Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 17:2
Jerusalem -> Mat 17:1-8; Mat 17:2
Jerusalem: Mat 17:1-8 - -- Berbeda dengan cerita Markus (Mar 9:2+) dan Lukas (Luk 9:28+) Matius terutama menggambarkan Yesus yang berubah rupa sebagai Musa yang baru, bdk (Mat 4...
Berbeda dengan cerita Markus (Mar 9:2+) dan Lukas (Luk 9:28+) Matius terutama menggambarkan Yesus yang berubah rupa sebagai Musa yang baru, bdk (Mat 4:1+), yang di atas gunung Sinai yang baru bertemu dengan Allah dalam sebuah awan, Mat 16:5; Kel 24:15-18; wajahNya bercahaya, Mat 16:2; Kel 34:29-35; bdk 2Ko 3:7-4:6; Ia didampingi dua tokoh dari Perjanjian Lama yang mendapat pewahyuan Allah di gunung Sinai, Kel 19:23-24; 1Ra 19:9-13; kedua tokoh itu mempribadikan hukum Taurat dan para Nabi; dua-duanya digenapi Yesus, Mat 5:17. Suara sorgawi menyuruh orang mendengarkan Yesus sebagai Musa yang baru, Ula 18:15; bdk Kis 3:20-26; murid-murid tersungkur (menyembah) di depan Guru terhormat itu, bdk Mat 28:17. Penglihatan selesai Yesus tinggal seorang diri, Mat 16:8, sebab memang Yesus cukup sebagai pengajar hukum yang sempurna dan terakhir. KemuliaanNya kini hanya sementara, sebab Yesuspun "Hamba Tuhan", Mat 16:5; Yes 42:1; bdk Mat 3:16-17+, yang harus menderita dan mati, Mat 16:21; Mat 17:22-23, sama seperti PerintisNya, Mat 16:9-13, sebelum dapat masuk ke dalam kemuliaanNya yang tetap melalui kebangkitan.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 17:1-13
Matthew Henry: Mat 17:1-13 - Kristus Berubah Rupa
Dalam pasal ini diceritakan tentang:
I. Kristus berubah rupa di dalam kemegahan dan kemuliaan-Nya (ay. 1-13).
II. Kristus di dalam kuasa dan...
- Dalam pasal ini diceritakan tentang:
- I. Kristus berubah rupa di dalam kemegahan dan kemuliaan-Nya (ay. 1-13).
- II. Kristus di dalam kuasa dan anugerah-Nya mengusir setan dari seorang anak (ay. 14-21). Dan,
- III. Kristus di dalam keadaan-Nya yang miskin dan sangat terhina:
- . Menubuatkan penderitaan-penderitaan yang akan dialami-Nya (ay. 22-23).
- . Membayar bea untuk Bait Allah (ay. 24-27). Demikianlah di sini kita melihat Kristus, Sang Cahaya kemuliaan Bapa, oleh diri-Nya sendiri menghapus dosa-dosa kita, melunasi utang-utang kita, dan menghancurkan bagi kita, dia yang memiliki kuasa atas maut, yaitu Iblis. Demikianlah, beberapa tanda yang menyatakan kehendak-kehendak Kristus yang mulia itu berjalinan satu sama lain dengan begitu mengagumkan.
Kristus Berubah Rupa (17:1-13)
- Di sini kita mendapati cerita tentang Kristus yang berubah rupa. Ia sendiri telah mengatakan bahwa Anak Manusia akan segera datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya, suatu janji yang senantiasa dikaitkan dengan peristiwa ini oleh ketiga penulis Injil, seakan-akan perubahan rupa Kristus itu dimaksudkan sebagai suatu contoh dan tanda jaminan dari Kerajaan Kristus dan dari terang serta kasih-Nya yang akan tampak bagi orang-orang yang telah dipilih dan dikuduskan-Nya. Petrus membicarakan hal ini sebagai kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus (2Ptr. 1:16), karena perubahan rupa Kristus merupakan pemancaran kuasa-Nya dan pemberitahuan terlebih dulu mengenai kedatangan-Nya, yang memang cocok kalau didahului oleh peristiwa demikian.
- Ketika Kristus di sini sedang dalam keadaan merendahkan diri, meskipun keadaan-Nya hina dan penuh derita, masih tampak pijar-pijar kemuliaan-Nya yang bercampur dalam keadaan itu, agar Dia sendiri lebih dikuatkan lagi dalam penderitaan-penderitaan-Nya, dan agar orang lain tidak menjadi tersandung oleh-Nya. Kelahiran-Nya, pembaptisan-Nya, pencobaan-Nya, dan kematian-Nya merupakan contoh-contoh yang mengagumkan dari perendahan diri-Nya. Dan setiap contoh tersebut selalu disertai dengan secercah kemuliaan dan senyuman sorga. Akan tetapi, meskipun Dia selalu ada dalam perendahan diri selama karya-karya pelayanan-Nya, namun di tengah-tengah semuanya ini, datanglah juga kemuliaan bagi-Nya. Ketika berada di sorga, Dia rela merendahkan diri-Nya untuk turun ke bawah sebagai manusia, dan kini ketika berada di bumi, Dia pun dimuliakan.
- Sekarang, mengenai perubahan rupa Kristus itu, perhatikanlah:
- I. Keadaan-keadaan yang mengiringi peristiwa itu, yang dicatat di sini (ay. 1).
- . Waktu terjadinya, enam hari sesudah pertemuan khidmat-Nya dengan para murid-Nya (16:21). Menurut penulis Injil Lukas, "Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu," yakni enam hari penuh berselang sejak pengajaran itu, dan hari ini adalah hari kedelapan, setelah tujuh malam berlalu. Tidak ada catatan mengenai apa yang dikatakan atau dilakukan oleh Yesus Tuhan kita selama enam hari sebelum Dia berubah rupa. Jadi, sebelum terjadi sejumlah penampakan yang luar biasa, sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya (Why. 8:1). Maka dari itu, ketika Kristus tampaknya tidak melakukan apa-apa bagi gereja-Nya, nantikanlah sesuatu yang luar biasa yang akan segera terjadi.
- . Tempat terjadinya, di sebuah gunung yang tinggi. Kristus memilih sebuah gunung:
- (1) Sebagai tempat rahasia. Ia pergi menyendiri, sebab meskipun kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi, dua atau tiga orang di atas gunung hampir tidak mungkin dapat ditemukan. Itulah sebabnya pembicaraan-pembicaraan mereka yang bersifat pribadi biasanya diadakan di atas gunung. Kristus memilih suatu tempat yang terpencil untuk berubah rupa, karena penampakan-Nya kepada orang banyak di dalam kemuliaan-Nya tidaklah sesuai dengan keadaan-Nya yang hina pada saat itu. Dengan demikian, Dia ingin menunjukkan kerendahan hati-Nya dan mengajar kita bahwa kesendirian sungguh sangat membantu persekutuan kita dengan Allah. Orang-orang yang ingin tetap bersekutu dengan Sorga haruslah sering menarik diri dari pergaulan dan urusan dunia ini. Dan mereka tidak akan pernah merasa kesepian saat mereka sendirian, karena Bapa bersama mereka.
- (2) Gunung merupakan tempat yang luhur, yang tinggi mengatasi hal-hal lain di bawahnya. Perhatikanlah, orang-orang yang ingin mempunyai persekutuan dengan Allah, yang dapat mengubah hidup mereka, tidak hanya harus menarik diri tetapi juga harus mendaki, mengangkat hati mereka, dan mencari perkara-perkara yang di atas. Panggilan yang diberikan kepada kita adalah: naiklah ke mari (Why. 4:1).
- . Para saksi mata dalam peristiwa tersebut. Dia membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bersama-Nya.
- (1) Ia membawa tiga orang, jumlah yang memadai untuk menyaksikan apa yang akan mereka lihat, karena atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Kristus membuat penampakan-penampakan-Nya nyata, tetapi tidak di depan banyak orang. Bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi (Kis. 10:41), sehingga mereka yang tidak melihat namun percaya boleh diberkati.
- (2) Ia membawa ketiga orang ini karena mereka adalah murid-murid-Nya yang utama, tiga orang pertama yang dianggap layak oleh Sang Anak Daud. Mungkin mereka ini unggul dalam hal karunia dan anugerah. Mereka adalah orang-orang pilihan Kristus, yang dikhususkan untuk menjadi saksi di dalam kesendirian-Nya. Mereka hadir ketika Ia menghidupkan kembali seorang anak perempuan (Mrk. 5:37). Setelah ini, mereka akan menjadi saksi penderitaan-Nya, dan peristiwa perubahan rupa ini dimaksudkan untuk mempersiapkan mereka menghadapi saat itu. Perhatikanlah, penglihatan akan kemuliaan Kristus selagi kita berada di dunia ini merupakan suatu persiapan yang baik bagi kita dalam menghadapi berbagai penderitaan nantinya, sebab hal ini mempersiapkan kita untuk melihat kemuliaan-Nya di dunia yang lain. Paulus, yang mengalami berlimpah-limpah kesukaran, juga diberi wahyu secara berlimpah-limpah.
- II. Bagaimana terjadinya (ay. 2), Ia berubah rupa di depan mata mereka. Badan jasmani-Nya tetap sama, namun sifat dan penampilan luar dari badan-Nya itu berubah secara luar biasa. Ia tidak berubah menjadi roh, tetapi badan-Nya, yang sebelumnya tampak dalam kelemahan dan kehinaan, kini tampil dalam kuasa dan kemuliaan. Ia berubah rupa atau bentuk-Nya diubahkan, metamorphōthē -- diubahkan bentuk-Nya (metamorfosa). Dulu para penyair kafir menghibur dan membuai dunia dengan dongeng-dongeng yang tidak bermakna dan berlebihan mengenai perubahan bentuk, khususnya perubahan bentuk yang dialami oleh dewa-dewa mereka, yang sebenarnya begitu menghina dan melecehkan dewa-dewa itu sendiri, yang palsu sekaligus menggelikan. Sebagian orang berpendapat bahwa Petrus sedang membicarakan hal ini ketika, sebelum hendak menyebutkan perubahan rupa yang dialami Kristus ini, ia berkata, "Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita" (2Ptr. 1:16). Ketika itu, Kristus adalah Allah sekaligus manusia. Akan tetapi, pada hari-hari ketika Dia hidup di dalam daging, Ia mengambil rupa seorang hamba -- morphēn doulou (Flp. 2:7). Ia memasang selubung untuk menutupi kemuliaan ke-Allah-an-Nya. Namun kini, ketika berubah rupa, Ia menanggalkan selubung itu, dan tampil en morphē theou -- dalam rupa Allah (Flp. 2:6), dan memberikan kepada murid-murid-Nya sekelibat pandangan akan kemuliaan-Nya, yang tidak dapat dilakukan dengan cara lain kecuali dengan mengubah rupa-Nya.
- Kebenaran agung yang kita nyatakan adalah bahwa Allah adalah terang (1Yoh. 1:5), bersemayam di dalam terang (1Tim. 6:16), dan berselimutkan terang (Mzm. 104:2). Oleh sebab itu, saat Kristus akan muncul di dalam rupa ke-Allah-an-Nya, Ia muncul di dalam terang, sebagai yang paling mulia dari semua makhluk yang dapat dilihat, yang sulung dari semua ciptaan, dan yang paling menyerupai Bapa yang kekal. Kristus adalah Sang Terang. Ketika berada di dunia, Ia bercahaya di dalam kegelapan, dan oleh karenanya dunia tidak mengenal-Nya (Yoh. 1:5, 10). Akan tetapi, pada saat perubahan rupa ini, Terang itu bercahaya dari dalam kegelapan.
- Nah, perubahan rupa-Nya tampak dalam dua hal:
- . Wajah-Nya bercahaya seperti matahari. Wajah adalah bagian utama dari tubuh, yang dengannya kita dikenali. Oleh karenanya, terang yang demikian cemerlang itu ditempatkan pada wajah Kristus, wajah yang setelah ini tidak disembunyikan-Nya ketika Dia dinodai dan diludahi. Wajah itu bercahaya seperti matahari ketika ia bersinar dengan sangat terik, begitu jelas, begitu terang, karena Ia adalah Sang Surya Kebenaran, Terang Dunia. Wajah Musa hanya bercahaya seperti bulan, yang sinarnya hanya merupakan pinjaman. Tetapi, wajah Kristus bercahaya seperti matahari, yang punya cahaya sendiri, dan cahaya Kristus tampak lebih terang-benderang dan gemilang lagi, karena memancar dengan tiba-tiba, menerobos dari balik awan hitam.
- . Pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Seluruh tubuh-Nya berubah, sebagaimana wajah-Nya, sehingga pijar-pijar terang, yang memancar ke luar melalui setiap bagian pakaian-Nya, membuat pakaian itu putih dan berkilauan. Cahaya yang bersinar pada wajah Musa begitu lemah, sehingga cahaya itu dapat dengan mudahnya disembunyikan oleh selubung yang tipis. Namun, sedemikian mulia-Nya tubuh Kristus itu, sampai-sampai pakaian-Nya pun turut diterangi olehnya.
- III. Orang-orang lain yang ikut menemani-Nya dalam peristiwa tersebut. Pada akhirnya Ia akan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya, dan, sebagai contoh dari peristiwa itu, sekarang tampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia (ay. 3).
- Perhatikanlah baik-baik:
- . Ada orang-orang kudus yang sudah dimuliakan yang menemani-Nya, supaya, sementara ada tiga yang memberi kesaksian di bumi, yaitu Petrus, Yakobus, dan Yohanes, ada juga beberapa dari sorga yang memberi kesaksian. Jadi di sini kita melihat suatu penggambaran yang hidup mengenai Kerajaan Kristus, yang terdiri dari orang-orang kudus di sorga dan orang-orang kudus di bumi. Kita melihat bahwa Kerajaan Kristus ini menjadi tempat bagi roh-roh orang-orang benar yang telah dijadikan sempurna. Di sini kita melihat bahwa orang-orang yang mati di dalam Kristus tidak binasa, tetapi secara terpisah ada dalam suatu keadaan yang lain, dan akan muncul ketika ada kesempatan.
- . Kedua orang ini adalah Musa dan Elia, orang-orang yang sangat istimewa semasa hidupnya. Keduanya telah berpuasa selama empat puluh hari empat puluh malam, sama seperti Kristus, dan mengadakan mujizat-mujizat, dan keduanya sangatlah mengagumkan baik ketika meninggalkan dunia ini maupun ketika masih hidup di dalamnya. Elia dibawa ke sorga dengan sebuah kereta berapi, dan tidak mengalami kematian. Mayat Musa tidak pernah ditemukan, mungkin mayatnya terpelihara dari kebusukan, dan disimpan untuk penampakan ini. Orang-orang Yahudi sangat menghormati kenangan akan Musa dan Elia, dan oleh sebab itu keduanya datang untuk bersaksi tentang Dia, mereka datang untuk membawa kabar sukacita mengenai Dia kepada dunia atas. Di dalam diri Musa dan Elia, hukum Taurat dan para nabi menghormati Kristus, dan memberikan kesaksian tentang-Nya. Musa dan Elia menampakkan diri kepada para murid, dan murid-murid itu pun melihat keduanya, mendengar keduanya berbicara, dan, entah lewat pembicaraan mereka sendiri atau lewat keterangan dari Kristus, para murid mengenali keduanya sebagai Musa dan Elia. Orang-orang kudus yang sudah dimuliakan akan mengenali satu sama lain di sorga. Keduanya berbicara dengan Kristus. Perhatikanlah, Kristus memiliki persekutuan dengan orang-orang yang diberkati, dan tidak akan menjadi orang asing bagi para anggota perkumpulan yang mulia itu. Sekarang Kristus akan dimeteraikan dalam jabatan kenabian-Nya, dan oleh karenanya kedua nabi agung itu adalah orang-orang yang paling tepat untuk menemani-Nya, sebab mereka akan menyerahkan seluruh kehormatan dan kepentingan mereka kepada-Nya, karena pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya (Ibr. 1:2).
- IV. Kesukaan dan kepuasan besar para murid ketika mereka memandang kemuliaan Kristus. Petrus, seperti biasanya, berbicara mewakili murid-murid yang lain, "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini."
- Di sini Petrus mengungkapkan:
- . Kegirangan yang mereka rasakan dalam pembicaraan ini, Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Meskipun berada di atas gunung yang tinggi, yang tempatnya pasti menyusahkan dan tidak menyenangkan, suram dan dingin, namun betapa bahagianya berada di tempat ini. Ia turut menyatakan perasaan teman-temannya yang lain. Betapa bahagianya berada di sini, bukan hanya bagiku melainkan juga bagi kami. Ia tidak ingin menguasai kebaikan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dengan senang hati ikut menyertakan teman-temannya di dalamnya. Ia mengatakan hal ini kepada Kristus. Perasaan-perasaan yang saleh dan taat akan tercurah dengan sendirinya di hadapan Tuhan Yesus. Jiwa yang mengasihi Kristus dan yang selalu ingin berada bersama-Nya pasti tergerak untuk pergi kepada-Nya dan memberitahukan kepada-Nya apa yang dirasakannya, Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Hal ini menunjukkan suatu pengakuan yang penuh rasa syukur atas kebaikan-Nya dalam memberi mereka karunia khusus ini. Perhatikanlah, persekutuan dengan Kristus merupakan kesukaan bagi orang-orang Kristen. Semua murid Tuhan Yesus memandang diri mereka berbahagia bila berada bersama-Nya di gunung yang kudus. Betapa berbahagianya berada di sini di tempat Kristus berada, dan ke mana pun Ia membawa kita bersama-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Betapa berbahagianya berada di tempat ini, menyingkir dan menyendiri bersama Kristus, untuk berada di sini dan memandang keindahan Tuhan Yesus (Mzm. 27:4). Sungguh menyenangkan mendengar Kristus membanding-bandingkan berbagai perkara dengan Musa dan para nabi, untuk melihat bagaimana seluruh ketetapan hukum Taurat dan semua nubuat para nabi tertuju kepada Kristus dan digenapi di dalam Dia.
- . Keinginan mereka agar peristiwa itu terus berlanjut, Mari kita mendirikan tiga kemah di sini. Dalam perkataan ini, sebagaimana dalam banyak perkataan Petrus yang lain, ada perpaduan antara kelemahan dan kehendak baik, ada lebih banyak semangat daripada kebijaksanaan.
- (1) Inilah semangat untuk terus menikmati pembicaraan dengan makhluk-makhluk sorgawi, suatu kepuasan yang patut dipuji setelah mereka memandang kemuliaan Kristus. Perhatikanlah, orang-orang yang dengan iman memandang keindahan Tuhan di dalam bait-Nya, tidak bisa tidak, pasti merindukan untuk berdiam di sana seumur hidup mereka. Sungguh berbahagia bila kita memiliki tempat menetap di dalam bait Allah yang kudus (Ezr. 9:8), sebuah tempat tinggal yang tetap, supaya berada di dalam ketetapan-ketetapan yang kudus seperti orang yang tinggal di rumah, dan bukan seperti seorang pengembara. Petrus menganggap bahwa gunung ini merupakan tempat yang baik untuk membangun di atasnya, dan ia hendak membangun kemah-kemah di sana, seperti Musa di padang gurun, yang mendirikan sebuah kemah bagi Shekinah, atau kemuliaan ilahi.
- Petrus sungguh menunjukkan penghormatan yang sangat besar terhadap Gurunya dan kedua tamu sorgawi itu, sehingga ia ingin mendirikan kemah-kemah untuk Kristus, Musa, dan Elia, tanpa memikirkan sebuah kemah pun untuk dirinya sendiri dan teman-temannya. Asalkan ditemani dengan orang-orang demikian, ia sudah akan merasa puas seandainya pun harus berbaring di udara terbuka, di atas tanah yang dingin. Jika Gurunya hanya mempunyai tempat untuk meletakkan kepala, maka tidak penting bagi Petrus apakah ia sendiri memilikinya atau tidak.
- (2) Namun demikian, dalam semangat ini, ia telah memperlihatkan banyak sekali kelemahan dan kebodohan. Apa perlunya Musa dan Elia dengan kemah-kemah itu? Mereka telah menjadi penduduk dunia yang terberkati itu, yang di dalamnya mereka tidak akan menderita lapar lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka. Belum lama ini Kristus baru saja menubuatkan penderitaan-penderitaan-Nya, dan memerintahkan para murid-Nya untuk bersiap-siap menghadapi hal serupa. Petrus tampaknya lupa akan hal itu, atau, untuk menghindari terjadinya peristiwa itu, ia perlu membangun kemah-kemah di atas gunung kemuliaan, jauh dari jalan kesulitan. Ia masih saja berbicara, "Guru, sayangilah diri-Mu," padahal sebelumnya ia baru saja ditegur karena ia berkata-kata seperti itu. Perhatikanlah, ada kecenderungan di dalam diri orang-orang baik untuk berharap memperoleh mahkota tanpa memikul salib. Petrus ingin menggenggam hadiah ini, padahal ia belum mengakhiri pertandingannya atau mencapai garis akhir, demikian pula murid-murid yang lain (20:21). Kita tidak akan mencapai tujuan kita apabila kita mencari sorga di atas bumi sini. Bagi orang-orang asing dan para peziarah (demikianlah kita semua seperti ini di dunia ini, sebaik apa pun keadaan kita), tidaklah baik untuk berbicara mengenai hal mendirikan bangunan, atau mengharapkan kota yang akan terus ada.
- Namun demikian, usulan Petrus yang tidak pada tempatnya itu bisa dimaklumi, bukan hanya karena ia tidak tahu apa yang dikatakannya (Luk. 9:33), melainkan juga karena ia menyerahkan usulannya itu kepada hikmat Kristus; Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah. Perhatikanlah, apa pun kemah yang hendak kita dirikan bagi kita sendiri di dunia ini, kita harus selalu ingat untuk meminta izin terlebih dulu dari Kristus.
- Nah, untuk pernyataan yang diucapkan Petrus ini, tidak ada tanggapan yang diberikan. Menghilangnya kemuliaan itu akan segera menjawabnya. Orang-orang yang terlalu mengharap-harapkan hal-hal yang berlebihan di dunia ini akan segera disadarkan oleh pengalaman mereka sendiri.
- V. Kesaksian mulia yang diberikan oleh Allah Bapa kepada Yesus Tuhan kita, di mana melalui kesaksian tersebut Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa (2Ptr. 1:17), ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia. Ini seperti mengumumkan gelar-gelar kehormatan atau gelar pemerintahan seorang raja, ketika pada upacara penobatannya, ia tampil dalam jubah kebesarannya. Dan biarlah diketahui semua orang, untuk menghibur seluruh umat manusia, bahwa gelar pemerintahan Kristus sebagai raja diambil dari tugas pengantaraan-Nya. Demikianlah, di dalam penglihatan, Ia tampak dengan pelangi, yang merupakan meterai perjanjian, yang melingkungi takhta-Nya (Why. 4:3), karena adalah kemuliaan-Nya untuk menjadi Penebus kita.
- Sekarang, mengenai kesaksian dari sorga kepada Kristus ini, amatilah:
- . Bagaimana kesaksian ini datang, dan dengan cara apa kesaksian itu disampaikan.
- (1) Ada awan. Sering kali di dalam Perjanjian Lama kita menemukan bahwa awan merupakan tanda yang bisa dilihat mengenai kehadiran Allah. Ia turun ke Gunung Sinai dalam awan (Kel. 19:9), dan begitu juga kepada Musa (Kel. 34:5; Bil. 11:25). Ia melingkupi kemah, dan selanjutnya Bait Suci, di dalam awan. Di mana Kristus berada di dalam kemuliaan-Nya, di situlah terletak Bait Allah, dan di sana Allah menunjukkan kehadiran-Nya. Kita tidak mengetahui dengan pasti akan datang dan perginya awan-awan, namun kita tahu bahwa sering kali persekutuan dan hubungan antara sorga dan bumi terjadi dengan pengantaraan awan-awan. Melalui awan-awan, uap air naik dan hujan turun. Oleh karena itulah Allah dikatakan menjadikan awan-awan sebagai kereta-Nya. Demikian pula di sini ketika Ia turun ke gunung ini.
- (2) Awan itu adalah awan yang terang. Di dalam hukum Taurat, biasanya awan yang tebal dan gelap yang dipakai Allah sebagai tanda kehadiran-Nya. Ia turun ke Gunung Sinai di dalam awan tebal (Kel. 19:16), dan Ia berkata bahwa Ia akan diam dalam kekelaman (1Raj. 8:12). Akan tetapi, sekarang kita tidak datang kepada gunung yang diselimuti kekelaman dan kegelapan (Ibr. 12:18), melainkan kepada gunung yang dimahkotai dengan awan terang. Baik zaman Perjanjian Lama maupun zaman Perjanjian Baru memiliki tanda-tanda kehadiran Allah sendiri-sendiri. Namun demikian, zaman Perjanjian Lama merupakan zaman kegelapan, ketakutan, dan perbudakan, sementara zaman Perjanjian Baru merupakan zaman terang, kasih, dan kebebasan.
- (3) Awan itu menaungi mereka. Awan ini dimaksudkan untuk menutupi kekuatan dari terang yang besar itu, yang jika tidak demikian pasti akan menyilaukan para murid, dan mereka tidak akan tahan melihatnya. Awan ini seperti selubung yang dipakai Musa pada wajahnya ketika wajahnya bercahaya. Dalam menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya, Allah menimbang terlebih dulu keadaan dan kemampuan mereka. Awan ini bagi mata mereka sama seperti perumpamaan bagi pengertian mereka, supaya perkara-perkara rohani dapat disampaikan kepada mereka melalui hal-hal yang dapat dilihat, agar mereka mampu menanggungnya.
- (4) Dari dalam awan itu terdengar suara, dan suara itu adalah suara Allah, yang kini, sebagaimana pada waktu dulu, berbicara dalam tiang awan (Mzm. 99:7). Di sini tidak ada guruh, atau kilat, atau bunyi sangkakala, seperti pada waktu hukum Taurat diberikan kepada Musa, tetapi hanya suara, suara yang tenang, dan suara itu tidak dihantarkan dengan angin kencang, atau gempa bumi, atau api, seperti ketika Allah berbicara kepada Elia (1Raj. 19:11-12). Dengan demikian, Musa dan Elia adalah para saksi bahwa pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, dengan cara yang berbeda dari yang sebelumnya dipakai-Nya untuk berbicara kepada Musa dan Elia. Suara ini datang dari Yang Mahamulia (2Ptr. 1:17), kemuliaan yang sungguh mulia yang, jika dibandingkan dengan suara yang sebelumnya, tidak memiliki kemuliaan. Meskipun kemuliaan itu ditutupi awan, tetap saja dari sana terdengar suara, sebab iman timbul dari pendengaran.
- . Apa kesaksian yang dibawa dari sorga ini; Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia. Di sini kita mendapatkan:
- (1) Rahasia agung Injil dinyatakan, Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan. Pernyataan ini sama persis dengan pernyataan yang terucap dari sorga pada saat pembaptisan Kristus (3:17). Pernyataan ini merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke bumi sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Pernyataan ini bermakna sama dengan ajaran yang agung itu (2Kor. 5:19), bahwa Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus. Musa dan Elia adalah orang-orang besar, dan merupakan orang-orang kesayangan Sorga, namun mereka hanyalah hamba, dan hamba tidak selalu mendapatkan perkenan Allah, karena Musa pernah berbicara dengan gegabah, dan Elia adalah orang yang mudah terpancing amarah. Tetapi Kristus adalah Anak, dan kepada-Nya Allah selalu berkenan. Musa dan Elia kadang-kadang dipakai sebagai alat-alat pendamaian antara Allah dan Israel. Musa adalah seorang penengah yang agung, dan Elia adalah seorang pembaru yang agung. Tetapi di dalam Kristus, Allah mendamaikan dunia. Perantaraan Kristus lebih mengandung kuasa daripada perantaraan Musa, dan pembaruan-Nya lebih berhasil daripada pembaruan Elia.
- Pengulangan suara yang sama ini, yang sebelumnya telah datang dari sorga pada waktu pembaptisan-Nya, bukanlah pengulangan yang sia-sia. Akan tetapi, seperti mimpi Firaun yang terus berulang, pengulangan itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa apa yang dikemukakan di dalamnya telah ditetapkan. Apa yang telah diucapkan Allah satu kali, bahkan dua kali, tidak diragukan lagi akan dipegang kuat-kuat oleh-Nya, dan Ia berharap agar kita memperhatikannya. Penyataan ini diucapkan pada saat pembaptisan Kristus, karena pada waktu itu Ia akan memasuki masa pencobaan-Nya dan pelayanan-Nya kepada orang banyak. Dan kini penyataan itu diulangi lagi, karena Ia akan memasuki masa penderitaan-Nya, yang terhitung mulai dari saat itu, sebab sekarang, dan bukan sebelumnya, Ia mulai menubuatkan penderitaan-penderitaan-Nya, dan segera setelah Dia berubah rupa, dikatakan bahwa hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga (Luk. 9:51). Oleh karenanya, penyataan ini diulangi, untuk mempersiapkan-Nya menghadapi kengerian salib, dan mempersiapkan para murid-Nya menghadapi kehinaan salib. Ketika penderitaan mulai bertambah, penghiburan diberikan dengan lebih berlimpah (2Kor. 1:5).
- (2) Kewajiban besar dari Injil dituntut, dan ini merupakan syarat bagi kita untuk memperoleh keuntungan-keuntungan melalui Kristus, Dengarkanlah Dia. Allah tidak berkenan kepada siapa pun di dalam Kristus selain kepada mereka yang mendengarkan-Nya. Tidaklah cukup bagi kita untuk hanya membiarkan-Nya berbicara (apa gunanya itu bagi kita?) tetapi kita juga harus mendengarkan Dia dan percaya kepada-Nya, sebagai Imam Besar dan Guru Agung. Dengarkanlah Dia, dan berilah dirimu dipimpin oleh-Nya, sebagai Raja dan Pemberi Hukum yang agung; dengarkanlah Dia, dan perhatikanlah Dia. Siapa pun yang ingin mengetahui pikiran Allah haruslah mendengarkan Yesus Kristus, karena melalui Dialah Allah pada zaman akhir ini telah berbicara kepada kita. Suara dari sorga ini telah membuat semua perkataan Kristus menjadi sah seolah-olah perkataan-perkataan itu diucapkan dari dalam awan. Allah di sini menyerahkan kita kepada Kristus untuk memperoleh segala penyataan pikiran-Nya. Hal ini merujuk kepada nubuat mengenai seorang nabi yang akan dibangkitkan Allah seperti Musa (Ul. 18:18); dengarkanlah Dia.
- Kristus kini tampak dalam kemuliaan, dan semakin banyak kemuliaan Kristus yang kita saksikan, semakin banyak alasan yang akan kita dapati untuk mendengarkan Dia. Tetapi di sini para murid sedang memandang kemuliaan-Nya itu, oleh sebab itu mereka diminta bukan untuk memandang-Nya, melainkan untuk mendengarkan-Nya. Pandangan mereka pada kemuliaan-Nya segera terhalang oleh awan, namun demikian, yang harus mereka lakukan adalah mendengarkan-Nya. Kita berjalan dengan iman, yang timbul karena pendengaran, bukan karena penglihatan (2Kor. 5:7).
- Musa dan Elia sekarang berada bersama-Nya; hukum Taurat dan para nabi. Sampai sekarang dikatakan, "Baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu" (Luk. 16:29). Para murid segera saja menyamakan Musa dan Elia dengan Kristus, ketika mereka hendak membuat kemah-kemah untuk mereka sebagaimana juga untuk Kristus. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dengan Kristus, mungkin para murid sangat penasaran ingin mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan, dan ingin mendengar lebih banyak lagi dari mereka. "Tidak," kata Allah, "dengarkanlah Dia," dan itu sudah cukup. Dengarkan Dia, dan bukan Musa atau Elia, yang hadir di situ dan yang dengan sikap diam mengiyakan apa yang dikatakan suara ini. Mereka tidak mempunyai alasan apa pun untuk menentang suara itu. Apa pun kepentingan yang mereka miliki di dunia ini sebagai nabi, mereka rela melihat semuanya itu diserahkan kepada Kristus, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Janganlah cemas karena Musa dan Elia hanya tinggal sebentar saja bersama kalian. Dengarkanlah Kristus, maka engkau tidak akan membutuhkan mereka lagi.
- IV. Ketakutan yang melanda para murid ketika mendengar suara ini, dan dorongan yang diberikan Kristus kepada mereka.
- . Para murid tersungkur dan sangat ketakutan. Besarnya cahaya itu dan kejutan yang ditimbulkannya pasti sangat menggentarkan mereka dan menghilangkan keberanian mereka. Tetapi bukan itu saja, sejak manusia jatuh ke dalam dosa dan mendengar suara Allah di taman Eden, penampakan-penampakan Allah yang luar biasa terasa sangat mengerikan bagi manusia, sebab manusia menjadi sadar sendiri bahwa ia tidak memiliki alasan lagi untuk mengharapkan apa-apa yang baik dan karena itu menjadi takut untuk mendengarkan apa saja secara langsung dari Allah. Perhatikanlah, bahkan ketika cuaca cerah keluar dari tempat persembunyiannya, Allah tetap saja diliputi oleh keagungan yang dahsyat (Ayb. 37:22). Lihatlah betapa dahsyatnya pekerjaan yang dibuat oleh suara Tuhan (Mzm. 29:4). Sungguh baik bagi kita bahwa Allah berbicara kepada kita melalui manusia seperti kita sendiri, yang kengeriannya tidak akan membuat kita takut.
- . Kristus dengan sangat lemah lembut dan baik hati menegakkan mereka kembali. Perhatikanlah, kemuliaan dan kebesaran Yesus Tuhan kita sama sekali tidak mengurangi kepedulian dan perhatian-Nya terhadap umat-Nya yang dilingkupi oleh kelemahan. Sungguh menghibur bila memikirkan bahwa pada saat ini, dalam keadaan-Nya yang sudah ditinggikan, Ia tetap berbelas kasihan dan merendahkan diri-Nya kepada orang percaya yang paling hina.
- Perhatikanlah di sini:
- (1) Apa yang diperbuat-Nya Ia datang kepada mereka dan menyentuh mereka. Kedatangan-Nya menghalau ketakutan-ketakutan mereka, dan ketika mereka memahami bahwa mereka telah ditangkap Kristus, maka tidak ada hal lain lagi yang dibutuhkan untuk menenangkan mereka. Peristiwa ini serupa dengan ketika Kristus meletakkan tangan kanan-Nya pada Yohanes, dan pada Daniel (Why. 1:17; Dan. 8:18; 10:18). Jamahan Kristus sering kali menyembuhkan, dan di sini, jamahan itu menguatkan dan menghibur.
- (2) Apa yang dikatakan-Nya, "Berdirilah, jangan takut." Perhatikanlah, walaupun rasa takut karena hormat di dalam persekutuan kita dengan Sorga menyenangkan Kristus, rasa takut karena takjub tidaklah demikian halnya, dan harus dilawan. Kristus berkata, "Berdirilah." Perhatikanlah, dengan perkataan-Nya, dan dengan kuasa anugerah-Nya yang menyertai perkataan-Nya itu, Kristus membangkitkan orang-orang benar dari keterpurukan mereka dan menghalau ketakutan-ketakutan mereka. Tidak ada seorang pun yang dapat melakukan demikian selain Kristus. Berdirilah, jangan takut. Perhatikanlah, ketakutan-ketakutan yang tidak beralasan akan segera lenyap, jika kita tidak membiarkan diri kita dikuasai oleh ketakutan-ketakutan itu, atau pasrah saja terhadapnya. Sebaliknya, kita harus bangun dan melakukan apa saja yang dapat kita lakukan untuk melawannya. Kalau dipikir-pikir, karena mereka telah melihat dan mendengar segalanya itu, seharusnya mereka memiliki lebih banyak alasan untuk bersukacita daripada untuk merasa takut. Namun, sepertinya mereka memang membutuhkan peringatan dari Kristus ini. Perhatikanlah, melalui kelemahan daging, kita sering kali menakut-nakuti diri kita sendiri dengan sesuatu yang seharusnya justru menguatkan kita. Amatilah, setelah para murid mendapat perintah tegas dari sorga untuk mendengarkan Kristus, kata pertama yang mereka dapatkan dari Dia adalah, Jangan takut, dengarlah itu. Perhatikanlah, tugas Kristus dengan datang ke dalam dunia adalah untuk memberikan penghiburan kepada orang-orang benar, bahwa, setelah mereka dibebaskan dari tangan musuh, mereka dapat beribadah kepada Allah tanpa takut (Luk. 1:74-75).
- VII. Menghilangnya penglihatan tersebut (ay. 8): Mereka bangkit dan mengangkat kepala, namun mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri. Musa dan Elia telah pergi, pancaran-pancaran kemuliaan Kristus telah ditanggalkan atau terselubungi kembali. Mereka berharap bahwa hari ini adalah hari ketika Kristus akan masuk ke dalam Kerajaan-Nya, dan akan tampil di hadapan orang banyak dalam kemuliaan lahiriah yang telah mereka impi-impikan. Tetapi, lihatlah bagaimana mereka akhirnya kecewa. Perhatikanlah, tidaklah bijaksana bagi kita untuk mengharapkan hal-hal yang tinggi di dunia ini, karena kemuliaan dan sukacita kita yang paling berharga di sini akan hilang, dan ini bahkan dialami pula oleh orang-orang yang bersekutu dekat dengan Allah. Kehidupan di dunia ini bukanlah pesta yang tanpa akhir, melainkan perjamuan yang sedang berlangsung. Jika terkadang kita dikaruniai dengan penyataan-penyataan khusus akan anugerah ilahi, penglihatan-penglihatan sekilas dan janji-janji akan kemuliaan di masa depan, semuanya itu akan diambil kembali tidak lama kemudian. Kalau satu sorga saja tidak layak bagi seseorang, apalagi sampai mengharapkan dua sorga sekaligus. Sekarang mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri. Perhatikanlah, Kristus akan tetap tinggal bersama kita ketika Musa dan Elia pergi. Para nabi tidak hidup untuk selama-lamanya (Za. 1:5), dan akhir masa tindak-tanduk pelayanan mereka pun dapat kita saksikan. Tetapi, Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibr. 13:7-8).
- VIII. Percakapan antara Kristus dan para murid-Nya pada waktu mereka turun dari gunung itu (ay. 9-13).
- Amatilah:
- . Mereka turun dari gunung itu. Perhatikan, kita harus turun dari gunung kudus tempat kita bersekutu dengan Allah dan mendapatkan kepuasan dalam persekutuan itu. Kita harus turun dari gunung yang tentangnya kita berkata, "Betapa bahagianya berada di tempat ini." Karena, bahkan di tempat yang demikian pun kita tidak akan menemukan kota yang ada untuk selama-lamanya. Terpujilah Allah, ada gunung kemuliaan dan sukacita yang dipersiapkan bagi kita, yang darinya kita tidak akan pernah turun lagi. Tetapi amatilah, ketika para murid turun, Yesus ikut turun bersama mereka. Perhatikanlah, saat kita kembali lagi ke dunia sesudah kita melaksanakan suatu kewajiban, kita harus berusaha mengajak Kristus bersama kita, karena dengan begitu barulah kita akan merasa terhibur.
- . Selagi turun, mereka berbicara mengenai Kristus. Perhatikanlah, ketika kita kembali setelah melaksanakan suatu perintah kudus, baiklah bagi kita untuk menghibur diri kita sendiri dan saling menghibur satu sama lain dengan percakapan yang sesuai dengan apa yang baru saja kita lakukan. Percakapan yang baik akan berguna dalam membangun iman kita bila dilakukan sesuai dengan waktunya, sebaliknya, percakapan yang buruk akan lebih buruk lagi jika dilakukan pada waktu yang tidak sesuai.
- Di sini terdapat:
- (1) Perintah yang diberikan Kristus kepada para murid untuk merahasiakan betul-betul penglihatan itu untuk saat ini (ay. 9), Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati. Jika mereka memberitahukannya, maka nilai kebenaran dari peristiwa itu akan diragukan orang oleh karena berbagai penderitaan yang tidak lama lagi akan segera dialami-Nya. Jadi, pekabaran mengenai peristiwa ini ditunda dulu sampai kebangkitan-Nya terjadi, dan baru pada saat itulah kebangkitan-Nya dan kemuliaan yang mengikuti-Nya dengan sendirinya akan meneguhkan kemuliaan dari perubahan rupa-Nya itu. Perhatikanlah, Kristus menggunakan suatu cara dalam menyatakan diri-Nya sendiri. Ia memadukan pekerjaan-pekerjaan-Nya secara bersama-sama, di mana semua karya-Nya ini saling menerangkan dan menggambarkan satu sama lain, sehingga semua pekerjaan-Nya itu akan tampak dalam kekuatannya yang penuh dan dengan bukti yang sangat meyakinkan. Segala sesuatu indah pada waktunya. Kebangkitan Kristus dengan tepat merupakan permulaan dari pemerintahan dan Kerajaan Injil, dan segala sesuatu yang terjadi sebelum kebangkitan ini hanyalah merupakan persiapan dan jalan pembuka saja. Oleh karena itu, meskipun terjadi sebelum kebangkitan-Nya, peristiwa perubahan rupa-Nya ini tidak boleh dijadikan sebagai bukti sampai setelah kebangkitan itu (dan kemudian pada saat itu peristiwa perubahan rupa tersebut menjadi sangat ditekankan [2Ptr. 1:16-18]), ketika agama yang untuknya peristiwa tersebut dirancang untuk menguatkannya telah berada di dalam keadaannya yang sangat mapan dan dewasa. Waktu yang ditetapkan Kristus adalah waktu yang paling baik dan paling cocok bagi diri-Nya sendiri untuk menyatakan diri-Nya, dan ini harus kita perhatikan dengan saksama.
- (2) Keberatan para murid terhadap sesuatu yang dikatakan Kristus (ay. 10), "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" Jika Elia tinggal sedemikian singkat saja dan langsung pergi dengan sedemikan tiba-tibanya, dan kita tidak boleh mengatakan apa pun tentang dia, lalu mengapa selama ini kita diajari oleh hukum Taurat untuk menanti-nantikan kemunculannya di tengah orang banyak di dunia ini tepat sebelum Kerajaan Mesias didirikan? Haruskah kedatangan Elia menjadi hal yang rahasia, sementara semua orang menanti-nantikannya? Atau kalau demikian, "Jika kebangkitan Mesias, dan bersama itu pula permulaan Kerajaan-Nya, sudah dekat, lalu apa yang dapat kita harapkan dari kedatangan Elia, yang merupakan pembuka dan pengantar yang agung akan kerajaan-Nya itu?" Para ahli Taurat, yang adalah ahli-ahli tafsir hukum Taurat bagi orang banyak, mengatakan hal ini berdasarkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci (Mal. 4:5), "Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu." Para murid berbicara mengikuti apa yang dimengerti oleh orang-orang Yahudi pada umumnya, yang memandang perkataan ahli-ahli Taurat sebagai perkataan Kitab Suci sendiri, sedangkan bagi kita, perkataan yang diucapkan kepada kita oleh hamba-hamba Tuhan, harus dimengerti oleh kita sebagai "Allah berbicara kepada kita, dan bukan hamba-hamba-Nya," sebab kita tidak boleh menerimanya sebagai perkataan manusia (1Tes. 2:13). Amatilah, ketika para murid tidak dapat menyelaraskan apa yang dikatakan Kristus dengan apa yang telah mereka dengar dari Perjanjian Lama, mereka ingin Kristus menjelaskan hal itu kepada mereka. Perhatikanlah, saat kita dibingungkan oleh bacaan-bacaan yang sulit dalam Kitab Suci, kita harus berserah diri kepada Kristus di dalam doa agar Roh-Nya membuka pengertian kita dan memimpin kita kepada seluruh kebenaran.
- (3) Penyelesaian atas keberatan ini. Mintalah, maka akan diberikan, mintalah petunjuk, maka itu akan diberikan.
- [1] Kristus membenarkan nubuat itu (ay. 11); "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu. Sejauh ini kamu benar." Kristus tidak datang untuk mengubah atau membatalkan apa pun yang dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama. Perhatikanlah, tafsiran-tafsiran yang sesat dan keliru cukup bila ditolak dan dibuktikan kesalahannya saja; kita tidak boleh berlebihan sampai menghilangkan atau menghina wewenang atau martabat Kitab Suci. Nubuat-nubuat di dalam Perjanjian Baru adalah benar dan baik, dan harus diterima dan dipelajari baik-baik, walaupun beberapa orang yang gegabah dan bodoh bisa saja salah menafsirkannya dan menarik kesimpulan-kesimpulan yang keliru darinya. Ia akan datang dan memulihkan segala sesuatu. Ia bukan memulihkannya ke dalam keadaan semula (Yohanes Pembaptis tidak melakukan demikian), melainkan akan merampungkan segala sesuatu (demikianlah perkataan ini bisa diartikan), yaitu segala sesuatu yang tertulis mengenai Dia, segala sesuatu yang dinubuatkan sehubungan dengan kedatangan Elia. Yohanes Pembaptis datang untuk memulihkan perkara-perkara rohani, untuk menghidupkan kembali reruntuhan agama, untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya. Semuanya ini sama artinya dengan ini, ia akan memulihkan segala sesuatu. Yohanes memberitakan pertobatan, dan pemberitaannya ini memulihkan segala sesuatu.
- [2] Ia menegaskan penggenapan nubuat itu. Para ahli Taurat sudah berkata benar, bahwa Elia akan datang (ay. 2). Perhatikanlah, janji-janji Allah sering kali telah digenapi, namun manusia tidak memahaminya. Mereka malah bertanya-tanya, "Di manakah janji-Nya itu?", padahal janji itu sudah ditepati. Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia. Mereka tidak mengenalnya sebagai Elia yang dijanjikan itu, sang perintis kedatangan Mesias. Para ahli Taurat menyibukkan diri dengan mengutak-atik Kitab Suci, namun mereka tidak mengerti tanda-tanda zaman penggenapan Kitab Suci. Perhatikanlah, lebih mudah menjelaskan firman Allah daripada menerapkannya dan menggunakannya dengan benar. Akan tetapi, tidaklah mengherankan bahwa bintang fajar ini tidak terlihat, Dia yang adalah Sang Surya itu sendiri telah ada di dalam dunia, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
- Karena tidak mengenalnya, mereka memperlakukannya sekehendak hati mereka. Seandainya mereka tahu, mereka tidak akan menyalibkan Kristus atau memenggal kepala Yohanes (1Kor. 2:8). Mereka mengolok-olok Yohanes, menganiaya dia, dan pada akhirnya membunuh dia. Memang semua itu adalah ulah Herodes, tetapi di sini hal itu ditimpakan kepada seluruh angkatan orang Yahudi yang tidak percaya, dan khususnya para ahli Taurat, yang meskipun tidak dapat membunuh Yohanes dengan tangan mereka sendiri, turut merasa senang dengan apa yang diperbuat Herodes. Kristus menambahkan, Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka. Janganlah heran bahwa Elia dilecehkan dan dibunuh oleh orang-orang yang berpura-pura menantikan dia dengan penuh rasa hormat, kalau Sang Mesias sendiri saja akan mereka perlakukan dengan cara yang serupa. Perhatikanlah, penderitaan-penderitaan Kristus membuat segala penderitaan lain tidak lagi aneh (Yoh. 15:18). Apabila mereka ini telah mencelupkan tangan mereka ke dalam darah Yohanes Pembaptis, mereka pun akan segera berbuat serupa terhadap Kristus. Perhatikanlah, sebagaimana manusia memperlakukan hamba-hamba Kristus, demikian pula mereka akan memperlakukan Dia sendiri. Dan mereka yang mabuk dengan darah para martir masih terus berseru, "Berikan lagi, berikan lagi" (Kis. 12:1-3).
- (4) Kepuasan para murid akan tanggapan Kristus terhadap keberatan mereka (ay. 13); Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Ia tidak menyebutkan nama Yohanes secara langsung, tetapi Dia memberi mereka suatu gambaran tentang Yohanes yang akan membuat mereka ingat tentang apa yang sudah disampaikan-Nya kepada mereka mengenai dia; Inilah Elia itu. Ini merupakan suatu cara mengajar yang menguntungkan. Cara ini melibatkan semua pemikiran si murid dan membuatnya mengingat-ingat sendiri apa yang telah mereka lihat atau yang telah dikatakan guru mereka sendiri. Dengan demikian, pengetahuan menjadi mudah bagi orang yang mengerti. Apabila kita rajin memanfaatkan segala sarana pengetahuan, sungguh kita akan merasa heran melihat kabut-kabut berpencaran dan kesalahan-kesalahan diluruskan!
SH: Mat 17:1-13 - Musa, Elia dan Yesus. (Senin, 16 Maret 1998) Musa, Elia dan Yesus.
Dalam tradisi Perjanjian Lama, umat Tuhan percaya bahwa tokoh Musa dan Elia termasuk tokoh yang sangat penting. Musa adalah nab...
Musa, Elia dan Yesus.
Dalam tradisi Perjanjian Lama, umat Tuhan percaya bahwa tokoh Musa dan Elia termasuk tokoh yang sangat penting. Musa adalah nabi yang menerima hukum Tuhan, dan Elia adalah nabi besar yang memperbarui komitmen umat pada hukum Tuhan. Setelah peristiwa pengakuan Petrus, di atas gunung Hermon, Allah menyuarakan kembali bahwa Tuhan Yesus adalah Anak-Nya yang dikasihi-Nya dan meneguhkan kepercayaan para murid. Kristen kini sebenarnya lebih beruntung dari para murid dulu. Yesus sekarang sudah kembali dalam kemuliaan-Nya. Kita mengalami kemuliaan-Nya tiap saat, asal hati kita peka dan terbuka.
Janji-Nya digenapi. Kebenaran bahwa Elia akan datang sebelum Mesias datang, sesungguhnya sudah digenapi Allah. Elia yang dimaksud bukan Elia yang sudah mati. Yohanes Pembaptislah yang dimaksud Allah sebagai pendahulu datangnya Mesias. Janji Allah pasti dan teguh! Apa yang Allah telah katakan, Ia pun akan menggenapinya. Ini sesuai dengan sifat Allah. Allah adalah setia, patut dipercaya. Kristen tidak perlu meragukan janji-janji Allah yang dinyatakan oleh-Nya di dalam Alkitab. Percaya, patuh, dan taat adalah sikap yang benar seorang anggota keluarga Allah.
Doa: Ajar kami untuk selalu mempercayai janji-janji-Mu.
SH: Mat 17:1-13 - Pengalaman supranatural adalah anugerah (Sabtu, 17 Februari 2001) Pengalaman supranatural adalah anugerah
Tidak semua
orang mengalami pengalaman supranatural, karena
pengalaman supranatural adalah anugerah.
Penga...
Pengalaman supranatural adalah anugerah
Tidak semua orang mengalami pengalaman supranatural, karena pengalaman supranatural adalah anugerah. Pengalaman ini dialami oleh beberapa orang tertentu bukan berdasarkan siapakah mereka di hadapan Tuhan, namun semata-mata berdasarkan anugerah-Nya. Tuhan memiliki tujuan khusus bagi orang-orang yang mengalaminya. Ada yang mengalaminya sehingga ia percaya kepada Kristus, ada yang mengalaminya sehingga kehidupannya berubah, ada pula yang mengalaminya sehinga ia mendapatkan visi yang jelas dari Allah, ada pula yang mengalaminya sehingga mendapatkan kekuatan dalam pergumulan yang berat. Namun pengalaman supranatural bukan satu-satunya cara Allah untuk menyatakan diri kepada manusia.
Ketiga murid Yesus: Petrus, Yakobus, dan Yohanes mengalami pengalaman supranatural bukan karena mereka lebih baik dari yang lain, semata-mata karena ketiganya diperkenankan Yesus untuk menyaksikan kemuliaan-Nya. Ia mengajak mereka naik ke gunung yang tinggi, supaya pengalaman itu hanya dialami oleh mereka berempat. Di sana mereka menyaksikan kemuliaan wajah dan pakaian Yesus bagai matahari dan terang, menandakan betapa berkilaunya sehingga mereka tak sanggup menatap secara kasat mata. Di sana pun hadir Elia yang mewakili nabi dan Musa yang mewakili Taurat. Pengalaman ini membuat mereka begitu bahagia, sehingga mereka tidak mau kembali kepada realita yang penuh penderitaan (ayat 16:24), maka Petrus menawarkan 3 kemah untuk Yesus, Elia, dan Musa. Tiba-tiba awan yang terang menaungi mereka dan terdengar pernyataan Illahi tentang Yesus, Anak Allah. Puncak penyataan Illahi ini membuat ketiga murid tersungkur dan sangat ketakutan, sehingga mereka tidak sanggup lagi menyaksikan peristiwa selanjutnya.
Pengalaman supranatural bersifat sesaat dan setiap orang yang mengalaminya harus kembali kepada realita, karena pengalaman supranatural tidak bertujuan meninabobokan seseorang, tetapi memberikan dasar kebenaran bagi seseorang untuk hidup dalam realita. Pengalaman supranatutal ini pun bukan untuk dipublikasikan (ayat 9), sehingga orang yang mengalaminya tidak menjadi sombong rohani.
Renungkan: Betapa indahnya kesaksian seorang yang mengalami pengalaman supranatural, yang tidak berfokus kepada kesombongan rohaninya, tetapi kepada kemuliaan Yesus Sang Mesias.
SH: Mat 17:1-13 - Bukti Kemesiasan Kristus (Sabtu, 12 Februari 2005) Bukti Kemesiasan Kristus
Tidak mudah menjadi murid Yesus dan tidak mudah menyangkal diri
untuk sepenuh hati memikul salib yang dibebankan oleh-N...
Bukti Kemesiasan Kristus
Tidak mudah menjadi murid Yesus dan tidak mudah menyangkal diri untuk sepenuh hati memikul salib yang dibebankan oleh-Nya. Kadang bisa timbul keraguan, apakah kehendak-Nya memang yang benar dan yang terbaik.
Para murid baru saja menerima pelajaran keras, yaitu mengakui Yesus sebagai Mesias berarti siap menerima konsekuensi menderita demi Dia. Maka para murid memerlukan penguatan. Peristiwa Yesus dimuliakan bukan hanya penting untuk meneguhkan misi-Nya, tetapi juga untuk membuka mata rohani murid-murid-Nya bahwa Dia memang Mesias yang dipilih Allah. Apa makna Yesus dimuliakan itu?
Pertama, Yesus adalah Mesias yang sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Musa mewakili Hukum Taurat yang sejak awal menjanjikan seorang Nabi yang akan datang untuk mengajarkan kebenaran sejati (Lih. Ul.18:18-19). Elia mewakili para nabi yang mengarahkan hati umat Israel untuk mengantisipasi datangnya Sang Mesias (ayat 2-3). Tuhan Yesus sendiri menerangkan bahwa Yohanes berperan sebagai Nabi Elia mempersiapkan orang banyak untuk menyongsong kedatangan diri-Nya (ayat 11-13). Kedua, Allah Bapa menyatakan perkenan-Nya atas diri Yesus berupa awan hadirat dan suara restu-Nya. Bapa memerintahkan murid-murid, yang diwakili oleh ketiga murid terdekat untuk memercayai Yesus dan pemberitaan-Nya (ayat 5).
Tanda-tanda kemuliaan Allah apakah yang boleh menguatkan gereja masa kini? Pertama, pertobatan yang terjadi ketika gereja mewartakan kebenaran Injil. Kedua, orang-orang yang percaya dan diubahkan oleh pemberitaan firman Tuhan bahwa Yesus memang satu-satunya Juruselamat manusia. Semua itu menjadi bukti bahwa apa yang dipercayai gereja adalah benar. Sekaligus menjadi penguat gereja untuk tetap setia walaupun di tengah-tengah penganiayaan.
Renungkan: Mukjizat terbesar adalah pertobatan. Itu bukti Yesus adalah Mesias.
SH: Mat 17:1-13 - Transfigurasi Yesus (Kamis, 18 Februari 2010) Transfigurasi Yesus
Setelah pengakuan Petrus tentang Yesus, enam hari kemudian Yesus
membawa ketiga murid inti (ayat 1) ke atas gunung untuk ber...
Transfigurasi Yesus
Setelah pengakuan Petrus tentang Yesus, enam hari kemudian Yesus membawa ketiga murid inti (ayat 1) ke atas gunung untuk berdoa pada malam hari (menurut Luk. 9:29,32). Pada saat itu, murid-murid menyaksikan transfigurasi Yesus, yaitu penampakan kemuliaan Yesus disertai pemunculan Musa yang mewakili hukum Taurat dan nabi Elia yang mewakili para nabi. Ini untuk meneguhkan misi penyelamatan Yesus di kayu salib yang harus Ia laksanakan dan genapi di Yerusalem (lih. Luk. 9:31).
Pengakuan Petrus di Kaisarea Filipi diikuti oleh penampakan kemuliaan Yesus. Ini adalah permulaan dari puncak kemuliaan yang akan dinyatakan di kayu salib dan kemuliaan yang akan Ia terima kembali di sorga. Selain itu ada deklarasi Allah Bapa atas Yesus sebagai Anak yang Ia kasihi dan diperkenan-Nya. Secara keseluruhan ini memantapkan hati Yesus untuk menempuh jalan salib yang penuh penderitaan di Yerusalem.
Keadaan yang begitu mulia dan menakjubkan membuat Petrus secara spontan menawarkan untuk mendirikan kemah. Ia dan teman-temannya ingin menikmati suasana yang begitu indah dan mulia itu terus menerus bersama Yesus, Musa, dan nabi Elia. Namun kehadiran Allah dan suara-Nya menyadarkan mereka bahwa iman dan pengharapan mereka harus senantiasa ditujukan kepada Yesus yang lebih besar dari kedua tokoh PL tersebut. Yesus adalah penggenapan hukum Taurat dan nubuat para nabi. Namun Yesus melarang mereka untuk memberitahukan penglihatan tersebut sebelum kebangkitan-Nya karena pengharapan orang Israel akan Mesias bersifat politis.
Yesus telah menyatakan kemuliaan-Nya di atas kayu salib dan sekarang tinggal dalam kemuliaan di sorga. Waktu kita mendekatkan diri pada-Nya dalam saat teduh kita, nikmat suasana transfigurasi kita alami. Namun hal ini tidak boleh membuat kita lupa akan kenyataan dan panggilan kita untuk bekerja dan melayani sesama menjadi berkat.
SH: Mat 17:1-13 - Melihat kemuliaan Yesus (Sabtu, 16 Februari 2013) Melihat kemuliaan Yesus
Mengapa kisah pemuliaan Yesus ini ditempatkan segera sesudah pengumuman penderitaan Yesus yang pertama? Para murid sudah meny...
Melihat kemuliaan Yesus
Mengapa kisah pemuliaan Yesus ini ditempatkan segera sesudah pengumuman penderitaan Yesus yang pertama? Para murid sudah menyatakan iman mereka bahwa Yesus adalah Mesias. Namun, mereka dibingungkan oleh pernyataan Yesus sendiri bahwa Mesias harus menderita bahkan mati sebelum dibangkitkan. Apalagi, sebagai murid Yesus harus bersedia mengikut Dia, turut dalam penderitaan memikul salib.
Peristiwa ini penting bagi para murid untuk meyakini bahwa memang Yesuslah Mesias yang dinubuatkan oleh PL. Pertama, kehadiran Musa dan Elia yang bercakap-cakap dengan Yesus menyatakan bahwa Yesus benar-benar Mesias yang dinubuatkan oleh PL. Musa mewakili Taurat dan Elia mewakili nabi-nabi. Ini pertama kalinya Yesus menampakkan kemuliaan-Nya dengan cara seperti ini. Kata yang diterjemahkan "berubah rupa" (2) berasal dari kata metamorfosis, perubahan luar yang berasal dari dalam. Berarti pada dasarnya Yesus adalah Allah. Sejak inkarnasi, Yesus merendahkan diri-Nya taat pada kehendak dan rencana Bapa untuk menyelamatkan manusia lewat kematian-Nya.
Kedua, pernyataan dari surga (5). Pernyataan Bapa yang berkenan pada karya Kristus adalah yang kedua kalinya. Pertama, saat Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (3:17). Kedua, Allah Bapa menegaskan ulang misi Yesus, melalui penderitaan-Nya untuk penyelamatan manusia. Ketiga, paling tidak bagi sebagian murid, perkataan Yesus di Mat. 16:28 tergenapi. Yohanes, Yakobus, dan Petruslah yang menyaksikan sekilas Anak Manusia dimuliakan sebagai Raja. Keempat, menjawab pertanyaan para murid mengenai Elia yang akan datang, Yesus justru mengaitkannya dengan kedatangan Yohanes Pembaptis sebagai pendahulu Mesias.
Yesus adalah Mesias yang menyelamatkan manusia berdosa. Karya-Nya ini sangat dihargai oleh Allah Bapa dan sempurna menyelamatkan manusia berdosa. Oleh karena itu, Dia pantas menerima kemuliaan sebagai Allah. Mari beri kemuliaan dan hormat hanya kepada Yesus!
SH: Mat 17:1-13 - Pemuliaan Yesus (Sabtu, 25 Februari 2017) Pemuliaan Yesus
Transfigurasi berasal dari kata kerja "metamorphoo" yang artinya perubahan rupa. Apakah perubahan itu mengacu kepada jasmani atau roh...
Pemuliaan Yesus
Transfigurasi berasal dari kata kerja "metamorphoo" yang artinya perubahan rupa. Apakah perubahan itu mengacu kepada jasmani atau rohani? Banyak perbedaan pendapat dari para ahli tafsir mengenai arti kata tersebut. Setidaknya ada satu hal yang pasti, yaitu pemuliaan Yesus di gunung menjadi bayang-bayang pemuliaan orang-orang percaya dalam Kristus.
Seperti biasanya, Yesus naik ke gunung untuk berdoa. Kali ini tindakan Yesus tidak lazim karena Ia hanya mengajak ketiga murid untuk berdoa (1; bdk. Luk. 9:28). Di atas gunung, Yesus berdoa sedangkan ketiga murid itu tertidur pulas. Dalam proses berdoa, Yesus mengalami transfigurasi (2; bdk. Luk. 9:29, 32). Pemuliaan yang Yesus alami bukan perubahan bentuk wajah atau tubuh. Kemuliaan yang muncul berasal dalam diri Yesus yang terpancar keluar melingkupi seluruh tubuh-Nya.
Saat transfigurasi berlangsung, Musa dan Elia muncul di hadapan Yesus (3-4). Kehadiran kedua figur penting dalam sejarah bangsa Israel yang menandakan Yesus adalah penggenapan seluruh hukum Taurat dan nubuatan para nabi (10-12). Saat itu, Musa dan Elia sedang berbicara dengan Yesus mengenai misi pembebasan Allah bagi manusia berdosa (bdk. Luk. 9:31). Di tengah pembicaraan mereka, ini kali kedua Allah mengkonfirmasi identitas Yesus sebagai anak Allah dengan disaksikan oleh ketiga murid-Nya (5-8; bdk. Mat. 3:17). Penegasan Allah atas Yesus memiliki dua arti, yaitu: Pertama, meniadakan keraguan dan kegelisahan mereka tentang penderitaan dan kematian Yesus. Kedua, membuktikan kepada murid-murid-Nya bahwa kemesiasan dan keilahian Yesus benar adanya.
Pemuliaan Yesus di kayu Salib merupakan awal dari pemuliaan yang sesungguhnya saat Ia datang kedua kalinya. Dalam proses penantian tersebut, orang-orang percaya mengambil bagian dalam keserupaan dengan Kristus sebagai perubahan rupa yang merefleksikan akan kemuliaan-Nya (bdk. 2Kor. 3:18).
Mengucap syukurlah kepada Allah sebab kita akan dimuliakan bersama Kristus! [TG]
Baca Gali Alkitab 8
Apa makna transfigurasi Yesus (berubah rupa)? Maknanya: segala persembahan kurban, hukum Taurat, dan nubuatan Perjanjian Lama berbicara tentang Yesus yang adalah Mesias. Penampakan Musa nda Elia membuktikan bahwa orang yang dinanti-nantikan bangsa Israel adalah Yesus. Sebab, Dialah domba Allah yang sempurna untuk menebus dosa manusia.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang dilakukan oleh Yesus dengan ketiga murid-Nya (1)?
2. Di atas gunung apa yang terjadi (2)?
3. Siapakah yang hadir di gunung tersebut (3)?
4. Apa yang Petrus katakan setelah melihat peristiwa tersebut (4)?
5. Apa yang terjadi dengan para murid saat Allah berbicara kepada Yesus (5-8)?
6. Apa pesan Yesus kepada ketiga murid-Nya (9)?
7. Apa pertanyaan yang diajukan para murid kepada Yesus (10)?
8. Apa jawaban yang Yesus berikan (11-13)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa yang Anda pahami mengenai transfigurasi Yesus?
2. Apa tujuan penampakan Musa dan Elia di hadapan Yesus?
Apa respons Anda?
1. Sudahkah Anda memahami tujuan Yesus datang ke dunia? Setelah Anda memahaminya, apa komitmen yang akan Anda lakukan kepada Kristus?
Pokok Doa:
Agar para pemimpin bangsa dan gereja peka terhadap kehendak Tuhan dan menjadi teladan yang baik.
SH: Mat 17:1-13 - Dengarkanlah Dia (Senin, 6 September 2021) Dengarkanlah Dia
Ada banyak pandangan dari para murid tentang siapakah Yesus. Dia disamakan dengan tokoh-tokoh besar bangsa Israel.
Musa adalah pemi...
Dengarkanlah Dia
Ada banyak pandangan dari para murid tentang siapakah Yesus. Dia disamakan dengan tokoh-tokoh besar bangsa Israel.
Musa adalah pemimpin terbesar yang membebaskan bangsa Israel dari Mesir. Tokoh lain yang sangat besar adalah Elia. Nabi Elia merupakan nabi yang melakukan banyak mukjizat. Mereka percaya bahwa Elia akan datang lebih dahulu sebelum kedatangan Mesias. Peristiwa transfigurasi di atas bukit memiliki makna yang sarat karena menunjukkan banyak peristiwa simbolis.
Peristiwa itu terjadi di bukit (1) yang menunjuk pada peristiwa Musa bertemu Allah di gunung Sinai. Di sana Yesus dimuliakan dan Allah menyatakan kalimat yang sama dengan saat Yesus dibaptis: "Inilah Anak yang kukasihi, kepadanya Aku berkenan, dengarkanlah Dia." Pernyataan Allah tentang Yesus menunjukkan bahwa Yesus lebih besar daripada Musa. Bahkan Musa dan Elia pun memuliakan Dia. Ketiga murid yang menyaksikan peristiwa itu tersungkur ke tanah (6), hal itu menunjukkan bahwa mereka kini menyaksikan Yesus adalah Tuhan, sebagaimana bangsa Israel tersungkur ketika Allah menyatakan diri-Nya (bdk. Kel. 19:16).
Kemesiasan Yesus bukan karena pengakuan manusia, tetapi karena pengakuan Allah. Inilah yang menjadi iman kita sebagai pengikut Kristus. Allah Bapa meminta kita untuk mempertuhankan Yesus dalam seluruh aspek hidup kita dan mendengarkan perkataan-Nya. Kata "mendengarkan" di sini berarti mengimani serta menghidupi setiap firman yang disampaikan Tuhan Yesus.
Apakah kita mau mendengarkan ketika Yesus meminta kita melakukan hal-hal yang berkenan kepada-Nya meskipun kita akan kehilangan waktu-waktu yang menyenangkan. Misalnya, turut ambil bagian dalam pelayanan dan kegiatan gerejawi, yang mana tidak hanya menyita waktu, tetapi juga tenaga, bahkan keuangan kita. Melakukan firman Tuhan secara utuh bukan perkara mudah, tetapi karena Allah sudah mengatakannya, maka harus kita lakukan. Kita percaya bahwa Allah jugalah yang akan memampukan kita. [RGD]
TFTWMS -> Mat 17:1-8
TFTWMS: Mat 17:1-8 - Pemuliaan Yesus Di Atas Gunung PEMULIAAN YESUS DI ATAS GUNUNG (Matius 17:1-8)
1 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mer...
PEMULIAAN YESUS DI ATAS GUNUNG (Matius 17:1-8)
1 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. 2 Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. 3 Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. 4 Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." 5 Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." 6 Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. 7 Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah, jangan takut!" 8 Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri.
Puncak gunung sudah menyediakan latar belakang bagi banyak wahyu dan penyelamatan dari Allah. Dalam Perjanjian Lama, Nuh dan bahtera itu mendarat di gunung Ararat setelah air bah (Kej. 8:4). Musa menerima Taurat di Gunung Sinai (Kel. 24:1, 16; 34:1-5) dan melihat Tanah Perjanjian dari Gunung Nebo (Ula. 34:1-4). Elia secara dramatis menghadapi nabi-nabi Baal di Gunung Karmel (1 Raja 18:19-40).
Dalam Perjanjian Baru, sebagian besar pengalaman di beberapa gunung melibatkan Yesus sendiri. Khotbah-Nya yang terhebat yang tercatat disampaikan di sebuah gunung atau bukit dekat Kapernaum (Mat. 5-7). Pada sebuah puncak gunung yang tidak disebut namanya di Galilea, Yesus menyampaikan Amanat Agung kepada rasul-rasul-Nya (28:7, 10, 16-20). Dari Bukit Zaitun, Ia naik kepada Bapa di sorga (Kisah 1:4-12). Dalam teks kita saat ini, Matius 17:1-8, salah satu peristiwa yang paling penting dalam kehidupan Yesus terjadi pada "sebuah gunung yang tinggi."
Perubahan wujud, yang diperlihatkan kepada tiga rasul-Nya yang terdekat (Petrus, Yakobus, dan Yohanes), datang pada waktu yang sangat penting. Menyusul janji tentang kedatangan kerajaan itu (16:28), perubahan wujud itu memberikan para saksi mata ini kesempatan untuk mencicipi kemuliaan Raja. Selanjutnya, pernyataan dari Bapa mengenai ke-Anak-an Yesus meneguhkan kebenaran pengakuan Petrus (16:16). Selanjutnya, di hadapan kematian yang sudah di depan mata (16:21) dan penderitaan mereka sendiri yang sangat mungkin terjadi (16:24-26), melihat kemuliaan Yesus tentunya memberi mereka tambahan kepastian. Sifat sejati dan kemuliaan ilahi dari Pribadi yang harus menderita penyaliban sebagai Mesias pilihan Allah disajikan melalui Perubahan wujud.1
Ayat 1. Baik Matius maupun Markus mencatat waktu kejadian itu enam hari kemudian ketika Yesus naik ke gunung itu di mana Ia berubah wujud (Mrk. 9:2). Namun begitu, Lukas menempatkan hal itu terjadi "kira-kira delapan hari" sesudah pelbagai pristiwa sebelumnya (Luk. 9:28). Tidak ada kontradiksi yang terbukti dalam pelbagai catatan itu. Pertama, Lukas menggunakan kata "kira-kira" (wJsei÷, hōsei)atau "sekitar" (NIV), yang menunjukkan bahwa ia tidak berusaha untuk tepat. Kedua, Lukas mungkin menggunakan metode Yahudi untuk menghitung hari; dengan sistem itu bagian dari suatu hari dihitung sebagai keeluruhan hari. Para penulis Sinoptik lainnya tidak menghitung hari perwahyuan Tuhan kepada para rasul itu tentang kematian-Nya yang mendekat atau hari perubahan wujud yang sebenarnya, tetapi hanya enam hari di antara dua peristiwa itu.
Petrus, Yakobus, dan Yohanes berada di antara sahabat Tuhan yang paling dekat dan ditandai sebagai "lingkaran dalam"-Nya. Sebelumnya, hanya tiga rasul ini yang hadir ketika Ia membangkitkan anak perempuan Yairus dari kematian (Luk. 8:41, 42, 51-56). Belakangan, mereka akan berada di dekat Dia pada malam penderitaan berat-Nya di Taman Getsemani (26:36-45). Oleh karena kedekatan khusus-Nya dengan mereka, Ia memilih mereka untuk menyaksikan pemuliaan-Nya pada kesempatan ini.
Mengapakah ketiga rasul ini merupakan satu-satunya pihak yang diizinkan untuk menyaksikan adegan agung ini? Apakah karena mereka itu adalah satu-satunya pihak yang mampu memahami dan bersimpati terhadap keadaan sulit Tuhan? Pelbagai pernyataan yang belakangan mengungkapkan hal ini tidak begitu (Luk. 9:33). Apakah karena mereka itu merupakan yang pertama dari para murid-Nya? Terhadap ini, kita harus bertanya: Bagaimanakah dengan Andreas, Filipus, dan Natanael (Yoh. 1:35-51)?
Sebuah saran yang lebih masuk akal daripada salah satu dari semua ini adalah bahwa, dengan menjaga kecil jumlah pengamat, Yesus bisa lebih mudah mencegah penceritaan kejadian ini sampai tiba waktunya yang tepat untuk melakukan hal itu (lihat 17:9). Petrus belakangan menulis tentang peristiwa tersebut, menyatakan bahwa mereka "adalah saksi mata dari kebesaran-Nya" (2 Pet. 1:16). Bisa jadi yang ada di dalam pikiran Yohanes adalah perubahan wujud itu ketika ia mengatakan bahwa "kita telah melihat kemuliaan-Nya" dalam Yohanes 1:14. Fakta bahwa Yesus membawa tiga rasul bersama Dia juga sesuai dengan persyaratan Alkitab tentang meneguhkan suatu masalah oleh kesaksian "dua atau tiga orang saksi" (Ula. 17:6; 19:15; Mat. 18:16; 2 Kor. 13:1; 1. Tim 5:19; Ibr. 10:28).
Menurut Matius, gunung yang ke tempat itu Yesus membawa tiga rasul itu adalah gunung yang tinggi. Namun begitu, tidak satu pun dari para penulis Injil itu menentukan lokasi tepatnya. Ketika Petrus belakangan mengacukan insiden ini, ia hanya menyebutnya "gunung yang kudus" (2 Pet. 1:18). Lokasi gunung itu mustahil diidentifikasi dengan pasti.
Tradisi mengatakan bahwa tempatnya adalah Gunung Tabor, sekitar sepuluh kilometer sebelah barat daya Nazaret. Gunung ini akan berjarak sekitar tiga hari perjalanan dari lokasi geografi terakhir Tuhan yang diketahui, Kaisarea Filipi (16:13). Namun begitu, Gunung Tabor hanya sekitar 600 meter tingginya, yang hampir tidak cocok dengan definisi "sebuah gunung yang tinggi." Juga, sebuah pos Romawi tampaknya terletak di puncak Gunung Tabor itu pada zaman Kristus,2yang mengurangi kemungkinan bahwa Ia akan sudah pergi ke sana.
Banyak yang percaya bahwa Gunung Hermon, yang hanya berjarak sekitar 23 kilometer sebelah timur laut Kaisarea Filipi dan memiliki puncak yang tertutup salju yang menjulang lebih dari 2.700 meter, adalah tempat yang memungkinkan bagi peristiwa ini terjadi. Namun begitu, beberapa orang bertanya apakah di tempat yang terletak sangat jauh di utara itu akan terdapat para ahli kitab Yahudi (Mrk. 9:14) di antara penduduk yang sebagian besarnya non-Yahudi.
Masih saran lain untuk situs itu adalah Gunung Meiron, yang terletak sekitar 13 kilometer di sebelah barat laut Danau Galilea. Puncaknya menjulang hampir 1.200 meter, puncak tertinggi dalam batasan Palestina. Yesus dan murid-murid-Nya sudah bisa dengan mudahnya melakukan perjalanan ke Gunung Meiron dalam perja-lanan dari Kaisarea Filipi (16:13) ke Kapernaum (17:24).
Ayat 2. Yesus naik ke gunung itu untuk berdoa (Luk. 9:28). Selagi berdoa, Ia berubah rupa di hadapan murid-murid-Nya. Kata Yunani "berubah rupa"3(metamorfo/w, metamorphoō) berada di balik kata Indonesia "metamorfosis." Kata ini diterjemahkan "berubah" dalam Roma 12:2 dan 2 Korintus 3:18. Metamorphoō menunjukkan perubahan di luar yang berasal dari dalam. Kemuliaan Yesus bukanlah pantulan, seperti dalam kasus Musa (Kel. 34:29-35), kemuliaan itu memancar dari dalam diri-Nya (lihat Kol. 1:15; Ibr. 1:3). Michael J. Wilkins menggambarkannya sebagai perubahan lahiriah yang "merupakan pengingat tentang penjelmaan kemuliaan Yesus (Yoh. 1:14; 17:5; Flp. 2:6-7) dan pra-pertunjukan bagi pemuliaan-Nya yang akan datang (2 Pet. 1:16-18; Why. 1:16)," sebuah perubahan wujud yang mengungkapkan "sifat ilahi dan kemuliaan[-Nya] sebagai Allah."4
Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Menurut Lukas, "Rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan" (Luk. 9:29). Gambaran Markus menambahkan bahwa "pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu" (Mrk. 9:3). Pelbagai pernyataan ini menggarisbawahi perubahan dramatis yang terjadi dalam penampilan Tuhan dan mengungkapkan asal sorgawi-Nya (lihat Dan. 7:9; Mat. 28:3; Kisah 1:10; Why. 1:16, 4:4; 7:13; 10:1).
Ayat 3. Seperti yang diungkapkan dalam Lukas, tiga rasul itu semuanya tertidur selama sebagian besar dari apa yang terjadi. Hal itu sungguh ironi yang menyedihkan bahwa para pengikut yang dipercaya itu tidak mampu untuk tetap terjaga selama dua momen paling penting dalam kehidupan Kristus: Perubahan wujud-Nya dan doa-Nya di Getsemani (Luk. 9:30-33; Mat. 26:36-45). Pada saat ini, ketika mereka tiba-tiba terbangun, mereka takjub melihat Musa dan Elia bercakap-cakap dengan Yesus. Teks itu tidak menunjukkan bagaimana murid-murid itu mengenali mereka; mungkin itu diketahui lewat percakapan mereka.
Penampakan Musa dan Elia kepada Yesus pada kesempatan ini adalah tepat. Musa adalah pemberi hukum yang agung bagi Israel (lihat Yos. 1:17), tetapi ia sendiri telah menulis bahwa Allah berkata, "Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya" (Ula. 18:18). Musa, atas perintah Allah, telah naik ke Gunung Nebo dan "matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN." Lalu Allah "[menguburkan] dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini"(Ula. 34:5, 6).
Elia adalah salah satu nabi terhebat Allah. Ia terkenal atas perlawanannya terhadap Baal selama pemerintahan Raja Ahab, yang memerintah atas suku-suku utara Israel (1 Raja 16:29-19:18). Elia adalah salah satu dari dua orang yang tidak mati.5Sebaliknya, ia diangkat ke sorga oleh pusaran angin dalam kereta berapi (2 Raja 2:11, 12).
Musa dan Elia mengalami perwahyuan Allah di Gunung Sinai (Kel. 24:12-18; 34:1-9; 1 Raja 19:8-12). Keduanya disinggung dalam kata-kata terakhir Perjanjian Lama: "Ingatlah kepada Taurat yang telah Kuperintahkan kepada Musa, hamba-Ku, … Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu …" (Mal. 4:4, 5). Rupanya, orang Yahudi sudah mengantisipasi bahwa Musa dan Elia akan datang lagi bersama-sama.6Kedua orang ini adalah wakil utama dari dua periode sejarah Perjanjian Lama. Penampilan mereka bersama Yesus mengisyaratkan bahwa akhir hukum Taurat dan kitab nabi-nabi sudah dekat (lihat 5:17, 18; Luk. 24:44; Rom. 10:4; Efe. 2:14-16).
Kedua orang mulia ini sedang berbicara dengan Yesus. Meski catatan Matius tidak menyebut isi pembicaraan mereka, Lukas 9:31 berkata bahwa mereka "berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem." Satu alasan mereka menampakkan diri kepada Yesus adalah memberi Dia dukungan dan dorongan ketika Ia menghadapi kematian di kayu salib. Kata yang diterjemahkan "kepergian" (e¶xodoß, exodos) diterjemahkan "keluar" dalam Ibrani 11:22 dan "kematian" dalam 2 Petrus 1:15 (KJV).
Ayat 4. Setelah tiga murid itu terbangun, Petrus berkata kepada Yesus, "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini." Seperti kebiasaannya, Petrus berbicara mewakili kelompok itu—kali ini untuk Yakobus dan Yohanes. Ia mengakui bahwa mereka punya hak istimewa untuk menemani Yesus dan menjadi saksi bagi peristiwa besar ini. Sembilan rasul lainnya berada di lembah bawah, karena tidak diundang.
Petrus melanjutkan, "Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Apakah yang Petrus maksudkan dengan "kemah"? Kata Yunani dalam ayat ini (skhnh÷, skēnē) juga diterjemahkan "pondok" (RSV), "penampungan" (NIV), dan "tempat suci" (NLT).
"Pondok." Selama hari raya Pengumpulan Hasil, atau Pondok Daun, orang-orang Yahudi memperingati tinggalnya mereka di padang gurun selama empat puluh tahun, ketika mereka masih tinggal di tenda-tenda (Ima. 23:33-44). Setiap keluarga yang berpartisipasi dalam perayaan itu membangun dan tinggal di sebuah pondok selama seminggu. Pesta Pondok Daun dirayakan selama bulan Tishri. Apakah Petrus sedang menawarkan untuk membangun tiga pondok dalam perayaan pesta itu? Jika ya, tindakan ini akan menunjukkan bahwa perubahan wujud itu terjadi pada bulan Yahudi Tishri (Oktober), enam bulan sebelum Paskah dan penyaliban Tuhan. Namun begitu, pengumpulan pajak yang dilakukan belakangan dalam pasal itu tidak sejalan dengan waktu ini dalam tahun itu (lihat komentar tentang 17:24).
"Penampungan." Karena Musa dan Elia hadir bersama Yesus (Luk. 9:33), usulan Petrus itu mungkin adalah membangun penampungan sementara dari cabang-cabang dan daun-daun pohon yang tersedia di gunung itu untuk tujuan menginap di sana. Jika ini adalah arti dari usulan itu, maka tawarannya itu bersifat memberi tumpangan. Ia mungkin ingin memperpanjang tinggal mereka di gunung itu dan mengambil manfaat dari pengajaran mereka.
"Tempat suci." Kemah Suci, disebut juga Kemah Pertemuan, adalah tempat di mana bangsa Israel menyembah Allah di padang gurun (Keluaran 25:1-27:21). Kemah itu dibangun untuk kehormatan dan kemuliaan Allah. Dengan cara yang sama, Petrus mungkin ingin membangun tiga tempat suci untuk menghormati Yesus, Musa, dan Elia. Karena ketiga orang itu berada dalam semacam keadaan dimuliakan (Luk. 9:32), Petrus memandang mereka sederajat dan mengatakan bahwa masing-masing harus dihormati dengan cara yang sama.
Apapun motivasi Petrus, permintaannya itu melenceng dari sasaran. Lukas menulis bahwa ia "tidak tahu apa yang dikatakannya itu" (Luk. 9:33). Markus menambahkan bahwa "tidak tahu apa yang harus dikatakannya," karena mereka "takut" (Mrk. 9:6). Saat itu Petrus sangat dikuasai oleh perasaan sehingga ia berbicara tanpa benar-benar dipikir dahulu. Perasaan yang murni adalah sah, tapi orang tidak boleh pernah membiarkan perasaannya mengesampingkan nalarnya.
Ayat 5. Ungkapan sedang ia berkata-kata menunjukkan bahwa Petrus diinterupsi. Ketika Allah berbicara, itu merupakan tontonan yang mengagumkan: turunlah awan yang terang menaungi kelompok itu. Meski istilah itu tidak digunakan dalam Alkitab, namun fenomena awan, yang biasanya disertai dengan cahaya yang berkilauan dan kadang-kadang dengan asap,7disebut "Shekinah" oleh para sarjana Yahudi yang belakangan. Fenomena awan selalu melambangkan kehadiran Allah. Dalam satu penger-tian, awan itu bisa dilihat sebagai nauangan yang lebih besar dan jauh lebih mulia daripada penampungan yang terbuat dari cabang-cabang dan daun-daun pohon yang diusulkan oleh Petrus.8Di era Kristen, Allah akan berbicara kepada manusia melalui Yesus, Juru bicara-Nya yang dipilih khusus.9
Suara Allah bergemuruh dari awan yang mengatakan, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." Petrus belakangan menulis bahwa, di gunung ini, Yesus "menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa." Rasul itu menggambarkan wahyu Allah dalam awan sebagai "Kemuliaan yang agung" (2 Pet. 1:17; NASB). Pernyataan Bapa itu mengungkapkan bahwa Musa, Elia, dan Yesus tidak sama. Kristus, sebagai Anak Allah, adalah Ilah. Namun begitu, pemberitahuan ini melampaui apa yang Allah sudah katakan pada saat pembaptisan Yesus (lihat komentar tentang 3:17). Ia menambahkan, "Dengarkanlah Dia!" Nasihat ini secara khusus sangat tepat bagi Petrus, yang sebelumnya mencoba menegur Yesus ketika Ia meramalkan penderitaan-Nya (16:21-23). Yesus adalah Nabi yang berkuasa yang kata-kata-Nya harus didengarkan (Ula. 18:15, 19; Kisah 3:22, 23; 7:37). Hanya Ia juru bicara Allah untuk zaman ini (Ibr. 1:1, 2). Di akhir zaman, setiap orang akan "menghadap takhta pengadilan Kristus" untuk menerima keputusan-Nya yang kekal (2 Kor. 5:10).
Ayat 6. Hadirat Allah yang mengagumkan itu melahirkan reaksi alami Petrus, Yakobus, dan Yohanes: Mereka jatuh tersungkur dan sangat ketakutan (NASB). Tersungkur di hadapan seseorang, dengan menempelkan wajah ke tanah, melambangkan kerendahan hati dan rasa hormat. Ketika orang bertemu Allah atau wakil-Nya, mereka sering tersungkur di atas tanah (Kej. 17:3; Ima. 9:24; Yos. 5:14; Hak. 13:20; 1 Raja 18:39; Yeh. 1:28; 3:23; 43:3; 44:4). Sujud tiga murid itu disertai oleh rasa takut yang besar. Mereka mungkin telah mengantisipasi kematian sebagai akibat dari tindakan mereka melihat—meski tidak sengaja—kemuliaan Allah (lihat Hak. 6:22, 23; 13:20-22).
Ayat 7. Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah, jangan takut!" Ia menghibur para murid itu dengan pertama-tama menyentuh mereka (lihat 8:3, 15; 9:20, 25, 29; 14:36; 20:34) dan kemudian dengan kata-kata dorongan (lihat 9:2, 22; 14:27; 28:10). Wahyu 1:17 berfungsi sebagai padanan bagi ayat 6 dan 7. Ketika Yohanes mendapat penglihatan tentang Kristus, ia "tersungkur di depan kaki-Nya seperti orang mati." Sebagai tanggapan-Nya, Yesus meletakkan tangan kanan-Nya ke atas Yohanes dan menyuruh dia untuk jangan takut.
Ayat 8. Setelah Yesus meyakinkan mereka kembali, ketiga murid itu mengangkat wajah mereka dari tanah dan tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri. Teks Yunaninya, seperti yang NASB cerminkan, menghimpun kata-kata untuk menekankan fakta bahwa Yesus memang sendirian. Awan yang melambangkan kehadiran ilahi Allah telah lenyap. Musa dan Elia telah sirna. Tidak diragukan lagi murid-murid itu sangat lega ketika mereka menengadah dan melihat Yesus sendirian.
PERTANYAAN MURID-MURID TENTANG ELIA (17:9-13)
9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati." 10 Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" 11 Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu 12 dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." 13 Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.
Ayat 9. Kelihatannya, Yesus dan tiga rasul itu menginap di gunung itu, karena Lukas 9:37 mengatakan bahwa "keesokan harinya ketika mereka turun dari gunung itu." Pada waktu turun gunung itu, Ia berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati." Sesuai dengan kebiasaan baku-Nya, Tuhan memerintahkan mereka untuk diam tentang peristiwa mujizatiah dan identitas-Nya sebagai Kristus (lihat 8:4; 9:30; 12:16; 16:20). Menyebarkan pengetahuan tentang perubahan wujud tidak akan menguntungkan sebagian besar orang Yahudi, sebab mereka mengharapkan mesias militer yang akan memerintah atas sebuah kerajaan duniawi. Sudah pasti, mereka akan salah menafsirkan peristiwa itu. Namun begitu, setelah kebangkitan Kristus, kesaksian tentang perubahan wujud akan mendukung beberapa kebenaran: (1) keilahian Yesus, (2) kerelaan-Nya untuk mati di kayu salib, (3) fakta pemerintahan rohani-Nya di sorga, dan ( 4) kepastian tentang janji kedatangan-Nya kembali (2 Pet. 1:16-18).
Kata Yunani "penglihatan" (o¢rama, horama) tidak mengurangi realitas perubahan wujud itu. Meski kata itu paling sering mengacu kepada "penglihatan" dalam Perjanjian Baru (Kisah 9:10; 10:3; 11:5; 12:9; 16:9; 18:9), kata itu bisa sekedar menunjukkan "apa yang dilihat." Istilah itu digunakan untuk semak yang menyala dalam Kisah 7:31, yang mengatakan bahwa Musa "heran tentang penglihatan itu" (lihat Kel. 3:3). Alkitab NIV, untuk ayat 9, mengatakan, "Jangan beritahu siapa saja apa yang engkau telah lihat."
Sekali lagi, Yesus mengacukan kematian dan kebangkitan-Nya yang akan datang (lihat 16:21). Namun begitu, perkataan-Nya itu lebih jelas menunjuk kepada kebangkitan-Nya. Ia sedang memalingkan murid-murid-Nya itu kepada kemenangan-Nya atas kubur daripada penderitaan-Nya dan kematian.
Ayat 10. Murid-murid itu, yang masih tidak yakin tentang arti penampakan Musa dan Elia, bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" Pertanyaan mereka itu terkait dengan nubuatan Maleakhi 4:5: "Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu." Berdasarkan ayat ini, para ahli Taurat mengajarkan bahwa Elia akan secara harfiah datang kembali.10Jika yang dimaksudkan "datang dahulu" oleh murid-murid itu adalah hari penghakiman, maka mereka mungkin bertanya-tanya apakah perubahan wujud itu merupakan penggenapan nubuatan itu. Kemungkinan lainnya adalah bahwa mereka telah diajarkan bahwa Elia akan datang "lebih dahulu" sebelum Mesias.11Dalam hal ini, mereka bingung tentang mengapa kedatangan Yesus mendahului kedatangan Elia di gunung itu.
Ayat 11. Yesus menjawab dengan mengatakan, "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu." Komentar-Nya itu menunjukkan bahwa pada prinsipnya Ia sejalan dengan para ahli Taurat itu. Itu juga adalah penegasan bagi nabi Maleakhi, yang menubuatkan Elia akan datang dan "akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya" (Mal. 4:6). Pemulihan "segala sesuatu" tidak bisa mengacu kepada datangnya era Kristen, sebab penafsiran itu akan menggambarkan Elia melakukan apa yang hanya bisa dilakukan oleh Mesias. Sebaliknya, "pemulihan segala sesuatu" mengacu kepada pekerjaan persiapannya bagi Mesias, yang akan menghasilkan pertobatan dan pembaharuan rohani.12
Ayat 12. Yesus kemudian menjelaskan masalah ini: "Dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka." Tuhan tidak sejalan dengan para ahli Taurat dalam penerapan khusus atas prinsip umum itu. Mereka mengharapkan nabi Perjanjian Lama itu muncul kembali (lihat Yoh. 1:19, 21), sedangkan Allah telah mengutus Yohanes Pembaptis "berjalan mendahului Tuhan [Kristus] dalam roh dan kuasa Elia" (Luk. 1:17). "Elia" (Yohanes Pembaptis) sudah datang, tapi para pemimpin Yahudi telah menolak seruannya untuk pertobatan mereka (3:7-10; 11:16-18; 21:25). Meskipun Yohanes adalah orang benar, Herodes telah menangkap dia dan akhirnya menghukum mati dia (14:3-12). Yesus berkata bahwa Ia akan mengalami nasib yang sama.
Ayat 13. Setelah Yesus menjelaskan, mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Ketika Ia selesai membahas karakter Yohanes pada kesempatan sebelumnya, Tuhan berkata, "Jika kamu mau menerimanya—ialah Elia yang akan datang itu" (11:14). Petrus, Yakobus, dan Yohanes sepertinya ingat kata-kata ini seraya mereka menuruni gunung itu.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Kemuliaan SANG RAJA 17:1-13
Perubahan Wujud
Pasal 17 menyimpulkan kumpulan pelbagai episode (pasal 14-17) yang kita sudah beri label "R...
Matius: Kemuliaan SANG RAJA 17:1-13
Perubahan Wujud
Pasal 17 menyimpulkan kumpulan pelbagai episode (pasal 14-17) yang kita sudah beri label "Reaksi Selanjutnya Terhadap Pelayanan Yesus." Matius, oleh Roh, terus mengetengahkan di hadapan kita bagaimana orang-orang di sekitar Yesus memandang Dia dan merespon siapa Ia sebenarnya dan apa yang Ia sedang lakukan. Selanjutnya, Matius kembali menyoroti pelayanan pengajaran Yesus dengan menghadirkan bagian pengajaran keempat yang diperluas (pasal 18).
Pasal ini dibuka dengan kisah perubahan wujud (17:1-13) di dalam mana kemuliaan Kristus diungkapkan. Merespon apa yang terjadi dengan semangat yang ngawur, Petrus berusaha menghormati Yesus bersama Musa dan Elia. Allah memayungi adegan itu dengan menyatakan dari sorga keunggulan Anak-Nya. Perintah Allah untuk tiga rasul itu, yang mengharuskan mereka mendengarkan Yesus saja, tetap menjadi perintah paling utama bagi era Kristen.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PELAYANAN KITA KEPADA ALLAH (Matius 17)
1. Pelayanan kita kepada Allah kadang-kadang melibatkan bidang sorgawi (17:1-13). Pemuliaan Yesus d...
PELAYANAN KITA KEPADA ALLAH (Matius 17)
- 1. Pelayanan kita kepada Allah kadang-kadang melibatkan bidang sorgawi (17:1-13). Pemuliaan Yesus di atas gunung adalah peristiwa sorgawi. Meski kita tidak akan mengalami adegan seperti itu, namun perenungan atas Firman Allah seharusnya menimbulkan pemikiran bidang sorgawi kepada kita. Pikiran kita harus diisi dengan pikiran tentang kehidupan kekal di sorga (2 Kor. 4:16; 5:1-7; 2 Pet. 3:13).
- 2. Pelayanan kita kepada Allah melibatkan bidang lahiriah, duniawi (17:14-23). Ketiga rasul itu tidak bisa tetap berada di gunung itu. Mereka harus meninggalkan sukacita besar di gunung itu dan kembali ke bumi yang membosankan. Kita juga harus mengurus kebutuhan sehari-hari kita di dunia. Sebuah tanda pada beberapa pintu auditorium gereja berbunyi, "Masuk untuk beribadah. Pulang untuk melayani."
- 3. Pelayanan Kita kepada Allah meliputi bidang hukum, politik (17:24-27). Ajaran Yesus yang mencakup pembayaran pajak adalah konsisten dengan ajaran-Nya yang lain dan teladan-Nya (22:21). Paulus mengajarkan prinsip kepatuhan yang sama kepada kuasa pemerintahan (Roma 13:1-7). Orang Kristen wajib menjadi warga negara yang baik, terlepas dari sistem politik di bawah mana ia hidup. Paulus menghargai kewarganegaraannya dan menggunakannya untuk memperoleh hak-hak sah miliknya (Kisah 25:11).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Perubahan wujud Yesus (Matius 17:1-8)
Perubahan wujud Yesus mengajarkan setidaknya lima fakta topik yang beragam.
1. Perjanjian lama akan segera ...
Perubahan wujud Yesus (Matius 17:1-8)
Perubahan wujud Yesus mengajarkan setidaknya lima fakta topik yang beragam.
- 1. Perjanjian lama akan segera dibubarkan dan diganti dengan hukum baru. Hukum Taurat "telah menjadi tua dan usang" dan "telah dekat kepada kemusnahannya" (Ibr. 8:13). Hukum itu segera diganti dengan perjanjian baru, yang akan mencakup semua orang di mana saja (Ibr. 8:7-12).
- 2. Kita tidak lenyap ketika mati. Hal ini ditunjukkan oleh kehadiran Musa dan Elia di gunung itu. Kematian adalah transisi dari keadaan jasmani kepada keadaan rohani (Pkh. 12:5).Kematian jasmani adalah pemisahan jiwa dari tubuh (Pkh. 12:7; Yak. 2:26). Kematian rohani adalah pemisahan jiwa dari Allah (2 Tes. 1:9).
- 3. Kita tidak kehilangan identitas kita setelah kematian. Bagaimana Petrus, Yakobus, dan Yohanes bisa mengidentifikasi Musa dan Elia adalah tidak diketahui; tetapi dari pertemuan ini kita belajar bahwa Musa tetaplah Musa dan Elia tetaplah Elia. Pengemis Lazarus tetaplah Lazarus di pangkuan Abraham, dan orang kaya itu tetaplah orang yang sama dalam siksaan (Luk. 16:19-31). Di sorga nanti Paulus berharap mengenal orang-orang yang ia kenal di bumi (2 Kor. 4:14; 1 Tes. 2:19, 20). Ia menggunakan konsep pengenalan di masa depan untuk mendorong jemaat Tesalonika (1 Tes. 4:13-18).
- 4. Kristus adalah obyek ibadah kita. Sehebat apa pun Musa dan Elia, mereka tidak sama dengan Kristus. Mereka adalah manusia, sementara Yesus adalah ilahi. Mereka harus jangan disembah, kecuali Yesus
- 5. Kristus adalah juru bicara Allah sekarang ini. Dahulu Musa adalah juru bicara Allah bagi Israel sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian (Kel. 3, 4); dan Elia, yang dianggap sebagai yang terbesar dari antara para nabi penceramah, adalah juru bicara Allah bagi Yehuda dan Israel. Deklarasi Allah di Gunung Perubahan Wujud membuktikan bahwa juru bicara Allah bagi zaman di mana kita hidup adalah hanya Yesus (17:5; Ibr. 1:1, 2.). Tidak ada nabi zaman akhir yang memiliki kuasa untuk berbicara bagi Allah, dan tidak ada wahyu zaman akhir yang sedang diberikan kepada manusia pada saat ini (Yudas 3).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publis...
Catatan Akhir:
- 1 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 262.
- 2 Lihat Josephus Wars 2.20.6; 4.1.8.
- 3 Pemilihan istilah bahasa Inggris "transfigured" dipengaruhi oleh Vulgata Latin (transfiguratus est). (Jack P. Lewis, A Commentary on the Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary [Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976], 44.)
- 4 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 106.
- 5 Individu lain adalah Henokh (Kej. 5:24).
- 6 Deuteronomy Rabbah 3.17. Bukti bagi harapan orang Yahudi bahwa Musa akan kembali lagi adalah sangat kecil, sementara banyak acuan mengacu kepada kedatangan Elia (lihat komentar tentang 11:14; 17:10-12). Untuk dokumentasi yang ekstensif tentang kembalinya Elia, lihat Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 439-40, n. 122.
- 7 Lihat Kel. 13:21, 22; 16:10; 24:15-18; 40:34-38; Bil. 9:17; 11:25; Ula. 1:33; 5:22; 1 Raja 8:10-13.
- 8 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 344.
- 9 Lihat Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 493.
- 10 Sirach 48:10, 11; Mishnah Eduyoth 8.7; Sotah 9.15; Baba Mesia 3.4, 5; Talmud Erubin 43b. See John Lightfoot, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew-1 Corinthians, vol. 2, Matthew-Mark (Oxford University Press, 1859; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker, 1979), 244-46.
- 11 Lihat Justin Martyr Dialogue with Trypho 8; 49.
- 12 Hagner, 499.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi