Teks -- 2 Tesalonika 3:11 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Ref. Silang FULL -> 2Tes 3:11
· tidak berguna: 2Tes 3:6,7; 1Tim 5:13
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 2Tes 3:6-15
Matthew Henry: 2Tes 3:6-15 - Peringatan Perihal Hidup yang Tidak Tertib Peringatan Perihal Hidup yang Tidak Tertib (3:6-15)
Setelah memuji ketaatan mereka di masa lalu dan menyatakan keyakinannya perihal ketaatan mereka...
Peringatan Perihal Hidup yang Tidak Tertib (3:6-15)
- Setelah memuji ketaatan mereka di masa lalu dan menyatakan keyakinannya perihal ketaatan mereka di masa mendatang, Rasul Paulus melanjutkan dengan memberikan perintah serta pengarahan kepada mereka menyangkut beberapa orang yang telah berbuat salah, dengan memperbaiki beberapa hal yang belum mereka laksanakan. Amatilah, bahkan di dalam masyarakat Kristen terbaik pun bisa saja terdapat orang-orang yang melakukan kesalahan serta beberapa hal yang harus diperbaiki. Di seberang sorga sini tidak dapat ditemukan kesempurnaan. Dan, bagi perilaku buruk tersedia hukum yang baik. Laporan perihal ketidaktertiban hidup yang didengar Paulus yang terjadi di antara orang-orang Tesalonika menghasilkan hukum-hukum yang baik, seperti yang kita dapati di dalam ayat-ayat tadi, yang senantiasa berguna bagi kita dan semua orang yang berkepentingan. Amatilah,
- I. Hal-hal yang masih belum benar di antara orang-orang Tesalonika yaitu,
- 1. Lebih bersifat umum. Ada beberapa orang yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah mereka terima dari Rasul Paulus (ay. 6). Beberapa saudara melakukan kesalahan ini. Mereka tidak menjalani hidup teratur, atau menguasai diri sesuai ajaran Kekristenan dan pengakuan iman mereka. Mereka tidak menaati ajaran yang diberikan Rasul Paulus kepada mereka, namun berpura-pura memperhatikannya. Perhatikanlah, orang-orang yang telah menerima Injil dan mengaku tunduk kepadanya, diminta supaya hidup sesuai dengan Injil. Bila tidak, mereka harus dianggap sebagai orang-orang yang melalaikan pekerjaannya.
- 2. Secara khusus, di antara mereka terdapat beberapa orang yang tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna (ay. 11). Rasul Paulus menerima laporan yang dapat dipercaya ini sehingga ia mendapat cukup alasan untuk memberi mereka perintah dan pengarahan sehubungan dengan orang-orang seperti itu, bagaimana mereka harus berperilaku, dan bagaimana jemaat harus bertindak terhadap mereka.
- (1) Ada beberapa orang di antara mereka yang bermalas-malasan, tidak bekerja sama sekali, atau tidak melakukan apa pun. Sepertinya mereka ini bukanlah orang-orang gelojoh atau pemabuk, melainkan malas, dan oleh karena itu disebut orang-orang yang melalaikan pekerjaan mereka. Tidaklah cukup bila ada yang sekadar berkata bahwa orang-orang ini tidak menyakiti siapa pun, sebab diharapkan dari semua orang untuk berbuat baik di tempat-tempat dan hubungan yang sudah ditentukan Allah bagi mereka. Ada kemungkinan bahwa orang-orang yang malas ini memiliki pemahaman tertentu (karena salah mengartikan beberapa kalimat di dalam surat sebelumnya) perihal kedatangan Kristus yang kedua, yang membuat mereka berpikir untuk meninggalkan pekerjaan yang telah ditentukan bagi mereka, dan hidup menganggur. Perhatikanlah, sungguh merupakan kesalahan besar atau penyalahgunaan agama, untuk menjadikannya sebagai dalih untuk bermalas-malas saja atau untuk berbuat dosa apa saja. Seandainya kita memang yakin bahwa hari penghakiman sudah sangat dekat, maka kita tetap harus melakukan pekerjaan hari lepas hari, sehingga ketika Tuhan datang, Dia mendapati kita sedang bekerja. Hamba yang menantikan kedatangan Tuhannya haruslah bekerja sebagaimana yang telah diperintahkan Tuhan-Nya, supaya segala sesuatu sudah siap pada waktu Ia datang. Atau, boleh jadi juga orang-orang yang melalaikan pekerjaan mereka ini beranggapan bahwa kebebasan yang diberikan Kristus untuk memerdekakan mereka itu juga membebaskan mereka dari pelayanan serta pekerjaan yang menjadi panggilan mereka di dunia. Padahal, mereka harus tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah (1Kor. 7:20, 24). Ketekunan untuk mengerjakan panggilan khusus kita sebagai manusia merupakan kewajiban yang diminta dari kita oleh panggilan kita sebagai orang Kristen secara umum. Atau, mungkin juga kedermawanan yang umum dilakukan di antara orang-orang Kristen pada masa itu terhadap saudara-saudara mereka yang miskin, telah mendorong beberapa di antara mereka untuk hidup bermalas-malasan, karena tahu bahwa jemaat pasti akan memelihara mereka. Namun, apa pun penyebabnya, mereka sungguh patut dipersalahkan.
- (2) Di antara mereka ada orang-orang yang sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Sepertinya, orang-orang yang malas itu juga sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Hal ini mungkin terlihat bertolak belakang. Namun memang begitulah yang biasanya terjadi, bahwa orang-orang yang tidak mempunyai urusan untuk dikerjakan atau melalaikannya, justru menyibukkan diri dengan urusan orang lain. Jika kita bermalas-malasan, Iblis dan hati yang cemar akan segera menemukan sesuatu untuk kita kerjakan. Pikiran manusia senantiasa sibuk. Jika tidak digunakan untuk melakukan hal baik, ia akan melakukan hal buruk. Perhatikanlah, orang-orang yang sibuk dengan hal-hal tidak berguna juga gemar melalaikan pekerjaan. Mereka ini suka memuaskan rasa ingin tahu dengan sia-sia, dengan cara tidak sopan mencampuri urusan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan diri mereka, dan menyusahkan diri serta orang lain dengan cara itu. Rasul Paulus memperingatkan Timotius (1Tim. 5:13) agar waspada terhadap mereka yang dengan keluar masuk rumah orang, membiasakan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas.
- II. Hukum-hukum baik yang muncul akibat semua perilaku buruk ini. Mengenai ini dapat kita amati,
- 1. Siapa yang membuat hukum-hukum itu: ini adalah perintah-perintah dari para rasul Tuhan kita, yang diberikan di dalam nama Tuhan mereka dan Tuhan kita, yakni hukum-hukum yang dibuat oleh Tuhan kita sendiri. Kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus (ay. 6). Dan lagi, kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus (ay. 12). Rasul Paulus menggunakan perkataan yang mengandung wibawa sekaligus permintaan, dan ketika terjadi kekacauan yang harus diluruskan atau dicegah, kedua hal tadi dibutuhkan. Sudah seharusnya wibawa Kristus membuat pikiran kita menaruh hormat sehingga taat, sedangkan kasih karunia dan kebaikan-Nya seharusnya membuat hati kita terpesona.
- 2. Seperti apa hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang baik itu. Rasul Paulus memberikan pengarahan kepada seluruh jemaat, perintah kepada orang-orang yang melalaikan pekerjaan, dan nasihat terutama kepada mereka yang berperilaku baik di antara mereka.
- (1) Perintah-perintah dan pengarahan-pengarahannya bagi seluruh jemaat mencakup,
- [1] Perilaku mereka terhadap orang-orang di antara mereka yang melalaikan pekerjaan, yang diungkapkan sebagai berikut, jauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya (ay. 6), dan kemudian menandai dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara (ay. 14-15). Pengarahan Rasul Paulus patut dijalankan dengan cermat dalam bertindak terhadap orang-orang yang melalaikan pekerjaan mereka. Kita harus sangat berhati-hati dalam memberikan kecaman dan hukuman gerejawi. Pertama, kita harus menyelidiki benar-benar orang yang diduga atau dituduh tidak menaati atau berperilaku bertentangan dengan firman Allah. Artinya, kita harus mempunyai bukti yang cukup mengenai kesalahannya sebelum bertindak lebih lanjut. Kedua, kita harus menegurnya dengan cara bersahabat. Kita harus mengingatkan dia tentang dosa yang telah diperbuatnya, dan tentang kewajibannya, dan semua ini harus dilakukan secara pribadi (Mat. 18:15). Ketiga, apabila ia tidak mau mendengarkan, kita harus menjauhkan diri darinya dan tidak bergaul dengannya. Artinya, kita harus menghindarkan diri bergaul akrab dengan orang-orang seperti itu, karena dua alasan, supaya kita tidak belajar dari perilaku jahatnya. Sebab orang yang mengikuti orang-orang malas dan sia-sia, serta bergaul dengan mereka, ada dalam bahaya menjadi seperti mereka juga. Alasan lain adalah untuk membuat mereka malu sehingga dengan demikian mengubah orang-orang yang bersalah itu. Supaya ketika orang-orang yang malas dan melalaikan pekerjaan itu melihat bagaimana perilaku mereka yang sembarangan itu tidak disukai oleh semua orang yang bijaksana dan baik, mereka menjadi malu sehingga mau berperilaku lebih tertib. Oleh sebab itu, kasih terhadap saudara-saudara yang bersalah, meskipun kita membenci kejahatan mereka, haruslah menjadi alasan mengapa kita menjauhkan diri dari mereka. Bahkan mereka yang mendapat hukuman gerejawi pun tidak boleh dianggap sebagai musuh (ay. 15). Karena apabila mereka telah dimenangkan dan diperbaharui kembali, mereka akan memperoleh kembali pujian, penghiburan, serta hak-hak istimewa sebagai anggota jemaat dan sebagai saudara-saudara seiman.
- [2] Perilaku dan tindak tanduk jemaat secara umum harus sesuai dengan teladan baik yang telah diberikan Rasul Paulus serta rekan-rekannya yang ada bersamanya: Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami (ay. 7). Orang-orang yang menanam agama di antara mereka telah memberikan teladan baik bagi mereka. Para pelayan Injil juga seharusnya menjadi teladan bagi kawanan jemaat. Sudah menjadi kewajiban orang Kristen untuk tidak saja berjalan menurut kebiasaan para rasul dan ajaran yang mereka sampaikan, tetapi juga menurut teladan baik yang telah mereka tunjukkan kepada jemaat, untuk menjadi pengikut mereka, sama seperti mereka juga menjadi pengikut Kristus. Contoh baik yang terutama disebutkan dan diperhatikan Rasul Paulus adalah ketekunannya dan rekan-rekannya, yang begitu berbeda dengan yang terlihat dalam diri orang-orang yang melalaikan pekerjaan mereka: “Kami tidak lalai bekerja di antara kamu (ay. 7). Kami tidak menyia-nyiakan waktu kami dengan bermalas-malas, keluar masuk rumah orang sambil menceritakan hal sia-sia, serta menggemari hiburan yang tidak berguna.” Mereka bersusah payah dalam pelayanan, dalam pemberitan Injil, dan mencari nafkah dengan usaha sendiri. Kami tidak makan roti orang dengan percuma (ay. 8), meskipun dia sebenarnya layak meminta biaya hidup, mengingat bahwa orang-orang yang memberitakan Injil berhak hidup dari Injil juga. Ini merupakan utang jemaat terhadap para hamba Tuhan yang melayani mereka, dan Rasul Paulus memiliki kuasa atau wewenang untuk menuntutnya (ay. 9). Namun, ia melepaskan haknya itu karena kasih sayangnya kepada mereka, dan demi Injil, dan supaya ia dapat menjadi teladan bagi mereka yang dapat mereka ikuti (ay. 9). Ia ingin agar mereka belajar bagaimana menggunakan waktu dengan baik, dan senantiasa mengerjakan sesuatu yang dapat menghasilkan hal yang baik.
- (2) Rasul Paulus memerintahkan dan mengarahkan para pemalas supaya mengubah kelakuan mereka dan menyibukkan diri dengan urusan mereka. Ia telah memberikan perintah mengenai pokok ini serta teladan yang baik ketika sedang berada bersama mereka: Waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (ay. 10). Sudah menjadi pepatah di antara orang Yahudi, bahwa mereka yang tidak bekerja tidak pantas menerima makanan. Seorang pekerja layak menerima makanan, tetapi apa yang pantas diterima pengangguran yang hanya berkeliaran ke sana kemari? Sudah menjadi kehendak Allah bahwa setiap orang mempunyai panggilan, dan memperhatikannya, dan melaksanakannya. Dan Ia juga menghendaki agar di dunia ini tidak seorang pun boleh bermalas-malasan. Orang-orang seperti ini berusaha sedapat mungkin untuk menolak ayat yang berbunyi, dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu. Ini bukanlah keinginan Rasul Paulus, yang merupakan orang yang sangat giat dan karena itu mau agar setiap orang juga berbuat sama, melainkan perintah Yesus Kristus Tuhan kita, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri (ay. 12). Manusia harus mencari nafkah sendiri dengan suatu cara apa saja yang baik, sebab jika tidak, mereka tidak bisa memperoleh makanan. Amatilah, orang harus bekerja dan tidak bermalas-malas. Selain itu, mereka harus bersikap tenang dan tidak mencampuri urusan orang lain. Kita harus berusaha keras untuk tetap tenang dan memperhatikan urusan sendiri. Ini merupakan perpaduan yang sungguh unggul, meskipun langka, yakni memiliki jiwa bersemangat namun tenang, giat dalam urusan sendiri, namun tetap tenang menyangkut urusan orang lain.
- (3) Rasul Paulus menasihati mereka yang tidak jemu-jemu berbuat apa yang baik (ay. 13), seakan-akan berkata, “Teruslah berbuat baik dan semoga kamu senantiasa sejahtera. Tuhan menyertaimu selama kamu berada bersama-Nya. Jagalah supaya di dalam melakukan apa pun yang baik, kamu mengerjakannya dengan tekun. Berpegaglah pada jalan hidupmu, dan bertahanlah sampai akhir. Jangan pernah menyerah atau letih dalam pekerjaanmu. Masih ada banyak waktu untuk beristirahat apabila kamu tiba di sorga, yakni peristirahatan abadi yang tersedia bagi umat Allah.”
SH: 2Tes 3:6-18 - Kasih dan ketertiban hidup. (Kamis, 22 Oktober 1998) Kasih dan ketertiban hidup.
Karena ajaran ekstrim bahwa Tuhan akan segera datang, sebagian jemaat malah hidup tidak tertib. Mereka sibuk dengan hal-h...
Kasih dan ketertiban hidup.
Karena ajaran ekstrim bahwa Tuhan akan segera datang, sebagian jemaat malah hidup tidak tertib. Mereka sibuk dengan hal-hal yang tak berguna, sampai mereka tidak bekerja (ayat 11-12). Paulus menasehati jemaat agar menegur orang sedemikian. Terus menyokong mereka akan berakibat buruk (ayat 6). Sebaliknya, orang-orang itu dianjurkan untuk bekerja agar beroleh nafkahnya sendiri (ayat 12). Sekarang pun banyak kelompok yang mengutamakan ajaran tentang kedatangan Yesus kembali, sampai mengabaikan tanggungjawab sosial mereka. Berilah mereka peringatan dalam kasih bahwa penantian akan kedatangan Tuhan justru menghasilkan ketertiban hidup!
Pentingnya keteladanan hamba Tuhan. Nasehat dan teguran yang Paulus berikan bukan omong kosong. Ia sendiri mempraktekkan apa yang diajarkannya. Ia bekerja dan tidak makan roti orang dengan percuma (ayat 8). Memang tidak ada keharusan bahwa hamba Tuhan harus mencari nafkah sendiri. Prinsip yang dapat kita ambil di sini ialah bahwa hamba Tuhan harus menjadi teladan dalam mengelola keuangan dan mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Hamba Tuhan harus hidup tertib bila ingin jemaat yang dilayaninya hidup tertib pula.
SH: 2Tes 3:6-18 - Menegur yang salah (Rabu, 19 Mei 2004) Menegur yang salah
Ini adalah bagian terakhir 2 Tesalonika. Bila pada ucapan syukur
awal (ayat 1:5) Paulus memberikan indikasi bahwa jemaat yang...
Menegur yang salah
Ini adalah bagian terakhir 2 Tesalonika. Bila pada ucapan syukur awal (ayat 1:5) Paulus memberikan indikasi bahwa jemaat yang telah menderita ini layak menjadi warga Kerajaan Allah, maka di sini ia memberikan semacam petunjuk praktis yang dapat dilakukan oleh jemaat untuk mencapai kondisi itu.
Paulus mendengar tentang kelakuan anggota-anggota jemaat yang kalau dibiarkan dapat memberikan dampak kehidupan persekutuan yang terganggu. 1) Ada dari mereka yang tidak melakukan pekerjaannya: menganggap bahwa Hari Tuhan telah dekat sehingga tidak perlu bekerja lagi; mungkin juga memanfaatkan kebaikan anggota gereja yang lain. Apapun alasannya, sikap demikian tidak sehat dan dicela oleh Paulus. 2) ada dari mereka yang tidak mau mende-ngarkan ajaran (Kristus melalui Paulus) yang telah disampaikan kepada jemaat (ayat 6).
Nasihat Paulus adalah agar jemaat menjauhi mereka yang bermasalah. Mereka yang tidak bekerja harus diberitahukan bahwa mereka harus bekerja dan tidak menggantungkan keperluan makan mereka kepada orang lain. Paulus memakai dirinya sebagai teladan. Ia dan Silas sebenarnya dapat mengklaim makanan dari jemaat, namun mereka melakukan tugas (sampingan) sendiri. Jemaat juga dinasihatkan agar melakukan kebaikan tanpa jemu (ayat 11-13).
Sikap Paulus terhadap mereka yang tidak menerima ajaran itu tegas sekali. Mereka sebaiknya tidak diajak bergaul (ayat 14). Ini dilakukan untuk menjaga keteguhan sikap jemaat sendiri. Nasihat Paulus ini sangat kita perlukan saat ini. Bukankah kehidupan bergereja kita terasa tawar sebab praktik saling memberikan teladan, saling meringankan beban, saling mengingatkan sebagai saudara, saling mendoakan dan saling memberikan salam tidak aktif kita lakukan?
Renungkan: Apa saja cela kehidupan jemaat masa kini yang dalam sorotan firman ini perlu mendapatkan teguran tegas?
SH: 2Tes 3:1-18 - Ikuti Teladan Kami! (Rabu, 14 Oktober 2015) Ikuti Teladan Kami!
Pernahkah Anda memainkan permainan ‘Tirulah Teladanku’? Dua orang berhadapan di mana seorang berdi...
Ikuti Teladan Kami!
Pernahkah Anda memainkan permainan ‘Tirulah Teladanku’? Dua orang berhadapan di mana seorang berdiri di depan cermin, dan salah satunya perlu menirukan semua gerakan dan perubahan mimik wajah dari orang yang lain. Permainan tersebut menarik, karena kita diajak untuk benar-benar melepaskan semua keakuan kita dan mencoba mengikuti semua tindakan serta gerak gerik dari rekan kita.
Bagian akhir dari suratnya yang kedua kepada jemaat Tesalonika, sekali lagi rasul Paulus menekankan pentingnya hidup dalam doa dan ketaatan kepada Allah. Paulus memohon supaya jemaat mendoakan dia untuk beberapa hal, yakni: supaya firman Tuhan yang diberitakan dapat diterima (1); supaya Tuhan melepaskan mereka dari para pengacau dan orang-orang jahat (2-3); supaya mereka menjadi taat dengan cara tetap menujukan hati kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus (4-5). Ketiga hal ini ditegaskan oleh rasul Paulus sebagai ungkapan iman dalam praktek sehari-hari. Perhatikan bahwa dia tidak meminta pokok-pokok doa untuk dirinya sendiri, melainkan hanya tentang pekerjaan Injil.
Paulus menekankan hal ini dalam kaitan untuk memberikan teladan, yaitu bagaimana dia tidak mengandalkan orang lain untuk memberinya penghasilan, melainkan tetap bekerja dengan rajin untuk memberikan teladan hidup dalam iman. Inilah panggilan untuk setiap kita: hidup oleh iman dalam ketaatan setiap hari demi memuliakan Allah Bapa dalam Kristus Yesus.
Ketika Allah memanggil kita untuk menjadi percaya, Dia juga memberi kita panggilan untuk menjadi saksi bagi kemuliaan-Nya di dunia. Karena Allah memilih kita untuk mempersiapkan yang terbaik untuk kita. Dia tidak memanggil kita tanpa mengubah dan membentuk kita. Dia memberikan Roh Kudus untuk memproses kita setiap hari, agar kita dapat menjadi saksi Kristus.
Jadi, keefektifan kita dalam memberitakan kebenaran hanya bisa terjadi jika kita menghadirkan hidup yang kudus dalam kebenaran. Sekali lagi, rasul Paulus menekankan pentingnya hidup dalam praktek iman, kasih, dan kekudusan kebenaran-Nya. [IBS]
SH: 2Tes 3:1-18 - Taat dengan Tetap Giat Bekerja (Jumat, 3 Desember 2021) Taat dengan Tetap Giat Bekerja
Pada umumnya, apabila orang berada dalam masa penantian, mereka cenderung akan berdiam diri atau menanti dengan pasif....
Taat dengan Tetap Giat Bekerja
Pada umumnya, apabila orang berada dalam masa penantian, mereka cenderung akan berdiam diri atau menanti dengan pasif. Demikian juga warga jemaat di Tesalonika. Oleh karena sikap dan pengajaran orang-orang tertentu, sebagian jemaat tidak bekerja, dengan alasan bahwa kedatangan Kristus yang kedua kali akan segera tiba.
Menurut Rasul Paulus, sikap itu salah, bahkan menyesatkan. Ia menganjurkan warga jemaat Tesalonika untuk menghindari orang-orang seperti itu (6). Rasul Paulus sendiri memberi contoh dari dirinya sendiri. Sementara ia dengan tekun dan rajin memberitakan Injil Yesus Kristus, ia sendiri tetap bekerja keras sebagai pembuat tenda, agar hasilnya dapat dipakai untuk membiayai kehidupannya sehingga ia tidak membebani jemaat, walau sebenarnya ia layak menerimanya (7-9). Dengan demikian, ia menjadi teladan yang baik bagi orang lain.
Bahkan, Rasul Paulus kembali menegaskan pengajarannya dalam ayat 10: "... jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan". Paulus menasihati jemaat agar mereka tetap giat bekerja dan membiayai kehidupan mereka sendiri (12). Nasihat ini penting karena kedatangan Kristus tidak diketahui. Hal itu adalah hak Allah sepenuhnya. Maka dari itu, warga jemaat Tesalonika dipanggil untuk tetap bekerja sebagaimana biasanya, dibarengi dengan perbuatan baik, pemberitaan Injil, dan kasih bagi saudara seiman (13-15).
Dengan teladan diri dan nasihatnya, Paulus ingin mengajarkan bahwa umat Kristen tidak boleh menjadi umat yang malas dengan dalih apa pun, termasuk dalih rohani sekalipun. Jangan sampai kita memakai iman kita untuk membenarkan gaya hidup yang malas. Dalam masa Adven ini kita juga dipanggil untuk tetap bekerja dengan rajin dan tekun. Kita bekerja memang pertama-tama untuk mencari nafkah, tetapi lebih penting lagi untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa pengikut Kristus bukanlah orang-orang yang malas, melainkan orang-orang yang rajin bekerja.
Dalam kehidupan di dunia ini, kita perlu memperlihatkan kesungguhan dalam hidup beriman. Kita tunjukkan kepada dunia bahwa menaati Kristus sambil giat bekerja mempunyai dampak nyata dalam kehidupan manusia. [SRH]
Utley -> 2Tes 3:6-15
Utley: 2Tes 3:6-15 - --NASKAH NASB (UPDATED): 2Tes 3:6-156 Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari s...
NASKAH NASB (UPDATED): 2Tes 3:6-15
6 Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami. 7 Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, 8 dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. 9 Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti. 10 Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. 11 Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. 12 Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri. 13 Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik. 14 Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, 15 tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.
2Tes 3:6 "Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus," Ini adalah JAMAK yang sopan yang mencakup Silas dan Timotius, tetapi dalam kenyataannya itu adalah sebuah kata dari Rasul Paulus. Dia mengakui inspirasi dan otoritasnya di dalam Kristus untuk memimpin dan memerintahkan (PRESENT ACTIVE INDICATIVE) gereja (lih. ay. 2Tes 3:10,12). "Dalam nama" adalah suatu ungkapan Ibrani yang menunjuk pada karakter seseorang atau orang.
□ "dalam nama" Ini adalah sebuah ungkapan Semit yang mewakili karakter seseorang (lih. 2Tes 1:12). Paulus tidak berbicara dari otoritasnya sendiri. Lihat Topik Khusus: Nama Tuhan di 2Tes 1:12.
□ "menjauhkan diri dari" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE INFINITIVE, yang sering digunakan dalam bahasa Yunani Koine sebagai IMPERATIVE, "Kamu, sendiri, terus menjauhkan diri dari" (lih. ay. 2Tes 3:14). Orang percaya seharusnya tidak masuk ke dalam hubungan pribadi yang intim dengan mereka yang tidak taat (lih. Rom 16:17; 1Kor 5:11; 2Tes 3:14). Ini tidak menunjuk pada persahabatan santai dengan orang-orang yang terhilang dan orang percaya yang bersalah (lih. ay. 2Tes 3:15).
- NASB "memimpin kehidupan yang sulit diatur"
- NKJV "berjalan tertib"
- NRSV "hidup dalam kemalasan"
- TEV "yang hidup malas"
- NJB "yang tidak melakukan pekerjaannya"
Ini adalah satu lagi istilah "perilaku tidak tertib" (lih. ay. 2Tes 3:6,7,11). Ini digunakan di sini untuk orang percaya yang tidak kooperatif, lengah, (lih. 1Tes 4:11-12; 5:14). Ketampak dekatan dari Kedatangan Kedua telah menyebabkan banyak orang percaya untuk keluar dari urusan hidup normal. Mereka mengharapkan akan didukung oleh anggota-anggota gereja yang lain. Lihat Topik Khusus: Kekayaan di 1Tes 4:2
- NASB "yang telah kamu terima dari kami"
- NKJV "yang ia terima dari kami"
- NRSV "yang mereka terima dari kami"
- TEV "yang kita berikan pada mereka"
- NJB "kami sampaikan kepada kamu"
Ada sebuah variasi naskah Yunani yang berkaitan dengan bentuk KATA KERJA ini:
- 1. parelabosan atau parelabon(AORIST ACTIVE INDICATIVE, ORANG KETIGA JAMAK), " mereka menerima" - NRSV
- 2. parelaben(AORIST ACTIVE INDICATIVE, ORANG KETIGA TUNGGAL) "ia menerima" - NKJV
- 3. parelabet e (AORIST ACTIVE INDICATIVE, ORANG KEDUA JAMAK) "kamu menerima" - NASB, NJB Ada banyak variasi naskah dalam surat-surat Paulus di daerah yang melibatkan KATA GANTI.
2Tes 3:7 "harus mengikuti teladan kami" Tidak ada PB tertulis pada saat itu. Orang-orang percaya tersebut harus (1) menerima Injil Paulus, dan (2) berjalan dalam teladannya (lih. ay. 2Tes 3:9; 1Kor 4:16; Fili 3:17; 4:9; 1Tes 1:6).
2Tes 3:8 "dan tidak makan roti orang dengan percuma" Ini adalah sebuah ungkapan Ibrani. Paulus, seperti semua rabi, bekerja untuk kebutuhan sehari-harinya (lih. 1Kor 9:12,18; 11:7, 2Kor 11:9; 12:13-14; 1Tes 2:9). Dalam dunia Yunani-Romawi banyak penipu dan penyesat berkeliling untuk memangsa orang. Paulus sering dituduh berkhotbah untuk uang. Menjadi sensitif terhadap tuduhan ini, ia jarang mengambil uang dari orang-orang yang mendengarnya berkhotbah.
□ "kami berusaha dan berjerih payah" Bagi orang Yunani tenaga kerja manual Untuk adalah untuk budak saja, tetapi Alkitab menegaskan pekerjaan ini sebagai dari Tuhan. Dalam Kejadian pekerjaan ada baik sebelum dan sesudah Kejatuhan (lih. Kej 2:15; 3:19; Kel 31:3; 35:35, Ul 5:13; Yes 54:16). Konsep bekerja untuk kebutuhan sendiri sangat penting untuk konteks ini. Beberapa orang percaya telah menolak bekerja karena mereka menganggap Kedatangan Kedua sudah dekat.
□ "siang malam" Malam- siang adalah urutan waktu Yahudi (lih. Kej 1:5,8,13,19,23,31). Ini adalah suatu ungkapan yang berarti "bekerja sepenuh waktu," bukan secara harfiah 24 jam sehari.
2Tes 3:9 "Bukan karena kami tidak berhak untuk itu" Paulus sedang menegaskan konsep bahwa orang percaya harus mendukung para pemimpin mereka (lih. 1Kor 9:4-17; Gal 6:6). Namun demikian, dalam situasi tertentu ia bertindak (1) untuk menetapkan teladan bagi mereka yang telah berhenti bekerja dan (2) untuk menghindari kemungkinan kritikan.
□ "teladan" Lihat Topik Khusus: Bentuk di 1Tes 1:7.
2Tes 3:10 "kami memberi peringatan ini kepada kamu:" Ini merupakan sebuah IMPERFECT ACTIVE INDICATIVE, yang dalam konteks harus berarti bahwa Paulus telah mengatakan kepada mereka berulang-ulang ketika ia ada bersamadengan mereka. Perintah ini bukanlah informasi baru. Masalah ini pasti telah muncul sejak awal di gereja ini, mungkin bahkan sebelum Paulus berangkat.
□ "Jika" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL. Ada orang-orang seperti ini di gereja.
□ "seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" Ini adalah PRESENT ACTIVE INDICATIVE yang diikuti oleh PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Ini adalah inti dari seluruh pasal ini. Ini membahas gaya hidup tidak aktif, bukan pengangguran sementara. Seseorang harus menyeimbangkan ini dengan surat-surat Paulus yang lain pada perhatiannya kepada orang miskin (lih. Kis 24:17; Rom 15:26-29; 2Kor 8; 9; Gal 2:10). Perintah ini dapat dipahami sebagai (1) tidak memberi makan mereka yang menolak untuk bekerja atau (2) mengecualikan mereka dari perjamuan umum Kristen atau perjamuan kasih (lih. ay. 2Tes 3:13,14).
2Tes 3:11 "kami dengar" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE INDICATIVE, yang secara harfiah "terus mendengar."
- NASB "sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna."
- NKJV "tapi menyibukkan diri"
- NRSV "tidak melakukan pekerjaan apapun"
- TEV "yang tidak melakukan apa-apa kecuali ikut campur dalam urusan orang lain"
- NJB "mengganggu orang lain"
Ini adalah sebuah permainan dalam teks Yunani pada kata "bekerja" – "Tidak bekerja (epgazomenous), tetapi bekerja di sekitar (periergazomenous)" "Pekerjaan" mereka telah menjadi mencampuri urusan (bekerja) orang lain. Paulus sering menggunakan istilah "pekerjaan" dalam pasal ini (lih. 2Tes 3:8,10,11,12 dan 1Tes 4:11).
2Tes 3:12 Paulus menggunakan kata-kata nasihat yang kuat
- 1. "Perintah" PRESENT ACTIVE INDICATIVE
- 2. "Menasihati" PRESENT ACTIVE INDICATIVE
- 3. "Dalam Tuhan Yesus Kristus"
Hal ini bisa menyiratkan (1) bahwa si pemalas tersebut adalah orang Kristen atau (2) bahwa Paulus memerintahkan mereka dalam nama Yesus.
□ "supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya" Ini adalah sebuah peringatan berulang Paulus (lih. 1Tes 4:11; 1Tim 2:2). Hal ini tampaknya berarti bahwa orang percaya tidak boleh menarik perhatian yang tidak semestinya untuk diri mereka sendiri dengan, perilaku yang aneh, tidak biasa, namun dengan hidup yang tepat yang tenang, lembut, sabar, moral, pencinta, penyayang, mengerjakan kehidupan (kebalikan dari 2Tes 3:11).
Begitu sering di zaman kita orang percaya membuat "berita utama" karena keyakinan atau tindakan aneh mereka! Sebagaimana Paulus adalah teladan untuk bekerja dan bersaksi, demikian juga seharusnya orang percaya modern. Jika pesannya yang menyebabkan konflik, jadilah demikian, asal jangan si utusannya!
- NASB, NKJV "makan makanannya sendiri"
- NRSV "melakukan pekerjaan mereka sendiri"
- TEV "bekerja untuk mencari nafkah mereka sendiri"
- NJB "mendapatkan makanan yang mereka makan"
Ini adalah sebuah ungkapan yang berarti untuk mendukung diri anda dengan usaha anda sendiri.
2Tes 3:13 "janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik" Ini menunjuk pada gereja yang tenang, hidup lembut, setiap hari (lih. Luk 18:1; 2Kor 4:1; Gal 6:9). Orang-orang menonton dan memperhatikan hidup yang saleh.
2Tes 3:14 "jika" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL yang dianggap benar dari sudut pandang penulis atau untuk tujuan sastranya.
- NASB "ambillah catatan khusus dari orang itu"
- NKJV "perhatikan orang itu"
- NRSV "perhatikan mereka"
- TEV, NJB "tandailah dia"
Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE IMPERATIVE. Ini secara harfiah adalah "label" atau "tanda." Ini adalah metafora dari "memperhatikan" secara mental.
□ "jangan bergaul dengan dia" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) INFINITIVE yang digunakan dalam pengertian IMPERATIVE. Ini adalah sama dengan "menarik kembali dari" dari ay. 2Tes 3:6. Tidaklah pasti apakah ini melibatkan
- 1. suatu ekskomunikasi penuh
- 2. pengecualian dari perjamuan gereja kolektif (perjamuan agape)
- 3. beberapa jenis pengecualian dari peran kepemimpinan atau situasi persekutuan
Ini mirip dengan 1Kor 5:9,11 (kata yang sama, hanya ditemukan di sini dan 1Kor 5), yang menunjuk pada persekutuan / persahabatan yang intim. Paulus tidak menginginkan hal ini meradikalisasi orang percaya lainnya, namun ia juga tidak ingin mereka meninggalkan persekutuan orang percaya (dan mungkin memulai sebuah faksi saingan eskatologis).
□ "supaya ia menjadi malu," Tujuan dari disiplin gereja adalah penebusan serta disiplin (lih. ay. 2Tes 3:15; Gal 6:1; 1Tes 4:15). Tujuannya adalah restorasi!
Topik Teologia -> 2Tes 3:11
Topik Teologia: 2Tes 3:11 - -- Dosa
Dosa-dosa Roh
Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
Kemalasan
Ams 6:6-8 Ams 10:4-5 Ams 10:26 Ams 12:24 Ams 12:27...
- Dosa
- Dosa-dosa Roh
- Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Kegemaran Diri Menghalangi Pengudusan
TFTWMS -> 2Tes 3:6-15
TFTWMS: 2Tes 3:6-15 - Perintah Mengenai Penanganan Anggota Yang Hidup Tidak Tertib PERINTAH MENGENAI PENANGANAN ANGGOTA YANG HIDUP TIDAK TERTIB (2 Tes 3:6-15)
6 Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus ...
PERINTAH MENGENAI PENANGANAN ANGGOTA YANG HIDUP TIDAK TERTIB (2 Tes 3:6-15)
6 Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami. 7 Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, 8 dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. 9 Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti. 10 Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. 11 Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. 12 Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri. 13 Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik. 14 Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, 15 tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.
Ayat 6. Kami berpesan kepadamu, kata Paulus, karena ia yakin, seperti yang baru saja ia katakan, bahwa mereka akan patuh. Jadi ia memberikan "pesan/perintah" ini atau perintah berkuasa. Paulus adalah orang yang memberikan perintah, tetapi ia mengeluarkan perintah itu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, sebagaimana dikuasakan oleh Dia. Paulus bicara sebagai utusan-Nya (1 Tesalonika 2:4-6). Menolak perintah ini adalah sama dengan menolak Kristus. Perintah ini diberikan tidak hanya kepada para pemimpin, tetapi juga kepada semua saudara di gereja itu. Masing-masing harus melakukan apa yang Paulus perintahkan. Perintah-Nya adalah menjauhkan diri dari orang-orang tertentu. Alkitab KJV menulis "menarik diri kamu dari." Idenya adalah menghindari persekutuan atau kontak sosial.
Siapakah orang-orang yang harus dihindari ini? Paulus menunjuk kepada setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya. Alkitab KJV menulis "setiap saudara yang hidup dengan tidak tertib." Kata Yunani aÓta¿ktwß (ataktōs), yang diterjemahkan "tidak tertib" oleh KJV, dan diterjemahkan "menganggur," oleh NIV memiliki arti umum "tidak tertib," tetapi dalam ayat ini mengandung arti "menumpang" atau "benalu."6Mengenai kata seperti yang digunakan di sini, A. T. Robertson mengatakan itu adalah " istilah militer, di luar perarakan/defile."7
Dalam kasus permasalahan di Tesalonika, ketidaktertiban khusus, seperti yang konteksnya katakan, adalah kemalasan. Hidup dalam kemalasan adalah sama dengan menolak hidup menurut ajaran [tradisi; NASB]. Alih-alih "tradisi," David J. Williams menulis "ajaran."8"Ajaran" atau tradisi apakah yang Paulus sedang bicarakan? Itu adalah ajaran yang jemaat Tesalonika terima dari Paulus, yaitu, apa yang ia sudah katakan secara lisan ketika ia hadir di tengah-tengah mereka dan diteguhkan dalam suratnya yang pertama kepada mereka (lihat pembahasan tentang 2:10; lihat juga 1 Tesalonika 4:11, 12; 5:12-14).
Kemalasan ini mungkin disebabkan oleh, dalam cara tertentu, gagasan yang salah bahwa Kristus telah datang kembali (2:2). Namun begitu, saudara-saudara yang setia itu harus jangan menenggang perilaku ini.Mereka harus bertindak sebagai suatu jemaat untuk memperbaiki perilaku tercela ini. Perilaku ini harus diperbaiki, seperti terlihat di atas, dengan "menjauhkan diri dari" atau "menarik diri dari" orang-orang yang berperilaku seperti itu. Sikap "menjauhkan diri" ini akan dibahas dengan lebih lengkap dalam ayat 14 dan 15.
Ayat 7. Paulus berkata, sebab kamu sendiri tahu, tanpa diingatkan tentang hal itu oleh Paulus atau yang lainnya, bahwa kamu [se]harus[nya] mengikuti teladan kami.
"Seharusnya" adalah kata yang sangat kuat dan juga dapat diterjemahkan sebagai "harus." "Teladan" itu adalah teladan Paulus, dan itu harus diikuti karena ia meniru Kristus (1 Korintus 11:1). Ia bisa dengan seksama memberitahu orang-orang yang ia kristenkan untuk mengikuti teladannya (1 Tesalonika 1:6; Filipi 4:9). Apakah cara hidup kita memungkinkan hal ini terjadi bagi kita?
Sekarang ini, banyak orang Kristen butuh "model" yang baik untuk dilihat dan ditiru, bukan hanya dalam mencari nafkah, tetapi terutama dalam memberi prioritas yang tepat untuk kegiatan spiritual. Apakah kita, seperti Paulus, adalah orang-orang yang sibuk, dan sibuk dengan hal-hal yang serius? Atau apakah kita menghabiskan sebagian besar waktu kita mencoba untuk "bekerja dalam permainan"? Hal utama yang ada dalam pikiran Paulus, tentu saja, bekerja untuk mencari nafkah. Dalam ayat ini, ia berkata teladannya menentang kemalasan, dan dalam ayat 10, ia mengingatkan mereka bahwa ajarannya juga menentang itu.
Mengenai teladan Paulus sewaktu di Tesalonika, ia tidak lalai bekerja di antara kamu ("tidak tertib"; KJV); sebaliknya, ia bekerja sama lamanya seperti orang lain.
"Lalai" berasal dari kata Yunani hjtakth÷samen (ētaktēsamen), yang berbentuk "first aorist active indicative dari [satu] verba tua atakteō, menjadi di luar perarakan/defile tentara"9(bentuk dari kata yang sama yang digunakan dalam ayat 6). Cara hidup Paulus bukan cara yang "tidak disiplin" atau "tidak tertib" seperti saudara-saudara yang ia sedang koreksi.
Ayat 8. Dan tidak makan roti orang dengan percuma. Paulus mengatakan ia dan rekan-rekan kerjanya bekerja dan membayar dengan cara mereka sendiri. "Roti" adalah cara Ibrani dalam menggambarkan makanan secara umum (bandingkan dengan Matius 6:11). Leon Morris menjelaskan lebih lanjut penggunaan kata roti itu:
"Makan roti" terbukti merupakan Semitisme. Artinya tidak hanya "memperoleh makanan," atau bahkan "makanan," tapi malahan "mendapatkan penghidupan" (bdk. Kej. 8:19, Amos 7:12, dll.). Maksud Paulus bukan bahwa ia tidak pernah menerima undangan ramah-tamah, tetapi bahwa ia tidak bergantung pada orang lain untuk sarana mata pencahariannya.10
Alih-alih mengemis, Paulus berkata ia berusaha dan berjerih payah siang malam, (bandingkan dengan 1 Tesalonika 2:9; Kisah 20:34). Mungkin pekerjaan yang ia maksudkan adalah membuat tenda (lihat Kisah 18:3). Supaya punya cukup waktu untuk membuat tenda dan memberitakan injil maka ia harus bekerja berjam-jam. Swasembadanya itu melibatkan usaha dan jerih payah, agar Paulus dan rekan-rekan kerjanya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara mereka. Kata "usaha" diterjemahkan dari ko/poß (kopos), yang mengacu kepada kerja keras yang menimbulkan kelelahan. Paulus tidak mengharapkan mereka membiayai dia ditambah dengan diri mereka sendiri.
Ayat 9. Paulus membiayai dirinya sendiri, tapi bukan karena [ia] tidak berhak atas bantuan keuangan sehingga ia bisa memberitakan injil secara penuh waktu. Hogg mengatakan bahwa "kata e˙xousi÷a (exousia), yang di sini diterjemahkan 'hak,' adalah, pertama, kebebasan untuk melakukan apa saja, dan kemudian, kuasa untuk melakukannya."11Paulus ingin membuat jelas bahwa ia memiliki "hak" ini untuk memberikan segenap waktunya bagi kegiatan spiritual dan meminta jemaat untuk membiayai hidupnya. Ia melakukan itu pada pelbagai kesempatan lain (2 Korintus 11:8; Filipi 4:16), dan ia sangat membela hak ini di tempat lain (1 Korintus 9:1-14.). Namun begitu, Paulus kadang-kadang merasa yang terbaik adalah melepaskan "hak" ini (bandingkan dengan 1 Korintus 9:12-15) daripada menjadi hambatan bagi injil. Ia melepaskan hak itu di Korintus dan di Tesalonika.
Paulus memilih untuk tidak menggunakan "hak"nya, agar ia bisa menjadikan dirinya teladan bagi [mereka untuk] …[di]ikuti. Dari sudut pandang praktis, istilah "teladan" ("contoh"; RSV) berarti orang yang menerapkan prinsip-prinsip Kristus yang bisa dilihat orang lain. Tentu saja, ia tidak sedang mengatakan bahwa ia adalah seorang teladan yang sempurna, jadi permintaannya adalah orang lain perlu mengikuti teladannya hanya sebagaimana ia mengikuti "teladan Kristus" (1 Korintus 11:1; NIV). Paulus berusaha menjadi "teladan," dan mengharapkan mereka, jemaat Tesalonika, akan "mengikuti" atau "meniru" dia (RSV). Mereka akan melihat cara ia bekerja "siang dan malam" dan mencoba untuk bersikap dengan cara yang sama. Sewaktu ia berada di Tesalonika, mereka tidak pernah melihat dia duduk melepas penat, santai, sementara yang lain bekerja di luar. Ia berjalan "dua mil" untuk menjadi contoh yang baik. Faktanya, orang Kristen dewasa tidak akan pernah malas, duduk manis mengharapkan orang lain bekerja untuk dia. Sebaliknya, ia akan bekerja sampai malam jika diperlukan untuk kebutuhan keuangannya sendiri, dan ia akan membantu orang lain secara materi (Efesus 4:28) maupun rohani (Galatia 6:1).
Ayat 10. Paulus mengingatkan saudara-saudara itu, Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan [perintah; NASB] ini kepada kamu.… Paulus sudah membahas kemalasan saat ia bersama mereka mendirikan jemaat itu beberapa bulan sebelumnya. Bentuk kata kerja "memberi peringatan" adalah imperfect (parhgge÷llomen, parēngellomen, dari paragge÷llw, parangellō, "memerintahkan"), menunjukkan tindakan memberi perintah berulang-ulang, dan menyiratkan masalah yang cukup parah bahkan ketika Paulus berada di sana. Pernyataan ini juga mungkin menyiratkan orang-orang malas tertentu yang dalih terbarunya untuk kemalasan adalah konsep mereka tentang kedatangan Tuhan. (Lihat instruksi tentang hal ini dalam 1 Tesalonika 4:11.)
"Peringatan" ("perintah"; RSV) yang Paulus bicarakan memiliki efek bahwa orang malas yang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Orang itu tidak boleh diberi makanan oleh orang lain, tetapi seharusnya dibiarkan lapar saja. Besar kemungkinan bahwa ini adalah aturan yang berlaku umum di masyarakat itu, tetapi itu didasarkan pada Kitab Suci (bandingkan dengan Kejadian 3:19). Hogg mengatakan, "Para rabi memiliki ungkapan yang serupa saat ini, jika bukan istilah yang identik; bagi mereka itu mungkin kesimpulan dari Kejadian 3:19. Rasul itu melarang amal baik yang keliru yang mendorong kemalasan dan merendahkan mereka yang menerimanya."12
Aturan ini, tentu saja, tidak dimaksudkan untuk orang-orang yang mau bekerja tetapi tidak bisa, baik karena sakit atau karena tidak tersedianya pekerjaan (bandingkan dengan Efesus 4:28; Galatia 6:10). Namun begitu, ketika masalahnya adalah kemalasan, Paulus menunjukkan bahwa ini adalah masalah serius yang harus ditangani.
Paulus dan rekan-rekan kerjanya telah berulang kali memerintahkan para anggota tersebut untuk bekerja sewaktu mereka berada di Tesalonika. Belakangan, Paulus menulis hal yang sama (1 Tesalonika 4:11). Sekarang, Paulus mendesak agar masalah itu ditangani, dan mereka yang tetap saja tidak mematuhi perintah ini harus dikucilkan dari persekutuan mereka (ay. 14). Namun begitu, sebelum memberitahu mereka untuk menarik diri, di ayat berikutnya ia membahas beberapa akibat negatif kemalasan.
Ayat 11. Paulus dengan jelas menyatakan alasan ia mendorong mereka bekerja adalah untuk menghidupi diri sendiri: Ia telah mendengar bahwa ada orang [di antara jemaat Tesalonika] yang tidak tertib hidupnya. Ia tidak mengatakan siapakah informannya itu, tapi mungkin berita itu dari Timotius ketika ia pulang dari menyampaikan surat pertama, atau mungkin dari seorang anggota Tesalonika yang melakukan perjalanan ke Korintus. Bagaimanapun, ia telah mendengar bahwa masalah itu tidak juga lenyap. Beberapa dari mereka masih—bahkan setelah semua nasihat ini—"tidak disiplin," atau "malas" (NIV). Kemudian, dengan sedikit bermain kata-kata (dalam bahasa Yunani), ia mengatakan sesuatu seperti, "mereka tidak sibuk; mereka suka usil." Dengan kata lain, mereka tidak sibuk dengan urusan mereka sendiri, tetapi selalu melakukan apa yang orang usil lakukan, yang adalah "ikut campur" dalam urusan orang lain. Permainan kata-kata dalam bahasa Yunani aslinya adalah "jangan bekerja," mhde«n e˙rgazome÷nouß (mēden ergazomenous), tetapi jadilah "orang usil" periergazome÷nouß (periergazomenous). Perilaku seperti itu secara jelas akan menciptakan masalah dalam jemaat karena kemalasan punya banyak akibat buruk. Paulus melanjutkan dengan memerintahkan orang-orang yang menganggur untuk jangan malas, dan ia memerintahkan para anggota gereja lainnya untuk mendisiplinkan mereka jika mereka masih menolak untuk bekerja.
Ayat 12. Paulus mengalihkan perhatiannya kepada orang-orang yang bersalah menyontohkan kehidupan yang sulit diatur. Ketika ia membahas masalah itu, ia menyampur "himbauan dengan otoritas": Kami pringati [lihat diskusi tentang ay. 6, 10] dan nasihati.13Rekan-rekan kerjanya diikutsertakan, tetapi perintah itu benar-benar perintahnya, sebagai seorang rasul (2 Korintus 10:8). Marshall berkata, "'Kami peringati' (ay. 4, 6) adalah kata kerja yang dengan sendirinya dapat menjadi dorongan daripada keharusan, dan di sini kata itu dikaitkan dengan 'dan nasihati' … yang memperkenalkan nada persuasif."14
Tampaknya meski Paulus bersedia mengusir orang-orang ini jika perlu, keinginannya yang sebenarnya adalah untuk memulihkan mereka. Ia mengeluarkan perintah dan dorongan ini dalam Tuhan Yesus atau dalam konteks ajaran Kristus (lihat pembahasan tentang ay. 4) dan oleh otoritas-Nya. Hal khusus yang Paulus sedang dorong untuk mereka lakukan adalah tetap tenang melakukan pekerjaan, atau "melakukan pekerjaan mereka dengan tenang" (RSV). Mereka harus jangan "lekas bingung" (2:2), tapi tetap tenang dan damai hati (bandingkan dengan 1 Tesalonika 4:11), dan makan makanannya sendiri daripada mengharapkan orang lain untuk memberi makan mereka.
Ayat 13. Sementara ayat sebelumnya diarahkan kepada kelompok orang malas yang minoritas, ayat ini kembali membicarakan kelompok mayoritas yang taat. Sekali lagi, Paulus menyapa mereka sebagai saudara-saudara. Sekarang ia mengatakan bahwa terlepas dari apa yang dilakukan oleh kelompok minoritas yang tidak taat itu, saudara-saudara yang taat harus jangan berkecil hati dan menyerah. Tugas mereka jelas: Janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik (bandingkan dengan Galatia 6:9). "Janganlah jemu-jemu" adalah dari e˙gkake÷w (egkakeō). Paulus mendorong mereka "mengingat adanya bahaya kegagalan dalam ketekunan."15
Orang Kristen dewasa tidak akan berkecil hati dengan adanya masalah kejemaatan, kesulitan keluarga, atau kesulitan lain karena setia terus kepada Dia yang telah mati untuk kita adalah perbuatan yang "benar." Lebih khusus lagi, kita harus jangan berkecil hati dalam perbuatan baik kita, atau melakukan apa yang benar, hanya karena beberapa orang memanfaatkan kebaikan itu, seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa orang di Tesalonika. Sifat bahasa ini menunjukkan bahwa mereka belum menjadi lelah dalam berbuat baik, tetapi Paulus takut mereka akan lelah di masa depan. Oleh karena itu, sifat nasihatnya itu lebih proaktif daripada reaktif.
Ayat 14. Masih bicara kepada kelompok mayoritas yang taat, ia memerintahkan mereka untuk bertindak terhadap kelompok minoritas yang tidak taat, khususnya siapa saja [yang tidak] tidak menaati perintah[nya] dalam surat ini (NASB). Ia bicara tentang orang malas yang sudah memiliki perintah rasuli secara jelas untuk kembali bekerja, tapi masih menolak untuk melakukannya. Penolakan akhir ini mungkin akan sudah terjadi ketika surat ini dibacakan kepada jemaat itu segera setelah disampaikan. Seperti terlihat sebelumnya, Paulus telah mengajar mereka tentang hal ini ketika hadir (ay. 10). Ia telah menulis tentang hal itu dalam suratnya yang pertama (1 Tesalonika 4:11, 12; 5:14), dan sekarang ia menulis lagi secara jelas tentang hal itu (ay. 6-12.).
Oleh karena itu, jika kali ini kelompok minoritas itu tidak taat, jemaat itu harus bertindak atas masalah itu dengan menandai orang tersebut. Ungkapan "menandai" adalah dari bahasa kata kerja Yunani shmeio/w (sēmeioō), yang artinya "menandai" atau "menempelkan cap pada orang itu."16"Menandai" seseorang tidak hanya berarti "melihat dia," sebaliknya berarti "menandai untuk kesalahan."17Kenyataannya, Paulus memerintahkan mereka untuk jangan bergaul dengan dia, atau "jangan berkawan dengan dia" (KJV).
Dalam kasus yang dibahas dalam 1 Korintus 5, Paulus secara khusus mengatakan bahwa "jangan bergaul" melibatkan tidak makan dengan orang-orang seperti itu (1 Korintus 5:11). Mereka harus "menarik diri" dari mereka (2 Tesalonika 3:6; KJV). Ini sama dengan pemutusan kontak sosial sehingga orang itu akan tahu bahwa perilakunya tidak disetujui dan mengerti bahwa gereja tidak menganggap orang-orang yang kelakuannya seperti ini sebagai anggota yang "benar-benar setia." Tujuan pemutusan kontak sosial ini adalah supaya ia [akan] menjadi malu. Kadang-kadang kita mendapat tekanan yang terlalu berat, tapi ada yang namanya "tekanan sebaya yang baik." Itu adalah apa yang secara tepat Paulus rekomendasikan di sini. Harapannya orang tersebut akan sangat kehilangan persekutuan dengan orang Kristen sehingga hilangnya persekutuan itu akan membuat dia mengevaluasi kembali perbuatannya dan kembali kepada Tuhannya (lihat 1 Korintus 5:5). Namun begitu, bahkan jika orang itu tidak memilih untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan, ada tujuan lain yang sangat penting: mempertahankan kemurnian jemaat (bandingkan dengan 1 Korintus 5:6).
Ayat 15. Mengenai orang yang didisiplinkan, Paulus berkata bahwa mereka harus jangan anggap dia sebagai musuh; mereka harus jangan melakukan segala hal yang bisa mereka lakukan untuk menyakiti dia, seperti yang dunia lakukan terhadap seorang "musuh." Sebaliknya, mereka harus tegor dia sebagai seorang saudara. Marshall menulis "musuh" itu, yang berasal dari e˙cqro/ß (echthros), "adalah ambigu, karena itu dapat berarti orang yang memperlakukan saya dengan sikap bermusuhan dan/atau orang yang saya perlakukan dengan sikap bermusuhan. Lebih memungkinkan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah arti yang kedua."18
Ia masih seorang "saudara" karena ia sudah dibaptis dalam Kristus (Roma 6:1-4), tetapi ia adalah saudara yang sesat yang tidak lagi mematuhi perintah Juruselamatnya, yang diberikan melalui para rasul (ay. 6, 14; 1 Korintus 14:37). Ia tidak lagi memiliki jaminan keselamatan akhir (Ibrani 5:8, 9). Ini adalah alasan bahwa mereka yang mencoba untuk hidup dalam ketaatan harus "tegor dia sebagai seorang saudara." Allah "jangan dicemooh"; Ia tidak akan menyelamatkan orang durhaka (Galatia 6:7, 8).
Dengan melihat hal ini dari sudut pandang praktis, mudah untuk melihat alasan kemungkinan kelompok mayoritas memiliki perasaan kebencian terhadap kelompok minoritas yang malas. Perilaku seperti itu akan membuat gereja kehilangan sikap hormat dari orang luar (bandingkan dengan 1 Tesalonika 4:11, 12). Paulus memperingatkan kelompok mayoritas itu untuk jangan memperlakukan mereka seperti orang dunia memperlakukan "musuh," dengan kecaman dan kebencian. Mereka harus menghadapi masalah ini dan, seperti kata Paulus di tempat lain (Galatia 6:1) berusaha untuk "memulihkan" mereka "dalam roh yang lemah lembut."
Namun begitu, jika saudara itu tidak bertobat, maka jelaslah Paulus ingin "perilaku orang-orang yang yang tidak tertib itu … dikecam dengan tegas oleh orang-orang Kristen yang setia."19Paulus tidak ingin orang-orang percaya bahwa perilaku seperti itu dapat diterima oleh orang Kristen. Tindakan ini adalah jenis disiplin yang sama yang dibicarakan di tempat lain. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan si pelanggar dan untuk menjaga kemurnian gereja (1 Korintus 5:5, 6). Itu memang melibatkan pemberitahuan secara terbuka dengan akibatnya bahwa perilaku seperti itu tidak dapat diterima (1 Korintus 5:4). Orang Kristen diperintahkan untuk jangan melakukan penghakiman tanpa kasih (Matius 7:1), tapi ini adalah penghakiman yang konsisten dengan kasih dan cocok untuk orang Kristen terapkan (Yohanes 7:24; 1 Korintus 5:12).
Disiplin Kristen ini, meski tegas dan lugas, tidak identik dengan "ekskomunikasi" Katholik Roma yang bukan hanya penuh celaan, tetapi juga, pada dasarnya, memperlakukan orang yang keras kepala sebagai musuh. Ini tentunya bukan prinsip Kristen, karena orang Kristen akan bahkan memberi makan musuhnya (Roma 12:20). Jenis penyalahgunaan disiplin ini tidak membenarkan siapa saja untuk berpantang dari menggunakan disiplin itu dengan tepat. Penggunaan yang tepat melibatkan ketegasan seperti yang terlihat pada kata "menegur," atau "memperingatkan" (NIV), tetapi itu juga melibatkan perasaan peduli yang bersifat pribadi, yang tersirat dalam kata "saudara."
Nas ini juga menunjukkan bahwa setidaknya ada satu pengecualian untuk menghindari kontak sosial dengan pelanggar. Orang yang setia mungkin saja menjalin kontak dengan dia selama tujuannya adalah untuk "menegor dia sebagai seorang saudara" supaya ia bertobat dan diluruskan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 2 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 atau 52 M
Latar Belakang
Ketika surat ini ditulis, si...
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 atau 52 M
Latar Belakang
Ketika surat ini ditulis, situasi jemaat Tesalonika sama saja dengan ketika ia menulis surat yang pertama (Lihat "PENDAHULUAN SURAT 1TESALONIKA" 08209). Oleh karena itu, mungkin surat ini ditulis beberapa bulan saja setelah surat pertama ketika Paulus masih bekerja di Korintus bersama Silas dan Timotius (2Tes 1:1; bd. Kis 18:5). Rupanya ketika diberi tahu mengenai penerimaan surat pertama dan beberapa perkembangan baru di tempat itu, Paulus tergerak untuk menulis surat kedua ini.
Tujuan
Tujuan Paulus mirip dengan tujuan penulisan surat yang pertama:
- (1) menghibur orang percaya baru yang dianiaya;
- (2) menasihatkan mereka untuk hidup berdisiplin dan bekerja untuk mencari nafkah; dan
- (3) memperbaiki beberapa kepercayaan yang keliru tentang peristiwa akhir zaman yang berkaitan dengan "hari Tuhan" (2Tes 2:2).
Survai
Jikalau hubungan Paulus dengan jemaat Tesalonika dari surat yang pertama bernada seorang perawat lembut yang merawat anak-anak kecil (1Tes 2:7), dalam surat ini nadanya lebih seperti bapa yang mendisiplin anak-anak yang kurang tertib dan memperbaiki jalannya (2Tes 3:7-12; bd. 1Tes 2:11). Namun demikian Paulus memuji mereka karena iman yang teguh dan mendorong mereka lagi untuk tetap setia dalam penganiayaan yang mereka hadapi (2Tes 1:3-7).
Bagian utama surat ini membahas hari Tuhan pada akhir zaman (2Tes 2:1-12; bd. 2Tes 1:6-10). Dari 2Tes 2:2 tampaknya bahwa beberapa orang dalam jemaat menyatakan, entah melalui "nubuat" (suatu penyataan), "laporan" (berita lisan) atau "surat" (katanya dari Paulus) bahwa masa kesengsaraan besar dan hari Tuhan sudah mulai. Paulus memperbaiki salah paham ini dengan mengatakan bahwa tiga peristiwa penting akan menandai tibanya hari Tuhan (2Tes 2:2);
- (1) akan terjadi kemurtadan dan pemberontakan besar (2Tes 2:3);
- (2) Penahanan yang ditentukan Allah terhadap kejahatan akan diangkat (2Tes 2:6-7) dan
- (3) "manusia durhaka" akan dinyatakan (2Tes 2:3-4,8-12). Paulus menegur mereka di dalam gereja yang mempergunakan penantian akan kedatangan Kristus ini sebagai alasan untuk tidak bekerja. Ia mendorong semua orang percaya untuk hidup dengan rajin dan disiplin (2Tes 3:6-12).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini,
- (1) Surat ini berisi bagian yang paling lengkap dalam PB mengenai pelanggaran hukum yang tanpa kendali dan penipuan pada akhir sejarah (2Tes 2:3-12).
- (2) Penghakiman Allah yang adil akan menyertai kedatangan kedua Kristus digambarkan dengan istilah apokaliptis, mirip dengan kitab Wahyu (2Tes 1:6-10; 2Tes 2:8).
- (3) Kitab ini memakai istilah-istilah eskatologi untuk Antikristus yang tidak digunakan di bagian Alkitab yang lain (2Tes 2:3,8).
Full Life: 2 Tesalonika (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(2Tes 1:1-2)
I. Paulus Menghibur Jemaat Tesalonika yang Dianiaya
(2Tes 1:3-12)
A. Rasa ...
Garis Besar
- Salam Kristen
(2Tes 1:1-2) - I. Paulus Menghibur Jemaat Tesalonika yang Dianiaya
(2Tes 1:3-12) - A. Rasa Syukur Karena Pertumbuhan Rohani
(2Tes 1:3) - B. Pujian Atas Ketabahan Gereja Lainnya
(2Tes 1:4) - C. Keyakinan Mengenai Hasil Akhir
(2Tes 1:5-10) - D. Doa Paulus bagi Mereka
(2Tes 1:11-12) - II. Paulus Memperbaiki Pengakuan Kepercayaan Jemaat Tesalonika
(2Tes 2:1-17) - A. Hari Tuhan Belum Tiba
(2Tes 2:1-2) - B. Manusia Durhaka Akan Dinyatakan Dahulu
(2Tes 2:3-12) - C. Berdiri Teguh di Dalam Kepastian Kebenaran dan Kasih Karunia
(2Tes 2:13-17) - III.Paulus Menasihati Jemaat Tesalonika Tentang Hal-Hal Praktis
(2Tes 3:1-15) - A. Mendoakan Dirinya
(2Tes 3:1-2) - B. Tetap Setia Bertahan di Dalam Tuhan
(2Tes 3:3-5) - C. Menjauhi Orang yang Tidak Mau Patuh dan Hidup Berdisiplin
(2Tes 3:6-15) - Salam Penutup dan Berkat
(2Tes 3:16-18)
Matthew Henry: 2 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Surat kerasulan yang kedua ini ditulis segera sesudah surat yang terdahulu. Tampaknya surat ini dimaksudkan untuk mencegah suatu kesalahan yang m...
- Surat kerasulan yang kedua ini ditulis segera sesudah surat yang terdahulu. Tampaknya surat ini dimaksudkan untuk mencegah suatu kesalahan yang mungkin timbul dari beberapa bagian di dalam surat kerasulan sebelumnya mengenai kedatangan Kristus yang kedua kali, seolah-olah kedatangan itu sudah sangat dekat. Di dalam surat ini Rasul Paulus dengan sangat berhati-hati berusaha mencegah terjadinya salah pengertian yang bisa dilakukan oleh beberapa anggota jemaat terhadap pernyataan-pernyataannya yang sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh para nabi Perjanjian Lama. Ia memberitahukan bahwa masih ada banyak rancangan Allah yang harus digenapi terlebih dahulu sebelum hari Tuhan itu tiba, meskipun karena begitu pastinya, ia berani mengatakan bahwa hari itu sudah sangat dekat. Masih ada beberapa hal lain lagi yang ia tuliskan untuk memberi penghiburan bagi mereka yang sedang mengalami penderitaan, dan nasihat serta petunjuk di dalam melaksanakan kewajiban.
Jerusalem: 2 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 2 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT KEDUA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Surat ini dapat dianggap sebagai landjutan, tambahan dan ulangan dari surat
pertama kep...
SURAT KEDUA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Surat ini dapat dianggap sebagai landjutan, tambahan dan ulangan dari surat pertama kepada umat Tesalonika. Rupanja jang pertama dalam satu dua hal jang penting kurang berhasil. Malah ada utjapan Paulus dalam surat itu jang salah ditafsirkan, seolah-olah "Hari Tuhan" (kiamat) sudah diambang pintu. Selain itu disiarkan desas-desus dari sumber chajalan, jang mereka sebut "suatu pernjataan Roh", atau suatu utjapan Paulus.
Paulus memudji umat, sebab bertekun dalam segala penganiajaan karena agama, dan iman serta saling tjinta-kasih masih selalu tumbuh. Tetapi surat ini tidak mesra dan gembira seperti jang pertama. Nadanja lebih sungguh dan tegas, namun nada dasar disini djuga tetap penuh penghargaan dan tjinta kerasulan. Chususnja bab 3 keras, sebab masih ada orang jang hidupnja tidak tertib, artinja tidak bekerdja lagi sebab pertjaja bahwa achir zaman hampir tiba. Tentu sadja Paulus mendapat berita-berita tentang "kepertjajaan" dan sikap itu, lalu hal itu mendjadi alasan baginja untuk menulis surat jang kedua ini, tentu hanja beberapa bulan sesudah ditulisnja jang pertama.
TFTWMS: 2 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Menangani Orang Yang Tidak Tertib (2 Tes 3:6-12)
Paulus memberi jemaat Tesalonika instruksi yang jelas ini tentang bagaimana orang Kristen harus hidu...
Menangani Orang Yang Tidak Tertib (2 Tes 3:6-12)
Paulus memberi jemaat Tesalonika instruksi yang jelas ini tentang bagaimana orang Kristen harus hidup bersama dalam suatu komunitas. Apakah yang ia katakan kepada mereka? Bagaimanakah seharusnya saudara-saudara itu hidup bersama?
"Menjauhkan diri dari saudara yang tidak tertib." Mereka tidak boleh menjalin persekutuan dengan saudara mana saja yang hidupnya tidak tertib atau saudara yang bermalas-malasan. Kata "tidak tertib" (KJV) adalah istilah militer dan berarti "orang-orang di luar perarakan/defile."
Ia memberi perintah ini dalam "nama Tuhan kita Yesus Kristus." Paulus sebisanya membuat ungkapan ini penuh kuasa. Namun, pada saat yang sama, Paulus mengakui orang yang tidak tertib itu sebagai "saudara." Orang itu harus jangan diperlakukan sebagai orang kafir, tetapi sebagai salah satu anggota keluarga.
Kata "menjauhkan diri" (KJV) menggambarkan perbuatan melipat layar atau melipat jubah sebagai tanda kejijikan. Ini tidak berarti menjauhkan diri dengan sikap superioritas, tetapi itu merupakan pemutusan yang menandakan kita tidak membenarkan perbuatan tidak tertib itu.
Kemalasan orang yang sedang dibahas menunjukkan bahwa ia telah menolak pesan terilham itu. Persekutuan atau hubungan sosial harus jangan diberikan kepada saudara yang telah menolak untuk bekerja.
"Tirulah kami." Paulus telah berperilaku dengan cara yang tepat saat ia bersama mereka. Dengan demikian ia mendesak mereka untuk jangan memberi makan orang yang tidak mau bekerja. Yang Paulus sedang bahas di sini adalah orang yang malas dan yang sudah terbiasa tidak mau bekerja. Orang ini tidak boleh makan dengan hasil keringat orang lain. Sebaliknya, mereka harus menegor dia.
Inilah tanggung jawab yang kita semua miliki; jangan ada orang yang harus menolak dia. Kita harus menegor orang Kristen yang tidak mau melakukan tugasnya. Ketika tegoran semacam ini diberikan, kita tidak melukai orang yang ditegor, kita sebenarnya menjalanklan kasih yang tegas yang membantu untuk memperbaiki dan menyembuhkan kehidupan yang rusak.
Eddie Cloer
TFTWMS: 2 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Menjauhkan Diri Dari Orang Yang Tidak Tertib (2 Tes 3:6-18)
Allah menugaskan Musa untuk memimpin umat-Nya keluar dari Mesir (Keluaran 3:10). Musa men...
Menjauhkan Diri Dari Orang Yang Tidak Tertib (2 Tes 3:6-18)
Allah menugaskan Musa untuk memimpin umat-Nya keluar dari Mesir (Keluaran 3:10). Musa mengadakan banyak mujizat melalui kuasa Allah sehingga bangsa Israel akan tahu bahwa ia adalah juru bicara Allah. Namun selama pengembaraan di padang gurun, Korah, Datan, dan Abiram memimpin pemberontakan terhadap Musa dan saudaranya Harun (Bilangan 16:3). Orang-orang ini menjadi tidak tertib dan memberontak terhadap para pemimpin dari Allah. Oleh karena pemberontakan mereka, Allah berkata kepada perhimpunan itu, "Baiklah kamu menjauh dari kemah orang-orang fasik ini (Bilangan 16:26). Artinya, "Janganlah kamu kena kepada sesuatu apapun dari kepunyaan mereka." Kemudian Allah menyebabkan tanah di bawah mereka terbuka dan menelan mereka (Bilangan 16:31-33).
Memang jelas bahwa Allah meminta untuk diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan dipatuhi. Kadang-kadang Ia menghukum orang yang tidak taat secara langsung (Bilangan 16). Kali lain Ia menuntut umat-Nya melakukan pendisiplinan (2 Tesalonika 3). Dalam kedua kasus, ada garis yang jelas yang ditarik antara orang yang taat dan orang yang memberontak.
Arti "Tidak Tertib." Kata Yunaninya adalah aÓta¿ktwß (ataktōs), dan arti umumnya adalah "menyimpang dari urutan yang benar, tidak teratur."20Robertson menunjukkan bahwa itu adalah "istilah militer," yang berarti "di luar perarakan/defile."21
Gambarannya adalah tentang seorang prajurit dalam bala tentara Allah yang menolak untuk mema-tuhi perintah sang Komandan. Alkitab menyantumkan beberapa bentuk perilaku fasik: percabulan, penyembahan berhala, penzaliman, kemabukan, penipuan, pertikaian, ajaran palsu, kemalasan, dan gosip (1 Korintus 5:11; Titus 3:10; 2 Tesalonika 3:6-15; 2 Yohanes 9-11). Yang mana saja dari tindakan ini atau tindakan lainnya yang sifatnya memberontak terhadap ajaran Allah dianggap tidak tertib.
Dalam 2 Tesalonika 3, ada masalah khusus yang Paulus sedang bahas. Beberapa anggota gereja Tesalonika telah salah memahami ajaran Paulus tentang kedatangan kedua (2 Tesalonika 2:1-5). Mereka jelas tidak lagi bekerja dan mulai hidup dari penghasilan orang lain (ay. 8). Dalam ayat 11, Paulus mengatakan, "Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna." Alkitab RSV mengatakan mereka itu "hidup dalam kemalasan." Paulus menginstruksikan agar orang-orang ini dinasihati, jangan dibantu secara materi (ay. 15). Orang tua harus mengajar anak-anak mereka untuk jangan menganggur. Para pemimpin jemaat harus mengajar para anggotanya untuk rajin bekerja. Pemerintah harus mengajar warga negaranya untuk memikul tanggung jawab dalam menghidupi diri mereka sendiri.
"Kehidupan Yang Tidak Tertib": Pelanggaran Terhadap Ajaran Rasuli. Sewaktu Paulus berada di Tesalonika, ia secara pribadi menyampaikan kepada mereka ajaran-ajaran dan tradisi (ay. 6). Perilaku tidak tertib yang ia singgung di sini melanggar ajaran lisan yang pernah ia berikan kepada mereka.
Beberapa kali Paulus menyinggung ajaran lisannya yang menentang kemalasan atau ketidaktertiban. Dalam ayat 6, ia memerintahkan saudara-saudara untuk "menjauhkan diri" dari orang yang tidak melakukan pekerjaannya dan melaksanakan "ajaran-ajaran yang [mereka] terima dari [dia]." Dalam ayat 10, ia berkata, "Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." Dalam 1 Tesalonika 4:11, Paulus mengingatkan gereja itu untuk "hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan [mereka] sendiri dan bekerja dengan tangan [mereka]." Dalam 2 Tesalonika 3:12, Paulus mengulangi instruksi serupa, "Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri."
Selain mengikuti perintah-perintah langsungnya untuk kerajinan, Paulus juga meminta gereja untuk mengikuti teladannya (ay. 7-9; bandingkan dengan 1 Korintus 11:1). Seperti penjahit yang membuat gaun dari sebuah pola, Paulus ingin jemaat Tesalonika menjalani kehidupan mereka sesuai dengan polanya. Bagaimanakah Paulus hidup di tengah-tengah mereka? Ia bekerja keras agar tidak menjadi "beban" bagi siapa saja (ay. 8).Meski ia berhak meminta sokongan dari gereja (1 Korintus 9:1-14), ia melepaskan hak itu agar bisa menjadi menjadi "model" bagi gereja itu (ay. 9). Ia bekerja keras sewaktu hidup bersama mereka sehingga ia bisa melayani kebutuhan spiritual mereka dan menanggung beban hidupnya sendiri. Orang-orang yang malas bekerja mengabaikan teladan yang Paulus ajarkan dan contohkan. Mereka tidak terlalu menghormati Paulus dan bahkan kurang menghormati Pribadi yang mengutus dia.
Perintah Allah Mengenai Kehidupan Orang Yang Tidak Tertib. Kepada orang yang "tidak tertib," Paulus memerintahkan "supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri" (ay. 12). Mereka harus berhenti bermalas-malasan atau bergosip dan mulai bekerja. Mereka harus mengurus tanggung jawab mereka sendiri, menjunjung tinggi ajaran Kristen dalam hidup mereka.
Kepada mereka yang setia, Paulus berkata, "Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik. Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu" (ay. 13, 14). Instruksi ini adalah untuk semua orang di jemaat itu. Ia mendorong mereka untuk jangan "jemu-jemu" dan mengabaikan perilaku buruk, tapi "membuat catatan khusus," sehingga gereja itu akan dapat merespon dengan tepat terhadap ketidaktertiban itu.
Budaya zaman kini menentang siapa saja yang mencoba untuk memperbaiki, menegor, atau mendisiplinkan orang lain. Namun, begitu Alkitab memberikan langkah-langkah langsung tentang bagaimana mendisiplinkan seorang saudara atau saudari ketika ia membutuhkannya. Kita harus ingat bahwa disiplin adalah untuk kebaikan orang yang degil, bukan untuk kepentingan orang yang melakukan pendisiplinan.
Perjanjian Baru mengajarkan bahwa sesama orang Kristen harus ditegur dengan kasih dan kebaikan. Kedua Tesalonika 3:15 mengatakan, "Tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara." Dalam Matius 18, Yesus mengajarkan bahwa saudara yang tidak tertib harus pertama-tama ditegor secara pribadi, lalu dinasihati di hadapan satu atau dua orang saksi, dan akhirnya jika peringatan itu tidak efektif, masalah itu harus dibawa kepada gereja. Dalam Galatia 6:1, Paulus menulis bahwa jika ada orang yang tertangkap berbuat dosa, orang itu harus didekati dan dipulihkan dengan "roh yang lemah lembut."
Bagaimana jika orang tersebut menolak untuk berubah? Lalu, Paulus berkata, "Jangan bergaul dengan dia" (ay. 14). Ini bisa melibatkan pemberitahuan secara terbuka (lihat 1 Korintus 5:4, 5). Ini melibatkan pemutusan hubungan dengan dia kecuali untuk nasihat lebih lanjut.
Mengapakah langkah-langkah keras seperti itu diambil? Tujuan pertamanya adalah untuk menyelamatkan orang "yang tidak tertib" hidupnya "agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan Yesus" (1 Korintus 5:5). Seseorang diasingkan dari gereja dengan harapan ia akan kehilangan persekutuan yang pernah ia memiliki dan kembali kepada Kristus dan gereja dengan hati yang sudah berubah. Tujuan kedua adalah untuk menjaga kemurnian gereja. Paulus menulis, "Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan?" (1 Korintus 5:6). Sebuah dosa kecil yang tidak ditegor dapat membusukkan sebuah jemaat yang besar.
Bagaimana jika seseorang tidak percaya kepada penarikan diri dari persekutuan? Menolak ajaran ini adalah sama dengan menempatkan diri di atas perintah Yesus dan para rasul-Nya. Paulus menulis dengan otoritas Yesus, "Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus" (ayat 6; penekanan oleh saya). Hanya sedikit jemaat yang melaksanakan penarikan diri, tapi ajaran dalam Kitab Suci adalah jelas. Gereja yang taat akan mengambil tindakan disiplin ketika Secara Alkitabiah cocok untuk kebaikan orang berdosa dan Gereja Tuhan.
Apakah kita percaya bahwa Allah tidak mengasihi Korah, Datan, dan Abiram? Tentu saja Allah mengasihi mereka, tetapi Ia membinasakan mereka karena pemberontakan mereka akan bisa menular. Disiplin adalah untuk kebaikan orang berdosa dan kebaikan gereja. Allah lebih suka beberapa orang dalam setiap jemaat diselamatkan daripada kehilangan kita semua. Allah membantu kita untuk memperlakukan Dia dengan sungguh-sungguh dan mematuhi segala perintah-Nya!
Earl Edwards
TFTWMS: 2 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Para Pekerja Untuk Allah (2 Tes 3:6-18)
Bekerja adalah keharusan bagi sebagian besar orang. Kita harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kita se...
Para Pekerja Untuk Allah (2 Tes 3:6-18)
Bekerja adalah keharusan bagi sebagian besar orang. Kita harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari. Surat-surat Perjanjian Baru menggambarkan orang Kristen sebagai "pekerja," "buruh," "pelayan," budak," atau pelaku "perbuatan baik." Penekanan ajaran Perjanjian Baru adalah bahwa kita adalah pekerja untuk Allah melalui Kristus. Wawasan apakah yang dapat kita peroleh dari pesan kepada umat Kristen Tesalonika ini tentang pekerjaan kita? Hal apakah yang Allah inginkan untuk kita ketahui yang dapat menolong kita untuk menjadi pekerja bagi Dia?
Bekerja Adalah Kegiatan Yang Saleh (3:6-9). Umat Kristen baru di Tesalonika diperintahkan untuk mengadopsi sikap Allah terhadap pekerjaan sebagai bagian dari cara hidup baru mereka. Pekerjaan sehari-hari bagi para pelayan baru Allah ini menjadi kesempatan dan tugas berharga yang penting seraya mereka melayani Tuan baru mereka di sorga.
Pertama, mereka belajar tentang pentingnya pekerjaan melalui pengajaran. Paulus memberitahu mereka, "… anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu" (1Tesalonika 4:11). Mereka dapat melayani Allah setiap hari, di mana saja mereka bekerja, bukan hanya di dalam bait Allah atau pada hari-hari suci khusus.
Bekerja untuk Allah memang diperintahkan, namun kehormatan karena dipekerjakan oleh Tuhan semesta alam harus juga dipandang sebagai berkat luar biasa karena berada dalam keluarga Allah. Kita memiliki majikan yang mengetahui dan mengasihi kita sepenuhnya. Bekerja adalah kebutuhan, namun bekerja juga merupakan berkat yang diberikan oleh Allah!
Kedua, jemaat Tesalonika mempelajari pentingnya bekerja melalui teladan (3:7-9). Guru-guru ini sebenarnya melakukan dua pekerjaan. Yang satu adalah pekerjaan yang mereka lakukan dengan tangan mereka sendiri untuk memperoleh uang guna membiayai hidup mereka. Yang satu lagi, tanpa bayaran, adalah pekerjaan "menasihati dan menguatkan serta menghimbau" orang-orang Kristen baru ini untuk membangun rohani mereka (1Tesalonika 2:11; NASB). Mereka memiliki hak yang Allah berikan untuk melakukan hanya satu dari dua pekerjaan ini; namun mereka melakukan keduaduanya, sehingga pekerjaan mereka itu bisa mengajar orang-orang Kristen baru itu untuk menjadi pekerja bagi Allah dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jadilah pekerja untuk Allah!
Beberapa Orang Tidak Mau Bekerja (3:10-12). Tidak setiap orang memiliki sikap yang baik mengenai pekerjaan. Beberapa orang menganggapnya sebagai "kejahatan yang perlu"; yang lain lagi mencoba untuk menghindari pekerjaan. Beberapa orang menyombongkan diri tentang bermalas-malasan atau menggantungkan kebutuhan hidupnya pada jerih payah orang lain. Kemalasan dan bermalas-malasan bukan hanya persoalan zaman kini, tapi juga persoalan di dalam jemaat Tesalonika pada abad pertama. Para pemalas yang digambarkan dalam 2 Tesalonika dianggap sebagai "tidak tertib" atau "tidak disiplin" (3:6, 7, 11). Orang-orang ini malas, dan mereka sedang memberi contoh yang buruk. Dalam terang perintah Allah, kemalasan seperti itu adalah dosa.
Namun demikian, bahkan muncul lebih banyak lagi persoalan. Orang-orang yang malas ini bukan hanya secara merugikan mempengaruhi teladan gereja, namun mereka mengganggu pekerjaan orang lain. Orang-orang Kristen baru itu sudah diajar untuk mengurus pekerjaan mereka sendiri dan mengerjakan pekerjaan mereka sendiri (1Tesalonika 4:11), namun orang-orang yang malas ini sedang mencampuri urusan orang lain. Secara harfiah, mereka "tidak sedang bekerja, tetapi sedang mondar-mandir saja." Mereka mengurusi urusan orang lain; mereka sedang mengganggu pekerjaan baik yang orang lain sedang kerjakan.
Begitu juga halnya, orang-orang zaman kini yang tidak bekerja bisa menjadi orang yang mencampuri urusan orang lain, mengganggu pekerjaan orang lain. Kemalasan ini sama dengan dosa.
Kita harus berhati-hati agar kita tidak menjadi orang yang mengungkit pekerjaan orang lain, baik kita bekerja atau tidak bekerja. Jelas sekali, jika kita nganggur, kesempatan untuk mengganggu orang lain semakin besar.
Pekerjaan kita harus menjadi pekerjaan Allah! Seperti yang Paulus telah perintahkan kepada para hamba yang menjadi orang Kristen, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kolose 3:23).
Yang Tidak Mau Bekerja Harus Dikucilkan (3:13-15). Apakah yang dapat dilakukan di dalam gereja jika beberapa anggotanya tidak mau bekerja? Jawaban Alkitab adalah sederhana: "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" (3:10b). Jangan beri makan orang yang malas! "Jauhkanlah dirimu," dan "jangan bergaul" dengan saudara-saudari seperti itu (3:6, 14)! Kita harus jangan berkawan dengan mereka! Kita harus jangan menyertakan mereka dalam persekutuan kita atau membiarkan mereka berbagi makanan kita! Itulah pesan Allah tentang masalah ini.
Menangani orang-orang yang malas dengan cara ini bisa jadi terlihat kasar, namun tujuan bagi perlakuan ini bukan untuk membuat mereka kelaparan. Melainkan untuk membuat mereka tahu bahwa mereka sedang tidak berbuat seperti Allah dan umat-Nya, tetapi telah melepaskan diri mereka dari cara hidup-Nya. Selama mereka berprilaku seperti itu, memperlakukan mereka sebagai saudara atau saudari yang setia tidak dapat diterima. Mereka harus sadar betapa memalukan kemalasan mereka itu. Dengan mengajarkan, memperingatkan, dan memberi teladan yang baik, sesama orang Kristen dapat menolong saudara-saudaranya yang hidup dengan tidak tertib untuk mengurusi pekerjaan mereka sendiri dan mulai bekerja.
Berada dalam keluarga Allah mencakup tindakan berbagi disiplin-Nya. Jika saudara-saudara seiman yang malas tidak mau menerima disiplin ini, maka mereka akan kehilangan pelbagai manfaat dari Allah. Tindakan kita harus mencerminkan keputusan itu dalam cara yang praktis; maka orang yang suka melawan akan melihat pentingnya bekerja dan bahayanya menolak disiplin Allah. Apakah mereka memutuskan untuk bertobat, berhenti mencampuri urusan orang lain, dan mulai bekerja atau tidak adalah terserah mereka; namun tak diragukan lagi kelakuan mereka itu membahayakan diri mereka sendiri.
Mereka yang tidak mau bekerja memerlukan bantuan kita untuk merubah sikap dan hidup mereka. Kita bisa menolong mereka melakukan hal itu dengan mengajarkan kehendak Allah tentang bekerja, dengan memberikan teladan yang baik melalui pekerjaan kita, dan dengan memperingatkan mereka tentang pelbagai akibat dari perilaku buruk mereka.
Kesimpulan. Bagi orang Kristen, semua pekerjaan adalah pekerjaan Allah. Allah adalah sang Tuan, majikan, bos dalam segala hal yang kita lakukan, baik di rumah maupun di tempat kerja. Karena ini merupakan pekerjaan Allah, dilakukan untuk Allah, maka pekerjaan itu adalah istimewa, kudus, dan sakral. Pekerjaan itu adalah penting. Melakukan pekerjaan yang baik adalah tanda orang Kristen yang sudah dewasa dalam iman.
Ketika kita melakukan pekerjaan yang baik di tempat kerja kita, kita bukan hanya menaati Allah, tetapi juga memberi teladan yang baik, membantu memenuhi keperluan hidup, dan berbuah lebat bagi Allah. Tuan kita dihormati oleh pekerjaan baik kita. Marilah kita melayani dan menghormati sang Tuan itu dengan bekerja sesuai dengan cara-Nya setiap hari!
Ted Paull
BIS: 2 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG KEDUA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Kebingungan mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya masih terus
menimbulkan per
SURAT PAULUS YANG KEDUA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Kebingungan mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya masih terus menimbulkan persoalan-persoalan di dalam jemaat di Tesalonika. Surat Paulus Yang Kedua Kepada Jemaat di Tesalonika ditulis untuk membereskan persoalan itu. Mereka berpendapat bahwa saat Kristus datang untuk kedua kalinya sudah tiba. Pendapat itu salah, kata Paulus. Sebab, sebelum Kristus kembali ke dunia, kekejaman dan kejahatan di dunia akan memuncak dahulu di bawah pimpinan seseorang yang dikenal sebagai "Manusia Jahat" dan yang akan menentang Kristus.
Paulus menekankan kepada para pembacanya bahwa mereka perlu sekali bertahan dalam kepercayaan mereka kepada Kristus sekalipun hidup mereka sukar dan mereka harus menderita. Paulus menasihatkan supaya mereka masing-masing bekerja untuk nafkah mereka, sama seperti Paulus dan rekan-rekannya. Juga supaya mereka tekun berbuat baik.
Isi
- Pendahuluan
2Tes 1:1-2 - Pujian dan anjuran
2Tes 1:3-12 - Penjelasan tentang kedatangan Kristus ke dunia untuk kedua kalinya
2Tes 2:1-17 - Nasihat mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen
2Tes 3:1-15 - Penutup
2Tes 3:16-18
Ajaran: 2 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti arti kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua
kali, sehingga mereka dapat mempunyai pengharapan yang benar aka
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti arti kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kali, sehingga mereka dapat mempunyai pengharapan yang benar akan kedatangan Kristus yang kedua kali.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 51 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di Tesalonika (dan juga untuk setiap jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab II Tesalonika terbagi atas 3 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas penjelasan Rasul Paulus, dalam usaha meniadakan pengertian yang keliru tentang kedatangan Kristus kedua kali, karena ada yang mengajarkan bahwa Kristus sudah datang kedua kali ke dunia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab II Tesalonika
Pasal 1 (2Tes 1:1-12).
Pengajaran tentang kedatangan Kristus yang kedua kali
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan kedatangan Kristus yang kedua kali adalah penghiburan besar di tengah-tengah penganiayaan dan kesukaran yang ditanggung oleh orang-orang Kristen demi nama Kristus.
Pendalaman
Bacalah pasal 2Tes 1:6-9. _Tanyakan_: Apakah arti hari Tuhan bagi anak-anak-Nya? (lihat ayat 6-7; 2Tes 1:6-7). Apakah arti hari Tuhan bagi orang-orang yang tidak percaya? (lihat ayat 8-9; 2Tes 1:8-9). Saudara mau yang mana, dari kedua hal di atas?
Pasal 2 (2Tes 2:1-17).
Pengajaran tentang peringatan mengenai saat kedatangan Kristus kedua kali
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa saat kedatangan Kristus kedua kali akan diawali dengan adanya kedurhakaan besar. Karena itu kita perlu membenahi pikiran yang salah tentang hari Tuhan dan cara-cara hidup yang benar dalam menantikan kedatangan-Nya yang kedua kali.
Pendalaman
Bacalah pasal 2Tes 2:3-4,17. _Tanyakan_: Apakah yang mendahului kedatangan Kristus yang kedua kali? Bagaimanakah cara hidup orang Kristen dalam menantikan kedatangan Kristus yang kedua kali?
Pasal 3 (2Tes 3:1-18).
Pengajaran tentang berdoa dan bekerja
Dalam bagian ini dinasehatkan mengenai perkataan orang-orang Kristen dalam menantikan kedatangan Kristus yang kedua kali.
Pendalaman
- Bacalah pasal 2Tes 3:1-2. _Tanyakan_: Apakah khasiat daripada doa orang Kristen? (lihat ayat 1-2; 2Tes 3:1-2).
- Bacalah pasal 2Tes 3:6-15. _Tanyakan_: Apakah yang dimaksudkan dengan hidup orang Kristen yang tidak tertib? (lihat ayat 6-15; 2Tes 3:6-15).
II. Kesimpulan
Dalam Kitab II Tesalonika dapat diketahui bahwa kedatangan Kristus yang kedua kali belumlah terjadi, dan kedatangan Kristus ini merupakan pengharapan yang memberikan penghiburan di dalam penganiayaan sebagai orang-orang Kristen.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab II Tesalonika?
- Apakah pusat pengajaran dalam Kitab II Tesalonika?
- Apakah Kristus sudah datang untuk yang kedua kali?
- Apakah arti kedatangan Kristus bagi orang-orang Kristen?
- Bagaimanakah cara hidup orang Kristen dalam menantikan kedatangan Kristu yang kedua kali?
Intisari: 2 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Informasi mengenai akhir zaman
SURAT LAIN KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA.Paulus menulis surat ini kepada orang-orang yang sama yang ia telah surati dala
Informasi mengenai akhir zaman
SURAT LAIN KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA.
Paulus menulis surat ini kepada orang-orang yang sama yang ia telah surati dalam I Tesalonika, dan mungkin tidak lama sesudah suratnya yang pertama itu. Jika Anda membaca pendahuluan suratnya, Anda akan mengerti gambaran gereja itu dalam pikiran Paulus. Sekali lagi ia menambahkan nama-nama kawan seperjalanannya, Silvanus (atau Silas dalam Kisah para Rasul) dan Timotius.
MENGAPA IA MENULIS LAGI?
1. Membaca dengan memahami apa yang tersirat di dalamnya, kita tahu bahwa gereja masih mengalami penganiayaan. Kita tidak tahu siapa yang sebenarnya melakukan penganiayaan - mungkin orang Yahudi - tetapi mereka berada dalam kondisi yang berat. Mungkin mereka mulai meragukan apa gunanya menjadi Kristen. Dalam keadaan seperti itu siapa pun bisa saja tergoda untuk menyerah.
2. Ketika Paulus menulis suratnya yang pertama, mereka sedang bingung tentang kedatangan Yesus kembali. Rupanya sebagian dari mereka terpesona dengan masalah itu - yang juga selalu menjadi godaan bagi Kristen - ada pula yang mengalami obsesi, sehingga mereka tidak lagi memikirkan hal-hal lainnya. Meskipun Paulus telah menjelaskan secara rinci dan panjang lebar pada waktu ia bersama mereka, tetapi ia tidak mempunyai cukup waktu untuk menjelaskan semua seperti yang diinginkannya. Tampaknya mereka juga sudah lupa tentang apa yang telah diajarkannya! Sebagian mereka mengharapkan Yesus datang segera - jika bukan hari ini, esok hari! Kegairahan mereka itu menggoyahkan gereja. Selain itu, ada beberapa orang yang benar-benar menyesatkan orang Kristen dengan mengatakan bahwa Yesus sudah datang kembali - dan lebih dari itu, mereka mengatakan itulah yang diajarkan oleh Paulus. Sama seperti yang sudah-sudah, pasti ada orang yang ingin mengisi masa penantian ini dengan mencari jawaban kapan kedatangan Yesus yang kedua itu akan terjadi.
3. Sebagian orang tidak lagi mencari nafkah. Ada kemungkinan disebabkan oleh obsesi mereka tentang kedatangan Yesus kembali dan akhir zaman. Boleh jadi pula hal itu semata-mata disebabkan mereka melihat cara hidup yang begitu mudah dengan mengandalkan kemurahan hati sesama orang Kristen. Kita tidak tahu apa pastinya. Yang kita ketahui ialah bahwa Paulus menasihati mereka dengan tegas. Ingatlah bahwa ia memperingatkan mereka yang dapat bekerja, tetapi tidak mau - bukan mereka yang ingin bekerja, tetapi tidak mendapatkan pekerjaan.
4. Paulus harus menganjurkan mereka untuk mempertahankan standar Kristen, walaupun karena itu harus putus hubungan dengan mereka yang tidak sejalan.
BAGAIMANA SURAT-SURAT DITULIS.
Pada masa itu orang sering menggunakan sekretaris untuk menulis surat. Mereka mendiktekan apa yang ingin mereka sampaikan dan setelah surat itu selesai ditulis mereka akan menulis sendiri sepatah kata penutup di akhir surat itu. Mungkin karena ada orang lain yang telah menggunakan nama baik Paulus untuk menyebarkan ajaran yang salah, ia sungguh-sungguh menekankan hal tersebut pada akhir suratnya.
Pesan
1. Penghakiman Itu mutlak pasti.o Allah akan menghakimi orang yang jahat. 2Te 1:5-6, 8-9
o Allah akan memberikan kelegaan kepada Kristen. 2Te 1:7
o Bertahan dalam penganiayaan merupakan suatu bukti. 2Te 1:5
o Kita harus bersiap-siap untuk menantikan kedatangan Yesus. 2Te 1:11
o Kita akan ambil bagian dalam kemuliaan Kristus. 2Te 1:10; 2:14
o Kita harus bersabar. 2Te 2:1, 2
o Kita harus waspada terhadap tipu daya Setan. 2Te 2:10
2. Allah mempunyai Jadwal.
o Yesus segera datang kembali. 2Te 1:7, 9; 2:1, 8
o Iblis juga mempunyai rencana. 2Te 2:3-4, 9-10
o Kedurhakaan sedang ditahan. 2Te 2:6-7
o Si pendurhaka akan dihancurkan. 2Te 2:8, 10
o Waspada terhadap hal-hal yang menyesatkan. 2Te 2:3
3. Lanjutkan pekerjaanmu!
o Kita tidak boleh
- malas. 2Te 3:6.
- meminta dari orang lain. 2Te 3:12
- menjadi jemu. 2Te 3:13
- menyebabkan orang menjadi malas. 2Te 3:6, 14-15
4. Teruskan apa yang telah engkau mulai!
o Layak terhadap panggilan Allah. 2Te 1:11
o Dalam tujuan dan pekerjaan baik. 2Te 1:11
o Memuliakan Kristus. 2Te 1:12
o Berdiri teguh. 2Te 2:15
o Memegang kebenaran. 2Te 2:15
o Bekerja dan bersaksi senantiasa. 2Te 2:17
5. Allah berada di pihakmu.
o Ia membuat kamu layak. 2Te 1:5, 11
o Ia memilih kamu untuk diselamatkan. 2Te 2:13
o Ia menjadikan kamu milik-Nya melalui RohNya. 2Te 2:13
o Ia memanggil kamu 2Te 2:14
o Ia sungguh-sungguh dapat dipercaya. 2Te 3:3
o Ia akan menguatkan kamu. 2Te 3:3
o Ia akan menjaga kamu. 2Te 3:3
o Ia akan memberi kamu damai. 2Te 3:16
o Ia akan menyertai kamu. 2Te 3:16
Penerapan
II Tesalonika mengajarkan kepada kita bahwa...
1. Kita tidak dapat bebas begitu saja Karena Allah itu adilo orang jahat akan mendapat hukuman
o orang yang setia akan diberi penghargaan
o Iblis akan dibuang
2. Orang Kristen mempunyai hari depan. Meskipun dalam kesulitan
o kita dapat yakin
o kita dapat berharap
o kita dapat tetap bertahan
o kita dapat dihiburkan
3. Allah duduk sebagai pengendali.
o Ia mengendalikan
o keadaan kita
o kejadian-kejadian di dunia
o bahkan orang jahat sekalipun
4. Kerja bukan dosa. Kehendak Allah adalah
o kita melakukan suatu pekerjaan
o kita hidup atas penghasilan kita sendiri
o kita tidak malas
o kita tidak menggantungkan diri pada orang lain
5. Menghadapi orang yang mempermalukan.
Kita harus
o memperingatkan mereka
o mendorong mereka
o memperlihatkan kesalahan-kesalahan mereka
o mengasihi mereka
o mendisiplin mereka
Tema-tema Kunci
1. Kedatangan Yesus.
Fakta bahwa Yesus akan datang kembali muncul beberapa kali. Tidak ada keraguan tentang hal ini, walaupun Paulus sendiri tidak mengetahui waktunya yang tepat. 2Te 1:7, 9, 10, 12; 2:1-2, 8, 14. Kata-kata kunci adalah 'dinyatakan', yaitu menarik tirai dan menunjukkan kepada kita apa yang terjadi selama ini; 'datang' dipakai untuk menyatakan kunjungan resmi oleh seorang raja atau pembesar; 'kemuliaan' dalam Alkitab berarti kehadiran Allah sendiri. Pikirkanlah apa arti semua ini ketika Kristus datang kembali.
2. Penghakiman.
Oleh karena Allah itu adil dan melihat segalanya, pada suatu hari Ia akan mengadili segala yang diperbuat oleh manusia, laki-laki dan perempuan. 2Te 1:5-10; 2:8, 11-12. Dalam arti tertentu penghakiman Allah sudah berlaku di dunia ini. Pikirkan apa arti penghakiman Allah bagi orang percaya dan bagi mereka yang tidak percaya. Bagaimana kita harus siap untuk menghadapinya?
3. Setan.
Iblis nyata dalam surat ini, dan ia menggunakan manusia untuk mencapai maksudnya. 2Te 2:3-12. Bagaimana semua ini mengajarkan kepada kita tentang apa yang akan terjadi atas dunia ini? Apakah kita dapat mengenali kegiatan Setan?
4. Bertahan.
Menjadi Kristen berani meneruskan apa yang sudah dimulai. Ini dapat berarti bertahan terhadap penganiayaan, mengenal Allah melalui pengalaman-pengalaman baru atau semata-mata bekerja keras. Dorongan apa yang diberikan oleh surat itu kepada kita dalam hidup Kekristenan kita? Alasan-alasan apa yang diberikan agar kita tetap berjuang?
Garis Besar Intisari: 2 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) [1] 'DARI KAMI UNTUK KALIAN...' 2Te 1:1-2
Paulus dan kawan-kawannya memberi salam kepada jemaat.
[2] 'SYUKUR BAGI ALLAH SAUDARA-SAUDARA TETAP B
[1] 'DARI KAMI UNTUK KALIAN...' 2Te 1:1-2
Paulus dan kawan-kawannya memberi salam kepada jemaat.
[2] 'SYUKUR BAGI ALLAH SAUDARA-SAUDARA TETAP BERDIRI TEGUH!'. 2Te 1:3-4
2Te 1:3 | Iman dan kasih |
2Te 1:4 | Reputasi kalian |
[3] 'PENGHAKIMAN SEGERA TIBA!' 2Te 1:5-10
2Te 1:5 | Mengapa saudara-saudara menderita |
2Te 1:6-7 | Allah itu adil |
2Te 1:8-10 | Terjadi pemisahan besar pada waktu Yesus datang |
[4] 'KAMI BERDOA UNTUK SAUDARA-SAUDARA...' 2Te 1:11-12
2Te 1:11 | Supaya bertumbuh |
2Te 1:12 | Supaya Kristus dipermuliakan |
[5] 'SEBELUM YESUS DATANG KEMBALI ADA HAL-HAL YANG HARUS TERJADI' 2Te 2:1-12
2Te 2:1-2 | Jangan bingung dan gelisah |
2Te 2:3-7 | Tantangan akan bertambah |
2Te 2:8 | Tetapi Tuhan akan menghancurkannya |
2Te 2:9-12 | Yang jahat akan dikalahkan |
[6] 'TETAPI KAMI MERASA LEGA KARENA SAUDARA-SAUDARA...' 2Te 2:13-17
2Te 2:13 | Saudara-saudara benar-benar bertobat |
2Te 2:14 | Allah akan menyelesaikan pekerjaan |
2Te 2:15-17 | Berpeganglah terus |
[7] 'KAMI JUGA MEMERLUKAN DOA-DOA SAUDARA' 2Te 3:1-5
2Te 3:1-2 | Untuk pelayanan khotbah kami |
2Te 3:3-5 | Sebab Allah itu baik |
[8] 'BERHENTILAH BERMALAS-MALASAN!' 2Te 3:6-15
2Te 3:6 | Beberapa orang telah berhenti bekerja |
2Te 3:7-10 | Kita bukan pemalas |
2Te 3:11-15 | Pastikan semua orang bertindak sesuai teladan |
[9] 'SELAMAT TINGGAL DAN ALLAH MEMBERKATI!' 2Te 3:16-18
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi