Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 5:1-14
Matthew Henry: Ams 5:1-14 - --
Tujuan pasal ini sangat mirip dengan pasal 2. Kita tidak perlu risau jika menuliskan hal yang sama dengan kata-kata lain, sebab cara ini aman (Flp....
- Tujuan pasal ini sangat mirip dengan pasal 2. Kita tidak perlu risau jika menuliskan hal yang sama dengan kata-kata lain, sebab cara ini aman (Flp. 3:1). Di sini terdapat,
- I. Himbauan untuk mengenal hukum-hukum hikmat secara umum dan tunduk kepadanya (ay. 2).
- II. Peringatan khusus terhadap dosa persundalan (ay. 3-14).
- III. Penangkal untuk melawan dosa tersebut
- 1. Kasih dalam pernikahan (ay. 15-20).
- 2. Rasa hormat terhadap kemahatahuan Allah (ay. 21).
- 3. Rasa takut terhadap akhir penuh sengsara yang harus dialami orang-orang fasik (ay. 22-23).
- Semua ini cukup untuk mempersenjatai kaum muda melawan nafsu daging yang berjuang melawan jiwa .
Didikan Orangtua; Peringatan terhadap Hawa Nafsu (5:1-14)
- Di sini terdapat,
- I. Kata-kata yang penuh kesungguhan hati untuk mengantar peringatan yang hendak diberikan (ay. 1-2). Di sini, Salomo berbicara kepada putranya, yakni semua orang muda, seperti kepada anak-anak sendiri yang dikasihinya dan yang ada dalam pengaruhnya. Ia meminta perhatian dalam nama Allah, sebab ia menulis di bawah ilham ilahi dan sebagai nabi, meskipun ia tidak mengawali dengan kata-kata, beginilah firman Tuhan. “Perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu, bukan sekadar untuk mendengarkan apa yang dikatakan dan membaca apa yang tertulis, melainkan untuk memusatkan pikiranmu padanya dan merenungkannya dengan tekun.” Untuk mendapat perhatian kita, ia menawarkan,
- 1. Keunggulan perkataannya: “Melalui hikmatku dan kepandaian yang kuajarkan aku berusaha mengajarkan hikmat kepadamu. Tiada lain lagi yang layak disebut hikmat selain daripada ini. Pengetahuanku ini adalah pengetahuan moral, yang patut dipelajari di sekolahku.”
- 2. Kegunaannya: “Perhatikanlah apa yang kukatakan,”
- (1) “Supaya engkau dapat bertindak dengan bijak, supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan.” Pengajaran Salomo bukan dimaksudkan untuk sekadar mengisi benak kita dengan segala gagasan dan pikiran, bukan dengan hal-hal yang tidak jelas kebenarannya atau dengan bahan perbantahan yang meragukan, melainkan untuk membimbing kita dalam penguasaan diri sehingga kita dapat bertindak dengan hati-hati, demi kebaikan dan kepentingan kita sendiri.
- (2) “Supaya engkau dapat berkata-kata dengan bijaksana, supaya bibirmu memelihara pengetahuan, dan kata-kata itu siap di ujung lidahmu” (seperti yang sering kita katakan), “demi kebaikan orang-orang yang bercakap-cakap dengan engkau.” Bibir seorang imam dikatakan memelihara pengetahuan (Mal. 2:7). Namun, mereka yang siap sedia dan fasih dengan firman Tuhan bukan hanya merupakan imam-imam rohani dalam ibadah mereka, tetapi juga dalam percakapan mereka.
- II. Peringatan itu sendiri, yakni supaya menghindarkan dari nafsu kedagingan, perzinahan, percabulan, dan segala kenajisan. Sebagian orang menerapkan hal ini sebagai kiasan, dengan memahami perempuan jalang di sini sebagai penyembahan berhala atau pengajaran palsu, yang cenderung merusak pikiran dan perilaku manusia. Atau, perempuan jalang dimaksudkan juga sebagai hasrat penuh hawa nafsu, yang bisa termasuk apa saja yang berkaitan dengan itu. Namun, secara jelas tujuan utamanya adalah untuk memperingatkan kita terhadap dosa-dosa yang disebut dalam perintah ketujuh, yang cenderung dilakukan orang muda. Godaan-godaan dari dosa-dosa ini sungguh kuat, dan sudah ada banyak contoh mengenainya, yang apabila dibiarkan, akan membinasakan semua benih kebajikan yang ada di dalam jiwa. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila peringatan Salomo mengenai hal ini begitu mendesak-desak dan sering kali diulang-ulang. Di sini, Salomo sebagai pengawas yang setia, memberikan peringatan kepada semua orang sementara mereka memikirkan kehidupan dan kesenangan mereka, supaya berhati-hati dengan amat sangat terhadap dosa yang pasti akan menghancurkan mereka ini. Di sini terdapat dua hal yang harus kita waspadai dan perhatikan:
- 1. Supaya kita tidak mendengarkan bujukan dan daya tarik dosa ini. Sungguh benar bahwa bibir perempuan jalang menitikkan tetesan madu (ay. 3). Kenikmatan nafsu daging sangatlah menggoda (seperti anggur yang merah menarik warnanya, dan mengilau dalam cawan, yang mengalir masuk dengan nikmat). Bibirnya, ciumannya, dan perkataan yang keluar dari mulutnya lebih licin dari pada minyak, supaya pil beracun itu dapat meluncur dengan lancar dan tidak menimbulkan kecurigaan.
- Namun, pertimbangkanlah:
- (1) Betapa mematikan akibatnya nanti. Buah apa yang akan didapatkan orang berdosa dari madu dan minyaknya saat kenikmatan ini berakhir,
- [1] Serangan-serangan menakutkan terhadap hati nurani. Rasanya akan pahit seperti empedu (ay. 4). Apa yang tadinya terasa lezat di mulut akan bergolak di perut dan berubah menjadi masam. Saat direnungkan, hal ini akan melukai bagai pedang bermata dua. Kedua hal ini sama-sama melukai. Salomo bisa berbicara mengenai ini melalui pengalaman pribadinya (Pkh. 7:26).
- [2] Siksaan dunia orang mati. Orang-orang yang telah melakukan dosa ini dan merasa berdosa karenanya dan kemudian bertobat, mereka memang diselamatkan, tetapi kita perlu ingat bahwa dosa ini punya kecenderungan untuk langsung menghancurkan jiwa dan raga. Kakinya turun menuju maut, bahkan menuju dunia orang mati, menarik dunia orang mati itu menuju si pendosa, seakan-akan hukuman itu tidak kunjung datang juga (ay. 5). Orang-orang yang terbelit dalam dosa ini harus diingatkan bahwa jarak di antara mereka dan neraka hanyalah tinggal selangkah lagi, dan mereka siap jatuh ke dalamnya.
- (2) Renungkanlah betapa palsunya daya tarik itu. Seorang perempuan pezinah pandai merayu dan berbicara manis. Kata-katanya bagaikan madu dan minyak, tetapi dia akan menipu orang-orang yang mendengarkan kata-katanya: jalannya sesat, tanpa diketahuinya. Ia sering kali mengubah penyamarannya dan menggunakan berbagai warna palsu, sebab apabila ketahuan, ia pasti akan dibenci. Mirip Proteus, sang dewa laut Yunani, ia berganti-ganti penampilan, supaya bisa tetap merangkul mereka yang diincarnya. Apakah yang menjadi tujuannya dengan semua tipu muslihat dan pengaturan ini? Hanya satu, yakni untuk mencegah mereka menempuh jalan kehidupan, sebab dia tahu bahwa jika mereka mencapai jalan itu, dia pasti akan kehilangan mereka. Orang-orang yang tidak tahu apa maksud Iblis adalah mereka yang tidak mengerti bahwa hal penting yang ditujunya melalui semua pencobaan yang dilancarkannya itu adalah,
- [1] Menghalangi mereka memilih jalan kehidupan, untuk mencegah mereka menjalani hidup yang saleh dan masuk sorga, supaya sama seperti dirinya yang dihalangi mengenyam kebahagiaan, ia juga dapat menjauhkan mereka dari kebahagiaan.
- [2] Supaya bisa mencegah mereka dari mempertimbangkan jalan kehidupan, dari memikirkan betapa sudah selayaknya mereka melintasi jalan itu, betapa bermanfaatnya hal ini bagi mereka. Hendaknya diperhatikan, demi kehormatan agama, bahwa sungguh penting agar orang bersedia mengambil kesempatan untuk memikirkan dengan sungguh serta menimbang segala sesuatu tanpa memihak dan dengan adil. Kita juga perlu sadar bahwa Iblis tidak dapat menarik manusia demi kepentingannya kecuali dengan menyesatkan mereka melalui berbagai macam kesenangan yang tidak ada habisnya supaya mereka menjauh dari pemikiran yang tenteram dan sehat mengenai perkara-perkara yang mendatangkan damai sejahtera bagi mereka. Kenajisan atau kecemaran merupakan dosa yang membutakan akal sehat, menghanguskan hati nurani, dan menghalangi orang merenungkan jalan kehidupan. Persundalan menghilangkan daya pikir (Hos. 4:11; kjv: mencuri hati – pen.).
- 2. Supaya kita tidak menghampiri dosa ini (ay. 7-8).
- (1) Peringatan ini disampaikan dengan kata pengantar yang diucapkan dengan sepenuh hati: “Sebab itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku. Siapa pun dari antaramu yang membaca atau mendengar perkataan ini, hendaknya memperhatikan apa yang kukatakan. Bubuhkanlah iman ke dalamnya, simpanlah baik-baik, dan janganlah kamu menyimpang dari pada perkataan mulutku, seperti yang akan dilakukan mereka yang mendengarkan perkataan perempuan jalang itu. Jangan sekadar menerima apa yang kukatakan itu untuk sementara waktu saja, tetapi melekatlah padanya, dan biarkan perkataanku itu siap kaugunakan dan memberimu kekuatan pada saat engkau didera pencobaan.”
- (2) Peringatan itu sendiri sangatlah mendesak: “Jauhkanlah jalanmu dari pada dia, jika jalanmu kebetulan berdekatan dengannya. Jika urusanmu membawa engkau ke dalam jangkauan daya tariknya, ubahlah jalanmu, ganti arahmu, daripada membiarkan dirimu menghadapi bahaya. Janganlah menghampiri pintu rumahnya. Berjalanlah di seberang jalan sana, bahkan lewatilah jalan lain, meskipun kau terpaksa mengambil jalan berputar.” Hal ini menyiratkan,
- [1] Bahwa kita harus sangat takut dan membenci dosa itu. Kita harus merasa takut kepadanya seperti takut pada tempat yang telah terjangkiti wabah. Kita harus membencinya seperti membenci bau busuk dari bangkai sehingga tidak mau datang mendekat. Baru sesudah itulah kita akan mampu memelihara kemurnian kita, saat kita memiliki kebencian teramat sangat terhadap semua nafsu kedagingan.
- [2] Bahwa kita harus dengan giat menghindari segala sesuatu yang dapat menyebabkan dosa ini. Jangan mendekatinya selangkah pun. Orang-orang yang ingin dijauhkan dari bahaya harus menghindar dari jalan berbahaya. Tabiat yang rusak mengandung pemicu yang begitu mudah menghanguskan, sehingga benar-benar merupakan hal yang gila, dengan alasan apa pun, untuk mendekati percikan api yang mudah menyulut kebakaran itu. Jika kita melempar diri ke dalam pencobaan, kita telah mengolok-olok Allah saat berdoa,janganlah membawa kami ke dalam pencobaan .
- [3] Bahwa kita patut merasa iri terhadap diri kita sendiri dengan kecemburuan ilahi, dan tidak boleh percaya diri berlebihan akan kekuatan tekad hati kita sehingga memberanikan diri mendekati dosa, sambil berjanji kepada diri sendiri bahwa sampai di sini boleh kita datang, jangan lewat .
- [4] Bahwa apa saja yang telah menjadi jerat bagi kita dan menimbulkan kesempatan bagi kita untuk berbuat dosa, sekalipun itu adalah mata yang kanan dan tangan yang kanan, kita harus mencungkil mata dan memenggal tangan itu, lalu membuangnya. Kita harus rela berpisah dengan apa yang paling kita sayangi daripada hal tersebut membahayakan jiwa kita. Ini adalah perintah Juruselamat kita (Mat. 5:28-30).
- (3) Alasan-alasan yang digunakan Salomo di sini untuk memperkuat peringatannya diambil dari pokok yang sama dengan pokok-pokok sebelumnya, yakni berbagai celaka yang mengikuti dosa ini.
- [1] Dosa ini merusak nama baik. “Engkau akan menyerahkan keremajaanmu kepada orang lain (ay. 9; kjv: menyerahkan kehormatan – pen.). Engkau akan menghilangkan keremajaan atau kehormatanmu sendiri. Engkau akan menaruh batu di tangan semua tetanggamu untuk melempari engkau, sebab mereka semua akan mempunyai alasan untuk mempermalukan, merendahkan, dan menginjak-injakmu sebagai orang dungu.” Persundalan merupakan dosa yang membuat manusia menjadi hina dan rendah, dan tidak ada orang dengan akal sehat atau kebajikan yang mau berteman dengan orang yang suka bergaul dengan para pelacur.
- [2] Dosa ini membuat waktu terbuang percuma, memberikan tahun-tahun umur, tahun-tahun keremajaan, puncak kehidupan manusia, kepada orang kejam, “nafsu rendah itu, yang dengan teramat keji berjuang melawan jiwa, pelacur rendahan yang berpura-pura mencintaimu, tetapi sebenarnya mengincar kehidupan yang berharga.” Tahun-tahun yang seharusnya diserahkan demi kehormatan Allah yang pengasih itu telah dihabiskan untuk melayani dosa yang keji.
- [3] Dosa ini menghancurkan harta milik (ay. 10): Orang lain akan mengenyangkan diri dengan kekayaanmu, kekayaan yang telah dipercayakan kepada kamu sebagai bendahara keluarga. Hasil susah payahmu yang seharusnya merupakan persediaan bagi rumahmu sendiri, akan berada di rumah orang yang tidak dikenal, yang tidak berhak dan tidak akan pernah berterima kasih kepadamu.”
- [4] Dosa ini merusak kesehatan sehingga mempersingkat umur orang: Daging dan tubuhmu akan habis binasa (ay. 11). Nafsu kenajisan bukan saja berjuang melawan jiwa yang diabaikan dan tidak diurus oleh orang berdosa, tetapi juga berjuang melawan tubuh yang begitu dimanjakan dan ingin disenangkan olehnya. Nafsu ini begitu mengecoh, bodoh, dan merugikan. Orang-orang yang dengan rakus menyerahkan diri untuk melakukan hal najis, sebenarnya menyia-nyiakan tenaga mereka, melempar diri ke dalam kelemahan, dan sering kali mengidap berbagai penyakit menjijikkan yang mempersingkat hidup mereka. Mereka menjadi korban yang mengenaskan dari hawa nafsu yang keji.
- [5] Dosa ini akan memenuhi pikiran dengan kengerian apabila hati nuraninya terusik. “Meskipun engkau sekarang bergembira, mabuk dalam hawa nafsumu, tetapi pada akhirnya engkau akan mengeluh (ay. 11). Engkau akan disibukkan dengan penyesalan dan menyerah kalah serta tersiksa dalam perenunganmu, ketika dosa diperhadapkan kepadamu dalam wajah aslinya.” Cepat atau lambat, dosa itu akan membawa dukacita, ketika jiwamu direndahkan dan dibawa kepada penyesalan, atau ketika daging dan tubuhmu habis binasa, baik melalui penyakit, saat hati nurani menampar wajah orang berdosa, maupun melalui kubur. Ketika tubuh membusuk di dalam kubur, jiwa pun meronta dalam siksaan neraka, tempat ulat tidak akan binasa, dan perkataan “Anak, ingatlah,” senantiasa berkumandang. Di sini Salomo mengajak orang berdosa yang telah insaf untuk menegur diri sendiri dan mengecam kebodohannya, supaya ia bisa meratapinya dengan pilu. Pertama, karena ia tidak sudi diubahkan, ia juga tidak suka diberi tahu. Ia tidak tahan diajar menunaikan kewajiban (betapa aku bukan saja benci pada disiplin saat dididik, tetapi juga didikan itu sendiri, meskipun semuanya benar dan baik!), atau diberi tahu tentang kesalahan-kesalahannya – hatiku menolak teguran (ay. 12). Mau tidak mau ia harus mengakui bahwa orang-orang yang bertugas mendidik dia, yakni orangtua dan pendetanya, telah mengerjakan bagian mereka. Mereka inilah guru-gurunya. Mereka telah mengajar serta memberinya nasihat dan peringatan (ay. 13). Namun, dengan malu dan bingung ia mengucapkan kata-kata itu, sekaligus membenarkan Allah di dalam semua penderitaan yang dialaminya. Ia tidak mendengarkan suara guru-gurunya, sebab ia memang tidak pernah mengarahkan telinganya kepada pengajar-pengajarnya, tidak pernah mengindahkan apa yang mereka katakan ataupun mengakui pengaruhnya. Perhatikanlah, orang-orang yang telah menerima pendidikan yang baik dan tidak berbuat sesuai dengan pendidikan tersebut, harus mempertanggungjawabkan banyak hal di kemudian hari. Orang-orang yang sekarang tidak mau mengingat apa yang telah diajarkan kepada mereka dan menyesuaikan diri dengan pengajaran itu, akan diingatkan bahwa hal ini memperparah dosa mereka, yang akhirnya berakibat dengan kehancuran mereka. Kedua, bahwa dengan melakukan dosa itu berkali-kali, kebiasaan ini akan begitu berakar dan menetap hingga hatinya tetap bertekad untuk melakukannya (ay. 14): Aku nyaris terjerumus ke dalam tiap malapetaka di tengah-tengah jemaah dan perkumpulan. Pada waktu ia datang ke tempat ibadah atau ke halaman Bait Suci untuk menyembah Allah bersama orang Israel yang lain, hatinya yang najis itu sarat dengan pikiran dan hasrat asusila, sedangkan matanya penuh dengan perzinahan. Rasa hormat terhadap tempat, orang-orang lain, dan kegiatan yang sedang berlangsung, tidak mampu mengendalikan dirinya. Bahkan di tempat itu ia sama jahat dan kejinya seperti di tempat mana pun. Bagi hati nurani yang telah disadarkan, tidak ada dosa yang tampak lebih mengerikan selain pencemaran hal-hal yang kudus. Selain itu, tidak ada yang bisa membuat dosa itu bertambah lebih parah lagi selain pencemaran tempat di mana kita dihormati dan mendapat keuntungan di dalamnya, yakni di tengah-tengah jemaat dan perhimpunan ibadah. Zimri dan Kozbi mengakui kekejian mereka di hadapan Musa dan segenap umat Israel (Bil. 25:6). Perzinahan di dalam hati sama terbukanya bagi Allah, dan pasti sangat menjijikkan bagi-Nya ketika kita datang mendekat kepada-Nya sambil melakukan kegiatan ibadah. Aku terjerumus ke dalam tiap malapetaka yang bertentangan dengan para pejabat, hakim, dan perkumpulan ibadah mereka. Begitulah yang dipahami oleh beberapa orang. Ada pula yang merujuk kepada parahnya hukuman, bukan kepada parahnya dosa: “Aku telah dijadikan contoh, suatu tontonan bagi dunia. Aku nyaris berada di bawah seluruh hukuman berat Allah di tengah-tengah jemaah dan perkumpulan umat Israel, serta dijadikan sebagai sebuah tanda. Aku berdiri di tengah-tengah jemaah sambil berteriak minta tolong” (Ayb. 30:28). Biarlah kita menghindari apa yang akhirnya akan disesali sejadi-jadinya.
SH: Ams 5:1-23 - Jangan terjebak godaan seks (Rabu, 28 Juli 1999) Jangan terjebak godaan seks
Amsal ini mengingatkan kita, khususnya orang muda dan pasangan
suami-isteri agar tidak terjebak oleh pemuas-pemuas s...
Jangan terjebak godaan seks
Amsal ini mengingatkan kita, khususnya orang muda dan pasangan suami-isteri agar tidak terjebak oleh pemuas-pemuas seks bayaran atau pemberi pengalaman seks murahan. Biasanya keterlibatan seseorang pada godaan seks berawal dari keinginan dalam hati yang diselubungi hawa nafsu tak terkendali, kemudian terungkap dalam tindakan lahiriah. Akibatnya kehidupan menjadi pahit, masa depan pribadi dan keluarga berantakan, kehormatan diri tercabik-cabik. Jika ingin semua ini tak terjadi dalam hidup kita, arahkan dan isi semangat gairah hidup itu secara bijak dan selaras firman hikmat-Nya.
Kesetiaan dalam pernikahan. Pernikahan adalah suatu lembaga persekutuan yang disucikan oleh Allah. Itulah sebabnya pernikahan merupakan perwujudan janji setia di hadapan Allah. Melalui pernikahan kudus ini dimaksudkan agar persekutuan pernikahan itu tetap langgeng, harmonis dan menciptakan kehidupan yang sejahtera. Maka, selain harus dijaga kemurniannya, suasana persekutuan pernikahan harus pula diisi dengan cinta murni, saling berbagi, saling menguatkan lahir dan batin, dan kesatuan hati.
Doa: Ya, Tuhan, anugerahkanlah hikmat-Mu, sehingga kami mampu membina keluarga yang kudus dan bahagia.
SH: Ams 5:1-23 - Seks, uang, dan kuasa potensi dosa (Minggu, 23 November 2003) Seks, uang, dan kuasa potensi dosa
Seks, uang, dan kuasa itu bukanlah dosa tetapi ketiganya
memiliki kesanggupan atau potensi yang luar biasa un...
Seks, uang, dan kuasa potensi dosa
Seks, uang, dan kuasa itu bukanlah dosa tetapi ketiganya memiliki kesanggupan atau potensi yang luar biasa untuk mengobarkan nafsu dalam diri manusia. Inilah yang menjerumuskan kita ke dalam perangkap dosa. Bak singa jantan, nafsu adalah kekuatan yang bersemayam dalam diri kita; seks, uang, dan kekuasaan adalah tongkat-tongkat yang mampu membangunkan dan membuatnya mengamuk tanpa batas.Amsal 5 adalah peringatan bagi kita yang tengah tergoda untuk berzinah atau telah jatuh ke dalam dosa zinah. Perhatikan julukan yang Alkitab kenakan pada perzinahan: kematian (ayat 5), kekejaman (ayat 9), penyesalan (ayat 11-14), perangkap (ayat 22), dan kebodohan (ayat 23). Betapa berbedanya realitas dengan fantasi! Selingkuh bukan sembarang selingan; selingkuh adalah selingan yang membelokkan hidup kita ke jurang maut!Firman Tuhan memberikan dua antidot untuk melawan ajakan berzinah: pertama, nikmatilah pasangan sendiri (ayat 15-19). Jangan biarkan pikiran kita menerawang jauh ke rumah orang lain. Fokuskan pandangan kita hanya pada pasangan sendiri. Kembangkanlah relasi nikah kita sehingga kita terpuaskan olehnya. Kedua, sadarlah bahwa Tuhan mengawasi perbuatan kita. Tidak ada satu perbuatan pun yang luput dari tatapan-Nya (ayat 21). Jangan mengelabui diri dan berkata bahwa Tuhan tidak melihat. Ia melihat dan akan membuat perhitungan.
Renungkan: Ibarat obat bius, perzinahan mematikan indera, membuat kita kehilangan kesadaran akan Tuhan dan orang yang mengasihi kita.
SH: Ams 5:1-6 - Hati-hati rayuan maut! (Jumat, 16 September 2011) Hati-hati rayuan maut!
Kitab Hikmat mengajar kita bagaimana hidup dengan berhikmat, yaitu memiliki keahlian untuk menjalankan hidup dengan baik. Hal ...
Hati-hati rayuan maut!
Kitab Hikmat mengajar kita bagaimana hidup dengan berhikmat, yaitu memiliki keahlian untuk menjalankan hidup dengan baik. Hal yang sangat mendasar dalam menjalankan kehidupan dengan baik adalah membangun keluarga yang sehat. Ini harus dimulai dengan pasangan suami isteri yang saling mengasihi dan saling setia.
Kita melihat sang ayah dalam teks ini menasihati anaknya untuk menghindari perempuan jalang yang dapat menghancurkan keluarganya. Kembali sang ayah meminta anaknya untuk memperhatikan hikmatnya (1), yaitu hikmat yang dia dapat dari Allah. Sang ayah menginginkan anaknya berpegang pada kebijaksanaan dan bibirnya memelihara pengetahuan (2). Maksudnya, supaya sang anak dapat bertindak bijaksana. Walaupun biasanya bibir mengacu pada perkataan dan bukan pada perbuatan, tetapi bibir dapat dipakai juga untuk mencium, dan dengan sengaja bibir dipakai untuk dikontraskan dengan bibir perempuan jalang (3). Bibir perempuan jalang sangat berbahaya karena meneteskan madu (3). Pada satu sisi, ini dapat mengacu pada pujian yang dia pakai untuk menarik pria (bnd. Ams. 6:24; 7:5, 21). Namun madu biasanya merupakan metafora yang berbicara tentang rasa. Mungkin disini menunjuk pada ciuman si wanita jalang, dan ini ditegaskan dengan pernyataan bahwa langit-langit mulutnya lebih licin dari pada minyak (3b).
Namun apa yang kelihatan begitu menggiurkan ternyata mematikan. Karena bibir yang meneteskan madu kemudian terasa pahit seperti empedu. Bukannya licin seperti minyak, bibir itu justru mematikan karena tajam seperti pedang bermata dua (4). Ayat 5 memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dalam ayat 4, yaitu bahwa relasi dengan perempuan jalang akan membawa kematian karena ia tidak mengetahui jalan kehidupan (6).
Wanita atau pria lain sering kelihatan jauh lebih menarik dari pasangan kita, walau sesungguhnya mengandung racun mematikan. Maka marilah bergantung kepada Tuhan untuk terus setia kepada pasangan karena hanya dengan demikian kita tidak menuju kehancuran.
SH: Ams 5:1-6 - Serius dan Bertanggung Jawab (Kamis, 4 Agustus 2022) Serius dan Bertanggung Jawab
Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang dikondisikan untuk mengelola dan memprogramkan sendiri kehidupannya. Oleh...
Serius dan Bertanggung Jawab
Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang dikondisikan untuk mengelola dan memprogramkan sendiri kehidupannya. Oleh karena itu, manusia diberi kebebasan serta dilengkapi dengan akal budi. Manusia pun harus hidup bertanggung jawab dan serius menjalani kehidupan di dunia.
Salomo mengajarkan kepada anaknya agar memerhatikan hikmatnya. Memerhatikan berarti mendengar dengan baik; bukan hanya mendengar sepintas lalu, melainkan sungguh-sungguh memerhatikan, mengingat, dan mengerti. Telinga bisa mendengar suara apa saja yang diterima, entah yang baik maupun yang tidak baik. Telinga sebenarnya mampu menentukan apa yang diinginkan dan tidak diinginkan untuk didengar.
Salomo mengingatkan agar telinga diarahkan kepada kepandaian, agar terjadi proses pembelajaran (1-2). Telinga yang mendengarkan kebenaran akan menuntun pembelajaran diri menuju ke kebaikan. Pengajaran Salomo bukan sekadar mengisi benak kita dengan segala gagasan dan pemikiran yang tidak jelas kebenarannya, melainkan untuk membimbing kita kepada penguasaan diri sehingga dapat bertindak dengan baik, adil, dan benar.
Salomo mengingatkan anaknya untuk serius dalam hal menguasai diri agar terhindar dari nafsu kedagingan, perzinaan, percabulan, dan segala kenajisan (3-5). Godaan-godaan dari dosa tersebut sangat kuat, dan berawal dari hawa nafsu tak terkendali yang kemudian diwujudkan dalam tindakan lahiriah. Bila dibiarkan, tentu akan membinasakan benih-benih kebajikan yang tumbuh di dalam jiwa.
Salomo sungguh-sungguh mengingatkan bahwa kenikmatan nafsu kedagingan sangat menggoda, namun akibatnya mematikan. Kenikmatan itu menghalangi kita dalam memilih jalan kehidupan dan menjauhkan kita dari kebahagiaan. Jika kita tidak menginginkan semua itu terjadi, arahkan hidup secara bijaksana selaras dengan firman Tuhan.
Kiranya Tuhan memampukan kita menjalani hidup dengan serius dan bertanggung jawab. Tanggung jawab itu dapat diwujudkan melalui tabiat dan perilaku kehidupan yang baik dan benar. [CHR]
Topik Teologia -> Ams 5:1
Topik Teologia: Ams 5:1 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
Bagian dari Tubuh Manusia sebagai Aspek Moral Kemanusiaan
...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Bagian dari Tubuh Manusia sebagai Aspek Moral Kemanusiaan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Orangtua
- Sikap Orang Percaya Terhadap Orangtua
- Menaati Orangtua
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.