
Teks -- Galatia 2:20 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem: Gal 2:15-21 - -- Bagian ini lebih-lebih ditujukan kepada orang-orang Kristen yang ke-Yahudi-an, terutama di daerah Galatia, dan bukanlah kepada Petrus.
Bagian ini lebih-lebih ditujukan kepada orang-orang Kristen yang ke-Yahudi-an, terutama di daerah Galatia, dan bukanlah kepada Petrus.

Jerusalem: Gal 2:20 - Kristus yang hidup di dalam aku Oleh karena iman, Rom 1:16, Kristus sendiri entah bagaimanapun juga menjadi pelaku segala perbuatan hidup Kristen, Rom 8:2,10-11+; Fili 1:21; bdk Kol ...
Oleh karena iman, Rom 1:16, Kristus sendiri entah bagaimanapun juga menjadi pelaku segala perbuatan hidup Kristen, Rom 8:2,10-11+; Fili 1:21; bdk Kol 3:3+

Jerusalem: Gal 2:20 - di dalam daging Meskipun masih "di dalam daging", Rom 7:5+, namun hidup seorang Kristen sudah "dirohanikan" berkat iman, bdk Efe 3:17. Mengenai keadaan yang tegang it...
Meskipun masih "di dalam daging", Rom 7:5+, namun hidup seorang Kristen sudah "dirohanikan" berkat iman, bdk Efe 3:17. Mengenai keadaan yang tegang itu, bdk Rom 8:18-27

Var: oleh iman dalam Allah dan dalam Kristus.
Ende -> Gal 2:20
Ende: Gal 2:20 - Bukan aku sendiri jang hidup dll Artinja dalam segala pikiran dan tindakan
aku semata-mata dan melulu didjiwai tjita-tjita Kristus, dan hidup bagi
Kristus.
Artinja dalam segala pikiran dan tindakan aku semata-mata dan melulu didjiwai tjita-tjita Kristus, dan hidup bagi Kristus.
Ref. Silang FULL -> Gal 2:20
Ref. Silang FULL: Gal 2:20 - dalam aku // Anak Allah // mengasihi aku // untuk aku · dalam aku: Rom 8:10; Rom 8:10; 1Pet 4:2
· Anak Allah: Mat 4:3; Mat 4:3
· mengasihi aku: Rom 8:37; Rom 8:37
· untuk aku: ...

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Wycliffe -> Gal 2:11-21; Gal 2:19-21
Wycliffe: Gal 2:11-21 - -- D. Otoritas Bebasnya Dibenarkan Dalam Perjumpaannya dengan Petrus di Antiokhia (2:11-21).
Di sini Paulus berjumpa dengan Petrus untuk ketiga kalinya....
D. Otoritas Bebasnya Dibenarkan Dalam Perjumpaannya dengan Petrus di Antiokhia (2:11-21).
Di sini Paulus berjumpa dengan Petrus untuk ketiga kalinya. Kali pertama dia hanya berjumpa saja dengan Petrus; pada kesempatan berikutnya dia menemukan kesatuan dan kesetaraan mereka; dan kali ini dia tergerak untuk mengambil sikap yang berbeda dan menegur Petrus. Hal ini memperkuat kenyataan bahwa maksud Paulus di dalam menulis surat ini adalah untuk menunjukkan kedudukannya sebagai rasul yang bebas.

Wycliffe: Gal 2:19-21 - untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus // Hidupku yang kuhidupi sekarang ini // menolak 19-21. Hukum Taurat telah berjasa bagi Paulus sekalipun tidak menuntun dia kepada pembenaran. Melalui hukum Taurat dia telah mati terhadap hukum Taura...
19-21. Hukum Taurat telah berjasa bagi Paulus sekalipun tidak menuntun dia kepada pembenaran. Melalui hukum Taurat dia telah mati terhadap hukum Taurat itu sendiri, sebab hukum Taurat telah menghasilkan kesadaran akan dosa yang akhirnya membawa dirinya kepada Kristus. Hukum Taurat juga telah membawa Kristus ke kayu salib agar Dia dapat menebus mereka yang telah melanggar hukum Taurat ini. Kristus merupakan wakil Paulus dalam kematian terhadap hukum Taurat tersebut. Hasilnya adalah sebuah hidup yang baru untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus. Bentuk waktu perfect menekankan baik peristiwa masa lalu maupun dampak-dampaknya yang berlanjut terus. Kematian ini menghasilkan hidup, tetapi bukan hidup lama dengan segenap kerapuhan manusia alamiah, tetapi suatu hidup yang sama sekali baru; bukan sekadar hidup ilahi yang dianugerahkan begitu saja, tetapi Kristus yang hidup itu sendiri yang berdiam di dalam diri orang yang sudah ditebus. Sekalipun demikian, di dalam hidup yang baru ini, kepribadian manusia tidak dibenamkan - Hidupku yang kuhidupi sekarang ini. Hidup yang baru dijalani berlandaskan prinsip iman kepada Kristus (bdg. 2:16) bukan berlandaskan prinsip ketaatan pada hukum. Iman ini didasarkan pada fakta tentang kasih Sang Juruselamat secara pribadi kepada orang-orang yang bagi mereka Ia mati (bdg. Ef. 5:2). Tidak mengandalkan Kristus secara ini berarti menolak (mengesampingkan) kasih karunia Allah. Jika kebenaran dapat diperoleh melalui hukum Taurat, maka kematian Kristus tentu tidak dapat dipahami; tindakan tersebut akan merupakan tindakan yang tidak ada gunanya.

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Gal 2:11-21
Matthew Henry: Gal 2:11-21 - Rasul Petrus Ditegur oleh Rasul Paulus Rasul Petrus Ditegur oleh Rasul Paulus (2:11-21)
I. Dari penjelasan yang diberikan oleh Rasul Paulus mengenai apa yang terjadi di antara dirin...
Rasul Petrus Ditegur oleh Rasul Paulus (2:11-21)
- I. Dari penjelasan yang diberikan oleh Rasul Paulus mengenai apa yang terjadi di antara dirinya dengan rasul-rasul lain di Yerusalem, orang-orang Galatia dapat dengan mudah melihat kepalsuan yang dituduhkan secara tidak langsung kepada dirinya maupun kebodohan dan kelemahan mereka sendiri dalam hal murtad dari Injil yang pernah ia beritakan kepada mereka. Namun untuk memberikan bobot lebih pada apa yang telah ia katakan, serta lebih menguatkan hati mereka terhadap berbagai hasutan tidak langsung dari guru-guru yang berpegang pada ajaran agama Yahudi itu, ia memberi tahu mereka mengenai suatu pembicaraan lain yang telah ia lakukan dengan Rasul Petrus di Antiokhia, serta apa yang terjadi di antara mereka berdua di sana (ay. 11-14). Jemaat di Antiokhia merupakan salah satu jemaat utama orang-orang Kristen yang berasal dari bangsa-bangsa lain, sama seperti Yerusalem yang menjadi pusat dari orang-orang Kristen yang telah meninggalkan agama Yahudi dan memeluk iman kepada Kristus. Tidak ada dasar alasan yang kuat untuk menganggap bahwa Petrus adalah pemimpin jemaat Antiokhia. Seandainya ia menjadi pemimpin jemaat di sana, pastilah Rasul Paulus tidak akan berhasil menentang dia di dalam jemaatnya sendiri, sebagaimana yang kita baca di sini. Sebaliknya, di sini dikatakan bahwa peristiwa itu terjadi ketika ia datang berkunjung ke tempat itu. Di dalam pertemuan mereka yang lain, telah terjalin kerukunan dan permufakatan yang baik. Petrus dan rasul-rasul lainnya telah mengakui tugas pengutusan Paulus dan pengajarannya. Mereka berpisah dengan baik, layaknya di antara sahabat-sahabat yang baik. Tetapi di sini, Rasul Paulus merasa wajib untuk menentang Rasul Petrus, sebab ia salah, dan ini merupakan suatu bukti yang jelas bahwa Rasul Paulus tidak lebih rendah dari padanya. Oleh karena itu, teguran itu menunjukkan lemahnya dalih keunggulan dan keadaan tidak pernah salah dari seorang Paus, sebagai pengganti Rasul Petrus. Di sini dapat kita amati,
- 1. Kesalahan Petrus. Ketika ia datang di antara jemaat-jemaat Kristen yang berasal dari bangsa-bangsa lain, ia mengikuti kebiasaan mereka. Ia makan bersama-sama mereka, meskipun mereka tidak bersunat, sesuai dengan perintah yang diberikan secara khusus kepadanya (Kis. 10), ketika ia diperingatkan melalui suatu penglihatan dari sorga, bahwa ia tidak boleh menyebut sesuatu najis atau tidak tahir. Namun, ketika di sana datang beberapa orang Kristen Yahudi dari Yerusalem, ia merasa enggan berada bersama-sama dengan orang-orang dari bangsa-bangsa lain itu, hanya demi menyenangkan orang-orang bersunat itu dan juga karena takut menyinggung perasaan mereka. Tidak diragukan bahwa perbuatannya itu menimbulkan kesedihan dan keputusasaan jemaat-jemaat Kristen yang berasal dari bangsa-bangsa lain. Kemudian ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka. Kesalahannya dalam hal ini berpengaruh buruk atas orang-orang lain, sebab orang-orang Yahudi yang lain pun turut berlaku munafik dengan dia. Walaupun mereka sebelumnya dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik, namun sekarang, dari contoh ini, mereka merasa keberatan makan bersama-sama orang-orang Kristen yang berasal diri bangsa-bangsa lain itu, dan berpura-pura tidak dapat melakukannya karena alasan hati nurani, sebab orang-orang itu tidak bersunat. Sampai-sampai (dapatkah pembaca menduganya?) Barnabas sendiri, salah seorang utusan untuk bangsa-bangsa lain, dan seorang yang telah menjadi alat untuk menanam dan mengairi jemaat-jemaat bangsa-bangsa lain, turut terseret oleh kemunafikan mereka. Perhatikanlah di sini,
- (1) Jika kelemahan dan ketidaktetapan hati orang-orang yang terbaik dibiarkan begitu saja, maka dengan mudah mereka menjadi goyah dalam menjalankan kewajiban mereka kepada Allah, karena mereka ingin menyenangkan hati orang dengan cara yang tidak semestinya.
- (2) Pengaruh kuat dari contoh-contoh yang buruk, khususnya contoh-contoh yang datang dari orang-orang besar dan mulia, yang penuh hikmat dan dihormati.
- 2. Teguran yang diberikan Rasul Paulus atas kesalahan Rasul Petrus. Walaupun Petrus merupakan seorang rasul yang terpandang, namun ketika Paulus memperhatikan bahwa kelakuannya dapat menimbulkan kerugian besar bagi kebenaran Injil dan kedamaian jemaat, dengan tidak takut-takut Rasul Paulus menegur kesalahannya. Rasul Paulus berpegang teguh pada asas-asasnya, ketika orang lain goyah dalam pendirian mereka. Ia adalah orang Yahudi yang terbaik di antara mereka (sebab ia adalah orang Ibrani asli), tetapi ia ingin memuliakan jabatannya sebagai rasul dari bangsa-bangsa lain. Itulah sebabnya ia tidak rela melihat mereka dibuat putus asa dan diinjak-injak. Waktu ia melihat, bahwa kelakuan mereka tidak sesuai dengan kebenaran Injil, yaitu bahwa mereka tidak menjalankan asas-asas yang diajarkan oleh Injil, yang telah mereka nyatakan untuk diakui dan dipeluk, yakni, bahwa tembok pemisah antara orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain telah dirobohkan oleh kematian Kristus, serta tata cara ibadah menurut hukum Musa sudah tidak berlaku lagi, maka ketika ia melihat bahwa pelanggaran Petrus dilakukan di depan umum, maka ia juga menegur Petrus di depan umum: ia berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua, jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi? Di dalam hal ini sebagian dari kelakuan Rasul Petrus bertentangan dengan bagian yang lain, sebab jika dia, yang adalah seorang Yahudi, kadang-kadang tidak melaksanakan hukum keupacaraan, dan hidup sesuai dengan kebiasaan bangsa-bangsa lain, maka hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya dia tidak memandang tata cara ibadah hukum Musa masih diperlukan, bahkan juga bagi orang-orang Yahudi sendiri. Itulah sebabnya sesuai dengan perbuatannya sendiri, ia tidak dapat memaksakan hukum Musa kepada orang-orang Kristen yang berasal dari bangsa-bangsa lain. Karena itu, Rasul Paulus menuduhnya, atau menggambarkan dia telah melakukan pemaksaan kepada bangsa-bangsa lain untuk hidup sebagaimana orang Yahudi hidup, memang tidak dengan menggunakan paksaan dan kekerasan secara terbuka, tetapi itulah kecenderungan dari apa yang ia lakukan. Sebab akibatnya terlihat jelas di sini, bahwa orang-orang Kristen yang berasal dari bangsa-bangsa lain harus mengikuti cara hidup orang-orang Yahudi, kalau tidak, mereka tidak akan mendapat tempat di dalam persekutuan Kristen.
- II. Setelah menegaskan perilaku dan jabatannya, serta memberikan gambaran secukupnya bahwa ia tidak lebih rendah dari pada salah seorang dari rasul-rasul itu, dan bahkan, tidak dari Petrus sendiri, Paulus kemudian berbicara mengenai ajaran dasar yang agung dari Injil, yaitu bahwa pembenaran hanya oleh iman di dalam Kristus, dan bukan oleh perbuatan dengan melakukan hukum Taurat (walaupun ada beberapa orang yang menganggap bahwa semua yang ia katakan sampai akhir pasal ini adalah apa yang ia katakan kepada Petrus di Antiokhia). Dengan ajaran tersebut ia mengecam Petrus karena menyamakan diri dengan orang-orang Yahudi. Sebab, jika asas kepercayaannya mengatakan bahwa Injil itulah yang menjadi alat pembenaran, dan bukan hukum Musa, maka perbuatannya yang menyetujui orang-orang yang menjalankan hukum Musa serta mencampurkannya dengan iman karya pembenaran kita, merupakan suatu perbuatan yang sangat keliru. Inilah pengajaran yang diberitakan oleh Rasul Paulus di antara orang-orang Galatia, pengajaran yang masih ia taati, dan inilah pekerjaan besar yang harus ia sebutkan dan teguhkan di dalam surat kerasulan ini. Nah, berkenaan dengan hal ini Rasul Paulus ingin memberitahukan kepada kita,
- 1. Mengenai kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen Yahudi sendiri, “Kami,” ia berkata, “menurut kelahiran adalah orang Yahudi dan bukan orang berdosa dari bangsa-bangsa lain (bahkan kami yang telah dilahirkan dan dibesarkan dalam agama orang Yahudi, dan tidak hidup di antara bangsa-bangsa lain yang tidak murni), tahu bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman di dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Dan, jika kami menganggap perlu untuk mencari pembenaran melalui iman dalam Kristus, maka mengapa kami merintangi diri kami sendiri lagi dengan hukum Musa itu? Untuk apa kami percaya kepada Kristus? Dan, jika demikian, bukankah suatu kebodohan untuk kembali kepada hukum Taurat dan berharap dapat dibenarkan oleh perbuatan-perbuatan baik atau pengaruh dari korban-korban dan segala pentahiran yang hanya bersifat upacara itu? Dan jika bagi kami sendiri yang menurut kelahiran adalah orang Yahudi menjadi bersalah bila kembali kepada hukum Taurat serta mengharapkan pembenaran melalui hukum itu, bukankah akan lebih besar kesalahannya lagi jika kami mengharuskan bangsa-bangsa lain melakukan hal yang sama, terlebih lagi mereka tidak pernah tunduk pada hukum itu, sebab tidak seorang pun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat?” Untuk memberikan bobot yang lebih besar atas pernyataan ini ia menambahkan (ay. 17), “Tetapi jika kami sendiri, sementara kami berusaha untuk dibenarkan dalam Kristus ternyata adalah orang-orang berdosa, apakah hal ini berarti, bahwa Kristus adalah pelayan dosa?” Jika, sementara kami mencari pembenaran hanya oleh Kristus saja dan mengajarkan kepada orang lain untuk berlaku seperti itu, dan pada saat yang sama kami juga harus menjalankan hukum Musa, dan kalau tidak maka kami akan dilihat setuju dengan dosa atau memperturutkan dosa atau dianggap sebagai pendosa dari bangsa-bangsa lain dan tidak layak diajak bersekutu, maka itu kan berarti Kristus adalah pelayan dosa? Tidakkah akan dianggap seperti itu, jika Ia mengajak kami untuk menerima pengajaran yang memberikan kebebasan untuk berbuat dosa, atau yang olehnya kami menjadi sangat jauh dari dibenarkan, sehingga kami tetap menjadi orang-orang berdosa yang tidak suci dan tidak layak untuk diterima dalam persekutuan?” Inilah, ia mengisyaratkan, yang akan menjadi akibatnya bila orang kembali kepada hukum Taurat, tetapi ia menolak itu dengan rasa jijik: “Sekali-kali tidak,” katanya, “kalau kami sampai berpikir seperti itu tentang Kristus atau pengajaran-Nya, bahwa Ia akan membawa kami ke dalam jalan pembenaran yang tidak sempurna dan tidak berguna, serta membiarkan orang-orang yang memeluknya tetap dalam keadaan tidak dibenarkan, atau menawarkan hati orang berdosa.” Hal ini akan sangat memalukan Kristus, dan akan sangat membahayakan mereka juga. “Karena,” katanya, “jikalau aku membangun kembali apa yang telah kurombak, yakni, jikalau aku (atau orang lain), yang telah mengajar bahwa ketaatan kepada hukum Musa sudah tidak diperlukan lagi untuk memperoleh pembenaran, dan kemudian, dengan perkataan atau perbuatan, mengajarkan atau mengisyaratkan bahwa hal itu masih diperlukan, maka dengan begitu aku menyatakan diriku sebagai pelanggar hukum Taurat. Dengan berlaku demikian, maka walaupun imanku ada di dalam Kristus, aku mengaku diri sendiri masih tetap seorang pendosa yang tidak suci dan tetap berada di bawah kesalahan dosa. Atau juga aku akan dituduh menipu dan tidak bertindak selaras dengan diriku sendiri.” Dengan demikian, Rasul Paulus menegaskan ajaran agung mengenai pembenaran oleh iman tanpa perlu menjalankan hukum Taurat dengan memakai asas-asas dan cara hidup orang-orang Kristen Yahudi sendiri. Ia juga menjelaskan akibat-akibat yang akan timbul jika mereka menyimpang dari ajaran itu, ketika ia melihat Petrus dan orang-orang Yahudi lainnya melakukan kesalahan besar dengan menolak bersekutu dengan orang-orang Kristen yang berasal dari bangsa-bangsa lain serta berusaha membawa mereka ke bawah perhambaan hukum Musa.
- 2. Rasul Paulus memberi tahu kita bagaimana sikap dan pengamalan imannya.
- (1) Bahwa ia telah mati terhadap hukum Taurat. Apa pun pendapat orang mengenai hukum itu, baginya ia telah mati terhadap hukum itu. Ia tahu bahwa hukum akhlak itu telah menyatakan suatu kutukan terhadap semua orang yang tidak mengikuti dan melakukan semua yang tertulis di dalamnya. Itulah sebabnya ia mati terhadap hukum itu, termasuk terhadap semua pengharapan dan keselamatan dengan melakukan cara itu. Mengenai hukum keupacaraan itu, ia juga tahu bahwa hukum itu telah menjadi masa lalu dan digantikan oleh kedatangan Kristus, dan karena itu, hakikat yang sebenarnya telah datang, dan ia tidak berurusan lagi dengan bayangan. Dengan demikian ia mati untuk hukum Taurat, oleh hukum Taurat itu sendiri. Pada akhirnya hukum itu berakhir dengan sendirinya. Dengan mempertimbangkan hukum itu sendiri, ia melihat bahwa pembenaran tidak diharapkan datang dari melakukan hukum itu (sebab tidak seorang pun dapat mematuhinya secara sempurna), dan bahwa sekarang sudah tidak perlu lagi melakukan pengorbanan dan pentahiran sesuai hukum itu, sebab semua itu telah dihapuskan di dalam Kristus, dan waktu penghapusan itu telah terjadi ketika Kristus mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban bagi kita. Itulah sebabnya, semakin cermat ia menelitinya, ia menjadi semakin yakin bahwa tidak ada alasan untuk memelihara hal yang dituntut oleh orang-orang Yahudi itu. Namun, walaupun ia telah mati untuk hukum Taurat itu, ia tidak memandang dirinya hidup dengan hukum itu. Ia telah meninggalkan semua pengharapan untuk dibenarkan dengan melakukan hukum itu, dan tidak mau lagi berada di bawah perhambaannya. Namun, jauh dari pemikirannya untuk meninggalkan kewajibannya kepada Allah. Sebaliknya, ia mati untuk hukum Taurat, supaya ia dapat hidup untuk Allah. Ajaran Injil yang ia pegang, bukannya memperlemah kewajiban tugas untuk ia kerjakan, melainkan malah lebih menguatkan dan meneguhkan tugas itu. Itulah sebabnya, walaupun ia telah mati untuk hukum Taurat, namun itu hanyalah supaya ia dapat menjalani hidup baru dan hidup yang lebih baik untuk Allah (seperti Rm. 7:4, 6). Hidup yang demikian akan lebih sesuai dan berkenan kepada Allah dibandingkan dengan kepatuhannya terhadap hukum Musa. Ini adalah hidup dengan iman di dalam Kristus, dan di bawah pengaruhnya, hidup dalam kekudusan dan kebenaran terhadap Allah. Sesuai dengan itu Rasul Paulus memberi tahu kita,
- (2) Bahwa, begitu mati untuk hukum Taurat, ia hidup untuk Allah melalui Yesus Kristus (ay. 20), Aku telah disalibkan dengan Kristus, dan seterusnya. Dan di sini, secara pribadi ia memberikan kepada kita suatu gambaran yang luar biasa mengenai rahasia kehidupan seorang percaya.
- [1] Dia telah disalibkan, namun ia hidup. Manusia lama itu telah turut disalibkan (Rm. 6:6), namun manusia baru itu hidup. Ia mati terhadap dunia ini, dan mati terhadap hukum Taurat, namun hidup untuk Allah dan Kristus. Dosa dimatikan dan kasih karunia dihidupkan.
- [2] Dia hidup, tetapi bukan lagi ia sendiri yang hidup. Pernyataan ini aneh, Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup. Ia hidup dalam menjalankan kasih karunia. Ia memiliki penghiburan dan kemenangan kasih karunia, namun kasih karunia itu tidak datang dari dirinya sendiri, tetapi dari pihak lain. Orang-orang percaya memandang diri mereka hidup dalam keadaan ketergantungan.
- [3] Dia telah disalibkan dengan Kristus, namun, Kristus hidup di dalam dirinya. Keadaan seperti ini berasal dari persekutuan rohani dengan Kristus, yang olehnya ia mengambil bagian dalam kematian Kristus, dan berdasarkan itu ia mati terhadap dosa. Namun, ia mengambil bagian dalam kehidupan Kristus, yang olehnya ia dapat hidup bagi Allah.
- [4] Dia hidup di dalam daging, namun, ia hidup oleh iman. Menurut tampilan lahiriah ia hidup seperti layaknya orang-orang lain, kehidupan sehari-harinya membutuhkan dukungan seperti orang-orang lain, namun ia memiliki asas-asas yang lebih tinggi dan lebih mulia yang mendukung dan menggerakkan hidupnya, yaitu iman di dalam Kristus, dan secara khusus ia menyaksikan keajaiban kasih-Nya dalam menyerahkan diri-Nya untuk dirinya. Selanjutnya pernyataannya adalah, walaupun ia hidup di dalam daging, ia tidak hidup menurut daging. Perhatikanlah, orang-orang yang memiliki iman yang sejati akan hidup oleh iman itu. Dan hal besar yang diteguhkan oleh iman itu adalah kasih Kristus kepada kita serta penyerahan diri-Nya sendiri untuk kita. Bukti terbesar bahwa Kristus mengasihi kita adalah penyerahan diri-Nya untuk kita. Inilah yang harus menjadi perhatian utama kita untuk menggabungkannya dengan iman itu, supaya kita dapat hidup bagi Dia. Akhirnya, Rasul Paulus mengakhiri pembicaraan ini dengan memberitahukan kepada kita bahwa dengan ajaran pembenaran oleh iman di dalam Kristus, tanpa perlu melakukan hukum Taurat (yang ia tegaskan dan ditentang oleh orang-orang lain), ia dapat menghindari dua kesulitan besar yang dihadapi oleh pendapat yang bertentangan dengan ajaran tersebut:
- 1. Bahwa ia tidak menolak kasih karunia Allah, seperti yang dilakukan oleh ajaran pembenaran melalui perbuatan hukum Taurat. Sebab ia menegaskan (Rm. 11:6), jika hal itu terjadi karena perbuatan, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.
- 2. Bahwa ia tidak menyia-nyiakan kematian Kristus. Sebaliknya, sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka kesimpulannya adalah sia-sialah kematian Kristus. Sebab jika kita mencari keselamatan dengan menjalankan hukum Taurat, maka kita membuat kematian Kristus menjadi tidak ada gunanya. Sebab untuk apa Ia ditentukan harus mati, jika kita dapat diselamatkan tanpa kematian-Nya?
SH -> Gal 2:11-21
SH: Gal 2:11-21 - Tolak standar ganda! (Selasa, 7 Juni 2005) Tolak standar ganda!
Joni adalah salah seorang simpatisan Kristen yang akhirnya
menolak untuk dibaptiskan karena melihat kelakuan dari seorang
...
Tolak standar ganda!
Joni adalah salah seorang simpatisan Kristen yang akhirnya
menolak untuk dibaptiskan karena melihat kelakuan dari seorang
pemimpin Kristen. "Munafik," ujar Joni ketika ditanyakan
alasannya. Lanjutnya, "Dia berkata Yesus mengasihi tanpa
membeda-bedakan suku, bangsa, ras, dan bahasa. Namun, ia
(menyebut nama pemimpin itu) menghina suku kami sebagai suku
yang rendah dan tidak pantas beribadah di gerejanya."
Sungguh menyedihkan, sikap yang dilihat Joni dan yang menjadi penyebab ia mundur dari memercayai Yesus, justru diperlihatkan oleh Petrus (ayat 12). Petrus masih menganggap tradisi Yahudi (=sunat) lebih penting daripada Injil. Sebaliknya Paulus menyatakan konsistensi imannya dengan berani menegor keras dan terbuka kepada Petrus yang tergolong seniornya (ayat 11,14). Pertama, hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan manusia berdosa. Hanya kasih karunia dalam Kristus yang membenarkan seseorang. Kasih karunia dalam Kristus inilah yang mengubah inti kehidupan orang yang percaya. Hidup Kristus ada di dalam hidupnya (ayat 16-20). Kedua, sikap Petrus sebagai salah seorang pemimpin gereja mempengaruhi orang-orang lain sehingga mereka juga terseret dalam kemunafikannya (ayat 13). Kalau hal ini dibiarkan dapat mengacaukan dan merusak persekutuan Injil yang sudah Paulus rintis dan bina selama ini di Antiokhia.
Gereja harus menyadari bahwa peran penting mereka dalam pemberitaan Injil bukan hanya dengan menjadi juru bicara Tuhan, tetapi juga dengan menyaksikan kasih Allah melalui kehidupan. Pertama, gereja harus menolak segala ajaran yang menegakkan peraturan atau tradisi tertentu lebih tinggi daripada ajaran kasih karunia. Kedua, gereja harus mendidik umat Tuhan untuk tidak bersikap membeda-bedakan suku, bahasa, status sosial, pendidikan, dll. Sikap antidiskriminasi ini harus dimulai dari para pemimpin gereja!
Camkan: Jangan rusak kesaksian Injil kasih Allah dengan tindakan diskriminatif umat Allah.
Utley -> Gal 2:11-21
Utley: Gal 2:11-21 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 2:11-2111 Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. 12 Karena sebelum bebe...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 2:11-21
11 Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. 12 Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara- saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. 13 Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. 14 Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?"15 Menurut kelahiran kami adalah orang Yahudi dan bukan orang berdosa dari bangsa-bangsa lain. 16 Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat. 17 Tetapi jika kami sendiri, sementara kami berusaha untuk dibenarkan dalam Kristus ternyata adalah orang-orang berdosa, apakah hal itu berarti, bahwa Kristus adalah pelayan dosa? Sekali-kali tidak. 18 Karena, jikalau aku membangun kembali apa yang telah kurombak, aku menyatakan diriku sebagai pelanggar hukum Taurat. 19 Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; 20 namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. 21 Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.
Gal 2:11 "Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia" Waktu kunjungan Petrus ke Antiokhia tidak diketahui. Beberapa sarjana menempatkan kunjungan tersebut segera setelah Konsili Yerusalem, beberapa menempatkannya sebelumnya. Rupanya penyebutan dari kunjungan ini keluar dari urutan kronologisnya. Ini bisa tepat setelah pertemuan Konsili dari Kis 15 yang menyoroti fakta bahwa semua masalah-masalah praktis tidak sepenuhnya terselesaikan. Namun demikian, sulitlah membayangkan Petrus bertindak seperti ini setelah menegaskan Paulus dan Injil-Nya di dalam Konsili (lih. Gal 2:9; Kis 15:6-11), hal ini kemudian menjadi argumen lain bagi mereka yang berpikir itu merujuk pada penglihatan Kis 11.
□ "aku berterang-terang menentangnya" Paulus menggunakan contoh ini untuk menegaskan kemandiriannya dari dan kesetaraannya dengan Para Rasul Yerusalem. Ini adalah sebuah ungkapan yang kuat (lih. Ef 6:13 dan Yak 4:7).
- NASB, "sebab ia berdiri mengutuk"
- NKJV "sebab ia harus disalahkan"
- NRSV "sebab ia berdiri mengutuk dirinya sendiri"
- TEV "sebab ia salah"
- NJB "berhubung ia jelas-jelas yang salah"
KATA KERJA PERIPHRASTIC PASSIVE PLUPERFECT ini berbicara tentang sesuatu yang sudah terjadi, yang telah menjadi sebuah posisi yang tetap dan telah dilakukan oleh pelaku dari luar. Konstruksi ini tidak berarti bahwa Petrus terus bersikap seperti ini. Juga perhatikan bahwa pemimpin kelompok Kerasulan ini melakukan kesalahan. Para Rasul terinspirasi untuk menulis Alkitab dapat dipercaya dan abadi, namun tidak pernah tersirat bahwa mereka tidak berbuat dosa atau tidak salah membuat pilihan di bidang lain!
Gal 2:12 "Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang," "Orang-orang tertentu" ini mungkin adalah anggota Gereja di Yerusalem, tetapi tidaklah pasti apakah mereka memiliki suatu otoritas resmi atau tidak. Jelas-jelas mereka bukanlah perwakilan yang dikirim dari Yakobus, karenaYakobus setuju sepenuhnya dengan posisi Paulus tentang oramg Kristen non-Yahudi (lih. Kis 15:13-21). Mungkin mereka adalah sebuah komite pencari fakta yang telah melampaui wewenang mereka. Mereka mungkin ada di sana untuk memeriksa implementasi dari ketetsapan Konsili (lih. Kis 15:20-21). Mereka menangkap Petrus, seorang Yahudi percaya, sedang berada semeja persekutuan dengan orang percaya bukan Yahudi dalam pelanggaran langsung dari hukum lisan (yaitu, Talmud). Petrus telah bergumul dengan masalah ini sejak awal (lih. Kis 11:1-18). Ini bukan masalah kecil bahkan selama kehidupan Yesus (lih. Mat 9:11; 11:19, Luk 19:1-10; 15:2; Kis 15:28-29).
□ "ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat" Tiga KATA KERJA IMPERFECT TENSE muncul dalam ay Gal 2:12. Yang pertama menyatakan bahwa Petrus makan secara teratur dengan orang percaya bukan Yahudi. Yang kedua dan ketiga menekankan bahwa ketika delegasi dari Gereja Yerusalem tiba Petrus mulai mengurangi kontak sosialnya dengan orang-orang percaya bukan Yahudi. Ini bukan atas isu tunggal sunat melainkan hubungan umum Hukum Musa dengan orang percaya bukan Yahudi yang baru.
Gal 2:13 "Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka." Sungut mematikan dari pengaruh merusak kaum Yudais disana mempengaruhi bahkan orang yang paling setia. Paulus jelas merasa kecewa dengan tindakan Barnabas. Barnabas telah berkhotbah kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi dan berdiri untuk Injil yang gratis di Kis 15. Masalahnya di sini bukanlah kebebasan orang percaya bukan Yahudi dari persyaratan dari Hukum Musa, melainkan implikasi dari kebebasan ini untuk orang percaya Yahudi. Apakah Petrus dan Barnabas juga bebas untuk menolak tradisi lisan yang menafsirkan Hukum Musa? Lihat Topik Khusus: Pandangan Paulus terhadap Hukum Musa di Gal 3:19.
- NASB NKJV "secara langsung"
- NRSV "tidak sesuai dengan kebenaran"
- TEV "tidak berjalan di jalan yang lurus"
Ini secara harfiah adalah "bahwa mereka tidak berjalan lurus." Ini memiliki dua metafora.
- 1. "berjalan" berarti gaya hidup
- 2. "lurus" adalah suatu permainan pada jalan dijalur kebenaran yang lapang (yaitu, batang pengukur yang lurus, lihat Topik Khusus: Kebenaran pada Gal 2:21)
□ "kebenaran injil" Lihat Topik Khusus: "Kebenaran" dalam Tulisan-tulisan Paulus di Gal 2:5.
□ "aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua" Biasanya masalah gereja perlu ditangani secara pribadi, tapi tindakan Petrus menusuk ke jantung Injil. Konflik tersebut telah mempengaruhi seluruh jemaat di Antiokhia dan harus ditangani secara terbuka dan tegas untuk menyelesaikan perpecahan gereja (lih. 1Tim 5:20).
□ "Jika engkau, seorang Yahudi" KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL ini (diasumsikan benar dari sudut pandang sipenulis atau untuk tujuan sastra) adalah awal dari diskusi Paulus dengan Petrus. Gal 2:15-21 mungkin merupakan sebuah ringkasan teologis dan belum tentu merupakan kata-kata setepatnya yang diucapkan Paulus kepada Petrus. Konfrontasi di muka publik antara Paulus dengan Petrus atas kemunafikan dan inkonsistensinya ini lebih lanjut membuktikan independensi Paulus.
□ "hidup… secara Yahudi," Paulus merubah KATA BENDA "Yahudi" ini menjadi sebuah INFINITIVE (PRESENT ACTIVE), hanya ditemukan di sini dalam PB.
Gal 2:15-21 Lihat catatan pada awal pasal ini (yaitu, Wawasan Kontekstual, C). Sepertinya bagi saya bahwa ucapan Paulus kepada Petrus mungkin berhenti pada ay Gal 2:14 karena ay Gal 2:15-21 berbicara pada khalayak yang lebih luas (perhatikan pembagian paragraph dari NRSV, TEV, NJB). Masalahnya adalah bahwa tidak ada penanda kenaskahan yang jelas untuk transisinya. Ada kemungkinan bahwa ay Gal 2:15-21 ditujukan kepada orang Kristen Galatia. Jika demikian, ayat-ayat ini membentuk suatu pernyataan ringkasan dari kebenaran Injil yang terkait dengan klaim kaum Yudais disana, bukan hanya tindakan yang tidak tepat dari Petrus dan Barnabas (dan orang Kristen Yahudi lainnya yang hadir).
Pertanyaan interpretifnya adalah, "Merujuk pada siapakah 'kita' dari ay. 15,16,17":
- 1. Paulus, Petrus, dan orang Yahudi percaya lainnya
- 2. Paulus dan orang percaya Galatia (penggeneralisasian prinsip teologis tentang pembenaran oleh iman, lih ay Gal 2:16; Rom 2:28-29)
Gal 2:15 "Menurut kelahiran kami adalah orang Yahudi" Jelaslah bahwa orang Yahudi memiliki beberapa keuntungan rohani (lih. Rom 3:1,2; 9:4,5). Tapi keunggulan mereka tidak berhubungan dengan keselamatan tetapi dengan wahyu dan persekutuan dengan Allah melalui Perjanjian Lama sebagai Umat Allah. Jadi, inti dari Injil Paulus kepada bangsa-bangsa lain adalah kesetaraan orang percaya Yahudi dan bukan Yahudi di hadapan Allah (lih. Gal 3:28; 1Kor 12:13; Ef 2:11-3:13; Kol 3:11).
□ "dan bukan orang berdosa dari bangsa-bangsa lain" Paulus tampaknya menggunakan ungkapan penghinaan yang lazim dalam Yudaisme kerabian dan mungkin digunakan oleh guru-guru palsu. Bangsa bukan Yahudi adalah orang berdosa berdasarkan keberadaan mereka yang di luar umat perjanjian PL (lih. Ef 2:11-12).
Gal 2:16 "tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus" Ayat ini mengandung tiga kali lipat penekanan tentang doktrin bahwa pembenaran oleh kasih karunia melalui iman saja adalah untuk setiap orang (lih. Ef 2:8-9), dimulai dengan "seseorang," kemudian ke "kita" dan diakhiri dengan "tidak satu dagingpun." Pengulangan tiga kali lipat ini sangatlah luar biasa besar dalam dampaknya. Kebenaran tentang pembenaran oleh iman bagi semua umat manusia (Yahudi dan bukan Yahudi) adalah inti dari penyajian teologis Paulus yang bersifat definitif dalam Rom 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8, yang diringkas dalam Rom 3:21-31.
"Dibenarkan" (serta juga "benar") melambangkan konsep PL tentang buluh pengukur (lihat Topik Khusus pada Gal 2:21). YHWH menggunakan metafora ini untuk karakter dan standar moral-Nya sendiri. Allah adalah standar pengukuran rohani (lih. Mat 5:48). Dalam PB Allah memberi kita kebenaran-Nya sendiri melalui kematian Kristus (lih. 2Kor 5:21), yang diterima melalui pertobatan dan iman di pihak si manusia tersebut (lih. Mr 1:15 dan Kis 3:16,19; 20:21).
Pembenaran oleh kasih karunia melalui iman ini – yang disajikan dalam ay Gal 2:16,17 sebagai posisi kita di dalam Kristus -- didasarkan sepenuhnya pada kehidupan serupa Kristus bagi kita sepenuhnya dinyatakan dalam ayat Gal 2:21 di mana posisi kita harus menghasilkan suatu kehidupan yang serupa dengan Kristus (yaitu, Topik Khusus: Pengudusan di 1Tes 4:3, lih Rom 8:29; Gal 4:19; Ef 1:4; 2:10; 1Yoh 1:7). Paulus tidak menyangkal bahwa perbuatan baik adalah signifikan. Dia hanya membantah bahwa perbuatan tersebut adalah landasan bagi penerimaan kita. Ef 2:8-10 menunjukkan dengan jelas Injil Paulus – Anuagerah pemrakarsadari Allah, melalui tanggapan iman umat manusia, kepada perbuatan baik. Bahkan Gal 2:20, yang tampaknya menekankan pengudusan kita -- tetapi dalam konteks dari paragraph ini, membuktikan validitas dan kemeresapan dari doktrin anugerah kebenaran Yesus, benar-benar terlepas dari usaha manusia atau gaya hidup atau asal etnisnya.
Paulus menekankan persyaratan pembenaran adalah bukan
- 1. "oleh karena melakukan hukum Taurat," ay Gal 2:16a
- 2. "dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat," ay Gal 2:16b
- 3. "Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.," ay Gal 2:16c
Kemudian Paulus memberikan satu-satunya jalan bagi umat manusia yang berdosa untuk bisa dibenarkan.
- 1. "oleh karena iman dalam Kristus Yesus" (har. "melalui [dia] iman dari Kristus Yesus"), ay Gal 2:16a
- 2. "kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus" (lit. "di dalam [eis] Kristus Yesus kita percaya" [AORIST ACTIVE INDICATIVE]), ay Gal 2:16b
- 3. "oleh karena iman dalam Kristus" (har. "oleh [ek] iman Kristus"), ay Gal 2:16c
Pengulangan tiga kali lipat ini adalah untuk kejelasan dan penekanan! Satu-satunya masalahnya ada dalam bagaimana memahami dan menerjemahkan bentuk-bentuk GENITIVE "dari Kristus Yesus," ay Gal 2:16a dan "dari Kristus," ay Gal 2:16c. Kebanyakan terjemahan menganggap frasa ini sebagai OBJECTIVE GENITIVE, "iman dalam Kristus," tetapi ini dapat menjadi sebuah SUBJECTIVE GENITIVE (lih. Alkitab NET), yang mencerminkan suatu ungkapan PL tentang "kesetiaan Kristus" kepada kehendak Bapa. Pertanyaan ketatabahasaan yang sama ini mempengaruhi pemahaman akan Rom 3:22,26; Gal 2:20; 3:22; Ef 3:12; Fili 3:9. Apapun maksud Paulus, keduanya menunjukkan bahwa pembenaran tidaklah ditemukan dalam tindakan, jasa, atau ketaatan manusia, tetapi dalam tindakan dan ketaatan Yesus Kristus. Yesus adalah satu-satunya pengharapan kita!
- NASB, NKJV "bahkan kita telah percaya di dalam Kristus Yesus"
- NRSV "kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus"
- TEV "Kami, juga, telah percaya dalam Kristus Yesus"
- NJB "kita harus menjadi orang percaya dalam Kristus Yesus"
Istilah Yunani pistis(KATA BENDA) dan pisteuō(KATA KERJA) dapat diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai "kepercayaan," "percaya," atau "iman" Istilah ini menyampaikan dua aspek yang berbeda dari hubungan kita dengan Allah..
- 1. kita menaruh kepercayaan kita dalam keterpercayaan dari janji-janji Tuhan dan karya paripurna Yesus
- 2. kita mempercayai pesan tentang Allah, manusia, dosa, Kristus, keselamatan, dll (yaitu, Alkitab)
Karenanya, ini dapat merujuk pada pesan Injil atau kepercayaan kita dalam pribadi dari Injil. Injil adalah seseorang (Yesus Kristus) untuk disambut, sebuah pesan tentang orang tersebut untuk percaya, dan kehidupan seperti hidup orang tersebut untuk dijalani. Lihat Topik Khusus: Percaya pada Gal 3:6 dan 1Tes 5:9.
□ "hukum Taurat" (dua kali) Terjemahan NASB, NKJV, NRSV, TEV, dan JB semua memiliki DEFINITE ARTICLE dua kali. DEFINITE ARTICLE ini tidak muncul dalam naskah Yunaninya, tetapi diasumsikan karena penggunaan terus-menerus Paulus akan frasa ini untuk Hukum Musa. Meskipun dia terutama menyimpannya dalam pikiran, setiap usaha manusia lainnya (norma sosial) yang berfungsi sebagai dasar bagi status kebenaran kita yang seharusnya dengan Tuhan dapat tersirat di sini.
□ "tidak ada seorangpun" Pernyataan ini berarti "tidak ada satu dagingpun" Lihat Topik Khusus: Daging (sarx) di Gal 1:16.
Gal 2:17 "Jika" "Jika" mengantar sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang diasumsikan benar dari sudut pandang penulis atau untuk tujuan sastranya. Paulus dan teman-temannya (seperti semua manusia) diasumsikan sebagai orang berdosa (lih. Rom 3:9-18,19,23; 11:32; Gal 3:22).
□ "kami… ternyata adalah orang-orang berdosa," Frasa ini terbukti sulit untuk ditafsirkan. Beberapa kemungkinan teori telah dikemukakan.
- 1. kebanyakan komentator menghubungkannya dengan Rom 3:23 dan berkata "Kami, seperti bangsa-bangsa kafir, semua membutuhkan kebenaran Allah karena kita semua telah berdosa"
- 2. beberapa orang menghubungkan kalimat ini dengan pertanyaan antinomian dari Rom 6; 7; 8, bahwa jika seseorang diselamatkan selain dari usaha manusia, mengapa Tuhan menghakimi kita dalam hubungannya dengan dosa kita
- 3. frasa ini dapat mengatur panggung untuk diskusi Paulus tentang Hukum dalam pasal Gal 3, di mana satu kali saja melanggar, di tempat manapun, akan menghilangkan kemungkinan untuk menjadi benar dengan Allah melalui mentaati hukum Taurat. Orang Yahudi yang percaya, Petrus, Paulus, dan Barnabas telah melanggar Hukum Taurat dengan makan makanan yang terlarang. Pandangan ini akan menghubungkan ay Gal 2:17 dengan konteks langsungnya yang menyangkal suatu kesimpulan yang tidak benar yang telah didasarkan pada sebuah premis yang valid
- 4. Paulus sedang merujuk pada orang Yahudi dan bukan Yahudi yang menjadi satu di dalam Kristus
Jika hal ini bukan kehendak Allah, kesatuan ini akan membuat orang percaya Yahudi menjadi orang berdosa dan Kristus menjadi sepihak dengan dosa mereka (lih. Ef 2:11-3:6).
- NASB, "apakah Kristus lalu merupakan pelayan dari dosa? Jangan sampai terjadi"
- NRSV "apakah Kristus lalu menjadi hamba dosa"
- NKJV "apakah Kristus karenanya lalu menjadi pelayan dosa? Tentu saja tidak"
- TEV "apakah hal itu berarti, bahwa Kristus adalah pelayan dosa? Sekali-kali tidak"
- NJB "maka artinya Kristus telah menginduksi kita kepada dosa, yang tidaklah masuk akal"
Argumentasi Paulus berlanjut, meskipun sulit untuk diikuti. Perihal ia menanggapi (1) tindakan Petrus atau (2) tuduhan dan / atau ajaran guru-guru palsu adalah jelas, tetapi setepatnya berkaitan dengan apakah masalah ini masih belum jelas.
Penggunaan lain Paulus akan kalimat "jangan sampai terjadi" atau "Semoga tidak" adalah penting dalam menafsirkan ayat ini (lih. Gal 3:21; Rom 6:2). Biasanya Paulus menggunakan struktur OPTATIVE yang langka ini untuk menyangkal suatu kesimpulan tidak benar yang didasarkan pada sebuah premis yang valid.
Gal 2:18 "Karena, jikalau aku membangun kembali apa yang telah kurombak, aku menyatakan diriku sebagai pelanggar hukum Taurat." Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang dianggap benar dari sudut pandang penulis atau untuk tujuan sastranya. Para sarjana tidak yakin akan rujukan yang tepat dari Paulus di sini. Apakah itu pemberitaan Injilnya atau kehidupannya sebelumnya dalam Yudaisme? Kerancuan yang sama ini ditemukan dalam Rom 7. "Membangun kembali" dan "menghancurkan" mungkin merupakan istilah kerabian yang mirip dengan "mengikat" dan "melonggarkan" dari Mat 16:19.
Gal 2:19 "aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat" Pernyataan penting ini lebih bersifat legal dari pada mistis dalam fokusnys. Entah bagaimana ketika Yesus mati bagi kita, kita mati bersama-Nya (lih. Gal 2:20; Rom 6:6-7; 2Kor 5:14-15). Oleh karena itu, hubungan wajib kita dengan Hukum, dalam kaitannya dengan keselamatan, diputuskan. Kita mampu untuk datang kepada Kristus dengan bebas. Ini adalah fokus dalam ay. 20,21, mirip dengan argumentasi Paulus yang dikembangkan.dalam Rom 6:1-7:6.
□ "supaya aku hidup untuk Allah" Sekali lagi, aspek-aspek teologis kembar yaitu posisi kita di dalam Kristus dan gaya hidup kita untuk Kristus yang diamanatkan ditegaskan. Kebenaran yang bersifat paradoks ini dapat dinyatakan dalam beberapa cara.
- 1. Bentuk INDICATIVE (pernyataan tentang posisi kita) dan IMPERATIVE (tuntutan menjalani posisi kita) nya.
- 2. TUJUAN (kebenaran injil) dan SUBYEKTIF (menjalankan Injil)
- 3. "Kita telah menang" (kita diterima oleh Allah dalam Kristus) tapi sekarang "kita harus menjalankan" (kita harus hidup bagi Kristus karena rasa syukur)
Ini adalah sifat ganda dari Injil – keselamatan adalah benar-benar gratis, tapi memakan biaya yaitu keseluruhan kita berikut segala sesuatu yang kita miliki! Haruslah ditegaskan bahwa hadiah gratis tersebut datang sebelum panggilan untuk keserupaan dengan Kristus. Kita mati untuk dosa agar kita bisa melayani Allah (lih. Rom 6:10)!
Gal 2:20 "Aku telah disalibkan dengan Kristus" Dalam kalimat Yunani, "dengan Kristus" ditempatkan di muka untuk penekanan (dalam naskah Yunani UBS4 ini adalah bagian dari ay Gal 2:19). KATA KERJA nya (sebuah PERFECT PASSIVE INDICATIVE) menyiratkan bahwa sesuatu terjadi di masa lalu dengan hasil yang abadi dan dicapai oleh pelaku dari luar. Ini adalah fokus dari Rom 6:1-11; 7:1-6.
Paulus menggunakan istilah "disalibkan" dalam Gal 5:24; 6:4, yang berkaitan dengan hubungan orang percaya dengan sistem dunia yang jatuh ini. Namun demikian, penekanannya di sini tampaknya adalah hubungan orang percaya dengan Hukum (lih. Gal 3:13). Pentinglah untuk diingat bahwa sekali kita telah mati dengan Kristus, kita hidup bagi Allah (lih. ay Gal 2:19; Rom 6:10). Konsep ini ditekankan berulang-ulang sebagai
- 1. tanggung jawab kita untuk hidup seperti Dia hidup (lih. 1Yoh 1:7)
- 2. bahwa kita harus hidup sesuai dengan panggilan yang melaluinya kita telah dipanggil (lih. Ef 4:1,17; 5:2) Setelah kita mengenal Kristus dalam pengampunan yang gratis pentinglah bahwa kita menjalani suatu kehidupan kehambaan yang bertanggung jawab (lih. Kol 2:12-14,20; 3:1-4; dan 2Kor 5:14-15).
□ "melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" Yesus sering dikatakan tinggal di dalam orang percaya (lih. Mat 28:20; Yoh 14:23 [Yesus dan Bapa]; Rom 8:10; Kol 1:27). Hal ini sering dikaitkan dengan pelayanan Roh Kudus (lih. Rom 8:9,11; 1Kor 3:16; 6:19; 2Tim 1:14). Pekerjaan Roh adalah untuk membesarkan dan mereproduksi Anak di dalam orang percaya (lih. Yoh 16:7-15; Rom 8:28-29; Gal 4:19).
□ "Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging" Lihat Topik Khusus: Daging (sarx) di Gal 1:16.
□ "adalah hidup oleh iman" Istilah Yunani pistis(KATA BENDA) dan pisteuō(KATA KERJA) dapat diterjemahkan sebagai "kepercayaan," "percaya," atau "iman," yang terutama menekankan kepercayaan kita pada keterpercayaan Tuhan atau iman kita dalam kesetiaan Tuhan. Lihat Topik Khusus pada Gal 3:6. Iman ini adalah respon awal kita terhadap janji-janji Allah, yang diikuti dengan suatu perjalanan terus dalam janji-janji tersebut. "Iman" digunakan dalam tiga pengertian dalam PB.
- 1. kepercayaan pribadi
- 2. hidup yang dapat dipercaya
- 3. sebuah rujukan kepada lembaga doktrin Kristen, seperti dalam Kis 6:7; 13:8; 14:22; Gal 1:23; Yud ay. 3,20
Ini mungkin merupakan singgungan terhadap Hab 2:4 (lih. Rom 1:17; Gal 3:11; Ibr 10:38).
□ "Anak Allah" Beberapa MSS yang sangat kuno (yakni, P46, B, D, F, G) memiliki "Allah dan Kristus," tetapi Paulus tidak menggunakan frase ini ataupun menegaskan bahwa kepercayaan pada Tuhan membawa keselamatan. Frasa "Anak Allah" ini ditemukan dalam MSS א , A, C, D2 dan sebagian besar dari bapa-bapa gereja mula-mula. UBS4 memberi peringkat "A" (pasti).
□ "yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." Ini adalah inti dari penebusan dosa (lih. Gal 1:4; Mr 10:45; Rom 5:6,8,10; Kej 3:15; Yes 53:4-6).
Gal 2:21 "sekiranya" Ini mengantar satu lagi KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL yang dianggap benar dari sudut pandang penulis atau untuk tujuan sastranya. Seseorang pasti mengharapkan sebuah KALIMAT SECOND CLASS CONDITIONAL. Ini adalah contoh yang baik dari sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL untuk menekankan suatu pernyataan palsu. Hanya ada satu jalan kepada Allah -- bukan melalui Hukum, melainkan melalui iman dalam karya paripurna Kristus (lih. Gal 3:21). Jika Hukum bisa membawa keselamatan, maka Kristus tidak perlu mati!
□ "kebenaran" Lihat Topik Khusus berikut.
□ "maka sia-sialah kematian Kristus" Ini adalah klimaks teologis dari penolakan Paulus akan penekanan Yudais pada kinerja manusia. Jika tindakan manusia bisa membawa status kebenaran dengan Allah, maka tidak perlu bagi Yesus untuk mati! Namun demikian, baik (1), PL terutama Hakim-hakim dan sejarah Israel (lih. Neh 9) dan (2) pengalaman-pengalaman saat ini dari para agamawan rajin seperti Paulus, menunjukkan ketidakmampuan manusia untuk mematuhi dan menyesuaikan diri dengan perjanjian Allah. Perjanjian Lama, bukannya membawa kehidupan, malah membawa kematian dan kutukan (lih. Gal 3). Perjanjian Baru (lih. Yer 31:31-34; Yeh 36:22-38) membawa kehidupan sebagai sebuah karunia dari Allah yang penuh kasih dengan memberikan pada manusia jatuh yang percaya sebuah hati yang baru, pikiran yang baru, semangat yang baru! Karunia ini hanya menjadi mungkin melalui karya pengorbanan Kristus. Ia menggenapi Hukum Taurat! Dia memulihkan pelanggaran dari persekutuan (yaitu, gambar Allah dalam kemanusiaan yang rusak dari Kej 3 telah diperbaiki dan dipulihkan!).
Topik Teologia -> Gal 2:20
Topik Teologia: Gal 2:20 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Umat Manusia Pada Umumnya
Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
Kedagingan Manusia (Human...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Dosa
- Sikap Allah Terhadap Dosa
- Secara Positif, Sikap Allah: Menebus
- Kel 15:2 Maz 19:15 Maz 27:1 Maz 31:6 Maz 34:23 Maz 62:2 Maz 98:2-3 Maz 111:9 Maz 130:7 Yes 12:2 Yes 41:14 Yes 63:16 Yer 30:17 Yeh 37:23 Luk 2:38 Yoh 3:16-17 Yoh 6:39 Kis 20:28 Rom 1:16 Rom 3:22-26 Rom 6:23 1Ko 1:30 1Ko 7:23 2Ko 5:18 Gal 1:3-4 Gal 2:20 Gal 4:4-5 Efe 1:3-7 Efe 4:30 Efe 5:1-2 Kol 1:19-22 1Te 5:9 2Te 2:13,16 1Ti 2:3-6 2Ti 1:8-9 Tit 1:2-3 Tit 2:11,13-14 Ibr 9:11-15 1Pe 1:18-21 1Yo 4:9-10 1Yo 5:11 Wah 5:9-10 Wah 7:10 Wah 9:1
- Keselamatan
- Kematian Kristus sebagai Tindakan Penyelamatan
- Orang-orang Percaya Dipersatukan dengan Kebangkitan Yesus
- Iman yang Menyelamatkan
- Pembenaran adalah di dalam Kristus
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Menaklukkan Kedagingan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Galatia (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menu...
Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menulis surat ini (Gal 1:1; Gal 5:2; Gal 6:11) "kepada jemaat-jemaat di Galatia" (Gal 1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah suku Gaul di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa Paulus menulis surat ini kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe) di mana ia dan Barnabas menginjil dan memulaikan gereja-gereja dalam perjalanan pemberitaan Injil yang pertama (Kis 13:1--14:28). Tanggal penulisan yang paling sesuai adalah tidak lama sesudah Paulus kembali ke gereja Antiokhia Siria yang mengutusnya dan sebelum sidang di Yerusalem (Kis 15:1-41).
Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan dipecahkan dalam sidang di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kis 15:1-41). Persoalan utama itu meliputi dua pertanyaan:
- (1) Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu satu-satunya syarat untuk selamat?
- (2) Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L. diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?
Rupanya Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai masalah hukum PL secara formal diperdebatkan dalam sidang di Yerusalem dan pendirian gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab Galatia ini merupakan surat pertama rasul Paulus.
Tujuan
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan diterima dalam gereja. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini
- (1) untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat di bawah perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian yang baru; dan
- (2) menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan kepada hukum Taurat PL.
Survai
Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di Galatia menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam gereja-gereja. Mereka menuduh bahwa
- (1) Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu tidak memiliki wibawa rasuli (bd. Gal 1:1,7,12; Gal 2:8-9);
- (2) berita yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di Yerusalem (bd. Gal 1:9; Gal 2:2-10); dan
- (3) beritanya mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan kepada hukum (bd. Gal 5:1,13,16,19-21).
Paulus langsung menanggapi ketiga tuduhan itu.
- (1) Dengan penuh semangat ia membela kekuasaannya sebagai rasul Yesus Kristus, wibawa yang diterimanya langsung dari Allah dan disahkan oleh Yakobus, Petrus, dan Yohanes (pasal 1-2; Gal 1:1--2:21).
- (2) Dia dengan penuh gairah mempertahankan Injil keselamatan yang terjadi karena kasih karunia oleh iman kepada Kristus (pasal 3-4; Gal 3:1--4:31).
- (3) Akhirnya, Paulus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Injil Yesus Kristus yang sejati meliputi kebebasan dari perhambaan legalisme Yahudi pada satu sisi dan kebebasan dari dosa dan tindakan tabiat berdosa pada sisi yang lain. Kebebasan Kristen yang sejati meliputi hidup oleh Roh dan menggenapi hukum Kristus (pasal 5-6; Gal 5:1--6:18).
Surat ini berisi suatu sketsa watak orang-orang percaya Yahudi yang menentang Paulus di Galatia, Antiokhia, dan Yerusalem (Kis 15:1-2,5), dan di semua wilayah yang dilayaninya. Paulus melukiskan mereka sebagai pengacau dan pemutar balik (Gal 1:7), penghalang (Gal 5:7), dan orang yang suka menonjolkan diri secara lahiriah dan berusaha untuk mengelak penganiayaan karena penghinaan salib Kristus (Gal 6:12). Secara tidak langsung Paulus menggambarkan mereka sebagai orang yang ingin menyenangkan manusia (Gal 1:10), saudara-saudara palsu (Gal 2:4), saudara-saudara yang bersunat (Gal 2:12), dan manipulator (Gal 3:1).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri unik menandai surat ini:
- (1) Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB tentang sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika Paulus menghadapi pelawan-pelawan yang salah (mis. Gal 1:8-9; Gal 5:12) dan menegur anggota jemaat Galatia karena mudahnya mereka tertipu (Gal 1:6; Gal 3:1; Gal 4:19-20).
- (2) Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 Korintus dalam jumlah petunjuk mengenai kehidupan Paulus.
- (3) Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas kepada beberapa jemaat (akan tetapi Lihat "PENDAHULUAN SURAT EFESUS" 08197).
- (4) Surat ini berisi daftar buah Roh (Gal 5:22-23) dan daftar yang paling lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Gal 5:19-21).
Full Life: Galatia (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Gal 1:1-10)
A. Salam
(Gal 1:1-5)
B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan I...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Gal 1:1-10) - A. Salam
(Gal 1:1-5) - B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan Injil Kasih Karunia
(Gal 1:6-10) - I. Paulus Membela Kekuasaan Injil dan Panggilannya (Pribadi)
(Gal 1:11-2:21) - A. Injil itu Dinyatakan Kepadanya oleh Kristus
(Gal 1:11-24) - B. Injil itu Diakui dan Disahkan Yakobus, Petrus, dan Yohanes
(Gal 2:1-10) - C. Injil itu Dipertahankan Dalam Sengketa dengan Petrus
(Gal 2:11-21) - II. Paulus Membela Berita Injilnya (Ajaran)
(Gal 3:1-4:31) - A. Roh dan Hidup Baru Diterima oleh Iman dan Bukan oleh Perbuatan Baik
(Gal 3:1-14) - B. Keselamatan Tersedia Karena Janji dan Bukan Hukum Taurat
(Gal 3:15-24) - C. Mereka yang Percaya Kristus Adalah Anak dan Bukan Hamba
(Gal 3:25-4:7) - D. Himbauan untuk Memikirkan Kembali Tindakan Mereka
(Gal 4:8-20) - E. Mereka yang Percaya Hukum Adalah Hamba dan Bukan Anak
(Gal 4:21-31) - III.Paulus Membela Kebebasan Injilnya (Praktis)
(Gal 5:1-6:10) - A. Kebebasan Kristen Berkaitan dengan Keselamatan oleh Kasih Karunia
(Gal 5:1-12) - 1. Memelihara Kebebasan Kristen
(Gal 5:1) - 2. Akibat Menyerah Kepada Sunat di Bawah Hukum Taurat
(Gal 5:2-12) - B. Kebebasan Kristen Jangan Dijadikan Alasan untuk Memperturutkan
Tabiat Berdosa
(Gal 5:13-26) - 1. Perintah Kasih
(Gal 5:13-15) - 2. Hidup oleh Roh, Bukan oleh Tabiat Berdosa
(Gal 5:16-26) - C. Kebebasan Kristen Harus Diungkapkan Melalui Hukum Kristus
(Gal 6:1-10) - 1. Saling Menanggung Beban
(Gal 6:1-5) - 2. Menolong Pelayan Firman Allah
(Gal 6:6) - 3. Jangan Jemu-Jemu Berbuat Baik
(Gal 6:7-10) - Penutup
(Gal 6:11-18)
Matthew Henry: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-jemaat di sua...
- Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-jemaat di suatu negeri atau provinsi, karena Galatia itu sebuah provinsi. Besar kemungkinan bahwa jemaat-jemaat di Galatia ini pertama kali bertobat dan memeluk iman Kristen melalui pelayanan Paulus. Atau, kalau bukan dia yang menanam jemaat, paling tidak ia sudah terlibat menyirami jemaat-jemaat ini, seperti yang tampak jelas dari surat ini sendiri, dan juga dari Kisah Para Rasul 18:23. Dalam Kisah Para Rasul itu, kita mendapati Paulus menjelajahi seluruh negeri Galatia dan kemudian Frigia, untuk meneguhkan hati semua murid. Selama ia berada bersama mereka, mereka menunjukkan penghormatan dan kasih sayang mereka yang teramat besar baik terhadap dia pribadi maupun pelayanannya. Akan tetapi, tidak lama setelah ia tidak lagi bersama mereka, beberapa pengajar yang masih berpegang pada agama Yahudi menyusup di antara mereka. Dengan kepintaran dan hasutan mereka, jemaat-jemaat di Galatia segera saja merendahkan pribadi Paulus dan pelayanannya. Yang menjadi tujuan utama dari para pengajar palsu ini adalah menjauhkan mereka dari kebenaran di dalam Yesus, terutama yang berkenaan dengan ajaran agung tentang pembenaran, yang jelas-jelas mereka selewengkan. Mereka menegaskan pentingnya paduan antara pelaksanaan hukum Musa dan iman di dalam Kristus untuk mendapat pembenaran. Dan, untuk mencapai tujuan ini dengan lebih baik, mereka berbuat semampu mereka untuk merendahkan tabiat dan nama baik Rasul Paulus, dan meninggikan nama baik mereka sendiri di atas kehancuran namanya. Mereka menggambarkan dia sebagai orang yang, kalaupun diakui sebagai rasul, jauh lebih rendah daripada rasul-rasul lain, dan khususnya sebagai orang yang tidak layak mendapat penghormatan seperti Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Ada kemungkinan mereka sendiri mengaku-ngaku sebagai para pengikut rasul-rasul yang disebut terakhir ini. Dan dalam kedua usaha tersebut, mereka luar biasa berhasil. Inilah latar belakang Paulus menulis surat ini. Di dalamnya ia mengungkapkan keprihatinannya yang besar bahwa mereka sudah begitu cepat membiarkan diri dilencengkan dari iman Injil. Di situ juga ia membela tabiat dan wewenangnya sendiri sebagai rasul melawan tuduhan-tuduhan para musuhnya. Ia menunjukkan bahwa baik mandat maupun ajarannya bersifat ilahi, dan bahwa sedikit pun dia, dilihat dari segi mana saja, tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5). Kemudian ia menegaskan dan mempertahankan ajaran Injil yang agung tentang pembenaran oleh iman tanpa menjalankan hukum Taurat, dan mengatasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul dalam pikiran jemaat mengenai ajaran itu. Dan, setelah mengokohkan ajaran yang penting ini, ia menasihati mereka untuk berdiri teguh di dalam kemerdekaan yang dengannya Kristus sudah membebaskan mereka, memperingatkan mereka agar berhati-hati terhadap penyalahgunaan kemerdekaan ini, dan memberi mereka sejumlah nasihat dan petunjuk yang sangat perlu. Lalu ia menutup surat ini dengan memberi mereka penjelasan yang adil tentang para pengajar palsu yang sudah menjerat mereka, dan pada sisi lain, tentang tabiat dan perilakunya sendiri. Dalam kesemuanya ini, yang menjadi maksud dan tujuannya yang utama adalah mengembalikan mereka yang sudah disesatkan, memantapkan mereka yang mungkin goyah, dan meneguhkan siapa saja di antara mereka yang tetap mempertahankan kesetiaan dan kelurusan hati mereka.
Jerusalem: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT-UMAT GALATIA
KATA PENGANTAR
Pada perdjalanan pertama (Kis. Ras. 15:2-14:28) Paulus dan Barnabas
mendjeladjah Siprus, la...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT-UMAT GALATIA
KATA PENGANTAR
Pada perdjalanan pertama (Kis. Ras. 15:2-14:28) Paulus dan Barnabas mendjeladjah Siprus, lalu menjeberang ke Asia-Ketjil, mendarat di Perge, di Pamfilia, lalu mula-mula pergi keutara sampai ke Antiochia di Pisidia, kemudian ketimur dan mendirikan umat-umat di Ikonium, Listra dan Derbe, tiga kota besar didaerah Likaonia. Likaonia dewasa ini merupakan bagian selatan dari propinsi Romawi, jang disebut "Propimi Galatia".
Pada perdjalanan kedua, (Kis.Ras. 15:36-18:22) Paulus dan Silas memilih djalan darat, dan melalui Siria dan Silisia mereka datang ke Likaonia pula, lalu mengundjungi umat-umat disitu jang berkembang pesat dan "meneguhkan iman" umat- umat itu.
Dari Likaonia Paulus bermaksud berdjalan ke Barat, tetapi Lukas mentjatat: mereka "ditjegah oleh Roh Kudus, lalu pergi keutara dan melintasi Frigia dan daerah Galatia". Demikian tjatatan Lukas jang sangat pendek. Tetapi Paulus tidak "melintasi" begitu sadja, tanpa mengadjar dan mendirikan umat-umat. Bdl. Kis. Ras. 18:23. Tentu pada kundjungan itu terdjadi apa jang kita batja dalam surat "kepada umat-umat Galatia" ini 4:13-15.
Jang dimaksudkan Lukas dengan "daerah Galatia", tentu bagian utara dari propinsi Galatia asli, jang sebelum didjadjah oleh orang Romawi merupakan satu keradjaan berdaulat. Penduduknja adalah imigran dari Eropah-Barat, Daerah Galia, jang sekarang masuk negeri Perantjis. Sesampai di Asia-Ketjil mereka masuk tentara seorang radja disitu, dan sesudah perang, karena djasanja jang istimewa, mereka diberi sebagian dari wilajah radja itu, untuk didjadikan keradjaan berdaulat bagi mereka sendiri.
Ada buktinja tjukup bahwa dengan "umat-umat Galatia" dalam djudul surat ini dimaksudkan Galatia jang asli itu, jaitu bagian utara dari propinsi Romawi jang disebut Galatia.
Umat-umat itu dikundjungi Paulus djuga pada perdjalanannja jang ketiga (Kis. Ras. 18:23). Setelah "diteguhkannja iman" umat-umat disitu ia pergi kearah barat, lalu menetap dua tiga tahun lamanja di Efesus, pusat penting untuk pemakluman Indjil dan pemimpinan segala umat di Asia-Ketjil, Achaja dan Masedonia.
Rupanja di Efesus Paulus mendapat kabar, bahwa umat-umat di Galatia didatangi pengadjar-pengadjar dari Palestina, jang mengadjarkan bahwa orang-orang bukan Jahudi jang bertobat wadjib disunat dan mengikuti hukum dan adat-istiadat Jahudi, kalau mau diselamatkan. Paulus djengkel dan gelisah dan segera menulis surat ini. Pada kundjungan jang pertama dari Paulus, umat-umat disitu menjambut Indjil dengan gembira dan belum ada kesulitan-kesulitan. Tetapi pada kundjungannja jang kedua, Paulus sudah terpaksa memperingatkan mereka, supaja waspada terhadap pengadjar-pengadjar palsu. Lih. 1:9. Dan jang dichawatirkan pada kundjungan jang kedua mendjadi kenjataan. Saudara-saudara palsu itu bukan sadja mengandjurkan persunatan dan penganutan hukum taurat, melainkan djuga mempersalahkan adjaran Paulus dan menandaskan bahwa ia bukan rasul sedjati dan "Indjil" nja tidak benar. Dan dari isi dan suasana tulisan Paulus kini kita mendapat kesan, bahwa sudah ada anggota-anggota jang pertjaja akan adjaran- adjaran dan pefitnahan pengadjar-pengadjar Jahudi tersebut,serta menganut mereka. Kita mengerti bahwa harena kabar itu Paulus sangat tjemas malah gelisah, kalau-kalau umat-umat tertjinta itu tersesat dari kebenaran Indjil dan didjauhkan dari Paulus dan Kristus. Lagi pula beban orang jang telah bertobat terlalu diberatkan, tanpa faedah sedikitpun, kalau mereka mengikuti andjuran- andjuran orang-orang Jahudi itu, dan tentu pertobatan orang-orang jang belum masuk umat sangat disukarkan. Ketjemasan dan kegelisahan Paulus tampak sekali dalam surat. Tak ada suratnja jang lain, jang begitu hebat gajanja. Tetapi jang tampak njata sekali pula ialah, bahwa kegelisahan dan kedjengkelan Rasul, djuga kalau ia membela diri, bukan karena ia merasa tersinggung kehormatannja, melainkan semata-mata berpokok pada tjinta kerasulan jang mesra kepada umat Kristus jang tertjinta, jang terantjam kesetiaannja dan kemurnian imannja. pembelaan kewibawaan untuk mempertahankan pengaruh kerasulannja memang menondjol dalam seluruh surat, tetapi, terdapat didalamnja djuga adjaran-adjaran pokok dan pengertian-pengertian keagamaan jang penting sekali, mengenai hakekat dan sjarat-sjarat keselamatan, dalam Kristus. Adjaran-adjaran itu didalam surat ini tegas dan tepat, tetapi ringkas, jang kemudian diuraikan dengan pandjang lebar sebagai atjara pokok dalam surat kepada umat Roma.
Wycliffe: Galatia (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN GALATIA
Alasan Penulisan. Jemaat-jemaat di Galatia didirikan sebagai hasil dari usaha pemberitaan Injil yang dilakukan Paulus. Oleh karen...
PENDAHULUAN GALATIA
Alasan Penulisan. Jemaat-jemaat di Galatia didirikan sebagai hasil dari usaha pemberitaan Injil yang dilakukan Paulus. Oleh karena itulah sang rasul sangat bersusah hati ketika para pengacau yaitu orang-orang Kristen Yahudi menyebar di antara orang-orang non-Yahudi yang baru dimenangkan itu untuk berusaha menyuruh mereka sunat dan mengatakan bahwa mereka harus melaksanakan Hukum Musa sebagai syarat untuk memperoleh keselamatan (Gal.1:7; 4:17; 5:10). Menulis di bawah ketegangan yang tinggi (sebagaimana tampak dari tiadanya ucapan syukur yang biasanya dicantumkan). Paulus menghadapi masalah tersebut dengan terus terang dan karena itu, di dalam surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ini, ia sangat menyerang tindakan keliru berupa usaha memaksakan adat kepercayaan Yahudi.
Penerima Surat Ini. Jemaat-jemaat ini cukup dekat berhubungan dan mirip sehingga dapat dikelompokkan menjadi satu. Di dalam 3:1 Paulus menyebut sidang pembacanya sebagai "orang-orang Galatia". Pada pertengahan abad pertama tarikh kristiani kata Galatia memiliki lebih daripada satu arti, (1) Kata ini berarti wilayah di utara tengah Asia Kecil di mana bangsa Gaul menetap sesudah meninggalkan Eropa barat. Kota-kota utamanya adalah Pesinus, Ankyra dan Tavium. (2) Kata ini juga berarti propinsi Galatia dari kerajaan Roma. Propinsi ini didirikan oleh pemerintah Roma pada tahun 25 sM dengan menambahkan ke wilayah Galatia utara sedikit wilayah ke selatan. Penambahan ini termasuk kota-kota Antiokhia, Ikonium, Listra dan Derbe yang dikunjungi oleh Rasul Paulus pada saat Perjalanan pemberitaan Injilnya yang pertama. Nyaris mustahil bahwa surat ini ditulis kepada orang-orang Kristen baik di Galatia utara maupun selatan (bdg. 4:14).
Perdebatan mengenai tujuan sesungguhnya dari surat ini masih berlanjut terus dan mungkin tidak akan pernah tuntas. Lightfoot mendukung teori tentang Galatia utara. Sebagian besar penafsir Jerman masih terus menganut pandangan ini (mis. Schlatter, Lietzmann, Schlier), walaupun sebagian di antaranya tidak mengemukakan pandangan mereka. Sir William Ramsay dengan kuat mengusulkan pandangan Galatia selatan, dan pandangan ini telah beredar luas di kalangan pakar yang berbahasa Inggris. Keuntungan dari teori ini, jika memang teori ini benar, ialah memberikan kepada kita informasi tentang pendirian dari jemaat-jemaat ini (Kis. 13:14). Dalam pada itu, Lukas memakai istilah "Galatia" (harfiah, wilayah Galatia) hanya ketika melaporkan perkembangan para pemberita Injil di luar wilayah Galatia selatan (Kis. 16:16; bdg. Kis. 18:23).
Tanggal dan Tempat Penulisan. Berlandaskan pada teori Galatia selatan, kita dapat berkesimpulan bahwa surat ini ditulis sebelum sidang rasuli di Yerusalem dalam Kisah 15 (ketika mana dibuat pernyataan resmi mengenai hubungan antara orang bukan Yahudi dengan Hukum Taurat). Karena Paulus dan Barnabas dua kali mengunjungi jemaat-jemaat itu dalam perjalanan pertama ini, maka pernyataan-pernyataan dalam Galatia 4:13 dapat dianggap sudah terpenuhi (di dalam ayat tersebut pertama kali berarti kunjungan pertama dari dua kunjungan), sekalipun sama sekali belum pasti apakah Paulus sendiri menganggap peristiwa tersebut kunjungan kedua. Banyak penafsir beranggapan bahwa ketika Paulus mengisahkan kembali pertemuan dengan beberapa orang rasul dalam pasal 2, tidak mungkin yang ia maksudkan adalah sidang rasuli di Yerusalem, sebab dia tidak menyebutkan keputusan yang diambil dalam sidang itu; keputusan tersebut akan sangat mendukung argumentasi yang ia kemukakan dalam surat ini. Argumentasi ini tidak bersifat menentukan, sebab maksud dari keputusan tersebut bukan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi orang bukan Yahudi untuk dapat diterima ke dalam kalangan Gereja, melainkan untuk memudahkan hubungan antara orang-orang Kristen dari kalangan non-Yahudi dengan mereka yang Yahudi. Jadi keputusan tersebut tidak memiliki hubungan langsung dengan argumentasi yang dikemukakan di dalam surat ini.
Lightfoot menekankan adanya sejumlah kemiripan di antara surat Galatia ini dengan surat Korintus dan surat Roma. Semuanya hingga taraf tertentu membahas kontroversi tentang membuat orang mengikuti adat Yahudi. Atas dasar ini surat Galatia tampaknya ditulis pada saat perjalanan ketiga pemberitaan Injil Paulus dan bisa ditulis dari Efesus atau dari Makedonia. Pertimbangan ini menunjukkan bahwa surat ini ditulis baru pada tahun 56 M. Menurut pandangan lain, surat ini ditulis pada tahun 48 atau 49, mungkin dari Antiokhia. Sebuah tanggal antara, sekitar tahun 53 M, yakni pada awal pelayanan di Efesus, merupakan kemungkinan yang menarik. Sebuah masa antara di antara penulisan surat ini dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus dan Roma diperlukan untuk menjelaskan beberapa perbedaan nada dan pembahasan.
Alur Pemikiran. Dua pasal yang pertama pada umumnya dipergunakan untuk mengemukakan sifat dari kerasulan Paulus. Penjelasan ini penting bagi Injil yang diberitakan olehnya, sebab jika musuh-musuhnya dapat menunjukkan bahwa ia belum dipanggil dan ditugaskan untuk memberitakan kebenaran. maka semua pendengarnya dapat mempertanyakan berita yang disampaikan olehnya. Sekalipun menyakitkan bagi Paulus untuk mengungkapkan hal-hal yang demikian pribadi, dia harus menghadapi tantangan tersebut, yaitu dengan membuktikan bahwa dirinya memiliki kedudukan rasul sendiri yang sepenuhnya setara dengan para rasul yang lain. Dia menerima Injil yang diberitakannya bukan melalui pembinaan oleh manusia tetapi melalui penyataan ilahi, dan terbukti sesuai dengan yang diberitakan oleh rasul yang lain.
Selanjutnya Paulus beralih kepada suatu pernyataan tentang apakah Injil itu sebenarnya (ps. 3, 4). Injil adalah berita kasih karunia yang menuntut adanya iman. Hukum Taurat tidak menghasilkan iman, malah menghasilkan kutuk yang darinya Kristus harus menebus manusia.
Sesudah tindakan menerima Injil, orang harus hidup sesuai dengannya (ps. 5, 6). Di sini kuasa salib dan kekuatan dari Roh Kudus disajikan sebagai berkuasa menghasilkan apa yang diinginkan dan bukan sebagai usaha untuk menaati hukum Taurat.
Pengaruh. Surat ini berisi pernyataan paling tegas dalam Alkitab tentang keselamatan yang bukan diperoleh karena perbuatan baik. Surat ini telah mengubah pemikiran Luther dan memainkan peranan strategis di dalam Reformasi. Luther menyatakan bahwa dirinya dinikahkan dengan kitab ini; kitab ini merupakan Katherin rohaninya.
Pada abad kesembilan belas F. C. Baur menjadikan kitab ini sangat penting bagi teorinya bahwa kontroversi tentang legalisme di gereja mula-mula demikian kuat sehingga telah menggoyahkan landasan gereja. Menurut Baur, kontroversi ini mempengaruhi seluruh Perjanjian Baru, baik secara positif maupun secara negatif ketika orang menulis untuk mendukung salah satu pandangan, atau berusaha untuk menutupi perbedaan yang ada di antara hukum Taurat dan kasih karunia sebagai sarana untuk memperoleh keselamatan. Karena Galatia menampilkan kontroversi ini dengan sangat jelas, keasliannya harus diakui. Pandangan ini pada dasarnya tidak mengalami perubahan sejak Baur.
Wycliffe: Galatia (Garis Besar) GARIS BESAR GALATIA
I. Pendahuluan (1:1-9)
A. Salam. (1:1-5)
B. Tema Surat Ini (1:6-9)
II. Paulus Membela Kerasula...
GARIS BESAR GALATIA
- I. Pendahuluan (1:1-9)
- II. Paulus Membela Kerasulannya (1:10-2:21)
- A. Penegasan Kerasulan Khusus (1:10-17)
- B. Ketiadaan Hubungan Sebelumnya dengan Rasul-rasul di Yerusalem (1:18-24)
- C. Kegagalan Hubungan yang Belakangan untuk Mempersoalkan Kerasulannya atau Menambah Injil yang Diberitakannya (2:1-10)
- D. Otoritas Bebasnya Dibenarkan dalam Perjumpaannya dengan Petrus di Antiokhia (2:11-21)
- III. Paulus Menjelaskan Injil yang Diberitakannya (3:1-4:31.)
- A. Penjelasan dari Pengalaman (jemaat di Galatia) (3:1-5)
- B. Penjelasan dari Alkitab (kasus Abraham) (3:6-9)
- C. Penjelasan dari Hukum Taurat (3:10-4:11)
- 1. Kutukan Hukum Taurat yang darinya Kristus harus Mengadakan Kelepasan (3:10-14)
- 2. Kekokohan Ikatan Perjanjian dan Keunggulannya Atas Hukum Taurat (3:15-18)
- 3. Maksud Hukum Taurat Durasinya Sementara dan Bekerjanya Negatif (3:19-22)
- 4. Kedudukan Sebagai Anak Bukan Melalui Hukum Taurat Tetapi Melalui Iman (2:23-4:7)
- 5. Himbauan untuk Tidak Kembali kepada Perbudakan (4:8-11)
- D. Penjelasan dari Penerimaan Jemaat di Galatia (4:12-20)
- E. Penjelasan dari Ikatan Perjanjian (4:12-31)
- IV. Injil Paulus Dipraktikkan (5:1-6:15)
- A. Injil Dipraktikkan Dalam Kemerdekaan (5:1-12)
- B. Injil Dipraktikkan Dalam Kasih (5:13-15)
- C. Injil Dipraktikkan Dalam Roh (5:16-26)
- D. Injil Dipraktikkan Dalam Pelayanan (6:1-10)
- E. Injil Dipraktikkan Dalam Pemisahan dari Dunia (6:11-15)
- V. Kesimpulan (6:16-18)
BIS: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT-JEMAAT DI GALATIA
PENGANTAR
Setelah Kabar Baik tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang
bukan Y
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT-JEMAAT DI GALATIA
PENGANTAR
Setelah Kabar Baik tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah provinsi Roma di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Allah, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.
Surat Paulus Kepada Jemaat-jemaat di Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran salah itu, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar. Paulus mulai dengan mengatakan bahwa ia berhak disebut rasul Yesus Kristus. Dengan tegas Paulus mengatakan bahwa panggilannya untuk menjadi rasul berasal dari Allah, bukan dari manusia. Juga bahwa tugasnya ditujukan terutama sekali kepada orang bukan Yahudi (pasal 1-2 Gal 1:1-2:21). Setelah itu Paulus membentangkan pendiriannya bahwa hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada Allah (pasal 3-4 Gal 3:1-4:31). Di dalam pasal-pasal terakhir buku ini (pasal 5-6 Gal 5:1-6:18), Paulus menunjukkan bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen karena ia percaya kepada Kristus, akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan Kristen.
Isi
- Pendahuluan
Gal 1:1-10 - Hak Paulus sebagai rasul
Gal 1:11-2:21 - Kabar Baik tentang rahmat Allah
Gal 3:1-4:31 - Kebebasan dan kewajiban orang Kristen
Gal 5:1-6:10 - Penutup
Gal 6:11-18
Ajaran: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bahwa hidup sebagai orang Kristen bukanlah
hidup yang di bawah atau diperintah Hukum Taurat.
Pendahuluan
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bahwa hidup sebagai orang Kristen bukanlah hidup yang di bawah atau diperintah Hukum Taurat.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 49 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Galatia. (Dan juga setiap orang Kristen/jemaat Kristen di seluruh dunia). Keadaan mereka sedang dibingungkan oleh orang-orang yang menjelek-jelekkan dan memfitnah Rasul Paulus; mereka juga mengajarkan Injil lain (ajaran sesat).
Isi Kitab: Kitab Galatia terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian Rasul Paulus, bahwa orang-orang Kristen hidup oleh iman, bukan oleh hukum, serta buah kehidupan Kristen timbul dari Roh, bukan dari daging.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Galatia
Pasal 1 (Gal 1:1-10).
Pengajaran tentang Injil yang benar
Dalam nats ini Rasul Paulus mengatakan bahwa hanya ada satu Injil di dunia ini, yaitu Injil Yesus Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 1:8-9. _Tanyakan_: Apa akibatnya bagi orang yang memberitakan Injil yang tidak benar?
Pasal 1-2 (Gal 1:11-2:21).
Pengajaran tentang riwayat hidup Rasul Paulus dan kerasulannya Dalam bagian ini, Rasul Paulus menceritakan siapa dirinya sebelum menjadi Rasul dan sesudah menjadi Rasul.
Pasal 3-4 (Gal 3:1-4:31).
Pengajaran tentang arti Injil Kristus yang benar
Dalam pasal-pasal ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah penggenapan atas janji Allah kepada Abraham sebagai Bapa orang beriman dalam arti menjadi anak-anak Allah karena penebusan Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 3:6. _Tanyakan_: Mengapa Abraham dibenarkan Allah?
- Bacalah pasal Gal 3:26-27. _Tanyakan_: Apakah yang menjadikan orang-orang Kristen anak-anak Allah?
Pasal 5-6 (Gal 5:1-6:18).
Pengajaran tentang orang-orang Kristen hidup dalam kemerdekaan dari hukum Taurat
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa bila Yesus Kristus sudah membebaskan orang percaya dari Hukum Taurat, mengapa harus memberikan diri hidup di dalam perhambaan Hukum Taurat lagi.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 5:1-6,13-26. _Tanyakan_: Apakah yang terpenting bagi seorang Kristen? (lihat ayat 6; Gal 5:6). Bagaimanakah orang Kristen mempergunakan kemerdekaannya? (ayat 13-15; Gal 5:13-15). Apakah yang dikatakan tentang buah-buah daging? (Gal 5:19-21). Apakah yang dikatakan tentang buah-buah Roh? (Gal 5:22).
- Bacalah pasal Gal 6:11. _Tanyakan_: Apakah yang dihasilkan perbuatan manusia? Bagaimanakah perintah Allah tentang sikap orang Kriste terhadap sesamanya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Galatia ini, jelaslah kita lihat bahwa orang Kristen tidak berada di bawah Hukum Taurat lagi. Orang Kristen sudah merdeka dari perhambaan Hukum Taurat, sebab Injil Yesus Kristus lebih berkuasa daripada Hukum Taurat. Tetapi walaupun demikian orang Kristen tidaklah boleh mempergunakan kemerdekaannya itu dengan sembarangan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab Galatia?
- Apakah isi pengajaran Kitab Galatia?
- Apakah arti kemerdekaan bagi orang Kristen?
- Mengapakah orang Kristen tidak berada di bawah perhambaan hukum Taurat?
Intisari: Galatia (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat tentang Injil yang sejati
MENGAPA SURAT INI DITULIS.Paulus menulis surat yang sangat penting ini, karena orang-orang Kristen di Galatia
Sepucuk surat tentang Injil yang sejati
MENGAPA SURAT INI DITULIS.
Paulus menulis surat yang sangat penting ini, karena orang-orang Kristen di Galatia telah menyimpang dari pengertian yang benar tentang iman Kristen (Gal 1:6). Mereka dibingungkan oleh orang Kristen keturunan Yahudi yang ingin membebani mereka dengan kebiasaan sunat dan dengan menaati hukum-hukum Yahudi lainnya (Gal 3:1) yang mengatakan bahwa hanya dengan jalan ini mereka dapat menikmati hubungan istimewa dengan Allah. Paulus sangat yakin jika mereka bersandar pada hukum Yahudi dalam hubungan mereka dengan Allah, berarti mereka menyangkal inti Injil, yaitu bahwa hubungan Allah dengan manusia bergantung pada iman, bukan pada perbuatan. Dalam surat ini Paulus menjelaskan hubungannya dengan gereja di Yerusalem. Ia juga menerangkan tentang sifat kebebasan Kristen yang timbul apabila orang Kristen beriman terhadap Kristus dan bukan mencoba untuk menyenangkan Allah melalui ketaatan kepada hukum Taurat.
PENULIS DAN PEMBACANYA.
1. Penulis: Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus (Gal 1:1), berisi inti ajaran tentang iman. Argumentasinya yang kuat mengungkapkan kepribadiannya dan menunjukkan bahwa ia adalah seorang pengkhotbah dan orang yang tidak takut untuk berpendirian. Surat ini memberikan kepada kita gambaran rinci mengenai kehidupannya yang tidak disebut dalam tulisannya yang lain.
2. Pembacanya: Paulus telah berkhotbah kepada pembacanya (Gal 1:8, 9; 4:13) dan mereka menikmati hubungan yang akrab (Gal 4:15). Beberapa orang mengatakan bahwa ia menulis kepada orang Kristen di Galatia Utara (Asia Kecil) yang berbangsa Gaul, yang dikunjungi oleh Paulus dalam perjalanan misionarisnya yang kedua. Tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa ia menulis untuk orang di propinsi Galatia Selatan yang dikuasai orang Romawi (termasuk Antiokhia, Ikonum, Derbe dan Listra) yang telah dikunjungi oleh Paulus pada perjalanan misionarisnya yang pertama.
WAKTU PENULISAN.
Kapan surat ini ditulis tergantung pada kepada siapa surat ini ditulis. Kebanyakan orang percaya bahwa surat ini ditulis untuk Galatia Selatan dan ini berarti bahwa surat ini ditulis pada sekitar tahun 48 M. Jika surat ini untuk Galatia Utara maka ditulis lebih belakang, tetapi ini masih termasuk dalam surat-surat yang paling awal dalam Perjanjian Baru.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Surat ini merupakan surat perjuangan. Paulus menolak untuk berkompromi, ia menulis dalam bahasa yang keras untuk mendukung tema utamanya dengan memakai berbagai argumentasi yang berbeda.
2. Surat ini merupakan surat kasih, karena ditulis dengan penuh perhatian dan kekuatiran dari seorang gembala yang besar.
3. Surat ini singkat, dianggap 'sebuah garis besar' dari surat Roma yang pesannya sama, namun dikembangkan lebih luas dan ditujukan bagi situasi yang tidak terlalu buruk.
4. Surat ini merupakan surat yang memberi kesan yang dalam dan berisi ajaran-ajaran yang mudah diingat, misalnya Gal 2:20; 5:1, 5:22, 23; 6:14.
Pesan
1. Hukum Taurat merupakan jalan buntu.Keprihatinan utama Paulus ialah untuk menunjukkan bahwa manusia tidak mungkin
dibenarkan di hadapan Allah melalui perbuatan baik atau menaati hukum Taurat.
Hukum Taurat:
o Tidak membenarkan manusia di hadapan Allah. Gal 2:16
o Bertentangan dengan cara Kristus. Gal 2:19;5:4
o Tidak dapat memberikan Roh Kudus. Gal 3:2, 5; 5:18
o Hanya menghasilkan kutuk. Gal 3:10-14
o Merupakan interupsi sementara dalam rencana jangka panjang Allah. Gal 3:17
o Mempunyai suatu maksud. Gal 3:21-29
o Membebankan tuntutan kepada manusia. Gal 5:3
o Mudah diringkas. Gal 5:14
2. Iman merupakan jalan satu-satunya kepada Allah.
Tujuan utama Kristus adalah untuk membuat supaya iman merupakan jalan satu-satunya kepada Allah.
o Iman membenarkan manusia di hadapan Allah. Gal 2:16; 3:11
o Kristen harus terus melatih iman. Gal 2:20;3:3
o Roh Kudus datang melalui iman. Gal 3:2, 5,14
o Sejarah panjang dari iman. Gal 3:6-9
o Akibat kedatangan iman. Gal 3:22-26
o Cara iman memperlihatkan dirinya. Gal 5:6
o Kristen membentuk'kekeluargaan dalam iman'. Gal 6:10
3. Yesus berarti kemerdekaan.
o Yesus membawa kemerdekaan dari penindasan hukum Taurat. Gal 3:1-4:7
o Tradisi besar kemerdekaan. Gal 4:21-31
o Kemerdekaan perlu dijaga. Gal 5:1
o Cara yang benar dan salah untuk menyatakan kemerdekaan. Gal 5:13-6:10
Penerapan
Masalah sunat bukan lagi menjadi bahan perdebatan yang hangat dewasa ini, tetapi pesan Paulus masih relevan:
1. Bagi orang Kristen legalls.
Banyak orang masih berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk dapat dibenarkan di hadapan Allah bergantung kepada berapa banyak peraturan yang ditaatinya dan seberapa terhormatnya dia. Paulus menunjukkan bahwa yang penting adalah iman, bukan perbuatan.
2. Bagi orang Kristen yang prinsip hidupnya kendur.
Kemerdekaan yang dibawa oleh Kristus tidak berarti bahwa seorang Kristen boleh bertindak semaunya. Hidupnya tidak boleh didasari oleh keinginan untuk memuaskan diri sendiri dan hawa nafsunya. Ia mempunyai tanggung jawab baru untuk menyatakan buah Roh di dalam sifat, tingkah laku dan hubungan-hubungannya dengan orang lain.
Surat ini juga mengajar kepada kita tentang dua masalah penting lainnya:
1. Tentang doktrin Kristen.
Gereja tidak mempunyai wewenang untuk mempercayai apa saja yang disukainya atau secara bebas menentukan doktrinnya sendiri. Kebenaran Kristen sudah diungkapkan oleh Allah dan tidak dapat diganggu gugat. Paulus menekankan bahwa mempercayai sesuatu yang berbeda dengan apa yang telah Allah ungkapkan itu berbahaya, karena hal itu bukan saja tidak benar tetapi juga akan membawa kepada penghukuman. Kebenaran itu sudah diatur oleh para rasul dan juga dalam Galatia, Paulus menekankan mengenai wewenang kerasulannya.
2. Tentang kesatuan Alkitab.
Banyak orang percaya bahwa hanya terdapat sedikit hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan mereka berbicara tentang dua Allah dengan dua tuntutan berbeda terhadap manusia. Paulus menunjukkan bahwa Allah hanya satu dan terdapat suatu kesatuan dalam seluruh isi Alkitab.
Tema-tema Kunci
Selain satu pesan utama Paulus, terdapat pemikiran-pemikiran lainnya.
1. Daging.
Paulus menggunakan kata ini dalam beberapa cara yang berbeda. Sebutkan! Gal 1:16; 2:20; 3:3; 4:23, 29; 5:13, 16, 17, 19, 24; 6:8, 12, 13.
2. Perhambaan.
Demikianlah Paulus menggambarkan keadaan manusia sebelum mereka menjadi Kristen. Apa masalahnya sekarang? Gal 4:8; 2:4.
3. Salib.
Untuk kebanyakan orang salib merupakan gangguan (Gal 5:11; 6:12) tetapi untuk Paulus salib merupakan alasan untuk bermegah (Gal 6:14). Apalagi hal lainnya yang ditulisnya tentang kematian Yesus?
4. Anak Allah.
Ini merupakan gambaran dari seorang Kristen yang paling disukainya. Panggilan itu merupakan kebalikan dari menjadi seorang hamba. Bagaimana Paulus menggambarkan hak-hak istimewa menjadi seorang anak Allah? Gal 3:7, 26; 4:5, 6, 22.
5. Roh Kudus.
Galatia penuh dengan referensi tentang Roh Kudus. Carilah dalam ayat-ayat di bawah ini dan kelompokkan ayat-ayat itu di bawah tema-tema pokok dalam ajaran Paulus mengenai Roh Kudus.
Tema-tema itu adalah: menerima Roh; menghasilkan buah-buah Roh; berjalan dan hidup dalam Roh. Gal 3:2, 3, 5, 14; 4:6; 5:16, 17, 18, 22, 25; 6:1, 8, 18.
Garis Besar Intisari: Galatia (Pendahuluan Kitab) [1] PAULUS MEMBERI SALAM KEPADA PARA PEMBACANYA Gal 1:1-5
Gal 1:1-2Rasul dan para pembacanya
Gal 1:3-5Salam Paulus
[2] PAULUS MENYATAKAN TUJ
[1] PAULUS MEMBERI SALAM KEPADA PARA PEMBACANYA Gal 1:1-5
Gal 1:1-2 | Rasul dan para pembacanya |
Gal 1:3-5 | Salam Paulus |
[2] PAULUS MENYATAKAN TUJUANNYA Gal 1:6-10
Gal 1:6 | Keprihatinannya |
Gal 1:7-9 | Keyakinannya |
Gal 1:10 | Motivasinya |
[3] PAULUS MENERANGKAN KESAKSIANNYA DENGAN SINGKAT Gal 1:11-2:21
Gal 1:11-12 | Sumber ajarannya |
Gal 1:13-17 | Kisah panggilannya |
Gal 1:18-2:10 | Hubungannya dengan Yerusalem |
Gal 2:11-14 | Perdebatannya dengan Petrus |
Gal 2:15-21 | Pengertiannya tentang Injil |
[4] PAULUS MENGEMBANGKAN ARGUMENTASINYA Gal 3:1-4:31
Gal 3:1-5 | Pengalaman orang Galatia |
Gal 3:6-9 | Contoh dari Abraham |
Gal 3:10-14 | Kutuk hukum Taurat |
Gal 3:15-18 | Keuntungan dari janji hukum Taurat |
Gal 3:19-29 | Maksud hukum Taurat |
Gal 4:1-11 | Sifat Keanakan |
Gal 4:12-20 | Imbauan pribadi |
Gal 4:21-31 | Dua macam 'anak' |
[5] PAULUS MENJELASKAN TENTANG KEMERDEKAAN KRISTEN Gal 5:1-6:10
Gal 5:1 | Jangan mau lagi diperhamba |
Gal 5:2-6 | Bebas dari sunat |
Gal 5:7-12 | Imbauan pribadi lainnya Bagaimana menggunakan kemerdekaan: kasih |
Gal 5:16-21 | Apa yang bukan kemerdekaan |
Gal 5:22-24 | Apa kemerdekaan itu |
Gal 5:25-6:10 | Kemerdekaan dan hubungan hubungan kita |
[6] PAULUS MENANDATANGANI SURATNYA
Gal 6:11-15 | Paulus menggarisbawahi pokok ajarannya |
Gal 6:16-18 | Salam penutup |