Topik : Kebaikan/Kesopanan

6 November 2002

Cara Yesus

Nats : Ia ... pergi ke luar. Ia pergi tempat yang sunyi dan berdoa di sana (Markus 1:35)
Bacaan : Markus 1:21-39

Pernahkah Anda melalui hari yang begitu sibuk sehingga merasa waktu dua puluh empat jam sehari masih kurang? Hari itu mungkin setiap orang mencari Anda untuk minta bantuan dan tugas-tugas Anda tampaknya tidak pernah selesai. Anda mungkin bertanya-tanya: Apakah Yesus pernah menggumulkan hal yang sama? Dan jika ya, bagaimana Dia menanganinya?

Renungkanlah suatu hari dalam kehidupan Yesus yang dicatat dalam Markus 1:21-34. Dia mengawali hari itu dengan berkunjung ke rumah ibadat untuk mengajar dengan kuasa. Lalu terjadi keributan. Seorang lelaki yang kerasukan roh jahat mulai berteriak-teriak kepada Yesus. Dengan tenang tetapi tegas, Sang Guru mengusir roh jahat itu keluar.

Ketika Yesus meninggalkan rumah ibadat, Dia dengan para sahabat-Nya ke rumah Petrus. Namun, Dia tidak dapat beristirahat. Ibu mertua Perus sakit dan memerlukan jamahan-Nya yang menyembuhkan. Lalu semua penduduk kota berkerumun di depan pintu. Mereka meminta Yesus untuk menyembuhkan lebih banyak orang sakit dan mengusir lebih banyak roh jahat. Hari itu sangat melelahkan.

Bagaimana Yesus menghadapi hari itu? Apakah besoknya Dia meliburkan diri? Pergi ke sungai yang sejuk di puncak gunung Kaisarea di Filipi? Tidak, hari berikutnya Dia bangun sebelum matahari terbit, mencari tempat yang sunyi, dan berdoa (ayat 35). Dia mencari pemulihan kekuatan dalam hadirat Bapa-Nya.

Bagaimana Anda mengatasi hari yang begitu sibuk? Menyendirilah bersama Allah dan mohon pertolongan-Nya. Mulailah hari Anda seperti cara Yesus —Dave Branon

14 April 2003

Memberi Kebahagiaan

Nats : Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum (Amsal 11:25)
Bacaan : Amsal 11:16-26

Kisah sampul dalam A.U.S News & World Report mengupas tentang kebahagiaan. Menurut artikel itu, para ilmuwan menemukan bahwa “pernikahan, ikatan keluarga, dan persahabatan yang kokoh bisa memberi kebahagiaan, demikian pula kerohanian dan penghargaan pada diri sendiri. Pengharapan juga amat penting, demikian pula perasaan bahwa hidup ini berarti”. Namun, bagaimana jika beberapa elemen di atas tak ada dalam hidup kita? Para peneliti berkata bahwa “membantu orang agar sedikit merasa bahagia dapat menjadi lompatan awal dari sebuah proses yang akan membawa kita pada hubungan yang kokoh, harapan yang diperbarui, dan kebahagiaan yang berkesinambungan”.

Apa yang kita berikan, lebih daripada yang kita dapatkan, akan memberi sukacita dalam hidup kita. Alkitab berkata, “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya .... Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum” (Amsal 11:24,25).

Adakah hal-hal kecil yang bisa Anda lakukan hari ini untuk membuat hidup orang lain lebih bahagia? Mungkin Anda bisa mengirim kartu, menelepon, atau menjalin persahabatan. Hanya menyimpan apa yang kita miliki takkan membuat kita bahagia. Kebahagiaan akan datang bila kita berbuat baik kepada orang lain dan memberi orang lain apa yang telah diberikan Allah kepada kita.

Sikap seperti itu akan muncul dari hubungan kita dengan Kristus dan Roh-Nya (Galatia 5:22,23). Dari Dia, tumbuhlah buah kemurahan hati, kebahagiaan, dan kasih.

Apa yang akan Anda berikan hari ini? --David McCasland

1 Juli 2003

Berbuat Baik

Nats : Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kebaikannya (Amsal 19:22)
Bacaan : Amsal 19:17-22

Richard W. De Haan: 21 Februari 1923 -- 16 Juli 2002

Di bulan ini Anda akan membaca kumpulan artikel pilihan yang ditulis oleh Richard W. De Haan, penulis setia "Our Daily Bread", sekaligus mantan guru Alkitab serta pemimpin RBC ministries. Setelah menderita sakit cukup lama, beliau berpulang kembali kepada Juruselamatnya pada tanggal 16 Juli 2002.

Richard terlibat dalam penerbitan ODB sejak pertama kali diterbitkan yaitu pada tahun 1956. Beliaulah yang menyarankan pemberian nama "Our Daily Bread" pada kumpulan renungan ini. Beliau selalu dikenang dengan penuh kasih karena pengajaran tentang Alkitab yang jelas dan praktis, dan juga karena perkataan beliau yang hangat dan menguatkan.

"Kegelapan besar" pada tanggal 9 November 1965 merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Gangguan listrik dalam skala besar ini telah mengakibatkan kegelapan di delapan negara bagian di sebelah timur laut Amerika, serta sebagian Ontario dan Quebec di timur Kanada -- meliputi 128.000 kilometer persegi dan berdampak pada 30 juta orang.

Tanpa penerangan listrik, kebutuhan akan lilin pun meningkat dengan pesat. Seorang penyiar sebuah stasiun radio di New York yang tetap mengudara karena memiliki sumber listrik cadangan melaporkan,
"Sebuah drama menarik sedang ditayangkan di jalan-jalan. Harga
lilin di banyak toko telah meningkat dua kali lipat. Namun, ada
juga beberapa pedagang baik hati yang menjualnya hanya setengah
harga, atau bahkan memberikannya secara cuma-cuma."

Pada saat darurat ini, beberapa pemilik toko lebih mengutamakan kepedulian mereka terhadap sesama daripada keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Namun, sebagian lainnya memanfaatkan situasi ini lebih untuk keuntungan pribadi daripada rasa peduli akan sesama. Situasi yang sama menghasilkan dua tipe orang yang berbeda, yaitu yang mencari kepentingan diri sendiri dan yang memikirkan kepentingan orang banyak.

Bagaimana seharusnya kita menyikapi situasi ini? Apakah kita memiliki rasa belas kasihan kepada orang yang membutuhkan dan menunjukkan kebaikan kepada mereka? (Amsal 19:17,22). Satu-satunya respons yang tepat terdapat dalam Galatia 6:10, "Selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang" --Richard De Haan

7 Juli 2003

Mendambakan Peneguhan

Nats : Dan berilah perintah kepada Yosua, kuatkan dan teguhkanlah hatinya (Ulangan 3:28)
Bacaan : Ulangan 3:23-29

Dalam Ulangan 3 kita membaca bahwa Musa memberikan dukungan kepada Yosua ketika ia hendak menjalankan tugas sebagai pemimpin bangsa Israel. Tak diragukan lagi, Yosua dihinggapi perasaan takut dan tidak layak untuk menggantikan kepemimpinan Musa. Oleh sebab itu, Tuhan meminta Musa untuk meneguhkan Yosua.

Dari waktu ke waktu, kita semua membutuhkan perkataan yang meneguhkan agar dapat maju terus saat menghadapi tantangan baru yang besar. Selain itu, kita juga membutuhkan kata-kata penghargaan dan pujian saat melaksanakan tanggung jawab kita sehari-hari, baik di rumah maupun di kantor.

Ketika seorang akuntan perusahaan bunuh diri, dilakukanlah upaya untuk mengetahui alasan perbuatannya ini. Catatan keuangan perusahaan diperiksa, namun tidak ditemukan adanya kecurangan. Tak satu penemuan pun dapat mengungkapkan alasan tindakan bunuh diri tersebut, sampai akhirnya ditemukan sebuah catatan kecil. Isi catatan itu begitu singkat: "Selama 30 tahun aku hidup, aku tak pernah mendapatkan satu kata peneguhan pun. Aku menyerah!"

Banyak orang sangat membutuhkan pujian, sekecil apa pun. Mereka membutuhkan kata-kata pengakuan, senyuman penuh perhatian, jabat tangan yang hangat, dan ungkapan penghargaan yang jujur atas semua hal baik pada diri maupun pekerjaan mereka.

Sebab itu, marilah kita bertekad untuk setiap hari memberikan peneguhan (bukan menjilat), setidaknya kepada satu orang. Marilah kita melakukan bagian kita untuk menolong orang-orang di sekeliling kita yang mendambakan kata-kata peneguhan --Richard De Haan

17 Juli 2003

Membalik Kecenderungan

Nats : Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman (Amsal 15:1)
Bacaan : Amsal 15:1-7

Para peneliti di Kenyon College bekerja sama dengan US Navy [Angkatan Laut Amerika Serikat] untuk melakukan sebuah percobaan. Tujuan percobaan itu adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh nada suara terhadap para pelaut ketika mereka diberi perintah. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa cara seseorang ditegur sangat menentukan tanggapan yang akan diberikannya.

Sebagai contoh, jika seseorang ditegur dengan suara yang lembut, ia akan menjawab dengan cara serupa. Namun ketika ia diteriaki, orang itu akan menjawab dengan nada yang sama tajamnya. Hal ini juga berlaku pada komunikasi yang dilakukan secara langsung, melalui interkom, atau melalui telepon.

Penelitian ini mengingatkan saya pada Amsal 15:1 yang menyatakan, "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah." Perkataan kita dan cara pengungkapannya tidak hanya membuat perbedaan terhadap reaksi yang akan kita terima, tetapi juga menentukan apakah perkataan tersebut akan menghasilkan kedamaian atau justru mendatangkan konflik. Dengan mempraktikkan kebenaran dari ayat di atas, maka kita dapat menghindari perselisihan pendapat dan mendinginkan situasi yang tegang.

Di waktu yang akan datang, jika seseorang berbicara kepada Anda dengan nada marah atau kasar, baliklah kecenderungan itu dengan cara mengungkapkan kelembutan, ketenangan jiwa, dan perhatian yang penuh kasih. Dan lihatlah, bagaimana jawaban yang lembut dapat membuat perbedaan dalam hubungan kita! -- Richard De Haan

24 Juli 2003

Katakan Sekarang!

Nats : Sampaikan salam kepada Priska dan Akwila, ... kepada mereka ... aku ... berterima kasih (Roma 16:3,4)
Bacaan : Roma 16:1-16

Seorang penulis tak dikenal telah menuliskan kata-kata yang menggugah pikiran sebagai berikut:

Lebih baik kumiliki setangkai mawar mungil
Dari kebun seorang sahabat
Daripada memiliki bunga-bunga pilihan
Ketika hidupku di dunia harus berakhir.

Lebih baik mendengar kata-kata yang menyenangkan
Yang disampaikan dengan kebaikan kepadaku
Daripada pujian saat jantungku berhenti berdetak,
Dan hidupku berakhir.

Lebih baik kumiliki senyum penuh kasih
Dari sahabat-sahabat sejatiku
Daripada air mata di sekeliling peti jenazahku
Ketika pada dunia ini kuucapkan selamat tinggal.

Bawakan aku semua bungamu hari ini,
Entah merah muda, putih, atau merah;
Lebih baik kumiliki setangkai yang mekar saat ini
Daripada satu truk penuh ketika aku meninggal.

Mengingat hal-hal yang baik tentang kawan atau sanak keluarga yang telah meninggal pada upacara pemakaman mereka merupakan hal yang tepat, tetapi memberi pujian yang tulus ketika mereka masih hidup adalah jauh lebih baik. Pujian itu mungkin merupakan peneguhan yang sangat mereka butuhkan.

Sebagai penutup suratnya kepada jemaat di Roma, di depan banyak orang Rasul Paulus memuji mereka yang telah membantu dan meneguhkannya dalam karya penginjilan. Ia tidak hanya menyebut nama mereka, tetapi juga menyatakan rasa terima kasih atas apa yang telah mereka lakukan (16:1-15). Sungguh teladan baik yang patut kita ikuti!

Apakah Anda berutang ucapan terima kasih atau penghargaan kepada seseorang? Jangan menundanya. Katakan hari ini juga. Besok mungkin sudah terlambat! --Richard De Haan

6 Agustus 2003

Pandangan Belas Kasih

Nats : Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan (Lukas 10:33)
Bacaan : Lukas 10:25-37

Ketika Francisco Venegas, penjaga sekolah di Colorado, mengamati anak-anak yang sedang asyik di tempat bermain, ia melihat seorang anak perempuan sembilan tahun jatuh dari bangku tanpa sebab yang jelas. Lalu dilihatnya wajah anak itu berkerut aneh. Melihat ada yang tidak beres, Francisco melaporkan apa yang telah dilihatnya ke kantor sekolah.

Beberapa hari kemudian anak itu tiba-tiba mengalami serangan stroke dan dilarikan ke rumah sakit. Berdasarkan informasi Francisco, dokter pun memutuskan untuk melakukan scan otak. Dan benar, mereka menemukan tumor. Syukurlah, anak itu berhasil dioperasi dan sembuh.

Banyak orang menyebut Francisco Venegas "orang Samaria yang murah hati", seperti tokoh yang diceritakan Yesus tentang tiga orang yang melihat orang yang membutuhkan pertolongan. Dua orang pertama "melewatinya dari seberang jalan" (Lukas 10:31,32). Tetapi yang ketiga, seorang Samaria, memperlihatkan belas kasihan (ayat 33-35).

Belas kasihan tak berdiam diri saat melihat orang yang membutuhkan. Belas kasihan berarti mau terlibat dalam penderitaan orang lain karena tak kuasa meninggalkannya. Belas kasihan timbul dari hati yang terarah kepada Allah dan orang-orang yang sama-sama menjalani kehidupan ini.

Kisah Yesus mengenai orang Samaria yang murah hati diakhiri dengan satu perintah bagi kita: "Pergilah, dan perbuatlah demikian" (ayat 37). Yesus melihat setiap orang dengan pandangan belas kasih, dan Dia memanggil kita untuk melakukan hal yang sama--David McCasland

16 Agustus 2003

Perhatikan Orang Lemah

Nats : Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah! Tuhan akan meluputkan dia pada waktu celaka (Mazmur 41:2)
Bacaan : Mazmur 41:2-4

Anda mungkin pernah mendengar sabda bahagia Yesus dalam Khotbah di Bukit (Matius 5:1-10). Berikut ini adalah "sabda bahagia" dari Perjanjian Lama yang kurang dikenal: "Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah" (Mazmur 41:2).

Kata dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan menjadi "memperhatikan" sesungguhnya berarti "memikirkan orang lain". Sedangkan yang diterjemahkan menjadi "lemah" sesungguhnya berarti "mereka yang membutuhkan".

Ada banyak orang yang membutuhkan di sekitar kita. Mereka membutuhkan kasih, pengharapan, dan pengetahuan akan Allah. Meski tidak dapat menyelesaikan semua permasalahan mereka, kita dapat menunjukkan kepedulian kita.

Kita mungkin tak punya banyak uang, tetapi kita dapat memberi diri kita. Kita bisa menunjukkan bahwa kita memikirkan orang-orang yang membutuhkan. Kita dapat mendengarkan mereka bercerita. Kita dapat memperlakukan mereka dengan sopan santun dan hormat. Kita dapat berdoa. Kita dapat menulis surat-surat yang membangkitkan semangat. Kita dapat bercerita tentang Yesus. Dan terakhir, kita dapat mengasihi mereka.

Bayangkanlah mereka yang hidup bagi diri mereka sendiri, selalu berusaha memperoleh keuntungan, dan mencari kesenangan pribadi. Bandingkanlah dengan mereka yang mau memberi diri bagi orang lain. Manakah di antara mereka yang memiliki ketenangan, kekuatan, dan sukacita di dalam diri mereka?

Temukanlah berkat Allah dengan memperhatikan orang yang lemah -- David Roper

21 Agustus 2003

Berpakaian Putih

Nats : Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran (Kolose 3:12)
Bacaan : Kolose 3: 8-14

Saat saya beranjak dewasa, mengenakan pakaian putih di Amerika Serikat pada Hari Buruh merupakan kesalahan berpakaian yang serius. Sebab itu walaupun saya menyukai pakaian putih, saya selalu ingat untuk mulai menyingkirkan baju-baju itu pada setiap akhir Agustus.

Suatu hari di akhir tahun lalu, pembacaan Alkitab saya sampai pada Pengkhotbah 9:8 yang menyatakan, "Biarlah selalu putih pakaianmu." Saya tersenyum sambil membayangkan bagaimana sang penulis memberikan izin untuk mengenakan pakaian putih sepanjang tahun. Namun, Salomo tidak berbicara tentang pakaian. Ia mengajar kita untuk bersukacita dalam segala hal yang kita lakukan dan tetap beriman kepada Allah, bahkan saat hidup tampak tidak masuk akal.

Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengikuti "nasihat berpakaian" sebagaimana yang disarankan oleh Rasul Paulus. Orang- orang kristiani pada abad pertama di Kolose merasa bingung. Pada masa itu mereka terlalu memperhatikan aturan-aturan yang dibuat oleh manusia. Itu sebabnya Rasul Paulus mengingatkan mereka akan hukum- hukum kudus Allah dan memberi mereka instruksi-instruksi seperti berikut: "Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran" (Kolose 3:12).

Inilah perintah dari Allah kita yang mahabesar, bukan aturan dari manusia yang terbatas. Jika kita mengenakan "pakaian-pakaian" ini setiap hari, kita tidak akan pernah ketinggalan zaman--Julie Link

26 Agustus 2003

Tanda Kasih

Nats : Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara . . . dan menangislah dengan orang yang menangis! (Roma 12:10,15)
Bacaan : Roma 12:9-16

Kartu. Beratus-ratus kartu. Petugas pos pasti mengira kami sedang mengejar rekor dunia. Kartu-kartu itu datang bertumpuk-tumpuk--hari demi hari.

Itu hanyalah salah satu cara yang melaluinya kami tahu bahwa orang- orang memperhatikan kami. Khususnya saat keluarga kami mengalami minggu-minggu awal yang menyakitkan setelah putri kami Melissa yang masih remaja tewas dalam sebuah kecelakaan mobil.

Namun bukan hanya kartu-kartu itu yang menunjukkan dukungan kasih. Makanan datang dengan cepat hingga hampir memenuhi lemari es. Bunga- bunga mengisi setiap sudut rumah, terutama bunga matahari--kesukaan Melissa.

Orang-orang mengirimkan foto-foto Melissa, selimut dengan ayat-ayat, hadiah kenang-kenangan untuk sekolahnya, dan buku--berbagai buku tentang mempercayai Allah dengan hati yang hancur. Selain itu, datang pula e-mail, telepon, juga kata-kata pengharapan dan penghiburan yang disampaikan secara pribadi. Janji-janji doa. Tawaran bantuan untuk melakukan apa pun yang kami perlukan. Semuanya dari teman-teman yang menaati perintah Allah.

Hati kami yang luka terhibur oleh perhatian-perhatian itu, yang terlalu banyak untuk disebutkan, dan terlalu indah untuk dilupakan. Kasih di balik semua ungkapan itu menolong kami untuk melalui hari- hari yang berat karena dukacita.

Carilah orang-orang yang membutuhkan dan ikutilah pimpinan Tuhan. Bantulah mereka untuk menyembuhkan hati yang hancur dengan bahasa- bahasa kasih (Roma 12:10-15). Kuatkanlah mereka untuk kemuliaan Allah--Dave Branon

7 Oktober 2003

Ucapkan Kata Itu

Nats : Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan (Amsal 12:18)
Bacaan : Amsal 12:17-25

Dalam novel David Copperfield karya Charles Dickens, David muda baru saja kembali dari kunjungan menyenangkan teman-temannya. Namun di rumah ia mendapati ibunya yang sudah menjanda menikah lagi dengan Edward Murdstone, seorang pria kasar dan suka menguasai orang lain. Pak Murdstone dan saudara perempuannya Jane, pengunjung tetap rumah itu, sepakat untuk menaklukkan David lewat hukuman dan intimidasi yang keji.

Di awal proses itu, David menggambarkan perasaannya demikian, "Mestinya seluruh hidupku menjadi makin baik, mestinya aku telah menjadi orang yang berbeda ... dengan satu perkataan ramah."

Copperfield sangat ingin mendengar sepatah kata yang menguatkan, penuh pengertian, dan meyakinkan, bahwa ia masih diterima dengan baik di rumahnya. Ia yakin kebaikan apa pun yang diterimanya akan membantunya menghormati dan menaati Pak Murdstone. Namun, yang membuatnya berkecil hati, ia tak pernah mendapatkan kata-kata penguatan.

Tragedi karena tidak mengucapkan kata-kata yang ramah kepada hati yang takut dan khawatir sudah setua umur manusia. Raja Salomo yang bijaksana menulis, "Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan" (Amsal 12:18).

Dalam hubungan pribadi dan keluarga, apakah kita memaksakan kehendak kepada orang lain, ataukah berusaha membimbing mereka dengan memberi contoh dan dorongan semangat? Lidah yang tajam meninggalkan bekas luka, sedangkan kata yang bermanfaat menyembuhkan hati yang terluka --David McCasland

3 Desember 2003

Lebih Berbaik Hati

Nats : Ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih- Nya kepada manusia (Titus 3:4)
Bacaan : Efesus 4:25-32

Aldous Huxley (1894-1963), seorang cendekiawan dunia terkemuka, mengunjungi Houston Smith, profesor filsafat dan agama terkenal. Lalu mereka mengendarai mobil menuju suatu pertemuan. Di tengah perjalanan Huxley berkata, "Tahukah engkau, Houston, rasanya agak memalukan harus menghabiskan hidup untuk memikirkan kondisi manusia ... tetapi akhirnya saya mendapati bahwa nasihat yang benar-benar berarti hanyalah, 'Cobalah untuk sedikit lebih berbaik hati.'"

Paulus melihat kebaikan hati dari sudut pandang yang berbeda. Dalam Efesus 4:32, ia menghubungkan sikap baik hati, lemah lembut, dan penuh pengampunan dengan perlakuan Allah kepada kita. Dalam Titus 3:4, ia berkata bahwa "kemurahan Allah ... dan kasih-Nya" memberikan keselamatan yang kekal.

Dalam dunia di mana keegoisan yang tanpa perasaan dan sikap tidak peduli terhadap orang lain sudah dianggap sangat umum, kebaikan hati dapat membuat hidup kita berbuah jika digerakkan oleh kasih seperti Kristus. Apabila jalan hidup kita selaras dengan perkataan kesaksian kita, maka hidup kita akan memberikan dampak yang menarik perhatian orang lain dengan mengarahkan mereka pada kasih yang Allah sediakan bagi mereka dalam Yesus Kristus. Jika Huxley telah mempelajari apa yang dipelajari Paulus, ia pasti melihat bahwa mencoba untuk sedikit lebih berbaik hati adalah salah satu kebenaran yang terdalam.

Apa yang memotivasi kita untuk mencoba melakukannya? Tak ada alasan yang lebih baik daripada kasih Allah seperti yang telah dinyatakan Yesus kepada kita --Vernon Grounds

12 Desember 2003

Seberapa Lembutkah Anda?

Nats : Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! (Filipi 4:5)
Bacaan : Titus 3:1-8

Selama bertahun-tahun saya menjadi pendeta, saya bertemu banyak orang kristiani yang beraneka ragam, tetapi tidak lemah lembut. Mereka tidak sabar menghadapi sesama orang percaya yang karakternya tidak sempurna atau yang hidupnya penuh dosa. Mereka juga bersikap kurang ramah terhadap orang tidak percaya. Mereka berpikir bahwa berita Injil harus selalu mengandung peringatan-peringatan yang mengerikan tentang berbagai siksaan di neraka.

Baru-baru ini saya mendengar tentang sebuah perusahaan yang memutuskan untuk membuka toko-toko mereka pada hari Minggu. Karena toko-toko itu berada di wilayah yang terdapat banyak gereja, perusahaan itu menerima berbagai surat cercaan dari orang-orang kristiani yang marah. Beberapa di antaranya bahkan mengatakan bahwa orang kristiani itu gembira bila ada neraka abadi bagi mereka yang membuat keputusan tersebut. Akibatnya, para karyawan kristiani maupun yang nonkristiani merasa terhina dan dipermalukan oleh surat-surat cercaan itu. Sikap yang kurang lemah lembut telah merusak tujuan Kristus.

Para pemimpin agama di zaman Yesus pun terlalu cepat menghakimi dan kurang berisikan lemah lembut. Mereka mengkritik Yesus karena Dia makan dan minum dengan para pemungut cukai dan pendosa (Matius 11:19). Mereka terkejut karena Dia peduli terhadap orang-orang ini dan tidak mengutuk mereka secara kasar. Yesus tidak menyetujui perbuatan mereka, walaupun demikian Dia memandang mereka sebagai para pendosa yang diciptakan secitra dengan Allah yang harus Dia selamatkan.

Mari kita ikuti teladan Kristus --Herb Vander Lugt

15 Desember 2003

Persembahan Ketaatan

Nats : Bukankah ini firman yang telah disampaikan Tuhan? (Zakharia 7:7)
Bacaan : Zakharia 7

Di sepanjang bulan ini orang lebih banyak berpikir tentang Allah dan perbuatan baik. Kelihatannya semakin dekat dengan hari Natal, kita semakin dapat menyaksikan orang-orang yang memiliki kerinduan untuk mengungkapkan perhatian pada hal-hal religius. Dengan demikian, pengunjung gereja semakin meningkat jumlahnya, dan kegiatan di gereja semakin padat.

Apakah peningkatan kegiatan religius ini menunjukkan penghormatan kepada Tuhan? Kita perlu berhati-hati agar tidak mengulangi apa yang dilakukan oleh orang-orang pada zaman Zakharia. Meskipun terlibat dalam kegiatan religius, mereka hanya ingin menyenangkan diri sendiri. Unsur yang terpenting telah hilang, yaitu ketaatan kepada Allah.

Allah tidak ingin mereka melakukan ritual kosong. Dia ingin mereka menyatakan ketaatan kepada-Nya dengan cara:

(1) melaksanakan hukum yang benar,

(2) menunjukkan kesetiaan dan kasih sayang,

(3) tidak menindas janda, yatim piatu, orang asing, dan orang miskin, dan

(4) tidak merancang kejahatan dalam hati terhadap sesama (Zakharia 7:9,10).

Kita dapat menyatakan penghormatan terbaik kepada Allah selama waktu-waktu yang istimewa ini dengan meninjau kembali pengabdian kita kepada-Nya melalui empat perintah Allah terhadap umat-Nya tersebut. Tuhan tidak ingin kegiatan religius kita kosong dan hanya berpusat pada diri sendiri. Dia menginginkan persembahan ketaatan yang dinyatakan dalam tindakan yang menunjukkan kebaikan hati dan kerelaan untuk menolong mereka yang tidak seberuntung kita --Dave Branon

3 Maret 2004

Kebaikan Tak Terduga

Nats : Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! (Roma 12:20)
Bacaan : 1 Samuel 26:1-26

Seorang utusan Injil sedang mengajarkan kebaikan kepada sekelas gadis-gadis kecil. Ia menceritakan kepada mereka tentang Yesus yang mengatakan bahwa seseorang yang memberikan secangkir air di dalam nama-Nya “tidak akan kehilangan upahnya” (Markus 9:41).

Hari berikutnya, utusan Injil itu mengamati sekelompok laki-laki yang tampak letih berjalan menuju alun-alun. Mereka menurunkan ransel mereka yang berat, dan duduk untuk beristirahat sejenak. Beberapa menit kemudian, tampaklah beberapa gadis kecil yang dengan malu-malu mendekati orang-orang yang terkejut itu dan memberi mereka semua minum. Kemudian mereka lari menghampiri si utusan Injil. “Guru!” teriak mereka, “kami memberi orang-orang itu minuman dalam nama Yesus.”

Walaupun Markus 9:41 terutama diterapkan untuk menunjukkan kebaikan kepada orang-orang yang percaya di dalam Kristus, kita tahu bahwa kita harus “berbuat baik kepada semua orang” (Galatia 6:10) dan bahkan memberi musuh kita minum (Roma 12:20).

Dalam bacaan Alkitab hari ini, Daud mempunyai kesempatan untuk membalas dendam kepada Raja Saul (1 Samuel 26:9). Tetapi karena Daud menyembah Allah, ia menunjukkan kebaikan kepada raja itu.

Menunjukkan kebaikan yang tak terduga kepada orang asing atau musuh kita memang tidak selalu akan mengubah hati mereka. Namun cepat atau lambat, seseorang akan bertanya-tanya mengapa kita berbuat kebaikan, dan kita akan memiliki kesempatan untuk menceritakan Tuhan kita yang baik, bahkan terhadap para musuh-Nya (Roma 5:10) —Herb Vander Lugt

13 Oktober 2004

Saksi dari Kursi Roda

Nats : Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (Matius 20:28)
Bacaan : Matius 25:31-40

Seorang wanita bernama Nancy memasang iklan berikut di surat kabar lokal: "Jika Anda kesepian atau memiliki masalah, teleponlah saya. Saya memakai kursi roda dan jarang keluar rumah. Kita dapat saling menceritakan masalah kita. Telepon saja. Saya senang bercakap-cakap dengan Anda." Tanggapan terhadap iklan itu sungguh mengejutkan. Ia menerima 30 telepon atau lebih setiap minggunya.

Apakah yang mendorong wanita ini untuk menjangkau dan menolong orang lain yang sedang membutuhkan dari atas kursi rodanya? Nancy menjelaskan bahwa sebelum ia lumpuh, ia memiliki tubuh yang sehat sempurna. Meskipun demikian, ia merasa sangat putus asa. Karena itu ia mencoba untuk bunuh diri dengan melompat dari jendela apartemennya, namun hasilnya ia justru lumpuh mulai dari pinggang ke bawah.

Di rumah sakit, dalam keadaan benar-benar frustrasi, ia merasakan Yesus berkata, "Nancy, dahulu tubuhmu sehat namun jiwamu cacat. Mulai sekarang engkau akan memiliki tubuh yang cacat, namun jiwa yang sehat." Ia pun menyerahkan hidupnya kepada Kristus. Saat akhirnya diizinkan pulang, ia berdoa agar dapat membagikan kasih karunia Allah kepada orang lain, dan ide untuk memasang iklan surat kabar itu pun muncul.

Setiap orang percaya dapat berbuat sesuatu untuk menolong orang lain. Mungkin kita dibatasi oleh penyakit, usia lanjut, atau cacat tubuh, namun kita dapat berdoa, menelepon, atau menulis. Bagaimana pun kondisi kita, kita dapat menjadi saksi yang efektif bagi Yesus --Vernon Grounds

2 November 2004

Melakukan yang Baik

Nats : Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap perkerjaan yang baik (Titus 3:1)
Bacaan : Titus 3:1-8

Bila suatu pemilihan presiden yang dilaksanakan telah diketahui hasilnya, maka akan ada warga negara yang gembira atau sedih, tergantung pilihan politik mereka. Para pendukung presiden yang terpilih mungkin akan tunduk pada otoritas pemerintah yang dibentuknya. Namun banyak juga yang akan tunduk, sekalipun dengan enggan.

Orang-orang kristiani tidak hanya harus tunduk dengan ikhlas terhadap pemerintah yang berkuasa dan menaati peraturan yang ditetapkan dalam Alkitab. Dalam suratnya kepada Titus, Paulus mengatakan bahwa kita juga harus hidup berdamai dan penuh perhatian, serta siap melakukan setiap pekerjaan yang baik, tanpa memfitnah orang lain (3:1,2).

Titus melayani orang-orang percaya di Kreta, suatu daerah yang terkenal dengan penduduknya yang tidak patuh. Ada banyak alasan untuk mengungkapkan kejelekan para penduduk dan peme-rintah di Kreta, tetapi Paulus mengingatkan orang-orang kristiani agar tidak melakukan hal itu.

Kenyataannya, dalam surat singkatnya kepada Titus, Rasul Paulus mengatakan sampai tujuh kali tentang pentingnya melakukan pekerjaan yang baik: suka terhadap hal yang baik (1:8), mengajarkan hal-hal yang baik (2:3), melakukan perbuatan baik (2:7,14; 3:1, 2,8,14).

Surat Paulus ini merupakan peringatan yang tepat pada waktu-nya, yakni bahwa sebagai orang kristiani kita harus berbuat baik kepada orang lain, tak peduli apakah kita menyetujui norma dan kebijakan mereka. Memang tidak mudah, tetapi ini merupakan hal yang benar untuk dilakukan —Julie Link

6 November 2004

Ateis yang Baik

Nats : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! (Roma 13:9)
Bacaan : Lukas 10:25-37

Ketika seorang pria tahu ada seorang wanita tua yang tak sanggup membeli obat dan membayar sewa rumah, ia datang membantu wanita tua itu. Ia membawa wanita itu ke rumahnya dan merawatnya seperti ibunya sendiri. Ia menyiapkan tempat tidur dan makanan, membelikan obat, serta mengantar wanita tua tersebut ketika ia butuh perawatan. Ia terus merawatnya sampai wanita itu tak dapat lagi mengurus diri sendiri. Saya takjub ketika tahu bahwa pria yang baik itu seorang ateis yang fanatik!

Orang-orang Yahudi terguncang oleh perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati. Yesus memuji kebaikan orang Samaria itu. Orang Yahudi sangat merendahkan orang Samaria, sama seperti saya yang cenderung memandang rendah orang ateis.

Seorang ahli Taurat mencobai Yesus dengan bertanya bagaimana ia dapat memperoleh hidup kekal. Lalu Yesus menanyakan apa yang dituliskan hukum Taurat tentang hal itu. Ahli Taurat tersebut menjawab bahwa ia harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Lukas 10:25-27). Lalu sang ahli Taurat bertanya kembali, “Dan siapakah sesamaku manusia?” (ayat 29). Dalam perumpamaan Yesus, orang Samaria itu adalah sesama manusia yang menunjukkan kebaikan kepada orang yang terluka.

Yesus menceritakan perumpamaan ini untuk menantang para pendengar- Nya. Cerita tentang orang Samaria dan orang ateis yang baik hati mengingatkan kita tentang tingginya standar firman Allah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” (Roma 13:9) —Herb Vander Lugt

30 November 2004

Tanpa Suara

Nats : Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu … dengan segala hikmat (Kolose 3:16)
Bacaan : Kolose 3:12-17

Pada sebuah kebaktian Minggu pagi, saya tertarik melihat penerjemah untuk orang-orang tuli yang terus memberikan kode isyarat saat piano dimainkan secara instrumental. Setelah kebaktian selesai, saya bertanya apa yang ia ungkapkan kepada orang-orang tuli itu ketika tak ada kata-kata yang diutarakan atau dinyanyikan. Ternyata ia menyampaikan keterangan tentang lagu yang dimainkan, sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan “jemaatnya” tentang si pemain piano, gayanya, dan pendidikan pianonya.

“Musik instrumental dalam kebaktian dapat menjadi wilayah hampa bagi kaum tuli,” katanya. Daripada berhenti dan turut menikmati musik itu sendirian, ia justru memerhatikan orang-orang tuli itu dan menjaga agar suasana kebaktian tidak terputus bagi mereka.

Pengalaman itu memperluas pemahaman saya tentang bacaan Kolose 3:16: “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji- pujian dan nyanyian rohani”. Saat kita mengizinkan firman Allah mengisi hati kita dan membebaskan belenggu dari hidup kita, maka kita akan dapat membagikan firman Allah bagi orang lain melalui kata-kata pengajaran, dorongan, dan pujian kepada Allah. Bayangkanlah dampak yang ditimbulkannya pada keluarga kita, dalam percakapan kita, serta dalam ibadah bersama.

Saat Anda memberi dorongan bagi orang lain dengan membagikan firman Allah dari hati Anda, itulah musik yang dapat mereka nikmati —David McCasland

7 Januari 2005

Saya Berutang

Nats : Aku berutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar (Roma 1:14)
Bacaan : Roma 1:8-17

Seorang pembeli salah memperkirakan total harga belanjaannya. Ketika kasir menjumlah harga belanjaannya, uang wanita itu kurang 4 dolar. Kemudian terjadilah sesuatu yang tidak lazim. Seorang pria yang sedang mengantre pembayaran di belakangnya, melihat wanita itu mencaricari uang di dompet dan berkata kepada kasir bahwa ia hendak menambahkan kekurangan itu dalam tagihannya. Ia secara halus menolak untuk memberitahukan namanya kepada wanita itu.

Beberapa hari kemudian, surat kabar lokal memberitakan bahwa sebuah organisasi sosial telah menerima cek 4 dolar dengan pesan: “Cek ini dikeluarkan demi pria yang menolong saya keluar dari posisi sulit. Saya mendapatkan gagasan untuk memberikannya kepada Anda sebagai ucapan terima kasih kepadanya.”

Kejadian ini menggambarkan sebuah prinsip rohani yang sangat penting. Kita seharusnya merasa wajib meneruskan kebaikan yang kita terima kepada orang lain. Begitulah Rasul Paulus menanggapi belas kasih Allah. Tentu saja, ia tidak pernah dapat membayar kembali keselamatan dari Tuhan, tetapi hal itu tidak membuatnya berhenti menunjukkan rasa terima kasihnya secara terbuka. Karena apa yang telah diterimanya, ia menunjukkan kemurahan hati terbesar—menceritakan Injil kepada orang lain.

Jangan berpikir bahwa karena kita tidak bisa membalas Allah yang telah menyelamatkan kita, kita tidak berutang apa-apa kepada-Nya. Kita berutang segalanya kepada-Nya. Paling tidak kita dapat menunjukkan terima kasih kita dengan mewartakan Dia kepada orang lain —Mart De Haan

31 Januari 2005

Vas Niat Baik

Nats : Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa (Yakobus 4:17)
Bacaan : Yakobus 4:13-17

Dalam kartun Peanuts karya Charles Schulz, Marcie memberi bunga kepada gurunya. Tidak mau kalah, Peppermint Patty berkata kepada guru itu, “Saya berpikir untuk melakukan hal yang sama Bu, tetapi saya tidak pernah meluangkan waktu untuk melakukannya. Dapatkah Anda memakai vas yang berisi niat baik?”

Kita semua pernah mempunyai niat untuk melakukan sesuatu yang baik, tetapi kemudian gagal untuk menindaklanjuti niat itu. Kita mungkin ingin menelepon untuk mengetahui kabar seorang sahabat, atau mengunjungi seorang tetangga yang sedang sakit, atau menulis pesan untuk memberi dorongan kepada seorang yang terkasih. Tetapi kita tidak meluangkan waktu.

Beberapa orang tahu bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan ke surga, dan mereka berencana untuk memercayai-Nya kelak. Namun, mereka selalu menundanya. Mereka mungkin memiliki niat baik, namun hal itu tidak membawa keselamatan.

Sebagai orang kristiani, kita mungkin mengatakan bahwa kita ingin bertumbuh lebih dekat kepada Tuhan. Tetapi entah bagaimana, kita tidak menyediakan waktu untuk membaca firman Allah atau berdoa.

Yakobus telah memberi peringatan yang keras mengenai masalah tidak mengambil tindakan: “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (4:17).

Adakah sesuatu yang kita tunda? Tulislah kartu atau surat itu hari ini. Kunjungilah teman yang sakit itu. Vas yang penuh niat baik tidak akan mencerahkan hari seseorang —Anne Cetas

11 Februari 2005

Daftar Kasih

Nats : Kasih itu sabar; kasih itu murah hati (1 Korintus 13:4)
Bacaan : 1 Korintus 13:4-7

Seorang wanita bernama Nancy menggunakan ayat-ayat dari 1 Korintus 13 untuk membantu mengatasi rasa frustrasinya terhadap kehidupan keluarga yang dipadati kesibukan. Ia menyebut ayat 4 sampai 7 sebagai “Daftar Kasih” dan ia mengacu pada daftar itu tatkala amarah memenuhi hatinya.

Nancy memberi sebuah contoh bagaimana ia memakai daftarnya tersebut. Pada suatu pagi, ia pergi untuk melakukan berbagai hal sebelum ia dan keluarganya pergi berlibur. Saat itu suaminya, Bill, sedang berada di rumah sambil menjaga anak-anak dan mempersiapkan segalanya agar mereka dapat berangkat lebih awal siang itu. Sepulangnya dari toko bahan pangan, rumah ibunya, kantor pos, bank, dan rumah sakit untuk membesuk temannya, ia mendapati bahwa ternyata suaminya sepanjang pagi ini hanya mencuci dan menggosok mobil. Padahal hal tersebut tidak mereka butuhkan dalam perjalanan!

Melihat hal itu Nancy menjadi marah dan melontarkan kata-kata kasar kepada Bill. Tetapi kemudian kata-kata pada Daftar Kasih itu muncul di dalam benaknya, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati.” Ia berdoa, kemudian meminta maaf kepada suaminya atas ledakan amarahnya tadi. Bill mengatakan bahwa ia pun menyesal, dan siang itu mereka berangkat berlibur—dan hanya terlambat sedikit.

Lain kali apabila Anda melontarkan kata-kata penuh amarah, hal-hal yang pahit, ingatlah Daftar Kasih yang tercantum di dalam 1 Korintus 13. Lebih baik berpikir lebih dulu sebelum berbicara —Dave Egner

15 Februari 2005

Sepanjang Tahun

Nats : [Tuhan berfirman], “Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki ialah ... supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar” (Yesaya 58:6,7)
Bacaan : Yesaya 58:6-12

Selama masa puasa (40 hari menjelang Paskah), banyak orang kristiani berpantang dan merenungkan pengurbanan Kristus bagi kita.

Sekelompok orang beriman dari kalangan menengah di sebuah gereja di Inggris memutuskan untuk hidup dengan upah minimum. Mereka ingin ikut merasakan kehidupan orang yang hidup kekurangan, belajar bersukacita dalam memberi, mengundang Allah agar mengubah sikap mereka terhadap uang, dan menantang anggota jemaat yang lain untuk melakukan hal serupa. Sebagai dasarnya, mereka memilih untuk mempelajari Yesaya 58.

Setelah itu, salah seorang pemimpin kelompok tersebut mengatakan bahwa dengan melakukan hal tersebut mereka memperoleh pelajaran yang penting. Hidup berkekurangan “membuat Anda sadar betapa banyak hal yang bisa Anda tanggalkan. Anda menjadi sadar akan apa yang biasanya Anda berikan dan menyadari bahwa hal itu masih sangat jauh dari sebuah pengorbanan”.

Mereka memperoleh pelajaran sesuai dengan pandangan Allah mengenai arti puasa dan pengorbanan. Tuhan berfirman kepada bangsa Israel, “Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki ialah ... supaya engkau memecah- mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang yang miskin dan tak punya rumah” (Yesaya 58:6,7). Allah menegur umat-Nya karena puasa mereka telah menjadi sekadar upacara rutin tanpa memedulikan orang lain.

Marilah kita berkorban dengan memberi kepada orang lain. Hal itu tidak hanya kita lakukan selama masa puasa, tetapi sepanjang tahun —Anne Cetas

14 Maret 2005

Mengubah Dunia?

Nats : Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum (Matius 25:35)
Bacaan : Matius 25:34-40

Ketika anak lelaki saya, Steve, pulang dari sebuah konser baru-baru ini, ia membawa sebuah kaus dan brosur tentang organisasi yang membantu anak-anak miskin di sebuah benua yang sangat jauh. Rupanya salah seorang penyanyi konser tersebut telah mengumumkan sebuah tantangan.

"Kami ingin mengubah dunia dengan musik yang kami bawakan," katanya, "tetapi yang sering kami lakukan hanyalah menyanyi. Kami memutuskan untuk melakukan aksi untuk mengubah hidup banyak orang, maka kami mulai membantu anak-anak yang membutuhkan." Kemudian ia memberikan tantangan, yang ditanggapi oleh Steve. Dan Steve pun menyampaikan kepada kelompok Pemahaman Alkitab di gereja tentang program bantuan bulanan bagi anak-anak miskin.

Kebanyakan dari kita ingin mengubah dunia agar menjadi lebih baik, tetapi pekerjaan itu tampaknya terlalu besar. Jadi, bagaimana jika kita mengambil keputusan untuk setidaknya melakukan satu hal yang dapat mengubah hidup satu orang? Dalam nama Yesus, yang mengatakan bahwa memberikan bantuan fisik bagi sesama adalah sama seperti memberikannya bagi Sang Juruselamat sendiri (Matius 25:35,36), bagaimana jika kita memberikan bantuan bagi orang-orang melalui makanan, pakaian, atau kebutuhan transportasi? Dan bagaimana jika orang itu mempertanyakan motivasi kita dalam memberikan bantuan? Bila demikian, kita dapat menawarkan hidup kekal bagi orang tersebut dengan memperkenalkannya kepada Sang Juruselamat.

Mengubah dunia? Mari kita mulai dengan mengubah hidup satu orang di dalam nama Yesus —JDB

21 April 2005

Teruskanlah

Nats : Sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini (Mazmur 71:18)
Bacaan : Mazmur 71:12-18

Menjadi tua tidak berarti menjadi tidak berguna. Menjadi tua dapat berarti bertumbuh, menjadi dewasa, mengabdi, melayani, mengambil risiko, menikmati diri sendiri hingga akhir hidup kita. "Orang-orang tua perlu menjadi penjelajah," kata pengarang T.S. Eliot. Salah seorang teman saya berkata, "Bersenang-senanglah selama Anda masih hidup."

Menyia-nyiakan waktu pada masa tua kita berarti merampas tahun-tahun terbaik yang mungkin terjadi dalam hidup kita. Hal itu juga menghalangi anugerah yang diberikan Allah untuk memperkaya gereja-Nya. Masih ada pelayanan yang perlu dilakukan dan kemenangan untuk diraih.

Sebagian orang tua mungkin tidak memiliki energi atau kecenderungan untuk memimpin, namun mereka adalah aset yang tak ternilai bagi generasi pemimpin berikutnya. Seseorang bertanya kepada John Wesley apa yang akan dilakukannya jika ia tahu hidupnya tak lama lagi. Ia menjawab, "Saya ingin melakukan regenerasi kepada orang-orang muda hingga waktu itu tiba, yaitu ketika saya dipanggil untuk menyerahkan roh saya kembali kepada Dia yang memberikannya."

Sang pemazmur juga rindu mewariskan pemahamannya tentang Tuhan kepada orang lain, dan ia berdoa, "Sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini" (Mazmur 71:18).

Kita pun harus tetap terbuka untuk dipakai Allah untuk memperkaya hidup orang lain. Mungkin manfaat diri kita yang terbesar adalah untuk mewariskan pemahaman kita tentang Allah kepada orang lain —DHR

12 Juni 2005

Milikilah Perasaan

Nats : Janganlah kautindas atau kautekan seorang orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir (Keluaran 22:21)
Bacaan : Keluaran 22:21-27

Orang yang kurang berperasaan terhadap orang lain bagaikan udara dingin yang bertiup menggantikan udara hangat saat musim dingin. Anda lebih suka melihat kepergiannya daripada kedatangannya. Misalnya seorang pemilik rumah yang memperlakukan loper koran seperti hama. Ia menganggap seolah-olah pemuda itulah yang berada di balik berita buruk yang mendarat di beranda rumahnya setiap hari. Terkadang memang ada tindakannya yang menjengkelkan. Mungkin ketidakpuasan sang pemilik rumah memang beralasan. Namun, tidak ramah terhadap orang yang lebih lemah atau yang tingkat sosial-ekonominya rendah tidak dapat dibenarkan.

Allah menjelaskan begitu gamblang kepada bangsa Israel kuno ketika meminta mereka memperlakukan orang-orang yang tingkat sosialnya lebih rendah, sama seperti mereka memperlakukan diri sendiri. Dia mengingatkan bangsa pilihan-Nya karena mereka pun pernah menjadi orang asing di negeri orang. Jadi, mereka seharusnya tahu bagaimana rasanya bekerja di bawah orang-orang yang tidak menunjukkan simpati sedikit pun (Keluaran 22:21).

Orang kristiani memiliki tanggung jawab yang sama terhadap orang miskin dan tertindas seperti yang pernah dialami oleh bangsa Israel. Kita mungkin menyanggah dengan berkata bahwa jika kita tidak memerhatikan diri sendiri, tak ada seorang pun yang akan memerhatikan kita. Akan tetapi, Allah meminta kita untuk mengasihi sesama. Dia juga mengingatkan bahwa jika kita lupa bagaimana rasanya berada di dasar, berarti kita tidak cocok lagi berada di atas —MRD

26 Juli 2005

Kejujuran dan Kebaikan

Nats : Sifat yang diinginkan pada seseorang adalah kesetiaannya; lebih baik orang miskin daripada seorang pembohong (Amsal 19:22)
Bacaan : Keluaran 23:1-13

Seorang pria yang jujur dan baik hati mengendarai mobil menyusuri sepanjang jalanan San Fransisco lebih dari satu jam. Ia hendak menemukan seorang wanita pemilik dompet berisi uang 1.792 dolar yang tertinggal di kursi belakang taksinya. Saya menyukai hal yang dikatakannya pada saat beberapa rekannya sesama sopir taksi mengolok-olok dirinya karena tidak mengambil uang itu. Ia menjawab mereka, Saya adalah pembawa kartu anggota iman kristiani. Apa gunanya ke gereja jika kalian tidak mempraktikkan apa yang sudah dikhotbahkan?

Dalam kitab Keluaran 23, prinsip kejujuran dan kebaikan diberikan secara bersamaan bagi bangsa Israel dalam hukum yang diberikan Allah untuk mereka. Mereka harus cukup jujur untuk mengembalikan ternak yang tersesat kepada pemiliknya, meskipun orang itu adalah musuh (ayat 4). Mereka harus cukup baik hati kepada musuh mereka untuk menolong keledai yang keras kepala agar berdiri (ayat 5). Mereka harus sangat perhatian sehingga orang miskin diperlakukan secara adil dan diberi pertolongan, meski jika hal itu dilakukan dapat mendatangkan kerugian (ayat 6-9). Para pemilik tanah harus membiarkan lahan mereka pada tahun yang ketujuh, dan mengizinkan orang-orang miskin dengan bebas mengumpulkan sedikit hasil dari ladang tersebut (ayat 10,11).

Orang yang jujur bisa menjadi orang yang kejam. Orang yang baik hati mungkin lembek dan tak terlalu memerhatikan kebenaran. Namun, jika Anda menempatkan kejujuran dan kebaikan bersama-sama, keduanya akan menjadi pasangan hebat yang menghormati Allah dan memberkati sesama HVL

8 September 2005

Uluran Tangan

Nats : Siapa yang menahan kasih sayang terhadap sesamanya, melalaikan takut akan Yang Mahakuasa (Ayub 6:14)
Bacaan : Lukas 5:17-26

Seorang mahasiswi bernama Kelly mengalami cedera patah lengan pada musim pertandingan bola voli pertamanya. Karena cedera ini berarti ia tidak dapat melanjutkan pekerjaan paruh waktunya. Lalu beberapa waktu kemudian, mobilnya mogok. Puncaknya, pemuda yang selama ini berpacaran dengannya tidak lagi menghubunginya. Kelly merasa begitu sedih sehingga ia mulai menghabiskan banyak waktu mengurung diri di kamarnya dan menangis.

Laura, salah seorang teman kristianinya di tim voli, prihatin dengan keadaan Kelly dan memutuskan untuk menolongnya. Lalu ia merencanakan sebuah kegiatan. Ia dan teman-temannya mengumpulkan uang, dan sekelompok pemuda memperbaiki mobil Kelly. Mereka mencarikan pekerjaan sementara bagi Kelly, yang dapat dilakukan dengan menggunakan satu tangan. Mereka pun memberinya tiket menonton pemain basket jagoannya pada saat tim basket tersebut datang ke kota. Tidak lama kemudian, Kelly pun pulih kembali. Ketika ia bertanya mengapa mereka melakukan semua itu baginya, Laura berkesempatan memberitahunya mengenai kasih Yesus.

Kisah Kelly mengingatkan saya tentang seorang pria yang lumpuh dan disembuhkan oleh Yesus. Kawan orang itu cukup peduli kepadanya sehingga ia membawanya kepada Sang Juru Selamat (Lukas 5:17-26).

Adakah teman Anda yang memerlukan bantuan? Pikirkanlah cara untuk dapat menolongnya. Tunjukkanlah kasih Kristus, lalu ceritakanlah Injil. Anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi manakala Anda mengulurkan tangan DCE

6 November 2005

Sesama-sesama Baru

Nats : “Dan siapakah sesamaku manusia?” (Lukas 10:29)
Bacaan : Lukas 10:29-37

Pada tanggal 26 Desember 2004, banyak orang tiba-tiba menjadi sesama baru kita. Mereka hanya memiliki kehidupan yang hancur setelah tsunami dahsyat menyapu 12 negara Asia, menewaskan puluhan ribu sahabat, kerabat, dan teman sebangsa mereka. Jutaan orang yang selamat mengalami kekurangan. Namun, bagaimana mereka bisa menjadi sesama kita?

Menurut perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati dalam Lukas 10, sesama adalah orang yang menunjukkan belas kasihan kepada orang yang memerlukan. Seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, “Dan siapakah sesamaku manusia?” (ayat 29). Yesus bercerita kepadanya tentang orang yang sedang bepergian dan terluka karena diserang kawanan penyamun. Imam dan orang Lewi tidak memedulikannya. Tetapi ia lalu ditolong orang Samaria. Kemudian Dia bertanya, “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Ahli Taurat itu menjawab dengan tepat, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya” (ayat 36,37).

Orang-orang kekurangan yang kita jumpai adalah sesama baru kita, dan kita harus menjadi sesama yang membantu mereka. Kita sering berpikir bahwa sesama kita adalah orang yang terhubung dengan kita secara geografis. Tetapi Yesus menyatakan kita harus menganggap siapa pun yang kekurangan sebagai sesama, siapa pun mereka dan di mana mereka tinggal.

Lihat sekitar Anda. Ada orang yang memerlukan bantuan, belas kasih, dan kasih Anda. Merekalah sesama baru Anda -JDB

13 November 2005

Diselaraskan

Nats : Dan ketika Petrus sedang berpikir tentang penglihatan itu, berkatalah Roh, “Ada tiga orang mencari engkau (Kisah Para Rasul 10:19)
Bacaan : Kisah 10:1-23

Allah berbicara kepada kita terutama melalui firman-Nya, Alkitab. Tetapi, terkadang, Dia mengarahkan kita ke jalan-jalan yang tidak kita bayangkan.

Gary Dougherty, seorang rekan kerja di RBC Ministries, sedang berjalan pulang dari gereja pada suatu petang ketika ia melihat seorang pemuda berjalan dari arah yang berlawanan. Tiba-tiba di dalam diri Gary muncul hasrat yang kuat untuk berbicara dengannya tentang menjadi orang kristiani. Awalnya ia ragu, tetapi kemudian ia berkata kepada orang yang sama sekali tak dikenalnya ini, “Permisi, saya percaya Allah ingin agar saya memberi tahu Anda tentang bagaimana menjadi orang kristiani.”

“Saya baru saja menanyakan hal itu kepada ibu pacar saya,” katanya, “tetapi ia tidak tahu caranya.” “Maksud Anda, Anda ingin menjadi orang kristiani?” tanya Gary. “Ya!” jawabnya. Karena masih tak percaya, Gary bertanya kepadanya lagi, kemudian membagikan rencana keselamatan kepadanya. Malam itu, seorang pemuda memutuskan untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamat.

Sebagian orang mungkin menyebut ini kebetulan. Tetapi hal ini memiliki kesamaan alkitabiah dengan Kisah Para Rasul 10, yaitu tentang Kornelius dan Petrus, dua orang yang berhubungan dengan Roh Allah.

Tidak semua orang percaya memiliki pengalaman-pengalaman dramatis seperti itu. Tetapi jika firman Allah, doa, dan ketaatan merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari, kita akan diselaraskan dengan pimpinan Roh dan kita akan siap untuk menyatakan kasih Allah kepada orang lain -DJD

19 Desember 2005

Sikap Hormat

Nats : Semua orang yang menanggung beban perbudakan hendaknya menganggap tuan mereka layak mendapat segala penghormatan (1 Timotius 6:1)
Bacaan : 1Timotius 6:1-6

Sebagai seorang guru, istri saya melihat bahwa perilaku murid-murid tampaknya memburuk pada setiap tahun ajaran baru. Banyak anak kurang menghormati orang yang lebih tua.

1 Timotius 6 mengungkapkan bahwa sikap tidak hormat ini tidak hanya terjadi di generasi kita. Paulus, yang melayani masyarakat yang dibangun di atas perbudakan, menyoroti kekhawatiran ini. Ia menulis, “Jika tuan mereka seorang percaya, janganlah ia kurang disegani karena bersaudara dalam Kristus” (ayat 2). Paulus mengetahui bahwa para budak, yang kesejahteraannya bergantung pada niat baik majikan mereka, dapat menjadi tidak hormat.

Kita barangkali mengatakan bahwa orang harus menunjukkan bahwa mereka pantas dihormati sebelum kita dapat menghormati mereka. Namun, menghormati orang lain lebih berkenaan dengan siapa diri kita, daripada berkenaan dengan orang lain.

Paulus memberi alasan utama mengapa orang-orang percaya perlu unggul dalam sikap hormat: “Agar nama Allah dan ajaran kita jangan dihujat orang” (ayat 1).

Sayangnya, kasus yang menunjukkan sikap tidak hormat yang terburuk kadang kala ditemukan di antara mereka yang mengaku sebagai pengikut Yesus. Namun, apabila orang-orang percaya unggul dalam segala yang mereka kerjakan, maka nama Allah akan ditinggikan. Kita semua hendaknya menghormati dan memuliakan nama Tuhan.

Unggul dalam menghormati orang lain berarti memuliakan Allah -AL

7 Januari 2006

Rela Berbagi

Nats : Menjadi kaya dalam perbuatan baik, suka memberi dan membagi (1Timotius 6:18)
Bacaan : 1Timotius 6:6-10,18

Para pengikut Yesus haruslah "kaya dalam perbuatan baik, suka memberi dan membagi" (1Timotius 6:18). Sikap seperti ini tampak tidak lama setelah bencana tsunami terjadi dan melanda wilayah Asia Tenggara. Melihat kejadian itu, orang-orang kristiani segera mengirimkan uang, barang, dan tenaga kerja untuk meringankan penderitaan. Bantuan tersebut telah berlanjut.

Orang-orang percaya juga menunjukkan kemurahan hati seperti ini di dalam komunitas lokal mereka. Suatu kali, ada sebuah keluarga yang kehilangan rumah dan harta akibat kebakaran. Tidak lama kemudian datanglah bantuan melimpah yang berupa uang, makanan, pakaian, tempat tinggal sementara dari saudara-saudara seiman di daerah itu untuk menolong mereka melalui krisis tersebut.

Suatu kali, ketika ada seorang suami meninggalkan istri dan ketiga anaknya setelah menguras tabungan mereka dan meninggalkan tagihan yang sangat besar, orang-orang dari gereja sang istri segera melibatkan diri lewat dukungan rohani, emosional, dan keuangan yang mereka butuhkan. Selain itu, beberapa wanita dari gereja tersebut dengan setia memberikan dukungan berupa doa dan penghiburan.

Orang-orang percaya ini telah mengikuti rancangan Allah bagi kehidupan kristiani. Ada kebutuhan-kebutuhan di sekitar Anda, dan Anda dapat turut mengambil bagian yang penting untuk memenuhinya.

Apakah Anda "kaya dalam perbuatan baik, suka memberi dan membagi"? -DCE

31 Mei 2006

Bergandengan dan Melompat!

Nats : Berdua lebih baik daripada seorang diri (Pengkhotbah 4:9)
Bacaan : Pengkhotbah 4:8-12

Ketika Leo dan Amy membuka restoran yang dikemas mewah dengan 300 kursi, Leo mengaku "takut akan semua hal". Amy menggambarkan lompatan iman mereka dalam memulai bisnis ini seperti dua orang yang bergandengan sambil melompat dari atas gunung. Namun, apabila Anda hendak melakukan sesuatu yang menakutkan, "Anda pasti ingin melakukannya dengan seseorang yang Anda kenal dan percayai," lanjut Leo.

Chris dan Karie, pasangan lain yang mengambil risiko untuk memiliki dan mengelola restoran bersama, mengatakan bahwa mereka mempunyai "hubungan kerja yang baik, dan saling mengagumi pekerjaan masing-masing".

Salomo, orang paling bijak yang pernah hidup di dunia, tahu betapa pentingnya mempunyai teman-teman. Ia menulis, "Berdua lebih baik daripada seorang diri" (Pengkhotbah 4:9). Jika yang satu jatuh pada waktu yang sulit, yang lain menghibur dan mengangkatnya (ayat 10-12). Kita membutuhkan pasangan hidup dan teman-teman untuk menolong kita melewati waktu-waktu yang menakutkan dan memberi dukungan emosional. Orang-orang yang sendirian, akan mengalami hidup yang semakin keras (ayat 8). Namun, orang-orang yang menyadari kebutuhan mereka akan orang lain, memperoleh pertolongan dan penghiburan.

Jika Anda perlu melakukan lompatan iman -- yang melibatkan keuangan, perubahan karier, pelayanan yang baru -- ajaklah seseorang yang dapat dipercaya untuk menggandeng tangan Anda saat Anda "melompat". Atau berikanlah dorongan yang sama kepada seseorang yang dekat dengan Anda. Sebab berdua lebih baik daripada seorang diri --AMC

2 Juni 2006

Kongres Keramahtamahan

Nats : Hendaklah kamu saling mengasihi ... usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! (Roma 12:10,13)
Bacaan : Roma 12:6-13

Izinkan saya menjadi orang pertama yang mengundang gereja untuk menghadiri Kongres Nasional Keramahtamahan. Kita dapat mengadakannya di Minneapolis di dekat restoran Betty Crocker Kitchens, dan mungkin kita dapat meminjam Pillsbury Doughboy sebagai simbol. Sebab, ternyata slogannya mengandung kebenaran yang unik, "Ungkapkan kasih lewat kue yang baru keluar dari oven."

Kata keramahtamahan dalam Alkitab berarti "mengasihi orang yang tak dikenal". Orang-orang yang datang ke gereja kadang kala merasa tidak diterima. Tak ada yang menyapa atau memerhatikan mereka. Akan tetapi, keramahtamahan dapat meruntuhkan penghalang dan membangun jembatan. Keramahtamahan dapat membuat orang-orang baru merasa lebih diterima daripada sekadar tulisan "Selamat Datang" dalam buletin gereja.

Bagi Anda yang tergoda untuk mengabaikan undangan saya ke Kongres Keramahtamahan karena sedang merencanakan sebuah pelayanan penginjilan, izinkan saya sungguh-sungguh menyatakan bahwa keramahtamahan sama sekali tidak bertentangan dengan penjangkauan, tetapi justru melengkapinya! Mengundang seseorang untuk minum kopi, menawarkan diri untuk mengasuh anak, membawakan makanan bagi seorang ibu yang sakit -- semuanya itu menunjukkan bahwa kita peduli. Dan orang-orang pasti mendengarkan orang yang peduli.

Setelah dipikir ulang, saya membatalkan undangan menghadiri Kongres Nasional Keramahtamahan. Sebaliknya, mari kita undang beberapa orang yang kesepian ke rumah kita dan menunjukkan kepada mereka keramahtamahan kristiani yang sejati --HWR

30 Juli 2006

S.t.m.k.

Nats : Haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir (Ulangan 10:19)
Bacaan : Ulangan 10:17-22

Kadang kala kehidupan kristiani menampakkan ekspresi yang luar biasa dari kebajikan yang biasa-biasa saja. Sebagai contoh, Anda pasti berharap bahwa orang yang diliputi Roh Kudus akan bersikap ramah. Dan dengan mem-praktikkan sikap tersebut di tengah masya-rakat ternyata membawa perbedaan yang luar biasa!

Dalam bukunya, Liability Factor, Tim Sanders berkata bahwa seseorang yang menebarkan kepada sesamanya "suka-cita, kebahagiaan, penghiburan, atau perasaan menjadi muda kembali" akan lebih mungkin direkrut atau dipromosikan. Ia menyatakan bahwa sebagian perusahaan telah menyingkirkan ketidakramahan. Mereka menyebut sistem mereka S.T.M.K.: "Saya Tidak Melihat Ketidakramahan".

Prinsip itu seharusnya dipraktikkan oleh warga kerajaan Kristus. Bila orang ditanya apa yang mereka cari di gereja, jawaban pertama mereka adalah keramahan. Sayangnya, realitas menunjukkan bahwa banyak umat kristiani terasa sejauh bintang dan sedingin ruang angkasa.

Tuhan berkata kepada umat Israel kuno bahwa Dia "menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian" (Ulangan 10:18). Dia memerintahkan mereka untuk ikut teladan perilaku-Nya (ayat 19).

Keramahan bukanlah sekadar praktik bisnis yang bijaksana. Sikap itu seharusnya menjadi karakteristik semua pengikut Kristus. Apabila Anda ke gereja hari ini, berperilakulah sedemikian rupa sehingga seorang pendatang baru akan berkata, "Saya tidak melihat ketidakramahan" --HWR

22 Agustus 2006

Cucian Kasih

Nats : Marilah kita mengasihi bu-kan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebe-naran (1Yohanes 3:18)
Bacaan : 1Yohanes 3:10-24

Ketika James Cates masih mahasiswa, ia bekerja di malam hari sebagai pendamping anak-anak asrama di sebuah wisma perawatan kesehatan. Salah satu tanggung jawabnya yang terkadang sangat berat adalah mencuci pakaian 23 remaja pria.

Proses mencuci pakaian-pakaian tersebut sangat kasar, sehingga ketika seorang pemuda penghuni wisma bernama Jake mendapat baju baru dari ibunya, James menawarkan diri untuk mencucinya secara terpisah. Tidak lama kemudian para remaja lain mulai memintanya untuk memasukkan sepotong pakaian favorit mereka ke dalam kelompok cucian yang "istimewa" itu. Ini merupakan tindakan kasih yang kecil, tetapi besar artinya bagi para remaja itu.

Dua puluh tahun kemudian, setelah sukses sebagai ahli terapi, pengajar di universitas, dan penulis banyak artikel di berbagai jurnal ilmiah, Cates menulis: "Ketika saya menengok ke belakang dan merenungkannya, ternyata tak ada orang yang pernah saya layani atau pelayanan yang pernah saya berikan yang lebih berarti bagi saya selain Jake dan bajunya, serta cucian-cucian pakaian yang istimewa itu."

Sebuah tindakan kasih yang sederhana merupakan suatu wujud ungkapan kasih Allah yang sangat kuat di dalam dunia kita yang penuh dengan kesukaran ini. Rasul Yohanes menulis, "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dalam kebenaran" (1Yohanes 3:18). Ada-kah beberapa potong "cucian" yang dapat Anda cucikan pada hari ini? -DCM

8 Desember 2006

Tentara Berjiwa Kesatria

Nats : ... sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan (2 Timotius 2:24,25)
Bacaan : 2 Timotius 2:1-4,24,25

Sebelum mendaftar menjadi anggota Tentara Utara untuk berperang dalam Perang Saudara di Amerika Serikat, Joshua Chamberlain adalah seorang profesor yang tenang dan sederhana. Di medan peperangan militer yang berat, ia dikenal karena tindakan kepahlawanannya dalam mempertahankan garis perbukitan Little Round Top selama Pertempuran Gettysburg. Untuk jasanya ini, ia menerima penghargaan Congressional Medal of Honor.

Untuk menghargai jasa Chamberlain atas kemenangan yang diraih Tentara Utara, Jenderal Ulysses S. Grant memilihnya untuk menerima bendera penyerahan diri musuh di Appomattox Courthouse. Pasukan tentara dari Selatan yang kalah menduga akan menerima hinaan dan pelecehan. Akan tetapi, Chamberlain justru menunjukkan kebaikan dan rasa hormat kepada mereka. Sebab itu, perwira komandan Konfederasi menulis dalam riwayat hidupnya bahwa Chamberlain adalah "salah satu tentara yang paling berjiwa kesatria dalam Angkatan Bersenjata Federal".

Sebagai orang kristiani yang taat, Chamberlain mencerminkan kasih karunia Kristus. Kita memang perlu mempertahankan keyakinan kita, tetapi juga perlu bermurah hati kepada mereka yang tidak sepakat dengan kita. Paulus meminta Timotius, "sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus .... harus ramah terhadap semua orang. Ia harus pandai mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan" (2 Timotius 2:3,24,25). Baik dalam perselisihan maupun dalam rekonsiliasi, kita harus mencerminkan kemurahan hati seorang prajurit Kristus yang berjiwa kesatria --HDF

21 Juni 2007

Lockhorns

Nats : Yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya (Lukas 6:45)
Bacaan : Amsal 15:1-4

Sejak 1968 para tokoh dalam komik The Lockhorns saling melemparkan lelucon pedas dan sindiran terhadap pernikahan. Kini dengan dimuat di lebih dari 500 surat kabar, kartun itu menghibur jutaan pembaca lewat tokoh Leroy yang mengatakan hal-hal seperti ini kepada Lorretta, "Tentu saja kita kini bisa mengobrol. Asal, jangan berdiri di depan televisi." Tanpa kehilangan kata-kata atau balasan, Lorretta menyahut, "Tentu saja, aku membelanjakan uang lebih banyak daripada penghasilanmu. Aku memercayai kemampuanmu untuk menghasilkan lebih."

Sembari tertawa, sekilas kita bisa menangkap gambaran tentang diri kita sendiri. Sekarang ini, kata-kata pedas atau ejekan kasar (sarkasme) sudah terlalu biasa, padahal dampaknya bisa sangat serius. Sarkasme yang tidak berperasaan bisa lebih membahayakan daripada memar fisik. Salomo berkata bahwa ada orang yang mengucapkan kata-kata setajam pedang (Amsal 12:18), dan perkataan yang keji itu dapat melukai hati (15:4).

Mengendalikan perkataan kita tidaklah mudah, karena masalah yang sebenarnya bukan terletak pada kata-kata, melainkan hati kita. Di balik kekasaran itu, kita mungkin akan menemukan rasa tidak aman, rasa takut, atau rasa bersalah di dalam diri kita yang mendorong kita melindungi diri dengan mengorbankan orang lain.

Adakah sisi positif dari kata-kata yang kasar? Tak ada, kecuali sebagai peringatan bahwa kita tidak berjalan bersama Kristus. Dalam perlindungan dan kasih karunia-Nya, janganlah menyerang satu sama lain dalam upaya untuk melindungi diri sendiri --MRD II


Alih-alih melontarkan perkataan amarah
Yang melukai dan menyulut pertikaian,
Pakailah perkataan yang penuh kasih dan ramah,
Yang menyembuhkan dan merawat kehidupan. --Sper

16 Oktober 2007

Saran yang Tepat Waktu

Nats : Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya! (Amsal 15:23)
Bacaan : Efesus 4:17-32

Di Liverpool, Inggris, pada malam menjelang Kejuaraan Inggris Terbuka 2006, seorang pemain golf profesional, Graeme McDowell menghadapi suatu masalah. Besok ia harus mengikuti turnamen itu, tetapi ia merasa ada yang kurang dalam teknik permainannya.

Saat ia pergi ke luar malam itu, McDowell mendapat sebuah kejutan. Seorang asing, penggemar berat olahraga golf, mengenalinya dan mengomentari kelemahannya dalam mengayunkan tongkat golf. Keesokan harinya, Graeme mencoba mempraktikkan nasihat orang itu di lapangan latihan, dan ia sangat terkejut karena mendapati bahwa orang itu ternyata benar. Puas dengan perubahan itu, Graeme mempraktikkan saran berharga tersebut dan mengakhiri hari pertama Kejuaraan Inggris Terbuka dengan menduduki posisi pertama! Semua itu terjadi karena ada seorang asing yang mau menyempatkan waktu untuk mengucapkan saran yang membantu.

Begitulah, kata-kata adalah alat berkekuatan besar yang dapat digunakan demi kebaikan atau kejahatan. Kita dapat menggunakan kata-kata untuk menghancurkan, atau membangun dan menguatkan. Hal itulah yang pasti ada di benak Salomo saat ia berkata, "Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!" (Amsal 15:23).

Di dalam dunia ini, kerap kali kita menggunakan kata-kata sebagai suatu senjata. Oleh karena itu, marilah kita mempergunakan perkataan kita itu sebagai suatu alat untuk membangun hati orang lain --WEC

25 Februari 2008

Stop Berkeluh Kesah

Nats : Ucapkanlah syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu (1Tesalonika 5:18)
Bacaan : 1Tesalonika 5:12-22

Hee Ah Lee, seorang gadis Korea berusia 22 tahun, memiliki fisik yang jauh dari ukuran normal. Masing-masing tangannya hanya memiliki dua jari seperti capit, kakinya pendek, hanya sebatas lutut. Namun, kondisi itu tak membuatnya terpuruk. Ia tak membiarkan kelemahan fisiknya menjadi sumber keluh kesahnya, tetapi ia bangkit untuk menang atas keterbatasannya. Kini, ia adalah seorang pianis yang menakjubkan. Bahkan, nada-nada sulit yang digubah para maestro musik klasik seperti Chopin, Beethoven, Mozart, dapat dimainkannya dengan sangat apik! Padahal, tak ada not balok karya para maestro itu yang diciptakan untuk dimainkan hanya dengan empat jari. Ah Lee sendiri yang memodifikasi hingga empat jarinya mampu menari di atas tuts-tuts piano dengan lincah.

Bagi orang yang suka berkeluh kesah, segala sesuatu dalam hidupnya bisa dijadikan bahan keluhan. Anak-anak sulit dibangunkan di pagi hari, lambat mandi, susah sarapan. Suami cuek membiarkan istri jungkir balik mempersiapkan anak-anak untuk berangkat sekolah. Rumah berantakan. Pekerjaan kantor menumpuk, rekan kerja menyebalkan. Sepanjang hari, ada begitu banyak bahan untuk berkeluh kesah!

Firman Tuhan yang menjadi bacaan kita hari ini mengajak kita untuk mengucap syukur dalam segala hal kepada-Nya (ayat 18). Sebab hanya dengan hati yang bersyukur, kita dapat melihat peluang-peluang yang Tuhan sediakan di balik keluhan kita. Hati yang penuh rasa syukur menutup peluang untuk berkeluh kesah, sebab kita tidak sanggup menghitung segala berkat, kesempatan, dan anugerah-Nya! --SST

8 Mei 2008

Hidup Kudus

Nats : Jika seseorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya (2Timotius 2:21)
Bacaan : 1Petrus 1:13-19

Bayangkan ada dua gelas di hadapan Anda. Yang satu terbuat dari kristal dengan ukiran cantik. Mahal, tetapi bagian dalamnya kotor dan berdebu. Yang satu lagi gelas plastik murahan, tetapi dicuci bersih. Jika Anda ingin minum, mana yang akan Anda pakai? Saya yakin Anda memilih gelas yang murah, tetapi bersih! Gelas semewah apa pun, jika dalamnya kotor dan berdebu, menjadi tidak berguna.

Setiap anak Tuhan adalah "gelas kristal". Kristus telah menebus kita dengan darah yang mahal, sehingga kita menjadi milik-Nya yang sangat berharga (ayat 18,19). Itu sebabnya Tuhan ingin memakai kita menjadi alat-Nya, untuk menyalurkan "air hidup" kepada orang-orang di sekitar kita. Namun, itu akan terhalang jika kita tidak rajin membersihkan "debu" yang mengotori hati dan hidup kita.

Agar dapat dipakai Tuhan, kita harus hidup dalam kekudusan. Tak membiarkan hawa nafsu mencemari dan menguasai hati. Tuhan meminta kita menjadi kudus dalam seluruh aspek hidup. Bukan hanya di gereja, melainkan juga di tempat kerja dan dalam keluarga. Kata "kudus" berarti terpisah atau berbeda. Hidup kita harus dipisahkan, dikhususkan untuk memuliakan Tuhan. Berbeda dari cara hidup duniawi. Hidup kudus adalah keharusan, bukan pilihan. Tuhan berfirman, "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus" (ayat 16).

Adakah "kotoran" yang masih menempel di hati Anda? Bentuknya bisa berupa dendam, amarah, nafsu yang merusak, niat jahat, atau kebiasaan dosa yang terus dipelihara. Kita harus sering membersihkan hati. Membuatnya tetap murni, agar Tuhan dapat terus memakai kita menjadi saluran berkat-Nya. Sayang, jika kita hanya menjadi gelas kristal kotor; indah namun tak berguna -JTI

8 Juni 2008

Memeriksa Diri

Nats : Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku (Mazmur 26:2)
Bacaan : Mazmur 26

Setiap kendaraan; mobil atau sepeda motor, biasanya dilengkapi dengan buku manual untuk mengoperasikan kendaraan tersebut dan buku manual untuk melakukan servis. Ya, supaya kendaraan tetap prima, kita perlu melakukan perawatan secara berkala. Sayangnya, orang kerap berpikir bahwa kalau tidak ada masalah maka tidak usah ke bengkel. Akibatnya, kendaraan pun jadi cepat rusak.

Tubuh kita ibarat kendaraan yang perlu diperiksa secara rutin dan berkala. Kapan terakhir Anda memeriksakan diri ke dokter? Bukan hanya ketika Anda tengah sakit, tetapi juga ketika Anda merasa sehat walafiat, tidak ada masalah yang berarti. Kesibukan sehari-hari, tekanan pekerjaan dan kehidupan, juga usia yang semakin bertambah, mestinya membuat kita mawas diri dengan kesehatan.

Sayangnya, kecuali sedang sakit, kerap kali orang enggan memeriksakan diri ke dokter. Entah karena tidak mau repot, malas, atau juga takut. Padahal memeriksakan diri itu penting. Kita jadi bisa tahu makanan apa yang harus dihindari, atau gaya hidup seperti apa yang perlu diubah. Sebab menjaga kesehatan tetap jauh lebih baik daripada menunggu sakit baru diobati.

Pemeriksaan diri tidak saja perlu bagi tubuh jasmani, tetapi juga bagi tubuh rohani. Itulah yang dilakukan Daud. Ia berdoa agar Tuhan menguji dan menyelidiki batin serta hatinya. Dengan begitu ia pun dapat mengikis segala "kotoran" yang ada dalam hati dan pikirannya. Introspeksi dan evaluasi diri secara rutin adalah salah satu cara yang terbaik untuk memeriksa kesehatan tubuh rohani kita —AYA

18 Juli 2008

Prakarsa Tuhan

Nats : Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN" (1Samuel 1:20)
Bacaan : 1Samuel 1:1-20

Setelah menikah hampir dua tahun, seorang istri akhirnya mengandung anak pertamanya. Namun, dokter mendiagnosa kandungannya bermasalah. Kemungkinan kelak anaknya akan lahir dengan "kelainan", kecuali terjadi mukjizat. Kemudian ia dan suaminya tekun berdoa serta berpuasa. Mereka memohon agar anak mereka lahir sehat walafiat. Ketika tiba saatnya sang istri melahirkan, ternyata anaknya menderita autis. "Kami sudah berusaha dan berdoa. Kalau Tuhan memberikan anak ini dalam keadaan demikian, tentu Dia sudah mempertimbangkan yang terbaik buat kami," kata mereka.

Suami istri itu kemudian tekun mempelajari segala hal tentang autisme-lewat buku, majalah, internet, dan seminar, hingga mereka menjadi banyak tahu tentang autisme. Mereka kerap diminta bersaksi di gereja dan menjadi tempat bertanya bagi banyak pasangan yang memiliki anak dengan "kebutuhan khusus". Mereka tak pernah menyesal anaknya menderita autis.

Kelahiran anak adalah prakarsa Tuhan. Manusia boleh berencana dan berusaha, tetapi Sang Penentu adalah Tuhan sendiri. Hana, istri Elkana, bergumul keras untuk memperoleh keturunan. Tuhan kemudian memenuhi permohonannya. Lahirlah Samuel, yang kelak menjadi salah satu tokoh penting dalam Perjanjian Lama.

Tuhan memberikan anak dengan pertimbangan matang. Tidak mungkin Dia memberikan anak dengan sembarangan. Tuhan pasti punya rencana yang baik untuk setiap anak yang Dia izinkan lahir ke dalam dunia, bagaimanapun keadaannya. Maka baiklah kita menyambut setiap anak yang lahir dengan iman, dengan rasa syukur, dan dengan kasih sayang -AYA

29 Juli 2008

Sederhana Tapi Berharga

Nats : Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati (1Samuel 16:7)
Bacaan : Kisah Para Rasul 9:36-39

Bila ditanya tentang pelayanan yang paling berharga bagi Allah, kebanyakan kita akan langsung berpikir tentang pelayanan gerejawi yang biasa dilakukan; misalnya memimpin pujian, menyanyi dalam paduan suara, penginjilan pribadi, pelawatan, dan sebagainya. Padahal, sesungguhnya pelayanan yang dilakukan bagi Tuhan bisa lebih banyak bentuk dan luas cakupannya.

Cerita tentang Dorkas membukakan wawasan kita tentang arti sebuah pelayanan. Alkitab tidak terlalu banyak memberi keterangan mengenai Dorkas. Ia hanya disebut sebagai seorang murid perempuan dari Yope, yang memiliki nama lain Tabita (ayat 36). Namun, Alkitab mencatat bahwa ia adalah wanita yang banyak berbuat baik dan memberi sedekah, khususnya menjahit pakaian bagi para janda (ayat 39). Jika dibandingkan dengan Petrus atau Paulus, nama Dorkas memang kurang populer. Pekerjaan yang dilakukannya pun tak sehebat murid Yesus yang lain. Namun, apa yang telah dilakukannya berharga bagi Allah.

Ya, inilah pelayanan yang berharga di mata Allah. Allah tidak menilai pelayanan dari seberapa banyak pelayanan yang telah dilakukan, tetapi dari sikap hati sang pelayan (1Samuel 16:7). Melayani Allah, sekecil apa pun, bila diiringi motivasi untuk memuliakan Allah dan dilakukan dengan tulus hati, maka pelayanan itu berharga bagi-Nya. Sebaliknya, meski pelayanan kita tampak luar biasa tetapi tidak dilakukan dengan tulus atau didasari motivasi memuliakan diri sendiri, maka hasilnya tak akan berarti di hadapan Allah. Sudahkah pelayanan kita didasari motivasi yang murni dan dikerjakan dengan tulus? -RY



TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA