ditemukan (dan dijawab) dalam Smith, 854-55. Para kritikus modern itu tidak memberi nama lain selain Yeremia kepada kita.
- 5 Ibr.. ekah-"[interrogatif] Dengan cara apa?"[eksklamatori] Bagaimana!"Yer. 48:17; Rat. 1:1; 2:1; 4:1, 2" (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxford, Clarendon Press, 1972], 32). (Catatan Editor: Acuan-acuan Alkitab yang digunakan oleh Brown, Driver, dan Briggs didasarkan pada teks Ibrani. Pembagian ayat kadang-kadang berbeda dalam bahasa Ibrani dan Inggris.)
- 6 Against Apion 1.8.
- 7 Di antara mereka adalah Melito dari Sardis (180 M.), Origen (250 M.), Augustine (420 M.), dan Jerome (405 M.) (Smith, 847).
- 8 Walter A. Elwell and Philip W. Comfort, Tyndale Bible Dictionary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 2001), 796.
- 9 Contoh lain tentang puisi Ibrani ini dapat ditemukan dalam Mazmur 9; 10; 25; 34; 35; 37; 111; 112; 119; 145 dan Amsal 31:10-31.
- 10 Untuk diskusi lanjutan tentang puisi Ibrani ini, lihat Timothy M. Willis, Jeremiah-Lamentations, Bible Study Textbook Series (Joplin, Mo.: College Press Publishing Company, 2002), 393-97. Mazmur 119 adalah contoh yang paling rinci tentang pola akrostik, di mana setiap huruf dari abjad Ibrani itu mengaitkan kepada delapan baris (setiap baris dari bagian ini dalam ayat 1 sampai 8 bermula dengan 'aleph; delapan baris berikutnya dengan beth, and seterusnya.)
- 11 Gieger, 330.
- 12 Catatan yang rinci diberikan juga dalam 2 Tawarikh 36 dan Yeremia 39 dan 52.
- 13 J. L. May, "Lamentations," Truth for Today (August 1998): 7.
- 14 Jack P. Lewis, The Major Prophets (Memphis: Hester Publications, 1999), 90.
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 16
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Belajar Dari Ratapan 1(Ratapan 1)
Ini adalah pasal tentang kesedihan dan penderitaan, kota yang menderita, pemandangan yang memuakkan, dan peringatan...
Belajar Dari Ratapan 1(Ratapan 1)
Ini adalah pasal tentang kesedihan dan penderitaan, kota yang menderita, pemandangan yang memuakkan, dan peringatan yang suram tentang murka Allah yang menyala-nyala yang sedang dicurahkan! Kedaulatan Allah diperkenalkan dalam pasal 1 dan lebih dikembangkan sepenuhnya dalam pasal 2. Pasal 1 secara khusus berfokus pada penderitan nasional atau seluas kota karena dosa, jeritan kaum itu, dan harga kebobrokan moral. Ada beberapa pelajaran serius yang perlu dipelajari.
Pertama, kekuatan dosa menghancurkan bahkan orang-orang yang kuat dan terpandang. Dalam masyarakat mana pun, mereka yang seperti seorang ratu (1:1), seorang pemimpin (1:6), imam-imam (1:4), orang yang terhormat (1: 8), atau pahlawan (1:15) dapat— melalui dosa—direndahkan. Orang-orang seperti itu di Yehuda dibiarkan mengerang, dibenci, ditolak, dipaksa kerja keras, dihancurkan, kelaparan, dan dibantai. Bila yang orang bersih menjadi najis, ia segera jatuh secara mengejutkan (1:8, 9; 2 Timotius 3:6-9). Dosa adalah seperti kuk di leher seseorang, sebuah beban yang melemahkan kekuatan seseorang, membiarkan dia menangis karena malu, tidak dapat berdiri (1:14, 16). Semoga para pemimpin kita, orang-orang kita yang berbakat dan diberkati, dengan hati-hati memperhatikan kekuatan dosa dan menjauhkan diri darinya. (Lihat Amsal 28:17, 18; Yeremia 48:6, 7; Mazmur 11:1-3; Yohanes 10:4, 5; 1 Korintus 6:18; 10:14; 1 Timotius 6:10-12).
Kedua, kebodohan dosa menyebabkan orang yang tidak bersalah menderita. Apa yang dosa perbuat terhadap orang berdosa sudah cukup mengerikan, tapi penderitaan dosa seseorang yang dapat menimpa orang lain menimbulkan rasa malu yang lebih dalam pada orang-orang yang mempraktikkannya. Anak-anak dara menderita (1:4), dan mereka, bersama dengan teruna-teruna, dipaksa masuk ke dalam penawanan (1:5, 18). Belakangan, kita akan melihat bagaimana anak-anak kecil dan anak-anak bayi pingsan, meminta makanan dan minuman (2:11, 12). Mereka bahkan dimakan oleh orang dewasa (4:10; Yeremia 19:8, 9). Itulah buah dari dosa. Betapa kosong dan tidak berdasar pengakuan orang berdosa bahwa perbuatan kejinya tidak menyakiti siapa pun! (Baca dengan saksama Matius 18:1-7.)
Ketiga, bertanggung jawab kepada Allah adalah bagian dari harga yang tidak main-main yang harus dibayarkan untuk dosa. Kebenaran ilahi ini berulang kali disinggung (1:5, 12-17, 21, 22). Seperti benang emas peringatan, kebenaran itu terjalin di dalam Firman Allah (Bilangan 32:23; Pengkhotbah 12:13, 14; Roma 14:10-12; 2 Korintus 5:10; Ibrani 9:27; Wahyu 20:11-15). Masing-masing dari kita akan bertanggung jawab kepada Allah. Apakah Anda siap, melalui Kristus, untuk memberikan jawaban di hadapan Allah untuk kekekalan? (Lihat Kolose 3:17; Kisah 4:12; Ibrani 5:8, 9; Matius 28:18-20).
Keempat, ketika kita terjebak dalam jerat kejahatan, Allah adalah satu-satunya sumber penghiburan. Bahwa buah dosa menyebabkan orang berdosa berseru minta penghiburan adalah jelas. Tidak adanya penghiburan sering diserukan dalam pasal 1 (ay. 2, 9, 16, 17, 21). Di dalam pikirannya ada satu Penghibur khusus—"penghibur yang dapat menyegarkan jiwaku" (1:16). Namun begitu, pada titik ini, Penghibur itu jauh sekali.
Paulus menegaskan bahwa Tuhan adalah "sumber segala penghiburan," (2 Korintus 1:3; perhatikan ay. 4-7). Yesus mengacukan Roh Kudus sebagai Penghibur (ASV) atau Penolong (NASB) dalam Yohanes 14:16, 26; 15:26; 16:7. Sumber penghiburan ini harus menjadi insentif tertinggi untuk mematuhi Tuhan agar Roh Kudus dapat menetap di dalam diri kita (lihat Kisah 2:38; 5:32; Roma 5:1-5; 8:26-28; 2 Timotius 1:14; Galatia 5:22). Dengan demikian kita dapat memiliki kedamaian ketimbang penderitaan, harapan ketimbang kesakitan, dan penghiburan ketimbang penghukuman! Betapa bedanya! Apakah Anda menjalani kehidupan yang diberikan Allah, dipenuhi Roh ini?
TFTWMS: Ratapan (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Yeremia secara khusus mencatat keadaan menyedihkan para bangsawan, para imam, kaum ibu, dan anak-anak perempuan setelah kehancuran...
Catatan Akhir:
- 1 Yeremia secara khusus mencatat keadaan menyedihkan para bangsawan, para imam, kaum ibu, dan anak-anak perempuan setelah kehancuran Yerusalem.
- 2 Alfred, Lord Tennyson, "Oh, Yet We Trust," Immortal Poems of the English Language, ed. Oscar Williams (New York: Washington Square Press, 1975), 391.
- 3 Ibr.: badad-"… gagasan tentang memotong atau merobek … untuk menyendiri … sendirian … Yes. 27:10, kota yang berkubu itu terpencil, yaitu ditelantarkan" " (Samuel Prideaux Tregelles, Gesenius' Hebrew and Chaldee Lexicon [Plymouth: N.p., 1857; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967], 103).
- 4 Ibr.: bakah-"… meratap . . menangis (dalam kesedihan, kehinaan …) … tentang menangis keras … Hak. 21:2 … 2 Sam. 13:36 … menangis secara intens, secara memilukan … Yer. 22:10; Rat. 1: 2 … Rat. 1:16 … menangis dengan cemas" (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxford, Clarendon Press, 1972], 113).
- 5 Ibr.: bagad-"… dengan tidak setia, dengan licik … dalam perjanjian, dalam perkataan dan dalam perilaku umum … dalam kejahatan … Yer. 5:11; 12:6, Rat. 1:2 … bertindak dengan kejam (dalam meninggalkan) temannya, Yer. 3:20 … Yer. 3:8, 11" (Ibid., 93).
- 6 Gambar Kaisar Vespasianus adalah di depan koin, dan dibaliknya digambarkan laki-laki Yahudi dan perempuan Yahudi sedang berkabung di sisi pohon palem (simbol untuk Yudea).
- 7 John Guest, Jeremiah, Lamentations, The Communicator's Commentary, ed. Lloyd J. Ogilvie (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 357.
- 8 Ibr.: radaph-"… menganiaya … mengejar … untuk menangkap … dengan tujuan bermusuhan … berlari, mengejar (musuh dikalahkan …) … Rat. 1:6… memburu … Yer. 20:11; Rat. 4:19; … Rat. 1:3… ([kiasan] tentang hukuman, penghakiman) … melecehkan … Ula. 30:7 … bertujuan (dengan penuh semangat) untuk mengamankan" (Brown, Driver, Briggs, 922-23).
- 9 Ibr.: metsar (Ibid., 865).
- 10 Ibr.: shamem-"dikucilkan, gempar … Rat. 1:16 … ditinggalkan … terpesona, [biasanya] terhadap … penghakiman atas orang lain … Yer. 2:12 … 18:16; 19:8; 49:17; 50:13 … menimbulkan horor … menghancurkan, merusak … Yer. 10:25 … kehancuran"(Ibid., 1030-31).
- 11 Ibr.: marar (Ibid., 600).
- 12 Ibr.: Shalah (atau Shalev)-"diam, tenang … menjadi senyap … lalai, puas, bebas … makmur, tentang orang jahat … Yer. 12:1; Rat. 1:5 … Ayub 12:6" (Ibid, 1017).
- 13 Ibr.: chata'-"… berbuat salah … melakukan kesalahan atau kekeliruan … meleset dari sasaran, tersesat … Ams. 19:2 … membahayakan, nyawa seseorang, Ams. 20:2; Hab. 2:10 … meleset dari tujuan atau dari jalan hak dan kewajiban … selalu menentang Allah … Rat. 5:7 … Yeh. 16:51; 28:16; 33:12 … Yer. 40:3; 44:23; 50:7, 14 … Yer. 16:10" (Ibid., 306-7).
- 14 Ibr.: yatsa'-"… keluar, maju … Maz. 109:7; Ps 109:7 apabila dihakimi, biarlah ia keluar sebagai orang bersalah, yaitu dihukum … Yer. 11:1 … Rat. 1:6 … keluar … maju untuk menyerah … ke dalam penawanan, Yer. 29:16 … Yer. 9:2, mereka melakukan kejahatan demi kejahatan"(Ibid, 422-25.).
- 15 Keil dan Delitzsch tampaknya telah menangkap gagasan penulis itu ketika mereka dinyatakan: "Ejekan dari musuh-musuh itu tidak berlaku untuk perayaan Sabat Yahudi (yang Grotius acukan sebagai kata-kata), tetapi kepada penghentian ibadah umum Kepada Tuhan, oleh sebab orang kafir itu, dengan menghancurkan Yerusalem dan bait suci, membayangkan bahwa mereka tidak hanya mengakhiri penyembahan Allah orang Yahudi, tetapi juga menaklukkan Allah Israel sebagai ilah bangsa yang tak berdaya, dan mengolok-olok iman Israel kepada Yahweh sebagai satu-satunya Allah yang benar(C. F. Keil and F. Delitzsch, Biblical Commentary on the Old Testament, Jeremiah, vol. 2 [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1968], 364-65).
- 16 Ibr.: 'erwah-"… menyiratkan paparan yang memalukan, Kej. 9:22, 23 … sebagian besar tentang wanita; [secara kiasan] tentang Yerusalem … Rat. 1:8; Yeh. 16:37 … Ima. 18:6 … Yeh. 16:36 … ketelanjangan sesuatu, … perilaku yang tidak senonoh, tidak benar; Ula. 23:15; 24:1" (Brown, Driver, Briggs, 788-89).
- 17 Ibr.: gadal-"… membuat teguh … menjadi kuat … Yer. 5:27 … hukuman, Rat. 4:6 … harus diperbesar … membuat besar, kuat … 1 Taw. 29:12, 25; 2 Taw. 1:1 … dalam arti yang buruk … Rat. 1: 9… Dan. 8: 4, 8, 11, 25 … tentang musuh, Maz. 35:26; 38:17; 55:13" (Ibid., 152).
- 18 Ibr.: zalal-"… menjadi reruntuhan … Rat. 1:11 … menjadi tidak berharga, tidak signifikan, Yer. 15:19 … meremehkan = memboroskan, menghambur-hamburkan … memandang rendah" (Ibid., 272-73). Tregelles, dalam terjemahannya tentang Gesenius' Hebrew and Chaldee Lexicon, mendefinisikan istilah ini "…membuat gemetar … mencurahkan, menggoncang … pemborosan … menjadi hina, keji"(246).
- 19 Pembacaan yang cermat atas konteks dalam 1:11-17 akan menunjukkan bahwa penggunaan "Aku," "[milik]ku," dan "[kepada'ku" oleh nabi itu menempatkan umat Allah menjadi orang pertama. Seluruh bagian ini merupakan teriakan kesengsaraan tentang "puteri Yehuda, dara itu" (ay. 15); apa yang Tuhan perintahkan mengenai Yakub dan Yerusalem (ay. 17). Para pahlawan dan teruna-teruna dalam ayat 15 adalah milik Yehuda, bukan Yeremia.
- 20 Ibr.: shub-"memulangkan … membalas … Rat. 3:3 … merasa malu, Rat. 1:8 … dipukul mundur, dikalahkan, Maz. 9:4 … berubah sehingga bisa mendekati (dalam tujuan, keinginan) … Yer. 15:19 … kembali … kepada keadaan atau jalan hidup … kembali kepada Allah (= mencari dengan menyesal) … Hos. 6:1 … Yer. 3:7 … membawa kembali (dalam pembalasan) … [akusatif] tentang kejahatan, Hak. 9:57 … mengusir, kekalahan … Yes. 28:6 … Maz. 89:44 … Yes. 44:25 ([kiasan] = menyangkal, membantah), [figuratif] tentang bencana, Rat. 1:13; = memukul mundur, menghambat … menolak, menyangkal" (Brown, Driver, Briggs, 996-1000).
- 21 Ibr.: shamem-lihat definisi yang diberikan dalam catatan kaki 10.
- 22 Ibr.: daweh (Brown, Driver, Briggs, 188). (Lihat 5:17; Imamat 15:33; 20:18;. Yesaya 30:22)
- 23 Penggambaran dramatis tentang kepedulian Allah terhadap para tawanan muda diberikan dalam Kitab Daniel. Lihat, misalnya, Daniel 1:1-21; 3:1-28.
- 24 Ibr.: marah-"… suka bertengkar, keras kepala … bertikai dengan … bersaing dengan … Hos. 14:1… Yer. 4:17 … Rat. 1:20 … menjadi tidak taat … Ula. 21:18, 20, anak yang keras kepala dan suka memberontak … tempat lain menuju Allah… Maz. 78:8; Yer. 5:23 … Yes. 63:10 … Rat. 3:42" (Ibid., 598).
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 18
BIS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke
tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan k
RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan kehancuran serta masa pembuangan sesudah itu.
Walaupun kitab ini pada umumnya bernada sedih, namun di dalamnya tampak juga segi kepercayaan kepada Allah dan harapan akan masa depan yang cerah. Syair-syair ini digunakan oleh orang Yahudi dalam ibadah mereka pada hari-hari khusus untuk berpuasa dan berkabung. Hari-hari khusus seperti itu diadakan setiap tahun untuk mengenang malapetaka yang menimpa bangsa itu pada tahun 586 Sebelum Masehi.
Isi
- Penderitaan Yerusalem
Rat 1:1-22 - Hukuman kepada Yerusalem
Rat 2:1-22 - Hukuman dan harapan
Rat 3:1-66 - Yerusalem runtuh
Rat 4:1-22 - Doa mohon belas kasihan
Rat 5:1-22
Ajaran: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa
kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, se
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, sehingga anggota jemaat juga mengetahui bahwa Allah menghukum dunia karena dosa-dosa manusia.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Yeremia.
Isi Kitab: Kitab Ratapan terbagi atas 5 pasal. Dan bersifat seruan hati dan getaran perasaan nabi Yeremia atas kehancuran Yerusalem.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ratapan
Pasal 1 (Rat 1:1-22).
Yeremia menangisi keadaan Yerusalem yang dihancurkan Bacalah pasal Rat 1:16-22. Apa sebab Yeremia menangis?
Pasal 2 (Rat 2:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menyatakan bahwa kerusakan dan kesukaran Yerusalem, merupakan pernyataan daripada murka Allah
Pendalaman
Apakah sebab Yerusalem dihukum Allah? (pasal Rat 2:14).
Pasal 3 (Rat 3:1-66).
Yeremia menunjukkan perasaannya dengan menangisi segala kesukaran dan penderitaan bangsanya
Pendalaman
Apakah yang dilakukan Yeremia ketika melihat keadaan bangsanya? (pasal Rat 3:49-51).
Pasal 4 (Rat 4:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menceritakan bahwa semua penderitaan dan kesukaran yang terjadi adalah akibat dari perbuatan-perbuatan dosa bangsa Israel
Pendalaman Apakah kesalahan bangsa Israel? (pasal Rat 4:6).
Pasal 5 (Rat 5:1-22).
Yeremia dalam tangisnya memohonkan doa pada Allah untuk memulihkan kembali keadaan bangsa Israel
Pendalaman
Bacalah pasal Rat 5:16-22.
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Yeremia mengajarkan bahwa Yeremia merasakan kesedihan akan keadaan bangsanya, karena dosa-dosa mereka. Hal ini juga mengajarkan agar setiap orang Kristen mempunyai beban akan bangsanya yang belum mengenal Tuhan Yesus.
Kehancuran kota Yerusalem merupakan pernyataan penghukuman Allah atas dosa bangsa Israel. Dengan demikian berarti Allah juga pasti menghukum anak-anak-Nya yang berbuat dosa.
Dalam keadaan yang penuh penderitaan Yeremia berdoa untuk memohonkan pertolongan dari Allah. Demikian pulalah hendaknya setiap orang percaya memohon pertolongan Allah, ketika mengalami penderitaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ratapan?
- Apakah isi Kitab Ratapan?
- Mengapakah Kitab ini dikatakan sebagai Kitab Ratapan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan setelah mempelajari Kita Ratapan?
Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Kota yang sedang berduka
JUDULKitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How".
Kota yang sedang berduka
JUDUL
Kitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How". Judul "Nyanyian pemakaman" atau "Ratapan" diberikan oleh rabi-rabi bangsa Yahudi yang mula-mula.
PENULIS
Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini ditempatkan sesudah Yeremia dalam Septuaginta, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh hubungan sejarah kedua kitab tersebut. Pandangan penulis terhadap raja yang bertakhta pada masa itu (Rat 4:20) dan mengenai ketergantungan kepada bangsa-bangsa lain berbeda dari pandangan Yeremia. Tetapi, penulis dan Yeremia (yang dijuluki "nabi cengeng") mempunyai temperamen yang serupa, dan keduanya melihat penghakiman Tuhan di balik tragedi yang mereka tulis (lihat Rat 2:1-8). Jika kitab ini merupakan suatu kesatuan, sudah hampir pasti bahwa penulisnya hidup pada zaman yang sama dengan Yeremia.
WAKTU
Penentuan waktu penulisan secara tepat tergantung kepada apakah karangan ini ditulis oleh seorang atau beberapa penulis. Pendapat yang masuk akal ialah bahwa pasal Rat 1-4 ditulis oleh seorang saksi mata pada waktu jatuhnya Yerusalem dan pemulaan masa Pembuangan (yaitu tahun 587 SM), dan bahwa pasal Rat 5 ditambahkan pada tahun 550 SM waktu mereka sudah menjalani masa Pembuangan untuk beberapa waktu.
BENTUK
Kitab ini merupakan suatu koleksi puisi yang tersusun rapi, sebagian besar ditulis dalam bentuk "nyanyian pemakaman" -- kecuali pasal Rat 5. Pasal Rat 1-4 merupakan puisi "akrostik", setiap baik berikutnya dimulai dengan sebuah huruf dari alfabet Ibrani secara beraturan. (Terdapat sedikit pengecualian terhadap aturan ini dan pasal Rat 3 merupakan puisi akrostik yang lebih lengkap). Boleh jadi pola ini sebagian dimaksudkan untuk memudahkan penghafalan dalam tata ibadah.
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
2Ra 25:8-12 harus dibaca sebagai latar belakang kisah Kitab Ratapan. Pembuangan merupakan suatu kejadian yang luar biasa dalam sejarah kaum Yehuda, dan merupakan salah satu pengaruh terbesar dalam mengembangkan pengertian mereka tentang Allah. Kejatuhan Yerusalem yang menghancurkan dalam tahun 587 SM menuntut penjelasan dan inilah yang diberikan oleh si penulis. Sebagian besar dari tanda-tanda yang kelihatan mengenai pilihan Tuhan atas Yehuda sudah dihancurkan (kota, Bait Allah, kebaktian-kebaktian dll.). Dengan berani penulis menghadapi kenyataan pahit dari dosa orang Yeuda, dan maksud Allah yang terssembunyi daalam pemurnian melalui penghakiman. Jawaban atas pertanyaan (yang sering diajukan oleh mereka yang berada dalam pencobaan) "Di manakah Tuhan?", dijawab oleh penulis dengan tantangan yang berarti dalam, yaitu: "Cobalah untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh Tuhan".
Pesan
1. Masa lalu yang penuh kemasyhuran, masa kini yang menyedihkano Kejayaan ... kesengsaraan Rat 3:18,19
o Kekayaan ... kemiskinan Rat 4:5
o Sukacita ... kedukaan Rat 5:15
2. Penyebab kesusahan
o Pemberontakan Yehuda terhadap Tuhan. Rat 1:20; 4:6
o Pemimpin-pemimpin mereka yang tak bertanggung jawab. Rat 2:14; 4:13
o Murka Allah yang tak dapat dihindari. Rat 2:21, 22; 4:11
o Pemberontakan terhadap kebenaran Tuhan. Rat 1:18
3. Jenis kesusahan
o Kelaparan dan kematian. Rat 1:11; 2:21
o Hancurnya kota dan Bait Allah. Rat 1:4; 2:6,7
o Hilangnya raja-raja dan pangeran. Rat 4:7, 8,20
o Pecahnya hidup bermasyarakat. Rat 5:1-5
o Penghinaan dari musuh. Rat 2:15,16
o Pengucilan. Rat 1:12,16,21
o Dipisahkan dari Tuhan. Rat 2:9; 3:8,44
4. Reaksi terhadap kesusahan
o Keinginan untuk membalas. Rat 3:64-66
o Keluhan kepada Tuhan. Rat 2:13,20
o Perasaan tertekan. Rat 3:20
o Pengakuan Allah sebagai hakim. Rat 3:1-3,38
o Pengakuan dosa. Rat 1:8; 5:17
o Pembaruan doa kepada Allah. Rat 1:9,20; 5:21
o Sikap sabar dalam ketaatan. Rat 3:26-30,39
5. Dasar pengharapan
o Kendali Tuhan atas nasib manusia. Rat 2:17; 3:37
o Hukum Tuhan yang abadi. Rat 5:19
o Keengganan Tuhan untuk menghukum. Rat 3:33
o Kasih dan belas kasihan Tuhan. Rat 3:22-25
6. Berita pengharapan
o Akhir pembuangan. Rat 4:22
o Penghakiman atas musuh-musuh bangsa Yehuda. Rat 4:21,22
o Kasih Tuhan yang tak kunjung padam. Rat 3:21
Penerapan
o Musibah disebabkan oleh keinginan manusia untuk berbuat dosa, bukan karena keengganan Tuhan untuk menyelamatkan.o Musibah dapat membuat putus asa, atau memperdalam kepercayaan kepada Tuhan sehingga cukup untuk memampukan kita dalam menghadapi penderitaan.
o Manakala tembok kehidupan kita mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan, kita dapat menambal keretakan itu atau menolong Allah untuk membangun kembali tembok.
o Tuhan seringkali mengangkat tanda-tanda kemurahan-Nya, sehingga iman dan kerinduan kita dapat berakar teguh di dalam Dia, tidak dalam lambang-lambang kehadiran-Nya.
o "Saya telah berdosa" boleh jadi merupakan kata-kata yang paling sukar dalam perbendaharaan kata seorang percaya; kata-kata itu juga merupakan yang paling kreatif.
o Tuhan tidak senang mendisiplin umat-Nya, tetapi disiplin untuk kebaikan merupakan satu aspek dalam hubungan orang tua dan anak.
o Kasih Tuhan akan mengalahkan semua penolakan kita kepada-Nya. Dia menunggu dan bekerja untuk mengembalikan kita kepada-Nya.
Tema-tema Kunci
1. Kejujuran dan harapan dalam penderitaan
Perhatikan bagaimana penulis secara terbuka dan jujur menggambarkan kesusahannya, kesepiannya, kesepian dan kedukaannya dll. (terutama dalam pasal Rat 3). "Pasal penghubung" antara keputusasaaan dan pengharapan terdapat pada pasal Rat 3:19-24. Cobalah untuk menafsirkan pasal ini dengan bahasa yang Anda mengerti.
2. Bagaimana penulis mengindentifikasikan dirinya dengan umat
Hal ini jelas terlihat dalam kitab ini (misalnya Rat 2:11; 3:48-51) dan merupakan ciri-ciri yang sering terlihat daalam tulisan para nabi. Lihat, misalnya Amos 7:1,2; Yesaya 6:5; Yeremia 8:21,22. Bagaimana Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat yang hidup pada zaman-Nya dan kepada kita? Lihat Matius 23:27; Markus 10:45, Filipi 2:6-8; Ibrani 2:14-18.
3. Imbauan penulis kepada Allah
Imbauannya terdapat dalam: misalnya Rat 1:9, 11,22; 2:20; 3:56,64,66; 5:1,21. Dia memohon kepada Allah untuk bertindak dalam berbagai cara. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari masing-masing himbauan tentang jalan pikiran dan pandangan penulis mengenai Allah?
4. Campur tangan Allah dalam mengembalikan manusia kepada-Nya
Rat 5:21 dengan jelas menunjukkan hal ini. Pelajari juga Mazmur 85:4; Yeremia 31:18; Kisah 11:8; Roma 2:4. Dapatkah Anda menemukan ayat-ayat yang menekankan tentang tanggung jawab manusia untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan? Bandingkan ayat-ayat dalam Ratapan dengan Mazmur 119:59; Yesaya 55:6-9.
Garis Besar Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) [1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7Kesunyian suasana duka
Rat 1:8-11Nasib kota yang penuh dosa
Rat 1:12-20Saat murka Allah yang besa
[1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7 | Kesunyian suasana duka |
Rat 1:8-11 | Nasib kota yang penuh dosa |
Rat 1:12-20 | Saat murka Allah yang besar |
Rat 1:21-22 | Doa untuk pembalasan |
[2] ALLAH MELAWAN UMATNYA Rat 2:1-22
Rat 2:1-9 | Allah, perusak yang sedang murka |
Rat 2:10-13 | Keputusan orang yang tak berdaya |
Rat 2:14-17 | Penghinaan musuh |
Rat 2:18-22 | Permohonan pertolongan yang amat sangat |
[3] RATAPAN PRIBADI DAN DOA Rat 3:1-66
Rat 3:1-20 | Allah, penyebab penderitaan |
Rat 3:21-39 | Kepercayaan pada kebaikan Allah |
Rat 3:40-42 | Panggilan untuk bertobat |
Rat 3:43-54 | Akibat dosa |
Rat 3:55-60 | Kepercayaan pada keadilan Allah |
Rat 3:61-66 | Doa untuk pembalasan |
[4] YERUSALEM: DAHULU DAN SEKARANG Rat 4:1-22
Rat 4:1-12 | Kebesaran masa lalu, aib masa kini |
Rat 4:13-20 | Penghakiman atas para imam dan nabi |
Rat 4:21-22 | Pembalasan atas Edom |
[5] DOA TERPADU MEMOHON PERTOLONGAN Rat 5:1-22
Rat 5:1-9 | Bangsa tertindas |
Rat 5:10-14 | Tidak ada pengecualian |
Rat 5:15-18 | Sakitnya berada dalam keputusasaan |
Rat 5:19-22 | Doa untuk pemulihan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi