Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mzm 101:1-8
Full Life: Mzm 101:1-8 - KASIH SETIA DAN HUKUM.
Nas : Mazm 101:1-8
Mazmur ini menggambarkan jenis hati yang harus dimiliki oleh seorang
raja Israel jikalau Ia ingin memerintah sesuai dengan kehen...
Nas : Mazm 101:1-8
Mazmur ini menggambarkan jenis hati yang harus dimiliki oleh seorang raja Israel jikalau Ia ingin memerintah sesuai dengan kehendak Allah. Sikap-sikap yang terungkap dalam mazmur ini juga mengena kepada orang yang menjadi pemimpin gereja (bd. Kis 20:28; 24:16).
Jerusalem -> Mzm 101:1-8
Jerusalem: Mzm 101:1-8 - Seorang raja bernazar Mazmur ini adalah semacam "pidato kenegaraan" seorang raja berhikmat (menurut judulnya: raja Daud) waktu dilantik. Disajikan sebuah "cermin raja sejat...
Mazmur ini adalah semacam "pidato kenegaraan" seorang raja berhikmat (menurut judulnya: raja Daud) waktu dilantik. Disajikan sebuah "cermin raja sejati". Raja sendiri berjanji akan hidup dengan baik dan semestinya, Maz 101:1-3, dalam pemerintahannya akan menjauhkan diri dari penasehat buruk, Maz 101:4-5, dengan hanya mengangkat orang takwa sebagai pegawai istana, Maz 101:6-8.
Ende -> Mzm 101:1-8
Ende: Mzm 101:1-8 - -- Lagu ini, jang ditaruh dalam mulut seorang radja, memberi arti pemerintah jang
di-tjita2kan. Radja sendiri melaksanakan kehidupan sutji dan memuliakan...
Lagu ini, jang ditaruh dalam mulut seorang radja, memberi arti pemerintah jang di-tjita2kan. Radja sendiri melaksanakan kehidupan sutji dan memuliakan Allah (Maz 101:1-3); dalam pemerintahannja ia mendjauhkan penasihat2 jang pintar-busuk (Maz 101:3-5), dan ia akan memilih se-mata2 orang jang bertakwa sebagai isi istananja (Maz 101:6); lagi pula dalam pengadilannja ia akan menghukum semua orang djahat (Maz 101:7-8).
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mzm 101:1-8
Matthew Henry: Mzm 101:1-8 - Kasih Setia dan Hukum; Tekad Daud yang Saleh
Sudah pasti bahwa Daudlah penulis mazmur ini, dan di dalamnya ada jiwa seorang yang benar-benar berkenan di hati Allah. Nazar yang sungguh-sungguhla...
Sudah pasti bahwa Daudlah penulis mazmur ini, dan di dalamnya ada jiwa seorang yang benar-benar berkenan di hati Allah. Nazar yang sungguh-sungguhlah yang diucapkannya kepada Allah ketika ia bersedia mengemban tanggung jawab terhadap keluarga dan kerajaan. Mungkin mazmur ini ditulis ketika ia memasuki kursi pemerintahan, segera setelah kematian Saul (seperti yang dipikirkan sebagian orang), atau ketika ia mulai berkuasa atas seluruh Israel, dan menggotong tabut perjanjian ke kota Daud (seperti yang dipikirkan sebagian yang lain). Mana yang benar tidaklah pasti, tetapi itu tidaklah penting. Mazmur ini adalah suatu rancangan atau model yang sungguh bagus tentang pemerintahan yang baik dari sebuah istana, atau tentang bagaimana memelihara kebajikan dan kesalehan, dan, melalui sarana itu, menjaga tatanan yang baik di dalam pemerintahan itu. Tetapi mazmur ini juga dapat diterapkan bagi keluarga-keluarga secara pribadi. Mazmur ini adalah mazmur bagi mereka yang berumah tangga. Mazmur ini mengajar semua orang yang menduduki kekuasaan apa saja, entah besar entah kecil, untuk menggunakan kekuasaan mereka sehingga menjadikannya sebagai suatu kengerian bagi para pembuat kejahatan, tetapi menjadi suatu pujian bagi orang-orang yang berbuat baik. Inilah,
- I. Cakupan umum dari nazar Daud (ay. 1-2).
- II. Hal-hal yang khusus dari nazarnya, bahwa ia akan membenci dan tidak akan menenggang segala perilaku fasik (ay. 3-5, 7-8) dan bahwa ia akan menyokong dan mendorong orang-orang yang berbudi (ay. 6). Sebagian orang berpikir bahwa mazmur ini cocok diterapkan kepada Kristus, Anak Daud, yang memerintah jemaat-Nya, kota Tuhan, dengan aturan-aturan ini, dan mencintai kebenaran serta membenci kefasikan. Dalam menyanyikan mazmur ini, keluarga-keluarga, baik yang memimpin maupun yang dipimpin, harus mengajar, memperingatkan, dan menggiatkan diri mereka sendiri satu sama lain untuk berjalan sesuai dengan aturan yang ada dalam mazmur tersebut, agar damai boleh datang atas mereka dan hadirat Allah bersama mereka.
- I. Pokok bahasan yang dipilih dalam mazmur ini (ay. 1): aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, maksudnya,
- 1. Kasih setia dan hukum Allah, dan selanjutnya mazmur itu melihat ke belakang pada pemeliharaan-pemeliharaan Allah terhadap Daud sejak ia pertama kali diurapi sebagai raja, yang selama waktu itu ia telah menjumpai banyak teguran dan banyak kesusahan pada satu sisi, namun, pada sisi lain, banyak kelepasan ajaib yang dikerjakan untuknya dan banyak kebaikan yang dikaruniakan kepadanya. Hal-hal inilah yang akan dinyanyikannya kepada Allah.
- Perhatikanlah:
- (1) Pemeliharaan-pemeliharaan Allah terhadap umat-Nya biasanya bercampur antara kasih setia dan hukum. Allah telah menetapkan yang satu melawan yang lain, dan menentukan bagi mereka hari-hari hujan yang bercampur dengan sinar matahari. Demikian pula halnya dengan Daud dan keluarganya. Apabila ada kasih setia dalam kembalinya tabut perjanjian, maka ada hukum dalam kematian Uza.
- (2) Apabila Allah dalam pemeliharaan-Nya menguji kita dengan kasih setia bercampur hukum, maka sudah menjadi kewajiban kitalah untuk bernyanyi, dan bernyanyi kepada-Nya, menyanyikan baik mengenai kasih setia maupun hukum. Hati kita harus tergerak dengan cara yang benar oleh keduanya, dan berterima kasih kepada Allah atas keduanya dengan cara yang pantas. Terjemahan bahasa Aram untuk ayat ini patut diperhatikan: jika Engkau mengaruniakan kasih setia kepadaku, atau jika Engkau menimpakan hukum ke atasku, di hadapan-Mu, ya Tuhan, aku akan bermazmur untuk kedua hal itu. Apa pun keadaan lahiriah kita, entah gembira entah sedih, tetap kita harus memberikan kemuliaan kepada Allah, dan menyanyikan puji-pujian kepada-Nya. Gelak tawa kemakmuran atau air mata penderitaan janganlah membuat kita sumbang dalam menyanyikan nyanyian-nyanyian suci. Atau,
- 2. Ini bisa dimengerti sebagai kasih setia dan hukum Daud. Dalam mazmur ini, ia berjanji akan berlaku setia, dan adil, atau bijak, sebab hukum sering kali ditetapkan supaya kita bertindak bijaksana. Berlaku adil dan mencintai kesetiaan merupakan rangkuman dari kewajiban kita. Hal-hal inilah yang dibuatnya sebagai janjinya dan dipegangnya dengan kesadaran hati nurani saat ia berada di tempat maupun saat melakukan kewajiban yang ditugaskan Allah untuknya. Janji ini diikrarkannya dengan menimbang berbagai macam pemeliharaan Allah yang telah dialaminya. Baik kasih setia maupun penderitaan yang dialami keluarga, kedua-duanya memanggil keluarga untuk beribadah. Daud menuangkan nazarnya ke dalam nyanyian atau mazmur, agar ia dapat memeliharanya dengan lebih baik dalam pikirannya sendiri dan bisa sering mengulanginya. Juga, agar nazarnya itu dapat disampaikan secara lebih baik kepada orang lain dan terpelihara dalam keluarganya, sebagai panutan bagi anak-anaknya dan para penerusnya.
- II. Tekad Daud secara umum untuk berlaku hati-hati dan penuh kesadaran nurani di dalam istananya (ay. 2). Kita mendapati di sini,
- 1. Tujuan yang baik mengenai tindak tanduknya. Mengenai segala tindak tanduknya secara umum, bagaimana ia akan menjaga perilakunya dalam segala hal. Ia akan hidup sesuai dengan aturan itu, dan tidak semau-maunya, tidak macam-macam. Meskipun raja, ia ingin mengikat dirinya dengan janji yang sungguh-sungguh untuk bertingkah laku baik. Secara khusus mengenai tindak-tanduknya di dalam keluarga, bukan hanya bagaimana ia hendak berlaku ketika tampil di muka umum, ketika duduk di atas takhta, tetapi juga bagaimana ia hendak hidup di dalam rumahnya, di mana ia lebih tidak terlihat oleh pandangan dunia, tetapi masih memandang dirinya berada di bawah pengawasan mata Allah. Tidaklah cukup memakai jubah agama kita ketika pergi keluar dan tampil di hadapan manusia. Kita juga harus mengatur diri kita sendiri dengan aturan agama itu di dalam keluarga kita. Orang-orang yang bekerja di tempat-tempat umum tidaklah berarti boleh mengabaikan kepedulian mereka untuk mengatur keluarga. Malahan, mereka justru harus lebih peduli untuk memberikan teladan yang baik dalam mengatur keluarga mereka sendiri dengan baik (1Tim. 3:4, kjv). Walaupun Daud sibuk mengurusi perkara-perkara umum, ia tetap pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya (2 Sam. 6:20). Ia bertekad,
- (1) Untuk berlaku dengan penuh kesadaran hati nurani dan keutuhan hati, untuk hidup dalam ketulusan hati (kjv: berjalan di jalan yang sempurna – pen.), di jalan perintah-perintah Allah. Itulah jalan yang sempurna, sebab hukum TUHAN itu sempurna. Di jalan inilah ia akan berjalan dengan hati yang sempurna, dengan segala ketulusan, tanpa menyembunyikan suatu apa pun baik dari Allah maupun dari manusia. Apabila kita menjadikan firman Allah sebagai aturan kita, dan kita diatur olehnya, dan kemuliaan Allah sebagai tujuan kita, dan berusaha mencapainya, maka kita berjalan di jalan yang sempurna dengan hati yang sempurna.
- (2) Untuk berlaku penuh pertimbangan dan bijak: Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela (kjv: aku hendak berlaku bijak – pen.). Aku hendak memahamiatau mengajar diriku sendiri di jalan yang sempurna, begitu menurut sebagian orang. Aku hendak berjalan dengan sangat berhati-hati. Perhatikanlah, kita semua harus bertekad untuk berjalan sesuai dengan aturan-aturan kebijaksanaan kristiani di jalan-jalan kesalehan kristiani. Janganlah pernah kita melenceng dari jalan yang sempurna, dengan berdalih berlaku bijak. Sebaliknya, sementara kita tetap berjalan di jalan yang baik, kita juga harus cerdik seperti ular.
- 2. Sebuah doa yang baik: bilakah Engkau datang kepadaku? Perhatikanlah, sungguh suatu dambaan apabila orang mempunyai rumah sendiri maka rumah itu didatangi Allah dan Dia berdiam bersamanya di dalam rumahnya itu. Dan orang-orang yang berjalan dengan hati sempurna di jalan yang sempurna dapat mengharapkan hadirat Allah. Jika kita membandingkan cerita yang disampaikan ahli sejarah tentang Daud (1 Sam. 18:14), kita akan mendapati bagaimana cerita itu dengan tepat memenuhi tujuan dan doanya, bahwa tidak satu pun dari keduanya sia-sia. Daud, sebagaimana yang dikehendakinya, berlaku adil di dalam segala jalannya (1 Sam. 18:14, kjv); dan, sebagaimana yang didoakannya, TUHAN menyertai dia.
- III. Tekadnya sendiri secara khusus untuk tidak melakukan kejahatan (ay. 3): “Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila. Tidak akan kurancang atau kutuju hal lain selain apa yang mendatangkan kemuliaan bagi Allah dan kesejahteraan bagi masyarakat umum.” Tak pernah terlintas dalam pandangannya untuk memperkaya dirinya sendiri dengan mempermiskin rakyatnya, atau untuk memperluas hak istimewanya dengan melanggar hak milik mereka. Dalam semua urusan duniawi kita, kita harus memastikan bahwa apa yang kita tuju dalam pandangan kita adalah benar dan baik, dan bukan buah terlarang, dan bahwa kita jangan pernah mencari apa yang tidak dapat kita miliki dengan berbuat dosa. Adalah sifat orang baik bahwa ia menutup matanya supaya jangan melihat kejahatan (Yes. 33:15). “Malah, perbuatan murtad aku benci, perbuatan mereka yang menyimpang dari jalan keadilan (Ayb. 31:7). Bukan saja aku menghindarinya, tetapi juga aku membencinya. Itu takkan melekat padaku. Jika ada noda ketidakadilan menempel di tanganku, pasti akan segera kucuci bersih.”
- IV. Tekadnya lebih lanjut untuk tidak memelihara hamba-hamba yang jahat, atau mempekerjakan orang-orang keji di sekelilingnya. Ia tidak akan mengizinkan mereka, atau menunjukkan kebaikan apa pun kepada mereka, supaya jangan ia mengeraskan mereka dalam kefasikan mereka, dan mendorong orang lain untuk berbuat serupa dengan mereka. Ia sendiri tidak akan bergaul dengan mereka, atau memperbolehkan mereka masuk ke dalam kumpulan hamba-hambanya yang lain, supaya jangan mereka menyebarkan wabah dosa di dalam keluarganya. Ia tidak akan percaya kepada mereka, atau mempekerjakan mereka di bawahnya. Sebab, orang-orang yang benci diperbarui pasti akan menghalang-halangi segala sesuatu yang baik. Ketika ia menyebutkan hal-hal yang khusus, tidak disebutkannya para pemabuk, para pezinah, para pembunuh, atau para penghujat. Pendosa-pendosa yang menjijikkan seperti ini sudah barang tentu tak akan pernah dibiarkannya masuk ke dalam rumahnya, dan juga tidak perlu ia bernazar secara khusus untuk tidak bersekutu dengan mereka. Tetapi ia menyebutkan orang-orang yang dosanya kurang memalukan, tetapi tidak kurang berbahayanya. Terhadap mereka ini ia perlu bersikap waspada dan bertindak bijak. Ia tidak mau berurusan,
- 1. Dengan orang yang penuh kekejian dan kebencian, yang cenderung jahat, yang menyimpan dendam sedemikian lama, dan yang tidak peduli akan kejahatan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang membuat mereka kesal (ay. 4): “Hati yang bengkok (orang yang suka marah-marah dan jengkel) akan menjauh dari padaku, karena mereka tidak pantas untuk masyarakat, yang ikatannya adalah kasih.” “Aku tidak mau tahu,” maksudnya, “Aku tidak mau mengenal atau bercakap-cakap, jika aku bisa mengaturnya, dengan orang jahat seperti itu. Sebab, sedikit saja ragi kebencian dan kefasikan akan membuat khamir seluruh adonan.”
- 2. Dengan para pengumpat, dan orang-orang yang senang melukai nama baik temannya secara diam-diam (ay. 5): “Orang yang sembunyi-sembunyi mengumpat temannya, yang menciptakan atau menyebarkan cerita-cerita bohong, untuk menjelek-jelekkan nama baiknya, dia akan kubinasakan dari keluargaku dan istanaku.” Banyak orang berusaha mendapatkan simpati para penguasa dengan menyampaikan cerita yang tidak adil tentang orang-orang atau hal-hal tertentu, yang mereka pikir akan menyenangkan penguasa mereka. Kalau pemerintah memperhatikan kebohongan, semua pegawainya menjadi fasik (Ams. 29:12). Namun Daud bukan saja tidak akan mendengarkan mereka, tetapi juga akan mencegah diangkatnya orang-orang yang berharap akan mendapat simpati darinya dengan cara seperti itu: ia akan menghukum bukan saja orang yang bersaksi dusta terhadap yang lain di pengadilan secara terang-terangan, tetapi juga orang yang mengumpat orang lain secara sembunyi-sembunyi. Coba seandainya Daud ingat akan nazar ini dalam perkara Mefiboset dan Ziba.
- 3. Dengan orang yang sombong, congkak, dan berhasrat besar tidak pada tempatnya. Tidak ada orang lain yang berbuat kejahatan lebih besar di dalam keluarga, di dalam istana, dan di dalam jemaat selain orang seperti itu, sebab keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran: “Oleh sebab itu, orang yang sombong dan tinggi hati, aku tidak suka. Aku tidak akan bersabar terhadap orang-orang yang berusaha meraih segala kedudukan, sebab sudah pasti bahwa mereka tidak mempunyai tujuan yang baik, kecuali untuk memperbesar dan memperkaya diri dan keluarga mereka sendiri.” Allah menentang orang yang congkak, demikian pula Daud.
- 4. Dengan orang-orang yang palsu dan penipu, yang tidak segan-segan berkata dusta, atau melakukan penipuan (ay. 7): “Orang yang melakukan tipu daya, meskipun mungkin saja berhasil menerobos masuk ke dalam keluargaku, namun, segera setelah ketahuan, tidak akan diam di dalam rumahku.” Sebagian orang besar tahu bagaimana mereka dapat memenuhi tujuan-tujuan mereka sendiri melalui orang-orang yang pandai menipu seperti itu, dan orang-orang ini merupakan alat-alat yang cocok untuk mereka manfaatkan. Tetapi, Daud tidak akan memakai orang-orang seperti itu sebagai pegawai-pegawainya: Orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku, tetapi dengan amarah yang besar akan diusir keluar dari rumah. Dalam hal ini Daud merupakan seorang yang berkenan di hati Allah, sebab pandangan yang congkak dan lidah yang berdusta adalah hal-hal yang dibenci Allah. Demikianlah ia juga merupakan pelambang Kristus, yang pada hari agung akan mencampakkan dari hadirat-Nya setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya (Why. 22:15).
- V. Tekadnya untuk mengangkat orang-orang yang jujur dan baik sebagai orang-orang kepercayaan di bawahnya (ay. 6): mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri. Dalam memilih hamba-hamba dan pejabat-pejabat negaranya, ia tetap membatasinya di negeri Israel dan tidak akan mempekerjakan orang-orang asing. Tidak ada orang lain yang akan lebih diutamakan selain orang-orang Israel sejati dan yang lahir di negeri itu, orang-orang yang setiawan di negeri. Sebab, bahkan di negeri itu ada orang-orang yang tidak setia. Kepada orang-orang setiawan inilah matanya akan tertuju, untuk mencari tahu dan menemukan mereka. Sebab, mereka adalah orang-orang yang bersahaja, yang tidak berduyun-duyun memasuki kota untuk mendapatkan kedudukan, tetapi hidup terpencil di pelosok negeri, di desa, jauh di luar kota. Orang-orang yang biasanya paling pantas duduk di tempat-tempat kehormatan dan kepercayaan adalah orang-orang yang paling tidak mendambakannya. Oleh sebab itulah penguasa-penguasa yang bijak akan mengintai orang-orang seperti itu ketika mereka sedang beristirahat dan menyendiri, lalu membawa orang-orang itu untuk berdiam bersama mereka dan bertindak di bawah mereka. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, yang berkata dan berbuat dengan pertimbangan hati nurani, akan melayani aku. Kerajaan harus mencari orang-orang jujur untuk dijadikan pegawai-pegawai istana. Dan, jika ada orang yang lebih baik daripada orang lain, dialah yang harus lebih diutamakan. Inilah tekad baik Daud. Namun, ia tidak memegang teguh tekadnya itu atau ia dimanfaatkan untuk memberikan penghakiman ketika ia menjadikan Ahitofel sebagai tangan kanannya. Haruslah menjadi perhatian dan usaha dari semua kepala keluarga, demi mereka dan keluarga mereka sendiri, untuk membawa hamba-hamba seperti itu ke dalam keluarga mereka, karena mereka mempunyai alasan untuk berharap bahwa hamba-hamba itu takut akan Allah. Mata Anak Daud tertuju pada orang-orang yang setiawan di negeri. Rahasia-Nya ada bersama mereka, dan mereka akan diam bersama-sama dengan-Nya. Saul memilih hamba-hamba berdasarkan penampilan mereka (1 Sam. 8:16), tetapi Daud berdasarkan kebaikan mereka.
- VI. Tekadnya untuk memperluas semangatnya itu pada pembaharuan di kota dan di desa, dan juga di istana (ay. 8): “Setiap pagi akan kubinasakan semua orang fasik di negeri, semua yang diketahui dan dinyatakan bersalah. Hukum akan menjerat mereka.” Ia akan berbuat sekuat tenaga untuk membinasakan semua orang fasik, sehingga tidak ada lagi tersisa orang yang terkenal sebagai orang fasik. Ia akan melakukannya pagi-pagi. Ia tidak mau kehilangan waktu dan tidak segan-segan bersusah payah. Ia akan bergiat dan bersemangat dalam memajukan pembaharuan perilaku dan penekanan terhadap kejahatan. Dan orang-orang yang ingin berhasil dalam pekerjaannya haruslah bangun pagi-pagi. Apa yang ditujunya bukan hanya untuk menjaga keamanan pemerintahannya sendiri dan kedamaian negerinya, tetapi juga untuk memajukan kehormatan Allah di dalam kemurnian jemaat-Nya, akan kulenyapkan dari kota TUHAN, semua orang yang melakukan kejahatan. Bukan hanya Yerusalem, tetapi juga seluruh negeri, adalah kota Tuhan. Begitu pula dengan gereja Injil. Adalah kepentingan kota Tuhan untuk dibersihkan dari semua orang yang melakukan kejahatan, yang menodai dan juga melemahkannya. Sebab itu, sudah menjadi kewajiban semua oranglah untuk berbuat semampu mungkin, di tempat mereka masing-masing, untuk melakukan pekerjaan yang begitu baik ini, dan untuk merasa tergugah dalam melakukannya. Akan tiba saatnya ketika Anak Daud akan melenyapkan semua orang yang melakukan kejahatan dari Yerusalem baru, sebab ke dalamnya tidak akan masuk orang yang berbuat jahat.
Kasih Setia dan Hukum; Tekad Daud yang Saleh (101:1-8)
Di sini Daud menggariskan bagi dirinya sendiri dan orang lain suatu teladan bagaimana menjadi hakim dan juga kepala keluarga yang baik. Dan, jika mereka ini berhati-hati dalam melaksanakan kewajiban mereka, maka hal itu akan sangat membantu mendatangkan pembaruan di mana-mana. Amatilah:SH: Mzm 101:1-8 - Hidup dengan benar (Selasa, 23 Maret 1999) Hidup dengan benar
Barangkali mazmur ini ditulis oleh Daud ketika dia baru memulai
tugasnya sebagai raja. Dengan semangat dan keinginan menggebu...
Hidup dengan benar
Barangkali mazmur ini ditulis oleh Daud ketika dia baru memulai tugasnya sebagai raja. Dengan semangat dan keinginan menggebu-gebu dia bertekad untuk hidup benar dan menjunjung nama Tuhan dalam setiap tindakannya. Menurut Daud, hal yang harus dilakukan untuk memiliki hidup benar di hadapan Tuhan adalah menghindarkan diri dari perkara kejahatan, menghindari para pemfitnah dan tidak menjadi sombong (bdk. Mzm. 1). Mempraktekkan tekad memang tidak semudah mengucapkannya. Daud menyadari hal itu, karenanya dia mengharapkan pertolongan dari Tuhan (ay. 2).
Tanggung jawab seorang hamba Tuhan. Sebagai hamba-Nya, Daud bertanggung jawab mengarahkan rakyatnya untuk melakukan perbuatan yang berkenan di hadapan Allah. Melalui nazar yang diucapkannya, Daud telah menunjukkan bagaimana seharusnya hamba Tuhan mempertanggungjawabkan tugas dan kepercayaan yang diberikan Allah. Sebagaimana Daud, kita pun dituntut untuk mengarahkan jemaat bertindak benar di hadapan Allah.
Renungkan: Hidup benar di hadapan Tuhan, bukanlah sekadar menghindarkan diri dari yang jahat atau dosa. Hidup benar yang berkenan di hadapan Allah sebenarnya berakar pada kesediaan mengarahkan diri untuk taat penuh pada kehendak Allah!
SH: Mzm 101:1-8 - Menjadi pemimpin berintegritas (Selasa, 16 April 2002) Menjadi pemimpin berintegritas
Agak susah menetapkan kapan tepatnya mazmur ini ditulis. Bila
melihat petunjuk di ayat 1, kita beroleh petunjuk b...
Menjadi pemimpin berintegritas
Agak susah menetapkan kapan tepatnya mazmur ini ditulis. Bila melihat petunjuk di ayat 1, kita beroleh petunjuk bahwa mazmur ini berisi tekad untuk mengembangkan kepemimpinan berintegritas (ayat 1-3), menolak perbuatan-perbuatan yang jahat di mata Allah (ayat 4-8), dan berisikan pertanyaan “bilakah Engkau datang kepadaku?” Bagian pertanyaan ini penting sebab merupakan petunjuk bahwa tekad sang raja atau pemimpin itu dibuat dalam rangka mengharapkan Allah tidak lebih lama lagi jauh darinya dan dari umat Tuhan. Dengan demikian, kemungkinan besar mazmur tekad dan permohonan ini dinaikkan pada masa pembangunan kembali Israel dari pembuangan, dengan integritas kepemimpinan menuruti model Daud.
Sang pemimpin mengutarakan tekadnya untuk mulai membangun kembali umat Tuhan dengan melakukan apa yang tak bercacat dan yang menjadi kepujian bagi Allah. Perbuatan memuji Allah dan kehidupan yang tak bercela harus bersumber dari hati yang tulus tak bercela (ayat 1-2b). Tidak kurang dari kesesuaian perbuatan dengan kecenderungan hati adalah integritas hidup pemimpin yang berkenan di hati Allah. Memang tidak mungkin memiliki kesukaan memuji Allah tanpa sungguh mengalami dan mengenal Allah dengan akrab. Kehidupan tak bercacat di hadapan Allah inilah yang dimaksud dengan integritas hidup. Dalam bagian berikutnya, hal tersebut dijabarkan dalam tujuh hal negatif yang ingin dihindari sang pemimpin. Angka tujuh menunjuk pada kesempurnaan. Berarti tekadnya bulat untuk sepenuhnya menolak dosa dalam segala bentuknya. Ketujuh hal tersebut melibatkan tiga kegiatan dan kapasitas dalam dirinya: melihat, mengucap, dan melakukan hal yang tidak benar (ayat 4-7). Hal-hal yang ingin dihindarinya itu tidak saja mencakup berbagai kelakuan yang tampak secara jasmani, tetapi berkait lebih dalam dengan sikap hati (ayat 4). Ungkapan puncak integritas pemimpin ini dinyatakannya dalam keinginan melenyapkan semua orang jahat, suatu niat yang sebenarnya hanya merupakan hak Allah. Mengatakan demikian berarti sang pemimpin menyadari bahwa dirinya adalah wakil Allah yang harus bertindak serasi dengan keadilan dan kebenaran Allah, tanpa kompromi.
Renungkan: Hendaknya tekad untuk hidup serasi dengan kasih, keadilan, integritas Ilahi menjadi ciri semua kita pengikut Kristus.
SH: Mzm 101:1-8 - Tekad seorang pemimpin (Sabtu, 15 Oktober 2005) Tekad seorang pemimpin
Dalam pemerintahan kita mengenal istilah sumpah jabatan, yaitu
janji yang diikrarkan seseorang sebelum menduduki posisi j...
Tekad seorang pemimpin
Dalam pemerintahan kita mengenal istilah sumpah jabatan, yaitu janji yang diikrarkan seseorang sebelum menduduki posisi jabatan tertentu. Tentu saja sumpah jabatan bisa hanya sekadar pemanis bibir dan suara merdu di telinga, tanpa kesungguhan di dalam hati.
Mazmur raja ini memuat ikrar seorang raja keturunan Daud untuk menjadi pemimpin yang baik bagi umatnya. Pemazmur mulai dari tekad raja untuk menjadi pribadi yang berintegritas (ayat 1-4). Integritas seseorang berakar dari hubungan pribadinya dengan Tuhan. Oleh karena itu, ukuran kesalehan adalah hidup tidak bercela di hadapan-Nya serta memelihara ketulusan hati. Ini yang disebut integritas hati (ayat 2). Selanjutnya raja bertekad untuk mewujudkan integritas hati ke dalam sikap dan perbuatan yang benar (ayat 3-4). Hal itu dimulai dari rumah tangga kerajaan itu sendiri. Kata rumah di ayat kedua bisa menunjuk kepada keluarga raja atau lebih luas lagi seluruh isi istana. Bahkan bisa juga menunjuk kepada seluruh wilayah kerajaannya (ayat 7).
Sikap raja yang peduli terhadap sikap dan perbuatan orang-orang yang tinggal di dekat dan di sekitarnya merupakan sikap yang sangat penting mengingat seringkali korupsi dan berbagai kejahatan muncul dari orang-orang yang dekat dengan kekuasaan. Tekad raja kemudian adalah menegakkan keadilan bagi seluruh rakyatnya (ayat 5-8). Raja akan membasmi kejahatan dari negerinya. Sebaliknya, orang yang hidup benar dan tidak bercacat cela akan dibelanya. Dengan demikian rakyat dituntut loyalitasnya kepada raja mereka melalui sikap dan perbuatan yang benar dan tepat.
Setiap Kristen dalam batas tertentu adalah seorang pemimpin. Kita masing-masing dipanggil untuk menjadi pemimpin yang berintegritas tinggi, setia kepada kebenaran dalam sikap dan perbuatan sehingga kita menjadi teladan bagi orang yang kita pimpin.
Renungkan: Kepemimpinan yang baik selalu mulai dari memberi diri dipimpin oleh Tuhan.
SH: Mzm 101:1-8 - Raja tak bercela (Sabtu, 15 Mei 2010) Raja tak bercela
Mari berandai-andai. Andai Anda dapat menguping doa calon pemimpin, yang mana dari yang berikut ini akan Anda pilih dalam masa kampa...
Raja tak bercela
Mari berandai-andai. Andai Anda dapat menguping doa calon pemimpin, yang mana dari yang berikut ini akan Anda pilih dalam masa kampanye? "Ya Allah yang Mahabesar. Mohon Engkau sudi memberkatiku dengan pengaruh dan keberhasilan; supaya bangsa ini menjadi bangsa yang jaya makmur di bawah kepemimpinanku." "Ya Allah yang Pemimpin sejati, tolong aku untuk mengutamakan keadilan dan penegakan hukum, sebab Engkau adil. Tolong aku untuk lebih takut kepada-Mu daripada kepada para pesaingku atau pendukungku."
Mazmur ini mazmur Daud. Tidak jelas kapan ia menuliskan mazmur penting ini, sesudah ia diurapi atau setelah memindahkan tabut. Yang utama untuk kita pelajari ialah isinya, dan dari isi mazmur ini kita boleh menyimpulkan sikap yang bagaimanakah yang harus dicari dari seorang pemimpin. Paling tidak kita boleh berdoa agar para pemimpin bo-leh mendekati sikap yang diungkapkan Daud ini.
Ayat 1 adalah inti dan penggerak dari seluruh bait mazmur berikutnya. Daud ingin menyanyikan kasih setia dan hukum kepada Allah. Posisi dan kemampuan memimpin yang ia terima, datang dari Allah. Semua orang berkuasa pun mendapat kesempatan untuk berkuasa atau memimpin bukan terutama karena kepiawaian dirinya melainkan karena kemurahan Allah. Pemimpin yang baik akan menjaga agar tidak melupakan hal ini. Ini akan membangkitkan tekad untuk memuliakan Allah dan men-junjung tinggi hukum-hukum kebenaran-Nya.
Semua tekad Daud lainnya, mengalir dari inti nyanyiannya di ayat 1 tadi. Orang yang sungguh ingin meninggikan kemu-rahan dan hukum Allah, akan memiliki dorongan kuat untuk menjadi pemimpin yang tak bercela (memanfaatkan kuasa untuk diri sendiri), kehidupan keluarga yang tulus, tidak kompromi dengan orang jahat, tidak membiarkan hati bengkok, tegas menghukum yang salah, memelihara ke-setiaan dengan sahabat yang benar.
Mari kita doakan para pemimpin kita agar mereka tidak hanya pameran beribadah tetapi sungguh memiliki tekad untuk memuliakan Allah dan hukum-hukum-Nya.
SH: Mzm 101:1-8 - Tekad seorang pemimpin (Minggu, 24 Maret 2013) Tekad seorang pemimpin
Kita sudah terbiasa mendengar janji-janji dari para calon kepala pemerintahan, baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional....
Tekad seorang pemimpin
Kita sudah terbiasa mendengar janji-janji dari para calon kepala pemerintahan, baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional. Para calon ini, demi terpilih, berjanji akan pro rakyat, memperjuangkan kepentingan mereka. Akan tetapi setelah dipilih, saat setelah mengucapkan sumpah jabatan, siapa yang tahu apakah mereka masih mengingat janji-janji mereka. Kenyataannya, banyak pemimpin melupakan janji mereka dan sibuk aji mumpung dengan jabatan mereka.
Mazmur 101 sepertinya janji seorang raja untuk menjalankan tugas pemerintahannya pro Tuhan, pro keadilan, pro rakyat.Mazmur 101 adalah janji raja saat penahbisannya atau pengulangan janji saat krisis melanda pemerintahannya. Ayat 2 seakan mengisyaratkan bahwa Tuhan tidak berkenan atas perilaku raja pada masa lampau, sehingga dengan mengulang tekad untuk lebih setia raja mengharapkan Allah kembali menyertainya.
Apa saja tekad atau janji sang raja? Pertama, ia akan menjalankan hidup yang berintegritas dan bermoral (2-4). Semua yang jahat dan tidak bermoral akan ditolaknya. Raja bertekad menjalankan kehidupan yang dapat disaksikan oleh rakyatnya, juga di hadapan Allah, transparan!
Kedua, ia akan menjalankan pemerintahannya secara berintegritas (6-7). Ia akan memilih orang-orang yang akan mewakilinya bersih dari korupsi dan kejahatan moral lainnya. Dengan kepemimpinan yang bersih, tidak mustahil baginya untuk membangun pemerintahan yang bersih pula. Ia tidak segan-segan menghukum mereka yang fasik, pelaku kejahatan (5, 8).
Doakan para pemimpin yang memiliki komitmen seperti itu. Agar dengan hikmat dan keberanian dari Tuhan mereka menjalankan roda pemerintahan secara bermoral dan demi kebaikan rakyat yang dilayani.Doakan agar mereka tegar menghadapi godaan, ancaman, bahkan upaya-upaya jahat yang mau mencelakakan mereka.
SH: Mzm 101:1-8 - Integritas Hidup (Minggu, 26 Maret 2017) Integritas Hidup
Pemazmur membuka Mazmur ini dengan sebuah pujian tentang kesetiaan TUHAN kepada perjanjian-Nya dan keadilan-Nya (1). Selanjutnya, se...
Integritas Hidup
Pemazmur membuka Mazmur ini dengan sebuah pujian tentang kesetiaan TUHAN kepada perjanjian-Nya dan keadilan-Nya (1). Selanjutnya, sebagai seorang raja, selain menyatakan kerinduannya untuk hidup menurut jalan-jalan TUHAN yang sempurna (2a) dan memohon agar TUHAN sendirilah yang menolongnya (2b), pemazmur juga mau memiliki hidup yang berintegritas (2c).
Dalam hidupnya bersama orang lain, dia menolak untuk berkelakuan buruk (3a), membenci perbuatan murtad (3b), dan menjauhkan dirinya dari sikap serta perbuatan yang tidak benar (4-5). Namun, dia tahu bagaimana memperlakukan dengan tepat, baik terhadap orang-orang yang hidupnya benar (6) maupun yang salah (7). Kemudian pemazmur menutup tulisannya dengan komitmen untuk melenyapkan kefasikan dan kejahatan (8).
Sebagai seorang Kristen, apa pun status kita, terlebih jika kita seorang pemimpin, kita sudah sepatutnya menjaga hidup yang berintegritas. Pikiran yang mau hidup dalam kebenaran dan menolak kejahatan, seharusnya terwujud pula dalam tindakan nyata. Bukan sekadar retorika, melainkan terwujud dalam laku hidup.
Hidup berintegritas membutuhkan komitmen yang harus dipelihara dan dikembangkan seumur hidup. Perlu diketahui bahwa integritas bukan semata-mata bersumber dari kebaikan dan usaha sendiri, tetapi juga berasal dari hidup yang takut akan Tuhan. Karena itu, sudah sepatutnya kita selalu ingat bahwa keberadaan kita, selain menjadi wakil Tuhan untuk menyatakan kebenaran-Nya, juga menjalani hidup yang benar dalam anugerah-Nya agar nama Tuhan dimuliakan.
Lawan dari hidup beritegritas dalam kebenaran adalah kemunafikan. Karena itu, marilah kita berusaha untuk tidak melihat kegagalan, keburukan, bahkan kemunafikan orang lain lebih besar daripada kegagalan, keburukan, dan kemunafikan diri sendiri. Sambil terus-menerus memperbaiki diri, marilah kita memohon dan mengandalkan anugerah Tuhan yang memampukan kita untuk menjalani hidup yang berintegri-tas. Dengan cara itulah, iman nyata dalam perbuatan. [RH]
SH: Mzm 101:1-8 - Kekuasaan Seorang Pemimpin (Senin, 7 September 2020) Kekuasaan Seorang Pemimpin
Akhir-akhir ini, kita melihat efek destruktif dari media sosial dalam membangun prasangka. Banyaknya informasi yang tidak ...
Kekuasaan Seorang Pemimpin
Akhir-akhir ini, kita melihat efek destruktif dari media sosial dalam membangun prasangka. Banyaknya informasi yang tidak bisa dipercaya berhasil membentuk cara berpikir yang salah. Akibatnya, masyarakat kita sangat reaktif terhadap segala informasi, termasuk kebijakan pemerintah.
Menurut English Standard Version Study Bible, mazmur ini merupakan nyanyian yang menunjukkan peran kerajaan Daud dalam rencana Allah bagi umat-Nya. Mazmur ini memberikan gambaran ideal tentang pemimpin yang baik.
Seorang pemimpin seharusnya tidak bercela, berintegritas, matanya tidak tertuju kepada hal yang sia-sia, tidak melakukan perbuatan murtad, dan hatinya jauh dari yang jahat (2-4). Tidak hanya itu, seorang raja harus mengikuti teladan dari berbagai sifat Tuhan yang disembahnya. Contohnya, ia harus bermurah hati kepada orang-orang yang setia dan tidak bercela (6); ia harus bertindak adil; serta menghancurkan kefasikan, yaitu orang-orang yang menghujat sesamanya, orang-orang yang congkak, para penipu dan pembohong, dan para pembuat kejahatan (5, 7). Hal yang paling penting adalah seorang raja harus tunduk dan takut akan Tuhan sebagai pemangku kekuasaan tertinggi.
Tuhan menghendaki agar kekuasaan yang diberikan-Nya mencerminkan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan. Jika hati seorang raja jahat, maka ia akan menggunakan kekuasaannya dengan semena-mena. Ia akan membuat peraturan dan kebijakan yang hanya menguntungkan dirinya dan sekelompok elite yang berada di sekitar dirinya. Pihak yang dirugikan adalah rakyat kecil.
Seandainya hari ini, sebagai seorang Kristen, kita berada pada posisi kepemimpinan, maka hendaklah kita menjalankan posisi itu sebagaimana Allah melaksanakan kepemimpinan kepada umat-Nya, yaitu seperti gembala kepada domba-domba-Nya, yang memimpin dengan kasih dan keadilan serta yang memberi kesejahteraan.
Mencontoh kehendak Raja Daud, marilah kita hidup dalam ketulusan hati dan menjauh dari perkara kejahatan. [JHN]
Utley -> Mzm 101:6-8
Utley: Mzm 101:6-8 - --NASKAH TERJEMAHAN BARU: Mazm 101:6-86 Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku. Orang yan...
NASKAH TERJEMAHAN BARU: Mazm 101:6-8
6 Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, akan melayani aku. 7 Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku. 8 Setiap pagi akan kubinasakan semua orang fasik di negeri; akan kulenyapkan dari kota TUHAN, semua orang yang melakukan kejahatan.
Mazm 101:6 Beberapa terjemahan bahasa Inggris membuat baik Mazm 101:5 maupun 6 bait yang terpisah (NRSV, NJB). Hal ini kemungkinan karena Mazm 101:3-4,5 (Mazm 7) menggambarkan siapa yang tidak akan diterima raja, sementara Mazm 101:6 menjelaskan orang-orang yang akan diterima. Mereka ini adalah semacam para pengikut setia yang seperti raja tersebut sendiri (lih. Mazm 101:1-2).
Mazm 101:7 "di depan mataku" CONSTRUCT dari BDB 617 dan BDB 744 ini diulang dari Mazm 101:3a. Frasa ini sejajar dengan "di dalam rumahku," yang merupakan alasan lain untuk menganggap Mazmur ini ditulis oleh raja.
Mazm 101:8 Ayat ini tampaknya memiliki suatu orientasi eskatologis.
- 1. setiap pagi (yaitu, kedatangan terang, atau saat waktu raja menggelar pengadilan, lih. 2Sam 15:2).
- 2. negeri (yaitu, memiliki beberapa kemungkinan konotasi, lihat Topik Khusus:\\See id_TOPIKUTLEY 00297\\ TANAH, NEGARA, BUMI)
- 3. kota Tuhan (lihat Wahy 21; 22, yang menjadi citra dari semua umat Allah, yaitu, "kota suci, Yerusalem baru")
- 4. kulenyapkan. . . semua orang yang melakukan kejahatan (lih. Mat 25:31-46; Wahy 20:11-15; 21:8,27)
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Mazmur (Pendahuluan Kitab) Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang...
Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang
Judul Ibrani untuk kitab Mazmur adalah _tehillim_, yang berarti "puji-pujian"; judul dalam Septuaginta (PL dalam bahasa Yunani, dikerjakan sekitar 200 SM) ialah _psalmoi_, yang berarti "nyanyian yang diiringi alat musik gesek atau petik".
Musik memainkan peranan penting dalam ibadah Israel (1Taw 15:16-22; bd.Mazm 149:1--150:6); mazmur-mazmur menjadi nyanyian pujian Israel. Berbeda dengan sebagian besar syair dan nyanyian di dunia Barat yang ditulis dengan sajak dan irama, syair dan nyanyian PL didasarkan pada kesejajaran pemikiran di mana baris(-baris) kedua (atau yang berikutnya) pada hakikatnya menyatakan ulang (kesejajaran sinonim), memperlihatkan kontras (kesejajaran antitetikal), atau secara progresif melengkapi baris yang pertama (kesejajaran sintetik). Ketiga bentuk kesejajaran ini dipakai dalam Mazmur. Mazmur terdini yang diketahui digubah oleh Musa pada abad ke-15 SM (Mazm 90:1-17); sedangkan yang paling akhir adalah dari abad ke-6 sampai ke-5 SM (mis. Mazm 137:1-9). Akan tetapi, sebagian besar dari mazmur ditulis pada abad ke-10 SM semasa zaman keemasan puisi Israel.
Judul-judul atau kalimat pembukaan pada permulaan sebagian besar mazmur (dalam Alkitab Indonesia menjadi bagian dari mazmur), sekalipun bukan bagian asli dan terilham dari mazmur, sudah berusia tua (sebelum Septuaginta) dan penting. Isi dari kalimat pembukaan itu berbeda-beda, meliputi kategori seperti
- (1) nama penulis (mis. Mazm 47:1-10, "Dari bani Korah"),
- (2) bentuk mazmur (mis. Mazm 32:1-11, "nyanyian pengajaran" [bah. Inggris "maskil"] syair hasil renungan atau bertujuan mengajar),
- (3) istilah-istilah musik (mis. Mazm 4:1-9, "Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi"),
- (4) catatan liturgis (mis. Mazm 45:1-18, "Nyanyian kasih" [versi Inggris NIV -- nyanyian pernikahan]), dan
- (5) catatan sejarah singkat (mis. Mazm 3:1-9, "Mazmur Daud ketika ia lari dari Absalom, anaknya").
Mengenai penulis mazmur-mazmur ini, kalimat pembukaan menyebutkan Daud selaku penggubah 73 mazmur, Asaf 12 (seorang Lewi yang berkarunia musik dan nubuat, lih. 1Taw 15:16-19; 2Taw 29:30), bani Korah 10 (keluarga dengan karunia musik), Salomo 2, dan masing-masing satu oleh Heman, Etan, dan Musa. Kecuali Musa, Daud, dan Salomo, semua penggubah lainnya adalah imam atau orang Lewi dengan karunia musik dan tanggung jawab dalam ibadah kudus pada masa pemerintahan Daud. Lima puluh mazmur tidak diketahui penggubahnya. Acuan-acuan alkitabiah dan sejarah memberi kesan bahwa Daud (bd. 1Taw 15:16-22), Hizkia (Ams 25:1; bd. 2Taw 29:25-30), dan Ezra (bd. Neh 10:39; Neh 11:22; Neh 12:27-36,45-47) terlibat pada waktu yang berlainan dalam memilih mazmur-mazmur untuk dipakai bersama di Yerusalem. Penyusunan kitab ini yang terakhir mungkin dilakukan pada masa Ezra dan Nehemia (450-400 SM).
Tujuan
Kitab Mazmur, sebagai doa dan pujian yang diilhamkan Roh, ditulis, secara umum, untuk mengungkapkan perasaan mendalam hati sanubari manusia dalam hubungan dengan Allah.
- (1) Banyak yang ditulis sebagai doa kepada Allah, mengungkapkan
- (a) kepercayaan, kasih, penyembahan, ucapan syukur, pujian, dan kerinduan akan persekutuan erat;
- (b) kekecewaan, kesesakan mendalam, ketakutan, kekhawatiran, penghinaan dan seruan untuk pembebasan, kesembuhan, atau pembenaran.
- (2) Yang lain ditulis sebagai nyanyian yang mengungkapkan pujian, ucapan syukur, dan pemujaan kepada Allah dan hal-hal besar yang telah dilakukan-Nya.
- (3) Beberapa mazmur berisi bagian-bagian penting berhubungan dengan Mesias.
Survai
Selaku suatu kumpulan dari 150 mazmur, kitab ini meliput bermacam-macam pokok, termasuk penyataan tentang Allah, ciptaan, umat manusia, keselamatan, dosa dan kejahatan, keadilan dan kebenaran, penyembahan dan pujian, doa dan hukuman. Allah dipandang dengan beraneka ragam cara: sebuah benteng perlindungan, batu karang, perisai, gembala, tentara, pencipta, penguasa, hakim penebus, pemelihara, penyembuh, dan penuntut balas; Ia mengungkapkan kasih, kemarahan, dan belas kasihan, dan Ia ada di mana-mana, mengetahui segala sesuatu dan mahakuasa. Umat Allah juga dilukiskan dengan aneka cara: biji mata, domba, orang kudus, orang jujur dan benar yang diangkat-Nya dari sumur berlumpur, menempatkan kakinya pada batu karang, dan menaruh nyanyian baru di dalam mulut mereka. Allah mengarahkan langkah-langkah mereka, memuaskan kerinduan rohani mereka, mengampuni semua dosa mereka, menyembuhkan segala penyakit mereka dan menyediakan tempat tinggal kekal bagi mereka.
Salah satu cara yang bermanfaat untuk meninjau kitab ini ialah dengan berbagai kategori umum yang dipakai untuk menggolongkan mazmur-mazmur ini (dengan agak bertumpang-tindih).
- (1) _Nyanyian Haleluya atau pujian_ : mazmur-mazmur ini membesarkan nama, kemegahan, kebaikan, kebesaran, dan keselamatan Allah (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 21:1-13; Mazm 33:1--34:22; Mazm 103:1--106:48; Mazm 111:1--113:9; Mazm 115:1--117:2; Mazm 135:1-21; Mazm 145:1--150:6).
- (2) _Nyanyian Ucapan Syukur_ : Mazmur-mazmur ini mengakui pertolongan Allah dalam menyelamatkan dan membebaskan seseorang atau Israel selaku bangsa (mis. Mazm 18:1-50; Mazm 30:1-12; Mazm 34:1-22; Mazm 41:1-13; Mazm 66:1-20; Mazm 92:1-15; Mazm 100:1-5; Mazm 106:1-48; Mazm 116:1-19; Mazm 118:1-29; Mazm 124:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 136:1-26; Mazm 138:1-8).
- (3) _Mazmur Doa dan Permohonan_ : Tercakup mazmur-mazmur ratapan dan permohonan kepada Allah, kerinduan akan Allah, dan syafaat bagi umat Allah (mis. Mazm 3:1--6:10; Mazm 13:1-6; Mazm 43:1-5; Mazm 54:1-7; Mazm 67:1-7; Mazm 69:1--70:5; Mazm 79:1--80:19; Mazm 85:1--86:17; Mazm 88:1-52; Mazm 90:1-17; Mazm 102:1-28; Mazm 141:1--143:12).
- (4) _Mazmur Pengakuan Dosa_ : Berfokus pada pengakuan dosa (mis. Mazm 32:1-11; Mazm 38:1-22; Mazm 51:1-19; Mazm 130:1-8).
- (5) _Nanyian Sejarah Kudus_ : Mengisahkan kembali urusan Allah dengan Israel sebagai bangsa (mis. Mazm 78:1-72; Mazm 105:1--106:48; Mazm 108:1-13; Mazm 114:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 137:1-9).
- (6) _Mazmur Pemahkotaan Tuhan_ : Mazmur-mazmur ini dengan tegas menyatakan bahwa "Tuhan adalah Raja" (mis. Mazm 24:1-10; Mazm 47:1-9; Mazm 93:1-5; Mazm 96:1--99:1-99:9).
- (7) _Nyanyian Liturgis_ : Mazmur-mazmur ini digubah untuk perayaan atau kebaktian khusus (mis. Mazm 15:1-5; Mazm 24:1-10; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 113:1--118:29; keenam mazmur terakhir ini dipergunakan dalam perayaan Paskah setiap tahun).
- (8) _Mazmur Kepercayaan dan Pengabdian_ : Mazmur-mazmur ini mengungkapkan:
- (a) kepercayaan seseorang akan integritas Allah dan pertolongan kehadiran-Nya, dan
- (b) pengabdian hati kepada Allah (mis. Mazm 11:1-8; Mazm 16:1-11; Mazm 23:1-6; Mazm 27:1-14; Mazm 31:1--32:11; Mazm 40:1-17; Mazm 46:1-11; Mazm 56:1-13; Mazm 62:1--63:11; Mazm 91:1-16; Mazm 119:1-176; Mazm 130:1--131:3; Mazm 139:1-24).
- (9) _Nyanyian Ziarah_ : Juga disebut "Nyanyian-nyanyian Zion" atau "Nyanyian-nyanyian Pendakian" yang dinyanyikan oleh para peziarah sepanjang perjalanan mereka ke Yerusalem untuk perayaan Paskah, Pentakosta, atau Pondok Daun setiap tahun (mis. Mazm 43:1-5; Mazm 46:1-11; Mazm 48:1-14; Mazm 76:1-12; Mazm 84:1-12; Mazm 87:1-7; Mazm 120:1--134:3).
- (10) _Nyanyian Penciptaan_ : Mazmur-mazmur ini mengakui hasil perbuatan Allah di sorga dan di bumi (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 19:1-14; Mazm 29:1-11; Mazm 33:1-22; Mazm 65:1-13; Mazm 104:1-35).
- (11) _Mazmur-mazmur Hikmat dan Pendidikan_ : Mazmur-mazmur ini merenungkan cara-cara Allah dan mendidik kita mengenai kebenaran (mis. Mazm 1:1-6; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 73:1-28; Mazm 112:1-8; Mazm 119:1-176; Mazm 133:1-3).
- (12) _Mazmur Kerajaan atau Mesias_ : Mazmur-mazmur ini melukiskan beberapa pengalaman Raja Daud atau Raja Salomo yang mempunyai makna nubuat dan yang akhirnya digenapi dalam kedatangan Mesias, Yesus Kristus (mis. Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1--41:13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1--69:36; Mazm 72:1-20; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 110:1-7; Mazm 118:1-29).
- (13) _Mazmur Bernada Kutukan_ : Mazmur-mazmur ini mengundang kutukan atau hukuman Allah atas orang fasik (mis. Mazm 7:1-17; Mazm 35:1-28; Mazm 55:1-23; Mazm 58:1-11; Mazm 59:1-17; Mazm 69:1-36; Mazm 109:1-31; Mazm 137:1-9; Mazm 139:19-22). Karena banyak orang Kristen bingung oleh mazmur-mazmur ini, perlu diperhatikan bahwa mazmur kutukan ini digubah selaku ungkapan semangat demi nama Allah, keadilan, dan kebenaran-Nya, dan dari kebencian kuat terhadap kejahatan dan bukan karena perasaan dendam yang picik. Pada hakikatnya mazmur-mazmur ini berseru kepada Allah agar meninggikan orang benar dan merendahkan orang fasik.
Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai kitab Mazmur ini.
- (1) Merupakan kitab terpanjang dalam Alkitab dan berisi pasal yang terpanjang (Mazm 119:1-176), yang terpendek (Mazm 117:1-2) dan ayat tengah (Mazm 118:8).
- (2) Sebagai kitab nyanyian dan ibadah Ibrani, kerohaniannya yang dalam dan luas itu menjadikan kitab ini bagian PL yang paling digemari dan dibaca oleh orang percaya.
- (3) "_Haleluya_" (pujilah Tuhan), istilah Ibrani yang diakui secara universal di kalangan orang percaya, dipakai 28 kali dalam Alkitab, 24 di antaranya dalam kitab ini. Di dalam Mazm 150 pujian kepada Tuhan mencapai puncaknya dan menyampaikan pujian yang utuh dan sempurna kepada Tuhan.
- (4) Tidak ada kitab lain di Alkitab yang demikian terang-terangan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan manusia dalam hubungan dengan Allah dan kehidupan ini. Nyanyian pujian dan pengabdian mengalir dari gunung-gunung tertinggi, dan seruan-seruan keputusasaannya timbul dari lembah-lembah terdalam.
- (5) Sekitar separuh mazmur mencakup doa iman di tengah kesengsaraan.
- (6) Inilah kitab yang paling banyak dikutip di PB.
- (7) Berisi banyak "pasal kesayangan" seperti pasal Mazm 1:1-6; Mazm 23:1-6; Mazm 24:1-10; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 84:1-12; Mazm 91:1-16; Mazm 103:1-22; Mazm 119:1-176; Mazm 121:1-8; Mazm 139:1-24; dan Mazm 150:1-6.
- (8) Mazmur 119 (Mazm 119:1-176) adalah unik dalam Alkitab karena
- (a) panjangnya (176 ayat),
- (b) kasihnya yang agung kepada Firman Allah, dan
- (c) susunan sastranya yang mencakup 22 stanza dengan masing-masing delapan ayat, dan setiap stanza mengawali setiap ayatnya dengan huruf yang sama, juga setiap stanza memakai huruf yang berturut-turut dari abjad Ibrani sebagai bantuan untuk mengingat (yaitu, suatu akrostik).
- (9) Ciri sastranya yang paling menonjol adalah gaya syair yang disebut paralelisme, mencakup irama pemikiran dan bukan irama sajak atau matra; ciri khas ini menjadikan beritanya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain tanpa terlalu banyak kesulitan.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Ada 186 kutipan dari kitab Mazmur dalam PB, jauh lebih banyak daripada kitab PL lainnya. Jelaslah bahwa mazmur-mazmur begitu meresap dalam hati Yesus dan penulis kitab PB lainnya dan bahwa Roh Kudus sering memakai mazmur di dalam ajaran Yesus dan ayat-ayat lain di mana Yesus menggenapi Alkitab selaku Mesias yang dinubuatkan. Misalnya, Mazm 110:1-7 yang singkat (7 ayat) dikutip lebih banyak dalam PB daripada pasal PL lainnya; mazmur ini berisi nubuat tentang Yesus sebagai Mesias, sebagai Anak Allah dan sebagai imam abadi menurut peraturan Melkisedek. Mazmur Mesias lainnya yang dikenakan kepada Yesus dalam PB adalah:Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1-17; Mazm 41:1-13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 69:1-36; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 109:1-31; dan Mazm 118:1-29. Mazmur ini dikenakan kepada
- (1) Yesus selaku nabi, imam, dan raja;
- (2) kedua kedatangan-Nya;
- (3) kedudukan sebagai Anak dan sifat-Nya;
- (4) penderitaan dan kematian-Nya yang mendamaikan; dan
- (5) kebangkitan-Nya. Ringkasnya, Mazmur termasuk kitab PL dengan nubuat paling terinci tentang Kristus dan tertanam sangat dalam di seluruh amanat para penulis PB.
Full Life: Mazmur (Garis Besar) Garis Besar
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!:...
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!: Mazmur 42-72
(Mazm 42:1-72:19)
III. Kitab 3 !!: Mazmur 73-89
(Mazm 73:1-89:52)
IV. Kitab 4 !!: Mazmur 90-106
(Mazm 90:1-106:48)
V. Kitab 5 !!: Mazmur 107-150
(Mazm 107:1-150:1-6)
Matthew Henry: Mazmur (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena beg...
- Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena begitu banyaknya terdapat hal-hal mengenai Kristus dan Injil-Nya, dan juga tentang Allah dan hukum-Nya di dalamnya, sehingga kitab ini disebut sebagai intisari atau ringkasan dari kedua Perjanjian. Sejarah Israel yang banyak tersedia bagi kita, memungkinkan kita untuk mengikuti dan mempelajarinya, dan di sana disajikan dan diajarkan kepada kita pengetahuan tentang Allah. Kitab Ayub membawa kita memasuki proses belajar mengajar, serta memberikan kita berbagai pemikiran dan debat berguna tentang Allah dan pemeliharaan-Nya. Tetapi, kitab ini membawa kita masuk ke dalam ruang mahakudus, menjauhkan kita dari pergaulan sehari-hari dengan sesama, dengan para politisi, ahli filsafat, atau para pembantah dunia ini, dan mengarahkan kita memasuki persekutuan dengan Allah, dengan menghibur jiwa kita dan membawanya beristirahat di dalam Dia, dengan mengangkat dan membuat hati kita berserah kepada-Nya. Dengan demikian kita dapat berada di atas gunung bersama Allah. Dan kalau sudah begini, kita sungguh tidak tahu apa yang menjadi keuntungan kita bila kita tidak berkata, “Betapa bahagianya berada di tempat ini.” Mari kita selidiki:
- I. Judul kitab ini.
- 1. Kitab ini disebut Mazmur. Judul ini yang dirujuk di dalam Lukas 24:44. Orang Ibrani menyebutnya Tehillim, yang dengan tepat menunjukkan Mazmur-mazmur Pujian, karena banyak di mazmur di dalam kitab tersebut yang bercorak seperti itu. Namun, Mazmur merupakan sebuah kata yang lebih umum maknanya, yang berarti semua gubahan apa saja yang punya susunan tertentu yang cocok untuk dinyanyikan, dan isinya bisa bersifat sejarah, pengajaran, permohonan, maupun puji-pujian. Meskipun bernyanyi itu selayaknya menyuarakan rasa sukacita, namun tujuan nyanyian lebih luas maksudnya. Nyanyian itu membantu kita untuk mengingat sesuatu, dan untuk mengungkapkan maupun menggairahkan semua perasaan lain seperti halnya perasaan sukacita ini. Imam-imam memiliki nyanyian ratapan maupun sukacita. Dengan demikian, menyanyikan mazmur sudah merupakan ibadah bagi kita dan maksudnya yang luas, karena kita bukan hanya diarahkan untuk memuji Allah, tetapi juga untuk mengajar dan menegur seorang akan yang lain di dalam mazmur, dan puji-pujian, dan nyanyian rohani (Kol. 3:16).
- 2. Kitab ini disebut Kitab Mazmur. Begitulah yang disebut oleh Petrus dalam Kisah Para Rasul 1:20. Kitab ini merupakan kumpulan mazmur-mazmur, yaitu semua mazmur yang diilhamkan secara ilahi. Meskipun mazmur-mazmur ini digubah dalam berbagai masa dan berbagai kesempatan, semuanya dikumpulkan bersama-sama di dalam kitab ini tanpa rujukan atau ketergantungan satu sama lain. Dengan demikian semua mazmur ini terpelihara dari kemungkinan tercecer atau hilang, dan siap digunakan bagi kebaktian jemaat. Lihatlah, betapa baiknya Tuan yang kita layani, betapa menyenangkannya jalan-jalan hikmat yang disediakan-Nya, sehingga saat kita diperintahkan untuk bernyanyi, yang cukup membuat kita menjadi sibuk, mulut kita pun dipenuhi-Nya dengan kata-kata dan tangan kita disediakan dengan nyanyian-nyanyian.
- II. Penulis kitab ini. Tidak diragukan lagi bahwa pada mulanya semua mazmur ini berasal dari Roh yang mulia. Mazmur adalah nyanyian rohani, firman yang diajarkan oleh Roh Kudus. Penulis sebagian besar mazmur ini adalah Daud, anak Isai, yang karena itu ia diberi gelar sebagai pemazmur yang disenangi di Israel (2Sam. 23:1). Beberapa mazmur yang tidak mencantumkan namanya di dalam judul, dengan jelas dianggap berasal dari dia di tempat lain dalam Alkitab, seperti Mazmur 2 (Kis. 4:25), Mazmur 96 dan 105 (1Taw. 16). Satu mazmur dinyatakan dengan jelas sebagai doa Musa (Mzm. 90). Beberapa mazmur diisyaratkan ditulis oleh Asaf (2Taw. 29:30), di mana dikatakan bahwa orang-orang Lewi menyanyikan puji-pujian untuk Tuhan dengan kata-kata Daud dan Asaf. Di situ dikatakan bahwa Asaf adalah seorang pelihat atau nabi. Beberapa mazmur tampaknya ditulis kemudian pada masa yang jauh setelah itu, misalnya Mazmur 137, yang ditulis ketika masa pembuangan di Babel. Namun, dapat dipastikan bahwa sebagian besar mazmur ditulis oleh Daud sendiri, yang sangat mahir dalam hal puisi dan musik. Daud memang ditetapkan, memenuhi syarat, dan digerakkan untuk menegakkan ibadah bermazmur di dalam jemaat Allah, seperti halnya Musa dan Harun di zaman mereka, yang menegakkan ibadah korban. Ibadah yang ditegakkan oleh Musa dan Harun sudah digantikan, tetapi yang ditegakkan Daud tetap ada, dan akan tetap ada sampai akhir zaman, ketika ditelan oleh nyanyian-nyanyian kekekalan. Di sini Daud menjadi gambaran dari Kristus, yang adalah keturunannya, bukan keturunan Musa, karena Ia datang untuk mengambil alih korban sembelihan (keluarga Musa segera hilang dan punah setelah itu), selain juga untuk menegakkan dan mengabadikan sukacita dan pujian. Sebab keturunan Daud di dalam Kristus tidak akan pernah berakhir.
- III. Tujuan kitab ini. Maksud dan tujuannya jelas.
- 1. Untuk membantu apa yang telah dipraktikkan dalam agama alamiah dan untuk menyalakan perasaan saleh dalam jiwa manusia yang harus kita baktikan kepada Allah sebagai pencipta, pemilik, pengatur, dan pelindung kita. Kitab Ayub membantu membuktikan dasar-dasar mengenai kesempurnaan dan penyelenggaraan ilahi. Namun, kitab ini membantu kita untuk mengungkapkan dan membuktikan kepercayaan kita akan dasar-dasar yang kita yakini itu di dalam doa dan pujian, dalam pengakuan akan hasrat hati kita akan Dia, ketergantungan kita kepada-Nya, serta seluruh ibadah dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Di dalam bagian lain dalam Kitab Suci ditunjukkan bahwa Allah itu tak terbatas mengatasi manusia dan bahwa Dia itu Tuhan yang berdaulat di atas segalanya. Namun demikian, Kitab Mazmur ini menunjukkan kepada kita bahwa kita yang seperti binatang menjalar di bumi ini boleh bergaul dengan Dia. Selain itu, kalau bukan karena salah kita sendiri, ada banyak cara di mana kita bisa tetap bersekutu dengan Dia dalam rupa-rupa keadaan hidup kita sebagai manusia.
- 2. Untuk mempromosikan dan memajukan keunggulan agama wahyu, dan dengan cara yang paling menyenangkan menganjurkannya kepada dunia. Sedikit saja, atau tidak ada hukum seremonial (yang hanya bersifat upacara saja) yang muncul di seluruh Kitab Mazmur. Meskipun korban sembelihan dan korban sajian tetap berlanjut selama berabad-abad, namun di sini kedua hal itu digambarkan sebagai hal yang tidak berkenan kepada Allah (Mzm. 40:7; 51:19), sebagai hal yang kurang bermakna, yang pada saatnya nanti akan lenyap. Namun, firman dan hukum Allah, khususnya bagian-bagian yang berbicara tentang akhlak dan kewajiban yang kekal, ada tertulis di sini untuk diagungkan dan dihormati, lebih daripada yang tertulis di mana pun juga. Dan Kristus yang menjadi puncak dan pusat agama wahyu, yang menjadi dasar, batu penjuru, dan batu utama dari bangunan yang dimuliakan itu, dibicarakan dengan jelas dalam kitab ini dalam bentuk pelambangan dan nubuat. Di sini dibicarakan semua penderitaan-Nya dan kemuliaan yang mengikutinya, serta kerajaan yang hendak dibangun-Nya di dunia ini. Di dalam kerajaan inilah kovenan Allah dengan Daud mengenai kerajaannya digenapi. Betapa tingginya nilai yang diberikan kitab ini terhadap firman Allah, terhadap segala ketetapan dan penghakiman-Nya, serta terhadap kovenan dan janji-janji agung dan mulia-Nya untuk menepati kovenan-Nya itu. Karena itu, betapa kitab ini sangat menganjurkan kita untuk menggunakan firman-Nya, ketetapan dan penghakiman-Nya serta kovenan dan janji-janji-Nya itu sebagai pedoman dan jangkar kita, serta sebagai warisan kita sampai selama-lamanya!
- IV. Manfaat kitab ini. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menanamkan terang ilahi ke dalam pemahaman kita. Namun, manfaat kitab ini terutama sangat unggul dalam menanamkan kehidupan dan kuasa ilahi, serta kehangatan yang kudus ke dalam perasaan kita. Tidak ada satu pun tulisan dalam Alkitab yang lebih bermanfaat dalam membantu ibadah renungan orang-orang kudus dibandingkan kitab ini. Manfaat tersebut telah dinikmati oleh jemaat segala zaman, sejak mazmur ini ditulis dan beberapa bagiannya dikirimkan kepada pemimpin biduan untuk keperluan kebaktian jemaat.
- 1. Mazmur ini bermanfaat untuk dinyanyikan. Untuk menyanyikan lagu himne dan nyanyian rohani, kita boleh mencari di luar mazmur-mazmur Daud, tetapi kita tidak perlu itu. Aturan persajakan dalam bahasa Ibrani tidak jelas, bahkan oleh orang-orang terpelajar sekalipun. Namun demikian, mazmur-mazmur ini seyogyanya dibawakan sesuai dengan aturan persajakan setiap bahasa, setidaknya supaya dapat dinyanyikan untuk mendidik jemaat. Menurut saya, sangatlah menghibur kita, bila kita menyanyikan mazmur Daud, karena kita mempersembahkan puji-pujian kepada Allah yang persis sama seperti yang dipersembahkan kepada-Nya pada masa Daud dan raja-raja Yehuda yang saleh lainnya. Begitu kaya dan indah gubahan puisi-puisi ilahi ini, sehingga tidak akan pernah menjemukan dan lekang karena waktu.
- 2. Kitab mazmur ini bermanfaat untuk dibacakan dan dinyatakan oleh para pelayan Kristus, karena mazmur ini mengandung kebenaran-kebenaran yang agung dan mulia, serta peraturan mengenai baik dan jahat. Tuhan kita Yesus menjelaskan mazmur-mazmur kepada murid-murid-Nya, mazmur-mazmur Injil, dan Ia membukakan pemahaman mereka (karena Ia memegang kunci Daud) untuk memahaminya (Luk. 24:44).
- 3. Mazmur ini bermanfaat untuk dibaca dan direnungkan oleh semua orang baik. Mazmur ini menjadi sumber melimpah yang darinya semua orang akan menimba air dengan kegirangan.
- (1) Pengalaman pemazmur sangat bermanfaat untuk membimbing, memperingatkan, dan menguatkan kita. Pemazmur sering memberi tahu kita tentang apa yang terjadi antara Allah dan jiwanya. Ia memberi tahu kita apa yang dapat kita harapkan dari Allah dan apa yang Ia harapkan serta kehendaki dari kita sehingga Ia berkenan kepada kita. Daud adalah orang yang memiliki hati Allah. Oleh karena itu, orang-orang yang sedikit banyak memiliki hati seperti Daud bolehlah berharap bahwa mereka juga diperbarui oleh anugerah Allah sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Banyak orang sangat merasa terhibur saat hati nurani mereka menyaksikan kebenaran mazmur-mazmur ini, sehingga dengan segenap hati mereka dapat berkata, “Amin” atas doa-doa dan puji-pujian Daud.
- (2) Bahkan ungkapan-ungkapan yang digunakan pemazmur juga sangat bermanfaat. Melalui ungkapan ini Roh Kudus akan membantu kita dalam kelemahan doa-doa kita, sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa kepada Allah. Kapan saja kita mendekati Allah, dan juga saat kita kembali kepada Dia untuk pertama kalinya, kita dibimbing untuk membawa serta kata-kata penyesalan (Hos. 14:3), kata-kata ini, yang diajarkan oleh Roh Kudus. Jika kita membuat mazmur-mazmur Daud ini akrab dengan kita seperti yang seharusnya kita lakukan, maka saat kita menghampiri takhta anugerah, untuk maksud apa saja, untuk membuat pengakuan, permohonan, atau ucapan syukur, kita akan terbantu karenanya. Apa pun perasaan saleh yang bekerja di dalam diri kita, hasrat atau pengharapan, kepedihan atau sukacita yang kudus, kita akan menemukan di sana kata-kata yang tepat yang dapat kita ungkapkan, perkataan benar yang tidak dapat disalahkan. Akan sangat baik bila kita mengumpulkan dari Kitab Mazmur ini ungkapan-ungkapan peribadatan dan renungan yang paling sesuai dan paling menggerakkan hati, dan kemudian mengatur dan mengelompokkannya menurut beberapa topik doa, supaya lebih mudah bagi kita untuk menggunakannya. Bisa juga, sekali-sekali kita pilih mazmur tertentu yang berbeda-beda dan berdoa memakai mazmur pilihan itu. Ketika kita berdoa dengan cara ini, kita mencerna ayat-ayatnya dalam pikiran kita dan mempersembahkan hasil renungan itu kepada Allah. Cendekiawan Dr. Hammond (Theolog Inggris, 1605-1660), menulis dalam kata pengantar buku tafsirannya atas Kitab Mazmur (bagian 29) sebagai berikut, “Bahwa merenungkan beberapa bagian mazmur sampai hati kita dipengaruhi, digerakkan dan diteguhkan oleh hidup dan daya yang ada dalam ayat-ayat mazmur itu sungguh lebih baik daripada sekadar mengucapkannya mengikuti sang pemazmur itu, sebab dalam ibadah-ibadah, tidak ada yang harus dihindari selain daripada tindakan-tindakan pengulangan yang tidak membangkitkan perasaan apa-apa di dalam hati.” Seperti yang dinasihatkan oleh Augustinus (354-430, theolog dan filsuf Kristen – pen.), “Jika kita membangun roh kita dengan perasaan yang dikandung dalam mazmur, maka kita boleh yakin akan perkenanan Allah saat kita menggunakan perkataan yang dipakai dalam Mazmur itu.” Mazmur ini bukan hanya dapat membantu kita untuk merenung dan membangkitkan perasaan kita untuk menyembah, memuji dan memuliakan Allah, tetapi juga menjadi petunjuk bagi kita untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dalam kehidupan kita, serta mengajar kita cara untuk jujur di jalan kita, sehingga pada akhirnya kita akan melihat keselamatan yang dari Allah (Mzm. 50:23). Kitab Mazmur ini bukan hanya sangat bermanfaat bagi jemaat Perjanjian Lama, tetapi lebih-lebih lagi bagi kita orang-orang Kristen, kitab mazmur ini lebih bermanfaat dibandingkan dengan jemaat yang hidup sebelum kedatangan Kristus. Karena sama seperti korban-korban Musa, demikian jugalah nyanyian-nyanyian Daud dibuat menjadi jelas dan terpahami oleh Injil Kristus yang membawa kita memasuki selubung itu. Demikianlah, dengan doa-doa dan puji-pujian Daud, semua doa Rasul Paulus dalam surat-suratnya, serta nyanyian-nyanyian baru dalam Kitab Wahyu, kita akan diperlengkapi untuk perbuatan baik ini, karena semua tulisan itu membuat manusia kepunyaan Allah itu sempurna.
- Mengenai pembagian kitab ini, kita tidak perlu sampai begitu cermat. Tidak ada (atau sangat jarang ada) hubungan antara satu mazmur dengan mazmur lainnya, juga tidak ada alasan tertentu dalam pengurutan mazmur yang satu sesudah yang lainnya seperti yang ada sekarang. Walaupun demikian, tampaknya mazmur yang ditempatkan pertama itu berasal dari masa kuno, karena mazmur yang kedua sekarang berasal dari zaman para rasul (Kis. 13:33). Salinan bahasa Latin kuno yang kasar (bukan klasik) menggabungkan pasal kesembilan dan kesepuluh. Semua penulis Katolik Roma mengikuti pembagian itu. Oleh karena itu pencantuman nomor pasal di seluruh Kitab Mazmur mereka selalu kurang satu dibandingkan salinan kita (yang bukan Katolik – pen.). Kita mencantumkan pasal 11, mereka pasal 10, kita menulis pasal 119, mereka mencantumkan pasal 118. Namun, mereka membagi pasal 147 menjadi dua pasal, sehingga jumlah seluruh pasal mencapai 150. Beberapa orang berusaha mengurangi jumlah pasal tersebut dengan mengelompokkannya di bawah beberapa judul yang sesuai menurut pokok masalah yang dibicarakan dalam mazmur-mazmur itu. Namun, sering didapati banyak keragaman pokok pembicaraan dalam satu mazmur yang sama, sehingga penggabungan tersebut tidak dapat dibuat dengan pasti. Namun, tujuh Mazmur penyesalan dosa dengan cara tertentu telah disatukan sebagai ibadah oleh banyak orang. Mazmur-mazmur tersebut adalah pasal 6, 32, 38, 51, 102, 130, dan 143. Kitab Mazmur dibagi menjadi lima kitab yang masing-masing diakhiri dengan kata Amin, ya Amin, atau Haleluya. Kitab pertama di akhiri oleh pasal 41, yang kedua oleh pasal 72, yang ketiga oleh pasal 89, yang keempat oleh pasal 106, dan yang kelima oleh pasal 150. Sebagian orang lagi membagi Kitab Mazmur ini menjadi tiga bagian besar yang masing-masing memuat lima puluh pasal. Sebagian lain lagi membagi menjadi enam puluh bagian, dua bagian untuk setiap hari, pagi dan petang, selama sebulan. Biarlah setiap orang Kristen yang baik membagi kitab ini untuk mereka masing-masing, sehingga mereka dapat meningkatkan pengenalan mereka akan isi dan maksud tulisan ini dengan cara yang paling baik dan sesuai. Dengan demikian, dalam setiap kesempatan apa saja mereka dapat menyanyikan mazmur ini di dalam roh dan dengan pengertian yang penuh.