Daftar Isi
Mengatasi Iri Hati
Tipe Apakah Anda?
Hentikan
Kebenaran dan Kasih
Yang Berhak Dipuji
Karunia Mendengarkan
Membuang Sampah
Komunikator yang Baik
Berbuat Baik
Mengapa Luar Biasa
Membukakan Pintu
Transmisi Digital
Kasih Sejati
Mengapa ke Gereja?
Kekuatan Dua Orang
Sangat Dibutuhkan
Menaruh Dendam
Kristal Murni
Manusia Landak
Berkat Ayah
Kegetiran Hati
Kekuatan Kasih
Dihargai
Orang Samaria yang Jahat
Jaringan Relasi
Mengikuti Instruksi
Kata-kata yang Ramah
Ateis yang Baik
Teruji dan Benar
Pujian Saya
Daftar Kasih
Mengasihi Sesama
Naik Rollercoaster
Tersentuh Orang Asing
Sahabat Sampai Akhir
"si Kerbau Dungu"
Begitulah Cara Kerjanya
Saling Mengasihi
Gerutu dan Obatnya
Betapa Indahnya!
Bila Kasih Dibalas Benci
Keajaiban Hidup Pernikahan
Waspadai Roh Menghakimi!
Kebencian yang Sempurna
Sikap Hormat
Kasih Perlu Diungkapkan
Mengubur Kepala Kita
Menegakkan Keadilan
Kasih untuk Menegur
Hal Terbesar di Dunia
Kilasan Kasih Allah
Ungkapan Terima Kasih
Pelatih yang Hebat
Pengorbanan Sejati
Gangguan Ilahi
Meminjami Tuhan
Kongres Keramahtamahan
Kasih Tak Pernah Gagal
Terapi Keluarga
Raih Kesempatan
Siapa yang Akan Kuutus?
S.t.m.k.
Tanggapan Kita
Kumandangkan Kebebasan
Menghargai Orang Lain
Ada Cinta
Masalah Keluarga
Hati untuk Sesama
Persahabatan Internasional
Hati Gereja
Hidup yang Luas
Kebaikan Anonim
Air Sabun Bekas
Bersaksi Melalui Profesi
Menguasai Diri
Waktunya Runtuh Juga
Kuat Dalam Tuhan
Menjaga Komitmen
Meledak Seperti Pistol
Halus Tetapi Mematikan
Perbuatlah Demikian!
Bersahabat
Kupu-kupu
Prakarsa Tuhan
Warisan Termahal
Sederhana Tapi Berharga
Menerima Nasihat
Menghadapi Kekalahan
Frustrasi?
Sindrom Mesias
Menarik Balik Persembahan
Malaikat Menimba Air

Topik : Kasih Untuk

26 November 2002

Mengatasi Iri Hati

Nats : Hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara (1Petrus 3:8)
Bacaan : 1Petrus 3:8-12

Dengan bergurau, seseorang mendefinisikan kebahagiaan sebagai "suatu sensasi menyenangkan yang muncul karena membayangkan kesengsaraan orang lain."

Barangkali hanya sedikit dari kita yang mengaku setuju dengan definisi ini. Yang saya khawatirkan adalah bahwa sebenarnya kita semua membenarkan hal itu. Memang dapat dimengerti bila kita menginginkan kesuksesan seperti orang lain. Namun, kita salah jika berpikir, "Jika saya tidak bisa memiliki sesuatu, maka orang lain tidak boleh mendapatkan sesuatu yang saya inginkan itu."

Saat saya berusia 13 tahun, saya mulai sadar bahwa adik saya Len, 10 tahun, lebih berbakat di bidang atletik daripada saya. Awalnya ada sedikit perasaan kesal yang muncul dalam diri saya, tetapi syukurlah perasaan itu tidak sempat berkembang menjadi iri hati. Mengapa? Karena saya mengasihi Len. Tak lama kemudian, saya mulai bangga dengan prestasi atletiknya dan ikut bahagia melihatnya menang dan sedih saat ia kalah.

Pengalaman itu mengajarkan saya bahwa kasih dan iri hati tidaklah mungkin hidup bersama dalam hati manusia. Sekarang, setiap kali iri hati menampakkan wajah buruknya, saya selalu mengingat bagaimana kasih saya kepada Len mampu mengusir perasan itu dari diri saya. Saya juga mengingat nasihat dalam 1 Petrus 3:8 untuk "mengasihi saudara-saudara." Ayat tersebut memampukan saya untuk "bersukacita dengan orang yang bersukacita, dan menangis dengan orang yang menangis" (Roma 12:15).

Tekad untuk mengasihi orang lain adalah rahasia untuk mengatasi rasa iri hati –Herb Vander Lugt

4 Desember 2002

Tipe Apakah Anda?

Nats : Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi (1Yohanes 4:11)
Bacaan : 1Yohanes 4:11-21

Seseorang pernah berkata, "Ada dua tipe orang di dunia ini. Yang pertama adalah mereka yang masuk ke ruangan dan berkata, "Saya datang!", dan kedua, mereka datang dan yang berkata, "Ah, senang bertemu Anda lagi!"

Betapa berbedanya dua pendekatan di atas! Yang satu berkata, "Lihat saya! Perhatikan saya"; sedangkan yang lain berkata, "Ceritakanlah tentang diri Anda." Yang satu berkata, "Saya orang penting," sementara yang lain berkata, "Andalah yang terpenting." Yang satu berkata, "Dunia ini berputar mengelilingi saya"; tetapi yang lain berkata, "Saya hadir untuk melayani Anda."

Bukankah menyenangkan bila kita dapat menjadi orang tipe kedua, yakni seseorang yang kehadirannya diinginkan oleh orang lain? Seseorang yang berani menyatakan kasih Kristus secara terang- terangan dan tanpa rasa malu?

Perjanjian Baru memberi kita beberapa saran praktis tentang bagaimana caranya menjadi orang yang dapat menunjukkan kasih Kristus. Saran-saran tersebut adalah: Kita diminta untuk memberi hormat kepada orang lain (Roma 12:10), membangun satu sama lain (Roma 14:19), saling memperhatikan (1 Korintus 12:25), saling melayani (Galatia 5:13), saling menolong menanggung beban (Galatia 6:2), saling mengampuni (Kolose 3:13), saling menasihati (1 Tesalonika 5:11), dan saling mendoakan (Yakobus 5:16).

Seharusnya hanya ada satu tipe orang kristiani, yaitu tipe orang kristiani yang "saling mengasihi". Tipe orang seperti apakah Anda? –Dave Branon

7 Januari 2003

Hentikan

Nats : Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia (Roma 13:10)
Bacaan : Roma 13:8-14

Sebuah moto di stiker bumper kendaraan mengkampanyekan pengendalian gosip: "Hentikanlah loshon hora". Gerakan ini dimulai oleh Rabi Chaim Feld di Cleveland, Ohio, yang mengatakan bahwa Alkitab melarang orang mengucapkan kata-kata yang menyakiti hati orang lain dengan cara apa pun. Loshon Hora adalah frasa dari bahasa Ibrani yang berarti perkataan yang negatif atau keji, yakni suatu perkataan jahat yang dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar.

Rabi Feld berkata, "Jika Anda belum pernah bertemu Michael, tetapi seseorang memberi tahu Anda bahwa ia adalah orang yang tolol, maka citra Michael telah rusak di hadapan Anda, bahkan sebelum Anda bertemu dengannya."

Seseorang berkata, "Ketika Anda tergoda untuk menggosip, tariklah napas melalui hidung." Ini memang cara yang baik untuk menjaga kita agar tetap tutup mulut, tetapi kita pun membutuhkan pemecahan masalah yang menyentuh inti masalah.

Penawar racun gosip adalah kasih. Kasih menetralkan racun dalam hati kita sebelum lolos keluar melalui bibir kita. Alkitab menyatakan, "'Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!' Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat" (Roma 13:9,10).

Kapan pun kita tergoda untuk melontarkan perkataan negatif tentang seseorang, meski itu benar, mintalah Allah menolong Anda untuk menghentikan gosip itu. Daripada melontarkan loshon hora, akan jauh lebih baik bila kita mengucapkan sepatah kata yang berisi kebaikan dan kasih --David McCasland

14 Februari 2003

Kebenaran dan Kasih

Nats : Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang (2Timotius 2:24)
Bacaan : 2Timotius 2:19-26

Ada saatnya kita harus "berjuang untuk mempertahankan iman" (Yudas 3). Namun, dalam melakukannya, kita harus tetap bersikap hormat dan tidak memusuhi. Kaum Puritan Inggris di abad ke-17 benar saat mengatakan bahwa iman tak dapat dipaksakan kepada orang lain. Kesepakatan harus diperoleh melalui pendekatan yang lembut dan masuk akal.

Bacaan hari ini menegaskan prinsip tersebut. Paulus berkata kepada Timotius bahwa "seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang" (2 Timotius 2:24). Ia ingin Timotius bersikap hati-hati, tidak bertele-tele saat mewartakan kebenaran, dan tidak bersikap defensif. Ketika orang lain melawan kebenaran, ia harus dengan lemah lembut membetulkan mereka dan berharap Allah akan "memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat iblis" (ayat 25,26).

Kebenaran yang disampaikan kepada pemimpin muda seperti Timotius berlaku bagi semua orang percaya. Mereka yang melawan kita bukanlah musuh kita melainkan korban dari musuh kita. Paulus bersikeras bahwa kita dapat menuntun mereka kepada Allah jika kita mengabarkan kebenaran dengan kasih.

Kebenaran tanpa kasih tak akan menjadi pengajaran yang mampu menyentuh jiwa. Kasih tanpa kebenaran adalah sebuah perasaan sentimentil karena segan melawan kehendak orang lain. Saat kebenaran diungkapkan dengan kasih, Roh Allah akan memakainya untuk mengubah pikiran seseorang --David Roper

2 Maret 2003

Yang Berhak Dipuji

Nats : Febe, saudari kita ... telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri (Roma 16:1,2)
Bacaan : Roma 16:1-16

Pada tahun 1946, untuk pertama kalinya Angkatan Bersenjata Amerika Serikat meluncurkan komputer seberat 30 ton yang diberi nama ENIAC (Electronic Numerical Integrator And Computer). Saat itu dua orang pria, yaitu John Mauchly dan J. Presper Eckert, mendapat pujian. Padahal sebenarnya ada enam wanita di belakang layar yang mengoperasikan komputer tersebut.

Sebelum Mauchly dan Eckert naik ke atas panggung untuk memperagakan ENIAC, para wanita itu telah memprogram mesin rumit tersebut. Namun pada saat itu jasa para wanita tadi tidak diakui. Baru sejarawan masa kinilah yang memberi pujian atas jasa mereka.

Para wanita acap kali tidak mendapatkan pengakuan atas prestasi dan sumbangsih yang mereka berikan. Tragisnya, hal seperti ini juga terjadi di gereja. Namun dalam Roma 16, kita diberi contoh tentang pentingnya menghargai wanita yang telah melayani dengan setia. Paulus memuji Febe yang telah “memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku [Paulus] sendiri” (ayat 1,2). Paulus memuji Priska dan Akwila, suaminya yang telah mempertaruhkan nyawa bagi Paulus (ayat 3,4), juga Trifena, Trifosa, dan Persis yang telah “membanting tulang dalam pelayanan Tuhan” (ayat 12). Paulus menyebut paling sedikit delapan wanita yang sangat dihargainya.

Para wanita beriman layak mendapat pujian atas pelayanan yang mereka lakukan bagi Allah dan sesama. Coba Anda perhatikan para wanita yang melayani dengan setia di gereja Anda. Mengapa Anda tidak berterima kasih dan memuji mereka hari ini? --David McCasland

31 Maret 2003

Karunia Mendengarkan

Nats : Supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan (1Korintus 12:25)
Bacaan : 1Korintus 12:12-27

Suatu kali seseorang ingin berbicara dengan Anda. Apakah Anda mau mendengarkannya? Yang hendak ia utarakan barangkali pengakuan yang jujur atas kesalahannya, pernyataan iman, lelucon lama, atau komentar tentang cuaca, yang butuh ia ungkapkan. Orang yang hendak berbicara itu mungkin seorang anak kecil, atau mungkin juga orang yang sudah cukup umur. Apakah Anda siap untuk mendengarkannya?

Selama 10 tahun, Mary Ridgway, seorang administrator universitas dan pendidik yang sibuk, secara teratur mengunjungi Mary Jacobs di pusat pendampingan hidup. Untuk menjadi seorang pendamping, Ridgway harus lebih dulu mengikuti pelatihan selama 50 jam. Waktu itu ia ragu apakah ia dapat menghilangkan kecenderungannya untuk selalu mengatasi masalah dan selalu berbicara ketika suasana hening. Namun, kini Mary Ridgway telah memutuskan bahwa mendengarkan adalah salah satu pelayanannya kepada Kristus. Dan Mary Jacobs dapat bersyukur kepada Allah setiap malam karena ia punya seorang teman yang setia mendengarkan ucapannya.

Alkitab meminta kita, orang kristiani, untuk “saling memperhatikan” (1 Korintus 12:25) dengan menggunakan karunia yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk saling memperhatikan dan melayani adalah mendengarkan.

Mendengarkan bukanlah tugas dari beberapa orang yang bertalenta saja, melainkan hak istimewa dan kewajiban kita semua. Hari ini, seseorang ingin bercerita kepada Anda. Apakah Anda siap dan bersedia mendengarkannya, demi Yesus? --David McCasland

5 April 2003

Membuang Sampah

Nats : Janganlah kamu saling memfitnah! (Yakobus 4:11)
Bacaan : Yakobus 4:11-17

Saat menyetir, saya melewati tanda peringatan: MEMBUANG SAMPAH DI JALAN RAYA, DENDA 100 DOLAR. Tak lama kemudian saya melihat tanda peringatan lain berbunyi: BAK SAMPAH 1,6 KM LAGI. Tak berapa lama kemudian, saya melewati truk sampah yang sedang menuju pabrik pengolahan sampah.

Ada tiga cara mengatasi sampah. Anda dapat mengumpulkan, menghamburkan, atau membuangnya. Sebagian orang adalah pengumpul sampah. Mereka suka mendengarkan gosip. Jika mereka hanya mengumpulkan gosip tersebut, masalahnya takkan menjadi begitu serius. Namun, pengumpul gosip ini acap kali “mengotori tempat-tempat umum”, dan bersikeras menebarkan sampah gosip di sepanjang jalan kehidupan. Untunglah, ada juga yang tahu cara membuang sampah yang baik. Mereka menaruh sampah pada tempatnya yaitu di tong sampah “lupakan”.

Yakobus 4:11 mengingatkan kita, “Janganlah kamu saling memfitnah!” Jika Anda tak dapat mengatakan hal yang membangun, jangan berkata apa- apa. Jika Anda mendengar gosip yang merugikan, buanglah segera ke tong sampah “lupakan”. Lalu doakan orang yang digosipkan, juga orang yang menyampaikannya. Jangan menyebarluaskan gosip, tetapi hentikanlah gosip dengan bersikap diam. Gosip akan berhenti jika tak diteruskan.

Hari ini, Anda akan menemukan banyak “sampah”. Anda dapat mengumpulkan, menebarkannya, atau membuangnya. Mintalah supaya Allah membantu Anda untuk melakukan perbuatan yang menyenangkan Dia dan membangun sesama --M.R. De Haan, M.D.

3 Juni 2003

Komunikator yang Baik

Nats : Berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota (Efesus 4:25)
Bacaan : Efesus 4:25 -- 5:1

Seorang anak laki-laki dan ayah tirinya mengalami kesulitan untuk saling berkomunikasi. Sang ayah adalah orang yang ramah, sedangkan sang anak pendiam. Sang ayah suka memancing, sedangkan sang anak suka membaca.

Agar bisa lebih dekat dengannya, sang ayah mengajaknya memancing. Sang anak sebetulnya tidak menyukai ajakan tersebut, tetapi ia tidak tahu bagaimana memberi tahu ayahnya secara langsung. Jadi ia menulis di atas secarik kertas bahwa ia ingin pulang. Setelah melihatnya sebentar, sang ayah mengan-tongi kertas itu.

Acara memancing terus berlanjut sampai empat hari berikutnya. Saat akhirnya mereka pulang, sang anak mengungkapkan keputusasaannya kepada ibunya dan berkata bahwa ayah tirinya tidak mempedulikan tulisannya. Namun sang ibu berkata kepadanya, "Nak, ayahmu tidak dapat membaca." Sayangnya, sang ayah tidak pernah mengungkapkan hal tersebut kepada si anak.

Komunikasi yang baik terjadi tidak hanya saat kita mengetahui apa yang ingin kita katakan, tetapi juga saat kita mengenal orang yang kita ajak bicara. Untuk saling mengenal, kita harus rela bila orang lain mengetahui kelemahan dan kekurangan kita.

Paulus mendorong kita sebagai orang-orang percaya untuk berkata benar seorang kepada yang lain (Efesus 4:25). Ia juga menasihati kita untuk "ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni" (ayat 32). Seperti itulah kasih Kristus, yang memberikan rasa aman sehingga komunikasi yang baik dapat bertumbuh --Haddon Robinson

1 Juli 2003

Berbuat Baik

Nats : Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kebaikannya (Amsal 19:22)
Bacaan : Amsal 19:17-22

Richard W. De Haan: 21 Februari 1923 -- 16 Juli 2002

Di bulan ini Anda akan membaca kumpulan artikel pilihan yang ditulis oleh Richard W. De Haan, penulis setia "Our Daily Bread", sekaligus mantan guru Alkitab serta pemimpin RBC ministries. Setelah menderita sakit cukup lama, beliau berpulang kembali kepada Juruselamatnya pada tanggal 16 Juli 2002.

Richard terlibat dalam penerbitan ODB sejak pertama kali diterbitkan yaitu pada tahun 1956. Beliaulah yang menyarankan pemberian nama "Our Daily Bread" pada kumpulan renungan ini. Beliau selalu dikenang dengan penuh kasih karena pengajaran tentang Alkitab yang jelas dan praktis, dan juga karena perkataan beliau yang hangat dan menguatkan.

"Kegelapan besar" pada tanggal 9 November 1965 merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Gangguan listrik dalam skala besar ini telah mengakibatkan kegelapan di delapan negara bagian di sebelah timur laut Amerika, serta sebagian Ontario dan Quebec di timur Kanada -- meliputi 128.000 kilometer persegi dan berdampak pada 30 juta orang.

Tanpa penerangan listrik, kebutuhan akan lilin pun meningkat dengan pesat. Seorang penyiar sebuah stasiun radio di New York yang tetap mengudara karena memiliki sumber listrik cadangan melaporkan,
"Sebuah drama menarik sedang ditayangkan di jalan-jalan. Harga
lilin di banyak toko telah meningkat dua kali lipat. Namun, ada
juga beberapa pedagang baik hati yang menjualnya hanya setengah
harga, atau bahkan memberikannya secara cuma-cuma."

Pada saat darurat ini, beberapa pemilik toko lebih mengutamakan kepedulian mereka terhadap sesama daripada keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Namun, sebagian lainnya memanfaatkan situasi ini lebih untuk keuntungan pribadi daripada rasa peduli akan sesama. Situasi yang sama menghasilkan dua tipe orang yang berbeda, yaitu yang mencari kepentingan diri sendiri dan yang memikirkan kepentingan orang banyak.

Bagaimana seharusnya kita menyikapi situasi ini? Apakah kita memiliki rasa belas kasihan kepada orang yang membutuhkan dan menunjukkan kebaikan kepada mereka? (Amsal 19:17,22). Satu-satunya respons yang tepat terdapat dalam Galatia 6:10, "Selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang" --Richard De Haan

7 September 2003

Mengapa Luar Biasa

Nats : Perempuan-perempuan yang tua, ... [hendaklah] mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya (Titus 2:3,4)
Bacaan : Titus 2:1-5

Kakek dan nenek adalah pembangun jembatan keluarga yang luar biasa. Kakek dan nenek saya, keduanya berasal dari keluarga petani. Mereka berdua adalah orang-orang dari abad ke-19 yang selama bertahun-tahun meneruskan warisan penting, baik sejarah maupun iman.

Sekarang, anak-anak saya mewarisi iman kakek dan nenek mereka, karena mereka dapat melihat bahwa saya dan istri saya secara pribadi sudah menerima iman yang telah diteladankan kepada kami. Selain itu, anak-anak kami juga telah melihat dan mendengar sendiri kesaksian iman daari kakek dan nenek mereka.

Jika dipikir-pikir, sebenarnya sulit untuk dibayangkan kalau pengaruh kakek dan nenek sampai sedemikian jauh. Apalagi, perbedaan umur mereka dengan para cucu mereka berkisar antara 40-70 tahun. Namun, mereka memiliki kemampuan luar biasa untuk menjembatani jurang antargenerasi, dan terkadang lebih baik daripada yang dapat dilakukan para orangtua terhadap anak-anaknya.

Orang-orang tua kristiani, termasuk kakek dan nenek, memiliki satu tanggung jawab dan kesempatan unik untuk menjadi teladan dan pengajar. Secara langsung maupun tidak langsung, mereka menjaga warisan iman agar tetap hidup dari generasi ke generasi.

Marilah kita bersyukur atas warisan yang kuat, yaitu iman, kasih, dan keluarga, yang dapat ditinggalkan oleh kakek dan nenek bagi semua generasi penerus mereka. Dan kakek-nenek sebaiknya menggunakan setiap kesempatan untuk menjalin ikatan dengan cucu-cucu mereka, sehingga iman mereka akan menjadi iman para cucu mereka --Dave Branon

16 Oktober 2003

Membukakan Pintu

Nats : Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah! (1Petrus 3:7)
Bacaan : 1Petrus 3:1-12

Saat saya dan istri makan siang bersama pasangan suami-istri lain, saya perhatikan, setelah keluar dari mobil, sang suami memutar ke sisi lain mobilnya dan membukakan pintu bagi istrinya. Kemudian saya berkata pada pria itu, "Sebagian wanita mungkin menganggap tindakan itu memalukan." "Benar," jawabnya. "Seorang wanita pernah melihat saya melakukan hal ini, dan ia pun segera berkomentar, 'Saya yakin sebenarnya istri Anda sangat mampu membuka pintu sendiri!' Lalu saya menjelaskan kepadanya, 'Saya membukakan pintu untuk istri saya bukan karena ia tidak mampu membuka pintu sendiri, melainkan untuk menghormatinya.'"

Yesus memperlakukan wanita dengan penuh penghargaan dan hormat (Yohanes 4:1-38; 8:3-11; 19:25-27). Begitu juga di dalam 1 Petrus 3:7, para suami diminta untuk hidup bijaksana dengan istrinya, sebagai kaum yang lebih lemah! Pria dan wanita masing-masing memiliki kelemahan tersendiri. Namun secara umum, wanita lebih lemah daripada pria secara fisik. Selain itu, wanita juga memiliki kebutuhan dan sifat sensitif yang unik. Hal ini bukan berarti kedudukan mereka lebih rendah. Sebaliknya, Petrus berkata bahwa sebagai orang-orang kristiani, pria dan wanita adalah "pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan" (ayat 7).

Membukakan pintu bagi seorang wanita mungkin mungkin bagi sebagian orang tampak seperti sopan-santun yang kuno. Namun, hal itu juga dapat menjadi tanda penghargaan yang indah, baik bagi pria maupun wanita, jika itu menggambarkan penghargaan dan rasa hormat yang dimiliki seseorang terhadap pasangannya --Dennis De Haan

5 November 2003

Transmisi Digital

Nats : Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yohanes 13:15)
Bacaan : Yohanes 13:1-17

Pada tahun 2000, sebuah film ditransmisikan secara digital melalui internet dari sebuah studio di Kalifornia untuk pemutaran perdana tingkat dunia di Atlanta, Georgia. Film itu ditransfer langsung dari studio ke layar bioskop, tanpa menggunakan rol film. Secara digital, impuls-impuls elektronis dipakai untuk menggantikan gulungan seluloid yang besar.

Di abad elektronis yang sering digambarkan sebagai "high-tech, low-touch" (teknologi tinggi, sedikit sentuhan) ini, baiklah kita mengingat bahwa Allah menggunakan jenis "transmisi digital" lain. Sebaliknya, Allah menggunakan metode teknologi "high-touch" (banyak sentuhan) untuk mengomunikasikan anugerah dan kasih-Nya.

Dalam bahasa Inggris, kata digital berasal dari kata digit, yang mengacu pada jari tangan kita. Ketika saya berpikir mengenai hidup dan pelayanan Yesus, saya ingat bagaimana Dia memakai tangan-Nya untuk memberi harapan dan kesembuhan. Dia menjamah yang sakit, menggendong anak-anak kecil, memecahkan roti bagi yang lapar, dan membiarkan tangan-Nya dipaku di kayu salib bagi dosa-dosa kita. Dalam Yohanes 13 kita membaca bahwa Yesus menunjukkan sikap rendah hati yang mengagumkan dengan membasuh kaki para murid-Nya dan berkata kepada mereka, "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu" (ayat 14).

Apabila kita merendahkan hati dan berserah kepada-Nya, Tuhan masih akan mentransmisikan Injil anugerah-Nya kepada sesama, melalui jamahan kasih manusiawi kita --David McCasland

4 Desember 2003

Kasih Sejati

Nats : Bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya (Efesus 5:33)
Bacaan : Efesus 5:25-33

Pada suatu hari saya mendapat kunjungan seorang pria muda bernama Ewing. Ia dan anak perempuan kami, Julie, telah saling mengenal selama hampir setahun. Mereka saling mencintai. Ewing bertanya apakah ia boleh menikahi Julie. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan dan mendapatkan tanggapan yang perlu saya dengar, saya pun memberikan restu kepadanya. Kemudian timbullah kejutan besar. Saya bertanya kapan ia akan menikahi Julie, dan ia menjawab, "Dalam waktu dua atau tiga minggu lagi." Pemuda ini sangat mencintai Julie sehingga ingin selalu bersamanya. Kasih sejati menuntut suatu tindakan.

Kira-kira sebulan kemudian, dua minggu setelah acara pernikahan, menantu laki-laki saya yang baru ini berkata kepada saya, "Perlu Anda ketahui Pak, Julie adalah sahabat terbaik saya. Kami sangat menikmati kebersamaan kami."

Sebagian dari kita yang telah menikah cukup lama mungkin berpikir bahwa pengalaman telah membuat kita menjadi pakar dalam soal pernikahan. Namun saya yakin kita dapat belajar dari para pengantin baru. Pertama, jika dua orang sungguh-sungguh mencintai, mereka akan memberi perhatian yang dalam satu sama lain dan begitu menikmati kebersamaan mereka. Kedua, kasih sejati berarti hubungan pasangan itu akan ditandai dengan kebaikan yang dilakukan satu sama lain. Disebut apakah ciri-ciri dua orang seperti ini kalau bukan sahabat karib?

Yesus adalah sumber terbesar cinta kasih dan penghargaan (Efesus 5:25-33). Teladan kasih sejati adalah kasih Kristus --Dave Branon

16 Desember 2003

Mengapa ke Gereja?

Nats : Marilah kita saling memerhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita (Ibrani 10:24,25)
Bacaan : Ibrani 10:19-25

Dalam surat kepada editor sebuah surat kabar Inggris, seseorang mengeluh bahwa ia tidak menemukan alasan untuk pergi ke gereja setiap Minggu. "Selama 30 tahun terakhir ini, saya telah menghadiri kebaktian cukup teratur," tulisnya, "dan selama itu ... saya telah mendengarkan tidak kurang dari 3.000 khotbah. Namun, yang mengejutkan, saya tidak dapat mengingat satu pun dari khotbah-khotbah itu. Saya berpikir mungkin lebih bermanfaat bila waktu sang pendeta digunakan untuk mengerjakan hal lain saja."

Surat itu menimbulkan reaksi dari banyak orang. Berikut ini adalah sebuah tanggapan yang paling mengena: "Saya telah menikah selama 30 tahun. Selama itu saya telah makan sebanyak 32.850 kali -- sebagian besar hasil masakan istri saya. Tiba-tiba saya menyadari bahwa saya tidak dapat mengingat satu pun dari menu makanan itu. Namun, saya memperoleh gizi dari setiap hidangan tersebut. Saya pikir, tanpa makanan-makanan tersebut, mungkin saya telah mati kelaparan sejak dahulu."

Alkitab menegaskan pentingnya pergi ke gereja, dan satu-satunya nasihat untuk melakukan hal ini muncul dalam topik tentang bahaya yang timbul apabila menjauhkan diri dari pertemuan ibadah (Ibrani 10:25). Kita memerlukan bantuan untuk menjaga iman dan pengharapan kita dari keguncangan (ayat 23), dan untuk mengasihi serta melakukan pekerjaan baik (ayat 24). Sebagaimana makanan jasmani membuat kita tetap hidup dan kuat, demikian juga makanan rohani yang bergizi dari pengajaran dan persekutuan, sangat penting bagi kita untuk tetap hidup --Dennis De Haan

3 Mei 2004

Kekuatan Dua Orang

Nats : Yonatan menyuruh Daud sekali lagi bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri (1 Samuel 20:17)
Bacaan : 1 Samuel 20:12-17,41,42

Dalam novel karangan G.K. Chesterton yang berjudul The Man Who Was Thursday, seorang polisi agen rahasia menyelundup ke dalam kelompok pemberontak yang ingin mengacaukan dunia. Ia diselimuti ketakutan yang luar biasa, sampai akhirnya ia menemukan seorang sekutu di dalam kelompok itu.

Chesterton menuliskan perasaan sang polisi ketika menemukan seorang teman: “Dalam semua pencobaan ini, akar ketakutannya adalah kesendirian. Tak ada kata-kata yang dapat mengungkapkan betapa besarnya perbedaan antara sendirian dan memiliki seorang teman. Para ahli matematika mengatakan bahwa empat orang adalah dua orang ditambah dua orang. Namun bila kita mendapatkan seorang teman, kita bukan sekadar dua orang yang bersatu, melainkan bagaikan kesatuan dua ribu orang.”

Ketika Daud dikejar-kejar oleh Raja Saul yang cemburu dan kehilangan akal sehat, ia memiliki seorang teman yang mau mengambil risiko besar untuk mendampinginya. Yonatan, putra tunggal Saul, menyatakan kesetiaannya kepada Daud dan memberitahukan niat sang ayah untuk membunuhnya (1 Samuel 20:31-42). Lalu, saat Saul mengejar Daud ke padang gurun, “bersiaplah Yonatan ... lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah” (23:16).

Betapa indahnya hadiah yang kita berikan saat kita dengan setia mendampingi seorang teman yang membutuhkan dukungan! Ada semangat dan kekuatan yang luar biasa saat dua orang bersatu di dalam hidup ini. Tangan siapa yang dapat Anda kuatkan hari ini dengan menjadi teman baginya? —David McCasland

9 Mei 2004

Sangat Dibutuhkan

Nats : Aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike (2 Timotius 1:5)
Bacaan : 2 Timotius 1:1-5

Seorang ibu rumah tangga yang berbakat menulis sebuah esai yang menggambarkan dengan gamblang (tanpa mengeluh) rasa frustrasi, pengorbanan, dan kesepian yang menyertai pola hidup yang dipilihnya. Memang tidaklah menyenangkan menghadapi seorang bayi rewel berusia 18 bulan yang sedang tumbuh giginya, melerai pertengkaran antara seorang anak berusia 3 tahun yang belum rasional dengan seorang anak berusia 5 tahun yang agresif, serta mendengarkan celotehan anak-anak kecil yang tiada henti-hentinya. Namun, sang ibu menyimpulkan bahwa peranannya sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan anak-anaknya. Pendapatnya itu memang benar!

Peranan seorang ibu yang saleh dalam kehidupan seorang anak memang benar-benar penting. Sebagai contoh lihatlah Timotius. Ia adalah, seorang pemuda yang oleh Rasul Paulus dianggap sebagai anak rohani dan rekan sekerja yang sangat berharga di dalam pelayanannya. Dalam suratnya yang kedua kepada Timotius, Paulus teringat bagaimana Timotius dipengaruhi oleh iman yang tulus ikhlas dari neneknya Lois dan ibunya Eunike (2 Timotius 1:5). Allah telah memakai dua generasi ibu yang penuh kasih itu untuk mempersiapkan Timotius bagi pekerjaan penting yang akan diembannya, yaitu menyebarkan Injil dan membentuk jemaat yang beranggotakan orang-orang percaya di dalam Kristus.

Marilah kita memuji Tuhan atas para ibu yang tidak hanya memerhatikan anak-anaknya secara jasmani, tetapi juga memelihara mereka secara rohani. Ibu-ibu seperti itu memang sangat dibutuhkan! —Herb Vander Lugt

13 Mei 2004

Menaruh Dendam

Nats : Janganlah engkau ... menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Imamat 19:18)
Bacaan : Kejadian 27:35-41

Penulis esai dan kritikus Inggris, Charles Lamb (1775-1834) berkata demikian tentang seseorang yang tidak ingin ditemuinya: “Jangan perkenalkan orang itu kepada saya! Saya ingin terus membencinya, dan saya tidak dapat membenci seseorang yang saya kenal.”

Kebencian yang dipendam dapat merusak hubungan yang erat dengan orang lain. Yakub menipu kakaknya dan mencuri hak kesulungannya, sehingga dapat dimengerti jika Esau marah. Namun apa yang dilakukan Esau terhadap kemarahannya menjadi masalah yang serius, tidak hanya bagi Yakub, tetapi juga bagi Esau sendiri. Selama bertahun-tahun Esau menyimpan kebencian mendalam, yang merusak hubungan hangatnya dengan sang adik.

Dendam juga dapat menciptakan suasana yang dingin dan beku di dalam gereja, dan hal ini acap kali membuat orang-orang menjauhkan diri. Pendeta George Gardiner bertanya kepada anggota sebuah jemaat yang ia kunjungi, mengapa gereja mereka tidak berkembang. Ia menerima jawaban berikut, “Ada seorang penatua di gereja ini yang menyimpan dendam.”

Daripada menyimpan dendam, lebih baik kita menyingkapkannya di hadapan Allah dalam pengakuan dosa dan memohon kelepasan. Kita harus mulai berdoa bagi orang yang kita benci dan, jika memungkinkan, mengambil langkah-langkah praktis untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan kita. Kita harus mencari jalan untuk menunjukkan kasih.

Kebencian akan lenyap jika sasaran dari niat jahat kita menjadi sasaran istimewa dari niat baik kita —Dennis De Haan

16 Mei 2004

Kristal Murni

Nats : Anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah (Mazmur 127:3)
Bacaan : Mazmur 127

Salah seorang teman saya—sebut saja namanya “Mary”—mengatakan bahwa kenangannya yang paling indah adalah ketika pada suatu pagi ia memecahkan kristal milik ibunya yang “tak ternilai harganya”.

Saat itu ibunya hendak mengadakan sebuah pesta. Sang ibu mengeluarkan kristal murninya dari lemari dan dengan hati-hati mencucinya, kemudian meletakkannya di atas meja. Kristal itu adalah satu-satunya harta yang berharga milik sang ibu dan hanya dipergunakan pada acara-acara istimewa.

Ketika sedang tergesa-gesa mempersiapkan segala sesuatu untuk para tamunya, sang ibu berkata kepada anak perempuannya, Mary, “Nak, carilah tempat yang tidak menghalangi orang berlalu-lalang.” Lalu Mary pun merangkak ke kolong meja. Namun, kakinya menyenggol kaki meja sehingga kristal itu jatuh ke lantai. “Kristal itu hancur berantakan seperti pecahan peluru meriam,” kenangnya. Ia telah memecahkan barang terindah milik ibunya.

“Maafkan aku, Bu,” isak gadis kecil itu. Sang ibu merangkulnya sambil berbisik, “Jangan menangis, Sayang. Kamu jauh lebih berharga bagi Ibu daripada kristal itu.”

Memang, anak-anak adalah harta kita yang paling berharga, lebih mulia daripada apa pun yang dapat kita beli atau peroleh. Mereka adalah “milik pusaka dari pada Tuhan”, dan merupakan “suatu upah” (Mazmur 127:3).

Apakah anak-anak Anda mengetahui betapa berharganya mereka bagi Anda? Ungkapkanlah hal itu kepada mereka hari ini juga —David Roper

2 Juni 2004

Manusia Landak

Nats : Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barang siapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (1 Yohanes 4:21)
Bacaan : 1 Yohanes 4:16-21

Jauh di lembah Wyoming, secara kebetulan saya menjumpai landak terbesar yang pernah saya lihat. Ketika ia perlahan-lahan mendekat, saya mengamatinya dengan saksama dan memberinya cukup ruang untuk lewat. Saya tidak mau dekat-dekat binatang yang durinya mirip peluru kendali itu. Tak heran jika ia sendirian!

Namun, ternyata ia tidak sendirian sepanjang waktu. Setiap bulan November dan Desember, landak-landak itu saling bertemu untuk menghasilkan keturunan. Selama masa itu mereka memilih untuk menidurkan duri-duri mereka, meski sesudahnya mereka kembali menegakkan duri mereka.

Hampir setiap gereja, akan ada satu atau dua orang “landak” dengan duri-duri kritik, sikap kasar, atau kesombongan. Kita ingin menghindari mereka, tetapi Allah menempatkan kita di tengah komunitas orang percaya untuk bersekutu. Dia memerintahkan kita agar saling mengasihi, termasuk mengasihi orang dengan tipe landak ini. Dan kalau mau jujur, kita harus mengakui bahwa kita pun memiliki duri-duri.

Yohanes menulis, “Barang siapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya” (1 Yohanes 4:21). Untuk melakukannya, kita seharusnya meminta Allah menolong kita “melembutkan duri-duri kita”, bahkan ketika orang lain “berduri”. Roh Kudus akan menolong kita untuk menghentikan sikap kita yang terlalu membela diri sendiri, penuh kritik, atau suka mengatur. Dan Dia akan memampukan kita untuk mengasihi saudara-saudari kristiani kita. Inilah cara menunjukkan kepada dunia bahwa kita mengasihi Allah (Yohanes 13:35) —Dave Egner

20 Juni 2004

Berkat Ayah

Nats : Hendaklah kamu semua ... penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, ... tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati (1 Petrus 3:8,9)
Bacaan : 1 Petrus 3:8-12

Seorang pria yang sedang berduka karena kematian ayahnya berkata, “Saya tidak hanya menangisi ayah saya, tetapi juga diri saya sendiri. Kematiannya berarti saya tidak akan pernah mendengar perkataan yang selalu ingin saya dengar darinya, yaitu bahwa ia bangga terhadap saya, bangga akan keluarga yang saya bina, dan bangga akan hidup yang saya jalani.”

Bukannya mengulangi kesalahan sang ayah, sebaliknya pria itu justru menyampaikan ucapan yang menyemangati anaknya sendiri, yang tidak pernah ia dapatkan, yaitu bahwa ia bangga terhadap anaknya dan kesuksesan hidup yang telah diraihnya.

Kerap kali, ketegangan antara ayah dan anak-anak tidak terselesaikan. Luka lama itu tetap tak tersembuhkan. Kita tak bersedia mengampuni ucapan kemarahan dan luka masa lalu. Namun, bagi diri sendiri dan keluarga kita, kita perlu melakukan segala upaya untuk meruntuhkan tembok yang memisahkan kita.

Bagaimana cara kita memulainya? Perintah Alkitab mengenai semua hubungan yang kita miliki adalah “Mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, ... menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ... mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya” (1 Petrus 3:8,9,11).

Oleh kasih karunia Allah, marilah kita putuskan lingkaran kemarahan dan memberi anak-anak kita apa yang mereka ingin dengar dari kita, yaitu ucapan berkat dan kasih —David McCasland

5 Agustus 2004

Kegetiran Hati

Nats : Perhatikanlah segala perkataan yang kuperingatkan kepadamu hari ini ... itulah hidupmu (Ulangan 32:46,47)
Bacaan : Ulangan 32:44-52

Panjang umur dan kehidupan yang lebih baik dianggap sebagai suatu hal yang sangat penting bagi manusia. Kemajuan di bidang ilmu kedokteran memungkinkan hal itu dialami oleh lebih banyak orang. Meskipun demikian, tidak seorang pun dari kita dapat menghindar dari proses penuaan. Suatu hari nanti usia tua akan menyerang diri kita dan tubuh kita berubah menjadi renta.

Akan tetapi, kita dapat menghindari kegetiran hati dan kekecewaan saat usia kita semakin tua. Marilah kita tengok kehidupan Musa. Ketika usianya 120 tahun, ia mendampingi bangsa Israel sebelum mereka menyeberangi Sungai Yordan dan memasuki Tanah Perjanjian. Musa tidak dapat menyertai mereka lagi karena telah melanggar perintah Allah, ketika dengan marah ia memukul batu karang di padang gurun (Bilangan 20:12,24).

Musa dapat dengan mudah tergelincir ke dalam sikap mengasihani diri dan kesal hati! Bukankah ia telah menanggung beban sikap orang Israel yang keras kepala dan tegar tengkuk selama 40 tahun? Bukankah ia telah mendoakan mereka dari waktu ke waktu? Namun, di akhir hayatnya, ia justru memuliakan nama Tuhan dan memberi perintah kepada generasi baru Israel untuk menaati Dia (Ulangan 32:1-4,45-47).

Ketika usia kita semakin tua, kita dapat terus-menerus berkubang dalam kegagalan dan penderitaan masa lalu, atau sebaliknya, kita dapat senantiasa mengingat kasih setia Allah, menerima pendisiplinan-Nya, dan terus-menerus menatap masa depan dengan penuh iman. Itulah satu-satunya cara untuk menghindari kegetiran hati --Dennis De Haan

12 Agustus 2004

Kekuatan Kasih

Nats : Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Matius 5:44)
Bacaan : Matius 5:43-48

Fyodor Dostoevsky menceritakan kisah tentang dua bersaudara, Ivan dan Alyosha Karamazov. Alyosha adalah seorang pengikut Yesus yang setia, sedangkan Ivan adalah seorang yang skeptis terhadap agama.

Cerita ini mengisahkan tentang Ivan yang menemui saudaranya di sebuah kafe. Dalam upayanya untuk merendahkan iman Alyosha, Ivan mendeklamasikan sebuah puisi panjang yang ditulisnya tentang Penyelidik Agung. Dalam puisi itu, sang Penyelidik mencerca Yesus karena keputusan-Nya memberikan kehendak bebas bagi manusia sehingga membawa begitu banyak kepedihan dan penderitaan di dalam dunia ini.

Ketika Penyelidik Agung menyelesaikan argumennya, Ivan menggambarkan bahwa Yesus tidak mampu menjawab. Yesus malah mendekati sang Penyelidik dan menciumnya. Ivan berharap Alyosha akan melihat tindakan Yesus sebagai tindakan yang tidak masuk akal. Namun begitu saudaranya selesai berbicara, Alyosha justru meniru tindakan Yesus. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan dan mencium Ivan.

Sikap Alyosha yang luar biasa itu benar-benar membalikkan suasana. Sikap itu menggambarkan kemenangan kasih atas keragu-raguan dan skeptisisme. Kasih menepis setiap keberatan yang ada. Tak ada argumen logis yang dapat menumbangkannya.

Itulah sebabnya Yesus meminta kita mengasihi musuh kita, dan melakukan kebaikan bagi mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44). Bukan argumen yang rasional, melainkan kasihlah yang mampu mengatasi kebencian. Kebaikan Allah yang dinyatakan di dalam kasih kita, akan membawa orang menuju pertobatan --David Roper

13 Agustus 2004

Dihargai

Nats : Di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia (Matius 26:13)
Bacaan : Matius 26:6-13

Para pahlawan iman dalam Alkitab kerap mengejutkan kita. Contoh paling tepat adalah seorang wanita dalam bacaan Alkitab kita hari ini. (Yohanes 12:3 menyebutkan wanita itu bernama Maria). Yesus memilihnya, dan namanya sering disebut ke mana pun Injil diberitakan. Maria dianggap melanggar tata susila dalam perjamuan bersama Yesus karena pemberiannya yang berlebihan ketika mengurapi-Nya dengan minyak wangi yang harganya lebih tinggi daripada upah setahun. Saya yakin Maria melakukannya karena ia tahu bahwa Yesus akan mati.

"Untuk apa pemborosan ini?" tanya para murid yang ikut perjamuan, sebagai ungkapan keprihatinan kepada orang miskin (Matius 26:8,9). Seandainya saat itu mereka menghadiri pemakaman Yesus, bukan perjamuan makan dengan-Nya, mungkin reaksi mereka berbeda. Sebaliknya, ketika Maria menunjukkan kasih yang luar biasa kepada-Nya saat Dia masih hidup, ia justru dikritik keras karena pemborosan itu.

Kita dapat memetik pelajaran berharga dari pengabdian Maria. Kita perlu mencurahkan "minyak wangi" kita yang terbaik bagi orang yang masih hidup. Namun, kita kerap kali menunda untuk memberikan penghargaan kepada orang yang kita kenal sampai ia meninggal, sehingga kita gagal menunjukkannya saat ia masih hidup.

Adakah seseorang yang terlintas dalam benak Anda, seorang teman atau anggota keluarga, yang perlu diberi penghormatan dan semangat melalui ungkapan kasih dan penghargaan Anda? Jika ada, lakukanlah sesuatu untuk menunjukkannya, selagi orang itu masih hidup --Haddon Robinson

12 September 2004

Orang Samaria yang Jahat

Nats : Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan ... kamu bayar, tetapi ... kamu abaikan ... keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan (Matius 23:23)
Bacaan : Matius 23:1-15

Seorang "Samaria yang baik hati lalu berubah jadi jahat" telah menyelamatkan seorang wanita, kemudian merampas tasnya. Polisi di Los Angeles melaporkan bahwa seseorang yang lewat tempat itu melihat wanita yang sedang stres tersebut siap-siap melompat dari atas jembatan. Pria itu berusaha sekuat tenaga menahan wanita itu agar tidak jadi melompat sampai kemudian wanita itu jatuh lunglai, menghantam beton, lalu tak sadarkan diri. Kemudian terjadilah hal yang mengejutkan. Menurut beberapa orang saksi, tersangka merampas tas wanita itu dan kabur.

Tindakan pria yang memalukan itu menggambarkan perilaku orang-orang Farisi. Mereka juga tampaknya siap sedia menolong orang lain (Matius 23:15). Mereka dikenal sebagai orang-orang yang suka berdoa, menguasai Kitab Suci, pemenang iman, dan penolong bagi sesama yang membutuhkan. Tetapi maksud hati mereka menunjukkan bahwa sebenarnya mereka adalah para pencuri dan suka memanfaatkan orang lain.

Kita tidak lebih baik dari mereka. Kita pun bisa saja menolong orang lain dengan niat yang tulus, namun di balik semua itu, kita menjadi lebih tertarik untuk memerhatikan kepentingan diri sendiri daripada orang lain.

Tuhan, kami tidak ingin menjadi orang seperti itu. Kami ingin menjadi pribadi yang tulus dan penuh kasih seperti Putra-Mu. Tolonglah kami agar tidak termakan oleh keegoisan kami. Manakala kami menunjukkan kasih-Mu kepada sesama, jangan biarkan motivasi kami berubah menjadi keinginan untuk mencari keuntungan sendiri --Mart De Haan

29 September 2004

Jaringan Relasi

Nats : Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu (Markus 12:30)
Bacaan : Yohanes 15:1-14

Seorang profesor Harvard Business School menulis sepucuk surat terbuka kepada semua sarjana secara nasional. Ia berkata kepada mereka bahwa dalam hal tertentu, mereka perlu melupakan apa yang telah mereka pelajari di sekolah. Ia mengatakan bahwa sekolah cenderung terlalu menekankan gagasan bahwa keberhasilan dapat diraih bila kita lulus ujian. Profesor itu menekankan bahwa keberhasilan di tempat kerja terutama tergantung pada cara kita belajar untuk berhasil, yang ia sebut dengan "jaringan relasi", yakni kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan menjadi sebuah tim yang efektif.

Kebenaran ini juga berlaku saat kita menjalani kehidupan kristiani. Kita sering berpikir bahwa kedewasaan dan keberhasilan rohani merupakan hasil dari seberapa banyak kita mengetahui berbagai prinsip dan fakta di dalam Alkitab.

Namun, Yesus menunjukkan kepada kita bahwa keberhasilan sejati berasal dari hal lain, yakni sikap saling mengasihi seperti Dia mengasihi kita. Dia memperjelasnya dengan mengatakan bahwa kita dapat melakukannya jika kita "tinggal" di dalam Dia (Yohanes 15:7). Ini berarti bahwa kita harus selalu dekat dengan Dia melalui doa, dan bersedia menaati segala perintah-Nya (ayat 10). "Jaringan relasi" kita, pertama-tama harus dikembangkan kepada Allah, kemudian kepada sesama kita.

Rahasia keberhasilan rohani itu tidak hanya dalam hal mendapatkan pengetahuan pribadi, tetapi mengombinasikan pengetahuan tersebut dengan kasih di dalam segala jenis relasi kita --Mart De Haan

30 September 2004

Mengikuti Instruksi

Nats : Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh (Mazmur 119:130)
Bacaan : Mazmur 119:129-136

Setelah seorang wanita menuntut sebuah restoran cepat saji karena tersengat kopi panas, maka para pengusaha pun mulai mengubah buku pedoman penggunaan dan tanda peringatan pada produk-produk mereka.

Perhatikanlah instruksi berikut ini:

o Pada makanan beku: HANGATKAN SEBELUM DIMAKAN

o Pada setrika: AWAS! JANGAN MENYETRIKA BAJU DI BADAN

o Pada botol selai kacang: MENGANDUNG KACANG

o Pada tutup botol susu: SETELAH DIBUKA, JANGAN DIBALIK

Jika sebagian orang memerlukan petunjuk yang jelas pada barang-barang rumah tangga, maka pikirkan betapa kita pun sebenarnya sangat memerlukan arahan Allah. Kitab Mazmur pasal 119 mengatakan pentingnya buku pedoman-Nya, yakni Alkitab. Dalam Kitab Suci, kita akan menemukan apa yang Allah inginkan supaya kita percayai, kita hidupi, dan kita lakukan.

"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat" (Kisah Para Rasul 16:31).

"Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu" (Efesus 4:32).

"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk" (Markus 16:15).

Karena itu, mintalah Tuhan untuk mengajarkan kepada Anda mengenai segala ketetapan-Nya, dan untuk mengarahkan setiap langkah Anda menurut firman-Nya (Mazmur 119:133,135). Lalu bacalah sering-sering dan ikutilah semua instruksi-Nya --Anne Cetas

21 Oktober 2004

Kata-kata yang Ramah

Nats : Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun (Efesus 4:29)
Bacaan : Efesus 4:29-32

Salah satu kehormatan paling besar yang pernah ditawarkan kepada saya datang di tengah salah satu peristiwa hidup yang paling menyedihkan.

Tahun lalu hati saya hancur ketika teman baik dan rekan sekerja saya, Kurt De Haan, meninggal secara tiba-tiba saat ia sedang keluar untuk lari-lari pada jam makan siang seperti biasanya. Kurt adalah redaktur pelaksana Our Daily Bread sejak tahun 1989 sampai ia meninggal. Kepergiannya merupakan pukulan hebat bagi kami masing-masing di RBC Ministries. Namun, Mary istrinya dan keempat anak mereka mengalami duka yang jauh lebih dalam.

Beberapa hari sebelum pemakaman, Mary menelepon dan meminta saya untuk menyampaikan pidato tentang Kurt. Saya terharu mendapat hak istimewa ini.

Ketika saya merenungkan kehidupan Kurt, ada salah satu sifat yang terus-menerus muncul ke permukaan. Sifat itu merupakan karakteristik yang luar biasa, dan itu menjadi inti dari kata-kata penghormatan saya bagi almarhum. Selama 22 tahun saya mengenal, bekerja bersama, dan bercakap-cakap dengannya, saya tidak pernah sekalipun mendengar Kurt mengatakan sesuatu yang negatif tentang orang lain.

Benar-benar warisan luar biasa dari hati seorang kristiani yang sejati! Kurt telah hidup sesuai dengan standar Efesus 4:29-32. Ia selalu berusaha untuk membangun orang lain, dengan menunjukkan keramahan serta kasih mesra, bukannya kepahitan atau kejahatan.

Apakah orang lain juga akan dapat mengatakan hal yang sama tentang kita? --Dave Branon

6 November 2004

Ateis yang Baik

Nats : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! (Roma 13:9)
Bacaan : Lukas 10:25-37

Ketika seorang pria tahu ada seorang wanita tua yang tak sanggup membeli obat dan membayar sewa rumah, ia datang membantu wanita tua itu. Ia membawa wanita itu ke rumahnya dan merawatnya seperti ibunya sendiri. Ia menyiapkan tempat tidur dan makanan, membelikan obat, serta mengantar wanita tua tersebut ketika ia butuh perawatan. Ia terus merawatnya sampai wanita itu tak dapat lagi mengurus diri sendiri. Saya takjub ketika tahu bahwa pria yang baik itu seorang ateis yang fanatik!

Orang-orang Yahudi terguncang oleh perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati. Yesus memuji kebaikan orang Samaria itu. Orang Yahudi sangat merendahkan orang Samaria, sama seperti saya yang cenderung memandang rendah orang ateis.

Seorang ahli Taurat mencobai Yesus dengan bertanya bagaimana ia dapat memperoleh hidup kekal. Lalu Yesus menanyakan apa yang dituliskan hukum Taurat tentang hal itu. Ahli Taurat tersebut menjawab bahwa ia harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Lukas 10:25-27). Lalu sang ahli Taurat bertanya kembali, “Dan siapakah sesamaku manusia?” (ayat 29). Dalam perumpamaan Yesus, orang Samaria itu adalah sesama manusia yang menunjukkan kebaikan kepada orang yang terluka.

Yesus menceritakan perumpamaan ini untuk menantang para pendengar- Nya. Cerita tentang orang Samaria dan orang ateis yang baik hati mengingatkan kita tentang tingginya standar firman Allah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” (Roma 13:9) —Herb Vander Lugt

26 Januari 2005

Teruji dan Benar

Nats : Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya? (Amsal 20:6)
Bacaan : Galatia 5:22-26

Kita sering kecewa terhadap orang yang tidak setia. Seorang sanak keluarga berjanji akan menulis surat, tetapi bulan-bulan berlalu tanpa ada surat yang diterima. Seorang pendeta berkata bahwa ia akan mengunjungi bila kita sakit, tetapi ia tidak pernah datang ke rumah sakit atau ke rumah kita. Seorang sahabat setuju akan menemani kita dalam kemalangan, tetapi menelepon pun tidak. Banyak orang berkata akan mendoakan kita, tetapi mereka cepat melupakan kebutuhan kita. Seseorang berjanji akan melakukan suatu tugas penting bagi kita, tetapi tak pernah melakukannya. Kita bertanya-tanya, “Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?” (Amsal 20:6).

Kita tidak dapat berbuat banyak terhadap ketidaksetiaan orang lain. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal untuk kesetiaan kita terhadap orang lain. Apabila kita berjanji, kita harus menepatinya. Bila kita berkata kepada seseorang bahwa kita akan berdoa baginya, kita perlu menindaklanjuti dan melakukannya. Apabila kita menyatakan kesetiaan dan kasih kepada orang lain, maka kita dapat melakukan hal-hal kecil yang menunjukkan kepada mereka bahwa kita serius.

Rasul Paulus mengatakan bahwa salah satu buah Roh adalah kesetiaan (Galatia 5:22). Allah akan menciptakan di dalam diri kita roh yang teguh jika kita menganggap serius apa yang kita katakan kepada orang lain tentang hal-hal yang akan kita lakukan bagi mereka, dan jika kita menepatinya.

Mintalah Allah menjadikan Anda orang yang dapat dipercaya, yakni orang yang teruji dan benar —David Roper

2 Februari 2005

Pujian Saya

Nats : Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, ... karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus (Kolose 1:3,4)
Bacaan : Kolose 1:3-8

Ketika menerima suatu pujian, ada se-suatu yang memancar hangat dalam diri saya. Kadang kala saya merasa bersalah karena menikmati pujian itu. Lagi pula, bukankah hal itu merupakan suatu bentuk kesombongan? Namun, saya menyimpulkan bahwa menikmati pujian bukanlah hal yang keliru, apabila kita menerima pujian yang tulus atas apa yang telah kita kerjakan.

Dengan merasakan kegembiraan karena dipuji, kita mengizinkan orang lain untuk melatih talenta mereka dalam memberi dorongan kepada sesama. Perkataan mereka dapat membangkitkan semangat kita.

Apabila kita memuji orang lain, kita juga menunjukkan bahwa kesombongan tidak mendapat tempat dalam kehidupan kita. Orang yang sombong tenggelam dalam dirinya sendiri, sehingga ia tidak memerhatikan apa yang dilakukan sesamanya dan tidak memiliki hasrat untuk memuji mereka.

Paulus secara terbuka memuji teman-temannya di Kolose karena ia tahu bahwa pujian itu akan memberikan semangat kepada mereka. Maka demikian pulalah kita seharusnya.

Berikan tepukan di punggung sesama kita apabila mereka layak dipuji. Pujilah seorang anak yang melakukan sesuatu dengan baik. Pujilah ibu tunggal yang secara teratur mengajak anak-anaknya ke gereja. Berilah semangat kepada orang yang setia membantu orang lain, meski ia jarang menerima penghargaan dari mereka. Tetaplah berusaha menyenangkan Allah dan sesama di sekitar Anda.

Anda tak perlu merasa bersalah karena merasa senang ketika seseorang memuji Anda —Herb Vander Lugt

11 Februari 2005

Daftar Kasih

Nats : Kasih itu sabar; kasih itu murah hati (1 Korintus 13:4)
Bacaan : 1 Korintus 13:4-7

Seorang wanita bernama Nancy menggunakan ayat-ayat dari 1 Korintus 13 untuk membantu mengatasi rasa frustrasinya terhadap kehidupan keluarga yang dipadati kesibukan. Ia menyebut ayat 4 sampai 7 sebagai “Daftar Kasih” dan ia mengacu pada daftar itu tatkala amarah memenuhi hatinya.

Nancy memberi sebuah contoh bagaimana ia memakai daftarnya tersebut. Pada suatu pagi, ia pergi untuk melakukan berbagai hal sebelum ia dan keluarganya pergi berlibur. Saat itu suaminya, Bill, sedang berada di rumah sambil menjaga anak-anak dan mempersiapkan segalanya agar mereka dapat berangkat lebih awal siang itu. Sepulangnya dari toko bahan pangan, rumah ibunya, kantor pos, bank, dan rumah sakit untuk membesuk temannya, ia mendapati bahwa ternyata suaminya sepanjang pagi ini hanya mencuci dan menggosok mobil. Padahal hal tersebut tidak mereka butuhkan dalam perjalanan!

Melihat hal itu Nancy menjadi marah dan melontarkan kata-kata kasar kepada Bill. Tetapi kemudian kata-kata pada Daftar Kasih itu muncul di dalam benaknya, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati.” Ia berdoa, kemudian meminta maaf kepada suaminya atas ledakan amarahnya tadi. Bill mengatakan bahwa ia pun menyesal, dan siang itu mereka berangkat berlibur—dan hanya terlambat sedikit.

Lain kali apabila Anda melontarkan kata-kata penuh amarah, hal-hal yang pahit, ingatlah Daftar Kasih yang tercantum di dalam 1 Korintus 13. Lebih baik berpikir lebih dulu sebelum berbicara —Dave Egner

15 Maret 2005

Mengasihi Sesama

Nats : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22:39)
Bacaan : Efesus 4:29-32

Yayasan Carnegie mendapati bahwa agar dapat meraih keberhasilan dalam bekerja, kemampuan membangun hubungan lebih penting daripada pengetahuan. Penelitian ulang oleh yayasan itu me nunjukkan bahwa hanya 15 persen dari kesuksesan seseorang ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan teknis tentang pekerjaannya. Delapan puluh lima persen lagi ditentukan sikap pribadi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain.

Alkitab memerintahkan kita untuk "ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu" (Efesus 4:32). Sesungguhnya, Alkitab menyatakan agar kita mengasihi "sesama" kita seperti diri kita sendiri (Matius 22:39). Dan sesama kita tidak hanya orang yang tinggal atau bekerja di dekat kita, tetapi setiap orang yang kita temui dalam perjalanan hidup kita—terutama mereka yang membutuhkan pertolongan.

Jadi, bersikap sopan, perhatian, dan peduli kepada sesama adalah prinsip rohani yang mendasar. Itu juga merupakan pedoman yang terpenting dalam mendapatkan hubungan yang menyenangkan dan membahagiakan. Sesungguhnya, hal itu pun merupakan kunci emas meraih keberhasilan kerja.

Tujuan kita meneladan semangat Kristus untuk mengasihi sesama, semata-mata didasari oleh keinginan untuk taat kepada Allah dan bukan hanya keinginan untuk berhasil dalam pekerjaan. Lebih dari itu, tugas utama kita sebagai orang percaya adalah untuk mewujudkan dan mempraktikkan karakter yang mengasihi sesama seperti Tuhan kita —VCG

19 Maret 2005

Naik Rollercoaster

Nats : Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah (Galatia 6:9)
Bacaan : Galatia 6:1-10

Jika Anda mengasihi seseorang yang bergumul dengan masalah penyalahgunaan obat bius, Anda sadar bahwa perasaan Anda terhadap orang itu seperti mengendarai rollercoaster—naik-turun. Hari ini ia membutuhkan bantuan; besok ia minum minuman keras atau mabuk oleh obat terlarang lagi. Hari ini ia jujur; besok ia lari dari kenyataan.

Roh Kudus membantu kita untuk belajar bagaimana cara mengasihi orang seperti itu, bahkan ketika mereka hidup dalam dosa dan pergumulannya. Berikut ini beberapa prinsip yang dapat kita praktikkan.

o Perlakukan orang tersebut dengan hor-mat. Bersikaplah lembut ketika Anda mencoba untuk memulihkannya (Galatia 6:1). Tetapi jangan melakukan sesuatu yang seharusnya ia lakukan sendiri. Jangan menghindarkan dia dari konsekuensi perbuatan yang dapat digunakan Allah untuk membawa perubahan.

o Ingatlah bahwa Anda tidak memiliki kuasa untuk mengubah orang lain. Sebaliknya, mintalah agar Allah menolong Anda menjadi pribadi yang dikehendaki-Nya (ayat 4,5).

o Jangkaulah dengan kasih. Carilah hikmat Allah dalam apa yang harus Anda katakan dan lakukan pada setiap pertemuan (Yakobus 1:5). Kemudian tegur atau berdiam dirilah—dalam kasih.

o Bergantunglah kepada Allah. Anda mungkin melakukan kesalahan. Tetapi tambatkan diri Anda pada firman Allah dan senantiasa pasrahkan hidup Anda dan orang yang Anda kasihi kepada Tuhan di dalam doa (Filipi 4:6).

Menerapkan beberapa prinsip di atas dapat membantu memperlambat laju rollercoaster perasaan yang berubah-ubah —AMC

31 Mei 2005

Tersentuh Orang Asing

Nats : Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara (Roma 12:10)
Bacaan : Roma 12:3-16

Marsha Burgess benar-benar orang asing bagi kami, sehingga kami sangat tersentuh oleh surat yang ia kirimkan. Ia mengenal ibu suami saya, Carl, yang baru saja meninggal. Ia sering melihat ibu mertua saya itu ketika mengunjungi ibunya sendiri di panti jompo setempat.

Maka ketika Carl kehilangan ibunya, Marsha menyisihkan waktu untuk berbagi kenangannya dengan kami. Ia menutup suratnya dengan kata-kata demikian: "Ibu Anda selalu tersenyum lebar dan ia selalu senang melihat kami. Betapa indahnya memiliki kenangan seperti ini! Kami mengasihi ibu Anda. Kami tidak akan pernah melupakannya." Marsha adalah seorang kristiani, dan kata-katanya membawa penghiburan di tengah-tengah suasana dukacita yang masih kami rasakan. Surat yang ia tulis secara khusus itu mengingatkan kami akan sukacita sebagai bagian dari tubuh Kristus (Roma 12:5).

Setiap orang percaya telah diberi karunia khusus oleh Allah untuk membangun orang lain—bernubuat, melayani, mengajar, menasihati, berbagi, memimpin, dan menunjukkan kemurahan (ayat 6-8). Namun kita semua harus "saling mengasihi sebagai saudara" (ayat 10) dan bersukacita dengan orang yang bersukacita, serta menangis dengan orang yang menangis (ayat 15).

Kadang-kadang kita ragu untuk menjangkau orang yang tidak kita kenal. Kita bertanya-tanya apakah tindakan itu pantas dilakukan atau apakah hal itu berarti bagi orang tersebut. Tetapi surat dari Marsha mengingatkan kita betapa besar arti sentuhan dari orang asing —AMC

5 Juni 2005

Sahabat Sampai Akhir

Nats : Ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara (Amsal 18:24)
Bacaan : Amsal 18:14-24

Lazimnya di sekolah kedokteran, para mahasiswa telah dilatih untuk menolong pasien agar tetap hidup, sementara itu mereka diberi sedikit instruksi untuk membantu pasien menghadapi kematian. Namun, hal ini berubah dengan ditambahnya mata kuliah tentang pendampingan orang yang mendekati ajal. Kini para dokter diajari bahwa apabila mereka telah mengerahkan seluruh kemampuan medis tetapi tidak menghasilkan kesembuhan, mereka harus memanfaatkan kesempatan untuk mendampingi pasien yang sekarat dengan penuh belas kasih dan menjadi sahabat baginya.

Kematian menakutkan sebagian be-sar kita dan membuat kita merasa canggung menghadapi seorang pasien yang sudah sekarat. Namun, kesempatan terbesar kita untuk menolong seseorang dalam nama Yesus dapat datang selama hari-hari terakhirnya di dunia ini.

Alkitab berbicara tentang persahabatan yang tidak memiliki batasan. Orang bijak berkata, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu" (Amsal 17:17). Dan "ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara" (Amsal 18:24). Yesus berkata, "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yohanes 15:13).

Yesus adalah Tabib kita Yang Agung sekaligus Sahabat kita. Dia berjanji tidak akan meninggalkan ataupun mengabaikan kita (Ibrani 13:5). Dia meminta kita untuk mendampingi sahabat dan keluarga kita di dalam nama-Nya, saat mereka hampir sampai di pengujung perjalanan mereka di dunia. Inilah yang akan dilakukan seorang sahabat sejati —DCM

9 Juni 2005

"si Kerbau Dungu"

Nats : Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati (1Samuel 16:7)
Bacaan : 1Samuel 16:1-7

Ketika Thomas Aquinas mulai duduk di bangku kuliah di University of Paris pada abad ke-13, ia jarang mengungkapkan pendapatnya di dalam kelas. Teman-teman sekelasnya menafsirkan sikap diamnya tersebut sebagai tanda bahwa ia murid yang tidak terlalu pintar. Akibatnya, mereka menjuluki Aquinas "si kerbau dungu".

Akan tetapi, teman-temannya pasti terkejut ketika melihat bahwa ternyata ia menonjol di dalam pelajaran dan kemudian menulis karya besar dalam bidang teologi yang masih digunakan hingga saat ini. Thomas Aquinas adalah seorang jenius yang mendapat penilaian yang keliru dari orang lain.

Bagaimana mungkin teman-teman sekelasnya memiliki penilaian yang begitu keliru terhadap dirinya? Hal itu terjadi karena mereka menilai Aquinas hanya dari penampilan luarnya. Mereka tidak benar-benar mengetahui seperti apa hati Aquinas yang sebenarnya.

Allah telah meminta Nabi Samuel untuk menobatkan seorang raja baru yang akan memerintah umat-Nya, Israel. Daud si gembala tampaknya tidak memiliki ciri-ciri seorang raja. Kemudaannya tidak sebanding dengan usia dan perawakan kakaknya, Eliab (1 Samuel 16:6). Namun, Tuhan memperbaiki persepsi Samuel yang semula (1 Samuel 16:7). Daud terus melaju menjadi prajurit besar dan menjadi penguasa yang dipilih Tuhan atas umat-Nya (1 Samuel 13:14; 18:8; 2 Samuel 7:1-17).

Apabila Anda tergoda untuk menilai seseorang dari penampilan luarnya, ingatlah Thomas Aquinas dan Raja Daud. Yang dianggap penting oleh Allah adalah hati —HDF

16 Juni 2005

Begitulah Cara Kerjanya

Nats : Bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku (Roma 15:30)
Bacaan : Roma 15:23-33

Dalam buku yang berjudul Dear Zoe, Max De Pree menulis, "Cara menyerahkan masalah kepada Tuhan adalah dengan meminta bantuan umat-Nya."

Sebelum terbang ke Eropa untuk urusan bisnis, Max mendapati putrinya hamil. Padahal, pernikahan putrinya sedang menghadapi masalah serius. Kesedihan bercampur sukacita memenuhi hati Max saat ia berdoa dan menyerahkan putrinya dalam pemeliharaan Tuhan.

Keesokan harinya, ia menceritakan kesedihannya kepada sahabatnya, David Hubbard, dan berkata bahwa perasaannya tidak enak saat akan pergi ke Eropa. Ia meminta bantuan David untuk terus menjalin kontak dengan putrinya, menelepon atau mengunjunginya jika perlu. David meyakinkan sahabatnya bahwa ia akan melakukannya. Max merasa lega, tetapi juga bingung. Katanya, "Mengapa saya merasa begitu lega saat memasrahkan putri saya ke dalam pengawasanmu. Tetapi saya tidak begitu lega saat semalam memasrahkannya ke tangan Allah?" Dengan lembut David menjelaskan bahwa memang demikian semestinya cara kerja tubuh Kristus.

Rasul Paulus sangat menyadari fakta tersebut. Saat menghadapi kemungkinan timbulnya tentangan yang muncul dari orang-orang yang tidak percaya di Yerusalem, ia meminta orang-orang kristiani di Roma untuk bergumul bersamanya dengan berdoa supaya ia diselamatkan dari orang-orang tidak percaya tersebut (Roma 15:30,31).

Ya Tuhan, semoga kami tidak terlalu merasa tinggi hati untuk memohon pertolongan-Mu dengan meminta bantuan dari anak-anak-Mu —DJD

26 Juni 2005

Saling Mengasihi

Nats : Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah (1Yohanes 4:7)
Bacaan : 1Yohanes 4:7-12

Suatu kali Brandon Moody menghadiri kebaktian Paskah pagi di gereja pamannya, D.L. Moody. Adegan terakhir dari pertunjukan yang mengesankan di gereja tersebut menggambarkan peristiwa kenaikan Yesus ke surga. Pada adegan itu, aktor yang berperan sebagai Yesus dikerek oleh para penata panggung melalui atap yang terbuka. Namun, saat ia baru separuh jalan ke atas, mendadak pegangan mereka terlepas, dan aktor itu pun merosot ke bawah. Syukurlah, ia tidak terluka. Dengan pengendalian diri yang baik, sang aktor berkata kepada para jemaat yang terkejut, "Satu hal lagi. Kasihilah satu sama lain."

Kasih merupakan suatu hal yang begitu penting bagi Yesus. Karena itu, beberapa saat sebelum Dia ditangkap dan disalibkan, Dia memberikan perintah kepada murid-murid-Nya demikian, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi .... Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yohanes 13:34,35).

Yohanes, yang dikenal sebagai murid yang dikasihi oleh Yesus (dan seorang yang mencatat perkataan Yesus tentang kasih ini), banyak menulis tentang kasih dalam suratnya yang pertama. Beberapa kali di dalam pasal 4, Rasul Yohanes mendesak rekan-rekannya orang percaya untuk "saling mengasihi" (1 Yohanes 4:7, 11,12).

Karena itu, apa pun yang sedang terjadi di dalam hidup kita, marilah kita menjadikan perintah Yesus dan nasihat Yohanes sebagai pernyataan misi dari kita: "Saling mengasihi" —VCG

14 Agustus 2005

Gerutu dan Obatnya

Nats : Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong (1Korintus 13:4)
Bacaan : Matius 20:1-16

Seorang pria yang mengalami gangguan jiwa selalu menjabat tangan pendetanya setiap kali kebaktian usai. Namun, ia kerap melontarkan komentar kritis demikian: Khotbah Anda terlalu panjang. Khotbah Anda membosankan. Anda terlalu banyak membicarakan diri sendiri. Karena merasa tertekan, sang pendeta menyampaikan hal ini kepada seorang diakon, yang menjawab, Oh, jangan mengkhawatirkan dia. Ia hanya mengulang apa yang didengarnya dari orang lain.

Menggerutu adalah dosa yang terlalu umum di antara orang-orang kristiani, dan sebagian dari mereka merupakan penggerutu kronis. Mereka terampil dalam menemukan kesalahan seseorang yang secara aktif berusaha untuk melayani Tuhan. Dan pasti kita semua pernah menggerutu.

Obat terbaik untuk kebiasaan dosa ini adalah kasih kristiani. Itu mudah diucapkan, namun sulit dilakukan. Pertama, kita harus secara sadar menginginkan apa yang terbaik dari Allah bagi setiap orang. Kasih ini sabar, ... murah hati; ia tidak cemburu .... Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain (1Korintus 13:4,5). Lalu, ketika kita mengandalkan Tuhan, kita harus menerapkan sikap ini di dalam perbuatan.

Di kemudian hari, pada saat Anda ingin mencari-cari kesalahan seseorang, lawanlah dorongan itu dan berusahalah melakukan kebaikan bagi orang tersebut (Galatia 6:10). Lakukanlah hal ini dengan setia, dan pada saatnya nanti Anda akan sembuh dari sikap menggerutu HVL

15 Agustus 2005

Betapa Indahnya!

Nats : Yesus berkata, Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku (Markus 14:6)
Bacaan : Markus 14:3-9

Sekembalinya dari perjalanan bisnis, Terry ingin membelikan beberapa hadiah kecil untuk anak-anaknya. Sang penjaga toko cenderamata di bandara menyarankan sejumlah benda yang mahal. Saya tidak membawa banyak uang, katanya. Saya perlu sesuatu yang lebih murah. Sang penjaga toko berusaha membuat Terry merasa dirinya adalah seorang berselera rendah jika tidak membeli apa yang ditawarkan. Namun, Terry tahu bahwa anak-anaknya akan merasa senang dengan apa pun yang ia berikan kepada mereka, karena hal itu datang dari hati yang mengasihi. Dan ia benar, mereka senang sekali dengan hadiah yang ia belikan.

Pada kunjungan terakhir Yesus ke kota Betania, Maria ingin menunjukkan kasihnya kepada-Nya (Markus 14:3-9). Karena itu, ia kemudian membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya dan mengurapi Dia (ayat 3). Melihat hal itu, para murid bertanya dengan marah, Untuk apa pemborosan ini? (Matius 26:8). Akan tetapi, Yesus menyuruh mereka berhenti menyusahkan dia, karena ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku (Markus 14:6). Sebuah terjemahan yang lain berbunyi: ia telah melakukan hal yang indah bagi-Ku. Yesus menerima hadiah Maria dengan gembira, karena hal itu keluar dari hati yang mengasihi. Bahkan mengurapi Dia yang akan dikubur pun dianggap indah!

Apakah yang ingin Anda berikan bagi Yesus untuk menunjukkan kasih Anda? Waktu, talenta, atau harta Anda? Tidaklah penting apakah hal itu mahal atau murah, apakah orang lain akan mengerti atau mengkritiknya. Apa pun yang diberikan dari hati yang mengasihi adalah indah bagi Dia AMC

18 Agustus 2005

Bila Kasih Dibalas Benci

Nats : [Yesus berkata], Jikalau dunia membenci kamu, ingatkah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu (Yohanes 15:18)
Bacaan : Yohanes 15:18-27

Jika ada satu hal yang menjadi ciri khas orang-orang yang percaya kepada Yesus, maka hal itu adalah kasih. Kata kasih muncul di dalam Kitab Suci lebih dari 500 kali. Inti dari Injil adalah kasih, sebagaimana yang kita lihat di dalam Yohanes 3:16. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini .... Surat 1 Yohanes 3:16 menjelaskan lebih lanjut: Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita.

Orang kristiani harus melayani satu sama lain di dalam kasih (Galatia 5:13), mengasihi sesama manusia seperti dirinya sendiri (Galatia 5:14), hidup di dalam kasih (Efesus 5:2), dan mengasihi dengan perbuatan serta di dalam kebenaran (1Yohanes 3:18).

Jadi, jika Yesus dan para pengikut-Nya adalah kasih, mengapa sebagian orang senang membenci kita? Dan berdasarkan sebuah perkiraan, mengapa ada 200 juta orang percaya yang dianiaya di dunia saat ini?

Yesus memberitahukan alasannya kepada kita. Dia berkata kepada murid-murid-Nya, Barang siapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak (Yohanes 3:20). Yesuslah Terang itu. Saat Dia berjalan di muka bumi ini, orang-orang membenci-Nya karena Dia menyingkapkan kegelapan dosa mereka. Dan kita sekarang adalah terang-Nya di dunia ini (Matius 5:14); sehingga, dunia juga akan membenci kita (Yohanes 15:19).

Tugas kita adalah menjadi saluran kasih dan terang Allah, sekalipun kita dibenci sebagai balasannya JDB

6 Oktober 2005

Keajaiban Hidup Pernikahan

Nats : Adam berkata, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kejadian 2:23)
Bacaan : Matius 19:1-8

Ketika Pendeta Howard Sugden memimpin upacara pernikahan kami, ia menekankan bahwa kami sedang terlibat dalam sebuah mukjizat. Kami memercayainya, tetapi kami tidak memahami seberapa besar mukjizat yang diperlukan untuk mengikat dua orang, apalagi menjadikan keduanya satu.

Setelah 20 tahun, saya sadar bahwa kehidupan pernikahan, bukan upacara pernikahan, adalah mukjizat sejati. Setiap orang bisa menikah, tetapi hanya Allah yang bisa menciptakan sebuah kehidupan pernikahan yang sejati.

Sebuah definisi menikah adalah “membangun keterikatan dengan setia atau keras kepala”. Bagi beberapa pasangan, istilah “keras kepala” lebih tepat menggambarkan keterikatan mereka daripada istilah “setia”.

Allah memiliki definisi yang jauh lebih baik bagi kita mengenai pernikahan daripada mendefinisikannya sebagai keterikatan yang terus-menerus diusahakan agar tidak terjadi perceraian. Kesatuan dalam pernikahan itu begitu kuat sehingga kita menjadi “satu daging”. Allah menginginkan hidup pernikahan berlangsung seperti ketika Dia menciptakan Hawa dari Adam pertama kali (Kejadian 2:21-24). Itulah penjelasan Yesus kepada orang-orang Farisi ketika mereka bertanya kepada-Nya, “Apakah diperbolehkan orang menceraikan istrinya dengan alasan apa saja?” (Matius 19:3). Yesus menjawab, “Sebab itu laki-laki akan … bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (ayat 5).

Menyerahkan hidup Anda kepada orang lain adalah tindakan iman yang benar-benar memercayai mukjizat. Puji syukur, Allah campur tangan dalam menciptakan kehidupan pernikahan -JAL

17 Oktober 2005

Waspadai Roh Menghakimi!

Nats : Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi (Matius 7:1)
Bacaan : Matius 7:1-5

Seorang laki-laki muda yang sudah menikah mulai pergi ke toko pornografi. Ketika orangtuanya mengetahui hal ini, mereka menegurnya dengan lembut dan bijak, tetapi tidak menghakimi. Sang anak menanggapi dengan marah dan me-ngatakan bahwa ia tidak melihat bahwa apa yang diperbuatnya itu berbahaya. Ia menuduh orangtuanya suka menghakimi. Dengan hati remuk mereka hanya bisa diam dan melihat ketika putranya meninggalkan istri dan keluarganya, kehilangan pekerjaan, dan akhirnya hidupnya hancur.

Banyak orang zaman sekarang akan mengatakan bahwa orangtua tidak berhak untuk menegur bahwa mereka salah. Mereka bahkan mungkin mengutip kata-kata Yesus, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” (Matius 7:1).

Tetapi Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa kita bertanggung jawab untuk dengan rendah hati menegur sesama orang percaya ketika kita melihatnya berbuat dosa (Galatia 6:1,2). Orangtua ini melakukan tanggung jawabnya dengan penuh kasih.

Yesus tidak mengatakan kita tidak boleh menentang dosa. Dia mengatakan kita harus hati-hati dalam menghakimi. Paulus menulis bahwa kasih itu tidak menyimpan kesalahan orang lain (1 Korintus 13:5). Kita harus menerapkan prinsip praduga tak bersalah, dan mengenali keterbatasan kita sendiri. Dan kita harus menolak perasaan superioritas rohani apa pun. Kalau tidak, kita juga akan jatuh ke dalam dosa.

Menegur orang lain merupakan tanggung jawab yang serius. Lakukan dengan hati-hati, dan waspadalah selalu agar jangan menghakimi -HVL

21 Oktober 2005

Kebencian yang Sempurna

Nats : Hai orang-orang yang mengasihi Tuhan, bencilah kejahatan (Mazmur 97:10)
Bacaan : Mazmur 97

Coba katakan apa yang Anda benci, maka saya dapat mengatakan orang seperti apa Anda. Kebencian dapat menjadi sisi kuat kebajikan, tetapi ada peringatan dengan huruf kapital berwarna merah yang menyertainya: Hati-hati.

Olive Moore, penulis Inggris abad ke-19, menulis kata-kata ini: “Hati-hatilah menggunakan kebencian …. Kebencian adalah hasrat yang membutuhkan seratus kali energi cinta. Pakailah hanya untuk membenci masalah, bukan orang. Pakailah hanya untuk membenci sikap tidak toleran, ketidakadilan, kebodohan. Kebencian akan menjadi kekuatan manakala kita menggunakannya untuk membenci hal-hal di atas. Kekuatan dan kedahsyatannya tergantung pada banyaknya kita memakai kebencian itu.”

Kita cenderung menghambur-hamburkan sikap benci untuk kesalahan dan perbedaan yang remeh. Komentar lawan politik dapat memancing rasa sengit kita. Surat bernada marah untuk editor sering membesar-besarkan hal-hal remeh karena penyakit kebencian kita salah sasaran. Gereja menjadi retak dan pecah ketika kebencian diarahkan kepada orang-orang, bukan pada kekuatan di sekitar kita yang menghancurkan kehidupan dan harapan.

Orang Methodist kuno yang melakukan perjalanan keliling digambarkan sebagai orang-orang yang tidak membenci apa pun selain dosa. Mereka adalah orang yang secara serius melakukan seruan pemazmur, “Hai orang-orang yang mengasihi Tuhan, bencilah kejahatan!” (Mazmur 97:10), dan Nabi Amos yang mendesak pembacanya untuk “membenci yang jahat dan mencintai yang baik” (Amos 5:15) -HWR

19 Desember 2005

Sikap Hormat

Nats : Semua orang yang menanggung beban perbudakan hendaknya menganggap tuan mereka layak mendapat segala penghormatan (1 Timotius 6:1)
Bacaan : 1Timotius 6:1-6

Sebagai seorang guru, istri saya melihat bahwa perilaku murid-murid tampaknya memburuk pada setiap tahun ajaran baru. Banyak anak kurang menghormati orang yang lebih tua.

1 Timotius 6 mengungkapkan bahwa sikap tidak hormat ini tidak hanya terjadi di generasi kita. Paulus, yang melayani masyarakat yang dibangun di atas perbudakan, menyoroti kekhawatiran ini. Ia menulis, “Jika tuan mereka seorang percaya, janganlah ia kurang disegani karena bersaudara dalam Kristus” (ayat 2). Paulus mengetahui bahwa para budak, yang kesejahteraannya bergantung pada niat baik majikan mereka, dapat menjadi tidak hormat.

Kita barangkali mengatakan bahwa orang harus menunjukkan bahwa mereka pantas dihormati sebelum kita dapat menghormati mereka. Namun, menghormati orang lain lebih berkenaan dengan siapa diri kita, daripada berkenaan dengan orang lain.

Paulus memberi alasan utama mengapa orang-orang percaya perlu unggul dalam sikap hormat: “Agar nama Allah dan ajaran kita jangan dihujat orang” (ayat 1).

Sayangnya, kasus yang menunjukkan sikap tidak hormat yang terburuk kadang kala ditemukan di antara mereka yang mengaku sebagai pengikut Yesus. Namun, apabila orang-orang percaya unggul dalam segala yang mereka kerjakan, maka nama Allah akan ditinggikan. Kita semua hendaknya menghormati dan memuliakan nama Tuhan.

Unggul dalam menghormati orang lain berarti memuliakan Allah -AL

26 Desember 2005

Kasih Perlu Diungkapkan

Nats : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Imamat 19:18)
Bacaan : Matius 22:34-40

Agaknya kita kurang memahami perintah untuk mengasihi. Kita mungkin mengakui iman kita kurang kuat, namun kita jarang mengakui bahwa kita kurang mengasihi. Mungkin kita merasa mengasihi sama seperti orang lain, dan mungkin sedikit lebih banyak.

Lagi pula, kita peka terhadap penderitaan orang lain. Hati kita tersentuh oleh istri-istri yang dipukuli dan anak-anak yang disiksa saat membaca tentang hal itu di surat kabar. Kita menggeliat gelisah di depan TV saat melihat anak-anak kecil menangis kelaparan atau duduk dalam keputusasaan yang hening melampaui tangisan.

Namun jauh di dalam hati, kita tahu bahwa kepedulian yang sejati bukan sekadar perasaan, tetapi diwujudkan dalam tindakan. Kepedulian, seperti uap air atau listrik, tidak berarti banyak kecuali ada sesuatu yang terjadi sebagai akibatnya. Kasih tanpa perbuatan adalah sia-sia, sama seperti bakat yang tidak ditunjukkan lewat cara-cara yang kreatif adalah kesia-siaan. Keduanya harus diekspresikan, jika tidak, keduanya tidak lebih baik daripada sebuah mitos.

Karena kita tidak dapat melakukan semuanya, kita kerap kali tidak melakukan apa-apa. Jika Anda ingin menjadi orang yang penuh kasih, janganlah mulai dengan menanggung kebutuhan seisi dunia. Mulailah dengan memerhatikan satu orang dan berkembanglah dari situ.

Anda tidak dapat melakukan semuanya, namun Anda dapat melakukan sesuatu. Apa yang dapat Anda lakukan, Anda perlu lakukan. Hari ini, putuskanlah bahwa di dalam kuasa dan anugerah Allah, Anda akan melakukannya -HWR

9 Januari 2006

Mengubur Kepala Kita

Nats : Kalaupun seseorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut (Galatia 6:1)
Bacaan : 2Samuel 12:1-14

Berbeda dengan kepercayaan umum, burung unta tidak mengubur kepalanya di dalam pasir untuk mengabaikan bahaya. Seekor burung unta dapat berlari dengan kecepatan 72 km/jam, menendang dengan kuat, dan mematuk dengan ganas. Sebagai burung terbesar dan tercepat di dunia, ia tidak perlu mengubur kepalanya.

"Mengubur kepala Anda di dalam pasir" adalah ungkapan yang menggambarkan seseorang yang ingin mengabaikan kekurangan dirinya atau orang lain. Nabi Natan tidak membiarkan Raja Daud melupakan dosa perzinaan dan pembunuhan yang dilakukannya (2Samuel 12:1-14). Dibutuhkan seorang yang berani untuk menegur seorang raja tentang kesalahannya. Namun, Natan taat kepada Allah dan bijaksana di dalam pelaksanaannya.

Rasul Paulus mendorong gereja mula-mula untuk melawan dosa. Ia berkata, "Kalaupun seseorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan" (Galatia 6:1). Kita harus menegur saudara-saudari kita di dalam Kristus mengenai dosa mereka dengan maksud memulihkan persekutuan mereka dengan Allah. Kita pun harus menyadari bahwa kita tidak kebal terhadap godaan yang sama.

Tentu saja kita tidak boleh mencari-cari dosa di dalam kehidupan orang percaya lainnya. Akan tetapi, kita juga tidak boleh "mengubur kepala kita di dalam pasir" apabila dosa itu memang perlu ditegur --AL

16 Januari 2006

Menegakkan Keadilan

Nats : Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum (Keluaran 23:2)
Bacaan : Keluaran 23:1-9

Selama puluhan tahun setelah pembunuhan Martin Luther King Jr., hari libur nasional Amerika Serikat yang ditetapkan untuk mengenang kelahirannya juga menjadi hari untuk mengingat alasan ia memberikan hidupnya.

Tahun '50-an dan '60-an, Dr. King memimpin perjuangan tanpa kekerasan melawan diskriminasi ras dan mengeluarkan petisi bagi hak-hak warga Amerika keturunan Afrika. Tujuan Dr. King adalah keadilan dan persamaan derajat berdasarkan martabat manusia, bukan warna kulit.

Sejak zaman Perjanjian Lama hingga hari ini, Allah memerintahkan umat-Nya untuk bersikap adil dalam berelasi dengan orang lain. "Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum" (Keluaran 23:2).

"Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 6:8).

Yesus menegur orang-orang Farisi yang melakukan tugas-tugas religius mereka namun mengabaikan "keadilan dan kasih terhadap Allah" (Lukas 11:42).

Memperlakukan orang lain dengan keadilan dan kejujuran merupakan bagian dari tanggung jawab kita sebagai orang kristiani. Kita pun dituntut berdiri di depan umum untuk hal yang benar.

Kiranya kita memuliakan Allah dengan mempraktikkan kebenaran dalam perbuatan di dalam dunia kita hari ini --DCM

4 Februari 2006

Kasih untuk Menegur

Nats : Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut (Galatia 6:1)
Bacaan : Lukas 7:36-50

Kita sering mendengar ucapan masa kini tentang mengikuti teladan Yesus dengan "menerima" dan "meneguhkan" orang sebagaimana adanya mereka. Implikasinya adalah kita tidak boleh menegur jika mereka melakukan kesalahan.

Ya, Yesus mengasihi dan menerima orang, tetapi Dia tidak menghindar untuk menegur mereka. Kita melihat hal ini dalam Lukas 7.

Yesus menerima undangan makan malam dari Simon, seorang Farisi yang menganggap dirinya benar. Saat sedang di rumahnya, Tuhan mengizinkan seorang perempuan bereputasi buruk membasuh kaki-Nya dengan minyak wangi yang mahal. Yesus mengetahui pikiran-pikiran Simon yang bersifat menghakimi, sewaktu perempuan yang menangis itu mencurahkan minyak wangi secara berlimpah-limpah kepada-Nya dengan kasih (ayat 36-39). Dia pun menegur kemunafikan orang Farisi itu.

Tampaknya Simon mengundang Yesus ke rumahnya untuk mencoba menjebak-Nya. Yesus mengingatkan Simon akan kesalahannya, yaitu tidak membasuh kaki-Nya sebagai tanda sopan santun yang biasa dilakukan terhadap seorang tamu (ayat 44-46). Kemudian Dia menyebutkan kejahatan masa lalu wanita itu dan kemurnian pertobatannya. Tuhan berkata, "Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih" (ayat 47).

Yesus menghormati agamawan yang membenarkan diri, penagih pajak yang tidak jujur, dan para pelacur. Namun, Dia tidak pernah menutupi dosa-dosa mereka. Teguran-Nya menunjukkan bahwa Dia cukup mengasihi orang-orang itu. Dan seharusnya kita juga begitu --HVL

14 Februari 2006

Hal Terbesar di Dunia

Nats : Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih (1Korintus 13:13)
Bacaan : 1Korintus 13:1-13

Ilmuwan dan penulis terkenal Henry Drummond (1857-1897) melakukan penelitian geologi tentang Afrika Selatan dan menuliskan karya yang sangat berguna mengenai daerah tropis Afrika. Namun, orang lebih mengingatnya karena buku yang ditulisnya mengenai kasih, The Greatest Thing In The World (Hal Terbesar di Dunia).

Drummond menulis, "Apabila Anda merunut masa lampau, melebihi semua kesenangan hidup yang fana, Anda akan menemukan momen-momen penting ketika Anda dimampukan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang tidak terlihat kepada orang-orang di sekeliling Anda, hal-hal yang terlalu remeh untuk dibicarakan.... Dan hal-hal ini tampaknya menjadi sesuatu, satu-satunya dari keseluruhan hidup seseorang, yang tetap tinggal."

Paulus mengingatkan bahwa berbagai karunia menakjubkan dan perbuatan besar mungkin tak lebih dari suara kosong (1Korintus 13:1). Usaha-usaha terbaik kita-jika tanpa kasih tak ada gunanya. "Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, ... tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku" (ayat 3). Justru sebuah tindakan kasih yang tampaknya kecil dapat berarti penting dalam kekekalan.

Entah berapa umur kita atau bagaimana status kita, kita semua dapat berusaha mengasihi orang lain seperti Allah mengasihi mereka. Kita bisa meraih hal-hal yang besar memperoleh ketenaran dan kekayaan tetapi yang terbesar adalah mengasihi. Karena dari semua yang telah kita lakukan, atau akan kita lakukan, hanya kasih yang bertahan. Kita pergi, tetapi kasih tetap tinggal --DHR

3 Maret 2006

Kilasan Kasih Allah

Nats : Tetapi siapa saja yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan (2Korintus 10:17)
Bacaan : Yohanes 9:24-34

Nadine menderita kanker stadium akhir ketika saya bertemu dengannya. Dokter mengatakan bahwa kemoterapi tidak banyak membantu lagi. Nadine adalah seorang kristiani yang taat dan memiliki kedamaian yang luar biasa dari Allah. Ia menghabiskan minggu-minggu terakhirnya dengan membuat kliping untuk anak perempuannya dan membuat rencana upacara pemakamannya.

Jiwa Nadine yang penuh sukacita seakan-akan mengundang kami untuk selalu berada di dekatnya, dan orang-orang senang menghabiskan waktu bersamanya. Ia tetap memiliki selera humor dan selalu membagikan kesaksian bagaimana Tuhan memenuhi kebutuhannya. Ia menunjukkan kilasan karakter Allah yang penuh kasih kepada setiap orang di sekelilingnya.

Ketika seorang pria yang lahir buta disembuhkan Yesus, ia pun mendapat kesempatan menyaksikan kilasan tentang siapa Allah (Yohanes 9:1-41). Para tetangga bertanya, "Bagaimana matamu menjadi melek?" (ayat 10). Ia pun menceritakan Yesus kepada mereka. Ketika orang Farisi menanyai dia, ia menceritakan bagaimana Yesus telah mencelikkan matanya, sambil menegaskan, "Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa" (ayat 33).

Kita mungkin bertanya-tanya bagaimana kita dapat memberi kesaksian tentang Allah. Allah dapat terlihat jelas melalui cara kita menangani kesulitan hidup, seperti masalah pekerjaan atau keluarga, atau mungkin penyakit parah. Kita tetap dapat menyaksikan kepada orang lain bagaimana Allah telah menghibur kita dan biarlah mereka pun tahu bahwa Allah juga memedulikan mereka.

Di hidup Anda, siapa yang perlu melihat kasih Allah? --AMC

6 Maret 2006

Ungkapan Terima Kasih

Nats : [Allah] menghibur kami ... sehingga kami sanggup menghibur mereka yang berada dalam bermacam-macam penderitaan (2Korintus 1:4)
Bacaan : 2Korintus 1:3-11

Selama lebih dari tiga tahun, keluarga kami merasakan dukacita sekaligus penghiburan sejak kematian putri kami, Melissa.

Pelayanan penghiburan itu digambarkan dalam 2 Korintus 1, di mana Paulus menulis, "Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh kemurahan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah" (ayat 3,4).

Beberapa tahun ini, saya telah membagikan kepada pembaca Renungan Harian apa yang telah kami pelajari dari Allah dan apa yang kami pelajari tentang Dia melalui kematian Melissa. Keluarga kami telah mengalami jamahan penghiburan yang Dia berikan melalui firman dan umat-Nya.

Ketika saya menulis tentang karya penghiburan Allah melalui tragedi ini, beratus-ratus pembaca mengirimi kami surat, e-mail, foto, nyanyian, puisi, lukisan, dan banyak lagi, untuk menyatakan simpati, kasih, dan penghargaan mereka. Allah memberikan penghiburan bagi kami, dan saya pun membagikannya. Allah memberikan penghiburan kepada orang lain, dan mereka juga membagikannya. Dalam kasih, umat Allah telah menunjukkan bagaimana pelayanan penghiburan Allah dipraktikkan. Terima kasih untuk perhatian Anda sekalian.

Jika kita telah dihibur oleh Allah, kita pun dapat turut mengambil bagian dalam pelayanan yang mulia, yaitu menghibur orang lain --JDB

10 Maret 2006

Pelatih yang Hebat

Nats : Karena tak ada seorang pun padaku, yang sehati dan sepikir dengan aku dan begitu bersungguh-sungguh memerhatikan kepentinganmu (Filipi 2:20)
Bacaan : Filipi 2:12-24

Meskipun Billy Connors bukan atlet yang hebat, banyak orang menganggapnya pelatih melempar bola terbaik dalam liga bisbol utama saat ini. Manager klub New York Yankees, Joe Torre berkata, "Kadang kala pemain terbaik tidak dapat menjadi pelatih, karena mereka berbakat secara alami ... sementara orang seperti Billy harus bekerja keras dalam hal itu, dan mencurahkan perhatian pada banyak hal kecil."

Connors juga mengenal dan peduli pada atlet yang dilatihnya. Mereka semua pernah diundang makan di rumahnya. Perhatiannya yang tulus membuat para atlet itu menaati ucapannya.

Kisah tentang pelatih yang tangkas dan penuh perhatian ini mengingatkan saya pada Timotius dalam Perjanjian Baru. Meski terkadang ia tampak ragu dan ketakutan (2Timotius 1:6-8), namun Paulus menganggap Timotius dapat diandalkan dan teruji dalam membimbing orang lain. Paulus menulis, "Tetapi dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan Timotius kepadamu .... Karena tak ada seorang pun padaku, yang sehati dan sepikir dengan aku dan begitu bersungguh-sungguh memerhatikan kepentinganmu" (Filipi 2:19,20).

Dalam pelatihan rohani kita tidak hanya memberi tahu orang lain bagaimana mengerjakan hal-hal besar untuk Allah. Kita mengawali latihan rohani dengan mulai memerhatikan mereka sehingga kita nantinya akan didengarkan. Kemudian, dengan mata yang lembut dan perkataan yang ramah, kita dapat mendorong orang lain untuk masuk dalam jalan iman.

Setiap orang kristiani dapat menjadi pelatih rohani yang hebat berkat anugerah Allah --DCM

16 Maret 2006

Pengorbanan Sejati

Nats : Sebab ia [Epafroditus] nyaris mati karena pekerjaan Kristus dan ia mempertaruhkan nyawanya (Filipi 2:30)
Bacaan : Filipi 2:17-30

Saya takjub dengan para remaja. Banyak dari mereka yang mencintai hidup dengan hasrat yang menggebu dan menjalaninya dengan optimisme yang tiada henti. Kadang mereka menunjukkan cara hidup kristiani yang hanya dapat diimpikan orang dewasa.

Begitu pun dengan Carissa, seorang remaja yang gemar sepakbola, bola basket, dan menyayangi sahabat, keluarga, serta Yesus. Di tahun 2000 ibunya dinyatakan mengidap kanker. Ketika itu Carissa baru berusia 12 tahun, tetapi ia mulai membantu merawat ibunya.

Selama beberapa tahun kemudian, Carissa sering menyuapi, mengganti pakaian, dan menolong ibunya melakukan segala sesuatu yang tidak dapat dilakukan ibunya sendiri. "Memang sangat sulit untuk belajar melakukan semua ini," katanya. "Dapatkah Anda bayangkan, seorang ibu dan anak perempuannya saling berganti peran? Saya benar-benar telah belajar menjadi pelayan yang rendah hati."

Kadang kala, saat teman-temannya sedang berekreasi, Carissa membantu ayahnya merawat sang ibu. Carissa terus melakukan hal itu hingga musim panas 2004, saat ia dan keluarganya harus kehilangan sang ibu untuk selamanya. Carissa berkata, "Allah telah memanggil Ibu pulang dan menjadikannya sempurna."

Carissa mengingatkan saya pada Epafroditus, yang memerhatikan keperluan Paulus dengan penuh pengorbanan (Filipi 2:25-30). Sungguh ini teladan hebat tentang bagaimana memerhatikan, mengasihi, dan berbelas kasih! Tentu tidak semua dari kita dapat mempertaruhkan hidup untuk meniru mereka. Namun, pengorbanan mereka dapat mengajarkan nilai pelayanan kepada kita --JDB

21 Maret 2006

Gangguan Ilahi

Nats : Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan (Lukas 10:33)
Bacaan : Lukas 10:29-37

Seorang Samaria sedang berjalan menuju Yerikho. Ia menemukan seorang Yahudi yang terluka terbaring di sisi jalan. Beberapa orang hanya melewati orang itu, tak mau terganggu karena sibuk dengan urusan masing-masing.

Namun orang Samaria ini, yang dibenci orang Yahudi dan yang mungkin juga akan lewat begitu saja, justru memiliki "belas kasihan". Ia "membalut luka-lukanya ... menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya" (Lukas 10:33,34).

Kehendak Allah menghampiri kita dengan cara-cara yang tak lazim, dan kerap dalam bentuk gangguan. Saat kita menganggap tugas kita hari itu telah selesai dan kita mulai bersantai pada malam hari di rumah, seseorang menelepon atau muncul di depan pintu dan mengganggu waktu santai kita. "Sedang sibuk?" tanya mereka.

Cara terbaik untuk menghadapinya adalah dengan tidak menganggapnya gangguan atau kekacauan. Sebaliknya, anggaplah itu sebagai kesempatan yang diberikan Allah untuk melayani orang yang membutuhkan -- mendengarkan dengan baik, menunjukkan kasih, dan membantu mereka menjalin hubungan yang intim dengan Allah.

Salah seorang pelopor penulis kristiani, Jean-Pierre de Caussade, berkata, "Kasih adalah kewajiban masa sekarang." Hal apa pun yang telah kita rencanakan, kita tetap harus mewujudkan kasih.

"Siapa sesama saya?" tanya saya. Yesus menjawab, "Ia adalah utusan-Ku yang datang kepadamu dalam keadaan membutuhkan" --DHR

2 April 2006

Meminjami Tuhan

Nats : Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu (Amsal 19:17)
Bacaan : Matius 25:34-46

Seorang ayah memberikan uang 50 sen kepada putranya yang masih kecil dan berpesan bahwa ia boleh memakai uang itu sesukanya. Di kemudian hari ketika sang ayah menanyakan tentang uang itu, si anak menjawab bahwa ia telah meminjamkannya kepada seseorang.

"Siapa yang kaupinjami?" tanya ayahnya. Anaknya menjawab, "Aku memberikannya kepada seorang pria miskin di jalan yang kelihatannya lapar."

"Oh, sungguh bodoh! Kamu takkan pernah mendapatkan uang itu kembali," kata ayahnya. "Tetapi, Yah, Alkitab mengatakan bahwa orang yang memberi kepada orang miskin berarti memiutangi Tuhan."

Sang ayah sangat senang mendengar jawaban anaknya sehingga ia memberinya 50 sen lagi. "Lihat, Ayah," ujar sang anak. "Tadi sudah kukatakan bahwa aku akan mendapatkan uang itu kembali, hanya saja aku tidak menduga itu terjadi begitu cepat!"

Pernahkah Tuhan meminjam sesuatu dari Anda? Pernahkah Anda sadar bahwa dalam kebutuhan orang lain terdapat permintaan langsung dari surga terhadap sedikit dari yang Anda miliki? Alkitab menegur sikap mengabaikan orang miskin, yang sering kita lakukan dengan melontarkan perkataan saleh tanpa berbuat apa-apa untuk mereka (Yakobus 2:14-17). Bahkan Galatia 6:10 meminta kita supaya "berbuat baik kepada semua orang".

Tak ada janji bahwa kita akan segera menerima balasan. Namun, saat Yesus mengajar para pengikut-Nya tentang kedatangan-Nya kembali, Dia mengatakan kita akan diberi upah karena memberi diri kepada orang lain dalam nama-Nya (Matius 25:34-46) --HGB

2 Juni 2006

Kongres Keramahtamahan

Nats : Hendaklah kamu saling mengasihi ... usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! (Roma 12:10,13)
Bacaan : Roma 12:6-13

Izinkan saya menjadi orang pertama yang mengundang gereja untuk menghadiri Kongres Nasional Keramahtamahan. Kita dapat mengadakannya di Minneapolis di dekat restoran Betty Crocker Kitchens, dan mungkin kita dapat meminjam Pillsbury Doughboy sebagai simbol. Sebab, ternyata slogannya mengandung kebenaran yang unik, "Ungkapkan kasih lewat kue yang baru keluar dari oven."

Kata keramahtamahan dalam Alkitab berarti "mengasihi orang yang tak dikenal". Orang-orang yang datang ke gereja kadang kala merasa tidak diterima. Tak ada yang menyapa atau memerhatikan mereka. Akan tetapi, keramahtamahan dapat meruntuhkan penghalang dan membangun jembatan. Keramahtamahan dapat membuat orang-orang baru merasa lebih diterima daripada sekadar tulisan "Selamat Datang" dalam buletin gereja.

Bagi Anda yang tergoda untuk mengabaikan undangan saya ke Kongres Keramahtamahan karena sedang merencanakan sebuah pelayanan penginjilan, izinkan saya sungguh-sungguh menyatakan bahwa keramahtamahan sama sekali tidak bertentangan dengan penjangkauan, tetapi justru melengkapinya! Mengundang seseorang untuk minum kopi, menawarkan diri untuk mengasuh anak, membawakan makanan bagi seorang ibu yang sakit -- semuanya itu menunjukkan bahwa kita peduli. Dan orang-orang pasti mendengarkan orang yang peduli.

Setelah dipikir ulang, saya membatalkan undangan menghadiri Kongres Nasional Keramahtamahan. Sebaliknya, mari kita undang beberapa orang yang kesepian ke rumah kita dan menunjukkan kepada mereka keramahtamahan kristiani yang sejati --HWR

21 Juni 2006

Kasih Tak Pernah Gagal

Nats : Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengha-rapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih (1Korintus 13:13)
Bacaan : 1Korintus 13

Penyair Archibald MacLeish berkata bahwa "seperti halnya sinar, kasih menjadi lebih baik di kegelapan". Ia menyebut hal ini sebagai "hikmat terakhir di sore hari". Hal yang sama berlaku atas kasih kita kepada satu sama lain; kasih dapat menjadi lebih baik saat kita menua. Saya telah melihatnya sendiri pada dua teman saya yang sudah lanjut usia.

Mereka sudah menikah selama lebih dari 50 tahun, namun masih sangat saling mencintai. Yang satu hampir meninggal karena mengidap kanker pankreas; sedang yang lainnya hampir meninggal karena Parkinson. Minggu lalu saya melihat Barbara membungkuk ke ranjang Claude, menciumnya, dan berbisik, "Aku mencintaimu." Claude menjawab, "Engkau cantik."

Saya merenungkan pasangan-pasangan yang telah mengabaikan pernikahan mereka, yang tidak mau bertahan dalam situasi baik atau buruk, sakit atau sehat, miskin atau kaya, dan saya sedih melihat mereka. Mereka akan kehilangan kasih seperti yang dinikmati oleh kedua teman saya di tahun-tahun terakhir mereka.

Saya telah menyaksikan Claude dan Barbara selama bertahun-tahun, dan saya tahu bahwa iman yang dalam kepada Allah, komitmen seumur hidup, kesetiaan, dan kasih yang menyangkal diri adalah tema utama dari pernikahan mereka. Mereka mengajarkan kepada saya bahwa kasih yang sejati tidak pernah menyerah, "tidak pernah gagal". Kasih mereka adalah "hikmat terakhir di sore hari", dan akan berlanjut sampai akhir. Kiranya kita menyatakan kasih yang tak berkesudahan serupa itu kepada mereka yang mengasihi kita --DHR

9 Juli 2006

Terapi Keluarga

Nats : Jika satu anggota menderita, semua anggota turut men-derita (1Korintus 12:26)
Bacaan : 1Korintus 12:26-31

Dokter Paul Brand, seorang misionaris medis yang tinggal di India, mencermati sebuah fenomena yang luar biasa pada beberapa pasiennya. Ketika mereka sedang dalam masa pemulihan setelah menjalani operasi di rumah sakitnya, beberapa anggota keluarga akan membawakan makanan yang panas untuk para pasien tersebut. Malam harinya seorang kerabat akan tidur di bawah tempat tidur sang pasien. Dan pada saat sang pasien bangun dalam keadaan kesakitan, orang-orang terkasih itu akan memberikan pijatan yang lembut sampai ia tidur kembali.

Mulanya dokter Brand berpikir bahwa cara ini tidak tepat dan tidak sehat. Namun setelah beberapa waktu, ia mulai memerhatikan bahwa para pasien yang mendapatkan perhatian penuh kasih dari keluarga, sebenarnya membutuhkan lebih sedikit obat untuk pereda rasa sakit. Rasa sakit mereka telah diredakan oleh orang-orang yang mengasihi mereka. "Terapi keluarga" ini membawa kehangatan dan kepedulian keluarga ke suatu tempat yang tidak lazim.

Kita dapat belajar dari contoh tentang kasih dan kepedulian ini dan menerapkannya dalam keluarga. Mereka yang menjadi milik Kristus merupakan bagian dari sebuah keluarga rohani dan perlu menyadari rasa sakit yang diderita anggota yang lain. Rasul Paulus berkata, "Jika satu anggota menderita, semua anggota turut men-derita" (1Korintus 12:26). Prinsip ini meminta kita agar menemukan cara-cara praktis untuk meredakan rasa sakit sesama. Apakah saat ini Anda mengenal seorang saudara seiman yang membutuhkan "terapi keluarga" dari Anda? --HDF

17 Juli 2006

Raih Kesempatan

Nats : Selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang (Galatia 6:10)
Bacaan : Kisah Para Rasul 8:26-38

Hujan deras mengguyur di luar ketika Marcia, direktur Jamaican Christian School bagi kaum tunarungu, menjadi pembicara untuk kelompok kami. Tiga puluh empat remaja dan beberapa orang dewasa terdaftar di sekolah itu. Namun, seorang siswi kami tampaknya tidak ter-ganggu oleh hujan di luar atau oleh anak-anak yang berlarian keliling ruangan.

Remaja itu mendengar Marcia berkata, "Saya bermimpi dapat memiliki tempat bermain bagi anak-anak ini." Siswi ini mengingat-ingat perkataan Marcia, dan melalui dorongan dari Tuhan, ia mewujudkan impian itu menjadi suatu gagasan. Kemudian pada hari itu juga ia berkata kepada saya, "Kami akan kembali dan membangun tempat bermain bagi mereka." Suatu kesempatan pelayanan telah dibukakan.

Setelah lewat empat bulan, pada hari hujan di Jamaika, kami mengadakan perayaan di ruangan yang sama. Kami berkumpul di sebuah tempat bermain yang terbuat dari kayu -- lengkap dengan luncuran, tangga bermain, palang-palang panjatan, ayunan, benteng, dan rekstok gantung. Seorang siswa meraih kesempatan itu dan sebuah impian terwujud.

Seberapa sering Allah mendorong kita bertindak untuk memenuhi kebutuhan sesama, tetapi kita membiarkan kesempatan itu berlalu? Berapa kali Roh Kudus mendorong kita untuk mengatakan atau melakukan sesuatu dalam nama Yesus, tetapi kita mengabaikan dorongan itu? Seperti halnya Filipus dalam Kisah Para Rasul 8, marilah kita menghormati Tuhan dengan merespons-Nya melalui tindakan. Raihlah setiap kesempatan yang Allah berikan untuk melayani sesama dalam nama-Nya --JDB

23 Juli 2006

Siapa yang Akan Kuutus?

Nats : Aku mendengar suara Tuhan berkata, "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku, "Ini aku, utuslah aku!" (Yesaya 6:8)
Bacaan : Yesaya 6:1-8

Sebagai seorang pendeta muda, saya melayani sekelompok jemaat baru, termasuk orangtua saya. Ayah saya sangat aktif dalam "pelayanan terhadap sesama" di gereja. Ia melakukan penginjilan, kunjungan ke rumah sakit dan panti jompo, melayani sesama di dalam bus, mem-beri pertolongan kepada orang miskin, dan lain sebagainya. Meski tidak pernah dilatih secara formal tentang pelayanan, Ayah ternyata memiliki kemampuan alami untuk menjalin relasi dengan orang-orang yang berada di tengah masa-masa sukar. Itu adalah fokus kecintaannya, yaitu orang-orang tertindas yang kerap diabaikan. Bahkan, pada hari ia mengembuskan napas terakhir, hal terakhir yang ia katakan kepada saya adalah janjinya untuk mampir ke rumah seseorang. Ia ingin memastikan bahwa janjinya itu tetap ia pegang.

Saya yakin pelayanan ayah saya adalah pelayanan yang mengikuti teladan hati Kristus. Yesus memandang banyak orang yang dilupakan di dunia dan berbelas kasih kepada mereka (Matius 9:36-38). Dia memerintahkan para pengikut-Nya untuk berdoa agar Bapa surgawi mengutus para pekerja (seperti ayah saya) untuk menjangkau mereka yang berbeban berat dengan memerhatikan kehidupan mereka.

Ayah saya telah menjadi jawaban atas doa-doa yang dinaikkan dalam kehidupan orang-orang yang terluka. Dan kita pun dapat menjadi jawaban atas doa-doa tersebut. Tatkala ada orang yang memanjatkan doa agar muncul seseorang yang mewakili kasih Kristus, kiranya hati kita memberi tanggapan demikian, "Ya Tuhan, ini aku, utuslah aku!" --WEC

30 Juli 2006

S.t.m.k.

Nats : Haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir (Ulangan 10:19)
Bacaan : Ulangan 10:17-22

Kadang kala kehidupan kristiani menampakkan ekspresi yang luar biasa dari kebajikan yang biasa-biasa saja. Sebagai contoh, Anda pasti berharap bahwa orang yang diliputi Roh Kudus akan bersikap ramah. Dan dengan mem-praktikkan sikap tersebut di tengah masya-rakat ternyata membawa perbedaan yang luar biasa!

Dalam bukunya, Liability Factor, Tim Sanders berkata bahwa seseorang yang menebarkan kepada sesamanya "suka-cita, kebahagiaan, penghiburan, atau perasaan menjadi muda kembali" akan lebih mungkin direkrut atau dipromosikan. Ia menyatakan bahwa sebagian perusahaan telah menyingkirkan ketidakramahan. Mereka menyebut sistem mereka S.T.M.K.: "Saya Tidak Melihat Ketidakramahan".

Prinsip itu seharusnya dipraktikkan oleh warga kerajaan Kristus. Bila orang ditanya apa yang mereka cari di gereja, jawaban pertama mereka adalah keramahan. Sayangnya, realitas menunjukkan bahwa banyak umat kristiani terasa sejauh bintang dan sedingin ruang angkasa.

Tuhan berkata kepada umat Israel kuno bahwa Dia "menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian" (Ulangan 10:18). Dia memerintahkan mereka untuk ikut teladan perilaku-Nya (ayat 19).

Keramahan bukanlah sekadar praktik bisnis yang bijaksana. Sikap itu seharusnya menjadi karakteristik semua pengikut Kristus. Apabila Anda ke gereja hari ini, berperilakulah sedemikian rupa sehingga seorang pendatang baru akan berkata, "Saya tidak melihat ketidakramahan" --HWR

18 Oktober 2006

Tanggapan Kita

Nats : Untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus, "Dan siapakah sesamaku manusia?" (Lukas 10:29)
Bacaan : Lukas 10:30-37

Dalam film The Four Feathers, Harry Faversham meninggalkan Inggris pada tahun 1880-an untuk mencari teman-temannya di angkatan bersenjata kerajaan di Sudan. Dalam perjalanannya, Harry tersesat dan hampir mati di padang gurun yang sangat luas di Afrika. Saat nyawanya hampir melayang, ia diselamatkan oleh seorang warga Afrika bernama Abou Fatma yang kemudian merawatnya.

Karena terheran-heran oleh kebaikan orang tersebut pada orang asing, Harry bertanya kenapa teman barunya mau melakukan semua itu untuknya. Fatma menjawab dengan segera, "Allah membawamu kepadaku!"

Dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati, seorang imam dan seorang Lewi, yang sebenarnya memiliki panggilan untuk membantu mereka yang kesusahan, membiarkan begitu saja pengelana yang terkapar hampir mati di jalan menuju Yerikho. Walaupun orang Samaria termasuk golongan yang dibenci, ia justru memberikan waktu dan sebagian hartanya untuk membantu orang yang terluka itu. Hal itu mencerminkan belas kasih Kristus. Orang Samaria itu membebat luka-lukanya, membawanya ke penginapan, "dan merawatnya" (Lukas 10:34). Orang yang dirampok itu berada di jalur kehidupan ketiga orang yang melaluinya, tetapi hanya orang Samaria yang menanggapinya.

Saat kita menjalani hidup, kita ditantang untuk tanggap terhadap kebutuhan orang lain. Kita dapat menunjukkan kasih Kristus kepada mereka atau justru mengabaikannya. Bagaimana kita akan menanggapi pilihan-pilihan yang diberikan Allah dalam hidup kita? -WEC

15 Januari 2007

Kumandangkan Kebebasan

Nats : Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman ... supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya (Yesaya 58:6)
Bacaan : Yesaya 58:1-12

Pada tahun 1963, ketika melakukan protes dengan melakukan pawai damai di Washington, DC, Martin Luther King, Jr. menyampaikan pidatonya yang kini terkenal dengan judul I Have a Dream [Saya Memiliki Sebuah Mimpi]. Dalam pidatonya tersebut, ia dengan lantang meminta agar kebebasan dikumandangkan dari setiap puncak gunung di seluruh pelosok negeri. Harga yang harus ditanggungnya secara pribadi dan mereka yang bergabung dengan gerakan protes damainya memang sangat mahal, tetapi perubahan yang nyata segera dimulai. Allah menggunakan pidato tersebut untuk membangkitkan nurani bangsa Amerika Serikat agar membela kebebasan mereka yang tertekan dan tertindas.

Pada abad kedelapan SM, di tengah-tengah ketidakadilan pribadi dan nasional yang terjadi, Nabi Yesaya dipakai Allah untuk membangkitkan hati nurani umat-Nya. Kenyamanan rohani ternyata telah membuat mereka melakukan kekerasan dan menjadi tidak peka terhadap sesama manusia. Umat Allah menekan orang miskin dan menggantikan hidup dalam kebenaran yang sejati dengan praktik keagamaan yang kosong (ayat 1-5). Allah lalu mendakwa mereka (ayat 1) dan merumuskan suatu kehidupan rohani yang bisa diwujudkan dengan berbalik kepada Allah dalam pertobatan sejati dan dengan membuka belenggu orang-orang (ayat 6-12).

Seperti Yesaya, kita telah diutus untuk mengumandangkan kebebasan. Dengan kuasa Roh Kudus, kita harus menyerukan bahwa para tawanan dapat dilepaskan, bahwa orang-orang yang tertindas dapat dibebaskan dari para penjajah mereka, dan bahwa masa kemurahan hati Allah telah tiba --MW

25 Januari 2007

Menghargai Orang Lain

Nats : Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10)
Bacaan : Lukas 19:1-10

Bagi Robert yang masih muda, sepertinya banyak hal tidak berada di pihak-nya. Dia mengalami kemiskinan, perceraian orangtua, lingkungan yang keras. Ia kerap membolos sekolah dan sulit ditangani. Namun, saat seorang temannya ditembak mati, ia menganggap hal itu sebagai peringatan. Dengan tekad untuk mengubah hidup, Robert bekerja keras untuk memperbaiki nilai-nilainya yang jelek.

Namun, penasihat sekolahnya tidak memercayainya dan berkata bahwa tidak ada perguruan tinggi yang akan menerimanya. Akan tetapi, Robert membuktikan bahwa penasihat itu salah. Ia lulus dari perguruan tinggi dan mengejar karier di dunia pendidikan. Ia memilih karier itu, karena seperti yang dikatakannya, "Para guru melihat saya seperti angin lalu saja" -- orang yang bernilai kecil. Ia tidak ingin hal yang sama terjadi kepada orang lain.

Setiap orang dipandang penting oleh Yesus. Zakheus adalah seorang pemungut cukai yang tidak jujur (Lukas 19:1-10). Yesus bisa saja mengabaikannya, tetapi Dia melihatnya di atas pohon dan memanggil namanya.

Menerima orang lain sebagai pribadi yang bernilai merupakan hal penting bagi orang kristiani. Brennan Manning pernah menulis, "Seorang kristiani yang tidak semata-mata melihat, tetapi memandang pribadi orang lain berarti sedang menyampaikan bahwa ia menghargai orang tersebut sebagai seorang pribadi, bukan sekadar suatu benda."

Apakah orang yang berinteraksi dengan kita mengetahui bahwa mereka kita pandang sebagai pribadi yang bernilai bagi kita dan Allah? --AMC

14 Februari 2007

Ada Cinta

Nats : Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih (1 Kor. 13:13)
Bacaan : 1 Yohanes 4:7-11

Beberapa waktu lalu, saya berkirim-kiriman e-mail dengan seorang teman yang usianya mendekati 30 tahun dan tidak sedang menjalin hubungan asmara yang serius. Ia seorang pria kristiani yang berbakat, menyenangkan, tampan, dan beriman. Namun sejauh ini, segala hal romantis tampaknya tak banyak berarti lagi baginya.

Beberapa bulan sebelumnya, ia begitu bersemangat menjalin hubungan de-ngan seorang wanita muda sahabat penanya. Namun, dua minggu sebelum mereka bertemu untuk kali pertama, wanita itu tewas tertabrak seorang pengemudi mabuk. Teman saya pun pergi menemui keluarga wanita itu, ikut berbelasungkawa, dan mengatasi kehilangannya sendiri.

Dewasa ini, banyak orang merasakan ketidakhadiran cinta, sejelas orang lain yang merayakan kehadirannya. Di dunia di mana cinta sangat berarti, adakah firman Tuhan yang berlaku bagi setiap orang, baik yang memiliki maupun tidak memiliki kekasih?

Fokus 1 Yohanes 4 bukanlah tentang dicintai orang lain, melainkan tentang kasih Allah kepada kita dan kasih kita kepada sesama (ay. 7-11). Menurut 1 Korintus 13:7, kasih seperti ini "menahan segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu". Bagaimana mungkin? Karena kasih Allah "telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus" (Rm. 5:5).

Setelah kartu dan bunga lama dilupakan, selalu ada kasih dari hati Allah bagi kita! --DCM

Hari ini saat kita mengungkapkan
Kasih setia yang tak kunjung padam,
Jangan lupa bahwa kasih Allah yang sempurna
Dinyatakan kepada kita di dalam Anak-Nya. --Hess

4 Maret 2007

Masalah Keluarga

Nats : Setiap orang yang menga-sihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari Allah (1Yoh. 5:1)
Bacaan : Markus 3:31-35

Setelah dewasa, saya sering mendengar pendeta saya membacakan Sepuluh Perintah Allah dan perintah Tuhan agar kita mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Saya sadar bahwa saya tidak sepenuhnya menjalankan perintah-perintah tersebut, tetapi saya menerimanya dengan serius.

Ketika berusia 8 tahun, saya sedih tatkala anak lelaki tetangga yang berusia 6 tahun yang hidup di tengah keluarga nonkristiani, meninggal dunia. Namun, saya juga merasa bersalah karena saya tidak akan sesedih itu terhadapnya dibanding jika yang meninggal adalah salah seorang saudara lelaki saya. Sampai sekarang, walau saudara-saudara lelaki saya dan saya telah berkeluarga, kami masih saling memberikan perhatian.

Allah senang jika kita menghargai ikatan kekeluargaan seperti ini, tetapi Dia juga ingin kita mengasihi semua orang dalam keluarga rohani kita karena lahir baru. Itulah keluarga yang dimaksud Yesus ketika Dia menanggapi pesan bahwa ibu dan para saudara lelaki-Nya hendak berbicara dengan-Nya. Dia memandang orang banyak di hadapan-Nya dan berkata, "Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku" (Mrk. 3:34,35).

Mengasihi orang yang terhilang memang tugas kita, tetapi mengasihi mereka yang dilahirkan di dalam keluarga Allah, apa pun kesalahan mereka, sudah seharusnya terjadi secara alami. Lagi pula, ini adalah masalah keluarga --HVL

Kasih itu perbuatan, kasih itu doa,
Bagi jiwa yang lara, hati putus asa;
Kasih mendamaikan, memberi bahagia,
Kasih merasakan penderitaan saudara. --Anon.

19 Maret 2007

Hati untuk Sesama

Nats : Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseorang memberikan nyawanya demi sahabat-sahabatnya (Yoh. 15:13)
Bacaan : 2 Korintus 11:22-30

Ketika anak-anak muda mengadakan konser di alun-alun kota Montego Bay, Jamaika, kami mengira masalah terburuk yang akan kami hadapi adalah sinar matahari yang terik.

Paduan suara dari Grand Rapids, Michigan, sedang di Jamaika untuk memberi semangat kepada orang-orang kristiani di sana dan mewartakan Injil lewat musik. Selama ini mereka sudah sangat menantikan acara penjangkauan jiwa-jiwa ini.

Di pertengahan konser, seorang wanita yang tak menyukai pesan dalam musik itu mulai berteriak marah pada paduan suara. Rupanya ia tidak tahan terhadap lagu-lagu penghormatan terhadap Allah. Setelah beberapa menit terjadi ketegangan, seorang penonton berusaha menenangkannya. Pertengkaran terjadi, dan kami mulai mengkhawatirkan keamanan anak-anak muda yang ada. Akhirnya, wanita itu lari, dan paduan suara tersebut dapat menyelesaikan konser.

Kemudian, saya berkata kepada seorang gadis, "Kami tak ingin mengadakan acara seperti itu lagi."Maksudnya, kami lebih mengutamakan keamanan dia dan teman-temannya. Namun, ia menjawab, "Jika ada satu orang yang datang untuk mengenal Yesus, itu jauh lebih berharga, sekalipun kami berada dalam bahaya."

Tanggapan yang sungguh luar biasa! Itu seperti perkataan Paulus yang rela menderita agar orang datang untuk mengenal Yesus (2Kor. 11:22-30). Gadis ini memiliki perhatian terhadap orang-orang yang bahkan belum dikenalnya. Itulah kasih sejati bagi Yesus, yaitu lebih mementingkan orang lain daripada kebutuhan pribadi --JDB

Tuhan, izinkan aku hidup hari demi hari
Melupakan kepentingan diri sendiri
Agar bila aku berlutut dalam doa
Doaku tertuju bagi sesama. --Meigs

5 Agustus 2007

Persahabatan Internasional

Nats : Kami senantiasa mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu (Kolose 1:3)
Bacaan : Kolose 1:1-12

Tahun 1947, Nadia dari Bulgaria dan Millicent dari Amerika Serikat bersahabat pena. Selama beberapa tahun mereka saling bertukar foto, pengalaman sekolah, dan impian. Namun kemudian, surat-surat mereka terhenti ketika ada kebijakan pemerintah yang melarang hubungan pribadi dengan negara Barat.

Setelah pergolakan dan perubahan politik selama bertahun-tahun, Millicent tiba-tiba ingin mengirim surat ke alamat terakhir Nadia. Sungguh menggembirakan, surat itu sampai. Jauh sebelumnya, mereka sama-sama tahu bahwa keduanya menikah dengan dokter dan mengoleksi kerang. Sejak 48 tahun setelah surat mereka yang pertama, dua sahabat ini akhirnya bertemu di bandara internasional Miami. Di tempat itu Millicent berseru, "Nadia! Aku akan menemukanmu di mana pun kau berada!"

Surat Rasul Paulus melimpah dengan kasih sayang dan ucapan terima kasih kepada para sahabatnya. Dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, ia menulis, "Kami senantiasa mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu" (1:3). Suratnya juga menyemangati perjalanan mereka bersama Kristus (ayat 10).

Setiap persahabatan merupakan anugerah dari Allah. Namun, tak ada yang lebih dalam, selain hubungan antara orang-orang yang saling berbagi ikatan di dalam Kristus. Sesungguhnya, Yesus memerintahkan muridnya, "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yohanes 15:12). Dalam Dia, persahabatan menjadi harta yang tak pernah habis --MRD II

19 Agustus 2007

Hati Gereja

Nats : Kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang (1Tesalonika 3:12)
Bacaan : 1Tesalonika 3:6-13

Apa ukuran keberhasilan sebuah gereja? Pengunjung yang begitu banyak saat kebaktian Minggu pagi? Keuangan yang jumlahnya bermiliar-miliar? Gedung gereja yang mengikuti perkembangan zaman?

Kita semua mengetahui bahwa hal-hal ini bukanlah kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu gereja. Entah gereja Anda dipenuhi orang sebanyak satu stadion, ataupun hanya dihadiri oleh beberapa orang, jumlah bukanlah ukuran yang digunakan Allah untuk sebuah keberhasilan. Dia lebih melihat pada hati gereja tersebut.

Rasul Paulus mendirikan sebuah gereja yang penting di Tesalonika, ibukota Makedonia. Ia menunjukkan hasratnya terhadap anggota gereja di sana ketika ia menulis, "Kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang.... Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus" (1 Tesalonika 3:12,13). Dengan kata-kata ini, Paulus menunjukkan kepada kita dua karakterisik yang penting bagi keberhasilan jemaat, yaitu mengasihi satu sama lain dan kekudusan.

Jemaat, gedung gereja, serta keuangan bisa berbeda-beda keadaannya. Ukuran keberhasilan yang sesungguhnya ditunjukkan oleh adanya para pengikut Kristus yang mengasihi Allah serta sesamanya, dan berkomitmen untuk hidup kudus. Tantangan bagi kita dapat ditemukan dalam kata-kata Nabi Mikha, "Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (6:8) --CHK

8 November 2007

Hidup yang Luas

Nats : Kami telah berbicara terus terang kepada kamu, hati kami terbuka lebar-lebar bagi kamu (2Korintus 6:11)
Bacaan : 2Korintus 6:1-13

Sebuah majalah mengenai perahu melaporkan bahwa Serenity, Time Out, Serendipity, dan Reel Time adalah beberapa nama paling populer yang biasanya dipakai untuk memberi nama perahu. Belum lama ini, saya melihat nama Living Large pada sebuah perahu di sebuah dermaga kecil di Grand Haven, Michigan. Saya tidak tahu makna nama itu bagi pemiliknya, tetapi bagi banyak orang, "hidup yang luas" (living large) berarti memiliki harta benda yang terbaik, berlibur ke tempat-tempat yang paling eksotis, membeli segala sesuatu yang Anda inginkan, hidup mewah.

Akan tetapi, hidup semacam itu tidak membawa kita kepada tujuan atau kepuasan sejati. Para pengikut Yesus Kristus menjalani hidup yang penuh dengan cara berbeda, seperti terlihat dalam teladan Rasul Paulus dan rekan kerjanya, Timotius. Paulus berkata kepada jemaat Korintus, "Hati kami terbuka lebar-lebar" (2 Korintus 6:11). Alkitab versi King James menerjemahkannya demikian: "Hati kami membesar." Mereka telah menunjukkan kasih sepenuh hati kepada jemaat, sama seperti yang dilakukan seorang ayah kepada anak-anaknya ketika ia memeluk mereka. Sekarang mereka mengharapkan tanggapan yang sama. Maka, Paulus meminta, "Sekarang, supaya timbal balik ... Bukalah hati kamu selebar-lebarnya" (ayat 13).

Seseorang yang memiliki hati yang terbuka menunjukkan kasihnya melalui kata-kata dan tindakan, dengan bebas dan murah hati. Sebagai orang-orang percaya, mari kita miliki hidup yang luas dan secara bebas menyambut serta memeluk sesama dengan kasih --AMC

13 Desember 2007

Kebaikan Anonim

Nats : Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? (Lukas 6:33)
Bacaan : Lukas 6:27-36

Ketika Anda di drive-thru makanan siap saji, apakah Anda mau membayar pesanan orang-orang di mobil belakang Anda -- meskipun Anda tidak mengenal mereka?

Inilah tantangan yang diberikan sebuah stasiun radio kristiani setempat untuk mengubah komunitas mereka. Namanya "Perbedaan Drive-Thru". Tujuannya adalah melakukan kebaikan seperti yang dilakukan Kristus kepada orang-orang yang tak menyangkanya dan meninggalkan catatan yang menyatakan bahwa Anda melakukannya karena kasih Anda kepada Kristus.

Mengapa melakukan hal ini? Mengapa membuang-buang uang untuk makanan orang lain -- terutama orang yang tidak kita kenal dan yang mungkin memusuhi iman kita? Mengapa kita memberi, tanpa berharap memperoleh balasan? Rasanya hal ini bertentangan dengan budaya kita, tetapi ide ini memiliki dasar alkitabiah yang kuat.

Perhatikan ucapan Yesus ketika berbicara kepada orang banyak: "Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu?" (Lukas 6:32,33). Jelaslah bahwa Yesus ingin agar kita berbuat baik kepada orang-orang yang tak dapat membalas kebaikan kita.

Entah kita membayari makanan seseorang di restoran siap saji atau memasukkan uang kecil ke dalam kotak amal, yang penting ialah bahwa pemberian kita tidak untuk kepentingan diri sendiri -- entah kita mendapat nama baik atau tidak. Dalam nama Yesus, siapakah yang dapat Anda berkati hari ini? --JDB

28 Februari 2008

Air Sabun Bekas

Nats : Inilah perintah yang kita terima dari Dia: Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudara seimannya (1Yohanes 4:21)
Bacaan : 1Yohanes 4:7-21

Di Semarang, Jawa Tengah, seorang ibu bekerja sebagai buruh cuci harian. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat mengasihi Tuhan. Saat krisis moneter melanda Indonesia, ibu tersebut menyaksikan tetangganya tidak bisa mencuci pakaian karena tidak mampu membeli sabun cuci. Suatu hari, ia datang kepada majikannya dan bertanya, "Pak, apakah saya boleh membawa pulang air sabun bekas ini setiap kali saya selesai mencuci?" "Boleh saja. Tetapi, untuk apa?" selidik sang majikan. "Untuk tetangga saya, Pak. Mereka tidak bisa mencuci pakaian karena tidak mampu membeli sabun cuci," ia menjelaskan.

"Allah adalah kasih", demikian judul perikop ayat bacaan renungan kita hari ini. Kasih adalah sifat Allah. Oleh kasih-Nya, Dia rela datang ke dunia demi menyelamatkan manusia berdosa. Kekristenan pun dibangun di atas fondasi kasih, sehingga para pengikut Kristus kerap disebut penganut agama kasih. Siapa yang tidak hidup di dalam kasih berarti tidak mengenal Allah (ayat 8). Kasih bukan sekadar pengajaran, tetapi harus dipraktikkan. Wanita yang saya sebutkan di atas, bukan seseorang yang berpendidikan tinggi apalagi seorang ahli teologi atau rohaniwan. Namun, tindakannya menunjukkan bagaimana ia mengenal Allahnya. Ia tak banyak berteori dan berdebat, namun ia mempraktikkan kasih.

Di zaman ini, kasih banyak orang menjadi hambar. Tak jarang mereka hanya mampu mencipta "kisah" lantas mengabaikan kasih. Kisah sakit hati, kisah dendam, kisah permusuhan, tampaknya semakin sering terdengar. Jika hal itu terjadi, pertanyaannya, sungguhkah kita mengenal Allah? --MZ

2 Maret 2008

Bersaksi Melalui Profesi

Nats : ... dan mereka disukai semua orang. Tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kisah 2:47)
Bacaan : Kisah 2:41-47

Dokter Teoh Seng Hing adalah salah satu dokter ginekologi di Mount Elizabeth Hospital, Singapura. Ia seorang kristiani. Semua orang yang saya kenal dan pernah menjadi pasiennya punya kesan yang sangat positif terhadapnya. Sebab selain ahli, ia juga sangat baik, sabar, telaten, ramah, penuh perhatian. Pasien bisa bebas dan nyaman berkonsultasi dengannya. Bahkan ketika Kezia, anak saya yang berumur 8 tahun, bertanya ini itu saat istri saya konsultasi, ia juga melayani dengan baik. Dengan sikapnya itu, Dokter Teoh telah menunjukkan kesaksian yang indah sebagai dokter kristiani.

Kekristenan berkembang bukan hanya karena peran para penginjil ternama. Namun juga melalui kesaksian hidup para "penginjil" anonim. Orang-orang yang dalam peran dan profesinya masing-masing telah memberi kesaksian indah bagi masyarakat sekitar. Seorang dokter-dokter kristiani yang berbeda dari dokter lain. Seorang pejabat-pejabat kristiani yang berbeda dari pejabat lain. Seorang mahasiswa-mahasiswa kristiani yang berbeda dari mahasiswa lain, dan sebagainya. Iman kristiani mereka betul-betul nyata dalam kehidupan sehari-hari, melalui sikap dan tutur kata yang ditunjukkan.

Jemaat mula-mula adalah jemaat yang bertumbuh sangat pesat. Ciri-ciri hidup mereka selain tekun dalam pengajaran para rasul (ayat 42), dan satu sama lain memiliki hidup kebersamaan yang kuat dan akrab (ayat 46), juga memberi pengaruh positif bagi orang-orang luar. "Dan mereka disukai semua orang" (ayat 47). Mari kita menjadi saksi yang setia, sehingga kehadiran kita sungguh menjadi berkat bagi orang-orang sekitar -AYA

7 Mei 2008

Menguasai Diri

Nats : Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak (1Korintus 9:27)
Bacaan : 1Korintus 9:24-27

Para prajurit yang tidak ingin menjadi jenderal, bukan prajurit yang baik. Atlet yang tidak ingin menjadi juara adalah atlet yang buruk," demikianlah bunyi salah satu tulisan penyemangat yang digantung di sebuah ruang pelatihan olahraga di Beijing, Tiongkok. Untuk menyiapkan diri menghadapi pesta olahraga Olimpiade 2008 ini, para atlet Tiongkok telah menjalani latihan keras sejak 6 tahun yang lalu. Selain itu, mereka punya sebuah lagu penyemangat yang berbunyi, "Laki-laki (berhati) baja tidak menangis. Kami mau menjadi pahlawan. Menjadi pemenang. Meraih emas!"

Bacaan kita hari ini juga berbicara tentang pertandingan. Paulus menulis bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi hanya ada satu yang mendapat hadiah. Jadi, Paulus menasihati kita agar menguasai diri dalam segala hal, bukan untuk mengejar hadiah yang sementara, melainkan mahkota yang abadi (ayat 25). Setiap anak Tuhan yang mau menjadi pemenang, tidak boleh berlari tanpa tujuan, tidak boleh menjadi petinju yang sembarangan memukul (ayat 26). Ini berarti, anak Tuhan jangan sampai hidup sembarangan, tanpa perencanaan, tanpa tujuan.

Apakah cita-cita Anda? Jawabannya bisa apa saja, terserah Anda. Namun, yang penting adalah merencanakan dan menyiapkan diri untuk meraih cita-cita Anda mulai dari sekarang. Nasihat Paulus di atas patut kita terapkan mulai hari ini, melalui beberapa langkah. Langkah pertama: kenalilah diri Anda. Langkah kedua: latihlah. Langkah selanjutnya: kuasailah! Mulailah melangkah dari langkah pertama! -CHA

23 Mei 2008

Waktunya Runtuh Juga

Nats : Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya (Pengkhotbah 3:1)
Bacaan : Pengkhotbah 3:1-15

Bagi penduduk Amerika, jembatan Mississippi memiliki peran yang vital dalam menghubungkan perekonomian negara bagian Minnesota yang berbasis pertanian. Jembatan sepanjang 27,6 kilometer itu menghubungkan kota Minneapolis dan Saint Paul. Jembatan itu dibangun oleh Departemen Transportasi Minnesota pada 1967 dengan tinggi 64 kaki atau sekitar 20 meter. Namun, jembatan delapan lajur tersebut ambruk pada Rabu, 1 Agustus 2007, pukul 18.00 waktu setempat. Diduga jembatan runtuh bukan karena aksi teror, melainkan karena konstruksi jembatan telah rapuh ditelan usia. Jembatan yang berusia empat puluh tahun tersebut, akhirnya ambruk juga.

Firman Tuhan dengan tepat mengatakan "segala sesuatu ada masanya" (ayat 1). Sekolah kehidupan telah mengajar Salomo, raja Israel di Yerusalem, bahwa segala sesuatu ada waktunya. Waktu berlalu begitu cepat. Tak seorang pun mampu menahannya. Sepanjang berproses dengan waktu, seseorang dapat menikmati dinamika kehidupan. Ada waktu yang menyenangkan, ada juga waktu yang menyedihkan. Namun, Allah selalu membuat segala sesuatu indah pada waktunya.

Selagi napas dikandung badan, menggunakan waktu dengan bertanggung jawab adalah suatu keharusan. Bukankah segala sesuatu akan terus berubah? Filsuf Heraclitus memberikan ungkapan bijak, "Tidak ada yang tetap di dunia ini kecuali perubahan." Hari ini kita masih bernapas, besok belum tentu. Hari ini kita masih bekerja dengan gagah, besok tidak tahu. Oleh karena itu, mari kita menaklukkan diri kepada-Nya sebelum ambruk bak jembatan Mississippi -MZ

25 Mei 2008

Kuat Dalam Tuhan

Nats : Segala hal dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)
Bacaan : Filipi 4:10-19

Pada suatu malam, anak pertama saya yang berusia 5 tahun mengalami panas tinggi. Saat itu saya sedang hamil tua. Dengan perut besar, saya menggendong anak pertama saya ke rumah sakit. Akibat panasnya itu, ia mengigau dan mengeluarkan darah dari hidung, telinga, dan mulutnya. Dalam keadaan demikian saya berdoa memohon kebaikan Tuhan, dan Roh Kudus mengingatkan saya akan firman Tuhan, "Segala hal dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (ayat 13). Melalui ayat tersebut, saya tahu Roh Kudus menguatkan saya untuk melewati masa yang berat itu.

Paulus membukakan sebuah rahasia kepada kita agar dapat kuat menanggung segala sesuatu, yakni hidup di dalam Tuhan, yang dapat memenuhi segala keperluan kita menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya (ayat 19). Apa pun yang terjadi, tidak ada kekuatan yang lebih besar dari kekuatan yang berasal dari Tuhan. Paulus sudah membuktikan hal ini.

Memang ada banyak hal di dunia ini yang dapat menjauhkan kita dari Tuhan, sehingga kita tidak lagi hidup di dalam Dia. Bisa berupa hal yang berkaitan dengan kelimpahan atau kekurangan. Bisa juga berupa hal yang berkaitan dengan kekenyangan atau kelaparan (ayat 12). Namun, Paulus yang telah mengalami semua itu, mengingatkan kita agar jangan terkecoh oleh apa pun yang dapat membuat kita tidak berada di dalam Tuhan. Mari kita belajar mencukupkan diri dalam segala hal (ayat 11) dan memohon rahmat-Nya setiap hari, supaya Roh Kudus memberi hati yang bijak dan menolong kita untuk terus ada di dalam Tuhan -CHA

1 Juni 2008

Menjaga Komitmen

Nats : ... inilah yang kulakukan: Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku (Filipi 3:13)
Bacaan : Filipi 3:4-16

Banyak tokoh di dunia ini terus menginspirasi masyarakat luas untuk jangka waktu yang cukup lama. Di antaranya Martin Luther King, Jr., yang berjuang melawan diskriminasi ras di Amerika Serikat dan William Wilberforce, yang berjuang menghapus perbudakan di Inggris. Apakah kunci keberhasilan mereka? Mereka terus menjagai komitmen yang telah dibuat. Walaupun harus mengalami masa-masa berat, mereka pantang menyerah sehingga mencapai akhir perjuangan.

Alkitab juga mencatat tokoh-tokoh yang menjaga komitmen hingga akhir. Contohnya Paulus. Setelah bertobat, ia memberitakan Injil, terutama kepada bangsa bukan Yahudi. Dan itu sungguh tak mudah. Begitu banyak tantangan berat menghampirinya; dari kaum Yahudi, dari orang-orang bukan Yahudi, dari alam (2 Korintus 11:23-33), bahkan dari penyakit tubuhnya (2 Korintus 12:7,8). Namun, ia tetap dapat menjaga komitmennya. Rahasianya? Dari waktu ke waktu ia menjalani pertandingan iman dengan selalu melupakan apa yang di belakang (dalam bahasa Yunani kata "melupakan" di sini tidak sama seperti kalau kita lupa sesuatu. Ini lebih berarti tidak berfokus ke masa lalu, tetapi kepada tujuan, visi hidup di depan) dan mengarahkan diri pada tujuan hidupnya, yakni memenuhi panggilan Tuhan (Filipi 3:13,14).

Apakah berbagai tantangan juga terus menghantam hingga Anda sulit menjaga komitmen -- terhadap keluarga, pekerjaan, studi, atau pelayanan? Seperti Paulus, kita ini hamba yang dituntut untuk taat, maka mintalah kekuatan dari Dia. Seperti Paulus, kita ini hamba yang Tuhan pilih dan layakkan untuk menjadi saksi-Nya, maka ingatlah pentingnya tugas yang harus terus kita kerjakan —ALS

6 Juni 2008

Meledak Seperti Pistol

Nats : Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: Janganlah matahari terbenam, sebelum padam kemarahanmu (Efesus 4:26)
Bacaan : Efesus 4:20-32

Seorang perempuan yang suka marah-marah berusaha membenarkan kebiasaannya, "Kalau amarah saya sudah bisa meledak, berarti persoalan selesai. Jadi daripada dipendam, lebih baik diluapkan saja. Betul, tidak?" Temannya pun menimpali, "Yah, tapi kemarahanmu itu seperti pistol. Hanya dengan satu ledakan, kerusakan yang terjadi bisa sangat fatal." Kemarahan memang emosi yang pelik. Ada orang yang gampang sekali meledak amarahnya, seperti perempuan di atas. Ada orang yang suka menyimpan kemarahannya; sehingga menjadi akar pahit. Namun, ada pula orang yang tak bisa marah. Ia cukup menyalahkan diri sendiri, dan akhirnya depresi.

Apakah marah itu dosa? Alkitab tidak menyatakan bahwa kita tidak boleh marah. Hanya, kita perlu menghadapi kemarahan secara wajar. Ada saatnya kita juga perlu marah. Namun, Alkitab membatasi agar kita jangan memendam kemarahan hingga menjadi dendam (ayat 26). Kita mesti berjaga-jaga agar tak terjebak dalam amarah yang mengundang pengaruh Iblis (ayat 27).

Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, nasihat Paulus tentang amarah ini ditaruh dalam konteks pelatihan rohani untuk menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (ayat 23,24). Dalam proses ini kita ditantang untuk secara lebih tenang dan dewasa mengenali hal-hal yang memang sepatutnya memicu kemarahan, menyadari bahaya amarah yang tak terkendali, serta menjauhi amarah yang mendatangkan dosa.

Saat terjadi kecurangan atau ketidakadilan, misalnya, kita boleh marah. Namun, jangan asal meledak seperti pistol. Belajarlah mengungkapkan kemarahan dengan semestinya —ARS

7 Juni 2008

Halus Tetapi Mematikan

Nats : Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat (Amsal 8:13)
Bacaan : 2 Tawarikh 32:24-33

Kesombongan. Inilah dosa yang paling disukai oleh Iblis. Sebaliknya, inilah dosa yang paling dibenci oleh Allah (Amsal 6:17). Mengapa Iblis menyukai-nya? Karena kesombongan bersifat sangat halus sehingga kerap kali manusia tidak sadar bahwa mereka sedang menyombongkan diri. Dan, kesombongan bisa merasuki siapa saja termasuk orang yang memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan.

Sebagai contoh adalah Hizkia. Dengan membaca seluruh kisah Hizkia, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ia adalah seorang raja yang memiliki hubungan dekat dengan Tuhan. Hizkia selalu mendahulukan Tuhan dan taat kepada setiap perintah Tuhan. Itu sebabnya tak heran jika Tuhan memberkati hidupnya. Namun sayangnya, di tengah berlimpahnya berkat Tuhan itu ia justru sempat menjadi angkuh (ayat 25), sehingga nyaris mendatangkan murka Tuhan atas negerinya.

Dari kisah Hizkia, ada dua peringatan yang harus kita waspadai. Pertama, dosa kesombongan bisa merasuki siapa saja termasuk kita, anak-anak Allah. Kedua, dosa kesombongan selalu menjadi godaan yang paling besar, justru pada saat kita berada di puncak kehidupan. Kesombongan adalah dosa yang halus, tetapi mematikan. Ia bisa merasuki manusia secara halus tetapi berakibat fatal. Bila kita menemukan kesombongan timbul di hati kita, mari ikuti langkah Hizkia selanjutnya. "Tetapi ia sadar akan keangkuhannya itu dan merendahkan diri bersama-sama dengan penduduk Yerusalem, sehingga murka TUHAN tidak menimpa mereka pada zaman Hizkia" (ayat 26) —RY

9 Juli 2008

Perbuatlah Demikian!

Nats : Kata Yesus kepadanya, "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" (Lukas 10:37)
Bacaan : Lukas 10:29-37

Cerita orang Samaria yang baik hati sudah sangat terkenal. Banyak film, drama, novel, dan cerpen yang ditulis berdasarkan cerita ini. Cerita ini bukan kisah nyata, tetapi maknanya sangat riil. Orang yang membutuhkan pertolongan, orang yang baik hati, dan orang yang tidak mau peduli terhadap sesama yang menderita adalah sosok-sosok nyata yang ada di dunia ini dari dulu sampai sekarang.

Bukan tanpa sengaja kalau Tuhan Yesus menjadikan orang Samaria sebagai "tokoh baik", sedangkan imam dan orang Lewi sebagai "tokoh buruk". Orang Samaria di mata orang-orang Yahudi adalah kelompok marginal, yang dianggap hina, sedangkan imam dan orang Lewi dianggap sebagai kalangan elite masyarakat dan terhormat. Cerita ini seakan-akan hendak menjungkirbalikkan anggapan umum yang ada pada waktu itu, bahwa yang Tuhan hargai dari manusia bukanlah status atau kedudukan sosial yang disandangnya, tetapi karya kasihnya kepada orang lain yang menderita.

Di dalam cerita itu, imam dan orang Lewi digambarkan sebagai orang-orang yang tidak memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap sesama. Sebaliknya orang Samaria, dengan sigap menyingsingkan lengan baju untuk menolong si korban. Bahkan, ia memberi pertolongan tanpa pamrih dan gembar-gembor. Tuhan Yesus menutup cerita ini dengan satu nasihat praktis, "Pergilah dan perbuatlah juga demikian" (ayat 37). Dalam hidup bermasyarakat, kita akan selalu bertemu dengan "korban", yakni mereka yang memerlukan pertolongan. Tuhan menghendaki kita perbuat seperti orang Samaria itu -AYA

11 Juli 2008

Bersahabat

Nats : Betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul ... [dengan] orang-orang yang bukan Yahudi. Tetapi ... aku tidak boleh menyebut seorang pun najis (Kisah Para Rasul 10:28)
Bacaan : Kisah Para Rasul 10:24-35

Dengan telepon genggam, dewasa ini orang dapat lebih leluasa berkomunikasi ketimbang sepuluh tahun lalu. Harga telepon genggam pun semakin terjangkau. Namun anehnya, penelitian menunjukkan bahwa pemakai telepon genggam rata-rata hanya menghubungi empat orang secara rutin dan intensif. Padahal daftar kontaknya berisi ratusan nomor telepon. Itu berarti, walaupun ada begitu banyak kenalan, hanya segelintir orang yang dijadikan sahabat.

Banyak orang cenderung memilih-milih teman dalam bergaul. Akibatnya, kita kerap membuat tembok pembatas, seperti suku, budaya, status sosial, maupun agama, sehingga lingkaran pergaulan kita malah menjadi sempit. Para murid Yesus pun semula bersikap demikian. Petrus, sebagai orang Yahudi dilarang keras berkunjung ke rumah Kornelius, orang Italia. Mereka dianggap orang kafir. Namun, pandangan Petrus segera berubah setelah Kristus menyadarkannya bahwa Tuhan tidak membeda-bedakan orang (ayat 34). Jadi, ia pun pergi mengunjungi Kornelius, sebab Tuhan ingin memakainya menjadi saluran berkat bagi "orang kafir" itu. Keberanian Petrus menerobos tradisi dan membangun relasi membuahkan berkat besar. Hasilnya, seisi rumah Kornelius pun diselamatkan.

Allah mencintai orang-orang yang hidup di sekitar kita dan ingin menunjukkan cinta-Nya kepada mereka, melalui kita. Hal ini hanya dapat terjadi apabila kita bersedia membuka diri untuk bersahabat dengan siapa saja. Belajar mencintai yang Tuhan cintai. Coba periksa lagi daftar kontak Anda. Adakah orang yang perlu dijadikan sahabat? -JTI

12 Juli 2008

Kupu-kupu

Nats : Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin ... sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi (Keluaran 13:17)
Bacaan : Keluaran 13:17-22

Kupu-kupu adalah salah satu contoh hewan yang mengalami siklus cukup panjang di hidupnya. Dari telur, ia menetas sebagai ulat. Setelah beberapa saat, ia membungkus dirinya sebagai kepompong. Dan, pada waktunya ia menjadi seekor kupu-kupu yang bisa terbang! Uniknya, bila salah satu saja dari tahapan ini tidak dilewati dengan baik, maka ia akan gagal menjadi kupu-kupu dan mati.

Seperti ulat yang baru menetas, demikian pula bangsa Israel yang baru saja keluar dari tanah Mesir di bawah pimpinan Musa. Allah tahu bahwa apa bila Israel terlalu cepat tiba di tanah Kanaan, mereka akan mudah melupakan penyertaan Tuhan dan menjadi hancur. Jadi, Israel perlu dipersiapkan agar menjadi bangsa yang besar dan mandiri saat memasuki Kanaan. Itulah sebabnya Allah membawa mereka menjalani siklusnya; menempuh perjalanan memutar melalui padang gurun yang luas. Perjalanan berat yang membuat Israel bersungut-sungut, bahkan membuat mereka menyerah dan ingin kembali ke Mesir, sungguh akan mendidik dan mendewasakan mereka.

Kerap kali Allah juga sengaja membawa kita menempuh "jalan memutar". Bentuknya bisa berupa masalah-masalah yang Dia izinkan terjadi di hidup kita; kegagalan menempuh ujian di sekolah, kekalahan dalam persaingan bisnis, atau masalah relasi dengan pasangan, keluarga, atau teman-teman. Semuanya ini mungkin membuat kita putus asa. Namun, jangan menyerah. Jalanilah semua dengan tetap percaya kepada Allah. Pada saatnya nanti, Allah akan menuntun kita keluar dari situ. Dan kita akan siap menjalani kehidupan dengan lebih mantap -ALS

18 Juli 2008

Prakarsa Tuhan

Nats : Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN" (1Samuel 1:20)
Bacaan : 1Samuel 1:1-20

Setelah menikah hampir dua tahun, seorang istri akhirnya mengandung anak pertamanya. Namun, dokter mendiagnosa kandungannya bermasalah. Kemungkinan kelak anaknya akan lahir dengan "kelainan", kecuali terjadi mukjizat. Kemudian ia dan suaminya tekun berdoa serta berpuasa. Mereka memohon agar anak mereka lahir sehat walafiat. Ketika tiba saatnya sang istri melahirkan, ternyata anaknya menderita autis. "Kami sudah berusaha dan berdoa. Kalau Tuhan memberikan anak ini dalam keadaan demikian, tentu Dia sudah mempertimbangkan yang terbaik buat kami," kata mereka.

Suami istri itu kemudian tekun mempelajari segala hal tentang autisme-lewat buku, majalah, internet, dan seminar, hingga mereka menjadi banyak tahu tentang autisme. Mereka kerap diminta bersaksi di gereja dan menjadi tempat bertanya bagi banyak pasangan yang memiliki anak dengan "kebutuhan khusus". Mereka tak pernah menyesal anaknya menderita autis.

Kelahiran anak adalah prakarsa Tuhan. Manusia boleh berencana dan berusaha, tetapi Sang Penentu adalah Tuhan sendiri. Hana, istri Elkana, bergumul keras untuk memperoleh keturunan. Tuhan kemudian memenuhi permohonannya. Lahirlah Samuel, yang kelak menjadi salah satu tokoh penting dalam Perjanjian Lama.

Tuhan memberikan anak dengan pertimbangan matang. Tidak mungkin Dia memberikan anak dengan sembarangan. Tuhan pasti punya rencana yang baik untuk setiap anak yang Dia izinkan lahir ke dalam dunia, bagaimanapun keadaannya. Maka baiklah kita menyambut setiap anak yang lahir dengan iman, dengan rasa syukur, dan dengan kasih sayang -AYA

22 Juli 2008

Warisan Termahal

Nats : Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu (Ulangan 6:6,7)
Bacaan : Ulangan 6:6-9, 20-25

Setelah multimiliuner J.P. Morgan (seorang pendiri General Electric) meninggal, seluruh keluarga berkumpul untuk membuka wasiatnya. Orang mengira sebagian besar isinya mengenai uang. Namun mereka salah. Berikut petikannya: "Saya menyerahkan jiwa saya ke tangan Sang Juru Selamat. Saya telah ditebus dan disucikan oleh darah-Nya, sehingga Dia akan membawa jiwa saya tanpa cacat cela kepada Bapa surgawi. Karena itu saya minta agar anak-anak terus mempertahankan dan menjalankan pengajaran mengenai penebusan sempurna oleh darah Kristus yang tercurah; dengan segala tantangan, risiko, maupun pengorbanan pribadi yang menyertainya."

Kebanyakan orangtua berpikir keras hendak mewariskan sebanyak mungkin uang bagi anak-anaknya. Namun, J.P. Morgan memberi kita pandangan yang berbeda. Sebagai warisan terutama dan termahal, Morgan lebih memilih mewariskan iman kepada Kristus bagi anak-anaknya. Segala bentuk harta benda-sebaik apa pun kita menyimpannya, dapat habis dan lenyap. Namun, iman kepada Kristus memberi hidup yang takkan layu.

Mari kita mulai mewariskan iman semacam ini kepada anak-anak kita, mulai hari ini, yakni melalui pembicaraan yang berulang-ulang tentang firman Tuhan (ayat 7). Tentang Kristus yang menanggung hukuman dosa kita di kayu salib, agar kita memiliki hak untuk hidup kekal bersama-Nya. Tentang bagaimana anak Tuhan belajar menaati dan melakukan kehendak-Nya. Tentang cinta Allah yang nyata dalam kehidupan masing-masing pribadi. Niscaya warisan itu akan menjadi harta paling berharga, kapan pun anak-anak akan membuka surat wasiat kita -AW

29 Juli 2008

Sederhana Tapi Berharga

Nats : Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati (1Samuel 16:7)
Bacaan : Kisah Para Rasul 9:36-39

Bila ditanya tentang pelayanan yang paling berharga bagi Allah, kebanyakan kita akan langsung berpikir tentang pelayanan gerejawi yang biasa dilakukan; misalnya memimpin pujian, menyanyi dalam paduan suara, penginjilan pribadi, pelawatan, dan sebagainya. Padahal, sesungguhnya pelayanan yang dilakukan bagi Tuhan bisa lebih banyak bentuk dan luas cakupannya.

Cerita tentang Dorkas membukakan wawasan kita tentang arti sebuah pelayanan. Alkitab tidak terlalu banyak memberi keterangan mengenai Dorkas. Ia hanya disebut sebagai seorang murid perempuan dari Yope, yang memiliki nama lain Tabita (ayat 36). Namun, Alkitab mencatat bahwa ia adalah wanita yang banyak berbuat baik dan memberi sedekah, khususnya menjahit pakaian bagi para janda (ayat 39). Jika dibandingkan dengan Petrus atau Paulus, nama Dorkas memang kurang populer. Pekerjaan yang dilakukannya pun tak sehebat murid Yesus yang lain. Namun, apa yang telah dilakukannya berharga bagi Allah.

Ya, inilah pelayanan yang berharga di mata Allah. Allah tidak menilai pelayanan dari seberapa banyak pelayanan yang telah dilakukan, tetapi dari sikap hati sang pelayan (1Samuel 16:7). Melayani Allah, sekecil apa pun, bila diiringi motivasi untuk memuliakan Allah dan dilakukan dengan tulus hati, maka pelayanan itu berharga bagi-Nya. Sebaliknya, meski pelayanan kita tampak luar biasa tetapi tidak dilakukan dengan tulus atau didasari motivasi memuliakan diri sendiri, maka hasilnya tak akan berarti di hadapan Allah. Sudahkah pelayanan kita didasari motivasi yang murni dan dikerjakan dengan tulus? -RY

8 Agustus 2008

Menerima Nasihat

Nats : Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya (Keluaran 18:24)
Bacaan : Keluaran 18:13-27

Musa memang hebat. Bukan saja karena hal-hal besar yang ia lakukan, tetapi juga karena sebagai tokoh besar dan pemimpin, ia tetap mau terbuka menerima masukan. Memerhatikan, mengasah, dan mengolah usulan yang datang kepadanya, menjadikan Musa pemimpin yang patut ditiru.

Ketika Yitro, mertuanya, melihat bagaimana Musa menangani sendiri semua hal tentang pengelolaan masalah bangsa Israel, ia mengingatkan bahwa itu "tidak baik" (ayat 17). Yitro lalu mengusulkan agar dalam menjalankan tugasnya ini, Musa memakai strategi yang lebih tepat, termasuk bahwa ia dapat melibatkan orang-orang yang cakap sebagai mitra pelayanan. Musa mendengarkan usulan ini dan sungguh-sungguh melakukannya. Setelah beres, barulah Musa melepas mertuanya pergi (ayat 27). Artinya sang mertua masih bisa melihat bagaimana Musa memperbaiki sistem pelayanannya. Betapa indahnya bila seseorang mendengarkan dan menerima nasihat baik dari orang lain, demi pelayanan yang lebih baik dalam pekerjaan Tuhan!

Mari renungkan bagaimana hal ini dapat diterapkan juga dalam kita berkeluarga, melayani Tuhan, bekerja, dan bersaksi. Sudahkah kita menjadi orang yang terbuka memerhatikan usulan orang lain dan mau mengkajinya dengan rendah hati? Atau, kita sering merasa terganggu dengan nasihat orang, sehingga nasihat yang tepat pun kita abaikan demi gengsi? Jangan buru-buru menolak saran yang datang. Nasihat yang baik bisa muncul dari siapa saja. Bila hati kita terbuka, kita dapat melihat pertolongan bisa datang dari mana saja. -DKL

14 Agustus 2008

Menghadapi Kekalahan

Nats : ... kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas ... (1Samuel 4:17)
Bacaan : 1Samuel 4:16-22

Tiga orang anak sedang bermain lomba adu cepat mobil-mobilan. Sebelum lomba dimulai, salah seorang anak tampak berdoa dengan khusyuk. Setelah lomba berakhir, ternyata anak yang berdoa itu memenangkan pertandingan. Seorang temannya bertanya, "Tadi sebelum lomba kamu berdoa supaya Tuhan membuat mobil-mobilanmu menang ya?" Anak itu menjawab, "Tidak. Saya berdoa kepada Tuhan, supaya kalau kalah saya tidak menangis."

Ketika bangsa Israel mengalami kekalahan hebat dalam peperangan melawan bangsa Filistin; tabut Allah dirampas, ditambah lagi kedua anaknya tewas, hingga Imam Eli amat sangat terpukul. Ia begitu syok, sampai kemudian terjatuh dan mati (ayat 18).

Menghadapi kekalahan memang tidak mudah. Bukan hanya dalam perkara-perkara besar, bahkan juga dalam hal-hal yang kelihatannya sepele, seperti ketika kita beradu pendapat dengan orang lain dalam sebuah diskusi. Tidak heran kalau kemudian banyak orang yang tidak bisa menerima kekalahan, kemudian merasa malu, marah, kecewa, dan kesal, setelah itu mengambek, menangis, bahkan mendendam. Tidak sedikit pula yang lantas malah membuat kesalahan dan memunculkan masalah baru.

Lalu, bagaimana caranya agar kita tidak tenggelam dalam kekalahan? Pertama, terimalah kekalahan sebagai bagian dari kehidupan. Hidup seperti roda yang berputar; ada saatnya kita berada di atas, ada saatnya kita berada di bawah. Kedua, lihatlah kekalahan sebagai sarana bagi kita untuk belajar rendah hati dan bergantung kepada Tuhan. Ketiga, ingatlah bahwa di balik setiap kejadian yang Tuhan izinkan terjadi pasti ada hikmahnya -AYA

26 Agustus 2008

Frustrasi?

Nats : Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku ...? Berharaplah kepada Allah (Mazmur 42:6)
Bacaan : Mazmur 42:4-12

Bila Anda frustrasi, jangan merasa sendirian. Anda akan merasa lebih baik saat mengetahui bahwa setiap orang pernah mengalami ini:

* Memberi waktu dan tenaga untuk suatu karya yang tiba-tiba menjadi tak berguna.

* Mengalami kesulitan dalam usaha.

* Mengetahui bahwa jerih payahnya dirusak orang lain.

* Geraknya diperlambat ketika ia sebenarnya sudah terlambat.

* Tidak menemukan peralatan apa pun saat ia sudah siap dengan suatu proyek.

* Melakukan tugas dengan baik tetapi orang lain yang mendapat penghargaan.

* Tidak mendapatkan sesuatu yang sebenarnya sudah di depan mata.

* Rencana-rencana terbaiknya berantakan.

* Segala sesuatu tampak begitu berat.

Para tokoh Alkitab juga pernah frustrasi; mulai dari Abraham yang anaknya diminta kembali oleh Tuhan, Musa yang frustrasi karena bangsa yang dipimpinnya keras tengkuk, Elia yang dikejar-kejar Izebel, Ayub yang merasa apa yang menjadi miliknya tiba-tiba lenyap, dan masih banyak lagi. Namun, mereka tetap tampil sebagai pribadi yang kuat. Apa yang membuat mereka tetap bertahan saat frustrasi? Mereka menanggapi keadaan yang tidak menyenangkan dengan respons yang tepat. Mereka sadar semuanya itu merupakan cara Allah untuk mendewasakan mereka. Bagaimana dengan Anda?

Apakah Anda sedang frustrasi? Belajarlah untuk melihat bahwa yang Anda alami adalah bagian dari rencana Allah yang terbaik. Bila Anda tak berespons dengan tepat, Anda bisa kecewa kepada Tuhan, kepada orang lain yang merugikan Anda, bahkan kepada diri sendiri. Respons yang tepat menentukan langkah Anda selanjutnya! -PK

10 September 2008

Sindrom Mesias

Nats : Sedangkan siapa saja yang merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga (Matius 18:4)
Bacaan : Matius 18:1-5

Milton Rokeach, seorang psikolog, merasa kewalahan menyembuhkan tiga

pasiennya yang menderita "sindrom Mesias". Mereka menganggap dirinya sebagai penyelamat dunia. Sulit sekali menyadarkan ketiganya tentang siapa mereka sebenarnya. Suatu kali, mereka bertiga diajak berdiskusi dalam suatu terapi kelompok. Orang pertama berkata, "Akulah Mesias, anak Allah yang diutus menyelamatkan dunia." "Bohong! Dari mana kamu tahu?" bantah orang kedua. "Tuhan berbicara kepadaku," jawab orang pertama. Tiba-tiba orang ketiga berseru: "Siapa bilang? Aku tak pernah berkata begitu kepadamu!"

Para murid Yesus pun pernah mengalami sindrom Mesias saat mereka mempersoalkan siapa di antara mereka yang terbesar. Tiap-tiap orang merasa paling unggul, paling layak, paling berjasa, atau paling rohani. Yang diincar bukan lagi pelayanan, tetapi keuntungan. Itu sebabnya Yesus meminta mereka agar bertobat dan menjadi seperti anak kecil. Seorang anak tidak memedulikan status atau gengsi. Ia mengakui dirinya tak berdaya dan bergantung sepenuhnya pada orang lain. Inilah kerendahan hati sejati. Jika ingin masuk ke dalam kerajaan surga, seseorang tak boleh merasa dirinya berjasa.

Sindrom Mesias bisa juga terjadi di gereja. Banyak konflik terjadi karena orang saling bersaing, berebut kuasa, atau merasa dirinya hadir sebagai "penyelamat". Yang senior berkata, "Karena sayalah, gereja ini berdiri!" Yang yunior berkata, "Kamilah pembaru gereja. Tanpa kami, gereja ini sudah mati ditelan tradisi!" Berhati-hatilah! Ketika kita membangun kerajaan kita sendiri, bisa-bisa kita semakin jauh dari kerajaan-Nya -JTI

12 September 2008

Menarik Balik Persembahan

Nats : Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? (Kisah Para Rasul 5:3)
Bacaan : Kisah Para Rasul 4:34-5:5

Sebuah gereja memerlukan dana untuk membeli sepuluh unit pendingin udara (AC). Seorang yang kaya tergerak mempersembahkan dua unit. Tiga tahun kemudian, muncul ketegangan antara si orang kaya dengan pendeta. Ia tersinggung karena usulnya untuk mengubah gaya ibadah tidak diterima. Akhirnya, ia memutuskan angkat kaki dari gereja itu. Namun sebelumnya ia meminta agar dua unit pendingin udara yang pernah ia berikan, dicopot! Begitulah jika memberi tidak dengan tulus, hanya untuk mencari "nama". Padahal, memberi persembahan bagi Tuhan berbeda dengan menyumbang ke yayasan sosial. Ini menyangkut komitmen dengan Tuhan.

Ananias dan Safira juga tidak dipaksa mempersembahkan seluruh hasil penjualan tanahnya untuk gereja. Mereka berhak memberi berapa pun. Tergantung kerelaan hati. Masalahnya, mereka berdusta. Sesudah berkomitmen mempersembahkan seluruh hasil penjualan tanah, mereka menahannya sebagian. Masalah lain, mereka tidak tulus memberi persembahan. Mencoba menampilkan kesan bahwa mereka lebih murah hati dari yang sebenarnya. Karena hal inilah mereka berdosa, selain mendustai Allah sekaligus jemaat-Nya, mereka juga telah bengkok hati dalam memberi persembahan. Tindakan mereka mencemari kesaksian gereja sehingga mendapat hukuman berat.

Ketika Anda memberi persembahan, berilah dengan hati tulus. Jangan mengharapkan imbalan apa pun. Kalaupun Anda memberi banyak, jangan merasa menjadi "donatur besar gereja" yang harus diperlakukan khusus. Persembahan bisa menjadi berkat bila muncul dari hati yang tulus. Sebaliknya, bisa menjadi kutuk bila bertolak dari hati yang bengkok -JTI

22 September 2008

Malaikat Menimba Air

Nats : Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Matius 25:40)
Bacaan : Matius 25:31-40

Di sebuah kapel terpasang lukisan seorang malaikat yang sedang menimba air. Wajahnya cerah pertanda sukacita saat ia melakukan tugas itu. Keringat yang masih membekas di wajah menjadi bukti bahwa ia serius menjalankan tugasnya. Dalam hati saya bertanya, "Apa tidak keliru? Itukah tugas malaikat? Bukankah malaikat bertugas melayani Allah, bukan mengerjakan hal-hal yang tampaknya duniawi seperti menimba air?"

Acap kali kita membedakan hal-hal yang rohani dan jasmani. Ketika melayani dan beribadah di gereja, kita seperti sedang mengerjakan hal yang rohani. Sementara saat menjalankan pekerjaan sehari-hari, kita menganggapnya kegiatan duniawi. Kitab Matius memberi cara pandang berbeda. Pada hari penghakiman terakhir, Tuhan datang dalam kemuliaan-Nya. Dia memisahkan seorang demi seorang (ayat 32). Lalu kepada mereka yang ada di sebelah kanan-Nya, Tuhan berkata, "Terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu." Apa dasarnya? "Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan" (ayat 35). Apa yang dilakukan kepada sesama, berarti juga dilakukan untuk Tuhan. Itulah ibadah! Ibadah menyangkut dimensi vertikal-hubungan dengan Allah, dan dimensi horisontal-hubungan dengan sesama.

Bila Anda melakukan aktivitas sehari-hari dengan tujuan memuliakan Tuhan, itu pun sudah bisa disebut ibadah. Maka, apa pun pekerjaan dan aktivitas yang Anda lakukan hari ini, jalanilah semuanya dengan hati gembira seperti malaikat yang menimba air dalam lukisan tadi -MZ



TIP #12: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab saja. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA