
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 4:1-11
Full Life: Mat 4:1-11 - YESUS ... DICOBAI.
Nas : Mat 4:1-11
Pencobaan Yesus oleh Iblis adalah usaha untuk membelokkan Yesus dari
jalan ketaatan yang sempurna kepada kehendak Allah. Perhatika...
Nas : Mat 4:1-11
Pencobaan Yesus oleh Iblis adalah usaha untuk membelokkan Yesus dari jalan ketaatan yang sempurna kepada kehendak Allah. Perhatikanlah bahwa dalam setiap pencobaan Yesus tunduk kepada kekuasaan Firman Allah dan bukan kepada keinginan Iblis (ayat Mat 4:4,7,10). Pelajaran apakah yang dapat kita tarik dari peristiwa ini?
- 1) Iblis merupakan musuh terbesar kita. Sebagai orang Kristen, kita
harus sadar bahwa kita terlibat dalam peperangan rohani melawan
kuasa-kuasa kejahatan yang tidak nampak namun sangat nyata
(lihat cat. --> Ef 6:12).
[atau ref. Ef 6:12]
- 2) Tanpa Roh Kudus dan Firman Allah yang digunakan secara tepat, orang Kristen tidak mungkin mengalahkan dosa dan pencobaan. Berikut ini diberikan beberapa anjuran mengenai cara mempergunakan Firman Allah untuk mengatasi pencobaan:
- (a) Sadarilah bahwa melalui Firman Allah saudara mempunyai kuasa untuk melawan setiap ajakan dari Iblis (Yoh 15:3,7).
- (b) Tulislah (yaitu, menghafal) Firman Allah di dalam hati dan
pikiran saudara
(lihat cat. --> Yak 1:21).
[atau ref. Yak 1:21]
- (c) Renungkanlah siang dan malam ayat-ayat yang telah saudara
hafalkan
(lihat cat. --> Ul 6:6;
lihat cat. --> Mazm 1:2;
lihat cat. --> Mazm 119:47-48).
[atau ref. Ul 6:6; Mazm 1:2; 119:47-48]
- (d) Ucapkanlah ayat-ayat yang saudara hafalkan itu di dalam hati dan kepada Allah pada saat dicobai (ayat Mat 4:4,7,10).
- (e) Sadari dan taati dorongan Roh Kudus untuk mematuhi Firman Allah (Rom 8:12-14; Gal 5:18).
- (f) Pagarilah semua langkah ini dengan doa (Ef 6:18). Kami berikan beberapa ayat untuk dihafalkan ketika menghadapi pencobaan: Umum (pasal Rom 6:1-23; 8:1-39); Khusus: mengenai percabulan (Rom 13:14), berdusta (Yoh 8:44; Kol 3:9), bergunjing (Yak 4:11), tidak patuh kepada orang-tua (Ibr 13:17), keputusasaan (Gal 6:9), takut akan masa depan (2Tim 1:7), nafsu (Mat 5:28; 2Tim 2:22), keinginan untuk balas dendam (Mat 6:15), mengabaikan Firman Allah (Mat 4:4), kuatir akan hal keuangan (Mat 6:24-34; Fili 4:6).
Jerusalem: Mat 4:1-11 - -- Yesus dibawa ke gurun untuk dicobai selama empat puluh hari, sama seperti dahulu Israel di gurun dicobai selama empat puluh tahun, Ula 8:2,4; bdk Bil ...
Yesus dibawa ke gurun untuk dicobai selama empat puluh hari, sama seperti dahulu Israel di gurun dicobai selama empat puluh tahun, Ula 8:2,4; bdk Bil 14:34. Yesus mengalami tiga macam percobaan, sebagaimana ditonjolkan kutipan-kutipan dari Kitab Suci, yaitu: mencari makanan lepas dari Allah, Ula 8:3; bdk Kel 16; mencobai Allah untuk memuaskan keinginannya sendiri Ula 6:16; bdk Kel 17:1-7; memungkiri Allah untuk menyembah berhala yang menjamin kekuasaan di dunia ini, Ula 6:13; bdk Ula 6:10-15; Kel 23:23-33. Sama seperti Musa Yesus dalam puasa selama empat puluh hari empat puluh malam bergumul, Ula 9:18 bdk Kel 34:28; Ula 9:9; sama seperti Musa Yesus melihat "seluruh dunia/negeri" dari atas sebuah gunung yang tinggi, Ula 34:1-4. Allah menolong Yesus dengan mengutus malaikat-malaikat, Mat 4:11, seperti yang dijanjikan kepada orang benar, Maz 91:11-12, dan menurut Mar 1:13 Yesus dilindungi Allah terhadap binatang-binatang liar, seperti Allah melindungi orang benar, Maz 91:13, dan dahulu Israel, Ula 8:15. Mengingat latar belakang Alkitabiah itu Yesus nampak sebagai Musa baru (lihat Mat 2:16+, Mat 2:20 dan Kel 4:19), yang memimpin Keluaran yang baru, bdk Ibr 3:1-4; Mat 3:11, artinya: Yesus adalah Mesias, seperti disangka iblis sesudah Yesus dibaptis (Jika Engkau Anak Allah...), yang membuka jalan penyelamatan yang sesungguhnya, bukan jalan kepercayaan kepada dirinya, atau jalan yang gampang, tetapi jalan ketaatan pada Allah dan penyangkalan diri. Meskipun ceritanya mengingatkan Kitab Suci, namun peristiwa itu benar-benar terjadi, entahlah bagaimana dan kapan. Meskipun tidak pernah berdosa, Yesus dapat mengalami bujukan dari luar, bdk Mat 16:23, dan perlulah Ia digoda untuk menjadi pemimpin kita, bdk Mat 26:36-46 dsj; Ibr 2:10,17-18; Ibr 4:15; Ibr 5:2,7-9. Yesus mempertimbangkan suatu martabat sebagai Mesias politik dan pemenang, tetapi ia mengutamakan martabat Mesias yang rohani dan yang sama sekali menaklukkan diri kepada Allah.

Jerusalem: Mat 4:1 - Roh Kudus Ialah "nafas" dan daya pencipta Allah, yang membimbing para nabi. Iapun memimpin Yesus dalam menunaikan tugasNya, bdk Mat 3:16+; Luk 4:1+; kemudian Ro...

Jerusalem: Mat 4:1 - Iblis Yunaninya "diabolos" dan Ibraninya "Satan". Nama itu berarti: pemfitnah, penuduh, pendakwa, Ayu 1:6; bdk Wis 2:24. Tokoh itu diberi nama demikian oleh...
Yunaninya "diabolos" dan Ibraninya "Satan". Nama itu berarti: pemfitnah, penuduh, pendakwa, Ayu 1:6; bdk Wis 2:24. Tokoh itu diberi nama demikian oleh karena berusaha membuat manusia bersalah; ia dianggap bertanggung jawab atas segala-galanya yang menghalangi karya Allah dan karya Kristus, Mat 13:39 dsj; Yoh 8:44; Yoh 13:2; Kis 10:38; Efe 6:11; 1Yo 3:8, dll. Kekalahan Iblis menjadi tanda bukti kemenangan Allah, Mat 25:41; Ibr 2:14; Wah 12:9; Wah 20;2,10.
Ende -> Mat 4:1
Ende: Mat 4:1 - Oleh Roh Sebagai manusia ia didorong oleh Roh Allah jang memenuhiNja sebagai
Putera Allah.
Sebagai manusia ia didorong oleh Roh Allah jang memenuhiNja sebagai Putera Allah.
Ref. Silang FULL -> Mat 4:1

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 4:1-11
Matthew Henry: Mat 4:1-11 - Pencobaan Kristus
Yohanes Pembaptis berkata tentang Kristus, "Ia harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil." Dan, ini memang terbukti, sebab setelah Yohan...
- Yohanes Pembaptis berkata tentang Kristus, "Ia harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil." Dan, ini memang terbukti, sebab setelah Yohanes membaptis Kristus dan memberikan kesaksian tentang diri-Nya, kita tidak mendengar banyak lagi mengenai pelayanannya. Ia telah melaksanakan apa yang menjadi tujuan kedatangannya, dan sejak itu Yesus-lah yang lebih banyak dibicarakan seperti yang pernah terjadi dengan Yohanes dulu. Ketika Sang Surya terbit semakin tinggi, bintang fajar pun menghilang. Mengenai Kristus, dalam pasal ini kita membaca:
- I. Pencobaan yang dijalani-Nya, yaitu tiga serangan yang dilancarkan si pencoba terhadap-Nya, dan perlawanan yang diberikan-Nya terhadap setiap serangan (ay. 1-11).
- II. Karya pengajaran yang diberikan-Nya, tempat-tempat di mana Ia berkhotbah (ay. 12-16), dan bahan khotbah-Nya (ay. 17).
- III. Ajakan-Nya kepada murid-murid-Nya, Petrus, Andreas, dan Yohanes (ay. 18-22).
- IV. Penyembuhan berbagai penyakit oleh-Nya (ay. 23-24), dan kedatangan berbondong-bondong orang kepada-Nya untuk diajar dan disembuhkan.
Pencobaan Kristus (4:1-11)
- Di sini diceritakan tentang duel yang terkenal, satu lawan satu, di antara Mikhael dan naga, keturunan perempuan dan keturunan ular, atau lebih tepat lagi ular itu sendiri. Keturunan perempuan itu harus menderita karena dicobai, dengan demikian tumitnya diremukkan. Tetapi, ular itu gagal dalam usahanya itu, sehingga kepalanya diremukkan. Dengan demikian, Tuhan Yesus keluar sebagai Pemenang, dan menyediakan bukan saja penghiburan, tetapi juga kemenangan bagi semua pengikut-Nya yang setia. Mengenai pencobaan yang dialami Kristus, perhatikanlah:
- I. Kapan hal itu terjadi, Maka (atau kemudian). Ada penekanan yang diberikan di sini. Segera setelah langit terbuka bagi-Nya dan Roh Allah turun ke atas-Nya, dan Ia dinyatakan sebagai Anak Allah serta Juruselamat dunia, berita selanjutnya yang kita dengar tentang Dia adalah bahwa Dia dicobai; sebab sesudah itulah Dia paling siap bergumul dengan pencobaan. Perhatikanlah:
- . Hak-hak istimewa luar biasa dan tanda-tanda khusus yang menunjukkan kemurahan ilahi tidak akan menjamin bahwa kita tidak akan dicobai. Tidak, tetapi sebaliknya.
- . Setelah menerima penghargaan tinggi, kita harus siap menantikan sesuatu yang merendahkan, seperti Paulus digocoh utusan Iblis setelah ia diangkat ke tingkat ketiga dari sorga.
- . Allah biasanya mempersiapkan umat-Nya sebelum mengizinkan mereka dicobai. Ia memberikan kekuatan sesuai dengan keperluan untuk sehari itu, dan sebelum terjadi pencobaan berat, Ia memberikan penghiburan yang lebih dari biasanya.
- . Jaminan mengenai kedudukan kita sebagai anak-Nya merupakan persiapan terbaik dalam menghadapi pencobaan. Jika Roh yang baik itu memberikan kesaksian bahwa kita telah diangkat sebagai anak oleh Dia, hal ini akan memperlengkapi kita dengan jawaban terhadap semua saran roh jahat, yang bertujuan untuk merusak atau merisaukan kita. Maka (atau kemudian), ketika Ia baru saja menerima pengukuhan yang khidmat saat dibaptis, setelah itu Ia pun dicobai. Perhatikanlah, setelah kita diterima dalam persekutuan dengan Allah, kita harus siap untuk diserang oleh Iblis. Jiwa yang telah diperkaya haruslah melipatgandakan penjagaannya. Setelah engkau makan dan kenyang, berjaga-jagalah. Maka, ketika Ia mulai tampil di hadapan umat Israel, Ia pun dicobai, hal tidak pernah dialami-Nya ketika Ia masih hidup menyendiri. Perhatikanlah, Iblis menaruh dendam khusus terhadap orang-orang yang bermanfaat, yang bukan saja baik, tetapi juga ditetapkan untuk berbuat baik, terutama ketika mereka baru pertama kali bertugas. Inilah saran yang diberikan Yesus Bin Sirakh (Sirakh 2:1), "Anakku, jikalau engkau bersiap untuk mengabdi kepada Tuhan, maka bersedialah untuk pencobaan." Biarlah para hamba Tuhan yang masih muda tahu apa yang akan mereka hadapi, dan dengan begitu bisa mempersenjatai diri.
- II. Tempat kejadiannya, di padang gurun. Kemungkinannya di padang gurun Sinai, tempat Musa dan Elia berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, sebab tidak ada bagian di seluruh padang gurun Yudea yang disebut begitu gersang dan penuh binatang buas seperti tempat ini (Mrk. 1:13). Ketika Kristus dibaptis, Ia tidak pergi ke Yerusalem untuk memberitakan kemuliaan yang telah diterima-Nya, melainkan menarik diri ke padang gurun. Setelah bersekutu dengan Allah, ada baiknya untuk menyendiri sejenak agar kita tidak kehilangan apa yang telah kita terima di tengah keramaian dan hiruk-pikuk urusan dunia ini. Kristus menyingkir ke padang gurun:
- . Untuk memperoleh manfaat bagi diri-Nya. Dengan menyepi akan diperoleh peluang untuk bersaat teduh dan bersekutu dengan Allah. Walaupun kita dipanggil untuk menjalani kehidupan yang paling aktif sekalipun, kita tetap harus menyediakan waktu untuk bersaat teduh, dan mengutamakan mencari waktu untuk menyendiri bersama Allah. Mereka yang belum terlebih dulu merenungkan dalam kesendirian hal-hal mengenai Allah sungguh tidak layak untuk berbicara mengenai hal-hal tersebut kepada orang lain. Waktu Kristus muncul sebagai Guru yang diutus Allah, tidaklah dikatakan mengenai diri-Nya bahwa, "Ia baru saja tiba dari perjalanan keliling, dari luar negeri, dan telah berkeliling dunia." Sebaliknya, yang dikatakan mengenai Dia adalah, "Dia baru keluar dari padang gurun, bercakap-cakap dengan Allah dan dengan hati-Nya sendiri."
- . Untuk memberikan peluang yang lebih baik kepada si pencoba untuk berhadapan langsung dengan-Nya, daripada bila Dia berada di tengah orang lain. Perhatikanlah, meskipun kesunyian merupakan sahabat bagi hati yang baik, Iblis tahu cara memanfaatkan kesempatan ini untuk melawan kita. Celakalah orang yang sedang sendirian. Mereka yang dengan dalih kesucian dan ibadah menyepi di gua dan gurun akan mendapati bahwa mereka ternyata tidak bebas dari jangkauan musuh-musuh rohani mereka, dan bahwa di situ mereka tidak mendapatkan manfaat dari persekutuan dengan orang-orang kudus. Kristus mengundurkan diri:
- (1) Untuk membuat kemenangan-Nya semakin gemilang. Ia memberikan peluang luas kepada musuh, namun tetap saja mengalahkannya. Dia bisa memberikan peluang kepada Iblis sebab penguasa dunia ini tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Nya; tetapi Iblis bisa berkuasa atas kita, karena itu kita harus berdoa agar tidak dibawa ke dalam pencobaan dan dijauhkan dari yang jahat.
- (2) Agar Ia bisa mendapat kesempatan untuk melakukan yang terbaik sendiri, sehingga Ia boleh ditinggikan oleh karena kekuatan-Nya sendiri. Sebab, ada tertulis, Aku seorang dirilah yang melakukan pengirikan, dan dari antara umat-Ku tidak ada yang menemani Aku! Kristus memasuki pengasingan tanpa ragu.
- III. Dua persiapan untuk menghadapi pencobaan.
- . Kristus dituntun kepada pertempuran itu. Ia tidak dengan sengaja membawa diri-Nya ke sana, tetapi dibawa oleh Roh untuk dicobai Iblis. Roh yang bagaikan burung merpati turun ke atas-Nya itu membuat-Nya menjadi lemah lembut tetapi sekaligus berani. Perhatikanlah, kita harus waspada agar jangan masuk ke dalam pencobaan, tetapi jika Allah, oleh karena providensi-Nya, membawa kita ke dalam pencobaan sebagai ujian, janganlah kita menganggapnya aneh, sebaliknya, kita harus melipatgandakan kewaspadaan kita. Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, lawanlah Iblis dengan iman yang teguh, dan segalanya akan baik-baik. Bila kita mengandalkan kekuatan sendiri dan menantang Iblis untuk mencobai kita, itu sama saja dengan kita memanas-manasi Allah untuk meninggalkan kita seorang diri. Namun, bila Allah yang menuntun kita ke mana pun, maka kita boleh berharap bahwa Ia akan menyertai kita dan menjadikan kita lebih dari orang-orang yang menang.
- Kristus dibawa untuk dicobai Iblis, dan hanya olehnya semata. Orang lain dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya (Yak. 1:14). Iblis berpegang pada keadaan ini dan berusaha menggunakannya untuk menjerat orang. Tetapi Tuhan Yesus tidak memiliki sifat yang cemar seperti ini, dan oleh sebab itu Ia dituntun ke dalam pencobaan dengan aman, tanpa perlu merasa takut atau gemetar, bagaikan seorang juara yang sedang memasuki gelanggang, untuk dicobai hanya oleh Iblis.
- Sekarang kita lihat pencobaan yang dialami Kristus:
- (1) Pencobaan ini menunjukkan kerendahan hati dan penghinaan atas diri-Nya. Pencobaan itu adalah panah api, duri dalam daging, pemukulan, penampian, pergumulan, pertempuran, yang semuanya menunjukkan kesukaran dan penderitaan. Itulah sebabnya Kristus menyerahkan diri pada semua pencobaan itu, untuk merendahkan diri, supaya dalam segala hal Ia disamakan dengan saudara-saudara-Nya. Demikianlah Ia memberi punggung-Nya kepada orang-orang yang memukul-Nya.
- (2) Pencobaan yang mendatangkan kekalahan bagi Iblis. Tidak ada penaklukan tanpa pertempuran. Kristus dicobai agar Ia bisa mengalahkan si pencoba. Iblis telah mencobai Adam pertama dan menang atasnya. Namun, ia tidak akan selalu menang. Adam kedua akan mengalahkannya dan menawan para tawanan.
- (3) Pencobaan yang membawa penghiburan bagi semua orang kudus. Dalam pencobaan yang dilalui Kristus, tampaklah bahwa musuh kita itu licik, penuh kebencian, dan sangat berani dalam mencobai. Sekalipun demikian, terlihat juga bahwa dia bukannya tidak terkalahkan. Walaupun dia seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata, Panglima keselamatan kita tetaplah lebih kuat daripadanya. Sungguh suatu penghiburan bila kita mengingat bahwa Kristus menderita saat dicobai; sebab dengan demikian tampaklah bahwa pencobaan, asal kita tidak menyerah padanya, bukanlah dosa. Itu hanyalah penderitaan semata, yang justru baik. Kita memiliki Imam Besar yang tahu melalui pengalaman-Nya sendiri, seperti apa rasanya saat dicobai, dan oleh sebab itu Ia semakin tersentuh dan dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita di tengah pencobaan (Ibr. 2:18; 4:15). Namun, yang lebih menghibur lagi adalah saat kita mengingat bahwa Kristus telah menang saat dicobai, dan menang bagi kita. Bukan saja musuh yang kita hadapi telah dikalahkan, dijatuhkan, dan dilucuti, tetapi agar kita pun berkepentingan dalam kemenangan Kristus atas musuh kita itu, dan melalui Dia kita adalah lebih dari orang-orang yang menang.
- . Ia harus menghindari makanan untuk menghadapi pertempuran itu, seperti seorang pegulat, yang menguasai dirinya dalam segala hal (1Kor. 9:25). Tetapi Kristus melebihi orang lain, Ia berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, mengikuti teladan Musa, sang pemberi hukum yang luar biasa itu, dan Elia, sang pembaru besar di zaman Perjanjian Lama. Yohanes Pembaptis datang seperti Elia dalam hal-hal yang menyangkut moral, tetapi bukan dalam hal-hal yang berkaitan dengan mujizat seperti ini (Yoh. 10:41), kehormatan yang demikian hanya diperuntukkan bagi Kristus. Kristus tidak perlu berpuasa untuk mematikan keinginan daging (Dia tidak mempunyai keinginan-keinginan tercemar yang perlu dipadamkan). Sekalipun begitu, Ia tetap berpuasa
- (1) Untuk merendahkan diri, dan tampak bagaikan seorang buangan, yang tiada seorang pun menanyakannya.
- (2) Untuk memberi Iblis peluang dan kesempatan baik untuk melawan-Nya, sehingga dengan demikian membuat kemenangan-Nya lebih gemilang.
- (3) Agar Ia bisa menyucikan puasa bagi kita dan menganjurkan kita untuk berpuasa ketika Allah menghendaki kita untuk melakukannya, atau ketika kita dilanda kesukaran, kekurangan makanan, atau ketika kita perlu mengendalikan keinginan-keinginan tubuh, atau untuk memperlancar doa kita, dan semuanya ini merupakan persiapan yang sangat baik dalam menghadapi pencobaan. Jika orang-orang baik direndahkan dan membutuhkan teman dan bantuan, mereka akan sangat terhibur bila mengetahui bahwa Tuhan mereka sendiri juga sudah pernah mengalami hal-hal yang sama. Seseorang bisa saja kekurangan roti namun menjadi kesukaan sorga dan berada di bawah pimpinan Roh. Ada sebagian orang yang melakukan puasa dengan mengacu kepada puasa Kristus yang empat puluh hari ini, tetapi ini merupakan suatu kebodohan dan takhayul yang sebenarnya bertentangan dengan hukum di Inggris sendiri. Selama berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, Ia tidak pernah merasa lapar, berhubungan dengan sorga menjadi pengganti daging dan minuman. Namun setelah itu Ia menjadi lapar juga, yang menunjukkan bahwa Ia benar-benar adalah Manusia sejati. Semua kelemahan kita ditanggung-Nya, supaya Ia bisa menebus kita. Manusia jatuh karena makan, dan melalui hal itu kita pun sering jatuh dalam dosa. Itulah sebabnya Kristus tidak makan.
- IV. Pencobaan-pencobaan itu sendiri. Dalam semua pencobaan yang dilancarkannya, Iblis bertujuan membuat-Nya berdosa terhadap Allah, sehingga dengan demikian membuat-Nya selamanya tidak bisa menjadi Korban bagi dosa-dosa orang lain. Apa pun bentuk serangannya, tujuan utamanya adalah untuk membuat-Nya:
- . Merasa putus asa bahwa Ia telah kehilangan kebaikan Bapa-Nya.
- . Menyalahgunakan kuasa Bapa-Nya.
- . Mengalihkan kehormatan Bapa-Nya dengan memberikannya kepada Iblis. Kedua pencobaan pertama yang ditujukan kepada-Nya, tampak tidak ada salahnya, dan di situlah terlihat kelicikan si pencoba. Pencobaan terakhir merupakan pencobaan yang sangat menggiurkan. Kedua godaan pertama merupakan pencobaan licik yang membutuhkan kebijaksanaan mendalam untuk bisa mengenalinya. Pencobaan terakhir adalah pencobaan yang berat yang membutuhkan ketetapan hati untuk menolaknya. Namun, dalam semuanya itu Iblis dikalahkan.
- . Iblis mencobai Dia agar Dia berputus asa terhadap kebaikan Bapa-Nya, dan supaya Dia tidak mempercayai pemeliharaan Bapa-Nya atas diri-Nya.
- (1) Amatilah bagaimana pencobaan itu dilakukan (ay. 3). Lalu datanglah si pencoba itu. Perhatikanlah, Iblis adalah si pencoba, dan itulah sebabnya dia adalah Setan -- seorang musuh. Musuh-musuh kita yang paling jahat adalah mereka yang memikat kita ke dalam dosa, dan yang menjadi kaki tangan Iblis untuk melakukan pekerjaannya dan melaksanakan rancangan-rancangannya. Dengan tegas ia disebut si pencoba, sebab memang itulah dirinya bagi orangtua pertama kita, bahkan sampai sekarang pun, dan ia juga mengerahkan pencoba-pencoba lain untuk bekerja. Si pencoba itu datang kepada Kristus dalam bentuk yang terlihat, tidak mengerikan dan menakutkan, seperti yang terjadi di taman ketika Ia sedang menghadapi penderitaan maut. Iblis bisa menyamar sebagai malaikat Terang, dan itulah yang dilakukannya sekarang dengan berpura-pura menjadi malaikat penolong yang cerdas dan baik.
- Perhatikanlah kelicikan si pencoba itu, dalam menghubungkan pencobaan pertamanya dengan apa yang terjadi sebelumnya supaya pencobaannya itu bertambah kuat.
- [1] Kristus mulai merasa lapar, dan oleh sebab itu bujukan yang diberikannya tampak sangat cocok, yaitu mengubah batu-batu ini menjadi roti untuk memenuhi rasa lapar itu. Perhatikanlah, salah satu tipu muslihat Iblis adalah memanfaatkan kondisi luar kita guna melancarkan rentetan pencobaannya. Dia adalah lawan yang bukan saja waspada tetapi juga penuh kebencian. Semakin pintar dia memanfaatkan kita, kita harus semakin tekun giat untuk tidak memberikan kesempatan sedikit pun kepadanya. Ketika Yesus mulai merasa lapar, lebih-lebih di padang gurun di mana tidak ada yang bisa dimakan, Iblis pun melancarkan serangannya. Perhatikanlah, kekurangan dan kemiskinan merupakan godaan besar yang membuat orang menjadi tidak puas diri dan tidak mempercayai Tuhan, dan akan menggunakan cara-cara tidak halal untuk memenuhi kebutuhannya, dengan alasan bahwa kebutuhan tidak mengenal hukum. Dengan alasan ini, rasa lapar bisa membuat orang menerobos dinding-dinding batu, yang sebenarnya tidak boleh dilakukan, sebab hukum Allah seharusnya lebih kuat bagi kita daripada dinding-dinding batu. Agur berdoa melawan kemiskinan, bukan karena hal itu merupakan penderitaan atau hal yang tercela, melainkan karena kemiskinan itu merupakan suatu pencobaan, supaya aku tidak miskin dan mencuri. Oleh sebab itu, mereka yang berkekurangan perlu melipatgandakan kewaspadaannya. Lebih baik mati kelaparan daripada hidup makmur dalam dosa.
- [2] Belum lama sebelum pencobaan ini, Kristus dinyatakan sebagai Anak Allah, dan sekarang Iblis mencobai-Nya agar meragukan hal itu, Jika Engkau Anak Allah. Seandainya Iblis tidak tahu bahwa Anak Allah akan datang ke dunia, ia tidak akan mengatakan hal itu, dan andaikata dia tidak menduga bahwa Yesuslah orangnya, ia juga tidak akan mengatakan hal itu kepada-Nya. Iblis juga tidak akan berani mengutarakannya seandainya Kristus tidak menyelubungi kemuliaan-Nya.
- Pertama, Saat ini Iblis berkata kepada Kristus, "Sekarang Engkau berkesempatan untuk bertanya apakah Engkau benar-benar Anak Allah atau bukan; sebab mungkinkah Anak Allah, yang adalah Pewaris dari segala yang ada, bisa menjadi berkekurangan seperti ini? Jika Allah benar-benar Bapa-Mu, Ia tentunya tidak akan membiarkan Engkau kelaparan, sebab segala binatang hutan adalah kepunyaan-Nya (Mzm. 50:10, 12). Memang benar terdengar suara dari sorga yang mengatakan, ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi,’ tetapi itu pasti khayalan saja, dan Engkau tertipu olehnya. Sebab Allah itu bukan Bapa-Mu, atau jika Dia memang Bapa-Mu, Dia seorang Bapa yang sangat jahat." Perhatikanlah:
- . Tujuan utama Iblis dalam mencobai orang-orang yang baik adalah untuk memutuskan hubungan mereka dengan Allah sebagai Bapa sehingga dengan demikian memutuskan kebergantungan dan kewajiban mereka kepada-Nya, serta persekutuan mereka dengan-Nya. Roh yang baik, sebagai Penghibur orang-orang beriman, bersaksi bahwa mereka adalah anak-anak Allah. Roh yang jahat, sebagai penuduh orang-orang beriman, berusaha sedapat mungkin untuk menggoyahkan kesaksian itu.
- . Penderitaan, kebutuhan, dan beban lahiriah adalah alasan-alasan paling kuat yang digunakan Iblis untuk membuat umat Allah meragukan kedudukan mereka sebagai anak-anak-Nya; seakan-akan penderitaan tidak bisa terjadi dengan kasih Allah Bapa, padahal sebenarnya justru dari kasih-Nya itulah penderitaan terkadang diizinkan. Mereka yang tahu bagaimana menghadapi pencobaan seperti ini akan berkata bersama dengan Ayub yang saleh, "Sekalipun Ia hendak membunuhku, sekalipun Ia membuatku kelaparan, aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya (Ayb. 13:15), dan mengasihinya sebagai Sahabat, walaupun Ia seakan melawanku bagaikan seorang musuh."
- . Iblis bertujuan menggoyahkan iman kita akan Firman Allah, dan membuat kita meragukan kebenarannya. Itulah yang mula-mula dilakukannya terhadap orangtua kita yang pertama, "Tentulah Allah berfirman begini dan begitu? Oh, tentu saja tidak. Begitu pula, sekarang, apakah betul Allah berkata, bahwa ‘Engkau Anak-Nya yang dikasihi’? Ia pasti tidak berkata demikian, atau, seandainya memang Ia berkata begitu, itu tidak benar." Jika kita mempertanyakan kebenaran firman yang telah disampaikan Allah, maka kita telah memberi kesempatan kepada Iblis, sebab pekerjaannya sebagai bapa segala dusta adalah untuk menentang perkataan Allah yang benar.
- . Iblis sangat sering melaksanakan rancangannya dengan cara menanamkan pikiran-pikiran yang jahat mengenai Allah di dalam hati manusia, seakan Dia Allah yang jahat atau tidak setia, dan telah meninggalkan atau melupakan mereka yang menyerahkan segalanya bagi-Nya. Ia berusaha keras menanamkan angan-angan dalam benak orangtua pertama kita bahwa Allah melarang mereka makan buah dari pohon pengetahuan karena Allah tidak ingin mereka mendapatkan manfaat darinya. Begitu pula, sekarang secara licik ia mau mengelabui Juruselamat kita bahwa Bapa-Nya telah mencampakkan-Nya dan membiarkan-Nya mengurus diri-Nya sendiri. Tetapi lihatlah betapa tidak masuk akalnya bujukannya itu dan betapa mudahnya ia disanggah. Jika saat itu Kristus tampak sebagai manusia biasa semata-mata karena Ia merasa lapar, mengapa Ia tidak diakui sebagai lebih dari sekadar Manusia, yaitu Anak Allah, karena Ia berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam dan tidak merasa lapar?
- Kedua, "Engkau sekarang punya kesempatan untuk menunjukkan bahwa Engkau Anak Allah. Jika Engkau Anak Allah, buktikanlah dengan memerintahkan batu-batu ini (mungkin setumpuk, yang berada di depan-Nya) menjadi roti (ay. 3). Yohanes Pembaptis pernah mengatakan bahwa Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu. Oleh sebab itu, kuasa Ilahi pasti mampu menjadikan batu-batu itu menjadi roti bagi anak-anak itu. Bila benar Engkau memiliki kuasa itu, gunakanlah kuasa itu sekarang, saat Engkau sendiri mempunyai kebutuhan." Iblis tidak berkata, "Berdoalah kepada Bapa-Mu agar Ia mengubah batu-batu ini menjadi roti," tetapi, "perintahkanlah agar hal itu terjadi. Bapa-Mu telah meninggalkan Engkau, oleh sebab itu bertindaklah sendiri, dan jangan mau dihalang-halangi oleh-Nya." Iblis tidak suka bila orang merendahkan diri, sebaliknya, ia senang bila orang mengandalkan dirinya sendiri. Tujuannya terlaksana bila ia dapat melepaskan manusia dari kebergantungannya pada Allah dan menguasai mereka dengan pikiran bahwa mereka mampu mencukupi diri sendiri dengan kekuatannya sendiri.
- (2) Perhatikanlah bagaimana pencobaan ini dilawan dan diatasi.
- [1] Kristus tidak bersedia menurutinya. Ia tidak mau memerintahkan batu-batu ini menjadi roti. Bukan karena Ia tidak mampu melakukannya, tetapi karena Ia memang tidak mau. Kuasa-Nya, yang tidak lama setelah ini mengubah air menjadi anggur, dapat mengubah batu-batu itu menjadi roti, tetapi Ia tidak mau. Mengapa tidak? Pada pandangan pertama, hal itu tampak cukup bisa dibenarkan. Sebenarnya, semakin masuk akal suatu godaan, dan semakin banyak kebaikan yang terlihat di dalamnya, maka semakin berbahaya pula pencobaan itu. pencobaan ini bisa membuat orang merasa gundah, tetapi Kristus segera menyadari bahaya yang tersembunyi di baliknya, dan Ia tidak mau melakukan apa pun. Karena,
- pertama, hal itu tampak bagaikan mempertanyakan kebenaran dari suara yang didengar-Nya dari sorga itu, atau menempatkannya sebagai masalah baru yang sebenarnya sudah beres.
- Kedua, hal itu tampak seperti tidak meyakini pemeliharaan Bapa-Nya terhadap diri-Nya, atau membatasi-Nya dalam satu cara tertentu untuk memelihara-Nya.
- Ketiga, hal itu tampak seperti dia yang mengatur dan membuat keputusan untuk diri sendiri.
- Keempat, hal itu sama saja seperti memuaskan Iblis kalau Dia melakukan sesuatu atas perintahnya. Ada yang mungkin akan berkata, mau tidak mau kita harus mengakui kecerdikan Iblis, bahwa ini adalah nasihat yang baik; tetapi bagi mereka yang menantikan Tuhan, meminta nasihat dari Iblis adalah tindakan yang kelewatan; ini sama saja dengan bertanya kepada dewa Ekron, padahal di Israel ada Allah.
- [2] Kristus sudah siap untuk menjawab cobaan itu (ay. 4). Yesus menjawab, "Ada tertulis." Tampak di sini bahwa Kristus menjawab dan meruntuhkan semua cobaan Iblis dengan perkataan, "Ada tertulis." Dia sendiri adalah firman yang abadi dan mampu menyampaikan pikiran Allah tanpa harus mengutip ulang tulisan Musa, namun Ia menghormati Kitab Suci, dan untuk memberikan teladan bagi kita, Ia merujuk kepada apa yang tertulis dalam hukum Tuhan. Ia menyatakan perkataan ini kepada Iblis dengan anggapan bahwa Iblis cukup tahu tentang apa yang telah tertulis itu. Tidak mustahil mereka yang menjadi anak-anak Iblis tahu betul apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, karena setan-setan pun juga percaya ... dan mereka gemetar. Kita harus menggunakan cara ini setiap kali kita dicobai untuk berdosa. Lawanlah dan tolak pencobaan itu dengan, "Ada tertulis." Firman Allah adalah pedang Roh, satu-satunya senjata untuk menyerang dari seluruh perlengkapan senjata Kristen (Ef. 6:17). Kita boleh berkata tentang senjata ini seperti yang dikatakan Daud perihal pedang Goliat, Tidak ada yang seperti itu [Firman Allah] dalam menghadapi konflik-konflik rohani kita.
- Jawaban ini, seperti halnya dua jawaban lainnya, diambil dari Kitab Ulangan, yang merupakan hukum kedua, yang mengandung sedikit sekali hal yang berkaitan dengan upacara. Meskipun merupakan lembaga ilahi, korban maupun penyucian imamat tidak mampu mengusir Iblis, apalagi air suci dan tanda salib yang merupakan ciptaan manusia. Hanya titah-titah moral dan janji-janji Injili, dipadukan dengan iman, yang sungguh mempunyai kuasa, melalui Allah, untuk menundukkan Iblis. Jawaban Kristus ini dikutip dari Ulangan 8:3, yang menjelaskan alasan mengapa Allah memberikan makan orang Israel dengan manna, yakni Ia mau mengajarkan mereka bahwa manusia hidup bukan dari roti saja. Hal ini diterapkan Kristus pada kasus-Nya sendiri. Israel adalah anak Allah, yang dipanggil-Nya keluar dari Mesir (Hos. 11:1), yang juga terjadi dengan Kristus (2:15). Waktu itu bangsa Israel berada di padang gurun, dan sekarang Kristus juga demikian, dan boleh jadi di gurun yang sama. Sekarang,
- Pertama, Iblis ingin Dia meragukan kedudukan-Nya sebagai Anak karena berada dalam kesukaran. "Tidak," kata-Nya, "Israel adalah anak Allah yang sangat dikasihi-Nya dan Ia tetap sabar terhadap tingkah laku mereka" (Kis. 13:18). Namun demikian, Ia membawa mereka ke dalam kesukaran (Ul. 8:5), TUHAN, Allahmu, mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya. Oleh sebab itu, Kristus, karena Ia adalah Anak, Ia belajar untuk taat.
- Kedua, Iblis berusaha agar Dia tidak memercayai kasih dan pemeliharaan Bapa-Nya. "Tidak," kata-Nya, "karena itu sama saja dengan sikap orang Israel, yang ketika mengalami kekurangan, berkata, "Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?" dan "Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? Sanggupkah Ia memberikan roti juga?"
- Ketiga, Iblis ingin Dia langsung segera mencari makanan begitu Dia merasa lapar, padahal Allah, dengan tujuan agar orang Israel menjadi bijaksana dan kudus, membiarkan mereka kelaparan sebelum memberi mereka makan, untuk membuat mereka rendah hati dan menguji mereka. Allah ingin agar anak-anak-Nya, saat mereka berkekurangan, bukan saja melayani Dia, melainkan juga menantikan Dia.
- Keempat, Iblis ingin Dia menyediakan roti bagi diri-Nya sendiri. "Tidak," kata Kristus, "apa gunanya? Ini adalah perihal yang sudah sejak dulu diselesaikan dan dibuktikan tanpa terbantahkan lagi, yaitu bahwa manusia bisa tetap hidup tanpa roti, seperti orang Israel hidup dari manna di padang gurun empat puluh tahun lamanya." Benar, melalui pemeliharaan-Nya, Allah biasanya mencukupi kebutuhan manusia dengan tanah yang menghasilkan pangan (Ayb. 28:5), namun bila Ia berkehendak, Ia mampu menggunakan sarana lain agar manusia tetap hidup. Setiap firman yang keluar dari mulut Allah, atau apa pun yang diperintahkan dan ditentukan Allah untuk tujuan itu, semuanya itu sama baiknya seperti roti untuk mencukupi hidup manusia dan akan memelihara hidupnya. Kalaupun kita berlimpah-limpah makanan, kita tidak akan dikenyangkan bila Allah tidak memberkatinya (Hag. 1:6, 9; Mi. 6:14; sebab meskipun roti [atau makanan] adalah penopang kehidupan, namun berkat Allah-lah yang menopang adanya makanan). Jadi, kita bisa saja kekurangan makanan, namun bisa dikenyangkan dengan cara lain juga. Allah memelihara Musa dan Elia tanpa roti, begitu pula Kristus selama empat puluh hari. Ia memelihara bangsa Israel dengan roti dari sorga, yaitu makanan malaikat. Ia memelihara Elia dengan roti yang secara ajaib diantar oleh burung-burung gagak, dan pada kesempatan lain makanan seorang janda yang secara ajaib dilipatgandakan banyaknya. Oleh sebab itu Kristus tidak perlu mengubah batu menjadi roti, tetapi percaya bahwa Allah akan memeliharanya agar tetap hidup dengan cara lain ketika Ia merasa lapar, sama seperti yang dilakukan-Nya selama empat puluh hari ketika Ia tidak lapar. Perhatikanlah, sama seperti dalam kelimpahan, janganlah kita berpikir untuk hidup tanpa Allah, begitu pula di tengah kesukaran. Kita harus belajar untuk hidup dari Allah. Ketika pohon ara tidak berbunga, dan ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, ketika semua sarana bantuan dan dukungan yang biasa terputus, kita harus tetap bersorak-sorak di dalam Tuhan. Kita tidak boleh berpikir untuk memaksakan kehendak kita sendiri, melainkan harus berdoa dengan rendah hati memohon apa yang menurut-Nya sesuai untuk diberikan kepada kita, dan bersyukur untuk makanan yang diberikan, sekalipun sedikit. Biarlah kita belajar dari Kristus di sini untuk berada dalam kehendak Allah dan bukannya keinginan sendiri, dan tidak menggunakan cara-cara yang menyimpang untuk memenuhi kebutuhan kita ketika kekurangan terasa begitu menekan kita (Mzm. 37:3). Jehovah-jireh, dengan satu atau lain cara Allah yang akan menyediakan. Lebih baik hidup miskin dengan buah-buah dari kebaikan hati Allah daripada hidup berkelimpahan dari hasil perbuatan dosa kita.
- . Iblis mencobai Kristus agar menyalahgunakan kuasa dan perlindungan Bapa-Nya. Lihatlah betapa Iblis adalah lawan yang tidak mau diam dan tidak mudah menyerah! Bila ia gagal dalam satu serangan, ia akan mencoba serangan lain lagi.
- Sekarang kita lihat pencobaannya yang kedua:
- (1) Apa itu pencobaannya, dan bagaimana ia melakukannya. Secara umum, setelah melihat betapa Kristus begitu yakin pada pemeliharaan Bapa-Nya dalam hal makanan, Iblis berusaha keras agar Ia juga merasa yakin secara berlebihan akan pemeliharaan Bapa-Nya dalam hal keamanan. Perhatikanlah, kita sedang menghadapi bahaya kehilangan arah, baik di sebelah kanan maupun di sebelah kiri. Oleh sebab itu kita harus waspada, jangan sampai dalam upaya menghindari secara berlebihan suatu sikap ekstrem, kita justru terjerumus oleh kelicikan Iblis ke dalam suatu sikap ekstrem lainnya. Jangan sampai dalam mengatasi kesesatan, kita justru jatuh ke dalam sikap iri hati. Tidak ada sikap ekstrem berlebihan yang lebih berbahaya daripada rasa putus asa dan mempunyai anggapan yang salah kaprah, terutama dalam hal-hal yang menyangkut jiwa kita. Ada orang-orang yang percaya bahwa Kristus mampu dan mau menyelamatkan mereka dari dosa-dosa mereka, dicobai untuk beranggapan bahwa Ia akan menyelamatkan mereka ketika mereka sedang berada di dalam dosa-dosa mereka. Tetapi, bila orang-orang mulai bergiat dalam ibadah, Iblis akan mendorong mereka ke dalam sikap fanatisme dan semangat yang melampaui batas.
- Dalam pencobaan ini kita bisa melihat:
- [1] Cara Iblis mempersiapkannya. Ia membawa Kristus, bukan dengan paksa, melainkan mendorong-Nya untuk pergi, dan menyertainya, ke Yerusalem. Apakah Kristus berjalan di tanah dan menapaki anak-anak tangga ke bubungan Bait Allah, atau melalui udara, tidaklah jelas. Namun, Iblis menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, atau di puncak menara; di atas penunjuk arah angin (menurut beberapa orang), di tembok pertahanan (kata sebagian yang lain lagi), di bagian sayap (demikianlah arti kata itu) dari Bait Allah. Sekarang perhatikanlah,
- Pertama, betapa patuhnya Kristus, rela bersusah payah dibawa seperti itu, dan mau membiarkan Iblis melakukan kejahatan, namun, tetap Ia mengalahkannya. Kesabaran Kristus di sini, seperti yang ditunjukkan-Nya juga kemudian dalam penderitaan dan kematian-Nya, jauh lebih hebat daripada kuasa Iblis ataupun para pengikutnya, sebab mereka ini tidak mempunyai kuasa apa pun untuk melawan Dia, selain yang diberikan dari atas. Betapa melegakan bahwa Kristus, yang membiarkan kuasa Iblis ini menyerang diri-Nya, tidak membiarkan hal yang serupa terjadi terhadap kita. Sebaliknya, Ia menahan kuasa itu, karena Dia sendiri tahu seperti apa kita!
- Kedua, betapa liciknya Iblis dalam memilih tempat untuk melancarkan pencobaan. Untuk membujuk Kristus supaya Ia memperagakan kuasa-Nya sendiri dan menyombongkan diri mengenai pemeliharaan Allah atas diri-Nya, Iblis menempatkan Kristus di tempat umum di Yerusalem, sebuah kota berpenduduk padat dan yang menjadi kegirangan bagi seluruh bumi. Dan ini terjadi di Bait Allah, salah satu keajaiban dunia yang senantiasa dipandang dengan rasa kagum oleh orang-orang. Di tempat itu Ia bisa saja menampilkan diri agar diperhatikan semua orang, dan membuktikan bahwa Dia memang Anak Allah, karena tidak seperti pencobaan sebelumnya di padang gurun, di mana tidak ada yang mengenali-Nya, kali ini pencobaan dilancarkan di hadapan orang banyak, di tempat yang paling terlihat untuk bertindak. Perhatikanlah:
- . Di sini Yerusalem disebut Kota Suci, sebab memang demikianlah halnya baik dalam nama maupun menurut pengakuan orang, dan dalam tempat itulah terdapat tunggul yang kudus, dari mana akan keluar tunas yang kudus. Perhatikanlah, di seluruh muka bumi ini tidak ada kota yang begitu suci hingga mampu membebaskan dan melindungi kita dari Iblis dan pencobaan-pencobaannya. Adam pertama dicobai di taman yang suci, sedangkan Adam kedua dicobai di Kota Suci. Oleh sebab itu, janganlah kita lengah, di mana pun kita berada, karena di sini kita melihat justru di Kota Suci itulah Iblis berpeluang dan berhasil mencobai manusia agar jatuh dalam kebanggaan dan kesombongan. Namun, terpujilah Allah, bahwa di dalam Yerusalem Sorgawi, Kota Suci itu, tidak ada hal najis yang diperbolehkan masuk. Di situlah kita akan selamanya terbebas dari pencobaan.
- . Iblis menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, yang (sebagaimana dilukiskan Josephus dalam Antiq. 15:14) begitu tinggi hingga mampu membuat kepala orang pusing bila melihat ke bawah. Perhatikanlah, menara-menara dari sebuah bait yang tinggi adalah tempat bersarangnya pencobaan. Maksud saya:
- (1) Semua tempat yang tinggi memang tempat yang licin. Keberhasilan dalam dunia membuat orang menjadi sasaran empuk bagi Iblis untuk menembakkan panah-panah apinya. Allah merendahkan agar Ia bisa meninggikan; Iblis meninggikan agar ia bisa merendahkan. Oleh sebab itu, mereka yang ingin berjaga-jaga agar tidak jatuh, haruslah berjaga-jaga saat naik.
- (2) Dalam hal tertentu, posisi yang tinggi dalam gereja bisa berbahaya. Mereka yang memiliki banyak talenta, menduduki tempat yang menonjol, dan telah meraih reputasi tinggi, perlu tetap rendah hati, sebab Iblis pasti akan menjadikan mereka sasaran dan menggembungkan mereka dengan rasa bangga agar mereka kena hukuman Iblis. Mereka yang berkedudukan tinggi sebaiknya tetap berdiri kokoh.
- [2] Cara Iblis membujuk, "Jika Engkau Anak Allah, nyatakan diri-Mu kepada dunia, dan buktikan hal itu. Jatuhkanlah diri-Mu ke bawah," dan setelah itu,
- pertama, "Engkau akan dikagumi, karena berada di bawah perlindungan istimewa dari sorga. Bila mereka melihat Engkau tidak terluka setelah jatuh dari ketinggian seperti ini, mereka akan berkata (seperti yang dikatakan penduduk kafir mengenai Paulus), bahwa Engkau seorang Dewa." Tradisi mengatakan bahwa Simon Magnus dengan cara sama ingin mencoba membuktikan dirinya seorang dewa, namun dia gagal, sebab ia jatuh dan luka parah.
- Kedua, "Engkau akan disambut sebagai orang yang datang dengan tugas istimewa dari sorga. Seluruh Yerusalem akan melihat dan mengakui bahwa Engkau bukan saja lebih dari manusia biasa, melainkan juga Sang Utusan itu, Malaikat Perjanjian, yang dengan mendadak akan masuk ke Bait-Nya (Mal. 3:1), dan dari sana turun ke jalan-jalan Kota Suci. Dengan demikian tugas meyakinkan orang Yahudi akan dipersingkat dan cepat selesai."
- Perhatikanlah, Iblis berkata, "Jatuhkanlah diri-Mu ke bawah." Iblis tidak mampu menjatuhkan-Nya, walaupun sebenarnya hal kecil saja sudah bisa menjatuhkan orang dari puncak bubungan. Perhatikanlah, kuasa Iblis itu terbatas sifatnya, sampai di sini saja boleh ia datang, dan tidak lebih jauh lagi. Sekalipun seandainya Iblis berhasil melempar Dia ke bawah, tidak ada keuntungan apa-apa yang akan diperolehnya, sebab Kristus tidak berdosa, Ia hanya menderita semata. Perhatikanlah, kemalangan apa pun yang menimpa kita, itu adalah akibat perbuatan kita sendiri. Iblis hanya bisa membujuk, ia tidak bisa memaksa. Ia hanya bisa berkata, "Jatuhkanlah dirimu ke bawah," tetapi ia tidak mampu menjatuhkan kita. Setiap orang dicobai ketika ia diseret oleh keinginannya sendiri, bukan dipaksa, melainkan dipikat. Oleh sebab itu, janganlah kita menyakiti diri kita sendiri, supaya, terpujilah Allah, tidak ada yang bisa menyakiti kita (Ams. 9:12).
- [3] Cara ia menopang bujukannya ini dengan Kitab Suci, "Sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya." Tetapi, apakah juga Saul termasuk golongan nabi? Apakah Iblis mengenal Kitab Suci dengan begitu baik sehingga mampu mengutip ayat dengan begitu cepat? Sepertinya memang demikian. Perhatikanlah, orang bisa saja mengisi pikirannya penuh-penuh dengan hal-hal dari Alkitab dan mulutnya sarat dengan kata-kata dari Kitab Suci, sementara hatinya penuh dengan kebencian terhadap Allah dan segala kebaikan. Pengetahuan Kitab Suci yang dimiliki roh-roh jahat semakin memperhebat kejahatan dan penyiksaan mereka. Belum pernah Iblis berbicara dengan begitu jengkel seperti ketika ia berkata kepada Kristus, "Aku tahu siapa Engkau." Iblis ingin membujuk Kristus agar menjatuhkan diri ke bawah, sambil berharap Ia akan membunuh diri-Nya sendiri, sehingga berakhirlah riwayat maupun pekerjaan-Nya, yang dipandangnya dengan hati cemburu. Untuk mendorong-Nya melakukan hal itu, ia mengatakan bahwa tindakan itu tidak akan berbahaya, bahwa para malaikat yang kudus akan melindungi-Nya, sebab itulah janji yang diberikan, "Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya" (Mzm. 91:11). Dalam kutipan ini:
- Pertama, ada hal-hal yang mengandung kebenaran. Memang ada janji demikian mengenai pelayanan para malaikat untuk melindungi orang-orang kudus. Iblis mengetahui hal ini melalui pengalaman, sebab ia mendapati bahwa usahanya untuk menjatuhkan mereka tidak berhasil, dan ia sangat marah, seperti yang dilakukannya terhadap Ayub, yang dibicarakannya dengan penuh emosi (Ayb. 1:10). Ia juga benar dalam menerapkan janji ini kepada Kristus, sebab di atas segalanya, semua janji perlindungan bagi orang-orang kudus itu diberikan kepada, di dalam, dan melalui Dia. Janji itu, bahwa segala tulangnya, tidak satu pun yang patah (Mzm. 34:21), digenapi di dalam Kristus (Yoh. 19:36). Para malaikat melindungi orang-orang kudus demi Kristus (Why. 7:5, 11).
- Kedua, terdapat kekeliruan dalam perkataan Iblis itu, dan mungkin Iblis menyimpan dendam khusus terhadap janji ini dan menyimpangkannya karena sering menjadi penghalang baginya serta mengacaukan rencana jahatnya terhadap orang-orang kudus. Lihatlah di sini:
- . Bagaimana ia sengaja mengutipnya dengan salah, dan ini benar-benar jahat. Janji itu berbunyi, mereka akan menatang engkau. Tetapi, bagaimana? Di segala jalanmu. Bukan dengan cara lain. Apabila kita keluar dari jalan kita, keluar dari jalan yang harus kita lalui, kita kehilangan janji itu dan menempatkan diri di luar perlindungan Allah. Nah, kata-kata ini dibuat untuk melawan si pencoba, dan itulah sebabnya ia dengan sengaja tidak menyebutkannya. Seandainya Kristus menjatuhkan diri-Nya ke bawah, Ia telah keluar dari jalan-Nya, sebab Ia tidak dipanggil untuk menampilkan diri dengan cara itu. Sungguh baik bagi kita untuk senantiasa mencari nasihat dari Kitab Suci untuk segala permasalahan dan tidak menerima sesuatu begitu saja, agar kita tidak tertipu oleh mereka yang memotong dan memutarbalikkan firman Tuhan. Kita harus melakukan seperti yang diperbuat orang Berea, yang mempelajari Kitab Suci setiap hari.
- . Bagaimana ia salah menerapkannya, dan ini bahkan lebih jahat lagi. Kitab Suci disalahgunakan apabila ditekankan untuk menyokong dosa. Bila orang memutarbalikkan kebenaran Kitab Suci untuk membenarkan pencobaan yang mereka timbulkan sendiri, maka mereka sedang melakukannya untuk mendatangkan kebinasaan bagi diri mereka sendiri (2Ptr. 3:16). Janji ini teguh dan baik, tetapi Iblis menyelewengkannya, karena dia memanfaatkannya sebagai dorongan untuk menyalahgunakan pemeliharaan ilahi. Perhatikan, bukanlah hal baru lagi bila anugerah Allah diubah manusia menjadi hawa nafsu; manusia menjadi berani berbuat dosa setelah mengetahui bahwa Allah mempunyai niat baik bagi orang berdosa. Tetapi akankah kita terus berbuat dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Akankah kita mau melemparkan diri ke bawah supaya malaikat-malaikat menatang kita? Kiranya Allah menjauhkan ini dari kita.
- (2) Bagaimana Kristus mengatasi pencobaan ini. Ia melawan dan mengalahkannya, seperti yang dilakukan-Nya terhadap pencobaan sebelumnya, yaitu dengan perkataan, "Ada tertulis." Penyimpangan dari Kitab Suci yang dilakukan Iblis tidak menghalangi Kristus untuk menggunakan Kitab Suci. Dengan tegas Ia menekankan, "Janganlah kamu mencobai TUHAN, Allahmu" (Ul. 6:16). Arti ayat ini bukanlah, "Oleh sebab itu janganlah engkau mencobai-Ku," melainkan, "Oleh sebab itu janganlah Aku mencobai Bapa-Ku." Perkataan asli ini menggunakan bentuk jamak, Janganlah kamu (= kalian) mencobai; di sini, perkataan ini berbentuk tunggal, Janganlah engkau. Perhatikanlah, sejalan dengan ini, kita baru akan mendapat manfaat dari firman Tuhan bila kita mendengar dan menerima janji-janji umum sebagai janji yang khusus ditujukan kepada kita pribadi. Iblis berkata, "Ada tertulis." Kristus juga berkata, "Ada tertulis." Ini bukan berarti bahwa sebuah ayat bertolak belakang dengan ayat lainnya. Allah hanya satu, begitu pula firman dan pikiran-Nya. Namun, ayat yang satu itu merupakan sebuah janji, dan yang lainnya suatu perintah. Oleh sebab itu, ayat yang merupakan janji harus dijelaskan dan diterapkan dengan ayat perintah itu karena Kitab Suci harus ditafsirkan menurut Kitab Suci itu sendiri. Mereka yang bernubuat dan menguraikan Kitab Suci secara terperinci harus melakukannya sesuai dengan ukuran iman yang dimilikinya (Rm. 12:6), sejalan dengan kesalehan hidupnya yang nyata.
- Andaikata Kristus menjatuhkan diri-Nya ke bawah, ini akan sama dengan mencobai Allah.
- [1] Sebab ini berarti meminta penegasan lebih lanjut bagi apa yang telah ditegaskan dengan begitu jelas. Kristus sangat puas bahwa Allah adalah Bapa-Nya yang memelihara-Nya, yang memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk menjaga diri-Nya. Oleh sebab itu, mencoba menguji kebenaran ini lagi berarti mencobai Allah, seperti orang Farisi mencobai Kristus: mereka telah melihat begitu banyak tanda heran di bumi ini, namun masih juga menuntut tanda dari sorga. Ini sama dengan membatasi Yang Mahakudus Allah Israel.
- [2] Sebab ini berarti meminta pemeliharaan khusus dari Allah dalam melakukan sesuatu yang bukan panggilan-Nya. Jika kita berharap bahwa mengingat Allah telah berjanji untuk tidak meninggalkan kita, maka Dia harus mengikuti kita bila kita keluar dari jalan yang diwajibkan kepada kita; bahwa karena Dia telah berjanji memenuhi kebutuhan kita, maka Dia harus menyenangkan hati kita dan memenuhi keinginan dan khayalan hati kita yang fana; bahwa karena Dia telah berjanji menjaga kita, maka kita boleh seenaknya menceburkan diri ke dalam bahaya dan boleh mengharapkan apa yang diinginkan tanpa menggunakan sarana yang telah ditentukan; bila kita melakukan demikian, maka ini adalah praanggapan yang salah kaprah, ini artinya kita mencobai Allah. Hal ini merupakan perbuatan yang menambah dosa karena Dia adalah Tuhan Allah kita. Ini merupakan pelecehan terhadap hak istimewa yang kita nikmati dalam memiliki Dia sebagai Allah kita. Allah mendorong kita untuk mempercayai-Nya, tetapi kita akan menjadi orang yang tidak tahu bersyukur kalau sampai mencobai-Nya dengan memanfaatkan hal ini. Ini bertentangan dengan kewajiban kita kepada-Nya sebagai Allah kita. Ini berarti menghina Dia yang seharusnya kita hormati. Perhatikanlah, kita sekali-kali tidak boleh menjanjikan sesuatu kepada diri sendiri lebih dari yang dijanjikan Allah kepada kita.
- . Iblis mencobai-Nya agar melakukan penyembahan berhala yang paling jahat dan mengerikan, dengan menawarkan semua kerajaan dunia dengan kemegahannya. Di sini kita bisa mengamati:
- (1) Bagaimana Iblis melancarkan tekanan ini terhadap Juruselamat kita (ay. 8-9). Pencobaan yang terhebat dicadangkan pada bagian terakhir. Perhatikanlah, adakalanya perjumpaan terakhir orang-orang kudus adalah dengan keturunan Enak, dan pukulan terakhir adalah yang paling menyakitkan. Oleh sebab itu, setelah mengalami pencobaan apa saja, kita harus senantiasa siap menghadapi yang lebih buruk lagi; kita harus mempersenjatai diri dalam menghadapi segala serangan, dengan menggunakan senjata kebenaran untuk menyerang dan mempertahankan diri.
- Dalam pencobaan ini, kita bisa mengamati:
- [1] Apa yang diperlihatkan Iblis kepada-Nya -- semua kerajaan dunia dengan kemegahannya. Untuk melakukan hal ini, ia membawa Kristus ke atas gunung yang sangat tinggi. Dengan harapan akan menang, seperti Balak dan Bileam, ia mengubah dasar serangannya. Bubungan Bait Allah rupanya tidak cukup tinggi. Si penghulu udara itu harus membawa-Nya lebih jauh ke dalam wilayahnya. Beberapa orang berpendapat bahwa gunung yang tinggi ini berada di seberang sungai Yordan, sebab di situlah kita mendapati Kristus berada setelah menjalani pencobaan (Yoh. 1:28-29). Boleh jadi ini adalah Gunung Pisga, tempat Allah, sambil bersekutu dengan Musa, menunjukkan seluruh kerajaan Kanaan kepadanya. Ke sinilah Yesus dibawa untuk mendapatkan suatu pemandangan yang luas, seakan Iblis bisa menunjukkan kepada-Nya lebih banyak bagian dunia lagi melebihi apa yang sudah diketahui oleh Dia, yang menciptakan dan menguasai ciptaan-Nya itu. Setelah itu mungkin saja Ia melihat beberapa dari antara kerajaan-kerajaan yang terletak di sekitar Yudea, walaupun bukan kemegahannya. Namun, tidak diragukan lagi bahwa di dalam semuanya ini terdapat tipu muslihat dan khayalan yang diciptakan Iblis. Boleh jadi apa yang ditunjukkan Iblis kepada-Nya itu hanyalah sebuah awan-awan di udara, yang bisa saja dirangkai dan dibentuk oleh si penipu ulung itu dengan mudah. Dengan cara ini Iblis menampilkan kemegahan dan penampilan hebat para raja dengan semarak; jubah dan mahkota mereka, para pengikut, perlengkapan dan para pengawal; kemegahan singgasana, istana dan gedung mewah di kota-kota, berbagai taman dan ladang di daerah pedesaan, termasuk berbagai bentuk kekayaan, kenikmatan, dan kesenangan. Semua yang ditunjukkannya sangat bisa membangkitkan angan-angan dan rasa kagum serta hasrat seseorang. Seperti inilah pemandangan yang dipamerkan, dan tindakan Iblis membawa-Nya ke gunung yang tinggi hanyalah supaya Dia mengikuti semua keinginan ini dan menikmati khayalan Iblis ini. Tetapi Yesus tidak membiarkan diri-Nya dikuasai oleh godaan ini. Sebaliknya, Ia melihat tipu muslihat yang tersembunyi di balik semuanya ini, dan membiarkan Iblis melakukan niatnya, supaya dengan demikian kemenangan-Nya atas Iblis semakin tampak gemilang. Oleh sebab itu, menyangkut pencobaan Iblis, amatilah bahwa,
- Pertama, pencobaan-pencobaannya sering kali masuk ke dalam mata yang buta terhadap hal-hal yang seharusnya dilihat, dan silau dengan kesia-siaan yang seharusnya dihindari. Dosa pertama diawali pada mata (Kej. 3:6). Oleh sebab itu, kita perlu membuat perjanjian dengan mata kita dan berdoa kiranya Allah melalukan mataku dari pada melihat hal yang hampa.
- Kedua, pencobaan acap kali timbul dari dunia dan segala yang ada di dalamnya. Keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup merupakan hal-hal yang dimanfaatkan oleh Iblis dalam melancarkan sebagian besar serangannya.
- Ketiga, dalam pencobaan-pencobaannya, Iblis menaruh kebohongan besar ke atas jiwa-jiwa yang malang. Ia menipu dan menghancurkan. Ia memperdayai manusia dengan menunjukkan bayangan-bayangan kosong yang berwarna-warni. Ia memperlihatkan dunia dan kemegahannya, tetapi menyembunyikan dosa, sengsara, dan maut yang mengotori keindahan segala kemuliaan ini dari mata manusia. Ia juga menyembunyikan kesusahan dan sengsara yang mengikuti harta kekayaan serta duri-duri yang ada di dalamnya.
- Keempat, kemegahan dunia merupakan pencobaan yang paling memesona hati bagi mereka yang ceroboh dan tidak waspada. Pencobaan ini juga yang paling sering menjatuhkan manusia. Anak-anak Laban iri hati terhadap segala kekayaan Yakub. Jadi, keangkuhan hidup merupakan jerat yang paling berbahaya.
- [2] Apa yang dikatakan Iblis kepada-Nya (ay. 9): "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Lihatlah:
- Pertama, betapa hampanya janji itu. Semua itu akan kuberikan kepada-Mu. Sepertinya, dalam pencobaan-pencobaan sebelumnya, ia memperkirakan dengan kuat bahwa sebagian maksudnya telah tercapai dan ia telah berhasil membuktikan bahwa Kristus bukanlah Anak Allah, karena Dia tidak memberikan bukti-bukti yang dimintanya; sehingga di sini ia memandang-Nya sebagai seorang manusia biasa saja. "Mari," katanya, "sepertinya Allah yang Kau sangka adalah Bapa-Mu itu telah meninggalkan dan membiarkan Engkau mati kelaparan -- suatu tanda bahwa Dia bukanlah Bapa-Mu. Namun, bila Engkau mau diperintah olehku, aku akan memelihara-Mu dengan lebih baik. Akuilah aku sebagai bapa-Mu, dan mintalah berkatku, maka semua itu akan kuberikan kepada-Mu." Perhatikanlah, Iblis akan menjadikan manusia mangsa yang empuk bila ia berhasil membujuk mereka untuk berpikir bahwa mereka telah ditinggalkan Allah. Titik kesalahan dalam janji Iblis ini terdapat dalam perkataan, "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu." Apa yang dimaksudkannya dengan semua itu? Ini hanyalah suatu peta, gambaran, atau fantasi belaka, yang sama sekali tidak mengandung sesuatu yang nyata atau berisi, dan inilah yang hendak diberikannya kepada Kristus, sebagai sebuah hadiah yang indah! Namun, itulah sifat Iblis. Perhatikanlah, banyak sekali orang yang kehilangan pandangan mereka akan hal-hal yang nyata karena mereka melihat pada hal-hal yang sebenarnya tidak nyata. Semua umpan Iblis adalah semu belaka. Semuanya tidak lebih dari sekadar pertunjukan dan bayangan, yang digunakannya untuk menipu manusia, atau lebih tepat, manusia sendiri yang menipu diri mereka sendiri. Sudah sejak lama segala bangsa di atas bumi dijanjikan untuk diberikan kepada Mesias. Jika Ia Anak Allah, maka semua bangsa-bangsa itu menjadi milik-Nya. Sekarang Iblis berpura-pura menjadi seorang malaikat yang baik, mungkin sebagai salah satu malaikat yang bertugas atas kerajaan-kerajaan dan yang diperintahkan untuk menyampaikan janji kepemilikan atas bangsa-bangsa itu kepada-Nya. Perhatikanlah, kita harus berhati-hati dalam hal menerima sesuatu, bahkan hal yang telah dijanjikan Allah, agar jangan sampai kita menerimanya dari tangan Iblis. Kita melakukan hal ini bila kita bertindak dengan tergesa-gesa, dengan memperolehnya melalui cara yang mengandung dosa.
- Kedua, betapa najisnya persyaratan yang diajukannya itu, "Jika Engkau sujud menyembah aku." Perhatikanlah, Iblis sangat senang disembah. Semua penyembahan yang diberikan orang-orang kafir kepada dewa-dewa mereka sebenarnya ditujukan kepada Iblis (Ul. 32:17), yang karena itu disebut ilah zaman ini (2Kor. 4:4; 1Kor. 10:20). Iblis sangat ingin menarik Kristus untuk mengikuti kepentingannya dan membujuk-Nya, karena Ia sudah menjadi seorang Guru sekarang. Sebab, kalau Iblis berhasil menarik Kristus ke pihaknya, ia bisa bekerja melalui Kristus untuk mengajarkan orang-orang bukan-Yahudi melakukan penyembahan berhala, dan untuk memperkenalkan ajaran ini kembali kepada orang-orang Yahudi, supaya bangsa-bangsa di atas bumi segera datang berbondong-bondong kepada Iblis. Pencobaan apa lagi yang bisa lebih mengerikan dan gelap daripada ini? Perhatikanlah, orang-orang kudus yang terbaik pun bisa dicobai untuk melakukan dosa-dosa besar, terutama ketika mereka sedang dikuasai perasaan sedih dan tertekan, seperti misalnya untuk menjadi atheis, menghujat, membunuh, bunuh diri, dan lain sebagainya. Pencobaan seperti ini mendatangkan kesusahan bagi mereka yang diuji, namun, jika mereka tidak menyetujui atau menerimanya, pencobaan itu sendiri bukanlah suatu dosa. Ingatlah, Kristus sendiri dicobai untuk menyembah Iblis.
- (2) Lihatlah bagaimana Kristus menangkis pencobaan itu, mengalahkan serangan itu, dan keluar sebagai pemenang. Ia menolak tawaran itu:
- [1] Dengan kejijikan dan kebencian. "Enyahlah, Iblis!" Kedua pencobaan sebelumnya agak menarik, bisa membuat orang menimbang-nimbang. Tetapi, yang satu ini begitu kasar sehingga tidak mungkin dipikir-pikir lagi; begitu menjijikkan pada pandangan pertama, sehingga langsung ditolak. Jika sahabat terbaik kita di dunia ini menyarankan kita untuk melakukan hal seperti berikut kepada kita, "Pergilah, beribadahlah kepada allah lain," janganlah berikan hati untuk mendengarkan dia (Ul. 13:6, 8). Ada beberapa pencobaan yang jelas-jelas jahat dan terbuka. Pencobaan seperti ini tidak perlu diperdebatkan, tetapi ditolak saja, "Enyahlah, Iblis. Enyahlah dengan pencobaanmu itu. Berpikir mengenai itu saja aku tidak tahan." Ketika Iblis mencobai Kristus untuk melakukan suatu kejahatan dengan menjatuhkan diri ke bawah, walaupun tidak mau melakukannya, Ia masih bersedia mendengar bujukan itu. Namun, sekarang ketika pencobaan dilontarkan langsung melawan Allah, Ia tidak dapat menahan diri lagi, "Enyahlah kamu, Iblis." Perhatikanlah, ini adalah kemarahan yang bisa dibenarkan, karena terjadi sebagai tanggapan terhadap bujukan yang merendahkan kehormatan Allah dan menyerang mahkota-Nya. Ya, apa pun yang menjijikkan, yang kita yakini dibenci Tuhan, kita pun harus membencinya. Kiranya kita dijauhkan dari mengambil bagian di dalamnya. Perhatikanlah, sungguh baik untuk bersikap tegas dalam menolak pencobaan, dan untuk menutup telinga terhadap bujuk rayu Iblis.
- [2] Dengan sanggahan yang diambil dari Kitab Suci. Perhatikanlah, untuk memperkuat ketetapan hati dalam melawan dosa, sungguh baik bila kita juga menyadari alasan penting apa yang melandasi ketetapan hati kita itu. Sanggahan Kristus sangat sesuai, tepat mengenai sasarannya, yang diambil dari Ulangan 6:13 dan 10:20, "Engkau harus menyembah TUHAN, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti." Kristus tidak memperdebatkan apakah Iblis yang menggoda-Nya itu malaikat terang yang palsu atau bukan; namun, seandainya pun memang demikian, dia tidak boleh disembah, sebab kehormatan tersebut hanya diperuntukkan bagi Allah. Perhatikanlah, sungguh baik kalau kita menanggapi pencobaan dengan jawaban yang selengkap dan sesingkat mungkin, supaya tidak ada kesempatan bagi Iblis untuk mengajukan suatu keberatan. Dalam pencobaan ini, Juruselamat memanfaatkan hukum dasar yang sangat diperlukan dan sifatnya wajib di mana pun di dunia ini. Perhatikanlah, penyembahan kita hanya boleh ditujukan kepada Allah semata dan tidak boleh dipersembahkan kepada makhluk lain, karena penyembahan merupakan bunga mahkota yang tidak boleh diabaikan. Penyembahan itu merupakan ranting kemuliaan Allah yang tidak akan diberikan-Nya kepada siapa pun. Ia hanya memberikannya kepada Anak-Nya sendiri, yaitu, dengan mewajibkan umat manusia menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa, karena Sang Anak tersebut juga Allah, setara dengan Bapa-Nya, dan satu dengan-Nya. Kristus mengutip hukum yang menyangkut penyembahan religius ini, dan menerapkannya pada diri-Nya sendiri.
- Pertama, untuk menunjukkan bahwa di dalam keadaan kerendahan-Nya ini, Dia dibuat berada di bawah hukum tersebut. Meskipun sebagai Allah Ia disembah, namun, sebagai Manusia, Ia benar-benar menyembah Allah, baik di depan umum maupun secara pribadi. Ia tidak memberi kita kewajiban untuk melakukan sesuatu selain dari yang sudah diwajibkan-Nya kepada diri-Nya sendiri. Demikianlah Ia menggenapi seluruh kebenaran.
- Kedua, untuk menunjukkan bahwa hukum penyembahan religius merupakan suatu kewajiban yang kekal. Meskipun Ia telah mencabut dan mengubah banyak bentuk penyembahan, hukum alam yang utama ini -- bahwa Allah sajalah yang boleh disembah, Ia sahkan, teguhkan, dan wajibkan dengan tegas kepada kita.
- V. Di sini kita melihat akhir dan hasil pertarungan ini (ay. 11). Meskipun anak-anak Allah mungkin saja menghadapi banyak pencobaan yang berat, Allah tidak akan membiarkan mereka mengalami atau menaruh ke atas mereka pencobaan yang melebihi kekuatan mereka (1Kor. 10:13). Hanya untuk seketika saja mereka menanggung beban melalui banyak pencobaan.
- Sekarang hasilnya sungguh gemilang dan sangat memuliakan Kristus, sebab:
- . Iblis dikalahkan dan meninggalkan medan pertempuran. Lalu Iblis meninggalkan Dia, dipaksa demikian oleh kuasa yang menyertai perintah "Enyahlah, Iblis." Ia mundur dengan cara memalukan dan hina, pergi dengan menanggung aib. Semakin berani usahanya, semakin memalukan kegagalan yang ditimpakan kepadanya. Magnis tamen excidit ausis -- Bagaimanapun, usahanya yang gagal itu sungguh berani. Kemudian, setelah ia melakukan kejahatan itu, yakni mencobai Kristus dengan semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan mendapati bahwa Kristus tidak terpengaruh oleh umpan itu, bahwa ia tidak mampu menang dengan pencobaan yang sudah digunakannya selama ini untuk menjatuhkan beribu-ribu anak manusia, ia pun meninggalkan Kristus. Ia mengakui bahwa Kristus lebih dari sekadar manusia biasa. Karena pencobaan ini tidak berhasil menggoyahkan Kristus, Iblis berputus asa dalam usahanya menggoyahkan Dia, dan mulai menyimpulkan bahwa Dia memang sungguh Anak Allah, dan percuma saja untuk mencobai-Nya lebih lanjut. Perhatikanlah, jika kita melawan Iblis, dia akan lari dari kita. Ia akan kalah bila kita berpendirian teguh, sama seperti ketika Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia, berhentilah ia berkata-kata kepadanya. Waktu Iblis meninggalkan Juruselamat kita, ia mengakui kekalahannya itu sangat telak, kepalanya diremukkan karena usahanya meremukkan tumit Kristus. Iblis meninggalkan-Nya sebab ia tidak mempunyai apa pun dalam dirinya yang bisa dijadikan pegangan. Ia melihat bahwa percuma saja berusaha terus, dan oleh sebab itu ia menyerah. Perhatikanlah, meskipun Iblis memang merupakan musuh semua orang kudus, ia adalah musuh yang telah dikalahkan. Panglima keselamatan kita telah mengalahkan dan melucutinya, dan tak ada lagi yang perlu kita lakukan selain mengejar kemenangan.
- . Para malaikat kudus datang dan melayani Penebus kita yang menang. Lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus. Mereka datang dalam rupa yang bisa terlihat, sama seperti yang dilakukan Iblis ketika mencobai-Nya. Sementara Iblis melancarkan serangan-serangannya terhadap Juruselamat kita, para malaikat berdiri di kejauhan, dan pelayanan mereka ditangguhkan, agar semakin nyatalah bahwa Ia menaklukkan Iblis dengan kekuatan-Nya sendiri, dan agar kemenangan-Nya semakin gemilang. Setelah itu, ketika Mikhael bersama malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu dan malaikat-malaikatnya, tampaknya hal ini bukanlah karena Dia membutuhkan mereka, atau tidak sanggup melakukan tugas-Nya tanpa mereka, namun karena Dia berkenan menghargai dan bekerja sama dengan mereka. Satu orang malaikat bisa saja sudah cukup untuk melayani dengan membawakan makanan untuk-Nya, namun sekarang ada begitu banyak yang datang melayani-Nya, untuk menunjukkan rasa hormat mereka kepada-Nya dan kesiapan mereka untuk menerima perintah-perintah-Nya. Lihatlah! Sungguh layak untuk diperhatikan:
- (1) Bahwa seperti halnya ada dunia roh-roh jahat dan berbahaya yang berperang melawan Kristus dan jemaat-Nya serta orang-orang percaya, demikian pula, terdapat juga sebuah dunia roh-roh kudus dan terberkati yang siap melayani Kristus dan jemmat-Nya itu. Dalam berperang melawan malaikat-malaikat Iblis, kita boleh menghibur diri kita bahwa di dalamnya kita juga bersekutu dengan para malaikat kudus itu.
- (2) Bahwa kemenangan-kemenangan Kristus juga merupakan kemenangan para malaikat. Mereka datang untuk memberikan selamat kepada Kristus atas keberhasilan-Nya, untuk bersukacita bersama-Nya, dan untuk memberikan kemuliaan kepada-Nya karena nama-Nya; sebab itulah yang dinyanyikan dengan nyaring di sorga, ketika naga besar itu dilempar keluar (Why. 12:9-10), Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa.
- (3) Bahwa para malaikat melayani Tuhan Yesus bukan saja dengan makanan, melainkan dengan apa saja yang diinginkan-Nya setelah mengalami keletihan yang luar biasa itu. Lihatlah betapa keadaan yang merendahkan dan mempermalukan Kristus itu diimbangi dengan berbagai penghargaan pada kemuliaan-Nya. Seperti ketika Ia disalibkan oleh karena kelemahan, namun Ia hidup karena kuasa Allah, demikian pula, ketika dalam kelemahan Ia dicobai, menderita kelaparan dan keletihan, namun melalui kuasa ilahi-Nya Ia memerintahkan para malaikat untuk melayani-Nya. Begitulah, Anak Manusia benar-benar makan makanan malaikat; dan sama seperti Elia, Ia diberi makan oleh malaikat di padang gurun (1Raj. 19:4, 7). Perhatikanlah, meskipun Allah mengizinkan umat-Nya menderita kekurangan dan kelaparan, Ia tetap akan memenuhi kebutuhan mereka, dan lebih suka mengutus para malaikat untuk memberi mereka makan daripada melihat mereka binasa. Percayalah kepada TUHAN , maka engkau akan dikenyangkan (Mzm. 37:3, KJV).
- Demikianlah Kristus dilegakan setelah melewati pencobaan itu:
- [1] sebagai dorongan agar Ia tetap maju dalam upaya-Nya, supaya bisa melihat kuasa sorga berpihak pada-Nya saat Ia melihat penghulu-penghulu neraka melawan-Nya.
- [2] Sebagai dorongan kepada kita untuk percaya kepada-Nya. Sebab, sama seperti Ia tahu melalui pengalaman bagaimana rasanya menderita, dicobai, dan bagaimana beratnya hal itu, demikian juga Ia tahu bagaimana rasanya dilegakan ketika dicobai, dan betapa menyenangkan kelegaan itu. Oleh sebab itu, kita boleh berharap bahwa Dia bukan saja akan bersimpati dengan umat-Nya yang dicobai, tetapi juga datang untuk melepaskan mereka pada waktunya. Seperti Melkisedek menjumpai Abraham ketika kembali dari pertempuran, demikian halnya, para malaikat ini datang melayani-Nya.
SH: Mat 4:1-11 - Strategi menghadapi tawaran Iblis. (Kamis, 30 Desember 2004) Strategi menghadapi tawaran Iblis.
Jika Anda ditawari untuk memiliki segalanya di dunia ini, tetapi
kehilangan nyawa. Apakah Anda bersedia?
...
Strategi menghadapi tawaran Iblis.
Jika Anda ditawari untuk memiliki segalanya di dunia ini, tetapi
kehilangan nyawa. Apakah Anda bersedia?
Tuhan Yesus pun mengalami tawaran yang berasal dari Iblis. Tawaran Iblis ditujukan kepada Yesus dengan tujuan menggagalkan misi Yesus untuk mengorbankan diri-Nya bagi penebusan dosa manusia. Iblis memakai kesempatan pada saat Yesus lapar setelah berpuasa untuk mengajukan tawarannya (ayat 2). Iblis mengira jika Yesus lapar maka Ia akan melakukan tindakan yang Iblis harapkan, yang dapat dimanfaatkan Iblis sebagai "pintu" penaklukan Iblis terhadap diri Yesus. Oleh karena itu, Iblis melancarkan tiga kali penawaran yang dibalut tampilan menyenangkan. Pertama, penawaran kebutuhan jasmani yang masuk melalui kebutuhan hidup Yesus (ayat 3). Kedua, penawaran untuk demonstrasi kekuasaan Yesus kepada dunia (ayat 5-6). Ketiga, penawaran peralihan kepemilikan dunia dari Iblis kepada Yesus (ayat 8-9). Ketiga penawaran Iblis itu dipatahkan Yesus dengan mengutip firman Tuhan yang dilandasi atas kebergantungan mutlak kepada Bapa-Nya (ayat 4, 7, 10). Jawaban Yesus kepada tiga penawaran Iblis itu memiliki tingkatan yang berbeda yaitu ay. 4 mengutip firman Tuhan; ay. 7 mengutip firman Tuhan sekaligus dengan tegas menyatakan identitas diri-Nya; ay. 10 dengan firman Tuhan menghardik Iblis dengan keras untuk menjauh dari-Nya!
Setiap hari kita dihadapkan berbagai tawaran yang terlihat menarik,
tetapi ternyata menyesatkan. Tawaran seperti ini sulit
ditanggulangi jika kita mengandalkan kekuatan diri sendiri dan
melupakan Tuhan yang sanggup memberikan jalan keluar (ayat
Renungkan: Kalahkan Iblis dengan berpegang pada firman Tuhan.

SH: Mat 4:1-11 - Siapa takut? (Sabtu, 30 Desember 2000) Siapa takut?
Pernyataan awal perikop ini (1) menekankan pentingnya percobaan
bagi persiapan Yesus menjalankan misi-Nya. Mengapa? Karena Ia
...
Siapa takut?
Pernyataan awal perikop ini (1) menekankan pentingnya percobaan
bagi persiapan Yesus menjalankan misi-Nya. Mengapa? Karena Ia
segera memulai khotbah-Nya, mewartakan Kerajaan Allah sekaligus
Dia sebagai Raja. Sebagai Raja, Yesus haruslah seorang pemenang
atas kekuatan setan dan sifat kemanusiaan-Nya. Yesus telah menang
atas percobaan. Mengapa kemenangan-Nya atas pencobaan penting?
Kita akan melihat inti dari tiap-tiap pencobaan.
Pencobaan pertama ditujukan kepada sifat fisik Yesus sebagai manusia. Ia lapar dan membutuhkan makanan. Mengapa tidak membuat roti saja? Kristus menjawab dengan mengutip Ul. 8:3. Inti dari respons Yesus adalah Ia mengakui bahwa manusia adalah mahluk hidup yang berjasmani. Namun manusia melebihi binatang sebab ia mempunyai sifat rohani yang dapat mengontrol sifat jasmaninya. Kehendak Allahlah yang harus mengatur pilihan manusia, bukan kebutuhan atau pun keinginan fisik. Pencobaan kedua ini sangat pelik. Setelah puasa 40 hari, Yesus lapar dan sangat lemah secara fisik. Dalam kondisi yang demikian Iblis muncul untuk mencobai-Nya. Sangat wajar jika Yesus karena menuruti kondisi fisiknya meragukan kasih Allah. Iblis mencoba menggunakan keraguan yang mungkin menyerang Yesus dengan pertanyaan yang menjebak (6). Respons Yesus yang mengutip Ul. 6:6 menyatakan dengan tegas bahwa manusia tidak boleh mencobai Allah melainkan harus mempercayai- Nya. Pencobaan ketiga juga sangat pelik. Iblis menawarkan kekuasaan atas seluruh kerajaan dunia dengan cara mudah, untuk mencobai belas kasihan Yesus atas manusia. Dunia yang penuh dengan ketidakadilan dan tragedi akan menjadi lebih baik jika Yesus menjadi raja. Yesus menolak Iblis sebab hanya Allah yang patut disembah. Kehendak Allah yang harus menjadi otoritas mutlak dalam kehidupan manusia. Sesuatu yang nampaknya baik tidak dapat menggoyahkan ketaatan-Nya kepada Allah.
Renungkan: Kemenangan Yesus mengukuhkan Dia sebagai Raja sekaligus memberi jaminan kemenangan atas pencobaan bagi mereka yang tinggal di dalam-Nya. Ia memberikan penghiburan dan pengharapan bahwa Ia mengetahui setiap pergumulan kita melawan dosa, sebab Ia pernah mengalami dan Ia akan memberikan pertolongan. Karena itu siapa takut?

SH: Mat 4:1-11 - Menaklukkan bukan melakukan. (Senin, 29 Desember 1997) Menaklukkan bukan melakukan. Kalau ditilik dan diperhatikan saksama, ada persamaan cara yang diterapkan Iblis dalam peristiwa Adam dan Hawa, dengan pe...
Menaklukkan bukan melakukan.
Kalau ditilik dan diperhatikan saksama, ada persamaan cara yang diterapkan Iblis dalam peristiwa Adam dan Hawa, dengan peristiwa pencobaan Yesus di padang gurun. Keduanya sama-sama dijanjikan kepuasan akan kebutuhan kedudukan, kuasa dan sanjungan. Namun perbedaannya, Adam dan Hawa tergiur oleh janjinya dan melakukannya. Sebaliknya, Yesus menentang keinginan Iblis bahkan menaklukkannya! Yesus mendemonstrasikan kuasa firman Allah, sekaligus mengajarkan kepada kita bahwa kuasa firman Allah memberikan energi untuk menaklukkan keinginan Iblis!
Kelemahan manusia. Harta, takhta dan kuasa, tak lekang dimakan waktu, tak habis ditelan masa. Sekalipun, pengorbanan nyawa telah Yesus jalani, namun masih saja kita tergoda oleh rayuan Iblis. Demi kedudukan, kuasa dan kepuasan, kedaulatan firman Tuhan tak lagi diperhitungkan. Tak dapat dipungkiri bahwa firman Tuhan itu sumber kemenangan Yesus dan kita semua menghadapi pencobaan.
Renungkan: Cukup sekali Yesus mendemontrasikan penolakan puncak menaklukkan keinginan Iblis, di bukit Golgota.
Doa: Tuhan, Firman-Mu yang hidup semakin menyemangatiku untuk terus berusaha menaklukkan keinginan Iblis, Amin.
Topik Teologia -> Mat 4:1
Topik Teologia: Mat 4:1 - -- Roh Kudus
Pribadi Roh Kudus
Roh Mengerjakan Apa yang Dikerjakan Manusia
Roh yang Memimpin
Mat 4:1 Kis 8:29 Kis 16:6-7...
- Roh Kudus
- Pribadi Roh Kudus
- Roh Mengerjakan Apa yang Dikerjakan Manusia
- Roh yang Memimpin
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mencari Allah
- Berpuasa
- Saat-saat Berpuasa
- Berpuasa pada Waktu Mengalami Penderitaan dan Kesusahan Rohani
- Kristus Berpuasa pada Waktu Ia Mengalami Kesusahan
TFTWMS -> Mat 4:1-2
TFTWMS: Mat 4:1-2 - Kata Pengantar KATA PENGANTAR (Matius 4:1, 2)
1 Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. 2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat pu...
KATA PENGANTAR (Matius 4:1, 2)
1 Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. 2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
Ayat 1. Menyusul pelbagai kejadian luar biasa di sekitar baptisan-Nya (3:13-17), Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun, di mana Ia mengalami ujian dari pencobaan. Markus menulis, "Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun"(Mrk. 1:12). Lukas mengatakan bahwa Yesus "dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun" (Luk. 4:1).
Kata kerja "dibawa" (dari aÓna¿gw, anagō) dalam gambaran Matius menunjukkan bahwa Yesus meninggalkan Lembah Yordan menuju ketinggian yang lebih tinggi di padang gurun. Meski kita tidak tahu persis di mana padang gurun ini berada, tradisi menempatkannya di suatu tempat di pegunungan terjal antara Yerikho dan Yerusalem. Gunung yang paling sering disebut sebagai lokasinya adalah Gunung Quarantania ("Empat puluh"). Penduduk setempat menyebutnya sebagai "Gunung Pencobaan," situs ini terletak satu dua setengah kilometer sebelah barat Jericho.5
Roh Kudus membawa Yesus ke padang gurun supaya Ia bisa dicobai oleh si jahat. Tergantung pada konteksnya, kata kerja peira¿zw (peirazō) dapat menyiratkan "ujian, percobaan" atau "godaan, bujukan."6Setan adalah agen yang melakukan pengujian, dan ini menunjukkan bahwa Yesus sedang dicobai untuk berbuat jahat.7Meski Allah menguji manusia, Ia tidak mencobai mereka untuk berbuat jahat (Yakobus 1:13). Ia memang mengizinkan setan mencobai manusia, tapi Ia selalu memberikan jalan keluar (1 Kor. 10:13).
Pencobaan Yesus sesuai dengan kehendak Allah. Pertemuan dengan setan itu bukanlah pertemuan tak disengaja; pertemuan itu sudah direncanakan dan dibangun. Iblis tahu tempat ia akan menemukan Yesus, dan Yesus tahu bahwa entah bagaimana Iblis akan datang kepada Dia. Memang perlu bagi Yesus untuk dicobai "agar Ia bisa dibuktikan dan diuji" untuk pekerjaan yang Allah telah pilih bagi Dia untuk dilakukan8(lihat Ibr. 4:15).
Si penggoda disebut sebagai Iblis (dia¿boloß, diabolos), sebuah istilah yang artinya "pemfitnah"atau "penuduh" Di 4:10, Yesus memanggil dia "Iblis," dan dalam Ayub 1:6-11, "musuh" atau "Iblis" adalah pihak yang mendakwa Ayub. Yohanes mengatakan ia adalah "pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam" (Why. 12:10). Ia adalah Beelzebul (atau Beelzebub), penghulu setan (Mat. 12:24; Mrk 3:22.). Ia digambarkan sebagai ular (Kej. 3:1-5; 2 Kor 11:3;. Why. 20:2), "singa yang mengaum-aum" (1 Pet. 5:8), dan "naga merah padam yang besar" (Why. 12:3). Alkitab memperingatkan bahwa ia bahkan bisa menyamar sebagai "malaikat terang" (2 Kor. 11:14). Yesus menyebut Iblis "penguasa dunia ini" (Yoh. 16:11). Paulus menyebutnya sebagai "ilah zaman ini" (2 Kor. 4:4) dan "penguasa kerajaan angkasa" (Efesus 2:2).
Ayat 2. Dalam persiapan-Nya untuk menghadapi si pencoba, Yesus berpuasa empat puluh hari empat puluh malam. Lukas mengatakannya lebih sederhana: "Ia tidak makan apa-apa [selama hari-hari itu]" (Lukas 4:2). Periode puasa ini sesuai dengan para pemimpin besar Israel di Perjanjian Lama. Musa berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam di Gunung Sinai sebelum menerima Hukum Taurat (Kel. 34:28; Ula. 9:9; 10:10). Elia berpuasa selama ini juga saat ia lari dari amukan Izebel setelah ia mengalahkan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel (1 Raja 19:8). Dalam setiap kasus ini, puasa dilakukan untuk alasan rohani. Sesuai dengan prilaku-Nya, Yesus berpuasa untuk merenungkan pelayanan-Nya yang akan datang dan untuk persiapan bagi perjum-paan-Nya dengan si penggoda.
Hasil puasa Yesus adalah bahwa Ia kemudian menjadi lapar. Lapar membuat seseorang lemah secara fisik, dan itu juga menyebabkan orang memokuskan perhatiannya kepada makanan, mengabaikan masalah lainnya—termasuk kebutuhan rohani.9Yesus tidak hanya dikuasai oleh rasa lapar, tetapi Ia juga terpapar bahaya padang gurun. Markus menggambarkan Yesus sebagai "di antara binatang-binatang liar" (Mrk. 1:13).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Injil Kerajaan 4:1-11
PENCOBAAN YESUS
Setelah pengumuman Allah tentang ke-Anakan ilahi Yesus (3:17), Kristus dibawa ke padang gurun untuk ...
Matius: Injil Kerajaan 4:1-11
PENCOBAAN YESUS
Setelah pengumuman Allah tentang ke-Anakan ilahi Yesus (3:17), Kristus dibawa ke padang gurun untuk dicobai. Seringkali pengalaman rohani yang tinggi disusul oleh pencobaan.1Pencobaan di padang gurun ini akan berfungsi untuk membuktikan karakter Yesus ketika Ia memulai pelayanan-Nya. Kisah itu menjawab pertanyaan "Apa artinya menjadi Anak Allah?" Ke-Anakan sejati meminta Yesus untuk setia kepada Allah, tunduk kepada Dia dalam segala hal, tidak peduli berapapun biayanya. Penulis kitab Ibrani berkata, "Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya" (Ibrani 5:8).
Kisah pencobaan Yesus mengandung banyak kemiripan dengan kisah Musa saat ia memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir ke Tanah Perjanjian. Kedua orang itu dibawa ke padang gurun (4:1; Kel. 19:1, 2), berpuasa selama empat puluh hari empat puluh malam (4:2; Kel. 34:28; Ula. 9:9), dan kepada mereka diperlihatkan kerajaan-kerajaan dari sebuah gunung yang tinggi (4:8; Ula. 3:27; 34:1-4).2Namun demikian, kaitan yang lebih besar dibuat antara Yesus dan bangsa Israel, yang mengembara selama empat puluh tahun di padang gurun. Douglas R. A . Hare melihat kaitan antara pengujian Yesus dan pengujian bangsa Israel:
Tiga pencobaan dalam susunan Matius mencerminkan urutan kronologis tiga ujian yang dihadapi Israel. Sementara Israel, yang disebut "anak" oleh Allah (Hos. 11:1; lihat Ula. 8:5), gagal dalam setiap ujian, Yesus menunjukkan kelayakan-Nya untuk menjadi Anak Allah dengan menyikapi ujian-ujian itu dengan kesetiaan yang teguh.3
R. T. France lebih lanjut menulis, "Gagasan tentang Yesus sebagai Israel sejati, sudah ditegaskan oleh Matius di 2:15, inilah ungkapan yang lebih penuh" dalam pencobaan-pencobaan ini.4
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) BERAGAM PELAJARAN PADA WAKTU PENCOBAAN (Matius 4:1-11)
Mungkin, dalam membaca tentang pencobaan Yesus, kita telah melontarkan pertanyaan tentang Ibli...
BERAGAM PELAJARAN PADA WAKTU PENCOBAAN (Matius 4:1-11)
Mungkin, dalam membaca tentang pencobaan Yesus, kita telah melontarkan pertanyaan tentang Iblis, puasa, dan sifat pencobaan itu. Mari kita berfokus pada hal-hal ini sambil kita mempelajari Matius 4:1-11.
Siapakah musuh kita yang sebenarnya? Sangat penting bagi kita untuk menyadari siapa musuh kita sebenarnya. Iblis adalah penipu. Yesus berkata bahwa ia adalah "pembunuh manusia sejak semula" dan "pendusta dan bapa segala dusta" (Yoh. 8:44). Mungkin jurus tipunya yang paling hebat adalah yang menyebabkan manusia menertawakan dia sebagai orang lucu berbaju merah, bertanduk dan berekor, sementara ia sibuk melakukan pekerjaannya yang sangat jahat. Ia menipu kita dengan membuat kejahatan terlihat baik (Yes. 5:20). Ia menyebut pornografi "seni," dosa "ketidakmampuan beradaptasi," perzinahan "hubungan penuh arti," homoseksualitas "gaya hidup alternatif ," dan minum alkohol "[pergaulan] sosial." Ia mempekerjakan banyak orang untuk melakukan perbuatan liciknya. Paulus memperingatkan bahwa para pelayannya dapat berubah menyerupai "rasul-rasul Kristus" dan ia sendiri dapat menyamar sebagai "malaikat terang" (2 Kor. 11:13, 14). Para pembicara yang baik mungkin bisa mengumpulkan banyak orang dengan memberitakan "ajaran setan-setan" (1 Tim. 4:1, 2.). Mereka membicarakan "dusta dalam kemunafikan" dan kebenaran yang tidak utuh. Mereka bisa memberitakan kasih dan persatuan sambil menimbulkan kebencian dan perpecahan.
Bagaimana dengan puasa? Puasa adalah masalah dan praktik yang diabaikan oleh kebanyakan orang Kristen, namun itu adalah subyek Alkitab yang diajarkan dan dipraktikkan dalam Perjanjian Lama dan Baru. Yesus berpuasa, seperti yang kita lihat di sini dalam teks kita. Ia juga mendorong para murid-Nya untuk berpuasa (6:16-18; 17:21). Saulus dari Tarsus (Paulus) berpuasa (Kisah 9:9) dan kadang-kadang kelaparan demi injil (2 Kor. 6:5; 11:27). Paulus menyiratkan bahwa berpuasa (mungkin menahan diri dari keintiman ketimbang makanan) akan menjadi latihan yang baik untuk dilakukan oleh kaum suami dan kaum istri (1 Kor. 7:5). Gereja mula-mula berpuasa sebelum membuat keputusan penting (Kisah 13:02; 14:23).
Yesus tidak memerintahkan puasa kepada para pengikut-Nya sebagai suatu tugas umum, namun mengatur praktiknya yang umum di antara orang-orang Yahudi pada waktu itu (6:16-18). Ia mencela jenis puasa yang salah, tetapi pastinya Ia tidak mencela puasa itu sendiri. Ia tidak berkata, "Jika kamu berpuasa …," tapi sebaliknya, "Ketika kamu berpuasa …" (6:16; NASB; huruf miring oleh saya). Ia juga menyiratkan bahwa murid-murid-Nya akan puasa setelah Ia kembali ke sorga (9:14, 15; Mrk. 2:18-20; Luk. 5:33-35).
Puasa bukanlah untuk kepentingan puasa itu sendiri; puasa membuktikan sikap pikiran dan kecenderungan hati. Dengan tidak berpuasa, kita bisa kehilangan banyak manfaat rohani. Guy N. Woods menulis, Puasa, dilakukan dengan benar, dapat menjadi sumber berkat rohani, pendisiplinan kehendak dan pelatihan untuk menghasilkan kekuatan dan tenaga batin. Semua dari kita, dari waktu ke waktu, harus bertekad membuang dari hati kita setiap penampilan hasrat duniawi dan nafsu kedagingan dan dengan doa dan puasa mendekatkan diri kepada Allah dan meminta dukungan dan bimbingan-Nya dalam kehidupan. Pengalaman seperti itu akan membuat kita semua jauh lebih kuat, lebih kaya dalam iman, dan diperlengkapi dengan lebih baik untuk menjalani kehidupan Kristen.22
Akan baik bagi kita untuk mempertimbangkan puasa dalam terang pelbagai manfaat yang dijanjikan. Berpuasa bisa bijaksana dan bermanfaat dalam banyak situasi:
- 1. Ketika seseorang sedang dicobai dan diuji atau tertimpa kesedihan;
- 2. Ketika seorang Kristen menjadi sadar bahwa ia acuh tak acuh terhadap kehidupan Kristennya;
- 3. Ketika kesulitan menimpa gereja;
- 4. Ketika keputusan yang punya cakupan besar sedang dibuat dalam gereja, seperti pemilihan para penatua atau para diaken atau para pengkhotbah;
- 5. Ketika seseorang sedang membuat keputusan penting dalam kehidupan pribadinya.
Bagaimanakah Iblis mencobai kita? Sering ditunjukkan bahwa Yesus dicobai dengan cara yang sama kita dicobai. Artinya, Iblis menggunakan jalur pencobaan yang sama yang ia gunakan pada kita: keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup (1 Yoh. 2:16). Iblis mencobai Hawa dengan cara ini. Ia pertama kali dicobai oleh keinginan daging, ketika ia melihat bahwa buah itu "baik untuk dimakan." Kedua, ia melihat bahwa buah itu "sedap kelihatannya." Terakhir, buah itu "menarik hati karena memberi pengertian" (Kej. 3:6). Yesus dicobai oleh keinginan daging ketika Iblis menyuruh Dia untuk membuat batu-batu itu menjadi roti (Mat. 4:3). Pencobaan untuk menjatuhkan diri-Nya ke bawah dari bubungan bait suci adalah bentuk pencobaan dari keangkuhan hidup (4:6). Ia dicobai oleh mata ketika Iblis menunjukkan kepada Dia semua kerajaan dunia dan menawarkan mereka kepada Dia (4:8). Yakobus menulis, "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut" (Yak. 1:14, 15).
Pencobaan adalah pengalaman umum (1 Kor. 10:13). Meskipun kita harus menghadapi pencobaan, kita harus jangan menyerah kepada pencobaan. Kita bisa menolaknya dengan cara yang sama yang Yesus lakukan, dengan mempersenjatai diri kita dengan pedang Roh (Efesus 6:17).
Ringkasan. Pelajaran 4:1-11 mengusulkan beberapa pelajaran ini:
- 1. Musuh besar kita, Iblis, adalah nyata dan tak kenal lelah.
- 2. Yesus berpuasa tapi mencela puasa yang untuk pujian manusia.
- 3. Pencobaan itu sendiri bukanlah dosa.
- 4. Iblis mencobai kita melalui keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup.
- 5. Kita bisa menang atas pencobaan dengan mengetahui dan melakukan kehendak Allah (4:4, 7, 10).
- 6. Kemenangan atas pencobaan menghasilkan banyak manfaat yang manis (4:11).23
MENGHADAPI PENCOBAAN (4:1-11)
Kisah pencobaan Yesus disinggung oleh tiga penulis Injil (Matius, Markus, dan Lukas).24Jelas sekali, Yesus ingin kita tahu bagaimana Ia menghadapi dan mengatasi pencobaan sehingga kita juga bisa menaklukkannya. Dalam kisah ini kita mempelajari fakta-fakta ini tentang pencobaan:
Pencobaan dapat terjadi setelah salah satu momen terhebat dalam hidup. Tak lama setelah pembaptisan Yesus, Ia "dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis" (4:1). Dengan cara yang sama, waktu kegembiraan rohani kita sering diikuti oleh periode gelap berupa pengujian dan pencobaan.
Pencobaan sering menyamarkan dirinya sebagai pemikiran rasional (4:3-10). Iblis mencoba untuk membuat Yesus merasionalisasi situasi-Nya dan mengambil jalur yang paling sedikit perlawanannya. Ketika kita merasionalisasi, kita sedang mencoba menghindarkan diri kita untuk melakukan sesuatu yang kita tahu tidak seharusnya kita lakukan.
Pencobaan memiliki sifat jahat. Iblis mungkin menggoda kita melalui keinginan kita terhadap kekuasaan atau kesenangan.
Pencobaan harus dihadapi langsung jika kita ingin mengalahkannya. Yesus menghadapi pencobaan-Nya dengan berani dengan Firman Allah. Pada akhirnya, Iblis "mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik" (Luk. 4:13). Yakobus menulis, "Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!" (Yak. 4:7).
DAPATKAH YESUS DICOBAI? (Matius 4:1-11)
Pertanyaan tentang apakah Yesus dapat dicobai untuk berbuat dosa adalah tidak mudah. Orang-orang yang kedudukan akademisinya setara tidak sejalan dengan satu sama lainnya tentang masalah tersebut. Kebanyakan yang keberatan dengan gagasan bahwa Yesus bisa dicobai untuk berbuat dosa menjawab dengan menunjukkan bahwa kata yang diterjemahkan "dicobai" (peira¿zw, peirazō) juga dapat diterjemahkan "dicobai" atau "diuji."
Penulis kitab Ibrani mengatakan Yesus "telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa" (Ibr. 4:15). Pernyataan ini menyiratkan bahwa Ia bisa saja berbuat dosa tapi tidak mau. Mengapakah fakta bahwa Ia tidak berbuat dosa akan memiliki arti apa saja jika Ia tidak bisa berbuat dosa? Tidak akan ada pencobaan untuk berbuat dosa di mana tidak ada kesempatan untuk menyerah kepada dosa. H. Leo Boles menulis bahwa "pencoba an [Yesus] adalah nyata seperti halnya baptisan-Nya."25
Masalah itu mungkin bisa diatasi ketika kita memahami sifat Kristus. Yesus tidak seperti orang lain yang pernah hidup. Ia merupakan kesatuan ilahi dan insani: Anak Allah dan Anak Manusia. Tidak seperti kita, Ia memiliki sifat ganda, baik ilahi dan insani. Jika tidak demikian, Ia tidak bisa sudah mati di kayu salib. Bisakah keilahian mati? Yesus benar-benar mati; Ia menyerahkan sifat insani-Nya (lihat Yoh. 10:17, 18; Luk. 23:46). Yesus menghadapi pencobaan dengan cara yang sama yang kita lakukan, hanya dengan sifat dan kehendak insani-Nya.
PENCOBAAN KRISTUS (Matius 4:1-11)
Suara dari sorga telah menyatakan ke-ilahian Kristus pada saat Ia dibaptis. Bapa berkata, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" (3:17). Segera setelah waktu ini, Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun di mana Ia dicobai oleh Iblis. Yesus membuktikan diri-Nya sebagai Anak Allah yang setia dalam menghadapi setiap pencobaan. Akibatnya, Ia tidak membiarkan Iblis mencegah Dia dari jalan menuju salib, di mana Ia akan menggenapi kehendak Bapa dan menjadi Juruselamat dunia.
Pada pandangan sekilas pertama, pencobaan Yesus mungkin tampak aneh bagi pengalaman kita sendiri. Kita tidak memiliki kuasa untuk mengubah batu menjadi roti, dan kita mungkin tidak punya hasrat untuk melompat dari sebuah gedung tinggi atau menyembah Iblis. Namun, seperti yang Hare tulis, "Pencobaan utama, mendasar yang Yesus bagi dengan kita adalah pencobaan untuk memperlakukan Allah sebagai kurang daripada Allah."26Tentu saja, kita semua dapat merasakan pergumulan ini dalam hidup kita.
Namun demikian, jika kita melihat lebih dekat pencobaan Yesus, kita dapat menemukan kesamaan dengan situasi kita sendiri. (1) Iblis mendekati Yesus pada waktu ia lemah dan lapar dan mencobai Dia untuk memenuhi hasrat yang sah dengan cara yang tidak sah (4:3). Iblis terus menggunakan strategi yang sama itu—apakah mencobai kita lewat pencurian, percabulan, atau kejahatan tertentu lainnya. (2) Iblis mencobai Yesus untuk membuktikan identitas-Nya (4:5, 6). Sekarang ini ia masih tertarik dengan rasa bangga kita, dengan mencobai kita untuk membuktikan keunggulan kita atas orang lain dengan mengatakan hal-hal yang menyakitkan atau mencoba langkah-langkah bodoh. (3) Iblis mencobai Yesus untuk mengambil jalan keluar yang mudah—mendapatkan mahkota tanpa salib (4:8, 9). Ia masih menggoda kita untuk mengompromikan etika kita, mengambil jalur yang paling sedikit perlawanannya. Bentuknya mungkin berupa nyontek waktu ujian, mengatakan "dusta kecil" atau tidak memenuhi kewajiban tertentu.
Seperti Yesus, kita dipanggil untuk menjadi anak-anak Allah yang setia (lihat Gal. 3:26-29). Tidak seperti Kristus, kita sering menyerah kepada godaan yang kita hadapi. Untungnya, kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang dapat "turut merasakan kelemahan-kelemahan kita" sebab "Ia telah dicobai [dalam sehala hal seperti kita." Ia memenuhi syarat untuk menghampiri hadirat Bapa atas nama kita karena Ia "tanpa dosa" (Ibr. 4:14-16).
David Stewart
DISIPLIN KESUNYIAN DAN KEHENINGAN (Matius 4:1-11)
Karena kita hidup di lingkungan yang bising, dunia yang sibuk, kita perlu mengembangkan disiplin kesunyian. Kita kadang-kadang harus dengan sengaja menarik diri dari dunia di sekitar kita, ke suatu tempat di mana tidak ada orang yang sedang bicara, dan tidak ada TV, radio, pemutar CD, atau ponsel. Bagaimanakah kita pernah hidup tanpa teknologi ini?
Kita harus belajar mempraktikkan disiplin keheningan. Kita harus masuk ke ruang "tertutup" dan menghabiskan beberapa waktu tanpa ada gangguan untuk merenungkan hal-hal rohani dan untuk berdoa.
Mengapa kita harus mempraktikkan pelbagai disiplin ini? Berikut adalah beberapa alasannya:
- 1. Kita akan mengikuti teladan yang Yesus tetapkan (4:1; Mrk. 1:35; Luk. 4:42).
- 2. Kita akan datang lebih dekat kepada Allah (Maz. 46:10; Yak. 4:7, 8).
- 3. Kita akan dikuatkan secara mental, fisik, rohani, dan emosi (Luk. 2:52).
- 4. Kita akan menghabiskan waktu untuk menemukan kehendak Allah bagi hidup kita.
- 5. Kita akan lebih mampu menghadapi hal yang tak diketahui.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 28.
2 Graham H....
Catatan Akhir:
- 1 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 28.
- 2 Graham H. Twelftree, "Temptation of Jesus," in Dictionary of Jesus and the Gospels, ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 824-25.
- 3 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 24.
- 4 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 97.
- 5 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 67.
- 6 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 793.
- 7 John MacArthur, Jr., The MacArthur New Testament Commentary: Matthew 1-7 (Chicago: Moody Press, 1985), 87.
- 8 H. Leo Boles, A Commentary on the Gospel According to Matthew (Nashville: Gospel Advocate Co., 1936), 96.
- 9 Sengatan luar biasa rasa lapar telah menyebabkan orang melakukan banyak hal yang tidak rasional. Sebuah ilustrasi yang mengejutkan dan aneh adalah memakan anak sendiri selama kelaparan yang terkait pengepungan di Samaria (2 Raja 6:28, 29).
- 10 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 74.
- 11 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 56.
- 12 Lewis, 69.
- 13 Josephus Antiquities 15.11.5.
- 14 Pesiqta Rabbati 36; dikutip dalam Twelftree, 823.
- 15 Gundry, 56.
- 16 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 230.
- 17 Morris, 76.
- 18 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 67.
- 19 Albert Barnes, Notes on the New Testament: Matthew and Mark, ed. Robert Frew (Philadelphia: N.p., 1832; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1974), 35.
- 20 Jack P. Lewis menulis, "Menyembah manusia (Kisah 10:26) dan malaikat (Wahyu. 19:10) dilarang; apalagi menyembah Iblis!" (Lewis, 70.)
- 21 Morris, 78.11
- 22 Guy N. Woods, "Questions and Answers," Gospel Advocate (17 June 1982): 358.
- 23 Daftar dalam ringkasan ini disadur dari Jack Wilhelm, "Lessons from the Temptation of Jesus," RSVP Newsletter 154-10-83-37 (1983). Used by permission of Jack Wilhelm, P.O. Box 2222, Florence, AL 35630.
- 24 Beberapa kisah pencobaan Yesus lainnya dicatat di dalam Mrk. 1:12, 13 dan Luk. 4:1-13.
- 25 Boles, 95.
- 26 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993) 26.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi