A. Posmodernisme dalam Konsep Alkitab
"Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi: tak ada sesuatu yang baru ({yunani} adj. m.s. artinya nothing new) di bawah matahari". Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: "Lihatlah, ini baru (v- v.supra artinya new)" Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada (Pkh 1:9-10).1526
Selama manusia hidup di bumi maka tidak ada sesuatu yang baru. Kata "baru" mempunyai arti yang sebelumnya tidak ada atau belum pernah dilihat (diketahui, didengar) mula-mula atau pertama kali dilihat. Sesuatu yang baru hanya milik Tuhan (Mzm 96:1) dan hanya Tuhanlah yang bisa membuat suatu yang baru (Yes 43:19): Masa mudamu menjadi baru (Mzm 103:5). Mendapat kekuatan baru (Yes 40:31). Allah mengabarkan hal-hal baru (Yes 48:6). Langit yang baru dan bumi yang baru (Yes 65:17; 66:22; 2 Ptr 3:13; Why 21:1) Yerusalem baru (Why 21:2). Tuhan menciptakan sesuatu yang baru (Yer 31:22). RahmatNya selalu baru tiap hari (Rat 3:23). Allah memberikan hati yang baru dan roh yang baru (Yeh 36:26). Yang ada dalam Kristus adalah ciptaan baru (2Kor 5:17). Manusia baru (Kol 3:10). Allah menjadikan segala sesuatu baru (Why 21:5)
B. Otoritas Alkitab
Orang sudah tidak mau melihat kepada otoritas Alkitab. Alkitab dianggap sebagai bagian yang tidak penting dan orang-orang cenderung "mengumbar hawa nafsunya" untuk dipuaskan sendiri dengan cara mengembangkan posmodernisme: melakukan inovasi-inovasi tanpa menjadikan Alkitab sebagai kerangka dasarnya.
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan. untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3:16).
"Segala tulisan" merujuk pada PL (3:15) adalah tulisan PL dan PB, yaitu Alkitab.1527 "Diilhami Allah" dari theos ("Allah") dan pneo ("bernafas"). Theopneustos yang satu-satunya dalam PB ini berarti "bernafas atau dihembuskan Allah" (bentuk pasif) artinya: seorang nabi bernubuat bukan berarti Allah menafasinya atau menghembusinya dengan aktif. Bukan seorang nabi menulis kemudian Tuhan menghembusinya. Bukan Tuhan menafasi tulisannya. Sebaliknya, Tuhan "menafaskan" atau "menghembuskan" atau "mengeluarkan" kata-kata-Nya dan nabi menuliskannya. Dalam PL disebut "neshamah" juga satu-satunya dalam PL (Ayb 32:8). Jadi, Alkitab itu dinapaskan oleh Allah.
Itulah Firman Allah. Firman Allah itu berasal dari Allah yang suci dan diwahyukan kepada orang-orang suci. Firman itu berisi nasihat-nasihat yang suci dan membiarkan hal-hal yang suci dengan maksud memimpin kita kepada jalan yang suci dan bahagia.1528
"Mengajar ... dalam kebenaran": ketaatan atau pendidikan dalam jalan hidup kebenaran (dikaiosune). Hanson mengatakan bahwa hal tersebut menunjuk pada proses latihan (paideia) dan proses mengoreksi (epanorthosis) kehidupan diri sendiri: sudah sejauh mana diri kita hidup dalam kebenaran Allah (Firman Allah).1529 Kegiatan ini seperti kalau seseorang bersekolah harus siap menerima pengajaran dari guru, lalu siap belajar keras untuk ikut ujian, dan bila ia lulus maka ia akan naik kelas dan berikutnya ia, kembali siap belajar dan siap diuji. Terus-menerus proses itu bergulir sepanjang manusia ada di bumi.
Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kirat Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah (2 Pet 1:19-21).
Ayat 21 mengatakan Allah tidak mungkin bersalah, berbohong, dan menipu. Karakter atau sifat Allah adalah kudus, suci, dan tidak ternoda. Karena itu. Alkitab secara keseluruhan adalah benar dan dapat dipercaya dalam segala hal yang diajarkannya (band. 2 Sam 23:2; Yer 1:7-9; 1 Kor 4:3-7). Pelita yang bercahaya di tempat yang gelap" menunjukkan bahwa apa yang diajarkan Alkitab berlaku pada masa kini di mana manusia hidup di bumi. Sidebottom mengartikan melihat Firman Allah pada saat ini seperti kita melihat kemuliaan Tuhan sebelum Tuhan datang menyatakan kemuliaan-Nya.1530
"Fajar menyingsing" paralel dengan "bintang timur terbit bersinar"; menunjuk pengajaran eskhatologi. Richard Bauckham mengatakan bahwa eskhatologi merupakan dasar pengajaran para nabi baik pada zaman PL maupun dalam PB. Orang Kristen terlibat dalam pengalaman eskhatologi di mana berpusat penuh dengan kedatangan Tuhan Yesus yang ditegaskan pada "fajar menyingsing" dan "bintang timur terbit bersinar".1531
1 Kor 4:20 mengatakan Alkitab bukan berasal dari pemikiran dan kehendak manusia tetap dari kehendak Allah. Alkitab itu menyatakan pikiran dan kehendak Allah. Jadi, nubuat yang ada dalam Alkitab bukan dari pikiran manusia, melainkan dari Allah atau Roh Kudus.
Ayat 21 Allah atau Roh Kudus yang bekerja memilih seseorang untuk menjadi orang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya. Di sini Allah yang menggerakkan hati seseorang untuk melakukan kehendak Allah.
Jadi, jelas bila kita melihat 2Tim 3:16 dan 2 Ptr 1:9-21 bisa disimpulkan sebagai berikut: Pertama, "pewahyuan" hanya berkenaan dengan tulisan (grape, 2Tim 3:16) dalam kanon. Kedua, tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, melainkan oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah (2Pet 1:21). Allah menyatakan dan manusia mencatatnya. Alkitab berasal dari Allah dan diberi wibawa oleh Allah. Ketiga, nabi mempunyai peranan penting dalam seluruh proses pewahyuan. Ia menjadi sarana Allah berkomunikasi kepada manusia. Keempat, otoritas Alkitab sebagai buku sama dengan otoritas Allah. Alkitab mempunyai otoritas ilahi yang tidak pernah Alkitab tidak bisa dibandingkan dengan pernyataan seorang ahli, atau lembaga, atau kekuasaan politik. Alkitab sempurna dan mempunyai otoritas tertinggi baik di dunia maupun di sorga.
Pengakuan terhadap otoritas Alkitab juga bisa dilihat dari dua bukti: bukti internal dan bukti eksternal. Bukti internal: (1) Yesus sendiri mengakui otoritas Alkitab. Yesus menekankan bahwa Firman Allah sepenuhnya dapat dipercayai, kebenarannya tidak dapat disangkal (Yoh 10:35) dan pengakuan terhadap kebenaran sejarah seperti penciptaan, pembunuhan Habel, Nuh, dan Yunus. Yesus juga mengakui Allah (PL) tidak bersalah nubuat dan ajarannya. Yesus juga menekankan otoritas mutlak PL. (2) Alkitab sendiri mengatakannya: Paulus dan Petrus (1 Tim 5:18; 2Pet 3:15). menyatakan kemahakuasaan Allah, dan menyatakan komunikasi langsung Allah.
Bukti Eksternal: (1) kesatuan Alkitab yang terdiri dari 66 kitab ditulis lebih dari 1500 tahun oleh 40 penulis dalam 3 bahasa yang berbeda tetapi memiliki tema yang sama, yaitu sejarah keselamatan. (2) Nubuatan yang digenapi dengan sempurna. (3) Konsistensi yang baik, yaitu tidak bertentangan satu dengan yang lain.
Jadi, tidak ada alasan bagi siapa saja untuk membiarkan Alkitab tidak dijadikan dasar dari kerangka pikir manusia. Alkitab justru menjadikan dasar bagi segala pekerjaan di dunia tanpa memaksakan pengertian "posmodernisme" atau "tradisi". Juga tanpa memaksakan apakah karya seseorang itu baru atau sudah pernah ada dan perlu diulang-ulang atau diperbaiki.
C. Polarisasi terhadap Nilai-nilai yang Sudah Mengkristal
Jadi, tugas kekristenan adalah melakukan "polarisasi" (perlawanan) terhadap nilai-nilai posmodernisme yang sudah membeku atau mengkristal.
"Jikalau kamu tetap dalam firmanKu [{yunani}the word my], kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran [{yunani}acc. sg. f. n. akar kata dari {yunani}: the truth]: dan kebenaran [{yunani}dat. sg. f. n.: the truth]' itu akan memerdekakan [{yunani}will free: akan membebaskan: melepaskan dari penjajahan: members kebebasan) kamu .... Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka" (Yoh 8:31a-32, 36).
Kata "truth" (artinya: tidak salah, lurus, adil; cocok dengan keadaan yang sesungguhnya; tidak bohong, sah, sejati) merupakan kata teologis yang sangat tegas dan detail untuk menjadikan seseorang itu merdeka (artinya: bebas dari perhambaan, penjajahan; berdiri sendiri tidak terikat, tidak bergantung pada sesuatu yang lain; lepas dari tuntutan; bukan hamba tebusan).
Allah membenarkan orang berdosa berdasarkan ketaatan dan kematian Kristus. Ia bertindak adil. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan keadilan-Nya. Dan bila ia sudah "dibenarkan", maka ia mendapat kemerdekaan (kebebasan). Kebebasan berarti kebahagiaan berdasarkan pembebasan dari perbudakan, memasuki kehidupan baru dalam sukacita dan kepuasan yang tak mungkin diperoleh sebelumnya. Pada teks ini Yesus membebaskan kita dalam kehidupan yang gelap. Yesus menggiring dan memasukkan kita dalam kemerdekaan baru - hidup baru.
Jadi, ayat di atas hendak mengatakan bahwa cara sederhana untuk melakukan perlawanan terhadap posmodernisme, yaitu:
Cara: Menjadikan murid Allah. Mrk 8:35 dikatakan bahwa menjadi murid Yesus harus menyangkal diri, mengambil bagian penderitaan Kristus. Penderitaan Kristus sebagai teladan kehidupan murid-murid-Nya. Jikalau kita berbuat baik dan harus menderita karena itu, maka itu adalah kasih karunia Allah. Sebab untuk itulah kita dipanggil (1 Pet 2:20-21).
Proses: Hidup taat dalam firman-Nya. Jadi sebagai warga negara kita menyatakan ketaatan sebagai rasa terima kasih kita kepada Allah. Taat kepada Allah dalam tanggung jawab moral diwujudkan dengan pelaksanaan kasih. Taat ini mentaati hukum-Nya. Dengan demikian, Allah memberi kelimpahan anugerah. Di sini gambaran dari buah-buah roh yang dihasilkan seseorang seperti disiplin, kasih untuk belajar Firman Allah, dan melayani Allah dan orang lain.
Akibat I: Mengetahui kebenaran (keadilan) Allah. Kebenaran ini adalah rencana atau kehendak Allah. Kadang kebenaran bisa membuat seseorang jatuh tetapi bukan berani kita harus berkompromi untuk tidak benar, sebab Allah yang merencanakan kita harus hidup dalam kebenaran-Nya.
Akibat II: Hidup dalam kebebasan Allah. Meskipun kita bebas bukan berarti kita hidup dalam kejahatan melainkan bebas dalam rencana kehendak Allah atau dalam jalan Allah. Jadi, kebebasan kita adalah kebebasan kebenaran.
D. Posmodernisme yang Bersifat Eksperimental
Konsep "eksperimental" (coba-coba) berlawanan terhadap konsep Kristen. Kekristenan mengajarkan hidup itu harus "mempercayakan diri kepada rencana Allah". Biarlah Allah sendiri yang bekerja dalam diri kita. Kita hidup dalam wilayah kekuasaanNya. Jadi, kita hidup bukan melakukan "eksperimental" tetapi kita "percaya" Allah yang memelihara hidup kita.
"Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakan kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari padaNya, yaitu kekuatanNya [cS6valuti nom. sg. f. n; power] yang kekal dan keilahianNya [Nccb-il, nom. Sg. I n.; divinity, deity, godhead, divine majesty], dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih" (Rm 1:19-20).
Kata "power" (artinya: banyak tenaganya dayanya, kukuh, teguh, tahan tidak rapuh, mampu dan kuasa berbuat sesuatu) dan "divinity" (artinya: mempunyai sifat ketuhanan; Sang Pencipta yang harus disembah manusia) adalah paralel yang mempunyai kepentingan yang sama besarnya Keduanya milik Allah yang manusia tidak bisa menjamah apalagi mengontrol dan memerintah. Keduanya itu merupakan milik Allah yang menjadi satu kesatuan tatkala Allah melakukan aktifitasnya. "power" dan "divinity" menyatu dalam segala kegiatan Allah. Begitu juga ketika Allah "menciptakan" dan "memelihara" segala ciptaan-Nya - termasuk orang percaya - Allah menggunakan "power" dan "divinity"-Nya.
Sebaliknya, tugas orang Kristen adalah membebaskan dirinya dalam lingkaran posmodernisme tetapi dalam kebebasan rencana Allah: Richard B. Hays mengatakan orang Kristen dipanggil menjadi sempurna seperti sebuah kota terletak di atas gunung. Orang Kristen dipanggil untuk menterjemahkan Torat dan melakukannya sepanjang hari. Orang Kristen dipanggil menerima orang berdosa, bergaul, dan memenangkan mereka.1532