Teks -- Markus 15:34 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mrk 15:34
Jerusalem -> Mrk 15:34
Jerusalem: Mrk 15:34 - Eloi Sesuai dengan logat Aram, Yesus mengucapkan "Elahi" yang ditranskripsi dengan Eloi, kiranya terpengaruh oleh kata Ibrani Elohim.
Sesuai dengan logat Aram, Yesus mengucapkan "Elahi" yang ditranskripsi dengan Eloi, kiranya terpengaruh oleh kata Ibrani Elohim.
Ende -> Mrk 15:34
Ende: Mrk 15:34 - Mengapa meninggalkan Daku? Ini bukan keluhan belaka, melainkan mengandung
kepertjajaan dan pengharapan jang pasti, seperti suasana seluruh mazmur, dari
mana diambil Jesus utjapa...
Ref. Silang FULL -> Mrk 15:34
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mrk 15:33-41
Matthew Henry: Mrk 15:33-41 - Penyaliban Penyaliban (15:33-41)
Dalam perikop ini diceritakan tentang kematian Kristus, bagaimana musuh-musuh-Nya melecehkan-Nya, dan bagaimana Allah memulia...
Penyaliban (15:33-41)
- Dalam perikop ini diceritakan tentang kematian Kristus, bagaimana musuh-musuh-Nya melecehkan-Nya, dan bagaimana Allah memuliakan Dia pada saat kematian-Nya.
- I. Ada kegelapan yang pekat di seluruh daerah itu (sebagian orang berpikir di seluruh bumi), selama tiga jam, dari siang sampai jam tiga. Nah, dalam peristiwa ini nas Alkitab digenapi, Aku akan membuat matahari terbenam di siang hari dan membuat bumi gelap pada hari cerah (Am. 8:9), dan, Baginya matahari sudah terbenam selagi hari siang (Yer. 15:9). Orang Yahudi sering kali menuntut Kristus untuk memberikan suatu tanda dari langit; dan sekarang mereka diberi tanda itu, tetapi suatu tanda yang melambangkan pembutaan mata mereka. Ini adalah tanda bahwa kegelapan yang datang dan sedang menghampiri jemaat dan bangsa Yahudi. Mereka melakukan segala daya upaya untuk memadamkan Matahari Kebenaran, yang sekarang sedang terbenam, tetapi yang segera akan terbit lagi namun tidak diakui oleh mereka. Jadi apa lagi yang dapat diharapkan oleh mereka selain kegelapan yang lebih parah lagi daripada kegelapan yang terjadi pada bangsa Mesir dulu? Ini menunjukkan kepada mereka bahwa hal-hal yang membawa kedamaian bagi mereka sekarang tersembunyi dari mata mereka, dan bahwa hari Tuhan sudah dekat, yang bagi mereka akan merupakan suatu hari gelap gulita dan kelam kabut (Yl. 2:1-2). Di dalam kuasa kegelapanlah kini mereka berada, pekerjaan-pekerjaan kegelapanlah yang sedang mereka lakukan saat ini; dan demikianlah malapetaka yang memang pantas menimpa mereka, karena mereka lebih menyukai kegelapan daripada terang.
- II. Ketika sampai di penghujung kegelapan ini, Tuhan Yesus dalam kesengsaraan jiwa-Nya berteriak, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (ay. 34). Kegelapan itu melambangkan awan yang pada saat itu menaungi jiwa kemanusiaan Kristus, ketika Dia membuat jiwa-Nya itu menjadi persembahan untuk dosa. Tuan Fox, dalam bukunya Acts and Monuments (vol. 3, hlm. 160), bercerita mengenai kisah Dr. Hunter, seorang martir pada zaman Ratu Mary di Inggris, yang ketika sudah diikat pada tiang untuk dibakar, mengucapkan doa yang singkat ini, "Anak Allah, bersinarlah atasku!" dan langsung saja matahari bersinar dengan kuatnya menembus awan yang gelap, begitu penuhnya menyinari wajahnya sehingga dia harus memalingkan wajahnya, dan kejadian ini membuatnya merasa sangat nyaman. Tuhan Yesus, sebaliknya, tidak diperkenankan melihat cahaya matahari ketika Dia sedang menderita, untuk menandakan disembunyikannya cahaya wajah Allah. Hal ini Ia keluhkan lebih dari yang lain. Ia tidak mengeluh karena murid-murid-Nya meninggalkan Dia, tetapi karena Bapa-Nya meninggalkan Dia:
- . Karena hal tersebut melukai roh-Nya; dan ini merupakan penderitaan yang sulit ditanggung (Ams. 18:14), jiwa-Nya terperosok ke air yang dalam (Mzm. 69:1-3).
- . Karena terutama dalam hal ini Dia dijadikan dosa bagi kita; kejahatan-kejahatan sudah pasti membuat jiwa kita pantas mendapatkan murka dan geram (Rm. 2:8). Oleh sebab itu, Kristus, dengan dijadikan sebagai korban karena kejahatan kita itu, harus mengalami masa-masa sengsara ini sebanyak bisa ditanggungkan ke atas-Nya, dan ini pasti sangat sulit bagi-Nya, yang selama ini sudah ada dalam dekapan Bapa sejak kekekalan, dan yang selalu merupakan cahaya bagi-Nya. Tanda-tanda kemurkaan ilahi ini, yang dialami Kristus di dalam penderitaan-Nya, mirip api yang kadang-kadang dikirimkan dari langit, dalam kasus-kasus yang luar biasa, untuk menghanguskan korban bakaran (seperti dalam Im. 9:24; 2Taw. 7:1; 1Raj. 18:38); dan hal tersebut selalu merupakan tanda penerimaan Allah. Api yang seharusnya menyambar orang berdosa, jika Allah tidak ditenangkan, kini membakar korban bakaran, sebagai tanda bahwa Allah sudah merasa tenang. Oleh sebab itu sekarang api ini menyambar Kristus, dan memaksa-Nya mengeluarkan teriakan yang keras dan pahit ini. Paulus berkata bahwa sekalipun dia dipersembahkan sebagai korban untuk ibadah orang kudus, dia tetap bisa bergembira dan bersukacita (Flp. 2:17); tetapi lain halnya kalau dipersembahkan sebagai korban untuk dosa para pendosa. Nah, pada jam keenam, dan sampai jam kesembilan, matahari menjadi gelap oleh gerhana yang luar biasa; dan jika benar, seperti menurut perhitungan sebagian ahli perbintangan, bahwa pada malam hari ketika Kristus mati terjadilah gerhana bulan. Hal itu memang merupakan peristiwa alam dan bisa diduga akan terjadi demikian, di mana sebagian besar permukaan bulan menjadi gelap, dan peristiwa tersebut berlangsung dari jam lima sampai jam tujuh. Ini hal yang luar biasa, akan tetapi lebih penting lagi kegelapan yang terjadi akibat semuanya ini. Apabila matahari menjadi gelap, bulan juga tidak akan bercahaya lagi.
- III. Doa Kristus diejek oleh mereka yang sedang berdiri di sana (ay. 35-36); karena Dia berteriak "Eli, Eli," atau (seperti yang ditulis Markus menurut dialek Syria) "Eloi, Eloi," mereka menyindir, "Ia memanggil Elia," padahal mereka tahu dengan sangat baik bahwa apa yang dikatakan-Nya itu sebenarnya maksudnya adalah Allahku, Allahku. Demikianlah mereka menggambarkan bahwa Kristus sedang berdoa kepada orang kudus, baik karena Dia sudah meninggalkan Allah ataupun karena Allah sudah meninggalkan Dia, dan dengan demikian mereka membuat-Nya semakin dibenci orang lagi. Salah seorang dari mereka mencelupkan bunga karang ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberikannya kepada Kristus; "Biarlah Ia menyegarkan mulut-Nya dengan minuman ini, ini adalah minuman yang cukup baik untuk-Nya" (ay. 36). Tindakan ini dimaksudkan untuk lebih menghina dan melecehkan-Nya lagi; dan siapa pun yang setuju dengan orang yang melakukan hal tersebut, ia akan menambah penghinaan itu, "Biarkan Dia sendiri, Dia sudah memanggil Elia, baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia, dan jika tidak, kita bisa menyimpulkan bahwa Elia juga telah meninggalkan Dia."
- IV. Kristus sekali lagi berseru dengan suara nyaring, dan bersamaan dengan itu Ia menyerahkan nyawa-Nya (ay. 37). Kini Ia menyerahkan jiwa-Nya ke dalam tangan Bapa-Nya. Walaupun Allah tidak tergerak oleh suatu gerakan tubuh apa pun, namun suara yang nyaring ini menunjukkan bahwa Kritus berseru dengan kekuatan dan kobaran cinta kasih yang sungguh besar. Kejadian ini mengajar kita bahwa di dalam segala hal yang kita lakukan terhadap Allah, kita harus mengerahkan segala daya upaya dalam menjalankan segala kewajiban agama, khususnya kewajiban untuk berserah diri, dengan segenap hati dan segenap jiwa. Walaupun kita tidak bisa menunjukkannya dengan suara, tidak bisa berteriak dengan suara nyaring seperti Kristus, namun jika Allah menjadi kekuatan hati kita, maka segala daya upaya kita itu tidak akan sia-sia. Kristus sungguh dan benar-benar mati, karena Dia menyerahkan nyawa-Nya; jiwa manusia-Nya pergi ke alam roh dan meninggalkan tubuh-Nya yang kini bagaikan seonggok tanah liat yang tak bernafas.
- V. Tepat pada saat Kristus mati di Bukit Kalvari, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah (ay. 38). Kejadian ini berbicara mengenai suatu hal yang sangat penting, yaitu:
- . Mengenai kengerian yang mengancam orang-orang Yahudi yang tidak percaya; karena terbelahnya Bait Suci itu merupakan suatu pertanda bagi kehancuran total umat dan bangsa Yahudi, yang memang terjadi tidak lama setelah itu. Kehancuran ini bagaikan terpotongnya tongkat kemuliaan, karena tabir Bait Suci itu sangatlah indah dan mulia (Kel. 26:31), dan ini terjadi pada saat yang sama ketika mereka menghargai-Nya sebanyak tiga puluh keping perak, untuk membatalkan perjanjian yang telah Dia ikat dengan bangsa itu (Zak. 11:10, 12). Sekaranglah waktunya untuk menjerit, "Ikabod. Telah lenyap kemuliaan dari Israel." Sebagian orang berpikir bahwa kisah yang diceritakan Joseph mengenai pintu Bait Suci yang terbuka sendiri, yang kemudian diikuti dengan ajakan, "Marilah pergi dari sini," beberapa tahun sebelum kehancuran Yerusalem, merupakan peristiwa yang sama dengan yang terjadi di sini; tetapi hal ini kecil kemungkinannya. Namun demikian, peristiwa ini juga sama pentingnya, sesuai dengan yang tertulis, "Aku ini akan menerkam, lalu pergi" (Hos. 5:14).
- . Peristiwa ini sangat menyinggung mengenai penghiburan bagi semua orang Kristen yang percaya, karena ini menandakan suatu pengudusan dan terbukanya suatu cara yang baru dan yang hidup untuk memasuki tempat mahakudus dengan darah Yesus.
- VI. Kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Kristus dan melihat hukuman yang diberikan kepada-Nya itu, yakin dan mengakui bahwa Yesus ini adalah Anak Allah (ay. 39). Satu hal yang membuatnya berpikir demikian adalah bahwa Kristus berseru dengan cara seperti itu, dan menyerahkan nyawa-Nya, bahwa seseorang yang siap menyerahkan nyawa-Nya masih bisa berseru demikian sangatlah mengejutkan. Dia belum pernah melihat pemandangan yang begitu menyedihkan seperti ini; dan bahwa orang yang mempunyai kekuatan untuk berseru sedemikian kerasnya harus menyerahkan nyawanya seketika itu juga membuatnya terheran-heran, sehingga dia berkata, "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" Perkataan ini merupakan kehormatan bagi Kristus dan membuat malu mereka yang melecehkan-Nya. Akan tetapi, apa yang membuatnya berkata demikian? Menurut pendapat saya:
- . Ia mempunyai alasan untuk berkata bahwa Kristus menderita secara tidak adil dan bahwa Ia dipersalahkan untuk banyak hal. Perhatikanlah, Kristus menderita karena berkata bahwa Dia adalah Anak Allah; dan itu benar, Ia memang berkata demikian, sehingga jika Dia menderita secara tidak adil, seperti yang bisa dilihat dari semua keadaan yang menyertai penderitaan-Nya, maka apa yang dikatakan-Nya itu benar, dan Dia memang Anak Allah.
- . Kepala pasukan itu mempunyai alasan untuk berkata bahwa Kristus adalah kesayangan sorga, dan untuk-Nya kekuatan Yang Mahakuasa secara khusus sedang bekerja, karena ia melihat bagaimana Sorga begitu memuliakan-Nya pada saat kematian-Nya dan tidak memihak para penghukum-Nya. "Pastilah," pikirnya, "Dia ini seperti seorang manusia ilahi yang sangat dikasihi Allah." Pikiran ini diungkapkannya dengan kata-kata yang menunjukkan bahwa asal usul-Nya adalah dari kekekalan, seperti Allah, dan peran khusus-Nya sebagai Pengantara, walaupun dia tidak bermaksud demikian. Tuhan Yesus, bahkan di dalam penderitaan dan kehinaan-Nya yang dalam, adalah Anak Allah, dan dinyatakan demikian dengan kuasa.
- VII. Ada beberapa teman-Nya, terutama perempuan-perempuan yang baik, yang menyertai-Nya di sana (ay. 40-41). Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh. Kaum prianya sama sekali tidak berani muncul; kerumunan orang menjadi sangat ganas; Currenti cede furori -- Biarlah arus yang ganas itu mengalir dulu, begitulah nasihat yang mereka pikir baik untuk dituruti saat itu. Perempuan-perempuan itu tidak berani mendekat, tetapi hanya berdiri dari jauh, dengan dipenuhi dukacita. Beberapa dari perempuan-perempuan ini disebutkan namanya di sini. Salah satunya adalah Maria Magdalena; ia pernah disembuhkan Kristus, dan berutang kepada Kristus atas segala penghiburan yang ia rasakan sekarang karena kuasa dan kebaikan Kristus yang menyelamatkannya dari kerasukan tujuh roh jahat. Ia berpikir tidak ada apa pun yang bisa dilakukannya yang bisa membalas kebaikan ini. Maria juga ada di sana, ibu Yakobus muda [dalam Alkitab KJV dikatakan Yakobus kecil -- pen.] dan Yoses, begitulah dikatakan. Mungkin Yakobus disebut demikian karena dia mempunyai perawakan yang kecil seperti Zakeus. Maria ini adalah istri Kleofas atau Alfeus, saudari perawan Maria. Perempuan-perempuan ini mengikuti Kristus dari Galilea, walaupun mereka tidak diharuskan menghadiri perayaan itu, seperti kaum pria. Tetapi mereka juga mungkin datang dengan berharap bahwa kerajaan-Nya yang sementara sebentar lagi akan didirikan, dan mereka dipenuhi dengan harapan-harapan mereka sendiri akan bagian-bagian apa yang bisa mereka dapatkan di bawah pemerintahan-Nya. Kita tahu kalau ibu dari anak-anak Zebedeus jelas menginginkan bagian di dalam pemerintahan Kristus (Mat. 20:21). Sekarang dengan melihat-Nya di kayu salib, yang di dalam pikiran mereka sebelumnya Ia ada di atas takhta, pastilah membuat mereka sangat kecewa. Perhatikanlah, orang-orang yang mengikuti Kristus dengan berharap akan mendapatkan hal-hal yang besar dari-Nya di dunia ini karena mereka telah mengikuti ajaran-Nya, mungkin akan hidup dengan mendapati diri mereka dikecewakan secara menyedihkan.
SH: Mrk 15:20-41 - Jeritan Anak Manusia (Jumat, 18 April 2003) Jeritan Anak Manusia
Dalam perjalanan hidup kita tidak hanya bertemu dengan saat-saat
yang menggembirakan, tetapi juga saat-saat yang mencekam d...
Jeritan Anak Manusia
Dalam perjalanan hidup kita tidak hanya bertemu dengan saat-saat yang menggembirakan, tetapi juga saat-saat yang mencekam dan menyedihkan. Biasanya di saat-saat seperti itu tidak jarang kita bertanya kepada Allah mengapa Ia membiarkan kita mengalami penderitaan ini?
Dari pembacaan ini, kita juga melihat bagaimana Yesus merintih dan berteriak dalam penderitaan-Nya yang amat sangat kepada Allah, ""Eloi, Eloi, lema sabakhtani?", yang berarti: Allah-Ku, Allah- Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Anak Manusia harus menderita di atas kayu salib bukan karena kesalahan-Nya, tetapi karena Ia menggantikan kita karena menanggung kesalahan kita.
Seruan Yesus itu membuktikan bahwa Allah sungguh-sungguh meninggalkan Yesus dalam penderitaan-Nya. Sang Bapa meninggalkan Anak-Nya bukan karena Ia membenci-Nya, tetapi karena Allah membenci dosa yang ditanggung oleh Anak-Nya, sebab Allah itu kudus. Kekudusan-Nya menuntut untuk tidak berkompromi dengan dosa. Allah meninggalkan Anak-Nya supaya kita diselamatkan. Sebab jika Allah membela Anak-Nya maka kita pasti binasa. Dalam perkataan lain, Allah meninggalkan Yesus dan berdiri di pihak kita supaya kita diselamatkan.
Itu berarti bagi Yesus, salib merupakan suatu pergumulan yang paling pahit dan mengerikan dalam hidup-Nya tetapi bagi manusia, salib Yesus merupakan berita sukacita, karena melalui kematian-Nya kita dibebaskan. Berita sukacita itulah yang mendorong umat beriman agar kita merayakan hari kematian Yesus bukan dengan sedih dan putus asa, tetapi dengan iman dan pengharapan bahwa kematian Yesus merupakan jaminan keselamatan kita.
Renungkan: Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya ketika mengalami penderitaan. Sebab Ia bergumul bersama kita mencari jalan keluar dari segala penderitaan. Ia adalah Allah Imanuel, Allah beserta kita.
SH: Mrk 15:33-47 - Sungguh, Dia Anak Allah! (Jumat, 10 April 2009) Sungguh, Dia Anak Allah!
Banyak orang mempertanyakan ke-Allah-an Yesus. Kadang orang percaya
pun sampai terpengaruh dan ikut meragukan Tuhan. Ap...
Sungguh, Dia Anak Allah!
Banyak orang mempertanyakan ke-Allah-an Yesus. Kadang orang percaya pun sampai terpengaruh dan ikut meragukan Tuhan. Apa yang dapat menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah? Kematian-Nya di kayu salib telah membuka mata pasukan Romawi sehingga ia dapat berkata, "sungguh orang ini adalah Anak Allah" (ayat 39). Peristiwa penyaliban menegaskan ke-Allah-an Yesus.
Secara khusus Markus mencatat kejadian demi kejadian di seputar penyaliban Yesus untuk menegaskan bahwa peristiwa salib sesuai dengan waktu Allah (ayat 25, 33, 34). Yesus menggenapi rencana Allah melalui kematian-Nya. Kegelapan yang melingkupi seluruh lokasi penyaliban menggambarkan penghukuman Allah atas dosa-dosa manusia yang Yesus tanggung (ayat 33). Sedemikian dahsyat kemurkaan Allah yang ditanggung Yesus sehingga keluarlah teriakan-Nya, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (ayat 34; lih. Mzm. 22:2).
Peristiwa penting terjadi saat kematian Yesus: terbelahnya tirai Bait Allah. Ada dua tirai di Bait Allah Herodes. Tirai pertama memisahkan ruang mahakudus, yang hanya boleh dimasuki imam besar pada hari raya pendamaian dari ruang utama. Tirai kedua memisahkan bangunan bait Allah yang hanya boleh dimasuki orang Yahudi dari pelataran untuk nonYahudi. Dari kesaksian kepala pasukan Romawi, kita tahu bahwa tirai kedualah yang dibicarakan Markus. Kematian Yesus bukan hanya membuka penghalang manusia untuk menghampiri Allah yang kudus, melainkan juga menghancurkan tembok pemisah rasialisme Yahudi yang eksklusif. Sehingga terjadilah keselamatan bagi semua orang yang percaya. Walau Yesus mati seperti penjahat, tetapi Ia dikubur secara terhormat (ayat 46).
Bagi orang yang tidak mengerti, penyaliban dan kematian Yesus adalah kekalahan dan bukti bahwa Yesus bukan Anak Allah. Memang hanya anugerah Tuhan yang dapat mencelikkan kebutaan rohani, untuk memandang Dia yang tersalib dan mengaku, "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!"
SH: Mrk 15:33-41 - Ditinggalkan Allah (Jumat, 6 April 2012) Ditinggalkan Allah
Berpisah dengan seseorang yang paling kita kasihi pasti sangat menyedihkan hati. Bayangkan istri yang ditinggalkan mati suami yang...
Ditinggalkan Allah
Berpisah dengan seseorang yang paling kita kasihi pasti sangat menyedihkan hati. Bayangkan istri yang ditinggalkan mati suami yang telah mendampinginya lebih dari 30 tahun. Bayangkan seorang ayah yang ditinggalkan putri tunggalnya karena leukemia. Bayangkan seorang pemuda yang ditinggalkan tunangannya karena kecelakaan, saat mereka hampir menikah. Semua yang terjadi adalah keterpisahan dalam kefanaan. Mereka dipersatukan di bumi ini, dan dipisahkan pula di alam waktu ini
Apa yang dialami Yesus saat di kayu salib jauh berbeda. Seruan-Nya, "Eloi, Eloi lama sabakhtani?" mewakili kepedihan hati-Nya ditinggalkan Allah Bapa yang sejak kekekalan ada dalam kesatuan Trinitas: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Apa yang dialami Yesus jauh lebih dahsyat dari semua pengalaman manusia siapa pun mengenai ditinggalkan seseorang yang terkasih. Di dunia yang tercemar dengan dosa, Yesus harus terpisah dengan Allah, Bapa yang sangat dikasihi-Nya itu, karena memikul dosa seisi dunia. Demi penebusan dosa-dosa Anda dan saya Dia rela ditinggalkan oleh Allah Bapa. Itu sebabnya kematian Yesus, keterpisahan-Nya dengan Allah Bapa menjadi peluang untuk manusia diperdamaikan dengan Allah Bapa. Hal itu secara simbolik dinyatakan lewat koyaknya tabir Bait Suci yang memisahkan ruang maha suci dari ruang suci. Tidak heran muncullah pengakuan si kepala pasukan, "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!"
Jika Yesus sedemikian menderitanya terpisah dari Allah Bapa agar kita dipisahkan dari dosa untuk selama-lamanya, masakah kita masih tidak rela untuk terpisah dari dosa demi terhubung dengan Allah untuk selama-lamanya? Kiranya Jumat Agung kali ini (dan juga Jumat Agung-Jumat Agung yang akan datang) boleh membawa kepada kita semua penghayatan yang baru akan betapa seriusnya dosa di mata Allah. Kiranya kita semakin menyadari betapa Kristus sudah membebaskan kita semua dari belenggu dosa tersebut agar kita dapat menikmat relasi yang abadi dengan Allah Bapa dan juga bersama Tuhan Yesus kelak. Amin.
SH: Mrk 15:33-41 - Yesus Mati (Jumat, 25 Maret 2016) Yesus Mati
Inilah saat yang mencekam itu di mana Putra Allah harus mati menanggung cawan murka Allah Bapa demi menebus dosa manusia. Bahkan alam pun ...
Yesus Mati
Inilah saat yang mencekam itu di mana Putra Allah harus mati menanggung cawan murka Allah Bapa demi menebus dosa manusia. Bahkan alam pun berduka menyaksikan peristiwa ini (33). Tepat jam tiga merupakan puncak penderitaan Yesus di kayu salib. Di saat itu, Ia mengalami penderitaan yang berat karena Allah Bapa berpaling muka daripada-Nya karena dosa yang ditanggungNya (34).
Di kayu salib, orang-orang berpikir Yesus meminta tolong pada Elia (35-37), padahal bukan. Ia berseru kepada Bapa Surgawi sebab Yesus harus terpisah sementara waktu karena dosa umat manusia yang ditanggung-Nya. Keterpisahan ini sangat mengerikan sehingga Yesus berseru dengan suara nyaring (34). Tentu saja ini berat bagi-Nya, karena Ia dan Bapa memiliki relasi yang sangat intim, dekat, dan penuh kasih (Mat. 11:27; Yoh. 3:35; 10:15-17, 30, 38). Tetapi semua itu harus Yesus jalani bukan semata-mata demi menggenapi nubuatan Daud (Mzm. 22:2), melainkan demi menebus umat yang dikasihi-Nya.
Semua penderitaan itu Yesus hadapi dalam kesendirian. Allah Bapa meninggalkan-Nya, para murid tidak ada di dekat-Nya, para perempuan yang mengikut Dia pun hanya bisa melihat dari kejauhan (40-41). Yang ada di dekat-Nya hanyalah serdadu dan dua orang penyamun di kiri kanan-Nya (27, 36). Meski demikian, Ia tetap menjalani semuanya hingga tiba saatnya Ia menyerahkan nyawa-Nya (37). Tabir Bait Suci pun terbelah menyaksikan kematian sang Putra Allah (38), lambang dipulihkannya keterpisahan antara Allah dan manusia. Kepala pasukan pun tercelik hatinya melihat kematian Yesus dan mengaku, "Sungguh orang ini adalah Anak Allah!" (39).
Renungkan: Pengorbanan Yesus di kayu salib sangat mahal harganya. Karena itu, jangan anggap murah karya Kristus dengan terus-menerus hidup dalam dosa. Jangan remehkan penderitaan-Nya di salib dengan terus-menerus mengeraskan hati di hadapanNya. Bahkan kepala pasukan pun bisa tersadar akan siapa Yesus ketika melihat kematian-Nya. Tidakkah kematian-Nya menyadarkan siapa kita dan siapa Dia? [MF]
SH: Mrk 15:33-41 - Memahami Keagungan Kristus (Jumat, 30 Maret 2018) Memahami Keagungan Kristus
Hari ini kita memperingati Jumat Agung, hari mengenang pengurbanan Yesus di Kalvari demi menebus dosa seluruh umat manusia...
Memahami Keagungan Kristus
Hari ini kita memperingati Jumat Agung, hari mengenang pengurbanan Yesus di Kalvari demi menebus dosa seluruh umat manusia sebagai wujud kasih Allah.
Perhatikan keagungan Kristus saat kegelapan yang pekat terjadi selama tiga jam pada siang hari. Pada jam dua belas siang seharusnya matahari bersinar paling terang, namun yang terjadi adalah kegelapan total meliputi seluruh daerah itu (33; bdk. Am. 8:9). Hal itu menandakan bahwa kematian Yesus bukan peristiwa biasa karena orang benar dikorbankan. Dengan demikian, nubuat Amos terpenuhi. Bukan kegelapan biasa karena fenomena alam terjadi mengiringi penyaliban Yesus. Para persekutor melakukan segala daya upaya untuk memadamkan Terang Kebenaran, yang segera akan terbit kembali. Kegelapan ini hanya bersifat sementara.
Walaupun beban ditanggung oleh Kristus di kayu salib, tetapi dengan rela Ia memikulnya sampai akhir hidupnya. Seruan Yesus: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (34) menyatakan bahwa dosa manusia telah ditanggungkan ke atas pundak-Nya.
Saat Yesus menyerahkan nyawa-Nya, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah (38). Peristiwa ini melambangkan karya Yesus membuka tabir pendamaian antara Allah dan manusia. Inilah keagungan Yesus bahwa pengurbanan-Nya tidak sia-sia. Kurban pendamaian telah dipersembahkan dan pintu pengampunan telah dibuka.
Hendaknya kita kagum akan perkataan kepala pasukan Romawi: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" (39). Dia telah mengamati dengan saksama penderitaan dan kematian Yesus dari dekat. Tentu ia melihat keagungan Yesus, sehingga spontan mengaku: "Ia Anak Allah!"
Bagaimana dengan kita sebagai orang percaya? Apa yang kita lihat dan maknai dari pengurbanan Kristus? Satu hal yang pasti, kita menerima anugerah Allah yang besar dari kematian Yesus. Sungguh agung dan tak terkira kasih Allah kepada manusia berdosa seperti kita. [SPS]
SH: Mrk 15:33-41 - Siapakah yang Peduli? (Jumat, 29 Maret 2024) Siapakah yang Peduli?
Siapakah yang masih punya hati untuk mendengarkan teriakan Dia yang tersalib?
"Eloi, Eloi, lama sabakhtani? ... Allahku, Allah...
Siapakah yang Peduli?
Siapakah yang masih punya hati untuk mendengarkan teriakan Dia yang tersalib?
"Eloi, Eloi, lama sabakhtani? ... Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (34). Siapakah yang tahan mendengar jeritan Sang Putra Allah? Saat Dia yang tersalib itu hendak meregang nyawa-Nya, masih adakah yang peduli?
Injil Markus mengisahkan keberadaan para perempuan yang melihat Dia dari kejauhan (40-41). Mereka mengikuti dan melayani Yesus di Galilea, mereka juga menyaksikan penyaliban-Nya di Golgota.
Kedatangan para perempuan ini mengisyaratkan suatu ironi. Ketika sosok maskulin yang mestinya adalah para pemimpin rohani begitu arogan mementaskan budaya kematian di sepanjang perjalanan ke Golgota, sosok feminin yang dipandang sebagai kalangan kelas dua justru menyuarakan budaya kehidupan. Ini adalah tanda bahwa nilai welas asih masih hidup dalam diri mereka dan mereka tidak mau tunduk kepada budaya kematian.
Namun, siapa sangka, kala Sang Putra Allah berteriak nyaring hendak menyerahkan nyawa-Nya (37), terjadilah tanda yang tak terbantahkan. Tabir Bait Suci yang memisahkan Allah Yang Mahakudus dan manusia berdosa terbelah dua (38). Ini tanda bahwa pendamaian antara Allah dan umat-Nya telah disediakan. Saat inilah yang menjadi momen berharga di mana seorang kepala pasukan Romawi yang jelas adalah musuh bangsa Yahudi mengutarakan sebuah pengakuan, "Sungguh, orang ini Anak Allah!" (39).
Situasi ini menunjukkan realita yang tidak selaras dengan persepsi ideal yang selama ini dibanggakan. Orang yang memandang dirinya sebagai orang benar belum tentu menjadi orang yang peduli akan jeritan Sang Mesias, apalagi sesama. Ketika mereka lebih sibuk untuk menemukan kesalahan dan melontarkan penghinaan, justru orang-orang yang acap kali dipandang sebagai orang tak layaklah yang rela untuk melihat dan mengaku.
Kini, saat kematian-Nya dikenang, siapakah yang peduli? Siapakah yang mau memandang penyaliban-Nya dengan hati yang penuh welas asih? [SET]
Utley -> Mrk 15:33-39
Utley: Mrk 15:33-39 - --NASKAH NASB (UPDATED): Mr 15:33-3933 Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. 34 Dan pada jam tiga b...
NASKAH NASB (UPDATED): Mr 15:33-39
33 Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. 34 Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "ELOI, ELOI, LAMA SABAKHTANI?," yang berarti: ALLAHKU, ALLAHKU, MENGAPA ENGKAU MENINGGALKAN AKU? 35 Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Lihat, Ia memanggil Elia." 36 Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia." 37 Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. 38 Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. 39 Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!"
Mr 15:33 "jam dua belas" Jika menggunakan waktu Yahudi yang digunakan, ini akan menjadi jam ke enam. Lihat catatan pada Mr 15:1.
□ "kegelapan meliputi seluruh daerah itu" Ini adalah salah satu dari tanda-tanda penghakiman PL, baik dalam suatu arti perjanjian (yaitu, salah satu dari tulah Mesir, lih. Kel 10:21; Ul 28:28-29) atau pengertian apokaliptik nya (lih. Yoel 2:2; Am 8:9-10; Zef 1:15). Ini adalah lambang Allah Bapa menarik hadirat-Nya dari Anak-Nya, yang menanggung dosa seluruh umat manusia. Inilah yang paling ditakutkan oleh Yesus di Getsemani (yang dilambangkan dengan "AllahKu, AllahKu, Mengapa Engkau meninggalkan aku?" dalam ay. Mr 15:34). Yesus menjadi korban penghapus dosa dan menanggung dosa seluruh dunia (lih. 2Kor 5:21). Ia mengalami pemisahan pribadi dari Bapa. Kegelapan adalah simbol fisik dari Allah Bapa yang berpaling dari Anak-Nya.
Mr 15:34 "pada jam tiga" Jika waktu Yahudi yang digunakan, ini adalah jam ke sembilan.
□ "ALLAHKU, ALLAHKU, MENGAPA ENGKAU MENINGGALKAN AKU" Ini adalah kutipan dari Mazm 22:1. Karena gulungan kitab Yahudi tidak memiliki pembagian pasal dan ayat (yang semuanya ditambahkan ke naskah-naskah Alkitab di abad pertengahan), tampaknya bahwa dengan mengutip ayat yang pertama, Yesus ingin menyoroti seluruh Mazmur.
Ada suatu perbedaan pendapat ilmiah tentang bagaimana frase ini harus diterjemahkan
- 1. Septuaginta menuliskan "Allahku, Allahku, sertailah aku" (yang terjadi dalam Mazmur)
- 2. Terjemahan Peshitta (yang diterjemahkan oleh George M. Lamsa) menuliskan
- a. Mazm 22:1, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau biarkan aku hidup?"
- b. Mr 15:34, "AllahKu, AllahKu, untuk inilah Aku diselamatkan!"
- 3. Masyarakat Publikasi Yahudi Amerika, menuliskan Mazm 22:1 sebagai "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?"
- 4. Codex Bezae (abad kelima) menuliskan "Alahku, Allahku, mengapa Engkau mencela aku?" Untuk diskusi lengkap dari masalah-masalah Gnostik yang berhubungan dengan ayat ini lihat Bart D. Ehrman s Korupsi Ortodoks atas Alkitab: Dampak dari Kontroversi Kristologis Awal pada Naskah Perjanjian Baru, hal 143-145.
Yesus mengalami ukuran penuh yang terakhir dari dosa manusia—pemisahan dari persekutuan dengan Bapa (lih. Yes 54:2). Manusia diciptakan untuk bersekutu dengan Allah, tanpa itu kita tidak pernah bisa utuh!
Mr 15:34,35 "Ia memanggil Elia" Yesus dan para rasul (dan semua orang Yahudi di Palestina pada abad pertama) berbicara bahasa Aram. Markus, yang menulis untuk orang Romawi, selalu menterjemahkan ungkapan-ungkapan bahasa Aram, yang diingat dengan begitu baik oleh Petrus ini. Dalam bahasa Aram Elia adalah Elia. Kalimat Aram ini juga tercatat dalam Mat 27:46. Ini adalah frasa paling mengejutkan yang diserukan Yesus dari salib. Dia merasa terasing dari Bapa. Elia secara tradisional adalah nabi yang akan datang di saat kesulitan dan sebelum kedatangan Mesias (lih. Mal 3:1-6; 4:4-6), oleh karena itu, para penonton itu berpikir bahwa Yesus berdoa bagi dia untuk datang menolong-Nya.
Salah satu penulis favorit saya adalah F. F. Bruce. Dalam bukunya Jawaban atas Pertanyaan, hal 65, ia menyebutkan sebuah artikel dalam Eksplorasi Palestina Triwulanan, Januari-April, 1951, oleh Alfred Guillaume, yang mencatat bahwa akhiran " ku" ditemukan dalam Naskah Gulungan Laut Mati sebagai iya. Ketika Yesus berkata, "Allahku," maka bentuk katanya akan menjadi Eliya, yang diucapkan sangat dekat dengan nama Elia. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa para penonton tersebut salah memahami kata-kata Yesus.
Mr 15:36 " anggur asam" Ini adalah anggur murahan yang diminum oleh rakyat dan tentara. Hal ini mungkin berhubungan dengan Mazm 22:15. Yesus begitu keringnya, sehingga Ia harus minum untuk membantu-Nya berbicara beberapa kata terakhir dari salib (lih. Yoh 19:28-30).
□ "mencucukkannya pada sebatang buluh" Buluh ini digunakan untuk bisa mencapai mulut-Nya. Memberikan minuman kepada orang disalib bukanlah tindakan belas kasih, tapi cara untuk memperpanjang hidup dan penderitaan.
□ "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia" Ini bukan dari belas kasihan, tetapi keinginan untuk melihat tanda (lih. Mat 27:47-48).
Mr 15:37 "berserulah… dengan suara nyaring " Yoh 19:30 memberitahukan pada kita bahwa Ia berkata, "Sudah selesai!" Kata ini telah ditemukan tertulis di dokumen-dokumen bisnis dalam papirus bahasa Yunani Koine dari Mesir. Ini rupanya adalah istilah komersial yang berarti "dibayar penuh/lunas" (yaitu, Yes 53).
Mr 15:38 "tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah" Ada dua tirai ke ruangan sakral di dalam Bait Allah, satu di dalam Ruangan Kudus dan yang kedua sebelum Ruangan Mahakudus. Jika tirai yang kedua yang robek maka tak seorang pun akan dapat melihatnya selain dari para imam, kecuali tirai yang pertama secara teratur ditarik ke belakang dan diikatkan ke samping. Tirai ini dijelaskan dalam Kel 26:31-37. Dalam zaman Yesus, di Bait Suci Herodes yang telah direnovasi, tirai ini berukuran 20 m kali 10 m dan berketebalan sekitar 10cm! Jika yang luar yang sobek maka semua jamaah dalam berbagai halaman luar yang berbeda akan dapat melihatnya. Hal ini sepertinya menunjukkan bahwa cara untuk bersekutu intim dengan Allah telah dibangun kembali oleh Allah pada saat kematian Kristus (lih. Kej 3:15; Kel 26:31-35) Dalam Mat 27:51-53 mujizat lain dicatat sebagai tanda-tanda bukti.
Mr 15:39 "kepala pasukan" Ini adalah ―centurion― yaitu pangkat seorang perwira militer Romawi tingkat rendah. Secara harfiah berarti "pemimpin seratus." Orang-orang ini adalah tulang punggung tentara Romawi. Kornelius dalam Kis 10 adalah juga seorang perwira seperti ini. Markus ditulis untuk menginjili orang Romawi!
□ "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah" Secara harfiah ini adalah "orang ini adalah seorang Anak Allah." Namun tidak adanya artikel tidak secara otomatis berarti tidak pasti (lih. Mat 4:3,6; 14:33; 27:43 dan Luk 4:3,9). Ini adalah tentara Romawi yang mengeraskan hati. Ia telah melihat banyak orang mati (lih. Mat 27:54). Ini mungkin "perikop fokus" dari Markus karena Injil ini secara khusus ditulis untuk orang Romawi. Injil ini memiliki banyak kata-kata Latin dan sangat sedikit kutipan PL. Juga adat istiadat Yahudi dan frasa bahasa Aram diterjemahkan dan dijelaskan. Di sini seorang perwira Romawi mengakui imannya dalam pemberontak Yahudi yang disalibkan!
Hal ini kemungkinan secara teologis disengaja bahwa orang yang lewat, imam kepala, dan bahkan sesama tahanan mengejek Yesus, tetapi perwira Romawi ini jsutru menanggapi dalam keteguhan dan kekaguman!
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Markus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Markus
Tema : Yesus, Sang Putra-Hamba
Tanggal Penulisan: 55-65 M
Latar Belakang
Di antara keempat Injil, Injil Marku...
Penulis : Markus
Tema : Yesus, Sang Putra-Hamba
Tanggal Penulisan: 55-65 M
Latar Belakang
Di antara keempat Injil, Injil Markus merupakan kisah yang paling singkat tentang "permulaan Injil tentang Yesus" (Mr 1:1). Sekalipun nama penulis tidak disebut dalam kitab itu sendiri (berlaku bagi semua Injil), dengan suara bulat gereja yang mula-mula memberi kesaksian bahwa Yohanes Markus adalah penulis Injil ini. Ia dibesarkan di Yerusalem dan termasuk angkatan pertama orang Kristen (Kis 12:12). Markus memiliki kesempatan yang unik karena berhubungan dengan pelayanan tiga orang rasul PB: Paulus (Kis 13:1-13; Kol 4:10; File 1:24), Barnabas (Kis 15:39) dan Petrus (1Pet 5:13). Menurut Papias (sekitar 130 M) dan beberapa bapak gereja abad kedua, Markus memperoleh isi Injilnya dari hubungannya dengan Petrus. Ia menulisnya di Roma untuk orang Romawi yang percaya. Sekalipun saat penulisan Injil ini tidak jelas, sebagian besar sarjana menetapkan tanggalnya sekitar tahun 50-60 M; mungkin Injil ini yang pertama-tama ditulis.
Tujuan
Pada tahun 60-an M, orang percaya diperlakukan secara kejam oleh masyarakat dan banyak di antaranya disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan kaisar Nero. Menurut tradisi, di antara para syahid Kristen di Roma itu terdapat Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Selaku salah seorang pimpinan gereja di Roma, Yohanes Markus digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini sebagai suatu antisipasi yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap masa penganiayaan ini. Tujuannya ialah memperkuat dasar iman dalam orang percaya di Roma, dan jikalau diperlukan, mendorong mereka untuk dengan setia menderita demi Injil, dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan, kematian serta kebangkitan Yesus, Tuhan mereka.
Survai
Dalam suatu kisah yang bergerak dengan cepat, Markus memperkenalkan Yesus sebagai Putra Allah dan Mesias, hamba yang menderita. Titik yang menentukan dalam kitab ini adalah episode di Kaisarea Filipi, yang disusul oleh peristiwa pemuliaan Yesus (Mr 8:27--9:10), ketika identitas dan misi penderitaan Yesus dinyatakan dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya. Bagian pertama kitab Injil ini memusatkan perhatian terutama kepada mukjizat luar biasa yang dilakukan Yesus dan pada kuasa-Nya atas penyakit dan setan-setan sebagai tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Akan tetapi, di Kaisarea Filipi itu Yesus memberitahukan dengan terus terang kepada para murid bahwa Dia harus "menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari" (Mr 8:31). Banyak ayat dalam kitab ini menyebut penderitaan sebagai harga kemuridan (mis. Mr 3:21-22,30; Mr 8:34-38; Mr 10:33-34,45; Mr 13:8,11-13). Namun setelah mereka menderita karena Dia maka Allah akan menyatakan bahwa Ia berkenan kepada mereka, sebagaimana ditunjukkan dalam kebangkitan Yesus.
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai Injil Markus:
- (1) Injil ini penuh kegiatan, yang lebih menekankan apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang diajarkan oleh-Nya (Markus mencantumkan 18 mukjizat Yesus dan hanya empat perumpamaan-Nya);
- (2) Injil ini khususnya untuk orang Romawi, serta menjelaskan adat-istiadat Yahudi, meniadakan semua daftar keturunan Yahudi dan kisah kelahiran, penggunaan istilah Latin dan menerjemahkan kata-kata dalam bahasa Aram;
- (3) Injil ini bernada mendesak, dimulai dengan tiba-tiba dan bergerak dengan cepat dari episode yang satu kepada episode yang lain, dengan menggunakan 42 kali kata keterangan Yunani yang diterjemahkan dengan "seketika itu juga".
- (4) Injil ini ditulis dengan hidup, seraya menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus dengan ringkas dan tepat, dengan gamblang dan dengan keahlian dari seorang pujangga.
Full Life: Markus (Garis Besar) Garis Besar
I. Persiapan untuk Pelayanan Yesus
(Mr 1:1-13)
A. Pelayanan Yohanes Pembaptis
(Mr 1:2-8)...
Garis Besar
- I. Persiapan untuk Pelayanan Yesus
(Mr 1:1-13) - A. Pelayanan Yohanes Pembaptis
(Mr 1:2-8) - B. Pembaptisan Yesus
(Mr 1:9-11) - C. Pencobaan Yesus
(Mr 1:12-13) - II. Pelayanan yang Mula-Mula di Galilea
(Mr 1:14-3:6) - A. Empat Murid yang Pertama
(Mr 1:14-20) - B. Hari Sabat di Kapernaum
(Mr 1:21-34) - C. Perjalanan Pelayanan yang Pertama
(Mr 1:35-45) - D. Pertentangan dengan Orang Farisi
(Mr 2:1-3:6) - III.Pelayanan yang Kemudian di Galilea
(Mr 3:7-7:23) - A. Menyingkir ke Pantai
(Mr 3:7-12) - B. Pengangkatan Dua Belas Murid
(Mr 3:13-19) - C. Sahabat dan Musuh
(Mr 3:20-35) - D. Mengajar dengan Perumpamaan
(Mr 4:1-34) - E. Mengajar Melalui Mukjizat
(Mr 4:35-5:43) - F. Yesus di Nazaret
(Mr 6:1-6) - G. Pengutusan Dua Belas Murid
(Mr 6:7-13) - H. Herodes dan Yohanes Pembaptis
(Mr 6:14-29) - I. Berbagai Mukjizat dan Pengajaran di Sekitar Danau Galilea
(Mr 6:30-56) - J. Pertentangan dengan Tradisi
(Mr 7:1-23) - IV. Pelayanan di Luar Galilea
(Mr 7:24-9:29) - A. Penyembuhan Dua Orang Bukan Yahudi
(Mr 7:24-37) - B. Mukjizat-Mukjizat Lagi
(Mr 8:1-26) - C. Episode Kaisarea Filipi
(Mr 8:27-9:1) - D. Episode Pemuliaan
(Mr 9:2-29) - V. Menuju ke Yerusalem
(Mr 9:30-10:52) - A. Melalui Galilea
(Mr 9:30-50) - B. Pelayanan di Perea
(Mr 10:1-52) - VI. Minggu Penderitaan
(Mr 11:1-15:47) - A. Minggu: Memasuki Yerusalem dengan Jaya
(Mr 11:1-11) - B. Senin:
- 1. Mengutuk Pohon Ara
(Mr 11:12-14) - 2. Menyucikan Bait Allah
(Mr 11:15-19) - C. Selasa:
- 1. Iman dan Ketakutan
(Mr 11:20-33) - 2. Perumpamaan dan Pertentangan
(Mr 12:1-44) - 3. Khotbah di Betania
(Mr 13:1-37) - 4. Pengurapan di Betania
(Mr 14:1-11) - D. Kamis: Perjamuan Akhir
(Mr 14:12-25) - E. Jumat:
- 1. Yesus di Taman Getsemani
(Mr 14:26-52) - 2. Pengadilan Yahudi
(Mr 14:53-72) - 3. Pengadilan Romawi
(Mr 15:1-20) - 4. Penyaliban dan Penguburan
(Mr 15:21-47) - VII.Kebangkitan
(Mr 16:1-20) - A. Penemuan Kebangkitan
(Mr 16:1-8) - B. Penampilan-Penampilan Pasca-Kebangkitan
(Mr 16:9-18) - C. Kenaikan dan Penugasan Para Rasul
(Mr 16:19-20)
Matthew Henry: Markus (Pendahuluan Kitab) Kita telah mendengar bukti yang diberikan oleh saksi pertama mengenai ajaran dan mujizat Yesus Tuhan kita. Sekarang di sini hadir saksi lain lagi yang...
Kita telah mendengar bukti yang diberikan oleh saksi pertama mengenai ajaran dan mujizat Yesus Tuhan kita. Sekarang di sini hadir saksi lain lagi yang perlu kita perhatikan. Makhluk yang kedua berkata, “Mari!” (Why. 6:3, KJV: “Mari dan lihatlah”). Mari kita selidiki sejenak:
- I. Tentang saksi ini. Ia bernama Markus. Markus adalah sebuah nama Romawi, dan sangat umum. Walau demikian, tidak ada alasan lagi yang bisa menyangkal bahwa ia terlahir dari keturunan Yahudi. Namun, sama seperti Saulus, ketika ia pergi ke antara berbagai bangsa dan menggunakan nama Romawi Paulus, begitu pula halnya dengan Markus, yang menurut Grotius mungkin mempunyai nama Yahudi Mardocai. Kita membaca tentang Yohanes yang memiliki nama keluarga Markus, putra saudara perempuan Barnabas, yang kurang begitu disukai Paulus (Kis. 15:37-38). Namun, belakangan Paulus bersikap sangat baik kepadanya, sehingga bukan saja ia memerintahkan gereja-gereja untuk menerimanya (Kol. 4:10), tetapi juga meminta orang menjemputnya untuk menjadi asistennya, disertai pujian yang berbunyi, “Pelayanannya penting bagiku” (2Tim. 4:11). Paulus juga memperhitungkannya sebagai rekan sekerja (Flm. 1:24). Kita membaca tentang Markus yang disapa Paulus sebagai anaknya, karena melalui pelayanannya, Markus telah bertobat (1Ptr. 5:13). Memang tidak jelas apakah kedua Markus ini orang yang sama, dan jika tidak, siapa dari antara keduanya yang menulis Injil ini. Namun, sudah menjadi tradisi yang sangat umum di kalangan penulis pada zaman dahulu, bahwa Markus menulis Injil ini di bawah petunjuk Petrus, dan diperkuat melalui wewenangnya. Demikian halnya seperti yang tertulis dalam Hieron. Catal. Script. Eccles.: Marcus discipulus et interpres Petri, juxta quod Petrum referentem audierat, legatus Roma à fratribus, breve scripsit evangelium – Markus, murid dan penerjemah Petrus, yang diutus dari Roma oleh saudara-saudara seiman, menulis sebuah Injil yang ringkas. Tertullian berkata menurut Marcion (vol. 4, bab 5) demikian: “Marcus quod edidit, Petri affirmetur, cujus interpres Marcus” – Markus, penerjemah Petrus, menyampaikan secara tertulis hal-hal yang telah dikhotbahkan Petrus. Namun kita juga perlu memperhatikan anjuran yang sangat baik dari Dr. Whitby, yaitu, “Mengapa kita harus mencari wewenang Petrus untuk mendukung keabsahan Injil ini? Mengapa kita mencari dukungan seperti yang dikatakan St. Jerome bahwa Petrus menyetujui dan merekomendasikan tulisan Markus ini melalui wewenangnya agar dibaca oleh gereja? Bukankah Markus, walaupun bukan seorang rasul, toh tidak dapat disangkal terhitung juga bersama dengan Lukas di antara ketujuh puluh murid yang senantiasa datang berkumpul dengan para rasul?” (Kis. 1:21) Ia mempunyai jabatan yang sama seperti yang dimiliki para rasul (bdk. Luk. 10:19 dengan Mrk. 16:18). Kemungkinan besar, ia juga menerima Roh Kudus pada saat yang sama dengan mereka (Kis. 1:15; 2:1-4). Oleh sebab itu, bukankah hal ini sama sekali tidak mengecilkan keabsahan atau nilai Injil ini meskipun Markus bukanlah salah seorang dari kedua belas rasul seperti halnya Matius dan Yohanes? St. Jerome berkata bahwa setelah menulis Injil ini, Markus pergi ke Mesir, dan merupakan orang pertama yang mengabarkan Injil di Aleksandria, tempat dia mendirikan gereja dan menjadi teladan besar mengenai hidup dalam kesucian. Constituit ecclesiam tantâ doctrinâ et vitæ continentiâ ut omnes sectatores Christi ad exemplum sui cogeret – Melalui pengajaran dan kehidupannya, ia begitu menghiasi gereja yang didirikannya, sehingga teladannya mempengaruhi semua pengikut Kristus.
- II. Tentang kesaksian ini. Injil Markus,
- . Singkat, jauh lebih singkat daripada Injil Matius, dan tidak begitu terperinci dalam mencatat khotbah-khotbah Kristus dibandingkan catatan Matius. Injil ini terutama menitikberatkan pada mujizat-mujizat-Nya.
- . Kesaksiannya sangat mirip dengan yang kita baca di dalam Injil Matius. Banyak kejadian luar biasa yang dibubuhkan pada kisah-kisah yang diceritakan di sana, namun tidak banyak hal yang baru.
Jerusalem: Markus (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Jerusalem: Markus (Pendahuluan Kitab) Injil Karangan Markus
Rangka Mrk adalah paling tidak sistematik. Pembukaan injil merangkum pewartaan oleh Yohanes Pembaptis, baptisan Yesus dan pencob...
Injil Karangan Markus
Rangka Mrk adalah paling tidak sistematik. Pembukaan injil merangkum pewartaan oleh Yohanes Pembaptis, baptisan Yesus dan pencobaanNya di padang gurun, Mrk 1:1-13; kemudian beberapa petunjuk tentang karya Yesus di Galilea, Mrk 1:14-7:23; menyusullah perjalanan Yesus bersama murid-muridNya ke daerah Tirus dan Sidon, ke Dekapolis, di kawasan Kaisarea Filipi, lalu Yesus kembali ke Galilea, Mrk 7:24 - 9:50. Akhirnya sebuah perjalanan lain melalui daerah Perea dan kota Yerikho menuju Yerusalem hendak menempuh sengsara dan kebangkitan, Mrk 10:1-16:8. Tanpa berkata tentang urutan kejadian-kejadian secara terperinci nampaklah rangka tersebut agak dibuat-buat. Sebab mungkin sekali, sebagaimana dibuktikan injil keempat, bahwa Yesus beberapa kali pergi ke Yerusalem sebelum Paskah-sengsara. Namun demikian garis-garis besar Mrk memperlihatkan suatu perkembangan yang perlu dipertahankan, baik karena nilai historisnya maupun karena makna teologisnya. Mula-mula Yesus disambut baik oleh rakyat yang semangatnya berkobar-kobar; lalu martabatNya sebagai Mesias yang sederhana dan rohani belaka mengecewakan harapan rakyat yang semangatnya menjadi kendor; Lalu Yesus meninggalkan daerah Galilea mencurahkan perhatian untuk mendidik sekelompok kecil murid-murid yang setia; tanpa syarat mereka akhirnya mengakui Yesus sejak pernyataan Petrus di Kaisarea Filipi; ini titik yang memutuskan; semenjak itu segala sesuatunya diarahkan ke Yerusalem; akibat perlawanan yang semakin menjadi maka di Yerusalem; akibat; akibat perlawanan yang semakin menjadi maka di Yerusalem terlaksanalah drama sengsara, yang akhirnya dimahkotai oleh tanggapan Allah yang menang, yakni kebangkitan.
Injil kedua ini terutama menaruh perhatiannya pada Yesus sebagai sebuah paradoks : oleh manusia Ia tidak diterima, bahkan ditolak, meskipun diutus oleh Allah dan oleh karena Allah, akhirnya menang juga. Mrk tidak begitu berminat terhadap pengajaran Yesus, sehingga hanya sedikit perkataan Yesus dimuatnya. Pokok utamanya ialah : pernyataan Mesias yang disalibkan. Dari satu pihak Mrk memperlihatkan Yesus sebagai Anak Alah yang diakui oleh Bapa sendiri, Mrk 1:11; 9:7, oleh setan-setan, Mrk 1:24; 3:11; 5:7, dan bahkan oleh manusia, Mrk 15:39; sebagai Mesias yang menghaki sebuah martabat ilahi, 14:62, dan melebihi malaikat, 13:32; yang menganggap diriNya berkuasa untuk mengampuni dosa, Mrk 2:10, sebagaimana dibuktikanNya dengan membuat mujizat, Mrk 1:31; 4:41 dll, mengusir roh-roh jahat, Mrk 1:27; 3:23; dll. Tetapi di lain pihak mengejek Yesus dan kesal hati terhadapNya, Mrk 5:40; 6:2 dst; permusuhan dari pihak pemimpin-pemimpin Yunani, Mrk 2:1-3:6; dll; bahkan murid-murid tidak sampai memahami Yesus, Mrk 4:13+; perlawanan yang membawa ke penghinaan salib. Justru batu sandungan itulah yang ingin dijelaskan oleh Mrk, tidak hanya dengan memperlawankannya dengan kemenangan terakhir dalam kebangkitan, tetapi juga dengan memperlihatkan bahwa haruslah terjadi demikian, menurut rencana rahasia Allah. Haruslah Kristus menderita untuk menebus manusia, Mrk 10:45; 14:24; demikianlah dinubuatkan oleh Alkitab, Mrk 9:12; 14:21, 49, dan Yesus sendiri juga menandaskan bahwa jalan perendahan dan sengsara harus ditempuh baik oleh Yesus sendiri, Mrk 8:31; 9:31; 10:33 dst, maupun oleh pengikut-pengikutNya, Mrk 8:34 dst; 9:35; 10:15, 24 dst, Mrk 39; 13:9-13. Hanya pengharapan Yahudi akan seorang Mesias pejuang dan pemenang kurang siap untuk menerima keterangan- keterangan semacam mengenai penderitaan dan penyangkalan diri. Itulah sebabnya maka Yesus untuk menghindarkan timbulnya semangat yang kurang tepat menyembunyikan mujizat-mujizatNya, Mrk 5:43; dll, dan diriNya sendiri Mrk 7:24; 9:30. Dari sebutan Mesias, Mrk 8:29 dst. yang terlalu berpautan dengan kemuliaan manusiawi. Yesus mengutamakan sebutan lebih sederhana dan lebih sama-sama, yaitu "Anak Manusia", 2:10, dll; bdk Mat 8:20+. Itulah yang disebutkan sebagai "rahasia Mesias", Mrk 1:34+. Memang benar juga "rahasia" itu dijadikan oleh Mrk sebagai pokok utama injilnya. Tetapi ini bukan buah daya khayalnya sendiri. Sebaliknya Markus telah menyelami kenyataan terdalam dalam jalan hidup Yesus yang penuh sengsara. Dan justru kenyataan itulah yang dibentangkan Mrk di hadapan kita dengan disinari cahaya iman yang secara depinitip diteguhkan oleh kemenangan Paskah.
Ende: Markus (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MARKUS
KATA PENGANTAR
Tentang Pengarang
Jang dari semula terkenal sebagai pengarang "Indjil kedua", ialah Markus,
jang d...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MARKUS
KATA PENGANTAR
Tentang Pengarang
Jang dari semula terkenal sebagai pengarang "Indjil kedua", ialah Markus, jang djuga disebut Joanes. Ia berasal dari Jerusalem dan masih muda sekali ketika Jesus, mengadjar dan bersengsara disitu. Ia agaknja kemudian murid Petrus, sebab Petrus menjebutnja "anakku" dalam suratnja I Petr. 5:19. Rumah ibunja digunakan oleh umat sebagai tempat perkumpulan mereka. Waktu Petrus ditahan dalam pendjara oleh Herodes Kis. Ras. (12:4-19), banjak orang berkumpul dalam rumah itu untuk berdoa. Dan setelah Petrus dibebaskan oleh Malaekat, ia terus pergi "kerumah Maria, ibu Joanes jang djuga dinamakan Markus" Kis. Ras. (12:12). Joanes tentu nama aslinja, dan baru kemudian oleh umat-umat Junani dan Romawi ia dinamakan Markus. Ia kemanakan Barnabas jang telah kita kenal sedikit dari Kis. Ras. 4:36, dan kemudian beberapa kali lagi kita temui sebagai pengadjar Indjil jang ulung. Markus turut serta pada perdjalanan Barnabas dan Saul (Paulus) ke pulau Siprus dan Asia-Ketjil, tetapi di Perge meninggalkan mereka dan pulang ke Jerusalem. Pada perdjalanan Paulus jang kedua, Barnabas ingin Markus ikut serta, tetapi Paulus tidak setudju, karena pengalamannja pada perdjalanan jang pertama. Hal itu mendjadi alasan bahwa Barnabas kembali ke Siprus dan Markus turut serta. Tetapi kira-kira sepuluh tahun berselang Markus ada bersama dengan Paulus kembali, jaitu di Roma waktu tahanan Paulus jang pertama disitu. Dalam suratnja kepada umat Kolose (4:10) ia menjampaikan salam Markus kepada umat itu dan minta mereka menjambut Markus dengan baik. Rupanja ia dikirim oleh Paulus untuk bertugas disitu. Dan ketika Paulus dalam tahanan kedua di Roma, ia minta Timoteus (II Tim. 4:9,11) lekas datang dan membawa serta Markus, sebab bantuannja sangat berharga untuk pekerdjaannja. Lain kabar tentang Markus tidak terdapat dalam karangan-karangan Kitab Kudus.
Dalam tradisi Markus hanja dikenal sebagai pembantu dan djurubahasa Petrus. Menurut buku-buku dari abad kedua dan ketiga, Markus menulis Indjil atas dorongan umat Roma, maka ditulisnja dengan teliti apa jang didengarnja dari Rasul Petrus dalam pengadjarannja kepada umat disitu. Dan memang sebagai djurubahasa Petrus, ia dapat mengetahui dengan teliti, baik isinja, maupun tjoraknja jang chas. Menurut pendapat jang tjukup umum dari Para sardjana, Indjil ini ditulis di Roma sebelum tahun 60.
Berita bahwa Indjil ini ditulis bagi umat Roma, dibenarkan oleh tjiri-tjiri karangan sendiri. Terang sekali bahwa ia ditudjukan kepada orang jang bukan Jahudi. Pengarang mengelakkan utjapan-utjapan dan peristiwa jang hanja penting atau berharga bagi orang-orang Jahudi, atau jang tidak dapat dimengerti oleh orang-orang Jahudi, ataupun dapat menjinggung mereka. Kata-kata bahasa Jahudi diterdjemahkan atau didjelaskannja. Bahasa karangan agak bertjorak Romawi.
Karangan Markus berdasarkan Katechese Petrus
Berita-berita bahwa Markus telah "menulis dengan teliti apa jang didengarnja dari, Petrus" tjotjok dengan sifat-sifat karangan. Tjara pengungkapan agak mirip dengan tjara bitjara Petrus dalam Kis. Rasul-Rasul. Gaja bertjeritera sebagian besar hanja mungkin berasal dari seorang jang menjaksikan segalanja dengan matanja sendiri dan berminat luar biasa, lagipun sendiri mengalami dan menghajatinja sehingga berkesan dalam. Tak mungkin bahwa Markus adalah penjaksi mata, sebab ia bukan murid Jesus. Gaja bertjeritera itu sederhana tetapi hidup, seperti tjotjok dengan kepribadian Petrus jang kita kenal. Suasana seluruhnja bernafaskan kedjiwaan dan semangat Petrus. Kedjudjuran dalam menondjolkan karangan-karangan para Rasul. dan chususnja Petrus sendiri menundjuk pula kepada Petrus sebagai sumbernja. Kalau kita mengingat segala kenjataan itu, tentu tak salah kalau dikatakan, bahwa Indjil Markus sebenarnja Indjil Petrus. Hal ini hanja meninggikan mutu karangan ini lagi.
Karangan sebagai tjiptaan Markus
Sungguhpun Indjil kedua dapat disebut Indjil Petrus, namun karangannja semata-mata karangan Markus. Bentuk seluruhnja, susunan dan bahasa adalah tjiptaan Markus, bukan sekedar terdjemahan dari perkataan Petrus. Apa jang didengarnja dari Petrus berulang-ulang kali, sangat meresap dalam ingatan dan hati-sanubari Markus, sehingga bukan sadja menentukan isi, melainkan djuga sedikit banjak tjorak dan suasana karangan ini.
Karangan Markus lama dipandang sebagai serangkaian tjeritera-tjeritera sadja, jang memang sedap dibatja, tetapi hanja merupakan satu ringkasan dari karangan-karangan Indjil jang lain, tanpa suatu gagasan jang istimewa, dan sebab itu kurang diperhatikan. Hal itu berubah sedjak muntjulnja sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa karangan Markus adalah paling asli. Lukas menggunakannja sebagai sumber utama karangannja, dan karangan Mateus dalam bentuknja jang kita punjai, sangat dipengaruhi olehnja. Dan minat terhadap karangan ini bertambah besar pula, sedjak seorang ahli menemukan suatu gagasan istimewa dalam susunannja. Dalam susunan itu Markus menggambarkan bagaimana Jesus, mulai dengan samar-samar, perlahan-lahan, selangkah demi selangkah, makin lama makin djelas menjatakan diri sebagai Mesias dan serentak dengan itu menundjukkan hakekat Keradjaan Allah jang dimaklumkannja. Kalau kita membatja karangan ini sambil memperhatikan djalan perkembangan itu, kita melihatnja sebagai rentjana Jesus jang sengadja dipilihnja, dan dalam pada itu kita mengerti sebabnja pula. Pokoknja ialah anggapan orang-orang Jahudi tentang Mesias jang didjandjikan dalam Kitab Sutji. Mereka tidak menangkap arti rohani kiasan-kiasan dan perbandingan-perbandingan jang digunakan para nabi untuk menggambarkan keagungan Mesias dan kemuliaan keradjaannja. Akibatnja, mereka membajangkan Mesias sebagai seorang radja turunan David, gemilang dan gagah perkasa, jang pertama-tama memerdekakan umat Israel, kaum terpilih, dari pendjadjahan kaum kafir dan memulihkan keradjaan David jang djaja dan makmur. Memang jang serentak djuga mengamalkan hukum taurat dengan sempurna. Lagipun bahwa Keradjaan Allah baru itu, dengan keradjaan Jahudi sebagai pusatnja akan menguasai segala bangsa.
Seandainja Jesus pada muntjulNja segera memaklumkan bahwa Ia adalah Mesias jang diharapkan kedatanganNja, tentu sadja orang ketjewa, sebab mereka mengenalNja hanja sebagai tukang kaju dari Nasaret. Dan bila kemudian mereka terpesona oleh mukdjizat-mukdjizat gilang-gemilang jang dikerdjakannja, maka mungkin sekali terdjadi apa jang dichawatirkan Jesus sesudah perbanjakan roti (Jo. 6:15), jaitu bahwa orang dengan ramai akan memproklamirkanNja sebagai Mesias-Radja dan membawaNja ke Jerusalem untuk dilantik dengan resmi. Dan kalau itu terdjadi, nasibNja tentu sadja sama dengan beberapa mesias-mesias palsu jang berpolitik dan telah dihukum mati sebagai pemberontak.
Perlu sekali dengan daja pikir dan intuisi mereka sendiri, orang lama- kelamaan insjaf, bahwa Jesus datang dari Allah, mengadjar dan bertindak betul- betul atas nama Allah, dan kuasa Allah sendiri bekerdja didalamnja. Kepertjajaan bahwa Ia betul-betul Mesias dan Putera Allah harus timbul dari pengertian mereka sendiri dan demikian djadi berakar pasti dalam batin mereka. Dan serentak dengan itu harus bertumbuh keinsjafan bahwa Ia sedikitpun tidak bertjita-tjita politik, melainkan kemuliaan KeradjaanNja serba rohani dan surgawi, dan tjita-tjitanja tepat bertentangan dengan tjita-tjita jang serba duniawi.
Susunan karangan
Rentjana Jesus jang tampak dalam susunan karangan dapat dibagi atas dua babak. Titik peralihan dari jang satu kepada jang lain terletak dalam pengakuan Petrus (8:29).
Babak pertama
Dalam babak pertama Jesus terutama bergerak diantara rakjat djelata, sambil diiringi oleh sekelompok murid-muridNja dan para rasul. Ia memaklumkan Keradjaan Allah dan menerangkan sifat-sifat, tuntutan-tuntutan dan tjita-tjitanja, tetapi masih setjara terselubung. la menjatakan kuasa IlahiNja dalam mukdjizat- mukdjizat jang dibuatNja melulu untuk menolong orang dalam kesusahannja. Dan demikian Ia menundjukkan keluhuran hatiNja dan tjinta IlahiNja sebagai pernjataan tjinta Allah. Tetapi dalam pada itu Ia tidak mengingatkan orang kepada nubuat-nubuat para nabi jang ditepati padaNja, pun tidak menamakan Diri dengan suatu gelaran atau sebutan jang terkenal sebagai gelaran Mesias.
Sebab hatinja jang masih murni, maka murid-murid Jesus, chususnja para rasul, tetapi djuga rakjat djelata, tjukup berintuisi untuk makin lama makin mengerti. Mereka mulai meraba-raba; mungkin Ia Joanes Pemandi jang hidup kembali, atau Elias ataupun nabi utama jang ditunggukan sebagai pelopor Mesias (8:28). Mereka sudah mulai berpikir lebih djauh lagi, seperti terkandung dalam tjetusan- tjetusan ketakdjuban dalam 1:27: Apakah itu? Sabda penuh kekuasaan. Roh djahat malahan takluk kepadanja. Bandinglah Mt. 8:27 dan Lk. 4:36, jang agak lebih terang lagi. Tetapi mereka belum sampai mengenalNja dengan agak njata sebagai Mesias atau berani menjebutnja dengan suatu gelaran jang menundjuk kepada Mesias.
Kalangan-kalangan atasan, chususnja para ahli taurat dan parisi tjukup tjerdik untuk mengerti bahwa Ia menjatakan Diri dan bertindak sebagai Mesias, tetapi mereka membungkem suara hatinuraninja, karena kesombongan dan tjita-tjita duniawinja. Mereka tetap tidak mau mengerti, dan memang sukar masuk akal baginja, bahwa mungkin seorang tukangkaju dari rakjat djelata jang tak berminat terhadap tjita-tjita politik umat Allah, dan jang tjita-tjitaNja serba rohani, adalah Mesias, jang diharapkan. Akibatnja mereka makin lama makin lebih menentang dan membentjiNja.
Rasul-rasul jang bekas murid Joanes Pemandi telah mendengar dia menjebut Jesus Anak-domba jang mengambil dosa dari dunia. Dan Andreas berkata kepada saudaranja Simon: kami telah menemukan Mesias. Dan utjapan Pilipus kepada Natanael lebih njata lagi. Batjalah Jo.1:35-51. Meski demikian mereka tentu belum mengerti hakekat utjapan-utjapan itu. Djuga bagi mereka Jesus masih tetap misteri penuh rahasia. Tentu mereka tjukup berintuisi dan menduga-duga, tetapi belum berani mengutjapkan dugaannja. Sampai pada suatu ketika tertentu.
Saat peralihan
Pada suatu hari didaerah Sesarea Pilipi Jesus bertanja kepada para rasul: Orang menjebut Aku siapa? Djawab mereka: Joanes Pemandi, lain orang Elias, jang lain pula salah seorang dari antara para nabi. Lalu Jesus bertanja: Tetapi kamu ini, kamu menjebut Aku siapa? Petrus mendjawab: Engkau Mesias. (Mk. 8:27-29). Berita ini dalam karangan Mt. lebih luas dan tegas. Baiklah batja Mt. 16:13-20. Jesus masih melarang beritahukan itu begitu djelas kepada orang banjak. Dan sedjak itu Jesus menarik Diri dari keramaian orang banjak di Galilea, untuk chususnja mengadjar dan mendidik murid-muridNja, teristimewa para rasul.
Babak jang kedua
Pada tingkatan kepertjajaan murid-murid jang pasti itu, dapatlah Jesus membentuk pengertian jang lebih tinggi dan mendalam tentang hakekat tugasNja sebagai Mesias dan tentang tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita Keradjaan Allah, jang agak sukar masuk akal bagi manusia kodrati. Dan segera Jesus "mulai mengadjar mereka" (8:31) bahwa "Putera manusia" perlu menderita banjak, dan dibuang (sebagai batu sendi) oleh mahkamah agung dan dihukum mati, diserahkan kepada orang-orang kafir untuk dibunuh, dan dalam pada itu Ia akan dihinakan, diludahi, dan didera. Tetapi djuga bahwa Ia akan bangkit pula pada hari jang ketiga. Pernjataan itu diberikan tiga kali. Kali pertama segera sesudah pengakuan Petrus (8:31). Petrus terkedjut dan membantah. Jesus menegur: "Undurlah, hai penggoda, engkau berpikir setjara manusia, bukan setjara Allah. Kedua kalinja sesudah la menampakkan Dirinja dalam kemuliaanNja diatas gunung (9:31). Murid-murid tidak mengerti dan diam sadja. Ketiga kalinja, ketika Ia naik ke Jerusalem, dan Ia berdjalan dimuka. (10:52-34). Mereka terkedjut dan semua orang jang mengikuti pada takut.
Dan berselang-selang dengan pernjataan itu Jesus menjatakan tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita Keradjaan Allah, jang sukar masuk akal bagi manusia jang berketjenderungan djasmani dan duniawi. Siapa jang hendak masuk keradjaan Allah harus mendjual harta-bendanja dan mengikut Jesus dalam kemiskinan. Hampir tak mungkin orang-orang kaja masuk. Siapa ingin mendjadi besar didalam Keradjaan Allah harus merendahkan diri dan melajani semua orang sebagai hambanja. Siapa ingin duduk dekat pada Jesus dalam Keradjaan itu, harus sanggup minum piala sengsara jang diminum Jesus, dan dipermandikan dengan permandian seperti jang diterima Jesus, jaitu ditenggelamkan dalam sengsara. Jang hendak mengikut Jesus kedalam kemuliaanNja harus menjangkal diri, memikul salibnja tiap-tiap hari, malah bersedia menjerahkan njawanja demi Jesus dan Indjil, untuk menjelamatkan njawanja, jaitu untuk memperoleh hidup abadi. Nasib pengikut Jesus tak lain dari nasib Jesus sendiri (13:9).
Sedjak pengakuan Petrus, Jesus menamakan diri "Putera manusia", suatu gelaran bagi Mesias jang terdapat dalam nubuat Daniel (Dan. 7:15-14). Ia membiarkan orang memanggiINja "Jesus Putera David" (10:47) gelaran mana lazim bagi Mesias. la membiarkan pula orang mengelu-elukannja ke Jerusalem sebagai "Putera David jang datang atas nama Allah". la menundjukkan kewibawaanNja sebagai Mesias atas rumah Allah, (menurut Jo. 2:16 sebagai Putera Allah atas rumah BapaNja), dengan mengusir para pendjual dari kenisah. Kewibawaan jang sama ditundjukkanNja kepada para penentang dengan mempersalahkan salah paham dan salah sikap mereka. Mereka mengerti amat baik, bahwa dengan segalanja itu Ia menjatakan Diri sebagai Mesias dan Putera Allah. Banjak orang pertjaja dan semakin mereka memuliakan Jesus semakin naiklah irihati dan kebentjian para atasan. Achirnja, didepan mahkamah agung, atas pertanjaan imam agung sebagai hakim jang resmi, apakah Ia "Mesias, Putera Allah", dengan terus terang Jesus membenarkannja dan ditambahNja lagi, bahwa mereka akan melihatNja duduk disebelah kanan Allah jang Mahakuasa dan bahwa Ia akan datang kembali diatas awan-awan langit. Dan sebab Ia memberi djawab jang benar atas pertanjaan jang resmi itu Ia dihukum mati. Riwajat sengsara dan kebangkitan Jesus dalam Markus ringkas sekali. Ketenangan bahasanja agak menggambarkan ketenangan dan penjerahan para murid djuga. Dari segala pernjataan Jesus dan dari sikapNja terhadap para penentangNja, mereka sudah mengerti bahwa la menempuh djalan sengsaraNja dengan penuh kebebasan kehendakNja dan rela hati, pun dalam kesadaran akan kemenanganNja kelak, Pernjataan Jesus, bahwa Putera manusia datang untuk menjerahkan njawaNja untuk penebusan banjak orang (10:45) dan bahwa darahNja akan ditumpahkan bagi banjak orang (14:24), lagi pula bahwa la akan bangkit pada hari ketiga, tentu sadja berkesan pada mereka djuga, biarpun kabur-kabur sadja, sebab memang sukar untuk bertahan. Biarpun mereka melarikan diri sebab terkedjut, tetapi tentu untuk sementara sadja. Petrus dan Joanes menjusul sampai diistana imam agung, Joanes sampai dikaki salib. Jang lain barangkali ada diantara mereka jang berdiri memandang dari djauh (15:40). Itu tentu terkandung dalam Lk. 23:40: "Segala kenalanNja, diantaraNja wanita-wanita jang mengikutiNja dari Galilea, berdiri memandang dari djauh". Dan sesudah wafatnja Jesus, Rasul-Rasul dan murid-murid jang lain tinggal terus bersama-sama di Jerusalem, tentu sebab dalam lubuk hati mereka hidup pengharapan akan kebangkitan Jesus djuga, meskipun tidak tahu bagaimana membajangkannja. Baru sesudah kebangkitan Jesus segala-galanja mendjadi njata bagi mereka.
BIS: Markus (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MARKUS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Markus dimulai dengan pernyataan: "Inilah Kabar Baik
tentang Yesus Kristus, A
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MARKUS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Markus dimulai dengan pernyataan: "Inilah Kabar Baik tentang Yesus Kristus, Anak Allah". Dalam Kabar Baik itu Yesus ditampilkan sebagai seorang yang banyak bertindak dan yang berwibawa. Kewibawaan-Nya nyata dalam cara Ia mengajar, dalam kuasa-Nya terhadap roh-roh jahat, dan dalam mengampuni dosa. Yesus menampilkan diri-Nya sebagai Anak Manusia yang memberikan nyawa-Nya supaya manusia dibebaskan dari dosa.
Cerita tentang Yesus dalam buku ini disampaikan secara hidup dan terus terang. Perbuatan-perbuatan-Nya lebih banyak ditekankan daripada perkataan dan ajaran-Nya. Setelah kata-kata pendahuluan yang singkat mengenai Yohanes Pembaptis dan mengenai baptisan Yesus serta cobaan terhadap diri-Nya, buku Markus ini langsung menceritakan pelayanan Yesus, khususnya tentang penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan-Nya dan tentang pengajaran-Nya. Pasal-pasal terakhir memuat cerita tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada minggu terakhir dalam hidup Tuhan Yesus di dunia ini, terutama tentang penyaliban diri-Nya dan kebangkitan-Nya dari kematian.
Kedua bagian akhir dari buku Markus, yang dimasukkan dalam tanda kurung besar, umumnya dianggap bukan tulisan penulis buku Markus, melainkan seorang yang lain.
Isi
- Pendahuluan
Mr 1:1-13 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat di Galilea
Mr 1:14-9:50 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mr 10:1-52 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mr 11:1-15:47 - Kebangkitan Yesus
Mr 16:1-8 - Penampakan dan terangkatnya Yesus ke surga
Mr 16:9-20
Ajaran: Markus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi kitab Injil Markus orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi kitab Injil Markus orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Markus.
Tahun : Sekitar tahun 50 Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen dari bangsa bukan Yahudi. (Dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Injil Markus terdiri dari 16 pasal. Injil Markus menunjukkan bagaimana Yesus Kristus, sebagai hamba yang setia, sibuk dengan pelayanan-Nya. Dalam Injil ini Tuhan Yesus dilukiskan sebagai hamba yang setia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Markus
Pasal 1-10 (Mr 1:1-10:52).
Hamba yang setia ini melaksanakan tugas pelayanannya
- Bacalah pasal Mr 1:35. Nats ini menceritakan bagaimana Hamba itu memulai pelayanan/tugas-Ny dengan berdoa. Hal ini juga mengajarkan agar setiap orang percay selalu memulai tugas dan pekerjaannya dengan memohon pimpinan Tuha atau berdoa. _Tanyakan_: Apakah saudara sering berdoa/sudahkah anda berdoa?
- Bacalah pasal Mr 10:45. Nats ini menyatakan bahwa Hamba itu datang bukanlah untuk dilayani tetapi untuk melayani dengan menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusa dosa manusia. Hal ini mengajarkan kepada setiap orang Kristen untu memberikan pelayanan kepada Allah, yaitu dengan memberitakan Injil da melayani di dalam gereja.
Pasal 11-15 (Mr 11:1-15:47).
Hamba yang setia memberikan dirinya mengalami penderitaan dan kematian dalam melaksanakan tugasnya
Nats ini menjelaskan bagaimana Hamba itu melayani dengan penuh kesetiaan, walaupun harus mengalami penderitaan bahkan sampai kematian.
Pendalaman
- Bacalah pasal Mr 14:32-41. (Khususnya ayat 36). Ayat ini menceritakan bagaimana Hamba yang setia itu berdoa dan memohonkan keinginan-Nya, tetapi akhirnya Ia mengatakan agar kehendak yang mengutus-Nya saja yang jadi. Ini mengajarkan kepada setiap orang yang percaya, agar dalam doanya selalu meminta kehendak Allah saja yang jadi. _Tanyakan_: Bagaimanakah doa saudara kepada Allah?
- Tuhan Yesus setia melayani kehendak Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib dan bangkit dari kematian. Teladan apakah yang harus ada pada kita sebagai murid-murid-Nya?
Pasal 16 (Mr 16:1-20). Hamba yang setia dipermuliakan Nats ini menceritakan tentang Hamba yang setia itu memperoleh kemuliaan melalui kebangkitan-Nya dari kematian.
Pendalaman
Bacalah pasal Mr 16:1-19. Nats ini menjelaskan tentang Hamba yang setia itu membuktikan kebangkitan-Nya. Ini mengajarkan kepada orang percaya bahwa Yesus Kristus benar-benar bangkit dari kematian-Nya.
_Tanyakan_: Kepada siapakah Tuhan Yesus menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Markus dibuktikan bahwa Yesus Kristus adalah Hamba Allah yang memberikan diri-Nya sebagai korban atas dosa-dosa manusia.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Markus?
- Apakah pokok pengajaran Injil Markus?
- Untuk apakah Yesus Kristus datang ke dunia ini?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima dar mempelajari Injil Markus?
Intisari: Markus (Pendahuluan Kitab) Buku pegangan guru Kristen
SIAPAKAH YOHANES MARKUS?1. Dia adalah kemenakan Barnabas (Kol 4:10).2. Dia tinggal di Yerusalem bersama ibunya, Maria (Kis
Buku pegangan guru Kristen
SIAPAKAH YOHANES MARKUS?
1. Dia adalah kemenakan Barnabas (Kol 4:10).
2. Dia tinggal di Yerusalem bersama ibunya, Maria (Kis 12:12). Jemaat berkumpul di rumahnya.
3. Dia pergi bersama Paulus dan kemenakannya pada perjalanan misi yang pertama (Kis 13:5).
4. Markus meninggalkan teman-temannya setelah beberapa waktu berada di Siprus (tanah kelahiran Barnabas, Kis 4:36), mungkin karena ia tidak setuju atas tindakan Paulus yang mengambil alih pimpinan.
5. Dia kembali ke Yerusalem (Kis 13:13).
6. Di Yerusalem ia memperoleh banyak kesempatan untuk berbicara dengan Petrus.
7. Kemungkinan besar Petruslah yang membuat Markus percaya kepada Yesus; Petrus menyebutnya 'Markus anakku', dalam 1Petrus 5:13.
8. Secara umum diakui bahwa Markus menulis kabar baik tentang Yesus sesuai dengan apa yang didengarnya dari Petrus.
9. Ada yang berpendapat bahwa Markus adalah anak muda yang disebut-sebut dalam Markus 14:51, 52, tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.
WAKTU PENULISAN.
Injil Markus mungkin merupakan Injil yang paling awal ditulis, yaitu antara tahun 65 dan 70 M, sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan. Tampaknya baik Matius maupun Lukas telah memakai Injil Markus untuk penulisan Injil mereka.
MISTERI INJIL MARKUS.
Markus memperlihatkan pada kita Yesus yang mempunyai rahasia. Dalam Injil Markus kita mendapatkan Yesus tanpa publisitas...
1. Roh jahat diperintahkan-Nya untuk diam (Mar 1:25, 34; 3:12).
2. Mereka yang sudah disembuhkan oleh Yesus dilarang menceritakan pengalaman mereka (Mar 1:44; 5:43; 7:36).
3. Pengikut Yesus sendiri diperintahkan untuk tidak menceritakan ke pada orang lain bahwa Ia adalah Mesias (Mar 8:30).
4. Dan Yesus memberitahukan para pengikut-Nya secara pribadi tentang 'rahasia Kerajaan Allah' (Mar 4:10-12).
Lalu, bagaimana kita menafsirkan maksud rahasia ini? Masalah yang dihadapi Yesus ialah bahwa orang Yahudi mempunyai pemahaman yang salah mengenai Mesias. Karena Yesus menentang pemahaman mereka yang salah, maka kita:
1. Tidak menerima pemahaman tersebut, karena pendapat umum tentang Mesias bersifat politis dan manusiawi, bukannya spiritual dan Ilahi.
2. Tidak menolak, karena Yesus benar-benar adalah Mesias; banyak mukjizat dilakukan-Nya (paling tidak ada 17 mukjizat yang dicatat oleh Markus) merupakan bukti kebenaran ini.
3. Tetapi, merumuskan kembali pemahaman tersebut, karena Yesus harus menunjukkan kepada mereka bahwa Ia adalah Mesias yang melayani, menyelamatkan dan menderita, yang sepenuhnya manusia tetapi juga sepenuhnya Allah.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Ini adalah Injil terpendek, padat dan ringkas. Markus mengetengahkan hal-hal penting yang dapat dipakai sebagai bahan acuan langsung. Kata 'segera' ditulis lebih dari empat puluh kali dan rupanya untuk memacu kita dari satu kisah menarik ke kisah menarik berikutnya.
Pesan
1. Yesus: Anak Allah. Markus mulai dengan kata-kata: 'Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.' Mar 1:1
2. Yesus: Anak Manusia. o Markus juga menunjukkan kepada kita kemanusiaan Yesus: o Ia berdukacita. Mar 3:5 o Ia berbelas kasihan terhadap orang banyak. Mar 6:34 o Ia takut dan gentar. Mar 14:33 o Markus memakai sebutan 'Anak Manusia' empat belas kali; sebutan yang paling disukainya untuk Yesus.
3. Kata-kata yang benar-benar diucapkan Yesus. Markus mencatat bagi kita apa yang diingat
Petrus tentang beberapa kata dari bahasa Aram yang dikatakan Yesus:
o 'Talita kum!', Hai anak, bangunlah!' Mar 5:41 o 'Efata!', 'Terbukalah!' Mar 7:34 o 'Eloi, Eloi, lama sabakhtani?', 'Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?' Mar 15:34
4. Kebaikan Yesus. Markus mencatat apa yang diingat oleh Petrus mengenai kebaikan Yesus yang istimewa kepadanya dan kesadaran Petrus bahwa ia tidak layak menerima semua itu. Petrus membuat Markus tidak menulis ucapan Yesus tentang Petrus sebagai batu karang, karena Petrus ingat saat ia tidak bersikap dianggap sebagai batu karang. (Lihat Mat 16:18, 19).
Penerapan
Markus menunjukkan kepada kita:1. Pentingnya ajaran yang benar.
o Ajaran itu tidak dapat datang dari roh-roh jahat, bahkan mereka harus takluk
kepada kuasa-Nya.
o Ajaran itu tidak dapat datang dari mereka yang telah disembuhkan, walaupun
mereka sungguh bersyukur.
o Ajaran itu tidak dapat datang dari para rasul, sampai mereka sungguh-sungguh
diperlengkapi.
Ajaran Kristen bukan suatu pengetahuan, tetapi kebijaksanaan Ilahi.
2. Mukjizat merupakan hal yang biasa bagi Allah.
o Markus tidak pernah merasa aneh terhadap mukjizat dan tidak pernah mencoba untuk meremehkannya.
o Mukjizat Yesus menunjuk pada sifat-Nya. Singkirkan mukjizat, maka Anda akan meragukan ketuhanan-Nya.
o Mukjizat selalu dan akan selalu mengagumkan. Berkali-kali Markus mengakhiri suatu kisah tentang mukjizat dengan pengamatannya tentang orang banyak yang menjadi'kagum', 'dipenuhi dengan rasa takjub'.
o Perhatikanlah dengan saksama sejumlah mukjizat dalam pasal 5 yang menunjukkan kuasa Yesus atas
- roh-roh jahat (1-20)
- penyakit (24-34)
- kematian (35-43)
3. Tantangan sering datang dari orang yang taat beragama.
o Para ahli Taurat Mar 2:6
o Orang-orang Farisi Mar 2:24
o Orang-orang Herodian Mar 3:6
o Para imam kepala Mar 11:18
o Orang-orang Saduki Mar 12:18
Tema-tema Kunci
1. Mukjizat Yesus. Buatlah daftar mukjizat yang dicatat dalam Injil Markus. Bandingkanlah daftar ini dengan jumlah perumpamaan yang ditulis dalam Injil Markus. Mengapa Markus sangat menekankan mukjizat Yesus? Mengapa Yesus melakukan Mukjizat? Coba temukan paling sedikit tiga alasan yang jelas.
2. Tanggapan orang banyak. Carilah ayat-ayat yang merupakan komentar Markus tentang kekaguman orang banyak ketika mereka menyaksikan mukjizat Yesus (misalnya Mar 1:27; 2:12; 4:41; 5:15; 6:50 dan seterusnya). Tulislah berbagai reaksi orang banyak dan jelaskan mengapa mereka memberikan reaksi yang berbeda-beda.
3. Sebutan istimewa bagi Yesus. Telitilah dalam Injil Markus dan catatlah sebutan-sebutan istimewa bagi Yesus yang dicatat oleh Markus. Berapa kali ia menggunakan sebutan Anak, Anak-Ku, Anak Allah, Anak Manusia? Siapa yang menggunakan sebutan Anak Manusia? Mengapa? (Pelajarilah Dan. Mar 7:13-28 dengan saksama).
4. Kuasa Yesus. Pelajarilah dengan saksama semua pasal yang menunjuk pada kuasa Yesus: Mar 1;22; 1:27; 2:10; 3:15; 6:7;11:27-33 dan Mar 13:34. Perhatikan secara khusus acuan terakhir ini: 'Sama seperti seorang yang bepergian: Ia meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya'. Ungkapan terakhir ini berarti 'memberikan kuasa kepada hamba-hambanya'.
Garis Besar Intisari: Markus (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Mar 1:1-13
Mar 1:1-11 Yohanes dan Sungai Yordan; Yesus dan Roh Kudus
Mar 1:12-13Pencobaan selama empat puluh hari
[2]
[1] PENDAHULUAN Mar 1:1-13
Mar 1:1-1 | 1 Yohanes dan Sungai Yordan; Yesus dan Roh Kudus |
Mar 1:12-13 | Pencobaan selama empat puluh hari |
[2] PULANG DAN PERGI KE GALILEA Mar 1:14-7:23
Mar 1:14-20 | Pengikut-pengikut Yesus yang pertama |
Mar 1:21-45 | Mukjizat-mukjizat kesembuhan |
Mar 2:1-3:6 | Lima peristiwa pertentangan |
Mar 3:7-35 | Guru dan murid-murid-Nya |
Mar 4:1-34 | Selalu dengan perumpamaan |
Mar 4:35-41 | Siapa gerangan orang ini? |
Mar 5:1-43 | Roh-roh jahat, penyakit dan kematian |
Mar 6:1-6 | Akibat ketidakpercayaan |
Mar 6:7-13 | Kuasa yang menyertai ketaatan |
Mar 6:14-29 | Herodes membunuh Yohanes Pembaptis |
Mar 6:30-44 | Lima roti, dua ikan, lima ribu orang |
Mar 6:45-56 | Berjalan di atas air: mukjizat yang mendahului banyak mukjizat lain |
Mar 7:1-23 | Yang di luar dan yang di dalam |
[3] YESUS DI DAERAH UTARA Mar 7:24-9:50
Mar 7:24-30 | Ke pantai: Tirus dan Sidon |
Mar 7:31-37 | Kesepuluh Kota |
Mar 8:1-13 | Tujuh roti, beberapa ikan dan empat ribu orang |
Mar 8:14-21 | Murid-murid yang bebal |
Mar 8:22-26 | Di Betsaida lagi |
Mar 8:27-9:1 | Lebih ke utara: Kaisarea Filipi |
Mar 9:2-13 | "Kami melihat kemuliaan-Nya": pemuliaan |
Mar 9:14-29 | Tanpa doa berarti tanpa kuasa |
Mar 9:30-50 | Yang besar dan yang kecil |
[4] PERJALANAN KE SELATAN Mar 10:1-13:37
Mar 10:1-16 | Pernikahan, perceraian, anak-anak |
Mar 10:17-31 | Bahaya kemakmuran |
Mar 10:32-45 | Apa artinya menjadi seperti Yesus |
Mar 10:46-52 | Bartimeus Buta di Yerikho |
Mar 11:1-19 | Yesus di Yerusalem: Bait Allah dipersiapkan untuk upacara kurban |
Mar 11:20-26 | Kutuk terhadap pohon yang tidak berbuah |
Mar 11:27-12:44 | Permusuhan: Imam-imam kepala, Ahli Taurat, Tua-tua, orang Farisi, orang Herodian, orang Saduki |
Mar 13:1-37 | Nubuat: sekilas tentang tujuan akhir |
[5] PUSAT SEJARAH Mar 14:1-16:8
Mar 14:1-11 | Di Betania: Domba kurban diurapi |
Mar 14:12-25 | Perjamuan Tuhan |
Mar 14:26-42 | Taman Getsemani: sekilas tentang penderitaan |
Mar 14:43-15:15 | Ditangkap dan diadili |
Mar 15:16-47 | 'Disalibkan, mati dan dikuburkan' |
Mar 16:1-8 | 'Bangkit kembali dari antara orang mati' |
[6] PENUTUP 16:9-20
Mar 16:9-20 | Misi ke seluruh dunia diamanatkan dan dimulai |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi