Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 8 No. 1 Tahun 1993 > 
DIALOG TENTANG T.U.L.I.P. 
Penulis: Daniel Lucas Lukito

Berikut ini adalah sebuah percakapan imajiner antara seorang pendeta yang Arminianistik289 dengan sejawatnya, seorang pendeta yang Calvinistik.290 Pendeta yang pertama, Armin Kefas Wongsodiharjo, adalah lulusan dari Asbury Theological Seminary di Wilmore, Kentucky, Amerika Serikat; sekarang melayani sebagai Dosen Omnididaskalia alias All Round di Seminary Teologia Bukit Megiddo. Pendeta yang kedua, Calos Steianos Tongkiwiboowo, adalah lulusan dari Westminster Theological Seminary di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat; sekarang melayani sebagai Dosen Teologia Polemik di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologia Epikuros. Keduanya berjumpa setelah makan malam dalam suatu kesempatan pada akhir April 1993 yang lalu di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor.

Cal: Hallo, Bung, apa kabar sekarang?

Ar: Baik-baik saja. Bagaimana kesibukan alei di kota besar?

Cal: Ah, biasa. Namanya juga kota besar: macet, sibuk, ruwet, dan sebagainya; sekarang saya makin jarang ke luar negeri, sudah tua.

Ar: Jangan bilang begitu. Saya ini lebih tua dari you masih sering ke sana sini. Lagipula stamina you sebenarnya lebih kuat dari saya. Bukankah you sering makan macam-macam royal jelly, ginseng, Sun-chlorella dan vitamin?

Cal: Itulah sebabnya lever saya hampir-hampir sirosis. Tetapi saya tidak peduli; seorang Calvinis harus tabah sampai akhir.

Ar: Rupanya you masih getol dalam ajaran seperti itu.... Padahal you tahu, sekarang ini lebih banyak orang Calvinis yang berubah menjadi Arminian daripada sebaliknya.

Cal: Mosok? Mana buktinya? (sambil melotot dan ada yang muncrat dari mulutnya).

Ar: Believe it or not, itulah kabar yang saya dengar. Buktinya, teolog terkena: seperti Clark Yinnocx yang dulunya Caivinis sekarang jadi pembela Arminianisme yang ngetop.

Cal: Ah, itu mah berita basi. Ngomong-ngomong, you sendiri gimana?

Ar: Saya sih tetap seperti dulu: Sekali Arminian tetap Arminian.

Cal: Orang Arminian itu sebetulnya nggak ngerti teologia (masih tetap mendelik dengan nada polemis).

Ar: Terserah deh apa kata you. Menurut teologia doktrinal Alkitabiah yang saya yakini, Arminianismelah yang lebih biblikal.

Cal: Apanya yang biblikal?

Ar: Begini. Saya jelaskan dulu (sambil menenggak segelas kopi sekaligus.) Sebetulnya yang membuat saya selalu ragu terhadap Calvinisme adalah aspek "Lima Butir TULIP" itu, khususnya butir kedua hingga keempat. (Ketika dilihatnya Cal tidak sabaran hendak memotong.) You sabar sedikit. Saya teruskan lagi. Jangan salah mengerti; sebenarnya orang Arminian juga percaya pada ajaran tentang predestinasi atau doktrin tentang pilihan. Mengapa? Sebab kami percaya Alkitab mengajarkan hal tersebut. Tetapi, pengertian kami tentang predestinasi jauh berbeda dengan apa yang diajarkan dalam Calvinisme. Menurut Arminianisme, predestinasi atau eleksi (pilihan) adalah ketetapan yang mula-mula sekali dari Allah untuk menyelamatkan mereka yang bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus.

Cal: Jadi, maksud you, mereka bertobat dan percaya terlebih dahulu, baru Tuhan selamatkan. Nggak rame dong. (Dia setengah membentak.)

Ar: Tetapi itulah yang saya sebut sebagai "eleksi bersyarat" (conditional election), karena predeterminasi nasib setiap orang didasarkan atas pengetahuan Allah yang mengetahui sebelumnya keadaan setiap orang nantinya, entah mereka menolak Kristus atau menerimaNya.

Cal: Bukankah John Wesley juga percaya pada "eleksi tak bersyarat" (unconditional election)?

Ar: Bentoel, eh, betul. Wesley memang sedikit banyak percaya pada unconditional election, tetapi ia mengartikannya sebagai hal yang berkenaan dengan rencana Allah untuk memberikan keselamatan, bukan sebagai tindakan Allah memilih siapa manusia yang akan diselamatkannya (election to be a matter of the plan of salvation rather than of choosing persons to salvation).

Cal: Kalo begitu, pengetahuan you tentang pengetahuan Allah itu sendiri sepertinya melampaui apa yang Alkitab nyatakan, 'kan begitu?

Ar: Salah mengerti lagi. Sabar dong... orang Calvinis harus ada penguasaan diri.... Posisi saya adalah bahwa Allah, sebelum penciptaan dan kejatuhan manusia dalam dosa, telah melihat dan menetapkan takdir setiap orang. Dari sudut pandang Allah, Ia telah mengetahui terlebih dahulu sejak kekal siapa-siapa yang akan percaya dan siapa yang tidak percaya. Dengan perkataan lain, keselamatan manusia tergantung pada pilihan manusia itu sendiri untuk percaya pada Kristus atau menolakNya. Dengan demikian, pilihan manusialah yang menjadi faktor' yang utama dan yang menentukan.

Cal: Wah, gawat you ini. Dulu di sekolah teologia belajar apa aje sih? (Ia meledek.) Saya mencatat beberapa koreksi terhadap apa yang telah you katakan. Pertama, eleksi bukanlah keselamatan itu sendiri tetapi demi untuk atau. demi menuju pada keselamatan (not salvation but is unto salvation). Seperti halnya Presiden terpilih Bill Clinton belumlah menjadi presiden USA sampai ia dilantik tanggal 20 Januari yang lalu, demikian halnya mereka yang dipilih Tuhan untuk diselamatkan sebenarnya belum selamat sampai mereka mengalami regenerasi melalui pekerjaan Roh Kudus serta dibenarkan melalui iman dalam Kristus.291 Hal ini jelas di dalam Alkitab ketika Paulus sendiri dalam II Timotius 2:10 berkata:

Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.

Kedua, jikalau eleksi itu bersyarat (conditional), yakni tergantung iman dan daya tahan seseorang yang dilihat Allah sebelumnya, maka keselamatan Allah bukanlah berdasarkan kasih karunia, melainkan Allah menjadi seakan-akan berhutang kepada seseorang karena imannya; keselamatan menjadi seperti pelunasan sesuatu secara adil berdasarkan jerih payah usaha seseorang, bukan berdasarkan belas kasihan Allah.292 'Kan repot ini jadinya. Kalo begini boleh di bilang manusialah yang menjadi pelaksana atau instrumen (agent) keselamatan bagi dirinya sendiri, dan bukan Allah. Padahal, Alkitab jelas mengatakan bahwa Allah mendemonstrasikan kasihNya kepada manusia, oleh karena Kristus telah mati untuk manusia, ketika manusia masih berdosa (Rm 5:6). Ini membuktikan bahwa kasih Allah tidak disalurkan kepada manusia karena manusia itu baik, melainkan sekalipun manusia jahat, berdosa, bermusuhan dengan Allah, Allah menyatakan kasihNya. Allahlah yang memilih pribadi demi pribadi, serta menyebabkan mereka datang menghampiriNya.293 Ini dilakukan Allah bukan karena atau didasarkan atas iman yang terlihat sebelumnya. Dengan demikian, iman adalah hasil/akibat/bukti dari eleksi Allah; iman bukan penyebab atau dasar dari eleksi. Ketiga, eleksi, sekali lagi, didasarkan atas tindakan Allah yang mahakuasa, yang berdaulat dan penuh belas kasihan itu. Bukan karena kehendak manusia, melainkan kehendak Allah yang menentukan manusia yang berdosa itu diselamatkan atau dikasihani.294 Coba deh, you baca dengan teliti Roma 9:11-13.

Ar: Tapi tunggu dulu, kalo begitu berarti ada yang namanya "eleksi untuk keselamatan" dan ada "eleksi untuk kebinasaan".

Cal: Jangan terlalu cepat membuat implikasi sejauh itu. Bila Tuhan memilih ke 12 rasul (Luk 6:13) dan juga Paulus untuk menjadi alatnya (Kis 9:15) itu tidak berarti Ia secara aktif merencanakan pencampakan terhadap mereka yang tidak dipilihNya. Justru dengan dipilihNya Israel (Kis 13.304, Tuhan merencanakan berkat yang benar bagi bangsa-bangsa lain, bukan sebaliknya. Jadi, ketika Tuhan memilih Abraham, Tuhan memaksudkan sesuatu yang baik juga bagi bangsa-bangsa lain (bdk. Kej 12:3).295

Ar: Bagus juga apologia you. Tetapi, jangan cepat-cepat senang dulu. Kalau betul Allah dengan kedaulatanNya memilih siapa-siapa dan untuk diselamatkan, bukanlah ini jelas sejenis pengajaran yang menyebabkan orang Kristen yang sudah diselamatkan dan yang merasa dipilih oleh Allah akan menjadi malas untuk berbuat baik dan menginjil. Argumentasi mereka adalah: kalau saya dipilih untuk diselamatkan, toh nantinya pasti akan selamat juga, tidak tergantung perbuatan saya bagaimana. Ayo, ini 'kan jelas gejala antinomianisme di dalam sistem Calvinisme! (bantahnya tak kalah keras)

Cal: Aduu .... uh, you ini tegar tengkuk amat sih. Predestinasi atau eleksi sudah termasuk sarananya. Tuhan bukan hanya menetapkan akhir atau "ujung" dari garis keselamatan seseorang; yang benar adalah dari prosesnya, sarananya, sampai pada akhirnya. Jadi singkatnya, proses keselamatan seseorang sampai tahap/proses pengudusannya pun semuanya termasuk dalam "paket" keselamatan itu. Paulus jelas mengatakannya dalam II Tesalonika 2:13b: "...sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai."296 Jadi, eleksi bersifat efficacious; maksudnya, mereka yang telah dipilih Allah pasti akan beriman kepadaNya, dan mereka yang beriman kepadaNya akan bertahan di dalam iman itu sampai pada akhirnya. Maka, tidak mungkin orang yang beriman itu menjadi tidak bersemangat untuk berbuat baik dan menginjil, sebab iman yang dari Allah itu akan menggerakkan dia untuk melakukan itu. Tidak mungkin ada gejala antinomianisme seperti tuduhan you itu! (Katanya sambil menunjuk-nunjuk dengan jarinya.)

Ar: Lho kok jadi sewot? Orang Calvinis harus sabar dong. Bila yang you katakan tadi benar, maka saya rasa susunan/urutan dari Injil harus dibalik. Sebab perkataan "barangsiapa yang percaya" (misalnya dari Yoh 3:16) secara tidak langsung berarti Allah tidak mengasihi semua orang melainkan hanya orang-orang pilihan yang digerakkanNya supaya mau tak mau harus percaya (whom he caused irresistibly to believe). Bukankah ini juga berlawanan dengan ajaran tentang dasar kasih Allah dalam hubungan dengan keadilanNya, di mana Ia benar-benar akan "memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (Ibr 11:6)?297

Cal: He, Bung! Ayat-ayat yang situ kutip tadi belon lengkap. Sebagai contoh, kalau kita baca Yohanes 15:16, Kristus berkata: "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih Kamu." Di lain pihak, boleh saja kita mengatakan bahwa orang Kristenlah yang memilih Kristus, percaya kepadaNya, dan mengambil keputusan untuk mengikut Dia. Tetapi ingat, "Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya" (Flp 2:13). Jadi, seorang Kristen yang benar-benar Kristen tidak boleh bilang bahwa keselamatan yang telah diperolehnya separoh adalah karya Allah dan separohnya lagi usaha manusia. 'Kan ngaco tuh orang. Kalo begini jadinya berarti keselamatan itu sinergistis, suatu usaha kerjasama Allah - manusia. Ya blunder dong jadinya. Sekarang, ada lagi satu ayat yang saya mau kutip. Menurut Sdr. Lukas: "...semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya" (Kis 13:48). Ayat ini memang selama ini bikin puyeng orang-orang Arminian nggak tau kalau you sendiri gimana. Beberapa teolog Arminian mencoba menterjemahkan terbalik kata-kata di dalam ayat itu sehingga menjadi "...semua orang yang menjadi percaya ditentukan Allah untuk hidup yang kekal."298 Justru ini terlalu dicari-cari, sebab teks Yunani episteusan hosoi ban tetangmenoi eis zoen aionion memang sudah benar terjemahannya di dalam versi NIV, NASB, atau bahkan versi kuno KJV. Mau diapain lagi tuh ayat?

Ar: OK. Tetapi sekarang coba jawab: Kristus mati buat siapa? Kristus menjadi penebus untuk siapa? Apa yang menjadi maksud dan tujuan dari kematianNya? Sdr. Tongki, apakah sampeyan masih akan mengatakan bahwa Ia hanya mati untuk mereka yang telah Allah pilih? Kalau jawaban Anda adalah ya, bagaimana cara saudara mengartikan ayat-ayat seperti II Korintus 5:15 yang mengatakan bahwa "Kristus telah mati untuk semua orang" (bdk. Tit 2:11 "semua manusia"; I Yohanes 2:2 "untuk dosa seluruh dunia")? Bagi saya ayat-ayat tersebut jelas memberi indikasi bahwa penebusan Kristus sebenarnya tidak terbatas khasiatnya (unlimited atonement), bukan limited seperti ajaran kubu Anda.

Cal: Begini Broer. Memang benar bahwa Kristus mati hanya untuk orang yang percaya, yaitu orang-orang pilihan; Ia sendiri menegaskan hal ini (Yoh 6:37-40).299 Periksa juga ayat-ayat lain di mana jelas mengatakan bahwa kematian Kristus bukanlah untuk setiap orang, melainkan untuk "umatNya" (Mat 1:21), "dombaNya" (Yoh 10:15,26), "sahabatNya" (Yoh 15:13), dan "jemaat" (Kis 20:28). Tetapi, jangan salah mengerti, ketika saya memakai istilah "limited atonement", saya tidak memaksudkan itu sebagai penebusan yang terbatas daya kuasanya. Khasiatnya tidak terbatas, tetapi lingkupnya terbatas (It is unlimited in its power, but limited in its scope). Kematian Kristus sebenarnya memang menghapuskan dosa a limited number of people, yakni mereka yang dikasihi Allah dengan kasih istimewa sejak kekal. Penebusan itu sendiri memiliki nilai yang tak terbatas (unlimited 12 value), tetapi memang terbatas untuk orang-orang tertentu.

Ar: Baiklah, Nep. But I'm still not persuaded by what you said. Masalahnya, Yehezkiel 33:11 jelas menyatakan bahwa Tuhan "tidak berkenan kepada kematian orang fasik..."; Petrus juga yakin bahwa Allah "menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat" (2Ptr 3:9). Apalagi rasul Paulus tanda tedeng aling-aling berbicara bahwa Allah "...menghendaki supaya semua orang diselamatkan..." (1Tim 2:4).300 Bahkan pembela ajaran Calvinisme yang hebat seperti Loraine Boettner harus mengakui bahwa ayat-ayat seperti Yesaya 55:1 dan seterusnya atau Matius 11:28 sedikit banyak menguatkan posisi Arminianisme.301 Maka, jikalau benar Allah tidak bermaksud menyelamatkan semua orang (seperti yang disebutkan ayat-ayat di atas), tentunya ini berarti Allah tidak tulus atau serius di dalam seruanNya! Lha, ini 'kan kontradiksi namanya. Coba deh jawab kalo memang pinter. (Sekarang giliran orang ini yang panasan dan melotot.)

Cal: Aduh pengungnya ini orang! Kata "semua (orang)" atau "setiap (orang)" dalam ayat-ayat di atas jangan diartikan sebagai suatu istilah untuk menyatakan penegasan kolektif yang universal sifatnya (a universal affirmative collectively) dan berlaku bagi setiap orang secara individual. Yang benar adalah istilah tersebut harus dimengerti secara distributif. Misalnya, dalam Matius 9:35 dikatakan bahwa Tuhan Yesus "...melenyapkan segala penyakit dan penderitaan." Apakah ini berarti Yesus menyembuhkan setiap penyakit secara individual, universal, dan kolektif?302 'Kan tidak. Contoh lagi. Di dalam Kolose 1:28 Paulus mempergunakan istilah "tiap-tiap orang" sebanyak tiga kali; apakah Paulus maksudkan ia telah berhasil menasihati dan mengajari setiap orang secara universal, ataukah sebenarnya itu terbatas pada orang-orang yang telah Paulus layani dengan khotbah-khotbahnya? Rasanya you sendiri tahu jawabannya. Jadi, istilah "semua orang" dalam I Timotius 2:4 tidak boleh diartikan bahwa Tuhan menginginkan semua orang diselamatkan secara individual, kolektif dan universal, karena itu akan membuat ayat seperti Matius 25:41 ("Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk") jadi tidak berarti. Seharusnya istilah "semua (orang)" menunjukkan bahwa Kristus telah mati bagi semua orang tanpa perbedaan (without distinction). Artinya, Ia mati bagi orang Yahudi dan bukan Yahudi sama saja, tanpa dibeda-bedakan antara orang ini dan orang itu. Istilah "semua (orang)" tidak berarti bahwa Kristus telah mati bagi semua orang tanpa kekecualian (without exception). Artinya, Ia tidak mati supaya setiap orang berdosa diselamatkan tanpa kekecualian.303 Kalo semua orang berdosa pada akhirnya diselamatkan Kristus tanpa kekecualian, ya selain nggak came ini juga paham universalisme namanya.

Ar: Ogut tidak bilang begitu. Kok naif bener sih kesimpulan si Babah? Saya tidak universalistis. Yang saya tekankan adalah Kristus telah mati supaya setiap orang dapat diselamatkan jika dan hanya jika orang itu percaya.

Cal: Maafkan saya, Amigo. Di sini justru lebih jelas bahwa sebetulnya Andalah, dan bukan saya, yang membatasi lingkup khasiat penyelamatan Kristus. Bagi saya, melalui kematian Kristus justru Allah telah menyelamatkan begitu banyak orang yang dipilih dan percaya yang jumlahnya tak terbilang.304

Ar: Bila you memimpin KKR, mengapa perlu mengundang orang untuk percaya dan menerima keselamatan? Bukankah kasih karunia atau anugerah itu, menurut Calvinisme, tidak dapat ditolak (irresistible grace)? Kenyataannya, coba lihat, di dalam KKR you 'kan ada juga orang yang tidak mau percaya, menolak berita Injil. Ini gimana?

Cal: Menurut seorang penulis Kristen: To will is from nature, but to will well is from grace. Spiritual fruit must spring from a spiritual root.305 Manusia memang memiliki kehendak bebas, tetapi tetap adalah budak dosa. Maka, seorang yang berdosa tidak akan dapat datang menghampiri Allah by his own will. Harus ada karya Allah yang mula-mula di mana Roh Kudus memperbarui natur manusia sedemikian rupa sehingga manusia itu kehendaknya secara sukarela tergerak untuk beriman pada Kristus, dan sesudah itu will-nya condong untuk melakukan kebaikan.306 Jadi, pada waktu seseorang menyampaikan firman Tuhan dan melakukan panggilan untuk percaya, ia sebetulnya hanya meneruskan a general outward call dan Roh Kuduslah yang melakukan a special inward call kepada orang-orang pilihan (the elect). Yang dapat dan seringkali ditolak oleh manusia adalah the general call dari sang pengkhotbah, tetapi the special call tidak dapat ditolak.

Ar: Bila halnya demikian, maka itu menunjukkan Allah benar-benar memaksa beberapa orang untuk menerima anugerahNya, di mana pada kenyataannya kehendak mereka memberikan tanggapan atau respons yang negatif. Ini mah namanya ajaran tentang "penodongan" tingkat Ilahi.

Cal: Terserah deh, Mas, apa maunya situ. Saya hanya ingin memberi penjelasan terakhir begini. Tindakan Allah Roh Kudus dalam special call tidak memaksa will manusia secara semena-mena. Yang benar adalah Roh Kudus bekerja melalui sejenis bisikan yang meyakinkan hati manusia (a form of persuasion) sehingga will manusia akan menjadi responsif terhadap firman Tuhan dan menyambut anugerahNya. Teologia Reformasi jelas mengajarkan bahwa sekalipun Roh Kudus tidak menyuruh manusia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendaknya, Ia dapat melakukan pembaruan natur manusia sedemikian rupa (termasuk willnya) sehingga manusia terdorong melalui kehendak bebasnya sendiri untuk datang dan beriman kepada Kristus.307 Dengan demikian, apa yang kita kenal sebagai kedaulatan Allah dan anugerahNya, kasih Allah dan keadilanNya, selalu berjalan/bekerja bersama-sama.308 Inilah titik pemahaman krusial yang sering disalahmengertikan oleh banyak teolog Arminian.

Ar: (sambil melihat jam tangan Pierre Cardinnya) Well, rupanya sudah dua jam setengah kita duduk dan berdebat. Besok you mengisi tema ceramah apa?

Cal: Justification menurut Calvin dan Arminius. Pokoknya rame deh.

Ar: Go ahead,man. See you tomorrow.



TIP #24: Gunakan Studi Kamus untuk mempelajari dan menyelidiki segala aspek dari 20,000+ istilah/kata. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA