
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 24:3--26:45; Mat 25:15
Full Life: Mat 24:3--26:45 - PERCAKAPAN DI BUKIT ZAITUN.
Nas : Mat 24:3-25:46
Nubuat Yesus ini terutama merupakan jawaban atas pertanyaan para
murid-Nya, "Apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan du...
Nas : Mat 24:3-25:46
Nubuat Yesus ini terutama merupakan jawaban atas pertanyaan para murid-Nya, "Apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" Yesus memberikan kepada mereka:
- (1) tanda-tanda umum yang akan terjadi selama zaman ini sampai pada akhir zaman (Mat 24:4-14);
- (2) tanda-tanda khusus yang menunjukkan bahwa akhir zaman telah tiba, yaitu masa kesengsaraan besar (Mat 24:15-28);
- (3) tanda-tanda yang menakjubkan yang terjadi pada saat Ia datang dengan kemuliaan dan kuasa (Mat 24:29-31);
- (4) peringatan kepada orang kudus dalam masa kesengsaraan besar agar berjaga-jaga terhadap tanda-tanda yang menuju kepada kedatangan Kristus yang dinanti-nantikan segera setelah masa kesengsaraan besar berakhir (Mat 24:32-35);
- (5) peringatan kepada orang percaya yang hidup sebelum masa
kesengsaraan untuk siap sedia secara rohani karena kedatangan
Kristus untuk jemaat-Nya akan terjadi pada saat yang tak diduga-duga
(Mat 24:36-51; 25:1-30;
lihat cat. --> Yoh 14:3, dan
[atau ref. Yoh 14:3]
lihat art. KEANGKATAN GEREJA);
- (6) suatu gambaran mengenai penghakiman bangsa-bangsa setelah Ia datang kembali ke bumi (Mat 25:31-46). Perlu diperhatikan bahwa banyak rincian mengenai kedatangan kembali Kristus tidak dijelaskan dalam pasal Mat 24:1-51. Selanjutnya, sampai saat ini belum ada seorang pun yang mengartikan semua nubuat mengenai akhir zaman dengan kepastian penuh. Dalam percakapan Yesus terdapat unsur rahasia yang perlu kerendahan hati dan hati yang tertuju kepada Tuhan Yesus sendiri. Kita dapat menantikan tambahan pengertian tentang penyataan ini pada akhir zaman (bd. Dan 12:9).

Full Life: Mat 25:15 - TALENTA.
Nas : Mat 25:15
Perumpamaan tentang talenta mengingatkan kita bahwa tempat dan
pelayanan kita di sorga akan ditentukan oleh kesetiaan dalam kehidup...
Nas : Mat 25:15
Perumpamaan tentang talenta mengingatkan kita bahwa tempat dan pelayanan kita di sorga akan ditentukan oleh kesetiaan dalam kehidupan dan pelayanan kita di bumi (bd. ayat Mat 25:29). Talenta melambangkan semua kemampuan, waktu, sumber daya dan kesempatan untuk melayani Allah ketika masih di bumi ini. Hal-hal ini dianggap oleh Allah sebagai sesuatu yang dipercayakan kepada kita dan kita bertanggung jawab untuk mengelolanya dengan sebijaksana mungkin.
Jerusalem -> Mat 24:45--25:30; Mat 25:14-30
Jerusalem: Mat 24:45--25:30 - -- Pada wejangan yang menubuatkan kemusnahan Yerusalem dan kedatangan nyata Kerajaan Mesias dalam jemaatNya Matius menambah tiga buah Perumpamaan yang me...
Pada wejangan yang menubuatkan kemusnahan Yerusalem dan kedatangan nyata Kerajaan Mesias dalam jemaatNya Matius menambah tiga buah Perumpamaan yang mengenai kesudahan masing-masing orang. Perumpamaan pertama berkata tentang seorang hamba Kristus yang dipercayakan suatu jabatan dalam Gereja, seperti misalnya para rasul; hamba itu dihakimi sesuai dengan cara ia menunaikan tugasnya (Mat 24:45-51).

Jerusalem: Mat 25:14-30 - -- Orang-orang Kristen tidak ubahnya dengan hamba-hamba yang oleh majikannya, ialah Yesus, sudah dipercayai beberapa karunia yang harus dipergunakan untu...
Orang-orang Kristen tidak ubahnya dengan hamba-hamba yang oleh majikannya, ialah Yesus, sudah dipercayai beberapa karunia yang harus dipergunakan untuk mengembangkan kerajaanNya; akhirnya mereka harus mempertanggungjawabkan buah hasilnya. Perumpamaan tentang uang mina, Luk 19:12-27, agak serupa, tetapi ajarannya berbeda.
Ende -> Mat 25:1-46; Mat 25:14-30
Bab ini melandjutkan atjara bab 24 Mat 24.

Ende: Mat 25:14-30 - -- Harus giat berusaha berbuat baik dan tetap setia melakukan segala kewadjiban.
Harus giat berusaha berbuat baik dan tetap setia melakukan segala kewadjiban.
Ref. Silang FULL -> Mat 25:15
· menurut kesanggupannya: Mat 18:24,25

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 25:14-30
Matthew Henry: Mat 25:14-30 - Perumpamaan tentang Talenta Perumpamaan tentang Talenta (25:14-30)
Di sini diceritakan tentang perumpamaan talenta yang dipercayakan kepada tiga orang hamba. Hal ini menunjukk...
Perumpamaan tentang Talenta (25:14-30)
- Di sini diceritakan tentang perumpamaan talenta yang dipercayakan kepada tiga orang hamba. Hal ini menunjukkan bahwa kita tengah berada dalam keadaan bekerja dan berusaha, seperti perumpamaan sebelumnya yang menunjukkan bahwa kita sedang berada dalam keadaan menanti-nanti. Perumpamaan sebelumnya menunjukkan perlunya kita memiliki kebiasaan untuk selalu mempersiapkan diri, sedangkan perumpamaan ini memperlihatkan kerajinan nyata yang harus kita lakukan dalam pekerjaan dan pelayanan kita sekarang ini. Melalui perumpamaan pertama, kita didorong memelihara jiwa kita sebaik mungkin, melalui perumpamaan ini kita menyediakan diri menjadi alat bagi kemuliaan Allah dan kebaikan bagi orang lain.
- Dalam perumpamaan ini:
- . Tuan itu adalah Kristus, yang adalah Pemilik dan Penguasa mutlak dan sah atas semua orang dan harta benda, dan secara istimewa atas jemaat-Nya. Ke dalam tangan-Nya-lah segala sesuatu diserahkan.
- . Hamba-hamba itu adalah orang-orang Kristen, hamba-hamba-Nya sendiri, demikianlah mereka disebut. Mereka dilahirkan di rumah-Nya, dibeli dengan uang-Nya, disediakan untuk menjadi kemuliaan-Nya, dan dipekerjakan dalam pekerjaan-Nya. Mungkin yang khususnya dimaksud di sini adalah para pelayan jemaat atau hamba Tuhan, yang lebih langsung mendampingi-Nya dan yang diutus oleh-Nya. Rasul Paulus sering menyebut dirinya sebagai hamba Kristus Yesus (2Tim. 2:24). Secara umum kita melihat tiga hal dalam perumpamaan ini.
- I. Kepercayaan yang diberikan kepada hamba-hamba ini. Tuan mereka mempercayakan hartanya kepada mereka. Setelah memberi perintah untuk bekerja (karena Kristus tidak membiarkan seorang hamba pun menganggur), Ia meninggalkan sesuatu untuk mereka kerjakan.
- Perhatikanlah:
- . Hamba-hamba Kristus memiliki dan menerima segala sesuatu dari Dia, karena mereka sendiri tidak mempunyai arti apa-apa, dan mereka juga tidak memiliki apa-apa yang dapat dikatakan sebagai milik mereka sendiri selain dosa.
- . Apa yang kita terima dari Dia adalah untuk digunakan dalam pekerjaan-Nya. Hak-hak istimewa kita dimaksudkan untuk memampukan kita bekerja. Pernyataan Roh yang diberikan kepada tiap-tiap orang adalah untuk kepentingan bersama.
- . Apa pun yang kita terima adalah untuk dapat digunakan bagi kepentingan Kristus, karena hak milik itu masih tetap berada di tangan-Nya. Kita hanyalah para penyewa tanah yang menjadi milik-Nya, pengurus yang baik dari anugerah Allah (1Ptr. 4:10). Sekarang, perhatikan baik-baik di sini.
- (1) Pada kesempatan apa kepercayaan ini diberikan kepada hamba-hamba ini: Ketika tuan itu mau bepergian ke luar negeri. Hal ini dijelaskan dalam Efesus 4:8, tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia.
- Perhatikanlah:
- [1] Ketika Kristus naik ke sorga, Ia seperti seseorang yang bepergian ke luar negeri. Artinya, Ia pergi dengan maksud berada di tempat jauh dalam waktu yang sangat lama.
- [2] Tatkala Ia pergi, ia merasa perlu melengkapi jemaat-Nya dengan segala sesuatu yang dibutuhkan selama Ia sendiri tidak berada di tempat. Karena dan sehubungan dengan keberangkatan-Nya itu, Ia memberikan kebenaran, hukum, janji, dan kuasa kepada jemaat-Nya. Semua itu disebut parakatathēkē -- harta yang indah (seperti yang disebut dalam 1 Timotius 6:20 dan 2 Timotius 1:14), dan harta yang indah itulah yang diberikan kepada kita. Ia mengutus Roh-Nya untuk memampukan hamba-hamba-Nya mengajar dan mengakui semua kebenaran itu, menjalankan dan mengawasi semua hukum itu, memanfaatkan dan menerapkan semua janji itu, serta untuk menerapkan dan menggunakan semua kuasa itu, secara biasa ataupun luar biasa. Begitulah Kristus meninggalkan harta yang indah ini kepada jemaat-Nya pada saat kenaikan-Nya ke sorga.
- (2) Dalam perbandingan yang bagaimana kepercayaan ini diberikan kepada masing-masing hamba.
- [1] Ia memberikan talenta. Satu talenta perak itu sangatlah mahal dalam ukuran uang kita sekarang ini. Perhatikanlah, betapa besar dan berharganya karunia-karunia yang diberikan Kristus itu, harga yang dibeli dengan darah-Nya sungguh tak ternilai, dan tidak ada yang tidak berarti.
- [2] Ia memberikan lebih banyak kepada beberapa orang, dan lebih sedikit kepada yang lain. Yang seorang diberinya lima talenta, yang seorang lagi dua talenta dan yang seorang lain lagi satu talenta, masing-masing menurut kesanggupannya. Sang Pemelihara ilahi menetapkan adanya perbedaan dalam kemampuan manusia, seperti pada pikiran, tubuh, harta benda, hubungan, dan minat. Dan sesuai dengan perbedaan ini, Ia juga memberikan karunia-karunia rohani yang sesuai. Walaupun demikian, kemampuan itu tetap berasal dari Tuhan sendiri.
- Perhatikan baik-baik:
- Pertama, setiap orang paling kurang memiliki setidaknya satu talenta, dan jumlah itu bukanlah jumlah yang patut diremehkan oleh seorang hamba yang miskin untuk mulai berusaha. Jiwa kita sendiri merupakan satu talenta yang dipercayakan kepada kita masing-masing, dan membuat kita mampu bekerja. Hoc nempe ab homine exigiture, ut prosit hominibus; si fieri potest, multis; si minus, paucis; si minus, proximus, si minus, sibi: nam cum se utilem caeteris efficit, commune agit negotium. Et si quis bene de se meretur, hoc ipso aliis prodest quod aliis profuturum parat -- Sudah menjadi kewajiban seseorang untuk membuat dirinya berguna bagi orang-orang di sekelilingnya. Bila mungkin bagi banyak orang. Namun, bila tidak mungkin, bagi beberapa orang sudah cukup memadai, yakni orang-orang terdekat, atau setidaknya bagi dirinya sendiri. Orang yang berguna bagi orang lain boleh dianggap sebagai orang yang baik secara umum. Barangsiapa membuat dirinya bisa diterima dengan baik, berarti sudah melayani orang lain dengan cara membentuk diri sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang dapat menyenangkan mereka (dikutip dari filsuf Seneca).
- Kedua, semua tidak menerima jumlah yang sama, karena mereka tidak memiliki kesanggupan dan peluang yang sama. Allah adalah Pelaku yang bebas, Ia memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya, beberapa orang cocok untuk suatu pelayanan tertentu, yang lain dalam bidang lain lagi, sama seperti anggota tubuh jasmani kita. Setelah tuan itu selesai membereskan urusannya, lalu ia berangkat. Setelah Tuhan Yesus kita memberikan perintah-perintah kepada rasul-rasul-Nya, Ia segera bergegas dan pergi naik ke sorga.
- II. Perbedaan pengelolaan dan pemanfaatan kepercayaan ini, seperti dicatat dalam ayat 16-18.
- . Dua dari hamba-hamba itu bekerja dengan baik.
- (1) Mereka rajin dan setia. Mereka menjalankan uang itu. Mereka menggunakan uang yang dipercayakan kepada mereka dan digunakan sesuai dengan tujuannya. Mereka membeli barang-barang, dan mendapat keuntungan darinya. Segera setelah tuan mereka pergi, dengan segera mereka juga pergi untuk menjalankan usaha mereka. Orang-orang yang memiliki banyak pekerjaan untuk dikerjakan, seperti halnya semua orang Kristen, perlu segera mulai bekerja dan tidak membuang-buang waktu. Mereka menjalankan uang itu. Perhatikanlah, seorang Kristen yang sejati juga merupakan seorang pengusaha rohani. Kegiatan usaha dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat rahasia, dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita. Kegiatan usaha kita itu adalah usaha untuk membuat suatu produksi; ada sesuatu yang harus dikerjakan dan dibuat di dalam hati kita untuk kebaikan orang lain. Usaha itu adalah semacam usaha dagang, artinya barang-barang yang kurang bernilai bagi kita ditukarkan dengan barang-barang yang lebih bernilai, yaitu barang dagang berupa hikmat (Ams. 3:15; Mat. 13:45). Seorang pengusaha adalah seseorang yang telah menjadikan kegiatan usaha sebagai pilihannya dan bersusah payah mempelajarinya, berusaha keras mengikutinya, mempertaruhkan semua miliknya demi kemajuan usaha, mengesampingkan semua urusan lain demi kelangsungan usaha itu, dan hidup dari keuntungan yang diperoleh dari situ. Begitulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang Kristen sejati dalam pekerjaan kehidupan rohaninya. Kita tidak memiliki harta sendiri untuk diusahakan, tetapi menjalankan usaha sebagai pedagang perantara dengan kekayaan Tuhan kita. Karunia-karunia akal budi, yang berupa kemampuan bernalar, mengetahui, belajar, harus digunakan untuk mendukung kehidupan rohani kita. Kesenangan dunia ini -- harta benda, nama baik, minat, kekuasaan, kedudukan yang menguntungkan, harus dimanfaatkan untuk kemuliaan Kristus. Ketentuan-ketentuan di dalam Injil, kesempatan kita untuk menjaga nilai-nilainya, Alkitab, para pelayan jemaat, hari-hari Sabat (Minggu), dan sakramen yang ada, harus dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, untuk memelihara persekutuan dengan Allah, sedangkan karunia-karunia dan anugerah Roh harus diuji, dan semua ini kita usahakan dengan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita.
- (2) Mereka berhasil. Mereka dapat menggandakan harta mereka, dalam waktu singkat mereka berhasil meraih keuntungan sen demi sen, meraih keuntungan sepersekian bagian dari harta yang dipercayakan. Hamba yang memiliki lima talenta segera menghasilkan lima talenta lagi. Berusaha mengembangkan talenta kita tidak selalu sama hasilnya dengan orang lain, tetapi bagaimanapun juga, kita harus berhasil dengan diri kita sendiri (Yes. 49:4). Perhatikanlah, tangan orang rajin membuat dirinya kaya dalam hal anugerah, penghiburan, dan kekayaan melalui perbuatan-perbuatan baik. Jadi, ada keuntungan besar yang akan kita peroleh melalui kerajinan kita dalam menjalankan kehidupan rohani kita. Perhatikan baik-baik, keuntungan yang diperoleh sebanding dengan talenta yang diterima.
- [1] Dari orang-orang yang diberi Allah lima talenta, Ia mengharapkan memperoleh peningkatan sebanyak lima talenta juga. Ia mengharapkan tuaian yang berlimpah ruah di tempat di mana Ia juga telah menabur dalam jumlah yang berlimpah. Semakin banyak karunia yang mereka miliki, semakin banyak susah payah mereka harus gandakan karena begitu banyaknya harta yang harus dikelola.
- [2] Dari orang-orang yang hanya diberi dua talenta, Ia juga hanya mengharapkan peningkatan sebanyak dua talenta. Hal ini bisa mendorong orang-orang yang digunakan dalam tugas yang lebih rendah dan kecil. Jika mereka sungguh-sungguh berusaha, bekerja sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan dan kesempatan mereka, mereka juga akan diterima, meskipun hasil mereka tidak sebaik orang-orang lain.
- . Yang ketiga melakukan kesalahan (ay. 18). Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Meskipun perumpamaan ini hanya menunjukkan satu dari tiga orang yang tidak setia, namun sejarah yang menjawab perumpamaan ini menunjukkan kepada kita bahwa yang terjadi justru dalam angka perbandingan yang sebaliknya. Tatkala sepuluh orang kusta semuanya telah menjadi tahir, sembilan dari sepuluh menyembunyikan talenta mereka, dan hanya satu orang yang kembali untuk memuliakan Allah (Luk. 17:17-18). Hamba yang tidak setia itu adalah orang yang hanya mendapat satu talenta itu. Tidak disangsikan lagi bahwa banyak orang telah menerima lima talenta dan ternyata menyembunyikan semuanya. Mereka memiliki kesanggupan yang banyak, peluang yang banyak, namun sama sekali tidak mereka manfaatkan.
- Tetapi, Kristus menyindir kita:
- (1) Kalau orang yang hanya menerima satu talenta itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan menyembunyikan satu talenta itu di dalam tanah, terlebih lagi mereka yang memiliki lebih banyak, namun menyembunyikannya di dalam tanah, pasti kesalahan akan lebih banyak diperhitungkan lagi kepadanya. Kalau orang yang hanya memiliki kemampuan kecil akan dilemparkan ke dalam kegelapan yang paling gelap karena tidak meningkatkan apa yang seharusnya dapat ia lakukan, betapa lebih beratnya hukuman yang dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak keuntungan-keuntungan yang terbesar itu?
- (2) Bahwa mereka yang hanya dapat melakukan sedikit bagi Allah sering kali hanya melakukan sedikit saja daripada yang seharusnya dapat mereka lakukan. Sebagian orang suka menutupi kemalasan mereka dengan banyak alasan. Ada yang mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kesempatan seperti yang dimiliki orang lain untuk melayani Allah. Ada lagi yang merasa tidak memiliki sarana untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Mereka tidak mau melakukan apa yang kita yakin mereka bisa lakukan. Sebaliknya, mereka malah duduk berpangku tangan dan tidak berbuat apa-apa. Benar-benar kemalasan yang menjengkelkan, karena bukannya menjaga satu-satunya talenta yang mereka miliki itu, mereka malah mengabaikannya.
- Karena takut dicuri, ia pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Ia tidak memboroskan atau menyalahgunakannya, juga tidak menggelapkan atau menghambur-hamburkannya, melainkan menyembunyikan uang itu. Uang itu seperti pupuk (begitu yang biasa dikatakan oleh Lord Bacon). Pupuk yang hanya ditimbun saja tidak akan ada manfaatnya. Agar bermanfaat pupuk itu harus ditabur. Namun, ada suatu kemalangan yang sering kita lihat di bawah matahari, harta yang dikumpulkan (Yak. 5:3; Pkh. 6:1-2) yang tidak mendatangkan manfaat bagi siapa pun. Begitu juga halnya dengan karunia-karunia rohani. Banyak orang memiliki karunia rohani, namun tidak memanfaatkannya sesuai maksud pemberian karunia itu kepada mereka. Mereka memiliki harta benda, namun tidak menggunakannya untuk pekerjaan kesalehan dan karya cinta kasih. Mereka memiliki kekuasaan dan kepentingan, namun tidak menggunakannya untuk memberitakan Injil di tempat mereka tinggal. Para pelayan jemaat yang memiliki kemampuan dan peluang untuk melakukan perbuatan baik, tetapi tidak mendorong keluar karunia yang ada di dalam diri mereka, adalah hamba-hamba yang jahat dan malas yang lebih mencari keuntungan bagi diri sendiri dan bukannya bagi Kristus.
- Ia menyembunyikan uang tuannya. Seandainya uang itu adalah miliknya sendiri, tentu ia boleh memakainya sesuka hatinya. Akan tetapi, apa pun kemampuan dan keunggulan yang kita miliki, semua itu bukan milik kita. Kita hanyalah pekerja belaka, dan harus mempertanggungjawabkan semuanya kepada Tuhan kita yang memiliki semua harta itu. Kemalasannya itu sungguh menjengkelkan; kesibukan, keberhasilan, dan semangat rekan-rekannya itu seharusnya memacu dia untuk berusaha. Bila orang-orang lain sedang giat, akankah kita menganggur saja?
- III. Perhitungan atas kemajuan mereka (ay. 19).
- . Perhitungan itu ditangguhkan. Lama sesudah itu diadakan perhitungan dengan mereka, bukan karena tuan itu mengabaikan urusannya, atau karena Allah lalai menepati janji-Nya (2Ptr. 3:9), bukan, Ia telah siap menghakimi (1Ptr. 4:5), tetapi segala sesuatu harus dilakukan sesuai waktu dan urutannya.
- . Akhirnya hari perhitungan itu datang juga, pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Para pelayan yang menerima anugerah Allah yang beraneka ragam itu harus segera memberikan pertanggungan jawab atas urusan mereka. Kita semua harus memberi pertanggungjawaban sendiri tentang kebaikan apa yang kita dapatkan untuk jiwa kita dan kebaikan apa yang telah kita lakukan bagi orang lain melalui keuntungan yang telah kita nikmati (Rm. 14:10-11).
- Sekarang, di sini:
- (1) Pertanggungan jawab yang baik dari hamba-hamba yang setia.
- Perhatikan baik-baik di sini:
- [1] Hamba-hamba itu memberikan pertanggungjawaban (ay. 20, 22), "Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku, dan kepadaku dua talenta, lihat, aku telah beroleh laba lima talenta, dan aku telah beroleh laba dua talenta."
- Pertama, hamba-hamba Kristus yang setia mengakui dengan rasa syukur kesediaan-Nya memberikan sesuatu kepada mereka, Tuan, hal-hal ini dan itu tuan percayakan kepadaku.
- Perhatikanlah:
- . Baik sekali jika kita membuat catatan khusus tentang apa saja yang telah kita terima dari Allah, supaya kita ingat yang telah diberikan-Nya kepada kita, agar dengan demikian kita dapat mengetahui apa saja yang diharapkan Allah dari kita, dan dapat mengerjakan manfaat yang diharapkan dari kita.
- . Janganlah kita berbangga diri dengan keberhasilan, sebaliknya kita harus mengakui kebaikan dan kehormatan Allah bagi kita dengan mempercayakan harta benda-Nya kepada kita, yaitu anugerah-Nya, yang merupakan sumber dan mata air yang darinya keluar semua yang baik yang ada dalam diri kita atau yang dilakukan melalui kita. Karena sebenarnya, semakin banyak yang kita lakukan bagi Allah, semakin banyak pula kita berutang budi kepada-Nya atas kesediaan-Nya menggunakan dan memampukan kita dalam pekerjaan-Nya.
- Kedua, mereka menghasilkan keuntungan sebagai bukti kesetiaan mereka. Perhatikanlah, hamba Allah yang baik memiliki sesuatu untuk ditunjukkan sebagai bukti kerajinan mereka. Tunjukkanlah kepadaku imanmu dari perbuatan-perbuatanmu. Biarlah orang yang baik menyatakan perbuatan-perbuatannya (Yak. 3:13). Bila kita berhati-hati dengan urusan rohani kita, segera kita akan melihat hasilnya, dan segala perbuatan kita akan menyertai kita (Why. 14:13). Orang-orang kudus itu tidak akan menyebut sendiri perbuatan baik mereka pada hari yang mulia itu, sama sekali tidak, tetapi Kristus yang akan melakukannya untuk mereka (ay. 35). Hal itu menunjukkan bahwa mereka yang setia mengembangkan talenta mereka akan beroleh keberanian percaya pada hari kedatangan-Nya (1Yoh. 2:28; 4:17). Jelas bahwa hamba yang hanya memiliki dua talenta menyerahkan hasil pertanggungjawabannya dengan penuh sukacita sama seperti hamba yang memiliki lima talenta. Sungguh menyenangkan bahwa pada hari perhitungan nanti, kita akan dinilai menurut kesetiaan kita dan bukan menurut kegunaan kita, menurut ketulusan kita dan bukan menurut keberhasilan kita, menurut kejujuran kita dan bukan menurut tingkat kesempatan kita.
- [2] Penerimaan dan pujian sang tuan atas pertanggungjawaban mereka (ay. 21, 23).
- Pertama, tuan itu memuji mereka, Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia. Perhatikanlah, orang-orang yang membuktikan dirinya sebagai hamba-hamba Yesus Kristus yang baik dan setia dengan kerajinan dan kesetiaan mereka, akan menerima puji-pujian, kemuliaan, dan kehormatan pada saat Yesus Kristus menyatakan diri-Nya (1Ptr. 1:7). Mereka yang sekarang mengakui dan menghormati Allah tidak lama lagi akan diakui dan diberi kehormatan oleh Allah.
- . Mereka akan diterima, hai hambaku yang baik dan setia. Kristus yang mengetahui kejujuran hamba-hamba-Nya sekarang akan bersaksi pada hari yang mulia itu, dan mereka yang didapati setia akan disebut demikian. Mungkin mereka dikecam banyak orang sebagai orang yang sok benar. Tetapi Kristus akan menunjukkan watak mereka yang sejati, yaitu baik dan setia.
- . Pekerjaan mereka akan diterima, Baik sekali perbuatanmu itu. Kristus akan menyebut mereka, dan hanya mereka saja, sebagai hamba yang baik, yaitu mereka yang bekerja dengan baik sekali. Karena dengan tekun berbuat baik, kita mencari kemuliaan dan kehormatan ini, dan bila kita mencari, kita akan mendapatkannya. Jika kita melakukan apa yang baik dan mengerjakannya sebaik mungkin, kita akan beroleh pujian yang sama. Sebagian tuan-tuan begitu murung sehingga tidak mau memuji hamba-hamba mereka, meskipun mereka sudah melakukan pekerjaan dengan begitu baik. Hanya sedikit yang tidak menjadi marah atas perlakuan seperti itu. Tetapi Kristus akan memuji hamba-hamba-Nya yang bekerja dengan baik. Apakah manusia memberikan pujian atau tidak, Ia tetap memuji mereka. Dan apabila kita mendapat pujian dari Guru kita, maka tidak penting lagi apa yang dikatakan oleh sesama kita mengenai diri kita. Jika Ia berkata, "Baik sekali perbuatanmu itu," kita merasa sangat senang, sehingga penilaian orang terhadap diri kita menjadi sesuatu yang kecil belaka. Sebaliknya, yang berkenan pada Tuhan bukanlah orang yang memuji dirinya sendiri atau orang yang dipuji oleh sesamanya, melainkan orang yang dipuji Tuhan.
- Kedua, ia memberi mereka penghargaan. Hamba-hamba Kristus yang setia tidak dibiarkan begitu saja dengan pujian kosong. Tidak, semua pekerjaan dan upaya kasih mereka akan diberi penghargaan.
- Sekarang, penghargaan ini diungkapkan dengan dua cara di sini.
- . Dalam satu ungkapan yang sesuai dengan perumpamaan itu, engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Merupakan suatu kebiasaan umum dalam sidang putra-putra raja dan keluarga orang-orang bangsawan untuk mengangkat mereka yang setia dalam perkara kecil ke kedudukan yang lebih tinggi. Perhatikanlah, Kristus adalah Tuan yang lebih menyukai hamba-hamba-Nya yang berkelakuan baik. Kristus akan memberikan kemuliaan kepada mereka yang memuliakan Dia dalam bentuk mahkota (2Tim. 4:8), sebuah takhta (Why. 3:21), sebuah Kerajaan (25:34). Di dunia ini mereka menjadi pengemis, tetapi di sorga mereka akan menjadi orang-orang yang memerintah. Orang-orang yang jujur akan memiliki kekuasaan; hamba-hamba Kristus semuanya adalah putra-putra raja.
- Perhatikan baik-baik tentang tidak sebandingnya pekerjaan dan penghargaan yang diberikan. Hanya sedikit hal dalam diri orang-orang kudus yang dapat digunakan bagi kemuliaan Allah, tetapi ada banyak hal yang membuat mereka akan dimuliakan bersama Allah. Beban tanggung jawab apa yang kita terima dari Allah, pekerjaan apa yang kita kerjakan bagi Allah di dunia ini, hanya sedikit, sangat sedikit, dibandingkan dengan sukacita yang disediakan bagi kita. Kumpulkanlah semua jasa kita, semua penderitaan kita, semua keberhasilan kita, semua perbuatan baik kita bagi sesama, semua yang kita dapatkan bagi diri sendiri, semuanya itu hanya sedikit sekali, hampir-hampir tidak ada apa-apanya, tidak berharga untuk dibandingkan, tidak layak disebut-sebut pada hari yang sama ketika kemuliaan itu dinyatakan.
- . Dalam ungkapan lain yang tersirat dalam perumpamaan ini, Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
- Perhatikanlah:
- (1) Keadaan orang-orang yang diberkati adalah keadaan penuh sukacita. Bukan hanya karena segala air mata akan dihapuskan, tetapi karena semua sumber penghiburan akan dibukakan, dan semua mata air sukacita akan memancar bagi mereka. Bilamana ada keindahan dan hasil yang baik dari Allah, penyempurnaan kesucian, persahabatan di antara orang-orang yang diberkati, tidak bisa tidak, akan ada sukacita yang berlimpah.
- (2) Sukacita ini adalah sukacita Tuhan mereka, sukacita yang Ia dapatkan dan sediakan bagi mereka, sukacita orang-orang yang ditebus, yang dibeli dengan penderitaan Sang Penebus itu sendiri. Itu adalah sukacita yang menjadi milik-Nya sendiri, yang diperoleh dengan mata yang tertuju pada sukacita itu tatkala Ia mengabaikan kehinaan dengan tekun memikul salib (Ibr. 12:2). Itu adalah sukacita yang menjadikan diri-Nya sendiri sebagai sumber dan pusat sukacita itu. Itu adalah sukacita Tuhan kita, karena itu adalah sukacita di dalam Tuhan, yang menjadi sukacita kita yang melimpah. Abraham tidak menghendaki pengawas rumah tangganya, meskipun setia, sebagai ahli warisnya (Kej. 15:3). Tetapi Kristus menerima hamba-hamba-Nya yang setia ke dalam sukacita-Nya sendiri, untuk menjadi ahli waris bersama Dia.
- (3) Orang-orang kudus yang dipermuliakan akan memasuki sukacita ini, akan memilikinya sepenuh-penuhnya, seperti seorang ahli waris yang cukup umur untuk mendapatkan hak warisnya, atau seperti mereka yang sudah siap untuk memasuki perjamuan kawin. Di sini sukacita Tuhan kita memasuki orang-orang kudus, oleh Roh Kudus. Tidak lama lagi mereka akan masuk ke dalam sukacita itu, akan berada di dalamnya sampai selamanya dan dengan sepenuh-penuhnya.
- (2) Pertanggungjawaban yang buruk dari hamba yang malas.
- Perhatikan baik-baik:
- [1] Pembelaannya untuk diri sendiri (ay. 24-25). Meskipun ia hanya menerima satu talenta, ia tetap harus mempertanggungjawabkan satu talenta tersebut. Kecilnya jumlah yang kita terima tidak membebaskan kita dari pertanggungjawaban. Tidak seorang pun diminta untuk mempertanggungjawabkan lebih dari yang diterimanya, tetapi kita semua harus bertanggung jawab atas semua yang kita miliki.
- Perhatikan baik-baik:
- Pertama, apa yang ia utarakan. Ia memberikan pertanggungjawaban dengan penuh keyakinan. Ia mengandalkan dalih yang diajukan sehingga ia mampu berkata, "Ini, terimalah kepunyaan tuan! Saya tidak dapat menggandakan seperti yang telah dilakukan oleh teman-teman saya, tetapi dapat saya sampaikan bahwa saya tidak membuatnya semakin berkurang." Di sini, ia mengira bahwa dalih ini akan berhasil. Meskipun ia tidak dipuji, setidaknya ia akan selamat.
- Perhatikanlah, begitu banyak orang pergi menghadapi sidang pengadilan dengan penuh rasa aman, dengan mengandalkan kesahihan dalih yang nantinya akan dinyatakan tidak berarti dan tidak berguna di depan sidang. Banyak orang percaya yang pemalas, mereka takut bekerja terlampau banyak bagi Allah, namun mengharapkan hasil yang sama dengan mereka yang menanggung banyak kepedihan dalam menjalankan kehidupan rohani mereka. Begitulah si pemalas menganggap dirinya lebih bijak daripada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana (Ams. 26:16). Hamba ini mengira bahwa pertanggungjawabannya akan diterima dengan baik, karena ia berani berkata, Ini, terimalah kepunyaan tuan! "Tuhan, saya tidak memboroskan milikku, tidak menghambur-hamburkan waktu, tidak menodai hari Sabat, tidak melawan para pelayan jemaat yang baik dan khotbah yang baik; Tuhan, saya tidak pernah mencemooh Alkitab, juga tidak pernah menggunakan pengetahuan saya untuk menjadikan agama sebagai bahan senda gurau, juga tidak pernah menggunakan kekuasaan saya untuk menyiksa orang benar; saya tidak pernah menyembunyikan bakat saya, juga tidak pernah menyia-nyiakan ciptaan Allah yang baik dalam kemabukan dan keserakahan; sepengetahuan saya, saya juga tidak pernah menyakiti siapa pun." Banyak orang yang menyebut dirinya Kristen, membangun harapan besar tentang sorga berdasarkan kemampuan mereka membuat pertanggungjawaban seperti itu, yang tidak lebih dari ucapan, Ini, terimalah kepunyaan tuan! Seolah-olah tidak ada hal lain yang diperlukan lagi atau yang diharapkan lagi.
- Kedua, apa yang diakuinya. Ia mengaku telah menguburkan talentanya di dalam tanah, aku pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah. Ia berbicara seolah-olah itu bukan kesalahan besar. Malah, seolah-olah ia layak memperoleh pujian atas sikapnya yang berhati-hati dengan menyimpan talenta itu di tempat yang aman dan tidak membahayakan. Perhatikanlah, sudah merupakan hal yang lazim bagi banyak orang untuk menganggap sangat ringan hukuman yang menunggu mereka pada hari yang mulia itu. Atau, jika memang benar ia sadar bahwa ia bersalah, maka kejadian ini menunjukkan bahwa betapa mudahnya hamba-hamba yang pemalas akan dihakimi bersalah pada saat penghakiman nanti. Tidak perlu lagi mencari-cari bukti, karena Allah membuat mereka tergelincir karena lidah mereka.
- Ketiga, apa yang ia gunakan sebagai dalih, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam, karena itu aku takut. Berpikir baik tentang Allah akan menghasilkan kasih, dan kasih itu akan membuat kita menjadi rajin dan setia, tetapi pikiran yang buruk tentang Allah akan membuahkan ketakutan, dan ketakutan itu akan membuat kita menjadi pemalas dan tidak setia.
- Dalihnya menunjukkan:
- . Perasaan seorang musuh, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam. Sama seperti perkataan jahat yang diucapkan kaum Israel, Tindakan Tuhan tidak tepat! (Yeh. 18:25). Jadi, ia menggunakan pertahanannya (alasannya) sekaligus sebagai suatu serangan. Kebodohan menyesatkan jalan orang, dan kemudian membengkokkan masalahnya, lalu gusarlah hatinya terhadap Tuhan. Ini seperti Adam yang menutupi pelanggaran dengan menimpakan kesalahan secara terselubung kepada Allah sendiri, perempuan yang Kau tempatkan di sisiku. Perhatikanlah, hati duniawi cenderung mengandung pendapat yang salah dan jahat tentang Allah, dan dengan pikiran itu mereka mengeraskan hati dan jalan mereka yang jahat. Perhatikan baik-baik dengan betapa yakin ia berbicara, aku tahu bahwa tuan seperti itu. Bagaimana sampai ia mengetahui tuannya seperti itu? Kecurangan apa yang didapati nenek moyang kita pada Allah? (Yer. 2:5). Dengan apakah Allah telah melelahkan kita (Mi. 6:3) dalam pekerjaan-Nya, atau berlaku curang kepada kita tentang upah? Sudahkah Allah menjadi padang gurun bagi kita atau tanah yang gelap gulita? Allah sudah begitu lama mengatur dunia ini dan karena itu Ia bisa menagih lebih banyak alasan daripada yang dapat diminta Samuel, Siapakah yang telah kuperas? Dan siapakah yang telah kuperlakukan dengan kekerasan? Bukankah seluruh dunia mengetahui yang sebaliknya, bahwa Allah jauh daripada menjadi seorang tuan yang kejam, dan bahwa bumi penuh dengan kasih setia Tuhan? Bukankah Ia begitu jauh dari perbuatan menuai di tempat di mana Ia tidak menabur? Bukankah Ia lebih banyak menabur di tempat di mana Ia sendiri tidak menuai apa-apa? Karena Dialah yang menerbitkan matahari dan menurunkan hujan bagi orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan orang-orang jahat, serta memuaskan hati mereka dengan makanan dan kegembiraan, yaitu orang-orang yang berkata kepada Yang Mahakuasa, "Pergilah dari pada kami." Gambaran ini berbicara mengenai orang-orang jahat yang selalu melemparkan kecaman-kecaman kepada Allah. Seolah-olah semua kesalahan dosa dan kehancuran mereka terletak di depan pintu-Nya, karena Ia menolak memberikan anugerah kepada mereka. Padahal, yang terjadi adalah sebaliknya, bahwa orang-orang yang dengan setia memanfaatkan anugerah yang diberikan Allah secara umum kepada semua orang, tidak akan binasa, melainkan akan menerima anugerah yang khusus. Juga tidak ada yang bisa menunjukkan apa lagi yang harus diperbuat terhadap kebun anggur yang tidak menghasilkan buah selain apa yang telah dilakukan Allah. Allah tidak pernah menuntut batu bata dan tidak memberikan jerami. Tidak, apa pun yang diperlukan dalam kovenan atau perjanjian itu, dijanjikan juga di dalam kovenan tersebut. Jadi, kalau kita sampai binasa, itu salah kita sendiri.
- . Roh seorang budak, aku takut. Perasaan takut yang tidak benar terhadap Allah ini muncul akibat pemahamannya yang tidak benar terhadap Allah. Tak ada yang lebih tidak layak bagi Allah, juga tidak ada yang lebih mengganggu tugas-tugas kita kepada Allah, selain rasa takut seperti yang dimiliki oleh seorang budak. Rasa takut ini mengikat dan menyiksa kita, dan sangat bertolak belakang dengan kasih seutuhnya yang diminta dalam hukum yang utama. Perhatikanlah, pikiran yang keras terhadap Allah menyeret kita keluar dari pelayanan-Nya dan mengganggu kita dalam melaksanakan tugas. Orang-orang yang berpikir bahwa tidak mungkin untuk menyenangkan hati Allah dan merasa sia-sia melayani Dia, tidak akan melakukan apa-apa sesuai dengan tujuan kehidupan rohaninya.
- [2] Jawaban tuannya atas pembelaan diri ini. Dalihnya tidak dapat menyelamatkan dirinya, dalih itu tidak dapat diterima. Malah bukan itu saja, dalih itu justru berbalik melawan dirinya dan membuat dia terdiam, karena kemudian kita melihat bagaimana dia didakwa dan dihukum.
- Pertama, dakwaan yang dituduhkan kepadanya (ay. 26-27). Dua dakwaan yang dituduhkan kepadanya.
- . Kemalasan, Hai kamu, hamba yang jahat dan malas.
- Perhatikanlah, hamba-hamba yang malas biasanya juga menjadi hamba-hamba yang jahat, dan akan dianggap demikian oleh tuan mereka. Karena orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya, dan mengabaikan kebaikan yang diberikan Allah kepadanya, sudah menjadi saudara dari si perusak, karena dengan begitu ia telah melakukan kejahatan yang dilarang Allah (Ams. 18:9). Orang yang tidak bertanggung jawab dalam pekerjaan Allah, hampir sama dengan orang yang sibuk dalam pekerjaan setan. Satis est mali nihil fecisse boni -- Tidak melakukan yang baik mendatangkan kesalahan yang berat. Kelalaian merupakan dosa, dan harus dihukum. Kemalasan membuka jalan bagi kejahatan. Semua orang telah menjadi bejat, karena tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak (Mzm. 14:3). Tatkala rumah itu didapati kosong, maka roh jahat akan masuk dan berdiam di situ. Orang-orang yang enggan memperhatikan urusan jiwa mereka bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi melakukan sesuatu yang lebih buruk lagi (1Tim. 5:13). Pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang.
- . Pertentangan terhadap diri sendiri (ay. 26-27), jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur, karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang. Perhatikanlah, meskipun pikiran-pikiran jahat orang-orang berdosa terhadap Allah itu tidak benar dan tidak adil, pikiran itu tidak akan dapat membenarkan kejahatan dan kemalasan mereka, malah akan memperburuk dan menambah kesalahan mereka.
- Ada tiga alasan untuk pernyataan ini:
- (1) "Seandainya aku memang seorang tuan yang kejam, bukankah karena itu kamu harus menjadi lebih rajin dan lebih bersungguh-sungguh untuk menyenangkan aku, jika bukan demi kasih, sekurangnya karena takut, dan karena alasan itu, bukankah seharusnya kamu memperhatikan pekerjaanmu?" Jika Allah kita adalah api yang menghanguskan, maka marilah kita berusaha untuk melayani Dia. Atau begini,
- (2) "Jika kamu menganggap aku sebagai tuan yang kejam, dan karena itu tidak berani menjalankan uang itu sendiri karena takut kehilangan dan merugi, seharusnya kamu menyerahkannya kepada orang yang menjalankan uang atau pengrajin emas, atau menaruhnya di bank, supaya ketika aku kembali, sekiranya aku tidak bisa menerima hasil yang banyak melalui usaha jual beli (seperti halnya dengan talenta lainnya), bukankah paling tidak aku bisa mendapat hasil sedikit dari bunganya. Dengan begitu bukankah seharusnya aku menerima talentaku itu beserta dengan hasilnya?" Kegiatan semacam ini sudah menjadi kebiasaan pada zaman itu, dan tampaknya tidak dilarang oleh Juruselamat kita. Perhatikanlah, jika kita tidak mampu atau tidak berani melakukan apa yang seharusnya kita lakukan, dan karena itu kita diam saja, maka hal ini tidak bisa dipakai sebagai alasan, karena setidaknya kita harus melakukan sesuatu yang bisa dan berani kita lakukan. Bila tidak cukup memiliki keberanian dalam hati kita untuk melakukan pekerjaan yang lebih sulit dan berbahaya, apakah kita lantas harus menyembunyikan diri dari pekerjaan yang lebih aman dan mudah? Sesuatu apa saja lebih baik daripada tidak sama sekali. Bila kita gagal menunjukkan keberanian kita dalam kegiatan usaha yang berani, kita tidak boleh gagal untuk menunjukkan niat baik kita dalam usaha yang jujur, dan Tuhan kita tidak akan memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil. Atau demikian,
- (3) "Anggaplah benar bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur, namun hal itu tidak ada urusannya dengan dirimu, karena aku menabur ke atasmu, dan talenta itu adalah uangku yang kupercayakan kepadamu, bukan untuk disimpan, tetapi untuk dikembangkan." Perhatikanlah, pada hari perhitungan, hamba-hamba yang jahat dan malas akan ditinggalkan tanpa ampun. Dalih yang sembarangan akan ditolak, dan setiap mulut akan dibungkam, dan mereka yang selama ini sangat mengandalkan pembenaran diri sendiri tidak akan dapat berkata sepatah kata pun.
- Kedua, hukuman yang diterimanya. Hamba yang malas itu dihukum.
- . Talentanya diambil kembali (ay. 28-29), sebab itu ambillah talenta itu dari padanya. Talenta-talenta itu tadinya diberikan oleh tuan itu, sebagai pemilik yang mutlak, tetapi sekarang diberikan lagi kepada orang lain sebagai seorang hakim. Ia mengambil dari hamba yang tidak setia itu untuk menghukumnya, dan memberikan talenta itu kepada orang yang benar-benar setia untuk memberi upah kepadanya. Dan makna dari bagian perumpamaan ini tersirat di dalam alasan yang mendasari hukuman yang dijatuhkan (ay. 29), Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi. Arti dari bagian perumpamaan ini berlaku untuk:
- (1) Berkat-berkat dalam kehidupan ini, yaitu kekayaan dan harta benda duniawi. Kita dipercayai dengan berkat-berkat ini untuk digunakan bagi kemuliaan Allah dan mendatangkan kebaikan bagi orang-orang di sekitar kita. Nah, setiap orang yang mempunyai kekayaan dan harta benda duniawi, dan menggunakannya sesuai dengan tujuan-tujuan tersebut, orang itu akan mempunyainya dengan berlimpah-limpah. Mungkin dia akan berkelimpahan dengan harta benda itu sendiri, atau setidaknya dengan penghiburan dan hal-hal baik lainnya yang datang oleh karena harta itu. Tetapi dari siapa yang tidak mempunyai, yaitu orang yang memiliki harta benda ini tetapi seolah-olah tidak memilikinya, tidak memiliki kekuasaan untuk menikmatinya, atau melakukan perbuatan baik dengan harta itu (Avaro deest, tam quod habet, quam quod non habet -- orang yang kikir akan dianggap miskin terhadap apa yang ia miliki dan juga terhadap apa yang tidak ia miliki), maka apa pun juga yang ada padanya akan diambil. Salomo menjelaskan hal ini dalam Amsal 11:24 demikian: Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Memberi kepada orang miskin berarti melakukan jual beli dengan apa yang kita miliki, dan hasilnya akan sangat besar. Tindakan ini akan melipatgandakan tepung dalam tempayan dan minyak dalam buli-buli. Tetapi mereka yang tidak kudus, pelit, tidak murah hati, akan mendapati bahwa kekayaan yang mereka terima akan binasa oleh kemalangan (Pkh. 5:12-13). Adakalanya Allah Sang Pemelihara mengalihkan harta benda itu dengan cara yang aneh dari orang yang tidak memanfaatkannya dengan baik kepada orang yang mau memanfaatkannya. Mereka mengumpulkan itu untuk orang-orang yang mempunyai belas kasihan kepada orang-orang lemah (Ams. 28:8; Ams. 13:22; Ayb. 27:16-17; Pkh. 2:26).
- (2) Kita juga dapat mengartikan maksud perumpamaan ini terhadap anugerah yang kita terima dari Allah. Mereka yang rajin mengembangkan peluang yang mereka miliki, Allah akan memperluas usaha mereka, dan Dia akan membuka pintu bagi mereka (Why. 3:8). Tetapi mereka yang tidak mengetahui saat munculnya bencana yang akan menimpa mereka, maka dari mereka ini hal-hal yang dapat membawa kedamaian bagi diri mereka akan disembunyikan. Sebagai bukti untuk hal ini, pergi dan lihatlah apa yang telah Allah lakukan kepada Silo (Yer. 7:12).
- (3) Kita juga dapat menerapkan maksud perumpamaan ini terhadap karunia-karunia Roh pada umumnya. Orang yang memiliki karunia-karunia Roh dan memanfaatkannya dengan baik akan semakin berkelimpahan dengan berbagai karunia Roh. Karunia-karunia ini bisa semakin berkembang bila diterapkan, dan akan semakin cemerlang ketika digunakan. Semakin sering kita melakukannya, semakin maju kehidupan rohani kita. Tetapi mereka yang tidak membangkitkan karunia yang ada di dalam diri mereka, yang tidak mempergunakannya sesuai kemampuan mereka, akan membuat karunia itu menjadi berkarat dan membusuk dan akan padam seperti api yang diabaikan. Karunia-karunia umum itu akan diambil dari mereka yang tidak hidup sesuai dengan dasar anugerah dalam jiwa mereka, sama seperti lampu gadis-gadis bodoh yang padam karena kekurangan minyak (ay. 8). Jadi, lengan gembala pandir yang dengan malas dilipat di dadanya akan dijadikan kering sekering-keringnya, dan mata kanannya yang ditutup tanpa tanggung jawab akan menjadi pudar sepudar-pudarnya, seperti yang diancamkan Tuhan (Za. 11:17)
- . Hamba yang malas ini dijatuhi hukuman dengan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap (ay. 30).
- Di sini:
- (1) Ia memiliki watak sebagai hamba yang tidak berguna. Perhatikanlah, hamba-hamba yang malas akan dianggap sebagai hamba yang tidak berguna, yaitu hamba yang tidak berbuat apa-apa sesuai tujuan kedatangan mereka di dunia ini, tidak pernah memenuhi tujuan kelahiran atau baptisan mereka, sama sekali tidak berguna untuk kemuliaan Allah dan untuk kebaikan orang lain, atau untuk keselamatan jiwa mereka sendiri. Seorang hamba yang malas menjadi anggota tubuh yang lemah, pohon yang tidak mengeluarkan buah di kebun anggur, lebah yang malas di dalam sarang, ia tidak berguna sama sekali. Pada dasarnya, kita semua adalah hamba-hamba yang tidak berguna (Luk. 17:10). Kita tidak dapat berguna bagi Allah (Ayb. 22:2), tetapi kita diharuskan untuk berguna bagi orang lain dan bagi diri sendiri. Kita dituntut agar dapat berguna, jika tidak, maka Kristus tidak akan mengakui kita sebagai hamba-hamba-Nya. Tidak cukup untuk tidak menyakiti orang lain, kita harus berbuat baik juga, harus mengeluarkan buah. Meskipun dengan cara demikian Allah tidak diuntungkan, namun Ia dipermuliakan (Yoh. 15:8).
- (2) Hukuman yang dijatuhkan kepada hamba yang tidak berguna itu adalah, dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sini, seperti yang juga dikatakan kepada hamba-hamba yang setia itu, secara halus Juruselamat kita keluar dari perumpamaan itu dan langsung menunjuk pada apa yang sesungguhnya dimaksudkan dengan perumpamaan itu, yang menjadi kunci bagi seluruh maksud perumpamaan ini. Karena dalam berbagai pembicaraan Kristus, yang dimaksudkan dengan kegelapan yang paling gelap, tempat adanya ratap dan kertak gigi, adalah ungkapan umum untuk menyatakan kesengsaraan yang akan dialami orang-orang terkutuk di dalam neraka.
- Keadaan mereka di sana:
- [1] Sangat menyedihkan, karena terdapat kegelapan yang paling gelap. Kegelapan itu terasa tidak nyaman dan menakutkan. Kegelapan merupakan salah satu tulah yang ditimpakan kepada negeri Mesir. Di dalam neraka terdapat gua-gua gelap untuk menyimpan mereka (2Ptr. 2:4). Di dalam gelap tidak ada seorang pun yang dapat bekerja, sebuah hukuman yang tepat bagi seorang hamba yang malas. Itu adalah kegelapan yang paling gelap, berada di luar terang sorga, di luar sukacita Tuhan mereka, tempat hamba-hamba yang setia ditampung. Mereka berada di luar perjamuan. Bandingkan hal ini dengan Matius 8:12; 22:13.
- [2] Sangat muram, di sana terdapat ratapan, yang menunjukkan dukacita besar, dan kertak gigi, yang menunjukkan kejengkelan hati dan kemarahan. Inilah yang akan menjadi bagian hamba yang malas.
SH: Mat 25:14-30 - Hidup yang bertanggung jawab (Minggu, 13 Maret 2005) Hidup yang bertanggung jawab
Hidup ini berharga dan bertujuan kekal. Pertama, karena hidup
ini adalah karunia Tuhan. Segala sesuatu yang berasal ...
Hidup yang bertanggung jawab
Hidup ini berharga dan bertujuan kekal. Pertama, karena hidup
ini adalah karunia Tuhan. Segala sesuatu yang berasal dari Tuhan
pastilah baik dan istimewa. Tuhan tentu menciptakan dan membuat
kita hidup supaya kita menjalaninya bersama Dia ke tujuan kekal
dari-Nya. Kedua, hidup ini hanya sekali, namun berakibat kekal.
Kesalahan mengisi hidup bisa jadi tak mungkin lagi diperbaiki.
Kita harus menjalani, mengisi, dan menuai akibat-akibatnya
sendiri-sendiri. Inilah yang ingin Tuhan tanamkan dalam diri
kita melalui perumpamaan-Nya ini. Tiap orang kelak berkewajiban
mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan.
Perumpamaan talenta ini menggambarkan bahwa hidup ini adalah karunia (ayat 15). Tiap orang mendapat jumlah talenta berbeda-beda. Tuan dalam perumpamaan ini memberikan kepada masing-masing hambanya kesempatan untuk mengembangkan talenta tersebut. Lalu mereka harus melaporkan apa yang mereka perbuat. Ternyata tidak semua yang menerima kesempatan berharga itu sungguh menghargainya. Bukan maksud perumpamaan ini bahwa yang mendapat lebih banyak talenta akan cenderung lebih bersungguh dalam hidupnya. Talenta di sini hanya perumpamaan untuk menegaskan bahwa orang harus menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab dan kelak Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban tiap orang.
Tuhan Yesus tidak mengajarkan bahwa keselamatan adalah hasil perjuangan moral atau spiritual kita. Perumpamaan ini tidak mengajarkan bahwa kita masuk Kerajaan Surga dengan usaha moral-spiritual. Ada hal sejajar yang perikop ini ajarkan dengan yang perikop sebelumnya, menekankan soal kesiagaan, kesungguhan, dlsb. Injil diberikan Tuhan kepada tiap kita dengan cuma-cuma. Namun, anugerah Tuhan itu harus membangkitkan kesungguhan dalam diri kita. Sehingga kita tidak bermain-main dengan kebaikan Allah.
Renungkan: Ketidaksungguhan dalam hidup tidak menghormati kasih dan kebaikan Tuhan yang ajaib bagi kita.

SH: Mat 25:14-30 - Terima beda dituntut sama. (Selasa, 3 April 2001)
Terima beda dituntut sama.
Saat sang tuan akan pergi dalam kurun waktu yang tidak
terbatas, ia memanggil tiga hambanya dan menyerahkan
kepada masing-...
Terima beda dituntut sama.
Saat sang tuan akan pergi dalam kurun waktu yang tidak
terbatas, ia memanggil tiga hambanya dan menyerahkan
kepada masing-masing sejumlah talenta yang berbeda. Ada
yang lima, ada yang dua, dan ada yang satu. Satu
talenta seharga kurang lebih 6000 dinar. Satu dinar
kira-kira upah buruh dalam sehari. Sang tuan
menyerahkan talenta-talenta itu karena ia berkeinginan
agar hamba-hambanya mengupayakan apa yang diterima
untuk dikaryakan dan dapat berlipat-ganda. Suatu saat
ia pasti datang kembali untuk mengadakan perhitungan
dan menuntut pertanggungjawaban atas talenta-talenta
yang telah dipercayakannya.
Kristen yang telah dipercayakan 'talenta' seharusnya memakai talenta yang ada padanya untuk berkarya bagi Kerajaan Surga. Seperti dua hamba yang melipatgandakan talenta yang dimiliki, demikian pun kita. Kita mau berjerihlelah untuk Tuhan sebab kita menghargai hidup kita, potensi yang kita miliki adalah aset berharga yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Kita mau berupaya keras sebab kita tahu bahwa Sang Tuan sangat menghargai apa yang kita lakukan dengan sungguh- sungguh. Akan tiba saatnya kita diberikan hak masuk dalam kebahagiaan bersama Tuhan Yesus kelak di dalam kerajaan-Nya. Untuk memacu diri dan meningkatkan daya berjerihlelah, kita jangan memiliki sikap seperti hamba ke tiga. Hamba itu meremehkan kesempatan, menanggapi pemberian tuannya dengan sikap yang salah, memiliki praduga dan curiga kepada tuannya, bahkan sempat berpikir bahwa sang tuan kejam dan jahat. Anggapan ini membuat ia takut bertindak sesuatu dan peluang untuk melipatgandakan disia-siakan. Ia menutupi kesalahannya dengan cara menuduh tuannya tidak berbuat benar.
Allah menghargai hamba yang berjerihlelah namun Ia murka pada hamba yang malas dan lalai. Pahala diberikan kepada yang mau mengembangkan talenta, penderitaan akan menjadi bagian bagi yang malas.
Renungkan: Tidak seorang pun yang tidak dikaruniai kemampuan dan kesempatan. Setiap orang dipercayakan potensi yang berbeda tetapi dituntut sama yakni bertanggungjawab dan berjerihlelah untuk melipatgandakan. Gunakan kesempatan dan kemampuan dengan sebaik-baiknya.

SH: Mat 25:14-30 - Mempertanggungjawabkan hidup (Minggu, 19 April 1998) Mempertanggungjawabkan hidup Hidup ini sangat berharga. Ada banyak alasan untuk kita tiba pada kesimpulan tersebut. Pertama, karena hidup ini adalah k...
Mempertanggungjawabkan hidup
Hidup ini sangat berharga. Ada banyak alasan untuk kita tiba pada kesimpulan tersebut. Pertama, karena hidup ini adalah karunia Tuhan. Kedua, apa yang berasal dari Tuhan pastilah baik dan istimewa. Hidup ini berpotensi untuk kita isi dan jalani bersama Tuhan sehingga di dalamnya Tuhan hadir memancarkan sifat-sifat-Nya melalui kita. Ketiga, hanya satu kali kita bisa memiliki hidup ini. Kesempatan yang telah lalu tak akan bisa kembali. Hanya kita yang memiliki hidup kita. Kita tidak bisa merasakan atau menjalani hidup orang lain, demikian juga orang lain tidak dapat merasakan atau menjalani hidup kita. Jadi hidup kita bukan saja berharga tetapi juga unik. Keunikan kita ialah bahwa kita diciptakan sebagai makhluk moral yang diberi kemungkinan untuk memilih hidup bermakna atau hidup sia-sia. Sifat sedemikian mulia itulah yang membuat tiap orang berkewajiban mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan.
Konsekuensi kekal. Apa yang kita lakukan terhadap dan di dalam hidup yang fana ini ternyata berkonsekuensi kekal. Hal masuk tidaknya seseorang ke dalam Kerajaan Allah, ditentukan oleh bagaimana ia meresponi karunia Tuhan. Tuhan Yesus tidak memperjelas apa yang dimaksud-Nya dengan talenta. Mungkin berarti kesempatan, potensi, waktu, intelektualitas, kondisi emosional, dlsb. Tentu bukan maksudnya bahwa usaha memajukan potensi intelektual dan kondisi moral membuat kita layak masuk surga. Orang tidak selamat karena perbuatan-Nya, bukan? Tetapi penghakiman yang menentukan apakah kita layak ambil bagian dalam Kerajaan Bahagia Kekal Tuhan itu ialah apakah kita memperlihatkan sifat yang bertanggungjawab terhadap hidup karunia Tuhan ini. Hidup yang bertanggungjawab itulah bukti adanya iman yang melahirkan perbuatan berkonsekuensi kekal.
Renungkan: Bukan saja orang yang merasa dirinya hebat susah masuk surga, orang yang merasa dirinya tak berarti pun terhalang masuk surga.
Doa: Tolong kami menghargai karunia InjilMu dengan mengungkapkan hidup penuh syukur bagi kemuliaanMu.
TFTWMS -> Mat 25:14-30
TFTWMS: Mat 25:14-30 - Perumpamaan Talenta PERUMPAMAAN TALENTA (Matius 25:14-30)
14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-...
PERUMPAMAAN TALENTA (Matius 25:14-30)
14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. 15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. 16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. 17 Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. 18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. 19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. 20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. 21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. 23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! 26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? 27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. 28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. 29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. 30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."
Perumpamaan tentang talenta menekankan bahwa pengikut Yesus adalah pelayan yang bertanggung jawab. Masing-masing telah dipercayakan dengan beberapa karunia atau bakat guna memajukan kerajaan sang Tuan. Setelah Kristus datang kembali, setiap orang harus bertanggung jawab atas bagaimana ia telah menggunakan sumber daya tersebut. Mereka yang telah menerapkan dan mengembangkan talenta mereka akan dinilai setia. Sebaliknya, mereka yang menyembunyikan bakat mereka akan dihukum.
Sebuah perumpamaan yang sama muncul dalam Lukas 19:11-27. Dalam perumpamaan sepuluh mina, seseorang juga mempercayakan beberapa sumber dayanya kepada hamba-hambanya dan pergi melakukan perjalanan jauh. Setelah kembali, tuan itu meminta mereka memberi pertanggungan jawab, dan tiga hamba ditampilkan dalam dialog itu. Dua orang yang pertama telah berbuat dengan setia, sedangkan orang yang ketiga tidak mengembangkan dirinya. Akibatnya, sumber daya hamba yang tidak setia itu diambil dan diberikan kepada hamba yang bisa memberi keuntungan.
Ada beberapa perbedaan di antara dua perumpamaan itu. Dalam perumpamaan mina, awalnya disebut sepuluh hamba bukan tiga hamba. Mereka masing-masing diberi sejumlah uang yang sama bukan sejumlah uang yang bervariasi. Standar berat yang digunakan dalam kisah itu adalah mina, bukan talenta. Ketimbang mengubur uangnya di dalam tanah, hamba yang merugikan itu menyimpannya dalam sapu tangan.
Ayat 14. Perumpamaan sebelumnya tentang sepuluh gadis diperkenalkan dengan kalimat "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis" (25:1). Ungkapan itu tampaknya dipersingkat dalam perumpamaan kedua ini, sebab perumpamaan itu dimulai dengan sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti. Beberapa terjemahan menjelaskan maksud perbandingan ini dengan memasok kalimat "kerajaan sorga" sebagai pengganti kata "itu" (KJV; NKJV; TEV; NCV; NLT). Kalimat "sebab itu sama seperti" bisa mengacu secara khusus kepada tugas untuk berjaga-jaga yang disinggung dalam ayat 13.12
Pemilik rumah yang kaya dalam perumpamaan ini akan bepergian jauh. Kata kerja dalam bahasa Yunani (ajpodhme÷w, apodēmeō) mengandung gagasan tentang orang yang meninggalkan kaumnya sendiri dan bepergian ke negeri lain (21:33; Mrk. 12:1; Luk. 15:13; 20:9). Dari keadaan yang disajikan itu jelas terlihat bahwa ia bermaksud pergi untuk waktu yang lama (25:19). Sebelum berangkat, ia mempercayakan hartanya kepada mereka [para hamba-Nya sendiri], yang diharapkan melakukan pelayanan yang bijaksana dan setia. Dalam dunia kuno, beberapa budak diberi kepercayaan tanggung jawab yang besar (18:23-27; 21:34; 24:45-47).
Ayat 15. Tuan rumah itu membagi-bagikan uangnya kepada masing-masing menurut kesanggupannya. "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu." Istilah "talenta" mengacu kepada satuan berat yang paling besar, kira-kira setara dengan tiga puluh tujuh kilogram (lihat komentar tentang 18:24). Itu digunakan untuk menimbang emas, perak, dan tembaga, masing-masing memiliki nilai yang berbeda. Dalam kisah ini, yang di digunakan mungkin perak. Istilah Yunani ajrgu÷rion (argurion), yang dapat diterjemahkan baik "perak" atau "uang," muncul dalam ayat 18 dan 27.
Satu talenta bernilai sekitar 6.000 dinar,13dan satu dinar adalah upah harian seorang pekerja (20:2). Oleh karena itu, satu talenta akan hampir sama dengan nilai dua puluh tahun upah kerja, dan dua talenta akan senilai empat puluh tahun upah kerja. Lima talenta akan "setara dengan seratus tahun upah [kerja]" (JNT).
Meski sulit menerjemahkan "talenta" ke dalam padanan zaman kini, pemilik tanah itu jelaslah orang kaya, karena memiliki sejumlah besar pendapatan yang sudah dikenai pajak. Uang yang dipercayakan kepada masing-masing hamba itu cukuplah besar; tidak satupun menerima jumlah uang yang kecil. Douglas R. A. Hare mengatakan, "Besarnya jumlah itu dimaksudkan untuk mengingatkan kita betapa berharganya pelbagai karunia yang Allah telah percayakan kepada kita."14
Tidak ada peringatan dari tuan rumah itu kepada para hambanya yang dilaporkan di sini, meski beberapa instruksi tentunya telah diberikan sebelum ia bepergian. Dalam perumpamaan sepuluh mina, tuan itu memberitahu hamba-hambanya, "Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali" (Luk. 19:13).
Ayat 16. Kata pertama ayat ini, segera, menunjukkan bahwa orang yang memiliki lima talenta adalah orang sukses yang dimotivasi oleh dirinya sendiri.15Ia menggandakan talentanya. Kata berdagang (dari e˙rga¿zomai, ergazomai) menyiratkan kegiatan perdagangan dalam jangka waktu yang lama. Hamba ini tidak hanya menginvestasikan uang itu dan melupakannya; ia terus meningkatkan investasi itu sampai tuannya kembali. Kepercayaan tuannya kepada dia tidaklah salah.
Ayat 17. Berbuat demikian juga menunjukkan bahwa hamba berikutnya pastilah juga "segera" mengolah dua talenta yang ia miliki. Akibatnya, ia berlaba dua talenta. Dua hamba yang pertama, meski diberi jumlah talenta yang berbeda, berhasil melipatgandakan modal awal mereka.
Ayat 18. Daripada menjalankan satu talenta yang ia miliki, hamba yang ketiga itu menggali lubang dan menyembunyikan talenta itu di dalam tanah. Ia memiliki kesempatan yang sama yang dimiliki oleh dua hamba lainnya untuk menggunakan apa yang sudah diberikan kepada dia dan menggandakan bakatnya. Orang ini tidak menghilangkan uang tuannya dengan berjudi, secara sembarangan melenyapkannya, atau menyia-nyiakannya dengan hidup berfoya-foya; ia hanya tidak berbuat apa-apa yang bersifat produktif atas uang itu.
Hamba itu menyembunyikan uang itu untuk melindungi uang itu. Talmud mengatakan, "Uang hanya dapat dijaga dengan menempatkannya di bumi."16Orang kuno tidak memiliki ruang besi dan brankas seperti yang kita miliki sekarang ini. Karena itu, mereka sering mengubur kekayaan mereka dalam tanah untuk melindunginya dari pencuri (lihat komentar tentang 6:20; 13:44; 24:43).
Ayat 19. Yesus menjelaskan dengan perumpamaan ini bahwa kedatangan-Nya tidak akan segera tetapi akan terjadi setelah waktu yang lama (lihat 25:5; NASB). Ketika pulanglah tuan hamba-hamba itu, ia lalu mengadakan perhitungan dengan mereka (lihat 18:23).
Ayat 20, 21. Hamba pertama melakukan persis apa yang tuannya harapkan untuk ia lakukan. Ia menjalankan lima talenta miliknya dan uang itu segera menghasilkan sehingga ketika tuan itu pulang, ia mempersembahkan sepuluh talenta ketimbang lima. Tuan itu sangat senang dengan kinerjanya sehingga ia memuji Dia, katanya: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia." "Baik" dan "setia" lebih berkaitan dengan karakternya daripada pencapaiannya. Hamba ini berhasil karena ia baik dan setia kepada tugas yang diberikan kepada dia.
Pelayanan setia hamba itu akan diupahi dengan tanggung jawab yang lebih besar (lihat 24:45-47; Luk 16:10). Tuan itu menjelaskan, "Engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar." Kekayaannya yang sangat besar itu terbukti dari fakta bahwa ia memandang lima talenta yang dipercayakan itu sebagai "perkara kecil." Masuk ke dalam sukacita tuan itu menunjuk kepada persekutuan bahagia yang dibagi antara Yesus dan murid-murid-Nya yang setia. (Rom. 8:17; 2 Tim 2:11-13.).
Ayat 22, 23. Orang berikutnya yang harus berdiri di hadapan tuannya adalah hamba yang memiliki dua talenta. Ia menjelaskan bahwa ia juga telah menggandakan talentanya dan sekarang ia punya empat.Tuan ini memberi hamba ini pujian yang sama yang ia telah berikan kepada hamba yang bertalenta lima. Hamba itu menerima kata-kata pujian yang sama dan upah yang sama. Ia juga memberi hamba ini tanggung jawab lebih besar.
Ayat 24, 25. Akhirnya, hamba yang memiliki satu talenta muncul di hadapan tuannya. Ia menjelaskan bahwa selama ini ia menyembunyikan talenta tuannya itu di dalam tanah karena ia tahu bahwa tuannya itu adalah manusia yang kejam (lihat Luk. 19:20, 21). Hamba ini tidak percaya kepada keadilan dan kebaikan tuannya, meski tuannya itu telah cukup percaya kepada dia dengan memberi dia tanggung jawab senilai satu talenta. Dengan menyifatkan tuan itu keras dan suka menuntut, ia melanjutkan menggambarkan tuan itu dengan menggunakan paralelisme sinonim:
… yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
Orang ini sedang mengatakan bahwa tuan itu mengambil keuntungan dari ladang-ladang yang panen tanpa melakukan kerja keras membajak dan menanam. Singkatnya, hamba itu menuduh tuannya itu sebagai kapitalis yang kejam.
Hamba itu mengaku bahwa ia takut. Pada bagian atas daftar orang-orang tercela yang akan dicampakkan ke dalam neraka adalah orang "penakut" (Why. 21:8). Beberapa orang begitu takut membuat kesalahan sehingga tidak pernah melakukan apa yang benar. Banyak orang akan sesat oleh karena gagal berbuat positif (25:45, 46).
Meski tidak secara jelas dinyatakan dalam perumpamaan itu, hamba itu harus pergi dan menggali apa yang ia telah kubur untuk mengembalikannya kepada tuannya. Ketika ia mengembalikan satu talenta itu, ia berkata, " Ini, terimalah kepunyaantuan!" Ini adalah bahasa komersial yang menyiratkan pengembalian barang dan menolak bentuk tanggung jawab lanjutan apa saja.17
Ayat 26. Mungkin hamba itu merasa seolah-olah ia seharusnya dihargai karena telah mengembalikan talenta tuannya dengan utuh, sama seperti waktu talenta itu diberikan kepada dia. Namun begitu, alih-alih dipuji, ia malah dicela. Tuan itu menanggapi dengan menyebut dia hamba yang jahat dan malas. Tuan itu tidak mengecam dia karena punya kemampuan yang kurang daripada hamba-hamba yang lain; ia dikecam karena ia tidak berbuat apa-apa terhadap kemampuan yang ia miliki. Istilah "malas" (ojknhro÷ß, oknēros) bisa menunjukkan kemalasan karena takut, yang akan bertepatan dengan pengakuan hamba itu yang merasa "takut" dalam ayat 25.
Tuan itu tidak repot-repot menyangkal gambaran hamba itu tentang dirinya sebagai orang yang keras. Kenyataannya, ia berkata, "Kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?" Robert H. Gundry memberikan penjelasan berikut ini tentang "menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam":
Gambaran tentang tuan itu sebagai mengambil apa yang bukan miliknya seharusnya tidak lagi mengganggu kita dibandingkan gambaran tentang kedatangan Yesus yang diperbandingkan dengan "pencuri di malam hari." Maksud perbandingan itu tidak ada kaitannya dengan pencurian, tapi dengan ketidaksiapan. Begitu juga di sini, gambaran itu berkaitan dengan tuntutan Yesus yang sangat kuat untuk melakukan pekerjaan baik, bukan berkaitan dengan etika mengambil apa yang menjadi milik orang lain.18
Ayat 27. Karena hamba itu menyadari bahwa tuannya itu menuntut, maka paling tidak ia harus sudah menjalankan uang itu sehingga uang itu akan sudah bisa menghasilkan bunga. Tindakan minimal ini akan melibatkan sedikit resiko.
Ungkapan "menjalankan uang" lebih harfiahnya diterjemahkan "dengan para bankir" (NIV; NRSV). Kata Yunani "menjalankan uang" (trapezi÷thß, trapezitēs) berhubungan dengan kata "meja" (tra÷peza, trapeza), karena para penukar uang dan pemberi pinjaman duduk di meja kecil. Hukum Taurat melarang orang Israel saling membungakan uang, tetapi mereka bisa melakukannya terhadap orang-orang non-Yahudi (Kel. 22:25; Ima. 25:36, 37; Ula. 23:19, 20; lihat Maz 15:5). Rupanya, larangan itu tidak dipatuhi secara ketat di abad pertama Palestina, yang sedang berkembang secara komersial pada waktu itu.19
Ayat 28. Karena hamba itu telah mengkhianati kepercayaannya, maka tuan itu mengambil dari dia satu talenta yang pernah ia berikan dan memberikan talenta itu kepada orang yang memiliki sepuluh talenta. Anda bisa katakan, dengan bermain aman, orang itu malah kehilangan segalanya.20
Ayat 29. Alkitab NASB menyimpulkan respon tuan itu dengan tanda kutip pada akhir ayat 28, yang akan menjadikan ayat 29 dan 30 sebagai komentar Yesus. Namun begitu, sebagian besar versi Alkitab memperpanjang perkataan tuan itu hingga ayat 30. Kedua kemungkinan ini memiliki manfaat.
"Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." Yesus pernah mengucapkan kata-kata pepatah ini pada beberapa kesempatan (13:12; Mrk. 4:25; Luk. 8:18; 19:26). Ia menekankan bahwa kesetiaan seseorang mendatangkan banyak berkat tambahan, sedangkan "ketidaksetiaan mendatangkan kerugian bahkan terhadap semua berkat awal seseorang."21Kata kerja pasif "akan diberi" dan "akan diambil" menyiratkan tindakan Allah.22
Ayat 30. "Campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." Rupanya, suatu peralihan telah dibuat di sini dari perumpamaan kepada realitas rohani. Karena "hamba yang tak berguna" itu tidak memajukan kepentingan tuannya, maka ia akan dihukum berat. Dengan cara seperti itu, murid-murid yang tidak memberitakan Kristus dan kerajaan-Nya akan menderita hukuman kekal. Ungkapan "kegelapan" dan "ratap dan kertak gigi" muncul di seluruh Matius untuk menggambarkan neraka (8:12; 13:42, 50; 22:13; 24:51).
Haruslah diingat bahwa orang dengan satu talenta dalam perumpamaan itu tidak dihukum karena kejahatan keji tertentu. Sebaliknya, penghakiman menimpa dia karena ia gagal menerapkan kepada dirinya dan menggunakan karunia yang dipercayakan kepada dia.23
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Perumpamaan Talenta (Matius 25:14-30)
Perumpamaan talenta menjelaskan salah pengertian tentang kedatangan kembali Tuhan. Beberapa orang Kristen mula-...
Perumpamaan Talenta (Matius 25:14-30)
Perumpamaan talenta menjelaskan salah pengertian tentang kedatangan kembali Tuhan. Beberapa orang Kristen mula-mula tampaknya percaya bahwa Tuhan akan datang kembali tidak lama setelah Ia naik ke sorga. Mereka berhenti bekerja dan tidak lagi mengurusi masalah kehidupan ini untuk menghabiskan waktu mereka dalam doa yang terus-menerus, belajar, dan meditasi. Perumpamaan talenta menunjukkan sikap ini sebagai tidak benar.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) "TalenTa" Hari Ini (Matius 25:14-30)
Istilah "talenta" akhirnya berarti "kemampuan, keterampilan, atau karunia." "...
"TalenTa" Hari Ini (Matius 25:14-30)
Istilah "talenta" akhirnya berarti "kemampuan, keterampilan, atau karunia." "Kemampuan" yang seseorang miliki berkaitan dengan kebugaran alami dan kepribadiannya. Kita mungkin punya kemampuan bermusik, bakat mekanik, atau kemahiran matematika. Allah tahu bahwa kita semua tidak memiliki potensi yang sama, karena Ia membuat kita semua berbeda (lihat 1 Kor. 12:12-31). Setiap hamba menerima sesuatu yang berbeda, tapi tidak ada yang tidak menerima sesuatu. Tidak ada anggota kerajaan Allah yang tidak punya talenta. Masing-masing dari kita harus menemukan talentanya sendiri dan menggunakannya—kalau tidak, ia bisa kehilangan talenta itu.
Pemberian uang dalam perumpamaan itu tidak ada hubungannya dengan tingkat kehormatan, kepercayaan, atau kasih yang tuan itu miliki untuk hamba-hamba ini. Itu hanya ada hubungannya dengan kemampuan masing-masing hamba itu. Apakah tuan itu lebih mempercayai dua hambanya yang pertama dibandingkan dengan hambanya yang ketiga? Tidak, ia mempercayai kemampuan mereka sepenuhnya, dan ia memberi masing-masing hamba itu tanggung jawab yang bisa ia tangani. Allah tidak menuntut kita untuk sama-sama sukses, tetapi Ia memang mengharapkan kita semua setia.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Ceramah Zaitun Sang Raja 25:1-46
Pelbagai Perumpamaan-Nya Tentang Akhir Zaman
Ceramah Zaitun," yang berawal di pasal 24, berlanjut dala...
Matius: Ceramah Zaitun Sang Raja 25:1-46
Pelbagai Perumpamaan-Nya Tentang Akhir Zaman
Ceramah Zaitun," yang berawal di pasal 24, berlanjut dalam pasal ini.
Dengan masih bicara kepada murid-murid-Nya, Yesus menyampaikan tambahan tiga perumpamaan tentang akhir zaman: perumpamaan sepuluh gadis (25:1-13), perumpamaan talenta (25:14-30), dan perumpamaan domba dan kambing (25:31-46). Perumpamaan terakhir ini sering disebut "Adegan Penghakiman Terakhir." Semua tiga perumpamaan itu menekankan pentingnya membuat persiapan yang memadai bagi kedatangan Kristus yang kedua. Ketiga perumpamaan itu juga hanya terdapat dalam Injil Matius.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Tiga Perumpamaan Penghakiman (Matius 25)
Sebuah pelajaran dapat dikembangkan dengan meringkas pasal itu dengan tiga hal berikut ini: (1) Bijaksanalah...
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 620.
...
Catatan Akhir:
- 1 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 620.
- 2 Beberapa naskah kuno menambahkan "dan mempelai wanita," tapi ini lebih mempersulit gambaran itu. Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 52-53.
- 3 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 215.
- 4 Lihat Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 498; Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 233.
- 5 John Lightfoot, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew-1 Corinthians, vol. 2, Matthew -Mark (Oxford University Press, 1859; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker, 1979), 322.
- 6 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 133.
- 7 Gundry, 499.
- 8 Mounce, 233.
- 9 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 729.
- 10 W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1971), 302.
- 11 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 155.
- 12 McGarvey, 217.
- 13 Sebaliknya, nilai satu "mina" adalah seratus dinar. Satu mina dihargai 1/60 talenta. (Lihat Lewis, 135.)
- 14 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 286.
- 15 Alkitab KJV dan NKJV melekatkan "dengan segera" (atau "langsung ") kepada perjalanan tuan rumah itu, tetapi terjemahan modern biasanya meletakkannya dengan kegiatan investasi hamba yang pertama.
- 16 Talmud Baba Metzia 42a.
- 17 Lihat Mishnah Baba Kamma 9.2; 10.5; Baba Metzia 6.3.
- 18 Gundry, 508.
- 19 Merlin W. Call, "Bank; Banking," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1979), 1:409.
- 20 Lewis, 136.
- 21 Hagner, 736.
- 22 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 329.
- 23 Morris, 632.
- 24 Perumpamaan-perumpamaan ini mencakup perumpamaan dua anak laki-laki yang disuruh bekerja di kebun anggur ayah mereka (21:28-32), pemilik tanah dan kebun anggur (21:33-41), pernikahan putra raja (22:1-14), sepuluh gadis (25:1-13), talenta (25:14-30), dan gembala memisahkan domba dan kambing (25:31-46).
- 25 Untuk adegan penghakiman yang paralel, lihat Wahyu 20:11-15.
- 26 Lihat 1 Henokh 62,1-16; 69,27-29.
- 27 Premilenialisme Dispensasi secara salah mengajarkan bahwa pengangkatan dan kedatangan yang kedua adalah dua peristiwa yang terpisah.
- 28 Lihat Warren W. Wiersbe, Be Loyal (Wheaton, Ill.: Victor Books, SP Publications, 1980), 184-85.
- 29 "Bangsa-bangsa" itu juga mencakup semua orang dalam Amanat Agung (28:19; lihat Mrk. 16:15).
- 30 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 886.
- 31 Wilkins, 157.
- 32 Hill, 331; Mounce, 235.
- 33 Lewis, 140.
- 34 Ungkapan "dunia dijadikan" muncul beberapa kali dalam Perjanjian Baru untuk mengacukan penciptaan (13:35; Luk. 11:50; Yoh. 17:24; Efe. 1:4; Ibr. 4:3; 9:26; 1 Pet. 1:20; Why. 13:8; 17:8). Beberapa acuan ini juga melibatkan rencana kekal Allah untuk menyelamatkan manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus.
- 35 Yesus berulang kali menekankan hubungan antara ketaatan dan upah yang positif (7:21-27; 12:36, 37; Yoh. 12:47, 48).
- 36 Jika dosa seseorang ditutupi oleh darah Kristus, ia tidak akan memiliki dosa untuk diadili.
- 37 Hagner, 746-47.
- 38 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 208.
- 39 Lihate Mishnah Abodah Zarah 2.1.
- 40 Ralph Earle, "Inn; Lodge; Lodging Place," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 2:826.
- 41 David Stewart, A Commentary on Philippians (Searcy, Ark.: Stewart Publications, 2006), 81.
- 42 Untuk informasi lebih lanjut, lihat Stewart, 80-82.
- 43 James Burton Coffman, Commentary on the Gospel of Matthew (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1968), 410. See Acts 9:4, 5; 1 Cor. 8:12.
- 44 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph H. Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 20.
- 45 Hare, 288.
- 46 A. T. Robertson, Word Pictures in the New Testament, vol. 1, The Gospel According to Matthew-The Gospel According to Mark (Nashville: Broadman Press, 1930), 201-2.
- 47 Lihat Mat. 19:16, 29; Mrk. 10:17, 30; Luk. 10:25; 18:18, 30; Yoh. 3:15, 16, 36; 4:14, 36; 5:24, 39; 6:27, 40, 54, 68; 10:28; 12:25, 50; 17:2, 3; Kisah 13:46, 48; Rom. 2:7; 5:21; 6:22, 23; Gal. 6:8; 1 Tim. 1:16; 6:12; Tit. 1:2; 3:7; 1 Yoh. 1:2; 2:25; 3:15; 5:11, 13, 20; Yudas 21.
- 48 Disadur dari khotbah oleh W. A. Bradfield, yang mengajar di Freed-Hardeman University, Henderson, Tennessee, dan berkhotbah sebagai penginjil selama bertahun-tahun.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi