
Teks -- Roma 12:2 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rm 12:2
Full Life: Rm 12:2 - JANGANLAH KAMU MENJADI SERUPA ... TETAPI BERUBAHLAH.
Nas : Rom 12:2
Beberapa hal tersirat di sini oleh Paulus:
1) Kita harus sadar bahwa sistem dunia ini jahat adanya (Kis 2:40;
Gal 1:4) dan d...
Nas : Rom 12:2
Beberapa hal tersirat di sini oleh Paulus:
- 1) Kita harus sadar bahwa sistem dunia ini jahat adanya (Kis 2:40;
Gal 1:4) dan di bawah pemerintahan Iblis (Yoh 12:31; 1Yoh 5:19;
lihat art. HUBUNGAN ORANG KRISTEN DENGAN DUNIA).
- 2) Kita harus bersikap tegas terhadap segala cara yang berlaku dan populer dari roh dunia sambil memberitakan kebenaran kekal dan standar kebenaran Firman Allah demi Kristus (1Kor 1:17-24).
- 3) Kita harus membenci kejahatan, mengasihi yang benar (ayat
Rom 12:9; 1Yoh 2:15-17;
lihat cat. --> Ibr 1:9)
[atau ref. Ibr 1:9]
dan menolak untuk berserah pada aneka macam keduniawian di sekitar gereja, seperti keserakahan, mementingkan diri, pemikiran humanistik, siasat-siasat politik, iri hati, kebencian, dendam, kecemaran, bahasa yang tidak senonoh, hiburan duniawi, pakaian yang tidak sopan, kedursilaan, narkotika, minuman keras dan persekutuan dengan orang duniawi. - 4) Pikiran kita harus diselaraskan dengan cara Allah (1Kor 2:16; Fili 2:5) dengan membaca serta merenungkan Firman-Nya (Mazm 119:11,148; Yoh 8:31-32; 15:7). Rencana dan cita-cita kita harus ditentukan oleh kebenaran sorgawi dan abadi, bukan oleh zaman yang jahat, sekular, dan sementara.
Jerusalem -> Rm 12:1-8
Jerusalem: Rm 12:1-8 - -- Jemaat Kristen mengganti Bait Allah di Yerusalem, Maz 2:6; 40:9, dan Roh Kudus yang mendiami jemaat itu memperdalam kehadiran Allah di tengah umatNya ...
Jemaat Kristen mengganti Bait Allah di Yerusalem, Maz 2:6; 40:9, dan Roh Kudus yang mendiami jemaat itu memperdalam kehadiran Allah di tengah umatNya yang kudus, 1Ko 3:16-17; 2Ko 6:16; Efe 2:20-22. Dengan demikian Roh Kudus juga menginspirasikan ibadat yang baru dan rohani, Rom 1:9+; Rom 12:1. Sebab orang beriman adalah anggota Kristus, 1Ko 6:15-20. Dalam tubuhNya yang disalibkan tetapi dibangkitkan Kristus menjadi tempat kehadiran Allah yang baru dan tempat ibadat yang baru pula, Mat 12:6-7; 26:61 dsj; Mat 27:40 dsj; Yoh 2:19-22+; Yoh 4:20-21; Kis 6:13-14; 7:48; Ibr 10:4-10+; Wah 21:10+.
Ende -> Rm 12:2
Ende: Rm 12:2 - Mendjelmalah Mendjadi manusia baru djuga dalam tjara berpikir dan dalam
tjita-tjitamu sesuai dengan Indjil.
Mendjadi manusia baru djuga dalam tjara berpikir dan dalam tjita-tjitamu sesuai dengan Indjil.
Ref. Silang FULL -> Rm 12:2
Ref. Silang FULL: Rm 12:2 - menjadi serupa // dengan dunia // pembaharuan budimu // manakah kehendak // yang berkenan · menjadi serupa: 1Pet 1:14
· dengan dunia: 1Kor 1:20; 2Kor 10:2; 1Yoh 2:15
· pembaharuan budimu: Ef 4:23
· manakah kehend...

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Rm 12:2 - -- 12:2 Dan jangan kamu tetap717 menjadi serupa dengan dunia718 ini, tetapi jadilah tetap719 diubahkan720 oleh pembaharuan pikiranmu,721 sehingga kamu m...
12:2 Dan jangan kamu tetap717 menjadi serupa dengan dunia718 ini, tetapi jadilah tetap719 diubahkan720 oleh pembaharuan pikiranmu,721 sehingga kamu membedakan722 manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan,723 dan yang sempurna.724
Bagi Nygren, Roma pasal 12:2 merupakan "pedoman yang paling mendasar dari etika Paulus".725 Kalau kita tidak berjaga-jaga, maka kita menjadi serupa dengan aiwn/aion ini. Kalau kita mau hidup sesuai dengan keadaan kita dalam Aiwn/Aion Baru, maka kuasa Roh Allah disediakan untuk mengubahkan kita.
Sebagai orang percaya, hanya ada dua alternatif bagi kita. Kita dapat tunduk pada seruan dunia ini untuk disesuaikan, sehingga kita tidak menonjol lagi. Ataupun kita dapat disesuaikan pada dunia yang akan datang, sehingga kita tidak betah di dunia ini. Seorang manusia pasti tetap berubah dan berkembang, hanya arahnya yang dapat ditentukan. Ada yang berkembang ke arah dunia yang akan datang dan ada yang menjadi semakin serupa dengan dunia ini. Surat Roma menceritakan bagaimana orang percaya dapat berseru kepada nama Tuhan Yesus untuk mengatasi kuasa dunia ini, sehingga "diselamatkan" dari belenggu Murka, Dosa, hukum Taurat, dan Maut (pasal 5-8).
Dan jangan kamu tetap menjadi serupa dengan dunia ini...
Tekanan dari dunia dan dari dalam diri kita sendiri untuk tetap menyatu dengan dunia tidak berkurang dalam pendewasaan Kristen. Tetapi sekarang ada harapan yang sejati bagi kita, sesuai dengan segala sesuatu yang diuraikan dalam pasal 8.
...tetapi jadilah tetap diubahkan oleh pembaharuan pikiranmu...
Ada jalan lain bagi kita. Roh Allah mau mengubahkan kita, sehingga diri kita disesuaikan dengan Aiwn/Aion yang akan Datang.
Kadang-kadang ada hamba Tuhan yang berkata bahwa dalam pelayanan Roh Allah akal dan pikiran kita harus dihilangkan, atau dibuang, tetapi menurut nats ini pikiran kita harus dibaharui, dan bukan dihilangkan. Sebaiknya kita mengatakan bahwa segala pikiran manusia lama harus dibuang, tetapi pikiran kita harus dibaharui melalui karya Roh Allah. Apa yang dikatakan dalam nats ini tidak jauh berbeda dari Efesus 1:18, di mana Rasul Paulus berdoa, "Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang...."
Oleh karena penyerahan yang disebut di atas adalah "ibadah yang masuk akal" maka Paulus menekankan pentingnya pembaharuan pikiran sebagai jalannya penyerahan tubuh.726 Hodges berkata,
Jika pikiran kita selalu diganggu dengan masalah-masalah hukum Taurat, sehingga pikiran kita selalu terfokus pada dosa - atau jika pikiran kita terfokus pada dosa dalam bentuk yang manapun, semangat dan kuasa dari kerinduan rohani kita berkurang, dan rohani kita dapat dikalahkan. Tetapi pembaharuan pikiran berarti mengembangkan hati yang selalu terarah pada hidup dan damai sejahtera (bandingkan Roma 8:5,6).... Cara bagaimana kita dapat diubahkan oleh pembaharuan pikiran tidak diuraikan dalam konteks ini, tetapi proses itu cukup jelas. Perhatian kita harus diarahkan pada kerohanian hidup ini, pada urusan Kristus. Ini suatu proses yang dikerjakan dengan sengaja dan kesadaran yang penuh di mana Firman Allah menjangkau setiap sudut dari hidup kita, dan Roh Allah menghidupkan kita.727
Dalam Surat Ibrani hal yang sama dikatakan beberapa kali. Penulis Surat Ibrani berkata, "...pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus..." (pasal 3:1), "Karena itu, marilah kita menghampiri Allah dengan hati yang tulus ikhlas..." (terjemahan harafiah dari pasal 10:22), dan "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus... Ingatlah selalu akan Dia..." (pasal 12:2-3). Dengan merenungkan Dia, yaitu Yesus yang diilhamkan dalam Firman Allah, yang hidup dan mengasihi kita, pikiran kita dibaharui dan kita tetap diubahkan.
Kadang anak-anak Allah menjadi takut atau gelisah bahwa mereka tidak akan menangkap kehendak Allah bagi mereka. Walaupun mereka rindu untuk diubahkan oleh pembaharuan pikiran mereka, tetapi mereka takut bahwa karena suatu masalah, sikap, atau kelakuan, mereka akan kelewatan dan tidak jadi diubahkan. Sebenarnya hal ini tidak usah menjadi masalah, karena Tuhan kita tidak akan merugikan kita. Kalau kita sungguh mau mengenal Dia secara akrab, dan kalau kita sungguh mau mengalami pembaharuan pikiran, maka Dia tidak akan menolak kita. Tetapi kalau kita hanya mau main-main dengan Dia, maka tidak ada pembaharuan pikiran bagi kita. Dia mengerti isi hati kita.
...sehingga kamu membedakan manakah kehendak Allah...
Tujuan "pembaharuan pikiran" diuraikan dalam nats ini, yaitu supaya kehendak Allah dapat dimengerti dan dilakukan. Dari nats ini kita mengerti dua hal: 1) bahwa kalau belum dibaharui, pikiran orang percaya tidak sanggup membedakan kehendak Allah, dan 2) bahwa orang percaya yang menyerahkan tubuhnya kepada Tuhan, yang pikirannya dibaharui, dapat mengerti kehendak Allah tanpa pelayanan atau pertolongan dari seorang ahli, atau seorang hamba Tuhan. Nats ini mengangkat kaum awam sebagai pribadi yang dapat mengenal dan melayani Tuhan.728
...apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna.
Menurut Cranfield,729 penjelasan singkat ini dicatat supaya mereka yang dari latar belakang mistisisme tidak berpikir bahwa "kehendak Allah" menunjuk pada hubungan mistis dengan Allah, yang tidak terhalang dengan masalah etis. Allah yang kita kasihi adalah Allah yang baik, sehingga barangsiapa yang mau melakukan kehendakNya harus melakukan apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna.

Hagelberg: Rm 12:1-2 - -- a. Ringkasan dari Pasal 5-8 12:1-2
Bagian ini bukan merupakan sesuatu yang baru, karena hal ini sudah dikatakan dalam pasal 6-8. Dalam pasal 9-11 or...
a. Ringkasan dari Pasal 5-8 12:1-2
Bagian ini bukan merupakan sesuatu yang baru, karena hal ini sudah dikatakan dalam pasal 6-8. Dalam pasal 9-11 orang-orang bukan Yahudi diberikan suatu dorongan yang kuat supaya mereka mau menerapkan kebenaran ini dengan segala kerendahan hati. Dalam bagian ini tema yang sama dilanjutkan.

Hagelberg: Rm 12:2 - -- 12:2 Dan jangan kamu tetap717 menjadi serupa dengan dunia718 ini, tetapi jadilah tetap719 diubahkan720 oleh pembaharuan pikiranmu,721 sehingga kamu m...
12:2 Dan jangan kamu tetap717 menjadi serupa dengan dunia718 ini, tetapi jadilah tetap719 diubahkan720 oleh pembaharuan pikiranmu,721 sehingga kamu membedakan722 manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan,723 dan yang sempurna.724
Bagi Nygren, Roma pasal 12:2 merupakan "pedoman yang paling mendasar dari etika Paulus".725 Kalau kita tidak berjaga-jaga, maka kita menjadi serupa dengan aiwn/aion ini. Kalau kita mau hidup sesuai dengan keadaan kita dalam Aiwn/Aion Baru, maka kuasa Roh Allah disediakan untuk mengubahkan kita.
Sebagai orang percaya, hanya ada dua alternatif bagi kita. Kita dapat tunduk pada seruan dunia ini untuk disesuaikan, sehingga kita tidak menonjol lagi. Ataupun kita dapat disesuaikan pada dunia yang akan datang, sehingga kita tidak betah di dunia ini. Seorang manusia pasti tetap berubah dan berkembang, hanya arahnya yang dapat ditentukan. Ada yang berkembang ke arah dunia yang akan datang dan ada yang menjadi semakin serupa dengan dunia ini. Surat Roma menceritakan bagaimana orang percaya dapat berseru kepada nama Tuhan Yesus untuk mengatasi kuasa dunia ini, sehingga "diselamatkan" dari belenggu Murka, Dosa, hukum Taurat, dan Maut (pasal 5-8).
Dan jangan kamu tetap menjadi serupa dengan dunia ini...
Tekanan dari dunia dan dari dalam diri kita sendiri untuk tetap menyatu dengan dunia tidak berkurang dalam pendewasaan Kristen. Tetapi sekarang ada harapan yang sejati bagi kita, sesuai dengan segala sesuatu yang diuraikan dalam pasal 8.
...tetapi jadilah tetap diubahkan oleh pembaharuan pikiranmu...
Ada jalan lain bagi kita. Roh Allah mau mengubahkan kita, sehingga diri kita disesuaikan dengan Aiwn/Aion yang akan Datang.
Kadang-kadang ada hamba Tuhan yang berkata bahwa dalam pelayanan Roh Allah akal dan pikiran kita harus dihilangkan, atau dibuang, tetapi menurut nats ini pikiran kita harus dibaharui, dan bukan dihilangkan. Sebaiknya kita mengatakan bahwa segala pikiran manusia lama harus dibuang, tetapi pikiran kita harus dibaharui melalui karya Roh Allah. Apa yang dikatakan dalam nats ini tidak jauh berbeda dari Efesus 1:18, di mana Rasul Paulus berdoa, "Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang...."
Oleh karena penyerahan yang disebut di atas adalah "ibadah yang masuk akal" maka Paulus menekankan pentingnya pembaharuan pikiran sebagai jalannya penyerahan tubuh.726 Hodges berkata,
Jika pikiran kita selalu diganggu dengan masalah-masalah hukum Taurat, sehingga pikiran kita selalu terfokus pada dosa - atau jika pikiran kita terfokus pada dosa dalam bentuk yang manapun, semangat dan kuasa dari kerinduan rohani kita berkurang, dan rohani kita dapat dikalahkan. Tetapi pembaharuan pikiran berarti mengembangkan hati yang selalu terarah pada hidup dan damai sejahtera (bandingkan Roma 8:5,6).... Cara bagaimana kita dapat diubahkan oleh pembaharuan pikiran tidak diuraikan dalam konteks ini, tetapi proses itu cukup jelas. Perhatian kita harus diarahkan pada kerohanian hidup ini, pada urusan Kristus. Ini suatu proses yang dikerjakan dengan sengaja dan kesadaran yang penuh di mana Firman Allah menjangkau setiap sudut dari hidup kita, dan Roh Allah menghidupkan kita.727
Dalam Surat Ibrani hal yang sama dikatakan beberapa kali. Penulis Surat Ibrani berkata, "...pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus..." (pasal 3:1), "Karena itu, marilah kita menghampiri Allah dengan hati yang tulus ikhlas..." (terjemahan harafiah dari pasal 10:22), dan "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus... Ingatlah selalu akan Dia..." (pasal 12:2-3). Dengan merenungkan Dia, yaitu Yesus yang diilhamkan dalam Firman Allah, yang hidup dan mengasihi kita, pikiran kita dibaharui dan kita tetap diubahkan.
Kadang anak-anak Allah menjadi takut atau gelisah bahwa mereka tidak akan menangkap kehendak Allah bagi mereka. Walaupun mereka rindu untuk diubahkan oleh pembaharuan pikiran mereka, tetapi mereka takut bahwa karena suatu masalah, sikap, atau kelakuan, mereka akan kelewatan dan tidak jadi diubahkan. Sebenarnya hal ini tidak usah menjadi masalah, karena Tuhan kita tidak akan merugikan kita. Kalau kita sungguh mau mengenal Dia secara akrab, dan kalau kita sungguh mau mengalami pembaharuan pikiran, maka Dia tidak akan menolak kita. Tetapi kalau kita hanya mau main-main dengan Dia, maka tidak ada pembaharuan pikiran bagi kita. Dia mengerti isi hati kita.
...sehingga kamu membedakan manakah kehendak Allah...
Tujuan "pembaharuan pikiran" diuraikan dalam nats ini, yaitu supaya kehendak Allah dapat dimengerti dan dilakukan. Dari nats ini kita mengerti dua hal: 1) bahwa kalau belum dibaharui, pikiran orang percaya tidak sanggup membedakan kehendak Allah, dan 2) bahwa orang percaya yang menyerahkan tubuhnya kepada Tuhan, yang pikirannya dibaharui, dapat mengerti kehendak Allah tanpa pelayanan atau pertolongan dari seorang ahli, atau seorang hamba Tuhan. Nats ini mengangkat kaum awam sebagai pribadi yang dapat mengenal dan melayani Tuhan.728
...apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna.
Menurut Cranfield,729 penjelasan singkat ini dicatat supaya mereka yang dari latar belakang mistisisme tidak berpikir bahwa "kehendak Allah" menunjuk pada hubungan mistis dengan Allah, yang tidak terhalang dengan masalah etis. Allah yang kita kasihi adalah Allah yang baik, sehingga barangsiapa yang mau melakukan kehendakNya harus melakukan apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna.

Hagelberg: Rm 12:1--13:14 - -- 1. Penyesuaian pada Aiwn/Aion Baru 12:1-13:14
Sebagai warga Aiwn/Aion Baru, dengan iman kita mengerti tempat diri kita dalam Tubuh Kristus dan di ba...
1. Penyesuaian pada Aiwn/Aion Baru 12:1-13:14
Sebagai warga Aiwn/Aion Baru, dengan iman kita mengerti tempat diri kita dalam Tubuh Kristus dan di bawah pemerintah kita, di mana kita selalu mengutamakan orang lain lebih dari diri kita sendiri.
Dalam pasal 6:4 Paulus berkata, "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia... supaya, sama seperti Kristus dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita hidup dalam pembaharuan hidup." Hal yang sama dikatakan dalam pasal 6:11-12, di mana dia berkata, "...kamu mati terhadap dosa, tetapi hidup terhadap Allah dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana sehingga kamu mentaatinya dalam keinginan-keinginannya." Dengan kata lain, Paulus mau supaya kita menerapkan suatu perubahan yang sangat mendasar yang telah terjadi pada kita. Dulu kita berada dalam Aiwn/Aion Lama, dikuasai oleh Maut, tetapi sekarang kita sudah dipindahkan ke dalam Aiwn/Aion Baru, maka, janganlah kita tetap hidup sebagai hamba Maut.
Suatu pengamatan yang sangat mudah dimengerti, tetapi juga yang jarang diperhatikan, adalah bahwa bagian ini terdiri dari perintah-perintah yang dimaksudkan untuk ditaati. Walaupun demikian, orang yang dibenarkan oleh iman tidak menjadi orang yang taat secara otomatis. Ada teologia yang berkata bahwa setiap orang percaya, setiap orang yang dibenarkan karena iman pada Kristus, pasti hidup secara rohani. Kami tidak setuju. Memang ada suatu kepastian, yaitu bahwa mereka akan masuk Kerajaan Sorga, karena mereka sudah dibenarkan. Tetapi tidak ada kepastian bahwa setiap kita akan menyesuaikan hidup kita pada Aiwn/Aion Baru, seperti apa yang diperintahkan dalam bagian ini. Baik orang percaya yang taat, maupun orang percaya yang tidak taat, akan masuk Kerajaan Sorga sebagai orang yang tidak layak, tidak layak tetapi dibenarkan karena kemurahan Allah. Maka kita perlu mengingat bahwa ketaatan yang diharapkan dari kita tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi harus dijalankan dengan pertolongan dari Roh Allah, meskipun disertai pergumulan.

Hagelberg: Rm 12:1--15:13 - -- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
Oleh karena orang yang dibenarkan karena iman mau melakukan kehendak Allah, maka langkah-lang...
D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
Oleh karena orang yang dibenarkan karena iman mau melakukan kehendak Allah, maka langkah-langkah kehendak Allah diuraikan secara khusus.
Dalam pasal 11:32 kita membaca bahwa tujuan Allah adalah "supaya Ia dapat menunjukkan kemurahanNya atas mereka semua". Maka "kemurahan" tersebut menjadi batu loncatan bagi Paulus supaya dia dapat menguraikan bagaimana orang percaya dapat melaksanakan kehendak Allah. Dalam pasal 6-8 prinsip-prinsip kehidupan yang sesuai dengan Aiwn/Aion Baru dan kehadiran Roh Allah diuraikan. Dalam bagian ini prinsip-prinsip tersebut diterapkan secara khusus dalam hidup kita. Jadi, bagian ini menguraikan secara nyata arti dari karya Roh Allah yang baru dikemukakan dalam pasal 8.

Hagelberg: Rm 1:18--15:13 - -- II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menen...
II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menentukan bentuk dan isi bagian utama dari suratnya." Perkataan ini tepat. Paulus tidak menyusun bagian ini (1:18-15:13) untuk menangani suatu situasi tertentu di kota Roma, tetapi bagian ini terbentuk sesuai dengan suatu "akal intern" dari Injil Kristus sendiri. Bukan tidak ada pengaruh sama sekali dari situasi di Roma. Mungkin rencana Paulus untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol mempengaruhi beberapa perincian dalam surat ini, tetapi secara keseluruhan, bentuk dan isi bagian ini, 1:18-15:13, ditentukan dari logisnya Injil Kristus saja.
Dalam bagian utama ini isi dan akibat kebenaran dari Allah bagi manusia diuraikan.66
Wycliffe -> Rm 12:1--15:13; Rm 12:2
Wycliffe: Rm 12:1--15:13 - -- IV. Sikap dan Perilaku yang Diharapkan dari Jemaat di Roma (12:1-15:13).
Jelas Paulus cukup mengetahui kebutuhan orang-orang percaya di Roma. Sekalip...
IV. Sikap dan Perilaku yang Diharapkan dari Jemaat di Roma (12:1-15:13).
Jelas Paulus cukup mengetahui kebutuhan orang-orang percaya di Roma. Sekalipun sebagian besar dari nasihat-nasihatnya cocok untuk semua kelompok orang percaya, banyak dari nasihat-nasihat itu menunjukkan bahwa sang rasul memikirkan kelompok tertentu ketika menulis. Jangkauan dari nasihat-nasihat itu menakjubkan. Nasihat-nasihat itu menyentuh nyaris setiap segi kehidupan. Cara hidup Kristen adalah benar-benar menjadi orang Kristen dan bertindak sebagaimana seharusnya orang Kristen di setiap bidang kehidupan.

Wycliffe: Rm 12:2 - menjadi serupa dengan dunia ini // berubah oleh pembaharuan budi 2. Karena termasuk pengabdian maka orang-orang percaya harus berhenti menjadi serupa dengan dunia ini dan membiarkan diri mereka berubah oleh pembahar...
2. Karena termasuk pengabdian maka orang-orang percaya harus berhenti menjadi serupa dengan dunia ini dan membiarkan diri mereka berubah oleh pembaharuan budi mereka (12:2). Pembaharuan dan perubahan semacam itu harus dibuktikan dengan menyelidiki kehendak Allah yaitu mana yang baik dan berkenan kepada Allah dan sempurna.

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rm 12:1-21
Matthew Henry: Rm 12:1-21 - Kewajiban-kewajiban Orang Percaya
Setelah dengan panjang lebar menjelaskan dan menegaskan pengajaran Kekristenan yang paling mendasar dan utama ini, sampailah Rasul Paulus pada tah...
- Setelah dengan panjang lebar menjelaskan dan menegaskan pengajaran Kekristenan yang paling mendasar dan utama ini, sampailah Rasul Paulus pada tahap berikutnya untuk menekankan kewajiban-kewajiban utama Kekristenan. Kita akan salah memahami agama kita, jika hanya memandangnya sebagai sebuah sistem pemikiran dan pedoman untuk menduga-duga. Tidak, Kekristenan adalah agama yang praktis yang bertujuan untuk mengatur perilaku dan cara hidup yang benar. Kekristenan tidak saja dirancang untuk memberitahukan penghukuman kita, tetapi juga untuk memperbaiki hati dan kehidupan kita. Dari cara Rasul Paulus menuliskan hal ini, sama seperti di dalam surat-surat kerasulan lainnya (sebagaimana tata pengelolaan para pelayan utama dalam kerajaan Kristus), para pelayan rahasia-rahasia Allah bisa belajar bagaimana memberitakan perkataan kebenaran. Tidak untuk menekankan kewajiban yang terpisah dari hak istimewa, juga tidak memisahkan hak istimewa dari kewajiban. Tetapi biarlah keduanya berjalan seiring bersama-sama. Dengan bentuk rancangan yang rumit, keduanya akan saling memajukan dan mendukung satu sama lain. Kesimpulannya, kewajiban-kewajiban itu berasal dari hak-hak istimewa itu sendiri. Dasar praktik Kekristenan harus diletakkan di atas pengetahuan dan iman Kristen. Pertama-tama kita harus memahami bagaimana kita dapat menerima Kristus Yesus Tuhan, dan kemudian kita akan mengetahui bagaimana dapat berjalan bersama-Nya dengan lebih baik. Terdapat sangat banyak kewajiban yang ditulis di dalam pasal ini. Nasihat-nasihat yang diberikan secara ringkas dan tajam. Dengan singkat nasihat-nasihat ini meringkaskan apa yang baik dan apa yang dikehendaki Tuhan kita Yesus Kristus dari diri kita. Nasihat-nasihat ini merupakan ringkasan dari daftar petunjuk, sebuah kumpulan peraturan cara hidup Kristen untuk mengatur perilaku hidup yang benar, seperti yang menjadi tujuan Injil. Tulisan ini dihubungkan dengan wacana terdahulu dengan menggunakan kata “karena itu.” Tulisan ini merupakan penerapan praktis dari kebenaran-kebenaran ajaran Kristen yang merupakan inti dari pemberitaan firman. Rasul Paulus telah berbicara panjang lebar mengenai pembenaran oleh iman dan mengenai kekayaan kasih karunia yang diberikan dengan cuma-cuma, serta janji dan jaminan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita kelak. Itulah sebabnya orang-orang duniawi yang tidak berakhlak akan cenderung mengambil kesimpulan dengan cepat, ”Karena itu kita dapat hidup seperti yang kita sukai dan berjalan sesuai keinginan hati dan pandangan mata kami.” Nah, ini tidak benar, sebab iman yang membenarkan adalah iman yang ”bekerja oleh kasih.” Tidak ada jalan lain menuju sorga selain melalui jalan kekudusan dan ketaatan. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Nasihat khusus dari pasal ini dapat diperas menjadi tiga kewajiban utama kekristenan, yaitu kewajiban kita kepada Allah, kepada diri sendiri, dan kepada saudara-saudara kita. Secara umum kasih karunia Allah mengajar kita untuk menjalani kehidupan yang ”saleh, bijaksana, dan adil,” serta menolak semua hal yang berlawanan dengan itu. Nah, pasal ini akan memungkinkan kita dapat memahami apakah yang dimaksud dengan kesalehan, kebijaksanaan, dan keadilan itu, walaupun agak sedikit campur aduk.
Kewajiban-kewajiban Orang Percaya (Roma 12:1-21)
- Di sini kita bisa mengamati nasihat-nasihat Rasul Paulus sesuai dengan pola yang telah disebutkan di dalam isi pasal ini.
- I. Mengenai kewajiban kita kepada Allah, di dalamnya kita dapat melihat apakah yang dimaksudkan dengan kesalehan itu.
- 1. Kesalehan adalah penyerahan diri kita kepada Allah, dan dengan demikian meletakkan suatu dasar yang baik. Pertama-tama kita harus memberikan diri kita kepada Tuhan (2Kor. 8:5). Di sini ditekankan bahwa persembahan diri itu sebagai sumber dari semua kewajiban dan ketaatan (ay. 1-2). Manusia terdiri atas tubuh dan roh (Kej. 2:7; Pkh. 12:7)
- (1) Tubuh harus dipersembahkan kepada-Nya (ay. 1) Tubuh adalah untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh (1Kor. 6:1314). Di sini nasihat tersebut diperkenalkan dengan nada yang penuh perasaan: Aku menasihatkan kamu saudara-saudara. Walaupun ia adalah seorang rasul besar, namun ia menyapa orang-orang Kristen yang paling hina ini dengan sebutan saudara-saudara, suatu sebutan yang penuh dengan kasih sayang dan kepedulian. Ia memohon dengan sangat, inilah cara Injil bekerja, Seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami (2Kor. 5:20). Meskipun ia memiliki kuasa untuk memerintahkan, namun mengingat kasih itu, ia merasa lebih baik untuk meminta (Flm. 8-9). Orang-orang miskin berbicara dengan memohon-mohon (Ams. 18:23). Hal ini dilakukan untuk menghaluskan nasihat itu, supaya dapat diungkapkan dengan kekuatan yang lebih menyenangkan. Jika mereka didekati dengan baik, mereka akan lebih dapat dipengaruhi dan akan lebih mudah untuk dibimbing dari pada dipaksa. Nah, amatilah hal-hal yang berikut ini,
- [1] Kewajiban itu ditekankan – untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup. Secara tidak langsung nasihat ini menyinggung persembahan di bawah hukum Taurat, yang disajikan atau diletakkan di hadapan Allah di atas mezbah, siap untuk dipersembahkan kepada-Nya. Tubuhmu – tubuhmu sendiri secara keseluruhan, begitulah yang dinyatakan, karena menurut hukum Taurat yang dipersembahkan sebagai persembahan adalah tubuh binatang-binatang (1Kor. 6:20). Yang dimaksudkan di sini adalah tubuh dan roh kita. Persembahan binatang-binatang itu dilakukan oleh para imam, namun dipersembahkan oleh orang yang mempersembahkannya, yaitu orang yang mengalihkan semua hak, gelar, dan kepentingannya kepada Allah di dalam persembahan itu, dengan cara meletakkan tangannya ke atas kepala binatang itu. Di sini persembahan itu dilakukan menurut ketetapan Allah yang ditujukan kepada diri-Nya sendiri (lih. 1Ptr. 2:5). Sekaligus kita adalah bait, imam, dan persembahan, seperti halnya Kristus di dalam pengorbanan-Nya yang istimewa. Ada persembahan pendamaian dan persembahan pengakuan. Kristus, yang pernah dipersembahkan untuk menanggung dosa banyak orang, adalah satu-satunya korban pendamaian, namun diri kita dan semua perbuatan kita dipersembahkan kepada Allah melalui Kristus, Imam Besar kita, sebagai persembahan pengakuan kepada kemuliaan Allah. Mempersembahkan persembahan itu menunjukkan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela, dilakukan karena kuasa mutlak dari kehendak atas tubuh dan anggota-anggotanya. Persembahan itu haruslah persembahan yang dilakukan dengan kehendak bebas. Tubuhmu, dan bukan binatang-binatangmu. Persembahan yang sah itu, yang memiliki kuasa dari Kristus, juga memiliki masanya di dalam Kristus. Persembahan tubuh kepada Allah tidak saja berarti menjauhi dosa yang diperbuat dengan atau terhadap tubuh, tetapi juga menggunakan tubuh sebagai pelayan roh di dalam melayani Allah. Itu berarti memuliakan Allah dengan tubuh kita (1Kor. 6:20), secara langsung mengikutsertakan tubuh kita di dalam kewajiban ibadah kita, menjalankan tugas panggilan dengan rajin, dan bersedia untuk menderita bagi Allah dengan tubuh kita ketika kita terpanggil untuk itu. Itu berarti menyerahkan anggota-anggota tubuh kita menjadi senjata-senjata kebenaran (Roma 6:13). Walaupun latihan-latihan jasmani itu terbatas gunanya, namun pada tempatnya yang tepat ia merupakan bukti dan hasil dari persembahan roh kita kepada Allah.
- Pertama, Mempersembahkan tubuh itu sebagai persembahan yang hidup, tanpa harus membunuhnya seperti korban-korban binatang di bawah hukum Taurat. Seorang Kristen menjadikan tubuhnya sebagai persembahan bagi Allah, walaupun ia tidak menyerahkannya untuk dibakar. Secara kiasan, tubuh yang dipersembahkan dengan sungguh-sungguh kepada Allah merupakan persembahan yang hidup. Secara tidak langsung, persembahan yang hidup berarti, apa yang mati dengan sendirinya tidak boleh dimakan, apa lagi dipersembahkan (Ul. 14:21). Dan sebaliknya, “Persembahan itu harus disembelih, tetapi kamu dapat dipersembahkan dan tetap tinggal hidup.” Suatu persembahan yang tidak berdarah. Orang-orang yang tidak mengenal Allah mempersembahkan anak-anak mereka kepada berhala-berhala mereka, tidak dalam keadaan hidup, tetapi sebagai korban yang dibunuh. Namun di sini Allah berbelas kasihan, dan meskipun yang dikorbankan kepada-Nya adalah kehidupan, Ia tidak menghendaki persembahan-persembahan seperti itu. Persembahan yang hidup, persembahan yang diilhami oleh kehidupan rohaniah dari roh. Kristus yang hidup di dalam roh oleh iman itulah yang membuat tubuh menjadi persembahan yang hidup (Gal. 2:20). Kasih yang kudus menyalakan persembahan itu dan memberikan hidup ke dalam kewajiban-kewajiban itu (6:13). Hidup, yaitu, hidup bagi Allah (6:11).
- Kedua, Karena persembahan itu ditujukan kepada Allah, maka persembahan tubuh itu harus kudus. Tetapi, di samping itu, harus ada kekudusan yang nyata di dalam kebenaran hati dan kehidupan secara keseluruhan, yang olehnya kita menjadi serupa dengan sifat dan kehendak Allah. Bahkan tubuh kita tidak boleh dijadikan sebagai senjata dosa dan kelaliman, tetapi pisahkanlah tubuhmu bagi Allah, dan gunakan hanya untuk maksud-maksud yang kudus, seperti perkakas-perkakas Kemah Allah yang kudus, dipersembahkan untuk ibadah kepada Allah. Roh itulah yang menjadi alat kekudusan, namun roh yang telah dikuduskan itu mengalirkan kekudusan kepada tubuh untuk bergerak dan hidup. Itulah kekudusan yang sesuai dengan kehendak Allah. Jika tidak ada tindakan-tindakan jasmaniah, maka tubuh itu kudus. Tubuh adalah bait Roh Kudus(1Kor. 6:19). Hendaklah kamu hidup dalam pengudusan dan penghormatan(1Tes. 4:4-5).
- [2] Ada tiga alasan untuk menguatkan hal ini:
- Pertama, Pikirkanlah mengenai kemurahan Allah: Demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu.Sebuah permohonan penuh kasih sayang, yang seharusnya membuat hati kita luluh dan tunduk: dia tōn oiktirmōn tou Theou. Ini adalah sebuah alasan yang sangat kuat. Itu adalah kemurahan yang ada di dalam Allah dan kemurahan yang berasal dari Allah. Kemurahan di dalam sumber dan kemurahan di dalam aliran, keduanya termasuk di sini. Khususnya belas kasihan Injil (disebutkan di dalam pasal 9), yaitu pengalihan kepada kita, sebagai bangsa-bangsa lain, dari segala sesuatu yang telah disita dan hilang dari bangsa Yahudi karena ketidakpercayaan mereka (Ef. 3:4-6). Demikian juga dengan belas kasihan yang teguh dari diri Daud (Yes. 55:3). Allah adalah Allah yang berbelas kasihan, oleh karena itu marilah kita mempersembahkan tubuh kita kepada-Nya. Pasti Dia akan menggunakan tubuh kita dengan baik, dan tahu menilai kemampuannya, sebab Ia adalah Allah yang belas kasihan-Nya tidak terbatas. Setiap hari kita menerima dari Allah buah-buah belas kasihan-Nya, khususnya belas kasihan untuk tubuh kita. Ia menciptakannya dan Ia juga memeliharanya, Ia menebusnya, Ia memberikan kemuliaan di atasnya. Belas kasihan Tuhan-lah yang membuat kita tidak rusak, sehingga roh kita tetap ada di dalam kehidupan. Dan belas kasihan yang terbesar dari semuanya adalah bahwa Kristus tidak saja memberikan tubuh-Nya untuk persembahan penebus dosa, tetapi juga roh-Nya. Bahwa Ia memberikan diri-Nya sendiri untuk kita, dan memberikan diri-Nya sendiri kepada kita. Nah, tidak bisa tidak kita akan mencari apa yang akan kita serahkan untuk semua ini. Dan apakah yang akan kita berikan? Marilah kita memberikan diri kita sendiri sebagai pengakuan atas semua kemurahan ini. Yaitu seluruh diri kita, semua yang kita miliki, semua yang dapat kita lakukan, dan bagaimanapun, sesungguhnya apa yang dapat kita berikan adalah sangat kecil dibandingkan dengan yang telah kita terima dengan begitu melimpah, lagi pula, hanya itulah yang kita miliki.
- Kedua, Persembahan itu berkenan kepada Allah. Akhir yang baik dari semua pekerjaan kita adalah supaya kita berkenan kepada Tuhan (2Kor. 5:9), supaya Ia berkenan dengan diri kita dan perbuatan kita. Nah, persembahan-persembahan hidup ini berkenan kepada Allah, sementara persembahan-persembahan orang jahat, walaupun gemuk dan mahal, menjadi kekejian bagi Allah. Kerendahan hati Allah yang besar itulah yang membuat-Nya bersedia berkenan menerima apa saja dari kita. Kita tidak mengingini apa-apa lagi untuk membuat kita merasa bahagia. Jika persembahan diri kita ini dapat menyenangkan hati-Nya, maka dengan mudah kita menyimpulkan bahwa tidak ada persembahan yang lebih baik selain memberikan diri kita kepada-Nya.
- Ketiga, Itu adalah ibadah kita yang sejati. Ada suatu tindakan yang layak di dalamnya, sebab roh itulah yang mempersembahkan tubuh. Kebaktian yang membabi buta adalah ibarat bayi yang tidak memperhatikan ibunya tetapi meminum susunya. Ibadah seperti ini hanya cocok dilakukan kepada dewa-dewa berhala yang memiliki mata tetapi tidak dapat melihat. Allah kita harus disembah di dalam roh dan dengan pengertian. Itulah semua alasan yang mendukungnya, dan tidak akan ada alasan baik apa pun yang dapat menentangnya. Marilah, baiklah kita berperkara(Yes. 1:18). Allah tidak akan membebankan kepada kita hal-hal yang sulit atau tidak masuk akal, tetapi semuanya sesuai dengan dasar alasan yang benar. Tēn logikēn latreian hymōn– ibadahmu sesuai dengan firman itu, begitulah yang bisa dibaca. Firman Allah tidak mengesampingkan tubuh di dalam penyembahan yang kudus. Ibadah itu hanya dapat berkenan kepada Allah jika sesuai dengan firman yang tertulis itu. Penyembahan itu haruslah penyembahan yang sesuai dengan Injil, penyembahan rohani. Itulah ibadah yang sejati, ibadah yang dapat dan siap kita pertanggungjawabkan, ibadah yang dapat kita pahami sepenuhnya. Allah berurusan dengan kita layaknya dengan makhluk yang berakal budi, jadi Dia pun menghendaki kita berurusan dengan Dia demikian. Dengan demikian tubuh harus dipersembahkan kepada Allah.
- (2) Budi kita harus diperbarui untuk Allah. Hal itu ditekankan di sini (ay. 2): “Tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu. Pastikan bahwa ada perubahan yang menyelamatkan dikerjakan di dalam dirimu, dan perubahan itu harus terus berlanjut.” Pertobatan dan pengudusan adalah pembaruan budi, bukan perubahan unsur pokoknya, melainkan perubahan sifat-sifat roh. Itu sama dengan memperbarui hati dan roh – watak dan kecenderungan yang baru, rasa suka dan benci yang baru, pengertian dicerahkan, hati nurani dilembutkan, pikiran dijernihkan, kehendak pribadi tunduk kepada kehendak Allah, kasih sayang menjadi kasih yang rohaniah dan sorgawi, sehingga manusia tidak menjadi sebagaimana adanya dia dahulu – yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Ia bertindak berdasarkan dasar-dasar pegangan yang baru, sesuai dengan peraturan-peraturan yang baru, dengan rancangan-rancangan yang baru. Budi adalah bagian dari diri kita yang mengendalikan semua tindakan kita, sehingga perubahan budi merupakan pembaruan manusia seutuhnya, sebab dari situlah terpancar kehidupan (Ams. 4:23). Kemajuan perkembangan pengudusan berarti semakin dan semakin mati terhadap dosa serta semakin dan semakin hidup bagi kebenaran. Itulah gambaran dari pekerjaan pembaruan yang terus berlanjut itu, sampai pekerjaan itu disempurnakan di dalam kemuliaan. Inilah yang disebut penjelmaan kita, sama seperti memberikan bentuk dan rupa yang baru. Metamorphousthe – berubah rupalah kamu. Perubahan rupa Kristus diungkapkan dengan kata ini (Mat. 17:2), ketika Ia mengenakan kemuliaan sorgawi, yang membuat wajah-Nya bercahaya seperti matahari. Kata yang sama juga digunakan dalam 2 Korintus 3:18, di situ dikatakan bahwa kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar. Perubahan budi ini ditekankan sebagai suatu kewajiban. Tidak berarti kita dapat mengubah diri kita sendiri, dan dengan segera dapat membangun sebuah dunia baru, dengan cara membentuk hati yang baru dengan kekuatan apa pun yang ada di dalam kita. Tidak, perubahan itu adalah pekerjaan Allah (Yeh. 11:19; 36:26-27). Berubahlah kamu, artinya, “gunakan sarana yang telah ditetapkan dan diperintahkan Allah untuk melakukan hal itu.” Allah sendiri yang akan mengubah kita, dan kemudian kita pun akan diubahkan. Namun kita harus mematutkan perbuatan-perbuatan kita untuk berbalik (Hos. 5:4). ”Letakkanlah rohmu di bawah kuasa pengubahan Roh yang terpuji itu. Carilah Allah untuk mendapatkan kasih karunia supaya bisa menggunakan semua sarana kasih karunia-Nya.” Walaupun manusia baru itu diciptakan Allah, namun kita harus mengenakannya (Ef. 4:24), dan mendesak maju menuju kesempurnaan. Nah, di dalam ayat ini kita dapat mengamati lebih jauh,
- [1] Musuh besar pembaruan yang harus kita hindari. Musuh besar itu adalah keinginan untuk menjadi serupa dengan dunia ini: Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini. Semua murid dan pengikut Tuhan Yesus harus menjadi orang yang tidak serupa dengan dunia ini. Me syschematizesthe – Jangan menuruti hawa nafsumu yang sesuai dengan dunia ini. Kita tidak boleh menyesuaikan diri dengan hal-hal dari dunia ini. Hal-hal dari dunia ini dapat berubah dan semaraknya akan berlalu. Juga jangan menuruti hawa nafsu daging atau keinginan mata. Kita tidak boleh menjadi serupa dengan manusia duniawi, manusia yang ada di dalam dunia kejahatan. Janganlah mengikuti jalan dunia ini (Ef. 2:2), artinya, kita tidak boleh mengikuti orang banyak melakukan kejahatan (Kel. 23:2). Jika orang-orang berdosa datang membujuk kita, janganlah kita menurut mereka, tetapi sesuai dengan kedudukan kita, kita harus bersaksi kepada mereka. Tidak itu saja, bahkan di dalam hal-hal yang dianggap biasa-biasa saja dan tidak mengandung dosa di dalamnya, kita harus tetap menjauhkan diri sejauh-jauhnya, supaya kita tidak menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan cara-cara dunia ini. Misalnya, kita tidak boleh menggunakan ketentuan-ketentuan dunia ini sebagai pedoman utama kita untuk bertindak, juga tidak boleh menjadikan kesukaan dunia ini sebagai tujuan akhir kita. Kekristenan yang sejati banyak terdiri atas hal-hal khusus yang tidak terdapat di tempat lain. Namun kita harus berhati-hati dengan sikap yang berlebihan, yaitu kekasaran dan perasaan berlebihan, seperti yang dimiliki sebagian orang. Di dalam hidup bermasyarakat, biasanya terang atau hikmat alam dan kebiasaan bangsa-bangsa dipakai sebagai pedoman kita. Karena itu, dalam hal ini peraturan-peraturan Injil menjadi peraturan yang mengarahkan, dan bukan peraturan yang bertentangan.
- [2] Pengaruh besar apa yang tampak dari pembaruan ini, yang harus kita upayakan ini: sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna. Di sini, oleh kehendak Allah, artinya, kita dapat memahami kehendak-Nya yang dinyatakan mengenai kewajiban-kewajiban kita, apa yang diminta dari diri kita oleh Tuhan, Allah kita. Inilah kehendak Allah pada umumnya, bahkan pengudusan kita, sehingga apa yang kita doakan dapat kita panjatkan seperti doa yang dinaikkan oleh para malaikat, khususnya kehendak-Nya seperti yang dinyatakan di dalam Perjanjian Baru, di mana di hari-hari terakhir Ia telah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya.
- Pertama, kehendak Allah itu baik, berkenan kepada Allah, dan sempurna. Inilah tiga ciri yang unggul dari sebuah hukum. Kehendak-Nya baik (Mi. 6:8), sungguh selaras dengan alasan kekal mengenai baik dan jahat. Kehendak Allah itu baik di dalam dirinya sendiri, dan baik bagi kita. Beberapa orang berpendapat bahwa hukum Injili yang disebut baik di sini, dimaksudkan untuk membedakannya dengan hukum Taurat, yang terdiri atas ketetapan-ketetapan yang tidak baik(Yeh. 20:25). Kehendak Allah itu berkenan kepada Allah, menyenangkan Allah. Itu, dan hanya itu yang ditetapkan oleh-Nya. Satu-satunya cara untuk memperoleh kemurahan-Nya sebagai tujuan akhir adalah dengan menyesuaikan diri dengan kehendak-Nya sebagai aturan. Kehendak Allah itu sempurna, sehingga tidak ada lagi yang dapat ditambahkan kepadanya. Kehendak Allah yang telah dinyatakan merupakan peraturan iman dan perbuatan, mengandung semua hal yang cenderung menuju kepada penyempurnaan manusia kepunyaan Allah, untuk memperlengkapi kita bagi setiap perbuatan baik (2Tim. 3:16-17).
- Kedua, bahwa menjadi perhatian orang-orang Kristen untuk dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Itu berarti, mengenalnya dengan melakukan penilaian dan pembuktian, mengenalnya berdasarkan pengalaman, mengenal kemuliaan kehendak Allah melalui pengalaman ketaatan akan kehendak Allah itu. Itu berarti dapat memilih apa yang baik (Flp. 1:10). Itu juga dokimazein (kata yang sama yang digunakan di sini) untuk menguji hal-hal yang berbeda, sehingga dari masalah-masalah yang meragukan kita dapat dengan mudah memahami apa yang menjadi kehendak Allah dan yakin dengan itu. Itu berarti menjadi orang yang kesenangannya ialah takut akan TUHAN (Yes. 11:3).Ketiga, bahwa orang-orang yang paling mampu membedakan apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna, adalah mereka yang diubahkan oleh pembaruan budi mereka. Asas kasih karunia yang hidup ada di dalam roh. Selama hal itu masih terjadi, tidak akan ada penilaian yang menyimpang atau sarat prasangka mengenai perkara-perkara Allah. Hal itu akan menjadikan roh mau menerima dan menyambut pewahyuan kehendak ilahi. Janjinya adalah, Barang siapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu pengajaran itu(Yoh. 7:17).Akal yang sehat dapat membantah dan membedakan kehendak Allah. Sementara hati yang jujur dan rendah, yang telah menggerakkan indra rohani dan mewujudkan firman itu, akan menyukai dan melakukannya, serta merasakan kenikmatan dan keistimewaannya. Dengan demikian, menjadi saleh artinya menyerahkan diri kita kepada Allah.
- 2. Kapan hal ini telah dilaksanakan, yaitu melayani Dia dengan ketaatan kepada Injil sepenuhnya. Selanjutnya di sini diberikan beberapa petunjuk kepada kita (ay. 11-12) dalam melayani Tuhan. Untuk apa kita mempersembahkan diri kepada-Nya, selain supaya kita dapat melayani Dia? Yang memiliki aku, dan kemudian diikuti dengan, yang aku sembah (Kis. 27:23). Menjadi saleh adalah melayani Allah. Bagaimana caranya?
- (1) Kita harus menjadikannya sebagai usaha kita, dan tidak boleh malas mengerjakannya. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor. Di dalam pekerjaan dunia yang menjadi panggilan khusus kita, kerajinan kita tidak boleh kendor (1Tes. 4:11). Namun, tampaknya yang dimaksud di sini adalah pekerjaan melayani Tuhan, pekerjaan Bapa kita (Luk. 2:49). Orang-orang yang mengaku sebagai orang Kristen harus benar-benar menjadikan hidup keagamaan mereka sebagai pekerjaan mereka. Mereka harus memilihnya, mempelajarinya, dan memberikan diri mereka kepadanya. Mereka harus mencintainya, melibatkan diri di dalamnya, tinggal di dekatnya, dan menjadikannya sebagai pekerjaan besar dan utama mereka. Setelah kita menjadikannya sebagai pekerjaan kita, kerajinan kita di dalamnya tidak boleh kendor, tidak boleh mengikuti kesenangan kita sendiri, dan harus mempertimbangkannya ketika timbul persaingan dengan kewajiban-kewajiban kita. Kita tidak boleh berlambat-lambat di dalam hidup keagamaan kita. Pelayan-pelayan yang malas diperhitungkan sebagai pelayan-pelayan yang jahat.
- (2) Kita harus menyala-nyala di dalam roh, dalam melayani Tuhan. Allah harus dilayani dengan roh, di bawah pengaruh Roh Kudus (1:9; Yoh. 4:24). Apa pun yang kita lakukan di dalam hidup keagamaan kita adalah untuk menyenangkan hati Allah, tidak lebih dari itu, dan hal itu harus dilakukan dengan roh kita yang dibentuk oleh Roh Allah. Harus ada semangat di dalam roh kita – semangat yang kudus, kehangatan, kasih sayang yang menyala-nyala di dalam semua yang kita lakukan, seperti orang-orang yang mengasihi Allah tidak saja dengan hati dan jiwa mereka, tetapi dengan segenap hati dan jiwa. Ini adalah api kudus yang membakar korban persembahan dan membawanya naik ke sorga, suatu persembahan yang baunya harum semerbak, yaitu melayani Tuhan. To kairo douleuontes (demikian beberapa naskah menulisnya seperti itu), melayani waktu, yaitu memanfaatkan peluang-peluang kita dan mendatangkan yang terbaik darinya, sesuai dengan masa kasih karunia sekarang ini.
- (3) Bersukacita dalam pengharapan. Allah disembah dan dihormati oleh pengharapan dan kepercayaan kita kepada-Nya. Khususnya ketika kita bersukacita di dalam pengharapan serta merasa puas dengan keyakinan itu, yang menunjukkan adanya keyakinan kita akan kepastian terwujudnya dan penghargaan tinggi terhadap keunggulan dari apa yang kita harapkan itu.
- (4) Bersabar dalam kesesakan. Allah juga dilayani dengan cara bersabar dalam kesesakan. Tidak saja dengan cara bekerja bagi-Nya ketika Ia memanggil kita untuk bekerja, tetapi juga dengan cara duduk diam dengan tenang ketika Ia memanggil kita untuk menderita. Bersabar demi kepentingan Allah, dan dengan pandangan yang tertuju kepada kehendak dan kemuliaan-Nya, merupakan kesalehan yang sejati. Perhatikan baik-baik, orang-orang yang bersukacita di dalam pengharapan cenderung untuk bersabar di dalam kesesakan. Dengan percaya akan mengalami sukacita yang disediakan di hadapan kita, hal itu akan menopang roh kita untuk tetap bertahan di bawah semua tekanan dari luar.
- (5) Bertekun di dalam doa. Doa adalah sahabat bagi pengharapan dan kesabaran, dan kita melayani Tuhan bila kita melakukannya. Proskarterountes. Kata ini menunjukkan semangat dan ketekunan di dalam doa. Kita tidak boleh menjadi dingin dalam menjalankan kewajiban ini, juga tidak boleh merasa jemu (Luk. 18:1; 1Tes. 5:17; Ef. 6:18; Kol. 4:2). Ini adalah kewajiban kita yang dengannya kita langsung menghormati Allah.
- II. Mengenai kewajiban kita yang memberikan rasa hormat kepada diri kita sendiri, yaitu kesederhanaan.
- 1. Sebuah pandangan yang sederhana atas diri kita sendiri (ay. 3). Hal ini disampaikan di dalam kata-kata pembukaan yang penuh kesungguhan: Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata. Berdasarkan kasih karunia kebijaksanaan, yang dengannya Rasul Paulus dapat memahami betapa pentingnya dan mulianya kewajiban ini. Berdasarkan kasih karunia kerasulan, yang olehnya ia memiliki kuasa untuk menekankan dan memerintahkan kewajiban itu. ”Aku berkata, akulah yang ditugaskan untuk mengatakan hal itu, di dalam nama Allah. Aku berkata, dan janganlah kamu melawan.” Hal itu dikatakan kepada setiap orang dari antara kita, setiap orang serta yang lainnya juga. Kesombongan adalah dosa yang berkembang biak di dalam diri semua orang, itulah sebabnya masing-masing kita harus diperingatkan dan diperlengkapi untuk menghadapi semua hal itu. Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan. Kita harus berhati-hati untuk tidak memiliki pandangan diri yang berlebihan atau memberikan nilai yang terlampau tinggi atas penilaian kita, kemampuan kita, pribadi kita, dan hasil kerja kita. Kita tidak boleh menyombongkan diri, tidak boleh terlampau memandang tinggi kebijaksanaan dan keberhasilan kita, juga tidak boleh beranggapan sudah menjadi orang yang berarti (Gal. 6:3). Satu-satunya pikiran tinggi yang boleh dan harus kita pikirkan ialah bahwa sebenarnya kita terlampau baik untuk menjadi hamba dosa dan budak dunia ini. Namun, di samping itu, kita harus tetap berpikir sederhana, artinya, kita harus merendah terhadap pandangan atas diri kita, kemampuan kita, serta rahmat dan kasih karunia sesuai dengan apa yang kita terima dari Allah, dan bukan sebaliknya. Kita juga tidak boleh terlalu yakin dan menjadi panas dalam memperdebatkan hal-hal yang meragukan, jangan berlebihan melampaui batas-batas kewenangan kita, dan juga jangan menghakimi dan mengecam keras orang-orang yang berbeda pandangan dengan kita. Kita juga harus menjauhkan keinginan untuk pamer kedagingan. Hal-hal ini dan hal lain yang serupa merupakan buah-buah dari kesederhanaan pandangan terhadap diri sendiri. Kata-kata yang digunakan mengandung arti lain yang sesuai. Sebenarnya kata of himself (KJV; TL: dirinya) tidak ada dalam naskah asli. Oleh karena itu seharusnya kalimat itu dibaca, Tidak ada orang yang bijaksana lebih daripada yang patut bagi dia, yaitu menjadi bijaksana secara wajar. Kita tidak boleh mengejar hal-hal yang terlampau besar bagi kita (Mzm. 131:1-2), berkanjang pada hal-hal yang tidak pernah kita lihat (Kol. 2:18), pada hal-hal tersembunyi yang tidak diperuntukkan bagi kita (Ul. 29:29), serta jangan ingin menjadi bijaksana melebihi yang telah tertulis. Ada pengetahuan yang dapat membuat orang menjadi sombong, yang dapat menjangkau buah yang terlarang untuk dimakan. Kita harus berhati-hati dalam hal ini, dan harus mengejar pengetahuan yang condong kepada kesederhanaan, yang memperbaiki hati dan memperbaharui kehidupan. Beberapa orang mengartikan kesederhanaan sebagai sesuatu yang dapat menahan kita di tempat dan kedudukan kita sendiri, sehingga tidak mengganggu batas-batas karunia dan jabatan orang lain. Lihatlah contoh yang diberikan perihal kerendah-hatian di dalam menerapkan berbagai karunia rohani yang besar di dalam 2 Korintus 10:13-15. Pada pokok bahasan ini termasuk juga nasihat, Janganlah menganggap dirimu pandai (ay. 16). Sangatlah baik untuk menjadi pandai, tetapi sangat buruk untuk menganggap diri sendiri pandai. Sebab, masih lebih ada harapan bagi seorang bodoh daripada orang yang memandang diri sendiri bijaksana. Sangat baik ketika kulit muka Musa bercahaya, tetapi ia tidak mengetahuinya. Nah, alasan mengapa kita tidak boleh memikirkan yang tinggi-tinggi tentang diri kita sendiri, kemampuan-kemampuan kita, dan pencapaian-pencapaian kita, adalah sebagai berikut:
- (1) Karena apa pun yang baik yang kita miliki, telah dikaruniakan oleh Allah kepada kita masing-masing. Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas (Yak. 1:17). Apakah yang kita punyai, yang tidak kita terima? Dan, jika memang kita telah menerimanya, mengapakah kita harus memegahkan diri? (1Kor. 4:7). Orang yang terbaik dan paling berguna di dunia ini, tidak lebih banyak dan tidak lebih baik dari pada kasih karunia cuma-cuma dari Allah yang memampukan dia setiap hari. Ketika kita berpikir tentang diri kita sendiri, kita harus ingat untuk tidak memikirkan bagaimana kita memperolehnya, seolah-olah karena kekuatan dan kuasa tangan kitalah kita memperoleh semua karunia ini. Sebaliknya, pikirkanlah betapa baiknya Allah kepada kita, sebab Ia-lah yang telah memberikan kita kuasa untuk melakukan apa yang baik, dan di dalam Dia-lah kesanggupan kita.
- (2) Karena Allah mengaruniakan karunia-karunia-Nya dalam ukuran tertentu: Menurut ukuran iman. Perhatikan baik-baik, ukuran karunia-karunia rohaniah disebut sebagai ukuran iman oleh Rasul Paulus, sebab ini adalah kasih karunia yang menyeluruh. Apa yang baik yang kita punyai dan kita lakukan, jauh dari benar dan berkenan kepada Allah jika tidak didasarkan di dalam iman dan mengalir dari iman, dan tidak lebih dari itu. Nah, iman dan karunia-karunia rohaniah lainnya dikaruniakan menurut ukuran, sesuai dengan yang cocok bagi kita menurut pandanganYang Mahabijaksana. Kristus menerima Roh yang diberikan kepada-Nya dengan tidak terbatas (Yoh. 3:34), namun orang-orang kudus menerimanya menurut ukuran iman masing-masing (lih. Ef. 4:7). Kristus sendiri, yang memiliki kasih karunia dengan tidak terbatas, lemah lembut dan rendah hati. Jadi, masakan kita yang terbatas ini menjadi sombong dan menganggap diri pandai?
- (3) Karena selain mengaruniakan kepada kita, Allah juga mengaruniakan karunia-karunia kepada orang-orang lain: kepada kamu masing-masing. Kalau kita memonopoli Roh, atau merasa memiliki hak kepemilikan tunggal atas karunia-karunia rohani, maka kemungkinan kita telah menyombongkan diri. Sebaliknya, orang-orang lain juga memiliki bagian seperti kita. Allah adalah Bapa kita bersama, dan Kristus adalah sumber bersama bagi semua orang kudus, dan semuanya memperoleh kemurahan dari Dia. Itulah sebabnya, betapa jahatnya kita jika meninggikan diri sendiri dan menganggap rendah orang lain, seolah-olah hanya kitalah orang yang diperkenan sorga, dan kebijaksanaan akan mati bersama kita. Rasul Paulus menggambarkan alasan ini dengan membuat perbandingan yang diambil dari anggota-anggota tubuh jasmani (1Kor. 12:12; Ef. 4:16): Sebab seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota ... dst. (ay. 4-5). Perhatikan baik-baik di sini:
- [1] Semua orang kudus membentuk satu tubuh di dalam Kristus, yang menjadi Kepala dari tubuh itu serta menjadi pusat bagi kesatuan mereka semua. Orang-orang percaya tidak berada di dunia ini seperti timbunan yang kacau dan berantakan, tetapi teratur rapi dan saling terkait satu sama lain, sebagaimana mereka disatukan bersama-sama pada satu kepala, digerakkan dan dihidupkan oleh Roh yang sama.
- [2] Orang-orang percaya tertentu adalah anggota-anggota dari tubuh ini, bagian-bagiannya, yang artinya mereka adalah bagian dari keseluruhan, dan dalam hubungan dengan tubuh secara keseluruhan, mereka memperoleh hidup dan roh dari Sang Kepala. Ada beberapa anggota tubuh yang lebih besar dan lebih berguna dibandingkan dengan yang lain, dan masing-masing menerima roh dari kepala sesuai bagiannya. Jika jari yang kecil harus menerima zat makanan sama seperti kaki, betapa tidak pantasnya hal itu dan akan sangat merugikan jadinya! Kita harus ingat bahwa kita bukanlah keseluruhannya, jika tidak, berarti kita telah memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kita pikirkan. Kita hanyalah bagian-bagian dan anggota-anggota dari tubuh ini.
- [3] Tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama (ay. 4), namun masing-masing memiliki tempat masing-masing dan bekerja sesuai tugas yang telah ditetapkan. Tugas mata adalah untuk melihat, tugas tangan adalah untuk bekerja, dan seterusnya. Demikian juga halnya dalam tubuh rohani, beberapa orang memiliki kemampuan tertentu dan dipanggil untuk melakukan pekerjaan tertentu. Begitu juga halnya dengan orang-orang lain yang dipanggil untuk melakukan pekerjaan lain yang cocok bagi mereka. Pemimpin-pemimpin, pelayan-pelayan, orang-orang di dalam persekutuan Kristen, memiliki beberapa tugas masing-masing, dan tidak boleh saling mengganggu satu sama lain, dan juga tidak boleh saling berbenturan dalam melaksanakan tugas masing-masing.
- [4] Masing-masing anggota memiliki tempat dan tugas masing-masing, untuk kebaikan tubuh secara keseluruhan dan kebaikan masing-masing anggota lain. Kita tidak saja menjadi anggota tubuh Kristus, tetapi kita juga menjadi anggota yang seorang terhadap yang lain (ay. 5). Kita berdiri dalam hubungan satu sama lain. Kita terlibat untuk melakukan semua yang baik yang dapat kita lakukan bagi kita satu sama lain, dan bertindak dalam kaitan untuk keuntungan bersama. Lihatlah gambarannya yang lebih lengkap di dalam 1 Korintus 12:14 dan seterusnya. Oleh karena itu kita tidak boleh menyombongkan diri dengan meninggikan pencapaian kita. Karena apa pun yang kita punyai, jika kita menerimanya, maka kita menerimanya bukan untuk diri kita sendiri, melainkan untuk kebaikan orang-orang lain juga.
- 2. Penggunaan yang wajar atas karunia-karunia yang telah diberikan Allah kepada kita. Sementara di satu sisi kita tidak boleh meninggikan talenta-talenta kita, sebaliknya di sisi lain kita juga tidak boleh menguburnya. Berhati-hatilah supaya kita tidak menjadi malas dalam hal memberikan diri kita untuk orang lain dengan berpura-pura rendah hati dan menyangkal diri. Kita tidak boleh berkata, “Saya sendiri bukan apa-apa, karena itu saya akan duduk diam dan tidak berbuat apa-apa,” tetapi kita harus berkata, “Saya sendiri bukan apa-apa, dan itulah sebabnya saya akan memberikan diri saya sepenuhnya di dalam kekuatan kasih karunia Kristus.” Rasul Paulus memerincikan jabatan-jabatan gerejawi yang ditetapkan bagi beberapa jemaat tertentu, dengan tujuan supaya masing-masing pejabat dapat belajar bagaimana menjalankan tugas masing-masing untuk menjaga ketertiban dan meningkatkan pertumbuhan di dalam jemaat. Supaya masing-masing mengetahui kedudukan masing-masing dan memenuhi tugas itu. Demikianlah kita mempunyai karunia. Contoh-contoh yang diberikan berikutnya menjelaskan hal yang bersifat umum ini. Mempunyai karunia, marilah kita menggunakannya. Wewenang dan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan pelayanan merupakan karunia Allah. Karunia yang berlain-lainan. Rancangan langsung dari masing-masing jabatan ini berbeda-beda, walaupun kecenderungan akhir dari semuanya sama. Menurut kasih karunia itu, charismata kata tēn charin. Kasih karunia Allah yang diberikan dengan cuma-cuma merupakan sumber dan asal dari semua karunia yang diberikan kepada umat manusia. Kasih karunia itulah yang menetapkan jabatan itu, melayakkan, dan mengarahkan orang itu, bekerja untuk membuat orang itu mau melakukan dan terus melakukannya. Di dalam jemaat mula-mula terdapat beberapa karunia yang luar biasa, yaitu karunia berbahasa lidah, membedakan bermacam-macam roh, karunia untuk menyembuhkan, namun di sini Paulus berbicara mengenai karunia-karunia yang biasa (bdk. 1Kor. 12:4; 1Tim. 4:14; 1Ptr. 4:10). Ia memerincikan tujuh karunia khusus (ay. 6-8), yang tampaknya dimaksudkan untuk menunjukkan begitu banyaknya jabatan berbeda yang digunakan oleh jemaat-jemaat mula-mula sebagai kebijaksanaan pokok, khususnya jemaat yang besar. Terdapat dua karunia umum yang dinyatakan di sini, yaitu karunia bernubuat dan melayani. Yang pertama merupakan tugas para penilik jemaat, yang berikut merupakan tugas para diaken. Keduanya merupakan para pejabat utama di dalam jemaat (Flp. 1:1). Namun, supaya pekerjaan itu dapat dilaksanakan secara lebih baik dan berhasil, tampaknya pekerjaan-pekerjaan tertentu yang menjadi tugas masing-masing harus dibagi dan diberikan melalui persetujuan dan kesepakatan bersama, sebab yang disebut pekerjaan setiap orang dapat berarti bukan pekerjaan siapa pun. Dengan demikian masing-masing dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan baik, pekerjaan yang vir unius negotii – satu orang dengan satu pekerjaan. Itulah sebabnya Daud memilih orang-orang Lewi (1Taw. 23:4-5), sehingga dengan kebijaksanaan ini pekerjaan lebih mudah diatur dan diarahkan. Oleh karena itu, lima karunia berikutnya dimasukkan ke dalam dua kelompok karunia sebelumnya.
- (1) Karunia bernubuat. Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Karunia bernubuat ini tidak dimaksudkan sebagai karunia luar biasa untuk memberitahukan sebelumnya hal-hal yang akan terjadi, tetapi sebagai pekerjaan biasa untuk memberitakan firman, begitulah pemahaman yang sebenarnya dari bernubuat ini (1Kor.14:1-3, dst.; 11:4; 1Tes. 5:20). Tugas para nabi di dalam Perjanjian Lama tidak saja memberitahukan hal-hal yang akan terjadi di masa depan, tetapi juga memperingatkan orang-orang akan dosa dan kewajiban mereka, serta mengingatkan kembali apa yang telah mereka ketahui sebelumnya. Dengan demikian para pemberita Injil juga merupakan nabi-nabi. Dan memang demikian adanya, sejauh pewahyuan firman itu masih berlangsung, yaitu memberitahukan hal-hal yang akan terjadi. Memberitakan firman menunjuk kepada kehidupan kekal umat manusia, langsung menunjuk kepada keadaan di masa depan. Nah, orang-orang yang memberitakan firman harus melakukannya sesuai dengan iman mereka – kata tēn analogian tēs pisteōs, artinya,
- [1] Harus sesuai dengan cara kita bernubuat, sesuai dengan dengan karunia iman yang dianugerahkan kepada kita. Rasul Paulus berbicara mengenai ukuran iman, yang dikaruniakan kepada kita masing-masing (ay. 3). Hendaknya orang yang memberitakan firman menyatakan kebenaran yang ia beritakan dengan menggunakan semua karunia iman yang ia miliki, pertama-tama atas hatinya sendiri. Sama seperti orang tidak dapat mendengar dengan baik tanpa iman, demikian juga para pelayan firman tidak akan dapat memberitakan firman dengan baik tanpa iman. Pertama-tama orang harus percaya terlebih dahulu, dan baru kemudian berkata-kata (Mzm. 116:10; 2Kor. 4:13). Lagi pula kita harus ingat mengenai ukuran iman yang dianugerahkan, bahwa, walaupun tidak semua orang mempunyai iman, namun masih banyak orang memiliki iman di samping kita sendiri. Itulah sebabnya kita harus memperbolehkan orang lain membagikan pengetahuan dan kemampuannya untuk mengajar sama seperti kita, walaupun dalam beberapa hal sedikit berbeda dari kita. “Berpeganglah pada keyakinan yang engkau miliki itu, bagi dirimu sendiri. Jangan menjadikannya sebuah aturan bagi orang lain, ingatlah bahwa engkau hanya mempunyai sebanyak ukuran yang dianugerahkan kepadamu.”
- [2] Mengenai isi nubuat kita. Nubuat itu harus sesuai dengan ukuran dari pengajaran iman kita, sebagaimana dinyatakan di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dengan aturan iman seperti ini orang-orang Berea menguji firman yang diberitakan oleh Paulus (Kis. 17:11; bdk. Kis. 26:22; Gal. 1:9). Ada sejumlah kebenaran pokok, yang boleh saya sebut demikian, sebagai prima axiomata – aksioma-aksioma utama, yang diajarkan dengan jelas dan seragam di dalam Kitab Suci yang dijadikan sebagai pedoman dalam pemberitaan firman, yang dengannya (walaupun kita tidak boleh memandang rendah nubuat) kita harus menguji segala sesuatu dan kemudian memegang teguh yang baik (1Tes. 5:20-21). Kebenaran yang masih belum jelas harus diuji dengan kebenaran yang lebih jelas, dan kemudian disambut jika ternyata cocok dan sesuai dengan pernyataan iman. Karena suatu kebenaran pasti tidak akan bertentangan dengan kebenaran lainnya. Lihatlah di sini bagaimana perhatian yang harus diberikan oleh para pemberita firman, yaitu untuk memberitakan pengajaran yang sehat, sesuai dengan bentuk firman secara utuh (Tit. 2:8; 2Tim. 1:13). Bernubuat tidak harus sesuai dengan ukuran seni, kaidah berpikir, dan kepandaian berbicara, namun harus sesuai dengan ukuran iman: sebab firman iman itulah yang kita beritakan. Nah, ada dua pekerjaan khusus yang harus diperhatikan oleh orang yang bernubuat, yaitu mengajar dan menasihati, dan cukup tepat untuk dilakukan oleh orang yang sama dan pada saat yang sama. Ketika ia melakukan suatu tugas yang satu, biarlah ia memperhatikan sungguh-sungguh tugas itu, dan ketika ia mengerjakan tugas yang lainnya, biarlah ia juga mengerjakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Jika oleh kesepakatan di antara para pelayan jemaat, kedua tugas itu dipisahkan, baik secara tetap maupun secara dapat saling dipertukarkan, sehingga ada satu orang yang mengajar dan yang lain menasihati (artinya, di dalam bahasa modern dikatakan, yang satu menjelaskan secara terperinci dan yang lain memberitakan firman), biarlah masing-masing melakukan pekerjaannya sesuai dengan ukuran iman masing-masing.
- Pertama, Baiklah orang yang mengajar, melayani dengan memberi pelajaran. Kegiatan mengajar adalah kegiatan untuk menjelaskan dan membuktikan apa adanya kebenaran-kebenaran Injil tanpa disertai penerapan praktis, sama seperti kegiatan menjelaskan isi Kitab Suci. Gembala-gembala dan pengajar-pengajar merupakan jabatan yang sama(Ef. 4:11), namun kekhususan kedua pekerjaan tersebut sedikit berbeda. Nah, orang yang memiliki kemampuan mengajar, dan menjalankan kegiatan itu, baiklah ia tetap setia dalam pekerjaan itu. Karunia itu adalah karunia yang baik, biarlah ia menggunakannya, dan memberikan perhatiannya kepada bidang pekerjaan itu. Orang yang mengajar, baiklah ia mengajar, begitulah kata beberapa orang untuk melengkapi, Ho didaskōn, en tē didaskalia. Baiklah ia sering melakukannya, melakukannya secara terus-menerus, serta rajin di dalamnya. Hendaknya ia tinggal di dalam pekerjaan yang tepat baginya itu, dan ada di dalamnya sebagai bagian dari dirinya. Lihatlah di dalam 1 Timotius. 4:15-16, di sana hal itu dijelaskan dengan dua perkataan, en toutois isthi, dan epimene autois, hiduplah di dalamnya dan bertekunlah dalam semuanya itu.
- Kedua, Baiklah orang yang menasihatimelayani dengan cara memberikan nasihat. Hendaknya ia memberikan diri sepenuhnya kepada pekerjaan itu. Pekerjaan ini adalah pekerjaan bagi seorang gembala, sama seperti seorang pengajar yang telah disebut sebelumnya, yaitu untuk menerapkan kebenaran-kebenaran dan peraturan-peraturan Injil secara lebih dekat kepada masalah dan keadaan jemaat, serta menekankan hal-hal yang lebih bersifat praktis. Banyak orang sangat cermat dalam mengajar, namun sebaliknya menjadi sangat dingin dan tidak terampil dalam memberi nasihat. Yang pertama membutuhkan pikiran yang jernih, sementara yang lainnya membutuhkan hati yang hangat. Nah, karena tampak dengan jelas bahwa karunia-karunia ini dipisahkan (bahwa karunia yang satu menjadi lebih menonjol di dalam diri orang tertentu sementara karunia yang lain menonjol di dalam diri orang lain), demi pendidikan jemaat akan lebih baik jika membagi pekerjaan sesuai dengan itu. Dan apa pun pekerjaan kita, baiklah kita perhatikan dengan sungguh-sungguh. Melayani dengan melaksanakan pekerjaan kita berarti memberikan waktu dan pemikiran kita yang terbaik atas pekerjaan itu, menggunakan segala kesempatan untuk mengerjakannya, dan tidak saja berusaha mengerjakannya, tetapi juga bagaimana mengerjakannya dengan baik. Pelayanan. Jika seseorang memiliki karunia diakonian, yaitu jabatan sebagai seorang diaken, atau sebagai pembantu gembala dan pembantu pengajar, hendaknya dia menggunakan jabatan itu dengan baik. Ini termasuk pengurus jemaat (misalnya), penatua, atau penilik atas pelayanan bagi orang-orang miskin. Dan mungkin masih ada lagi pelayanan-pelayanan lain yang bisa ditambahkan, dan jemaat mula-mula sangat bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan ini, dan lebih banyak memberikan perhatian penuh sebagai penekanan pada pekerjaan ini. Di dalamnya termasuk pekerjaan yang berkaitan dengan ta exo dari jemaat, mengawasi pekerjaan di luar rumah Allah (lih. Neh. 11:16). Melayani meja (Kis. 6:2). Nah, baiklah dia yang menerima tugas pelayanan ini melayani dengan penuh kesetiaan dan kerajinan, khususnya,
- [1] Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas. Para pelayan jemaat yang menjadi bendahara atas derma untuk orang miskin, akan mengumpulkan uang dan membagikannya sesuai dengan kebutuhan orang-orang miskin yang ada. Baiklah mereka melakukannya dengan en aplotēti – dengan murah hati dan setia. Tidak mengubah apa pun dari semua yang telah mereka terima untuk digunakan sendiri, juga tidak boleh membagikan dengan maksud jahat, atau dengan mempertimbangkan orang, tidak cepat marah dan menyulitkan orang-orang miskin, juga tidak berdalih untuk berusaha menyisihkan mereka. Tetapi sebaliknya, dengan segala keikhlasan dan kejujuran tidak memiliki maksud-maksud lain, selain memuliakan Allah dan berbuat baik. Beberapa orang memahami hal itu sebagai pemberian derma pada umumnya: Orang yang memiliki sesuatu yang diperlukan, hendaknya ia memberi, serta memberinya dengan berlimpah-limpah dan dengan murah hati. Begitulah firman itu diterjemahkan (2Kor. 8:2; 9:13). Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita dan berlimpah-limpah.
- [2] Siapa yang memberi pimpinan, hendaknya ia melakukannya dengan rajin. Tampaknya, yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus di sini adalah para pembantu gembala dalam menegakkan disiplin jemaat. Mereka menjadi mata, tangan, dan mulut dalam pengelolaan gereja, atau para pelayan yang memiliki tugas utama dalam jemaat untuk mengatur, sebab kita menjumpai orang-orang yang bertugas untuk berkhotbah dan mengajar(1Tim. 5:17). Nah, tugas-tugas seperti itu harus dilaksanakan dengan rajin. Perkataan tersebut menunjukkan perhatian dan kerajinan untuk menemukan apa yang salah, mengembalikan orang-orang yang tersesat, untuk mencela dan menegur orang-orang yang jatuh, untuk menjaga kemurniaan jemaat. Orang-orang itu harus menanggung banyak kepedihan yang akan membuktikan kesetiaan mereka dalam melaksanakan kepercayaan ini, dan tidak membiarkan kehilangan satu peluang pun yang dapat memudahkan dan memajukan pekerjaan itu.
- [3] Siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita. Beberapa orang berpendapat bahwa yang dimaksudkan di sini secara umum adalah, supaya semua orang menunjukkan kemurahan di dalam segala sesuatu: Hendaknya mereka bersedia melakukan hal itu, dan bersukacita di dalamnya. Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Namun, secara khusus, tampaknya yang dimaksudkan di sini adalah para pengurus jemaat tertentu yang bertugas untuk mengurus orang-orang yang sakit dan orang-orang asing. Umumnya mereka adalah janda-janda yang dalam hal ini menjadi pelayan jemaat (1Tim. 5:910), walaupun mungkin ada juga orang-orang lain yang dipekerjakan. Nah, tugas ini harus dilaksanakan dengan penuh sukacita. Roman muka yang menyenangkan dalam kegiatan kemurahan hati akan mendatangkan kelegaan dan penghiburan bagi orang-orang yang sedang menderita, yaitu ketika orang melihat kegiatan itu tidak dilakukan dengan rasa enggan dan sikap tidak rela, tetapi dengan sikap yang menyenangkan dan kata-kata yang lembut, dan dengan semua sikap yang menunjukkan kerelaan dan kesigapan. Orang-orang yang sakit dan sedih, umumnya akan cenderung lebih mudah menyakiti hati dan marah kepada orang lain. Karena itu, mereka yang melayani orang-orang demikian, tidak hanya harus sabar, tetapi juga harus bersukacita, supaya pekerjaan yang mereka lakukan akan terasa lebih ringan dan menyenangkan, serta menjadi lebih berkenan kepada Allah.
- III. Perihal bagian kewajiban kita yang berkenaan dengan saudara-saudara kita. Mengenai hal ini telah banyak diberikan contoh dalam bentuk nasihat-nasihat singkat. Nah, semua kewajiban kita terhadap sesama kita telah diringkas dalam satu kata yang indah, yaitu kasih. Di dalamnya diletakkan dasar dari semua kewajiban kita bersama. Itulah sebabnya Rasul Paulus menyebutkan hal ini terlebih dahulu, yang dijadikan sebagai pakaian seragam murid-murid Kristus, serta hukum utama agama kita: Hendaklah kasih itu jangan pura-pura, tidak dinyatakan dalam pujian dan sikap yang dibuat-buat, tetapi dalam perbuatan nyata, bukan dengan perkataan atau dengan lidah saja (1Yoh. 3:18). Kasih yang benar adalah kasih yang bersungguh-sungguh, bukan seperti ciuman seorang musuh, yang menipu. Kita harus bersukacita mendapat kesempatan untuk membuktikan keikhlasan kasih kita (2Kor. 8:8). Lebih khusus lagi, kita berutang kasih kepada sahabat-sahabat kita dan juga kepada musuh-musuh kita. Paulus memerinci kedua hal itu.
- 1. Kepada sahabat-sahabat kita. Orang yang mempunyai sahabat harus menunjukkan sikap bersahabat. Orang-orang Kristen berutang untuk saling mengasihi, dan mereka harus membayarnya.
- (1) Kasih yang dipenuhi dengan rasa sayang (ay. 10): Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara, philostorgoi. Ini tidak saja menunjukkan kasih, tetapi juga kesiapan dan kerelaan untuk mengasihi, kasih sayang yang paling sejati dan bebas, kebaikan hati yang seolah-olah memancar dari sebuah sumber. Tepatnya kasih seperti ini menunjuk kepada kasih orangtua kepada anak-anak mereka, yang karena yang paling lembut, juga yang paling alamiah, tidak dipaksakan, dan tidak terbatas. Seperti itulah hendaknya kita saling mengasihi, dan di sanalah sifat dan hukum kasih yang baru dituliskan di dalam hati kita. Kasih sayang seperti ini akan membuat kita dapat menyatakan diri dalam perkataan dan tindakan yang penuh dengan rasa hormat dan kesediaan untuk membantu sedapat-dapatnya. –Satu sama lain. Di sini dapat berarti karunia kasih itu dipercayakan kepada kita, sebab sudah menjadi kewajiban kita untuk saling mengasihi dan juga kewajiban orang lain untuk mengasihi kita. Adakah yang lebih manis di dunia seberang sorga ini selain mengasihi dan dikasihi? Siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. Kasih yang penuh rasa hormat: Hendaklah kamu saling mendahului dalam memberi hormat. Daripada bersaing mengejar keunggulan, marilah kita bersaing saling mendahului memperlakukan orang lain lebih unggul daripada kita. Hal ini dijelaskan di dalam Filipi 2:3, hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri. Untuk itulah alasan yang baik itu diberikan, karena, jika kita dapat mengenal hati kita sendiri, kita tahu bahwa ternyata diri kita lebih jahat dari pada yang dilakukan oleh orang lain di dunia ini. Kita harus lebih dahulu memperhatikan karunia, anugerah, dan hasil kerja saudara-saudara kita, dan menghargai mereka atas hal itu. Lebih dahulu dalam memuji orang lain dan lebih senang mendengar orang lain dipuji daripada diri kita sendiri, tē timē allēlous proēgoumenoi – mendahului, atau saling mendahului dalam menghormati. Atau demikian beberapa orang memahaminya: saling mendahului untuk memberi kehormatan, bukan untuk mengambil kehormatan. ”Berusahalah, siapa dari antara kamu yang paling terdahulu dalam memberi hormat kepada orang yang berhak menerimanya, dan dalam melaksanakan semua kewajiban kasih Kristen (yang semuanya tercakup di dalam kata kehormatan) kepada saudara-saudaramu pada setiap kesempatan. Hendaklah semua usahamu untuk maju adalah yang paling sederhana, berguna, dan rendah hati.” Jadi, pengertiannya sama dengan Titus 3:14, Biarlah orang-orang kita juga belajar, proistasthai – saling mendahului dalam melakukan pekerjaan yang baik. Tetapi, walaupun kita harus melebihkan orang lain (begitulah terjemahan kita dalam memahami hal ini), dan membesarkan orang lain, sebagai lebih mampu dan pantas dari pada diri kita, namun kita tidak boleh menjadikan itu sebagai alasan untuk berpangku tangan dan tidak melakukan apa-apa. Kita juga tidak boleh berpura-pura menghormati orang lain, kemampuan kerja mereka dan hasil kerja mereka, dan memperturutkan hati kita dalam kenyamanan dan kemalasan. Itulah sebabnya Rasul Paulus dengan segera menambahkan, Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor (ay. 11).
- (3) Kasih yang murah hati (ay. 13): Membantu dalam kekurangan orang-orang kudus. Kasih itu hanya omong kosong saja kalau hanya sebatas ungkapan kata-kata yang berisikan kebaikan hati dan rasa hormat tetapi tidak melakukan apa-apa sementara kekurangan saudara-saudara kita membutuhkan bantuan nyata, dan kita mampu melakukannya.
- [1] Bukan merupakan hal yang aneh bagi orang-orang kudus di dunia ini mengalami kekurangan kebutuhan pokok untuk menunjang kehidupan jasmani mereka. Di zaman jemaat mula-mula mengalami penganiayaan yang meluas di mana-mana, banyak orang kudus mengalami penderitaan hebat. Orang-orang miskin selalu ada pada kita, bahkan juga banyak orang kudus yang miskin. Pasti barang-barang yang ada di dunia ini bukanlah hal-hal yang terbaik. Jika memang itu yang terbaik, tentunya orang-orang kudus yang menjadi kesayangan sorga tidak akan dibiarkan begitu saja dengan barang-barang duniawi yang begitu sedikit.
- [2] Menjadi kewajiban orang-orang yang mempunyai barang atau uang yang dibutuhkan untuk membantu, atau (mungkin lebih baik) untuk membagi segala sesuatu dengan orang-orang yang berkekurangan itu. Tidak cukup hanya mengambil keluar hati kita, tetapi kita juga harus mengambil keluar dompet kita, bagi orang-orang yang lapar (lih. Yak. 2:15-16; 1Yoh. 3:17). Membagi segala sesuatu – koinōnountes. Hal ini menunjukkan bahwa saudara-saudara kita yang miskin memiliki semacam kepentingan di dalam harta yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Mengingat hal itu, pertolongan kita harus bersumber dari turut mengerti dan merasakan kekurangan mereka sebagai sesama, seolah-olah kita menderita bersama mereka. Kemurahan hati dan kebaikan orang-orang Filipi kepada Paulus disebut dengan istilah, mengambil bagian dalam kesusahannya (Flp. 4:14). Kita harus selalu siap selama kita memiliki kemampuan dan kesempatan untuk meringankan beban orang-orang yang berkekurangan. Tetapi secara khusus kita terikat untuk berbagi dengan sesama orang-orang kudus. Kita berutang kasih secara umum kepada sesama makhluk, tetapi secara khusus kita berutang kasih kepada sesama orang-orang Kristen, terutama kepada kawan-kawan kita seiman (Gal. 6:10). Membagikan, tais mneiais – untuk mengingat orang-orang kudus, begitulah beberapa orang di zaman dahulu kala mengartikannya, dan bukannya tais chreiais. Terdapat utang dalam ingatan kepada orang-orang yang mewarisi janji-janji itu oleh iman dan kesabaran mereka, yaitu untuk menghargai, membebaskan, dan mengenang mereka. Biarlah kenangan kepada orang-orang benar mendatangkan berkat (Ams. 10:7). Paulus menyebut contoh lain dari kasih yang berlimpah-limpah ini, yakni, memberikan tumpangan. Orang-orang yang memiliki rumah sendiri harus siap menjamu orang-orang yang berkeliling melakukan pekerjaan yang baik, atau menjamu mereka yang karena takut teraniaya, terpaksa harus mengembara untuk mencari tempat bernaung. Di zaman itu belum ada banyak tempat penginapan seperti yang kita miliki sekarang. Mungkin juga karena orang-orang Kristen yang mengembara itu tidak berani terlampau sering menginap di tempat-tempat penginapan. Atau juga karena mereka tidak mempunyai cukup uang untuk membayar harga penginapan itu. Itulah sebabnya jika kita menyambut mereka untuk menginap dengan cuma-cuma, maka perbuatan itu akan menjadi suatu kebaikan yang istimewa. Selain itu, memberi tumpangan juga merupakan kewajiban yang sudah lama ada sejak dahulu kala. Jika ada kesempatan, kita harus menjamu orang-orang asing, sebab kita tidak tahu apa yang ada di dalam hati seorang asing. Ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan, disebutkan sebagai salah satu contoh kemurahan hati yang diterima oleh orang-orang yang memperoleh belas kasihan: tēn philoxenian diōkontes – mengikuti atau mengejar kesempatan untuk memberi tumpangan. Hal itu menunjukkan bahwa tidak saja kita harus mengambil kesempatan, tetapi berusaha mencari kesempatan itu, dan dengan demikian menunjukkan belas kasihan. Seperti Abraham, yang duduk di pintu kemah (Kej. 18:1), dan Lot, yang duduk di pintu gerbang kota Sodom (Kej. 19:1), sambil menunggu-nunggu kedatangan para musafir, yang mungkin mereka jumpai dan kemudian mencegat mereka dengan sebuah undangan yang ramah, dan dengan demikian tanpa diketahui mereka telah menjamu malaikat-malaikat (Ibr. 13:2).
- (4) Kasih yang bersimpati (ay. 15): Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis. Di mana ada saling mengasihi di antara anggota-anggota tubuh rohaniah, akan ada perasaan semacam itu terhadap sesama (lihat 1Kor. 12:26). Kasih yang sejati akan menarik perhatian kita dalam kesusahan dan sukacita sesama kita, dan mengajarkan kita untuk menjadikannya sebagai kesusahan dan sukacita kita sendiri. Amatilah campuran umum yang terjadi di dalam dunia ini, ada sebagian orang yang bersorak-sorai dan ada juga yang menangis (seperti yang terjadi dengan orang-orang itu, dalam Ezr. 3:12-13), sebab pencobaan itu, sama seperti kasih karunia lainnya, begitu jugalah kasih persaudaraan dan simpati Kristen. Tidak berarti kita harus turut mengambil bagian di dalam kegembiraan atau perkabungan yang penuh dosa dari orang lain, tetapi kita hanya boleh berada di dalam sukacita dan dukacita yang benar dan masuk akal. Kita tidak boleh menaruh iri hati kepada orang-orang kaya, tetapi bersukacita bersama mereka. Kita harus bergembira bahwa orang lain berhasil dan terhibur meskipun kita tidak. Tidak memandang rendah orang-orang yang sedang ada di dalam kesusahan, tetapi turut merasa prihatin dengan keadaan mereka, dan siap menolong mereka, seperti menolong diri kita sendiri yang ada di dalam tubuh yang sama. Inilah yang dimaksudkan dengan melakukan sesuatu seperti yang Allah lakukan, yang tidak saja menginginkan keselamatan hamba-Nya (Mzm. 35:27), tetapi juga turut disesakkan dalam segala kesesakan mereka (Yes. 63:9).
- (5) Kasih yang mempersatukan: ”Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama (ay. 16), artinya, usahakan sekuat tenagamu untuk seia sepakat. Bila tidak ada kesepakatan, setidaknya seia seperasaan. Usahakan semuanya tetap bersatu, tidak menimbulkan bentrokan, pertentangan, dan saling menjegal satu sama lain. Sebaliknya, berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera (Flp. 2:2; 3:15-16; 1Kor. 1:10), to auto eis allēlous phronountes – mengharapkan kebaikan yang sama bagi orang lain seperti yang Anda harapkan bagi diri sendiri,” begitulah yang dipahami oleh beberapa orang. Artinya, kita harus mengasihi saudara-saudara kita seperti diri kita sendiri, menginginkan kesejahteraan mereka seperti kesejahteraan kita sendiri.
- (6) Kasih yang rendah hati: Janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkan dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana (ay. 16). Kasih yang sejati tidak akan pernah ada, tanpa kerendahan hati (Ef. 4:1-2; Flp. 2:3). Ketika Tuhan Yesus kita mencuci kaki murid-murid-Nya, yang Ia ajarkan kepada kita adalah kasih persaudaraan (Yoh. 13:5; 14:34). Perbuatan itu terutama dimaksudkan untuk menunjukkan kepada kita bahwa saling mengasihi dengan benar itu berarti bersedia membungkuk untuk melakukan perbuatan baik yang paling hina demi kebaikan satu sama lain. Kasih adalah karunia yang bersifat merendahkan hati, Non bene conveniunt – majestas et amor – keagungan dan kasih itu baik, tetapi tidak sebanding. Perhatikan baik-baik bagaimana hal itu ditekankan di sini.
- [1] Janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi. Kita tidak boleh mengingini dengan sangat kehormatan dan kedudukan yang lebih tinggi, juga tidak boleh memandang kemegahan dan martabat duniawi dengan nilai yang tinggi sekali atau dengan sangat mendambakannya, tetapi lebih baik memandangnya dengan rasa tidak suka yang kudus. Ketika Daud mencapai kedudukan yang tinggi, rohnya tetap rendah hati (Mzm.131:1): aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar. Orang-orang Roma yang hidup di dalam ibu kota kekaisaran yang memerintah atas raja-raja di bumi ini (Why. 17:18), yang sedang berada pada puncak kemegahannya pada zaman itu, dan mungkin dalam waktu yang tidak lama lagi akan menganggap diri mereka lebih baik daripada bangsa-bangsa lain. Bahkan benih yang kudus itu telah dicemari oleh ragi ini. Orang-orang Kristen Roma juga melakukan hal yang sama seperti sejumlah warga negara Roma lainnya. Itulah sebabnya Rasul Paulus begitu sering memperingatkan mereka terhadap sikap tinggi hati ini (bdk. 11:20). Mereka tinggal di dekat istana, dan setiap hari berhubungan dengan kecemerlangan serta keagungan istana itu, ”Baiklah,” kata Rasul Paulus, ”Jangan pikirkan hal itu, jangan jatuh cinta kepadanya.”
- [2] Tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana – Tois tapeinois synapagomenoi.
- Pertama, yang mungkin dimaksudkan di sini adalah hal-hal yang sederhana. Kepada hal-hal itulah kita harus mengarahkan diri. Jika di dalam dunia ini, kita berada dalam keadaan yang miskin dan rendah, kesenangan kita sederhana dan tidak banyak, pekerjaan kita hina dan rendah, namun kita harus tetap mengarahkan pikiran kita ke sana, dan menerimanya. Tafsiran lainnya: Cukupkanlah dirimu dengan hal-hal yang sederhana. Terimalah tempat yang telah ditetapkan Allah dalam pengaturan penyelenggaraan-Nya untuk menempatkan kita, di mana pun dan bagaimanapun keadaannya. Kita tidak boleh memandang rendah apa pun selain dosa. Dengan rendah hati kita harus menerima tempat tinggal yang sederhana, makanan yang sederhana, pakaian yang bersahaja, tempat penginapan yang sederhana, jika itu memang menjadi bagian kita, dan jangan menggerutu. Bahkan ketika Allah menetapkan kita kepada hal-hal yang sederhana, kita harus menerimanya dengan semangat, dengan kekuatan dari sifat kita yang baru (begitulah kata synapagomai mengartikannya dengan tepat, dan hal itu sangat penting), sama seperti sifat busuk yang lama diserap ke dalam hal-hal yang tinggi. Kita harus menyesuaikan diri dengan hal-hal yang sederhana. Kita harus lebih menjadikan keadaan yang rendah dan lingkungan sekitar yang sederhana sebagai pusat keinginan kita dari pada hal-hal yang tinggi.
- Kedua, yang mungkin dimaksudkan di sini adalah orang-orang yang sederhana. Begitulah kita memahaminya (saya berpendapat keduanya harus dimasukkan), Arahkanlah dirimu kepada orang-orang yang sederhana.Kita harus bergaul dan menyesuaikan diri dengan orang-orang yang miskin serta sederhana di dunia ini, sepanjang mereka juga takut akan Allah. Walaupun Daud adalah seorang raja yang berkuasa, ia bersekutu dengan semua orang yang takut kepada Allah (Mzm. 119:63). Kita tidak perlu merasa malu bergaul dengan orang-orang yang sederhana, sementara Allah yang mahabesar memandang ke bawah langit dan bumi untuk melihat orang-orang semacam itu. Kasih yang sejati menghargai kasih karunia yang ada pada kain yang kotor dan juga pada kain kirmizi. Sebutir permata adalah tetap permata, meskipun tergeletak di dalam kotoran. Kebalikan dari mengarahkan diri adalah mencela (Yak. 2:1-4). Arahkan dirimu, artinya, sesuaikan dirimu dengan mereka, tundukkan dirimu kepada mereka demi kebaikan mereka, seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus (1Kor. 9:19, dst.). Beberapa orang berpendapat bahwa kata yang asli yang dipakai merupakan kata kiasan yang diambil dari kehidupan para musafir. Ketika dalam perjalanan, orang-orang yang lebih kuat dan lebih gesit menunggu orang-orang yang lemah dan lamban. Mereka berhenti, dan kemudian membawa orang-orang itu bersama mereka. Demikianlah orang-orang Kristen harus bersikap lembut kepada teman-teman seperjalanan mereka. Untuk menguatkan maksud ini, Rasul Paulus menambahkan, Janganlah menganggap dirimu pandai! Dengan maksud yang sama seperti pada ayat 3. Kita tidak akan pernah dapat mengarahkan diri kepada orang lain di dalam hati kita sementara kita menganggap diri kita pandai. Itulah sebabnya sikap menganggap diri pandai ini harus dimatikan. Me ginesthe phronimoi par’ heautois – “Janganlah menganggap dirimu sendiri bijak, janganlah percaya akan kecukupan kebijaksanaanmu sendiri, sehingga memandang rendah orang lain, atau menganggap engkau tidak membutuhkan mereka (Ams. 3:7), juga jangan malu membagikan apa yang engkau miliki kepada orang lain. Kita adalah anggota satu sama lain, saling bergantung, harus bersedia saling membantu, dan itulah sebabnya, janganlah menganggap dirimu sendiri bijak. Ingatlah bahwa yang kita usahakan adalah perkara-perkara kebijaksanaan. Nah, barang usaha itu terdiri dari kegiatan menerima dan mengembalikan.”
- (7) Kasih yang melibatkan diri kita, sedapat-dapatnya, kalau itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (ay. 18). Bahkan dengan orang-orang yang tidak dapat akrab dan dekat dengan kita, karena dipisahkan oleh jarak atau pekerjaan, kita juga harus hidup damai dengan mereka. Artinya, kita tidak boleh membahayakan dan mengganggu mereka, serta tidak membuka peluang bagi mereka untuk bertengkar dengan kita. Kita juga jangan menyakiti hati mereka dan suka membalas dendam, tidak mencari gara-gara untuk bertengkar dengan mereka. Jadi, kita harus berusaha memelihara perdamaian, jangan sampai retak, dan kita harus merekatkannya kembali seandainya terlanjur retak. Hikmat yang dari atas itu murni dan mendamaikan. Perhatikanlah baik-baik bagaimana nasihat ini dibatasi. Nasihat ini tidak dinyatakan untuk memaksa kita menghadapi kemustahilan: Sedapat-dapatnya, kalau itu bergantung padamu. Dengan demikian, berusahalah hidup damai (Ibr. 12:14), berusahalah memelihara ikatan damai sejahtera (Ef. 4:3). Pikirkanlah hal-hal yang dapat membawa damai – jika itu memungkinkan. Tidak mungkin kita tidak melukai hati Allah dan hati nurani kita bila kita tidak mengusahakan perdamaian: Id possumus quod jure possumus – apa saja mungkin, sekalipun tidak ada kesalahan. Hikmat yang dari atas itu pertama-tama murni, selanjutnya pendamai (Yak. 3:17). Kedamaian tanpa kemurnian adalah damai yang berasal dari istana Iblis. Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu. Harus ada dua kata untuk saling menyepakati perdamaian. Kita hanya dapat berbicara untuk diri kita sendiri. Tidak dapat dihindarkan mungkin kita akan terpaksa menjadi seperti Yeremia, seorang yang menjadi buah perbantahan (Yer. 15:10). Kita tidak dapat menghindari hal ini. Perhatian kita haruslah jangan sampai di pihak kita kurang memelihara perdamaian. Aku ini suka perdamaian, tetapi apabila aku berbicara, maka mereka menghendaki perang (Mzm. 120:7).
- 2. Kepada musuh-musuh kita. Sejak manusia menjadi musuh Allah, mereka menjadi sangat condong untuk saling memusuhi satu sama lain. Tinggalkanlah pusat kasih itu sekali saja, maka akan segera terjadi bentrokan dan gangguan di dalam barisan, atau berada pada jarak yang tidak nyaman. Dari semua orang, mereka yang beragama mempunyai cukup alasan untuk kemungkinan bertemu dengan musuh di dalam dunia yang senyumnya jarang sepadan dengan senyum Kristus. Nah, Kekristenan mengajarkan kepada kita bagaimana berperilaku terhadap musuh-musuh kita. Perintah-perintah ini sangat berbeda dibandingkan semua peraturan dan cara yang ada, yang pada umumnya mengarah kepada kemenangan dan penguasaan. Perintah ini mengarah kepada kedamaian dan kepuasan batin. Siapa pun musuh kita yang mengharapkan hal-hal yang buruk bagi kita dan berusaha untuk berbuat kejahatan kepada kita, kita berpegang pada peraturan supaya jangan sampai pernah menyakiti mereka, tetapi sedapat-dapatnya kita harus berusaha untuk melakukan yang baik.
- (1) Jangan berbuat jahat kepada mereka (ay. 17): Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, sebab itu adalah pembalasan yang bodoh dan hanya pantas dilakukan oleh binatang-binatang yang tidak menyadari adanya makhluk di atas mereka atau keadaan yang ada di hadapan mereka. Atau jika umat manusia ada dalam keadaan perang (seperti yang diimpikan sebagian orang), pembalasan seperti itu memang cukup dapat diterima. Tetapi kita telah belajar bahwa Allah berbuat seperti itu terhadap musuh-musuh-Nya (Mat. 5:45). Kita juga belajar bahwa Kristus pun demikian, yang telah mati bagi kita ketika kita masih seteru (5:8, 10), yang begitu mengasihi dunia yang telah membenci-Nya tanpa sebab. “Kepada siapa pun, tidak kepada orang Yahudi dan juga tidak kepada orang Yunani. Tidak kepada seseorang yang pernah menjadi sahabatmu, sebab dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, engkau pasti akan kehilangan dia. Tidak kepada seseorang yang menjadi musuhmu, sebab dengan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, engkau mungkin dapat memenangkan dia.” Maksud yang sama juga dinyatakan di dalam ayat 19, Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan. Mengapa hal ini harus disampaikan dengan nada yang penuh kasih sayang jika dibandingkan dengan nasihat-nasihat lainnya di dalam pasal ini? Pasti karena nasihat ini dimaksudkan untuk menenangkan hati yang sedang marah, sedang panas membara terbakar oleh kebencian yang disulut oleh berbagai hasutan. Rasul Paulus mengungkapkan dirinya dengan bahasa yang menawan ini untuk menenangkan dan mengubah hati mereka. Apa saja yang mengembuskan kasih akan menenangkan aliran darah, meredakan badai, dan mendinginkan panas yang melampaui batas. Maukah engkau menenangkan seorang saudaramu yang sedang sakit hati? Sapalah dia dengan sebutan saudaraku yang kekasih. Kata-kata yang lembut seperti itu, jika diucapkan dengan tepat, akan sangat manjur untuk menghalau amarah. Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, artinya, kalau ada seseorang melakukan perbuatan jahat apa pun kepadamu, janganlah ingin atau berusaha membalas dengan kejahatan atau ketidaknyamanan yang sama kepadanya. Pemerintah tidak dilarang untuk menegakkan keadilan bagi orang-orang yang menjadi korban kejahatan itu, dengan cara menghukum mereka yang melakukan kejahatan. Pemerintah juga tidak dilarang untuk membuat dan melaksanakan hukum yang adil terhadap para penjahat. Namun, yang dilarang adalah pembalasan pribadi, yang bersumber dari amarah dan keinginan jahat seseorang. Hal ini memang pantas untuk dilarang, sebab kita akan dianggap sebagai hakim yang tidak berhak untuk menangani perkara kita sendiri. Bah kan, hakim dalam mengadili orang yang berbuat salah bertindak atas dasar perasaan pribadi saja dan bukan atas dasar kepedulian untuk menjaga kedamaian dan ketertiban umum, maka peradilan seperti ini, walaupun tampaknya sudah umum terjadi, tetap dianggap sebagai pembalasan pribadi yang dilarang di sini. Lihatlah betapa ketatnya hukum Kristus mengenai hal ini (Mat. 5:38-40). Kita tidak saja dilarang untuk membalas dendam dengan tangan kita sendiri, tetapi juga dilarang untuk mengingini dan memiliki hasrat yang kuat supaya hukuman yang dijatuhkan atas perkara kita dapat memuaskan kecenderungan hati kita untuk membalas dendam. Hal ini merupakan pelajaran yang sulit bagi sifat manusia yang sudah rusak, sehingga itulah sebabnya Rasul Paulus menambahkan,
- [1] Penawar untuk menangkalnya: Tetapi berilah tempat kepada murka Allah. Jangan kepada amarah kita, sebab dengan memberikan tempat kepada amarah kita berarti memberikan tempat kepada Iblis (Ef. 4:26-27). Kita harus menolak, melumpuhkan, memadamkan, dan menekan hal ini. Sebaliknya,
- Pertama, kepada amarah seteru kita. “Berikan tempat untuk itu, artinya bersikaplah menyerah. Jangan membalas marah dengan marah, tetapi lebih baik membalas dengan kasih. Karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar(Pkh. 10:4). Terimalah penghinaan dan kerugian, seperti batu yang jatuh diterima dalam tumpukan wol, sehingga batu itu tidak memantul kembali dan juga tidak bergerak lebih jauh lagi.” Dengan demikian hal itu menjelaskan apa yang diajarkan oleh Juruselamat kita, Siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu(Mat. 5:39). Daripada merancang bagaimana membalas dendam kepada orang yang berbuat jahat, lebih baik kita bersiap sedia untuk menerima perbuatan jahat lainnya. Ketika hawa nafsu seseorang sedang memuncak, dan geloranya kuat, biarlah itu terus mengalir, supaya jangan karena dilawan amarah itu menjadi lebih dahsyat dan besar. Ketika orang lain sedang marah, biarlah kita tetap tenang. Inilah penawar untuk menangkal rasa dendam, dan tampaknya hal ini sangat masuk akal. Tetapi,
- Kedua, Banyak orang menyerahkannya kepada murka Allah: ”Berikan tempat kepada murka Allah, berikan kesempatan bagi Dia untuk mengambil alih takhta penghakiman, dan biarkan Dia saja yang berurusan dengan musuhmu.”
- [2] Alasan untuk menentang pembalasan manusia: Sebab ada tertulis, pembalasan itu adalah hak-Ku. Kita mendapati hal itu tertulis di dalam Ulangan 32:35. Allah adalah Raja yang berdaulat, Hakim yang adil, dan hak untuk menyelenggarakan penghakiman itu ada di dalam tangan-Nya. Sebab Ia adalah Allah yang mahatahu, Ia sanggup menimbang semua tindakan di dalam keseimbangan yang sangat tepat. Dan sebagai Allah yang mahasuci, Ia sangat membenci dosa dan tidak dapat tahan melihat ketidakadilan. Beberapa kekuasaan ini Ia percayakan ke dalam tangan hakim-hakim dunia ini (Kej. 9:6; 13:4). Itulah sebabnya hukuman sah yang mereka jatuhkan dipandang sebagai perpanjangan pembalasan Allah. Ini adalah alasan yang baik mengapa kita tidak boleh melakukan pembalasan sendiri. Sebab, jika pembalasan itu merupakan hak Allah, maka
- Pertama, kita tidak boleh melakukan pembalasan sendiri. Kita telah melangkahi singgasana Allah jika kita melakukan pembalasan dan merampas tugas yang menjadi hak-Nya itu.
- Kedua, kita tidak perlu melakukan pembalasan sendiri. Sebab Allah yang akan melakukannya, jika dengan penuh kerendahan hati kita menyerahkan perkara itu kepada-Nya. Ia akan membalaskannya untuk kita sepanjang ada alasan yang kuat atau keadilan untuk pembalasan itu. Lebih jauh lagi kita tidak dapat menginginkannya. Aku tidak mendengar, sebab Engkau juga yang akan mendengar ya Tuhan (lihat Mzm. 38:15-16, TL). Dan jika Allah yang mendengar, untuk apa kita mendengar?
- (2) Kita tidak hanya dilarang untuk menyakiti musuh-musuh kita, agama kita menuntut hal-hal yang lebih tinggi untuk hal itu, dan mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik kepada mereka sedapat-dapatnya. Ini adalah suatu perintah yang khas dimiliki dalam Kekristenan, dan yang sangat dijunjung tinggi: Kasihilah musuhmu (Mat. 5:44). Di sini kita diajar untuk menunjukkan kasih itu kepada musuh-musuh kita dengan perkataan maupun perbuatan.
- [1] Dengan perkataan: Berkatilah siapa yang menganiaya kamu (ay. 14). Sudah menjadi hal yang umum bagi umat Allah untuk dianiaya, baik dengan tangan yang kuat maupun dengan lidah yang penuh kedengkian. Nah, di sini kita diajar untuk memberkati orang-orang yang menganiaya kita. Berkatilah mereka, artinya, pertama, “Berbicaralah yang baik tentang mereka. Seandainya ada hal-hal yang patut dihargai dan dipuji di dalam diri mereka, perhatikan hal itu baik-baik, dan kemudian sebutkan hal itu untuk menghormati mereka.” Kedua, “Berbicaralah dengan penuh rasa hormat kepada mereka, sesuai dengan kedudukan mereka, jangan membalas caci maki dengan caci maki, dan kepahitan dengan kepahitan.” Dan ketiga, kita harus mengharapkan yang baik bagi mereka, dan menginginkan kebaikan bagi mereka, dan bukannya berupaya melakukan balas dendam. Bahkan, keempat, kita harus menaikkan keinginan itu kepada Allah dengan berdoa bagi mereka. Jika kita tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu yang lain kepada mereka, kita masih dapat menyaksikan keinginan baik kita dengan berdoa bagi mereka. Sebab untuk hal itu, Tuhan kita tidak saja memberikan sebuah peraturan bagi kita, tetapi juga suatu contoh untuk mendukung peraturan itu (Luk. 23:34) – Berkatilah dan jangan mengutuk. Hal itu menunjukkan adanya suatu kemauan baik sepenuhnya di dalam semua contoh dan ungkapan mengenai hal itu. Bukan, “Berkatilah mereka ketika engkau sedang berdoa, dan kutukilah mereka pada kesempatan yang lain,” melainkan, “Berkatilah mereka senantiasa, dan jangan pernah mengutuki mereka sama sekali.” Kutukan itu adalah sesuatu yang buruk bagi mulut orang-orang yang kesukaannya adalah memuji Allah dan yang kebahagiaannya adalah supaya diberkati oleh-Nya.
- [2] Dengan perbuatan (ay. 20): “Jika seterumu lapar, jika engkau memiliki kemampuan dan kesempatan, bersiaplah dan bersungguh-sungguhlah untuk menunjukkan kebaikan apa saja kepadanya dan lakukan pekerjaan kasih apa saja demi kebaikannya. Jangan sampai engkau kurang bersungguh-sungguh karena ia adalah seterumu, tetapi lebih bersungguh-sungguhlah, supaya dengan demikian engkau dapat menunjukkan ketulusan pengampunanmu kepadanya.” Itulah yang dikatakan oleh Uskup Agung Cranmer (tokoh reformasi dari Gereja Inggris abad keenam belas – pen.), bahwa cara untuk menjadikan seseorang sebagai sahabat adalah dengan cara membalas kejahatannya dengan kebaikan. Pengajaran ini dikutip dari Amsal 25:21-22. Walaupun pengajaran ini tampak tinggi, tetapi pengajaran itu sudah tidak asing lagi dalam Perjanjian Lama. Amatilah di sini,
- Pertama, Apa yang harus kita lakukan. Kita harus berbuat baik kepada musuh-musuh kita. “Jika seterumu lapar, janganlah menghinanya dan berkata, Sekarang Allah sedang membalas dendam untukku kepadanya, dan membela perkaraku. Jangan membuat tafsiran seperti itu dari keadaannya yang berkekurangan ini. Tetapi berilah ia makan.” Kemudian, apabila ia membutuhkan pertolonganmu, dan engkau mempunyai kesempatan untuk membuatnya tetap kelaparan dan memperlakukannya dengan semena-mena, maka berilah ia makan (psōmize auton, sebuah kata yang sangat penting). “Berilah ia makan berlimpah-limpah, bahkan, berilah ia makan hati-hati dan sabar,” frustulatim pasce – berilah ia makan sedikit-sedikit, “berilah ia makan dengan penuh kelembutan, seperti kita memberi makan anak-anak dan orang sakit. Berusahalah sedemikian rupa sehingga kamu dapat mengungkapkan kasihmu. Jika ia haus, berilah dia minum, potize auton – minumkan kepadanya, sebagai bukti pendamaian dan persahabatan. Jadi tegaskan kasihmu kepadanya.”
- Kedua, mengapa kita harus melakukan hal ini. Sebab dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Ada dua arti yang diberikan orang mengenai perkataan ini, yang saya kira keduanya harus dipahami bersama, yaitu, “Kamu akan,”
- 1. “Melembutkan hatinya ke dalam pertobatan dan persahabatan, serta menenangkan hatinya terhadapmu,” (meminjam istilah orang-orang yang pekerjaannya melebur logam, mereka tidak saja menaruh bara api di bawah logam, tetapi juga menumpukkan bara api di atasnya). Seperti itulah hati Saul dilembutkan dan ditaklukkan oleh kebaikan Daud (1Sam. 24:16; 26:21). “Engkau akan memenangkan seorang sahabat dengan cara itu, dan jika kebaikanmu tidak memengaruhinya, maka,”
- 2. “Hal itu akan memperburuk penghukumannya dan membuat kejahatannya kepadamu menjadi lebih tidak dapat diampuni. Dengan ini engkau akan mempercepat tanda-tanda kemurkaan dan pembalasan Allah.” Hal ini tidak harus menjadi tujuan kita dalam menunjukkan kebaikan kepadanya, tetapi untuk membesarkan hati kita bahwa hal-hal seperti itu akan terjadi. Inilah maksud dari nasihat yang ada pada ayat terakhir, yang menunjukkan adanya suatu hal yang bertentangan yang tidak mudah dimengerti oleh dunia ini. Bahwa dalam semua perselisihan dan perbantahan, mereka yang melakukan pembalasan adalah orang-orang yang kalah, sedangkan mereka yang mengampuni adalah orang-orang yang menang.
- (1) “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan. Jangan biarkan kejahatan dari hasutan mana pun menguasai dirimu, atau menimbulkan kesan seperti itu kepadamu, sampai membuat engkau hilang kendali, mengganggu kedamaianmu, menghancurkan kasihmu, mengganggu dan membingungkan hatimu, membuatmu melakukan hal-hal yang tidak patut atau merencanakan atau berusaha melakukan pembalasan.” Orang yang tidak sanggup menanggung sakit hati dengan tenang berarti sudah benar-benar dikalahkan olehnya.
- (2) “Tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan, dengan kebaikan dari kesabaran dan tahan diri, bahkan, dengan kasih sayang dan kemurahan hati kepada mereka yang telah berbuat jahat kepadamu. Carilah cara untuk mengalahkan rancangan jahat mereka kepadamu, dan juga cara untuk mengubah mereka, atau setidaknya untuk memelihara damaimu sendiri.” Orang yang memegang peraturan ini di dalam hatinya lebih baik daripada orang yang kuat.
- 3. Sebagai penutup masih ada dua nasihat yang masih belum disentuh. Nasihat-nasihat ini bersifat umum, yang menasihatkan hal-hal selebihnya supaya mereka memiliki kehidupan diri yang baik dan dipuji.
- (1) Memiliki kehidupan diri yang baik (ay. 9): Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Allah telah menunjukkan apa yang baik kepada kita. Kewajiban Kristen yang ini berbentuk larangan terhadap hal-hal yang jahat, yang bertentangan dengan diri mereka. Nah, perhatikan baik-baik,
- [1] Kita tidak saja dilarang untuk berbuat jahat, tetapi kita juga harus menjauhi yang jahat. Kita harus membenci dosa dengan rasa benci yang tak terhingga dan tanpa mengenal damai dengannya, memiliki rasa permusuhan terhadapnya sebagai yang buruk dari segala yang terburuk, yang berlawanan dengan sifat kita yang baru dan kepentingan kita yang sejati. Kita harus membenci semua bentuk penampilan dosa, bahkan pakaian penutup badan yang tercemar dengan kedagingan.
- [2] Kita tidak saja harus melakukan apa yang baik, tetapi juga harus berpaut kepada yang baik. Hal ini menunjukkan sebuah pilihan yang sengaja, kasih sayang yang tulus, dan ketekunan terhadap apa yang baik. “Berpautlah kepada Dia yang baik, tetaplah setia kepada Tuhan (Kis. 11:23), dengan rasa ketergantungan dan kerelaan.” Hal ini ditambahkan kepada perintah kasih persaudaraan, sebagai petunjuk pelaksanaannya. Kita harus mengasihi saudara-saudara kita, tetapi tidak berarti mengasihi mereka sedemikian rupa karena mereka melakukan berbagai dosa, atau karena mengabaikan berbagai kewajiban. Jangan membenarkan dosa apa pun karena orang yang telah melakukan dosa itu, tetapi tinggalkanlah semua teman-teman di dalam dunia ini, untuk berpaut kepada Allah dan kewajiban-kewajiban-Nya.
- (2) Menjadi orang yang dikenal baik (ay. 17, TL): “Pikirkanlah barang yang baik di dalam pemandangan orang sekalian, artinya, tidak saja melakukan, tetapi berusaha mencari dan memikirkan, serta melakukannya dengan sangat berhati-hati hal-hal yang menunjukkan keramahan dan patut dipuji, dan dengan demikian meninggikan iman kepercayaan kita kepada semua orang yang berhubungan denganmu,” (lihat Flp. 4:8). Perbuatan-perbuatan kebajikan dan kemurahan hati ini merupakan cara yang khusus supaya kita sebagai orang kudus dapat dikenal baik di antara orang banyak, dan itulah sebabnya perbuatan ini harus dilakukan dengan rajin oleh semua orang yang mempertimbangkan kemuliaan Allah dan penghargaan atas pekerjaan mereka.
SH: Rm 12:1-5 - Mempersembahkan hidup (Kamis, 24 Agustus 2006) Mempersembahkan hidup
Banyak orang memahami ibadah dalam arti menghadiri kebaktian gereja,
berdoa, menyanyikan pujian, dan memberikan uang persembah...
Mempersembahkan hidup
Banyak orang memahami ibadah dalam arti menghadiri kebaktian gereja, berdoa, menyanyikan pujian, dan memberikan uang persembahan. Paulus mengatakan bahwa ibadah yang sejati tak dapat dipisahkan dari konsep mempersembahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan (1-2) dan konsep hidup berjemaat sebagai tubuh Kristus (3-5).
Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan seluruh kehidupan kita. Kata "mempersembahkan" di dalam PL berkaitan dengan para imam yang mempersembahkan kurban kepada Tuhan. Ada syarat agar kurban berkenan kepada Tuhan. Dalam konteks ibadah Kristen: pertama, Tuhan menerima persembahan yang hidup. Seperti tradisi PL, hanya hewan hidup (bukan bangkai) yang dipersembahkan. Namun, berbeda dengan PL, kurban Kristen tidak disembelih, mati dan habis dibakar karena kurban itu adalah hidup anak-anak Tuhan. Kedua, Tuhan menerima persembahan hidup yang kudus dan tidak bercela, yaitu yang menjauhi dosa. Ketiga, Tuhan menerima persembahan yang berkenan kepada-Nya, yaitu hidup yang selalu menyenangkan-Nya.
Bagaimana kita melakukan ibadah yang sejati? Dengan tidak mengikuti kehidupan duniawi, tetapi mengikuti perilaku yang lahir dari akal budi yang telah diperbarui Tuhan. Akal budi yang diubahkan ini akan memimpin hidup kita dalam kehendak-Nya. Ibadah yang sejati bukan urusan pribadi semata melainkan tanggung jawab umat untuk menjadi satu di dalam Kristus, saling membangun dan melayani. Ibadah bersifat bersama. Sebagai bagian dari persekutuan Kristen, setiap pribadi tidak boleh berpikir terlalu tinggi mengenai diri sendiri. Biarlah jemaat menilai diri dan berkarya sesuai dengan karunia yang dianugerahkan Tuhan, sehingga kesatuan dan keefektifan ibadah terlihat hasilnya. Mempersembahkan hidup kepada Tuhan adalah memberikan diri melayani sesama.
Renungkan: Apakah hidupku telah kupersembahkan kepada-Nya?

SH: Rm 12:1-2 - Kemurahan Allah. (Jumat, 24 Juli 1998) Kemurahan Allah. Pernahkah secara mendalam kita renungkan kemurahan Allah dalam Yesus Kristus? Begitu luas, dalam, hebat kemurahan Allah. Dengan mengo...
Kemurahan Allah.
Pernahkah secara mendalam kita renungkan kemurahan Allah dalam Yesus Kristus? Begitu luas, dalam, hebat kemurahan Allah. Dengan mengorbankan Putra-Nya, Allah telah menebus, mengampuni dan membuat kita selamat bahagia. Sudah selayaknya bila sekarang kita bersyukur dengan mempersembahkan tubuh, yaitu seluruh keberadaan kita kepada-Nya.
Yang hidup, kudus dan berkenan. Persembahan yang bagaimanakah yang layak kita berikan sebagai syukur atas korban penyelamatan Yesus? Persembahan tubuh yang hidup, yaitu seluruh hidup dan kapasitas kita. Juga persembahan yang kudus, yaitu bahwa seluruh kehidupan kita sudah dikhususkan bagi kemuliaan Nama Tuhan, sehingga berbuahkan moralitas yang memuliakan Allah. Juga persembahan yang berkenan kepada Tuhan. Itulah ibadah yang sejati.
Pembaruan budi. Ibadah sejati pasti akan menghasilkan pola pikir yang serasi dengan kebenaran Allah. Ibadah yang benar harus dilakukan dalam roh (yang telah dibarui Tuhan dan diwujudkan dalam persembahan totalitas hidup bagi-Nya) dan kebenaran (hidup yang dibangun sesuai dengan tingkat pengertian tentang kebenaran firman Tuhan). Itulah hidup yang Tuhan ingin, agar memancar dalam kita. Kristen tidak boleh hidup yang kompromi dengan dunia yang jahat ini.
Utley -> Rm 12:1-2
Utley: Rm 12:1-2 - --NASKAH NASB (UPDATED): Rom 12:1-21 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebaga...
NASKAH NASB (UPDATED): Rom 12:1-2
1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. 2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
□ "karena itu" Paulus menggunakan istilah ini pada titik perpindahan yang sangat menetukan dalam penyajian kebenaran injilnya di kitab Roma. Dalam Rom 5:1ff disimpulkan "pembenaran oleh iman"; dalam Rom 8:1ff disimpulkan hubungan orang percaya dengan dosa, yang disebut pengkudusan; dan dalam Rom 12:1ff ini berhubungan dengan praktek perbuatan dari pembenaran dan pengudusan dalam kehidupan orang percaya sehari-hari.
- NASB "aku mendesak kamu"
- NKJV "I menasehatkan kamu"
- NRSV, TEV "I menyarankanmu"
- JB "I memohonmu"
Frasa ini lembut namun keras. Ini adalah sebuah seruan kepada kehidupan yang pantas. Paulus sering menggunakan istilah ini (lih. Rom 12:1; 15:30; 16:17; 1Kor 1:10; 4:16; 16:15; 2Kor 2:8; 5:20; 6:1; 10:1; 12:8; Ef 4:1; Fili 4:2; 1Tes 4:10; 1Tim 1:3; Fil ay. Rom 12:9-10).
□ "saudara-saudara" Paulus sering menggunakan kata ini untuk memperkenalkan suatu pokok bahasan baru.
□ "demi kemurahan Allah" Dalam LXX hal ini menjelaskan sifat belas kasihan Allah (lih. Kel 34:6). Di sini hal ini menunjuk pada perkembangan doktrin dari pasal Rom 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11. Ada penekanan yang nyata dalam kitab Roma pada "kemurahan" (baik oikīeirō dan eleeō ) dari Allah dalam menghadapi manusia yang jatuh (lih. Rom 9:15,16,18,23; 11:30,31,32; 12:8; 15:9). Karena anugerah dan kemurahan Allah ditawarkan secara cuma-cuma, orag-orang percaya harus hidup kudus (lih. Ef 1:4; 2:10) sebagai tanda syukur, bukan untuk suatu prestasi (lih. Ef 2:8-9).
□ "mempersembahkan" Ini adalah sebuah AORIST INFINITIVE. Ini adalah satu dari beberapa istilah pengorbanan yang digunakan dalam konteks ini: berkorban, ay. Rom 12:1; kudus, ay. Rom 12:1; dapat diterima, ay. Rom 12:1. Konsep yang sama dinyatakan dalam Rom 6:13,16,19. Manusia akan meyerahkan diri mereka kalau bukan kepada Allah, kepada setan. Sebagaimana Kristus telah menyerahkan diriNya hanya untuk melakukan kehendak Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib, para pengikutNya harus juga melakukan kehidupan yang tidak mementingkan diri sendiri sama seperti Dia (lih. 2Kor 5:14-15; Gal 2:20; 1Yoh 3:16).
□ "tubuhmu" KeKristenan sangat jauh berbeda dengan filsafat Yunani, yang mengajarkan ahwa tubuh jasmani adalah kejahatan. Tubuh adalah arena pencobaan, namun secara moral bersifat netral. Istilah "tubuh" nampaknya paralel dengan kata "budi" dalam ay. Rom 12:2. Orang percaya perlu untuk menyerahkan seluruh keberadaan atau dirinya kepada Allah (lih. Ul 6:5; 1Kor 6:20) sebagaimana mereka dahulu menyerahkan diri kepada dosa (lih. Rom 6).
□ "yang hidup" Ini secara radikal berbeda dengan persembahan yang mati dari orang Yahudi atau kuil-kuil kafir (lih. Rom 6:13; Gal 2:20). Ini harus juga dibedakan dengan bertapa (perlakuan yang menyiksa tubuh jasmani untuk masksud agamawi). Bukanlah menyingkiran, penghukuman, atau pengebirian tubuh yang dinasehatkan, melainkan suatu kehidupan yang giat dalam pelayanan dan kasih seperti Kristus.
□ "persembahan… yang kudus" Istilah "kudus" ini berarti "dikhususkan untuk pelayanan Allah". Fokus dari kata ini dalam konteks ialah pada pengudusan dan kesediaan diri orang percaya untuk digunakan oeh Allah sesuai tujuanNya.
□ "berkenan kepada Allah" ini menunjuk pada suatu perembahan yang pantas dalam PL (lih. ay. Rom 12:2). Hal ini serupa dengan konsep "tidak bercela", ketika digunakan untuk menunjuk pada orang/bangsa. (lih. Kej 6:9; 17:1; Ul 18:13; Ayub 1:1).
- NASB "itu adalah ibadah penyembahanmu yang rohani"
- NKJV "itu adalah ibadahmu yang sejati"
- NRSV "itu adalah penyembahan rohanimu"
- TEV "Ini adalah penyembahan sejati yang harus kamu persembahkan" JB "berada dalam suatu jalan yang layak dipikirkan"
Istilah ini [logikos ] diturunkan dari logizomai, yang berarti "berdebat" (lih. Mr 11:31; 1Kor 13:11; Fili 4:8). Dalam konteks ini bisa berarti masuk akal atau cukup beralasan. Namun istilah ini juga digunakan dalam pengertian "bersifat rohani", sebagaimana dalam 1Pet 2:2. Hakikatnya nampaknya suatu persembahan dengan kesadaran akan diri seseorang yang sesungguhnya sebagai lawan dari kematian atau persembahan ritual dengan korban binatang yang mati. Allah menginginkan kehidupan kita dalam kasih dan pelayanan kepadaNya, bukan prosedur resmi yang tidak berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.
Rom 12:2 "jangan menjadi serupa" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE IMPERATIVE (atau PERFECT MIDDLE) dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan yang telah dalam proses (tengah berlangsung). Ada kontras pada ay. Rom 12:2 yang serupa dengan yang ada di Flp 6-8, antara hal-hal lahiriah yang berubah (schema , Rom 2:8) dan hakikat batiniah yang tak berubah (morphe , Rom 2:6-7). Orang percaya didorong untuk tidak terus menjadi seperti sistem dunia yang jatuh, yang terus berubah (jaman pemberontakan lama) yang secara jasmaniah mereka masih merupakan bagian darinya, namun berubah secara radikal kepada keserupaan dengan Kristus (jaman baru Roh).
"dengan dunia ini" Ini secar hurufiah kata "jaman". Orang Yahudi melihat dua jaman (lih. Mat 12:32; Mr 10:30; Luk 20:34-35), jaman kejahatann sekarang (lih. Gal 1:4; 2Kor 4:4; Ef 2:2) dan jaman yang akan datang (lih. Mat 28:20; Ibr 1:3; 1Yoh 2:15-17). Oran percaya hidup dalam waktu yang penuh ketegangan yang di dalamnya kedua jaman tersebut secara mengejutkan saling bertumpang tindih. Karena kedua kedatangan Kristus, orang percaya hdup dalam ketegangan "sudah tetapi belum" dari Kerajaan Allah sebagaimana saat ini dan masa depan yang belum terjadi.
□ "berubahlah" Orang percaya harus beruah, bukan hanya tahu! Bentuk ketata-bahasaan dari kata ini bisa jadi PRESENT MIDDLE IMPERATIVE, "terus mengubah dirimu sendiri" atau PRESENT PASSIVE IMPERATIVE, "terus berubah". Hal ini berlaku juga bagi "menjadi serupa" dalam ay. Rom 12:2a. Untuk kontras yang serupa bandingkan Yeh 18:31 (komiten dan tindakan manusia) dengan Yeh 36:26-27 (anugerah Illahi). Keduanya diperlukan! Satu bentuk dari kata yang sama untuk "dibentuk" digunakan oleh Yesus pada waktu dimuliakan di gunung (lih. Mat 17:2), di mana hakikat diriNya yang sesungguhnya dinyatakan. Hakikat Illahi sesungguhnya ini (lih. 2Pet 1:3-4) harus dibentuk dalam tiap orang percaya (lih. 2Kor 3:18; Ef 4:13).
□ "oleh pembaruan budimu" Ini berasal dari akar kata Yunani untuk baru dalam kualitas, (kainos ), bukan baru dalam segi waktu (chronos ). Bagi orang Yahudi indra pendengar dan pelihat adalah jendela jiwa. Seseorang akan jadi sesuai dengan apa yang ia dipikirkan. Setelah keselamatan, karena Roh yang diam di dalam, orang percaya mempunyai sudut pandang yang baru (lih. Ef 4:13,23; Tit 3:5). Pandangan terhadap dunia secara alkitabiah yang baru, seiring dengan Roh yang tinggal di dalam inilah yang mengubahkan pikiran dan gaya hidup dari orang percaya baru. Orang percaya melihat kenyataan dalam cara yang berbeda secara menyeluruh karena pikiran mereka telah dimotori oleh Roh, Pikiran yang ditebus, dipimpin oleh Roh menghasilkan suatu gaya hidup yang baru!
□ "sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah" Ini adalah suatu PRESENT INFINITIVE. Kata (dokimazō ) digunakan dengan konotasi "menguji dengan sebuah pandangan menuju ke arah persetujuan." Lihat Topik Khusus pada Rom 2:18.
Kehendak Allah adalah bahwa kita diselamatkan melalui Kristus (lih. Yoh 6:39-40), dan kemudian hidup seperti Kristus (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:19, Ef 1:4; 4:13,15; 5:17-18). Jaminan Orang Kristen didasarkan atas
- 1. janji-janji mengenai kebisa-dipercayaan Allah
- 2. Roh Kudus yang tinggal di dalam (lih. Rom 8:14-16)
- 3. perubahan orang percaya dan hidup yang berubah (lih. Yakobus & I Yohanes) "tak ada buah, tak ada akar" (lih. Mat 13:1-9,19-23).
□ "manakah kehendak Allah" Lihat Topik Khusus berikut ini.
Lihat topik khusus KEHENDAK (THELēMA) ALLAH
□ "apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" Ini mewakili kehendak Allah bagi orang percaya setelah keselamatan (lih. Fili 4:4-9). Sasaran Allah bagi setiap orang percaya ialah kedewasaan seperti Kristus sekarang.(lih. Mat 5:48).
□ "sempurna" Istilah ini berarti "dewasa, diperlengkapi dengan lengkap untuk menunaikan tugas yang ditugaskan, matang, lengkap". Kata ini bukan berarti "tanpa dosa". Digunakan untuk (1) lengan atau kaki yang patah namun sembuh dan dipulihkan kegunaannya; (2) jala yang robek namun dirajut kembali hingga bisa dipakai menangkap ikan lagi; (3) anak ayam pedaging yang sekarang telah menjadi dewasa dan siap dipasarkan; dan (4) kapal yang siap untuk berlayar.
Topik Teologia -> Rm 12:2
Topik Teologia: Rm 12:2 - -- Allah yang Berpribadi
Natur Allah sebagai Pribadi
Allah itu Sempurna
Ula 32:4 2Sa 22:31 Ayu 37:16 Maz 19:7 Ams 30:5 Mat 5:48 Ro...
- Allah yang Berpribadi
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha untuk Serupa Kristus
TFTWMS -> Rm 12:1-2
TFTWMS: Rm 12:1-2 - Sikap Terhadap Allah SIKAP TERHADAP ALLAH (Roma 12:1, 2)
1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu se...
SIKAP TERHADAP ALLAH (Roma 12:1, 2)
1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. 2[Dan; NASB] janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Ayat-ayat ini menyediakan tempat bagi beragam nasihat dari pasal 12 sampai 16. Jika kita melakukan apa yang Paulus dorong untuk orang Kristen lakukan di Roma 12: 1, 2, kita akan memiliki sedikit kesulitan dalam memenuhi persyaratan yang ditemukan dalam 12:3-16:27.
Ayat 1. Pasal ini dimulai dengan Karena itu (ou™n, oun). Paulus sering memulai bagian baru dengan "karena itu" (lihat 1:24; 2:1; 5:1, 12; 6:12; 7:4, 13; 8:15), mengaitkan apa yang ia akan katakan dengan pokok-pokok pikiran yang baru saja ia selesai katakan. Kata penghubung "karena itu" di 12:1 mengaitkan penerapan dalam bagian terakhir kitab Roma dengan ajaran dalam bagian pertama surat itu. Paulus telah menekankan bahwa orang Kristen dibenarkan oleh iman. Di sini, ia merinci bagaimana orang yang dibenarkan oleh iman harus hidup.
Paulus berkata, Aku menasihatkan kamu. Alkitab KJV menulis "Aku meminta kamu." Alkitab NEB menulis "Aku menghimbau kamu." Beberapa terjemahan menulis "Aku memohon kamu" (Phillips; McCord, JB). Alih-alih memerintahkan para pembacanya, Paulus malah mendorong mereka, meminta mereka, menghimbau mereka, memohon mereka. Mungkin ia melakukan ini karena Allah tidak menginginkan persembahan yang terpaksa, tapi persembahan yang sukarela.
"Menasihati" adalah terjemahan dari parakale÷w (parakaleō), yang secara harfiah berarti "memanggil ke samping seseorang."6Itu merupakan kombinasi kale÷w (kaleō,
"memanggil") dengan para (para, "di samping"). Analoginya adalah tentang memanggil seorang teman ke sampingnya, mungkin untuk merangkul dia, memandang matanya, dan berkata, "Saudara, izinkan aku dengan segenap kekuatanku menganjurkan kamu untuk melakukan ini." Dale Hartman berkomentar, "Andaikan Paulus menggunakan garis bawah untuk penekanan, ia akan sudah menggarisbawahi kata-kata ini dan kata-kata selanjutnya yang menyusul.7Rasul itu akan segera mengungkapkan apa yang orang harus lakukan sebagai akibat dari membaca kitab Roma.
Paulus melanjutkan pendekatannya yang bersifat pribadi, hangat dengan kata saudara-saudara (lihat NASB). Dari sini sampai akhir surat itu, ia menyapa semua saudara dan saudari rohaninya di Roma, apakah Yahudi atau bukan Yahudi.
Paulus menasihati saudara-saudaranya itu demi kemurahan Allah. Beberapa terjemahan menulis "kemurahan" (tunggal), tapi kata itu berbentuk jamak dalam teks Yunaninya. Bentuk leksikal kata itu di sini adalah oijktirmo÷ß (oiktirmos). Kata yang lebih umum dalam Perjanjian Baru untuk "kemurahan" adalah e¡leoß (eleos). dalam 9:15 kedua istilah Yunani itu digunakan secara saling dipertukarkan, di mana eleos diterjemahkan "kemurahan" dan oiktirmos diterjemahkan "belas kasihan." "Kemurahan Allah" adalah ungkapan belas kasihan yang banyak dinyatakan dalam pasal-pasal sebelumnya: kemurahan Allah dalam menyelamatkan kita, kemurahan-Nya dalam membantu kita menjalani kehidupan Kristen, dan sebagainya.
"Dengan mengingat" (NIV) kemurahan-Nya itu, kita harus siap melakukan apa saja yang Ia minta untuk kita lakukan. "Ketika kamu memikirkan apa yang Ia telah lakukan untukmu, apakah permintaan ini terlalu banyak?" (NLT).
Hal apakah yang Paulus imbau untuk dilakukan oleh saudara-saudarinya di dalam Kristus? Ia pertama-tama meminta mereka untuk mempersembahkan tubuh [mereka] sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Kata-kata ini lebih banyak memiliki arti bagi pembaca abad pertama daripada bagi kebanyakan dari kita. Selama berabad-abad, orang-orang Yahudi telah membawa hewan korban ke bait suci. Ibadah kaum penyembah berhala juga berpusat pada pelbagai korban. Tantangan Paulus kepada orang Kristen mencakup perbandingan dengan dan perbedaan terhadap korban-korban binatang—terutama yang berasal dari agama Yahudi. Mari kita lihat tantangan luar biasa ini secara rinci:
"Mempersembahkan"—"Mempersembahkan" adalah dari pari÷sthmi (paristēmi) dan pada dasarnya berarti "menempatkan di samping." Itu dibentuk oleh i¢sthmi (histēmi, "mengatur") ditambah para (para, "di samping"). Kata itu digunakan untuk mengacukan penempatan korban persembahan di hadapan Tuhan. Itu merupakan "istilah teknis untuk mempersembahkan korban dan sajian orang Lewi."8
"Tubuhmu"—Anda harus mempersembahkan diri Anda sendiri. Tidak ada hewan yang pernah menderap ke dalam bait suci, dan berkata, "Ini saya! Korbankan saya!" Namun begitu, pada dasarnya, itu adalah apa yang orang Kristen lakukan. Dalam hal ini, orang Kristen adalah imam dan juga korban.
"Tubuhmu"—Ketimbang mengorbankan hewan, orang Kristen harus mempersembahkan tubuh mereka, hidup mereka, kepada Allah.
"Hidup"—Ketimbang mempersembahkan binatang mati, orang Kristen mempersembahkan korban yang hidup. Beberapa penulis menganggap yang "hidup" itu mengacu kepada fakta bahwa orang Kristen hidup secara rohani. Setelah pembaptisan, kita bangkit kepada "hidup yang baru" (6:4).
"Yang kudus"—Korban yang dipersembahkan kepada Tuhan harus kudus (dikhususkan bagi Dia) dan tidak bercela (Ima. 1:3; Mal. 1:8; 1 Pet. 1:19). Orang Kristen harus selalu mempersembahkan yang terbaik kepada Allah.
"Persembahan/korban"—menurut F. F. Bruce, "Korban-korban binatang pada zaman sebelumnya telah dibuat usang selama-lamanya oleh pengorbanan diri Kristus, tetapi selalu ada ruang untuk ibadah yang diberikan oleh hati yang taat."9Petrus menyurati orang Kristen, "Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pemba-ngunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah" (1 Pet. 2:5). Penulis kitab Ibrani memberikan tantangan ini kepada setiap pengikut Yesus: "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah"(Ibr.13:15, 16).
"Yang berkenan kepada Allah"—Kata yang diterjemahkan "berkenan," euja÷restoß (euarestos), secara harfiah berarti "menyenangkan yang baik." Itu adalah kombinasi dari eu (eu, "baik") dan ajresto÷ß (arestos, "menyenangkan"). Dalam Perjanjian Lama, ketika hewan korban dikorbankan sesuai arahan Allah, asap naik sebagai "aroma yang menyenangkan TUHAN" (Bil. 15:3; NIV). Dalam cara yang sama, jenis korban rohani yang selama ini kita sedang bahas menyenangkan Allah dan diterima oleh Dia.
Sebelumnya dalam kitab Roma, Paulus menggunakan kata-kata "mempersembahkan" (paristēmi) dan "tubuh" (swvma, soma) untuk menantang para pembacanya, … janganlah kamu [mempersembahkan NASB] anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi [persembahkanlah; NASB] dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan [persembahkanlah; NASB] anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran (6:13; huruf miring ditambahkan).
Banyak penulis dan penerjemah menafsirkan kata "tubuh" dalam 12:1 sebagai "segenap diri kita." Kita harus mempersembahkan segenap diri kita dan seluruh yang kita miliki kepada Allah, tetapi Paulus mungkin memiliki alasan untuk menggunakan kata "tubuh." Di sepanjang suratnya kepada jemaat Roma, Paulus menekankan tubuh jasmani sebagai sumber utama kesengsaraan rohani. Oleh karena kelemahan daging, kita melayani hukum dosa (7:25). Bila kita tangani sendiri, tarikan ke bawah oleh tubuh jasmani dapat dan akan menguasai kita (7:5, 18, 23, 24). Namun begitu, dalam pasal 8 Paulus menyatakan bahwa, melalui Roh Allah, kita bisa mematikan "perbuatan-perbuatan tubuh" (8:13). Pada titik ini, ia menyatakan bahwa tubuh ini, yang pernah menjadi senjata kelaliman, dapat dipersembahkan sebagai "persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah."
Agama Kristen diakui sebagai satu-satunya agama yang memberikan martabat dan kehormatan yang tepat pada tubuh.10"Bagi orang Yunani, … tubuh hanya rumah penjara, sesuatu yang harus dibenci dan bahkan membuat malu."11Sebaliknya, orang Kristen mengerti bahwa tubuhnya adalah "bait Roh Kudus" (1 Kor. 6:19). Ia dapat memuliakan Allah dan meninggikan Kristus dalam tubuhnya (1 Kor. 6:20; Flp. 1:20).
Hal apakah yang terlibat dalam mempersembahkan tubuh sebagai korban kepada Allah? Ibrani 13:15, 16 memberikan petunjuk ketika nas itu bicara tentang memuji Allah, berbuat baik, dan berbagi. Ini adalah korban-korban yang menyukakan Tuhan. Kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan kepada Allah dengan menggunakan kemampuan dan kecakapan jasmani untuk kemuliaan-Nya. John R. W. Stott menulis tentang apa yang akan terjadi jika kita mendedikasikan tubuh kita kepada Tuhan:
Lalu kaki kita akan berjalan di jalan-Nya, bibir kita akan mengatakan kebenaran dan menyebarkan injil, lidah kita akan mendatangkan kesembuhan, tangan kita akan mengangkat orang-orang yang telah jatuh, dan melakukan banyak tugas duniawi … seperti memasak dan bersih-bersih, mengetik dan memperbaiki; lengan kita akan merangkul mereka yang kesepian dan yang tidak dicintai; telinga kita akan mendengarkan teriakan orang yang tertindas, dan mata kita akan memandang dengan rendah hati dan secara sabar kepada Allah.12
Paulus mengatakan bahwa persembahan tubuh itu adalah pelayanan ibadah rohanimu (NASB). Frasa ini mengandung dua kata yang agak ambigu. Pertama adalah kata yang diterjemahkan "rohani" logiko÷ß (logikos). Logikos, kata non-materi, berasal dari lo÷goß (logos, "kata") dan merupakan sumber istilah "logika." W. E. Vine berkata bahwa logikos berhubungan "dengan kecakapan menalar" dan berarti "masuk akal" atau "rasional."13Sebagian besar terjemahan modern lebih memilih kata "rohani" dalam ayat 1, tapi kata sifat Yunani yang secara khusus memiliki arti "rohani" adalah (pneumatiko÷ß, pneumatikos). "Masuk akal" atau "rasional" tampaknya pilihan yang lebih alami untuk logikos di ayat khusus ini.
Dengan cara apakah persembahan tubuh kita sebagai korban kepada Allah dianggap sebagai "masuk akal"? Untuk memulainya, ini adalah permintaan yang masuk akal mengingat semua hal yang Allah telah lakukan bagi kita. Selain itu, kita merespons kasih Allah sebagai hal yang masuk akal, rasional. Selanjutnya, ketika kita mempersembahkan korban ini, kita melakukannya dengan cara yang hati-hati, bijaksana.
Kata ambigu kedua adalah kata yang NASB terjemahkan sebagai "pelayanan ibadah": latrei÷a (latreia). Latreia adalah bentuk kata benda dari kata kerja latreu÷w (latreuo).
Awalnya [latreuo] memiliki arti bekerja untuk sewaan atau bayaran.… Kata itu akhirnya secara cukup umum berarti melayani.… Akhirnya, kata itu menjadi kata yang secara khas digunakan untuk pelayanan para dewa. Dalam Alkitab kata itu tidak pernah memiliki arti pelayanan insani; kata itu selalu digunakan untuk pelayanan kepada dan menyembah Allah.14
"Pelayanan" dan "ibadah" adalah cara yang sah untuk menerjemahkan latreia. Beberapa versi menulis "pelayanan," termasuk Alkitab KJV. Banyak yang lainnya, seperti Alkitab NIV, menulis "ibadah." Alih-alih memilih antara dua kata itu, para penerjemah NASB memasukkan kedua kata itu dalam kalimat "pelayanan ibadah."15(Untuk informasi lebih jauh, lihat Penerapan: "Pelayanan" atau "Ibadah"? dalam pelajaran ini)
Ayat 2. Kata penghubung dan (NASB) mengaitkan ayat ini dengan ayat sebelumnya. Paulus sedang melanjutkan pembahasannya tentang hal yang didedikasikan kepada Tuhan. Seseorang pernah berkata, "Masalah utama dengan korban yang hidup adalah bahwa korban itu merangkak terus di atas mezbah."16Oleh karena itu Paulus melihat perlunya memperkuat himbauan yang baru saja ia buat bagi kehidupan yang dipersembahkan kepada Allah.
Negatifnya. Paulus pertama-tama memberi perintah negatif: Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini. "Menjadi serupa" diterjemahkan dari suschmati÷zw (suschēmatizō). Di tengah-tengah kata yang panjang ini adalah schvma (schēma), kata untuk "bentuk";17ini didahului oleh su÷n (sun, "dengan"). "Dunia" diterjemahkan dari aijw÷n (aiōn), kata untuk "zaman." Aiōn tidak mengacu kepada dunia alam (seperti batu, pohon, dan bunga), tetapi kepada apa yang di tempat lain Paulus sebut "dunia jahat yang sekarang [aiōn] ini" (Gal. 1:4). Berikut ini adalah bagaimana berbagai terjemahan dan pernyataan mengungkapkan nasihat Paulus ini:
Jangan lagi menyesuaikan dirimu dengan pola dunia ini (NEB). Jangan meniru perilaku dan kebiasaan dunia ini (NLT).
Jangan biarkan dunia di sekitarmu menekanmu ke dalam cetakannya sendiri (Phillips). Jangan menjadi sangat nyaman dengan budaya yang ke dalamnya kamu cocok bahkan tanpa berpikir (MSG).
Positifnya. Paulus tidak berhenti dengan sisi negatifnya; ia menambahkan catatan positif. Tetapi berubahlah. "Berubahlah" diterjemahkan dari metamorfo÷w (metamorphoō). Inti kata ini, dari morfh (morphē, kata lain untuk "bentuk"), didahului dengan meta (meta, kata lain untuk "dengan"). Ini adalah kata yang darinya kita mendapatkan "metamorfosis," yang mengacu kepada perubahan—sering perubahan yang dramatis.18
Ilustrasi yang sering digunakan adalah metamorfosis dari ulat menjadi kupu-kupu. Jenis metamorfosis fisik memang sangat luar biasa, namun yang bahkan lebih menakjubkan adalah kemungkinan metamorfosis rohani dalam diri orang yang datang kepada Kristus.
Banyak penulis menyatakan bahwa "berubah" adalah dalam bentuk pasif. Hal ini membuat perubahan itu sesuatu yang dilakukan untuk kita daripada sesuatu yang kita lakukan. Sejumlah terjemahan dan penjelasan menulis "Biarkan Allah mengubah kamu" atau yang serupa itu (TEV; CEV; NLT; Phillips). Kata kerja Yunani yang diterjemahkan "menjadi serupa" dan "berubahlah" memiliki akhir yang sama, namun sedikit, jika ada, komentator yang akan berkeras, "Berubah bukan sesuatu yang kita lakukan, melainkan sesuatu yang dilakukan untuk kita." Akhir kedua kata itu dapat berupa kalimat pasif (yang dilakukan kepada kita) atau kalimat tengah (apa yang kita lakukan kepada atau untuk diri kita sendiri).19Karena Paulus memulai bagian ini dengan "aku menasihatkan kamu, saudara-saudara," maka penekanannya adalah pada apa yang harus kita lakukan. Namun demikian, penting untuk diingat bahwa kita tidak dapat menaati kedua perintah itu—"jangan menjadi serupa" atau "berubahlah"—tanpa bantuan Allah. Pasal 7 dan 8 membuat jelas hal itu. Tanpa Tuhan, kita tidak berdaya.
Bagaimanakah kita bisa "berubah"? Rasul itu melanjutkan untuk memberitahu kita: oleh pembaharuan budimu. "Pembaharuan" berasal dari ajnakai÷nwsiß (anakainōsis), yang menggabungkan kaino÷ß (kainos, "baru") dan ajna (ana, "lagi"). "Budi" diterjemahkan dari nouvß (nous), yang mengacu kepada "sikap" atau "cara berpikir" seseorang. Transformasi berasal dari dalam. Mengubah sisi luar tanpa mengubah sisi dalam adalah seperti mengenakan pakaian bersih pada anak yang bermain di lumpur. Untuk mengubah sisi luar, pertama-tama kita harus mengubah sisi dalamnya. Sebab seperti orang "yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia" (Amsal 23:7).
Mengapa penting bagi kita untuk memperbaharui budi/pikiran kita? Paulus memberikan satu alasan di akhir ayat 2: sehingga kamu dapat [membuktikan; NASB] apakah kehendak Allah itu:20apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna "Baik" (ajgaqo÷ß, agathos), "berkenan" (euja÷restoß, euarestos, "menyenangkan dengan baik"), dan "sempurna" (te÷leioß, teleios, "lengkap, dewasa") semuanya adalah gambaran yang tepat tentang kehendak Allah. Istilah yang menantang pemikiran kita dalam bagian teks itu adalah "membuktikan" (dokima÷zw, dokimazō).
Dokimazo digunakan untuk menguji keaslian logam. Artinya dapat "menguji, memeriksa" atau "membuktikan, menyetujui" (sebagai hasil dari ujian yang berhasil).21
Alkitab NIV mencakup kedua gagasan ini dalam terjemahannya: "Lalu kamu akan dapat menguji dan menyetujui apa kehendak Allah itu" (huruf miring ditambahkan). Pertanyaannya adalah, Apakah maksud utama Paulus saat ia menggunakan dokimazo dalam ayat 2?
Banyak penulis berpendapat bahwa yang Paulus maksudkan adalah bahwa kita dapat mengetahui apa itu kehendak Allah dalam situasi apapun. Perjanjian Baru McCord menulis "supaya kamu bisa menemukan kehendak Allah yang baik dan dapat diterima dan lengkap." Alkitab JB menulis "Ini adalah satu-satunya cara untuk menemukan kehendak Allah dan mengetahui apa yang baik, apa yang Allah inginkan, hal sempurna yang harus dilakukan." Pelatihan rohani yang diusulkan untuk memperbaharui pikiran akan memberi kita pengetahuan tentang Firman Allah ditambah pengertian rohani yang akan membantu kita untuk memutuskan apa yang Allah inginkan untuk kita lakukan dalam situasi tertentu.
Para penulis lain lebih menekankan pada konsep "pengujian" atau "pembuktian." William Barclay menulis "dalam hidupmu sendiri, kamu dapat membuktikan bahwa kehendak Allah adalah baik dan menyenangkan dan sempurna."22Anda akan membuktikan kepada diri Anda sendiri; Anda akan bisa mengatakan, "Ya, saya yakin bahwa kehendak Allah adalah baik." Lalu, ketika Anda menunjukkan kehendak Allah dalam hidup Anda, Anda juga akan membuktikan kepada orang lain bahwa itu memang baik.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Roma (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini mer...
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).
Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
- (1) Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
- (2) Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).
Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
- (2) Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
- (3) Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.
- (4) Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
- (5) Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
- (a) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
- (b) prinsip "dosa" (Yun. _he hamartia_), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).
- (6) Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
- (7) Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Full Life: Roma (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Rom 1:1-17)
I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20)
A. Kebutuhan Or...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Rom 1:1-17) - I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20) - A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi
(Rom 1:18-32) - B. Kebutuhan Orang Yahudi
(Rom 2:1-3:8) - C. Kebutuhan Semua Orang
(Rom 3:9-20) - II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah
(Rom 3:21-5:21) - A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan
(Rom 3:21-31) - B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham
(Rom 4:1-25) - C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran
(Rom 5:1-11) - D. Adam dan Kristus Dibandingkan
(Rom 5:12-21) - 1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian
- 2. Kristus/Kasih Karunia/Pembenaran/Hidup
- III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman
(Rom 6:1-8:39) - A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa
(Rom 6:1-23) - 1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa
(Rom 6:1-14) - 2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran
(Rom 6:15-23) - B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat
(Rom 7:1-25) - C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan
(Rom 8:1-39) - IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel
(Rom 9:1-11:36) - A. Persoalan Penolakan Israel
(Rom 9:1-10:21) - B. Kemenangan Rencana Allah
(Rom 11:1-36) - V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman
(Rom 12:1-15:13) - A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri
(Rom 12:1-2) - B. Orang Percaya dan Masyarakat
(Rom 12:3-21) - C. Orang Percaya dan Pemerintah
(Rom 13:1-7) - D. Orang Percaya dan Hukum Kasih
(Rom 13:8-15:13) - Penutup
(Rom 15:14-16:27)
Matthew Henry: Roma (Pendahuluan Kitab)
Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulk...
- Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulkan bahwa mazmur-mazmur Daud di dalam Perjanjian Lama dan surat-surat penggembalaan Rasul Paulus di dalam Perjanjian Baru merupakan bintang-bintang yang paling terang, yang berbeda dari bintang-bintang lainnya di dalam kemuliaan. Kitab Suci secara keseluruhan memang merupakan surat penggembalaan dari sorga kepada dunia ini, tetapi di dalamnya ada penjelasan atas beberapa surat kerasulan tertentu. Di dalamnya terdapat lebih banyak surat-surat Paulus dibandingkan dengan surat rasul-rasul lainnya, sebab ia adalah rasul utama dari antara mereka. Ia bekerja lebih keras dibandingkan mereka semua. Tidak diragukan lagi, bakat alamiahnya sangat luar biasa. Pengertiannya akan suatu hal cepat dan tajam, ungkapan-ungkapannya lancar dan kaya. Ke mana pun ia pergi, kasih sayangnya sangat hangat dan bersemangat, dan keteguhan hatinya sangat tegas dan berani. Hal ini membuat ia menjadi seorang penganiaya yang sangat keras dan sengit sebelum ia bertobat. Namun ketika orang kuat yang bersenjata lengkap ini dilucuti, dan orang yang lebih kuat dari padanya datang menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan membagi-bagikan rampasannya dan menguduskan kecakapan-kecakapan ini, ia pun menjadi pemberita firman yang paling mahir dan bersemangat. Tidak ada yang lebih baik dari padanya untuk memenangkan jiwa, dan juga tidak ada yang lebih berhasil dari padanya. Empat belas surat penggembalaannya terdapat di dalam kanon Kitab Suci kita. Besar kemungkinan masih ada lebih banyak lagi surat yang ia tulis selama masa pelayanannya, yang mungkin cukup baik untuk mengajar, menegur, dan seterusnya tetapi karena surat-surat itu tidak diilhami oleh Allah, maka surat-surat tersebut tidak diterima sebagai kitab kanonik, dan juga tidak diturunkan kepada kita. Beberapa penulis kuno mengatakan bahwa ada enam pucuk surat ditulis oleh Paulus kepada Seneca (ahli filsafat dan negarawan Romawi abad pertama – pen.), dan delapan surat dari Seneca kepadanya [Sixt. Senens. Biblioth. Sanct. lib.2], dan yang masih ada sampai sekarang ini. Namun, sekali pandang saja tampaknya naskah-naskah itu tidak asli dan palsu.
- Surat penggembalaan kepada jemaat Roma ini ditempatkan sebagai surat yang pertama, bukan karena urutan waktu penulisannya yang lebih awal, melainkan karena keunggulannya yang tinggi. Surat ini adalah surat yang terpanjang dan terlengkap dibandingkan surat-surat penggembalaan lainnya, dan mungkin juga karena kewibawaan dari tempat yang menjadi tujuan surat ini ditulis. Dikatakan bahwa Krisostom, salah seorang bapa gereja, meminta supaya surat ini dibacakan untuknya dua kali dalam seminggu. Surat ini merupakan kumpulan dari beberapa bagian tulisan dari surat tersebut yang ditulis pada tahun 56 Masehi, dari kota Korintus, ketika Paulus tinggal di situ sebentar dalam perjalanannya menuju Troas (Kis. 20:5-6). Ia menitipkan surat ini kepada Febe, orang Romawi itu, seorang pelayan jemaat di Kengkrea (pasal 16), yang berada di wilayah Korintus. Di dalam surat itu ia menyebut Gayus sebagai tuan rumahnya, atau orang yang memberi tumpangan kepadanya (16:23). Gayus yang dimaksud adalah orang Korintus, berbeda dengan Gayus dari Derbe, yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 20. Pada saat itu, Rasul Paulus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem dengan membawa uang yang akan diberikan kepada orang-orang kudus miskin yang ada di sana. Hal itu ia sebutkan di dalam Roma 15:26. Rahasia-rahasia besar perlu dibahas di dalam surat ini, seperti juga dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus lainnya, karena banyak hal masih gelap dan sukar dipahami (2Ptr. 3:16). Cara penulisan surat ini (sama seperti beberapa surat penggembalaan lainnya) dapat diamati. Bagian terdepan berisikan pengajaran, yaitu di dalam sebelas pasal pertama. Bagian terakhir adalah bagian penerapan, yaitu di dalam lima pasal terakhir, yang memberitahukan tentang penghakiman dan cara memperbaiki hidup. Cara terbaik untuk memahami kebenaran-kebenaran yang dijelaskan di bagian awal adalah dengan menaati dan melakukan kewajiban-kewajiban yang diuraikan di bagian akhir. Sebab, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan mengetahui pengajaran itu (Yoh. 7:17).
- I. Bagian pengajaran dari surat kerasulan itu mengajarkan kepada kita,
- 1. Mengenai jalan keselamatan,
- (1) Dasar keselamatan itu adalah pembenaran oleh Allah, dan bukan karena perbuatan manusia (pasal 1). Juga bukan karena melakukan hukum Taurat bangsa Yahudi (pasal 2-3), sebab baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain harus bertanggung jawab terhadap kutuk itu. Sebaliknya, keselamatan itu hanya diperoleh melalui iman di dalam Yesus Kristus (Roma 3:21 dan seterusnya; pasal 4).
- (2) Langkah-langkah menuju keselamatan ini adalah,
- 2. Mengenai orang-orang yang diselamatkan, seperti halnya mereka yang masuk menurut pilihan kasih karunia (pasal 9), bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi (pasal 10-11). Dari sini tampak bahwa pokok yang ia bicarakan adalah kebenaran-kebenaran yang sebenarnya telah diketahui, seperti yang dikatakan oleh Rasul Petrus (2Ptr. 1:12). Dua hal yang menjadi batu sandungan bagi bangsa Yahudi, yaitu pembenaran oleh iman tanpa melakukan hukum Taurat, dan penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam jemaat. Itulah sebabnya Rasul Paulus berusaha menjelaskan dan membereskan kedua hal ini.
- II. Bagian penerapan yang mengikuti, yang di dalamnya kita temukan,
- 1. Beberapa nasihat umum yang cocok bagi semua orang Kristen (pasal 12).
- 2. Petunjuk-petunjuk bagaimana kita berperilaku sebagai anggota masyarakat yang beradab (pasal 13).
- 3. Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku orang-orang Kristen satu sama lain, sebagai sesama anggota jemaat Kristen (pasal 14 dan pasal 15:1-14).
- III. Ketika mendekati bagian penutup, Rasul Paulus menjelaskan dasar-dasar tulisannya kepada mereka (15:14-16), memberikan penjelasan mengenai dirinya sendiri dan urusan-urusannya (ay. 17-21), berjanji untuk mengunjungi mereka (ay. 22-29), meminta dukungan doa mereka (ay. 30-32), mengirimkan salam khusus kepada banyak sahabat di sana (Roma 16:1-16), memperingatkan mereka terhadap orang-orang yang menimbulkan perpecahan (ay. 17-20), menambahkan salam dari sahabat-sahabat yang ada bersamanya (ay. 21-23), dan mengakhirinya dengan sebuah doa berkat dan pujian kepada Allah (ay. 24-27).
Jerusalem: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus.
di Korintus pada awal...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus. di Korintus pada awal tahun 58, mendjelang berangkatnja ke Jerusalem, guna menjampaikan hasil pendermaan dari umat-umat di Achaja dan Masedonia, bagi orang-orang miskin didalam umat induk disitu. Ia bermaksud, segera sesudah penjerahan resmi derma-derma tersebut, pergi ke Barat pula dan meluaskan wilajah kerajanja sampai ke Spanjol. Pada perdjalanan ke Spanjol itu ia bermaksud singgah di Roma dan hal ini mendjadi alasan tertulisnja surat ini. Ia hendak memberitahukan niatnja itu dan memperkenalkan diri dan maksud kundjungannja terlebih dahulu, sebab ia masih agak asing bagi umat itu, belum pernah berhubungan denganja, ketjuali dengan beberapa tokoh, jang dahulu mendjadi pembantu, kawan atau muridnja dilain-lain tempat. Bdl. 16:3-16. Umat itu dewasa itu sudah sangat besar dan menurut perkataan Paulus sendiri dalam 1:8 semangat imannja terkenal "diseluruh dunia". Lagi pula kedudukan umat ini teristimewa penting sebagai umat ibu-kota seluruh kekaiseran Roma, pusat pemerintahan dan kebudajaan Romawi. Sudah sewadjarnja semua itu menarik minat seorang rasul seperti Paulus. dan sebab itu sudah lama menimbulkan kerinduan untuk berkenalan dengan umat itu. Malahan ia merasa bertugas terhadapnja djuga. Umat itu bagian terbesar terdiri dari orang Romawi asli bekas penjembah dewa-dewa, dan bukankah ia. chususnja bertugas sebagai rasul terhadap segala bangsa-bangsa "kafir"? Untuk itu ia ditetapkan langsung oleh Kristus sendiri (Kis. Ras. 9:15), dan dengan resmi pula oleh umat Antiochia atas ilham Roh Kudus (Kis. Ras. 13:2-3), dan achirnja oleh persetudjuan dengan "tiang-tiang agung" Geredja, ialah Petrus, Joanes dan Jakobus (Gal. 2:7-10). Oleh sebab itu ia tidak mau datang dengan tangan kosong, melainkan dengan kepenuhan berkat Kristus (15:29), dan sekedar membagikan iman mereka (1-11). Namun demikian ia tidak mau membangunkan. diatas dasar jang diletakkan oleh orang lain (15:20-22), artinja ia tidak mau tjampur- tangan dalam urusan-urusan umat. Dan memang dasar umat itu sudah teguh berdiri. Siapakah jang meletakkan dasar itu tidak terang. Ada hanja beberapa berita bersifat riwajat lisan jang sebagian amat kabur. Mungkin pangkal mula umat ialah orang-orang jang didalam Kis. Ras. 2.10 disebut "orang Jahudi dan proselit dari Roma", jang turut menjaksikan peristiwa Pentekosta di Jerusalem. Tetapi perkembangan pesat dan keteguhan iman membuktikan, bahwa pendiri dan pemimpin umat itu tentu seorang rasul unggul dan ada hal-hal dan berita-berita jang menundjuk kepada Petrus. Menurut berita-berita purba jang agak kabur, Petrus sudah bekerdja disitu waktu pemerintahan kaiser Klaudius antara. 42 dan 49, dan datang kesana langsung atau tak langsung, sesudah ,pergi kesuatu tempat lain" (Kis. Ras. 12:17). Memang diwaktu itu umat sudah besar, tentu terutama diantara orang Jahudi, jang golongannja di Roma dewasa itu beberapa ribu orang. Hal itu terkesan oleh berita Suetonius, periwajat hidup Klaudius, jang menulis, bahwa dimasa itu terdjadi suatu pergolakan diantara orang-orang Jahudi, disebabkan oleh seorang bernama Chrestos dan mengakibatkan Klaudius mengusir semua orang Jahudi dari Roma. Bdl. Kis. Ras. 18:2. Berita-berita bahwa Petrus kemudian bekerdja di Roma dan mati sebagai martir disitu tidak dapat disangkal kebenarannja. Diantaranja misalnja berita, bahwa Markus menulis Indjilnja di Roma, berdasarkan pengadjaran Petrus disitu dan atas permintaan orang Roma. la dinamakan djuru-bahasa Petrus.
Bahwa diwaktu Paulus menulis surat ini, dan datang, sebagai tahanan ke Roma, umat disitu besar dan teguh imanja, njata dibuktikan beberapa tahun kemudian, dalam pengedjaran Nero terhadap mereka. Penulis sedjarah Romawi, Tasitus, menulis, bahwa orang-orang jang disebut "Chrestiani", sedjumlah teramat besar (ingens multitudo) ditangkap dan disiksakan (dibunuh) sebengis-bengisnja oleh kaisar Nero, bukannja seolah-olah mereka bersalah, sebagaimana tertuduh, melainkan karena kebentjian rakjat terhadap mereka dan kekedjaman satu orang (Nero).
Paulus hendak mengundjungi umat Roma sebab bertugas sebagai rasul bagi bangsa-bangsa penjembah dewa-dewa. Demikian menurut 1:5-7. Dan dalam membatja surat ini kita memang mendapat kesan-kesan, bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada orang-orang bekas penjembah dewa-dewa. Tentu sadja ada segolongan bangsa Jahudi djuga dalam umat Roma, jang tidak diabaikan oleh Paulus. Tetapi kalau ia didalam surat, misalnja dalam bab 2, langsung menjapa orang Jahudi, hal itu bukan berarti, bahwa uraian bersangkutan chusus ditudjukan kepada mereka. Isinja sama penting bagi segala anggota umat. Metodos Paulus disini, memberi pengertian djelas dengan mempertahankan kebenaran Indjil dengan salah paham Jahudi. Dan kalau dalam pada itu menjapa orang Jahudi, itu dapat dan harus ditafsirkan sebagai akal suatu gajabahasa setperti terdapat dalam Rom. 7,7-25. Mengenai tudjuan surat untuk menjatakan niat mengundjungi umat dan memperkenalkan diri serta maksud kedatangannja, tentu sadja tjukup suatu surat pendek, jang misalnja meliputi isi 1:1-15 dan 15:22-29. Tetapi dalam kegiatan kerasulannja Paulus tidak dapat mentjukupkan diri dengan suatu berita pendek itu. Disini sudah ia tidak mau datang dengan tangan kosong. Dan sjukurlah bagi seluruh Geredja untuk segala abad, ia mendapat ilham dalam menulis surat ini untuk terdahulu memaparkan isi "Indjil"nja, jang akan dibitjarakan setjara lisan pada perkundjungannja. Kita sudah tahu apakah arti "Indjil"nja itu, jaitu Indjil Kristus dengan menondjolkan apa jang chususnja mendjadi kabar gembira bagi bangsa-bangsa bukan Jahudi, jaitu bahwa Kristus sebagai Penebus telah datang untuk menjelamatkan seluruh bangsa manusia, baik Jahudi, maupun bangsa-bangsa jang masih disebut "kafir". Paulus menerangkan djalan, sjarat-sjarat dan hakekat penjelamatan itu. Djalan pikiran Paulus dalam surat ini dalam garis-garis besarnja adalah seperti berikut:
Seluruh umat manusia, turunan Adam meringkuk dalam perhambaan kepada dosa. Dosa itu pada hakekatnja terletak dalam terputusnja hubungan tjinta dengan Allah dan disebut djuga "murka" Allah. Akibatnja keruntuhan achlak jang mengerikan dan achirnja kebinasaan abadi. Tak seorang manusiapun mampu membebaskan diri dari perhambaan itu, dan dari sendirinja mendekati Allah.
Dalam kerahimanNja Allah dari kekal sudah merentjanakan menjelamatkan manusia dari keadaan itu. PenjelenggaraanNja telah didjandjikanNja kepada Abraham dan para turunannja dan makin lama makin djelas disediakanNja didalam Perdjandjian Lama.
Rentjana dan djandji itu sudah dilaksanakan oleh dan dalam Kristus. Ia telah menebus dosa manusia dengan darahnja dan memperdamaikan bangsa manusia dengan Allah Pula.
Keadaan manusia tertebus dinamakan Paulus "dikaiosine", artinja kebenaran.Manusia 'jang "pertjaja akan Kristus", "dibenarkan" oleh Allah, artinja dosanja dihapus dan Allah memberinja suatu hidup baru, jang berwudjud mempunjai bagian dalam hidup Allah sendiri dan diangkat mendjadi anak Allah sedjati dan ahliwaris kemuliaanNja. Dengan setegas-tegasnja Paulus menekankan, bahwa kebenaran itu diberikan sebagai anugerah, melulu berdasarkan kerahiman Allah dan tjintaNja jang semata-mata bebas, Manusia sendiri tidak mampu memperolehnja dengan djasanja sendiri, seperti dengan mengamalkan hukum taurat menurut salah paham orang Jahudi. Jang dituntut dari si manusia, ialah hanja kepertjajaan akan Kristus. Mengenai pengertian "kepertjajaan" dalam bahasa Paulus, batjalah kata pendahuluan II, hal. 538 (tjetakan V 1968).
Dalam menekankan, bahwa pengamalan hukum taurat samasekali tidak diperhitungkan Allah dalam membedakan manusia, Paulus tiba Pula ditengah-tengah perdjuangan dengan salah paham orang Jahudi tersebut, jang sudah kita kenal dari suratnja kepada umat-umat di Galatia. Tetapi apa jang dipergunakan Paulus dengan semangat dalam surat itu, didalam surat ini diuraikannja dengan tenang dan lebih landjut dan mendalam.
Itu memberi pula kepadanja suatu kesempatan, untuk mendjelaskan pokok sikap kaum Jahudi, dan nasibnja jang diperhitungkan Allah dalam rentjana penjelenggaraannja. Achirnja mereka akan insjaf, sehingga djandji Allah kepada Abraham dan bangsa Jahudi umumnja, dapat ditepati oleh Allah bagi bangsa Israel dalam keseluruhannja. Mulai bab 12 Paulus memberi pengadjaran praktis, bagaimana umat harus hidup sesuai dengan martabat baru dalam kesusilaan sempurna chususnja dengan mengamalkan tjinta-kasih.
Hagelberg: Roma (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh k...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, Surat Roma tidak banyak dipengaruhi dengan situasi dan kondisi jemaat Roma, sehingga surat ini lebih bersifat obyektif. Sifat Injil Kristus diuraikan secara lengkap dan teratur.1
Kata-Kata Kunci dalam Surat Roma
Ada beberapa kata yang menonjol sebagai kata kunci untuk memahami Surat Roma secara tepat. Kata-kata yang berikut ini layak dipelajari:
aiwn/aion
"Sampai aiwn lepas aiwn" diterjemahkan "selama-lamanya," dan aiwn sendiri diterjemahkan "dunia," karena istilah ini mengandung unsur "zaman" dan juga "dunia."
Roma 1:25, 9:5, 11:36, 12:2, 16:27
aiwniov/aionios
"kekal," "abadi," "berabad-abad"
Roma 2:7, 5:21, 6:22, 6:23, 16:25, 16:26
dikaiov/dikaios
Istilah ini berarti "benar," atau "adil."
Roma 1:17, 2:13, 3:10, 3:26, 5:7, 5:19, dan 7:12.
dikaiosunh/dikaiosune
Istilah ini berarti "kebenaran," atau "keadilan."
Roma 1:17, 3:5, 3:21, 3:25, 3:26, 4:3, 4:5, 4:6, 4:9, 4:11, dst.
pisteuw/pisteuo
Roma 1:16, 3:2, 3:22, 4:3, 4:5, 4:11, 4:17, 4:18, 4:24, 6:8, 9:33, dst.
Kata kerja ini berarti "percaya."
pistiv/pistis
Roma 1:5, 1:8, 1:12, 1:17, 1:17, 3:3, 3:22, 3:25, 3:26, 3:27, 3:28, dst.
Istilah ini berarti "iman."2
Penulis Surat Roma
Memang pernah ada perdebatan mengenai identitas penulis Surat Roma. Sarjana liberal berusaha untuk meyakinkan pendapat mereka bahwa Paulus tidak menulis Surat Roma. Tetapi perdebatan tersebut sudah dapat diatasi, dan hampir semua mengakui Rasul Paulus sebagai penulis Surat Roma. Paulus disebut sebagai penulis di dalam pasal 1:1, dan banyak yang dikatakan oleh penulis surat ini cocok dengan apa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus di dalam KPR dan surat-surat lain. Bandingkanlah Roma 15:25-27 dengan KPR 19:21, 20:1-5, 21:15-19, I Korintus 16:1-5, II Korintus 8:1-12, dan 9:1-5 mengenai perjalanan Paulus ke Yerusalem dengan persembahan dari Makedonia. Menurut Roma 11:1 dan Filipi 3:5 dia berasal dari suku Benyamin. Menurut Roma 16:3 dan KPR 18:2-3, 18-19 dia mengenal Priska dan Akwila. Menurut Roma 1:10-15, 15:22-32, dan KPR 19:21 Paulus rindu mengunjungi mereka di Roma. Kesamaan-kesamaan ini menjadi bukti yang kuat pada apa yang telah dinyatakan oleh Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul Paulus adalah pengarang dari surat ini!
Penerima Surat Roma
Asal-usul dari jemaat pembaca pertama ini tidak diketahui dengan pasti. Mungkin jemaat pertama di Roma didirikan oleh "pendatang-pendatang dari Roma" yang percaya kepada Kristus di Bait Allah pada Hari Pentakosta (KPR 2:10), setelah mereka pulang ke Roma. Mungkin juga orang-orang yang diinjili oleh Pauluslah yang mendirikan jemaat-jemaat Roma. Paulus menyebut 24 orang di Roma, termasuk orang-orang yang memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing.
Menurut tradisi Katolik, jemaat Roma didirikan oleh Petrus pada tahun 42. Tetapi menurut KPR 15, Petrus berada di Yerusalem pada waktu Sidang Yerusalem diadakan (tahun 49), dan menurut konteks itu setelah sidang itu dia menetap di Yerusalem. Juga, kalau seandainya Petrus berada di Roma, aneh sekali bahwa dia tidak disebut-sebut oleh Paulus, apa lagi kalau di dalam II Petrus 3:15 Petrus menyebut Paulus sebagai "saudara kita yang kekasih." Karena Petrus tidak disebut-sebut dalam surat-surat Paulus yang ditulis di Roma, adalah janggal, jikalau Petrus ada di Roma.
Dalam jemaat-jemaat di Roma ada orang Yahudi. Menurut KPR 18:2 Akwila, yang disebut dalam Roma 16:5, adalah orang Yahudi, dan menurut Roma 16:7 dan 11 Andronikus, Yunias, dan Herodion adalah "temanku sebangsa." Selain itu, kita tahu bahwa di Roma ada orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma waktu "kaisar Klaudius memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma" (KPR 18:2). Rupanya orang-orang Yahudi sudah diperbolehkan untuk datang kembali sebelum Surat Roma ditulis. Kota Roma adalah ibu kota dari Kekaisaran Romawi, sehingga banyak orang dari seluruh daerah kekaisaran berminat untuk pindah ke sana.
Kalau diamati kelihatan bahwa Surat Roma dimaksudkan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan juga untuk orang yang bukan Yahudi (11:13 "Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi"). Bahkan pasal-pasal 1:5-6, 1:13, 11:17-31, dan 15:14-16 memberi kesan bahwa banyak dari para pembacanya adalah orang bukan Yahudi. Cranfield3 menegaskan bahwapara pembacanya tidak bisa dikatakan mayoritas Yahudi, atau mayoritas bukan Yahudi. Singkatnya, ada banyak orang bukan Yahudi dan Yahudi di dalam jemaat-jemaat Kristen di Roma.
Tempat dan Tahun Penulisan Surat Roma
Dari Roma 15:25 kita tahu bahwa waktu surat ini ditulis, Paulus "sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus." Saat itu dia mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalanannya.
Dari Roma 15:23 kita tahu bahwa dia "tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini," dan dari pasal 15:19 kita mengerti bahwa maksudnya dengan "daerah ini" adalah "dari Yerusalem sampai ke Ilirikum." Ini berarti bahwa perjalanan yang diakhiri adalah perjalanan yang ketiga, karena sebelum perjalanannya yang ketiga dia tidak akan menyatakan bahwa pelayanannya sudah selesai.
Dalam Roma 16:1-2, "Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudara kita yang melayani jemaat di Kengkrea... sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri" Surat Roma dikaitkan dengan "Kengkrea", yaitu pelabuhan sebelah barat dari kota Korintus.
Ada satu kaitan lagi dengan kota Korintus dalam pasal 16:23, di mana Gayus, "yang memberi tumpangan kepadaku," memberi salam kepada mereka di Roma. Mungkin Gayus ini adalah orang Korintus yang disebut di dalam I Korintus 1:14.
Menurut KPR 20:3 Paulus berada di tanah Yunani selama tiga bulan. Barangkali pada waktu itu dia di Korintus (ibu kota propinsi) atau Kengkrea, dan di situ dia menyusun Surat Roma.
Tahun penulisannya masih agak sulit ditentukan. Menurut Cranfield,4 surat ini pasti ditulis di antara akhir tahun 54 sampai awal tahun 59, dan kemungkinan besar di antara akhir tahun 55 sampai awal tahun 57.
Kesatuan Surat Roma
Beberapa naskah kuno dari Surat Roma tidak memuat pasal 15-16, dan beberapa bapa-bapa gereja tidak mengutip dari Roma 15-16. Juga, dalam beberapa naskah kuno, pujian yang mengakhiri Surat Roma, yaitu 16:25-27, diletakkan pada akhir pasal 14, atau pada akhir pasal 15, atau pada akhir pasal 14 dan pasal 16. Dua naskah tidak menyebut kata "Roma" di dalam 1:7 dan 1:15, sehingga kota Roma sama sekali tidak disebut di dalam dua naskah itu.
Walaupun hanya beberapa naskah yang memiliki perbedaan tersebut, tetapi perbedaan-perbedaan itu sempat menjadi bahan pemikiran dan dialog para sarjana. Mengapa terjadi demikian, sehingga ada naskah surat yang seolah-olah tidak dikirim ke Roma? Jawabannya banyak.
Ada sarjana yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-14:23 sebagai surat edaran bagi jemaat-jemaat lain, kemudian menambahkan pasal 15-16 pada surat edaran itu.
Ada sarjana lain yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-15:33 kepada jemaat-jemaat Roma, lalu setelah itu, dia mengirimkan surat itu dengan suatu tambahan (pasal 15-16) kepada jemaat lain.
Tetapi setelah Cranfield5 mempertimbangkan semua ini, dia mengambil kesimpulan bahwa seluruh surat ini, pasal 1 sampai dengan pasal 16, dikirim oleh Paulus kepada jemaat-jemaat Roma, dan perbedaan-perbedaan antara naskah muncul karena surat ini disalin di Roma, dan pasal 15 dan pasal 16 tidak selalu disalin karena dianggap ditujukan khusus untuk mereka di kota Roma.
Surat Roma memiliki kesatuan. Beberapa naskah kuno yang tidak lengkap tidak menyangkal kesatuan itu.
Maksud dan Tujuan Surat Roma
Maksud tujuan pertama dari Surat Roma sudah jelas dari pasal 15:22-25 di mana Paulus memberitahu kepada mereka bahwa dia mau mengunjungi mereka di Roma. 15:24 menceritakan satu maksud tujuan yang lain lagi. Dia mau mendapatkan pertolongan dari mereka. Dia mau melayani di Spanyol, dan dia berharap mereka akan memperlancar perjalanannya. Dia akan mencari dukungan bagi pelayanannya di sana. Pasal 15:30-32 menjelaskan bahwa dia juga minta dukungan doa mereka untuk perjalanannya ke Yerusalem, di mana dia akan menghadapi bahaya dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan di mana dia akan menyerahkan suatu persembahan.
Untuk memperoleh hasil yang telah disebut di atas, maka Rasul Paulus mau menguraikan Injil Kristus, karena dengan sungguh mengerti baik murka Allah yang mengancam manusia maupun kebenaran Allah yang dianugerahkan guna penyelamatan setiap orang yang percaya, mereka di Roma diharapkan menjadi terbeban untuk menolong dan mendukung Paulus serta ikut terlibat dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.
Pola Berpikir Surat Roma6
Dalam Surat Roma Rasul Paulus menyatakan suatu pola berpikir yang penting bagi tafsiran surat ini. Bagi dia, eksistensi manusia dibagi dua. Ada dua aion/aion bagi manusia. Satu aion/aion yang dikepalai Adam, dan satu yang dikepalai Kristus. Orang yang tidak memiliki kebenaran Allah berada dalam aion/aion Adam di mana Maut berkuasa. Tetapi Kristus telah membawa aion/aion Kehidupan Kekal yang boleh dialami oleh setiap orang yang berada dalam Kristus. Perlu dimengerti juga bahwa istilah aion/aion itu lain daripada kata zaman. Aion/Aion Kehidupan sudah muncul, tetapi aion/aion Maut masih ada juga. Masa kini ada hubungan yang erat antara aion/aion Kristus dan Kerajaan Allah. Dua-duanya sudah ada, dan masih akan datang dengan segala kepenuhannya. Kerajaan Allah dilawan dengan kerajaan Iblis, dan aion/aion Kristus dilawan dengan aion/aion Adam. Baik aion/aion Kristus maupun Kerajaan Allah hanya dapat dialami oleh orang yang benar, yaitu orang yang memiliki kebenaran Kristus.
Pentingnya hal aion/aion baru dan aion/aion lama menjadi nyata kalau garis besar Surat Roma diselidiki. Hidup orang yang sudah dibenarkan karena iman adalah tema Surat Roma, sedangkan dua aion/aion tersebut di atas mewarnai kerangka Surat Roma.
Hagelberg: Roma (Garis Besar) GARIS BESAR
roma
I. Pendahuluan 1:1-1:17
A. Salam 1:1-1:7
B. Perkenalan 1:8-1:15
C. Tema Surat 1:16...
GARIS BESAR
roma
- I. Pendahuluan 1:1-1:17
- A. Salam 1:1-1:7
- B. Perkenalan 1:8-1:15
- C. Tema Surat 1:16-1:17
- II. Injil 1:18-15:13
- A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
- 1. Murka Allah Dinyatakan melawan... 1:18-3:20 (aion/aion kematian)
- a. ...Manusia tanpa Kebenaran 1:18-1:32
- b. ...Manusia yang Mengusahakan Kebenaran dari Hukum Taurat 2:1-3:8
- c. ...Semua Manusia 3:9-20
- 2. Kebenaran Allah Dinyatakan 3:21-4:25 (aion/aion hidup)
- a. Kebenaran Allah Dinyatakan melalui Kristus 3:21-3:31
- b. Kebenaran Allah Disaksikan melalui Kehidupan Abraham 4:1-4:25
- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
- 1. Dia akan Hidup Bebas dari Murka 5:1-5:11
- a. Kita memiliki damai terhadap Allah 5:1-4
- b. Keadaan kita berdasarkan kasih Allah 5:5-8
- c. Kasih Allah meluputkan kita dari murkaNya 5:9-11
- 2. Dia akan Hidup Bebas dari Dosa 6:1-6:23
- a. Melalui Baptisan Rohani Kita Bebas dari Dosa 6:1-14
- b. Kita yang Dibebaskan, Menjadi Hamba Kebenaran 6:15-23
- 3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
- a. Dalam Kristus Kita Mati Terhadap Hukum Taurat 7:1-6
- b. Hukum Taurat Dapat Membangkitkan Dosa 7:7-13
- c. Hukum Taurat Tidak Dapat Membangkitkan Yang Baik 7:14-25
- 4. Dia akan Hidup Bebas dari Maut 8:1-8:39
- a. Melalui Roh Allah Kita Dapat Mengenal Kristus dan Kuasa KebangkitanNya, Sehingga Kita Bebas 8:1-8:13
- b. Kita Dapat Mengenal Kristus dan Persekutuan dalam PenderitaanNya, Sehingga Kita Bebas 8:14-8:30
- c. Kesimpulan dari Pasal 5-8: Kita Dapat Menang dalam Kesusahan 8:31-8:39
- C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9-11
- 1. Israel, yang Diberkati Allah, Merupakan Beban yang Berat bagi Paulus 9:1-5
- 2. Allah yang Berdaulat Telah Memberi Janji Hanya kepada Mereka yang Percaya 9:6-29
- 3. Israel Sendiri Bertanggung Jawab atas Penolakannya 9:30-10:21
- a. Ringkasan Bagian Ini: Batu Sandungan, Batu Sentuhan 9:30-33
- b. Israel Rajin tapi Keliru, karena tidak Mencari Kristus yang adalah Tujuan Hukum Taurat 10:1-4
- c. Melalui Iman, Kebenaran dan Pertolongan Dekat, Tidak Jauh Seperti Melalui Hukum Taurat 10:5-13
- d. Firman Iman Sudah Diberitakan kepada Israel, tapi Israel Melanggar dan Menyangkal 10:14-21
- 4. Israel Tidak Ditolak untuk Selama-lamanya 11:1-36
- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
- 1. Penyesuaian pada Aion/Aion Baru 12:1-13:14
- a. Ringkasan dari pasal 5-8, 12:1-2
- b. Supaya Cita-Cita yang Layak Ditentukan 12:3-8
- c. Supaya mengasihi 12:9-21
- d. Supaya Tunduk pada Kuasa Pemerintah 13:1-7
- e. Sikap Kasih 13:8-10
- f. Waktunya Mendesak 13:11-14
- 2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
- a. Masalah yang Dihadapi: Tantangan bagi "yang Lemah" 14:1-12
- b. Tanggung Jawab bagi "yang Kuat" 14:13-23
- c. Kristus Sebagai Teladan 15:1-6
- d. Ringkasan: Yahudi dan Bukan Yahudi Sehati Sepikir Memuji Tuhan 15:7-12
- e. Berkat yang Meringkas Seluruh Surat Roma 15:13
- III. Penutup 15:14-16:27
- A. Paulus Menulis Surat Roma Karena Dia Rasul Kepada Bangsa-Bangsa Bukan Yahudi 15:14-21
- B. Rencana Paulus untuk Mengunjungi Mereka 15:22-33
- C. Salam kepada Individu dan Kelompok yang Tertentu 16:1-16
- D. Peringatan mengenai Orang yang Menimbulkan Perpecahan 16:17-20
- E. Salam dari Saudara-saudara Seiman 16:21-24
- F. Pujian 16:25-27
Hagelberg: Roma DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F....
DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F. F., The Epistle of Paul to the Romans, Tyndale New Testament Commentaries, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1963.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38A: Romans 1-8, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38B: Romans 9-16, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Hodge, Charles, Commentary on the Epistle to the Romans, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1886.
Hodges, Zane, Absolutely Free!, Academie Books, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1989.
Hodges, Zane, catatan dari Surat Roma, tanpa tahun.
Hoehner, Harold, bahan kuliah dari 206 Eksegesis Roma, Dallas Theological Seminary, 1981.
Liddell, Henry George dan Scott, Robert, A Greek-English Lexicon, Oxford University Press, Oxford, edisi ke 9, 1940.
Moulton, James Hope dan Milligan, George, The Vocabulary of the Greek New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1930.
Murray, John, The Epistle to the Romans, The New International Commentary on the New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1959, edisi dalam satu jilid 1968.
Newell, William R., Romans Verse by Verse, Word Bible Publishers Inc., Iowa Falls, hak cipta 1938.
Nygren, Anders, Commentary on Romans, Fortress Press, Philadelphia, hak cipta 1949.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
Witmer, John A. "Romans," dalam The Bible Knowledge Commentary. Wheaton: Victor Books, 1983.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Lightfoot, John, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew- 1 Corinthians, vol. 4, Hendrickson Publishers, 1989.
Denny, James, "Saint Paul's Epistle to the Romans", dalam The Expositor's Greek Testament, 2, halaman 555-725. Robertson Nicoll, redaksi, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids.
Guthrie, Donald, New Testament Introduction, Intervarsity Press, Downers Grove, 1970.
Knox, John, dan Cragg, Gerald R., "The Epistle to the Romans", dalam The Interpreter's Bible, vol. 9, Abington-Cokesbury Press, New York, hak cipta 1954.
Stifler, James, The Epistle to the Romans, Moody Press, Chicago, hak cipta 1960.
Wycliffe: Roma (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN ROMA
Sidang Pembaca yang Mula-mula. Orang bisa tertolong untuk mengerti surat-surat di dalam Perjanjian Baru dengan cara mempelajari seba...
PENDAHULUAN ROMA
Sidang Pembaca yang Mula-mula. Orang bisa tertolong untuk mengerti surat-surat di dalam Perjanjian Baru dengan cara mempelajari sebanyak mungkin tentang orang-orang yang pertama menerima surat-surat ini. Hal ini khususnya berlaku untuk surat Roma. Sekalipun sebagian besar dari sebelas pasal yang pertama tampaknya bersifat cukup umum, di dalam lima terakhir pembaca diberi tahu tentang masyarakat tertentu yang memiliki kebutuhan tertentu pula. Lalu kita menyadari bahwa ajaran yang terdapat dalam sebelas pasal yang pertama, sekalipun tampaknya bersifat universal, berisi beberapa penekanan yang oleh Paulus dianggap sangat diperlukan oleh orang-orang percaya di Roma (dasar yang benar untuk menilai orang-orang yang tidak mengenal hukum Yahudi, hubungan orang bukan Yahudi dengan Abraham dan leluhur Israel lainnya, dan lain-lain).
Rasul Paulus mengalamatkan suratnya ini kepada orang-orang percaya - "Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah. yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus" (1:7). Merupakan kebiasaan Paulus ketika menulis kepada jemaat-jemaat untuk mencantumkan istilah 'jemaat' di bagian salam pembukaan (bdg. I Kor. 1:2; II Kor. 1:1; Gal. 1:2; I Tes. 1:1; II Tes. 1:1) atau istilah 'orang kudus' untuk menyebut orang-orang yang dikirimi surat olehnya (Ef. 1:1; Flp. 1:1; Kol. 1:2). Sebutan yang dipakai di dalam surat ini merupakan variasi dari cara kedua. Salam yang dipakai di dalam surat kepada jemaat di Roma ini tidak menyiratkan adanya sebuah organisasi gereja yang kuat, dan pasal 16 memberikan gambaran tentang kelompok-kelompok kecil orang percaya dan bukan sebuah kelompok besar.
Apakah orang-orang percaya di sana sebagian besar terdiri dari orang Yahudi atau orang bukan Yahudi? Pertanyaan ini harus dijawab sesuai dengan apa yang secara tegas dikatakan di dalam surat ini. Memang benar bahwa sebagian besar dari isi surat ini berkenaan dengan bangsa Yahudi - cara Allah menghadapi mereka pada masa lalu, masa kini dan masa depan. Tetapi para pembaca disapa dengan cara yang menunjukkan dengan pasti bahwa mereka pada umumnya bukan Yahudi (lih. 1:5, 6; 1:13; 11:13; 15:15, 16). Mungkin ada beberapa orang Kristen Yahudi di antara jemaat, tetapi mereka merupakan golongan minoritas.
Tampaknya layak kalau orang . bertanya bagaimana gereja di Roma ini didirikan. Sayang sekali tidak ada dokumen dari abad pertama yang memberikan jawaban. Sejumlah gagasan telah dikemukakan. Ada yang mengemukakan bahwa "pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun pengamat agama Yahudi" yang menyaksikan turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kis. 2:10, 11) mungkin kembali ke kota itu dan mendirikan kelompok inti orang-orang percaya di sana. Sekalipun demikian, orang-orang Kristen sesudah hari Pentakosta tidak langsung merasakan diri mereka berbeda dari Yudaisme atau mulai membuka gereja-gereja lokal yang terpisah dari rumah ibadat Yahudi. Karena itu, mulai berdirinya jemaat Kristen di Roma tidak lama sesudah hari Pentakosta tampaknya mustahil. Pakar yang lain lagi beranggapan bahwa gereja di Roma didirikan oleh para pelayan Injil dari Antiokhia (bdg. Hans Lietzmann, The Beginnings of the Christian Church, terjemahan Bertram Lee Woolf hlm. 111, 133, 199). Karena Antiokhia merupakan pusat pemberitaan Injil, pandangan ini tentu masuk akal. Tetapi gagasan yang terbaik rupanya adalah bahwa gereja di Roma didirikan dan diperluas oleh jiwa-jiwa yang telah dimenangkan oleh Paulus, Stefanus, dan rasul lainnya yang pernah mampir di kota itu untuk bisnis atau untuk tinggal di sana.
Kapan Petrus dan Paulus tiba di Roma? Apabila kita membandingkan pernyataan dari para Bapak Gereja dengan bukti yang terdapat di dalam Perjanjian Baru, tampaknya mustahil bahwa salah satu dari kedua rasul ini sudah tiba di Roma sebelum tahun 60 M, beberapa tahun setelah surat ini ditulis. Seandainya Petrus berada di Roma ketika Paulus menulis surat ini, pastilah Paulus akan mengirim salam kepadanya. Keinginan Paulus sejak lama untuk berkhotbah di Roma (Rm. 1:11-13) dan kebijaksanaannya untuk tidak membangun di landasan yang telah didirikan oleh orang lain (15:20) membuat anggapan bahwa Petrus berada di Roma sebelum surat ini ditulis rasanya mustahil.
Kepenulisan dan Tanggal Penulisan Surat. Terdapat kesepakatan yang hampir universal bahwa Paulus adalah penulis surat ini. Ini dilandasi oleh pernyataan-pernyataan yang terdapat di dalam pasal 1 dan pasal 15, gaya penulisan dan argumentasi yang dikemukakan di dalam pasal-pasal di antara kedua pasal tersebut, dan kesaksian dari semua sumber kuno yang mengutip surat ini.
Berbagai pertanyaan yang diajukan tentang kepenulisan hanyalah menyangkut pasal 16 dan pujian-pujian bagi Allah (doksologi). Di dalam 16:3-16 terdapat daftar panjang dari nama-nama orang yang dikirimi salam. Priskila dan Akwila disebutkan dalam 16:3-5, tetapi Kisah Para Rasul 18:18, 19 menyatakan bahwa Paulus meninggalkan mereka di Efesus. Karena ini, beberapa orang berkesimpulan bahwa Roma 16, yang mencantumkan daftar nama ini, pada mulanya dikirim oleh Paulus ke Efesus. Epenetus disebutkan dalam 16:5 di mana dia disebut sebagai buah sulung di Asia (maksudnya, Asia Kecil). Pernyataan ini juga dianggap mendukung kesimpulan bahwa bagian ini pada mulanya dikirimkan ke Efesus. Tetapi kedua bukti di atas tidak harus disimpulkan semacam ini. Priskila dan Akwila sering kali bepergian. Karena mereka aslinya berasal dari Italia (Kis. 18:2), tidaklah mengherankan jika mereka ingin kembali ke tempat itu. Kenyataan bahwa Epenetus merupakan orang pertama yang bertobat di Asia Kecil tidaklah membuktikan bahwa dia tinggal di sana seumur hidupnya. Salah satu kebiasaan yang konsisten dari rasul Paulus ialah bahwa dia tidak mengirim salam dengan menyebutkan nama orang di tempat di mana dia pribadi telah melayani (bdg. I Kor., II Kor., I & II Tes., Flp., Ef. {Efesus dan Asia Kecil}, dan Gal.). Tetapi di dalam surat Roma dan Kolose Paulus menyapa orang-orang dengan menyebut nama mereka. Di tempat-tempat yang belum pernah dikunjunginya ini dia dapat menyebut nama setiap orang yang dikenalnya, untuk membangun hubungan. Atau apabila Paulus memilih orang yang disebut namanya, tujuannya akan jelas, supaya tidak ada orang yang akan merasa diabaikan.
Di dalam surat Roma ini terdapat lima pujian atau ucapan berkat - 15:13; 15:33; 16:20; 16:24 dan 16:25-27. Di dalam masing-masing ucapan berkat ini, Allah atau Kristus dimohon untuk melakukan sesuatu. menyertai sidang pembaca, atau menganugerahkan kasih karunia kepada sidang pembaca. Ucapan berkat yang pertama (15:13) mengakhiri bagian di mana Paulus melukiskan perilaku etis dari seorang Kristen dan perlunya orang Kristen untuk hidup rukun dan penuh pengertian satu sama lain. Ucapan berkat kedua (15:33) mengakhiri bagian di mana Paulus mengisahkan rencana perjalanannya dan kepergiannya membawa sumbangan ke Yerusalem, dan permohonan doanya bagi sumbangan ini dan rencana kepergiannya ke Roma. Yang ketika (16:20) mengikuti sebuah peringatan kepada orang-orang yang perilaku dan ucapan mereka bertolak belakang dengan apa yang diajarkan. Paulus meyakinkan para pembacanya bahwa Allah. yang mencurahkan damai sejahtera, tidak lama lagi akan menghancurkan Iblis di kaki mereka. Sementara itu, Paulus mengungkapkan kerinduan hatinya agar kasih karunia Tuhan Yesus dapat menjadi bagian mereka. Ucapan berkat keempat (16:24), karena kurang memperoleh dukungan dari naskah yang ada, tidak dicantumkan di dalam semua versi modern Alkitab bahasa Inggris. Ucapan berkat terakhir (16:25-27) adalah yang paling menarik karena ditemukan di berbagai tempat di dalam naskah-naskah kuno. Kelompok naskah Aleksandria dan Manuskrip D dari kelompok naskah Barat mencantumkan doksologi ini di ujung akhir pasal 16. Memang itulah tempatnya. Beberapa naskah lainnya menempatkan ucapan berkat ini di belakang 14:23 dan pada 16:25-27. Sebuah naskah, G, sama sekali tidak mencantumkan ucapan berkat ini. Naskah Papirus, P46, menempatkannya sesudah 15:33.
Beberapa pakar telah berusaha untuk menunjukkan bahwa isi dari ucapan berkat terakhir ini memeteraikannya sebagai gubahan abad ke 11 untuk penutup liturgi (bdg. John Knox, "Romans," The Interpreter's Bible, IX, 365-368). Dr. Hort, sekitar satu abad yang lalu, secara teliti membandingkan ungkapan-ungkapan di dalamnya dengan ungkapan-ungkapan di dalam surat-surat Paulus serta menemukan kesamaan yang sangat banyak (F. J. A. Hort. "On the End of The Epistle to the Romans," di dalam Biblical Essays yang dikumpulkan oleh J. B. Lightfoot, hlm. 324-329). Karena itu terdapat bukti yang cukup kuat untuk mendukung pendapat bahwa Pauluslah penggubah ucapan berkat yang terakhir ini sekalipun terdapat pada bagian akhir surat Roma.
Tetapi, mengapa ucapan berkat pada akhir kitab Roma ini muncul di tempat-tempat yang berbeda dalam naskah-naskah yang ada. Sejumlah faktor mungkin ikut memainkan peranan. Origen, dalam tafsirannya tentang surat Roma ini, menyatakan bahwa Marcion yang sesat (yang namanya terkenal pada tahun 138-150 M) membuang seluruh surat Roma dari 14:23 hingga akhir surat. Para pengikut Marcion pasti menghasilkan kitab Roma yang berakhir di sini. Demikian pula judul-judul bagian - frasa-frasa padat yang menunjukkan isi bagian - tidak ditemukan di dua pasal terakhir di dalam manuskrip Vulgata - Kodeks Amiatinus dan Kodeks Fuldensis. Tidak dipakainya pasal-pasal ini ketika Alkitab dibacakan di hadapan jemaat pastilah mempengaruhi penempatan ucapan berkat ini. Selanjutnya, Paulus sendiri, atau orang-orang Kristen di Roma segera sesudah kematian Paulus. mungkin memperpendek surat ini agar dapat diedarkan kepada gereja-gereja yang lain. Kenyataan bahwa terdapat begitu banyak naskah lama dari surat Roma memungkinkan kita untuk melihat beberapa perubahan ini dan mencatat apa yang telah dilakukan oleh naskah yang terbaik. Apakah kita menilai naskah yang ada itu bermutu paling tinggi (yang paling penting) ataukah keseluruhan jumlahnya, sebagian besar naskah mencantumkan seluruh kitab Roma terkecuali 16:24 yang jelas bukan merupakan bagian dari naskah aslinya.
Surat ini ditulis oleh Paulus pada saat perjalanan ketiganya untuk memberitakan Injil. Karena rasul tinggal selama tiga bulan di Yunani (Kis. 20:3) dan dia memuji Febe, diaken perempuan dari Kenkrea (pelabuhan timur Korintus) yang mungkin membawa surat ini ke Roma, sangat mungkin bahwa surat ini ditulis dari Korintus. Tetapi mungkin juga kota Yunani yang lain, seperti Filipi. yang merupakan tempat Paulus menulis surat ini. Tanggal penulisan surat berkisar antara tahun 53-58 M. Tahun 55 atau 56 M rupanya merupakan tanggal penulisan yang paling mungkin untuk surat ini.
Saat dan Tujuan Penulisan. Rasul Paulus merencanakan untuk meninggalkan Yunani dan menuju ke Palestina membawa sumbangan yang berhasil dikumpulkan olehnya dari gereja-gereja bukan Yahudi. Paulus ingin menyerahkan sendiri sumbangan ini kepada orang-orang kudus miskin yang ada di Yerusalem. Ia disertai oleh wakil-wakil dari gereja-gereja yang memberikan sumbangan. Paulus beranggapan bahwa tindakan orang percaya bukan Yahudi kepada saudara-saudara seiman mereka di Yerusalem dapat menunjukkan kasih mereka dan membuktikan kesatuan gereja. Paulus kemudian bermaksud pergi ke Roma. Dari Roma dia ingin pergi ke Spanyol. Sesaat sebelum Paulus menunda rencana-rencananya ke arah barat ini, Paulus menulis surat yang luar biasa ini kepada gereja di Roma dan mengirimnya ke barat.
Tulisan macam apakah kitab Roma ini? Kitab ini merupakan surat yang dialamatkan kepada sekelompok (atau beberapa kelompok) orang percaya yang tinggal di Roma. Kenyataan bahwa surat ini mengungkapkan pikiran-pikiran yang hebat, mendalam dan khidmat tentang Allah tidak membuat kitab ini tidak layak disebut sebuah surat. Paulus telah mendoakan para pembacanya terus-menerus (1:9, 10) dan merindukan persekutuan dengan mereka (1:11). Dia mengharapkan mereka mendoakan dirinya mengingat bahaya begitu banyak yang menghadang (15:30-32). Karena itu Kitab Roma bukan sebuah keuangan tentang doktrin yang sistematis. Pemikiran Paulus dikembangkan secara logika, tetapi jelas bahwa dia tidak berusaha mengemukakan keseluruhan ajaran doktrinnya. Surat Roma juga bukan sebuah karangan yang kontroversial - sebuah polemik yang membela kekristenan gaya Paulus dan melawan kekristenan gaya Yahudi. Kesatuan dan persatuan orang percaya merupakan inti dalam perumpamaan pohon zaitun dalam pasal 11.
Kitab Roma merupakan surat pengarahan yang membahas kebenaran-kebenaran utama dari Injil yang menurut Paulus harus dikenal oleh jemaat di Roma. Karena kebutuhan orang bukan Yahudi sama saja, entah mereka tinggal di Roma ataupun di Kolose, terdapat sebuah nada universal dalam ajaran itu. Surat Roma merupakan ringkasan kebenaran-kebenaran pokok yang diajarkan Paulus di gereja-gereja di mana dia tinggal untuk beberapa waktu sambil memberitakan Injil. Sebuah alasan yang menjadikan surat ini memiliki pengaruh yang sedemikian luas ialah karena Allah telah menuntun hamba-Nya untuk menyajikan berbagai pemikiran yang luar biasa dalam sepucuk surat sehingga pakar dan orang awam dapat memperoleh kebenaran-kebenaran yang akan membentuk nasib kekal mereka.
Cara Mengungkapkan Pikiran. Paulus mengawali suratnya ini dengan ulasan pendahuluan untuk mempersiapkan pembaca menerima segala hal yang ia hendak tulis (1:1-17), jadi dia menjalin suatu hubungan yang baik antara dirinya dengan para pembacanya. Paulus kemudian mengemukakan pokok surat yakni pentingnya kebenaran di dalam hubungan manusia dengan Allah (1:18-8:39). Mula-mula dia menunjukkan dengan jelas bahwa manusia tidak bersifat benar, lalu ia mengajukan secara hati-hati pertanyaan: Bagaimana manusia dapat menjadi benar di hadapan Allah? Pokok bahasan ini dipertegas lagi dengan membahas bagaimana manusia yang sudah dibenarkan harus hidup di hadapan Allah. Selaku orang Yahudi, Paulus memandang umat manusia sebagai terdiri atas dua golongan yaitu Yahudi dan bukan Yahudi. Sebagai orang Kristen, bagaimana dia harus memandang kedua golongan ini? Paulus menjawab dengan memberikan suatu ulasan tentang rencana Allah bagi orang Yahudi dan bukan Yahudi (9:1-11:36). Di bagian ini Paulus meletakkan sebuah landasan yang nyata bagi filsafat sejarah Kristen. Sesudah itu, ketika tiba di bagian penerapan, Paulus memberikan beberapa nasihat khusus bagi orang Kristen di Roma tentang penampilan, sikap dan perilaku mereka (12:1-15:13). Sebagai penutup dia menunjukkan betapa ia sangat menaruh perhatian terhadap orang-orang percaya di Roma (15:14-16:27). Mereka berada di dalam wilayahnya dan dia bermaksud mengunjungi mereka. Sampai hal itu bisa terlaksana, dia harus mengirim salam kepada mereka melalui surat, memberikan suatu peringatan terakhir dan menyerahkan mereka kepada Allah yang adalah satu-satunya pihak yang dapat membangun mereka.
Waktu mempelajari Kitab Roma, kita tidak boleh melupakan keseluruhan kitab di mana setiap episode hanya merupakan bagiannya. Mempelajari bagian tertentu terlepas dari konteksnya senantiasa berbahaya; menyangkut Kitab Roma hal itu bahkan bisa sama sekali mengubah makna yang dimaksudkan oleh Paulus.
Wycliffe: Roma (Garis Besar) GARIS BESAR ROMA
I. Pernyataan Pembukaan Paulus, Sang Rasul (1:1-17).
A. Pengungkapan Identitas Penulis (1:1).
B. Identifik...
GARIS BESAR ROMA
- I. Pernyataan Pembukaan Paulus, Sang Rasul (1:1-17).
- A. Pengungkapan Identitas Penulis (1:1).
- B. Identifikasi Injil dengan Yesus Kristus (1:2-5).
- C. Penyapaan Sidang Pembaca (1:6, 7).
- D. Perhatian Paulus Terhadap Jemaat di Roma, Bagian dari Perhatian yang Lebih Luas (1:8-15).
- E. Ringkasan dari Sifat dan Isi Injil (1:16, 17).
- II. Kebenaran - Kunci Hubungan Manusia dengan Allah (1:18-8:39)
- A. Kebenaran Sebagai Status yang Diperlukan Manusia di Hadapan Allah (1:18-5:21).
- 1. Kegagalan Manusia untuk Memperoleh Kebenaran (1:18-3:20).
- a. Kegagalan Orang Bukan Yahudi (1:18-32).
- b. Kegagalan Orang yang Menghakimi Secara Berbeda dengan Penghakiman Adil Allah (2:1-16).
- c. Kegagalan Orang Yahudi (2:17-29).
- d. Keberatan-keberatan Terhadap Ajaran Paulus tentang Kegagalan Manusia (3:1-8).
- e. Kegagalan Seluruh Umat Manusia di Hadapan Allah (3:9-20).
- 2. Kebenaran Diperoleh Melalui Iman, Bukan Melalui Perbuatan Menurut Hukum (3:21-31).
- 3. Kebenaran Melalui Iman dalam Hidup Abraham (4:1-25).
- a. Kebenarannya Diperoleh Melalui Iman, Bukan Melalui Perbuatan (4:1-8).
- b. Abraham Dijadikan Bapa Semua Orang yang Percaya Melalui Iman Sebelum Sunat (4:9-12).
- c. Realisasi Janji Terjadi Karena Iman, Bukan Karena Hukum Taurat (4:13-16).
- d. Allah, Penguasa Maut, Objek Iman Bagi Abraham dan bagi orang Kristen (4:17-25).
- 4. Sentralnya Kebenaran oleh Iman Dalam Kehidupan Individu dan Dalam Kerangka Sejarah (5:1-21).
- B. Kebenaran Sebagai Cara Hidup Orang Kristen di Hadapan Allah (6:1-8:39).
- 1. Salah Pengertian Bahwa dengan Berbuat Dosa Kasih Karunia Bertambah (6:1-14).
- 2. Salah Pengertian Bahwa Orang Percaya Dapat Berbuat Dosa Seenaknya Karena Berada di Bawah Kasih Karunia dan Bukan di Bawah Hukum Taurat (6:15-7:6).
- a. Kesetiaan, Buah, Tujuan Akhir (6:15-23).
- b. Pembebasan dan Ikatan Baru yang Disebabkan oleh Kematian (7:1-6).
- 3. Masalah-masalah Sekitar Pergumulan Melawan Dosa (7:7-25).
- a. Apakah Hukum Taurat itu Dosa? (7:7-12).
- b. Apakah yang Baik Menyebabkan Kematian? (7:13-14).
- c. Bagaimana Pergumulan Batin Dapat Diatasi? (7:15-25).
- 4. Kemenangan Melalui Roh Berhubungan dengan Rencana dan Tindakan Allah (8:1-39).
- a. Pelepasan dari Dosa dan Maut Melalui Tindakan Bapa, Petra dan Rob (8:1-4).
- b. Kerangka Berpikir Daging Versus Kerangka Berpikir Roh (8:5-13).
- c. Bimbingan dan Kesaksian Roh (8:14-17).
- d. Penyempurnaan Penebusan Dinantikan oleh Ciptaan dan Orang-orang Percaya (8:18-25).
- e. Pelayanan Doa Syafaat oleh Roh (8:26, 27).
- f. Rencana Allah Bagi Mereka Yang Mengasihi Dia (8:28.30).
- g. Kemenangan Orang-orang Percaya Atas Semua Lawan (8:31-39).
- III. Israel dan Orang Bukan Israel dalam Rencana Allah (9:1-11:36)
- A. Keprihatinan Paulus Akan Bangsanya Sendiri, Israel (9:1-5).
- B. Allah Bersifat Bebas, Benar dan Berdaulat dalam Menghadapi Israel dan Semua Orang (9:6-29).
- 1. Allah Memilih Ishak dan Bukan Putra Abraham Lainnya (9:6-9).
- 2. Allah Memilih Yakub dan Bukan Esau (9:10-13).
- 3. Allah Bermurah Hati Kepada Israel dan Mengeraskan (9:14-18).
- 4. Allah Mengendalikan Benda-benda Belas Kasihan (9:19-24).
- 5. Allah Memberikan Kesaksian dalam Hosea dan Yesaya Mengenai Perluasan dan Pembatasan Karya Penyelamatan-Nya (9:25-29).
- C. Kegagalan Bangsa Israel dan Keberhasilan Bangsa Bukan Israel (9:30-10:21).
- 1. Bangsa Bukan Israel Mencapai Apa yang Gagal Diperoleh Bangsa Israel (9:30-33).
- 2. Israel Tidak Mengenal Kebenaran Allah (10:1-3).
- 3. Hubungan Antara Kebenaran Iman dan Objek Iman (10:4-15).
- 4. Kabar Baik Allah Diabaikan (10:16-21).
- D. Keadaan Israel pada Zaman Paulus (11:1-10).
- E. Prospek-prospek Bagi Masa Depan Israel (11:11-36).
- 1. Kadar Berkat Yang Diperoleh dari Kekurangan dan Kesempurnaan Israel (11:11-15).
- 2. Orang Bukan Yahudi Tidak Memiliki Dasar untuk Bermegah (11:16-21).
- 3. Kebaikan dan Kekerasan Allah Terungkap Melalui Tanggapan-Nya Terhadap Orang Percaya dan Orang Tidak Percaya (11:22-24).
- 4. Keselamatan Bagi Bangsa Israel (11:25-27).
- 5. Kemurahan Allah Kepada Semua Orang Diperbesar oleh Tindakan-Nya dalam Sejarah (11:25-27).
- 6. Kehebatan dan Kemuliaan Allah - Sumber, Penopang dan Tujuan dari Segala Sesuatu (11:33-36).
- IV. Sikap dan Perilaku yang Diharapkan dari Jemaat di Roma (12:1-15:13)
- A. Mempersembahkan Tubuh dan Akal Budi (12:1, 2).
- B. Kerendahan Hati dalam Menggunakan Karunia Allah (12:3-5).
- C. Ciri-ciri Watak yang Layak Diteladani (12:9-21).
- D. Tunduk Kepada Pejabat Pemerintah Harus Disertai dengan Cara Hidup yang Penuh Kasih dan Kebenaran (13:1-14).
- E. Tenggang Rasa Diperlukan Bagi Orang-orang yang Berhati dan yang Berhati Nurani Lemah (14:1-15:13).
- 1. Perbedaan Pendapat Tentang Makanan dan Hari-hari Khusus (14:1-6).
- 2. Penghakiman oleh Tuhan, Bukan oleh Sesama Saudara Seiman (14:7-12).
- 3. Penyingkiran Batu Sandungan (14:13-23).
- 4. Yang Kuat Hendaknya Membantu yang Lemah dan Bukan Menyenangkan Diri Sendiri (15:1-3).
- 5. Kemuliaan Bagi Allah Melalui Ketekunan, Penghiburan dan Kerukunan (15:4-6).
- 6. Pelayanan Kristus Dimaksudkan Bagi Orang Yahudi dan Orang Bukan Yahudi (15:7-13).
- V. Hal-hal Pribadi dan Perhatian Bagi Pembaca (15:14-16:27)
- A. Alasan Paulus Menulis dengan Terus Terang Kepada Pembaca Dewasa (15:14-16).
- B. Penegasan Tuhan Atas Karya Pemberitaan Injil oleh Paulus yang Merupakan Perintisan (15:17-21).
- C. Rencana-rencana Perjalanan: Yerusalem, Roma dan Spanyol (15:22-29).
- D. Permohonan-permohonan Doa Khusus (15:30-33).
- E. Rekomendasi untuk Febe (16:1, 2).
- F. Salam Khusus Bagi Perseorangan dan Kelompok Tertentu (16:3-16).
- G. Watak Berbahaya Bari Orang-orang yang Mengajarkan Ajaran Palsu (16:7-20).
- H. Salam Dari Rekan-rekan Paulus di Korintus (16:21-23).
- I. Pemantapan Orang-orang Percaya oleh Allah yang Berdaulat Atas Sejarah (16:25-27).
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) "Jangan Menjadi Serupa" (Roma 12:2)
Dunia terus-menerus menekan kita agar menjadi serupa dengan standarnya. Tekanan itu dapat datang dari m...
"Jangan Menjadi Serupa" (Roma 12:2)
Dunia terus-menerus menekan kita agar menjadi serupa dengan standarnya. Tekanan itu dapat datang dari manusia: teman, anggota keluarga, tetangga, rekan kerja, atau teman-teman sekolah. Itu dapat datang dari media: koran, majalah, buku, musik, radio, televisi, film, iklan, dan seterusnya. Tekanan seperti itu tak pernah berhenti dan tak punya rasa iba. Tekanan itu dapat juga halus. Dunia berbisik di telinga kita bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan—dan karena itu, jika kita ingin bahagia, kita harus berpikir, bertindak, bicara, dan terlihat seperti orang lain. Sangat mudah untuk menerima sistem nilai dan gaya hidup dunia tanpa menyadarinya. Pada dasarnya manusia adalah peniru, dan hanya ada dua sistem nilai dasar yang tersedia untuk ditiru. Salah satunya adalah nilai "jahat zaman sekarang ini," dan yang lainnya adalah nilai yang ditemukan dalam "kehendak Allah." Paulus memohon, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini" (huruf miring ditambahkan).
Mungkin kata peringatan perlu diberikan. "Janganlah menjadi serupa dengan dunia ini" tidak berarti bahwa upaya kita untuk berbeda adalah sekedar untuk berbeda. Halford Luccock mengatakan bahwa "ketidakserupaan tidak ada nilainya bila hanya untuk berbeda. Itu adalah tanda dari pikiran orang yang belum dewasa, seringkali dari pikiran orang yang suka pamer. Dalam banyak aspek kehidupan keserupaan adalah keharusan bagi masyarakat yang efektif."22
Kita semua mengetahui orang-orang yang bangga dalam tampil dan bertindak sebeda dan seaneh mungkin. Perilaku seperti itu hanya akan menjauhkan orang-orang yang kita sedang upayakan untuk kita gapai dengan injil. Kita harus jangan menjadi serupa dengan sifat-sifat duniawi yang bertentangan dengan kehendak Allah, tapi sikap kita harus jangan berlebihan sehingga membuat gusar orang-orang yang harus kita ajar.
Tekanan Untuk Menjadi Serupa (Roma 12:2)
Saya teringat demonstrasi sederhana dari kelas sains sekolah tinggi di Lone Wolf, Oklahoma. Guru itu mengambil kaleng metal yang kosong berukuran satu galon, yang bagian sisinya rata. Ia membuka tutup kaleng itu, memasukkan sedikit air ke dalamnya, dan meletakkannya di atas api. Air segera mendidih. Dengan menggunakan sarung tangan pelindung, guru itu menutup kembali kaleng itu, mengencangkannya dengan erat, dan menjauhkan kaleng itu dari nyala api. Untuk beberapa saat, tidak terjadi apa-apa. Lalu, tiba-tiba—seakan-akan diremukkan oleh tangan raksasa, yang tak terlihat—sisi-sisi kaleng itu melesak ke dalam. Saya terkesan!
Guru itu menjelaskan bahwa pemanasan kaleng itu membuat udara di dalamnya mengembang dan mendesak udara itu keluar dari kaleng. Akibatnya, ketika kaleng yang ditutup rapat itu mulai dingin, tekanan udara di dalam kaleng menjadi lebih rendah daripada tekanan di luar kaleng. Itulah sebabnya tekanan luar menyebabkan sisi-sisi kaleng melesak ke dalam. Sebagian besar dari kita bahkan tidak menyadari adanya tekanan udara, tapi tekanan itu ada. Di atas permukaan laut, tekanan itu hampir tujuh kilogram per inci persegi!23(Tubuh kita tidak remuk karena tekanan di dalam tubuh sama dengan tekanan di luar tubuh.)
Bertahun-tahun kemudian, ketika saya sedang mempelajari Roma 12:2, saya ingat demonstrasi tekanan udara itu. Saya berpikir, "Banyak orang tidak menyadari tekanan di dalam dunia untuk menjadi serupa dengan gaya hidup dunia. Mereka menyerah terhadap tekanan itu karena mereka tidak memiliki apa-apa di dalam diri mereka yang dapat membuat mereka bertahan." Paulus, pada dasarnya, mengatakan bahwa cara untuk mencegah tekanan dunia yang "menekan kita ke dalam polanya" adalah dengan mengimbangi tekanan itu dengan pikiran yang diperbaharui.
Apakah yang dapat kita lakukan (dengan bantuan Allah) untuk memperbaharui pikiran kita? Mungkin, tindakan paling penting yang dapat kita ambil adalah dengan mengisi pikiran kita dengan apa yang mengangkat kita ketimbang dengan apa yang menenggelamkan kita. Jika pikiran kita terus-menerus terpapar dengan pengaruh dunia ini yang mesum, tidak sopan, dan egois, maka hampir mustahil untuk memperbaharui pikiran kita. Di tempat lain, Paulus menulis, "… semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu" (Flp. 4:8; huruf miring ditambahkan).
Kita perlu mengisi pikiran kita dengan Firman Allah; ini kita lakukan dengan membaca dan mempelajari Alkitab. Pikiran kita harus difokuskan pada Allah; kita dapat mencapai fokus ini melalui meditasi dan doa, dan dengan memikirkan dunia indah yang Allah telah ciptakan (lihat 1:20). Kita perlu bergaul dengan orang-orang yang memiliki penekanan rohani dalam hidup mereka; ini kita lakukan melalui persekutuan Kristen dan ibadah. Di atas semua itu, kita harus menjaga pandangan kita tetap pada Yesus dan berusaha keras untuk menjadi seperti Dia. "Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung.… itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar" (2 Kor. 3:18). Dengan cara ini, manusia batiniah akan "dibaharui dari sehari ke sehari" (2 Kor. 4:16). Kita akan diubah baik luar (tubuh) maupun dalam (pikiran).
Apakah Anda menjalani kehidupan yang diubah? Transformasi berkaitan dengan perubahan, dan perubahan tidak mudah. Memang sulit untuk meninggalkan kebiasaan perilaku seumur hidup yang sudah berakar dalam—tapi kita dapat berubah dengan bantuan Allah. Dengan bersandar pada Dia, kita dapat memenuhi tantangan Paulus.
Perubahan dimulai ketika Anda dibaptis sebagai orang percaya yang menyesali dosa Anda dan bangkit untuk "hidup dalam hidup yang baru" (6:4; huruf miring ditambahkan). Perubahan berlanjut seraya Anda mengubah pikiran Anda dari "hal-hal yang dari daging" dan berfokus pada "hal-hal yang dari Roh" (8:5).
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) PASAL 12
KEHIDUPAN ORANG KRISTEN (BAGIAN 1)
Pasal 1 sampai 8 berisi komentar Paulus tentang dasar keselamatan kita, sedangkan pasal 9 sampai 11 memb...
PASAL 12
KEHIDUPAN ORANG KRISTEN (BAGIAN 1)
Pasal 1 sampai 8 berisi komentar Paulus tentang dasar keselamatan kita, sedangkan pasal 9 sampai 11 membahas "masalah orang Yahudi." Pasal-pasal terakhir berpusat pada penerapan praktis tentang semua yang rasul itu sudah katakan. Paulus bisa saja melambung kepada kemuliaan pemikiran teologis yang paling tinggi, tetapi ia selalu berakhir dengan kakinya tertanam kuat di atas bumi—di mana kita hidup. Ia peduli terhadap keyakinan dan perilaku.1Ia tidak hanya berfokus pada belajar, tetapi juga pada hidup—bukan pada doktrin saja, tetapi juga pada tugas.2R. C. Bell menyebut pasal-pasal awal kitab Roma "akar," dan pasal-pasal terakhir "buah."3
Bagian penerapan surat ini dimulai dengan salah satu pasal paling hebat di dalam Kitab Suci: Roma 12. Mengenai pasal kekasih ini, J. D. Thomas berkata, "Anda tidak akan menemukan ringkasan yang lebih baik tentang kehidupan orang Kristen di mana saja di dalam Alkitab."4
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Pasal Favorit (Roma 12)
Roma 12 adalah pasal Alkitab kesukaan ibu saya. Dalam bulan-bulan terakhir hidupnya, ia kadang-kadang tidak dapat secara fisi...
Pasal Favorit (Roma 12)
Roma 12 adalah pasal Alkitab kesukaan ibu saya. Dalam bulan-bulan terakhir hidupnya, ia kadang-kadang tidak dapat secara fisik pergi ke gedung gereja untuk beribadah. Kadang-kadang, saya akan tinggal bersama dia pada hari Minggu pagi agar Ayah saya dapat menghadiri kebaktian. Ibu dan saya akan mengadakan kebaktian kecil dan mengambil bagian Perjamuan Tuhan bersama-sama. Selama kebaktian itu, saya akan bertanya nas apa yang ia ingin saya bacakan, dan ia selalu menjawab, "Roma 12." Ibu saya tidak sendirian dalam kecintaannya kepada Roma 12. Pasal itu merupakan pasal kesukaan banyak orang.
TFTWMS: Roma (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Va...
Catatan Akhir:
- 1 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1994), 317.
- 2 Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary, vol. 1 (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1989), 553.
- 3 R. C. Bell, Studies in Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1957), 133.
- 4 J. D. Thomas, Class Notes, Romans, Abilene Christian College (1955).
- 5 "Karena itu" muncul dalam ayat-ayat ini dalam Alkitab NASB. Kadang-kadang itu digunakan untuk menerjemahkan kata Yunani oun; kali lain itu mewakili kata Yunani yang berbeda.
- 6 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White, Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 62.
- 7 Dale Hartman, pelajaran yang dikhotbahkan di Eastside church of Christ, Midwest City, Oklahoma, c. 2004.
- 8 Marvin R. Vincent, Word Studies in the New Testament, vol. 3, The Epistles of Paul (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1965), 153.
- 9 F. F. Bruce, The Letter of Paul to the Romans, 2d ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 212.
- 10 Thomas, Class Notes, Romans.
- 11 William Barclay, The Letter to the Romans, rev. ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 156.
- 12 Stott, 322.
- 13 Vine, 509.
- 14 Barclay, 156-57.
- 15 Sebelumnya, dalam 9:4, Alkitab NASB menerjemahkan latreia sebagai "pelayanan," dengan menambahkan kata "bait suci" di depannya. Satu kata kerabatnya, leitourgi÷a (leitourgia), adalah kata yang darinya kita mendapatkan kata "liturgi," istilah yang digunakan saat ini untuk mengacukan penetapan pelbagai ritual ibadah yang disukai oleh beberapa denominasi.
- 16 Anonimous; dikutip dalam Bruce Barton, David Veerman, and Neil Wilson, Romans, Life Application Bible Commentary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1992), 232.
- 17 Paulus menggunakan dua kata yang berbeda untuk "bentuk" di 12:2: schvma (schēma) dalam "serupa" (yang ada hubungannya dengan bentuk lahiriah yang terus-menerus berubah) dan morfh (morphē) dalam "berubah" (yang mengacu kepada sifat penting suatu hal). Beberapa orang berpendapat Paulus dengan sengaja menggunakan kata-kata yang berbeda untuk membedakan kata-kata itu. Alkitab TEV menyediakan contoh sudut pandang ini: "Jangan serupa secara lahiriah dengan standar dunia ini, tapi biarkan Allah merubah Anda secara batiniah" (huruf miring ditambahkan). Para penulis lainnya percaya bahwa Paulus menggunakan istilah itu sebagai sinonim, menggunakan ungkapan yang berbeda untuk variasi, seperti yang dilakukan oleh para penulis dan pembicara zaman kini. Kedua penafsiran itu adalah mungkin. Yang mana saja yang digunakan, pesan utama Paulus tetap sama.
- 18 Satu bentuk metamorphoō diterjemahkan "berubah rupa" dalam Matius 17:2 dan Markus 9:2. Penampilan Kristus berubah secara dramatis ketika kemuliaan keilahian-Nya bersinar menembus tubuh-Nya.
- 19 Bahasa Inggris dan Indonesia hanya memiliki dua jenis kalimat: aktif (apa yang kita lakukan) dan pasif (apa yang dilakukan untuk kita). Bahasa Yunani memiliki jenis kalimat ketiga: tengah (apa yang kita lakukan kepada atau untuk diri kita sendiri).
- 20 Kata "itu [Ing.: is]" tidak ada dalam teks aslinya; kata itu dipasok oleh penerjemah.
- 21 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 255.
- 22 Barclay, 155.
- 23 Vine, 583.
- 24 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph Henry Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 408.
- 25 Sebagian besar penulis setuju bahwa daftar itu mencakup karunia mujizatiah dan karunia non-mujizatiah, tetapi ada beberapa perbedaan pendapat mengenai yang mana yang mujizatiah dan yang non-mujizatiah.
- 26 Bell, 136.
- 27 The Analytical Greek Lexicon (London: Samuel Bagster & Sons, 1971), 354.
- 28 Ibid., 23.
- 29 Vine, 494.
- 30 Stott, 327; citing C. E. B. Cranfield, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Romans, vol. 2, The International Critical Commentary (Edinburgh: T. & T. Clark, 1983), 621.
- 31 Vine, 619.
- 32 The Analytical Greek Lexicon , 265.
- 33 Bauer, 104.
- 34 Ibid.
- 35 O. Bauernfeind, "haplótēs," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich, trans. and abr. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 65.
- 36 Vine, 169.
- 37 Ibid., 404.
- 38 Ibid., 98.
- 39 D. Stuart Briscoe, Romans, The Communicator's Commentary (Waco, Tex.: Word Books, 1982), 222.
- 40 Anders Nygren, Commentary on Romans (Philadelphia: Fortress Press, 1949), 424.
- 41 Vine, 316.
- 42 Ibid., 1.
- 43 Jim McGuiggan, The Book of Romans, Looking Into The Bible Series (Lubbock, Tex.: Montex Publishing Co., 1982), 367.
- 44 Untuk nas-nas tambahan tentang membenci kejahatan, lihat Mazmur 97:10; 119: 104; Amsal 8:13; Ibrani 1:9.
- 45 Vine, 104. Alkitab KJV menulis "memegang erat." Kata Yunani yang sama digunakan dalam Matius 19:5 untuk mengacu kepada suami dan istri yang saling bergabung satu sama lain.
- 46 Kata Yunani keempat untuk "kasih," e¡rwß (erōs), mengacu pada kasih fisik (termasuk sex). Kasih fisik dalam konteks pernikahan Alkitabiah adalah benar dan bahkan didorong (1 Kor. 7:2, 3; Ibr. 13:4), tapi erōs memiliki begitu banyak konotasi buruk sehingga penulis Perjanjian Baru tidak menggunakan kata itu.
- 47 Untuk informasi lebih lanjut tentang kata-kata Yunani untuk "kasih", lihat David Roper, Getting Serious About Love (Searcy, Ark.: Resource Publications, 1992), 13-29.
- 48 Vine, 310.
- 49 Ibid., 483.
- 50 Barclay, 164.
- 51 The Analytical Greek Lexicon , 286.
- 52 Vine, 233.
- 53 Barclay, 163.
- 54 Leon Morris, The Epistle to the Romans (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 447.
- 55 Vine, 17.
- 56 Ibid., 462.
- 57 Alkitab NASB memasukkan kata Inggris "devoted" dalam ayat 10 dan 12; tapi dalam ayat 12 kata Yunani yang yang digunakan berbeda dengan yang digunakan dalam ayat 10.
- 58 W. Grundmann, "karteréō," in Theological Dictionary of the New Testament, 417.
- 59 Vine, 177, 233.
- 60 Luke Hartman, "God's Call to Love," pelajaran ini dikhotbahkan di Eastside church of Christ, Midwest City, Oklahoma, 17 July 2005.
- 61 Untuk pembahasan tentang memberi tumpangan, lihat David Roper, "The Man Who Gave Life (2 Kings 4:8-17)," Truth for Today 24, no. 11 (April 2004): 28-29.
- 62 A. Oepke, " diṓ kō ," in Theological Dictionary of the New Testament , 177.
- 21 Kata Yunani untuk "kamu" tidak terdapat di dalam beberapa naskah kuno, sehingga beberapa komentator berpendapat bahwa nasihat Paulus itu berlaku untuk penganiayaan secara umum.
- 22 Diadaptasi dari Vine, 69.
- 23 Bahasa semacam itu dikecam di tempat lain. Misalnya, Kolose 3:8 mencela "cacian" ("perkataan kotor"; KJV).
- 24 Morris, 451.
- 25 Stott, 333.
- 26 Richard A. Batey, The Letter of Paul to the Romans, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1969), 155.
- 27 Barton, Veerman, and Wilson, 243.
- 28 Douglas J. Moo, Romans, The NIV Application Commentary (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 2000), 417.
- 29 Vine, 274. Alkitab KJV menulis "Berikanlah segala hal dengan tulus di hadapan semua orang." Melakukan "apa yang benar" (kalos) termasuk bersikap jujur, tetapi cakupannya lebih daripada itu. Alkitab NKJV mengatakan, "Menghormati hal-hal baik di mata semua orang."
- 30 John Kachelman, "How to Handle Hostility," Truth for Today 9, no. 12 (May 1989): 27.
- 31 Sejumlah terjemahan menggunakan istilah-istilah seperti "teman" atau "teman terkasih," tapi agapētos lebih kuat dan lebih dalam daripada sekedar persahabatan.
- 32 Lewis Copeland, ed., Popular Quotations for All Uses, rev. ed. (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1961), 391.
- 33 Dale Hartman, pelajaran yang dikhotbahkan di Eastside church of Christ, Midwest City, Oklahoma, 24 October 2004.
- 34 Pernah dikemukakan bahwa Paulus mengacu kepada murka orang yang dianiaya atau murka orang yang menganiaya, tapi konteksnya menunjukkan bahwa ia sedang mengacuke pada murka Allah.
- 35 Jimmy Allen, Survey of Romans, 7th ed. (Searcy, Ark.: By the author, 1994), 105.
- 36 Diadaptasi dari McGuiggan, 373.
- 37 Benjamin Franklin, Poor Richard's Almanack (October 1749).
- 38 Morris, 454.
- 39 Jim Townsend, Romans: Let Justice Roll Down (Elgin, Ill.: David C. Cook Publishing Co., 1988), 86.
- 40 Bruce, 217-18.
- 41 Allen, 105.
- 42 Thomas R. Schreiner, bagaimanapun, menafsirkan "bara api" sebagai penghakiman Allah. (Thomas R. Schreiner, Romans , Baker Exegetical Commentary on the New Testament [Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 1998], 674-76.)
- 43 Barclay, 170.
- 44 Stott, 337.
- 21 Latreia bukan salah satu dari kata-kata utama Perjanjian Baru untuk "ibadah," tapi itu tidak berarti ibadah dikecualikan dari maknanya.
- 22 Halford E. Luccock, Preaching Values in the Epistles of Paul, vol. 1, Romans and First Corinthians (New York: Harper & Brothers, 1959), 77.
- 23 University of Illinois, Urbana-Champaign, "Atmospheric Pressure" (http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/mtr/fw/prs/def.rxml; Internet; accessed 19 September 2013).
- 24 Joe Barnett, "You Are Someone Special" (tract) (N.p., n.d.), 6.
- 25 James O. Baird, "Going to Heaven from the Pew," sermon preached at Macquarie church of Christ, Sydney, Australia, July 1976.
- 26 Diadaptasi dari pembicaraan yang dilakukan oleh Coy Roper selama retret fakultas di Heritage Christian University in Florence, Alabama, 25 August 2004.
- 27 Diadaptasi dari Stott, 334-35.
- 28 Diadaptasi dari C. Roy Angell, Iron Shoes (Nashville: Broadman Press, 1953), 52-53.
- 29 Diadaptasi dari Robert J. Morgan, Nelson's Complete Book of Stories, Illustrations, & Quotes (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 2000), 267-68.
- 30 Ini disalahgunakan, pertama, karena ketetapan Perjanjian Lama tidak begitu banyak mengenai balas dendam pribadi tapi lebih banyak mengenai hukuman oleh masyarakat. Kedua, kita harus hidup sekarang ini dengan standar Perjanjian Baru (lihat Matius 5: 38-42).
- 31 Taylor Cave, kelas yang diajarkan di gereja Kristus Eastside, Midwest City, Oklahoma, 14 July 2005.
- 32 Bell, 141-42.
- 33 Bob Stewart, Revenge Redeemed (Old Tappan, N.J.: Fleming H. Revell Co., 1991).
- 34 India Report , Central church of Christ, Lufkin, Texas, 15 July 2002.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2016 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka
terhadap kunjungannya kepada mere
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungannya kepada mereka. Menurut rencana, Paulus akan bekerja sementara waktu di antara orang-orang Kristen di sana, kemudian dengan bantuan mereka, ia ingin pergi ke Spanyol. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.
Setelah menyampaikan salamnya kepada orang-orang dalam jemaat di Roma, dan memberitahukan kepada mereka tentang doanya bagi mereka, Paulus mengemukakan tema suratnya ini: "Dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya kepada Allah, dari mula sampai akhir" (Rom 1:17).
Setelah itu Paulus menguraikan temanya itu. Semua orang --baik Yahudi maupun bukan Yahudi -- perlu diperbaiki hubungannya dengan Allah, sebab semuanya sama-sama berada dalam kekuasaan dosa. Hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian Paulus menguraikan tentang hidup baru yang dialami oleh manusia kalau bersatu dengan Kristus. Hidup baru itu tumbuh karena adanya hubungan yang baru dengan Allah. Orang yang sudah percaya kepada Yesus, hidup damai dengan Allah, dan Roh Allah membebaskan dia dari kekuasaan dosa dan kematian. Dalam pasal 5-8 (Rom 5:1-8:39) Paulus menjelaskan juga tujuan Hukum-hukum Allah dan kuasa Roh Allah di dalam kehidupan orang percaya. Kemudian Paulus menjelaskan bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi termasuk dalam rencana Allah untuk umat manusia. Paulus menyimpulkan bahwa penolakan Yesus oleh orang Yahudi sudah termasuk dalam rencana Allah untuk menolong manusia berdasarkan rahmat-Nya melalui Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa orang Yahudi tidak selalu akan menolak Yesus. Akhirnya Paulus menulis tentang bagaimana orang harus hidup sebagai orang Kristen, terutama sekali tentang caranya mempraktekkan kasih dalam hubungan dengan orang-orang lain. Untuk itu Paulus memilih pokok-pokok seperti berikut ini: melayani Allah, kewajiban orang Kristen terhadap negara dan sesama orang Kristen, dan berbagai-bagai persoalan yang menyangkut hati nurani. Paulus menutup suratnya ini dengan pesan-pesan pribadi dan puji-pujian kepada Allah.
Isi
- Pendahuluan dan tema
Roma 1:1-17 - Kebutuhan manusia akan keselamatan
Roma 1:18-3:20 - Jalan keselamatan dari Allah
Roma 3:21-4:25 - Hidup baru karena bersatu dengan Kristus
Roma 5:1-8:39 - Israel dalam rencana Allah
Roma 9:1-11:36 - Kelakuan Kristen
Roma 12:1-15:13 - Penutup dan salam pribadi
Roma 15:14-16:27
Ajaran: Roma (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin
bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kr
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus (Rom 1:1).
Tahun : Sekitar tahun 58 sesudah Masehi, dari kota Korintus.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Roma (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Roma terbagi atas 16 pasal. Dalam kitab ini Rasul Paulus menjelaskan tentang cara manusia yang berdosa diselamatkan, yaitu melalui iman saja kepada Tuhan Yesus. Dan juga tentang cara hidup orang-orang yang telah diselamatkan tersebut.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Roma
Pasal 1-11 (Rom 1:1-11:36).
Pengajaran tentang Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap manusia
Pada bagian ini dijelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan sudah tidak mengenal Allah. Karena itu manusia berdosa sudah berada dalam penghukuman Allah, yaitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui melakukan Hukum Taurat. Keselamatan itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini berarti keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada anugerah Allah yang ada di dalam Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Berdasarkan pasal Rom 1:21-25,28-31. Apakah yang dilakukan manusia di dunia?
- Bacalah pasal Rom 3:23; 6:23. _Tanyakan_: Berapa banyakkah manusia yang berdosa? Apakah akibat dari dosa?
- Bacalah pasal Rom 10:9-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah caranya manusia diselamatkan?
Pasal 12-16 (Rom 12:1-16:27).
Pengajaran tentang kehidupan orang Kristen setiap hari
Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana seharusnya kehidupan dari setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Rom 12:1-2. _Tanyakan_: Apakah ibadah orang Kristen yang sejati dan berkena di hadapan Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:6-8. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap kehidupan seorang pelayan Firma Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:9-21. _Tanyakan_: Bagaimanakah cara hidup orang percaya/Kristen dala masyarakat?
- Bacalah pasal Rom 13:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap pemerintah?
- Bacalah pasal Rom 15:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap orang yan lemah?
- Bacalah pasal Rom 16:17-18. _Tanyakan_: Apakah peringatan Rasul Paulus terhadap orang percaya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Roma jelaslah bahwa Allah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa, dan mengalami penghukuman, yaitu kematian. Allah juga dengan tegas menyatakan bahwa semua usaha manusia untuk menyelamatkan diri dari kematian itu sia-sia. Allah menyatakan bahwa manusia memperoleh keselamatan hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Roma?
- Mengapakah semua manusia berada dalam penghukuman Allah?
- Mengapakah orang Kristen perlu menguduskan diri?
- Bagaimanakah cara hidup orang Kristen?
Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) Inti InjilMENGAPA ROMA?Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Y
Inti Injil
MENGAPA ROMA?
Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Yunani. Tetapi, ia mempunyai suatu rencana jangka panjang untuk menginjili lebih jauh ke barat, yaitu ke Roma dan kemudian lebih jauh lagi. Namun demikian ada hal-hal lain yang perlu dikerjakan terlebih dahulu. Ia harus kembali ke Yerusalem untuk mengambil bantuan yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Kristen bukan Yahudi bagi orang-orang miskin yang percaya di sana. Setelah itu ia dapat dengan leluasa mencurahkan perhatiannya ke ibu kota tersebut, dan setelah itu ia mengarahkan pandangannya ke Spanyol (15:22-29). Alasan Paulus ialah ia selalu ingin merintis daerah baru dan memberitakan Injil di tempat Injil belum pernah didengar. Ini sedikit menjelaskan mengapa surat ini ditulis - sebuah gereja sudah dibangun di Roma, karena itu Paulus tidak menganggap kunjungan ke Roma sebagai prioritas utama (15:18-21). Kita tidak tahu kapan gereja itu didirikan, tetapi jika kita melihat daftar para peziarah di Hari Pentakosta, kita akan melihat bahwa di antara mereka terdapat orang-orang Roma (Kis. 2: 10). Dari nama-nama pada akhir surat ini, rupa-rupanya Paulus sudah mengenal sejumlah besar anggota jemaat di sana (16:3-15), hal ini dapat dimengerti karena banyak jalan menuju Roma. Banyak orang melakukan perjalanan di daerah kekaisaran Roma terutama para pedagang, dan banyak dari mereka akhirnya menetap di ibu kota.
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Tampaknya Paulus sedang mempersiapkan kunjungannya dengan menjelaskan Injil bagi mereka. Mungkin ada orang yang mengritik ajarannya dan ia ingin meluruskan hal itu. Pada waktu yang bersamaan penulisan surat ke Roma merupakan kesempatan untuk menulis intisari kabar baik tentang Kristus secara lebih terinci dibandingkan dengan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru yang lain. Surat Roma merupakan salah satu tulisan Paulus yang paling teratur, oleh karenanya surat ini telah menjadi buku sumber bagi orang Kristen sejak ia mendiktekannya kepada kawannya, Tertius, di Korintus sekitar tahun 57.
PAULUS DI ROMA.
Rencana Paulus tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kita tahu dari Kisah para Rasul bahwa ketika tiba di Yerusalem ia ditangkap, dan setelah beberapa saat di penjara, ia memohon, seperti lazimnya warga negara Romawi, supaya kasusnya dapat didengar oleh Kaisar. Oleh karena itu, ia dibawa ke Roma sebagai tawanan. Rupa-rupanya ia dibebaskan dan melanjutkan pekerjaan pelayanannya sebelum akhirnya dibunuh di Roma.
ORANG ROMAWI DAN GEREJA.
Ketika orang Kristen menemukan kembali surat-surat seperti surat Roma pada waktu Reformasi, hal ini mengubah gereja secara besar-besaran. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat memperoleh keselamatan dari apa yang mereka lakukan. Allah telah melakukan keselamatan itu bagi mereka, dalam cara yang memungkinkan Ia dapat membenarkan orang-orang berdosa. Rahasianya tentu terdapat pada salib.
Pesan
1. Kita semua perlu dibenarkan di hadapan Allah (pasal 1-3)o Bagi orang bukan Yahudi, cukup banyak yang dapat diketahui tentang Dia
- dalam alam semesta. Rom 1:19-20
- dalam kenyataan kita sebagai ciptaan. Rom 2:14-15
o Untuk orang Yahudi, lebih dari cukup - dalam firman-Nya. Rom 2:12, 17-24;3:1-2
o Semua orang jatuh di dalam dosa. Rom 3:9-20, 23
o Tidak seorang pun
- boleh menghakimi orang lain. Rom 2:1-3
- boleh bermegah diri. Rom 3:27
- dapat berdalih. Rom 1:20; 2:1; 3:19
- dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Rom 3:20, 23
2. Allah melakukan semua itu (pasal 3-5)
o Kematian Kristus membayar semua hutang
- Ia mati menggantikan kita. Rom 3:24-25
- pada waktu kita masih berdosa. Rom 5:6-8
- kita dapat dibenarkan. Rom 3:24
o Abraham mempercayai firman Allah
- kita pun harus beriman. Rom 3:25; 4:16-25; 5:1
o Adam melakukan sesuatu yang berakibat pada kita sampai sekarang
- demikian pula apa yang dilakukan Kristus di kayu salib. Rom 5:12-19
3. Cara hidup yang berbeda (pasal 6-8)
o Masalahnya ialah sifat dosa manusia
- yang tidak dapat menjadi baik. Rom 7:18
- yang berseteru terhadap Allah. Rom 8:7
- yang tidak memperkenan Allah. Rom 8:8
o Kuasa datang dari Roh Kudus
- yang diam di dalam kita. Rom 8:9-11
- yang menimbulkan pertentangan. Rom 7:13-23
- yang menyediakan kemenangan. Rom 7:24-25
o Kita harus bekerja sama dengan Dia
- menolak dosa. Rom 6:13, 16, 19; 8:13
- menaati Kristus. Rom 6:13, 16-19, lihat Rom 12:1
o Kita bisa
- memperoleh kemenangan. Rom 6:14
- menerima kehidupan. Rom 8:11
- menjadi anak-anak Allah. Rom 8:14-17
- mengalami pertolongan-Nya. Rom 8:26-27
- menjadi seperti Kristus. Rom 8:28-30, lihat Rom 12:2
- merasa pasti bahwa kita adalah milikNya. Rom 8:31-39
4. Allah tahu apa yang sedang dilakukanNya (pasal 9-11)
o Allah tahu bagaimana mengendalikan umat-Nya
- terhadap orang Yahudi yang tidak taat sekalipun. Rom 9:1-33
- Ia mempunyai rencana induk. Rom 11:1-32
o Kita tetap harus memberikan tanggapan
- dalam iman yang taat. Rom 10:5-21
5. Kita diselamatkan bersama (pasal 12-1)
o Kita adalah anggota dari satu tubuh
- saling memiliki. Rom 12:3-8
- saling mengasihi. Rom 12:9-21; 13:8-10
- saling menerima. Rom 14:1-15:7
- saling menghayati gaya hidup yang baru. Rom 13:1-7, 11-14
Penerapan
1. Tawaran itu cuma-cuma(untuk dibenarkan di hadapan Allah)
o Karena keberadaan kita, itu harus terjadi
o Itu dapat terjadi karena Kristus telah
melakukannya
o Ini berarti
- kita tidak dapat memperolehnya sendiri
- kita harus menerimanya dengan iman
2. Kuasa itu ada
(untuk hidup sebagai orang Kristen)
o Oleh karena kita tidak mampu melakukannya sendiri
o Oleh karena Roh Kudus hidup di dalam kita
o Ini berarti
- membuang sifat-sifat dosa kita
- menaati Yesus Kristus
3. Persekutuan Itu milik kita
(bersama dengan sesama Kristen)
o Oleh karena kita saling memiliki
o Oleh karena kita sekarang tahu bagai
mana mengasihi
o Ini berarti
- kita harus menumbuhkan dan menghargainya
- kita tidak boleh menyalahgunakan atau memandang enteng persekutuan Kristen
Tema-tema Kunci
1. Anugerah.
Kebenaran yang berkali-kali ditanamkan ialah bahwa jika kita dapat menjadi Kristen, Allah yang harus melakukannya. Anugerah Allah itu diberikan dengan cuma-cuma, kita tidak dapat melakukan sendiri. Namun demikian, kita tidak boleh juga menganggap hal itu sepele. Telusurilah tema ini dalam seluruh surat Roma: Rom 1:7; 2:4; 3:24, 27; 4:16; 5:15, 17, 21; 6:1, 15; 11: 5-6.
2. Iman.
Kita mendapat anugerah cuma-cuma dari Allah oleh iman kepada Kristus. Pada saat yang sama, tidak berarti kita hanya semata-mata percaya tentang Dia, tetapi menerima firman Allah, menaati-Nya dan mengakui Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus menekankan tentang iman dalam surat ini, dan juga bagaimana ia mendefinisikannya. Apakah iman kita cukup besar? 1:5 (lihat 15:18); Rom 1:16-17; 3:22, 26-31; 4:1-25; 5:1; 10:8-11; 10:17.
3. Pembebasan (atau Pembenaran).
Kata di atas diambil dari istilah yang ada dalam sidang pengadilan. Allah membebaskan - atau 'membenarkan' - pendosa, menyatakannya'benar', oleh karena apa yang telah Yesus lakukan sebagai penggantinya. Lihat bagaimana Paulus mengaitkan ini dalam kematian Kristus dan iman: Rom 1:17; 3:21-26; 4:1-25; 5:8-11, 15-21; 10:1-10.
4. Kebersamaan.
Perhatikan apa yang Paulus katakan bahwa kita semua berdosa dan kita diselamatkan bersama-sama. Ia menggunakan gambaran tentang tubuh ketika ia ingin menunjukkan bagaimana kita harus bekerja sama satu dengan yang lain. Walaupun hal-hal yang mengganggu dan memecah belah Kristen pada zaman Paulus berbeda dengan masa kini, apakah ia memberikan pedoman yang dapat kita terapkan saat ini? Khususnya lihat 14:1-15:7.
5. Allah adalah Raja.
Kita mendapat kesan yang jelas bahwa walaupun manusia tidak percaya, Allah tetap mengendalikan dunia, sebagaimana Ia mengatur kehidupan Kristen. Hal ini menjadi jaminan yang sangat berarti bagi mereka yang percaya, walaupun kita tidak dapat mengerti bagaimana Ia melakukannya. Bacalah seluruh pasal 9 dan 10 sekali lagi. Bagaimana keduanya saling mengisi?
Garis Besar Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) [1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17Semua tentang Yesus Kristus
Rom 1:8-15Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan
Rom 1:16-17Berit
[1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17 | Semua tentang Yesus Kristus |
Rom 1:8-15 | Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan |
Rom 1:16-17 | Berita secara ringkas |
[2] 'KITA SEMUA ADALAH ORANG BERDOSA' Rom 1:18-3:20
Rom 1:18-32 | Mereka yang tidak memiliki Alkitab |
Rom 2:1-11 | Menghakimi orang lain? |
Rom 2:12-16 | Allah akan menghakimi kita semua |
Rom 2:17-3:20 | Lebih baikkah orang Yahudi? |
[3] 'ALLAH MEMPUNYAI JALAN' Rom 3:21-5:21
Rom 3:21-26 | Apa yang dilakukan oleh salib |
Rom 3:27-31 | Siapa yang boleh bermegah? |
Rom 4:1-25 | Abraham percaya lebih dulu |
Rom 5:1-5 | Sukacita - walaupun dalam kesusahan |
Rom 5:6-11 | Ketika kita tidak berdaya |
Rom 5:12-21 | Kristus dan Adam |
[4] 'HIDUP BARU' Rom 6:1-8:39
Rom 6:1-14 | Dosa dapat dikalahkan |
Rom 6:15-23 | Pergantian pemilik |
Rom 7:1-6 | Pergantian pasangan |
Rom 7:7-25 | Peperangan dalam hati |
Rom 8:1-11 | Roh memberi hidup |
Rom 8:12-17 | Anak-anak Allah! |
Rom 8:18-25 | Dan banyak lagi yang lain |
Rom 8:26-27 | Doa |
Rom 8:28-30 | Tujuan |
Rom 8:31-39 | Apa lagi yang dapat saya katakan? |
[5] 'TETAPI BAGAIMANA HALNYA DENGAN ORANG YAHUDI?' Rom 9:1-11:36
Rom 9:1-5 | Hak-hak istimewa mereka |
Rom 9:6-33 | Maksud Allah |
Rom 10:1-21 | Iman menyelamatkan |
Rom 11:1-36 | Rencana yang aneh |
[6] 'HAYATILAH!' Rom 12:1-15:13
Rom 12:1-2 | Kehidupan yang dipersembahkan |
Rom 12:3-21 | Kehidupan di dalam satu tubuh |
Rom 13:1-7 | Hidup dalam masyarakat |
Rom 13:8-10 | Hidup dalam kasih |
Rom 13:11-14 | Bangun dan hiduplah! |
Rom 14:1-15:13 | Hidup bersama dengan sesama |
[7] 'RENCANA HARI DEPANKU' Rom 15:14-33
Rom 15:14-21 | Pelayanan saya |
Rom 15:22-33 | Ambisi saya |
[8] 'SANGAT BANYAK KAWAN DI ROMA' Rom 16:1-27
Allah memberkati kalian semuaBank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi