Topik : Kebenaran vs Kesalahan

31 Desember 2002

Hidup Dalam Ilusi

Nats : Kamu menyangka, "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata Tuhan" (Maleakhi 2:17)
Bacaan : Maleakhi 2:13-17

Ilusi didefinisikan sebagai "persepsi yang salah terhadap kenyataan". Para pesulap mengandalkannya untuk mengelabui penonton. Namun, ada beberapa ilusi yang dapat berakibat fatal. Jika saya mengejar fatamorgana yang terlihat seperti air di padang gurun, saya bisa mati kehausan.

Ilusi yang paling berbahaya adalah ilusi rohani. Pada zaman Maleakhi, para pria tidak lagi menganggap serius janji pernikahan dan menceraikan istri mereka tanpa alasan yang adil. Mereka menyangka bahwa, "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata Tuhan; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan" (Maleakhi 2:17). Mereka tidak mengikuti cara pandang Allah.

Kita semua cenderung menipu diri sendiri. Karena terselubung oleh dosa, kita tidak mampu membedakan antara benar dan salah. "Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, ... siapakah yang dapat mengetahuinya?" (Yeremia 17:9).

Hidup dalam ilusi seperti itu harus diganti dengan hidup dalam kenyataan. Dan hal ini mungkin akan dapat terwujud setelah kita berhasil melewati saat-saat yang sulit. Kesengsaraan dan luka menjadi jalan untuk menyingkirkan kepalsuan hidup kita, sehingga kita dapat mengisi kekosongan hidup kita dengan kebenaran.

Jika kita mengandalkan Roh Allah untuk membantu kita mempelajari dan menaati ajaran-ajaran Alkitab, ilusi akan digantikan oleh kebenaran kasih Allah dan pengampunan dalam Kristus. Hanya kebenaran inilah yang sanggup memuaskan kerinduan hati kita yang terdalam dan menuntun kita pada hasrat untuk menjadi serupa dengan Dia –Dennis De Haan

9 Januari 2003

Menemukan Kebenaran

Nats : Kamu telah menerima Kristus ... karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman (Kolose 2:6,7)
Bacaan : Kolose 2:1-12

Bagaimanakah jawaban Anda atas pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apakah Yesus pernah berdosa?

2. Apakah Yesus benar-benar bangkit?

3. Apakah semua agama mengajarkan pemahaman dasar yang sama?

Menurut George Barna dan Mark Hatch dalam buku yang mereka tulis bersama yakni Boiling Point, banyak orang yang menyebut diri orang kristiani kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Ketika Barna dan Hatch menyurvei orang-orang kristiani yang mengaku sebagai orang percaya, ternyata seperempat dari mereka mengatakan bahwa Yesus pernah berbuat dosa, sepertiga mengatakan bahwa Dia tidak bangkit dari kematian, dan sepertiga menyatakan bahwa semua agama itu pada dasarnya sama.

Ini merupakan statistik yang mencemaskan karena data itu menunjukkan kurangnya pemahaman Alkitab secara serius. Jawaban atas ketiga pertanyaan di atas merupakan konsep yang dengan jelas dipaparkan dalam Kitab Suci dan menjadi dasar bagi kebenaran Injil.

Oleh karena itu, apa yang dapat kita lakukan untuk memastikan bahwa kita "bertambah teguh dalam iman"? (Kolose 2:7). Pertama, kita harus setia membaca dan mempelajari Alkitab. Kedua, kita harus mencari bimbingan dari guru-guru yang saleh dan mencari sumber-sumber yang dapat diandalkan. Ketiga, kita harus meminta Allah untuk memimpin kita kepada kebenaran dan menjauhkan kita dari kesalahan.

Sebagai umat Allah, kita patut mencintai kebenaran, mencari kebenaran, dan hidup dalam kebenaran --Dave Branon

10 Januari 2003

Mengoreksi Kesalahan

Nats : [Seorang hamba Tuhan] ... harus ramah terhadap semua orang ... menuntun orang yang suka melawan ... sehingga mereka mengenal kebenaran (2Timotius 2:24,25)
Bacaan : 2Timotius 2:22-26

Tiga pemuda yang berpakaian rapi datang ke rumah saya. Saya segera tahu bahwa mereka bukan wiraniaga yang hendak menjual pengisap debu. Mereka ingin menjadikan saya penganut agama mereka.

Saya terlibat dalam perbincangan yang sopan dengan mereka. Saya menghargai dedikasi mereka untuk tetap bekerja di hari yang gerah di musim panas itu. Kemudian saya berkata, "Saya tahu kalian akan memberi saya beberapa bacaan, tetapi tolong izinkan saya juga memberikan sesuatu kepada kalian." Lalu saya masuk dan mengambil beberapa majalah yang berisi penjabaran Injil yang jelas.

Mereka berkata ingin memberi saya sebuah buku yang berisi dasar kepercayaan mereka. Saya mengatakan bahwa saya sudah mempunyai buku itu dan telah membaca sebagian. Ketika mereka menanyakan pendapat saya tentang buku itu, saya memberi tahu mereka tentang perbedaan antara buku itu dengan Alkitab, dan mengapa saya menganggap buku itu mengandung kesalahan. Tidak ada perbantahan, hanya perbincangan yang hangat tentang yang benar dan yang salah.

Manakala berhadapan dengan orang yang menyimpangkan atau mengingkari doktrin-doktrin Alkitab, kita harus tahu apa yang diajarkan Alkitab. Sebagaimana dinyatakan oleh Rasul Paulus, kita harus mengoreksi dengan lemah lembut mereka yang ada dalam kesalahan "sehingga mereka mengenal kebenaran" dan "menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis" (2 Timotius 2:25,26). Akhirnya, tujuan kita haruslah untuk menolong orang menemukan kebenaran, bukan memenangkan perdebatan --Dave Branon

14 Februari 2003

Kebenaran dan Kasih

Nats : Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang (2Timotius 2:24)
Bacaan : 2Timotius 2:19-26

Ada saatnya kita harus "berjuang untuk mempertahankan iman" (Yudas 3). Namun, dalam melakukannya, kita harus tetap bersikap hormat dan tidak memusuhi. Kaum Puritan Inggris di abad ke-17 benar saat mengatakan bahwa iman tak dapat dipaksakan kepada orang lain. Kesepakatan harus diperoleh melalui pendekatan yang lembut dan masuk akal.

Bacaan hari ini menegaskan prinsip tersebut. Paulus berkata kepada Timotius bahwa "seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang" (2 Timotius 2:24). Ia ingin Timotius bersikap hati-hati, tidak bertele-tele saat mewartakan kebenaran, dan tidak bersikap defensif. Ketika orang lain melawan kebenaran, ia harus dengan lemah lembut membetulkan mereka dan berharap Allah akan "memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat iblis" (ayat 25,26).

Kebenaran yang disampaikan kepada pemimpin muda seperti Timotius berlaku bagi semua orang percaya. Mereka yang melawan kita bukanlah musuh kita melainkan korban dari musuh kita. Paulus bersikeras bahwa kita dapat menuntun mereka kepada Allah jika kita mengabarkan kebenaran dengan kasih.

Kebenaran tanpa kasih tak akan menjadi pengajaran yang mampu menyentuh jiwa. Kasih tanpa kebenaran adalah sebuah perasaan sentimentil karena segan melawan kehendak orang lain. Saat kebenaran diungkapkan dengan kasih, Roh Allah akan memakainya untuk mengubah pikiran seseorang --David Roper

18 Februari 2003

Keduanya Tak Terpisahkan

Nats : ... dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala (Efesus 4:15)
Bacaan : Efesus 4:1-16

Seorang mahasiswa teologi terlibat dalam perdebatan sengit dengan kepala asramanya. Saat itu mereka sedang mendiskusikan ajaran seorang ahli teologi yang menurut anggapan si kepala asrama seorang bidaah. Padahal mahasiswa itu telah memutuskan untuk menjadi pengikut orang itu dan penganut doktrinnya.

Dengan sikap menggurui, mahasiswa itu memperlihatkan fotokopi sebuah buku teologi yang ditulis oleh orang itu kepada kepala asramanya. Pria yang walaupun kurang berpendidikan tapi seorang kristiani yang saleh itu merasa tak berkutik ketika dihadapkan pada begitu banyaknya pengetahuan anak muda. Akibatnya, ia merasa frustrasi dan kalah.

Demikian pula kita pun dapat menyalahgunakan roh kebenaran yang agung dari Kitab Suci untuk menyakiti orang lain. Barangkali kita telah menerima ajaran dari seorang guru Alkitab yang terkenal, mendapatkan pemahaman khusus atas firman Tuhan, atau dengan mudah mengutip ayat nats dari Kitab Suci. Hal ini dapat menjadi pedang bermata dua yang dapat menjatuhkan atau membangun mental orang lain. Jika kita menyalahgunakan pengetahuan kita, kita mungkin akan membuat orang- orang kristiani saling bertentangan dan menghancurkan gereja. Di lain pihak, kita dapat menggunakan kebenaran untuk menjelaskan, mengajar, dan memperkaya orang lain jika kita menyampaikannya dengan kasih.

Kebenaran harus dinyatakan dalam kasih (Efesus 4:15). Keduanya tak terpisahkan! --Dennis De Haan

21 Mei 2003

Pesan yang Salah

Nats : Jangan menambahi firman-Nya, supaya engkau tidak ditegur-Nya dan dianggap pendusta (Amsal 30:6)
Bacaan : Ulangan 4:1-14

Bayangkan, betapa frustrasinya seorang ibu saat mencoba mengumpulkan anggota keluarganya untuk makan malam. Saat itu putranya yang berusia 8 tahun masuk ke dalam rumah sambil menyembunyikan bangkai burung di balik punggungnya. "Panggil Ann untuk makan malam," perintah ibunya. "Lalu cuci tanganmu dan pergilah ke ruang makan."

Tak lama kemudian, putrinya yang berusia empat tahun berlari ke dapur sambil menangis tersedu-sedu. Kakaknya baru saja mengayun- ayunkan bangkai burung itu di depan hidungnya dan memberitahunya bahwa jika ia tidak sampai ke ruang makan dalam waktu 17 detik, sang ibu tidak akan mengizinkannya keluar dan bermain selama seminggu.

Kisah tentang salah menyampaikan pesan dari sang ibu ini hampir sama dengan kebingungan yang dihasilkan saat kita salah menyampaikan pesan dari Bapa surgawi. Pikiran kita acap kali penuh dengan ide-ide kita sendiri tentang apa yang seharusnya berlaku, seperti teman- teman Ayub yang tidak berkata benar tentang Tuhan (Ayub 42:7). Hasilnya, kita malah justru menambahi atau mengurangi apa yang sesungguhnya dikatakan Allah dalam firman-Nya (Ulangan 4:2). Kita perlu memastikan bahwa kita tahu dengan pasti apa yang merupakan firman-Nya dan apa yang menjadi pendapat kita. Jika tidak, bisa-bisa kita salah dalam menggambarkan-Nya. Amsal 30:6 mengingatkan bahwa kita akan berada dalam bahaya karena terbukti berdusta di hadapan Allah.

Mari kita berhati-hati agar kita tidak menyatakan pendapat kita seolah-olah yang kita katakan adalah firman Allah --Mart De Haan II

29 Juli 2003

Berhati-hatilah!

Nats : Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan (Lukas 21:8)
Bacaan : 2Korintus 11:1-15

Seorang kenalan saya "ditipu" oleh seorang wiraniaga yang pandai bicara yang singgah di tempat usahanya. Orang itu memperlihatkan sejumlah permata menarik yang menurutnya telah dibelinya dengan potongan harga yang sangat besar. Ia terutama merasa bangga akan beberapa arloji yang tampaknya sangat mahal, dengan merek terkenal tertempel pada lempeng arlojinya.

Teman saya merasa terkesan dan membeli beberapa arloji. Namun ketika wiraniaga itu telah pergi, ia memeriksa "hasil penawarannya" dengan lebih teliti. Ia terkejut mendapati bahwa merek dagangnya sama sekali bukan dari merek yang terkenal. Dua huruf dalam nama itu berbeda, namun cetakannya sedemikian kecil sehingga ia tidak memperhatikan hal itu sebelumnya. Tali arloji tersebut juga bukan kulit asli melainkan "kadal asli", dan pada bagian belakang kotaknya terdapat tulisan yang menandakan bahwa jam itu terbuat dari bahan berkualitas rendah.

Kejadian itu mengingatkan saya akan apa yang dikatakan oleh Sang Juruselamat dalam Lukas 21:8, "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan." Bahkan sama seperti sebagian orang dalam dunia bisnis yang dengan pandai telah menyesatkan fakta-fakta dan menjadikan pelanggan-pelanggan mereka sebagai korban, ada juga guru-guru palsu di dalam gereja-gereja yang memutarbalikkan kebenaran. Meskipun mereka menggunakan istilah alkitabiah dan tampak ortodoks! Namun, berhati-hatilah! Mereka adalah iblis yang akan menyesatkan Anda. Milikilah landasan yang teguh akan firman Allah, maka Anda tidak akan "ditipu" oleh muslihat mereka --Richard De Haan

18 September 2003

Kebenaran yang Memerdekakan

Nats : Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yohanes 8:32)
Bacaan : Yohanes 8:28-36

Seorang kawan kristiani menceritakan beberapa masalahnya kepada saya lewat telepon. Ia terutama mengkhawatirkan rasa frustrasi dan amarah dalam dirinya. Tampaknya percakapan kami itu menolongnya. Besoknya, ia mengirim e-mail: "Setelah percakapan kemarin, saya membaca catatan Alkitab saya dan menemukan beberapa halaman yang berbicara kepada saya. Namun, saya terutama sangat terbantu saat menyadari bahwa kekristenanlah kebenaran yang sesungguhnya. Saya pikir hal ini sudah sangat jelas bagi orang kristiani. Tetapi saya merasa diingatkan kembali pada kenyataan bahwa Yesus adalah Anak Allah, dan Dia mengasihi saya." Ia menambahkan, "Dengan mengetahui kebenaran ini, saya benar-benar merasa dimerdekakan. Tiba-tiba semua rasa frustrasi dan amarah dalam diri saya lenyap."

Penulis Os Guinness menceritakan tentang seorang pemuda kristiani yang sedang mencari-cari kebenaran dan berseru, "Saya tahu iman kristiani itu benar, tetapi saya tidak menyadari kebenarannya yang begitu dalam!" Ketika orang-orang percaya ini mencari pengertian lebih dalam akan Injil, mereka menemukan kembali janji Yesus, "Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yohanes 8:32).

Apakah Anda butuh penyegaran akan kebenaran dalam hidup Anda? Luangkanlah waktu untuk mencarinya dalam Kitab Suci (kebenaran tertulis), dan dengan tulus mencari Yesus Kristus (kebenaran yang hidup). Kebenaran akan Yesus dan kasih-Nya yang kita kenal akan segera menyegarkan kembali, sekaligus memerdekakan Anda --Joanie Yoder

2 Oktober 2003

Peti Harta Allah

Nats : Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta (Mazmur 119:14)
Bacaan : Mazmur 119:9-16

Kebanyakan dari kita tentu tidak akan membiarkan begitu saja selembar uang yang tergeletak di tanah. Dengan senang hati kita akan memungut dan memasukkannya ke dalam saku. Padahal kita kerap mengabaikan Alkitab, peti harta yang berlimpah dengan janji Allah yang berharga. Daud, penulis Mazmur 119, mencatat berkat-berkat yang dialaminya ketika mempelajari firman Allah, lalu menyimpan semua itu di dalam hatinya. Maka tidak mengherankan jika pendeta asal Inggris, Charles H. Spurgeon, menyebut kitab itu sebagai "buku saku Daud".

Daud tidak hanya bersukacita di dalam firman Allah, tetapi juga memakai firman itu sebagai pertahanan diri melawan dosa. Ia berkata kepada Allah, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau" (ayat 11). Namun, Daud tidak hanya mengingat janji-Nya. Ia juga memenuhi hatinya dengan kebenaran janji Allah dengan cara: merenungkan titah-titah-Nya, mengamat-amati jalan-Nya, dan bergemar dalam ketetapan-ketetapan Tuhan (ayat 15,16). Oleh sebab itu, Daud mampu berkata, "Firman-Mu tidak akan kulupakan" (ayat 16), karena kita tidak mudah melupakan sesuatu yang kita simpan di dalam hati.

Saat membaca Renungan Harian, luangkanlah waktu untuk membaca ayat- ayat Alkitabnya. Alkitab, peti harta Allah, adalah dasar dari seluruh artikel dalam buku renungan ini. Pakailah artikel-artikel itu untuk membantu Anda mendapatkan batu permata yang berharga dalam firman Allah. Seperti halnya Daud, simpanlah firman itu di dalam hati, sehingga Anda akan mengingatnya dan bersukacita --Joanie Yoder

21 Desember 2003

Selalu Benar

Nats : Oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah (2Petrus 1:21)
Bacaan : 2 Petrus 1:16-21

Seorang peramal cuaca menyombongkan diri, "90 persen dari 10 persen ramalan yang saya buat adalah benar." Itu adalah pernyataan yang menggelikan. Namun sebagian orang sering mempergunakan kalimat membingungkan yang tampak benar seperti itu untuk menutupi citra buruknya.

Namun, catatan nubuatan Alkitab sungguh-sungguh akurat. Mari kita lihat beberapa contohnya.

Tuhan Yesus dilahirkan di kota Betlehem (Mikha 5:1) dari seorang perawan (Yesaya 7:14) pada waktu yang telah ditentukan (Daniel 9:25). Bayi-bayi di Betlehem dibunuh seperti yang dinubuatkan (Yeremia 31:15). Yesus mengungsi ke Mesir dan kembali lagi (Hosea 11:1). Yesaya menubuatkan pelayanan Kristus di Galilea (Yesaya 9:1,2). Zakharia menubuatkan bahwa Dia akan dielu-elukan ketika memasuki Yerusalem dengan menunggang keledai muda (Zakharia 9:9), dan Dia dikhianati demi 30 keping perak (ayat 11:12,13). Daud tidak pernah menyaksikan penyaliban ala Romawi, namun dalam Mazmur 22, melalui pewahyuan ilahi, ia juga menuliskan gambaran yang jelas tentang kematian Yesus. Yesaya 53 memberikan gambaran secara gamblang mengenai penolakan, penganiayaan, kematian, dan penguburan Tuhan kita. Beberapa nubuatan ini (dan masih banyak lagi) seharusnya memberi kesan yang meyakinkan bagi kita akan keandalan Alkitab.

Karena semua nubuatan ini telah digenapi, marilah kita juga menerima dengan penuh keyakinan apa yang dikatakan Alkitab mengenai masa depan. Ingatlah, kita mempunyai kitab nubuatan yang benar -- sepanjang masa! --Richard De Haan

16 Januari 2004

Hanya Kebenaran

Nats : Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya (Amsal 12:22)
Bacaan : Amsal 12:17-22

Beberapa tahun lalu saya membaca beberapa penjelasan yang aneh dan menggelikan tentang berbagai kecelakaan mobil. Berikut ini komentar beberapa orang yang mengajukan permohonan pada perusahaan asuransi:

"Sebuah mobil, entah dari mana, tiba-tiba menyelonong dan menabrak mobil saya. Kemudian mobil itu kabur."

"Saya sudah berpengalaman menyetir mobil selama 40 tahun. Hanya saja saat itu saya tertidur ketika mengemudikan mobil dan terjadilah kecelakaan."

"Saya bergerak meninggalkan tepi jalan, menoleh sekilas kepada ibu mertua saya, dan menabrak pembatas jalan."

"Pejalan kaki itu bingung hendak berjalan ke mana, sehingga akhirnya saya menabraknya."

"Tiang telepon itu tiba-tiba sudah di hadapan saya. Saya telah berusaha membanting setir, tetapi tiang itu masih juga kena bumper depan mobil saya."

"Orang itu sudah berada di tengah jalan. Saya sudah membanting setir beberapa kali, tetapi ia masih tertabrak juga."

"Penyebab tidak langsung kecelakaan ini adalah seorang pria kecil bermulut besar yang mengendarai mobil kecil."

"Alasan-alasan" ini dapat membuat kita tersenyum, dan beberapa di antaranya mungkin disengaja. Namun, berbagai alasan itu juga mengingatkan bahwa kita cenderung menutupi kenyataan, terutama jika hal itu menguntungkan kita. Kitab Amsal mengajarkan bahwa "orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi Tuhan" (ayat 12:22).

Jadi, marilah kita senantiasa berusaha mengutarakan kebenaran -- dan tak ada yang lain selain kebenaran --Richard De Haan

15 Juli 2004

Tentang Kebenaran

Nats : ... selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran (2 Timotius 3:7)
Bacaan : 1 Korintus 1:18-25

Pada tahun 1692, Harvard College mengambil moto Veritas Christo et Ecclesiae, yang artinya “Kebenaran Bagi Kristus dan Gereja”. Pada lambangnya terlukis tiga buah buku, dan salah satu buku tersebut menghadap ke bawah, melambangkan keterbatasan pengetahuan manusia. Tetapi dalam beberapa dekade terakhir ini, posisi buku tersebut telah diubah menghadap ke atas untuk mewakili kapasitas pikiran manusia yang tak terbatas. Dan motonya telah berubah menjadi Veritas, yang berarti “Kebenaran”.

Mengejar pengetahuan memang patut dipuji, tetapi pembelajaran dapat dengan cepat membawa kita pada kesombongan dan penolakan untuk mengakui keterbatasan kemampuan mental kita. Ketika hal itu terjadi, kita kemudian mengabaikan atau menolak kebenaran alkitabiah.

Jika demikian, sebenarnya bagaimanakah kebenaran tentang kebenaran itu? Berabad-abad yang lalu seorang raja yang bijaksana menulis demikian, “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan” (Amsal 1:7). Kita harus mengenali bahwa ada hubungan antara Allah dan kebenaran. Tanpa pertolongan dari Roh Kudus dan petunjuk firman Allah, manusia akan “selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran” (2 Timotius 3:7). Akan tetapi, apabila kita mengakui dan menaati kebenaran-Nya, kita akan terbebas dari kebodohan rohani dan kesalahan (Yohanes 8:32; 17:17).

Itulah sebabnya kita harus rajin mempelajari Alkitab (2 Timotius 2:15). Alkitab adalah satu-satunya buku yang mengungkapkan kebenaran tentang kebenaran kepada kita —Vernon Grounds

14 Agustus 2004

Alkitab Terbukti Benar!

Nats : Karena iman maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya (Ibrani 11:30)
Bacaan : Yosua 6:1-5,20

Orang-orang nonkristiani telah lama mencemooh kisah Alkitab tentang runtuhnya kota kuno Yerikho. Itulah sebabnya saya merasa senang ketika melihat berita utama di halaman depan sebuah surat kabar: PENELITIAN TERAKHIR MENDUKUNG KISAH ALKITAB TENTANG RUNTUHNYA YERIKHO

Artikel di surat kabar The Associated Press itu diawali dengan kalimat, "Sebuah penelitian arkeologi membuktikan bahwa tembok Yerikho memang roboh sebagaimana yang diceritakan dalam Alkitab." Arkeolog Bryant G. Wood dari University of Toronto berkata demikian, "Ketika kami membandingkan penemuan arkeologis di Yerikho dengan kisah di dalam Alkitab yang menggambarkan penghancuran bangsa Israel atas Yerikho, kami akhirnya sampai pada kesepakatan yang luar biasa." Wood menulis bahwa Alkitab mengisahkan bahwa penghancuran itu terjadi setelah masa panen musim semi, dan menunjukkan bahwa bangsa Israel memang membakar kota tersebut. Kedua fakta tersebut didukung oleh sisa-sisa peninggalan arkeologis yang ditemukan. Sekali lagi, ilmu arkeologi menyampaikan kesaksian tentang kebenaran Kitab Suci.

Keyakinan kita tentang keabsahan Alkitab tidak tergantung pada penelitian ilmiah, tetapi pada pernyataannya sebagai firman Allah. Dalam 2 Timotius 3:16, dikatakan, "Segala tulisan ... diilhamkan Allah". Oleh karena itu, kita dapat meyakini sepenuhnya apa yang dikatakan Alkitab.

Ini adalah fakta. Tembok Yerikho benar-benar telah runtuh. Alkitab terbukti benar! --Richard De Haan

28 Desember 2004

Saat Allah Mengguntur

Nats : Dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau; Aku menjawab engkau dalam persembunyian guntur (Mazmur 81:8)
Bacaan : Mazmur 81:7-11

Guntur menggelegar di pegunungan Sawtooth, berdentam, serta bergema di puncak-puncak dan ngarainya, menggetarkan tanah dengan ledakan suaranya. Anjing tua saya segera lari ketakutan. Saya berdiri terpana dan merasa gembira.

Badai itu mengingatkan saya akan “persembunyian guntur” di mana Allah menjawab umat-Nya (Mazmur 81:8). Bangsa Israel berseru dari parit-parit jerami dan dapur batu bata Mesir. Tepat pada waktunya, Allah menimpakan badai guntur pada seluruh tanah itu (Keluaran 9:13- 34).

Bagian lain dari Mazmur berbicara mengenai badai yang melindungi bangsa Israel ketika mereka menyeberangi Laut Merah (Mazmur 77:17- 21). Guntur itu menjadi malapetaka bagi bangsa Mesir, tetapi membawa pembebasan bagi umat Allah. Setiap sambarannya yang bergemuruh merupakan suara penghiburan dari Bapa bagi anak-anak-Nya.

Ketika Yesus meramalkan kematian-Nya dalam Yohanes 12: 28,29, Dia meminta Bapa-Nya untuk memuliakan nama-Nya. Terdengarlah suara dari surga, “Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi.” Bagi orang banyak, suara itu terdengar seperti guntur.

Apakah Anda sedang dalam kesusahan? Berserulah kepada Allah dalam kesesakan dan kesusahan Anda. Anda mungkin tidak akan mendengar guntur yang menggelegar, tetapi suaranya akan bergema lagi dari surga ketika Dia menjawab Anda dalam “per-sembunyian guntur”. Allah akan menghibur dan membebaskan Anda dari rasa takut —David Roper

4 April 2005

Hikmat Firman Allah

Nats : Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? ... Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? (1Korintus 1:20)
Bacaan : Amsal 8:12-21

Kita menggali Kitab Suci. Kitab Suci diilhamkan oleh Allah dan mengajarkan kepada kita jalan menuju hidup yang berkelimpahan di dunia ini serta hidup kekal di dunia yang akan datang. Memang benar, Kitab Suci merupakan sumber hikmat yang melebihi hikmat para filsuf yang paling bijaksana sekalipun (1 Korintus 1:20). Akan tetapi, fakta ini jarang diakui dalam kebudayaan kita.

Maka saya pun gembira pada saat membaca sebuah artikel yang ditulis oleh kolumnis The New York Times, David Brooks, yang memuji hikmat alkitabiah. Ia memuji Martin Luther King Jr. karena wawasan tentang sifat manusia diperolehnya dari Kitab Suci. Ia merasa bahwa King "memiliki pandangan yang lebih akurat tentang realitas politik dibandingkan sekutu-sekutu liberalnya yang lebih sekuler karena ia dapat memanfaatkan hikmat alkitabiah mengenai sifat manusia. Agama tidak hanya membuat para pemimpin yang merumuskan hak asasi manusia lebih kuat—agama membuat mereka lebih pintar". Dan Brooks berkata lebih lanjut, "Hikmat alkitabiah lebih dalam dan lebih akurat daripada hikmat yang ditawarkan ilmu-ilmu sosial sekuler."

Apakah kita memanfaatkan sumber hikmat itu di dalam kehidupan kita? Kita membutuhkan hikmat Kitab Suci untuk mengatasi masalah-masalah pribadi kita dan persoalan politik. Jika kita mempelajari dan menaati Alkitab, kita akan dapat bersaksi dengan rendah hati bersama sang pemazmur, "Aku lebih berakal budi daripada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan" (Mazmur 119:99) —VCG

25 Mei 2005

Janji yang "keliru"?

Nats : Bergembiralan karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu (Mazmur 37:4)
Bacaan : Mazmur 37:1-24

Adakah janji Alkitab yang membuat Anda putus asa? Beberapa orang mengatakan Mazmur 37:4 adalah jaminan bahwa Anda akan mendapatkan apa pun yang Anda inginkan—pasangan hidup, pekerjaan, uang. Terkadang ini mengherankan saya, mengapa saya tak mendapatkan apa yang saya inginkan?

Bila suatu janji membuat Anda putus asa, saat itu tampaknya Allah tidak memenuhinya. Mungkin itu karena kita tidak memahami apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh ayat tersebut. Berikut ini terdapat tiga bantuan saran, menggunakan Mazmur 37 sebagai contoh:

Lihat konteksnya. Mazmur 37 memberi tahu kita agar tidak khawatir atau iri pada orang jahat. Fokus kita bukan pada apa yang mereka miliki, juga bukan pada hukuman yang tampaknya bisa mereka hindari (ayat 12,13). Sebaliknya, kita diperintahkan untuk memercayai Tuhan dan bergembira karena Tuhan (ayat 3,4).

Pertimbangkan ayat-ayat lain. Perikop 1 Yohanes 5:14 menyatakan bahwa permohonan kita harus sesuai dengan kehendak-Nya bagi kita. Bagian lain dari Kitab Suci mengenai topik yang sama membantu menyeimbangkan pemahaman kita.

Pelajari tafsir Alkitab. Dalam The Treasury of David, C.H. Spurgeon mengatakan mengenai ayat 4: "[Mereka] yang bergembira karena Allah, tidak menginginkan atau meminta apa pun melainkan berusaha menyenangkan hati Allah." Melakukan pemahaman yang sedikit lebih mendalam dapat membantu kita memahami ayat-ayat Alkitab yang membuat frustrasi seperti ayat yang kita bahas ini.

Bila kita belajar menyenangkan Tuhan, kehendak-Nya menjadi kehendak kita dan Dia akan memberikannya pada kita —AMC

7 Juni 2005

Di Atas Segalanya

Nats : Siapa yang datang dari surga adalah di atas semuanya (Yohanes 3:31)
Bacaan : Yohanes 3:22-36

Pada pertengahan tahun 1800-an, Ralph Waldo Emerson menjadi pemimpin gerakan filsafat yang dikenal dengan sebutan "transendentalisme". Gerakan tersebut mengatakan bahwa kebenaran berasal dari pemahaman pribadi. Emerson menulis, "Dengan meyakini pikiran Anda sendiri, percaya bahwa apa yang benar bagi Anda dalam hati Anda itu benar bagi semua manusia—maka itulah yang disebut jenius."

Sayangnya, kesalahan cara berpikir tersebut menjadi berakar, sehingga pemikiran pribadi tentang Allah menggantikan pemikiran dan pernyataan Allah tentang diri-Nya sendiri. Di dalam kitab Yesaya Tuhan berkata demikian, "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" (55:9).

Salah satu penulis lagu Israel kuno menyatakan kebesaran Allah demikian: "Sesungguhnya aku tahu, bahwa Tuhan itu mahabesar dan Tuhan kita itu melebihi segala allah. Tuhan melakukan apa yang dikehendaki-Nya, di langit dan di bumi, di laut dan di segenap samudera raya" (Mazmur 135:5,6).

Yesus, gambaran Allah yang tak terlihat, adalah sumber segala kebenaran (Kolose 1:15-19). Yohanes Pembaptis berkata tentang Dia demikian: "Siapa yang datang dari surga adalah di atas semuanya" (Yohanes 3:31).

Hanya Allah pencipta segalanya yang layak disebut transenden, yakni mengatasi dan melampaui segala hal. Berkebalikan dengan kesimpulan Emerson, kebenaran berasal dari atas, bukan dari dalam —JAL

3 Juli 2005

Injil Lain

Nats : Kamu begitu lekas berbalik ... dan mengikuti suatu injil lain (Galatia 1:6)
Bacaan : Galatia 1:6-12

Apa tantangan terbesar bagi kita sebagai orang kristiani di abad 21? Apakah amoralitas yang merajalela? Apakah masalah sosial yang memecah belah? Apakah meningkatnya sikap melawan Allah? Hal-hal tersebut tentu saja berbahaya. Namun, dengan berani saya katakan bahwa ancaman terbesar terhadap kita adalah kepercayaan, yaitu kepercayaan yang menjauhkan kita dari Injil.

Beberapa kepercayaan menentang Kristus secara terbuka, namun kepercayaan yang lain melakukannya secara halus. Mereka menggunakan bahasa yang sudah dikenal orang kristiani, menjadikannya terdengar tidak asing lagi. Lalu mereka menambahkan jalan pikiran yang sesat ke dalamnya.

Jika kelompok-kelompok tersebut terdengar begitu kristiani, bagaimana kita bisa tahu jika mereka mengajarkan injil lain? (Galatia 1:6). Di bawah ini adalah beberapa pengajaran sesat yang perlu diwaspadai.

1. Keselamatan melalui hal lain selain iman kepada karya yang sudah diselesaikan Yesus di atas kayu salib (Rasul 4:12)

2. Tidak mau menganggap Yesus sebagai Allah kekal dalam rupa manusia, satu-satunya Juruselamat (Yohanes 1)

3. Lebih memerhatikan kata-kata manusia daripada firman Allah (1Korintus 2:12,13)

4. Pemimpin yang tak membimbing seperti Kristus melalui petunjuk alkitabiah yang benar (1Timotius 4:6; Yudas 4)

Ada orang-orang yang ingin memimpin Anda kepada injil lain. Pelajarilah firman Allah, sehingga Anda tidak akan tertipu JDB

7 Juli 2005

Kitab yang Hilang?

Nats : Setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus (1Yohanes 4:3)
Bacaan : 1Yohanes 4:1-3

Setiap orang menyukai cerita yang bagus, namun banyak orang menganggap novel terlaris The Da Vinci Code sebagai fakta sejarah.

Alur cerita utama dalam buku itu adalah adanya dugaan bahwa kitab yang hilang dari Alkitab telah dirahasiakan oleh gereja selama berabad-abad. Kitab-kitab yang hilang ini menyatakan bahwa Yesus menikahi Maria Magdalena dan memiliki beberapa anak dari pernikahan itu. Hal ini sama sekali tidak mengungkapkan sejarah dan menyesatkan banyak orang.

Kitab-kitab yang diduga sebagai kitab-kitab yang hilang dari Alkitab ini ditemukan di Nag Hammadi, Mesir, pada tahun 1945. Kitab-kitab ini menyangkal kealkitabiahan Yesus dan mengembangkan penyembahan terhadap dewa-dewa, pendewaan diri sendiri, dan informasi rahasia.

Lalu mengapa gereja tidak memasukkan kitab-kitab ini ke dalam Alkitab? Karena dokumen-dokumen di dalamnya tidak memenuhi kriteria keaslian Kitab Suci, yang melibatkan beberapa pertanyaan utama: Apakah penulisnya adalah seseorang yang telah dipilih Yesus sebagai seorang rasul? Apakah kitab tersebut diterima secara luas di kalangan para pemimpin gereja? Apakah Roh Allah berbicara melalui kitab itu? Kitab-kitab yang hilang itu tidak lolos tes ini. Namun, semua kitab yang kita miliki di dalam Perjanjian Baru lulus tes ini.

Ketika banyak orang mempertanyakan keabsahan Kitab Suci, kita perlu memberi mereka jawaban yang terhormat dan jelas. Hal itu mungkin akan membuat mereka ingin lebih mengenal Alkitab kitadan Allah kita HDF

20 Agustus 2005

Jangan Lupa

Nats : Aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima (2Petrus 1:12)
Bacaan : 2Petrus 1:12-21

Bagaimana bisa terjadi orang-orang yang mengalami peristiwa yang sama menyimpan ingatan yang sama sekali berbeda terhadap kejadian tersebut? Sebuah artikel pada Associated Press menyimpulkan hasil dari lusinan studi tentang ingatan manusia: Ingatan manusia tidak dapat merekam kenangan yang tak terhapuskan. Ingatan manusia itu rapuh, tidak lengkap, lunak, dan sangat mudah dipengaruhi oleh masukan orang lain.

Ingatan dapat berubah seiring berjalannya waktu. Dalam beberapa kasus, orang-orang akan sedikit mengubah versi mereka tentang sebuah kejadian melalui setiap penceritaan ulang, sama seperti seorang nelayan yang melebih-lebihkan cerita tentang ikan yang lolos. Namun, sebuah catatan yang objektif dan sesuai fakta dapat memperbaiki ingatan yang menyimpang, yang dapat kita terima.

Petrus menuliskan dua surat untuk memberi kita catatan yang akurat dan tahan lama tentang kebenaran Allah. Aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima. ... Aku akan berusaha, supaya ... kamu selalu mengingat semuanya itu (2Petrus 1:12,15).

Ingatan kita yang rapuh memerlukan penyegaran yang terus-menerus melalui catatan firman Allah, yaitu Alkitab, yang tidak pernah berubah. Lewat alat pengingat yang dapat diandalkan ini, kita dapat menjaga agar pikiran kita tidak diam-diam terhanyut menuju perspektif hidup yang manusiawi belaka.

Tuhan menggunakan Alkitab untuk membangkitkan pikiran kita agar kita tidak melupakan kebenaran-Nya DCM

6 Februari 2006

Gagasan Jordan

Nats : Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, ... untuk mendidik orang dalam kebenaran (2Timotius 3:16)
Bacaan : 2Timotius 3:14-17

Suatu hari di musim semi, Jordan mulai menanyakan kebangkitan Yesus ketika ibunya membawanya ke taman bermain. Karena ibunya sadar bahwa Jordan mengira Yesus bangkit dari kematian untuk pertama kalinya pada hari Raya Paskah saat itu, sang ibu mencoba meluruskannya. Ia menepikan mobil dan menceritakan segala hal tentang wafat dan kebangkitan Yesus. Ia mengakhiri, "Yesus bangkit dari antara orang mati pada zaman dahulu, dan kini Dia ingin tinggal di dalam hati kita." Namun, Jordan masih tidak memahami penjelasan ibunya.

Karena bingung bagaimana ia dapat menjelaskan lebih baik, sang ibu berkata, "Bagaimana kalau kita mampir di toko buku? Ibu melihat beberapa buku tentang Paskah ketika ke sana minggu lalu. Kita akan membeli satu buku dan membacanya bersama-sama." Dengan hikmat yang melampaui umurnya, Jordan menjawab, "Tidak bisakah kita membaca Alkitab saja?"

Gagasan Jordan benar. Buku-buku tafsir dan buku tentang Alkitab adalah alat yang membantu. Namun buku-buku itu seharusnya jangan pernah digunakan untuk menggantikan pewahyuan Allah akan Diri-Nya sendiri firman-Nya.

Tidak ada buku lain selain Alkitab yang diberikan kepada kita dengan ilham Allah (2Timotius 3:16). Seorang pengarang bernama Eugene Peterson berkata, "Suara Allah berbicara kepada kita, mengundang, menjanjikan, memberkati, menegur, menguatkan, menyembuhkan."

Mari kita ikuti gagasan Jordan dan terlebih dahulu memakai sumber kebenaran sejati, yaitu Alkitab --AMC

10 April 2006

Firman yang Meyakinkan

Nats : Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, "Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni!" (Markus 2:5)
Bacaan : Markus 2:1-12

Seorang koboi muda yang tidak mengenal Allah bepergian ke San Francisco dan hidup berfoya-foya di sana. Ia menghamburkan uang yang ia peroleh dari bekerja keras di peternakan selama ini. Suatu malam ia berjalan terhuyung-huyung masuk ke kamar hotelnya dan tidur hingga larut malam keesokan harinya. Sewaktu bangun, ia melihat sebuah buku mungil di meja kecil samping tempat tidurnya. Lalu ia mengambilnya. Ternyata itu Injil Markus. Karena merasa jijik, ia melemparkannya ke lantai.

Malamnya, buku itu kembali tergeletak di samping tempat tidurnya. Ketika melihat kitab tersebut berada di tempat yang sama pada hari yang ketiga, ia kemudian memutuskan untuk membacanya. Ia menjadi sangat tertarik pada kitab itu sehingga tidak ingin meletakkannya. Di kemudian hari ia bersaksi, "Saya belajar bahwa Anak Allah berkata kepada seorang yang lumpuh, ‘Dosa-dosamu sudah diampuni!’, dan memuji seorang janda miskin yang mempersembahkan dua peser terakhirnya. Saya terkesan ketika Yesus memeluk anak-anak kecil dan memberkati mereka. Lalu, meski diperlakukan dengan sangat tidak adil, Dia rela untuk disalibkan demi menyelamatkan orang berdosa. Saat membaca alasan kematian-Nya, saya melihat kesalahan saya sendiri dan merasakan damai sejahtera dengan memercayainya." Sejak hari itu, koboi itu pun berubah dan selama bertahun-tahun ia membagikan banyak eksemplar Injil Markus kepada orang lain.

Kita pun harus menjangkau sebanyak mungkin orang dengan firman Tuhan yang meyakinkan itu. Injil itu sungguh penuh kuasa --HGB

8 Juli 2006

Sudut Pandang Ateis

Nats : Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari aku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih di dalam Kristus Yesus (2Timotius 1:13)
Bacaan : 2Timotius 1:8-13

Tiga orang pria yang mengaku sebagai ateis memutuskan untuk "mencicipi" dan memberi laporan tentang beberapa gereja yang ada di kota mereka. Salah seorang pria tersebut berkata, "Selain ajaran, ada hal lain yang memikat orang-orang. Kami sebenarnya tidak melihat adanya banyak doktrin .... Daya tariknya sebagian besar terletak pada komunitas itu sendiri. Di kebanyakan gereja, isi ajaran tidaklah sepenting apa yang tampak dari luar." Ketiga orang ateis itu memberikan penjelasan ini untuk menjawab mengapa ribuan orang di wilayah mereka datang ke gereja setiap hari Minggu: Daya tarik itu ternyata berasal dari identitas kristiani seseorang, bukan dari apa yang diajarkan agama.

Pengalaman mereka mirip dengan pengamatan penulis A.W. Tozer yang berkata, "Jumlah orang kristiani yang meningkat menjadi sesuatu yang memalukan apabila dicermati dari sisi kebenaran. Mereka menyatakan percaya kepada Kristus, tetapi kepercayaan mereka itu telah begitu menipis sehingga mustahil untuk dapat didefinisikan dengan jelas."

Rasul Paulus tahu siapa yang ia percayai, dan ia memerintahkan pengabar Injil muda Timotius, untuk memegang teguh kebe-naran yang telah diajarkannya (2Timotius 1:12,13). Kita pun harus memegang teguh keyakinan kita berdasarkan Alkitab yang bersifat pasti dan diilhami oleh Allah. Hal yang kita percayai tentang Allah lebih menentukan daripada perasaan apa pun yang kita dapatkan ketika berada di gereja. Tozer menyerukan kepada kita untuk tetap "teguh pada firman Allah yang hidup dan yang ada untuk selama-nya" --AMC

2 Januari 2007

Maksud Sebenarnya

Nats : Yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan (Matius 23:23)
Bacaan : Markus 7:5-13

Di daerah koloni Amerika Utara, William Penn dikenal sebagai anggota Quaker baik hati yang jujur terhadap penduduk asli Amerika. Saat ia pulang ke Inggris, anak-anaknya tidak ikut serta. Sayang, mereka tidak mewarisi integritas bapaknya. Bahkan tak lama kemudian, mereka merancang maksud jahat untuk menipu sebuah suku di Delaware. Mereka memperlihatkan sebuah kontrak lama yang menyatakan bahwa orang-orang Indian tersebut setuju untuk menjual sebidang tanah yang dapat dikelilingi seseorang dalam satu setengah hari.

Saat suku itu menyetujui perjanjian nenek moyang mereka, anak-anak Penn merasa gembira. Mereka lalu mengupah tiga pelari tercepat. Salah seorang pelari itu mencapai jarak 110,05 km dalam 18 jam. Mereka benar-benar tidak menghormati surat itu dan maksud sebenarnya dari perjanjian tersebut.

Pada zaman Yesus, orang-orang Farisi dan ahli Taurat merasionalisasikan pelanggaran mereka terhadap maksud Taurat Allah yang sebenarnya. Yesus membongkar kemunafikan mereka saat mengutip perintah "hormatilah ayahmu dan ibumu" (Markus 7:10-13). Mereka mengatakan bahwa sebagian dari pendapatan mereka merupakan "hadiah kepada Allah" sehingga pendapatan mereka itu tidak dipakai untuk merawat orangtua mereka yang lanjut usia.

Alkitab bukan alat untuk memenuhi keinginan kita. Sebaliknya, kita harus meminta Allah supaya menolong kita memahami maksud yang sebenarnya. Pastikan kita tidak mengabaikan hal terpenting dalam hukum Taurat, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan (Matius 23:23) --HDF

13 Maret 2007

Siapa Penentu Kebenaran?

Nats : Bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat ... menunjukkan bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka (Rm. 2:14,15)
Bacaan : Roma 2:12-16

Orang yang menolak standar mutlak tentang benar dan salah kerap tak konsisten. Ketika merasa diperlakukan tidak adil, mereka minta standar keadilan ditegakkan dan berharap tiap orang menaatinya.

Seorang profesor filsafat memulai setiap semester baru dengan bertanya kepada para mahasiswanya, "Percayakah kalian bahwa nilai-nilai mutlak seperti keadilan dapat ditunjukkan?" Para murid yang bebas berpikir itu menyanggah bahwa segalanya bersifat relatif dan tak ada satu hukum pun yang dapat diterapkan secara universal. Sebelum semester berakhir, sang profesor memberi kesempatan pada sebuah kelas untuk memperdebatkan masalah itu. Akhirnya, ia menyimpulkan, "Apa pun pemikiran kalian, ketahuilah bahwa nilai-nilai mutlak dapat ditunjukkan. Jika kalian tak sependapat, saya tak akan meluluskan kalian!" Seorang mahasiswa yang marah segera berdiri dan bersikeras, "Itu tidak adil!" "Anda baru saja membuktikan maksud saya," sahut sang profesor. "Dengan begitu, Anda telah meminta suatu standar keadilan yang lebih tinggi dari standar yang saya miliki."

Allah telah mengaruniakan setiap orang hati nurani yang akan memberitahukan hal benar dan salah (Rm. 2:14,15), dan standar moral-Nya tertulis dalam Alkitab. Setiap kali kita memakai kata baik dan buruk, secara tidak langsung kita menyatakan sebuah standar yang akan kita pakai untuk membuat berbagai penilaian semacam itu. Nilai-nilai alkitabiah dapat diterapkan untuk segala zaman karena berasal dari Allah yang kekal dan tak pernah berubah --DJD

Allah membiarkan kita sendiri meraba-raba
Apa yang salah dan yang benar,
Namun melalui karya dan firman-Nya
Roh Kudus menuntun kita. --D. De Haan

17 Juli 2007

Perlakukan Hati-hati

Nats : Sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman anugerah-Nya yang berkuasa membangun kamu (Kisah 20:32)
Bacaan : Kisah 20:27-32

Ketika berkunjung ke Jakarta untuk menghadiri sebuah konferensi Alkitab, saya diundang untuk menjadi pembicara di sebuah gereja di sana. Sebelum kebaktian pertama dari dua kebaktian Minggu pagi dimulai, seorang penatua meminta saya untuk menyerahkan Alkitab saya kepadanya. Ia menjelaskan bahwa para penatua itu bertanggung jawab atas kebenaran alkitabiah dari pengajaran yang akan diterima oleh jemaat, dan ia akan mengembalikan Alkitab tersebut kepada saya di depan mereka. Ini merupakan cara nyata untuk menunjukkan kepada jemaat bahwa para pemimpin mereka memercayakan pemberitaan firman kepada saya hari itu.

Kebiasaan ini mengingatkan kita untuk selalu waspada. Kebiasaan ini juga membangkitkan semangat. Saya diingatkan bahwa hak istimewa untuk memperkenalkan kebenaran Alkitab kepada orang lain tidak dapat dianggap sepele. Namun, hal itu juga membangkitkan semangat ketika kita menyaksikan betapa seriusnya para penatua Indonesia ini dalam bertanggung jawab atas penggembalaan jemaat mereka.

Dalam Kisah Para Rasul 20, kita membaca bahwa Paulus bertemu dengan para penatua gereja di Efesus. Dalam amanatnya kepada para pemimpin ini, rasul tersebut memperingatkan mereka akan bahayanya guru-guru palsu (ayat 28,29) dan tanggung jawab para pemimpin gereja untuk membantu jemaat bertumbuh dalam firman Allah (ayat 32).

Apa pun panggilan kita, perlakukanlah firman Allah dengan hati-hati. Jika kita telah berhati-hati, umat Allah akan bertumbuh --WEC

22 Juli 2007

Naluri

Nats : Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu (Mazmur 32:8)
Bacaan : Mazmur 32

Terbang menembus badai adalah pengalaman yang berbahaya. Ada godaan untuk terbang sesuai dengan naluri saja, atau, seperti istilah yang dipakai para penerbang: "untung-untungan". Namun, seperti perkataan setiap pilot kepada Anda, resep itu dapat mendatangkan bencana. Apabila Anda bergantung pada perasaan dan naluri, Anda akan kehilangan arah, dan berpikir bahwa pesawat mengarah ke atas padahal sebenarnya mengarah ke bawah. Untunglah, panel peralatan disetel ke arah utara dan selalu dapat dipercaya. Dengan dibimbing berbagai peralatan itu, keamanan Anda dalam badai dapat terjamin, bahkan meskipun kita merasa sepertinya alat-alat itu salah.

Kita semua menghadapi badai-badai yang dapat mengacaukan dan membingungkan. Badai-badai ini mungkin berupa masalah-masalah kesehatan, sahabat yang mengkhianati Anda, atau impian yang hancur. Itulah saatnya Anda harus sungguh berhati-hati. Jika Anda dibutakan oleh kekecewaan hidup, jangan percayai naluri Anda. Terbang untung-untungan dalam berbagai badai kehidupan dapat membawa kita kepada keputusasaan, kebingungan, dan pembalasan dendam yang justru semakin memperburuk keadaan. Allah ingin membimbing Anda, dan firman-Nya penuh dengan hikmat serta pengertian tentang kehidupan. "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku" (Mazmur 119:105). Pimpinan-Nya selalu benar!

Bukalah Alkitab Anda, dan percayailah Allah untuk membimbing Anda. Dia telah berjanji, "Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh" (Mazmur 32:8) --JMS

15 Agustus 2007

Reformasi

Nats : Sesudah itu berdirilah raja dekat tiang dan diadakannyalah perjanjian di hadapan Tuhan.... Dan seluruh rakyat turut mendukung perjanjian itu (2Raja 23:3)
Bacaan : 2Raja 22:11-23:3

Pada bulan Mei 2001, seorang penginjil Inggris yang bernama J. John berbicara di Liverpool, Inggris, mengenai perintah Allah yang kedelapan: "Jangan mencuri" (Keluaran 20:15; Ulangan 5:19). Hasil khotbahnya begitu dramatis.

Ada banyak hati orang yang diubahkan. Seorang penulis melaporkan bahwa sejumlah barang curian dikembalikan. Barang-barang curian yang dikembalikan itu termasuk handuk hotel, kruk milik rumah sakit, buku perpustakaan, uang, dan masih banyak lagi. Bahkan, seorang laki-laki, yang sekarang berkutat dalam pelayanan, mengembalikan handuk yang diambilnya dari kejuaraan tenis Wimbledon bertahun-tahun lalu ketika ia bekerja di sana.

Peristiwa yang hampir sama juga terjadi pada saat pemerintahan Raja Yosia yang sudah berlangsung selama 18 tahun. Karena terlalu lama diperintah oleh raja-raja yang jahat, catatan hukum Allah pun hilang. Jadi, ketika Hilkia menemukan hukum Allah dan Safan membacakannya untuk Raja Yosia, raja mengoyakkan pakaiannya dalam dukacita kemudian segera membuat reformasi rohani dalam hidupnya sendiri dan seluruh negeri. Hanya dengan satu pembacaan firman Allah, ia mengubah jalan negeri itu (2 Raja-raja 22:8-23:25).

Saat ini, sebagian besar dari kita memiliki Alkitab, tetapi apakah kita diubahkan oleh kebenaran yang tercatat di dalamnya? Kita dipanggil untuk membaca, mendengar, dan menaati firman-Nya. Firman itu akan membuat kita seperti Yosia, yaitu segera mengambil tindakan untuk membawa hidup kita ke dalam harmoni sesuai dengan kehendak Allah --MLW

15 September 2007

Apoteker

Nats : Kemudian berkatalah Natan kepada Daud, "Engkaulah orang itu!" (2Samuel 12:7)
Bacaan : 2Samuel 12:1-14

Ada seorang apoteker yang memiliki reputasi baik. Ia adalah seorang pria yang mencintai keluarga dan seorang pebisnis yang baik. Laporan-laporan berita mencatat betapa ia begitu berarti bagi banyak orang. Akan tetapi, untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, orang yang dipercaya ini mulai mengurangi khasiat obat-obat kemoterapi yang disalurkannya. Ia kemudian tertangkap dan dihukum karena kejahatan itu. Ia membuat banyak pekerja medis menjadi bertanya-tanya, "Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?"

Pertanyaan yang sama juga pernah dilontarkan terhadap Raja Daud. Ia dikenal sebagai orang yang dikasihi Allah, tetapi ia memakai kekuasaan dalam jabatannya untuk mengambil istri orang lain (2 Samuel 11). Kemudian, ia bersekongkol untuk membunuh suami dari wanita itu. Pria yang meninggal itu adalah salah seorang perwira militer Daud sendiri, yang meninggalkan keluarganya untuk berjuang dalam pertempuran yang dilakukan bagi rajanya.

Mungkin kita merasa lebih tenang ketika melihat kegagalan orang-orang terkenal. Namun, jika kita merasa lega karena kesalahan orang lain, berarti kita tidak mengenal diri sendiri. Alkitab mencatat dosa Daud itu bukan untuk melemahkan kewaspadaan moral kita, sebaliknya justru untuk membuat kita siaga.

Kegagalan orang lain seharusnya menjadikan kita lebih waspada terhadap kelemahan kita sendiri dan membuat kita lebih menyadari kebutuhan kita atas kasih karunia Kristus. Hanya dengan mengetahui kelemahan kita, maka kita akan bergantung pada kekuatan Allah --MRDII

2 Januari 2008

Tak Terkirim

Nats : Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan (Amsal 13:4)
Bacaan : Lukas 14:28-32

Pagi itu saya menuju warung internet untuk mengirimkan naskah pesanan sebuah majalah. Ketika membuka situs webmail gratis yang saya pakai, ada e-mail baru dari beberapa teman. Segera saya asyik membukanya satu per satu. Lalu saya berselancar ke sejumlah situs lain, memantau, dan men-download kalau ada artikel yang saya minati. Sekitar satu jam kemudian, saya keluar dari warung internet itu. Dalam perjalanan pulang, saya teringat, astaga, naskah tadi malah belum jadi saya kirimkan!

Memiliki suatu sasaran adalah suatu hal. Namun, mempertahankan fokus untuk mencapai sasaran yang sudah ditetapkan tersebut merupakan perkara yang lain sama sekali. Persoalannya, justru ketahan-an dalam menjaga fokus inilah yang acap kali kita abaikan. Kita berlimpah dengan rencana dan keinginan, namun terbata-bata dalam menindaklanjuti pencapaiannya. Kita tidak memiliki komitmen, disiplin, dan ketekunan yang memadai untuk menyelesaikan rencana itu. Kita tidak menjadikan rencana itu prioritas. Hasilnya? Paling tidak, kejengkelan dan ketertundaan seperti yang saya alami tadi. Dalam perkara yang lebih serius, tentu saja akibatnya juga akan lebih parah.

Awal tahun ini banyak orang menyusun resolusi dan target, paling tidak bagi dirinya sendiri. Mungkin keinginan untuk menurunkan berat badan, mungkin cita-cita untuk menulis sebuah novel, mungkin pula kerinduan untuk memenangkan jiwa bagi Kristus. Itu baru satu tahap. Tahap berikutnya, siapkah kita, sepanjang tahun ini, mengembangkan komitmen, disiplin, dan ketekunan yang diperlukan untuk mewujudkannya? --ARS

8 April 2008

Tidak Penting?

Nats : Dari Dialah seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dir (Efesus 4:16)
Bacaan : 1Korintus 12:12-31

Ada tiga tulang sangat kecil pada telinga kita yang mungkin kelihatannya tidak penting benar, tetapi tanpa malleus, stapes, dan incus, kita tidak dapat mendengar. Rambut hidung pun kelihatannya tidak penting, tetapi tanpa rambut pemberian Allah ini, pernapasan kita pasti terganggu. Barangkali kebanyakan dari kita juga tidak pernah memikirkan tentang air liur, namun tanpanya, kita akan tercekik setiap kali makan.

Organ-organ semacam itu kurang lebih mewakili anggota tubuh Kristus yang oleh Paulus disebut sebagai anggota yang tampaknya paling lemah, yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, dan yang tidak elok (1 Korintus 12:22-23). Paulus dengan hati-hati tidak menyebut anggota itu "lemah", melainkan "tampaknya paling lemah". Artinya, kelemahan itu dilihat dari perspektif manusia. Manusialah yang kadang memilah antara pelayanan yang "penting" dan yang "kurang penting".

Sebaliknya, di mata Tuhan, setiap anggota penting (ayat 18). Tubuh Kristus akan sehat jika setiap anggota berfungsi dengan semestinya. Memang ada orang yang dikaruniai sepuluh talenta, ada yang lima talenta, dan ada yang satu talenta, namun pada akhirnya kesetiaan masing-masing orang dalam mengelola dan mengembangkan talenta itulah yang akan diperhitungkan Tuhan.

Jadi, entah kita berdiri di depan mimbar, entah kita menyokong dari balik layar, yang dituntut dari kita masing-masing adalah kesetiaan. Kita melayani bukan untuk mencari penghormatan, melainkan untuk menghormati Allah, menjadi berkat buat gereja-Nya, dan menjadi kesaksian bagi dunia -ARS

20 April 2008

Dia Tetap Setia

Nats : Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran .... Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang sauda (Amsal 17:17; 18:24)
Bacaan : Yohanes 15:9-15

Pernahkah Anda dikhianati oleh seorang sahabat? Dikhianati oleh seseorang yang begitu dekat dan kita percayai? Tentu, itu sangat menyakitkan. Inilah yang dialami Yesus di harihari terakhir-Nya berada di dunia. Dan bila menyimak kisah-Nya, sukar bagi kita untuk memahami sepenuhnya kasih Yesus. Betapa tidak? Dia sudah tahu bahwa Yudas akan menjual-Nya, tetapi Dia masih mau memperingatkan tentang niatnya yang jahat. Dia juga masih memberi tempat dan kesempatan kepada Yudas untuk menerima roti Perjamuan Malam terakhir (Yohanes 13:26). Bahkan lebih dari itu, kasih-Nya tidak mencegah Yudas untuk melanjutkan apa yang sudah ia rencanakan (Yohanes 13:27). Dan sebagai balasannya, Yudas tetap tega mencium Gurunya agar jangan sampai terjadi salah tangkap di Taman Getsemani malam itu!

Menjelang perpisahan-Nya dengan para murid, Yesus tidak lagi menyebut mereka hamba, tetapi sahabat-sahabat-Nya (Yohanes 15:15). Namun, bagaimanakah sikap-Nya saat semua sahabat-Nya itu lari meninggalkan-Nya? Yesus tetap mengasihi mereka. Bahkan, kepada Petrus yang akhirnya benar-benar menyangkali Dia meski telah diperingatkan, Yesus masih membuka tangan lebar-lebar untuk merehabilitasinya (Yohanes 21:15-17). Yesus, Sang Sahabat Sejati, tak pernah meninggalkan sahabat-Nya, bahkan yang telah berubah setia daripada-Nya. Adakah kita memiliki sahabat yang begitu setia seperti Dia?

Dengan Roh Kudus-Nya, Dia akan tetap dekat dengan kita, anak-anak-Nya! Dia bahkan hanya sejauh doa, sebab Dia bersama kita untuk selamanya. Puji Tuhan! -CC

9 Mei 2008

Singapore Airlines

Nats : Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23)
Bacaan : Kolose 3:5-17

Menurut majalah Asiamoney yang beredar di Hongkong, Singapore Airlines memperoleh penghargaan sebagai maskapai penerbangan terbaik di Asia, selama 11 tahun berturut-turut. Belum lagi penghargaan lainnya. Pelayanan yang berkualitas adalah kunci kesuksesan perusahaan ini, sesuai dengan kode maskapai penerbangannya, SQ (Service Quality). Konsistensi (keteguhan pada prinsip), persistency (ketekunan), dan inovasi (penemuan ide baru) adalah tiga hal yang membuatnya bertahan dalam persaingan global.

Sebagai manusia yang baru di dalam Kristus, adakah kita memiliki semangat untuk selalu memberi kualitas terbaik dari semua yang kita miliki saat menjalani hidup di dunia ini? Bila Allah telah mengangkat hidup kita dari yang lama dahulu (ayat 7), dan memperbarui hidup kita dengan berbagai kualitas karakter seperti yang dikatakan dalam bacaan kita hari ini, sudahkah kita hidup seturut dengan perubahan tersebut? Dalam konteks pelayanan kepada Tuhan, sudahkah kita memberi yang maksimal dari kapasitas yang Tuhan percayakan?

SQ selalu mengupayakan pelayanan yang berkualitas sehingga para pelanggannya merasa puas. Jika demikian, bukankah kita harus lebih lagi memberi kualitas terbaik dalam seluruh aspek hidup ini -- khususnya ketika kita melayani Tuhan, mengambil bagian dalam pekerjaanNya -- untuk menyenangkan Tuhan? Kualitas terbaik yang diberikan adalah nilai luhur tertinggi dalam pelayanan gerejawi. Ini melebihi SQ. Nah, sudahkah kita memberikan yang terbaik bagi Raja Semesta Alam? Rindukah kita memberikan seluruh sumber daya dan kapasitas terbaik bagi Dia? -BL

19 Mei 2008

Penghiburan Kita

Nats : Maka menangislah Yesus (Yohanes 11:3)
Bacaan : Yohanes 11:25-36

Ayah saya adalah seorang yang tegar. Namun suatu pagi, setelah menerima sebuah kabar melalui telepon, ia menangis. Seingat saya, itulah satu-satunya kesempatan saya melihatnya menangis di hadapan keluarga kami. Ternyata, ia baru saja mendengar berita meninggalnya kakek saya.

Kematian adalah bagian alami dari kehidupan. Namun toh setiap kali kematian datang, apalagi jika ia menjemput orang yang kita cintai, ada perasaan berduka yang muncul. Namun, berdasarkan bacaan hari ini, sebagai orang beriman setidaknya ada dua penghiburan yang bisa kita pegang saat kita berduka.

Pertama, bahwa dalam Yesus manusia tidak akan mati selama-lamanya (ayat 25). Itu berlaku juga bagi kita. Kematian di bumi ini hanya me-misahkan kita sementara saja dengan orang-orang yang kita kasihi. Kelak kita semua akan bertemu kembali.

Kedua, bahwa Tuhan mengerti benar perasaan kita. Dia menangis ketika melihat Maria dan orang-orang Yahudi meratapi kematian Lazarus (ayat 35). Tuhan yang penuh kasih benar-benar mengerti kedukaan kita akibat kematian. Dan, Dia pun turut berduka bersama kita!

Kedua hal tersebut dapat menjadi penghiburan ketika kita berduka akibat kehilangan seseorang yang terkasih. Kedua hal ini bahkan dapat kita pegang untuk menguatkan kita dalam segala situasi. Hidup kita hanya sementara. Segala masalah di dalamnya pasti akan berlalu. Selain itu, Tuhan yang Pengasih sungguh-sungguh mengerti apa yang kita rasakan. Kita tidak pernah bergumul sendirian -ALS

27 Juli 2008

Peran dan Keahlian

Nats : Juga Aku telah menetapkan di sampingnya Aholiab bin Ahisamakh, dari suku Dan; dalam hati setiap orang ahli telah Kuberikan keahlian. Haruslah mereka membuat segala apa yang telah Kuperintahkan kepa (Keluaran 31:6)
Bacaan : Keluaran 31:1-11

Dalam pertandingan sepak bola, setiap pemain memiliki perannya masing-masing. Peranan ini biasanya diambil sesuai dengan keahlian setiap pemain. Seseorang yang terampil mencetak gol seperti Andriy Shevchenko (pemain nasional Ukraina) akan bermain menjadi penyerang. Orang yang bagus dalam mengumpan bola seperti David Beckham akan menjadi pemain tengah. Mereka yang tangkas menepis bola seperti Gianluigi Buffon akan menjadi penjaga gawang.

Dalam tubuh Kristus juga ada pembagian tugas serupa itu. Ada berbagai peran di dalam gereja yang masing-masing seharusnya dikerjakan oleh orang yang tepat. Bangsa Israel sedang membutuhkan orang-orang yang akan membuat perkakas rumah ibadah yang diperintahkan Allah. Secara khusus, dua orang bernama Bezaleel dan Aholiab adalah orang-orang yang terampil menjalankan pekerjaan tersebut. Bezaleel dikaruniai keahlian, pengertian, dan pengetahuan dalam segala macam pekerjaan membuat perkakas dari emas, perak, dan tembaga (Keluaran 31:3,4). Demikian juga Allah menetapkan Aholiab untuk mendampingi pekerjaan Bezaleel. Allah memerintahkan Musa untuk menunjuk mereka sebagai orang-orang yang akan membuat perkakas tersebut.

Sama seperti Bezaleel dan Aholiab, masing-masing dari kita pasti memiliki keahlian tertentu yang dapat dipakai untuk melakukan tugas-tugas khusus dalam gereja. Barangkali keahlian dalam bermain musik, mengajar, membuat karya seni, menulis, mengatur keuangan, dan sebagainya. Setiap keahlian yang diberikan Tuhan seharusnya dipakai untuk melayani Dia, sesuai peranan yang Dia sediakan bagi setiap kita -ALS

5 September 2008

Mengasihi Musuh

Nats : Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok (Amsal 24:17)
Bacaan : Matius 5:43-48

Dalam "hukum" dunia, kata "mengasihi" dan "musuh" adalah dua kata yang bertolak belakang, karenanya tidak dapat dipersatukan. Dalam bahasa Inggris, musuh adalah enemy, berasal dari bahasa Latin inimicus, artinya "bukan sahabat". Definisinya jelas: orang yang membenci, menginginkan hal yang tidak baik, menyebabkan jatuh, kecewa, sakit, dan sebagainya. Maka, nasihat untuk mengasihi musuh bisa dibilang aneh. Sebab, normalnya musuh itu mesti dilawan, dibenci, disingkirkan, kalau perlu dibasmi.

Akan tetapi, itulah yang dengan tegas dan jelas diajarkan Tuhan Yesus: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Matius 5:44). Ajaran mengasihi musuh tidak saja berdimensi teologis-berkenaan dengan aspek imani-tetapi juga berdimensi praktis dan logis. Pertama, membenci musuh akan merugikan diri sendiri; tidak ada orang yang hidupnya bahagia kalau terus dikuasai kebencian terhadap orang lain. Kedua, melawan kebencian dengan kebencian sama dengan melipatgandakan kebencian. Seperti gelap yang tidak bisa dilawan dengan gelap, tetapi harus dengan terang. Terang, walau hanya secercah, akan sanggup menembus kegelapan.

Dengan memahami makna ajaran "mengasihi musuh", kita bisa melihat luka tanpa dendam; kepahitan tanpa amarah; kekecewaan tanpa geram. Kita memandangnya sebagai kesempatan untuk mengasihi orang lain; untuk berbuat kebaikan. Seperti kata Alfred Plummer, "Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah tabiat Iblis; membalas kebaikan dengan kebaikan adalah tabiat manusiawi; membalas kejahatan dengan kebaikan adalah tabiat ilahi" -AYA



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA