Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Luk 23:34
Full Life: Luk 23:34 - TUJUH UCAPAN TERAKHIR DARI KRISTUS.
Nas : Luk 23:34
Mungkin sekali ayat Luk 23:34 merupakan yang pertama di antara
tujuh ucapan terakhir Kristus di kayu salib. Tujuh ucapan itu telah
...
Nas : Luk 23:34
Mungkin sekali ayat Luk 23:34 merupakan yang pertama di antara tujuh ucapan terakhir Kristus di kayu salib. Tujuh ucapan itu telah diucapkan dalam urutan sebagai berikut:
- 1) Dari jam 09.00 pagi sampai tengah hari:
- (a) Ucapan pengampunan: "Ya Bapa, ampunilah mereka" (ayat Luk 23:34).
- (b) Ucapan keselamatan: "Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (ayat Luk 23:43).
- (c) Ucapan kasih: "Ibu, inilah, anakmu! ... Inilah ibumu!" (Yoh 19:26-27).
- 2) Tiga jam kegelapan: dari tengah hari sampai jam 15.00 sore tidak ada ucapan yang dicatat.
- 3) Sekitar jam 15.00 sore:
BIS -> Luk 23:34
Jerusalem: Luk 22:1--23:56 - -- Dalam seluruh kisah tentang sengsara Yesus ini Lukas tidak begitu tergantung pada Markus dari pada di bagian-bagian injil lain. Sebaliknya ada banyak ...
Dalam seluruh kisah tentang sengsara Yesus ini Lukas tidak begitu tergantung pada Markus dari pada di bagian-bagian injil lain. Sebaliknya ada banyak keserupaan antara Lukas dan Yohanes, yang agaknya memakai sumber yang sama.
Jerusalem: Luk 23:33-49 - -- Kalau cerita Lukas ini dibandingkan dengan cerita Markus dan Matius, maka jelaslah bahwa Lukas berhasil memperlunak kekejaman: orang banyak, Luk 23:27...
Kalau cerita Lukas ini dibandingkan dengan cerita Markus dan Matius, maka jelaslah bahwa Lukas berhasil memperlunak kekejaman: orang banyak, Luk 23:27,35,48, lebih ingin tahu saja daripada bermusuh dan akhirnya malah menyesal, Luk 23:48; Yesus tidak mengucapkan kata yang nampaknya kata putus harapan ini: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku; sampai akhir Yesus melakukan karyaNya ialah mengampuni dosa, Luk 23:34,39-43; Yesus wafat dengan "menyerahkan nyawaNya ke dalam tangan Bapa".
Jerusalem: Luk 23:34 - -- Meskipun beberapa naskah penting tidak memuat ayat ini, namun perlu dipertahankan sebagai asli
Meskipun beberapa naskah penting tidak memuat ayat ini, namun perlu dipertahankan sebagai asli
Jerusalem: Luk 23:34 - apa yang mereka perbuat Perkataan Yesus ini mengingatkan Yes 53:12. Dalam Kis 3:17; Kis 13:27; 1Ko 2:8, juga dikatakan bahwa mereka yang membunuh Yesus tidak tahu apa yang me...
Perkataan Yesus ini mengingatkan Yes 53:12. Dalam Kis 3:17; Kis 13:27; 1Ko 2:8, juga dikatakan bahwa mereka yang membunuh Yesus tidak tahu apa yang mereka perbuat. Diaken Stefanus mengucapkan doa yang serupa, Kis 7:60, dan dengan demikian menurut teladan Yesus serta semua muridNya, 1Pe 2:23; bdk Mat 18:21-22+.
Ende -> Luk 23:34
Ende: Luk 23:34 - -- Dalam sengsara Jesus, Lukas suka menondjolkan djuga tjinta-kasih dan murah hati
Jesus, jang lebih ingat akan penderitaan orang lain dari pada Dirinja ...
Dalam sengsara Jesus, Lukas suka menondjolkan djuga tjinta-kasih dan murah hati Jesus, jang lebih ingat akan penderitaan orang lain dari pada Dirinja sendiri (27-31), memberi ampun kepada para penjiksaNja (34 ini), dan betapa halus sabdaNja kepada si "pendjahat", jang tersalib bersama denganNja, tetapi luhur hati dan bertobat. (40-43).
Ref. Silang FULL -> Luk 23:34
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Luk 23:32-43
Matthew Henry: Luk 23:32-43 - Yesus Disalibkan Yesus Disalibkan (23:32-43)
Dalam perikop ini diceritakan tentang:
I. Beberapa penggalan kisah mengenai penderitaan Kristus yang juga terdapat ...
Yesus Disalibkan (23:32-43)
- Dalam perikop ini diceritakan tentang:
- I. Beberapa penggalan kisah mengenai penderitaan Kristus yang juga terdapat dalam Injil Matius dan Injil Markus, yaitu bahwa:
- . Ada juga dua orang lain, yaitu dua penjahat yang digiring bersama-sama dengan Dia ke tempat pelaksanaan hukuman. Kedua penjahat tersebut mungkin telah dijatuhi hukuman mati sejak beberapa waktu yang lalu, dan pelaksanaannya jatuh pada hari itu. Hal ini mungkin juga merupakan alasan mengapa mereka begitu terburu-buru menyelesaikan persidangan Kristus, supaya Dia dan kedua penjahat itu dapat dihukum mati bersama-sama sekaligus dalam satu pelaksanaan hukuman.
- . Ia disalibkan di tempat yang dinamakan Kalvari, atau Kranion, bahasa Yunani untuk Golgota, yang berarti tempat tengkorak, sebuah tempat yang kotor dan menjijikkan, untuk menambah penghinaan pada kesengsaraan-Nya, namun justru memiliki makna tersendiri, sebab di sanalah Ia berhasil mengalahkan maut dengan telak. Dia disalibkan. Tangan dan kaki-Nya dipakukan di kayu salib yang tergeletak di tanah, kemudian kayu itu diangkat tinggi dan dipancangkan ke perut bumi, atau ke dalam lubang yang sudah dipersiapkan untuk itu. Kematian seperti itu luar biasa menyakitkan dan memalukan, melebihi kematian dengan cara lain mana pun.
- . Dia disalibkan di antara kedua penjahat itu, seolah-olah Dialah yang terburuk dari ketiganya. Dengan begitu, Dia bukan saja diperlakukan sebagai seorang pemberontak, melainkan juga terhitung di antara mereka, malah yang terburuk.
- . Para tentara yang bertugas melaksanakan penghukuman itu merampas jubah-Nya sebagai upah mereka, lalu membuang undi bagi jubah itu: Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. Jubah itu hampir tidak punya harga sama sekali, apalagi kalau sampai dibagi-bagi, karena itu, mereka pun membuang undi untuk menentukan siapa yang berhak mendapatkan-Nya.
- . Saat diangkat di atas kayu salib itu, Ia dihina dan dicerca, diperlakukan serendah-rendahnya dengan segala cara yang bisa dipikirkan orang. Betapa mengherankannya melihat kebiadaban seperti itu bisa ditemukan dalam sifat manusia: Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya, tidak merasa prihatin sama sekali, malahan senang melihat tontonan seperti itu. Kemudian, para pemimpin, yang dianggap terhormat dan bermoral karena jabatan mereka, justru ikut ambil bagian dengan komplotan itu, dan mengejek Dia, memberi contoh pada orang-orang di sekeliling mereka untuk berbuat sama, dengan berkata, "Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri." Dengan begitu, Ia dicela karena perbuatan baik yang Ia lakukan, seakan-akan itulah yang menyebabkan mereka menyalibkan-Nya. Mereka berlagak di hadapan-Nya, seakan-akan mereka itu telah menaklukkan Dia, padahal Dia lebih dari seorang pemenang. Mereka menantang-Nya untuk menyelamatkan diri-Nya sendiri dari kayu salib, saat Dia justru sedang menyelamatkan orang lain melalui salib itu. Jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah, biarlah Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri. Mereka tahu bahwa Kristus adalah orang yang dipilih Allah, yang diutus dan dikasihi-Nya. "Jika Ia, sebagai Kristus, akan menyelamatkan bangsa kita dari orang-orang Romawi (sebab hanya itu yang dapat mereka pikirkan tentang Mesias), biarlah Dia menyelamatkan diri-Nya sendiri dari orang-orang Romawi yang kini sedang menguasai-Nya." Karena itulah, para pemimpin Yahudi mengejek-Nya karena Ia justru sepertinya menyerah di tangan orang Romawi, bukannya mengalahkan mereka. Para prajurit Romawi pun mengejek-Nya sebagai Raja orang Yahudi: "Pantaslah jika orang-orang seperti mereka memiliki raja seperti ini, dan pantaslah raja seperti ini bagi orang-orang seperti itu." Mereka pun mengolok-olok Dia (ay. 36-37). Mereka mempermainkan-Nya dan menjadikan penderitaan-Nya itu sebagai bulan-bulanan. Saat mereka minum anggur asam yang biasanya memang menjadi bagian mereka, dengan sombong mereka pun bertanya kepada-Nya apakah Dia ingin bergabung untuk minum bersama-sama dengan mereka. Lalu mereka berkata, "Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu," sebab orang Romawi memang menghukum-Nya dengan alasan bahwa Dia telah mengaku-ngaku sebagai raja, seperti juga orang Yahudi menghukum Dia karena menganggap-Nya mengaku-ngaku sebagai Mesias.
- . Tulisan yang ada di atas kepala-Nya, yang menunjukkan kejahatan-Nya, adalah Inilah raja orang Yahudi (ay. 38). Maksud mereka, Dia dihukum mati karena mengaku-ngaku sebagai raja orang Yahudi. Akan tetapi, Allah memaksudkan hal itu sebagai pernyataan mengenai siapa Dia sesungguhnya, walaupun keadaan-Nya saat itu sangat hina. Dialah raja orang Yahudi, raja jemaat-Nya, dan salib itu adalah jalan menuju mahkota kehidupan-Nya. Kalimat itu ditulis dalam tiga bahasa yang dipelajari orang saat itu, yaitu Yunani, Latin dan Ibrani, sebab mereka yang telah mengenal Kristuslah yang menjadi orang-orang yang terpelajar. Kalimat itu ditulis dalam ketiga bahasa tersebut agar dapat diketahui dan dibaca oleh semua kalangan, tetapi Allah merancangkannya sebagai lambang bahwa Injil Kristus harus dikabarkan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem, dan dibaca dalam segala bahasa. Filsafat orang-orang bukan Yahudi memasyhurkan bahasa Yunani, hukum dan pemerintahan Romawi membuat bahasa Latin terkenal, tetapi bahasa Ibrani mengungguli keduanya sebab bahasa itulah yang dipakai dalam Perjanjian Lama. Dalam ketiga bahasa inilah Yesus dinobatkan sebagai raja. Oleh sebab itu, para cendekiawan muda yang bersusah payah mempelajari ketiga bahasa itu harus bertekad untuk mengenal Kristus secara lebih mendalam lagi melalui penguasaan mereka akan bahasa-bahasa tersebut.
- II. Dalam Injil Lukas ini ada perkataan luar biasa yang tidak kita dapati sebelumnya dalam dua kitab lain.
- . Doa Kristus bagi para musuh-Nya (ay. 34): Ya Bapa, ampunilah mereka. Ada tujuh perkataan luar biasa yang diucapkan Kristus setelah Ia dipakukan di kayu salib dan sebelum Ia mati, dan inilah perkataan yang pertama. Salah satu alasan mengapa Dia harus mati di kayu salib adalah supaya Ia dapat terus berkhotbah sampai akhir hayat-Nya, sehingga Dia bisa memuliakan Bapa-Nya dan membangun iman mereka yang ada di sekeliling-Nya. Dia mengucapkan doa tersebut, segera setelah Ia dipakukan di kayu salib, atau mungkin saat mereka masih memakukan-Nya.
- Di dalam doa itu terkandung:
- (1) Sebuah permintaan: Ya Bapa, ampunilah mereka. Orang pasti mengira Ia seharusnya berdoa demikian, "Bapa, habisilah mereka. Kiranya Tuhan melihat semuanya ini, dan membalaskannya." Dosa yang mereka lakukan ini memang layak untuk tidak diampuni dan tidak pantas mendapat belas kasihan. Namun, nyatanya, mereka justru malah didoakan secara khusus. Dia berdoa untuk para pemberontak, seperti sudah dinubuatkan sebelumnya (Yes. 53:12). Ditambah dengan doanya yang lain dalam Yohanes 17, maka kedua doa tersebut menyempurnakan contoh doa syafaat yang Ia panjatkan: di Injil Yohanes Ia berdoa bagi para orang kudus, dan di sini untuk orang-orang berdosa. Perkataan yang diucapkan Kristus di atas kayu salib memiliki makna yang lebih dalam daripada yang tampak dari luar, sebagaimana juga penderitaan yang dialami-Nya. Perkataan itu merupakan kalimat perantara yang menerangkan maksud dan makna kematian-Nya: "Ya Bapa, ampunilah mereka, bukan hanya orang-orang ini, tetapi juga semua orang yang akan bertobat dan percaya pada Injil," dan Dia maksudkan bahwa pengampunan diberikan hanya dengan syarat-syarat ini saja. "Bapa, Aku menderita dan mati supaya orang-orang berdosa yang malang ini dapat diampuni."
- Perhatikan:
- [1] Hal luar biasa yang dibayar dan diperoleh dengan susah payah oleh Kristus melalui kematian-Nya adalah pengampunan dosa bagi kita.
- [2] Inilah mengapa Kristus berdoa bagi semua orang yang bertobat dan percaya kepada apa yang dilakukan-Nya. Darah-Nya berteriak, Ya Bapa, ampunilah mereka.
- [3] Orang yang paling berdosa sekalipun dapat mengharapkan belas kasihan melalui Kristus, jika mereka bertobat. Sekalipun mereka itu yang menganiaya dan membunuh Dia, Dia tetap berdoa supaya Bapa mengampuni mereka.
- (2) Sebuah pembelaan: sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat, sebab jika mereka tahu, mereka tidak akan menyalibkan Dia (1Kor. 2:8). Ada sebuah tabir yang menyelubungi kemuliaan-Nya dan sebuah lagi menghalangi pengertian mereka, jadi bagaimana mungkin mereka bisa melihat melalui dua tabir tersebut? Mereka menanggungkan darah-Nya pada diri mereka sendiri dan anak-anak mereka, tetapi, jika saja mereka tahu apa yang telah mereka perbuat, mereka pasti menyesalinya.
- Perhatikan:
- [1] Orang-orang yang menyalibkan Kristus tidak tahu apa yang mereka perbuat. Mereka yang menjelek-jelekkan agama tidak tahu apa yang mereka katakan, dan hal itu terjadi karena mereka memang tidak bersedia mengetahuinya.
- [2] Terdapat ketidaktahuan yang boleh dikatakan bisa mengurangi tingkat kesalahan sebuah dosa, yaitu kebodohan yang diakibatkan kurangnya sarana pengetahuan atau kemampuan untuk menerima pengarahan, karena kurangnya pendidikan atau kelalaian. Orang-orang yang menyalibkan Kristus sengaja dibiarkan dalam keadaan seperti itu oleh para pemimpin mereka, dan telah dicekoki dengan prasangka buruk terhadap Kristus, sehingga mereka menyangka bahwa mereka berbuat bakti bagi Allah (Yoh. 16:2) dengan melakukan apa yang kini mereka perbuat terhadap Kristus dan ajaran-Nya. Mereka patut dikasihani dan didoakan. Tak lama kemudian, doa Kristus ini pun terjawab, sebab banyak dari antara mereka yang ikut terlibat dalam kematian Kristus kemudian bertobat setelah mendengarkan khotbah Petrus. Hal ini dicatat supaya menjadi teladan bagi kita juga.
- Pertama, kita harus memanggil Allah sebagai Bapa dalam setiap doa kita, dan datang kepada-Nya dengan hormat dan percaya, layaknya seorang anak terhadap ayahnya.
- Kedua, hal besar yang harus kita minta kepada Allah adalah pengampunan dosa, baik bagi kita sendiri maupun bagi orang lain.
- Ketiga, kita harus berdoa bagi musuh-musuh kita, dan bagi mereka yang membenci dan menganiaya kita dengan tidak membesar-besarkan kesalahan mereka seperti yang seharusnya kita lakukan dengan kesalahan-kesalahan kita (mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat, mungkin saja hal itu tidak disengaja). Kita juga harus bersungguh-sungguh berdoa kepada Allah untuk meminta pengampunan bagi dosa-dosa yang telah mereka perbuat terhadap kita. Inilah contoh yang diperagakan Kristus sendiri sesuai dengan aturan yang diberikan-Nya (Mat. 5:44-45, kasihilah musuh-musuhmu). Dan aturan-Nya ini semakin dipertegas lagi di sini, sebab jika Kristus saja mengasihi dan berdoa bagi musuh-musuh-Nya yang keji seperti itu, bagaimana mungkin kita tidak mau mengasihi dan berdoa bagi musuh-musuh kita?
- . Pertobatan seorang penjahat di kayu salib, yang merupakan contoh gemilang dari kemenangan Kristus atas pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, bahkan di saat Dia kelihatannya justru sudah dikalahkan oleh mereka. Kristus disalibkan di antara dua orang penjahat, dan setiap penjahat itu menggambarkan dua dampak berbeda yang ditimbulkan salib Kristus terhadap anak-anak manusia yang mendengar pemberitaan Injil. Mereka berdua adalah penjahat yang sama-sama bersalah di hadapan Allah. Nah, salib Kristus memang bukan hanya dapat menjadi bau kehidupan yang menghidupkan bagi sebagian orang, tetapi juga bau kematian yang mematikan bagi sebagian orang yang lain. Bagi mereka yang binasa, hal itu memang merupakan suatu kebodohan, tetapi bagi mereka yang diselamatkan, hal itu adalah hikmat dan kekuatan Allah.
- (1) Salah satu dari kedua penjahat itu berkeras hati sampai pada kesudahannya. Di sana, di dekat salib Kristus, ia malah menghujat Dia, seperti yang dilakukan orang-orang lainnya (ay. 39): Katanya, bukankah Engkau adalah Kristus seperti yang dikatakan mereka tentang-Mu? Selamatkanlah diri-Mu dan kami. Meskipun ia kini sedang mengalami kesakitan dan ada dalam bayang-bayang lembah maut, dia tetap tidak mau merendahkan rohnya yang sombong, dan tidak mau berbicara baik-baik dengan rekan sependeritaannya. Tidak, tidak demikian halnya dengan rekan yang satu ini. Sekalipun engkau menumbuk orang bodoh dalam lesung, kebodohannya tidak akan lenyap dari padanya. Tidak ada satu kesusahan pun yang mampu mengubah hati orang fasik, bahkan terkadang kesusahan itu justru mengobarkan kejahatan mereka, dan bukannya mematikannya. Dia menantang Kristus untuk menyelamatkan diri-Nya sendiri dan juga mereka. Perhatikan, memang ada orang-orang yang masih bisa-bisanya berharap untuk diselamatkan oleh Kristus, padahal mereka telah berbuat kurang ajar dengan menghujat-Nya; bahkan lebih dari itu, sangka mereka, bila Kristus tidak menyelamatkan mereka, Dia tidaklah layak dipandang sebagai Juruselamat.
- (2) Penjahat yang satunya lagi justru dilembutkan hatinya pada saat-saat terakhirnya. Dalam Matius dan Markus dikatakan bahwa kedua penjahat itu, yaitu mereka yang disalibkan bersama-sama dengan Dia, mencela Dia juga. Sebagian orang berpendapat, hal itu hanya dimaksudkan untuk salah satu di antaranya. Namun, menurut sebagian orang lagi, pada awalnya, kedua penjahat itu sama-sama mencela-Nya, sampai salah satu di antara mereka diubahkan hatinya dengan cara yang ajaib, sehingga perkataannya pun seketika berubah. Penjahat ini diselamatkan di detik-detik terakhir saat dia hampir jatuh dalam cengkeraman tangan Iblis, dan menjadi bukti dari belas kasih dan karunia ilahi. Iblis pun gigit jari, mengaum marah bagaikan singa yang baru saja kehilangan mangsanya. Akan tetapi, hal ini tidak dimaksudkan untuk mendorong siapa pun untuk menunda-nunda pertobatan dan berharap akan memperoleh belas kasih ketika mereka mendekati ajal, sebab, sekalipun tidak pernah ada istilah terlambat untuk bertobat, pertobatan yang lambat itu pun jarang sekali adalah pertobatan yang benar. Belum tentu setiap orang akan memiliki kesempatan untuk bertobat sesaat sebelum mereka mati. Semua pasti tidak akan mendapatkan kesempatan seperti yang didapat oleh penjahat yang bertobat ini, sebab kesempatan yang dikaruniakan kepadanya memang sangat istimewa. Dia tidak pernah mendapatkan penawaran kasih karunia Kristus sebelumnya, tetapi kini dia dijadikan contoh untuk memperlihatkan kuasa kasih karunia Kristus, justru pada saat Dia disalibkan dalam kelemahan. Setelah Kristus menaklukkan Iblis melalui kebinasaan Yudas dan pemeliharaan-Nya atas Petrus, Ia pun sekali lagi memamerkan kemenangan-Nya atas Iblis melalui pertobatan penjahat ini, sebagai contoh dari apa yang akan Ia lakukan. Kita bisa melihat bahwa kejadian ini memang luar biasa, jika kita memperhatikan:
- [1] Karya kasih karunia Allah yang luar biasa dalam diri penjahat itu, yang tampak dari apa yang ia katakan. Di sini banyak sekali bukti mengenai pertobatan yang terjadi dalam diri orang itu dalam jangka waktu yang teramat singkat.
- Pertama, lihat apa yang ia katakan kepada penjahat yang satunya lagi (ay. 40-41).
- . Dia menegurnya karena menghujat Kristus, sebagai orang yang tidak takut kepada Allah dan tidak memiliki kesadaran mengenai agama sedikit pun: Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah? Kalimatnya itu menyiratkan bahwa rasa takut terhadap Allah-lah yang mengekangnya untuk tidak ikut-ikutan orang banyak dalam melakukan hal keji itu. "Aku takut kepada Allah, sehingga aku tidak mau melakukannya, tidakkah engkau juga demikian?" Semua orang yang dapat melihat menganggap sikap itu sebagai kejahatan terburuk orang-orang fasik, yaitu bahwa mereka sama sekali tidak memiliki rasa takut akan Allah. "Jika engkau memiliki sedikit saja rasa kemanusiaan dalam dirimu, maka engkau tidak akan tega menghina orang yang sama-sama sedang menderita bersamamu, sebab engkau pun ada dalam keadaan yang sama. Engkau juga sekarat. Karena itu, tidak pantas bagimu untuk menghina orang lain yang juga hampir mati, apa pun yang dicontohkan orang-orang jahat itu."
- . Dia mengakui bahwa dia layak menerima penghukuman itu: Kita memang selayaknya dihukum. Mereka berdua mungkin dihukum karena suatu kejahatan yang sama, sehingga dia pun bisa berkata dengan yakin, "Kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita." Perbuatannya yang istimewa ini semakin memperbesar makna kasih karunia ilahi. Kedua orang tersebut telah menjadi rekan dalam perbuatan dosa dan derita, tetapi hanya satu yang diselamatkan, sementara yang lainnya binasa. Keduanya selalu bersama-sama, namun kini, yang seorang dibawa dan yang lain ditinggalkan. Dia tidak berkata, "Engkau layak dihukum," melainkan "kita."
- Perhatikan, orang yang benar-benar bertobat mengakui keadilan Allah dalam hukuman yang mereka terima atas dosa mereka. Allah telah melakukan hal yang benar, dan kitalah yang berbuat jahat.
- . Dia percaya bahwa Kristus tidak sepantasnya dihukum seperti itu. Meskipun Ia didakwa dalam dua sidang pengadilan dan diperlakukan layaknya seorang penjahat bejat, namun, melalui tindak tanduk-Nya dalam penderitaan-Nya, penjahat yang bertobat ini yakin bahwa Yesus tidak berbuat sesuatu yang salah, ouden atopon -- sesuatu yang ganjil atau yang menyalahi tabiat-Nya. Imam-imam kepala menginginkan supaya Ia disalibkan di antara dua orang penjahat, sebagai salah satu dari antara mereka, namun penjahat ini justru memiliki kesadaran yang lebih besar dari mereka, dan mengakui bahwa Kristus bukanlah salah satu dari mereka. Tidak disebutkan di sini apakah dia pernah mendengar tentang Kristus dan pekerjaan-Nya yang ajaib, tetapi Roh kasih karunia mencerahinya dengan pengetahuan ini dan membuat dia bisa berkata, "Orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah."
- Kedua, lihatlah apa yang ia katakan kepada Tuhan kita Yesus: Tuhan, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja (ay. 42). Inilah doa dari seorang pendosa yang hampir mati kepada sang Juruselamat yang juga ada di ambang kematian. Bagi Kristus, adanya orang yang masih berdoa memohon kepada-Nya meskipun Dia sedang dihina dan direndahkan di kayu salib merupakan sebuah kehormatan. Bagi si penjahat, berdoa kepada-Nya merupakan sebuah sukacita. Mungkin dia tidak pernah berdoa sebelumnya, tetapi kini dia didengar dan diselamatkan di saat-saat terakhir. Selama kita masih hidup, selalu ada pengharapan, dan selama masih ada pengharapan, selalu ada ruang untuk berdoa.
- . Perhatikan imannya dalam doa itu. Dalam pengakuan dosanya (ay. 41), dia bertobat terhadap Allah. Kemudian, dalam permintaan selanjutnya, dia menemukan iman terhadap Tuhan Yesus Kristus. Dia mengakui-Nya sebagai Tuhan yang memiliki kerajaan, dan percaya bahwa Dia sedang memasuki kerajaan itu, dan memiliki kuasa di dalamnya, dan mereka yang dikasihi-Nya akan berbahagia. Pada saat-saat seperti itu, percaya dan mengakui semua ini adalah sebuah hal yang amat mulia. Saat itu, Kristus ada dalam keadaan yang begitu hina: ditinggalkan para murid-Nya, dicaci oleh bangsa-Nya sendiri, menderita sebagai seorang pendusta, dan tidak ditolong oleh Bapa-Nya sendiri. Penjahat itu mengakui imannya ini bahkan sebelum segala peristiwa ajaib yang memuliakan Kristus dalam penderitaan-Nya terjadi, sebelum peristiwa yang mencengangkan si kepala pasukan itu. Sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah kita jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Penjahat ini percaya akan kehidupan sesudah mati, dan menginginkan kebahagiaan dalam kehidupan itu. Tidak seperti penjahat yang satunya lagi yang ingin diselamatkan dari kayu salib, ia justru ingin tetap ada dalam pemeliharaan ilahi setelah kayu salib selesai menimpakan hal yang terburuk kepadanya.
- . Perhatikan kerendahan hatinya dalam doa itu. Dia hanya minta supaya Tuhan mengingatnya. Dia tidak berdoa, "Tuhan, pilihlah aku" (seperti yang diperbuat para murid dalam Mat. 20:21), sekalipun dia sebenarnya memiliki kehormatan yang tidak dimiliki murid-murid Kristus, karena dia telah minum dari cawan Kristus dan dibaptis oleh-Nya dalam penderitaan-Nya, entah dengan tangan kanan atau tangan kiri-Nya, saat murid-murid Kristus sendiri justru telah meninggalkan-Nya. Jadi, rasanya wajar kalau dia berani bertanya mengenai siapa yang akan duduk di sisi kanan dan kiri-Nya sebagaimana yang pernah ditanyakan para murid-Nya. Orang yang sepenanggungan dan sependeritaan biasanya mendapatkan hak istimewa seperti itu (Yer. 52:31-32).
- Namun, hal itu sama sekali jauh dari pikiran penjahat ini. Ia hanya memohon, Tuhan, ingatlah aku, sambil menunjukkan dalam keadaan seperti apa ia ingin diingat oleh Kristus. Permintaan seperti itu juga diminta Yusuf kepada juru minuman istana, ingatlah aku (Kej. 40:14), namun yang ini malah dikabulkan lebih cepat. Juru minuman itu melupakan Yusuf, tetapi Kristus mengingat si penjahat ini.
- . Ada keteguhan dan kesungguhan dalam doa itu, sebab dia sedang meregang nyawanya saat memohon, "Tuhan, ingatlah aku, dan itu saja cukup untukku. Aku tidak mau apa-apa lagi. Ke dalam tangan-Mu aku serahkan perkaraku." Perhatikan, kita harus sungguh-sungguh ingin dan berdoa supaya Kristus mengingat kita, karena kini Ia ada dalam kerajaan-Nya, dan hal itu pun cukup untuk membuat kita ada dalam damai sejahtera, baik waktu kita masih hidup maupun setelah kita mati. Kristus ada dalam kerajaan-Nya dan berdoa syafaat bagi kita. "Tuhan, ingatlah aku, dan jadilah perantaraku." Dia sedang berkuasa dalam kerajaan-Nya. "Tuhan, ingatlah aku, dan berkuasalah dalam diriku melalui Roh-Mu." Dia sedang mempersiapkan tempat bagi umat kepunyaan-Nya. "Tuhan, ingatlah aku, dan persiapkanlah sebuah tempat bagiku. Ingatlah aku waktu aku mati, ingatlah aku saat hari kebangkitan tiba" (Ayb. 14:13).
- [2] Berkat istimewa yang diberikan Kristus baginya. Kata Yesus kepadanya, sebagai jawaban atas doanya, "Aku berkata kepadamu, Aku yang adalah Ya dan Amin, Saksi yang setia, aku berkata amin mengenai doa ini dan mengesahkannya, bahkan engkau akan mendapatkan lebih dari apa yang tadi engkau minta. Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (ay. 43).
- Perhatikan:
- Pertama, kepada siapa kalimat tersebut ditujukan: kepada si penjahat yang bertobat itu, dan bukan kepada temannya yang satunya lagi. Kristus yang ada di kayu salib bertindak sama seperti Kristus yang duduk di atas takhta, sebab sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: yang seorang pergi dengan kutukan, sedangkan yang lainnya memperoleh berkat. Meskipun saat itu Kristus sedang mengalami kesakitan yang luar biasa, Ia masih punya kata-kata penghiburan bagi orang bertobat yang telah menyerahkan dirinya kepada Dia. Perhatikan, pendosa yang terbesar sekalipun tidak saja akan mendapatkan pengampunan dari dosa mereka, tetapi juga akan mendapat sebuah tempat di taman firdaus Allah melalui Kristus (Ibr. 9:15), jika mereka sungguh-sungguh bertobat. Hal ini semakin memuliakan kekayaan kasih karunia yang diberikan dengan cuma-cuma, yaitu bahwa para pemberontak dan pengkhianat yang bertobat bukan saja hanya akan diampuni, tetapi juga akan diberkati.
- Kedua, oleh siapa kalimat tersebut diucapkan. Kalimat itu merupakan kalimat syafaat lainnya yang diucapkan Kristus. Meskipun diucapkan dalam suatu keadaan khusus, sesungguhnya di dalamnya terkandung sebuah tujuan umum yang menerangkan maksud dan makna sebenarnya dari penderitaan-Nya, yaitu bahwa Ia mati untuk membayar pengampunan dosa bagi kita (ay. 34), serta untuk menebus hidup yang kekal bagi kita. Dengan kata-kata tersebut, kita telah dibuat mengerti bahwa Yesus Kristus mati untuk membuka pintu kerajaan sorga bagi semua orang percaya yang sudah bertobat dan berubah menjadi taat.
- . Di sini, Kristus memberi tahu kita bahwa Dia sendiri sedang menuju firdaus, yaitu hades -- dunia yang tidak kelihatan. Jiwanya sebagai manusia sedang dipindahkan ke suatu tempat yang dihuni oleh jiwa-jiwa yang telah terpisah dari raga mereka. Bukan ke tempat jiwa-jiwa yang terkutuk dibuang, melainkan ke dalam firdaus, yaitu tempat mereka yang terberkati berada. Dengan ini, Dia meyakinkan kita bahwa pengorbanan-Nya telah diterima dan Bapa sangat berkenan kepada-Nya, sebab kalau tidak begitu, Dia pasti tidak akan bisa pergi ke firdaus. Hal itu merupakan awal dari sukacita yang terbentang di hadapan-Nya. Pandangan yang tertuju kepada sukacita inilah yang membuat hati-Nya menjadi terhibur. Dia pergi menuju takhta-Nya melalui salib, sehingga kita pun tidak boleh berharap untuk menempuh jalur yang sebaliknya, atau ingin disempurnakan tanpa mengalami penderitaan.
- . Dia memberi tahu semua orang percaya yang telah bertobat bahwa mereka akan bersama-sama dengan Dia di tempat itu. Kini, sebagai seorang imam, Dia sedang mempersiapkan kebahagiaan ini untuk mereka. Sedangkan sebagai seorang raja, Dia telah siap untuk menganugerahkan sukacita besar itu saat mereka telah siap menerimanya. Lihatlah bagaimana sukacita sorga telah dipersiapkan bagi kita.
- (1) Tempat itu adalah firdaus, taman yang penuh dengan kesenangan, Taman Firdaus Allah (Why. 2:7) merujuk kepada taman Eden, tempat di mana nenek moyang kita pernah ditempatkan sewaktu mereka belum berdosa. Melalui Adam yang kedua, kita dikaruniai kembali segala yang telah hilang akibat dosa Adam yang pertama, malahan lebih dari itu, kita boleh masuk ke firdaus sorgawi, dan bukan hanya sekadar firdaus yang ada di bumi.
- (2) Kita akan bersama-sama dengan Kristus di sana. Itulah kebahagiaan sorgawi, yaitu bisa melihat Kristus, duduk bersama-Nya, dan menikmati kemuliaan-Nya (Yoh. 17:24).
- (3) Hal itu terjadi segera setelah kita mati: Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku, malam ini, sebelum besok tiba. Jiwa-jiwa orang yang setia, setelah mereka dibebaskan dari beban kedagingan, akan segera berada dalam sukacita dan kebahagiaan. Roh orang benar langsung disempurnakan. Lazarus mati dan segera dihiburkan. Paulus juga mati dan langsung bersama-sama dengan Kristus (Flp. 1:23).
SH: Luk 23:26-56 - Baca Gali Alkitab 5 (Rabu, 1 April 2015) Baca Gali Alkitab 5
Apa saja yang Anda baca?
2. Siapa yang dipaksa oleh prajurit Romawi untuk memikul salib yang semula dipikul oleh Yesus (26)?
3....
Baca Gali Alkitab 5
2. Siapa yang dipaksa oleh prajurit Romawi untuk memikul salib yang semula dipikul oleh Yesus (26)?
3. Apa respons Yesus terhadap para wanita yang menangisi Dia (28-31)?
4. Apa doa Yesus bagi orang-orang yang menyalibkan Dia (34)?
5. Apa reaksi orang-orang terhadap penyaliban Yesus? Orang banyak (35)? Prajurit (36-37)? Seorang penjahat yang disalibkan di sebelah Yesus (39)?
6. Apa reaksi penjahat yang lain, dan respons Yesus terhadapnya (40-43)?
7. Bagaimana Lukas melaporkan peristiwa kematian Yesus (44-49)?
8. Apa yang dilakukan oleh Yusuf dari Arimatea dengan tubuh Yesus (50-53)? Apa yang dilakukan oleh para wanita pengikut Yesus (55-56a)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Bagaimana sikap Yesus menghadapi penderitaan dan ejekan dan kematian?
2. Mengapa Yesus menjanjikan penjahat yang mengakui dosanya itu bahwa ia akan bersama Yesus di Firdaus?
3. Teladan apa yang Anda pelajari dari Yusuf?
Apa respons Anda?
1. Siapkah Anda memikul salib dan mengikut Yesus? Salib apa yang sedang Anda pikul sekarang? Bagaimana sekarang Anda menyikapinya?
2. Ada banyak orang seperti penjahat yang tergantung kritis di salib, akan binasa tanpa Yesus. Apa yang Anda akan lakukan?
Pokok Doa:
Gereja mendorong umat memberitakan kabar baik bahwa Yesus mati untuk orang berdosa!
SH: Luk 23:33-49 - Kematian Kristus dan kebutuhan manusia. (Jumat, 21 April 2000) Kematian Kristus dan kebutuhan manusia.
Kematian Yesus bukanlah kematian yang sia-sia, yang dicari-cari atau pun
konyol. Sebaliknya kematian-Nya...
Kematian Kristus dan kebutuhan manusia.
Kematian Yesus bukanlah kematian yang sia-sia, yang dicari-cari atau pun konyol. Sebaliknya kematian-Nya memberikan makna dan tujuan baru bagi kehidupan manusia. Kematian-Nya pun mengungkapkan betapa berharganya jiwa manusia di mata-Nya.
Ketika tergantung di kayu salib, para pemimpin Yahudi dan prajurit mengolok-olok ketidakmampuan-Nya menyelamatkan diri-Nya sendiri (ayat 35-37). Tindakan mereka itu hanya terpusat kepada keselamatan fisik. Yesus memang telah membuktikan bahwa Ia mampu membebaskan rakyat Yahudi dari berbagai masalah sosial seperti penyakit dan pangan. Namun mengapa sekarang Ia tidak berdaya dan tergantung di kayu salib? Jika demikian Ia bukanlah Mesias yang dinanti-nantikan.
Yesus menegaskan bahwa tujuan-Nya datang ke dunia dan mati di kayu salib bukan untuk keselamatan manusia secara fisik. Kematian-Nya merupakan penggenapan Paskah yang selalu diperingati dan dirayakan bangsa Israel. Paskah pertama memang merupakan pembebasan bangsa Israel dari kekuatan Firaun. Namun sebetulnya peristiwa Paskah itu terdiri dari 2 tahapan. Sebelum mereka keluar dari negeri perhambaan, mereka telah dibebaskan atau diselamatkan terlebih dahulu dari murka Allah dengan darah anak domba. Kematian Kristus telah membebaskan umat manusia yang berdosa dari murka Allah (ayat 43). Kematian Kristus juga mendamaikan manusia dengan Allah yang ditandai dengan terbelahnya tabir Bait Allah (ayat 45). Semua itu tidak akan tercapai jika Kristus tidak datang ke dalam dunia dan mati.
Renungkan: Kematian Yesus adalah karya-Nya yang terbaik buat manusia yang terburuk, agar mereka menerima anugerah yang terbesar yaitu keselamatan kekal. Kristen harus melakukan karya terbaik dan termulia bagi Allah, sebagai ungkapan terima kasih yang terbesar.
Bacaan untuk Jumat Agung: Yesaya 52:13-53 Ibrani 4:14-16; 5:7-9 Yohanes 19:17-30 Mazmur 22:1-18
Lagu: Kidung Jemaat 430
SH: Luk 23:33-49 - Yesus disalib (Jumat, 9 April 2004) Yesus disalib
Perjalanan ke penyaliban dilukiskan Lukas dengan jelas sekali
(ayat 26-32). Perjalanan Yesus ke tempat penyaliban terhenti
ol...
Yesus disalib
Perjalanan ke penyaliban dilukiskan Lukas dengan jelas sekali (ayat 26-32). Perjalanan Yesus ke tempat penyaliban terhenti oleh dua peristiwa. Yesus sudah tidak mampu memikul kayu salib-Nya, sehingga tentara Romawi memaksa seorang bernama Simon yang berasal dari Kirene memikul salib itu (ayat 26). Peristiwa kedua adalah percakapan Yesus dengan perempuan-perempuan (ayat 28-31). Menyusul narasi perjalanan adalah narasi penyaliban (ayat 33-38), narasi dialog dua penjahat dan Yesus (ayat 39-43) dan narasi respons alam dan manusia terhadap kematian Yesus (ayat 44-49).
Di tempat penyaliban bernama 'Tengkorak' Yesus disalibkan. Bersama Yesus turut disalibkan dua orang penjahat (ayat 33). Meski disalibkan dengan tidak adil Yesus mengampuni orang-orang yang menyalibkan-Nya. Tindakan demikian merupakan demonstrasi nyata pada apa yang Yesus ajarkan sebelumnya (Luk. 6:29,35). Di bukit “Tengkorak” itu tentara-tentara memperebutkan jubah Yesus (ayat 34) dan orang banyak mengolok-olok-Nya (ayat 35-38). Tiga kali olokan yang mengejek ketidakmampuan Yesus menyelamatkan diri sendiri ditujukan kepada Yesus (ayat 35,37,39). Kebutaan rohani menyebabkan pengejek tidak melihat karya keselamatan yang dilakukan Yesus. Orang banyak tidak dapat menerima bahwa Sang Mesias harus mati di kayu salib. Ejekan ketiga datang dari salah seorang penjahat yang turut disalibkan bersama Yesus (ayat 39).
Penjahat ini setuju dengan ejekan orang banyak yang didengarnya. Penjahat yang lain menyadari bahwa Yesus disalib meski tanpa kesalahan apapun. Penjahat itu menyadari ketidakadilan yang dialami Yesus sehingga ia menegur penjahat yang mengejek Yesus. Terhadap ejekan orang banyak ia tidak memberi respons. Tetapi kepada ejekan penjahat yang satunya ia memberi respons yang tegas. Lalu, ia memohon kepada Yesus untuk mengingatnya (ayat 42).
Camkanlah: Yesus telah mendemonstrasikan kasih sempurna. Kasih yang memaksa Yesus untuk tetap tinggal di kayu salib.
SH: Luk 23:33-49 - Jumat Agung (Jumat, 6 April 2007) Jumat Agung
Detik-detik kematian Yesus terus berjalan, makin mendekati waktunya.
Dalam kesakitan yang Dia derita, Yesus masih memohon pengampuna...
Jumat Agung
Detik-detik kematian Yesus terus berjalan, makin mendekati waktunya. Dalam kesakitan yang Dia derita, Yesus masih memohon pengampunan dari Bapa-Nya atas orang-orang yang telah ambil bagian dalam penderitaan-Nya ini (34). Siapakah mereka?
Selain Pilatus dan Herodes, ada pemimpin-pemimpin Yahudi. Mereka mengolok-olok Yesus karena hanya bisa menyelamatkan orang lain namun tidak bisa menyelamatkan diri sendiri (35). Juga ada para prajurit yang mengolok-olok Yesus sebagai raja orang Yahudi yang tidak bisa menyelamatkan diri dari tangan musuh (36-37). Lalu salah seorang penjahat yang disalib bersama Yesus. Meski berada dalam status terpidana seperti Yesus, penghujatan terucap juga dari bibirnya (39). Namun penjahat kedua terbuka mata hatinya melihat tidak ada kesalahan yang bisa dituduhkan pada Yesus, sementara ia dan temannya memang layak dihukum (40-41). Iman yang terbit di hatinya membuat dia melihat Yesus sebagai Mesias yang akan kembali. Maka dia memohon agar Yesus mengingat dia saat datang sebagai Raja (42). Yesus memenuhi permintaannya (43).
Bagai berduka, bumi diliputi kegelapan selama tiga jam (44). Seolah pengorbanan diterima, tabir Bait Suci terbelah dua (45), bagaikan memberi jalan bagi pendosa yang mau bertobat untuk dapat masuk ke hadirat Allah. Yesus lalu menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa (46). Nyata bahwa nyawa-Nya terambil bukan karena manusia menghendaki-nya, tapi Ia sendiri yang merelakannya. Kematian Yesus mengguncang semua orang di tempat itu, termasuk kepala pasukan yang mengawasi proses penyaliban itu (47-48).
Di hari Jumat Agung ini, kita harus mengingat bahwa kematian Yesus merupakan titik sentral rencana keselamatan Allah. Sebagai manusia berdosa, kita pun turut ambil bagian sebagai penyebab kematian-Nya. Namun ada kabar baik: Allah yang penuh anugerah akan mengampuni dan memberi hidup baru melalui Anak-Nya, asal kita mau bertobat.
SH: Luk 23:33-49 - Karena beriman (Jumat, 22 April 2011) Karena beriman
Peristiwa pertobatan salah seorang penjahat yang disalibkan bersama-sama Tuhan Yesus, memiliki makna yang sangat luas. Pertobatan seor...
Karena beriman
Peristiwa pertobatan salah seorang penjahat yang disalibkan bersama-sama Tuhan Yesus, memiliki makna yang sangat luas. Pertobatan seorang penjahat di kayu salib merupakan contoh gemilang kemenangan Kristus atas para pemerintah dan penguasa, bahkan di saat Dia seolah-olah sudah dikalahkan oleh mereka. Drama singkat di atas kayu salib itu menggambarkan dua dampak berbeda yang ditimbulkan oleh salib Yesus Kristus bagi setiap orang yang mendengarkan pemberitaan Injil. Berita salib Yesus, memang merupakan suatu kebodohan bagi orang yang akan binasa, tetapi bagi mereka yang diselamatkan, berita salib merupakan hikmat dan kekuatan Allah.
Salah satu dari kedua penjahat itu tetap berkeras hati hingga kesudahannya. Bahkan ia menghujat Yesus sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang lainnya (39). Meskipun sedang kesakitan dan berada dalam bayang-bayang maut, ia tetap saja tidak mau merendahkan diri. Namun hal sebaliknya terjadi pada penjahat yang bertobat. Tampaknya ia berprinsip, "Hidup karena percaya, bukan karena melihat". Hatinya dilembutkan pada saat-saat terakhirnya. Penjahat ini diselamatkan di detik-detik terakhir hidupnya, saat ia hampir jatuh ke dalam cengkeraman tangan Iblis. Dalam pengakuan dosanya (41), dia menyatakan pertobatan-Nya. Dan permintaannya selanjutnya memperlihatkan imannya terhadap Tuhan Yesus Kristus. Ia dengan rendah hati meminta agar Tuhan Yesus mengingatnya (42). Imannya mampu melihat Kristus datang sebagai Raja.
Dari kisah pertobatan penjahat ini, kita dapat belajar bahwa segala perbuatan baik kita tidaklah menyelamatkan sama sekali. Keselamatan hanya diperoleh melalui beriman pada apa yang telah Tuhan Yesus kerjakan. Tidak ada kata terlambat untuk berbalik dan percaya kepada Allah. Bagi kita yang percaya, Ia berfirman bahwa "Sesungguhnya hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (43). Kiranya prinsip "Hidup karena percaya, bukan karena melihat" senantiasa membahana di dalam roh kita.
SH: Luk 23:33-43 - Penghiburan yang tidak terduga (Kamis, 2 April 2015) Penghiburan yang tidak terduga
Setiap orang pernah mengalami masa-masa sulit dalam kehidupannya. Baik karena masalah dalam rumah tangga, pekerjaan ma...
Penghiburan yang tidak terduga
Setiap orang pernah mengalami masa-masa sulit dalam kehidupannya. Baik karena masalah dalam rumah tangga, pekerjaan maupun berbagai aspek kehidupan lainnya. Pernahkah dalam masa-masa sulit tersebut secara tiba-tiba datang penghiburan yang tidak Anda duga sebelumnya?
Yesus sedang menderita di kayu salib. Bersama-Nya, dua penjahat di kiri dan kanannya (33). Penderitaan Yesus melampaui derita jasmani. Para pemimpin mengejek-Nya (35). Prajurit-prajurit Romawi mengolok-olok-Nya (36). Bahkan salah seorang penjahat di samping-Nya juga menghujat-Nya (39).
Dalam penderitaan seperti itulah penghiburan yang tidak terduga datang. Pertama, dari Yesus sendiri yang tetap memegang kendali, kendati tergantung lemah secara fisik. "Ya, Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu, apa yang mereka perbuat" (34). Itulah penghiburan dari Kristus kepada semua orang yang berduka karena penyaliban-Nya.
Kedua, dari pengakuan salah seorang penjahat yang disalibkan di samping Yesus (40-42)."Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah". Dan, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja" (42). Penjahat itu percaya dan menaruh pengharapannya pada Yesus. Siapa lagi, kalau bukan Allah yang menaruh iman di hati penjahat yang tergantung di kayu salib. Itulah penghiburan dari Bapa kepada Anak-Nya dan kepada para pengikut-Nya bahwa kematian-Nya tidak sia-sia.
Saat Anda merasa tidak ada lagi pertolongan, putus asa karena doa-doa Anda seolah memantul kembali dari langit-langit, ingatlah ini! Adakah situasi yang lebih berat daripada tergantung di salib hina, serta dianggap sebagai pendosa paling bejat? Iman dan pengharapan harus tertuju kepada Allah yang tetap memegang kendali. Mungkin Dia tidak mengubah keadaan seperti yang Anda kehendaki, namun Dia tetap memberikan kekuatan dan penghiburan, bahkan melalui apapun dan siapapun (2 Kor 1:3-4).
SH: Luk 23:33-43 - Penjahat-Penjahat di Sisi Yesus (Kamis, 9 April 2020) Penjahat-Penjahat di Sisi Yesus
Bacaan kita kali ini mungkin sudah sering kita renungkan. Kisah tentang penyaliban Yesus yang begitu menyayat hati, n...
Penjahat-Penjahat di Sisi Yesus
Bacaan kita kali ini mungkin sudah sering kita renungkan. Kisah tentang penyaliban Yesus yang begitu menyayat hati, namun sekaligus menginspirasi. Bagaimana mungkin seseorang yang sudah diperlakukan sedemikian rupa, masih bisa menyatakan pengampunan bagi orang yang berbuat jahat kepada-Nya? (34). Dalam kisah penyaliban ini, selain keteladanan Yesus, agaknya menarik untuk kita lihat sikap kedua orang yang disalibkan di sisi-Nya. Keduanya adalah perwakilan dari manusia berdosa ketika menghadapi keberdosaannya.
Mengenai orang yang disalibkan di sisi kiri dan kanan Yesus, hanya Injil Lukas yang menceritakan secara mendetail. Dalam perspektif pemerintah Romawi, orang yang disalibkan adalah pelaku kejahatan berat. Dalam nas ini, memang tidak dijelaskan kejahatan seperti apa yang dilakukan oleh kedua orang tersebut.
Namun, ada hal yang menarik untuk kita lihat. Respons kedua orang itu amat jauh berbeda terhadap keberadaan Yesus. Penjahat yang satu menghujat Yesus dan menantang-Nya untuk menunjukkan kuasa-Nya (39). Sementara yang di sisi lain, justru menegur “rekannya” yang menghujat itu (40). Ia mengatakan kepada rekannya itu bahwa mereka memang layak untuk dihukum. Akan tetapi, Yesus sama sekali tidak bersalah sehingga tidak layak disalibkan (41). Rupanya, ia sungguh mengimani Yesus sebagai Mesias. Imannya itulah yang menyelamatkannya.
Pada saat ini, mungkin kita sedang “tersalib” karena keberdosaan kita. Namun, sering kali bukannya bertobat, kita justru semakin sombong. Kita merasa baik-baik saja, bahkan nyaman dengan situasi itu. Kalau hal seperti ini yang sedang terjadi, sesungguhnya kita memilih untuk menjadi penjahat yang menghujat Yesus. Jika kita sadar sebagai makhluk yang berdosa, maka datanglah kepada-Nya dan menghadap kaki salib-Nya. Akui kuasa-Nya dengan bertobat seperti salah satu penjahat yang sadar akan keberadaan dirinya dan Yesus yang menyelamatkan. Tuhan akan memampukan kita untuk meninggalkan kesalahan dan dosa kita. [YWA]
SH: Luk 23:33-49 - Berani Terima Tantangan (Jumat, 15 April 2022) Berani Terima Tantangan
Ada satu ungkapan dalam dialek Jakarta yang cukup populer di kalangan lelaki utamanya, yaitu "Lo jual, gue beli!" Ungkapan it...
Berani Terima Tantangan
Ada satu ungkapan dalam dialek Jakarta yang cukup populer di kalangan lelaki utamanya, yaitu "Lo jual, gue beli!" Ungkapan itu secara sederhana hendak menyampaikan bahwa jika seorang lelaki ditantang untuk melakukan sesuatu-berkelahi, misalnya-maka pantang bagi lelaki itu untuk menolak tantangan tersebut.
Bacaan kita hari ini juga menampilkan situasi tersebut. Para pemimpin dan para prajurit melemparkan tantangan kepada Yesus untuk membuktikan semua hal yang pernah Yesus sampaikan (35, 37). Bahkan salah seorang penjahat yang disalibkan bersama Yesus pun melontarkan tantangan untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang diutus Allah untuk menyelamatkan umat Israel (39).
Tantangan itu disampaikan kepada Yesus bukan tanpa alasan. Mereka ingat semua yang pernah Yesus sampaikan. Bagi mereka yang menolak Yesus, peristiwa penyaliban adalah antitesis dari semua hal yang pernah disampaikan oleh Yesus.
Mesias tidak mungkin mati dengan cara hina. Allah tidak mungkin meninggalkan Mesias. Jadi, ketika mereka dihadapkan pada fakta penyaliban Yesus, hal itu menggoncangkan pemikiran mereka. Tak ada cara lain yang lebih efektif untuk memancing Yesus membuktikan kemesiasan-Nya selain dengan memberikan tantangan.
Terhadap tantangan itu Yesus bergeming. Ia diam bukan karena takut. Tantangan itu diterima Yesus dengan cara yang sangat jitu. Alih-alih menjawab tantangan seperti yang mereka harapkan, Yesus mendemonstrasikan kemesiasan-Nya dengan menyatakan bahwa Ia dapat menentukan siapa yang berhak untuk ada bersama-Nya di dalam Firdaus (43).
Dalam kehidupan ini bisa jadi kita sering mendapat tantangan dari orang lain. Kita mungkin menanggapi tantangan itu dengan gegabah karena gengsi. Hari ini kita belajar untuk berani menerima tantangan bukan karena gengsi, tetapi karena itu adalah tanggung jawab kesaksian kita sebagai orang Kristen. Jadi, bersaksilah kepada sebanyak mungkin orang. [JCP]
Topik Teologia -> Luk 23:34
Topik Teologia: Luk 23:34 - -- Yesus Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
Keadaan dan Peristiwa yang Berkenaan ...
- Yesus Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
- Keadaan dan Peristiwa yang Berkenaan dengan Pelayanan Kristus
- Kristus Berfungsi sebagai Imam (Besar)
- Penggenapan
- Keselamatan
- Kebangkitan Kristus sebagai Peristiwa Keselamatan
- Makna Kebangkitan Kristus
- Imam Besar Orang-orang Percaya Sekarang adalah Yesus yang Bangkit
- Yesus adalah Seorang Juru Syafaat
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Musuh
- Contoh-contoh Mengampuni Musuh
- Yesus Mengampuni Musuhmusuh-Nya
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Lukas (Pendahuluan Kitab) Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas...
Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu.
Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong dia untuk menulis kepada Teofilus (artinya, "seorang yang mengasihi Allah") guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri dari orang bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan. Kisah ini terdiri atas dua bagian:
- (1) kelahiran, kehidupan dan pelayanan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus (Injil Lukas), dan
- (2) pencurahan Roh di Yerusalem dan perkembangan selanjutnya dari gereja mula-mula (Kitab Kisah Para Rasul). Kedua kitab ini merupakan lebih dari seperempat bagian dari seluruh PB.
Dari surat-surat Paulus, kita mengetahui bahwa Lukas adalah seorang saudara "yang kekasih ... seorang dokter" (Kol 4:14) dan seorang teman sekerja Paulus yang setia (2Tim 4:11; File 1:24; bd. perikop-perikop "kami" di Kisah Para Rasul, lihat "PENDAHULUAN KISAH PARA RASUL" 08177). Dari penulisan Lukas sendiri kita mengetahui bahwa ia seorang yang berpendidikan tinggi, penulis yang terampil, sejarahwan yang teliti dan teolog yang diilhami. Ketika ia menulis Injilnya, agaknya gereja bukan Yahudi belum memiliki Injil yang lengkap atau yang tersebar luas mengenai Yesus. Matius menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi, sedangkan Markus menulis sebuah Injil yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya bukan Yahudi yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari tertulis yang pendek tetapi tidak suatu Injil yang lengkap dan sistematis (lih. Luk 1:1-4). Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama "dari asal mulanya" (Luk 1:3). Barangkali ia mengerjakan penelitiannya di Palestina sementara Paulus berada di penjara Kaisarea (Kis 21:17; Kis 23:23--26:32), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir masa itu atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus (Kis 28:16).
Tujuan
Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat" (Kis 1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk 1:3-4). Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai _kepada Adam_ (Luk 3:23-38) dan tidak hanya _sampai Abraham_ seperti yang dilakukan oleh Matius (bd. Mat 1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.
Survai
Injil Lukas mulai dengan kisahan masa bayi yang paling lengkap (Luk 1:5--2:40) dan satu-satunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (Luk 2:41-52). Setelah menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar:
- (1) pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14--9:50),
- (2) pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27), dan
- (3) minggu terakhir-Nya di Yerusalem (Luk 19:28--24:43).
Walaupun mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya di Galilea cukup mencolok di dalam tulisan Lukas, fokus utama Injil ini ialah pengajaran dan perumpamaan-perumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27). Bagian ini mengandung himpunan materi terbesar yang unik dalam kitab Lukas, dan mencakup banyak kisah dan perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting (Luk 9:51) dan ayat kunci (Luk 19:10) dari Injil ini terdapat pada permulaan dan menjelang akhir materi Lukas yang khusus ini.
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan yang utama menandai Injil Lukas:
- (1) Injil ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB.
- (2) Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali.
- (3) Lukas menekankan cakupan universal dari Injil - bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.
- (4) Perhatian Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang dianggap sampah masyarakat;
- (5) Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa.
- (6) Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah "Anak Manusia".
- (7) Tanggapan sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan berita-Nya.
- (8) Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk 24:49).
Full Life: Lukas (Garis Besar) Garis Besar
I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4)
II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52)
A. Pem...
Garis Besar
- I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4) - II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52) - A. Pemberitahuan Kelahiran Yohanes
(Luk 1:5-25) - B. Pemberitahuan Kelahiran Yesus
(Luk 1:26-56) - C. Kelahiran Yohanes Pembaptis
(Luk 1:57-80) - D. Kelahiran Yesus
(Luk 2:1-20) - E. Yesus di Bait Allah Sebagai Seorang Bayi
(Luk 2:21-39) - F. Kunjungan Yesus ke Bait Allah Sebagai Seorang Anak
(Luk 2:40-52) - III.Persiapan bagi Pelayanan Juruselamat
(Luk 3:1-4:13) - A. Pemberitaan Yohanes Pembaptis
(Luk 3:1-20) - B. Pembaptisan Yesus
(Luk 3:21-22) - C. Silsilah Yesus
(Luk 3:23-38) - D. Pencobaan Yesus
(Luk 4:1-13) - IV. Pelayanan di Galilea
(Luk 4:14-9:50) - A. Permulaan Pelayanan Yesus dan Penolakan di Nazaret
(Luk 4:14-30) - B. Kapernaum: Wibawa Ilahi Yesus Dinyatakan
(Luk 4:31-44) - C. Penangkapan Ikan yang Ajaib
(Luk 5:1-11) - D. Penyembuhan Orang yang Sakit Kusta
(Luk 5:12-16) - E. Wewenang Yesus Ditantang
(Luk 5:17-26) - F. Juruselamat Orang-Orang Berdosa
(Luk 5:27-32) - G. Peresmian Tatanan Baru
(Luk 5:33-6:49) - H. Demonstrasi Kuasa Ilahi
(Luk 7:1-8:56) - I. Yesus Memberikan Kuasa kepada Murid-Murid-Nya
(Luk 9:1-6) - J. Herodes dan Yohanes Pembaptis
(Luk 9:7-9) - K. Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Luk 9:10-17) - L. Pengakuan Petrus dan Tanggapan Yesus
(Luk 9:18-27) - M. Kemuliaan Juruselamat Dinyatakan
(Luk 9:28-50) - V. Pelayanan Selama Perjalanan Terakhir ke Yerusalem
(Luk 9:51-19:28) - A. Misi Penebusan Juruselamat
(Luk 9:51-10:37) - B. Petunjuk Khusus Yesus Mengenai Pelayanan dan Doa
(Luk 10:38-11:13) - C. Peringatan Yesus kepada Para Musuh dan Para Pengikut
(Luk 11:14-14:35) - D. Perumpamaan-Perumpamaan tentang yang Terhilang dan Ditemukan Kembali
(Luk 15:1-32) - E. Perintah-Perintah Kristus kepada Para Pengikut-Nya
(Luk 16:1-17:10) - F. Sembilan Orang Kusta yang Disembuhkan Namun Tak Berterima Kasih
(Luk 17:11-19) - G. Kedatangan Kembali Kristus Secara Mendadak Dinubuatkan
(Luk 17:20-18:14) - H. Juruselamat, Anak-Anak Kecil dan Seorang Pemimpin yang Kaya
(Luk 18:15-30) - I. Menjelang Akhir Perjalanan
(Luk 18:31-19:28) - VI. Minggu Penderitaan
(Luk 19:29-23:56) - A. Yesus Memasuki Yerusalem
(Luk 19:29-48) - B. Yesus Mengajar Setiap Hari di Bait Allah
(Luk 20:1-21:4) - C. Yesus Bernubuat tentang Kebinasaan Bait Allah dan Kedatangan-Nya
Kembali (Luk 21:5-38) - D. Persiapan-Persiapan Terakhir dan Perjamuan Malam
(Luk 22:1-38) - E. Getsemani dan Pengkhianatan
(Luk 22:39-53) - F. Pengadilan Yahudi
(Luk 22:54-71) - G. Pengadilan Romawi
(Luk 23:1-25) - H. Penyaliban
(Luk 23:26-49) - I. Penguburan
(Luk 23:50-56) - VII.Kebangkitan Sampai Kenaikan
(Luk 24:1-53) - A. Pagi Kebangkitan
(Luk 24:1-12) - B. Penampakan Diri Tuhan yang Sudah Bangkit
(Luk 24:13-43) - C. Pesan-Pesan Perpisahan
(Luk 24:44-53)
Matthew Henry: Lukas (Pendahuluan Kitab) Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut...
Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut penuturan Bapa Gereja Jerome, Lukas lahir di Antiokhia. Sebagian orang menduga dia satu-satunya penulis Kitab Suci yang bukan berasal dari benih keturunan Israel. Ia merupakan seorang pemeluk baru agama Yahudi, dan kemudian, seperti dugaan beberapa orang, beralih kepada Kekristenan melalui pelayanan Rasul Paulus di Antiokhia, dan setelah kedatangannya di Makedonia (Kis. 16:10), ia menjadi kawan pendamping tetap Paulus. Ia belajar dan mempraktikkan ilmu kedokteran; oleh karena itu, Paulus menyebutnya Tabib Lukas yang kekasih (Kol. 4:14). Beberapa orang yang mengaku-ngaku diri sebagai sejarawan kuno mengatakan bahwa dia seorang pelukis dan yang melukis gambar Perawan Maria. Tetapi menurut gerejawan Dr. Whitby, hal ini tidaklah pasti, dan karena itu, dia mungkin salah satu dari ketujuh puluh murid dan menjadi seorang pengikut Kristus ketika Ia masih melayani di atas muka bumi ini. Bila memang demikian halnya, maka dia seorang keturunan Israel asli. Saya tidak berkeberatan dengan pendapat ini, kecuali dengan beberapa tradisi kuno yang tidak memiliki kepastian dan tentunya tidak dapat digunakan sebagai dasar apa pun. Selain itu, Origen dan Epiphanius, penulis-penulis Kristen kuno, juga memberi kesaksian bahwa Lukas adalah salah satu dari ketujuh puluh murid itu. Lukas dianggap telah menulis Kitab Injil ini ketika menemani Paulus dalam berbagai perjalanannya, dan di bawah arahannya. Beberapa orang berpikir bahwa dialah yang dimaksud oleh Paulus sebagai saudara kita 2Kor. 8:18), yang terpuji di semua jemaat karena pekerjaannya dalam pemberitaan Injil; yang seakan berarti, ia dipuji di semua jemaat karena menulis Injil ini; dan inilah yang dimaksudkan Rasul Paulus ketika ia sekali waktu berbicara tentang Injil-nya (Rm. 2:16). Namun, tidak ada dasar sama sekali untuk membenarkan hal ini. Dr. Cave memperhatikan bahwa cara dan gaya menulisnya sangat akurat dan tepat; gayanya sopan dan anggun, luhur dan mulia, namun jelas; dan ia mengekspresikan dirinya dalam aliran yang lebih murni Yunani daripada yang bisa ditemukan pada para penulis Kitab Suci lainnya. Oleh karena itu, ia mampu menghubungkan berbagai hal jauh lebih banyak dan mendalam dibandingkan dengan para penulis Injil lainnya; dan karena itu juga, ia mengkhususkan diri untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan imamat Kristus. Tidaklah pasti bilamana atau pada waktu apa Injil ini ditulis. Beberapa orang menduga bahwa Injil ini ditulis di Akhaya, tujuh belas tahun (dua puluh dua tahun, menurut sebagian orang) setelah kenaikan Tuhan Yesus ke surga, semasa ia menemani Rasul Paulus dalam perjalanannya. Ada juga yang mengatakan bahwa Injil ini ditulis di kota Roma, tidak lama sebelum ia menulis Kisah Para Rasul (yang merupakan lanjutan kitab ini), ketika ia berada di sana bersama Paulus yang saat itu menjadi orang tahanan dan berkhotbah di dalam rumah yang disewanya sendiri. Ini seperti yang diriwayatkan dalam bagian akhir Kitab Kisah Para Rasul; dan Paulus kemudian mengatakan bahwa hanya Lukas yang tinggal dengan aku (2Tim. 4:11). Ketika ia secara sukarela menemani Paulus dalam rumah tahanan tersebut, ia punya banyak waktu untuk menyusun dua riwayat ini (dan banyak tulisan istimewa lainnya yang membuat jemaat merasa berutang atas peristiwa pemenjaraan ini). Bila memang demikian halnya, maka kitab ini ditulis sekitar dua puluh tujuh tahun setelah kenaikan Kristus, dan sekitar tahun keempat pemerintahan Kaisar Nero. Jerome mengatakan bahwa Lukas meninggal dunia pada usia delapan puluh empat tahun, dan tidak pernah menikah. Beberapa orang menulis bahwa ia mati sebagai martir; namun bila memang demikian halnya, tidak ada kejelasan di mana dan bilamana hal itu terjadi. Sungguh, penghargaan yang diberikan kepada tradisi Kristiani dalam hal memperlakukan para penulis Perjanjian Baru tidak lebih besar daripada penghargaan yang diberikan kepada tradisi Yahudi dalam memperlakukan para penulis Perjanjian Lama.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-man...
Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-mana nampak jelas. Lukas adalah seorang penulis berbakat yang hatinya sangat halus lembut. Ia menggubah karyanya dengan cara yang asli benar, sementara juga berjerih-payah untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, Luk 1:3. Tentu saja ini tidak berarti bahwa Lukas berhasil memberikan pada bahan yang diterimanya dari tradisi suatu susunan dan urutan yang lebih "historis" dari pada dalam Mat atau Mrk. Rasa hormat Lukas terhadap sumber-sumbernya dan metode yang hanya menderetkan bahan tradisi tentu tidak memungkinkan urutan historis semacam itu. Rangka Luk pada umumnya menuruti garis-garis besar Mrk, meskipun disana-sini Lukas meninggalkan atau memindahkan apa yang terdapat dalam Mrk. Memang ada bagian-bagian yang dipindahkan, Luk 3:19-20; 4:16-30; 5:1-11; 6:12-29; 22:31-34;
dll. Lukas berbuat demikian baik demi jelasnya kisah atau logikanya, maupun karena terpengaruh tradisi-tradisi lain, khususnya tradisi-tradisi yang juga tampil dalam injil keempat. Ada juga bagian- bagian yang ditinggalkan saja, baik oleh karena kurang berguna untuk sidang pembaca bekas kafir, Mrk 9:11-13, atau oleh karena bagian-bagian itu sudah tercantum dalam Kumpulan Pelengkap yang dipakai Lukas, Mrk 12:28-34; bdk Luk 10:25-28, maupun oleh karena bagian tertentu, terutama Mrk 6:45-8:26 yang seluruhnya ditinggalkan Lukas tidak tercantum dalam naskah Mrk yang dipakai Lukas, Atau barangkali oleh Lukas dianggap sebagai pengulangan, meskipun tercantum dalam naskah Mrk yang dimiliki Lukas. Perbedaan paling menyolok antara Luk dan Mat, serta Mrk ialah tambahan besar yang terdapat dalam Luk 9:51 - Mrk 18:14. Di muka sudah dikatakan bahwa ini kirany diambil Lukas dari Kumpulan Pelengkap ditambah beberapa informasi pribadi. Bagian tengah Luk tersebut disajikan berupa kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem, sebagaimana berulang kali dicatat, Luk 9:51; 13:22; 17:11. Catatan-catatan itu mengembangkan apa yang dikatakan Mrk 10:1, sehingga Luk kiranya tidak bermaksud menggabungkan beberapa perjalanan sesungguhnya, melainkan menekankan sebuah gagasan teologis yang digemari Lukas, yaitu : di kota sucilah keselamatan harus diujudkan, Luk 9:31, 13:33; 18:31; 19:11; di sana telah mulailah Injil, Luk 1:5 dll, dan di sana harus diselesaikan Luk 24:52 dst, melalui penampakan- penampakan dan pembicaraan- pembicaraan yang tidak terjadi di Galilea, Luk 24:13-51; dan bdk Luk 24:6 dengan Mrk 16:7; Mat 28:7, 16:20; dan dari sanalah Injil bertolak lagi untuk diwartakan kepada dunia semesta, Mat 24:47; Kis 1:8.
Kalau perbandingan terperinci antara Luk dan sumber-sumbernya diteruskan, baik sumber yang paling dikenal ialah Mrk maupun sumber-sumber yang juga tampil dalam bagian-bagian Mat yang sejalan dengan Luk, maka orang seolah-olah dapat melihat bagaimana bekerjanya seorang penulis yang dengan saksama menyadur, meninggalkan atau menambah dengan maksud menyajikan bahan-bahannya dengan caranya sendiri, sementara menghindarkan atau memperlunak apa yang menusuk hatinya sendiri atau barangkali dapat menyakiti hati sidang pembaca (8:43 dibandingkan dengan Mrk 5:26; ditinggalkan Mrk 9:43-48; 13:32; dll) atau juga kurang dapat dipahami oleh mereka (ditinggalkan Mrk 4:13; 8:32 dst 14:50) atau memaafkan (Luk 9:45; 18:34; 22:45) para rasul dan menjelaskan istilah yang kurang terang (Luk 6:15) atau lebih jauh menentukan tempat terjadinya hal tertentu, Luk 4:31; 19:28 dst, Luk 37; 23:51, dll. Berkat penyaduran-penyaduran banyak dan halus tersebut dan terutama berkat tembahan-tambahan hasil penyelidikannya sendiri Lukas memperlihatkan reaksi- reaksi dan kecenderungan pribadinya. Tegasnya melalui alat terpilih, ialah Lukas, Roh Kudus menyajikan kepada kita kabar injili dengan cara yang asli benar dan yang berisikan ajaran yang sangat bernilai. Memang halnya bukan pokok-pokok teologis yang amat menyolok (gagasan-gagasan utama sama saja dalam Luk, Mat dan Mrk), melainkan suatu mentalita keagamaan. Dalam mentalita yang dengan halusnya terpengaruh oleh guru Lukas, yaitu Paulus, itu diketemukan kecenderungan hati yang merupakan ciri khas watak Lukas. Sebagai "Penulis kelembutan hati Tuhan" (Dante) Lukas suka menonjolkan belaskasihan Kristus kepada kaum berdosa, Luk 15:1 dst, Luk 7, 10; 15:11-32; 19:1-10; 23:34, 39-43. Dengan senang hati Lukas memperlihatkan kelembutan hati Yesus terhadap orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, Luk 1:51-53; 6:20-26; 12:13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, 1:51-53; 6:20-26; 12::13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang bertobat dan menyangkal dirinya. Dan di sini hati Lukas yang lemah lembut ternyata hati jantan. Lukas sudah mengulang tuntutan penyangkalan diri yang mutlak dan pantang mundur, 14:25-34, khususnya tuntutan meninggalkan kekayaan, 6:34 dst; 12:33; 14:12-14; 16:9-13. Perlu diperhatikan juga bagian- bagian yang tercantum dalam injil ketiga : mengenai perlunya berdoa, 11:5-8; 18:1-8, dan teladan Yesus di bidang itu, 3:21; 5:16; 6:12; 9:28. Akhirnya sama seperti dalam Kis dan surat-surat Paulus, demikianpun dalam Luk Roh Kudus berperanan besar yang suka ditonjolkan oleh Lukas dalam 1:15, 35, 41, 67; 2:25- 27; 4:1, 14, 18; 10:21; 11:13; 24:49. Unsur ini bersama dengan suasana rasa syukur karena anugerah yang diterima dari Allah dan kegembiraan rohani yang meresap ke dalam seluruh injil ketiga itu, 2:14; 5:26; 10:17; 13:17; 18:43; 19:37; 24:51 dst, memberikan kepada karya Lukas ciri kemesraan yang mengesan di hati menghangatkan batin.
Gaya bahasa Mrk agak kasar sedikit, penuh dengan kata dan ungkapan yang berbau bahasa Aram, dan kerap kali kurang tepat bahkan salah. Tetapi gaya bahasanya juga segar bugar dan populer, sehingga toh memikat hati. Gaya bahasa Mat masih juga berbau bahasa Aram, tetapi bahasa Yunaninya lebih halus, kurang konkrit tapi lebih tepat. Gaya bahasa Luk sesungguhnya agak majemuk: bahasa Yunaninya adalah bermutu, kalau Lukas sendiri menulis; bahasa kurang bermutu diterima Lukas begitu saja untuk menghormati sumber-sumbernya, yang kekurangan dalam bahasa kadang-kadang dipertahankan oleh Lukas meskipun berusaha memperbaikinya. Lukas juga dengan sengaja dan mahir meniru gaya bahasa alkitabiah yang terdapat dalam Septuaginta.
Ende: Lukas (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasu...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasul- rasul. Menurut riwajat lisan ia berasai dari Antiochia, ibu kota propinsi Siria, dan bangsa Siria, djadi bekas penjembah dewa-dewa.
Tentang asal mula umat di Antiochia dapat kita batja dalam Kis. Ras.
Lukas dalam karangan-karangannja tak pernah menjatakan sesuatu tentang dirinja. Hanja dalam Kis. Ras. ia sering menulis sebagai penjaksi mata. Kalau ia bertjeritera dengan memakai kata-djamak"kami", sudah tentu bahwa ia sendiri turut menjaksikan dan mengalami apa jang diberitakannja. Dari itu kita tahu tjukup pasti, bahwa ia mengiring Paulus pada perdjalanan kerasulan Paulus jang kedua, mulai dari Troas sampai ke Pilipi di Masedonia (Kis. Ras. 16:11-40). Dan waktu Paulus terpaksa meninggalkan kota Pilipi itu, Lukas tinggal disitu. Pada achirnja perdjalanan Paulus jang ketiga (Kis. Ras. 20:5-21:18) Lukas mengikuti Paulus pula dari Pilipi ke Jerusalem. Dan selama Paulus dalam tahanan di Sesarea, dua tahun lamanja, Lukaspun rupanja tinggal di Palestina. Sesudah itu iapun menemani Paulus pada pelajaran sebagai tahanan ke Roma, dan tinggal disitu bersama dengan Paulus selama tahanan itu; kemudian dalam tahanan kedua djuga. Batjalah Kis. Ras. bab 27 dan 28, Pilemon 24, lagi 11 Tim. 4:11. Menurut dugaan jang sangat umum Lukas menulis kedua karangan di Roma.
Tudjuan "Indjil ketiga"
Dalam kata pembukaan (1:1-4) Lukas mempersembahkan karangannja kepada seorang jang dinamakannja "Teofilus jang Mulia", dan ia menerangkan bahwa maksud tulisannja ialah meneguhkan dan memperdalam kejakinan Teofilus itu akan kebenaran adjaran-adjaran jang telah diadjarkan kepadanja. Tetapi tentu sadja tudjuan Lukas tidak terbatas pada seorang perseorangan. Dapat kita bajangkan, bahwa dengan "Teofilus" itu dimaksudkari tiap-tiap "Pentjinta Allah" (kata "teofilus" berarti pentjinta Allah), jaitu tiap-tiap orang beriman, jang ingin memperluas pengetahuan dan memperdalam pengertiannja ahan Indjil, guna menjempurnakan diri menurut tjita-tjita Indjil.
Tentang sumber-sumber jang digunakan Lukas
Dari tjatatan-tjatatan dalam fasal pertama kata-pengantar ini, sudah terang bahwa mengenai karangan Indjilnja Lukas bukan penjaksi mata. Menurut perkataannja dalam kata-pembukaan dapat diduga bahwa digunakannja pelbagai sumber dan djuga sumber-sumber tertulis. Para ahli tafsir dewasa irli umumnja berpendapat, bahwa Lukas sangat bergantung pada karangan Markus, mengenai susunan seluruhnja, tetapi djuga isi dan bentuk banjak tjeritera. Tetapi ia tidak mendjiplak sadja, melainkan merigolah segalanja menurut bakat dan selera serta penjelidikannja sendiri. Tetapi ada lain-lain sumber tertulis lagi jang digunahannja.
Tetapi sumber utama bagi Lukas ialah tradisi jang hidup dalam kerugma dan katechese. Dan dalam "menjelidiki segalanja dengan teliti" (1:3) ia mendapat banjak kesempatan untuk berbitjara dengan penjaksi-penjaksi mata seperti murid- murid Jesus, chususnja sepandjang dua tahun tahanan Paulus di Sesarea. Ada jang beranggapan, dan memang ada kemungkinan, bahwa waktu itu ia djuga mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Ibu Jesus dan kaum keluarga Joanes Pemandi, atau imam-imam dari kalangan mereka, untuh berwawantjara dengan mereka tentang masa ke-kanak-kanak-an Jesus. Tetapi sebab kedua bab pertama dari Indjil ini sangat bertjorak lbrani, lain sekali dari karangan selandjutnja, maka agah terang bahwa Lukas mengambil bahannja dari sumber-sumber tertulis dalam bahasa Ibrani djuga. Itu chususnja mengenai madah-madah jang terdapat dalam kedua bab itu. Barangkali Lukas segan mengolah bahan-bahan itu dalam bahasa Junani jang murni, supaja djangan kiranja kehilangan suasana asli jang penuh kegembiraan halus dan sutji atas fadjar keselamatan jang mulai menjingsing.
Jesus dalam Indjil ketiga tidak berbeda dengan Jesus seperti Ia digambarkan dalam karangan-karangan jang lain; hanja ada segi-segi jang istimewa berkesan pada Lukas dan sebab itu ditondjolkannja. Misalnja sikap Jesus terhadap orang- orang ketjil, jang menderita, jang bertjatjat atau dalam kesusahan manapun djuga. Ia bukan menolong mereka sadja, melainkan melakukan itu dengan perasaan tjinta jang sungguh-sungguh dan halus, penuh penghargaan dan hormat. Betapa mengharukan misalnja iba-kasihan Jesus terhadap wanita djanda jang kematian putera-tunggalnja, di Naim (7:11-17).
Jang chususnja ditondjolkan Lukas lagi, ialah kemurahan, penghargaan dan hormat Jesus kepada orang-orang berdosa. la tahu bahwa kebanjakan mereka pada dasar hati orang baik, jang dapat diinsjafkan akan dosanja, sehingga bertobat. Lukas satu-satunja jang menurunkan kepada kita beberapa tjeritera dan perumpamaan pertobatan orang-orang berdosa, jang merawankan dan memurnikan hati tiap-tiap pembatja jang luhur hati, dan sanggup memulihkan penghargaan diri dan memberikan harapan tiap-tiap orang jang merasa dirinja berdosa, termasuk kita sendiri. Batjalah dan renungkanlah tjeritera wanita djalang (7:36-58); anak hilang (15:11-52); pemungut bea (18:9-14); Zacheus (19:1-10). Dan dimana sadja terdapat suatu kesempatan, Lukas gemay menundjukkan, bahwa usaha penjelamatan Jesus dan tjinta kemanusiaannja meliputi seluruh bangsa manusia. Meskipun ia pernah berkata, bahwa tugasnja terbatas pada bangsa Israel (dalam arti bahwa ia harus mendasarkan Keradjaan Allah jang baru diantara mereka), namun Ia baik hati, penuh penghargaan dan hormat djuga kepada tiap orang "kafir" jang bertemu dengannja, dan Ia menolong tiap-tiap mereka jang minta ditolong.
Suatu kechususan Lukas lagi ialah minatnja terhadap wanita-wanita sutji jang herperanan dalam Indjil. Memang setjara istimewa kepada Bunda Maria, tetapi bagaimana pula ia dengan satu dua kata tahu memudji keluhuran Elisabet, Anna, Marta dan saudarinja Maria, wanita-wanita jang mengikuti Jesus dari Galilea dan melajaniNja, Maria Magdalena jang mengikuti Jesus sampai dikaki salib, wanita Jerusalem jang menangisi Jesus jang sedailg memikul salibnja, dan wanita-wanita jang memandang dari djauh.
Lukas pula lebih dari Mateus dan Markus merasa tertarik kepada hidup kebatinan Jesus, jaitu hubunganNja dengan BapaNja dalam berdoa, dan peranan Roh Kudus dalam hidupNja. Mengenai pergaulan dengan BapaNja, baiklah kita batja dan merenungkan misalnja 3:21; 5:16; 6:12; 9:18; 9:28, dan mengenai hubunganNja dengan Roh Kudus 1:15,55,41,67; 2:25-27; 4:1,14,18; 10:21; 11:15; 14:49. Dan Lukas pula jang sangat menekankan adjaran dan adjakan Jesus, supaja kitapun asjik berdoa dengan penuh pengharapan. Batjalah 11:1-13; 18:1-5; 18:10-14.
Suatu tjiri karangan Lukas jang menjolok lagi, ialah kehalusan perasaannja.
Kalau dibandingkan dengan Mateus dan Markus, Lukas sering sekali meninggalkan
segala bahan, segi-segi peristiwa atau ungkapan-ungkapan, jang mungkin
menjinggung perasaan pembatja-pembatja chususnja jang bukan Jahudi, ataupun
jang inunakin merendahkan adjaran-adjaran Indjil dan tokoh-tokoh sutji dalam
mata mereka. Kalau misalnja ia mengambil alih dari Markus, ia bukan sadja sering
memperbaiki babasanja, melainkan djuga memperhalus gaja bahasanja. Lukas lebih
suka memudji dari pada mengeritik. la nampak segan mengambil alih tjatatan-
tjatatan tentang kurang pengertian dan kelemahan watak rasul-rasul sebelum
Pentekosta, jang djustru ditondjolkan dalam Markus, tentu sadja berdasarkan
tjeritera-tjeritera Petrus. Demikian pula ia mengbindarkan utjapan atau lukisan
segi-segi sikap Jesus, jang barangkali dapat dianggap sebagai suatu kelemahan
pada pribadi Jesus. Bandingkanlah misalnja Mk. 1:45 dengan Lk. 5:14; Mk. 3:5
dengan Lk. 6:10; MI. 9:56 lagi 10:16 dengan Lk. 9:47-48 lagi 18:16; Mk. 14:53-34
dengan Lk. 22:40-41. Tetapi betapapun halus perikemanusiaan Lukas, namun
sedikitpun tidak ia melemahkan sabda Jesus mengenai tuntutan dan sjarat-sjarat
jang harus dipenuhi murid-murid Jesus, jaitu segala penganutnja. Kata
penjalahannja terhadap para pentjinta mamon lebih keras dari pada ungkapan
Mateus terhadap mereka. Djuga menurut Lukas tuntutan dasar dari Keradjan Allah,
ialah roh kemiskinan, apa djuga berarti sikap rendah hati. Lih.
BIS: Lukas (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang
dijanjikan Allah untuk I
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang dijanjikan Allah untuk Israel dan untuk seluruh umat manusia. Dalam bukunya ini Lukas menulis bahwa Yesus telah diberi tugas oleh Roh Tuhan untuk menyiarkan Kabar Baik dari Allah kepada orang miskin. Kabar Baik ini penuh dengan perhatian terhadap orang-orang dengan berbagai-bagai kebutuhan. Nampak pula suatu nada sukacita dalam buku Lukas ini, terutama pada pasal-pasal pertama mengenai kedatangan Yesus, kemudian pada bagian penutupnya juga mengenai terangkatnya Yesus naik ke surga. Kisah tentang tumbuhnya dan tersebarnya agama Kristen setelah Yesus naik ke surga diceritakan juga oleh penulis buku ini di dalam buku Kisah Rasul-rasul.
Bagian 2 dan 6 (lihat Isi buku di bawah ini) berisi banyak unsur cerita yang hanya terdapat dalam buku Kabar Baik ini. Misalnya, cerita tentang nyanyian para malaikat serta kunjungan para gembala pada saat kelahiran Yesus, Yesus di Rumah Tuhan ketika masih anak-anak, dan juga perumpa maan tentang Orang Samaria yang baik hati dan Anak yang hilang. Buku ini sangat menekankan juga hal doa, Roh Allah, peranan wanita dalam pelayanan Yesus dan pengampunan dosa oleh Allah.
Isi
- Pendahuluan
Luk 1:1-4 - Kelahiran dan masa kanak-kanak dari Yohanes Pembaptis dan Yesus
Luk 1:5-2:52 - Pelayanan Yohanes Pembaptis
Luk 3:1-20 - Baptisan Yesus dan cobaan terhadap diri-Nya
Luk 3:21-4:13 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Luk 4:14-9:50 - Dari Galilea ke Yerusalem
Luk 9:51-19:27 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Luk 19:28-23:56 - Kebangkitan Yesus dari kematian, penampakan diri-Nya
dan terangkat-Nya ke surga
Luk 24:1-53
Ajaran: Lukas (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah
kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelah
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelahiran-Nya sampai kepada kematian-Nya. Dan mengenal akan kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia yang sejati dan suci, penuh kesederhanaan dan ketulusan hati, sebagai teladan mereka dalam hidup kekristenan.
Pendahuluan
Penulis : Lukas.
Tahun : Sekitar tahun 62 SM.
Penerima : Theofilus (artinya sahabat Allah) Dan juga kepada orang-orang yang percaya pada Yesus.
Isi Kitab: Injil Lukas terdiri atas 24 pasal. Isi Injil ini menjelaskan kasih karunia Allah bagi segala bangsa. Orang-orang yang dipandang rendah oleh dunia, tidak dipandang rendah oleh Allah, seperti kaum wanita dan juga orang-orang miskin. Di dalam Injil ini juga nampak kesucian, kesederhanaan, dan keluhuran budi Tuhan Yesus sebagai manusia sejati. Bagi orang Kristen Tuhan Yesus adalah satu-satunya teladan sempurna. Karena itu, orang Kristen dipanggil untuk hidup seperti Yesus hidup.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Lukas
_Bagian Pertama_
Pengajaran tentang Yesus Kristus sebagai anak manusia, yang dibuktikan dengan perasaan dan sikap yang diperlihatkannya terhadap orang-orang yang dianggap rendah oleh masyarakat
Pendalaman
- Bacalah pasal Luk 7:13. Nats ini menceritakan tentang seorang janda yang kematian anaknya. Tuhan Yesus yang melihat kesedihan janda itu, merasa kasihan sehingga ia menghidupkan anak yang sudah mati itu. Hal ini membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah manusia sejati dan juga Allah sejati. Selain itu ayat ini juga mengajarkan setiap orang percaya untuk mengasihi orang lain. _Tanyakan_: pernahkah saudara mengasihi orang lain?
- Bacalah pasal Luk 7:37-50. Tuhan Yesus memperhatikan dan mengampuni wanita berdosa yang bertobat.
- Bacalah pasal Luk 10:25-37. Bagian ini menjelaskan perumpamaan Tuhan Yesus, tentang seorang Samaria yang lebih baik hati dari para imam Yahudi. Hal ini mengajarkan kepada setiap orang Kristen untuk mengasihi dengan tidak memandang suku bangsa, atau kaya miskin. Sudahkah saudara menolong orang lain?
- Bacalah pasal Luk 15:1-7. Tuhan Yesus bergaul dengan para pemungut cukai, karena mereka mau mendengarkan perkataan Tuhan Yesus dan bertobat dari perbuatan pemerasan yang mereka lakukan.
- Bacalah pasal Luk 16:20-21. Bagian ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus mengasihi semua manusia, sampai kepada para pengemis. Bagaimanakah dengan kasih saudara? Apakah saudara mengasihi orang-orang yang dapat memberikan sesuatu kepada saudara saja?
- Bacalah pasal Luk 17:12. Bagian ini menjelaskan bahwa Tuhan Yesus mengasihi dan memperhatikan orang-orang sakit. Apakah yang saudara lakukan terhadap seorang saudara/anggota/jemaat yang sedang sakit lagi miskin?
- Bacalah pasal Luk 23:40-43. Tuhan Yesus memperhatikan seorang penjahat dan juga mengampuni dosanya, karena ia mau bertobat.
_Bagian Kedua_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, memberikan teladan dalam kehidupan doa, khususnya berhubungan dengan peristiwa/kegiatan penting
Pendalaman
- Ia berdoa di saat pembaptisan (Luk 3:21).
- Ia berdoa sesudah mujizat-mujizat dilaksanakan (Luk 5:15-16).
- Ia berdoa sebelum memilih murid-murid-Nya (Luk 6:12).
- Ia berdoa sebelum memberikan nubuat pertama tentan penderitaan-Nya (Luk 9:18-22).
- Ia berdoa pada saat permuliaan-Nya di bukit (Luk 9:29).
- Ia berdoa di saat ketujuh puluh murid-Nya kembal (Luk 10:17-21).
- Ia berdoa sebelum mengajar murid-murid-Nya tentang car berdoa (Luk 11:1).
- Ia berdoa di Taman Getsemani menjelang penderitaan-Ny (Luk 22:39-46).
- Ia berdoa di atas salib (Luk 23:34,46).
Tuhan Yesus selalu berdoa dalam setiap keadaan dan keperluan, maka apakah yang saudara lakukan pada saat-saat menghadapi keperluan/kepentingan dalam hidup?
_Bagian Ketiga_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, mengasihi semua manusia di dunia
Pendalaman
Bacalah pasal Luk 3:6; 24:46-53. Bagian ini menjelaskan, bahwa keselamatan adalah untuk setiap manusia yang percaya pada Tuhan Yesus. Dengan demikian setiap orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, haruslah juga memberitakan keselamatan itu kepada orang lain. Berdasarkan pasal Luk 24:47-48, siapakah yang bertugas untuk meneruskan berita pengampunan dosa ini kepada semua manusia? Sudahkah saudara menginjili?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Lukas jelaslah kita lihat bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Manusia sejati, yang dibuktikan melalui kehidupan-Nya sehari-hari.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Lukas?
- Apakah pokok pengajaran Injil Lukas?
- Buktikanlah bahwa Yesus Kristus adalah anak manusia?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima dari mempelajari Injil Lukas?
Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan se
Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?
Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan sekerja rasul Paulus (Kol 4:14; File 24 dan 2Tim 4:11). Lukas sendiri bukanlah seorang saksi mata dari kehidupan Yesus (Luk 1:1-4). Tradisi mengatakan bahwa ia seorang bukan Yahudi, berstatus bujangan dan hidup sampai usia delapan puluh empat tahun.
MENGAPA INJIL INI DITULIS?
Lukas mempunyai beberapa tujuan:
1. Ia ingin menulis kisah kehidupan Yesus secara teratur yang berdasarkan bukti dari saksi mata yang benar (Luk 1:1-4).
2. Ia ingin mencatat permulaan dan perkembangan Kekristenan, yang dikerjakannya dalam dua bagian. Kisah para Rasul merupakan buku kedua. Lukas menunjukkan bagaimana Allah bekerja di sepanjang sejarah dan khususnya mengenai cara bagaimana para pengikut Yesus dengan cepat tersebar dari Galilea ke Roma.
3. Ia ingin menyatakan bahwa Yesus adalah Juruselamat bagi semua golongan manusia dan bukan hanya bagi sekelompok orang.
4. Ia ingin menunjukkan kepada para penguasa Romawi bahwa Kekristenan bukanlah ancaman bagi tatanan politik yang baik.
SIAPA SAJA PEMBACA INJIL LUKAS?
1. Lukas menujukan Injilnya kepada Teofilus (Luk 1:3), yang boleh jadi adalah seorang bukan Yahudi dari golongan menengah atas yang sudah bertobat dan menjadi Kristen. Namanya berarti 'dikasihi Allah', tetapi selain itu tidak ada lagi yang kita ketahui tentang dia.
2. Disamping itu Lukas berharap mendapatkan sidang pembaca yang lebih luas, yang mencakup orang-orang bukan Yahudi lainnya dan mungkin khususnya para aparat pemerintahan Romawi.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Cara Lukas bercerita tak ada bandingannya. Kemampuannya menyusun kata-kata tampak dalam gaya bahasa Yunaninya yang sangat baik.
2. Lukas juga lebih tertarik dengan kehidupan manusiawi Yesus dan lebih banyak bercerita mengenai awal hidup dan masa kanak-kanak Yesus dibanding dengan Injil-injil lainnya.
3. Dalam hal-hal lain, Injil Lukas juga lebih lengkap mencatat lebih banyak perumpamaan, kisah tentang banyak orang, serta kebangkitan Yesus dibanding dengan Injil lainnya.
4. Lukas lebih menunjukkan perhatiannya kepada pribadi-pribadi, khususnya anak-anak dan orang-orang yang tersingkir dari masyarakat, daripada para penulis Injil lainnya.
5. Lukas juga mempunyai perhatian khusus lainnya, sebagai contoh tentang: doa, Roh Kudus dan tema sukacita.
Pesan
1. Kabar baIk tentang keselamatan.Berita dari Lukas ialah bahwa Allah telah datang untuk menyelamatkan manusia
dari dosa dan keadaan mereka.
o Allah adalah Juruselamat. Luk 1:47
o Kristus dilahirkan untuk menyelamatkan. Luk 2:11, 30; 3:6
o Dia datang untuk menyelamatkan yang hilang. Luk 19:9, 10
o Keselamatan datang oleh iman. Luk 7:50;8:12
o Keselamatan berarti kehilangan nyawa sekarang. Luk 9:24
o Keselamatan dimungkinkan karena Kristus tidak menyelamatkan diri-Nya sendiri. Luk 23:35-43
o Keselamatan tersedia saat ini. Luk 4:21; 19:9
2. Kabar baik tentang Kerajaan Allah.
Bagian pusat Injil Lukas (Luk 9:51-19:44) banyak
berbicara mengenai Kerajaan Allah yang menjadi pusat dari khotbah Yesus. Luk 4:43; 8:1
o Kerajaan Allah itu kekal. Luk 1:33
o Kerajaan Allah milik orang yang miskin. Luk 6:20
o Murid-murid-Nya harus memberitakan
o Kerajaan Allah. Luk 9:2, 11
o Kepentingan Kerajaan Allah harus didahulukan. Luk 9:60-62; 12:31
o Umat harus berdoa untuk Kerajaan Allah. Luk 11:2
o Kerajaan Allah adalah anugerah dari Allah. Luk 12:32; 22:29
o Kerajaan Allah seperti... Luk 13:18-30
o Orang kaya sukar untuk masuk. Luk 18:18-30
o Kerajaan Allah sudah dekat sekarang. Luk 10:9, 11; 11:20; 17:20, 21
o Tetapi, Kerajaan Allah juga akan datang. Luk 24:31
3. Kabar baik terlIhat dalam diri Yesus.
Kabar baik bukanlah suatu dongeng atau cerita anak-anak tetapi didukung oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus.
o Sejarah itu penting. Luk 1:1-4
o Allah telah merencanakannya sejak dahulu kala. Luk 3:23-38
o Allah bekerja di dalam kehidupan Yesus.
Banyak saksi mata melihatnya:
- pada saat kelahiran-Nya. Luk 2:30
- pada saat Yesus dibaptis. Luk 3:22
- dalam mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya. Luk 4:36; 7:16
- dalam kematian-Nya. 23:39-49
- dalam kebangkitan-Nya. Luk 24:1-49 Yesus masih bekerja melalui murid-murid-Nya. Luk 24:48
Yesus sedang bekerja di seluruh dunia. Yerusalem hanyalah permulaan saja. Luk 24:47
Penerapan
Berita Injil Lukas dapat diterapkan kepada dua golongan utama:1. Kepada mereka yang tidak percaya kepada Yesus.
Percaya kepada Yesus berarti:
o mempercayai kesaksian sejarah
o mengenaI pengampunan Allah
o mampu untuk hidup baru
o ikut ambil bagian dalam Kerajaan Allah
o tidak menuntut segala yang terbaik atau terhormat
o dituntut untuk rendah hati dan mau mengorbankan segalanya bagi Yesus
o mendapat anugerah besar pada masa yang akan datang
2. Kepada mereka yang percaya sungguh-sungguh kepada Yesus. Iman kepada Yesus
berarti Anda harus:
o bersukacita dan bersyukur dalam kehidupan
o meneladani kasih Yesus kepada semua orang
o ikut ambil bagian dalam penyebaran kabar baik tentang Kerajaan Allah.
o "mematikan" diri sendiri setiap hari
o berdoa seperti yang diajarkan Yesus
o menjadikan Kerajaan Allah prioritas Anda yang jelas
o percaya bahwa Allah mengendalikan dunia
Tema-tema Kunci
Inilah sebagian dari ajaran-ajaran penting dalam Injil Lukas: 1. Doa. Lukas sering berbicara tentang kehidupan doa Yesus: Luk 3:21; 5:16; 6:12; 9:18-22, 29; 10:17-21; 11:1; 22:39-46; 23:34, 46. Ia juga mencatat perumpamaan-perumpamaan Yesus tentang doa: Luk 11:5-13; 18:1-8. Apa yang dapat kita pelajari dari ayat-ayat tersebut tentang kapan Anda harus berdoa, bagaimana berdoa dan apa yang didoakan?
2. Roh Kudus. Lukas menekankan pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan Yesus. Tulislah saat-saat dalam kehidupan Yesus ketika Roh Kudus disebut: contoh Luk 1:35; 4:1, 14, 18; 10:21, 22; 24:49. Apa yang diajarkan dalam ayat-ayat ini mengenai Roh Kudus?
3. Pujian dan sukacita. Injil Lukas diawali dengan sejumlah lagu pujian: Luk 1:46-55, 68-79; 2:14; dan Luk 2:29- 32. Sebutkan bagian-bagian lain dalam Injil yang berbicara tentang sukacita. 4. Pengampunan. Pada dasarnya kabar baik berisi berita tentang pengampunan dosa. Mengapa pengajaran Yesus mengenai pengampunan menimbulkan perubahan secara besar-besaran? Pelajarilah dengan saksama apa yang Yesus katakan mengenai pengampunan dalam: Luk 5:17-25; 6:37; 7:36-50; 11:4; 17:3-4; 23:34; 24:47.
5. Uang. Lukas lebih banyak berbicara mengenai uang dibandingkan dengan Injil-injil lainnya dan menempatkan masalah orang miskin secara khusus. Lagi-lagi pesannya sangat revolusioner. Carilah ajaran tersebut dalam ayat-ayat berikut: Luk 1:53; 4:18; 6:20; 12:13-34; 15.8-10; 16:1-15, 19-31; 18:1-14; 19:1-27; 20:19-26.
6. Wanita dan anak-anak. Catatlah mengenai beberapa wanita yang terdapat dalam Injil Lukas. Masyarakat pada zaman Yesus biasanya tidak menganggap bahwa wanita layak mendapat banyak perhatian. Tetapi, Lukas menekankan mengenai kasih Allah terhadap semua orang bahkan terhadap wanita, orang-orang yang tersingkir dan anak-anak. Pelajarilah ayat-ayat tentang anak-anak berikut ini dan buatlah ringkasan dari ajaran yang terdapat di dalamnya: Luk 8:40-56; 9:37-43, 46-48; 18:15-17.
Garis Besar Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis
Luk 1:26-
[1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 1:26-38 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yesus |
Luk 1:39-56 | Kunjungan Maria ke rumah Elizabet |
Luk 1:57-80 | Kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 2:1-38 | Kelahiran Yesus |
Luk 2:39-52 | Masa kanak-kanak Yesus |
Luk 3:1-22 | Khotbah Yohanes Pembaptis |
Luk 3:23-38 | Silsilah Yesus |
Luk 4:1-13 | Pencobaan Yesus |
[3] SANG JURUSELAMAT DI GALILEA Luk 4:14-9:50
Luk 4:14-30 | Yesus memulai pelayanan-Nya |
Luk 4:31-44 | Yesus menyembuhkan di Kapernaum |
Luk 5:1-26 | Yesus melakukan mukjizat |
Luk 5:27-39 | Panggilan dan di rumah perjamuan |
Luk 6:1-11 | Lewi Perdebatan mengenai hari Sabat |
Luk 6:12-16 | Yesus memilih murid-murid-Nya |
Luk 6:17-49 | Yesus berkhotbah di depan orang banyak |
Luk 7:1-17 | Mukjizat kesembuhan dan kebangkitan orang mati |
Luk 7:18-35 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes terjawab |
Luk 7:36-50 | Seorang pelacur menyembah Yesus |
Luk 8:1-21 | Mengajar firman Allah |
Luk 8:22-56 | Tiga mukjizat lagi |
Luk 9:1-6 | Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk misi penginjilan |
Luk 9:7-9 | Reaksi Herodes terhadap Yesus |
Luk 9:10-17 | Pemberian makan kepada lima ribu orang |
Luk 9:18-27 | Yesus menanyakan pertanyaan yang penting |
Luk 9:28-36 | Transfigurasi (perubahan rupa) Yesus |
Luk 9:37-50 | Yesus berbicara dengan murid-murid-Nya |
[4] SANG JURUSELAMAT PERGI KE YERUSALEM Luk 9:51-19:44
Luk 9:51-62 | Harga yang harus dibayar untuk mengikut Yesus |
Luk 10:1-24 | Pengutusan tujuh puluh murid |
Luk 10:25-37 | Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik |
Luk 10:38-42 | Maria dan Marta |
Luk 11:1-13 | Ajaran tentang doa |
Luk 11:14-36 | Ajaran tentang roh-roh dan tanda-tanda |
Luk 11:37-54 | Kecaman terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat |
Luk 12:1-59 | Mengajar orang banyak |
Luk 13:1-9 | Kecuali jika engkau bertobat... |
Luk 13:10-17 | Seorang wanita cacat disembuhkan |
Luk 13:18-30 | Kerajaan Allah itu seperti... |
Luk 13:31-35 | Yerusalem dan para nabi |
Luk 14:1-24 | Makan malam bersama seorang Farisi |
Luk 14:25-35 | Harga yang harus dibayar untuk menjadi seorang murid |
Luk 15:1-32 | Tiga kisah tentang yang hilang |
Luk 6:1-31 | Ajaran tentang uang |
Luk 17:1-10 | Ajaran tentang pelayanan |
Luk 17:11-19 | Penyembuhan sepuluh orang kusta |
Luk 17:20-37 | Kedatangan Kerajaan Allah |
Luk 18:1-17 | Ajaran mengenai keadilan dan kerendahan hati |
Luk 18:18-34 | Yesus bertemu dengan seorang penguasa muda yang kaya-raya |
Luk 18:35-43 | Mata seorang pengemis dicelikkan |
Luk 19:1-10 | Yesus bertemu Zakheus |
Luk 19:11-27 | Perumpamaan tentang uang mina |
Luk 19:28-44 | Masuk ke Yerusalem |
[5] JURUSELAMAT DI YERUSALEM Luk 9:45-24:53
Luk 19:45-21:4 | Yesus mengajar di Bait Allah |
Luk 21:5-38 | Yesus berbicara mengenai akhir zaman |
Luk 22:1-38 | Perjamuan Malam Terakhir |
Luk 22:39-53 | Kejadian di taman Getsemani |
Luk 22:54-62 | Penyangkalan Petrus |
Luk 22:63-23:25 | Pengadilan atas Yesus |
Luk 23:26-56 | Penyaliban dan penguburan |
Luk 24:1-49 | Kebangkitan |
Luk 24:50-53 | Kenaikan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi