Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yoh 4:36
Full Life: Yoh 4:36 - BUAH UNTUK HIDUP YANG KEKAL.
Nas : Yoh 4:36
Mereka yang membawa orang kepada Yesus Kristus melakukan sesuatu
dengan dampak abadi. Pada suatu saat mereka akan bersukacita di sor...
Nas : Yoh 4:36
Mereka yang membawa orang kepada Yesus Kristus melakukan sesuatu dengan dampak abadi. Pada suatu saat mereka akan bersukacita di sorga atas orang-orang yang diselamatkan karena doa dan kesaksian mereka. Pada saat bersamaan, mereka harus ingat bahwa usaha mereka sering merupakan hasil kerja orang lain (ayat Yoh 4:38). Segala sesuatu yang kita lakukan untuk Allah sebagian besar merupakan hasil dari karya dan pengorbanan Kristus dan orang lain.
Ref. Silang FULL -> Yoh 4:36
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 4:36 - -- 4:36 Sekarang juga penuai menerima441 upahnya442 dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.44...
4:36 Sekarang juga penuai menerima441 upahnya442 dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.443
Tema urgensi diteruskan dalam ayat ini. Saat ini pun penuai bekerja! Jangan memikirkan makanan yang jasmani! Dia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, bukan untuk kepuasan nafsu makan yang sementara. Dengan demikian baik penabur (yaitu perempuan itu, yang telah berbicara dengan punghuni Sikhar) maupun penuai (yaitu mereka, jika mereka rela menunda makan!) dapat sama-sama bersukacita. Ada sukacita yang lebih baik dari sukacita makan. Tuhan Yesus sudah biasa menikmati sukacita itu, dan Dia mau mengajak murid-murid-Nya untuk menikmatinya juga.
Suasana panen dipakai dalam gambaran ini. Pada waktu panen, mereka yang ikut menuai akan menerima upah, mereka akan ikut menikmati hasil panen. Namun menuai di debu ladang adalah pekerjaan yang berat. Siapa saja dapat menimba air dari sumur tanpa bayar, tetapi jika orang mau ikut dalam sukacita dan hasil panen, dia harus turun ke ladang dan ikut bekerja. Siapa saya dapat minta air hidup yang membawa kehidupan kekal, tetapi jika dia mau memperoleh upah sorgawi dia harus turun ke "ladang" dan bekerja keras melakukan kehendak Allah.
Hagelberg: Yoh 4:1-42 - -- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
Percakapan ini luar biasa. Orang Yahudi laki-laki biasanya tidak mau berbicara dengan perempuan, dan orang Yah...
9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
Percakapan ini luar biasa. Orang Yahudi laki-laki biasanya tidak mau berbicara dengan perempuan, dan orang Yahudi yang memelihara agama Yahudi tidak mau berbicara dengan orang Samaria. Percakapan ini, yang merupakan sebagian dari sejarah Yesus Kristus, juga mengandung teologia yang amat indah dan dalam. Ada dua kontras yang timbul. Ada kontras antara air sumur dan air hidup, dan ada kontras antara Yakub dan Yesus.
Percakapan ini dapat dibandingkan dengan percakapan Tuhan Yesus dengan Nikodemus. Di situ ada kontras antara kelahiran jasmani dan kelahiran rohani. Kiasan yang dipakai dalam dua percakapan masing-masing jauh berbeda, tetapi pelajaran rohani di balik kedua kiasan itu sebenarnya sama. Tuhan Yesus membicarakan kehidupan kekal yang diperoleh melalui Dia.
Perempuan itu juga dapat dibandingkan dengan Nikodemus. Dari segi latar belakang, perempuan itu (yang namanya tidak disebutkan) adalah orang berdosa dari suku yang dianggap hina, sedangkan Nikodemus adalah tokoh agama Yahudi yang terkemuka. Sedangkan dari segi tanggapannya, Nikodemus bingung dan belum percaya. Mungkin dia pergi dari ruangan itu, tetapi kepergiannya pun tidak disebutkan. Tanggapan perempuan itu jauh lebih baik. Dia percaya, dan dia membawa banyak orang kepada Yesus. Latar belakang yang mantap bukan merupakan syarat untuk melayani Tuhan Yesus secara efektif!
Peristiwa ini tidak diceritakan dalam ke tiga Injil Sinoptik, tetapi kiasan panen dipakan dalam Matius 9:35-38 ("Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit"), dan keperluan untuk roti jasmani disingkirkan demi kepentingan rohani dalam Matius 4:1-4.
Ringkasan Ephrem dari Suria indah dan tepat:
Yesus datang pada air mancur itu sebagai pemburu.... Dia melemparkan sebiji gandum di depan seekor merpati untuk menangkap seluruh kelompok burung.... Pada permulaan percakapan Dia tidak menyatakan diri-Nya kepada perempuan itu.... Semula dia hanya melihat seorang manusia yang haus, lalu seorang Yahudi, lalu seorang rabi, kemudian seorang nabi, akhirnya Mesias. Dia berusaha untuk mengalahkan orang haus itu, dia tidak senang dengan orang Yahudi itu, dia mengejek rabi itu, dia dimenangkan oleh nabi itu, dan dia menyanggung Mesias.362
Hagelberg: Yoh 4:36 - -- 4:36 Sekarang juga penuai menerima441 upahnya442 dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.44...
4:36 Sekarang juga penuai menerima441 upahnya442 dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.443
Tema urgensi diteruskan dalam ayat ini. Saat ini pun penuai bekerja! Jangan memikirkan makanan yang jasmani! Dia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, bukan untuk kepuasan nafsu makan yang sementara. Dengan demikian baik penabur (yaitu perempuan itu, yang telah berbicara dengan punghuni Sikhar) maupun penuai (yaitu mereka, jika mereka rela menunda makan!) dapat sama-sama bersukacita. Ada sukacita yang lebih baik dari sukacita makan. Tuhan Yesus sudah biasa menikmati sukacita itu, dan Dia mau mengajak murid-murid-Nya untuk menikmatinya juga.
Suasana panen dipakai dalam gambaran ini. Pada waktu panen, mereka yang ikut menuai akan menerima upah, mereka akan ikut menikmati hasil panen. Namun menuai di debu ladang adalah pekerjaan yang berat. Siapa saja dapat menimba air dari sumur tanpa bayar, tetapi jika orang mau ikut dalam sukacita dan hasil panen, dia harus turun ke ladang dan ikut bekerja. Siapa saya dapat minta air hidup yang membawa kehidupan kekal, tetapi jika dia mau memperoleh upah sorgawi dia harus turun ke "ladang" dan bekerja keras melakukan kehendak Allah.
B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 4:27-42
Matthew Henry: Yoh 4:27-42 - Kristus di Sumur Samaria Kristus di Sumur Samaria (4:27-42)
Dalam ayat-ayat ini diceritakan kisah selanjutnya mengenai apa yang terjadi ketika Kristus berada di Samaria, se...
Kristus di Sumur Samaria (4:27-42)
- Dalam ayat-ayat ini diceritakan kisah selanjutnya mengenai apa yang terjadi ketika Kristus berada di Samaria, sesudah pembicaraan panjang yang dilakukan-Nya dengan perempuan itu.
- I. Percakapan yang terputus oleh kedatangan para murid. Mungkin ada lebih banyak lagi yang dikatakan daripada yang tercatat di sini; namun ketika baru saja percakapan itu berlanjut, ketika Kristus telah memperkenalkan diri-Nya kepada perempuan itu sebagai Mesias yang sejati, pada saat itu datanglah murid-murid-Nya. Puteri-puteri Yerusalem tidak boleh membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya.
- . Para murid tercengang melihat percakapan Kristus dengan perempuan ini. Mereka merasa heran bagaimana Dia berbicara dengan begitu sungguh-sungguh (karena mungkin mereka mengamati dari kejauhan) dengan seorang perempuan, apa lagi seorang perempuan asing (biasanya Dia lebih menahan diri), terlebih lagi dengan seorang perempuan Samaria, yang tidak termasuk kawanan domba-domba yang hilang dari umat Israel. Mereka pikir seharusnya Guru mereka menghindari orang Samaria sebagaimana yang dilakukan orang Yahudi lainnya; paling tidak, seharusnya Dia tidak memberitakan Injil kepada mereka. Mereka bertanya-tanya mengapa Dia mau merendahkan diri untuk bercakap-cakap dengan seorang perempuan yang sedemikian hina dan miskin. Mereka lupa betapa hinanya diri mereka sendiri ketika pertama kali Kristus memanggil mereka untuk bersekutu dengan Dia.
- . Namun demikian, mereka menerima tanpa bertanya-tanya.
- Mereka tahu bahwa Yesus melakukan itu dengan alasan yang baik, dengan tujuan yang baik, dan merasa tidak perlu memberitahukannya kepada mereka; oleh sebab itu tak seorang pun dari mereka bertanya, Apa yang Engkau kehendaki? atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia? Demikianlah, jika ada yang sukar dipahami mengenai firman atau pemeliharaan Allah, alangkah baiknya jika kita sudah puas dengan keyakinan ini, bahwa segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan oleh Yesus Kristus pastilah merupakan sesuatu yang baik. Mungkin ada sesuatu yang keliru dalam keheranan mereka bahwa Kristus bercakap-cakap dengan perempuan itu: kekeliruan yang sama dengan orang-orang Farisi yang bersungut-sungut ketika Yesus makan bersama para pemungut cukai dan orang berdosa. Namun, apa pun yang mereka pikirkan, mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun. Kapan pun engkau telah berpikir jahat, maka tekapkanlah tangan pada mulut, untuk mencegah pikiran jahat berubah menjadi perkataan yang jahat (Ams. 30:32; Mzm. 39:2-4).
- Pemberitahuan perempuan itu kepada orang-orang sekotanya mengenai orang luar biasa yang telah dijumpainya dengan sukacita (ay. 28-29).
- Perhatikanlah di sini:
- . Bagaimana perempuan itu melupakan tujuannya pergi ke sumur (ay. 28). Karena para murid datang sehingga percakapan itu terhenti, dan mungkin karena perempuan itu melihat bahwa para murid tidak senang dengan percakapan tersebut, maka dia pergi. Perempuan itu menarik diri, untuk menghormati Kristus, agar Dia mempunyai waktu untuk menyantap makanan-Nya. Perempuan itu menikmati percakapan-Nya itu, namun tidak ingin bersikap tidak tahu adat; segala sesuatu indah pada musimnya. Dia pikir bahwa Yesus, setelah makan, akan melanjutkan perjalanan-Nya; oleh sebab itu dia cepat-cepat memberi tahu para tetangganya, supaya mereka datang segera. Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Perhatikan bagaimana perempuan itu memanfaatkan waktu; ketika satu perbuatan baik telah dilakukan, dia melakukan perbuatan baik lainnya. Ketika kesempatan untuk mendapatkan sesuatu yang baik berakhir, atau terpotong, kita harus mencari kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baik; ketika kita telah mendengar firman itu, maka tiba waktunya untuk berbicara mengenai firman itu. Perhatikan bagaimana perempuan itu meninggalkan tempayan atau bejananya.
- (1) Dia meninggalkan tempayan itu atas kemurahan hatinya pada Kristus, supaya Dia mempunyai air untuk diminum. Dia mengubah air menjadi anggur bagi orang lain, namun tidak untuk diri-Nya sendiri. Bandingkan hal ini dengan kebaikan Ribka pada hamba Abraham (Kej. 24:18), dan perhatikan janji Tuhan mengenai hal itu (Matius 10:42).
- (2) Dia meninggalkan tempayan itu supaya dia dapat tiba lebih cepat di kota, untuk mengantarkan kabar baik ini ke sana. Barang siapa bertugas untuk mewartakan nama Kristus tidak boleh membebani atau merepotkan diri mereka dengan segala sesuatu yang akan menghambat atau mencegah mereka melakukannya. Ketika para murid hendak dijadikan penjala manusia, mereka harus meninggalkan segala sesuatu.
- (3) Dia meninggalkan tempayannya, seperti seseorang yang tidak lagi mempedulikannya, karena telah larut sepenuhnya dalam hal-hal yang lebih baik. Perhatikanlah, barang siapa memperoleh pengenalan tentang Kristus akan menunjukkan pengenalan itu dengan kebencian yang kudus akan dunia ini, beserta segala sesuatu yang ada di dalamnya. Mereka yang baru saja mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Allah harus dimaklumi jika mula-mula mereka sangat diliputi oleh dunia yang baru saja mereka masuki, sehingga untuk sementara perkara-perkara dunia ini seolah-olah terlupakan sepenuhnya. Bapak Hildersham, dalam salah satu khotbahnya mengenai ayat ini, berdasarkan peristiwa ini sangat mendukung orang-orang yang meninggalkan pekerjaan duniawinya pada hari-hari biasa untuk pergi mendengarkan khotbah.
- . Bagaimana perempuan itu bersungguh-sungguh dalam kepergiannya ke kota, karena hatinya penuh akan hal itu. Dia pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ, mungkin mereka itu pemuka masyarakat, yang punya wewenang tertentu, yang mungkin dijumpainya ketika sedang mengadakan kegiatan masyarakat; atau mungkin juga mereka itu orang-orang yang ditemuinya di jalan; ia mengumumkannya di pusat-pusat berkumpulnya orang banyak: Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?
- Perhatikanlah:
- (1) Betapa besar hasrat perempuan itu agar sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya mengenal Kristus. Ketika ia telah menemukan harta itu, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya (seperti dalam Luk. 15:9), tidak hanya untuk bersukacita bersama-sama dengan dia, namun untuk berbagi dengannya, karena dia tahu ada cukup banyak harta yang tersedia untuk memperkaya dirinya sendiri dan semua orang yang akan ikut ambil bagian bersamanya. Perhatikanlah, barangsiapa pernah berada bersama-sama dengan Yesus, dan telah memperoleh penghiburan di dalam Dia, harus melakukan apa pun yang dapat mereka lakukan untuk membawa orang lain kepada-Nya. Bukankah Dia telah berkenan memperkenalkan diri-Nya kepada kita? Marilah kita menghormati-Nya juga dengan memperkenalkan Dia kepada orang lain; karena kita tidak dapat melakukan penghormatan yang lebih besar dari itu bagi diri kita sendiri. Perempuan ini menjadi seorang rasul. Quæ scortum fuerat egressa, regreditur magistra evangelica -- Dia yang pergi sebagai orang yang najis, kembali sebagai pengajar kebenaran Injili, kata Aretius. Kristus telah menyuruhnya memanggil suaminya, yang dianggapnya cukup sebagai jaminan untuk memanggil semua orang. Dia pergi ke kota, yaitu kota di mana dia tinggal, di antara sanak saudara dan kenalannya. Meskipun setiap orang adalah sesama saya, kepada siapa saya punya kesempatan untuk berbuat baik, namun saya mempunyai kesempatan paling besar, dan oleh sebab itu memiliki tanggung jawab paling tinggi, untuk berbuat baik kepada mereka yang tinggal di dekat saya. Di mana pohon tumbang, biarlah di sana pohon itu dimanfaatkan.
- (2) Betapa jujur dan terus terangnya perempuan itu dalam pemberitahuannya kepada mereka tentang orang asing yang telah dijumpainya.
- [1] Dia memberi tahu mereka secara terang-terangan apa yang menyebabkan dia mengagumi Yesus: Dia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Tak ada yang dicatat selain apa yang dikatakan-Nya mengenai suami-suami perempuan itu; namun bukan tidak mungkin bahwa Dia telah memberitahukan kepada perempuan itu lebih banyak lagi kesalahannya. Atau, apa yang disampaikan Yesus itu, bagi dia, tidak mungkin diketahui Yesus dengan cara-cara biasa, dan hal ini sungguh meyakinkan dirinya bahwa Yesus bisa saja memberitahukannya segala sesuatu lainnya yang telah diperbuat oleh dia. Jika Dia memiliki pengetahuan ilahi, maka Dia pasti tahu segala sesuatu. Yesus mengatakan kepadanya apa yang tidak diketahui oleh seorang pun kecuali Allah dan perempuan itu sendiri. Ada dua hal yang menyentuh perempuan itu:
- Pertama, luasnya pengetahuan Yesus. Kita sendiri tidak dapat menyebutkan semua hal yang pernah kita lakukan (banyak hal luput dari perhatian kita, dan lebih banyak lagi yang berlalu serta terlupakan); namun Yesus Kristus mengetahui segala pikiran, perkataan dan tindakan semua anak manusia (Ibr. 4:13). Dia telah mengatakan: Aku tahu segala pekerjaanmu.
- Kedua, kuasa firman-Nya. Timbul kesan yang mendalam pada diri perempuan itu, karena Dia memberitahukan kepadanya tentang dosa-dosanya yang tersembunyi dengan kuasa dan energi yang tak dapat dijelaskan; dan setelah satu saja dosanya diungkapkan, dia menjadi yakin akan semuanya, dan dihakimi oleh semuanya. Dia tidak mengatakan, "Mari, lihat! Di sana ada seseorang yang mengatakan kepadaku hal-hal yang ganjil mengenai penyembahan terhadap Allah serta hukum-hukumnya, yang telah menimbulkan perselisihan di antara gunung ini dan Yerusalem, seseorang yang menyebut diri-Nya Mesias," namun "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang memberitahukan kepadaku tentang dosa-dosaku." Yang diperhatikannya adalah hanya bagian dari perkataan Kristus yang menurut orang tidak akan disebut-sebutkannya lagi karena rasa malu. Namun bukti akan kuasa firman dan Roh Kristus yang kita alami sendiri merupakan dasar yang paling kuat dan meyakinkan dibandingkan yang lainnya; dan pengenalan akan Kristus, yang ke dalamnya kita dituntun oleh keyakinan akan dosa dan sikap merendahkan diri, tampaknya merupakan hal yang paling memberi kita rasa damai dan rasa aman.
- [2] Perempuan itu mengundang mereka untuk datang dan melihat Dia yang sangat dikaguminya. Bukan sekadar, "Datang dan lihatlah Dia" (Perempuan itu tidak mengundang mereka untuk melihat-Nya sebagai suatu pertunjukan), namun, "Datang dan bercakap-cakaplah dengan-Nya; datang dan dengarkan hikmat-Nya, seperti yang telah kulakukan, dan engkau akan mengerti apa yang kumaksud." Perempuan itu tidak akan berusaha untuk mengemukakan alasan-alasan yang telah meyakinkan dirinya sedemikian rupa untuk meyakinkan mereka. Semua orang yang telah melihat bukti kebenaran itu sendiri tidak dapat memaksa orang lain untuk melihatnya; namun, "Datang, dan berbicaralah dengan Dia, dan engkau akan menemukan suatu kuasa dalam perkataan-Nya yang jauh melampaui segala bukti." Perhatikanlah, barangsiapa tidak dapat meyakinkan dan mengubahkan orang-orang dengan cara lain, dapat dan harus mengantar mereka kepada sarana-sarana kasih karunia yang telah menyakinkan diri mereka sendiri. Saat itu Yesus berada di ujung kota. "Mari datang melihat-Nya." Ketika kesempatan untuk memperoleh pengetahuan tentang Allah dihantarkan di hadapan kita, maka tidak ada maaf bagi kita, jika kita mengabaikannya; akankah kita mengabaikan begitu saja kesempatan untuk tidak melihat Dia yang hari-Nya sangat dinanti-nantikan oleh para nabi dan raja-raja?
- [3] Perempuan itu memutuskan untuk menarik perhatian mereka, dan membiarkan mereka menentukan sikap mereka sendiri atas peristiwa itu. Mungkinkah Dia Kristus itu? Dia tidak berkata dengan sikap memaksakan, "Dialah Mesias itu." Meskipun dia sendiri sangat yakin, namun dengan sangat bijaksana dia menyebutkan tentang Mesias, yang jika tidak dikemukakan tidak akan terlintas dalam benak mereka, kemudian dia mengembalikannya kepada mereka sendiri untuk memutuskan; dia tidak akan memaksakan imannya kepada mereka, namun hanya menawarkannya kepada mereka. Dengan usaha yang biasa namun sangat meyakinkan seperti ini, penilaian dan hati nurani orang-orang ini kadang-kadang dipengaruhi sebelum mereka menyadarinya.
- (3) Betapa besar keberhasilan yang diperoleh perempuan itu dengan ajakannya: Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus (ay. 30). Meskipun sepertinya sangat tidak mungkin bahwa sosok perempuan yang begitu tidak berarti, dan begitu buruk sifatnya, akan mendapat kehormatan untuk menjadi orang pertama di antara penduduk Samaria yang bertemu dengan Mesias, namun Allah dengan senang menggerakkan hati orang-orang itu untuk mendengarkan kabar yang dibawanya, dan tidak menganggapnya sebagai omong kosong belaka. Ada saatnya ketika para penderita kusta merupakan orang pertama yang membawa kabar baik ke Samaria mengenai pembebasan besar-besaran (2Raj. 7:3, dst.). Mereka datang kepada Yesus; bukannya mengundang Dia untuk datang kepada mereka di kota, namun sebagai tanda penghormatan mereka kepada-Nya, dan kesungguhan hasrat mereka untuk melihat-Nya, mereka pergi keluar mendatangi-Nya. Mereka yang ingin mengenal Kristus harus menjumpainya di mana Dia memperdengarkan nama-Nya.
- III. Percakapan Kristus dengan murid-murid-Nya ketika perempuan itu pergi (ay. 31-38). Lihat betapa giatnya Tuhan kita Yesus meluangkan waktu, menghemat setiap menit, dan mengisi kekosongan waktu tersebut. Ketika para murid sedang pergi ke kota, percakapan-Nya dengan perempuan itu membangunnya dan sesuai dengan keadaan yang dihadapinya; ketika perempuan itu pergi ke kota, percakapan-Nya dengan murid-murid-Nya sama membangunnya dan sama sesuainya dengan keadaan mereka. Oleh sebab itu, alangkah baiknya jika kita dapat mengumpulkan penggalan-penggalan waktu, supaya tidak ada waktu yang terbuang. Ada dua hal yang dapat diperhatikan dalam percakapan ini:
- . Bagaimana Kristus menyatakan kesenangan-Nya atas pekerjaan-Nya. Pekerjaan-Nya adalah mencari dan menyelamatkan yang terhilang, untuk berkeliling melakukan kebaikan. Di sini kita melihat bahwa dalam pekerjaan-Nya inilah Dia sepenuhnya larut, karena:
- (1) Dia mengabaikan makanan dan minuman-Nya demi pekerjaan-Nya. Ketika Dia duduk di tepi sumur, Dia sedang kelelahan, dan membutuhkan penyegaran; namun kesempatan untuk menyelamatkan jiwa membuat-Nya lupa akan rasa lelah dan lapar-Nya. Dia begitu tidak memikirkan makanan-Nya sehingga:
- [1] Murid-murid-Nya terpaksa mengajak-Nya makan: Mereka mengajak Dia, mereka memaksa Dia, dengan berkata, Rabi, makanlah. Ini merupakan suatu contoh akan kasih mereka bagi-Nya sehingga mereka mengajak-Nya makan, agar jangan sampai Dia pingsan dan jatuh sakit karena kekurangan tenaga; namun ini merupakan contoh yang lebih jelas lagi mengenai kasih-Nya bagi jiwa-jiwa, sampai-sampai Dia perlu diajak untuk makan. Mari kita belajar dari hal ini, untuk menunjukkan sikap tidak peduli yang kudus bahkan terhadap penopang hidup yang diperlukan sekalipun, dan lebih memperhatikan perkara-perkara rohani.
- [2] Dia sedemikian tidak peduli soal makanan atau minuman, sehingga murid-murid-Nya menduga bahwa ada orang yang telah membawakan Dia makanan saat mereka tidak ada di sana (ay. 33): Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan? Yesus hanya sedikit sekali bernafsu untuk menyantap makanan-Nya, sehingga mereka mengira Ia sudah makan. Orang-orang yang menjadikan agama sebagai pekerjaan mereka, setiap kali ada urusan penting yang berkaitan dengan hal itu, akan lebih memikirkannya dibandingkan makanan mereka; seperti hamba Abraham, yang tidak mau makan sebelum dia menyampaikan pesan yang dibawanya (Kej. 24:33), dan Samuel, yang tidak mau duduk sebelum Daud diurapi (1Sam. 16:11).
- (2) Yesus menjadikan pekerjaan-Nya sebagai makanan dan minuman. Pekerjaan yang harus dilakukan-Nya di antara orang Samaria, kesempatan untuk berbuat baik bagi banyak orang yang ditemui-Nya sekarang, itulah yang menjadi makanan dan minuman bagi-Nya; pekerjaan itu adalah kenikmatan dan kepuasan paling dalam yang dapat dibayangkan. Kerinduan yang amat sangat dari Tuhan Yesus untuk selalu berharap akan memperoleh kesempatan dan memanfaatkannya untuk berbuat baik bagi jiwa-jiwa, jauh melebihi nafsu orang yang lapar atau pesenang yang mengidam-idamkan pesta besar dan makanan enak yang berlimpah ruah.
- Mengenai hal ini, Dia mengatakan:
- [1] Bahwa makanan itu adalah makanan yang tidak dikenal oleh para murid. Tak terbayang oleh mereka bahwa Dia berencana atau memiliki keinginan untuk menanamkan Injil-Nya di antara orang Samaria; ini adalah suatu hal yang tidak pernah mereka pikirkan. Perhatikan, melalui Injil dan Roh-Nya, Kristus melakukan lebih banyak kebaikan bagi jiwa manusia, lebih dari yang diketahui atau diharapkan oleh murid-murid-Nya. Ini juga berlaku bagi orang Kristen yang baik, yang hidup oleh iman; mereka mempunyai makanan yang tidak dikenal oleh orang lain, dan sukacita mereka tidak dapat diredakan oleh orang asing. Nah, perkataan-Nya membuat mereka bertanya, "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" Bahkan murid-murid-Nya sendiri menangkap perkataan-Nya secara harfiah, padahal Dia menggunakan perumpamaan.
- [2] Bahwa alasan mengapa pekerjaan-Nya adalah makanan dan minuman-Nya yaitu karena pekerjaan itu adalah pekerjaan Bapa-Nya, kehendak Bapa-Nya: Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku (ay. 34). Perhatikanlah:
- Pertama, keselamatan orang berdosa adalah kehendak Allah, dan mengajar mereka untuk mencapai keselamatan adalah pekerjaan-Nya (1Tim. 2:4). Ada sisa-sisa orang pilihan yang diselamatkan dengan cara khusus yang menjadi kehendak-Nya.
- Kedua, Kristus diutus ke dalam dunia untuk tugas ini, yaitu membawa orang-orang kepada Allah, untuk mengenal Dia dan bersukacita di dalam Dia.
- Ketiga, Dia menjadikan pekerjaan ini sebagai tugas-Nya dan kesenangan-Nya. Ketika tubuh-Nya memerlukan makanan, pikiran-Nya begitu diliputi oleh pekerjaan ini sehingga Dia lupa akan rasa lapar dan haus, akan makanan dan minuman. Tidak ada yang lebih dapat memuaskan Dia daripada berbuat baik; ketika Dia diajak untuk makan Dia pergi, supaya Dia dapat melakukan hal yang baik, karena itulah yang menjadi makanan-Nya selalu.
- Keempat, Dia tidak hanya siap dalam segala keadaan untuk pergi bekerja, namun Dia bersungguh-sungguh dan berkeinginan untuk menjalaninya, dan menyelesaikan setiap bagian dari pekerjaan-Nya itu. Dia bertekad untuk tidak pernah berhenti dari pekerjaan-Nya itu, atau melepaskannya, sampai Dia dapat berkata, Sudah selesai. Banyak orang bersemangat untuk mengerjakan pekerjaan mereka pada awalnya, namun tidak bersemangat untuk melanjutkannya sampai selesai; tetapi Tuhan kita Yesus bertekad untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya. Dalam hal ini, Guru kita telah meninggalkan suatu teladan bagi kita, agar kita dapat belajar untuk mengerjakan kehendak Allah sebagaimana yang dilakukan-Nya;
- . Dengan giat dan penuh perhatian, sebagaimana orang-orang yang berkepentingan dalam hal itu.
- . Dengan gembira dan senang hati, sebagaimana orang yang sangat bersukacita melakukannya.
- . Dengan setia dan tekun; tidak hanya berencana mengerjakannya, namun juga sampai menyelesaikannya.
- . Lihat di sini bagaimana Kristus, setelah mengungkapkan rasa senang-Nya akan pekerjaan-Nya, mendorong murid-murid-Nya untuk giat dalam pekerjaan mereka. Mereka adalah pekerja yang bekerja bersama dengan Dia, oleh sebab itu harus menjadi pekerja seperti Dia, dan menjadikan pekerjaan mereka sebagai makanan mereka, sebagaimana yang dilakukan-Nya. Pekerjaan yang harus mereka lakukan adalah mengabarkan Injil dan mendirikan kerajaan Mesias. Nah, di sini, pekerjaan ini diumpamakan-Nya dengan pekerjaan menuai, mengumpulkan buah-buah dari bumi ini; dan perumpamaan ini terus-menerus diutarakan-Nya di sepanjang percakapan itu (ay. 35-38). Perhatikanlah, masa penginjilan adalah masa penuaian, dan pekerjaan penginjilan adalah pekerjaan penuaian. Tuaian itu telah ditentukan dan dinantikan; demikian juga Injil. Masa penuaian adalah masa yang sibuk; karenanya semua orang harus bekerja. Setiap orang harus bekerja bagi dirinya sendiri, supaya dia dapat menuai anugerah dan penghiburan Injil. Para pelayan harus bekerja bagi Allah, untuk mengumpulkan jiwa-jiwa kepada-Nya. Masa penuaian adalah kesempatan, suatu masa yang pendek dan terbatas, yang tidak akan berlangsung selamanya; dan pekerjaan menuai adalah pekerjaan yang harus dilakukan saat itu juga, atau tidak sama sekali. Demikian juga masa menikmati Injil merupakan musim khusus, yang harus dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan Injil yang sesungguhnya, karena begitu berlalu, masa itu tidak dapat kembali. Para murid harus mengumpulkan tuaian jiwa bagi Kristus. Di sini Yesus mengemukakan tiga hal kepada para murid untuk membangkitkan mereka agar giat:
- (1) Bahwa pekerjaan ini adalah pekerjaan yang wajib dilakukan, dan alasannya sangat mendesak dan genting (ay. 35): Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: ladang-ladang sudah menguning.
- Di sini diceritakan:
- [1] Perkataan pada murid-murid Kristus mengenai panen gandum; masih ada empat bulan, baru kemudian datanglah musim menuai, yang mungkin dapat dipahami secara umum sebagai -- "Engkau mengatakan, untuk memberi semangat kepada si penabur saat musim menabur, bahwa hanya empat bulan lagi sudah tiba musimnya untuk menuai." Kalau di Inggris, ada empat bulan di antara musim menabur benih jelai dan musim panen jelai, mungkin sama halnya bagi mereka untuk jenis biji-bijian lain; atau, "Khususnya, kalau dihitung dari saat ini, masa panen yang berikutnya tinggal empat bulan lagi, menurut kebiasaan yang umum terjadi." Musim panen orang Yahudi mulai saat Paskah orang Yahudi, sekitar saat kebangkitan Yesus, lebih awal daripada musim panen di Inggris. Ini menunjukkan bahwa perjalanan Kristus dari Yudea ke Galilea terjadi pada musim dingin, sekitar akhir November, karena Dia melakukan perjalanan dalam segala cuaca untuk melakukan kebaikan. Allah tidak hanya menjanjikan bagi kita satu musim panen setiap tahun, namun telah menentukan minggu-minggu yang tetap untuk panen, sehingga kita tahu kapan kita harus menantikannya, dan berjaga-jaga untuk itu.
- [2] Perkataan Kristus mengenai tuaian Injil; hati-Nya sungguh tertuju pada buah-buah Injil-Nya, sebagaimana hati orang lain tertuju pada buah yang dihasilkan dunia; dan kepada hal inilah Dia ingin mengarahkan pikiran murid-murid-Nya: Lihat, ladang-ladang sudah menguning dan matang untuk dituai.
- Pertama, di sini di tempat ini, di mana mereka berada sekarang, ada pekerjaan menuai yang perlu dikerjakan-Nya. Mereka ingin Dia makan (ay. 31). "Makan!" kata-Nya, "Aku mempunyai pekerjaan lain, yang lebih penting; lihatlah bagaimana orang-orang Samaria sedang berbondong-bondong keluar dari kota dan berkerumun di ladang yang sudah siap untuk menerima Injil"; saat itu mungkin ada banyak orang Samaria yang sedang mendekat. Kesiapan orang-orang untuk mendengar firman merupakan suatu dorongan besar bagi para pelayan Injil untuk lebih giat dan bersemangat dalam mengabarkannya.
- Kedua, di tempat lain, di seluruh negeri, terdapat cukup banyak pekerjaan menuai untuk dilakukan oleh mereka semua. "Perhatikanlah semua daerah, renungkan keadaan negeri itu, dan engkau akan menemukan sekumpulan besar orang yang siap untuk menerima Injil, seperti ladang gandum yang telah matang sepenuhnya dan siap untuk dipanen." Ladang telah menguning dan menjadi matang,
- . Oleh ketetapan Tuhan yang dinyatakan dalam nubuatan Perjanjian Lama. Sekaranglah waktunya bagi bangsa-bangsa untuk berkumpul pada Kristus (Kej. 49:10), masanya orang banyak berbondong-bondong ke gereja, sehingga gereja harus diperlebar, dan oleh sebab itu inilah waktunya bagi para murid untuk menjadi sibuk. Ini merupakan dorongan besar bagi kita untuk terlibat dalam setiap pekerjaan apa saja bagi Allah, jika kita mengerti melalui tanda-tanda zaman bahwa ini adalah musim yang tepat untuk pekerjaan itu, karena pekerjaan itu akan berhasil.
- . Oleh sifat manusia. Yohanes Pembaptis telah menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya (Luk. 1:17). Sejak dia mulai mengabarkan kerajaan Allah, setiap orang berebut memasukinya (Luk. 16:16). Jadi, ini adalah masanya para pemberita Injil untuk bekerja dengan sekuat tenaga, untuk mengayunkan sabit mereka, ketika tuaian itu telah masak (Why. 14:15). Kita harus bekerja sekarang, karena sayang sekali jika musim seperti ini harus terlewatkan. Jika gandum yang sudah matang tidak dituai, maka gandum itu akan jatuh terserak dan hilang, dan burung-burung akan memungutinya. Jika jiwa-jiwa yang berada di bawah penghukuman, dan yang telah mulai berbalik ke arah yang benar, tidak ditolong sekarang juga, maka langkah awal mereka yang penuh harapan akan berujung pada kehampaan, dan mereka akan menjadi mangsa para penipu. Bekerja saat ini juga merupakan sesuatu yang mudah, karena ketika hati orang-orang telah siap, pekerjaan itu akan selesai dengan cepat (2Taw. 29:36). Pastilah para pelayan Injil mau tidak mau akan bersemangat untuk berjerih payah memberitakan firman ketika mereka melihat orang-orang senang mendengar Injil.
- (2) Bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan yang menguntungkan dan berfaedah, dan mereka sendiri akan menjadi orang yang memperoleh keuntungan itu (ay. 36): "Sekarang juga penuai telah menerima upahnya, demikian juga kamu." Kristus telah berjanji untuk membayar dengan pantas orang yang dipekerjakan-Nya dalam pekerjaan-Nya, karena Dia tidak akan bertindak seperti Yoyakim, yang mempekerjakan sesamanya dengan cuma-cuma (Yer. 22:13), atau seperti mereka yang menahan upah dari buruh yang telah menuai hasil ladang mereka (Yak. 5:4). Mereka yang menuai bagi Kristus, meskipun mereka berseru kepada-Nya siang dan malam, sekali-sekali tidak akan berseru untuk menentang Dia, atau mengatakan bahwa mereka melayani Tuan yang jahat. Barang siapa menuai, tidak hanya akan menerima upah, namun menerimanya sekarang juga. Ada suatu upah yang seketika diperoleh dalam melayani Kristus, dan pekerjaan Kristus adalah upah orang itu sendiri.
- [1] Mereka yang menuai bagi Kristus memperoleh buah: Dia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, yaitu, dia akan menyelamatkan dirinya sendiri dan mereka yang mendengarnya (1Tim. 4:16). Jika penuai yang setia menyelamatkan jiwanya sendiri, yaitu buah yang melimpah bagi perbendaharaannya, buah itu adalah buah yang dikumpulkan untuk hidup yang kekal; dan jika, lebih dari itu, dia menjadi alat untuk menyelamatkan jiwa yang lain juga, maka ada buah yang dikumpulkan. Jiwa-jiwa yang dikumpulkan bagi Kristus adalah buah, yaitu buah yang baik, buah yang dicari Kristus (Rom. 1:13); buah itu dikumpulkan bagi Kristus (Kid. 8:11-12); buah itu dikumpulkan untuk hidup yang kekal. Ini adalah penghiburan bagi para pelayan yang setia, karena ternyata pekerjaan mereka memiliki tujuan untuk keselamatan kekal bagi jiwa-jiwa yang berharga.
- [2] Mereka memiliki sukacita: Penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Pelayan yang beruntung menjadi alat untuk memulai suatu pekerjaan yang baik adalah penabur, seperti Yohanes Pembaptis. Orang yang dipekerjakan untuk melanjutkan pekerjaan itu dan menyempurnakannya adalah penuai: dan keduanya sama-sama bersukacita.
- Perhatikanlah:
- Pertama, meskipun Allah akan mendapatkan segala kemuliaan atas keberhasilan pemberitaan Injil, namun pelayan yang setia juga memperoleh keuntungan dari pemberitaan Injil itu. Para penuai juga turut merasakan sukacita penuaian, meskipun keuntungannya menjadi milik sang tuan (1Tes. 2:19).
- Kedua, para pelayan yang memperoleh karunia dan jam kerja yang berbeda-beda tidak boleh merasa rasa iri satu sama lain, lebih baik mereka bersukacita bersama dalam keberhasilan dan keuntungan satu sama lain. Meskipun semua pelayan Kristus tidak sama bergunanya, atau sama berhasilnya, namun jika mereka telah memperoleh belas kasih Allah untuk menjadi setia, mereka semua akan bersama-sama masuk dan turut dalam kebahagiaan Tuan mereka pada akhirnya.
- (3) Bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan yang mudah, dan merupakan pekerjaan yang telah separuh dikerjakan bagi mereka oleh orang-orang yang telah mendahului mereka: Yang seorang menabur dan yang lain menuai (ay. 37-38). Ayat ini kadang-kadang menggambarkan suatu penghakiman yang menyedihkan bagi orang yang menabur (Mi. 6:15, Ul. 28:30), Engkau ini akan menabur, dan orang lain akan menuai; seperti dikatakan dalam Ulangan 6:11, rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kauisi. Demikian juga di sini. Musa, para nabi dan Yohanes Pembaptis, telah mempersiapkan jalan bagi Injil, telah menabur benih yang baik, sehingga para pelayan dalam Perjanjian Baru hanya perlu mengumpulkan buahnya. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang, jika dibandingkan, tidak kamu usahakan (Yes. 40:3-5).
- [1] Ini menunjukkan dua hal mengenai pelayanan Perjanjian Lama:
- Pertama, bahwa pelayanan Perjanjian Lama sangat memerlukan pelayanan Perjanjian Baru. Musa dan para nabi menabur, namun mereka tidak dapat dikatakan menuai, karena begitu sedikit buah yang mereka lihat dari jerih payah mereka. Tulisan mereka lebih banyak memberikan manfaat setelah mereka meninggalkan kita daripada khotbah mereka.
- Kedua, bahwa pelayanan Perjanjian Lama sangat berguna bagi pelayanan Perjanjian Baru, dan telah membuka jalan bagi pelayanan Perjanjian Baru. Tulisan para nabi, yang dibacakan di dalam sinagoge setiap hari Sabat, membangkitkan harapan orang-orang akan Mesias, sehingga mempersiapkan mereka untuk menyambut-Nya. Jika bukan karena benih yang ditabur oleh para nabi, perempuan Samaria ini tidak akan dapat mengatakan, Kami tahu, bahwa Mesias akan datang. Dalam beberapa hal tertentu, tulisan dalam Perjanjian Lama lebih berguna bagi kita daripada bagi mereka yang pertama-tama menjadi tujuan tulisan tersebut, karena perkataan di dalamnya lebih dapat dipahami melalui penggenapannya. (1Ptr. 1:12; Ibr. 4:2; Rm. 16:25-26).
- [2] Ini juga menunjukkan dua hal mengenai pelayanan rasul-rasul Kristus.
- Pertama, pelayanan mereka adalah pelayanan yang berbuah: mereka adalah penuai yang mengumpulkan banyak tuaian jiwa-jiwa bagi Yesus Kristus, dan melakukan lebih banyak dalam waktu tujuh tahun untuk mendirikan kerajaan Allah di antara manusia melebihi apa yang telah dilakukan oleh para nabi Perjanjian Lama selama berabad-abad.
- Kedua, pelayanan mereka sungguh sangat dipermudah dengan adanya tulisan-tulisan para nabi, khususnya di antara orang Yahudi, kepada siapa mereka pertama kali diutus. Para nabi menabur dengan mencucurkan air mata, berseru, Kami telah bersusah-susah dengan percuma, sementara para rasul menuai dengan bersorak-sorai, berkata, Syukur bagi Allah, yang selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Perhatikanlah, dari jerih payah para pelayan yang telah mati dan pergi, banyak buah yang baik bisa dituai oleh orang-orang yang hidup lebih lama dari mereka dan pelayan yang menggantikan mereka. Yohanes Pembaptis, dan orang-orang yang menyertainya, telah berjerih lelah, dan murid-murid Kristus mengambil alih jerih payah mereka itu, membangun di atas dasar mereka, dan menuai buah dari apa yang mereka tabur. Lihat alasan apa yang kita punyai untuk bersyukur kepada Allah atas mereka yang telah mendahului kita, atas pemberitaan dan tulisan mereka, atas apa yang mereka lakukan dan mereka derita pada zaman mereka, karena kita datang memetik hasil usaha mereka. Pekerjaan dan pelayanan mereka telah membuat pekerjaan kita menjadi lebih mudah. Dan ketika para pekerja masa dulu dan masa sekarang, mereka yang masuk ke kebun anggur pada jam sembilan pagi dan mereka yang datang pada pukul lima petang, bertemu pada hari penghakiman, mereka tidak akan saling iri satu sama lain mengenai kemuliaan masing-masing pekerjaan mereka; sehingga baik mereka yang menabur maupun mereka yang menuai akan sama-sama bersukacita, dan Tuhan yang Agung yang empunya tuaian mereka itu akan memperoleh segala kemuliaan.
- IV. Akibat baik yang disebabkan kunjungan Kristus (secara sambil lalu) atas orang-orang Samaria, dan buah yang segera terkumpul saat itu di antara mereka (ay. 39-42).
- Perhatikan kesan apa yang dibuat atas mereka:
- . Oleh kesaksian perempuan itu mengenai Kristus; meskipun hanya satu kesaksian, dan bukan merupakan laporan yang baik, dan kesaksian itu tidak lebih dari "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat," namun kesaksian itu memberi pengaruh yang baik atas banyak orang. Orang bisa saja berpikir bahwa dengan memberitahukan perempuan itu akan dosanya yang tersembunyi, orang-orang itu akan takut untuk datang pada Yesus, kalau-kalau Dia akan memberitahukan mereka juga mengenai kesalahan-kesalahan mereka; namun, mereka mau mengambil risiko lebih baik berkenalan daripada tidak, dengan seseorang yang mereka yakini adalah seorang nabi.
- Mereka dibawa kepada dua hal:
- (1) Untuk mempercayai perkataan Kristus (ay. 39): Banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu. Sampai saat itu mereka percaya kepada-Nya sehingga mereka menganggap-Nya sebagai nabi, dan ingin mengetahui pikiran Allah dari-Nya; ini jelas bisa ditafsirkan bahwa mereka percaya kepada Dia.
- Sekarang perhatikanlah:
- [1] Siapa mereka itu yang percaya: Banyak orang Samaria, yang bukan berasal dari umat Israel. Iman mereka bukan hanya memperparah ketidakpercayaan orang Yahudi, yang semestinya harus lebih baik lagi, tetapi juga menunjukkan suatu kesungguh-sungguhan iman kaum bukan-Yahudi, yang mau menyambut apa yang telah ditolak oleh orang Yahudi.
- [2] Apa yang membuat mereka percaya: Karena perkataan perempuan itu.
- Perhatikanlah:
- Pertama, bagaimana Allah kadang-kadang senang menggunakan alat yang sangat lemah dan yang tidak menjanjikan untuk memulai dan meneruskan suatu pekerjaan yang baik. Seorang anak perempuan menggerakkan seorang bangsawan besar untuk datang pada Elisa (2Raj. 5:2).
- Kedua, betapa besar akibat yang ditimbulkan api kecil yang menyala. Juruselamat kita, dengan mengajar seorang perempuan hina, menyebarkan ajaran ke seluruh kota. Janganlah hendaknya para pelayan bersikap asal-asalan atau tawar hati dalam pemberitaan mereka ketika melihat pendengar mereka sedikit dan biasa-biasa saja, karena, dengan berbuat baik kepada mereka, perbuatan baik itu dapat diteruskan lagi kepada lebih banyak orang dan lebih berarti. Jika mereka mengajar sesamanya dan mengajar saudaranya, banyak orang akan belajar dari tangan kedua. Filipus memberitakan Injil kepada seorang pria dalam kereta kudanya di sebuah jalan, dan pria itu tidak hanya menerima Injil untuk dirinya sendiri, namun membawanya ke negerinya, dan menyebarkannya di sana.
- Ketiga, perhatikan betapa baiknya jika kita berbicara berdasarkan pengalaman kita mengenai Kristus dan perkara-perkara Allah. Perempuan ini hanya bisa bercerita sedikit mengenai Kristus, namun apa yang dia katakan, dikatakannya dengan penuh perasaan: Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mereka yang dapat mengatakan apa yang telah Allah lakukan bagi jiwa mereka, mereka inilah yang paling mungkin berbuat baik (Mzm. 66:16).
- (2) Mereka mencoba membujuk-Nya untuk tinggal di antara mereka (ay. 40): Ketika mereka datang kepada-Nya, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka. Berdasarkan perkataan perempuan itu, mereka percaya bahwa Dia adalah seorang nabi, dan mereka datang kepada-Nya; dan ketika mereka melihat-Nya, penampilan-Nya yang biasa-biasa saja dan potongan-Nya yang tampak miskin tidak mengurangi penghargaan serta pengharapan mereka terhadap-Nya, tetapi mereka justru tetap menghormati Dia sebagai seorang nabi. Perhatikanlah, ada harapan bagi mereka yang berhasil mengatasi prasangka buruk orang-orang terhadap nilai yang sesungguhnya di balik keadaan yang hina. Diberkatilah mereka yang tidak menolak Kristus pada pandangan pertama. Mereka sama sekali tidak menolak Dia, bahkan mereka memohon kepada-Nya untuk tinggal pada mereka;
- [1] Agar mereka dapat membuktikan rasa hormat mereka kepada-Nya, dan memperlakukan Dia dengan penuh hormat dan kebaikan hati karena tabiat-Nya. Para nabi dan pelayan Allah adalah tamu yang disambut oleh semua orang yang sungguh-sungguh menerima Injil, seperti Lidia (Kis. 16:15).
- [2] Supaya mereka dapat menerima petunjuk dari-Nya. Mereka yang diajar mengenai Allah akan sungguh-sungguh berhasrat untuk belajar lebih dalam dan lebih mengenal Kristus lagi. Banyak orang yang akan berkerumun pada seseorang yang akan memberitahukan nasib dan peruntungan mereka, namun orang-orang ini berkerumun pada orang yang akan memberitahukan kesalahan-kesalahan mereka, mengungkapkan dosa dan kewajiban mereka. Sang sejarawan yang mencatat Injil ini tampaknya memberikan tekanan bahwa mereka adalah orang Samaria (Luk. 10:33; 17:16). Orang Samaria tidak terkenal dalam hal agama seperti halnya orang Yahudi; namun orang Yahudi, yang telah melihat mujizat Kristus justru mengusir Dia dari antara mereka: sementara orang Samaria, yang tidak melihat mujizat-Nya, atau mengalami kebaikan-Nya, justru mengundang-Nya untuk datang kepada mereka. Bukti keberhasilan Injil tidak selalu bisa diduga-duga, juga tidak bisa diharapkan berdasarkan suatu pengalaman. Orang Samaria diajar menurut adat daerah mereka untuk menghindari percakapan dengan orang Yahudi. Ada orang-orang Samaria yang tidak mau jika Kristus melewati kota mereka (Luk. 9:53), tetapi orang-orang Samaria ini memohon kepada-Nya untuk tinggal pada mereka. Perhatikanlah, kita akan semakin mengasihi Kristus dan firman-Nya bila kasih kita itu mengalahkan segala prasangka yang timbul karena pendidikan dan kebiasaan, dan bila kasih itu mengabaikan celaan manusia. Di sini diceritakan bahwa Kristus mengabulkan permintaan mereka.
- Pertama, Yesus tinggal di situ. Meskipun kota itu adalah kota Samaria yang hampir bersebelahan dengan bait mereka, namun, ketika Dia diundang, Dia tinggal di sana; meskipun Dia sedang dalam perjalanan, dan masih harus meneruskan perjalanan lagi, namun, ketika Dia mendapat kesempatan untuk berbuat baik, Dia tinggal di situ. Bagi Yesus itu bukanlah halangan besar, dan kita harus lebih belajar lagi dari hal ini. Walaupun demikian, Dia tinggal di sana hanya dua hari, karena ada tempat lain yang harus dikunjungi-Nya, dan ada pekerjaan lain yang harus dikerjakan-Nya. Dua hari itu cukup menjadi bagian bagi kota ini. Sekalipun begitu, dua hari ini sudah merupakan sebagian dari hari-hari Juruselamat kita yang hanya sementara saja di muka bumi ini.
- Kedua, kita diberitahukan mengenai kesan yang timbul pada diri mereka oleh karena perkataan Kristus dan percakapan-Nya secara pribadi dengan mereka (ay. 41-42); memang tidak disebutkan apa yang dikatakan dan diperbuat-Nya di sana, entah Dia menyembuhkan mereka atau tidak; namun yang jelas, apa yang dikatakan dan diperbuat-Nya itu sungguh meyakinkan mereka bahwa Dia adalah Kristus. Jerih payah para pelayan Allah paling baik dikenal melalui buah-buah baik yang dihasilkan dari jerih payah itu. Apa yang mereka dengar tentang Dia sebelumnya menimbulkan pengaruh yang baik, sehingga sekarang mata mereka telah melihat Dia, dan akibatnya adalah:
- . Jumlah mereka bertambah (ay. 41): Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya: banyak orang yang tadinya tidak akan terbujuk untuk keluar dari kota dan datang kepada-Nya akhirnya tergerak juga untuk percaya kepada-Nya, ketika Dia datang di antara mereka. Perhatikanlah, betapa menyenangkannya melihat banyaknya orang percaya. Kadang-kadang semangat dan keberanian beberapa orang dapat menjadi alat untuk merangsang banyak orang lain dan membangkitkan suatu rasa cemburu yang kudus (Rm. 11:14).
- . Iman mereka bertumbuh. Mereka yang telah digerakkan oleh pemberitaan perempuan itu sekarang melihat alasan untuk berkata, "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan" (ay. 42). Di sini ada tiga hal yang didalamnya iman mereka bertumbuh:
- (1) Dalam perkataan itu sendiri, atau dalam apa yang mereka sungguh percayai itu. Berdasarkan kesaksian perempuan itu, mereka yakin bahwa Dia adalah seorang nabi, atau seorang pembawa pesan dari sorga yang sangat luar biasa. Namun sekarang setelah mereka bercakap-cakap dengan Dia, mereka menjadi percaya bahwa Dia adalah Kristus, Yang Diurapi itu, orang yang sama yang telah dijanjikan kepada nenek moyang mereka dan dinanti-nantikan oleh mereka, dan bahwa, sebagai Kristus, Dia adalah Juruselamat dunia; karena Dia diurapi untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Mereka percaya bahwa Dia adalah Juruselamat bukan hanya untuk orang Yahudi, namun untuk seluruh dunia, sehingga mereka berharap bahwa mereka juga termasuk di dalamnya, meskipun mereka adalah orang Samaria, karena telah dijanjikan bahwa Dia harus menjadi keselamatan sampai ke ujung bumi (Yes. 49:6).
- (2) Dalam kepastian akan perkataan itu; iman mereka sekarang bertumbuh hingga mencapai keyakinan penuh: Kami tahu bahwa Dia ini memang Kristus; alēthōs -- benar-benar; bukan seorang Kristus palsu, tetapi sungguh yang sejati; bukan hanya seseorang yang memiliki karakter Juruselamat, seperti yang banyak dijumpai dalam Perjanjian Lama, tetapi Dialah Juruselamat yang sesungguhnya. Keyakinan akan kebenaran ilahi yang sedemikian inilah yang harus kita kejar. Kita tidak bisa hanya menduga-duga atau sekadar menganggap bahwa bisa jadi Yesus itu adalah Kristus, tetapi, kita harus yakin bahwa Dia memang benar-benar Kristus.
- (3) Dalam dasar kepercayaan itu, yang merupakan semacam kejutan dan pengalaman rohani: Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia. Sebelumnya mereka telah percaya karena perkataan perempuan itu, dan ini bagus, dan merupakan sebuah langkah yang baik; namun sekarang mereka menemukan dasar yang lebih dalam dan lebih kokoh lagi bagi iman mereka: "Sekarang kami percaya karena kami sendiri telah mendengar Dia, dan telah mendengar kebenaran yang sedemikian sempurna dan ilahi, beserta bukti dan kuasa yang begitu penuh dengan kekuatan memerintah, sehingga kami sungguh sangat puas dan yakin bahwa inilah Kristus." Ini seperti apa yang dikatakan Ratu Syeba mengenai Salomo (1Raj. 10:6-7): Setengahnya pun belum diberitahukan kepadaku. Orang-orang Samaria, yang percaya pada perkataan perempuan itu, sekarang memperoleh pemahaman yang lebih jelas; Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi; barangsiapa setia pada perkara kecil akan mendapat kepercayaan lebih. Dalam contoh ini kita dapat melihat bagaimana iman timbul dari pendengaran.
- [1] Iman lahir karena mendengar pemberitaan orang lain. Orang-orang Samaria ini, karena perkataan perempuan itu, sedemikian percaya sehingga mereka datang dan melihat, datang dan memastikan. Demikianlah melalui ajaran orangtua dan pengkhotbah serta kesaksian gereja dan tetangga kita yang berpengalaman, kita diperkenalkan dengan ajaran Kristus, dan ini mempengaruhi kita untuk menerima semua ajaran itu sebagai hal yang sangat mungkin benar. Namun,
- [2] Iman bertumbuh, bertambah kuat, dan bertambah matang, melalui pendengaran akan kesaksian Kristus itu sendiri, dan ini akan berdampak lebih jauh lagi, dan membuat kita menerima ajaran-Nya, dan membuat kita mempercayainya sebagai kebenaran yang tidak perlu diragukan lagi. Kita terdorong untuk melihat ke dalam Kitab Suci oleh karena perkataan orang-orang yang mengatakan bahwa di dalam firman itu mereka telah menemukan kehidupan kekal; namun ketika kita telah menemukannya sendiri di dalam Kitab Suci, dan telah mengalami kuasa firman itu yang mencerahkan, meyakinkan, memperbarui, menguduskan dan menghibur, maka sekarang kita percaya, bukan karena perkataan mereka, namun karena kita telah menemukannya sendiri: dan iman kita tidak bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah (1Kor. 2:5; 1Yoh. 5:9-10).
- Demikianlah benih Injil ditabur di tanah Samaria. Hasilnya memang tidak tampak langsung setelah itu, tetapi empat atau lima tahun kemudian kita temukan, ketika Filipus mengabarkan Injil di Samaria, dia mendapati bekas-bekas pekerjaan baik yang terberkati ini bekerja sehingga banyak orang sepakat untuk menerima perkara-perkara yang disampaikan olehnya (Kis. 8:5-6, 8). Namun demikian, tidak semua orang condong kepada yang baik, karena sebagian lebih suka pada yang jahat, seperti Simon si penyihir dengan perbuatan sihirnya itu (Kis. 8:9-10).
SH: Yoh 4:31-42 - Waktu menuai (Jumat, 6 Januari 2006) Waktu menuai
Percakapan Tuhan Yesus dengan para murid yang membawakan makanan
bagi-Nya membicarakan lebih jauh jati diri Tuhan Yesus dan sikap...
Waktu menuai
Percakapan Tuhan Yesus dengan para murid yang membawakan makanan bagi-Nya membicarakan lebih jauh jati diri Tuhan Yesus dan sikap hidup-Nya. Bagi Tuhan Yesus, melakukan dan menyelesaikan pekerjaan yang berasal dari kehendak Bapa merupakan makanan-Nya. Ungkapan ini tidak sekadar menunjukkan semangat pelayanan Tuhan Yesus yang berapi-api. Dengan menyebut bahwa Ia telah menyelesaikan pekerjaan Allah Bapa, Tuhan Yesus menempatkan diri dalam posisi Ilahi (ayat 34). Sebab hanya Allah sendiri yang sanggup merampungkan rencana-rencana dan karya-karya-Nya sampai akhir zaman kelak. Hal itu dipertegas dalam ucapan Yesus selanjutnya, Allah Bapa sebagai penabur dan diri-Nya sendiri sebagai penuai. Waktu menabur dan menuai akan terjadi serempak (ayat 35-36).
Tuhan Yesus kini mengikutsertakan murid-murid-Nya dalam tugas menuai yang mulia itu. Turut serta dalam pelayanan Yesus untuk dunia ini seharusnya juga menjadi makanan bagi para murid-Nya dulu dan kita kini. Itulah makanan sejati yang dapat mengenyangkan dan menguatkan hidup kita, yaitu kita mengalami dan melibatkan diri dalam penggenapan kehendak Allah.
Kesengajaan Tuhan Yesus melewati Samaria telah mengubah hidup perempuan Samaria yang berakibat luas kepada seisi penduduk kota tersebut. Tindakan Yesus ini juga adalah teladan untuk kita, para murid-Nya. Kita perlu rela menerobos berbagai rintangan dalam melaksanakan kehendak Allah menyelamatkan manusia.
Sekaranglah waktunya untuk mengabarkan Injil. Apa yang Tuhan Yesus nyatakan 2000 tahun lalu tetap relevan sampai sekarang. Sekaranglah waktunya agar setiap hati kosong yang tak mampu diisi dan dipuaskan oleh kesenangan duniawi mendapatkan anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus melalui kesaksian hidup anak-anak-Nya.
Responsku: _________________________________________________________________ _________________________________________________________________
SH: Yoh 4:27-42 - "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Bapa." (Senin, 04 Januari 1999) "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Bapa."
Pada episode kedua, pasal 4 ini menjelaskan saat para murid Yesus
kembali dan mengajak Yesus makan (...
"Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Bapa."
Pada episode kedua, pasal 4 ini menjelaskan saat para murid Yesus kembali dan mengajak Yesus makan (ayat 31). Tetapi pandangan para murid tentang makanan berbeda dengan pandangan Yesus. Bagi Yesus, selain bersifat jasmani, makanan itu adalah melakukan kehendak Allah, memenangkan jiwa yang terhilang. Para murid diutus bukan untuk memetik apa yang ada di bumi ini saja tetapi "memetik jiwa."
Satu untuk semua. Pertemuan perempuan Samaria dengan Sang Mesias membawa sukacita besar baginya. Ia bagaikan sebuah dinamit yang meletus di dalam sanubari, letupan bahagia yang mendorong kepada suatu tindakan baru. "Kini aku telah puas dan aku ingin agar orang lain pun mengalami apa yang telah aku alami." Tindakan baru yang dilakukan perempuan Samaria ini disebut penginjilan. Spurgeon, seorang pengkhotbah terkenal dari Inggris, pernah menyebutkan bahwa penginjilan itu bagaikan sebuah aksi seorang pengemis, yang pergi memberitahukan teman-teman seprofesinya, di mana untuk pertama kalinya ia menemukan roti. Wanita ini, walaupun cuma satu orang, akhirnya membawa orang sekampungnya untuk menemui Yesus.
Renungkan: Saudara, yang cuma satu orang sebenarnya dapat berbuat banyak untuk banyak orang. Mengapa tidak?
SH: Yoh 4:27-42 - Menyaksikan Yesus (Kamis, 3 Januari 2002) Menyaksikan Yesus
Perempuan Samaria yang telah bertemu dan mengenal Mesias segera
menyaksikan imannya. Ia tidak lagi merasa tidak berharga dan t...
Menyaksikan Yesus
Perempuan Samaria yang telah bertemu dan mengenal Mesias segera menyaksikan imannya. Ia tidak lagi merasa tidak berharga dan tidak berarti di dalam masyarakat. Ia tidak malu dan takut lagi berjumpa orang banyak. Ia tidak merasa lagi perlu menghindari mereka. Perjumpaan dengan Mesias telah mengubah hidupnya. Perempuan itu sekarang telah menjadi manusia seutuhnya. Ia merasa bahwa ia harus menyampaikan kepada masyarakat tempat ia berada bahwa ia telah mengenal Mesias. Imannya kepada Yesus mendorongnya untuk bersaksi tentang Yesus (ayat 29).
Kesaksian perempuan Samaria ini efektif sekali, sehingga banyak warga kota tertarik oleh perkataannya. Bahkan sesudah mendengar kesaksian tersebut mereka ingin melihat dan bertemu dengan Tuhan Yesus (ayat 30). Hal yang luar biasa lagi ialah kesaksian perempuan Samaria itu membawa banyakarga Samaria menjadi percaya kepada Tuhan Yesus (ayat 39). Mereka bahkan mendesak Tuhan Yesus untuk tinggal bersama mereka karena mereka ingin mengenal Yesus lebih dalam lagi. Selama dua hari Tuhan Yesus tinggal bersama mereka dan mengajar mereka (ayat 40). Banyak lagi orang yang menjadi percaya dan diperdalam imannya (ayat 41). Ucapan yang luar biasa muncul dari mulut warga Samaria sebagai akibat pengenalan mereka yang semakin dalam terhadap Tuhan Yesus. Mereka mengenal Yesus sebagai Juruselamat dunia (ayat 42).
Yesus adalah Juruselamat, bukannya guru selamat. Ia bukan mengajarkan bagaimana supaya selamat. Ia sendirilah keselamatan itu. Warga Samaria tahu bahwa keselamatan tidak hanya berlaku bagi warga Yahudi atau Samaria saja, melainkan bagi semua suku bangsa di dunia. Pernyataan ini benar-benar merupakan pengakuan iman yang mengandung makna teologis yang luar biasa. Mengapa? Karena murid-murid pun belum sampai pada pengenalan sedalam itu. Mereka belum mengenal bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia. Dalam ayat 32-38, Yesus menjelaskan kepada murid-murid bahwa merupakan kehendak Allah agar keselamatan disampaikan di luar Israel. Lalu Tuhan Yesus mengajar dan mendorong mereka untuk terlibat dalam misi kepada seluruh suku bangsa (ayat 35-38).
Renungkan: Perjumpaan sejati dengan Yesus tidak bisa tidak segera menampakkan diri dalam bentuk kesaksian hidup bagi-Nya.
SH: Yoh 4:27-42 - Hidup orang bermisi (Minggu, 27 Januari 2008) Hidup orang bermisi
Beberapa tembok perintang antara Tuhan Yesus dan perempuan itu telah
dengan sengaja Tuhan runtuhkan. Rintangan geografis, re...
Hidup orang bermisi
Beberapa tembok perintang antara Tuhan Yesus dan perempuan itu telah dengan sengaja Tuhan runtuhkan. Rintangan geografis, religius, dan moral tidak Tuhan biarkan menjadi penghalang dalam menemukan orang yang mencari pemuasan hidup secara salah. Tindakan Tuhan tersebut sungguh luar biasa dan membuat para murid kaget (ayat 27). Namun mereka tidak berani mengutarakan keheranan yang menyeruak ke dalam hati mereka. Mereka hanya bisa mengajak Yesus makan.
Jawaban Tuhan Yesus membukakan pengajaran penting bagi para murid-Nya. Bagi Tuhan Yesus, yang mengenyangkan dan menguatkan bukan saja makan makanan biasa, melainkan juga saat mewujudkan dan melakukan kehendak Allah. Artinya terlibat dalam misi ilahi untuk menyelamatkan orang-orang yang belum menemui makna hidup sejati. Inilah misi hidup Yesus. Menggenapi misi ini merupakan prioritas utama kehidupan-Nya dan yang menjadi sumber kesukaan dan kekuatan bagi Dia.
Para murid, juga kita, cenderung menyesuaikan prioritas dan misi dengan kondisi dan kenyataan yang sedang terjadi. Kita beranggapan belum saatnya melakukan penginjilan bila orang belum menunjukkan tanda terbuka pada Injil. Anggapan ini persis seperti anggapan bahwa musim menuai belumlah tiba karena masa menabur baru saja mulai. Namun gejala bahwa orang hidup dalam kesia-siaan dan pencarian makna merupakan tanda bahwa dunia sangat memerlukan Injil! Kita lihat bahwa perempuan itu kemudian mengalami perubahan hidup. Bahkan ia juga menyebabkan penuaian ke seluruh penduduk kampungnya segera mulai (ayat 28-30, 41-42).
Tuhan ingin agar orang yang mengikut Dia pun memiliki misi yang diprioritaskan seperti juga misi yang Ia telah jalani dan teladankan! Oleh karena itu pastikan bahwa dalam segala segi, hidup dan tindakan Anda menjadi semacam berita yang menunjuk kepada Yesus Kristus dan membawa berkat bagi orang lain!
SH: Yoh 4:27-42 - Pelayanan yang mendesak (Sabtu, 4 Januari 2014) Pelayanan yang mendesak
Usai berbelanja makanan (8), para murid heran melihat Yesus berbicara dengan seorang perempuan Samaria (27). Memang bukan mer...
Pelayanan yang mendesak
Usai berbelanja makanan (8), para murid heran melihat Yesus berbicara dengan seorang perempuan Samaria (27). Memang bukan merupakan hal yang lazim bagi seorang rabi untuk berbicara dengan perempuan. Namun Yesus menginjili melampaui batas-batas ras, karena hal itu dapat menghalangi orang untuk berbicara tentang Injil.
Perkataan Yesus rupanya begitu menarik bagi si perempuan Samaria, dan ia menganggap bahwa orang lain pun harus mendengarnya. Begitu menggebu-gebu keinginannya untuk berbagi cerita tentang Yesus, yang mengetahui masa lalunya dan yang menyatakan diri sebagai Mesias, membuat si perempuan sampai meninggalkan tempayannya (28). Cerita si perempuan tampaknya berhasil menarik orang-orang di kota itu untuk menemui Yesus (30). Bukan hanya itu, masih ada orang-orang Samaria lain yang menjadi percaya pada kesaksian perempuan itu tentang Yesus (39). Kuncinya, percakapan itu menyentuh kehidupan si perempuan sehingga kemudian ia pun menjadi pemberita tentang Yesus.
Yesus juga mengajar murid-murid-Nya tentang prioritas-Nya. Saat siang hari demikian (6) mungkin saja Ia lapar, tetapi perhatian-Nya terfokus pada kebutuhan rohani si perempuan dibandingkan kebutuhan jasmani diri-Nya sendiri. Sebab yang menjadi kebutuhan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa-Nya. Prioritas begitu penting karena waktu yang begitu terbatas dan mendesak (35). Apakah itu berarti bahwa Yesus tidak punya waktu untuk makan dan beristirahat barang sejenak? Lalu apakah kita juga tidak boleh punya waktu untuk memenuhi kebutuhan jasmani kita? Tentu bukan demikian maksudnya. Kita harus menyadari bahwa penginjilan merupakan pelayanan yang mendesak, yang harus segera dilakukan. Sebab itu kita harus benar-benar memusatkan fokus kita untuk melakukan kehendak Allah, bukan hanya mengurusi kepentingan pribadi.
Maka jangan biarkan ada sesuatu apa pun yang menjauhkan kita dari pengabdian penuh untuk melayani Dia dengan memberitakan Injil.
SH: Yoh 4:1-42 - Air yang Sejati (Jumat, 3 Januari 2020) Air yang Sejati
Percaya kepada Yesus bukan hanya pengakuan di bibir. Ini juga bukan tentang gelora perasaan yang menggebu-gebu, atau pengalaman spekt...
Air yang Sejati
Percaya kepada Yesus bukan hanya pengakuan di bibir. Ini juga bukan tentang gelora perasaan yang menggebu-gebu, atau pengalaman spektakuler, juga bukan tentang kelimpahan berkat materi. Perikop ini menjelaskan tentang seorang yang mempunyai hidup kekal yang baru.
Ada seorang perempuan Samaria yang menimba air pada siang hari. Ia bertemu dengan Yesus, seorang Yahudi. Yesus meminta minum kepadanya. Kemudian terjadilah dialog tentang air hidup yang ditawarkan oleh Yesus. Terdorong untuk memiliki air hidup itu, perempuan Samaria ini meminta kepada Yesus agar ia tidak haus lagi dan tidak perlu pergi untuk menimba air lagi. Yesus menyambut keinginan perempuan itu dengan terlebih dahulu membongkar perbuatannya. Perempuan itu “memiliki” lima suami dan yang terakhir adalah pasangan “kumpul kebonya”. Ia terkejut sebab ada seseorang yang mengetahui perbuatannya.
Dari sanalah Yesus memberitakan kebenaran yang sejati, yaitu menyembah Allah haruslah dalam roh dan kebenaran. Mendengar hal itu, hati perempuan tersebut berkobar-kobar. Ia tidak mau menyembunyikan diri lagi. Segera ia memberitakan tentang perjumpaannya dengan Mesias kepada orang-orang yang ada di kotanya. Kesaksian perubahan hidup dan pengakuan dosanya membuat banyak orang mendengarnya, lalu mereka datang dan percaya kepada Yesus.
Di sini, Yesus menjelaskan bahwa hidup kekal itu seperti air hidup yang memberikan kepuasan rohani. Kepuasan itu baru bisa dialami setelah seseorang diberi air hidup oleh Yesus yang adalah Sumber Air Hidup. Air itu akan memuaskan dahaga rohani manusia. Seperti perempuan Samaria ini, dahaga jiwa dipuaskan dengan pengakuan dosa dan membuka diri bagi Yesus. Lalu hatinya berkobar untuk menceritakan kepada orang lain tentang Mesias yang dapat memperbarui hidupnya. Adakah tanda-tanda ini muncul pada kita?
Doa: Tuhan, ampunilah kami. Berikanlah kami air hidup yang dapat memuaskan dahaga jiwa kami. [IKS]
Utley -> Yoh 4:31-38
Utley: Yoh 4:31-38 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 4:31-3831 Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." 32 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 4:31-38
31 Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." 32 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." 33 Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" 34 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. 35 Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. 36 Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. 37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. 38 Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka."
Yoh 4:34 "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan- Nya" Yoh 17 adalah pernyataan yang jelas mengenai pemahaman Yesus akan apa yang dinginkan Bapa untuk dikerjakanNya (lih. Mr 10:45; Luk 19:10; Yoh 6:29). Suatu kekontrasan antara Yesus yang diutus dari atas, dari hadirat Allah Bapa sendiri, sebagi wakilNya untuk menyatakan Bapa dan mengerjakan pekerjaan Bapa. Ini adalah dualisme vertikal yang sangat khas Yohanes (atas versus bawah, roh versus daging). Ada dua kata berbeda yang digunakan mengenai Yesus yang diutus: (1) pempō (Yoh 4:34; 5:23,24,30,37; 6:38,39,40,44; 7:16,18,28,33; 8:16,18,26,29; 9:4; 12:44,45,49; 14:24; 15:21; 16:5) dan (2) apostellō (Yoh 3:17,24; 5:36,38; 6:29,57; 7:29; 8:42; 10:36; 11:42; 17:3,18,21,23,25; 20:21). Kata-kata ini bersinonim sebagaimana ditunjukkan oleh Yoh 20:21. Ini juga menunjukkan bahwa orang percaya juga selalu diutus ke dalam dunia yang hilang sebagai perwakilan dari Bapa untuk maksud penebusan (lih. 2Kor 5:13-21).
Lihat topik khusus KEHENDAK (THELēMA) ALLAH
Yoh 4:35 "’Empat bulan lagi tibalah musim menuai’" Ini adalah suatu frasa penggambaran yang menunjukkan bahwa kesempatan bagi tanggapan rohani adalah sekarang! Orang diselamatkan oleh iman dalam Dia selam kehidupan Yesus, bukan hanya setelah kebangkitan.
Yoh 4:36-38 "Yang seorang menabur dan yang lain menuai" Ayat-ayat ini merujuk pada pelayanan dari para nabi atau kemungkinan Yohanes Pembaptis. Ini digunakan dalam 1Kor 3:6-8 untuk hubungan antara pelayanan Paulus dan pelayanan Apolos.
TFTWMS -> Yoh 4:1-42
TFTWMS: Yoh 4:1-42 - Air Hidup AIR HIDUP (Yohanes 4:1-42)
Begitu banyak aspek kehidupan yang perempuan ini miliki sehingga membuat saya bertanya-tanya! Apakah ia orang yang disukai...
AIR HIDUP (Yohanes 4:1-42)
Begitu banyak aspek kehidupan yang perempuan ini miliki sehingga membuat saya bertanya-tanya! Apakah ia orang yang disukai di kotanya, atau apakah ia merupakan orang baik yang dihindari oleh orang lain? Seperti apakah kehidupannya ketika ia masih kecil? Apakah orang tuanya baik hati terhadap dia ketika ia berusia remaja? Laki-laki seperti apakah yang menjadi suaminya yang pertama? Apakah jumlah perkawinannya (lima!) merupakan yang tertinggi di Sikhar? Seperti apakah sikapnya pada hari ia berjumpa Yesus di sumur itu? Apakah ia memiliki sifat sombong dengan tatapan mata yang sombong juga, atau apakah pada hari itu ia datang dengan kepala menunduk dan semangat yang patah?
Banyak fakta tentang perempuan Samaria ini tidak akan pernah diketahui, dan saya tidak mau memikirkan pelbagai rincian sentimentil tentang apa yang mungkin sudah terjadi di dalam kehidupannya. Tetap saja, kisah tentang dirinya merupakan salah satu perjumpaan yang paling menakjubkan antara Yesus dan jiwa yang sesat yang akan kita temukan dimana saja di dalam keempat Injil itu. Suatu hari ia pergi untuk menimba air dan menjadi simbol bagi semua orang dimana saja yang rindu untuk bangkit mengatasi kekuatan yang sangat besar yang tampaknya membenamkan mereka ke bawah. Kisah tentang dirinya itu dikenal sebagai "Perempuan Samaria," yang mendapatkan judulnya dari tokoh manusia utamanya sebagaimana halnya juga dengan kisah "Anak Pemboros". Pada kenyataannya, kedua kisah itu pada dasarnya merupakan kisah tentang Allah, jenis Allah yang menyambut kembali anak-anak-Nya ketika mereka berbalik kepada Dia dan yang menyurahkan kasih-Nya ke atas orang-orang yang tampaknya paling tidak memungkinkan untuk menerimanya. Kisah "Perempuan Samaria" ini juga merupakan pelajaran tentang iman, dan perjumpaan antara Yesus dan perempuan ini digunakan oleh Yohanes untuk menyampaikan tiga kebenaran penting tentang jenis iman yang ia arahkan kepada orang-orang yang sedang ia panggil di dalam Injil Yohanes itu.
IMAN DI ATAS KEADAAN
Saat itu sekitar tengah hari letika Yesus dan murid-murid-Nya berhenti di Sumur Yakub dalam perjalanan pulang mereka dari Yudea ke Galilea. Situs kuno ini terletak dekat kota Sikhar di Samaria. Mereka berhenti untuk istirahat, sebab mereka tahu bahwa mereka dapat membeli makanan di kota itu. Karena Yesus kelelahan oleh sebab perjalanan itu, maka Ia duduk dekat sumur itu sedangkan murid-murid-Nya pergi untuk membeli sesuatu untuk dimakan. Ketika Yesus sedang duduk di situ sendirian, seorang perempuan Samaria datang untuk menimba air. Biasanya, kejadian seperti itu akan berlalu begitu saja; perempuan itu akan menimba air dan pulang ke kota tanpa banyak memperhatikan orang Yahudi yang kelelahan yang sedang duduk dekat situ. Namun demikian, pada kesempatan ini seseuatu yang menakjubkan terjadi terhadap perempuan itu; orang Yahudi itu bicara kepada dia! Yang Ia lakukan hanyalah minta air minum dari perempuan itu, namun permintaan sederhana itu membuat perempuan itu sangat terkejut, dan ia bertanya kepada Yesus, "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (4:9). Demikianlah percakapan yang merubah hidup itu berawal antara Yesus dan perempuan yang berasal dari kota di dekat situ.
Dalam beberapa menit selanjutnya Yesus berbicara kepada perempuan itu tentang kebutuhan paling besar perempuan itu, kesedihannya yang paling dalam, dan jatidiri Yesus sebagai Mesias! Pada akhirnya, perempuan ini bukan hanya menjadi percaya kepada Yesus, tetapi banyak orang lain dari kotanya itu menjadi percaya juga. Apa yang membuat hal ini sangat luar biasa adalah bahwa perempuan ini, dari sudut pandang manusia, kemungkinan besar merupakan orang yang paling tidak memungkinkan di seluruh dunia ini untuk diajak bicara oleh Yesus tentang injil. Fakta yang Yesus buat menyatakan dengan berani bahwa iman tidak terkait dengan keadaan seseorang. Seandainya tidak begitu, maka perempuan ini tidak akan pernah menjadi orang percaya, sebab pada hari itu ia setidaknya memiliki tiga kelemahan atau strike.1
Kelemahan 1: Ia Adalah Orang Samaria Sikap
tidak bersahabat antara orang Yahudi dan orang Samaria bermula sekitar tujuh ratus tahun yang lalu ke masa penawanan bangsa Israel. Banyak orang Yahudi yang tetap tinggal di negeri itu melakukan kawin campur dengan orang-orang berkebangsaan lain, sehingga mengaburkan identitas rohani dan budaya mereka sebagai anak-anak Israel. Ketika orang-orang Yahudi dari Babel kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali bait suci, mereka tidak mau bergaul dengan kerabat mereka yang selama ini tetap tinggal di negeri itu.2
Akhirnya, orang-orang Samaria yang menjauhkan diri itu mendirikan bait suci mereka sendiri di G. Gerazim, Gunung Berkat Perjanjian Lama. Kedua kelompok orang ini sangat saling mencurigai, dan pada 128 S. M. sekelompok orang Yahudi membakar bait suci orang Samaria itu. Kejadian yang patut disesalkan itu tidaklah mengherankan, berdasarkan sikap para guru Yahudi yang memandang hina orang-orang Samaria. Kitab Mishnah berkata, "Anak-anak perempuan Samaria [dipandang najis seperti] menstruasi sejak dari buaian mereka."3Dengan kata lain, kaum wanita Samaria dipandang sebagai najis dalam kodrat mereka! Mishnah juga menyantumkan perkataan Rabi Eliezer "Orang yang makan roti orang Samaria adalah seperti orang yang makan daging babi."4Pernyataan dalam NIV bahwa "orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria" kemungkinan besar artinya "Orang Yahudi tidak menggunakan perkakas bersama dengan orang Samaria" atau, seperti dalam NRSV, "Orang Yahudi tidak berbagi hal-hal yang umum dengan orang Samaria." Dengan semua itu sebagai latar belakangnya, memang menakjubkan bahwa Yesus pernah bicara dengan perempuan Samaria. Memang sangat mengejutkan bahwa Ia minta air minum dari buyung perempuan itu, tetapi yang tidak dapat dipercaya adalah bahwa Ia menawarkan perempuan itu "air hidup" dari Allah!
Kelemahan 2: Ia Seorang Perempuan
Ketika murid-murid itu kembali dari membeli roti di kota, "mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan" (4:27). Keterkejutan mereka itu tidak ada kaitannya dengan perempuan yang istimewa ini; mereka sangat heran bahwa Yesus sedang bicara dengan seorang wanita! Meskipun menjijikkan bagi murid-murid itu melihat Yesus duduk bersama dengan orang Samaria, namun yang di luar bayangan mereka adalah ketika mereka kembali mereka mendapatkan Yesus sedang bicara dengan seorang perempuan Samaria.
Ingatlah, ajaran para rabi menentang perempuan Samaria. Kitab Talmud mengutip pernyataan seorang rabi yang mendorong para pendengarnya untuk jangan banyak bicara dengan kaum perempuan, bahkan dengan isteri sendiri pun tidak boleh! 5Kaum perempuan dipandang rendah secara moral oleh beberapa guru Taurat, dan sebuah doa kuno menyatakan, "Terpujilah Engkau, O Tuhan, yang tidak menjadikan diriku seorang perempuan." Menjadi wanita merupakan kelemahan kedua yang menimpa perempuan ini.
Kelemahan 3: Ia Memiliki Masa Lalu Yang Ternoda
Dalam alur percakapan mereka,Yesus menunjukkan bahwa Ia mengetahui rahasia masa lalu yang menyakitkan dari perempuan Samaria ini. Ia pernah menikah lima kali dan pada saat itu ia sedang hidup bersama dengan laki-laki yang bukan suaminya (4:18). Kita dibiarkan untuk membayangkan jenis pertentangan, penolakan, ketidaknyamanan, rasa malu, dan kepedihan yang pernah perempuan itu rasakan dalam kegagalannya berkali-kali membina rumah tangga. Ketika ia datang ke sumur itu, ia mungkin sudah tidak mau menikah lagi, atau mungkin sudah lewat waktunya dimana laki-laki mana saja akan bersedia untuk memperisteri dia.
Saya punya banyak sahabat Kristen yang pernah mengalami kepedihan perceraian. Tidak satu pun dari mereka ingin bercerai, dan sebagian besar telah berjuang mati-matian untuk menyelamatkan pernikahan mereka yang sedang hancur. Mereka semua pernah mengalami kesengsaraan keterpisahan ketika "satu tubuh" itu tiba-tiba saja menjadi dua tubuh kembali, dan semuanya telah mengalami aib yang ditimbulkan oleh perceraian, bahkan pada tahun 1990an. Saya sudah temukan bahwa sebagian besar saudara dan saudari saya dalam Kristus yang bercerai membenci perceraian bahkan lebih menggebu-gebu daripada orang-orang yang tidak bercerai. Mereka mengetahui langsung mengapa Allah membenci perceraian (Maleakhi 2:16), sebab mereka telah merasakan pelbagai efek negatif dalam kehidupan mereka sendiri. Sebagian besar masih menyimpan bekas luka emosi perceraian meskipun sudah bertahun-tahun berlalu. Bayangkanlah bekas luka yang harus ditanggung oleh perempuan Samaria itu akibat lima kali perceraiannya!6
Seperti yang mereka katakan dalam olahraga baseball, "Tiga kali gagal maka kamu harus keluar!" Dapatkah Yesus pergi kemana saja dan menemukan calon orang percaya yang lebih tidak memungkinkan? Jika perempuan itu datang ke sumur itu sebagai orang Samaria yang saleh, situasinya akan menjadi cukup sulit. Namun masa lalunya yang menyakitkan dan masa kininya yang mesum membuat semuanya menjadi lebih menakjubkan sebab Yesus memilih dia sebagai penerima injil.
Keseluruhan perjumpaan yang penuh kuasa antara Yesus dan perempuan Samaria itu menunjukkan bahwa iman tidak terikat oleh keadaan. Di pemandangan Allah, ras, kebangsaan, jenis kelamin, dan masa lalu seseorang bukanlah persoalan pokok. Percakapan di sumur itu mengatakan hal itu dengan lebih baik daripada yang pernah bisa dikatakan oleh khotbah mana saja!
IMAN TERKAIT DENGAN PRILAKU
Pada titik kritis dalam percakapan-Nya dengan perempuan itu, Yesus meminta dia untuk mendatangkan suaminya. Ketika ia berkata bahwa ia tidak punya suami, Yesus berkata, "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar" (4:17, 18). Awalnya, hal itu terlihat seperti interupsi yang aneh dalam percakapan rohani yang sangat serius. Mengapakah Yesus melompat dari pembicaraan tentang "air hidup" menjadi permintaan kepada perempuan itu untuk mendatangkan suaminya? Respon perempuan itu dan reaksi Yesus terhadap respon itu menunjukkan bahwa Yesus merubah pokok pembicaraan dengan maksud untuk memastikan bahwa perempuan itu membawa seluruh hidupnya kepada Tuhan, bukan hanya keingintahuannya saja. Imannya itu akan menjadi iman yang palsu sampai ia menilai kembali kehidupan pribadinya.
Meskipun iman tidak terkait dengan keadaan, namun sangatlah penting bahwa kita mengaitkan iman kita dengan prilaku kita. Orang mungkin saja menyatakan kepercayaannya kepada Yesus tetapi menolak Dia untuk masuk ke dalam hidupnya. Ketika orang datang untuk mencari jalan iman, pentinglah bagi dia untuk membawa seluruh hidupnya kepada Tuhan. Anda mungkin pernah mendengar tentang para prajurit yang bertempur beberapa tahun yang lalu dalam suatu angkatan bersenjata yang disebut "Kristen." Ketika para prajurit itu dibaptis, mereka menjaga tangan kanan mereka agar tidak ikut dibaptis. Dengan cara ini mereka bisa berbuat apa saja yang mereka inginkan dengan tangan kanan mereka di dalam pertempuran, dengan menyatakan, "Tangan [kanan] ini belum dibaptis!" Pertanyaan Yesus kepada perempuan itu merupakan cara Yesus untuk mengatakan bahwa ia harus menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan atau jangan sama sekali.
Hubungan antara ketaatan dengan iman sejati dinyatakan dalam banyak tempat di dalam Perjanjian Baru. Dalam Matius 7:21 Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." Beberapa tahun kemudian, Yakobus menulis, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati" (Yakobus 2:17). Iman dan ketaatan semata-mata tidak dapat dipisahkan. Perempuan Samaria itu tidak dapat mencapai iman sejati sampai dia bersedia membiarkan Yesus masuk ke dalam hidupnya.
Permintaan Yesus kepada perempuan ini untuk mendatangkan suaminya adalah seperti Ia meminta Anda dan saya sekarang ini untuk membawa kepada Dia buku tabungan kita, pengembalian pajak kita, perencanaan sehari-hari kita, atau buku harian kita. Iman bukanlah sebuah aspek dari hidup kita; iman melibatkan seluruh aspek hidup kita. Yesus tidak melarang perempuan itu masuk ke dalam kerajaan Allah oleh sebab masa lalunya, tetapi Ia mendesak perempuan itu untuk menyerahkan seluruh hidupnya kepada Dia. Ia meminta dia untuk putus hubungan dengan masa lalunya yang penuh dosa. Iman, jika dipisahkan dari cara hidup kita, bukan iman sama sekali!
IMAN DINYATAKAN DALAM IBADAH SEJATI
Ketika Yesus meminta perempuan itu untuk mendatangkan suaminya, percakapan itu sepertinya sedang menyimpang ke topik yang sama sekali berbeda; namun begitu, seperti yang sudah kita lihat, percakapan itu tidak menyimpang. Selanjutnya, perempuan itu berkata, "Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah" (4:20). Tampaknya ia sedang berusaha mengurangi noda dirinya dengan melibatkan diri dalam kontroversi agama. Namun begitu, Yesus menggunakan pertanyaannya itu untuk terus membimbing dia kepada Allah.
Pertama, Ia memberitahu dia bahwa ibadah sejati tidak terkait dengan tempat khusus mana saja, termasuk Yerusalem dan G. Gerazim. Dalam mengatakan hal ini, Yesus tidak bermaksud untuk menyatakan bahwa G. Gerazim sama baiknya dengan Yerusalem, sebab Ia menjelaskan bahwa "keselamatan datang dari bangsa Yahudi" (4:23).
Yesus mengajar dia bahwa ibadah bukanlah masalah tempat. Baik Yerusalem maupun G. Gerazim akan segera tidak ada sangkut-pautnya dengan ibadah. Ibadah sejati adalah dalam roh (berbeda dengan pelbagai peraturan ibadah Perjanjian Lama yang sifatnya khusus, lahiriah).7 Atas pertanyaan ini, perempuan Samaria itu kemungkinan besar bersalah atas kesalahpahaman yang sama yang juga dianut oleh Kedua belas murid itu. Bagi dia, Yesus sedang melepaskan ibadah dari suatu tempat tertentu dan sedang mengarahkan dia ke arah ibadah sejati. Oleh sebab kodrat rohani Allah, maka ibadah sejati merupakan masalah rohani.
John Killinger menceritakan percakapan yang ia lakukan dengan seorang pelayan Tuhan yang telah berumur dan yang sebentar lagi pensiun. Seraya kedua laki-laki itu berjalan melalui gedung gereja yang megah sekali dimana orang tua itu berkhotbah, Killinger menanya dia tentang pelbagai pemikirannya sehari-hari tentang hal itu dalam hidupnya. Salah satu pemikirannya yang sering timbul, jawabnya, adalah tentang kasih:
"Dengan kasih," katanya, "aku maksudkan ini." Ia menggelombangkan tangannya dari bawah ke atas dalam gerakan yang agak cepat, yang menggambarkan bangunan gereja yang sangat besar sekali yang selesai dibangun dalam lima tahun terakhir. "Saya dahulu suka beranggapan bahwa yang paling penting adalah membangun gedung ini. Anda tentunya mengetahui kompleks bangunan besar yang lama itu. Sekarang gedung itu sudah berdiri, namun saya banyak berpikir tentang kasih. Apa gunanya suatu gedung jika prilaku umat tidak berubah? Saya akan senang menghabiskan sisa pelayanan saya untuk mengajar umat bagaimana mengasihi orang lain. Jika mereka tidak mau belajar .…" Perkataannya itu menghilang digantikan dengan sikap lain, sikap yang memperlihatkan setengah keputusasaan, ia seakan-akan tidak tahu apakah ia dapat berhasil, entah bagaimana keberhasilannya yang gemilang sebagai pembangun gedung seakan-akan secara fatal dirusak oleh penemuan yang sudah sangat terlambat bahwa kasih merupakan tujuan bagi segala sesuatu.8
Banyak persoalan yang berkaitan dengan agama; beberapa ada yang lebih penting daripada yang lainnya. Yang lebih besar daripada semua persoalan lainnya adalah persoalan tentang iman, ibadah, dan kasih. Yesus mengarahkan perempuan Samaria yang kekurangan dan bingung itu ke arah apa yang penting dalam kehidupan ketika Ia mengarahkan dia ke arah ibadah yang sejati dan rohaniah. Kebanyakan persoalan lainnya, termasuk bait suci dan gunung kudus, tidak ada artinya sama sekali bila dibandingkan dengan hal itu.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (YOHANES 4:1-42)
Menyusul perkataan Yesus tentang ibadah, perempuan Samaria itu berusaha lagi untuk merubah pokok pembicaraan. "Aku t...
KESIMPULAN (YOHANES 4:1-42)
Menyusul perkataan Yesus tentang ibadah, perempuan Samaria itu berusaha lagi untuk merubah pokok pembicaraan. "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami" (Yohanes 4:25). Yesus kemudian melakukan sesuatu yang sangat menakjubkan—sesuatu yang sangat jarang terjadi di dalam semua Injil: Ia secara tepat memberitahu perempuan itu siapa Ia sebenarnya! "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau" (4:26). Yesus membuat perwahyuan seperti itu bukan kepada para imam atau para raja; perwahyuan itu diberikan kepada perempuan Samaria yang amoral itu! Yesus melihat ada tanah yang subur di dalam hati perempuan itu bagi benih kerajaan, sehingga Ia menyampaikan berita Allah itu kepada dia.
Pada akhirnya, Anda dan saya sedang berdiri di tepi sumur itu dengan Yesus. Kita berjumpa dengan Anak Allah dengan membawa kebingungan kita, harapan kita, masa lalu kita, dan rasa sakit kita. Kita mendengarkan dan berusaha untuk memahami ketika Ia mengajar kita pelbagai kebenaran ini: (1) Iman di atas keadaan, (2) Iman terkait dengan prilaku, dan (3) Iman diungkapkan dalam ibadah yang benar.
Undangan yang Yesus berikan kepada saya dan Anda pada hari ini untuk melintasi jalan iman adalah sama pastinya dengan undangan yang Yesus pernah berikan kepada perempuan Samaria itu!
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Dalam permainan baseball, jika seorang pemain membuat tiga kali strike (gagal memukul bola), pemain ini "keluar"; artiny...
Catatan Akhir:
- 1 Dalam permainan baseball, jika seorang pemain membuat tiga kali strike (gagal memukul bola), pemain ini "keluar"; artinya, kesempatannya lenyap.
- 2 Ezra 4:2-5.
- 3 M. Nidd. 4:1. Mishnah, bagian dari Talmud, merupakan versi tertulis dari hukum tradisi lisan orang Yahudi. Menurut tradisi Yahudi, tradisi lisan ini berawal pada era Musa (1200 S.M.) dan dihapal sehingga dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tradisi lisan ini dbukukan mulai dari 70 M. sampai 200 M.
- 4 M. Shebi. 8:10.
- 5 TB Ab. 1:5. Kitab Talmud merupakan kumpulan hukum tertulis orang Yahudi tentang masalah keagamaan dan sipil. Kitab ini dibagi dua bagian: Mishnah, nas-nas tentang hukum tradisi lisan orang Yahudi, dan Gemara, sisipan yang berisi pelbagai penafsiran ilmiah dan pelbagai debat tentang hukum-hukum itu.
- 6 Mungkin saja beberapa dari suaminya itu sudah mati. Namun begitu, teks itu tampaknya menunjukkan bahwa perkawinannya berakhir dengan perceraian.
- 7 Lihat James D. Bales, Instrumental Music and New Testament Worship (Searcy, Ark.: James D. Bales, 1973), 15-30.
- 8 John Killinger, Christ in the Seasons of Ministry (Waco, Tex.: Word Books, 1983), 67.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi