
Teks -- 1 Petrus 3:21 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Ptr 3:21
Full Life: 1Ptr 3:21 - JUGA KAMU SEKARANG DISELAMATKAN OLEH ... BAPTISAN.
Nas : 1Pet 3:21
Baptisan air menyelamatkan kita dalam pengertian bahwa baptisan itu
merupakan ungkapan ketaatan dari pertobatan kita, iman kita kep...
Nas : 1Pet 3:21
Baptisan air menyelamatkan kita dalam pengertian bahwa baptisan itu merupakan ungkapan ketaatan dari pertobatan kita, iman kita kepada Kristus dan komitmen kita untuk keluar dari dunia. Baptisan adalah pengakuan dan ikrar bahwa kita menjadi milik Kristus dan telah mati dan bangkit bersama-Nya (Rom 6:3-5; Gal 3:27; Kol 2:12; bd. Kis 2:38,39). Perhatikan perbandingan dengan air bah (ayat 1Pet 3:20); sama seperti ketaatan Nuh kepada perintah Allah mengenai air bah itu adalah kesaksian tentang imannya yang mendahului peristiwa itu, demikian pula tindakan melalui air baptisan itulah kesaksian akan iman kita yang mendatangkan keselamatan dari Kristus sebelum kita dibaptis.
Jerusalem: 1Ptr 3:18--4:6 - -- Dalam bagian ini terdapat berbagai unsur dari syahadat iman: kematian Kristus, 1Pe 3:18; turunnya ke dalam dunia orang mati, 1Pe 3:19; kebangkitanNya,...

Jerusalem: 1Ptr 3:21 - kiasannya kata Yunani (anti-tipos) yang diterjemahkan dengan "kiasan" berarti: kenyataan atau realitas yang dilambangkan oleh "tipos" (bdk 1Ko 10:6) "Tipos" ata...
kata Yunani (anti-tipos) yang diterjemahkan dengan "kiasan" berarti: kenyataan atau realitas yang dilambangkan oleh "tipos" (bdk 1Ko 10:6) "Tipos" atau "lambang" itu ialah bahtera yang mengarungi air bah

Jerusalem: 1Ptr 3:21 - kenajisan jasmani Air bah yang hanya mengizinkan sekelompok orang selamat melambangkan tata penyelamatan Hukum yang lama; aturan-aturannya tentang pembasuhan biasanya h...
Air bah yang hanya mengizinkan sekelompok orang selamat melambangkan tata penyelamatan Hukum yang lama; aturan-aturannya tentang pembasuhan biasanya hanya menghasilkan pembersihan lahiriah atau "kedagingan" saja. Sebaliknya kekuatan pembaptisan tidak terbatas, sehingga menghasilkan kelahiran kembali hati manusia

Jerusalem: 1Ptr 3:21 - memohonkan hati-nurani yang baik kepada Allah Teks Yunani sukar dimengerti dan diterjemahkan. Sementara ahli berpendapat bahwa ungkapan Yunani itu merupakan ucapan yang diucapkan calon baptisan wa...
Teks Yunani sukar dimengerti dan diterjemahkan. Sementara ahli berpendapat bahwa ungkapan Yunani itu merupakan ucapan yang diucapkan calon baptisan waktu dibaptis.
Ende -> 1Ptr 3:21
Ende: 1Ptr 3:21 - Air bah itu.... Permandian itu bukan sadja membersihkan badan, tetapi djuga
memurnikan hati untuk mengabdi Tuhan.
Permandian itu bukan sadja membersihkan badan, tetapi djuga memurnikan hati untuk mengabdi Tuhan.
Ref. Silang FULL -> 1Ptr 3:21
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:21 - sekarang diselamatkan // hati nurani // Yesus Kristus · sekarang diselamatkan: Kis 22:16; Kis 22:16
· hati nurani: 1Pet 3:16; Kis 23:1; Kis 23:1
· Yesus Kristus: 1Pet 1:3

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Wycliffe -> 1Ptr 3:21
Wycliffe: 1Ptr 3:21 - Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan // diselamatkan // Setelah Ia naik ke surga 21. Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan. Bandingkan dengan Ibrani 10:22. Rupanya yang dimaksudkan ialah bahwa baptisan air ...
21. Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan. Bandingkan dengan Ibrani 10:22. Rupanya yang dimaksudkan ialah bahwa baptisan air melambangkan pentahiran rohani. Hubungan di antara baptisan air dan baptisan Roh dengan penyucian tampak di mana-mana di dalam Alkitab, hal mana berhubungan dengan kematian Kristus dan kuasa kebangkitan-Nya. Orang-orang yang percaya pada kelahiran baru melalui baptisan mungkin akan cenderung untuk memberi makna tertentu kepada kata kerja diselamatkan. Yang lain akan menegaskan bahwa yang menyelamatkan adalah penyucian hati dan bukan upacara lahiriahnya. 22. Setelah Ia naik ke surga. Melanjutkan kembali tema kebangkitan Kristus yang ditinggalkan sesudah ayat 18, Petrus menyebut kemenangan Tuhan kita dan pengakuan kepada-Nya saat ini sebagai dorongan kuat kepada orang orang saleh yang mengikuti jejak Tuhan mereka di dalam penderitaan. Selwyn mengangkat kenyataan bahwa orang-orang Kristen mula-mula tersebut sering kali merayakan baptisan pada saat Paskah. Beliau beranggapan bahwa acuan kepada baptisan di ayat 21, maupun beberapa sebutan tentang penderitaan, kebangkitan dan kedatangan kembali Kristus menunjukkan bahwa surat ini ditulis sebagai sebuah surat Paskah (op.cit., hlm. 62).

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 3:21-22
Matthew Henry: 1Ptr 3:21-22 - Baptisan Kristiani Baptisan Kristiani (3:21-22)
Keselamatan Nuh di dalam bahtera di atas air melambangkan keselamatan semua orang Kristen yang baik di dalam jemaat me...
Baptisan Kristiani (3:21-22)
- Keselamatan Nuh di dalam bahtera di atas air melambangkan keselamatan semua orang Kristen yang baik di dalam jemaat melalui baptisan. Keselamatan sementara oleh bahtera itu adalah perlambang, sedangkan yang diperlambangkan adalah keselamatan kekal orang-orang percaya melalui baptisan. Untuk mencegah kekeliruan tentang hal ini Rasul Petrus,
- I. Menyatakan apa yang dimaksudkannya dengan baptisan yang menyelamatkan. Bukan upacara lahiriah membasuh dengan air, yang dengan sendirinya tidak lebih daripada membersihkan kotoran pada tubuh, melainkan baptisan yang di dalamnya ada jawaban iman atau penegasan kembali hati nurani untuk dengan bulat hati kembali murni, mau percaya dan mengabdi sepenuhnya kepada Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, serta pada saat yang sama menyangkal keinginan daging, dunia, dan Iblis. Perjanjian baptis, yang dibuat dan dijaga, pasti akan menyelamatkan kita. Membasuh adalah tanda yang terlihat, sedangkan tanggapan iman adalah hal yang ditandakan itu.
- II. Rasul Petrus menunjukkan bahwa keberhasilan baptisan untuk menyelamatkan tidak bergantung pada perbuatan yang dilakukan, melainkan pada kebangkitan Kristus, yang dengan sendirinya termasuk kematian-Nya, dan merupakan dasar iman dan pengharapan kita. Baptisan kita dianggap benar jika kita mati bagi dosa, dan bangkit kembali ke dalam hidup yang kudus dan baru. Amatilah,
- 1. Sakramen baptisan, yang diterima dengan benar, adalah sarana dan jaminan keselamatan. Kita sekarang diselamatkan oleh baptisan. Allah berkenan memberikan berkat-berkat-Nya kepada kita di dalam dan melalui upacara-upacara yang ditetapkan-Nya (Kis. 2:38; 22:16).
- 2. Menjalankan baptisan secara lahiriah tidak akan menyelamatkan siapa-siapa tanpa adanya tanggapan untuk memiliki hati nurani yang murni dan hidup yang saleh. Harus ada tanggapan berupa hati nurani yang baik terhadap Allah. Keberatan, bayi tidak bisa memberikan tanggapan seperti itu, dan karena itu tidak boleh dibaptis. Jawaban, sunat yang benar adalah sunat di dalam hati, secara rohani (Rm. 2:29). Anak-anak tidak mampu memberikan tanggapan ini pada waktu disunat, dan demikian pula bayi tidak mampu memberikan tanggapan ini pada waktu dibaptis. Namun demikian, anak-anak boleh disunat pada hari kedelapan. Oleh sebab itu, bayi-bayi dari jemaat Kristen boleh mengikuti upacara baptisan ini dengan alasan yang sama seperti bayi-bayi Yahudi, kecuali ada yang menghalangi mereka untuk melakukannya karena larangan yang jelas dari Kristus.
- III. Setelah menyebutkan kematian dan kebangkitan Kristus, Rasul Petrus melanjutkan dengan berbicara tentang kenaikan-Nya, dan duduknya Dia di sebelah kanan Bapa, sebagai hal yang pantas direnungkan oleh orang-orang percaya ini untuk menghibur mereka dalam keadaan mereka yang menderita (ay. 22). Jika pengangkatan Kristus sedemikian mulia setelah Ia mendapat penghinaan yang mendalam, maka janganlah para pengikut-Nya berputus asa, tetapi hendaklah mereka berharap bahwa setelah masa-masa susah yang sebentar ini, mereka akan diangkat pada sukacita dan kemuliaan yang melampaui dunia ini. Amatilah,
- 1. Yesus Kristus, setelah menuntaskan pekerjaan-Nya dan penderitaan-Nya di bumi, naik dalam kemenangan ke sorga. Tentang hal itu lihat Kisah Para Rasul 1:9-11; Markus 16:19. Ia naik ke sorga untuk menerima mahkota dan kemuliaan yang telah diperoleh-Nya sendiri (Yoh. 17:5), untuk menyelesaikan bagian pekerjaan-Nya sebagai Pengantara yang tidak dapat dilakukan di bumi, dan menjadi Pengantara di sana bagi umat-Nya, untuk memperlihatkan bahwa korban-Nya sudah memuaskan secara penuh, untuk memiliki sorga bagi umatNya, untuk mempersiapkan rumah-rumah bagi mereka, dan untuk mengutus Sang Penghibur, yang akan menjadi buah pertama dari kepengantaraan-Nya (Yoh. 16:7).
- 2. Setelah kenaikan-Nya ke sorga, Kristus bertakhta di sebelah kanan Bapa. Duduknya Dia di sana menandakan berdiam dan berhentinya Dia secara mutlak dari segala kesusahan dan penderitaan lebih lanjut, dan diangkatnya Dia pada martabat pribadi tertinggi dan kekuasaan yang berdaulat.
- 3. Semua malaikat, kuasa, dan kekuatan ditaklukkan kepada Kristus Yesus: segala kuasa di sorga dan di bumi, memerintah, memberikan hukum, mengeluarkan perintah, dan menjatuhkan hukuman terakhir diserahkan kepada Yesus, Allah-manusia. Bagi musuh-musuhnya, hal ini akan membawa kepedihan dan kegalauan kekal, tetapi bagi hamba-hamba-Nya sukacita dan kepuasan kekal.
SH -> 1Ptr 3:13--4:6; 1Ptr 3:18-22
SH: 1Ptr 3:13--4:6 - Menderita karena melakukan kebenaran. (Jumat, 16 Juli 1999) Menderita karena melakukan kebenaran.
Pada umumnya orang tidak berbuat jahat kepada orang yang berlaku
baik dan benar kepadanya. Tetapi tidak ...
Menderita karena melakukan kebenaran.
Pada umumnya orang tidak berbuat jahat kepada orang yang berlaku
baik dan benar kepadanya. Tetapi tidak selalu demikian. Bisa
terjadi sebaliknya. Perbuatan baik yang kita lakukan dibalas
dengan perbuatan jahat sampai kita menderita. Petrus menegaskan,
bila hal seperti ini kita alami, kita harus tetap melakukan yang
benar. Penderitaan meski membuat fisik kita sakit, tetap akan
membuat kita berbahagia; karena kita sedang melakukan kehendak
Allah.
Memandang kepada Kristus. Petrus menekankan, apabila kita mengalami penderitaan karena kebenaran, kita harus memandang kepada Yesus Kristus. Ia sangat menderita karena dosa kita. Ia menderita meski Ia benar. Ia diperlakukan tidak adil meski Ia berlaku adil. Karena itu, kesediaan menderita ini pun seharusnya menjadi karakteristik Kristen. Dengan meneladani Kristus, kita lebih siap meninggalkan cara hidup lama yang dikuasai hawa nafsu dan siap menanggung derita karena berbuat baik. Pula kita siap berlaku benar meski kita harus menderita.
Menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan, adalah nasihat Petrus agar kita memiliki komitmen yang sungguh kepada Kristus. Siap sedia kapan pun dan di mana pun mempertanggungjawabkan iman kita di hadapan siapa saja.

SH: 1Ptr 3:18-22 - Menang dalam penderitaan. (Kamis, 21 Oktober 2004) Menang dalam penderitaan.
Konteks bagian sulit ini adalah menjadikan hidup Tuhan Yesus
teladan dan sumber ketahanan orang Kristen ketika har...
Menang dalam penderitaan.
Konteks bagian sulit ini adalah menjadikan hidup Tuhan Yesus
teladan dan sumber ketahanan orang Kristen ketika harus
menderita karena kebenaran. Konteks ini perlu kita jadikan
tempat beranjak untuk mengerti ayat-ayat sulit yang diapitnya.
Penderitaan dan kematian Kristus tidak saja merupakan sumber bagi keselamatan kita, tetapi juga menjadi teladan yang harus kita tiru. Ia rela menderita bahkan berkorban bagi orang-orang yang tidak benar, meski diri-Nya benar adanya. Tubuh-Nya dapat dibunuh, tetapi roh-Nya tidak (ayat 18). Itu sebab, Ia bangkit, naik ke surga dan dari sana memerintah segala sesuatu (ayat 22). Kesediaan Kristus untuk menderita dan kemenangan-Nya ini menjadi motif dan kekuatan bagi orang kristen yang menderita. Berarti apa yang ingin ditekankan Petrus dari Kristus ialah teladan, kemenangan dan dampak positif kematian-Nya.
Bagian ini tidak mengajarkan bahwa sesudah kematian orang masih berkesempatan untuk bertobat dan diselamatkan. Petrus ingin menegaskan bahwa bahkan pada saat kematian-Nya, Kristus menang sebab roh-Nya tidak mati, tetapi bebas dan mewartakan kemenangan-Nya. Tentang arti bagian sulit ini, ada empat pendapat. Pertama, roh-roh terpenjara itu adalah anak-anak Allah dan mereka yang jatuh ke dalam dosa. Kedua, proklamasi yang Kristus lakukan mirip tugas Nuh yang mengajarkan orang-orang zamannya untuk bertobat. Ketiga, roh-roh tersebut adalah orang-orang pilihan Allah yang belum sempat mendengar Injil. Keempat, roh-roh tersebut adalah orang-orang Yahudi yang terpenjara oleh Taurat dan menanti-nantikan Mesias. Entah tafsiran mana yang tepat, yang pasti tidak ada kekuatan apa pun dapat menghentikan kemenangan dalam dan menurut Kristus. Dengan mengacu kepada Tuhan Yesus, Petrus ingin mengorbankan harapan di dalam mereka yang sedang menderita karena Dia. Ia menang dalam kematian-Nya, mereka pun demikian.
Renungkan: Kematian-Nya menghapuskan kuasa dosa. Kebangkitan-Nya mengalahkan kuasa maut. Karena itu, bagi orang Kristen, menderita demi kebenaran adalah jalan menuju kemenangan.
Utley -> 1Ptr 3:13-22
Utley: 1Ptr 3:13-22 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:13-2213 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? 14 Tetapi sekalipun kamu harus...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:13-22
13 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? 14 Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu JANGANLAH KAMU TAKUTI APA YANG MEREKA TAKUTI DAN JANGANLAH GENTAR. 15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, 16 dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. 17 Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat. 18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, 19 dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, 20 yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. 21 Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan — maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah — oleh kebangkitan Yesus Kristus, 22 yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya.
1Pet 3:13 "siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu" Ini mungkin sebuah singgungan terhadap Mazm 118:6 karena mazmur ini dikutip dalam 1Pet 2:7,9. Kebenaran yang sama dinyatakan dalam Rom 8:31-34.
Orang percaya harus terus-menerus diingatkan bahwa dunia ini bukan rumah mereka dan hal-hal jasmani bukanlah realitas yang terutama! Kita adalah peziarah di sini, hanya lewat saja. Kita tidak perlu takut (yaitu, ay. 1Pet 3:14).
Sungguh ironis bahwa mereka yang dilindungi oleh Tuhan seringkali justru merupakan orang-orang yang sedang dianiaya. Mengenal, mengasihi, dan melayani Tuhan tidak melindungi seseorang dari rasa sakit, perlakuan tidak adil, bahkan kematian. Ini mungkin terlihat seperti kejahatan telah menang, tapi tunggu, bahkan di tengah-tengah penderitaan, orang percaya tetap diberkati (lih. Mat 5:10-12; Kis 5:41).
□ "jika kamu rajin berbuat baik?"Ini adalah sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL yang berarti tindakan yang potensial. Mereka menderita khususnya karena mereka adalah orang Kristen (lih. ay. 1Pet 3:14; 2:19; 3:16; 4:16). Namun, perhatikan ketergantungannya (yaitu, SUBJUNCTIVE MOOD), "rajin berbuat baik"!
1Pet 3:14 "Tetapi sekalipun kamu harus menderita" Ini adalah sebuah KALIMAT FOURTH CLASS CONDITIONAL yang langka (kondisi yang jauh dari kenyataan), yang berarti tindakan yang mungkin terjadi, tapi tidak pasti (lih. 2Tim 3:12). Tidak semua orang percaya di mana-mana menderita. Penderitaan dari dahulu sampai sekarang tidak pernah menjadi pengalaman dari setiap orang Kristen, tetapi setiap orang Kristen harus siap (lih. 1Pet 4:12-16, Yoh 15:20, Kis 14:22, Wah 8:17)!
□ "kebenaran" Dalam konteks ini pasti merujuk pada hidup yang saleh atau saksi verbal kita tentang Injil. Lihat Topik Khusus berikut.
□ "kamu akan berbahagia" Ini adalah istilah yang berbeda dari ay. 1Pet 3:9. Ini adalah istilah yang digunakan dalam Firman Bahagia dari Khotbah Yesus di Bukit (lih. Mat 5:10-12). Orang percaya dihubungkan dengan nabi PL sebagai terang dan wahyu Allah ke dunia yang hilang. Dengan kesaksian kita bahkan di tengah-tengah penganiayaan, orang tidak percaya bisa berbalik dan memuji Allah (lih. 1Pet 3:1,8-9).
□ "JANGANLAH KAMU TAKUTI APA YANG MEREKA TAKUTI" Ini adalah singgungan kepada Yes 8:12-13 (lihat konsep serupa dalam Yes 50:9; 54:17, Rom 8:31-38). Secara harfiah ini adalah "jangan mentakuti ketakutan mereka" Frasa ini bisa dipahami dalam dua cara: (1) takut akan Allah yang dirasakan oleh para penganiaya (2) rasa takut yang mereka tanamkan pada orang lain. Kurangnya rasa takut merupakan karakteristik dari anak Allah (lih. ay. 1Pet 3:6).
1Pet 3:15 "tetapi kuduskanlah" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE, yang berarti suatu tindakan di masa lalu tentang menkhususkan seseorang untuk digunakan Allah (ini juga mungkin mencerminkan Yes 8:14, yang memiliki kata "tempat kudus"). Orang percaya harus menguduskan Kristus dalam hati mereka sebagaimana Kristus menguduskan diri-Nya bagi mereka (lih. Yoh 17:19).
Perhatikan bahwa dalam 1Tes 5:23 Allah lah yang menguduskan orang percaya. Sekarang orang percaya diperintahkan untuk menguduskan diri mereka sendiri. Ini adalah paradoks perjanjian dari iman alkitabiah (bandingkan Yeh 18:31 dengan Yeh 36:26-27). Allah berdaulat, namun manusia juga bebas dan harus melaksanakan kebebasan tersebut dalam kehendak Allah. Dan bagaimana kita menguduskan Kristus?
- 1. dengan kasih kita pada satu sama lain (lih. ay. 1Pet 3:8-9)
- 2. dengan kehidupan kita (lih. ay. 1Pet 3:13-14)
- 3. dengan kesaksian verbal kita (lih. ay. 1Pet 3:15)
□ "Kristus… sebagai Tuhan" Terjemahan King James menuliskan "Tuhan Allah," yang mencerminkan Yes 8:12-13, yang menggunakan kata "TUHAN semesta alam," sedangkan ayat 1Pet 3:14 adalah naskah Mesianik. Namun, naskah kuno Yunani kuno P72, א, A, B, dan C menuliskan "Kristus sebagai Tuhan," yang lebih cocok dengan konteks ini.
□ "di dalam hatimu" "Hati" adalah sebuah ungkapan PL yang merujuk pada manusia secara keseluruhan. Lihat Topik Khusus: Hati pada Mr 2:6.
□ "siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab" Ini adalah istilah Yunani apologia, yang merupakan kata majemuk apo (dari) dan logos (kata). Hal ini menunjuk pada pembelaan hukum dalam latar belakang ruang sidang (lih. Kis 19:33; 22:1; 25:16; 26:1,2,24). Naskah ini sering digunakan untuk mendorong orang percaya untuk menjadi saksi penginjilan, yang memang sangat dibutuhkan, tapi dalam konteks, ini mungkin menunjuk pada pengadilan atau interogasi resmi. Perhatikan bahwa adalah penting bagi semua orang percaya untuk memiliki presentasi yang logis, dan siap tentang iman mereka dalam Kristus, baik untuk pengadilan atau untuk tetangga. Setiap orang percaya harus siap menjadi saksi verbal!
□ "tentang pengharapan yang ada padamu" Pengharapan di sini adalah kata kolektif untuk Injil dan penyempurnaan di masa depan. Orang-orang percaya sekarang hidup dengan cara yang saleh karena kepercayaan mereka dalam janji-janji dan kembalinya Kristus.
□ "dengan lemah lembut dan hormat" Istilah yang pertama digunakan untuk istri di 1Pet 3:4, yang menggambarkan sikap yang menyenangkan Tuhan. Hal ini berlaku, tidak hanya dalam hubungan interpersonal rumah, tetapi juga hubungan orang percaya kepada orang lain, bahkan mereka yang menghasut penganiayaan (lih. 2Tim 2:25).
Istilah yang kedua sering digunakan dalam I Petrus dan juga mencerminkan suatu masa penganiayaan dan ancaman (lih. 1Pet 1:17; 2:17,18; 3:2,15). Kita harus menghormati Allah dan karenanya, menghormati bahkan tuan, suami, dan penganiaya yang tidak percaya, sementara kita menyaksikan kuasa dan kerajaan-Nya.
1Pet 3:16 Ada beberapa kebingungan atas di manadimulainya ay. 1Pet 3:16. NASB dan NKJV mulai di sini dan UBS4, NRSV, TEV, dan NJB memulainya dari frasa yang sebelumnya.
□ "dengan hati nurani yang murni" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai IMPERATIVE. Tidak ada suatu padan kata PL untuk kata Yunani "hati nurani" kecuali istilah Ibrani "payudara" yang menyiratkan pengetahuan tentang diri dan motif nya. Awalnya istilah Yunani ini merujuk pada kesadaran yang berkaitan dengan panca indera. Kata ini lalu digunakan untuk indera batin (lih. Rom 2:15). Paulus menggunakan istilah ini dua kali dalam pengadilannya di Kisah Para Rasul (lih. 23:1 dan 24:16). Kata ini menunjuk pada perasaannya bahwa ia tidak secara sengaja melanggar kewajibannya terhadap Allah (lih. 1Kor 4:4).
Nurani adalah pemahaman berkembang mengenai motif dan tindakan orang percaya berdasarkan
- 1. pandangan dunia Alkitab
- 2. Roh yang berdiam
- 3. pengetahuan tentang firman Allah
- 4. penerimaan pribadi akan Injil
Petrus telah menggunakan ekspresi ini tiga kali, 1Pet 2:19; 3:16,21. Ini adalah hal yang tidak bisa diberikan oleh legalisme keagamaan tetapi bisa diberikan oleh Injil.
□ "supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu" Lihat catatan pada 1Pet 2:12; 2:15.
1Pet 3:17 "jika hal itu dikehendaki Allah" Ini adalah sebuah KALIMAT FOURTH CLASS CONDITIONAL yang langka seperti dalam ay. 1Pet 3:14. Petrus telah secara konsisten menyatakan ketergantungan, dan bukan kepastian, dari penderitaan dan penganiayaan (lih. 1Pet 1:6; 2:15; 3:17; 4:14).
1Pet 3:18-22 Richard N. Longenecker, Eksegesis Alkitab Dalam Periode Apostolik, hal 69, 172, menegaskan bahwa ayat-ayat ini berasal dari sebuah himne pembaptisan. Grant Osborne, Spiral Hermeneutis, berpikir bahwa hanya ay. 1Pet 3:18 lah yang puitis (tidak satupun terjemahan yang digunakan dalam komentari ini mencetaknya sebagai puisi). Jika ini bersifat hymne atau puitis, maka hal ini tidak harus "didorong" untuk menjadi doktrin!
1Pet 3:18 "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita" Frasa ini digunakan dalam Septuaginta untuk "suatu korban penghapus dosa" (lih. Im 5:7; 6:30; Yes 53; 2Kor 5:21). Frasa ini berbicara tentang kematian perwakilan, penggantian dari Yesus, seperti halnya 1Pet 2:22-24.
Ada dua bagian dari frasa ini yang memiliki variasi bahasa Yunani.
- 1. "Kristus telah mati" (lih. NASB, TEV, NJB). Hal ini ditemukan dalam naskah kuno Yunani P72, א, A, B, dan C. Naskah berhuruf besar Yunani kuno lainnya menuliskan "menderita" (NKJV, NRSV, yaitu, MSS B, K dan P). "Menderita" paling cocok dengan konteks dan kosakata Petrus (ia menggunakan kata "menderita" sebelas kali), tetapi jika itu adalah asli mengapa setiap penulis telah merubahnya ke "mati"?
- 2. "Untuk dosa-dosa." Ada lebih dari tujuh variasi dari bagian ayat ini. Kebanyakan dari variasi tersebut memasukkan "bagi kita" atau "atas nama kita. " Masalahnya adalah bahwa kata depan Yunani peri yang digunakan dalam kaitannya dengan dosa dan bukannya huper lebih diharapkan untuk digunakan.
□ "sekali untuk segala" Ini adalah tema dari kitab Ibrani (lih. Rom 6:10; Ibr 7:17; 9:12,18,26,28; 10:10). Kristus adalah pengorbanan yang sempurna, efektif, sekali-diberikan untuk dosa!
□ "yang benar untuk orang-orang yang tidak benar" Ini mungkin sebuah rujukan terhadap Yes 53:11-12 dan bisa diterjemahkan "orang benar untuk tidak benar" (lih. NRSV). "Yang benar" mungkin merupakan gelar bagi Yesus dalam gereja mula-mula (lih. Kis 3:14; 7:52, 1Yoh 2:1,29; 3:7). Ini menekankan kehidupan-Nya yang tanpa dosa (lih. 1Pet 1:19; 2:22) yang dikorbankan atas nama orang yang penuh dosa (lih. 1Pet 2:24).
□ "supaya" Ini adalah klausa tujuan (hina).
□ "Ia membawa kita kepada Allah" Ini merujuk pada "akses" atau "pengantar" untuk Tuhan (lih. Rom 5:2; Ef 2:18; 3:12). Kematian Yesus mengembalikan hubungan dengan Allah yang telah hilang dalam Kejatuhan. Gambar Allah dalam manusia dipulihkan melalui Kristus. Orang-orang percaya memiliki kemungkinan keintiman dengan Tuhan sebagaimana dialami oleh Adam dan Hawa di Eden sebelum Kejatuhan dalam Kej 3.
□ "yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh" Ada kontras (paralelisme) antara tubuh fisik Yesus (lih. 1Pet 4:1) dan kehidupan rohani-Nya (lih. 1Pet 4:6; 1Kor 15:45). Kebenaran yang sama ini mungkin tercermin dalam kredo atau himne awal yang dicatat dalam 1Tim 3:16.
Kedua frasa tersebut adalah AORIST PASSIVE PARTICIPLE, yang menyiratkan suatu peristiwa historis (penyaliban dan kebangkitan, lih. Rom 1:3-4) yang dilakukan oleh pelaku dari luar (yaitu, Bapa atau Roh Kudus). Sulit dalam bagian ini untuk menentukan apakah "roh" harus ditulis dengan huruf besar (yaitu, Roh Kudus) atau tidak (yaitu, roh manusia Yesus). Saya lebih suka yang terakhir (seperti halnya A.T. Robertson), tapi F.F. Bruce lebih memilih yang terdahulu.
□ "memberitakan… kepada" Ini adalah istilah Yunani kērussō, yang berarti memproklamirkan atau mengumumkan. Pada bagian terkait, 1Pet 4:6, KATA KERJA nya adalah euangelizō, yang merujuk secara eksklusif pada memberitakan Injil. Tidaklah pasti apakah perbedaan harus ditarik dalam konteks ini di antara kedua istilah ini (lih. Mr 5:20; Luk 9:60, di mana kērussō digunakan untuk proklamasi Injil). Saya pikir keduanya adalah sinonim.
□ "roh-roh" Ada dua teori tentang ini: (1) orang mati (1Pet 4:6, Ibr 12:23.) atau (2) malaikat jahat (Kej 6; 2Pet 2:4-5; Yud 1:6; I Henokh). Manusia tidak dirujuk ke dalam PB sebagai "roh" tanpa kualifikasi lainnya (lih. F.F. Bruce, Jawaban atas Pertanyaan, hal 128).
Ada beberapa hal dalam naskah yang harus dihubungkan secara bersamaan dalam cara tertentu untuk menentukan apa yang dirujuk oleh Petrus:
- 1. Yesus ada "di dalam roh" (ay. 1Pet 3:18)
- 2. Yesus berkhotbah kepada roh-roh yang dipenjarakan (ay. 1Pet 3:19)
- 3. roh-roh ini tidak taat pada zaman Nuh (ay. 1Pet 3:20)
Ketika semua ini dibandingkan, maka sebuah pesan kepada para malaikat yang jatuh dari Kej 6 atau manusia yang tenggelam dari zaman Nuh sepertinya merupakan satu-satunya pilihan tekstual. Zaman Nuh juga disebutkan dalam 2Pet 2:4-5, bersama dengan Sodom dan Gomora (lih. 2Pet 2:6). Dalam Yudas malaikat pemberontak (lih. Yud 1:6) serta Sodom dan Gomora (lih. Yud 1:7) juga dihubungkan bersama-sama.
Tidak jelas dari konteks yang lebih besar mengapa Petrus bahkan menyebutkan hal ini kecuali dia menggunakan banjir sebagai analogi untuk baptisan (yaitu, diselamatkan melalui air, lih ay. 1Pet 3:20).
Dua poin utama pertentangan dalam menafsirkan bagian ini adalah (1) kapan dan (2) apa isi khotbah Kristus?
- 1. Kristus yang telah ada sebelumnya memberitakan melalui Nuh (lih. 1Pet 1:11 di mana Roh Kristus berkhotbah melalui para penulis PL) kepada orang-orang di zamannya, yang kini dipenjara (Agustinus)
- 2. Kristus, antara kematian dan kebangkitan, berkhotbah kepada orang-orang dari zaman Nuh yang dipenjarakan
- a. penghukuman atas mereka
- b. keselamatan kepada mereka (Klemens dari Aleksandria)
- c. hal yang baik untuk Nuh dan keluarganya (dalam surga) di depan mereka (dalam Tartarus)
- 3. Kristus, antara kematian dan kebangkitan, berkhotbah kepada
- a. para malaikat yang mengambil perempuan manusia dan memiliki anak oleh mereka (lih. Kej 6:1-2)
- b. keturunan setengah-malaikat, setengah manusia dari Kej 6:4 (lihat Topik Khusus pada Kej 6 online di www.freebiblecommentary.org). Isi pesannyaadalah penghakiman mereka dan kemenangan-Nya. I Henokh mengatakan makhluk setengah malaikatsetengah manusia yang tanpa tubuh ini adalah setan di PB.
- 4. Kristus sebagai Mesias yang menang naik melalui langit (yaitu, tingkatan malaikat dari Gnostik atau tujuh langit dari para rabi, lih. 1Pet 3:22; Ef 4:9). II Henokh 7:1-5 mengatakan bahwa para malaikat yang jatuh dipenjarakan di langit kedua. Dia, dengan tindakan ini, mengumumkan kemenanganNya atas alam malaikat (yaitu, semua oposisi rohani, lih. Komentari Alkitab Jerome,. P. 367). Saya paling menyukai pilihan ini dalam konteks ini.
1Pet 3:20 "ketika Allah tetap menanti dengan sabar" Ini adalah kata majemuk mēkos (jauh, berjarak) dan thumos (marah). Ini adalah sebuah IMPERFECT MIDDLE (deponent) INDICATIVE, yang menyiratkan Allah sendiri terus menunggu lagi dan lagi. Allah itu panjang sabar, lambat untuk membalas, mencintai kesabaran mencirikan hubungan-Nya dengan manusia pemberontak (lih. 1Pet 3:20; Kel 34:6; Neh 9:16-23; Mazm 103:8-14; Yoel 2:13 ; 2Pet 3:15; Mik 6:18-20; Rom 2:4; 9:22). Karakter saleh ini juga akan diwujudkan pada anak-anak-Nya (lih. 2Kor 6:6; Gal 5:22; Ef 4:2; Kol 1:11; 3:12; 1Tim 1:16; 2Tim 3:10; 4:2).
Dalam tulisan-tulisan Petrus Allah digambarkan sebagai sabar menunggu dan menahan penghakiman-Nya sehingga orang bisa diselamatkan.
- 1. Ia menunggu di masa Nuh, 1Pet 3:20
- 2. Dia menunda Kedatangan yang Kedua, 2Pet 3:9 Allah ingin semua orang untuk diselamatkan (lih. 2Pet 3:9,15)!
□ "yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat" ini tampaknya menunjuk pada malaikat di Kej 6 (lih. 2Pet 2:4-5; Yudas ay. 1Pet 3:6) atau manusia yang tidak percaya di masa Nuh.
□ "diselamatkan oleh air bah itu" Secara kontekstual sepertinya Petrus membawa catatan sejarah Nuh dan banjir sebagai cara untuk berbicara tentang "diselamatkan" (pembebasan fisik PL versus keselamatan rohani PB) melalui air (misalnya, banjir PL dari Kej 6; 7; 8; 9 versus baptisan Kristen). Jika I Henokh adalah latar belakangnya, maka Nuh dan keluarganya (yaitu, seluruh umat manusia) diselamatkan oleh air banjir dari ras campuran manusia dan malaikat yang jahat.
- NASB "Sehubungan dengan hal itu"
- NKJV "Juga… oleh kiasannya"
- NRSV "yang pola rancangan ini"
- TEV "yang merupakan simbol yang menunjuk kepada"
- NJB "sesuai dengan hal ini"
Ini adalah istilah Yunani antitupon, yang merupakan majemuk dari anti (yaitu, melawan atau berhubungan dengan) dan tupos (gambar atau copy). Ini adalah satu-satunya contoh dari KATA SIFAT nya dalam PB, tetapi KATA BENDA nya ada dalam Ibr 9:24. Frasa ini menunjukkan sifat tipologis, simbolik dari rujukan Petrus.
□ "baptisan" Baptisan adalah kesempatan dari gereja mula-mula untuk pernyataan (atau pengakuan) umum seseorang. Ini sejak dulu bukan meruakan mekanisme untuk keselamatan, tetapi kesempatan untuk meneguhkan iman secara verbal. Ingat gereja mula-mula tidak memiliki bangunan dan bertemu di rumah-rumah atau sering di tempat-tempat rahasia karena penganiayaan.
Banyak komentator menegaskan bahwa I Petrus adalah khotbah pembaptisan. Walaupun ini adalah mungkin, namun ini bukanlah satu-satunya pilihan. Memang benar bahwa Petrus sering menggunakan baptisan sebagai suatu tindakan penting dari iman (lih. Kis 2:38,41; 10:47). Namun demikian, hal itu bukanlah peristiwa sakramental, tapi suatu acara iman, melambangkan kematian, penguburan, dan kebangkitan saat orang percaya mengidentifikasikan diri dengan pengalaman Kristus sendiri (lih. Rom 6:7-9; Kol 2:12). Tindakan ini simbolis, bukan sakramental, tindakan ini adalah kesempatan untuk pengakuan, bukan mekanisme keselamatan.
□ "diselamatkan" Istilah ini umumnya digunakan dalam PL untuk pembebasan fisik, tapi umumnya digunakan dalam PB untuk pembebasan spiritual. Dalam konteks penganiayaan ini, kata ini jelas memiliki kedua konotasi.
□ "melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah" Ini menunjukkan bahwa bukanlah ritual dari baptisan yang menyelamatkan, tapi sikap orang percaya terhadap Allah (lih. ay. 1Pet 3:16). Namun demikian, saya akan menambahkan bahwa baptisan bukanlah suatu pilihan tetapi (1) teladan yang diberikan oleh Yesus (lih. Mat 3:13-17, Mr 1:9-11, Luk 3:21-22; Yoh 1:31-34 dan (2) perintah dari Yesus (lih. Mat 28:19) untuk semua orang percaya. PB tidak tahu apa-apa tentang orang percaya yang tidak dibaptis. Dalam PB baptisan adalah hal yang tak bisa dipisahkan yang berhubungan dengan pengakuan iman seseorang.
Lihat catatan pada "hati nurani" di 1Pet 3:16.
□ "oleh kebangkitan Yesus Kristus"Ini menunjukkan bahwa inti dari keselamatan ada di dalam kebangkitan Yesus (lih. Rom 1:4-5), bukan di baptisan kita. Garis pemikiran ini jelas terlihat dalam Rom 6:3-4. Baptisan secara analogi, melalui penyelaman, melambangkan kematian, penguburan, dan kebangkitan. Pada kenyataannya caranya tidak se signifikan hati dari si calon.
1Pet 3:22 "yang duduk di sebelah kanan" Ini adalah sebuah metafora antropomorfik tentang kewenangan, kekuasaan, dan kehormatan (lih. 1Yoh 2:1). Citra ini diambil dari Mazm 110:1.
Alkitab menggunakan bahasa manusia untuk menggambarkan orang-orang, tempat, dan peristiwa yang adi kodrati. Hal ini jelas bersifat analog, simbolik, dan metafora. Ini bisa mengkomunikasikan realitas, tapi dalam suatu batasan (batas-batas (1) persepsi manusia yang jatuh kita dan (2) fisik, keterikatan waktu, kekhususan budayanya). Hal ini cukup, tetapi bukan utama.
□ "segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya" Ini sepertinya merujuk pada peringkat malaikat (lih. Rom 8:38-39; 1Kor 15:24; Ef 1:20-21; 6:2; Kol 2:15; I Henokh). Ini menunjukkan kewenangan lengkap dan kekuasaan Kristus atas alam rohani.
Meskipun I Petrus tidak langsung menghadapi Gnostisisme, jelaslah melalui tulisan-tulisan PB lainnya (Kol, Ef, I Tim, Titus dan I Yohanes) bahwa konteks budaya dunia Yunani-Romawi abad pertama dipengaruhi oleh pemikiran filosofis / teologis ini. Dalam gnostisisme abad kedua (dan naskah Nag Hammadi) istilah Yunani pleroma (kepenuhan), yang sering digunakan oleh Paulus, menunjuk pada "kepenuhan Allah," tingkatan malaikat (yaitu aeon, mungkin tujuh langit Yahudi) di antara suatu tuhan yang tinggi dan baik dan dewa-dewa yang lebih rendah. Yesus adalah kunci ke surga, bukan kata kunci rahasia atau pengetahuan yang berkaitan dengan makhluk perantara malaikat/setan.
Bahkan jika aeon Gnostik bukan merupakan fokus dari perikop tersebut, sepertinya malaikat adalah fokusnya! Ini akan menyiratkan bahwa "roh dalam penjara" tersebut merujuk pada malaikat yang tidak taat yang mengambil perempuan manusia berikut keturunan yang dihasilkan (lih. Kej 6:1-4).
Topik Teologia -> 1Ptr 3:21
Topik Teologia: 1Ptr 3:21 - -- Yesus Kristus
Kristus dalam Perjanjian Lama
Yesus Lebih Unggul dari Manusia dan Malaikat
Yoh 1:17 Efe 1:19-23 Fili 2:9-10 K...
- Yesus Kristus
- Kristus dalam Perjanjian Lama
- Yesus Lebih Unggul dari Manusia dan Malaikat
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Gereja
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Baik
- Natur dari Para Malaikat Baik
- Status Para Malaikat Baik
- Para Malaikat dan Kristus
- Para Malaikat Takluk kepada Kristus
- Keselamatan
- Kebangkitan Kristus sebagai Peristiwa Keselamatan
- Makna Kebangkitan Kristus
- Orang-orang Percaya Dibenarkan oleh Kebangkitan Yesus
- Gereja
- Sakramen / Ketetapan Gereja
- Ketetapan Baptisan
- Natur Baptisan
- Baptisan Menandakan Orang Percaya dengan Kristus
TFTWMS -> 1Ptr 3:18-22
TFTWMS: 1Ptr 3:18-22 - Kematian Kristus Untuk Dosa Kita KEMATIAN KRISTUS UNTUK DOSA KITA (1 Petrus 3:18-22)
18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk dosa, yang benar untuk yang tidak benar, supaya Ia ...
KEMATIAN KRISTUS UNTUK DOSA KITA (1 Petrus 3:18-22)
18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk dosa, yang benar untuk yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah, setelah dibunuh sebagai manusia, tetapi telah dibangkitkan menurut roh, 19 dan di dalam roh itu juga Ia pergi dan membuat pernyataan kepada roh-roh yang sekarang di dalam penjara, 20 yang dulunya tidak taat, ketika Allah menanti dengan sabar di zaman Nuh, selama pembuatan bahtera, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan melalui air bah itu. 21 Melambangkan itu, baptisan sekarang menyelamatkanmu—bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah—oleh kebangkitan Yesus Kristus, 22 yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada Dia (NASB).
Dengan pernyataan langsung tentang penderitaan Yesus sebagai pengganti dosa umat manusia yang mungkar, Petrus memperkenalkan salah satu nas yang paling sulit dalam Perjanjian Baru. Namun begitu, kita harus memahami poin-poin yang lebih baik yang ia kemukakan, dampak keseluruhan kata-katanya adalah jelas. Orang percaya diselamatkan dari dosa ketika mereka dibaptis. Sebagai orang yang diselamatkan, mereka berbagi pelbagai berkat milik Pribadi yang memerintah di sebelah kanan Allah. Kristus yang sama yang mati di kayu salib untuk menyelamatkan umat-Nya sekarang memerintah atas segala kuasa sorgawi dan duniawi. Oleh karena ini, mereka yang menderita untuk sesaat dapat bersukacita.
Ayat 18. Petrus seolah-olah tidak bisa memikirkan penderitaan tanpa memikirkan penderitaan Kristus, dan ia tidak bisa memikirkan penderitaan Kristus tanpa mengingat bahwa Ia juga mati untuk segala dosa. Penderitaan para budak di 2:19, 20 telah menuntun kepada urutan pemikiran yang sama. Ada pengertian yang di dalamnya semua kehidupan Yesus ditandai oleh penderitaan, tetapi yang membuat Petrus tertarik adalah penderitaan-Nya bagi dosa manusia. Bahwa Yesus mati sebagai pengganti dosa-dosa umat manusia memiliki akarnya di dalam Perjanjian Baru. Paulus mengungkapkannya dengan penuh perasaan: "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2 Korintus 5:21).
Dalam 2:21-25, Petrus berfokus pada teladan Kristus, tapi dalam ayat ini teladan-Nya itu bukan isu utama. Petrus tidak mengharapkan murid-murid Yesus meneladani Tuhan dengan mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar. Penderitaan apapun yang diminta dari murid-murid Yesus, mereka tidak akan menanggung dosa seperti Yesus menanggung dosa mereka (2:24), mereka juga tidak akan dibangkitkan menurut roh. Tujuan Petrus dalam ayat ini adalah lebih untuk mengajar mereka bahwa Yesus mati untuk membawa kita kepada Allah daripada keinginannya untuk mengingatkan para pembacanya bahwa Yesus telah menunjukkan kepada mereka cara untuk menderita. Bahwa Yesus telah mati sekali adalah tema yang sering muncul bagi penulis kitab Ibrani (Ibrani 7:27; 9:12, 26, 28; 10:10, 14).
Ada keunikan dan kepastian dalam kematian Kristus untuk dosa. Itu adalah implikasi dari "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa." Rekonsiliasi antara orang berdosa dengan Allah tidak butuh penderitaan tambahan untuk dosa manusia. Salib itu sepenuhnya memadai.17Penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa Kristus tidak mempersembahkan korban tahun demi tahun, seperti yang dilakukan oleh imamat Harun; sebaliknya Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri "hanya satu kali saja … untuk menanggung dosa banyak orang" (Ibrani 9:24-28). Dalam kitab Ibrani, Yesus adalah imam dan korban. Dalam 1 Petrus, Ia pada dasarnya adalah korban, persembahan yang tak bersalah, "yang benar untuk yang tidak benar." Pembaca asli Petrus dan semua pembaca berikutnya jatuh di bawah judul " Yang tidak benar" Paulus dan Petrus membuat penegasan yang sama: "Semua orang telah berbuat dosa" (Roma 3:23.). Kristus sanggup "membawa kita kepada Allah" karena Ia menderita tanpa kesalahan. Petrus telah membahas hal ini dalam 2:24, 25, tapi di sini rasul itu melangkah lebih jauh. Penderitaan dan kematian Kristus di kayu salib bukan akhir cerita. Salib itu bukan kekalahan. Sesungguhnya, meski Ia telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Allah mengubah salib menjadi kemenangan. Ia "dibangkitkan menurut roh." Pernyataan kedua tidak persis seperti yang kita harapkan untuk Petrus katakan. Yesus tidak hanya "telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia," tetapi Ia juga dibangkitkan sebagai manusia. Tuhan membuat jelas hal itu ketika Ia mengundang Tomas untuk mencucukkan jarinya ke dalam bekas luka paku (Yohanes 20:25, 27). Petrus tidak membuat pernyataan tentang kebangkitan Yesus sebagai manusia. Maksudnya adalah berbeda. Yesus mati "sebagai manusia" di tangan orang-orang yang menyalibkan Dia. Ia dibangkitkan "menurut roh."
Dengan kata-kata ini Petrus beralih ke salah satu nas yang paling sulit dalam Perjanjian Baru, pastinya yang paling sulit dalam surat ini. Pada tahun 1930, J. A. Macculloch mengeksplorasi nas ini dan yang lainnya karena mereka berkaitan dengan tradisi yang terus-menerus dalam gereja mula-mula bahwa Yesus pergi ke dunia orang mati setelah penyaliban-Nya.18Semenjak publikasi karya Macculloch itu, para sarjana telah mencurahkan energi yang cukup besar untuk nas ini. Beberapa penjelasan telah dikemukakan untuk kata-kata Petrus itu. Pelbagai isu yang terlibat memang sangat rumit. Akan sulit untuk memilah-milah mereka. Pada titik ini sangat baik untuk memperhatikan bahwa Alkitab NASB dan TB, yang dikutip di atas, tidak memberi huruf besar pada kata "roh." Para penerjemah secara konsisten memberi huruf besar pada kata itu ketika mereka menilai kata itu sebagai acuan kepada Roh Kudus. Berbeda dengan Alkitab NASB, Alkitab NIV memberi huruf besar pada kata "Roh." Para penerjemah Alkitab NIV percaya Petrus mengacukan Roh Kudus. Dalam bahasa Yunani "roh" tidak akan diberi huruf besar dalam kedua kasus itu. Hanya konteksnya yang dapat menentukan apakah itu mengacu kepada Roh Kudus atau roh dalam arti lain. Baik Alkitab NASB dan maupun Alkitab NIV menawarkan penafsiran ketika mereka memilih "roh" atau "Roh." Ayat 19. Ayat ini segera menimbulkan pertanyaan. Anteseden kata ganti yang relatif dalam kalimat yang adalah kurang jelas. Kata yang terdekat dengan kata ganti dalam ayat sebelumnya adalah "roh," yang Alkitab NIV artikan sebagai Roh Kudus. Maka, tidak mengejutkan ketika Alkitab NIV menawarkan "melalui siapa" bukan "yang mana." Dengan mengikuti Alkitab NIV orang akan mengerti bahwa Yesus pergi dan membuat pernyataan melalui Roh Kudus, yaitu, Ia pergi dengan sarana kuasa yang disediakan oleh Roh Kudus. Apakah terjemahan Alkitab NIV bisa dibenarkan? Menerjemahkan preposisi Yunani ejn (en) sebagai "melalui" adalah sebuah kemungkinan, dan tata bahasa ayat itu membolehkan kata ganti Yunani itu mengacu kepada "roh" dalam ayat sebelumnya. Karena benar begitu, maka terjemahan "melalui siapa" dapat diterima, bahkan lebih disukai. Pertanyaannya adalah apakah itu atau bukan yang Petrus ingin komunikasikan. Alkitab NIV telah menawarkan penafsiran yang memungkinkan bagi pembaca bahasa Inggris, tapi ada keraguan apakah terjemahan itu telah menafsirkan ayat itu dengan benar.
Kata ganti "yang" atau "siapa" bisa mengacu kepada Roh Kudus, tetapi tidak harus. Meski pelbagai terjemahan, terutama yang lebih baru, belum tentu mencerminkan hal itu, ungkapan Yunani "yang mana" (e˙n w, en hoi) muncul empat kali dalam 1 Petrus (1:6; 2:12; 3:16; 4: 4). Alkitab NASB menerjemahkan itu secara konsisten sebagai "yang mana" atau "dalam hal ini." Dalam pelbagai kemunculan kalimat itu, kata gantinya tampaknya mengacu kepada pemikiran sebelumnya yang disediakan oleh konteksnya. Jadi dalam 1:6 ketika Petrus menulis, "Bergembiralah akan hal itu," kata ganti "itu" mengacu kepada bersukacita dalam segala situasi yang digambarkan dalam 1:4, 5, bukan kepada hal khusus tertentu. Demikian pula, dalam ayat di depan kita, "yang mana" bisa mengacu kepada, bukan kepada "roh," tetapi kepada gambaran sebelumnya tentang Kristus, yang telah mati dan telah dibangkitkan. Mungkin Petrus sedang mengatakan bahwa dalam jalannya peristiwa yang menyertai kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus "pergi dan membuat pernyataan." Lalu, inilah pilihannya: (1) Petrus mungkin sedang mengatakan bahwa dengan perantaraan Roh Kudus Yesus pergi, atau (2) secara rohani tertentu Ia pergi, atau (3) dalam perjalanan pelbagai peristiwa yang dikurung oleh kematian dan kebangkitan-Nya Ia pergi. Dalam pilihan pertama dan kedua anteseden kata gantinya dipahami sebagai "roh." Dalam contoh pertama itu adalah Roh Kudus (begitulah dengan NIV); dalam contoh yang kedua roh dipahami secara umum untuk berarti "dengan cara rohani" (begitulah dengan NASB). Anteseden "yang" bisa menjadi "Roh" atau "roh," atau itu mungkin bisa menjadi keadaan Kristus yang dihukum mati dan dibangkitkan. Penafsiran mana saja yang orang ambil, itu akan punya banyak kaitannya dengan cara ia memahami sisa nas ini.19Kita akan menunda dalam memilih di antara pelbagai kemungkinan itu sampai kita telah meneliti isu-isu lain yang diangkat oleh ayat-ayat itu.
Pertanyaan-pertanyaan itu berlanjut. "Ia pergi dan membuat pernyataan" bisa dipahami secara harfiah atau kiasan, dengan kata lain, Yesus mungkin telah pergi secara langsung atau Ia mungkin telah pergi tidak secara fisik, atau secara representatif. Namun begitu, ketika Petrus mengatakan bahwa Yesus membuat pernyataan kepada roh-roh yang sekarang di penjara, dibutuhkan pembacaan secara kiasan untuk "roh … di penjara." Penjara harfiah dengan jeruji besi dan penjaga yang menawan roh-roh harfiah adalah di luar bayangan. Roh-roh itu berada di tempat semacam penjara, tapi tidak seperti penjara yang manusia kenal. Perhatikanlah bahwa Alkitab NASB menuliskan kata "sekarang" dalam huruf miring, yang artinya kata itu tidak terdapat dalam bahasa Yunani. Ketika Alkitab NASB menyisipkan kata "sekarang," yang tersirat adalah bahwa roh-roh itu tidak berada "di penjara" ketika Yesus membuat pernyataan kepada mereka, tapi mereka sudah berada di penjara ketika Petrus menulis. Berdasarkan konteksnya pembaca harus memutuskan apakah Alkitab NASB bertindak benar atau tidak dalam menyisipkan kata "sekarang."
Jika "roh-roh" yang kepada siapa Yesus berkhotbah tidak benar-benar berada "di penjara," di manakah mereka? Apakah arti "di penjara"? Jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan ini akan tergantung pada siapakah "roh-roh" yang Yesus khotbahkah itu. Menurut 3:20, roh-roh itu adalah mereka yang tidak taat pada zaman Nuh. Beberapa orang berpendapat bahwa acuan itu adalah kepada malaikat-malaikat jahat, "anak-anak Allah" dalam Kejadian 6:1-4, yang hidup sebelum air bah. Meski benar bahwa ada ketertarikan kontemporer yang luar biasa dalam diri "anak-anak Allah" yang mengambil istri dari "anak-anak perempuan manusia" dalam Kejadian 6:1-4, namun "anak-anak Allah" itu (siapa pun atau apa pun mereka) bukan minat Petrus. Petrus peduli dengan penghakiman yang Allah akan jatuhkan ke atas orang-orang pada zamannya. Ia tidak tertarik dengan penghakiman malaikat. Seperti orang-orang yang tidak taat pada zamannya, yang mencetuskan murka Allah adalah orang-orang yang tidak taat pada zaman Nuh. "Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi" (Kejadian 6:5). "Roh-roh" yang tidak taat pada zaman Nuh adalah orang-orang jahat dari generasi itu.
Memang tidak biasa untuk mengacukan manusia sebagai "roh," tapi bagaimana lagi rasul itu menamakan orang-orang yang sudah lama mati? Mereka bukan lagi orang dalam arti biasa kata itu, yaitu, orang-orang dalam daging. Rasul itu menyebut orang yang hidup "jiwa" (yucai, psuchai, 3:20); orang-orang yang mati adalah "roh." Penggunaan "roh" oleh Petrus entah bagaimana seperti penggunaa dalam Ibrani 12:9 di mana bapak-bapak jasmani dihadapkan dengan "Bapa segala roh." Seperti Petrus, penulis kitab Ibrani menggunakan kata "roh" untuk mereka yang tidak dalam daging. Ketika Petrus mengatakan "roh-roh" itu berada "di penjara," ia menegaskan bahwa orang-orang yang memberontak pada zaman Nuh, meski mereka tidak lagi dalam daging, telah dikurung dalam dunia orang mati. "Roh-roh" itu adalah orang-orang yang tidak taat dari generasi Nuh. Mereka itu berada di alam Hades ketika Petrus menulis. Itu adalah penjara mereka. Alam Hades sebagai penjara tidak akan menjadi konsep yang aneh bagi mereka yang mengenal baik para nabi. Yehezkiel, misalnya, menggambarkan orang-orang perkasa Mesir sudah turun ke dunia orang mati (Yehezkiel 32:18-32), alam kelam yang seperti penjara. "Penjara" bagi Petrus adalah setara dengan "Sheol" dalam Yehezkiel.
Singkatnya, Yesus pergi ke dunia orang mati, khususnya kepada orang-orang yang pada zaman Nuh tidak taat dan "membuat pernyataan." Yesus menyiarkan pesan. Kata khru/ssw (kerussō) adalah kata kerja umum untuk menyiarkan pesan. Dalam 4:6, Petrus akan menggunakan kata kerja eujaggeli÷zw (euangelizō), yang berarti "memberitakan injil," tapi tidak di sini. Hal apakah yang Yesus nyatakan atau siarkan kepada orang mati? Mengapakah Ia ingin menyatakan sesuatu kepada orang mati? Untuk menangani pertanyaan-pertanyaan ini, kita harus kembali kepada isu pertama yang kita angkat tentang ayat ini. Apa anteseden kata ganti itu? Apa arti "yang mana"?
Kata terakhir 3:18 baik dalam bahasa Yunani dan Alkitab NASB adalah "roh." Yesus dihukum mati ketika Ia berada dalam alam, dalam batas-batas, daging; dan Ia dibangkitkan dalam alam roh. Mengapakah Petrus tidak hanya mengatakan bahwa Yesus dibangkitkan? Mengapa "dibangkitkan menurut roh"? Mungkin ada bantuan tertentu dalam 2:5 di mana rasul itu menyinggung "rumah rohani" dan "korban-korban rohani." Di situ ia tampaknya bermaksud bahwa rumah dan korban-korban itu tidak bersifat materi. Bahwa mereka itu bersifat "rohani" tidak diragukan lagi berarti mereka itu menjadi kesukaan Allah dan restu Allah, tapi mereka juga non-materi. Rohani dapat berarti non-literal sebagaimana "roh" dapat berarti non-daging. Penggunaan kata "rohani" dalam 2:5 adalah petunjuk bagi pemahaman Petrus atas penaklukan maut oleh Yesus. Allah membangkitkan Kristus setelah Ia disalibkan, tetapi Yesus tidak mempertahankan tubuh yang sama, yang bersifat daging dalam segala hal, sebagaimana sebelum penyaliban. Aspek "dibangkitkan menurut roh" yang bersifat non-materi, non-daging, dibawa ke dalam penggunaan "yang mana" dalam 3:19. Paulus membuat perbedaan antara berada dalam daging atau dalam roh (Kolose 2:5). Tampaknya memungkinkan bagi seseorang untuk hadir "dalam roh" ketika ia tidak secara harfiah, hadir secara fisik.
Setelah mengatakan bahwa Yesus "dibangkitkan dalam roh," pemikiran Petrus beralih. Ia berpindah dari karya pendamaian Kristus, kematian-Nya bagi segala dosa dan kebangkitan-Nya, hingga pembenaran orang Kristen di mata dunia yang sedang menindas mereka. Pikiran Petrus kembali kepada pernyataan Tuhan dan kepada penghakiman yang akan menyertai pernyataan-Nya. Adalah tema penghakiman yang membawa dia kepada Nuh. Pernah ada waktu lain ketika Allah mendatangkan penghakiman universal atas umat manusia. Petrus ingin para pembacanya mengetahui bahwa penghakiman pada zaman Nuh tidak terjadi tanpa adanya Kristus. Secara rohani, nonmateri, ketika Nuh berkhotbah dan memperingatkan orang-orang sezamannya, ketika ia menyiarkan pesan Allah kepada mereka, itu adalah Kristus yang bicara melalui Nuh. Rasul itu bisa saja sudah mengatakan dengan tekanan yang sama bahwa Kristus telah bicara melalui mulut Musa atau Yesaya, tapi Nuh adalah relevan karena Allah telah menghakimi dunia pada zaman Nuh. Pada hari itu Allah telah menyatakan diri-Nya, kuasa-Nya dan tujuan-Nya. Allah juga akan menyatakan diri-Nya kepada Petrus, para pembacanya, dan para penindas mereka dalam penghakiman atas seluruh dunia. Yesus secara rohani bicara melalui Nuh dan penghakiman datang. Dengan cara yang sama, Yesus secara rohani sedang bicara melalui Petrus dan saksi-saksi rasuli lainnya. Penghakiman pasti akan mengikuti pemberitaan mereka juga.
Yang masih harus dikatakan adalah bahwa pemahaman atas nas-nas ini menggapai jauh ke belakang kepada Augustine (abad kelima Masehi) dan dipertahankan oleh sarjana-sarjana cerdas moderen. Tindakan Yesus yang pergi dan membuat pernyataan paling baik dipahami sebagai bersifat rohani, yaitu pergi secara non-materi. Yesus sudah bicara dalam pribadi juru bicara Allah Nuh selama waktu ketika penghakiman Allah sudah dekat dan universal. Ketika Nuh bicara, Yesus bicara; ketika Petrus bicara, Yesus bicara.
Ada pengertian lain mengenai 3:19 yang patut dipertimbangkan. Doktrin, bahwa antara penyaliban dan kebangkitan-Nya Yesus pergi secara harfiah ke dunia orang mati, yang disebut Descensus, merupakan bahan umum dalam gereja kuno. Ada bermacam penjelasan mengenai tujuan-Nya pergi ke dunia Hades. Mungkin itu untuk mengumumkan kemenangan, untuk meyakinkan dan menyatakan diri-Nya kepada umat yang setia, dan untuk memberitakan hukuman kepada orang fasik. Nas-nas seperti Kisah 2:27 dan Efesus 4:9 digunakan untuk mendukung doktrin itu. Pengakuan Imam Rasuli dalam bentuknya yang terakhir yang bertanggal dari era Rufinus (sekitar 360 Masehi) berisi kalimat "Ia turun ke dalam neraka." Dikatakan bahwa Yesus turun ke alam di mana jiwa-jiwa menantikan akhir zaman, tempat di mana Yesus pergi bersama pencuri itu setelah penyaliban (Lukas 23:43), tempat di mana orang yang taat dan tidak taat menunggu penghakiman terakhir.
Meski beberapa orang telah berusaha melihat adanya teologi "kesempatan kedua" di dalam Descensus, itu bukan merupakan implikasi penting doktrin itu. Ada beberapa alasan lain mengapa Yesus mungkin telah turun ke Hades. Hampir tidak terbayangkan bahwa Petrus mengingatkan para pembacanya bahwa Yesus benar-benar pergi dan membuat pernyataan kepada beberapa makhluk dari dunia roh atau kepada roh-roh orang mati setelah penyaliban-Nya, ketika Ia dibangkitkan dalam roh. Namun begitu, jika itu yang Petrus maksudkan, maka sulit untuk melihat relevansi kata-katanya dengan pokok-pokok pikiran yang langsung mendahului. Turunnya Yesus ke alam Hades adalah cocok dengan konteksnya yang seperti pemikiran yang acak. Selanjutnya, gagasan bahwa Yesus turun ke alam Hades untuk berkhotbah memiliki, setidaknya, dukungan tidak langsung dari nas-nas lain Perjanjian Baru. Bukan hal yang tidak terbayangkan bahwa Petrus mengacukan tindakan turun seperti itu; hal itu juga memungkinkan. Kita menyimpulkan bahwa anteseden kata ganti "yang mana" adalah "roh," kata terakhir dalam ayat sebelumnya, dan roh harus dieja dengan huruf kecil. Dalam kasus lain di mana Petrus menggunakan kata-kata "yang mana" kata gantinya sepertinya mengacu kepada konteks sebelumnya, tapi penggunaan frasa itu bersifat pengecualiaan. Setiap kejadian harus dipahami berdasarkan nilainya sendiri. Berdasarkan cara kata ganti itu digunakan dalam 3:19, maka wajar untuk memahami kata itu mengacu kepada "roh," yag merupakan antesedennya yang terdekat.
Ayat 20. Orang-orang yang berada di alam Hades ketika Petrus menulis, yang dahulu tidak taat, adalah orang-orang yang kepada siapa Kristus telah membuat pernyataan. Ketidaktaatan mereka yang hidup pada zaman Nuh adalah sama dengan ketidaktaatan orang-orang yang menindas umat Kristen di zaman Petrus. Dalam kedua kasus itu, mereka yang tidak taat akan "memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati" (4:5). Allah tidak menghancurkan dunia purba sebagai reaksi tanpa rencana terhadap kejahatan orang-orang itu. Sebagaimana Allah menanti dengan sabar di zaman Nuh, Allah juga menanti dengan sabar di zaman Petrus. Dalam suratnya yang kedua, rasul itu akan mengatakan bahwa Allah "sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat" (2 Petrus 3:9). Kristus telah berkhotbah kepada generasi Nuh ketika Nuh berkhotbah kepada mereka, selagi mereka masih hidup. Generasi Nuh tidak mempercayai pemberitaan itu. Pada akhirnya, Nuh dibenarkan; orang-orang kafir dihakimi. Hal yang sama akan terjadi bagi generasi Petrus.
Sementara Kristus memperingatkan orang-orang dunia purba melalui kata-kata Nuh, "pemberita kebenaran" (2 Petrus 2:5), Allah sedang memberi peringatan nyata lainnya. Nuh berkhotbah selama pembuatan bahtera. Seperti juru bicara Kristus Nuh, Petrus juga memberikan peringatan nyata kepada orang-orang sezamannya. Melalui pemberitaan Petrus dan saksi-saksi rasul lainnya, gereja terwujud. Sebelumnya rasul itu telah menyebut gereja sebagai "rumah rohani" Allah (2:5). Sebagaimana beberapa generasi Nuh diselamatkan ketika mereka mencari perlindungan dari kejahatan di sekitar mereka, begitu juga beberapa generasi Petrus sedang diselamatkan ketika mereka menemukan perlindungan di dalam rumah rohani Allah. Orang-orang Kristen yang Petrus sapa juga memiliki bahtera di mana mereka bisa menemukan tempat berlindung ketika penghakiman Allah datang. "Bahtera" di 3:20 untuk para pembaca Petrus adalah sama dengan "rumah rohani" dan "imamat kudus" dari 2:5. Memang benar bahwa jumlah orang Kristen kecil, tetapi ketika Nuh membangun bahtera di sana hanya ada sedikit, yaitu delapan orang yang dibawa ke tempat yang aman. Seharusnya tidak mengejutkan bahwa beberapa generasi di zaman Petrus akan menemukan keselamatan.
Analogi (hampir menyerupai alegori) Nuh, bahtera, dan orang-orang jahat dari generasi Nuh telah bekerja dengan baik hingga titik ini. Namun begitu, ketika Petrus menambahkan bahwa delapan orang dari generasi Nuh diselamatkan oleh air bah, kita harus bertindak hati-hati. Teks Yunani itu, diterjemahkan secara lebih harfiah, mengatakan, "Mereka diselamatkan melalui air." Itu merupakan pernyataan yang aneh. Orang mungkin mengharapkan teks itu berkata bahwa delapan orang diselamatkan "dari air," bukan "melalui air." Mereka pasti tidak diselamatkan dengan sarana banjir, bukan? Mungkin maksud Petrus adalah bahwa delapan orang itu diselamatkan dari penghakiman yang Allah datangkan ke atas generasi sezaman mereka "melalui air." Jika itu maksudnya, maka air menyelamatkan mereka. Air membasuh dosa manusia di bumi dan menyelamatkan delapan orang dari penghakiman yang sama yang dialami oleh orang-orang yang tidak taat. Andaikan bukan karena pembasuhan air, maka mereka itu akan menemukan diri mereka terperangkap dalam kejahatan yang mengelilingi mereka.
Adalah relevan untuk bertanya mengapa Petrus entah bagaimana menyebut "air." Ayat berikutnya menjelaskan hal itu. Ia menyebut air karena subyeknya selama ini adalah keselamatan delapan orang dari generasi Nuh. Subyek rasul itu selama ini adalah keselamatan para pembacanya. Orang-orang Kristen yang Petrus sapa, seperti halnya delapan orang dari zaman Nuh, telah diselamatkan dari orang-orang sezaman mereka (1) ketika Allah mendatangkan penghakiman dan (2) melalui air. Tentu saja, analogi itu tidak dapat diartikan benar secara keseluruhan, tapi kemiripannya cukup memberikan jaminan kepada para pembaca Petrus bahwa ada persamaan antara cara Allah bertindak di masa lalu dan cara Ia sedang bertindak ke atas mereka. Petrus sebelumnya mengatakan bahwa mereka telah "dilahirkan kembali" dari benih yang tak dapat binasa. Mereka dilahirkan kembali ketika mereka dibaptis dalam Kristus (lihat komentar tentang 1:3, 23). Pembaptisan mereka dalam air telah menjadi titik awal di mana mereka mengenakan Dia (Galatia 3:27), menjadi umat-Nya, dan berbagi warisan. Keselamatan delapan orang di zaman Nuh adalah paralel dalam beberapa hal dengan keselamatan para pembaca Petrus. Air pada zaman Nuh telah menyapu bersih kebobrokan di bumi sehingga Nuh dan keluarganya bisa terbebas dari pengaruh generasi mereka. Dalam air baptisan, para pembaca Petrus telah mengalami kuasa darah Yesus yang menghapus dosa mereka. Berdasarkan apa arti baptisan bagi para pembacanya, rasul itu ingin mereka mengerti bahwa orang-orang yang kepada siapa Kristus sudah membuat pernyataan melalui mulut Nuh, seperti halnya diri mereka, telah diselamatkan "melalui air."
Ayat 21. Ini adalah satu-satunya tempat dalam 1 Petrus di mana kata baptisan secara jelas muncul; tidak ada keraguan tentang pentingnya kata itu dalam nas ini. Terjemahan Alkitab NASB "sama seperti itu" melemahkan dampak kata-kata Petrus itu. Secara lebih harfiah ia mengatakan bahwa air adalah "sebuah kiasan" (aÓnti÷tupoß, antitupos). Ini hanya kemunculan kedua kata itu dalam Perjanjian Baru, kemunculan lainnya adalah Ibrani 9:24. Subyeknya adalah keselamatan. Ketika air di zaman Nuh menyelamatkan delapan orang dari generasi bobrok di sekeliling mereka, itu adalah "tipe," bayangan, tentang "baptisan" yang sekarang menyelamatkanmu.
Rasul itu menduga bahwa para pembacanya sudah dididik mengenai pentingnya "baptisan." Mereka akan sudah mengerti bahwa baptisan itu bukan sekedar tindakan mekanis. Kemanjuran baptisan memancar pertama kali dari karya Kristus yang "mati untuk dosa … yang benar untuk yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah" (3:18). Kedua, itu memancar dari respon iman para pembacanya. Apa yang jelas adalah bahwa "baptisan" bukan embel-embel keselamatan; itu bukan "respon lahiriah terhadap anugerah batiniah." Sebagaimana Kristus bertindak ketika Ia mati di kayu salib, begitu juga Ia bertindak ketika orang dibaptis dan menghapus dosa. "Baptisan" adalah tindakan manusia, tetapi itu juga tindakan ilahi. Orang percaya yang menyesali dosanya diselamatkan ketika ia dibaptis (Roma 6:3, 4). Calvin, Zwingli, dan para reformis lainnya adalah benar dalam banyak kecaman mereka terhadap Katholik Roma, tapi mereka salah ketika mereka menolak gagasan bahwa Allah bertindak ketika iman dinyatakan dalam baptisan.
D. A. Carson salah ketika ia menyiratkan bahwa gereja-gereja Kristus memiliki pandangan aneh tentang baptisan tanpa akar sejarah dalam tradisi Kristen.20Di abad-abad awal agama Kristen tidak ada orang yang akan sudah memahami keberadaan dalam Kristus tanpa baptisan.21Fred Gealy benar ketika ia menulis, Baptisan adalah waktu ketika manusia secara efektif dipanggil kepada hidup yang kekal. [Itu adalah] ritus peralihan dari dunia kepada gereja, sebagai kelahiran kembali dari dunia kegelapan yang jahat sekarang ini ke dalam Kerajaan kasih Anak Allah, adalah tindakan pengakuan di depan umum yang secara efektif memisahkan orang Kristen dari dunia dan menetapkan dia dalam gereja.22
Kutipan-kutipan dapat dilipatgandakan. Banyak sarjana Alkitab yang tidak memiliki hubungan dengan gereja-gereja Kristus menunjukkan bahwa di dalam Perjanjian Baru dan gereja mula-mula, baptisan, perubahan hidup, dan pengampunan dosa terjalin tak terpisahkan. Mereka mungkin tidak setuju dengan cara gereja moderen harus dipandu dengan praktik orang Kristen dalam Perjanjian Baru, tetapi ada banyak orang yang memahami bahwa bagi gereja mula-mula tidak ada hal seperti itu yaitu ada orang Kristen yang belum dibaptis. Petrus membuat jelas hal itu ketika ia menulis "baptisan yang sekarang menyelamatkan kamu." Ketika Paulus menulis, "Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus" (Galatia 3:27), implikasi jelasnya adalah bahwa mereka yang belum dibaptis ke dalam Kristus belum mengenakan Dia. Sama terlihatnya adalah bahwa hanya mereka yang telah mengenakan Kristus yang berpartisipasi dalam warisan Kristen.
Petrus menjelaskan. Siapa saja yang menganggap pentingnya "baptisan" terletak pada ritus lahiriahnya dengan sendirinya ia telah salah memahami ajaran Perjanjian Baru. Dalam kata-kata Edward Gordon Selwyn, baptisan "bukan sekedar tindakan pembersihan tubuh, tetapi penyerahan moral manusia seutuhnya kepada Allah yang diungkapkan dalam Kristus."23"Baptisan" juga bukan sekedar tanda perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Sunat, sebaliknya, adalah tindakan lahiriah yang hanya berfungsi sebagai tanda perjanjian. Allah tidak bertindak ketika seorang anak berumur delapan hari disunat. Sebelum sunat anak Yahudi sudah terhitung di antara umat Allah berdasarkan kelahirannya. Ketika orang percaya memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah dengan cara dibaptiskan, Allah bertindak karena Kristus telah "mati bagi dosa" (3:18); Ia bertindak karena Yesus Kristus telah dinyatakan sebagai pemenang melalui kebangkitan[-Nya]. Ketika orang dibaptis dalam Kristus, ia menjadi bagian dari umat Allah berdasarkan kelahiran barunya.
Baptisan adalah permohonan kepada pembayaran yang Yesus lakukan di atas kayu salib untuk "hati nurani yang baik." "Hati Nurani" bagi Petrus tidak berarti hal yang sama dalam ungkapan moderen. "Hati Nurani" di sini bukan suara kecil tertentu di dalam batin. Sebaliknya, itu adalah perasaan seseorang yang berdiri di hadapan Allah dan sesamanya. Karena orang telah dibaptis, maka "hati nurani[nya] yang baik" adalah pengetahuan yang dibagi antara dirinya, Allah, dan rekan-rekannya. Itu memberi dia keyakinan dan jaminan bahwa ia berdiri sebagai salah seorang umat milik Allah, pewaris warisan yang akan diungkapkan pada penampakan-Nya. "Hati Nurani" di dunia Petrus memiliki dimensi sosial yang jauh lebih berat daripada yang dimiliki orang-orang zaman ini.
Perlu diperhatikan bahwa Petrus memahami "baptisan" sebagai pembasuhan tubuh. Signifikansinya punya kaitan dengan pembasuhan. Analoginya itu rusak jika kita memahami baptisan sebagai percikan dengan air atau menuangkan sedikit air pada calon baptisan. Selain itu, Petrus mengatakan bahwa "baptisan" adalah "permohonan" pada sisi orang yang akan dibaptis untuk minta "hati nurani yang baik." Implikasinya adalah bahwa orang yang sedang dibaptis adalah cukup dewasa sehingga ia dapat membuat permohonan untuk dirinya sendiri. Petrus memahami baptisan sebagai pembenaman calon yang cukup dewasa untuk mengenali kondisinya yang sesat dan yang dengan demikian dapat memohon untuk hati nurani yang baik.
Ayat 22. Tidak ada kitab Perjanjian Lama yang lebih sering dikutip di dalam Perjanjian Baru selain kitab Mazmur,24dan tidak ada mazmur yang lebih sering dikutip selain Mazmur 110, dan tidak ada bagian dari Mazmur 110 yang lebih sering dikutip selain, "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" (Mazmur 110:1). Petrus ingin para pembacanya mengetahui bahwa Yesus Kristus yang duduk di sebelah kanan Allah setelah Ia naik ke sorga. Yesus Kristus memiliki dimensi sejarah. Ia adalah seorang laki-laki, lahir dari seorang perawan, dibesarkan di Nazareth, seorang pengkhotbah, dan nabi. Secara nyata Yesus sudah menyembuhkan orang buta, secara mujizatiah memberi makan lima ribu orang, dan berubah wujud di hadapan tiga murid-Nya. Di bawah Pontius Pilatus dan atas desakan orang-orang Yahudi (umat-Nya sendiri), bangsa Romawi menyalibkan Dia. Pada hari ketiga, Ia dibangkitkan oleh kuasa Allah. Yang penting bagi iman Kristen adalah bahwa pelbagai peristiwa ini dan yang lainnya terjadi secara nyata, tapi itu belum semuanya. Sekedar rasa ingin tahu yang aneh tidak bisa memadai untuk mengalami Kristus. Yesus sekarang memerintah. Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada Dia. Petrus tertarik lebih daripada siapa Yesus sebenarnya sebagai manusia; ia juga tertarik siapa Dia sebagai Anak Allah.
Duduk "di sebelah kanan" memiliki simbolisme sendiri. "Tangan kanan" menunjukkan sekaligus kedekatan dan kuasa. Tidak ada harapan untuk mencoba memahami semua yang terlibat dalam hubungan antara Bapa dan Anak. Mereka adalah satu, tapi pada saat yang sama Allah Bapa berada di atas takhta, dan Yesus Anak berada di tangan kanan-Nya. Petrus tidak berurusan dengan seluk-beluk doktrin Trinitas. Kepe- duliannya adalah mengakui dan meneguhkan bahwa Yesus memiliki hubungan seperti itu dengan Allah sehingga itu harus jangan dibandingkan dengan ciptaan lain apa saja. Segala "kuasa dan kekuatan," baik malaikat atau duniawi, di bawah perintah-Nya. Selanjutnya, Ia memerintah atas umat-Nya. Ia peduli terhadap mereka, mendisiplinkan dan membimbing mereka. Ia adalah Raja mereka yang baik hati.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
Wycliffe: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN 1 PETRUS
Penulis. Menurut catatan, surat ini ditulis oleh Rasul Petrus (1:1). Penulis menyebut dirinya seorang penatua dan saksi dari pen...
PENDAHULUAN 1 PETRUS
Penulis. Menurut catatan, surat ini ditulis oleh Rasul Petrus (1:1). Penulis menyebut dirinya seorang penatua dan saksi dari penderitaan Kristus (5:1). Dia menulis dengan bantuan seseorang yang bernama Silwanus (5:12) dan berbicara mengenai seorang anggota keluarganya bernama Markus yang ada bersama dengan dia (5:13).
Waktu membahas suatu naskah kuno, sang penulis kelihatannya pandai dan terus terang. Pernyataan-pernyataannya tentang berbagai hal tampaknya diketahui benar olehnya, dan terutama pernyataan yang berkenaan dengan dirinya atau kegiatannya dianggap sebagai dapat dipercaya. Karya tulisnya yang masih ada kemudian diteliti untuk memeriksa konsistensi amanatnya, dan berbagai karya tulis yang sezaman atau yang belakangan dipelajari untuk menemukan acuan langsung mengenai penulis ini atau karya tulisnya dan untuk menemukan kutipan-kutipan darinya atau bukti lainnya yang terkait. Dugaan semula mengenai keaslian dan ketepatan, tulisan ini tidak akan banyak berubah kecuali kalau berbagai penelitian ini menunjukkan bukti yang bertentangan.
Dalam hubungannya dengan Kitab Suci, tulisan ini merupakan faktor penting lain bagi para pakar Kristen untuk studi mereka. Gereja sepanjang sejarah mempercayai dengan teguh bahwa tulisan-tulisan kanonik bukan sekadar laporan yang cermat dari orang-orang yang jujur, tetapi juga bahwa hasil karya mereka mengandung unsur mukjizat ilahi; tulisan-tulisan tersebut "diilhamkan oleh Allah" (II Tim. 3:16), yang kadang-kadang bahkan melampaui pemahaman penulisnya (1:10-12).
Surat I Petrus ini jelas dikatakan telah ditulis oleh Rasul Petrus. dan sama sekali tidak ada bukti dari dalam surat tersebut yang membuat kenyataan tersebut diragukan. Sesungguhnya, di dalam surat ini di sana sini terdapat berbagai pernyataan yang secara kuat mengingatkan orang kepada ungkapan khas Petrus sebagaimana tercatat di Kisah Para Rasul. Acuan penulis kepada Bapa sebagai menghakimi "tanpa memandang muka" (1:17) mengingatkan kita akan perkataan Petrus sebelumnya kepada Kornelius dan sekelompok orang bukan Yahudi di rumahnya (Kis. 10:34). Sebutan-sebutan tentang Allah yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati (1:21 dan lain-lain) mengingatkan kita akan kesaksian khas Petrus mengenai peristiwa kebangkitan di Kisah Para Rasul (2:32; 3:15; 10:40). Dan pemberitaan mengenai Kristus sebagai "batu penjuru" yang secara nubuat telah dilihat Yesaya sangat mirip dengan pernyataan Petrus kepada Sanhedrin di Kisah Para Rasul 4:11.
Beberapa pakar Alkitab telah menunjukkan beberapa kemiripan dengan tulisan-tulisan Paulus (Harnack beranggapan bahwa I Petrus terlalu dipengaruhi oleh kekristenan gaya Paulus sehingga mustahil ditulis oleh Petrus), hubungan surat ini dengan Yakobus, dan ikatannya yang sangat jelas dengan surat Ibrani. Namun pakar lainnya, khususnya Dr. Charles Bigg (St. Peter and St. Jude, di dalam International Critical Commentary) menyatakan bahwa kemiripan-kemiripan tersebut dapat ditafsirkan sebagai mencerminkan peminjaman pokok pikiran Petrus oleh para penulis yang lain tersebut atau sebaliknya, bahwa semua kemiripan itu dapat saja dipandang sebagai menunjukkan berbagai pemahaman dan gaya berbicara yang umum di kalangan Kristen pada zaman rasuli, sehingga tidak ada alasan untuk meragukan individualitas penulis I Petrus atau menunjukkan bahwa penulisnya bukan Rasul Petrus sebagaimana dikemukakan di bagian pembukaan surat ini.
Berbagai acuan kepada penganiayaan dan penderitaan. Yang demikian menonjol di dalam surat ini, telah dipelajari dengan teliti oleh para pakar untuk memeriksa apakah sesuai dengan apa yang diketahui sejarah mengenai serangkaian penganiayaan orang Kristen mula-mula. Dr. S. J. Case ('Peter, Epistles of," di dalam HDAC) membedakan adanya tiga gelombang utama penganiayaan ketika itu: yang terjadi semasa pemerintahan Nero (54-68 M). Domitian (81-96) dan Trajan (98.117). Dia mengikuti pandangan para pakar yang melihat I Petrus sebagai tidak saja menggambarkan tahap yang sudah lanjut dan sangat keras dari penganiayaan, tetapi yang juga sudah menyebar ke berbagai propinsi di Asia Kecil sebagaimana disebutkan di 1:1.
Mengacu kepada korespondensi Plini dengan raja Trajan mengenai penghukuman orang Kristen pada masa bakti Plini (dimulai tahun 111 M) memimpin Pontus dan Bitinia, alamat tujuan surat I Petrus ini, Case menganggap kenyataan ini sebagai latar belakang yang paling cocok dengan pernyataan-pernyataan surat ini tentang penganiayaan. Mengikuti jalan pikiran tersebut hingga mencapai kesimpulannya, dengan menempatkan saat penulisan surat ini pada mala kepemimpinan Trajan, membuat surat ini berdasarkan tanggal penulisan tersebut tidak mungkin ditulis oleh Petrus. Dr. Case sendiri, sambil mempertimbangkan bukti-bukti lain yang ada, juga tidak menerima kesimpulan ini.
Pakar lainnya menafsirkan I Petrus sebagai sebuah peringatan antisipatif menghadapi penganiayaan yang akan dialami sebab keadaan ketika itu mengarah ke situ. Bigg mengemukakan bahwa penganiayaan yang mula-mula sebagian besar didorong oleh Sanhedrin Yahudi, yang karena pemerintah Roma dengan cepat menyadari bahwa di sini mereka berhadapan dengan sebuah pandangan hidup yang bertentangan dengan kekafiran maka, menurut hemat mereka, harus dihentikan. Penganiayaan Paulus dan Silas di Filipi tampaknya terjadi akibat alasan ini dan tanpa ada hasutan dari kalangan Yahudi. Para misionaris itu telah merusak kehidupan para peramal kafir. Dan hukum Romawi melindungi hak setiap orang untuk mencari nafkah tanpa ada yang campur tangan.
Dr. Bigg menduga bahwa I Petrus berasal dari tahap yang lebih dini dari perlawanan golongan kafir tersebut, bahkan sebelum penganiayaan di bawah perintah Nero yaitu sesudah peristiwa pembakaran kota Roma (th. 64 M) yang menurut Nero dilakukan oleh kalangan Kristen. Tanggal yang agak dini ini bukan mustahil dan cukup masuk akal, dan juga sesuai dengan pernyataan kepenulisan surat ini oleh Petrus. Tentu saja tidak dikatakan bahwa surat-surat Plini kepada Trajan tidak sangat membantu kita memahami penganiayaan yang dibahas di dalam surat ini.
Bukti dari luar sangat mendukung keaslian surat ini. Sekalipun Ireneus (k. l. 130-216 M) merupakan tokoh pertama yang diketahui mengutip Petrus dengan menyebut namanya, para sarjana Perjanjian Baru telah menemukan bahwa I Petrus disinggung di dalam Surat Barnabas (k. l. 80 M), di dalam karya Klemens dari Roma (95-97 M), di dalam The Stepherd of Hermas (awal abad kedua) dan di dalam tulisan bapa-bapa gereja lainnya. Polikarpus yang mati sebagai martir pada tahun 155 mengutip dari I Petrus walaupun tidak menyebut nama penulisnya.
Eusebius (k. l. 324 M) mengatakan bahwa Papias (yang menulis kurang lebih 130-140) "memanfaatkan kesaksian dari surat I Yohanes dan juga dari Petrus" (Ecclesiastical History, 3.39.17). Dia mencantumkan I Petrus di antara kitab-kitab yang diterima tanpa diragukan oleh seluruh gereja. Selain itu, I Petrus dijumpai di dalam versi Alkitab Siria yang dinamakan Peshita dan juga di dalam versi Koptik, Etiopia, Armenian dan Arab. Pembuktian dari luar kitab itu sendiri sangat kuat dan mendukung pengakuan bahwa surat ini ditulis oleh Rasul Petrus.
Saat dan Tempat Penulisan. Waktu dan tempat penulisan, jika kepenulisan Petrus diakui, terkait erat sekali. Dari 5:13 tampak bahwa surat ini ditulis dari "Babilon." Memang terdapat tempat penampungan pengungsi Asyur dengan nama tersebut di Mesir yaitu di lokasi Kairo dewasa ini. Namun sepanjang abad pertama tempat itu merupakan sekadar pos militer dan tradisi tidak memberikan dukungan mengenai keberadaan Petrus di sana.
Babilon di tepi sungai Eufrat tercatat pernah menaungi sebuah jemaat Yahudi pada tahun 36 M, dan pada hari Pentakosta terdapat orang-orang Yahudi dari Babilon di Yerusalem. Sangat mungkin kemudian terbentuk sebuah jemaat Kristen di Babilon. Tetapi menjelang akhir pemerintahan Kaligula (wafat tahun 41 M) pendatang Yahudi di Babilon tersebar karena dianiaya dengan keras dan dibantai. Rasanya mustahil bahwa surat ini ditulis dari sana.
Ada tradisi dini dan kuat yang menyebutkan bahwa masa terakhir dari hidupnya dijalani Petrus di Roma. Ide ini dianut oleh hampir semua gereja pra-Reformasi. Mungkin saja para Reformator dahulu berusaha menekankan Babilon di Asyur sebagai tempat yang dimaksudkan dalam 5:13 sebagian disebabkan oleh perlawanan mereka terhadap pengakuan bahwa paus di Roma merupakan kelanjutan dari kepemimpinan Petrus. Namun pemakaian nama-nama Perjanjian Lama secara simbolis untuk kota-kota yang ada merupakan kebiasaan yang cukup umum pada zaman rasuli. Paulus menyamakan Hagar dan gunung Sinai dengan Yerusalem (Gal. 4:25). Di Wahyu 11:8 Yerusalem disebut "Sodom dan Mesir," dan di Wahyu 17:18 jelas bahwa pelacur yang disebut "Babilon" mengacu kepada Roma. Bagi penerima surat ini, yang melihat siapa yang membawa surat tersebut pasti tidak ada kesulitan untuk melihat bahwa 5:13 ini menunjuk kepada Roma.
Menurut perhitungan Case (op. cit), Petrus tiba di Roma pada sekitar akhir tabun 63 M. Lightfoot menentukannya, sebagai awal tahun 64 M. Kedatangan Paulus sebagai tahanan di Roma terjadi beberapa saat sebelumnya, tabun 61 atau 62 M. Ada tradisi yang menyatakan bahwa Paulus dibebaskan sesudah ditahan dua tahun di Roma dan bahwa II Timotius ditulis sesaat sebelum dia dihukum mati beberapa saat kemudian di luar Roma yaitu sekitar tahun 67 atau 68 M. Sekalipun demikian. anggapan tentang pemenjaraan yang kedua tersebut telah dipertanyakan, dan mereka yang mempertanyakan ini beranggapan bahwa surat II Timotius ditulis sekitar dua tahun sesudah Paulus tiba di Roma, yaitu tahun 63 atau 64 M. Tanggal ini tentu tidak lama sebelum Paulus mati sebagai martir, dan sekitar tibanya Petrus di Roma. Menarik untuk dicatat bahwa Markus yang dipanggil ke Roma oleh Paulus (II Tim. 4:11) ada bersama dengan Petrus ketika surat ini ditulis, seperti juga Silas, teman seperjalanan Paulus yang setia (5:12, 13).
Kalau begitu, surat ini sangat mungkin ditulis dari Roma sekitar saat penganiayaan oleh Nero dimulai, yaitu tahun 64 M. Menetapkan bahwa tanggal penulisannya adalah tidak lama sesudah penganiayaan tersebut dimulai tampaknya dibenarkan oleh adanya acuan yang demikian jelas mengenai penderitaan hebat itu di dalam surat ini.
Amanat Surat Ini. Ditulis kepada orang Kristen yang tinggal di lima propinsi di Asia Kecil, surat ini menyapa pada pembacanya sebagai pendatang dan pengembara yang tersebar, suatu gambaran yang sangat dikenal oleh orang Israel yang terserak dan tertindas, tetapi juga sangat cocok untuk banyak pembaca Kristen non-Yahudi. Bahwa yang disapa adalah orang-orang Kristen non-Yahudi cukup jelas dari surat ini. Petrus mengingatkan mereka bahwa sekalipun sebelumnya mereka bukan umat Allah, saat ini mereka adalah umat Allah (2:10). Dia melukiskan kehidupan mereka sebelumnya sebagai "melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah" (4:3, 4).
Mengapa Petrus memperhatikan mereka? Banyak orang dari kelima propinsi di Asia Kecil ini telah mendengarkan khotbah Petrus pada hari Pentakosta (Kis. 2:9). dan tidak diragukan lagi bahwa banyak di antara mereka kemudian pulang dan mendirikan jemaat rohani. Paulus kemudian memberitakan Injil di Asia, tetapi hanya wilayah yang terbatas saja berhasil dilayani, sebab Paulus telah dilarang oleh Roh Kudus untuk memberitakan Injil secara luas di wilayah ini (Kis. 16:6-8). Mungkin larangan ini disebabkan karena Injil sudah mulai bertumbuh dengan luar biasa di wilayah tersebut.
Petrus mungkin mengingat perintah yang disampaikan Tuhan Yesus kepada mereka, "Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu" (Luk. 22:32), dan kemudian, "Apakah engkau mengasihi Aku ... ? Gembalakanlah domba-domba-Ku" (Yoh. 21:15-17). "Jika engkau sudah insaf," tentu saja! Sebab Petrus pra-Pentakosta, jauh dari menjadi batu karang rohani, justru merupakan campuran yang berubah-ubah antara kesetiaan manusiawi dengan sifat mementingkan diri. "Jangan ke salib!" adalah nasihatnya kepada Tuhan (Mat. 16:22). Dan ketika Yesus menuju ke alat penyiksaan itu atas kehendak Bapa-Nya, Dia ke sana tanpa didampingi oleh Petrus.
Tetapi Pentakosta, dengan pengurapan Roh yang luar biasa, telah mendatangkan perubahan radikal. Sekarang Petrus, yang sudah menderita penyesalan dan sudah menghadapi maut di tangan Herodes, maju untuk memberikan semangat dam kekuatan kepada saudara-saudaranya di Asia untuk menghadapi Kalvari mereka yang sudah dekat.
Wycliffe: 1 Petrus (Garis Besar) GARIS BESAR 1 PETRUS
Tema: Penderitaan di dalam kehidupan orang percaya.
Ayat kunci: 4:1
I. Penghiburan dan Kepastian di Dalam Penderitaan (1:1...
GARIS BESAR 1 PETRUS
Tema: Penderitaan di dalam kehidupan orang percaya.
Ayat kunci: 4:1
- I. Penghiburan dan Kepastian di Dalam Penderitaan (1:1-25)
- A. Salam (1:1. 2)
- B. Kepastian Dalam Fakta-fakta yang Diketahui dari Injil Kristus (1:3-12)
- C. Kepastian Dalam Kekudusan Hidup yang Disediakan Allah (1:1.3-25)
- II. Tanggapan Berhati-hati Tentang Kekudusan Praktis (2:1-3:22)
- A. Dasar-dasar Positif dan Negatif dari Kekudusan (2:1-3)
- B. Keterlibatan Pembaca Dalam Masyarakat Kudus, Gereja (2:4-10)
- C. Hidup Tanpa Cela, Jawaban Terhadap Penganiayaan (2:11-3:13)
- 1. Menghormati Undang-undang, Pejabat dan Sesama Warga (2:11-17)
- 2. Para Hamba Harus Tunduk. Bahkan Terhadap Ketidakadilan (2:18-25)
- 3. Sikap Hormat Para Istri Terhadap Suami (3:1-6)
- 4. Perhatian Terhadap Para Istri (3:7)
- 5. Kasih Ilahi di Antara Para Kudus (3:8-13)
- D. Kemenangan di Tengah Penderitaan Tidak Adil (3:14-22)
- III. Makna Rohani dari Penderitaan (4:1-19)
- A. Penderitaan Jasmani Sebagai Lambang Matinya Kehidupan Daging (4:1-6)
- 1. Kematian Kristus Sebagai Teladan dan Sumber Kekuatan (4:1a)
- 2. Kematian Terhadap Sifat Dosa: Hidup Bagi Allah (4:Ib-6)
- B. "Hidup Tersalib" Ditandai oleh Kasih Ilahi (4:7-11)
- C. Api Penganiayaan Dilihat Sebagai Pengudusan (4:12-19)
- IV. Kasih Ilahi Selaku Pedoman Hidup Bergereja (5:1.11)
- A. Para Penatua Harus Memimpin dengan Kasih (5:1-7)
- B. Iblis Harus Dilawan dengan Kasih Karunia Ilahi (5:8-11)
- V. Salam Penutup dan Berkat (5:12-14)
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 3:1-22
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 2)
Pembahasan tentang ketundukan telah menyebabkan Petrus mendesak orang-orang ...
1 Petrus 3:1-22
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 2)
Pembahasan tentang ketundukan telah menyebabkan Petrus mendesak orang-orang percaya untuk menunjukkan sikap hormat dan ketaatan kepada penguasa sipil, dan mendesak para budak untuk bersikap hormat dan patuh kepada majikan mereka. Penderitaan para budak telah menyebabkan dia merenungkan penderitaan Kristus, tetapi dalam pasal 3 ia kembali kepada ketundukan, kali ini ketundukan istri kepada suami. Nasihat kepada budak dan istri adalah dalam bidang rumah tangga, tapi hubungan isteri kepada suami tentu tidak sama dengan hubungan budak kepada tuannya. Ikatan emosi dan konvensi sosial yang stereotip bagi laki-laki dan perempuan meningkatkan kompleksitas hubungan suami/istri.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Origen Contra Celsum 3.55.
2 Kata yang diterjemahkan "perhiasan" adalah ko/smoß (kosmos), sebuah kata yang sering dig...
Catatan Akhir:
- 1 Origen Contra Celsum 3.55.
- 2 Kata yang diterjemahkan "perhiasan" adalah ko/smoß (kosmos), sebuah kata yang sering digunakan dalam Perjanjian Baru dengan konotasi negatif, yang berarti "duniawi" atau sejenisnya. Dalam ayat ini kata itu tidak memiliki pengertian itu. Orang Yunani menganggap alam semesta di mana mereka hidup sebagai indah dan sangat proporsional. Jadi kata itu menjadi sebutan untuk sesuatu yang indah dan dihias dengan baik.
- 3 J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 159; Plutarch Moralia 141E.
- 4 Josephus Antiquities 4.8.15.
- 5 Josephus Against Apion 2.25.
- 6 Alkitab NASB menangkap arti frasa Yunani itu dengan baik. Secara lebih harfiah kata-kata itu berkata, "kepada bejana yang lebih lemah, feminin." Kata yang diterjemahkan "feminin" (gunaikei√oß, gunaikeios) hanya terjadi di sini dalam Perjanjian Baru. Kata "bejana" (skeuvoß, skeuos) digunakan dalam berbagai cara. Itu mengacu kepada sebuah objek dari jenis tertentu, kadang-kadang toples atau wadah. Yang digunakan di sini mengacu kepada tubuh fisik wanita, seperti yang terjadi dalam 1 Tesalonika 4:4.
- 7 Ignatius Philadelphians 1.
- 8 Dalam Surat-Suratnya Pliny the Younger (awal abad kedua Masehi) membuat pernyataan yang menggambarkan semangat tak tahu malu yang dengannya kaum laki-laki Romawi yang berstatus mencari kemuliaan mereka sendiri.Dalam sebuah surat kepada temannya Maximus, ia menyebutkan dua orang hambanya yang telah disewa selama tiga dinar setiap orang (upah yang layak) untuk duduk di antara orang-orang yang mendengarkan seorang orator tertentu dan bertepuk tangan. Ia mengatakan para budak itu tidak tahu apa yang sedang dikatakan dan "akan bingung, tanpa sinyal, bagaimana mewaktukan tepuk tangan mereka." (Pliny the Younger Letters 2.14.)
- 9 Ernest Best, 1 Peter, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 130; The Community Rule (1QS) 1.4.
- 10 Carroll Stuhlmueller, Dianne Bergant, et al., eds. The Collegeville Pastoral Dictionary of Biblical Theology (Collegeville, Minn.: Liturgical Press, 1996), 714.
- 11 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 141.
- 12 Lihat komentar tentang 2:19 untuk kata yang digunakan dalam arti "kesadaran." Lihat Christian Maurer, " su/noida, sunei/dhsiß," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 7:898-919.
- 13 Kata iºna ( hina ), yang diterjemahkan "supaya" dalam 3:16, kadang-kadang mengungkapkan hasil. Lihat Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 477.
- 14 Best, 134.
- 15 Kasus untuk penafsiran ini dinyatakan dengan baik oleh Michaels, 191-92.
- 16 Sirach 41:12 (REB).
- 17 Teologi Katolik Roma menyatakan bahwa ada pengorbanan kekal Kristus di sorga, bahwa Yesus benar-benar menderita ketika Ekaristi dirayakan. Pernyataan oleh Petrus dan dalam kitab Ibrani menjadi dasar doktrin itu. beristirahat. Lihat "Eucharist" in The Oxford Dictionary of the Christian Church, 2d ed., ed. F. L. Cross and E. A. Livingstone (Oxford: Oxford University Press, 1974), 475-77.
- 18 Mengenai Yesus turun ke alam Hades, Macculloch menulis, "Dari setidaknya abad kedua tidak ada kepercayaan yang lebih dikenal dan populer, termasuk Turun Ke hades, penaklukan Kematian dan Hades, Pemberitaan Kepada Orang Mati, dan Pelepasan Jiwa, dan popularitasnya terus meningkat" (J. A. MacCulloch, The Harrowing of Hell: A Comparative Study of an Early Christian Doctrine [Edinburgh: T. & T. Clark, 1930], 45.)
- 19 Ungkapan e˙n w (en hoi) telah dipahami dengan cara lain. Pelbagai alternatif yang tercantum di atas memiliki dukungan yang paling kuat. Ini bukan tempat untuk diskusi tentang isu-isu tata bahasa yang terlibat. Mereka yang tertarik dapat berkonsultasi dengan Michaels, 205.
- 20 D. A. Carson, "Reflections on the Book I Just Want to be a Christian by Dr. Rubel Shelly." Makalah ini dapat ditemukan di website: www.mun.ca/rels/restmov/texts/rmeyes/carson.html. Carson menulis, "Pada saat yang sama, itu [Gerakan Restorasi Amerika] mengembangkan pandangan tentang baptisan yang hampir tidak diadopsi oleh seorang pun di luar spektrum jemaat-jemaat yang diwakili oleh Gerakan Restorasi Amerika." Agaknya Carson memahami pandangan yang diadopsi oleh Gerakan Restorasi Amerika adalah bahwa Allah bertindak ketika orang dibaptis dan menghapus dosa orang percaya yang taat. Faktanya, pandangan itu dapat didokumentasikan dari periode kuno dan moderen dari sejarah gereja dan dari tradisi Kristen yang beragam.
- 21 Everett Ferguson mengumpulkan teks-teks dari abad kedua yang menunjukkan bahwa pelbagai segmen yang luas dari gereja pada periode itu memahami baptisan sebagai pengampunan dosa. Itu adalah doktrin yang bertahan dengan baik selepas masa Perjanjian Baru. Ia menulis, "Kebulatan dan semangat pelbagai pernyataan dari awal abad kedua tentang baptisan mengandung dugaan tentang hubungan langsung antara baptisan dan pengampunan dosa dari hari-hari awal gereja"(Everett Ferguson, Early Christians Speak [Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1971], 38.)
- 22 Fred Gealy, "The First and Second Epistles to Timothy and the Epistle to Titus, Introduction and Exegesis," in The Interpreter's Bible , ed. George A. Buttrick (New York: Abingdon Press, 1955), 11:453.
- 23 Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. (London: Macmillian & Co., 1947; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 83.
- 24 Apa yang orang maksudkan dengan "kutipan" adalah tidak pasti. Pelbagai edisi teks Yunani Perjanjian Baru yang lebih tua yang diterbitkan oleh United Bible Societies memiliki "Index of Quotations" dalam lampiran. Kitab Mazmur memiliki paling banyak kutipan jika kita mempertimbangkan kutipan sama dengan petikan. Edisi teks UBS yang paling baru telah mengganti "Index of Allusions and Verbal Parallels" dengan "Index of Quotations." Dengan menggunakan kriteria yang lebih luas, ada karya-karya Perjanjian Lama yang lebih sering dikutip daripada kitab Mazmur.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) KESELAMATAN DALAM EMPAT ADEGAN (1 Petrus 3:18-22)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Dalam 1 Petrus 3:18-22, Petrus tampaknya sangat tidak peduli terhadap para ...
KESELAMATAN DALAM EMPAT ADEGAN (1 Petrus 3:18-22)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Dalam 1 Petrus 3:18-22, Petrus tampaknya sangat tidak peduli terhadap para pengkhotbah yang akan menyajikan pelajaran tentang surat-suratnya dan menginginkan uraian satu-dua-tiga yang rapi. Pikirannya berkembang dari satu gagasan ke gagasan yang lain. Satu pikiran mencetuskan pikiran yang kedua, yang pada gilirannya menimbulkan pikiran yang ketiga, dan pikiran yang ketiga itu mengandung pikiran yang keempat—semuanya dalam semacam kejiwaan, ketimbang logika, gaya.
Jelas terlihat bahwa subyek utama Petrus adalah keselamatan. Ia bicara tentang bagian Kristus dalam keselamatan kita—"Juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita"—dan bagian kita "diselamatkan oleh … baptisan." Mungkin kita bisa memahami dengan lebih baik alasan Petrus itu jika kita menganggap nas ini sebagai drama tentang keselamatan yang dipentaskan dalam empat adegan.
ADEGAN 1: KESELAMATAN DIBELI
Lokasi : Golgota.
Waktu : Masa lalu yang relatif baru.
Tokoh-tokoh : Yesus, musuh-musuh-Nya, dan Anda.
Teks: 3:18, 19 : "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara."
Pertanyaan pertama yang perlu kita tanyakan tentang ayat-ayat ini adalah: Mengapa? Mengapa Petrus mengetengahkan kematian Yesus pada titik ini? Jawabannya adalah karena Ia tidak bersalah tetapi Ia harus menderita dan mati pula. Petrus baru saja mengatakan, "Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat" (3:17). Kristus adalah contoh luar biasa tentang orang yang menderita karena berbuat benar. Para pendengar bisa mendapat penghiburan dalam fakta bahwa, jika mereka menderita karena agama Kristen mereka, maka mereka sedang mengikuti jejak Tuhan mereka.
Pertanyaan yang kedua adalah ini: Hal apakah yang dicapai oleh perkataan Petrus tentang kematian Yesus? Petrus tidak berhenti hanya dengan menyebutkan bahwa Yesus mati sebagai penderita yang tidak bersalah; ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa Ia "telah mati sekali untuk segala dosa kita." Dengan kata lain, kematian Kristus itu bermakna. Mungkin hal ini akan sudah mendorong para pembaca pertamanya bahwa, seandainya mereka harus mati karena iman mereka, kematian mereka juga akan memilik arti. Dalam arti tertentu (meski berbeda dari kematian Yesus), kematian mereka mungkin juga memiliki kuasa penebusan.
Pertanyaan ketiga yang kita bisa tanyakan tentang ayat-ayat ini adalah: Apa yang terjadi setelah kematian Yesus? Petrus berkata Yesus "telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi … telah dibangkitkan menurut Roh." Mungkin maksudnya adalah bahwa kematian Yesus bersifat jasmani, kematian tubuh, kematian dengan cara alami; tapi itu bukan akhir dari cerita itu! Ia hidup kembali; Ia mengalahkan kematian! Kebangkitan-Nya adalah kemenangan Roh, dicapai dengan sarana rohani, supranatural! Tubuh-Nya, tentu saja, hidup lagi, tapi kebangkitan-Nya pada dasarnya suatu penaklukan rohani. Mungkin hal ini akan sudah memiliki arti bagi para pembaca pertama dalam mengingatkan mereka bahwa, jika mereka mati karena iman itu, mereka bisa hidup lagi, sebagaimana Yesus.
Kita juga perlu mengajukan pertanyaan keempat: Bagaimanakah kematian Yesus mempengaruhi kita? Jawaban Petrus terhadap pertanyaan itu akan berupa: "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah." Anda dapat menemukan diri Anda dalam kata-kata itu: Kristus mati "untuk segala dosa"—dosa-dosamu. Kristus, Pribadi Yang Benar, mati "untuk orang-orang yang tidak benar"—Anda adalah salah satu orang yang tidak benar yang untuk siapa Ia mati. Kristus telah mati untuk "membawa kita kepada Allah"—Anda termasuk dalam "kita" begitu juga saya! Kematian Kristus di kayu salib adalah kematian pengganti. Ia menggantikan Anda. Ia menderita, bukan karena dosa-dosa-Nya sendiri, tetapi karena dosa-dosa Anda. Dengan demikian, Ia membuat keselamatan menjadi mungkin; Ia membeli pengampunan Anda di Kalvari! Hasilnya? Anda dapat mencapai apa yang umat manusia sudah selalu upayakan. Ia akan membawa Anda kepada Allah; Anda dapat datang kepada Allah!
Marilah kita bersyukur kepada Allah untuk Kristus yang telah membeli keselamatan untuk kita!
ADEGAN 2: KESELAMATAN DIGAMBARKAN
Lokasi : Dunia jahat di zaman Nuh. Waktu : Masa lalu yang jauh.
Tokoh-tokoh : Yesus, orang yang tidak taat, dan orang yang taat.
Teks: 3:19, 20 : "Dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. "
Nas untuk adegan ini adalah nas yang sulit. Kesulitan pertama terletak pada kenyataan bahwa Petrus mengatakan bahwa Kristus "pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara." Kapankah Kristus melakukan ini? Salah satu kemungkinannya adalah bahwa Ia melakukannya setelah kematian-Nya dan sebelum kebangkitan-Nya. Yang lainnya adalah bahwa yang ada dalam pikiran Petrus adalah gagasan bahwa Kristus hadir dalam roh saat Nuh berkhotbah. Perhatikanlah bahwa sebelumnya dalam kitab ini ia bicara tentang ramalan para nabi melalui "Roh Kristus, yang ada di dalam mereka" (1:11). Alternatif yang mana saja tampaknya mungkin.
Namun begitu, kesulitan yang lebih besar tampaknya adalah ini: Mengapakah Petrus juga mengetengahkan masalah air bah? Apakah ini sekedar gabungan gagasan— Peter menyebutkan bahwa Kristus dibuat hidup dalam Roh, sehingga itu mengingatkan dia bahwa Roh Kristus memberitakan kepada roh-roh di penjara, dan itu menyiratkan kepada dia topik tentang air bah—ketika roh-roh itu tidak taat? Dugaan saya adalah bahwa, ketimbang ini, Petrus ingin membedakan mereka yang tidak taat dengan orang-orang yang taat. Ia tidak mengejar kesamaan, tapi mungkin ia ingin mengingatkan para pembacanya bahwa orang yang taat tidak hanya akan diselamatkan (seperti delapan jiwa yang diselamatkan oleh air), tetapi orang yang tidak taat juga akan binasa. Hal itu tentunya akan sudah menjadi pemikiran yang menghibur bagi orang-orang yang menghadapi penganiayaan. (Lihat nas yang sama, 2 Tesalonika 1:6-10.)
Faktor lain yang menyebabkan kesulitan tertentu dalam nas ini adalah penyebutan air. Petrus secara khusus mengatakan bahwa delapan jiwa diselamatkan melalui air. Beberapa orang ingin percaya bahwa ini berarti bukan karena air atau oleh sarana air—yang tampaknya merupakan arti sederhana nas itu—tapi "melalui" air, sebagaimana bahtera berjalan melalui air. Bagaimanapun, itu adalah khayalan. Terminologi dan tata bahasa yang sama ditemukan dalam Efesus 2:8, 9, di mana kita mengetahui bahwa kita telah diselamatkan "melalui iman." Apakah kita harus percaya bahwa Efesus 2:8, 9 berarti kita tidakdiselamatkan dengan sarana iman, tapi kita hanya dibebaskan "melalui iman," seolah-olah kita berada di dalam sebuah perahu yang meluncur di sepanjang permukaan iman, dibebaskan bukan oleh iman, tetapi dari iman? Tentu saja tidak. Efesus 2:8, 9 dengan jelas mengajarkan bahwa kita diselamatkan dengan sarana iman, dan 1 Petrus 3:20 jelas mengajarkan bahwa Nuh dan keluarganya diselamatkan dengan sarana air!
Akhirnya, pada titik ini, mungkin ada kesulitan tertentu dalam memahami bagaimana kita bisa mengatakan bahwa "air" menyelamatkan delapan jiwa. Bukankah mereka itu diselamatkan oleh bahtera ketimbang oleh air? Air menyelamatkan mereka dalam hal bahwa air itu memisahkan mereka dari dosa, degradasi, dan kerusakan susulan yang mencirikan umat manusia lainnya. Dengan begitu air menjadi sarana hidup baru bagi mereka.
Semua ini, kata Petrus, adalah gambaran keselamatan kita.
ADEGAN 3: KESELAMATAN DIPEROLEH
Lokasi : Dunia kita sendiri. Waktu : Masa kini.
Tokoh-tokoh : Diri kita sendiri, Allah, dan Kristus yang bangkit.
Teks: 3:21 : "Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan—maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah--oleh kebangkitan Yesus Kristus. "
Bagaimanakah gagasan ini terhubung dengan apa yang telah terjadi sebelumnya? Petrus sudah membedakan antara orang-orang yang taat dan yang tidak taat. Kemudian ia ingin para pembacanya ingat bahwa mereka termasuk di antara orang-orang yang taat, oleh karena itu termasuk orang yang diselamatkan. Perhatikanlah apa yang ia katakan, "Baptisan … menyelamatkan kamu," dalam bentuk present tense (NASB), dan bukan "Baptisan sudah menyelamatkan kamu," dalam bentuk past tense (NASB). Penekanannya bukan pada apa yang baptisan pernah lakukan sekali di masa lalu untuk seseorang, ketika baptisan membasuh dosa-dosanya; namun lebih pada apa yang baptisan sedang lakukan untuk dia sekarang ini! "Baptisan sekarang menyelamatkan kamu!" Bagaimana mungkin ini terjadi? Baptisan menempatkan orang ke dalam suatu hubungan dengan Allah, Kristus, dan Roh Kudus yang memungkinkan orang itu tetap selamat. Efek baptisan berjalan terus untuk menyelamatkan seseorang. Memang penting bagi orang-orang Kristen yang teraniaya untuk mengingat bahwa, apapun yang manusia bisa lakukan terhadap mereka, Allah masih sedang menyelamatkan mereka! (Lihat 1 Petrus 1.)
Apakah artinya ini bagi kita? Itu berarti bahwa baptisan menyelamatkan kita hari ini dengan cara yang sama air bah menyelamatkan Nuh dan keluarganya. Air memisahkan mereka dari dunia dosa lama, menyucikan dunia mereka, dan memberi mereka hidup baru. Dengan cara yang sama, air baptisan memisahkan kita dari dunia lama, menyucikan kita dari dosa-dosa kita, dan memberi kita hidup baru. (Lihat Roma 6:3-5.)
Begitu kita mengatakan hal itu—atau, untuk hal itu, begitu kita membaca apa yang Petrus sudah tulis, bahwa "baptisan sekarang menyelamatkan kamu"—seseorang berkata, "Tidak mungkin! Baptisan tidak dapat menyelamatkan dan tidak menyelamatkan!" Apapun arti nas itu, beberapa orang akan mengatakan bahwa nas itu tidak bisa benar-benar berarti seperti yang dikatakannya. Saya ingat, misalnya, pernah membahas nas ini dengan seorang pengkhotbah denominasi, ketika saya masih SMA. Ia berkata bahwa baptisan tidak penting bagi keselamatan. Ketika saya mengutip ayat ini untuk membantah pendapatnya itu, ia mengacu kepada bacaan Alkitab KJV atas ayat ini yang berbunyi, "Kiasan yang sama yang mana baptisan bahkan sekarang menyelamatkan." Ia berkata, "Baptisan adalah kiasan. Itu menyelamatkan kita secara kiasan. Baptisan tidak benar-benar menyelamatkan kita!" Waktu itu saya tidak tahu untuk berkata apa lagi tetapi, "Nas itu tetap mengatakan 'baptisan menyelamatkan kita.'" Saya kira itu adalah jawaban yang baik. Orang yang memberitahu Anda bahwa baptisan tidak menyelamatkan seseorang perlu membicarakan hal itu dengan Petrus, bukan dengan Anda. Saya juga tahu bahwa Petrus tidak sedang mengatakan bahwa baptisan adalah sebuah kiasan; ia sedang mengatakan bahwa air bah adalah bayangan, kiasan baptisan. Yang benar, kiasannya adalah air bah; kenyataannya adalah baptisan.
Orang lain mengatakan, "Jika Anda mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan manusia, maka Anda mengajarkan 'keselamatan karena perbuatan,' bahwa baptisan memiliki sifat sakramen yang membuatnya efektif bahkan tanpa iman." Ini sama sekali tidak benar karena dua alasan.
Pertama, nas ini tidak mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan dengan sendirinya. Nas itu tidak mengajarkan bahwa kita diselamatkan oleh "baptisan saja."
Baptisan menyelamatkan hanya jika menyusul iman (Yohanes 8:24; Ibrani 11:6) dan pertobatan (Kisah 2:38; 17:30). Jika orang yang tidak percaya atau tidak bertobat dibaptis, maka ia turun ke air sebagai pendosa yang kering dan keluar dari air sebagai pendosa yang basah.
Kedua, nas ini tidak mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan melalui kuasa air. Faktanya, nas itu secara khusus menyangkal bahwa air itu sendiri yang memberi efek keselamatan; baptisan menyelamatkan "bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani." Dengan kata lain, baptisan bukan sekedar mandi; air itu tidak memiliki kuasa untuk melenyapkan dosa. Sebaliknya, keefektivitan baptisan tergantung pada dua hal. Itu tergantung pada baptisan seseorang untuk "memohonkan hati nurani yang baik" atau "jawaban hati nurani yang baik kepada Allah" (KJV). Terjemahan manapun yang benar, pesannya adalah jelas: Pemikiran individu terlibat dalam baptisan Alkitabiah. Orang yang mencari keselamatan, pengampunan, bisa menerimanya dalam baptisan. Orang yang tidak berpikir seperti itu, tidak bisa menerimanya. Itu juga tergantung pada kebangkitan Kristus: "Oleh kebangkitan Yesus Kristus" Ada kuasa! Kuasanya bukan pada air, pada tangan pembaptis, atau pada gereja; kuasa itu ada dalam Kristus! Ketika kita merespon Kristus dengan dibaptis ke dalam Dia, meminta penyucian kepada Dia pada waktu itu, barulah Ia menyelamatkan kita melalui kuasa kebangkitan-Nya! Nas ini, yang jauh dari ajaran "keselamatan karena perbuatan," mengajarkan keselamatan melalui kebangkitan Kristus.
Maksud utamanya adalah bahwa, meski kematian Kristus adalah untuk membawa kita kepada Allah, tapi kita tidak bisa datang kepada Dia kecuali kita bekerja sama dalam keselamatan kita, kecuali kita menerima karunia keselamatan Allah dengan cara dibaptis. Itulah cara kita mengiyakan, menerima, dan mendapatkan keselamatan.
ADEGAN 4: KESELAMATAN DISEMPURNAKAN
Lokasi : Sorga.
Waktu : Dari masa lalu sampai kekekalan. Tokoh-tokoh : Yesus dan semua bala tentara langit.
Teks 3:22 : "[Yesus Kristus] yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada -Nya."
Setelah hanya menyebutkan kebangkitan, Petrus melanjutkan bicara tentang di mana Kristus sekarang berada—di sorga dengan "segala malaikat, kuasa dan kekuatan" yang ditaklukkan kepada Dia. Dengan demikian, ia menuntaskan gambaran tentang penderitaan hamba yang tidak bersalah yang pada akhirnya berjaya. (Lihat juga Filipi 2:5-11.) Pemikiran itu akan sudah mendukung para pembaca pertama: Jika Kristus, yang menderita tanpa kesalahan, pada akhirnya dimuliakan di sorga, mereka juga bisa dimuliakan. Selain itu, pemikiran kita diarahkan kembali kepada Kristus, yang dengan siapa Petrus memulai nas ini dan dengan siapa ia akan memulai pembahasannya tentang topik berikutnya. Hal ini, tentu saja, tidak mengejutkan, karena bagi Petrus, Yesus Kristus adalah pahlawan keseluruhan kitab itu. Kristus disebut, baik dengan nama, dengan kata ganti orang yang mengacu kepada Dia, atau dengan kiasan (seperti batu hidup atau gembala), dalam setidaknya 36 dari 105 ayat dalam kitab itu— lebih dari sepertiga dari ayat-ayat itu.
Apa yang ingin kita tekankan adalah bahwa keselamatan tidak lengkap sampai Kristus naik ke sorga. Sampai Ia menjadi Tuhan dan Kristus (Kisah 2:36); sampai Ia dimahkotai Raja atas kerajaan itu; sampai Ia mempersembahkan darah-Nya sendiri sebagai korban sekali untuk selamanya bagi dosa-dosa kita; sampai Ia menjadi Imam Besar kita; setelah Ia menjadi, dalam kepenuhan-Nya, Juruselamat kita. Jika Ia tidak melengkapi karya-Nya, menyempurnakannya, keselamatan tidak akan mungkin terjadi. Tapi, syukur kepada Allah, Ia sudah melakukan hal itu! Oleh karena itu, keselamatan menjadi mungkin! Selain itu, kita melayani Juruselamat yang telah bangkit dan Raja kita memerintah atas semuanya! Suatu hari nanti kita akan memerintah bersama Dia! Yesus berkata, "Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya" (Wahyu 3:21). Kita tahu bahwa "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31).
KESIMPULAN
Begitulah faktanya: kisah keselamatan dalam empat adegan. Itu dimulai dengan apa yang Kristus sudah lakukan ketika Ia mati untuk kita, orang yang benar untuk orang yang tidak benar, untuk membawa kita kepada Allah. Itu berlanjut ketika kita merespon karunia-Nya dengan mentaati Dia dalam baptisan. Kisah itu berlanjut dengan adegan di sorga: Yesus berada di sana, Tuhan atas segala sesuatu, dan kita dapat mengantisipasi untuk kelak bersama Dia.
Di adegan yang manakah Anda cocok? Peranan apakah yang Anda mainkan? Kristus telah mati untuk Anda. Tapi untuk diselamatkan oleh kematian-Nya, Anda harus dibaptis, setelah percaya, mengakui iman Anda, dan bertobat. Sudahkah Anda dibaptis? Jika tidak, hal apakah yang merintangi Anda untuk dibaptis? Tentunya itu bukan karena kurangnya pengertian, sebab Anda tahu apa yang seharusnya Anda lakukan.Tentunya itu bukan karena kurangnya kesempatan, sebab Anda memiliki kesempatan itu sekarang. Tentunya itu bukan karena kurangnya ucapan syukur, karena Kristus telah melakukan semua untuk Anda dan Anda tidak akan menolak untuk mentaati Dia dalam hal ini. Tentunya itu bukan karena kurangnya urgensi, karena Anda tahu bahwa hari esok mungkin tidak akan pernah datang. Tentunya tidak ada yang harus mencegah Anda untuk datang kepada Dia untuk dibaptis sekarang.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi