Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem: Mat 27:1 - Setelah hari Sabat lewat Oleh karena hari Sabat adalah hari istirahat, maka "hari pertama" minggu Yahudi ialah hari Minggu kita, Wah 1:10, artinya Hari Tuhan (kata minggu mema...
Oleh karena hari Sabat adalah hari istirahat, maka "hari pertama" minggu Yahudi ialah hari Minggu kita, Wah 1:10, artinya Hari Tuhan (kata minggu memang berasal dari kata Portugis yang berasal dari kata Latin "dies dominica"). hari itu disebut demikian karena adalah hari (peringatan) kebangkitan Tuhan. Bdk Kis 20:17+; 1Ko 16:2
Jerusalem: Mat 27:1 - Maria yang lain Ialah Maria ibu Yakobus, Mar 16:1; Luk 24:10; bdk Mat 27:56 dan Mat 27:61
Jerusalem: Mat 27:1 - menengok kubur itu Oleh karena kubur Yesus dimeterai, Mat 27:66, perempuan-perempuan itu tidak bermaksud meminyaki jenasah Yesus, seperti maksudnya menurut Markus dan Lu...
Oleh karena kubur Yesus dimeterai, Mat 27:66, perempuan-perempuan itu tidak bermaksud meminyaki jenasah Yesus, seperti maksudnya menurut Markus dan Lukas. Mereka hanya datang menengok kubur itu.
Ref. Silang FULL -> Mat 27:1
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 27:1-10
Matthew Henry: Mat 27:1-10 - Penyesalan, Pengakuan dan Kematian Yudas; Pemakaian Tiga Puluh Uang Perak
Apa yang dicatat dalam pasal ini adalah kisah yang sangat mengharukan mengenai penderitaan dan kematian Tuhan kita Yesus. Dilihat dari kejadian it...
- Apa yang dicatat dalam pasal ini adalah kisah yang sangat mengharukan mengenai penderitaan dan kematian Tuhan kita Yesus. Dilihat dari kejadian itu sendiri, tidak ada kisah yang lebih tragis daripada peristiwa tersebut. Hati setiap manusia normal pasti luluh saat melihat seseorang yang tidak berdosa dan sangat istimewa ini diperlakukan dengan semena-mena seperti itu. Akan tetapi, dilihat dari rencana dan buah yang dapat dipetik dari penderitaan Kristus, kisah ini adalah Injil, sebuah Kabar Baik, yaitu bahwa Yesus Kristus diserahkan karena pelanggaran-pelanggaran kita. Dan tidak ada alasan lain bagi kita untuk bermegah, selain karena salib Kristus itu. Dalam pasal ini, perhatikanlah:
- I. Bagaimana Ia didakwa:
- . Ia digiring menghadap Pilatus (ay. 1-2).
- . Keputusasaan Yudas (ay. 3-10).
- . Pendakwaan dan persidangan Kristus di hadapan Pilatus, (ay. 11-14).
- . Ramainya orang-orang yang menentang Dia, (ay. 15-25).
- . Hukuman dijatuhkan, dan kepastian pelaksanaan hukuman disahkan (ay. 26).
- II. Bagaimana Ia dianiaya:
- . Dia diperlakukan dengan keji (ay. 27-30).
- . Digiring ke tempat penghukuman (ay. 31-33).
- . Di sana Dia dicerca dan dihina (ay. 34-44).
- . Sorga memalingkan pandangan dari-Nya (ay. 45-49).
- . Banyak hal ajaib yang menyertai kematian-Nya (ay. 50-56). Dia dikuburkan dan kuburan-Nya dijaga dengan ketat (ay. 57-66).
Penyesalan, Pengakuan dan Kematian Yudas; Pemakaian Tiga Puluh Uang Perak (27:1-10)
- Dalam pasal sebelumnya Kristus berada dalam cengkeraman tangan imam-imam kepala dan tua-tua, sebagai seorang terpidana mati. Namun sebenarnya, mereka hanya bisa menggertakkan gigi saja, karena sejak dua tahun yang lalu, bangsa Romawi telah merenggut kekuasaan bangsa Yahudi untuk menghukum mati seseorang. Bangsa Yahudi kini tidak bisa lagi menghukum mati siapa pun, dan karena itulah mereka berembuk sekali lagi pada pagi hari, untuk membicarakan apa yang harus dilakukan. Di sini diceritakan mengenai rapat yang dilangsungkan di pagi hari itu, setelah mereka tidur hanya dua atau tiga jam saja.
- I. Kristus dibawa menghadap Pilatus, supaya ia dapat melaksanakan hukuman yang telah mereka jatuhkan atas Kristus. Saat itu, Yudea telah ditaklukkan oleh Pompei selama hampir seratus tahun dan menjadi daerah taklukan Roma sejak itu. Belum lama berselang Yudea dijadikan bagian dari provinsi Siria, sehingga ada di bawah kekuasaan pemerintahan penguasa Siria yang memiliki beberapa wali negeri, yang tugas utamanya adalah mengurus masalah pendapatan, tetapi kadang juga memiliki kekuasaan mutlak yang dipercayakan kepada mereka, seperti yang terjadi pada Pilatus. Ini merupakan bukti nyata bahwa Kerajaan telah beranjak dari Yehuda, dan oleh karena itu sekaranglah, Dia yang berhak atasnya (KJV: "Shiloh") pasti datang, sesuai dengan nubuat Yakub (Kej. 49:10). Para penulis Roma pada zaman itu menggambarkan Pilatus sebagai orang yang kasar dan tinggi hati, keras kepala dan bertangan besi, serta sangat serakah dan suka menindas orang. Bangsa Yahudi benar-benar membenci dia dan merasa muak berada di bawah pemerintahannya. Sekalipun demikian, mereka tetap memakai dia sebagai sarana untuk melampiaskan kedengkian mereka terhadap Kristus.
- . Mereka membelenggu Yesus. Dia sudah dibelenggu waktu pertama kali ditangkap, jadi mungkin mereka melepaskan belenggu itu sewaktu Dia diadili, atau mungkin juga sekarang mereka menambah rantai belenggu lagi pada Dia. Setelah Ia dinyatakan bersalah, mereka mengikat kedua tangan-Nya ke belakang, seperti yang biasanya mereka perbuat terhadap para penjahat yang telah dinyatakan bersalah. Kristus memang sudah terbelenggu dengan ikatan kasih-Nya terhadap manusia, dan terhadap tugas penebusan-Nya, sebab jika tidak demikian, pastilah Ia sudah mematahkan belenggu itu segera, seperti halnya Samson. Kita diikat oleh belenggu kejahatan, terjerat dalam tali dosa kita sendiri (Ams. 5:22), tetapi Allah telah membebankan kuk pelanggaran kita ke atas tengkuk Tuhan Yesus (Rat. 1:14), supaya oleh belenggu-Nya kita dibebaskan, sama seperti kita disembuhkan oleh bilur-bilur-Nya.
- . Mereka membawa-Nya seperti sebuah piala kemenangan, menggiring-Nya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian. Demikianlah Ia diambil sesudah penahanan dan penghukuman (Yes. 53:7-8). Jarak antara kediaman Kayafas dan Pilatus adalah kira-kira satu mil [kira-kira 1,6 km -- pen.]. Sejauh itulah mereka menggiring-Nya melalui jalan-jalan di Yerusalem, yang mulai ramai dengan orang-orang di pagi hari, supaya mereka dapat menjadikan-Nya tontonan bagi dunia.
- . Mereka menyerahkan-Nya kepada Pontius Pilatus, sesuai dengan perkataan yang sering diungkapkan Kristus, bahwa Dia akan diserahkan kepada orang bukan-Yahudi. Baik bangsa Yahudi maupun bukan-Yahudi sama-sama tidak layak di hadapan penghakiman Allah dan berada dalam kuasa dosa, dan Kristus adalah Juruselamat bagi keduanya, sehingga Ia pun dibawa ke dalam penghakiman bangsa Yahudi serta bukan-Yahudi, dan keduanya turut campur tangan dalam kematian-Nya. Lihatlah bagaimana para penguasa gereja yang bobrok itu melecehkan penguasa pengadilan sipil dan memanfaatkan dia untuk melaksanakan keputusan mereka yang tidak adil, serta mengeluarkan keputusan-keputusan kelaliman (Yes. 10:1). Demikianlah dewasa ini ada juga para penguasa di dunia ini yang dikendalikan oleh penguasa gereja untuk membasmi siapa pun yang mereka anggap murtad, tidak peduli benar atau salah, demi kepentingan mereka sendiri.
- II. Uang yang mereka bayarkan kepada Yudas sebagai upah mengkhianati Kristus, dikembalikan Yudas kepada mereka, sebelum ia akhirnya menggantung diri karena merasa putus asa. Mengenai penganiayaan terhadap Kristus yang telah mereka lakukan, imam-imam kepala dan tua-tua itu berkilah bahwa murid-Nya sendirilah yang telah menyerahkan Dia kepada mereka. Tetapi kini, kala penghukuman tengah dilaksanakan, tali yang menggantung Yudas itu telah membuktikan kebejatan mereka, bahkan Yudas sekarang menjadi saksi ketidakbersalahan Yesus dan merupakan monumen peringatan akan keadilan Allah, yang menunjukkan:
- . Kemuliaan Kristus di tengah-tengah penderitaan-Nya, dan kemenangan-Nya atas Iblis yang telah merasuki Yudas.
- . Peringatan bagi mereka yang menganiaya Dia, dan supaya mereka tidak bisa lagi mengelak dari kejahatan mereka. Jika saja mereka tidak berkeras hati untuk melakukan kekejian ini, apa yang telah dikatakan dan dilakukan Yudas seharusnya sudah dapat menghentikan penganiayaan tersebut.
- (1) Lihatlah bagaimana Yudas menyesali kesalahannya. Tidak seperti Petrus yang menyesal, percaya, dan kemudian diampuni, Yudas malah menyesal, berputus asa, dan dibinasakan.
- Perhatikanlah di sini:
- [1] Apa yang membuatnya menyesal, yaitu waktu ia melihat bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati. Mungkin Yudas berharap bahwa Kristus akan dapat meloloskan diri dari cengkeraman tangan mereka, atau dapat membela diri di depan pengadilan sehingga Ia dibebaskan. Dengan demikian, Kristus akan memperoleh kehormatan, sedangkan orang-orang Yahudi itu akan mendapat malu, sedangkan dia mendapatkan uang, dan tidak ada hal-hal buruk yang akan terjadi. Tetapi sebenarnya, dia tidak punya alasan untuk mengharapkan semua itu terjadi, sebab Gurunya sering kali mengatakan bahwa Ia harus disalibkan. Tetapi mungkin saja dia memang berpikir seperti itu, sehingga sewaktu dia mendapati apa yang terjadi ternyata tidak sesuai dengan khayalannya sama sekali, dia benar-benar merasa ketakutan, apalagi sewaktu melihat betapa banyak dan kuatnya mereka yang menentang Kristus, dan Dia pun tidak melawan sama sekali. Perhatikan, mereka yang mengukur tindakan dengan menggunakan akibat tindakan tersebut dan bukannya menggunakan hukum ilahi, akan terkecoh oleh ukuran yang mereka pakai. Arah dosa selalu melorot ke bawah, dan jika kita tidak bisa menghentikan diri kita sendiri dengan mudah, bagaimana mungkin kita bisa menghentikan orang lain yang telah kita dorong untuk meluncur ke bawah dalam lumuran dosa? Maka, menyesallah ia, yang artinya, Yudas kini dirundung duka, rasa putus asa, dan murka pada dirinya sendiri, saat dia merenungkan apa yang telah dia lakukan. Saat dia tergoda untuk mengkhianati Gurunya, tiga puluh keping uang perak itu terlihat begitu indah dan berkilauan, seperti halnya anggur merah yang mewarnai cawan dengan indahnya. Tetapi setelah hal itu dilakukan dan upah dibayarkan, perak tersebut kini berubah menjadi pecahan-pecahan besi, memagut seperti seekor ular, dan menyengat seperti seekor beludak. Kini hati nurani menghantuinya. "Apa yang telah aku lakukan ini! Betapa dungu dan durhakanya aku sampai-sampai tega menjual Guruku sendiri dan segala kenyamanan dan kebahagiaanku bersama-Nya, hanya untuk sedikit uang! Segala penghinaan dan cercaan yang dilontarkan kepada-Nya adalah kesalahanku. Gara-gara perbuatanku Dia kini dibelenggu dan dihukum mati, diludahi dan dipukuli. Saat membuat kesepakatan dulu, mengapa tidak terpikirkan olehku bahwa kejadiannya akan berakhir seperti ini? Betapa tolol dan bebalnya aku, seperti seekor binatang buas." Kini dia mengutuk kantong yang ia bawa, uang yang dulu sangat dia ingini, imam-imam yang telah membuat persepakatan dengan dia, serta hari dia dilahirkan. Ingatan akan kebaikan Sang Guru kepadanya yang telah dia balas dengan air tuba, belas kasihan-Nya yang telah dia tampik, serta peringatan-peringatan yang tidak dia hiraukan, kini membuat kesadarannya semakin bertambah, dan semakin menusuk hati. Kini dia mengerti benar apa yang pernah dikatakan Gurunya, "Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan." Perhatikan, dosa memang cepat sekali berubah rasa. Sekalipun disembunyikan di bawah lidah seperti makanan yang manis, namun di dalam perut akan berubah menjadi bisa ular tedung (Ayb. 20:12-14), seperti halnya gulungan kitab yang diberikan kepada Yohanes (Why. 10:9).
- [2] Apa yang menjadi tanda penyesalannya.
- Pertama, dia mengembalikan uang yang telah dibayarkan kepadanya. Ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, saat mereka bersama-sama di depan umum. Kini uang itu telah membakar hati nuraninya, dan dia sekarang merasa muak terhadapnya, sebesar keinginannya dulu untuk memiliki uang itu. Perhatikan, apa pun yang didapat dengan cara tidak halal, tidak akan memberi manfaat bagi siapa pun yang mendapatkannya (Yer. 13:10; Ayb. 20:15). Jika saja dia menyesal dan mengembalikan uang itu sebelum dia mengkhianati Kristus, mungkin semuanya ini dapat dilakukannya dengan tenang, karena yang disepakatinya itu belum dilaksanakan ketika itu. Tetapi kini semuanya sudah terlambat, dia tidak bisa melakukan itu tanpa merasa gentar. Beribu-ribu penyesalan menderanya karena telah terlibat dalam masalah tersebut (Yak. 5:3). Dia mengembalikan uang itu. Perhatikan, apa yang telah didapat dengan cara yang tidak halal, tidak boleh terus disimpan, karena hal itu sama seperti melanjutkan dosa yang telah diperbuat sewaktu mendapatkan benda itu. Juga, tidak boleh terus dimiliki, sebab itu berarti tidak menunjukkan rasa menyesal. Dia mengembalikannya kepada mereka yang telah memberikan uang itu, untuk memberi tahu mereka bahwa ia menyesali persepakatan yang telah dibuatnya dengan mereka. Perhatikan, mereka yang telah menyebabkan dan menyeret orang lain dalam dosa, saat Allah menyadarkannya, juga harus memberi tahu orang lain yang telah ambil bagian dalam dosa tersebut, sebab mungkin hal itu dapat membuat mereka menyesal dan bertobat juga.
- Kedua, dia membuat pengakuan (ay. 4). Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.
- . Dia mengakui darah Kristus sebagai darah orang yang tidak bersalah, dan pengakuannya itu menambah kemuliaan Kristus. Jika saja Kristus pernah melakukan perkara dosa, maka sebagai murid-Nya, pasti Yudas mengetahui hal itu, dan sebagai orang yang mengkhianati-Nya, tentu saja dia akan mengungkapkannya. Sebaliknya, tanpa disuruh ataupun dipaksa, dia malah menyatakan Kristus sebagai orang yang tidak bersalah, di hadapan mereka yang telah menyatakan bahwa Dia bersalah.
- . Dengan penuh rasa malu, dia mengaku bahwa dia telah berdosa karena menyerahkan darah Kristus. Dia tidak melemparkan kesalahan itu kepada orang lain. Dia tidak berkata, "Kalian telah berdosa karena mengupah aku untuk melakukan itu," tetapi menanggung kesalahan itu sendiri dengan berkata, "Aku telah berdosa karena melakukan hal itu." Sejauh itulah Yudas menyesali perbuatannya, namun dia tidak sampai pada keselamatan. Dia mengakui kesalahannya, namun bukan kepada Allah. Dia tidak datang kepada Allah dan berkata, "Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga." Dia mengaku telah menyerahkan darah orang yang tidak bersalah, tetapi tidak mengakui kecintaannya terhadap uang, yang merupakan akar dari kejahatannya ini. Ada banyak orang yang mengkhianati Kristus, tetapi masih tetap berusaha membenarkan diri mereka, dan karena itu nasib mereka berakhir seperti Yudas.
- (2) Lihatlah bagaimana imam-imam kepala dan tua-tua menanggapi pengakuan dosa Yudas. Mereka berkata, "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri." Dia mengaku dosa kepada mereka, dan itulah pengampunan yang mereka berikan. Mereka lebih mirip imam-imam Iblis daripada imam-imam Allah yang hidup.
- [1] Lihatlah betapa entengnya mereka menganggap perkara pengkhianatan terhadap Yesus tersebut. Yudas telah memberitahukan bahwa darah Kristus tidak bersalah, dan mereka berkata, "Apa urusan kami dengan itu?" Apakah darah-Nya itu tidak memiliki arti apa pun bagi mereka, sampai-sampai mereka menjadi begitu haus akan darah itu, dan menyewa Yudas untuk menyerahkannya, dan kini memutuskan supaya darah itu ditumpahkan dengan cara yang tidak adil? Apakah semuanya ini tidak berarti apa-apa bagi mereka? Tidakkah semuanya ini membuat mereka menyelidiki kembali kekerasan yang mereka lakukan dalam menganiaya Dia? Tidakkah semuanya ini bisa memberikan peringatan kepada mereka untuk berhati-berhati dengan apa yang mereka perbuat terhadap orang benar ini? Begitulah orang-orang bebal bermain-main dengan dosa, seakan-akan tidak ada hal yang buruk atau berbahaya yang diakibatkan oleh perbuatan keji mereka. Begitulah, banyak orang menganggap remeh Kristus yang disalibkan, sebab, apa urusannya dengan mereka, bahwa Dia mengalami semua penderitaan ini?
- [2] Lihatlah bagaimana mereka menganggap remeh dosa Yudas. Dia berkata, "Aku telah berdosa," dan mereka menjawab, "Apa urusan kami dengan itu? Pikirmu kami ini peduli akan dosamu sehingga kamu mengatakannya kepada kami?" Perhatikan, bodoh sekali jika kita menganggap bahwa dosa orang lain tidak berarti apa-apa bagi kita, terutama bila kita juga ikut ambil bagian di dalamnya. Masakan kita tidak peduli jika nama Allah direndahkan, jiwa-jiwa disesah, dan maksud Iblis dijalankan, sementara kita sendiri ikut menyingsingkan tangan kita dalam hal itu? Saat tua-tua Yizreel membunuh Nabot untuk menyenangkan hati Izebel, apakah hal itu bukan urusan Ahab? Ya, ia telah membunuh, karena dia telah merampas juga (1Raj. 21:19). Noda dosa tidak dapat dialihkan semudah yang orang sering pikirkan. Jika ada kesalahan dalam perkara itu, mereka menyuruh Yudas untuk mengurusinya sendiri, dia harus menanggungnya.
- Pertama, karena dia yang mengkhianati Kristus. Jadi, dosanya memang lebih besar (Yoh. 19:11). Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa mereka tidak berdosa apa-apa dalam kasus ini. Ini adalah suatu contoh umum dari kebusukan hati kita, yang selalu meringan-ringankan dosa sendiri dengan jalan melebih-lebihkan dosa orang lain. Tetapi penghakiman Allah didasarkan pada kebenaran, bukan pada perbandingan antara satu dosa dengan dosa lainnya.
- Kedua, karena dia tahu dan percaya bahwa Kristus tidak bersalah. "Jika Dia memang tidak bersalah, itu adalah urusanmu sendiri, karena kami tidak tahu akan hal itu, dan kami telah menyatakan Dia bersalah, sehingga kami berhak melakukan penghukuman terhadap-Nya." Perbuatan jahat disokong oleh prinsip yang jahat juga. Khususnya dalam peristiwa ini, dosa dipandang sebagai dosa hanya untuk mereka yang beranggapan demikian; tidak ada salahnya untuk menghukum mati seseorang bila orang itu dipandang sebagai seorang jahat. Akan tetapi, mereka yang berpendapat demikian mengolok-olok Allah, dan itu sama dengan menipu dan membinasakan diri mereka sendiri.
- [3] Lihatlah bagaimana mereka menganggap sepele pengakuan, ketakutan, dan rasa malu yang sedang melanda Yudas. Mereka senang dapat memanfaatkannya untuk berbuat dosa, dan mereka sangat menyukainya. Tidak seorang pun yang mereka sambut sehangat menyambut Yudas, saat dia datang kepada mereka sambil berkata, "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Waktu itu mereka tidak menjawab, "Apa urusan kami dengan itu?" Tetapi kini, saat dia merasa ketakutan akibat dosa yang telah dia perbuat, mereka tidak menghiraukannya, dan tidak berkata apa-apa pun kepadanya, melainkan membiarkannya menanggung ketakutannya sendirian. Mengapa dia datang menyusahkan mereka dengan khayalannya yang hanya mendukakan hati itu? Mereka mempunyai kesibukan lain yang harus dilakukan, dan tidak mau mengindahkan dia. Tetapi mengapa mereka begitu segan meladeninya?
- Pertama, mungkin mereka juga takut benih-benih penyesalan Yudas akan menimbulkan pergolakan dalam hati nurani mereka sendiri, jika mereka membiarkannya mendekat, dan mereka takut kesedihan Yudas akan menggugah hati mereka, jika mereka mendengarkannya. Perhatikan, orang-orang berdosa yang keras kepala selalu berjaga-jaga supaya penyesalan tidak menghampiri mereka. Mereka yang tidak akan pernah menyesali dosa akan meremehkan orang lain yang mengaku dosa.
- Kedua, mereka sama sekali tidak sudi membantu Yudas. Setelah mereka menjebak dia, mereka tidak saja hanya meninggalkannya sendirian, tetapi juga menertawakan dia. Perhatikan, orang berdosa yang telah menyadari kesalahannya tidak akan didukung oleh bekas teman-teman pendosanya. Biasanya, orang yang menyukai pengkhianatan malah membenci si pengkhianat itu sendiri.
- (3) Inilah keputusasaan yang merongrong Yudas. Jika saja para imam kepala berjanji untuk menunda penghukuman, mungkin dia akan merasa lebih baik. Akan tetapi, saat ia melihat tidak ada harapan lagi, dia pun menjadi putus asa (ay. 5).
- [1] Ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci.
- Imam-imam kepala tidak mau mengambil kembali uang itu, karena takut menanggung kesalahan Yudas, yang menurut mereka harus ditanggung oleh dia sendiri. Yudas tidak mau menyimpannya lagi, karena terlalu berat bagi dia untuk tetap memegangnya. Karena itulah dia melemparkan uang itu ke dalam Bait Suci supaya, mau tidak mau uang itu akan kembali lagi ke tangan para imam kepala. Lihatlah bagaimana uang berubah menjadi racun bila dosa sudah mencemarinya.
- [2] Ia pergi dari situ dan menggantung diri. Pertama, dia undur diri -- anechōrēse, menyepi ke tempat yang sunyi, seperti orang dirasuk dan dihalau setan ke tempat-tempat yang sunyi (Luk. 8:29). Celakalah mereka yang sendirian saat dilanda keputusasaan. Jika saja Yudas datang kepada Kristus, atau kepada para murid yang lain, mungkin dia akan dihiburkan, seburuk apa pun perkara yang tengah melandanya. Tetapi, setelah dia tidak berhasil membujuk para imam kepala, dia pun menyerahkan diri pada keputusasaan. Iblis yang sama yang telah menghalau dia untuk berbuat jahat dengan bantuan para imam, kini menghalau dia dalam keputusasaannya dengan bantuan orang-orang yang sama pula.
- Kedua, dia melakukan penghukuman atas dirinya sendiri. Ia menggantung diri. Dia tercekik oleh rasa dukanya sendiri, begitulah menurut Dr. Hammond, tetapi Dr. Whitby yakin bahwa terjemahan yang kita punyai sudah benar. Yudas dapat melihat dan merasakan dosanya, namun tidak memahami dalamnya belas kasihan Allah dalam Kristus, sehingga dia hancur lebur dalam kejahatannya. Kita boleh menganggap bahwa dosanya itu bukanlah dosa yang sifatnya tidak dapat diampuni, karena di antara mereka yang diselamatkan, beberapa bahkan ambil bagian dalam pengkhianatan dan pembunuhan Kristus. Tetapi, Yudas berpikir seperti Kain, yaitu bahwa kejahatannya terlalu besar untuk diampuni, dan memutuskan untuk melemparkan diri ke dalam tangan Iblis daripada tangan Allah yang penuh belas kasihan. Beberapa orang beranggapan bahwa kesalahan terbesar Yudas adalah karena dia berputus asa tidak akan mendapat belas kasihan Allah, dan bukannya karena dia telah mengkhianati darah Gurunya yang tidak bersalah. Kini, rasa takut akan murka Yang Mahakuasa mulai menyerang dia. Seluruh kutuk yang tertulis dalam Kitab Allah kini datang merembes seperti air ke dalam dirinya, dan seperti minyak ke dalam tulang-tulangnya, seperti yang telah dinubuatkan tentang dia (Mzm. 109:18-19), dan menyeretnya ke dalam rasa putus asa, sehingga dia berusaha melarikan diri dari api neraka yang berkobar dalam dirinya dengan cara melompat ke neraka lain yang terbentang di hadapannya, yang justru hanya melengkapi dan menyempurnakan segala penderitaan dan rasa putus asanya. Dia melemparkan diri ke dalam api untuk melepaskan diri dari percikannya. Dan celakalah orang yang menjerumuskan diri ke dalam neraka sewaktu ia berusaha menyelamatkan diri dari rasa bersalah yang menyelimutinya.
- Sekarang, marilah kita lihat ada apa dalam kisah ini.
- . Kita mendapati sebuah contoh tentang akhir hidup yang menyedihkan dari orang-orang yang dirasuki Iblis, khususnya mereka yang dikuasai oleh cinta akan uang. Inilah keruntuhan yang menenggelamkan banyak orang (1Tim. 6:9-10). Ingatlah apa yang terjadi pada sekumpulan babi dan seorang pengkhianat yang dirasuki oleh Iblis ini, dan janganlah pernah memberi celah bagi Iblis.
- . Kita juga mendapati sebuah contoh bagaimana murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia (Rm. 1:18). Kalau dalam kisah Petrus kita melihat kebaikan Allah serta kemenangan anugerah Kristus dalam pertobatan orang-orang berdosa, maka dalam kisah Yudas kita melihat ketegasan Allah dan kemenangan kuasa serta keadilan Kristus atas kekalutan orang-orang bebal. Demikianlah saat Yudas, yang telah dirasuki Iblis, menggantung diri, Kristus membuat pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa yang telah Ia lucuti menjadi tontonan umum (Kol. 2:15).
- . Kita mendapati sebuah contoh betapa mengerikannya akibat yang ditimbulkan oleh rasa putus asa, yang sering kali berakhir dengan kasus bunuh diri. Dukacita, bahkan karena dosa yang telah dilakukan, jika tidak sesuai dengan kehendak Allah, dapat menghasilkan kematian (2Kor. 7:10), kematian yang terburuk, karena siapa akan memulihkan semangat yang patah? Baiklah bagi kita untuk berpikir betapa buruknya dosa kita itu, tetapi janganlah menyangka bahwa dosa itu tidak terampuni. Kita boleh berputus asa tidak bisa menolong diri kita sendiri, tetapi jangan sampai kita lupa bahwa pertolongan Allah selalu tersedia. Orang yang berusaha menenteramkan hati nuraninya dengan jalan menghancurkan hidupnya sendiri, pada hakikatnya sama saja dengan menantang Allah yang mahakuasa untuk melakukan suatu hal yang terburuk. Bunuh diri, meskipun dianjurkan oleh beberapa ahli moral yang tidak takut akan Allah, adalah seperti obat yang bahkan lebih buruk daripada penyakit yang hendak disembuhkannya, tidak peduli seberapa parahnya penyakit tersebut. Marilah kita berjaga-jaga setiap kali kita mulai bermuram durja, dan berdoa, Tuhan, janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.
- (4) Pemakaian uang yang dikembalikan Yudas (ay. 6-10). Uang itu dipakai untuk membeli sebidang tanah yang dinamakan Tanah Tukang Periuk, karena yang memiliki, atau menempati, atau mungkin tinggal di sekitar sana adalah seorang tukang periuk, atau juga mungkin karena kepingan-kepingan tembikar yang pecah biasanya dilemparkan ke situ. Tanah itu dijadikan tanah pekuburan orang asing, yaitu, orang-orang yang baru memeluk agama Yahudi, yang berasal dari bangsa lain, yang meninggal saat kebetulan ada di Yerusalem untuk beribadah.
- [1] Kelihatannya itu merupakan sebuah contoh dari rasa kemanusiaan mereka, yaitu mereka sudi mengurusi penguburan orang asing, dan hal itu menunjukkan bahwa mereka juga percaya (seperti yang dikatakan Rasul Paulus, Kis. 24:15) bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar. Oleh sebab itulah kami mengurusi orang yang telah mati, bukan saja karena jenazah tersebut pernah menjadi tempat kediaman sebuah jiwa, namun karena di masa mendatang akan menjadi demikian pula. Akan tetapi,
- [2] Hal itu bukan merupakan contoh kerendahan hati mereka, karena mereka menguburkan orang asing di tempat terpisah, seakan-akan orang-orang asing tersebut tidak layak untuk dikuburkan di tempat yang sama dengan mereka. Orang asing harus menjaga jarak dengan mereka, baik waktu hidup maupun mati, dan prinsip itu berlaku juga dalam hal anugerah, Menjauhlah, janganlah meraba aku, nanti engkau menjadi kudus olehku! (Yes. 65:5). Bani Het memperlakukan Abraham dengan lebih baik, dengan menawarkan kuburan pilihan, sekalipun Abraham merupakan orang asing di antara mereka (Kej. 23:6). Tetapi orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN, meskipun dikuburkan terpisah, akan bangkit bersama semua orang yang mati di dalam Kristus.
- Tanah tukang periuk itu tidak dibeli pada hari kematian Kristus (karena mereka terlalu sibuk untuk memikirkan hal lain selain memburu-Nya), tetapi peristiwa itu pasti terjadi tidak lama setelah itu. Petrus membicarakan hal ini segera setelah kenaikan Kristus. Walaupun begitu, hal ini dicatat di sini:
- Pertama, untuk menelanjangi kemunafikan imam-imam kepala dan tua-tua. Dengan jahatnya mereka telah menganiaya Yesus yang diberkati, dan kini:
- . Mereka segan memasukkan uang yang telah mereka pakai untuk mengupah seorang pengkhianat ke dalam peti persembahan di Bait Suci. Meskipun mungkin mereka mengambil uang tersebut dari peti persembahan, dengan berdalih hal itu adalah untuk kepentingan umum, dan sekalipun mereka selalu giat berusaha menarik seluruh harta kekayaan bangsa mereka ke dalam peti persembahan itu, tetapi mereka tetap tidak mau memasukkan uang darah itu ke dalamnya. Mereka menyamakan upah seorang pengkhianat dengan upah seorang pelacur, dan harga seorang penjahat (seperti yang mereka pikirkan tentang Kristus) sama dengan harga seekor anjing, keduanya tidak boleh dibawa ke dalam rumah Tuhan (Ul. 23:18). Dengan begitu mereka telah menyelamatkan kehormatan mereka dan mempengaruhi orang banyak dengan sikap mereka yang seolah-olah sangat menghormati Bait Allah. Dengan begitu, mereka menelan unta, tetapi nyamuk ditapiskannya.
- . Mereka pikir, melakukan kebaikan di muka umum dengan menyediakan tanah pekuburan untuk orang asing, meskipun bukan dengan uang mereka sendiri, dapat menebus apa yang telah mereka perbuat. Karena itulah, dalam masa kelaliman, banyak orang diperdaya untuk percaya bahwa membangun gedung gereja dan menyumbang untuk biara-biara dapat menebus kebejatan moral.
- Kedua, untuk menegaskan kebaikan yang dimaksudkan oleh darah Kristus bagi orang-orang asing dan bagi orang-orang berdosa dari kaum bukan-Yahudi. Melalui uang darah-Nya, telah tersedia bagi mereka sebuah tempat peristirahatan bila mereka mati nanti. Demikianlah tafsiran yang dianut oleh banyak penulis kuno mengenai bagian ayat tersebut. Kuburan itu adalah tanah tukang periuk, di mana mayat-mayat dilemparkan seperti kepingan-kepingan tembikar pecah yang tidak berharga. Namun, melalui darah-Nya, Kristus telah membeli tanah itu bagi mereka yang mengaku sebagai orang asing di bumi ini, yang mencari-cari negeri yang lebih baik bagi diri mereka. Ia telah mengubah kepemilikan tanah itu (seperti yang biasa dilakukan oleh seorang pembeli), sehingga kini, saat kematian menghampiri kita, kubur itu juga menjadi kepunyaan kita, sebagai tempat peristirahatan untuk kita. Dalam bahasa Jerman, tempat pekuburan disebut sebagai ladang Allah, karena di sanalah Allah menabur umat-Nya seperti biji-biji gandum (Yoh. 12:24; lih. Hos. 2:22; Yes. 26:19).
- Ketiga, untuk mengumandangkan nama buruk mereka yang telah memperjualbelikan darah Kristus. Tanah itu biasanya disebut Aceldama -- tanah darah, bukan oleh para imam kepala yang ingin menguburkan ingatan akan kejahatan mereka dalam kuburan tersebut, melainkan oleh orang-orang yang mengetahui pengakuan Yudas bahwa ia telah mengkhianati darah orang yang tidak bersalah, sekalipun pengakuannya itu tidak dihiraukan sama sekali oleh para imam kepala. Mereka menamakan tanah itu demikian in perpetuam rei memoriam -- supaya selalu dikenang. Perhatikan, kuasa pemeliharaan ilahi memiliki banyak cara untuk melekatkan aib pada tindakan-tindakan jahat yang dilakukan sekalipun oleh orang-orang besar, sehingga walaupun mereka berusaha sedapat mungkin untuk menyembunyikan rasa malu, kenangan itu tetap saja akan hidup selamanya.
- Keempat, supaya kita dapat melihat firman Allah digenapi (ay. 9-10), Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh Nabi Yeremia. Perkataan ini dikutip dari nubuat Zakharia (11:12). Sulit diterangkan mengapa di sini perkataan itu dikatakan berasal dari Nabi Yeremia. Namun, nama baik ajaran Kristus tidaklah ditentukan oleh hal tersebut, karena tidak diragukan lagi pengajaran-Nya sudah terbukti berasal dari Allah, hanya saja, mungkin ada beberapa hal kecil yang sifatnya berkaitan dengan keadaan manusiawi si penulis Injil yang hanyalah seorang manusia. Dalam terjemahan Siria kuno, hanya disebutkan, firman itu disampaikan oleh nabi, tanpa menyebut nama. Beberapa orang beranggapan bahwa nama Yeremia ditambahkan oleh beberapa penulis. Ada juga yang berpendapat bahwa seluruh jilid buku para nabi dijadikan satu dan nubuat Yeremia dimuat di bagian depan sehingga mungkin tidak pantas, currente calamo -- bagi seorang penyalin bila ia mengutip bagian tertentu dari buku itu tanpa menyebut nama Yeremia. Orang Yahudi dulu sering berkata, "Roh Yeremia ada pada Zakaria," sehingga mereka seolah-olah adalah satu. Beberapa orang lainnya berpendapat bahwa perkataan itu disampaikan oleh Yeremia, tetapi ditulis oleh Zakaria, atau mungkin Yeremia yang menulis pasal kesembilan, sepuluh dan sebelas dari Kitab Zakaria. Bagian dari nubuat ini menunjukkan sikap bangsa Yahudi yang kurang menghormati Allah, dan kurangnya rasa terima kasih mereka terhadap pemberian Allah yang murah hati. Namun di sini, kiasan yang diungkapkan tersebut benar-benar dilakukan. Jumlah uangnya masih sama, yaitu tiga puluh uang perak, yang mereka timbang untuk membayar harga-Nya; jumlah harga yang menarik. Dan jumlah inilah yang dilemparkan kepada penuang logam di rumah TUHAN. Semua itu kini telah benar-benar digenapi secara harfiah. Perhatikan, bila kita benar-benar mengenal bahasa dan ungkapan yang dinyatakan dalam firman Allah, kita akan dapat lebih memahami cara Allah bertindak, karena terkadang hal-hal demikian dinyatakan dengan begitu jelasnya dalam Kitab Suci sehingga dengan berlari pun orang bisa membacanya. Apa yang diungkapkan Daud sebagai kiasan (Mzm. 42:8), ternyata benar-benar dialami Yunus, segala gelora dan gelombang-Mu bergulung melingkupi aku (Yun. 3:3).
- Pemberian harga yang dipakai mereka untuk menaksirnya sebenarnya tidak menunjukkan nilai diri-Nya, melainkan nilai tanah tukang periuk.
- Hal ini mengandung pesan:
- . Nilai tinggi yang seharusnya dilekatkan dalam diri Kristus. Harga itu tidaklah menunjukkan nilai diri-Nya. Tidak, saat uang itu diserahkan untuk membeli darah-Nya, uang itu segera ditampik dan diserahkan kembali karena memang betul-betul tidak layak untuk menaksir Dia. Dia tidak dapat ditaksir dengan emas dari Ofir, ataupun dibeli dengan uang, karena Ia merupakan karunia yang tiada taranya.
- . Nilai rendah yang mereka lekatkan pada-Nya. Herannya, umat keturunan Israel justru sangat merendahkan Dia, sampai-sampai Ia disamakan dengan harga sebidang tanah tukang periuk, sebuah tempat menyedihkan yang bahkan tidak layak untuk dipandang. Penghinaan atas Dia makin bertambah, karena Dia bukan hanya diperjualbelikan seperti barang, tetapi juga dikenai harga yang rendah. Serahkan uang itu pada penuang logam, begitulah yang dikatakan dalam Kitab Zakharia. Seorang penuang logam bukanlah pedagang yang ahli dalam mengurusi barang-barang berharga, melainkan hanya bisa mengurusi hal-hal yang sepele saja. Perhatikanlah, dengan demikian, keturunan Israel benar-benar merendahkan Dia. Mereka adalah umat-Nya, yang seharusnya lebih tahu seberapa besar mereka harus menghargai Dia. Dia diutus dan menyatakan kemuliaan-Nya pertama-tama kepada mereka, yang sangat dikasihi-Nya dan telah Dia beli dengan harga mahal. Dia menebus mereka dengan kerajaan dan bangsa-bangsa yang makmur (Begitu berharganya mereka di mata-Nya, Yes. 43:3-4), yaitu Mesir, Etiopia, dan Syeba, tetapi mereka malah menaksir-Nya dengan harga seorang budak (Kel. 21:32), dan menganggap-Nya hanya senilai tanah tukang periuk. Begitulah darah mahal yang telah mengaruniakan sorga bagi kita, kini telah diinjak-injak. Akan tetapi, semua itu telah ditetapkan oleh Tuhan, sehingga kejadian dan nubuat yang menandainya, seperti halnya dengan semua penderitaan Kristus, sesuai dengan hikmat dan rencana Allah.
SH: Mat 27:1-26 - Uang Darah. (Rabu, 8 April 1998) Uang Darah.
Pengkhianatan Yudas sebenarnya dibayar dengan uang persembahan umat. Tetapi dosa yang telah Yudas lakukan tidak dapat diluruskan kembali ...
Uang Darah.
Pengkhianatan Yudas sebenarnya dibayar dengan uang persembahan umat. Tetapi dosa yang telah Yudas lakukan tidak dapat diluruskan kembali hanya dengan mengembalikan uang itu untuk Bait Allah. Para pemimpin di Bait Allah menolak uang itu. Urusan pembiayaan dan rekayasa menangkap Yesus, adalah urusan imam-imam besar yang mutabir. Tetapi urusan penyesalan dan bunuh diri adalah urusan Yudas. "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri" (ayat 4). Siapakah yang lebih hitam, Yudas atau pemimpin umat yang mutabir itu?
Keheranan Pilatus (ayat 14). Pikiran Pilatus tidak diracuni dan dibakar oleh kebencian seperti imam-imam besar. Ia heran ketika Yesus diam dan tidak menjawab pertanyaannya. Kesulitan Pilatus ialah pengenalannya terhadap pribadi Yesus tidak cukup dalam. Keheranannya terhadap hal-hal yang benar tidak cukup dalam. Sayang, sedikit keheranan itu tidak disikapinya secara benar. Akibatnya dia tidak bisa mendapatkan pengertian dan pemahaman yang mendalam tentang pribadi Yesus.
Renungkan: Manusia tidak akan diselamatkan karena dia heran, tetapi karena tahu dan taat pada kebenaran.
Doa: Agar tidak saja heran, tetapi juga mengasihi Yesus dalam pikiran dan tindakan.
SH: Mat 27:1-10 - Menyesal tetapi tidak berbalik (Rabu, 11 April 2001) Menyesal tetapi tidak berbalik
Penyesalan dalam diri seseorang biasanya timbul setelah
ia menyadari bahwa apa yang telah diperbuatnya adalah
salah....
Menyesal tetapi tidak berbalik
Penyesalan dalam diri seseorang biasanya timbul setelah ia menyadari bahwa apa yang telah diperbuatnya adalah salah. Itulah yang terjadi dalam diri Yudas Iskariot. Dia sama sekali tidak mengira bahwa Yesus yang dijualnya dengan 30 keping perak harus dihukum mati. Ini memberikan gambaran kepada kita bahwa tindakannya menjual Yesus semata-mata karena uang. Yudas adalah seorang yang cinta uang, dan hal ini didukung oleh tindakan-tindakannya terdahulu, khususnya bila dihubungkan dengan pekerjaannya, sebagai seorang bendahara. Lalu bagaimana berespons terhadap tindakan Maria, adik Lazarus, ketika menuangkan minyak
Narwastu yang mahal harganya. Penyesalan selalu datang terlambat. Tindakannya mengembalikan uang hasil menjual Yesus, tidaklah dapat mengubah keadaan. Keputusan para imam dan tua-tua Yahudi untuk membunuh Yesus tidak dapat diubah karena didasari oleh kebencian yang mendalam. Hal ini nampak dari sikap mereka menanggapi penyesalan Yudas yang mengakui bahwa dia telah menyerahkan darah orang tidak berdosa, dengan mengatakan bahwa tindakan Yudas itu adalah urusannya sendiri. Padahal keinginan untuk membunuh Yesus telah mereka rencanakan jauh-jauh hari. Sedangkan tindakan Yudas mereka peralat untuk mewujudkan rencana keji tersebut. Karena merasa telah berdosa, Yudas akhirnya memutuskan untuk memilih jalan pintas yaitu mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Bunuh diri bukanlah jalan keluar untuk memperbaiki suatu kesalahan. Bila kita menyadari bahwa kita telah berdosa kepada Allah datanglah kepada-Nya, akui dosa kita, dan mohonlah pengampunan dari-Nya. Rasakan cinta kasih Tuhan yang selalu terbuka dan mengalir untuk kita. Lihatlah juga pengampunan tersebut sebagai suatu kesempatan besar yang Allah berikan agar kita dapat memperbaiki kembali hubungan yang terputus oleh dosa itu.
Renungkan: [1]. kekayaan memiliki dan dimiliki oleh Yesus Kristus tidak dapat dibandingkan dengan kekayaan materi, kedudukan, dan jabatan. Karena itu janganlah menjual Kristus hanya karena ingin hidup berkelimpahan harta materi. [2]. Janganlah menjalankan tugas keimaman hanya berdasarkan pengetahuan tanpa pengenalan yang dalam dan kesetiaan yang sungguh kepada Kristus.
SH: Mat 27:1-10 - Berapa harga nyawa Anda? (Rabu, 23 Maret 2005) Berapa harga nyawa Anda?
Uang dapat membuat manusia silau, juga bisa membuatnya gelap
mata sehingga menghalalkan berbagai perbuatan nista dan ke...
Berapa harga nyawa Anda?
Uang dapat membuat manusia silau, juga bisa membuatnya gelap
mata sehingga menghalalkan berbagai perbuatan nista dan keji
untuk mendapatkannya. Yudas yang serakah akan uang (Yoh. 14:4-6)
dan yang kecewa bahwa pengharapan mesianis duniawinya tidak
sesuai dengan misi Yesus, menjual Yesus seharga 30 keping perak.
Nilai 30 keping perak sama dengan upah makan 120 hari seorang
pegawai pada zaman ini. Sungguh suatu penghinaan sebab nyawa
manusia mana pun tidak dapat dinilai dengan uang. Namun,
penghinaan ini justru menegaskan betapa mahalnya pengurbanan
Yesus, yang adalah Pencipta langit dan bumi.
Yudas menyesali perbuatannya setelah dia tahu bahwa Yesus akhirnya dijatuhi hukuman mati (ayat 3). Dia juga sadar telah berdosa karena menyebabkan seseorang yang tidak bersalah menanggung hukuman (ayat 4). Yudas sangat menyesal dan berusaha menutupi rasa bersalahnya dengan mengembalikan 30 keping perak tersebut (ayat 5). Namun, penyesalannya terlambat! Juga tidak membawa dia kepada pertobatan karena ia tidak mencari pengampunan Tuhan melainkan mencoba mengatasi rasa bersalahnya dengan bunuh diri (ayat 5).
Semua yang terjadi pada Yesus ini adalah penggenapan nubuat penyelamatan di PL. Dalam kedaulatan-Nya, Allah telah menjadikan dosa manusia sebagai alat perwujudan kasih karunia-Nya. Ini tidak berarti pembenaran terhadap perbuatan dosa Yudas. Ia tetap harus bertanggung jawab di hadapan Allah. Apa yang Yudas lakukan masih dapat terjadi pada masa kini. Misalnya, jika kita menjual identitas Kristen kita demi hal-hal seperti kedudukan, keuntungan, kenikmatan, dlsb. Kita perlu waspada agar tidak ada akar keinginan, konsep, sikap hidup yang salah yang dapat menjerat kita ke dalam tindakan dosa yang pada hakikatnya menjual Yesus kembali. Itu sama saja menjual nyawa sendiri.
Renungkan: Berapa harga nyawa Anda? Yesus sudah membayar harga tebusan nyawa kita dengan nyawa-Nya sendiri. Dia dapat menolong kita sungguh menghargai hidup.
SH: Mat 27:1-10 - Menyesal lalu bertobat (Rabu, 27 Maret 2013) Menyesal lalu bertobat
Kita tidak akan tahu betapa berartinya sesuatu sebelum kita kehilangan hal tersebut. Ungkapan tersebut bila disingkat mungkin ...
Menyesal lalu bertobat
Kita tidak akan tahu betapa berartinya sesuatu sebelum kita kehilangan hal tersebut. Ungkapan tersebut bila disingkat mungkin cocok dengan kata menyesal. Menyesal tidak pernah datang di awal, ia selalu datang di akhir ketika sesuatu telah terjadi. Kita semua tentu pernah merasakan penyesalan dalam hidup kita, entah mengenai pekerjaan hidup kita, entah hubungan dengan seseorang, dan masih banyak lagi. Apakah penyesalan dapat membuat sesuatu menjadi lebih baik? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Tergantung dari tindakan apa yang dilakukan setelah perasaan menyesal itu datang.
Yudas, bagi banyak orang Kristen, mungkin merupakan salah satu tokoh yang paling tidak disukai. Hal tersebut karena dia adalah murid Yesus yang mengkhianati-Nya dengan menjual Sang Guru kepada para imam dan tua-tua dengan harga tiga puluh keping perak (Mat. 26:14-16). Ia menjual Tuhannya demi memenuhi keinginan nafsu duniawinya. Namun ada yang menarik dari kisah Yudas ini. Setelah ia melihat gurunya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati, Yudas menyesal. Dalam penyesalan, ia mengembalikan "uang darah" yang diterimanya. Sayangnya hanya sampai di situ. Penyesalan Yudas ini tidak diteruskan dengan pertobatan, melainkan dengan menggantung diri sampai mati.
Menyesal pada dasarnya baik. Menyesal berarti mengakui kesalahan diri. Namun, penyesalan yang tidak ditindaklanjuti dengan tindakan berubah tentu tidak ada gunanya. Apabila kita melakukan kesalahan, menyesal saja tidaklah cukup. Bertobatlah. Bertobat artinya merubah diri dan arah hidup. Dari berbuat kesalahan, menjadi melakukan yang benar. Dari mengandalkan kekuatan sendiri, menjadi mengandalkan Tuhan. Berarti perubahan yang diinginkan terjadi bukan karena kekuatan diri sendiri, melainkan karena bersandarkan Tuhan.
Di minggu sengsara ini sudahkah kita bertanya pada diri kita, apa saja kesalahan yang selama ini telah kita lakukan? Maukah kita menyesal dan berubah? Ataukah kita mau menjadi seperti Yudas yang menyesal tetapi tidak membuktikan sebuah perubahan? Selamat berefleksi.
SH: Mat 27:1-10 - Penyesalan (Senin, 10 April 2017) Penyesalan
Penyesalan selalu datang belakangan, demikianlah yang sering diasumsikan orang banyak dan kondisi itulah yang dialami oleh Yudas pascapena...
Penyesalan
Penyesalan selalu datang belakangan, demikianlah yang sering diasumsikan orang banyak dan kondisi itulah yang dialami oleh Yudas pascapenangkapan Yesus. Dalam Matius 26:14-26, mungkin kita tidak habis pikir saat membaca cerita tentang seorang yang dipercaya Yesus sebagai bendahara begitu teganya menjual guru-Nya kepada para imam kepala Yahudi demi uang.
Apa yang dirasakan oleh Yudas? Matius menuliskan bahwa setelah melihat semua imam kepala dan tua-tua Yahudi memutuskan hukuman mati bagi Yesus (1-2), maka menyesallah dia karena telah menjual guru-Nya (3; bdk. Mat. 26:14-16). Penyesalan itu dibuktikan Yudas dengan mengembalikan tiga puluh keping uang perak yang diterimanya dari para imam kepala (3-4). Akan tetapi, mereka tidak peduli dengan tindakan Yudas sebab tujuan utama telah tercapai (4). Sikap acuh tak acuh dari para elite agama Yahudi memperbesar penyesalan Yudas. Akhirnya ia memutuskan untuk gantung diri (5).
Peristiwa ini sangat tragis. Lebih ironis lagi sikap dari para imam kepala dan tua-tua Yahudi yang notabene adalah pemimpin agama yang seharusnya menjadi panutan bagi umatnya. Kebencian telah membutakan akal budi dan hati nurani mereka. Dengan kejamnya mereka menyiksa Yesus (1-2). Dengan senyuman sinis mereka membiarkan Yudas meratapi dosanya (4-5). Dengan picik mereka memanfaatkan uang darah itu (6-8). Dengan perasaan bahagia dan bangga, sikap keji mereka telah menggenapi nubuatan dari nabi Yeremia (9-10).
Bila dalam hidup Anda ada hal-hal yang disesalkan, hendaknya Anda berduka. Tetapi jangan putus asa seperti Yudas. Karena penyesalan dan keputusasaan dapat berakibat buruk bagi hidup kita. Jangan pula seperti para imam kepala dan tua-tua Yahudi yang berhati kejam dan tidak menyesal sedikit pun dengan perbuatannya. Apa pun penyesalan Anda saat ini, serahkanlah kepada Tuhan. Percayalah bahwa Dia sanggup menolong Anda bangkit dari penyesalan. [MFS]
SH: Mat 27:1-10 - Penyesalan atau Pertobatan? (Rabu, 5 April 2023) Penyesalan atau Pertobatan?
Tidak seorang pun yang luput dari kesalahan. Setiap manusia pernah melakukannya dan menyesalinya. Tetapi, apakah penyesal...
Penyesalan atau Pertobatan?
Tidak seorang pun yang luput dari kesalahan. Setiap manusia pernah melakukannya dan menyesalinya. Tetapi, apakah penyesalan saja cukup untuk menyelesaikan kesalahan?
Pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas Iskariot membawa Yesus kepada para pemuka agama. Kerja sama dan kompromi yang dilakukan oleh Yudas Iskariot menjadikan Yesus sebagai terdakwa yang akan dijatuhi hukuman mati (1-2). Ketika Yudas sadar akan akibat perbuatannya, ia sangat menyesal dan mendatangi para imam untuk mengembalikan uang yang telah diterimanya (3). Ia juga mengakui bahwa ia telah berdosa dan mengkhianati orang yang tidak bersalah (4). Betapa sedihnya Yudas ketika ia mengetahui bahwa penyesalannya tidak bisa mengembalikan keadaan.
Kata penyesalan dalam teks ini menggunakan kata Yunani metamelomai. Penyesalan yang ditunjukkan oleh Yudas berbeda dengan pertobatan yang menggunakan kata metanoeo. Pertobatan berarti perubahan hati dan tekad untuk meninggalkan dosa. Sedangkan penyesalan hanya berarti perasaan menyesal.
Dalam pertobatan, seseorang akan berbalik dari dosanya kepada Allah. Dalam penyesalan, efek sampingnya bisa berubah menjadi destruktif seperti yang dialami oleh Yudas Iskariot (5). Di dalam pertobatan pasti ada penyesalan. Namun, di dalam penyesalan belum tentu ada pertobatan.
Dalam hidup ini, kita pasti pernah berbuat kesalahan. Sama seperti Yudas yang mengambil keputusan keliru yang berujung pada penyesalan, demikian juga dengan kita. Namun, ada satu hal yang dapat kita lakukan agar kita tidak terjatuh ke dalam penyesalan semata.
Ketika keputusan keliru telah diambil dan membuat kita menyesal, jangan sampai penyesalan membawa kita kepada tindakan yang bersifat menghancurkan diri sendiri (self-destructive). Jika penyesalan hadir di dalam hati kita, apalagi jika penyesalan itu bisa mendatangkan dosa yang makin besar, maka janganlah kita pergi menjauhi Tuhan, tetapi rendahkanlah diri kita dalam pertobatan! [PMS]
SH: Mat 26:69--27:10 - Gagal dan bangkit lagi (Selasa, 30 Maret 2010) Gagal dan bangkit lagi
Mengapa Petrus jatuh pada dosa menyangkali Yesus? Mengapa Yudas tega
menjual Yesus demi tiga puluh keping perak? Petrus t...
Gagal dan bangkit lagi
Mengapa Petrus jatuh pada dosa menyangkali Yesus? Mengapa Yudas tega menjual Yesus demi tiga puluh keping perak? Petrus tidak berani menunjukkan identitasnya sebagai pengikut Yesus. Ia takut ditangkap dan mengalami hal yang sama dengan yang Gurunya alami. Padahal ia pernah sesumbar tak akan lari menghindari bahaya (ayat 26:33, 35). Dalam belas kasih Tuhan, kokok ayam menyadarkan Petrus akan kegagalan tersebut sehingga ia menangis tersedu-sedu. Syukur kemudian ia bertobat. Apa yang dinubuatkan Yesus tergenapi sudah (ayat 26:34).
Yudas menjual Yesus karena memang hatinya dikuasai materi. Demi hanya tiga puluh keping perak (syikal), yang hanya dapat mengupahi pekerja harian selama enam puluh hari, Yudas rela menyerahkan sang Guru ke tangan para musuh. Sayangnya ketika ia sadar dan menyesali kekeliruannya itu ia bukan bertobat melainkan bunuh diri. Inipun menggenapi nubuat Yesus di pasal 26:24.
Banyak orang Kristen juga jatuh seperti Petrus atau Yudas, menyangkali atau menjual Tuhan Yesus. Akar permasalahan mereka adalah mereka tidak memiliki iman yang teguh kepada Tuhan. Mereka tidak peka terhadap peringatan firman Tuhan. Mereka mengandalkan kekuatan sendiri daripada mengandalkan kasih karunia dan kuasa Allah dalam doa dan permohonan. Mereka hanya mau mengikut Yesus tanpa memikul salib. Mereka mengejar materi dan kenikmatan duniawi, sehingga membuka kesempatan untuk digoda oleh si jahat.
Bila kita adalah orang-orang yang pernah gagal seperti Petrus dan Yudas. Marilah menyesali perbuatan kita dengan sungguh-sungguh, bertobat dan kembali kepada Tuhan, maka Ia akan memulihkan kita (lih. Yoh. 21). Janganlah kita memilih jalan Yudas yang menyesal dan merasa bersalah atas perbuatannya yang membuat Yesus yang benar harus mati, tetapi ia tidak mencari pengampunan Tuhan malahan menutupi rasa bersalahnya dengan bunuh diri.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Penolakan Terhadap Raja 27:1-31
Kematian Yudas & Pengadilan Romawi
Sebagian besar peristiwa pasal 27 terjadi pada hari Jumat dalam Mingg...
Matius: Penolakan Terhadap Raja 27:1-31
Kematian Yudas & Pengadilan Romawi
Sebagian besar peristiwa pasal 27 terjadi pada hari Jumat dalam Minggu Sengsara. Dini hari itu, Mahkamah Agama Yahudi bersidang untuk menghukum Yesus secara resmi dan menyimpulkan kasus untuk hukuman mati Yesus yang bisa mereka sampaikan kepada Pilatus (27:1, 2). Akibatnya, Yudas dipenuhi dengan penyesalan karena mengkhianati Yesus. Ia mengembalikan uang darah itu kepada para pemimpin Yahudi dan kemudian, karena diliputi oleh kesedihan duniawi, pergi keluar dan menggantung diri (27:3-10).
Karena orang Yahudi tidak punya wewenang untuk melakukan hukuman mati, mereka mengirim Yesus kepada Pilatus, gubernur Romawi di Yudea. Ketika ia mendapati bahwa Yesus tidak patut dihukum mati, para pemimpin Yahudi lalu menghasut orang banyak untuk bersikeras bahwa Yesus harus dihukum mati. Pilatus akhirnya menyerah kepada keinginan mereka. Seperti biasanya, ia menyuruh Yesus dipukuli sebelum disalibkan (27:11-26).
Para prajurit Romawi dengan kejamnya mengejek Yesus, mendandani Dia sebagai raja dan berpura-pura menghormati Dia. Setelah penyambukan, mereka membawa Dia ke lokasi penyaliban (27:27-32).
KEPUTUSAN MAHKAMAH AGAMA (Matius 27:1, 2)
1 Ketika hari mulai siang, semua imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi berkumpul dan mengambil keputusan untuk membunuh Yesus. 2 Mereka membelenggu Dia, lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus, wali negeri itu.
Ayat 1, 2. Selama malam itu, Yesus diadili oleh Imam Besar dan oleh sebanyak anggota Sanhedrin yang bisa dikumpulkan bersama. Meski kesimpulan telah dicapai bahwa Yesus bersalah karena penghujatan dan layak dihukum mati (26:66), namun menetapkan keputusan seperti itu pada malam hari adalah melanggar hukum (lihat komentar tentang 26:57). Oleh karena itu, untuk membuat keputusan mereka itu terlihat sah, seluruh mahkamah (semua imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi) bertemu di jam awal pagi itu di ruang mahkamah agama (Mrk. 15:1; Luk. 22:66). Tujuan pertemuan ini hanya untuk menambahkan bentuk legalitas tertentu dalam persidangan mereka dan membuat rencana untuk meyakinkan Pilatus agar melaksanakan keputusan mereka. Mahkamah itu perlu bertindak cepat karena penguasa Romawi biasanya mengurus bisnis resmi mereka pada jam-jam awal hari itu.1Karena ini adalah waktu ketika orang-orang Yahudi memanjatkan doa, keinginan Sanhedrin untuk membunuh Yesus merampok doa orang-orang ini—atau, setidaknya, merampok kasih dari doa mereka.2
Setelah Yesus secara resmi dihukum oleh Sanhedrin, Ia dibelenggu. Mereka lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada [gubernur] Pilatus. Semua perbuatan ini menggenapi nubuatan Yesus dalam 20:18, 19: Dia akan "diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat," yang akan "menjatuhi Dia hukuman mati" dan kemudian "akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah." Pilatus adalah gubernur Romawi atas Yudea.3Setelah kematian Herodes Yang Agung (4 Mesehi), wilayah ini dipercayakan kepada putranya Arkhelaus oleh pemerintah Romawi (2:19-22). Namun, Arkhelaus kemudian digulingkan (6 Masehi), dan Roma menunjuk serangkaian gubernur untuk memerintah atas wilayah itu. Empat dari pejabat-pejabat ini mendahului Pilatus, yang mencakup periode dua puluh tahun. Pilatus sendiri memerintah selama sepuluh tahun (26-36 Masehi).
Pilatus disebut beberapa kali dalam Perjanjian Baru. Beberapa naskah kuno mengacukan dia sebagai "Pontius Pilatus" dalam ayat 2 (lihat KJV).4Nama keluarga "Pontius" muncul dalam Lukas 3:1; Kisah 4:27; dan 1 Timotius 6:13. Pilatus juga disinggung oleh Josephus, Philo, dan beberapa sejarawan kuno lainnya.5Berdasarkan kesaksian mereka, Pilatus bisa disifatkan sebagai "orang yang serakah, tidak luwes, kejam, dan bersedia melakukan perampokan dan penindasan."6Selama pemerintahannya, ia menimbulkan konflik dengan orang-orang Yahudi dengan membawa panji-panji Romawi yang memiliki patung dari Kaisar ke dalam Yerusalem, mengambil dana kuil bait suci untuk membangun saluran air, dan membunuh banyak orang Yahudi dan orang Samaria (Luk. 13:1).7Kadang-kadang, ia ditegur keras karena tindakan tersebut, yang telah memicu pemberontakan di kalangan masyarakat.
Pilatus biasanya menetap di Kaisarea,8kota terkenal di tepi Laut Tengah. Sebuah lempengan batu bertuliskan nama "Pontius Pilatus" ditemukan pada tahun 1961, ketika para arkeolog sedang menggali teater Romawi di Kaisarea. Teater itu telah dihancurkan dan dibangun kembali, dan batu ini (pernah menjadi bagian dari sebuah kuil) telah digunakan kembali sebagai salah satu anak tangga pada sebuah tangga. Prasasti itu berbunyi, "… Tiberium ini, Pontius Pilatus, pejabat tinggi Yudea, didirikan."9
Pilatus pergi ke Yerusalem selama hari raya Yahudi untuk memadamkan gangguan apa saja. Pada waktu Paskah, perasaan keagamaan dan semangat kebangsaan meninggi di sepanjang waktu itu (lihat komentar tentang 21:9). Perayaan ini mengingatkan umat itu terhadap pembebasan nenek moyang mereka dari perbudakan Mesir oleh Allah. Selain itu, hal itu juga menyebabkan mereka mengantisipasi pembebasan mereka sendiri dari kekuasaan Romawi. Karena Pilatus berada di Yerusalem dan mahkamah agama Yahudi tidak memiliki kuasa untuk melaksanakan hukuman mati (Yoh. 18:31), maka mereka mengirim Yesus kepada Pilatus untuk memutuskan hal itu.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) SOSOK PONTIUS PILATUS (Matius 27:1, 2, 11-26)
Kita tidak memiliki pengetahuan khusus tentangPontius Pilatus selain dari masa jabatannya sebagai wali ...
SOSOK PONTIUS PILATUS (Matius 27:1, 2, 11-26)
Kita tidak memiliki pengetahuan khusus tentangPontius Pilatus selain dari masa jabatannya sebagai wali negeri Yudea. Kita tidak tahu apa-apa tentang kelahirannya atau tahun-tahun awalnya. "Pontius" adalah nama keluarga yang menonjol di tengahselatan Italia pada zaman itu. Seorang "Pontius" menimbulkan kekalahan bangsa Romawi di Caudine Forks. Lucius Pontius Aquila adalah teman Cicero dan salah satu pembunuh Yulius Kaisar. Nama "Pilatus" mungkin menunjukkan cabang dari marga Pontius yang darinya Pontius Pilatus berasal. Arti nama itu telah lenyap.
Sebagai wali negeri kelima Yudea, Pilatus memerintah wilayah yang dulunya adalah kerajaan Arkhelaus sebelum ia digulingkan oleh bangsa Romawi pada tahun 6 Masehi. Ia memiliki otoritas sipil, militer, dan peradilan. Ia adalah penerus Gratus, dan ia memegang jabatan itu selama sepuluh tahun (26-36 Masehi). Ia digulingkan oleh Vitellius, wakil penguasa Siria. Setelah disingkirkan dari jabatannya, ia melakukan perjalanan yang tergesa-gesa ke Roma untuk membela diri di hadapan Tiberius.
Namun begitu, pada saat ia mencapai Roma, kaisar telah meninggal (pada bulan Maret 37 Masehi). Dalam kekacauan yang ditimbulkan oleh kematian kaisar, Pilatus tampaknya telah lolos dari penyelidikan yang mengancam dia. Dari saat itu seterusnya, kita tidak memiliki catatan sejarah yang dapat dipercaya tentang kehidupan Pilatus.
Philo menggambarkan Pilatus sebagai orang yang bernafsu ganas dan kejam luar biasa, menuduh dia melakukan korupsi, pembunuhan, dan kebiadaban yang kejam.44
Satu tradisi mengatakan bahwa Pilatus menjadi gila dan mati dalam keadaan yang memalukan dan nista. Eusebius menulis bahwa Pilatus bunuh diri.45Sebaliknya, Gereja Koptik memasukkan dia di antara daftar orang-orang kudus, menyatakan bahwa belakangan ia dan istrinya menjadi orang Kristen.
Meski Pilatus memiliki kuasa untuk melepaskan Yesus dan tidak melakukannya, penyaliban itu tidak akan terjadi tanpa desakan dari para pemimpin Yahudi. Namun begitu, meski Pilatus berusaha melepaskan diri dari masalah itu (27:24), tidak mungkin bagi dia untuk lepas dari semua tanggung jawab. Yesus memberitahu Pilatus bahwa mereka yang menyerahkan Dia bersalah atas "[dosa yang] lebih besar" (Yoh. 19:11; lihat Kisah 3:13; 4:27, 28).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Pliny Letters 3.1.4; 3.5.9-11; 4.16.4, 5; 9.36.1; Martial Epigrams 4.8.5-8.
2 John Lightfoot, A Commentary on the New Testament ...
Catatan Akhir:
- 1 Pliny Letters 3.1.4; 3.5.9-11; 4.16.4, 5; 9.36.1; Martial Epigrams 4.8.5-8.
- 2 John Lightfoot, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew-1 Corinthians, vol. 2, Matthew-Mark (Oxford University Press, 1859; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker, 1979), 359-60.
- 3 Pilatus adalah "wali negeri" Yudea. Beberapa sumber kuno juga mengacukan dia sebagai "prokurator," tetapi beberapa percaya bahwa istilah ini adalah sebuah anakronisme.
- 4 Lihat Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 54-55.
- 5 Josephus Antiquities 18.2.2; Philo Embassy to Gaius 299-305; Tacitus Annals 15.44.
- 6 Harold Hoehner, Herod Antipas, Society for New Testament Studies Monograph Series, 17 (Cambridge: Cambridge University Press, 1972), 173.
- 7 Josephus Antiquities 18.3.1-2; 18.4.1-2; Wars 2.9.2-4.
- 8 Josephus Antiquities 18.3.1.
- 9 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 171.
- 10 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 666.
- 11 Wilkins, 172; lihat Talmud Abodah Zarah 18a.
- 12 Lihat Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 696.
- 13 Wilkins, 172. Yeremia 19:2 menyebut "gerbang Beling" yang mengarah ke "lembah Ben-Hinom."
- 14 Beberapa naskah kuno menulis "Zakharia" bukan "Yeremia." Namun begitu, bacaan ini mungkin mencerminkan upaya untuk memperbaiki teks itu. Beberapa naskah tidak memiliki nama sama sekali; nama "Yeremia" tampaknya sudah dihapus untuk menghindari kontradiksi. (Metzger, 55.)
- 15 Untuk deskripsi yang lebih panjang dari pengadilan ini, lihat Yohanes 18:28-19:16.
- 16 Untuk informasi lebih lanjut, lihat Bargil (Virgil) Pixner, "Praetorium," in The Anchor Bible Dictionary, ed. David Noel Freedman (New York: Doubleday, 1992), 5:447-49.
- 17 Josephus Wars 5.4.2.
- 18 Josephus Antiquities 20.8.11.
- 19 Ibid., 5.4.3, 4.
- 20 Josephus Wars 2.15.5.
- 21 Mishnah Pesahim 8.6.
- 22 Wilkins, 173.
- 23 "Abba" membuktikan nama seorang laki-laki. (Talmud Berakoth 18b.)
- 24 Istilah Aram abba berarti "ayah" (Mrk. 14:36; Rom. 8:15; Gal. 4:6).
- 25 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 390.
- 26 Metzger, 56.
- 27 Mereka iri karena Yesus mengajar dengan penuh kuasa dan mengadakan banyak mujizat hebat. Selanjutnya, Ia menelanjangi kemunafikan agama mereka (21:23-23:39).
- 28 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 823.
- 29 Dikaios juga muncul dalam reaksi perwira terhadap kematian Yesus dalam Lukas 23:47, di mana Alkitab NASB menerjemahkannya sebagai "tidak bersalah."
- 30 Wilkins, 173.
- 31 France, 389.
- 32 Sungguh ironis bahwa Sanhedrin belakangan menyalahkan para rasul karena menjadikan mereka bertanggung jawab atas kematian Yesus-yaitu, "hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami" (Kisah 5:28).
- 33 Morris, 708.
- 34 Josephus Wars 2.14.9; 5.11.1.
- 35 David W. Wead, "Scourge," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 4:358-59. Dalam situasi lain, orang-orang Romawi menggunakan batang kayu (Kisah 16:22, 23; 2 Kor. 11:25). Orang-orang Yahudi biasanya menggunakan cambuk, tetapi mereka membatasi cambukan mereka sampai tiga puluh sembilan (lihat komentar tentang 10:17). Bangsa Romawi tidak memiliki pembatasan seperti itu.
- 36 Josephus Wars 2.21.5; 6.5.3.
- 37 Digest of Justinian 48.19.8.3.
- 38 Bauer, 936.49
- 39 Ibid., 1085.
- 40 Ibid., 554.
- 41 H. St. J. Hart, "The Crown of Thorns in John 19, 2-5," Journal of Theological Studies, n.s. 3 (April 1952): 66-75.
- 42 France, 394.
- 43 Suetonius Caligula 32.2; Domitian 10.1; Dio Cassius Roman History 54.3.7.
- 44 Philo Embassy to Gaius 38.
- 45 Eusebius Ecclesiastical History 2.7.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi