Teks -- Wahyu 7:2 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 7:2
Full Life: Why 7:2 - METERAI ALLAH YANG HIDUP.
Nas : Wahy 7:2
Meterai merupakan sebuah alat atau cincin yang mencap suatu barang
dengan tanda jati diri dari si pemilik barang itu. Meterai Allah ...
Jerusalem -> Why 4:1--16:21; Why 6:1--9:21
Jerusalem: Why 4:1--16:21 - -- Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang...
Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang nasibnya diserahkan kepada Anak Domba. Ini dilambangkan oleh Kitab yang dimeterai, yang diserahkan kepada Anak Domba, bab 5. Lalu menyusullah berbagai penglihatan besar yang berupa lambang. Penglihatan-penglihatan itu, bab 6-16, menyiapkan "Hari Besar", yakni hari murka Allah menimpa para penganiaya, bab 17-19.
Jerusalem: Why 6:1--9:21 - -- Bab-bab ini merupakan suatu keseluruhan. Anak Domba membuka masing-masing meterai kitab itu, Wah 6:1-8:1, dan ditiuplah masing-masing sangkakala, Wah ...
Bab-bab ini merupakan suatu keseluruhan. Anak Domba membuka masing-masing meterai kitab itu, Wah 6:1-8:1, dan ditiuplah masing-masing sangkakala, Wah 8:2-9, lalu ada penglihatan-penglihatan mengenai kejadian-kejadian yang memberitakan dan menyiapkan kemusnahan negara Roma, yang melambangkan segala musuh Allah. Bdk Mat 24 dsj.
Ende -> Why 7:2-3
Ende: Why 7:2-3 - Keempat Malaekat Gerakan-gerakan kodrat alam raja dibajangkan sebagai
dikuasai oleh Malaekat-malaekat. Mereka jang membangkitkan dan
mengendalikannja. Mereka disini di...
Gerakan-gerakan kodrat alam raja dibajangkan sebagai dikuasai oleh Malaekat-malaekat. Mereka jang membangkitkan dan mengendalikannja. Mereka disini disuruh berdjaga-djaga, supaja bentjana-bentjana jang mereka lepaskan djangan merugikan orang-orang jang "ditandai" sebagai pengadilan Allah.
Ref. Silang FULL -> Why 7:2
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 7:2-3 - -- 7:2-3 Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa segel Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring...
7:2-3 Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa segel Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami menyegel hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!"
Dalam Yehezkiel 9:3-6 dikisahkan bagaimana Tuhan memerintahkan supaya setiap orang yang "berkeluh kesah" karena dosa-dosa Yerusalem diberi tanda huruf tau331 di dahi. Setelah itu enam orang (atau malaikat) diperintahkan supaya membunuh setiap orang yang tidak memakai tanda itu.
Menurut beberapa penafsir, perlindungan yang disediakan melalui segel ini adalah perlindungan rohani, yaitu bahwa orang yang disegel pasti mempunyai kehidupan kekal, dan pasti tidak menderita hukuman kekal. Tetapi rupanya perlindungan yang diberikan melalui segel adalah perlindungan jasmani, karena dalam konteks nas ini yang mengancam adalah malapetaka jasmani, dan angin jasmani harus ditahan supaya mereka dapat disegel. Rupanya mereka yang disegel dilindungi secara jasmani, paling sedikit dari bahaya yang dinubuatkan dalam pasal 7:3, yaitu malapetaka angin kencang.
Rupanya bekas dari segel yang ada di dahi mereka adalah nama Anak Domba dan nama Bapa-Nya (lihatlah Wahyu 14:1 dan 22:4).
Hagelberg: Why 6:1--8:6 - -- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
Pada saat setiap segel dibuka, hukuman disampaikan kepada yang diam di bumi. Ingatlah, hukuman ini berasal dari surga, buka...
1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
Pada saat setiap segel dibuka, hukuman disampaikan kepada yang diam di bumi. Ingatlah, hukuman ini berasal dari surga, bukan dari Iblis atau Anti-Kristus. Bumi ini dihakimi Allah. Juga, gulungan kitab itu (surat wasiat untuk "barangsiapa yang menang") sedang dibuka oleh Tuhan, bukan oleh Iblis.
Empat segel yang pertama: Empat Kuda (6:1-8)
a. Segel Pertama (6:1-2)
Hagelberg: Why 7:2-3 - -- 7:2-3 Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa segel Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring...
7:2-3 Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa segel Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami menyegel hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!"
Dalam Yehezkiel 9:3-6 dikisahkan bagaimana Tuhan memerintahkan supaya setiap orang yang "berkeluh kesah" karena dosa-dosa Yerusalem diberi tanda huruf tau331 di dahi. Setelah itu enam orang (atau malaikat) diperintahkan supaya membunuh setiap orang yang tidak memakai tanda itu.
Menurut beberapa penafsir, perlindungan yang disediakan melalui segel ini adalah perlindungan rohani, yaitu bahwa orang yang disegel pasti mempunyai kehidupan kekal, dan pasti tidak menderita hukuman kekal. Tetapi rupanya perlindungan yang diberikan melalui segel adalah perlindungan jasmani, karena dalam konteks nas ini yang mengancam adalah malapetaka jasmani, dan angin jasmani harus ditahan supaya mereka dapat disegel. Rupanya mereka yang disegel dilindungi secara jasmani, paling sedikit dari bahaya yang dinubuatkan dalam pasal 7:3, yaitu malapetaka angin kencang.
Rupanya bekas dari segel yang ada di dahi mereka adalah nama Anak Domba dan nama Bapa-Nya (lihatlah Wahyu 14:1 dan 22:4).
Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |
Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 7:1-12
Matthew Henry: Why 7:1-12 - Ditahannya Empat Mata Angin; Hamba-hamba Allah Dimeteraikan; Nyanyian Para Malaikat dan Orang Kudus
Pasal yang menghibur ini menjamin anugerah-anugerah dan penghiburan-penghiburan bagi umat Allah ketika terjadi malapetaka yang menimpa semua ora...
- Pasal yang menghibur ini menjamin anugerah-anugerah dan penghiburan-penghiburan bagi umat Allah ketika terjadi malapetaka yang menimpa semua orang.
- I. Gambaran tentang ditahannya empat mata angin (ay. 1-3).
- II. Dimeteraikannya hamba-hamba Allah (ay. 4-8).
- III. Nyanyian-nyanyian para malaikat dan orang-orang kudus pada kesempatan ini (ay. 9-12).
- IV. Gambaran tentang kehormatan dan kebahagiaan orang-orang yang sudah setia melayani Kristus, dan menderita untuk-Nya (ay. 13, dst.).
Ditahannya Empat Mata Angin; Hamba-hamba Allah Dimeteraikan; Nyanyian Para Malaikat dan Orang Kudus (7:1-12)
- I. Gambaran tentang ditahannya empat mata angin. Kita menduga bahwa yang dimaksud dengan angin-angin ini adalah kesesatan-kesesatan yang akan menimbulkan berbagai macam masalah dan kerusakan pada jemaat Allah. Roh-roh kesesatan dibandingkan dengan keempat angin, yang bertentangan satu sama lain, tetapi menimbulkan banyak kerusakan kepada taman dan kebun anggur Allah. Kesesatan-kesesatan adalah seperti angin, olehnya orang-orang yang tidak teguh digoncangkan. Keempat angin itu ditahan melalui pelayanan para malaikat, yang berdiri pada keempat penjuru bumi. Roh kesesatan tidak bisa maju sampai Allah mengizinkannya. Malaikat-malaikat melayani demi kebaikan jemaat dengan menahan musuh-musuhnya. Ditahannya angin-angin itu hanya berlangsung sementara, yaitu sampai hamba-hamba Allah dimeteraikan pada dahi mereka.
- II. Gambaran tentang dimeteraikannya hamba-hamba Allah.
- 1. Kepada siapa pekerjaan ini diserahkan, yaitu kepada seorang malaikat. Malaikat yang lain ditugaskan untuk menandai dan membedakan hamba-hamba Allah yang setia.
- 2. Bagaimana mereka dibedakan, yaitu meterai Allah ditempelkan pada dahi mereka. Dengan tanda ini mereka dipisahkan untuk mendapat belas kasihan dan keselamatan di masa-masa terburuk.
- 3. Jumlah orang-orang yang dimeterai. Gambaran khusus tentang orang-orang yang dimeterai dari dua belas suku Israel, yakni dua belas ribu orang dari setiap suku. Gambaran umum tentang orang-orang yang diselamatkan dari bangsa-bangsa lain (ay. 9). Meskipun jemaat Allah hanyalah kawanan kecil dibandingkan dengan dunia yang jahat, namun itu bukanlah kumpulan yang hina, tetapi sungguh besar, dan masih bisa diperbesar lagi.
- III. Kita mendapati nyanyian orang-orang kudus dan para malaikat (ay. 9-12).
- 1. Puji-pujian yang dipersembahkan oleh orang-orang kudus.
- (1) Sikap tubuh orang-orang kudus yang memuji ini: mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, di hadapan sang Pencipta dan sang Pengantara. Takhta Allah tidak akan bisa didekati oleh orang-orang berdosa, kalau bukan karena Pengantara.
- (2) Penampilan mereka: mereka memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka, seperti para penakluk pada waktu dulu tampil dalam kemenangan-kemenangan mereka.
- (3) Pekerjaan mereka: mereka berseru dengan suara nyaring: “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!” Ini dapat dipahami sebagai seruan hosanah, atau seruan haleluya. Baik Bapa maupun Anak digabungkan bersama-sama dalam puji-pujian ini. Bapa merancang keselamatan ini, Anak membayarnya, dan orang-orang yang menikmatinya harus dan akan memuji Tuhan dan Anak Domba.
- 2. Di sini ada nyanyian para malaikat sewaktu mereka tersungkur dan menyembah (ay. 11-12). Oleh karena itu, betapa kita, makhluk yang keji dan rapuh, harus rendah hati dan penuh hormat ketika datang ke hadirat Allah! Mereka sepakat dengan puji-pujian orang-orang kudus, dan mengucapkan Amin untuk menyetujuinya. Lalu mereka menambahkan lebih banyak puji-pujian dari mereka sendiri. Kita sudah melihat seperti apa pekerjaan di sorga itu, jadi kita harus menyelaraskan hati kita dengannya, dan merindukan dunia itu, di mana puji-pujian kita, dan juga kebahagiaan kita, akan disempurnakan.
SH: Why 7:1-17 - Allah memberikan jaminan (Sabtu, 2 November 2002) Allah memberikan jaminan
Sebelum meterai ketujuh dibuka, suatu sisipan penglihatan
dibentangkan. Disebut sisipan, karena sangat mungkin itu
...
Allah memberikan jaminan
Sebelum meterai ketujuh dibuka, suatu sisipan penglihatan dibentangkan. Disebut sisipan, karena sangat mungkin itu merupakan kontras bagi apa yang dialami oleh mereka yang memusuhi Kristus dan para pengikut setia-Nya. Sementara bagi para penganiaya, kengerian murka Anak Dombalah yang bakal mereka terima. Pasal 7 ini menerangkan tentang kedudukan orang Kristen selama pelaksanaan penghakiman. Penglihatan Yohanes yang penuh penghiburan mengenai gereja ini merupakan penglihatan yang disisipkan di antara penglihatan-penglihatan tentang hukuman Allah. Pertama, orang Kristen, umat Allah, tetap akan mengalami berbagai penderitaan, namun persekutuan umat dengan Kristus yang terjalin dalam iman menjadi jaminan keselamatan kekal mereka. Kedua, Allah mengenal siapa umat-Nya. Pengenalan inilah yang membuat Allah memberikan perlindungan kepada umat-Nya (ayat 2-3; bdk. Ef. 1:13; 2Ptr. 2:9).
Dalam pasal ini kita juga membaca tentang 144.000 orang berjubah putih. Mengenai siapa mereka masih menimbulkan perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ke-12 suku bukanlah sebutan untuk keturunan Israel yang sebenarnya, melainkan untuk seluruh gereja Kristen. Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan 144.000 orang itu adalah orang-orang dari keturunan Yahudi. Penting untuk kita ketahuiâ€â€terlepas dari perbedaan pendapat tersebutâ€â€bahwa 144.000 orang itu terdiri dari suatu kumpulan besar orang dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta Anak Domba Allah. Mereka adalah Israel sejati, semua umat Tuhan yang hidup di zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang telah ditebus Kristus dengan darah-Nya sendiri. Semua yang telah diselamatkan-Nya adalah hamba-hamba-Nya yang mengabdikan segenap hidup untuk melayani Dia. Darah Kristus bukan saja telah meluputkan umat-Nya dari dosa tetapi juga menjaga mereka tetap kudus saat umat-Nya harus melalui ancaman dunia ini.
Renungkan:
Sebagaimana kita kelak di surga akan cemerlang dalam hadirat-
Nya, kini di bumi kita patut hidup dalam terang.
SH: Why 7:1-17 - Perlindungan ilahi bagi umat Allah (Jumat, 12 Agustus 2005) Perlindungan ilahi bagi umat Allah
Meterai-meterai hukuman Allah atas dunia ini dibukakan, namun terhadap umat-Nya yang sejati meterai Allah dikenaka...
Perlindungan ilahi bagi umat Allah
Meterai-meterai hukuman Allah atas dunia ini dibukakan, namun terhadap umat-Nya yang sejati meterai Allah dikenakan untuk melindungi mereka dari hukuman-Nya (ayat 1-4). Siapa 144.000 orang yang dimeteraikan itu? Siapa kumpulan besar yang yang tidak terhitung jumlahnya itu?
Orang Kristen tidak dijanjikan luput dari berbagai aniaya yang berasal dari orang-orang yang tidak takut akan Allah. Justru aniaya dunia ini adalah alat untuk menguji dan mendorong orang beriman untuk bertekun dalam iman agar beroleh kemenangan lewat ketekunan itu. Luput yang dipaparkan Yohanes adalah terhindar dari hukuman Allah atas penghuni dunia yang membenci Dia dan bertindak jahat terhadap umat-Nya. Penglihatan tentang meterai perlindungan ilahi ini menjawab teriakan (ayat 6:10) dan pertanyaan umat yang menderita (ayat 7:17). Hasil dari tindakan Allah membela umat-Nya adalah tak terbilang banyaknya umat yang setia kepada-Nya mengalami pemurnian dan siap menerima kemuliaan.
Siapakah umat yang dimeteraikan Allah agar luput dari hukuman-Nya bagi dunia ini? Bedakah 144.000 orang (ayat 7:4-8) dari kumpulan besar dalam ayat 9? Meski ditulis dalam dua kelompok berbeda bukan berarti Yohanes melihat dua golongan manusia yang beroleh meterai keselamatan dari Allah. Kelompok pertama adalah gambaran simbolis dari keseluruhan umat Allah zaman PL dan PB. Mereka adalah orang-orang yang telah memercayakan hidup mereka kepada Allah dan rencana keselamatan-Nya. Tindakan memberikan meterai yang mengakibatkan perlindungan ilahi itu adalah tindakan pengesahan kepemilikan Allah atas umat-Nya. Orang-orang yang menaruh iman kepada Kristus adalah kita dan seluruh umat Allah yang memperoleh meterai Roh. Tak satu pun yang terluput dari empat kuda dan empat malaikat penjuru bumi yang membinasakan dan menyesatkan itu, kecuali mereka yang bermeterai keselamatan dari Allah.
Responsku: Apa bukti bahwa meterai keselamatan dari Allah ada padaku?
SH: Why 7:1-8 - Masa anugerah juga (Kamis, 20 Desember 2012) Masa anugerah juga
Penglihatan tentang 144.000 orang yang dimeteraikan ini memperlihatkan kepedulian Allah terhadap umat-Nya. Peristiwa ini harus tet...
Masa anugerah juga
Penglihatan tentang 144.000 orang yang dimeteraikan ini memperlihatkan kepedulian Allah terhadap umat-Nya. Peristiwa ini harus tetap dilihat dalam konteks pembukaan ketujuh meterai yang menandakan datangnya penghukuman Allah. Maka penglihatan ini seolah memperbaiki kesan bahwa tidak seorang pun yang akan selamat pada hari murka Tuhan (Why. 6:17).
Pada hari murka itu, Tuhan akan membebaskan dua kelompok orang yaitu orang Israel (Why. 7:1-8) dan orang dari berbagai bangsa (Why. 7:9-17). Seorang malaikat yang membawa meterai Allah memberi instruksi kepada empat malaikat yang bertugas merusakkan bumi dan laut (2) agar melakukan tugasnya setelah hamba-hamba Allah dimeteraikan.
Dalam PL, pemeteraian pada dahi dapat dipakai untuk menunjukkan tanda kepemilikan. Dalam Yehezkiel 9:1-6 kita melihat bagaimana orang-orang benar di Yerusalem diberi tanda pada dahi mereka agar terhindar dari malapetaka. Di dalam bacaan ini, pemeteraian menandai orang-orang tersebut sebagai orang-orang tebusan Allah dan merupakan jaminan perlindungan dari penghakiman Ilahi. Walaupun mungkin saja meterai itu tidak menghindarkan mereka dari aniaya manusia.
Lalu siapakah hamba-hamba Allah yang dimaksud? Mereka adalah 144.000 orang dari dua belas suku Israel. Ayat 4-8 menjelaskan bahwa jumlah itu berasal dari dua belas ribu orang yang datang dari dua belas suku. Ada berbagai variasi penafsiran yang ingin menerangkan siapakah yang dimaksud dengan 144.000 orang tersebut. Namun prinsip yang ingin kita pelajari di sini adalah: meskipun umat-Nya berada di tengah penderitaan dan penghakiman, Allah tetap mencurahkan kasih karunia-Nya. Bila pasal 6, 8, dan 9 terfokus pada penghakiman Ilahi karena Allah mencurahkan murka-Nya ke atas bumi, maka pasal 7 mengingatkan kita bahwa di tengah-tengah penghakiman, tetap ada kasih karunia Allah. Maka masa penghakiman Allah yang mengerikan dapat menjadi masa anugerah Ilahi yang mengagumkan bagi umat-Nya.
SH: Why 7:1-8 - Perang Kosmis di Tengah Dunia (Selasa, 20 September 2022) Perang Kosmis di Tengah Dunia
Pembaca kisah Wahyu memang harus bergulat dengan berbagai simbol dan maknanya. Membacanya secara harfiah mungkin malah ...
Perang Kosmis di Tengah Dunia
Pembaca kisah Wahyu memang harus bergulat dengan berbagai simbol dan maknanya. Membacanya secara harfiah mungkin malah menimbulkan ketakutan dan salah paham.
Angka empat dan angka tujuh sering muncul dalam Kitab Wahyu. Tujuh menunjukkan kesempurnaan, sedangkan angka empat mewakili dunia ini. Kisah Wahyu bercerita tentang pertarungan kosmis yang melanda dunia-Malaikat yang muncul dari "empat" penjuru bumi (1-2) dan sebuah "meterai" yang dibuka untuk mengungkap pesan dari Allah. Wahyu pasal 7 merupakan bagian yang disisipkan sebelum diungkapnya gulungan kitab disertai dengan pembukaan meterai ke tujuh dan tujuh sangkakala.
Angka 144.000 mewakili kepenuhan pasukan Israel (4-8), karena merupakan kombinasi dari angka 12 yang mewakili seluruh suku Israel dikalikan dengan 12 ribu. Dalam masyarakat kuno, perhitungan sensus sering terkait dengan kekuatan pasukan. Kisah Wahyu ini mengungkap peperangan kosmis, yang membawakan harapan pembebasan Israel dalam Kerajaan Mesias keturunan Daud.
Meterai (2-5) dalam kerajaan kuno adalah tanda kedaulatan seorang raja atas milik kepunyaan-Nya. Yohanes melukiskan perang kosmis yang dialami jemaat mula-mula di tengah berbagai penderitaan dan penindasan. Visi Yohanes menunjuk pada perlindungan sempurna Allah pada umat-Nya.
Hari ini pun kita masih mengalami pertarungan yang sama. Ada peperangan rohani di balik semua tren dan gejolak dunia. Umat Tuhan di "empat" penjuru bumi masih berjuang mengatasi tantangan iman yang kuat dan sanggup menggoncang iman dengan berbagai kesulitan hidup. Namun, Tuhan tetap setia melindungi umat yang menyandang meterai-Nya. Umat inilah yang menjadi pasukan saksi kehadiran kerajaan-Nya di tengah berbagai kesulitan dunia, membawa kasih, damai, dan sukacita di tengah dunia yang dirundung penyakit, kekejaman, dan air mata.
Peperangan yang kita hadapi bukanlah perang yang sanggup dimenangkan oleh darah dan daging. Mari berharap pada perlindungan dan pertolongan Tuhan hari ini. [IHM]
Utley -> Why 7:1-3
Utley: Why 7:1-3 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 7:1-31 Kemudian dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angi...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 7:1-3
1 Kemudian dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon- pohon. 2 Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, 3 katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!"
Wahy 7:1 "aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi" Dalam angka simbolisme PL, empat merujuk ke seluruh bumi (lih. Yes 11:12; Yer 49:36; Dan 7:2; Za 1:8; 6:1,5; Mat 24:31).
Ada beberapa interpretasi dari keempat angin: (1) Para rabi melihat angin triwulanan sebagai jahat (lih.Kis 27:14); (2) beberapa merujuk kepada angin jahat atau mungkin penghakiman dari Allah Yer 49:36 dan Dan 7:2; dan (3) beberapa melihatnya sebagai acuan ke nomor empat di Za 1:8; 6:5, di mana empat penunggang kuda dan empat kereta adalah hamba Allah di seluruh dunia (lih.Mat 24:31).
□ "supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon" Ini seperti Wahy 6:6,8, menunjukkan penghakiman yang terbatas (lih.Wahy 7:03; 9:4).
Wahy 7:2 "melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit" Timur (matahari) adalah simbol kehidupan, kesehatan, atau hari yang baru.
□ "Ia membawa meterai Allah yang hidup" Meterai Allah disebut lagi dalam Wahy 9:4; 14:1 dan mungkin Wahy 22:4. Meterai setan disebutkan di Wahy 13:16; 14:9; 20:4. Tujuan dari meterai ini adalah untuk mengidentifikasi umat Allah sehingga murka Allah tidak akan mempengaruhi mereka. Meterai setan mengidentifikasi orang, yang menjadi objek murka Allah. Dalam Wahyu "penderitaan" (yaitu, thlipsis) selalu orang tidak percaya menganiaya orang-orang percaya, sementara murka /kemarahan Allah (yaitu org_ atau thumos) selalu adalah penghakiman Allah atas orang-orang yang tidak percaya, supaya mereka bertobat dan berbalik kepada iman di dalam Kristus. Ini tujuan positif dari penghakiman yang dapat dilihat pada perjanjian kutuk / berkat dari Ul 27; 28.
Ungkapan "Allah yang hidup" adalah permainan kata pada sebutan YHWH (lih.Kel 3:14; Mazm 42:4; 84:2, Mat 16:16). Permainan kata yang sama ini sering ditemukan dalam sumpah Alkitab sebagi "Tuhan hidup"
"keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut" Ini adalah AORIST PASSIVE INDICATIVE. Allah yang memegang kendali atas penghakiman di bumi dan orang-orang yang tidak percaya. Batas penghakiman-Nya memiliki dua tujuan: (1) bahwa orang percaya tidak akan terluka oleh karenanya dan (2) bahwa orang-orang yang tidak percaya dapat bertobat, memanggil nama-Nya, dan memberikan kemuliaan bagi nama-Nya (lih. Wahy 9:20-21; 14:6-7; 16:9,11; 21:7; 22:17).
Wahy 7:3 "sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!" Ini merupakan acuan kepada Yeh 9:4,6 (lih.Wahy 9:4; 14:1). Kebalikan dari meterai ini adalah meterai setan, tanda binatang (lih.Wahy 13:16,17; 14:9,11; 16:2; 19:20; 20:4).
TFTWMS: Why 7:2-4 - Allah Punya Meterai Perlindungan: Ia Peduli Terhadap Milik-nya Sendiri ALLAH PUNYA METERAI PERLINDUNGAN: IA PEDULI TERHADAP MILIK-NYA SENDIRI (Wahyu 7:2-4)
Hal apakah yang Allah lakukan untuk orang-orang kesayangan-Nya? ...
ALLAH PUNYA METERAI PERLINDUNGAN: IA PEDULI TERHADAP MILIK-NYA SENDIRI (Wahyu 7:2-4)
Hal apakah yang Allah lakukan untuk orang-orang kesayangan-Nya? Bacalah dengan seksama jawaban berikut ini, karena ini adalah pesan utama pelajaran kita.
Kata kunci di dalam teks ini adalah "meterai": Malaikat dari timur membawa "meterai Allah yang hidup" (ay. 2). Ia berseru kepada keempat malaikat itu untuk jangan "merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon" sampai hamba-hamba Allah telah "[dimeteraikan] … pada dahi mereka!" (ay. 3). Kita membaca tentang "seratus empat puluh empat ribu" yang "telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel. (ay. 4). Kedua belas suku Israel dicantumkan, dan "dua belas ribu dimeteraikan" dari masing-masing suku (7:5-8).
Kita telah mencatat pentingnya meterai ketika kita belajar tentang gulungan kitab bermeterai tujuh di pasal 5. Kita menekankan bahwa meterai memiliki tujuan lipat tiga:
(1) memverifikasi kepemilikan (Kidung Agung 8:6), (2) menjamin keaslian (Ester 3:12), da (3) melindungi isi (Matius 27:66).
"Meterai Allah yang hidup" di dalam Wahyu 7 memiliki semua tiga tujuan itu. Ini menunjukkan bahwa hamba-hamba itu milik Allah. Tidak ada yang dimeteraikan kecuali hamba Allah; sehingga meterai itu menunjukkan keaslian. Namun begitu, penekanan di Wahyu 7 adalah tentang perlindungan; hamba-hamba itu dimeteraikan untuk melindungi mereka dari bencana yang akan datang.21Bahwa mereka dilindungi dengan cara ini dapat dilihat di Wahyu 9, di mana belalang neraka diizinkan untuk merusakkan "hanya manusia yang tidak memakai meterai Allah di dahinya"(ay. 4).
Sebuah persamaan dari Perjanjian Lama dapat ditemukan di Yehezkiel 9:2-6: Allah mengutus enam algojo ke Yerusalem untuk menghukum orang-orang durhaka. Bersama enam algojo itu pergi juga orang lain yang "di sisinya terdapat suatu alat penulis" (ay. 2). Orang ini diberitahu untuk "berjalanlah melalui tengah-tengah kota, … dan buatlah tanda pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah atas segala perbuatan keji" (ay. 4; NASB). Ia harus menandai orang tak bersalah dengan tanda khusus.
Malaikat Memeteraikan Seorang Hamba Allah (7:3)
Setelah itu, para algojo itu pergi ke seluruh Yerusalem, membunuh tanpa belas kasihan "orang-orang tua, teruna-teruna dan dara-dara, anak-anak kecil dan perempuan-perempuan" (ay. 6a). "Tetapi," Allah memerintahkan, "jangan sentuh siapa saja yang memiliki tanda itu" (ay. 6b; NASB). Sebagaimana tanda itu22melindungi orang yang setia di dalam penglihatan Yehezkiel, meterai itu juga melindungi orang setia di dalam penglihatan Yohanes.
Pemeteraian manusia mungkin tampak aneh bagi Anda. Biasanya, yang dimeteraikan adalah barang,23tapi di sini yang dimeteraikan adalah manusia. Namun begitu, gagasan dimeteraikan secara rohani adalah suatu konsep yang dikenal baik umat Kristen pada waktu itu, dan seharusnya juga di zaman kini. Ketika seseorang dibaptis, ia menerima Roh Kudus sebagai karunia (Kisah 2:38, lihat juga Kisah 5:32; Galatia 4:6)—dan transaksi rohani ini diacukan sebagai "pemeteraian." Paulus menulis bahwa "ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita" (Efesus 1:13b, 14a; huruf miring oleh saya; lihat juga Efesus 4:30; 2 Korintus 1:21, 22).
Fakta bahwa Roh Kudus menghuni diri kita (1 Korintus 3:16; 2 Timotius 1:14) menunjukkan kepemilikan dan keaslian (Roma 8:9), tetapi itu terutama berbicara tentang penyediaan pasti yang terus menerus dari Allah (Roma 8:11, 26).24Umat Kristen dari abad pertama hingga saat ini telah dimeteraikan—dan dengan demikian dilindungi—oleh Allah!
Ini membawa kita ke inti pelajaran kita: Dalam pengertian apakah mereka itu dilindungi? Apakah meterai itu membuat tubuh mereka kebal terhadap panah, tombak, dan pedang? Apakah meterai itu membuat leher mereka sekeras batu sehingga kapak algojo memantul? Apakah meterai itu membuat mereka tahan api sehingga mereka tidak merasa panas ketika api yang berkobar-kobar menjilati tubuh mereka? Dengan membawa pertanyaan itu lebih dekat ke rumah, apakah meterai itu membuat orang Kristen zaman kini kebal terhadap penyakit mematikan, termasuk kanker? Apakah dimeteraikan berarti bahwa kita tidak bisa mengalami kecelakaan mobil yang fatal? Apakah meterai itu secara otomatis melindungi kita dari bencana keuangan? Akankah kita masing-masing terhindar dari kehinaan yang berhubungan dengan pertambahan usia? Apakah orang Kristen yang setia tidak akan pernah merasakan sakit hati atas keluarga yang berantakan?
Semua orang tahu jawaban bagi pelbagai pertanyaan itu. Baik Kitab Suci dan pengalaman manusia memberitahu kita bahwa orang Kristen tidak lepas dari semua masalah yang kehidupan dapat timbulkan, ditambah pelbagai masalah tersendiri yang anak-anak Allah harus tanggung.25Dalam pelajaran kita sejauh ini, dalam pasal demi pasal, kita telah melihat penderitaan orang Kristen (1:9; 2:10, 13; 3:10; 6:4, 6, 8-11). Kita bertanya lagi, "Dalam pengertian apakah meterai itu melindungi umat pilihan Allah?"
Saya percaya, jawabannya terletak di lokasi meterai itu: "… sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!" (ay. 3; huruf miring oleh saya; lihat juga 9:4; 14:1; 22:4). Ini tidak berarti bahwa mereka yang direstui Allah memiliki logo ilahi26di dahi mereka. Nanti, kita akan membaca bahwa mereka yang menyembah binatang itu "diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya" (13:16; lihat juga 14:9; 20:4).27Tentu akan sangat membantu jika orang percaya memiliki meterai besar putih di dahi mereka, sementara orang-orang tak percaya memiliki tanda kuning jelek, tapi bukan itu yang terjadi.
Lalu, apakah pentingnya fakta bahwa pemeteraian itu dilakuakn di "di dahi mereka"? Kebanyakan komentator mengabaikan rincian ini. Kalaupun mereka harus menyinggugnya, mereka menekankan keunggulan dahi, atau bahwa dahi merupakan bagian wajah yang ekspresif. Saya percaya bahwa Robert Mulholland menangkap dorongan simbolisme ketika ia mengacukan dahi sebagai "kedudukan persepsi."28
Ketika Anda dan saya menepuk dahi kita, kepada apakah kita mengacu? Pikiran kita. Saya yakin bahwa pemeteraian umat Allah pada "dahi mereka" menunjukkan bahwa Allah telah menempatkan perlindungan-Nya di dalam pikiran dan hati mereka.
(Pembaca yang terhormat, bantu saya menekankan maksud ini: Setiap kali Anda melihat kata "TDA" di dalam pembahasan berikut ini, berhentilah dan Tepuk Dahi Anda. Sekarang bacalah kembali paragraf sebelumnya, tepuklah dahi Anda setelah setiap kata yang dicetak miring, dan kemudian lanjutkan dengan paragraf selanjutnya.)
Pemeteraian umat Allah pada dahi mereka dan penandaan para pengikut binatang pada dahi dan tangan mereka mengingatkan saya tentang Ulangan 6. Di sana kaum Israel diberitahu, "Kata-kata ini … haruslah ada di hatimu … Dan engkau harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi hiasan di dahimu" (ay. 6-8; NASB; huruf miring oleh saya). (TDA.) Orang-orang Yahudi memahami perintah itu secara harfiah dan mengikatkan kotak kecil di tangan dan dahi mereka—kotak kecil yang berisi tulisan pendek.29Namun begitu, kebanyakan orang mengerti bahwa frase pentingnya adalah "di hatimu"—dan bahwa "pengikatan" Fir- man Allah pada dahi dan tangan dimaksudkan bahwa jika Firman itu di dalam hati me reka, maka itu akan mengendalikan pikiran (TDA) dan tindakan mereka. Meski begitu, baik pemeteraian orang percaya dan penandaan orang tak percaya pada dahi mereka menunjukkan bahwa yang dipengaruhi adalah proses pemikiran mereka (TDA)!
Jangan salah paham atas apa yang saya sedang coba katakan. Siapa saja yang akrab dengan Firman Allah tahu bahwa Allah telah berjanji untuk campur tangan secara pribadi dan secara aktif atas nama umat-Nya. Ia telah menjanjikan kita tambahan kekuatan batin (Efesus 3:20). Ia telah berjanji bahwa pencobaan kita tidak akan pernah lebih besar daripada yang mampu kita tangani (1 Korintus 10:13). Ia telah berjanji untuk mengatur segala sesuatu yang terjadi sehingga hal itu bekerja bersama-sama untuk kebaikan kita (Roma 8:28). Namun demikian, seringkali perbedaan antara ditinggikan dan dikecewakan oleh pelbagai masalah kehidupan adalah masalah sikap (TDA). Dengan kata lain: Orang Kristen yang percaya (TDA) kepada janji-janji yang baru saja dicantumkan dapat selamat dari badai kehidupan; orang yang tidak percaya kepada janji-janji itu dapat ditelan oleh badai yang sama.
Untuk mengilustrasikan maksud saya, pertimbangkanlah sikap rasul Paulus (TDA) terhadap penderitaan pada umumnya dan kematian pada khususnya:
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia (2 Korintus 4:16-5:1).
Ketika rasul Paulus dijatuhi hukuman mati, ia berkata, Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya (2 Timotius 4:6-8).
Istri seorang pengkhotbah yang bernama Donald Barnhouse wafat karena kanker sewaktu masih berusia tiga puluhan, meninggalkan beberapa anak kecil. Pada perjalanan menuju pemakaman, Barnhouse dan anak-anaknya melewati sebuah truk besar yang bayangannya menutupi mobil mereka. Ia menanya putrinya, "Apakah engkau lebih suka dilindas oleh truk itu atau oleh bayangannya?" Jawab Gadis itu, "Tentu saja oleh bayangannya,! Bayangan tidak dapat menyakitimu." Sang ayah mengangguk-angguk dan berkata, "Ibumu tidak digilas oleh kematian, tetapi hanya oleh bayangan kematian." Setelah pemakaman, ia berbicara tentang Mazmur 23:4a:
"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku."30
Perasaan Paulus tentunya akan serupa dengan perasaan Tuan Barnhouse. Rasul itu telah dimeteraikan (TDA); ia dilindungi (TDA). Siapa saja memiliki sikap seperti itu (TDA) tidak bisa dilukai!
Saya ingin mengungkapkan pikiran saya selangkah lebih jauh dengan mencatat persamaan antara Kitab Wahyu secara keseluruhan dan pemeteraian yang disebutkan di Wahyu 7. (1) Pada waktu Yohanes menulis kitab Wahyu, penganiayaan yang paling buruk masih akan datang (lihat 3:10, sebagai contoh). Dengan demikian kitab Wahyu ditulis untuk membantu orang-orang Kristen melewati dengan aman penganiayaan itu (lihat 2:10). (2) Di Wahyu 7 pelbagai angin kekerasan akan segera dilepaskan di muka bumi. Karena itu umat Kristen dimeteraikan sehingga mereka bisa selamat dari hari-hari mengerikan yang menanti mereka. Tujuan Kitab Wahyu secara keseluruhan adalah memeteraikan/melindungi umat Allah dari kesulitan yang menanti di depan.
Jika umat Kristen yang diperangi itu mau menghirup prinsip-prinsip yang ditemukan di dalam kitab Wahyu,31menjadikan mereka sebagai bagian dari pemikiran (TDA) dan hidup mereka, tidak ada angin kehancuran yang bisa mengganggu mereka. Saya percaya bahwa pelajaran tentang kitab Wahyu ini dapat menjadi bagian dari proses "pemeteraian" Allah untuk Anda. Pelajarilah apa yang kitab ini ajarkan dan hargailah di dalam hatimu (TDA)!
TFTWMS: Why 7:1-3 - Allah Punya Kata Penyediaan: Ia Berpihak Pada Milik-nya Sendiri ALLAH PUNYA KATA PENYEDIAAN: IA BERPIHAK PADA MILIK-NYA SENDIRI (Wahyu 7:1-3)
Pasal 7 dibuka dengan, "Kemudian dari pada itu …" (ay. 1a)....
ALLAH PUNYA KATA PENYEDIAAN: IA BERPIHAK PADA MILIK-NYA SENDIRI (Wahyu 7:1-3)
Pasal 7 dibuka dengan, "Kemudian dari pada itu …" (ay. 1a). "Kemudian daripada itu" adalah "ungkapan Yunani yang digunakan di kitab Wahyu untuk memperkenalkan topik baru, atau alur pemikiran baru."4"Kemudian daripada itu," rasul itu berkata, "Aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon"(ay. 1).
Di sepanjang isi kitab itu, kita melihat beberapa malaikat melaksanakan rencana Allah. Beberapa tampaknya diberi tugas khusus: Satu malaikat "berkuasa atas api" (14:18), dan yang lain adalah "malaikat yang berkuasa atas air" (16:5). Di pasal 7 empat malaikat digunakan oleh Allah untuk "menahan [mengontrol] keempat angin bumi.5
Ingatlah bahwa empat adalah "angka kosmik" (angka penciptaan) dan, di kitab Wahyu, sering mengacu kepada semua umat manusia.6
Keempat malaikat itu "berdiri pada keempat penjuru bumi" (ay. 1b): satu ke arah timur; yang lain ke arah barat, utara, dan selatan. Kita perlu lihat sekilas bahwa "ungkapan 'empat penjuru bumi' di sini tidak non-ilmiah(tidak bertentangan dengan sains) dan begitupun di Yesaya 11:127atau di surat kabar harian."8Jauh sebelum Abraham, istilah 'empat penjuru bumi' itu sudah digunakan untuk menyiratkan keuniversalan."9
Keempat malaikat itu "menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon"10
(ay. 1c). Angin ini adalah agen penghancuran, yang dirancang untuk "merusakkan bumi dan laut" (ay. 2b) dan "pohon-pohon" (ay. 3b).
Empat Malaikat Menahan Empat Angin Bumi (7:1)
Angin ribut sering digunakan di dalam Alkitab sebagai simbol murka Allah;11di sini mereka melambangkan teror yang akan segera dilepas di bumi. Fakta bahwa empat angin itu akan datang dari empat arah menekankan pokok pikiran tentang "kesulitan pada setiap sisi." Ketika Anda memvisualisasikan adegan ini dalam pikiran Anda, bayangkanlah angin yang berputar-putar yang berusaha keras untuk lepas seperti binatang buas yang menarik tegang tali kekangnya!
Lalu Yohanes "melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit" (ay. 2a), yaitu "dari timur" (NIV). Dalam pemikiran orang Yahudi, manifestasi kasih karunia Allah berkaitan dengan timur: Firdaus ditempatkan di timur (Kejadian 2:8), kemuliaan Allah datang ke bait suci dari timur (Yehezkiel 43:2), dan Mesias diharapkan datang dari timur.12Muncul dari arah matahari terbit menunjukkan bahwa malaikat itu membawa pesan harapan dari Tuhan.
Malaikat ini membawa "meterai Allah yang hidup"13(ay. 2b). "Raja-raja timur memiliki meterai khusus mereka yang dapat digunakan untuk menandai dan melindungi harta mereka dan untuk memvalidasi dokumen-dokumen hukum."14
Umumnya, meterai-meterai ini berada pada cincin meterai (lihat Kejadian 41:42; Ester 3:10; 8:2), tetapi bisa juga berupa cap berbahan logam yang memiliki pegangan.
Malaikat dengan meterai itu "berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya: 'Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah'" (ay. 2d, 3a). "Hamba-hamba" adalah istilah yang sama yang ditemukan dalam kata pembukaan kitab Wahyu (1:1).15Sementara istilah itu mengacu kepada semua yang menjadi milik Allah, istilah itu secara khusus berarti umat Kristen yang sedang dianiaya pada waktu itu.
Allah peduli terhadap umat-Nya. Pada dasarnya, Ia sedang berkata, "Tahanlah kengerian-kengerian itu sampai anak-anak-Ku telah dipersiapkan!"16Salah satu kebenaran agung Alkitab adalah bahwa Allah memihak milik-Nya sendiri! Jangan salah pahami saya; mengenai masalah keselamatan, "Allah tidak membedakan orang" (Kisah 10:34b, 35; lihat juga Galatia 3:28).17Namun begitu, ketika seseorang merespon kepada Tuhan dalam iman dan ketaatan , ia menjadi salah satu favorit Allah!18
Di Kejadian 6:8 kita membaca bahwa "Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN." (Huruf miring oleh saya.) Hal yang sama dikatakan tentang Musa, Samuel, Daud, Maria, dan Yesus (Keluaran 33:12; 1 Samuel 2: 26; Kisah 7:46; Lukas 1:30). Si Bijak menyatakan, "Orang baik dikenan TUHAN" (Amsal 12:2a), dan pemazmur menulis, "TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia" (Mazmur 147:11a). Sebuah nas yang sangat tepat ditemukan di dalam 1 Petrus 2:20b: "Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah"!19
Ketika Anda menjadi seorang Kristen, Anda menjadi orang istimewa bagi Allah20— dan pelbagai masalah yang menyerang hidup Anda tidak membuat Anda kurang istimewa. Faktanya, ketika Anda menghadapi pelbagai masalah itu dengan iman, Anda bahkan menjadi lebih istimewa (jika yang demikian itu memungkinkan) kepada Tuhan!
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Ketenangan Di Tengah Badai
WAHYU 7:1-8
Saya dan isteri saya sedang dalam perjalanan menuju Oklahoma City ketika badai menerjang. Semenit sebelumnya ...
Ketenangan Di Tengah Badai
Saya dan isteri saya sedang dalam perjalanan menuju Oklahoma City ketika badai menerjang. Semenit sebelumnya jalan di depan kering; tiba-tiba saja, kami dihujani air hujan. Petir menerangi awan; suara guntur itu sangat keras sehingga seakan-akan menggoncang mobil kami. Saya membungkukkan badan, mengintip lewat kaca depan untuk menjaga mobil tetap pada jalurnya. Badai itu semakin menghebat, menghentak-hentak mobil kami. Saya nyaris memutuskan untuk menepi di pinggir jalan raya itu, ketika kami melaju keluar dari badai itu. Tiba-tiba, langit warna biru muncul; sinar matahari menerobos lewat jendela mobil. Namun di depan kami tampak awan bergolak dan kilatan petir menyambar-nyambar; lebih banyak badai menanti kami dalam perjalanan kami—tapi untuk sesaat, semuanya tenang. Setidaknya untuk sementara waktu, kami aman.
Perjalanan kita melalui Kitab Wahyu mirip dengan pengalaman itu: Kita muncul dari badai pasal 6 menuju cahaya matahari pasal 7 yang menyilaukan. Lebih banyak badai menunggu; tetapi untuk saat ini, pemandangannya tenang.
Adegan pasal 7 mungkin muncul sebagai kejutan bagi mereka yang dari awal mendengarkan pembacaan kitab Wahyu. Enam meterai pertama telah dibuka secara berurutan. Para pendengar itu tentu sudah mengantisipasi bahwa meterai tujuh akan dibuka berikutnya; tetapi sebelum kita tiba di situ (di 8:1), kita memiliki apa yang para komentator sebut "jeda" atau "tanda kurung": pemeteraian simbolik 144.000 orang dan orang banyak yang tak terhitung jumlahnyadi sekitar takhta itu.1
Kebanyakan komentator setuju bahwa secara kronologi pasal 7 bukan kelanjutan pasal 6, bahwa tujuan Yohanes bukan untuk membuat kalender peristiwa. Kita menemukan beberapa indikasi bahwa peristiwa pasal 7 terjadi sebelum terjadinya segala peristiwa meterai enam, dan mungkin bahkan sebelum meterai pertama:
Di bawah meterai kelima, para martir berseru minta balas dendam, tapi mereka diberitahu bahwa itu akan terjadi "sedikit waktu lagi" sebelum nama baik mereka dipulihkan (6:11). Fakta bahwa pemulihan nama baik itu akan terjadi belakangan, saat meterai keenam dibuka, menunjukkan bahwa satu periode waktu tertentu ("sedikit waktu lagi") sudah berlalu di antara adegan yang digambarkan di dalam meterai kelima dan keenam. Pelbagai peristiwa pasal 7 bisa masuk ke dalam periode waktu itu.
Di awal pasal 7, empat malaikat diberitahu untuk jangan "merusakkan bumi" sampai hamba-hamba Allah dimeteraikan (7:3; huruf miring oleh saya). Namun begitu, di pasal 6 penunggang kuda merah mengambil "damai sejahtera dari atas bumi" (6: 4; huruf miring oleh saya), dan penunggang kuda hijau kuning ("pucat", KJV) diberi kuasa "atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi" (6:8b; huruf miring oleh saya). Fakta bahwa "kerusakaan" pada "bumi" dimulai dengan empat penunggang kuda menunjukkan bahwa pemeteraian pasal 7 mungkin telah terjadi sebelum para penunggang kuda itu mulai berkuda.
Empat angin di pasal 7 bisa saja melambangkan pelbagai kesulitan yang sama seperti empat penunggang kuda di pasal 6. J. W. Roberts yakin bahwa kasusnya memang begitu:
Bahwa [empat] angin ini sekedar simbol lain bagi empat penunggang kuda dari empat meterai pertama tampaknya menjadi salah satu identifikasi Apokalipse yang paling pasti. Di dalam penglihatan Zakharia, yang padanya Apokalipse itu terus mengambil alur cerita, keempat penunggang kuda itu secara tegas dikatakan sebagai keempat angin dari langit (Zakharia 6:5).2
Jika Roberts benar, pemeteraian orang-orang Kristen yang dijelaskan di pasal 7 pasti terjadi sebelum meterai pertama dibuka.
Berdasarkan penjelasan di atas, di dalam pelajaran ini kita akan menganggap pelbagai insiden di pasal 7 sebagai retrospektif—seperti yang terjadi sebelum pelbagai peristiwa menakutkan yang digambarkan di pasal 6.3
Hal ini mendorong timbulnya pertanyaan "Jika benar begitu, mengapakah pelbagai adegan pasal 7 tidak disisipkan sebelumnya di dalam kisah itu?" Beberapa alasan yang memungkinkan bisa diberikan: Mungkin materi itu diatur untuk memberikan efek dramatis. Pasal 6 dapat dibandingkan dengan bagian musik klasik yang membentuk kresendo yang menghentak. Kemudian, ketika indera kita tampaknya tidak dapat tahan lagi, sebuah bagian yang menenangkan menyapa telinga kita— sebuah melodi yang mendayu-dayu yang menenangkan jiwa sebelum ketegangan terbentuk lagi. Pasal 7 adalah jeda yang menenangkan.
Penjelasan yang lebih mungkin adalah bahwa pasal 7 menjawab pelbagai pertanyaan yang timbul dari pasal 6. Setelah tragedi yang digambarkan di pasal 6— khususnya kehancuran (simbolik) alam semesta yang sangat jelas—respon wajar pembaca Yohanes akan berupa "Tapi bagaimana dengan orang-orang Kristen? Apakah yang akan menimpa kami ketika semua ini terjadi?" Pasal 7 memberikan jawabannya.
Dua adegan digambarkan di pasal 7: pemeteraian 144.000 orang (ay. 1-8) dan orang banyak yang tak terhitung jumlahnya di sekitar takhta (ay. 9-17). Kita akan membahas 144.000 itu di dalam pelajaran ini dan kumpulan orang banyak di dalam pelajaran berikutnya.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 7:1-8)
Baca lagi ayat 1 sampai 8 (terutama ayat 1 sampai 3). Kesan menyeluruh apakah yang nas ini tinggalkan untuk Anda? Bukankah i...
KESIMPULAN (Wahyu 7:1-8)
Baca lagi ayat 1 sampai 8 (terutama ayat 1 sampai 3). Kesan menyeluruh apakah yang nas ini tinggalkan untuk Anda? Bukankah itu karena Allah peduli terhadap hamba-hamba-Nya, sehingga Ia ingin melindungi mereka? Di tempat saya tinggal kami kadang-kadang menggunakan istilah "ditandatangani, dimeteraikan, dan diserahkan."48Di dalam pelajaran ini, kita melihat umat Kristen dimeteraikan sebagai tanda bahwa Allah bersama mereka dan akan melindungi mereka. Dalam pelajaran kita berikutnya, kita akan melihat orang-orang Kristen diserahkan sebagai hasilnya.
Seraya saya mengakhiri pelajaran ini, saya harus bertanya, "Sudahkah Anda dimeteraikan" Di dalam pelajaran kita, kita melihat bahwa ketika orang dibaptis (diselamkan ke dalam air) untuk pengampunan dosa, Allah memberi mereka Roh-Nya sendiri sebagai karunia (Kisah 2:38)49—dan transaksi ini diacukan sebagai pemeteraian ilahi (Efesus 1:13, 14). Jika Anda belum dibaptis seperti yang Perjanjian Baru ajarkan, maka Anda belum dimeteraikan; Anda belum dijanjikan perlindungan Allah.
Saya memulai pelajaran ini dengan ilustrasi badai. Anda mungkin pernah berada di dalam banyak badai, baik lahiriah maupun non-lahiriah. Saya tidak perlu meyakinkan Anda bahwa badai kehidupan bisa menjadi buas. Apa yang harus Anda pahami adalah bahwa satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan memiliki meterai Allah. Jika Anda belum dibaptis sesuai pola Perjanjian Baru, izinkan saya mendorong Anda untuk melakukannya sekarang. Jangan menunggu; jangan ragu-ragu!50
Pertanyaan Untuk Tinjauan & Diskusi
- 1. Pertanyaan apakah yang pasal 7 jawab yang mungkin muncul ketika orang membaca kata-kata pasal 6?
- 2. Jelaskanlah makna simbolik angka "empat."
- 3. Empat angin apakah yang sedang ditahan?
- 4. Siapakah hamba-hamba yang harus dimeteraikan?
- 5. Dalam pengertian apakah Allah itu tidak pilih kasih? Dalam pengertian apakah Allah itu pilih kasih?
- 6. Sebutkanlah tiga tujuan meterai.
- 7. Jelaskanlah hubungan antara baptisan dan pemeteraian rohani orang Kristen.
- 8. Menurut pelajaran itu, apakah pentingnya fakta bahwa orang-orang Kristen dimeteraikan di dahi mereka?
- 9. Apa (atau siapakah) yang dilambangkan oleh dua belas suku?
- 10. Jelaskanlah pentingnya angka 144.000.
- 11. Bagi Anda, pelajaran paling penting apakah yang harus dipelajari dari Wahyu 7:1-8?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Ketika Anda menyajikan pelajaran ini, di setiap tempat saya tempatkan "TDA," tepuklah dahi Anda. Jika diinginkan, Anda bisa meminta para pendengar Anda untuk melakukan hal yang sama.
Karena kita tidak yakin mengenai tampilan "meterai" Allah," maka gambaran ayat 1 sampai 8 di halaman 55 memiliki meterai yang tertutup oleh tangan malaikat. Saya minta Watts Brian untuk menggambar orang dengan mimik khawatir pada wajahnya, seolah-olah ia tidak yakin apa yang sedang terjadi. Biasanya, orang- orang di dalam Alkitab merasa takut ketika berhadapan dengan malaikat (lihat, misalnya, Lukas 24:4, 5).
Beberapa judul lain bisa digunakan bersama pelajaran ini. Judul yang deskriptif bisa mencakup "Bagaimana Dengan Orang-Orang Kudus?" dan "Persiapan Bagi Kesengsaraan Hidup." Judul-judul yang lebih dramatis akan mencakup "Istirahat!" (Atau "Mari Kita Istirahat!") dan "Tak Ada Yang Ditakuti Kecuali Ketakutan Itu Sendiri."51
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kita akan memiliki jeda serupa antara sangkakala keenam dan ketujuh. Lihat catatan tentang pasal 10 dan 11 di dalam pelajaran beri...
Catatan Akhir:
- 1 Kita akan memiliki jeda serupa antara sangkakala keenam dan ketujuh. Lihat catatan tentang pasal 10 dan 11 di dalam pelajaran berikutnya.
- 2 J. W. Roberts, The Revelation to John (The Apocalypse), The Living Word Commentary Series (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1974), 70.
- 3 Beberapa orang menganggap angin di pasal 7 mengacu kepada pelbagai badai selain badai-badai yang digambarkan di dalam tujuh meterai-khususnya kepada tujuh sangkakala-dan itu memungkinkan. Karena tujuh meterai dan tujuh sangkakala pada dasarnya sejajar dan mencakup periode waktu yang sama (seperti yang akan kita lihat), maka secara relatif tidak penting apakah kita menganggap angin itu berkaitan dengan meterai atau sangkakala atau tidak. Maksudnya adalah bahwa, kapan saja dan apa saja kesulitan yang menghadang jalan orang Kristen, Allah melindungi dia!
- 4 W. B. West, Revelation Through First-Century Glasses, ed. Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 69.
- 5 Ini bukan malaikat-malaikat jahat yang mengendalikan kekuatan jahat. Sebaliknya, mereka adalah hamba-hamba Allah yang melakukan perintah-Nya.
- 6 Lihat pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!" mulai dari halaman 39 di dalam pelajaran "Wahyu, 1" dari Truth for Today .
- 7 Ketika Yesaya berbicara tentang menghimpunkan orang-orang yang terserak "dari keempat penjuru bumi" (Yesaya 11:12), yang ia maksudkan hanyalah "dari mana-mana" (lihat Yesaya 11:11). Ilustrasi lain adalah Yehezkiel 7:2, di mana Yehezkiel berbicara tentang "keempat penjuru tanah [Palestina] itu." Tentunya tak seorang pun akan menuduh nabi itu percaya bahwa bentuk Palestina adalah persegi atau persegi panjang.
- 8 Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary, vol. 2 (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1989), 590.
- 9 H. L. Ellison, Scripture Union Bible Study Books: 1 Peter-Revelation (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1969), 57.
- 10 Dimasukkannya pohon-pohon agak tidak biasa. Mungkin mereka sekedar melambangkan semua kehidupan sayuran, atau mungkin mereka disebut karena salah satu pemandangan paling mengesankan setelah badai berlalu adalah pohon-pohon yang tumbang oleh angin kencang. Pohon-pohon dan hal-hal lain yang tumbuh akan disebutkan lagi di 8:7 dan 9:4.
- 11 Misalnya, lihat Yeremia 4:11, 12; 23:19; 49:36; dan 51:1; KJV. Jika Anda tinggal di iklim yang hangat di mana angin perusak tidak bertiup, gambaran ini akan kurang berarti bagi Anda. Mereka yang pernah merasakan rumah mereka bergetar di bawah serangan angin yang kuat akan memahami betapa cocoknya simbolisme ini.
- 12 Kalimat ini disadur dari G. R. Beasley-Murray, The Book of Revelation, New Century Bible Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1974), 142. Para siswa Alkitab juga akan ingat bahwa kemah suci dan bait suci keduanya menghadapi ke timur.
- 13 Yehovah disebut "Allah yang hidup" untuk membedakan dengan patung-patung mati yang disembah oleh orang-orang kafir.
- 14 Homer Hailey, Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 202. Lihat komentar di dalam pelajaran ini tentang pemeteraian dokumen.
- 15 Untuk arti kata Yunani yang diterjemahkan "hamba-hamba," lihat catatan tentang 1:1.
- 16 Kejadian serupa yang terlintas di pikiran adalah ketika Allah menahan datangnya banjir sampai orang yang setia siap (1 Petrus 3:20).
- 17 Allah juga tidak ingin kita menunjukkan keberpihakan (lihat Yakobus 2:1-9).
- 18 Allah "di pihak kita" (Roma 8:31; huruf miring oleh saya): Ia ada di pihak kita; Ia cenderung mendukung kita!
- 19 Untuk nas-nas lain tentang memperoleh dukungan Allah, lihat Mazmur 5:12; 30:5; 44:3; 106:4; Amsal 3:4; 8:35; 18:22; Galatia 1:10.
- 20 Istilah "khusus/istimewa" hanya ditemukan beberapa kali di dalam Alkitab KJV dan NASB (terutama lihat Ulangan 7:6 di KJV), tetapi istilah "dikuduskan" dan "suci" mencakup gagasan tentang menjadi "khusus" bagi Allah-dan istilah-istilah itu sering diterapkan kepada umat Allah (lihat 1 Korintus 6:11; 2 Timotius 2:21; Ibrani 2:11; 10:10; 1 Petrus 1:16; 2:5, 9).
- 21 Perlu dicatat bahwa meskipun meterai itu melindungi orang Kristen, ada kemungkinan bahwa mereka masih bisa murtad dan menjadi tidak setia. Jika tidak, tidak akan ada gunanya memiliki peringatan di Wahyu untuk mengingatkan agar tetap setia (2:10, misalnya).
- 22 Di dalam kitab Wahyu ada perbedaan antara "meterai" dan "tanda", kata "tanda" digunakan dalam arti negatif. Di dalam Yehezkiel, "tanda" digunakan dalam arti yang sama sebagaimana "meterai" digunakan di dalam kitab Wahyu.
- 23 Di dalam Kitab Suci, dokumen-dokumen dimeteraikan (1 Raja 21:8), gua singa itu dimeteraikan (Daniel 6:17), dan makam Yesus itu dimeteraikan (Matius 27:66).
- 24 Untuk tinjauan singkat tentang apa yang dilakukan Roh yang menghuni orang Kristen, lihat pelajaran "Apa Yang Roh Kudus Lakukan?" dalam pelajaran berikutnya. Hal ini, baik dulu (maupun kini), bukanlah manifestasi mujizatiah Roh Kudus.
- 25 Lihat komentar tentang pelbagai masalah di halaman 50 dan 51 di dalam pelajaran "Wahyu, 3" dari Truth for Today . Orang Kristen tidak dilindungi dari masalah, melainkan melalui masalah.
- 26 "Logo" adalah "sebuah nama, simbol, atau merek dagang yang dirancang sebagai alat pengenal yang mudah dan pasti."
- 27 Di dalam kitab Wahyu "meterai Allah yang hidup" dibedakan dari "tanda binatang" (16:2; 19:20; huruf miring oleh saya). Tanda bisa melindungi manusia dari kekejaman Roma, tetapi hanya meterai yang bisa melindungi manusia dari murka Allah.
- 28 M. Robert Mulholland, Jr., Holy Living in an Unholy World: Revelation (Grand Rapids, Mich.: Francis Asbury Press, 1990), 181. (Huruf miring oleh saya.)
- 29 Kotak-kotak kecil dengan secuil isi Kitab Suci ini disebut "phylacteris." Di dalam Matius 23:5 Yesus menganggap tak penting praktik ini.
- 30 Ilustrasi ini disadur dari Billy Graham, Approaching Hoofbeats: The Four Horsemen of the Apocalypse (New York: Avon Books, 1985), 210.
- 31 Anda mungkin ingin meninjau beberapa dari kebenaran itu, termasuk prinsip dasar ini: "Jika kita tetap di sisi Allah, kita menang!"
- 32 Yohanes tidak secara pribadi menghitung 144.000; melainkan, ia diberitahu tentang angka itu. Pentingnya hal ini akan dibahas di dalam pelajaran berikutnya.
- 33 Sebagian besar kaum premilenialis (dan beberapa orang lainnya) berpendapat bahwa orang-orang ini adalah orang-orang Yahudi lahiriah. Orang-orang ini pada umumnya percaya bahwa 144.000 adalah orang Yahudi sedangkan orang banyak yang tak terhitung di ayat 9 sampai 17 adalah orang non-Yahudi. Sebagaimana kita akan lihat, masing-masing kelompok itu berisi orang-orang Yahudi dan non-Yahudi.
- 34 Pada 722 S. M., bangsa Asyur menaklukkan suku-suku utara Israel dan mengangkut banyak orang Israel. Ini tidak memberikan kepercayaan kepada gagasan "sepuluh suku yang hilang" yang disebarkan oleh beberapa sekte. Bahwa kaum tersisa dari sepuluh suku itu masih ada dibuktikan oleh fakta bahwa pengorbanan dipersembahkan bagi semua dua belas suku ketika orang Yahudi pulang dari Penawanan Babel (lihat, misalnya, Ezra 6:17). Mungkin kaum yang terisa ini telah pindah ke selatan ke Yehuda ketika Israel melakukan penyembahan berhala.
- 35 Di tahun 70, Yerusalem dihancurkan oleh Roma, dan catatan silsilah keluarga hilang. Hari ini, tidak ada orang Yahudi yang tahu dari suku mana ia berasal.
- 36 Betapa mustahilnya hal ini di mana jumlah sama yang tepat (12.000) akan dirubah hidupnya dari setiap suku!
- 37 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 154.
- 38 Tinjaulah kembali apa yang saya katakan tentang "perbedaannya" pada halaman 44 dan 45 di dalam pelajaran "Wahyu, 1" dari Truth for Today.
- 39 Karena gagal memahami bahwa daftar ini secara sengaja berbeda dari daftar Perjanjian Lama, maka beberapaorang telah melakukan kecerdikan hebat dalam "mengoreksi" daftar ini, termasuk menata ulang ayat-ayat itu. Karena Dan tidak dimasukkan di dalam daftar ini, mereka berspekulasi bahwa pada titik ini, naskah aslinya memuat kata "Dan," tapi beberapa penyalin salah tulis menjadi "Man," yang kemudian diperpanjang menjadi "Manasye." Tidak ada bukti untuk mendukung apa saja dari apa yang disebut "perbaikan" pada teks itu.
- 40 Lihat Kejadian 35:22-26; Bilangan 13:4-15; Ulangan 33:6-29. Beberapa beranggapan bahwa Yehuda dicantumkan pertama karena Yesus berasal dari suku ini (Wahyu 5:5).
- 41 Banyak orang berspekulasi mengenai mengapa Dan dan Efraim tidak dicantumkan di dalam daftar itu. Beberapa orang beranggapan bahwa kedua suku itu lebih erat kaitannya dengan penyembahan berhala daripada suku-suku lainnya. Penulis lainnya mengacu kepada takhayul kuno dari rabbi tentang Dan, berdasarkan Kejadian 49:17. Kita tidak tahu apakah ada arti apa saja terhadap fakta bahwa kedua suku itu tidak dicantumkan namanya.
- 42 Salah satu diskusi yang lebih menyeluruh mengenai hal ini ditemukan di dalam Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 146-51.
- 43 144.000 mengacu kepada orang Kristen, orang Kristen mana saja-bukan hanya orang Kristen martir. Ini harus disebut karena ada beberapa orang Kristen yang percaya bahwa ada kebajikan khusus yang ditemukan di dalam kemartiran.Komentar Coffman mengenai hal ini patut dicatat: "mahkota seorang martir bisa saja diperoleh dengan satu tindakan tegas dan heroik (dan tentunya memang mulia); tetapi sama mulianya, dan sama sulitnya, memperoleh mahkota lewat daya tahan kesabaran atas semua kebencian yang dilampiaskan kepada orang Kristen sejati di sepanjang umur panjang yang pada akhirnya berakhir oleh sebab-sebab alamiah"(Coffman, 158).
- 44 Lihat komentar tentang 2:9 pada halaman 56 di dalam pelajaran "Wahyu, 2" dari Truth for Today.
- 45 Kelompok mula-mula Advent Hari Ketujuh mengajarkan bahwa hanya 144.000 orang yang pada akhirnya akan diselamatkan di sorga. Ketika jumlah anggota mereka mendekati jumlah itu, mereka meninggalkan ajaran itu. Kelompok-kelompok kecil keaagamaan masih mengajarkan hal ini. Pendukung utamanya adalah Saksi-Saksi Yehovah, yang mempertahankan bahwa hanya 144.000 orang yang akan berada di sorga. (Lihat Ed Sanders, "Revelation and the Cults," Harding University Lectures [1992]: 250.) Saya diberitahu bahwa Muslim Hitam kini mengambil nas ini dan mengajarkan bahwa 144.000 laki-laki hitam akan berada di sorga.
- 46 Alkitab mengajarkan bahwa setiap anak Allah yang setia memiliki "bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga" (1 Petrus 1:4; huruf miring oleh saya).
- 47 Anda mungkin mau menyegarkan pikiran Anda tentang penggunaan angka-angka simbolik. Lihat pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!" Terutama, bacalah kembali komentar-komentar tentang "12," "1.000," "144," dan "144.000."
- 48 Sebuah dokumen yang telah "ditandatangani, dimeteraikan, dan diserahkan" adalah dokumen yang mengikat. Apa saja yang kita acukan sebagai "ditandatangani, dimeteraikan, dan diserahkan" dianggap sudah tetap.
- 49 Lihat catatan tentang Kisah 2:38 pada halaman 42 di dalam "Acts, 1" issue of Truth for Today (May 1995).
- 50 Jika ini digunakan sebagai khotbah, Anda tentu ingin mendorong orang Kristen yang tidak setia untuk dipulihkan (Kisah 8:22; Yakobus 5:16).
- 51 Gagasan ini didasarkan pada kata-kata terkenal dari mantan Presiden AS Franklin Delano Roosevelt: "Satu-satunya hal yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri." (Dikutip dari John Bartlett, Bartlett's Familiar Quotations, ed. Justin Kaplan [Boston: Little, Brown, and Company, 1992], 648.)
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata...
"PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata "pengangkatan" tidak ada di dalam Alkitab; ajaran tentang Pengangkatan adalah anti-Alkitab. Dr Robert Kuat memberikan definisi doktrin itu:
Yang dimaksud dengan Pengangkatan adalah kedatangan Kristus yang tiba-tiba dan kemungkinan rahasia di angkasa untuk membawa pergi dari bumi tubuh-tubuh yang dibangkitkan dari orang-orang yang telah mati dalam iman dan juga orang-orang kudus yang hidup.1
Namun begitu, menurut Wahyu 1:7, setiap mata akan melihat Tuhan ketika Ia datang-bahkan orang-orang fasik yang telah menikam lambung-Nya! Tidak satu pun tentang masalah ini akan menjadi rahasia! Juga, seperti yang 1 Tesalonika 4:16 tegaskan, akan ada sorak-sorai pujian atas kembalinya Tuhan!
Kaum dispensasi menyatakan bahwa periode Pengangkatan berlangsung selama tujuh tahun. Selama masa ini orang-orang kudus hidup dalam damai, sementara orang-orang berdosa mengalami kesusahan besar di bumi. Sebaliknya, Tuhan mengajarkan di dua perumpamaan Matius 13 bahwa tidak akan ada pemisahan orang baik dan orang jahat sampai hari kiamat tiba. Bacalah dengan seksama cerita tentang lalang dan pukat tersebut. Juruselamat kita menekankan bahwa orang benar dan orang fasik akan hidup berdampingan sampai dipisahkan selamanya ke dalam sorga atau neraka. Di dalam Yohanes 6 Kristus sebanyak empat kali mengacukan hari kiamat itu. Sebelumnya, di dalam Yohanes 5:28, 29, Yesus berjanji bahwa semua orang yang berada di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya dan bangkit pada waktu yang sama untuk menerima penghakiman. Di sana hanya akan ada satu kebangkitan-terdiri dari orang baik dan orang jahat (Kisah 24:15).
Di dalam 1 Tesalonika 4 Paulus membahas secara khusus apa yang akan terjadi terhadap orang-orang kudus itu-baik yang mati maupun yang hidup-ketika sang Penebus datang. Pada halaman berikutnya Alkitab saya, di dalam 2 Tesalonika 1:4-10, rasul yang sama, mengenai masalah yang sama tentang kedatangan Kristus, kepada para pendengar yang sama-gereja Tesalonika-memberitahu kita bahwa ketika (keterangan waktu) Tuhan datang, Ia akan dikagumi oleh orang-orang kudus sementara orang fasik dibanjiri oleh murka Allah! Tidak ada tempat atau waktu yang telah disisihkan untuk apa yang disebut Pengangkatan. (Lihat Ibrani 9:27, 28.)
Di Efesus 4:4 kita ketahui bahwa di dalam agama Kristen ada satu harapan- bukan dua atau tiga, tapi hanya satu! Beberapa orang mengharapkan "bumi Allah yang dimuliakan," sementara yang lainnya dengan penuh gairah mengantisipasi Pengangkatan. Umat Kristen Perjanjian Baru mengharapkan sorga-tempat Maha Kudus (Ibrani 6:19, 20).
Di dalam 1 Timotius 6:13 14 dan 2 Timotius 4:8, kita menemukan beberapa ajaran yang menggabungkan kebangkitan orang mati, upah orang-orang kudus, penampakan Kristus yang penuh kemuliaan (Titus 2:13). Semua ini akan terjadi pada waktu yang sama (1 Korintus 15:52).
Dalam nas langsung setelah teks-bukti utama yang digunakan oleh guru-guru Pengangkatan, 1 Tesalonika 5:2, kita membaca kata-kata yang sangat jelas yang selamanya mengajarkan bahwa orang benar tidak akan diangkat sebelum Hari Penghakiman. (Secara khusus perhatikanlah 1 Tesalonika 5:3, 4, 10.) Sebaliknya, mereka akan hadir bersama orang-orang fasik sampai waktu ketika orang-orang fasik menerima hukuman. Pada waktu yang sama orang-orang benar akan menerima upah mereka.
Injil harus diberitakan oleh anak-anak Allah sampai akhir zaman (Matius 28:20), tetapi ini akan menjadi mustahil jika orang-orang kudus sudah diangkat tujuh tahun sebelum akhir zaman! Ada terlalu banyak masalah dengan pengajaran seperti itu bagi para pengiman Alkitab untuk menerima pelbagai gagasan anti-Alkitab seperti itu. Seperti yang dengan keraskan dinyatakan oleh Dr. Loraine Boettner, Yesus "mengatakan bahwa Ia akan membangkitkan mereka yang percaya kepada Dia pada hari kiamat (Yohanes 6:39, 40, 44, 54). Secara jelas tidak akan ada hari-hari lain setelah hari kiamat.2
Pada suatu hari nanti-pada hari yang hanya diketahui oleh Yehovah-(Matius 24:36), akhir dunia akan datang. Hanya mereka yang hidup dan mati dalam Kristus (lihat Yohanes 8:21; Wahyu 14:13) yang akan siap sedia dan dengan demikian sanggup berdiri (Wahyu 6:17). Betapa tragisnya bila tidak siap dan tidak mampu menyanyikan lagu manis penebusan!
Catatan Akhir:
- Robert Strong, The Presbyterian Guardian (25 February 1942), dikutip dalam Loraine Boettner, The Millennium(Philadelphia: Presbyterian and Reformed Publishing Co., 1957), 159.
- Disadur dari Johnny Ramsey Boettner, 169. (Huruf miring oleh dia.)
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi