(1Kor 2:8)
Rasul Paulus menyadari bahwa berita tentang Kristus yang disalibkan itu "adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa"; bahwa ini merupakan "untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan" dan "untuk orang kafir suatu kebodohan," namun dia bertekad untuk tidak memberitakan amanat lain, sekalipun ini berarti baginya penyelidikan hati dan menimbulkan kelemahan, dan dia menjadi "sangat takut dan gentar." Amanat salib ini merupakan suatu rahasia yang begitu besar, sekalipun dia memperlihatkan kebijaksanaan dan kekuasaan Allah, sehingga amanat itu hanya dibukakannya melalui Roh yang ,menyelidiki segala sesuatu bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Dalam hubungan pikiran ini Rasul Paulus mempergunakan ungkapan yang mengejutkan mengenai penguasa-penguasa dunia, yang tidak mengenal kebijaksanaan Allah, bahwa "kalau sekiranya mereka mengenaiNya, mereka tidak akan menyalibkan Tuhan yang mulia.(1Kor 1:18,23; 2:3,10,8)
Dalam khotbahnya dihadapan penatua-penatua dari Efesus, Rasul Paulus mempergunakan kata-kata yang lebih keras dan memikat lagi "Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darahNya sendiri.(Kis 20:28) Kita takut akan kesimpulan-kesimpulan yang keras dan mengagetkan itu, Tuhan yang mulia diatas kayu salib, darah Allah -- tetapi apabila kita mencoba melembutkan kata-kata itu, kita melihat, bahwa naskah aslinya tidak memberikan pilihan lain.
Ignatius menulis kepada orang-orang Efesus, 50 tahun sesudah surat Rasul Paulus, bahwa orang-orang yang percaya "dikobarkan oleh darah Allah." Seratus tahun kemudian Tertullian mempergunakan ungkapan yang sama, yaitu "darah Allah." Dalam pasal yang lain juga naskah asli itu adalah memang murni dan kata-kata itu ditulis oleh Rasul Paulus 27 tahun sesudah peristiwa itu -- sebelum kitab-kitab Injil itu sendiri dijalankan: "Sekiranya mereka mengenalNya, mereka tidak akan menyalibkan Tuhan yang mulia."
"Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "Tuhan semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!(Mazm 24:10) Baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, Tuhan kemuliaan berarti Dia yang sifatNya mulia (Mazm 29:1, Kis 7:2; Ef 1:17; Jas 2:1), Tuhan yang mempunyai kemuliaan yang menjadi hak mutlakNya. Theologia ungkapan ini adalah penting karena dia mencakup ketuhanan dari Yesus. Dalam pasal-pasal seperti 1Kor 11:26,27 arti "kematian Tuhan," dan "badan dan darah Tuhan" adalah sama, tetapi bahasanya tidak begitu mengejutkan. Juga pada masa Dia hidup sebagai manusia, bagi Rasul Paulus Juruselamat adalah Tuhan yang memiliki segala kemuliaan sebagai hak mutlakNya.
Tidak ada rahasia yang begitu besar seperti ini di langit atau di bumi -- seorang Ilah yang menderita, seorang Juruselamat yang Mahakuasa dipakukan pada salib. Namun inilah yang dicakup kata-kata itu. Pada salib itulah kita melihat dalam Kristus secara jasmaniah kelengkapan kasih dan belas kasihan Allah. Pada saat inilah, pada instansi terakhir, kita menjadi yakin - sebagaimana halnya dengan kepala pasukan itu akan ketuhananNya. Ini adalah pekerjaan yang hanya bisa dilakukan Allah, yang dikerjakan Kristus disana.
Bagi Rasul Paulus, melalui kematianNya dan kebangkitanNya, Kristus ditunjukkan sebagai pusat dari alam semesta. Dia adalah sumber pertama dari penciptaan, inti dari kesatuannya, tujuannya dan keterangan dari segala rahasianya (Kol 1:13-18). Tidak ada orang yang dapat membaca pasal ini lalu menyangkal, bahwa dia mengajarkan kesamaan Kristus dalam kemuliaan dengan Allah.
Berkenaan dengan pasal ini mengenai keilahian hakiki dari Anak Allah "yang kekasih" yang didalamNya adalah penebusan kita; yaitu pengampunan dosa,(Kol 1:13) mysticus Katolik Rum, John Cordelier, berkata: "Segala kemajuan lahir dari perbenturan kasih dengan kepedihan yang merupakan rahasia dari hatinya; siksaannya yang bersifat rahasia terletak pada dasar segala kesukaan kita. Pandanglah ke ketinggian, pandang ke kedalaman, pandang kedalam, pandang keluar; dimana-mana engkau akan menemukan salib itu."
Bukanlah kita hanya melihat dalam kematian Kristus penjelmaan dari duka cita belas kasihanNya yang tak terhingga. "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya" terdapat dalam Mazmur yang sama yang mengatakan kepada kita, bahwa "sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita.(Mazm 103:12-13) "Terpancar dari lukaNya belas kasihan tak terperi" diatas kayu salib belas kasihan Allah.
Seluruh ajaran Kristen mengenai Penebusan berakar pada keilahian Kristus. Kepercayaan kita pada yang terakhir menentukan kepercayaan kita pada yang pertama, Tidak ada orang biasa yang dapat membayar hukuman dosa orang lain. Segala keberatan terhadap korban penggantian dari Kristus dilenyapkan oleh kenyataan luar biasa dari keagungan Pribadi dari Yesus. "Adalah benar sekali," kata Dr. Greshma Makhen, "bahwa Kristus dari rekonstruksi naturalistis yang modern tidak akan pernah bisa menderita untuk dosa orang-orang lain; tetapi adalah sangat berlainan dengan hal Tuhan kemuliaan. Dan, jika pengertian pendamaian pengganti begitu gila seperti oposisi modern mengingini kita mempercayai, apakah yang hendak dikatakan tentang pengalaman Kristen yang didasarkan padanya? Gereja liberal modern sangat senang mengemukakan pengalaman. Tetapi dimanakah pengalaman Kristen yang sejati didapat kalau tidak dalam pendamaian yang datang dari Golgota? Pendamaian itu hanya datang apabila orang mengakui, bahwa segala usahanya untuk dibenarkan di mata Allah, segala usahanya yang riuh untuk taat pada hukum Taurat sebelum dia dapat diselamatkan, adalah percuma: dan bahwa Tuhan Yesus telah "menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakanNya dengan menaklukkanNya pada kayu salib.(Kol 2:14), Siapakah yang dapat mengukur kedalaman damai dan sukacita yang datang dari pengetahuan ini? Apakah ini teori penebusan, lamunan dari khayalan manusia? Atau apakah ini kebenaran dari Allah?"
Ketika Rasul Paulus berbicara tentang Yesus Kristus sebagaimana Dia menderita diatas salib dalam istilah seperti yang kita telah ulangi, dia berbicara mengenai kenyataan-kenyataan yang begitu luhur sehingga dia menamakannya perkara yang sangat mendalam dari Allah. Soal-soal ini begitu mendalam, sehingga tak dapat dijangkau oleh falsafah manusia. Begitu tinggi, sehingga pandangan intelek yang paling tajam tak dapat melihatnya. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul didalam hati manusia." Tetapi "Allah telah menyatakannya oleh Roh," dan sekalipun kita tidak memahaminya, kita dapat bersujud dengan rasa syukur dan kerendahan hati{n8}
"Memandang palang Rajaku yang mati untuk dunia,
Kurasa hancur congkakku Dan harta hilang harganya."
Tidak ada pemisahan antara kedua kodrat Yesus Kristus diatas kayu salib. KemanusiaanNya dan keilahianNya yang sejati tidak campur baur, tidak juga kusut campur aduk, melainkan jelas dan dalam keseluruhannya kedua-duanya hadir. "Allah memperdamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus." Pengorbanan itu bukanlah Kristus insani yang berkenan kepada Allah, tetapi adalah Allah yang mendamaikan manusia oleh Kristus dan dalam arti lain mendamaikan diriNya. Pengorbanan itu bukanlah kematian seorang manusia pahlawan dalam ketaatannya pada kehendak Allah, melainkan kematian Anak Allah karena dosa-dosa dunia. Disinilah, dalam cerita Injil itu, Kristus memperlihatkan kemuliaanNya -- suatu "kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.(2Kor 5:19; Joh 1:14) Penebusan itu adalah perbuatan dari seluruh Tritunggal, "Karena Allah, Bapa begitu mengasihi dunia sehingga Ia telah mengaruniakan: Allah, Anak, memberikan nyawaNya untuk manusia; Allah, Roh Kudus, hadir dalam diri Yesus Kristus dengan kekuatanNya untuk dapat menahan kematian demikian dan mengalahkannya dengan kebangkitanNya yang gemilang (Rom 1:4).
Bukan hanya di Bethlehem, melainkan juga di Golgota, kita boleh menyanyi dengan malaikat: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera diantara manusia yang berkenan kepadaNya.(Luk 2:14)
Oleh karena itu kita tekankan arti yang sepenuhnya dari kata-kata itu, "Allah memperdamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus oleh Kristus Allah mendamaikan - Ini dilakukan oleh seluruh kepenuhan ke-Allah-an itu dan tidak oleh Anak sendirian. Ahli-ahli theologi lama memang adalah benar kalau mereka mempertahankan, bahwa usaha penyelamatan itu adalah usaha dari seluruh Tritunggal - Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Tetapi kita masih menyelaminya lebih dalam lagi, apabila kita hendak mengetahui sesuatu dari rahasia itu. Ini tidak boleh hanya merupakan doktrin saja, tetapi harus menjadi suatu pengalaman. Kita menyalibkan Tuhan kemuliaan. Kita dibeli dengan darahNya.
Dengarlah Anselm merenung pada penjagaan-penjagaan malam di depan salib: "Apa yang Engkau perbuat, ya Yesus yang paling baik, ya Kawan yang paling akrab, sehingga diperlakukan demikian? ... Akulah pukulan yang menyakiti Engkau; akulah yang merencanakan kematianMu. Aku berdaya upaya untuk menyiksa Engkau." Kemudian dia beralih kepada kita dengan kata-kata yang masih nyaring mendengung dalam hati kita: "Taruhlah segala kepercayaanmu dalam kematianNya untuk selama-lamanya; jangan percaya pada apa saya yang lain; percayalah seluruhnya pada kematian itu; tutupilah dirimu seluruhnya dan selimutilah dirimu dalam kematian itu."
Dengarlah cendekiawan Bernard: "Falsafahku yang tertinggi ialah untuk mengenal Yesus, dan Yesus yang disalibkan." Sebab Golgota adalah tempat pertemuan untuk orang-orang yang mengasihi Allah."
Dengarlah doa yang diucapkan oleh Franciskus: "Ya, Tuhanku Yesus Kristus, aku mohon dua anugerah dari Engkau sebelum aku mati; yang pertama ialah, supaya selama aku hidup aku dapat merasakan jasmaniah dan rohaniah, sepanjang hal ini mungkin kepedihan yang Engkau derita, ya Tuhanku, pada saat kesengsaraanMu yang paling pedih. Yang kedua ialah, supaya, sepanjang hal ini mungkin, aku bisa merasa dalam hatiku kasih berlimpah-limpah dengan mana Engkau, Anak Allah, dikobarkan untuk dengan rela menderita kesengsaraan yang demikian untuk kami orang-orang yang berdosa."
Sebagaimana kita tahu dalam banyak hal kematian Kristus berbeda dengan kematian dari nabi-nabi, patriot-patriot dan orang-orang syahid. Telah diramalkan dalam nubuat; untuk penebusan kita; dibarengi dengan mujizat-mujizat; disusul oleh kemenangan gaib atas maut, dan kebangkitan. Tetapi perbedaan yang sebenarnya terletak pada Orang yang mati itu. "Sungguh Ia ini adalah Anak Allah." "Dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan." "Firman itu telah menjadi manusia" dan disalibkan untuk kita(Mat 27:54; Kol 2:9; Joh 1:14)
Diatas salib Golgota diperlihatkan hal yang paling besar di dunia, yaitu KASIH, rahasia yang paling gelap dari alam semesta, yaitu DOSA; dan ungkapan yang paling luhur dari kodrat dan watak Allah, yaitu KEKUDUSAN. "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." Penjelmaan inilah penebusan dari dosa(2Kor 5:21)
Dalam sebuah buku mengenai riwayat hidup Dr. Kali Charan Chatterjee, yang selama 48 tahun merupakan salah seorang pendeta yang terkemuka dari Punyab dan seorang pemimpin Gereja di India, kita membaca pengakuan ini: "Sering orang bertanya apa sebabnya saya meninggalkan Hinduisme dan menjadi murid Kristus. Jawaban saya ialah, bahwa saja, secara tidak radar, tertarik pada Kristus oleh hidupNya yang suci dan tak bernoda itu. PengabdianNya kepada kehendak Allah dan usaha-usaha kerahimanNya serta kebajikanNya terhadap umat manusia yang menderita. Keunggulan ajaranNya seperti yang diberikanNya dalam Khotbah di Bukit dan kasih sayangNya terhadap orang-orang yang berdosa membuat saya kagum dan memikat hati saya. Saya mengagumi dan mencintaiNya. Penjelmaan yang diajarkan kepada saya untuk dipuja, Rama, Krisna, Mahadeo dan Kali semuanya adalah penjelmaan kekuasaan mereka adalah pahlawan-pahlawan, orang-orang yang berdosa seperti kita sendiri. Hanya Kristus yang nampak bagi saya membuat raja memutuskan untuk memeluk agama Kristus dan membuat saya menjadi Kristen secara nyata adalah doktrin dari sifat pengganti dari kematian dan penderitaan Kristus. Saya merasa diri saya sebagai orang yang penuh dosa dan menemukan dalam Kristus seorang yang mati karena dosa saya - membayar hukuman sebagai imbalan dosa-dosa saja. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.(Ef 2:8-9) Inilah beban hati saya. Kristus telah mati, dan dengan berbuat demikian membayar hutang, yang tak akan dapat dibayar manusia. Keyakinan ini, yang makin lama makin kuat bersama-sama dengan pertumbuhan saya dalam hidup dan pengalaman kekristenan sekarang telah menjadi bagian dari hidup saya. Inilah garis pembeda antara agama Kristen dan agama-agama lain, Saya merasakannya demikian ketika saya menjadi Kristen, dan saya merasakannya paling kuat sekarang."
Bukanlah hanya kematian pengganti dari Juruselamat karena dosa kita yang merupakan tanda pembeda dari agama Kristen, dibanding dengan, agama-agama lain, melainkan kematian dari seorang Juruselamat yang demikian. Semuanya tergantung pada kodrat dan watak dari Dia yang memberikan penebusan yang penuh itu. Dalam risalah yang paling mendalam, jelas dan logis dari abad kesebelas, Cur Deus Homo, Anselm mengemukakan, bahwa "hidup dari Allah - Manusia itu adalah begitu luhur dan bernilai sehingga kebesarannya tak dapat dibandingkan dengan dosa-dosa itu, yang dilebihi dengan kekuatan yang tak ternilai oleh kematianNya; Saya lebih suka memikul kesalahan dan kesengsaraan yang bertumpuk-tumpuk dari segala dosa, dari yang lampau dan masa datang dari dunia ini, dan juga dosa-dosa yang masih bisa dipikirkan, daripada ditimpa oleh kesalahan dari dosa yang satu itu, yaitu membunuh Tuhan kemuliaan." Hanya Tuhan, begitu dia ajarkan, yang dapat memenuhi tuntutan Tuhan; tetapi manusia telah berdosa dan harus membayar hutang dosanya; oleh karena itu hutang yang wajib dibayar hanya dapat dilunasi oleh Manusia - Allah. Ini kedengaran seperti uraian skolastis abad pertengahan, tetapi kita menemukan kebenaran yang mendalam yang sama tercakup dalam kepercayaan-kepercayaan yang diamalkan dalam pemujaan umum, dan dalam nyanyian-nyanyian rohani Gereja.
Rata-rata orang memberontak terhadap sesuatu pernyataan doktriner, tetapi tidak ada yang dapat begitu memperdalam jiwa pengabdian kita dan menyelamatkan kita dari kedangkalan dalam doa seperti renungan mengenai kebenaran-kebenaran besar ini Ilmu agama dari pengakuan iman dan katekisma-katekisma yang dengan tepat difahami, berkesan pada hati, maupun pada otak, pada khayalan, maupun pada pengertian. Renungan mengenai "hal-hal yang mendalam dari Allah" dalam Alkitab tidak boleh tidak memang adalah sulit dan pada mulanya juga mungkin terasa kering. Tetapi halnya adalah sama dengan tangga nada musik; lama-kelamaan akhirnya not-not dari dogma itu menjadi suatu keselarasan spiritual dan barangsiapa yang tekun pasti akan lebih banyak mengetahui tentang dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah.(Rom 11:33)
Maka kembalikah kita pada kata-kata Rasul Paulus -- pada firman Allah yang diilhami: Mereka menyalibkan Tuhan yang mulia; "jemaat Allah yang diperolehNya dengan darahNya sendiri.(Kis 20:28)
Dalam pribadi Yesus terdapat dua kodrat. Ketuhanan yang sejati dan kemanusiaan yang sejati disatukan tetapi tidak terdapat campur aduk dari kodrat-kodrat. Allah menderita diatas salib, bukan dengan kodrat ketuhananNya, melainkan dengan kodrat kemanusiaanNya. Kalau rasul mengatakan tentang orang Yahudi bahwa mereka menyalibkan Tuhan kemuliaan, kita harus memahami seluruh kepribadian Kristus, yang, sebagai Tuhan yang Mahamulia, memang benar disalibkan tetapi bukan dalam kodratNya sebagai Tuhan kemuliaan, Demikian juga apabila Anak Manusia, yang berada di bumi, membenarkan, bahwa "Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia" "ada di pangkuan Bapa" juga (Joh 3:13; 1:18), yang dimaksud dengan Anak Manusia pasti adalah seluruh kepribadian Kristus, yang sebagai manusia di bumi, memenuhi surga dengan kehadiranNya yang mulia itu, tetapi bukan dalam kodratNya sebagai manusia."
Tak lama sebelum Dia dihukum mati, Yesus Kristus sendiri menyatakan pengakuanNya yang paling jelas di depan Imam Besar mengenai kemanusiaanNya dan ketuhananNya yang hakiki. Keterangan ini diberikan dalam tiga kitab Injil: (Mat 26:64; Mr 14:62; Luk 22:70) "Tetapi Yesus tetap diam, Maka Imam Besar bangkit berdiri di sidang dan bertanya kepada Yesus, katanya: Tidakkah Engkau memberi jawab!!...? Demi Allah yang hidup katakanlah kepada kami, apakah Engkau Kristus, Anak Allah atau tidak. Kata Yesus kepadanya: Engkau telah mengatakannya (dalam Injil Markus: Akulah Dia). Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk disebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang diatas awan-awan di langit. Lalu Iman Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: Ia menghujat Allah ... Ia harus dihukum mati! Lalu mereka ... meludahi mukaNya ... Untuk apa kita perlu saksi lagi? kamu sudah mendengar hujatNya."
Tidak ada dari mereka, demikian Rasul Paulus tulis, mengerti sebab sekiranya mereka mengenalNya, mereka tidak akan menyalibkan Tuhan kemuliaan. "Dua kodrat bertemu dalam Penebus kita," kata ahli theologi, Leo Agung.
Maka dalam kematian Yesus Kristus diatas salib itu kesengsaraan dan penghinaan manusia dirubah menjadi penderitaan ilahi yang sejati berdasarkan ketuhanan yang disatukan dengan roh dan badan manusia dalam paduan suatu kesadaran. Kesengsaraan itu tidak terbatas karena Orangnya tidak terbatas, "Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku.(Gal 2:20) Allah memperoleh Gereja dengan darahNya sendiri.
i