
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 18:35
Full Life: Mat 18:35 - APABILA KAMU ... TIDAK MENGAMPUNI.
Nas : Mat 18:35
Dalam perumpamaan ini, Yesus mengajarkan bahwa pengampunan Allah,
sekalipun diberikan dengan cuma-cuma kepada semua orang berdosa y...
Nas : Mat 18:35
Dalam perumpamaan ini, Yesus mengajarkan bahwa pengampunan Allah, sekalipun diberikan dengan cuma-cuma kepada semua orang berdosa yang bertobat, namun tetap ada syaratnya juga, yaitu sampai sejauh mana si calon penerima bersedia mengampuni sesamanya. Dengan kata lain, seseorang dapat kehilangan pengampunan Allah dengan tetap menyimpan dendam dan tidak bersedia mengampuni orang lain (lih. Mat 6:14-15; Ibr 12:15; Yak 3:11,14; perhatikan secara khusus Ef 4:31-32 di mana Paulus menegaskan bahwa kedengkian, dendam, dan perseteruan sama sekali bertentangan dengan pengakuan iman Kristen sehingga harus dibuang jauh-jauh).
Ref. Silang FULL -> Mat 18:35

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 18:21-35
Matthew Henry: Mat 18:21-35 - Pengikut Kristus Dikuatkan; Pemberi Utang yang Kejam Pengikut Kristus Dikuatkan; Pemberi Utang yang Kejam (18:21-35)
Bagian dari ajaran mengenai perbuatan dosa ini hendaknya dipahami sebagai kesalahan...
Pengikut Kristus Dikuatkan; Pemberi Utang yang Kejam (18:21-35)
- Bagian dari ajaran mengenai perbuatan dosa ini hendaknya dipahami sebagai kesalahan-kesalahan pribadi yang dilakukan oleh seseorang terhadap kita, di mana tindakan untuk mengampuni terletak pada kemauan kita.
- Amatilah:
- I. Pertanyaan Petrus mengenai hal ini (ay. 21), Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Apakah cukup tujuh kali?
- . Petrus menganggap bahwa sudah seharusnyalah ia mengampuni, karena Kristus sebelumnya telah mengajar murid-murid-Nya demikian (6:14-15), dan Petrus belum lupa akan ajaran ini. Petrus sadar bahwa bukan saja ia tidak boleh memendam amarah atau mempunyai keinginan untuk membalas dendam terhadap saudaranya. Malah sebaliknya, ia harus menjadi sahabat yang lebih baik lagi bagi saudaranya itu dan melupakan kesalahannya.
- . Petrus mengira bahwa mengampuni sampai tujuh kali sudah sangat baik. Yang ia maksudkan bukan tujuh kali sehari seperti yang Kristus ajarkan (Luk. 17:4), tetapi tujuh kali sepanjang hidupnya. Ini berarti bahwa jika seseorang sudah bersalah kepadanya tujuh kali, maka ia mungkin akan memutuskan hubungan persaudaraan dengannya dan tidak mau berurusan lagi dengannya, sekalipun orang tersebut sangat ingin berdamai dengannya. Mungkin Petrus merujuk kepada Amsal 24:16, Sebab tujuh kali orang benar jatuh, atau kata-kata tiga perbuatan jahat, dan empat (Am. 2:1), yang selebihnya tidak akan diampuni lagi oleh Allah. Perhatikanlah, hati kita yang cemar ini cenderung membatasi diri kita untuk melakukan apa yang baik dan membuat kita takut untuk berbuat lebih baik lagi dalam tindakan ibadah kita, terutama dalam hal mengampuni, padahal kita telah banyak menerima pengampunan.
- II. Jawaban Kristus yang langsung atas pertanyaan Petrus, "Aku berkata kepadamu, bukan sampai tujuh kali (Ia tidak pernah bermaksud memberikan suatu batasan), melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali," angka yang besar yang melambangkan jumlah yang tidak terbatas. Perhatikanlah, tidaklah pantas bagi kita untuk selalu memperhitungkan dosa-dosa yang dilakukan oleh saudara kita terhadap kita. Ada kejelekannya kalau kita menghitung-hitung kesalahan yang telah kita ampuni, seolah-olah kita membiarkan diri kita untuk membalas dendam bila jumlahnya sudah mencapai batasnya. Allah melakukan perhitungan (Ul. 32:34), karena Ia adalah Hakim dan pembalasan adalah hak-Nya, tetapi kita tidak berhak melakukannya, sebab kalau tidak, kita melangkahi takhta-Nya. Penting bagi kita untuk selalu menjaga kedamaian, baik di dalam maupun di luar jemaat, dengan mengampuni kesalahan yang diperbuat kepada kita, tanpa memperhitungkan seberapa sering kita mengampuni dan melupakannya. Allah melipatgandakan pengampunan-Nya sehingga kita pun harus demikian (Mzm. 78:38, 40). Hal ini menyiratkan bahwa kita harus membiasakan diri kita untuk terus mengampuni sampai ini menjadi suatu kebiasaan.
- III. Pengajaran lebih lanjut dari Penyelamat kita, dalam bentuk perumpamaan, mengenai kewajiban untuk mengampuni kesalahan yang dilakukan terhadap kita. Perumpamaan sangat berguna, bukan saja untuk menekankan berbagai kewajiban Kristen, karena dapat memberikan pesan serta meninggalkan kesan. Perumpamaan yang diberikan di sini adalah penjelasan lebih lanjut terhadap pokok doa kelima dari Doa Bapa Kami: Ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami. Ya! Hanya mereka yang mengampuni kesalahan saudaranyalah yang boleh mengharapkan pengampunan dari Allah. Perumpamaan ini mewakili Kerajaan Sorga, yaitu jemaat dan pelaksanaan peraturan Injil di dalamnya. Jemaat adalah keluarga Allah, istana-Nya, karena di dalamnyalah Ia berdiam dan memerintah. Allah adalah Tuan kita dan kita adalah hamba-hamba-Nya, setidaknya dalam hal iman dan kewajiban. Secara umum, perumpamaan ini menyiratkan betapa seringnya Allah mendapat gangguan dari keluarga-Nya di bumi, dan betapa tidak pantasnya sikap hamba-hamba-Nya itu.
- Ada tiga hal yang dikemukakan dalam perumpamaan ini:
- . Kemurahan hati Sang Tuan yang luar biasa kepada hambanya yang berutang kepadanya. Ia membebaskan utang hambanya sebanyak sepuluh ribu talenta, murni karena belas kasih dalam dirinya (ay. 23-27).
- Perhatikanlah di sini:
- (1) Setiap dosa yang kita perbuat adalah utang terhadap Allah, bukan seperti utang kepada sesama kita, yang dilakukan karena membeli atau meminjam, tetapi utang kepada seorang majikan. Ini seperti utang kepada seorang penguasa ketika hak seseorang diambil, atau karena hukuman yang dikenakan kepada seseorang akibat pelanggaran hukum atau persengketaan. Hal ini sama seperti utang seorang hamba kepada tuannya karena ia telah melalaikan tugas-tugasnya, menghabiskan harta benda tuannya, dan memutuskan hubungan kerja dengannya, sehingga mendapatkan hukuman atas perbuatannya itu. Kita semua adalah orang yang berutang, dan kita harus melunasi utang-utang kita. Kita wajib dituntut secara hukum.
- (2) Ada catatan yang dibuat mengenai utang-utang kita, dan kita akan segera dituntut untuk melunasinya. Raja ini hendak melakukan perhitungan dengan hamba-hamba-Nya. Allah sekarang menuntut pertanggungjawaban melalui hati nurani kita. Hati nurani adalah pemeriksa keuangan bagi Allah di dalam jiwa kita, untuk mengingatkan kita akan catatan-catatan dosa kita, serta menuntut pertanggungjawaban kita. Salah satu pertanyaan utama dari seorang pengikut Kristus yang bertobat hendaknya, Tuhan, berapa besarkah utang saya kepada-Mu? Hati nurani kita tidak pernah berbohong, kecuali jika kita membungkamnya. Hati nurani kita tidak akan mencatat lima puluh kalau jumlahnya seratus. Akan datang suatu hari ketika pertanggungjawaban kita akan dituntut dan catatan-catatan utang kita akan diperhitungkan, dan dinyatakan bebas atau dihukum. Dan, tidak ada sesuatu apa pun yang bisa menghapus utang-utang kita selain darah Kristus.
- (3) Utang dosa adalah utang yang sangat besar, dan beberapa orang akan menanggung utang yang lebih berat, karena dosa, daripada yang lainnya. Ketika raja itu mulai mengadakan perhitungan, salah satu dari hambanya ternyata berutang sebanyak sepuluh ribu talenta. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindar dari keadilan ilahi, karena dosa-dosa kita sudah dicatat dengan jelas. Hamba itu berutang sepuluh ribu talenta, suatu jumlah yang sangat besar. Lebih masuk akal jika jumlah sebanyak itu dijadikan uang tebusan bagi seorang raja atau jumlah uang belanja kerajaan daripada utang seorang hamba.
- Lihatlah bagaimana dosa-dosa kita itu:
- [1] Betapa besarnya dosa kita itu. Utang kita dihitung dalam talenta, pecahan paling besar yang masa itu digunakan sebagai mata uang atau ukuran berat. Satu dosa setara dengan satu talenta, yaitu timah gantang, inilah kefasikan (Za. 5:7-8). Kepercayaan yang diberikan kepada kita, sebagai pelayan anugerah Allah, bernilai satu talenta, talenta emas (Mat. 25:15), dan untuk setiap talenta yang dikubur, apalagi disia-siakan, kita berutang satu talenta kepada Allah dan catatan utang kita akan ditambahkan.
- [2] Jumlah utangnya yang luar biasa besar, sebesar sepuluh ribu talenta, tidak terhitung, lebih banyak daripada rambut di kepalaku (Mzm. 40:13). Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari (Mzm. 19:13).
- (4) Utang dosa sangat besar sehingga kita tidak mampu melunasinya; Orang itu tidak mampu melunaskan utangnya. Para pendosa adalah pengutang yang pailit. Kitab Suci menyimpulkan bahwa kita semuanya telah berdosa, bahwa kita semua telah bangkrut, tidak mampu lagi melunasi utang-utang kita. Emas dan perak tidak akan dapat membayar utang kita (Mzm. 49:7-8). Pengorbanan dan persembahan juga tidak berguna dan tidak dapat melunasi utang kita. Perbuatan baik kita hanyalah pekerjaan Allah melalui diri kita, dan itu pun tidak memuaskan. Kita ini tidak berdaya dan tidak mampu menolong diri sendiri.
- (5) Seandainya Allah memperlakukan kita dengan hukum yang tegas, kita pasti sudah dihukum sebagai pengutang-pengutang yang pailit dan Allah berhak menuntut kita untuk melunasinya dengan menyatakan kebesaran-Nya di atas kebinasaan kita semua. Keadilan menuntut ganti rugi. Currat, lex -- hukuman dari hukum harus dijalankan. Hamba ini telah menyebabkan dirinya sendiri berutang karena kesia-siaan dan keinginan hatinya sendiri, dan karena itu ia layak menanggungnya. Raja itu memerintahkan supaya ia dijual, sebagai budak belian, juga anak istrinya dan segala miliknya, untuk pembayar utangnya. Lihatlah di sini hukuman yang pantas untuk setiap dosa.
- Inilah upah dosa, yaitu:
- [1] Dijual. Mereka yang menjual dirinya untuk melakukan kejahatan harus dijual untuk melunasi utang mereka. Menjadi tawanan dari dosa sama saja dengan menjadi tawanan dari murka Allah. Mereka yang dijual sebagai budak belian akan hidup dalam penderitaan, dan tidak ada yang dimilikinya kecuali hidupnya sendiri, sehingga ia akan sangat meratapi penderitaannya. Demikianlah yang terjadi dengan para pendosa yang terkutuk.
- [2] Jadi, ia harus membayar utangnya, yakni harus ada sesuatu yang dilakukan untuk membayar, sekalipun mustahil bahwa dengan menjual orang yang begitu tidak berharganya, utang yang luar biasa banyaknya itu dapat dilunasi. Dengan menghukum para pendosa, keadilan ilahi akan ditegakkan, walaupun sebenarnya hal itu masih belum cukup untuk melunasi utang-utang mereka.
- (6) Para pendosa yang hukumannya telah ditetapkan tidak mempunyai jalan lain kecuali merendahkan diri mereka di hadapan Allah dan memohon pengampunan-Nya. Hamba itu, setelah mendengar keputusan Raja tersebut, dan menyadari kehancurannya, bersujud di bawah kaki rajanya yang agung, dan menyembah dia, atau menurut beberapa salinan lain dari Kitab Matius, memohon dengan sangat kepada-Nya. Tingkah hamba tersebut sangatlah pasrah dan putus asa. Sabarlah dahulu, segala utangku akan kulunaskan (ay. 26). Hamba itu sebenarnya sudah menyadari sebelumnya bahwa ia berutang sangat banyak, tetapi tidak pernah merasa cemas sedikit pun, sampai hari ketika ia dipanggil untuk memperhitungkan utang-utangnya. Para pendosa umumnya tidak peduli untuk bertobat dari dosa-dosa mereka, sampai ketika mereka disadarkan oleh firman atau dikejutkan oleh teguran ilahi atau ajal yang mendekat. Baru setelah itu mereka sadar, Dengan apakah aku akan pergi menghadap Tuhan? (Mi. 6:6). Betapa mudah dan cepatnya Allah membuat para pendosa yang sombong bersujud di bawah kaki-Nya; Ahab ke dalam kehinaannya, Manasye ke dalam doa-doanya, Firaun ke dalam pengakuannya, Yudas ke dalam penyesalannya, Simon si tukang sihir ke dalam permohonannya, dan Belsyazar serta Feliks ke dalam kegentaran mereka. Hati yang paling keras sekalipun tidak akan bertahan ketika Allah memperhitungkan dosa-dosa di hadapannya. Hamba itu tidak menyangkal utang-utangnya atau mencoba menghindar dan melarikan diri.
- Akan tetapi:
- [1] Ia memohon untuk diberikan waktu, Sabarlah dahulu.
- Kesabaran dan kemurahan hati adalah pertolongan yang sangat berharga bagi kita, tetapi adalah bodoh jika kita berpikir hal-hal ini saja dapat menyelamatkan kita. Janganlah menunda-nunda untuk bertobat. Banyak orang yang diberi kesempatan, tetapi tetap tidak dituntun kepada pertobatan (Rm. 2:4), sehingga kesempatan itu menjadi sia-sia.
- [2] Ia berjanji akan melunasi utang-utangnya, Sabarlah dahulu, segala utangku akan kulunaskan. Perhatikanlah, adalah kebodohan bagi mereka yang dosanya sudah disingkapkan untuk berpikir bahwa mereka bisa melunasi semua dosa yang telah mereka perbuat kepada Allah. Hal ini sama halnya seperti mereka yang, merasa sudah tidak mampu lagi melunasi utangnya, berniat menghapusnya dengan mempersembahkan anak sulungnya karena pelanggarannya (Mi. 6:7), dengan mendirikan kebenaran mereka sendiri (Rm. 10:3). Hamba yang berutang tersebut tidak mampu melunaskan utangnya (ay. 25), tetapi ia berlagak bahwa ia dapat melunasi semuanya. Lihatlah betapa dalamnya kesombongan berakar, bahkan dalam diri para pendosa yang ditegur. Mereka sadar, tetapi tidak mau merendahkan diri di hadapan-Nya.
- (7) Allah Yang Maha Pengampun selalu bersedia, dengan belas kasih-Nya, mengampuni dosa mereka yang merendahkan diri di hadapan-Nya (ay. 27). Raja itu, walaupun sebenarnya berhak membinasakan hamba tersebut, berbelas kasihan untuk membebaskannya. Walaupun utangnya tidak terbayarkan, ia dimuliakan dengan pengampunannya itu. Permohonan si hamba hanyalah sabarlah dahulu, tetapi sang raja malah memberi anugerah dengan membebaskannya dari segala utang-utangnya.
- Perhatikanlah:
- [1] Allah akan mengampuni dosa-dosa manusia karena Ia penuh dengan rahmat dan belas kasihan (Luk. 1:77-78); Tergeraklah hati raja itu. Belas kasihan Allah bersumber dari dalam diri-Nya sendiri. Allah berbelas kasihan karena Ia mau menaruh belas kasihan. Allah menaruh belas kasih-Nya atas penderitaan semua umat manusia, sehingga Ia mengirim anak-Nya untuk menjadi Tebusan bagi mereka. Akan tetapi, secara khusus Ia menaruh belas kasih-Nya kepada mereka yang bertobat, yang bisa merasakan penderitaan mereka (hati mereka remuk dan berduka), dan Ia menerima mereka melalui Anak Terkasih-Nya.
- [2] Allah selalu memberikan pengampunan atas dosa yang paling keji sekalipun, jika manusia bersedia untuk bertobat. Walaupun utang hamba tersebut sangat besar, Ia membebaskan semuanya (ay. 32). Walaupun dosa kita sangat banyak dan berat, seluruh utang kita telah dihapuskan (ay. 32). Walaupun sangat banyak dan sangat hina, namun, sesuai dengan firman Kabar Baik, dosa-dosa kita bisa diampuni.
- [3] Pembebasan utang adalah kebebasan bagi si pengutang; Ia membebaskannya. Kewajiban-kewajiban untuk melunasi utang ditiadakan dan penghukuman dibatalkan. Kita tidak akan benar-benar bebas sampai semua dosa-dosa kita diampuni. Namun perhatikanlah, walaupun raja itu membebaskan hambanya itu dari segala kewajiban utangnya, ia tidak membebaskannya dari kewajibannya sebagai seorang hamba. Pengampunan atas dosa tidak menghilangkan kewajiban, justru semakin menguatkan kewajiban kita dalam ketaatan. Kita harus bersyukur bahwa Allah masih bersedia untuk terus mempertahankan hamba-Nya yang tidak berguna tersebut, seperti juga kita, untuk melayani-Nya, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya (Luk. 1:74). Aku adalah hamba-Mu, karena Engkau telah membuka ikatan-ikatanku.
- . Kekejaman yang tidak beralasan yang dilakukan hamba tersebut kepada sesama hamba yang lain, tanpa peduli dengan belas kasihan yang ia sendiri telah terima dari tuannya (ay. 28-30). Hal ini melambangkan dosa mereka yang, walaupun tidak segan meminta hal-hal yang tidak layak mereka miliki, tetapi dengan kejam dan tidak kenal ampun menuntut apa yang menjadi milik mereka, dan menganggap bahwa tindakan mereka benar, padahal dalam hal tertentu tidak demikian halnya. Summum just summa injuria -- Tuntutlah sesuatu secara berlebihan, maka hal itu akan mendatangkan kesalahan. Bila kita menuntut keadilan atas kerugian yang kita derita karena rasa balas dendam, hal ini tidak akan memperbaiki keadaan atau berguna bagi kepentingan umum, sekalipun tindakan demikian sah-sah saja menurut hukum, in terrorem -- untuk memberikan kejeraan, karena kekerasan hati manusia. Lebih dari itu, tindakan demikian tidak sesuai dengan nilai-nilai Kristen. Menuntut pembayaran atas utang, ketika seseorang tidak mungkin dapat melunasinya, dengan membiarkan si pengutang binasa di penjara, menunjukkan kecintaan akan uang melebihi kasih terhadap sesama yang seharusnya kita miliki (Neh. 5:7).
- Perhatikanlah di sini:
- (1) Betapa kecilnya utang dari hamba lain tersebut, dibandingkan dengan utang sepuluh ribu talenta yang telah dibebaskan oleh raja tersebut; hamba lain berutang seratus dinar kepadanya. Perhatikanlah, dosa yang dilakukan terhadap manusia tidak sebanding dengan dosa yang dilakukan terhadap Allah. Penghinaan yang dilakukan terhadap manusia seperti kita hanyalah sepeser, selumbar atau nyamuk besarnya, tetapi penghinaan yang dilakukan terhadap Allah adalah sebesar talenta, balok atau unta. Hal ini tidak berarti bahwa, oleh karena itu kita dapat menganggap remeh pelanggaran yang kita lakukan kepada sesama kita, karena sesungguhnya ini juga merupakan dosa terhadap Allah. Sebaliknya, oleh karena itu, kita hendaknya menganggap ringan kesalahan yang dilakukan oleh sesama kita terhadap kita, dan tidak membesar-besarkannya, atau melakukan pembalasan dendam. Daud tidak peduli dengan kesalahan yang diperbuat terhadapnya; aku ini seperti orang tuli, aku tidak mendengar; tetapi ia sedih sekali melihat dosa yang dilakukan terhadap Allah; karena dosa membuat sungai air mata mengalir turun dari mata-Nya.
- (2) Betapa kejamnya tindakan hamba yang jahat tersebut, Ia menangkap dan mencekik kawannya itu. Orang yang sombong dan murka berpikir bahwa jika apa yang mereka tuntut itu benar, maka tindakan mereka itu pun benar, tidak peduli cara tindakannya kejam dan tidak berbelas kasihan. Namun, hal yang demikian tidaklah benar adanya. Apa gunanya semua kekerasan ini? Utang dapat ditagih tanpa harus mencekik si pengutang, tanpa harus memperkarakannya ke pengadilan atau menyita hak miliknya. Dari luar, hamba yang jahat itu terlihat begitu mulia, namun betapa rendah dan busuk jiwanya! Jika ia sendiri dilemparkan ke penjara atas utangnya kepada raja tersebut, pastilah ia juga akan sangat menderita. Seharusnya ia berpikir terlebih dahulu sebelum ia dengan kejam menuntut pembayaran utangnya. Akan tetapi, sering kali kesombongan dan kedengkian hati lebih menguasai akal manusia dan membuatnya bertindak lebih kejam dari apa yang seharusnya.
- (3) Betapa tunduknya hamba yang berutang kepadanya. Kawannya itu, walaupun sama-sama seorang hamba, mengetahui bahwa ia sangat bergantung pada belas kasihan hamba yang jahat tersebut. Ia bersujud dan merendahkan dirinya atas utang yang tidak seberapa jumlahnya itu, sama seperti yang dilakukan hamba yang jahat tersebut di hadapan rajanya atas utangnya yang sangat besar. Sesungguhnya, yang berutang menjadi budak dari yang mengutangi (Ams. 22:7). Perhatikanlah, mereka yang tidak dapat melunasi utang-utangnya harus menghormati orang yang memberi utang, bukan hanya dalam perkataan, tetapi juga dalam seluruh perbuatan: mereka ini tidak boleh marah terhadap orang yang menuntut utangnya dibayar, atau mengatai-ngatai mereka. Tidak! Walaupun si pemberi utang menuntut dengan kejam, serahkanlah masalahnya kepada Allah yang akan membela kepentingan kita. Permohonan hamba yang malang itu adalah, "Sabarlah dahulu." Dengan jujur ia mengakui utangnya, tanpa meminta pembuktian, hanya memohon untuk bersabar kepadanya. Perhatikanlah, kesabaran, walaupun tidak bisa dipakai untuk membebaskan kewajiban utang, kadang-kadang merupakan kemurahan hati yang sangat diperlukan dan patut dipuji. Kita tidak boleh bertindak keras dan terburu-buru dalam menuntut apa yang menjadi milik kita, tetapi kita harus ingat bahwa Allah juga telah sangat lama bersabar terhadap kita.
- (4) Betapa keterlaluan dan murkanya hamba pemberi utang tersebut (ay. 30). Ia menolak, dan tidak mau mendengar janji tulus dari hamba yang berutang itu. Sebaliknya, tanpa belas kasihan ia menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara. Betapa kejinya ia telah menginjak-nginjak sesama yang bernasib serupa dengannya, yang telah merendahkan diri di hadapannya! Betapa kejamnya ia memperlakukan seseorang yang tidak berbuat jahat kepadanya, padahal itu tidak memberikan keuntungan baginya! Dalam peristiwa ini, para pemberi utang yang kejam bisa bercermin diri, betapa mereka biasa bersenang-senang dengan menelan dan membinasakan orang-orang yang berutang kepada mereka (2Sam. 20:19), mereka suka mencari kemuliaan dalam penderitaan orang-orang yang meminjam dari mereka.
- (5) Betapa sedihnya hamba-hamba yang lain melihat kejadian tersebut. Kawan-kawannya yang lain sangat sedih (ay. 31). Mereka sedih melihat kekejaman dan kekejian hamba pemberi utang itu. Perhatikanlah, kita seharusnya prihatin dan tergugah melihat dosa dan penderitaan sesama kita. Kita hendaknya merasa sedih melihat sesama kita yang menjadi korban, yang oleh karena kekejaman dan perbuatan yang tidak manusiawi menjadi budak dan ditindas oleh mereka yang lebih kuat. Melihat sesama kita yang mengamuk seperti beruang atau terinjak-injak seperti cacing harusnya mendatangkan penyesalan yang dalam bagi setiap orang yang berbudi, tak peduli apa yang menjadi kepercayaan mereka. Lihatlah perasaan Raja Solomon ketika memandang air mata orang-orang yang ditindas oleh orang-orang yang berkuasa (Pkh. 4:1).
- (6) Laporan hamba-hamba yang lain tersebut kepada raja itu. Mereka menyampaikan segala sesuatu yang terjadi kepada raja mereka. Mereka tidak menegur hamba yang jahat tersebut, karena ia telah kehilangan akal sehatnya dan dikuasai amarah (lebih baik berjumpa dengan beruang betina yang kehilangan anak, dari pada dengan orang bebal dengan kebodohannya). Mereka menemui tuan mereka dan memohon kepadanya untuk memberi keadilan bagi hamba yang tertindas tersebut. Perhatikanlah, hal-hal yang menyebabkan kita bersedih hendaknya mendorong kita untuk berdoa. Biarlah keluh-kesah kita atas kejahatan si jahat dan atas penderitaan si tertindas dibawa ke hadapan Allah dan serahkanlah segala sesuatunya ke dalam tangan-Nya.
- . Kemurkaan raja yang sudah sepantasnya atas kekejaman si hamba yang bersalah itu. Jika hamba-hamba saja merasakan jahatnya perbuatan itu, apalagi tuan mereka yang kasihnya melebihi mereka semua.
- Sekarang perhatikanlah:
- (1) Bagaimana raja itu menegur hambanya atas kekejiannya itu (ay. 32-33), Hai hamba yang jahat. Perhatikanlah, tidak berbelas kasih adalah suatu kejahatan, kejahatan yang sangat besar.
- [1] Raja itu mengingatkan hamba itu mengenai belas kasihan yang telah diterimanya dari tuannya, seluruh utangmu telah kuhapuskan. Mereka yang menggunakan karunia Allah tidak akan ditegur oleh-Nya, tetapi mereka yang menyalahgunakannya pasti akan dikecam-Nya (11:20). Pertimbangkanlah, yang dibebaskan itu seluruh utang, yang sangat banyak itu. Perhatikanlah, semakin besar dosa kita, semakin banyak pula seharusnya pengampunan dan kasih yang harus kita berikan. Jadi, kita harus berpikir betapa banyak dosa kita yang telah diampuni (Luk. 7:47).
- [2] Raja itu kemudian menunjukkan kewajibannya untuk berbelas kasih terhadap sesamanya; Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Perhatikanlah, sudah seharusnyalah mereka yang menerima pengampunan juga memberikan pengampunan. Dat ille veniam facile, cui venia est opus -- mereka yang ingin diampuni harus dengan murah hati memberikan pengampunan. Raja itu menunjukkan kepada hambanya tersebut:
- Pertama, bahwa hamba itu seharusnya lebih tenggang rasa terhadap kesusahan sesamanya, karena ia sendiri juga telah mengalami kesusahan yang sama. Kita akan dapat memahami perasaan sesama kita dengan lebih baik, jika kita sendiri juga telah merasakannya. Orang Israel mengenal keadaan jiwa seorang asing, sebab mereka pun dahulu adalah orang asing; dan hamba ini seharusnya bisa merasakan perasaan orang yang dililit utang, dan tidak memperlakukan orang yang bernasib sama dengannya dengan kejam.
- Kedua, hamba itu seharusnya dapat lebih meniru contoh kemurahan hati yang ditunjukkan tuannya, karena ia telah mengalami dan merasakan keuntungannya. Perhatikanlah, penghiburan yang pernah kita alami karena dosa kita telah diampuni, akan membuat kita selalu mencondongkan hati kita untuk mengampuni saudara-saudara kita. Pada hari raya Perdamaian, sangkakala kemenangan akan diperdengarkan sebagai tanda kebebasan dari utang (Im. 25:9). Karena itu kita harus berbelas kasih terhadap sesama kita, seperti halnya Allah telah berlaku demikian kepada kita.
- (2) Bagaimana raja itu menarik kembali pengampunannya dan membatalkan keputusannya (ay. 34), sehingga hukuman atas hamba yang jahat itu berlaku kembali. Ia menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh utangnya. Walaupun kekejian yang dilakukan hamba yang jahat tersebut sangat besar, tuannya tidak memberikan hukuman lain kepadanya, selain bahwa ia harus membayar semua utangnya. Perhatikanlah, tidak ada penderitaan yang lebih besar bagi mereka yang tidak mau memenuhi persyaratan Injil selain daripada ketika mereka diserahkan kepada hukum Injil itu sendiri, yang akan berbalik menentang mereka. Lihatlah bagaimana dosa mendapatkan balasannya. Mereka yang tidak bersedia mengampuni tidak akan diampuni. Tuannya itu menyerahkannya kepada algojo-algojo. Hamba yang jahat ini paling-paling hanya dapat menjebloskan temannya tadi ke dalam penjara, tetapi dia sendiri diserahkan kepada algojo-algojo. Perhatikanlah, kuasa murka Allah yang membinasakan jauh melebihi kekuatan atau murka makhluk ciptaan mana pun di dunia ini. Yang menjadi algojo-algojo bagi manusia adalah hati nuraninya sendiri yang akan terus menegur dan menyiksanya, seperti cacing dalam dirinya yang tidak pernah mati. Roh-roh jahat, yang menjadi pelaksana murka Allah dan yang sekarang menjadi penggoda manusia supaya berdosa, akan menjadi algojo-algojo yang menyiksa manusia selama-lamanya. Hamba yang jahat itu dilemparkan ke dalam penjara sampai ia dapat melunasi semua utang-utangnya. Perhatikanlah, utang-utang kita kepada Allah tidak akan pernah bisa dilunasi. Semua utang itu hanya bisa dibebaskan melalui pengampunan atau dituntut pembayarannya secara penuh. Orang-orang kudus yang sudah dimuliakan di sorga adalah mereka yang diampuni sepenuhnya, melalui tebusan Kristus yang melunasi semuanya. Para pendosa yang terkutuk dalam neraka akan membayar seluruhnya, yaitu dihukum atas semua utangnya. Pelanggaran yang dilakukan terhadap Allah melalui perbuatan dosa menyinggung kehormatan-Nya dan tidak dapat ditebus begitu saja, sehingga oleh karenanya si pendosa harus menempuh cara tertentu yang lain untuk menebus pelanggarannya itu.
- Terakhir, inilah maksud dari seluruh perumpamaan tersebut (ay. 35), Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga teradap kamu. Di sini, janji mulia Allah yang menghibur kita itu (ay. 19) -- yakni bahwa permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga -- dipakai Kristus untuk menyampaikan suatu ancaman yang mengerikan. Jika Allah yang memerintah itu adalah seorang ayah bagi kita, maka kita percaya bahwa Ia memerintah dengan adil dan benar, tetapi ini tidak berarti bahwa Ia tidak bisa bersikap tegas dan keras kepada kita, atau bahwa kita tidak perlu merasa takut atas murka-Nya. Ketika kita berdoa kepada Allah sebagai Bapa yang ada di sorga, kita diajarkan untuk memohon ampun atas kesalahan kita, seperti kita juga mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
- Perhatikanlah di sini:
- . Kewajiban untuk mengampuni. Kita harus mengampuni dengan segenap hati. Perhatikanlah, kita tidak mengampuni sesama dengan benar, atau pemberian ampun kita tidak akan diterima Allah, jika kita tidak tulus, karena hal inilah yang diperhitungkan Allah. Tidak boleh ada kedengkian yang dipendam atau niat jahat terhadap siapa pun. Tidak boleh ada rencana balas dendam atau keinginan untuk itu, karena banyak orang yang kelihatan damai dan rujuk di luar, tetapi memendam dendam dalam hati. Begitulah, semua ini masih belum cukup. Dengan sepenuh hati kita harus mengingini dan mengusahakan damai sejahtera bahkan dengan mereka yang telah berbuat dosa kepada kita.
- . Bahaya untuk tidak mengampuni. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu.
- (1) Hal ini tidak mengajarkan kepada kita bahwa Allah membatalkan pengampunannya bagi seseorang, tetapi yang dimaksudkan di sini adalah bahwa Ia tidak akan memberikannya kepada mereka yang tidak layak menerimanya sesuai dengan janji dan maksud Kabar Baik. Orang-orang demikian tampaknya rendah hati, seperti Ahab, dan berpikir bahwa mereka sudah diampuni, dan orang lain juga berpikir demikian mengenai mereka, dan mereka menghibur diri mereka dengan anggapan ini, bahwa mereka sudah diampuni. Kitab Suci memberi kita banyak contoh mengenai mereka yang tidak layak mendapatkan pengampunan, untuk memperingatkan mereka yang suka mengada-ada. Akan tetapi, kita tetap diyakinkan bahwa pengampunan akan terus diberikan, demi kelegaan mereka yang berhati tulus, walaupun masih belum berpendirian. Akan ada kecemasan bagi yang satu, dan harapan bagi yang lain. Mereka yang enggan mengampuni saudaranya adalah orang yang belum benar-benar bertobat atau sungguh-sungguh percaya pada Kabar Baik. Oleh karena itu, untuk orang yang demikian, apa pun akan diambil darinya, juga apa yang ia anggap ada padanya (Luk. 8:18).
- (2) Ajaran ini bermaksud mengajarkan kita bahwa penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan (Yak. 2:13). Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengampuni dan menjaga kedamaian. Jadi, oleh sebab itu, kita bukan saja harus berlaku adil, tetapi juga mencintai kesetiaan. Ini adalah bagian yang mendasar dari ibadah kita, yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita. Ini adalah hikmat yang dari atas, yang lemah lembut dan mudah dilakukan (KJV). Lihatlah apa yang menjadi balasan bagi mereka, yang walaupun mengaku pengikut Yesus, namun tetap bersikeras dalam tindakan yang kejam dan tidak berbelas kasihan terhadap sesamanya, seakan-akan hukum-hukum Kristus yang paling keras sekalipun dapat diabaikan demi memuaskan hasrat-hasrat mereka yang liar. Sesungguhnya, mereka telah mengutuk diri mereka sendiri setiap kali mereka mengucapkan doa Bapa Kami.
SH: Mat 18:12-35 - Gema pengampunan di tengah dendam membara. (Rabu, 21 Februari 2001)
Gema pengampunan di tengah dendam membara. Pelampiasan
dendam semakin sering mewarnai surat kabar, media,
dan berita televisi. Nada ketidakpuasan, ir...
Gema pengampunan di tengah dendam membara.
Pelampiasan
dendam semakin sering mewarnai surat kabar, media,
dan berita televisi. Nada ketidakpuasan, iri hati,
kekecewaan, sakit hati, dan kehilangan, bagai api
menyulut bensin, tak seorang pun kuasa memadamkan.
Demikianlah keadaan masyarakat kita yang mudah
digiring kepada dendam membara, bahkan seringkali
tanpa pemahaman yang jernih akan duduk
permasalahannya. Masihkah gema pengampunan
terdengar di tengah dendam membara?
Kita yakin bahwa gema pengampunan masih harus terus diperdengarkan, tidak akan luntur ditelan zaman, karena misi-Nya belum tuntas. Masih banyak jiwa yang tersesat yang harus dibawa-Nya pulang. Perumpamaan Yesus tentang seekor domba yang hilang membuktikan bagaimana misi penyelamatan itu tidak pernah pudar, satu jiwa pun sangat berharga di mata-Nya. Ia tidak pernah meremehkan atau mendiskriminasi seorang manusia pun, karena setiap jiwa yang tersesat akan dicari, sehingga meluaplah sukacita-Nya ketika jiwa yang tersesat itu kembali pulang. Setiap orang yang telah ditemukan-Nya juga akan memiliki beban yang dalam melihat jiwa-jiwa yang masih tersesat. Oleh karena itu ketika kita, anak-anak Tuhan, melihat saudara kita berbuat dosa, harus mengupayakan segala cara untuk menyadarkannya dan menyerahkannya kembali kepada Tuhan. Bapa di surga juga akan bekerja di tengah- tengah kita yang sepakat berdoa bagi pertobatannya.
Gema pengampunan antar sesama, bukan berdasarkan kebaikan, kemurahhatian, kesabaran, dan belas kasih kita kepada orang lain, namun semata-mata karena anugerah pengampunan-Nya telah dinyatakan terlebih dahulu bagi kita. Sesungguhnya tak ada alasan bagi kita untuk tidak memaafkan orang lain karena kesalahannya pada kita tidak dapat dibandingkan dengan dosa kita. Jika Ia telah menganugerahkan pengampunan bagi kita, adakah kita berhak menahan pengampunan bagi orang lain yang bersalah pada kita? Hutang kita telah dilunaskan, masihkah kita menuntut orang yang telah memohon pelunasan hutangnya kepada kita? Adakah kita lebih besar dan lebih berkuasa dari Tuhan?
Renungkan: Masih banyak saudara kita yang membutuhkan pengampunan-Nya, masihkah anugerah pengampunan-Nya bergema dalam hidup kita melalui sikap kita mengampuni orang lain?

SH: Mat 18:15-35 - Penjaga saudaraku. (Rabu, 16 Februari 2005) Penjaga saudaraku.
Gereja tidak terdiri dari orang-orang yang sudah sempurna,
melainkan orang-orang yang dibenarkan dan sedang terus menerus...
Penjaga saudaraku.
Gereja tidak terdiri dari orang-orang yang sudah sempurna,
melainkan orang-orang yang dibenarkan dan sedang terus menerus
dikuduskan oleh Tuhan Yesus. Karena itu, kesalahan dan kejatuhan
dalam dosa bisa juga terjadi pada orang Kristen. Bila itu
terjadi, adalah tugas sesama orang Kristen untuk membimbingnya
bertobat.
Bagaimana tugas menegur, menasihati dan membimbing itu harus kita lakukan? Tuhan Yesus memberikan petunjuk bahwa teguran dan nasihat itu harus dilakukan secara bertahap. Pertama, hendaklah dilakukan dalam pembicaraan pribadi antara Anda dan dia (ayat 15). Jika tahap teguran dan nasihat itu tidak ditanggapi, perlu menghadirkan saksi bukan untuk menghakimi melainkan sebagai upaya guna menyadarkan orang tersebut (ayat 16). Jika teguran dengan saksi itu pun tetap tak ditanggapi, barulah pembuat kesalahan itu ditegur dalam pertemuan jemaat Tuhan (ayat 17a). Jika sampai sudah menerima teguran demikian pun ia tetap tak berespons, maka jemaat harus memandang dia sebagai seorang yang tidak mengenal Tuhan (ayat 17b).
Pemungut cukai adalah profesi pengumpul pajak untuk pemerintah Roma, dengan imbalan yang tinggi. Biasanya, pemungut cukai adalah orang Yahudi. Namun, mereka tak segan memeras dan menyengsarakan bangsanya sendiri dengan dilindungi oleh pemerintah Roma. Pemungut cukai tidak merasa bersalah. Perbuatan egois inilah yang menjadikan para pemungut cukai dikucilkan dan dihina oleh orang Yahudi. Jika seorang Kristen telah ditegur berulangkali dengan mengikuti petunjuk Tuhan Yesus tersebut tetap mengeraskan hati, maka ia perlu diperlakukan dengan tegas. Disiplin gereja diberlakukan dengan mengucilkan dia dari persekutuan agar dia menyesali perbuatannya dan rindu untuk kembali ke dalam persekutuan tubuh Kristus.
Yang kulakukan: Aku akan berani memperingatkan kesalahan sesama saudaraku seiman supaya ia kembali ke jalan Tuhan.

SH: Mat 18:21-35 - Mengampuni sesama. (Jumat, 20 Maret 1998) Mengampuni sesama. Bila kita sejujur Petrus, harus kita akui bahwa kita hampir-hampir tidak memiliki kemampuan untuk mengampuni orang lain. Apa lagi b...
Mengampuni sesama.
Bila kita sejujur Petrus, harus kita akui bahwa kita hampir-hampir tidak memiliki kemampuan untuk mengampuni orang lain. Apa lagi bila harus mengampuni tanpa batas, dan dengan sepenuh hati. Padahal andaikan Allah memberlakukan keadilan dan bukan kasih terhadap kita, entah bagaimana nasib kekal kita? Tidak ada kesalahan yang tidak dapat diampuni. Tuhan sendiri memberikan contoh bahwa Allah telah mengampuni setiap dosa umat-Nya yang datang meminta.
Allah mengampuni setiap jengkal dosa kita. Perumpamaan yang Yesus kemukakan sangat gamblang. Sulit bagi kita untuk mengerti makna perumpamaan ini. Namun sebenarnya perumpamaan ini menggambarkan mahalnya pengampunan yang kita terima dalam Tuhan. Dosa kita terlampau jahat dan banyak hingga nyawa Yesus harus dikorbankan menggantikan kita. Apalah arti kesalahan kecil orang lain kepada kita dibandingkan dosa kita terhadap Allah? Orang yang sungguh menghayati pengampunan Allah, wajib meneruskan pengampunan itu kepada sesamanya. Namun jika kita sendiri belum mengalami pengampunan Allah, memang mustahil untuk meneruskan misi pengampunan itu.
Doa: Betapa masih kurangnya kemampuanku untuk mengampuni sesama. Tolonglah aku ya, Tuhan.
TFTWMS -> Mat 18:21-35
TFTWMS: Mat 18:21-35 - Perumpamaan Hamba Yang Jahat: Pengampunan PERUMPAMAAN HAMBA YANG JAHAT: PENGAMPUNAN (Matius 18:21-35)
21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali ak...
PERUMPAMAAN HAMBA YANG JAHAT: PENGAMPUNAN (Matius 18:21-35)
21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" 22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. 23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. 24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. 25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. 26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. 27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. 28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! 29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. 30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. 31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. 32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. 33 Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? 34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. 35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."
Ajaran Yesus sekarang menyangkut pengampunan. Apa yang Ia telah katakan tentang mengoreksi seorang saudara yang berbuat dosa memotivasi Petrus untuk bertanya tentang memaafkan seorang saudara atas pelanggaran pribadi (18:21). Tuhan menjawab pertanyaan Petrus (18:22), dan Ia kemudian mengilustrasikan prinsip pengampunan itu dengan perumpamaan tentang hamba yang kejam (18:23-35).
Ayat 21. Sekali lagi, injil Matius berisi adegan di mana Petrus tampak menonjol (14:28-32; 15:15; 16:16-19, 22, 23; 17:4, 24-27). Pada kesempatan ini, rasul itu bertanya, "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
Kata Yunani "mengampuni" (aÓfi÷hmi, aphiēmi) arti harfiahnya adalah "melepas" atau "mengusir." Dalam kesempatan ajaran ini, kata itu digunakan untuk membatalkan hutang moral. Petrus pikir ia sudah sangat berbelas kasihan dengan menyarankan bahwa orang boleh memaafkan orang lain sebanyak tujuh kali. Apalagi, para rabi Yahudi mengajarkan bahwa memaafkan orang lain sebanyak tiga kali sudah cukup. Rabi Jose ben Judah berkata, "Jika seseorang melakukan pelanggaran, yang pertama, kedua dan ketiga kalinya ia diampuni, yang keempat kalinya ia tidak diampuni."27
Ayat 22. Alih-alih pujian yang mungkin Petrus harapkan untuk ia terima, ia malah mendapat teguran yang lembut dari sang Guru: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." Ungkapan Yunani eJbdomh konta÷kiß eJpta (hebdomē kontakis hepta) diterjemahkan "tujuh puluh tujuh kali" dalam beberapa versi (NIV; NRSV; NCV; CEV; NJB). Ungkapan Yunani yang sama muncul dalam Kejadian 4:24 dalam Septuaginta. Alkitab NASB menerjemahkan ayat itu, "Jika Kain dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat." Sementara pernyataan Lamekh adalah rumusan untuk membalas dendam, pernyataan Yesus adalah rumusan untuk pengampunan.
Yesus tentu bermaksud bahwa murid-murid-Nya harus mengampuni seorang saudara dalam jumlah yang tidak terbatas. Angka "tujuh" adalah satu dari angka-angka yang sempurna atau lengkap dalam literatur Ibrani. "Tujuh," atau setiap kelipatan angka itu, mengacu kepada jumlah yang lengkap. Oleh karena itu, Yesus tidak sedang mengatakan, "Ampunilah tujuh puluh tujuh kali dan jangan lagi"; sebaliknya, angka ini berarti" sebanyak yang diperlukan "(lihat Lukas 17:3, 4).
Ayat 23. Setelah menetapkan prinsip pengampunan tak terbatas bagi mereka yang memintanya, Yesus lalu mengetengahkan perumpamaan hamba yang tak mau mengampuni (18:23-34). Perumpamaan ini dimulai dengan seorang raja yang memanggil hamba-hambanya untuk mengadakan perhitungan dengan mereka.
Ayat 24. Ketika raja itu memulai tugasnya, seorang hamba yang berhutang sepuluh ribu talenta dibawa ke hadapannya. Satu "talenta" (ta÷lanton, talanton) adalah ukuran berat yang paling besar, yang setara dengan sekitar 37,5 kilogram. Dari Keluaran 38:25, 26 disimpulkan bahwa satu talenta itu setara dengan tiga ribu syikal.28
Matius tidak mengatakan apakah utang dalam perumpamaan itu dalam bentuk emas, perak, atau tembaga. Namun demikian, sejumlah besar uang—mungkin "milyaran dollar [Amerika]"29—menunjukkan kondisi tanpa harapan hamba itu. Jumlah hutangnya itu jauh lebih besar daripada upeti tahunan sembilan ratus talenta yang dikumpulkan oleh Arkhelaus (di Yudea, Edom, dan Samaria), Antipas (di Galilea dan Perea), dan Filipus II (di Trakhonitis, Iturea, Gaulanitus, Batanea, dan Auranitis).30
Ayat 25. Kata Yunani melunaskan (ajpodi÷dwmi, apodidōmil), yang juga diartikan "membayar kembali," diulang beberapa kali di sepanjang perumpamaan itu (18:25, 26, 28, 29, 30, 34). Adolf Deissmann mengatakan bahwa "Aku akan melunasi" adalah rumusan khas yang sering ditemukan dalam catatan tulisan tangan para debitur dunia kuno.31Karena hamba tidak akan pernah punya uang untuk melunasi hutangnya, maka tuannya memerintahkan dia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya (lihat Kel. 22:3; 2 Raja 4:1; Neh. 5:4, 5).32Dengan demikian, sang tuan itu akan memperoleh setidaknya sebagian kecil dari hutang itu.
Ayat 26. Maka sujudlah hamba itu dalam sikap merendahkan diri dan pertobatan. Ia memohon raja untuk sabarlah dahulu dan memberi dia waktu untuk melunasi hutang itu. Janjinya itu mengandung ironi, karena akan mustahil bagi dia untuk bisa pernah melunasi jumlah hutang sebesar itu.
Ayat 27. Akibat seruan putus asa hamba itu, raja itu berbelas kasihan kepada dia. Dalam Matius, Yesus sendiri sering digambarkan sebagai bertindak oleh sebab belas kasihan kepada orang banyak (9:36; 14:14; 15:32; 20:34). Raja itu membebaskan- nya dan menghapuskan hutangnya. Ini murni tindakan kasih karunia. Kita hanya bisa membayangkan betapa leganya hamba itu!
Ayat 28. Tak lama setelah hamba yang diampuni hutangnya itu meninggalkan rumah tuannya ia segera bertemu dengan hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Satu dinar adalah satu koin perak Romawi yang setara dengan upah sehari kerja bagi seorang buruh kasar (20:2). Oleh karena itu, seratus dinar itu akan sama dengan seratus hari (sekitar empat bulan) upah. Upah untuk seratus hari kerja adalah jumlah yang cukup banyak; tetapi jika dibandingkan dengan hutang hamba itu kepada raja, maka seratus dinar itu tidak akan ada artinya.33
Hamba yang pertama itu sangat marah sehingga ia menangkap sesamanya hamba itu dan mencekik kawannya itu, menuntut hutangnya harus dilunasi. Dengan tindakannya itu ia seolah-olah mencoba memeras tubuh rekannya itu agar mengeluarkan uang, tapi jelas sesamanya hamba itu tidak memiliki uang.34
Ayat 29. Seperti yang dilakukan penghutang pertama di hadapan raja (18:26), penghutang kedua mulai memohon kepada sesamanya budak itu untuk sabarlah dahulu dan beri dia waktu untuk melunasi hutang itu. Dalam hal ini, pelunasan hutang itu akan menjadi jauh lebih bisa dilakukan.
Ayat 30. Hamba yang pertama itu bersikap kejam terhadap sesamanya hamba dan menjebloskan dia ke dalam penjara (lihat 5:25) sampai ia bisa melunasi hutangnya. Dalam kasus tersebut, tahanan itu diharuskan melakukan kerja paksa. Keadaan yang mengerikan itu benar-benar membuat hutang lebih sulit untuk dilunasi.
Ayat 31. Ketika beberapa hamba yang lain menyaksikan apa yang dilakukan oleh hamba yang jahat itu, mereka sangat sedih atas ketidakadilan itu. Akibatnya, mereka menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka, sang raja.
Ayat 32. Raja itu menyebut hamba pertama itu hamba yang jahat dan mengingatkan dia tentang hutangnya yang sangat besar yang ia telah bebaskan karena hamba itu memohon kepada dia.
Ayat 33. Hamba yang mendapat belas kasihan raja itu seharusnya memberikan juga belas kasihan kepada kawannya itu. Begitulah juga, mereka yang telah mengalami kasih dan karunia Allah harus mencerminkan sifat-sifat ini ketika berhubungan dengan sesama manusia. Yohanes menulis, "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi" (1 Yoh. 4:11).
Ayat 34. Raja itu sangat marah terhadap hamba yang jahat itu sehingga ia menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Belas kasihan raja itu (18:27) berubah menjadi kemarahan karena hamba yang diampuni itu tidak mempraktikkan pengampunan yang ia sendiri telah terima. Meskipun Allah itu panjang sabar (18:26), namun kesabaran-Nya tidak akan berlangsung selamanya (22:7).
Pernah dikemukakan bahwa "para algojo" atau "para sipir penjara" (NIV) akan menginterogasi hamba yang jahat itu untuk mengungkapkan sumber-sumber uang tersembunyi yang mungkin ia miliki.35Para penghutang diminta tahan kerja keras di dalam penjara sampai semua hutang mereka dilunasi. Orang ini tidak akan pernah bisa melunasi dan akan menderita selama sisa hidupnya.
Ayat 35. Yesus mengakhiri dengan menerapkan perumpamaan itu: "Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." Dalam perumpamaan itu, raja itu melambangkan Allah Bapa. Hamba yang tak mau mengampuni itu melambangkan murid-murid Yesus yang telah menerima pengampunan Allah namun menolak mengampuni orang percaya lainnya yang telah berdosa terhadap mereka. Hutang besar yang hamba pertama miliki menunjukkan banyaknya dosa setiap orang Kristen yang Allah telah ampuni, sedangkan hutang kecil yang dimiliki oleh hamba yang kedua mengacu kepada sedikit dosa yang mungkin telah dilakukan oleh beberapa saudara terhadap seorang percaya. Keengganan seseorang untuk mengampuni sesamanya orang percaya akan mengakibatkan keengganan Allah untuk mengampuni dia (6:15; Efe. 4:32; Yak. 2:13).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PENGAMPUNAN SEPENUHNYA (Matius 18:23-35)
Perumpamaan ini adalah tentang pengampunan Allah terhadap kita. Semua orang Kristen adalah orang berdosa yan...
PENGAMPUNAN SEPENUHNYA (Matius 18:23-35)
Perumpamaan ini adalah tentang pengampunan Allah terhadap kita. Semua orang Kristen adalah orang berdosa yang telah diampuni dan diselamatkan oleh kemurahan dan anugerah Allah. Pengampunan terjadi dalam pikiran Allah. Kita kadang-kadang berkata, "Ketika Allah mengampuni, Ia melupakan" (lihat Ibr. 8:12; 10:17). Allah tidak bisa benar-benar melupakan dosa. Bagaimanapun, Ia itu mahatahu; Ia mengetahui segala sesuatu. Apa artinya ini adalah bahwa Ia secara sukarela membebaskan kita dari tuntutan yang sah yang Ia tuntut dari kita karena dosa-dosa kita. Ia tidak pernah mengumpulkan hutang yang kita miliki karena dosa-dosa itu. Ia membebaskan kita dari hukuman mati yang harus dijatuhkan.
Pesan salib adalah tentang hutang kita yang sangat besar terhadap Allah—hutang yang tidak pernah bisa kita bayar. Ketika Allah mengampuni; Ia mengampuni sepenuhnya. Orang Kristen dipanggil untuk meniru Allah, dengan menunjukkan pengampunan-Nya kepada orang lain.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGGEMBALAKAN DOMBA TUHAN (Matius 18:10-35)
Ketika Yesus mengajar murid-murid-Nya, Ia memberi mereka pelajaran penting yang harus diterapkan oleh pa...
MENGGEMBALAKAN DOMBA TUHAN (Matius 18:10-35)
Ketika Yesus mengajar murid-murid-Nya, Ia memberi mereka pelajaran penting yang harus diterapkan oleh para pengikut-Nya sekarang ini (18:10-35).
Orang Kristen harus cukup peduli untuk mengawasi anak-anak kecil itu (18:10-14). Kita harus jangan memandang orang lain sebagai lebih rendah. Allah mengasihi mereka, para malaikat mengawasi mereka (18:10; lihat Ibr. 1:14), dan Yesus datang untuk menyelamatkan mereka (18:11). Setiap orang adalah penting bagi Allah (18:12-14).
Orang Kristen harus cukup peduli untuk mendisiplinkan mereka yang berdosa dan tidak mau bertobat (18:15-20). Gereja punya tanggung jawab untuk menjaga dirinya murni, seperti yang Paulus instruksikan kepada jemaat di Korintus (1 Kor. 5:4-11). Jika dosa diperbolehkan hidup secara terbuka di gereja, kepentingan Kristus merugi. Disiplin dimaksudkan untuk membawa orang berdosa kembali kepada Allah.
Orang Kristen harus cukup peduli untuk mengampuni (18:21-35). Marilah kita dengan hati-hati mempertimbangkan pertanyaan Petrus, jawaban Tuhan, dan perumpamaan pengampunan.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PENGAMPUNAN ALLAH VS. PENGAMPUNAN KITA (Matius 18:21-35)
Matius 18:21-35 adalah salah satu tempat di mana Yesus mengajarkan tentang berkat pengampuna...
PENGAMPUNAN ALLAH VS. PENGAMPUNAN KITA (Matius 18:21-35)
Matius 18:21-35 adalah salah satu tempat di mana Yesus mengajarkan tentang berkat pengampunan. Ia menjelaskan bagaimana menangani perbedaan pendapat di antara saudara-saudara dan kemudian mengajarkan tentang pengampunan dalam sebuah perumpamaan.
Kesediaan Allah Untuk Mengampuni. Dalam perumpamaan ini hamba yang pertama memiliki hutang yang tak terbayar. Tuannya, yang melambangkan Allah, membebaskan seluruh hutangnya. Yesus sedang membedakan pengampunan Allah dengan pengampunan kita sendiri. Orang yang diampuni itu menolak untuk mengampuni hamba yang lain, yang berhutang dalam jumlah yang tidak signifikan dibandingkan dengan hutangnya sendiri sebelumnya. Ketika perlakuannya terhadap sesamanya hamba itu dilaporkan kepada tuannya, ia dipanggil untuk bertanggung jawab dan dimasukkan ke dalam penjara hutang untuk disiksa (18:34).
Kesediaan Allah Untuk Mengampuni Setiap Dosa. Semua orang Kristen adalah orang berdosa yang diampuni oleh Allah. Pesan salib adalah tentang hutang dosa kita yang sangat besar kepada Allah tetapi tidak pernah bisa dilunasi. Melalui kematian Anak-Nya, Allah membayar seluruh hutang untuk dosa-dosa kita.
Kesediaan Allah Untuk Mengampuni Sepenuhnya. Beberapa Kitab Suci membantu kita untuk memahami pengampunan yang ilahiyat, lengkap (Maz. 103:12; 130:7; Rom. 4:7, 8; Ibr. 8:12; 10:17). Allah tidak, juga tidak bisa, secara harfiah melupakan—tetapi Ia secara sukarela melepaskan pendosa yang sangat menyesali perbuatannya dari hukuman yang adil untuk dosa.
Kesediaan Allah Untuk Mengampuni Jika Kita Mengampuni Orang Lain. Pengampunan Allah terhadap kita bergantung pada pengampunan kita terhadap orang lain (5:7; 6:14, 15; 18:21, 22; Luk. 17:3, 4). Paulus mengatakan bahwa kita harus mengampuni karena kita telah diampuni (Efe. 4:32). Pengampunan adalah karunia Allah kepada kita untuk disampaikan kepada orang lain.
Kita harus berhenti berpikir bahwa kita belum mengampuni orang yang bersalah kecuali sudah "melupakan" sepenuhnya kesalahan yang dilakukan kepada kita. Mengampuni berarti membatalkan hutang. Dalam membebaskan orang dari suatu pelanggaran, kita menolak untuk menghukum atau mencoba cari impas (Rom. 12:17, 21). Jika pikiran dendam merayap ke dalam pikiran kita, seperti yang kadang-kadang terjadi, kita bisa mendorong mereka keluar dari kesadaran kita. Berkat pengampunan adalah bahwa kita menahan diri tidak membalas dendam ketika kita ingat telah dirugikan.
Di atas kayu salib Yesus berdoa, "Bapa, ampunilah mereka …"(Luk. 23:34). Doa itu dijawab pada hari Pentakosta, ketika—setelah mendengar pesan injil—banyak orang bertobat dan dibaptis untuk pengampunan dosa-dosa mereka (Kisah 2:23, 36-41).
Apakah Anda diampuni? Apakah Anda mengampuni?
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) "Maafkan Saya" (Matius 18:21-35)
Beberapa dari pelajaran paling agung yang Tuhan kita pernah ajarkan adalah dalam pasal 18. Ia berbicara te...
"Maafkan Saya" (Matius 18:21-35)
Beberapa dari pelajaran paling agung yang Tuhan kita pernah ajarkan adalah dalam pasal 18. Ia berbicara tentang pengampunan—apa itu dan apa yang dilakukan.
Pengampunan adalah tindakan penebusan yang penting bagi kesehatan mental, emosional, dan spiritual kita sendiri. Kurangnya pengampunan adalah dosa yang lazim terdapat di kalangan banyak orang Kristen. Tidak cukup berkata, "Aku memaafkanmu"; juga tidak cukup bertindak sopan terhadap orang yang bersalah kepada kita. Pengampunan yang murni berarti bergerak melewati rasa sakit menuju perdamaian. Kegagalan melakukan hal itu meninggalkan luka terbuka yang tidak bisa sembuh.
Pengampunan adalah saksi yang paling kuat bagi kasih karunia Allah. Ketika kita mengampuni orang lain, itu memberitahu dunia bahwa Allah masih hidup dan aktif. Itu merupakan obat penawar yang sangat kuat bagi perasaan dendam kita atas kesalahan yang dilakukan orang lain kepada kita. Memelihara dendam adalah masalah rohani yang serius bagi sebagian orang. Itu melemahkan tekad untuk membagi injil dengan orang lain. Itu mencegah terjadinya pelayanan yang efektif. Kita harus mengampuni orang lain ketimbang mengusir mereka keluar dari kehidupan kita.
Pengampunan adalah pengalaman yang diperlukan untuk penyembuhan dan keutuhan dalam hidup kita sendiri. Pengampunan bukan sekedar menerima secara pasif. Tidak ada penyembuhan dalam sikap yang berkata, "Tak ada lagi yang bisa kulakukan." Pengampunan membolehkan kita untuk bergerak dari kelemahan kepada kekuatan, dari ketidakmampuan kepada penegasan diri.
Pengampunan adalah kekuatan kreatif yang mencerahkan dunia yang jika sebaliknya gelap. Apakah ada orang yang perlu Anda ampuni? Buanglah kesombongan kebanggaan dan rasa sakit, dan lakukanlah hal yang benar.
Sudahkah Anda menerima pengampunan Allah?
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Pengajaran SANG RAJA Tentang Hubungan 18:1-35
Hubungan Dalam Kerajaan
Matius 18 terdiri dari empat atau lima bagian pengajaran dalam kitab M...
Matius: Pengajaran SANG RAJA Tentang Hubungan 18:1-35
Hubungan Dalam Kerajaan
Matius 18 terdiri dari empat atau lima bagian pengajaran dalam kitab Matius, masing-masing bagian itu disusul dengan kata-kata penutup "Setelah Yesus mengakhiri perkataan ini" (7:28; 11:1; 13:53, 19:1; 26:1). Bagian keempat ini berisi ajaran yang disajikan ketika Tuhan masih di Kapernaum, sesaat sebelum perjalanan-Nya ke Yudea dan Yerusalem (19:1; 21:1).
Pada titik ini, fokus ajaran Yesus adalah hubungan dalam komunitas iman yang baru, gereja, yang Ia akan dirikan (16:18). Pasal ini bergerak dari topik ke topik dan dibagi ke dalam lima bagian: (1) yang terbesar dalam kerajaan (18:1-4), (2) peringatan jangan menjadi batu sandungan (18:5-9), (3) perumpamaan domba yang hilang (18:10-14), (4) mengatasi konflik (18:15-20), dan (5) perumpamaan hamba yang tak mau mengampuni (18:21-35).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Poin-poin utama ini disadur dari pelbagai kualitas yang dicantumkan oleh William Barclay, The Gospel of Matthew, vol. 2, 2d ed., T...
Catatan Akhir:
- 1 Poin-poin utama ini disadur dari pelbagai kualitas yang dicantumkan oleh William Barclay, The Gospel of Matthew, vol. 2, 2d ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1958), 190-92.
- 2 Lihat Mat. 5:1; 13:10, 36; 14:15; 15:12, 23; 17:19; 24:1, 3; 26:17.
- 3 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 447.
- 4 Namun begitu, sifat kekanak-kanakan kadang-kadang digunakan secara negatif dalam Perjanjian Baru untuk mencerminkan ketidakdewasaan rohani (11:16, 17; 1 Kor. 13:11; 14:20; Efe. 4:14; Ibr. 5:13, 14).
- 5 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 156.
- 6 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 461.
- 7 Lihat Mat. 5:29, 30; 11:6; 13:21, 57; 15:12; 16:23; 17:27; 18:6, 8, 9; 24:10; 26:31, 33.
- 8 1 Clement 46.8.
- 9 Josephus melaporkan bahwa orang-orang Galilea memberontak, menciduk orang-orang dari kelompok Herodes dan menenggelamkan mereka dalam danau. (Josephus Antiquities 14.15.10.) Suetonius mengatakan bahwa Augustus pernah menenggelamkan beberapa orang ke dalam sungai dengan pemberat diikatkan pada leher mereka. (Suetonius Lives of the Caesars: Augustus 2.67.)
- 10 Untuk informasi lebih banyak, bersama dengan beberapa foto, lihat Carl G. Rasmussen, "Mill; Millstone," in The International Standard Bible Encyclopedia , rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1986), 3:355-56.
- 11 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 56. Dalam bahasa Ibrani, semua teks yang dikutip menyebut "wajah" raja.
- 12 Morris, 465.
- 13 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 36.
- 14 Mishnah Peah 4.2; Jerusalem Talmud Shabbath 14.3.
- 15 Keener, 452.
- 16 Lewis, 57.
- 17 Metzger, 36.
- 18 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 697-98.
- 19 H. L. Mansel, The Bible Commentary, vol. 7, Matthew to Luke (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 95.
- 20 Sebelumnya dalam Matius, tanggung jawab untuk memulai perdamaian ditempatkan pada si pelanggar (lihat komentar tentang 5:23, 24).
- 21 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 275.
- 22 Community Rule 5.24-6.1; Damascus Rule 9.2-4.
- 23 Mishnah Makkoth 3.1, 2.
- 24 Keener, 454.
- 25 Josephus Wars 1.5.2.
- 26 Talmud Berakoth 6a; lihat Mishnah Aboth 3.2, 3.
- 27 Talmud Yoma 86b.
- 28 Lihat Coy D. Roper, Exodus, Truth for Today Commentary (Searcy, Ark.: Resource Publications, 2008), 612.
- 29 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 538.
- 30 Josephus Antiquities 17.11.4.Josephus menyinggung tentang penawaran pemungutan pajak sebesar delapan ribu talenta untuk Palestina dalam periode sebelumnya. (Lihat juga 12.4.4.)
- 31 Adolf Deissmann, Light from the Ancient East, rev. ed., trans. Lionel R. M. Strachan (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1978), 331.
- 32 Livy 26.34.3.
- 33 Morris, 475.
- 34 Demikian pula, Mishnah menggambarkan orang yang mencekik leher seorang penghutang di pasar. (Mishnah Baba Bathra 10.8.)
- 35 Lewis, 62.
- 36 Tobit 5:21, 22; 12:11-22; 1 Enoch 100.5; Jubilees 35.17; Testament of Levi 5.6; Testament of Jacob 2.5, 6; Pseudo-Philo 11.12; 15:5; 59.4; Genesis Rabbah 44.3; 60.15; Song Rabbah 3.6.3.
- 37 Lihat Origen Homilies on Luke 12.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi