
Teks -- Lukas 15:13 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Luk 15:13
Full Life: Luk 15:13 - PERGI KE NEGERI YANG JAUH.
Nas : Luk 15:13
Dalam perumpamaan ini Tuhan mengajar bahwa hidup dalam dosa dan
mementingkan diri sendiri, dalam pengertiannya yang terdalam, merup...
Nas : Luk 15:13
Dalam perumpamaan ini Tuhan mengajar bahwa hidup dalam dosa dan mementingkan diri sendiri, dalam pengertiannya yang terdalam, merupakan pemisahan dari kasih, persekutuan, dan kekuasaan Allah. Orang berdosa atau orang yang mundur dari iman adalah seperti anak bungsu yang dengan memburu kesenangan dosa, memboroskan karunia-karunia jasmani, mental, dan rohani yang diberikan oleh Allah. Hal ini menghasilkan kekecewaan dan kesedihan, kadang kala keadaan pribadinya memalukan, dan ia selalu kehilangan hidup yang benar dan sejati yang hanya dapat ditemukan dalam hubungan yang benar dengan Allah.
Jerusalem -> Luk 9:51--18:14
Jerusalem: Luk 9:51--18:14 - -- Dari Luk 9:51 sampai Luk 18:14 Lukas menyimpang dari kisah Markus. Dalam rangka sebuah perjalanan Yesus, sebagaimana disarankan oleh Mar 10:1, naik ke...
Dari Luk 9:51 sampai Luk 18:14 Lukas menyimpang dari kisah Markus. Dalam rangka sebuah perjalanan Yesus, sebagaimana disarankan oleh Mar 10:1, naik ke Yerusalem, Luk 9:53,57; 10:1; 13:22,33; 17:11; bdk Luk 2:38+, Lukas mengumpulkan bahan-bahan yang diambil dari sebuah kumpulan (cerita dan perkataan Yesus), yang juga dimanfaatkan oleh Matius, dan dari sumber-sumber lain yang dapat digunakan Lukas. Bahan kumpulan tersebut oleh Matius disebarkan dalam seluruh injilnya, sedangkan Lukas menyajikannya berkelompok-kelompok justru dalam bagian injilnya ini, Luk 9:51-8:14, yang kebanyakan bahannya diambil dari kumpulan itu.
Ref. Silang FULL -> Luk 15:13

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Luk 15:11-32
Matthew Henry: Luk 15:11-32 - Anak yang Hilang Anak yang Hilang (15:11-32)
Di sini kita melihat perumpamaan tentang anak yang hilang, yang tujuannya sama dengan kedua perumpamaan sebelumnya, yai...
Anak yang Hilang (15:11-32)
- Di sini kita melihat perumpamaan tentang anak yang hilang, yang tujuannya sama dengan kedua perumpamaan sebelumnya, yaitu untuk menunjukkan betapa senangnya Allah dengan pertobatan orang-orang yang berdosa, bahkan yang sangat berdosa sekalipun, dan betapa Ia siap menerima dan menjamu mereka pada saat mereka bertobat. Namun keadaan yang melatarbelakangi perumpamaan ini menggambarkan kekayaan-kekayaan anugerah Injil secara lebih luas dan menyeluruh daripada kedua perumpamaan sebelumnya. Perumpamaan ini sudah, dan selama dunia masih berputar, akan terus memberikan manfaat yang tak terkira kepada orang-orang berdosa yang malang, untuk membimbing maupun mendorong mereka untuk bertobat dan berbalik kepada Allah. Nah,
- I. Perumpamaan ini menggambarkan Allah sebagai Bapa bagi seluruh umat manusia, bagi seluruh keluarga Adam. Kita semua adalah keturunannya, kita semua mempunyai satu Bapa, dan satu Allah menciptakan kita (Mal. 2:10). Dari-Nyalah kita ada, di dalam Dialah kita tetap ada, dan oleh-Nyalah kita terus dipelihara. Dialah Bapa kita, sebab Dia memberikan didikan dan bagian kepada kita, dan akan menyertakan kita dalam perjanjian-Nya, atau mengeluarkan kita darinya, tergantung apakah kita anak-anak-Nya yang patuh kepada-Nya atau tidak. Juruselamat kita dengan demikian menunjukkan kepada orang-orang Farisi yang sombong itu bahwa para pemungut cukai dan orang berdosa, yang begitu mereka rendahkan, adalah saudara-saudara mereka, yang mempunyai sifat kemanusiaan yang sama. Karena itu, sepatutnya mereka senang dengan segala kebaikan yang ditujukan kepada para pemungut cukai dan orang berdosa itu. Allah bukanlah hanya Allah orang Yahudi saja, melainkan juga Allah bangsa-bangsa lain (Rm. 3:29): Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya akan belas kasihan bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.
- II. Perumpamaan ini menggambarkan anak-anak manusia sebagai orang yang berbeda-beda tabiatnya, walaupun semuanya mempunyai hubungan dengan Allah sebagai Bapa mereka. Ia mempunyai dua anak, yang satu seorang yang tegas dan serius, pendiam dan keras, dan berpembawaan tenang, namun sama sekali tidak ramah terhadap orang-orang di sekelilingnya. Orang seperti ini biasanya memegang teguh segala didikan yang telah diterimanya, dan tidak akan mudah tergoda untuk menjauh darinya. Sedangkan yang lain adalah seorang yang mudah bimbang dan sering berubah-ubah pendirian, yang tidak mau dikekang, suka berpetualang dan mencoba-coba berbagai hal yang baru, dan jika terjerumus ke dalam pergaulan yang buruk, kemungkinan besar ia akan menjadi orang yang tidak bermoral, kendati dengan pendidikan baik yang sudah diterimanya selama ini. Nah, orang yang kedua ini mewakili para pemungut cukai dan orang berdosa, yang hendak dipertobatkan oleh Kristus, dan orang-orang bukan-Yahudi, yang kepada mereka para rasul diutus untuk memberitakan pertobatan. Orang yang pertama mewakili orang Yahudi pada umumnya, dan terutama orang-orang Farisi, yang hendak didamaikan oleh Kristus dengan anugerah Allah yang sudah ditawarkan dan dianugerahkan kepada orang-orang berdosa. Anak bungsu adalah anak yang hilang, yang tabiat dan perkaranya di sini menggambarkan tabiat dan keadaan orang-orang berdosa, tabiat dan keadaan kita semua secara alami, tetapi terutama keadaan sebagian orang. Sekarang mari kita amati si anak bungsu ini.
- . Kehidupan foya-foya dan petualangannya ketika dia terhilang, dan segala kemewahan serta kesengsaraan yang dialaminya.
- Kita diceritakan tentang:
- (1) Apa permintaannya kepada bapanya (ay. 12): kata yang bungsu kepada ayahnya, dengan angkuh dan kurang ajar, "Bapa, berikanlah kepadaku" -- sebenarnya ia bisa saja menambahkan sedikit lagi perkataan yang baik, dan berkata, "Tolong berikanlah kepadaku," atau, "Bapa, kalau boleh, tolong berikanlah kepadaku," tetapi dengan angkuhnya ia menuntut, "Berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku, bukan yang menurutmu sesuai untuk diberikan kepadaku, melainkan apa yang menjadi hakku." Perhatikanlah, sungguh tidak baik, dan akan menjurus pada kejahatan, jika manusia melihat karunia-karunia Allah sebagai utang. "Berikanlah kepadaku bagianku, semua bagianku sebagai anak, bagian yang menjadi hakku," bukan, "Coba berikan sedikit saja dulu, dan kita lihat nanti bagaimana aku dapat mengaturnya, dan kalau berhasil, percayakanlah kepadaku lebih banyak lagi," tetapi "Berikanlah kepadaku semua milikku sekarang, dan aku tidak akan mengharapkan lagi sisanya, apa pun setelah ini." Perhatikanlah, kebodohan besar orang-orang berdosa, yang menghancurkan mereka sendiri, adalah keinginan untuk mendapatkan semua bagian mereka di tangan mereka. Mereka ingin agar sekarang ini juga di dalam kehidupan ini mereka menerima hal-hal yang baik. Mereka hanya melihat hal-hal yang tampak, yang sementara, dan hanya menginginkan kepuasan sesaat, dan tidak mau peduli dengan kebahagiaan besar di masa nanti, ketika kesenangan duniawi habis dan lenyap. Dan mengapakah ia ingin mendapatkan bagiannya di tangannya sekarang juga? Apakah karena ia ingin mendirikan suatu usaha dan berdagang, sehingga ia akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak? Tidak, ia sama sekali tidak berpikiran seperti itu.
- Tetapi karena:
- [1] Ia muak dengan perintah ayahnya, dengan segala peraturan dan disiplin yang baik dalam keluarganya, dan lebih mendambakan apa yang dengan keliru disebut sebagai kebebasan, yang sebetulnya justru merupakan perbudakan terbesar, sebab demikianlah adanya kebebasan untuk berdosa itu. Lihatlah kebodohan banyak orang muda, yang terdidik dalam agama, tetapi tidak mau dikungkung dalam aturannya. Mereka merasa belum menjadi tuan atas diri sendiri, penguasa atas diri mereka sendiri, sebelum memutuskan semua belenggu Allah, dan membuang tali-tali-Nya dari mereka. Dan sebagai gantinya, mereka membelenggu diri sendiri dengan tali-tali hawa nafsu mereka. Inilah awal mula mengapa orang-orang berdosa menjadi murtad dan berpaling dari Allah. Mereka tidak mau dibelenggu oleh aturan-aturan pemerintahan Allah, mereka ingin menjadi ilah-ilah bagi diri mereka sendiri. Bagi mereka tidak ada yang namanya baik atau buruk, yang ada hanyalah apa yang dapat menyenangkan hati mereka.
- [2] Ia ingin menjauh dari pandangan mata ayahnya, sebab mata itu sering mengawasinya. Keengganan terhadap Allah dan keinginan untuk tidak memercayai kemahatahuan-Nya merupakan penyebab utama orang-orang jahat berbuat jahat.
- [3] Ia tidak memercayai pengaturan ayahnya. Ia menginginkan bagian harta miliknya sendiri, sebab ia berpikir bahwa ayahnya ingin mengumpulkan uang untuknya di kemudian hari, dan karena itu ayahnya akan membatasi pengeluarannya pada saat ini, dan ia tidak menyukai hal ini.
- [4] Ia bangga akan dirinya sendiri, dan dengan angkuh berpikir bahwa dirinya sudah mapan. Ia berpikir bahwa jika ia mendapatkan bagiannya di tangannya sendiri, maka ia dapat mengaturnya dengan lebih baik daripada ayahnya, dan bahkan akan membuat jumlahnya bertambah banyak. Banyak anak muda dihancurkan oleh kesombongan daripada oleh nafsu-nafsu lain. Orangtua kita yang pertama menghancurkan diri mereka sendiri dan semua kepunyaan mereka dengan ambisi bodoh untuk berdiri sendiri, dan tidak ingin bergantung kepada pemeliharaan Allah. Demikianlah yang menjadi penyebab orang-orang berdosa terus hidup dalam dosa mereka -- mereka ingin menentukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri.
- (2) Betapa baiknya ayahnya kepadanya: ia membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Ia menghitung apa yang harus dibagikannya kepada kedua anaknya, dan memberi anak bungsunya apa yang telah menjadi bagiannya, dan menawarkan bagian lain lagi kepada anak sulungnya, yang jumlahnya mungkin, seperti yang seharusnya, dua kali lipat. Tetapi tampaknya si anak sulung ini ingin agar ayahnya tetap menyimpan bagiannya itu, dan lihatlah apa yang didapatnya kemudian (ay. 31): segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Ia mendapatkan semuanya dengan menunggu bagiannya pada saat yang tepat. Sang ayah memberi anak bungsunya apa yang dimintanya, dan ia sama sekali tidak mempunyai alasan untuk mengeluh bahwa ayahnya membagi-bagikan hartanya dengan tidak adil, sebab ia sudah mendapatkan apa yang diharapkannya, bahkan mungkin lebih.
- [1] Jadi, sebenarnya ia sudah bisa melihat kebaikan ayahnya sekarang, betapa ayahnya ingin menyenangkannya dan memudahkan hidupnya, dan ia bukanlah ayah yang tidak baik seperti yang dibayangkannya ketika ia mencari-cari alasan untuk pergi.
- [2] Jadi, sebentar lagi ia akan melihat kebodohannya sendiri, bahwa ia bukanlah pengelola yang bijak bagi dirinya sendiri seperti yang diyakininya. Perhatikanlah, Allah adalah Bapa yang baik bagi semua anak-Nya, dan Ia memberi mereka semua kehidupan, nafas, dan segala sesuatu, bahkan kepada orang-orang yang jahat dan tidak tahu bersyukur, dieilen autois ton bion -- Ia membagi-bagikan kehidupan kepada mereka. Dengan memberi kehidupan kepada kita, Allah memampukan kita untuk melayani dan memuliakan Dia.
- (3) Bagaimana ia mengatur dirinya sendiri ketika ia sudah mendapatkan semua bagiannya itu. Ia segera menghabiskan bagiannya itu secepat mungkin, dan seperti orang yang suka berfoya-foya pada umumnya, dalam waktu singkat ia pun membuat dirinya menjadi pengemis: beberapa hari kemudian (ay. 13). Perhatikanlah, seandainya Allah sebentar saja membiarkan kita berbuat semaunya, maka kita pasti akan segera meninggalkan-Nya. Apabila kekang anugerah dilepaskan, maka kita akan segera binasa. Yang diinginkan si anak bungsu itu adalah cepat-cepat pergi, dan untuk itu, ia mengumpulkan semua harta kekayaannya. Orang-orang berdosa yang tersesat dari Allah mempertaruhkan segala sesuatu yang mereka miliki.
- Nah, keadaan si anak hilang dalam petualangannya ini menggambarkan kepada kita suatu keadaan dosa, keadaan yang menyedihkan itu, yang ke dalamnya manusia telah jatuh.
- [1] Keadaan dosa adalah suatu keadaan di mana kita meninggalkan Allah dan menjauhkan diri dari-Nya.
- Pertama, hakikat dosa adalah meninggalkan Allah. Ia pergi dan berjalan menjauh dari rumah ayahnya. Orang-orang berdosa melarikan diri dari Allah. Mereka meninggalkan Dia dan pergi melacurkan diri; mereka memberontak menjadi tidak setia terhadap-Nya, seperti seorang hamba yang melarikan diri dari tugasnya, atau istri yang berkhianat meninggalkan suaminya. Mereka berkata kepada Allah, "Enyahlah." Mereka pergi dari-Nya sejauh mungkin. Dunia adalah negeri jauh tempat mereka tinggal, di situ mereka merasa seperti di rumah sendiri, dan untuk melayani serta menikmatinya mereka menghabiskan semua yang mereka miliki.
- Kedua, yang membuat orang-orang berdosa sengsara adalah bahwa mereka jauh dari Allah, dari Dia yang adalah Sumber segala kebaikan. Mereka menderita karena semakin hari semakin jauh mereka daripada-Nya. Apa sebenarnya neraka itu, selain daripada berada sangat jauh dari Allah?
- [2] Keadaan dosa adalah keadaan di mana kita menghabiskan segala sesuatu: di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya (ay. 13), menghabiskannya bersama-sama dengan pelacur (ay. 30), dan sebentar saja sudah dihabiskannya semuanya (ay. 14). Ia membeli pakaian yang bagus-bagus, menghabiskan banyak uang untuk membeli makanan dan minuman, bergaya hidup mewah, dan bergaul dengan orang-orang yang membantu menghabiskan apa yang dimilikinya dalam waktu sekejap. Dalam kehidupan di dunia ini, orang yang hidup berfoya-foya menghabiskan apa yang mereka miliki, dan mereka akan dimintai banyak pertanggungjawaban, karena mereka menghabiskannya untuk memuaskan hawa nafsu mereka sendiri, padahal seharusnya semua itu disediakan guna memenuhi kebutuhan pokok mereka dan keluarga mereka sendiri. Namun demikian, hal ini haruslah diartikan secara rohani. Orang-orang yang dengan sengaja berdosa memboroskan warisan mereka, sebab mereka menyalahgunakan segala pikiran dan kekuatan jiwa mereka, serta menyia-nyiakan segala waktu dan kesempatan mereka. Mereka tidak saja menguburkan, tetapi juga menyalahgunakan talenta-talenta yang seharusnya mereka gunakan untuk kehormatan Tuan mereka. Dan pemberian-pemberian Allah, yang dimaksudkan untuk memampukan mereka melayani-Nya dan berbuat kebajikan, dijadikan sebagai makanan dan bahan bakar untuk memuaskan hawa nafsu mereka. Jiwa yang dijadikan budak, entah bagi dunia ataupun bagi nafsu kedagingan, memboroskan harta miliknya dan hidup berfoya-foya. Satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik (Pkh. 9:18). Barang yang dihancurkannya ini sangatlah berharga, dan sama sekali bukan kepunyaannya sendiri. Barang-barang Tuannyalah yang diboroskannya, dan karena itu harus dipertanggungjawabkannya.
- [3] Keadaan dosa adalah keadaan yang serba kekurangan: setelah dihabiskannya semuanya untuk pelacur-pelacurnya, mereka pun meninggalkan dia, untuk mencari korban lain yang serupa. Lalu timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu, semuanya menjadi serba jarang dan mahal, dan ia pun mulai melarat (ay. 14). Perhatikanlah, kehidupan yang boros mengakibatkan kemelaratan. Hidup yang foya-foya pada akhirnya, mungkin dalam waktu singkat, akan membuat orang kelaparan mencari sesuap nasi, terutama apabila masa-masa kering datang secara mendadak akibat gagal panen. Ini menggambarkan kesengsaraan orang-orang berdosa, yang telah menerima tetapi kemudian membuang segala berkat, karunia Allah, bagian mereka dalam Kristus, kuasa Roh, dan teguran-teguran suara hati. Semuanya ini mereka buang demi kenikmatan badani dan kekayaan duniawi, dan kemudian mereka akan segera binasa karena kehabisan hal-hal tersebut. Orang-orang berdosa kekurangan kebutuhan-kebutuhan pokok bagi jiwa mereka, mereka tidak mempunyai makanan ataupun pakaian untuk jiwa mereka, ataupun perbekalan untuk kehidupan yang akan datang. Keadaan dosa adalah seperti negeri yang dilanda kelaparan, kelaparan besar, karena langit menjadi seperti tembaga (embun-embun kebaikan Allah dan berkat-berkat-Nya tertahan, dan pasti kita tidak akan mendapatkan hal-hal yang baik jika Allah menahannya dari kita). Bumi menjadi seperti besi (hati orang berdosa, yang seharusnya mengeluarkan hal-hal yang baik, menjadi kering dan tandus, dan tidak ada yang baik di dalamnya). Orang-orang berdosa sungguh sangat melarat, dan yang lebih buruk lagi, mereka sendirilah yang mengakibatkan keadaan itu, dan terus tinggal di dalamnya dengan menolak menerima segala bantuan yang ditawarkan.
- [4] Keadaan dosa adalah keadaan perbudakan dan kecemaran. Ketika kehidupan boros anak muda ini membuatnya kelaparan, kelaparannya membawanya pada perbudakan. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu (ay. 15). Kehidupan jahat yang sama yang sebelumnya digambarkan dengan kehidupan foya-foya, sekarang digambarkan di sini dengan kehidupan perbudakan, sebab orang-orang berdosa adalah budak dalam arti yang sesungguhnya. Iblis adalah majikan di negeri itu, sebab ia berada baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Orang-orang berdosa menggabungkan dirinya sendiri kepadanya, menyewa diri sendiri untuk melayaninya, untuk melakukan pekerjaannya, bersedia disuruh-suruh olehnya, dan bergantung padanya untuk mendapatkan pemeliharaan dan bagian upah. Orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa (Yoh. 8:34). Lihatlah bagaimana si tuan muda ini merendahkan dan menghina dirinya dengan menyewa dirinya sendiri untuk melayani dan diperintah oleh majikan yang demikian! Ia menyuruhnya ke ladang, bukan untuk memberi makan domba (pekerjaan ini masih sedikit bernilai; Yakub, Musa, dan Daud menjaga domba), melainkan untuk menjaga babi. Pekerjaan hamba-hamba Iblis adalah merawat tubuh untuk memuaskan keinginannya, dan ini sama saja buruknya dengan memberi makan babi yang rakus, kotor, dan gaduh. Bagaimana mungkin jiwa yang berakal dan kekal ini begitu merendahkan dirinya seperti ini?
- [5] Keadaan dosa adalah keadaan yang selalu tidak puas.
- Ketika anak yang hilang itu mulai kelaparan, ia berpikir untuk menolong dirinya dengan bekerja, dan ia harus puas dengan persediaan yang tersedia, bukan oleh tuan rumah, melainkan oleh ladang tempat kerjanya. Akan tetapi, persediaan ini pun sungguh sangat sedikit: ia ingin mengisi perutnya, memuaskan rasa laparnya, dan memberi makan tubuhnya, dengan ampas yang menjadi makanan babi itu (ay. 16). Sungguh malang jalan yang telah ditempuh oleh tuan muda ini sampai ia menjadi senasib dengan kawanan babi! Perhatikanlah, apa yang diidam-idamkan orang-orang berdosa akan membawa kepuasan, ketika mereka pergi meninggalkan Allah, pasti akan mengecewakan mereka. Mereka berjerih payah untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan (Yes. 55:2). Batu sandungan yang menjatuhkan mereka ke dalam kesalahan itu tidak akan dapat mengenyangkan jiwa mereka atau mengisi perut mereka (Yeh. 7:19). Ampas adalah makanan untuk babi, bukan manusia. Kekayaan duniawi dan kenikmatan jasmani memang akan memuaskan tubuh, tetapi apa gunanya bagi jiwa-jiwa yang berharga? Semua itu tidak sesuai dengan hakikat jiwa, dan tidak akan memuaskan keinginan-keinginannya ataupun memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Orang yang mengejar-ngejar semua itu hanyalah mengejar angin (Hos. 12:2) dan sibuk dengan abu belaka (Yes. 44:20).
- [6] Keadaan dosa adalah keadaan di mana kita tidak bisa mengharapkan penghiburan dari makhluk mana pun. Anak yang hilang ini, ketika tidak bisa mendapat makanan dengan bekerja, ia meminta-minta. Tetapi tidak seorang pun memberi makanan kepadanya, karena mereka tahu bahwa ia sendirilah yang mengakibatkan kesengsaraan ini pada dirinya, dan karena ia adalah orang yang tidak bermoral, yang selalu membangkitkan amarah semua orang. Orang miskin seperti itu pasti tidak akan dikasihani. Dengan menerapkan perumpamaan tadi, hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang meninggalkan Allah pasti tidak dapat ditolong oleh siapa pun. Sia-sialah kita berseru kepada dunia dan kedagingan (ilah-ilah yang telah kita layani itu), karena mereka hanya bisa meracuni jiwa, tetapi tidak bisa memberinya makan dan membuatnya tumbuh. Jika engkau menolak pertolongan Allah, makhluk mana lagi yang akan menolongmu?
- [7] Keadaan dosa adalah keadaan mati: anakku ini telah mati (ay. 24, 32). Orang yang berdosa bukan hanya mati secara hukum, karena ia ada di bawah hukuman mati, melainkan juga sedang dalam keadaan mati, mati dalam segala pelanggaran dan dosa, dan miskin akan kehidupan rohani. Ia tidak bersekutu bersama Kristus, tidak ada kepekaan rohani, tidak hidup bagi Allah, dan karena itu ia mati. Anak hilang di negeri yang jauh itu mati bagi ayahnya dan keluarganya, terpisah dari mereka, seperti tangan yang terpisah dari tubuhnya atau cabang dari pohonnya, dan karena itu mati, dan ini adalah perbuatannya sendiri.
- [8] Keadaan dosa adalah keadaan terhilang: anakku ini telah hilang, hilang dari segala sesuatu yang baik, hilang dari segala kebajikan dan kehormatan, hilang dari rumah ayahnya, dan keluarganya pun tidak bersukacita karenanya. Jiwa-jiwa yang terpisah dari Allah adalah jiwa-jiwa yang terhilang, hilang seperti seorang pelancong yang tersesat, dan seandainya tidak dicegah oleh belas kasihan yang kekal, mereka akan segera lenyap seperti kapal yang tenggelam di dasar laut, hilang lenyap dan tidak dapat ditemukan kembali.
- [9] Keadaan dosa adalah keadaan yang gila dan kacau-balau. Ini ditunjukkan dalam ungkapan di ayat 17 lalu ia menyadari keadaannya, yang menunjukkan bahwa sebelumnya ia tidak sadar. Pasti begitulah keadaan dirinya ketika ia meninggalkan rumah ayahnya, dan keadaannya bertambah parah ketika ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Kebebalan dikatakan ada dalam hati orang-orang berdosa (Pkh. 9:3). Iblis telah merasuki jiwa, dan kita sudah melihat betapa ganasnya orang yang kerasukan Legion! Orang-orang berdosa, seperti orang gila, menghancurkan diri mereka sendiri dengan hawa nafsu yang bodoh, dan pada saat yang sama pula mereka menipu diri mereka dengan harapan-harapan yang dungu. Dibandingkan dengan semua orang sakit, mereka ini yang paling menjadikan diri mereka sendiri sebagai musuh besar atas kesembuhan mereka sendiri.
- . Di sini kita melihat kepulangannya dari petualangan ini, kepulangannya dengan rasa menyesal kepada ayahnya. Ketika keadaannya sudah sangat parah, ia merasa sungguh ingin pulang kembali ke rumahnya. Perhatikanlah, kita tidak boleh putus asa menghadapi keadaan yang paling buruk, sebab selagi masih ada hidup, masih ada harapan. Anugerah Allah dapat melembutkan hati yang paling keras, dan membalikkan arus kejahatan yang paling kuat ke arah yang membahagiakan.
- Sekarang perhatikanlah di sini:
- (1) Apa yang membuatnya kembali dan bertobat. Yang membuatnya kembali dan bertobat adalah penderitaannya. Ketika ia berkekurangan, ia menyadari dirinya. Perhatikanlah, penderitaan, apabila dikuduskan oleh anugerah ilahi, pasti akan menjadi sarana yang membahagiakan untuk membalikkan orang-orang berdosa dari jalan-jalan mereka yang salah. Dengan penderitaan, telinga menjadi terbuka terhadap kedisiplinan dan hati menjadi condong menerima perintah-perintah. Penderitaan juga merupakan bukti nyata akan kesia-siaan dunia dan kejahatan dosa. Coba kita terapkan hal ini secara rohani. Ketika kita menyadari ketidakmampuan makhluk-makhluk ciptaan untuk membuat kita bahagia, dan sudah mencoba semua cara lain untuk menghibur jiwa kita namun sia-sia, maka itulah saatnya kita harus berpikir untuk kembali kepada Allah. Ketika kita melihat betapa menyedihkannya orang-orang lain yang seharusnya menghibur kita, dan betapa tidak bergunanya dokter-dokter yang seharusnya menyembuhkan kita, betapa sia-sianya mereka semua bagi jiwa yang merintih dalam rasa bersalah dan kuasa dosa, dan tidak seorang pun dapat memberi kita apa yang kita perlukan, kecuali Kristus, maka pada saat itulah kita pasti akan berserah diri kepada Yesus Kristus.
- (2) Apa yang dipersiapkannya supaya bisa kembali. Yang dipersiapkannya adalah pertimbangan. Ia berkata dalam hati, ia bertanya-tanya sendiri, ketika akal budinya kembali pulih, betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya! Perhatikanlah, pertimbangan adalah langkah awal menuju pertobatan (Yeh. 18:28). Ia insaf dan bertobat. Mempertimbangkan berarti berdiam diri, merenungi diri sendiri, membandingkan hal yang satu dengan yang lain, dan mengambil keputusan yang sesuai. Sekarang amatilah apa yang dipertimbangkannya.
- [1] Ia mempertimbangkan betapa buruknya keadaannya: aku di sini mati kelaparan. Bukan hanya, "Aku lapar," tetapi, "Aku mati kelaparan, karena aku tidak melihat satu cara pun untuk menolong diriku." Perhatikanlah, orang-orang berdosa biasanya baru akan datang melayani Kristus kalau mereka sudah sadar bahwa mereka akan segera binasa jika terus-menerus melayani keinginan dosa. Kesadaran akan binasa itu seharusnya mendorong kita untuk datang kepada Kristus. Tuhan, tolonglah, kita binasa. Dan meskipun kita dihalau untuk datang kepada Kristus dengan paksaan seperti ini, Ia tidak akan menolak kita ataupun merasa direndahkan, melainkan akan merasa terhormat jika orang berserah kepada-Nya dalam keputusasaan.
- [2] Ia berpikir betapa akan jauh lebih baik keadaannya jika ia kembali: betapa banyaknya orang upahan bapaku, orang-orang yang paling rendah dalam keluarganya, yang bekerja sebagai buruh harian, berlimpah-limpah makanannya. Betapa baiknya rumah yang dijaga bapaku! Perhatikanlah,
- pertama, dalam rumah Bapa kita ada banyak makanan untuk seluruh keluarga-Nya. Hal ini diajarkan melalui dua belas ketul roti pajangan, yang selalu ada di atas mezbah di dalam ruang mahakudus, satu ketul untuk setiap suku.
- Kedua, ada makanan yang berlimpah, yang cukup untuk semua, cukup untuk setiap orang, cukup untuk disisakan bagi orang-orang yang akan bergabung dalam keluarga-Nya, dan cukup ada sisa untuk diberikan sebagai sedekah. Tetapi masih ada lagi, ada remah-remah yang jatuh dari meja-Nya, yang akan diterima dengan senang hati dan ucapan syukur oleh banyak orang.
- Ketiga, bahkan orang-orang upahan dalam keluarga Allah terpelihara dengan baik. Orang paling hina yang ingin bekerja dalam keluarga-Nya, untuk melakukan pekerjaan-Nya, dan bergantung pada upah-Nya, akan dipelihara dengan baik.
- Keempat, pemikiran akan hal ini seharusnya membuat orang-orang berdosa, yang sudah tersesat dari Allah, merasa terdorong untuk kembali kepada-Nya. Demikianlah si perempuan pezinah itu berkata-kata dalam hatinya, ketika ia kecewa dengan kekasih-kekasih barunya: aku akan pulang kembali kepada suamiku yang pertama, sebab waktu itu aku lebih berbahagia dari pada sekarang (Hos. 2:6).
- (3) Apa tujuan dari semua pertimbangannya itu. Karena keadaannya sudah sedemikian buruk, dan mungkin hanya akan menjadi lebih baik jika ia kembali kepada ayahnya, akhirnya pertimbangannya itu membawanya pada suatu keputusan: aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku. Perhatikanlah, tujuan yang baik memang baik, tetapi yang terbaik dari semuanya adalah bertindak.
- [1] Ia memutuskan apa yang akan dilakukannya: aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku. Ia tidak mau berlambat-lambat, tetapi segera bangkit dan pergi. Meskipun ia berada di negeri yang jauh, sangat jauh dari rumah ayahnya, sejauh apa pun itu, ia tetap akan kembali pulang. Setiap langkah yang menjauh dari Allah harus menjadi setiap langkah untuk kembali kepada-Nya. Meskipun ia bekerja pada seorang majikan di negeri itu, ia tidak merasa kesulitan memutuskan pekerjaannya dengan majikannya. Kita bukanlah orang-orang yang berutang kepada daging, kita sama sekali tidak berkewajiban memberi tahu majikan-majikan kita di Mesir terlebih dulu, kita bisa berhenti bekerja kapan saja kita mau. Amatilah tekadnya ketika ia berkata, "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku. Aku sudah bertekad untuk pergi, apa pun yang akan terjadi nanti, daripada tinggal di sini dan mati kelaparan."
- [2] Ia menentukan apa yang akan dikatakannya nanti. Pertobatan yang sejati adalah bangkit dan datang kepada Allah: inilah kami, kami datang kepada-Mu. Akan tetapi, apakah yang akan kita katakan nanti? Di sini ia memikir-mikirkan apa yang akan dikatakannya. Perhatikanlah, dalam semua permohonan kita kepada Allah, alangkah baiknya jika kita memikirkan terlebih dulu apa yang akan kita katakan, sehingga kita bisa memaparkan perkara kita di hadapan-Nya, dan memenuhi mulut kita dengan kata-kata pembelaan. Kita diberi kebebasan berbicara, dan kita harus memikirkan dengan sungguh-sungguh bagaimana kita dapat menggunakan kebebasan itu sepenuhnya, tanpa menyelewengkannya. Marilah kita lihat sekarang apa yang ingin dikatakannya.
- Pertama, ia akan mengakui kesalahan dan kebodohannya: aku telah berdosa. Perhatikanlah, karena kita semua telah berdosa, penting bagi kita, dan sudah menjadi keharusan bagi kita, untuk mengakui bahwa kita telah berdosa. Pengakuan dosa merupakan hal yang diharuskan dan sangat ditekankan, sebagai syarat penting untuk mendapatkan damai sejahtera dan pengampunan. Jika kita mengaku tidak berdosa, kita akan didakwa dengan kovenan kesucian, yang pasti akan menyatakan kita bersalah. Sedangkan jika kita mengaku berdosa, dengan hati menyesal, bertobat, dan taat, maka kita membuka diri pada kovenan anugerah, yang menawarkan pengampunan bagi orang-orang yang mengakui dosa-dosa mereka.
- Kedua, ia sungguh akan menyatakan betapa besar dosanya, tidak akan memperingankannya, dan bersedia menanggung bebannya: aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa. Biarlah mereka yang tidak patuh kepada orangtua mereka di dunia ini memikirkan hal ini, bahwa mereka berdosa terhadap sorga dan di hadapan Allah. Pelanggaran terhadap orangtua adalah pelanggaran terhadap Allah. Marilah kita semua memikirkannya, karena inilah yang membuat dosa kita luar biasa besar, dan oleh sebab itu kita harus sangat berduka karenanya.
- . Dosa diperbuat dengan menghina wewenang Allah atas diri kita: kita telah berdosa terhadap Sorga. Di sini Allah disebut Sorga, untuk menunjukkan betapa jauh ditinggikannya Dia di atas kita, dan betapa besar kekuasaan-Nya atas diri kita, sebab Sorgalah yang mengatur segala-galanya. Kejahatan dosa mengarah tinggi ke atas, menentang Sorga. Orang yang berani berdosa dikatakan membuka mulut mereka melawan langit (Mzm. 73:9). Namun demikian, dosa adalah kejahatan yang tidak berdaya, sebab kita tidak dapat menyakiti sorga. Bahkan, terlebih lagi, dosa adalah kejahatan yang bodoh, sebab apa yang ditembakkan melawan sorga akan kembali menimpa kepala orang yang menembakkannya (Mzm. 7:17). Dosa adalah penghinaan terhadap Allah di sorga, dosa menghilangkan kemuliaan dan sukacita sorgawi, dan bertentangan dengan rancangan-rancangan Kerajaan Sorga.
- . Dosa diperbuat dengan menghina pengawasan Allah terhadap diri kita: "Aku telah berdosa terhadap sorga, dan di hadapan-Mu, di depan mata-Mu." Tidak ada lagi penghinaan yang lebih besar daripada ini.
- Ketiga, ia akan menghakimi dan mempersalahkan dirinya sendiri atas semua dosa itu, dan mengaku bahwa ia telah menyia-nyiakan segala hak istimewa yang diterimanya dari keluarganya: aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa (ay. 19). Ia tidak menyangkal hubungannya dengan ayahnya (sebab hanya itu sajalah yang harus diandalkannya), tetapi ia mengakui bahwa ayahnya bisa saja dengan adil menyangkal hubungan itu, dan menutup pintu baginya. Atas permintaannya sendiri, ia telah mendapatkan semua bagian yang menjadi haknya, dan tidak mempunyai alasan untuk meminta lagi. Perhatikanlah, sudah seharusnya orang-orang berdosa mengakui diri mereka tidak layak menerima kebaikan apa pun dari Allah. Mereka harus merendahkan diri dan bersimpuh di hadapan-Nya.
- Keempat, namun demikian ia akan memohon supaya diterima kembali ke dalam keluarganya, meskipun harus tinggal di tempat yang paling hina di sana: "Jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa, itu sudah cukup baik, malah terlalu baik bagiku." Perhatikanlah, para petobat sejati pasti sangat menghargai rumah Allah, beserta segala hak istimewa yang ada di dalamnya, dan akan senang tinggal di tempat mana saja, meskipun hanya sebagai penjaga pintu (Mzm. 84:11). Sekalipun didudukkan bersama orang-orang upahan, ia tidak saja akan menyanggupinya, malah lebih menyukainya, daripada harus hidup dengan keadaannya yang sekarang. Orang-orang yang berbalik kepada Allah, yang terhadap-Nya mereka telah memberontak, pasti ingin dipekerjakan oleh Dia sebagai apa saja. Mereka ingin digunakan untuk melayani dan memuliakan nama-Nya: "Jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa, supaya aku bisa menunjukkan cintaku pada rumah ayahku sebesar yang telah aku sia-siakan ketika mengabaikannya dulu."
- Kelima, dalam melakukan semuanya ini ia memandang ayahnya sebagai seorang ayah: Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya, "Bapa." Perhatikanlah, memandang Allah sebagai Bapa, Bapa kita, sangatlah besar manfaatnya ketika kita bertobat dan kembali kepada-Nya. Hal ini akan membuat kita sungguh-sungguh menyesali dosa kita, menguatkan ketetapan hati kita untuk melawan dosa, dan mendorong kita untuk mengharapkan pengampunan. Allah senang dipanggil Bapa, baik oleh orang-orang yang bertobat maupun yang memohon. Anak kesayangankah gerangan Efraim?
- (4) Apa yang dilakukannya untuk menindaklanjuti rencana ini: maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketetapan hatinya yang baik itu segera dilaksanakannya tanpa ditunda-tunda. Ia menempa besi selagi panas, ia mengambil kesempatan pada saat itu juga, dan tidak menunda-nunda menunggu waktu yang lebih enak. Perhatikanlah, kita harus secepat mungkin menindaklanjuti apa yang sudah kita tetapkan. Sudahkah kita berkata bahwa kita akan bangkit dan pergi? Kalau begitu marilah kita segera bangkit dan pergi. Ia tidak pergi dengan setengah hati, lalu berpura-pura kelelahan dan tidak bisa berjalan lagi, melainkan, meskipun merasa lemah dan letih, ia melakukannya sampai tuntas. Jika engkau mau kembali, hai Israel, kembalilah engkau kepada-Ku, dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.
- . Di sini kita melihat dia diterima dan dihibur oleh ayahnya: ia pergi kepada bapanya. Tetapi, apakah ia disambut di sana? Ya benar, ia disambut dengan penuh rasa haru. Dan, omong-omong, ini juga merupakan contoh bagi para orangtua yang anak-anaknya sudah berbuat bodoh dan tidak patuh, bahwa jika mereka berbalik dan berserah diri, janganlah berlaku kasar dan kejam terhadap mereka, melainkan haruslah mengendalikan diri dengan hikmat yang dari atas, dengan lemah-lembut dan tenang. Biarlah orang-orang tua mengikut Allah, penuh belas kasih seperti Dia. Namun kisah ini terutama dirancang untuk menunjukkan anugerah dan belas kasihan Allah terhadap orang-orang berdosa yang malang yang bertobat dan kembali kepada-Nya, dan kesediaan-Nya untuk mengampuni mereka.
- Sekarang perhatikanlah di sini:
- (1) Kasih sayang yang besar dari sang ayah ketika ia menerima kembali anaknya: ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya (ay. 20). Ia mengungkapkan kebaikannya sebelum anaknya mengungkapkan penyesalannya, sebab Allah bertindak mendahului kita dengan berkat-berkat kebaikan-Nya. Bahkan sebelum kita berseru-seru Ia sudah menjawab, sebab Ia tahu apa yang ada dalam hati kita. Aku akan mengakui pelanggaran-pelanggaranku, dan Engkau mengampuni kesalahanku. Sungguh hidup gambaran-gambaran yang diperlihatkan di sini!
- [1] Inilah mata yang penuh belas kasihan, dan cepat melihat: ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, sebelum anggota keluarga yang lain mengetahui kedatangannya, seolah-olah dari puncak menara yang tinggi ia selalu melihat ke arah anaknya pergi, sambil berpikir, "Oh, semoga saja di kejauhan sana aku bisa melihat anakku sedang kembali menuju ke sini!" Ini menunjukkan keinginan Allah akan pertobatan orang-orang berdosa, dan kesediaannya untuk menemui mereka yang datang kepada-Nya. Ia memperhatikan umat manusia, ketika mereka tersesat dari-Nya, dan melihat apakah mereka akan kembali kepada-Nya. Ia peduli agar mereka kembali kepada-Nya.
- [2] Inilah hati yang penuh dengan belas kasihan, dan hati itu bergejolak di dalam dirinya, rindu begitu melihat anaknya: lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Kesengsaraan memerlukan belas kasihan, bahkan kesengsaraan orang berdosa. Meskipun kita sendiri yang mengakibatkannya, Allah tetap berbelas kasihan, hati-Nya berduka karena kesengsaraan Israel (Hos. 11:8; Hak. 10:16).
- [3] Inilah kaki yang penuh dengan belas kasihan, dan kedua kaki itu cepat melangkah: ia berlari. Ini menunjukkan betapa siap dan sigapnya Allah dalam menunjukkan belas kasihan-Nya kepada kita. Anak yang hilang itu datang dengan lunglai, terbeban oleh rasa malu dan takut, namun sang ayah yang lemah lembut itu berlari menemuinya dan memberinya semangat.
- [4] Inilah lengan yang penuh dengan belas kasihan, dan kedua lengan itu terentang lebar untuk memeluknya: dia merangkul anaknya. Meskipun anaknya bersalah dan pantas dipukul, meskipun ia kotor dan baru saja memberi makan babi, sampai orang yang tidak mempunyai belas kasihan yang kuat dan lembut seperti seorang ayah pasti akan jijik menyentuhnya, ia tetap merangkul anaknya, membawanya ke dalam pelukannya. Begitu dikasihinya para petobat yang sejati oleh Allah, begitu disambutnya mereka oleh Tuhan Yesus.
- [5] Inilah bibir yang penuh dengan belas kasihan, dan bibir itu manis seperti madu: ia menciumnya. Ciuman ini membuatnya yakin bahwa ia tidak saja disambut tetapi juga diampuni. Semua kebodohannya yang telah lalu kini diampuni, dan tidak akan diungkit-ungkit lagi untuk melawannya, dan di sini tidak ada sepatah kata pun yang diucapkan untuk mencelanya. Ini seperti ciuman Daud terhadap Absalom (2Sam. 14:33). Ini juga menunjukkan betapa Tuhan Yesus bersedia, bebas, dan bersemangat menerima serta menghibur para pendosa malang yang bertobat, sesuai dengan kehendak Bapa-Nya.
- (2) Penyesalan dan penyerahan diri anak yang hilang itu terhadap ayahnya (ay. 21): kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa. Kebaikan sang ayah patut dipuji karena ia menunjukkannya kepada anaknya sebelum ia mengungkapkan penyesalannya. Demikian pula penyesalan sang anak layak dipuji karena ia mengungkapkannya setelah ayahnya menunjukkan kebaikan yang begitu besar kepadanya. Walaupun sudah menerima ciuman sebagai tanda pengampunan, ia tetap berkata, "Bapa, aku telah berdosa." Perhatikanlah, bahkan orang-orang yang sudah menerima pengampunan atas dosa-dosa mereka, dan sudah merasa tenang dengan pengampunan itu, harus benar-benar menyesali dosa mereka di dalam hati mereka, dan harus mengakuinya secara tulus dengan mulut mereka, bahkan untuk dosa-dosa yang mereka harap sudah diampuni. Daud menulis Mazmur 51 setelah Natan berkata kepadanya, "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati." Bahkan, rasa tenang karena pengampunan dosa haruslah menambah dukacita kita terhadap dosa itu, dan dukacita yang bertambah karena merenungkan dosa adalah dukacita yang sungguh-sungguh injili: dan dengan itu engkau akan teringat-ingat yang dulu dan merasa malu, sehingga mulutmu terkatup sama sekali karena nodamu, waktu Aku mengadakan pendamaian bagimu (Yeh. 16:63). Semakin sering kita melihat kesediaan Allah untuk mengampuni kita, semakin sulit seharusnya kita mengampuni diri kita sendiri.
- (3) Persediaan berlimpah yang diberikan ayah yang baik hati ini untuk menyambut kepulangan anaknya yang hilang itu. Anak itu terus berkata-kata dalam penyesalannya, namun ada satu perkataan yang berniat disampaikannya (ay. 19), tetapi tidak kita lihat benar-benar disampaikannya (ay. 21), yaitu, jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Kita tidak mungkin menganggap bahwa ia sudah melupakannya, apalagi sampai berubah pikiran, bahwa sekarang ia sudah tidak begitu ingin lagi berada bersama keluarganya atau tidak lagi bersedia dijadikan orang upahan seperti yang direncanakannya sebelumnya. Yang terjadi, ayahnya menyela, mencegahnya berkata demikian, "Sudahlah anakku, janganlah berbicara lagi tentang ketidaklayakanmu, engkau kusambut dengan senang hati, dan meskipun engkau tidak layak disebut anak bapa, engkau akan kuperlakukan sebagai anak kesayangan, sebagai anak yang menyenangkan hati." Orang yang sudah disambut seperti ini tidak perlu lagi meminta dijadikan sebagai orang upahan. Demikian pula halnya, ketika Efraim meratap, Allah menghiburnya (Yer. 31:18-20). Aneh bahwa di sini tidak ada sepatah kata teguran pun: "Mengapa engkau tidak tinggal bersama-sama dengan pelacur-pelacur dan babi-babimu itu? Engkau pasti tidak akan pulang sebelum tongkatmu sendiri yang memukulmu ke sini." Tidak, di sini tidak ada sepatah kata pun seperti itu, dan ini menunjukkan bahwa ketika Allah mengampuni dosa-dosa para petobat sejati, Ia melupakan semua dosa mereka, Ia tidak mengingat-ingatnya lagi, segala durhaka yang mereka buat tidak akan diingat-ingat lagi terhadap mereka (Yeh. 18:22). Namun ini belum semuanya, di sini kita akan melihat persiapan besar-besaran dan berlimpah-ruah yang dibuat untuk menyambutnya, sebagai seorang anak di dalam keluarga itu, jauh melampaui apa yang telah dan dapat diharapkannya. Ia pasti menganggapnya sudah cukup, dan akan sangat berterima kasih, jika ayahnya mau memerhatikan dia, dan memintanya pergi ke dapur, lalu makan bersama hamba-hambanya. Tetapi apa yang diperbuat Allah terhadap orang-orang yang kembali melakukan kewajiban mereka dan menyerahkan diri pada belas kasihan-Nya, jauh melampaui apa yang dapat mereka minta atau pikirkan. Si anak hilang itu pulang dengan harap-harap cemas, takut akan ditolak dan berharap untuk diterima. Namun, ayahnya bukan saja tidak segarang seperti yang dicemaskannya, ia bahkan berbuat melebihi apa yang diharapkannya -- ayahnya tidak saja menerimanya, tetapi juga menerimanya dengan segala kehormatan.
- [1] Ia pulang dengan pakaian compang-camping, tetapi ayahnya tidak hanya memberinya pakaian, bahkan juga mendandaninya. Ia berkata kepada hamba-hambanya, yang selalu mematuhi perintah tuan mereka, setelah melihat anaknya datang, "Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya." Pakaian usang yang paling jelek pun sebenarnya bisa dipakaikan kepadanya, dan ini sudah cukup baik untuknya; namun ayahnya malah tidak menyuruh mengambilkan baju, melainkan jubah, pakaian para raja dan penguasa, jubah yang terbaik -- teń stolēn tēn prōtēn. Ada penekanan ganda di sini: "Jubah itu, jubah yang terbaik itu, kamu tahu jubah mana yang kumaksudkan". Jubah yang pertama (begitulah kita bisa mengartikannya), jubah yang dipakainya sebelum ia pergi berpetualang. Ketika orang-orang yang menjauh dari Allah kembali bertobat dan melakukan lagi apa yang semula mereka lakukan, mereka akan diterima dan dipakaikan jubah yang pertama. "Bawalah ke mari jubah itu, dan kenakanlah padanya. Ia akan malu mengenakannya, dan berpikir bahwa jubah itu tidak pantas untuknya yang pulang dalam keadaan kotor dan kumal seperti itu. Tetapi pakaikanlah itu kepadanya, dan jangan hanya menawarkannya, dan kenakanlah cincin pada jarinya, cincin cap keluarganya, sebagai tanda bahwa ia diakui sebagai anggota keluarga." Orang kaya biasanya memakai cincin, dan dengan mengenakan cincin kepadanya, sang ayah menunjukkan bahwa meskipun anaknya sudah menghabiskan sebagian warisannya, ia berencana memberikan bagian yang lain lagi kepadanya karena pertobatannya itu. Ia pulang tanpa alas kaki, mungkin kakinya sudah melepuh setelah menempuh perjalanan yang demikian jauh, dan karena itu, "Kenakanlah sepatu pada kakinya, agar ia merasa nyaman." Demikian berlimpahnya anugerah yang disediakan Allah bagi para petobat sejati.
- Pertama, kebenaran Kristus adalah jubah itu, jubah yang utama itu, yang dikenakan kepada mereka. Mereka mengenakan Tuhan Yesus Kristus, dan diselubungi oleh Sang Surya kebenaran. Jubah kebenaran adalah pakaian keselamatan (Yes. 61:10). Sifat yang baru dalam diri kita adalah jubah yang terbaik, para petobat yang sejati dipakaikan jubah ini, dikuduskan seluruh jiwa raganya.
- Kedua, kesungguhan Roh, yang dengannya kita dimeteraikan sampai hari penebusan, adalah cincin pada jari kita. Setelah kita percaya, kita dimeteraikan. Orang yang dikuduskan pasti didandani dan dihormati, dan juga diberi kuasa, seperti Yusuf yang diberi cincin oleh Firaun: "Kenakanlah cincin pada jarinya, untuk terus mengingatkannya akan kebaikan ayahnya, agar ia tidak pernah melupakannya".
- Ketiga, pemberitaan Injil damai sejahtera adalah seperti kasut bagi kaki kita (Ef. 6:15), yang, dibandingkan dengan kisah ini, menandakan (menurut Grotius) bahwa Allah, ketika Ia menerima para petobat sejati ke dalam rahmat-Nya, memakai mereka untuk meyakinkan dan mempertobatkan orang lain melalui pemberitaan mereka, atau setidaknya melalui teladan mereka. Daud, saat diampuni, akan mengajarkan jalan-jalan Allah kepada orang-orang berdosa, dan Petrus, pada saat bertobat, akan menguatkan saudara-saudaranya. Atau, hal ini menunjukkan bahwa mereka akan terus berbahagia, dan bertekad akan tetap berjalan dalam jalan agama, seperti orang yang berjalan dengan memakai sepatu, melebihi apa yang dapat mereka lakukan apabila berjalan tanpa alas kaki.
- [2] Ia pulang dengan merasa lapar, dan ayahnya tidak hanya memberinya makan, tetapi juga mengadakan pesta untuknya (ay. 23): "Ambillah anak lembu tambun itu, yang sudah diberi makan di kandangnya dan disimpan untuk saat-saat istimewa, lalu sembelihlah dia, supaya anakku bisa menikmati apa yang terbaik yang kita miliki." Daging yang sudah dingin, atau sisa-sisa makanan, sebenarnya sudah cukup untuknya. Namun, sekarang ia akan makan daging segar dan hangat, dan inilah saat yang cocok untuk menyajikan anak lembu tambun itu. Perhatikanlah, ada makanan istimewa yang disediakan Bapa kita di sorga bagi semua orang yang bangkit dan datang kepada-Nya. Kristus sendiri adalah Roti Kehidupan, daging-Nya adalah benar-benar makanan, dan darah-Nya adalah benar-benar minuman. Di dalam Dia ada pesta bagi jiwa-jiwa, pesta daging-daging tambun. Ini merupakan suatu perubahan besar bagi si anak hilang, yang sebelumnya ingin mengisi perutnya dengan ampas. Betapa manisnya persedian-persediaan yang ada dalam kovenan baru, dan kenikmatan-kenikmatan yang ditawarkannya, bagi mereka yang sudah berusaha dengan sia-sia untuk mendapatkan kepuasan dari makhluk-makhluk ciptaan! Sekarang ia pun bisa membuktikan kebenaran kata-katanya sendiri, bahwa di rumah bapaku ada makanan yang berlimpah-limpah.
- (4) Sukacita dan kegembiraan besar yang ditimbulkan karena kepulangannya. Anak lembu tambun yang dibawa itu tidak hanya disembelih sebagai pesta untuknya, melainkan juga sebagai perayaan besar bagi seluruh keluarganya: "Marilah kita makan dan bersukacita, sebab ini hari yang baik. Anakku ini telah mati, ketika ia pergi berpetualang, tetapi kepulangannya ini bagaikan hidup dari antara orang mati, ia menjadi hidup kembali. Kita pikir ia telah mati, karena sudah lama tidak mendengar kabar apa-apa darinya, tetapi lihatlah ia hidup. Ia telah hilang, kita sudah menyerah bahwa ia hilang, kita putus harapan tidak akan mendengar kabar darinya lagi, tetapi ia ditemukan kembali."
- Perhatikanlah:
- [1] Pertobatan satu jiwa dari dosa kepada Allah merupakan kebangkitan jiwa itu dari kematian menuju kehidupan, ditemukannya kembali apa yang tampak telah hilang. Ini suatu perubahan yang besar, menakjubkan, dan membahagiakan. Apa yang sudah mati kini menjadi hidup kembali, yang telah hilang dari Allah dan gereja-Nya kini didapatkan kembali, yang dulu tidak berguna kini menjadi sangat berguna (Flm. 1:11). Perubahan ini seperti perubahan rupa bumi ketika datang musim semi.
- [2] Pertobatan orang-orang berdosa sangatlah menyenangkan hati Allah di sorga, dan semua yang termasuk di dalam keluarga-Nya patutlah bersukacita bersama-Nya. Jika mereka yang ada di sorga bersukacita, maka mereka yang ada di bumi pun layaklah demikian. Amatilah, ayahnyalah yang pertama-tama bergembira, dan membuat semua orang lain bersukacita bersamanya. Oleh karena itu, kita haruslah senang dengan pertobatan orang-orang berdosa, karena dengan demikian rencana Allah menjadi terlaksana. Pertobatan berarti membawa kembali kepada Kristus orang-orang yang telah diberikan Allah kepada-Nya, dan di dalam merekalah Ia akan selalu dipermuliakan. Kami bersukacita karena kamu, di hadapan Allah kita, dengan pandangan yang tertuju kepada-Nya (1Tes. 3:9), dan kamulah sukacita kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, yang adalah Kepala keluarga (1Tes. 2:19). Seluruh keluarga itu seturut dengan tuan mereka: maka mulailah mereka bersukaria. Perhatikanlah, anak-anak dan hamba-hamba Allah harus turut merasakan apa yang dirasakan-Nya.
- . Di sini kita melihat keluhan dan kedengkian si anak sulung, yang digambarkan untuk menegur ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, dan menunjukkan kepada mereka betapa bodoh dan jahatnya ketidaksenangan mereka terhadap pertobatan dan kembalinya para pemungut cukai dan orang berdosa, dan terhadap kebaikan yang ditunjukkan Kristus kepada mereka. Ia menggambarkannya tanpa membesar-besarkan masalahnya, tetapi membiarkan mereka melihat hak-hak istimewa yang masih dimiliki si anak sulung. Orang-orang Yahudi memiliki segala hak istimewa itu (walaupun orang-orang bukan-Yahudilah yang akhirnya lebih disukai), sebab pemberitaan Injil harus dimulai dari Yerusalem. Kristus, ketika menegur para ahli Taurat dan orang Farisi karena kesalahan-kesalahan mereka, melakukannya dengan lembut, agar mereka mau bersikap baik terhadap para pemungut cukai yang malang. Namun demikian, yang digambarkan dengan si anak sulung di sini dapat kita pahami sebagai orang-orang yang sungguh-sungguh baik, yang selalu berperilaku demikian semenjak masa mudanya, dan yang tidak pernah tersesat ke jalan kehidupan yang rusak, yang boleh dikatakan tidak memerlukan pertobatan. Kepada orang-orang seperti inilah perkataan dalam bagian penutup perikop ini, anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dapat langsung diterapkan begitu saja, tetapi tidak demikianlah halnya kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.
- Nah, mengenai si anak sulung ini, perhatikanlah:
- (1) Betapa bodoh dan marahnya dia ketika adiknya diterima kembali di rumahnya, dan betapa jijiknya dia dengan semuanya itu. Tampaknya dia sedang bekerja di ladang, di desanya, ketika adiknya datang, dan pada waktu dia pulang kegembiraan itu sudah dimulai. Ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian, entah ketika acara makan segera dimulai, atau malah setelah mereka makan dan sudah kenyang (ay. 25). Ia bertanya apa arti semuanya itu (ay. 26), dan diberi tahu bahwa adiknya sudah kembali, dan ayahnya mengadakan pesta untuk menyambutnya pulang, dan ada kegembiraan besar di sana sebab ayahnya telah mendapatkan adiknya itu kembali dengan sehat (ay. 27). Dalam bahasa aslinya hanya ada satu kata, ia mendapatnya kembali hygiainonta -- dengan sehat, baik dalam tubuh maupun pikiran. Ia mendapatkannya dalam keadaan sehat bukan hanya dalam tubuh, melainkan juga dalam pikirannya yang sudah kembali ke keadaannya yang benar dan penuh dengan rasa sesal. Ia sudah didamaikan dengan rumah ayahnya, disembuhkan dari segala sifatnya yang jahat dan tidak bermoral, sebab kalau tidak demikian maka tidak akan dikatakan di sini bahwa ia didapati dalam keadaan sehat. Nah, ini membuat si anak sulung sangat tersinggung sejadi-jadinya: maka marahlah anak sulung itu, dan ia tidak mau masuk (ay. 28), bukan hanya karena ia memang tidak mau ikut bergabung dalam kegembiraan itu, tetapi juga karena ia ingin menunjukkan ketidaksenangannya akan hal itu, dan ingin memperlihatkan kepada ayahnya bahwa seharusnya ia tidak membiarkan adiknya masuk. Hal ini menunjukkan apa yang sudah menjadi kesalahan umum:
- [1] Dalam keluarga manusia. Anak yang selalu membahagiakan orangtuanya biasanya berpikir bahwa ia berhak hanya sepenuh-penuhnya untuk mendapat segala kebaikan orangtuanya. Ia cenderung bersikap terlalu keras terhadap saudara-saudaranya yang sudah melanggar peraturan, dan marah atas kebaikan orangtuanya kepada mereka.
- [2] Dalam keluarga Allah. Orang yang boleh dikatakan tidak bersalah jarang betul memahami bagaimana mereka harus berbelas kasihan terhadap orang yang sungguh-sungguh bertobat. Bahasa yang digunakan orang-orang seperti itu dapat kita lihat di sini, dalam perkataan si anak sulung (ay. 29-30), dan ini ditulis sebagai peringatan bagi mereka yang oleh anugerah Allah telah dijaga dari dosa yang keji, dan dipelihara dalam jalan kebajikan dan ketenangan, agar mereka tidak berbuat dosa yang sama seperti yang diperlihatkan di sini. Marilah kita amati dosa-dosa apa itu.
- Pertama, ia bangga diri akan kebaikan dan ketaatannya sendiri. Ia bukan saja belum pernah meninggalkan rumah ayahnya, seperti yang dilakukan adiknya, tetapi juga terus melayani di situ, dan sudah lama berbuat demikian: telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa. Perhatikanlah, orang yang lebih baik daripada sesamanya terlalu sering membangga-banggakan kebaikan mereka, bahkan di hadapan Allah sendiri, seolah-olah Ia berutang kepada mereka atas segala kebaikan mereka itu. Saya cenderung berpikir bahwa si anak sulung ini sudah berlebihan ketika ia berkata dengan sombong bahwa ia belum pernah melanggar perintah bapanya, sebab jika memang demikian ia pasti tidak akan keras kepala menentang permohonan-permohonan ayahnya seperti sekarang ini. Namun demikian, kita boleh mengakui sedikit banyak kebenaran perkataannya, bahwa ia belum pernah berlaku tidak taat seperti adiknya. Oh, betapa perlunya orang-orang baik bersikap waspada terhadap kesombongan, karena kejahatan ini biasanya mulai muncul ketika kejahatan-kejahatan lain sudah diampuni! Orang-orang yang sudah lama melayani Allah, dan yang sudah dijaga dari dosa yang besar, harus banyak bersyukur dengan rendah hati dan tidak perlu membangga-banggakan apa pun.
- Kedua, ia mengeluhkan ayahnya, seolah-olah ayahnya selama ini tidak berlaku baik seperti seharusnya kepadanya, yang sudah begitu taat: belum pernah bapa memberikan seekor kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Dia sedang kesal sekarang, sehingga mengeluh seperti itu. Sebenarnya seandainya dia meminta kambing kapan saja, permintaanya itu mungkin akan segera dikabulkan. Jadi kita bisa menduga bahwa sebenarnya dia tidak menginginkan seekor kambing pun. Disembelihnya anak lembu tambun itulah yang sebenarnya membuat dia jengkel dan bersungut-sungut. Apabila orang sedang emosi, pikirannya tidak menentu, tidak seperti ketika sedang dalam keadaan tenang. Ia selalu makan bersama-sama dengan ayahnya, dan sudah berkali-kali bersukaria bersama dia dan keluarganya, namun ayahnya bahkan belum pernah memberinya seekor kambing pun sebagai tanda sayang, yang bahkan tidak sebanding dengan anak lembu tambun. Perhatikanlah, orang-orang yang memandang tinggi diri mereka dan pelayanan mereka cenderung memikirkan hal-hal yang kejam atau keras mengenai perilaku tuan mereka. Mereka hampir tidak menghargai kebaikan-kebaikan tuannya. Selayaknya kita mengakui bahwa kita sama sekali tidak layak mendapatkan belas kasih yang menurut Allah pantas diberikan kepada kita, apalagi belas kasihan yang menurut-Nya tidak layak diberikan kepada kita. Karena itu, janganlah kita mengeluh. Ia ingin menyembelih seekor kambing, untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatnya di luar, tetapi ia sangat kesal dengan diberikannya anak lembu tambun kepada adiknya, untuk bersukacita, bukan dengan sahabat-sahabatnya di luar, melainkan dengan keluarganya di rumah. Kegembiraan anak-anak Allah haruslah dibagi dengan ayah dan seluruh keluarga, dalam persekutuan dengan Allah dan orang-orang kudus-Nya, bukan dengan teman-teman lain.
- Ketiga, ia sangat jengkel terhadap adiknya, dan pikiran serta kata-katanya kasar tentang dia. Sebagian orang baik cenderung dikuasai oleh kesalahan semacam ini, bahkan mereka membiarkan diri berlama-lama di dalamnya. Mereka memandang rendah orang-orang yang tidak menjaga nama baik mereka seperti yang mereka lakukan, dan memasang muka masam dan muram terhadap mereka, sekalipun mereka ini telah benar-benar bertobat dan membaharui hidup mereka. Ini bukanlah Roh Kristus, melainkan roh orang-orang Farisi. Marilah kita perhatikan contoh-contoh kesalahan demikian.
- . Ia tidak mau masuk, kecuali adiknya diusir keluar. Ia tidak bisa tinggal serumah dengan adiknya sendiri, bahkan di dalam rumah ayahnya sendiri. Bahasa seperti ini biasa diucapkan oleh orang-orang Farisi (Yes. 65:5): "Menjauhlah, janganlah meraba aku, sebab aku ini lebih kudus daripada engkau" (KJV), dan: "Aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan juga seperti pemungut cukai ini" (18:11). Perhatikanlah, walaupun kita harus menghindari diri dari kalangan pendosa yang oleh mereka kita bisa tertular, kita tidak boleh malu berteman dengan para pendosa yang bertobat, yang oleh mereka kita bisa menjadi baik. Ia melihat bahwa ayahnya sudah membawanya ke dalam rumah, namun ia tidak mau masuk menemuinya. Perhatikanlah, kita memandang diri terlalu baik jika kita tidak bisa membuka hati untuk menerima orang-orang yang telah diterima Allah. Demikian pula halnya jika kita tidak mau bersahabat dan bersekutu dengan orang-orang yang kita tahu sudah diundang Allah untuk bersahabat dan bersekutu dengan-Nya.
- . Ia tidak mau memanggilnya adik, melainkan anak bapa, yang terdengar angkuh, dan terasa sebagai teguran bagi ayahnya, seolah-olah adiknya menjadi nakal karena dimanja olehnya: "Itulah anakmu, anak kesayanganmu." Perhatikanlah, melupakan hubungan kita dengan saudara-saudara kita, atau tidak mengakui hubungan itu, merupakan segala penyebab mengapa kita mengabaikan kewajiban kita terhadap mereka dan melakukan hal-hal yang justru bertentangan dengan kewajiban itu. Marilah kita memanggil saudara-saudara kita, baik saudara menurut daging maupun saudara dalam Tuhan, dengan nama yang benar. Biarlah yang kaya memanggil yang miskin saudaranya, dan biarlah yang tidak berbuat dosa memanggil para petobat demikian juga.
- . Ia membesar-besarkan dan menjelek-jelekkan kesalahan adiknya, berusaha memanas-manasi ayahnya supaya marah terhadap adiknya: ia anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur. Memang benar bahwa ia begitu bodoh telah menghabiskan bagian warisannya (entah bersama-sama dengan pelacur atau tidak kita tidak diberi tahu sebelumnya, mungkin ini hanyalah perkataan kakaknya yang sedang iri dan kesal), tetapi tidaklah benar bahwa ia menghabiskan seluruh harta kekayaan bapanya. Ayahnya masih mempunyai banyak harta. Nah, ini menunjukkan betapa gegabahnya kita dalam menegur saudara-saudara kita, mencari-cari kesalahan dalam segala hal, dan terlalu menjelek-jelekkan mereka. Dengan demikian, kita tidak berbuat terhadap orang lain seperti kita ingin orang lain perbuat terhadap kita, dan ini juga tidak seperti apa yang diperbuat Bapa kita di sorga terhadap kita, yang tidak menunjukkan kesalahan-kesalahan kita sampai sedemikian rupa.
- . Ia marah kepada adiknya karena kebaikan yang ditunjukkan ayahnya kepadanya: bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia, seolah-olah dialah anak yang berbakti. Perhatikanlah, sungguh keliru jika kita iri hati terhadap para petobat karena mereka mendapatkan anugerah Allah, dan memandang mereka dengan jahat karena Ia baik. Seperti halnya kita tidak boleh iri terhadap orang-orang yang paling berdosa karena mereka ikut menikmati pemeliharaan ilahi (janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa), begitu pula kita tidak boleh iri terhadap orang-orang yang dulu hidup sangat berdosa namun sekarang menikmati anugerah-anugerah kovenan kasih pada saat mereka bertobat. Kita tidak boleh iri terhadap mereka karena mereka menerima pengampunan, pendamaian, dan penghiburan, bahkan karunia besar yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka, yang membuat mereka sangat berkenan dan berguna. Paulus, sebelum pertobatannya, adalah anak yang hilang, yang menghabiskan harta kekayaan Bapanya di sorga dengan membawa malapetaka pada gereja. Namun demikian, setelah pertobatannya ia diberi anugerah dan kehormatan yang lebih besar dari para rasul yang lain, yang adalah anak sulung, yang telah melayani Kristus ketika Paulus menganiaya Dia, dan yang tidak pernah melanggar perintah-Nya, rasul-rasul ini tidak iri terhadap Paulus karena ia diberi berbagai penglihatan dan pewahyuan, atau peranan yang jauh lebih luas; sebaliknya, rasul-rasul justru memuliakan Allah karena dia. Ini haruslah menjadi contoh bagi kita, sebagai kebalikan dari perbuatan si anak sulung ini.
- (2) Sekarang kita lihat betapa baik dan ramahnya sang ayah bersikap terhadap anak sulungnya, meskipun anaknya itu sudah berlaku masam dan muram seperti itu. Hal ini sama mengejutkannya seperti sebelumnya. Menurut saya, belas kasihan dan anugerah Allah dalam Kristus dalam perlakuan-Nya yang lemah lembut terhadap orang-orang kudus-Nya yang uring-uringan, yang di sini digambarkan dengan si anak sulung, mungkin bersinar hampir sama terangnya seperti ketika Ia menyambut orang-orang berdosa yang hilang pada saat mereka bertobat, yang di sini digambarkan dengan si anak bungsu. Para murid Kristus sendiri mempunyai banyak kelemahan, dan seperti orang lain mereka juga mudah tergoda oleh perasaan-perasaan yang serupa, namun Kristus bersabar terhadap mereka, seperti seorang pengasuh terhadap anak-anaknya (lih. 1Tes. 2:7).
- [1] Ketika ia tidak mau masuk, ayahnya keluar dan berbicara dengan dia, membujuknya dengan lembut, menasihatinya, dan mengajaknya masuk. Sebenarnya layak saja bagi sang ayah untuk berkata, "Jika dia tidak mau masuk, biarkan saja dia di luar, tutup pintu, dan suruh dia mencari tempat tinggal sendiri. Ini kan rumahku sendiri? Bukankah aku bisa berbuat sesukaku di sini? Bukankah anak lembu tambun itu milikku sendiri? Dan bukankah aku bisa berbuat sesukaku dengan anak lembu itu?" Tetapi, tidak. Sama seperti sebelumnya ia menemui si anak bungsu, demikian pula sekarang ia pergi keluar menemui si anak sulung. Ia tidak menyuruh hambanya keluar untuk berbicara baik-baik kepadanya, melainkan pergi sendiri menemuinya. Nah,
- pertama, hal ini dirancang untuk menunjukkan kebaikan Allah kepada kita, betapa menakjubkannya sikap-Nya itu, yang lembut dan menyenangkan terhadap orang-orang yang luar biasa durhaka dan telah membangkitkan amarah-Nya. Ia bertanya kepada Kain: "Mengapa hatimu panas?" Ia sabar terhadap tingkah laku bangsa Israel di padang gurun (Kis. 13:18). Betapa lembutnya Allah bertanya kepada Elia, ketika ia mulai merasa gusar (1Raj. 19:4-6), dan terutama kepada Yunus, yang masalahnya sangat serupa dengan yang digambarkan di sini, sebab ia merasa kesal dengan pertobatan orang-orang Niniwe, dan belas kasihan yang ditunjukkan kepada mereka, seperti halnya si anak sulung di sini. Dan pertanyaan-pertanyaan seperti, "Layakkah engkau marah?" dan "Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe?" mirip dengan bujukan-bujukan sang ayah terhadap anak sulungnya di sini.
- Kedua, hal ini berguna untuk mengajar para atasan atau orang-orang yang lebih tua agar mereka bersikap lembut terhadap bawahan mereka atau orang-orang muda, sekalipun mereka bersalah dan suka membenarkan diri sendiri, sehingga menjengkelkan kita. Dalam semuanya ini, janganlah bapa-bapa membangkitkan amarah di dalam hati anak-anak mereka, biarlah para majikan bersabar hati menghadapi ancaman-ancaman, dan biarlah semuanya bersikap lemah lembut.
- [2] Ayahnya meyakinkan dia bahwa penghiburan yang diberikannya kepada adiknya tidak akan berpengaruh apa-apa atau merugikan dia (ay. 31): "Keadaanmu tidak akan bertambah buruk karenanya, dan milikmu tidak akan berkurang sedikit pun. Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku; dengan menerima dia tidaklah berarti bahwa aku menolak engkau, dan apa yang diberikan kepadanya tidaklah mengurangi apa yang hendak kuberikan kepadamu. Engkau masih berhak mendapatkan pars enitia (demikianlah hukum kita menyebutnya), dua bagian (demikianlah hukum Yahudi menyebutnya); engkaulah yang beroleh hæres ex asse (demikianlah hukum Romawi menyebutnya), segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu, dengan hak mutlak." Memang ayahnya belum pernah memberikan seekor kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatnya, namun ia sudah membiarkannya makan roti bersamanya setiap hari. Lebih baik berbahagia bersama Bapa kita di sorga daripada bersukacita bersama-sama teman mana pun yang kita miliki di dunia ini. Perhatikanlah,
- pertama, kebahagiaan tiada taranya bagi semua anak Allah, yang terus berada dekat dengan rumah Bapa mereka, adalah bahwa mereka selalu, dan akan selalu, berada bersama-sama dengan-Nya. Mereka bersama-sama dengan Dia di dunia ini melalui iman, dan mereka juga akan bersama-sama dengan Dia di dunia yang akan datang melalui buah-buah yang mereka hasilkan, dan segala kepunyaan-Nya adalah kepunyaan mereka, sebab jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris (Rm. 8:17).
- Kedua, oleh karena itu, kita tidak boleh iri terhadap orang lain karena mereka mendapatkan anugerah Allah, sebab kita tidak akan menderita kekurangan apa-apa apabila mereka ikut berbagian dalam anugerah itu. Jika kita ini orang-orang percaya yang sejati, maka segala keberadaan atau keadaan Allah, dan segala kepunyaan-Nya, adalah kepunyaan kita. Dan jika orang lain menjadi orang percaya sejati, maka segala keberadaan atau keadaan Allah, dan segala kepunyaan-Nya, adalah kepunyaan mereka juga. Sekalipun demikian, milik kita tetap tidak berkurang, seperti halnya kalau kita berjalan dalam terang dan kehangatan sinar matahari, semua orang mendapatkan keuntungan yang bisa mereka dapatkan dari matahari tanpa mengurangi apa yang bisa didapat orang lain. Keberadaan Kristus di dalam gereja sama seperti apa yang dikatakan tentang jiwa di dalam tubuh, yaitu tota in toto -- keseluruhan di dalam seluruhnya, namun juga tota in qualibet parte -- keseluruhan di dalam setiap bagiannya.
- [3] Bapaknya memberikan alasan yang baik kepadanya mengapa sukacita yang mereka alami saat ini sangatlah luar biasa: Kita patut bersukacita dan bergembira (ay. 32). Bisa saja ia memaksakan wewenangnya yang ia miliki: "Kehendakkulah agar keluarga ini bersukacita dan bergembira." Stat pro ratione voluntas -- Alasanku ialah, aku menghendakinya demikian. Akan tetapi, tidaklah patut bagi orang-orang yang memiliki wewenang tertentu untuk selalu menyeru-nyerukannya dan memaksakannya pada setiap kesempatan, yang hanya akan membuatnya terkesan murahan dan pasaran. Lebih baik memberikan alasan yang meyakinkan, seperti yang diberikan sang bapak di sini: Kita patut, dan sangat pantas, bersukacita dan bergembira atas kembalinya si anak hilang, lebih daripada atas terpeliharanya si anak patuh. Sebab, walaupun terpeliharanya si anak patuh merupakan berkat yang besar bagi keluarga, namun kembalinya si anak hilang mendatangkan kesenangan yang lebih memuaskan hati. Keluarga mana saja akan jauh lebih hanyut dalam sukacita atas kebangkitan anak yang sudah mati, atau atas pulihnya si anak dari penyakit yang dianggap mematikan, daripada atas kesehatan dan kehidupan baik-baik dari anak-anak lainnya. Perhatikanlah, Allah akan dibenarkan dalam setiap firman-Nya, dan semua yang bernyawa, cepat atau lambat, akan diam di hadapan-Nya. Kita tidak mendapati sang kakak memberikan tanggapan apa pun terhadap apa yang dikatakan bapaknya, yang menunjukkan bahwa ia betul-betul puas, dan menerima kehendak bapaknya, dan berdamai penuh dengan saudaranya yang terhilang itu. Bapaknya mengingatkan dia bahwa ia adalah saudaranya: Ini adikmu. Perhatikanlah, orang baik, meskipun tidak selalu bisa menguasai diri sendiri dan menjaga perasaan dan kelakuannya, namun, dengan anugerah Allah, bisa kembali pada perasaan dan kelakuannya yang baik. Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak. Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang terutama hendak ditegur melalui perumpamaan ini, seperti yang kita lihat, terus saja tidak mau mengasihani para pendosa dari kalangan orang-orang bukan-Yahudi. Mereka juga tidak senang dengan Injil Kristus, karena Injil diberitakan kepada orang-orang bukan-Yahudi.
SH: Luk 15:1-32 - Di hadapan Allah, manusia sangat berharga. Dalam (Jumat, 31 Maret 2000) Di hadapan Allah, manusia sangat berharga. Dalam
memberikan penghargaan kepada sesamanya, manusia cenderung
menghargai sesamanya bukan berdasa...
Di hadapan Allah, manusia sangat berharga. Dalam
memberikan penghargaan kepada sesamanya, manusia cenderung
menghargai sesamanya bukan berdasarkan hakikatnya sebagai
manusia yang mempunyai harkat. Tetapi penghargaan itu seringkali
berdasarkan apa yang ia punyai, prestasi yang dicapai, dan
kontribusi yang ia berikan. Oleh karena itu, manusia pun
terjebak dalam kompetisi untuk berkarya setinggi-tingginya
sampai menjadi seorang manusia yang mempunyai kekayaan,
kedudukan, dan sekaligus menjadi dermawan.
Yesus tidak demikian. Ia tidak sekadar bercakap-cakap dengan orang berdosa, bahkan ia makan bersama-sama dengan mereka, yang dalam tradisi Yahudi makan bersama menunjukkan suatu hubungan yang akrab atau saling menghargai satu dengan yang lain. Para Farisi dan ahli Taurat mengecam-Nya sebagai Seorang yang terlalu berkompromi dalam soal moralitas, karena bagi mereka akrab atau berdekatan dengan orang berdosa adalah najis. Yesus menjelaskan dasar tindakan-Nya dengan tiga buah perumpamaan sekaligus yang mempunyai tema sama. Dengan menceritakan perumpamaan yang sedemikian, Yesus paling tidak mem-punyai dua maksud. Pertama, Ia mengekspresikan kesungguhan dan keseriusan atas penjelasan tentang sikap-Nya terhadap orang berdosa. Kedua, Ia rindu agar orang Farisi, ahli Taurat, dan semua pengikut-Nya meneladani- Nya.
Ketiga perumpamaan itu mengungkapkan bahwa baik dirham (1 hari gaji buruh), domba, dan anak bungsu, masing-masing mempunyai nilai yang tak terhingga bagi pemiliknya. Nilai itu timbul bukan dari apa yang dapat mereka lakukan atau jumlah mereka karena hanya satu yang hilang, namun timbul dari hakekat mereka masing- masing. Karena itulah ketika kembali ditemukan, meluaplah sukacita pemiliknya, sampai mengajak orang-orang lain pun bersukacita. Nilai manusia terletak pada hakekatnya sebagai makhluk yang telah diciptakan serupa dan segambar dengan Sang Pencipta Yang Agung.
Renungkan: Kristen harus memakai perspektif Yesus ketika bersikap kepada koleganya, karyawannya, pembantu rumah tangganya, pengemis, dan anak jalanan, bahkan para eks narapidana sekalipun. Siapa pun mereka, mereka adalah makhluk yang menjadi objek Kasih Allah juga.

SH: Luk 15:11-32 - Bertobat=pemulihan hubungan (Selasa, 20 Februari 2007) Bertobat=pemulihan hubungan
Lazimnya warisan dibagikan saat orang tua sudah meninggal dunia.
Namun berbeda kisahnya di nas ini. Meski orang tuany...
Bertobat=pemulihan hubungan
Lazimnya warisan dibagikan saat orang tua sudah meninggal dunia.
Namun berbeda kisahnya di nas ini. Meski orang tuanya masih
hidup, si anak bungsu sudah meminta harta warisan. "Kualat!",
mungkin begitu komentar orang terhadap si bungsu karena sikap
yang kurang ajar itu. Apalagi ia menghabiskan harta itu seenak
hatinya (13). Bak jatuh tertimpa tangga, negeri tempat ia tinggal
dilanda paceklik, habislah segalanya (14). Tidak ada tempat untuk
minta tolong. Teman-teman yang dulu merubungnya saat ia masih
berharta, kini tidak tampak batang hidungnya. Untuk
mempertahankan hidupnya, ia terpaksa bekerja sebagai penjaga babi
(15), suatu pekerjaan yang hina bagi orang Yahudi. Karena itu
berarti, ia menghambakan diri pada orang kafir dan melakukan
pekerjaan yang najis! Tapi apa daya? Bahkan untuk mengisi perut
dengan makanan babi pun tidak bisa. Tidak ada orang yang mau
memberikannya. Kini dia benar-benar "habis"! Dalam kondisi
seperti itu, ia teringat rumah ayahnya. Ia ingin kembali, walau
harus berstatus hamba. Ia tahu hidupnya akan terjamin (17-19).
Si ayah, sebagaimana ayah pada umumnya, memiliki kasih seluas samudra. Meski anaknya telah bersikap kurang ajar, ia terbuka untuk menerima anak yang tetap dinantikannya (20-21). Bahkan ia merayakan kembalinya si bungsu dengan berpesta (22-24). Berbeda sikap dengan si sulung, yang marah atas penyambutan yang hebat itu (28-30). Tidak ada belas kasih dan pengampunan bagi adiknya. Ia tidak memahami hati ayahnya yang terasa tidak adil itu (31-32).
Kisah ini merupakan sorotan terhadap orang Farisi dan ahli Taurat yang selalu merasa diri benar. Menurut mereka hanya merekalah yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Tidak ada tempat bagi orang berdosa. Tetapi kisah ini memperlihatkan bahwa bagi Bapa, berharga kedatangan setiap orang yang mau mengakui dosanya dan bertobat.
Lakukan: Jangan memandang rendah orang berdosa. Melainkan wartakan kasih Allah agar mereka mau bertobat!

SH: Luk 15:11-32 - Kakak yang hilang. (Minggu, 7 Maret 2004) Kakak yang hilang.
Mengapa ayah dan kakak berbeda di dalam merespons si bungsu yang
kembali? Sang ayah sangat gembira sehingga ia memestakan...
Kakak yang hilang.
Mengapa ayah dan kakak berbeda di dalam merespons si bungsu yang
kembali? Sang ayah sangat gembira sehingga ia memestakannya, dan
mengembalikan statusnya sebagai anak. Sedangkan si kakak marah,
karena bagi dia si adik tidak pantas untuk kembali.
Sang ayah menerima si bungsu kembali semata-mata karena ia begitu mengasihinya (ayat 20). Tidak peduli terhadap apa yang pernah dilakukannya. Sang ayah adalah gambaran Allah Bapa yang mengasihi manusia ciptaan-Nya. Bapa tidak melihat kondisi berdosa dan rusak, tetapi melihat jiwa yang telah dihembuskan nafas kehidupan (ayat 24,32).
Sang kakak menolak si adik karena ia melihatnya sebagai saingan dalam merasakan kasih ayahnya. Oleh sebab itu, ia marah ketika melihat si adik dimanjakan oleh ayah mereka. Ia sendiri tidak pernah dipestakan seperti itu (ayat 29). Sebenarnya si kakak sendiri yang tidak pernah menyadari kasih ayah yang tidak pernah pu-dar kepadanya. Ia sendiri tidak menyadari akan kasih itu. Bahkan ketika ia melihat adiknya diperlakukan begitu baik, hatinya meluap penuh kedengkian. Si kakak mewakili orang-orang Farisi dan para Ahli Taurat yang merasa diri orang benar, sudah seharusnya mendapatkan kasih Allah, tetapi dengki dan iri karena Yesus lebih memilih pemungut cukai dan orang berdosa untuk dilayani. Mereka iri karena sebenarnya mereka tidak pernah peduli terhadap kasih Allah sebelumnya.
Renungkan: Siapakah yang sebenarnya hilang, si bungsu yang kembali atau si kakak yang tetap tinggal?
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Lukas (Pendahuluan Kitab) Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas...
Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu.
Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong dia untuk menulis kepada Teofilus (artinya, "seorang yang mengasihi Allah") guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri dari orang bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan. Kisah ini terdiri atas dua bagian:
- (1) kelahiran, kehidupan dan pelayanan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus (Injil Lukas), dan
- (2) pencurahan Roh di Yerusalem dan perkembangan selanjutnya dari gereja mula-mula (Kitab Kisah Para Rasul). Kedua kitab ini merupakan lebih dari seperempat bagian dari seluruh PB.
Dari surat-surat Paulus, kita mengetahui bahwa Lukas adalah seorang saudara "yang kekasih ... seorang dokter" (Kol 4:14) dan seorang teman sekerja Paulus yang setia (2Tim 4:11; File 1:24; bd. perikop-perikop "kami" di Kisah Para Rasul, lihat "PENDAHULUAN KISAH PARA RASUL" 08177). Dari penulisan Lukas sendiri kita mengetahui bahwa ia seorang yang berpendidikan tinggi, penulis yang terampil, sejarahwan yang teliti dan teolog yang diilhami. Ketika ia menulis Injilnya, agaknya gereja bukan Yahudi belum memiliki Injil yang lengkap atau yang tersebar luas mengenai Yesus. Matius menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi, sedangkan Markus menulis sebuah Injil yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya bukan Yahudi yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari tertulis yang pendek tetapi tidak suatu Injil yang lengkap dan sistematis (lih. Luk 1:1-4). Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama "dari asal mulanya" (Luk 1:3). Barangkali ia mengerjakan penelitiannya di Palestina sementara Paulus berada di penjara Kaisarea (Kis 21:17; Kis 23:23--26:32), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir masa itu atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus (Kis 28:16).
Tujuan
Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat" (Kis 1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk 1:3-4). Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai _kepada Adam_ (Luk 3:23-38) dan tidak hanya _sampai Abraham_ seperti yang dilakukan oleh Matius (bd. Mat 1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.
Survai
Injil Lukas mulai dengan kisahan masa bayi yang paling lengkap (Luk 1:5--2:40) dan satu-satunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (Luk 2:41-52). Setelah menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar:
- (1) pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14--9:50),
- (2) pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27), dan
- (3) minggu terakhir-Nya di Yerusalem (Luk 19:28--24:43).
Walaupun mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya di Galilea cukup mencolok di dalam tulisan Lukas, fokus utama Injil ini ialah pengajaran dan perumpamaan-perumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27). Bagian ini mengandung himpunan materi terbesar yang unik dalam kitab Lukas, dan mencakup banyak kisah dan perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting (Luk 9:51) dan ayat kunci (Luk 19:10) dari Injil ini terdapat pada permulaan dan menjelang akhir materi Lukas yang khusus ini.
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan yang utama menandai Injil Lukas:
- (1) Injil ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB.
- (2) Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali.
- (3) Lukas menekankan cakupan universal dari Injil - bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.
- (4) Perhatian Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang dianggap sampah masyarakat;
- (5) Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa.
- (6) Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah "Anak Manusia".
- (7) Tanggapan sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan berita-Nya.
- (8) Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk 24:49).
Full Life: Lukas (Garis Besar) Garis Besar
I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4)
II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52)
A. Pem...
Garis Besar
- I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4) - II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52) - A. Pemberitahuan Kelahiran Yohanes
(Luk 1:5-25) - B. Pemberitahuan Kelahiran Yesus
(Luk 1:26-56) - C. Kelahiran Yohanes Pembaptis
(Luk 1:57-80) - D. Kelahiran Yesus
(Luk 2:1-20) - E. Yesus di Bait Allah Sebagai Seorang Bayi
(Luk 2:21-39) - F. Kunjungan Yesus ke Bait Allah Sebagai Seorang Anak
(Luk 2:40-52) - III.Persiapan bagi Pelayanan Juruselamat
(Luk 3:1-4:13) - A. Pemberitaan Yohanes Pembaptis
(Luk 3:1-20) - B. Pembaptisan Yesus
(Luk 3:21-22) - C. Silsilah Yesus
(Luk 3:23-38) - D. Pencobaan Yesus
(Luk 4:1-13) - IV. Pelayanan di Galilea
(Luk 4:14-9:50) - A. Permulaan Pelayanan Yesus dan Penolakan di Nazaret
(Luk 4:14-30) - B. Kapernaum: Wibawa Ilahi Yesus Dinyatakan
(Luk 4:31-44) - C. Penangkapan Ikan yang Ajaib
(Luk 5:1-11) - D. Penyembuhan Orang yang Sakit Kusta
(Luk 5:12-16) - E. Wewenang Yesus Ditantang
(Luk 5:17-26) - F. Juruselamat Orang-Orang Berdosa
(Luk 5:27-32) - G. Peresmian Tatanan Baru
(Luk 5:33-6:49) - H. Demonstrasi Kuasa Ilahi
(Luk 7:1-8:56) - I. Yesus Memberikan Kuasa kepada Murid-Murid-Nya
(Luk 9:1-6) - J. Herodes dan Yohanes Pembaptis
(Luk 9:7-9) - K. Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Luk 9:10-17) - L. Pengakuan Petrus dan Tanggapan Yesus
(Luk 9:18-27) - M. Kemuliaan Juruselamat Dinyatakan
(Luk 9:28-50) - V. Pelayanan Selama Perjalanan Terakhir ke Yerusalem
(Luk 9:51-19:28) - A. Misi Penebusan Juruselamat
(Luk 9:51-10:37) - B. Petunjuk Khusus Yesus Mengenai Pelayanan dan Doa
(Luk 10:38-11:13) - C. Peringatan Yesus kepada Para Musuh dan Para Pengikut
(Luk 11:14-14:35) - D. Perumpamaan-Perumpamaan tentang yang Terhilang dan Ditemukan Kembali
(Luk 15:1-32) - E. Perintah-Perintah Kristus kepada Para Pengikut-Nya
(Luk 16:1-17:10) - F. Sembilan Orang Kusta yang Disembuhkan Namun Tak Berterima Kasih
(Luk 17:11-19) - G. Kedatangan Kembali Kristus Secara Mendadak Dinubuatkan
(Luk 17:20-18:14) - H. Juruselamat, Anak-Anak Kecil dan Seorang Pemimpin yang Kaya
(Luk 18:15-30) - I. Menjelang Akhir Perjalanan
(Luk 18:31-19:28) - VI. Minggu Penderitaan
(Luk 19:29-23:56) - A. Yesus Memasuki Yerusalem
(Luk 19:29-48) - B. Yesus Mengajar Setiap Hari di Bait Allah
(Luk 20:1-21:4) - C. Yesus Bernubuat tentang Kebinasaan Bait Allah dan Kedatangan-Nya
Kembali (Luk 21:5-38) - D. Persiapan-Persiapan Terakhir dan Perjamuan Malam
(Luk 22:1-38) - E. Getsemani dan Pengkhianatan
(Luk 22:39-53) - F. Pengadilan Yahudi
(Luk 22:54-71) - G. Pengadilan Romawi
(Luk 23:1-25) - H. Penyaliban
(Luk 23:26-49) - I. Penguburan
(Luk 23:50-56) - VII.Kebangkitan Sampai Kenaikan
(Luk 24:1-53) - A. Pagi Kebangkitan
(Luk 24:1-12) - B. Penampakan Diri Tuhan yang Sudah Bangkit
(Luk 24:13-43) - C. Pesan-Pesan Perpisahan
(Luk 24:44-53)
Matthew Henry: Lukas (Pendahuluan Kitab) Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut...
Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut penuturan Bapa Gereja Jerome, Lukas lahir di Antiokhia. Sebagian orang menduga dia satu-satunya penulis Kitab Suci yang bukan berasal dari benih keturunan Israel. Ia merupakan seorang pemeluk baru agama Yahudi, dan kemudian, seperti dugaan beberapa orang, beralih kepada Kekristenan melalui pelayanan Rasul Paulus di Antiokhia, dan setelah kedatangannya di Makedonia (Kis. 16:10), ia menjadi kawan pendamping tetap Paulus. Ia belajar dan mempraktikkan ilmu kedokteran; oleh karena itu, Paulus menyebutnya Tabib Lukas yang kekasih (Kol. 4:14). Beberapa orang yang mengaku-ngaku diri sebagai sejarawan kuno mengatakan bahwa dia seorang pelukis dan yang melukis gambar Perawan Maria. Tetapi menurut gerejawan Dr. Whitby, hal ini tidaklah pasti, dan karena itu, dia mungkin salah satu dari ketujuh puluh murid dan menjadi seorang pengikut Kristus ketika Ia masih melayani di atas muka bumi ini. Bila memang demikian halnya, maka dia seorang keturunan Israel asli. Saya tidak berkeberatan dengan pendapat ini, kecuali dengan beberapa tradisi kuno yang tidak memiliki kepastian dan tentunya tidak dapat digunakan sebagai dasar apa pun. Selain itu, Origen dan Epiphanius, penulis-penulis Kristen kuno, juga memberi kesaksian bahwa Lukas adalah salah satu dari ketujuh puluh murid itu. Lukas dianggap telah menulis Kitab Injil ini ketika menemani Paulus dalam berbagai perjalanannya, dan di bawah arahannya. Beberapa orang berpikir bahwa dialah yang dimaksud oleh Paulus sebagai saudara kita 2Kor. 8:18), yang terpuji di semua jemaat karena pekerjaannya dalam pemberitaan Injil; yang seakan berarti, ia dipuji di semua jemaat karena menulis Injil ini; dan inilah yang dimaksudkan Rasul Paulus ketika ia sekali waktu berbicara tentang Injil-nya (Rm. 2:16). Namun, tidak ada dasar sama sekali untuk membenarkan hal ini. Dr. Cave memperhatikan bahwa cara dan gaya menulisnya sangat akurat dan tepat; gayanya sopan dan anggun, luhur dan mulia, namun jelas; dan ia mengekspresikan dirinya dalam aliran yang lebih murni Yunani daripada yang bisa ditemukan pada para penulis Kitab Suci lainnya. Oleh karena itu, ia mampu menghubungkan berbagai hal jauh lebih banyak dan mendalam dibandingkan dengan para penulis Injil lainnya; dan karena itu juga, ia mengkhususkan diri untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan imamat Kristus. Tidaklah pasti bilamana atau pada waktu apa Injil ini ditulis. Beberapa orang menduga bahwa Injil ini ditulis di Akhaya, tujuh belas tahun (dua puluh dua tahun, menurut sebagian orang) setelah kenaikan Tuhan Yesus ke surga, semasa ia menemani Rasul Paulus dalam perjalanannya. Ada juga yang mengatakan bahwa Injil ini ditulis di kota Roma, tidak lama sebelum ia menulis Kisah Para Rasul (yang merupakan lanjutan kitab ini), ketika ia berada di sana bersama Paulus yang saat itu menjadi orang tahanan dan berkhotbah di dalam rumah yang disewanya sendiri. Ini seperti yang diriwayatkan dalam bagian akhir Kitab Kisah Para Rasul; dan Paulus kemudian mengatakan bahwa hanya Lukas yang tinggal dengan aku (2Tim. 4:11). Ketika ia secara sukarela menemani Paulus dalam rumah tahanan tersebut, ia punya banyak waktu untuk menyusun dua riwayat ini (dan banyak tulisan istimewa lainnya yang membuat jemaat merasa berutang atas peristiwa pemenjaraan ini). Bila memang demikian halnya, maka kitab ini ditulis sekitar dua puluh tujuh tahun setelah kenaikan Kristus, dan sekitar tahun keempat pemerintahan Kaisar Nero. Jerome mengatakan bahwa Lukas meninggal dunia pada usia delapan puluh empat tahun, dan tidak pernah menikah. Beberapa orang menulis bahwa ia mati sebagai martir; namun bila memang demikian halnya, tidak ada kejelasan di mana dan bilamana hal itu terjadi. Sungguh, penghargaan yang diberikan kepada tradisi Kristiani dalam hal memperlakukan para penulis Perjanjian Baru tidak lebih besar daripada penghargaan yang diberikan kepada tradisi Yahudi dalam memperlakukan para penulis Perjanjian Lama.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-man...
Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-mana nampak jelas. Lukas adalah seorang penulis berbakat yang hatinya sangat halus lembut. Ia menggubah karyanya dengan cara yang asli benar, sementara juga berjerih-payah untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, Luk 1:3. Tentu saja ini tidak berarti bahwa Lukas berhasil memberikan pada bahan yang diterimanya dari tradisi suatu susunan dan urutan yang lebih "historis" dari pada dalam Mat atau Mrk. Rasa hormat Lukas terhadap sumber-sumbernya dan metode yang hanya menderetkan bahan tradisi tentu tidak memungkinkan urutan historis semacam itu. Rangka Luk pada umumnya menuruti garis-garis besar Mrk, meskipun disana-sini Lukas meninggalkan atau memindahkan apa yang terdapat dalam Mrk. Memang ada bagian-bagian yang dipindahkan, Luk 3:19-20; 4:16-30; 5:1-11; 6:12-29; 22:31-34;
dll. Lukas berbuat demikian baik demi jelasnya kisah atau logikanya, maupun karena terpengaruh tradisi-tradisi lain, khususnya tradisi-tradisi yang juga tampil dalam injil keempat. Ada juga bagian- bagian yang ditinggalkan saja, baik oleh karena kurang berguna untuk sidang pembaca bekas kafir, Mrk 9:11-13, atau oleh karena bagian-bagian itu sudah tercantum dalam Kumpulan Pelengkap yang dipakai Lukas, Mrk 12:28-34; bdk Luk 10:25-28, maupun oleh karena bagian tertentu, terutama Mrk 6:45-8:26 yang seluruhnya ditinggalkan Lukas tidak tercantum dalam naskah Mrk yang dipakai Lukas, Atau barangkali oleh Lukas dianggap sebagai pengulangan, meskipun tercantum dalam naskah Mrk yang dimiliki Lukas. Perbedaan paling menyolok antara Luk dan Mat, serta Mrk ialah tambahan besar yang terdapat dalam Luk 9:51 - Mrk 18:14. Di muka sudah dikatakan bahwa ini kirany diambil Lukas dari Kumpulan Pelengkap ditambah beberapa informasi pribadi. Bagian tengah Luk tersebut disajikan berupa kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem, sebagaimana berulang kali dicatat, Luk 9:51; 13:22; 17:11. Catatan-catatan itu mengembangkan apa yang dikatakan Mrk 10:1, sehingga Luk kiranya tidak bermaksud menggabungkan beberapa perjalanan sesungguhnya, melainkan menekankan sebuah gagasan teologis yang digemari Lukas, yaitu : di kota sucilah keselamatan harus diujudkan, Luk 9:31, 13:33; 18:31; 19:11; di sana telah mulailah Injil, Luk 1:5 dll, dan di sana harus diselesaikan Luk 24:52 dst, melalui penampakan- penampakan dan pembicaraan- pembicaraan yang tidak terjadi di Galilea, Luk 24:13-51; dan bdk Luk 24:6 dengan Mrk 16:7; Mat 28:7, 16:20; dan dari sanalah Injil bertolak lagi untuk diwartakan kepada dunia semesta, Mat 24:47; Kis 1:8.
Kalau perbandingan terperinci antara Luk dan sumber-sumbernya diteruskan, baik sumber yang paling dikenal ialah Mrk maupun sumber-sumber yang juga tampil dalam bagian-bagian Mat yang sejalan dengan Luk, maka orang seolah-olah dapat melihat bagaimana bekerjanya seorang penulis yang dengan saksama menyadur, meninggalkan atau menambah dengan maksud menyajikan bahan-bahannya dengan caranya sendiri, sementara menghindarkan atau memperlunak apa yang menusuk hatinya sendiri atau barangkali dapat menyakiti hati sidang pembaca (8:43 dibandingkan dengan Mrk 5:26; ditinggalkan Mrk 9:43-48; 13:32; dll) atau juga kurang dapat dipahami oleh mereka (ditinggalkan Mrk 4:13; 8:32 dst 14:50) atau memaafkan (Luk 9:45; 18:34; 22:45) para rasul dan menjelaskan istilah yang kurang terang (Luk 6:15) atau lebih jauh menentukan tempat terjadinya hal tertentu, Luk 4:31; 19:28 dst, Luk 37; 23:51, dll. Berkat penyaduran-penyaduran banyak dan halus tersebut dan terutama berkat tembahan-tambahan hasil penyelidikannya sendiri Lukas memperlihatkan reaksi- reaksi dan kecenderungan pribadinya. Tegasnya melalui alat terpilih, ialah Lukas, Roh Kudus menyajikan kepada kita kabar injili dengan cara yang asli benar dan yang berisikan ajaran yang sangat bernilai. Memang halnya bukan pokok-pokok teologis yang amat menyolok (gagasan-gagasan utama sama saja dalam Luk, Mat dan Mrk), melainkan suatu mentalita keagamaan. Dalam mentalita yang dengan halusnya terpengaruh oleh guru Lukas, yaitu Paulus, itu diketemukan kecenderungan hati yang merupakan ciri khas watak Lukas. Sebagai "Penulis kelembutan hati Tuhan" (Dante) Lukas suka menonjolkan belaskasihan Kristus kepada kaum berdosa, Luk 15:1 dst, Luk 7, 10; 15:11-32; 19:1-10; 23:34, 39-43. Dengan senang hati Lukas memperlihatkan kelembutan hati Yesus terhadap orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, Luk 1:51-53; 6:20-26; 12:13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, 1:51-53; 6:20-26; 12::13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang bertobat dan menyangkal dirinya. Dan di sini hati Lukas yang lemah lembut ternyata hati jantan. Lukas sudah mengulang tuntutan penyangkalan diri yang mutlak dan pantang mundur, 14:25-34, khususnya tuntutan meninggalkan kekayaan, 6:34 dst; 12:33; 14:12-14; 16:9-13. Perlu diperhatikan juga bagian- bagian yang tercantum dalam injil ketiga : mengenai perlunya berdoa, 11:5-8; 18:1-8, dan teladan Yesus di bidang itu, 3:21; 5:16; 6:12; 9:28. Akhirnya sama seperti dalam Kis dan surat-surat Paulus, demikianpun dalam Luk Roh Kudus berperanan besar yang suka ditonjolkan oleh Lukas dalam 1:15, 35, 41, 67; 2:25- 27; 4:1, 14, 18; 10:21; 11:13; 24:49. Unsur ini bersama dengan suasana rasa syukur karena anugerah yang diterima dari Allah dan kegembiraan rohani yang meresap ke dalam seluruh injil ketiga itu, 2:14; 5:26; 10:17; 13:17; 18:43; 19:37; 24:51 dst, memberikan kepada karya Lukas ciri kemesraan yang mengesan di hati menghangatkan batin.
Gaya bahasa Mrk agak kasar sedikit, penuh dengan kata dan ungkapan yang berbau bahasa Aram, dan kerap kali kurang tepat bahkan salah. Tetapi gaya bahasanya juga segar bugar dan populer, sehingga toh memikat hati. Gaya bahasa Mat masih juga berbau bahasa Aram, tetapi bahasa Yunaninya lebih halus, kurang konkrit tapi lebih tepat. Gaya bahasa Luk sesungguhnya agak majemuk: bahasa Yunaninya adalah bermutu, kalau Lukas sendiri menulis; bahasa kurang bermutu diterima Lukas begitu saja untuk menghormati sumber-sumbernya, yang kekurangan dalam bahasa kadang-kadang dipertahankan oleh Lukas meskipun berusaha memperbaikinya. Lukas juga dengan sengaja dan mahir meniru gaya bahasa alkitabiah yang terdapat dalam Septuaginta.
Ende: Lukas (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasu...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasul- rasul. Menurut riwajat lisan ia berasai dari Antiochia, ibu kota propinsi Siria, dan bangsa Siria, djadi bekas penjembah dewa-dewa.
Tentang asal mula umat di Antiochia dapat kita batja dalam Kis. Ras.
Lukas dalam karangan-karangannja tak pernah menjatakan sesuatu tentang dirinja. Hanja dalam Kis. Ras. ia sering menulis sebagai penjaksi mata. Kalau ia bertjeritera dengan memakai kata-djamak"kami", sudah tentu bahwa ia sendiri turut menjaksikan dan mengalami apa jang diberitakannja. Dari itu kita tahu tjukup pasti, bahwa ia mengiring Paulus pada perdjalanan kerasulan Paulus jang kedua, mulai dari Troas sampai ke Pilipi di Masedonia (Kis. Ras. 16:11-40). Dan waktu Paulus terpaksa meninggalkan kota Pilipi itu, Lukas tinggal disitu. Pada achirnja perdjalanan Paulus jang ketiga (Kis. Ras. 20:5-21:18) Lukas mengikuti Paulus pula dari Pilipi ke Jerusalem. Dan selama Paulus dalam tahanan di Sesarea, dua tahun lamanja, Lukaspun rupanja tinggal di Palestina. Sesudah itu iapun menemani Paulus pada pelajaran sebagai tahanan ke Roma, dan tinggal disitu bersama dengan Paulus selama tahanan itu; kemudian dalam tahanan kedua djuga. Batjalah Kis. Ras. bab 27 dan 28, Pilemon 24, lagi 11 Tim. 4:11. Menurut dugaan jang sangat umum Lukas menulis kedua karangan di Roma.
Tudjuan "Indjil ketiga"
Dalam kata pembukaan (1:1-4) Lukas mempersembahkan karangannja kepada seorang jang dinamakannja "Teofilus jang Mulia", dan ia menerangkan bahwa maksud tulisannja ialah meneguhkan dan memperdalam kejakinan Teofilus itu akan kebenaran adjaran-adjaran jang telah diadjarkan kepadanja. Tetapi tentu sadja tudjuan Lukas tidak terbatas pada seorang perseorangan. Dapat kita bajangkan, bahwa dengan "Teofilus" itu dimaksudkari tiap-tiap "Pentjinta Allah" (kata "teofilus" berarti pentjinta Allah), jaitu tiap-tiap orang beriman, jang ingin memperluas pengetahuan dan memperdalam pengertiannja ahan Indjil, guna menjempurnakan diri menurut tjita-tjita Indjil.
Tentang sumber-sumber jang digunakan Lukas
Dari tjatatan-tjatatan dalam fasal pertama kata-pengantar ini, sudah terang bahwa mengenai karangan Indjilnja Lukas bukan penjaksi mata. Menurut perkataannja dalam kata-pembukaan dapat diduga bahwa digunakannja pelbagai sumber dan djuga sumber-sumber tertulis. Para ahli tafsir dewasa irli umumnja berpendapat, bahwa Lukas sangat bergantung pada karangan Markus, mengenai susunan seluruhnja, tetapi djuga isi dan bentuk banjak tjeritera. Tetapi ia tidak mendjiplak sadja, melainkan merigolah segalanja menurut bakat dan selera serta penjelidikannja sendiri. Tetapi ada lain-lain sumber tertulis lagi jang digunahannja.
Tetapi sumber utama bagi Lukas ialah tradisi jang hidup dalam kerugma dan katechese. Dan dalam "menjelidiki segalanja dengan teliti" (1:3) ia mendapat banjak kesempatan untuk berbitjara dengan penjaksi-penjaksi mata seperti murid- murid Jesus, chususnja sepandjang dua tahun tahanan Paulus di Sesarea. Ada jang beranggapan, dan memang ada kemungkinan, bahwa waktu itu ia djuga mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Ibu Jesus dan kaum keluarga Joanes Pemandi, atau imam-imam dari kalangan mereka, untuh berwawantjara dengan mereka tentang masa ke-kanak-kanak-an Jesus. Tetapi sebab kedua bab pertama dari Indjil ini sangat bertjorak lbrani, lain sekali dari karangan selandjutnja, maka agah terang bahwa Lukas mengambil bahannja dari sumber-sumber tertulis dalam bahasa Ibrani djuga. Itu chususnja mengenai madah-madah jang terdapat dalam kedua bab itu. Barangkali Lukas segan mengolah bahan-bahan itu dalam bahasa Junani jang murni, supaja djangan kiranja kehilangan suasana asli jang penuh kegembiraan halus dan sutji atas fadjar keselamatan jang mulai menjingsing.
Jesus dalam Indjil ketiga tidak berbeda dengan Jesus seperti Ia digambarkan dalam karangan-karangan jang lain; hanja ada segi-segi jang istimewa berkesan pada Lukas dan sebab itu ditondjolkannja. Misalnja sikap Jesus terhadap orang- orang ketjil, jang menderita, jang bertjatjat atau dalam kesusahan manapun djuga. Ia bukan menolong mereka sadja, melainkan melakukan itu dengan perasaan tjinta jang sungguh-sungguh dan halus, penuh penghargaan dan hormat. Betapa mengharukan misalnja iba-kasihan Jesus terhadap wanita djanda jang kematian putera-tunggalnja, di Naim (7:11-17).
Jang chususnja ditondjolkan Lukas lagi, ialah kemurahan, penghargaan dan hormat Jesus kepada orang-orang berdosa. la tahu bahwa kebanjakan mereka pada dasar hati orang baik, jang dapat diinsjafkan akan dosanja, sehingga bertobat. Lukas satu-satunja jang menurunkan kepada kita beberapa tjeritera dan perumpamaan pertobatan orang-orang berdosa, jang merawankan dan memurnikan hati tiap-tiap pembatja jang luhur hati, dan sanggup memulihkan penghargaan diri dan memberikan harapan tiap-tiap orang jang merasa dirinja berdosa, termasuk kita sendiri. Batjalah dan renungkanlah tjeritera wanita djalang (7:36-58); anak hilang (15:11-52); pemungut bea (18:9-14); Zacheus (19:1-10). Dan dimana sadja terdapat suatu kesempatan, Lukas gemay menundjukkan, bahwa usaha penjelamatan Jesus dan tjinta kemanusiaannja meliputi seluruh bangsa manusia. Meskipun ia pernah berkata, bahwa tugasnja terbatas pada bangsa Israel (dalam arti bahwa ia harus mendasarkan Keradjaan Allah jang baru diantara mereka), namun Ia baik hati, penuh penghargaan dan hormat djuga kepada tiap orang "kafir" jang bertemu dengannja, dan Ia menolong tiap-tiap mereka jang minta ditolong.
Suatu kechususan Lukas lagi ialah minatnja terhadap wanita-wanita sutji jang herperanan dalam Indjil. Memang setjara istimewa kepada Bunda Maria, tetapi bagaimana pula ia dengan satu dua kata tahu memudji keluhuran Elisabet, Anna, Marta dan saudarinja Maria, wanita-wanita jang mengikuti Jesus dari Galilea dan melajaniNja, Maria Magdalena jang mengikuti Jesus sampai dikaki salib, wanita Jerusalem jang menangisi Jesus jang sedailg memikul salibnja, dan wanita-wanita jang memandang dari djauh.
Lukas pula lebih dari Mateus dan Markus merasa tertarik kepada hidup kebatinan Jesus, jaitu hubunganNja dengan BapaNja dalam berdoa, dan peranan Roh Kudus dalam hidupNja. Mengenai pergaulan dengan BapaNja, baiklah kita batja dan merenungkan misalnja 3:21; 5:16; 6:12; 9:18; 9:28, dan mengenai hubunganNja dengan Roh Kudus 1:15,55,41,67; 2:25-27; 4:1,14,18; 10:21; 11:15; 14:49. Dan Lukas pula jang sangat menekankan adjaran dan adjakan Jesus, supaja kitapun asjik berdoa dengan penuh pengharapan. Batjalah 11:1-13; 18:1-5; 18:10-14.
Suatu tjiri karangan Lukas jang menjolok lagi, ialah kehalusan perasaannja.
Kalau dibandingkan dengan Mateus dan Markus, Lukas sering sekali meninggalkan
segala bahan, segi-segi peristiwa atau ungkapan-ungkapan, jang mungkin
menjinggung perasaan pembatja-pembatja chususnja jang bukan Jahudi, ataupun
jang inunakin merendahkan adjaran-adjaran Indjil dan tokoh-tokoh sutji dalam
mata mereka. Kalau misalnja ia mengambil alih dari Markus, ia bukan sadja sering
memperbaiki babasanja, melainkan djuga memperhalus gaja bahasanja. Lukas lebih
suka memudji dari pada mengeritik. la nampak segan mengambil alih tjatatan-
tjatatan tentang kurang pengertian dan kelemahan watak rasul-rasul sebelum
Pentekosta, jang djustru ditondjolkan dalam Markus, tentu sadja berdasarkan
tjeritera-tjeritera Petrus. Demikian pula ia mengbindarkan utjapan atau lukisan
segi-segi sikap Jesus, jang barangkali dapat dianggap sebagai suatu kelemahan
pada pribadi Jesus. Bandingkanlah misalnja Mk. 1:45 dengan Lk. 5:14; Mk. 3:5
dengan Lk. 6:10; MI. 9:56 lagi 10:16 dengan Lk. 9:47-48 lagi 18:16; Mk. 14:53-34
dengan Lk. 22:40-41. Tetapi betapapun halus perikemanusiaan Lukas, namun
sedikitpun tidak ia melemahkan sabda Jesus mengenai tuntutan dan sjarat-sjarat
jang harus dipenuhi murid-murid Jesus, jaitu segala penganutnja. Kata
penjalahannja terhadap para pentjinta mamon lebih keras dari pada ungkapan
Mateus terhadap mereka. Djuga menurut Lukas tuntutan dasar dari Keradjan Allah,
ialah roh kemiskinan, apa djuga berarti sikap rendah hati. Lih.
BIS: Lukas (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang
dijanjikan Allah untuk I
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang dijanjikan Allah untuk Israel dan untuk seluruh umat manusia. Dalam bukunya ini Lukas menulis bahwa Yesus telah diberi tugas oleh Roh Tuhan untuk menyiarkan Kabar Baik dari Allah kepada orang miskin. Kabar Baik ini penuh dengan perhatian terhadap orang-orang dengan berbagai-bagai kebutuhan. Nampak pula suatu nada sukacita dalam buku Lukas ini, terutama pada pasal-pasal pertama mengenai kedatangan Yesus, kemudian pada bagian penutupnya juga mengenai terangkatnya Yesus naik ke surga. Kisah tentang tumbuhnya dan tersebarnya agama Kristen setelah Yesus naik ke surga diceritakan juga oleh penulis buku ini di dalam buku Kisah Rasul-rasul.
Bagian 2 dan 6 (lihat Isi buku di bawah ini) berisi banyak unsur cerita yang hanya terdapat dalam buku Kabar Baik ini. Misalnya, cerita tentang nyanyian para malaikat serta kunjungan para gembala pada saat kelahiran Yesus, Yesus di Rumah Tuhan ketika masih anak-anak, dan juga perumpa maan tentang Orang Samaria yang baik hati dan Anak yang hilang. Buku ini sangat menekankan juga hal doa, Roh Allah, peranan wanita dalam pelayanan Yesus dan pengampunan dosa oleh Allah.
Isi
- Pendahuluan
Luk 1:1-4 - Kelahiran dan masa kanak-kanak dari Yohanes Pembaptis dan Yesus
Luk 1:5-2:52 - Pelayanan Yohanes Pembaptis
Luk 3:1-20 - Baptisan Yesus dan cobaan terhadap diri-Nya
Luk 3:21-4:13 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Luk 4:14-9:50 - Dari Galilea ke Yerusalem
Luk 9:51-19:27 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Luk 19:28-23:56 - Kebangkitan Yesus dari kematian, penampakan diri-Nya
dan terangkat-Nya ke surga
Luk 24:1-53
Ajaran: Lukas (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah
kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelah
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelahiran-Nya sampai kepada kematian-Nya. Dan mengenal akan kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia yang sejati dan suci, penuh kesederhanaan dan ketulusan hati, sebagai teladan mereka dalam hidup kekristenan.
Pendahuluan
Penulis : Lukas.
Tahun : Sekitar tahun 62 SM.
Penerima : Theofilus (artinya sahabat Allah) Dan juga kepada orang-orang yang percaya pada Yesus.
Isi Kitab: Injil Lukas terdiri atas 24 pasal. Isi Injil ini menjelaskan kasih karunia Allah bagi segala bangsa. Orang-orang yang dipandang rendah oleh dunia, tidak dipandang rendah oleh Allah, seperti kaum wanita dan juga orang-orang miskin. Di dalam Injil ini juga nampak kesucian, kesederhanaan, dan keluhuran budi Tuhan Yesus sebagai manusia sejati. Bagi orang Kristen Tuhan Yesus adalah satu-satunya teladan sempurna. Karena itu, orang Kristen dipanggil untuk hidup seperti Yesus hidup.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Lukas
_Bagian Pertama_
Pengajaran tentang Yesus Kristus sebagai anak manusia, yang dibuktikan dengan perasaan dan sikap yang diperlihatkannya terhadap orang-orang yang dianggap rendah oleh masyarakat
Pendalaman
- Bacalah pasal Luk 7:13. Nats ini menceritakan tentang seorang janda yang kematian anaknya. Tuhan Yesus yang melihat kesedihan janda itu, merasa kasihan sehingga ia menghidupkan anak yang sudah mati itu. Hal ini membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah manusia sejati dan juga Allah sejati. Selain itu ayat ini juga mengajarkan setiap orang percaya untuk mengasihi orang lain. _Tanyakan_: pernahkah saudara mengasihi orang lain?
- Bacalah pasal Luk 7:37-50. Tuhan Yesus memperhatikan dan mengampuni wanita berdosa yang bertobat.
- Bacalah pasal Luk 10:25-37. Bagian ini menjelaskan perumpamaan Tuhan Yesus, tentang seorang Samaria yang lebih baik hati dari para imam Yahudi. Hal ini mengajarkan kepada setiap orang Kristen untuk mengasihi dengan tidak memandang suku bangsa, atau kaya miskin. Sudahkah saudara menolong orang lain?
- Bacalah pasal Luk 15:1-7. Tuhan Yesus bergaul dengan para pemungut cukai, karena mereka mau mendengarkan perkataan Tuhan Yesus dan bertobat dari perbuatan pemerasan yang mereka lakukan.
- Bacalah pasal Luk 16:20-21. Bagian ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus mengasihi semua manusia, sampai kepada para pengemis. Bagaimanakah dengan kasih saudara? Apakah saudara mengasihi orang-orang yang dapat memberikan sesuatu kepada saudara saja?
- Bacalah pasal Luk 17:12. Bagian ini menjelaskan bahwa Tuhan Yesus mengasihi dan memperhatikan orang-orang sakit. Apakah yang saudara lakukan terhadap seorang saudara/anggota/jemaat yang sedang sakit lagi miskin?
- Bacalah pasal Luk 23:40-43. Tuhan Yesus memperhatikan seorang penjahat dan juga mengampuni dosanya, karena ia mau bertobat.
_Bagian Kedua_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, memberikan teladan dalam kehidupan doa, khususnya berhubungan dengan peristiwa/kegiatan penting
Pendalaman
- Ia berdoa di saat pembaptisan (Luk 3:21).
- Ia berdoa sesudah mujizat-mujizat dilaksanakan (Luk 5:15-16).
- Ia berdoa sebelum memilih murid-murid-Nya (Luk 6:12).
- Ia berdoa sebelum memberikan nubuat pertama tentan penderitaan-Nya (Luk 9:18-22).
- Ia berdoa pada saat permuliaan-Nya di bukit (Luk 9:29).
- Ia berdoa di saat ketujuh puluh murid-Nya kembal (Luk 10:17-21).
- Ia berdoa sebelum mengajar murid-murid-Nya tentang car berdoa (Luk 11:1).
- Ia berdoa di Taman Getsemani menjelang penderitaan-Ny (Luk 22:39-46).
- Ia berdoa di atas salib (Luk 23:34,46).
Tuhan Yesus selalu berdoa dalam setiap keadaan dan keperluan, maka apakah yang saudara lakukan pada saat-saat menghadapi keperluan/kepentingan dalam hidup?
_Bagian Ketiga_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, mengasihi semua manusia di dunia
Pendalaman
Bacalah pasal Luk 3:6; 24:46-53. Bagian ini menjelaskan, bahwa keselamatan adalah untuk setiap manusia yang percaya pada Tuhan Yesus. Dengan demikian setiap orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, haruslah juga memberitakan keselamatan itu kepada orang lain. Berdasarkan pasal Luk 24:47-48, siapakah yang bertugas untuk meneruskan berita pengampunan dosa ini kepada semua manusia? Sudahkah saudara menginjili?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Lukas jelaslah kita lihat bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Manusia sejati, yang dibuktikan melalui kehidupan-Nya sehari-hari.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Lukas?
- Apakah pokok pengajaran Injil Lukas?
- Buktikanlah bahwa Yesus Kristus adalah anak manusia?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima dari mempelajari Injil Lukas?
Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan se
Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?
Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan sekerja rasul Paulus (Kol 4:14; File 24 dan 2Tim 4:11). Lukas sendiri bukanlah seorang saksi mata dari kehidupan Yesus (Luk 1:1-4). Tradisi mengatakan bahwa ia seorang bukan Yahudi, berstatus bujangan dan hidup sampai usia delapan puluh empat tahun.
MENGAPA INJIL INI DITULIS?
Lukas mempunyai beberapa tujuan:
1. Ia ingin menulis kisah kehidupan Yesus secara teratur yang berdasarkan bukti dari saksi mata yang benar (Luk 1:1-4).
2. Ia ingin mencatat permulaan dan perkembangan Kekristenan, yang dikerjakannya dalam dua bagian. Kisah para Rasul merupakan buku kedua. Lukas menunjukkan bagaimana Allah bekerja di sepanjang sejarah dan khususnya mengenai cara bagaimana para pengikut Yesus dengan cepat tersebar dari Galilea ke Roma.
3. Ia ingin menyatakan bahwa Yesus adalah Juruselamat bagi semua golongan manusia dan bukan hanya bagi sekelompok orang.
4. Ia ingin menunjukkan kepada para penguasa Romawi bahwa Kekristenan bukanlah ancaman bagi tatanan politik yang baik.
SIAPA SAJA PEMBACA INJIL LUKAS?
1. Lukas menujukan Injilnya kepada Teofilus (Luk 1:3), yang boleh jadi adalah seorang bukan Yahudi dari golongan menengah atas yang sudah bertobat dan menjadi Kristen. Namanya berarti 'dikasihi Allah', tetapi selain itu tidak ada lagi yang kita ketahui tentang dia.
2. Disamping itu Lukas berharap mendapatkan sidang pembaca yang lebih luas, yang mencakup orang-orang bukan Yahudi lainnya dan mungkin khususnya para aparat pemerintahan Romawi.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Cara Lukas bercerita tak ada bandingannya. Kemampuannya menyusun kata-kata tampak dalam gaya bahasa Yunaninya yang sangat baik.
2. Lukas juga lebih tertarik dengan kehidupan manusiawi Yesus dan lebih banyak bercerita mengenai awal hidup dan masa kanak-kanak Yesus dibanding dengan Injil-injil lainnya.
3. Dalam hal-hal lain, Injil Lukas juga lebih lengkap mencatat lebih banyak perumpamaan, kisah tentang banyak orang, serta kebangkitan Yesus dibanding dengan Injil lainnya.
4. Lukas lebih menunjukkan perhatiannya kepada pribadi-pribadi, khususnya anak-anak dan orang-orang yang tersingkir dari masyarakat, daripada para penulis Injil lainnya.
5. Lukas juga mempunyai perhatian khusus lainnya, sebagai contoh tentang: doa, Roh Kudus dan tema sukacita.
Pesan
1. Kabar baIk tentang keselamatan.Berita dari Lukas ialah bahwa Allah telah datang untuk menyelamatkan manusia
dari dosa dan keadaan mereka.
o Allah adalah Juruselamat. Luk 1:47
o Kristus dilahirkan untuk menyelamatkan. Luk 2:11, 30; 3:6
o Dia datang untuk menyelamatkan yang hilang. Luk 19:9, 10
o Keselamatan datang oleh iman. Luk 7:50;8:12
o Keselamatan berarti kehilangan nyawa sekarang. Luk 9:24
o Keselamatan dimungkinkan karena Kristus tidak menyelamatkan diri-Nya sendiri. Luk 23:35-43
o Keselamatan tersedia saat ini. Luk 4:21; 19:9
2. Kabar baik tentang Kerajaan Allah.
Bagian pusat Injil Lukas (Luk 9:51-19:44) banyak
berbicara mengenai Kerajaan Allah yang menjadi pusat dari khotbah Yesus. Luk 4:43; 8:1
o Kerajaan Allah itu kekal. Luk 1:33
o Kerajaan Allah milik orang yang miskin. Luk 6:20
o Murid-murid-Nya harus memberitakan
o Kerajaan Allah. Luk 9:2, 11
o Kepentingan Kerajaan Allah harus didahulukan. Luk 9:60-62; 12:31
o Umat harus berdoa untuk Kerajaan Allah. Luk 11:2
o Kerajaan Allah adalah anugerah dari Allah. Luk 12:32; 22:29
o Kerajaan Allah seperti... Luk 13:18-30
o Orang kaya sukar untuk masuk. Luk 18:18-30
o Kerajaan Allah sudah dekat sekarang. Luk 10:9, 11; 11:20; 17:20, 21
o Tetapi, Kerajaan Allah juga akan datang. Luk 24:31
3. Kabar baik terlIhat dalam diri Yesus.
Kabar baik bukanlah suatu dongeng atau cerita anak-anak tetapi didukung oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus.
o Sejarah itu penting. Luk 1:1-4
o Allah telah merencanakannya sejak dahulu kala. Luk 3:23-38
o Allah bekerja di dalam kehidupan Yesus.
Banyak saksi mata melihatnya:
- pada saat kelahiran-Nya. Luk 2:30
- pada saat Yesus dibaptis. Luk 3:22
- dalam mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya. Luk 4:36; 7:16
- dalam kematian-Nya. 23:39-49
- dalam kebangkitan-Nya. Luk 24:1-49 Yesus masih bekerja melalui murid-murid-Nya. Luk 24:48
Yesus sedang bekerja di seluruh dunia. Yerusalem hanyalah permulaan saja. Luk 24:47
Penerapan
Berita Injil Lukas dapat diterapkan kepada dua golongan utama:1. Kepada mereka yang tidak percaya kepada Yesus.
Percaya kepada Yesus berarti:
o mempercayai kesaksian sejarah
o mengenaI pengampunan Allah
o mampu untuk hidup baru
o ikut ambil bagian dalam Kerajaan Allah
o tidak menuntut segala yang terbaik atau terhormat
o dituntut untuk rendah hati dan mau mengorbankan segalanya bagi Yesus
o mendapat anugerah besar pada masa yang akan datang
2. Kepada mereka yang percaya sungguh-sungguh kepada Yesus. Iman kepada Yesus
berarti Anda harus:
o bersukacita dan bersyukur dalam kehidupan
o meneladani kasih Yesus kepada semua orang
o ikut ambil bagian dalam penyebaran kabar baik tentang Kerajaan Allah.
o "mematikan" diri sendiri setiap hari
o berdoa seperti yang diajarkan Yesus
o menjadikan Kerajaan Allah prioritas Anda yang jelas
o percaya bahwa Allah mengendalikan dunia
Tema-tema Kunci
Inilah sebagian dari ajaran-ajaran penting dalam Injil Lukas: 1. Doa. Lukas sering berbicara tentang kehidupan doa Yesus: Luk 3:21; 5:16; 6:12; 9:18-22, 29; 10:17-21; 11:1; 22:39-46; 23:34, 46. Ia juga mencatat perumpamaan-perumpamaan Yesus tentang doa: Luk 11:5-13; 18:1-8. Apa yang dapat kita pelajari dari ayat-ayat tersebut tentang kapan Anda harus berdoa, bagaimana berdoa dan apa yang didoakan?
2. Roh Kudus. Lukas menekankan pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan Yesus. Tulislah saat-saat dalam kehidupan Yesus ketika Roh Kudus disebut: contoh Luk 1:35; 4:1, 14, 18; 10:21, 22; 24:49. Apa yang diajarkan dalam ayat-ayat ini mengenai Roh Kudus?
3. Pujian dan sukacita. Injil Lukas diawali dengan sejumlah lagu pujian: Luk 1:46-55, 68-79; 2:14; dan Luk 2:29- 32. Sebutkan bagian-bagian lain dalam Injil yang berbicara tentang sukacita. 4. Pengampunan. Pada dasarnya kabar baik berisi berita tentang pengampunan dosa. Mengapa pengajaran Yesus mengenai pengampunan menimbulkan perubahan secara besar-besaran? Pelajarilah dengan saksama apa yang Yesus katakan mengenai pengampunan dalam: Luk 5:17-25; 6:37; 7:36-50; 11:4; 17:3-4; 23:34; 24:47.
5. Uang. Lukas lebih banyak berbicara mengenai uang dibandingkan dengan Injil-injil lainnya dan menempatkan masalah orang miskin secara khusus. Lagi-lagi pesannya sangat revolusioner. Carilah ajaran tersebut dalam ayat-ayat berikut: Luk 1:53; 4:18; 6:20; 12:13-34; 15.8-10; 16:1-15, 19-31; 18:1-14; 19:1-27; 20:19-26.
6. Wanita dan anak-anak. Catatlah mengenai beberapa wanita yang terdapat dalam Injil Lukas. Masyarakat pada zaman Yesus biasanya tidak menganggap bahwa wanita layak mendapat banyak perhatian. Tetapi, Lukas menekankan mengenai kasih Allah terhadap semua orang bahkan terhadap wanita, orang-orang yang tersingkir dan anak-anak. Pelajarilah ayat-ayat tentang anak-anak berikut ini dan buatlah ringkasan dari ajaran yang terdapat di dalamnya: Luk 8:40-56; 9:37-43, 46-48; 18:15-17.
Garis Besar Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis
Luk 1:26-
[1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 1:26-38 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yesus |
Luk 1:39-56 | Kunjungan Maria ke rumah Elizabet |
Luk 1:57-80 | Kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 2:1-38 | Kelahiran Yesus |
Luk 2:39-52 | Masa kanak-kanak Yesus |
Luk 3:1-22 | Khotbah Yohanes Pembaptis |
Luk 3:23-38 | Silsilah Yesus |
Luk 4:1-13 | Pencobaan Yesus |
[3] SANG JURUSELAMAT DI GALILEA Luk 4:14-9:50
Luk 4:14-30 | Yesus memulai pelayanan-Nya |
Luk 4:31-44 | Yesus menyembuhkan di Kapernaum |
Luk 5:1-26 | Yesus melakukan mukjizat |
Luk 5:27-39 | Panggilan dan di rumah perjamuan |
Luk 6:1-11 | Lewi Perdebatan mengenai hari Sabat |
Luk 6:12-16 | Yesus memilih murid-murid-Nya |
Luk 6:17-49 | Yesus berkhotbah di depan orang banyak |
Luk 7:1-17 | Mukjizat kesembuhan dan kebangkitan orang mati |
Luk 7:18-35 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes terjawab |
Luk 7:36-50 | Seorang pelacur menyembah Yesus |
Luk 8:1-21 | Mengajar firman Allah |
Luk 8:22-56 | Tiga mukjizat lagi |
Luk 9:1-6 | Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk misi penginjilan |
Luk 9:7-9 | Reaksi Herodes terhadap Yesus |
Luk 9:10-17 | Pemberian makan kepada lima ribu orang |
Luk 9:18-27 | Yesus menanyakan pertanyaan yang penting |
Luk 9:28-36 | Transfigurasi (perubahan rupa) Yesus |
Luk 9:37-50 | Yesus berbicara dengan murid-murid-Nya |
[4] SANG JURUSELAMAT PERGI KE YERUSALEM Luk 9:51-19:44
Luk 9:51-62 | Harga yang harus dibayar untuk mengikut Yesus |
Luk 10:1-24 | Pengutusan tujuh puluh murid |
Luk 10:25-37 | Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik |
Luk 10:38-42 | Maria dan Marta |
Luk 11:1-13 | Ajaran tentang doa |
Luk 11:14-36 | Ajaran tentang roh-roh dan tanda-tanda |
Luk 11:37-54 | Kecaman terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat |
Luk 12:1-59 | Mengajar orang banyak |
Luk 13:1-9 | Kecuali jika engkau bertobat... |
Luk 13:10-17 | Seorang wanita cacat disembuhkan |
Luk 13:18-30 | Kerajaan Allah itu seperti... |
Luk 13:31-35 | Yerusalem dan para nabi |
Luk 14:1-24 | Makan malam bersama seorang Farisi |
Luk 14:25-35 | Harga yang harus dibayar untuk menjadi seorang murid |
Luk 15:1-32 | Tiga kisah tentang yang hilang |
Luk 6:1-31 | Ajaran tentang uang |
Luk 17:1-10 | Ajaran tentang pelayanan |
Luk 17:11-19 | Penyembuhan sepuluh orang kusta |
Luk 17:20-37 | Kedatangan Kerajaan Allah |
Luk 18:1-17 | Ajaran mengenai keadilan dan kerendahan hati |
Luk 18:18-34 | Yesus bertemu dengan seorang penguasa muda yang kaya-raya |
Luk 18:35-43 | Mata seorang pengemis dicelikkan |
Luk 19:1-10 | Yesus bertemu Zakheus |
Luk 19:11-27 | Perumpamaan tentang uang mina |
Luk 19:28-44 | Masuk ke Yerusalem |
[5] JURUSELAMAT DI YERUSALEM Luk 9:45-24:53
Luk 19:45-21:4 | Yesus mengajar di Bait Allah |
Luk 21:5-38 | Yesus berbicara mengenai akhir zaman |
Luk 22:1-38 | Perjamuan Malam Terakhir |
Luk 22:39-53 | Kejadian di taman Getsemani |
Luk 22:54-62 | Penyangkalan Petrus |
Luk 22:63-23:25 | Pengadilan atas Yesus |
Luk 23:26-56 | Penyaliban dan penguburan |
Luk 24:1-49 | Kebangkitan |
Luk 24:50-53 | Kenaikan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi