
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Yoh 1:12 - MENERIMA ... PERCAYA.
Nas : Yoh 1:12
Ayat ini dengan jelas menunjukkan bagaimana iman yang menyelamatkan
adalah baik suatu tindakan tunggal maupun suatu sikap yang berla...
Nas : Yoh 1:12
Ayat ini dengan jelas menunjukkan bagaimana iman yang menyelamatkan adalah baik suatu tindakan tunggal maupun suatu sikap yang berlangsung seumur hidup.
- 1) Untuk menjadi anak Allah, seseorang perlu "menerima" (Yun. _elabon_ dari kata _lambano_) Kristus. Bentuk masa lampau ini menunjukkan suatu tindakan tertentu dari iman.
- 2) Setelah tindakan iman tersebut, masih harus ada tindakan percaya yang berkesinambungan. Kata "percaya" (Yun. _pisteuousin_ dari _pisteuo_) merupakan bentuk partisip masa kini, yang menunjukkan tindakan berkesinambungan dan perlunya ketekunan dalam hal percaya. Supaya seorang menerima keselamatan yang sempurna, iman sejati harus berlangsung terus-menerus setelah tindakan pertama, yaitu menerima Kristus (Mat 10:22; 24:12-13; Kol 1:21-23; Ibr 3:6,12-15).

Full Life: Yoh 1:12 - ANAK-ANAK ALLAH.
Nas : Yoh 1:12
Orang hanya berhak menjadi anak angkat Allah apabila mereka percaya
dalam nama Kristus. Bila seseorang menerima Kristus, maka ia dil...
Nas : Yoh 1:12
Orang hanya berhak menjadi anak angkat Allah apabila mereka percaya dalam nama Kristus. Bila seseorang menerima Kristus, maka ia dilahirkan kembali dan menjadi anak Allah (Yoh 3:1-21). Tidak semua orang menjadi "anak-anak Allah".

Full Life: Yoh 1:12 - PERCAYA.
Nas : Yoh 1:12
Perlu untuk memperhatikan bahwa Yohanes tidak pernah menggunakan
kata benda "kepercayaan" (Yun. _pistis_). Namun dia mempergunakan k...
Nas : Yoh 1:12
Perlu untuk memperhatikan bahwa Yohanes tidak pernah menggunakan kata benda "kepercayaan" (Yun. _pistis_). Namun dia mempergunakan kata kerja "percaya" (pisteuo) sebanyak 98 kali. Hal ini menunjukkan bahwa bagi Yohanes iman itu merupakan suatu aktivitas, sesuatu yang dikerjakan. Iman sejati bukanlah suatu kepercayaan yang statis dalam Yesus dan pekerjaan penebusan-Nya, melainkan suatu penyerahan yang penuh kasih dan menyangkal diri, yang senantiasa membawa seorang dekat kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat (bd. Ibr 7:25).
Var: dipanggil anak-anak

Jerusalem: Yoh 1:12 - yaitu mereka yang percaya dalam namaNya Banyak pujangga Gereja dahulu rupanya tidak mengenal bagian ayat ini.
Banyak pujangga Gereja dahulu rupanya tidak mengenal bagian ayat ini.
Ende -> Yoh 1:1-18; Yoh 1:12
Ende: Yoh 1:1-18 - -- Kata pembukaan bertjorak madah ini mengandung atjara pokok, inti-sari dan
suasana seluruh karangan Indjil ini.
Kata pembukaan bertjorak madah ini mengandung atjara pokok, inti-sari dan suasana seluruh karangan Indjil ini.

Ende: Yoh 1:12 - Hak Demikianlah tjorak istilah asli jang diambil dari kehakiman. Dapat
diartikan: bahwa terhadap orang jang memenuhi sjarat "pertjaja" itu, Allah
seolah-o...
Demikianlah tjorak istilah asli jang diambil dari kehakiman. Dapat diartikan: bahwa terhadap orang jang memenuhi sjarat "pertjaja" itu, Allah seolah-olah terikat oleh djandjiNja untuk menganugerahkan keangkatan mendjadi anak Allah, sehingga orang jang pertjaja dapat jakin dengan sepasti-pastinja, bahwa anugerah itu diberikan kepadanja.
Ref. Silang FULL -> Yoh 1:12
Ref. Silang FULL: Yoh 1:12 - anak-anak Allah // yang percaya // dalam nama-Nya · anak-anak Allah: Ul 14:1; Rom 8:14; Rom 8:14; Rom 8:16,21; Ef 5:1; 1Yoh 3:1,2
· yang percaya: Yoh 1:7; Yoh 3:15; Yoh 3:15
· da...

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 1:12 - -- 1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya hak81 untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya82 dalam83 nama-Nya;
Yohanes tidak ...
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya hak81 untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya82 dalam83 nama-Nya;
Yohanes tidak mengatakan bahwa setiap orang manusia menolak Terang itu. Memang, ada yang menerima-Nya sama seperti "sisa" yang diceritakan dalam 1 Raja-raja 19:14-18 dan Roma 11:1-5. Maka ada kontras antara mereka yang menerima Dia dan mereka yang menolak Dia. Kontras ini dikembangkan dalam Injil Yohanes, sampai puncaknya dalam pasal 12:44-48.
Mereka yang tidak menolak Dia, tetapi menerima Dia, diberi-Nya hak untuk menjadi anak-anak Allah. Begitu awal dalam perkembangan Injil Yohanes, tetapi sudah ada petunjuk pada kasih karunia yang menyelamatkan umat pilihan Allah. Mereka menerima, dan mereka diberi. Mereka tidak melakukan perbuatan-perbuatan baik, dan dengan demikian meraih keselamatan.
Mereka diberi-Nya hak untuk menjadi anak-anak Allah. Mereka menerima hak atau kuasa untuk memakai julukan anak Allah,84 sesuai dengan kedudukan baru yang dianugerahkan kepada mereka.
Dalam ayat ini percaya dalam nama-Nya disamakan dengan menerima-Nya. Zaman itu, istilah nama mempunyai arti yang lebih besar daripada hanya sebutan. Istilah nama merujuk pada keseluruhan kepribadian seseorang. Morris85 menyebutkan Mazmur 5:11, di mana pemazmur menceritakan sukaria mereka yang mengasihi nama Allah, dan Mazmur 20:1, yang berkata, "Kiranya nama Allah Yakub membentengi engkau!" Demikian juga dalam Roma 10:13 Paulus berkata, "Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan." Nama Yesus tidak boleh menjadi mantra Kristen, tetapi kita percaya kepada Yesus sendiri, dan kita berseru kepada Yesus sendiri.

Hagelberg: Yoh 1:1-18 - -- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
1:1-5 Pendahuluan
Kelima ayat ini begitu singkat dan padat, sehingga sungguh membangkitkan rasa keingintahuan kita, "Bag...
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
1:1-5 Pendahuluan
Kelima ayat ini begitu singkat dan padat, sehingga sungguh membangkitkan rasa keingintahuan kita, "Bagaimana mungkin terjadi bahwa 'Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah'?" Tema-tema yang sangat besar dimasukkan dalam "ruangan" yang begitu sempit, yaitu lima ayat, 61 kata Yunani, 61 kata yang singkat dan biasa. Tema-tema yang dikemukakan antara lain persekutuan antara Firman dan Allah Bapa, keilahian Firman, hidup dan terang yangdibawa kepada manudia oleh Firman itu, penjelmaan, dan perlawanan. Tema-tema yang diceritakan dengan kata yang biasa, sehingga semula kita merasa bahwa segala yang dia katakan mudah dimengerti. Namun, jika direnungkan kita mulai menyadari bahwa dia menulis kebenaran yang amat dalam dan sulit dipahami.
Kedelapan belas ayat yang pertama dalam Injil Yohanes mengemukakan tema-tema yang pokok dan istilah-istilah yang khas, yang dikembangkan lebih lanjut dalam pasal 1:19-21:25.33 Dengan demikian, para pembaca bagian ini, yang rindu untuk memperoleh kasih karunia dan terang melalui Dia yang menjelma menjadi manusia menjadi tertarik untuk membaca seluruh Injil Yohanes.
Dari segi bentuk bagian ini, Culpepper34 mengamati beberapa ayat yang begitu sejajar, sehingga bentuk "baji" muncul, di mana pasal 1:12b menjadi matanya. Menurut dia, pasal 1:1-2 sejajar dengan 1:18, 1:3 sejajar dengan 1:17, 1:4-5 sejajar dengan 1:16, 1:6-8 sejajar dengan 1:15, 1:9-10 sejajar dengan 1:14, 1:11 sejajar dengan 1:13, 1:12a sejajar dengan 1:12c.
Pengamatannya digambarkan di bawah ini:
Ternyata bentuk "baji"35 ini tidak jarang dalam Firman Allah, dan tidak asing bagi para pembaca pertama. Struktur ini menekankan ayat yang menjadi matanya atau engselnya. Dalam kasus ini pasal 12:b menjadi engselnya. Struktur ini menekankan kepentingan "diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah". Penekanan ini sesuai dengan tujuan Injil Yohanes, yaitu penginjilan.

Hagelberg: Yoh 1:12 - -- 1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya hak81 untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya82 dalam83 nama-Nya;
Yohanes tidak ...
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya hak81 untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya82 dalam83 nama-Nya;
Yohanes tidak mengatakan bahwa setiap orang manusia menolak Terang itu. Memang, ada yang menerima-Nya sama seperti "sisa" yang diceritakan dalam 1 Raja-raja 19:14-18 dan Roma 11:1-5. Maka ada kontras antara mereka yang menerima Dia dan mereka yang menolak Dia. Kontras ini dikembangkan dalam Injil Yohanes, sampai puncaknya dalam pasal 12:44-48.
Mereka yang tidak menolak Dia, tetapi menerima Dia, diberi-Nya hak untuk menjadi anak-anak Allah. Begitu awal dalam perkembangan Injil Yohanes, tetapi sudah ada petunjuk pada kasih karunia yang menyelamatkan umat pilihan Allah. Mereka menerima, dan mereka diberi. Mereka tidak melakukan perbuatan-perbuatan baik, dan dengan demikian meraih keselamatan.
Mereka diberi-Nya hak untuk menjadi anak-anak Allah. Mereka menerima hak atau kuasa untuk memakai julukan anak Allah,84 sesuai dengan kedudukan baru yang dianugerahkan kepada mereka.
Dalam ayat ini percaya dalam nama-Nya disamakan dengan menerima-Nya. Zaman itu, istilah nama mempunyai arti yang lebih besar daripada hanya sebutan. Istilah nama merujuk pada keseluruhan kepribadian seseorang. Morris85 menyebutkan Mazmur 5:11, di mana pemazmur menceritakan sukaria mereka yang mengasihi nama Allah, dan Mazmur 20:1, yang berkata, "Kiranya nama Allah Yakub membentengi engkau!" Demikian juga dalam Roma 10:13 Paulus berkata, "Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan." Nama Yesus tidak boleh menjadi mantra Kristen, tetapi kita percaya kepada Yesus sendiri, dan kita berseru kepada Yesus sendiri.
Wycliffe: Yoh 1:1-18 - -- I. Prolog (1:1-18)
Tanpa ditunda-tunda sang penulis menyajikan tokoh inti dari Injil ini, tetapi tidak menyebut Dia Yesus atau Kristus. Di sini Dia a...
I. Prolog (1:1-18)
Tanpa ditunda-tunda sang penulis menyajikan tokoh inti dari Injil ini, tetapi tidak menyebut Dia Yesus atau Kristus. Di sini Dia adalah Logos (Firman). Istilah ini berasal dari dalam Perjanjian Lama, dan mengandung konsep hikmat, kuasa dan hubungan khusus dengan Allah. Istilah ini juga dipakai secara luas oleh para ahli filsafat untuk mengungkapkan berbagai pengertian seperti akal budi dan perantara di antara Allah dan dunia. Pada zaman Yohanes semua golongan pembaca tentu mengerti kecocokan istilah tersebut di sini, di mana dasarnya adalah wahyu. Tetapi ciri yang unik ialah bahwa Logos adalah juga Anak Allah, yang berinkarnasi di dalam rangka memperkenalkan Allah sepenuhnya (1:14, 18).

Wycliffe: Yoh 1:6-18 - -- C. Logos yang Berinkarnasi (1:6-18).
Termasuk dalam bagian ini suatu ringkasan tentang misi dari Yohanes Pembaptis.
C. Logos yang Berinkarnasi (1:6-18).
Termasuk dalam bagian ini suatu ringkasan tentang misi dari Yohanes Pembaptis.

Wycliffe: Yoh 1:12-13 - kuasa // menjadi // anak-anak // menerima // percaya dalam nama-Nya // diperanakkan ... dari Allah // dari darah // Dari daging // keinginan seorang laki-laki 12, 13. Tidak semua orang menolak Terang itu. Orang-orang yang menerima Dia memperoleh kuasa (wewenang, hak) untuk menjadi (ketika itu juga) anak-anak...
12, 13. Tidak semua orang menolak Terang itu. Orang-orang yang menerima Dia memperoleh kuasa (wewenang, hak) untuk menjadi (ketika itu juga) anak-anak Allah. Orang-orang yang menerima itu dilukiskan sebagai mereka yang percaya dalam nama-Nya. Lihat 20:31. Inilah dua cara untuk mengatakan hal yang sama. Orang percaya selanjutnya dilukiskan dari sudut apa yang dilakukan Allah bagi mereka. Mereka diperanakkan ... dari Allah. Yang dimaksudkan di sini bukan proses alamiah seperti kelahiran manusia ke dalam dunia - bukan dari darah (bentuk jamak), yang berarti pembauran ciri-ciri dari ayah dan ibu. Dari daging berarti keinginan alamiah manusia untuk mempunyai anak, sedangkan keinginan seorang laki-laki berarti keinginan khusus untuk mempunyai keturunan agar dapat melanjutkan nama keluarga. Dengan demikian kelahiran baru itu, yakni sesuatu yang bersifat adikodrati, betul-betul dijaga agar tidak dikelirukan dengan kelahiran alamiah.

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 1:6-14
Matthew Henry: Yoh 1:6-14 - Yohanes Pembaptis Saksi Firman; Inkarnasi Firman Yohanes Pembaptis Saksi Firman; Inkarnasi Firman (1:6-14)
Penulis Injil ini bermaksud memperkenalkan Yohanes Pembaptis sebagai seorang yang memberi...
Yohanes Pembaptis Saksi Firman; Inkarnasi Firman (1:6-14)
- Penulis Injil ini bermaksud memperkenalkan Yohanes Pembaptis sebagai seorang yang memberikan kesaksian yang mulia tentang Yesus Kristus. Sekarang, dalam perikop ini, sebelum si penulis Injil ini melakukan hal tersebut:
- I. Ia memberi kita suatu penjelasan mengenai saksi yang hendak ditampilkannya. Namanya Yohanes, yang berarti penuh belas kasih, baik hati. Tindak tanduknya tegas, keras, namun hatinya penuh dengan kebaikan.
- Sekarang perhatikanlah:
- . Kita diberi tahu di sini mengenai dia secara umum, bahwa dia adalah seorang yang diutus Allah. Penulis Injil ini telah berkata tentang Yesus Kristus bahwa Ia ada bersama-sama dengan Allah dan bahwa Ia adalah Allah. Namun di sini, mengenai Yohanes, ia berkata bahwa ia adalah seorang manusia, hanya manusia saja. Allah berkenan berbicara kepada kita melalui manusia seperti kita sendiri. Yohanes adalah seorang yang besar, namun ia tetaplah seorang manusia, seorang anak manusia. Ia diutus Allah, ia seorang pembawa pesan dari Allah, demikianlah ia disebutkan (Mal. 3:1). Allah memberikannya tugas perutusan-Nya maupun pesan-Nya, mandat-Nya maupun perintah-Nya. Yohanes tidak membuat mujizat apa pun, tidak pula kita dapati dia pernah diberi penglihatan dan pewahyuan. Akan tetapi, keketatan dan kemurnian hidup dan ajarannya, serta pengaruh langsung yang ditimbulkannya untuk memperbaharui dunia maupun untuk menghidupkan kembali kepentingan-kepentingan kerajaan Allah di antara manusia, merupakan tanda-tanda yang jelas bahwa dia diutus Allah.
- . Kita diberi tahu di sini apa jabatan dan pekerjaannya (ay. 7): Ia datang sebagai saksi, saksi mata, saksi utama. Ia datang eis martyrian -- untuk memberikan kesaksian. Ketetapan-ketetapan hukum Taurat telah lama merupakan kesaksian akan Allah di dalam jemaat Yahudi. Melalui ketetapan-ketetapan itu, agama wahyu tetap dijaga dan dipelihara. Oleh karena itulah kita dapat membaca tentang kemah kesaksian, tabut hukum, hukum dan kesaksian. Akan tetapi, sekarang pewahyuan ilahi akan disampaikan melalui sarana lain. Sekarang kesaksian Kristus adalah kesaksian Allah (1Kor. 1:6; 2:1). Di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, Allah bukannya tidak menyatakan diri-Nya tanpa saksi (Kis. 14:17), hanya saja di antara mereka itu belum ada yang memberikan kesaksian tentang Sang Penebus. Ketika itu ada kesenyapan yang begitu lengang tentang Sang Penebus ini, sampai kemudian Yohanes Pembaptis datang untuk memberikan kesaksian tentang-Nya.
- Sekarang perhatikanlah:
- (1) Perihal kesaksiannya: Ia datang untuk memberi kesaksian tentang terang itu. Terang adalah sesuatu yang memberikan kesaksian tentang dirinya sendiri, yang membawa bukti keberadaannya bersama dirinya sendiri. Akan tetapi, bagi orang-orang yang menutup mata terhadap terang itu, haruslah ada orang lain yang memberikan kesaksian tentang terang itu kepada mereka. Terang Kristus tidak membutuhkan kesaksian manusia, tetapi kegelapan dunia membutuhkannya. Yohanes di sini berbuat seperti seorang penjaga malam yang pergi meronda keliling kota sambil menyerukan datangnya cahaya pagi kepada orang-orang yang sudah menutup mata dan tidak mau mengamati sendiri datangnya cahaya itu. Atau seperti seorang penjaga malam yang pergi berkeliling untuk mengatakan kepada orang-orang yang bertanya kepadanya apakah malam masih lama, dan kapan pagi akan datang, dan ia menjawab mereka, jika kamu mau bertanya, datanglah bertanya sekali lagi (Yes. 21:11-12). Dia diutus Allah untuk menyatakan kepada dunia bahwa Sang Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan kini telah datang, dan Dia akan menjadi terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Nya Israel, dan untuk menyatakan bahwa waktunya kini sudah dekat ketika kehidupan dan kekekalan akan diperlihatkan dengan lebih jelas kepada semua orang.
- (2) Tujuan kesaksiannya: Supaya oleh dia semua orang menjadi percaya, bukan percaya kepadanya melainkan percaya kepada Kristus, yang jalan-Nya harus dipersiapkan olehnya dalam tugas perutusannya. Ia mengajarkan orang-orang untuk memandang melalui dia, melewati dia, untuk kemudian datang kepada Kristus, melewati ajaran pertobatan dari dosa menuju ajaran iman di dalam Kristus. Ia mempersiapkan orang-orang untuk menerima dan menyambut Kristus serta Injil-Nya, dengan menyadarkan mereka agar mereka memandang dan merasakan betapa jahatnya dosa, dan supaya, ketika mata mereka sudah terbuka, mereka bisa menyambut pancaran-pancaran cahaya ilahi yang, di dalam pribadi dan ajaran Sang Mesias, siap menyinari wajah mereka. Jika saja mereka mau menerima kesaksian manusia ini, mereka pasti akan segera mendapati bahwa kesaksian Allah sungguh jauh lebih besar (1Yoh. 5:9; Yoh. 10:41). Perhatikanlah, kesaksian Yohanes dimaksudkan agar oleh dia semua orang menjadi percaya, tanpa mengecualikan seorang pun dari dampak-dampak pelayanannya yang baik dan menguntungkan itu, kecuali kalau ada orang sendiri yang tidak mau menerimanya, seperti yang dilakukan orang banyak, yang menolak kebijaksanaan Allah sehingga merugikan diri mereka sendiri, dan dengan demikian menerima anugerah Allah dengan sia-sia.
- . Kita di sini diperingatkan agar tidak keliru menganggap dia sebagai terang, sebab dia hanyalah seorang yang datang untuk memberikan kesaksian tentang terang itu (ay. 8): Ia bukan terang yang dinantikan dan dijanjikan itu, melainkan hanya diutus untuk memberikan kesaksian tentang terang yang besar dan berkuasa itu. Ia adalah bintang, seperti bintang yang menuntun orang-orang majus kepada Kristus, bintang fajar, tetapi ia bukanlah Sang Surya. Ia bukan Sang Mempelai laki-laki itu, melainkan seorang sahabat Mempelai laki-laki, bukan Raja, melainkan pendahulu-Nya. Ada orang-orang yang berhenti hanya sampai pada baptisan Yohanes, dan tidak berusaha mencari lebih jauh lagi, seperti orang-orang Efesus itu (Kis. 19:3). Untuk meluruskan kesalahan ini, penulis Injil ini di sini, sekalipun berbicara dengan sangat hormat tentang Yohanes, tetap menunjukkan bahwa ia harus memberikan tempat bagi Kristus. Sebagai nabi dari Yang Mahatinggi, ia seorang yang besar, tetapi ia bukanlah Yang Mahatinggi itu sendiri. Perhatikanlah, kita harus berjaga-jaga untuk tidak terlalu berlebihan menghargai hamba-hamba Tuhan, sama seperti untuk tidak terlalu meremehkan mereka. Mereka bukanlah tuan kita, mereka juga tidak mempunyai kekuasaan atas iman kita, mereka hanyalah hamba-hamba yang melaluinya kita percaya, para bendahara di dalam rumah Tuhan kita. Kita tidak boleh menyerahkan diri kita secara buta kepada apa yang mereka perbuat, sebab mereka bukanlah terang itu, namun kita harus mendengarkan dan menerima kesaksian mereka, sebab mereka diutus untuk memberikan kesaksian tentang terang itu. Oleh karenanya, marilah kita menghargai mereka, dan janganlah kita berbuat sebaliknya. Seandainya Yohanes berpura-pura menjadi terang itu, maka dia bukanlah saksi yang setia tentang terang itu. Orang-orang yang merampas kehormatan Kristus akan kehilangan kehormatan mereka sendiri sebagai hamba-hamba Kristus. Namun Yohanes sungguh-sungguh melakukan tugasnya sebagai saksi bagi terang itu, meskipun ia sendiri bukanlah terang itu. Orang-orang yang bersinar hanya dengan cahaya pinjaman dapat membawa manfaat yang sangat besar bagi kita.
- II. Sebelum melanjutkan dengan kesaksian Yohanes, si penulis Injil kembali memberi kita penjelasan lebih lanjut tentang Yesus ini, yang untuk-Nya Yohanes bersaksi. Setelah pada awal pasal ia menunjukkan kemuliaan-kemuliaan keallahan-Nya, ia di sini memperlihatkan keagungan-keagungan inkarnasi-Nya dan kebaikan-kebaikan-Nya kepada manusia sebagai Sang Pengantara.
- . Kristus adalah Terang yang sesungguhnya (ay. 9). Ini tidak berarti bahwa Yohanes Pembaptis adalah terang yang palsu, tetapi bahwa, dibandingkan dengan Kristus, ia adalah terang yang sangat kecil. Kristus adalah Terang besar yang memang pantas disebut demikian. Terang-terang yang lain disebut sebagai terang hanya secara kiasan dan samar-samar: Kristuslah Terang yang sesungguhnya. Sumber segala pengetahuan dan segala penghiburan haruslah merupakan terang yang sesungguhnya. Ia adalah Terang yang sesungguhnya, dan untuk membuktikannya kita tidak diperintahkan untuk melihat bias-bias kemuliaan-Nya di dalam dunia yang tidak kelihatan (pancaran-pancaran cahaya yang dengannya Ia menerangi dunia itu), tetapi untuk melihat pancaran-pancaran sinar-Nya yang dipantulkan ke bawah, dan yang dengannya dunia kita yang gelap ini diterangi. Akan tetapi, bagaimanakah Kristus menerangi semua orang yang datang ke dalam dunia?
- (1) Dengan kuasa penciptaan-Nya Ia menerangi semua orang dengan terang akal budi. Hidup yang adalah terang manusia berasal dari-Nya. Semua pengetahuan dan tuntunan akal budi, semua penghiburan yang diberikannya kepada kita, dan semua keindahan yang ditampilkannya kepada kita, berasal dari Kristus.
- (2) Dengan pemberitaan Injil-Nya kepada segala bangsa Ia pun menerangi semua orang. Yohanes Pembaptis adalah sebuah terang, tetapi ia hanya menerangi Yerusalem dan Yudea, dan daerah di sekitar Yordan, seperti pelita yang hanya menerangi satu ruangan. Tetapi Kristus adalah Terang yang sesungguhnya, sebab Ia adalah terang yang menerangi bangsa-bangsa. Injil kekal-Nya adalah untuk diberitakan kepada semua bangsa dan bahasa (Why. 14:6). Seperti matahari yang menerangi setiap orang yang mau membuka matanya, dan kemudian menerima terangnya (Mzm. 19:7), seperti itulah pemberitaan Injil dibandingkan (Rm. 10:18). Pewahyuan ilahi kini tidak terbatas, seperti sebelum-sebelumnya, hanya pada satu bangsa, tetapi harus disebarkan kepada semua bangsa (Mat. 5:15).
- (3) Dengan pekerjaan Roh dan anugerah-Nya Ia menerangi semua orang yang mendapat pencerahan untuk memperoleh keselamatan, dan mereka yang tidak diterangi oleh-Nya akan binasa dalam kegelapan. Terang pengetahuan tentang kemuliaan Allah dikatakan ada pada wajah Kristus, dan terang ini adalah terang yang pada mulanya diperintahkan untuk bersinar dari dalam kegelapan itu, dan yang menerangi semua orang yang datang ke dalam dunia. Terang apa pun yang dimiliki manusia berasal dari Kristus, dan mereka berutang kepada-Nya untuk itu, entah itu terang alami atau terang adikodrati.
- . Kristus telah ada di dalam dunia (ay. 10). Ia telah ada di dalam dunia sebagai Firman yang paling hakiki, sebelum inkarnasi-Nya, dan menopang segala sesuatu. Namun demikian, ayat ini berbicara tentang keberadaan-Nya di dalam dunia ketika Ia mengambil sifat kita, dan diam di antara kita (16:28). Aku datang ke dalam dunia. Anak Yang Mahatinggi telah ada di sini di dunia bawah ini, terang itu telah ada di dalam dunia yang gelap ini, yang kudus itu telah ada di dalam dunia yang berdosa dan tercemar ini. Ia meninggalkan dunia yang penuh dengan kebahagiaan dan kemuliaan, dan berada di sini di dalam dunia yang menyedihkan dan sengsara ini. Ia berusaha mendamaikan dunia dengan Allah, dan oleh karena itu Ia ada di dunia, untuk mengurus dan menyelesaikan permasalahan itu, untuk memenuhi keadilan Allah bagi dunia, dan untuk mengungkapkan kebaikan Allah kepada dunia. Ia telah ada di dalam dunia, tetapi Ia bukan dari dunia, dan Ia berbicara dengan nada kemenangan ketika berkata, "Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia" (17:11). Kehormatan yang paling besar yang pernah diberikan kepada dunia ini, yang merupakan bagian alam semesta yang begitu hina dan tidak berarti ini, adalah bahwa Anak Allah pernah berada di dalamnya. Dan seperti halnya kita harus mengerahkan segala perhatian dan pikiran kita kepada perkara-perkara yang di atas karena di sanalah Kristus berada, demikian pula kita harus bisa berdamai dengan tempat tinggal kita sekarang di dunia ini karena dulu Kristus pernah berada di sini. Ia pernah ada di dalam dunia untuk sementara, tetapi keberadaan-Nya itu dikatakan sebagai sesuatu yang sudah berlalu. Demikian pula yang segera akan dikatakan tentang kita, bahwa dulunya kita pernah ada di dalam dunia. Oh, semoga saja ketika kita tidak lagi berada di sini kita boleh berada di tempat Kristus berada!
- Sekarang perhatikanlah di sini:
- (1) Alasan apa yang membuat Kristus berharap bahwa Ia akan disambut dengan sangat mesra dan hormat di dunia ini: sebab dunia dijadikan oleh-Nya. Oleh karena itu, Ia datang untuk menyelamatkan dunia yang terhilang sebab dunia itu adalah hasil ciptaan-Nya sendiri. Mengapakah Ia tidak boleh peduli untuk menghidupkan kembali terang yang pernah dinyalakan-Nya sendiri, memulihkan hidup yang pernah diembuskan-Nya sendiri, dan memperbaharui gambar dan rupa yang pada awal mula pernah dibentuk-Nya sendiri? Dunia dijadikan oleh-Nya, dan karena itu dunia haruslah menyembah-Nya.
- (2) Dinginnya sambutan yang diterima-Nya, kendati dengan semua itu: Dunia tidak mengenal-Nya. Sang Pencipta, Penguasa, dan Penebus dunia yang agung itu telah ada di dalam dunia, namun hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali penduduk dunia yang menyadarinya. Lembu mengenal pemiliknya, tetapi dunia yang lebih biadab ini tidak mengenal-Nya. Mereka tidak mengakui-Nya, tidak menyambut-Nya, karena mereka tidak mengenal-Nya, dan mereka tidak mengenal-Nya karena Ia tidak menunjukkan diri-Nya dengan cara yang mereka harapkan -- dalam kemuliaan dan kemegahan lahiriah. Kerajaan-Nya datang tanpa tanda-tanda lahiriah, karena kerajaan itu akan menjadi kerajaan yang mendatangkan penghakiman. Ketika nanti Ia datang sebagai Hakim, pada saat itulah dunia akan mengenal-Nya.
- . Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya (ay. 11), bukan hanya kepada dunia, yang adalah kepunyaan-Nya, melainkan juga kepada umat Israel, yang secara khusus merupakan kepunyaan-Nya di atas umat-umat lain. Dari merekalah Ia datang, di antara merekalah Ia hidup, dan kepada merekalah Ia pertama-tama diutus. Orang-orang Yahudi pada waktu itu merupakan kaum yang rendah dan hina, mahkota mereka telah diambil dari kepala mereka, namun, dengan mengingat kovenan yang sudah dibuat-Nya pada waktu dulu, sejahat dan semelarat apa pun mereka, Kristus tidaklah malu memandang mereka sebagai milik kepunyaan-Nya. Ta idia -- barang-barang kepunyaan-Nya, bukan tous idious -- orang-orang kepunyaan-Nya, seperti yang disebutkan demikian tentang orang-orang percaya yang sejati (13:1). Orang-orang Yahudi adalah milik kepunyaan-Nya, seperti halnya rumah, tanah, dan barang seseorang dikatakan sebagai kepunyaannya, yang dipergunakan dan disimpannya sebagai barang miliknya. Tetapi, orang-orang percaya adalah milik kepunyaan-Nya, seperti halnya istri dan anak-anak seseorang dikatakan sebagai kepunyaannya, yang dikasihi dan disayanginya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, untuk mencari dan menyelamatkan mereka, karena mereka adalah milik kepunyaan-Nya. Ia diutus kepada domba yang hilang dari umat Israel, sebab Dialah yang mempunyai domba itu.
- Sekarang perhatikanlah:
- (1) Bahwa orang-orang pada umumnya menolak-Nya: Orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Ia mempunyai alasan untuk berharap bahwa orang-orang yang adalah milik kepunyaan-Nya itu akan menyambut-Nya, mengingat betapa besarnya kewajiban-kewajiban yang harus mereka laksanakan terhadap-Nya, dan betapa baiknya kesempatan-kesempatan yang mereka miliki untuk bisa mengenal-Nya. Mereka mempunyai sabda-sabda Allah, yang sudah memberi tahu mereka sebelumnya kapan dan di mana mereka harus menantikan-Nya, dan dari suku serta keluarga apa Ia akan muncul. Ia mendatangi mereka sendiri, memperkenalkan diri-Nya dengan berbagai tanda dan mujizat, dan dari semua tanda dan mujizat itu Dia sendirilah yang terbesar. Oleh karena itu, tidak dikatakan tentang mereka, seperti yang dikatakan tentang dunia (ay. 10), bahwa bukannya mereka tidak mengenal-Nya; orang-orang kepunyaan-Nya tidak bisa tidak pasti mengenal-Nya, tapi mereka tidak menerima-Nya. Mereka tidak menerima ajaran-Nya, tidak menyambut-Nya sebagai Mesias, tetapi malah mengeraskan hati mereka terhadap-Nya. Imam-imam kepala, yang dalam hal tertentu adalah orang-orang kepunyaan-Nya (sebab orang Lewi adalah suku Allah), justru merupakan biang keladi dalam segala penghinaan yang diberikan kepada-Nya ini. Nah, perbuatan mereka ini sungguh tidak adil, mereka adalah orang-orang kepunyaan-Nya, jadi seharusnya Ia berhak mendapatkan penghormatan dari mereka. Apa yang mereka lakukan itu sungguh jahat dan tidak tahu berterima kasih. Ia datang dengan maksud untuk mencari dan menyelamatkan mereka, jadi patutlah bila Ia menghendaki penghormatan dari mereka. Perhatikanlah, banyak orang mengaku milik Kristus, namun tidak menerima-Nya, karena mereka tidak mau meninggalkan dosa-dosa mereka, atau membiarkan Dia bertakhta di dalam hati mereka.
- (2) Bahwa kendati demikian, masih ada suatu sisa (umat tersisa) yang mengakui-Nya dan setia kepada-Nya. Meskipun orang-orang kepunyaan-Nya tidak menerima-Nya, masih ada mereka yang menerima-Nya (ay. 12): Tetapi semua orang yang menerima-Nya. Meskipun Israel tidak dikumpulkan, Kristus dipermuliakan. Meskipun sebagai suatu bangsa, orang Yahudi tetap tidak mau percaya dan binasa dalam ketidakpercayaan mereka, ada banyak di antara mereka yang mau berserah kepada Kristus, dan ada lebih banyak lagi yang berserah kepada-Nya yang bukan dari kawanan domba itu.
- Perhatikanlah di sini:
- [1] Gambaran dan ciri-ciri orang Kristen sejati, yaitu bahwa ia menerima Kristus dan percaya pada nama-Nya. Yang disebut terakhir, yaitu percaya pada nama-Nya, menjelaskan yang pertama, yaitu menerima Kristus. Perhatikanlah,
- pertama, menjadi orang Kristen memang berarti percaya pada nama Kristus. Menjadi orang Kristen berarti setuju dengan apa yang diungkapkan Injil, dan menerima pernyataan Injil tentang Dia. Nama-Nya adalah Firman Allah, Raja segala raja, TUHAN ke- adilan kita, Yesus Sang Juruselamat. Nah, percaya kepada nama-Nya berarti mengakui bahwa Ia adalah benar-benar seperti apa yang digambarkan dalam nama-nama yang besar tadi, dan menerima kebenarannya, agar Ia juga menjadi demikian bagi kita.
- Kedua, percaya dalam nama Kristus berarti menerima Dia sebagai pemberian atau karunia dari Allah. Kita harus menerima ajaran-Nya sebagai ajaran yang benar dan baik, menerima hukum-Nya sebagai hukum yang adil dan kudus, menerima tawaran-tawaran-Nya sebagai tawaran-tawaran yang baik dan menguntungkan, dan kita harus menerima gambaran anugerah-Nya, serta kesan-kesan yang mendalam dari kasih-Nya, sebagai prinsip utama yang mengatur segala perasaan dan perbuatan kita.
- [2] Orang Kristen sejati mempunyai martabat dan kehormatan yang berganda sifatnya:
- Pertama, hak istimewa untuk diangkat menjadi anak, yang membuat mereka termasuk sebagai anak-anak Allah: Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah. Sampai pada saat itu, pengangkatan anak hanya berlaku bagi orang-orang Yahudi (Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung), tetapi sekarang, melalui iman di dalam Kristus, orang-orang bukan-Yahudi juga adalah anak-anak Allah (Gal. 3:26). Mereka diberi kuasa, exousian -- wewenang, sebab tidak seorang pun yang bisa mengambil kuasa itu bagi dirinya sendiri, selain diberi wewenang melalui ketetapan Injil. Kepada mereka Ia memberikan hak, kepada mereka Ia memberikan keutamaan ini. Kuasa ini dimiliki oleh orang-orang kudus.
- Perhatikanlah:
- . Keistimewaan tidak terkira bagi orang-orang Kristen yang baik adalah bahwa mereka menjadi anak-anak Allah. Asalnya mereka adalah anak-anak yang harus dimurkai, anak-anak dunia ini. Namun, sebagai anak-anak Allah, mereka sungguh menjadi demikian, dibuat menjadi demikian, yaitu sebagai anak-anak Allah. Fiunt, non nascuntur Christiani -- orang tidak dilahirkan sebagai Kristen, tetapi dibuat menjadi Kristen -- Tertullian. Lihatlah, betapa besarnya kasih Allah ini (1Yoh. 3:1). Allah menyebut mereka anak-anak-Nya, dan mereka menyebut-Nya Bapa, dan mereka berhak mendapatkan segala hak istimewa sebagai anak, dalam jalan-jalan mereka maupun atas rumah mereka.
- . Hak istimewa untuk diangkat menjadi anak ini seluruhnya terjadi hanya karena Yesus Kristus. Ia memberikan kuasa ini kepada mereka yang percaya kepada nama-Nya. Allah adalah Bapa-Nya, dan dengan demikian Ia juga Bapa kita. Karena kita ini mempelai-Nya dan bersatu dengan Dia, maka kita pun mempunyai hubungan dengan Allah sebagai Bapa. Di dalam Kristuslah kita ditentukan dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya. Dari-Nyalah kita menerima baik itu sifat maupun Roh yang menjadikan kita sebagai anak-anak Allah, dan Ia adalah yang sulung di antara banyak saudara. Anak Allah menjadi Anak manusia agar anak-anak manusia boleh menjadi anak-anak Allah yang Mahakuasa.
- Kedua, hak istimewa untuk dilahirkan kembali (ay. 13): Yang diperanakkan. Perhatikanlah, semua anak Allah dilahirkan kembali, semua yang diangkat menjadi anak diperbaharui kembali hidupnya. Perubahan yang nyata ini, kelahiran kembali, selalu mengiringi perubahan yang sementara itu, yaitu pembaharuan hidup. Ketika Allah menganugerahkan kepada kita martabat sebagai anak, Ia juga menciptakan sifat dan kecenderungan anak di dalam diri kita. Manusia tidak dapat melakukan hal yang demikian ketika mereka mengangkat anak. Nah, di sini kita mempunyai penjelasan tentang asal usul kelahiran baru ini.
- . Dalam bentuk pengingkaran.
- (1) Kelahiran baru ini tidak diturunkan melalui kelahiran yang alami dari orangtua kita. Kita diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, atau dari benih yang fana (1Ptr. 1:23). Manusia disebut darah dan daging karena dari situlah ia berasal, tetapi kita tidak menjadi anak-anak Allah dengan cara yang sama seperti kita menjadi anak-anak dari orangtua kita di dunia. Perhatikanlah, anugerah tidak mengalir di dalam darah, seperti halnya pencemaran. Manusia yang sudah tercemar memperanakkan seorang anak menurut rupa dan gambarnya (Kej. 5:3), tetapi manusia yang sudah dikuduskan dan diperbaharui tidak memperanakkan seorang anak dalam rupa dan gambar itu. Orang-orang Yahudi sangat membangga-banggakan leluhur mereka, dan darah biru yang mengalir di dalam nadi mereka: Kami keturunan Abraham, dan karena itu mereka pikir merekalah yang berhak diangkat menjadi anak-anak, sebab mereka terlahir dari darah itu. Akan tetapi, pengangkatan anak dalam Perjanjian Baru ini tidak didasarkan pada hubungan kekerabatan yang alami seperti itu.
- (2) Kelahiran baru ini tidak dihasilkan oleh kekuatan alami dari kehendak kita sendiri. Oleh karena kelahiran ini bukan dari darah atau dari daging, demikian pula kelahiran ini bukan dari keinginan seorang laki-laki, yang bersusah payah di dalam ketidakmampuannya secara moral untuk tetap melakukan apa yang baik. Dengan demikian, prinsip-prinsip hidup ilahi tidaklah ditanam oleh kita sendiri, tetapi anugerah Allahlah yang membuat kita mau menjadi milik kepunyaan-Nya. Hukum-hukum dan karya-karya tulis manusia juga tidak dapat menyucikan dan memperbaharui jiwa, sebab seandainya bisa, maka kelahiran baru terjadi karena kehendak manusia. Tetapi,
- . Dalam bentuk penegasan: kelahiran baru berasal dari Allah. Kelahiran baru ini terjadi karena firman Allah sebagai sarananya (1Ptr. 1:23), dan karena Roh Allah sebagai penciptanya yang tunggal dan agung. Orang-orang percaya yang sejati lahir dari Allah (1Yoh. 3:9; 5:1). Dan hal ini penting bagi pengangkatan mereka sebagai anak, sebab kita tidak dapat mengharapkan kasih Allah jika kita tidak mempunyai suatu keserupaan dengan Dia, dan kita juga tidak dapat menuntut hak istimewa kita untuk diangkat menjadi anak jika kita tidak tunduk pada kuasa pembaharuan hidup (regenerasi).
- . Firman itu telah menjadi manusia (ay. 14). Pernyataan ini mengungkapkan inkarnasi Kristus dengan lebih jelas daripada apa yang sudah dikatakan sebelumnya. Sebelumnya, dengan hadirat ilahi-Nya Ia selalu ada di dalam dunia, dan dengan nabi-nabi-Nya Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya. Tetapi sekarang, saat waktunya sudah genap, Ia diutus dengan cara yang berbeda, Ia lahir dari seorang perempuan (Gal. 4:4). Allah menyatakan diri-Nya di dalam daging, sesuai dengan iman dan pengharapan Ayub yang suci, dengan dagingku aku akan melihat Allah (Ayb. 19:26, terjemahan KJV -- pen.).
- Perhatikanlah di sini:
- (1) Sifat kemanusiaan Kristus yang menyelubungi diri-Nya, dan hal ini diungkapkan dalam dua cara.
- [1] Firman itu telah menjadi manusia. Karena anak-anak itu, yang akan menjadi anak-anak Allah, adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka (Ibr. 2:14). Para penganut ajaran Sosinian sepakat bahwa Kristus adalah Allah sekaligus manusia, tetapi menurut mereka, Ia adalah manusia, dan baru kemudian diangkat menjadi Allah, seperti Musa (Kel. 7:1). Hal ini bertentangan langsung dengan apa yang dikatakan Yohanes di sini, yaitu bahwa Theos ēn -- Ia adalah Allah, tetapi sarxegeneto -- Ia telah menjadi manusia. Bandingkanlah hal ini dengan ayat 1. Ini menunjukkan bukan hanya bahwa Ia benar-benar dan sungguh-sungguh manusia, melainkan juga bahwa Ia membuat diri-Nya tunduk pada segala kesengsaraan dan penderitaan manusia. Ia telah menjadi daging, bagian yang paling hina dari manusia. Daging berbicara tentang manusia yang lemah, dan Dia disalibkan oleh karena kelemahan (2Kor. 13:4). Daging berbicara tentang manusia yang fana dan akan mati (Mzm. 78:39), dan Kristus telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia (1Ptr. 3:18). Bahkan, daging berbicara tentang manusia yang tercemar oleh dosa (Kej. 6:3), dan Kristus, meskipun sepenuhnya kudus dan tidak jahat, tampil serupa dengan daging yang dikuasai dosa (Rm. 8:3), dan dibuat menjadi dosa karena kita (2Kor. 5:21). Ketika Adam telah berdosa, Allah berkata kepadanya, engkau debu, bukan hanya karena ia terbuat dari debu, melainkan juga karena oleh dosa ia telah tenggelam ke dalam debu. Kejatuhannya benar-benar sōmatoun tēn psychēn -- mengubahnya secara keseluruhan menjadi tubuh, membuatnya bersifat duniawi, seperti tanah. Oleh karena itu, Ia yang telah dijadikan kutuk bagi kita dibuat menjadi daging, dan dijatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging (Rm. 8:3). Takjublah akan hal ini, bahwa Firman yang kekal mau menjadi daging, padahal daging dipandang sebagai sesuatu yang sangat buruk; bahwa Ia yang menjadikan segala sesuatu dibuat menjadi daging itu sendiri, salah satu hal yang paling hina, dan tunduk pada sesuatu yang jauh ada di bawah-Nya. Suara yang mengantarkan Injil berseru, "Seluruh umat manusia adalah seperti rumput" (Yes. 40:6), dan ini membuat kasih Sang Penebus terasa lebih menakjubkan lagi, sebab untuk menebus dan menyelamatkan kita Ia dibuat menjadi daging dan layu seperti rumput. Akan tetapi, Firman Tuhan, yang dibuat menjadi daging, tetap untuk selamanya. Ketika menjadi daging, Ia tidak berhenti menjadi Firman Allah.
- [2] Ia diam di antara kita, di sini di dunia bawah ini. Setelah mengambil rupa dan sifat manusia, Ia menempatkan diri-Nya pada tempat dan keadaan manusia-manusia yang lain. Firman bisa saja menjadi manusia dan diam di antara para malaikat. Namun tidak demikian halnya dengan Dia. Setelah mengambil tubuh yang sama dengan tubuh kita, di dalam tubuh itu pula Ia datang dan berdiam di dunia yang sama dengan kita. Ia diam di antara kita, kita yang adalah cacing-cacing di bumi, kita yang sama sekali tidak dibutuhkan-Nya, kita yang tidak dapat memberi-Nya manfaat apa-apa, kita yang cemar dan bejat, dan yang telah memberontak terhadap Allah. Tuhan Allah datang dan diam bahkan di antara para pemberontak (Mzm. 68:19). Ia yang telah diam di antara para malaikat, makhluk yang mulia dan sempurna itu, kini datang dan diam di antara kita yang adalah keturunan ular beludak, kita yang adalah orang-orang berdosa, dan ini lebih buruk bagi-Nya daripada bagi Daud yang berdiam di Mesekh dan Kedar, atau bagi Yehezkiel yang berdiam di antara kalajengking, atau bagi jemaat di Pergamus yang berdiam di tempat takhta Iblis. Apabila kita melihat dunia atas, dunia roh, kita akan tersadar betapa hina dan menjijikkannya daging ini, tubuh ini, yang selalu kita bawa-bawa bersama kita, dan dunia yang ke dalamnya kita dilemparkan ini, dan betapa sulitnya rasanya untuk berdamai dengan tubuh dan dunia ini! Namun demikian, kini Firman kekal telah dibuat menjadi manusia, mengenakan tubuh seperti kita dan diam di dunia ini seperti kita, dan dengan begitu Ia telah memberikan penghormatan kepada tubuh maupun dunia kita ini; jadi karena itulah, kita juga harus mau tinggal di dalam daging selama Allah mempunyai pekerjaan untuk kita lakukan di dalamnya. Kristus sendiri pun diam di dunia bawah ini, seburuk apa pun dunia itu, sampai Ia menuntaskan apa yang harus dikerjakan-Nya di situ (17:4). Ia diam di antara orang-orang Yahudi, supaya nubuat Alkitab digenapi, hendaklah ia tinggal dalam kemah-kemah Sem (Kej. 9:27; Za. 2:10). Meskipun orang Yahudi tidak baik hati terhadap-Nya, Ia tetap diam di antara mereka. Meskipun (seperti yang dikatakan oleh beberapa penulis kuno) Ia diundang oleh Abgarus raja Edes dan dijanjikan perlakuan yang lebih baik, Ia tidak berpindah ke bangsa lain mana pun. Ia diam di antara kita. Ia ada di dalam dunia, bukan sebagai pelancong yang menginap hanya untuk semalam, tetapi Ia diam di antara kita, untuk tinggal dalam waktu lama. Amati kata aslinya di sini, eskēnōsen en hēmin -- Ia diam di antara kita, Ia diam seperti dalam sebuah kemah, yang menunjukkan,
- Pertama, bahwa Ia diam di sini dalam keadaan yang sangat hina, seperti para gembala yang diam di tenda-tenda. Ia tidak diam di antara kita seperti di dalam istana, tetapi seperti di dalam tenda, sebab Ia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya, dan selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.
- Kedua, bahwa kedudukan-Nya di sini adalah sebagai seorang prajurit. Para prajurit diam di tenda-tenda. Sejak dari dulu Ia menyatakan perang terhadap keturunan ular, dan kini Ia sendiri maju ke medan pertempuran, menaikkan panji-Nya, dan memasang tenda-Nya, siap bertempur.
- Ketiga, bahwa kediaman-Nya di antara kita tidaklah untuk selamanya. Ia diam di sini seperti di dalam tenda, tidak seperti di dalam rumah. Para bapa leluhur orang Yahudi, ketika berdiam di kemah-kemah, mengakui bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini, dan mencari-cari negeri yang lebih baik. Begitu pula dengan Kristus di sini, yang meninggalkan contoh bagi kita (Ibr. 13:13-14).
- Keempat, bahwa seperti halnya pada waktu dulu Allah diam di dalam kemah suci Musa, dengan shekinah (kemuliaan dalam bahasa Ibrani -- pen.) di antara dua kerub, begitu pula sekarang Ia diam di dalam sifat kemanusiaan Kristus, yang kini merupakan shekinah yang sesungguhnya, tanda kehadiran Allah secara khusus. Dengan demikian, kita dapat menyampaikan segala permohonan kita kepada Allah melalui Kristus, serta untuk menerima sabda-sabda Allah dari Dia.
- (2) Pancaran-pancaran kemuliaan ilahi-Nya yang terpantul melalui selubung daging ini: Kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Matahari masih merupakan sumber terang meskipun tertutup oleh gerhana atau awan, begitu pula Kristus masih merupakan cahaya yang cemerlang dari kemuliaan Bapa-Nya, bahkan ketika Ia diam di antara kita di dunia bawah ini. Betapapun rendahnya orang-orang Yahudi memandang Dia, masih ada orang yang bisa melihat-Nya menembus selubung itu.
- Perhatikanlah:
- [1] Siapa saksi-saksi atas kemuliaan ini: kita, para murid dan pengikut-Nya, yang bergaul bebas dan akrab dengan-Nya, kita yang di antaranya Ia diam. Kelemahan orang biasanya akan tampak bagi orang-orang yang sangat akrab dengan mereka, namun tidak demikian dengan Kristus. Orang-orang yang paling akrab dengan-Nya justru melihat kemuliaan-Nya yang agung. Seperti halnya dengan ajaran-Nya, murid-murid-Nya mengetahui rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya, sedangkan orang lain hanya mengetahuinya melalui selubung perumpamaan-perumpamaan, demikian pula dengan pribadi-Nya, mereka melihat kemuliaan keilahian-Nya, sedangkan orang lain hanya melihat selubung sifat kemanusiaan-Nya. Ia menyatakan diri-Nya kepada mereka, dan bukan kepada dunia. Saksi-saksi ini sangat bisa dipercaya dan jumlah mencukupi sebagai saksi, dua belas semuanya, sekelompok juri yang juga berperan sebagai saksi. Mereka adalah orang-orang yang polos dan jujur, dan jauh dari segala kemungkinan untuk membuat rencana jahat atau persekongkolan.
- [2] Bukti apa yang mereka miliki tentang kemuliaan itu: Kita telah melihat kemuliaan-Nya. Bukti yang mereka miliki tidak didasarkan pada laporan orang lain, atau dari pihak kedua, tetapi mereka sendirilah yang merupakan para saksi mata atas bukti-bukti yang mereka pakai untuk membangun kesaksian bahwa Ia adalah Anak Allah yang hidup: Kita telah melihat kemuliaan-Nya. Kata "melihat" yang digunakan di sini menggambarkan suatu pandangan mata yang tetap dan terus-menerus, yang memberi mereka kesempatan untuk membuat pengamatan dengan baik. Rasul ini sendiri menjelaskan hal ini: Apa yang kami beritakan kepada kamu tentang Firman yang hidup adalah apa yang telah kami lihat dengan mata kami dan apa yang telah kami saksikan (1Yoh. 1:1).
- [3] Apa kemuliaan itu: kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa. Kemuliaan Firman yang menjadi manusia adalah kemuliaan-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, dan bukan untuk yang lain.
- Perhatikanlah:
- Pertama, Yesus Kristus adalah Anak Tunggal Bapa. Orang-orang percaya adalah anak-anak Allah melalui kebaikan khusus yang mengangkat mereka menjadi anak dan melalui anugerah khusus kelahiran kembali (regenerasi). Keberadaan mereka itu berdasarkan pengertian homoiousioi -- dari kodrat ilahi yang serupa (2Ptr. 1:4), dan memiliki gambaran kesempurnaan-Nya. Akan tetapi, keberadaan Kristus berdasarkan homousios -- kodrat yang sama, Ia sendiri merupakan ungkapan gambaran pribadi-Nya dan merupakan Anak Allah melalui asal yang kekal. Para malaikat adalah anak-anak Allah, tetapi Ia tidak pernah berkata kepada satu pun dari antara mereka, "Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini" (Ibr. 1:5).
- Kedua, Ia dengan jelas dinyatakan sebagai Anak Tunggal Bapa, melalui apa yang terlihat dalam kemuliaan-Nya ketika Ia diam di antara kita. Meskipun Ia mengambil rupa sebagai hamba dalam hal-hal lahiriah, rupa-Nya dalam hal anugerah-anugerah ilahi adalah seperti orang keempat yang berada di dalam perapian yang menyala-nyala, seperti anak dewa. Kemuliaan ilahi-Nya tampak dalam kekudusan dan keilahian ajaran-Nya, dalam mujizat-mujizat-Nya yang membuat orang banyak mengakui bahwa Ia adalah Anak Allah. Kemuliaan-Nya tampak dalam kemurnian, kebaikan, dan kegunaan dari seluruh perbuatan dan tindak-tanduk-Nya. Kebaikan Allah adalah kemuliaan-Nya, dan Ia berjalan berkeliling untuk berbuat baik. Ia berbicara dan berbuat segala sesuatu sebagai Allah yang berinkarnasi. Mungkin penulis Injil ini secara khusus berpikir tentang kemuliaan-Nya ketika Ia berubah rupa, yang telah disaksikannya sendiri (2Ptr. 1:16-18). Sebutan Allah bagi-Nya bahwa Dia adalah Anak yang dikasihi-Nya, yang kepada-Nyalah Dia berkenan menunjukkan bahwa Dia adalah Anak Tunggal Bapa. Namun demikian, bukti yang seutuhnya mengenai ini adalah kebangkitan-Nya.
- [4] Keuntungan apa yang dipetik oleh orang-orang yang di antara mereka Ia diam. Ia diam di antara mereka, penuh kasih karunia dan kebenaran. Ketika dahulu Allah diam di dalam kemah suci, yang ada adalah hukum Taurat, tetapi sekarang di antara orang-orang ini, yang ada adalah kasih karunia. Di dalam kemah suci itu hanya ada bayangan mengenai apa yang akan terjadi kemudian, sementara yang ada sekarang kebenaran yang sesungguhnya. Firman yang menjelma ini dalam segala hal sungguh memenuhi syarat untuk menjalankan tugas-Nya sebagai Pengantara, sebab Ia penuh kasih karunia dan kebenaran, dua hal besar yang sangat dibutuhkan oleh manusia yang jatuh; dan ini, seperti juga kuasa dan keagungan ilahi yang tampak dalam diri-Nya, membuktikan bahwa Dia adalah Anak Allah.
- Pertama, Ia memiliki kepenuhan kasih karunia dan kebenaran bagi diri-Nya sendiri. Ia mempunyai Roh dengan tidak terbatas. Ia penuh kasih karunia, seutuhnya berkenan pada Bapa-Nya, dan karena itu memenuhi syarat untuk mengantarai kita dengan Allah, dan penuh kebenaran, seutuhnya mengetahui hal-hal yang hendak diungkapkan-Nya, dan karena itu pantas untuk mengajar kita. Ia mempunyai kepenuhan pengetahuan dan belas kasihan.
- Kedua, Ia mempunyai kepenuhan kasih karunia dan kebenaran bagi kita. Ia menerima, supaya Ia dapat memberi, dan Allah berkenan kepada-Nya, supaya Allah berkenan kepada kita di dalam Dia, dan inilah kebenaran yang sesungguhnya dari bayangan-bayangan hukum Taurat itu.
SH: Yoh 1:10-18 - Terima atau tolak? (Rabu, 26 Desember 2007) Terima atau tolak?
Respons orang dalam menyambut kedatangan Yesus terbagi menjadi dua:
ada orang yang menolak, ada juga orang yang menerima Dia. ...
Terima atau tolak?
Respons orang dalam menyambut kedatangan Yesus terbagi menjadi dua:
ada orang yang menolak, ada juga orang yang menerima Dia.
Meskipun Kristus adalah Pencipta dunia beserta segala isinya, tetapi manusia ciptaan-Nya itu tidak mengenal Dia (ayat 10). Bahkan umat yang dipilih untuk mempersiapkan kedatangan Mesias pun menolak (ayat 11), walaupun firman Tuhan di dalam Perjanjian Lama telah memberi tahu mereka mengenai kedatangan-Nya. Padahal kedatangan Kristus membuat manusia dapat mengenal Allah secara utuh, karena Allah jadi terlihat dan nyata di dalam Kristus (ayat 18). Kristus adalah penyataan sempurna dari Allah dalam rupa manusia (ayat 14). Di dalam Kristus, Allah menjadi manusia yang tinggal di dunia.
Akan tetapi, orang yang menyambut kedatangan Kristus sebagai Tuhan di dalam kehidupan mereka, telah dilahirkan kembali secara rohani. Orang itu menerima hidup baru dari Allah. Melalui iman kepada Yesus, kelahiran baru mengubah hati sikap, keinginan, serta motivasi manusia. Pengalaman dilahirkan kembali membuat kerohanian manusia menjadi hidup. Bagai seorang bayi yang baru lahir disebut sebagai anggota keluarga baru, begitulah kelahiran baru menempatkan manusia sebagai anggota keluarga Allah (ayat 12). Sejak itulah manusia mempunyai hubungan yang benar, akrab, dan mendalam dengan Allah. Yohanes menegaskan bahwa hubungan itu hanya dapat dimiliki melalui Yesus. Dengan menyambut Yesus serta percaya kepada Dia, kita menjadi anak-anak Allah yang mengenal pikiran dan sikap Allah kepada manusia melalui Yesus.
Kiranya perayaan Natal menjadi garis akhir penolakan kita pada Yesus. Sebaliknya, merayakan Natal menjadi wujud penyambutan kita atas kehadiran Kristus, Firman yang telah menjadi manusia dan diam di antara kita; serta perayaan atas dimasukkannya kita sebagai anggota keluarga Allah. Jadikanlah Natal sebagai garis awal untuk memulai hubungan yang penuh keakraban dengan Allah.

SH: Yoh 1:10-18 - Kristus memberi hidup (Senin, 26 Desember 2005) Kristus memberi hidup
Siapa yang berhak menyelamatkan manusia berdosa? Bukankah manusia
berdosa seharusnya dihukum Allah? Lalu, mengapa Tuhan Ye...
Kristus memberi hidup
Siapa yang berhak menyelamatkan manusia berdosa? Bukankah manusia berdosa seharusnya dihukum Allah? Lalu, mengapa Tuhan Yesus mau menyelamatkan manusia sehingga manusia tidak binasa?
Bila pada pasal 1:1-9, Yohanes menegaskan keilahian Kristus maka pada bagian ini kemanusiaan-Nya yang ditekankan. "Firman itu telah menjadi manusia," tinggal dan melayani di tengah-tengah manusia (ayat 14a). Tuhan Yesus adalah manusia sebagai perwujudan Allah secara sempurna (ayat 18). Hanya Dia yang bisa mewakili Allah di dunia ini, sebab Dia berasal dari Allah dan Dia adalah Allah (lih. ayat 1-2). Itulah sebabnya, orang yang tinggal bersama-sama dengan Dia melihat kemuliaan-Nya sebagai kemuliaan yang berasal dari Allah Bapa (ayat 14b). Kemuliaan-Nya itu dimanifestasikan dalam kasih karunia dan kebenaran. Artinya, melalui Kristus anugerah keselamatan diberikan kepada setiap orang yang percaya (ayat 12) dan mereka yang percaya dibenarkan Allah (band. Rm. 5:1-2). Yang dulu dinanti-nantikan oleh umat Israel melalui Hukum Taurat Musa, kini digenapi oleh kasih karunia di dalam Kristus (ayat 16). Jadi, Tuhan Yesus bisa dan berhak menyelamatkan manusia dari murka Allah yang membinasakan! Namun, fakta membuktikan bahwa tidak semua orang menyambut gembira kedatangan Kristus (ayat 10-11). Mereka menolak Kristus karena tidak mau mengubah hidup mereka yang sudah nyaman dalam dosa dan tidak mau tunduk ke bawah otoritas Allah.
Yohanes Pembaptis mengambil posisi sebagai saksi Kristus bagi dunia ini. Ketegasan ini diperlukan agar fokus keselamatan tidak bergeser dari pembawa berita kepada Sang Kabar Baik itu sendiri. Demikian pula tugas kita adalah memberitakan Kristus, Dia adalah Gambar Allah yang sempurna, yang satu-satu-Nya yang dapat memberikan kuasa kepada manusia menjadi anak-anak Allah.
Renungkan: Hanya Kristus yang berhak dan berkuasa mengubah hidup seseorang menjadi seorang anak Allah.

SH: Yoh 1:10-13 - Apakah artinya percaya pada Yesus? (Senin, 24 Desember 2001)
Apakah artinya percaya pada Yesus?
Apakah akibat jika seseorang percaya pada Yesus? Kata kerja
'menerima' (ayat 12) dengan jelas mengungkapkan hubu...
Apakah artinya percaya pada Yesus?
Apakah akibat jika seseorang percaya pada Yesus? Kata kerja
'menerima' (ayat 12) dengan jelas mengungkapkan hubungan
pribadi dengan Yesus. Inilah artinya percaya pada Yesus. Yang
diterima bukanlah suatu ajaran atau sistem keagamaan saja,
melainkan juga seorang Pribadi. Percaya bukanlah sekadar
persetujuan terhadap suatu dogma. Percaya bukan hanya berarti
menjadi anggota gereja. Percaya tidak sekadar bersifat
kognitif atau pengetahuan. Yang menjadi esensi, percaya
berarti memiliki relasi dengan Yesus. Hubungan dengan Yesus
bersifat pribadi dan dinamis. Yesus adalah objek iman.
Percaya pada Yesus membawa akibat yang luar biasa! Orang yang percaya pada Yesus diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak Allah (ayat 12). Siapa saja yang dapat menjadi anak-anak Allah? Istilah 'semua orang' dalam ayat 12 dengan jelas menunjuk ruang tanpa batas. Apakah kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, kulit putih atau hitam, semuanya dapat percaya pada Yesus. Tidak ada batasan gender atau suku untuk menjadi anak-anak Allah.
Menerima atau percaya pada Yesus merupakan tindakan aktif manusia. Dengan perkataan lain, percaya adalah perbuatan manusia. Namun, percaya juga merupakan pemberian Allah (ayat 13). Ketika manusia dapat percaya pada Yesus, itu adalah tanda bahwa ia telah dilahirkan dari Allah. Dengan perkataan lain, percaya adalah pekerjaan Allah. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa percaya pada Yesus bukan semata-mata pekerjaan manusia, melainkan juga pekerjaan Allah. Keseimbangan dalam melihat kedua perspektif tersebut harus dipertahankan. Jadi, meskipun percaya pada Yesus adalah perbuatan manusia, namun Allahlah yang mengakibatkan manusia dapat percaya dan menjadi anak-anak Allah.
Renungkan: Orang yang menyebut diri Kristen dapat saja memiliki rasa dan tindakan keagamaan yang kuat. Namun demikian, kesejatian kekristenan ditentukan terutama oleh kepercayaan pada Yesus di dalam hubungan pribadi dengan Dia. Sudahkah Anda sungguh- sungguh menyerahkan diri kepada Yesus, menerima-Nya sebagai Juruselamat dan Tuhan? Hiduplah sebagai murid-Nya yang sejati!
PA 7: Obaja 10-16
Kita dapat menganggap bahwa hardikan Obaja kepada bangsa Edom berkaitan dengan peristiwa yang tercatat dalam 2Raj. 8:20-22 dan 2Taw. 21:8-10. Sebagaimana Esau membenci Yakub setelah Yakub "mencuri" hak kesulungannya (Kej. 27:41), bangsa Edom pun menginginkan kecelakaan Israel (Bil. 20:14-21). Dendam ini pula yang membuat Edom memberontak melawan kerajaan Yehuda. Lepasnya Edom dari Yehuda menggenapi nubuatan Ishak (Kej. 27:39-40). Maka, datanglah Obaja menghardik bangsa Edom. Obaja 10-16 mencakup 3 alasan mengapa Edom harus dihukum dan pernyataan murka Allah kepada Edom. Melalui bagian ini, keadilan Tuhan dinyatakan secara sempurna.
Pertanyaan-pertanyaan pengarah:
1. Apa kesalahan Edom yang pertama terhadap bangsa Israel (ayat
10)? Lihat pula Am. 1:11-12. Bagaimana kesalahan tersebut
dikaitkan dengan sikap Israel terhadap bangsa Edom (lihat
2. Apa kesalahan Edom yang kedua terhadap bangsa Israel (ayat 11)? Kaitkan dengan Luk. 10:25-36! Apakah Edom melakukan kesalahan secara aktif atau pasif? Apa yang dapat Anda pelajari mengenai sikap pasif?
3. Apa kesalahan Edom yang ketiga terhadap bangsa Israel (ayat 12-14)? Ada berapa kali frasa "pada hari . . . " diulang? Apa kira-kira maksud pengulangan tersebut (kaitkan dengan masalah "kesementaraan")? Apakah sikap bangsa Edom dapat disebut "takabur"? Mengapa?
4. Apa yang dimaksud dengan "hari TUHAN" (ayat 15a)? Lihat juga Yes. 2:12-21. Prinsip apa yang menjadi kunci bagi penghukuman Edom (ayat 15b)? Kaitkan dengan Kel. 21:24-25.
5. Apa perbedaan antara kata "minum" yang pertama dan kedua/ketiga dalam ayat 16? Kaitkan dengan kemenangan Edom (untuk kata yang pertama), dan cawan murka Allah (untuk kata yang kedua/ketiga)!
Bagaimana Anda menerapkan pelajaran firman Tuhan ini dalam konteks Indonesia, melihat bahwa masih terjadi konflik berisu SARA di mana-mana? Apakah yang akan Anda lakukan sebagai Kristen?

SH: Yoh 1:10-13 - Tak mengenal, tak menerima. (Jumat, 25 Desember 1998) Tak mengenal, tak menerima. Yohanes mempertegas kembali bahwa Yesus tidak dikenal oleh dunia dan ditolak oleh umat-Nya sendiri. Sangat ironis! Dari se...
Tak mengenal, tak menerima.
Yohanes mempertegas kembali bahwa Yesus tidak dikenal oleh dunia dan ditolak oleh umat-Nya sendiri. Sangat ironis! Dari sejak dilahirkan sampai akhir hayat-Nya, Yesus terus menerus ditolak. Tetapi puji Tuhan! Yesus Kristus datang tidak bergantung pada respons penolakan atau penerimaan, karena Dia datang justru untuk menerima manusia dalam rencana penyelamatan Allah. Peristiwa pengutusan Kristus oleh Allah Bapa merupakan penetapan rencana kekal-Nya, yang tidak dapat dibatalkan oleh dunia ciptaan-Nya, yaitu rencana keselamatan di dalam diri anak-Nya yang sedang, akan dan pasti digenapi.
Menerima dan percaya. Keselamatan datang kepada orang berdosa lewat penerimaan dan percaya kepada Kristus. Bagi Kristen, Kristus adalah anugerah Allah dan satu-satunya kebenaran yang dapat dipercayai. Di dalam-Nya, kita mempunyai hak untuk terhisab dalam persekutuan akrab sebagai putera-puteri Allah sendiri.
Renungkan: Pengharapan untuk bebas dari perbudakan dosa, merdeka dari himpitan rasa bersalah, bersih dari berbagai kenajisan yang merasuki keinginan dan pikiran kita, tersedia bagi kita semua di dalam Yesus Kristus.
Doa: Tuhan, terima kasih pembebasan yang Kau sediakan bagi kami.
Utley -> Yoh 1:9-13
Utley: Yoh 1:9-13 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 1:9-139 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. 10 Ia telah ada di dalam dunia...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 1:9-13
9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. 10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. 11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. 12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; 13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Yoh 1:9 "terang yang sesungguhnya" Ini adalah "sungguh" dalam pengertian asli atau nyata, bukan hanya lawan dari kepalsuan. Ini bisa berhubungan dengan semua keragaman teologia abad pertama. Ini adalah kata sifat yang umum dalam tulisan-tulisan Yohanes (lih. Yoh 3:35; 4:23,37; 6:32; 7:28; 15:1; 17:3; 19:35 dan 1Yoh 2:8; 5:20 dan sepuluh kali dalam Wahyu). Lihat Topik Khusus pada Yoh 6:55.
□ "sedang datang di dunia" Yohanes seringkali menggunakan frasa ini untuk menunjuk pada Yesus yang meninggalkan surga, dunia rohani, dan memasuki dunia jasmani dari waktu dan tempat (lih. Yoh 6:14; 9:39; 11:27; 12:46; 16:28). Dalam ayat ini nampaknya ini menunjuk pada inkarnasi Yesus.
- NASB "menerangi setiap orang"
- NKJV "memberi terang bagi tiap orang"
- NRSV "menerangi siapa saja"
- TEV "menyinari semua orang"
- NJB "yang memberi terang kepada siapa saja"
Frasa ini dapat dimengerti dalam dua cara. Pertama, dengan menganggap berdasar latar belakang budaya Yunani, ini menunjuk pada suatu cahaya perwahyuan dari dalam setiap manusia, kilauan illahi. Ini adalah cara kaum Quaker menafsirkan ayat ini. Namun demikian, konsep semacam ini tak pernah muncul dalam Yohanes. Bagi Yohanes, "terang" mengungkapkan kejahatan manusia (lih. Yoh 3:19-21). Kedua, ini tidak dapat menunjuk pada perwahyuan alamiah, [yaitu Pengenalan Allah melalui alam (lih. Mazm 19:1-5; Rom 1:19-20) atau suatu pengertian moral di dalam (lih. Rom 2:14-15)], namun lebih pada penawaran Allah akan penerangan dan keselamatan melalui Yesus, satu-satunya terang yang benar.
Yoh 1:10 "dunia" Yohanes menggunakan istilah kosmos dalam tiga cara yang berbeda: (1) alam semesta jasmani (Yoh 1:10,11; 11:9; 16:21; 17:5,24; 21:25); (2) seluruh umat manusia (Yoh 1:10,29; 3:16,17; 4:42; 6:33; 12:19,42; 18:29); dan (3) masyarakat manusia yang jath yang diorganisir dan berfungsi terpisah dari Allah (Yoh 7:7; 15:18-19; 1Yoh 2:15; 3:1,13). Dalam konteks ini #2 lebih cocok.
□ "dunia tidak mengenalNya" Baik orang Non Yahudi yang jatuh maupun bangsa Yahudi yang terpilih tidak mengenali Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan. Istilah "mengenal" ini lebih mencerminkan suatu ungkapan Ibrani mengenai hubungan yang intim daripada kecocokan intelektual terhadap fakta. (lih. Kej 4:1; Yer 1:5).
Yoh 1:11 "Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima- Nya" "MilikNya" digunakan dua kali dalam ay Yoh 1:11. Bentuk ketatabahasaan pertama ialah JAMAK NEUTER dan menunjuk pada (1) semua makhluk ciptaan atau (2) secara geografis Yudea atau Yerusalem. Yang kedua ini adalah JAMAK MASCULINE dan menunjuk pada orang Yahudi.
Yoh 1:12 "tetapi semua orang yang menerimaNya" ini menunjukkan bagian kemanusiaan dari keselamatan (lih. ay Yoh 1:16). Manusia harus menanggapi penawaran Allah akan anugerah dalam Kristus. (lih. Yoh 3:16; Rom 10:9-13; Ef 2:8-9). Allah tentu saja berkedaulatan, namun di dalam kedaulatanNya Ia telah menginisiasikan suatu hubungan perjanjian bersyarat dengan umat manusia yang jatuh. Manudia yang jatuh harus bertobat, percaya, taat, dan tekun dalam iman.
□ "diberiNya kuasa" Istilah Yunani ini dapat berarti (1) kekuasaan hokum atau (2) hak atau hak istimewa (lih. Yoh 5:27; 17:2; 19:10,11). Melalui Yesus manusia yang jatuh sekarang dapat mengenal Allah dan mengakuiNya sebagai Allah dan Bapa.
□ "supaya menjadi anak-anak Allah" Para penulis PB secara konstan menggunakan penggambaran kekeluargaan untuk menjelaskan keKristenan: (1) Bapa; (2) Anak; (3) anak-anak; (4) lahir baru; dan (5) adopsi. KeKristenan beranalogi dengan sebuah keluarga, bukan suatu produk (tiket ke surga, polis asuransi kebakaran). Menarik juga bahwa kedua istilah Yunani untuk anak-anak, satu di antaranya selalu digunakan untuk Yesus (huios) sementara yang lainnya (teknon, tekna) digunakan untuk orang percaya. Orang Kristen adalah anak-anak Allah, namun mereka tidak berada dalam kategori yang sama dengan Yesus, Anak Allah. HubunganNya bersifat unik, namun sekaligus beranalogi.
□ "mereka yang percaya" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang berarti "mereka yang terus percaya". Latar belakang etimologis dari istilah ini membantu menetapkan arti kontemporernya. Dalam bahasa Ibrani ini aslinya merujuk pada seseoran gyang dalam suatu kuda-kuda yang stabil. Kata ini dipakai untuk menggambarkan seseorang yang dapat diandalkan, loyal, dan dapat dipercaya. Kata yang sama dalam bahasa Yunani diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh kata ("iman", "percaya", dan "mempercayakan diri") Iman Alkitabiah atau mempercayakan diri bukan terutama mengenai apa yang kita buat, namun seseorang tempat kita mempercayakan diri. Adalah kebisa dipercayaan dari Allah, bukan kita, yang menjadi fokusnya. Manusia yang jatuh mempercayakan diri pada kebisadipercayaan Allah, beriman kepada kesetiaanNya, percaya dalam Yang dikasihiNya. Fokusnya bukanlah pada kelimpahan atau intensitas dari iman manusia, namun obyek dari iman tersebut. Lihat Topik Khusus pada Yoh 2:23.
□ "dalam namaNya" Dalam PB nama seseorang bersifat sangat penting. Nama merupakan suatu pengharapan/kemungkinan nubuatan mengenai sifat mereka atau penjabaran dari sifat mereka. Percaya dalam suatu nama berarti percaya dan menerima orangnya.
- NASB NKJV, NRSV "yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki"
- TEV "mereka tidak menjadi anak Allah dengan berdasarkan asal, yaitu karena dilahirkan dan karena merupakan anak-anak dari bapa yang adalah manusia.
NJB "yang telah lahir bukan dari benih manusia atau dorongan daging atau kehendak seorang laki-laki"
Istilah "darah" adalah JAMAK. Ini menunjuk bukan pada hak-hak istimewa rasial, dan bukan juga pada jenis kelamin keturunan manusia, namun pada pemilihan oleh Allah dan penarikan mereka yang mempercayakan diri pada AnakNya (lih. Yoh 6:44,65). Ayat Yoh 1:12,13 menyatakan keseimbangan perjanjian antara kedaulatan Allah dan kebutuhan akan tanggapan manusia.
Topik Teologia -> Yoh 1:12
Topik Teologia: Yoh 1:12 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Kebapaan Allah
Allah sebagai Bapa Orang-orang Percaya
Maz 89:27 Maz 103:13 Yes 43...
- Allah yang Berpribadi
- Pribadi Allah
- Kebapaan Allah
- Allah sebagai Bapa Orang-orang Percaya
- Yesus Kristus
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Iman yang Menyelamatkan
- Kelahiran Baru Bukan Hasil Pekerjaan Manusia
- Adopsi Kita Diwujudkan Melalui Iman dalam Kristus
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
- Faedah Iman
- Pengangkatan Menjadi Anak di dalam Keluarga Allah adalah Faedah dari Iman
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
Wycliffe: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN YOHANES
Sifat dari kitab ini. Sekalipun bahasa dan susunannya sederhana, kitab ini merupakan suatu paparan yang mendalam mengenai diri Kr...
PENDAHULUAN YOHANES
Sifat dari kitab ini. Sekalipun bahasa dan susunannya sederhana, kitab ini merupakan suatu paparan yang mendalam mengenai diri Kristus di dalam latar belakang sejarah. Di dalamnya terdapat pesan bagi murid Tuhan yang sederhana dan bagi pakar teologi yang paling canggih sekalipun.
Beberapa kesamaan dengan Injil-Injil Sinoptis mudah dilihat. Keempatnya menyajikan tokoh utama yang sama. Kita membaca tentang Dia selaku Anak Allah, Anak,manusia, Mesias, Tuhan, Juruselamat, dan lain-lain. Belum lama berselang terdapat suatu kebiasaan di kalangan tertentu untuk berkesimpulan bahwa Yesus yang ditulis oleh Yohanes merupakan hasil proses teologi dalam gereja mula-mula, di mana orang dari Nazaret ini telah ditinggikan kepada kedudukan ilahi. Pandangan ini tidak dapat dipertahankan lagi, sebab penelitian selanjutnya telah memastikan bahwa Kristologi dari Injil-Injil Sinoptis dan Kristologi Injil Yohanes ini pada dasarnya sama. Yesus yang sekadar manusia sama asingnya bagi para penulis Injil Sinoptis seperti bagi Yohanes.
Seiring dengan berkembangnya pola sejarah di dalam Injil Keempat ini, tampak bahwa secara garis besar alur peristiwanya mirip dengan rangkaian peristiwa yang digambarkan dalam Injil-injil Sinoptik - pelayanan Yohanes Pembaptis yang bersifat mempersiapkan, panggilan beberapa murid untuk belajar dan melayani, pelayanan ganda dengan perkataan dan tindakan (mukjizat). ketegangan yang sama di antara antusiasme yang besar kepada Tuhan dim perlawanan dari Yudaisme yang resmi, sangat pentingnya oknum dan otoritas Yesus. Demikian pula, dalam hubungan dengan rangkaian peristiwa terakhir di dalam kehidupan Kristus di muka bumi, terdapat pola yang sama berupa pengkhianatan, penangkapan dan pengadilan, kematian di kayu salib dan kebangkitan.
Tentu saja, juga terdapat perbedaan yang besar dengan Injil-injil Sinoptis. Sementara Injil-injil Sinoptis hanya menyebutkan satu Paskah, dan karena itu tampak seperti membatasi pelayanan Kristus hanya selama satu tahun, Yohanes menyebutkan paling sedikit tiga Paskah (2:23; 6:4; 13:1), yang berarti bahwa pelayanan-Nya berlangsung selama tiga tahun. Di dalam Injil-injil Sinoptis pelayanan Tuhan hampir seluruh dilaksanakan di Galilea, sedangkan Yohanes menekankan aktivitas Yesus di Yudea dan hampir tidak mengatakan apa-apa tentang pelayanan di Galilea. Di dalam Injil-injil Sinoptis pengajaran tentang Tuhan kita berkisar sekitar "Kerajaan Allah." Ungkapan ini hampir tidak disebutkan di dalam Injil Yohanes, di mana khotbah-khotbah sebagian besar dipusatkan pada Yesus sendiri, hubungan-Nya dengan Bapa, dan perlunya Dia bagi manusia dalam kebutuhan rohani mereka (bdg. ungkapan Aku adalah). Beberapa rincian sejarah menimbulkan persoalan. Salah satu contohnya ialah pembersihan Bait Suci, yang oleh Yohanes ditempatkan pada awal pelayanan-Nya (pasal 2), tetapi ditempatkan pada akhir pelayanan-Nya oleh para penulis Injil Sinoptis. Penjelasan yang paling sederhana di sini mungkin adalah penjelasan yang benar - bahwa ada dua kali pembersihan di Bait Suci. Contoh yang lain ialah panggilan para murid yang menurut Injil-injil Sinoptis terjadi di Galilea. Yohanes menceritakan bahwa beberapa orang dipanggil di wilayah Yudea pada awal pelayanan-Nya (pasal 1). Masalah ini mereda ketika orang berpikir bahwa kesediaan para nelayan Galilea untuk meninggalkan jala-jala mereka dan mengikut Yesus paling mudah dijelaskan berdasarkan anggapan bahwa mereka sudah mengenal Dia dan telah menjadi murid-Nya untuk sementara. sebagaimana diungkapkan Injil ini. Adalah agak mengejutkan bahwa Yesus sudah dianggap Mesias pada awal pelayanan-Nya di dalam Injil ini (pasal 1), padahal pengenalan Mesias baru muncul belakangan di dalam Injil-injil yang lain. Sekalipun demikian kedua pandangan ini bukan bertentangan, sebab pernyataan Petrus di Kaisarea, Filipi (Mat. 16:16) tidak perlu ditanggapi sebagai suatu keyakinan yang baru diperoleh pada saat itu (bdg. Mat. 14:33). Kebenaran yang sudah diketahui sebelumnya kini menjadi makin mendalam melalui pengalaman pribadi bersama Anak Allah.
Penulis. Sekalipun kitab ini tidak menyebutkan siapa yang menulisnya, dia ditandai sebagai 'murid yang dikasihi' (21:20, 23, 24), dan sahabat dekat Petrus. Kesaksian gereja kuno kurang lebih menyebutkan bahwa Yohanes putra Zebedeus (bdg. 21:2) adalah penulisnya. Ireneus adalah saksi utama. Beberapa sarjana telah mempersoalkan apakah seorang yang tidak pernah sekolah dan tidak berpengalaman (Kis. 4:13) dapat menulis karya semacam ini. Waktu, motivasi, dan pemberian kemampuan oleh Roh tidak boleh dianggap remeh waktu menilai kemampuan Yohanes di dalam mengatasi kekurangan-kekurangannya itu.
Banyak sarjana modern lebih suka beranggapan bahwa seorang murid yang tak dikenal yang menulis Injil ini, sekalipun sebagian besar bahannya mungkin berasal dari Yohanes. Tetapi ini merupakan pertukaran yang tidak perlu, yaitu yang dikenal ditukar dengan yang tidak dikenal.
Tanggal dan Tempat Penulisan. Menurut tradisi Kristen, Yohanes menghabiskan tahun-tahun yang kemudian dari hidupnya di Efesus, dimana dia menyelenggarakan pelayanan pemberitaan Injil dan mengajar, dan juga menulis. Dari sini dibuang ke Pulau Patmos ketika Kaisar Domitian memerintah. Injil yang ia tulis tampaknya menunjukkan pengenalan akan tradisi Sinoptis dan karena itu harus diletakkan pada akhir rangkaian Injil , mungkin sekitar tahun 80 dan 90 M. Beberapa orang bahkan mengajukan tanggal yang lebih belakangan lagi. Penemuan berbagai bagian Injil ini di Mesir pada belahan pertama abad kedua, menunjukkan bahwa penulisan Injil ini adalah dalam abad pertama.
Maksud Penulisan. Pada sisi yang positif maksud penulisan ini terdapat di dalam Yohanes 20:30, 31, yaitu agar orang menjadi percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah, sehingga orang itu dapat memperoleh hidup melalui iman. Pemilihan bahan diperhitungkan untuk menuju pada kesimpulan semacam itu. Maksud-maksud sampingan mungkin juga ada, seperti penolakan terhadap Dosetisme, suatu pandangan yang tidak menerima kemanusiaan Yesus (bdg. 1:14) dan pengungkapan bahwa Yudaisme adalah sistem keagamaan yang tidak memadai karena telah menutupi dosa-dosanya yang lain dengan menolak Mesiasnya yang dijanjikan (1:11, dan lain-lain).
Wycliffe: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR YOHANES
I. Prolog 1:1.18
A. Pra-eksistensi Logos 1:1, 2
B. Logos Kosmis 1:3-5
C. Logos yang Berinkarnas...
GARIS BESAR YOHANES
- I. Prolog 1:1.18
- II. Pelayanan Kristus di Dunia 1:19-12:50
- A. Kesaksian Yohanes Pembaptis 1:19-36
- B. Pengumpulan Para Murid 1:37-51
- C. Perkawinan di Kana 2:1-11
- D. Kunjungan Pertama ke Yerusalem dan Yudea 2:12-36
- 1. Pembersihan Bait Suci 1:12-22
- 2. Tanda-tanda 2:23-25
- 3. Kisah Nikodemus 3:1-15
- 4. Persoalan-persoalan Intern Dalam Berita Injil 3:16-21
- 5. Kesaksian Selanjutnya dari Yohanes Pembaptis 3:22-30
- 6. Bukti Kebenaran Kristus 3:31-36
- E. Misi ke Samaria 4:1-42
- F. Penyembuhan Anak Pegawai Istana 4:43-54
- G. Penyembuhan Orang Lumpuh di Yerusalem 5:1-16
- H. Pembelaan Diri Yesus 5:17-47
- I. Pemberian Makan Lima Ribu Orang dan Khotbah Tentang Roti Hidup 6:1-71
- J. Yesus pada Perayaan Pondok Daun 7:1-53
- K. Wanita yang Ketahuan Berbuat Zinah 8:1-11
- L. Penyingkapan Diri Yesus 8:12-59
- M. Pemulihan Orang yang Lahir Buta 9:1-41
- N. Kristus, Gembala yang Baik 10:1-42
- O. Pembangkitan Lazarus 11:1-57
- P. Yesus di Betania dan Yerusalem 12:1-50
- III. Pelayanan Kristus kepada Murid-murid-Nya 13:1-17:26
- A. Pencucian Kaki 13:1-17
- B. Pemberitahuan Tentang Pengkhianatan 13:18-30
- C. Percakapan di Ruang Atas 13:31-16:33
- D. Doa Agung 17:1-26
- IV. Rangkaian Penderitaan dan Kemuliaan-Nya 18:1-20:31
- A. Pengkhianatan 18:1-14
- B. Yesus di Depan Pengadilan Yahudi 18:15-27
- C. Ujian di Hadapan Pilatus 18:28-19:16
- D. Penyaliban dan Penguburan 19:17-42
- E. Penampakan-penampakan Sesudah Kebangkitan 20:1-19
- F. Maksud Penulisan Injil Ini 20:30, 31
- V. Epilog 21:1.25
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |